4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ......

86
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kawasan Mangrove Muara Angke Jakarta Hutan mangrove Muara Angke adalah bagian dari kawasan hutan mangrove (bakau) Tegal Alur-Angke Kapuk di pantai utara Jakarta yang termasuk wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pada tahun 1977, Menteri Pertanian dengan Keputusan Nomor 16/Um/6/1977 tanggal 10 Juni 1977 menetapkan kembali peruntukan kawasan hutan Angke Kapuk sebagai: a. Hutan Lindung, 5 km sepanjang pantai dengan lebar 100 m b. Cagar Alam Muara Angke c. Hutan Wisata d. Kebun Pembibitan Kehutanan e. Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI). Pembangunan Kawasan Angke-Kapuk digagas oleh Pemerintah DKI, Jakarta sesuai arahan RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) DKI 1965-1985, bertujuan untuk mengembangkan areal tambak dan “eks-hutan” Angke-Kapuk yang terbengkalai, untuk perumahan dan fungsi perkotaan lainnya. Keinginan ini mendapat tanggapan dari kelompok usaha PT. Metropolitan Kencana, sebagaimana tertuang dalam surat perusahaan tersebut kepada Direktur Jenderal Kehutanan, selaku pihak yang memiliki kewenangan legal-formal atas kawasan itu, No. 652/MK/V/81 tertanggal 22 Mei 1981. Menanggapi surat di atas, Direktur Jenderal Kehutanan dalam suratnya No. 2755/DJ/I/1981 tertanggal 27 Juli 1981 memberikan penjelasan tentang status pengelolaan kawasan dimaksud dan kemungkinan bagi PT. Metropolitan Kencana untuk berpartisipasi dalam pengembangannya. Beberapa butir penting isi surat dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Wilayah tanah hutan Angke-Kapuk seluas 1.144 ha berada di bawah pengelolaan Dinas Kehutanan DKI Jakarta (berdasarkan Piagam Kerjasama antara Pemda DKI Jakarta dengan Departemen Pertanian cq Direktorat Jenderal Kehutanan yang ditandatangani tanggal 24 Juni 1977, dan dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah). Tujuan kerjasama dimaksud adalah

Transcript of 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ......

Page 1: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

55

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Kawasan Mangrove Muara Angke Jakarta

Hutan mangrove Muara Angke adalah bagian dari kawasan hutan

mangrove (bakau) Tegal Alur-Angke Kapuk di pantai utara Jakarta yang termasuk

wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pada tahun 1977,

Menteri Pertanian dengan Keputusan Nomor 16/Um/6/1977 tanggal 10 Juni 1977

menetapkan kembali peruntukan kawasan hutan Angke Kapuk sebagai:

a. Hutan Lindung, 5 km sepanjang pantai dengan lebar 100 m

b. Cagar Alam Muara Angke

c. Hutan Wisata

d. Kebun Pembibitan Kehutanan

e. Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI).

Pembangunan Kawasan Angke-Kapuk digagas oleh Pemerintah DKI,

Jakarta sesuai arahan RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) DKI 1965-1985,

bertujuan untuk mengembangkan areal tambak dan “eks-hutan” Angke-Kapuk

yang terbengkalai, untuk perumahan dan fungsi perkotaan lainnya. Keinginan ini

mendapat tanggapan dari kelompok usaha PT. Metropolitan Kencana,

sebagaimana tertuang dalam surat perusahaan tersebut kepada Direktur Jenderal

Kehutanan, selaku pihak yang memiliki kewenangan legal-formal atas kawasan

itu, No. 652/MK/V/81 tertanggal 22 Mei 1981.

Menanggapi surat di atas, Direktur Jenderal Kehutanan dalam suratnya

No. 2755/DJ/I/1981 tertanggal 27 Juli 1981 memberikan penjelasan tentang status

pengelolaan kawasan dimaksud dan kemungkinan bagi PT. Metropolitan Kencana

untuk berpartisipasi dalam pengembangannya. Beberapa butir penting isi surat

dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Wilayah tanah hutan Angke-Kapuk seluas 1.144 ha berada di bawah

pengelolaan Dinas Kehutanan DKI Jakarta (berdasarkan Piagam Kerjasama

antara Pemda DKI Jakarta dengan Departemen Pertanian cq Direktorat

Jenderal Kehutanan yang ditandatangani tanggal 24 Juni 1977, dan dalam

rangka pelaksanaan Otonomi Daerah). Tujuan kerjasama dimaksud adalah

Page 2: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

56

untuk mengelola, memanfaatkan, dan membina kawasan hutan seluas 1.144

ha yang terletak di kelurahan Kapuk Muara, dan Kamal Muara.

2) Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 161/Kpts/Um/6/1977

tanggal 10 Juni 1977, ditetapkan kembali fungsi kawasan hutan Tegal Alur,

Angke Kapuk, dan Cagar Alam Muara Angke, sebagai berikut:

a) Sebagai hutan lindung, 5 km sepanjang pantai selebar 100 meter

b) Sebagai Cagar Alam Muara Angke

c) Sebagai Hutan Wisata

d) Sebagai Kebun Pembibitan

e) Sebagai “lapangan dengan tujuan istimewa (LDTI)”.

Selanjutnya, disebutkan pula dalam Piagam Kerjasama itu bahwa Pemda

DKI Jakarta dapat bekerjasama dengan pihak lain, dalam pelaksanaan

pembangunan dan pengelolaan tanah kawasan hutan tersebut di atas.

Pada surat No. 842/A/K/BKD/78 tanggal 25 Mei 1978, Gubernur DKI

Jakarta mengajukan permohonan kepada Presiden RI melalui Menteri Negara

Penertiban Aparatur Negara (PAN), agar tanah bekas kawasan hutan Angke

Kapuk secara formil dihapuskan sebagai kawasan hutan dan menyerahkan hak

pengelolaannya kepada Pemda DKI Jakarta, dengan alasan:

a) Pada kenyataannya, kawasan hutan di wilayah Angke Kapuk tidak lagi

berfungsi (sebagai hutan)

b) Peruntukannya tidak sesuai dengan RUTR DKI Jakarta (1965-1985)

c) Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah

murah.

Menanggapi surat di atas, Menteri Negara PAN memprakarsai pertemuan

yang dihadiri oleh para Pejabat Pemda DKI, Sekretaris Menteri Negara PAN dan

Direktorat Jenderal Kehutanan, dengan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

a. Penyelesaian masalah hutan Angke Kapuk berpegang pada Program

Kerjasama antara Departemen Pertanian c.q Direktorat Jenderal Kehutanan

dengan Pemda DKI Jakarta tanggal 24 Juni 1977. Untuk merealisir Program

Kerjasama tersebut, akan:

1) Segera disusun Feasibilitas Study (FS) oleh Pemda DKI Jakarta/Perumnas

2) Diadakan pembicaraan kembali antara Departemen Pertanian, Pemda DKI

Jakarta dan Perumnas, setelah ada FS, untuk menentukan langkah-langkah

selanjutnya

Page 3: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

57

3) Membalas surat Dirjen Kehutanan No.2755/DJ/I/1981, Pemrakarsa dengan

surat No.929/MK/VII/81 tanggal 28 Juli 1981 menyampaikan antara lain

tidak perlu dirubahnya 25 ha Cagar Alam, 100 ha Hutan Wisata dan 50 ha

Perumahan Nelayan. Sedangkan sisa lahan (dari 1.150 ha), akan

dimanfaatkan untuk berbagai fungsi perkotaan (hunian, komersial,

prasarana/sarana, dll)

4) Menanggapi usulan di atas, Dirjen Kehutanan pada suratnya

No.26/DJ/I/1982 tanggal 5 Januari 1982 menyampaikan bahwa,

Pemrakarsa dinilai mampu melaksanakan proyek Pengembangan Kawasan

Hutan Angke Kapuk dan diminta dapat bekerjasama dengan Pemda DKI

Jakarta

5) Melalui suratnya No.352/MK/III/82 tanggal 17 Maret 1982, Pemrakarsa

mengajukan kerjasama dengan Pemda DKI. Selanjutnya wakil Gubernur

Bidang I, atas nama Gubernur DKI, melalui surat No.04280/VI/1982

tanggal 19 Juni 1982 menyampaikan persetujuan kerjasama dengan

Pemrakarsa

6) Menindaklanjuti berbagai kesepakatan atau persetujuan prinsip yang telah

dicapai, kemudian disusun atau ditandatangani:

a. Perjanjian tukar-menukar sebagian tanah kawasan Hutan Angke-Kapuk

di Wilayah DKI Jakarta, antara Menteri Kehutanan RI dengan

Direktur/Komisaris PT. Mandara Permai (subsider PT. Metropolitan

Kencana Group), ditandatangani di Jakarta tanggal 14 Juni 1984. Isi

perjanjian ini antara lain: pengaturan perbandingan luas dan lokasi

lahan pengganti (DKI Jakarta atau di Bogor, Tanggerang, dan Bekasi

yang disetujui oleh Pihak Menteri Kehutanan RI)

b. Perjanjian kerjasama pembangunan pengembangan tanah Kawasan

Hutan Angke-Kapuk di DKI Jakarta. Isi dari perjanjian tersebut antara

lain:

c. Peruntukan lahan: 50% dari luas kawasan hutan (581,24 ha) dapat

dikembangkan

d. Kewajiban pihak PT. Mandara Permai untuk membayar biaya

penyediaan prasarana (sebagai presentase dari luas yang akan

Page 4: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

58

dikembangkan 831,63 ha) yang menghubungkan kawasan dengan areal

luarnya, sementara biaya pembangunan prasarana di dalam tapak,

seluruhnya menjadi beban dan tanggung jawab pihak PT. Mandara

Permai

e. Berita acara serah terima penyerahan biaya prasarana sebagaimana

diatur dalam butir 2

f. Berita acara serah terima tukar/menukar sebagian tanah kawasan

Angke-Kapuk dan tanah penggantinya, dalam berita acara ini antara

lain disebutkan:

1. Dua bidang tanah (luas seluruhnya 39 ha), terletak di Pulau

Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur, Kecamatan Kepulauan

Seribu, Jakarta Utara

2. Tiga bidang tanah (luas 75 ha) terletak di Kampung Sawah dan

Cipinang, Desa Rumpin, Kecamatan Rumping, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat

3. Satu bidang tanah (luas 350 ha), terletak di Kecamatan Nagrek,

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

4. Sepuluh bidang tanah (luas 1.190 ha), terletak di Kecamatan

Sukanagara dan Campaka, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

7) Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 097/Kpts-II/88 tanggal 29

Februari 1988 tentang Pelepasan Kawasan Hutan Angke-Kapuk seluas

831,63 ha di DKI Jakarta

8) Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 463/Kpts-II/88 tanggal 24

September 1988 tentang Pelepasan Kawasan Hutan Angke-Kapuk seluas

yang dipergunakan untuk perkampungan nelayan dan pendaratan ikan di

Delta Muara Angke seluas 56 ha dan penunjukan areal tambak perikanan

aset Pemda DKI Jakarta seluas 52 ha sebagai Kawasan Hutan.

Selanjutnya kedua areal di atas akan dimanfaatkan dan dikembangkan oleh

PT. Mandara Permai. Berkaitan dengan adanya pembangunan permukiman di

kawasan ini, maka pada tahun 1984 Departemen Kehutanan melakukan

pengukuran dan pemancangan batas ulang yang antara lain menghasilkan kawasan

hutan yang tetap dikuasai oleh Pemerintah, yaitu seluas 322,6 ha terdiri dari:

Page 5: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

59

a. Hutan Lindung : 49,25 ha

b. Cagar Alam Muara Angke : 21,45 ha

c. Hutan Wisata : 91,45 ha

d. Kebun Pembibitan Kehutanan : 10,47 ha

e. Cengkareng Drain : 29,05 ha

f. Jalur Transmisi PLN : 29,90 ha

g. Jalan Tol dan Jalur Hijau : 91,37 ha

Hasil pengukuran dan penataan batas ulang tersebut kemudian ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 097/Kpts-II/1988 tanggal 29

Pebruari 1988 yang menetapkan bahwa kawasan hutan yang dipertahankan adalah

seluas 335,50 ha terdiri atas:

a. Hutan Lindung : 50,80 ha

b. Cagar Alam Muara Angke : 25,00 ha

c. Hutan Wisata : 101,60 ha

d. Kebun Pembibitan Kehutanan : 10,47 ha

e. Cengkareng Drain : 28,36 ha

f. Jalur Transmisi PLN : 25,90 ha

g. Jalan Tol dan Jalur Hijau : 91,37 ha

Berdasarkan hasil tata batas di lapangan dan Berita Acara Tata Batas yang

ditandatangani pada tanggal 25 Juli 1994 oleh Panitia Tata Batas yang diangkat

dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta Nomor 924 tahun

1989, diketahui bahwa hutan yang dipertahankan adalah seluas 327,70 ha.

Sehubungan dengan itu, Menteri Kehutanan menetapkan kembali peruntukan dan

fungsi kelompok Hutan Angke Kapuk sebagai:

a. Hutan Lindung : 44,76 ha

b. Hutan Wisata : 99,82 ha

c. Cagar Alam Muara Angke : 25,02 ha

d. Hutan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI):

1) Kebun Pembibitan : 10,51 ha

2) Transmisi PLN : 23,07 ha

3) Cengkareng Drain : 28,93 ha

4) Jalan tol dan Jalur Hijau : 95,50 ha

Cagar Alam Muara Angke dikukuhkan sebagai Suaka Margasatwa

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 097/Kpts-

II/98, dengan luas areal 25,02 ha. Batas kawasan hutan mangrove Muara Angke

adalah di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur dengan

Sungai Angke (S. Angke) dan Perkampungan Nelayan Muara Angke, sebelah

Page 6: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

60

Selatan dengan areal pertambakan dan Sungai Kamal, dan di sebelah Barat

dengan Jalan Tol Prof.Sedyatmo dan kawasan Industri Tegal Alur.

4.2 Kondisi Fisik

4.2.1 Letak dan Batas Geografis

Kawasan Muara Angke terletak di pantai utara Pulau Jawa dan secara

geografis kawasan ini terletak di antara 6o 05` - 6

o 10` Lintang Selatan serta antara

106o 43` -106

o 48` Bujur Timur. Berdasarkan administrasi pemerintahan terletak

di dalam dua kelurahan, yaitu Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk

Muara. Di bagian utara dibatasi Laut Jawa, bagian selatan berbatasan dengan PT.

Mandara Permai, bagian Timur berbatasan dengan Sungai Angke dan

perkampungan dan bagian Barat berbatasan dengan Sungai Kamal (Gambar 7).

Gambar 7 Lokasi kawasan hutan Muara Angke DKI Jakarta (Sumber: Dinas

Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta 2011).

4.2.2 Geologi dan Tanah

Van Bemmelen (1949) dalam Suwijanto (1977) membagi daerah Jawa

Barat menjadi lima jalur fisiografi. Jalur dataran pantai Jakarta yang terbentang

Page 7: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

61

dari Serang sampai Cirebon mencapai lebar sekitar 50 km, ditempati oleh

endapan-endapan alluvium, sungai, pantai, dan aliran lahar dari gunung api di

daerah tanah burit.

Sebelah selatan ditempati oleh jalur perbukitan dari jalur Bogor, terdiri

dari lapisan-lapisan batuan sedimen tersier yang terlipat. Penyebaran dapat diikuti

mulai dari sekitar Jasinga, ke arah timur mulai daerah Purwakarta, Majalengka

sampai sekitar Bumiayu. Penyebaran jalur Bogor ditunjukkan pula oleh arah jurus

struktur perlipatan yang berbentuk antiklinorium dan batuan yang ditempatinya.

Daerah utara Jawa Barat merupakan cekungan sedimentasi pada akhir

Masa Mesozoikum yang dibatasi oleh punggung Geantiklin di sebelah selatan dan

paparan yang mantap di sebelah utara. Bentuk cekungan tidak merata, terdiri dari

punggungan di antaranya yang disebabkan oleh permukaan daratan pratersier

yang dikontrol struktur sesar.

Menurut Suwijanto (1977), Berdasarkan bentuk, ekspresi topografi serta

batuan penyusun, dataran Jakarta-Bogor dapat digolongkan menjadi satuan

morfologi, antara lain:

a. Dataran Pantai

Berdasarkan panyebaran pematang pantai di sekitar Jakarta, garis pantai

tua semula terdapat disekitar 5-10 km dari garis pantai sekarang yang ditunjukkan

oleh deret pematang pantai yang melalui Pegadungan, Cengkareng, Kali Angke di

sebelah Barat dan Kemayoran, Warung Jengkol, Cakung sampai Ujung Menteng

di sebelah timur. Bila dilihat penyebarannya umumnya dapat dilihat bahwa

endapan pematang pantai sebagian besar terdapat di sebelah timur daratan delta

(Verstappen 1953 dalam Suwijanto 1977).

Daerah Jakarta dibatasi oleh dua sungai besar, yaitu Cisadane di sebelah

Barat dan Citarum di sebelah Timur. Kedua sungai tersebut sangat aktif dalam

mengangkut sedimen dalam alirannya dan mengendapkannya dalam bentuk delta.

Perkembangan kedua delta menyebabkan bentuk cekung dari teluk Jakarta

(Suwijanto 1977).

Page 8: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

62

b. Kipas Gunung Api Bogor

Dataran antara Bogor, Tanggerang, dan Cikarang merupakan daerah

berbentuk kipas dengan Bogor sebagai puncaknya. Daerah ini merupakan

tumpukan rempah-rempah gunung api berupa debu gunung api, tufa,

komlongmerat, dan breksi yang sebagian besar sudah mengalami pelapukan yang

kuat (Suwijanto 1977).

Garis lurus yang menghubungkan antara Bogor-Jakarta kurang lebih

merupakan poros dari kipas gunung api dengan kimiringan kurang dari 1o dengan

ketinggian 450 meter di atas muka laut.

Di bagian selatan, kipas gunung api Bogor berawal dari hulu lembah

Cisadane antara Gunung Salak dan Pangrango, menyebar ke utara melalui celah

perbukitan tersier jalur Bogor antara Citeurep dan leuwiliang. Daerah tinggi dari

jalur Bogor muncul sebagai pulau-pulau dalam dataran ini seperti yang

ditunjukkan oleh Gunung Paok, Gunung Bubut, Gunung Tapos dan sebagainya.

c. Daerah perbukitan bergelombang

Daerah perbukitan dari Jalur Bogor memisahkan dataran pantai dengan

jajaran gunung api. Dari utara relief meninggi secara berangsur karena bagian

utara dari jalur Bogor umumnya terdiri dari batuan lunak. Arah memanjang dari

perbukitan umumnya searah dengan arah jurus struktur perlapisan dari batuan

keras dengan lembah di antaranya seperti terlihat di sekitar Citeureup dan

Purwakarta. Arah ini sesuai dengan arah jurus struktur perlipatan dari jalur Bogor

yang berarah barat-timur. Di sekitar daerah Banten di sebelah barat, jurus struktur

membelok ke arah utara-selatan.

Sungai-sungai yang mengalir pada daerah ini umumnya berawal dari komplek

gunung api di bagian selatan, mengalir sepanjang daerah cekungan antar gunung api ke

utara. Sampai di daerah jalur Bogor arah alirannya seringkali dikontrol oleh struktur

dengan membuat kelokan tajam. Bahan rombakan dari daerah yang dilalui diangkut

dalam alirannya dan dari sungai-sungai inilah dataran pantai Utara Jawa terbentuk.

d. Kelompok Gunung Api Muda

Secara Geologis, Jakarta berkedudukan pada wilayah dataran kipas

alluvial, dataran sungai, dataran banjir, dataran wara, dan dataran pantai.

Page 9: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

63

Kedudukan Jakarta juga dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi wilayah yang

lebih luas yang meliputi Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Salak di

wilayah Bogor. Batuan yang membentuk wilayah atas dan Jakarta terdiri dari

batuan hasil kegiatan vulkanik tersier yang bersifat agak keras dan permeabel

sehingga kurang permeabel serta endapan berbagai dataran alluvial Jakarta yang

terdiri batuan yang tidak terkonsolidasi sampai terkonsilidasi yang dapat bersifat

cair, plastis sampai kenyal agak keras. Batuan yang terkonsolidasi dan keras

meliputi batuan gamping, batu pasir, batu lempung yang berumur tersier yang

merupakan batuan dasar yang dalam.

Secara umum morfologi daerah gunung api muda dicirikan oleh bentuk

kerucut dengan alasnya yang membalut. Sungai yang mengalir pada badan

gunung api menyebar membentuk pola aliran radial yang khas. Relief bervariasi

tergantung derajat erosi yang berlangsung yang menunjukan umur relatif dari

pembentukannya (Suwijanto 1977).

Urutan stratigrafi daerah Jawa Barat bagian utara disusun berdasarkan

singkapan batuan pada jalur Bogor yang berumur antara Miosen sampai Resen.

Batuan terdiri dari sedimen klastik seperti konglomerat, batu pasir, lempung,

napal, pada beberapa tempat berupa batu gamping terumbu. Pada akhir Neogen

aktivitas vulkanis berlangsung intensif dengan diendapkannya material tersebut

hampir sepanjang jalur ini yang berlangsung sampai sekarang (Suwijanto 1977),

yang terdiri atas:

(a) Endapan Neogen. Batuan sedimen tersier tertua di daerah Jawa Utara

hanya diketahui dari sumur pemboran oleh Pertamina di daerah Jatibarang

yang ditemukan sebagai batuan perangkap minyak bumi yang selanjutnya

disebut sebagai formasi Jatibarang. Batuan penyusun terdiri dari tufa,

andesit porfir, basalt, dan lempung merah dari endapan vulkanis yang

mengisi bagian-bagian rendah dari permukaan daratan Pratersier

(Suwijanto 1977).

(b) Endapan Kwarter. Stratigrafi Kwarter di Indonesia paling tidak diketahui

secara pasti. Batas dengan Neogen pada umumnya didasarkan pada fosil

vertebrata yang ditemukan di dalam batuan yang pada umumnya sangat

jarang.

Page 10: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

64

Secara umum tatanan stratigrafi daerah Teluk Jakarta dan sekitarnya

berkaitan dengan cekungan sedimen tersier di Jawa Barat yang terdiri dari 3 (tiga)

mandala sedimentasi, yaitu Mandala Paparan Benua, Mandala Sedimentasi

Cekungan Bogor, dan Mandala Sedimentasi Banten. Mandala Paparan Benua

dicirikan oleh endapan paparan, berupa batu pasir kuarsa, batu gamping, dan batu

lempung yang terendapkan di laut dangkal. Mandala Sedimentasi Cekungan

Bogor dicirikan oleh endapan aliran gravitasi yang terdiri dari komponen batuan

andesitan hingga basalan, tufa, dan batu gamping. Mandala ini meliputi Zona

Bandung, Bogor, dan Pegunungan Selatan. Mandala Sedimentasi Banten, pada

Miosen Awal endapan sedimennya menyerupai endapan Cekungan Bogor,

sedangkan pada Akhir Tersier menyerupai endapan Benua.

Pembentukan Teluk Jakarta sangat dipengaruhi oleh pengaruh proses

terbentuknya endapan delta dan interdelta secara bersama-sama. Bentuk teluk

Jakarta yang unik di sebabkan oleh perbedaaan kecepatan proses pengendapan

bahan-bahan endapan yang dibawa oleh sungai-sungai yang bermuara di teluk

Jakarta.

Sungai Cisadane yang terletak di bagian Barat dan Sungai Citarum yang

terletak di bagian Timur. Keduanya mengendapkan bahan-bahan yang jauh lebih

banyak dari pada sungai-sungai yang mengalir di bagian tengah dataran itu

sendiri, sehingga kecepatan perubahan garis pantai berkembang tidak selaras, dan

teluk Jakarta seolah-olah berbentuk busur.

Berdasarkan peta geologi lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, geologi

wilayah pantai dan lepas pantai perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya tersusun

oleh (Tim Teluk Jakarta 1996):

(a) Aluvium yang terdiri dari lempung, pasir, kerikil dan bongkahan. Endapan

tersebut merupakan endapan pantai sekarang, endapan sungai, dan rawa

(b) Endapan pematang pantai terdiri dari pasir halus hingga kasar, warna kelabu

tua, dan terpilah bagus. Berdasarkan kenampakan morfologi dan batuan

penyusunnya, diduga satuan ini terbentuk karena endapan angin yang

membentuk onggokan pasir (sand dune).

Page 11: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

65

Kawasan Muara angke terletak di pesisir utara Pulau Jawa yang termasuk

dataran pantai yang penyebarannya umumya dapat dilihat pada endapan pematang

pantai yang sebagian besar terdapat di sebelah timur dataran delta.

PT. Mandara Permai (1994), pada umumnya bagian Utara dataran rendah

DKI Jakarta merupakan rawa hutan mangrove (bakau). Bahkan sampai tahun

1956, baru sebagian kecil wilayah ini dibuka sebagai pertambakan. Setahap demi

setahap, bagian Selatan dataran ini berubah menjadi rawa dengan tumbuhan yang

hidup pada perairan yang berair lebih tawar. Kemudian sungai-sungai bagian

Selatan berevolusi menjadi dataran rendah yang lebih tinggi karena memperoleh

tambahan sedimen.

Semakin ke Barat Daya, ketinggian dataran pantai semakin tinggi. Di

bagian Selatan, tinggi pematang pantai ini dapat mencapai 5 meter, semakin ke

Barat Laut tingginya hanya mencapai 2 meter. Elevasi daerah Jakarta pada

umumnya dan daerah Kapuk serta dataran pantai pada khususnya, kurang dari 5

meter. Khusus untuk daerah Kapuk, selain terdapat saluran-saluran untuk

pengairan pertambakan terutama dari arah laut, sungai-sungai yang ada dari arah

Timur ke Barat meliputi Angke, Cengkareng Drain, Kamal, dan Dadap. Di Barat

Daya Kamal terdapat bekas pulau karang yang sekarang telah berada pada sekitar

500 m dari garis pantai dan tertutup sedimen setelah melalui proses

penyambungan dengan dataran pantai (tombol) terlebih dulu. Pada tepi pantai

yang masih ditutupi mangrove, bagian depan (fore shore) pantai berupa rataan

(mud flat) dengan lebar sekitar 100 m, bagian atasnya berupa lumpur lunak

dengan tebal mencapai 1 meter. Di bagian belakang (back shore) rawa mangrove

terdapat tanggul-tanggul untuk pertambakan.

e. Perubahan Garis Pantai

Pada mulanya daratan pantai Kapuk selalu berkembang ke arah laut

dengan laju sekitar 1 meter per tahun yang dipacu oleh adanya hutan mangrove

yang lebat karena perakarannya dapat mengurangi terjadinya erosi dan memacu

sedimentasi. Lebatnya mangrove juga lebih memungkinkan tersebarnya tunas

baru. Sejak tahun 1980, perubahan garis pantai mulai berbalik arah dengan

kecenderungan abrasi pantai. Pada tahun 1980, tepi Barat muara Sungai Angke

Page 12: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

66

dibangun break water sepanjang 200 m dengan maksud menjaga kedalaman

perairan muara, namun akibatnya adalah terjadi abrasi dengan laju sekitar 25 m

per tahun antara tahun 1980-1983. Pada periode yang sama, kondisi pantai di

sekitar Kelurahan Kamal Muara mengalami erosi berat dengan laju sekitar 19 m

per tahun. Hal ini disebabkan aliran arus sepanjang pantai membawa sedimen

tersebut ke arah Timur dan mengendapkannya di sebelah barat jetti tersebut.

Pilar batas wilayah DKI Jakarta-Jawa Barat nomor 381 yang pada tahun

1979 masih terletak sekitar 40 m dari garis pantai, pada tahun 1983 telah jatuh

terendam air pada jarak 2 m dari garis pantai. Dewasa ini, pilar tersebut terletak

sekitar 100 m dari garis pantai (PT. Mandara Permai 1994).

f. Pemanfaatan Lahan

Pada tahun 1910 an, dataran Kapuk masih berupa rawa mangrove dan

sebagian kecil yang dibuka untuk tambak. Sekitar tahun 1963 wilayah tersebut

dibuka secara besar-besaran untuk pertambakan dan pada tahun 1987, sebagian

besar rawa ini telah berubah menjadi area pertambakan. Mangrove hanya tersisa

di Cagar Alam Angke seluas 15 ha dan di tepi Utara yang berbatasan dengan laut.

Sejak awal tahun 1982 sebagian tambak yang ada di Timur Sungai Angke mulai

diurug untuk perumahan nelayan dan perumahan teratur sebagai perluasan

kegiatan Badan Pengawas Pelaksanaan Pengembangan Lingkungan (BPPPL)

Pluit. Sebagian mangrove yang ada di Utara delta angke mulai ditebang dan di

bagian Timurnya pada tahun 1981 telah digunakan untuk pelabuhan ikan Muara

Angke.

Hutan mangrove yang ada dewasa ini merupakan jalur di sepanjang pantai

dari sekitar Muara Sungai Angke sampai dengan sebelah Timur sungai Kamal.

Sekitar satu dekade yang lalu, di tepi Timur sungai Kamal tersebut terdapat jalur

tipis mangrove, namun dewasa ini daerah sekitar sungai Kamal tererosi berat

sehingga selain tambak dan mangrove tererosi, sebagian rumah penduduk desa

Kamal yang terletak di tepi pantai hancur tererosi.

Pada tahun 1982 bagian tengah daerah pertambakan kapuk dipotong untuk

dibangun saluran (Cengkareng Drain). Pemotongan tersebut juga mengenai jalur

mangrove yang ada di tepi pantai Utara tersebut. Pada tahun 1981 juga telah

Page 13: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

67

dibuat kanal tempat pendaratan (pelabuhan) batu dan pasir di Desa Dadap untuk

keperluan pengembangan pelabuhan udara Soekarno-Hatta dan jalan tol Prof.

Sediatmo.

Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa sifat fisik tanah di

kawasan hutan mangrove Muara Angke mengandung 39,5 %, liat 31,5 %, dan

pasir 29 %.

Tabel 6 Hasil analisis laboratorium sifat fisik dan kimia tanah Cagar Alam Muara

Angke

No Komponen Kimia Simbol Satuan Katagori

1 Kalium K 0,40 me/100 gr Sedang

2 Natrium Na 0,34 me/100 gr Rendah

3 Calsium Ca 5,36 me/100 gr Rendah

4 Magnesium Mg 1,09 me/100 gr Rendah

5 Carbon Organik C 2,1 % Sedang

6 Nitrogen Organik N 0,19 % Rendah

7 Besi Fe 60,15 ppm -

8 Timbal Pb 4,04 ppm -

9 Tembaga Cu 8,01 ppm - Sumber : Laporan Akhir Proyek Pembinaan Cagar Alam dan Hutan Lidung 1996

g. Hutan Lindung Muara Angke

Terletak pada permukaan tanah yang relatif datar, elevasi permukaan tanah

di bagian selatan lebih tinggi kemudian menurun dengan kemiringan yang rendah

ke arah utara sampai ke tepi pantai. Secara keseluruhan kawasan ini merupakan

daratan empang dengan sungai-sungai kecil yang bermuara di Teluk Jakarta. Pada

umumnya bagian utara dataran rendah ini merupakan hutan mangrove.

Keadaan tanah di kawasan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bagian utara sampai dengan Pantai Jawa, terdiri dari alluvial kelabu tua dan

gley humus rendah. Batuan induk tanah ini berupa endapan tanah liat daratan

pantai

2. Makin rendah ke selatan terdiri dari regosol coklat yang terbentuk dari

endapan vulkanik, daerah ini merupakan tanah lempung berpasir dengan

topografi datar

3. Bagian tenggara terdiri dari alluvial kelabu tua.

Tanah hutan lindung mangrove di sebelah barat Muara Angke mempunyai

persentase kandungan debu, pasir, dan bahan organik yang lebih besar

Page 14: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

68

dibandingkan dengan hutan mangrove di sebelah timur Muara Angke dimana

tanah tersebut mempunyai kandungan unsur hara (K, Ca, Mg), logam berat (Pb,

Cu) dan kapasitas tukar kation (KTK) yang lebih kecil. Tingkat tekstur, nisbah

C/N, pH, KTK, dan kandungan unsur hara dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Besarnya nisbah C/N, Ph, dan tekstur tanah hutan mangrove di sebelah

barat dan timur Muara Angke

Habitat Tekstur pH C N C/N

Debu Liat Pasir H2O KCl (%)

L1H1 40,50 30,40 29,55 5,54 4,95 2,23 0,20 11,15

L2H1 39,00 32,95 28,05 5,70 5,24 2,39 0,17 14,16

Sumber : Laporan Akhir Proyek Pembinaan Cagar Alam dan Hutan Lidung 1996 Keterangan :

L1H1 : Habitat Hutan Mangrove di Sebelah Barat Muara Angke

L2H1 : Habitat hutan Mangrove di Sebelah Timur Muara Angke

Keadaan tekstur tanah areal Muara Angke masih didominasi oleh fraksi

debu, hal ini dikarenakan kondisi areal di sekitar lokasi merupakan areal kosong

yang sedang dibuka untuk perumahan. Bila dilihat dari kondisi pH maka areal

tersebut tanahnya tergolong masam. Hal ini disebabkan karena kawasan perairan

tersebut dimanfaatkan untuk pembuangan limbah industri dan limbah rumah

tangga. Kondisi ini menyebabkan sedikitnya jenis-jenis tumbuhan yang dapat

tumbuh di lokasi tersebut.

Tabel 8 Besarnya kandungan unsur hara, kapasitas tukar kation (KTK), dan

logam berat tanah hutan mangrove di sebelah barat dan timur Muara

Angke

Habitat

Kandungan Unsur Hara

(me/100 gr) Logam Berat (ppm) KTK

(me/100 gr)

EC

mhos/cm K Na Ca Mg Fe Hg Pb Cu

L1H1 0,40 2,93 5,37 1,13 65,05 1,11 5,17 10,32 17,86 2,16

L2H2 0,41 0,45 5,58 1,28 56,22 0,62 15,24 19,65 19,65 2,03

Sumber : Laporan Akhir Proyek Pembinaan Cagar Alam dan Hutan Lidung 1996

4.2.3 Hidro-Oceanografi

a. Kondisi Pantai

Pantai kapuk dibatasi oleh Muara Angke di sebelah Timur dan Tajung

Pasir di sebelah Barat. Di muka pantai pada jarak kira-kira 4 mil terdapat gugusan

Pulau Bidadari dan Pantai Kapuk terdapat Karang Bangau. Karang ini terletak

Page 15: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

69

pada jarak 2 mil dari pantai, selalu terbenam dan mempunyai kedalaman 3 di

bawah permukaan laut.

Air laut jernih terdapat pada jarak > 1.500 dari pantai. Bila dibandingkan

dengan dengan tempat-tempat lain di daerah Teluk Jakarta, daerah Pantai Kapuk

relatif lebih tenang baik pada musim muson timur, maupun muson barat. Pantai

Kapuk yang terletak di belakang Tanjung Pasir menempati posisi yang

menguntungkan, karena akan terlindungi oleh Tanjung Pasir pada musim muson

barat.

b. Gelombang dan Arus Laut

b.1. Gelombang

Berdasarkan laporan yang disusun ole PT. Survindo (1986) tentang

karakteristik arus dan gelombang laut di daerah Kapuk disajikan sebagai berikut:

(1). Gelombang yang penting dari arah Barat Laut selama bulan Januari sampai

Maret. Pada periode ini tinggi gelombang maksimum dapat mencapai 1,5 m.

Pada bulan Mei sampai September tidak ada gelombang penting untuk

diamati (PT. Mandara Permai 1994)

(2). Arah gelombang di daerah Kapuk lebih kurang tegak lurus terhadap garis

pantai. Hal ini disebabkan gelombang yang datang dari arah Barat Laut

mengalami defraksi di sekitar Tanjung Pasir dan Muara Coba. Gelombang

dari arah Timur sedikit mengalami defraksi, sehingga datang dari garis pantai

dengan arah yang hampir tegak lurus

(3). Ketinggian gelombang diperkirakan sekitar 1 meter dengan periode waktu 5

detik. Hal ini berkaitan dengan erat dengan arah dan kecepatan angin.

Apabila kecepatan angin kurang, tinggi gelombang semakin rendah dan

periode gelombang semakin panjang. Perubahan arah angin atau munculnya

angin kuat lain dari arah yang berlawanan akan membangkitkan gelombang

lain dari arah yang berlawanan sehingga terjadi interferensi yang saling

menguatkan. Selain angin, tinggi rendahnya gelombang laut ditentukan juga

oleh beberapa faktor, antara lain: jarak terhadap pantai, kelandaian tebing

pantai, vegetasi pantai.

Page 16: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

70

Jarak terhadap pantai mempengaruhi terjadinya interfrensi dengan

gelombang yang berlawanan. Pada kondisi angin normal (searah), periode

gelombang relatif panjang dan konstan sehingga pada daerah yang lebih tengah

relatif lebih aman untuk pelayaran. Pada daerah pantai yang kaya akan hutan

rawa, gelombang yang datang akan diserap oleh hutan rawa tersebut, sedangkan

pada pantai-pantai terbuka, terjadi pemantulan gelombang yang akan

menimbulkan interferensi saling menguatkan.

Kelandaian akan menentukan magnitudo gelombang pantul. Dinding

pantai yang terjal dan keras akan membangkitkan gelombang pantul yang kuat.

Pada pantai yang landai, meskipun tidak terjadi penyerapan energi, namun

gelombang pantul lebih tersebar merata pada bidang yang lebih luas, sehingga

efek interferensi saling menguatkan relatif lebih kecil.

Berdasarkan kategori yang dibuat pada lokasi studi (Daerah Kapuk), di

sebelah Barat merupakan pantai yang terbuka untuk pertambahan (Pantai Kamal

dengan kondisi terbuka), daerah tengan merupakan hutan bakau, relatif tipis dan

tidak begitu panjang, sebelah Timur terdapat jetti yang dapat dianggap sebagai

dinding terjal dengan efek peredaman pada gelombang pantul kecil. Situasi

tersebut dapat digambarkan secara garis besar sebagai pantai yang mengalami

intervensi manusia, sehingga rona awal pada dasarnya telah mengalami perubahan

dari kondisi alamiahnya.

b.2. Arus Laut

Arus Laut di Laut Jawa sebagian besar dipengaruhi oleh gerakan angin.

Arus akan mengalir dari arah timur selama musim muson Barat (Desember-

Februari) dan dari arah Barat selama musim muson Timur (Juni-Agustus). Arus

ini bisa mencapai kecepatan 0,25-0,50 m/det. Kecepatan arus rata-rata harian

adalah 0,10-0,13 m/det, dari arah Barat selama musim muson timur.

b.3. Pasang Surut

Pengaruh pasang surut air laut merupakan aspek yang sangat penting

dalam pengkajian bentang alam pesisir pantai. Sifat pasang surut untuk daerah

Perairan Kapuk dan Pulau Bidadari adalah Harian Tunggal. Artinya dalam 24 jam

terjadi satu kali pasang surut.

Page 17: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

71

Berdasarkan hasil pengukuran Dinas Hidrologi Angkatan Laut RI (1978)

dapat diketahui tenggang pada saat pasang surut terendah 0,25 m. Berdasarkan

pengamatan pasang surut yang dilakukan oleh Perum Pelabuhan Tanjung Priok

adalah:

Air pasang tertinggi (HHWS) 1.80 m + PP

Air pasang rata-rata (MHW) 1.40 m + PP

Air rata-rata (MSL) 0.95 m + PP

Air surut rata-rata (MLW) 0.56 m + PP

Air surut terendah (LLWS) 0.23 m + PP

Pengkajian variabilitas pasang surut air laut ini ditujukan untuk analisis

tentang mekanisme pengikisan pantai dan operasional sisten drainase yag lebih

dikhususkan pada analisis kecepatan aliran dan transport sedimen pada Sungai

Angke Bawah-Banjir Kanal dan Cengkareng Drain yang berfungsi sebagai

Floodway.

b.4. Bathymetri

Data bathymetri kondisi perairan di sekitar Muara Angke sebagai berikut :

Dasar laut mempunyai kemiringan 0,38 %

Kontur dengan interval 0,5 m sejajar dengan garis pantai

Potensi sedimen transport lumpur Sungai Angke dan Cengkareng Drain cukup

luas sekitar 3 km dari pantai

Potensi sebaran lumpur Sungai Angke Bawah - banjir Kanal lebih besar dari

Cengkareng Drain (PT. Pantai Indah kapuk, 1994)

b.5. Erosi, Abrasi, dan Sedimentasi

Secara alami proses erosi, abrasi, dan sedimentasi merupakan faktor yang

sangat berperan dalam mengubah bentuk garis pantai, yang bergantung pada jenis

dan jumlah sedimen air sungai. Kontiyunitas penyebarannya dipengaruhi oleh

energi dinamik arus, gelombang, dan pasang surut air laut.

Faktor alamiah dominan pengubahan bentang alam pesisir dipengaruhi

oleh dinamika interaksi antara penbentukan delta dan pendangkalan interdelta

tinggi gelombang, dan arus laut yang akan menimbulkan suksesi komponen lokal.

Pembentukan delta akibat transport sediment sungai akan berakibat lanjut

Page 18: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

72

terjadinya perubahan arus laut dan berpotensi menimbulkan arus yang

menimbulkan abrasi pada bagian pantai lain di sekitarnya.

b.6. Hubungan antara Pola Refraksi Gelombang dengan Penyebaran

Sedimen

Fenomena refraksi gelombang terjadi pada gelombang yang datang ke

pantai sekitar daerah tapak akibat adanya Kepulauan seribu yang berfungsi

sebagai Barrier. Refraksi terjadi karena pada gelombang yang mempunyai

periode T = 5 detik dihitung pada gelombang yang datang dari arah Barat Laut.

Dari pola refraksi dapat diperhitungkan penyebaran sedimen yang berlangsung

selama terjadinya muson barat adalah sebagai berikut :

Pada titik lokasi Muara Kamal : 8.10+4

m3/tahun

Pada titik lokasi sebelah Timur Muara Cengkareng Drain : 13.10+4

m3/tahun

4.2.4 Hidrologi

a. Sungai-Sungai yang Mengalir di Daerah Tapak

Hidrogeologi yang bersangkutan dengan daerah tapak, dipengaruhi oleh

sungai-sungai utama yang melintasi lebih dari separuh wilayah DKI Jakarta, yaitu

sungai Ciliwung, Angke, Pesangrahan, Krukut, Grogol, Sekretaris, Sepak, dan

Mampang.

Luas daerah aliran sungai yang mengalir di daerah tapak, jika digabung

mempunyai luas total sekitar 1100 km2 atau 2 kali luas DKI Jakarta yang dibatasi

oleh DAS Ciliwung di sebelah Timur dan DAS Angke di sebelah Barat. Fungsi

dari sungai-sungai tersebut pada skala makro adalah :

Sebagai pengendali banjir DKI Jakarta

Sebagai saluran pembuangan air limbah dan sampah, meskipun tidak seorang

pun merekomendasikannya.

Sistem aliran sungai Angke dan Cengkareng Drain merupakan sistem

aliran yang menggunakan beban limbah limpasan air yang besar, dimana aliran-

aliran sungai besar, yaitu kali Mookervart, Sungai Sepak, Sungai Pesanggrahan,

Sungai Sekretaris, Sungai Angke, Sungai Grogol, dan Sungai Ciliwung

berkumpul. Sungai-sungai tersebut berpotensi menimbulkan banjir rutin,

Page 19: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

73

mengingat daerah aliran masing-masing sarat dengan pemukiman sehingga

mempunyai koefisien run-off yang besar.

b. Perwilayahan Sistem Aliran Sungai

Dari konteks drainase dan pengendalian banjir Jakarta, serta pengendalian

kualitas air sungai masing-masing, sungai-sungai yang mengalir di daerah tapak

termasuk dari daerah pengembangan barat yang meliputi:

Sistem aliran Sungai Angke: Kali Sepak, Pesanggrahan, Mookervart,

Sekretaris, dll, Kali Jelambar, Cengkareng Drain, dan Kali Grogol

Sistem aliran Sungai Ciliwung: Kalibaru Barat, Kalibata, Cideng, Krukut, dan

Mampang

Sistem Aliran Kali Muara Karang : Kali Duri dan Kali Grogol.

c. Debit Normal, Debit Penggelontoran, dan Debit Minimum Sungai

Pengkajian tentang debit rata-rata dan debit pengglontoran (flushing) dan

debit minimum sungai bermanfaat untuk analisis tentang seberapa besar difusi

atau pengenceran sungai yang bersangkutan dalam fungsinya sebagai badan air

penerima buangan, beban-beban parameter-parameter pencemar yang boleh

dibuang dari daerah tapak (BOD5, COD, dan SS) serta efek pencampuran yang

ditimbulkan dalam kaitannya dengan perubahan kadar oksigen perubahan BOD5

dan COD yang sangat vital bagi kehidupan perairan.

Debit minimum dan rata-rata Banjir Kanal sebelum pertemuan dengan S.

Angke adalah 10,2 m3/det, 17 m

3/det, dan 25 m

3/det. Hasil pengukuran Santoso

(2002), debit Sungai Angke 37 – 38,5 m3/detik, debit Cengkareng Drain 110,44

m3/detik dan debit Sungai Kamal 11,22 m3/detik.

Tabel 9 Debit air sungai pada beberapa lokasi penelitian di kawasan mangrove

Muara Angke DKI Jakarta

Nama Sungai

Posisi Jarak

(m)

Lebar

(m) D1 D2 D3

T rata-

rata

(detik)

V

(m/det)

A

(m2)

Debit

(m3/det) S E

S. Angke (Pagi) 06o06’54,8” 106o46’10,9” 12,00 30,00 2,00 5,60 1,50 35,75 0,34 110,25 37,01

S. Angke

(Siang) 06o06’54,8” 106o46’10,9” 12,00 30,00 1,50 5,10 1,00 29,67 0,40 95,25 38,52

S. Pandan * * 5,00 5,00 0,80 1,50 1,00 42,50 0,12 6,00 0,71

S. Cengkareng

Drain 06o06’45,9” 106o45’06,0” 18,00 66,00 4,00 5,00 3,00 36,67 0,49 225,00 110,44

S. Kamal 06o05’34,5” 106o43’26,2” 11,00 17,00 0,50 1,25 0,20 13,33 0,83 13,60 11,22

Keterangan : D1&D3 = Pinggir; D2 = Tengah; * = Belum Dilakukan Pengukuran

Sumber : Santoso,N (2002)

Page 20: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

74

d. Kualitas Air

Kualitas air sungai terkait dengan tingkat pelayanan sanitasi di daerah

tangkapan air dan morfologi sungai-sungai yang bersangkutan. Perbedaan

topografi yang tajam antara daerah hulu deangan hilir akan berpengaruh pada laju

erosi di daerah hulu serta laju sedimentasi di daerah hilir.

Buruknya sanitasi di daerah hulu mengakibatkan perairan sungai di daerah

tapak yang terletak di sekitar muara sungai menjadi septik, berwarna hitam, dan

berbau. Akibat rendahnya kecepatan aliran di daerah hilir. Kecepatan reoksigenasi

menjadi sangat lambat sehingga kemampuan self purification sungai tersebut

sangat lemah. Situasi yang lebih buruk, rendahnya kecepatan air sugai di bagian

hilir menyebabkan proses biodegrasi terjadi pada perjalanan menuju ke muara

yang mengkonversi zat organik yang terlarut menjadi koloid sehingga

mempercepat laju sedimentasi. Kualitas air pada setiap lokasi pengamatan (Hutan

Lindung, Suaka Margasatwa, Hutan Wisata, Kebun Benih/Arboretum, dan kanan

kiri jalan Tol) dipengaruhi oleh kualitas air sungai yang terdapat di kawasan

mangrove Muara Angke. Kondisi kualitas air masing-masing lokasi pengamatan

dan kualitas air pada pengukuran Santoso, N (2002) (Tabel 10).

Tabel 10 Hasil analisis kualitas air pada plot pengamatan di kawasan hutan

mangrove Muara Angke (Santoso, N 2002)

No PARAMETER SATUAN

STASIUN PENGAMATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

I FISIKA

1 Suhu oC 27 27,6 28,1 28 30 32 33 31 32

2 Warna Pt.Co. 6,8 6,8 6,65 7 7,2 5,3 9,55 18,8 6,1

3 Kecerahan Cm 55 50 50 30 40 35 50 5 30

4 Kekeruhan NTU 12 6 8 5 25 9 7 55 7

5 Padatan tersuspensi mg/l 32 14 12 18 38 76 14 172 66

6 Bau Visual alami alami alami alami alami alami alami alami alami

7 Lapisan Minyak Visual alami nihil alami nihil nihil nihil nihil nihil nihil

8 Benda terapung Visual sampah sampah sampah tanaman

air nihil nihil nihil sampah nihil

II KIMIA

1 pH - 6,63 6,66 6,76 6,63 6,85 8,59 8,82 7,2 7,8

2 Salinitas o/oo 0 0 0 0 0 10 0 0 25

3 Oksigen terlarut

(DO) mg/l 0,3 0,65 0,45 1,1 1,4 7,3 7,2 0,8 4,5

4 BOD5 mg/l 1,75 3 2,5 2,5 2 1,8 1,4 7 2,6

Page 21: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

75

No PARAMETER SATUAN STASIUN PENGAMATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5 COD mg/l 8,94 19,31 68,18 35,6 47,45 49,18 149,63 287,41 20,9

6 Ammonia Total

(NH3+NH4) mg/l 0,114 0,226 0,104 0,118 0,146 0,121 0,128 0,136 0,033

7 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,131 0,045 0,068 0,06 0,031 0,053 0,021 0,026 0,023

8 Nitrit (NO2-N) mg/l 0,276 0,022 0,07 0,007 0,009 0,041 0,005 0,01 0,015

9 Sulfida (H2S) mg/l <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01

10 Sianida (CN) mg/l 0,027 0,021 0,035 0,031 0,029 0,033 0,025 0,021 0,015

11 Minyak bumi mg/l 0,2 0,25 <0,01 0,35 0,4 0,2 0,45 0,85 <0,01

12 Phenol mg/l <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,00

1 0,025

<0,00

1

13 Khromheksavalen

(Cr6+) mg/l <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001

<0,00

1 <0,001

<0,00

1

14 Seng (Zn) mg/l 0,044 0,033 0,22 0,083 0,028 0,083 0,036 0,111 0,022

15 Timah hitam (Pb) mg/l 0,093 0,067 0,073 0,08 0,12 0,107 0,053 0,133 0,067

16 Kadmium (Cd) mg/l 0,064 0,046 0,079 0,057 0,046 0,054 0,061 0,068 0,043

17 Perak (Ag) mg/l <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,00

1 <0,001

<0,00

1

18 Raksa (Hg) mg/lx10-3 0,05 0,05 0,35 0,15 0,2 0,15 0,15 0,35 0,2

19 Arsen (As) mg/lx10-3 0,03 0,02 0,04 0,086 0,092 0,071 0,066 0,097 0,087

20 Nikel (Ni) mg/l 0,083 0,036 0,033 0,083 0,044 0,033 0,047 0,111 0,044

21 Selenium (Se) mg/l <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,00

1 <0,001

<0,00

1

22 Tembaga (Cu) mg/l 0,441 0,382 0,441 0,265 0,23 0,529 0,471 0,588 0,353

Keterangan :

1=Sungai Angke (Dermaga);

2=Sungai Pandan;

3=Muara Angke;

4=Dalam Kawasan SMMA (Tikungan Jembatan Kayu);

5=Cengkareng Drain (Jembatan);

8=Sungai Kamal (Jembatan);

6=Hutan Lindung;

7=Jalan Tol (Kiri);

9=Hutan Wisata (Kolam Tambak)

e. Air Tanah

Secara umum dataran Jakarta terbentuk endapan yang terjadi dari

penumpukan bahan-bahan vulkanik, tufa, kerikil, pasir, lumpur, dan lempung

tertumpuk di sepanjang pantai. Ketebalan lapisan ini berkisar antara 250 - 300

mm dengan ketebalan dua aquifer sebagai berikut:

Aquifer bebas : ketebalan umumnya < 20 m

Aquifer tertekan : ketebalan 20 - 40 m

Daerah Kapuk, aquifer bebas ini merupakan aquifer pantai terdiri dari

lempung lunak dengan ketebalan 10 m. Aliran tanah adalah dari Selatan ke Utara.

Page 22: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

76

4.2.5 Iklim

Berdasarkandata curah hujan stasiun Cengkareng yang merupakan hasil

pengamatan selama 30 tahun, curah hujan tahunan sekitar stasiun pengamatan

Cengkareng adalah 1,731 mm dengan curah hujan bulanan seperti disajikan pada

Tabel 11.

Tabel 11 Data curah hujan bulanan stasiun Cengkareng

No Bulan Curah Hujan

1 Januari 294 mm

2 Februari 277 mm

3 Maret 173 mm

4 April 137 mm

5 Mei 127 mm

6 Juni 86 mm

7 Juli 58 mm

8 Agustus 68 mm

9 September 69 mm

10 Oktober 101 mm

11 Nopember 121 mm

12 Desember 220 mm

Sumber: BPS Jakarta Utara (2007)

Berdasarkan pencatatan di Tanjung Priok dan Kemayoran, curah hujan di

sekitarnya adalah 200 mm/bulan. Curah hujan di Tanjung Priok tahun 1986 adalah

2050 mm. Dalam setahun terdapat 1 atau 2 bulan lebih rendah dari 60 mm. Hal

tersebut biasa terjadi pada bulan Juli dan Agustus, sehingga dalam klasifikasi

Koppen termasuk daerah dengan iklim Am, curah hujan tertinggi terjadi pada

bulan Januari yang dapat mencapai lebih dari 600 mm/bulan. Dalam tahun

tersebut terdapat 141 hari hujan berkisar dari 7 hari/bulan sampai 25 hari/bulan.

Curah hujan berkisar dari 53,6 mm (Mei) sampai dengan 61,3 mm (Januari).

Terdapat beberapa hal penting yang dapat dikemukakan pada data curah hujan

bulanan, yaitu:

Angka curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (294 mm), terlihat pola

datangnya hujan yang cukup jelas, yaitu sejak Oktober sampai Januari,

sedangkan bulan-bulan berikutnya semakin berkurang

Angka curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli (58 mm), sedangkan pada

bulan-bulan berikutnya meningkat hingga Oktober

Page 23: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

77

Pola curah hujan berkaitan dengan pergeseran garis Intertrophic Convergence

Zone (Pias Korvengensi Intertropis) yang bergerak dari Utara ke Selatan (dari

Laut Jawa ke Samudra Hindia) melalui Pulau Jawa pada bulan Desember

sampai Februari

Walupun wilayah kajian ini merupakan wilayah yang curah hujannya paling

rendah, tetapi merupakan wilayah akumulasi limpasan hujan daerah selatan

yang curah hujannya cukup tinggi.

Suhu harian terendah adalah 21oC - 24

oC dan suhu harian tertinggi 29

oC -

33,5oC dengan rata-rata 26

oC - 28

oC. Kelembaban nisbi udara 76 % sampai 86 %.

4.3 Komponen Biologi

4.3.1 Penutupan Vegetasi

Berdasarkan penutupan vegetasi (1989-2006), kondisi kawasan mangrove

Muara Angke mengalami peningkatan, yang ditunjukkan oleh luas areal

mangrove dengan kelas penutupan lebat meningkat. Hal ini menunjukkan

kegiatan pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke menunjukkan indikasi

keberhasilan (Tabel 12, Tabel 13, dan Tabel 14).

Tabel 12 Kondisi kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun 1989

No Lokasi Kelas Tutupan Vegetasi Luas(Ha)

1 Cengakreng Drain Vegetasi Jarang 1,73

Vegetasi Sedang 0,13

Jumlah 1,86

2 Hutan Lindung

Vegetasi Jarang 17,41

Vegetasi Sedang 15,80

Vegetasi Lebat 3,43

Jumlah 36,64

3 Kawasan SMMA

Vegetasi Jarang 3,70

Vegetasi Sedang 2,55

Vegetasi Lebat 21,08

Jumlah 27,33

4 Lahan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI)

Vegetasi Jarang 40,81

Vegetasi Sedang 10,17

Vegetasi Lebat 29,18

Jumlah 80,16

5 Pantai Indah Kapuk

Vegetasi Jarang 34,68

Vegetasi Sedang 8,03

Vegetasi Lebat 31,59

Jumlah 74,31

6 Sungai Kamal Vegetasi Jarang 1,39

Vegetasi Sedang 0,06

Jumlah 1,46

Page 24: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

78

Tabel 12 Kondisi kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun

1989 (lanjutan)

No Lokasi Kelas Tutupan Vegetasi Luas(Ha)

7 Sungai PIK

Vegetasi Jarang 0,42

Vegetasi Sedang 0,86

Vegetasi Lebat 0,16

Jumlah 1,43

8 Sungai Tanjung

Vegetasi Jarang 1,92

Vegetasi Sedang 0,14

Vegetasi Lebat 0,00

Jumlah 2,06

9 Tambak KKP Vegetasi Jarang 0,61

Vegetasi Sedang 0,08

Jumlah 0,69

10 Tambak Masyarakat

Vegetasi Jarang 39,68

Vegetasi Sedang 8,54

Vegetasi Lebat 0,40

Jumlah 48,62

11 Tol Soediyatmo

Vegetasi Jarang 28,01

Vegetasi Sedang 6,67

Vegetasi Lebat 1,19

Jumlah 35,88

12 TWA Vegetasi Jarang 10,46

Vegetasi Sedang 0,41

Jumlah 10,86

13 Arboretum 0,30

Jumlah 0,30

Jumlah Total 321,61

Sumber : Data primer hasil analisis citra satelit TM 2006 (2011)

Page 25: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

79

Sumber: Data primer hasil analisis citra satelit TM 1989 (2011)

Gambar 8 Kondisi kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun 1989.

Tabel 13 Kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun 2001

No Lokasi Kelas Tutupan Vegetasi Luas (Ha)

1 Cengakreng Drain

Vegetasi Jarang 1,76

Vegetasi Sedang 4,53

Vegetasi Lebat 0,83

Jumlah 7,12

2 Hutan Lindung

Vegetasi Jarang 24,37

Vegetasi Sedang 11,05

Vegetasi Lebat 20,28

Jumlah 55,70

3 Kawasan SMMA

Vegetasi Jarang 8,00

Vegetasi Sedang 1,95

Vegetasi Lebat 16,90

Jumlah 26,84

4 Lahan Dengan Tujuan Istimewa

(LDTI)

Vegetasi Jarang 44,42

Vegetasi Sedang 24,16

Vegetasi Lebat 2,84

Jumlah 71,42

5 Pantai Indah Kapuk

Vegetasi Jarang 84,88

Vegetasi Sedang 99,87

Vegetasi Lebat 10,70

Jumlah 195,45

Page 26: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

80

Tabel 13 Kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun 2001

(lanjutan)

No Lokasi Kelas Tutupan Vegetasi Luas (Ha)

6 Sungai Kamal Vegetasi Jarang 0,19

Vegetasi Sedang 0,77

Jumlah 0,96

7 Sungai Pantai Indah Kapuk Vegetasi Jarang 0,06

Vegetasi Sedang 0,76

Jumlah 0,83

8 Sungai Tanjung Vegetasi Sedang 0,23

Jumlah 0,23

9 Tambak KKP

Vegetasi Jarang 2,11

Vegetasi Sedang 0,78

Vegetasi Lebat 0,17

Jumlah 3,06

10 Tambak Masyarakat Vegetasi Jarang 0,81

Vegetasi Sedang 0,91

Jumlah 1,72

11 Tol Soediyatmo Vegetasi Jarang 1,94

Vegetasi Sedang 13,53

Jumlah 15,47

12 TWA Vegetasi Jarang 4,64

Vegetasi Sedang 9,42

Jumlah 14,05

13 Arboretum Vegetasi Jarang 4,97

Vegetasi Sedang 2,65

Jumlah 7,62

Jumlah Total 400,49

Sumber : Data primer hasil analisis citra satelit TM 2006 (2011)

Page 27: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

81

Sumber : Data primer hasil analisis citra satelit TM 2001 (2011)

Gambar 9 Kondisi kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun 2001.

Tabel 14 Kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun 2006

No Lokasi Kelas Tutupan Vegetasi Luas (Ha)

1 Cengakreng Drain

Vegetasi Jarang 0,85

Vegetasi Sedang 0,22

Vegetasi Lebat 0,02

Jumlah 1,09

2 Hutan Lindung

Vegetasi Jarang 10,09

Vegetasi Sedang 34,21

Vegetasi Lebat 15,15

Jumlah 59,45

3 Kawasan SMMA

Vegetasi Jarang 1,56

Vegetasi Sedang 6,72

Vegetasi Lebat 19,78

Jumlah 28,06

4 Lahan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI)

Vegetasi Jarang 26,68

Vegetasi Sedang 22,70

Vegetasi Lebat 2,12

Jumlah 51,50

5 Pantai Indah Kapuk

Vegetasi Jarang 91,26

Vegetasi Sedang 27,86

Vegetasi Lebat 1,29

Jumlah 120,41

Page 28: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

82

Tabel 14 Kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun 2006 (lanjutan)

No Lokasi Kelas Tutupan Vegetasi Luas (Ha)

6 Sungai Kamal Vegetasi Jarang 0,25

Vegetasi Sedang 0,00

Jumlah 0,25

7 Sungai Pantai Indah Kapuk Vegetasi Jarang 0,06

Vegetasi Sedang 0,00

Jumlah 0,06

8 Sungai Tanjung - 0,00

9 Tambak KKP Vegetasi Jarang 1,50

Vegetasi Sedang 1,06

Jumlah 2,56

10 Tbk Masyarakat Vegetasi Jarang 0,36

Vegetasi Sedang 0,09

Jumlah 0,45

11

Tol Soediyatmo

Vegetasi Jarang 5,48

Vegetasi Sedang 0,41

Vegetasi Lebat 0,02

Jumlah 5,90

12 TWA Vegetasi Jarang 1,95

Vegetasi Sedang 0,18

Jumlah 2,13

13 Arboretum Vegetasi Jarang 0,88

Vegetasi Sedang 0,36

Jumlah 1,23

Jumlah Total 273,10

Sumber : Data primer hasil analisis citra satelit TM 2006 (2011)

4.3.2 Keanekaragaman Jenis Flora

Keanekaragaman jenis tumbuhan yang terdapat pada kawasan mangrove

Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) 68 jenis yang sebagian besar

merupakan bukan jenis mangrove sejati. Jumlah jenis yang dijumpai tahun 2011

sebanyak 29 jenis. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan SMMA telah

mengalami perubahan, terutama salinitas air relatif rendah (air tawar). Hal ini

dikarenakan air pasang dan air surut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya

dan pengaruh Sungai Angke lebih dominan dibandingkan dengan air laut

(Tabel 15).

Page 29: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

83

Sumber : Data primer hasil pengukuran citra satelit TM

Gambar 10 Kondisi kelas penutupan vegetasi mangrove Muara Angke tahun

2006.

Tabel 15 Daftar jenis tumbuhan di SMMA pada periode waktu yang berbeda

No. Nama Lokal Nama latin 1972 1985 1988 1994 1997 1998 2000 2002 2011

Akar X X

2 Akasia Acacia auriculiformis X X

3 Api-api Avicennia alba X X X X

4 Api-api Avicennia marina X X X

5 Api-api Avicennia officinalis X

6 Bakau Rhizophora sp X X

7 Bakau merah Rhizophora mucronata X X X X

8 Bakau putih Rhizophora apiculata X X X

9 Beringin Ficus benjamina X X X

10 Bidara Sonneratia alba X X

11 Biji kambing Parsonsia javanica X

12 Bluntas Pluchea indica X X X

13 Bungur Lagerstomia speciosa X X

14 Buta-buta Excoecaria agallocha X X X X X X X

15 Cakar ayam Tacca palmata X

16 Ceker wulung Tacca palmata X X

17 Cemara laut Casuarina equisetifolia X

18 Dodot X X X

Page 30: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

84

Tabel 15 Daftar jenis tumbuhan di SMMA pada periode waktu yang berbeda

(lanjutan)

No. Nama Lokal Nama latin 1972 1985 1988 1994 1997 1998 2000 2002 2011

19 Duri Busyetan Mimosa pudica X X

20 Enceng gondok Eichornia crassipes X X X X

21 Enceng hutan Eichornia speciosa X

22 Ficus Ficus sp. X

23 Gelagah Saccharum spontaneum X X X X X

24 Gendola Baselia rubra X X

25 Jangkar Bruguiera sp X

26 Jeruju Achantus illicifolius X X X

27 Johar Cassia siamea X

28 Kamboja Plumeria acuminata X

29 Kangkungan X X X X

30 Kedondong hutan Spondias pinnata X

31 Kelapa Cocos nucifera X

32 Kendal Cordia obliqua X

33 Keremek X

34 Ketapang Terminalia catappa X X X X

35 Kiapung X

36 Kihujan Samanea saman X

37 Kitower Derris heterophylla X X X

38 Koang Ficus indica X X X

39 Kolang-kaling Vitis trifolia X X

40 Kolonjono X X

41 Kuda-kuda Dolichandrone spathaceae X X

42 Loak X X

43 Lunting X

44 Nenasian Breynia sp X X

45 Nipah Nypa fruticans X X X X X X X

46 Nyamplung Calophyllum inophyllum X X X

47 Pacaran Hyptage sp X X

48 Paku-pakuan Asplenium apicarum X

49 Piai Acrostichum aureum X X X X

50 Pidada Sonneratia caseolaris X X X X X X X

51 Pohon cere Viburnum lutescens X

52 Prumpung Andropogon nardus X X X X X

53 Remis Acacia longifolia X

54 Rotan Calamus sp X X X X X

55 Rumbai Sonneratia sp X

56 Rumput gajah Sacharum sp X

57 Rumput teki Cyperus sp X X

58 Rumput wangi Imperata cylindrica X

59 Seronian Widelia biflora X X X X

60 Tancang Bruguiera gymnorrhiza X X X X

61 Tania Xanthosoma saqittifolium X X

62 Toro Colocasia anticuorus X

63 Tulang ayam Premma sp X X

Page 31: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

85

Tabel 15 Daftar jenis tumbuhan di SMMA pada periode waktu yang berbeda

(lanjutan)

No. Nama Lokal Nama latin 1972 1985 1988 1994 1997 1998 2000 2002 2011

64 Warakas Acrostichum aureum X X X X

65 Waru laut Hibiscus tilliaceus X X X X X

66 Cerbera odollan X X X

67 Glochidion sp X

68 Sagittaria lancifolia X

Total 18 9 19 26 8 7 26 24 29

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutana DKI Jakarta (1995-1998), LPP Mangrove (2000), Santoso, N

(2002), Data Primer (2011)

Keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan Hutan Lindung 33 jenis dan

pada tahun 2011 dijumpai 20 jenis, yang sebagian besar bukan jenis mangrove

sejati. Hal ini dikarenakan kondisi mangrove pada Hutan Lindung bukan

merupakan hamparan mangrove yang kompak, melainkan bekas-bekas tambak

yang juga ditumbuhi jenis tumbuhan bukan mangrove atau jenis ikutan (mangrove

associate).

Tabel 16 Daftar jenis tumbuhan di Hutan Lindung Muara Angke pada periode

waktu yang berbeda

No. Nama Lokal Nama Latin 1995 1996 2000 2000* 2000** 2002 2011

1 Akasia Acacia auriculiformis X X X X X

2 Api-api Avicennia marina X X X X X X

3 Api-api * Avicennia alba X X X

4 Asam-asam X

5 Bakau Rhizophora sp X

6 Bakau merah Rhizophora mucronata X X X X X X

7 Bakau putih Rhizophora apiculata X X

8 Beluntas Pluchea indica X X

9 Bidara Sonneratia alba X

10 Buta-buta Excoecaria agallocha X X X X X X

11 Duri Busyetan Mimosa pudica X X

12 Flamboyan Delonix regia X X

13 Jeruju Achantus illicifolius X X X X

14 Jeunjing Paraserianthes falcataria X

15 Kangkung laut X X

16 Keremek putih X X

17 Kerinyuh laut X

18 Ketapang Terminalia catappa X X

19 Ki Tower Derris trifoliata X X X

20 Lamtoro gung X

21 Mahoni Swietenia macrophylla X X

22 Nyamplung Calophyllum inophyllum X X

23 Pace Thespesia populnea X X

24 Petai Parkia speciosa X

25 Piai Acrostichum aureum X X X X X X

26 Pidada Soneratia caseolaris X X X X

Page 32: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

86

Tabel 16 Daftar jenis tumbuhan di Hutan Lindung Muara Angke pada periode waktu

yang berbeda (lanjutan) No. Nama Lokal Nama Latin 1995 1996 2000 2000* 2000** 2002 2011

27 Rumput teki X X

28 Semak X

29 Seronian Widelia biflora X X X X

30 Waru laut Hibiscus tilliaceus X X X X X X

31 Xtba X

32 Xtbb X

33 Xtbc X

Total 11 6 16 6 11 18 20

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutana DKI Jakarta (1995-1998), LPP Mangrove (2000), Santoso, N (2002), Data Primer (2011)

Keanekaragaman jenis tumbuhan pada kawasan Hutan Wisata Kamal 34

jenis (7 jenis mangrove sejati dan 27 jenis mangrove ikutan atau assosiasi

mangrove), dan bukan mangrove, serta pada tahun 2011 dijumpai 17 jenis.

Dijumpainya jenis-jenis tumbuhan bukan mangrove (akasia, trembesi, dsb)

merupakan bukti bahwa kondisi mangrove pada kawasan hutan wisata telah

banyak mengalami gangguan atau tidak normal. Hal ini dikarenakan pengelolaan

kawasan hutan wisata pada masa lalu dilakukan masyarakat untuk budidaya

perikanan (tambak ikan).

Tabel 17 Daftar jenis tumbuhan di Hutan Wisata Kamal pada periode waktu yang

berbeda

No. Nama Lokal Nama ilmiah 1994 1996 1996* 1997 2000 2002 2011

1 Akar X

2 Akasia Acacia auriculiformis X X

3 Angsana Pterocarpus indicus X

4 Api-api Avicennia marina X X X X X X X

5 Bakau Rhizophora sp. X X

6 Tancang Bruguiera gymnorrhiza X X

7 Bakau merah Rhizophora mucronata X X X X X

8 Bakau pulau Rhizophora stylosa X X

9 Bakau putih Rhizophora apiculata X X

10 Beluntas Pluchea indica X X X X

11 Bidara Sonneratia alba X

12 Buta-buat Excoecaria agallocha X

13 Dadap laut Erythrina micropteryx X

14 Flamboyan Delonix regia X X

15 Gelagah Saccharum spontaneum X

16 Gradelan Derris heterophylla X X

17 Kedondong laut Polysia frutocosa X X

Page 33: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

87

Tabel 17 Daftar jenis tumbuhan di Hutan Wisata Kamal pada periode waktu yang

berbeda (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama ilmiah 1994 1996 1996* 1997 2000 2002 2011

18 Keji beling X X

19 Kihujan Samanea saman X X X

20 Kirinyuh laut Eupatorium palescens X X X

21 Kitower Derris trifoliata X X X X

22 Kremek X X

23 Kremek putih X X

24 Krokot Sesuvium portulacastrum X X

25 Mahoni Swietenia macrophlylla X X

26 Mindi Melia azedarach X

27 Nenasian Breynia sp X

28 Pace Thespesia populnea X

29 Putri malu Mimosa sp X

30 Seruni Widelia biflora X X

31 Warakas Acrostichum aureum X X X

33 Waru laut Hibiscus tiliaceus X X X

34 XtbA X

Total 5 17 6 4 6 16 17

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutana DKI Jakarta (1995-1998), LPP Mangrove (2000), Santoso N (2002), Data Primer (2011)

Keanekaragaman jenis tumbuhan pada Blok/Kawasan Ekowisata (dekat

jalan Tol Sedyatmo) ada 25 jenis yang didominasi oleh api-api (Avicennia

marina) dan bakau (Rhizophora apiculata). Jenis bakau banyak ditanam oleh

berbagai pihak dengan jarak 1x1 meter mampu tumbuh dengan baik. Daftar jenis

tumbuhan pada Blok Ekowisata seperti pada Tabel 18.

Tabel 18 Daftar jenis tumbuhan di Kawasan Ekowisata Muara Angke pada tahun

2011

No Nama Lokal Nama Ilmiah

1 Akasia Acacia auriculiformis

2 Api-Api Avicennia marina

3 Asam Kranji Dialium indum

4 Bakau Merah Rhizophora mucronata

5 Bakau Putih Rhizophora apiculata

6 Bintaro Cerbera manghas

7 Bungur Lagerstroemia speciosa

8 Ciplukan Physalis angulata

9 Dungun Heritiera littoralis

10 Kangkung Air Ipomoea aquatica

11 Kelapa Cocos nucifera

12 Kersen Muntingia calabura

Page 34: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

88

Tabel 18 Daftar jenis tumbuhan di Kawasan Ekowisata Muara Angke pada

tahun 2011 (lanjutan)

No Nama Lokal Nama Ilmiah

13 Ketapang Terminalia catappa

14 Kluwih Artocarpus camansi

15 Lamtoro Leucaena leucocephala

16 Mangga Mangifera indica

17 Nangka Artocarpus heterophyllus

18 Nipah Nypa fruticans

19 Nyiri Xylocarpus granatum

20 Pepaya Carica papaya

21 Pidada Sonneratia caseolaris

22 Pisang Musa paradisiaca

23 Rumput Teki Cyperus rotundus

24 Singkong Manihot esculenta

25 Tancang Bruguiera gymnorrhiza

Sumber : Data primer (2011)

Keanekaragaman jenis tumbuhan pada areal Arboretum (Kebun Benih)

terdapat 3 jenis, yaitu api-api (Avicennia marina), bakau merah (Rhizophora

apiculata), dan bakau putih (Rhizophora mucronata). Jenis api-api mendominasi

seluruh penutupan vegetasi dan terus beregenerasi secara alami dengan sebaran

bijinya.

Struktur dan komposisi jenis vegetasi pada masing-masing lokasi

pengamatan (SMMA, Hutan Lindung, Arboretum, Hutan Wisata Kamal, dan Blok

Ekowisata) pada tahun 2002 (Lampiran 1 sampai Lampiran 4) dan hasil

pengamatan 2011 (Lampiran 5 sampai Lampiran 9).

4.3.3 Keanekaragaman Jenis Satwaliar

Keanekaragaman jenis satwaliar pada kawasan Suaka Margasatwa Muara

Angke (SMMA) pada tahun 1984-2002 sekitar 95 jenis burung, 4 jenis reptilia,

dan 5 jenis mamalia. Namun jenis mamalia lutung (Prebytis cristata) saat ini telah

tidak dijumpai lagi di SMMA. Jenis-jenis burung air (pemakan biota air), seperti

belibis, ruak-ruak/kareo, kuntu,l dan pecuk. Beberapa jenis burung air tersebut,

selain menggunakan kawasan SMMA sebagai feeding ground, juga sekaligus

sebagai tempat berkembang biak dan mengasuh anak.

Page 35: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

89

Tabel 19 Daftar jenis satwaliar di Suaka Margasatwa Muara Angke pada periode

1984 - 2000

No. Nama Lokal Nama Ilmiah 1984 1988 1996 1997 2000 Keterangan

Burung

1 Jalak ungu Acridotheres javanicus X X

2

Acrocephalus

arundinaceaus X

3 Acrocephalus sp. X

4 Kerakbesi Acrocephalus stentoreus X

5 Actitis hypoleucos X X

6 Cipoh Aegithina tiphia X X X

7 Raja udang biru Alcedo caerulescens X X

8 Alcedo euryzona X

9 Meninting Alcedo meninting X X

10 Kareo Amaurornis phoenicurus X X

11 Itik kelabu Anas gibberifrons X X

12 Pecuk ular Anhinga melanogaster X X X X

13 Kipasan Anthreptes malacensis X X

14 Kapinis rumah Apus Affinis X

15 Cangak abu Ardea cinerea X X X X X

16 Ardea sumatrana X

17 Blekok sawah Ardeola speciosa X X X X

18 Cangak merah Ardera purpurea X X X X X

19 Kekep Artamus leucorhynchos X

20 Kuntul kerbau Bulbucus ibis X X

21 Kokokan laut Butorides striatus X X

22 Calindris subminuta X

23 Bubut alang-alang Centropus bengalensis X X

24 Bubut jawa Centropus nigrorofus X

25 Bubut besar Centropus sinensis X

26

Charadrius

alexandrinus X

27 Chlidonias hybrida X

28 Collacolia sp. X

29 Walet Collocalia esculenta X X X

30 Walet sarang putih Collocalia fuchipaga X X

31 Burung Walik Colugha sp. X X

32 Kucica Copsychus saularis X X

33 Saeran gila Crypsirina temia X X X

34 Sikatan bakau Cyornis rufigastra X

35 Belibis Dendracygna sp. X X

36 Belibis kembang Dendrocygna arcuata X

37 Burung cabe jawa Dicaeum trochileum X X

38 Dupetor flavicollis X

39 Kuntul besar Egretta alba X

40 Kuntul kecil Egretta garzetta X X X X

41 Kuntul perak Egretta intermedia X X X X

42 Alap-alap tikus Elanus caeruleus X

43 Eudynamys scolopacea X

Page 36: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

90

Tabel 19 Daftar jenis satwaliar di Suaka Margasatwa Muara Angke pada periode

1984 – 2000 (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah 1984 1988 1996 1997 2000 Keterangan

Burung

44 Mandar batu Gallinula chloropus X

45 Perkutut Geopelia striata X X

46 Remetuk Gerygone sulphurea X X X

47 Cekakak Halcyon chloris X X X X

48 Halcyon sancta X

49 Jinjiing batu Hemipus hirundinaceus X

50 Hirundo rustica X

51 Kapinis Hirundo tahitica X X X X

52 Bangau Ibis cinereus X X

53 Kekondangan Ixobrycus cinnamomeus X X

54 Bambangan kuning Ixobrycus sinensis X X

55 Kapasan Lalage nigra X

56 Bentet Lanius schach X X

57 Leptotilos javanicus X

58 Blekok

Limnodromus

semipalmatus X

59 Bondol jawa

Lonchura

leucogastroides X

60 Bondol peking Lonchura punctulata X X X

61 Bluwok Myctery cinerea X X

62 Burung madu bakau Nectarinia calcostetha X

63 Burung madu sriganti Nectarinia jugularis X X X

64 Kowak malam Nycticorax nycticorax X X X X

65 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps X

66 Cinenen jawa Orthotomus sepium X

67 Cinenen Orthotomussutorius X X

68 Padda oryzivora X

69 Gelatik batu Parus major X

70 Burung gereja erasia Passer montanus X

71 Pecuk hitam Phalacrocorax niger X X

72

Phalacrocorax

pygmaeus X

73 Pecuk Phalacrocorax sp. X X

74 Pecuk

Phalacrocorax

sulcirostris X X

75 Caladi terasi Picoides macei X X

76 Caladi itik Picoides moluccensis X

77 Mandar Porphyrio porphyrio X X

78 Tikusan Alis Putih Porzana cinerea X

79 Prenjak ciblek Prinia familiaris X X X X X

80 Prenjak coklat Prinia polychrora X X

81 Betet Psittacula alexandri X X X

82 Cerucuk Pycnonotus goianvier X X X

83 Kutilang Pynonotus aurigaster X X

84 Jogjog Pynonotus spp. X X

85 Kipasan belang Rhidipura javanica X X X X

Page 37: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

91

Tabel 19 Daftar jenis satwaliar di Suaka Margasatwa Muara Angke pada periode 1984 – 2000 (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah 1984 1988 1996 1997 2000 Keterangan

Burung

86 Tekukur Sterptopelia chinensis X X

87 Streptopelia bitorquota X

88 Jalak suren Sturnus contra X X

89 Jalak putih Sturnus melanopterus X

90 Pelatuk besi

Thresciornis

melanocephalus X

91 Gesngek Todirhampus chloris X

92 Cekakak suci Todirhampus sanctus X

93 Punai Treron vernans X X X

94 Kacamata laut Zosterops chloris X

95 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus X

Total 51 11 48 19 52

Reptil

1 Buaya muara Crocodilus porosus X

2 Ular kadut belang Homalopsis buccata X

3 Biawak Varanus salvator X X X

4 Ular bangke laut X

Total 2 1 3 0 0

Mamalia

1 Kucing mangrove Felis viverrina X

2 Tenggarangan Herpentes javanicus X

3 Anjing air Lutrogale perspicillata X

4 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis X X X

5 Lutung Presbytis cristata X

Total 4 2 1 0 0

Sumber : Kusmana (1984), Fahutan IPB (1996), LPP mangrove (2000)

Keanekaragaman jenis satwaliar di Hutan Lindung mangrove pada tahun

1995-2000 sekitar 48 jenis, terdiri atas 40 jenis burung dan 8 reptilia (Tabel 20).

Tabel 20 Daftar jenis satwaliar di Hutan Lindung Muara Angke pada periode

1995-2000

No. Nama Lokal Nama Ilmiah 1995 2000 Keterangan

Burung

1 Cipoh Aegithina tiphia X

2 Dara laut kumis Ahlidoniaas hybridus X

3 Raja udang kecil Alceda atthis X

4 Raja udang biru Alcedo caerulescens X

5 Itik benjut Anas gibberifrons X

6 Belibis Anas gibberriforms X

7 Pecuk ular asia Anhinga melanogaster X X

Page 38: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

92

Tabel 20 Daftar jenis satwaliar di Hutan Lindung Muara Angke pada periode 1995-2000 (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah 1995 2000 Keterangan

Burung

8 Kapinis rumah Apus affinis X

9 Cangak abu Ardea cinerea X X

10 Blekok sawah Ardeola speciosa X X

11 Cangak merah Ardera purpurea X

12 Kuntul kerbau Bubulcus ibis X

13 Kokokan laut Butorides striatus X

14 Kedidi Calidris subminuta X

15 Cerek Charadrius spp. X

16 Walet linci Collocalia linchi X

17 Burung Cabe Jawa Dicaeum trohileum X

18 Kuntul besar Egretta alba X

19 Kuntul kecil Egretta garzetta X X

20 Mandar batu Gallinula chloropus X

21 Gerigone sulphurea X

22 Remetuk laut Gerygone sulphurea X

23 Raja udang Halcyon chloris X

24 Layang-layang batu Hirundo tahitica X

25 Bondol peking Lonchura punctulata X

26 Bluwok Mycteria cinerea X

27 Burung madu sriganti Nectarinia jugularis X

28 Kowak maling Nycticorax nycticorax X

29 Burung gereja Passer montanus X

30 Pecuk pada hitam Phalacrocorax sulcirostris X

31 Pecuk Phalacrocorax spp. X

32 Ibis rokoroko Plegadis falcinellus X

33 Prenjak jawa Prinia familiaris X

34 Prenjak Prinia flaviventris X

35 Kutilang Pycnonotus aurigaaster X

36 Kipasan belang Rhipidura javanica X X

37 Tekukur Streptopelia chinensis X

38 Kakak tua sungai Todirhamphus cechloris X

39 Trinil pantai Tringa hypoleucos X

40 Kacamata biasa Zosteros palpebrosus X

Total 13 32

Reptil

1 Biawak Varanus salvator X

2 Ular sanca Python reticulatus X

3 Ular kobra Naja sputatrix X

4 Ular welang Bungarus fasciatus X

5 Ular kadut Homalopsis buccata X

6 Ular cincin Dipsadomorphis dendrophilus X

7 Ular daun Dryopsis sp X

8 Kura-kura X

Total 0 8

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan (1995) dan LPP Mangrove (2000)

Page 39: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

93

Keanekaragaman jenis satwaliar pada kawasan Hutan Wisata Kamal pada

tahun 1996 tercatat 67 jenis, terdiri atas 58 jenis burung, 7 jenis reptilia, dan 2

jenis mamalia (Tabel 21).

Tabel 21 Daftar jenis satwaliar di Hutan Wisata Kamal pada tahun 1996

No. Nama Lokal Nama Ilmiah 1996 1996* Keterangan

Burung

1 Anyam-anyaman Coturnix sp. X

2 Bentet Lanius schach

X

3 Blekek Limnodromus semipalmatus

X

4 Blekok Ardeola speciosa X X

5 Bluwok Mycferia cinerea X

6 Bondol Lonchura punctulata X X

7 Bondol jawa Lonchura leucogastroides

X

8 Branjangan Mirafra javanica

X

9 Burung cabe Dicaeum trochileum

X

10 Burung cikalang kecil Fregata ariel

X

11 Burung madu Nectarinia jugularis X

12 Caladi ulam Picoides macei

X

13 Cangak abu Ardea cinerea X X

14 Cangak merah Ardera purpurea X

15 Cekakak Halcyon chloris X X

16 Cerek kalung patah Charaderus alexandrinus

X

17 Cinenen biasa Orthotomus sutorius

X

18 Cipoh Aegithia tiphia

X

19 Dara Laut jambul besar Sterna bergii

X

20 Elang bondol Haliastus indus X

21 Gelatik batu Parus major

X

22 Itik kelabu Anas gibberifrons

X

23 Jalak hitam Acridotheres javanicus

X

24 Jalak putih Sturmus melanopterus

X

25 Kakatua jambul kuning Cacatua sulphurea

X

26 Kareo Amaurornis phoenicurus

X

27 Kedidi jari panjang Caldris subminuta

X

28 Kekep Artamus leuchorhynchos

X

29 Kepodang Oriolus chinensis X X

30 Kipasan Rhipidura javanica X X

31 Kirik-kirik laut Merops superciliosus

X

32 Kokokan laut Buteroides striatus

X

33 Kowak maling Nycticorax nycticorax X

34 Kucica Copsychus saularis

X

35 Kuntul besar Egretta alba X X

36 Kuntul perak kecil Egretta garzetta

X

37 Kuntul sedang Egretta intermedia X X

38 Kutilang Pycnonotus aurigaster

X

39 Kutilang hutan Pycnonotus goiaiver X

40 Layang-layang biasa Hirundo tahitica

X

41 Mata merah Porzana fusca

X

42 Murai batu Copsicus saularis X

43 Pecuk hitam Phalacrocorax sulcirostris

X

44 Pecuk padi Phalacrocorax niger X

45 Pecuk ular Anhinga melanogaster X X

46 Pelatuk besi Thresciornis melanochep X

47 Perkutut Geopelia striata

X

48 Prenjak Prinia flaviventris X

Page 40: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

94

Tabel 21 Daftar jenis satwaliar di Hutan Wisata Kamal pada tahun 1996 (lanjutan) No. Nama Lokal Nama Ilmiah 1996 1996* Keterangan

Burung

49 Prenjak coklat Prinia polychroa

X

50 Prenjak sayap sayap garis Prinia familiaris

X

51 Raja udanag biru Alcedo caerulescens

X

52 Raja udang Pelargopsis capensis X

53 Remetuk Gerygone sulphurea

X

54 Srigunting Dicrurus aenea X

55 Srigunting hitam Dicrurus macrocercus

X

56 Tekukur Streptopelia biforquota X X

57 Trinil pantai Actitis hypoleucos

X

58 Walet sapi Collocalia esculenta

X

Total 23 47

Reptil

1 Biawak Varanus salvator X

2 Blodok Priopthalmus vulgaris X

3 Kadal Mabouya multifasciata X X

4 Katak sawah Rana cancrivora X

5 Kodok Bufo bipurcatus X

6 Ular kobra Naja-naja sputetrix

X

7 Ular sawah Phyton reticulatus X

Total 6 2

Mamalia

1 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis

X

2 Tikus Rattus sp.

X

Total 0 2

Sumber : Fahutan IPB (1996)

Pengamatan yang dilakukan tahun 2011, menunjukkah bahwa

keanekragaman jenis satwaliar pada kawasan mangrove Muara Angke 68 jenis

yang terdiri atas mamalia (4 jenis), burung (61 jenis), dan reptilia (3 jenis). Jenis

endemik mangrove, yaitu bubut jawa (Centropus nigrorufus) masih dijumpai pada

kawasan mangrove Muara Angke (SMMA dan Hutan Lindung). Jumlah jenis

satwaliar (mamalia, burung, dan reptilia) pada masing-masing lokasi seperti pada

Tabel 22.

Tabel 22 Daftar total jenis satwaliar di kawasan mangrove Muara Angke tahun

2011

No Nama Indonesia Nama ilmiah Famili Lokasi

1 2 3 4 5 6

A. Mamalia 1 Kera ekor-panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae 10 3

2 Bajing kelapa Calosciurus nottatus Sciuridae 2

1 1

3 Tikus belukar Rattus tiomanicus sabae Muridae 1

4 Berang-berang air Lutra lutra Mustelidae 1

Page 41: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

95

Tabel 22 Daftar total jenis satwaliar di kawasan mangrove Muara Angke tahun

2011 (lanjutan)

No Nama Indonesia Nama ilmiah Famili Lokasi

1 2 3 4 5 6

B. Burung

1 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Silviidae 1

2 Kucica kampung Copsychus saularis Turdidae 1

3 Layang-layang batu Hirundo tahitica Hirundinidae 1 1

4 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae 1

5 Wiwik lurik Cacomantis sonneratii Cuculidae 1

6 Caladi batu Meiglyptes tristis Picidae

1

1

7 Elang bondol Haliaestur indus Acciptridae

1

1

8 Kareo padi Amaurornis phoenichurus Rallidae 1

2 1

9 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae 2 5 2 3 3

10 Prenjak rawa Prinia flaviventris Silviidae 2

11 Cabak kota Caprimulgus affinis Caprimulgidae 1

12 Punai gading Treron vernans Columbidae 1

13 Belibis kembang Dendrocygna arcuata Anatidae 8 3

14 Remetuk laut Gerygone sulphurea Silviidae 1 1 1 1 1

15 Burung madu kelapa Anthreptes malacensis Nectarinidae 1

16 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae

2

17 Cinenen merah Orthotomus seriuceus Silviidae 1

18 Tikusan kerdil Porzana pusilla Rallidae 1

19 Bambangan merah Ixobrychus cinamomeus Rallidae 2

20 Caladi tilik Picoides moluccensis Picidae 3 2

2

21 Trinil rawa Tringa stagnatilis Scolopacidae 1 1

1

22 Pelanduk semak Melacocincla sepiarium Timaliidae 1

23 Kipasan belang Rhipidura javanica Rhipiduridae 2 2

1

24 Cangak merah Ardea purpurea Ardeidae 1 1

3

25 Prenjak jawa Prinia familiaris Silviidae 5 1 1 2

26 Kerak kerbau Acridotheres javanicus Sturnidae 3

2

27 Burung-gereja erasia Passer montanus Ploceidaee 2 3

6

28 Cipoh kacat Aegithina tiphia Chloropseidae

1 2 1

29 Walet sarang-hitam Colocallia maxima Apodidae 6

30 Cabe jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae 2 2 1 1

31 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Ploceidaee 4

2

2

32 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae 1 1 1 1 1

33 Kuntul kecil Egretta garzeta Ardeidae 3 3

4 34

34 Kerakbasi besar Acrocephalus orientalis Silviidae 2

35 Kekep babi Artamus leucorynchus Artamidae 3

36 Raja-udang biru Alcedo caerulescens Alcedinidae 1 1 1 1 1

37 Raja-udang meninting Alcedo meninting Alcedinidae 1

38 Pecuk-ular Asia Anhinga melanogaster Anhingidae 5 3

4 25

39 Kapinis rumah Apus affinis Apodidae 3 2

40 Cangak abu Ardea cinerea Ardeidae 1 1 1

4

41 Blekok sawah Ardeola speciosa Ardeidae 6 2 2 1 25 5

42 Kokokan laut Butorides striatus Ardeidae 7 1 1 1 15 4

43 Walet sarang-putih Collocalia fuchiphaga Apodidae 2

3

44 Kuntul perak Egretta intermedia Ardeidae 2 1

45

45 Jingjing batu Hemipus hirundinaceus Campephagidae 2

46 Kapasan kemiri Lalage nigra Campephagidae 1

47 Bondol peking Lonchura punctulata Ploceidaee 3

48 Burung-madu Sriganti Nectarinia jugularis Nectarinidae 1

49 Kowak-malam kelabu Nycticorax nycticorax Ardeidae 3 2 2

50 Cinenen jawa Orthotomus sepium Silviidae 2

51 Gelatik-batu Kelabu Parus major Paridae 2

1

52 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae 3 9

9

3

53 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae 4 2

54 Itik benjut Anas gibberifrons Anatidae

2

2

Page 42: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

96

Tabel 22 Daftar total jenis satwaliar di kawasan mangrove Muara Angke tahun

2011 (lanjutan)

No Nama Indonesia Nama ilmiah Famili Lokasi

1 2 3 4 5 6

55 Pecuk-padi Hitam Phalacrocorax sulcirostris Phalacrocoridae

2

50 5

56 Trinil pantai Tringa hypoleucos Scolopacidae

2

1 6

57 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Silviidae 2

2

58 Elang tiram Pandion haliaetus Pandionidae

1

1

59 Kuntul besar Egretta alba Ardeidae

1

1 15

60 Bambangan coklat Ixobrychus eurhythmus Ardeidae

1

61 Bubut Jawa Centropus nigrorufus

1 1

C. Reptilia

1 Kadal kebun Eutropis multifasciata Scincidae 1

2 Biawak Varanus salvator Varanidae 1 1 1

1 1

3 Ular kadut Homalopsis buccata Colubridae 1 1 1 1 1

Jumlah perjumpaan (individu) 134 69 25 47 237 21

Jumlah jenis 58 36 18 24 20 6

Keterangan lokasi:

1 Suaka Margasatwa Muara Angke

2 Hutan Lindung Muara Angke

3 Hutan Wisata Kamal

4 Hutan Lindung dan Kawasan Reklamasi

5 Kawasan/Blok Ekowisata Muara Angke

6 Arboretum Muara Angke

Sumber : Data Primer (2011)

4.3.4 Biota Air

Sesuai dengan hasil pengukuran kualitas air, bahwa kondisi perairan

Sungai di kawasan Muara Angke yang telah tercemar berat memberikan pengaruh

yang besar terhadap kehidupan biota perairan.

Hasil kajian KP2L Pemda DKI (1998) melaporkan bahwa berbagai biota

perairan baik mikroba, plankton, benthos, maupun ikan sungai di Muara Angke

telah menunjukkan indikasi tercemar berat. Jenis benthos tidak dijumpai selama

periode pemantauan 1996/1997, sementara jenis ikan yang dijumpai hanya ikan

sapu-sapu. Adapun hasil dari pengukuran atau pengambilan contoh biota selama

pengamatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Plankton

Plankton adalah jasad-jasad renik mikro, baik yang bersifat nabati

(fitoplankton) maupun hewani (zooplankton) yang hidup melayang di dalam

perairan. Hewan plankton merupakan jenjang tropik dasar dalam jaring-jaring

makanan (food web) di perairan. Keberadaan plankton (jenis dan populasinya)

sangat dipengaruhi oleh kondisi kualitas medium hidupnya di air. Perairan yang

Page 43: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

97

subur dengan kandungan zat-zat hara yang cukup akan mendukung keberadaan

plankton sebaliknya, perairan yang tercemar menurunkan keanekaragaman jenis

dan kepadatan populasinya. Dari hasil pengukuran Tim Fahutan IPB (1996)

tercatat ada 24 anggota dari Fillum Baccillariophyta, Clorophyta, dan Cynophyta.

Selengkapnya jumlah fitoplankton terlihat dalam Tabel 23.

Tabel 23 Kandungan fitoplakton di SMMA tahun 1996

Individu

Station

I II III

Fillum Baccillariophyta

Amphora 332,79 107,5 -

Amphypora 107,5 53,79 -

Bacteriastrum 53,79 - -

Chetoceros 484,19 376,59 379,59

Closterium 53,79 - 107,5

Coscinodiscus 107,5 - -

Fragillaria - 53,79 -

Lauderia - 53,79 -

Nitzschia 53,79 53,79 161,397

Rhizosolenia 53,79 - 161,379

Synedra - 107,5 -

Stephanopyxis 1075,98 591,79 -

Pleurosigma 107,5 53,79 161,379

Leptocylindrus - - 53,79

Fillum Cyanophyta

Coelosphaerium 107,5 53,79 161,379

Gleotricha 53,79 268,99 591,78

Trichodesmium - 53,79 -

Fillum Chlorophyta

Coerella 322,79 268,99 645,58

Dispor - 53,79 -

Scedesmus 53,79 53,79 53,79

Spirulina - 215,19 215,19

Uronema 53,79 - -

Zygnemopsis 123,79 322,79 914,58

Schederirta - - 107,5

Jumlah Taxa 16 18 14

Total Individu 3281,58 2797,23 3765,678

Index Diversitas (H) 2,24 2,502 2,251

H Maksimum 3,99 4,166 3,807

Equibiliti (E) 0,56 0,6 0,59

Dominasi (D) 1,53 0,99 0,968

Saprobitas (X) 0,615 0,882 1,153

Sumber : Fahutan IPB (1996)

Page 44: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

98

Hasil pengukuran Tim Rencana Pengelolaan (2000) di areal SMMA telah

memperlihatkan kecenderungan tingkat keanekaragaman dan populasi yang

rendah.

Tabel 24 Hasil analisis phytoplankton di SMMA tahun 2000

Organisme Stasiun

I II III IV

Myxophyceae

Phormidium sp. 118 141 283 235

Spirulina sp. 47 47 47 0

Euglenophyceae

Phacus sp. 59 12 12 12

Euglena sp. 23 83 24 0

Chlorophyceae

Scenedesmus sp. 212 47 0 0

Pediastrum sp. 12 83 12 0

Actinastrum sp. 12 0 0 0

Crucigenia sp. 35 0 0 0

Platydorina sp. 0 0 12 0

Volvox sp. 12 12 0 0

Bacillariophyceae

Nitzschia sp. 47 71 47 43.471

Melosira sp. 118 12 0 47

Surirella sp. 0 12 0 0

Skeletonema sp. 0 0 129 0

Chaetoceros sp. 0 0 17 5.434

Rhizosolenia sp. 0 0 24 1.358

Biddulphia sp. 0 0 0 36

Gyrosigma sp. 0 0 0 12

Achnanthes sp. 0 0 0 12

Tabellaria sp. 0 0 0 17.660

Cymbella sp. 0 0 0 184.754

Dynophyceae

Peridinium sp. 0 0 0 12

Jumlah Taksa 11.0 10.0 10.0 12.0

Jumlah Individu 695 520 661 253.043

Indeks Keragaman 2,01 1,72 1,83 0,83

Indeks Keseragaman 0,84 0,86 0,79 0,33

Indeks Dominansi 0,17 0,16 0,24 0,56 Sumber : LPP mangrove (2000).

b. Benthos

Benthos adalah jasad hewani maupun nabati yang hidup di dasar perairan.

Keberadaan benthos terutama makrozoobenthos sangat dipengaruhi oleh kondisi

kualitas sedimen dasar. Dari hasil pengamatan Tim Fahutan IPB (1996) nilai

Page 45: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

99

indeks keanekaragaman dapat digambarkan bahwa jumlah benthos di hutan

mangrove termasuk sedang, dengan tingkat kesamaan penyebaran yang merata

yang didominasi oleh Fillum Nematelmintes.

Potensi makrozoobenthos perairan sangat rendah. Sementara dominasi

Melaniodes sp. pada beberapa lokasi mengindikasikan tingkat pencemaran yang

berat. Sedangkan dilihat dari perhitungan indeks keanekaragaman yang berkisar

antara 0 - 0,92 menunjukkan tingkat perairan yang tercemar berat (Indeks

Keanekaragaman <1,0). Di samping itu keberadaan cacing Oligochaeta juga

merupakan indikasi kondisi perairan yang telah tercemar sangat berat (Wilhn

1975), di samping jenis Destropoda Melaniodes sp. (Nurifdinayah 1993).

c. Ikan

Di dalam ekosistem perairan, ikan termasuk kelompok nekton, yaitu

hewan perairan yang mampu bergerak leluasa dengan kemampuan alat geraknya.

Sebagai hewan air, sebagian besar jenis ikan bernafas dengan insang dan

mengandalkan oksigen terlarut di perairan. Sedangkan sebagian jenis lainnya

mampu mengambil oksigen dari udara sehingga lebih adaptif hidup di perairan

yang beroksigen rendah akibat pencemaran organik. Hasil penangkapan ikan di

kawasan SMMA ternyata hanya mendapatkan beberapa jenis saja (Tabel 25).

Tabel 25 Jenis-jenis ikan di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke tahun

2000

No Jenis Ikan Nama Ilmiah Lokasi

1 2 3 4 5 6

1 Gabus Ophiocephalus striatus - - - v v

2 Sepat Jawa Trichogaster trichopteris - - - x x v

3 Sepat Rawa Trichogaster pectoralis - - - x x x

4 Batok Anabas testudineus - - - - x x

5 Gapi Lebistes reticulatus - - - - x x

6 Keting Ketengus sp. - - x - - -

7 Kiper Scatophagus argus - - x - - -

8 Pepetek Leiognathus sp. - - x - - -

9. Julung-julung - - x - x x

10. Kepala timah - - x - x x

11. Nila - - - x x x

Sumber : LPP Mangrove (2000)

Keterangan : Lokasi 1,2,3 : Sungai Angke dari hulu ke muara

Lokasi 4,5,6 : Genangan/parit/rawa di dalam Suaka Margasatwa Muara Angke

Page 46: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

100

Dari Tabel 25 dapat dijadikan petunjuk bahwa kondisi perairan Sungai

Angke di lokasi 1 dan 2 sudah tercemar berat dengan tidak dijumpainya jenis-

jenis ikan selama penelitian lapangan. Data yang sama juga dilaporkan oleh KP2L

Pemda DKI (1998) yang hanya menemukan ikan sapu-sapu (Hypotamus sp.).

Kondisi tercemar ini juga ditunjukkan dari hasil analisis air dengan kadar oksigen

nol, BOD 442,25 - 499,57 ppm dan COD 666,68 - 761,92 ppm. Baku mutu air

golongan B, C, dan D mensyaratkan kadar O2 > 3 ppm, BOD < 20 ppm, dan COD

< 30 ppm.

Adapun perairan di dalam areal SMMA, baik di bawah tegakan mangrove

(st 4), di parit keliling (st 5), dan rawa (st 6) masih dijumpai beberapa jenis ikan.

Namun demikian karena pengaruh airnya lebih dominan berasal dari luapan

pasang air S. Angke, maka kondisinya juga telah tercemar berat dan salinitasnya

rendah. Jenis-jenis ikan yang dijumpai hanyalah jenis-jenis ikan tawar yang

toleran terhadap kondisi oksigen rendah, yaitu sepat, gabus, dan betok. Dari

keseluruhan jenis-jenis ikan yang teridentifikasi selama pengamatan maupun data

sekunder menunjukkan bahwa perairan S. Angke maupun rawa-rawa di dalam

kawasan suaka margasatwa telah tercemar berat.

Tabel 26 Hasil analisis biota air (kelimpahan zooplankton, ind/l) pada plot

pengamatan di kawasan hutan mangrove Muara Angke

ORGANISME

STASIUN PENGAMATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

COPEPODA

Nauplius 3 0 3 0 36 3 45 0 9

Cyclops sp. 3 0 0 0 9 0 225 0 0

ROTIPERA

Monostylla sp. 3 0 0 3 0 0 0 0 0

Philodina sp. 6 0 0 0 0 0 0 0 0

Filinia sp. 3 3 3 0 6 0 0 0 0

Brachionus sp. 3 3 3 0 18 3 0 0 0

Lepadella sp. 0 3 0 0 0 0 0 0 0

Squatinella sp. 0 0 3 0 0 0 45 0 0

Rotatoria sp. 0 0 3 0 21 0 0 0 0

Polyarthra sp. 0 0 3 0 3 0 0 0 0

Anuraeopsis sp. 0 0 3 0 0 0 0 0 0

Keratella sp. 0 0 0 0 3 3 0 0 0

Notolca sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Lecane sp. 0 0 0 0 0 0 45 0 0

Page 47: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

101

Tabel 26 Hasil analisis biota air (kelimpahan zooplankton, ind/l) pada plot

pengamatan di kawasan hutan mangrove Muara Angke (lanjutan)

STASIUN PENGAMATAN

ORGANISME 1 2 3 4 5 6 7 8 9

PROTOZOA

Favella sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Codonella sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Paramecium sp. 0 0 0 0 0 3 0 0 0

Arcella sp. 3 3 0 0 0 0 0 0 0

Euplotes sp. 0 0 0 0 0 3 0 0 0

CLADOCESA

Moina sp. 0 0 0 0 3 0 0 0 0

Jumlah Taksa 7 4 7 1 8 5 4 0 4

Jumlah Individu 24 12 21 3 99 15 360 0 18

Indeks Keragaman

1,9 1,38 1,94 0 1,77 1,61 1,07 0 1,24

Indeks

Keseragaman 0,98 1,38 1,94 - 0,85 1,61 0,77 0 0,9

Indeks Dominansi

0,15 1 1 1 0,27 1 0,43 0 0,33

Sumber : Santoso, N (2002) Keterangan :

1=Sungai Angke (Dermaga); 2=Sungai Pandan; 3=Muara Angke; 4=Dalam Kawasan SMMA (Tikungan Jembatan Kayu);

5=Cengkareng Drain (Jembatan); 6=Hutan Lindung; 7=Jalan Tol (Kiri); 8=Sungai Kamal (Jembatan); 9=Hutan Wisata

(Kolam Tambak)

Tabel 27 Hasil analisis biota air (kelimpahan phytoplankton, ind/l) pada plot

pengamatan di kawasan hutan mangrove Muara Angke

ORGANISME

STASIUN PENGAMATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

MYXOPHYCEAE

Oscillatoria sp. 0 0 0 171 0 0 3374 0 0

Spirulina sp. 392 2.246 842 342 1.116 0 1.687 0 0

Agmeletum sp. 0 448 0 0 0 0 0 0 0

Trichodesmium sp. 0 0 0 342 372 67 0 84 0

Phormidium sp. 436 1.909 1.008 855 1.860 0 21.934 0 0

EUGLENOPHYCEAE

Euglena sp. 22 0 0 342 0 0 0 0 0

Phacus sp. 196 561 0 0 744 268 0 0 0

CHLOROPHYCEAE

Pediastrum sp. 66 336 0 171 248 134 0 84 0

Staurastrum sp. 88 112 0 0 228 0 0 0 0

Actinoastrum sp. 0 0 252 1.016 2.604 0 0 0 0

Selenastrum sp. 176 448 0 0 0 0 0 0 0

Closterium sp. 0 0 0 171 0 67 0 0 0

Scenedesmus sp. 456 12.132 0 684 1.488 536 0 0 0

Eudorina sp. 0 112 0 0 0 0 0 0 0

Ankistrodesmus sp. 0 0 0 77.695 0 0 0 0 0

Pandorina sp. 0 0 0 0 0 0 1.687 0 0

CYANOPHYCEAE

Mycrosistis sp. 44 112 0 171 124 67 0 0 0

Page 48: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

102

Tabel 27 Hasil analisis biota air (kelimpahan phytoplankton, ind/l) pada plot

pengamatan di kawasan hutan mangrove Muara Angke (lanjutan) STASIUN PENGAMATAN

ORGANISME 1 2 3 4 5 6 7 8 9

BACILLARIOPHYCEAE

Eunotia sp. 261 336 674 342 498 0 0 0 0

Gomphonema sp. 22 0 0 171 0 0 0 0 0

Navicula sp. 44 224 0 2.052 0 67 5.061 84 268

Nitzschia sp. 109 789 84 513 124 134 3.374 252 6.636

Melosira sp. 44 336 0 0 3.596 335 0 0 0

Surirella sp. 22 0 0 0 67 1.687 0 0

Cymbella sp. 22 0 0 0 0 0 1.687 0 0

Coscinodiscus sp. 0 112 84 0 0 0 0 0 0

Diatoma sp. 0 224 0 342 0 0 0 0 0

Gyrosigma sp. 0 673 0 0 0 67 5.061 84 469

Rhizosolenia sp. 0 0 504 0 0 0 0 0 204

Skeletonema sp. 0 0 421 171 2.232 191 0 0 79.652

Chaetoceros sp. 0 0 0 0 498 0 0 0 3.318

Stephanopyxis sp. 0 0 0 171 124 0 0 0 0

Amphiprora sp. 0 0 0 0 0 0 1.687 0 67

Asterionella sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 804

DINOPHYCEAE

Peridinium sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 335

Jumlah Taksa 16 17 8 18 15 12 10 5 9

Jumlah Individu 2400 21110 3869 15722 15856 2000 47239 588 91753

Indeks Keragaman 2,31 1,74 1,83 1,95 2,26 2,19 1,8 1,41 0,55

Indeks Keseragaman 0,83 0,61 0,88 0,67 0,84 0,9 0,78 0,91 0,25

Indeks Dominansi 0,12 0,35 0,17 0,27 0,14 0,14 0,25 0,25 0,76

Sumber : Santoso, N (2002)

Keterangan :

1=Sungai Angke (Dermaga); 2=Sungai Pandan; 3=Muara Angke; 4=Dalam Kawasan SMMA (Tikungan Jembatan Kayu);

5=Cengkareng Drain (Jembatan); 6=Hutan Lindung; 7=Jalan Tol (Kiri); 8=Sungai Kamal (Jembatan); 9=Hutan Wisata

(Kolam Tambak)

Tabel 28 Hasil analisis biota air (kelimpahan benthos, ind/m2) pada berbagai plot

pengamatan di kawasan hutan mangrove Muara Angke

ORGANISME

STASIUN PENGAMATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

GASTROPODA

Melanoides sp. 0 0 0 100 0 100 800 0 0

Bellamya sp. 0 0 0 0 34 0 0 0 0

Pomacea sp. 0 0 0 34 234 0 0 0 0

PELECYPODA

Modiolus sp. 0 0 0 0 0 100 600 0 0

Perna sp. 0 0 1.112 0 0 0 1.167 0 0

CRUSTACEAE

Section of Caridea sp. 0 0 0 0 0 0 0 0 34

Jumlah Taksa 0 0 1 2 2 2 3 0 1

Jumlah Individu 0 0 1.112 134 268 200 2.567 0 34

Indeks Keragaman 0 0 0 0,82 0,55 1 1,53 0 0

Indeks Keseragaman 0 0 - 0,82 0,55 1 0,97 0 -

Page 49: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

103

Tabel 28 Hasil analisis biota air (kelimpahan benthos, ind/m2) pada berbagai plot

pengamatan di kawasan hutan mangrove Muara Angke (lanjutan)

ORGANISME

STASIUN PENGAMATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Indeks Dominansi 0 0 1 0,62 0,78 0,5 0,36 0 1

Sumber : Santoso, N (2002) Keterangan :

1=Sungai Angke (Dermaga); 2=Sungai Pandan; 3=Muara Angke; 4=Dalam Kawasan SMMA (Tikungan Jembatan Kayu);

5=Cengkareng Drain (Jembatan); 6=Hutan Lindung; 7=Jalan Tol (Kiri); 8=Sungai Kamal (Jembatan); 9=Hutan Wisata

(Kolam Tambak)

4.4 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Aksesibilitas terhadap kawasan konservasi yang berada di DKI Jakarta ini

sangat tinggi, maka peranan sosial ekonomi masyarakat sekitar menjadi sangat

penting dalam pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke. Kondisi sosial

ekonomi masyarakat ini sangat mempengaruhi upaya konservasi sumberdaya

alam hayati di kawasan tersebut, terutama berupa tekanan-tekanan terhadap

keberadaan dan integritas sumberdaya alam (Dinas Kehutanan DKI Jakarta dan

Pusat Pengkajian Keanekaragaman Hayati Tropika Lembaga Penelitian IPB

1997).

Menurut data Monografi dan Laporan Tahunan Kelurahan 2010,

Kelurahan Kamal Muara dengan luas wilayah 1.053 ha mempunyai jumlah

penduduk sebanyak 8.960 jiwa dengan kepadatan 9,0 jiwa/ha dengan laju

pertumbuhan penduduk 0,4 %. Kelurahan Kapuk Muara dengan luas wilayah

1005,5 ha mempunyai jumlah penduduk sebesar 23.522 jiwa dengan kepadatan 23

jiwa/ha dan laju pertumbuhan 10,9 %.

Kedua wilayah tersebut mempunyai perbedaan komposisi mata

pencaharian (basis ekonomi) yang mencolok. Kelurahan Kapuk Muara mayoritas

bermatapencaharian sebagai buruh atau karyawan swasta yaitu sebesar 15.339

jiwa atau hampir 2/3 dari jumlah penduduk di kelurahan ini. Selanjutnya,

kelurahan Kamal Muara mata pencaharian terbesar adalah nelayan atau tani

sebanyak 3.165 jiwa. Jumlah penduduk dengan matapencaharian tani atau nelayan

Kapuk Muara hanya sebanyak 33 jiwa. Lapangan pekerjaan karyawan atau buruh

di kedua wilayah cukup besar dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya

(Laporam Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan 2010).

Komposisi penganut agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa menunjukan sebagian besar beragama Islam. Kelurahan Kamal Muara dan

Page 50: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

104

Kapuk Muara Penjaringan mempunyai persentase pemeluk agama Islam berturut-

turut adalah 56 % dan 75 %. Kegiatan masyarakat yang berhubungan langsung

dengan hutan lindung adalah: sebagai nelayan, pencari bibit mangrove, penyedia

bibit dan penanaman mangrove, pencari ikan (mancing dan menjala), berekreasi

dengan memancing, dan pemulung plastik (Laporan Hasil Pembinaan dan

Kegiatan Pemerintah Kelurahan 2010).

Sebagai nelayan yang mencari ikan di laut, sebagian kecil nelayan

menambatkan perahu dan bertempat tinggal sementara di hutan lindung dengan

membuat gubuk. Pencari ikan mencari ikan dengan memancing dan menjala atau

memasang bubu di hutan lindung, sungai atau tambak di belakang hutan

mangrove, sedangkan pada hari-hari libur masyarakat sekitar areal hutan lindung

dengan menggunakan sepeda atau sepeda motor berekreasi sambil memancing.

Kegiatan masyarakat yang berdampak langsung terhadap hutan lindung di jalur

Ekowisata mangrove Tol Soediyatmo adalah pemanfaatan lahan sebagai kolam

pemancingan di antara guludan-guludan mangrove. Pemanfaatan jenis ini tidak

terlalu mengkawatirkan akan kelestarian mangrove. Sebaliknya, adanya intensitas

peningkatan penanaman mangrove dengan metode guludan oleh pemerintah,

swasta, akademisi, dan lainnya secara tidak langsung menggeser keberadaan

mereka di sekitar lokasi kawasna lindung mangrove Jakarta.

Kepemilikan pengguna lahan di Kelurahan Kapuk Muara adalah sebagai

berikut: 23,2 % (pertanian); 5,0 % (industri); 53,8 % (pemukiman); 3,1 %

(perkantoran); 0,6 % (perdagangan); lain-lain sebesar 14,3 %. Di Kamal Muara

kepemilikan penggunaan lahan adalah sebagai berikut: 52,0 % (pertanian); 43,87

% (perkantoran, pemukiman, dan perdagangan); lain-lain sebesar 4,13 %.

Khusus di areal hutan lindung, areal yang ada saat ini berupa:

Areal hutan yang dipadati tegakan pohon atau hutan, terutama di sekitar

Cengkareng Drain dan sekitar break water PT. Mandara Permai

Areal tambak, yaitu areal hutan lindung yang berupa parit atau kolam untuk

tambak ikan dan digarap oleh masyarakat

Tanggul-tanggul batas tambak, tanggul timbunan sampah dan tanggul

pencegah abrasi.

Page 51: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

105

Berdasarkan fungsi, areal hutan lindung dikembangkan untuk: (1)

perlindungan, (2) konservasi, dan (3) rekreasi alam, sedangkan berdasarkan areal

kunjungan akan dikembangkan ruang dengan orientasi terhadap: (1) penerimaan,

(2) transisi, dan (3) ekologis. Luas areal hutan lindung yang semula hanya 44,67

ha setelah dikembangkan atau diperluas diperkirakan akan menjadi 81,7 ha

(Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Fakultas Kehutanan IPB 2000).

4.4.1 Penduduk

Secara administratif hutan mangrove Muara Angke termasuk wilayah

Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara, namun Kelurahan

Penjaringan, Kelurahan Tegal Alur dan Kelurahan Pluit juga berinteraksi dengan

kawasan mangrove Muara Angke. Laporan Sensus Penduduk Jakarta Utara (2010)

luas wilayah Kodya jakarta Utara 146,66 km2, dengan jumlah penduduk tahun

2010 sebanyak 1.645.312 jiwa (300.970 KK) dengan rincian jumlah laki-laki

824.159 jiwa (50 %) dan jumlah perempuan 821.153 jiwa (50 %). Kecamatan

yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Koja

sebesar 23.529 jiwa per km2 sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan

Penjaringan sebesar 6.748 jiwa per km2.

Jumlah penduduk per kecamatan tertinggi di Kecamatan Tanjung Priok

sebesar 22,80 % (375.131 jiwa) dan kecamatan Penjaringan sebesar 18,6 2%

(300.434 jiwa). Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kodya Jakarta Utara ini

dikarenakan tingkat urbanisasi yang tinggi.

Dalam laporan sensus penduduk Jakarta Utara (2010) luas wilayah

Kecamatan Penjaringan 35,49 km2, dengan jumlah penduduk 306.351 jiwa

(152.584 jiwa laki-laki dan 153.767 jiwa perempuan), kepadatan penduduk 6.748

jiwa/km2.

Penduduk yang berdekatan dengan hutan mangrove Muara Angke adalah

penduduk yang tinggal di Kelurahan Pluit. Di samping itu beberapa anggota

masyarakat luar juga ikut memberikan pengaruh terhadap keberadaan hutan

mangrove, seperti Kelurahan Tegal Alur, Kelurahan Kamal Muara, dan Kelurahan

Teluk Gong.

Page 52: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

106

a. Kelurahan Pluit

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1251 Tahun

1986 tanggal 26 Juli 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas,

Perubahan Nama Kelurahan di DKI Jakarta, salah satunya adalah Kelurahan Pluit

yang merupakan pecahan dari 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan Penjaringan dan

Kelurahan Pejagalan. Kelurahan Pluit mulai aktif menyelenggarakan tugas

pemerintahan dan kemasyarakatan serta pembinaan ketertiban wilayah pada

tanggal 1 Nopember 1986. Masyarakat yang terkait erat dengan SMMA adalah

masyarakat yang tinggal di RW.01 dan RW.11 Kelurahan Pluit.

Penduduk di Kelurahan Pluit (46.760 jiwa) yang terdiri atas: laki-laki

(24.338 jiwa) dan perempuan (22.422 jiwa), dengan jumlah kepala keluarga

16.294 KK. Jumlah penduduk usia produktif (15 - 45 tahun) merupakan jumlah

terbanyak yaitu 20.896 jiwa (44,69 %).

Penduduk di Kelurahan Pluit mempunyai tingkat pendidikan yang merata

mulai tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Sedangkan mata pencaharian

masyarakat di Kelurahan Pluit beranekragam, hal ini dikarenakan Kelurahan Pluit

masih dekat pusat kota Jakarta.

Tabel 29 Kondisi penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan di

Kelurahan Pluit

No. Jenis Pendidikan/

Mata pencaharian

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Jumlah Penduduk 24.338 22.422 46.760

Jumlah Kepala Keluarga 13.573 2.721 16.294

Pendidikan

1 Tidak sekolah - - -

2 Tidak tamat SD 764 918 1.682

3 Tamat SD 2.614 3.432 6.046

4 Tamat SLTP 5.597 4.919 10.516

5 Tamat SLTA 7.249 5.738 12.987

6 Tamat Akademi/P.T. 3.272 1.934 5.206

Pekerjaan

1 Tani 0 0 0

2 Karyawan Swasta/Negeri/ABRI 8.123 5.713 13.836

3 Pedagang 6.951 3.994 10.945

4 Nelayan 2.689 0 2.689

5 Buruh tani 0 0 0

Page 53: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

107

Tabel 29 Kondisi penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan di

Kelurahan Pluit (lanjutan)

No. Jenis Pendidikan/

Mata pencaharian

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

6 Pensiun 554 231 785

7 Pertukangan 23 23

8 Penganguran 607 347 954

9 Fakir miskin 354 250 604

10 Lain-lain 906 2.813 3719

Sumber : Monografi Kelurahan Pluit (2010)

b. Kelurahan Kamal Muara

Kelurahan Kamal Muara merupakan salah satu kelurahan yang ada di

Kecamatan penjaringan yang memiliki aktivitas dengan sektor perikanan dan

kelautan. Masyarakat kelurahan ini juga banyak berinteraksi baik secara langsung

dan tidak langsung dengan kawasan mangrove. Banyak penduduk kelurahan ini

yang bermatapencaharian sebagai nelayan atau tani. Kecamatan ini memiliki luas

wilayah seluas 1.053 ha terdiri dari 6 (enam) RW dan 44 RT dengan jumlah

penduduk 8.960 jiwa dan 2.291 KK.

Penggunaan lahan di Kelurahan Kamal Muara untuk kebutuhan

perumahan hanya seluas 185,70 ha. Kebutuhan penggunaan lahan yang terbesar

malahan di luar untuk perumahan dan industri seluas 670 ha.

Penduduk di Kelurahan Kamal Muara sebagian besar didominasi oleh

WNI yaitu sebanyak 8.955 jiwa (99,99 %) dan WNA Asing hanya sebanyak 5

jiwa (0,06 %). Jumlah penduduk 2.286 jiwa yang terdiri atas laki-laki (1.952 jiwa)

dan perempuan 334 jiwa. Jumlah penduduk yang produktif di Kelurahan Kamal

Muara (15-45 tahun) merupakan jumlah terbanyak yaitu 4.384 jiwa (48,93 %).

Page 54: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

108

Tabel 30 Jumlah penduduk menurut kelas umur dan jenis kelamin di Keluruhan

Kamal Muara No. Umur WNI WNA Keterangan

(Tahun) Laki-

laki

Perempuan Jumlah Laki-

laki

Perempuan Jumlah (Jumlah)

1. 0 – 4 319 337 728 0 0 0 728

2. 5 – 9 480 379 859 0 0 0 859 3. 10 – 14 405 338 744 0 0 0 744

4. 15 – 19 320 355 675 1 0 1 676

5. 20 –24 413 368 782 1 0 1 783

6. 25 – 29 434 358 792 1 0 1 793 7. 30 – 34 382 347 729 0 0 0 729

8. 35 – 39 431 328 759 0 0 0 759

9. 40 – 44 329 315 644 0 0 0 644

10. 45 – 49 324 331 655 0 0 0 655 11. 50 – 54 331 250 581 0 0 0 581

12. 55 – 59 215 173 388 0 0 0 389

13. 60 – 64 155 127 282 1 0 1 282

14. 65 – 69 78 69 147 0 0 0 147 15. 70 –74 56 54 110 0 0 0 110

16. 75 - keatas 36 44 80 0 1 1 81

Jumlah 4.782 4.173 8.955 4 1 5 8.960 Sumber : Monografi Kelurahan Kamal Muara, 2010

Penduduk di Kelurahan Kamal Muara memiliki mata pencaharian

beraneka ragam, hal ini dikarenakan Kelurahan Kamal Muara masih dekat pusat

Kota Jakarta. Untuk lebih ringkasnya dapat disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan di

Kelurahan Kamal Muara

No. Mata pencaharian Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Jumlah Penduduk 4.786 4.174 8.960

Jumlah kepala Keluarga 1.952 334 2.286

Pekerjaan

1 Tani 0

2 Karyawan Swasta/Negeri/ABRI 2.251

3 Pedagang 904

4 Nelayan 814

5 Buruh 1.771

6 Pensiun 386

7 Wirausaha 460

8 Lain-lain 2.351

Sumber : Monografi Kelurahan Kamal Muara (2010)

c. Kelurahan Kapuk Muara

Kelurahan Kapuk Muara merupakan salah satu kelurahan yang dibentuk

berdasarkan surat keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor: DI-a/1/1/1974 tanggal

Page 55: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

109

8 Januari 1974 tentang pemecahan wilayah administratif kelurahan Kapuk,

Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat dipecah mejadi dua wilayah kelurahan

yaitu Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta

Utara.

Kemudian berdasarkan surat keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor:

1251 tahun 1986 tanggal 29 Juli 1986 tentang pemecahan, penyatuan, penetapan

batas, perubahan nama dan penetapan luas wilayah kelurahan, sebagian wilayah

keluarahan Kapuk Muara dari kali Cengkareng Drain ke arah barat menjadi

wilayah kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan Kotamadya Jakarta

Utara.

Masyarakat kelurahan ini memiliki interaksi baik secara langsung dan

tidak langsung dengan kawasan mangrove. Banyak penduduk kelurahan ini yang

bermatapencaharian sebagai nelayan atau tani. Kecamatan ini memiliki luas

wilayah seluas 1.055 ha terdiri dari 6 (enam) RW dan 44 RT dengan jumlah

penduduk 8.960 jiwa dan 2.291 KK. Penggunaan lahan di Kelurahan Kapuk

Muara untuk kebutuhan perumahan hanya seluas 483 ha. Kebutuhan penggunaan

lahan yang terbesar di sektor industri seluas 495,4 ha.

Berdasarkan data Monografi Kelurahan Kapuk Muara 2010 jumlah

penduduk di Kelurahan Kapuk Muara sebanyak 23.522 jiwa dengan jumlah KK

sebanyak 10.753 jiwa. Warga kelurahan ini didominasi oleh WNI yaitu sebanyak

23.508 jiwa (99,94 %) dan WNA hanya sebanyak 14 jiwa (0,06 %). Jumlah

penduduk yang produktif di Kelurahan Kapuk Muara (15-45 tahun) merupakan

jumlah terbanyak yaitu 11.718 jiwa (49,82 %).

Penduduk di Kelurahan Kapuk Muara memiliki mata pencaharian

beraneka ragam, hal ini dikarenakan Kelurahan Kamal Muara masih dekat pusat

kota Jakarta. Untuk lebih ringkasnya dapat disajikan pada Tabel 32.

Page 56: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

110

Tabel 32 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan di

Kelurahan Kapuk Muara

No. Jenis Pendidikan/

Mata pencaharian

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Jumlah Penduduk 12.066 11.442 23.522

Jumlah kepala Keluarga 10.753

Pendidikan

1 SD 3.418

2 SLTP 3.025

3 SLTA 1.593

4 SLTA 242

5 Akademisi 293

6 S1 31

7 S2 17

8 S3

Pekerjaan

1 Tani 12

2 Karyawan Swasta 8.213

3 ABRI 17

4 Pedagang 752

5 Nelayan 21

6 Buruh 7.126

7 Pensiunan 64

8 Swasta lainnya 1.969

9 PNS 83

10 Lain-lain 2.014

Sumber : Monografi Kelurahan Kapuk Muara (2010)

d. Kelurahan Penjaringan

Masyarakat kelurahan ini memiliki interaksi baik secara langsung dan

tidak langsung dengan kawasan mangrove. Mayoritas penduduk kelurahan ini

bermatapencaharian pedagang, buruh karyawan pabrik, dan pegawai negeri.

Hanya sebagian kecil yang bermatapencaharian sebagai nelayan/tani. Kecamatan

ini memiliki luas wilayah seluas 1.489,5 ha.

Berdasarkan data Monografi Kelurahan Penjaringan 2010 jumlah

penduduk di Kelurahan Penjaringan sebanyak 76.345 jiwa dengan jumlah KK

sebanyak 16.753 jiwa.Warga kelurahan ini didominasi oleh WNI yaitu sebanyak

76.208 jiwa (99,98%) dan WNA Asing hanya sebanyak 137 jiwa (0,2%). Jumlah

penduduk yang produktif di Kelurahan Penjaringan (15-45 tahun) merupakan

jumlah terbanyak yaitu 35.788 jiwa (46,9%).

Page 57: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

111

Penduduk di Kelurahan Penjaringan memiliki mata pencaharian beraneka

ragam, hal ini dikarenakan Kelurahan Penjaringan merupakan Kota Kecamatan

Penjaringan dan memiliki jarak relatif dekat dengan pusat kota Jakarta. Untuk

lebih ringkasnya dapat disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan di

kelurahan penjaringan

No. Jenis Pendidikan/

Mata pencaharian

Jenis Kelamin

Jumlah

(jiwa) Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa)

Jumlah Penduduk 39.005 37.340 76.345

Jumlah kepala Keluarga 16.753

01.

02. 03.

04.

05.

06. 07.

01. 02.

03.

04.

05. 06.

07.

08.

09. 10.

Pendidikan

SD SLTP

SLTA SLTA

Akademisi

S1 S2

S3

Pekerjaan Tani

Karyawan Swasta

ABRI

Pedagang Nelayan

Buruh

Pensiunan

Swasta lainnya PNS

Lain-lain

14.418

35.025 24.593

968

1.293

31 17

124 24.324

57

24.495

85 23.765

275

1.969

237 1.014

Sumber : Monografi Kelurahan Penjaringan (2010)

Dari struktur matapencaharian responden di setiap kelurahan sampel

sebagaimana disajikan pada Tabel 34, tingkat pendapatan rata-rata di kelurahan

yang menjadi sampel penelitian relatif beragam. Hanya responden di Kelurahan

Penjaringan pendapatan terendah adalah karyawan swasta, sedangkan di

kelurahan Muara Kamal pekerja Freelance, Pluit pedagang, Kapuk Muara

pensiunan/iburumahtangga dan Tegal Alur pekerja karyawan swasta. Dengan

demikian tipikal pendapatan responden berdasarkan matapencaharian dalam

penelitian ini cenderung beragam sesuai dengan kondisi lokalistik kelurahan yang

ada.

Jika dibandingkan untuk semua jenis matapencaharian di keluarahan

sampel jenis pekerjaan Pensiunan/Ibu rumah tangga memiliki tingkat pendapatan

Page 58: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

112

terendah yaitu sebesar Rp. 1.950.000 per bulan. Tingkat pendapatan tertinggi

untuk jenis matapencaharian/pekerjaan nelayan/tani yaitu sebesar Rp. 3,231,144

per bulan. Tingginya pendapatan nelayan ini disebabkan responden memiliki

pekerjaan sampingan, sehingga sumber pendapatan responden tidak hanya

bersumber dari satu sumber saja. nelayan/tani memiliki pekerjaan sampingan

sebagai buruh bangunan dan biasanya juga menjalankan usaha dagang sembako

dan lainnya.

Berdasarkan sebaran pendapatan untuk semua kelurahan sampel, rata-rata

tingkat pendapatan tertinggi adalah kelurahan pluit yaitu sebesat Rp. 3.274.350

per bulan dengan tingkat pendapatan tertinggi dari matapencaharian

petani/nelayan. Sedangkan rata-rata tingkat pendapatan terendah adalah kelurahan

Tegal Alur yaitu sebesar Rp. 1.995.833 per bulan.

Tabel 34 Rata-rata tingkat pendapatan penduduk di Kelurahan Penjaringan,

Muara Kamal, dan Pluit

No

Jenis Mata

Pencaharian

Responden

Penjaringan Muara Kamal Pluit

n Pendapatan n Pendapatan n Pendapatan

1 Petani/nelayan 2 2.500.000 9 2.688.888 11 4.504.545

2 PNS 3 2.833.333 1 3.000.000 0 0

3 Pedagang 6 2.167.677 3 3.100.000 8 1.900.000

4 Karyawan Swasta 2 2.000.000 10 2.033.333 13 3.692.857

5 Freelance 4 3.975.00 4 1.233.333 0 0

6 Pensiunan 0 0 6 1.900.000 1 3.000.000

Rata-rata 1 2.695.000 33 2.325.925 34 3.274.350

Keterangan : n = Jumlah responden (orang)

Sumber : data primer

Tabel 35 Rata-rata tingkat pendapatan penduduk di Kelurahan Kapuk Muara dan

Tegal Alur

No Jenis Matapencaharian

Responden Kapuk Muara Tegal Alur

n Pendapatan n Pendapatan

1 Petani/nelayan 0 0 0 0

2 PNS 3 3.166.666 1 2.500.000

3 Pedagang 4 1.787.500 8 1.950.000

4 Karyawan swasta 17 2.044.117 3 1.633.333

5 Freelance 0 0 0 0

6 Pensiunan 7 1.000.000 4 1.900.000

Rata-rata 31 1.999.571 16 1.995.833

Keterangan : n = Jumlah responden (orang)

Sumber : data primer

Page 59: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

113

4.4.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Kawasan Mangrove

Muara Angke

Secara umum masyarakat di sekitar Hutan Lindung Angke Kapuk dapat

diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu masyarakat nelayan, masyarakat

petambak, masyarakat gedungan di luar Perumahan Pantai Indah Kapuk (Non-

PIK), dan masyarkat perumahan Pantai Indah Kapuk (PIK). Berdasarkan letak

pemukiman dan ketergantungan terhadap ekosistem hutan lindung tersebut, maka

masyarakat nelayan dan petambak merupakan komunitas yang paling intensif

berinteraksi dengan kawasan hutan lindung dibanding dengan masyarkat kategori

lainnya.

Dalam kajian ini untuk mengetahui karakteristik dan persepsi keempat

kategori masyarakat tersebut dilakukan wawancara dengan beberapa responden

yang mewakili setiap kategori. Adapun hal-hal yang dikaji meliputi antara lain:

Persepsi masyarakat terhadap keberadaan kawasan lindung

Manfaat hutan lindung

Upaya peletarian ekosistem hutan lindung.

Secara rinci, hasil kajian terahadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di

sekitar kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaaan Hutan Lindung

Keberadaan dan kelestarian ekosistem Hutan Lindung Angke Kapuk

sangat ditentukan oleh intensitas gangguan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena

itu, maka persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan lindung perlu dikaji

secara seksama untuk memperoleh gambaran mengenai pandangan dan

pemahaman masyarakat terhadap keberadaan dan kelestarian hutan lindung

beserta ekosistem yang ada di dalamnya. Sehubungan dengan hal tesebut, dalam

kajian ini diajukan beberap pertanyaan kepada responden dari setiap kategori

sebagai berikut:

1. Apakah masyarakat memahami fungsi hutan lindung dan ekosistem

mangrove yang ada di dalamnya?

2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang kondisi vegetasi di hutan lindung

pada masa lalu (10–20 tahun yang lalu) dibanding dengan kondisi saat ini?

Page 60: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

114

3. Bagaimana persepsi masyarakat tentang tingkat kerusakan hutan lindung saat

ini?

4. Apakah hutan lindung perlu dipertahankan atau tidak?

Hasil penghimpunan data (wawancara) dan penilaiannya terhadap

jawaban setiap kategori responden dapat direkapitulisasi dan disajikan secara

tabulasi seperti terlihat dalam Tabel 36.

Tabel 36 Persepsi masyarakat terhadap keberadaan kawasan lindung menurut

persentase penilaian responden

No Persepsi Masyarakat

Kategori Masyarakat

Nelayan

(%)

Petambak

(%)

Non-PIK

(%)

PIK

(%)

1

Pemahaman masyarakat terhadap hutan lindung

a. Sangat memahami

b. Memahami

c. Tidk memahami

18,2

45,5

36,4

20,0

50,0

30,0

12,5

75,0

12,5

0,0

56,6

44,4

2

Kondisi vegetasi di hutan lindung pada masa lalu (10 – 20 tahun yang lalu)

a. Sangat lebat

b. Cukup lebat

c. Lebih baik dari sekarang

d. Sama seperti sekarang

e. Tidak tahu

27,3

18,2

36,4

9,1

9,1

30,0

10,0

10,0

10,0

40,0

50,0

12,5

0,0

0,0

3,0

0,0

44,4

33,3

0,0

22,2

3

Tingkat kerusakan hutan lindung

a. Tidak rusak

b. rusak

c. Rusak sekali

d. Tidak tahu

27,3

45,5

27,3

0,0

20,0

60,0

0,0

20,0

25,0

50,0

0,0

25,0

0,0

77,8

11,1

11,1

4 Perlu tidaknya hutan mangrove dipertahankan

a. sangat perlu

b. Perlu

c. Tidak tahu

27,3

72,7

0,0

20,0

80,0

0,0

37,5

62,5

0,0

66,7

11,1

22,2 Sumber : Santoso, N (2002)

Berdasarkan Tabel 36, terlihat bahwa dari segi pemahaman terhadap

fungsi hutan lindung, maka mayoritas masyarakat keempat kategori telah

memahaminya. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya persentase jumlah responden

yang menyatakan memahami dan sangat memahami fungsi hutan lindung, yaitu

63,7 % untuk masyarakat kategori nelayan; 70,0 % untuk masyarakat petambak;

87,5 % untuk masyarakat Non-PIK dan 55,6 % untuk masyarakat PIK. Terlihat

pula bahwa persepsi masyarakat Non-PIK (yang kurang intensif berinteraksi

Page 61: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

115

dengan ekosistem hutan lindung) relatif lebih baik dibanding dengan persepsi

masyarakat nelayan dan masyarakat petambak, yang keduanya merupakan

masyarakat yang paling intensif memanfaatkan potensi hutan lindung. Hal ini

mungkin karena kategori masyarakat Non-PIK memiliki tingkat pendidikan lebih

tinggi (mayoritas berpendidikan SLTP dan SLTA) dibanding dengan masyarakat

nelayan dan petambak, yang mayorita berpendidikan SD, sehingga memiliki

pemahaman yang cukup baik tentang pentingnya hutan lindung. Selain itu,

kehidupan masyarakat Non-PIK tidak terlalu bergantung akan sumberdaya hutan

lindung dengan letak pemukiman yang relatif agak jauh dibanding masyarakat

nelayan dan petambak. Ada pun masyarakat PIK, cukup wajar apabila mereka

kurang memahami akan pentingnya fungsi hutan lindung mengingat sangat

kurangnya mereka dengan ekosistem hutan lindung di samping letak perumahan

mereka yang cukup jauh dengan kawasan hutan lindung.

Berkaitan dengan kondisi hutan lindung, umumnya masyarakat di keempat

kategori tersebut memiliki pemahaman yang cukup baik dalam arti mereka

menyadari telah terjadi perubahan ekosistem pada masa lalu dengan masa

sekarang. Secara umum, masyarakat menyatakan bahwa kondisi hutan lindung

pada masa lalu (10 - 20 tahun yang lalu) yang lebih baik dari kondisi sekarang.

Hal ini ditunjukkan dengan persentase responden yang menyatakan kondisi hutan

lindung pada masa lalu sangat lebat, cukup lebat, dan lebih baik daripada

sekarang, yaitu 81,9 % pada masyarakat nelayan; 50 % pada masyarakat

petambak; 62,5 % pada masyarakat Non-PIK; dan 77,7% pada masyarakat PIK.

Dari keempat kategori masyarakat tersebut terlihat suatu konsistensi penilaian,

sehingga dapat disimpulkan bahwa umumnya mereka memahami dan menyadari

perubahan yang terjadi pada kondisi hutan lindung yang pada masa lalu memiliki

kondisi yang sangat baik.

Melihat kondisi hutan lindung ini, maka sebanyak, 72,8 % responden

dalam kategori masyarakat nelayan menyatakan rusak dan rusak sekali. Begitu

pun dengan masyarakat petambak (60 %), Non-PIK (50 %), dan PIK (88,9 %)

menyatakan kondisi hutan lindung saat ini telah rusak. Untuk itu, upaya

mempertahankan keberadaan dan kelestarian hutan lindung menurut persepsi

masyarakat perlu dilakukan. Hal ini terlihat dari besarnya persentase responden

Page 62: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

116

yang memandang perlu dan sangat perlu dalam upaya pelestarian hutan lindung,

yaitu seluruh responden (100 %) pada kategori masyarakat nelayan, petambak,

dan Non-PIK dan 77,8 % responden dalam masyarakat PIK. Ada pun alasan

mereka antara lain karena hutan mangrove memiliki kemampuan dapat:

Menjaga keseimbangan alam

Menambah estitika pantai

Mencegah abrasi pantai

Mempertahankan keanekaragman flora dan fauna

Menjaga keseimbangan udara dan lingkungan

Jadi berdasarkan atas persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan

lindung tersebut dapat disimpulkan bahwa pada umumnya masyarakat pada

keempat kategori di atas telah memahami dan menyadari akan arti pentingnya

hutan lindung tersebut. Selain itu adanya persepsi yang positif dari masyarakat

tersebut merupakan modal utama yang perlu dikembangkan untuk perberdayaan

masyarakat dalam program pelestarian hutn lindung.

b. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Hutan Lindung

Sebagai salah satu sumberdaya alam, ekosistem Hutan Lindung Angke

Kapuk dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung

bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat. Sesuai dengan peruntukannya

sebagai kawasan lindung, maka sebenarnya pemanfatan sumberdaya hutan

lindung sangat dibatasi, akan tetapi pada kenyataannya, ternyata di kawasan

Hutan Lindung Angke Kapuk terdapat kecenderungan pemanfaatan yang melebihi

batas, seperti pembukaan tambak dan perumahan. Guna mengetahui persepsi

masyarakat manfaat Hutan Lindung Angke Kapuk, dilakukan wawancara dengan

masyarakat mengenai:

Intensitas interaksi masyarakat dengan ekosistem mangrove

Pemanfaatan hutan lindung sebagai tempat rekreasi

Persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambakan

Page 63: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

117

Tabel 37 Persepsi masyarakat terhadap manfaat kawasan lindung menurut

persentase penilaian responden

No Persepsi Masyarakat Kategori Masyarakat

Nelayan

(%)

Petambak

(%)

Non-PIK

(%)

PIK

(%)

1 Intensitas interaksi masyarkat dengan hutan lindung

a. Sering

b. Pernah

c. Belum pernah

0,0

27,3

72,7

60,0

20,0

20,0

0,0

25,0

75,0

0,0

33,3

66,7

2 Pemanfaatan hutan mangrove sebagai tempat rekreasi keluarga

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak tahu

9,1

81,1

9,1

10,0

90,0

0,0

0,0

100,0

0,0

22,2

55,6

22,2

3 Perbandingan manfaat keberadaan tambak dengan hutan mangrove

a.Lebih besar manfaat tambak

daripada mangrove

b.Lebih besar manfaat huatn

mangrove daripada tambak

c.Tidak tahu

45,5

54,5

0,0

60,0

30,0

10,0

0,0

87,5

12,5

0,0

44,4

22,2 Sumber : Santoso, N (2002)

Dari Tabel 37 terlihat bahwa sebagai komunitas masyarakat yang relatif

dekat dengan kawasan lindung umumnya masyarakat pernah berinteraksi dengan

hutan lindung. Interaksi paling intensif terlihat pada masyarakat petambak

(80,0 %) karena secara langsung mereka mengkonversi sebagian kawasan hutan

lindung menjadi areal pertambakan. Sedangkan pada masyarakat nelayan, Non-

PIK, dan PIK umumnya merasa belum pernah berinteraksi secara intensif dengan

hutan lindung. Dalam hal ini ketidakkonsistenan terlihat pada masyarakat nelayan,

dimana mereka mengaku belum pernah berinteraksi (72,2 %) padahal pada

kenyataanya mereka sangat tergantung pula pada potensi perairan di sekitar hutan

lindung tersebut.

Selain pemanfaatan dalam bentuk pengambilan potensi sumberdaya alam,

alternatif pemanfaatan aspek estitika untuk kegiatan rekreasi ternyata mendapat

tanggapan yang positif dari masyarakat. Hal ini terlihat dari besarnya persentase

responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju, yaitu 90,9 % menurut

pendapat nelayan; 100,0 % menurut pendapat masyarakat petambak dan Non-

PIK; serta 77,8 % menurut pendapat masyarakat PIK. Adapun alasan persetujuan

mereka antara lain:

Mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar

Sarana pendidikan linkungan bagi anak

Page 64: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

118

Menambah estitika

Sarana beristirahat bernuansa alami

Untuk itu, masyarakat mengharapkan pihak pengelola hutan lindung untuk

membangun sarana rekreasi seperti: pemancingan, wisata pantai, taman burung,

arboretum alam dll, yang dilengkapi dengan sarana penunjang antara lain seperti:

masjid, jalan, tempat berteduh, transportasi, rumah peristirahatan, dan kantin.

Namun mengingat statusnya sebagai hutan lindung, maka hendaknya

pembangunan sarana alternatif rekreasi tersebut jangan sampai merubah fungsi

dan kondisi hutan lindung tersebut.

Berkaitan dengan adanya pemanfaatan sebagian kawasan lindung menjadi

areal pertambakan, terlihat adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dari

data di atas, terlihat bahwa masyarakat nelayan (54,5 %); masyarakat Non-PIK

(87,6 %); dan masyarakat PIK (44,4 %) memiliki persepsi yang sama bahwa

hutan mangrove memberikan manfaat yang jauh lebih besar daripada tambak.

Sedangkan menurut persepsi masyarakat petambak sendiri, walaupun sebagai

besar (60 %) mereka berpendapat bahwa tambak memberikan manfaat yang lebih

besar daripada hutan mangrove, tetapi sebagian masyarakat masih memiliki

pandangan yang cukup baik bahwa dari segi kelestarian sumberdaya alam sudah

barang tentu hutan mangrove memberikan manfaat yang lebih besar daripada

tambak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa umumnya

masyarakat sekitar hutan lindung telah memahami dan merasakan manfaat

keberadaan hutan lindung yang lebih baik secara langsung ataupun tidak. Akan

tetapi, perlu diberikan pemahaman yang mendalam tentang perimbangan besarnya

manfaaat ekonomis dan ekologis dari ekosistem hutan lindung tersebut. Hal ini

mengingat akan desakan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, sehingga

terdapat kecenderungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan

kebutuhan ekonomi masyarakat.

c. Persepsi Masyarakat Mengenai Upaya Pelestarian

Upaya pelestarian hutan lindung mutlak perlu dilakukan untuk

kelangsungan kelestarian di masa mendatang. Sebagai kawasan lindung yang

Page 65: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

119

dikelilingi oleh komunitas masyarakat, kelestarian Hutan Lindung Angke Kapuk

sangat ditentukan oleh peran aktif masyarakat sekitar.

Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap upaya pelestarian hutan

lindung, maka dalam kajian ini dilakukan wawancara dengan masyarakat sekitar.

Hasil wawancara dapat direkapitulasi dengn menggunakan Tabel 38 berikut.

Tabel 38 Persepsi masyarakat pelestarian kawasan lindung menurut persentase

penilaian responden

No Persepsi Masyarakat Kategori Masyarakat

Nelayan

(%)

Petambak

(%)

Non-PIK

(%)

PIK

(%)

1 Kemampuan untuk mengamankan keberadaan hutan lindung

a. Bersedia

b. Tidak bersedia

c. Tidak tahu

100,0

0,0

0,0

90,0

10,0

0,0

50,0

0,0

50,0

55,6

0,0

33,3

2 Kemamuan untuk memasyarakatkan pentingnya hutan lindung

a. Bersedia

b. Tidak bersedia

c. Tidak tahu

81,8

18,2

0,0

90,0

10,0

0,0

62,5

0,0

37,5

66,7

0,0

22,2

3 Pemahaman mengenai akibat rusaknya hutan lindung

a. Tahu

b. Tidak tahu

63,4

27,3

40,0

60,0

62,5

37,5

33,3

55,6

4 Persepsi terhadap keberadaan Perumahan Indah Kapuk (PIK)

a. Baik

b. Tidak baik

c. Tidak tahu

18,2

27,3

54,5

20,0

0,0

80,0

87,5

0,0

12,5

55,6

0,0

22,2

5 Persepsi terhadap keberadaan tambak

a. Baik

b. Tidak baik

c. Tidak tahu

45,5

9,1

36,4

100,0

0,0

0,0

50,0

25,0

25,0

44,4

11,1

22,2

Sumber : Santoso, N (2002)

Dari data di atas, umumnya kemauan masyarakat untuk turut berpartisipasi

dalam pengamanan hutan lindung yang cukup besar. Sebanyak 100 % responden

yang berasal dari masyarakat nelayan, 90 % masyarakat petambak, 50 %

masyarakat Non-PIK, dan 55 % masyarakat PIK masing-masing menyatakan

bersedia turut serta dan berpartisipasi utnuk mengamankan dan melestarikan

kawasan lindung. Hasil positif lainnya dari persepsi masyarakat tersebut adalah

munculnya kemauan yang baik untuk memasyarakatkan pentingnya hutan

lindung. Terlihat dari data di atas, bahwa persentase jumlah responden yang

Page 66: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

120

menyatakan bersedia turut memasyarakatkan pentingnya hutan lindung cukup

besar yaitu berkisar antara 62,5 % hingga 90 % pada masing-masing kategori

masyarakat. Akan tetapi masyarakat nelayan dan petambak relatif lebih baik

motivasinya dibanding masyarakat Non-PIK dan PIK. Hal ini dimungkinkan

karena masyarakat nelayan dan petambak relatif intensif dalam menggunakan

sumberdaya hutan lindung, sehingga merasa bertanggung jawab pula atas

kelestariannya.

e. Penilaian Masyarakat Terhadap SMMA

Masyarakat di sekitar SMMA adalah masyarakat yang heterogen yang

terdiri dari beberapa suku dan agama. Menurut kedudukan dan aktivitasnya,

masyarakat sekitar SMMA terdiri atas: (1) masyarakat bantaran sungai, (2)

masyarakat di kampung nelayan, (3) masyarakat umum, dan (4) masyarakat

perumahan.

Masyarakat di bantaran S. Angke terdiri atas masyarakat dari daerah

Indramayu, Brebes, Demak, Surabaya, Kulon, dan Tangerang. Menurut informasi

dari aparat kelurahan kawasan tersebut adalah pemukiman liar karena merupakan

kawasan bantaran sungai. Khusus di dekat Muara S. Angke terdapat usaha

peengolahan kerang hijau yang sudah berjalan sejak tahun 1993. Pengusahaan

kerang hijau ini di satu sisi merupakan sumber penghasilan masyarakat, namun di

lain pihak ikut memberikan sumbangan yang besar dalam penyempitan S. Angke

melalui pembuangan cangkang kerang hijau di sepanjang pinggiran badan sungai.

Permasalahan ini apabila tidak ditangani secara serius akan dapat mengakibatkan

penyempitan terus-menerus pada S. Angke dan pada akhirnya dapat mendorong

terjadinya banjir.

Masyarakat di kampung nelayan merupakan komponen masyarakat yang

bermatapencaharian utama sebagai nelayan. Pembangunan Kampung Nelayan ini

sekitar tahun 1977-1979. Sedangkan status lahannya adalah pinjam pakai.

Pembangunan perumahan di Kampung Nelayan sudah berlangsung 3 kali dan

masyarakat terus mempertanyakan status lahan dan status kepemilikan. Penduduk

di Kampung Nelayan sama dengan penduduk di bantaran sungai, mempunyai

tingkat heterogenitas yang tinggi. Kegiatan pengasinan dilakukan oleh kelompok

Page 67: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

121

masyarakat yang berasal dari Indramayu, kegiatan nelayan didominasi oleh Pesisir

Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan kegiatan berdagang dilakukan

oleh penduduk dari Jawa, Makassar, dan Tangerang.

Kelompok masyarakat di perumahan dapat dijelaskan bahwa bentuk

kegiatannya adalah sebagai pemerhati satwaliar (monyet ekor panjang dan

burung), sifatnya untuk rekreasi dan santai. Di samping itu kawasan SMMA juga

dijadikan oleh kelompok-kelompok masyarakat sebagai tempat melepas burung

dan kura-kura yang tujuannya di samping konservasi juga ibadah (kepercayaan

Agama Budha).

Untuk lebih mengetahui pandangan, persepsi dan keinginan masyarakat

terhadap SMMA dapat dijelaskan sebagai berikut:

e.1. Mengerti Tentang SMMA

Responden di bantaran S. Angke dan kampung nelayan 80,6 %

mengetahui bahwa kawasan tersebut merupakan tanah Kehutanan dan 19,4 %

sudah mengetahui status kawasan sebagai kawasan konservasi (Suaka

Margasatwa Muara Angke). Hal lainnya menyebutkan bahwa masyarakat

menyayangkan kawasan tersebut tidak dikelola sebagaimana mestinya sehingga

menimbulkan anggapan kawasan tersebut kurang bermanfaat. Wawancara secara

mendalam dengan masyarakat menyatakan mereka setuju apabila kawasan SM

Muara Angke dikelola dan diperbaiki kembali kondisinya, alasannya karena

kawasan tersebut kalau terus dibiarkan kondisinya malah lebih rusak.

e.2. Merasakan Manfaat dan Fungsi SMMA

Berdasarkan pemahamannya terhadap SMMA masyarakat belum

merasakan manfaat langsung dari SMMA, hanya ada beberapa aktivitas

masyarakat yang memanfaatkan untuk mengambil sayur-sayuran (kangkung) dan

buah nipah dipergunakan untuk bahan pangan. Respon dari masyarakat apabila

SMMA dikembangkan pengelolaanya untuk kegiatan pendidikan lingkungan atau

wisata terbatas 92,3 % menyatakan setuju dengan alasannya bervariasi yaitu 61,8

% akan berusaha menjadi pedagang makanan, 15,3 % mau menjadi pemandu, dan

lainnya mau turut sebagai pekerja keamanan dan pekerja kebersihan.

Page 68: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

122

e.3. Penilaian Terhadap Kondisi SMMA Saat ini dan Sebelumnya

Penilaian masyarakat terhadap kondisi SMMA saat ini jika dibandingkan

tahun-tahun sebelumnya dijelaskan bahwasanya terjadinya penurunan kualitas

habitat dan vegetasi termasuk satwaliar dan ikan. Untuk vegetasi dijelaskan

bahwa masih banyak terdapat jenis pohon bakau di SMMA juga jenis ikan di

perairan sekitar.

e.4. Kesadaran Terhadap Pelestarian dan Perlindungan Hutan Mangrove

Kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap pelestarian dan

perlindungan SMMA sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dari wawancara dengan

beberapa tokoh masyarakat bahwa kawasan tersebut harus tetap dipertahankan

unsur perlindungan dan pelestariaannya. Beberapa alasan yang mendasarinya

adalah karena dapat mengurangi banjir dan merupakan tempat hidup satwaliar.

e.5. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan SMMA

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi serta pengamatan di lapangan

juga dengan penyebaran kuisioner terhadap anggota masyarakat di kampung

nelayan dan di bantaran sungai menyebutkan bahwa kawasan SMMA tidak

memberikan manfaat ekonomi terhadap masyarakat tetapi mempunyai fungsi

untuk melindungi satwaliar. Hal ini disebabkan kurangnya penyuluhan dan

sosialisasi terhadap masyarakat tentang status dan fungsi kawasan. Masih adanya

anggapan bahwa SMMA dan Hutan Lindung Angke Kapuk sebagai daerah angker

telah mengurangi interaksi masyarakat dengan kawasan SMMA.

Beberapa tokoh masyarakat yang diwawancarai dan diskusi menjelaskan

bahwasanya masyarakat mengharapkan dapat berperan serta dalam pengelolaan

kawasan SMMA. Peran serta ini wujudnya dalam peningkatan pendapatan dan

kesempatan berusaha merupakan faktor utama.

4.4.3 Interaksi Masyarakat dengan Hutan Mangrove

Interaksi yang paling besar datang dari masyarakat nelayan yaitu dengan

menggunakan S. Angke sebagai tempat tinggal dan tempat melabuhkan kapal. Hal

ini dikarenakan kondisi dari S. Angke yang menjorok ke dalam yang

Page 69: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

123

menyebabkan keadaan kapal tidak akan rusak oleh angin dan air pasang. Selain

itu juga letaknya yang berdekatan dengan pusat perdagangan ikan terbesar se-

Jawa Barat yaitu TPI Muara Angke, sehingga memudahkan para nelayan untuk

memasarkan ikan hasil tangkapan.

Interaksi kedua adalah dari masyarakat petambak yang mengubah hutan

bakau menjadi areal tambak, dan kebanyakan mereka membuka lahan ini tanpa

ijin dari pemerintah setempat. Tapi rata-rata para pengusaha tambak ini kurang

menyadari bahwa dengan semakin sedikitnya lokasi hutan bakau, maka hasil

tambak mereka akan semakin menurun. Tapi alternatif yang ditawarkan dari

rencana pengelolaan SMMA untuk dijadikan tempat wisata alam cukup menarik

minat masyarakat petambak dan mereka banyak yang mengatakan setuju.

Anggota masyarakat yang bukan masyarakat nelayan dan petambak

mereka cenderung memiliki tingkat pendidikan cukup tinggi yakni: SMU, dan

pandangan yang dikemukakan mengenai SMMA cukup baik. Selain itu mereka

sangat setuju jika hutan Muara Angke ini diperbaiki sehingga kondisinya baik

kembali seperti semula, mereka juga ingin ada suatu penyuluhan mengenai

kawasan hutan, karena pengetahuan mereka mengenai SMMA sangat minim,

mereka hanya tahu kalau SMMA ini merupakan suatu kawasan yang tidak boleh

diganggu gugat, tapi apa maksud dan tujuan dari tidak boleh diganggu gugatnya

kawasan tersebut disebabkan oleh apa dasarnya, mereka tidak tahu. Oleh karena

itu mereka setuju saja jika ada penyuluhan mengenai SMMA ini, dengan

mengetahui maksud dan tujuannya maka masyarakat akan lebih mengerti

mengenai kawasan SMMA.

Kebanyakan masyarakat sangat menyetujui apabila kawasan SMMA ini

dimanfaatkan untuk kawasan rekreasi, karena mereka merasa dapat terlibat

langsung, dari responden yang di tanya sekitar 44 % menyatakan ingin terlibat

langsung sebagai penjual makanan, sedangkan 22 % ingin terlibat sebagai penjaga

hutan dan petugas kebersihan.

4.4.4 Persepsi Responden Terhadap Perlunya Perbaikan Lingkungan

Hutan Mangrove Muara Angke

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Kelurahan Penjaringan,

Tegar Alur, Kamal Muara, Pluit, dan Kapuk yang merupakan kelurahan-kelurahan

Page 70: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

124

yang ada di sekitar hutan mangrove Muara Angke, diketahui bahwa mayoritas

masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut pernah mengalami kerugian akibat

gangguan lingkungan. Persentase terbesar masyarakat yang pernah mengalami

gangguan lingkungan adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tegal Alur,

Pluit, dan Kapuk Muara dengan persentase di atas 90 %. Data selengkapnya bisa

dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39 Persentase masyarakat yang pernah mengalami gangguan lingkungan di

kawasan Muara Angke, Jakarta

No Kelurahan Kerugian Akibat Gangguan Lingkungan

Ya (%) Tidak (%)

1 Penjaringan 69 31

2 Tegal Alur 94 6

3 Kamal Muara 80 20

4 Pluit 91 9

5 Kapuk Muara 90 10

Rata-rata 86 14

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa gangguan lingkungan yang

paling banyak atau sering dialami oleh masyarakat di lokasi penelitian adalah

banjir atau rob, sedangkan jenis gangguan lingkungan yang paling sedikit

dirasakan oleh masyarakat adalah abrasi. Tingginya gangguan banjir atau rob

yang dirasakan oleh masyarakat menunjukan bahwa gangguan banjir memiliki

cakupan wilayah yang lebih luas, sedangkan abrasi hanya dirasakan oleh

masyarakat yang tinggal dekat atau di sekitar pantai. Data selengkapnya bisa

dilihat pada Tabel 40.

Tabel 40 Jenis gangguan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Muara Angke,

Jakarta

No Kelurahan Jenis Gangguan Lingkungan yang Dialami

Abrasi (%) Banjir/rob (%) Intrusi Air Laut (%)

1 Penjaringan 36 100 100

2 Tegal Alur - 90 69

3 Kamal Muara 60 100 100

4 Pluit 25 100 82

5 Kapuk Muara 27 100 93

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa dalam 10 tahun

terakhir terdapat 40 % responden yang mengalami kerugian akibat abrasi, dengan

Page 71: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

125

frekuensi antara 1-3 kali dan lebih dari 6 kali. Data selengkapnya disajikan pada

Tabel 41.

Tabel 41 Frekuensi abrasi yang dialami responden selama 10 tahun terakhir

No Kelurahan Frekuensi Terkena Abrasi dalam 10 tahun terakhir (%)

0 kali 1-3 kali 4-6 kali >6 kali

1 Penjaringan 64 18 9 9

2 Tegal Alur 100 0 0 0

3 Kamal Muara 40 5 20 35

4 Pluit 32 41 12 15

5 Kapuk Muara 83 7 0 10

Rata-rata 60% 17% 8% 14%

Secara umum responden di lima kelurahan berpendapat bahwa dalam 10

tahun terakhir kerusakan akibat abrasi cenderung tetap (54 %), sedangkan 39 %

responden berpendapat bahwa kerusakan akibat abrasi memburuk dan semakin

buruk. Responden yang berpendapat bahwa dalam 10 tahun terakhir kerusakan

akibat abrasi cenderung membaik atau berkurang hanya 7 %. Hal ini

mengindikasikan belum terdapat program yang efektif untuk mengurangi atau

mencegah bahaya abrasi .

Tabel 42 Frekuensi kerusakan yang dialami responden selama 10 tahun terakhir

No Kelurahan Kerusakan Akibat Abrasi 10 Tahun Terakhir

Semakin Buruk Memburuk Sama Saja Membaik Semakin Baik

1 Penjaringan 0 27 55 18 0

2 Tegal Alur 6 19 69 6 0

3 Kamal Muara 5 40 55 0 0

4 Pluit 18 29 41 12 0

5 Kapuk Muara 30 10 60 0 0

Total 15 24 54 7 0

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 89 % responden dalam 10

tahun terakhir pernah mengalami gangguan lingkungan berupa intrusi air laut,

dengan persentase terbesar lebih dari enam kali. Hal ini menunjukan bahwa intrusi

air laut merupakan gangguan lingkungan yang lebih banyak dirasakan

dibandingkan dengan abrasi. Selain itu, intrusi air laut juga memiliki cakupan

wilayah yang lebih luas jika dibandingkan dengan abrasi. Data selengkapnya

disajikan pada Tabel 43.

Page 72: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

126

Tabel 43 Frekuensi intrusi air laut yang dialami responden dalam 10 tahun

terakhir

No Kelurahan

Frekuensi Terkena Intrusi Air Laut dalam 10 Tahun Terakhir

(%)

0 kali 1-3 kali 4-6 kali >6 kali

1 Penjaringan 0 20 20 60

2 Tegal Alur 31 6 6 56

3 Kamal Muara 0 0 0 100

4 Pluit 18 24 26 32

5 Kapuk Muara 7 13 7 73

Total 11 13 12 63

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa mayoritas responden

berpendapat bahwa kerugian akibat intrusi air laut dalam 10 tahun terakhir

cenderung memburuk atau semakin buruk. Sedangkan responden yang

berpendapat bahwa kerugian akibat intrusi air dalam 10 tahun terakhir cenderung

tetap sebanyak 23 % dan yang berpendapat membaik hanya 9 %. Data tersebut

juga mengindikasikan gangguan lingkungan berupa intrusi air laut belum

ditangani dengan baik, sehingga masih terus berlangsung dengan dampak negatif

yang terus bertambah. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 44.

Tabel 44 Kerugian akibat intrusi air laut dalam 10 tahun terakhir

No Kelurahan Kerugian Akibat Intrusi Air Laut 10 Terakhir

Semakin Buruk Memburuk Sama Saja Membaik Semakin Baik

1 Penjaringan 30 30 30 10 0

2 Tegal Alur 13 44 19 25 0

3 Kamal Muara 40 56 4 0 0

4 Pluit 15 29 47 9 0

5 Kapuk Muara 63 17 10 10 0

Total 34 34 23 9 0

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam 10 tahun terakhir

98 % responden pernah mengalami banjir atau rob, dengan frekuensi paling

banyak lebih dari 6 kali (58 %). Dengan demikian banjir di wilayah penelitian

cukup sering terjadi, dan wilayah yang paling sering terkena banjir adalah

Kelurahan Kamal Muara, dimana 100 responden yang berasal dari kelurahan

tersebut terkena banjir lebih dari 6 kali dalam 10 tahun terakhir. Data

selengkapnya disajikan pada Tabel 45.

Page 73: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

127

Tabel 45 Frekuensi banjir rob dalam 10 tahun terakhir

No Kelurahan Frekuensi Terkena Banjir dalam 10 Tahun Terakhir (%)

0 kali 1-3 kali 4-6 kali >6 kali

1 Penjaringan 6 12 24 59

2 Tegal Alur 6 63 6 25

3 Kamal Muara 0 0 0 100

4 Pluit 0 35 18 47

5 Kapuk Muara 0 53 4 43

Total 2 31 9 58

Mayoritas responden (55 %) berpendapat bahwa kerugian akibat banjir

akan semakin buruk atau memburuk, 22 % sama saja dan 21 % akan membaik

(kerugian akan berkurang). Responden terbanyak yang berpendapat bahwa

kerugian akibat banjir sama saja berasal dari Kelurahan Pluit dan Tegar Alur,

sedangkan responden yang berpendapat bahwa kerugian akibat banjir akan

berkurang (membaik) mayoritas berasal dari Kelurahan Tegal Alur dan Kapuk

Muara. Data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 46.

Tabel 46 Kerugian akibat banjir dalam 10 tahun terakhir

No Kelurahan Kerugian Akibat Banir dalam 10 Tahun Terakhir

Semakin Buruk Memburuk Sama Saja Membaik Semakin Baik

1 Penjaringan 24 52 24 0 0

2 Tegal Alur 6 6 31 44 13

3 Kamal Muara 39 48 10 3 0

4 Pluit 26 21 38 12 3

5 Kapuk Muara 23 17 10 50 0

Total 26 29 22 21 2

4.5 Kegiatan Pengelolaan Kawasan Mangrove Muara Angke yang Telah

Dilakukan

4.5.1 Kebijakan

Hutan mangrove Muara Angke adalah bagian dari kawasan hutan

mangrove (bakau) Tegal Alur-Angke Kapuk di pantai utara Jakarta yang termasuk

ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pada tahun

1977, Menteri Pertanian dengan Keputusan Nomor 16/Um/6/1977 tanggal 10 Juni

1977 menetapkan kembali peruntukan kawasan Angke Kapuk sebagai: Hutan

Page 74: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

128

Lindung (5 km sepanjang pantai dengan lebar 100 m), Cagar Alam Muara Angke,

Hutan Wisata, Kebun Pembibitan Kehutanan, dan Lapangan Dengan Tujuan

Istimewa (LDTI). Pembangunan Kawasan Kapuk Angke digagas oleh Pemerintah

DKI, sesuai arahan RUTR DKI 1965-1985, bertujuan untuk mengembangkan

areal tambak dan “eks-hutan” Angke-Kapuk yang terbengkalai, untuk perumahan

dan fungsi perkotaan lainnya.

Berdasarkan hasil tata batas di lapangan dan Berita Acara Tata Batas yang

ditandatangani pada tanggal 25 Juli 1994 oleh Panitia Tata Batas yang diangkat

dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta Nomor 924 tahun

1989, diketahui bahwa hutan yang dipertahankan adalah seluas 327,70 ha.

Sehubungan dengan itu, Menteri Kehutanan menetapkan kembali peruntukan dan

fungsi kelompok Hutan Angke Kapuk sebagai: Hutan Lindung (44,76 ha), Hutan

Wisata (99,82 ha), Cagar Alam Muara Angke (25,02 ha), Lahan Dengan Tujuan

Istimewa (LDTI) yang meliputi Kebun Pembibitan (10,51 ha), Transmisi PLN

(23,07 ha), Cengkareng Drain (28,93 ha), Jalan tol dan Jalur Hijau (95,50 ha).

Cagar Alam Muara Angke dikukuhkan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 097/Kpts-II/98, dengan

luas areal 25,02 ha, agar kondisinya dapat diperbaiki.

Kebijakan Pemda DKI Jakarta kedepan yang berkaitan dengan keberadaan

kawasan mangrove Muara Angke adalah: (1) Reklamasi Teluk Jakarta, (2)

Pembangunan Rel Kerata Api Manggarai - Bandara Soekarno Hatta, diperkirakan

mengurangi luas kawasan mangrove (LDTI) sekitar 16 ha. Khusus kebijakan

reklamasi Teluk Jakarta, Pemda DKI berkomitmen untuk tetap mempertahankan

kawasan mangrove dengan membangun kanal lateral (lebar 200 meter) dan

revitalisasi hutan lindung (sebelum dilakukan reklamasi).

4.5.2 Kelembagaan

Berdasarkan status, kawasan mangrove Muara Angke (478 ha) dikelola

oleh tiga pihak, yaitu: (1) Balai Konservasi Sumberdaya Alam pada kawasan

Suaka Margasatwa dan Taman Wisata Alam, (2) Dinas Kelautan dan Perikanan

pada kawasan Hutan Lindung dan LDTI, dan (3) PT. Murindra Karya Lestari

sebagai operator pengelola Taman Wisata Alam. Di samping itu masih terdapat

Page 75: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

129

lahan 150,3 ha yang dikelola Kementrian Kelautan dan Perikanan (50 ha), dan

tambak masyarakat (100,3 ha).

Tingginya permasalahan lingkungan dan kondisi kawasan mangrove

Muara Angke, belum mampu diatasi dengan kondisi pengelolaan saat ini yang

cenderung kurang sinergis, kurang koordinasi dan belum terintegrasinya

pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke.

Beberapa pihak yang menjadi mitra dalam pengelolaan kawasan mangrove

adalah: Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta (Pantai Indah Kapuk,

Mediterania), dan Perguruan Tinggi. Tingginya minat dan kepedulian para pihak

dalam meningkatkan pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke belum

mampu mewujudkan pengelolaan kawasan mangrove berkelanjutan.

4.5.3 Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan pengelolaan sebelum tahun 1997 masih bersifat rutin

(pengawasan, penanaman, dan pemasangan batas), namun masih belum efektif.

Setelah tahun 1998 (Era Reformasi), secara perlahan kegiatan pengelolaan mulai

menunjukkan peningkatan (penertiban pal batas, penanaman, sarana prasarana

pengelolaan, dan kolaborasi pengelolaan). Pencanangan kegiatan rehabilitasi

mangrove dimulai 6 November 1999 (Hari Cinta Satwa dan Puspa) yang dihadiri

Menteri Lingkungan Hidup dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Walikota

Jakarta Utara. Sejalan dengan kondisi tanaman yang mampu tumbuh baik dan

dinilai berhasil, maka Pemda DKI mendorong pihak-pihak Swasta utk membantu

rehabilitasi mangrove Muara Angke. Demikian pula Departemen Kehutanan

mengalokasikan anggaran untuk program pengelolaan mangrove Muara Angke.

Partisipasi Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi dan swasta dalam

rehabilitasi mangrove terus berlanjut sampai sekarang.

Kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan antara lain: (1) Penguatan

batas kawasan, (2) Pembangunan sarana prasarana, (3) Penanaman dan

pemeliharaan, (4) Penanganan sampah, (5) Pengelolaan pengunjung, (6)

Penegakan hukum, (7) Penelitian, dan (8) Sosialisasi dan Koordinasi.

Upaya melegalkan kelembagaan pengelolaan yang melibatkan para pihak

(kolaboratif) sudah pernah dilakukan, namun karena pergantian pimpinan atau staf

Page 76: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

130

yang bertanggung jawab menyebabkan perubahan komitmen tersebut, dan pada

akhirnya koordinasi dan sinkronisasi program pengelolaan yang semula sudah

hampir terwujud menjadi mentah lagi.

Dengan melihat kondisi mangrove di DKI Jakarta yang saat ini

terdegradasi, maka pemulihan ekosistem mangrove merupakan suatu kegiatan

yang cukup penting dilakukan secara terus menerus dan kontinyu. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi lindung, konservasi, dan sosial ekonomi

ekosistem mangrove. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Propinsi

DKI dalam hal ini melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan telah melakukan

beberapa usaha-usaha ini di antaranya:

a. Rehabilitasi Mangrove

Dalam pelaksanaan rehabilitasi mangrove di kawasan hutan mangrove hal

mendasar yang perlu diperhatikan dalam survei pendahuluan ini adalah

kesesuaian lahan untuk rehabilitasi, seperti: jenis substrat, pasang surut, elevasi,

salinitas, musim, gelombang, ketersediaan buah, ketersediaan tenaga kerja, jenis

tanaman di sekitar lokasi, dan sejarah tanaman di sekitar lokasi sasaran.

Pelaksanaan dilakukan penyusunan aspek-aspek perencanaan berupa aspek: (1)

Aspek ekologis dan fisik lahan, (2) Aspek sosial ekonomi dan kelembagaan

masyarakat sekitar yang akan direhabilitasi, (3) Aspek finansial dari kegiatan

yang akan dilaksanakan, (4) Aspek teknis (terutama teknis silvikultur) untuk

melakukan kegiatan rehabilitasi yang direncanakan, dan (5) Aspek

ketenagakerjaan yang akan digunakan.

Tujuan rehabilitasi di DKI Jakarta lebih banyak pada fungsi lindung dan

konservasi. Sedangkan fungsi produksi tidak terdapat di DKI Jakarta. Pada

beberapa lokasi fungsi konservasi dan lindung yang seharusnya lebih banyak

menonjol, tetapi pada kenyataannya di lapangan kawasan banyak berubah menjadi

pertambakan liar. Dalam pelaksanaan rehabilitasi, tata hubungan kerja antara

berbagai stakeholder menjadi penting. Tata hubungan kerja ini termasuk

hubungan vertikal maupun horizontal. Dengan koordinasi yang baik diharapkan

terjadinya keterpaduan program dan tidak terjadi tumpang tindih kegiatan.

Page 77: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

131

Secara umum ada 2 (dua) jenis bahan tanaman di dalam kegiatan

penanaman mangrove, yakni : (1) propagul dan (2) berupa anakan yang berasal

dari persemaian ataupun dari alam.

a.1. Penanaman dengan Menggunakan Propagul

Penanaman dengan menggunakan bahan tanaman berupa propagul secara

umum dilakukan pada jenis-jenis Rhizophora apiculata, R. mucronata, dan

R. stylosa yang mempunyai propagul yang cukup panjang. Propagul yang panjang

relatif lebih tahan terhadap genangan air pasang surut dan penggenangan air laut.

Penanaman dengan menggunakan propagul disarankan untuk penanaman untuk

waktu yang cepat dan lokasi luas, alasan penggunaan propagul antara lain:

Merupakan cara yang paling mudah, murah dan efektif

Sifat buah vivivar (berkecambah di pohon)

Propagul yang ditanam mempunyai kemampuan menghasilkan tunas

tambahan apabila hipokotil bagian atas rusak dan pembentukan akar cepat

Di habitat yang cocok, keberhasilannya lebih dari 90 % dan tegakan

biasanya tumbuh dengan baik dan seragam.

a.2. Penanaman dengan Menggunakan Bibit Persemaian

Penanaman dengan menggunakan anakan dari persemaian merupakan cara

yang efektif dalam mengatasi masalah predasi oleh kepiting, gangguan gulma

maupun pada substrat yang keras, berpasir atau lumpur yang terlalu dalam.

Anakan tanaman yang telah berkayu tahan terhadap serangan kepiting maupun

kera. Sistem pucuk dan perakaran yang terbentuk tahan terhadap terjangan air

pasang dan dapat berkompetisi dengan gulma.

Kriteria ini mencakup kegiatan penyulaman, pemeliharaan dan

monitoring. Dengan waktu dan frekuensi yang cukup akan memberikan gambaran

yang jelas di lapangan permasalahan dan kendala yang dihadapi. Dengan

demikian akan memudahkan pelaksana untuk mengambil langkah-langkah yang

diperlukan dalam menyelamatkan hasil penanaman.

Pemeliharaan dilakukan untuk meminimalkan faktor-faktor perusak yang

dapat menyebabkan kegagalan penanaman jenis pohon mangrove di antaranya

adalah: kepiting, kera/monyet, biawak, arus air laut, tumbuhan gulma, hama

Page 78: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

132

serangga, dan erosi pantai. Faktor-faktor tersebut dimonitor secara teratur dengan

memperhatikan intensitas kerusakan dan dilakukan penanggulangan terhadap

kerusakan yang terjadi.

Terdapat perbedaan kondisi habitat pada lokasi yang dievaluasi sehingga

memerlukan pendekatan teknologi rehabilitasi yang berbeda pada setiap lokasi.

Untuk keberhasilan rehabilitasi mangrove pelaksana harus memaksimalkan

program perencanaan, pelaksanaan dan monitoring kegiatan secara baik dan

terpadu. Beberapa kegiatan rehabilitasi yang dilakukan di Kawasan hutan

mangrove di antaranya adalah:

i. Penanaman dengan Sea Defence di Hutan Lindung (Revitalisasi Hutan

Lindung)

Pembangunan breakwater permanen yang dibangun di lepas pantai

dimaksudkan untuk menahan hempasan gelombang laut dan menahan tumpukan

urugan tanah sebagai media tumbuhnya mangrove di belakang bangunan

breakwater tersebut. Dalam hal ini persyaratan utama breakwater yang akan

dibangun adalah selain dapat secara efektif menahan hempasan gelombang laut

dan media tanah, juga harus dapat menjamin masuk pasang surut air laut ke areal

penanaman mangrove di belakangnya, sehingga keberadaan breakwater tersebut

tetap menjamin sirkulasi air laut untuk pertumbuhan mangrove secara optimal.

Adapun breakwater yang dibangun di kiri kanan saluran air atau sungai

dimaksudkan untuk menahan tumpukan urugan tanah atau media tumbuh

mangrove sekaligus sebagai penguat pematang saluran air/sungai.

Berdasarkan hal tersebut di atas, breakwater yang akan dibangun adalah

breakwater model Rubber Mould. Pada dasarnya breakwater model tersebut

terdiri atas tumpukan batu mulai dari ukuran besar di bagian atas kecil di bagian

dalamnya. Dimensi breakwater ini ditentukan berdasarkan pertimbangan

kecepatan arus, kemiringan pantai, dan daya dukung tanah dasar laut.

Page 79: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

133

Sumber : Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, 2009

Gambar 11 Berbagai bentuk dimensi breakwater.

ii. Penanaman Mangrove dengan Sistem Guludan

Penanaman dengan teknis guludan dilakukan pada lokasi bekas tambak

yang terdapat di hutan kawasan Angke Kapuk karena mempunyai kedalaman 1,5

meter sampai 3 meter sehingga tidak memungkinkan ditanam dengan sistem

langsung.

Page 80: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

134

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan DKI jakarta, 2009

Gambar 12 Penanaman mangrove dengan sistem guludan.

Pertumbuhan Tanaman dengan Metode

GULUDAN adalah 90 – 95 %

Metode ini digunakan untuk pelaksanaan RHL

pada bekas areal tambak liar yang tidak dapat

dilakukan dengan Metode Konvensional /

Tanam Langsung

Hak Paten Milik : Prof.Dr.Ir. Cecep

Kusmana, MS / Fahutan IPB

Gambar 13 Kondisi pertumbuhan tanaman mangrove dengan metode guludan.

Page 81: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

135

iii. Penanaman dengan Bibit Langsung

Sumber : Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, 2009

Gambar 14 Penanaman mangrove dengan bibit langsung.

b. Pembuatan Sarana Prasarana Pendukung di Kawasan Mangrove

Jakarta

b.1. Hutan Lindung Angke kapuk

Beberapa prasarana dan sarana pengelolaan telah dibangun oleh Dinas

Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, seperti: jalan, pagar, perangkap

sampah/penahan gelombang dari bambu, shelter dan pos jaga (Gambar 14)

Page 82: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

136

TAHUN 2000 TAHUN 2011

Gambar 15 Kondisi sarana prasarana pengelolaan tahun 2000 dan tahun

2011.

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan DKI jakarta, 2009

Gambar 16 Sarana dan prasarana di Hutan Lindung Angke Kapuk.

Page 83: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

137

b.2. Jalan Tol Sedyatmo ( Telah di bangun Ekowisata Mangrove)

Beberapa prasarana dan sarana pengelolaan telah dibangun Dinas Kelautan

dan Pertanian DKI Jakarta, seperti : pintu gerbang, shelter, jalan, toilet, papan

informasi (Gambas 17).

b.3. Pengembangan Program Pendidikan Lingkungan dan Ekowisata

Kegiatan pendidikan lingkungan dan ekowisata telah dilakukan dengan

melibatkan banyak pihak, seperti:

a. Pelatihan pemandu (interpreter) juga telah dilakukan terhadap guru SD, guru

SLTP, pemuda, dan LSM

b. Penyusunan buku panduan, leaflet dan booklet tentang lokasi dan lingkungan

c. Dsb.

Gambar 17 Sarana dan prasarana di Ekowisata Mangrove.

Shelter Gerbang

Pusat Informasi Board Walk

Page 84: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

138

b.4. Pengawasan, Penegakan Hukum, dan Kegiatan Lainnya

(a). Kegiatan pengawasan telah dilakukan dengan menugaskan polisi hutan

dan staf lapangan dengan maksud melakukan pengawasan batas kawasan

dan mempertahankan kondisi hutan mangrove dan isinya, ampai saat ini

sudah dibangun 7 pos pengamanan.

(b). Pemagaran batas kawasan hutan mangrove (Hutan Lindung) dengan

memakan biaya Rp. 7.000.000.00,- dan sosialisasi kepada stakeholder

tentang batas-batas kawasan hutan mangrove

(c). Pembangunan kawasan ekowisata mangrove dekat jalan Tol Soedyatmo

(d). Peningkatan sumberdaya manusia (pengelola) dengan kegiatan studi

banding dan pelatihan pelaksana konservasi

(e). Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar dan stakeholder dalam

rangka peningkatan peranserta parapihak dalam pengelolaan mangrove.

c. Pelebaran jalan Tol Soedyatmo, Rel Kereta Api, dan Green Wall

Pemerintah Indonesia memahami bahwa strategi untuk memacu

pertumbuhan ekonomi adalah dengan cara memprioritaskan pembangunan

infrastruktur berupa jalan tol antar kota khususnya di Propinsi DKI Jakarta yang

berorientasi ekspor dan akses dunia. Untuk menunjang strategi tersebut, sektor

perhubungan mendapatkan perhatian utama dalam penyediaan sarana dan

prasarana sehingga kegiatan transportasi semakin efisien. Jalan tol Soedyatmo

atau biasa dengan jalan tol Cengkareng merupakan jalan arteri jalur utama menuju

Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi

sehingga sering terjadi kemacetan, meningkatnya angka kecelakaan, dan lain

sebagainya.

Sejalan dengan itu, pemerintah DKI Jakarta telah menambah jalur Tol

Cengkareng menuju Bandara Udara Soekarno Hatta, serta akan menambah jalur

Kereta Api dari Stasiun Manggarai menuju Bandara Udara Soekarno Hatta.

Pembangunan tambahan jalan dan Rel Kereta Api telah dan akan mengurangi luas

hutan mangrove. Sejalan dengan keinginan Gubernur DKI Bapak Fauzi Bowo

yang menginginkan green wall di sepanjang kanan kiri jalan tol Soedyatmo. Oleh

karena itu untuk tetap mempertahankan keberadaan hutan mangrove dan

Page 85: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

139

meningkatkan keindahan, serta membangun opini pembangunan yang peduli

lingkungan, maka perlu disusun Rencana Detail Engineering Design (DED)

rehabilitasi mangrove.

Rencana DED rehabilitasi dan pengelolaan mangrove di tol Soedyatmo ini

sepanjang lebih kurang 5 km pada kanan kiri jalan di mulai dari KM 21- KM 26

yang menjadi kewajiban Dinas Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta.

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan karena dari KM 26 sampai bandara

Soekarno Hatta sudah mempunyai rencana DED yang dikerjakan oleh Dinas

Pertamanan Propinsi DKI Jakarta. Konsep rehabilitasi dan pengelolaan mangrove

yang akan dituangkan dalam Dokumen DED adalah tetap mempertahankan hutan

mangrove dan menciptakan pemandangan hutan mangrove yang hijau, menarik

dan melestarikan keanekaragaman hayati, serta mendorong terciptanya persepsi

positif masyarakat bahwa Pemerintah DKI Jakarta peduli lingkungan dan

pelestarian mangrove.

d. Rencana Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta

Sesuai dengan Peta Rencana Tata Ruang Propinsi DKI Jakarta, kawasan

mangrove Angke Kapuk termasuk kawasan Hijau Lindung, yang di dalamnya

terdapat:

(1). Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke (25,02 ha)

(2). Kawasan Hutan Lindung Mangrove (44,64 ha akan direvitalisasi menjadi

63,68 ha)

(3). Kawasan Taman Wisata Alam Mangrove Kamal (99,82 ha)

(4). LDTI

a. Kebun Bibit/Arboretum (10,51 ha)

b. Transmisi PLN (23,07 ha)

c. Jalan Tol dan Jalur Hijau (95,50 ha) sebelum dikurangi untuk penggunaan

jalan tol, dan pelebaran jalan tol Sedyatmo)

d. Riparian Cengkareng Drain (28,93 ha).

Rencana pemerintah daerah menjadikan kawasan Hijau Lindung ini

sebagai obyek wisata, konservasi mangrove dan keanekaragaman jenis burung,

daerah resapan air dan paru-paru kota tersebut perlu mendapat dukungan banyak

Page 86: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · sebagaimana tertuang dalam surat ... Kesulitan pemerintah dalam penyediaan tanah untuk pembangunan rumah murah. Menanggapi

140

pihak. Oleh karena itu sudah seharusnya Pemerintah DKI Jakarta beserta

stakeholder yang turut peduli secepatnya merancang ke arah itu. Hal ini perlu

dilakukan agar manfaat dan fungsi mangrove kawasan Angke Kapuk tidak

mengalami penurunan.