3
-
Upload
pasukan5jari -
Category
Documents
-
view
46 -
download
8
description
Transcript of 3
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING
MODUL 3 ONKOLOGI
KELOMPOK 3 :
Adrine Fragita (2009730121)
Dian Riani (2009730132)
Gina Permata Sari (2009730021)
Laura Darliani (2009730090)
Yuli Adiyanti (2009730120)
Yevi Nabila (2009730119)
Maulana akbar (2009730094)
Dedek Putra (2009730070)
Nugraha Caesar (2009730102)
Lutfi Malefo (2009730028)
Wahyudin (2008730130)
M. Fajri (2008730021)
Ahmad Jazuli (2008730047)
Tutor : dr. Nizamudin
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya pada kelompok kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
PBL (Program Based Learning) Sistem Onkologi tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini kami buat
dengan tujuan memenuhi tugas dan bisa mengetahui penyakit-penyakit apa saja
yang menyebabkan benjolan di leher.
Terimakasih kami ucapkan kepada tutor kami dr. Nizamudin yang telah
membantu kami dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga
pada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi dan
mengumpulkan data. Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada kelompok
kami pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah
kesempurnaan laporan kami.
Jakarta, 24 Januari 2012
Penyusun
SKENARIO 1
Wanita 27 tahun dengan keluhan ada benjolan di leher kiri,berkelompok. Benjolan ini dirasakan agak sakit terutama kalau ditekan. Riwayat sakit tb
disangkal. Batuk batuk kronik juga disangkal.
Klarifikasi istilah : (-)
Kalimat atau kata kunci :
1. Wanita 27 tahun
2. Benjolan di leher,berkelompok
3. Dirasakan sakit saat ditekan
4. Riwayat TB dan batuk kronik disangkal
Pertanyaan :
1.Jelaskan anatomi KGB,tiroid dan jaringan daerah leher!
2. Jelaskan fisiologi dari KGB di leher!
3. Jelaskan histopatologi darifferential diagnosis !
4. penyakit-penyakit apa saja yang menyebabkan benjolan pada leher?
5.Apa perbedaan benjolan berkelompok dengan tidak berkelompok?
6. Kenapa benjolan ditekan terasa sakit?
7. Bagaimana patomekanisme benjolan pada skenario?
8. Mengapa benjolan hanya terdapat di leher kiri saja?
9. Mengapa riwayat tb disangkal dan batuk kronis disangkal? Ada apa hubungan riwayat penyakit dengan keluhan sekarang?
10. Apakah ada hubungan usia dengan penyakit ini? Bagaimana asupan nutrisi pada kasus di skenario sesuai Differential Diagnosis?
12. Langkah Diagnostik !
13. Jelaskan score TNM dan stadium Ca tiroid?
14. Jelaskan faktor resiko dari Ca tiroid?
15. Diffrential Diagnosis
3
Pembahasan
Anatomi kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening (KGB)
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita
memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah
submandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.
Sistema Lympathica Colli Facialis
Gugusan superficialis berjalan mengikuti vena superficialis dan gugusan profunda
berjalan mengikuti arteria atau seringkali mengikuti vena profunda.
Gugusan superficialis membentuk suatu lingkaran pada perbatasan leher dan kepala yang
dinamakan lingkaran pericervicalis atau cervical Collar, meliputi l.n.occipitalis,
l.n.mastoideus (l.n.retro auricularis), l.n.preauricularis (l.n.parotideus superficialis),
l.n.parotideus profundus, l.n.submandibularis dan l.n.submentalis.
L.n.occipitalis terletak pada serabut-serabut cranialis m.trapezius, ditembusi oleh
v.occipitalis, kira-kira 2,5 cm di sebelah infero-lateralis inion. Menerima aliran lymphe dari
bagian belakang kepala dan mengirimkannya kepada lymphonodi cervicales profunda dengan
melewati bagian profunda m.sternocleidomastoideus.
L.n.pre-auricularis terletak pada glandula parotis sepanjang vena temporalis
superficialis dan vena facialis transversa. Menerima pembuluh afferen dan kepala (scalp),
auricula, palpebra dan pipi. Dan mengirim pembuluh afferen menuju ke l.n.cervicalis
superficialis.
L.n.submentalis berada di antara kedua venter anterior m.digasticus, pada permukaan
inferior dari m.mylohyoideus, membawa lymphe dari lidah bagian tengah (juga apex lingua)
dan dari labium inferius.
L.n.submandibularis biasanya dikelompokkan pada gugusan superficialis, meskipun
membawa drainage dari lidah dan glandula submandibulare. Lymphonodus ini terletak pada
vena facialis di sebelah caudal dari mandibula, dimana vena ini menerima
v.retromandibularis. pembuluh efferen membawa aliran lymphe menuju ke l.n.cervicalis
profundus pars cranialis.
Masih ada lymphonodus lainnya, yaitu l.n.facialis yang merupakan perluasan ke cranialis dari
l.n.submandibularis dengan mengikuti vena facialis, berada pada facies.
L.n.cervicalis anterior berada sepanjang v.jugularis anterior, menerima lymphe dari
bagian tengah (linea mediana) leher dan mengalirkan lymphenya menuju ke l.n.cervicalis
profundus; gugusan ini dapat dianggap menerima afferen dari l.n.submentalis.
L.n.cervicalis superficialis berada sepanjang v.jugularis externa. Menerima aliran
lymphe dari kulit pada angulus mandibulae, regio parotis bagian caudal dan telinga, dan
membawa aliran lymphenya menuju ke l.n.cervicalis profundus. Semua lymphonodi akan
memberi aliran lymphenya kepada l.n.cervicalis profundus. Diantara gugusan superficial dan
gugusan profunda terdapat gugusan intermedis, yang terdiri atas :
L.n.infrahyoideus yang berada pada membrana thyreo-hyoidea, menerima afferen yang
berjalan bersama-sama dengan a.laryngea superior dan berasal dari larynx di bagian
cranialis plica vocalis.
L.n.prelaryngealis yang berada pada ligamentum cricothyreoideum, menerima lymphe
dari larynx di bagian cranialis plica vocalis, berada pada vasa thyreoidea superior.
L.n.paratrachealis yang berada pada celah di antara trachea dan oesophagus, menerima
lymphe dari glandula thyreoidea dan struktur di sekitarnya, pembuluh efferennya
mengikuti vasa thyreoidea inferior menuju ke l.n.cervicalis profundus (dan
l.n.mediastinalis superior).
L.n.cervicalis profundus terletak di sebelah profunda m.sternocleidomastoideus sepanjang
carotid sheath. Terdiri atas banyak lymphonodus, berada pada vena jugularis interna, mulai
dari basis cranii sampai di sebelah cranialis clavicula dan dibagi oleh venter inferior
m.omohyoideus menjadi gugusan superior dan gugusan infeior.
Gugsan superior atau l.n.cervicalis profundus pars superiro tereltak di sebelah cranialis
cartilago thyreoidea, menerima afferen dari cavum cranii, regio pterygoidea, l.n.parotideus
dan l.n.submandibularis, radix linguae, pars cranio-lateralis glandula thyreoidea, larynx dan
pharynx bagian caudal. Mengirimkan efferennya menuju ke l.n.cervicalis profundus pars
inferior. Terdapat perluasan dari l.n.cervicalis profundus pars superior yang menuju ke arah
medial dan membentuk l.n.retropaharyngealis (berada di dalam spatium retropharyngeum),
menerima lymphe dari nasopharynx, tuba auditoria dan dari vertebra cervicalis, mengirimkan
lymphenya menuju kepada l.n.cervicalis profundus pars superior dengan mengikuti vena
pharyngealis. L.n.cervicalis profundus pars superior dan juga dari l.n.cervicalis superficialis,
5
pars caudalis glandula thyreoidea, larynx bagian cudal, trachea pars cervicalis dan
oesophagus.
Pembuluh-pembuluh efferen membentuk sebuah pembuluh besar (jugular trunk) dan
bermuara ke dalam ductus thoracicus (dibagian kiri) serta ductus lymphaticus dexter (bagian
kanan).
Pada tempat persilangan antara m.digastricus dan vena jugularis interna trdapat
l.n.juguladigastricus.
Gugusan lymphonodus yang terletak di sebelah cranialis venter inferior m.omhyoideus pada
saat otot ini menyilang v.jugularis interna membentuk l.n.jugulo-omohyoideus.
Anatomi Tiroid
Glandula tiroid terletak dibelakang musculus sternotyroideus dan sternotyhyoideus setinggi
vertebra cervicalis V sampai vetebra thoracica I. Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus dextra dan
sinister yang terletak anterolateral terhadap larynx dan trachea. Kedua lobus ini dihubungkan
dengan isthmus yang biasanya terletak didepan cartilagines tracheales II-III. Sebuah lobus
pyramidalis dapat berasal dari isthmus , biasanya kesebelah kiri dari bidang median. Glandula
tiroid terbungkus dalam capsula fibrosa yang tipis dan memancarkan serat-serat kedalam
jaringan kelenjar . disebelah luar capsula fibrosa terdapat selubung longar yang berasal dari
fascia pretrachealis fasciae cervicalis profundae . glandula tiroid melekat pada cartilago
cricoidea dan cartilagines tracheales atas dengan perantara jaringan ikat padat.
Glandula tiroid memperoleh darah dari arteria tyroidea superior dan arteria tyroidea
inferior. Pembuluh darah ini terletak antara capsula fibrosa dan fascia pretrachealis asciae
cervicalis profunda. Arteria tyroidea superior , cabang pertama carotis externa, melintas ke
kutub atas masing-masing lobus glandula tiroidea, menembus fascia pretrachealis dan
mmembentuk ramus glandularis anterior dan ramus glandularis posterior. Arteria tyroidea
inferior, cabang truncus thyrocervicalis, melintas superomedial dibelakang sarung karotis
dan mencapai glandula tiroid posterior . arteri tiroid inferior terpecah menjadi cabang-cabang
yang menembus fascia cervicalis profundae dan memasok darah kepada kutub bawah
glandula tiroid.
Tiga pasang vena tiroid menyalurkan darah dari flexus vena dari permukaan anterior
galandula tiroid dan trakea. Vena tiroid superior dan vena media bermuara ke vena jugularis
interna, sedangkan vena inferior ke dalam vena brcachiocepalika. Pembuluh limfe glandula
tiroid melintasi didalam jaringan ikat antara lobul.
7
Fisiologi dari kelenjar getah bening
Sistem limfe adalah jaringan tubuli-tubuli yang amat tipis yang
bercabang-cabang seperti pembuluh darah,termasuk dalam susunan
retikuloendotelial yang tersebar di seluruh tubuh.
Mempunyai fungsi penting berupa barier atau filter kuman-kuman/bakteri
yang masuk ke dalam badan.Pembuluh limfe berisi cairan bening yang
berisi sel limfosit dan merupakan sarana yang mengalirkan sel limfosit ke
seluruh tubuh. termasuk sumsum tulang.
Tersebarnya jaringan ini merupakan suatu kumpulan limfosit dalam nodus
limfatikus yang disebut kelenjar getah bening.
Struktur Kelenjar limfe terbagi dalam 3 bagian utama yaitu: korteks,para
korteks dan medulla.
- Di dalam korteks di dapati folikel-folikel yang berbentuk
sferis,yang terisi penuh limfosit B.di tengah folikel-folikel ini dapat di
temukan daerah yang berwarna agak pucat yang dinamakan pusat
germinal (“ centrum germinativum”) yang di dalamnya dapat di
temukan sel blast,sel besar dan makrofag,yang memberi gambaran
seperti ‘langit berbintang’.
- Daerah parakorteks berisi limfosit T.
- Sedang daerah medulla pada dasarnya di huni oleh sel B.
Seperti sel darah lainya,sel limfosit dalam kelenjar limfe juga berasal dari
sel-sel induk multipotensial di sumsum tulang.sel induk multipotensial
pada tahap awal bertransformasi menjadi sel progenitor limfosit yang
kemudian berdiferensiasi melalui dua jalur.sebagian mengalami
pematangan dalam kelenjar thymus untuk menjadi sel limfosit T ,dan
sebagian lagi menuju kelenjar limfe atau tetap berada dalam sumsum
tulang dan berdiferensiasi menjadi sel limfosit B.
Berbeda dengan sel hematopoetik yang lain,limfosit kecil ( matang /tua)
bukanlah merupakan sel tahap akhir dari perkembanganya,akan tetapi
mereka dapat merupakan permulaaan limfopoiesis baru yang timbul
sebagai reaksi terhadap rangsangan an tigen yang tepat.
Apabila ada rangsangan oleh antigen yang “sesuai” maka limfosit T
maupun B akan bertransformasi menjadi bentuk aktif dan berfoliferasi.
Limfosit T aktif akan menjalankan fungsi respon imunitas
seluler,sedangkan limfosit B aktif menjadi imunoblas yang kemudian
menjadi sel plasma yang membentuk immunoglobulin.
Kelenjar limfe dan limpa merupakan bagian utama system imun perifer
dan menjadi bengkak akibat spectrum luas penyakit- penyakit
infeksi,keganasan,autoimun dan penyakit metabolic.pembengkakan
kelenjar limfe(limfedenopati) merupakan temuan klinis yang dapat
menyebabkan sejumlah luas tindakan diagnostic dan terapeutik.
Struktur dan fungsi kelenjar limfe
Kelenjar limfe adalah organ limfoid perifer yang berhubungan dengan
sirkulasi pembuluh limfatik aferen dan eferen dan melalui venula
pacakapiler berendotel tinggi.sejumlah sel membentuk kerangka dan
stroma penyokong kelenjar limfe.
Fibroblast adalah tipe sel dominan pada kapsul dan trbekula kelenjar
limfe.sel retikula yang berasal dari fibroblast adalah penyokong yang
sering di temukan dalam folikel dan pusat geminativum,misalnya daerah
sel B pada kelenjar limfe.makrofag jaringan yang berasal dari monosit
sirkulasi berada di seluruh kelenjar yang sehat.
Dalam daerah korteks terdapat sel retikula interdigitatif (juga di sebut sel
dendritik) dan sel lagerhans,keduanya merupakan sel khusus nonfagositik
yang mengandung Ia,berasal dari sumsum tulang,yang bersama makrofag
berpartisipasi dalam mempertemukan antigen dengan sel yang berasal
dari tymus(T) dan B.
Korteks kelenjar limfe bagian luar mengandung folikel limfoid di sertai
pusat germinativum yang merupakan daerah sel B pada kelenjar limfe.
9
Folikel limfoid primer merupakan agregat sel B yang mengandung IgM
dan IgD,serta sel T penolong/pencetus CD4+ sebelum terjadi rangsangan
antigenic.
Folikel limfoid sekunder merupakan akibat rangsangan antigen dan
mengandung lapisan luar atau selubung sel B yang mengandung IgM dan
IgD,serta zona dalam (pusat germinativum) sel B teraktivasi,makrofag,sel
retikuler,dan sel T penolong CD4+ yang tersebar.
Antara daerah folikel primer dan sekunder (zona interfolikuler) dan regio
medulla kelenjar limfe bagian dalam terdapat sel T (parakorteks).sebagian
besar sel T dalam kelenjar Limfe adalah sel T penolong CD4+(kira-kira
80%),sementara sebagian kecil adalah adalah sel T suppressor
/sitotoksik CD8+ (kira-kira 20%).
Dua factor paling penting dalam komposisi dan penyebarab sel limfe
adalah
- Timbulnya sel B dan T “memory” de novo dari proliferasi prekusor
yang di rangsang antigen di dalam kelenjar limfe ,dan
- Resirkulasi selektif ke dan “homing” tipe spesifik sel limfoid ke
kelenjar limfe dan sirkulasi.
Kelenjar limfe berfungsi sebagai tempat sel yang memperkenalkan
antigen ,sel T,dan sel B berkontak dengan antigen,yang dengan salah
struktur tertentu meningkatkan interaksi sel T,sel B,dan sel-sel yang
mempresentasikan antigen secara optimum.
Dalam keadaan normal interaksi seperti itu menyebabkan efisiensi
pengenalan antigen,aktivasi lengan reaksi imun seluler dan humoral,dan
berakhir dengan pembasmian antigen.
Salah satu efek paling awal antigen adalah meningkatkan aliran darah
melalui daerah yang terkena ,dalam respon imun normal ,stimulasi
antigen dari makrofag dan limfosit di kelenjar limfe sangat mempengaruhi
peredaran limfosit.
Pembegkakan kelenjar limfe dapat di sebabkan oleh
- Peningkatan jumlah limfosit dan makrofag jinak selama antigen
- Infiltrasi sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe
- Proliferasi insitu dari limfosit maligna atau makrofag
- Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatic
- Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolic
dalam penyakit cadangan lipid.
Dalam keadaan normal kelenjar limfe inguinalis pada orang dewasa dapat
teraba pada umumnya berukuran 0,5-2 cm.
Histologi tiroid normal
• Tiroid berkembang dari bagian sefalik endoderm saluran cerna. Fungsinya adalah membuat
hormon tiroksin (T4) dan triidotironin (T3) yang merangsang laju metabolism tubuh.
Kelenjar tiroid yang terletak di daerah servikal, anterior terhadap laring terdiri atas 2 lobus
yang dihubungkan oleh isthmus. Terdiri dari ribuan folikel yang dibentuk oleh epitel selapis
dgn lumen yang berisikan suatu substansi gelatinosa disebut koloid. Pengatur utama status
anatomi dan fungsional kelenjar tiroid adalah hormone perangsang tiroid (tirotropin) yang
dihasilkan hipofisis anterior.
• Bentuk bervariasi tergantung dari aktifitas fungsional . Folikel hipoaktif besar, penuh berisi
koloid dan sel folikel gepeng atau kuboid . Folikel aktif disusun oleh sel yang lebih tinggi
(torak), koloid sedikit, lumen lebih kecil. Sel folikel mensintesa, sekresi, absorbsi, mencerna
protein secara simultan. Inti bulat, didalam sitoplasma terdapat aparatus Golgi, mitokondria,
lisosom, fagosom.Pada membran sel terdapat sejumlah mikrovili. Epitel tiroid terdapat di
atas lamina basal. Epitel folikel memliki semua cirri sel yang serentak
ensintesis,menyeksresi,mengabsorpsi dan mencerna protein. bagian basal sel-sel iini kaya
akan reticulum endoplasma kasar. Intinya biasanya bulat dan terletak di pusat sel. Kutub
apical memiliki kompleks Golgi yang jelas dan granula sekresi kecil dengan cirri morfologi
kolid folikel. Di daerah ini banyak terdapat lisosom yang berdiameter 0,5-0,6 μm. Jenis sel
lain yaitu sel parafolikel atau sel C terdapat sebagai bagian dari epitel folikel atau sebagai
kelompok tersendiri diantara folikel-folikel tiroid. Sel lebih besar dan lebih pucat dibanding
sel folikel tiroid. Sel ini mensekresi calcitoninà hormon yang berfungsi sebagai
penyeimbang kalsium dalam darah.
11
Mekanisme benjolan di leher
Ada banyak factor yang dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada leher,seperti
trauma,infeksi,hormon,neoplsma dan kelainan herediter.Faktor-faktor ini bekerja dengan
caranya masing-masing dalam menimbulkan benjolan.Hal yang perlu di tekankan adalah
tidak selamanya benjolan yang ada pada leher timbul karena kelainan yang ada pada
leher.Tidak jarang kelainan itu justru berasal dari kelainan sisitemik seperti limfoma dan
TBC.
Hampir semua struktur yang ada di leher dapat mengalami benjolan entah itu kelenjar
tiroid,paratiroid dan getah bening,maupun benjolan yang berasal dari struktur jaringan lain
seperti lemak,otot dan tulang.
Infeksi dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada leher melalui beberapa cara yang di
antaranya berupa benjolan yang berasal dari invasi bakteri langsung pada jaringan yang
terserang secara langsung maupun benjolan yang timbul sebagai ari efek kerja imunitas tubuh
yang bermanifestasi pada pembengkakan kelenjar getah bening.
Mekanisme trauma dalam menimbulkan benjolan pada leher agak menyerupai mekanisme
infeksi,hanya saja trauma yang tidak di sertai infeksi sekunder pada umumnya tidak
menyebabakan pembesaran kelenjar getah bening.
Jika jaringan tubuh manusia terkena rangsangan berupa trauma dan reaksi imun,maka
otomatis sel-sel akan mengalami gangguan fisiologis.sebagai responnya ,sel tubuh terutama
mast sel dan basofil akan mengalami granulasi an mengeluarkan mediator radang berupa
histamine,serortonin, bradikinin, sitokin berupa IL-2,IL-6 dan lain-lain. Mediator-mediator
radang ini terutama histamin akan menyebabkan di latasi arteriola dan meningkatkan
permeabilitas venula serta pelebaran intraendotheliajuntion. Hal ini mengakibatkan cairan
yang ada dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sehingga timbul benjolan pada
daerah yang terinfeksi ataupun terkena trauma.Infeksi dapat menimbulkan pembesaran
kelenjar limfe karena apabila mekanisme pertahanan tubuh berfungsi baik, sel sel pertahanan
tubuh seperti makrofag,neutrofil dan sel T akan berupaya memusnahkan agar infeksius itu
sendiri berupaya untuk menghanurkan sel-sel tubuh terutama eritrosit agar bisa mendapatkan
nuutrisi. Kedua upaya perlawanan ini akan mengakibatkan pembesaran kelenjar limfe karena
bekerja keras untuk memproduksi sel limfoid maupun menyaring sel tubuh yang mengalami
kerusakan dan agen infeksius yang masuk agar tidak menyebar ke organ tubuh lain.
Sedangkan mekanisme timbulnya benjolan akibat neoplasma entah itu di otot,sel
limfoid,tulang maufun kelenjar secara umum hampir sama. Awalnya terjadi dysplasia dan
metaplasia pada sel matur akibat berbagai factor sehingga diferensiasi sel tidak lagi
sempurna. Displasia ini menimbulkan sejumlah kelainan fisiologis molekuler seperti
peningkatan laju pembelahan sel dan inaktifasi mekanisme bunuh diri sel terprogram. Hal ini
berakibat pada proliferasi sel tak terkendali yang bermanifestasi pada timbulnya benjolan
pada jaringan.Neoplasma dapat terjadi pada semua sel yang ada di leher entah itu kelenjar
tiroid- adenoma tiroid,lemak-lipoma,kartilago-kondroma,jaringan limfe – limfoma maupun
akibat dari metastase kanker dari organ di luar leher.
Timbulnya benjol unilateral dikarenakan sel yang abnormal berdiferensiasi di sisi sinistra dan
tidak bilateral. Sel berdiferensiasi dan membentuk angiogenesis tumor . Proliferasi sel tumor
akan membentuk masa yang dapat menekan jaringan sekitarnya. Jaringan yang tertekan
akan menjadi atrofik. tumor di leher dapat menekan trachea dan bisa mengganggu
pernafasan.
Mengapa riwayat TB paru dan batuk – batuk kronis disangkal?
Adakah hubungan dengan keluhan benjol di leher kiri?
Kuman Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh akan
melekat pada tonsil, bukan pada paru – paru. Lama kelamaan infeksi
tersebut akan masuk ke dalam saluran getah limfe dan akan mengalirkan
ke Kelenjar Getah Bening pada leher, dan mengakibatkan benjolan pada
leher tersebut. Makin lama, benjolan itu akan akan bertambah banyak.
Mengapa batuk disangkal pada skenario ini¸ karena infeksi tersebut
melekan di tonsil bukan pada paru – paru sehingga tidak menyebabkan
batuk – batuk.
PENYAKIT PENYAKIT YANG DAPAT MENYEBABKAN BENJOLAN DI LEHER
Secara umum benjolan di daerah leher, disebabkan oleh lima kelainan atau penyebab utama
yaitu :
Kelainan kongenital
Infeksi
Neoplasma
13
Trauma
Kelainan lainnya.
Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya dapat berupa
benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul
setelah usia dewasa. Pada kelainan ini ,benjolan yang paling sering terletak di leher samping
bagian kiri atau kanan di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran
benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis. Kelainan kongenital
yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah hygroma colli , kista branchial , kista
ductus thyroglosus.
Hygroma colli adalah kelainan bawaan lahir akibat adanya gangguan saluran limfe,
biasanya muncul sejak lahir dan makin bertambah besar dengan bertambahnya usia,
bahkan bisa sampai ukuran bola tenis atau lebih, biasanya benjolannya agak lunak .
Kista ductus thyroglosus, benjolannya umumnya di garis tengah leher diantara bawah
dagu sampai kelenjar thyroid atau kelnjar gondok Pada jenis kelainan ini bisa muncul
pada masa kanak-kanak atau setelah usia dewasa. Benjolannya berisi cairan.
Kista barnchial, seperti kista ductus thyroglosus, juga berisi cairan , namun letaknya
paling sering di samping leher.
Infeksi pada daerah leher dapat berupa infeksi acut atau infeksi menahun. Biasanya infeksi
acut disertai adanya gejala panas badan, rasa sakit dan adanya warna kemerahan pada
benjolan tersebut. Infeksi menahun atau kronis yang paling sering ditemukan adalah benjolan
akibat penyakit TBC kelenjar. Pada TBC kelenjar benjolan dapat berupa benjolan kecil
ukuran beberapa milimeter sampai ukuran beberapa centimeter, bisa hanya satu buah namun
dapat juga langsung beberapa buah dan paling sering terletak di samping leher kiri atau kanan
, bahkan kadang di samping leher kiri dan kanan sekaligus.
Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan sel . Neoplasma terdiri dari sel-sel baru yang
mempunyai bentuk,sifat dan kinetika berbeda dari sel normal asalnya. Pertumbuhannya liar,
autonom dan terlepas dari kendali pertumbuhan sel normal. neoplasma inilah sebenarnya
yang biasa disebut tumor sebenarnya, ada yang bersifat jinak dan ada yang bersifat ganas atau
biasa disebut kanker. Tumor jinak di daerah leher yang paling sering adalah tumor jinak
kelenjar gondok.
Kanker pada daerah leher bisa dibedakan tiga macam berdasarkan asal pertumbuhannya yaitu
:
1. Kanker yang asal pertumbuhannya memang berawal dari daerah leher itu sendiri,
misalnya yang paling sering adalah kanker kelenjar gondok, kanker jaringan lunak
yang berasal dari otot dan jaringan lunak lainnya di leher.
2. Kanker yang terjadi di daerah leher, namun sebenarnya kanker induknya atau asalnya
ada di tempat lain , dengan kata lain merupakan metastasis tumor dari kanker di
tempat lain yang letaknya bukan di leher. Contoh pada kanker jenis ini adalah kanker
nasofaring, kanker di daerah kepala, kanker di rongga mulut, yang umumnya
menyebabkan metastasis berupa adanya benjolan di leher samping atas sedikit
dibawah telinga kiri atau kanan. Juga kanker-kanker dari organ yang jauh seperti
kanker paru, kanker saluran pencernaan, kanker saluran kemih ,kanker payudara,
kanker alat genitalia wanita yang dapat memberikan metastasis berupa adanya
benjolan diatas tulang selangka atau supraclavicula, terutama di sebelah kanan.
3. Kanker di daerah leher yang sebenarnya merupakan penyakit sistemik yang dapat
terjadi di seluruh tubuh, yaitu kanker kelenjar getah bening.
Trauma di daerah leher bisa terjadi akibat benturan benda tumpul sehingga terjadi bekuan
darah atau hematom dan membentuk benjolan seperti tumor.
Kelainan lain di daerah leher dapat disebabkan misalnya oleh kelinan pembuluih darah di
daerah leher. Ada juga kelainan di leher yaitu pada kelenjar gondok yang disebabkan
kekurangan yodium di tubuh terutama terjadi di daerah endemis gondok.
HISTOPATOLOGI
KARSINOMA PAPILER : 75 - 85 % dari semua kasus Ca tiroid
15
Tumor ini dapat muncul pada usia berapa saja, dan merupakan bentuk utama
karsinoma tiroid yang berkaitan dengan riwayat terpajan radiasi pengion. Gambaran
klinis : tumor yang non fungsional bermanifestasi sebagai massa tak nyeri di
leher,baik dalam tiroid maupun sebagai metastasis ke kelenjar getah bening.
Histopatologi : Gambaran sel folikuler yang mengandung papila yang sempurna .Sel
folikular dilapisi oleh sel dengan karakteristik nukleus yang kosong (Orphan Annie
eye). Tampak badan inklusi intranukleus pada sel yang diambil.
Karsinoma folikular
Karsinoma folikular merupakan bentuk tersering kedua kanker tiroid (15% dari semua
kasus). Tumor ini biasanya timbul pada usia lebih tua daripada karsinoma papilar,
dengan insiden puncak pada usia dewasa pertengahan.
Histopatologi : Tampak sel folikular mengalami infiltratif/berbatas tegas dengan sel
karsinoma.Tampak invasi minimal dan lesi berbatas tegas.
Karsinoma medular
Kasus yang berkaitan terjadi pada usia lebih muda,bahkan mungkin pada anak-anak.
Gambaran Histopatologi : Carsinoma ini timbul sebagai nodul soliter dapat
mengenai kedua lobus tiroid.Pada banyak kasus, terdapat endapan amiloid aseluler
yang berasal dari molekul kalsitonin yang mengalami perubahan yang terdapat pada
stroma.
Gambaran klinis: massa di leher,kadang-kadang menimbulkan efek penekanan
seperti disfagia atau suara serak.
Limfoma Hodgkin
Gambaran histopatologi : Adanya sel raksasa neoplastik khas yg disebut sel Reed-
Sternberg (RS) yang bercampur dengan infiltrat sel radang inflamatorik yang
jumlahnya bervariasi.Kedua lobus nukleus membentuk bayangan cermin masing
masing membentuk nukleus asidofilik besar (badan inklusi) dikelilingi oleh zona
bersih.
Langkah diagnostic
Anamnesis :
Usia dan jenis kelamin pasien?
Benjolan di bagian mana? Simetris atau asimetris? Bergerombol/berkelompok? Single
nodul?
- Ca tiroid dan limfoma : single nodul, asimetris.
- TB kelenjar : multiple nodul.
Penurunan berat badan?
- Ca mengalami penurunan berat badan
- Limfoma : penurunan bb 10% dalam setengah tahun tanpa kausa spesifik
Nyeri tekan atau tidak?
- Ca tiroid dan limfoma : tidak nyeri
- TB kelenjar : nyeri
Dispneu?
- Ca tiroid : apabila menginfiltrasi trakea
Disfagia?
- Ca tiroid : apabila mendesak esofagus
Suara serak? Batuk? Sesak nafas?
- Ca tiroid : apabila menginfiltrasi n.laringeus rekuren
Demam?
- Limfoma : demam ireguler atau demam rekuren periodic specific (Pel-Ebstein)
Berkeringat atau tidak?
- Limfoma : keringat malam
- Ca tiroid medular : banyak berkeringat (sindrom karsinoid)
Riwayat paparan radiasi ionisasi?
Riwayat TBC? Riwayat batuk kronis?
Riwayat lingkungan?
Kebiasaan makanan?
Sudah berapa lama mengalami gejala tersebut?
Pemeriksaan fisik
Benjolan di leher bagian apa? (lokasi)
Simetris atau asimetris?
Single nodul atau multiple?
Nyeri tekan atau tidak?
17
Konsistensi kenyal? Lunak? Atau keras?
Mobile atau terfiksir?
Diameter benjolan?
Berbatas jelas atau tidak?
TB kelenjar : benjolan asimetris, nyeri tekan, berkelompok/multiple nodul
Ca tiroid : simetris, tidak nyeri, single nodul, konsistensi keras (Ca tiroid anaplastic),
terfiksasi (Ca tiroid anaplastic), batas tidak jelas (Ca tiroid anaplastic)
Limfoma : tidak nyeri, single nodul, asimetris, konsistensi padat dan kenyal
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan serologi : pemeriksaan TSH, F3, F4 dan pemeriksaan kadar kalsitonin
serum
o Ca tiroid : TSH, F3, F4 normal. Kadar kalsitonin serum meninggi.
Pemeriksaan USG : ukuran dan jumlah, jinak atau ganas
Pemeriksaan radioisotope
Pemeriksaan CT scan : lokasi, jumlah. Kalsifikasi, kondisi struktur internal, batas, dll.
Pemeriksaan sinar X
Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan PET
Pemeriksaan sitology aspirasi jarum halus (FNAC)
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
A.LIMFADENITIS TB
Limfadenitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih kelenjar getah bening, yang
biasanya menjadi bengkak dan lunak. Limfadenitis tuberkulosis, suatu peradangan pada
satu atau lebih kelenjar getah bening. Penyakit ini masuk dalam kategori tuberkulosis di
luar paru.
Etiologi :
Micobacterium tuberculosis , Micobacterium bovine
Patomekanisme :
Melalui dua cara
TB pulmonary primerMycobacterium masuk melalui inhalasi dan bacteremia, tempat penyebaran utamanya adalah di daerah mediastinal, para trachea lympnode. Memalui jalur lymphatic menyebar ke cervical node
Infeksi Primer Tonsil St. awal keterlibatan lymp node superficial, multipikasi progresif dari basil tuberkel, onset hipersensitifitas tipe lambat terjadi Hiperemia& swelling, nekrosis, & kaseosa pd sentral node. Infeksi perinodal, progresive swelling & bersatu dengan nodus lain sehingga terlihat berkelompok. sentral pembesaran massa menjadi lunak & kaseosa, material ruptur dan menembus ke jaringan sekitarnya / memasuki kulit dengan formasi sinus (scroful derma)
Gejala klinis :
• Massa palpable yang dijumpaisekitar 75% dari pasien tanpa gejala khas
• Demam, penurunan berat badan dan keringat malam bervariasi pada 10% hingga
100% pasien.
• Pembesaran lymph node biasanya disertai rasa sakit disebabkan oleh karena
periadenitis dan Adhesi pada struktur jaringan sekitar yang dijumpai pada 50-70
kasus
• Nyeri tekan dan tanda radang lain.
• Kulit sekitar kemerahan dan terasa hangat dan bengkak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara konvensional pemeriksaan TB kelenjar dengna metode Biopsi kelenjar terlihat gambaran sitopatologisnya ditemukan histiosit histiosit dari tipe epiteloid membentuk kelompok kohesif & multinucleat giant cell tipe langhans. Cromatin inti bergranul h alus dan pucat, sitoplasma pucat dan tepi tidak jelas. Kemudian dengan Pendekatan molekuler, deteksi DNA dengan PCR. Melalui pendekatan serologis untuk deteksi antigen antibodi terhadap kuman dan deteksi respon humoral dan selular.
Penatalaksanaan
19
OAT Dosis harianMg/kgBB/hari
Dosis 2X /mingguMg/kgBB/ hari
Dosis 3X / mingguMg/ KgBB/hari
INH 5-15 max 300 mg 15-40 max 900 mg 15- 40 max 900 mg
Rifampisin 10-20 max 600 mg 10-20 max 600 mg 15 -20 max 600 mg
Pirazinamid 15- 40 max 2 g 50-70 max 4 g 15- 20 max 3 g
Etambutol 15- 25 max 2,5 g 50 max 1,5 g 15- 25 max 2,5 g
Streptomisin 15- 40 max 1 g 25- 40 max 1,5 g 25- 40 max 1,5 g
B.Limfoma Maligna
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya Epstein-Barr virus yang ditemukan pada
limfoma Burkitt. Adanya peningkatan insidens penderita limfoma pada kelompok penderita
AIDS pengidap virus HIV, tampaknya mendukung teori yang menganggap bahwa penyakit
ini disebabkan oleh virus. Awal pembentukan tumor pada gangguan ini adalah pada jaringan
limfatik sekunder (seperti kelenjar limfe dan limpa) dan selanjutnya dapat timbul penyebaran
ke sumsum tulang dan jaringan lain.
Limfoma dibedakan atas dasar histopatologi mikroskopik dari kelenjar limfe yang
terlibat. Penggolongan tersebut terdiri dari Limfoma Hodgkin dan Non Hodgkin. Walaupun
tanda dan gejala limfoma saling menutupi, pengobatan dan prognosis berbagai limfoma
saling menutupi, pengobatan dan prognosis berbagai limfoma tetap berlainan. Dengan
demikian adalah suatu keharusan untuk menegakkan diagnosis secara tepat. Untuk tujuan ini,
diambil sebuah kelenjar limfe atau lebih untuk diperiksa secara mikroskopis. Limfoma
dibedakan menurut jenis sel yang mencolok yang terdapat pada kelenjar limfe. Umumnya,
prognosis yang lebih baik dihubungkan dengan distribusi nodular dimana terdapat limfosit
yang menonjol. Untuk mengenali asal neoplastik baik sebagai limfosit B ataupun sebagai
limfosit T, dilakukan pemeriksaan imunologis dan sitokimiawi.
Salah satu determinan utama dari pengobatan maupun prognosis adalah stadium
klinik penderita waktu diagnosis itu dibuat. Setelah diagnosis jaringan ditegakkan, harus
dilakukan penggolongan meurut stadiumnya. Ini biasanya berupa :
1. Pemeriksaan fisik dengan perhatian khusus pada system limfatik (kelenjar limfe, hati
dan limpa)
2. Hitung sel darah rutin, pemeriksaan diferensiasi dan hitung trombosit
3. Pemeriksaan kimiawi darah (fungsi ginjal dan hati; asam urat)
4. Pembuatan radiogram dada untuk melihat adanya adenopati di hillus (pembesaran
kelenjar limfe bronkial)
5. CT Scan dada, abdomen dan pelvis
6. Limfangiogram bipedal untuk memeriksa adanya keterlibatan kelenjar retroperitoneal
dan iliaka.
7. Scan tulang jika ada nyeri tekan pada tulang
Biopsi sumsum tulang bilateral merupakan indikasi bagi penderita yang disertai gejala
sistemik atau pada stadium III. Pada keadaan dimana sumsum tulang tidak terlibat, biasanya
dilakukan laparatomi dengan splenektomi dan biopsi hati untuk mendapatkan diagnosis
akurat pada penderita penyakit Hodgkin. Tindakan ini tidak rutin dilakukan pada penderita
limfoma non-hodgkin.
Limfoma Non-Hodgkin
Limfoma non hodgkin merupakan salah satu jenis limfoma maligna atau keganasan
sel limfoid. Keganasan ini dapat berasal dari sel limfosit B, Limfosit T atau berasal dari sel
Natural Killer. Limfoma Non Hodgkin yang berasal dari Limfosit B adalah yang paling
sering (85 %) sedangkan yang berasal dari Limfosit T dan NK berjumlah 15 %. Kemajuan
ilmu pengetahuan dalam bidang imunologi dan fisiologi limfosit, seperti membedakan
limfosit dalam jenis sel B atau sel T memberikan klasifikasi yang lebih pasti dari limfoma
non Hodgkin. Secara garis besar berdasarkan gradenya Limfoma Non Hodgkin dibedakan
atas low-grade, intermediate–grade dan high-grade.
Etiologi
Translokasi kromosom memegang peranan penting penyebab terjadinya limfoma
maligna.
Virus antara lain Epstein-Barr Virus (EBV), Human T-cell leukemia virus type 1
(HTLV-1), Hepatitis C virus (HCV) dan Kaposi sarcoma–associated herpesvirus
(KSHV).
Faktor lingkungan antara lain akibat zat kimia (pestisida, herbisida), kemoterapi dan
radiasi.
Inflamasi kronik seperti Sjögren syndrome dan Hashimoto thyroiditis
Infeksi Helycobacter pylori
Epidemiologi
21
Median umur penderita limfoma non hodgkin adalah usia > 50 tahun kecuali untuk
jenis Limfoma Non Hodgkin yang high-grade utamanya terjadi pada anak-anak dan usia
dewasa muda. Low-grade limfoma insidensnya dalam masyarakat sekitar 37 % dengan usia
diantara 35-64 tahun.
Gejala klinik
Berdasarkan gradenya manifestasi klinik yang timbul pada penderita Limfoma ini
antara lain sebagai berikut :
Low-grade lymphomas
o Limfadenopati difus tanpa rasa sakit dan dapat menyerang satu atau seluruh
kelenjar limfe perifer
o Regresi spontan kelenjar limfe yang membesar
o Gejala konstitusional berupa demam (>38°C), penurunan berat badan,
berkeringat pada malam hari
o Apabila menginfiltrasi atau menginvasi sumsum tulang belakang akan
menyebabkan cytopenia.
o Lemah dan lesu
Intermediate-grade lymphomas & High-grade lymphomas
o Adenopathy
o Gejala konstitusional
o Lymphoblastic lymphoma, high-grade lymphoma, menunjukkan adanya
massa mediastinum anterior dan posterior
o Pasien dengan limfoma burkitt menunjukkan adanya massa abdomen yang
besar dan adanya gejala obstruksi dari saluran pencernaan
o Hidronefrosis obstruksi terjadi pada penderita limfoma burkitt akibat
obstruksi dari ureter
o Gejala-gejala lain pada saluran pencernaan, kulit, tulang, traktus urinarius,
tiroid dan susunan saraf pusat
Pemeriksaan tambahan
a. Fisik
Low-grade lymphomas
o Adenopathy perifeer
o Splenomegali
o Hepatomegali
Intermediate- and high-grade lymphomas
o Limphadenopathi
o Splenomegali
o Hepatomegali
o Massa abdomen yang besar.
o Massa testis
o Lesi pada kulit berupa lesi yang berhubungan dengan limfoma sel T kutaneus
(mycosis fungoides), anaplastic large cell lymphoma, dan angioimmunoblastic
lymphoma
o Foto dada menunjukkan massa mediastinum bulky, yang berhubungan dengan
primary mediastinal large B-cell lymphoma atau lymphoblastic lymphoma
b. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin menunjukkan :
o Anemia akibat autoimun hemolysis, perdarahan dan akibat inflamasi kronik.
o Trombositopenia, leucopenia hingga pansitopenia akibat infiltrasi pada
sumsum tulang.
o Lymphositosis dan trombositosis
Peningkatan kadar Laktat Dehirogenase (LDH) dan gangguan fungsi hati
Peningkatan beta 2-mikroglobulin
Stadium
Stadium Keterangan
I Pembesaran KGB hanya 1 regio
II Pembesaran 2 regio KGB dalam 1 sisi diafragma
III Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma
IV Jika mengenai 1 oragan ekstra limfatik/lebih tetapi secara difus
23
Penatalaksanaan
Terapi pada limfoma non hodkin diberikan berdasarkan stadium :
A. Stadium I : Radioterapi
B. Stage II dan seterusnya : Kemoterapi
Karena pada Limfoma Non Hodkin dibagi atas tipe low grade dan Intermediate/ High grade
maka terapinya juga berdasarkan grade tersebut :
Low Grade
1. Tanpa Terapi (W/S)
2. Rituximab
3. Fludarabin
4. Alkylating Agent Oral
5. Kemoterapi Kombinasi
CVP : Cyclopospamid, Vincristin,
Prednison
High Grade
1. Rituximab
2. Kemoterapi Kombinasi
CHOP : Cyclopospamid, Doxorubicin,
Vincristin, Prednison
3. Transplantasi stem cell autoglosus
Prognosis
Indolent Lymphoma Agresif Lyphoma
Prognosis yang relatif baik, median
survival 10 tahun, tapi tidak bisa
disembuhkan pada stadium lanjut
Perjalanan ilmiah lebih pendek,
tapi lebih dapat disembuhkan
dengan kemoterapi kombinasi
intensif.
Limfoma Hodgkin
Definisi
Limfoma hodgkin adalah suatu penyakit keganasan yang melibatkan kelenjar getah
bening yang ditandai dengan adanya sel Ree Stenberg.
Etiologi
Penyebabnya belum diketahui, tetapi bukti menunjukkan adanya hubungan dengan
virus seperti virus Ebstein Barr. Pada pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan DNA virus
ebstein barr pada sel Reed Stenberg. Penyakit Hodgkin bia muncul pada berbagai usia, jarang
ditemukan pada usia dibawah 10 tahun, ditemukan pada usia 20-40 tahun, dan diatas 60
tahun.
Gejala Klinis
Penyakit Hodgkin biasanya ditemukan jika seseorang mengalami pembesaran kelenjar
getah bening yang tidak nyeri, paling sering di leher,tapi kadang-kadang penyebarannya
sistemik.
Walaupun biasanya tidak nyeri, pembesaran tersebut bisa menimbulkan nyeri dalam beberapa
jam setelah penderita meminum alkohol dalam jumlah yang banyak.
Gejala lainnya adalah symtom B yaitu demam, keringat malam, dan penurunan berat badan.
Beberapa penderita mengalami demam Pel- Ebstein dimana suhu tubuh meninggi selama
beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari
atau beberapa minggu.
Stadium Limfoma Hodgkin
STADIUM PENYEBARAN PENYAKIT
I Penyakit menyerang satu regio kelenjar getah bening atau satu struktur limfoid (missal : limpa,
timus, cincin Waldeyer)
II Penyakit menyerang dua atau lebih regio kelenjar pada satu sisi diafragma, jumlah regio yang
diserang dinyatakan dengan subskrip angka, misal : II2, II3, dsb.
III Penyakit menyerang regio atau struktur limfoid di atas dan di bawah diafragma.
III1 : menyerang kelenjar splenikus hiler, seliakal, dan portal
III2 : menyerang kelenjar para-aortal, mesenterial dan iliakal
IV Penyakit menyerang organ ekstra nodul, kecuali yg tergolong E (E: bila primer menyerang 1 organ
ekstranodal)
Keterangan yang dicantumkan:
A. Tanpa Gejala
B. Demam (>38°C), keringat malam, BB turun > 10% dalam 6 bulan
25
X. Bulky disease
E. Keterlibatan 1 organ ekstranodal yang contiguous/proksimal terhadap
regio KGB
CS. Clinical Stage
PS. Pathologic Stage
Diagnosis
Pada penyakit hodgkin kelenjar getah bening membesar dan tidak menimbulkan
nyeri, tanpa adanya infeksi, jika pembesaran ini berlangsung lebih ari 1 minggu maka dapat
dicurigai penyakit Hodgkin, terutama jika demam, berkeringat malam dan disertai penurunan
berat badan.
Untuk mengetahui secara pasti penyakit Hodgkin dilakukan biopsi kelenjar getah bening
yang hasilnya positif jika ditemukan sel Reed Stenberg.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui stadium dari limfoma Hodgkindapat dilakukan pemeriksaan :
1. Rontgen dada
2. Limfangiogram
3. CT scann
4. Skenning galium
5. Laparatomi
Penatalaksanaan
Dua jenis pengobatan limfoma Hodgkin yang efektif adalah dengan radioterapi dan
kemoterapi. Terapi penyinaran menyembuhkan 90 % Hodgkin stadium I dan II. Pengobatan
dilakukan 4-5 minggu. Pengobatan ditujukan pada kelenjar getah bening yang terkena dan
sekitarnya. Untuk stadium III dengan gejala dilakukan radioterapi sedangkan yang tanpa
gejala dilakukan kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi. Pada stadium IV dilakukan
kombinasi dengan obat obat kemoterapi.
Prognosis
Prognosis penyakit Hodgkin ini relatif baik. Penyakit ini dapat sembuh atau hidup lama
dengan pengobatan meskipun tidak 100%. Tetapi oleh karena dapat hidup lama,kemungkinan
mendapatkan late complication makin besar. Late complication itu antara lain :
1.timbulnya keganasan kedua atau sekunder
2.disfungsi endokrin yang kebanyakan adalah tiroid dan gonadal
3.penyakit CVS terutama mereka yang mendapat kombinasi radiasi dan pemberian
antrasiklin terutama yang dosisnya banyak (dose related)
4.penyakit pada paru pada mereka yang mendapat radiasi dan bleomisin yang juga dose
related
5.pada anak-anak dapat terjadi gangguan pertumbuhan
C. KARSINOMA TIROID
Sinonim
Alveolar Adenokarsinoma, Alveolar Karsinoma, lrabekular Karsinoma Malignan Adenoma,
Metastasis Goiter, Angioinvasif Adenoma Dan Langhans wuchernde Struma
Definisi
Suatu karsinoma kelenjar yang membentuk folikel.
Etiologi
- Radiasi
Merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid. Banyak kasus karsinoma pada anak-
anak yang sebelumnya dapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya
efek radiasi timbul setelah 5 -25 tahun dan rata-rata 10,9 tahun.
- Stimulasi TSH
Stimulasi TSH yang lama merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid. Pemberian
diet tanpa garam Jodium pada binatang percobaan, pemberian zat radioaktif atau sub total
tiroidektomi berakibat stimulasi STH meningnkat dan dalam jangka waktu yang lama dapat
terjadi karsinoma tiroid.
Insiden
27
Tumor ini ditemukan 20% dari tumor ganas tiroid, dan nomor dua paling sering dari
karsinoma tiroid. Karsinoma folikuler murni jarang dijumpai, sering campuran dengan
gambaran lain dan Karsinoma tiroid seperti Papilari atau Undifferentiated.
Wanita lebih sering dari pada laki-laki dan dapat terjadi pada semua umur, biasanya pada usia
lanjut (45-60 tahun) dan insiden bertambah dengan bertambanya.
KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI KARSINOMA TIROID
1. Adenoma Felicular
2. Karsinoma Papiler
3. Karsinoma Folikuler
4. Karsinoma Anaplastik
5. Karsinoma Meduler
6. Karsinoma Sel Skuamosa
STADIUM Karsinoam tiroid
a. Stadium Schulz
Stadium Interpretasi
I a = Tidak teraba tumor ataupun KGB dan tidak ada metastasis jauh
I b = Teraba tumor ataupun KGB dengan diameter dibawah 5 cm dan tidak ada metasstasis
jauh
II = Teraba tumor ataupun KGB dengan diameter 5 cm atau lebih dan tidak ada metastasis
jauh
III = Tumor dengan infiltrasi langsung kejaringan sekitarnya dan tidak ada metastasis jauh
IV = Setiap tumor dengan metastasis jauh.
b. Stadium Bedah dan Patologi pada karsinoma tiroid
- Stadium I
a. . Terabatas pada satu lobus
b. . Bilateral, multisentrik atau pada isthmus
- Stadium II
Primer seperti pada stadium I A atau I B dengan metastase pa limfnod
A. Limfnod Unilateral
B. Limfnod Bilateral, limfnod mediastinum, atau limfnod midline.
- Stadium III
Infasi pada jaringan lain atau struktur dileher atau berdekatan dengan mediastinum
dengan tanpa limfnod midline
- Stadium IV
Metastasis jauh
TIPE
1. Clear Cell Ca
Sel selnya mirip clear cell dari kelenjar paratiroid. Sel-sel dengan sitoplasma jernih karena
penumpukan glikogen, lipid, mucin a tiroglobulin
2. Oxyphilic Ca (Oncocytic Ca, Eosinophilic cell Ca, Hurthele cell Ca) .
Sel selnya berasal dari sel oxyphilic yaitu sel-sel dengan sitoplasm bergranul dan acidophilic.
Biasanya melihat gambaran folikular atau trabekular.
SUB TIPE
1. lnvasi Minimal
Mempunyai kapsul dan hanya minimal invasi ke kapsul atau pembuluh darah
2. lnvasi Luas
Dapat berkapsul, dapat tidak, dengan invasi yang luas.
29
GEJALA KLINIS
Sebagian besar karsinoma Folikuler tumbuh lambat, kadang-kadang berpuluh tahun, sering
berasal dari adenoma jinak.
Gejala klinis dari karsinoma Folikuler yaitu:
* Pembengkakan kelenjar tiroid berupa modul padat.
* Suara parau karena perluasan tumor pada jaring atau tekanan terhadap n. rekueren.
* Difagi karena tumor meluas ek oesofagus
* Berat badan menurun
* Frakrur Paralogis
MAKROSKOPIS
Massa tumor tidak teratur sering berupa nodul putih abu-abu padat seperti daging berbaras
jelas. Mempunyai kapsul, solitair, diameter 1-10 cm atau lebih besar. Gambaran kapsul jelas
menyerupai suatu adenoma. Bila tumor besar, dijumpai pendarahan dan infark, bagian
tengah mengalami fibrosis.
Pada pemotongan tampak gumpalan daging berwarna kemerah-merahan atau coklat karena
mengandung koloid. Beberapa karsinoma folokuler pada mikroskopis tidak menunjukkan
seperti adenoma jinak. Tumor ini tumbuh perlahan lahan tetapi dapat menyebabkan kematian.
Penulisan lain mengatakan, massa tumor mirip Adenoma Folikular.
MIKROSKOPIS
Karsinoma folikuler, secara mirkoskopis menggambarkan Adenoma Follkuler, beberapa solid
dan bentuk hanya foliker kecil atau abortif dan dapat dijumpai bentuk trabekular atau
folikuler. Beberapa lrsinoma adalah bentuk Well Differentiated yang masih seperti Adenoma
atau tiroid normal dan lebih banyak mengandung koloid.
Gambaran mikroskopis terdiri dari mikrofolikel dengan sel-sel epitel pelapis, inti sedikit
pleomorfik dan jarang mitosis, lumen berisi sedikit massa koloid, kadangkadang dijumpai
Psammona bodi bila terjadi perubahan oxipilik. Dapat terlihat invasi ke kapsul, pembuluh
darah. Limfatik dan jaringan sekitarnya. Kapsul mengandung pembuluh darah yang besar
(dilatasi) & dinding yang tipis.
PENYEBARAN
Karsinoma folikuler biasanya menyebar melalui hematogen, sehingga sering menyebabkan
metastase jauh (25%) pada waktu diagnosa (1), jarang limfogen yaitu ke paru, tulang, hati,
ginjal, dan otak pada tulang terutama, bahu, tulang dada, tulang tengkora & tulang iliaca.
Siliphant Dkk menemukan metastase ketulang hati, atau otak 17%, keparu 56%, limfoid 83%.
Karsinoma folikuler dapat menginvasi jaringan sekitarnya seperti trakea, otot, kulit,
pembuluh darah dan n. Laringeus Recurren serta jaringan lemak.
DIAGNOSA
1. Anamnesis
Penderitaan karsinoma tiroid tidak mempunyai keluhan khusus, terutama pada keadaan tumor
berdiferensiasi baik. Pembengkakan kelenjar tiroid sering diketahui insidentil pada waktu
berdandan dimuka cermin atau terlihat keluarga, teman atau tetangga. Pada tumor yang
berdiferensiasi baik yang berlangsung lama dapat juga timbul suara parau.
2. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik, sering sulit dibedakan antara struma disebabkan karsinoma
stadium dini dengan struma disebabkan penyakit lain. Nodul bagian lateral tiroid sering
disebabkan metastasis karsinoma tiroid pada KGB.
Pemeriksaan fisik berupa:
- Tumor teraba kenyal dan induratif.
- Mobilitas keatas, kelateral terbatas atau tidak dapat digerakkan sama sekali karena tumor
tumbuh infiltratif pada jaringan sekitarnya.
- Obstruksi parsial krakea karena infiltrasi tumor
- Berrysign, pembesaran tiroid dapat mendorong a. karotis kearah lateral belakang, namun
pulsasi tetap teraba walaupun posisi berubah. Akan tetapi ada karsinoma yang infiltratif
terutama stadium lanjut, pulsasi sulit diraba.
31
3. Pemeriksaan Laboratorium.
Uman Thyroglobulin (HTG) tera dapat dipergunakan sebagai thmor marker dari
karsinoma tyroid differensiasi baik. Walaupu pemeriksaan ini tidak khas untuk kasinoma
tiroid, namun peningkatan HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif adalah tumbuh kembali.
4. Radiologis.
- Foto X-ray : untuk melihat obstruksi trakea karena penekanan tumor dan melihat
klasifikasi pada massa tumor. Juga untuk melihat metastase ke paru dan tulang.
- Barium Meal : Bila ada disfagi
- USG : Untuk membedakan tumor solid dan Kistik
- CT Scan : Untuk melihat perluasan tumor
- Scintigrafi : Dengan menggunakan radio isotop dapat membedakan hotnodul dan
coldnodul, daerah coldnodul dicurigai tumor ganas.
5. Baja
Pada dekade terakhir ini biopsi aspirasi banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik
pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
6. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan:
- Potongan beku
- Pemeriksaan histopatologi jaringan operasi
Pada pemeriksaan secara mikroskois dijumpainya invasi ke pembuluh darah atau kapsul
7. Immuno Histokimia
- Reaktif untuk tiroglobulin, Keratin BM Rendah (EMA), Komponen basement
membrane seperti Laminin & Kalagen tire IV.
- Actin, F VIII-Related Ag & Ulex Europaeus I lectin.
DIAGNOSA BANDING
1. Adenoma Folikular Atipik
2. Adenoma Golteer Atipik
3. Karsinoma Papiler
4. Hashimoto's Thyroiditis
TERAPI
- Bedah yaitu lobektomi totalis beserta ismus dan KGB regional, pengangkatan KGB
bersifat preventif
- Tiroidektomi lokal (diseksi leher radikal)
Bila terjadi metastase kedalam kelenjar dari lobus yang berlawanan dan khususnya
bila dicurigai metastase ke limfoid.
- Radio Iodin: Apabila oeprasi tumor tidak bersih dan khususnya pada pengobatan
metastase. Terapi J 131 dengan dosis tinggi yang didahului TSH, namun pemberian
radioaktif ini membutuhkan penangan dan perawatan khusus.
- Sinar Ro: Untuk karsinoma kambuhan pada leher atau tepat metastase yang lebih jauh
- Radioterapi: Cobalt 60, dipergunakan pada stadium lanjut, inoperabel, bersifat paliatif
pada tumor primer atau metastase.
- Kemoterapi: Adriamycin, sedikit memberi respon terhadap karsinoma tiroid.
Berbagai jenis kemoterapi dikenal, namun kurang memberi respon terhadap karsinoma tiroid.
33
1.TSH (Tiroid Stimulating Hormon)
Hormon ini diberikan pasca bedah yang bertujuan menekan pertumbuhan karsinoma
follikular. Pemberian hormon ini dapat membebaskan penderita dari gejala residif selama
jangka waktu 10 tahun.
PROGNOSIS
Tergantung pada luasnya invasi pada waktu pembedahan. Prognase untuk tumor dengan
invasi minimal adalah sangat baik. Dengan invasi yang lebih luas secar progresif menjadi
jelek.
KELANGSUNGAN HIDUP 5 TAHUN
Dengan invasi yang lebih luas: 50%. Americah Cancer Society melaporkan bahwa
kelangsungan hidup 5 tahun 65,7%. Secara keseluruhan mortality rate pada 5 tahun adalah
70%. Kematian terjadi pada penyakit lokal atau komplikasi dari metastase jauh.
Klasifikasi Klinik TNM Edisi 6 – 2002
T-Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak didapat tumor primer
T1 Tumor dengan ukuran terbesar 2 cm atau kurang masih terbatas pada tiroid
T2 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm masih terbatas
pada tiroid
T3 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid atau tumor
ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid yang minimal (misalnya ke otot sternotiroid
atau jaringan lunak peritiroid)
T4a Tumor telah berkestensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut : jaringan
lunak subkutan, laring, trachea, esophagus, n. laringeus recurren
T4b Tumor menginvasi fasia prevertebrata, pembuluh mediastinal atau arteri karotis
T4a* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas pada tiroid
T4b* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) berekstensi keluar kapsul tiroid
Catatan :
Tumor multifokal dari semua tipe histologi harus diberi tanda (m) (ukuran terbesar
menentukan klasifikasi), contoh : T2(m)
Semua karsinoma tiroid anaplastik/undifferentiated termasuk T4
Karsinoma anaplastik Intratiroid – resektabel secara bedah
Karsinoma anaplastik ekstra tiroid – irreektabel secara bedah
N Kelenjar Getah Bening Regional
Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1a Metastasis pada kelenjar getah bening cervicallevel VI (pretrakheal dan paratrakheal,
termasuk prelaringeal dan delphian)
N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral, bilateral atau kontralateral atau
ke kelenjar getah bening mediastinal atas/superior
M Metastasis jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat Metastasis jauh Terdapat empat tipe histopatologi mayor:
• Papillary carcinoma (termasuk dengan fokus folikular)
• Follicular carcinoma (termasuk yang disebut dengan Hurthle cell carcinoma)
• Medullary carcinoma
•Anaplastic/undifferentiated carcinoma
35
T.N.M. Kanker Tiroid
• Penggolongan TNM, usia < 45 tahun :
– Stadium I : T apapun, N apapun, M0
– Stadium II : T apapun, N apapun, M1
• Penggolongan TNM, usia > 45 tahun :
– Stadium I : T1N0M0
– Stadium II : T2N0M0
– Stadium III : T3N0M0 / T1-T3,N1aM0
– Stadium IVa : T1-3n1bM0/ T4aN0-1M0
– Stadium IVb :T4b, N apapun, M0
– Stadium IVc : T apapun, Napapun, M1
• TNM karsinoma tak berdiferensiasi (semua kasus dalam stadium IV)
– Stadium IVa : T4a, N apapun,M0
– Stadium IVb : T4b, N apapun,M0
– Stadium IVc : T apapun, N apapun, M1.
Penatalaksanaan Gizi
Tujuannya:
1. Untuk mengidentifikasi dan mencegah atau memperbaiki defisiensi gizi akibat kanker
atau pengobatannya
2. untuk mempertahankan atau memperbaiki kapasitas fungsional dan kualitas hidup
Intervensi
Kebutuhan kalori
Individu dengan status gizi yang bagus mungkin hanya memerlukan 30-36 kkal
/kg/hari untuk mempertahankan BB nya . penderita dengan kekurangan gizi maka
memerlukan sebanyak 45-50% kkal/kg/hari
Kebutuhan protein
Makanan mengandung 1,5-2 g/kg/BB/hari.
Lemak sedang , 15-20%dari kebutuhan energi total
Kebutuhan vitamin dan mineral
Kebutuhan untuk semua vitamin meningkat sesuai dengan kenaikan kkal yang masuk.
Terutama vitamin A,B kompleks, C dan E. Bila perlu ditambahkan dalam suplemen.
Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif
Bila imunitas menurun (leukosit <10 ul atau pasien akan menjalani kemoterapi agresif
, pasien harus mendapat makanan yang steril
Porsi makan yang sering namun sering diberikan.
37
Kesimpulan
Wanita 27 tahun dengan keluhan ada benjolan di leher kiri,berkelompok serta dirasakan agak
sakit terutama kalau ditekan ditanyakan adakah riwayat sakit tb disangkal dan batuk batuk
kronik juga disangkal pada scenario ini kelompook kami menyimpulkan differential
diagnosis adalah limfadenitis TB, limfoma, carcinoma tiroid. Kelompok kami memilih
limfadenitis TB sebagai Differential diagnosis pertama karena gejala sesuai dengan keluhan
pasien di scenario, namun hal ini juga perlu anamnesis tambahan dan pemeriksaan penunjang
agar dapat memastikan diagnose dengan tepat.