23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

download 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

of 18

Transcript of 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    1/18

    nt-n7r-itn?z

    fD)

    E rl .7,tr\ID - lill'U.(Frt:1--,SNgt23='rA i-l VH;HUFi FFI rJ)f \ Lrl i-i

    T AF C=ZF2het-)6 4Ei u)

    vz-

    g--|@Eo-q)=r

    -9=t,o

    :

    Tl-ot---5Z=rrl Fu)u a El0)

    E *,A?J on'-1r-O-=-/t-5ZzzN)exwxeP

    ifi * 2E ?[s5=.f

    F=3r P P.

    =Eil=tetCDJ-r--;-+rnP=-= O ZFU)G UhH

    -/--

    =i;-6-C=zt. -o

    L)

    {

    F

    EU\pPE.lt'7tn

    z

    \o-l)o\o\\o

    (J)

    N)

    u.)

    \oooo\u)

    (,

    FUsD

    sD

    A-i-ar]7l-r-l

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    2/18

    I S B N 979-60 2-967 29-0,9

    vI

    i-

    t: .IIII DKumpulon Abltroh dqn fqdwql Acsrq

    NA IONAL FAKULTAUNIUER ITA RIAU

    I{II ,I

    DAN

    -rL UNIVERSITAS RIAUFAKULTAS TEKNIK

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    3/18

    Seminor Nasionol Fokultos Teknik Universitas Riou 2070

    DAF TAR ISI

    -r,-ara Pengantar]atrar Isi

    -aporanKetua Panitia Pelaksanaan Seminar Nasional FT-UR 2010

    Kata Pengantar Dekan FT-URS.,i-.:unan PanitiaSr-;-.-unan AcaraJalsal Pemakalah), {akol ah Keynote Spe akerrelnote Speaker I : Kebijakan di Bidang Energi Baru dan Terbarukan-{erlote Speaker II : Strategi Pengembangan Bioenergi di lndonesia

    ABSTRAK., {t)1 Pengaruh Fenomena Transfer Massa Terhadap Model Kinetika Berbasis

    Mekanisme Ping-Pong Bi Bi Untuk Interesterfikasi Trigliserida menjadiBiodiesel

    - {02 Pengaruh Ekstraksi Solven pada Kualitas Briket Dari Limbah Batang DaunTembakau 2- :.-r3 Unit Dehidrasi Bioethanol Berbasis Membran Pervaporasi 3- :.-4 Pengolahan Minyak Biji Kapok Menjadi Biodiesel 4:,-r-i Sintesis dan Karakterisasi Katalis Bimetal Ni Mo Zeolit untuk Proses

    Pencairan langsung Biomasa menjadi Biooil 5i-6 Bioetanol dari Lignoselulosa: Potensi Pemanfaatan Limbah Padat dari Industri

    Minyak Kelapa Sawit 6 tzi -,- Optimasi Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Karet dengan Response Surface

    Method 71-- 5 Pengukuran Kinerja Beberapa Jenis Biobriket Limbah Padat Kelapa Sawit 8 i-:- -t Aplikasi Bioteknologi Untuk Isi Rumen Sapi, Kerbau Dan Kambing Sebagai

    Sumber Energi Untuk Biogas Yang Ramah Lingkungan 9a-- -I Sakarifikasi Dan Fermentasi Serentak Reject Pulp Untuk Produksi Bioethanol

    Menggunak an Er:zim Sellulase, Xylanase Dan Selubiase Serta Sacharomycescerevisiae

    I - Potensi Biomassa dari Limbah Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Bioenergi: : Campuran DME-LPG sebagai Bahan bakar Gas Komplementer-: -: Transesterifikasi secara kontinp untuk sintesis methyl oleate menggunakan

    mikrorealctor membran:.r Perombakan Anaerobik Substrat Multi Karbon Campuran Limbah Cair

    Industri Menggunakan 2 Reaktor (UASB) Untuk Menghasilkan Gas Metan

    : , i Pengaruh Penambahan Katalis ZSM-5 pada Pirolisis Tandan Kosong Sawit\ lenjadi Bio-Oil Dalam Reaktor Slurry.: .: Konstanta Kesetimbangan ion Na* didalam sistem FAME-Gliserol dan FAME

    - Air 16-3- - Nlenentukan Laju Alir Bahan Bakar Gas, Udara dan Feed water yang Optimal

    pada Steam Generator 17l- 3 Pembuatan Arang Aktif dari Arang Sisa Pembuatan Asap Cair Cangkang

    Kelapa Sawit dengan Metode Aktivasi Kimia-Fisikall,.r Pembuatan Biodiesel dari CPO Parit dengan Reaktor Membran3- -, Sintesis Selulosa Asetat Dari Pulp Bagas Ethanosolv Sebagai Bahan Baku

    \ lembran

    ---= ecngeran Pekonboru, 29 - 30 Juni 2070

    Halamaniiiviixxxi

    xiii

    xxivxxxi

    1011

    t2

    t3

    t4

    15

    18

    t9

    20

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    4/18

    PENGUKURAN KINERJA BEBERAPA JENIS BIOBRIKETLTMBAH PADAT KELAPA SAWTT

    Budiyanto, Hasan Basri Daulay, Ujang Hada

    Jurusan Teknologi Pertanian,Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulubudi.budiyanto@ gmail.com

    Abstrak

    Biobriket dari limbah padat pengolahan kelapa sawit merupakan salah satusumber energi terbarukan yang potensial, mengingat kelimpahan cangkang inti sawitdan tandan kosong kelapa sawit yang bahan baku pada setiap pabrik pengolahan kelapasawit (PKS) serta tersediannya bahan baku biobriket sepanjang tahun. Beberapa studimenunjukan bahwa biobriket limbah padat kelapa sawit menghhasilkan kalori yangsedikit lebih rendah daripada briket batubara, akan tetapi juga memiliki beberapa

    kelebihan dari briket batubara. Studi ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi karakteristiempat jenis biobriket dari limbah padat kelapa sawit, dan Q) menentukan kinerja empatjenis biobriket dari limbah padat kelapa sawit yang paling potensial sebagai bahan bakaruntuk memasak berdasarkan kinerjanya. Penelitian ini menggunakan empat jenisbiobriket, yaitu biobriket arang cangkang kelapa sawit, tandan kosong kelapa sawit(mengkaji TKKS) tanpa pengarangan, arang TKKS, dan cangkang kelapa sawit tanpapengarangan. Variabel yang diamati adalah karakteristik biobriket (nilai kalor, kadar atr,waktu penyalaan, dan waktu pembakaran) dan kinerja biobriket (wakf,u memasak,biobriket terpakai, kecepatan pembakaraq konsumsi spesifib total kalor terpakai, danefisiensi biobriket). Pengukuran kinerja biobriket menggunakan metode water boiling/esl (WBT) dan controlled cooking test (CCT). WBT merupakan suatu metodepengujian dengan cara memasak air hingga mendidih (suhu 100 oC;. CCf sendirimerupakan metode pengujian dalam memasak jenis makanan tertentu yang biasadimasak oleh masyarakat. Ilasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kalor dan waktupembakaran tertinggi terdapat pada biobriket arang TKKS. Sedangkan kadar airterendah pada biobriket cangkang kelapa sawit tanpa pengarangan dan waktu penyalaantercepat pada biobriket TKKS tanpa pengarangan. Biobriket yang memiliki kinerjaterbaik berdasarkan metode WBT dan CCT berturut-turut adalah biobriket arang TKKS,arang cangkang kelapa sawit, TKKS tanpa pengarangan, dan cangkang kelapa sawittanpa pengarangan.

    Keywords:Biobriket, Kinerja biobriket, cangkang sawit, TKKS, energi terbarukan

    Seminar Nasional Fakultas Teknik Universitas Riau 2010 & MusyawarahNasionalAsosiasi Bioenergi Indonesia: Pengembangan dan Keberlanjutan Energi di Indonesia

    29-30 Juni 2010. Hotel Pangeran Peksnbaru, Riau.

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    5/18

    Seminar N asional Fokultas Teknik-URHotel Pongeran Pekonbaru,29'30 Juni 2010

    WBT. Konsumsi spesifik pada uji WBT dan CCT nasi menunjukkan bahwa konsumsispesifrk hiobriket terkecil terdapat biobriket C dan terbesar pada biobriket D. Pada ujiCCT lauk umis kol, kecepatan pembakaran terkecil pada biobriket A dan terbesar padabiobriket D. Besamya konsumsi spesifik ini berbanding lurus dengan besarnya biobriket

    terpakai.Semakin besar konsumsi spesifik biobriket akan semakin besar juga

    penggunaan biobriket tersebut dalam memasak.Hasil analisa data untuk konsumsi spesifik biobriket menggunakan uji F pada

    taraf 57o pada uji WBT dan CCT adalah berbeda nyata karena F hitung yang Iebihbesar dari pada F tabel. Hasil uji lanjut DMRT memperlihatkan bahwa konsumsispesifik pada minyak tanah untuk uji WBT dan CCT adalah saling berbeda nyatadengan keempat biobriket yang digunakan. Konsumsi spesifik biobriket C pada ujiWBT dan CCT baik nasi maupun lauk tumis kol masing-masing tidak bcrbeda nyatadengan biobriket A, tetapi berbeda nyata dengan biobriket B dan D.

    Tabel 7. Hasil rekapitulasi uji lanjut DMRT konsumsi spesifik biobriket untuk setiappengujianpadao=5 7o

    Perlakuan WBT (g/g) CCT Nasi (g/g) CCT Lauk (g/g)Kontrol O,a24u o9@o 0,051uABC

    0,067b' 0,128bo,o72b' 0,1-50d0,063b 0,119b

    0, I 56b

    0,267d0, I g6b'

    0,433',171'Catatdn: Nilai rata-rata pada setiap kolom yang mcmpunl,ai notasi huruf vang sama dinvataknn tidetk

    berbeda nyata pada a = 5 Vo

    Total Kalor Biobriket TerpakaiTotal kalor biobriket terpakai merupakan keseluruhar kalor yang terpakai dalam

    memasak dengan cara mengalikan jumlah biobriket yang terpakai dengan kandungan

    kalor biobriket itu sendiri. Hasil penelitian untuk variabel pengamatan berupa total kalorterpakai dapat dilihat pada gambar 9.Gambar 9 memperlihatkan bahwa dalam uji WBT dan CCT nasi memerlukan

    kalor yang lebih banyak dari pada CCT lauk tumis kol. Total kalor terpakai initergantung banyaknya biobriket yang terpakai dan besamya kalor pada masing-masingbiobriket yang digunakan. Dari pengujian WBT dan CCT di atas terlihat penggunaankalor biobriket D adalah yang terbesar. Hal ini dikarenakan biobriket ini dalampenggunaannya memerlukan biobriket yang paling banyak. Kalor terpakai untukbiobriket arang TKKS menempati urutan terbesar kedua karena walaupun dalammemasak membutuhkan biobriket yang sedikit tetapi kandungan kalor pada biobriketarang TKKS paling tinggi sehin gga total kalor yang terpakat menjadi besar. Sedangkanpada minyak tanah total kalor terpakainya adalah masih terendah dibandingkan keempat

    biobriket karena walaupun kandungan kalornya tertinggi, namun minyak tanah yangterpakai sedikit.

    D O,ll}d

    I SBN 97 B-602 -967 29 -0-9 12

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    6/18

    Seminar N asional Fakultas Teknik-URHotel Pangeron Pekanbaru,29-30 Juni 2010

    dimanfaatkan secara optimal untuk diolah di dalam propinsi sehingga nilai ekonominyamasih rendah. Beberapa PMKS telah menjual cangkang kelapa sawit ke luar PropinsiBengkulu. TKKS sendiri masih disebar ke kebun sebagai pupuk. Adanya industripengolahan untuk kedua jenis limbah padat kelapa sawit di Bengkulu tentunya akanlebih baik.

    Dalam rangka membantu pengenalan penggunaan biobriket cangkang kelapasawit dan TKKS bagi masyarakat khususnya yang ada di Propinsi Bengkulu, makaperlu dilakukan penelitian mengenai pengukuran kineda aneka biobriket limbah padatkelapa sawit guna mendapatkan jenis biobriket yang paling potensial untuk di pasarkansebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Pengukuran kinerja merupakan hasil darisuatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerjakegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak(Anonim,2OO7\.

    Kinerja biobriket dapat diukur menggunakan metode water boiling /esl (WBT)dan controlled cooking test (CCT). Kedua metode ini merupakan alat yang dapatdigunakan sebagai bagian dari metode evaluasi. WBT merupakan suatu metodepengujian dengan

    *u= - *usakair hingga mendidih (suhu lffi oC). CCt sendiri

    merupakan metode pengujian dalam memasak jenis makanan tertentu yang biasadimasak oleh masyarakat (Scot at a1.,2008).

    METODE PEI\BLITIANPenelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas

    Pertanian Universitas Bengkulu, I-aboratorium Biologi MIPA Universitas Bengkulu danPT. Agricinal Bengkulu pada Bulan Mei - Oktober 2009. Variabel yang diamatidalam penelitian ini adalah karakteristik biobriket (nilai kalor, kadar air, waktupenyalaan, waktu pembakaran (waktu nyala api dan waktu bara menyala)) dan kinerjabiobriket dalam memasak (ehsiensi kalor, waktu memasak, biobriket telpakai,kecepatan pembakaran biobriket, total kalor terpakai, dan konsumsi spesifik biobriket)

    Penelitian ini dirancang dengan cara mengukur kinerja beberapa jenis biobriketlimbah padat kelapa sawit berdasarkan metode WBT dan CCT. WB^T merupakanpengujiin biobriket dengan cara memasak air hingga mendidih 100 0 C dan CCTmerupakan suatu metode pengujian dengan memasali jenis makanan yang biasa dimasakoleh masyarakat khususnya berupa makanan pokok. Pengujian CCT pada penelitian iniditerapkan dengan memasak nasi dan lauknya berupa tumis kol. Nasi dan tumis koldimasak hingga masak secara normal seperti pada umumnya. Untuk tumis kol, prosesmemasak dihentikan setelah dianggap matang dengan ciri-ciri irisan kol layu, berwarnakekuningan, agak lembut, dan bau kol tidak menyengat lagi. Beras yang digunakansebagai bahan pada pengujian CCT adalah sebanyak 750 g dengan air sebanyak lZ00 gdan kol untuk dijadikan lauknya berupa tumis kol sebanyak 500 g.

    . Hasil pengukuran kemudian dibandingkan satu sama lainnya dan denganpengujian yang memakai bahan bakar minyak tanah sebagai kontrol. Pengujiandilakukan sebanyak 3 kali pengulangan untuk setiap biobriket. Adapun jenis biobriketyang digunakan ada empat jenis, yaitu biobriket arang cangkang kelapa sawit(A),biobriket TKKS tanpa pengarangan (B), biobriket arang TKKS (C), dan biobriketcangkang kelapa sawit tanpa pengarangan dengan campuran sekam padi (D).

    r sBN 9 7 B-602 -9 67 29 - 0-9 3

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    7/18

    Nilai Kalor BiobriketNilai kalor merupakan potensi energi panas (calorific t alue) yang terdapat pada

    bahan biobriket per satuan berat (kal/g). Hasil pengujian menunjukkan setiapjenis

    biobriket limbah padat keiapa sawit memiliki nilai kalor yang berbeda-beda dan dapatdilihat pada gambar 1.Dari hasil pengujian didapatkan bzrhwa biobriket C memiliki nilai kalor terbesar, yaitusebesar 6.141 kal/g. Berdasarkan penelitian Prasetya (2OO9) biobriket TKKS tanpapengarangan (B) yang terbaik ialah biobriket dengan campuran bahan perekat 5Vodengan nilai kalor sebesar 4.272kallg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket Bmemiliki nilai kalor terendah. Nilai kalor biobriket C besamya melewati standarminimal mutu briket arang kayu yang telah ditetapkan berdasarkan SNI 01-6235-2000,yaitu sebesar 5.000 kal/g. Sedangkan biobriket B, C, dan D nilai kalornya belummemenuhi standar mutu briket arang kayu. Biobriket dengan nilai kalor terbesar keduaadalah biobriket A sebesar 4.962 kaUg. Walaupun biobriket A nilai kalornya belummemenuhi standar minimal briket arang kayr, namun dapat dilihat bahwa keduabiobriket arang nilai kalomya lebih tinggi jika dibandingkan dengan biobriket yangtanpa pengarangan. Hal ini dikarenakan jumlah atom karbon terikat pada keduabiobriket arang tersebut lebih banyak. Wiranthaka (20M) mengemukakan bahwa karbonterikat mempanyai peranan yang cukup penting untuk menentukan kualitas arangkarena akan mempengaruhi besarnya nilai kalor yang dihasilkan. Semakin tinggi karbonterikat dalam arang, semakin tinggi pula nilai kalor yang dihasilkan.

    Mahajoeno (2005) menyampaikan bahwa nilai kalor cangkang kelapa sawitsebesar 2O.O93 kJ/kg atau setara dengan 4.798,8 kaUg (1 kalori = 4.187 Joule). Darihasil pengujuan terlihat bahwa nilai kalor biobriket cangkang kelapa sawit tanpaWngatangan 4.647 kaUg. Hasil analisa menunjukkan terdapat perbedaan nilai kalorbriket dengan nilai kalor cangkang murni di atas sebesar 151,8 kaUg. Hal ini terjadikarena pengaruh bahan pemicu pembakaran yaitu sekam padi. Sekam padi memilikinilai kalor sebesar 3.3fr) kaVg (Anonim, 2006). Yusri (2009) mengatakan bahwa nilaikalor juga dipengaruhi oleh ketebalan cangkang yang digunakan. Semakin tebal dankeras cangkang, maka akan semakin besar pula nilai kalornya. Dalam penelitian ini,cangkang yang digunakan adalah cangkang sawit jenis teneta yang memiliki ketebalancangkang 0,5-4 mm. Walaupun demikian, nilai kalor ini masih berada di atas standarminimal nilai kalor briket batubara tanpa pengarangan yang dikeluarkan Mentri Energidan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro (2006), yaitu sebesar 4.400 kaVg.

    10000

    8000

    6000

    4000

    2000

    0 llEtba

    (--o.EYEz

    KONTROL

    Keterangan:

    ISBN 9 7 8- 60 2-9 67 29-0 -9

    BCJenls Biobrket

    4

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    8/18

    Seminar N asional Fokultas Teknik-U RHotel Pangeron Pekanhoru, 29-30 Juni 2410

    Kontrol: Bahan bakar minyak tanahBiobriket arang cangkang kelapa sawitBiobriket TKKS tanpa pengaranganBiobriket arang TKKSBiobriket cangkang kelapa sawit tanpa pengaranganStandar Mutu Briket Arang Kayu (SNI 0l-6235-2000)

    Gambar 1. Nilai kalor biobriket limbah padat kelapa sawit hasil pengujian di PT.Sucofindo Bengkulu

    Kadar Air BiobriketMenurut Anonim (2006) analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui

    kandungan air dalam produk briket. Pengaruh kadar air terhadap biobriket antara laindapat meningkatkan kehilangan panas, membantu pengikatan partiket halus, danmembantu radiasi transfer panas. Pada penelitian ini kadar air yang digunakan adalahkadar air akhir hasil pengujian di PT. Sucofindo Bengkulu. Dari hasil pengujiantersebut, kadar air berbeda-beda untuk setiap jenis biobriket limbah padat kelapa sawit

    yang diujikan dan dapat dilihat pada gambar 2.Standar maksimum kadar air briket arang kayu berdasarkan SNI 01-6235-2(X)0,adalah 8 Va. Gambar 2 memperlihatkan bahwa biobriket C dan D telah memenuhistandar mutu tersebut. Besar kecilnya kadar air biobriket tersebut salah satunyadipengaruhi oleh besar kecilnya kadar air bahan baku pembuatan biobriket itu sendiri.Kadar air mempengaruhi nilai kalor yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air biobriketakan memnyebabkan nilai kalornya menurun. Menurut Yusri (2009) faktor lain yangmempengaruhi besarnya kadar air di atas adalah volume air yang ditambahkan pada saatpembuatan larutan perekat dan air yang tertahan oleh campuran bahan biobriket padasaat pemanasan dengan uap air. Biobriket yang terbaik menggantikan minyak tanahialah yang memiliki kadar air terendah, yaitu biobrikelD (5,927o).

    KONTROL A

    Jenis Biobriket

    Gambar 2.Kadar air akhir biobriket hasil pengujian di PT. Sucofindo Bengkulu

    Waktu PenyalaanUji penyalaan dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari penggunaan

    biobriket. Semakin cepat biobriket menyala maka semakin efektif penggunaan biobrikettersebut sebagai bahan bakar. Larnanya waktu penyalaan dihitung mulai saatpembakaran biobriket penyulut hingga api mulai menyala homogen di dalam kompor.Pada penelitian ini waktu yang dibutuhkan untuk menyalaan biobriket hingga menyalahomogen di dalam kompor berbeda-beda mulai dai 2,561-'1,5 menit dan 1,307 untukminyak tanah. Waktu penyalaan untuk masing-masing biobriket tersebut dapat dilihat

    ABCDBAK

    ^L2sroo,*8L.Ct.95co.:4al z

    ttEotStandar BAK

    ISBN 9 78- 602 -9 67 2 9- O-9

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    9/18

    Seminar Nasional Fakultas Teknik-URHotel Pongeran Pekonboru,29-30 Juni 2010

    pada gambar 3. Waktu penyalaan tercepat terdapat pada biobriket B (2,567 menit) danterlamapada biobriket A (7,5 menit).

    IKONTROI-

    Gambar 3. Hasil pengujian lamanya waktu penyalaan jenis biobriket limbah padatkelapa sawit dengan minyak tanah sebagai kontrol

    Hasil analisa data untuk waktu penyalaan menggunakan uji F pada tataf 5

    adalah berbeda nyata karena F hitung lebih besar dari pada F tabel. Setelah dilakukanuji lanjut DMRT didapatkan hasil bahwa waktu penyalaan minyak tanah (kontrol) tidakberbeda nyata dengan biobriket B dan biobriket B sendiri saling berbeda nyata denganketiga biobriket lainnya. Biobriket A, C, dan D masing-masing tidak saling berbedanyata.

    Perlakuan Lama w

    KontrolABCD

    (a) Rata-rata dari 3 knli ulangan(b) Nilai rata-rata pada setiap baris yang mempunyai notasi huruf yang sama dinyatakan tidak

    berbeda nyata Pada s = 5 Vo

    Menurut Anonim (2006), kesempurnaan pembakaran briket akan sangatberpengaruh pada waktu yang dibutuhkan untuk menyalakannya. Jika pembakaranbioriket terjadi tidak sempurna, maka memerlukan waktu yang lama untukmenyalakannya. Selain kesempurnaan pembakaran, waktu yang dibutuhkan untukmenyalakan biobriket sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan baku yang digunakan,bahan perekat dan bahan tambahan. Selain itu, jenis dan jumlah penlulut awal yang

    digunakan juga mempengaruhi banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk menyalakanbiobriket. Semakin banyak jumlah penyulut yang digunakan maka semakin cepatbiobriket menyala.

    Waktu PernbakaranWaktu pembakaran merupakan jumlah dari lamanya waktu nyala api dengan

    nyala bara. Waktu nyala dihitung sebagai waktu pembakaran dalam bentuk nyala api.Sedangkan api yang hidup pada biobriket dari nyala mulai padam hingga habis menjadi

    A

    c8lE.o

    -[a 'tE 4-E-J')

    = o

    1,3077,52,5616,O936,247

    acdabc

    cd

    6ISBN 9 7 8-602-9 67 29 -0 -9

    I T

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    10/18

    Seminar N asional Fokultas Teknik-URHotel Pangeron Pekanbaru,29-30 Juni 2010

    abu, dihitung sebagai waktu pernbakaran dalam bentuk bara. Sehingga, waktu totalpembakaran adalah total waktu dalam bentuk nyala dan dalam bentuk bara (Anonim,2$6). Besamya waktu pembakaran biobriket pada penelitian ini dapat dilihat padagambar 4.

    Gambar 4 memperlihatkan bahwa biobriket C merupakan yang terbaik karenamemiliki waktu pembakaran terlama, yaitu 104,486 rnenit dengan nyala api dan baraterlama pula. Sedangkan waktu pembakaran terendah terdapat pada biobriket B, yaitu49,696 menit dengan waktu nyala 11,503 menit dan waktu bma38,193 menit. Lamanyawaktu pembakaran berbanding lurus dengan besarnya kalor yang terkandung dalambiobriket tersebut. Semakin besar kalor yang dikandungnya, semakin lama waktupembakarannya. Nilai kalor biobriket tertinggi mulai drai biobriket C, A, D, dan B.Demikian halnya dengan lama pembakaran. Tingkat kepadatan biobriket jugamempengaruhi lamanya pembakaran. Biobriket yang lebih padat waktu baranya lebihlama sehingga berpengaruh pada lamanya waktu pembakaran. Biobriket B dan D nilaikalornya lebih rendah dan tidak terlalu padat dibanding kedua biobriket il*g, sehinggawaktu pembakarannyapun lebih rendah.

    Jenis Biobriketll-ama Nyala Api Elama Nyala Bara Elarna Pembakaran

    Gambar 4. Hasil pengujian lamanya waktu pembakaran jenis biobriket limbah padatkelapa sawit

    Hasil analisa data untuk waktu pembakaran menggunakan uji F pada taraf 5Voadalah berbeda nyata karena F hitung lebih besar dari pada F tabel. Berdasarkanlamanya waktu pembakaran, biobriket yang berpotensi menggantikan minyak tanahialah biobriket C dengan waktu pembakaran tertinggi. Waktu pembakaran biobriket Csendiri saling berbeda nyata dengan ketiga biobriket lainnya.

    Tabel 3. Hasil rekapitulasi uji lanjut DMRT lama waktu pembakaran biobriketpadaa= 5 Vo .

    Perlakuan Lama waktu oembakaran Notasi(menit)o

    250

    fr zoooE 1soE ,oo.vSso

    0

    75,68349,691

    to4,48758,52

    (a) Rata-rata dan 3 kali uhngpn(b) Nilai rata-rata pada setiap bais y'ang mempunyoi notasi hun{yang sama dinyatakttn tidak

    berbeda nyata puda a = 5 7o

    ISBN 9 7 B- 60 2 -9 67 2 9 -0-9

    cadab

    ABCD

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    11/18

    Seminor N asional Fakultas Teknik-URHotel Pongeron Pekanbaru,29-30 Juni 2010

    Waktu MemasakHasil penelitian untuk kinerja biobriket berupa waktu memasak dapat dilihat

    pada gambar 5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada uji CCT nasi memerlukan

    *utt"yang terlama dalam memasak dan CCT lauk tumis ko1 yang tercepat. Dari uji

    WBT dan CCT tersebut terlihat bahwa penggunaan Biobriket D dalam memasakmemerlukan waktu yang tercepat, yaitu 9,93 menit pada WBT, 29,89 menit pada CCTnasi, dan 7,393 merrit pada CCT lauk tumis kol. Hal ini menunjukkan hasil yang samadengan penelitian oleh Ningsih (2009) yang menunjukkan bahwa waktu tercepat untuk

    -"*urrk terdapat pada biobriket D, yaitu 9,81 menit pada WBT dan 29,48 menit padaCCT nasi. Waktu memasak menggunakan biobriket D ini lebih cepat dibandingkandengan menggunakan minyak tanah.

    I Wbt (Air) tr CCT Nasi tr CCT Lauk (Tumis kol)Gambar 5. Waktu memasak menggunakan aneka biobriket limbah padat kelapa sawit

    dengan minyak tanah sebagai control pada uji WBT, CCT nasi, dan CCTtumis kol

    Lamanya waktu memasak air dalam penelitian ini ada hubungannya denganlamanya nyala api dan nyala bara biobriket. Hal ini dapat dilihat pada biobriket B yangmenunjukkan hasil bahwa biobriket ini memitiki waktu tercepat kedua dalam uji WBTdan uji CCT lauk tumis kol. Sedangkan pada CCT nasi justru waktunya paling lama.Hal ini dikarenakan biobriket TKKS tanpa pengarangan memiliki nyala api yang besardiawal pembakaran dan apinya hanya nyala sampai 11,503 menit. Walaupun nyala apikedua biobriket arang lebih lama, namun nyala apinya tidak sebesar pada biobriket B.Setelah api mati akan mejadi bara yang masih menyala kemerahan. Pancaran panasdari bara biobriket TKKS tanpa pengarangan lebih kecil dibandingkan kedua biobriketarang. Hal ini yang menyebabkan waktu memasak nasi lebih lama karena saat menanaknasi justru memerlukan nyala bara yang konstan setelah air beras mulai mengering.

    Hasil analis a datauntuk lamanya waktu memasak menggunakan uji F pada taraf57o menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hasil uji lanjut DMRT memperlihatkanbahwa waktu mernasak menggunakan minyak tanah dan biobriket pada uji WBT adalahberbeda nyata. Waktu memasak menggunakan minyak tanah pada uji CCT nasi tidakberbeda nyata dengan biobriket A dan D, sedangkan pada CCT lauk tumis kol waktumemasak menggunakan minyak tanah tersebut tidak berbeda nyata dengan biobriket Bdan D.

    Tabel 4. Hasil rekapitulasi uji lanjut DMRT waktu memasak pada a = 5 7o

    J

    ^50640tr:30tEH20E

    910EOr3

    ISBN 97 8-60 2-967 29 -O-9

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    12/18

    Seminar N asional Fokultas Teknik-URHotel Pongeran Pekonbaru,29-30 Juni 2010

    32,1 7363Lb40,39'd37,lg d

    KontrolAB

    C

    16,3625.18

    J,'.lub

    8,807'

    berbeda nYata Pada a = 5 Vo

    Biobriket TerpakaiHasil pengukuran kinerja berupa biobriket terpakai dapat dilihat pada gambar 6

    berikut ini.

    KONTROL

    Jenis Biobriket

    I WBT (Air) O CCT Nasi tr CCT Lauk (Tumis kol)Gambar 6. Jumlah biobriket terpakai dengan minyak tanah sebagai kontrol pada uji

    WBT, CCT nasi, dan CCT tumis kol

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan minyak tanah dan biobriket

    (kecuali biobriket D) pada uji CCT nasi memerlukan jumlah yang terbanyak, kemudianyang terkecil penggunaannya pada uji CCT lauk tumis kol. Gambar 6 memperlihatkanbahwa penggunaan minyak tanah masih yang terbaik. Pemakaian biobriket D selaluyang terbanyak baik pada uji WBT, CCT nasi, dan CCT lauk tumis kol masing-masingsebesar 332,8 g, 281,23 8, dan 246 g. Biobriket yang pemakaiannya terkecil pada ujiWBT dan CCT nasi adalah biobriket C masing-masing sebesar 188 g dan 2UJ,6 g,sedangkan pada uji CCT lauk tumis kol terdapat pada biobriket A sebesar 87,33 g.

    Hasil analisa da,a untuk biobriket terpakai menggunakan uji F pada taruf 57opada uji WBT dan CCT msing-masing menunjukkan hasil yang berbeda nyata karena Fhitung yang lebih besar dari pada F tabel. Hasil uji lanjut DMRT memperlihatkanbahwa pemakaian minyak tanah pada uii WBT dan CCT saling berbeda nyata dengankeempat biobriket. Pada uji CCT nasi, penggunaan biobriket C tidak berbeda nyatadengan biobriket A dan berbeda nyata dengan kedua biobriket lainnya. Penggunaanbiobriket D berbeda nyata dengan biobriket C dan A, tetapi tidak berbedanyata denganbiobriket B. Sedangkan pada uji CCT lauk tumis kol, penggunaan biobriket A tidakberbeda nyata dengan biobriket C dan berbeda nyata dengan kedua biobriket lainnya.Penggunaan biobriket B dan D masing-masing berbeda nyata dengan ketiga biobriketlainnya.

    Penggunaan biobriket ini dipengaruhi oleh kecepatan pembakaran biobriket.Biobriket cangkartg kelapa sawit tanpa pengarangan banyak terpakai pada saat

    _ 350[ :ooE zso'6 200:I 1so.o 100F6s0'c0lt.9CO

    10,19d

    ISBN 97 B- 602-957 2 9 -O-9

    CCT Nasi CCT I-auk

  • 7/26/2019 23. Pengukuran Kinerja Beberpa Jenis Biobriket

    13/18

    Seminar N asional Fakultas Teknik-URHotel Pangeran Pekanbaru,29-30 Juni 2010

    pengujian ini karena kecepatan pembakarannya paling tinggi. Berdasarkan banyaknyabiobriket terpakai maka biobriket yang paling berpotensi menggantikan minyak tanahialah biobriket yang paling sedikit penggunaannya. Besar kecilnya biobriket yangterpakai akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan untuk membeli biobriket

    tersebut. Semakin sedikit biobriketterpakai, maka semakin sedikit juga biaya yang

    dikeluarkan dalam memasak sehingga terjadi penghematan energi.

    Tabel 5. Hasil rekapitulasi uji lanjut DMRT biobriket telpakai pada o = 5 To

    Perlakuan WBT (gram) CCT Nasi (gram) , CCT I-auk (gram)Kontrol 7l,ll7u 106,25u 29,17u

    ABCD

    lgg,567b216blggb332,8d

    2t1,47b246)3d

    200,6b281,23'

    87 33b153d108,67b'A6

    Catalan: Nilai rara-rata pada setinp kolom. yang mempunyai natasi huruf yang somo dinyataknn tidnkberbeda nyata pala a

    =5 1o

    Kecepatan pembakaran hiobriketHasil penelitian untuk kinerja biobriket berupa kecepatan pembakaran berbeda-

    beda untuk setiap biobriket. Data tersebut dapat dilihat pada gambar 7.

    40trIE

    h30-v-Efri '=t-czo0JFA.