3. ISI GlaukomaNEW
-
Upload
andrianlutfiariftea -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of 3. ISI GlaukomaNEW
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
1/90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah
katarak di seluruh dunia.Berbeda dengan katarak, kebutaan yang
diakibatkan glaucoma bersifat permanen, atau tidak dapat diperbaiki
(irreversible ).Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pencegahah
dan penanganan kasus glaucoma, (Infodatin - Depkes, 2015).
Berdasarkan data WHO 2010, diperkirakan sebanyak 3,2 juta orang
mengalami kebutaan akibat glaucoma, (Infodatin - Depkes, 2015). Data
terakhir dari Riskedas 2007 menunjukkan prevelansi penderita Glaukoma di
Indonesia adalah 4,6 per 1000 penduduk. (Depkes 2016). Melihat prsentasi
responden Riskesdas 2007 yang pernah didiagnosa glaucoma, meskipun
tidak dapat dibandingkan secara langsung, dapat diduga bahwa sebagian
besar penderita glaucoma belum terdeteksi/terdiagnosa dan belum
tertangani, (Infodatin - Depkes, 2015).Prevalensi ini diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya
usia harapan hidup, yaitu sebnyak 111.800.000 orang pada tahun 2040.
Walaupun begitu, patogenesis yang mendasari glaukoma sebagian besar
masih misterius. Selain itu, diagnosis yang sering tertunda, sebagai
mayoritas pasien tetap asimtomatik sampai tahap akhir, dan kesadaran
masyarakat umum relatif rendah (Kim.Ko Eun & Ki-Ho Park, 2016).
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini akan dibahas mengenai kasus
glaukoma yang meliputi tinjauan teori, pembahasan kasus glaukoma yang
terjadi pada Ny. D dan analisa kesenjangan teori dan kasus.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
2/90
2
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Katarak serta kesenjangan antara teori dengan kasus
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi Glaukoma
b. Untuk mengetahui etiologi Glaukoma
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis Glaukoma
d. Untuk mengetahui patofisiologi Glaukoma
e. Untuk mengetahui analisa data klien dengan Glaukoma
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Glaukoma
g. Untuk mengetahui pengkajian klien Glaukoma
h. Untuk mengetahui analisa data klien Glaukoma
i. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada klien dengan
Glaukoma
j. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
Glaukoma
k. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dengan kasus yang di
alami klien
D. Manfaat
Penyusunan laporan ini memiliki manfaat sebagai modal
pembelajaran dan referensi terkait konsep teori dan proses asuhan
keperawatan pada klien dengan Glaukoma untuk dapat diimplementasikan
dengan baik sesuai masalah keperawatan dan rencana asuhan keperawatan
yang telah dipelajari.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
3/90
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderitaglukoma. Glukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokular atau tekanan
dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil
saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang (RS Mata YAP
dalam Nova Faradilla, 2009).
Glaukoma adalah penyakit mata terjadi kerusakan saraf optic yang
diikuti gangguan pada lapang pandnagan yang khas.Kondisi ini utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang meninggi yang biasanyadisebabkan oleh hambatan pengeluaran cairan bola mata (humour aquous).
Penyebab lain kerusakan saraf optic, antara lain gangguan supali darah ke
serat saraf optic dan kelemahan/masalah saraf optic sendiri, (Infodatin -
Depkes, 2015).
Gloukoma disebut the silent thief atau pencuri penglihatan yang
secara perlahan dapat merusak penglihatan sebelum penderita
menyadarinya, yang disebabkan oleh adanya penambahan tekanan padamata sehingga tegangan yang ditimbulkannya dapat menimbulkan tekanan
pada saraf optic(Irianto, 2012).
B. Jenis-jenis glaukoma
Menurut Black dan Hawks (2009) berdasarkan terminologi untuk
mendeskripsikan tipe glaukoma yaitu :
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
4/90
4
1. Glaukoma primer dan sekunder mengacu pada apakah penyakit terjadi
sendiri atau disebabkan gangguan yang lain.
2. Akut dan kronis dimaksudkan untuk onset dan durasi penyakit.
3. Terbuka (sudut lebar) dan tertutup (sudut sempit) digunakan untuk
mendeskripsikan lebar sudut antara iris dan kornea, sudut kamera okuli
anterior yang sempit secara anatomis menjadi predisposisi untuk
mengalami onset akut glaukoma sudut tertutup.
Gambar 1. Klasifikasi Glaukoma (Sumber: James B, dalam Infodatin –
Depkes 2015)
Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaucoma primer,
sekumder dan glaucoma congenital.Glaucoma primer adalah glaucoma
yang tidak diketahui penyebabnya.Glaucoma primer sudut terbuka
( primary open angle glaucoma ) biasanya merupakan glaucoma kronis,
sedangkan glaucoma primer sudut tertutup ( primary angle closure
glaucoma ) biasanya berupa glaucoma sudut tertutup akut atau kronis.
Glaucoma sekunder adalah glaucoma yang timbul sebagai akibat dari
penyakit mata lain, trauma, pembedahan, penggunaan kortikosteroid yang
berlebihan atau penyakit sistemik lainnya. Glaucoma congenital adalah
glaucoma yang ditemukan sejak dilahirkan, dan biasanya disebabkan oleh
system saluran pembuangan di dlaam mata tidak berfungsi dengan baik
sehingga menyebabkan pemebesaran mata bayi. Disamping itu glaucoma
dengan kebutaan total disebut juga sebagai glaucoma absolute, (Infodatin -
Depkes, 2015).
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
5/90
5
Gambar 2. sudut drainase memperlihatkan jalur aqueous dari produksi
hingga absorpsi (Khaw T., et.al dalam Faradilla, Nova. 2009)
Gambar 3. Perbedaan antara glaukoma sudut terbuka dan tertutup
C. Anatomi Fisiologis
1. Anatomi Indra Penglihatan
Menurut buku (Pearce E.C, Anatomy & Physiology for
Nurse 2006). Bentuk mata manusia hampir bulat, berdiameter ± 2,5
mm bola mata terletak bantalan mata, pada sebelah depan dilindungi
oleh kelopak mata dan di tempat lain dengan tulang orbita. Bola
mata terdiri atas :
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
6/90
6
a. Dinding mata, yang terdiri dari kornea dan seklera selaput
koroid, kopus siliaris, iris dan pupil.
b. Medium tempat cahaya lewat terdiri dari kornea
acqueushumour, lensa, dan viterus humour.
c. Jaringan nefrosa terdiri dari sel-sel saraf pada retina, serat
sarafyang menjalar melalui sel-sel ini.
Selain itu, anatomi mata manusia terbagi menjadi 2 bagian
yaitu bagian luar dan bagian dalam :
a. Bagian luar
1) Bulu mata
Merupakan rambut-rambut halus yang terdapat di
tepi kelopak mata, bulu mata berfungsi untuk melindungi
mata dari benda-benda asing (Syaifuddin, H., 2006).
2) Alis mata (supersilium)
Yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas
matayang berfungsi mnecegh masuknya air atau keringat
daridahi ke mata (Syaifuddin, H., 2006).3) Kelopak mata (palpebra)
Merupakan dua buah lipatan atas dan bawah kulit
yang terletak di depan bulbus okuli, berfungsi
pelindungmata sewaktu-waktu kalau ada gangguan mata
dapatmenutup dan membuka mata ( Syaifuddin , H., 2006).
4) Kelenjar air mata
Berguna untuk selalu membasahi permukaan korneaagar tetap bening yang berfungsi untuk menghasilkan air
mata yang bertugas untuk menjaga mata agar tetap lembab
(Syaifuddin , H., 2006).
b. Bagian Dalam
1) Konjungtiva
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
7/90
7
Merupakan tipis bening yang melapisi
permukaaanbagian dalam kelopak mata dan menutupi
bagian depanseklera kecuali kornea, konjungtiva
mengandung banyaksekali pembuluh darah dan berfungsi
untuk melindungikornea dari gesekan, memberikan
perlidungan padaseclera dan memberi pelumasan pada bola
mata (BruceJames dkk, 2005).
2) Seclera
Seclera merupakan jaringan ikat yang kuat
yangberada pada lapisan terluar mata yang berwarna
putihkemudian berfungsi melindungi bola mata dari
kerusakanmekanis dan menjadi tempat melekatnya otot
mata (BruceJames dkk, 2005).
3) Kornea
Merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui
korneakita dapat melihat membran pupil dan iris,
berfungsisebagai pelindung mata agar tetap bening dan
bersih,kornea ini di basahi oleh air mata yang berasaldarikelenjar air mata (Bruce James dkk, 2005).
4) Khoroid
Merupakan selaput tipis dan lembab
merupakanbagian belakang tunika vaskulosa (lapisan
tengah dansangat peka oleh rangsangan). Yang berfungsi
memberinutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah
refleksiinternal cahaya (Bruce James dkk, 2005).5) Iris
Merupakan diagfragma yang terletak diantarakornea
dan mata, terdapat pigmen dibelakang iris danpigmen ini
menentukan warna pada mata seseorang. Daniris dapat
mengatur jumlah cahaya yang masuk kematadan
dikendalikan oleh saraf otonom (Bruce James dkk,2005).
6) Pupil
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
8/90
8
Dari kornea cahaya akan diteruskan ke pupil.
Pupilmenentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian
matayang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika
kondisiruangan yang gelap, dan akan menyempit jika
kondisiruangan terang, kemudian berfungsi sebagai tempat
untukmengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk
kedalammata. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya
menujuretina (Bruce James dkk, 2005).
7) Lensa
Organ fokus utama, yang membiaskan
berkasberkascahaya yang terpantul dari benda-benda
yangdilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina.
Lensaberada dalam sebuah kapsul yang elastik yang di
kaitkanpada korpus siliare koroid oleh ligamentum
suspensorium.Lensa berfungsi memfokuskan pandangan
denganmengubah bentuk lensa. Lensa berperan penting
padapembiasan cahaya (Bruce James dkk, 2005).
8) RetinaRetina merupakan lapisan bagian dalam yang
sangathalus dan sangat sensitif terhadap cahaya. Pada
retinaterdapat reseptor (fotoreseptor). Berfungsi
untukmenerima cahaya. Mengubahnya menjadi impuls saraf
danmenghantarkan impuls ke saraf optik (Bruce James
dkk,2005).
9) Aqueous humor atau cairan berair terdapat dibalik korneaStrukturnya sama dengan cairan sel,
mengandngnutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi
gas denganudara luar melalui kornea. Berfungsi menjaga
bentukkantong depan bola mata (Bruce James dkk,
2005). Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk
oleh korpus siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan
posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus siliaris
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
9/90
9
melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut
kamera okuli anterior. Aqueous humor diekskresikan oleh
trabecular meshwork (Simmons et al , 2007-2008).
Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke
vena episklera untuk selanjutnya dialirkan ke vena siliaris
anterior dan vena opthalmikus superior. Selain itu, aqueous
humor juga akan dialirkan ke vena konjungtival, kemudian
ke vena palpebralis dan vena angularis yang akhirnya
menuju ke vena ophtalmikus superior atau vena fasialis.
Pada akhirnya, aqueous humor akan bermuara ke sinus
kavernosus (Solomon, 2002).
10) Prosesus siliaris
Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah
struktur utama korpus siliaris yang membentuk aqueous
humor (Solomon, 2002). Prosesus siliaris memiliki dua
lapis epitelium, yaitu lapisan berpigmen dan tidak
berpigmen. Lapisan dalam epitel yang tidak berpigmendiduga berfungsi sebagai tempat produksi aqueous humor
(Simmons et al , 2007-2008). Sudut kamera okuli anterior,
yang dibentuk oleh pertautan antara kornea perifer dan
pangkal iris, merupakan komponen penting dalam proses
pengaliran aqueous humor . Struktur ini terdiri dari
Schwalbe’s line , trabecular meshwork dan scleral spur
(Riordan-Eva, 2009).11) Trabecular meshwork
Trabecular meshwork merupakan jaringan anyaman
yang tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan
kolagen dan elastik (Riordan-Eva, 2009). Trabecular
meshwork disusun atas tiga bagian, yaitu uvea meshwork
(bagian paling dalam), corneoscleral meshwork (lapisan
terbesar) dan juxtacanalicular/endothelial meshwork
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
10/90
10
(lapisan paling atas). Juxtacanalicularmeshwork adalah
struktur yang berhubungan dengan bagian dalam kanalis
Schlemm (Cibis et al , 2007-2008).
Gambar 4. Struktur Trabecular Meshwork (Shields 2001
dalam Simmons., et al , 2007-2008)
12) Kanalis Schlemm
Kanalis Schlemm merupakan lapisan endotelium
tidak berpori dan lapisan tipis jaringan ikat. Pada bagiandalam dinding kanalis terdapat vakuola-vakuola berukuran
besar, yang diduga bertanggung jawab terhadap
pembentukan gradien tekanan intraokuli (Cibis et al , 2007-
2008).
13) Vitreus humor (badan bening)
Badan bening ini terletak dibelakang
lensa.Bentuknya berupa zat transparan seperti jelly (agar-agar)yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat
bolamata membulat yang berfungsi menyokong ensa
danmenolong dalam menjaga bentuk bola mata (Bruce
Jamesdkk, 2005)
14) Bintik kuning
Merupakan bagian retina yang paling peka
terhadapcahaya karena merupakan tempat perkumpulan sel-
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
11/90
11
selsaraf yang berbentuk kerucut dan batang dan
berfungsiuntuk menerima cahaya dan meneruskan ke otak
(BruceJames dkk, 2005).
15) Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut
dalamretina dari retina, untuk menuju ke otak yang
berfungsiuntuk meneruskan sebuah rangsang cahaya hingga
keotak. Semua informasi yang akan dibawa oleh
sarafnantinya diproses oleh otak. Dan dengan demikian
kitabisa melihat suatu benda (Bruce James dkk, 2005).
16) Otot mata
Otot-otot yang melekat pada mata :
a) Muskulus levator palpebralis superior
inferior,fungsinya mengangkat kelopak mata
b) Muskulus orbitakularis okuli otot lingkar
mata,fungsinya untuk menutup mata
c) Muskulus rectus okuli inferir (otot disekitar mata)
d) Berfungsi untuk menggerakkan bola mata kebawahdanke dalam
e) Muskulus rectus okuli medial (otot disekitar mata)
f) Berfungsi untuk menggerakkan mata dalam (bolamata)
g) Muskulus obluques okuli superior, fungsinyamemutar
mata keatas, kebawah, dan keluar
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
12/90
12
Gambar 5. Otot Mata (Maksum, 2009)
2. Fisiologi Indra Penglihatan
Agar dapat melihat, mata harus menangkap pola cahaya di
lingkungan sebagai bayangan optik di suatu sel peka sinar yaitu retina.
Citra tersandi di retina disalurkan melalui serangkaian tahap
pemrosesan visual yang semakin rumit hingga akhirnya secara sadardipersepsikan sebagai kemiripan visual dari bayangan asli. (Sherwood,
2011)
a. Mekanisme protektif yang membantu mencegah cedera pada
mata
Terdapat beberapa mekanisme yang membantu melindungi
mata dari cedera, kecuali pada bagian anterior bola mata dilindungi
oleh tulang tempat mata berada (Sherwood, 2011).
1) Kelopak mata bekerja sebagai penutup untuk melindungi mata
bagian anterior mata dari gangguan lingkungan. Kelopak mata
menutup secara refleks untuk melindungi mata pada keadaan
terancam. Kedipan mata yang berulang membantu menyebarkan
air mata yang berfungsi sebagai pelumas, pembersih dan
bakterisidal (Sherwood, 2011).
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
13/90
13
2) Kelenjar lakrimal, memproduksi air mata secara terus menerus
di bagian sudut lateral atas dibawah kelopak mata. Cairan
pencuci mata ini mengalir diatas permukaan anterior mata dan
keluar melalui saluran-saluran halus di sudut mata untuk
akhirnya sampai ke bagian belakang saluran hidung. Sistem
drainase ini tidak dapat mengatasi produksi air mata yang
berlebihan saat kita menangis sehingga air mata meluap dari
mata (Sherwood, 2011).
3) Bulu mata, bersifat protektif menangkap kotoran halus di udara
misalnya debu, sebelum masuk ke mata(Sherwood, 2011).
b. Tiga lapis jaringan khusus pembungkus mata
Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan dari bagian paling luar ke dalam. Lapisan-lapisan tersebut
adalah:
a. Sklera/ kornea, membentuk bagian putih mata dengan suatu
lapisan kuat jaringan ikat yang menutupi sebagian besar bola
mata. Di sebelah luar terdiri dari kornea transperan, yang dapat
ditembus oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata.b. Koroid/ badan siliaris/ iris, adalah lapisan tengah dibawah
sklera. Koroid berpigmen banyak dan mengandung banyak
pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi retina.
c. Retina, merupakan lapisan paling dalam yang terdiri dari lapisan
berpigmen disebelah luar dan lapisan jaringan saraf disebelah
dalam.
Yang terakhir, mengandung sel batang (rods) dan selkerucut (cones), fotoreseptor yang mengubah energi cahaya
menjadi impuls saraf. Pigmen di koroid dan retina menyerap
sinar setelah sinar mengenai retina untuk mencegah pantulan
atau pembuyaran sinar di dalam retina.Bagian interior mata
terdiri dari dua rongga berisi cairan yang dipisahkan oleh sebuah
lensa elips, yang semuanya transparan agar cahaya dapat
menembus mata dari kornea hingga retina (Sherwood, 2011).
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
14/90
14
4) Rongga posterior (belakang) yang lebih besar antara lensa dan
retina mengandung bahan setengah cair mirip gel yang disebut
humor vitreus. Humor vitreus penting untuk mempertahankan
bentuk bola mata agar tetap bulat.
5) Rongga anterior antara kornea dan lensa mengandung cairan
jernih encer yang disebut humor aquous. Humor aquous
membawa nutrien untuk kornea dan lensa yaitu dua struktur
yang tidak memiliki aliran darah. Adanya pembuluh darah di
struktur-struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke
fotoreseptor. Humor aquous dihasilkan dengan kecepatan sekitar
5 ml/hari oleh suatu jaringan kapiler di dalam badan siliar, suatu
turunan khusus lapisan koroid anterior. Cairan ini mengalir ke
suatu kanalis di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika
humor aquous tidak dikeluarkan sebanyak pembentukannya,
maka kelebihan cairan ini dapat menumpuk di rongga anterior.
Menimbulkan peningkatan tekanan di dalam mata, yang dikenal
sebagai glaukoma. Kelebihan aquous humor akan mendorong
lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang selanjutnyaakan menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan retina dan nervus optikus yang dapat
menyebabkan kebutaan jika keadaan ini tidak diatasi(Sherwood,
2011).
c. Iris pengontrol jumlah cahaya yang masuk
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai
fotoreseptor peka cahaya, karena adanya iris, suatu otot polosberpigmen yang membentuk struktur mirip cincin di aqueus
humor. Pigmen di iris memberi warna mata. Berbagai bercak,
garis, atau nuansa lain pada iris bersifat unik bagi setiap orang
sehingga iris menjadi dasar identifikasi bagi tekhnologi terkini
(Sherwood, 2011).
Lubang bundar dibagian tengah iris tempat masuknya
cahay ke interior mata adalah pipil. Ukuran lubang ini dapat
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
15/90
15
disesuaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menerima sinar lebih
banyak atau lebih sedikit. Iris mengandung dua set anyaman otot
polos:
a. Otot polos sirkular, serat-serat otot berjalan seperti cincin di
dalam iris
b. Otot polos radial, serat mengarah ke luar dari tepi pupil seperti
jari-jari roda sepeda.
Karena serat otot memendek ketika berkontraksi maka
pupil akan lebih kecil ketika otot sirkular (konstriktor)
berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih kecil. Konstriksi
pupil refleks ini terjadi pada keadaan sinar terang untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Jika otot radial
(dilator) berkontraksi maka ukuran pupil bertambah. Dilatasi
pupil ini terjadi pada cahaya temaram agar sinar yang masuk
menjadi lebih banyak. Otot-otot iris dikendalikan oleh sistem
saraf otonom. Serat saraf parasimpatis menyarafi otot silkular
sehingga menyebabkan konstriksi pupil, sementara saraf
simpatis mensarafi otot radial penyebab dilatasi pupil(Sherwood, 2011).
d. Mata membiaskan cahaya yang masuk untuk memfokuskan
bayangan di retina
Sinar/ cahaya merupakan suatu radiasi elektromagnetik
yang terdiri dari paket-paket energi mirip partikel yang dinamai
foton yang berjalan dalam bentuk gelombang. Jarak antara dua
puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Panjanggelombang dalam spektrum elektromagnetik berkisar dari 10 14 m
(seperkuadriliun meter). Fotoreseptor dimana hanya peka terhadap
panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer (nm;
sepermilyar meter) karena itu, cahaya tampak hanyalah sebagian
kecil dari spektrum elektromagnetik total. Sinar dari berbagai
gelombang dalam rentang sinar tampak dipersepsikan sebagai
sensasi warna yang berbeda-beda. Panjang gelombang yang lebih
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
16/90
16
pendek dilihat sebagai warna ungu dan biru; panjang gelombang
yang lebih panjang diinterpretasikan sebagai oranye dan merah.
Selain memiliki panjang gelombang bervariasi dalam
intensitasnya, yaitu amplitudo atau tinggi gelombang
menyuramkan suatu cahaya merah yang terang tidak mengubah
warnanya. Hanya menyebabkannya kurang terang atau kurang
intens (Sherwood, 2011).
Gelombang cahaya mengalami divergensi (memancar
keluar) ke semua arah dari setiap titik sumber cahaya. Gerakan
maju suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal sebagai
berkas cahaya. Berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus
dibelokan ke dalam agar dapat difokuskan kembali ke suatu titik di
retina peka cahaya agar diperoleh bayangan akurat sumber cahaya
(Sherwood, 2011).
e. Proses Refraksi
Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melaui
media transparan lain seperti air atau kaca. Ketika masuk ke suatu
medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat (berlakusebaliknya). Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai
permukaan medium baru dalam sudut yang tudak tegak lurus.
Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai refraksi (pembiasan).
Pada permukaan melengkung seperti lensa, semakin besar
lengkungan semakin besar derajat pembelokan dan semakin kuat
lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan lengkung
suatu benda dengan densitas lebih besar maka arah refraksibergantung pada sudut kelengkungan. Permukaan konveks
melengkung ke luar (cembung seperti permukaan luar sebuah
bola), sementara permukaan konkaf melengkung ke dalam (cekung
seperti gua) (Sherwood, 2011).
f. Struktur Refraktif Mata
Dua struktur yang paling penting dalam refraktif mata
adalah kornea dan lensa. Permukaan konea yang lengkung, struktur
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
17/90
17
pertama yang dilewati sinar sewaktu sinar tersebut masuk mata,
berperan besar dalam kemampuan refraktif mata total karena
perbedaan dalam densitas pada penemuan udara jauh lebih besar
daripada perbedaan dalam densitas antara lena dan cairan di
sekitarnya. Pada astigmatisme, kelengkungan lensa kornea tidak
rata sehingga berkas sinar mengalami refraksi yang tidak sama.
Kemampuan refraktif kornea seseorang tidak berubah. Sebaliknya,
kemampuan refraktif lensa dapat diubah-ubah dengan mengubah
kelengkungannya sesuai kebutuhan untuk melihat dekat atau jauh.
Jika suatu bayangan sudah terfokus sebelum mencapai retina, maka
bayangan tersebut akan terlihat kabur. (Sherwood, 2011)
g. Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk melihat dekat
Akomodasi adalah kemampuan menyesuaikan kekuatan
lensa. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang
selanjutnya dikendalikan otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari badan siliar, suatu struktur
khusus lapisan koroid bagian anterior. Badan siliaris memiliki dua
komponen utama, yaitu:a. Otot siliaris, suatu cincin yang mengikat otot polos dan melekat
ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
b. Anyaman yang menghasilkan aqueus humor
Ketika otot siliaris melemah, ligamentum suspensorium
menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi bentuk
gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi,
kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentumsuspensorium berkurang. Pada mata normal, otot siliaris melemah
dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini
berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk
melihat dekat. Otot siliaris dikontrol oleh saraf otonom dengan
stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi
parasimpatis menyebabkannya berkontraksi.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
18/90
18
Lensa dibentuk oleh sekitar 1000 lapisan sel yang
menghancurkan nukleus dan organelnya sewaktu dalam
pembentukan sehingga sel-sel tersebut benar-benar transparan.
Karena tidak memiliki DNA dan pembentuk protein maka sel-sel
lensa matur tidak dapat memperbaiki diri atau menghasilkan sel
baru. Tidak saja berusia paling tua, sel-sel ini juga terletak paling
jauh dari aqueus humor yang merupakan sumber nitrisi lensa.
Dengan bertambahnya usia, sel-sel di tengah lensa ini tidak dapat
diperbarui, mati dan menjadi kaku. Dengan berkurangnya
elastisitas, lensa tidak dapat mengambil bentuk sferis yang
dibutuhkan untuk mengakomodasi bayangan benda dekat.
Pengurangan akomodasi terkait usia ini disebut prespobia, menai
sebagian besar orang pada usia pertengahan (45-50) sehingga
mereka perlu memakai lensa korektif intuk melihat dekat
(Sherwood, 2011).
Dalam keadaan normal, serat-serat elastik di lensa bersifat
transparan. Serat-serat ini kadang menjadi keruh (opak) sehingga
berkas sinar tidak dapat menembusnya, kondisi ini dikenal sebagaikatarak. Lensa yang cacat ini biasanya dapat dikeluarkan dengan
cara pembedahan dan penglihatan dipulihkan dengan pemasangan
lensa artifisial atau dengan kacamata kompensasi (Sherwood,
2011).
Pada mata normal (emetropia), sumber cahaya jauh
difokuskan ke retina tanpa akomodasi, sementara dengan
akomodasi kekuatan lensa ditingkatkan untuk membawa sumbercahaya dekat ke fokus. Gangguan lain yang umum dijumpai adalah:
c. Miopia (berpenglihatan dekat), karena bola mata terlalu panjang
atau terlalu kuat, maka sumber cahaya dekat dibawa ke fokus
retina tanpa akomodasi (meskipun akomodasi dalam keadaan
normal digunakan untuk melihat benda dekat), sementara
sumber cahaya jauh terfokus di depan retina dan tampak kabur.
Keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan lensa konkav.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
19/90
19
d. Hiperopia (berpenglihatan jauh), bola mata terlalu pendek atau
lensa terlalu lemah. Benda jauh difokuskan di retina hanya
dengan akomodasi, sedangkan benda dekat difokuskan di
belakang retina bahkan dengan akomodasi sehingga tampak
kabur. Keadaan tersebut dapat dikoreksi dengan lensa konveks.
Kini banyak orang memilih mengompensasi kesalahan refraktif
ini dengan bedah mata laser (LASIK) untuk mengubah bentuk
kornea secara permanen agar tidak lagi menggunakan kaca mata
atau lensa kontak(Sherwood, 2011).
h. Sinar harus melewati beberapa lapisan retina serebelum
mencapai fotoreseptor
Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari
lingkungan ke sel batang dan sel kerucut, sel fotoreseptor retina.
Fotoreseptor kemudian mengubah energi cahaya menjadi sinyal
listrik untuk ditransmisikan ke SSP. Bagian retina yang
mengandung fotoreseptor sebenarnya adalah kelanjutan dari SSP
dan bukan suatu organ perifer terpisah (Sherwood, 2011).
Selama perkembangan mudgah, sel retina mundur darisistem saraf sehingga lapisan-lapisan retina menghadap ke
belakang. Bagian saraf dari retina terdiri dari tiga lapisan sel peka
rangsang, yaitu:
a. Lapsan paling luar (paling dekat dengan koroid) mengandung
sel batang dan sel kerucut yang ujung-ujungnya peka cahayanya
menghadap ke koroid (menjauhi sinar datang)
b. Lapisan tengah, sel bipolarc. Lapisan dalam, sel ganglion. Akson-akson sel ganglion menyatu
untuk saraf optik, yang keluar dari retina tidak tepat dari bagian
tengah. Titik di retina tempat saraf optik keluar dan pembuluh
darah berjalan disebutdiskus optikus. Bagian ini sering disebut
bintik buta, tidak ada bayangan yang dapat di dteksi di bagian
ini karena teidak adanya sel kerucut dan sel batang.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
20/90
20
Degenerasi makula adalah penyebab kebutaan di dunia .
keadaan ini ditandai hilangnya fotoreseptor di makula lutea seiring
dengan penambahan usia. Penderita mengalami gangguan di bagian
tengah lapang pandang, yang normalnya memiliki ketajaman paling
tinggi, dan hanya memiliki penglihatan perifer yang ketajamannya
kurang (Sherwood, 2011).
i. Fototransduksi oleh sel retina mengubah rangsangan cahaya
menjadi sinyal saraf
Fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) terdiri dari tiga bagian:
a. Segmen linear, yang terletak paling dekat dengan eksterior mata,
menghadap ke koroid. Bagian ini mendeteksi rangsangan
cahaya.
b. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoreseptor.
Bagian ini mengandung perangkat metabolik sel.
c. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian
interior mata, menghadap ke sel bipolar. Bagian ini
menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor karena
stimulasi cahaya ke sel-sel selanjutnya dijalur penglihatan.Segmen luar yang berbentuk batang pada sel kerucut, terdiri
dari tumpukan lempeng-lempeng membranosa gepeng yang
mengandung banyak molekul fotopigmen peka cahaya. Setiap
retina mengandung sekitar 150 juta fotoreseptor dan lebih dari satu
milyar molekul fotopigmen mungkin terlkemas di dalam segmen
luar setiap fotoreseptor (Sherwood, 2011).
Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi ketika diaktifkanoleh sinar. Melalui serangkaian tahap, perubahan yang dipicu oleh
cahaya ini dan pengaktifan fotopigmen yang kemudian terjadi
menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya
menghasilkan potensial aksi. Potensial aksi menyalurkan informasi
ke otak untuk pemrosesan visual. Fotopigmen terdiri dari dua
komponen:
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
21/90
21
a. Opsin, suatu protein yang merupakan integral dari membran
diskus
b. Retinen, suatu turunan vitamin A yang terikat dibagian dalam
molekul opsin. Retinen adalah bagian fotopigmen yang
menyerap cahaya. Terdapat empat fotopigmen berbeda, satu di
sel batang dan masing-masing satu di ketiga jenis sel kerucut.
Keempat foto pigmen ini menyerap panjang gelombang sinar
yang berbeda.
c. Rodopsin, fotopigmen sel batang, menyerap semua panjang
gelombang cahaya tampak.
Dengan mengguankan masukan visual dari sel batang otak
tidak dapat membedakan antara berbagai panjang gelombang
dalam spektrum sinar tampak. Karena itu, sel batang hanya
memberi bayangan abu-abu dengan mendeteksi perbedaan
warna. Fotopigmen di ketiga jenis sel kerucut , sel kerucut hijau,
merah dan biru berrespons secara selektif terhadap berbagai
panjang gelombang cahaya menyebabkan kita dapat melihat
warna (Sherwood, 2011).Fototransduksi pengubahan rangsangan cahaya menjadi
sinyal listrik pada dasarnya sama untuk semua fotoreseptor,
tetapi mekanismenya bertentangan dengan cara biasa reseptor
berespons terhadap stimulus adekuatnya. Reseptor biasanya
mengalami depolarisasi jika dirangsang, tetapi fotoreseptor
mengalami hiperpolarisasi ketika menyerap cahaya (Sherwood,
2011).
Gambar 1 Fototransduksi dan inisiasi potensial aksi di jalur
penglihatan (terlampir)
j. Aktifitas Fotoreseptor Dalam Gelap
Membran plasma segmen luar fotoreseptor mengandung
saluran Na + bergerbang kimia. Saluran ini berespons terhadap
pembawa pesan kedua interna, GMP siklik atau Cgmp (guanosin
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
22/90
22
monofosfat siklik) pengikatan cGMP ke saluran Na + ini membuat
saluran ini tetap terbuka. Tanpa ncahaya, konsentrasi cGMP tinggi.
Karena itu, saluran Na + fotorsesptor, tidak seperti kebanyakan
fotoreseptor, terbuka jika tidak ada rangsangan, yaitu dalam
keadaan gelap. Kebocoran pasif Na + masuk ke sel menyebabkan
depolarisasi reseptor. Penyebara pasif depolarisasi ini dari segmen
luar (tempat lokasi saluran Na + ) ke ujung sinaps (tempat
penyimpanan neurotrnasmitter fotoreseptor) membuat saluran Ca +
berpintu voltase ke ujung sinaps tetap terbuka. Masuknya kalsium
memicu pelepasan neurotransmitter dari ujung sinaps selama dalam
keadaan gelap (Sherwood, 2011).
k. Aktifitas Fotoreseptor Pada Keadaan Terang
Pada pajanan ke sinar, konsentrasi cGMP menurun melalui
serangkaian reaksi biokimia yang dipicu oleh pengaktifan
fotopigmen. Retinen berubah bentuk ketika menyerap sinar.
Perubahan konformasi ini mengaktifkan fotopigmen. Sel batang
dan kerucut mengandung suatu protein G yang dinamai transudin.
Fotopigmen yang telah aktif mengaktifkan transudin yangsebaliknya mengaktifkan enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim ini
menguraikan cGMP sehingga konsentrasi pembawa kedua pesan
ini di fotoreseptor berkurang. Selama proses eksitasi cahaya,
penurunan cGMP memungkinkan saluran Na + berpintu kimiawi
tertutup. Penutupan saluran ini menghentikan kebocoran Na +
penyebab depolarisasi dan menyebabkan hiperpolarisasi membran.
Hiperpolarisasi ini yang merupakan potensial resptor, secara pasif menyebar dari segmen luar ke ujung sinaps fotoreseptor. Disini
perubahan potensial menyebabkan penutupan saluran Ca + berpintu
voltase dan karenanya, penurunan pelepasan neurotransmitter dari
ujung sinaps. Karena itu, fotoreseptor dihambat oleh stimulus
adekuatnyan (mengalami hiperpolarisasi oleh cahaya) dan
tereksitasi jika tidak mendapat stimulasi (mengalami depolarisasi
dalam keadaan gelap). Potensial hiperpolarisasi dan peniurunan
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
23/90
23
pelepasan neurotransmiter yang ditimbulkannya berbeda-beda
sesuai dengan intensitas cahaya. Semakin besar cahaya, semakin
besar respons hiperpolarisasi dan semakin besar penurunan
pelepasan neurotransmitter (Sherwood, Lauralee. 2011).
l. Pemprosesan lebih lanjut masukan cahaya pada retina
Bagimana retina mengirim sinyal ke otak mengeni
rangsangan cahaya melalui suatu respon inhibitorik . Fotoreseptor
bersinaps dengan sel bipolar. Sel-sel ini, selanjutnya, berakhir di
sel ganglion, yang akson-aksonnya membentuk saraf optik untuk
transmisi sinyal ke otak. Neurotransmiter yang dibebaskan dari
ujung sinaps fotoreseptor memiliki efek inhibitorik pada sel
bipolar. Penurunan pengeluaran neurotransmiter yang menyertai
hiperpolarisasi reseptor yang diinduksi oleh cahaya menurunkan
efek inhibitorik pada sel bipolar. Hilangnya efek inhibitorik
menimbulkan efek yang sama dengan eksitasi langsung sel bipolar.
Semakin besar pencahayaan pada sel reseptor, semakin besar
pengeluaran inhibisi terhadap sel bipolar dan semakin besar efek
eksitasi pada sel-sel berikutnya dalam jalur penglihatan ke otak (Sherwood, Lauralee. 2011).
Sel bipolar, seperti fotoresptor memperlihatkan potensial
berjenjang. Potensial aksi baru muncul ke sel ganglion neuron
pertama dalam rangkaian yang harus merambatkan pesan visual
melalui jarak yang jauh dari otak.Fotopigmen yang telah
mengalami perubahan pulih ke konfarmasi aslinya dalam keadaan
gelap, oleh mekanisme-mekanisme yang di perantarai oleh enzim.Kemudian potensial membran dan kecepatan pelepasan
neurotransmiter fotoreseptor kembali keadaan sebelumnya eksitasi,
dan tidak ada lagi potensial aksi yang disalurkan ke korteks
penglihatan (Sherwood, Lauralee. 2011).
Para peneliti kini sedang mengembangkan chip
mikroelektronik yang ambisius dan masih spekulatif yang dapat
berfungsi sebagai pengganti parsial retina. Harapan mereka adalah
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
24/90
24
bahwa alat ini akan mampu memulihkan paling sedikit sebagai
penglihatan pada orang yang buta akibat lenyapnya sel fotoresptor
tetapi sel ganglion dan jalur optiknya masih utuh. Sebagai contoh,
jika para peneliti ini berhasil, maka chip tersebut akan bermanfaat
bagi orang yang generasi makula. “ Chip penglihatan” ini juga akan
memintas tahap fotoreseptor. Bayangan yang diterima oleh suatu
kamera yang diletakkan dikacamata akan di terjemahkan oleh chip
menjadi sinyal listrik yang dapat dideteksi oleh sel gangglion dan
ditransmisikan untuk pemprosesan visual lebih lanjut. Hal lain
menjanjikan dan sedang dalam penelitian untuk menghentikan
bahkan memulihkan gangguan penglihatan pada penyakit mata
degenaratif adalah melakukan regenerasi retina melalui transplan
sel retina janin (Sherwood, Lauralee. 2011).
m. Sel batang menghasilkan penglihatan abu-abu tak jelas pada
malam hari, sedangkan sel kerucut menghasilkan penglihatan
warna yang tajam pada siang hari.
Retina mengandung sel batang 30 kali lebih banyak dari
pada sel kerucut (100 juta sel batang dibandingkan dengan 3 jutasel kerucut per mata). Sel kerucut lebih banyak dimakula lutea
dibagian tengah retina. Dari titik-titik ini keluar, konsentrasi
kerucut berkurang dan konsentrasi sel batang meningkat. Sel
batang paling banyak di perifer. Kita telah mengulas kesamaan
cara fototransduksi berlangsung ke sel kerucut dan sel batang. Kini
kita akan berfokus pada perbedaan antara kedua fotoreseptor ini
anda telah mengetahui bahwa sel batang memberi penglihatanhanya dalam bayangan abu-abu, sementara sel kerucut memberi
penglihatan warna. Kemampuan sel batang dan sel kerucut juga
berbeda dalam aspek lain karena perbedaan dalam “pola
perka belan” antara tipe -tipe fotoreseptor ini dan lapisan neuron
retina lainnya. Sel kerucut memiliki sensitivitas rendah terhadap
cahaya “dinayalakan” hanya oleh sinar terang disiang hari, tetapi
sel ini memiliki ketajaman (kemampuan membedakan dua tiitk
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
25/90
25
yang berdekatan) tinggi. Karena itu, sel kerucut memberi
penglihatan tajam dengan resolusi tinggi untuk detil halus.
Manusia menggunakan sel kerucut untuk penglihatan siang hari,
yang berwarna dan tajam. Sebaliknya, sel batang memiliki
ketajaman rendah tetapi sensitivitasnya tinggi sehingga sel ini
berespon terhadap sinar pada malam hari. Anda dapat melihat pada
malam hari dengan sel batang anda tetapi dengan mengorbankan
warna ketajaman.Setiap sel kerucut biasanya memiliki jalur pribadi
yang menghubungkan dengan sel ganglion tertentu. Sebaliknya,
banyak terjadi konvergensi dijalur sel batang. Masukkan lebih dari
100 sel batang dapat berkonvergensi mellaui sel bipolar ke sebuah
sel ganglion (Sherwood, Lauralee. 2011).
Sebelum sebuah sel ganglion dapat mengalami potensial
aksi, sel harus dibawa ke ambang melalui pengaruh potensial
berjenjang direseptor yang terhubung dengan sel tersebut karena
satu sel ganglion seln kerucut dipengaruhi hanya oleh satu sel
kerucut, maka hanya sinyak terang siang hari yang cukup intens
untuk memicu potensial reseptor yang memadai bisel kerucutuntuk akhirnya membawa sel ganglion ke ambang. Banyaknya
konvergensi dijalur penglihatan sel batang, sebaliknya, memberi
banyak kesempatan bagi penjumlahan proses-proses sub ambang
disel ganglion sel batang. Sementara potensial reseptor kecil yang
ditimbulkan oleh cahaya temaram disebuah sel kerucut tidak akan
menandai untuk membawa sel ganglionnya ke ambang, potensial
reseptor serupa yang di picu oleh sinar temaram yang samadibanyak (Sherwood, Lauralee. 2011).
Tabel 1. Pigmen warna sel pada retina
Sel batang Sel kerucut
100 juta per retina 3 juta per retina
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
26/90
26
Peglihatan bayangan abu-abu Penglihatan warna
Sensitivitas tinggi Sensitivitas rendah
Ketajaman rendah Ketajaman tinggi
Penglihatan malam Penglihatan siang
Banyak konvergensi dijalur retina Sedikit konvergensi dijalur retina
Lebih banyak di tepi Terkonsentrasi di fovea
(Sherwood, Lauralee. 2011)
Sel batang yang berkonvergensi kesatu sel ganglion akan
memiliki efek aditif untuk membawa sel ganglion tersebut keambang.
Karena sel batang dapat menimbulkan potensial aksisebagai respons
terhadap sedikit sinar maka sel batang jauh lebih sensitif dari pada sel
kerucut. Namun, karena sel kerucut memilik jalur pribadi kesaraf
optikus, maka masing-masing sel kerucut dapat mengirim informasi
sebuah medan reseptif sangat kecl dipermukaan retina. Karena itu sel
kerucut mampu memberi penglihatan terinci dengan mengorbankan
sensitivitas. Pada penglihatan sel batang, ketajaman dikorbankan untuk
sensitvitas Karena banyak sel batang berbagi satu sel ganglion yang
sama maka jika satu potensial aksi telah terbentuk, sulit dibedakan
mana dari sekian banyak masukan sel batang yang teraktifkan yang
menyebabkan sel ganglion mencapai ambang. Benda tampak kabur
jika penglihatan batang yang digunakan, karena penglihatan ini kurang
dapat membedakan dua titik yang berdekatan (Sherwood, Lauralee.
2011).
n. Sensitifitas mata dapat sangat bervariasi melalui adaptasi gelap
dan terang
Sensitifitas mata terhadap cahaya bergantung pada jumlah
foto pigmen peka cahaya yang ada disel batang dan sel kerucut.
Ketika anda pergi dari tempat terang benderang ketempat yang
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
27/90
27
gelap gulita, anda mula-mula tidak melihat apa-apa, tetapi secara
perlahan anda mulai dapat membedahkan benda-bendah berkat
proses adaptasi gelap. Penguraian fotopigmen pada pajanan kesinar
matahari sangat menurunkan sensitifitas fotoreseptor. Sebagai
contoh, penurunan kandungan rodopsin inaktif hanya sebesar 0,6%
dari nilai maksimalnya menurunkan sensitifitas sebatang sekitar
3000 kali. Dalam keadaan gelap, fotopigmen yang terurai sewaktu
pajanan sinar matahari secara bertahap dibentuk kembali.
Akibatnya, sensitifitas mata anda perlahan meningkat sehingga
anda dapat mulai melihat dalam lingkungan sekitar yang gelap.
Namun, hanya sel batang yang sangat sensitif dan telah
diremajakan yang “ dihidupkan” oleh cahaya temaram (Sherwood,
Lauralee. 2011).
Sebaliknya, ketika anda berpindah dari tempat gelap ke
tempat terang (misalnya, keluar dari gedung bioskop ke halaman
pada siang hari), mula-mula mata anda sangat peka terhadap sinar
terik. Dengan sedikit kontras antara bagian terang dan gelap,
keseluruhan bayangan tampak keputihan. Setelah sebagian
fotopigmen cepat diuraikan oleh sinar intens, sensitifitas mata
menurun dan kontras normal dapat kembali terdeteksi, suatu prose
yang dinamai adaptasi terang. Sel batang sedemikian peka terhadap
cahaya sehingga cukup banyak rodpsin yang diuraikan dalam
keadaan terang dan hal ini pada hakikatnya “ menghanguskan” sel
batang ;yaitu, setelah diuraikan oleh sinar terang, fotopigmen sel
batang tidak lagi dapat berespon terhadap sinyal. Selain itu,
mekanisme adaktif central mengubah mata dari sistem batang ke
sistem kerucut ketika terpajan kesinar terang. Dengan demikian,
hanya sel-sel kerucut yang kurang peka yang digunakan untuk
penglihatan terang (siang hari). Para peniliti memperkirakan bahwa
sensitivitas mata kita dapat berubah hingga satu juta kaki sewaktu
beradaptaasi terhadap berbagai tingkat pencahayaan melalui
adaptasi gelap dan terang. Mekanisme adatif ini juga ditingkatkan
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
28/90
28
oleh reflek pupil yang menysuaikan jumlah sinar yang di ijinkan
masuk ke mata.
Karena retina, salah satu komponen fotopigmen adalahturunan vitamin A, maka agar fotopigmen dapat terus
diresinstensis diperlukan nutrient ini dalam jumlah yang memadai.
Rabun senja terjadi akibat difisiensi vitamin A dalam makanan
meskipun konsentrasi fotopigmen di sel batang dan sel kerucut
berkurang pada kondisi ini namun masih terdapat cukup
fotopigmen sel keruncut untuk berespon terhadap stimulasi intens
sinar terang, kecuali pada kasus yang sangat parah. Bahkan reduksi
ringan kandungan rodopsin dapat mengurangi sensitivitas sel
batang sedemikian besar sehingga sel-sel ini tidak dapat berespon
terhadap sinar temaram. Orang dapa melihat pada siang hari
dengan menggunakan sel kerucut tetapi tidak dapat melihat
dimalam hari karena sel batang tidak lagi fungsional. Karena itu,
wortel “baik bagi mata anda” karena kaya vitamin A (Sherwood,
Lauralee. 2011).
o. Penglihatan warna bergantung pada perandingan stimulasi ke
tiga jenis sel kerucut.
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina
oleh cahaya. Benda-benda tertentu dilingkungan misalnya
matahari, api, dan lampu pijar, mengeluarkan cahaya. Tetapi
bagaimana anda melihat benda misalnya kursi, pohon dan orang,
yang tidak mengeluarkan cahaya. Pigmen-pigmen diberbagaibenda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu sinar
yang sampai kepala mereka dari sumber cahaya, dan panjang
gelombang yang tidak diserap di pantulkan dari permukaan
bendah. Berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang
memungkinkan anda melihat benda yang bersangkutan. Suatu
bedah yang terlihat biru menyerap gelombang merah dan hijau dan
memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek, yang
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
29/90
29
dapat diserap oleh fotopigmen disel krucut biru dan mengaktifkan
sel tersebut.
Setiap sel di aktifkan paling efektif oleh panjang
gelombang tertentu dalam kisaran warna yang ditunjukan oleh
namanya biru, hijau, atau merah. Namun sel krucut Juga berespon
terhadap panjang gelombang lain dengan derajat bervariasi.
Penglihatan warna, persepsi berbagai warna dunia, tergatung pada
berbagi rasio stimulasi ketiga tipe sel merucut sebagai respon
terhadap bermacam-macam panjang gelombang.panjang
gelombang yang terlihat sebagi biru tidak merangsang sel krucut
merah atau hijau sama sekali tetapi merangsang sel kerucut biru
secara maksimal (persentasi stimulasi maksimal untuk sel ke
krucut merah, hijau, dan biru masing-masing adalah 0:0:100).
Sensasi kuning, sebagai perbandingan, berasal dari rasio stimulasi
83:83:0, dengan sel krucut merah dan hijau masing-masing
dirangsang hingga 80% maksimal, sementara sel krucut biru tidak
terangsang sama sekali. Rasio untuk hijau adalah 31:67:36, dan
demikian seterusnya, dengan berbagai kombinasi menghasilkansensasi warna yang berbeda-beda. Putih adalah campuran semua
panjang gelombang cahaya, sementara hitam adalah tidak adanya
cahaya.Derajat eksitasi masing-masing sel krucut terkode dan
ditransmisikan dalam jalur-jalur pararel terpisah keotak.pusat
penglihatan warna dikorteks penglihatan primer mengombinasikan
dan memproses masukan-masukan ini untuk menghasilkan
persepsi warna, dengan menyertakan objek dalam perbandingandengan latar belakangnya. Karena itu konsep warna berada dalam
pikiran masing-masing. Sebagai besar dari kita sepakat tentang
warna apa yang sedang liat karena kita memiliki jenis sel krucut
yang sama serta menggunakan jalur-jalur saraf yang mirip untuk
membandingkan keluaran sel-sel tersebut. Namun, kadang-kadang
seseorang tidak memiliki sel krucut jenis tertentu, sehingga
penglihatan warna mereka adalah produk dari sensitivitas
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
30/90
30
diferensial dari hanya dua jenis sel krucut, suatu keadan yang
dinamai buta warna. Orang dengan gangguan penglihatan warna ini
tidak saja mempersepsikan warna secara berbeda tetapi mereka
juga tidak mampu membedakan ragam warna sebanyak orang
normal. Sebagai contoh, orang dengan defek warna tertentu tidak
dapat membedakan antara merah dan hijau dilampu lalu lintas
mereka dapat menyebutkan lampu mana yang sedang “menyala”
berdasarkan intensitasnya, tetapi mereka harus mengandalkan
posisi sinar terang untuk mengetahui kapan harus jalan atau
berhenti.
Meskipun sistem tiga krucut telah diterima sebagai model
standar penglihatan warna selama lebih dari dua abad namun bukti
baru mengisyaratkan mungkin lebih rumit. Studi-studi DNA
menunjukan bahwa pria dengan penglihatan warna normal
memiliki gen-gen yang menjadi pigmen sel krucut dengan jumlah
bervariasi. Sebagai contoh, banyak yang memiliki gen multiple
(dari dua hingga empat). Untuk deteksi cahaya merah dan dapat
membedakan perbedaan kecil warna dalam rentang panjanggelombang ini dari pada mereka yang hanya memiliki satu salinan
gen krucut merah. Temuan ini jelas akan menyebabkan evaluasi
ulang bagaimana sebagai fotopigmen berperan dalam penglihatan
warna (Sherwood, Lauralee. 2011).
p. informasi visual dimodifikasi dan dipisah-pisahkan sebelum
mencapai kortesks penglihatan
Lapangan penglihatan yang tampak tanpa menggerakankepala disebut sebagai lapang pandang. Informasi yang mencapai
korteks penglihatan dillobus oksifitalis bukan reflika dari lapang
pandang karena beberapa hal :
a. Bayangan yang dideteksi diretina pada awal pemrosesan visual
berada pada keadaan terbalik karena pembelokan berkas cahaya.
Setelah diproyeksikan ke otak, bayangan yang terbalik tersebut
diinterpretasikan sebagai berada dalam orientasinya yang benar.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
31/90
31
b. Informasi yang disampaikan dari retina keotak bukan sekedar
rekaman titik ke titik pengaktifan fotoreseptor. Sebelum
informasi mencapai otak, lapisan-lapisan neuron retina
dibelakang sel krucut dan sel batang memperkuat informasi
tertentu dan menekan informasi lain untuk meningkatkan
kontras. Salah satu mekanisme pemrosesan diretina adalah
inhibisi lateral, dimana jalur-jalur sel krucut yang mengalami
eksitasi kuat menekan aktivitas jalur-jalur sel krucut
disekitarnya yang mengalami eksitasi lemah. Hal ini
meningkatkan kontras terang gelap untuk mempertajam batas
bayangan (Sherwood, Lauralee. 2011).
Mekanisme lain dalam pemrosesan diretina adalah
pengaktifan diperensial dua jenis sel ganglion, sel ganglion
menyala ditengah dan padam ditengah. Medan reseptif sebuah
ganglion sel krucut ditentukan oleh medan deteksi cahaya oleh
sel krucut yang terhubung ke sel ganglion tersebut. Sel ganglion
menyala ditengah dan padam ditengah berespons dengan cara
yang berlawanan, bergantung pada perbandingan relatif pencahayaan antara bagian tengah dan perifer medan resepti
masing-masing. Bayangkanlah medan reseptif sebagai kue
donat. Sel ganglion menyala ditengah meningkatkan lepas
muatannya ketika cahaya paling intens dibagian tengah medan
reseptif (yaitu ketika lubang donat menyala). Sebaliknya, sel
padam ditengah meningkatkan lepas muatannya ketika bagian
perifer medan resefti mengalami pencahayaan paling terang(yaitu ketika donat itu sendiri yang menyala). Hal ini bermanfaat
untuk meningkatkan perbedaan dalam tingkat cahaya antara satu
daerah kecil dibagian tengah medan reseftip dan pencahayaan
daerah disekitarnya. Dengan meningkatkan perbedaan
keterangan (brightnes) relatif, mekanisme ini membantu
mendefinisikan kontur bayangan, tetapi dalam proses ini
informasi tentang keterangan mutlak dikorbankan.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
32/90
32
c. Berbagai aspek penglihatan, misalnya bentuk, warna,
kedalaman, dan gerakan, dipisah-pisahkan dan diproyeksikan
dalam jalur-jalur sejajar keberbagai bagian korteks. Hanya
ketika potongan-potongan informasi yang telah diproses ini
diintegrasikan oleh regio-regio penglihatan yang lebih tinggi
barulah gambaran apa yang dilihat dapat dipersepsikan. Hal ini
serupa dengan bercak cat pada palet pelukis verusus lukisan
yang telah jadi, zat-zat warna yang terpisah tidak mencerminkan
potret-potret sesuatu wajah sampai zat-zat tersebut
diintegrasikan dikanpas (Sherwood, Lauralee. 2011).
Pasien dengan lesi diregio pemrosesan penglihatan
sepesifik diotak mungkin tidak mampu menyatukan secara
sempurna komponen-komponen suatau kesan visual. Sebagai
contoh, seseorang mungkin tidak mampu melihat gerakan suatu
benda tetapi dapat melihat bentk, pola, dan warna dengan baik.
Kadang-kadang kelainan bersifat sangat spesifik, misalnya tidak
mampu mengenal wajah-wajah familier namun dapat mengenal
benda-benda mati (Sherwood, Lauralee. 2011).d. Karena pengaruh pola perkabelan “antara mata dengan korteks
penglihatan, separuh kiri korteks menerima informasi hanya dari
separuh kanan lapang pandang yang dideteksi oleh kedua mata,
dan separuh kanan menerima masukan hanya dari separuh kiri
lapang pandang kedua mata (Sherwood, Lauralee. 2011).
Sewaktu cahaya masuk ke mata, berkas sinar dari separuh
kiri lapang pandang jatuh diseparuh kanan retina kedua mata(separuh medial atau dalam retina kiri dan separuh lateral atau
luar retina kanan). Demikian juga, berkas sinar dari separuh
kanan lapang pandang dari mencapai separuh kiri kedua retina
(separuh lateral retina kiri dan separuh medial retina kanan)
setiap saraf optikus yang keluar dari retina membawa informasi
dari kedua ua paruh retina yang disarafinya. Informasi ini
terpisah ketika kedua saraf optikus bertemu dikiasma optikum
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
33/90
33
yang terletak dibawah hipotalmus (kiasma artinya persilangan).
Didalam kisma optikum, serat-serat dari separuh medial masing-
masing retina menyebrang kesisi kontralateral, tetapi yang dari
separuh alteral tetap disis semula. Reorganisasi berkas-berkas
serta yang meninggalkan kiasma optikum dikenal sebagai
traktus optikus. Masing-masning traktus optikus membawa
informasi dari separuh lateral satu retina dan separuh medial
retina yang lain. Karena itu, persilangan parsial ini menyatukan
serat-serat dari kedua mata yang membawa informasi dari
separuh lapang pandang yang sama. Masing-masing traktus
optikus, selanjutnya, menyalurkan informasi ke separuh otak di
sisi yang sama tentang separuh lapang pandang kontralateral
(Sherwood, Lauralee. 2011).
Pengetahuan tentang jalur-jalur ini dapat mempermudah
diagnosis kelainan penglihatan yang terjadi akibat interupsi jalur
penglihatan diberbagai titik.Sebelum kita
melanjutkanpembahasan tentang bagaimana otak memproses
informasi penglihatan, yang meringkaskan fungsi berbagaikomponen mata (Sherwood, Lauralee. 2011).
q. Talamus dan korteks penglihatan menguraikan pesan visual
Perhentian pertama diotak untuk informasi dijalur
penglihatan adalah nukleus genikulatum lateral ditalamus. Bagian
ini memisahkan informasi yang diterima dari mata dan
menyalurkannya melalui berkas-berkas serat yang dikenal sebagai
radiasi optik keberbagai daerah dikorteks, yang masing-masingmemproses berbagai aspek dari rangsangan penglihatan (misalnya
warna, bentuk, kedalaman dan gerakan). Proses pernyortiran ini
bukanlah tugas mudah karena setiap saraf optikus mengamdung
lebih 1 juta serat yang membawa informasi dari foto reseptor di
satu retina. Ini lebih dari semua saraf aferen yang membawa
masukan somatosensrik dari semua regio lain ditubuh. Para peneliti
memperkirakan bahwa ratusan juta neuron yang menempati sekitar
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
34/90
34
30% korteks ikut serta dalam pemrosesan visual, dibandingkan
dengan 8% yang digunakan untuk persepsi sentuh dan 3% untuk
pendengaran. Namun koneksi dijalur penglihatan bersifat tepat.
Nukleus genitulatum lateral dan masing-masing zona korteks yang
memproses informasi penglihatan memiliki petatopografis yang
merepsentasikan retina titik demi titik. Seperti korteks
somatosensori, peta retina dikorteks mengalami distorsi. Fovea,
bagian retina yang ketajaman penglihatannya tertinggi, memiliki
representasi dipeta saraf yang jauh lebih luas dari pada bagian-
bagian tepi retina (Sherwood, Lauralee. 2011).
r. Persepsi Kedalaman
Meskipun Masing-masing dari separuh korteks penglihatan
menerima informasi secara bersamaan dari bagian yang sama
lapang pandang seperti yang diterima oleh kedua mata namun
pesan dari kedua mata tidaklah identik. Masing-masing mata
melihat suatu benda dari titik pandang yang sedikit berbeda,
meskipun banyak terjadi tumpang tindih daerah tumpang tindih
yang terlihat oleh kedua mata pada saat yang sama dikenal sebagailapang pandang binokular (“dua mata”) yang penting dalam
persepsi kedalaman. Seperti bagian-bagian korteks lainnya, korteks
penglihatan primer tersusun menjadi kolom-kolom fungsional,
masing-masing memproses informasi dari suatu bagian kecil retina.
Kolom-kolom indefenden didedikasikan untuk informasi tentang
titik yang sama dilapang pandang kedua mata. Otak menggunakan
perbedaan kecil dalam informasi yang diterima dari kedua matauntuk memperkirakan jarak, memungkinkan anda mempersepsikan
benda tiga dimensi dalam kedalaman ruang. Sebagian dari persepsi
kedalaman dapat diperoleh dengan menggunakan satu mata,
berdasarkan pengalaman dan pembandingan dengan petunjuk-
petunjuk lain. Sebagai contoh, jika penglihatan anda dengan satu
mata memperlihatkan sebuah mobil dan sebuah bangunan dan
mobil tersebut tampak jauh lebih besar, maka anda secara tepat
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
35/90
35
dapat menginterpretasikan bahwa mobil terletak lebih dekat dan
anda daripada bangunan tersebut (Sherwood, Lauralee. 2011).
Kadang-kadang pandangan dua mata tidak menyatu dengan
tepat. Keadaan ini dapat terjadi karena dua sebab :
a. Mata tidak difokuskan kebenda yang sama secara bersamaan,
karena defek otot mata eksternal yang menyebabkan lapang
pandang kedua mata tidak dapat menyatu.
b. Informasi binokular terintegrasi secara tidak tepat sewaktu
pemrosesan visual. Akibatnya adalah penglihatan ganda, atau
diplopia, suatu kondisi dimana gambaran yang berbeda dari
kedua mata dilihat secara bersamaan.
(Sherwood, Lauralee. 2011)
s. Hierarki Pemrosesan visual dikorteks
Didalam korteks, informasi penglihatan mula-mula diproses
dikorteks penglihatan primer, kemudian dikirim kedaerah-daerah
visual yang lebih tiinggi untuk pemrosesan yang lebih rumit dan
abstraksi. Korteks mengandung seuatu hierarki sel-sel visual yang
berespon terhadap rangsangan yang semakin kompleks.Berdasarkan kompleksitas rangsangan yang dibutuhkan untuk
menimbulkan respon, diketahui terdapat tiga jenis neuron korteks
penglihatan. Ketiganya dinamai sel sederhana, kompleks, dan
hiperkompleks. Sel sederhana dan kompleks saling bertumpuk
didalam kolom-kolom korteks penglihatan primer, sedangkan sel
hiperkompleks ditemukan didaerah-daerah pemrosesan visual yang
lebih tinggi. Tidak seperti sel retina. Yang berespon terhadap jumlah sinar, sel korteks hanya melepaskan muatan jika menerima
pola iluminasi tertentu yang telah terprogram disel tersebut. Pola-
pola ini dibentuk dengan menyatukan koneksi-koneksi yang
berasal dari sel-sel fotoreseptor yang berdekatan diretina. Sebagai
contoh, beberapa sel sederhana melepaskan muatan hanya ketika
kita melihat batang vertikal dilokasi tertentu, yang lain ketika
batang horizontal, dan yang lain lagi pada berbagai orientasi oblik.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
36/90
36
Gerakan suatu sumbu orientasi kritis menjadi penting untuk respon
oleh sebagian sel kompleks. Sel hiperkompleks menambahkan
dimensi baru terhadap pemrosesan visual dengan hanya berespon
terhadap sudut, tepi, atau lenkungan tertentu (Sherwood, Lauralee.
2011).
Setiap level neuron korteks penglihatan memperlihatkan
peningkatan kapasitas untuk abstraksi informasi yang terbentuk
oleh peningkatan konfergensi masukan dari neuron-neuron level
dibawahnya. Dengan cara ini, korteks mengubah pola mirip titik
dari fotoreseptor yang dirangsang oleh cahaya dengan berbagai
intensitas dibayangan retina menjadi informasi tentang kedaaman,
posisi, orientasi, gerakan, kontur, dan panjang. Aspek-aspek lain
informasi ini, misalnya persepsi warna, diproses secara bersamaan.
Bagaimana dan dimana keseluruhan bayangan akhirnya disatukan
masih belum diketahui hanya jika potongan-potongan informasi
yang telah diproses ini diintegrasikan oleh regio-regio visual yang
lebih tinggi barulah kita dapat mempersepsikan informasi visual
secara lengkap (Sherwood, Lauralee. 2011).t. Masukan visual dikirim kebagian-bagian lain otak yang tidak
terlibat dalam persepsi penglihatan
Tidak semua serat dijalur penglihatan berakhir dikorteks
penglihatan. Sebagian diproyeksikan kebagian-bagian lain otak
untuk tujuan diluar persepsi penglihatan langsung. Contoh aktivitas
non penglihatan yang bergantung pada masukan dari sel batang
dan sel krucut adalah :
a. Kontribusi keadaan terjaga korteks dan konsentrasi
b. Kontrol ukuran pupil
c. Kontrol gerakan mata. Masing-masing mata dilengkapi oleh
suatu serat otot yang terdiri dari enam otot mata eksternal yang
menentukan posisi dan gerakan mata sehingga mata dapat
mengetahui lokasi, melihat, dan mengikuti benda dengan lebih
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
37/90
37
baik. Gerakan mata adalah salah satu gerakan tubuh yang
paling cepat dan paling terkontrol (Sherwood, Lauralee. 2011).
u. Fisiologi Aqueous humor
Aquos humor diproduksi dengan kecepatan 2- 3 μL/menit
dan mengisi bilik anterior sebanyak 250 μL serta bilik posterior
sebanyak 60 μL (Solomon, 2002). Aqueous humor berfungsi
memberikan nutrisi (berupa glukosa dan asam amino) kepada
jaringan-jaringan mata di segmen anterior, seperti lensa, kornea
dan trabecular meshwork . Selain itu, zat sisa metabolisme (seperti
asam piruvat dan asam laktat) juga dibuang dari jaringan-jaringan
tersebut. Fungsi yang tidak kalah penting adalah menjaga
kestabilan tekanan intraokuli, yang penting untuk menjaga
integritas struktur mata. Aqueous humor juga menjadi media
transmisi cahaya ke jaras penglihatan (Cibis et al , 2007-2008).
Tabel 2 . Perbandingan Komposisi Aqueous Humor, Plasma, dan
Vitreous Humor
(Cibis., et al . 2007-2008)
Produksi aqueous humor melibatkan beberapa proses, yaitu
transport aktif, ultrafiltrasi dan difusi sederhana. Transport aktif di
sel epitel yang tidak berpigmen memegang peranan penting dalam
produksi aqueous humor dan melibatkan Na+/K+-ATPase. Proses
ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air dan zat larut air ke dalam
membran sel akibat perbedaan tekanan osmotik. Proses ini
berkaitan dengan pembentukan gradien tekanan di prosesus siliaris.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
38/90
38
Sedangkan proses difusi adalah proses yang menyebabkan
pertukaran ion melewati membran melalui perbedaan gradien
elektron (Simmons et al , 2007-2008).
Sistem pengaliran aqueous humor terdiri dari dua jenis
sistem pengaliran utama, yaitu aliran konvensional/ trabecular
outflow dan aliran nonkonvensional/ uveoscleral outflow .
Trabecular outflow merupakan aliran utama dari aqueoushumor,
sekitar 90% dari total. Aqueous humor mengalir dari bilik anterior
ke kanalis Schlemm di trabecular meshwork dan menuju ke vena
episklera, yang selanjutnya bermuara pada sinus kavernosus.
Sistem pengaliran ini memerlukan perbedaan tekanan, terutama di
jaringan trabekular (Solomon, 2002).
Uveoscleral outflow , merupakan sistem pengaliran utama
yang kedua, sekitar 5-10% dari total. Aqueous humor mengalir dari
bilik anterior ke muskulus siliaris dan rongga suprakoroidal lalu ke
vena-vena di korpus siliaris, koroid dan sklera. Sistem aliran ini
relatif tidak bergantung kepada perbedaan tekanan (Solomon,
2002).
Gambar 6. Trabecular Outflow (kiri) dan Uveosceral Outflow
(kanan) (Goel., et al . 2010)
v. Tekanan Intraokuler
Tekanan intraokuli merupakan kesatuan biologis yang
menunjukkan fluktuasi harian. Tekanan yang tepat adalah syarat
untuk kelangsungan penglihatan yang normal yang menjamin
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
39/90
39
kebeningan media mata dan jarak yang konstan antara kornea
dengan lensa dan lensa dengan retina. Homeostasis tekanan
intraokular terpelihara oleh mekanisme regulasi setempat atau
sentral yang berlangsung dengan sendirinya (Hollwich, 1992).
Tekanan mata yang normal berkisar antara 10-22 mmHg
(Simmons et al , 2007-2008). Tekanan intraokuli kedua mata
biasanya sama dan menunjukkan variasi diurnal (Hollwich, 1992).
Pada malam hari, karena perubahan posisi dari berdiri menjadi
berbaring, terjadi peningkatan resistensi vena episklera sehingga
tekanan intraokuli meningkat. Kemudian kondisi ini kembali
normal pada siang hari sehingga tekanan intraokuli kembali turun
(Doshi et al , 2010). Variasi nomal antara 2-6 mmHg dan mencapai
tekanan tertinggi saat pagi hari, sekitar pukul 5-6 pagi (Simmons et
al , 2007-2008).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan
intraokuli, antara lain keseimbangan dinamis produksi dan ekskresi
aqueous humor , resistensi permeabilitas kapiler, keseimbangan
tekanan osmotik, posisi tubuh (Solomon, 2002), irama sirkadiantubuh, denyut jantung, frekuensi pernafasan, jumlah asupan air,
dan obat-obatan (Simmons et al , 2007-2008).
D. Etiologi
Penyebab utama glaukoma sudut terbuka kronis merupakan proses
degeneratif pada jaringan trabekular sehingga terjadi penurunan aliran
humor aquous. Hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes, dan obesitasberhubungan dengan perkembangan glaukoma. Peningkatan tekanan
intraokuler juga terjadi karena uveitis (imflamasi oada uvea, struktur
penyaring) (Black dan Hawks, 2009).
Sedangkan menurut mata Irianto K (2012), faktor resiko glaukoma
diantaranya ialah :
1. Usia. Orang yang berusia diatas 60 tahun memiliki resiko yang lebih
tinggi
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
40/90
40
2. Terdapat riwayat keluarga yang pernah mengalami glaukoma diduga
glaukoma memiliki alur genetik.
3. Penderita diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung atau
peningkatan hormon tiroid rentan menderita glaukoma. Selain itu
konsumsi kafein juga dapat meningkatkan tekanan dalam bola mata.
4. Riwayat trauma fisik, misalnya pernah terbentur atau mengalami
pukulan di daerah mata dapat meningkatkan tekanan bola mata.
Selain itu radang di mata dan tumor juga dapat meningkatkan
tekanan.
5. Kortikosteroid waktu lama dapat meningkatkan resiko glaukoma
sekunder.
(Irianto, 2012)
E. Patofisiologi
Pada glaukoma kronik, adanya peningkatan TIO dapat disebabkan
karena beberapa hal antara lain terjadinya obstruksi trabekular, adanya
kehilangan sel endotel trabekular, kehilangan kemampuan densitas
trabekular dan menyempitnya kanal Schlemm , kehilangan vakuola didinding endotel kanal schlemm, gangguan aktivitas fagositik, gangguan
metabolisme KS, disfungsi kontrol adrenergik, dan proses imunologik
abnormal. Dikatakan bahwa fitur patologis utama dari glaukoma kronik
sudut terbuka adalah degenerasi trabecular meshwork di mana terdapat
deposit ekstraseluler di dalamnya serta terdeposit juga di bawah lapisan
endotel kanal Schlemm (Corwin E, 2009).
Glaukoma kronik sudut terbuka sendiri ditandai dengan sudut bilik mata depan yang lebar, adanya hambatan aliran humor aqueous mungkin
terdapat pada trabekulum, kanal Schlemm , maupun pleksus vena di daerah
intrasklera. Hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan patologi anatomi
dimana terjadi proses degenerasi dari trabekulum dan kanal schlemn .
Dapat juga nampak penebalan serta sklerosis dari serat trabekulum, vakuol
dalam endotel, dan endotel yang hiperseluler, yang menutupi trabekulum
dan kanal schlemn . Beberapa pendapat mengemukakan bahwa proses
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
41/90
41
penuaan memegang peranan dalam proses sklerosis ini, yang dipercepat
bila mata tersebut mempunyai bakat glaukoma, yaitu pada pasien dengan
kerabat dekat yang menderita glaukoma (Corwin E, 2009).
Pada peningkatan TIO mendahului perubahan diskus optik dan
pengeluhan dalam jangka waktu bulanan hingga tahunan. Terdapat
asosiasi yang jelas antara tingkat TIO dan keparahan laju penurunan visus,
namun hal ini sangat bervariasi antar-individu. Beberapa mata dapat
menoleransi peningtkatan TIO tanpa adanya perubahan simptomatik
(hipertensi okular), namun beberapa bisa saja mengalami gejala
glaukomatosa dengan TIO yang ”normal” (low-tension glaucoma). Akan
tetapi, peningkatan TIO yang lebih tinggi terasosiasi dengan penurunan
lapang pandang yang lebih luas. Saat terdapat penurunan lapangan
pandang glaukomatosa saat pemeriksaan pertama, terdapat risiko sangat
besar untuk progresi. Karena TIO merupakan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi, hal tersebut tetap menjadi fokus terapi. Setiap reduksi 1
mmHg TIO, terdapat penurunan risiko progresi glaukoma sebesar 10%.
Apabila terdapat perubahan visus atau diskus optik yang ekstensif, sangat
direkomendasikan untuk menurunkan TIO sebanyak mungkin, kalau bisa< 15 mmHg (Rezner, et al . 2014).
Mekanisme utama penurunan penglihatan adalah dengan terjadinya
atrofi sel ganglion difus yang ditandai dengan penipisan lapisan serat saraf
dan inti bagian dalam retina serta berkurangnya jumlah sel akson di saraf
optikus. Beberapa postulat telah diajukan untuk menerangkan terjadinya
proses tersebut. Tetapi hingga kini hanya ada dua postulat yang dapat
menjelaskan proses ini secara lengkap yaitu:1. Teori iskemik : gangguan pembuluh darah kapiler akson nervusoptikus,
memainkan peranan penting pada patogenesis kerusakan akibat
glaukoma. Mekanime yang terjadi: hilangnya pembuluh darah,
perubahan aliran darah kapiler, perubahan yang mempengaruhi
penghantaran nutrisi ataupun pembuangan produk metabolit dari
akson, kegagalan pengaturan aliran darah, penghantaran substansi
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
42/90
42
vasoaktif yang bersifat merusak ke dalam pembuluh darah saraf
optikus (Rezner, et al 2014).
2. Teorimekanik langsung menjelaskan bahwa peningkatan tekanan
intraokuler yang bersifat kronik merusak saraf retina secara langsung
pada saat saraf tersebut melewati lamina kribosa . Kenaikan tekanan
intraokuler memicu kolapsnya serta perubahan pada lempeng laminar
serta perubahan susunan kanal aksonal, serta menyebabkan penekanan
secara langsung pada serat saraf dan juga menyebabkan gangguan
aliran darah serta penurunan hantaran nutrien kepada akson pada papil
saraf optikus (Rezner, et al 2014).
F. Manifestasi Klinis
Glaukoma sudut tertutup akut menyebabkan nyeri berat dan
penglihatan kabur atau kebutaan. Beberapa klien melihat gambaran halo
(lingkaran seperti pelangi disekeliling cahaya) dan beberapa mengalami
mual muntah. Glaukoma sekunder memiliki gejala yang sama dengan
glaukoma sudut tertutup akut. Penyempitan lapang pandang terjadi akibat
kehilangan suplai darah ke area retina. Respons individu pada tekananintraokular bervariasi, beberapa klien dapat mengalami kerusakan akibat
tekanan intraokular yang rendah, sedangkan yang lain mengalami
kerusakan akibat tekanan intraokular yang tinggi(Black dan Hawks, 2009).
Sedangkan menurut James Bruce, Chew & Brone (2006)
Glaukoma sudut terbuka kronis umumnya tidak bergejala, peningkatan
tekanan intraokular, defek lapang pandang dan lempeng optik mengalami
cupping.Gejala glaukoma tergantung dari kecepatan peningkatan tekanan
intraokular. Glaukoma sudut terbuka kronis dikaitkan dengan peningkatan
perlahan tekanan dan ketiadaan gejala kecuali pasien kemudian menjadi
sadar akan adanya defisit penglihatan berat. Banyak pasien terdiagnosis saat
tanda glaukoma terdeteksi oleh ahli optometri. (James Bruce, Chew &
Brone. 2006)
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
43/90
43
Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik
sudut terbuka) dapat tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan
yang berat terjadi, sehingga dikatakan sebagai pencuri penglihatan. Berbeda
pada glaukoma akut sudut tertutup, peningkatan tekanan TIO berjalan cepat
dan memberikan gejala mata merah, nyeri dan gangguan penglihatan
(Khaw, T., et al . dalam Faradilla Nova, 2009) .
1. Peningkatan TIO
Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg).
Tingginya TIO menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa
faktor, meliputi tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal
atau lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya
menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan mencetuskan
oklusi pembuluh darah retina(Khaw, T., et al . dalam Faradilla Nova,
2009).
2. Sekitar cahaya dan kornea yang keruh
Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian
cairan oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat(glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan
halo di sekitar cahaya .
3. Nyeri.
Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka .
(Khaw, T., et al . dalam Faradilla Nova, 2009).
4. Penyempitan lapang pandang
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis padasaraf optik menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang
biasanya menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada
glaukoma stadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat
berat ( tunnel vision ), meski visus pasien masih 6/6 (Khaw, T., et al .
dalam Faradilla Nova, 2009).
5. Perubahan pada diskus optik.
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
44/90
44
Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa penggaungan dan
degenerasi papil saraf optic(Khaw, T., et al . dalam Faradilla Nova,
2009).
6. Oklusi vena (Khaw, T., et al . dalam Faradilla Nova, 2009).
7. Pembesaran mata
Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak.
Pada anak-anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus) (Khaw,
T., et al . dalam Faradilla Nova, 2009).
G. Komplikasi
1. Sinekia Anterior Perifer Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan
menghambat aliran humour akueus (Mayenru Dwindra. 2009).
2. Katarak Lensa kadang-kadang membengkak, dan bisa terjadi katarak.
Lensa yang membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan
menambah hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat
hambatan sudut (Mayenru Dwindra. 2009).
3. Atrofi Retina dan Saraf Optik Daya tahan unsur-unsur saraf mata
terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk. Terjadi gaung
glaukoma pada papil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan sel-
sel ganglion (Mayenru Dwindra. 2009).
4. Glaukoma Absolut Tahap akhir glaukoma sudut tertutup yang tidak
terkendali adalah glaukoma absolut. Mata terasa seperti batu, buta dan
sering terasa sangat sakit. Keadaan semacam ini memerlukan enukleasi
atau suntikan alkohol retrobulbar (Mayenru Dwindra. 2009).
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan glaukoma atau tidak, biasanya terdapat tiga
patokan. Pertama adalah meningkatnya tekanan bola mata, kedua
kehilangan lapang padndang di daerah tertentu dan ketiga kerusakan saraf
mata(Irianto K, 2012).
1. Gonioskopi
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
45/90
45
Dilakukam untuk menentukan kedalaman sudut ruang okuli
anterior dan untuk memeriksa lingkar sudut pada perubahan
jaringan filtrasi(Black dan Hawks, 2009). Gonioskopi digunakan
untuk melihat struktur sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Lebar sudut bilik mata depan
dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik mata depan,
menggunakan sebuah senter atau slitlamp . Apabila keseluruhan
anyaman trabekular, taji sklera dan processus iris dapat terlihat,
sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis Schwalbe atau
sebagian kecil dari anyaman trabekular yang dapat terlihat, sudut
dinyatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tidak terlihat, sudut
dinyatakan tertutup (Salmon, 2008).
2. Pemeriksaan slit-lamp
Pada glaukoma dapat menunjukkan konjuctiva eritem dan
kornea yang berkabut (Black dan Hawks, 2009).
3. Tonometri
Pemeriksaan sederhana, tanpa nyeri, yang dapat mengukur
tekanan dalam bola mata. Biasanya menjadi pemeriksaan awaluntuk mengetahui glaukoma(Irianto K, 2012).Pemeriksaan tekanan
intraokular dapat digunakan dengan menggunakan tonometri. Alat
tonometri yang paling banyak digunakan adalah tonometer aplanasi
Goldmann yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang
diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu. Batasan
normal untuk tekanan intraokular adalah 10-21 mmHg tetapi pada
orang tua rata-rata tekanan intraokularnya lebih tinggi di atas 24mmHg. Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu
dapat memperlihatkan tekanan intraokular yang normal sehingga
untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti
keadaan diskus optikus ataupun kelainan lapangan pandang
(Salmon, 2008).
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
46/90
46
Tonometri adalah pemeriksaan untuk mengukur tekanan
bola mata/intraokular. Menurut Ilyas (2009) untuk mengukur
tekanan intraokular dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Palpasi atau menggunakan jari telunjuk
b. Indentasi dengan tonometer Schiotz
c. Aplanasi dengan tonometer aplanasi Goldman
d. Non kontak pneumotonometri
4. Pemeriksaan opthalmoskop
Untuk mengetahui kerusakan saraf penglihatan dan bagian
dalam bola mata dapat terlihat (Irianto K, 2012).Oftalmoskopi pada
penderita glaukoma terutama untuk menilai kondisi pupil saraf
optik. Pupil saraf yang dinilai adalah warna pupil optik dan
lebarnya ekskavi (penggaungan). Apakah suatu pengobatan
berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap
atau membesar (Ilyas, 2009).
5. Penilaian Diskus optikus
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian
tengahnya yang ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat
penyusun nervus optikus terhadap ukuran lubang sklera yang harus
dilewati oleh serat-serat tersebut. Atrofi optikus yang disebabkan
oleh glaukoma mengakibatkan kelainan-kelainan diskus khas yang
terutama ditandai oleh berkurangnya substansi diskus yang
terdeteksi sebagai pembesaran cawan diskus disertai dengan
pemucatan diskus di daerah cawan. Pada glaukoma mungkin
terdapat pembesaran konsentrik cawan optik atau pencekungan
(cupping ) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik
(notching ) fokal di tepi diskus optikus kemudian akan
menyebabkan lamina kribosa bergeser ke belekang dan pembuluh
retina di diskus bergeser ke arah hidung. Hasil akhirnya adalah
cekungan bean-pot tidak memperlihatnkan jaringan saraf di bagian
tepinya (Salmon, 2008).
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
47/90
47
Cara mencatat ukuran diskus optikus pada klien glaukoma
adalah rasio cawan – diskus merupakan perbandingan antara
ukuran cawan optik terhadap diameter diskus. Apabila terdapat
kehilangan lapang pandang atau peningkatan tekanan intraokular,
rasio cawan – diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri antara
kedua mata sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa
(Salmon, 2008).
I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memfasilitasi aliran aquous
melalui saluran yang ada dan mempertahankan tekanan intraokular pada
tingkat yang aman untuk mencegah kerusakan lanjut saraf optik. Jika
tekanan intraokular sangat tinggi, maka harus segera diturunkan untuk
mempertahankan penglihatan. Jika penglihatan menghilang, tujuan
penatalaksanaan adalah untuk memperaiki kemandirian klien(Black dan
Hawks, 2009).
1. Farmakologi
Tekanan intraokular dapat dikurangi dengan meningkatkanaliran humor aquous. Pada glaukoma sudut sempit, pupil
dikontriksikan dengan memberikan miotik topikal atau epinefrin,
yang dapat membuka kanalis schlemm dan melancarkan aliran
aquous humor. Produksi humor aquous juga dapat dikurangi
dengan menggunakan penyekat beta atau agen alfa adrenergik atau
inhibitor karbonat anhidrase oral(Black dan Hawks, 2009).
Tujuan dari penurunan tekanan dalam bola mata denganmeningkatkan aliran cairan bola mata ke luar, membatasi produksi,
atau keduanya sehingga cairan bola mata berkurang. Obatnya
berupa tetes mata (satu jenis maupun kombinasi lebih dari satu
jenis obat) ataupun pengobatan sistemik (mempengaruhi seluruh
tubuh). Glukoma tidak dapat disembuhkan. Pengobatan bertujuan
untuk mengontrol penyakit agar tidak bertambah parah (Irianto K,
2012).
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
48/90
48
Obat-obatan topikal yang sering digunakan dalam terapi
glaukoma dicantumkan pada tabel. Pada glaukoma sudut terbuka
kronis, penyekat (bloker) beta adrenergik topikal biasanya
merupakan obat lini pertama ( meski beberapa obat-obatan bar
telah melampauinya menawarkan penggunaan dosis yang lebih
nyaman dan efek samping lenih sedikit misalnya analog
prostaglandin). Obat-obatan ini bekerja dengan mengurangi
produksi akueous. Penyekat-beta selektif-beta, yang memiliki lebih
sedikit efek samping sistemik telah tersedia namun harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit saluran
napas, terutama asma, yang dapat mengalami eksaserbasi bahkan
dengan dosis kecil penyekat-beta yang diserap secara sistemik
(James Bruce, Chew & Brone. 2006).
Tabel 3. Daftar Farmakoterapi Glaukoma
Terapi Glaukoma
Obat topikal Kerja Efek Samping
1. Penyekat beta
(timolol, karteolol,
lofobunolol,
metipranolol, selektif-
betaksolol)
2. Parasimpatomimetik
(pilokarpin)
1. Menurunkan
sekresi
2. Meningkatkan
aliran keluaran
Eksaserbasi asma dan
penyakit saluran
napas kronis,
hipertensi dan
bradikardi
Penglihatan kabur
pada pasien muda dan
pasien katarak
awalnya sakit kepala
karena spasme siliar
Mata merah, sakit
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
49/90
49
3. Simpatomimetik
(adrenalin, dipivefrin)
4. Agonis alfa-2
(apraklonidin,
brimonidin)
5. Penghambat anhidrase
karbonat
(dorzolamid,
brinzolamid)
6. Analog prostaglandin
(latanopros, travapros,
bimatopros,unoproston)
3. Meningkatkan
aliran keluar dan
menurunkan
sekresi
4. Meningkatkan
aliran keluar
melalui jalur
uveosklera dan
menurunkan
sekresi
5. Menurunkan
sekresi
6. Meningkatkan
aliran keluar
melalui jaluruveosklera
kepala
Mata merah, lelah,
rasa ngantuk
Rasa sakit, rasa tidak
enak, sakit kepala
Meningkatkan
pigmentasi iris dan
kulit periokular, bulu
mata bertambah
panjang dan gelap,
jarang terjadi edema
makular, uveitis
Obat sistemik
Penghambat anhidrase
karbonat
(asetazolamid)
Menurunkan sekresi Rasa kesemutan pada
ekstermitas, depresi,
rasa ngantuk, batu
ginjal, sindrom
stephen johnson
-
8/18/2019 3. ISI GlaukomaNEW
50/90
50
Bukti-bukti menunjukan bahwa beberapa pengobatan topikal,
terutama obat simpatomimetik, dapat meningkatkan pembentukan
parut konjungtiva dan menurunkan kemungkinan keberhasilan
pembedahan bila saluran drainas yang baru mengalami parut dan
menjadi nonfungsional. Pada pasien yang sangat rentan terhadap
pembentukan parut, obat antimetabolot (lima-flurourasil dan
mitomisil) dapat digunakan pada saat pembedahan untuk mencegah
fibrosis (James Bruce, Chew & Brone. 2006).
7. Non-Farmakologi
a. Perawatan