206689188 Rasionalitas Peresepan Antibiotik ISPA Anak KTI

64
RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK UNTUK PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN KARYA TULIS ILMIAH OLEH MUSTIKA MUTHAHARAH NPM 08045 D3 FI. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI DIII FARMASI 2011

description

kk

Transcript of 206689188 Rasionalitas Peresepan Antibiotik ISPA Anak KTI

  • RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK UNTUK PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA ANAK

    DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

    KARYA TULIS ILMIAH

    OLEH MUSTIKA MUTHAHARAH

    NPM 08045 D3 FI.

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI DIII FARMASI

    2011

  • RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK UNTUK PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

    DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

    Karya Tulis Ilmiah

    Diajukan kepada

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin

    untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

    Program Studi D3 Farmasi

    Oleh

    Mustika Muthaharah

    NPM 08045 D3 FI.

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

    PROGRAM STUDI DIII FARMASI

    2011

  • ABSTRAK

    Mustika.M. 2011. Rasionalitas Peresepan Antibiotik Untuk Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi D3 Farmasi STIK Muhammadiyah Banjarmasin. Pembimbing : (I) Andika, S.Far.,Apt (II) Hiryadi, M.Kep. Sp.Kom

    Kata Kunci : Rasionalitas, Peresepan, Antibiotik, ISPA, Anak

    Angka kesakitan dan kematian anak akibat Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Indonesia saat ini masih cukup tinggi. Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) memerlukan perhatian khusus dan pemilihan obat yang tepat seta tindakan yang cepat agar menurunkan angka kematian. Ketidakrasionalan peresepan sering terjadi pada pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan. Penggunaan antibiotic yang tidak sesuai dengan diagnosis penyakit menyebabkan terjadinya peresepan yang tidak rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah rasionalitas peresepan antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pasien anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

    Penelitian ini mengambil tempat di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Rancangan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi yang digunakan adalah resep untuk pasien anak penderita ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin pada bulan Mei tahun 2011 yang berjumlah 400 resep. Dari polulasi tersebut diambil sebanyak 80 resep sebagai sampel dengan menggunakan metode acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi. Data primer diperoleh dari hasil observasi resep sedangkan data sekunder diperoleh dari formulir monitoring indikator peresepan antibotik Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi dan persentase yang kemudian di analisis secara deskripitif.

    Dari hasil penelitian diketahui bahwa peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin yang rasional adalah sebanyak dua puluh dua resep (dua puluh tujuh koma lima persen). Jumlah tersebut jauh lebih kecil daripada jumlah ketidakrasionalan yang terjadi yaitu sebanyak lima puluh delapan resep (tujuh puluh dua koma lima persen).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasionalitas peresepan antibiotik untuk pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin terbilang cukup rendah sehingga perlu ditingkatkan dengan melakukan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan diagnosis ISPA yang diderita pasien.

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kekampuan sehingga penulis

    dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul RASIONALITAS

    PERESEPAN ANTIBIOTIK UNTUK PENGOBATAN ISPA PADA ANAK DI

    PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN.

    Proposal ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk

    menyelesaikan pendidikan Diploma III Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

    Muhammadiyah Banjarmasin.

    Dalam proses penulisan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

    Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Ibu Hj. Ulfah Hidayati, SST.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

    Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.

    2. Ibu Sri Rahayu, S.Far.,Apt selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi.

    3. Bapak Andika, S.Far.,Apt selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan

    bimbingan, masukan dan motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

    diselesaikan.

    4. Bapak Hiryadi, M.Kep. Sp.Kom selaku pembimbing II yang telah memberikan

    bimbingan untuk penulisan proposal ini.

    5. Dinas Kesehatan Kota yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

    di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

  • 6. Bapak Dr. M. Fuadi selaku Kepala Puskesmas Pekauman yang telah

    memberiakan arahan dan secara tidak langsung mengajarkan penulis tentang

    pentingnya menjaga amanah dan tanggungjawab.

    7. Ibu dr. Masliani selaku dokter dari poli anak di Puskesmas Pekauman

    Banjarmasin yang telah memberikan bimbingan dan tambahan ilmu kepada

    penulis.

    8. Ibu Rina Feteriyani, S.Far.,Apt yang telah banyak membantu penulis dalam

    pemilihan judul, memberikan saran serta kemudahan dalam proses pengambilan

    data sejak studi pendahuluan hingga penelitian selesai.

    9. Kedua orang tua tercinta yang selalu menyertai dengan doa dan memberikan

    dukungan moril dan materil dengan ikhlas.

    10. Teman-teman seperjuangan dan sahabat terdekat (Try, Pooh, Cha, Riza) yang

    selalu memberikan dorongan semangat dan saling membantu dalam proses

    penulisan proposal ini.

    Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih terdapat kekurangan,

    untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna menyempurnakan

    proposal ini. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

    Banjarmasin, 10 Agustus 2011

    Penulis

  • Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..

    Terimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikan

    Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.

    Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku

    Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat

    Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.

    Mengajarkanku semua hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam kehidupan

    Sosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatian

    Seperti peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal yang selalu bias membaca semua pikiranku

    Selalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderaku

    Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan untukku

    Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..

    Abi.Abi.Abi.Abi.

    Ibu..Ibu..Ibu..Ibu..

    Dan ade.Dan ade.Dan ade.Dan ade.

    Terimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikan

    Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.

    Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.

    Sosok yang hangat, sabar dan menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan menyenangkan

    Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku Selalu tersenyum dan menguatkan saat aku lemah dan goyah lemah dan goyah lemah dan goyah lemah dan goyah

    Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat

    dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang kupilih.

    Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.Ibu Guru terbaik sepanjang masa bagiku.

    Mengajarkanku semua hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam kehidupanMengajarkanku semua hal baik dalam kehidupan

    Sosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatianSosok yang sederhana, tegas namun sangat perhatian

    Seperti peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal yang selalu bias membaca semua pikirankuSeperti peramal yang selalu bias membaca semua pikiranku

    Selalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderakuSelalu menenangkan disaat badai kegelisahan menderaku

    Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan untukku Terimakasih untuk setiap bait doa yang selalu dipanjatkan untukku

    Ade Ade Ade Ade

    Jadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yang

    sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda

    warnawarnawarnawarna

    Maka bersinarlah dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau punya

    Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..Kupersembahkan KaryaTulis Ilmiah ini untuk keluargaku tercinta..

    Terimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikanTerimakasih untuk semua doa, cinta dan dukungan yang kalian berikan

    Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.Abi. Seorang motivator terbaik sepanjang masa yang pernah kumiliki.

    Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.Ayah nomor satu seluruh dunia.

    Sosok yang hangat, sabar dan menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan menyenangkanSosok yang hangat, sabar dan menyenangkan

    lemah dan goyah lemah dan goyah lemah dan goyah lemah dan goyah

    Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat Terimakasih untuk selalu mendukung dan memberikan semangat

    dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang kupilih.dalam setiap langkah yang kupilih.

    Jadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yangJadilah diri sendiri, karena meski terlahir dari rahim yang

    sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda sama, kita lahir dengan membawa cahaya yang berbeda

    Maka bersinarlah dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau punyaMaka bersinarlah dengan cahaya yang kau punya

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ...................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

    DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Rasionalitas Peresepan ............................................................. 8 B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .................................. 12 C. ISPA Non Pneumonia ............................................................... 15 D. Pengobatan ISPA Non Pneumonia ........................................... 18 E. Antibiotik Untuk Pengobatan ISPA .......................................... 19 F. Kerangka Pikir .......................................................................... 20

    BAB III METODELOGI PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian ................................................................ 21

    B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 21 C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 22 D. Populasi dan Sampel ................................................................. 22 E. Jenis Data dan Sumber Data ..................................................... 24

  • F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ....................................... 24 G. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 26 H. Etika Penelitian ......................................................................... 26 I. Jalan Penelitian ......................................................................... 28

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ..................................... 29 B. Analisa Data ............................................................................. 33

    C. Pembahasan .............................................................................. 34

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................. 38

    B. Saran ........................................................................................ 38

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39 LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Definisi Operasional . 22

    2. Tabel Distribusi Frekuensi Sederhana .. 25 3. Lembar Observasi . 26 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Data Proyeksi 2009 30 5. Jumlah Rumah Tangga Penduduk dan Rata-rata Penduduk per Rumah

    Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Tahun 2010 .. 31 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .. 32 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur . 32 8. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 33 9. Rasionalitas Peresepan Antibiotik Untuk Pengobatan ISPA Pada Anak di

    Puskesmas Pekauman Banjarmasin .. 34

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Kerangka Pikir . 20

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Surat Izin Studi Pendahuluan 41 2. Surat Izin Penelitian dari Institusi ..... 42 3. Surat izin Penelitian dari Instansi ..... 43 4. Surat Permohonan Bimbingan KTI ...... 44 5. Lembar Konsultasi Bimbingan KTI ( Pembimbing I ).. 45 6. Lembar Konsultasi Bimbingan KTI ( Pembimbing II ).... 46 7. Lembar Observasi. 47 8. Pernyataan Keaslian Tulisan 48 9. Riwayat Hidup . 49 10. Hasil Tabulasi Data .. 50

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Obat merupakan suatu komponen penting dalam pelayanan kesehatan.

    Penggunaan obat yang benar, tepat dan aman dapat memberikan efek yang

    maksimal bagi penyembuhan. Antibiotik sebagai salah satu jenis obat yang

    digunakan untuk menyembuhkan infeksi oleh mikrobakteri merupakan jenis obat

    yang seringkali diresepkan oleh dokter karena efektifitasnya yang sangat baik untuk

    mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikrobakteri.

    Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah suatu tanda dan gejala akut

    akibat infeksi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun

    bawah yang disebabkan oleh jasad renik, bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau

    disertai radang dari parenkim (Alsagaff & Abdul, 2005:110). ISPA adalah infeksi

    saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan

    saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta

    organ-organ disekitarnya seperti: sinus, ruang telinga tengah, dan selaput paru

    (Rasmaliah, 2004: 4).

    Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA baik Infeksi Saluran

    Pernafasan atas maupun bawah, dewasa ini semakin sering dijumpai. Di berbagai

    tempat pelayanan kesehatan seringkali dijumpai pasien dengan keluhan gangguan

    pernafasan dari yang tergolong infeksi ringan seperti flu sampai infeksi berat seperti

    Tuberculosis (TBC), Bronkhitis dan Pneumonia.

  • Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan ini tergolong berbahaya karena dapat

    menular dengan cepat dan jika infeksi menyerang saluran pernafasan bagian bawah

    maka dapat menyebabkan infeksi berat yang memerlukan penanganan khusus. Apabila

    penanganan yang dilakukan tidak cepat dan tepat maka akan menimbulkan resiko

    kematian (Mandal, 2008; 42).

    Terapi pengobatan untuk penyakit ISPA dilakukan berdasarkan kepada jenis

    infeksi yang terjadi. Jika infeksi terjadi pada saluran nafas bagian atas (hidung, mulut,

    kerongkongan, tenggorokan), kejadian kegawatan relatif jarang terjadi. Contoh

    penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti influenza dan sinusitis. Untuk

    penyakit influenza yang disebabkan oleh virus biasanya dapat sembuh dengan

    sendirinya setelah 7 hari. Akan tetapi dapat juga diberikan terapi pengobatan dengan

    pemberian antihistamin dan dekongestan sebagai terapi pendukung untuk mengobati

    peradangan yang terjadi karena infeksi ringan tersebut. Sedangkan untuk infeksi pada

    saluran pernafasan bagian bawah (paru-paru dan organ pernafasan sekitarnya) biasanya

    beresiko besar untuk terjadi kegawatan sehingga memerlukan terapi pengobatan yang

    khusus dan intensif (Mandal, 2008: 28).

    ISPA pada anak sebagian besar disebabkan oleh pneumococcus yang dapat

    menyebabkan terjadinya penyakit pneumonia. Pneumococcus merupakan 90%

    penyebab utama terjadinya infeksi dan radang paru pada masa anak-anak. Pengobatan

    untuk ISPA yang terjadi pada saluran pernafasan bagian bawah dan disebabkan oleh

    infeksi bakteri dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Sebagai terapi pengobatan

    awal sebelum diketahui jenis bakterinya dapat digunakan antibiotik berspektrum luas

    seperti golongan aminopenisilin. Sebagai obat pilihan pertama dapat digunakan

  • ampisilin atau amoksisillin dengan dosis 125-250mg per oral tiap 8 jam atau 30mg/kg

    berat badan selama 7 hari. Jika infeksi yang terjadi sudah berat maka dosis dapat

    ditingkatkan menjadi 2 kali lipat. Antibiotik lainnya yang dapat digunakan untuk terapi

    pada infeksi pernafasan adalah erythromycin dengan dosis 20-40mg/kg barat badan/

    hari selama maksimal 7 hari. Dapat juga digunakan sefadroksil dengan dosis 25mg/kg

    berat badan (anak dibawah 1 tahun) atau 250-500mg (1 tahun keatas), diberikan 2 kali

    sehari setiap 12 jam (Sukandar, 2008: 767).

    Untuk terapi pengobatan yang lebih spesifik dapat dilakukan setelah adanya

    pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis bakterinya. Jika jenis bakteri telah

    diketahui maka dapat diberikan antibiotik berspektrum sempit yang sesuai dengan jenis

    bakteri penyebab infeksi, misalnya setelah pemeriksaan laboratorium diketahui kuman

    yang menginfeksi saluran pernafasan tersebut adalah Pneoumococcus yang merupakan

    bakteri gram positif maka dapat di berikan terapi obat dengan menggunakan

    benzilpenisislin (Penisislin-G) yang berspektrum sempit dan bekerja efektif terhadap

    bakteri gram positif. Hal ini dimaksudkan agar dapat membunuh bakteri dengan lebih

    spesifik hingga pengobatan menjadi lebih fokus dan memberikan efek yang maksimal

    (Ethical Digest, 2010: 24).

    Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian

    tersering pada anak di Negara sedang berkembang (WHO, 2003). Penyakit Infeksi

    Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyebab kematian yang paling sering terjadi

    pada anak-anak di seluruh dunia. 40%-60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh

    penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%

    (Rasmaliah, 2004). Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut masih merupakan

  • penyebab utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia yaitu sebesar 28% (Rosdy

    dan Kristiani, 2005: 2).

    Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002, penyakit Infeksi

    Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama kesakitan dan

    kematian balita di Indonesia. Menurut catatan Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan,

    sepanjang tahun 2009 tercatat 5 balita meninggal akibat serangan ISPA. Jumlah

    penderita ISPA di 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan ini tercatat

    mencapai 111.590 orang, terdiri dari 52.130 balita dan 59.460 di atas usia lima tahun

    dengan jumlah penderita terbanyak di wilayah Kota Banjarmasin. Berdasarkan data

    Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan tahun 2010 hingga bulan oktober menyebutkan

    bahwa kasus ISPA yang terjadi sebanyak 120.354 kasus yang tersebar di 13

    kabupaten/kota. Banjarmasin menempati urutan pertama sebagai daerah dengan kasus

    ISPA terbanyak yaitu 33.083 kasus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota

    Banjarmasin, Puskesmas Pekauman pada tahun 2009 menempati urutan pertama untuk

    kasus ISPA pada anak dan balita dari 26 Puskesmas di daerah Kota Banjarmasin.

    Berdasarkan data dari Puskesmas Pekauman selama tiga tahun terakhir kasus ISPA pada

    anak dan balita selalu menempati urutan pertama dalam daftar 10 penyakit terbanyak

    pada poli anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Selama tahun 2010 penyakit

    ISPA menempati posisi ketujuh dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Pekauman.

    Untuk bulan Januari 2011 ISPA menempati posisi keenam, sedangkan pada bulan

    Februari dan Maret menempati posisi ketujuh dari 10 penyakit terbanyak yang terjadi di

    Puskesmas Pekauman.

  • Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien mendapatkan obat sesuai

    dengan indikasi penyakitnya, dalam dosis sesuai dengan kondisi masiang-masing, untuk

    jangka waktu yang cukup dan dengan harga yang paling terjangkau. Salah satu dampak

    dari penggunaan obat yang tidak rasional adalah terjadinya peningkatan angka

    morbiditas dan mortalitas penyakit. Seperti halnya penderita ISPA ringan (non

    pneumonia) pada anak yang seringkali mendapatkan resep antibiotik yang sebenarnya

    tidak diperlukan. Hal ini menjadikan pemakaian obat tidak tepat indikasi dan

    memperbesar resiko terjadinya resistensi pemakaian antibiotik pada anak, sedangkan

    pada anak yang jelas menderita pneumonia akhirnya justru tidak mendapatkan terapi

    yang akurat, karena antibiotik yang tersedia telah digunakan untuk mereka yang tidak

    memerlukan. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila saat ini angka kematian

    anak akibat ISPA masih cukup tinggi di Indonesia.

    Penggunaan antibiotik pada pengobatan ISPA sebenarnya hanya untuk jenis ISPA

    pneumonia atau ISPA yang disebabkan oleh infeksi mikrobakteri. Sedangkan untuk

    ISPA non pneumonia yang biasanya disebabkan oleh virus penggunaan antibiotik tidak

    dapat membantu penyembuhan. Pemberian antibiotik untuk penderita ISPA non

    pneumonia hanya akan meningkatkan resiko terjadinya resistensi antibiotik terhadap

    penderita. Penderita menjadi lebih rentan terinfeksi dan sulit untuk diobati dengan

    antibiotik tertentu yang menyebabkan tubuh penderita menjadi resisten terhadap

    antibiotik tersebut (Alsagaff, 2005: 121).

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Pekauman pada bulan April

    tahun 2011, diperoleh data peresepan antibiotik yang tidak rasional untuk pengobatan

    ISPA non pneumonia pada anak periode Juli 2010 - Maret 2011. Jumlah resep yang

  • tidak rasional adalah sebanyak 36 resep dari jumlah total 60 resep untuk pasien ISPA

    anak usia 0-12 tahun. Jumlah dalam persen yakni sebesar 60% dari total peresepan. Dari

    total 60 resep untuk pengobatan ISPA non pneumonia, 36 resep diataranya

    menggunakan antibiotik sebagai pilihan terapi sedangkan untuk pengobatan ISPA non

    pneumonia sebenarnya tidak diperlukan terapi dengan menggunakan antibiotik.

    Ketidaksesuaian pemilihan terapi pengobatan dengan patofisiologi penyakit yang

    diderita pasien menjadikan resep tersebut dapat dikatakan tidak rasional. Jumlah

    ketidakrasionalan tersebut masih dapat berubah tergantung kepada jumlah pasien ISPA

    yang datang untuk berobat ke Puskesmas. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,

    penulis akhirnya memutuskan untuk mengangkat permasalahan tentang Rasionalitas

    Peresepan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Anak di Puskesmas Pekauman

    Banjarmasin.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

    masalah sebagai berikut: Bagaimana rasionalitas peresepan antibiotik untuk

    pengobatan ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasionalitas peresepan

    antibiotik untuk pengobatan ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat bagi Puskesmas Pekauman Banjarmasin :

  • Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan evaluasi

    terhadap rasionalitas peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada anak

    2. Manfaat bagi peneliti :

    a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai rasionalitas

    peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA.

    b. Sebagai suatu bentuk kepedulian terhadap permasalahan dalam pelayanan

    kesehatan yang terjadi khususnya mengenai rasionalitas peresepan antibiotik

    untuk pengobatan ISPA pada anak.

    3. Manfaat bagi pembaca :

    Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat dijadikan

    bahan acuan dan perbandingan untuk penelitian yang berhubungan ataupun

    sejenis.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Rasionalitas Peresepan

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2005, rasional adalah sesuatu

    yang dilakukan menurut pertimbangan dan pikiran yang sehat, menurut penikiran

    yang logis. Rasionalitas adalah pendapat yang berdasarkan pemikiran yang

    bersistem dan logis; hal dan keadaan rasional.

    Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,

    dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam

    bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada penderita. Suatu resep

    umumnya hanya diperuntukkan bagi satu penderita. Pada kenyataannya resep

    merupakan perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan dan keahlian dokter

    dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Selain

    sifat-sifat obat yang diberikan dan dikaitkan dengan variabel dari penderita, maka

    dokter yang menulis resep idealnya perlu pula mengetahui nasib obat dalam tubuh:

    penyerapan, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat; toksikologi serta penentuan

    dosis regimen yang rasional bagi setiap penderita secara individual. Resep juga

    merupakan perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker dan penderita

    (Joenoes, 2004: 7).

    Peresepan atau penulisan resep adalah tindakan terakhir dari dokter untuk

    penderitanya, yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta

  • terapi yang akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simtomatik, kausal. Terapi ini

    diwujudkan dalam bentuk resep. Penulisan resep yang tepat dan rasional

    merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu banyak variabel-variabel yang

    harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat dan kemungkinan kombinasi obat,

    ataupun variabel penderitanya secara individual (Joenoes, 2004: 13).

    Jadi rasionalitas peresepan dapat diartikan sebagai suatu penulisan resep atau

    permintaan tertulis oleh dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker yang

    dilakukan dengan penuh pertimbangan berdasarkan kepada pemikiran yang

    bersistem dan logis. Definisi peresepan yang rasional itu sendiri menurut WHO

    adalah penggunaan obat yang efektif. aman, murah, tidak polifarmasi, drug

    combination (fixed), individualisasi, pemilihan obat atas dasar daftar obat yang

    telah ditentukan bersama. Pemberian obat yang rasional adalah pemberian obat

    yang mencakup 6 tepat atau benar, yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat

    dosis, tepat jalur pemberian dan tepat dokumentasi (Priyanto, 2008: 26).

    Penulisan suatu resep seyogyanya didasarkan pada serangkaian langkah

    rasional. Penerapan langkah yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut :

    a. Membuat diagnosis spesifik.

    Resep yang dibuat semata-mata pada keinginan untuk memuaskan pasien secara

    psikologis sehingga memerlukan beberapa jenis terapi, sering tidak mencapai

    sasaran dan dapat mengakibatkan timbulnya efek-efek samping. Suatu diagnosis

    spesifik, meskipun suatu perkiraan diperlukan untuk pindah ke tahap

    berikutnya.

  • b. Pertimbangan patofisiologi dari diagnosis yang terpilih

    Bila patologi penyakit sudah betul-betul dimengerti, penulis resep menempati

    posisi yang jauh lebih baik untuk memilih terapi yang efektif. Pasien harus

    diberi informasi dengan tingkat dan banyaknya informasi yang sesuai dengan

    patofisiologi penyakit.

    c. Memilih sasaran terapi spesifik

    Suatu sasaran terapi harus dipilih untuk setiap proses patofisiologi yang

    diterapkan dalam tahap terdahulu. Misalnya pada pasien dengan arthritis

    rematoid, penghilangan nyeri dengan mengurangi proses peradangan merupakan

    salah satu tujuan terapi utama yang menentukan pertimbangan golongan obat

    yang akan digunakan. Penghentian proses penyakit pada arthritis rematoid

    adalah suatu tujuan terapeutik yang lain yang dapat memberikan peningkatan

    terhadap pertimbangan golongan obat dan resep lain.

    d. Menentukan obat pilihan

    Satu atau lebih golongan obat akan ditentukan oleh setiap tujuan terapi yang

    telah ditetapkan dalam tahap sebelumnya. Seleksi suatu obat pilihan (drug of

    choice) di antara golongan obat ini akan mengikuti pertimbangan karakteristik

    tertentu dari pasien dan presentasi klinik. Untuk obat-obatan tertentu,

    karakterisik seperti umur, ras, penyakit lain, dan obat lain yang sedang

    digunakan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan obat yang

    pali sesuai untuk penatalaksanaan keluhan yang ada.

    e. Penentuan regimen dosis yang sesuai

  • Regimen dosis ditentukan terutama oleh fakmakokinetik obat pada pasien

    tersebut. Bila pasien diketahui mempunyai penyakit organ utama yang

    diperlukan untuk eliminasi obat yang dipilih, maka penyesuaian regimen dosis

    rata-rata akan diperlukan. Untuk obat seperti ibuprofen yang eliminasi

    utamnya melalui ginjal, maka fungsi ginjal harus diukur. Bila fungsi ginjal

    normal, waktu paruh ibuprofen (kira-kira 2 jam) memerlukan pemberian 3 atau 4

    kali sehari. Dosis yang dianjurkan menurut buku-buku dan kepustakaan dari

    pabrik obat adalah 400-800 mg 4 kali sehari.

    f. Merancang rencana untuk memonitor kerja obat dan menentukan kapan terapi

    berakhir.

    Penulis resep harus dapat menjelaskan pada pasien jenis-jenis efek obat yang

    akan dimonitor dan cara memonitor, termasuk uji laboratorium (bila diperlukan)

    serta tanda dan gejala yang harus dilaporkan oleh pasien. Dalam keadaan yang

    memerlukan batasan terapi (misal, pada umumnya penyakit infeksi), lama terapi

    harus ditentukan dengan jelas sehingga pasien tidak akan menghentikan minum

    obat sebelum waktunya dan akan mengerti mengapa resep tidak perlu

    diperbaharui (obat tidak perlu dilanjutkan).

    g. Merencanakan program pendidikan pasien.

    Penulis resep dan anggota tim kesehatn lainnya harus dipersiapkan untuk

    mengulangi, menyebarluaskan dan memperkuat informasi yang akan di transfer

    kepada pasien sesuai dengan keperluan. Semakin toksik obat yang diresepkan,

    semakin penting arti program pendidikan ini. Pentingnya informasi dan

    keterlibatan pasien dalam tiap tahap diatas harus diketahui seperti yang telah

  • diperlihatkan oleh pengalaman dengan obat-obatan teratogenik (Lofholm &

    Katzung, 2004: 1010).

    B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)

    1. Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

    Menurut World Health Organization (2007), Infeksi Saluran Pernafasan

    Akut adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah, biasanya menular,

    yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari

    penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan

    mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya dan faktor lingkungan.

    Namun demikian, ISPA didefinisikan sebagai infeksi saluran pernafasan akut

    yang disebabkan oleh infeksi yang ditularkan dari manusia ke manusia.

    Menurut WHO (1994) infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang

    menyerang bagian saluran pernafasan seperti hidung, telinga, pharynx,

    epiglottis, larynx, trachea, bronchi, bronchioli atau paru-paru. Infeksi saluran

    pernafasan akut bagian atas mencakup infeksi akut pada telinga, hidung, dan

    tenggorokan. Sedangkan infeksi pernafasan akut bagian bawah mencakup

    infeksi akut pada epiglottis, larynx, trachea, bronchi, bronchioli dan paru.

    2. Gejala dan Tanda Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

    Pasien ISPA dapat menunjukkan berbagi gejala seperti batuk, sukar

    bernafas, hidung tersumbat, pilek dan sakit tenggorokan (WHO, 1994). Timbulnya

    gejala biasanya cepat yaitu dalam beberapa jam atau beberapa hari (WHO, 2007).

  • ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan

    yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasanya.

    Infeksi saluran pernapasan atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi

    pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Akan tetapi

    ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering teradi pada anak kecil terutama

    apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang

    tidak higienis. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya

    kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai

    untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya

    pemakaian antibiotik (Alsagaff & Abdul, 2005: 111).

    Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda tampak di

    pemeriksaan klinik dan tanda-tanda tampak di pemeriksaan laboratorium. Tanda-

    tanda klinis ISPA adalah sebagai berikut :

    a. Pada sistem pernafasan : Nafas pendek, tidak teratur dan cepat, retraksi /

    tertariknya kulit kedalam dinding dada, suara nafas lemah atau hilang, suara

    nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras.

    b. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat atau lemah,

    hipertensi, hipotensi dan gagal jantung.

    c. Pada sistem syaraf : Gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang

    dan koma.

    d. Pada hal umum : Mudah letih dan banyak berkeringat.

    Untuk tanda-tanda laboratorium dapat diketahui melalui pemeriksaan secara

    khusus dengan menggunakan sampel berupa sputum (dahak). Sampel berupa sputum

  • sangat baik digunakan, bakteri, jamur atau virus yang menyebabkan ISPA dapat

    diketahui dengan lebih akurat karena sputum merupakan spesimen yang bersentuhan

    langsung dengan saluran pernafasan. Suatu spesimen sputum dianggap mewakili sekresi

    saluran nafas bagian bawah yang dapat dikeluarkan melewati saluran nafas bagian atas.

    Tetapi untuk pasien bayi dan balita seringkali kesulitan dalam pengambilan sputum

    sebagai sampel karena pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri sputum tersebut.

    Penggunaan nebulizer bisa membantu mengeluarkan sekret. Kultur sputum merupakan

    cara diagnosis yang direkomendasikan untuk membantu pemberian terapi. Kultur ini

    sangat membantu mengidentifikasi signifkasi epidemiologi dari organisme penyebab,

    baik untuk melihat pola penularan atau resistensi (Ethical Digest, 2010: 20).

    Hasil analisa laboratorium dapat digunakan untuk mengetahui penyebab utama

    ISPA, apakah disebabkan oleh bakteri, jamur, atau virus. Jika ISPA disebabkan oleh

    bakteri maka hasil laboratorium juga dapat memberikan keterangan tentang jenis bakteri

    yang menjadi penyebab ISPA tersebut.

    C. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Non Pneumonia

    Penyakit ISPA non pneumonia sebagian besar disebabkan oleh virus

    pernafasan. Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 100 jenis virus penyebab ISPA.

    Infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas. Gambaran klinik secara

    umum yang sering didapati adalah: rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan

    dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan

    akan meningkat antara 4-7 hari, disertai dengan malaise, mialgia, nyeri kepala,

  • anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia. Kadang-kadang dapat juga terjadi

    diare (Alsagaff & Abdul, 2005: 112).

    Penyakit ISPA non pneumonia dapat berkembang menjadi ISPA pneumonia

    apabila selama masa inkubasi penderita terinfeksi bakteri atau sebelumnya telah

    menderita penyakit paru yang menahun seperti Tuberkulosis (TBC) misalnya.

    Gambaran klinik perkembangan ISPA non pneumonia menjadi ISPA pneumonia

    dapat diketahui dengan menghitung waktu peningkatan suhu tubuh dan bentuk fisik

    sputum. Apabila peningkatan suhu tubuh berlangsung sangat lama dan sputum yang

    semula berwarna jernih berubah menjadi keruh, berwarna kuning atau hijau maka

    penderita telah mengalami perkembangan penyakit ISPA non pneumonia menjadi

    ISPA pneumonia. Ada 6 gambaran sindroma ISPA yang disebabkan oleh virus Non

    pneumonia) yaitu :

    1. Sindroma Korisa (Coryzal/Common Cold Syndrome)

    Sindroma ini ditandai dengan peningkatan sekresi hidung, bersin-bersin, hidung

    buntu, kadang-kadang disertai sekresi air mata dan konjungtivitis ringan.

    Sekresi hidung mula-mula cair kemudian mokoid dan selanjutnya menjadi

    purulen. Keadaan tersebut seringkali menimbulkan nyeri kepala dan nyeri

    setempat. Sindroma korisa biasanya diawali dengan suara serak dan rasa nyeri

    tenggorok. Kadang-kadang disertai keluhan sistemik berupa nyeri kepala,

    mialgia, malaise, rasa lemah malas dan rasa dingin. Penyebab sindroma ini

    biasanya rhinovirus, parainfluenza I dan II, echovirus, coxsackie dan RSV.

    2. Sindroma Faring (Pharyngeal Syndrome)

  • Gambaran klinik yang menonjol adalah suara serak dan nyeri tenggorok dengan

    derajat ringan sampai berat. Terdapat keradangan faring dan pembesaran

    adrenoid serta tonsil, kadang-kadang adrenoid sangat besar sehingga

    menimbulkan obstruksi pada hidung. Kadang bercak-bercak serta eksudasi

    berwarna didapatkan pada permukaan tonsil disertai pembesaran kelenjar di

    leher. Sering dijumpai penderita dengan batuk-batuk, tanpa disertai korisa.

    Gejala sindroma faring berua panas dingin, malaise, nyeri/pegal seluruh badan,

    nyeri kepala, dan kadang-kadang suara parau. Penyebab utama sindrom ini

    adalah adenovirus.

    3. Sindroma Faringokonjungtiva

    Merupakan varian dari sindroma faring yang disebabkan oleh virus yang sama.

    Gejala klinik diawali dengan faringitis yang berat kemudian diikuti dengan

    konjuntivitis yang sering kali bilateral. Dapat juga dimulai dengan gejal

    konjungtivitis yang berlangsung selam 1-2 minggu sebelum gejala faringitis itu

    sendiri. Pada sindroma faringokonjungtiva didapatkan fotofobi dan nyeri pada

    bola mata.

    4. Sindroma Influenza

    Gambaran yang menonjol pada sindroma influenza adalah gangguan fisik

    cukup berat, dengan gejala batuk, meriang, panas badan, lemah badan, nyeri

    kepala, nyeri tenggorok, nyeri retrostenal, nyeri seluruh tubuh, malaise dan

    anoreksia. Gejala-gejala ini terjadi secara mendadak dan dengan cepat dapat

    menular ke semua anggota keluarga dalam satu rumah.

  • 5. Sindroma Herpangina

    Gambaran klinik Sindroma Herpangina berupa vesikel-vesikel yang terdapat di

    dalm mulut an faring. Vesikel ini kemudian mengalami ulserasi dengan tepi

    yang membengkak, disertai nyeri tenggorokan, nyeri kepala dan panas badan.

    Penyebab sindroma herpangina adalah virus Coxssckie A dan umumnya

    menyerang anak-anak.

    6. Sindroma Laringotrankeobronkitis Obstruktif Akuta (Croup Syndrome)

    Pada anak-anak, gambaran klnik dari sindroma laringotrankeobronkitis

    obstruktif akuta tampak gawat dan berat berupa batuk-batuk, sesak napas yang

    disertai stridor inspirasi, sianosis serta gangguan-gangguan sistemik lainnya.

    Gejala awal sering ringan yaitu berupa sindroma korisa, kemudian cepat

    memburuk berupa obstruksi jalan napas yang hebat dengan penarikan sela

    antara iga dan toraks bagian bawah serta penggunaan otot-otot napas bantu

    secara menonjol.

    Penyebab utama keadaan ini adalah virus parainfluenza, RSV, adenovirus dan

    virus influenza. Pada umumnya gejala tersebut menghilang dengan cepat, akan

    tetapi ada kalanya berkembang menjadi kegagalan pernapasan yang

    memerlukan tindakan trakeostomi dengan segera. Hal ini disebabkan ada

    superinfeksi antibiotik yang biasanya disebabkan oleh kuman Streptokokus

    Hemolitikus dan Stafilokokus. Pada keadaan gawat dapat diberikan antibiotika

    ampisislin atau eritromisin. Pemberian kortikosteroid intravena sering juga

  • diperlukan. Sindroma ini harus dibedakan dengan infeksi bakterial karena

    mempunyai gambaran klinis yang sama (Alsagaff & Abdul, 2005: 113).

    D. Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Non Pneumonia

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penyakit ISPA non

    pneumonia disebabkan oleh virus sehingga untuk pengobatannya tidak dapat

    dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Pemberian antibiotik pada penderita

    ISPA non pneumonia tidak akan memberikan efek kesembuhan karena antibiotik

    tidak dapat bekerja terhadap infeksi virus. Untuk infeksi virus seharusnya diobati

    dengan menggunakan anti virus, akan tetapi sampai saat ini belum ditemukan obat

    yang khusus anti virus untuk mengobati penyakit ISPA non pneumonia. Karena hal

    tersebut maka tujuan terapi pada penderita ISPA non pneumonia adalah terapi

    simtomatik. Obat yang dapat digunakan adalah analgetik , antipiretik, dekongestan,

    antitusif, mukolitik, ekspektoran dan kortikosteroid. Obat-obatan tersebut dapat

    diberikan secara oral atau topikal seperti tetes / semprot hidung dan obat kumur.

    Pengobatan tidak harus selalu menggunakan obat-obatan kimia, pengobatan

    tradisional juga dapat menjadi pilihan dalam mengobati gejala yang timbul pada

    ISPA non pneumonia (Mandal, 2008: 28).

    Perkembangan ISPA non pneumonia menjadi ISPA pneumonia dapat dicegah

    dengan penanganan yang baik dan cepat, segara setelah gejala klinis terlihat

    sehingga tidak terjadi infeksi bakteri. Tindakan pengobatan yang cepat, tepat dan

  • akurat menjadi factor penting dalam penyembuhan penyakit ISPA (Chayono, 2010:

    72).

    E. Antibiotik untuk Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

    Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi yang

    dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa

    ini yang dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek

    sehari-hari antimikroba sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba

    (misalnya sulfonamide dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik

    (Anonim,2006: 571).

    Pemberian antibiotik untuk pengobatan pada ISPA harus memperhatikan

    jenis dan penyebab terjadinya ISPA tersebut sebagai berikut :

    1. ISPA pneumonia berat : Dilakukan perawatan intensif di Rumah Sakit, diberikan

    antibiotik melalui jalur infus atau injeksi, diberi alat bantu pernafasan berupa

    oksigen dan sebagainya.

    2. ISPA pneumonia : Diberikan antibiotik secara oral. Pilihan obatnya

    kotrimoksazol, jika terjadi alergi dapat diberikan amoksisillin, penisilin,

    ampisilin.

    3. ISPA Non pneumonia : pengobatan dilakukan tanpa menggunakan antibiotik.

    Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat diberikan obat batuk

    tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.

    Bila demam dapat diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita

  • dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan terdapat bercak

    nanah dan pembesaran kelenjar getah bening dileher dianggap sebagai radang

    tengggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi antibiotik selam 10

    hari (Rasmaliah,2004: 34)

    F. Kerangka Pikir

    Gambar 1. Kerangka Pikir

    Rasionalitas Peresepan antibiotik untuk

    pengobatan ISPA

  • BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Rancangan dalam penelitian ini adalah jenis rancangan penelitian

    noneskperimental yang bersifat deksriptif. Metode penelitian deskriptif adalah

    penelitian yang berhubungan dengan variabel yang ada tanpa membuat suatu

    perbandingan atau pun menghubungkan (Hidayat, 2009:30). Rancangan penelitian

    ini digunakan untuk mengetahui rasionalitas peresepan antibiotik untuk pengobatan

    ISPA pada anak di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

    B. Variabel dan Definisi Operasional

    1. Variabel

    Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

    dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian

    tertentu/sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Notoamodjo,

    2010: 130). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah rasionalitas

    menyangkut tentang peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada anak.

    2. Definisi

    Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

    berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

    melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

    fenomena (Hidayat, 2007: 79).

  • Dalam penelitian ini, peneliti membuat tabel definisi operasional sebagai berikut :

    Tabel 3.1. Definisi Operasional

    Variabel Definisi Operasional

    Parameter Alat

    Ukur

    Skala

    Ukur

    Kategori

    Rasionalitas

    peresepan

    antibiotik

    Kesesuaian

    peresepan

    antibiotik dengan diagnosis ISPA pada pasien anak.

    Resep

    antibiotik yang

    diberikan untuk

    pasien

    ISPA non pneumonia

    Lembar

    observasi

    Ordinal Rasional

    ( Non Pneumonia

    antibiotik)

    Tidak rasional

    (Non Pneumonia =

    antibiotik)

    C. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

    2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2011.

    D. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

  • Populasi pada penelitian ini adalah semua resep untuk pasien anak penderita

    ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Populasi resep untuk pasien anak

    penderita ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin pada bulan Mei tahun

    2011 berjumlah 400 orang.

    2. Sampel

    Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

    jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007:60).

    Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah resep untuk pasien

    anak penderita ISPA Non pneumonia di Puskesmas Pekauman pada bulan Mei

    tahun 2011. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut:

    Keterangan : n = Jumlah Sampel

    N = Jumlah Anggota Populasi

    d = Nilai presisi yang ditetapkan

    400

    n =

    400 (10%) + 1

    400

    n =

    4 + 1

    N

    n =

    Nd + 1

  • 400

    n =

    5

    n = 80

    Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah sebanyak 80 resep. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

    menggunakan metode acak sederhana.

    E. Jenis Data dan Sumber Data

    Data yang digunakan sebagai bahan materi penelitian adalah data primer dan

    data sekunder.

    1. Data Primer

    Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan

    langsung didapatkan dari hasil observasi. Data tersebut adalah resep untuk pasien

    anak penderita ISPA di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu data yang diperoleh

    dari Puskesmas Pekauman Banjarmasin berupa formulir monitoring indikator

    peresepan periode Juli 2010-Maret 2011 serta daftar 10 penyakit terbanyak periode

    Januari-Maret 2011.

  • F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    1. Teknik Pengolahan Data

    Teknik pengolahan data adalah sebagai berikut:

    a. Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

    atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

    setelah data terkumpul.

    b. Coding, adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

    terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

    pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

    pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

    book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu

    variabel.

    c. Entry Data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

    kedalam master table atau database komputer, kemudian membuat frekuensi

    sederhan atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

    2. Analisa Data

    Setelah semua data terkumpul, data diolah secara manual dalam bentuk

    tabulasi dan persentase. Data yang sudah diolah tersebut kemudian dianalisa secara

    deskriptif.

    Data yang diperoleh dari hasil observasi kemudian dipersentasekan dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut (Mahfoedz, 2009).

  • Keterangan : P = Persentase

    F = Jumlah resep yang tidak rasional

    N = Jumlah resep (sampel)

    Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi dengan

    menggunakan tabel distribusi frekuensi sederhana seperti di bawah ini :

    Tabel 3.2. Tabel Distribusi Frekuensi Sederhana

    Kategori Rasionalitas Jumlah Persentase ( % )

    Rasional .......... ..

    Tidak Rasional .. ..

    \

    G. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan dengan cara

    observasi atau pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan cara terlibat

    F

    P = x 100 %

    N

  • langsung dalam pelayanan resep sehingga memudahkan untuk melakukan analisa

    terhadap rasionalitas resep.

    Sebagai instrumen pengumpulan data dibuat lembar observasi dalam bentuk

    tabel yang di isi oleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan sebagai berikut :

    Tabel 3.3. Lembar Observasi

    Tgl

    No

    Jenis Kelamin

    P/L

    Umur

    Diagnosis

    Item Obat

    Antibiotik Ya / Tidak

    Rasional Ya /

    Tidak

    H. Etika Penelitian

    Penelitian dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Sekolah Tinggi

    Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin, kemudian dilanjutkan dengan

    mengajukan permohonan izin kepada Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin untuk

    mendapatkan persetujuan melakukan penelitian di Puskesmas Pekauman

    Banjarmasin dengan menekankan masalah etika yang harus diperhatikan antara lain

    sebagai berikut :

  • 1. Informed consent

    Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

    responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

    Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilekukan dengan memberikan

    lember persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah

    agar subjek mengerti maksud dan tujan penelitian, mengetahui dampaknya.

    Penelitian ini dilakukan berdasarkan persetujuan responden yang diperoleh

    melalui lembar persetujuan dan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.

    2. Anonymity (tanpa nama)

    Masalah ini merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

    subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

    responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

    pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

    3. Confidentially (kerahasiaan)

    Masalah ini merupakan masalah etika dalam memberikan jaminan kerahasiaan

    penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

    yang telah dikumpulkan dijaminkerahasiaannya oleh peneliti.

    I. Jalan Penelitian

    Penelitian dimulai dari analisa situasi dan studi literatur/pustaka.

    Selanjutnya proses bimbingan judul pada bulan Maret 2011. Pad bulan April

    dilaksanakan studi pendahuluan di lokasi penelitian, dilanjutkan dengan

  • menetapkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Proses pengajuan judul ke

    komite skripsi dilakukan pada tanggal 11-30 April 2011.

    Menyususun kerangka pikir, mengidentifikasi variabel penelitian,

    menentukan populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel dilakukan dalam

    proses bimbingan proposal Karya Tulis Ilmiah yang dilaksanakan pada tanggal 1

    Mei-20 Juni 2011.

    Proses pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 22 Juni-2 Juli 2011 di

    Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Proses pengambilan data dimulai dengan

    menentukan objek penelitian yang dipilih sesuai dengan kriteria populasi dan

    sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode acak sederhana. Setelah

    didapatkan objek yang memenuhi keriteria kemudian dilakukan pemeriksaan

    mengenai rasionalitas peresepan antibiotik pada resep. Data yang diperoleh

    kemudian dimasukkan kedalam lembar observasi berbentuk tabel.

    Data yang sudah terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi dan

    persentase yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Proses tersebut dilakukan

    dengan bimbingan yang dilaksanakan pada tanggal 4-14 Juli 2011.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

    Puskesmas Pekauman terletak di jalan K.S. Tubun No.81 Banjarmasin yang

    didirikan pada tahun 1974 dan merupakan Puskesmas yang pertama kali ada di

    wilayah Banjarmasin. Puskesmas Pekauman merupakan Puskesmas Induk yang

    membawahi empat Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu Kelayan Selayan,

    Pustu Basirih, Pustu Kuin Kacil dan Pustu Mantuil. Puskesmas Pekauman juga

    membawahi dua Puskesdes yaitu Puskesdes Mantuil dan Puskesdes Handil

    Bamban.

    1. Geografi dan Batas Wilayah

    Penelitian ini mengambil tempat di wilayah kerja Puskesmas Pekauman

    Banjarmasin. Puskesmas Pekauman ini berlokasi di Kelurahan Pekauman

    kecamatan Banjarmasin Selatan. Puskesmas Pekauman didirikan pada tahun

    1974 dengan luas lahan 2400 m. Luas wilayah kerja Puskesmas Pekauman

    adalah 10,6 km yang meliputi 4 kelurahan, yaitu :

    a. Kelurahan Pekauman dengan luas wilayah 1,20 Km

    b. Kelurahan Kelayan Barat dengan luas wilayah 0,15 Km

    c. Kelurahan Kelayan Selatan dengan luas wilayah 4,25 Km

    d. Kelurahan Mantuil dengan luas wilayah 5,05 Km

    Dengan batasan wilayah sebagai berikut :

  • a. Sebelah Utara : Sungai Martapura

    b. Sebelah Selatan : Kabupaten Banjar

    c. Sebelah Barat : Sungai Martapura

    d. Sebelah Timur : Kelayan Luar

    2. Sarana dan Prasarana

    Puskesmas Pekauman memiliki sarana pelayanan kesehatan yang cukup

    lengkap. Puskesmas Pekauman memiliki sarana pelayanan kesehatan berupa ruang

    pemeriksaan yaitu Poli Umum beserta Kamar Tindakan, Poli Anak, Poli Gizi dan

    Lansia, KIA / KB (Poli Kebidanan & Imunisasi) dan Poli PKPR.

    Selain itu terdapat juga sarana dan prasarana penunjang lainnya seperti Klinik

    Sanitasi, Laboratorium, Apotek, Gudang Obat, Loket pendaftaran dan ruang Tata

    Usaha. Tersedia juga mushola, toilet karyawan dan toilet pasien. Untuk sarana

    transportasi Puskesmas Pekauman memiliki sebuah mobil yang digunakan untuk

    melakukan pelayanan Puskesmas Keliling.

    3. Demografi

    Adapun jumlah Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Pekauman berdasarkan

    data proyeksi tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.1.

  • Tabel 4.1. Jumlah penduduk berdasarkan data proyeksi tahun 2009

    Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah RT

    Pekauman

    Kelayan Selatan

    Kelayan Barat

    Mantuil

    10.372

    22.90

    8.288

    11.629

    30

    63

    30

    34

    Jumlah 53.194 160

    Sumber : Profil Puskesmas Pekauman Tahun 2009

    Jumlah rumah tangga penduduk dan rata-rata penduduk per rumah tangga

    berdasarkan Tahun 2010 adalah seperti pada tabel 4.2.

    Tabel 4.2. Jumlah rumah tangga penduduk dan rata-rata penduduk per rumah tangga di

    wilayah kerja Puskesmas Pekauman tahun 2010

    No.

    Kelurahan

    Jumlah Rumah

    Tangga

    Jumlah Penduduk

    Rata-rata

    jiwa/rumah tangga

    1. Mantuil 2612 10977 4

    2. Kelayan Selatan 6667 19642 3

    3. Pekauman 2783 12370 4

    4. Kelayan Barat 1799 9203 5

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pekauman Tahun 2010

  • Banyaknya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja

    Puskesmas Pekauman tahun 2010 juga dapat dilihat pada tabel 4.3.

    Tabel 4.3. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas

    Pekauman Tahun 2010

    No. Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

    1. Mantuil 5508 5469 10977

    2. Kelayan Selatan 9864 9778 19642

    3. Pekauman 6152 6218 12370

    4. Kelayan Barat 4687 4516 9203

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pekauman Tahun 2010

    Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah

    kerja Puskesmas Pekauman dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai beikut :

  • Tabel 4.4. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas

    Pekauman Tahun 2010

    No.

    Kelurahan

    0-4 tahun

    5-9 tahun

    10-19 tahun

    20-59 tahun

    60 tahun dan ke

    atas

    1. Mantuil 1112 826 2237 6272 530

    2. Kelayan Selatan 2313 1584 3691 11106 948

    3. Pekauman 1247 842 2243 7233 805

    4. Kelayan Barat 892 658 1652 5385 616

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pekauman Tahun 2010

    B. Hasil Penelitian

    1. Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

    Dari hasil penelitian diperoleh data jumlah sampel berdasarkan jenis

    kelamin seperti tertera pada tabel 4.5.

  • Tabel 4.5. Jumlah sampel penelitian berdasakan jenis kelamin

    No. Jenis Kelamin Jumlah

    1. Laki-laki 42 orang

    2. Perempuan 38 orang

    Jumlah total sampel 80 orang

    Sumber : Data primer yang diolah

    2. Rasionalitas Peresepan Antibiotik Untuk Pengobatan ISPA Pada Anak di Puskesmas

    Pekauman

    Untuk hasil penelitian terhadap rasionalitas peresepan antibiotik untuk

    pengobatan ISPA pada anak juga disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian

    terhadap rasionalitas peresepan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada anak dapat

    dilihat pada tabel 4.6.

    Tabel 4.6. Rasionalitas Peresepan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Anak di

    Puskesmas Pekauman Bulan Mei Tahun 2011

    Kategori Jumlah Resep Persentase

    Rasional 22 27,5 %

    Tidak Rasional 58 72,5 %

    Jumlah 80 100 %

    Sumber : Data primer yang diolah

  • C. Pembahasan

    Pada bagian ini akan dibahas mengenai permasalahan tersebut berdasarkan

    data diatas, yaitu berdasarkan kategori hasil data dari sampel mengenai rasionalitas

    peresepan antibiotik untuk pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak

    di Puskesmas Pekauman bulan Mei tahun 2011.

    Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit saluran pernafasan atas

    atau bawah, biasanya menular. Infeksi saluran pernafasan akut bagian atas

    mencakup infeksi akut pada telinga, hidung, dan tenggorokan. Sedangkan infeksi

    pernafasan akut bagian bawah mencakup infeksi akut pada epiglottis, larynx,

    trachea, bronchi, bronchioli dan paru Penyakit ISPA non pneumonia sebagian

    besar disebabkan oleh virus pernafasan. Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 100

    jenis virus penyebab ISPA (Anonim,1994).

    Infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas. Gambaran klinik

    secara umum yang sering didapati adalah: rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk

    dengan dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu

    badan akan meningkat antara 4-7 hari, disertai dengan malaise, mialgia, nyeri

    kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia. Kadang-kadang dapat juga

    terjadi diare.

    Gejala spesifik yang timbul pada penderita ISPA tergantung kepada jenis

    virus yang menyerang. Jenis virus penyebab ISPA yaitu Influenza virus,

    Parainfluenza virus, Respiratory syncitial virus ( RS-virus), Adenovirus,

    Rhinovirus, Coxsackie virus A, Coxsackie virus B, Echovirus dan Coronavirus.

  • Gejala yang timbul akibat infeksi virus ini dikelompokkan menjadi enam bagian

    berdasarkan sindrom yang ada yaitu sindroma Korisa, Sindroma Faring, Sindroma

    Faringokonjungtiva, Sindroma Influenza, Sindroma Herpangina dan Sindroma

    Laringotrakeobronkitis Obstruktif Akuta (Croup Syndrome).

    Penyakit ISPA non pneumonia disebabkan oleh virus sehingga untuk

    pengobatannya tidak dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Pemberian

    antibiotik pada penderita ISPA non pneumonia tidak akan memberikan efek

    kesembuhan karena antibiotik tidak dapat bekerja terhadap infeksi virus. Untuk

    infeksi virus seharusnya diobati dengan menggunakan anti virus, akan tetapi sampai

    saat ini belum ditemukan obat yang khusus anti virus untuk mengobati penyakit

    ISPA non pneumonia. Karena hal tersebut maka tujuan terapi pada penderita ISPA

    non pneumonia adalah terapi simtomatik. Obat yang dapat digunakan adalah

    analgetik, antipiretik, dekongestan, antitusif, mukolitik, ekspektoran dan

    kortikosteroid. Obat-obatan tersebut dapat diberikan secara oral atau topikal seperti

    tetes / semprot hidung dan obat kumur (Mandal,2008).

    Pemberian antibiotik harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Diagnosis

    yang tepat akan menentukan rasionalitas pemilihan obat untuk terapi pengobatan

    pasien. Kesalahan dalam diagnosis akan mengakibatkan kesalahan juga pada

    pemilihan obat untuk terapi pengobatan. Selain itu peresepan obat yang tidak sesuai

    dengan diagnosis dapat menyebabkan pengobatan menjadi tidak rasional dan dapat

    menimbulkan efek yang berlebihan dan tidak diharapkan.

  • Pemberian antibiotik yang tidak diperlukan dapat meningkatkan resiko

    terjadinya efek resistensi sehingga bakteri menjadi tidak peka terhadap jenis

    antibiotik yang diberikan. Bakteri tersebut membentuk kekebalan dan tidak dapat

    mati jika menggunakan jenis antibiotik dengan dosis yang sama sehingga harus

    dilakukan penambahan dosis dan memperpanjang lama penggunaan obat atau

    pemilihan antibiotik jenis baru.

    Penggunaan antibiotik dengan dosis besar dan jangka waktu yang lama

    akibat terjadinya resistensi dapat menimbulkan efek samping yang fatal seperti

    adanya reaksi anafilaksis. Pemberian antibiotik pada bayi dapat menyebabkan

    pergeseran ikatan bilirubin dengan albumin sehingga mengganggu sistem imun.

    Mekanisme reaksi imun juga dapat berkembang menjadi hepatitis anikterik dengan

    nekrosis sel hati.

    Efek samping lain yang ditimbulkan oleh pemakaian antibiotik dalam waktu

    lama dan dosis besar adalah timbulnya komplikasi pada saluran kemih yang

    disebabkan oleh pembentukan dan penumpukan kristal dalam ginjal, kaliks, pelvis,

    ureter atau kandung kemih yang menyebabkan iritasi dan obstruksi. Ada pula efek

    samping ringan yang sering terjadi pada penggunaan antibiotik seperti reaksi alergi

    dan gangguan saluran cerna (diare). Resiko efek samping tersebut diatas akan

    semakin besar apabila pasien adalah bayi dan anak-anak karena pada umumnya

    bayi dan anak-anak memiliki organ dan sistem tubuh yang belum berkembang

    sepenuhnya seperti fungsi hati dan ginjal yang menjadi alat untuk metabolisme,

    ekskresi serta detoksifikasi bagi tubuh sehingga memudahkan terjadinya efek toksik

    (Setiabudy,2007).

  • Dari hasil data yang diolah tentang rasionalitas peresepan antibiotik untuk

    pengobatan ISPA pada anak hanya 27,5 % resep yang rasional. Resep dibuat sesuai

    dengan ketentuan untuk pengobatan penyakit ISPA non pneumonia yang bersifat

    simptomatis tanpa penggunaan antibiotik. Sedangkan jumlah resep yang tidak

    rasional mencapai 72,5 % dari total keseluruhan resep. Angka ketidakrasionalan

    resep ini dikarenakan adanya penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan dalam

    pengobatan. Penggunaan obat yang tidak diperlukan seperti antibiotik tersebut

    menjadi faktor penyebab terjadinya tidak tepat indikasi yang mengakibatkan resep

    dinilai tidak rasional.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap rasionalitas peresepan

    antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan akut pada anak di

    Puskesmas Pekauaman Banjarmasin tahun 2011 dapat disimpulkan bahwa hampir

    separuh resep dikatakan rasional.

    B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti menyarankan beberapa hal

    sebagai berikut :

    1. Kepada pihak Puskesmas agar lebih spesifik dalam menegakkan diagnosis

    penyakit sehingga dapat memberikan terapi pengobatan yang sesuai dengan

    diagnosis yang ada.

    2. Meningkatkan rasionalitas peresepan dengan pemilihan obat yang sesuai dengan

    kebutuhan pasien berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, karena

    penggunaan obat yang rasional dan tidak berlebihan sesuai dengan diagnosis

    penyakit akan memaksimalkan proses penyembuhan dan mengurangi efek

    samping dari pengobatan.

  • DAFTAR RUJUKAN

    Alsagaff, Hood & Mukty, Abdul (Eds.). 2005. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya. Airlangga University Press.

    Chayono, JB Suharjo B. 2010. Kesalahan Diagnosis dan Keselamatan Pasien. Ethical Digest, hlm.72-76.

    Depkes RI. 2002. Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

    Ethical Digest. April 2010. Penyakit Paru Terbanyak., hlm.20-23.

    Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

    Joenoes, Nanizar Zaman. 2003. ARS PRESCRIBENDI (Resep yang Rasional) Edisi 1. Surabaya. Airlangga University Press.

    Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik (Buku 2) Edisi 8. Terjemahan dan Editor oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Machfoedz, Irham. Metodelogi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya

    Mandal, B.K.,Wilkins, E.G.L., Dunbar, E.M., White, R.T. Mayon. 2004. Lecture Notes Penyakit Infeksi. Terjemahan oleh dr. Juwalita Surapsari. 2008. Jakarta: Erlangga

    Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

    Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

  • Rosdy, Edi & Kristiani. 2005. Penanggulangan ISPA. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

    Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta. PT. ISFI Penerbitan.

    WHO. 1994. Out Patient Management of Young Children With Acute Respiratory Infection.

    WHO. 2003. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

  • Lampiran 1. Surat Izin Studi Pendahuluan

  • Lampiran 2.

    Surat Izin Penelitian dari Institusi

  • Lampiran 3.

    Surat Izin Penelitian dari Instansi

  • Lampiran 4.

    Surat Permohonan Bimbingan

  • Lampiran 5.

    Lembar Konsultasi Bimbingan KTI ( Pembimbing I)

  • Lampiran 6

    . Lembar Konsultasi Bimbingan KTI ( Pembimbing II)

  • Lampiran 7.

    LEMBAR OBSERVASI

    Tgl No. R/

    Jenis Kelamin

    P/L

    Umur Diagnosis Item Obat

    Antibiotik Ya / Tidak

    Rasional Ya /

    Tidak

  • Lampiran 8

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : MUSTIKA MUTHAHARAH

    NPM : 08045 D3 Fi.

    Program Studi : DIII FARMASI

    Program : REGULER

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-

    benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan plagiat, yaitu

    pengambilalihan tulisan, atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan

    atau pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Kerya Tulis Ilmiah ini hasil

    jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

    Banjarmasin, 20 Juni 2011

    Pembuat Pernyataan

    Mustika Muthaharah

  • Lampiran 9

    RIWAYAT HIDUP

    1. Nama Lengkap : Mustika Muthaharah

    2. Tempat/tanggal lahir : Banjarmasin, 23 Maret 1991

    3. Nama orang tua : a. Drs. H. Suriadi Kurnain

    b. Dra. Hj. Siti Salmah

    4. Riwayat Pendidikan :

    a. TK : Taman Kanak-kanak Muslimat NU Buntok

    b. SD : Sekolah Dasar Negeri XIV Buntok

    c. SMP : Madrasah Tsanawiyah Negeri Buntok

    d. SMA : Madrasah Aliyah Normal Islam Puteri Rasyidiyah

    Khalidiyah Amuntai