21895482 Bab 1 Sampe Daftar Pustaka

download 21895482 Bab 1 Sampe Daftar Pustaka

of 16

Transcript of 21895482 Bab 1 Sampe Daftar Pustaka

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Swabakar pada Batubara Pada tahun 1870 untuk pertama kali Richter menyelidiki dan menyatakan bahwa terjadinya swabakar (self combustion) pada batubara karena aktivitas penyerapan oksigen. Terjadinya swabakar dalam hubunganya dengan peringkat batubara adalah semakin rendah peringkatnya maka semakin tinggi terjadinya resiko kebakaran. Reaksi swabakar dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Oksigen diserap oleh C (karbon) yang ada dalam batubara yang kemudian menghasilkan CO2 dan panas dengan persamaan reaksi: C + O2 2. CO2 + panas

Reaksi selanjutnya menghasilkan CO dan suhu yang tinggi, dengan persamaan reaksi sebagai berikut : CO2 + C CO + panas

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa swabakar pada timbunan batubara di area stockpile sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi batubara padat (solid) oleh pengaruh oksigen.

Tahapan terjadinya swabakar di stockpile batubara menurut Sukandarrumidi adalah : 1. Mula-mula batubara akan menyerap oksigen dari udara secara perlahanlahan dan

3

kemudian tmperatur udara akan naik 2. Akibat temperatur naik kecepatan batubara menyerap oksigen dan udara

bertambah dan temperatur kemudian akan mencapai 100 - 1400 C 3. 4. Setelah mencapai temperatur 1400 C, uap dan CO2 akan terbentuk Sampai temperatur 2300C, isolasi CO2 akan berlanjut.

2

5.

Bila temperatur telah berada di atas 350 0 C, ini berarti batubara telah mencapai

titik sulutnya dan akan cepat terbakar.

2.2. Sebab-sebab Terjadinya Swabakar (Spontaneus Combustion) Batubara merupakan bahan bakar organik, dan apabila bersinggungan langsung dengan udara dan dalam keadaan temperatur tinggi akan terbakar sendiri. Keadaan ini akan dipercepat oleh : 1. 2. 3. Reaksi eksothermal, hal ini yang paling sering terjadi Bakteria Aksi katalis dari benda-benda anorganik

Sedangkan kemungkinan terjadinya swabakar terutama disebabkan antara lain: 1. 2. Karbonisasi yang rendah (low carbonization). Kadar belerangnya tinggi (>2%) dengan ambang batas kadar belerang 1,2 %.

2.3. Oksidasi Batubara Batubara akan menjadi panas bila terdpat oksigen. Kecepatan hantaran panas dipengaruhi oleh massa batubara, derajat kekompakanya, unsur kimia, umur geologi, rank, inherent oksigen dan air lembab. Bagian unsur kimia yang terkadang dalam batubara mulai teroksidir bila disingkapkan ke udara bebas pada saat penambanganya. Seperti diketahui, batubara adalah campuran padat dari persenyawaan hidrokarbon yang mengandung: Karbon, hidrogen, sulfur, nitrogen dan oksigen dalam struktur molekuler organiknya. Disamping itu, terdapat pula kandungan mineral pembentuk abu seperti : serpihserpih, lempung, batu pasir dan pirit. Menurut berita PPTM No. l 1 Tahun 9, bahwa, kadar organik batubara terdiri dari 50-90% karbon, 2-8% hidrogen, 2 - 20 % oksigen, kurang dari 2 % nitrogen dan sulfur yang terdapat dialam bentuk organik dan mineral sebesar 0,2 - 8%. Semua elemen organik dan elemen logam seperti besi, bereaksi dengan oksigen. Beberapa

3

unsur berkecepatan reaksi lebih tinggi dari yang lain, namun pada umumnya terjadi liberi energi dalam bentuk panas. Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan proses kimiawi antara pembakaran dengan proses oksidasi lambat, perbedaan hanya terdapat pada kecepatan oksidasi, sehingga temperatur terjadinya reaksi berbeda. Proses oksidasi berlangsung berkesinambungan, walau kecepatanya dapat berubah, namun reaksi tidak akan berhenti selama masih terdapat oksigen. Itulah sebabnya, terjadi fenomena yang dikenal sebagai swabakar 1 stockpile. Alasan dalam hal ini ialah kecepatan pembebasan energi sebagai panas melampaui kecepatan kemampuan membuang panas keluar tumpukan batubara, sehingga temperatur terakumulasi dan naik sampai ke tingkat dimana pembakaran aktif terjadi. Kecepatan penyerapan oksigen pada kondisi tempertur konstan yang berkurang dengan bertambahan waktu, memberikan indikasi kegiatan oksidasi makin progesif pada bagian-bagian partikel yang berhubugan dengan udara. Kecepatan oksidasi makin progesif pada bagian -bagian partikel yang berhubungan dengan udara. Kecepatan oksidasi bervisiasi menurut rank batubara yang dalm hal ini dinyatakan sebagai persentasi zat terbang Sebagai contoh antrasit (rank tinggi) teoksidir dengan kecepatan yang amat rendah, sedang batubara batuminus dengan kandungan zat tinggi dapat teroksidir dengan kecepatan yang lebih tinggi. Makin berkurangnya rank batubara, kandungan oksigen makin meningkat dan rank batubara yang rendah mengoksidasikan lebih cepat daripada rank diatasnya.

2.4 Parameter Kualitas Batubara Parameter kualitas batubara ditentukan berdasarkan analisis batubara yang umumnya dilakukan dengan metode, yaitu : 1. Analisa Proksimat a. Kandungan air (Moisture content)

4

a.1. Total Moisture Adalah banyaknya air yang terkandung dalam batubara sesuai kondisi di lapangan (Ar), baik terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh kondisi diluar. Pada prinsipnya total moisture merupakan jumlah air yang terkandung dalam batubara baik air bebas (FM = Free Moisture) maupun airterikat (IM = Inherent Moisture) a.2. Free Moisture Adalah air yang diserap oleh permukaan batubara akibat pengaruh dari luar. a.3. Inherent Moisture (Air bawaan) Adalah kandungan air bawaan pada saat terbentuk batubara. b. Kandungan Abu (Ash Content) Merupakan sisa-sisa zat organic yang terkandung dalam batubara setelah dibakar. Kandungan abu dapat dihasilkan dari pengotoran bawaan dalam proses pembentukan batubara maupun perkotoran yang berasal dari proses penambangan. Abu batubara merupakan bagian yang tidak hilang pada waktu pembakaran batubara tersebut. Komposisi utama abu batubara adalah : Si, A1, Fe, Ti, Mn, Na, K, Silikat, Sulfida, Sulfat dan Fosfat. c. Zat terbang (Volatile Matter) Merupakan zat aktif yang menghasilkan energilpanas apabila batubara tersebut dibakar dan terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti hydrogen, karbonmonoksida (CO) dan metan. Zat terbang ini sangat erat kaitannya dengan rank dari batubara., makin tinggi kandungan airterbang (VM) makin rendah kualitasnya. Dalam pembakaran karbon padatnya, sebaliknya zat terbang rendah akan mempersulit proses pembakaran. d. Karbon Tertambat (fixed carbon)

5

Merupakan angka diperoleh dari hasil pengurangan 100% terdapat jumlah kandungan airlembab, kandungan abu dan zat terbang. Dengan adanya pengeluaran zat terbang dalam kandungan air, maka tertambat secara otomatis akan naik sehingga makin tinggi kandungan karbonnya, kelas batubara semakin naik. e. Nilai Kalor (Calorific Value) Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas pembakaran unsure-unsur pembakaran batubara. Nilai kalor terdiri atas Gross Calorie Value yaitu nilai kalor yang biasa dipakai sebagai laporan analisis dan Net Caloric Value yaitu nilai kalor yang benarbenar dimanfaatkan dalam proses pembakaran batubara. 2. Analisis Ultimant a. Penentuan Karbon (C) dan Hidrogen (H) Kedua sistem ini ditentukan dengan cara yang sama dalam operasi yang bersamaan. Nilai karbon mencakup kandungan karbon dari karbon-karbon mineral. b. Penentuan Nilai Kalori Pengukuran unit panas yang dibebaskan bila satu unit massa bahan bakar padat dibakar dalam sebuah bom dibawah kondisi standar. Hasil-hasil analisa itu sendiri harus beracuan pada basis-basis analisa (reference basis). Basis yang biasanya digunakan adalah sebagai berikut : b.1 As received basis (Ar) Basis analisa dimana contoh batubaranya diambil dari suatu tempat (lapangan) dan langsung dianalisa. Pada keadaan ini total kandungan air + zat terbang + kadar karbon + kandungan abu = 100%. b.2. Air dry basis (Adb) Basis analisa dimana contoh batubaaranya dikeringkan pada udara terbuka untuk menghilangkan free moisture dan sisanya inherent moisture, sehingga inherent moisture + zat terbang + kadar karbon + kadar abu = 100%

6

b.3.

Dry Basis (Db) Basis analisa dimana contoh batubaranya telah dikeringkan pada temperature tertentu sampai inherent moisturenya hilang, sehingga zat terbang + kadar karbon + kandungan abu = 100%.

b.4. Dry ash free (Dal), adalah kondisi batubara yang telah diproses sehingga bebas dari air dan bebas dari kandungan abu.

dilaboratorium

b.5. Dry mineral matter free (Dmmf) adalah kondisi batubara yang bebas dari total moisture dan bahan anorganik dalam batubara tersebut. 2.5. Area Stockpile Untuk area stockpile faktor-faktor yang mempengaruhi swabakar yaitu : 1. Pengaruh Sulfur Semakin tinggi kadar sulfur dalam nbatubara, makin cepat terjadinya swabakar dalam batubara begitu sebaliknya. 2. Pengaruh Volatile matter Volatile matter adalah zat terbang yang terkandung dalam batubara. Kandungan zat terbang ini erat kaitannya dengan rank batubara. Semakin tinggi kandungan zat

terbangnya semakin tinggi volatile matter dalam batubara maka semakin banyak panas yang ditimbulkan dan akan mempercapat terjadinya swabakar. 3. Pengaruh Moisture Content (Kandungan air) Kandungan air dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free moisture) kandungan air bawaan (inherent moisture), kandungan airtotal (total moisture). Semakin banyak kandungan air dalam batubara maka semakin banyak panas yang diperlukan untuk mengubah air menjadi uap. Namun demikian jika kadar kelembaban batubara kecil, maka terjadinya kenaikan suhu dalam timbunan akan semakin cepat. 4. Pengaruh Kualitas (rank)

7

Rank batubara sangat erat hubungannya dengan kandungan volatile metter, dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa batubara yang kandungan volatile matternya rendah mempunyai derajat yang tinggi demikian sebaliknya. Pada pembakaran spontan untuk timbunan batubara tidak hanya dinilai dari derajatnya saja, tapi harus diketahui kandungan volatile matternya, semakin tinggi kandungan volatile matter pada rank batubara semakin besar kemungkinan terjadinya pembakaran spontan dan sebaliknya. 5. Pengaruh fixed carbon (karbon tertambat) Seperti diuraikan sebelumnya bahwa kandungan volatile matter berhubungan erat dengan kandungan karbon padat. Semakin tinggi volatile

matter maka akan mempercepat pembakaran karbon padatnya. Apabila suhu semakin naik dengan kandungan volatile matter yang tinggi akan menyebabkan kandungan karbon mengecil sehingga pembakaran spontan semakin cepat terjadi. 6. Pengaruh kandungan abu Pengaruh abu terhadap timbunan batubara dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Pengaruh abu yang dikandung oleh batubara. Untuk itu perlu diketahui unsur-unsur yang terdapat dalam abu tersebut, hal yang dapat menunjang yaitu : kandungan sulfur yang terdapat dalam abu yang berasal dari mineralmineral yang mengandung belerang seperti FeS, semakin banyak abu yang mengandung belerang maka semakin cepat terjadinya pembakaran spontan. b. Pengaruh debu dan partikel dari luar Bila abu dari luar mengandung sulfur, hal ini tidak menimbulkan reaksi terhadap timbunan batubara. Keadaan ini akan memperlambat terjadinya pembakaran spontan karena abu tersebut merupakan partikel halus yang dapat menyelimuti timbulnya tersebut. Dengan banyaknya abu yang menutupi permukaan timbunan batubara akan mengisi lubang-lubang pada permukaan batubara, maka akan mempersulit masuknya udara luar terhadap

8

timbunan batubara tersebut. Dengan kata lain semakin banyak abu dari luar semakin banyak abu dari luar semakin lambat terjadinya pembakaran spontan. 7. Pengaruh ukuran butir batubara Bila batubara dibentuk menjadi suatu timbunan yang terdapat dari butiran halus dan kasar, maka dapat dijelaskan bahwa suatu timbunan yang berbutir halus, maka porositas atau rongga butir yang satu dengan yang lain adalah lebih besar dibandingkan dengan butir kasar. .Iumlah udara yang tersedia dalam timbunan batubara halus lebih mampu membuang panas yang ditimbulkannya jika dibandingkan dengan ukuran batubara kasar atau semakin halus butirannya pembakaran spontannya semakin lambat. 8. Pengaruh ketinggian timbunan Untuk menentukan terjadinya pembakaran spontan, harus dapat diketahui hal-hal sebagai berikut : suatu timbunan batubara yang terjadi dari butiran halus dan kasar, akan terjadi segresi ukuran dalam timbunan, dimana butir batubara yang kasar mengumpul dibagian bawah (lantai) dan butiran yang halus mengumpul di puncak dan bagian dalam timbunan. Dengan kata lain timbunan yang tinggi, jarak atau panjang aliran udara lebih panjang bila dibandingkan dengan timbunan rendah dengan sirkulasi udara yang pendek, panas yang ada pada timbunan batubara yang tinggi dengan sirkulasi udara yang panjang akan memperlambat pembuangan panas yang ada dalam timbunan sehingga mempercepat terjadinya pembakaran spontan. 2.6. Areal Penimbunan Penimbunan batubara di area stock pile dilakukan pada areal terbuka, untuk itu perlu diperhatiakn hal-hal sebagai berikut : 1. Lantai dasar areal penimbunan harus bebas dari gerakan air sehingga kemungkinan

masuknya udara dapat diperkecil. 2. Tempat penimbunan sebaiknya dipergunakan areal terbuka dengan lantai dasar pasir,

tanah liat atau batu kapur yang kemudian dipadatkan.

9

3.

Jika dimungkinkan dasar yang telah rata dan padat didasari lagi dengan antrasit

setebal 20 cm rata dan padat, kemudian areal dapat ditimbuni batubara. 4. 5. Sebaiknya lantai dasar terbuat dari beton. Areal penimbunan dibersihkan dari pohon-pohon, instalansi-instalansi pipa air, pipa

gas, pondasi tonggak lama, sampah, timbunan besi tua dan bendabenda lain yang mudah terbakar. 2.7. Ukuran Timbunan Dari beberapa teori, tinggi timbunan batubara tidak ada suatu kepastian data yang jelas mengenai : 1. 2. Batas ketinggian menurut rank batubara. Pengaruh proses oksidasi dalam batas-batas ketinggian tertentu menurut jenis

batubaranya. 3. Kalaupun ada teori yang mengatakan batas ketinggian, tidak dijelaskan Apakah

dalam keadaan lepas (loose) atau padat (compact). TABEL I DASAR ANALISIS PENGUJIAN KUALITAS BATUBARA

Sumber : http://methdimy.blogspot.com

10

Dijelasakan apabila udara cukup, maka timbunan yang tinggi lebih cepat mengalami proses oksidasi karena adanya segresi ukuran butir batubara dalam timbunan, sehingga butiran yang besar berada disebelah bawah dan yang luas pada puncak sebelah dalam dari timbunan, dan dapat dilihat pada tabel I. Dengan masuknya udara dari luar melalui dasar timbunan menuju ke bagian dalam (butir halus) maka jumlah udara yang tersedia tidak mampu membuang panas yang timbul pada timbunan batubara, keadaan ini dapat mempercepat jalannya proses oksidasi.

Sumber : http://www.dim.esdm.go.id

Untuk dapat mengetahui jumlah sumber daya cadangan batubara dan gambut secara menyeluruh serta dapat mengetahui perubahan jumlah sumberdaya dan cadangan batubara dan gambut setiap tahunnya, dan dapat dilihat pada tabel II. Selain itu dapat mengetahui pula mana yang mempunyai kandungan batubara potensial sehingga dapat membantu pemerintah dalam menentukan klasifikasi batubara. Berdasarkan acuan tersebut batubara dapat dibagi kualitasnya,yaitu :

11

Batubara Kalori Rendah, adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, bersifatlunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air tinggi (10-70%), memperlihatkan struktur kayu, nilai kalorinya < 5100 kal/gr.

Batubara Kalori Sedang, adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi, bersifat lebihkeras, mudah diremas tidak bias diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu masih tampak, nilai kalorinya 5100 6100 kal/gr.

Batubara Kalori Tinggi, adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi, bersifat lebihkeras, tidak mudah diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak, nilai kalorinya 6100 - 7100 kal/gr.

Batubara Kalori Sangat Tinggi, adalah jenis batubara dengan peringkat paling tinggi,umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainnya, kadar air sangat rendah, nilai kalorinya >7100 kal/gr (adb). Kualitas ini dibuat untuk membantasi batubara kalori tinggi

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Swabakar di Area Stockpile Swabakar merupakan proses terbakarnya batubara dengan sendirinya. Proses ini dapat mempengaruhi kualitas batubara, bila hal ini terjadi maka batubara yang telah mengalami swabakar biasanya tidak dapat dijual ke konsumen karena kualitasnya menurun bahkan jika proses ini dibiarkan terjadi, timbunan tersebut akan habis terbakar. Untuk penanggulangan swabakar merupakan suatu tindakan yang terbaik sebelum swabakar terjadi. Pengawasan terhadap timbunan batubara adalah tindakan yang terbaik dalam penanggulangan terjadinya swabakar pada area stockpile. Langkah-langkah penanggulangan swabakar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

12

1. Pengontrolan suhu timbunan Pengontrolan suhu timbunan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan suhu timbunan. Pengontrolan ini dilakukan dengan memasukan thermometer ke dalam pipa baja dengan bantuan seutas tali yang tertutup bagian bawahnya sedalam 2,5 meter. Kemudian pipa tersebut dimasukan ke dalam tumpukan batubara stockpile dan dibiarkan selama 5 - 10 menit kemudian diangkat dan dibaca pada thermometer. Pengamatan suhu timbunan

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi timbunan, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan sebelum swabakar terjadi. 2. Pengontrolan ukuran ketinggian timbunan Ukuran ketinggian timbunan sangat mempengaruhi sirkulasi udara dalam timbunan. Timbunan yang baik memiliki standar ketinggian tertentu sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Timbunan batubara yang tinggi lebih cepat mengalami proses oksidasi dibandingkan dengan timbunan yang rendah. Hal ini dikarenakan adanya segregasi ukuran butir timbunan yang mempengaruhi laju aliran udara. 3. Penyiraman aspal Penyiraman dengan aspal dimaksudkan untuk menutupi permukaan timbunan sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam timbunan. Penggunaan aspal sebagai penutup dikarenakan aspal tidak menambah debu dan aspal dapat ikut terbakar pada pembakaran batubara. 4. Pengeringan areal timbunan bertujuan untuk menjaga kerusakan lantai dasar yang disebabkan oleh air hujan. Bila dasar tersebut terbuat dari beton, pengeringan bertujuan bertujuan agar tidak ada air yang tergenang sehingga memudahkan udara masuk ke dalam timbunan. Pngeringan dapat dilakukan dengan membuat saluran air sepanjang stockyard. Saluran ini lebih baik dari beton dan dalam keadaan terbuka sehingga air dapat diatur. Untuk menjaga agar material batubara jangan sampai masuk ke dalam saluran air sebagaimana dibuat penahanan di sekitar saluran air tersebut.

18

13

5. Perlunya pembersihan secara periodic untuk menghindari pembentukan endapan debu batubara. 6. Mencari sumber kebakaran sedini mungkin,agar tidak terjadi pengurangan kualitas batubara tersebut. 7. Pada era stockpile, penggunaan siraman air endapan menggunakan system sprinkler yang otomatis akan sangat membantu dalam usaha mencegah kebakaran batubara. Caranya adalah control Operasional Panel (COP) di pipa ditaruh di dalam timbunan batubara meningkat dan melebihi temperature yang distel di COP, maka sprinkler secara otomatis akan bekerja sendiri, menyirami timbunan batubara tersebut. 8. Penggunaan lembaran plastic penutup batubara selesai untuk mengurangi debu batubara, juga untuk mengurangi hadirnya oksigen disela-sela batubara. Diusahakan dalam penggunaan lembaran plastik jangan menggunakan warna gelap dan sebaliknya timbunan dipadatkan dengan menggunakan bulldozer sebagai alat bantu. 9. Melakukan pembongkaran tumpukan batubara bila temperature tubuhan mencapai titik kritis,dan dapat mencapai kualitas batubara yang kalori tinggi dan mencapai harga jual yang maksimal. 3.2. Tindakan bila terjadi Swabakar Bila swabakar terjadi maka tindakan yang dilakukan adalah pembongkaran timbunan yang dimasukkan untuk menurunkan suhu timbunan. Bila suhu timbunan telah normal kembali maka batubara dapat ditimbulkan kembali. Kemudian batubara ditutupi dengan aspal sebagai antisipasi terhadap swabakar. Tempat penimbunan sebaliknya dipilih tempat yang rata dan tidak lembab. Hal ini untuk menghindari penyusupan kotoran-kotoran (impurities).

14

Untuk batubara yang berzat terbang tinggi, perlu dipergunakan siraman air (sprinkler). Penyimpanan batubara yang terlalu lama juga memicu terjadinya swabakar, paling lama sebaiknya 1 bulan seperti pada gambar 3.1. Batubara peringkat rendah cenderung bersifat swabakar. Karena itu dapat menimbulkan kebakaran di lokasi penambangan seperti tempat penimbunan maupun di tambang bawah tanah. Penelitian ini merupakan kerja sama lanjutan antara JCOAL-tekMIRA-PTBA yang tujuan untuk mencegah swabakar batubara, memasang sensor temperatur dan CO di tambang bawah tanah Ombilin seperti pada gambar 3.2.

Swabakar (spontaneous combustion) adalah terjadinya api dengan sendirinya tanpa menggunakan nyala api secara langsung dalam material yang mudah terbakar. Kejadian tersebut biasanya disebabkan karena proses oksidasi lambat pada kondisi tanpa kehilangan gas. Swabakar batubara merupakan pemanasan dan pembakaran batubara atau material yang mengandung batubara secara Reaksi sederhana perlahan kejadian oksigen swabakar batubara terserap. adalah:

C + O2 (>5%) -> CO2 (150F - 200 F)CO2 + C --> CO (212 F - 300 F)

Pendeteksian swabakar dilakukan melalui penemuan konsentrasi CO, kondisi temperatur, dan gas yang mudah terbakar seperti H2 , CH4 , H2 S, SO2 dll. Apabila rasio CO-CO2 mencapai 0,5 maka telah terjadi swabakar.

Untuk mencegah atau mendeteksi adanya swabakar batubara tersebut perlu dilakukan monitoring secara terus menerus. Dalam penelitian ini pemantauan dilakukan dengan memasang sensor di beberapa tempat. Sensor ditempatkan pada daerah yang banyak aktivitasnya yaitu di : area developments aliran udara kotor, dan

15

di lapisan batubara yang rentan swabakar.

Sistem pemantauan terpusat terdiri atas pengumpul dan pengolah data (PC), serta sistem transmisi yang mengubah data digital ke analog. Selain itu diperlukan pengolah data yang fungsinya menerjemahkan informasi digital menjadi tekstual.Dan dalam uji coba tersebut alat dapat berjalan dengan sempurna dan swabakar batubara ditangulangi.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Dari pokok bahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Proses self combustion (swabakar) yang terjadi di area stockpile dipengaruhi

oleh parameter-parameter berikut ini : volatile matter, kadar sulfur, kadar abu, moisture, rank batubara, fixed carbon, ukuran batubara dan ketinggian timbunan. 2. 3. Self combustion pada stockpile akan menyebabkan penurunan kualitas batubara. Dalam menghindari distocpile, dilakukan dengan cara rotasi dimana masuk

Pertama juga harus keluar pertama (first in first out). 4. Swabakar dapat dicegah dengan mengeluarkan udara atau panas dari tumpuk

Batubara 5. Penggunaan metode penyiraman sprinkler otomatis dalam mencegah swabakar

4.2. Saran

16

Dari kesimpulan dapat diambil saran sebagai berikut : 1. 2. Dalam melakukan penimbunan hendaknya diperhitungkan batas-batas ketinggian timbunan sesuai dengan jenis dan rank batubara yang akan ditimbun. Sebaiknya dilakukan pengamatan suhu timbunan secara berkala sehingga dapat diketahui gejala peningkatan suhu, bilamana terjadi peningkatan suhu yang kritis maka timbunan dapat segera dibongkar. 3. 4. 5. Penerapan syarat-syarat teknik yang sesuai dan baik dalam pengangkutan dan penimbunan. Mengetahui jenis batubara yang disimpan di stockpile. Menumpuk batubara diusahakan kadar sulfurnya rendah. Sulfur dapat Membebaskan panas pada saat teroksidasi.