20351449 PR Yudi Elyas

88
UNIVERSITAS INDONESIA Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan KARYA ILMIAH AKHIR NERS YUDI ELYAS, S.Kep. 1006823620 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

description

Yudi

Transcript of 20351449 PR Yudi Elyas

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan

    Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

    KARYA ILMIAH AKHIR NERS

    YUDI ELYAS, S.Kep.

    1006823620

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN

    DEPOKJULI 2013

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

    uiperpustakaanSticky Note
  • UNIVERSITAS INDONESIA

    Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan

    Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

    KARYA ILMIAH AKHIR NERS

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Ners Keperawatan

    YUDI ELYAS, S.Kep

    1006823620

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN

    DEPOKJULI 2013

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • i Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Tanda Tangan :

    Tanggal : 4 Juli 2013

    i Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Tanda Tangan :

    Tanggal : 4 Juli 2013

    i Universitas Indonesia

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Tanda Tangan :

    Tanggal : 4 Juli 2013

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • ii Universitas Indonesia

    HALAMAN PENGESAHAN

    KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan

    Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang MelatiAtas RSUP Persahabatan

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NersKeperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuKeperawatan, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )

    NIP : 196805111993032002

    Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )

    NIP : 196303111983032002

    Ditetapkan di : Depok

    Tanggal : 4 Juli 2013

    ii Universitas Indonesia

    HALAMAN PENGESAHAN

    KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan

    Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang MelatiAtas RSUP Persahabatan

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NersKeperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuKeperawatan, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )

    NIP : 196805111993032002

    Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )

    NIP : 196303111983032002

    Ditetapkan di : Depok

    Tanggal : 4 Juli 2013

    ii Universitas Indonesia

    HALAMAN PENGESAHAN

    KIA-N ini diajukan oleh :Nama : Yudi Elyas, S.KepNPM : 1006823620Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul KIA : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan

    Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang MelatiAtas RSUP Persahabatan

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NersKeperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuKeperawatan, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )

    NIP : 196805111993032002

    Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )

    NIP : 196303111983032002

    Ditetapkan di : Depok

    Tanggal : 4 Juli 2013

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,

    saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir

    ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas

    akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa

    bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai

    penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

    karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas

    Ilmu Keperawatan;

    2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir ners

    yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam

    penyusunan karya ilmiah akhir ners ini

    3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembimbing

    pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,

    pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;

    4. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

    Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan dan

    praktikum berlangsung.

    5. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok KKMP peminatan KMB

    di Rumah sakit persahabatan khususnya di Ruang melati Atas yang senantiasa

    bersama selama proses bimbingan karya ilmiah akhir ners, saling memberikan

    dukungan dan bertukar informasi selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.

    6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

    dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.

    Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

    pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa

    manfaat bagi pengembangan ilmu.

    Depok, 4 Juli 2013

    Penulis

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Yudi Elyas S.Kep

    NPM : 1006823620

    Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

    Fakultas : Ilmu Keperawatan

    Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas

    Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah

    saya yang berjudul:

    Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di

    Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini

    Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk

    pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : 4 Juli 2013

    Yang menyatakan,

    (Yudi Elyas S.Kep)

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Yudi Elyas S.Kep

    NPM : 1006823620

    Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

    Fakultas : Ilmu Keperawatan

    Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas

    Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah

    saya yang berjudul:

    Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di

    Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini

    Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk

    pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : 4 Juli 2013

    Yang menyatakan,

    (Yudi Elyas S.Kep)

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Yudi Elyas S.Kep

    NPM : 1006823620

    Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

    Fakultas : Ilmu Keperawatan

    Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas

    Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah

    saya yang berjudul:

    Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di

    Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini

    Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk

    pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : 4 Juli 2013

    Yang menyatakan,

    (Yudi Elyas S.Kep)

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • ABSTRAK

    Nama : Yudi Elyas S.Kep

    Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

    Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat

    Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas

    RSUP.Persahabatan

    Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di perkotaan.DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infeksi virusdengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue,demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai olehempat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiahmengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ;DBD. Implementasi dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakitdalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalahpeningkatan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguanpemenuhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8perawatan.

    Kata kunci: Wilayah Endemik DBD, Vektor, Pejamu, Lingkungan.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • ABSTRACT

    Name : Yudi Elyas S.KepStudy Program : NursingTitle : Nursing Care In Client With Dengue Hemorrhagic Fever at Public

    Health Problem In Urban Communities, Melati Atas RSUP. Persahabatan

    Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a disease in urban communities. Dengue is an infectiousdisease caused by the dengue virus. Clinical manifestations of dengue virus infection may beasymptomatic or may not be a typical fever, dengue fever, dengue hemorrhagic fever or dengueshock syndrome. Dengues hemorrhagic fever is characterized by four major clinicalmanifestations are high fever, hemorrhagic manifestations (especially the skin), hepatomegaly,and a sign of circulatory failure. This paper discuss about the nursing care to clients with healthproblems of urban communities; DHF. Implementation is done on client who were treated for 8days at Melati Atas ward, Persahabatan Hospital. Number of nursing problems are bodytemperature is increased, the risk of fluid volume deficit, risk of bleeding and the risk ofimpaired nutritional needs. Nursing problem is solved until the 8th day care.

    Keywords: Endemic dengue region, vector, host, environment.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    HALAMAN PENGESAHAN .

    KATA PENGANTAR...

    HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI

    ABSTRAK

    ABSTRACT

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    DAFTAR ISI. viii

    BAB1 : PENDAHULUAN...........................................................................

    1.1 Latar Belakang... 1

    1.2 Tujuan Penulisan.... 3

    1.3 Metode Penulisan....... 3

    1.4 Sistematika Penulisan. 3

    BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................

    2.1 Letak Demografis Indonesia...... 5

    2.2 Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di masyarakat

    Indonesia........ 5

    2.3 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)... 9

    2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Demam Berdarah

    Dengue........................................................................................ 23

    BAB 3 : TINJAUAN KASUS..................................................................... 36

    3.1 Kasus Pemicu............................................................................. 36

    3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................ 36

    3.2 Analisa Data............................................................................... 39

    3.3 Diagnosa Keperawatan .............................................................

    3.4 Intervensi Keperawatan..............................................................

    40

    41

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................ 46

    BAB 4 : PEMBAHASAN....... 66

    A. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN.... 74

    B. DAFTAR PUSTAKA

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 1

    Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada

    anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi

    yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh

    Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes

    Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala penyakit DBD adalah :

    meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri, sesak nafas, batuk,

    epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie, ekimosis, purpura,

    perdarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.

    Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan

    tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat

    dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh

    wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000

    penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus

    Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan

    tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.

    Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan

    masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita dan

    penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan penduduk.

    Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus DBD,

    pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan

    sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran

    kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang

    tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan

    dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih

    memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 2

    Universitas Indonesia

    Jakarta merupakan kota ke-dua setelah Bali yang menyumbang angka kejadian

    DBD tertinggi di Indonesia. Intensitas hujan serta cuaca yang tak menentu di

    wilayah DKI Jakarta, menyebabkan tingginya angka potensi gangguan kesehatan

    bagi masyarakat, terutama penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD). Kepala

    Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin mengungkapkan, hingga

    pertengahan Februari 2013, telah mendapat laporan dari rumah sakit bahwa

    terdapat 433 pasien DBD di Jakarta Timur. Dua pasien di antaranya diketahui

    meninggal dunia. Jumlah tersebut melonjak lebih dari 20 persen dari periode yang

    sama pada tahun 2012 lalu, yakni sebanyak 355 pasien. (Compas.com,

    26 Februari 2013). Berdasarkan incidence rate secara nasional, Provinsi DKI

    Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DBD di

    DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni

    kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun, dilihat dari jumlah kasus, DKI

    Jakarta lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai

    18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh wilayah.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD yaitu perkembangan

    wilayah perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan iklim,

    kurangnya peran serta masyarakat, dan termasuk lemahnya upaya program

    pengendalian DBD, sehingga upaya program pengendalian DBD perlu lebih

    mendapat perhatian terutama pada tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas

    (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peran serta masyarakat dalam upaya

    penanggulangan DBD menjadi fakor penting dalam penularan DBD. Peran serta

    masyarakat dapat meningkatkan peran dan kemandirian masyarakat dalam bidang

    kesehatan. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan

    masyarakat. Upaya pemberantasan DBD salah satunya dengan pengendalian

    vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992,

    bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir

    oleh RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pesan

    inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada

    keberadaan vektor yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 3

    Universitas Indonesia

    ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau

    dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan

    vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW

    dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.

    Penatalaksanaan DBD membutuhkan penanganan yang tepat dalam rangka

    mengatasi penyebaran DBD. Asuhan keperawatan yang dilakukan tidak hanya

    berfokus kepada masalah saat klien sakit dan dirawat namun juga melihat aspek

    lingkungan dan pola kebiasaan di rumah seperti kebersihan lingkungan, tempat-

    tempat yang menyebabkan genangan air serta kebiasaan menggantungkan baju

    sembarangan. Asuhan keperawatan diawali dengan cara sistematis dan

    berkesinambungan untuk memperoleh data dasar yang akurat. Hasil pengkajian

    yang dilakukan diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan

    kesembuhan bagi klien dengan DBD. Setelah pengkajian maka ditegakkan

    diagosa keperawatan lalu menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai

    panduan dalam melakukan tindakan keperawatan (implementasi). Proses

    keperawatan berikutnya adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan

    dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien.

    2. Tujuan Penulisan Laporan

    a. Tujuan umum

    Memberikan gambaran secara umum asuhan kepererawatan pasien dengan

    penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

    b. Tujuan khusus

    Tujuan khusus penulisan laporan ini adalah memberikan gambaran :

    1) Mengenai konsep dasar Demam Berdarah Dengue

    2) Mengenai hubungan penyakit DBD dengan masalah kesehatan di

    perkotaan

    3) Mengenai konsep asuhan keperawatan pada klien Demam Berdarah

    Dengue.

    4) Mengenai tinjauan kasus asuhan keperawatan pada klien Demam

    Berdarah Dengue.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 4

    Universitas Indonesia

    3. Metode Penulisan

    Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskritif melalui

    pendekatan studi kepustakaan atau literatur dengan mencari sumber sumber

    data dan melakukan pengkajian dari berbagai referensi mengenai Demam

    Berdarah Dengue.

    4. Sistematika Penulisan

    Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB :

    BAB I : Pendahuluan

    BAB II : Tinjauan Pustaka

    BAB III : Tinjauan Kasus

    BAB IV : Penutup / Kesimpulan

    Daftar Pustaka

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 5

    Universitas Indonesia

    BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Letak Demografis Indonesia

    Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua

    eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu

    dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di

    sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari iklim di

    Indonesia.

    Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung

    maupun tidak langsung terhadap penyebaran, pemencaran dan perilaku serangga.

    Salah satu dari serangga adalah Aedes Agepty. Sehingga iklim dan cuaca

    berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.

    2.2. Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di Masyarakat

    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan

    sub-tropis, dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

    dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga

    tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia

    sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD

    sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

    utama di Indonesia, karena jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 6

    Universitas Indonesia

    semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan

    penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

    Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan

    Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah

    tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk.

    Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes.

    Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat

    perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.

    Faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu :

    1. Vector; perkembang biakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di

    lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain

    2. Pejamu; terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan

    nyamuk, usia dan jenis kelamin.

    3. Lingkungan; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

    Faktor Agent (Penyebab)

    Agent yaitu semua unsure atau elemen hidup dan mati yang kejadiran atau

    ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia

    rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimulus untuk mengisi

    dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi

    agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.

    Factor host (penjamu)

    Faktor host atau penjamu yang dimaksud adalah manusia yang kemugkinan

    terpapar terhadap penyakit DBD. Factor host antara lain umur, ras, social

    ekonomi, cara hidup, ststus perkawinan, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam

    penularan DBD factor manusia erat kaitannya dengan perilaku dan mobilitas

    penduduk.

    a. Kelompojk umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit.

    Beberapa penelitian menunujukkan bahwa kelompok umur yang paling

    banyak diserang DBD adalah kelompok umur < 15 tahun (depkes RI 1992),

    yang semakin besar adalah usia sekolah.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 7

    Universitas Indonesia

    b. Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam mempercepat

    penularan penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC) di dalam rumah

    sehingga membuat masyarakat terbiasa untuk duduk-duduk dui luar rumah

    pada pagi dan sore hari yang merupakan waktu yang pas nyamuk Aedes

    Aegepty mencari mangsanya (Gubler,1988).

    c. Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena

    berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari beberapa

    hasil penelitian menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi pada

    daerah yang berpenduduk padat.

    d. Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system

    kekebalan. Jika system kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan

    mudah tubuh akan terkena penyakit.

    e. Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan

    gizi akan berpengaruh terhadap daya tahan dan resp[on imunologis terhadap

    penyakit

    Faktor lingkungan

    Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kimia,

    lingkungan biologi dan lingkungan social ekonomi.

    1) Lingkungan fisik

    Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu

    udara, kelembaban udara sehingga nyamuk sangat rentan terhadap kelembaban

    rendah. Spesies nyamuk yang mempunyai habitat hutan lebih rentan terhadap

    perubahan kelembaban daripada spesies yang mempunyai habitat iklim kering

    (Sukowati,2004).

    2) Sinar matahari

    Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk dalam

    mencari makan dan beristirahat. Spesien nyamuk mempunyai variasi dalam

    pilihan intensitas cahaya untuk aktivitas terbang, menggigit dan pilihan tempat

    istirahat (sukowati, 2004).

    3) Angin

    Kecepatan angin secara tidak langsung mempengaruhi suhu udara. Sedangkan

    pengaruh langsung dari kecepatan angin yaitu kemampuan terbang. Apabila

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 8

    Universitas Indonesia

    kecepatan angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang nyamuk

    (Vanleeuwen,1999). Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang

    paling efektif 50-100 mil atau 81-161 Km (Brown,1983).

    4) Lingkungan kimia

    Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air merupakan habitat

    nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses perkembangbiakan

    nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Salah satu

    diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada

    air seperti aedes aegepty dapat berkembang biak pada air denagn PH normal

    6,5 9 (Sudrajat,1990)

    5) Lingkungan biologi

    Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit menular. Hal

    yang berpengaruh antara lain jenis parasit, ststus kekebalan tubuh penduduk, jenis

    dan populasi serta potensi vector dana adanya predator dan populasi hewan yang

    ada (Sukowati,2004).

    6) Lingkungan social ekonomi

    Secara umum faktor yang berkaitan dengan lingkungan social ekonomi adalah :

    a) Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan

    kemudahan dalam penyebaan penyakit

    b) Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasilitas

    pendidikan, fasilitas ibadah dan lain sebagaianya

    c) Stratifikasi social berdasarakan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan

    sebagaianya

    d) Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi yang

    tidak memadai yang secara langsung merupakan factor peninjang dalam

    proses penyebaran penyakit menular

    e) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.

    Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor

    antara lain perilaku penduduk, tenaga kesehatan, sistem peringatan dini oleh

    pemerintah, resistensi nyamuk terhadap insektisida, serta alokasi dana. Dalam

    perilaku penduduk, Sebagian besar penduduk Indonesia belum menyadari

    pentingnya memelihara kebersihan lingkungan. Salah satu masalah yang umum

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 9

    Universitas Indonesia

    ditemukan adalah rendahnya kesadaran penduduk untuk menjaga agar tidak

    terdapat wadah-wadah yang dapat menampung air di lingkungan tempat

    tinggalnya. Hal itu terutama menjadi masalah pada musim hujan. Akibatnya,

    terjadi peningkatan kasus DBD selama musim hujan. Kebiasaan lain yang turut

    menghambat pemberantasan DBD adalah tidak menguras bak mandi secara benar

    dan teratur. Pengurasan umumnya hanya dilakukan dengan mengganti air tanpa

    menyikat dinding bak mandi. Cara tersebut tidak efektif karena telur Aedes

    aegypti tetap melekat di dinding bak mandi. Telur Aedes aegypti dapat bertahan

    hingga enam bulan sehingga jika tidak dihilangkan akan terus melanjutkan siklus

    hidupnya.

    Menurut Departemen Kesehatan RI, tempat penampungan air yang banyak

    digunakan adalah bak mandi, tempayan, drum dan tangki air, tempat gelas pada

    dispenser. Umumnya, penduduk Indonesia menggunakan bak mandi yang terbuat

    dari semen. Dinding bak mandi yang terbuat dari semen bersifat kasar, gelap, dan

    mudah menyerap air. Dinding tempat penampungan air seperti itu sangat disukai

    Aedes aegypti. Tempat penampungan air yang tidak disukai Aedes aegypti adalah

    yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya keramik.

    Berdasarkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan informasi agar menggunakan

    tempat penampungan air yang dindingnya licin, berwarna terang (putih) dan tidak

    menyerap air (Sungkar, 2007).

    2.3 Konsep dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)

    2.3.1 Pengertian

    Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang

    disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes

    albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan

    sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,

    hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).

    2.3.2 Penyebab

    Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam

    genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam

    ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 10

    Universitas Indonesia

    Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang

    semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Ke-

    empat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip

    terbanyak.

    2.3.3 Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit

    Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat

    berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau

    sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi

    klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),

    hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi (World Health Organisation, 1997).

    Yang membedakan DBD dengan demam dengue (DD) adalah, pada DBD

    ditemukan permeabilitas pembuluh darah yang tinggi, hipovolemia,

    hipotensi,trombositopenia dan diathesis hemoragik.

    Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi sempit,

    hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan berkeringat. Muntah dan nyeri abdomen

    persisten meski tidak masuk kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Seringkali

    terdapat perubahan dari demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta

    perubahan status mental (somnolen atau iritabilitas).

    Demam Dengue

    Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih

    manifestasi klinis berikut :

    1. Nyeri kepala

    Infeksi virus dengue

    Asimptomatik Simptomatik

    Differentiated Dengue Fever Dengue haemorragic feverFever Syndrome

    Without haemorrahage with Haemorrahage No shock DSS

    Dengue Fever DHF

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 11

    Universitas Indonesia

    2. Nyeri retro orbital

    3. Mialgia/atralgia

    4. Ruam kulit

    5. Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung positif)

    6. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif

    Demam berdarah dengue

    Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila hal dibawah ini

    dipenuhi :

    Demam, riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik

    Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :

    - Uji bendung positif

    - Petekie, ekimosis, purpura

    - Perdarahan mukosa

    - Hematemesis atau melena

    Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)

    Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:

    - Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar usia dan jenis kelamin

    - Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan

    dengan nilaihematokrit sebelumnya.

    - Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

    Dengue Shock Syndrom (DSS)

    Sindrom Renjatan Dengue (SRD) atau dengue shock syndrome (DSS) adalah

    manifestasi renjatan yang terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV (World

    Health Organisation, 1997). Kebanyakan pasien memasuki fase SRD pada saat

    atau setelah demamnya turun yaitu antara hari ke 3-7 setelah onset gejala. Pada

    saat tersebut penderita dapat mengalami hipovolemi hingga lebih dari 30% dan

    dapat berlangsung selama 24-48 jam.

    Disamping ditemukannya demam, manifestasi perdarahan, trombositipenia, dan

    tanda perembesan plasma, pada penderita DBD yang mengalami renjatan juga

    terdapat tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab dan dingin, sianosis

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 12

    Universitas Indonesia

    sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta penurunan

    status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan menyebabkan iskemia

    jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia jaringan bersangkutan.

    Metabolisme anaerob yang terjadi selanjutnya, mengakibatkan akumulasi asam

    laktat dan berujung pada keadaan asidosis metabolik. Asidosis yang tidak segera

    mendapat koreksi akan segera memicu terjadinya pembekuan intravaskuler

    menyeluruh (PIM) atau DIC (Robbins dan Kumar, 1995).

    2.3.4 Klasifikasi DBD menurut WHO

    DD/

    DBDDerajat Gejala Laboratorium

    DD Demam disertai 2 atau lebih

    tanda : sakit kepala, nyeri

    retro orbital, mialgia,

    artralgia.

    Leukopenia

    Trombositopenia, tidak

    ditemukan kebocoran

    plasma

    Serologi

    dengue

    positif

    DBD I Gejala diatas ditambah uji

    bendung positif

    Trombositopenia

    (

  • 13

    Universitas Indonesia

    2.3.5 Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.

    Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek

    imun Antibodi virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat

    (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2

    di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang

    akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.

    Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh

    darah menyebabkan kebocoran palsma.

    Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan Agregasi trombosit

    sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga

    hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock

    dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis

    metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang

    akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun

    jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

    Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup

    dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama

    dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan

    tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi sistem

    komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan

    peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang

    intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan

    ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan

    terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel

    endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

    Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;

    (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan

    kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 14

    Universitas Indonesia

    Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan

    pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler

    terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit

    pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul

    trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan

    PF4 dan umurnya memendek.

    Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi

    pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antara lain

    munculnya leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma biru, penurunan limfosit T

    dan kenaikan limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek imun. Saat ini

    terdapat banyak teori patogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas

    patogenesis yang sesungguhnya. Patogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder

    yang berturutan dengan tipe virus yang lain, yang ada hubungannya dengan ADE,

    IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori trombosit-endotel, dan teori

    mediator.

    Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh darah dan

    peninggian permeabilitas kapiler. Kerapuhan pembuluh darah dibuktikan dengan

    uji tourniquet atau Rumpel Leede atau uji Hess. Uji ini mungkin positif meskipun

    waktu perdarahan normal. Permeabilitas kapiler yang meningkat menyebabkan

    protein plasma dan cairan dari intravaskuler bocor ke ektravaskuler. Hal tersebut

    terbukti dengan timbulnya hemokonsentrasi, efusi pleura, ascites, edema,

    hipoproteinemia terutama hipoalbuminemia.

    Biopsi pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler pada

    mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan

    monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen dengue, deposit kompolemen,

    imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi

    trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu

    berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan

    betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.

    Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen

    virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 15

    Universitas Indonesia

    fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat

    disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun

    tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati

    dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan

    konsumsi yang berlebihan di sirkulasi.

    Koagulopati dibuktikan dengan adanya penurunan faktor fibrinogen, faktor V,

    VII, VIII, X dan XII. Pada DHF fase akut terjadi koagulasi intravaskuler dan

    fibrinolisis. Telah dibuktikan adanya pemanjangan partial thromboplastin time

    (PTT), perpanjangan thrombin time, penurunan fibrinogen dan kenaikan FDP

    hersama-sama dengan penurunan antithrombin IIi, alfa-2 antiplasminogen.

    Koagulasi intravaskuler ini terutama pada DSS.

    Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas perubahan imunologik humoral dan

    seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibodi IgG

    yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot,

    dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Selain

    komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE. Perubahan

    imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut disertai

    aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfosit-B

    meningkat pada fase akut.

    Peranan Makrofag

    Makrofag adalah salah satu sel target pada infeksi dengue. Pembiakan virus

    terjadi di dalam sel ini, semakin banyak makrofag yang diinfeksi virus makin

    berat penyakit yang timbul. Berat ringan penyakit dapat diduga dipengaruhi

    secara genetis, yaitu dengan cara membantu atau menghambat pertumbuhan virus

    dalam monosit. Di Kuba mononuklear orang kulit putih lebih peka dari pada

    orang kulit hitam.

    Peranan IgM

    IgM akan muncul pada fase awal penyakit yang dimulai pada hari keempat.

    Infeksi sekunder tidak selalu menimbulkan dengue berat, dengue berat hanya

    muncul pada 1-3% kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian itu

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 16

    Universitas Indonesia

    adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat

    berikatan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit

    yang berat. Bila IgM tidak cukup, maks timbul peningkatan IgG yang akan

    menghasilkan dengue bentuk yang berat.

    Perubahan patofisiologi mayor yang ditemukan pada kasus-kasus di atas berkisar

    pada pertama, peningkatan permeabilitas vaskuler yang mengakibatkan

    perembesan plasma, hipovolemia dan berujung pada renjatan. Kedua,

    abnormalitas sistem hemostasis akibat vaskulopati, trombositopenia dan

    koagulopati. Hal ini menyebabkan berbagai manifestasi perdarahan yang

    mengancam kehidupan penderita.

    PATOFLOW TERJADINYA SYOK PADA DHF

    Aktivasi factor pembekuan

    Permeabilitas membrane meningkat

    Membentuk dan melepaskan zat C3a danC5a

    Aktivasi system komplemen

    Kebutuhan

    Oksigen HipertermiInfeksi virus dengue

    ( Viremia)

    Arbovirus(dibawa oleh nyamuk aedes agegypti)

    Perdarahan

    Trombositopenia

    Kebocoran plasma keekstravaskular

    Kerusakan endotelPembuluh darah

    Agregasi trombosit

    Syok Hipovolemia

    DIC

    Paru : Efusi pleura

    Hepar :Hepatomegali

    Abdomen : Asites

    Haemokonsentrasi

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 17

    Universitas Indonesia

    2.3.6 Fase DBD

    menurut WHO 2009, dikatakan bahwa DBD memiliki beberapa fase yaitu fase

    febris dapat berlangsung sekitar 2-7 hari disertai dengan gejala lainnya, Fase

    Kritis dan fase pemulihan, Seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini :

    1. Fase demam

    Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam akut

    biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wajah,

    eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Beberapa pasien

    mungkin memiliki sakit tenggorokan faring, noreksia, mual dan muntah. Hal

    tersebut bisa sulit untuk membedakan secara klinis dari demam berdarah non-

    dengue penyakit pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase ini

    meningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak dapat dibedakan

    antara kasus demam berdarah parah dan tidak parah. Oleh karena itu pemantauan

    untuk peringatan tanda-tanda dan parameter klinis lainnya adalah penting untuk

    mengenali perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan seperti

    membran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan gusi). Massive

    pendarahan vagina (pada wanita usia subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat

    Gangguanperfusi jaringan

    MeninggalANOKSIA

    Sesak nafas, mual dan muntah

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 18

    Universitas Indonesia

    terjadi selama tahap ini tetapi tidak umum terjadi. Hepar sering membesar setelah

    beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalah

    penurunan progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter untuk

    kemungkinan demam berdarah tinggi.

    2. Fase Kritis

    Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat suhu turun menjadi

    37,5-38 C atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7

    penyakit terjadi peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat

    hematokrit meningkat yang menandai awal fase kritis. Periode kebocoran plasma

    klinis signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam. leukopenia Progresif diikuti

    dengan penurunan cepat dalam jumlah trombosit biasanya mendahului kebocoran

    plasma.

    Pada titik pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik,

    sementara dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menjadi lebih buruk

    sebagai Hasil volume plasma yang hilang. Tingkat kebocoran plasma bervariasi.

    Efusi pleura dan asites mungkin secara klinis terdeteksi tergantung pada derajat

    kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Oleh karena itu dada x-ray dan USG

    perut bisa bermanfaat alat untuk diagnosis. Tingkat kenaikan atas dasar

    hematokrit sering mencerminkan tingkat keparahan kebocoran plasma.

    Shock terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini sering

    didahului oleh tanda-tanda awal. Suhu tubuh dapat di bawah normal saat shock

    terjadi. Dengan shock yang berkepanjangan, hasil organ konsekuensi hipoperfusi

    di progresif organ penurunan, asidosis metabolik dan koagulasi intravascular

    disebarluaskan. Ini pada gilirannya menyebabkan perdarahan parah menyebabkan

    hematokrit turun dan menjadi shock berat. Leukopenia biasanya terlihat selama

    fase demam berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada pasien

    dengan pendarahan hebat.

    3. Fase Pemulihan

    Jika pasien bertahan pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap

    kompartemen cairan ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Pada

    umumnya pasien kembali mempunyai nafsu makan, gejala gastrointestinal

    mereda,status hemodinamik stabil dan diuresis terjadi kemudian. Beberapa pasien

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 19

    Universitas Indonesia

    mungkin memiliki ruam dari "pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkin

    mengalami pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi biasa

    terjadi selama tahap ini.

    Hematokrit yang stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran yang

    diserap cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah

    penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombosit

    biasanya lebih dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari efusi

    pleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan intravena yang

    berlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau pemulihan fase, terapi cairan

    yang berlebihan berhubungan dengan edema paru atau kongestif gagal jantung.

    2.3.7 Pemeriksaan Penunjang

    1) Laboratorium

    Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD

    adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan

    apusan darah tepi.

    Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :

    Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis

    relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15%

    dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.

    Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.

    Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan

    hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan pada hari ke-3

    demam

    Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau

    FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan

    darah.

    Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma

    SGOT/SGPT: dapat meningkat.

    Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal

    Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 20

    Universitas Indonesia

    Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau

    komponen darah

    Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.

    2) Radiologi

    Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila

    terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.

    Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.

    2.3.8 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue

    Tidak ada terapi spesifik untuk penderita Demam berdarah dengue, prinsip utama

    adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angka kematian dapat

    diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi

    merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika

    asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen

    cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.

    Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia bersama dengan Divisi

    penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protocol penatalaksanaan DBD

    pada pasien dewasa. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :

    Protokol 1

    Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok.

    Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat Darurat dilakukan

    pemerikksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila :

    - Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien

    dapat dipulangkan dengan anjuran control.

    - Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.

    - Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk

    dirawat.

    Protokol 2

    Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa

    syok maka diruang rawat diberika cairan infuse kristaloid dengan rumus :

    1500+ (20x(BB dalam Kg-20))

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 21

    Universitas Indonesia

    Protokol 3

    Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubh mengalami deficit cairan

    sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan

    memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau

    setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan

    hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin

    meningkat, maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam.

    Jika setelah pemberian terapi cairan awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, yang

    ditandai dengan hemtokrit dan nadi meningkat, produksi urin menurun, maka kita

    harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10ml/kgBB/jam.

    Protokol 4

    Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.

    Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah: perdarahan

    hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak atau

    perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanya 4ml/kgBB/jam. Pada

    keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan

    DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan

    jumlah urin dilakukan dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan thrombosis serta

    hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit

    sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.

    Protokol 5

    Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada Dewasa.

    Bila berhadapan dengan sindrom syok Dengue maka hal yang perlu diingat adalah

    bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan

    intravascular harus segera dilakukan.

    Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain

    resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan

    yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, AGD, kadar

    natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 22

    Universitas Indonesia

    Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi

    setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi

    7ml/kgBB/jam.

    Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka

    pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan

    kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti

    perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan

    pilihan, tetapi bila nilai hematokrit turun, berarti terjadi perdarahan internal maka

    penderita diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai

    kebutuhan.

    2.3.9 Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian

    Program pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan melakukan manajemen

    lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau

    meminimalkan perkembangbiakan vector, sehingga kontak antara manusia dan

    vector berkurang.

    a. Modifikasi lingkungan

    Perbaikan persediaan air.

    Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah anti nyamuk.

    b. Manipulasi lingkungan

    Drainase instalasi persediaan air

    Penyimpanan air rumah tangga

    Pot/vas bunga dan jebakan semut

    Bagian luar bangunan

    Keharusan menyimpan air untuk pemadaman kebakaran

    Pembuangan sampah padat

    Pengisian rongga pada pagar

    Botol kaca dan kaleng

    c. Perlindungan Diri

    Pakaian pelindung

    Tikar, obat nyamuk bakar dan aerosol

    Penolak serangga

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 23

    Universitas Indonesia

    Insektisida untuk kelambu dan gorden

    d. Pengendalian Biologis

    Ikan pemakan larva

    Bakteri penghasil endotoksin

    Siklopoids/sejenis udang-udangan

    Perangkap telur autosidal/ perangkap telur pembunuh

    e. Pengendalian Kimiawi

    Pemberian Larvasida kimiawi

    Pengasapan wilayah

    2.4 Asuhan Keperawatan Klien dengan DBD

    Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa hasil

    pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa keperawatan lalu

    menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan

    tindakan keperawatan (implementasi). Proses asuhan keperawatan yang terakhir

    adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan

    yang telah dilakukan.

    2.4.1 Pengkajian Keperawatan

    A. Identitas Klien

    Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. rekam

    medis, diagnosa medis.

    B. Riwayat Keperawatan

    1. Keluhan Utama

    Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada

    ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai

    kejang dan penurunan kesadaran.

    2. Riwayat Penyakit Sekarang

    Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 7 hari,

    terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,

    epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan

    penurunan kesadaran.

    3. Riwayat Penyakit Dahulu

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 24

    Universitas Indonesia

    Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.

    4. Riwayat kesehatan keluarga

    Apakah ada keluarga yang terserang DHF.

    5. Riwayat Kesehatan Lingkungan

    Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.

    C. Pemeriksaan Fisik

    1. Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital

    Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi;

    nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan darah

    menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).

    2. Sistem Tubuh

    2.1. Pernapasan

    Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan

    pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering

    disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan

    oksigen.

    Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan

    pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas

    tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal

    dan cepat disertai penurunan kesadaran.

    2.2. Kardiovaskuler

    Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi

    2 7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah;

    derajat 3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami

    penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.

    Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu-

    satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,

    ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 25

    Universitas Indonesia

    daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya

    volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh

    darah, trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock,

    nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

    2.3. Persarafan

    Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel

    karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan

    tingkat kesadaran.

    Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami

    perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat

    kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midriasis,

    reflek fisiologis atau patologis sering terjadi.

    2.4. Perkemihan Eliminasi Urinaria

    Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada

    kencing.

    Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria),

    warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.

    2.5. Pencernaan Eliminasi Fekal

    Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu

    makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati,

    konstipasi.

    Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia

    tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri

    tekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium,

    hematemisis dan melena.

    2.6. Muskuloskeletal

    Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot,

    persendian dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah

    memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan

    otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama.

    Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot,

    punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 26

    Universitas Indonesia

    disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien

    mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.

    D. Data Penunjang

    Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.

    Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.

    Masa perdarahan dan protombin memanjang.

    Ig G dengue positif.

    Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

    hiponatremia, hipokloremia.

    Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinofilia,

    peningkatan limfosit, monosit, dan basofil.

    SGOT / SGPT mungkin meningkat.

    Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

    Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

    2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

    3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anoreksia.

    4. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

    permeabilitas pembuluh darah.

    5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.

    6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.

    7. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.

    8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).

    9. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren: trombositopenia,

    trauma.

    10. Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status kesehatan,

    ancaman kematian.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 27

    Universitas Indonesia

    11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah

    interpretasi informasi, kurang pajanan

    INTERVENSI KEPERAWATAN

    Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

    Kriteria evaluasi ( NOC ) :

    Pasien akan :

    1. Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

    2. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Monitor suhu pasien. 1. Pola demam dapat membantu

    dalam diagnosis; kurva demamlanjut lebih dari 4 hari menunjukaninfeksi yang lain.

    2. Anjurkan pasien untuk banyakminum ( lebih kurang 2,5 liter/24jam ).

    2. Peningkatan suhu tubuhmengakibatkan penguapan tubuhmeningkat sehingga perludiimbangi dengan asupan cairanyang banyak.

    3. Berikan kompres hangat. 3. Dengan vasodilatasi dapatmeningkatkan penguapan yangmempercepat penurunan suhutubuh.

    4. Anjurkan untuk tidak memakaiselimut dan pakaian yang tebal.

    4. Pakaian tipis membantumengurangi penguapan tubuh.

    1.Kolaborasi :Berikan terapi cairan intravena danobat-obatan sesuai program dokter.

    1. Pemberian cairan sangat pentingbagi pasien dengan suhu tinggi.

    2. Berikan antipiretik. 2. Digunakan untuk mengurangidemam dengan aksi sentralnyapada hipotalamus.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 28

    Universitas Indonesia

    DX 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

    Kriteria evaluasi ( NOC ) :

    Pasien akan :

    1. Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.

    2. Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.

    3. Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Kaji tingkat nyeri yang dialamipasien

    1. Untuk mengetahui berapa beratnyeri yang dialami pasien.

    2. Berikan posisi yang nyaman,usahakan situasi ruangan yangtenang.

    2. Posisi nyaman dan lingkungantenang mengurangi rasa nyeri.

    3. Berikan tindakan kenyamananseperti perubahan posisi dandorong penggunaan tehnikrelaksasi, seperti imajinasi,visualisasi, latihan nafas dalam.

    3. Menurunkan tegangan otot,meningkatkan istirahat danrelaksasi, memusatkan perhatian,dapat meningkatkan kontrol dankemampuan koping.

    1.Kolaborasi :Berikan obat-obat analgetik 1. Analgetik dapat menekan atau

    mengurangi nyeri pasien.

    DX 3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual,

    muntah, anoreksia.

    Kriteria evaluasi ( NOC ) :

    Pasien akan :

    1. Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen positif.

    2. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan

    yang sesuai

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Kaji keluhan mual, sakit menelan, 1. Untuk menetapkan cara

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 29

    Universitas Indonesia

    dan muntah yang dialami pasien mengatasinya.

    2. Berikan makanan yang mudahditelan seperti bubur.

    2. Membantu mengurangi kelelahanpasien dan meningkatkan asupanmakanan .

    3. Berikan makanan dalam porsi kecildan frekuensi sering.

    3. Untuk menghindari mual.

    4. Catat jumlah / porsi makanan yangdihabiskan oleh pasien setiap hari.

    4. Untuk mengetahui pemenuhankebutuhan nutrisi.

    1.Kolaborasi :Berikan obat-obatan antiemetiksesuai program dokter.

    1. Antiemetik membantu pasienmengurangi rasa mual dan muntahdan meningkatkan toleransi padamakanan.

    2. Antasida, contoh Mylanta. 2. Kerja pada asam gaster, dapatmenurunkan iritasi/ resikoperdarahan

    3. Vitamin, contoh B komplek, C,tambahan diet lain sesuai indikasi

    3. Memperbaiki kekurangan danmembantu proses penyembuhan.

    DX 4 . Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

    permeabilitas pembuluh darah, perdarahan.

    Kriteria evaluasi (NOC ) :

    Pasien akan :

    1. Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan

    membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara individual

    haluaran urine adekuat, capilary refill cepat.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Kaji keadaan umum pasien (lemah,pucat, takikardi) serta tanda-tandavital.

    1. Menetapkan data dasar pasienuntuk mengetahui penyimpangandari keadaan normal.

    2. Observasi tanda-tanda syok. 2. Agar dapat segera dilakukantindakan untuk menangani shock.

    3. Anjurkan pasien untuk banyakminum.

    3. Asupan cairan sangat diperlukanuntuk menambah volume cairantubuh.

    4. Catat intake dan output cairan. 4. Untuk mengetahui keseimbangancairan.

    5. Palpasi nadi perifer, capilary refill, 5. kondisi yang berkontribusi dalam

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 30

    Universitas Indonesia

    temperatur kulit, kaji kesadaran,tanda perdarahan.

    kekurangan cairan ekstraselularyang dapat menyebabkan kolapspada sirkulasi/ syok.

    6. Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasanyang meningkat, kurang istirahat.

    6. hemokonsentrasi dan peningkatanplatelet agregrasi dapatmengakibatkan pembentukanemboli sistemik.

    7. Kaji kemampuan menelan klien. 7. Kegagalan refleks menelan,anoreksia, tidak nyaman dimulut,perubahan tingkat kesadaranmerupakan faktor yangmempengaruhi kemampuan klienuntuk mengganti cairan oral.

    1.Kolaborasi :Berikan cairan intravena sesuaiprogram dokter : NaCl 0,45%, RLsolution.

    1. Hipotonik solution ( NaCl 0,45% )digunakan untuk memenuhikebutuhan elektrolit.

    2. Koloid : dextran, plasma/albumin,Hespan.

    2. Koreksi defisit konsentrasi proteinplasma, meningkatkan tekananosmotik intravaskular, danmemfasilitasi kembalinya cairankedalam kompartemen pembuluhdarah.

    3. Tranfusi Whole blood / tranfusiPRC

    3. Mengindikasikan hipovolemiayang berhubungan dengankehilangan darah aktif.

    4. Plasma beku segar ( FFP ). 4. Mugkin diperlukan untukmenggantikan faktor pembekuanpada adanya defek koagulasi.

    5. Berikan sodium bicarbonat jikadiindikasikan.

    5. Diberikan untuk koreksi asidosisberat saat koreksi keseimbangancairan.

    6. Berikan makanan melalui NGTtermasuk cairan sesuai kebutuhan.

    6. Penambahan penggantian cairandan nutrisi ketika terjadi gangguanmenelan.

    7. Monitor nilai laboratorium : Hb,Ht, Trombosit, elektrolit,koagulasi.

    7. Bergantung pada kehilangan cairanvena, ketidakseimbangan elektrolitmemerlukan koreksi, peningkatanHt, penurunan trombositmeningkatkan resiko perdarahan.

    DX 5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan denganhipovolemia.

    Kriteria evaluasi :

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 31

    Universitas Indonesia

    Pasien akan :

    1. Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital

    stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal, kesadaran

    normal, keluaran urine adekuat.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Pantau tanda-tanda vital; palpasidenyut nadi perifer; catat suhu/warna kulit dan pengisian kapiler;evaluasi waktu dan pengeluaranurine.

    1. Merupakan indikator dari volumesirkulasi dan fungsi organ/ perfusijaringan yang adekuat.

    2. Kaji adanya perubahan tingkatkesadaran , keluhan pusing atausakit kepala.

    2. Perubahan dapat menunjukkanketidakadekuatan perfusi serebral.

    3. Auskultasi nadi apikal.Awasiirama jantung dengan EKG.

    3. Perubahan disritmia dan iskemiadapat terjadi sebagai akibathipotenSi, hipoksia, asidosis,ketidakseimbangan elektrolit.

    1.Kolaborasi :Berikan oksigen tambahan sesuaiindikasi.

    1. Mengatasi hipoksemia dan asidosisselama perdarahan.

    2. Pemeriksaan AGD/ awasi nadioksimetri.

    2. Mengidentifikasi hipoksemia,keefektifan/ kebutuhan untukterapi.

    3. Berikan cairan IV sesuai indikasi/produk darah sesuai kebutuhan.

    3. Mempertahankan volume sirkulasidan perfusi jaringan.

    DX 6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah

    baring.

    Kriteria evaluasi ( NOC ) :

    Pasien akan :

    1. Melaporkan peningkatan intoleran aktifitas ( ADL ).

    2. Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleran, misal nadi, pernafasan, dan

    3. TD dalam rentang normal pasien.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Kaji keluhan pasien. 1. Untuk mengidentifikasi masalah-

    masalah pasien.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 32

    Universitas Indonesia

    2. Kaji hal-hal yang mampu atauyang tidak mampu dilakukan olehpasien.

    2. Untuk mengetahui tingkatketergantungan pasien dalammemenuhi kebutuhannya.

    3. -Bantu pasien untuk memenuhikebutuhan aktivitasnya sehari-harisesuai tingkat keterbatasan pasien.

    3. Pemberian bantuan sangatdiperlukan oleh pasien pada saatkondisinya lemah dan perawatmempunyai tanggung jawab dalampemenuhan kebutuhan sehari-haripasien tanpa mengalamiketergantungan pada perawat.

    4. Letakkan barang-barang di tempatyang mudah terjangkau olehpasien.

    4. Akan membantu pasien untukmemenuhi kebutuhannya sendiritanpa bantuan orang lain.

    5. Pertahankan tirah baring biladiindikasikan, tingkatkan tingkataktifitas sesuai toleransi.

    5. Mengurangi resiko cedera akibatpenurunan trombosit, danmemperbaiki tonus otot tanpakelemahan.

    DX 7. Resiko terjadinya syok berhubungan dengan hipovolemia.

    Kriteria evaluasi :

    Pasien akan :

    - Menunjukkan membran mukosa / kulit lembab, tanda vital stabil, haluaran urin

    adekuat, nadi perifer normal.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Monitor keadaan umum pasien. 1. Memantau kondisi pasien selama

    masa perawatan terutama pada saatterjadi perdarahan sehingga segeradiketahui tanda syok dan dapatsegera ditangani.

    2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2sampai 3 jam.

    2. Tanda vital normal menandakankeadaan umum baik.

    3. Monitor tanda perdarahan. 3. Perdarahan cepat diketahui dandapat diatasi sehingga pasien tidaksampai syok hipovolemik.

    4. Palpasi nadi perifer; capilary refill,temperatur kulit, kaji kesadaran.

    4. Kondisi yang berkontribusi dalamkekurangan cairan ekstraselularyang dapat menyebabkan kolapspada sirkulasi/ syok.

    5. Lapor dokter bila terdapat tandasyok hipovolemik.

    5. Untuk mendapatkan penangananlebih lanjut sesegera mungkin.

    Kolaborasi :

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 33

    Universitas Indonesia

    1. Cek laboratorium :haemoglobin,hematokrit, trombosit.

    1. Untuk mengetahui tingkatkebocoran pembuluh darah yangdialami pasien sebagai acuanmelakukan tindakan lebih lanjut.

    2. Berikan cairan sesuai program :Koloid : dextran, plasma/albumin,Hespan.

    2. Koreksi defisit konsentrasi proteinplasma, meningkatkan tekananosmotik intravaskular, danmemfasilitasi kembalinya cairankedalam kompartemen pembuluhdarah.

    3. Tranfusi Whole blood/ tranfusiPRC. / FFP

    3. Mengindikasikan hipovolemiayang berhubungan dengankehilangan darah aktif.

    DX 8. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).

    Kriteria evaluasi :

    Pasien bebas tanda infeksi/ inflamasi, eritema, dan demam.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Lakukan teknik aseptik saatmelakukan tindakan pemasanganinfus.

    1. Tindakan aseptik merupakantindakan preventif terhadapkemungkinan terjadi infeksi.

    2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Menetapkan data dasar pasien,terjadi peradangan dapat diketahuidari penyimpangan nilai tandavital.

    3. Observasi daerah pemasanganinfus.

    3. Mengetahui tanda infeksi padapemasangan infus.

    4. Segera cabut infus bila tampakadanya pembengkakan atauplebitis.

    4. Untuk menghindari kondisi yanglebih buruk atau penyulit lebihlanjut.

    1.Kolaborasi :Pemasagan infus kembali sesuaiinstruksi dokter.

    1. Untuk memenuhi kebutuhan cairanpasien.

    DX 9. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

    Kriteria evaluasi :

    Pasien akan :

    - Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 34

    Universitas Indonesia

    - Menunjukan perilaku penurunan resiko perdarahan.

    Intervensi:

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Monitor tanda penurunan trombosityang disertai gejala klinis.

    1. Penurunan trombosit merupakantanda kebocoran pembuluh darah.

    2. Anjurkan pasien untuk banyakistirahat/bedrest.

    2. Aktivitas pasien yang tidakterkontrol dapat menyebabkanresiko perdarahan.

    3. Beri penjelasan untuk segeramelapor bila ada tanda perdarahanlebih lanjut.

    3. Membantu pasien mendapatkanpenanganan sedini mungkin.

    4. Awasi tanda vital 4. Peningkatan nadi denganpenurunan TD dapat menunjukankehilangan volume darah sirkulasi.

    5. Anjurkan meminimalisasipenggunaan sikat gigi, dorongpenggunaan antiseptik untukmulut.

    5. Pada gangguan faktor pembekuan,trauma minimal dapatmenyebabkan perdarahan mukosa.

    6. Gunakan jarum kecil untuk injeksiatau pengambilan sampel darah.

    6. Menurunkan resiko perdarahan /hematoma.

    7. Observasi adanya ptekie,epistaksis, perdarahan gusi,melena.

    7. DIC subakut dapat terjadi sekunderterhadap gangguan faktorpembekuan.

    1.Kolaborasi :Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktorpembekuan.

    1. Indikator adanya perdarahan aktif,hemokonsentrasi, atau terjadinyakomplikasi ( DIC ).

    2. Berikan obat sesuai indikasi : vitK, D,dan C.

    2. Meningkatkan sintesis protrombindan koagulasi. Kekurangan vit Cmeningkatkan kerentananterjadinya iritasi / perdarahan.

    DX.10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan

    perdarahan

    Kriteria evaluasi :

    Pasien akan :

    - Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.

    - tampak rileks.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 35

    Universitas Indonesia

    1.Mandiri :Kaji rasa cemas yang dialamipasien.

    1. Menetapkan tingkat kecemasanyang dialami pasien.

    2. Jalin hubungan saling percayadengan pasien.

    2. Pasien bersifat terbuka denganperawat.

    3. Tunjukkan sifat empati. 3. Sikap empati akan membuat pasienmerasa diperhatikan dengan baik.

    4. Beri kesempatan pada pasien untukmengungkapkan perasaannya.

    4. Meringankan beban pikiran pasien.

    5. Gunakan komunikasi terapeutik. 5. Agar segala sesuatu yangdisampaikan diajarkan pada pasienmemberikan hasil yang efektif.

    6. Berikan informasi tentang prosespenyakit dan antisipasi tindakan.

    6. Mengetahui apa yang diharapkandapat menurunkan ansietas.

    7. Jadwalkan istirahat dan tiduradekuat .

    7. Membatasi kelemahan, menghematenergi, dan meningkatkankemampuan koping.

    DX 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

    pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

    Kriteria evaluasi :

    Pasien akan :

    - Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan resiko komplikasi.

    - Berpartisipasi dalam pengobatan.

    Intervensi :

    Intervensi Rasional

    1.Mandiri :Jelaskan pentingnya pembatasanaktifitas selama periode penurunantrombosit

    1. Memberikan informasi pada pasienuntuk merencanakan rutinitas /aktifitas tanpa menimbulkanmasalah.

    2. Jelaskan gejala yang memerlukanintervensi medik seperti akral/tangan dingin, epistaksis,perdarahan gusi,melena, sesak.

    2. Upaya intervensi untukmenurunkan resiko komplikasiserius seperti perdarahan, tandasyok.

    3. Dorong aktifitas sesuai toleransidengan periode istirahat periodik.

    3. Mencegah kelemahan, dapatmeningkatkan penyembuhan danperasaan sehat, dan mempermudahkembali ke aktifitas normal.

    4. Diskusikan penghindaranpenggunaan sikat gigi,menggunakan sikat gigi halus/ obatkumur, membersihkan kotoranhidung dengan keras.

    4. Menurunkan resiko perdarahansehubungan dengan trauma danperubahan koagulasi.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 36

    Universitas Indonesia

    5. Anjurkan klien menghindarimakanan / minuman karbonat,pedas dan asam.

    5. Menurunkan rangsangan padaasam lambung dan menceegahiritasi

    6. Diskusikan perawatan, pengobatan,proses penyakit dan prognosis.

    6. Memberikan dasar pengetahuandimana pasien dapat membuatpilihan berdasarkan informasi.

    7. Dorong pertanyaan, ekspresimasalah.

    7. Komunikasi efektif dan dukunganturunkan cemas dan tingkatkanpenyembuhan.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 36

    Universitas Indonesia

    BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T

    DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)DI RUANG MELATI ATAS RS. PERSAHABATAN

    3.1 PENGKAJIAN

    A. Identitas Klien

    1. Inisial klien : Tn. T

    2. Usia : 17 Tahun

    3. Jenis kelamin : Laki-laki

    4. Tgl lahir : 15-01-1996

    5. No. RM : 1400429

    6. Tanggal masuk : 16/05/2013

    7. Tanggal pengkajian : 17/05/2013

    8. Alamat : Jl. Asrama Polri Cipinang atas blok D no 13 RT 05 RW 5

    Kel. Cipinang Pulogadung

    B. Keluhan utama masuk RS :

    Demam sejak 2 hari SMRS

    C. Riwayat penyakit dahulu :

    Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di Rumah

    Sakit.

    D. Riwayat penyakit sekarang :

    Klien mengeluh demam sejak 2 SMRS. Demam dirasakan dating tiba2 dan tinggi, klien

    mengeluh nyeri orbita, myalgia, mengeluh mual dan sakit kepala, tidak ada mimisan dan

    gusi berdarah. Pemeriksaan Lab : DPL Hb : 12.4, Ht: 39, Leuko : 4100, Tromb:125000 rb.

    E. Riwayat penyakit keluarga :

    Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien

    F. Riwayat kesehatan lingkungan :

    Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa

    minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman-temannya dan

    menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak nyamuk.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 37

    Universitas Indonesia

    G. Anamnesis klien saat dikaji tgl. 17 /05/2013 :

    Data subjektif :

    Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa

    lemas.

    Data Objektif :

    TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan teraba panas, tampak meringis sakit kepala,

    klien tampak mual dan menolak untuk makan. Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam

    H. Pemeriksaan fisik

    1. Sistem Pernapasan / Respirasi :

    Frekuensi nafas 28 x/mnt, pergerakan dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada,

    batuk tidak ada, suara paru vesikuler, ronchi dan Crakles tidak ada.

    2. Sistem Kardiovaskuler

    TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis (-), CRT < 3

    detik, Uji tourniquet positif.

    3. Sistem Persyarafan / neurologi

    Kesadaran baik, Compos mentis, tidak tampak gelisah

    4. Sistem perkemihan

    Frekuensi BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih.

    5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

    Selaput mukosa kering, mual, muntah, nyeri saat menelan, nafsu makan menurun,

    porsi makan tidak habis, makan 1-2 sendok. nyeri ulu hati, nyeri tekan pada epigastrik,

    pembesarn limpa (-), pembesaran hati (-), melena (-).

    6. Sistem integument

    Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak bintik merah di kulit lengan

    dan kaki.

    7. Pemeriksaan penunjang 13.5/37/6.14/142000

    Pemeriksaan Hasil Nilai normal

    DPL Hemoglobin : 14.6

    Hematokrit : 39

    Leukosit : 2.23

    Trombosit : 61 rb

    13,00-16,00 gr/dl

    40-48%

    5000-10.000/mm3

    150.-400.rb/mm3

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 38

    Universitas Indonesia

    Elektrolit Natrium : 128

    Kalium : 3.1

    Cl = 99

    135-145

    3.5-4.5

    98-109

    Fungsi Hepar SGOT = 86

    SGPT = 46

    0-37

    0-40

    Ureum

    Kreatinin

    19

    1

    20-40

    0.8-1.5

    NS 1 Dengue Positif

    APTT

    PT

    (-) (-)

    Albumin (-) (-)

    Rontgen Efusi pleura (-)

    8. Pengobatan

    - RL 500 cc/8 jam

    - Fimahes / 24 jam

    - Transfusi TC 10 ui

    - Diet lunak 1700 kkal

    - Paracetamol 3 x 500 mg

    - OMZ 2 X 10 mg

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 39

    Universitas Indonesia

    3.2 ANALISA DATA

    NO DATA MASALAH KEPERAWATAN

    1 DS:

    - Klien mengeluh badan panas

    - Klien mengatakan demam

    sejak 3 hari yang lalu

    DO:

    - Kulit tampak kemerahan dan

    berkeringat

    - Kulit teraba panas

    - Suhu 38 C

    Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)

    2 DS :

    - Kien mengeluh mual dan

    muntah

    - Nafsu makan menurun

    - Nyeri ulu hati

    - Makan 1-2 sendok

    - Klien mengeluh lemas

    DO :

    - Selaput mukosa kering

    - Nyeri tekan pada epigastrik

    - Porsi makan tidak habis

    Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ;

    kurang dari kebutuhan

    3 DS :

    - Klien mengatakan tidak

    mengalami perdarahan gusi

    DO :

    - Trombosit : 61 ribu/mm3

    - Petechie (+)

    Risiko perdarahan

    4 DS :

    - Klien mengeluh haus terus

    - Klien mengatakan badan

    berkeringat terus

    - Klien mengatakan BAK

    Risiko Defisit volume cairan

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 40

    Universitas Indonesia

    lancar kurang lebih 200 cc

    setiap kali BAK.

    DO :

    - Tampak berkeringat

    - Suhu 38 C

    - Mukosa kering

    - TD : 100/70 mmHg

    3.3 Diagnosa keperawatan

    1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

    2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

    mual, muntah, anoreksia.

    3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

    dinding plasma.

    4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 41

    Universitas Indonesia

    3.4 Intervensi Keperawatan

    No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

    1 Peningkatan suhu tubuh

    berhubungan dengan

    proses penyakit

    (viremia).

    Kriteria Hasil :

    1. Suhu tubuh dalam rentang

    normal

    2. Nadi dan RR dalam rentang

    normal

    3. Tidak ada perubahan warna kulit

    dan tidak ada pusing

    Mandiri :1. Monitor suhu pasien.

    2. Anjurkan pasien untuk banyakminum (lebih kurang 2,5 liter /24 jam).

    3. Berikan kompres hangat.

    4. Anjurkan untuk tidak memakaiselimut dan pakaian yang tebal.

    Kolaborasi :1. Berikan terapi cairan intravena

    dan obat-obatan sesuai programdokter

    2. Berikan antipiretik.

    1. Pola demam dapat membantudalam diagnosis; kurva demamlanjut lebih dari 4 harimenunjukan infeksi yang lain.

    2. Peningkatan suhu tubuhmengakibatkan penguapan tubuhmeningkat sehingga perludiimbangi dengan asupan cairanyang banyak.

    3. Dengan vasodilatasi dapatmeningkatkan penguapan yangmempercepat penurunan suhutubuh.

    4. Pakaian tipis membantumengurangi penguapan tubuh.

    1. Pemberian cairan sangat pentingbagi pasien dengan suhu tinggi.

    2. Digunakan untuk mengurangidemam dengan aksi sentralnyapada hipotalamus.

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 42

    Universitas Indonesia

    2 Gangguan pemenuhan

    kebutuhan nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    berhubungan dengan

    mual, muntah, anoreksia.

    .

    Kriteria Hasil :

    1. Tidak ada tanda tanda malnutrisi

    2. Menunjukkan peningkatan fungsi

    pengecapan dari menelan

    3. Tidak terjadi penurunan berat

    badan yang berarti

    Mandiri :1. Kaji keluhan mual, sakit

    menelan, dan muntah yangdialami pasien

    2. Berikan makanan yang mudahditelan seperti bubur.

    3. Berikan makanan dalam porsikecil dan frekuensi sering.

    4. Catat jumlah / porsi makananyang dihabiskan oleh pasiensetiap hari.

    Kolaborasi :1. Berikan obat-obatan antiemetik

    sesuai program dokter.

    - Antasida, contoh Mylanta.

    - Vitamin, contoh B komplek,C, tambahan diet lain sesuaiindikasi

    1. Untuk menetapkan caramengatasinya.

    2. Membantu mengurangi kelelahanpasien dan meningkatkan asupanmakanan .

    3. Untuk menghindari mual.

    4. Untuk mengetahui pemenuhankebutuhan nutrisi.

    1. Antiemetik membantu pasienmengurangi rasa mual danmuntah dan meningkatkantoleransi pada makanan.

    2. Kerja pada asam gaster, dapatmenurunkan iritasi/ resikoperdarahan

    3. Memperbaiki kekurangan danmembantu proses penyembuhan

    Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

  • 43

    Universitas Indonesia

    3 Risiko kurang volume

    cairan tubuh

    berhubungan dengan

    peningkatan

    permeabilitas dinding

    plasma.

    Kriteria Hasil :

    1. Tekanan darah,