28452780 Bab II Tinjauan Pustaka
-
Upload
ershahasan -
Category
Documents
-
view
121 -
download
7
Transcript of 28452780 Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori umum
II.1.1 Pengertian Steril
1. Sterile Dosage Form; 37
Steril adalah suatu kondisi absolut dan harus tidak pernah digunakan
atau dianggap secara relatif sebagai bahan atau hampir steril.
2. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1470
Steril adalah tidak adanya mikoroorganisme yang aktif.
3. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 399
Steril adalah bebas dari pencemaran mikroorganisme.
4. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy; 619
Steril mengindikasikan suatu kondisi yang mungkin terbebaskan dari
mikroorganisme hidup yang dapat muncul dari metode, wadah dan rute
pemberian dengan suatu pembatasan, kemungkinan tersebut tidak lebih
1 bagian non steril dalam sejuta bagian steril.
5. Kamus Saku Kedokteran: 1020
Steril didefiniskan sebagai keadaan yang tidak dapat menghasilkan
keturunan, disebut juga barien atau aseptik.
6. Radiofarmasi: 92
Steril adalah batasan absolut yang menyatakan bebas dari mikroba
yang hidup. Hidup artinya kemampuan berkembang biak.
Kesimpulan :
Steril adalah suatu kondisi absolut (2) di mana bebas dari mikroorganisme
hidup (5, 19) yang dapat muncul dari metode, wadah dan rute pemberian
(11) dengan suatu pembatasan, kemungkinan tersebut tidak lebih 1
bagian non-steril dalam sejuta bagian steril (11).
II.1.2 Definisi sterilitas
1. Remington’s Pharmaceutical Practise 18th Edition; 1470
Sterilitas adalah karakteristik yang diisyaratkan untuk sediaan
farmasetik bebas dari mikroorganisme hidup karena metode, wadah atau
rute pemakaian.
2. Sterile Dosage Form; 15
Sterilitas adalah karakteristik yang diisyaratkan untuk sediaan-sediaan
farmasetik ini karena metode, wadah atau rute pemakaian.
3. Textbook of Pharmaceutics; 526
Sterilitas dapat didefinisikan sebagai tidak adanya kehidupan dari
mikroorganisme dalam berbagai kondisi.
4. Dispensing Of Medication by Robert King; 165
Sterilitas menunjukkan tidak adanya kontaminasi makhluk hidup pada
suatu sediaan parenteral.
5. Parenteral Technology Manual; 120
Sterilitas merupakan konsep mutlak dimana suatu produk hanya steril
atau tidak steril.
6. Pharmaceutical Dosage Form by Aulton; 473
Sterilitas didefinisikan sebagai ketidakhadiran dari semua bentuk
mikroorganisme.
Kesimpulan :
Sterilitas adalah karakteristik yang diisyaratkan untuk sediaan farmasetik
(2, 5) bebas dari mikroorganisme hidup (18, 22) karena metode, wadah,
atau rute pemakaian (2,5).
II.1.3 Definisi sterilisasi
1. Scoville’s The Art of Compounding; 403
Sterilisasi adalah suatu proses membunuh atau menghilangkan bakteri
dan mikroorganisme lain.
2. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 410
Sterilisasi adalah suatu proses seperti yang dilakukan terhadap
sediaan farmasetik berarti penghancuran sempurna seluruh
mikroorganisme dan sporanya atau penghilangan mikroorganisme dari
sediaan.
3. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy; 619
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menghasilkan keadaan
steril. Secara tradisional, keadaan steril adalah kondisi mutlak yang
tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua
mikroorganisme.
4. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics; 274
Sterilisasi adalah proses pembunuhan atau penghilangan
mikroorganisme dan spora yang hidup.
5. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1470
Sterilisasi adalah suatu proses dimana semua bentuk organisme hidup
dihilangkan atau dirusak fungsinya yang mungkin.
6. Mikrobiologi Farmasi Dasar; 230
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh atau memusnahkan
semua mikroorgansime atau jasad renik yang ada, sehingga jika
ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi mikroorganisme atau
jasad renik yang dapat berkembang biak.
7. Dispensing Of Medication by Martin; 592
Sterilisasi adalah biasanya didefinisikan sebagai pemusnahan
keseluruhan atau menghilangkan semua jenis-jenis kehidupan dari
material-material.
8. Parenteral Technology Manual; 120
Sterilisasi adalah menghilangkan atau memusnahkan semua bentuk
kehidupan suatu bahan dari benda atau material.
9. Textbook Of Pharmaceutics; 526
Sterilisasi adalah keseluruhan proses dimana sterilisasi dicapai. Entah
disebabkan oleh bahan fisika atau kimia, ini merupakan proses umum
untuk memusnahkan, dan kedinamisan dari proses ini sama dengan
desinfeksi.
10.Pharmaceutical Dosage Form by Aulton; 473
Sterilisasi adalah proses untuk mencapai keadaan steril dan itu
dikarenakan proses tersebut memindahkan/menghancurkan semua
bentuk kehidupan, berupa bakteri (termasuk spora bakteri), jamur, virus,
riketsia, dan mikoplasma.
11. Radiofarmasi; 92
Sterilisasi adalah proses untuk mencapai keadaan steril melalui cara:
Panas → kering dan basah
Dingin → zat kimia, filter, radiasi gas
12. The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Coumpounding; 74
Sterilisasi adalah proses dari penghancuran atau eliminasi
mikroorganisme yang hadir pada obyek atau sediaan.
Kesimpulan :
Sterilisasi adalah suatu proses mengurangi, menghilangkan,
menghancurkan, membunuh (6, 7, 11, 16, 17,18, 19, 23) mikroorganisme
dan spora yang hidup (6, 18, 19, 23) dari sediaan, bahan atau material
( 16, 17, 19) untuk menghasilkan keadaan yang steril (11, 18, 22).
II.1.4 Definisi-Definisi
1. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1470
a. Antiseptika adalah bahan untuk menahan atau
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghambat
aktivitas mikroorganisme tanpa perlu menghancurkan mikroorganisme
tersebut.
b. Bakteriostatika adalah apapun yang dapat menahan
atau memperlambat pertumbuhan bakteri.
c. Bakterisida adalah apapun yang dapat membunuh
mikroba.
d. Germisida adalah sebuah bahan yang dapat membunuh
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit tertentu tetapi tidak
spora bakterinya.
e. Virusida adalah bahan yang dapat membunuh virus.
f. Desinfeksi adalah sebuah proses memindahkan potensi
infeksi dengan menghancurkan mikroorganisme namun tidak spora
bakteri. Istilah ini biasanya digunakan untuk menandakan akibat
aplikasi dari bahan kimia untuk mematikan objek.
2. Scoville’s The Art of Compounding: 403
a. Antiseptika sebagaimana yang didefinisikan
oleh Federal Food, Drug and Cosmetic Act disadari sebagai germisida,
kecuali dalam hal obat yang dijual untuk menghambat bakteri pada
saat digunakan sebagai pembalut basah, salep, serbuk halus atau
untuk fungsi yang mirip yang melibatkan kontrak yang diperpanjang
dalam tubuh.
b. Bakteriostatika adalah bahan yang
memperlambat pertumbuhan bakteri.
c. Bakterisida adalah bahan yang dapat
membunuh mikroba.
d. Germisida adalah bahan yang dapat
membunuh kuman.
e. Virusida adalah bahan yang dapat
menghancurkan virus.
f. Desinfektan adalah bahan penghancur
infeksi.
g. Fungisida adalah bahan yang dapat
membunuh fungi.
h. Mikosida adalah bahan yang dapat
menghancurkan jamur.
3. Dispensing Of Medication by Martin; 593
a. Antiseptika adalah bahan yang pada
mikroorganisme menjadikan mereka tidak bebahaya dengan cara
membunuh atau mencegah pertumbuhannya. Istilah ini digunakan
untuk sediaan kimia yang digunakan untuk jaringan hidup.
b. Bakteriostatika adalah bahan kimia yang
memperlambat pertumbuhan bakteri.
c. Bakterisida adalah bahan kimia yang dapat
membunuh bakteri tapi.
d. Germisida adalah bahan kimia yang dapat
membunuh mikroorganisme tapi tidak spora bakteri germisida
digunakan pada jaringan hidup termasuk antiseptik atau digunakan
untuk mikroorganisme yang hidup pada objek yang mati seperti
desinfektan.
e. Virusida adalah bahan yang dapat
menghancurkan virus atau inaktifasi virus.
f. Desinfektan adalah bahan yang
membebaskan dari infeksi. Desifektan biasanya bahan yang
menghancurkan bakteri patogen atau mikroorganisme lain yang
berbahaya, namun tidak spora bakteri.
g. Sporisida adalah sebuah proses atau bahan
yang menghancurkan spora mikroba, khususnya spora bakteri.
4. Textbook Of Pharmaceutics; 408
a. Bakteriostatika adalah bahan kimia yang
memperlambat pertumbuhan bakteri.
b. Bakterisida adalah bahan kimia yang mampu
membunuh mikroba.
c. Germisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh semua mikroorganisme.
d. Fungisida adalah bahan kimia yang dapat membunuh
fungi termasuk spora.
5. Mikrobologi Farmasi Dasar; 242
a. Bakteriostatika adalah zat atau bahan yang dapat
menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme
(bakteri).
b. Bakteriosida adalah zat atau bahan yang dapat
membunuh mikroorganisme (bakteri).
c. Fungistatika adalah zat atau bahan yang dapat
menghentikan pertumbuhan fungi.
d. Antiseptika adalah senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat atau mematikan mikroorganisme pada jaringan
hidup, yang mempunyai efek yang membatasi dan mencegah infeksi
agar tidak menjadi lebih parah.
6. Farmakologi dan Terapi; 534
a. Antiseptika adalah zat yang digunakan untuk
membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme, biasanya
merupakan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup.
7. Radiofarmasi; 92
a. Bakterisida adalah bahan untuk mempercepat
kematian bakteri.
b. Bakteriostatik adalah bahan yang dapat menghambat
multiplikasi atau berkembangnya bakteri.
8. Obat-Obat Penting; 228
a. Bakterisida adalah bahan untuk mempercepat kematian bakteri.
b. Germisida adalah desinfektansia yang digunakan untuk mecegah
infeksi pada benda mati, dengan jalan memusnahkan hama patogen
pada, misalnya alat injeksi dan alat bedah dan air minum atau kolam
renang.
Kesimpulan :
1. Antiseptika adalah bahan untuk menahan atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dengan menghambat aktivitas
mikroorganisme (7, 9, 17, 23) tanpa perlu menghancurkan
mikroorganisme tersebut (5) atau dengan menjadikan mikroorganisme
tidak berbahaya (17), biasanya merupakan sediaan yang digunakan
pada jaringan hidup (9).
2. Bakteriostatika adalah apapun yang dapat menahan atau
memperlambat pertumbuhan bakteri tapi tidak membunuhnya (5, 7, 17,
22, 23).
3. Bakterisida adalah apapun yang dapat membunuh mikroba tetapi tidak
sporanya (5, 7, 17, 22, 23).
4. Germisida adalah sebuah bahan yang dapat membunuh semua
mikroorganisme terutama yang menyebabkan penyakit tertentu tetapi
tidak spora bakterinya yang ditujukan pada benda mati maupun
jaringan hidup (5, 7, 17, 22).
5. Virusida adalah bahan yang dapat membunuh virus (5, 7, 17).
II.1.5 Metode Sterilisasi
1. Scoville’s The Art of Compounding; 404-419
A. Panas kering
1) Udara panas oven
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi
dengan uap destilasi dalam udara panas oven. Yang termasuk dalam
bahan ini adalah minyak lemak, parafin, petrolatum cair, gliserin,
propilenglikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa
obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah metode
yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah.
Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk
kering dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf.
Salah satu elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap
autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam
bahan yang telah disterilkan. Sebagai contoh, organisme pembentuk
spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121°C
(suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan setelah
pemanasan sampai 45 menit). Untuk alasan ini, autoklaf merupakan
metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat
dengan basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit
lembab atau tidak sama sekali.
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses
oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi
protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada
umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan
saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di
bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selam 12 menit adalah
efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu
150°C sampai 170°C selama 1-4 jam.
Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160°C
paling cepat 1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara
khusus untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya.
Bagaimanapun juga rentang 150-170°C digunakan untuk sterilisasi panas
kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat disterilkan
pada suhu 170°C, dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus
disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama.
Tambahan waktu harus diijinkan untuk bahan yang sedang
disterilkan untuk mencapai temperatur dari sterilisasi udara panas. Pada
beberapa bahan seperti petrolatum atau serbuk talk, setidaknya akan
membutuhkan 1 atau 2 jam tambahan paparan sebelum terselesaikan
tergantung jumlah yang sedang disterilkan. Hal ini terutama untuk tingkat
kelambatan panas yang ditransfer melalui bahan-bahan ini. Sebagai
contoh, 30 Gm dari petrolatum atau serbuk yang disebarkan pada lapisan
setebal ¼ in. Membutuhkan kira-kira 1 jam untuk mencapai 160°C dalam
oven udara panas. Ketika bejana 4 oz dari bahan-bahan ini dipanaskan
waktu yang dibutuhkan panas untuk mempenetrasikan penambahan
massa antara 2-2½ jam. Karena kelambatan di mana panas berpenetrasi
ke dalam serbuk dan bahan berminyak, mereka harus dibagi dalam
jumlah kecil sebelum sterilisasi. Serbuk harus dalam lapisan dengan
ketebalan mendekati ¼ inchi atau dalam wadah dengan kapasitas volume
tidak lebih dari 30 ml. Cawan petri dan tube uji merupakan wadah yang
nyaman untuk serbuk atau minyak selama sterilisasi. Wadah serbuk atau
salep mungkin juga digunakan. Erlenmeyer dan botol merupakan wadah
yang nyaman untuk minyak. Larutan berminyak harus disterilkan dalam
jumlah kecil. Jika bahan yang ingin disterilkan merupakan bahan dengan
ukuran besar, maka dibagi dalam beberapa wadah kecil, atau waktu yang
lebih lama harus diperbolehkan untuk mencapai suhu sterilisasi.
Perawatan harus dilakukan dalam oven udara panas. Overload
harus dihindari karena hal ini menunda penetrasi panas dari bahan yang
akan disterilkan. Susun bahan-bahan dengan longgar di dalam oven.
Jangan membolehkan terbungkus kertas atau kapas masuk menyentuh
bagian bawah dari wadah, mereka akan terbakar jika terkena kontak
dengan besi yang telah dipanaskan. Alat yang tidak dilindungi oleh kertas
atau kapas, seperti sumbat botol karet, peralatan makan, pipet, ampul,
dan wadah logam, bisa disterilkan pada temperatur 200°C selama 45
menit. Untuk menghindari keretakan dari alat gelas, proses pemanasan
dan pendinginan seharusnya dilakukan bertingkat.
Sementara wadah di dalam autoklaf dipanaskan pada suhu 121°C
dengan memasukkan uap hanya ke dalam pembungkus, autoklaf tidak
digunakan untuk sterilisasi panas kering. Alasan untuk ini adalah waktu
yang lama (12 jam) dibutuhkan untuk sterilisasi pada suhu relatif di bawah
121°C, dan kekurangan keakuratan berarti memeriksa suhu di dalam
wadah pada autoklaf.
2) Minyak dan penangas lain
Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi
dengan mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral
pada suhu 162°C. Larutan jenuh panas dari natrium atau ammonium
klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan
metode yang digunakan untuk mensterilkan alat-alat bedah. Minyak
dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan
untuk memelihara cat penutup.
3) Api langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam,
batang gelas, filter logam Bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol,
vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain
yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumpang dan
alu dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam berbagai keadaan waktu
yang paling lama adalah 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat
disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul ke arah bawah
lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-
hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel.
B. Panas lembab
1) Uap bertekanan
Penggunaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling
umum memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang
diinginkan untuk sterilisasi larutan yang ditujukan untuk injeksi pada tubuh,
pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan gelas untuk penggunaan
darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda karet. Kerugian
yang paling utama dari penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya
untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas dan kelembaban.
Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi misalnya, produk yang
dibuat dari basis minyak dan serbuk.
Uap jenuh pada 121°C mampu membunuh secara cepat semua
bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu 1 atau 2 menit. Uap
jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap
pemanasan tinggi. Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada
4 sifat dari uap jenuh kering yaitu :
1. Suhu
2. Panas tersembunyi yang berlimpah
3. Kemapuan untuk membentuk kondensasi air
4. Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi
Keempat sifat ini cocok pada level optimal hanya pada saat gas dalam
fase batas antara gas dan kondensatnya pada temperatur yang sama.
Efek sterilisasi gas pada saat melewati fase batas
Pada saat uap pada tekanan atmosfer tidak pernah melebihi suhu
100°C, jika dibatasi di antara wadah dari autoklaf temperatur meningkat
jika tekanan dinaikkan. Tekanan hanya membuat pencapaian temperatur
tinggi terjadi. Ini tidak ada hubungannya dengan sifat membunuh dari uap.
Juga penting untuk diingat bahwa hanya tekanan yang didesak oleh uap
yang sensitif; tekanan udara tidak efektif. Untuk alasan ini, udara
seharusnya dihilangkan dari autoklaf untuk memastikan sterilisasi efektif.
Uap bertekanan membunuh bakteri dan spora dengan koagulasi protein
dari badan sel. Dengan adanya uap, koagulasi terjadi pada temperatur
yang lebih rendah ketika udara panas kering digunakan. Pada metode
panas kering, kematian bakteri disebabkan oleh proses oksidasi.
Panas yang tersembunyi dibentuk ketika pemanasan dilanjutkan
setelah air telah mencapai suhu didihnya, untuk tekanan partikulat terlibat.
Ini hanya ketika panas total telah ditingkatkan sebanyak kelipatan limanya
ketika diuapkan. Uap terbentuk pada fase batas mempunyai fase yang
sama dengan air mendidih pada saat terbentuknya, namun ini
mengandung kelipatan panas yang tersembunyi, tanpa tetesan pada
temperatur, merupakan keadaan yang cocok pada saat ada kontak
dengan permukaan yang lebih dingin. Sebagai contoh, jika dibutuhkan
180 Btu panas untuk meningkatkan temperatur 1 pound air dari 32°F-
212°F, dibutuhkan tambahan panas latent 971 Btu untuk membentuk uap
pada tekanan atmosfer. Kemampuan besar dari jumlah panas latent
merupakan faktor penting dalam sterilitas efektif.
Pada saat uap yang mengalami kontak dengan bahan yang
disterilkan mengalami kondensasi dan dipindahkan dengan cepat panas
tersembunyinya pada permukaan dari bahan, panas dari uap ditahan
dengan kondensasi, jadi jika tidak ada tetesan dalam temperatur lokal
selama kondensasi. Panas latent dan kondensasi penting dalam sterilisasi
pembentukannya merupakan tenaga pembunuh uap sementara yang
kemudian menyediakan hidrasi esensial dan faktor koagulasi. Pada
umumnya, sel bakteri dengan presentasi air yang besar dibunuh dengan
relatif mudah. Spora, yang mengandung presentasi air yang relatif rendah,
cukup sulit untuk dibunuh. Kehadiran air penting untuk mengefektifkan
sterilisasi.
Kontraksi volume terjadi selama sterilisasi ketika uap bersentuhan
dengan bahan yang disterilkan. Karena permukaannya lebih dingin, hal ini
menyebabkan uap lebih cepat masuk melalui uap air, batas fase air dan
penguapan, dan pada waktu yang sama memberikan semua panas
tersembunyinya. Sebagai contoh, 865 ml uap berkontraksi untuk
memberikan 1 ml kondensat, memberikan 524 gram kalori panas pada
bahan yang sedang disterilkan. Kontraksi ini menghasilkan tetesan lokal
dalam tekanan yang akan menghasilkan penarikan lebih banyak uap pada
permukaan yang sedang disterilkan. Proses ini berlanjut sampai obyek
mencapai suhu ekuilibrium. Kontraksi volume uap selama proses
sterilisasi sangat penting dalam sterilisasi pakaian bedah dan bahan
berpori lainnya di mana penetrasi uap dari bahan dengan jumlah besar
terlibat di dalamnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap bertekanan
merupakan total waktu pemanasan atau penetrasi dan waktu pemaparan,
di mana masing-masing tergantung pada suhu yang sedang digunakan.
Suhu pada 121°C dengan waktu pemaparan minimal 12 menit umumnya
diterima sebagai perhitungan yang cocok dalam waktu sterilisasi untuk
kebanyakan sediaan farmasetikal dan untuk persediaan pembedahan.
Waktu pemanasan atau penetrasi merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
bahan untuk mencapai 121°C setelah termometer autoklaf merekam suhu
itu. Waktu ini akan bervarias karena, sebagai contoh, dengan volume
larutan yang sedang disterilkan. Demikian, erlenmeyer Pyex® 50 ml terdiri
dari air membutuhkan waktu penetrasi 2 menit, sementara erlenmeyer
1000 ml membutuhkan kira-kira 12 menit untuk mencapai suhu 121°C
setelah termometer autoklaf merekam suhu ini. Waktu sterlisasi untuk
erlenmeyer 50 ml akan menjadi 2 + 12 atau 14 menit, sementra
erlenmeyer 1000 ml akan membutuhkan 12 + 12 atau 24 menit.
Tabel di bawah ini menunjukkan hubungan antara tekanan dan
temperatur dan waktu pemaparan umum untuk sterilisasi uap bertekanan.
Penting untuk diingat bahwa waktu yang direkomendasikan harus
ditambahkan pada waktu tambahan yang dibutuhkan panas untuk
penetrasi bahan-bahan yang disterilkan.
Tekanan Temperatur Waktu
10 lb. 115,5°C (240 F) 30 menit
15 lb. 121,5°C (250 F) 12 menit
20 lb. 126,5°C (260 F) 9 menit
2) Sterilisasi larutan
Sterilisasi larutan untuk injeksi melibatkan penggunaan berbeda
dari uap bertekanan daripada sterilisasi alat atau pakaian. Larutan itu
sendiri mengandung kelembaban yang diperlukan, jadi masalahnya
adalah menyerap panas yang cukup dari gas.
Sementara larutan sedang dipanaskan di bawah tekanan akan
tidak ada luapan cairan walaupun melalui temperatur jauh dalam
kelebihan titik didih normal air. Alasan untuk hal ini adalah tekanan gas
dari wadah selalu sama, atau berkelebihan, tekanan berkembang oleh
larutan. Namun setelah, kecuali tekanan wadah dikurangi perlahan,
larutan akan mendidih dengan keras, dimana tutup wadah akan keluar
dan cairan akan hilang. Adapun untuk menghindari pendidihan cairan,
tekanan harus dibolehkan untuk tingkat normal lebih dari 10-12 menit.
Waktu yang diperpanjang dari pendinginan tidak diinginkan sejak bahan
larutan kimia, rusak karena pemaparan terlalu lama dengan suhu tinggi.
Larutan mungkin disterilkan dalam botol, vial, bejana, ampul
tersegel, atau erlenmeyer. Wadah harus dibuat dari gelas keras dan
netral, jika mungkin. Jika mungkin, tipe I gelas U.S.P harus dipakai untuk
larutan parenteral. Ini resisten tinggi dan biasanya gelas borosilikat. U.S.P.
juga mengenali tipe II, III, dan IV. Penggunaan wadah gelas lembut
membolehkan jumlah besar larutan alkali yang cocok menghadapi
beberapa kesulitan. Kehadiran alkali dalam gelas mempercepat
karamelisasi larutan dekstrosa, membawa perubahan yang tidak
diinginkan pada konsentrasi ion hidrogen dalam larutan lain, dan mungkin
mengakibatkan pelepasan partikel silika, terutama ketika garam alkali
dipanaskan pada gelas lembut. Walaupun gelas Pyrex® lebih sering
diinginkan namun lebih mahal. Tersedia beberapa merek wadah gelas
yang keras dan netral. Mereka mungkin dibeli dengan kisaran ukuran 1 ml
sampai beberapa ratus milimeter, diadaptasi untuk mengambil tutup karet
diafragma untuk membolehkan penarikan dosis ganda; atau wadah
membuat tutup bergalur mungkin digunakan; atau ampul bisa dibuat.
Pada saat wadah dosis ganda digunakan, larutan harus mengandung
bahan bahan bakteriostatika menyadari metode sterilisasi, sampai cara
yang disarankan dalam monograph. Erlenmeyer atau gelas FlorenceI juga
bisa digunakan sebagai wadah dalam striliasasi cairan.
Garis dari tutup berliku sangat penting. Beberapa penggaris
mempunyai penutup plastik yang didisintegrasi di bawah tekanan panas
dan jatuh pada larutan. Yang lainnya menahan panas di bawahnya;
penggaris yang disusunkan adalah ”pensil minyak coklat muda stabil
panas. Selama strelisasi tutup berliku harus ditutup rapat-rapat. Ketika
tutup karet digunakan, mereka harus ditempatkan dalam tempat yang
berat, atau wadah ditempatkan dalam peralatan spesial untuk
menghindari banyak tutup berliku yang keluar dari botol. Erlenmeyer atau
gelas Florence ditutup dengan koyakan kertas dibawa leher yang kuat,
kertas dengan permukaan halus. Katun bukan penutup botol yang
dgunakan. Katun tidak cocok sebagai penutup kain tiras yang mungkin
jatuh pada larutan. Jika kertas digunakan, akan ada 3 sampai 5 %
kehilangan cairan selama evaporasi. Bagaimanapun, jika sepotong kecil
karet terkoyak kertasnya, kehilangan selama evaporasi dihindari.
c) Uap panas pada 100°C
Uap panas pada suhu 100°C dapat digunakan dalam bentuk uap
mengalir atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan
penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat
untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk
larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal
tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri yang
tidak membentuk spora. Temperatur titik mati bervariasi, tetapi tidak ada
bentuk nonspora yang bertahan.
Bentuk vegetatif dari kebanyakan patogen dihancurkan dengan
pemanasan dengan adanya kelembaban pada 55°-60°C selama 10 menit.
Ini diartikan sebagai titik mati panas dari kebanyakan bakteri bukan
pembentuk spora, temperatur yang paling rendah ditemukan bersifat
destruktif pada bentuk vegetatif pada bakteri. Titik mati panas bervariasi,
namun bentuk spora bisa bertahan pada suhu 80°C selama 30 menit
dengan adanya kelembaban. Harus ditekankan bahwa spora tidak
dibunuh pada gas mengalir atau air mendidih sampai beberapa
pemaparan dibuat pada interval yang diinginkan.
Dalam prakteknya, 2 metode uap mengalir digunakan, suatu
perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh
semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora.
Untuk meyakinkan penghancuran spora, sterilisasi berjeda yang juga
disebut sterilisasi fraksinasi, penyelaan, penghentian atau Tindalisasi
digunakan. Penjedahan dan bertahap adalah tindalisasi digunakan.
Dengan metode ini bahkan dipaparkan pada uap mengalir pada periode
waktu bervariasi dari 20-60 menit setiap hari selama 3 menit. Antara
pemaparan bahan terhadap uap yang disimpan pada suhu kamar atau
pada inkubator pada 37°C atau suhu kamar.
Prinsip dari metode ini adalah pada saat waktu pertama kali
pemaparan pada uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya.
Tapi pada saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan
selam 24 jam, banyak spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif
bentuk spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari
kedua. Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang
berkembang ke bentuk vegetatif selama masa istirahat. Pertumbuhan
seperti itu akan terjadi jika tersedia kondisi optimal seperti adanya bahan
nutrien, pH yang cocok, dan adanya bahan bakteriostatik. Metode ini
jarang digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi.
Alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan uap bebas aliran
adalah alat pensteril Arnold, yang dibangun dengan dasar palsu sehingga
volume minimal air dipanaskan untuk menghasilkan uap dengan cepat,
sementara tangki utama diisi secara konstan dengan air dari penguapan
yang dikumpulkan oleh pembungkus luar. Bagi farmasis yang hanya
sesekali menggunakan metode sterilisasi ini, alat sederhana yang terdiri
dari panci atau belanga logam mungkin digunakan. Ini disusun dengan
sebuah alas palsu yang terdiri dari pelat seperti logam yang diangkat pada
sokongan logam, pada tempat di mana bahan yang akan disterilisasikan
ditempatkan.
Teknik sterilisasi dengan uap mengalir sederhana. Bahan, dalam
wadah tersegel, ampul, atau botol ditempatkan dalam alat pensteril
sebelum dan sesudah uap mulai mengalir. Penting untuk mencatat waktu
hanya pada saat setelah isi wadah telah mencapai suhu yang diinginkan,
dan kemudian untuk memperoleh suhu untuk periode waktu yang
ditentukan. Setelah panas dihentikan dan alat pensteril didinginkan, bahan
bisa dikeluarkan.
4) Pemanasan dengan bakterisida
Ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap panas pada 100°C.
Adanya bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini
digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada
temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf. Larutan yang
ditumbuhkan bakterisida ini dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu
100°C selama 20 menit dalam pensterilisasi uap atau penangas air.
Bakterisida yang dapat digunakan termasuk 0,5%, fenol, 0,5% klorbutanol,
0,2% kresol atau 0.002% fenil merkuri nitrat. Saat larutan dosis tunggal
lebih dari 15 ml larutan obat untuk injeksi intratekal atau gastro intestinal
sehingga tidak dibuat dengan metode ini.
5) Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak
dalam sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah.
Bahan-bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus
mendidih paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan
dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan
pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1-
2% Na-karbonat atau 2-3% larutan kresol tersaponifikasi yang
menghambat korosi bahan-bahan logam.
C. Penyaring bakteri
Larutan dapat dibebaskan dari mikroorganisme vegetatif dan
sporanya melalui filter bakteri. Filter bakteri tidak dapat membebaskan
larutan dari virus; bagaimanapun alat ini tidak mengurangi jumlah virus.
Pada prinsipnya dengan absorbsi ke dalam dinding filter dan dengan
menghilangkan partikel kasar dari bahan yang mengandung virus.
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan farmasetik
atau bahan biologi yang dipengaruhi oleh pemanasan. Berbeda dengan
metode filtrasi lain, filter bakteri ditujukan untuk filtrat bebas bakteri.
Metode sterilisasi ini membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang
benar. Sediaan obat yang disterilkan dengan metode ini membutuhkan
penggunaan bahan bakteriostatik kecuali diarahkan lain. Larutan yang
ditujukan untuk injeksi intratechal atau merupakan larutan dosis tunggal
intravena dengan volume lebih dari 15 ml tidak boleh ditambahkan bahan
bakterisid. Parafin cair dan minyak lain, tidak disterilkan dengan metode
ini karena dapat meningkatkan permeabilitas dari filter terhadap bakteri.
Untuk dapat membuat larutan bebas bakteri dan steril, digunakan
filter dengan berbagai tipe. Tipe ini termasuk filter yang terbuat dari silikon
murni, porselin, asbes, dan glass-fritted. Karena alat-alat ini mudah
dibersihkan, filter Seitz yang menggunakan lapisan asbes dan fliter
Fritted-Glass mungkin lebih berguna untuk farmasis, yang kadang-kadang
dibutuhkan untuk menyaring larutan dalam jumlah kecil.
Mekanisme filtrasi bakteri kompleks. Meskipun ukuran pori filter
penting, tapi bukan itu saja kriteria untuk keefektifan filtrasi. Filter dengan
pori lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi beberapa filtrasi sangat
lambat untuk tujuan praktek. Dengan meningkatkan ketebalan filter lilin
memungkinkan untuk mencapai efisiensi filtrasi, tetapi kerugiannya adalah
bahwa kebanyakan bahan aktif dari larutan dihilangkan dengan
penyerapan oleh lilin. Bagaimanapun, dengan mengatur ukuran pori dan
ketebalan filter yang optimum, mungkin diperoleh filter yang efisien dan
baik secara cepat. Faktor lain dilibatkan dalam filtrasi bakteri termasuk
keseimbangan permukaan antara bahan filter dan bakteri dalam larutan,
suhu, tekanan yang digunakan, waktu filtrasi, muatan elektrik filter, pH
bahan yang difiltrasi, dan adsorbsi protein dan bahan lain.
Filter Seitz
Filter ini dibuat dari bahan asbes yang dijepit pada dasar wadah
besi. Keuntungan utama dari filter Seitz ini adalah lapisan filter dapat
dibuang setelah digunakan dan masalah pembersihannya berkurang.
Efisiensi tergantung pada pengembang serat dari lapisan filter dari air.
Karena larutan alkohol pekat tidak membuat mengembang, filter ini tidak
digunakan untuk mensterilkan larutan yang mengandung alkohol dalam
jumlah besar.
Filter ini mampu dengan volume dari 30 ml hingga lebih dari 100
ml. Kerugian pertama dari filter ini adalah cenderung memberikan
komponen magnesium pada filtrat. Bahan alkali ini dapat menyebabkan
konsentrasi pengendapan alkaloid bebas dari garamnya dan dapat
menginaktifkan seperti insulin, ekstrak pituari, epinefrin dan apomorfin. Hal
ini dapat diatasi dengan perawatan pertama filter dengan dibasahkan
dengan HCl lalu dibilas dengan air.
Kerugian kedua dari Seitz adalah permukaan serat pada lapisan
filter membuat larutan tidak cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan
menempatkan ayakan dari nilon atau sutra di bawah lapisan filter sebelum
menempatkan lapisan dalam filter, atau sebuah filter glass fritted dapat
ditempatkan pada saluran keluar untuk menghilangkan serat. Filter seitz
ini juga cenderung untuk menghilangkan bahan dari filtrat bahan adsorbsi.
Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adat
terkhusus yang terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan screen dan
pencuci. Utamanya untuk digunakan filter Swinny dibungkus dengan
kertas dan diautoklaf. Bagian yang dipasang dihubungkan pada spoit
Luer-Lok dan cairan dimasukkan melalui disk asbes dengan
menggunakan tekanan pada saluran spoit.
Filter Fritted-Glass
Filter Fritted-Glass disusun dari dasar serbuk, tombol bulat dari
gelas digabung bersama dengan penggunaan panas untuk menentukan
sebelumnya ukuran dalam bentuk disk. Permeabilitas filter barbanding
secara tidak langsung dengan ukuran butiran. Setelah disk dibentuk,
kemudian disegel dengan pemanasan ke dalam corong gelas Pyrex®
dibentuk seperti corong buchner.
Filter Fritted-Glass yang baru harus dicuci dengan penghisap
dengan HCl panas dan kemudian dibilas dengan air sebelum digunakan.
Filter dapat dibersihkan dengan membilasnya dengan air di bawah
tekanan. Jika air tidak dapat membersihkan filter, suatu konsentrasi
larutan asam sulfat mengandung 1 % sodium nitrat dipanaskan pada suhu
80oC dapat digunakan. Filter fritted dirancang utamanya untuk filtrasi
vakum. Jika digunakan filtrasi dibawah tekanan, perbedaan maksimum
pada diks harus tidak boleh dari 15 pon per inci persegi (p.s.i).
Filter Berkefeld & Mandler
Tes bentuk tube filter pembanding ini, yang dihubungkan dengan
dasar logam dan saluran keluar tubuh adalah sama pada keduanya. Filter
Mandler dibuat dari silikat murni, asbes, dan kalsium sulfat (gips dari
paris); filter Berkefeld terdiri dari silika murni. Kedua filter ini bermuatan
negatif. Fitlrer ini tersedia dalam beberapa tingkatan porositas
berdasarkan pada permeabilitas terhadap air, pada Berkefeld atau pada
Mandler berdasarkan pada jumlah tekanan air dalam pon yang dibutuhkan
untuk mendorong udara melalui saluran keluar melawan air.
Saluran Berkefeld dan Mandler dibersihkan dengan menggunakan
air destilasi melalui saluran dari luar ke dalam diikuti dengan menggosok
bagian luarnya menggunakan sikat dalam aliran air. Saluran Berkefeld
dan Mandler dapat disterilkan dengan autoklaf pada 121oC selama 20
menit. Tabung harus dibungkus dengan kain atau kertas secara langsung
setelah dibilas dan saat masih basah sebelum ditempatkan di autoklaf.
Kehadiran kelembaban akan dengan cepat dan mendistribusikan panas di
antara silinder dan melindungi cracking pada semen. Autoklaf harus dingin
sebelum silinder dipindahkan. Dalam keadaan darurat, filter bisa
disterilkan dengan air mendidih selama 1 jam. Ini lebih diinginkan untuk
memiliki unit yang tersedia untuk penggunaan darurat. Dalam hal ini, filter
lilin bisa digunakan dan dikoyakkan dengan mantel gelas yang bersifat
sebagai wadah untuk larutan yang disterilkan. Ini mungkin disterilkan
sebagai unit, atau jika lebih disukai, peralatan yang lebih lengkap mungkin
dibuat dengan memasukkan logam tipis filter lilin ke dalam tutup karet
dalam penerimaan gelas dan semua unit yang disterilkan.
Filter Selas
Filter porselen buatan Amerika sekarang tersedia dengan nama
filter porselen mikropori Selas. Filter ini secara kimia inert, menjadi tahan
terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika. Karena partikel
individu terdiri dari partikel filter dikumpul bersama selama proses
pembuatan, ada bahaya kecil dari partikel yang berasal dari kejatuhan
filter ke dalam larutan.
Saluran filter Selas dapat dibersihkan dengan menggosoknya
dengan sikat, dengan membilas, pencucian, dengan menggunakan alkali
atau detergen asam atau dengan pemanasan dalam tungku di
laboratorium pada temperatur maksimum 1200oC dan dapat disterilkan
dengan autoklaf.
Saluran Filter Chamberland Pasteur
Filter ini mempunyai bentuk yang mirip dengan Berkefeld tetapi filter
ini terbuat dari porselen penyerap yang tidak berlapis dengan pori-pori
kecil yang menghasilkan filtrasi yang lambat. Lilin ini tersedia dalam 9
porositas dari L1 sampai L9, L5 merupakan salah satu yang digunakan
khususnya dalam bidang farmasetikal. Filter ini dapat dibersihkan dan
disterilkan dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk saluran
Berkefeld. Filter Doulton dibuat dari porselin berpori yang bukan gelas dan
mirip dengan filter Pasteur-Chamberland.
2. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics; 274-282
A. Uap bertekanan
Adanya mikroorganisme lembab dihancurkan pada suhu rendah
daripada dalam panas kering. Sterilisasi uap bertekanan dilakukan di
dalam autoklaf, dengan wadah terselubung untuk memelihara atmosfer
yang tersaturasi gas di atas 100°C. Uap adalah air tanpa udara
bertekanan. Tekanan atmosfir mempunyai suhu 100°C. Tekanan autoklaf
membolehkan hasil yang dicapai dari temperatur lembab panas yang lebih
tinggi, misalnya temperatur dari uap jenuh pada 15 p.s.i adalah 121,5°C.
Uap memberikan panas tersembunyinya pada obyek yang sedang
disterilisasi dan diubah menjadi air pada suhu yang sama. Panas
tersembunyi diabsorpsi oleh obyek sampai obyek dipanaskan pada suhu
yang sama dengan uap, setelah tidak ada lagi pertukaran uap dan
penguapan lebih jauh. Pertukaran panas oleh uap lebih cepat daripada
melalui panas kering. Uap superpanas tidak memuaskan. Walaupun
penguapan terjadi selama tingkat awal panas dengan uap superpanas, air
kemudian diuapkan kembali, dan proses steriliasasi menjadi salah satu
dari uap panas, untuk kondisi yang berbeda dan suhu sterilisasi lebih
tinggi.
Karena variasi suhu dengan tekanan, autoklaf dilengkapi dengan
pengukur tekanan yang mengindikasikan tekanan. Jika suhu ditarik dari
hubungan tekanan-suhu pada uap jenuh, kehadiran udara pada autoklaf
memberikan suhu yang keliru, karena udara dan uap mendesak tekanan
sebagiannya masing-masing, misalnya 50 % udara pada p.s.i memberikan
suhu 112° menggantikan 121°.
Sebuah autoklaf kedap udara, wadah yang terbungkus dilengkapi
dengan pintu, katup uap, katup tempat pembuangan gas, tempat
pemasukan udara, pengukur tekanan dan suhu, dan katup yang aman
untuk melindungi dari ledakan. Seperti alat pemasak yang menggunakan
tekanan, sistem operasi manual, atau sistem operasi otomatis
keseluruhan secara elektronik dengan siklus yang diatur ulang.
Penggunaan autoklaf dalam siklus sterilisasi adalah pemasukkan,
menaikkan muatan pada suhu dan tekanan yang cocok, sterilisasi, dan
pendinginan dan tidak memuat lagi.
Sangat penting bahwa uap mempunyai akses pada semua bagian
dari bahan yang disterilkan. Muatan harus dibungkus untuk membolehkan
aliran udara. Ampul seharusnya tidak ditumpuk acak namun diatur dalam
sebuah nampan yang tidak menghambat aliran udara.
Setelah autoklaf dimasukkan dengan barang-barang, uap
dimasukkan ke dalam pembungkus uap dengan koneksi pada wadah
tertutup. Pada saat tekanan 15 sampai 20 p.s.i, uap diterima pada wadah
dengan katup tempat pembuangan gas terbuka. Pada hampir semua
autoklaf, uap masuk dari bagian atas wadah dan menyapu udara keluar
melalui katup tempat pembuangan gas dengan penempatan di bawahnya.
Tempat pembuangan gas dan thermometer ditempatkan pada bagian
bawah autoklaf untuk memastikan pengeluaran sempurna udara.
Pengeluaran udara pentina karena (1) campuran udara dan uap
menghasilkan suhu yang lebih rendah daripada uap murni pada tekanan
yang diberikan, (2) saku lokal atau lapisan penyembunyi udara
mempenetrasikan uap melalui muatan, dan (3) pembungkus uap pada
suhu sterilisasi normal akan menyebabkan superpanas dari campuran
udara-uap.
Ketika aliran udara berat dari uap keluar dari katup pembuangan
udara mengindikasikan bahwa udara telah digantikan dan suhu telah
mencapai 100°C, katup pembuangan udara ditutup dan tekanan udara
bertambah hingga 15 p.s.i. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu
temperatur tergantung dari ukuran muatan, kapasitas panasnya, dan
tingkat penetrasi uap. Waktu pada autoklaf merupakan rangkuman waktu
sterilisasi dan waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu sterilisasi.
Dalam industri farmasetikal, pemeriksaan suhu ditempatkan pada
beberapa lokasi di antara muatan, dan suhu selanjutnya direkam selama
proses sterilisasi. Kehadiran bahan kesehatan dan pengawet mungkin
memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi. Sebenarnya tiap
produk diuji sterilisasi untuk mendemostrasikan uji daya tahan untuk
produk individual. Kebanyakan larutan farmasetikal disterilkan dengan
waktu sterilisasi 20 menit pada 15 p.s.i, misalnya 121°C.
Setelah sterilisasi, katup pembuangan dibuka untuk memperlambat
dan mengurangi secara tetap mengurangi tekanan pada tekanan
atmosfer, dan katup uap ditutup. Jika tekanan tiba-tiba diubah, tingkat
kehilangan tekanan melebihi tingkat pengurangan suhu dan larutan
mendidih dengan hebat. Pendidihan yang hebat bisa menyebabkan cairan
berbusa keluar atau meledak keluar tutupnya.
Tingkat pemanasan dan pendinginan ampul cepat karena tegangan
spesifiknya yang tinggi. Jadi, setelah sterilisasi ampul, autoklaf dibuka
dengan sedikit lambat. Dengan larutan berair dalam wadah tidak disegel
rapat-rapat selama proses pemanasan, uap mengembun di dalamnya,
memanaskan larutan dan meningkatkan volumenya. Jika tekanan secara
bertahap diturunkan setelah sterilisasi, volume ekstra dari air mendidih
akan turun volumenya kembali pada volume asli. Absorpsi dari panas
tersembunyi dari pendidihan menurunkan ekstra air ini mengurangi suhu
cairan, dan secara umum pendidihan lebih lanjut tidak terjadi pada saat
suhu atmosfer tercapai.
Produksi dari cairan perfusi, di mana autoklaf mungkin menahan
botol 1 liter 300 buah, pendinginan diperpanjang dan mungkin
membutuhkan bagian hari yang lain untuk suhu untuk turun sehingga tidak
ada tekanan di dalam botol. Dalam produksi skala besar kelembaban
disebarkan dalam botol perfusi pada tingkat diatur pada tingkat
pemindahan panas sehingga goncangan suhu dan kerusakan
diminimalkan. Sistem pendinginan cepat ini tidak hanya mengijinkan
penanganan sementara dan waktu pengubahan namun ini lebih aman,
sama pada saat botol dipindahkan dari autoklaf tidak meledak. Sejak
waktu total pada suhu ditingkatkan diperpendek, keuntungan diperoleh
dari kekurangan degradasi produk, seperti perubahan warna larutan
glukosa.
Sterilisasi uap menggunakan autoklaf merupakan metode sterilisasi
yang paling efektif dan memuaskan untuk larutan berair, peralatan gelas,
dan bahan karet. Metode ini tidak memuaskan untuk larutan obat yang
termolabil atau yang bisa didegradasi oleh adanya kelembaban. Larutan
berminyak dan serbuk tidak dapat disterilisasi dengan autoklaf.
B. Panas kering
Sterilisasi panas kering membutuhkan suhu yang lebih tinggi dan
pemaparan yang lebih lama daripada autoklaf. Metode sterilisasi ini pada
suhu 160°-170° selama 2 jam. Waktu dan suhu ditentukan untuk setiap
produk dan tergantung dari kealamian produk yang disterilkan, ukuran dari
tiap wadah, dan distribusinya dalam oven.
Pengoperasian oven sangat sederhana dan masalah utama adalah
mendapatkan distribusi. Kipas dimasukkan dalam oven menyiapkan
sirkulasi dari udara panas, bagaimanapun, sampai kipas mungkin
mengherankan akan meledakkan serbuk yang disterilkan.
Peralatan gelas yang disterilisasikan dengan panas kering dicuci
dan dikeringkan. Kemudian diikat dengan kertas pada mulut botol yang
disumbat dengan katun atau sepotong kertas yang digantung pada bagian
yang terbuka. Hal ini melindungi terjadinya kontaminasi, pada saat udara
memasuki oven pendingin setelah sterilisasi dan selama penyimpanan.
Kemudian oven dimasukkan dengan barang-barang untuk membolehkan
udara panas bersirkulasi. Panas diaplikasikan dan kaca ventilasi dibuka
untuk membolehkan pengeluaran kelembaban yang tersisa. Pada saat
suhu mencapai 110°, kaca ventilasi ditutup dan temperatur dinaikkan dan
tercapai pada suhu sterilisasi untuk waktu yang ditentukan. Pemanasan
lambat dan derajat pendinginan dan temperatur tinggi diperlukan untuk
membuat sterilisasi panas kering sebuah metode yang memerlukan
waktu.
Campuran minyak dan serbuk tahan panas disterilkan dengan
panas kering. Pemindahan panas lambat, volume kecil dari minyak dan
lapisan tipis dari serbuk digunakan untuk memastikan temperatur yang
bisa untuk bahan tanpa memperpanjang waktu untuk menyelesaikan
operasi.
C. Penyaringan bakteri
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan secara luas dalam
farmasi untuk mensterilkan larutan tahan panas dan biologikal. Jelas dari
metode sterilisasi lain bahwa sebenarnya pemindahan mikroorganisme
dari filter, walaupun tidak memindahkan produk metabolit yang larut. Tipe
dari media penyaring adalah porselin, silikon bumi murni, gelas, asbes,
dan bahan selulosis.
Filtrasi partikel sekecil mikroorganisme melibatkan interaksi dengan
tenaga elektrostatik seperti mekanik. Penyaring biasanya bermuatan
positif. Umumnya bakteri bermuatan negatif, dan mereka akan tolak-
menolak dengan penyaring ini. Ini bisa diterima bahwa protein amfoter
dari bakteri akan melepaskan muatan positif pada mikroorganisme dan
akan diserap oleh penyaring. Kecepatan aliran melewati penyaring
lambat, interaksi elektronik antara penyaring dan mikroorganisme
meningkatkan sifat menahan dari bakteri.
Pori dari filter medium mempunyai ukuran dan bentuk yang
bervariasi. Dalam struktur sebuah filter kemungkinan seri lubang besar
serupa dengan beberapa lapisan berturut-turut dengan pembentukan pori
berkelanjutan panjang yang lumayan atau melalui ketebalan penyaring
sangat mudah. Struktur filter merupakan salah satu faktor yang tidak
menentukan, bagian singkat dari variasi ukuran dan berliku-liku. Sebagai
konsekuensinya, mikroorganisme secara mekanis terperangkap di dalam
filter oleh ukuran, bentuk, dan keliku-likuan kekosongan dalam filter.
Efisiensi dan tingkat filtrasi ditentukan oleh ukuran maksimum pori
filter. Beberapa ukuran pori dispesifikan untuk penyaring yang tiba-tiba
berubah karena ketidakteraturan, struktur kompleks dari filter. Ukuran pori
umumnya disadari sebagai tekanan gelembung. Setelah penyaring
direndam dalam air hingga udara dipindahkan dan pori diisi, tekanan
udara kemudian diaplikasikan pada permukaan dari penyaring sampai
gelembung udara melewati penyaring. Tekanan minimum dibutuhkan
untuk melewatkan gelembung udara dinamakan tekanan gelembung dan
dihubungkan dengan ukuran pori. Sebagai contoh, tekanan gelembung
pada 15 p.s.i minimal untuk penyaringan yang dapat dipercaya dengan
penyaring Berkefeld dan Doulton, di mana tekanan gelembung pada 55
p.s.i dibutuhkan untuk penyaring tipe Millipore®.
Filter Porselen
Penyaring porselen dibuat dengan memanaskan pasir kuarsa dan
dan kaolin pada suhu di bawah titik didih dan dibentuk hingga menjadi
bentuk disk atau lembah silinder yang disebut lilin. Penyaring ini cocok
untuk sejumlah tingkat porositas. Kebanyakan tingkatan digunakan
menjernihkan atau memindahkan bahan partikulat dari larutan dan hanya
memindahkan beberapa mikroorganisme.
Penyaring porselen bisa digunakan secara berulang-ulang.
Penyaring ini dibersihkan dengan asam kromat atau dengan
menggosoknya denga sikat dan dicuci dengan air. Metode yang paling
baik untuk membersihkan adalah dengan memanaskan filter kering pada
tungku saringan pada suhu 675°C, di mana mengoksidasi dan
memindahkan bahan organik yang terserap oleh filter. Disterilkan di dalam
autoklaf.
Beberapa fliter Porselen lain yang komersial adalah Pasteur,
Chamberland, Doulton, dan Selas®. Beberapa bahan dan kegunaan
variasi ukuran pori penyaring Selas® ditunjukkan oleh tabel di bawah ini :
Tabel Tipe Ukuran Pori dan Bahan Filter Porselen Selas
Type
Diameter
Maksimum
Pori (µ)
Diameter Pori
yang Berarti
(µ)
Tekanan
Gelembung
(psi)
Kegunaan Umum
10 8,8 4,4 5,0 Bahan kristalin runcing,
klarifikasi awal
01 6,0 3,0 7,0 Penggosokan
015 2,8 1,4 15,0 Sterilisasi farmasetikal
02 1,7 0,85 25,0 Penyaringan bakteri,
sterilisasi farmasetikal
03 1,2 0,6 35 Penyaringan bakteri,
Sterilisasi farmasetikal
04,05, dst Penyaringan gas
Filter Silikon Bumi
Filter silikon bumi dibuat dari melelehkan bahan yang lekat pada
lilin dan dibakar menyerupai tembikar untuk memberikan kekuatan dan
kekakuan. Filter lilin Berkefeld dan Mandler adalah contoh dari penyaring
silikon bumi yang secara komersial pada beberapa tingkat porositasnya.
Filter Berkefeld dan Mandler mempunyai yang ukuran pori mendekati 5 µ
sukses dalam sterilisasi penyaringan karena adsorpsi mempunyai
peranan penting dalam mengurangi mikroorganisme. Penyaring silikon
bumi lebih cepat dari penyaring porselen.
Filter ini dibersihkan dengan bahan mirip filter Porselen, namun
mereka tidak dapat tahan lama. Asam tidak dapat digunakan untuk
membersihkan. Silika bumi dan lilin porselen disediakan dengan pipa
benang. Gabungan antara medium filter dan pipa merupakan sumber
kelemahan konstruksi, dan perawatan dibutuhkan dalam penanganan dan
sterilisasi untuk menghindari retakan pada saat penggabungan. Uji rutin
dibutuhkan untuk mendeteksi lilin yang retak. Lilin atau alat filtrasi yang
dipasang disterilkan dalam autoklaf.
Filter Sintered-Glass
Filter Sintered-Glass dibuat dengan memanaskan gelas yang
diserbukkan dalam lelehan yang cocok dengan suhu di bawah titik
campuran sehingga partikel menempel untuk membentuk lapisan berpori,
di mana disegel di dalam corong Buchner menggunakan filtrasi vakum.
Filter Sintered-Glass tersedia dalam beberapa tingkatan porositas;
bagaimanapun, hanya tingkatan ultrafine yang cocok untuk filtrasi bakteri.
Filter Sintered-Glass mudah dibersihkan dengan asam dan
disterilkan dengan autoklaf. Adsorpsi bahan-bahan dalam larutan kurang
dari media filter nonmembran lainnya.
Filter Asbes
Kertas filter Seitz terdiri dari serat asbes yang dikompres menjadi
sehelai kertas yang dipotong menjadi disk atau persegi. Tergantung dari
tingkat kompresi dan kedalaman serat, beberapa tingkat porositas ada;
hanya filter Seitz E.K. yang baik yang cocok untuk filtrasi bakteri. Kertas
yang lembut dan lunak, terutama jika basah, tidak begitu kuat. Sejak tiap
filter dibuang setelah filtrasi, penggunaan medium ini mempunyai
keuntungan pembersihan eliminasi dari medium. Filter Seitz
disterilisasikan dengan panas kering atau dengan sterilisasi uap.
Filtrasi melalui filter asbes dimaksdukan untuk meningkatkan
kealkalian dan untuk melepaskan bahan magnesium, yang mungkin
merupakan bahan alkaloid dari garamnya atau degradasi katalisis dari
bahan obat. Jika filter dibersihkan dengan larutan asam hidroklorida dan
dicuci dengan air sebelum digunakan, hal ini mungkin dihilangkan. Oleh
karena filter asbes ini alami, digunakan untuk memberikan serat pada
filtrat. Hal ini mungkin diulang dengan memasukkan lubang sutra di bawah
kertas.
Filter Membran
Filter Millipore® merupakan filter membran ester selulosa yang
secara komersial tersedia dalam 12 tingkatan ukuran pori, seperti yang
ditunjukkan tabel di bawah ini.
Tabel Ukuran Pori Filter Millipore® dan Derajat Filtrasi pada 25°C
Dengan Perbedaan Tekanan 13,5 psi
TipeDiameter Pori
Berarti (µ)
Derajat Aliran
Air
(ml min-1cm-2)
Udara
(liters min-1 cm-2)
SO 8,0 950 55
SM 5,0 560 35
SS 3,0 400 20
RA 1,2 300 14
AA 0,80 220 9,8
DA 0,65 175 8,0
HA 0,45 65 4,9
PH 030 40 3,7
GS 0,22 22 2,5
VC 0,10 3 1,0
VM 0,05 1,5 0,7
VF 0,01 0,5 0,3
Fliter tipis, contohnya 150 µ, dan rapuh, sehingga butuh pendukung
penahan filter. Mendekati 80 % volume filter adalah hampa. Kehampaan
yang besar dan ketipisan filter Millipore® membuat tingkat filtrasinya lebih
cepat untuk memberikan efisiensi sterilisasi daripada tipe filter lain.
Karena filter ini tipis, tidak ada penarikan cairan di antara filter.
Sterilitas dicapai dengan mekanisme pengayakan di mana menarik
partikel memasuki ukuran pori. Adsorpsi bahan terapeutik dari larutan
jarang. Ester selulosa inert dan tidak mengkontribusikan ion atau bahan
partikulat pada filtrat. Karena filter dihancurkan dengan suhu melebihi
125°C, tidak bisa disterilkan dengan panas kering dan biasanya disterilkan
dengan autoklaf.
Ukuran pori GS digunakan untuk sterilisasi larutan parenteral dan
sera. Ukuran pori HA digunakan untuk mensterilkan air suling yang akan
digunakan sebagai pelarut untuk larutan yang akan selanjutnya
disterilisasi. Minyak, dan produk lain dalam percobaan sebelumnya bisa
diterima.
Ukuran pori yang kecil dari filter bakteri melindungi aliran larutan
sampai ada tekanan yang berbeda. Dengan filter Millipore® dan Seitz,
tekanan negatif dipertemukan dan biasanya digunakan. Alat yang bersih
dan kering dipertemukan dan disterilkan dalam autoklaf. Pipa air harus
terbuka, uap harus berpenetrasi masuk ke dalam penahan filter untuk
disterilkan. Setelah di autoklaf selama 30 sampai 45 menit pada 121°C,
alat-alat diperbolehkan untuk didinginkan. Filter digabungkan dan
kemudian dihubungkan dengan katup tekanan terdiri dari larutan yang
disterilkan dan secara aseptik untuk katup penerima steril. Katup
penerima dicocokkan dengan sebuah ventilasi untuk membolehkan
pengeluaran udara yang sedang digantikan dengan filtrat. Ventilasi terdiri
dari filter yang membolehkan pengeluaran udara namun melindungi
pemasukan mikroorganisme. Untuk memulai filtrasi, katup inlet harus
terbuka. Katup ventilasi pada bagian atas penahan filter terbuka untuk
membolehkan penggantian udara yang tersisa, dan ditutup secepat
mungkin setelah cairan muncul dalam aliran yang tetap dari lubang
ventilasi. Kebanyakan farmaseutikal akan menyaring dengan puas pada
perbedaan 20 psi. Jika tekanan tetap dijaga di bawah tekanan gelembung,
udara tidak akan melewati filter dan pembusaan ketika filtrasi telah
sempurna dapat dihindari.
Filtrasi skala kecil melalui filter Sintered-Glass dan filter
Porselen sering menghasilkan tekanan negatif atau filtrasi alat bertekanan
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 126 A. Bejana penerima yang aman
adalah botol yang diinginkan dengan perlengkapan pembukaan yang lebih
rendah dengan tutup karet pada tempat pemberhentian untuk pengiriman
filtrat steril ke dalam wadah akhirnya. Keseluruhan alat yang disatukan
dan disterilkan dalam autoklaf. Larutan yang akan disterilisasikan
dicampur ke dalam gelas silinder dikelilingi lilin, dan sisi lengan yang
dilengkapi dengan steker katun dihubungkan dengan katun.
D. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan mikroorganisme dengan
menggunakan gas atau uap yang membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Meskipun gas dengan segera berpotensi menyerap serbuk
padat, sterilisasi ini adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme
terhambat dengan kristal akan dibunuh. Sterilisasi gas digunakan dalam
bidang farmasi untuk mensterilisasi bahan-bahan termolabil. Gas
bakterisida yang paling sering digunakan adalah gas Etilen Oksida.
Meskipun sterilisasi uap merusak beberapa bahan dan dipindahkan dari
bahan yang dicobakan melalui jalur sterilisasi. Gas ini tidak inert dan
kereaktifannya terhadap bahan yang disterilisasi antara lain : Tiamin,
Riboflavin, Streptomisin kehilangan potensi dengan adanya etilen oksida.
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkilasi asam,
amin, hidroksil dan gugus sulfhidril dari protein dan sel enzim.
Kelembaban dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan merusak
sel. Pada kelembaban rendah, misalnya kurang dari 20 %, derajat
kematian tidak logaritmik, namun mikroorganisme yang muncul dengan
cepat menjadi resisten dengan penurunan kelembaban. Dalam praktek,
kelembaban dalam wadah pensteril meningkat hingga 50 sampai 60 %
dan bertahan sementara waktu sehingga permukaan dan membran sel
menyerap kelembaban sebelum etilen oksida.
Etilen oksida bersifat eksplosif ketika bercampur dengan udara.
Sifat ini dapat dihilangkan dengan menggunakan campuran etilen oksida
dengan CO2. Carboxide® 20 atau campuran etilen oksida dengan
hidrokarbon berfluoresensi, seperti Steroxcide® 12. Kedua pelarut inert
tersebut mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi daripada etilen oksida
dan beraksi sebagai penolak dengan memaksa etilen oksida keluar dari
silinder ke dalam wadah sterilisasi. Bahan yang tercampur mempunyai
keuntungan melebihi karbon dioksida, yaitu campurannya bisa disimpan
dalam wadah yang lebih ringan dan campuran membolehkan tekanan
sebagian yang lebih tinggi dari etilen oksida dalam wadah pensteril pada
tekanan total yang sama.
Etilen oksida merusak kulit dan toksik jika dihirup. Sejak gas ini
dengan mudah berpenetrasi, alat pensteril harus disegel untuk melindungi
operator. Alat pensteril adalah autoklaf vakum yang dimodifikasi yang bias
digunakan untuk sterilisasi uap atau gas. Sebuah pensteril gas yang
mudah dibawa mempunyai 10 oleh 16 in. Camber silider dan penggunaan
tempat uap 21 oz diperbolehkan.
Sterilisasi dengan gas berjalan lambat, waktu sterilisasi tergantung
pada keberadaan kontaminasi, kelembaban, temperatur dan konsentrasi
dari gas etilen oksida. Konsentrasi minimum adalah 450 mg/L pada
tekanan 27 p.s.i.; konsentrasi ini pada 55° dan 50 % kelembaban relatif
membutuhkan 4 sampai 5 jam pemaparan. Di bawah kondisi yang sama,
1000 mg liter-1 membutuhkan waktu sterilisasi 2 sampai 3 jam. Dalam
kenyataannya, 6 jam pemaparan etilen oksida merupakan batas yang
aman, dan untuk membolehkan waktu penetrasi gas ke dalam bahan.
Setelah sterilisasi, sisa gas dibuang oleh terminal vakum diikuti dengan
udara tercuci atau tersaring, udara steril.
Cara ini digunakan digunakan untuk mensterilkan obat serbuk
seperti Penisilin, juga telah digunakan unutk sterilisasi benang, plastik,
tube. Penggunaan etilen oksida juga untuk sterilisasi akhir peralatan
parenteral tertentu seperti kertas kraft dan lapisan tipis polietilen. Semprot
aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit
dimana dilakukan teknik aseptik.
E. Sterilisasi radiasi
Radiasi UV langsung dari 2600 Å bersifat letal bagi mikroorganisme
pada udara dan permukan yang terpapar; bagaimanapun ini tidak
mempenetrasikan semua bahan dan tidak berguna dalam sterilisasi obat,
makanan, dan kain. Radiasi UV berguna untuk mengurangi sejumlah
bagian mikroorganisme yang naik ke udara. Pada daerah untuk produksi
injeksi, guna dari lampu UV dalam menghubungkan teknik aseptik disadari
sebagai latihan yang bagus. Karena radiasi UV mempunyai batas tertentu,
udara harus dilewatkan dekat dengan lampu, yang ditempatkan dekat
dengan saluran udara dan hamparan operasi steril; agar lebih efektif.
Untuk produksi skala kecil, area bebas sampah tanpa udara atau
mikroorganisme mungkin terselesaikan dengan lampu UV. Sebelum
digunakan, tutup harus dibersihkan dengan larutan germisidal.
Radiasi ionisasi, seperti sinar beta, sinar gamma, sinar X, atau
akselerasi elektron, bisa digunakan untuk membunuh mikroorganisme.
Ketika energi radiasi tingkat rendah menyerang molekul, elektron orbital
memasuki tingkat energi yang lebih tinggi, menggantikan molekul dalam
tingkat yang lebih reaktif. Dengan radiasi energi tinggi, elektron orbital
hilang dari molekul yang tidak diradiasi; yang akan menjadi ion positif, dan
bertukar menjadi molekul lain, membentuk ion negatif. Dengan energi
radiasi yang sangat tinggi, nukleus molekul diserang, menghasilkan
pembentukan radikal bebas. Iiradiasi merupakan fenomena kompleks di
mana molekul dieksitasi, pasangan ion dibentuk, dan rantai reaksi
dimasuki oleh radikal bebas. Sebagai akibatnya,konstituen selular
didegradasi pada tingkat molekular, dan setelah periode tertentu
mikroorganisme dihancurkan.
Sejak perubahan molekulal ini tidak terbatas pada mikroorganisme
tapi bisa juga terjadi pada bahan-bahan pada sediaan, tipe radiasi yang
digunakan dalam sterilisasi tidak boleh menyebabkan perubahan nukleus.
Sterilisasi harus mempunyai kemampuan penetrasi yang bagus, sebagai
suatu keuntungan yang diinginkan dalam sterilisasi radiasi yaitu untuk
menyelesaikan sterilisasi dalam pembungkusan terakhir. Radiasi gamma
dan akselerasi elektron merupakan sterilisasi yang paling praktis untuk
menyelesaikan pengemasan barang karena mereka mensterilisasi tanpa
transformasi nukleus atau induksi radioaktifitas ke dalam produk.
Generator Van de Graatt memproduksi sorotan cahaya yang cepat
dari elektron, yang memproduksi muatan negatif pada partikel,
mempunyai kemampuan penetrasi yang terbatas. Melalui penggunaan
akselerator microwave linear penetrasi bisa ditingkatkan. Elektron dengan
8 juta eV mempenetrasikan air hanya sedalam 4 cm. Dengan penyinaran
dari sisi yang berlawanan, dosis radiasi yang efektif dan seragam bisa
diterapkan melalui bahan dengan ketebalan unit kelembaban mendekati 7
cm. Penetrasi lebih besar bisa dicapai dengan meningkatkan energi
elektron; bagaimanapun resiko radioaktivitas residu mengikuti absorbsi
energi oleh atom nukleus kemudian menjadi faktor yang penting.
Radiasi gamma elektromagnetik diproduksi oleh Co 60, Cs 237,
dan produk buangan. Co 60 mempunyai waktu paruh 526 tahun dan
energi sinar gamma 1,17 MeV, jadi tidak ada bahaya radioaktifitas residu
pada bahan yang diradiasi. Sinar gamma berpenetrasi dengan baik; akan
mensterilkan bahan dengan unit kelembaban, ketikan dipaparkan pada
sisi yang berlawanan, pada ketebalan 25 cm. Radiasi gamma, oleh karena
kemampuan penetrasinya yang besar, lebih disukai untuk mensterilkan
spoit plastik.
Sterilisasi radiasi tergantung pada jumlah total radiasi, yang bisa
bervariasi intensitas radiasinya atau waktu pemaparan dari radiasi
campuran. Dosis radiasi absorbsi, atau unit energi absorbsi dari berbagai
tipe radiasi dalam berbagai medium: radiasi mewakili absorpsi energi 100
ergs g-1. Pemaparan pada 2,5 Mrads umumnya disadari letal untuk semua
mikroorganisme dan sporanya.
Sterilisasi radiasi digunakan untuk obat yang tidak tahan panas
karena panas dilepaskan melalui absorpsi 1 Mrads adalah mendekati 2
cal. Penisilin, streptomisin, tiamin, dan riboflavin disterilisasi efektik
dengan impuls 2 sampai 4 dari kapasitron 3 MeV; kortison asetat,
kloramfenikol, dan oxytetrasiklin disterilkan dengan radiasi gamma.
Produk farmasetik akan lebih resisten untuk degradasi atau perubahan
jika dalam bentuk serbuk daripada bentuk cair. Larutan insulin dan heparin
tidak aktif dengan radiasi. Plasma bisa disterilkan dengan radiasi gamma,
namun tidak untuk darah secara keseluruhan, karena bisa terjadi
hemolisis. Untuk setiap produk disterilkan dengan radiasi perlu diuji, hal ini
penting untuk membuktikan tidak ada potensi yang berkurang,
pembentukan toksik dari bahan pirogen atau perubahan sifat fisika.
Alat-alat bedah sekarang disterilkan dengan radiasi. Potensi yang
lebih besar penggunaan sterilisasi radiasi adalah spoit logam, bahan
plastik, dan karet. Dengan biaya tinggi dari peralatan untuk melindungi
operator, terlihat bahwa sterilisasi radiasi terbatas pada produksi skala
besar dan tidak akan menggantikan metode sterilisasi tradisional yang
digunakan untuk sediaan injeksi.
3. The Theory and Practice of Industry Pharmacy; 1263-1286
A. Proses sterilisasi fisika
1) Metode panas
Keefektifan letal mikroorganisme oleh panas tergantung pada derajat
panas, lamanya pemaparan, dan lembab yang ada. Dalam kisaran
temperatur pennsterilan, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
suatu efek letal berbanding terbalik dengan temperatur yang dipakai.
Misalnya, sterilisasi bisa dilakukan dalam satu jam dengan pemanasan
kering pada temperatur 170°C, tetapi bisa memakan waktu 3 jam pada
temperature 140°C. dalam pelaksanaan umumnya, waktu siklus
diidentifikasikan dengan waktu pemaparan pada temperatur maksimum,
input panas total bias dihitung dalam nilai F sebagaimana diterangkan
sebelumnya; tetapi efek letal harus dihitung dalam lamanya waktu, di
mana seluruh massa dari bahan tersebut dipanaskan. Mekanisme
terbunuhnya bakteri oleh panas diperkirakan sebagai koagulasi protein
dari sel hidup. Data yang terdapat pada tabel di bawah di bawah ini
menggambarkan prinsip ini, dengan menggunakan efek berbagai jumlah
air terhadap temperatur yang dibutuhkan untuk mengkoagulasikan
albumin telur.
Tabel Pengaruh Lembab dan Panas pada Albumin Telur
Air (%) Temperatur (°C) Efek
50 56 Koagulasi
25 80 Koagulasi
6 145 Koagulasi
0 170 Koagulasi dan oksidasi
Temperatur yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan lembab yang
ada. Selanjutnya pengalaman dalam laboratorium telah menegaskan
bahwa sterilisasi dengan metode panas bisa efektif pada temperatur yang
lebih rendah dengan adanya lembab.
Metode sterilisasi panas bias dengan mudah dibagi menjadi cara
sterilisasi panas kering dan sterilisasi panas lembab.
a) Pemanasan kering
Zat-zat yang tahan peruraian pada temperatur di atas kira-kira
140°C (284 F) bisa dibuat steril dengan cara pemanasan kering.
Pemaparan selama 2 jam pada suhu 180°C (356 F) atau 45 menit pada
suhu 260°C (500°F) biasanya diharapkan dapat membunuh spora dan
bentuk vegetatif dari semua mikroorganisme. Waktu siklus mensterilkan
total ini biasanya meliputi lag time yang cukup besar agar zat-zat dapat
mencapai temperatur pensterilan dari ruang oven, merupakan waktu
pendiaman yang tepat untuk mencapai sterilisasi, dan merupakan periode
pendinginan agar bahan tersebut kembali ke suhu kamar.
Faktor-faktor dalam Menentukan Waktu Siklus
Waktu siklus tersusun dari 3 bagian : (1) waktu bertambahnya
panas dari ruang dan muatan bahan yang akan disterilkan, dengan
menganggap keduanya mulai pada temperatur kamar, (2) lamanya waktu
pendiaman pada temperatur maksimum, dan (3) waktu pendinginan.
Bahan memerlukan waktu yang lebih lama dalam meningkatkan
temperatur ruangnya. Waktu yang dibutuhkan untuk semua bahan “agar
sesuai” dengan temperatur ruang makin lama dengan makin banyaknya
jumlah bahan, makin buruknya sifat penghantar panas, dan makin
rendahnya kapasitas panas. Hubungan ketiga faktor ini harus ditentukan
dengan teliti selama pengkajian validasi, sehingga waktu siklus efektif
dapat direncanakan.
Waktu siklus seringkali ditulis dengan istilah waktu pemaparan,
misalnya, 2 jam pada temperatur 180°C dengan pemanasan kering.
Waktu pemaparan dapat diperlihatkan dengan pengindera yang
mendeteksi temperatur ruang pada titik paling dingin; walaupun demikian,
indikasi yang lebih baik dari kondisi panas yang sebenarnya dapat
diperoleh dengan penginderaan tempat paling dingin pada muatan bahan
yang akan disterilkan, biasanya menggunakan thermocouple. Bila lokasi
seperti itu digunakan, dan bila tempat yang peling dingin diketahui dari
pengkajian validasi sebelumnya, maka penentuan waktu yang diperlukan
untuk sterilisasi dapat deprogram dengan baik. Harus diingat bahwa
bagian-bagian lain dari muatan bahan-bahan itu mungkin terkenan panas
untuk waktu yang lebih lama, dan apabila panasnya tidak stabil, maka
dapat terjadi peruraian. Oleh karena itu, stabilitas panas bahan yang akan
disterilkan harus diketahui, dan metode sterilisasi yang paling tepat harus
dipilih agar tercipta sterilisasi efektif terhadap keseluruhan massa bahan
sambil menjaga stabilitas dan intergritasnya.
Jenis-jenis Pensteril
Oven yang digunakan untuk menciptakan sterilisasi udara panas
terdiri dari dua jenis, pemindahan panas alamiah dan pemindahan panas
buatan (paksaan). Sirkulasi dalam oven pemindahan panas alamiah
tergantung pada aliran yang dihasilkan oleh kenaikan udara panas dan
penurunan uadara dingin. Sirkulasi udara ini dapat dengan mudah
dihambat oleh wadah yang mengakibatkan kurangnya efisiensi distribusi
panas. Perbedaan temperature sebanyak 20°C atau lebih dapat
ditemukan pada berbagai rak, bahkan dari oven-oven kecil di laboratorium
dari jenis pemindahan panas alamiah.
Oven pemindahan panas buatan memakai pengisap buatan
memakai pengisap udara untuk mengalihkan udara panas sekitar objek
yang disterilkan dalam ruang. Hal ini menyebabkan konveksi buatan lebih
efisien dari konveksi alamiah. Perbedaan temperatur pada berbagai lokasi
di atas rak dapat dikurang sampai serendah ± 1°C. lambannya waktu dari
bahan muatan dalam hal ini juga banyak berkurang, karena udara panas
segar dialiirkan dengan cepat di sekitat objek. Kurva di bawah ini
menggambarkan perbedaan dalam selisih waktu (lag time) beberapa
wadah yang sama pada minyak jagung ketika dipanaskan dalam konveksi
panas alamiah, bila dibandingkan dengan oven yang sama yang
dilengkapi dengan alat-alat untuk sterilisasi buatan.
Jenis pensteril lain adalah unit terowongan dengan ban berjalan
yang dirancang yang dirancang untuk mensterilkan botol-botol gelas dan
barang sejenisnya secara termal ketika berjalan melalui terowongan,
biasanya dengan memasukkannnya langsung ke dalam ruang aseptis dan
dihubungkan dalam barisan yang bersambungan dengan sebuah mesin
pengisi. Unit-unit seperti ini memerlukan validasi yang cermat.
Efek Terhadap Bahan
Penambahan temperatur agar tercipta sterilisasi udara panas yang
efektif dalam waktu yang tidak terlalu lama, mempunyai efek yang
berlawanan pada beberapa bahan. Bahan selulosa seperti kertas dan kain
mulai hangus pada temperatur kira-kira 160°C (320°F). Pada temperatur
ini, kebanyakan zat kimia akan terurai, karet cepat teroksidasi, dan
bahann-bahan termoplastik meleleh. Oleh karena itu, cara sterilisasi ini
digunakan secara luas untuk barang-barang dari gelas, logam, minyak
anhidrat dan zat kimia yang tahan terhadap peningkatan temperatur tanpa
terjadi peruraian. Pengembangan bahan akan kelihatan, ketika bahan ini
dipanaskan dari suhu kamar menjadi suhu sterilisasi. Oleh karen itu,
barang-barang dari gelas tidak boleh dijejalkan berdesakan dalam ruang
oven. Wadah untuk minyak harus cukup luas untuk memungkinkan
mengembangnya minyak, dan cadangan tempat harus disediakan untuk
mengembangnya bahan-bahan.
Keuntungan dapat diperoleh dari keadaan anhidrat yang diciptakan
dengan cara sterilisasi ini untuk mengeringkan barang-barang dari gelas
dan logam pada akhir siklus pemanasan yang memadai. Peralatan dan
wadah kering penting untuk pembuatan produk anhidrat, dan diperlukan
untuk mencegah pengenceran produk berair. Juga peralatan kering akan
lebih mudah tetap steril selama penyimpanan daripada peralatan basah.
Lebih jauh, peralatan kering secara efektif menghancurkan pirogen,
biasanya membutuhkan kira-kira 2 kali waktu pemaparan untuk sterilisasi.
Untuk mempertahankan kondisi steril setelah sterilisasi,
kontaminasi lingkungan harus ditiadakan. Pembuka peralatan harus
ditutup dengan bahan penghalang seperti aluminium foil. Sebagai
alternatif, barang-barang yang akan disterilkan ditempatkan dalam kotak
yang dilapisi baja antikarat atau wadah pelindung sejenisnya.
b) Pemanasan lembab
Untuk sterilisasi panas, pemanasan lembab lebih efektif daripada
pemanasan kering. Tetapi harus diingat bahwa siklus pemanasan lembab
normal tidak akan menghancurkan pirogen.
Pemanasan lembab menyebabkan koagulasi protein sel pada
temperatur yang jauh lebih rendah daripada pemanasan kering. Di
samping itu, kapasitas panas uap jauh lebih besar dibandingkan kapasitas
udara dari udara panas. Pada titik kondensasi (titik embun), uap
memberikan energi panas sama besar dengan panas karena penguapan.
Jumlah ini kira-kira 540 kalori per gram pada 100°C (212°F) dan 524 kalori
per gram pada 121°C (250°F). sebaliknya energi panas yang dibebaskan
oleh udara kering panas kira-kira hanya 1 kalori per gram udara untuk tiap
derajat pendinginan. Oleh karena itu, ketika uap jenuh mengenai objek
yang dingin dan terkondensasi, uap jenuh ini membebaskan kira-kira 500
kali jumlah energi panas yang dibebaskan oleh udara panas dengan berat
yang sama. Akibatnya objek ini dipanaskan jauh lebih cepat oleh uap. Di
samping itu, bila digunakan uap di bawah tekanan, maka terhadap objek
yang sedang dipanaskan dikenakan uap panas yang persediaannya cepat
berubah. Hal ini terjadi karena tekanan di bawah mana uap itu digunakan,
maupun karena vakum parsial yang dihasilkan pada tempat itu, di mana
uap terkondensasi, karena volume uap menyusut kira-kira 99 % ketika
uap terkondensasi.
Pergantian Udara
Kepadatan uap lebih rendah daripada kepadatan udara. Oleh
karena itu, uap memasuki ruang autoklaf dan naik ke puncak, serta
mendesak udara ke bawah sebagaiman dilukiskan dengan autoklaf
pergantian gaya berat. Objek harus ditempatkan di ruangan dengan
sirkulasi yang cukup sekeliling objek, dan diatur sedemikian rupa sehingga
udara dapat didesak ke bawah dan keluar dari ruangan melalui alat
penghisap udara. Setiap udara yang terperangkap, seperti udara dalam
wadah dengan sisi dan dasar yang bersambung, atau pada kantung yang
tertutup rapat, akan mencegah penetrasi uap ke daerah-daerah ini,
sehingga mencegah sterilisasi. Udara yang terperangkap seperti ini
dipanaskan sampai temperature uap, tetapi udara panas pada temperatur
120°C (248°F) memberikan waktu siklus 60 jam untuk efek letal terhadap
spora. Oleh karenanya, pemaparan selama 20 menit pada suhu ini
dengan udara panas kering sama sekali tidak memadai.
Faktor-faktor yang Menentukan Waktu Siklus
Spora dan bentuk vegetative bakteri dapat dimusnahkan secara
efektif dalam suatu autoklaf yang menggunakan uap di bawah tekanan
selama waktu pemaparan 20 menit dengan tekanan sebesar 15 pon
(121°C atau 250°F) atau selama 3 menit dengan tekanan 27 pon (132°C
atau 270°F). Selisih waktu ini didasarkan atas asumsi bahwa uap telah
mencapai celah terdalam dari bahan yang akan disterilisasi, dan bahwa
suhu bahan itu tertahan paling sedikit setengah dari selisi waktu itu.
Dalam hal botol-botol berisi larutan panas harus dihantarkan melalui
dinding wadah, menaikan suhu kelarutan menjadi suhu lingkungan, dan
gerakan uap masuk ke wadah dari air yang ada di dalamnya. Oleh karena
itu diperlukan waktu pemaparan yang cukup lama sebelum larutan
mencapai suhu sterilisasi.
Penentuan lag time dan peranannya dalam keseluruhan waktu
siklus yang direncanakan tidak kurang pentingnya untuk sterilisasi panas
lembab daripada untuk sterilisasi udara panas sebagaimana telah
dibahas. Dengan gambaran seperti itu, diketahui bahwa 1200 ampul yang
masing-masing berisi 5 ml larutan dapat disterilkan dengan efektif dalam
suatu autoklaf pada suhu 121°C atau 250°F selama 20 menit pemaparan.
Sebuah botol berisi larutan dengan volume yang sama (6 liter)
membutuhkan waktu pemaparan 60 menit pada suhu 121°C atau 250°F.
Campuran udara uap
Karena campuran udara uap mempunyai suhu yang lebih rendah
dan kapasitas panas yang lebih rendah pula dibandingkan dengan uap
murni, maka adanya udara dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
tekanan dalam ruang untuk sterilisasi produk dalam wadah yang
berdinding fleksibel. Sebagai contoh, kantung plastik dari sediaan
parenteral volume besar (LVPs) atau tube jeli cair yang dapat dikempiskan
akan membengkak dan pecah dalam autoklaf yang menggunakanuap
saja, khususnya selam fase pendinginan. Bila udara dicampur dengan uap
dan tekanan udara dikendalikan dengan mudah, tekanan untuk bagian
luar wadahdapat diatur sehingga sama dengan tekanan bagian dalam,
sehingga wadah tidak pecah. Karena ada kecenderungan uap dan udara
untuk membentuk lapisan sendiri (terpisah), maka keduanya harus diaduk
terus-menerus dengan pengaduk.
Beberapa pendekatan untuk megurangi waktu siklus
Lamanya pemanasan untuk sebagian besar objek ditentukan juga
dari bahan yang akan disterilisasi. Sebagai contoh, bagian-bagian kain
dan karet akan rusak karena hilangnya daya rentan, larutan akan
mengalami perubahan kimiawi yang berlawanan dan bahan logam akan
berlubang. Oleh karena itu, seluruh waktu siklus harus dikendalikan
sehingga periode pemanasan tidak perlu terlalu lama. Biasanya hal ini
paling baik dilaksanakan dengan memperpendek waktu penyulingan.
Untuk perlengkapan dan wadah yang tidak disegel atau yang tidak
mengandung larutan, uap dihisap keluar dengan cepat pada akhir siklus
sterilisasi. Dengan demikian, objek sterilisasi didinginkan dengan cepat,
khususnya bila dipindahkan dari ruang autoklaf. Cara seperti ini tidak bisa
diterapkan pada larutan, baik larutan yang disimpan dalam wadah tertutup
maupun terbuka, karena penglepasan tekana ruang dengan cepat
akan ,menyebabkan peluapan atau pendidihan larutan panas, dengan
percikan isi wadah terbuka dan ledakan wadah tertutup.
Suatu metode untuk pengeluaran panas secara cepat dari wadah
yang berisi larutan adalah menyemprot wadah itu berangsur-angsur
dengan air pendingin, sementara tekanan dalam ruang dikurangi
bersama-sama. Metode pendinginan cepat lainnya menggunakan
getaran/denyutan singkat uap tekanan tinggi terhadap kamar bermuatan.
Ketika uap meluas di ruang itu, panas keluar dari wadaha larutan. Uap itu
dihisap dari ruang dengan kecepatan yang memungkinkan pengurangan
tekanan secara berangsur-angsur bersamaan dengan penurunan suhu.
Dengan metode-metode ini, kadang-kadang perlu getaran udara ke dalam
ruang untuk mengganti semua atau sebagian uap sedemikian rupa,
sehingga tekanan sekitar wadah tidak berkurang terlalu cepat. Dengan
metode pendinginan semprot, dilaporkan bahwa waktu pendinginan untuk
muatan 200 botol berisi 1 liter larutan dapat dikurangi dari kira-kira 20 jam
menjadi 20 menit.
Suatu pendekatan yang relatif baru terhadap pengurangan waktu
siklus pemanasan total adalah pemakaian vakum prasiklus. Dalam suatu
autoklaf yang didesain khusus, digunakan vakum prasiklus paling sedikit
20 mmHg. Pengkajian yang lebih akhir menunjukkan bahwa suatu vakum
ganda yang digunakan berurutan sebelum siklus pemanasan,
mengeluarkan udara lebih efektif dari bahan-bahan berpori. Pemakaian
uap berikutnya memungkinkan penetrasi yang cepat dan pemanasan
muatan dengan pengurangan seluruh kantong udara. Karena waktu
pemanasan total secara jelas berkurang disebabkan pengurangan waktu
penambahan suhu. Metode seperti ini tidak bisa digunakan untuk larutan
atau objek lain yang tidak tahan terhadap vakum tinggi.
Sterilisasi dengan temperatur lebih rendah
Pemanasan lembab juga digunakan untuk cara sterilisasi
temperatur rendah. Suhu 100°C (212°F) dan inspisasi menggunakan suhu
serendah 60°C (140°F), secara relatif efektif dalam mengurangi jumlah
mikroorganisme bentuk vegetatif, tetapi tidak dapat diandalkan dalam
melawan spora. Metode sterilisasi marginal ini, digunakan untuk bahan-
bahan yang diproses dengan suatu metode panas, tapi tidak tahan suhu
tinggi tanpa adanya degradasi.
Penerapan cara sterilisasi panas
Cara sterilisasi panas dengan penggunaan panas lembap dibawah
tekanan dianggap sebagai carayang paling terpercaya. Oleh karen itu
cara sterilisasi ini harus digunakan kapan saja bila memungkinkan.
Preparat farmasi dalam air dalam wadah terpatri rapat yang tahan
temperatur autoklaf dapat dibuat steril dan tetap steril tanpa batas, kecuali
bila terjadi kerusakan pada patri itu. Preparat bukan dalam air dalam
wadah terpatri tidak dapat disterilkan dengan cara ini selama siklus
normal, karena tidak ada air dalam wadah untuk menghasilkan uap,
sehingga tidak ada efek sterilisasi.
Sterilisasi panas lembap juga dapat dipakai untuk peralatan dan
bahan-bahan seperti penutup karet, barang-barang dari gelas, dan alat-
alat lain dengan tempelan karet; berbagai jenis penyaring; dan pakaian
seragam. Agar efektif, kantung-kantung udara harus dihilangkan. Untuk
ini, barang-barang harus basah ketika ditempatkan diautoklaf. Barang-
barang ini juga akan tetap basah pada akhir siklus sterilisasi. Bila uap
lembap dapat keluar tanpa menimbulkan kerusakan pada kemasan, maka
sebagian uap lembap dapat dihilangkan/disingkirkan dengan
menggunakan langkah pengosongan/evakuasi pada akhir siklus itu.
Bahkan proses ini biasanya tidak dapat mengeringkan alat-alatdengan
sempurna. Oleh karena itu bila peralatan seperti ini digunakan dalam
pemrosesan, harus dibuat kelonggaran untuk mengencerkan efek air ini,
atau sebaliknya sebagian kecil produk dapat digunakan untuk
mengeringkan atau membilas air keluar dari peralatan. Dalam beberapa
hal, bila diperlukan peralatan kering dan harus disterilisasidengan
menggunakan autoklaf, maka peralatan itu dapatr dikeringkan dalam oven
vakum sebelum digunakan.
Sterilisasi panas kering digunakan untuk wadah dan peralatan kapan saja
memungkinkan, karena siklus yang memadai diperoleh pada peralatan
yang kering dan steril. Urutan pemrosesan kecepatan tinggi yang baru
saja dikembangkan meliputi cerobong udara panas untuk sterilisasi terus-
menerusdari wadah gelas yang dipanaskan dengan lampu inframerah,
atau dengan udara yang dipanaskan secara elektris, disaring, dan
bersirkulasi. Peralatan gelas dan logam biasanya tahan sterilisasi panas
kering tanpa kesulitan, walaupun ekspansi panas yang tidak merata dapat
menyebabkan keretaka dan distorti. Tetapi bahan-bahan karet dan
selulosa akan mengalami degdarasi. Bahan-bahan tertentu seperti zat
kimiawi dan zat pembawa minyak yang digunakan pada preparat farmasi
steril kadang-kadang disterilisasi dengan panas kering paa temperatur
rendah (biasanya 140°C atau kurang). Dalam kasus seperti ini, harus
diusahakan agar siklus pemanasan tidak mempunyai efek merusak
terhadap bahan baku dan waktu siklus cukup memadai untuk sterilisasi.
Bahan-bahan ini juga harus dilindungi secara cermat setelah sterilisasi
sampai bercampur secara aseptis dalam produk untuk mencegah
kontaminasi lingkungan.
2) Cara bukan panas
a) Sinar UV
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi
kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan.
Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi
oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 2537
nm.
Sinar UV menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi
suatu penambahan garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara
menyebabkan penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk
kebanyakan pemakaian lama penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan
membunuh mikroorganisme dibatasi pada permukaan yang dipaparkan.
Aksi Letal
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital
dalam atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini
menyebabkan meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah
kereaktivannya. Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom
utama terjadi dalam molekul-molekul mikroorganisme atau metabolit
utamanya, organisme itu mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh
utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang diperhatikan untuk
menunjukkan lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang
panjang.
Letalitas radiasi ultraviolet telah terbukti dengan baik, walaupun
telah terbukti juga bahwa organisme yang dipaparkan ke radiasi
ultraviolet kadang-kadang dapat sembuh/bertahan, suatu fakta yang
tidak mengherankan bila teori letalitas yang telah diuraikan terdahulu itu
benar. Kesembuhan bertambah dengan penambahan metabolit utama
tertentu pada kultur, penyesuaian pH medium, atau pemaparan dengan
sinar yang dapat dilihat tidak lama setelah pemaparan dengan radiasi
ultraviolet. Oleh karena itu harus terjadi pemaparan yang memadai
dengan radiasi itu sebelum timbul kepastian adanya efek sterilisasi.
Efektivitas germisida sinar ultraviolet merupakan fungsi intensitas
radiasi dan waktu pemaparan. Efektivitas ini juga bervariasi dengan
kerentanan organisme. Data dalam tabel 21-4 menunjukkan kisaran
kerentanan ini. Dari data ini terlihat bahwa intensitas radiasi pada suatu
permukaan adalah 20 mikrowatt tiap cm2, yang merupakan intensitas
minimum yang biasa di anjurkan, maka di perlukan kira-kira 1100 detik
pemaparan untuk membunuh spora B. Subtilis, tetapi hanya kira-kira 275
detik untuk membunuh S. Hemolyticus. Intensitas radiasi ultraviolet dapat
di ukur dengan pengukur cahaya khusus yang berupa tabung yang peka
terhadap panjang gelombang 2537 A.
Pemeliharaan dan penggunaan
Untuk mempertahankan efektivitas maksimum, lampu ultraviolet
harus bebas dari debu, lemak, dan goresan untuk menghindari
berkurangnya intensitas pemancaran yang besar. Juga lampu nini harus
di ganti bila tingkat pemancaran berkurang banyak ( kira-kira 30-50% )
karena perubahan induksi energi dalam gelas yang menghambat
pemancaran.
Tenaga kerja yang berada di tempat-tempat dimana sinar
ultraviolet menyala, haru dilindungi dari sinar langsung atau sinar
pantulan. Sinar ini menyebabkan kulit memerah dan iritasi mata yang
sangat perih. Asosiasi Medis Amerika menganjurkan pemaparan
maksimum yang di anggap aman pada manusia dalam waktu 1 jam
dibatasi sampai 2,4 mw/cm2.
Lampu ultraviolet terutama di gunakan untuk efek germisida pada
permukaan atau untuk efek penetrasi melalui udara dan air bersih. Oleh
karena itu lampu-lampu ini sering dipasang dalam ruanganb, cerobong
udara,dan peralatan besar di mana radiasi dapat tembus dan meradiasi
udara, dan juga mencapai permukaan terpapar. Persediaan air juga di
sterilisasi bila batas penetrasi ditetapkan secara cermat dan di kendalikan
sedemikian rupa sehingga tercipta penyinaran yang memadai dan
menyeluruh.
b) Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi
isotop radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh
percepatan mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar
katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena
tidak menyebabkan kerusakan mekanik, namun demikian, kekurangan
sinar ini adalah tidak dapat dihentikan, karena sinar ini membentuk
sumber mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat). Keuntungan
elektron yang dipercepat adalah kemampuannya memberikan output laju
dosis yang lebih seragam dan lebih tinggi
Akselerator elektron
Akselerator elektron terdiri dari 2 jenis umum yaitu akselerator
linear dan akselerator Van de Graaff. Prinsip akselerator linear dapat
diikuti dari gambar 21-5. Gelombang pendek dengan frekuensi sangat
tinggi ( radar ) mengumpulkan elektron dari katoda dan mempercepatnya
ketika elektron ini melewati tabung vakum, hampir mencapai kecepatan
cahaya. Elektron-elektron itu dipancarkan dan diarahkan pada sasaran
dengan kisaran energi 3 sampai 15 juta elektron volt ( me V ). Karena
energi potensial 10 meV atau lebih tinggi bisa menghasilkan bahan
radioaktif, akselerator linear labih dari 9 meV biasanya tidak di pakai untuk
sterilisasi.
Akselerator Van de Graaff sanggup menyediakan energi sampai 3
meV. Akselerator ini memakai daya yang di arahkan pada partikel
bermuatan listrik dengan potensi voltase tinggi dalam suatu medan listrik
sebagai cara percepatan partikel langsung.
Penentuan Dosis
Dosis ditentukan oleh energi yang dilepas oleh sinar gamma, atau
oleh sejumlah elektron yang mengenai tiap cm2 bahan yang menyerapnya
(target). Rad adalah suatu radiasi yang diserap, satuan dosis yang
sekarang sering digunakan. Secara kasar, rad didefinisikan sebagai
absorbsi 100 erg enegi per gram bahan. Kedalaman penetrasi dalam
suatu target dari dosis yang ditentukan berhubungan langsung dengan
voltase elektron sumber, dan secara tidak langsung berhubungan dengan
kepadatan bahan yang akan diradiasi.
Aksi letal dan dosis
Radiasi pengionan menghancurkan mikroorganisme dengan
menghentikan reproduksi sebagai akibat mutasi letal. Mutasi ini di
akibatkan oleh transfer energi sinar radiasi menjadi molekul penerima
pada jalannya, menurut teori pukul langsung ( direct-hit theory ). Mutasi
juga bisa di sebabkan oleh tindakan tidak langsung, di mana molekul-
molekul air diubah menjadi kesatuan yang berenergi tinggi seperti
hidrogen dan ion hidroksil. Semua ini gilirannya mengakibatkan
perubahan energi pada asam nukleat dan molekul lain, sehingga
menghilangkan keberadaannya bagi metabolisme sel bakteri. Radiasi
pengion berbeda dengan sinar ultraviolet dalam hal efeknya terhadap
bahan, terutama bahwa bradiasi pengion mempunyai derajat energi lebih
tinggi yang sebenarnya menghasilkan ionisasi atom-atom konstituen.
Spora bakteri dan virus umumnya empat sampai lima kali lebih resisten
dibandingkan bakteri dan kapang vegetatif. Walaupun demikian, dosis 2
sampai 2,5 megarad dianggap memadai untuk menjamin sterilitas.
Sekarang ini tidak ada bukti reaktivasi mikroorganisme sebagaimana telah
diketahui pada sinar ultraviolet.
Penerapan untuk sterilisasi
Elektron yang dipercepat atau sinar gamma dapat digunakan untuk
mensterilkan produk-produk pilihan dengan suatu proses
berkesinambungan. Kebanyakan prosedur sterilisasi produk lain harus
diselenggarakan dalam batch. Sterilisasi dengan proses berkesinambung
memerlukan pengendalian yang tepat, sehingga tidak ada
kekurangan/bagian yang lepas dari keefektifan sterelisasi. Jaminan
pemberian dosis memadai, pencakupan produk secara sempurna dan
seragam, dan penetrasi yang memadai telah tercipta dalam sterilisasi
efektif dan rutin terhadap jahitan bedah dengan menggunakan akselerator
linear. Pemberian dosis memadai biasanya ditentukan oleh efek energi
yang diserap, pada kedalaman penetrasi yang ditetapkan maksimum,
pada lapisan tipis fotografis, dan/atau pada indikator biologis Bacillus
pumilus.
Pemakaian radiasi meningkat dalam frekuensi dan luasnya
pemakaian setelah diperoleh pengalaman dengan metode ini, khususnya
untuk sterilisasialat medis plastik. Ada tantangan baru dengan adanya
masalah tentang keselamatan etilenoksida dan rendahnya derajat kualitas
lingkungan yang sekarang ini diperkenankan. Masalah ini dikemukakan
oleh Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( AK3 ). Tersedianya
fasilitas untuk cara ini, yang menggunakan kedua sumber energi, semakin
meningkat. Alat perlengkapan medis perorangan atau pabrik farmasi tidak
cocok dengan tingginya biaya fasilitas sterilisasi radiasi, tetapi availabilitas
yang makin meningkat dari pusat-pusat yang menyelenggarakan kontrak
pelayanan telah membuat metode ini sebagai pilihan yang lebih
membawa harapan.
Sejumlah vitamin, antibioka, dan hormon dalam keadaan kering telah
berhasil dibuat steril dengan radiasi. Sediaan farmasi cair lebih sulit
disterilkan karena efek potensi radiasi terhadap sistem zat pembawa dan
juga obat.
d) Penyaringan
Penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel
termasuk mikroorganisme, dari larutan dan gas tanpa menggunakan
panas. Idealnya, saringan tidak harus mengubah gas atau larutan dengan
segala cara, juga tidak menghilangkan konstituen yang diinginkan atau
pembawa komponen-komponen yang diinginkan.
Karena kebanyakan penyaring membran hanya untuk sekali pakai (
disposable ), maka masalah mencuci setelah pemakaian terbatas pada
rumah penyaring yang dapat dipakai kembali dan saringan penunjang.
Penyaring membran ini biasanya terbuat dari baja antikarat atau polimer
plastik yang keras yang agak mudah dibersihkan. Walaupun demikian,
harus diberikan perhatian cermat untuk membongkar rumah penyaring
dan menyikatnya untuk mengangkat sisa-sisa yang dapat menimbulkan
kontaminasi pada pemakaian berikutnya.
Membran-membran ini biasanya dibuat hidrofilik dengan
memberikan bahan aktif permukaan pada waktu pembuatan. Jika hal ini
tidak dilakukan, khususnya pada porositas paling rendah, maka suatu
larutan berair tidak dapat dipaksa melalui penyaring, kecuali dibawah
tekanan sangat tinggi. Walaupun demikian, bila diinginkan pembahasan
tidak dengan air, seperti dengan larutan tidak berair misalnya etanol dan
gas inert, maka polimer dibiarkan dalam bentuknya yang hidrofobik.
Fungsi penyaring
Penyaring membran terutama berfungsi dengan mengayak atau
dengan menyaring partikel dari larutan atau gas, jadi menahannya diatas
permukaan penyaring. Karena sifat penyaring membran dan ketebalannya
yang terbatas, media penyaring mempunyai kemampuan menangkap
hanya sedikit; hal ini merupakan suatu mekanisme yang dapat diterapkan
pada fungsi penyaring yang mempunyai kedalaman seperti yang terbuat
dari gelas dan kertas. Dalam beberapa hal, penyaring membran juga
berfungsi dengan gaya tarik elektrostatis. Hal ini khususnya cocok untuk
penyaringan gas kering, di mana muatan elektrostatiscenderung
meningkat karena efek gesekan gas yang mengalir.
Pori-pori atau lubang melalui medium penyaring mana saja terdiri
dari suatu rentangan ukuran. Contohnya bila suatu penyaring ditandai
dengan porositas 0,2 mikron, porositas yang seringkali dipakai untuk
mengakibatkan sterilisasi, maksimum rata-rata garis tengah pori adalah
0,2 mikron, dengan banyak pori yang jauh lebih kecil dari ini dan sedikit
pori yang lebih besar ukurannya. Pori yang lebih besar ukurannya ini
mempunyai garis tengah sebesar 0,5 mikron, tetapi jumlahnya begitu
sedikit sehingga kemungkinan spora mikroba ( biasanya garis tengahnya
dihitungt 0,5 mikron ) menemukan pori-pori yang sedikit itu sangat jauh.
Namun harus diakui bahwa kemungkinan ini bisa terjadi, walaupun jauh.
Karena itu, penyaring-penyaring sperti ini tidak dapat lagi di anggap
sebagai cara mutlak untuk sterilisasi suatu larutan. Untuk meningkatkan
kemungkinan dalam menciptakan filtrat steril, beberapa peneliti
mengusulkan agar larutan dialirkan melewati serangkaian dua penyaring
dengan porositas 0,2 mikron. Peneliti lain mengusulkan untuk
menggunakan penyaring dengan porositas 0,1 mikron, tetapi ini akan
sangat mengurangi laju kecepatan aliran.
Karena penyaring membran terutama berfungsi/bekerja dengan
menayak, maka segala jenis partikel dalam larutan tertahan dipermukaan
bila isi relatif tinggi, partikel-partikel mengumpul dipermukaan dan
menyumbat penyaring, sehingga aliran larutan berkurang dan barangkali
berhenti. Untuk menghindari masalah ini, bila larutan mempunyai
kandungan padatan yang tinggi, khususnya bila kandungan padatan itu
makromolekul yang berubah bentuk, maka larutan itu paling baik diproses
dengan melewatkannya melalui satu atau lebih prafilter (penyaring awal),
yang relatif berlubang. Dengan penyaring dalam, partikel secara bertahap
berpindah melalui penyaring itu bila waktu penyaringan diperpanjang, bila
ada perbedaan tekanan tinggi, atau bila sering terjadi fluktuasi tekanan.
Aliran cairan melalui penyarin
Laju aliran suatu cairan melalui penyaring dipengaruhi oleh ukuran
lubang melalui penyaring, volume lubang (perbandingan ruangan terbuka
dengan kandungan padat/matriks), luas permukaan penyaring, diferensial
tekanan sepanjang penyaring, dan viskositas cairan. Dari faktor-faktor ini,
dua cara paling praktis untuk meningkatkan laju aliran adalah dengan
menambah luas permukaan penyaring atau diferensial tekanan sepanjang
penyaring. Ada batas praktis untuk menambah garis tengah lempengan
penyaring; jadi bila diperlukan daerah permukaan yang lebih luas, maka
sering digunakan penyaring yangdilipat dalam bentuk cartridge. Dengan
cara ini, bisa diciptakan kenaikan yang besar dalam luas permukaan
dengan dimensi menyeluruh yang relatif kecil. Dalam batas-batas
kekuatan fisik penyaring dan rumahnya, diferensial tekanan dapat
ditingkatkan menjadi beberapa ratus pon tiap inci persegi. Walaupun
begitu, dalam praktek kefarmasian, diferensial tekanan yang dipakai
jarang melebihi 25 sampai 30 pon tiap inci persegi. Biasanya tekanan
positif digunakan pada cairan yang mengalir ke atas dari penyaring; tetapi
vakum dapat menarik aliran arah ke bawah penyaring. Dalam hal vakum,
maksimum diferensial yang dapat diciptakan adalah satu atmosfer, atau
kira-kira 15 pon tiap inci persegi. Lagipula tekanan negatif dalam ruang
filtrat membuat penyaring sulit mencegah kontaminasi bagian dalam dari
lingkungan. Oleh karena itu, bagi filtrasi yang dirancang untuk membuat
larutanmenjadi steril, sebaiknya menggunakan tekanan arah ke atas dari
penyaring dengan menggunakan gas yang disaring agar bebas dari
mikroorganisme. Tiap kebocoran yang mungkin terjadi pada sistem seperti
ini menyebabkan kerusakan pada bagian luar tanpa kontaminasi filtrat
yang steril.
Larutan yang mempunyai viskositas tinggi biasanya mempunyai
laju aliran yang rendah. Dalam banyak hal, laju ini dapat ditingkatkan
dengan menghangatkan larutan sehingga mengurangi viskositasnya, asal
saja pemanasan ini tidak mempunyai efek berlawanan terhadap larutan.
Sebagaimana disebutkan terdahulu, laju aliran melalui penyaring
juga tergantung pada volume relatif lubang penyaring. Semua penyaring
harus mempunyai kandungan padat yang membentuk kerangka untuk
lubang-lubang. Makin rendah jumlah padat dibandingkan dengan ruangan
lubang, makin tinggi volume lubang dan laju aliran.
Jenis-jenis penyaring
Membran penyaring dirancang untuk sekali pakai, kemudian
dibuang; rumah penyaring yang tersusun dari polimer plastik dimaksudkan
juga untuk digunakan sekali saja. Jadi tidak ada pembersihan setelah
dipakai. Tambahan pual, penyaring membran dipatri dengan rumahnya
oleh pabrik, sehingga risiko kebocoran menjadi minimal.
Penyaring membran biasanya berbentuk lempengan atau silinder
yang dilipat (cartridge). Silinder ini berkisar dari piringan 13 mm (kira-kira
0,8 cm2) sampai 20 inci atau cartridge yang lebih panjang (kira-kira 0,84
M2). Rumah penyaring biasanya terbuat dari baja antikarat atau berbagai
plastik polimer.
Beberapa tahun yang lalu, menggunakan penyaring yang dapat
dipakai lagi adalah biasa, seperti tanah diatomae, sintered-glass, dan
porselen yang tak diglazur. Karena adanya masalah-masalah
pembersihan yang memadai antara penggunaan dan pengujiannya,
sekarang ini pemakaian penyaring-penyaring ini dibatasi.
B. Proses sterilisasi kimia
Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas bukanlah hal baru. Gas-gas seperti formaldehida dan
sulfur dioksida telah digunakan untuk sterilisasi selama bertahun-tahun.
Tetapi gas-gas ini merupakan zat kimia yang sangat reaktif, dan sulit
hilang dari kebanyakan bahan setelah pemaparan. Oleh karena itu
pemaparannya terbatas. Dua gas yang lebih baru, etilen oksida dan beta-
propiolakton, mempunyai kekurangan yang lebih sedikit daripada zat yang
terdahulu, sehingga dianggap penting dalam sterilisasi. Tidak diragukan
lagi, pengembangan bahan plastic dan perlunya metoda praktis untuk
sterilisasi telah memacu pengembangan bahan pensteril gas yang baru,
khususnya etilen oksida.
Etilen Oksida
Etilen oksida(ETO) adalah suatu eter siklis ((CH2)2O) dan suatu gas
pada temperature ruangan.hanya saja etilen oksida sangat mudah
terbakar dan bila tercampur udara menjadi eksplosif. Bila dicampur
dengan gas inert seperti karbon dioksida atau satu atau lebih hidrokarbon
yang diflourinasi (Freon) dalam perbandingan tertentu, etilen oksida
menjadi tidak mudah terbakar dan aman untuk dikelola. Zat ini inert
secara kimiawi terhadap kebanyakan bahan padat. Dilain oihak dalam
bentuk cairan seperti bila ditekan dalam silinder, etilen oksida melarutkan
bahan-bahan plastic dan karet tertentu dan memerlukan perawatan
khusus dalam penanganannya.
Proses Sterilisasi
Sterilisasi dengan etilen oksida mencakup prosedur yang
diberlakukan/disahkan secara cermat dengan menggunakan ruang
bertekanan. Bahan yang akan disterilkan ditaruh dalam ruangan atau
kamar, dan dipaparkan dengan kelembaban relative sampai 98 % selama
60 menit atau lebih. Kemudian bahan ini ditempatkan dalam kamar yang
sebelumnya sudah dipanaskan sampai kira-kira 550 C dan dipasang suatu
vakum awal kira-kira 27 inci hg. Setelah waktu pemaparan selama 6
sampai 24 jam, tergantung pada derajat kontaminasi, kemampuan
penetrasi bahan dan konsentrasi ETO, maka gas dihisap keluar dan
vakum dipasang kiar-kira 25 inci hg. Udara yang sudah disaring kemudian
dimasukkan kedalam kamar sampai diperoleh tekanan sama dengan
tekanan atmosfer.
Suatu kamar yang dipanaskan digunakan untuk mengurangi waktu
yang diperlukan untuk proses sterilisasi. Temperature 550 C tidak
mempunyai efek merugikan terhadap kebanyakan bahan. Telah
disarankan bahwa kenaikan temperature 170 C memungkinkan
pemendekan waktu pemaparan kira-kiara setengahnya.
TABEL 21-6. Kondisi pemaparan yang digunakan dengan campuran
Etilen Oksida pada temperature 550 C.
NAMA
DAGANG
ISI CAMPURAN (%) KONSENT
RASI ETO
TEKANAN
KAMAR (Psig)
WAKTU
PEMAPARAN
(mg/L) MINIMUN (jam)
Carboxide 10 etilen karbon
90 karbon dioksida
450 28 6
Oxyfume-20 20 etilen oksida
80 karbon dioksida
670
920
18
30
4
3
Cry-Oxcide
(benvecide)
11 etilen oksdia
54 triklorofluorometan
35 diklorodifluorometan
450
850
5
18
5
3
Pennoxides 12 etilen oksida
88 diklorodifluorometan
650 7 4
Kondisi pemaparan yang sangat sering digunakan dengan etilen
oksida diperlihatkan pada table diatas. Perhatikanlah bahwa pada
konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi minimum efektif dari 450 mg
per liter volume kamar mengurangi periode pemaparan. Konsentrasi yang
digunakan secara langsung berhubungan dengan tekanan berbagai
campuran yang diperlukan untuk memperoleh konsentrasi itu. Peralatn
yang tersedia dapat membatasi tekanan dan karenanya konsentrasi itu
dapat diperoleh.
Biasanya penghilangan etilen oksida dari bahan-bahan
diselesaikan dengan mudah pada akhir siklus sterilisasi melalui evakuasi
yang diikuti oleh aerasi dalam waktu singkat, yakni pemaparan dengan
atmosfer normal. Iritasi jaringan dapat terjadi jika etilen oksida tidak
dihilangkan sama sekali. Kekhawatiran juga terjadi karena sifat-sifat
karsimogenik dan mutagenic dari EtO dan sisa-sisa pada bahan-bahan
yang digunakan untuk manusia.
Mekanisme Aksi
Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap
mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama
mempengaruhi proses reproduktif. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan
menghilangkan hydrogen aktif pada gugus sulfidril, amino, karboksil, atau
hidroksil dengan suatu radikal hidroksetil. Metabolit yang telah diubah
tidak tersedia bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme ini mati
tanpa reproduksi.
Penerapan
Alkilasi dapat pula terjadi dengan molekul-miolekul obat pada
preparat farmasi, khususnya dalam keadaan cairan. Oleh karena itu,
sterilisasi etilen oksida terhadap sediaan farmasi dibatasi secara
mendasar pada bubuk kering dari bahan-bahan yang diketahui tidak
terpengaruh. Walaupun demikian, etilen oksida dipakai secara luas pada
bahan plasti, barang-barang dari karet, dan alat-alat optok yang halus.
Juga diketahui bahwa peralatan dari baja antikarat mempunyai masa
kegunaan yang lebih lama bila disterilisasi dengan etilen oksida ketimbang
dengan uap. Kemampuan penetrasi efektif dari EtO memungkinkan
mensterlisasi perangkat pemberian parenteral, jarum suntik, alat suntk
plastic, dan beberpa bahan terkait yang tertutup dalam kemasan distribusi
kardus kertas atau plastik.
Beta-propiolakton
Beta-propiolakton ((CH2)2OCO) adalah lakton siklis dan cairan yang
tidak mudah terbakar pada temperature kamar. Zat ini mempunyai
tekanan uap rendah, tetapi karena zat tersebut bersifat bakterisid
terhadap sejumlah mikroorganisme pada konsentrasi felatif rendah, maka
tidak ada kesulitan dalam memperoleh konsentrasi bakterisid dari uap ini.
Zat ini merupakan zat pengalkilasi dan karenanya mempunyai cara kerja
yang sama dengan EtO terhadap mikroorganisme. Beberapa pengkajian
menunjukkan bahwa konsentrasi uap kira-kira 2 sampai 4 mg per liter
ruangan adalah efektif pada temperature tidak kurang dari 240 C dan pada
kelembaban nisbi sekurang-kurangnya 70% dengan waktu pemaparan
paling sedikit 24 jam.
Kemampuan penetrasi uap beta-propiolakton telah diketahui
rendah. Oleh karena itu tampaknya pemakaiannya terutama untuk
sterilisasi permukaan pada ruangan luas, seperti keseluruhan ruangan.
4. Dispending Of Medication by Robert King; 187-189
A. Panas lembab
Sterilisasi dengan uap panas bertekanan tersaturasi merupakan
metode sterilisasi yang paling dipercaya. Oleh karena itu, metode ini
merupakan metode pilihan jika mungkin. Bagaimanapun, tidak semua
peralatan kesehatan akan tahan terhadap pemanasan, dari penetrasi
panas lembab lokasi dari organisme hidup mungkin dihalangi oleh
karakteristik bahan. Ini hanya pada saat panas lembab sebenarnya
mencapai organisme dimana efek lokal bisa dicapai. Melalui larutan yang
telah ditempatkan, panas ditransfer melalui konduksi dengan dinding dan
konveksi diantaranya dan ini biasanya lebih cepat dari penetrasi uap ke
dalam bahan noncair. Faktor yang merupakan masalah terbesar untuk
sterilisasi uap adalah penetrasi yang sulit, kekurangan pemindahan air,
kerusakan panas dan kelembaban, dan pembasahan bahan lain.
B. Panas kering
Wadah gelas kosong dan hampir semua bahan gelas atau logam
yang digunakan untuk produk steril disterilisasi dengan panas kering.
Kerusakan pirogen bisa terjadi bersama-sama, tetapi suatu pemaparan
yang lebih lama dibutuhkan. Metode ini digunakan secara luas oleh
industri farmasetik dan seharusnya digunakan dalam rumah sakit jika
diperlukan.
Distribusi panas secara normal terjadi dari sirkulasi uap panas
dengan konduksi pada dan melalui alat yang disterilkan. Derajat konduksi
akan lebih bervariasi dengan bahan yang bervariasi, menjadi sangat lama
jika melewati udara, relatif lambat melewati gelas, namun relatif cepat
melewati logam. Bagaimanapun, refleksi panas cukup kuat dari
permukaan yang berkilauan seperti besi baja. Panas kering bisa
digunakan untuk bahan-bahan yang tidak cocok dengan uap atau dalam
hal ini konduksi merupakan mekanisme utama dimana panas bisa
mencapai mikroba yang terkontaminasi. Sterilisasi panas kering
digunakan untuk bahan gelas dan logam, terutama sekali jika alat-alat itu
akan digunakan dalam keadaan kering dan perusakan kontaminan
pirogen dibutuhkan, serbuk, dan salep dengan bahan lemak atau
berminyak. Ini merupakan metode pilihan.
C. Etilen oksida
Etilen oksida (ETO) adalah eter siklik, gas pada temperatur kamar
mudah terbakar, dan meledak ketika dikurung dan adanya oksigen.
Bahaya peledakan bisa dihilangkan jika tidak ada cetusan dan/atau
kehadiran O2. Juga bisa dikurangi dengan campuran ETO dengan gas
seperti CO2 atau diklorodifuorometanol (freon). Jika pelarut digunakan,
pengurangan potensi berarti, sejak campuran umum, dengan berat 10 %
ETO dengan 90 % CO2 dan 11 atau 12 % ETO dengan 88 atau 89 %
freon. ETO adalah gas beracun dan Badan Perlindungan Lingkungan
baru-baru ini telah menurunkan maksimum dari 5 % menjadi 1 bagian per
satu juta dalam kehadiran personal.
Sterilisasi dengan ETO tergantung dari suhu, kelembaban relatif,
konsentrasi gas, dan waktu pemaparan sama seperti fisika dan kimia alam
dimana terdapat kontaminan mikroba, dan jenis dan jumlah
mikroorganisme dari lingkungan. Jika faktor-faktor ini dikontrol dengan
baik, ETO menjadi bahan sterilisasi efektif. Perusakan mikroba umumnya
terjadi melalui alkilasi dari kelompok nitrogen tersier dan ester asam fosfor
dari asam nukleat.
D. Larutan kimia
Larutan kimia digunakan secara luas di rumah sakit dan industri
untuk menghancurkan, mengontrol, atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Larutan kimia memenuhi syarat sebagai bahan pensteril,
hanya dalam situasi terkontrol baik walaupun kemampuan mereka untuk
mendesinfeksi atau mengontrol pertumbuhan mikroba merupakan nilai
yang sangat besar. Lagipula, kegunaan utamanya sebagai desinfektan.
Juga pada korosif, toksik atau bahan alam yang tidak stabil dari banyak
larutan membatasi kegunaannya dalam situasi praktek.
Bahan kimia yang digunakan sebagai larutan pensteril adalah
glutaldehid (2 % dalam larutan alkali) dan formaldehid (2-8 % metanol
atau 2-propanol). Bahan kimia lain seperti iodofor, hipoklorit, alkohol, dan
fenol juga dapat mensterilkan bahan/alat di bawah situasi yang terkontrol.
Fungsi efektif dari larutan kimia tergantung dari konsentrasi dan
suhu dari larutan kimia, permukaan dari bahan yang disterilkan (lembut
atau berpori), lamanya waktu kontak, tingkat inaktivasi dari kontaminan
pada permukaan, dan tipe dan jumlah kontaminan banteri.
E. Radiasi sinar UV
Rentan panjang gelombang germisidal UV dari 240-280 nm,
dengan aktivitas maksimum pada 260 nm. Karena banyak faktor yang
membatasi keefektifan faktor radiasi UV, kegunaannya hanya sebagai
bahan desinfektan permukaan disadari hanya bisa efektif bersama
dengan kebersihan dan biaya lampu. Bagaimanapun, di bawah kondisi
yang pantas, radiasi UV bisa beraksi sebagai bahan efektif untuk
mengurangi kontaminan mikroba pada permukaan. Reaksi germisidal
utama adalah eksitasi fotokimia. Radiasi UV mempunyai kekuatan
penetrasi kecil, aksi ini terutama pada permukaan yang langsung
diradiasi. Secara konsekuen, tempat bayangan dengan menghalangi
obyek yang tidak diradiasi. Juga, lapisan permukaan dari debu, bahan
kimia dan bahan berminyak akan melindungi mikroorganisme dari
pemaparan. Lagipula, tube germisidal UV, sebagaimana permukaan yang
diradiasi, harus tetap bersih. Lebih jauh, intensitas cukup pada daerah
mikroorganisme dibutuhkan untuk efek germisidal. Lagipula, lokasi pipa
penting sebab intensitas radiasi menurun dengan kebalikan dengan jarak
antara sumber UV dan permukaan yang telah teradiasi. Sumber radiasi
UV buatan yang umum digunakan adalah lampu uap merkuri.
Kebanyakan radiasi (95%) dari lampu diemisi sebagai 253,7 nm dari garis
resonansi merkuri.
F. Radiasi ionisasi
Walaupun sterilisasi radiasi berbeda dari radiasi UV, kebanyakan
tidak pernah digunakan oleh farmasis, diskusi singkat dilakukan untuk
menggambarkan metode yang digunakan meningkat oleh perindustrian
dalam sterilisasi produk kesehatan. Sterilisasi radiasi mungkin bekerja
menggunakan radiasi elektromagnetik (foton, radiasi gamma, atau radiasi
sinar X) atau radiasi sinar partikulat (partikel beta atau elektron energi
tinggi).
Dipercaya bahwa mekanisme dengan radiasi energi tinggi
mempengaruhi mikroorganisme yaitu elektron orbital dikeluarkan
dan digabungkan kembali dengan molekul terionisasai untuk
membentuk intermediat kimia. Pada radiolisis udara, radikal bebas
reaktif bisa dikombinasikan untuk membentuk hidrogen peroksida,
menghasilkan kerusakan sel. Teori lain terlibat dalam aksi langsung
dari struktur vital sel, seperti nukleoprotein kromosomal. Mungkin
kombinasi dari kedua efek ada, mengakibatkan inaktivasi sempurna
dan irreversibel dari mikroorganisme.
Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi vitamin, antibiotik,
steroid, hormon, transplantasi tulang dan lapisan, dan peralatan
kesehatan seperti jarum plastik, spoit, pisau bedah, tube plastik, keteter,
cawan petri, dan benang bedah. Walaupun tak ada kerugian keefektifan
dari metode ini, harga dan ukuran instalasi menjadikan ini hanya untuk
praktek untuk proses volume tinggi bahan-bahan dari pusat industri.
G. Penyaringan
Penyaringan larutan melalui penyaring bakteri digunakan secara
luas dalam industri farmasetik.
5. Pharmaceutical Dosage Form by Michael Aulton; 701-708
Metode sterilisasi dapat dikategorikan sebagai :
a) Proses yang membutuhkan peningkatan energi. Ini termasuk panas
kering dan lembab, kombinasi panas dan bahan bakterisida, dan
radiasi.
b) Proses kimia menggunakan gas bakteri.
c) pemindahan bakteri secara fisika dengan penyaringan.
a. Sterilisasi panas lembab-autoklaf
Panas lembab dalam bentuk uap bertekanan merupakan metode
yang paling dipercaya dalam membunuh mikroorganisme.
Uap digambarkan jenuh pada suhu yang sesuai pada titik didih
cairan yang mendekati tekanannya. Beberapa karakterisitik dari uap
kering jenuh disumbangkan pada efisiensi tingginya sebagai bahan
pensteril. Bagian besar dari energi panas, sekitar 80 %, adalah bentuk
panas tersembunyi. Pada saat uap jenuh mengembun, akan
membebaskan semua panas tersembunyinya dengan cepat. Ini terjadi
dalam alat pensteril jika uap menyentuh permukaan dingin dari bahan di
dalamnya. Panas tersembunyi yang diberikan pada bahan membuat
penyumbangan besar untuk meningkatkannya pada suhu sterilisasi. Sejak
semua panas yang sensitif diperoleh dengan kondensasi, tidak ada
penurunan temperatur di sekitarnya. Uap yang mengembun juga
menghidrasi kehadiran beberapa sisa mikroorganisme lebih sensitif.
Pada saat uap tersaturasi mengembun, ini mengakibatkan
pengerutan volume kecil. Dalam kondisi turbulen, campuran uap air bisa
membentuk tekanan total hanya tekanan sebagian dari uap terkontrol dari
temperatur. Sebagai contoh, jika 90 % pada uap pada suhu 121°C
dicampur dengan 10 % udara pada tekanan akhir 15 p.s.i, temperatur
akhir akan menjadi 118°C (13,5 p.s.i. → uap tekanan panas).
Autoklaf
Desain dari berbagai autoklaf harus memastikan muatan diserap
dengan uap kering jenuh, di mana pembentukan uap supersaturasi
diminimalkan secara efektif dari udara dihilangkan dari wadah dan muatan
(jika berpori). Beberapa jenis autoklaf adalah autoklaf pemindahan turun,
autoklaf pemberat vakum, autoklaf spray pendingin, autoklaf vakum tinggi,
autoklaf berkelanjutan.
Autoklaf penggantian penurunan
Ini biasanya horizontal unit yang lebih kecil biasanya vertikal. Uap
secara external bertekanan tinggi dan berkurang melalui pengurangan
katup pada tekanan autoklaf. Pemisah digunakan untuk memindahkan
tetesan air dan meminimalkan uap superpanas. Uap diterima pada bagian
atas wadah melalui pengencang. Karena uap memiliki densitas lebih
rendah daripada udara pada suhu yang sama, udara akan digantikan
menurun dengan saluran. Kondensasi juga bisa dihilangkan dengan
saluran. Saluran ini dilengkapi dengan kemampuan perangkap ’dekat
dengan sistem’ dari penghentian udara dan kondensasi sementara uap
jenuh bertahan dalam wadah. Perhatian diberikan untuk melindungi sifon
bagian belakang dari saluran ke dalam wadah autoklaf. Disadari bahwa
wadah ketinggalan pembungkus uap dibutuhkan untuk autoklaf jenis ini,
namum jika digunakan harus hati-hati untuk menghindari superpanas.
Pengukuran suhu terjadi pada saluran, sedekat mungkin dengan wadah.
Udara dan kondensat akan dikeluarkan sempurna ketika suhu ekuivalen
dengan uap jenuh kering pada saat penggunaan tekanan. Kontrol suhu
selama waktu sterilisasi adalah dengan pengaturan tekanan uap. Pada
akhir waktu sterilisasi, isi autoklaf diperbolehkan untuk didinginkan hingga
tekanan nol dan udara masuk ke dalam melalui filter bakteri asli. Kontrol
keamanan juga dilakukan untuk memastikan bahwa autoklaf tidak dapat
dibuka selama siklus sterilisasi atau hingga isi didinginkan hingga suhu di
bawah 8°C.
Autoklaf pemberat udara
Beberapa tahun belakangan ini wadah gelas telah digantikan
dengan wadah plastik untuk cairan infus. Sterilisasi panas bisa
mengakibatkan plastik melembut, dan penyimpangan wadah bisa terjadi
selama penurunan tekanan pada akhir siklus sterilisasi. Beberapa autoklaf
dengan desain modern mengganti penurunan tekanan dengan
memasukkan air steril hangat ke dalam wadah pada akhir siklus sterilisasi.
Ini diistilahkan dengan pemberat gas.
Autoklaf spray pendingin
Muatan besar dari cairan botol bisa membutuhkan waktu
pendinginan hingga 80°C karena kapasitas panasnya yang besar dan
tidak adanya derajat pemindahan panas melalui dan berasal dari dinding
gelas. Pengurangan signifikan pada waktu pendinginan bisa dicapai jika
botol disemprot dengan kabut dari tetesan air suling. Pecahan botol
diminimalkan jika ukuran penetes kecil. Beberapa autoklaf sekarang
dilengkapi dengan alat penyemprot pendingin dengan atau tanpa
pemberat gas. Penyemprot pendingin bukannya tanpa masalah dan
kontaminasi cairan botol, biasanya diakibatkan dari sedikit pendekatan,
telah dilaporkan.
Autoklaf vakum tinggi
Ada masalah yang disadari pada saat penggunaan autoklaf
penggantian penurunan untuk sterilisasi muatan berpori yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk menghilangkan udara, dan kondensasi yang
mengakibatkan kekeringan muatan pada akhir siklus. Masalah ini diatasi
dengan pengembangan autoklaf vakum tinggi atau autoklaf muatan
berpori. Pada alat ini, udara dihilangkan dengan mengurangkan tekanan
vakum dengan adanya pompa bersegel minyak atau cincin air, sering
dilengkapi dengan termokompresor dan kondenser air dingin. Pada tingkat
prevakum siklus, udara dihilangkan dari muatan dan wadah, baik dengan
evakuasi wadah yang dipanaskan hingga tekanan absolut 15 mmHg yang
diikuti dengan aplikasi berkelanjutan dari vakum, atau dengan perubahan
injeksi gas dan evakuasi (penolakan) hingga tingkat residu air dicapai.
Uap diterima dengan segera dan cepat untuk kondisi operasi, biasanya
134°C, 32 p.s.i dengan waktu penahan 3-5 menit. Selama tingkat post-
vakum, uap dengan cepat dipindahkan dengan evakuasi cepat hingga 50
mmHg. Vakum dijaga untuk waktu yang berbeda, biasanya 3-5 menit,
tergantung retensi kondensasi muatan, dalam hal menghasilkan muatan
yang kering. Udara steril kemudian diterima wadah sampai tekanan
mencapai tekanan atmosfer. Jumlah waktu total harus tidak melebihi 30
menit. Autoklaf ini harus dilengkapi dengan alat untuk menentukan
kesalahan pemindahan air dan kebocoran udara ke dalam wadah
Autoklaf berkelanjutan
Autoklaf secara normal dioperasikan dalam mode tidak
berkelanjutan dan produksi industri cairan steril botol sering terbatas pada
kapasitas autoklaf dan kecepatannya. Masalah ini tidak seluruhnya
teratasi dengan hanya meningkatkan jumlah dan ukuran autoklaf. Masalah
yang hampir sama dalam produk industri pengalengan dan susu
membawa pada pengembangan sterilisasi berkelanjutan Stock
Amsterdam Hydromatic merupakan contohnya.
Ini terdiri dari menara vertikal tertutup besar (sampai tinggi 50 kaki)
terdiri dari 3 bagian yang saling menghubungkan :
1. kolom berisi air untuk pemanasan wadah yang membawa pada
2. kolom pusat sterilisasi berisi gas yang membawa pada
3. kolom akhir pendingin berisi air, kadang dengan penyemprot pendingin
tambahan dan bagian pendingin wadah.
Tekanan uap pada kolom pusat diimbangi dengan tekanan
hidrostatik pada kolom lain, yang juga menyegel bagian pusat. Suhu
sterilisasi bervariasi. Wadah dibiarkan horizontal pada pembawa dan
dipindahkan pada kolom pada rantai ascending dan dscending, waktu
penahanan pada tingkat apapun dibantu dengan kecepatan rantai
Protokol untuk Autoklaf
Waktu pada siklus suhu yang direkomendasikan oleh British
Pharmacopoeia diberikan oleh tabel di bawah ini.
Tabel waktu pada suhu putaran yang direkomendasikan dalam British
Pharmacopeia 1980 untuk sterlisasi panas lembab
Temperatur (°C) Tekanan (p.s.i) Waktu tahanan minimum (menit)
115-118 10-12,5 30
121-124 15-18 15
126-129 20-24 10
134-138 30-40 3
Harus diingat bahwa siklus ini disusun dengan metode trial and error
bukan dengan pendekatan kuantitatif matematik, tidak ekuivalen dalam
efisiensi letalnya. Sebagai contoh, nilai D untuk B. Stearothermophilus
NCTC 8919 spora dalam suspensi pada 121°C dan 115°C adalah 2 menit
dan 10 menit. Siklus 15 menit pada 121°C akan memiliki IF 107,5 melawan
spora sedangkan siklus 30 menit pada 115°C hanya akan memiliki IF 103.
umumnya, suhu yang lebih tinggi, pencampuran dengan bahan yang
diproses digunakan. Kombinasi lain waktu dan suhu juga digunakan jika
bisa efektif. Karena ini adalah waktu pada suhu siklus, waktu yang cukup
harus diperbolehkan untuk setiap bagian muatan untuk mencapai suhu
yang dibutuhkan sebelum waktu akhirnya. Waktu pemanasan ini harus
ditentukan untuk tiap tipe muatan dan ditambahkan pada waktu penahan.
b. Pemanasan dengan bakterisida
Metode ini bisa digunakan untuk larutan berair dan suspensi dari
obat-obatan yang tidak stabil pada temperatur autoklaf. Bakerisida pada
konsentrasi yang dibutuhkan termasuk dalam sediaan yang kemudian
didistribusikan oleh wadah akhir bersegel dan dipanaskan dengan waktu
yang cukup untuk memastikan bahwa seluruh isi dari setiap wadah
dipelihara pada 98-100°C selama 30 menit. Bakterisida yang dianjurkan
untuk injeksi adalah 0,1 % b/v klorokresol atau 0,002 % b/v fenil merkuri
asetat atau nitrat. Dalam larutan mata, klorokresol tidak bisa digunakan
namun 0,01 % b/v benzalkonium klorida, klorheksidin, atau tiomersal
mungkin digunakan sebagai pilihan menggantikan garam fenil merkuri.
Bakterisida dipilih dalam basis dari bebas toksik dan kesesuaian dengan
produk, wadah, dan penutupan. Toksisitas bakterisida dihalangi dengan
penggunaan teknik ini untuk berbagai tipe injeksi dan injeksi intravena di
mana dosis tunggal yang diperbolehkan 15 ml.
c. Temperatur uap rendah dengan formaldehid (LTSF)
Kegunaan uap bertekanan pada tekanan sub-atmosfer (tekanan
uap rendah) dalam kombinasi dengan formaldehid telah disarankan untuk
sterilisasi panas sensitif barang dan alat berpori. Tujuan dari proses ini
adalah untuk memaparkan barang-barang di antara wadah pensteril pada
campuran homogen dari campuran gas formaldehid monomerik dan uap
kering bertekanan pada temperatur yang dipilih. Peralatan yang
digunakan hampir sama detailnya untuk autoklaf vakum kering. Kontrol
hati-hati dari temperatur autoklaf diperlukan untuk meminimalkan
penguapan dan kondensasi dan polimerisasi formaldehid pada wadah.
Pada tipe LTSF, aliran udara pertama dipindahkan dari wadah dan
dimasukkan melalui evakuasi dan getaran uap. Ini bisa melembabkan
muatan.
Protokol untuk sterilisasi LTSF
Faktor yang menentukan kondisi umum untuk sterilisasi LTSF
masih diinvestigasi dan ada range yang luas untuk protokol. Konsentrasi
formaldehid antara 3,3 mgL-1 dan 100 mgL-1 menggunakan kisaran suhu
65-80°C. Protokol yang diterima untuk sterilisasi LTSF di UK adalah
pemaparan selama 2 jam untuk konsentrasi formaldehid 25 mgL-1
kombinasi dengan uap jenuh kering pada 73±2°C (0,35±0,03 bar).
d. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas kering umumnya dilakukan dalam oven udara
panas. Ini seharusnya dipanaskan secara elektrik, dikontrol secara
termostatik dan disediakan dengan sebuah kipas angin atau alat peniup
turbo untuk menyediakan tenaga sirkulasi berkelanjutan udara. Oven
harus mempunyai kontrol proses otomatis dan pintu harus dikunci dari
dalam jadi siklus operasi tidak bisa dimulai sebelum ini aman dan tidak
bisa dibuka hingga siklusnya telah selesai. Kontrol keamanan melawan
persediaan kegagalan elektrik dari panas yang berlebihan termasuk di
dalamnya.
Panas dipindahkan dari sumbernya ke dalam wadah dalam oven
udara panas dengan konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi
merupakan kepentingan minor oleh karena area yang kecil dari kontak
antara produk dan rak. Pemanas disusun di sekitar wadah untuk
memaksimalkan jumlah panas yang diradiasi dari dinding, namun alat-alat
dekat dinding akan mencerminkan alat lainnya dalam oven. Hal ini penting
untuk membuat fungsi maksimum dari pemindahan langsung panas dari
udara dengan menyiapkan dari sirkulasi yang dipaksakan, dan
pemasukan alat-alat untuk membolehkan sirkulasi udara optimum.
Sebelum memasukkan, oven harus dipanaskan sampai temperatur yang
diperlukan untuk meminimalkan pemanasan alat-alatnya. Waktu
pemanasan bervariasi dan biasanya sangat panjang. Untuk setiap tipe
dari pemeriksaan alat harus dikonduksikan dengan termokouple
dimasukkan dalam bagian yang bervariasi dari barang yang menentukan
waktu pemanasan, di mana kemudian ditambahkan pada waktu istirahat.
Artikel untuk sterilisasi udara panas membutuhkan pembungkusan yang
hati-hati sejak tidak ada usaha untuk mensterilkan pemasukan udara pada
siklus pada akhir siklus.
Sterilizer udara panas berkelanjutan
Waktu pemanasan yag diperpanjang, waktu pemanasan dan waktu
pendinginan dikombinasi untuk membuat sterilisasi udara panas proses
yang memanfaatkan waktu dan energi intensif. Proses sterilisasi udara
panas berkelanjutan telah dikembangkan menggunakan oven konveksi
makanan dan oven infra merah. Pengoperasian oven ini pada suhu tinggi
(>180°C) dan mempunyai keuntungan waktu pemanasan yang singkat.
Bahan yang disterilkan dimasukkan ke dalam oven untuk memberikan
output yang lebih tinggi.
Protokol untuk sterilisasi panas kering
Panas kering kurang efisien sebagai bahan pensteril daripada
panas lembab dan sebagai akibatnya, dibutuhkan suhu yang lebih tinggi
dan waktu pemaparan yang lebih lama. Ini merupakan variasi yang
disadari untuk waktu pada suhu siklus yang disarankan. Contoh dari siklus
ini diberikan oleh tabel di bawah ini :
Sumber Suhu
(°C)
Waktu tahan
minimum (menit)
Medical Research Cuncil Memorandum
No. 41 (1962) 160
170
180
60
40
20
British Pharmacopoeia (1980) 160
180
60
11
British Pharmacopoeia merekomendasikan 150°C selama 1 jam untuk
sediaan cairan nonair namun ini umumnya sangat sedikit. Banyak sediaan
farmasetik tidak dapat disubyekkan dengan suhu pada tabel di atas dan
membutuhkan alternatif waktu pada suhu siklus untuk diperlihatkan.
Kombinasi lain dari waktu dan suhu yang digunakan untuk sterilisasi
panas kering umumnya efektif.
e. Sterilisasi radiasi
Sterilisasi radiasi merupakan proses temperatur rendah dan
mungkin sebagai alternatif lain untuk proses temperatur rendah lainnya
seperti etilen oksida untuk sterilisasi bahan tidak stabil pada pemanasan.
Tipe radiasi ionisasi, mekanisme aksinya dan faktor yang mempengaruh
aktivitas bakterisidalnya. Hanya 2 tipe radiasi yang digunakan dalam
sterilisasi, elektromagnetik (UV dan gamma) dan partikulat (elektron
energi tinggi). Radiasi UV pada panjang gelombang antara 240 dan 280
nm adalah bakterisidal tapi mempunyai kemampuan penetrasi yang kecil.
Ini harus digunakan untuk mensterilkan udara dan air dalam lapisan tipis,
namun ini bukan sumber yang dapat diterima dalam sterilisasi radiasi
untuk peralatan kesehatan atau obat-obatan.
Radiasi Gamma
Sumber utama sinar gamma yang digunakan untuk sterilisasi
adalah isotop radioaktif 60Co. Ini diproduksi dengan menampakkan kobalt
alam pada neutron dalam reaktor, dan mempunyai waktu paruh 5,3 tahun.
Radiasi dari 60Co terdiri dari 2 proton (1,33 dan 1,17 MeV) dan 1 elektron
(0,31 MeV) memberikan emisi total per disintegrasi 2,81 MeV. Fasilitas
sterilisasi modern terdiri dari antara 106 dan 2x106 Ci sumber bahan
radioaktif. Sangat mungkin bahwa 60Co akan digantikan dengan caesium-
137 yang merupakan produk disintergasi dari uranium. 137Cs mempunyai
output energi yang lebih rendah (0,66 MeV) daripada 60Co. Kerumitan dan
perhatian yang besar diberikan untuk melindungi lingkungan dan operator
dari efek radiasi. Wadah radiasi dikelilingi beton. Isotop adalah bentuk
butir dengan jumlah ganda, tube besi baja, dan ketika tidak digunakan
bergabung sebagian dalam air. Bahan dibungkus dalam box dengan
ukuran standar yang disuspensikan dari rel tunggal dan dibawa ke dalam
dan keluar wadah untuk memastikan semua bagian menerima dosis yang
sama. Perbedaan bisa diberikan jika waktu pemaparan berbeda. Emisi
gamma berlanjut, dan ini bersama dengan kapital tinggi penggantian sisa
harga metode yang hanya cocok untuk pengunaan skala besar.
Elektron energi tinggi
Ini merupakan partikel yang diakselerasi menjadi energi tinggi (5-10
MeV) dalam akselerator elektron. Pada tingkat energi ini penetrasi
elektron memuaskan dan masalah radiasi yang diinduksi ke dalam produk
minimal. Tingkat dosis dalam akselerator elektron lebih tinggi dari sumber
gamma dan dosis sterilisasi bisa dicapai dengan cepat. Perlindungan
lingkungan dan operator melawan radiasi elektron dibutuhkan sama
seperti radiasi gamma.
Protokol untuk sterilisasi radiasi
Dosis sterilisasi yang diterima adalah 2,5 Mrad (25 kGy). Tidak
seperti panas, efek radiasi kumulatif, dosis sterilisasi bisa dibagi.
Metode sterilisasi lain yang menggunakan peningkatan energi
Iiradiasi dengan sinar laser telah disarankan sebagai metode
sterilisasi yang mungkin dan menjanjikan aktifitas bakterisidal yang
ditunjukkan dengan laser CO2 yang tidak fokus 50 W. Karena waktu
pemaparan sangat singkat, pada 0,01 s, hanya ada kenaikan sedikit suhu,
dan metode diaplikasikan untuk bahan yang thermolabil. Penggunaan
frekuensi radio umumnya plasma argon, helium, oksigen, dan nitrogen
sebagai bahan pensteril juga telah disadari. Kapasitas penetrasi baik dari
laser beam dan plasma terbatas dan menyembunyikan potensinya untuk
mensterilkan permukaan dan lapisan tipis.
f. Sterilisasi gas
Walaupun banyak bahan menghambat aktivitas antimikroba,
peralatan yang dibutuhkan untuk peralatan yang memadai dan
pemindahan efisien dari bahan yang berarti hanya bahan kimia yang
beruap yang digunakan dalam sterilisasi. Etilen oksida, kebanyakan
digunakan.
Sterilisasi etilen oksida
Konsentrasi, suhu, kelembaban relatif, dan waktu pemaparan kritis
dan membutuhkan pengontrolan hati-hati selama proses sterilisasi.
Perawatan harus diberikan untuk menghindari kemacetan pemuatan
miroorganisme dan untuk memastikan penetrasi gas.
Sterilizer komersial terdiri dari wadah yang dipanaskan yang kedap
udara dan dapat untuk mempertahankan tekanan tinggi dan vakum. Ini
berhubungan dengan pompa vakum efisiensi tinggi untuk
mengekstraksikan udara sebelum, dan campuran gas setelah sterilisasi.
Wadah yang luas dan penukar panas digunakan untuk menguapkan dan
menghangatkan gas yang diterima wadah melalui inlet. Pemeliharaan
kelembaban relatif sekitar 33 % pada wadah juga disediakan. Muatan
diprekondisikan selama 24 jam dengan kelembaban dengan kelebihan 60
% atau tingkat prekelembaban termasuk saat permulaan siklus. Wadah
juga dipanaskan hingga suhu yang dibutuhkan dan pemasukan vakum
untuk menarik air dari muatan tanpa mengeringkannya. Etilen oksida dan
uap air juga diterima melalui wadah yang diperluas dan penukar panas
untuk konsentrasi yang dibutuhkan, kelembaban relatif, dan tekanan.
Kondisi sterilisasi diperoleh untuk waktu penahan yang dibutuhkan
biasanya dengan getaran. Vakum tinggi juga kemudian ditarik dan ditahan
untuk waktu yang cukup untuk memastikan pengeluaran gas dari wadah
dan muatan dan udara steril diterima. Waktu jaminan setelah sterilisasi
selama 24 jam dibutuhkan untuk memindahkan jumlah sisa etilen oksida
dari muatan.
Protokol untuk sterilisasi etilen oksida
Harus ada penentuan individual untuk setiap produk oleh produk
muatan standar terdiri dari potongan tes biologi yang bisa dipercaya.
Konsentrasi etilen oksida antara 450 dan 1500 mgL-1 telah digunakan.
Kisaran suhu dari 25 sampai 60°C tergantung dari produk dengan tekanan
wadah antara 2 dan 10 p.s.i. Sterilisasi etilen oksida merupakan proses
yang lambat dan membutuhkan waktu pemaparan sampai 36 jam pada
suhu rendah. Waktu penahan 3 jam pada suhu tinggi telah digunakan.
g. Sterilisasi penyaringan
Larutan thermolabil mungkin disterilkan dengan filtrasi melalui filter
bakteri yang cocok. Sterilisasi dengan filtrasi berbeda dengan proses
sterilisasi lainnya sebab mikroorganisme dikeluarkan secara fisika dan
tidak dihancurkan. Filter bakteri tersedia dalam beberapa variasi tipe
termasuk filter keramik porselen berpori, filter asbestos/selulosa, filter
sintered-glass dan filter membran. Filter seperti asbestos/selulosa
mungkin bisa melepaskan serat atau partikel yang tidak cocok untuk
penggunaan farmasetikal kecuali seperti prefilter. Filter membran adalah
yang paling sering digunakan untuk sterilisasi filtrasi. Kecepatan filtrasi
yang tinggi, bersamaan dengan retensi cairan yang lambat dan minimal
absorpsi larutan, menghasilkan pembentukan porositas yang tinggi dan
seragam merupakan sifat dari filter membran. Lebih jauh, karena fungsi ini
umumnya lebih sebagai filter layar daripada filter di dalamnya, ada resiko
organisme akan terperangkap di dalam matrix filter dan ’bertumbuh’. Filter
membran tersedia dalam kisaran ukuran pori dari 0,025 µm sampai 14
µm. Ukuran pori dari 0,2-0,22 µm direkomendasikan untuk sterilisasi
penyaringan. Kisaran bahan yang dibolehkan seleksi filter membran
adalah yang cocok dengan produk.
Filtrasi bisa dilakukan di bawah tekanan positif atau negatif.
Tekanan negatif terbatas pada perbedaan tekanan maksimum 1 atmosfer
dan akan menyebabkan busa pada filtrat. Filtrasi tekanan positif dilakukan
dengan menggunakan tekanan gas udara atau nitrogen pada sisi uap atas
dari filter. Perbedaan tekanan dibatasi hanya dengan susunan dan
konstruksi alat. Ketika menggunakan filter membran untuk larutan
terkontaminasi berat, penggunaan filter dalam atas uap sebagai prefilter
akan meminimalkan penyumbatan membran dan akan membolehkan
proses filtrasi untuk mencapai efisiensi retensi absolut pada ukuran yang
spesifik dan mempunyai kapasitas menahan partikel yang tinggi. Filter
diproduksi dengan variasi ukuran: diameter 13 dan 25 mm akan
mengatasi volume spoit sedangkan diameter 45 mm, 90 mm, dan 142 mm
akan menangani volume 300 ml, 5 liter, dan 20 liter. Untuk filtrasi volume
yang lebih besar, sistem filter multiple plate and pleated cartridge tersedia.
Filter untuk sterilisasi filter bersama dengan penurunan distribusi alat
harus disterilkan dan ini umumnya di autoklaf pada suhu 121°C atau
dengan etilen oksida.
Sterilisasi penyaringan melibatkan filtrasi larutan melalui bahan
penyaring steril diikuti aseptik dari wadah larutan yang terfiltrasi
sebelumnya dan wadah aseptik. Ini merupakan proses aseptik dan harus
dilakukan oleh operator terlatih di bawah kondisi aseptik. Penyaringan
tidak mengarah pada proses validasi dengan metode fisika atau kimia
yang terpercaya dan uji sterilisasi harus dilakukan untuk semua produk
yang disterilkan dengan penyaringan.
Pemilihan metode sterilisasi
Dengan penerapan metode sterilisasi energi ditingkatkan dan
bahan kimia selalu ada kemungkinan bahwa proses akan menghasilkan
efek yang berbahaya pada bahan yang disterilkan. Adapun pemilihan
metode sterilisasi berhubungan antara resiko kegagalan yang bisa
diterima untuk mencapai sterilitas dan kerusakan maksimum yang bisa
diterima pada produk dan bungkusannya. Sterilisasi panas secara praktis
merupakan metode pilihan.
Sterilisasi panas lembab diaplikasikan pada variasi luas sediaan
berair untuk rute parenteral dan nonparenteral. Ini juga bisa diaplikasikan
untuk karet alami dan banyak plastik, termasuk PVC dan nilon. Peralatan
gelas dan alat-alat lain bisa di autoklaf disiapkan bahwa penetrasi adekuat
uap dan pemaparan kelembaban tidak merusak. Autoklaf merupakan
metode sterilisasi yang paling efektif untuk pakaian bedah dan autoklaf
vakum tinggi sebagian memuaskan peralatan esential yang dibutuhkan
untuk pengeluaran total udara dan perlindungan dari penguapan
berlebihan. Ketika bahan-bahan dirusak karena adanya kelembaban,
misalnya minyak, basis salep, wax, dan serbuk, sterilisasi panas kering
lebih mungkin digunakan. Ini merupakan metode pilihan untuk peralatan
gelas, spoit, dan peralatan bedah.
Pemanasan berlebih, dan juga resiko degradasi produk selama
sterilisasi panas, bisa diminimalkan dengan menyadari penggabungan
letalitas yang mendekati protokol sterilisasi. Juga, sejak parameter
Arhenius untuk degradasi obat dan letalitas biasa ditandai berbeda, ini
mungkin untuk mengurangi jumlah degradasi obat, tanpa mempengaruhi
letalitas secara signifikan, dengan menggunakan temperatur tinggi,
protokol waktu pendek pada tempat dengan suhu rendah, protokol waktu
panjang. Perawatan temperatur tinggi waktu singkat (HTST) selama 15-45
detik pada 130°C dan perawatan temperatur ultra tinggi (UHT) selama 2-3
detik pada 140-150°C digunakan pada kebanyakan sterilisasi panas bagi
produk makanan yang sensitif terhadap panas bisa diaplikasikan untuk
beberapa sediaan farmasetikal.
Banyak bahan yang tidak dapat bertahan pada suhu yang
digunakan pada sterilisasi panas dan membutuhkan teknik ’sterilisasi
dingin’. Etilen oksida telah digunakan untuk sterilisasi serbuk yang tidak
stabil terhadap panas, beberapa plastik dan karet, peralatan bedah,
misalnya bronkoskop, dan sitoskop, pakaian bedah dan selimut dari wol.
Gas harus dapat berpenetrasi ke semua bagian dari bahan yang akan
disterilkan. Sterilisasi LTSF (digambarkan di atas) juga diaplikasikan untuk
selimut dari wol dan beberapa peralatan bedah. Sejak etilen oksida dan
formaldehid merupakan bahan kimia dengan reaktifitas tinggi perlu
dibuktikan bahwa tidak ada produk reaksi toksik yang dibentuk selama
sterilisasi. Kemampuan metode sterilisasi gas dipertanyakan karena
kondisi kritis dibutuhkan dan kesulitan memonitoring kondisi ini, dan
metode ini hanya disarankan jika metode yang dapat dipercaya tidak
dapat digunakan.
Metode alternatif ’ sterilisasi dingin’, radiasi, juga dipercaya, namun
terlalu banyak kerugiannya termasuk degradasi dalam variasi yang luas
pada bahan-bahan. Larutan berair sediaan farmasetikal tidak dapat
disterilkan dengan radiasi degradasi yang luas akan membawa produk
radialisis pada air. Metode ini digunakan untuk sterilisasi skala besar dari
spoit plastik, cawan petri dan pakaian bedah, peralatan bedah, pakaian
(sebagian pakaian yang adhesif), dan benang bedah.
Ketika sterilisasi akhir dari salah satu metode sterilisasi di atas tidak
dapat digunakan, sterilisasi dengan penyaringan dan proses aseptik
merupakan satu-satunya metode yang digunakan.
6. Textbook of Pharmaceutics; 529
Proses yang digunakan untuk mengefektifkan sterilisasi sediaan
farmasi diklasifikasikan atas :
a) Proses yang melibatkan penggunaan fisika
Ini mungkin melibatkan penggunaan panas dalam kehadiran atau
ketiadaan kelembaban, atau aplikasi UV, atau radiasi ionisasi.
b) Proses mekanik
Untuk banyak penggunaan, penggunaan larutan kimia, untuk
permukaan peralatan atau pada kulit, tidak menghasilkan sterilitas.
Bakterisida kimia bisa digunakan dalam larutan bersamaan dengan
penggunaan panas untuk sterilisasi untuk injeksi tidak tahan panas
tertentu, metode ini dibolehkan dalam British Pharmacopoeia 1973, dalam
beberapa hal. Gas bakerisida juga bisa digunakan dalam sterilisasi alat
dan bahan yang mungkin rusak oleh pemanasan.
c) Proses kimia
Pada metode ini, organisme tidak dibunuh in situ, tapi dihilangkan
dengan penyaringan.
Sterilisasi Panas Lembab
a. Perendaman dalam air mendidih
Ketika air mendidih akan membunuh organisme tidak berspora
dengan cepat, kebanyakan spora mulai resisten, dan beberapa dapat
hidup selama 5 jam atau lebih, walaupun secara umum nonpatogenik.
Saat pendidihan hanya digunakan sebagai prosedur sterilisasi darurat
untuk alat bedah, bisa dikatakan bahwa spora patogenik itu sendiri
penting, namun ini resisten dengan baik, beberapa strain melawan
pendidihan selama 95 menit. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
gambaran telah diberikan dari titik akhir tujuan dari titik kematian, yang
menunjukkan variasi yang luas, dan tentu saja, Kelsey (1958),
berpendapat bahwa pada 10°C, dikalkulasi mendapatkan persamaan
pembunuhan dalam 5 menit pada suhu 121°C, yang disadari sebagai
penawaran yang berharga dari keamanan, pendidihan selama 5 jam
mungkin dibutuhkan. Ini tidak mengejutkan ketika di rumah sakit metode
ini telah dibebaskan dan digantikan dengan penggunaan alat individual
yang dibungkus dan steril, atau membentuk sumber komersial
memproduksi unit steril dispo. Beberapa vaksin disterilkan dengan
pemanasan dengan air pada suhu 55-60°C. Vaksin ini, seharusnya
merupakan suspensi mikroorganisme yang diketahui dan harus bebas dari
spora, dan temperatur rendah digunakan untuk membunuh organisme
yang ada tanpa merusak sifat antigeniknya.
b. Sterilisasi dengan uap pada tekanan terelevasi
Meskipun uap pada tekanan atmosfer bisa digunakan untuk
sterilisasi kultur media sensitif panas, proses ini tidak dapat dipercaya,
dan umumnya dihindari. Untuk banyak media yang disiapkan dengan
granula kering, untuk sarung tangan karet, peralatan gelas atau wadah
dengan tutup karet atau garis, untuk larutan injeksi dan pakaian bedah,
sterilisasi dengan uap pada tekanan melebihi tekanan atmosfer umumnya
digunakan. Proses ini disebut autoklaf.
Autoklaf
Prinsip dari sterilisasi uap
Jika air dididihkan dalam wadah terbuka, misalnya tekanan
atmosfer, dan jika wadah kemudian ditutup dan dipanaskan berkelanjutan,
temperatur air dan uapnya akan melebihi titik didih normal dan tekanan
juga akan meningkat. Dianggap bahwa semua udara telah dikeluarkan
dari wadah sebelum ditutup, hubungan temperatur-tekanan akan
ditunjukkan dengan grafik di bawah ini. Tekanan dalam satuan kgf/cm2 di
atas tekanan atmosfer, dan fase batas dari kurva titik didih di mana gas
dan air ekuilibrium dan gasnya telah disaturasi. Kolom 1 dan 2 dari tabel di
bawah ini akan menggambarkan yang mana merujuk pada titik dari kurva.
Grafik :
Tabel
Efek hubungan suhu/tekanan dari uap dan udara
Tekanan uap (di atas atmosfer)
Temperatur campuran uap tersaturasi
dengan prentase (oleh volume) adanya
udara
0 % 20 % 40 % 60 % 80 %
0 lbf/in2 0 kgf/cm2 100 94 86 76 61
10 lbf/in2 0,70 kgf/cm2 115 108 100 89 72
15 lbf/in2 1,05 kgf/cm2 121 114 104 92 74
20 lbf/in2 1,40 kgf/cm2 126 118 110 98 81
30 lbf/in2 2,10 kgf/cm2 134 126 118 106 87
Uap tersaturasi
Pada saat uap tersaturasi, ia mempunyai kapasitas maksimum
untuk berkondensasi. Dalam melakukan hal ini, uap menghasilkan panas
laten pada bahan yang terkondensasi. Panas yang meningkat pada bahan
yang sedang disterilisasi pada suhu 115-135°C adalah sangat cepat,
karena energi panas yang dibebaskan sekitar ¼-½ waktu yang dibutuhkan
dalam jumlah yang sama untuk mengkondensasikan air. Air yang
terkondensasi juga membantu proses sterilisasi dengan menghidrasi
mikroorganisme yang ada dan membiarkan mereka untuk mudah
terbunuh. Lebih lagi, pada saat uap mengembun, kontraksi terjadi dan uap
lebih banyak dibawa pada area untuk menstabilkan tekanan, sehingga
melanjutkan pembentukan panas lokal sampai kondensasi sempurna.
Uap superpanas
Jika kondisi suhu dan tekanan dan efeknya yang diperlihatkan pada
titik di atas fase batas pada grafik di atas, maka uap akan kurang dari
yang tersaturasi, dan ini disebut uap superpanas. Uap tersaturasi bisa
menjadi uap superpanas jika uap diisolasi dengan kontak dengan air dan
dipanaskan lebih jauh atau disebabkan perluasan pengurangan tekanan,
atau dengan kombinasi jika kedua kondisi bertemu. Hal ini, tentu saja,
akan selalu terjadi jika temeperatur naik terjadi pada tekanan konstan,
atau tekanan menurun pada saat suhu konstan, seperti yang ditunjukkan
oleh garis XA dan XB pada grafik di atas. Sebaliknya, jika uap didinginkan
pada tekanan yang diperbolehkan untuk meningkat, kondensasi akan
terjadi jika kondisi terbalik fase batas pada titik di bawahnya.
Uap juga bisa menjadi superpanas jika campuran dengan udara
pada tekanan konstan, untuk sebagian tekanan uap air akan diturunkan
dan kemampuan molekul air untuk berkondensasi akan berkurang. Tabel
di atas menunjukkan bahwa efek dari larutan pada suhu dari uap
tersaturasi pada tekanan berbeda keseluruhan. Jika terdapat bagian
udara yang tidak diketahui pada autoklaf, baik pembacaan suhu maupun
tekanan akan ditampilkan tidak bersama-sama. Namun, jika kedua
pembacaan terjadi bersamaan, bahwa kondisi ini tidak berhubungan
dengan uap air murni, dan aksi yang mungkin diperlukan. Autoklaf industri
dilengkapi dengan perekam temperatur dan tekanan, dan perhatian lebih
harus diberikan untuk memastikan kondisi sterilisasi dicapai. Kepentingan
ini telah ditunjukkan dengan insiden yang terjadi pada tahun 1971 karena
pembacaan perekam suhu ditolak sebab diasumsikan sebagai kesalahan,
walaupun pembacaan yang rendah itu meningkatkan kehadiran air yang
tidak dikosongkan dari autoklaf.
Superpanas juga bisa diproduksi jika tempat panas lokal terjadi
misalnya penutupan dinding wadah dengan tutup autoklaf jika dipelihara
pada suhu di atas wadah, atau dengan interaksi uap air dengan bahan
yang disterilkan pada saat adsorpsi panas positif. Interaksi seperti ini
terjadi pada saat serat katun diadsorpsi dan mengabsorpsi lembab dari
uap, jika air bertindak sebagai efek batas dari cairan dan adsorpsi panas
sama dengan jumlah panas laten dan sisa panas dari air. Serat akan
dipanaskan dengan cepat, namun superpanas juga bisa terjadi. Hal ini
akan terjadi bila bahan katun telh dikeringkan sebelumnya hingga
kelembabannya kurang dari 1 %. Kain dan pakaian katun normalnya
mengandung 5 % kelembaban, adsorpsi panas biasanya menghasilkan
tingkat superpanas yang tidak berarti.
Tingkat superpanas yang masih bisa ditoleransi
Jika ada bahan yang tidak larut dalam air, tekanan uapnya akan
menurun dan larutan akan berada dalam ekuilibirum dengan uap yang
akan tersuperpanas dengan air. Savage (1937) menyatakan bahwa
substansi bakteri harusnya dihargai dengan cara ini, dan jika bisa
ekuilibrium dengan uap menunjukkan beberapa derajat superpanas,
sehingga kondensasi tidak akan terjadi. Ia mencoba efisiensi uap dengan
memvariasikan tingkat superpanas yang mungkin terjadi dan masih
menyediakan kenaikan kondisi sterilisasi yang memuaskan. Pada suhu
autoklaf yang biasa, misalnya 115-120°C, sterilisasi bisa dicapai di antara
jadwal waktu normal, walaupun 2 atau 3 tingkat dari superpanas yang
ada. Savage menyarankan prosedur ini untuk memastikan pakaian tetap
kering setelah sterilisasi, namun Medical Research Council’s Working
Party (1959) menyarankan bahwa superpanas dapat terjadi pada pakaian
selama adsorpsi panas dan tidak ada superpanas yang bisa ditoleransi.
Mereka menyarankan bahwa uap harus ditambahkan pada wadah tanpa
superpanas apapun.
Uap Basah dan Kering
Ketika uap dihasilkan oleh boiler, ini mengandungi dari boilers,
namun tetesan air dalam jumlah banyak. Jika uap basah seperti sterilisasi
itu, maka akan mengurangi kondensasi dari uap air, jadi panas laten akan
dibuat uutuk menghasilkan pemanasan cepat. Apalagi jika objek yang
disterilkan bersifat absortif, misalnya pakaian bedah, kertas saring,
mereka akan menjadi basah kunyup. Sebelum masuk ke dalam autoklaf,
ada kelebihan kelembaban yang dihilangkan oleh pemisah. Uap akhir,
bebas dari tetes air, disebut sebagai uap kering.
Desain dan Penggunaan Autoklaf
Autoklaf yang mudah dibawa
Autoklaf yang mudah dibawa sangat mirip dengan pembuat kue-
bertekanan. Autoklaf ini terdiri dari aluminium atau besi baja tegak lurus,
mesin silinder, dengan kapasitas 15 L, dilengkapi dengan penutup yang
ditekan dengan delapan mur kepitan dan dibawa dengan ukuran tekanan,
sebuah lubang angin, dan katup yang mudah dipindahkan. Penutup luar
memastikan bahwa semua kapasitas mesin bisa digunakan, namun
perubahan mengakibatkan kerugian. Jika salah satu penekan mengalami
kerusakan, akan ada tekanan pada yang lain, yang dapat mengakibatkan
peledakan. Sangat penting bahwa semua penekan harus benar-benar
diamankan dan harus dirawat dengan baik. Penutup itu sendiri berat dan
tidak mempunyai termometer, hal ini akan berbahaya jika penutup
diturunkan, dan tidak mudah dibalikkan. Kondisi di dalam autoklaf
diindikasikan secara tunggal oleh ukuran tekanan. Walaupun saturasi
akan selalu dijaga dengan adanya air di dasar autoklaf, sangat penting
bahwa semua udara harus dikeluarkan sebelum penutupnya ditutup, jika
tidak pembacaan nilai tekanan akan mengindikasikan temperatur lebih
tinggi dari yang dicapai.
Rancangan yang lebih memuaskan ditunjukkan pada autoklaf
bangku. Bagian tutup dicocokkan dengan bibir bawah dari pembuka pada
bagian atas bejana besi baja. Ini menawarkan keamanan maksimum,
karena meningkatnya tekanan menjamin tutup lebih kuat. Keduanya, tutup
dan pembuka bentuknya oval sehingga pembukanya dapat dimasukkan
secara diagonal dengan sumbu sempit yang diberikan pada bagian yang
lebih lebar dari pembukanya. Pembukanya kemudian diputar di bawah
posisi benar dan lurus dengan pembuka dan dijamin dengan kayu
melintang melalui gagang atau pegangan. Pada kayu terdapat klem
sekrup 1 dari terakhir yang dapat dipasang di bawah bibir, lalu kayu
dinaikkan dan penutupnya digantungkan padanya. Penutup dikelilingi oleh
pelek karet dan ini di bawah dengan rapat berlawanan bagian bawah dari
bibir bejana. Itu hanya spring loaded dengan katup aman dan ukuran
tekanan dan sangat terang dan mudah ditangani.
Termometer dengan lampu pelindung dimasukkan pada bibir dan
bukan pada penutup sehingga tidak merusak ketika dimasukkan atau
dikeluarkan. Bibir juga membantu termostat yang dapat diset kembali
diperlukan untuk menjaga temperatur di autoklaf dan dapat di monitoring
secara adekuat karena keduanya pembacaan suhu dan tekanan dapat di
buat. Tipe dari autoklaf ini dideasin menjadi panas pada cincin gas, tetapi
model panas secara elektrik juga mungkin. Bila objek yang disterilkan
relative besar misalnya botol infus, ini ditempatkan pada lubang-lubang
piring yang berada pada bagian bawah autoklaf. Pengaturan ini memberi
ruang kepala maksimum, di mana perlu penyisipan penutup untuk
mengurangi ini. Artikel lebih kecil dapat ditempatkan pada suatu keranjang
kawat kaki di mana menjaga mereka di atas air.
Suatu blow-off klep dicoba di sisi autoklaf dalam rangka untuk
mengosongkan udara. Karena gerakan turbulens dihasilkan ole air
mendidih, udara dan uap dicampur dengan baik dan posisinya agak
rendah dari katup tidak menyebabkan kerusakan. Tidak seperti model
pertama yang dipaparkan, katup tidak ditangkap oleh tube siphon yang
ada di samping vessel. Ini digunakan untuk mengubah haluan kelebihan
air kemudian uap air dari proses akhir autoklaf untuk menciptakan kondisi
yang kering. Ini merupakan kenyataan dari arti penting pada sterilisasi
pakaian dan autoklaf portable tidak cocok untuk ini. Leh karena itu tube
sifon tidak diperlukan.
Pengoperasian
Pengoperasian dari tipe autoklaf ini sangat sederhana. Kira-kira 2
liter dari air ditempatkan pada vessel, objek yang akan disteilisasi
dimasukkan di dalamnya dan bibir autoklaf ditutup. Lubang angin dibuka
dan dipasang panas. Jika mengandung larutan dengan segel terbuka
seperti kultur bakteriologi dalam tabung diisi, disterilisasi, tidak boleh
diletakkan dalam autoklaf sampai airnya mulai mendidih konsentrasi dari
larutan mungkin terjadi selama periode pemanasan. Ketika uap air telah
dikeluarkan secara bebas dari lubang angin selama 5 menit, terakhir
ditutup. Temperatur dan tekanan kemudian naik hingga jangkauan yang
dulu dikendalikan oleh termostat. Ketika ini terjadi, pemanasan dilanjutkan
dan diperlukan waktu dan autoklaf dan selanjutnya dibolehkan untuk
dingin. Segera tekanan dalam autoklaf tetesan dari atmosfer, ventilasinya
di buka supaya meteran tidak rusak oleh ruang hampa udara. Mungkin
juga beberapa penguapan menyebabkan wadah segel terbuka. Injeksi
dalam ampul lebih banyak dipindahkan secara cepat, namun infus
intravena dalam botol besar, karena saluran panas dari bahan yang
sedikit, pendinginan lebih lambat daripada autoklaf itu sendiri. Oleh karena
itu mereka mempertahankan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan atmosfer untuk suatu waktu dan jika dipindahkan terlalu awal bisa
meledak.
Bila temperatur autoklaf dikontrol dengan thermostat, tidak absolut
diperlukan untuk melepaskan udara dari autoklaf, karena kebenaran
temperatur akan dicapai, dan diutamakan dan saturasi akan selalu terjadi
dalam hubungannya dengan cadangan air. Lubang angin, bagaimanapun
akan menurunkan resiko dari kantong udara sisa atau dalam objek untuk
disterilkan dan memastikan suatu penetrasi uap air yang memuaskan.
Autoklaf Horisontal Skala Besar
Autoklaf yang mudah dibawa yang dijelaskan di atas dapat juga
digunakan untuk beban kecil dari botol vaksin atau untuk satu atau dua
botol transfusi. Untuk beban berat, autoklaf horizontal digunakan desain
umum.
Uap utama dilewati 1 kran reduksi untuk membawa tekanan hingga
yang memerlukan untuk operasi dan kemudian melalui suatu mesin
pemisah B untuk memindahkan droplet air. Garis uap air kemudian dibagi
dalam dua cabang, satu cabang melingkari jaket dari chamber dan yang
lain mendorong ke arah puncak chamber itu sendiri di mana uap air
diijinkan sampai penutup F. Chamber dilengkapi dengan tekanan P dan
katup
Penghilangan Udara
Langkah selanjutnya terdiri dari proses yang memasukkan uap air ke
dalam chamber dan menghilangkan udara darinya.
Pemindahan yang Menurun
Uap air yang telah selesai dimasukkan dalam chamber melalui F,
dinding antar yang dirancang untuk memastikan bahwa uap air diarahkan
pada puncak chamber dalam suatu pergolakan, sehingga sebuah kantong
udara tidak dibentuk. Uap air sedikit lebih ringan dari udara pada
temperatur yang sama, berangsur-angsur memindahkan udara dan
campuran aliran udara dibawahnya dan tekanannya keluar melalui G.
Ketika proses ini selesai, perekam temperatur pada G akan meningkat ke
uap jenuh pada tekanan tersebut yang ditunjukkan oleh alat-alat pengukur
tekanan chamber. Dalam praktek, suatu vakum yang rendah dapat ditarik
sebelum pemasukan uap tetap untuk cairan-cairan dalam botol dan dapat
membantu dalam memindahkan bagian udara sebelum uap air
dimasukkan untuk memindahkan sisa (Clothier Report 1972)
Ketinggian Sebelum Proses Vakum
Pada proses ini udara dipindahkan melalui penurunan tekanan
vakum hingga sekitar 20 mmHg. Vakum dapat diterapkan secara terus-
menerus selagi uap air dimasukkan secara berlanjut (Alder 1970), tetapi
biasanya aplikasi dari vakum dan pemasukan uap dibuat untuk
mengubah; dua periode evakuasi seringkali dilakukan, masing-masing
diikuti oleh pemasukan uap air. Sebuah vakum 20 mmHg (absolut) ditarik
(Knox & Penikett), yang diikuti oleh ”ledakan pendek” dari uap air untuk
menaikkan tekanan diatas atmosfer. Vakum membentu penetrasi dari
serat-serat oleh uap air yang menaikkan temperatur, tetapi aliran masuk
yang berikut dari uap air juga ”udara yang masuk” dan membawa kembali
ke serat-serat, sehingga seperti uap air padat, kantong udara kecil
dibentuk. Suatu vakum yang kedua dibutuhkan untuk memindahkan dan
hal ini dibantu oleh ”boiling-out” dari air kondensasi.
Wilkinson dan Peacock (1961) memperlihatkan bahwa pada
pengemasan bahan seperti handuk-handuk rumah sakit, hasil yang lebih
baik diperoleh jika temperatur jaket ditetapkan pada 135°C dan hingga uap
air yang pertama penuh, tekanan dinaikkan hingga 200 mmHg. Uap air
dengan temperatur cukup tinggi ditarik ke dalam serat-serat itu untuk
menaikkan temperatur mereka hingga 45°C dan untuk menyediakan
fasilitas ”boiling-out” yang baik ketika vakum kedua dari 20 mmHg
diterapkan. Pada akhir ini, temperatur dari tetesan serat-serat hanya
sampai 400 dan uap air diijinkan masuk kembali hingga 2,11 Kgf/cm2
(30lbf/in2) pada alat pengukur setiap 3 menit. Ketinggian prevakum, proses
temperatur tinggi sangat mengurangi waktu pengambilan suatu siklus
sterilisasi lengkap sehingga masing-masing tahapan memiliki durasi yang
pendek, tetapi tidak cocok untuk bahan yang sangat kering atau lembab
sebelum sterilisasi.
Henry dan Scott (1963) memperlihatkan bahwa ”boiling-out” menjadi
lebih siap dengan ruang penuh dari pada sebuah autoklaf yang
mempunyai ruang udara yang luas telah ditinggalkan dan disarankan
untuk menyingkirkan berbagai kesulitan dengan beban ringan suatu
vakum tinggi lebih baik dari pada tekanan 15 mmHg digambarkan oleh
suatu steam-jacketed, pompa oil-sealed.
Waktu Pemanasan
Ketika cairan dalam botol besar disterilkan, ini bisa dipertimbangkan,
seperti panas penetrasi setiap materi dari beban melambat. Waktu yang
diperlukan akan berbeda dari tiap volume botol dan temperatur uap air,
dan tingkat penetrasi panas oleh karena itu ditentukan oleh penempatan
thermocouples pada spesimen. Perekaman dari termometer chamber
sering digunakan, tetapi itu hanya memberi suatu perkiraan dari kondisi
dalam autoklaf. Untuk waktu pemanasan sebuah botol tranfusi 500 ml,
menggunakan uap air pada 1150 sekitar 15 menit (Pharmaceutical
Handbook 1970).
Ketika proses high-vacuum digunakan untuk beban-beban yang
menyerap, penetrasi cepat uap air dengan cepat menaikkan temperatur
dari bahan yang sedang disterilkan dan tidak perlu untuk memungkinkan
waktu pemanasan lebih lama.
Periode Sterilisasi
Ketika semua udara telah dipindahkan dari chamber dan dari beban
di dalam kasus dari objek yang menyerap dan ketika keseluruhan beban
sudah dinaikkan pada temperatur sterilisasi, hal ini dilakukan dalam waktu
yang diperlukan. Catatan tambahan 29 Of The British Pharmaceutical
Codex 1973 daftar temperatur waktu kombinasi yang diusulkan oleh the
Medical Research Council Working Party (1959). Pilihan dari kombinasi
yang digunakan tergantung pada kemampuan dari material yang
disterilkan.
Temperatur
(0C)
Corresponding nominal pressure in
excess of atmospheric
Recommended
minimum holding time
(min)(Kgf/cm2) (lb/in2)
115-116
121-123
126-129
134-138
0,70
1,05
1,40
2,25
10
15
20
32
30
15
10
3
Pengeringan / Pembuangan Udara dan Kondensasi
Selama pemindahan menurun dari udara , ini adalah lubang melalui
saluran pada bagian bawah chamber. Untuk mencegah hilangnya uap air
secara berlebihan pada waktu yang sama, suatu perangkap uap air
disisipkan di dalam garis jalan keluar. Ini bisa berupa suatu perangkap.
Kapsul fleksibel berisi suatu campuran cairan yang mendidih pada
suatu temperatur sedikit lebih rendah dari air. Ketika udara lewat melalui
katup kapsul tidak diperluas, tetapi setelah udara dikosongkan dan uap air
masuk perangkap yang menaikkan temperatur, menyebabkan kapsul itu
mengembang dan menutup jalan keluar. Perangkap itu perlu membuka
dalam 3 dan menutup dalam 2 dari temperatur uap jenuh dan kemudian
dikenal sebagai perangkap ”near-to-steam”. Fakta bahwa kapsul itu
adalah cairan fleksibel di dalamnya pada tekanan yang sama seperti
lingkungan atmosfer; cairan itu akan mendidih pada temperatur yang lebih
tinggi jika tekanan dinaikkan sehingga kondisi ”near-to-steam”
dipertahankan. Seperti perangkap lubang udara, udara dan campuran uap
air dan volume kecil dari kondensasi air dan dapat dengan sukses
digunakan selama pemindahan yang menurun dari udara, tetapi selama
periode sterilisasi, muatan berat dari benda tak menyerap, seperti botol-
botol cairan, dapat menghasilkan pemadatan berlimpah dan bellows-
operated trap tidak mampu mengatasinya. Lekukan di atas operator dari
tipe ini dapat digunakan untuk tujuan ini, tetapi Barson, Peacock Robins
dan Wilkinson (1958) memperlihatkan bahwa dibawah kondisi test mereka
baik lekukan di bawah operator maupun yang mengapung di atas operator
tidak yang secara penuh memuaskan. Pembentuk itu bersifat insensitif
terhadap sejumlah kecil dari udara yang belakangan hanya dapat
digunakan untuk mengendalikan pengeluaran air. Barson dkk
mengusulkan bahwa katup dioperasi di bawah harus dilengkapi dengan
pelewat permanen kecil dan bahwa unit yang utuh harus disatukan di
dalam badan chamber pengapung sehingga kedua katup dan pelewat
semua opertif.
Periode Pendinginan
Ketika periode sterilisasi diselesaikan, perpindahan uap air
kedalam chamber dihentikan dan autoklaf dibiarkan agar dingin. Botol-
botol volume besar yang berisi cairan telah disterilkan dapat memrlukan
waktu lama untuk dingin dan tekanan tidak dibiarkan turun dengan cepat
atau akan meledak. Uap air itu kemudian keluar pelan-pelan melalui
saluran atau suatu by-pass. Autoklaf akan kembali ke keadaan sampai
temperature dari botol cairan turun hingga 100°C sehingga autoklaf dapat
dibuka dan beban dipindahkan tanpa menimbulkan bahaya bagi operator.
Ketika pakaian/balutan disterilkan, tidak ada pertimbangan-pertimbangan
tertentu dan setelah sterilisasi selesai, uap air dipindahkan oleh pompa
dan suatu vakum ditarik menggantikan sisa kelembaban dari beban.
Temperatur jaket dipertahankan untuk mencegah pemadatan/kondensasi
lokal. Penikett, Rowe, dan Robson (1958) mengusulkan bahwa suatu
vakum bertekanan 50-200 mmHg dipertahankan kurang dari 3 menit akan
menghasilkan pakaian/balutan yang kering. Pada akhir periode ini, vakum
itu rusak oleh pemasukan udara steril melalui filter bacteria-proof dan
beban kemudian dipindahkan.
Waktu penyejukan dari larutan dalam botol dapat direduksi dengan
menyemprot dengan pancaran air hangat (Bowie 1959). Wilkinson,
Peacock dan Robins (1960) menemukan bahwa kerusakan berlebihan
dari botol harus dihindari, penyemprot harus berasal dari kabut cukup
halus untuk mencegah penyejukan yang terlokalisasi dan perubahan
panas yang drastis dan volume kecil dari udara harus diberikan untuk
mencegah reduksi tekanan yang bterlalu cepat di sekitar botol. Objek dari
penyemprot penyejuk tidak hanya dalam waktu singkat dari penyejukan
ekonomik, tetapi juga untuk mengurangi resiko letusan botol dengan
memastikan bahwa botol tersebut cukup sejuk sebelum pintu dari autoklaf
dibuka. Allwood (1974) dan Myers (1974) menunjukkan bahwa
kontaminasi dapat terjadi pada permukaan luar dari penutup botol dan
penghubung diantara leher botol dan skrup penutup aluminium untuk
membatasi penutup. Jika isi dari botol dituangkan untuk penggunaan
topical, atau jika diambil melalui penutup dengan menggunakan kanula,
kontaminasi dari cairan dapat terjadi. Beverly dan kawan-kawan
menemukan bahwa kontaminasi langsung dari bahan adakalanya terjadi
selama proses sterilisasi dan semprot penyejuk, tetapi pada kasus ini
botol tertutup cukup untuk mengijinkan pemasukan dari air dalam volume
besar. Walaupun, komite Rosenheim (1972) menyarankan bahwa
kontaminasi dapat dicegah dengan cukup menutup botol, Myers
mempertimbangkan bahwa kehadiran dari botol infus (BS 2463,1962) dan
standar DHSS untuk botol untuk air steril noninjeksi tidak cukup dan tidak
dibutuhkan untuk meningkatkan design untuk botol untuk digunakan pada
penyemprot penyejuk autoklaf.
Proses kontrol otomatis
Mengingat tanggung jawab yang berat dari pekerja untuk
menyelesaian prosedur sterilisasi untuk memastikan bahwa tiap tahap
cukup terlaksana dan termonitoring, dalam Standard British telah dibuat
suatu ketetapan dan perbaikan yang menarik mengenai prosedur kendali
otomatis. Tiap tahap di bawah kontrol otomatis dan temperatur dan waktu
dikontrol dari tempat pemeriksa dalam beban dan dapat bervariasi untuk
memberikan kondisi yang cocok untuk beban sterilisasi yang berbeda
contoh baju, sarung tangan operasi, alat dan botol larutan. Untuk
mengijinkan variasi tekanan atmosfer pada waktu dan tempat yang
berbeda, tombol kontrol dari pompa vakum diubah secara barometrial.
Pintu harus disusun sedemikian rupa agar uap tidak masuk ke dalam
ruang sebelum pintu ditutup, dan pintu tidak dapat dibuka sampai tekanan
dari ruang berkurang sampai 0,2kgf/cm2 dan ruang dihubungkan dengan
atmosfer. Sistem alaram dibuat untuk memberi peringatan jika kesalahan
terjadi pada tiap tahap.
Tes pencapaian
Walaupun monitoring prosedur sterilisasi telah dilakukan dengan
pengamatan secara haati-hati dari temperatur dan tekanan dalam ruang,
tetapi ini tidak memberikan indikasi bahwa proses telah dilakukan dengan
baik. Ini membutuhkan tes tambahan untuk memastikan kesterilan dari
produk karena ini tidak dapat diasumsikan bahwa kondisi pengamatan
sampai ke dalam beban, untuk ini dapat bergantung pada alam,
kandungan kelembaban, dan pengemasan bahan yang telah disterilkan.
Oleh karena itu, ini dibutuhkan untuk menyelesaikan tes rutin untuk
memastikan bahwa kondisi steril penuh telah dicapai dan terpelihara pada
beban.
Satu jalan untuk melakukan ini dengan melakukan tes sterilitas dari
sampel secara acak dari beban lainnya dengan membuat perkiraan
kondisi dari beban itu sendiri. Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Metode instrumental
Kondisi temperatur dalam beban dapat diukur dengan
thermocouples atau thermosistor yang dimasukkan ke berbagai tempat.
Pada kasus dari larutan, alat pemeriksa ditempatkan pada perwakilan dari
botol-botol dan pada kasus baju, itu ditempatkan dengan baik dalam
kemasan spesimen. Autoklaf harus disesuaikan dan akan dihubungkan
dengan tempat untuk memastikan hantaran panas dan autoklaf
disambungkan dengan rekorder yang dapat memberikan langkah
selanjutnya. Jika bukan metode ini, bagaimanapun diberikan informasi
langsung.
Metode bakteriologikal
Penggunaan dari spora bakteri yang resisten telah digunakan oleh
beberapa pekerja untuk menyediakan bukti satu-satunya yang paling
memuaskan dari proses sterilisasi dan pilihan yang tepat untuk uji
organisme. Spora biasanya dikeringkan ke potongan atau cakram dari
kertas filter atau aluminium foil (Kelsey 1961, Beeby & Whitehouse 1965,
Cook & Brown 1965), Tiap bagian tes membawa sekitar 106 spora. Kelsey
(1961) menemukan bahwa inokulum dari B. stearothermophilus
membutuhkan sterilisasi menggunakan waktu sekitar 10 menit pada
121°C. Untuk penggunaan, bagian uji ditempatkan pada amplop khusus
dan ditempatkan pada bagian tengah dari baju atau bahan lain yang akan
disterilkan. Setelah proses sterilisasi telah selesai, mereka dipindahkan
dan secara aseptik ditarik dari amplop dan dikulturkan pada medium yang
akan memberikan kondisi pertumbuhan yang maksimal. Satu kerugian
dari metode ini adalah inkubasi dari spora yang telah dipulihkan harus
dilanjutkan selama beberapa hari. Kelsey (1951) menemukan bahwa
sedikit yang menunjukkan hasil positif setelah 3 hari dan memilih 5 untuk
memberikan batas keamanan, tetapi bahkan ini berarti bahwa hasil
mungkin diketahi setelah bahan disterilkan, oleh karena itu tes
bakteriologikal sebagai indikator kepuasan kondisi rutin, sebagai
pengaman pada proses khusus.
Indikator Kimia
Pertama-tama dari ini disebut saksi tube yang terdiri dari bahan
Kristal tunggal yang diketahui titik leburnya dalam tube gelas contoh :
sulfur (115°C), asetanilid (116°C), suksinid anhidrat (120°C), asam benzoat
(121°C). Pencelup dapat dimasukkan untuk menunjukkan secara lebih
jelas bahwa kristal telah melebur. Seperti alat, tentu saja hanya ditujukan
untuk menunjukkan temperatur sesungguhnya yang telah dicapai, tetapi
telah dilakukan usaha untuk menunjukkan waktu pemaparan dengan
meletakkan kristal pada akhir tube gelas jam, volume dari kristal dan
diameter dari tube telah disesuaikan, jadi waktu untuk memindahkan
lelehan sama dengan waktu sterilisasi dengan temperatur yang
dibutuhkan. Jika, bagaimanapun temperatur diatur berlebih selama proses
sterilisasi, larutan dalam tube akan mengikuti arus sampai konstriksi lebih
cepat dan hubungan waktu-temperatur baru tidak terlalu dibutuhkan untuk
sterilisasi. Modifikasi dari proses ini telah dipikirkan oleh Simpkins dan
Wilkinson (1964), di mana mereka menggunakan potongan kertas filter
laminating dengan aluminium foil yang berperan sebagai pendistribusi
panas. Salah satu ujung dari potongan dipenuhi dengan 2,4-
dinitrofenilhidrason dengan titik leleh yang sesuai dan pada pelelehannya,
larutan berpindah sepanjang potongan kertas pada kecepatan terkontrol.
Alat disegel dalam amplop propilen yang dilubangi sampai selesai diteliti.
Metode lain digunakan dalam tube Browne’s (A.Browne, Leitcester,
Ltd) yang dikontrol reaksi kimia, melibatkan perubahan warna dari larutan
merah sampai amber menjadi hijau. Untuk proses autoklaf, tersedia 2
tipe : tipe 1 merubah menjadi hijau penuh pada sekitar 16 menit pada
120°C dan 10 menit pada 125°C. Tipe 2 juga merubah sekitar 10 menit
pada 120°C. Kondisi ini layak disetujui menurut British Pharmaceutical
Codex, tetapi pada temperatur lebih rendah mereka menyatakan tidak
cukup aman. Karena hasil yang bergantung pada reaksi kimia, ini dapat
tetap dilakukan dengan waktu pemaparan yang lebih panjang menjadi
temperatur sub-letal, jadi jika waktu tambahan diijinkan untuk sterilisasi
beban khusus, hasilnya dapat menyesatkan. Tidak sama dengan metode
yang melibatkan lelehan dari bahan murni. Sistem kimia yang digunakan
memperkenalkan ketidakstabilan yang tidak bisa dipisahkan dan
penyimpanan yang hati-hati pada tempat sejuk dibutuhkan sebelum tube
Brone digunakan (Brown & Ridout 1960)
Metode kimia juga tersedia pada tipe adhesif berwarna (3M’s Ltd)
atau lembaran kertas yang ditandai dengan garis yang dibuat menjadi
peka. (E.S. &A. Robinson Ltd) mengubah ketika panas lembab digunakan.
Tetapi ini hanya berguna ketika temperatur tinggi autoklaf (134o)
digunakan dengan waktu tidak lebih dari 3,5 menit. (Alder 1970).
Kelsey (1958) membuat diagram untuk menunjukkan karateristik dari
indikator yang tersedia. Kelsey awalnya memplot waktu panas mati untuk
patogen resisten yang memiliki nilai sekitar 100. Ia menyatakan
penggunaan indikator yang akan menunjukkan slop untuk temperatur dan
waktu yang sama yang bergantung pada kurva waktu kematian dari
bakteri patogen. Garis menunjukan karateristik dari indikator ideal
seharusnya di atas kepalsuan yang diberikan oleh waktu kematian dari
bakteri patogen, tetapi di bawah itu mengindikasikan pembuktian waktu
sterilisasi. Kelsey membantah bahwa indikator menunjukkan perubahan
kompleks di bawah kondisi yang bersesuaian, terlalu dekat untuk
digunakan untuk sterilisasi, terlalu banyak kesalahan negatif yang
terekam. Simpkins dan Wilkinson memilih indikator karateristik yang
bersesuaian sangat dekat dengan kondisi sterilisasi. Indkator ideal Kelsey
bereaksi secara pasti pada temperatur rendah unruk memastikan sterilitas
absolut, itu artinya kurva cocok untuk spora resisten nonpatogen yang
diketahui, itu palsu atas bahwa untuk indikator dan tentu saja di atas
bagian yang lebih rendah dari kurva disediakan melaui waktu sterilisasi
ofisial, tetapi referensi telah dibuat dari pandangan Sykes (1969) bahwa
kejadian seperti organisme resisten pada bahan farmasetik jarang terjadi.
Diagram Kelsey’s juga menunjukkan bahwa slop untuk tube Browne’s
lebih baik daripada pathogen atau waktu sterilisasi ofisial, jadi hanya pada
temperatur tinggi dapat dipastikan sterilitasnya.
Metode autoklaf yang lain
Metode tekanan rendah
Pada metode ini panas dimuat ke evakuasi autoklaf berikutnya untuk
memberikan tekanan negatif sekitar 360 mmHg, menghasilkan suhu 80°C.
Kondisi ini dipertahankan selama 10 menit untuk membunuh semua
bentuk vegetatif bakteri. Keefektifan dari proses ini dapat ditingkatkan
dengan menambahkan uap formaldehid pada uap panas dan spora akan
terbunuh jika kondisi berlangsung selama 2 jam (Alder 1970). Sisa
formaldehid dikeluarkan pada akhir masa sterilisasi dengan menggunakan
vakum. Metode ini telah digunakan untuk sterilisasi selimut wool dan alat
bedah yang sensitif terhadap panas seperti stetoskop, dan bahan lain
seperti pipa plastik.
Metode counter tekanan
Sykes (1969) telah menunjukkan bahwa ketika wadah tersegel dari
cairan disterilkan, udara tidak keluar dan tidak terlalu penting untuk
mengeluarkannya dari autoklaf. Ini memiliki 2 keuntungan : menghasilkan
kondensasi maksimum dari uap yang terkondensasi dan dapat terjadi
korelasi yang mudah antara temperatur dan tekanan. Keuntungan ini
dapat mengurangi kerugian dengan menggunakan uap yang tak
tersaturasi pada tekanan yang lebih tinggi, menghasilkan tekanan pada
autoklaf dengan temperatur yang ada dan bukan dari tekanan yang
dihasilkan.
Metode lain dari sterilisasi dengan panas lembab
Tindalisasi
Metode ini terdiri dari pemanasan bahan pada suhu 80°C selama 1
jam, atau 100°C, selama 3 hari berturut-turut. Ini didasarkan pada
perkiraan bahwa setelah sel vegetatif dimatikan pada pemanasan
pertama, spora dapat dimusnahkan sebelum pemanasan berikutnya, di
mana akan dimatikan juga. Namun, beberapa spora masih dapat tahan
sesaat lamanya dan spora yang dirusak oleh panas dapat lebih lambat
dimusnahkan, jadi metode ini tidak terjamin sterilitasnya.
Pemanasan dengan bakterisidal
Davis (1940) pada penyelidikannya pada tindalisasi injeksi telah
menunjukkan bahwa metode ini dapat berhasil jika menggunakan
bakterisida. Sejak keefektifan dari larutan bakterisida diketahui untuk
meningkatkan dengan tekanan, maka pengembangan yang lebih lanjut
adalah menggunakan bakterisida pada injeksi. Coulthard (1939)
menemukan klorokresol dan fenilmerkuri nitrat efektif pada pemanasan
100°C selama 30 menit dan Berry, dkk (1938) menjelaskan bahwa
bakterisida harus terhindar dari toksikasi, sejalan dengan penggunaanya
dan stabil selama proses sterilisasi dan penyimpanan.
Pasteurisasi
Walaupun bukan merupakan metode sterilisasi yang sempurna,
sejak organisme yang ada tidak terlalu penting untuk dimatikan, ini penting
untuk disebutkan. Ini ditemukan oleh Pasteur untuk meningkatkan
penjagaan kualitas dari anggur dan kini diterapkan pada proses
pembuatan susu untuk mematikan organisme patogen tanpa
mempengaruhi rasa, kandungan nutrisi, atau emulsifikasi susu. 2 metode
yang digunakan :
Metod
e holding; susu dipanaskan pada tangki dengan suhu 62,8°C selama
30 menit, susu akan teraduk dengan agitasi yang lembut. Mesin panas
akan digunakan untuk dispersi busa pada permukaan.
Temp
eratur tinggi—waktu singkat, atau proses yang singkat; susu
dilewatkan pada pengubah panas yang terkontrol pada suhu 71,6°C
dan dipertahankan selama 15 detik, setelah itu dinginkan pada
pengubah panas kedua. Dengan menurunkan kondisi proses ini dapat
digunakan untuk sterilisasi untuk volume yang besar dari media, yang
dapat diserang dengan cepat oleh fermentor.
Sterilisasi Panas Kering
Resisten terhadap panas kering
Sterilisasi dengan panas kering membutuhkan temperatur yang tinggi
dan waktu pemaparan yang lama dibandingkan penggunaan panas
lembab. Rahn (1945) beranggapan bahwa ini diakibatkan perbedaan pada
proses fundamental dan efek mematikan dari panas kering yaitu oksidasi,
dimana dia memberi postulat bahwa aksi pensterilan panas lembab
mengakibatkan denaturasi protein. Hansen dan Rieman (1963), walaupun
mencari perbedaan mengakibatkan ada atau tidaknya air pada hidrasi
pada molekul protein dan air dalam sel yang terjadi diantaranya. Ketika
panas digunakan pada air yang tersedia, ikatan disulfit dan ikatan
hidrogen diantara protein memilikimobilitas untuk membentuk hasil yang
baru pada denaturasi protein, dimana, jika merupakan bagian dari enzim,
akan membuatnya inaktif. Pada suasana bebas air , penyusunan ulang
dari protein akan sulit dan banyak energi yang dibutuhkan untuk
merusaknya. Hansen dan Rieman menerapkan argumen mereka hanya
untuk organisme nonspora, yang praktis resisten pada panas kering
dibanding panas lembab. Spora, bagaimana pun juga tidak seperti sel
vegetatif , mengandung asam dipikolinik (DPA), dan telah terbukti bahwa
resistensinya pada panas lebih besar diakibatkan pada tempat dimana
protein terikat pada kalsium dipikolinat (Brown & Melling 1973), kompleks
terbentuk pada pencarian stabilitas dan perlindungan pada protein
melawan panas.
Perlengkapan ofisial
Perlakuan minimum dibahas pada British Farmakope adalah dengan
mensterilkan bahan pada suhu 150° selama 1 jam, ini diterapkan pada
penetapan minyak dan larutan berminyak, dan juga direkomendasikan
Codex untuk etyl oleat, parafin cair, dan gliserol. Banyak pekerja yang
berharap pengaturan untuk meyakinkan sterilitas dan digunakan pada
temperatur yang lebih tinggi yang mungkin dapat menguraikan substansi
yang distrerilkan. Untuk alat-alat gelas, British Farmakope mengharuskan
penggunaan suhu 160°C selama 1 jam, sementara Codex menawarkan
alternatif suhu 180°C selama 11 menit.
Udara panas oven
Udara panas oven adalah peralatan yang umum digunakan pada
sterilisasi panas kering. Ini dipanaskan dengan gas atau dengan listrik,
tetapi pemanasan dengan listrik panasnya terkontrol, oven kebanyakan
digunakan karena panasnya dapat memberikan distribusi panas yang
paling baik.
Bahan yang ditempatkan di oven menerima panas secara langsung
dari udara panas yang berputar di dalam oven dengan radiasi dari dinding
oven dan oleh konduksi.
Transfer langsung panas dari udara yang berputar
Disebabkan pada panas rendah yang spesifik, udara memiliki bahan
pemanas yang sedikit, jumlah yang diterima harus dapat melewati bahan
agar timbul temperatur untuk oven.
Radio – Frekuensi Induksi Panas
Pada proses ini radio – frekuensi arus, membangkitkan osilator yang
sesuai, ini merupakan tempat gulungan tembaga yang bekerja di
sekelilingnya untuk menjadi steril. Trotman, (1969) penyokong ini
digunakan untuk sterilisasi dengan merawat peralatan misalnya pipet
logam dan kawat putaran, pada sistem automatik diagnostre. Objek ini
wajib untuk sterilisasi, bagaimanapun, konduktor memiliki keterbatasan
untuk digunakan pada metode ini, walaupun Trotman merangkan untuk
dapat diadaptasi pada general yang telah digunakan pada artikel sebagai
gulungan horizontal pada sebuah ban bergantung. Bukan konduktor yang
harus berhimpit untuk sebuah konduksi suskeptor yang mana panas tidak
akan kontak dengan konduktor.
Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi ini merupakan tempat suatu filter bakteri nyata yang
digunakan untuk larutan termolabil dan gas termasuk udara. Larutan
termolabil juga terdapat kerugian jika subjek untuk sterilisasi panas.
Proses ini juga digunakan kadang-kadang sebagai alternatif pada metode
pemanasan untuk sterilisasi dengan larutan termolabil. Proses ini terdiri
dari tiga golongan utama untuk larutan:
1. Tempat dari larutan untuk disterilisasikan terus-menerus sebelum filter
unit yang mensterilkan.
2. Pemindahan secara aseptis dari flitrasi untuk wadaph steril di mana
juga tertutup secara aseptis.
3. Tes untuk steril dengan mengangkat keluar pada hail filter.
Dari ketiga golongan di atas prosesnya sejak lama berbahaya pada
sterilisasi filtrasi. Oleh sebab itu suatu bakteri biasanya dimasukkan dalam
larutan.
Kerugian dari proses sering kali lebih banyak dari keuntungan ini
dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Keuntungan :
a) Pemanasan yang sedikit, jadi ideal untuk larutan termolabil.
b) Menghilangkan semua bakteri dan jamur, dan sering kali menjernihkan
larutan.
c) Bermanfaat untuk proses sterilisasi dalam volume besar larutan.
d) Bermanfaat untuk tetes mata, botol tetes ini tidak tahan dengan proses
pemanasan.
Kerugian :
a) Membutuhkan teknik aseptis, ini membutuhkan susunan latihan yang
lebih dan peralatan steril dan fasilitas
b) Membutuhkan tes steril, kecuali dalam keadaan gawat, hasilnya tidak
boleh sampai melewati tes. Kerusakan dapat terjadi dalam tujuh hari.
c) Virus, bagian filtrat dari bakteri, produk bakteri, begitu juga toksin dan
pirogen, tidak dihilangkan atau dihancurkan.
d) Filternya terperinci tiap waktu atau secara berangsur-angsur
digunakan. Berangsur-angsur kesalahan mungkin tidak diketahui
dengan cepat.
e) Unit filter bisa bocor dan terbatas untuk udara nonsteril. Jadi unit filter
akan memiliki beberapa kesamaan yang mungkin. Gunanya bagi
tekanan positif (yaitu kekuatan larutan melewati filter dengan
penekanan udara) keuntungan lebih tekanan negatif (yaitu menyerap
larutan melewati filter, dengan vakum) kebocoran dari udara menjadi
larutan dimana filter tidak terjadi.
f) Penyerapan dapat terjadi dengan beberapa filter, misalnya lilin dan
bahan berserat.
g) Beberapa hasil filter fibres atau alkali, misalnya filter fibrous, tetapi
alkali netral-filter bebas yang ada.
h) Penyumbatan dapat terjadi dengan memperpanjang filtrasi, walaupun
ini dapat sedikit digunakan dengan prefiter yang cocok. Bakteri bisa
tumbuh terus pada beberapa tipe filter, dengan lama filtrasi.
i) Filtrasi tidak dapat digunakan untuk suspnsi steril.
j) Oksidasi dapat terjadi pada besar filter, dan obat harus disesuaikan
dengan pelarut.
Dua tipe utama dari unit yang tersedia. Tipe tekanan positif, dimana
larutan yang dipaksa melewati filter dangan penekanan udara, dan
tekanan negatif (vakum), di mana tipe larutan ini diserap terus dengan
filter. Dahulu keuntungannya lebih lama, tetapi keduanya digunakan.
Keuntungan dari Sistem Tekanan Positif dan Negatif
Tekanan Positif Tekanan Negatif
Udara tidak steril, tidak dapat masuk
lewat kebocoran yang sama
Evaporasi dan Pembusahan dari filtrat
dikurangi.
Pada skala besar pemindahan, aseptis
dari tempat vakum ketitik yang
digunakan tidak dibutuhkan.
Tekanan diferensial adalah satu-
satunya keterbatasan dengan
peralatan, tidak maximum pada 1
atmosfer dengan system tekanan
positif.
Sama-sama bebas dari ikatan.
Membutuhkan suatu sistem
yang tidak tertutup.
Bakteri – Filter nyata dari larutan
Bermacam-macam tipe dari filter yang tersedia untuk sterilisasi
mereka dapat berkembang menjadi empat kelas dasar:
Keramik filter-biasanya dibuat dari penyerapan porselin atau
kieselguhr.
Lapisan berserat mengandung asbeator dan wood selolosa.
Sintered (Fritted) glass. Filter-tersebut dari bubuk-bubuk borosilikt glass.
Plastik berpori kecil atau membran filter-preparat dari eser selulosa,
sebagian asetat dan nitrat.
Terlepas dari kelas dasar di atas beberapa kelas filter tersedia, di
mana menggabungkan keuntungan dari dua atau lebih kelas. Contohnya
dari submicron filter terdiri dari nukron glass dan asbestos fibre batas ada
epoty saturant. Filter ini (cox M-780) memiliki banyak keuntungan dari
membran filter, sementara itu kurang mudah di tutupi.
Filter keramik, salah satu dari filter keramik muda adalah Pasteur
Chamberland, diperkenalkan pada 1884, mereka dibuat dari salah satu
porselen atau kieselguhr. Mereka biasanya menemukan lilin silinder
dengan termasuk dinding tebal. Filter dalam ini dengan dinding selular dan
tersedia bermacam-macam ukuran dan angka dari jumlah yang
menyerah.
Contohnya pada lilin porselin merupakan pabrik dari Doulton & co.
ltd., dan tipe kieselguhr dihasilkan oleh British Berkefeld Filter ltd. Mondter
Filter adalah Amerika equivalent dari Berkefeld Filter. Kieselguhr Filter
mempunyai sesuatu pori terkenal dengan berat jenis dari satu porselin
dan untuk itu lebih permeable untuk cairan encer. Kieselguhr filter cukup
lemah dengan bermacam porselin dan memiliki suatu thicker wall.
Berkefeld Filter adalah pemsaran dari air sterilisasi, dan disebut “self-
sterilizing” menjadi Berkefeld Filter (‘Sterasyl Filter).
Filter ini mirip dengan standar kieselguhr Filter bisa juga Fitted
dengan nozzle mount. Mount ini bisa melapisi porselin atau disebut logam
dan satu lipatan adalah kekurangan dari filter ini. Selama pembersihan
dan sterilisasi celah dan kebocoran bisa menjadi sama. Unglazed dan
unmounted porselin porcus lilin telah tersedia tetapi tidak dengan mudah
fitted menjadi unit filtrasi.
Ini merupakan keuntungan dari filter untuk keluar dari filter ini untuk
mengurangi kebersihan di bagian dalam. Filter porselin dapat
membersihkan serat exterior dengan memasang bush, atau secara terus-
menerus digunkan larutan sodium hipokiorit kuat. Textur ini lemah pada
Kieselguhr Filter dengan artian suatu Softer Brush harus digunakan untuk
serat atau pengobatan hypoklorit. Mereka dapat dikeringkan dengan
sterilisasi panas, walaupun harus teliti mengambil secara terus-menerus
pertambahan temperatur dan menggunakan filter untuk pendingin yang
lambat, untuk memulai pencegaha. Asam kuat tidak akan digunakan
pembersihan berkerfreld filter, dan asam kromik atau sintered glass filter
karena ion kromik dapat menyerap dengan kuat oleh filter, tidak dapat
menghilangkan kotoran, dan bisa oksida atau bereaksi dengan obat akibat
digunakan filter ini.
Keuntungan:
a) Secara relatif murah, dan
b) Range dari porosit yang ada
Tabel 31.3
Perbandingan dari Dept dan Screen Filter
Contohnya
Depth Filter.
Lapisan Fibrous (‘Seitz’,’Carlson-Ford)
lilin keramik (Doultn’,‘Berkefield)
Sintered glass (dan logam).
Screen Filter
Selulosa membrane (‘otesid;milipore’
Sartorius’ dll)
Filtrasi
Partikel berhenti pada titik dimana
resisten yang sama untuk bergerak.
Pertambahan tekanan harus
digerakkan dalam partikel dan
beberapa waktu melewati filter.
Particular ini tetap dengan tekanan
fikturasi yang terjadi.
Partikel besar yang diukur porinya
mekanik ‘Sicved, dari larutan, dan
menahan permukaan dari filter.
Pertambahan pada tekanan, dan
flukturasi tekanan tidak
menyebabkan partikel melwati
tempat filter.
Keuntungan
Lapisan fibrous kurang mudah
menyumbat screen filter. Resisten kimia
sangat tinggi.
0,22 μm filter akan menambah
semua bakteri di permukaan.
Bakteria ‘grow-through’ tidak terjadi.
Tidak ada PH penyerapan sangat
lama kecepatan lairan tinggi dengan
larutan yang mengandung partikel
Kerugian : (a) lilin partikel kieselgurh, tidak begitu bagus; (b) adsorbsi
partikel dan lilin kieselgurh tinggi; (c) mudah tersumbat dan terhambat; (e)
tekanan yang dibutuhkan untuk penyaringan relative tinggi; (f) kebocoran
sering ditemukan di mulut pipa; (g) sulit dicocokkan ke dalam unit
saringan.
Jika saringan digunakan untuk bahan berminyak yang lambat, tidak
sangat efisien, rentang menjadi rusak dan sangat sulit untuk dibersihkan
(Avis & Gershenfeld 1955).
Saringan alas berserat
Alas yang digunakan kira-kira tebalnya 3 mm, biasanya berbentuk
bulat dari unit saringan, tetapi yang digunakan dalam penekan saringan
adalah lapisan kuadrat. Mereka sebagian besar dirubah dari serabut
asbes, dikompres dengan campuran bahan-bahan serabut lainnya seperti
kayu selulosa yang memberikan penyerapan cukup bersama dengan
pengikatan dan penempatannya. Macam-macam jenisnya dapat dilihat
pada gambar 31.8. Saringan asli dari Jerman yang dijual dengan nama
dagang Seitz (tingkat EK yang mulai digunakan untuk penyaringan
sterilisasi) dan dapat diperoleh di negeri ini dari Carlos Ford Ltd. Yang
berakhir pada tingkat 40 dan dalam beberapa ratus pemotongan ukuran
( tingkat helai EKS dari saringan Carlson-Ford yang lebih sering
digunakan dalam farmasetik). Mereka lembut dan mudah pecah ketika
basah dan harus didukung dari sebuah logam yang dilubangi, plastik, dan
cakram kaca. Perawatannya dibutuhkan dengan sterilisasi dalam autoklaf
untuk mencegah terjadinya perubahan.
Keuntungan : (a) sebuah alas basa digunakan untuk tiap
penyaringan, sehingga saringan tidak terkontaminasi dengan residu
penyaringan atau zat-zat pembersih; (b) alasnya tidak mahal; (c) aliran
penyaringan keras dan kecenderungan yang kurang untuk tersumbat.
Mereka lebih baik dari porselen dan saringan kaca kapur yang meleleh
untuk kekentalan larutan.
Kerugian : (a) penyerapan dan pembersihan dari bakteri tergantung
dari alas serabut yang memberikan air dan gelombang besar untuk
mengurangi celah dalam saringan. Kemudian alas yang berserabut tidak
pantas untuk sterilisasi bahan-bahan yang bukan cairan seperti alcohol
dan sediaan minyak; (b) pembebasan basa boleh dari alas , karena
endapan dari basa sensitive terhadap obat-obat (Browne 1942). Basa
bebas tersedia sebelum saringan sterilisasi; (c) alasnya boleh berserabut.
Ini dapat dipindahkan dari saringan yang diartikan dari sebuah tingkatan
steril 3 atau 4; (d) adsorbs tinggi, partikel dimulai dari penyaringan; (e)
tekanan yang berubah bias merusak alas yang basah.
Penyaring Fritted-Glass
Penyaring Fritted-Glass pertama kali dibuat oleh Jana Glass
Works, Jerman. Kaca borosilikat adalah serbuk halus dalam sebuah
penggiling dan partikel-partikel yang dibutuhkan dari ukuran yang terpisah
oleh elusi udara. Pemilihan serbuk dari kumpulan dalam cetakan cakram
dan pemanasan sampai tempat adhesi yang sesuai diantara granul.
Lelehan dari akhir sumbu ke dalam corong dari ukuran dan bentuk yang
sesuai (gambar 16.4) atau ke dalam batas saringan (gambar 31.9).
lelehan saringan kaca tersedia dalam beberapa sifat penyerap yang
berbeda, tapi untuk sebuah nomor penyerap sterilisasi atau tingkat 5, atau
5 dalam 3, harus digunakan . spesifikasi untuk kualitas, ukuran pori-pori
dan permeabilitas dibutuhkan daalm sebuah spesifikasi standar inggris BS
1752 : 1963. penyerap menembus sebuah ketebalan dengan tingkat 5
(maksimum ukuran pori 2 m) saringan lambat, tapi bahan pencair
saringan tingkat 5 sangat mudah pecah dan kemudian saringan 5 dari 3
telah berkembang dengan saringan tipis tingkat 5 yang diperhatikan dalam
sebuah lapisan tebal dari saringan tingkat 3 (ukuran pori 15-40 m).
pembuatan dan penggunaan dari lelehan saringan kaca digambarkan
oleh Smith (1944) dan mereka dirawat oleh Cooper (1951) dan Sykes
(1958). Mikroorganisme akan cenderung untuk tumbuh melewati lelehan
saringan kaca jika tangan kiri kontak lebih dari 18 jam (Morten 1943).
Mereka mudah dibersihkan oleh nilai dari sebuah aliran terbalik dari air
yang menembus saringan setelah digunakan. Bahan organic boleh
dipindahkan dari nilai asam sulfur kuat dengan 1% dari sodium nitrat yang
menembus saringan. Asam kromat tidak harus digunakan (lihat saringan
porselen). Semua saringan harus menembus pencucian setelah pengujian
kimia.
Kemampuan retensi dari penyaring dapat diuji secara tidak langsung
dengan teknik tekanan gelembung dan secara langsung dengan teknik
bacteriological.
Teknik tekanan gelembung
Pengukuran langsung dari ukuran pori pada penyaring bakteri tidak praktis
dan merupakan metode tidak langsung dari ukuran ‘tekanan gelembung’ yang
digunakan. Ini mengandung lilin yang tercelup dalam air (atau larutan lain) atau
mengisi corong dengan larutan pada kasus dimana sebuah penyaring gelas
mengandung kapur yang meleleh ke bawah menjadi batu kapur, dan dengan
perlahan-lahan dilakukan dengan peningkatan tekanan udara hingga gelembung
yang pertama terlihat pada penyaring atau permukaan cairan. Alat yang cocok
diperlihatkan pada gambar 31.10. Tekanan yang terbaca dapat dikonversi
mendekati ukuran pori dengan formula Becbold, nilai equivalen dperlihatkan di
bawah :
Tekanan
gelembung dalam
air (mmHg)
Lbf/sq in
Ukuran pori yang
mendekati (µm)
413,7
620,5
775,7
930,9
8
12
15
18
5,3
3,5
2,8
2,3
Hasil yang dapat diperoleh dan memungkinkan perbedaan antara
penyaring dengan ukuran pori yang berbeda adalah 0,25 µm. Mulvaney
(1969) menggambarkan alat yang sesuai untuk mengetes batas
penyaring. Yang terkenal adalah pembuatan dari penyaring keramik
sebagai standar pada tekanan gelembung adalah 17 lbf/in2. Tekanan ini
ekuivalen untuk ukuran pori maksimum 2,5 µm dimana akan menahan
kembali Serratia marcescens dalam cairan suspense paling tidak 6-7 h.
Metode tekanan gelembung diadaptasi dari British Standar (BS
1752 : 1963 ) untuk pengukuran ukuran pori. Tekanan ketika gelembung
pertama terlihat mengindikasikan ukuran pori maksimum dari penyaring.
Yang terakhir dijumlahkan dari persamaan :
D = 30¥
P
Di mana D = diameter dari pori, dalam mikro
¥ = gaya permukaan dari larutan uji (dynes/cm)
P = tekanan gelembung (mmHg)
Teknik bakteriologikal
Walaupun uji tekanan gelembung terlihat pada keadaan yang
sebenarnya, British Pharmaceutical Codex meminta bukti penyaring
bakteri untuk menyetujui uji bacteriological. Sebuah cairan encer dari
kultur Serratia marcescens (Chromobacterim prodigiosum) disaring
sebelumnya melalui penyaring steril dan unit, menggunakan penyaring
dengan perbedaan tekanan menyilang tidak kurang dari 400 mmH.
Sedikitnya 50 ml hasil penyaringan diinkubasi selama 5 hari pada suhu
25o C, suhu optimum untuk tumbuh (dan produksi pigmen) dari
organism.Penggunaan dari jenis chromogenik yang bagus (pigmen yang
diproduksi) disarankan sejak penampakannya berwarna merah muda
pada cairan inkubasi secara mudah menandakan adanya Serratia dan
kegagalan dalam penyaringan. Penampakan dari pertumbuhan tanpa
pigmen menandakan kontaminasi setelah lewat melalui penyaring atau
beberapa puncak dalam unit. Pemilihan organism secara particular
berguna karena bahannya kecil (panjang 0,3 - 1,3 µm, lebar 0,3 – 0,4
µm ), aerob, tidak pathogen, dan pertumbuhannya tetap untuk
menghasilkan pigmen merah menjadi merah muda pada suhu 25o C.
Penyaringan dengan Udara
Sterilisasi volume yang besar dengan udara menjadi penting untuk
perkembangan dari proses fermentasi yang dalam pada pembuatan
antibiotic dan produk lain dari metabolism mikroba. Kebanyakan obat
modern dilakukan dengan pengerjaan aseptic dan menggunakan jenis
udara laminar yang mengalir dengan tujuan memproduksi udara bersih di
sekelilingnya. Prinsip dan pelaksanaan dari udara laminar yang mengalir
telah digambarkan oleh McDade (1969). Perlakuan dengan proses udara
selama kultur didiskusikan oleh Elsworth (1969), dan factor yang
mempengaruhi kehidupan bakteri pada udara dan gas oleh Sykes (1963).
Metode yang tersedia untuk sterilisasi udara adalah : (a) filtrasi
mekanik, (b) Presipitat elektrostatik, (c) metode pemanasan, (d) sinar
ultraviolet, (e) penggunaan bahan kimia.
Sebelum banyak digunakan penyaring mekanik, metode ini secara
luas banyak digunakan untuk sterilisasi udara, keterbatasan dari metode
yang lain menjadi tidak ada. Metode elektrostatik merupakan metode yang
memerlukan biaya tetapi sangat efisien. Mekanisme perpindahan
diperlihatkan pada gambar 31.12. metode pemanasan memerlukan biaya
dan sedikit penting dalam sterilisasi udara. Alat sterilisasi panas
digambarkan oleh Elsworth, Morris dan East (1961). Sinar ultraviolet
memiliki kekuatan penertasi yang lemah dan tidak membunuh partikel
yang ada pada pada partikel. Ini juga membiarkan beberapa kerugian lain
seperti efek yang berbahaya pada mata dan kulit, pemaparan yang tinggi
dan penggantian biaya, dan relative memiliki efesiensi rendah pada
kelembaban rendah. Penggunaan bahan kimia bakterisid di udara
terbatas oleh aksi yang lambat, masalah dalam penangkapan kembali dari
bahan kimia pada media fermentasi, dan efek yang tak jelas. Contoh
bakterisida di udara yaitu glikol (propilen dan trietilen ), fenol (resorsinol
dan heksiresorsinol ), dan natrium hipoklorit.
Sama dengan sterilisasi filtrasi dari kedua larutan dalam dan lapisan
penyaring tersedia untuk sterilisasi udara. Perbandingan dari dua tipe
penyaring untuk sterilisasi udara volume besar diberikan oleh Russel
(1971). Russell mengindikasi ketidakmurnian kompresi politropik dengan
udara (metode panas), dan menyatakan bahwa pemilihan penyaring
bergantung padakemurnian dan perubahan kontaminasi. Penyaring dalam
dan lapisan lain digunakan untuk melengkapi situasi sebagai ‘Millitube’
partum filter (gambar 31.13). Jenis utama penyaring dalam untuk
sterilisasi udara adalah granule contohnya arang aktif ; lapisan serat
contohnya kapas wol, biji wol, gelas wol ; dan filter kertas, asbes selulosa,
atau gelas berserat. Penyaring untuk sterilisasi udara harus dapat
disterilkan dengan uap, mampu menghasilkan yang berkualitas, dan pasti
lebih baik (memperlihatkan efisiensi 100 % ). Filter dalam tidak dapat
dimasukkan secara pasti, tetapi sterlisasi uap ikatan resin gelas berserat
berguna sebagai altrenatif untuk filter membran.
Sterilisasi gas
Bahan kimia yang mudah menguap telah terbatas penggunaannya
dalam sterilisasi dingin dari bahan obat padat yang tidak tahan panas dan
peralatan rumah sakit yang tidak tahan panas, seperti peralatan karet,
bahan elektrik, bahan karet, dan selimut. Mula-mula digunakan
Formaldehid, tetapi etilen oksida adalah gas utama yang digunakan
sekarang untuk sterilisasi. Menurut laporan komisi pengobatan pada
perlindungan kontaminasi mikroba pada produk obat (1973) proses
sterilisasi dengan menggunakan etylen oksida tidak termasuk dalam
metode fisika, dan sebagaiakibatnya, control mikrobiologik dan tes
prosedur harus dilakukan. Komite komisi menerima jumlah dari ethylene
oksida tetapi menyatakan bahwa aplikasinya pada produk pengobatan
harus memperhatikan resiko dari incompabilitas kimia dan produksi residu
toksik dan ketidak efisiensinya dalam melawan organism, termasuk dalam
bentuk Kristal dari mikroorganisme atau bentuk perlindungan dari
mikroorganisme terhadap gas.
Walaupun demikian, etilen oksida adalah gas pensteril yang paling
luas digunakaan dalam bidang farmasi dan pengobatan. Bahan kimia lain
yang sering juga digunakan seperti :
a. Formaldehid
b. Betapropiolakton
c. Propilen oksida
Dan sebagai tambahan, beberapa glikol, metal bromide, dan alkohol telah
digunakan dalaam sterilisasi ruangan.
Etilen Oksida
Penggunaan etilen oksida adalah metode sterilisasi yang telah
dikenal pada tahun 1973 baik dalam Farmakope British maupun pada
British Pharmaceutical Codex. Pada Farmakope British, penggunaan
etilen oksida adalah salah satu diantara prosedur sterilisasi bahan serbuk.
Bahan dan kerja :
Ini adalah eter siklik menguap dengan struktur :
CH2 – CH2
O
Titik didihnya adalah 180oC dan ini dapat lebih mudah dicairkan.
Mudah meledak bila bercampur dengan udara, tetapi kekurangannya ini
dapat diatasi dengan mencampurkan 10% etilen oksida dengan 90%
hidrokarbon terhalogenasi, atau dengan memindahkan 95% udara dari
bagian sebelum penggunaan etilen dioksida.
Metode terakhir dari pemaparan tekanan sub-atmosfer
diperkenalkan oleh Mayr (1961) dalam diskusinya yaitu peralatan untuk
sterilisasi dengan etilen oksidaa. Ini mengiritasi dan vesicant dan oleh
karena itu sarung tangan karet dan bahan lainnya yang mirip harus
diangin-anginkan pada arus udara steril selama 24 jam sebelum
digunakan. Mekanisme kerja antimikrobanya seperti bahan gas
antimikroba lainnya, itu karena kemampuan untuk mengaalkilasi grup –
SH, -OH, -COOH, dan NH2 pada enzim, protein, dan asam nukleat.
Sebagai contoh :
Protein-NH2 + C2H4O → Protein-NH-(C2H4OH)
Protein-SH + C2H4O → Protein-S-(C2H4OH)
Faktor efek efisiensi sterilitas
Konsentrasi gas
Kecepatan sterilisasi tergantung pada tekanan parsial dari gas
dengan beban. Tekanan parsial dari gas dapat menjadi lemah dengan
absorbs dari beban, contohnya selimut, karet, dan plastic, dan bahan
pengemas (Royce 1959). Royce memberikan contoh absorbsi oleh
beberapa bahan setelah kontak dengan gas pada konsentrasi 200mg/liter
selama 24 jam pada suhu 25oC. Sedikit contoh diberikan dibawah ini :
Bahan Jumlah yang terabsorbsi
(mg/g)
Polythene 2
Polyvinylchloride 19,2
Cardboard 10,4
Kapas wol yang tidak
menabsorbsi
4,1
Penutup karet Neoprene 15,2
Range konsentrasi yang digunakan untuk sterilisasi dari 200
sampai 1000 mg/l, dan konsentrasi ini secara pasti telah menunjukkan
cukup jika dibandingkan dengan kerja Phillips (1961). Phillips menentukan
aktivitas dari etilen oksida dalam melawan spora Bacillus subtilis varian
globigii (pada baju kering) pada 25oC. Beberapa hasilnya diberikan di
bawah ini :
Konsentrasi etilen
oksida (mg/l)
Waktu pemaparan untuk mendapatkan keadaan
tidak ada organisme yang dapat dipulihkan
(jam)
44 24
88 10
442 4
884 2
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika konsentari dinaikkan dua kali
lipat, waktu pemaparan berkurang menjadi setengahnya.
Temperatur dari beban
Peningkatan dari temperatur meningkatkan aktivitas. Koefisien
temperature adalah 2,7 berubah setiap 10o pada temperature, tetapi
karena etilen oksida umumnya digunakan pada bahan yang termolabil,
range yang biasanya digunakan 20o-60o.
Efek kelembaban
Menurut Phillips beberapa kelembaban dibutuhkan, tetapi sedikit
lebih baik daripada banyak. Tingkat hidrasi pada permukaan dari
mikroorganisme untuk disterilkan lebih penting daripada kelembaban
relative dari gas. Kelembaban relative yang baik kira-kira 30 sampai 33%
(Kaye&Phillips 1949). Organisme kering lebih resisten daripada yang
lembab. Tipe permukaan juga berefek pada sterilisasi. Organisme kering
pada permukaan keras dan impermeable seperti pada gelas, plastic, dan
logam, kurang mudah untuk dibunuh dibandingkan organism kering pada
permukaan yang menyerap, seperti kertas dan baju )Opfell,
Hohmann&Latham 1959; Royce&Bowler 1961).
Waktu pemaparan
Ini tergantung pada tipe bahan yang akan disterilkan dan konsentrasi
dari gas. Variasi kombinasi yang telah dengan sukses digunakan yaitu :
850-900mg/l selama 3 jam 45o
450 mg/l selama 5 jam pada 45o (Perkins&Lloyd 1961)
200 mg/l selama 16-18 jam (Royce 1959)
Waktu pemaparan juga tergantung pada kekuatan penetrasi dari
gas. Kertas sangat permeable, tetapi beberapa polyester tidak. Polythene
dan kebanyakan karet sangat permeable. British Farmakope Codex
menyatakan bahwa hidrasi dan pemanasan dari beban dapat lebih mudah
dicapai dengan menempatkan pada kondisi atmosfer utama yang cocok
untuk sterilisasi.
Kondisi dan kemampuan akses dari organisme
Organisme kering lambat untuk dihidratkan kembali oleh karena itu
sulit untuk disterilkan (Gilbert dkk 1964). Organisme dapat terproteksi
dalam bentuk Kristal keras (Abbott, Cockton & Jones 1956; Royce &
Bowler 1961; Beeby & Whitehouse 1965).
Alat dan teknik sterilisasi etilen oksida
Alat sterilisasi khusus dibuat secara komersial telah ada. Alatnya
terdiri dari :
a. Ruang gas kedap dengan penahan yang dibutuhkan untuk mengubah
tekanan
b. Ruang tersebut dicocokkan dengan efisien dari pompa vakum
c. Klep pengatur pemasukan gas, dihubungkan dengan control. Gas
diatur oleh termol atau silinder setelah pemindahan dari ruang oleh
pompa. Dinding pembatas mencegah kerusakan dari beban terhadap
gas etilen oksida.
d. Alat pengontrol, seperti pengukur tekanan (P), control termostatik(T),
dan control kelembaban (H).
e. Kelembaban dapat disediakan dari uap sponge atau uap air.
f. Pemanas coil atau mantel pemanas
Bagaimanapun kecanggihan dari alat dan variasi pada beban tetap
sangat dibutuhkan monitoring mikrobiologik dengan sangat hati-hati.
Perhatian tertentu harus diberikan untuk menjaga kontaminasi mikroba
dari bahan yang telah disterilisasi minimum. Beberapa tipe siklus
digunakan secara komersial pada pensteril etilen oksida yang dikutip oleh
Kelsey (1967) Perkins dan Llyod (1961) dan Mayr (1961) menggambarkan
peralatan untuk sterilisasi etilen oksida.
Konsentrasi etilen
oksida (%)
Konsentrasi etilen
oksida (mg)
Tekanan
(atm)
Temperatur
(OC)
Waktu
(jam)
90 1500 <1 25 18
10 400 2 50 4
10 1800 6 60 1
Keuntungan :
a. Sedikit bahan rusak
b. Temperatur rendah dapat digunakan contoh temperatur ruang
c. Penetrasi ke dalam bahan dan beberapa plastik baik
d. Efek residu sedikit
e. Efektif pada kelembaban rendah
f. Bakterisid, bukan bakteriostatik
g. Efektif melawan semua organisme
Kerugian :
a. Beberapa bahan pembungkus plastik dan nilon harus dibiarkan
terbuka dan disegel secara aseptis. Ini merupakan kerugiannya bila
dibandingkan dengan sterilisasi radiasi.
b. Lambat
c. Sulit untuk mengontrol RH dan hidrasi organism
d. Biaya lebih tinggi bila dibandingkan dengan proses panas
e. Membutuhkan peralatan canggih yang khusus
f. Toksik dan dapat menyebabkan pembengkakan
Kontrol proses
Proses harus dimonitoring secara bakteriologikal. Ini tidak cukup
hanya dengan monitoring secara fisik. Efisiensi bakterisidal dimonitoring
melalui :
a. Penyisipan dari minimal 10 tes bakteriologikal pada bagian yang
berbeda dari beban, sulit dicapai terutama pada gas. Tes ini terdiri dari
aluminium foil yang telah mengeringkan suspense dari paling sedikit
106 spora dari Bacillus subtilis Camp Detrick galur NTCT 10073
(Bacillus subtilis var. globiggi). Organisme ini dipilih sebagai organism
yang secara wajar resisten terhadap etilen oksida.
b. Tes sterilitas rutin secara acak pada beban. Royce dan Bowler (1959)
telah menggambarkan alat control indicator untuk sterilisasi etilen
oksida. Ini kurang penting dibanding etilen oksida dalam bidang
farmaseutikal dan pengobatan.
Propilen oksida; kurang efektif daripada etilen oksida, namun
kurang eksplosif (mudah meledak).
Formaldehid; sekarang ini paling utama digunakan untuk
pengasapan ruang dan selimut rumah sakit. Formaldehid memiliki
daya penetrasi yang kurang, polimerisasi menjadi paraformaldehid,
dan mengiritasi dan tajam. Ini secara cepat meninaktifkan protein
dan bahan organic. Ini harus digunakan pada kelembaban lebih
dari 75%, dan konsentrasi tinggi sulit untuk dipertahankan.
Betapropiolakton; Ini memiliki titik didih 163o dan harus digunakan
alat penguap plat panas. Kemudian dengan formaldehid,
dibutuhkan RH paling kurang 75%. Ini bersifat sangat virusidal,
tetapi mengiritasi, vesicant, dan karsinogenik terhadap hewan, oleh
karena itu membutuhkan penanganan dari tenaga ahli
Glikol; ini digunakan sebagai bakterisid pada konsentrasi 0,2-0,5
mg/l
Metil bromida dan metil alkohol; bentuk ini digunakan sebagai
insektisida dan kemudian digunakan sebagai pembebasan gas
beracun dari inkubator dan ruang dingin.
Kesimpulan :
Metode sterilisasi :
1. Sterilisasi secara fisika :
a. Pemanasan kering
1) Udara panas oven (1, 6, 7, 10)
2) Minyak dan penangas lain (7)
3) Pemijaran langsung(7)
b. Cara bukan panas
1) Sinar UV (7, 10)
2) Akselerator elektron (10)
3) Radiasi pengion (10)
c. Uap panas lembab
1) Uap bertekanan (1, 6, 7, 10)
2) Uap panas pada suhu 100°C (7)
3) Pemanasan dengan bekterisida (7)
4) Air mendidih (7)
2. Sterilisasi kimia : sterilisasi gas (1, 6, 7, 10)
3. Sterilisasi mekanik : penyaringan bakteri(1, 6, 7, 10)
II.1.6 Keuntungan dan kerugian metode sterilisasi
1. Sterilsasi metode fisika
A. Sterilisasi Panas Kering
Keuntungan :
a. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy; 1263
Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk vegetatifnya dari
semua mikroorganisme.
b. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 413, 414
Umumnya digunakan untuk senyawa-
senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas.
Metode pilihan bila dibutuhkan peralatan
yang kering atau wadah yang kering seperti pada zat kimia kering atau
larutan bukan air
Kerugian :
a. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy; 1263
Hanya digunakan untuk zat-zat yang tahan penguraian pada suhu di
atas kira-kira 140°C.
b. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 413
Karena panas kering efektif membunuh mikroba dengan uap air
panas, maka diperlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih
panjang.
B. Sterilisasi Uap Panas
Keuntungan :
a. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 412, 413
Adanya uap air dalam sel mikroba menimbulkan
kerusakan pada temperatur yang relative rendah daripada tidak ada
kelembaban.
Metode ini digunakan untuk sediaan farmasi dan
bahan-bahan yang dapat tahan terhadap temperatur yang digunakan
dan penembusan uap tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki
akibat uap air.
Sel bakteri dengan kadar air besar umumnya lebih
mudah dibunuh.
Dipergunakan unutk larutan jumlah besar, alat-alat
gelas, pembalut operasi dan instrument.
b. Scoville’s The Art of Compounding; 408
Dapat membunuh semua bentuk mikroorganisme vegetatif.
Kerugian :
a. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi :413
Tidak digunakan untuk mensterilkan
minyak-minyak lemak, sediaan berminyak dan sediaan yang tidak
dapat ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk terbuka yang
mungkin rusak oleh uap jenuh.
Spora-spora yang kadar airnya rendah,
sukar dihancurkan.
2. Sterilisasi Gas
Keuntungan :
a. Pengantar Bentuk Sedian Farmasi; 416
Beberapa senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan uap dapat
disterilkan dengan baik dengan memaparkan gas etilen oksida atau
propilen oksida bila dibandingkan dengan cara lain.
b. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics; 280
Dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme dan spora lain.
Kerugian :
a. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 417
Gas-gas (etilen dan propilen oksida) mudah
terbakar bila tercampur dengan udara.
Tindakan pengemasan yang lebih besar diperlukan
untuk sterilisasi dengan cara ini daripada dengan cara lain karena
waktu, suhu, kadar gas dan kelembaban jumlahnya tidak setegas
seperti pada sterilisasi panas kering dan lembab panas.
b. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy; 1283
Gas-gas sulit hilang dan kebanyakan bahan-bahan
setelah pemaparan.
Iritasi jaringan dapat terjadi jika etilen oksida tidak
dihilangkan sama sekali, sifat karsinogenik dan mutagenik dari etilen
oksida dari sisa-sisa pada bahan yang digunakan pada manusia.
Waktu siklus untuk sterilisasi dengan etilen oksida
agak lama.
3. Sterilisasi dengan Penyaringan
Keuntungan :
a. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy; 1285
Penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan
partikel termasuk mikroorganisme dari larutan gas tanpa
menggunakan panas.
Saringan tidak harus mengubah larutan/gas segala
cara.
Tidak menghilangkan bahan yang diinginkan atau
membawa komponen yang tidak diinginkan.
b. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 416
Kecepatan penyaringan sejumlah kecil
larutan, kemampuan untuk mensterilkan secara efektif bahan tahan
panas.
Peralatan yang digunakan relatif tidak mahal
dan mikroba hidup dan mati serta partikel-partikel lengkap semua
dihilangkan dari larutan.
Kerugian :
a. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi;
414
Penyaringan cairan dengan
volume besar akan memerlukan waktu yang lebih lama terutama bila
cairan kental dibandingkan dengan bila memakai cara sterilisasi
lembab panas.
Cara ini diharuskan menjalani
pengawasan yang ketat dan memonitoring karena efek hasil
penyaringan dapat dipengaruhi oleh banyaknya mikroba dalam larutan.
b. Scoville’s The Art of
Compounding; 419
Filter bakteri tidak
efektif menghilangkan virus dari larutan.
Muatan dalam pH
yang sesuai yang bersifat alkali menyebabkan kerusakan filter dan
partiekel yang kecil pada filter merupakan problem yang khusus.
c. The Theory And Practice
of Industrial Pharmacy;1282-1283
Tiap
kebocoran yang mungkin terjadi pada sistem ini menyebabkan
kerusakan pada bagian luar tanpa kontaminan filtrat yang steril.
Kesulit
an mempertahankan kondisi aseptis seperti merupakan masalah besar
sehubungan dengan sterilisasi melalui penyaringan.
Kesimpulan:
1. Sterilisasi panas kering
a. Keuntungan
Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk vegetatifnya dari
semua mikroorganisme (10).
Umumnya digunakan untuk senyawa-
senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas (18).
Metode pilihan bila dibutuhkan peralatan yang kering atau wadah yang
kering seperti pada zat kimia kering atau larutan bukan air (18)
b. Kerugian :
Hanya digunakan untuk zat-zat yang tahan penguraian pada suhu di
atas kira-kira 140°C (10).
Karena panas kering efektif membunuh mikroba dengan uap air
panas, maka diperlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang
lebih panjang (18).
2. Steriliasi uap panas
a. Keuntungan
Adanya uap air dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada
temperatur yang relatif rendah daripada tidak ada kelembaban (18).
Metode ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang
dapat tahan terhadap temperatur yang digunakan dan penembusan
uap tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air (18).
Sel bakteri dengan kadar air besar umumnya lebih mudah dibunuh
(18).
Dipergunakan unutk larutan jumlah besar, alat-alat gelas, pembalut
operasi dan instrument (18).
Dapat membunuh semua bentuk mikroorganisme vegetatif (7).
b. Kerugian :
Tidak digunakan untuk mensterilkan
minyak-minyak lemak, sediaan berminyak dan sediaan yang tidak
dapat ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk terbuka yang
mungkin rusak oleh uap jenuh (18).
Spora-spora yang kadar airnya rendah, sukar dihancurkan (18).
3. Sterilisasi gas
a. Keuntungan
Beberapa senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan uap dapat
disterilkan dengan baik dengan memaparkan gas etilen oksida atau
propilen oksida bila dibandingkan dengan cara lain (18).
Dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme dan spora lain (6).
b. Kerugian :
Gas-gas (etilen dan propilen oksida) mudah
terbakar bila tercampur dengan udara (18).
Tindakan pengemasan yang lebih besar diperlukan untuk sterilisasi
dengan cara ini daripada dengan cara lain karena waktu, suhu, kadar
gas dan kelembaban jumlahnya tidak setegas seperti pada sterilisasi
panas kering dan lembab panas (18).
Gas-gas sulit hilang dan kebanyakan bahan-bahan
setelah pemaparan (10).
Iritasi jaringan dapat terjadi jika etilen oksida tidak
dihilangkan sama sekali, sifat karsinogenik dan mutagenik dari etilen
oksida dari sisa-sisa pada bahan yang digunakan pada manusia (10).
Waktu siklus untuk sterilisasi dengan etilen oksida agak lama (10).
4. Sterilisasi penyaringan
b. Keuntungan
Penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan partikel termasuk
mikroorganisme dari larutan gas tanpa menggunakan panas (10).
Saringan tidak harus mengubah larutan/gas segala cara (10).
Tidak menghilangkan bahan yang diinginkan atau membawa
komponen yang tidak diinginkan (10).
Kecepatan penyaringan sejumlah kecil
larutan, kemampuan untuk mensterilkan secara efektif bahan tahan
panas (18).
Peralatan yang digunakan relative tidak mahal dan mikroba hidup dan
mati serta partikel-partikel lengkap semua dihilangkan dari larutan (18).
b. Kerugian
Penya
ringan cairan dengan volume besar akan memerlukan waktu yang
lebih lama terutama bila cairan kental dibandingkan dengan bila
memakai cara sterilisasi lembab panas (18).
Cara
ini diharuskan menjalani pengawasan yang ketat dan memonitoring
karena efek hasil penyaringan dapat dipengaruhi oleh banyaknya
mikroba dalam larutan (18).
Filter bakteri tidak
efektif menghilangkan virus dari larutan (7).
Muata
n dalam pH yang sesuai yang bersifat alkali menyebabkan kerusakan
filter dan partiekel yang kecil pada filter merupakan problem yang
khusus (7).
Tiap
kebocoran yang mungkin terjadi pada sistem ini menyebabkan
kerusakan pada bagian luar tanpa kontaminan filtrat yang steril (10).
Kesulit
an mempertahankan kondisi aseptis seperti merupakan masalah besar
sehubungan dengan sterilisasi melalui penyaringan (10).
II.1.7 Validasi dan monitoring metode sterilisasi :
1. Farmakope Indonesia Edisi IV; 1110
Prinsip dasar untuk validasi dan sertifikasi suatu proses sterilisasi
dijabarkan sebagai berikut :
a. Pastikan bahwa peralatan yang digunakan mampu berfungsi
dan memenuhi parameter yang diisyaratkan.
b. Tunjukkan bahwa peralatan pengendali kritis dan
instrumentasi mampu berfungsi sesuai dengan parameter yang
seharusnya bagi peralatan bersangkutan.
c. Lakukan siklus replikasi yang memiliki operasional yang
dipersyaratkan bagi peralatan bersangkutan dan gunakan produk
sebenarnya atas simulasi. Tunjukkan bahwa proses telah dilaksanakan
sesuai batasan protokol yang ditetapkan dan akhirnya kemungkinan
mikroba yang masih hidup pada proses replikasi yang telah selesai
tidak lebih besar dari batasan yang ditetapkan.
d. Pantau proses yang divalidasi sewaktu pengerjaan berjalan
secara pasti. Jika perlu secara periodik peralatan dikalibrasi dan
disertifikasi ulang.
e. Lengkapkan protokol dan dokumentasikan langkah di atas
mulai nomor 1 hingga nomor 4.
2. The Theory and Practice of Industry Pharmacy;
1261-1262
Validasi sebenarnya dari suatu proses sterilisasi harus mengikuti
serangkaian tahap dan prosedur yang sistematis dan logis. Prosedur
validasi untuk suatu proses sterilisasi uap bisa meliputi rancangan :
a. Memberikan tanda bahwa pensteril sudah dicek secara mekanis dan
memenuhi syarat.
b. Pilihlah mikroorganisme indiktor biologis yang paling tepat yang
mempunyai daya tahan terhadap panas uap yang diinginkan, sambil
merealisasi keunggulan dari bahaya bioindikator.
c. Tentukan nilai D dan nilai Z dari bioindikator yang dipilih secara
eksperimen.
d. Tentukan distribusi panas dalam pensteril kosong dan identifikasi
tempat yang paling dingin.
e. Tentukan distribusi panas dari ukuran muatan dan konfigurasi tertentu
serta identifikasi tempat yang paling dingin.
f. Tentukan penetrasi ke dalam unit produk pada tempat yang paling
dingin dan pada tempat yang dicurigai, di mana penetrasi panasnya
paling lambat.
g. Evaluasi efek dari tolak ukur siklus seperti waktu, temperature, dan
konfigurasi muatan pada pengrusakan bioindikator dan besarnya nilai
Fo.
h. Tentukan waktu proses sterilisasi yang digunakan untuk mencapai
harga Fo yang diinginkan dan tingkat probabilitas dari pengrusakan
bioindikator.
i. Ulangi proses tersebut sampai diperoleh ulangan yang memuaskan
dan dapat diandalkan.
j. Tetapkan suatu program pemantauan untuk rekualifikasi secara
periodik dari siklus sterilisasi tersebut.
k. Akhiri prosedur pelaksanaan standar dan tingkat aksi, kalau-kalau ada
perubahan dan perkembangan masalah di masa yang akan datang.
Prosedur validasi untuk suatu proses penyaringan aseptis bila
meliputi rancangan:
a. Buatlah secara tepat evaluasi fasilitas dan daerah kritis untuk fungsi
peralatan yang tepat, kualitas udara dan kriteria teknik lainnya.
b. Lakukan uji mikroba permukaan dan udara dalam daerah pengisian
untuk mengetahui dapat dipercayanya latar belakang kontaminasi
mikroba.
c. Pilih suatu medium pertumbuhan mikroba yang sensitif.
d. Pilih mikroorganisme penantang yang paling tepat untuk validasi
penyaringan aseptis.
e. Sterilkan medium pertumbuhan dan semua alat penyaringan dengan
metode sterilisasi yang sebelumnya telah divalidasi.
f. Lakukan suatu uji simulasi proses dengan menyaring volume yang
diinginkan dari medium pertumbuhan mikroba, yang mengandung
suatu konsentrasi mikroorganisme penantang yang diketahui ke dalam
sejumlah wadah yang sesuai dan telah disterilkan sebelumnya.
g. Inkubasi wadah yang sudah ada atau terisi pada kondisi yang tepat
dengan kontrol yang tepat pula.
h. Tentukan persen tingkat kontraminasi menurut persamaan berikut:
% C = NG x 100
NT - ND
di mana : NG = banyaknya wadah yang tidak dirusak dengan
mikroorganisme
NT = jumlah wadah yang diisi sebelumnya
ND = banyaknya wadah yang rusak terkontaminasi
i. Ulangi proses tersebut.
j. Jika persen tingkat kontraminasi tidak dapat diterima, misalnya > 0,1%,
ulangi semua hasil uji lingkungan. Catatan sterilisasi dan data lain
untuk menentukan langkah apa yang perlu diambil untuk mencapai
persen tingkat kontraminasi kurang dari 0,1%.
3. Handbook of Formulation Sterile Product, e-book
a. Validasi
Studi validasi seharusnya dihubungkan dengan pembuktian efikasi
dari sterilisasi melingkar. Studi pembatasan ulang juga seharusnya
ditunjukkan pada basis periodik. Untuk kedua studi validasi dan produksi
rutin, penggunaan bentuk beban terspesifikasi seharusnya
didokumentasikan pada catatan batch.
Udara yang tidak dapat dipindahkan dari bahan pengisolasi menjaga
panas lembab dari penetrasi, pemanasan bahan dan mencapai dengan
uap jenuh. Sebagai akibatnya, terjadi energi panas yang jauh lebih lambat
dan kecepatan pembunuhan yang lebih lambat dari panas kering pada
lokasi yang terisolasi.
Perhatian khusus harus diberikan pada tipe bahan natural untuk
disterilkan dan penempatan indikator biologik dengan bahan sterilisasi.
Sulit untuk mencapai lokasi dengan bahan sterilitas dan bahan spesifik,
seharusnya menjadi evaluasi yang penting untuk efikasi sterilisasi
meningkat. Setelah itu, pembatasan ulang atau revisilidasi harus
dilanjutkan untuk memusatkan pada daerah beban sebagai daerah paling
sulit untuk terpenetrasi atau terpanaskan.
1) Pembatasan = chamber kosong.
Studi evaluasi distribusi temperatur di banyak tempat sebagai unit
pensteril kosong (contoh: autoklaf, oven) atau alat penyambung (contoh:
tangki besar, pipa yang tidak dapat digerakkan). Ini penting, bahwa studi
ini memperkirakan keseragaman temperatur pada berbagai lokasi sampai
pensteril untuk mengidentifikasi potensial “tidak dingin” dimana di sana
dapat tidak cukup panas untuk mencapai sterilitas. Studi panas seragam
atau “temperatur pembuatan” seharusnya dihubungkan dengan
menempatkan temperatur kalibrasi pada alat pengukur pada banyak
lokasi sampai pada chamber.
2) Validasi = chamber beban.
Studi panas penetrasi seharusnya ditunjukkan dengan menggunakan alat
beban pensteril yang dibuat. Validasi dari proses sterilisasi dengan
pembuktian efek dari bahan pada pemasukan panas pada barang yang
telah disterilisasi. Dan mungkin mengidentifikasi titik dingin di mana tidak
cukup panas untuk mencapai sterilitas. Penempatan indikator biologik
pada sejumlah posisi pada beban, termasuk tempat yang paling sulit
disterilkan, adalah alat langsung untuk membuktikan efikasi dari beberapa
prosedur sterilisasi. Pada umumnya, thermocouple (Te) ditempatkan
berdekatan dengan indikator biologik untuk memperkirakan hubungan
antara leralitis mikrobial dan pemasukan panas. Sterilisasi dapat divalidasi
melalui pendekatan setengah atau sebagian melingkar. Pada beberapa
kasus, dasar digunakan untuk validasi sterilisasi. Untuk informasi lebih
lanjut mengenai validasi dengan sterilisasi panas, mengikuti aturan FDA.
b. Kontrol peralatan dan kalibrasi alat pengukur.
Untuk kedua validasi dan kontrol rutin, kebenaran dari data umum
melalui monitoring alat sterilisasi melingkar harus dipertimbangkan untuk
menjadi sangat penting. Alat yang mengukur parameter melingkar harus
secara rutin dikalibrasi. Prosedur yang telah ditulis harus dibuat untuk
memastikan bahwa alat tepat pada tingkat kalibrasi. Monitoring alat
temperatur untuk sterilisasi panas harus dikalibrasi pada interval yang
sesuai, sebaik sebelum dan sesudah validasi berjalan. Alat yang
digunakan untuk memonitoring waktu pada alat sterilisasi harus dikalibrasi
secara periodik. Jumlah mikrobial dan jumlah O dari indikator biologikal
seharusnya telah jelas sebelum studi validasi. Alat pengukuran digunakan
untuk menentukan kemurnian dari uap seharusnya dikalibrasi. Untuk alat
lubang panas kering di pirogenasi (seperti sensor dan transmiter) yang
digunakan untuk mengukur kecepatan daerah sebenarnya secara rutin
dikalibrasi. Peralatan sterilisasi seharusnya dipelihara dengan tepat untuk
mendapatkan kepuasan dan konsistensi tinggi. Evaluasi dari penampilan
benda-benda steril seharusnya ada keseimbangan antara penelitian
sebelumnya dan teori.
4. Formulasi steril; 98
a. Validasi dan monitoring.
Sebelum menggunakan obat, kita harus terlebih dahulu
menvalidasikannya dapat menyatakan alat banyak dapat dipakai. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan :
1) Indikator biologi
Merupakan sediaan berisi populasi mikroorganisme aseptik dalam
bentuk spora II bakteria/resisten terhadap beberapa parameter yang
terkontrol dan terukur dalam suatu panas tertentu. Prinsip kerjanya adalah
mensterilkan spora hidup mikroorganisme nonpatogenik dan sangat
resisten dalam jumlah tertentu. Jika selama dalam proses spora tertentu,
maka dapat diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya ikut terbunuh
dan bisa dikatakan telah steril. Jenis yang digunakan adalah Bacillus
stearotermophillus (sterilisasi uap) dan Bacillus sabtilis (sterilisasi gas
etilen oksida dan panas kering). Beberapa jenis indikator biologi :
- Beberapa strip kertas yang mengandung spora kering dikemas dalam
kantong bersegel. Setelah disterilisasi, spora kering dipindahkan
secara efektif dalam media pertumbuhan untuk melihat pertumbuhan
koloni indikator biologi ini dibuat dalam wadah tersendiri, dimana strip
terisi spora dikemas dalam vial bersama ampul yang berisi media
pertumbuhan spora. Setelah sterilisasi, indikator ini diaktifkan dengan
menghancurkan ampul berisi media pertumbuhan. Sehingga spora
mendapatkan lingkungan yang sesuai untuk tumbuh. Indikator
kemudian diinkubasi sehingga mikroorgnisme yang bertahan hidup
dapat tumbuh.
- Jenis lain indikator biologi adalah yang mengandung sistem deteksi
cepat (rapid). Sistem yang demikian bekerja berdasarkan adanya
interaksi enzim dalam spora dengan bahan yang ada dalam media
pertumbuhan. Apabila mendapatkan sinar UV, maka hasil positif akan
memberikan flouresensi. Bila tidak terjadi flouresensi, maka kondisi
sterilisasi telah mencapai dan spora telah terbunuh. Indikator demikian,
memerlukan alat khusus untuk mendeteksi ada atau tidaknya
flouresensi. Kita dapat membaca hasilnya selama 3 jam.
Interprestasi hasil indikator biologi.
Setelah masa inkubasi, kita melakukan pengamatan agar
mendapatkan interprestasi hasil indikator biologi. Hasil disebut positif bial
terjadi kekeruhan dan pertumbuhan koloni (indikator konvensional),
adanya flouresensi (indikator rapid) atau adanya perubahan warna
(indikator mutakhir). Kitapun melakukan pengamatan terhadap kontrol
positif, yaitu indikator biologi yang diaktifkan dan diinkubasi tanpa
melewati proses sterilisasi. Kontrol positif harus menunjukkan hasil positif,
keberhasilan sterilisasi ditandai hasil indikator biologi yang negatif.
Sebaliknya, bila hasil positif, maka merupakan indikasi adanya kegagalan
proses sterilisasi.
2) Indikator kimia
Chemical indikator atau indikator kimia adalah indikator yang
menandai terjadinya paparan sterilitas (uap panas atau gas etilen oksida)
pada objek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna, indikator
kimia diproduksi dalam bentuk strip, tape, kartu, dan vial, indikator sensitif
terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi. Indikator memberikan
informasi tercapainya validasi steril pada tiap kemasan, maka selalu
digunakan di luar, adapula yang menggunakan di dalam beberapa
indikator kimia yang dikenal adalah indikator eksternal dan indikator
internal.
Indikator eksternal berbentuk pita dan digunakan dibagian luar
kemasan. Terjadinya perubahan warna indikator memberikan informasi
bahan bagian kemasan benda yang disterilkan telah melewati proses
sterilisasi. Kemudian, indikator internal berbentuk strip dan pemakaiannya
diletakkan dalam setiap kemasan. Indikator internal memberikan informasi
bahwa berada di dalam warna indikator. Terjadinya perubahan warna
menunjukkan bahwa sterilan telah berpenetrasi di dalam kemasan.
3) Indikator fisika
Indikator mekanik adalah instrumen mesin sterilisasi seperti garge,
table, dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat
sterilisasi bekerja dengan baik.
Kegunaannya sebagai berikut :
Pengu
kuran temperatur dan tekanan merupakan fungsi penting sistem
monitoring sterilisasi. Apabila indikator mekanik berfungsi dengan baik,
maka akan memberikan informasi segera mengenai temperatur,
tekanan, waktu, dan mekanik lainnya dari alat.
Memb
erikan indikator adanya masalah apabila alat masuk dan memerlukan
perbaikan. Contohnya adalah indikator hanya digunakan untuk
Buvderick. Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa
vakum pada alat sterilisasi serta untuk mengetahui adanya kebocoran
udara dalam ruang sterilisasi. Oleh karena itu, indikator hanya
digunakan pada metode sterilisasi uap panas yang menggunakan
sistem vakum. Jadi, indikator sama sekali bukan untuk mengetahui
apakah kondisi sterilisasi telah tercapai kemudian keterbatasannya
adalah :
Indikator mekanik tidak menunjukkan bahwa keadaan steril sudah
tercapai, melainkan hanya memberikan informasi tentang fungsi
alat sterilisasi.
Karena bersifat mekanis, maka bila tidak dilakukan kalibrasi alat
dengan tepat atau pemakaian yang terlalu kering indikator dapat
memberikan informasi yang tidak benar. Oleh karena itu,
monitoring hanya dengan indikator mekanik tidak cukup. Kita masih
memerlukan indikator lainnya untuk memberikan jaminan bahwa
proses sterilisasi berjalan baik.
II.I. 8 Macam – macam sediaan steril :
1. Sterile Dosage Form; 15-16
a. Injeksi
Larutan obat dalam bahan yang cocok dengan atau tanpa bahan
tambahan, digunakan untuk penggunaan parenteral didefenisikan sebagai
injeksi. Sebuah injeksi bisa disiapkan sebagai dosis tunggal atau dosis
ganda, volumenya bisa sama kecilnya dengan setengah militer, seperti
injeksi atropine sulfat, atau sebesar 1 liter, seperti injeksi dextrose. Istilah
ini juga bisa digunakan sebagai emulsi steril.
b. Cairan infus
Cairan infus intravena merupakan kelompok injeksi yang
terkarakterisasi oleh metode pemberian. Ini termasuk sediaan yang
digunakan sebagai nutrisi dasar, seperti injeksi dextrose, untuk
penyimpanan keseimbangan elektrolit, seperti injeksi ringer mengandung
ion natrium, kalium, dan kalsium, untuk penggantian cairan, kombinasi
seperti injeksi dextrose dan NaCl, dan untuk beberapa kegunaan lain,
seperti hiperalimentasi parenteral.
c. Radiofarmasetik
Bahan radiofarmasetik yang digunakan untuk uji fungsi organ
terpisah sebagai kelompok injeksi di bawah istilah radiofarmasetikal.
Mereka berbeda dari injeksi lain yaitu obat dalam bentuk radioaktif, teknik
berbeda juga dibutuhkan dalam penyiapan dan penanganan.
d. Padatan steril
Sejak beberapa obat tidak memiliki stabilitas yang cocok dalam
larutan untuk membolehkan pembungkusan sebagai injeksi, mereka
disiapkan sebagai padatan kering agar ditempatkan dalam larutan pada
saat penggunaan. Jika padatan kering tidak mengandung buffer, pengisi,
atau bahan tambahan lain, mereka dilabeli sebagai obat steril, seperti
Natrium Nafcilin Steril. Jika bentuk kering dari obat juga mengandung
buffer, pengisi, dan bahan tambahan lain, sediaan dilabeli sebagai obat
untuk injeksi, seperti Amfoterisin B untuk injeksi. Perbedaan dalam
pelabelan mengindikasikan kehadiran atau ketiadaan dari bahan.
e. Suspensi steril
Obat yang disuspensikan dalm bahan parenteral yang cocok dibuat
sebagai suspensi obat steril, contohnya suspensi steril hidrokortison
asetat. Jika obat dalam bentuk kering dan akan menjadi suspensi dengan
penambahan bahan parenteral yang cocok, ditandai sebagai obat steril
untuk suspensi, seperti Suspensi Steril Kloramfenikol. Tidak seperti
injeksi, 2 tipe suspensi tidak pernah diberikan intravena atau diinjeksikan
ke dalam kanal sum-sum tulang belakang.
f. Larutan mata, suspensi dan salep
Obat dalam larutan diberikan dengan cara ditanamkan pada mata
adalah sediaan steril, walaupun istilah ”steril” tidak umum termasuk dalam
namanya, contoh Larutan Mata Natrium Sulfasetamida atau Suspensi
Mata Hidrokortison Asetat. Mereka juga berbeda dari sediaan sebelumnya
yaitu tidak perlu bebas pirogen karena tempat penggunaannya. Dalam
penyiapan salep mata, bahan obat baik dalam larutan atau padatan
termikronisasi ditambahkan agar tidak mengiritasi basis salep. Salep
disterilkan dengan panas kering atau dengan radiasi; beberapa disiapkan
dengan penyiapan steril melalui kombinasi aseptik dari bahan steril.
Mereka harus dikemas dalam wadah bersegel dan bebas dari bahan
partikulat yang tidak diinginkan seperti partikel logam.
g. Larutan irigasi
Larutan yang digunakan untuk mencuci luka terbuka, didefenisikan
sebagai larutan irigasi dan digunakan secara topikal, tidak pernah secara
parenteral.
h. Bahan diagnostik
Larutan yang diberikan secara parenteral untuk tujuan diagnostik,
seperti injeksi Evan’s Blue, digunakan untuk menentukan volume darah.
i. Ekstrak allergenio
Ekstrak allergenio adalah konsentrasi allergen atau bahan yang
bertanggung jawab untuk sensitivitas yang tidak biasa dari beberapa
individu, digunakan untuk diagnostik atau pengobatan reaksi allergenik.
j. Larutan dialisis peritonial
Larutan digunakan dengan teknik dialisis peritoneal untuk
menurunkan sampah tubuh, cairan tubuh, elektrolit serum dan bahan
racun.
Kesimpulan :
Macam-macam sediaan steril adalah :
a. Injeksi
b. Cairan infuse
c. Radifarmasetik
d. Padatan steril
e. Suspensi steril
f. Larutan mata, suspensi, dan salep
g. Larutan irigasi
h. Bahan diagnostik
i. Esktrak allergnio
j. Larutan dialysis peritonial
II.1.8 Teknik aseptik dan sterilisasi hasil akhir
1. Farmakope Indonesia Edisi III; 18
Proses aseptik adalah cara pengurusan bahan steril dengan
menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya
cemaran kuman hingga seminimum mungkin. Teknik aseptik dimasukkan
untuk digunakan dalam pembuatan injeksi yang tidak dapat dilakukan
proses sterilisasi akhir, karena ketidakmampuan zatnya. Teknik ini tidak
mudah diselenggarakan dan tidak ada kepastian bahwa hasil akhir
sesungguhnya steril. Sterilitas hasil akhir hanya dapat disimpulkan , jika
hasil itu telah memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada uji
keamanan hayati. Teknik aseptik menjadi hal yang penting sekali
diperhatikan pada waktu sterilisasi menggunakan cara sterilisasi
penyaringan dan pemanasan kering. Sewaktu memindahkan atau
memasukkan bahan steril kedalam wadah akhir steril. Dalam hal tertentu,
untuk meyakinkan terjadinya cemaran atau tidak sewaktu memindahkan
atau memasukkan cairan steril kedalam wadah steril menggunakan cara
ini, perlu diuji dengan cara sebagai berikut : kedalam salah satu wadah,
masukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan steril. Tutup wadah
dan eramkan pada suhu 32oC selama 7 hari. Jika terjadi pertumbuhan
kuman, menunjukkan adanya cemaran yang terjadi pada waktu
memasukkan atau memindahkan cairan ke dalam wadah akhir. Dalam
pembuatan larutan steril, akhirnya ditutup kedap untuk melindungi
terhadap cemaran kuman. Semua alat yang digunakan harus steril.
Ruangan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan ini harus disterilkan
terpisah dan tekanan udaranya diatur positif dengan memasukkan udara
yang telah dialirkan melalui penyaringan bakteri. Lagi pula, pekerjaan ini
harus dilakukan dengan tabir pelindung atau dalam aliran udara steril.
Pakaian pekerja harus khusus dan steril dilengkapi dengan penutup muka
dan topi.
2. Scoville’s The Art of Compounding; 419
Sesuai dengan namanya, teknik aseptik merupakan cara yang biasa
dilakukan untuk menghindari masuknya bekteri ke dalam sediaan untuk
injeksi, kemungkinan besar, bahaya dari kontaminasi suatu larutan
berasal dari tangan, dan nafas dari orang yang melakukan pekerjaan ini.
Tangan pekerja harus dibersihkan seluruhnya dan dibilas dengan bahan
sterol seperti alcohol. Mulut dan hidung harus ditutup dengan masker
yang terdiri dari 2 lapisan kain. Jika memungkinkan harus menggunakan
jubah steril sebelum memulai pengerjaan untuk menghindari masuknya
bakteri dari pakaian pekerja.
3. Textbook of Pharmaceutics; 555
Teknik aseptik adalah salah satu cara yang digunakan untuk
melindungi kontaminasi bahan, alat, wadah selama penanganan. Sumber
kontaminasi adalah udara, nafas, kulit, rambut, pakaian permukaan kerja.
4. Teori dan Praktek Farmasi Industri; 1282
Sterilisasi larutan dengan penyaring menghasilkan larutan yang
sangat bersih, memisahkan parikel kotoran, juga mikroorganisme dalam
kisaran ukuran mikron. Walapun begitu, filtrat harus dipindahkan dari
penerima dan dibagi-bagi kembali menjadi wadah akhir tersendiri setelah
sterilisasi. Tujuan proses ini, dikenal sebagai pemrosesan aseptis, adalah
mengeluarkan tiap mikroorganisme dari tiap tahapan proses sesudah
penyaringan.
Pemrosesan aseptis secara teknis bukanlah proses sterilisasi, tetapi
dibicarakan di sini karena keterlibatan yang sangat erat dengan sterilisasi
melalui penyaringan. Proses aseptis ini digunakan untuk produk yang
tidak dapat disterilisasi pada tahap akhir, yakni setelah disegel dalam
wadah akhir.
Kesimpulan :
Teknik aseptik adalah cara pengurusan bahan steril dengan
menggunakan teknik (4) yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya
cemaran kuman (4, 7, 21) hingga seminimum mungkin, sedangkan
sterilisasi akhir hanya dapat disimpulkan, jika hasil itu telah memenuhi
syarat uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati (4).
II.2. Teori Salep Mata
II.2.1 Pengertian Salep Mata
1. Farmakope Indonesia Edisi III; 20
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata
menggunakan dasar salep yang cocok.
2. Farmakope Indonesia Edisi IV; 12
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata.
3. Scoville’s The Art of Compounding; 356
Salep mata adalah salep khusus untuk pemakaian pada mata
dimana membutuhkan perhatian khusus pada pembuatannya.
4. Sterile Dosage Form; 368
Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat
mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa
tercuci oleh cairan air mata. Basis untuk salep mata biasanya petrolatum
putih walapun dalam beberapa kasus basis laruit air juga digunakan. Obat
jika tidak larut didispersikan kedalam basis yang disterilkan dengan panas
kering dan dicampur secara aseptis dengan obat dan bahan tambahan
yang steril.
5. Dispensing on Medication by Robert King; 140
Salep mata adalah salep steril khusus untuk penggunaan pada
mata. Salep ini dibuat dari bahan steril dibawah kondisi aseptis atau pada
sterilisasi tahap akhir.
6. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1513
Salep mata adalah salep steril khusus untuk penggunaan pada
mata, dapat juga digunakan untuk memberikan efek pengobatan yang
bervariasi pada bagian luar dan tepi kelopak mata, konjungtiva, kornea
dan iris. Perhatian yang khusus dilakukan dalam penyiapannya.
Kesimpulan :
Salep mata adalah sediaan steril yang mengandung bahan kimia steril (1,
2, 5) yang terbagi halus dalam basis, yang dibuat di bawah kondisi aseptik
(1, 2), yang digunakan pada mata untuk memberikan efek pengobatan (1,
4, 6, 7) dimana obat dapat kontak dengan mata dan jaringan tanpa tercuci
oleh air mata (2), di mana tempat kerjanya pada bagian luar tepi kelopak
mata, konjungtiva, kornea, dan iris (5), serta memerlukan perhatian
khusus dalam pembuatannya (5, 7).
II.2.2 Syarat-syarat salep mata
1. Remington’s Pharmaeutical Science 18th Edition; 1585
a. Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah
kondisi yang bernar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes
sterilisasi resmi.
b. Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube
disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan
radiasi gamma.
c. Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau
campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan
mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama
penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah
klorbutanol, paraben atau merkuri organik.
d. Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
e. Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata,
membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan
mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada
kondisi penyimpanan yang sesuai.
2. Sterile Dosage Form; 357
a. Sediaan untuk mata dari berbagai jenis produk yang
berbeda dapat berupa larutan tetes mata, pencuci mata atau salep
mata. Kadang-kadang injeksi mata digunakan untuk hal-hal yang
khusus. Sediaan mata sama dengan produk steril lainnya yaitu
kesterilan dan bebas dari bahan partikulat. Dengan pengecualian
jumlah yang terbatas dari injeksi mata. Sediaan untuk mata merupakan
bentuk sediaan topikal yang digunakan untuk efek lokal. Oleh karena
itu tidak perlu bebas pirogen karena metode penggunaan dan
pemakaian obat sediaan mata berbeda dengan bahan yang diberikan
secara parenteral dalam hal bahan yang ditambahkan untuk
meningkatkan aktivitas untuk memelihara stabilitasnya dan sterilitas
produk.
b. Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak
layak membuat sediaan larutan mata yang mengandung banyak
mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan
kebutaan, bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk
nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang dapat
mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien.
3. Scoville’s The Art of Coumpounding; 247
Perhatian khusus harus dipenuhi untuk sediaan salep mata adalah
menghasilkan produk yang steril bebas dari partikel yang mengiritasi.
4. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 567
a. Dasar salep pilihan untuk suatu salep mata harus tidak mengiritasi
mata dan harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata
yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
b. Dasar salep yang ditambahkan untuk salep mata harus bertitik lebur
atau titik melumer mendekati suhu tubuh.
5. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System by Ansel;
255
Basis salep yang dipilih untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata
dan harus membolehkan difusi bahan obat melalui sekresi air mata dari
mata. Basis salep yang digunakan untuk mata harus mempunyai titik
kelembutan mendekati tubuh untuk kenyamanan pasien maupun
pelepasan obat.
6. Farmakope Indonesia Edisi III; 30
Kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar digunakan Vaselin
putih. Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat
dipilih salah satu bahan dasar berikut :
a. Dasar salep senyawa hidrokarbon
Vaselin putih, veselin kuning atau campurannya dengan malam putih,
dengan malam kuning atau dengan senyawa hidrokarbon lain yang cocok.
b. Dasar salep serap
Lemak bulu domba; campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearil
alkohol, 8 bagian malam putih, dan 8 bagian vaselin putih; campuran 30
bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Emulsi minyak dalam air.
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air
Polietilenglikol atau campurannya.
Kesimpulan :
Syarat-syarat salep mata, yaitu :
- Steril (2,5).
- Dibuat dari bahan-bahan yang disterilkan di bawah kondisi aseptik (5).
- Sterilitas akhir dari salep dalam tube dengan radiasi gamma (5).
- Mengandung bahan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
yang berbahaya (2,5).
- Bebas dari partikel besar (2,5).
- Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, mampu
mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu selama
penyimpanan (5).
- Tidak perlu bebas pirogen (2).
II.2.3 Keuntungan dan Kerugian Salep Mata
Keuntungan Salep Mata :
1. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1585,
1587
Salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang lebih lama
dan bioavailabilitas obat yang lebih besar dengan onset dan waktu puncak
absorbsi yang lebih lama
Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar
sebasea, konjungtiva, kornea dan iris.
2. Sterile Dosage Form; 368
Salep mata dapat dipertahankan kontak lama dengan mata dan
jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh air mata.
3. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 563
Keuntungan utama suatu salep mata daripada larutan untuk mata
adalah penambahan waktu hubungan atau kontak antara obat dengan
mata. Pengkajian telah menunjukkan bahwa waktu kontak antara obat
dengan mata, 2–4 kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika
dipakai larutan garam.
Kerugian Salep Mata :
1. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1585
Salep mata akan mengganggu penglihatan kecuali jika digunakan
pada waktu tidur. Onset dan waktu absorpsi yang lama, variasi dosis
besar. Salep mata cenderung membentuk lapisan pada mata dan
menyebabkan masalah-masalah pencampuran antara pembawa salep
dengan cairan mata.
2. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: 563
Salah satu kekurangan bagi salep mata adalah kaburnya pandangan
yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata.
3. Modern Pharmaceutics; e-book
Kerugian penggunaan salep mata dalah penggunaan bahan
berminyak dan pengaburan penglihatan yang digunakan. Umunya
digunakan sebagai terapi pada malam hari, namun hal ini dilaporkan
memperpanjang retensi ocular dibandingkan dengan tetes mata.
Kesimpulan :
Keuntungan :
1. Waktu kontak dengan mata lebih lama sehingga bioavailabilitas obat
lebih besar (2, 5, 19)
2. Tempat kerjanya lebih luas yakni pada kelopak mata, kelenjar
sebasea, konjungtiva, kornea dan iris dibandingkan dengan tetes mata
(5).
Kerugian :
1. Salep mata mengganggu penglihatan kecuali jika digunakan saat tidur
(5, 19, 24).
2. Variasi dosis besar (5)
3. Ada kecendrungan pemcampuran antara pembawa salep dan cairan
mata (5)
4. Kaburnya penglihatan ketika salep mata dioleskan (19, 24).
II.2.4 Anatomi dan Fisiologi Mata
1. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition:1581
Gambar anatomi mata :
Mata manusia adalah subjek yang menarik untuk pemberian topikal
obat. Dasar ini dapat ditemukan dalam susunan anatomi dari jaringan
permukaan dan dalam permeabilitas kornea. Tindakan perlidnungan dari
kelopak mata dan sistem lakrimal adalah seperti penghilangan dengan
cepat dari bahan yang dimasukkan kedalam mata, kecuali bahannya
bervolume kecil dan secara kimia dan fisiologis dapat bercampur dengan
jaringan permukaan.
Kelopak Mata
Kelopak mata memiliki 2 tujuan : perlindungan mekanik terhadap
bola mata dan mensekresikan suatu cairan optimum untuk kornea.
Kelopak mata dilicinkan dan dijaga kandungan airnya oleh sekret kelenjar
lakrimal dan dikhususkan pada sel-sel yang terletak pada konjungtiva
bulbar. Ruang penyokong memiliki bentuk tipis yang terpisah secara
langsung lewat didepan bola mata, dengan perluasan kantong menaik dan
menurun. Kantong-kantong tersebut disebut ruang superior dan inferior
serta semua tempat, cul-de-sac. Celah antara kelopak mata disebut celah
palbebra.
Bola mata
Dinding bola mata manusia (bulbus, bula) disusun atas tiga lapisan
konsentris :
1. Lapisan fibrous luas
2. Lapisan vaskular tengah–sistem uvea atau traktus uveal,
mengandung koroid, badan siliar dan iris
3. Lapisan saraf retina
Lapisan terluar kuat, dapat disentuh dan sedikit longgar. Pada
bagian depan, bagian yang menghadap keluar. Struktur halus pada
lapisan terluar sangat tertaur dan kandungan airnya sangat seksama
diatur sehingga bertindak sebagai jendela yang jernih dan trasnparan
(kornea). Ini mencegah pembuluh darah. Diatas 2/3 dari selaput serat
yang tersisa nampak buram (bagian putih dari mata) dan disebut sklera.
Sklera mengandung mikrosirkulasi yang memberikan nutrisis jaringan
pada bagian atas anterior dan biasanya putih kecuali ketika terjadi iritasi
dan dilatasi pembuluh darah.
Ruangan bola mata adalah suatu alat optik yang menyebabkan
penampakan yang terbalik diperkecil yang terbentuk pada retina, yang
mana merupakan membran tipis yang tembus cahaya. Secara berurutan
alat optik terdiri dari : kornea, pupil, lensa kristal dan retina, dengan
lapisan cairan yang jernih atau bahan seperti gel yang terjepit antara
struktur yang padat. Pupil, lubang bulat dalam suatu bagian membran
kontraktil (disebut iris), bertindak sebagai fungsi penampakan dari sistem.
Lensa kristal adalah suatu unsur retraktif dengan kemampuan fungsi yang
dikontrol dan didukung oleh suatu jaringan otot dalam badan siliar. Koroid
adalah metabolit yang mendukung retina.
Fungsi optikal dari mata harus stabil secara dimensi yang mana
dilakukan oleh sebagian selaput bagian luar, keefektifannya adalah suatu
faktor penstabil pada tekanan intraokuler, yang mana akan mengeluarkan
tekanan yang sama pada jaringan disekitarnya. Tekanan intraokuler ini
menghasilkan produksi cairan spesifik yang mantap, cairan homur yang
asli dari proses siliar dan mata menjadi sistem yang berbeli-belit dari kanal
alirannya. Tahanan yang ditemui selama pelewatan dan kecepatan
pembentukan cairan merupakan faktor utama yang menentukan tingkat
tekanan intraokular. Sebagai tambahan untuk fungsi mekanis hidronya,
cairan humor bertindak sebagai carrier nutrient, substrat dan metabolit
untuk jaringan ovaskular mata. Tulang pada rangka juga mendukung
bentuk yang mendekati piramid yang ditempati oleh bola mata, disebut
orbit.
Konjungtiva
Membran konjungtiva menutupi permukaan terluar dari bagian putih
mata dan bagian dalam dari kelopak mata. Pada kebanyak tempat terikat
dengan longgar dan dengan demikian memungkinkan gerakan bebas dari
bola mata. Ini memungkinkan pemberian injeksi subkonjungtival kecuali
untuk kornea, konjungtiva merupakan bagian terluar dari mata
Sistem lakrimal
Permukaan konjungtiva dan kornea ditutupi dan dilicinkan oleh suatu
lapisan air yang disekresi oleh kelenjar lakrimal dan konjungtiva. Sekresi
dari kelenjar lakrimal, air mata, diantara ke beberapa duktus kecil ke
dalam formix konjungtiva, sekretnya jernih, berair, mengandung berbagai
garam-garam, glukosa, komponen organik lainnya, sekitar 0,7% protein
dan enzim lisosom. Bagian kelenjar lakrimal dikondisikan pada fornix
konjungtiva. Sekretnya cocok untuk melicinkan dan membersihkan di
bawah kondisi biasa dan untuk mempertahankan lapisan tipis berair yang
menutupi kornea dan konjungtiva (lapisan prekorneal). Lapisan protein
musin dari lapisan khususnya penting dalam mempertahankan stabilitas
dari lapisan. Kelenjar lakrimal utama disebut memerankan hanya pada
fungsi yang khusus. Kelenjar sebaseus terdapat pada kelopak mata
mensekresi cairan berminyak yang membantu mencegah air mata yang
berlebihan pada tepi kelopak dan mengurangi penguapan permukaaan
yang terpapar pada mata dan menyebar di atas lapisan air mata.
Kedipan mata membantu lapisan cair dengan menekan lapisan tipis
dari cairan didepan tepi kelopak mata pada saat keluar bersama-sama.
Kelebihan cairan menuju ke penampungan lakrimal, suatu daerah segitiga
kecil terhampar pada sudut bagian paling dalam dari kelopak mata. Kulit
kelopak mata tipis dan dapat terlipat dengan mudah, sehingga
memberikan pembukaan yang cepat dan penutupan pada celah palpebral.
Gerakan kelopak mata termasuk penyempitan celah palpebral dalam
suatu kantong mata, seperti tindakan chantus lateral melewati chantus
(chant : sudut dimata bertemu). Ini akan membantu transport atau gerakan
cairan melewati bagian lakrimal.
Lapisan Prekorneal
Kornea harus basah untuk menjadi permukaan mata yang memadai,
ketika kurang basah kornea kehilangan permukaannya yang halus dan
sifat transparannya. La[isan prekorneal, bagian dari larutan air mata,
memberikan kelembaban yang penting pada permukaan. Sifat dari lapisan
prekorneal tergantung dari kondisi epitel kornea. Lapisan tersebut
bercampur dengan sediaan mata berair dan lipid, disusun dari lapisan lipid
tipis terluar. Lapisan berair yang tebal ditengah dan suatu lapisan mukoid
tipis bagian dalam. Hal ini diperbaharui pada setiap kedipan dan ketika
berkedip mengalami tekanan, baik oleh obat atau secara mekanik,
akhirnya akan mengering pada potongannya. Ini memperlihatkan tidak
berpengaruhnya penambahan konsentrasi hingga 2 % NaCl terhadap
cairan konjungtiva. pH dibawah 4 atau diatas 9 akan menyebabkan
kekacauan lapisan. Lapisan ini mempengaruhi gerakan lensa kontak dan
terbentuk cepat dengan mudah pada gelas daripada plastik.
Kornea
Kornea tebalnya 0,5–1 mm terdiri dari struktur berikut (dari depan ke
belakang) :
Epitel kornea
Substantia propia (stroma)
Endotel kornea
Kornea transparan untuk mendifusikan cahaya secara luar biasa,
besarnya cahaya karena susunan tegak lurus dari sel dan serat dan
karena tidak adanya pembuluh darah. Pengaburan kornea mengkin satu
dari beberapa faktor termasuk tekanan bola mata sebagai glaukoma;
jaringan bebas luka karena dilukai, injkesi atau kekurangan O2 atau
kelebihan air seperti yang dapat terjadi karena pemakaian kontak lensa.
2. Dispensing on Medication by King; 141
Gambar anatomi mata :
Mata adalah organ untuk melihat. Bola mata terletak dalam lubang
tengkorak dan dialasi oleh lemak dan jaringan penghubung. Bagian
anterior terpapar dan terdiri dari kornea yang transparan, sklera yang opak
dan membran konjungtiva. Bola mata dilindungi oleh kelopak mata dan
alis.
Kulit dari kelopak mata lebih tipis daripada kulit bagian tubuh yang
lain. Ini tentu saja mempermudah kelopak mata untuk membuka dan
menutup. Permukaan kedua bagian dalam kelopak mata ditutupi oleh
perluasan membrane seperti membran konjungtiva yang menutupi sklera.
Sekresi kelenjar kelopak air mata memberikan perlindungan mata
dengan membantu melindungi kehilangan cairan. Sekresi kelenjar
meibomian adalah lipoidal dan membentuk bagian lapisan air mata pada
prekornea. Sekresi meibomian juga membantu aliran air mata dari tepi ke
kelopak mata. Permukaan kelopak mata bagian dalam membentuk cul de
sac, terbagi atas fornix superior dan inferior.
Kornea adalah lensa pertama dalam sistem optalmik mata. Secara
anatomi kornea adalah struktur multilayer, tidak mengandung pembuluh
darah tetapi kaya akan saraf sensorik. Kornea terdiri dari tiga lapisan
utama yaitu epithelium luar dan epitelium dalam yang kaya akan lemak,
dan stroma tengah yang hidrofilik. Jaringan kornea biasanya mengandung
air 75-80%. Keseimbangan air kritis terhadap integritas kornea.
Kornea normal seluruhnya devoid aliran darah. Kekurangan
vaskuler ini mungkin untuk perbaikan jaringan kornea normal yang rapat
dan tinggi. kornea dan juga konjungtiva, namun demikian disupplay
banyak oleh reseptor nyeri pada ujungnya. Sesungguhnya kornea adalah
salah satudaerah pada tubuh yang paling sensitif.
Kornea tak berpembuluh darah tergantung pada permeabilitas
nutrisinya. Oksigen dan bahan-bahan lain diserap dari lapisan air mata
dan cairan lain. Permeabilitas kornea juga faktor utama dalam penyerapan
obat untuk penggunaan mata.
Sisanya, penampakan "mata putih" dibuat dari yang rapat, opak,
sklera fibrous dengan penutupnya membran konjungtiva. Membran
konjungtiva menutupi permukaan luar sklera dan membentang permukaan
dalam kelopak mata. Membran hanya kehilangan sambungan ke bola
mata, memberikan kebebasan pergerakan, dengan pengangkatan
membrane, injeksi subkonjungtival obat dapat digunakan.
Cairan air mata adalah cairan yang lebih kompleks yang terbuat
dari elektrolit, protein, karbohidrat, enzim lisozim dan asam organik. Total
padatan sekitar 1,8%.
Cairan lakrimal terdiri dari kelenjar lakrimal dan sekresi kelenjar
mukus dari konjungtiva. pH air mata kira-kira 7,4 dengan range 7,3-7,7.
Konsentrasi osmotik yang sama dengan 0,9% NaCl.
Permukaan mata dilapisi dengan lapisan air mata. Ini adalah
lapisan ketiga dari komposisi yang sangat berbeda. Lapisan terdalam dari
lapisan mata terbuat dari bahan yang dikeluarkan dari sel goblet
konjugtiva. Bagian luar adalah lapisan ketiga yang superficial yang terbuat
dari sekresi meibomian lipoid. Lapisan tengah, 6,5-7 µm tebal, terbuat dari
cairan air mata.
Total volume cairan mata adalah kecil, tetapi kecepatan
pergerakannya adalah signifikan. Kira-kira 7µL, cairan lakrimal kontak
dengan kornea dalam beberapa waktu kecepatan pergerakan kira-kira 1
µL/menit pada mata manusia. Normalnya, mata mengandung 10 µL cairan
mata dan beberapa keluar mengalir dengan cepat dari mata melalui
sistem pengairan lakrimal. Regular rubber bulb dropper atau penetes tipis
khusus dalam wadah plastik adalah maksud utama untuk penggunaan
larutan mata. Volume satu drop/tetes dari maksud ini biasanya 25-50 µL.
oleh karena itu banyak larutan obat digunakan pada mata dengan segera
hilang dengan cairan dari cul de sac. Kecepatan larutan melalui sistem
drainase lakrimal juga meningkatkan volume larutan. Volume lebih kecil
(10 µL) lebih pekat obatnya akan mungkin memberikan bioavailabilitas
yang lebih baik daripada volume besar (50µL) dari larutan yang
mengandung 1/2-1/3 konsentrasi dari obat yang sama.
3. Modern Pharmaceutics; 492
Tabel 1 Struktur anatomi dari mata
Konjungtiva Sac konjungtiva inferior Sac konjungtiva superior
Kornea Epitelium Membrane Browman’s Stroma (substansia propia) Membrane Descemet Endothelium
Ruang anterior Sudut ruang anterior Kanal Schlemm Runang Fontana
Iris Uvea Ruang posterior Zonules dari Zinn Lensa Vitreous humor
Kapsul Tenon Retina Badan Silia (zone) Kelenjar Meibomian
Ruang Posterior Ruang Vitreous
4. Ensyclopedia of Pharmaceutical Technology vol 11; 43-49
Mata adalah salah satu dari banyak organ vital pada tubuh manusia
dan memberikan harta benda yang paling berharga untuk manusia yaitu
penglihatan. Mata terdiri dari dari dua bola, salah sati berada di luar dari
yang lain. Bola luar lebih kecil diselubungi membran transparan, kornea,
yang merupakan jendela pada mata. Lapisan yang paling jauh yang
mengelilingi bola besar adalah sklera.
Konjungtiva
Konjungtiva tipis, membran mukus yang lembab yang berasal dari
junction korneaskleral. Lapisan konjungtiva yang membentuk lapisan luar
pada kelopak mata disebut palpebral. Lapisan yang menyelubungi mata,
selain kornea, disebut, konjungtiva bubar. Area di mana kedua konjungtiva
bertemu fornix.
Lapisan Luar Pada Mata
a. Sklera
Sklera tebal, berbentuk serat yang mengandung sedikit pembuluh
darah. Bagian depan dari sklera, disebut mata putih, diselubungi oleh
kapsul Tenon’s dan bagian dari konjungtiva yang melewati pembuluh
darah dapat dilihat.
b. Kornea
Kornea adalah membran transparan yang membentuk “one-sixth” pada
bola mata. Korne terdiri dari 5 lapisan:
1) Epitelium
2) Membran Bowman’s
3) Substantia Propria (stroma)
4) Membran Descemet’s
5) Endotelium
c. Badan Korneaskleral
Badan Korneaskleral terdiri dari meshwork trabecular dan kanal
Schlemm yang membentuk sistem pengeringan pada ruang anterior. Dia
memiliki dua lapisan, epitelum dan stroma.
d. Meshwork Trabecular
Meshwork trabecular mengilingi lingkaran pada ruang anterior. Dia
seperti penyerap yang memiliki diameter 2-3 µm yang meneruskan
aqueous mengalir ke kanal schlemm.
e. Kanal Schlemm
Kanal schlemm adalah kanal berbentuk oval yang menutupi seluruh
lingkaran pada ruang anterior. Dia terhubungkan ke sistem venous yang
melewati 25-36 saluran pengumpul.
Lapisan Tengah Mata
a. Koroid
Koroid adalah lapisan vaskular yang memberikan supplai darah ke
bagian yang berbatasan dengan retina pada mata.
b. Badan Siliary
Badan siliary perpanjangan dari iris ke koroid. Ini dibagi dalam dua
bagian, bagian uveal (terletak dekat sklera) dan bagian epitel (berbatasan
dengan ruang posterior). Otot siliary adalah struktur yang paling menonjol
dari bagian uveal dari badan siliary.
c. Iris dan Pupil
Iris adalah bagian yang strukturnya seperti diagram dan terletak di
depan lensa dan badan silia. Ini terpisah pada ruang anterior dan
posterior. Fungsi iris sebagai mekanisme pengaturan cahaya pada mata,
mengontrol cahaya yang masuk pada mata untuk memberikan
penglihatan yang jernih. Pembukaan pusat pada iris adalah pupil yang
secara refleks mengontrol cahaya yang berhasil masuk ke mata. Iris di
susun dari dua lapisan: bagian depan dekat stroma, dan posterior pada
epitelium. Warna iris tergantung pada jumlah melamin pada stromanya.
Iris tersusun dari dua jenis otot, otot sfingter dan otot dilator yang disebut
radial.
d. Lensa
Lensa seperti kristal, struktur bikonvex yang transparan yang terletak
di belakang iris dan pupil dan di depan badan vitreous. Seperti kornea,
lensa tidak memiliki pembuluh darah, jaringan saraf.
Jaringan Dalam dari Mata
a. Saraf Mata
Saraf mata adalah bagian dari jaringan traktus yang putih pada
susunan saraf pusat yang terdiri dari akson pada ganglion retinal bersama
dengan jaringan saraf yang menyampaikan dari otak menuji ke mata
Kesimpulan :
No. Bagian Mata Fungsi Pustaka
1 Kelopak mata Perlindungan mekanik
terhadap bola mata
5, 29
Mensekresikan cairan
optimum untuk kornea
2 Bola mata, terbagi:
Lapisan fibrous
terluar
Lapisan fibrous
tengah
Lapisan saraf
retina
Sebagai jendela yang
jernih dan membatasi
pembuluh darah
Memberikan nutrisi jaringan
pada bagian atas anterior
Meneruskan impuls ke
saraf mata
5, 29
3
4
Konjungtiva
Sistem Lakrimal
Menutupi bagian terluar pada
bagian putih mata dan bagian
dalam kelopak mata
Sekretnya cocok untuk
melicinkan dan membersihkan
mata dan menjaga kelembaban
5, 29
5
6
Lapisan prekorneal
Kornea
Memberikan kelembaban pada
kornea
Mendifusikan cahaya
5, 29
1, 5, 29
II.2.5 Alasan sediaan mata harus steril
1. Prescription Pharmacy; 181
Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata
menjelaskan dengan sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata
tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk
memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi
mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim
yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan
menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu
dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling
mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa
(Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan mikroorganisme ini
ditunjukkan dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan
istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting
untuk dicatat bahwa ini bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga
ditemukan disaluran intestinal, dikulit normal manusia dan dapat menjadi
kontaminan yang ada diudara
2. Sterile Dosage Form; 359
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan mata yang
dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling berbahaya
adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat
menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan
produk-produk nonsteril pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat
dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien
3. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1583
Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocyaneus, P. pyocyanea,
Blue Pas bacillus). Ini merupakan mikroorganisme berbahaya dan
opurtonis yang tumbuh baik pada banyak kultur media dan menghasilkan
toksin dari produk antibakteri. Cenderung untuk membunuh kontaminan
lain dan membiarkan Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur
murni. Bacillus gram negatif juga tumbuh pada sediaan mata yang
menjadi sumber infeksi serius dari kornea. Ini dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi yang
ditopleransi oleh jaringan mata menunjukkan bahwa semua zat
antimikroba didiskusikan pada bagian berikut dapat tidak efektif melawan
beberapa strain dari organisme ini.
4. Dispensing on Medication by Martin; 892-893
Jika lapisan epitelia sekali rusak, maka tidak akan ada pertahanan
dan organisme mungkin memasuki kornea secara bebas dan
menyebabkan infeksi. Satu mikroorganisme yang berbahaya, dan
mikroorganisme opportunik, yang sebenarnya tumbuh dalam kornea lebih
baik dari semua media yang lain yang dikenal adalah Pseudomonas
aeruginosa. Oleh karena itu, ada 2 standar untuk sediaan mata yang
direkomendasikan, yaitu :
a. Untuk mata dengan bagian epitel kornea yang belum rusak, larutan
steril dikemas dalam wadah dosis ganda atau untuk penggunaan di
rumah menggunakan penetes tunggal, sedangkan di rumah sakit
dipisahkan penetes untuk tiap pasien.
b. Untuk mata dengan bagian epitel kornea yang telah rusak, digunakan
unit kecil yang mengandung larutan steril untuk penggunaan pasien
tunggal.
Kesimpulan :
Sediaan mata harus steril karena mata tidak memiliki antibodi ataupun
mekanisme untuk menghasilkan antibodi (3). Mata hanya dapat
memproduksi air mata yang di dalamnya terkandung enzim lisozim yang
berfungsi untuk menguraikan selubung polisakarida dari beberapa
mikroorganisme (3). Namun, ada satu mikroorganisme yang tidak dapat
diuraikan oleh enzim lisozim, yakni Pseudomonas aeruginosa (2, 3, 5, 16).
Hal ini disebabkan karena Pseudomonas aeruginosa banyak memiliki
kandungan lipopolisakarisa. Jika Pseudomonas aeruginosa masuk ke
dalam mata, berpotensi menyebabkan kebutaan (3, 5).
II.2.6 Cara Pembuatan Salep Mata
1. Scoville's The Art of Compounding; 357
Salep mata dibuat menggunakan salah satu dari dua metode di bawah
ini. Jika bahan obat larut dalam air membentuk larutan yang stabil, bahan
obat dilarutkan dalam volume minimum dari air untuk injeksi (API), larutan
yang dihasilkan kemudian dicampurkan dengan basis yang sudah dilebur
dan dicampur terus sampai membeku. Jika bahan obat tidak larut dalam
air, bahan obat dibuat menjadi serbuk halus dengan melevigasikannya
dengan sejumlah kecil basis. Campuran yang dihasilkan kemudian
ditambahkan sisa basis.
2. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceurtics; 369
Salep mata membutuhkan obat / bahan dalam bentuk micron atau
dalam larutan. Ini baik dalam praktek pembuatan salep mata steril. Pada
umumnya, bahan obta steril ditambahkan secara aseptis dalam basis
steril. Setelah campuran salep seragam, diisikan ke dalam tube steril
secara aseptis.
3. Textbook of Pharmaceutics ; 363
a. Bahan obat yang larut air
Bahan obat yang larut air dilarutkan dalam sejumlah kecil air murni,
larutan ini disterilkan melalui pemanasan pada autoklaf atau filtrasi dan
larutan steril ditambahkan dalam campuran larutan yang sebelumnya,
basis yang disterilkan melalui pengadukan hingga dingin dan pengerjaan
dilakukan secara aseptis, sediaan kemudian dipindahkan ke tube salep
mata yang telah disterilkan sebelumnya dan segera ditutup sehingga
terhindar dari mikroorganisme. Banyak bahan yang digunakan dalam
salep mata adalah termolabil dan dalam keadaaan seperti itu filtrasi
digunakan untuk sterilisasi.
b. Bahan yang tidak larut air
Pada metode ini, bahan obat sebelumnya disterilisasi, pengerjaan
dilakukan secara aseptis, obat serbuk terbagi halus dan ditriturasi dengan
sejumlah kecil basis steril yang telah dilebur, campuran kemudian
dicampurkan sampai basis meleleh dan salep mata dipindahkan ke dalam
tube steril segera untuk mencegah masuknya mikroorganisme. Ini penting
bahwa obat yang tidak larut harus diserbukkan sampai halus untuk
mencegah kemungkinan adanya partikel besar dari obat yang masuk ke
mata.
4. Farmakope Indonesia Edisi III; 20
Pembuatan bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril
termikronisasi pada dasar salep steril, Hasil akhir dimasukkan secara
aseptis ke dalam tube steril. Bahan obat dan dasar salep disterilkan
dengan cara yang cocok.
5. Ansel ; 562
Cara pembuatan salep mata. Zat obat ditambahkan ke dalam dasar
salep dalam bentuk larutan atau dalam bentuk serbuk yang dibuat halus
sekali sampai ukuran micron lalu obat dicampur sampai sempurna dengan
dasar salep disterilkan dengan cara yang cocok.
Kesimpulan :
- Bahan obat larut dalam air membentuk larutan yang stabil, bahan obat
dilarutkan dalam volume minimum dari air untuk injeksi (API), larutan
yang dihasilkan kemudian dicampurkan dengan basis yang sudah
dilebur dan dicampur terus sampai membeku.
- Jika bahan obat tidak larut dalam air, bahan obat dibuat menjadi
serbuk halus dengan melevigasikannya dengan sejumlah kecil basis.
Campuran yang dihasilkan kemudian ditambahkan sisa basis.
II.2. 7 Cara Memasukkan Salep Ke Dalam Tube
1. Scoville’s The Art of Compounding; 361
Cara yang paling mudah untuk mengisi tube yang dapat dilipat adalah
dengan menempatkan salep pada selembar kertas lilin atau perkamen
dan melipat kertas sehingga sisanya bertemu. Dengan menempatkan
batang pengaduk pada bagian atas lipatan dan menggulung kertas
mengarah ke bagian bawah lipatan, salep dalam kertas ditekan menjadi
bentuk silinder. Kertas tube kemudian dimasukkan pada bagian belakang
yang terbuka besar dari tube yang dapat dilipat, dan ketika kertas ditarik
keluar melalui jari, salep akan tertahan dan tertinggal di dalam tube. Pada
saat memasukkan salep, penutup dari tube harus dibuka untuk
memungkinkan pengisian yang sempurna. Tube seharusnya diisi hanya
sampai jarak 1 inci dari ujung tube sehingga memberikan tempat untuk
menutup tube. Penutupan tube dilakukan meratakan dasar salep dengan
spatula dan melipatnya lebih dari dua kali dan menjaganya dengan
penjepit khusus tube salep yang dilakukan dengan sepasang pinset.
2. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ; 511
Pada skala kecil, pengisian tube dengan cara berikut:
a. Salep yang telah dibuat digulung di atas kertas perkamen menjadi
bentuk silinder, diameternya sedikit lebih kecil dari tube supaya dapat
diisikan dengan panjang kertas yang lebih kecil dari silinder.
b. Dengan tutup dari tube dilepas supaya udara keluar, silinder dari salep
dengan kertas dimasukkan ke dalam bagian ujung bawah tube yang
terbuka.
c. Potongan kertas yang meliputi salep dipegang oleh satu tangan
sedang lainnya menekan dengan spatula yang berat ke arah tutup
tube sampai penuh dan sambil menarik perlahan-lahan kertas salep
tadi dilepaskan, ratakan permukaan salep dengan spatula, kurang
lebih ½ inci dari ujung bawah.
d. Bagian bawah yang disisikan lipatan 2 x ⅛ inci dan dibuat dari ujung
bawah tube yang dipipihkan, ditekan/ jepit penyegel tepat di atas
lipatan untuk menjamin bahwa sudah betul-betul tertutup, penjepitan
dapat digunakan dengan tang tangan atau dengan mesin lipat
(crimper) yang dijalankan dengan tangan atau kaki.
Kesimpulan :
Bahan-bahan yang telah dicampur, ditempatkan pada kertas yang
telah dilapisi lilin, kemudian kertas dilipat hingga kedua ujungnya bertemu,
dengan menempatkan batang pengaduk pada ujung lipatan dan
menggulung kertas ke bagian bawah lipatan. Salep dalam kertas ditekan
menjadi bentuk silinder. Kertas tube kemudian dimasukkan pada bagian
belakang yang terbuka besar dari tube yang dapat dilipat dan ketika kertas
ditarik keluar melalui jari, salep akan tertahan dan tertinggal dalam wadah.
II.2.8. Pewadahan salep
1. Textbook of Pharmaceutics; 363
Salep mata harus dikemas dengan wadah logam lunak atau tube
plastik atau wadah dosis tunggal. Tube plastik digunakan untuk formulasi
dari salep mata tapi tidak ada standar yang kosong. Tube metal yang
lunak dibebaskan dari debu dan partikel logam yang dicapai dengan
meniup menggunakan mesin peniup dan filtrat,udara bebas debu.
Pencucian kurang efektif dan sering kali bertambah lebih banyak.
Formulasi yang tersedia dalam dosis tunggal bentuknya lonjong. Kartu
gelatin fleksibel dengan satu yang mengerutkan dan dibuka melalui
pemutusan kerutan akhir dengan gunting steril. Wadah/ kemasan diberi
wadah/lkemasan mudah pecah berupa kertas tutup atau amplop plastik
atau karbon tertutup.
2. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi; 563
Salep mata diisikan kedalam tube yang terbuat dari plastik atau timah
dimana sebelumnya telah dibuat steril. Tube-tube ini khas kecil, yang
isinya kurang lebih 3,5 gram salep dan dicocokkan dengan ujungnya yang
berliku sempit yang memungkinkan lompatan segumpal kecil salep. Hal
ini sesuai untuk menempatkan salep pada garis tepi kelopak mata, suatu
tempat yang biasa dalam pemakaian obat.
3. Scoville’s The Art of Compounding; 360
Tube yang lunak adalah wadah yang sangat baik untuk pencampuran
salep halus dimana tidak non reaktif. Namun, salep yang keras atau kaku
tidak disimpan dalam wadah itu. Tube-tube disediakan dalam variasi
ukuran yang luas untuk salep. Khusus untuk digunakan pula pada salep
untuk mata, telinga, rektum, dan vagina juga disediakan.
4. Modern Pharmaceutics; 522
Salep mata ditempatkan dalam tube kaleng kecil 3,5 gram, harganya
murah dan sebagai alternatif bahan baku kaleng menjadi sebuah
masalah, tapi merupakan pilihan kedua dari pewadahan. Tube plastik
dibuat dari resin LDPE yang fleksibel, tapi tidak mengempis dan
cenderung menarik/ menghisap kembali salep. Variasi tipe tube logam
disegel menggunakan lapisan adesif hanya menutupi bagian dalam dari
dasar salep tube terbuka untuk membentuk lipatan yang tidak memiliki
kontak dengan produk.
4. Sterile Dosage Form: 369
Tambahan dalam sterilisasi, salep mata juga harus melewati tes untuk
membatasi jumlah dan ukuran kehadiran partikel logam. Ditemukan
bahwa partikel logam terkontaminasi pada tube logam dimana salep
dikemas.
Kesimpulan:
a. Tube plastik (29)
Terbuat dari resin dan tube jenis ini tidak dapat mengempis
b. Tube aluminium/ logam (2, 29)
Sebelum penggunaan dibebaskan dari debu dan partikel logam. Tube
ini sering dipertimbangkan karena harganya yang murah.
c. Tube tanah liat (7)
Salep mudah tengik dan tempatnya tidak mudah dibersihkan.
II.2.9 Pengawet pada Salep
1. Formulasi Steril; 110
Bahan pengawet yang digunakan adalah thromersal 0,002%, garam
fenil merkuri nitrat 0,002%, garam alkonium dan garam benzalkonium
0,002 – 0,01% dalam kombinasinya dengan Na2EDTA 0,1%, lalu yang lain
adalah klorheksidin 0,005 – 0,01%, klorbutanol 0,5% dan benzil alkohol
0,5 – 1%.
2. Modern Pharmaceutics; 498
Pemilihan pengawet hanya terbatas pada beberapa bahan kimia
seperti benzalkonium klorida, poliquad, thimerosol, metil dan propil
paraben, phenylethanol, kloheksidin, dan polyamino propyl biguanida.
Pengkhelat Na2EDTA kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan
aktivitas terhadap strain Pseudomonas khususnya dengan benzalkonium
klorida.
Benzalkonium Klorida
Pengawet yang secara luas adalah benzalkonium klorida
digunakan dalam kombinasi dengan Na2EDTA. Benzalkonium klorida
adalah golongan amonium kuarterner. Popularitas komponen ini
dikarenakan meskipun kompatibilitasnya terbatas, bahan ini sangat efektif
dan merupakan pengawet aksi cepat dan mempunyai stabilitas kimia yang
sangat baik. Stabil pada range pH yang luas dan tidak terurai dibawah
kondisi penyimpanan yang panas. Bahan ini dikatakan sebagai surface-
active dan aktivitasnya direduksi melalui adsorpsi.
Konsentrasi yang bisa digunakan dari benzalkonium klorida dalam
tetes mata adalah 0,01% dengan range 0,004 – 0,02%. Ambilan kembali
benzalkonium klorida kedalam jaringan okuler adalah terbatas namun
konsentrasi rendah dari benzalkonium klorida meningkatkan penetrasi
korneal dari bahan-bahan.
Beberapa strain dari Pseudomonas aeruginosa resisten dengan
benzalkonium klorida. Ini disebabkan peningkatan konsentrasi dari virulent
nature dari organisme pada infeksi okuler. Oleh karena itu, kehadiran
EDTA dapat dikombinasikan dengan bahan ini. Penggunaan Na2EDTA
dianjurkan pada konsentrasi hingga 0,1%.
Germisida amonium kuarterner lain, benzethonium klorida, telah
digunakan dalam larutan mata. Ada kekurangan dari campuran ini,
bagaimanapun tidak dapat menghasilkan efek bakterisid dari
benzalkonium klorida dan bahan ini memiliki batas incomp yang sama.
Organik Merkuri
Ketika benzalkonium klorida tidak dapat digunakan dalam formulasi
seperti dengan pilokarpin nitrat, eserin salisilat, atau fluorescein sodium
(karena asosiasi potensial anion-kation), satu dari ketiga organik merkuri,
phenylmercuric nitrate, phenylmercuric asetat, dan thimerosal, sampai
akhir tahun ini masih digunakan. Karena kondisi lingkungan, pemggunaan
organik merkuri tidak disukai dan tidak ada dari bahan alternatif yang
cocok.
Pada berbagai situasi, range konsentrasi yang digunakan untuk
komponen phenylmercuri adalah 0,002 – 0,004% dan untuk thimerosal
adalah 0,02 – 0,1%. Meskipun mereka efektif digunakan pada beberapa
produk, bahan merkuri aktivitas antimikrobanya relatif lambat dan lemah.
Merkuri organik umumnya dibatasi penggunaannya dalam larutan netral
hingga alkali, mereka baik digunakan dalam formulasi asam lemah. Ion
phenyl mercuri dapat bereaksi dengan ion halida membentuk garam
dengan kelarutan rendah dan berkurang keefektifannya. Thimerosal
mempunyai kelarutan yang lebih baikdan relatif lebih stabil dari komponen
phenyl mercuri dan tidak mengendap dalam lensa mata. Fenomena
terakhir dapat tlah diteliti pada komponen phenyl mercuri.
Klorobutanol
Aromatik ini merupakan pengawet efektif dan digunakan dalam
beberapa produk mata. Beberapa tahun ini, bahan ini relatif aman untuk
produk mata. Pada salah satu uji sistem, pengawet ini dipertimbangkan
sebagai satu-satunya pengawet yang aman untuk produk mata
menggunakan aktivitas cytolytic sebagai criteron dan menghasilkan efek
minimal pada uji lainnya. Pada penambahannya aktivitas relatif lambat,
mempunyai beberapa formulasi dan pengemasan terbatas.
Klorobutanol umumnya digunakan pada konsentrasi 0,5%,
kelarutan dalam air sekitar 0,7% pada suhu kamar, dan lambat larut.
Pemanasan dapat meningkatkan disolusinya, tetapi juga menyebabkan
dekomposisi dan sublimasi. Konsentrasi rendah sekitar 0,125%
memperlihatkan aktivitas antimikrobial.
Metil dan Propil Paraben
Ester dari asam p-hidroksibenzoat digunakan paling utama untuk
mencegah pertumbuhan tetapi pada konsentrasi tinggi mempunyai
aktivitas antibakterial yang lemah. Penggunaan bahan ini dibatasi oleh
kelarutan yang rendah dalam larutan dan telah dilaporkan menyebabkan
sensasi menyengat dan membakar pada mata. Aktivitasnya menurun
dengan kehadiran surfaktan nonionik dan polimer. Bahan ini biasa
digunakan dalam kombinasi antara ester metil 0,03 – 0,1% dan ester
propil 0,01 – 0,02%.
Feniletil Alkohol
Alkohol tersubtitusi digunakan pada konsentrasi 0,5% tetapi
penambahannya memiliki aktivitas yang lemah dan mempunyai beberapa
keterbatasan. Bahan ini mengalami penguapan dan akan kehilangan
aktivitas melalui permeasi dalam wadah plastik. Kelarutannya dalam air
dibatasi, dapat menyebabkan ”salted out” dari larutan dan dapat
menyebabkan sensasi menyengat dan membakar pada mata. Bahan ini
direkomendasikan paling utama untuk penggunaan sistem kombinasi
pengawet.
Polyquad
Pengawet ini relatif baru dalam sediaan mata dan merupakan
germisida amonium kuarterner. Kerugian dari amonium kuarterner dapat
dilihat dari ketidakmampuannya berpenetrasi dalam jaringan okuler,
khususnya kornea. Tingkat efektifitas pengawet secara klinik, polyquad
kira-kira 10 kali kurang toksik dari benzalkonium klorida. pengawet ini
bahaya digunakan untuk larutan lensa kontak karena ketidakmampuan
larutan untuk teradsorpsi atau terabsorpsi kedalam lensa dan bahan ini
tidak memiliki potensi sensitasi.
Klorheksidin
Klorheksidin suatu bisbiguanid telah didemonstrasikan adalah
kurang toksik dibanding benzalkonium klorida dan thimerosal pada
konsentrasi klinik yang relevant.
Polyaminopropyl Biguanide
Pengawet ini juga relatif baru dalam formulasi optalmic dan
digunakan paling utama dalam lensa kontak. Pada konsentrasi yang
digunakan dalam larutan, polyaminopropyl biguanide mempunyai potensi
toksisitas yang rendah.
3. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1591
Beberapa kriteria yang digunakan dalam pemilihan pengawet :
a. Harus memiliki spektrum luas, dan dapat aktif terhadap organisme
gram positif dan gram negatif serta fungi. Memiliki aktivitas bakterisida
terutama mikroorganisme seperti strain Pseudomonas aeruginosa
b. Stabil pada kondisi yang luas termasuk temperatur dan range pH
autoklaf
c. Mampu bercampur dengan komponen preparasi lain dan dengan
pewadahan
d. Toksisitas dan iritasi kurang, serta memiliki batas keamanan yang
layak
Pilihan bahan pengawet yang cocok untuk sediaan ophalmic
adalah sedikit. Komponen bahan pengawet dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tipe Struktur Konsentrasi Incomp
Amonium
Kuarterner
R2
R1 N R4 Y-
R3
0,004 – 0,02%
Sabun
Material anion
Salisilat
Nitrat
Organik Merkuri
SHgC2H5
COONa
0,001 – 0,01%
Halida tertentu
dengan
Phenylmercuri nitrat
Para Hidroxy
Benzoat
COOCH3
OH
Maksimum
0,1%
Adsorpsi oleh
makromolekul,
aktivitas marginal
Tipe Struktur Konsntrasi Incomp
Klorobutanol
CH3
CH3 C CCl3
OH
0,5%
Stabilitas tergantung
pada pH, aktivitas
konsentrasi dekat
dengan kelarutan
maksimum
Alkohol Aromatik CH2OH
0,5 – 0,9%
Kelarutan rendah
dalam air, aktivitas
marginal
Golongan Amonium Kuarterner
Benzalkonium klorida adalah golongan amonium kuarterner dan
benar-banar bahan pengawet yang paling umum digunakan dalam
sediaan mata. Meskipun penggunaannya luas, namun mempunyai
keterbatasan. Sebagai suatu kationik surface-active dengan berat molekul
yang tinggi, tidak kompatibel dengan campuran anionik. Bahan ini incomp
dengan salisilat dan nitrat dan dapat diinaktivasi oleh komponen anionik
dengan berat molekul yang tinggi. Sebaliknya benzalkonium klorida
memiliki stabilitas kimia yang sangat baik dan karakteristik antimikroba
yang sangat bagus. Diberi alternatif yang lebih baik untuk memodifikasi
suatu formulasi untuk mengatasi incompabilitas menjadi kompatibel tetapi
hanya efektif pada sebagian kecil pengawet.
Organik Merkuri
Umumnya fenil merkuri nitrat atau fenil merkuri asetat digunakan
pada konsentrasi 0,02%, digunakan sebagai pengganti dari benzalkonium
klorida sebagai pengawet untuk salisilat dan nitrat, dan dalam larutan
garam physostigmin dan epinefrin yang mengandung 0,1% sodium sulfit.
Range konsentrasi berkisar 0,002 – 0,004%. Fenil merkuri borat kadang-
kadang digunakan untuk mengganti nitrat atau asetat.
Fenil merkuri nitrat mempunyai keuntungan dari beberapa organik
merkuri lainnya, yakni tidak diendapkan pada pH asam lemah. Dibanding
bahan merkuri lain, bahan ini memiliki aksi bakterisid yang lambat dan
juga menghasilkan reaksi sensitasi. Ion phenylmercuri incomp dengan
halida membentuk endapan.
Thimerosal adalah organik merkuri dengan bakteriostatik dan
aktivitas antifungi dan digunakan sebagai suatu pengawet antimikroba
pada konsentrasi dari 0,005 – 0,02%.
Ester Asam P-Hidroksi Benzoat
Campuran metil dan propil paraben kadang-kadang digunakan
sebagai pengawet antimikroba sediaan mata. Konsentrasi dari metil
paraben 0,1 – 0,2%, ketika dikombinasikan dengan propil paraben
kelarutannya dalam air sekitar 0,04%. Bahan-bahan ini tidak efisien
sebagai bakteriostatik dan memiliki aktivitas antrimikroba yang lambat.
Iritasi okuler dan sensasi menyengat terjadi pada penggunaannya dalam
sediaan mata.
Fenol dan Alkohol Tersubstitusi
Klorobutanol efektif terhadap bakteri gram positif dan negatif
termasuk Pseudomonas aeruginosa dan beberapa fungi. Umumnya
kebanyakan kompatibel dengan bahan-bahan lain dan konsentrasi normal
yang digunakan 0,5%.
Kombinasi dari klorobutanol dan fenil etil alkohol (masing-masing
0,5%) lebih efektif terhadap Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
aureus, Proteus vulgaris dari antimikrobial tunggal. Juga persiapan larutan
dari klorobutanol dalam phenylethyl alcohol dilakukan dalam air tanpa
pemanasan.
4. Dispensing On Medication by Martin; 893
Polimiksin ß Sulfat
Ketika diuji melawan kelompok strain Pseudomonas aeruginosa,
polikmisin ß sulfat merupakan pilihan pengawet kimia. Kenyataannya,
pengawet ini merupakan bahan antipseudomonas. Dalam dua tahun,
penggunaan luas dari pengawet ini dalam konsentrasi 1000 unit µl, tidak
ada hal mengenai resistensi strain atau reaksi sensivitas.
Bagaimanapun, karena selalu ada kemungkinan pengembangan
dari satu atau komplikasi lain dalam penggunaan antibakterial lainnya,
cukup bijak untuk menyediakan polimiksin untuk infeksi pseudomonas
yang diketahui.
Ada beberapa bahan bakterisid lain yang pada tingkat yang lebih
lambat melawan Pseudomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris. Jika
tingkat kontaminasi bakteri cukup rendah, dan jika tidak ada protein atau
bahan inaktivasi lain yang ditambahkan, banyak pengawet bisa
mensterilkan larutan mata dengan waktu yang cukup.
Benzalkonium Klorida
Benzalkonium klorida dalam range 1:10.000 – 1:100.000 telah
dianjurkan sebagai pengawet untuk larutan mata. Jika konsentrasinya
1:3000 atau lebih kuat digunakan berulang-ulang, protein kornea akan
didenaturasi dengan cepat dan mungkin menyebabkan kerusakan
irreversible. Pseudomonas aeruginosa yang dikondisikan untuk tumbuh
pada konsentrasi kuarterner 0,2% dengan cepat dibunuh pada 0,01%
(1:10.000) dengan kehadiran 0,01% Na2EDTA. Strain yang resisten
dimasukkan logam kedalam sel yang dipindahkan dengan masuknya
bahan pengkhelat dan sekali lagi kuarterner dapat membunuh resisten
dari Pseudomonas aeruginosa.
Ditemukan bahwa 1:10.000 benzalkonium klorida dan 0,01%
Na2EDTA mensensitasi strain yang resisten terhadap kuarterner dan
sterilitas dicapai kurang dari 3 menit pemaparan. Karena sifat kationik dan
sifat aktif permukaan benzalkonium klorida diserap pada permukaan
gelas, sebagian pada tempat yang kasar, dan pada katun, protein dan
pada bahan permukaan negatif lainnya. Sayangnya, benzalkonium klorida
menghasilkan incomp tertentu yang kemudian membatasi range dalam
aplikasinya. Pengawet ini tidak bisa digunakan dengan nitrat seperti
pilokarpin nitrat, dengan salisilat seperti eserin salisilat atau dengan bahan
lain dengan ion besar, seperti fluoresin dan sulfonamida. Dengan semua
keterbatasannya, benzalkonium klorida merupakan pengawet yang paling
efektif dan aksinya meningkat dengan cepat dalam keadaan terkontrol,
apalagi jika Na2EDTA ditambahkan untuk meningkat aktivitasnya. Mungkin
disarankan untuk mengganti pilokarpin HCl untuk nitrat dan eserin sulfat
untuk salisilat, daripada mengganti bahan antibakteri yang kurang efektif
seperti fenil merkuri nitrat untuk benzalkonium klorida.
Klorobutanol
Klorobutanol dalam tingkat tertentu dikenal sebgai pengawet untuk
larutan mata. Karena keterbatasan dengan uji antibakterinya, namun jelas
sekali bahwa bahan ini bakterisid relatif lambat menghambat bakteri gram
positif dan negatif. Lawrence melaporkan bahwa pada konsentrasi 0,5%
klorobutanol merupakan bakterisida lambat untuk strain tertentu dari
Pseudomonas dan Proteus. Klorobutanol sangat lambat larut dalam air.
Jadi panas biasanya digunakan untuk mempercepat proses. Klorobutanol
telah dikombinasi dengan fenil etil alkohol, yang tidak memiliki aktivitas
gram negatif namun juga bisa digunakan sebagi pelarut untuk
klorobutanol. Kombinasi ini akan membawa larutan tanpa penambahan
panas, sementara uji bakteriostatik mengindikasikan aktivitas yang
sinergik dari kombinasi serendah 0,4% masing-masing ketika diuji
melawan strain Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan
Proteus vulgaris.
Merkuri organik
Fenil merkuri nitrat (1:25.000 – 1:100.000) secara umum digunakan
sebagai bahan antibakteri untuk larutan mata. Merkuri pada umumnya
telah dikenal aktivitas bakteriostatiknya namun dikenal juga aksinya
lambat dalam aktivitasnya sebagai bakterisida. Organisme Pseudomonas
bertahan pada pemaparan konsentrasi 1:25.000 selama 1 minggu.
Setelah 1 minggu organisme tetap mampu menghasilkan infeksi kornea
dalam injeksi kedalam kornea keliner. Fenil merkuri nitrat hampir
terhidrolisasi sempurna dalam larutan berairnya dan hadir sehingga
hidroksida terionisasi pada pH lebih dari 3 (Pkb =10). Pengawet ini
berbeda dari bahan merkuri organik lainnya dimana tidak mengalami
pengendapan dalam pH asam. Fenil merkuri nitrat dapat berfungsi
sebagai pengganti benzalkonium klorida dalam pilokarpin nitrat dan
larutan eserin salisilat dan larutan garam fluoresin.
Ester Asam p-Hidroksi Benzoat
Ester asam p-hidoksi benzoat (paraben) khususnya metil, propil
dan ester butil telah digunakan dalam produk farmasetik sejak tahun 1940
sebagai fungisida dan dalam konsentrasi tinggi sebagai bahan antibakteri.
The British Pharmaceutical Codex (1954) menyarankan penggunaan
0,0229% ester metil dikombinasi dengan 0,0114% ester propil.
Bagaimanapun Klein Millwood dan Wather menggambarkan perhatian
bahwa konsentrasi ini paling tidak 3 kali cepat efektif melawan
Pseudomonas aeruginosa. Klein dan Ridley merekomendasikan
penggunaan 0,1% metil paraben. Bagaimanapun, Hind dan Goyan
melaporkan iritasi okuler yang dihasilkan dari penggunaan ester-ester ini
lebih jauhberkualitas sebgai pengawet mata yang ideal. Bahan-bahan
seharusnya di tes sterilisasi secara cepat dalam larutan yang
terkontaminasi.
Fenol dan Alkohol Pengganti
Penggunaan dari beberapa fenolik dan alkohol tersubtitusi sebagai
pengawet mata telah dipelajari. Bahan berikut ini telah dilaporkan: (1)
bahan bakterisid melawan gram positif dan kebanyakan mikroorganisme
gram negatif dan (2) relatif tidak mengiritasi apabila tidak kontak langsung
dengan kornea : 0,03% p-kloro-meta-xylenol ; 0,05% p-kloro-meta-kresol ;
0,5% peroksi etanol ; 0,1% feniletil alkohol dan 0,25% fenol ; 0,5% feniletil
alkohol dan 0,5% klorobutanol. Tidak ada satupun sistem yang dipelajari
secara intensif untuk kegunaannya sebagai germisida (dengan cepat
tersterilisasi) untuk organisme patogen.
II.2.10 Cara Penggunaan Salep Mata
1. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition; 1584
a. Cuci tangan.
b. Buka tutup tube.
c. Dengan satu tangan, tarik kelopak mata bagian bawah perlahan.
d. Sambil melihat ke atas, tekan sejumlah kecil salep ke dalam
kelopak mata bagian bawah (±¼- ½ inci). Hati-hati untuk tidak
menyentuhkan ujung tube pada mata, kelopak mata, jari.
e. Tutup mata dengan lembut dan putar bola mata ke segala arah
pada saat mata ditutup. Kadang-kadang penyebaran dapat dilakukan.
f. Kelopak mata yang tertutup dapat digosok dengan lembut dengan
jari untuk mendistribusikan obat melalui fornix.
g. Tutup kembali tube
Hati-hati untuk mencegah kontaminasi tutup tube saat dibuka.
Pada saat tube salep dibuka untuk pertama kalinya, tekan keluar
1/4 inci salep dan buang karena mungkin terlalu kering.
Jangan pernah menyentuh ujung tube dengan permukaan apapun.
Jika mempunyai lebih dari satu tube untuk salep yang sama, buka
satu tube saja.
Jika menggunakan lebih dari satu jenis salep pada waktu yang
sama, tunggu sekitar 10 menit sebelum menggunakan salep yang
lain.
Untuk memperbaiki aliran salep, pegang tube dalam tangan selama
beberapa menit sebelum digunakan.
Sangat bermanfaat untuk latihan menggunakan salep dengan
posisi di depan cermin.
2. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System by Ansel; 409
Penting untuk mencuci tangan dengan sabun dan air. Tube salep
dipegang diantara ibu jari dan telunjuk dan tube diletakkan sedekat
mungkin dengan kelopak mata tanpa menyentuhnya. Pasien memiring
dan dengan jari telunjuk dengan tangan yang lain, kelopak mata bawah
harus ditarik ke bawah untuk membentuk kantong/ cup. Selapis dari obat
diletakkan dalam kelopak mata bawah. Untuk memudahkan pemakaian,
pasien menggunakan cermin atau menyuruh orang lain untuk memberi
salep. Pasien harus memutar bola mata dan dengan tisu melap salep dari
kelopak mata dan bekas kipasan. Terakhir tutup diletakkan kembali pada
tube salep. Pasien harus dinasehatkan bahwa mata akan buram ketika
salep dimasukkan dalam mata.
3. Dispensing On Medication King; 143
a. Cuci tangan
b. Buka tutup tube
c. Dengan satu tangan, tarik kelopak mata bawah perlahan-lahan
d. Sambil melihat ke atas tekan sejumlah kecil salep ke dalam
kelopak mata bagian bawah (±¼- ½ inci). Hati-hati agar tidak
menyentuh ujung tube
e. Tutup mata dengan lembut dan putar bola mata segala arah pada
saat mata ditutup, kadang pengaburan sementara dapat terjadi
f. Tutup kembali tube
- Hati-hati untuk mencegah kontaminasi tutup tube saat dibuka.
- Pada saat tube salep dibuka untuk pertama kalinya, tekan keluar
1/4 inci salep dan buang karena mungkin terlalu kering.
- Jangan pernah menyentuh ujung tube dengan permukaan apapun.
- Jika mempunyai lebih dari satu tube untuk salep yang sama, buka
satu tube saja.
- Jika menggunakan lebih dari satu jenis salep pada waktu yang
sama, tunggu sekitar 10 menit sebelum menggunakan salep yang
lain.
- Untuk memperbaiki aliran salep, pegang tube dalam tangan selama
beberapa menit sebelum digunakan.
- Sangat bermanfaat untuk latihan menggunakan salep dengan posisi
di depan cermin.
Kesimpulan (2, 3, 13):
a. Cuci tangan dengan sabun dan air
b. Buka tutup tube
c. Tarik kelopak mata bagian bawah
d. Sambil melihat ke atas, tekan tube hingga salep keluar (1/4-1/2 inci).
Jangan menyentuhkan ujung tube pada mata
e. Tutup mata dengan lembut, putar mata ke segala arah
f. Kelopak mata yang ditutup dapat digosok dengan lembut dengan jari
g. Tutup kembali tube :
Hati-hati untuk mencegah kontaminasi tutup tube saat dibuka.
Pada saat tube salep dibuka untuk pertama kalinya, tekan keluar
1/4 inci salep dan buang karena mungkin terlalu kering.
Jangan pernah menyentuh ujung tube dengan permukaan apapun.
Jika mempunyai lebih dari satu tube untuk salep yang sama, buka
satu tube saja.
Jika menggunakan lebih dari satu jenis salep pada waktu yang
sama, tunggu sekitar 10 menit sebelum menggunakan salep yang
lain.
Untuk memperbaiki aliran salep, pegang tube dalam tangan selama
beberapa menit sebelum digunakan.
Sangat bermanfaat untuk latihan menggunakan salep dengan
posisi di depan cermin.
II.2.11 Obat untuk Mata
a. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System Ansel; 408
- Antiinflamasi, bahan ini melawan inflamasi pada mata
seperti alergi konjungtiva. Bahan digunakan secara topikal seperti
hidrokortison, prednisolon, dan garam dexametason.
- Antibiotik atau bahan antimikroba, bahan antibiotik atau
bahan antimikroba digunakan khususnya untuk melawan infeksi pada
mata. Bahan ini biasa digunakan baik secara sistemik dan lokal. Untuk
penggunaan topikal pada mata seperti gentamisin, sulfacetamid,
tetracyclin, chlormycetin, cyprofloksasin, eritromisin, polimiksin B sulfat
basitrasin, zink neomisin sulfat, tetramysin, dan tobramycin.
- Bahan antivural, untuk infeksi virus,untuk ulkus herpes
digunakan trifluridia, vidarabine.
- Adstrigen, bahan ini umumnya digunakan untuk pengobatan
konjungtivitis, kebanyakan preparat yang digunakan untuk tujuan ini
seperti campuran zink sulfat sebagai adstrigen.
- Bahan beta adrenergik, ini diindikasikan untuk pengobatan
tekanan intraokuler dan glaukoma kronik sudut terbuka. Bahan ini
termasuk Betaxolol HCl, atau timolol maleat.
- Anastetik lokal, anastetik lokal menghilangkan nyeri, trauma
berkelanjutan, dan selama pemeriksaan mata. Diantara anastetik lokal
yang digunakan secara optalmik adalah henoxinate, propacaine, dan
cocain.
- Miotik, digunakan secara umum untuk terapi glaukoma tetapi
boleh digunakan untuk kondisi lain sehingga akomodatif esotropia,
konvergen, strabisaus untuk pengobatan lokal dari myasthenia gravis.
Kebanyakan miotik mungkin menghasilkan efek yang tidak diinginkan
pada beberapa pasien. Miotik mereduksi tekanan intraokuler yang
dihubungkan dengan glaukoma. Miotik antara lain pilokarpin,
echothiophat iodida, dan demecarium tromida. Sebagai tambahan
carbotula anhidrase, inhibitor seperti acetozolamid (oral) dan
betaadrenergik seperti betoxolol.
- Midriatik dan cycloplegic, midriatik mengijinkan pengujian
dari fundus sampai dilatasi pupil. Midriatik yang paling kuat dan
memiliki aksi durasi yang panjang dinamakan cycloplegic. Contoh:
Atropin, skopolamin, cyclopentotase, naphazoline,cocain, dan
fenilefrin.
- Pelindung topikal, larutan ini digunakan sebagai pengganti
air mata atau sebagai cairan kontak lensa. Contohnya metilselulosa
dan hidroksi propril metilselulosa.
- Vasokontriksi,untuk menyejukkan, menyegarkan, dan
menghilangkan kemerahan yang disebabkan karena iritasi mata.
Bahannya antara lain naphazolin HCl, oxymetazolin HCl dan
tetrahidrozolin HCl.
Bahan Obat Mata Produk Komersial Konsentrasi dari Keterangan
Bahan Aktif
Adrenergik
Naphazolin HCl Larutan Mata Naphcon
A (Alcon)
0,025 % Digunakan sebagai
vasokontriktor mata topikal
Antialergi
Garam kromolin Larutan mata Opticrom
(Fisons)
4 % Untuk pengobatan
gangguan alergi mata
sebagai konjungtivitis kernal
Bahan Obat Mata Produk KomersialKonsentrasi dari
Bahan AktifKeterangan
Antibakteri
Kloramfenikol
Ciprofloxacin HCl
Gentamisin Sulfat
Tetrasiklin HCl
Tobramycin
Na sulfasetamid
Larutan Mata
Ophtoclor (Parke
Davis)
Larutan Mata Steril
Ciloxan (Alcon)
Larutan Mata
Geramycin (Schering)
Suspensi Mata
Achromycin (Lederle)
Larutan Mata Tobrex
(Alcon)
Larutan Mata Sulamyd
0,5 %
0,35 %
0,3 %
1 %
0,3 %
10 dan 30 %
Digunakan untuk
infeksi superfisial
mata akibat mudah
terkena
miroorganisme
(Schering)
Antivirus
Trifluridin Larutan Mata Viroptik
(Borrougins Weilcome)
1 % Diindikasikan dalam
pengobatan keratitis herpes
simple X
Airmata Buatan
Dextran 70,
Hidroximetil
Selulosa
Tears Nahirale II
(Alcon)
- Untuk mata yang kering
Bahan Obat Mata Produk KomersialKonsentrasi dari
Bahan AktifKeterangan
Astringen
Zink sulfat Larutan Mata Zincfrin
(Alcon)
0,25 % Digunakan untuk
memperbaiki
ketidaknyamanan akibat
iritasi minor pada mata
seperti debu, alergi
Antiinflamasi
Na deksametoson
sulfat
Larutan Mata Steril
Decadron Fosfat
(Merck Sharp &
Dohme)
0,1 % Mengobati inflamasi karena
mekanik, kimia, atau
imunologik
Kombinasi
Antibakteri/Antiinflamasi
Neomisin sulfat &
Na deksametason
sulfat
Oxitetrasiklin dan
Hidrokortison
Asetat
Tobramisin dan
deksametason
Larutan Mata
Neodecadron
(Merck Sharp &
Dohme)
Suspensi Mata Tera-
Contril (Roerig)
Suspensi Mata Steril
TobraDex (Alcon)
0,35 % basis
neomisin = 0,1 %
deksametason
0,15 % oxitetrasiklin
= 1,5 %
hidrokortison asetat
0,3 % Tobramisin &
0,1 % deksametason
Untuk kondisi inflamasi
mata yang sensitif
steroid di mana terjadi
infeksi bakteri atau
resiko infeksi bakteri
mata
Bahan Obat Mata Produk KomersialKonsentrasi dari
Bahan AktifKeterangan
Bahan β-adrenergik
bloker
Betaxolol HCl
Timolol maleat
Larutan Mata steril
Betoptic (Alcon)
Larutan Mata Steril
Timoptic (Merck Sharp
& Dohme)
0,5 %
0,25 % - 0,5 %
Digunakan hipertensi okular
dan glaukoma sudut terbuka
kronik
Digunakan untuk pasien
dengan glaukoma sudut
terbuka kronik dan pasien
opakit dengan glaukoma
Kolinergik
Larutan Mata
Pilokarpin HCl
Larutan Mata Isopto
Carpine (Alcon)
0,25 % - 10 % Digunakan sebagai miotik
dalam pengobatan
glaukoma, khususnya dalam
glaukoma sudut terbuka.
Juga digunakan untuk
menetralkan midriasis yang
diikuti pembedahan
Penghambat
kolinesterase
Demecarium Br Larutan Mata Steril
Humorsol
(Merck & Co.)
0,125% dan 0,25 % Menghasilkan miosis intens
dan kontraksi otot siliar
untuk penghambatan
kolinesterase. Digunakan
untuk glaukoma sudut
terbuka ketika mioitik aksi
pendek tidak memberikan
efek
II.2.12 Perbedaan levigasi dengan triturasi
Scoville’s ; 48, 353
Triturasi merupakan metode yang sering digunakan dalam
peresepan. Biasanya disebut metode lumpang, digunakan untuk serbuk
dan pencampuran dan secara praktek kombinasi serbuk bias dicampur
dalam lumpang dan alu jika membutuhkan teknik yang perlu untuk
pulverasi lumpang dan alu. Levigasi merupakan proses yang membantu
farmasis dalam membuat salep lembut. Bisa diartikan sebagai proses
dimana bahan padatan ditriturasi dengan cairan yang tidak melarutkannya
yang membuatnya terbagi dan menyebabkan kurangnya keadaan seperti
berpasir dalam salep. Contoh yang tepat dalam proses ini adalah
pembuatan salep yang mengandung ZnO.
DAFTAR PUSTAKA
1. King, R.E. Balmonte, Albert. Bond William.s. 1984. Dispensing of Medication 9th Edition. Mack Publishing Company. Philadelphia. 140-165.
2. Turco, Salvabore. King Robert. 1974, Sterile Dosage Form, Lea and Febigger. Philadelphia. 15-16, 37, 357, 359, 368.
3. Sprowl. J.B. 1970. Prescription Pharmacy. 2nd Edition. JB Lipicont Company. Toronto. 181, 249.
4. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta. 18, 20, 61, 474, 595, 606, 633.
5. Gennaro, A.R. 1998. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition. Mack Publishing Company. Easton. 1215, 1310-1311, 1470, 1513, 1581-1595.
6. Parrot, E.L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess Publishing Company. USA. 181, 274-282, 369.
7. Jenkins, Glenn L. Froncke, Don. Brecht, Edward. Sperandio, Glen. 1957. Scoville’s the Art of Compounding. Burgess Publishing Company. USA. 237, 341-342, 346, 354, 356-357, 360, 361, 403-425, 520 .
8. Tjay, Tan Hoan. 1989. Obat-obat Penting Edisi IV. Depkes RI. Jakarta. 75, 77.
9. Ganiswara, S.B. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Bagian Farmakologi UI. Jakarta.
10. Lachman, L. Lieberman. Herbert. Kanig. Joseph. 1986. The Theory and Practice of Industry Pharmacy. Lea and Febiger. Philadelphia, 619, 1261-1262, 1282-1286.
11. Kibbe, Arthur H. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient. The Pharmaceutical Association. New York. 12, 126, 262, 314, 334.
12. Parfitt, K., 1994, “Martindale The Complete Drug Reference,” 32nd Edition, Pharmacy Press, (314, 318,.
13. Katzung, Bertrand C., 2001,”Farmakologi Dasar dan Klinik’,” Salemba Medik, Jakarta, (42)
14. Mycek, Mary., 2001,”Farmakologi Ulasan Bergambar”, Widya Medika, Jakarta, (315, 318, .
15. Groves, Michael J., 1988, Parenteral Technology Manual, Interpharm Press, Chicago, (120, .
16. Martin, Eric W., 1971, “Dispensing of Medication”, Mack Publishng Company, USA, (592-593, 893-895)
17. Aulton, Michael. E., 1988, Pharmaceutics; The Science of Dosage Form Design, Churcill Living Stone, Edinburg, London, Melbourne, New York. (473, 706-708).
18. Ansel, H., 1989, ”Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press, Jakarta, (399, 410, 412-414, 416, 417, 511, 562-563, .
19. Ansel, C. Howard.., 1933, Pharmaceutical Dosage Form Ansel 7th Edition, Lippincott Wiliams and Wilkins, Philadelphia, (332, 408-410)
20. American Society of Health-System Pharmacists., 1998, AHFS Drug Information, Customer Service Dept., USA, (339, 397, 404, 2865)
21. Rawlins, E.A., 2003, Textbook of Pharmaceutics, Bailliere Tindall, London, (363, 408, 526-555).
22. Djide, M. Natsir, 2006,” Mikrobiologi Farmasi Dasar”, Laboratorium Mikrobiologi Dasar, Farmasi Unhas, Makassar, (230, 242).
23. Reynold, James E.F., 1989, Martindale, The Extra Pharmacopecia,” The Pharmaceutical Press, London, (314, 318)
24. Sulistia, G., 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, UI Press, Jakarta, (69, 534, 694, 697, 699).
25. Mutschler, Ernit., 2001, Dinamika Obat, ITB, Bandung, (650).
26. Lukas, Stefanus., 2006, Formulasi Steril, Penerbit Andi, Yogyakarta, (98, 110).
27. Kibbe, Arthur H., 1997, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Pensylvania, London, (126, 606, 262, 314, 334)
28. Dirjen POM., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV”, Depkes RI, Jakarta, (12, 1086, 1110)
29. Gilbert, S. Banker., 1987, Modern PharmaceuticaI 3rd Edition, Marcel Dekker Inc., New York, (492, 498, 523)
30. Tim ISFI., 2007, Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 42, Penerbit ISFI, Jakarta, (450)
31. Gonnors, Kenneth A., dkk., 1986, Chemical Stability of Pharmaceuticals, A Handbook for Pharmacists 2nd Edition, Awile-Interscience, USA (99).
32.Excipient e-book edisi 5
33.Martindale e-book.edisi 35
34.Katzung e-book.
35.Handbook e-book.
36.Modern Pharmaceutics e-book.