282-275-1-PB

download 282-275-1-PB

of 8

Transcript of 282-275-1-PB

  • 7/29/2019 282-275-1-PB

    1/8

    Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

    168

    EFEKTIFITAS PERBEDAAN ABSORPSI AIR SUSU IBU DAN PENGGANTI AIR SUSU IBU

    YANG DIBERIKAN SECARA ENTERAL TERHADAP PENURUNAN

    BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RSU BANYUMAS

    Elfira Awalia Rahmawati1, Saryono1, Haryatiningsih Purwandari11Jurusan Keperawatan, FKIK, Unsoed

    ABSTRACT

    Nutrient giving to low birth weight baby was very important for their growth and

    development. That nutrient could be breast milk or breast milk replacement. This researchobjective was to compare the effectiveness difference of breast milk, breast milk replacementor mixed of breast milk and breast milk replacement absorption at after deliveries room ofBanyumas Public Hospital. Respondent of this research was 27 low birth weight baby whichgiven breast milk, breast milk replacement or mixed of breast milk and breast milk replacementfor a week. Respondent inclution criteria within this research was babies which born at 1100-2500 gram birth weight; male or female gender; low birth weight baby which pose nasogastricdevice without others systemic device; low birth weight baby which given mixed of breast milkand breast milk replacement. ANOVA test show that there are was not significant differencesbetween breast milk, breast milk replacement or mixed of breast milk and breast milkreplacement absorption (p > 0,05). But from average value, breast milk residue was lower than

    breast milk replacement or mixed of breast milk and breast milk replacement. The conclution islow birth weight baby which given breast milk is ineffective, especially at absorption and weightchange than low birth weight baby which given breast milk replacement or mixed of breast milkand breast milk replacement.

    Keywords: breast milk, breast milk replacement, low birth weight baby, absorption

    PENDAHULUAN

    Kebutuhan nutrisi berubah selamamasa anak-anak tergantung pada rata-ratapertumbuhan organ tubuhnya. Mereka juga

    mengalami perubahan yang besar sesuaidengan jenis kelamin, maturitas, aktifitasfisik, dan tubuhnya. Nutrisi dibutuhkanselama periode pertumbuhan tergantungdari status nutrisi anak saat itu. Kesehatanumum anak dapat dilihat denganpersentase pertumbuhan yang merupakanindikasi terbaik dari status nutrisi.Pertumbuhan anak yang sehat merupakanaset bangsa dalam mewujudkan Sumber

    Daya Manusia (SDM) yang berkualitas(Kempe, 1982).

    Peningkatan kualitas SDM harusdimulai sejak dini saat janin dalam

    kandungan, masa bayi, balita, anak-anaksampai dewasa. Air Susu Ibu (ASI) padabayi merupakan cara terbaik bagipeningkatan kualitas SDM sejak dini yangakan menjadi penerus bangsa. ASImerupakan makanan yang palingsempurna bagi bayi. Pemberian ASI berartimemberikan gizi-gizi yang bernilai tinggi,yang dibutuhkan untuk pertumbuhan danperkembangan syaraf dan otak,

  • 7/29/2019 282-275-1-PB

    2/8

    Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

    169

    memberikan zat-zat kekebalan terhadapbeberapa penyakit dan mewujudkan ikatanemosional antara ibu dan bayinya (Utami,2001).

    Mengingat pentingnya pemberianASI bagi tumbuh kembang yang optimalbaik fisik maupun mental dankecerdasannya, maka perlu perhatian agardapat diberikan secara benar. Faktorkeberhasilan dalam menyusui adalahdengan menyusui secara dini, teratur, dan

    eksklusif. Oleh karena itu salah satu yangperlu mendapat perhatian adalahbagaimana seorang ibu yang bekerjadapat tetap memberikan ASI kepadabayinya secara eksklusif sampai anakberumur 6 (enam) bulan dan dapatdilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua)tahun. Sehubungan dengan hal tersebuttelah ditetapkan dengan Kepmenkes RINO. 450/MENKES/IV/2004 tentangpemberian ASI secara eksklusif pada bayi

    Indonesia (Soetjiningsih, 1997).Pemberian ASI di Indonesia

    belum dilaksanakan sepenuhnya. Upayameningkatkan perilaku menyusui pada ibuyang memiliki bayi khususnya ASIeksklusif masih dirasa kurang. Dari dataSurvey Demografi Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2002, didapati data jumlahpemberian ASI eksklusif pada bayidibawah usia dua bulan hanya mencakup64% dari total bayi yang ada. Persentase

    tersebut menurun seiring denganbertambahnya usia bayi, yaitu 46% padabayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayiusia 4-5 bulan. Yang lebihmemprihatinkan, 13% bayi dibawah duabulan telah diberi susu formula dan satudari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberimakanan tambahan. Rendahnyapemberian ASI eksklusif menjadi pemicu

    rendahnya status gizi bayi dan balita (Sidi,2003).

    Pada ibu yang bekerja, singkatnyamasa cuti hamil dan melahirkanmengakibatkan sebelum masa pemberian

    ASI eksklusif berakhir sudah harus kembalibekerja. Hal ini mengganggu upayapemberian ASI eksklusif. Dari berbagaipenelitian menunjukkan banyaknya jumlahpenghentian ASI dengan berbagai alasanbervariasi : pada tahun 1982 13%. Menurut

    Satoto tahun 1979 berjumlah 18,2%,Suganda tahun 1979 48%, di Surabayatahun 1992 28%. Selain itu gencarnyapromosi susu formula dan kebiasaanmemberikan makanan/minuman secaradini oleh sebagian masyarakat menjadipemicu kurang berhasilnya pemberian ASIeksklusif (Utami, 2001).

    Sebagian masyarakat memberikansusu formula sebagai pengganti ASI. Saatini banyak jenis susu formula yang

    dikonsumsi oleh masyarakat yang dalampenggunaannya sering tidakmemperhatikan indikasi dan prosedurpemberian. Berbagai penelitian mencatatangka kematian bayi yang mendapat susuformula lebih tinggi dibanding dengan bayiyang mendapat ASI. Hal ini terjadi sebagaiakibat dari berbagai penyakit yang lebihsering menyertai bayi yang minum susuformula daripada bayi yang minum ASI.Penyakit yang lebih prevalensi pada bayi

    dengan susu formula adalah diare danalergi. Pasien penderita diare, 70-80 %dari penderita ini dibawah lima tahun ( 40

    juta kejadian). Kejadian alergi susu sapibukannya tidak jarang, prevalensinyadilaporkan antara 0,5-1 %. Walaupunalergi susu sapi dapat menghilang secaraspontan dalam waktu 1-2 tahun, tetapigejalanya kadang-kadang berat (Aaby etal., 1994).

  • 7/29/2019 282-275-1-PB

    3/8

    Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

    170

    Meskipun ASI sangat dibutuhkanuntuk pertumbuhan bayi, tidak semua bayiyang mendapat ASI tumbuh dengan baik,ada juga yang mengalami gagal tumbuh.Hal ini disebabkan oleh kondisi bayi itusendiri atau dari pihak ibu. Ibu yangmengalami kelainan anatomik, fisiologik,organik dan psikologik menyebabkanproduksi ASI yang tidak memadai(Soetjiningsih, 1997).

    Pada bayi berat badan lahir

    rendah (BBLR) pemberian ASI sangatdibutuhkan. Namun disini yang menjadipertanyaan apakah bayi premature atauBBLR tumbuh dengan baik atau tidakdengan minum ASI masih belumterpecahkan. Pada suatu penelitiandimana dibandingkan kecepatanpertumbuhan antara bayi yang mendapatsusu formula dengan bayi yang mendapat

    ASI maka dihasilkan :1. Bahwa bayi yang mendapat ASI

    peningkatan berat badannya lebihlambat, demikian juga pertumbuhanpanjang dan lingkar kepala .

    2. Bayi yang mendapat susu formuladengan kadar protein tinggi denganbayi yang mendapat ASI, didapatkanhasil bahwa tidak terdapat perbedaandalam hal kecepatan pertumbuhan(Soetjiningsih, 1997).

    Pemberian makanan pada BBLRtergantung pada masa gestasi dan berat

    badan bayi. Hal ini penting untukmenghindari kelelahan dan aspirasimakanan karena regurgitasi atau karenaproses pemberian makanan akibat belummatangnya sistem pencernaan. BBLR iniakan memerlukan makanan melalui sondeatau pipa nasogastik untuk memenuhikebutuhan kalori. Sejak tahun 1981frekuensi bayi baru lahir rendah telah naikterutama karena adanya kenaikan jumlahkelahiran preterm. Di negara-negara

    berkembang sekitar 70 % bayi berat lahirrendah adalah Intra Uterine GrowthRetardation (IUGR). Bayi ini mempunyaimorbiditas dan mortalitas lebih besardaripada bayi dengan pertumbuhan umuryang tepat (Nelson, 2000).

    Berdasarkan data di ruangPerinatal RSUD Banyumas, jumlah BBLRdengan pemasangan pipa nasogastrikyang dirawat selama tahun 2005 adalah192 bayi. Peneliti memilih ruang Perinatal

    di RSUD Banyumas karena tempatnyastrategis dan mudah dijangkau. Dari hasilbeberapa penelitian diatas dan besarnyainsiden BBLR terutama pada negara-negara berkembang, mendorong penulistertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan Efektifitas Absorbsi ASI danPASI yang diberikan Secara Enteral padaBayi Berat Badan Lahir Rendah .

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian yang digunakanadalah studi observasional denganpendekatan cross sectional. Alatpengumpulan data berupa lembarobservasi yang digunakan untukmengamati efektifitas absorbsi ASI danPASI maupun campuran ASI-PASI yangdiberikan secara enteral pada bayi berat

    badan lahir rendah. Lokasi penelitiandilakukan di ruang Perinatal RSUDBanyumas selama bulan September -Oktober 2006. Populasi dalam penelitianini yaitu semua bayi dengan berat badan

    lahir rendah 2500 gram yang dipasangpipa nasogastrik di ruang Perinatal RSUDBanyumas selama bulan September -Oktober 2006. Jumlah populasi BBLR di

  • 7/29/2019 282-275-1-PB

    4/8

    Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

    171

    ruang Perinatal RSUD Banyumas selamatahun 2005 adalah 192. Kriteria Inklusi :Bayi dengan berat badan lahir antara1100-2500 gram, jenis kelamin perempuandan laki-laki, BBLR yang dipasang pipanasogastrik, tidak disertai penyakit sistemiklain, BBLR yang diberi nutrisi campuran

    ASI-PASI. Kriteria Eksklusi : Bayi dengangangguan sistem pencernaan, bayidengan kelainan kongenital pada sistempencernaan. Sampel penelitian diambil

    dengan menggunakan teknik purposivesampling yaitu suatu teknik penetapansampel dengan cara memilih sampeldiantara populasi sesuai dengan yangdikehendaki peneliti, sehingga sampeltersebut dapat mewakili karakteristikpopulasi yang telah dikenal sebelumnya(Nursalam, 2001). Pada penelitian ini

    jumlah sampel bayi BBLR yang diberi ASI11 bayi, yang diberi PASI 11 bayi dan yangdiberi campuran ASI-PASI 5 bayi. Jumlah

    responden seluruhnya 27 bayi.Variabel bebas pada penelitian ini

    yaitu pemberian ASI, PASI dan campuranASI-PASI sedangkan variabel terikat yaitu

    absorbsi ASI, PASI dan campuran ASI-PASI yang dilihat dari residunya dankenaikan berat badan bayi. Alat yangdigunakan untuk mengumpulkan data yaitulembar observasi residu ASI, PASImaupun campuran ASI-PASI yangdiberikan secara enteral pada bayi BBLRdan timbangan baring (baby scale) untukmengukur berat badan bayi.

    Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan : Data Primer dari hasil

    observasi absorbsi ASI, PASI maupuncampuran ASI-PASI yang diberikan secaraenteral pada bayi BBLR dan hasilpengukuran berat badan bayi. DataSekunder studi dokumentasi dari medicalrecord di ruang Perinatal RSUD Banyumastentang jumlah bayi yang lahir denganberat badan rendah selama tahun 2005.

    Hasil pengumpulan data daripenelitian diolah dengan uji Anova dengantaraf kesalahan 5% untuk mengetahui

    efektifitas absorbsi ASI,PASI maupuncampuran ASI-PASI yang diberikan secaraenteral pada BBLR. Pengolahan datadihitung dengan sistem komputerisasi.

    HASIL DAN BAHASAN

    Jumlah subjek penelitian ini adalah27 bayi BBLR yang dipasang pipanasogastrik. Dari 27 subjek didapatkan 11

    bayi yang mendapat ASI, 11 bayimendapat PASI, dan 5 bayi yangmendapat campuran ASI-PASI.

  • 7/29/2019 282-275-1-PB

    5/8

    Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

    172

    Tabel 1. Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan BB.

    No Kelompok Uraian Jumlah1. Jenis kelamin - laki-laki 17 62,9

    - perempuan 10 37,04

    2. Usia (hari) 0-3 23 85,194-6 1 3,707-9 3 11,11

    3. BB (gram) 1100-1500 7 25,931600-2000 14 51,852100-2500 6 22,22

    Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihatjumlah keseluruhan responden 27 yangterdiri dari 17 bayi laki-laki dan 10 bayiperempuan. Usia minimal responden

    adalah 0 hari dan usia maksimal 9 harisedangkan bila dilihat dari berat badannya,berat badan minimal 1100 gram dan beratbadan maksimal 2500 gram.

    Tabel 2. Rerata residu pada berbagai kelompok BBLR yang diberi nutrisi secara enteral diruang Perinatal RSUD Banyumas.

    Kelompok Nutrisi Jumlah Mean SD SE Ket

    1 ASI 11 0,4991 0,52468 0,15820 p : 0,992 PASI 11 0,5245 0,60983 0,183873 ASI-PASI 5 0,5360 0,73524 0,32881

    Uji statistik dengan Anovamenunjukkan nilai signifikan 0,992. Hal inimenunjukkan tidak terdapat perbedaanyang bermakna dalam efektifitas absorbsi

    ASI, PASI dan campuran ASI-PASI (p :

    0,992). Namun bila dilihat dari nilai rerata,absorbsi kelompok ASI lebih cepatdibandingkan dengan kelompok PASImaupun campuran ASI-PASI yaitu denganrerata residu sebesar 0,4991 ml.

    Tabel 3 Rerata perubahan berat badan pada berbagai kelompok BBLR yang diberikan nutrisisecara enteral di ruang Perinatal RSUD Banyumas.

    Kelompok Nutrisi Jumlah Mean SD SE Ke

    1 ASI 11 61,36 169,324 51,053 p : 0,292 PASI 11 13,64 118,514 35,7333 ASI-PASI 5 -60,00 114,018 50,990

  • 7/29/2019 282-275-1-PB

    6/8

    Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

    173

    Uji statistik dengan Anova

    menunjukkan nilai signifikan 0,295 yangberarti bahwa tidak ada perubahan beratbadan yang bermakna pada bayi BBLRyang mendapat ASI, PASI, maupuncampuran ASI-PASI (p : 0,295). Namunbila dilihat dari rerata, perubahan beratbadan paling besar pada BBLR yangmendapat ASI yaitu sebesar 61,36 gram.Hal ini menunjukkan bahwa pada

    kelompok ASI yang rerata absorbsinyalebih cepat ternyata berpengaruh padaperubahan berat badan yang lebih besar.Penelitian yang dilakukan ini merupakanpenelitian dasar yang bertujuan untukmengetahui perbedaan efektifitas absorbsi

    ASI, PASI dan campuran ASI-PASI yangdiberikan secara enteral pada bayi BBLR.

    Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwarerata absorbsi antara kelompok ASI, PASIdan campuran ASI-PASI yang paling cepat

    adalah kelompok ASI dengan rerata residusebesar 0,4991 ml, meskipun padapenelitian ini tidak berbeda signifikan. Halini sesuai dengan teori Nelson (2000) yangmenyebutkan bahwa lemak tidak jenuhdan lemak ASI diserap lebih baik daripadalemak susu sapi karena trigliserida dalam

    ASI lebih dulu dipecah menjadi asamlemak dan gliserol oleh enzim lipase yangterdapat dalam ASI. Pengosonganlambung lebih cepat sesudah minum ASI

    daripada sesudah minum susu sapi murni;namun tidak ada perbedaan nyata dalamwaktu pasase usus antara ASI dan susuformula yang diproses selama usia 45 haripertama.

    Pada Tabel 3 rerata perubahanberat badan yang paling besar adalahkelompok ASI yaitu sebesar 61,36 gram;

    meskipun pada penelitian ini tidak adaperbedaan yang signifikan (p:0,295).Pengaruh ASI terhadap peningkatan beratbadan memang belum jelas. Pada suatupenelitian disebutkan bahwa bayi yangmendapat ASI peningkatan beratbadannya lebih lambat pada 2 bulanpertama (bayi yang dibandingkan memilikimasa gestasi antara 28-32 minggu). Halini dikarenakan kita belum mengetahui

    standard pertumbuhan dan metabolismeoptimal yang sesuai untuk bayi prematur(Soetjiningsih, 1997).

    Pada penelitian ini hasil yangdidapatkan menunjukkan tidak adaperbedaan yang nyata. Ada beberapafaktor yang mungkin berpengaruh yaitukualitas ASI maupun PASI. Kualitas PASIyang baik adalah yang sudah diubahkomposisinya sehingga menyerupai ASI.Para ahli gizi dan dokter anak memberi

    petunjuk bagaimana mengubah susunansusu sapi sehingga dapat diberikan padabayi tanpa ada efek sampingnya (Rahayu,1995). Kualitas ASI yang tidak baik dapatdihasilkan pada ibu yang sosialekonominya rendah sehingga pemenuhankebutuhan nutrisi pada saat hamil danmenyusui kurang diperhatikan.

    Kemungkinan penyebabperbedaan yang timbul pada penelitian iniadalah besar sampel. Besar sampel

    sejumlah 27 kurang dapat membedakanefektifitas absorbsi ASI, PASI maupuncampuran ASI-PASI. Banyak anggotapopulasi di ruang Perinatal RSUDBanyumas yang tidak memenuhi kriteriainklusi. Kondisi genetik setiap individu jugaberpengaruh terhadap respon individumasing-masing.

  • 7/29/2019 282-275-1-PB

    7/8

    Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

    174

    SIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil penelitian yangdiperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagaiberikut : Rerata residu pada bayi BBLRyang diberi ASI lebih kecil sebesar 0,4991ml; yang diberi PASI sebesar 0,5245 mlsedangkan rerata residu yang palingbanyak adalah pada BBLR yang dibericampuran ASI-PASI sebesar 0,5360 ml.begitu juga pada perubahan berat badan,bayi yang diberi ASI rerata perubahan

    berat badannya lebih efektif yaitu 61,36gram. Tidak ada perbedaan yangbermakna dalam efektifitas absorbsi danperubahan berat badan pada bayi BBLRyang diberi nutrisi ASI, PASI dancampuran ASI-PASI. Namun bila dilihatdari rerata residu dan rerata perubahan

    berat badan BBLR yang diberi nutrisi ASIlebih efektif.

    Perlu penelitian lebih lanjuttentang pengaruh absorbsi ASI maupunPASI terhadap peningkatan berat badanpada bayi BBLR dengan memperbesarsampel sehingga didapatkan hasil yanglebih bermakna. Perlu penelitian lebihlanjut dengan memperhatikan faktor-faktorpengganggu seperti kualitas ASI maupun

    PASI yang diberikan serta latar belakangsosial ekonomi keluarga yang berpengaruhterhadap kebutuhan nutrisi. Pada bayiBBLR disarankan agar diberi nutrisi ASIkarena bila dilihat dari rerata residunya,

    ASI lebih sedikit meskipun tidak adaperbedaan yang bermakna dalam hasilpenelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aaby, P., Hojlung, N., Ingholt, L., Molbak,

    K., Silva, A., (1994, May 28).Prolonged Breast Feeding,Diarrhoeal Disease, and Survival ofChildren in GuineaBissau308: 1403-1406

    Anonim. (1995). Modul ManajemenLaktasi. Departemen KesehatanDirektorat Jenderal PelayananMedik. Jakarta

    Arikunto. (1998). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek. PT.

    Rineka Cipta. JakartaAsriningsurasmi, K. N. (2003). Perawatan

    Bayi Risiko Tinggi. EGC. JakartaBagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1995).

    Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKlinik. Binarupa Aksara. Jakarta

    Barbara, R. S. (2005). Pandua Belajar :Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.EGC. Jakarta

    Donna, L. Wong. (2003). Nursing Care of

    Infants and Children. InternationalStandard Book Number. UnitedStates of America

    Hapsari, N. (1994). Pola Pemberian ASI,susu Formula, dan MakananPendamping ASI Bayi Usia 0-24Bulan pada Ibu Bekerja. FK UGM.Yogyakarta

    Jumiarni, M. S. (1995). AsuhanKeperawatan Perinatal. EGC.Jakarta

    Kempe, C. H. Current Pediatric Diagnosisand Treatment. Large MedicalPublications. Los Altos. California

    Klaus, Marshal, H. (1998).Penatalaksanaan Neonatus RisikoTinggi. EGC. Jakarta

    Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak VolI. EGC. Jakarta

  • 7/29/2019 282-275-1-PB

    8/8

    Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

    175

    Nursalam. (2001). Pendekatan PraktisMetodologi Riset Keperawatan. CV.Infomedika. Jakarta

    Rahayu, E. (1995). Status Gizi BayiBerumur 4 Bulan pada Pemberian

    ASI Eksklusif dengan ASI NonEksklusif. FK UGM. Yogyakarta

    Rayburn, F. W. (2001). Obstetri danGinekologi. Widia Medika. Jakarta

    Sacharin, M. R. (1996). PrinsipKeperawatan Pediatrik Edisi 2. EGC.

    JakartaSaifuddin, A. B. (2000). Buku Acuan

    Nasional Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal. YayasanBina Pustaka SarwonoPrawitokardjo. Jakarta

    Satyanegara, S. (2005). Panduan LengkapPerawatan Untuk Bayi dan Balita.PT. Arcan. Jakarta

    Sayogo, S. (2004). Gizi pada MasaLaktasi. JIMA 54 (11) : 473-477

    Sidi, S. (2003). Kumpulan MakalahPelatihan Manajemen Laktasi. RSIAHarapan Kita. Jakarta

    Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk UntukTenaga Kesehatan. EGC. Jakarta

    Suharyono. (1992).Air Susu Ibu Tinjauan

    dari Beberapa Aspek. FKUI. JakartaUtami, R. (2001). Bayi Sehat Berkat ASI

    Eksklusif. PT. Elex MediaKomputindo. Jakarta

    Wiknjosastro, H. (1999). Ilmu KebidananEdisi Ketiga. FKUI. Jakarta