22

5
No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Intervensi Rasional 1. Ketidakseimbanga n nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan makanan. Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria: 1. BB normal sesuai umur (penurunan BB tidak kurang dari 10% BB lahir). 2. Secara adekuat terhidrasi dengan haluaran urine normal, turgor kulit membaik. 1. Timbang BB sesuai indikasi. 2. Pantau kekuatan & koordinasi mengisap serta refleks menelan. 3. Kaji kongesti nasal atau bersin pada bayi sebelum pemberian makan. 4. Observasi keadaan NGT. 5. Lakukan aspirasi pada sonde sebelum memberikan makanan. 6. Posisikan bayi miring kanan, jgn mengganggu setelah pemberian makanan. 7. Pantau masukan & haluaran bayi termasuk frekwensi konsistensi defekasi. 8. Tentukan jumlah tipe & frekwensi masukan parenteral dalam 24 jam. 1. Kelebihan atau penurunan BB menetap menunjukkan masukan kalori tidak adekuat. 2. Hiperaktifitas SSP dapat mempengaruhi perilaku makan nutrien oral secara negatif. 3. Membersihkan pernafasan dari mukus yang berlebihan, mungkin bayi baru lahir bernafas lebih mudah saat makan yang memperbaiki masukan oral. 4. Untuk mempertahankan posisi dalam keadaan paten. 5. Untuk mengetahui adanya residu setiap pemberian makanan. 6. Memudahkan pengosongan lambung dan meningkatkan absorbsi. 7. Mengidentifikasi ketidakseimbangan memungkinkan intervensi dini. Kepekaan GI dihubungkan dengan sering defekasi atau faeces cair muntah atau regurgitasi dengan akibat dehidrasi & malnutrisi. 8. Bayi memerlukan kira 2 115 kkal/kg

description

s

Transcript of 22

22/9

No DxDiagnosa KeperawatanPerencanaan

TujuanIntervensiRasional

1.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan makanan.

Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria:

1. BB normal sesuai umur (penurunan BB tidak kurang dari 10% BB lahir).

2. Secara adekuat terhidrasi dengan haluaran urine normal, turgor kulit membaik.1. Timbang BB sesuai indikasi.

2. Pantau kekuatan & koordinasi mengisap serta refleks menelan.

3. Kaji kongesti nasal atau bersin pada bayi sebelum pemberian makan.

4. Observasi keadaan NGT.

5. Lakukan aspirasi pada sonde sebelum memberikan makanan.

6. Posisikan bayi miring kanan, jgn mengganggu setelah pemberian makanan.

7. Pantau masukan & haluaran bayi termasuk frekwensi konsistensi defekasi.

8. Tentukan jumlah tipe & frekwensi masukan parenteral dalam 24 jam.

9. Kaji hidrasi, perhatikan keadaan fontanel, produksi mukus, turgor, & jumlah popok yang basah/hari.

1. Kelebihan atau penurunan BB menetap menunjukkan masukan kalori tidak adekuat.

2. Hiperaktifitas SSP dapat mempengaruhi perilaku makan nutrien oral secara negatif.

3. Membersihkan pernafasan dari mukus yang berlebihan, mungkin bayi baru lahir bernafas lebih mudah saat makan yang memperbaiki masukan oral.

4. Untuk mempertahankan posisi dalam keadaan paten.

5. Untuk mengetahui adanya residu setiap pemberian makanan.

6. Memudahkan pengosongan lambung dan meningkatkan absorbsi.

7. Mengidentifikasi ketidakseimbangan memungkinkan intervensi dini. Kepekaan GI dihubungkan dengan sering defekasi atau faeces cair muntah atau regurgitasi dengan akibat dehidrasi & malnutrisi.

8. Bayi memerlukan kira2 115 kkal/kg selama 6 bulan pertama kehidupan atau 54 kkal/lb. Kebutuhan cairan kira2 530 ml/hr. 1/3 dari energi digunakan untuk pertumbuhan, ketidakadekuatan masukan kalori & cairan akan mengakibatkan ketidakadekuatan nutrisi dan pertumbuhan BB buruk.

9. Masukan cairan yang tidak adekuat mengakibatkan dehidrasi yang dimanifestasikan dengan depresi fontanel, penurunan haluaran urine, turgor kulit buruk, & kekeringan mukosa.

2. Risiko infeksi b.d prosedur invasif penurunan sistim imun.

Meminimalkan terjadinya infeksi oleh agen patogen. dengan kriteria:

1. TTV dbn.

2. Daerah verband & IV line bersih, tidak ada tanda-tanda radang.

3. AL dbn.1. Proteksi infeksi.

2. Kontrol infeksi & pencegahan infeksi dengan memberi perawatan fisik sehari-hari dengan menggunakan kewaspadaan universal.

3. Perawatan jalur IV.

4. Observasi hasil laboratorium (kultur darah, jumlah trombosit, Hb, Ht).

5. Monitor vital sign.

6. Perawatan diri.

7. Managemen tindakan invasif1. Meminimalkan terpaparnya organisme kontaminasi & trasmisi infeksi.

2. Kewaspadaan unuversal secara rutin diperlukan saat kontak dengan cairan tubuh/ produk darah untuk menlindungi perawatan kesehatan dari potensial infeksi

3. Mencegah dan meminimalkan kolonisasi bakteri.

4. Mengidentifikasi penyebab yang berhubungan dengan infeksi.

5. Peningkatan TTV adalah salah satu gejala terjadinya infeksi

6. Mencegah media untuk berkembang biak.

7. Mempertahankan prinsif septik & aseptik.dapat mencegah masuknya kuman patogen dan apatogen.

3.Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik.

Nyeri terkontrol dengan kriteria:

1. Wajah anak tampak rileks

2. Anak tidak rewel

3. Anak dapat beradaptasi dgn nyerinya

4. Skala nyeri 0 - 1

1. Kaji skala nyeri klien (0-10).

2. Ukur tanda-tanda vital.

3. Berikan rasa nyaman (ubah posisi, massage punggung, sentuhan, dll).

4. Ciptakan lingkungan yang tenang.

5. Kaji pola tidur anak dan hindari hal-hal yang tidak diinginkan anak.

6. Berikan obat sesuai dengan program dokter

1. Mengetahui derajat nyeri untuk menentukan rencana intervensi selanjutnya.

2. Perubahan tanda-tanda vital merupakan salah satu petunjuk adanya nyeri.

3. Perubahan posisi, pijatan, dan sentuhan dapat melancarkan peredaran darah dan relaksasi otot.

4. Lingkungan yang tenang membantu mengurangi rasa nyeri.

5. Perubahan pola tidur merupakan salah satu indicator nyeri masih dirasakan.

6. Pemberian obat analgetik dpt mengurangi nyeri.