BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3 ...
4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. …...44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISA DATA DAN...
Transcript of 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. …...44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISA DATA DAN...
44 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah tujuh restoran formal yang
berada di Surabaya, Jawa Timur. Berikut ini adalah profil restoran formal yang
peneliti gunakan sebagai objek:
1. Tune Restaurant and Wine Bar
Tune Restaurant terletak di Jalan H.R. Muhammad No. 181 Surabaya ini
berdiri sejak Juni 2014. Tune Restaurant menyediakan kombinasi makanan Prancis,
Italia, dan Spanyol dengan desain arsitektur yang unik. Restoran ini buka setiap hari
pada pukul 11.30 sampai 22.30. Restoran ini memiliki tiga bagian ruangan, yaitu
dining space, wine bar, dan ruang VIP. Menu yang disediakan berkisar Rp 45,000,00
sampai Rp 230,000,00 untuk makanan. Sedangkan untuk harga minuman berkisar Rp
15,000,00 sampai Rp 120,000,00. Saat ini Tune Restaurant memiliki 26 karyawan
yang bertugas sebagai pramusaji, kapten, dan lain-lain. Tiga daerah khas yang
berbeda tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari para tamu Tune ini.
Terdapat ruang makan besar komunal di dekat wine bar, cocok bagi pengunjung yang
ingin merasakan pengalaman kuliner klasik. Ada juga ruang VIP yang siap untuk
menampung yang ingin menikmati sajian restoran yang lebih private; sementara wine
bar yang luas tersedia bagi tamu dengan yang menggemari anggur vintage terbaik.
Ruang terakhir yang menjadi daya tarik bagi Tune Restaurant adalah ruang kapel
yang dijuluki "Amor", ruangan ini tersedia untuk pernikahan, pelantikan, atau acara
pribadi lainnya.
2. De Soematra 1910
De Soematra dibangun pada tahun 1910 oleh Aristech AIA (Algemeen
Ingenieurs en Architecten Bureau) dengan suasana kolonial kuliner eksekutif, konsep
dari De Soematra adalah fine dining dengan the authentic basic french set menu in
daily basis, chinese menu fine food dan Indonesian food (tersedia sesuai permintaan).
45 Universitas Kristen Petra
Untuk acara pernikahan juga akan disediakan live cooking stall dengan menu-menu
spesial dilengkapi dengan menu prasmanan internasional, Indonesia dan Cina untuk
menarik para tamu undangan. Bertempat di Jalan Sumatra nomor 75 Surabaya,
pemilik dari restoran ini adalah Djamal Ghozi Basmeleh dan Azzadina Djamal.
Karena De Soematra merupakan bangunan tertua di Surabaya, pada tahun 2012
bangunan ini dijadikan sebagai salah satu cagar alam di Surabaya dengan desain
klasik dan mewah. De Soematra juga cocok digunakan sebagai tempat workshop,
pameran fashion, bahkan untuk tempat melaksanakan pernikahan. Restoran ini buka
pada pukul 12.00 hingga pukul 22.00 setiap hari. Namun disarankan untuk
melakukan reservasi dulu sebelum datang ke De Soematra Restaurant karena lounge
dan private room akan ditutup untuk publik apabila restoran telah di-book atau
dipesan oleh seseorang.
3. Mediteranneo Restaurant and Lounge
Mediteraneo Restaurant and Lounge yang berlokasi di Jalan Raya Kupang
Baru nomor 74 Surabaya. Merupakan restoran dengan mengambil konsep laut
mediterania yang ada di berbagai negara seperti Spanyol, Italia dan Maroko dan
mengambil konsep the real mediteraneo vintage style. Pemilik restoran ini adalah
Mulia Family yaitu Ricky Mulia dan rekan bisnisnya yang adalah pemilik pertama
restoran Mediteraneo di Labuan Bajo yang ada sejak tahun 2011, Nusa Tenggara
Timur yaitu orang Italia asli bernama Fabio Matia Nizzardo, Mario Indrio dan Cinzia
Ziggiotti. Visi dan misi dari restoran ini sendiri adalah melayani tamu dengan
memberikan hidangan yang mempunyai cita rasa asli italia dan mediterania dengan
tanpa mengubah rasa asli tersebut ini yang menjadi keunggulan dari restoran
mediteraneo dibandingkan dengan restoran lain yang ada di Surabaya. Dengan varian
Classic italian menu, Fiorentina Steak menjadi salah satu menu favorit di restoran ini
yaitu steak dengan berat 1 kilogram. Dengan karyawan berjumlah 50 orang restoran
ini beroperasi mulai jam 11 siang hingga 11 malam dengan sistem karyawan kontrak.
46 Universitas Kristen Petra
4. Carnivor Steak and Grill
Carnivor merupakan restoran steak and grill bernuansa America Eropa yang
terletak di Jalan Bali nomor 27 Surabaya. Restoran ini telah menjadi salah satu resto
yang digemari masyarakat Surabaya. Carnivor Steak and Grill terbagi jadi 3 ruang.
Yang pertama adalah ruang utama, kemudian ada taman (outdoor) dan bar. Di
gedung utama, Carnivor menyediakan ruang VIP yang digunakan untuk acara-acara
khusus. Sedangkan di bagian belakang, terdapat bar yang cocok untuk pengunjung
yang inign menikmati mocktail atau berbagai macam kopi dengan suasana seperti di
lounge. Dengan tempat yang sangat lusa, Carnivor mengusung tema Mediteran style
sebagai dekorasi indoor maupun outdoor. Restoran ini buka setiap hari pada pukul
11.00 sampai pukul 22.30. Baby back prok ribs dan green garden merupakan
makanan dan minuman terfavorit yang menjadi best seller di Carnivor. Menu yang
ditawarkan bervariasi dan tidak hanya steik saja. Ada berbagai macam steik, pizza,
burger dan pasta. Carnivor memiliki sekitar 43 karyawan dengan jam kerja 8 jam
per-hari serta terbagi menjadi 2 divisi yaitu departemen food and beverage dan juga
departemen service. Sistem kontrak merupakan sistem yang dipakai dalam
mempekerjakan karyawan.
5. Citilites Sky Club and Bistro
Pemilik restoran ini adalah PT. Sekawan Bhakti Intiland. Restoran Citilites
buka pada tanggal 8 Agustus 2008. Citilites mengandung makna gemerlap kota,
diambil dari kata city yang berarti kota dan light yang berarti gemerlap. Restoran yang
berdiri di jalan Mayjen Sungkono 101-103 Surabaya ini mengusung tema semi fine
dining dengan menu ala Western Food and Beverage. Citilites yang terletak di dalam
Hotel Java Paragon ini menjadi salah satu restoran unggulan Hotel Java Paragon yang
digemari masyarakat kota Surabaya karena keistimewaannya. Keistimewaan restoran
ini dibandingkan dengan restoran-restoran lain di Surabaya adalah Citilites merupakan
restoran Skyclub pertama di Surabaya dengan pemandangan indah kota Surabaya dari
ketinggian lantai 21. Selain itu desain yang modern minimalis namun mewah juga
47 Universitas Kristen Petra
menambah keistimewaan Citilites Restaurant ini. Citilites juga menyediakan menu
custom untuk acara-acara tertentu sesuai kebutuhan customer. Untuk dinner dengan
suasana romantis dan menu set lengkap mulai dari appetizer sampai dessert, dipatok
sekitar Rp 500,000 sampai dengan Rp 600,000. Customer juga bisa memesan private
area atau VIP area dengan view pemandangan kota Surabaya. Karyawan yang bekerja
di Citilites merupakan karyawan kontrak berjumlah 13 orang termasuk staff, daily
casual dan bartender. Menu favorit di Citilites antara lain adalah Lobster, Wagyu Beef,
Chicken Cordon Bleu, dan lain-lain.
6. Platinum Grill A Resort Dinning
Platinum Grill berdiri sejak November 2008. Bertempat dijalan Raya Golf
Graha Famili Surabaya, restoran ini dimiliki oleh Bobby Hartono dan Olivia Cynthia.
Dengan tema fine dining restaurant, Platinum Grill telah menjadi salah satu restoran
yang digemari masyarakat Surabaya dan sangat terkenal sebagai tempat lunch
maupun dinner romantic para pasangan tua maupun muda. Platinum Grill juga
menyediakan menu brunch pada pagi menjelang siang hari pukul 09.00 hingga jam
14.00. Selanjutnya pada malam hari pukul 18.00 menjadi restoran fine dinning
dengan menyajikan beberapa set menu dengan kualitas makanan yang sangat baik dan
bertema open kitchen. Jumlah karyawan Platinum Grill yang bekerja saat ini adalah
25 orang sebagai koki, cook, server, kapten, HR Manager dan sebagainya. Platinum
Grill memiliki dua sisi ruang makan yaitu (indoor dan outdoor) dilengkapi juga
dengan ruang VIP. Setiap ruangan memiliki keunggulan tersendiri, daerah dalam
ruangan pasti akan nyaman bagi customer yang mencintai berada di ruang ber-AC,
sementara daerah luar akan kurang dingin tapi customer dapat menikmati pandangan
golf dari sana dengan suasana yang romantis. Menu favorit di Platinum Grill antara
lain adalah Egg Benedict, English Breakfast, Potato Truffle Espuma, Story of Salmon,
dan lain-lain.
48 Universitas Kristen Petra
7. Sky @36
Pemilik restoran ini adalah PT. Graha Intiboga, di mana PT ini di bawah PT.
Intiland. Sinarto Dharmawan adalah pemilik restoran Sky36 ini yang berada di
apartemen Sumatra36 dijalan Sumatra nomor 36 Surabaya. Restoran ini dibuka pada
tanggal 12 Desember 2014, di mana jam operasional dari restoran ini adalah pukul 4
sore sampai 10 malam. Visi dari restoran ini adalah menjadi restoran rooftop ternama
yang ada di Surabaya, sedangkan misi dari restoran ini adalah menjaga standarisasi
kualitas makanan dan pelayanan kepada para konsumennya. Konsep yang ada dalam
restoran sky36 ini adalah western food dengan semi fine dining style. Jenis makanan
yang disajikan pun beragam namun, menu favoritnya adalah rib eye steak, lobster dan
tenderloin steak, untuk minuman yang paling diminati oleh konsumen adalah baileys
oreo, mocktail dan milkshake. Menu yang disediakan juga beragam ada menu Ala
Carte dan set menu. Setiap konsumen yang datang ke restoran sky36 minimum
spending atau batas minimum yang harus di bayarkan adalah Rp 200,000. Konsep
restoran ini jelas terlihat dengan adanya konsep restoran yang benar-benar rooftop
restaurant dengan makanan western yang telah disesuaikan dengan lidah masyarakat
Surabaya. Jumlah pegawai adalah 28 orang yang terdiri dari bagian admin, FB
kitchen dan FB service dengan rata-rata pegawai kontrak minimal dua tahun kerja,
setelah lebih dari dua tahun menjadi pegawai tetap.
4.2. Analisa Responden Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan responden yaitu karyawan yang
bekerja di industri jasa restoran formal yang ada di Surabaya, karyawan disini tidak
hanya karyawan tetap tetapi juga karyawan kontrak, ditambah lagi dengan manajer,
human resources departement, asisten manajer, security yang seluruhnya bekerja di
dalam operasional restoran formal sehari-hari. Pembagian kuesioner ini dilakukan
pada tanggal 28 November 2016- 10 Desember 2016 kepada 200 orang karyawan
yang bekerja di 7 restoran formal di Surabaya. Masing-masing responden yaitu
karyawan yang telah mengisi kuesioner yang berisi gejala-gejala stres yang terjadi di
49 Universitas Kristen Petra
industri restoran formal. Berikut adalah data pembagian kuesioner serta berapa yang
kembali.
Tabel 4.1. Sampel Responden
Dapat dilihat bahwa peneliti telah menyebarkan kuesioner sebanyak 209,
namun yang dapat diolah 200 kuesioner, 9 kuesioner di drop atau tidak dapat
digunakan karena hasil kuesioner tidak memenuhi syarat penentuan responden
peneliti, selain itu adanya data yang tidak diisi dengan lengkap oleh karyawan. Oleh
karena itu, hanya 200 yang dapat diolah lebih lanjut. Kuesioner yang telah terkumpul
kembali diolah lebih lanjut, namun sebelumnya data telah diuji dengan menggunakan
uji validitas dan uji reliabilitas agar data yang diperoleh valid dan dapat diandalkan
untuk nantinya dapat diolah lebih lanjut.
4.3. Uji Validitas
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden dari total
200 orang responden yang digunakan sebagai sampel dari penelitian ini. Setiap
pertanyaan dapat dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel dengan tingkat
signifikansi 5%. Dengan adanya 30 responden yang dilibatkan dalam uji validitas ini,
maka nilai derajat bebas (db) adalah n-2, yaitu 28. Oleh karena itu, nilai r tabel yang
didapat adalah 0.361. Hasil dari uji validitas untuk setiap variabel adalah sebagai
berikut:
Nomer Tempat Penelitian Jumlah Penyebaran
Kuesioner
Jumlah Kuesioner
Kembali
1 Mediterraneo 50 47
2 Platinum Grill 25 25
3 Carnivor 43 41
4 De Soematra 24 24
5 Citilites 13 11
6 Sky @36 28 26
7 Tune Restaurant 26 26
Total 209 200
50 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas
NO. INDIKATOR STRES KERJA R
HITUNG
R
TABEL
KETERANGAN
Gejala Fisikal
1 Saya sering mengalami nyeri kepala
0.782 0.361 Valid
2 Saya sering mengalami insomnia
atau susah tidur
0.525 0.361 Valid
3 Saya sering mengalami sakit
punggung, terutama punggung bagian bawah
0.499 0.361 Valid
4 Saya sering mengalami diare 0.615 0.361 Valid
5 Saya pernah mengalami usus buntu 0.367 0.361 Valid
6 Saya sering mengalami susah buang air besar (sembelit)
0.707 0.361 Valid
7 Saya sering mengalami gatal-gatal pada kulit
0.659 0.361 Valid
8 Saya sering mengalami ketegangan
otot-otot urat, terutama pada leher dan bahu
0.611 0.361 Valid
9 Saya sering mengalami gangguan pencernaan
0.369 0.361 Valid
10 Saya sering mengalami tekanan darah tinggi
0.625 0.361 Valid
11 Saya pernah mengalami
serangan jantung
0.364 0.361 Valid
12 Saya sering mengalami keringat
yang berlebih
0.402 0.361 Valid
13 Saya sering mengalami
penurunan pada selera makan
0.419 0.361 Valid
51 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas (Sambungan)
NO. INDIKATOR STRES KERJA R
HITUNG
R
TABEL
KETERANGAN
Gejala Fisikal
14 Saya sering mengalami kelelahan
akibat beban kerja yang berlebih
dalam pekerjaan saya sebagai
karyawan restoran
0.692 0.361 Valid
15 Saya sering melakukan kekeliruan
dalam melakukan pekerjaan saya
sebagai karyawan restoran
0.524 0.361 Valid
Gejala Emosional
1 Saya sering mengalami gelisah
ataupun cemas
0.769 0.361 Valid
2 Saya sering bersedih atau bahkan
menangis akibat adanya masalah
dalam pekerjaan saya sebagai
karyawan restoran
0.600 0.361 Valid
3 Saya sering tidak berkonsentrasi
dalam menjalankan pekerjaan saya
sebagai karyawan restoran
0.696 0.361 Valid
4 Saya sering mengalami perubahan
suasana hati (mood) dalam pekerjaan
saya sebagai karyawan restoran
0.461 0.361 Valid
5 Saya sering mudah marah dalam
pekerjaan saya sebagai karyawan
restoran
0.611 0.361 Valid
6 Saya mudah gugup saat bekerja
khususnya ketika berinteraksi
langsung dengan atasan, bawahan,
rekan kerja, bahkan tamu restoran
0.589 0.361 Valid
52 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas (Sambungan)
NO. INDIKATOR STRES KERJA R
HITUNG
R
TABEL
KETERANGAN
7 Saya sering mengalami tidak percaya
diri dalam melakukan pekerjaan saya
sebagai karyawan restoran
0.802 0.361 Valid
Gejala Interpersonal
1 Saya sering mengalami kehilangan
kepercayaan pada orang lain, baik
atasan, rekan kerja, maupun keluarga
0.784 0.361 Valid
2 Saya sering mudah menyalahkan
orang lain
0.625 0.361 Valid
3 Saya sering dengan mudah
membatalkan janji dengan orang lain
0.649 0.361 Valid
4 Saya cenderung menjadi tertutup
dengan orang lain
0.588 0.361 Valid
5 Saya kurang berkomunikasi dengan
orang lain
0.811 0.361 Valid
Hasil uji validitas pada ketiga indikator stres kerja antara lain gejala fisikal,
gejala emosional, dan gejala interpersonal di atas menunjukkan bahwa nilai korelasi
pearson bernilai lebih besar dari r tabel yaitu 0.361. Sehingga dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa item pertanyaan yang digunakan pada kuesioner untuk
menjelaskan indikator stres kerja valid dan dapat dimengerti oleh setiap karyawan.
4.4. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha sebagai
batas ukuran keandalan. Kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s
Alpha yang dimiliki lebih besar dari 0.60. Berikut adalah hasil uji reliabilitas untuk
setiap variabel.
53 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas
SUB VARIABEL
NILAI
CRONBACH
ALPHA
KETETAPAN HASIL
Gejala Fisikal 0.831 0.6 Reliabel
Gejala Emosional 0.758 0.6 Reliabel
Gejala Interpersonal 0.772 0.6 Reliabel
Berdasarkan uji reliabilitas yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa
alat ukur penelitian berupa kuesioner ini adalah reliabel. Hal ini terlihat dari nilai
Cronbach Alpha yang lebih besar dari 0.6. Oleh karena itu, penelitian ini dapat
dianalisa lebih lanjut.
4.5. Analisa Statistik Deskriptif
Teknik analisa statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan data yang
sudah terkumpul. Kuesioner yang dibagikan kepada responden berjumlah 200 dari
tujuh restoran formal di Surabaya yang mewakili seluruh populasi dan menurut
kriteria yang ada. Pada penelitian ini, analisa statistik deskriptif yang digunakan
adalah penyajian data berupa analisa mean.
4.5.1. Faktor Demografis
Profil responden yang dianalisa dan digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis kelamin, usia karyawan, lama bekerja, pendidikan terakhir dan status pernikahan
karyawan. Adapun hasil dari profil responden yang peneliti dapatkan dari data
kuesioner akan dijelaskan dalam tabel-tabel serta beberapa diagram dengan
penjelasan dalam bab ini.
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin dijelaskan dalam distribusi
frekuensi pada Tabel 4.3 berikut ini.
54 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4. Faktor Demografis Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin Pria 100 50%
Wanita 100 50%
Total 200 100%
Dari tabel distribusi di atas dapat diketahui bahwa perbandingan karyawan
pria dan wanita seimbang atau sama.
b. Berdasarkan Usia
Identitas responden berdasarkan usia dicantumkan untuk mengetahui berapa
rata-rata usia karyawan atau responden yang menjadi sampel penelitian.
Tabel 4.5. Faktor Demografis Responden Berdasarkan Usia
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia
17 tahun -25 tahun 80 40%
26 tahun - 35 tahun 80 40%
36 tahun - 45 tahun 30 15%
46 tahun - 55 tahun 10 5%
Total 200 100%
Berdasarkan hasil distribusi usia pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa
responden yang paling banyak dengan jumlah 80 ada pada usia 17 sampai 25 tahun
dan 26 sampai 35 tahun.
c. Berdasarkan Lama Bekerja
Karakteristik responden yang ketiga adalah berdasarkan lama bekerja seorang
karyawan di restoran formal di Surabaya.
Tabel 4.6. Faktor Demografis Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Masa Kerja
1 tahun 97 48.5%
2-3 tahun 69 34.5%
4-5 tahun 21 10.5%
>5 tahun 13 6.5%
Total 200 100%
55 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
yang bekerja di restoran formal di Surabaya bekerja selama 1 tahun dengan jumlah
responden 97 orang.
d. Berdasarkan Status Pernikahan
Identitas responden berdasarkan status perkawinan untuk mengetahui status
responden yang menjadi sampel penelitian. Distribusi frekuensi pada status
perkawinan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Faktor Demografis Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Status Perkawinan Sudah Menikah 108 54%
Belum Menikah 92 46%
Total 200 100%
Dari hasil pengolahan kuesioner mayoritas status perkawinan responden
paling banyak adalah karyawan yang sudah menikah sebanyak 108 karyawan dengan
persentase 58%.
e. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Identitas responden yang kelima berdasarkan pendidikan untuk mengetahui
rata-rata pendidikan responden yang menjadi sampel pada penelitian. Pendidikan
dalam suatu organisasi diperlukan untuk mengetahui batas kemampuan seseorang
untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.8. Tabel Faktor Demografis Resoponden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Pendidikan
SMP 27 13.5%
SMA/Sederajat 97 48%
Diploma 31 15.5%
S1 43 21.5%
S2/S3 2 1%
Total 200 100%
56 Universitas Kristen Petra
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan terakhir
responden atau karyawan yang bekerja di restoran formal di Surabaya adalah SMA
atau sederajat dengan 97 responden atau 48% persen dari jumlah responden yang ada.
4.5.2. Hasil Analisa Statistik Deskriptif
Untuk menggambarkan hasil analisis deskriptif variabel penelitian mengenai
stres kerja yang dialami oleh responden, maka peneliti telah mengkategorikan mean
yang telah dibagi menjadi 7 kelas agar hasil yang didapat lebih rinci dan melihat lebih
jelas perbedaan tingkat stres pada setiap gejala. Dalam analisa mean, data yang
diperoleh telah dijelaskan dengan skala interval. Berikut ini adalah kelas interval dan
kriteria penilaian untuk masing-masing variabel.
Nilai 4.48 < ≤ 5.00 = Sangat Tinggi Sekali
Nilai 3.90 < ≤ 4.47 = Sangat Tinggi
Nilai 3.32 < ≤ 3.89 = Tinggi
Nilai 2.74 < ≤ 3.31 = Cukup Tinggi
Nilai 2.16 < ≤ 2.73 = Rendah
Nilai 1.58 < ≤ 2.15 = Sangat Rendah
Nilai 1,00 < ≤ 1.57 = Sangat Rendah Sekali
Berikut ini adalah analisa statistik deskriptif terhadap stres kerja yang dialami
responden.
Tabel 4.9. Hasil Analisa Statistik Deskriptif Gejala Stres Pada Karyawan
NO. INDIKATOR STRES KERJA MEAN KETERANGAN
Gejala Fisikal
1 Saya sering mengalami nyeri kepala 3.19 Cukup tinggi
2 Saya sering mengalami insomnia atau
susah tidur
3.52 Tinggi
3 Saya sering mengalami sakit punggung,
terutama punggung bagian bawah
3.19 Cukup Tinggi
4 Saya sering mengalami diare 2.44 Rendah
57 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9. Hasil Analisa Statistik Deskriptif Gejala Stres Pada Karyawan
(Sambungan)
NO. INDIKATOR STRES KERJA MEAN KETERANGAN
Gejala Fisikal
5 Saya pernah mengalami usus buntu 2.04 Sangat Rendah
6 Saya sering mengalami susah buang air
besar (sembelit)
2.59 Cukup tinggi
7 Saya sering mengalami gatal-gatal pada
kulit
2.39 Rendah
8 Saya sering mengalami ketegangan otot-
otot urat, terutama pada leher dan bahu
3.57 Tinggi
9 Saya sering mengalami gangguan
pencernaan
2.71 Rendah
10 Saya sering mengalami tekanan darah
tinggi
2.17 Rendah
11 Saya pernah mengalami serangan jantung
1.18 Sangat Rendah
Sekali
12 Saya sering mengalami keringat yang
berlebih
2.75 Cukup tinggi
13 Saya sering mengalami penurunan pada
selera makan
3.21 Cukup tinggi
14 Saya sering mengalami kelelahan akibat
beban kerja yang berlebih dalam pekerjaan
saya sebagai karyawan restoran
3.45 Tinggi
15 Saya sering melakukan kekeliruan dalam
melakukan pekerjaan saya sebagai
karyawan restoran
3.62 Tinggi
Total Gejala Fisikal 2.73 Cukup Tinggi
Gejala Emosional
1 Saya sering mengalami gelisah ataupun
cemas
3.00 Cukup tinggi
58 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9. Hasil Analisa Statistik Deskriptif Gejala Stres Pada Karyawan
(Sambungan)
NO. INDIKATOR STRES KERJA MEAN KETERANGAN
2 Saya sering bersedih atau bahkan
menangis akibat adanya masalah dalam
pekerjaan saya sebagai karyawan restoran
2.38 Rendah
3 Saya sering kurang berkonsentrasi dalam
menjalankan pekerjaan saya sebagai
karyawan restoran
2.69 Rendah
4 Saya sering mengalami perubahan suasana
hati (mood) dalam pekerjaan saya sebagai
karyawan restoran
2.99 Cukup tinggi
5 Saya sering mudah marah dalam pekerjaan
saya sebagai karyawan restoran
2.82 Cukup tinggi
6 Saya mudah gugup saat bekerja khususnya
ketika berinteraksi langsung dengan
atasan, bawahan, rekan kerja, bahkan tamu
restoran
2.83 Cukup tinggi
7
Saya sering kurang percaya diri dalam
melakukan pekerjaan saya sebagai
karyawan restoran
2.74 Cukup tinggi
Total Gejala Emosional 2.77 Cukup Tinggi
Gejala Interpersonal
1 Saya sering mengalami kehilangan
kepercayaan pada orang lain, baik atasan,
rekan kerja, maupun keluarga
2.85 Cukup tinggi
2 Saya sering mudah menyalahkan orang
lain
2.51 Rendah
59 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9. Hasil Analisa Statistik Deskriptif Gejala Stres Pada Karyawan
(Sambungan)
Dari tabel di atas dapat diketahui dari mean keseluruhan dengan nilai 2.71
menunjukkan bahwa stres secara keseluruhan yang dialami oleh karyawan di restoran
formal Surabaya memiliki interval yang cukup tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa stres yang terjadi di restoran formal di Surabaya cukup tinggi.
4.6. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z.
Apabila nilai signifikansi probabilitas atau p-value lebih besar dari nilai = 0.05
maka distribusi dari data berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih
kecil dari = 0.05, maka data berdistribusi tidak normal (Sugiyono, 2016). Di mana
uji normalitas dilakukan sebagai syarat bila data berdistribusi normal data dapat
diolah lebih lanjut untuk dilakukan perhitungan dengan uji analisis statistik
inferensial. Uji normalitas terangkum dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z
p-value Keterangan
Kolmogorov-Smirnov Z 1.161 0.05 Data berdistribusi normal
Asymp Sig. (2-tailed) 0.135 0.05 Data berdistribusi normal
NO. INDIKATOR STRES KERJA MEAN KETERANGAN
3 Saya sering dengan mudah membatalkan
janji dengan orang lain
2.55 Rendah
4 Saya cenderung menjadi tertutup dengan
orang lain
2.78 Cukup tinggi
5 Saya kurang berkomunikasi dengan orang
lain
2.55 Rendah
Total Gejala Interpersonal 2.64 Rendah
Total Stres Keseluruhan 2.71 Cukup Tinggi
60 Universitas Kristen Petra
Hasil pada uji normalitas sesuai tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov Z lebih besar dari nilai probabilitas atau yaitu 1.161 dan nilai
Asymp Sig. (2-tailed) juga lebih besar dari nilai yaitu 0.135. Berdasarkan hasil ini,
dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal, yang artinya bahwa data ini
memenuhi syarat untuk dapat diolah lebih lanjut dalam perhitungan analisa statistik
inferensial yaitu one way ANOVA dan independent sample t-test.
4.7. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan levene's test. Apabila nilai
p-value lebih besar dari nilai (alpha), maka dapat disimpulkan bahwa varian data
berdistribusi homogen. Sebaliknya, apabila p-value lebih kecil dari (alpha), maka
varian data dalam penelitian dikatakan tidak homogen. Uji homogenitas terangkum
dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Jenis Kelamin dan Usia
p-value α Keterangan
Jenis Kelamin
Gejala fisikal 0.523 0.05 Homogen
Gejala Emosional 0.979 0.05 Homogen
Gejala Interpersonal 0.525 0.05 Homogen
Usia
Gejala fisikal 0.134 0.05 Homogen
Gejala Emosional 0.147 0.05 Homogen
Gejala Interpersonal 0.923 0.05 Homogen
Uji homogenitas dilakukan sebagai syarat untuk one way ANOVA dan
independent sample t-test (Sugiyono, 2016). Karena semua data yang telah di uji
homogenitasnya bersifat homogen, di mana data berdistribusi homogen di dalam
penelitian ini adalah jenis kelamin dan usia berdasarkan gejala stres memenuhi syarat,
maka dapat diolah lebih lanjut.
61 Universitas Kristen Petra
4.8. Penyebab Stres Karyawan Secara Umum
Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan open-ended question tentang
apa penyebab stres secara umum yang dialami oleh karyawan di restoran formal di
Surabaya, di mana karyawan menuliskan jawaban pada pertanyaan terbuka ini. Hasil
yang didapat dari setiap responden telah dipilah atau dikelompokkan berdasarkan
kedalam beberapa kategori sumber stres yang dikemukakan oleh Cooper dan Straw
(1995) sebagaimana dijelaskan pada bab 2 mengenai penyebab stres atau stressors.
Proses yang dilakukan oleh peneliti adalah memilah hasil jawaban setiap responden
dan dikelompokkan berdasarkan penyebab stres menurut Cooper dan Straw.
Tabel 4.12. Penyebab Stres Secara Umum Karyawan Restoran Formal di Surabaya
Sumber Stres Penyebab Stres Karyawan Secara
Umum
Keterangan
Kondisi Kerja
1. Quantitative
workoverload
Beban kerja yang terlalu
berat Tugas terlalu banyak
Banyaknya pikiran dalam
bekerja
19 Responden
1 Responden
5 Responden
2. Assembli-line hysteria
Susahnya mengambil cuti kerja
Kurangnya refreshing
Suasana hati (mood) tidak baik
Mudah emosi
9 Responden
3 Responden
1 Responden
1 Responden
3. Pengambilan
keputusan dan
tanggungjawab (tekanan pada
manajer)
Karyawan yang tidak patuh
pada atasan dan peraturan
3 Responden
62 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.12. Penyebab Stres Secara Umum Karyawan Restoran Formal di Surabaya
(Sambungan)
Sumber Stres Penyebab Stres Karyawan Secara
Umum
Keterangan
4. Kondisi Fisik
Kelelahan
Merasa bosan dalam bekerja
Kondisi badan yang kurang
sehat (fit) atau sering sakit
16 Responden
4 Responden
3 Responden
5. Pembagian waktu
kerja
Jam kerja yang kurang
teratur
10 Responden
Ambiguitas dalam
berperan
Kondisi restoran sepi, tidak
ada pemasukan
2 Responden
Faktor interpersonal Sering di bully
Adanya masalah dengan rekan kerja/ keluarga
1 Responden
1 Responden
Financial Insecurity Tidak ada kenaikan gaji Banyaknya pengeluaran
daripada pemasukkan
Upah lembur yang tidak sesuai
14 Responden 5 Responden
1 Responden
Struktur Organisasi
Tekanan dari atasan
Manager yang tidak
bertanggung jawab
3 Responden
7 Responden
Dari total 200 responden hanya 109 responden yang memberikan jawaban
terhadap pertanyaan open-ended question ini. Sisanya memilih untuk tidak menjawab
pertanyaan terbuka ini. Penyebab stres yang paling umum dialami oleh setiap
karyawan adalah adanya beban kerja yang terlalu berat, kelelahan, jam kerja yang
kurang teratur serta tidak ada kenaikan gaji.
63 Universitas Kristen Petra
4.9. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan independent sample t-test
(2 sampel) dan one way ANOVA (lebih dari 2 sampel). Oleh karena itu, untuk
menguji variabel jenis kelamin digunakan independent sample t-test. Sedangkan
untuk menguji variabel usia digunakan one way ANOVA. Pada penelitian ini, telah
dilakukan uji homegenitas yang hasilnya adalah semua data homogen dan uji
normalitas dengan hasil semua data berdistribusi normal. Di mana kedua uji ini
adalah syarat dalam perhitungan independent sample t-test dan one way ANOVA
untuk dapat diolah lebih lanjut.
4.9.1. Stres Secara Keseluruhan Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada penelitian ini, uji hipotesis stres berdasarkan jenis kelamin menggunakan
independent sample t-test di mana, perhitungan statistik ini digunakan untuk menguji
rata-rata dua sampel bila data berbentuk interval atau rasio (Sugiyono, 2016). Oleh
karena itu, berikut adalah hasil dari penelitian yang terangkum dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.13. Hasil Independent Sample T-test Stres Secara Keseluruhan
Keseluruhan N Mean SD T P
Pria 100 2.78 0.488 0.869 0.386
Wanita 100 2.72 0.483
Hasil menunjukkan, berdasarkan uji hipotesis independent sample t-test
secara keseluruhan dari semua gejala-gejala stres menunjukkan bahwa nilai p-value=
0.386, di mana nilai p-value lebih besar dari nilai signifikansi 0.05, ini menunjukkan
bahwa hipotesis H1a tidak didukung. Oleh karena itu, untuk sudut pandang jenis
kelamin secara keseluruhan pada stres karyawan dapat dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan pada tingkat stres dari karyawan secara keseluruhan.
4.9.2. Stres Berdasarkan Gejala Pada Karyawan Menurut Jenis Kelamin
a. Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Pada Gejala Fisikal
64 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14. Hasil Independent Sample T-test Gejala Fisikal
Gejala Fisikal N Mean SD T P
Pria 100 2.46 0.603 0.742 0.459
Wanita 100 2.40 0.483
Hasil menunjukkan, berdasarkan uji hipotesis independent sample t-test dari
gejala fisikal pada stres karyawan pria maupun wanita bahwa nilai p-value= 0.459, di
mana nilai p-value lebih besar dari nilai signifikansi 0.05, ini menunjukkan bahwa
hipotesis H1b tidak didukung. Oleh karena itu, untuk sudut pandang jenis kelamin
pada gejala fisikal stres karyawan dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada tingkat stres dari karyawan pada gejala fisikal.
b. Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Pada Gejala Emosional
Tabel 4.15. Hasil Independent Sample T-test Gejala Emosional
Gejala Emosional N Mean SD T P
Pria 100 2.80 0.645 0.343 0.731
Wanita 100 2.77 0.617
Hasil menunjukkan, berdasarkan uji hipotesis independent sample t-test dari
gejala emosional pada stres karyawan pria maupun wanita bahwa nilai p-value=
0.731, di mana nilai p-value lebih besar dari nilai signifikansi 0.05, ini menunjukkan
bahwa hipotesis H1c tidak didukung. Oleh karena itu, untuk sudut pandang jenis
kelamin pada gejala emosional stres karyawan dapat dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan pada tingkat stres dari karyawan pada gejala emosional
baik karyawan pria maupun wanita.
c. Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Pada Gejala Interpersonal
Tabel 4.16. Hasil Independent Sample T-test Gejala Interpersonal
Gejala Interpersonal N Mean SD T P
Pria 100 2.74 0.701 1.804 0.07
Wanita 100 2.56 0.694
65 Universitas Kristen Petra
Hasil menunjukkan, berdasarkan uji hipotesis independent sample t-test dari
gejala interpersonal pada stres karyawan pria maupun wanita bahwa nilai p-value=
0.07, di mana nilai p-value lebih besar dari nilai signifikansi 0.05, ini menunjukkan
bahwa hipotesis H1d tidak didukung. Oleh karena itu, untuk sudut pandang jenis
kelamin pada gejala interpersonal stres karyawan dapat dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan pada tingkat stres dari karyawan pada gejala interpersonal
di restoran formal di Surabaya.
4.9.3. Stres Keseluruhan Berdasarkan Usia Karyawan
Pada penelitian dengan menguji apakah ada perbedaan stress berdasarkan
pada usia karyawan, penelitian menggunakan uji hipotesis dengan one way ANOVA.
Menurut Sugiyono (2016), analisis of variance atau analisa varian (ANOVA)
merupakan suatu teknik analisa multivariate yang berfungsi untuk membedakan
rerata lebih dari dua kelompok data yang datanya berbentuk interval atau rasio. One
way ANOVA digunakan untuk menguji hipotesis komparatif bila data berdistribusi
normal dan sampel homogen. Pada penelitian ini telah dilakukan uji normalitas data
dan data bersifat normal serta data bersifat homogen. Berikut adalah hasil dari
penelitian yang terangkum dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.17. Tabel One Way ANOVA Berdasarkan Tingkat Stres Secara Keseluruhan
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 4.603 3 1.534 7.096 0.000
Within
Groups 42.385 196 0.216
Total 46.986 199
Hasil menunjukkan, berdasarkan uji hipotesis one way ANOVA berdasarkan
stres pada usia secara keseluruhan dari gejala-gejala stres menunjukkan bahwa nilai
signifikansi (Sig.) adalah 0.000 di mana nilai tersebut lebih kecil dari nilai
signifikansi α = 0.05 sehingga H2a didukung. Oleh karena itu, dari sudut pandang
stres secara menyeluruh berdasarkan perbedaan usia pada stres karyawan, dapat
66 Universitas Kristen Petra
dikatakan bahwa ada perbedaan signifikan pada tingkat stres dari karyawan pada
rentang usia yang berbeda di restoran formal di Surabaya.
Tabel 4.18. Tabel Post Hoc LSD Keseluruhan Berdasarkan Usia
Usia (I) Usia (J) Mean Difference (I-J)
17 – 25 tahun 26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
-.01167
-.36907*
-.42802*
26 – 35 tahun 17-25 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
.01167
-.35741*
-.41635*
36 – 45 tahun 17-25 tahun
26-35 tahun
46-55 tahun
.36907*
.35741*
-.05894
46 – 55 tahun 17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
.42802*
.41635*
.05894
Hasil uji One Way ANOVA stres secara keselurhan berdasarkan usia pada
menunjukkan bahwa rentang usia dengan mean tertinggi, didapati pada rentang usia
46-55 tahun. Rentang usia 17-25 tahun berbeda signifikan dengan usia 36-45 tahun
dan 46-55 tahun. Usia 26-35 tahun berbeda signifikan dengan usia 36-45 tahun dan
46-55 tahun. Sedangkan usia 36-45 tahun berbeda signifikan dengan usia 17-25 tahun
dan 26-35 tahun. Usia 46-55 tahun berbeda signifikan dengan usia 17-25 tahun dan
26-35 tahun.
a. Stres Berdasarkan Usia Karyawan Pada Gejala Fisikal
Tabel 4.19. Tabel One Way ANOVA Gejala Fisikal
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 3.162 3 1.054 4.451 0.005
Within
Groups 46.415 196 0.237
Total 49.577 199
67 Universitas Kristen Petra
Hasil uji one way ANOVA berdasarkan stres pada usia karyawan bila dilihat
dari gejala fisikal menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Sig.) adalah 0.005 di mana,
nilai tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi α = 0.05 sehingga H2b didukung. Oleh
karena itu, untuk sudut pandang stres secara keseluruhan berdasarkan perbedaan usia
pada gejala fisikal stres karyawan dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan pada gejala fisikal stres dari karyawan pada rentang usia yang berbeda di
restoran formal di Surabaya.
Tabel 4.20. Tabel Post Hoc LSD Gejala Fisikal Berdasarkan Usia
Usia (I) Usia (J) Mean Difference (I-J)
17 – 25 tahun 26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
-.04000
-.26389*
-.46833*
26 – 35 tahun 17-25 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
.04000
-.22389*
-.42833*
36 – 45 tahun 17-25 tahun
26-35 tahun
46-55 tahun
.26389*
.22389*
-.20444
46 – 55 tahun 17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
.46833*
.42833*
.20444
Hasil uji One Way ANOVA stres berdasarkan usia pada gejala fisikal
menunjukkan bahwa rentang usia dengan mean tertinggi, didapati pada rentang usia
46-55 tahun di mana memiliki tingkatan stres yang lebih tinggi. Rentang usia 17-25
tahun berbeda signifikan dengan usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun. Usia 26-35 tahun
berbeda signifikan dengan usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun. Sedangkan usia 36-45
tahun berbeda signifikan dengan usia 17-25 tahun dan 26-35 tahun. Usia 46-55 tahun
berbeda signifikan dengan usia 17-25 tahun dan 26-35 tahun.
68 Universitas Kristen Petra
b. Stres Berdasarkan Usia Karyawan Pada Gejala Emosional
Tabel 4.21. Tabel One Way ANOVA Gejala Emosional
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 3.711 3 1.237 3.107 0.028
Within
Groups 78.041 196 0.398
Total 81.751 199
Hasil uji one way ANOVA bila dilihat dari gejala emosional stres
menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Sig.) adalah 0.028 di mana, nilai tersebut lebih
kecil dari nilai signifikansi α = 0.05 sehingga H2c didukung. Oleh karena itu, untuk
sudut pandang stres secara keseluruhan berdasarkan perbedaan usia pada gejala
emosional stres karyawan dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada
gejala emosional stres dari karyawan pada rentang usia yang berbeda di restoran
formal di Surabaya.
Tabel 4.22. Tabel Post Hoc LSD Gejala Emosional Berdasarkan Usia
Usia (I) Usia (J) Mean Difference (I-J)
17 – 25 tahun 26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
-.01250
-.35000*
-.33571*
26 – 35 tahun 17-25 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
.01250
-.33750*
-.32321*
36 – 45 tahun 17-25 tahun
26-35 tahun
46-55 tahun
.35000*
.33750*
.01429
46 – 55 tahun 17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
.33571
.32321
-.01429
Hasil uji One Way ANOVA stres secara keseluruhan berdasarkan usia pada
gejala emosional menunjukkan bahwa rentang usia dengan mean tertinggi, didapati
pada rentang usia 36-45 tahun. Rentang usia 17-25 tahun berbeda signifikan dengan
69 Universitas Kristen Petra
usia 36-45 tahun. Usia 26-35 tahun berbeda signifikan dengan usia 36-45 tahun.
Sedangkan usia 36-45 tahun berbeda signifikan dengan usia 17-25 tahun dan 26-35
tahun. Usia 46-55 tahun berbeda signifikan dengan usia 36-45 tahun.
c. Stres Berdasarkan Usia Karyawan Pada Gejala Interpersonal
Tabel 4.23. Tabel One Way ANOVA Gejala Interpersonal
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 7.974 3 2.658 5.787 0.001
Within
Groups 90.026 196 0.459
Total 98.000 199
Hasil uji one way ANOVA jika dilihat dari gejala interpersonal pada stres
karyawan menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Sig.) adalah 0.001 di mana, nilai
tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi α = 0.05 sehingga H2d didukung. Oleh
karena itu, untuk sudut pandang stres secara keseluruhan berdasarkan perbedaan usia
pada gejala interpersonal stres karyawan dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan pada gejala interpersonal stres dari karyawan pada rentang usia yang
berbeda di restoran formal di Surabaya.
Tabel 4.24. Tabel Post Hoc LSD Gejala Interpersonal Berdasarkan Usia
Usia (I) Usia (J) Mean Difference (I-J)
17 – 25 tahun 26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
.01750
-.49333*
-.48000*
26 – 35 tahun 17-25 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
-.01750
-.51083*
-.49750*
36 – 45 tahun 17-25 tahun
26-35 tahun
46-55 tahun
.49333*
.51083*
.01333
46 – 55 tahun 17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
.48000*
.49750*
-.01333
70 Universitas Kristen Petra
Hasil uji One Way ANOVA stres berdasarkan usia secara keseluruhan pada
gejala interpersonal menunjukkan bahwa rentang usia dengan mean tertinggi, didapati
pada rentang usia 36-45 tahun. Rentang usia 17-25 tahun berbeda signifikan dengan
usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun. Usia 26-35 tahun berbeda signifikan dengan usia
36-45 tahun dan 46-55 tahun. Sedangkan usia 36-45 tahun berbeda signifikan dengan
usia 17-25 tahun dan 26-35 tahun. Usia 46-55 tahun berbeda signifikan dengan usia
17-25 tahun dan 26-35 tahun.
4.10. Pembahasan
Berdasarkan pada hasil penelitian, perbedaan stres pada jenis kelamin di
restoran formal di Surabaya secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Namun, tingkat stres yang dialami baik pria maupun wanita cukup tinggi. Tingkat
stres yang paling tinggi secara keseluruhan pada karyawan di restoran formal di
Surabaya ada pada gejala emosional di mana karyawan sering mengalami gelisah
ataupun cemas. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh O’Neill dan Davis (2011) di 65 hotel di beberapa kota besar di
Amerika, bahwa juga tidak ada perbedaan yang signifikan pada stres kerja karyawan
pria dengan wanita di hotel. Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang diterapkan
pada industri jasa selain karyawan restoran (dokter, guru, karyawan hotel)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan stres yang dialami oleh pria dengan wanita.
Beberapa argumen secara umum menyatakan bahwa pria yang mengalami tingkat
stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita cenderung disebabkan oleh
beratnya beban kerja, ketidakamanan dalam bekerja, ketidakjelasan pada tugas yang
diberikan, dan juga karena tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga sebagai
tulang punggung maupun terhadap karir ( Sahu & Mirsha, 1995; Bhagawan, 1995;
Singh & Singh, 2012; Nirmala & Babu, 2013; Tandon et al., 2014). Sedangkan
argumen lain menyatakan bahwa wanita yang mengalami tingkat stres yang lebih
tinggi cenderung disebabkan oleh gaji yang didapatkan lebih rendah dibandingkan
dengan pekerja pria dan kurangnya promosi kerja pada wanita (Miller et al., 2000).
Penyebab stres yang dialami oleh wanita lebih tinggi karena wanita mengalami
diskriminasi kerja dan apabila sudah berkeluarga, wanita mempunyai peran ganda
71 Universitas Kristen Petra
yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai karyawan di tempat kerja (Gyllensten &
Palmer, 2005). Moss (2015) menyatakan bahwa hal terkait yang menyebabkan
industri jasa restoran berbeda dengan industri jasa lain adalah pada industri jasa
restoran, karyawan tidak diberi wewenang dalam pengambilan keputusan yang kritis,
Sehingga harus melakukan apa yang diminta oleh tamu, seperti saat pelayan
berhadapan dengan tamu, sehingga harus menunjukkan sopan santun, melayani
segala permintaan tamu dan mendengarkan setiap pesanan, menyediakan suasana
yang nyaman untuk tamu. Selain itu, para karyawan harus siap siaga melayani tamu
khususnya pada saat rush time, ini menyebabkan jam istirahat karyawanpun menjadi
singkat, sehingga menimbulkan tekanan mental. Sedangkan pada industri jasa lain
karyawan mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
Meskipun pekerjaan di industri jasa lain seperti karyawan hotel, profesi guru dan
dokter, stres secara keseluruhan juga bisa disebabkan oleh tekanan mental, jam kerja
yang panjang dan waktu istirahat yang singkat dan kelelahan (Moss, 2015).
Pekerjaan yang paling menyebabkan stres tinggi adalah bekerja sebagai
karyawan di restoran. Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian lain yang
menyatakan bahwa bekerja sebagai pelayan di restoran adalah pekerjaan yang paling
potensial menyebabkan stres yang dapat berdampak pada kesehatan karyawan (Moss,
2015). Tetapi, perbedaan situasi kerja di berbagai industri jasa menyebabkan stres
yang dialami juga berbeda-beda. Hal ini karena adanya beban kerja yang berat di
restoran tetapi dengan gaji yang rendah, tekanan yang dihadapi saat restoran ramai,
banyaknya permintaan customer, tuntutan kerja secara fisik, jam kerja yang tidak
teratur (Moss, 2015). Pada restoran formal, karyawan dituntut untuk memiliki
pengalaman dan keterampilan yang tinggi, serta harus memperhatikan setiap detail
dalam pekerjaan dengan sempurna. Sebagai contoh, saat memasak makanan yang
akan disajikan, bahan baku yang digunakan harus teruji kualitasnya, saat menata
peralatan makan yang akan digunakan serta harus memahami dengan baik menu yang
disediakan oleh restoran. Di samping itu, manajemen waktu dan menjaga standar
kualitas dan pelayanan menjadi hal yang paling penting dalam operasional restoran
72 Universitas Kristen Petra
formal (Johri, 2013). Hal-hal tersebut di atas menjadi penyebab perbedaan stres kerja
yang dialami oleh karyawan restoran formal lebih tinggi dibandingkan dengan
karyawan restoran non-formal termasuk di restoran formal di Surabaya.
Hasil penelitian yang selanjutnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara stres dan rentang usia karyawan di restoran formal di Surabaya. Secara umum,
tingkat stres yang paling tinggi dialami oleh karyawan yang berusia 46-55 tahun.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penyebab stres pada setiap rentang usia
berbeda-beda. Pada usia 41 ke atas karyawan mengalami tingkat stres paling tinggi
dibandingkan rentang usia yang lain, karena tanggung jawab lebih berat tidak hanya
terhadap diri sendiri namun pada keluarga . Seiring bertambahnya usia, maka kondisi
kesehatan manusia juga secara otomatis akan menurun (Nirmala & Babu, 2013).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa pada usia 41 tahun ke atas mengalami tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan rentang usia lainnya (Tandon et al., 2014; Ramamuth, 1991). Selain itu,
penelitian ini mendukung hasil penelitian nirmala dan babu terkait dengan kondisi
kesehatan, didapatkan hasil pada stres yang terjadi pada gejela fisikal, di mana stres
yang paling tinggi terdapat pada usia 46-55 tahun dengan hasil mean yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rentang usia lain, karena seiring bertambahnya usia
kondisi fisik karyawan akan menurun, gejala fisik yang biasa dialami oleh karyawan
adalah seringnya mengalami sakit kepala, susah tidur atau insomnia, ketegangan pada
otot urat bagian leher dan bahu, serta banyaknya melakukan kekeliruan pada
pekerjaan. Sedangkan penyebab stres secara umum pada rentang usia 31-40 tahun
lebih tinggi dibandingkan dengan usia 20-30 tahun karena karyawan harus
bertanggung jawab pada karir dan keluarga, serta harus menyeimbangkan tanggung
jawab terhadap keduanya (Nirmala & Babu, 2013). Hasil serupa juga didapati pada
penelitian sebelumnya, menurut Barkat dan Asma (1999) yang menyatakan bahwa
tingkat stres cukup tinggi berada pada rentang usia 36-55 tahun. Sedangkan penyebab
stres pada karyawan berusia 20-30 tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan
73 Universitas Kristen Petra
rentang usia lain adalah karena pada rentang usia ini, karyawan cenderung hanya
bertanggung jawab pada karir individu (Nirmala & Babu, 2013).
Terdapat temuan tambahan terkait dengan stressors, di mana hasil data pada
open-ended question menyatakan bahwa penyebab timbulnya stres yang paling
banyak dialami oleh karyawan di restoran formal di Surabaya karena adanya beban
kerja yang berlebih, tekanan yang tinggi dan gaji yang rendah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Moss (2015) tersebut di atas. Selanjutnya, penelitian ini menambah
pengetahuan dari sudut pandang restoran formal di Surabaya dan ternyata masih
terjadi inkonsistensi data penelitian mengenai perbedaan stres kerja berdasarkan jenis
kelamin dan usia. Di samping itu, stres yang dialami setiap individu berbeda-beda
sesuai dengan persepsi dan penilaian masing-masing individu, pengalaman setiap
individu, serta bagaimana setiap individu merespon kejadian-kejadian yang dialami
termasuk dalam menghadapi stres (Singh & Singh, 2012; Nyangahu & Bula, 2015).