SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK...

96
ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati) SKRIPSI OLEH ZIYAN NOVI MAULIDA NIM: 211216015 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO TAHUN 2020

Transcript of SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK...

Page 1: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati)

SKRIPSI

OLEH

ZIYAN NOVI MAULIDA

NIM: 211216015

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

TAHUN 2020

Page 2: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

ii

ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Manajemen Agama Islam

OLEH

ZIYAN NOVI MAULIDA

NIM: 211216015

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

TAHUN 2020

Page 3: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

vii

ABSTRAK

Maulida, Ziyan Novi. 2020. Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing, Dr. Umar Sidiq, M.Ag.

Kata Kunci : Kurikulum Pendidikan, Aktivitas Pendidikan Pesantren.

Pondok pesantren mendidik para santri untuk menjadi generasi yang sholeh, baik sholeh

ritual maupun sholeh secara sosial. Pesantren pada umumnya memiliki tradisi tersendiri dalam

mendidik santri guna membentuk karakter yang berakhlakul karimah, salah satunya adalah

dengan melaksanakan aktivitas pendidikan sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat oleh

pengasuh. Pesantren yang merupakan salah satu jenis pendidikan yang berbasis keagamaan dapat

mengembangkan kurikulum beserta kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan

keunikannya tersendiri. Kitab kuning sebagai referensi ilmiah bagi pesantren seharusnya lebih

merupakan garis mendatar yang memberikan konsep-konsep pendekatan terhadap masalah-

masalah ritual maupun sosial.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berkeinginan untuk meneliti tentang

implementasi kebijakan yang mengacu kepada nasihat tentang bagaimana suatu kebijakan

pendidikan pesantren dilaksanakan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

(1) Bagaimana konsep kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen

Pati?, (2) Bagaimana bentuk implementasi kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Putri Al-

Badi’iyah Kajen Pati?, dan (3) Bagaimana penerapan kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren

Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati?.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif, yang

menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan wawancara untuk

memperoleh data kemudian diproses atau diolah dan dianalisis hingga diperoleh suatu

kesimpulan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Konsep kurikulum

pendidikan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati adalah berdasarkan pengembangan

kurikulum serta keunggulan yang menjadi ciri khas di pesantren, (2) Bentuk kurikulum

pendidikan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati sudah mencakup kriteria sebagaimana

yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk

karakter, dan membangun peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa (3) Penerapan kurikulum pendidikan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah

dilaksanakan dalam bentuk pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan, dan pendidikan

sosial. Aktivitas tersebut memenuhi pandangan orientasi kurikulum pendidikan sebagai

kebutuhan umat sangat diperlukan untuk merespon perubahan zaman dengan tetap konsisten

dalam tatanan nilai Islam.

Page 4: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok
Page 5: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudara :

Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, pada :

Tim Penguji Skripsi :

1. Ketua Sidang : Dr. MUHAMMAD THOYIB, M.Pd2. Penguji I : Dr. AB. MUSYAFA' FATHONI, M.Pd.I3. Penguji II : Dr. UMAR SIDIQ, M.Ag

Hari : SelasaTanggal : 6 Oktober 2020

Hari : RabuTanggal : 30 September 2020

dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen Pendidikan Islam, pada :

Nama : ZIYAN NOVI MAULIDANIM : 211216015Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu KeguruanJurusan : Manajemen Pendidikan IslamJudul Skripsi : ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN

(STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-BADI’IYAH KAJEN PATI)

Page 6: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tanda tangan di bawah ini :

Nama : Ziyan Novi Maulida

NIM : 211216015

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam

Judul Skripsi/thesis : Analisis Implementasi Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati)

Menyatakan bahwa naskah skripsi/thesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosen pebimbing.

Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut dipublikasikan oleh perpustakaan IAIN Ponorogo

yang diakses di etheses.iainponorogo.ac.id. adapun isi keseluruhan tersebut, sepenuhnya

menjadi tanggung jawab penulis.

Demikian pernyataan saya untuk dapat dipergunakan semestinya.

Ponorogo, 13 November 2020

Penulis

Ziyan Novi Maulida

Page 7: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

Lampiran 9

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ziyan Novi Maulida

NIM : 211216015

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam (MPI)

Dengan ini, menyatakan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Ponorogo, 1 Agustus 2020

Yang Membuat Pernyataan

Ziyan Novi Maulida

Page 8: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, keceradasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Proses pendidikan menunjukkan adanya aktivitas

atau tindakan aktif yang dilakukan secara sadar dalam saha untuk mencapai tujuan.

Pendidikan merupakan bahasan penting dalam setiap insan. Keberadaannya dianggap

suatu hal yang mendasar dan pokok dalam setiap kehidupan manusia kerap kali

pendidikan dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu bangsa. Dalam UU No.20

tahun 2003 pasal 3 terkait dengan tujuan pendidikan nasional yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.1

Di atas dijelaskan, bahwa dengan adanya pendidikan manusia bisa

mengembangkan akal budi sehingga dapat mengembangkan kepribadiannya baik

secara personal maupun sosial. Dalam pendidikan pesantren, tujuan serta fungsi

pendidikan termaktub secara baik. Pendidikan pondok pesantren bahkan telah diakui

oleh sarjana-sarjana Barat seperti Van Den Berg, Hurgronje, dan Greertz, sangat

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, diakses pada

tanggal 9 Januari 2020 pukul 11.42 WIB.

Page 9: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

2

berpengaruh dalam membentuk dan memelihara kehidupan sosial, kultural, politik

dan keagamaan orang-orang pedesaan di Indonesia.2

Pesantren dalam terminologi keagamaan memang merupakan institusi

pendidikan Islam. Namun pesantren secara sosiologis mampu menjadi icon sosial

yang menyangkut dinamika perubahan di masyarakat. Pesantren tidak sebatas

lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kiai, pondok, santri dan sistem

pendidikan. Lebih daripada itu, pesantren memiliki fungsi sosial kemasyarakatan

yang menyangkut tradisi di lingkungan sekitar.3

Sebagai bentuk pengabdian masyarakat, pesantren tidak hanya fokus pada

pengembangan kitab-kitab klasik yang menjadi corak keistimewaan pesantren dalam

menghadapi setiap geliat modernitas, namun juga harus berkiprah dalam

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.4

Pesantren mendidik para santri agar menjadi generasi yang sholeh, baik sholeh

secara ritual maupun sholeh secara sosial. Pada umumnya pesantren memiliki tradisi

tersendiri dalam mendidik santri guna membentuk karakter yang berakhlakul karimah,

salah satunya yakni dengan melaksanakan aktivitas pendidikan sesuai dengan

kebijakan yang telah dibuat oleh pengasuh.

Sebagai bentuk pengabdian masyarakat, pesantren tidak hanya fokus pada

pengembangan kitab-kitab klasik yang menjadi corak keistimewaan pesantren dalam

menghadapi setiap geliat modernitas, namun juga harus berkiprah dalam

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.5 Pola ini diterapkan dengan

2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa

Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), 3. 3 Mohammad Takdir, Modernisasi Kurikulum Pesantren: Konsep dan Metode Antroposentris

(Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), 36. 4 Ibid., 37.

5 Mohammad Takdir, Modernisasi Kurikulum Pesantren: Konsep dan Metode Antroposentris

(Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), 37.

Page 10: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

3

memberikan bantuan sosial untuk masyarakat sekitar serta kerjasama penanganan

lingkungan sehat dengan masyarakat.

Di masyarakat, sering kita dengar konflik yang terjadi karena paham yang

berbeda. Agama Islam yang merupakan agama rahmatan lil alamin yang bertujuan

memberi kemaslahatan bagi seluruh hamba Allah nyatanya semakin lama semakin

kehilangan jati dirinya. Agama mengajarkan kesetiakawanan, padahal hidup

masyarakat kita justru terungkap lajunya proses individualistik. Agama menghendaki

solidaritas yang tinggi antar berbagai lapisan masyarakat tetapi dalam kenyataan

sebaliknyalah yang terjadi. Kesenjangan yang semakin besar antara si kaya dan si

miskin adalah bukti yang paling kongkrit.6

Pesantren sebagai salah satu jenis pendidikan keagamaan yang diselenggarakan

melalui jalur pendidikan nonformal memiliki fungsi untuk mengganti, menambah,

dan melengkapi jalur pendidikan formal dengan kurikulum yang dikembangkan

berdasarkan standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Pada UU No. 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat 2

berbunyi “kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan

prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta

didik”.7 Artinya Pesantren yang merupakan salah satu jenis pendidikan yang berbasis

keagamaan dapat mengembangkan kurikulum beserta kegiatan pembelajaran sesuai

dengan kemampuan dan keunikannya tersendiri.

Kitab kuning sebagai referensi ilmiah bagi pesantren seharusnya lebih

merupakan garis mendatar yang memberikan konsep-konsep pendekatan terhadap

masalah-masalah ritual maupun sosial. Dalam hal ini, peningkatan kajian kitab kuning

6 Abdurrahman Wahid, Tuhan Tidak Perlu Dibela (Yogyakarta: LKIS 1999), 29.

7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, diakses pada

tanggal 9 Januari 2020 pukul 11.42 WIB.

Page 11: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

4

sebagai sumber pendekatan masalah, dapat diupayakan dengan metode munadzarah

yang tidak hanya sekedar mencari jawab atas suatu masalah global yang sering tidak

dipertimbangkan implikasinya dengan aspek-aspek lain yang berkaitan, seperti yang

sering terjadi pada bahtsul masa'il di beberapa pesantren.8

Dalam rentang waktu yang panjang pondok pesantren secara seragam

mempergunakan metode pengajaran yang telah lazim disebut dengan metode sorogan

dan bandongan.9 Metode sorogan mengutamakan perhatian dan kematangan serta

kecakapan seseorang. Murid juga bisa belajar dan mempersiapkan diri sebelum

belajar. Metode ini memungkinkan guru untuk mengetahui materi yang cocok untuk

diajarkan kepada seorang murid dan metode apa yang harus digunakan.10

Selanjutnya,

metode bandongan atau yang juga biasa dikenal dengan istilah weton adalah belajar

secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Biasanya kiai menggunakan bahasa

daerah setempat dan langsung menerjemahkan kalimat demi kalimat dari kitab yang

dipelajarinya.11

Dalam buku Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Imam Bawani

menambahkan kekurangan dari metode bandongan yakni:

“Dalam metode ini, seorang ustadz atau kiai seringkali tidak mengetahui berapa

jumlah santri yang mengikuti pengajarannya karena tidak ada absensi; juga sulit

memperkirakan apalagi mengenali secara persis siapa di antara mereka yang

faham dan yang tidak faham karena jarang terjadi proses tanya-jawab.

Sementara juga tidak diadakan tindak evaluasi dalam bentuk lain. Maka berarti,

kesadaran dan kemampuan individual sangat menentukan berhasil atau tidaknya

seorang santri dalam pengajaran dengan metode ini. Agaknya, atas dasar

kenyataan inilah, timbul kesan bahwa pengajaran yang diberikan di pesantren

dapat disimpulkan dalam perkataan bebas, artinya bebas dalam belajar, tetapi

juga bebas untuk tidak belajar sama sekali.”12

8 Sahal Mahfud, Nuansa Fiqh Sosial (Yogyakarta: LkiS, 2011), 147.

9 Amin Haedari et al, Masa Depan Pesantren: dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan

Kompleksitas Global (Jakarta: IRD PRESS, 2004), 41. 10

Mohammad Takdir, Modernisasi Kurikulum Pesantren: Konsep dan Metode Antroposentris

(Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), 297. 11

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem

Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), 6. 12

Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), 98.

Page 12: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

5

Permasalahan yang ada pada metode ini adalah metode ini dirasa kurang efektif

jika melihat proses pembelajaran yang dalam satu majlis terdapat banyak santri

kemudian hanya diampu oleh satu guru atau kiai. Selanjutnya, santri akan tampak

pasif karena keterlibatan santri dalam proses pembelajaran hanya sebatas

mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru atau kiai tanpa adanya tanya

jawab sebagai tindak lanjut penjelasan dari kitab yang dipelajari.

Meskipun demikian, kemampuan membaca serta memahami kitab bukan satu-

satunya menjadi ukuran primer yang mesti dijadikan acuan bagi para santri yang

pernah belajar ilmu agama di pesantren. Yang terpenting adalah bagaimana mereka

bisa menerapkan pesan yang terkandung dalam sistem pengajaran kitab-kitab

karangan ulama terdahulu bagi kehidupan masyarakat. Apalah artinya, jika santri

mampu membaca dan menguasai kitab kuning tanpa diterapkan dalam tatanan

kehidupan guna memecahkan problem hukum sosial.

Ide untuk melakukan pembaruan dalam sistem pendidikan merupakan suatu

tuntutan yang harus diperjuangkan guna menghadapi tantangan di era global.

Peningkatan kapasitas santri tidak hanya cukup dalam bidang keagamaan, tetapi harus

ditunjang oleh kemampuan lain yang bersifat keahlian.

Dalam buku Modernisasi Kurikulum Pesantren yang dikarang oleh M. Takdir

mengungkapkan, bahwa:

“Dalam bidang pendidikan, misalnya, pesantren dapat dikatakan kalah bersaing

dalam menawarkan suatu model pendidikan kompetitif yang mampu melahirkan

output (santri) yang memiliki kompetensi dalam penguasaan ilmu sekaligus skill

sebagai bekal terjun ke kehidupan sosial”13

Kurikulum ini berorientasi pada life skill santri. Dengan begitu lembaga

pendidikan formal maupun non formal wajib memberikan keterampilan pilihan life

skill kepada peserta didik untuk bekerja dan berusaha yang dapat mendukung

13

Ibid., 232.

Page 13: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

6

pencapaian taraf hidup. Dalam menyikapi hal ini, pesantren menyelenggarakan

berbagai macam kursus dalam rangka membekali para santri dengan keterampilan

khusus yang nantinya akan digunakan para santri ketika setelah menyelesaikan

pendidikannya di pondok pesantren.

Di sini, seorang pengasuh pondok pesantren mempunyai peran yang cukup

sentral dan fenomenal dalam menentukan arah kebijakan pendidikan yang nantinya

diterapkan di pondok pesantren. Apakah pondok pesantren akan berusaha tetap

bertahan dengan ketradisionalannya dan membentengi diri dari gelombang

modernisasi pendidikan. Atau pondok pesantren akan bersikap terbuka saat

berhadapan dengan budaya-budaya baru di luar dunia mereka dengan tidak

menanggalkan sama sekali pakaiannya yang eksklusif, tradisi pesantren dan Islam.

Menarik untuk dicermati bahwa Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah adalah

pondok pesantren yang mencoba melakukan berbagai improvisasi diri dalam

menetapkan kurikulum pesantren untuk pengembangan kualitas santri. Adapun

beberapa hal menarik di antaranya adalah: Pendidikan pesantren memberikan

tambahan bekal pengetahuan dan keterampilan umum, kemudian sekaligus lebih

menekankan pada olah hati dan olah rasa.14

Sehingga fokus tujuan ini, menjadikan

konsep pola pendidikan pesantren dengan goal yang sangat matang. Pondok Pesantren

Putri Al-Badi’iyah ini juga menyerap berbagai pola pendidikan baru yang sekarang

berkembang.15 Di antaranya, pendidikan intelektual (menekankan pada pengkayaan

dan pengkajian ilmu Nahwu), pendidikan keterampilan (kursus ini meliputi

ubudiyyah, pengembangan bahasa asing, komputer dll), pendidikan sosial

kemasyarakatan (dalam wujud kepedulian sosial jasmani dan ruhani).

14

Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Tebuireng, Aktualisasi Pemikiran dan Kejuangan

Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari (Jombang: Pustaka Tebuireng, 2018),182. 15

https://maslakulhuda.net/index.php/category/lembaga/lembaga-non-formal/al-badiiyyah/ , pada tanggal

20 Desember 2019 pukul 10.47 WIB.

Page 14: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

7

Adapun perbedaan Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah dengan pesantren

lainnya adalah adanya sistem pembelajaran klasikal non formal dengan istilah kajian

kitab kuning, bukan madrasah diniyah pada umumnya. Karena Pesantren Putri Al-

Badi’iyah memeberikan penekanan terhadap kajian kitab kuning, maka santri harus

memahami ilmu alat Nahwu Shorof. Disamping hal itu Pesantren Putri Al-Badi’iyah

memberlakukan pengembangan sosial seperti belajar bermasyarakat, gotong royong

serta mengadakan program sosial seperti memberi bantuan bencana alam,

menyumbangkan pakaian bekas layak pakai, dll. Dalam bentuk keterampilan, kursus

yang diadakan meliputi pengembangan bahasa asing, training tabligh, serta

pengoperasian komputer.16

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berkeinginan untuk meneliti

tentang implementasi kurikulum yang mengacu kepada nasihat tentang bagaimana

suatu kurikulum pendidikan pesantren dilaksanakan. Untuk itulah, penulis berupaya

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Implementasi Kurikulum Pendidikan

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati)”

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian analisis ini berkenaan dengan implementasi kurikulum

yang mengacu kepada nasihat tentang bagaimana suatu kurikulum pendidikan

pesantren tersebut dilaksanakan. Semua kegiatan kurikulum pondok pesantren tampak

pada beberapa aktivitas pendidikan yang terbagi menjadi: pendidikan intelektual,

pendidikan keterampilan dan pendidikan sosial kemasyarakatan.

16

Iin Setyani, “Analisis Kebijakan Pendidikan Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen-Margoyoso-

Pati Tahun Ajaran 2013/2014 dalam Menjaga Tradisi dan Menyikapi Modernisasi Pendidikan”, Skripsi,

Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang, 2014, 9.

Page 15: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

8

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah

Kajen Pati?

2. Bagaimana bentuk implementasi kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Putri

Al-Badi’iyah Kajen Pati?

3. Bagaimana penerapan kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Putri Al-

Badi’iyah Kajen Pati?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan konsep kurikulum pendidikan yang ada di Pondok

Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati

2. Untuk mendeskripsikan bentuk implementasi kurikulum pendidikan di Pondok

Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati

3. Untuk memaparkan penerapan kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Putri

Al-Badi’iyah Kajen Pati

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau sumbangsih

keilmuan dalam bidang Manajemen Pendidikan, terkhusus dalam Manajemen

Pesantren.

b. Sebagai bahan refrensi peneliti lain dalam mengembangkan kualitas

pendidikan dan kedisiplinan bagi para peserta didik (santri).

2. Secara Praktis

a. Bagi IAIN Ponorogo, untuk menambah koleksi perpustakaan dan melengkapi

referensi bagi mahasiswa.

Page 16: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

9

b. Bagi penulis: Sebagai media belajar sehingga memperluas wawasan dan

menambah pengalaman belajar tentang kebijakan pendidikan di pesantren.

c. Bagi lembaga pendidikan: diharapkan penelitian ini dapat memberikan

manfaat bagi pengurus serta diharapkan menjadi acuan untuk pengembangan

Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen.

d. Bagi santri, dapat menambah literatur serta menambah wawasan tentang

kebijakan pendidikan yang ada di pesantren.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh dalam isi pembahasan

isi desain ini, maka secara global dapat dilihat pada sistematika penelitian di bawah

ini:

BAB I Merupakan pendahuluan, di dalamnya memuat latar belakang masalah,

fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Mendeskripsikan kajian teori (kurikulum pendidikan dan pondok

pesantren) dan telaah penelitian terdahulu.

BAB III Metodologi penelitian, jenis dan pendekatan yang digunakan,

kehadiran peneliti, sumber data, teknis pengumpulan data, analisis data,

pengecekan keabsahan temuan, tahap-tahap penelitian.

BAB IV Memaparkan tentang temuan penelitian meliputi deskripsi data umum

dan deskripsi data khusus. Deskripsi data umum di antaranya

membahas tentang gambaran umum Pondok Pesantren Putri Al-

Badi’iyah Kajen, sejarah berdirinya pondok pesantren, letak geografis

pondok pesantren, profil pondok pesantren, keadaan sarana dan

prasarana pondok pesantren, struktur kepengurusan pondok pesantren.

Page 17: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

10

Deskripsi data khusus merupakan temuan penelitian di lapangan yang

merupakan jawaban dari rumusan masalah.

BAB V Pembahasan hasil penelitian dan analisis, merupakan pembahasan

terhadap temuan-temuan dikaitkan dengan teori yang ada.

BAB VI Merupakan bab terakhir yang berisi penutup, meliputi kesimpulan dan

saran

Page 18: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

11

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Agar tidak terjadi duplikasi karya ilmiah atau pengulangan penelitian yang telah

diteliti oleh pihak lain dengan permasalahan yang sama, maka dilakukan pengamatan

berupa telaah pustaka yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan penelitian penulis

di antaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Iin Setyani dari Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang 2014 dengan judul “Analisis Kebijakan Pendidikan Pondok

Pesantren Putri Al-Badi‟iyah Kajen-Margoyoso-Pati Tahun Ajaran 2013/2014 dalam

Menjaga Tradisi dan Menyikapi Modernisasi Pendidikan”. Rumusan masalah yang

dibahas pada penelitian ini adalah a) Bagaimana Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah

Kajen-Margoyoso-Pati tahun ajaran 2013/2014 dalam menjaga tradisi dan menyikapi

modernisasi pendidikan? b) Bagaimana bentuk kebijakan pendidikan Pondok Pesantren

Putri Al-Badi’iyah Kajen-Margoyoso-Pati tahun ajaran 2013/2014 dalam menjaga

tradisi pendidikan dan menyikapi modernisasi pendidikan?. Metode field research yang

digunakan dalam penelitian ini, mengharuskan peneliti untuk terjun langsung menggali

data dari lapangan dengan melakukan observasi, wawancara, dan penelaahan dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian. Untuk memperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian ini dilakukan berbagai metode, di antaranya: observasi,

wawancara dan dokumentasi. Adapun metode analisis datanya menggunakan: reduksi

data, display data dan kesimpulan serta verifikasi.1

1 Iin Setyani, “Analisis Kebijakan Pendidikan Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen-Margoyoso-Pati

Tahun Ajaran 2013/2014 dalam Menjaga Tradisi dan Menyikapi Modernisasi Pendidikan”, Skripsi, Fakultas

IlmuTarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang, 2014, 9-79.

Page 19: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

12

Penelitian ini berfokus pada kebijakan pendidikan yang diterapkan di

pesantren, dalam rangka untuk tetap mempertahankan tradisi pendidikan dan upaya

menyikapi modernisasi pendidikan di Pondok Pesantren Al-Badi’iyah. Berbeda

dengan apa yang akan penulis teliti, peneliti lebih terfokus pada kebijakan

pendidikan pesantren tentang pengembangan kurikulum yang dituangkan ke dalam

aktivitas pendidikan pesantren yang tercantum di website resmi pondok pesantren

Maslakul Huda Kajen. Perlu diketahui, pondok pesantren putri Al-Badi’iyah

merupakan bagian dari lembaga non formal pondok pesantren Maslakul Huda.

Sehingga sejarah berdirinya pesantren putri Al-Badi’iyah tidak dapat dipisahkan

dengan keberadaan pondok pesantren Maslakul Huda.

Penelitian yang dilakukan oleh Uzair Albi Sholih dari Universitas Islam

Indonesia 2018 yang berjudul “Kegiatan Pondok Pesantren As-Sholihiyah dalam

Meningkatkan Pendidikan Islam di Dusun Kepuh Kecamatan Gerih Kabupaten

Ngawi Jawa Timur”. Rumusan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah a)

Apa saja aktivitas yang dilakukan Pondok Pesantren Aṣ-ṣoliḥiyah dalam

meningkatkan Pendidikan Agama Islam di Dusun Kepuh Kecamatan Gerih

Kabupaten Ngawi? b) Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat

dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren Assolihiyah

Dusun Kepuh Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi?. Penelitian ini adalah berupa

penelitian kualitatif sifatnya deskriptif. Untuk memperoleh data yang diperlukan

dalam penelitian ini dilakukan berbagai metode, di antaranya: observasi,

wawancara/interview dan dokumentasi. Adapun metode analisis datanya

Page 20: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

13

menggunakan teori Miles dan Huberman, yaitu: reduksi data, penyajian data,

penarikan kesimpulan dan verifikasi data.2

Penelitian ini berfokus pada kegiatan yang dilakukan Pondok Pesantren As-

solihiyah dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam di dusun Kepuh kecamatan

Gerih kabupaten Ngawi. Berbeda dengan apa yang akan penulis teliti, peneliti lebih

terfokus pada kebijakan pendidikan tentang pengembangan kurikulum pesantren

yang dituangkan ke dalam aktivitas pendidikan.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Musyrif Kamal J.H. dari Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015 yang berjudul “Sistem

Pendidikan Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Life Skill Santri”. Rumusan

masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah a) Bagaimana sistem pendidikan di

Pondok Pesantren Anwarul Huda Karang Besuki Malang dalam meningkatkan life

skills santri? b) Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat sistem Pondok

Pesantren Anwarul Huda Karang Besuki Malang dalam meningkatkan life skills

santri?. Penelitian ini adalah berupa penelitian kualitatif, sebab itu pendekatan yang

dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif dengan memakai bentuk studi kasus.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dilakukan

berbagai teknik atau metode pengumpulan data, di antaranya: observasi, wawancara

atau interview dan dokumentasi. Adapun metode analisis datanya menggunakan:

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.3

Penelitian ini berfokus pada pendidikan keterampilan/ life skills. Berbeda

dengan apa yang akan penulis teliti, peneliti lebih terfokus pada aktivitas pendidikan

2 Uzair Albi Sholih, “Kegiatan Pondok Pesantren As-Sholihiyah dalam Meningkatkan Pendidikan Islam

di Dusun Kepuh Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Jawa Timur” Skripsi, Fakultas Ilmu Agama Islam

Universitas Islam Indonesia, 2018, 5-34. 3 Musyrif Kamal J.H. “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Life Skill Santri”,

Skripsi, Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015, 7-45.

Page 21: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

14

pesantren secara keseluruhan. Judul ini merupakan bagian dari aktivitas pendidikan

yang akan dibahas ke dalam kebijakan pendidikan pesantren Al-Badi’iyah Kajen.

Tabel 1. Telaah Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Iin Setyani

(IAIN

Walisongo

Semarang

2014)

“Analisis

Kebijakan

Pendidikan

Pondok

Pesantren Putri

Al-Badi’iyah

Kajen-

Margoyoso-Pati

Tahun Ajaran

2013/2014

dalam Menjaga

Tradisi dan

Menyikapi

Modernisasi

Pendidikan”.

Sama-sama

membahas

tema

pendidikan

dalam dunia

pesantren.

Kebijakan yang

dibahas dalam

penelitian ini lebih

fokus kepada

kebijakan

pendidikan dalam

upaya

mempertahankan

tradisi (pengajaran

kitab kuning,

metode

pembelajaran,

kepemimpinan

pengasuh) dan

menyikapi

modernisasi ( dalam

bentuk bangunan

fisik, sarpras,

organisasi pondok

pesantren,

kurikulum

pendidikan, dll).

Sedangkan tema

yang diangkat oleh

penulis lebih fokus

kepada

implementasi

kurikulum

pendidikan

pesantren yang

dituangkan ke dalam

aktivitas pendidikan

pesantren, bukan

kebijakan secara

keseluruhan.

Page 22: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

15

2 Uzair Albi

Sholih (UII

2018)

“Kegiatan

Pondok

Pesantren As-

Sholihiyah

dalam

Meningkatkan

Pendidikan

Islam di Dusun

Kepuh

Kecamatan

Gerih

Kabupaten

Ngawi Jawa

Timur”

Penelitian ini

berfokus pada

kegiatan yang

dilakukan

Pesantren

dalam

meningkatkan

Pendidikan

Agama Islam.

Penelitian ini

membahas tentang

kegiatan pesantren

dalam

menumbuhkan

pendidikan Agama

Islam. Berbeda

dengan apa yang

akan penulis teliti,

peneliti lebih

terfokus pada

implementasi

pendidikan tentang

kurikulum pesantren

yang dituangkan ke

dalam aktivitas

pendidikan.

3 Musyrif

Kamal J.H.

(UIN

Maulana

Malik

Ibrahim

Malang

2015)

“Sistem

Pendidikan

Pondok

Pesantren dalam

Meningkatkan

Life Skill

Santri”

Judul ini

merupakan

bagian dari

aktivitas

pendidikan

yang akan

dibahas ke

dalam

implementasi

kurikulum

pendidikan

pesantren.

Fokus utama

penelitian ini adalah

pendidikan

keterampilan dan

tidak membahas

aktivitas pendidikan

pesantren secara

keseluruhan.

B. Kajian Teori

1. Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada di

Indonesia dengan tujuan sebagai wadah pendalaman ilmu-ilmu agama serta

Page 23: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

16

diakui keberadaannya sebagai lembaga yang berperan penting dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Terkait dengan istilah pesantren, Mujamil Qomar mengungkapkan

bahwa:,

“Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren bisa disebut dengan

pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren.

Secara esensial, semua istilah tersebut mengandung makna yang sama,

namun juga terdapat sedikit perbedaan. Pondok dapat diartikan sebagai

asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari sehingga dapat

dipandang sebagai pembeda antara pondok dan pesantren.”4

Pesantren yang dimaksud di sini adalah lembaga pendidikan yang

hanya menyelenggarakan proses pembelajaran tanpa menyediakan tempat

tinggal untuk para santrinya. Secara terminologi, pesantren adalah lembaga

pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya

moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.5

Abdurrahman Wahid mendefinisikan pesantren secara teknis sebagai

a place where santri (student) live. Sedangkan Abdurrahman Mas’ud

menuliskan: the word pesantren stems from “santri” which means one who

seeks Islamic knowledge.Usually the word pesantren refers to a place where

the santri devotes most of his or her time to live in and acquire knowledge.6

Kata pesantren berasal dari “santri” yang berarti seseorang yang mencari

pengetahuan Islam. Pada umumnya, kata pesantren menunjukkan sebuah

tempat di mana santri lebih banyak mencurahkan hidupnya atau waktunya

untuk tinggal dan belajar pengetahuan.

4 Mujamil Qomar, Pesanten dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta:

Erlangga, 2002), 1. 5 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem

Pendidikan Pesantren, 55. 6 Ismail SM, “Pengembangan Pesantren Tradisional: Sebuah Hipotesis Mengantisipasi Perubahan

Sosial”, dalam Ismail SM (eds.), Dinamika Pesantren dan Madrasah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 50.

Page 24: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

17

Hal itu menunjukkan bahwa selain berperan sebagai lembaga

pendidikan yang menyelenggarakan proses pembelajaran, pesantren juga

berperan sebagai lingkungan pendidikan sehingga proses pembelajaran

mencakup keseluruhan aspek pendidikan.

Secara historis-antropologis, lembaga pendidikan pesantren tidak dapat

dipisahkan dari kultur masyarakat Indonesia yang sangat majemuk.

Pesantren dari sudut historis-kultural dapat dikatakan sebagai pusat pelatihan

dan bimbingan bagi generasi bangsa yang senantiasa mewarnai dinamika

kebudayaan masyarakat.7

Basis pesantren yang bermula dari pedesaan, semakin berkembang

pesat memasuki dunia perkotaan yang terkesan dengan kemewahan dan

kebebasan. Sampai saat ini, pesantren masih memiliki pengaruh kuat dalam

membentuk tatanan sosial, kultural, politik, dan keagamaan bagi orang-orang

Jawa dan Madura di sekitar pedesaan. Pengaruh kuat lembaga pesantren

memang tidak lepas dari gambaran tentang aspek kesederhanaan dan

keikhlasan dalam menimba ilmu agama dan pengetahuan umum lainnya.

b. Kategori Pondok Pesantren

Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai ciri-ciri tersendiri,

pesantren memiliki tradisi keilmuan yang berbeda-beda dengan tradisi

keilmuan lembaga-lembaga lain. Adapun pesantren-pesantren tersebut dapat

dikategorikan dalam tiga model8, yaitu:

1) Model pesantren tradisional yang masih mempertahankan sistem

salafiyahnya, dan menolak intervensi kurikulum dunia luar.

7 Mohammad Takdir, Modernisasi Kurikulum Pesantren: Konsep dan Metode Antroposentris

(Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), 23.

8 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem

Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 143.

Page 25: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

18

2) Model pesantren yang sudah lebur dengan modernisasi. Ada kurikulum

salafiyah dan ada pula kurikulum umum. Tetapi karena tuntutan

popularisme sosial terlalu dituruti akhirnya karakteristik

kepesantrenannya hilang begitu saja.

3) Model pesantren yang mengikuti proses perubahan modernitas, tanpa

menghilangkan sistem kurikulum lama yang salafi.

c. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren

Selama kurun waktu panjang, pondok pesantren telah memperkenalkan

dan menerapkan beberapa metode, di antaranya:

1) Metode wetonan/bandongan

Metode weton atau bandongan adalah cara penyampaian ajaran

kitab kuning di mana seorang guru (kiai/guru) membacakan dan

menjelaskan isi ajaran kitab kuning tersebut, sementara santri

(murid/siswa) mendengarkan, memaknai dan menerima. Dalam metode

ini guru berperan aktif, sementara murid bersikap pasif.9

Pelaksanaan metode ini yaitu: kiai membaca, menerjemahkan,

menerangkan dan seringkali mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab

tanpa harakat (gundul). Santri dengan memegang kitab yang sama,

masing-masing melakukan pendhabitan harakat kata langsung di bawah

kata yang dimaksud agar dapat membantu memahami teks.

Metode bandongan atau weton adalah sistem pengajaran secara

kolektif yang dilakukan di pesantren. Disebut weton karena

berlangsungnya pengajian itu merupakan inisiatif kiai sendiri, baik

dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya.

9 Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pengembangan Pondok Pesantren (Jakarta:

Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003), 44.

Page 26: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

19

Disebut bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang

diikuti oleh seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari kiai

dalam pengajian itu disebut halaqoh. Prosesnya adalah kiai membaca

kitab dan santri mendengarkan, menyimak bacaan kiai, mencatat

terjemahan serta keterangan kiai pada kitab atau biasa

disebut ngesahi atau njenggoti.

2) Metode Sorogan

Dalam metode sorogan, santri yang menyodorkan kitab yang akan

dibahas dan sang guru mendengarkan, setelah itu sang guru memberikan

komentar dan bimbingan yang dianggap perlu bagi santri. Metode

sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode

pendidikan Islam tradisional sebab sistem ini menuntut kesabaran,

kerajinan, ketaatan dan disiplin para santri. Kendati demikian metode ini

diakui paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada

kesempatan untuk tanya jawab langsung.10

Inti metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar

mengajar secara face to face antara kiai dan santri. Keunggulan metode

ini adalah kiai secara pasti mengetahui kualitas anak didiknya, bagi

santri yang IQ nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran,

mendapatkan penjelasan yang pasti dari seorang kiai. Kelemahannya

adalah metode ini membutuhkan waktu yang sangat banyak.

Meskipun sorogan ini dianggap statis, tetapi bukan berarti tidak

menerima inovasi. Malah menurut Suyoto, metode ini sebenarnya

konsekuensi daripada layanan yang ingin diberikan kepada santri.

10

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah pendidikan Era Rosulallah sampai

Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 287.

Page 27: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

20

Berbagai usaha dewasa ini dalam berinovasi dilakukan justru mengarah

kepada layanan secara indivual kepada anak didik.

Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian serta

kecakapan seseorang.

3) Metode hafalan

Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara

menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan

kiai/ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan

dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian

dihafalkan di hadapan kiai secara periodik atau insidental tergantung

kepada petunjuk kiai yang bersangkutan.

Metode hafalan melibatkan sejumlah bacaan setiap pelajar harus

membaca bahan-bahan tersebut kemudian berusaha memahaminya dan

menyimpannya dalam memori dengan cara mengulang-ulang bahan

bacaan tersebut terus menerus dalam interval tertentu yang tidak begitu

lama. Ingatan-ingatan jangka pendek sering kali diasosiasikan dengan

pengalaman. Peran metode hafalan dalam transformasi pengetahuan ini

dapat dibedakan menjadi dua:11

Metode pembelajaran hafalan terkait dengan proses mengingat.

Mengingat (remembering) merupakan kategori pertama dari enam

kategori proses kognitif Benjamin S. Bloom. Tujuan pembelajaran

kategori ini adalah menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi

pelajaran sama seperti materi yang diajarkan. Dalam kategori ini

menghafal merupakan proses mengingat kembali (recalling), di mana

11

Lorin W. Anderson dan David R Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran

dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010), 99-104.

Page 28: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

21

dalam prosesnya siswa mencari informasi di memori jangka panjang

(long term memory) dan membawa informasi tersebut ke memori kerja

(working memory) untuk diproses.12

Hafalan (tahfizh) merupakan sebuah metodologi pengajaran,

hafalan pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran nadzam (syair),

bukan natsar (prosa); dan itupun pada umumnya terbatas pada ilmu

kaidah Bahasa Arab, seperti Nadhm Al-„Imrithi, Al-Fiyyah Ibn Malik,

Nadhm Al-Maqsud, Nadhm Jawahir Al Maknun, dan lain sebagainya.

Namun demikian, ada juga beberapa kitab prosa (natsar) yang dijadikan

sebagai bahan hafalan melalui sistem pengajaran hafalan. Dalam

metodologi ini biasanya santri diberi tugas untuk menghafal beberapa

bait atau baris kalimat dari sebuah kitab, untuk kemudian

membacakannya di depan kiai/ ustadz.13

4) Metode musyawarah/ bahtsul masa'il

Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul

masa'il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan

metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah

tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh kiai atau

ustadz, atau mungkin juga senior, untuk membahas atau mengkaji suatu

persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya,

para santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau

pendapatnya.

Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran

pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis

12

Ibid., 13

Amin Haedari dan Abdullah Hanif, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Kompleksitas Global (Jakarta: IRD Press, 2004), 17.

Page 29: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

22

pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan

oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang

diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk

memperoleh kebenaran. Dalam diskusi selalu ada suatu pokok yang

dibicarakan. Dalam percakapan itu diharapkan para pembicara tidak

menyimpang dari pokok pembicaraan. Mereka harus selalu kembali

kepada pokok masalahnya. Pada hakikatnya diskusi berbeda dengan

percakapan, situasi lebih santai kadang diselingi dengan humor. Dalam

diskusi, semua anggota turut berpikir dan diperlukan disiplin yang

ketat.14 Hal lain yang dinilai adalah pemahaman terhadap teks bacaan,

juga kebenaran dan ketepatan peserta dalam membaca dan

menyimpulkan isi teks yang menjadi persoalan atau teks yang menjadi

rujukan.

d. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren

Di antara cita-cita pendidikan pesantren yaitu latihan untuk dapat

berdiri sendiri dan membina diri agar tidak menggantungkan sesuatu kepada

orang lain kecuali kepada tuhan. Para kiai selalu menaruh perhatian dan

pengembangan watak pendidikan individual, murid dididik sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan dirinya. Maka, tujuan pendidikan tidak

semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-

penjelasan, tetapi untuk meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi

semangat menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan

14

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), 208.

Page 30: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

23

sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, serta menyiapkan para

murid diajar mengenai etika agama di atas etika-etika yang lain.15

Mengenai tujuan pendidikan pesantren, Wan Moh Nor Wan Daud

mengatakan bahwa pesantren bukan hanya untuk melatih pikiran, melainkan

juga melatih keseluruhan potensi sebagai manusia. Pesantren tidak hanya

berimplikasi pada pengajaran ataupun transmisi pengembangan ilmu, tetapi

juga melatih keseluruhan pribadi santri. Guru bukan hanya seorang pengajar

yang mentransfer ilmu, melainkan juga sebagai pendidik yang melatih jiwa

dan kepribadian. Memang harus diakui bahwa mu‟allim tidak dapat

mencapai murabbi dengan baik, tetapi ia harus diberi konotasi etis yang

dalam dunia modern telah berubah menjadi sesuatu yang terpisah secara total

dari pengajaran transmisi ilmu.16

Sementara itu, Arifin menyatakan bahwa setidaknya terdapat empat

tujuan penting berdirinya pendidikan pesantren. Pertama, untuk

membimbing manusia agar mampu menjadi khalifatullah fi al-ardhi

sehingga tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan fitrah manusia itu

sendiri. Kedua, membimbing manusia secara keseluruhan agar memiliki

kepribadian dan budi pekerti yang baik dan sesuai dengan tuntunan ajaran

agama. Ketiga, membimbing dan membina potensi akal, jiwa dan jasmani

manusia agar berjalan sinergis dalam memperkuat kedekatan kepada Allah

Swt. Keempat, membimbing manusia (santri) untuk menjadi pribadi muslim

yang ahli agama dan mampu mengamalkannya untuk masyarakat luas.17

15

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 2011), 45. 16

Mohammad Takdir, Modernisasi Kurikulum Pesantren: Konsep dan Metode Antroposentris, 39. 17

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Ulama) (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1995), 248.

Page 31: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

24

2. Kurikulum

a. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren

Dalam konteks pendidikan di pesantren, menurut Nurcholish Madjid,

istilah kurikulum tidak dikenal di dunia pesantren, terutama pada masa pra

kemerdekaan, walaupun sebenarnya materi pendidikan sudah ada dan

keterampilan itu ada dan diajarkan di pesantren. Kebanyakan pesantren tidak

merumuskan dasar dan tujuan secara eksplisit dalam bentuk kurikulum.

Tujuan pendidikan pesantren ditentukan oleh kebijakan kiai, sesuai dengan

perkembangan pesantren tersebut.18

Kurikulum khusus pesantren dialokasikan dalam muatan lokal atau

diterapkan melalui kebijaksanaan sendiri. Gambaran kurikulum lainnya

terlihat pada pembagian waktu belajar; para santri belajar keilmuan sesuai

dengan kurikulum yang ada di perguruan tinggi (sekolah) pada waktu-waktu

kuliah. Selebihnya, dengan jam pelajaran yang padat dari pagi sampai

malam, dimanfaatkan untuk mengkaji ilmu Islam khas pesantren (pengajian

kitab klasik).19

Pengertian kurikulum dari waktu ke waktu senantiasa mengalami

perkembangan, yaitu dari pengertian yang sederhana, sempit dan tradisional,

hingga pada pengertiannya yang lebih luas, canggih dan modern. Dilihat dari

segi rumusannya, kurikulum pendidikan Islam bisa dikatakan tergolong

sederhana atau tradisional, karena yang dibicarakan hanya masalah ilmu

pengetahuan atau ajaran yang diberikan. Namun dilihat dari segi ilmu yang

diajarkannya serta tempat berlangsungnya pengajaran tersebut dikatakan

18

Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), 59. 19

Ainurrafiq, “Pesantren dan Pembaharuan: Arah dan Implikasi”, dalam Abuddin Nata, Sejarah

Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Islam di Indonesia (Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2001), 155.

Page 32: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

25

amat luas, mendalam dan modern, karena bukan hanya mencakup ilmu

agama saja, melainkan juga ilmu yang terkait dengan perkembangan

intelektual, keterampilan, emosional, sosial dan lain sebagainya.20

KH. Abdurrahman Wahid menegaskan dalam bukunya bahwa

kurikulum pendidikan pesantren selama ini memperlihatkan sebuah pola

yang tetap. Pola-pola tersebut dapat diringkas dalam beberapa bagian.

Pertama, kurikulum dimaksud untuk mencetak ulama. Kedua, struktur dasar

kurikulum berupa pengajaran ilmu agama dalam segenap tingkatan dan

pemberian pendidikan dalam membentuk bimbingan kepada santri secara

pribadi oleh kiai. Ketiga, secara keseluruhan, kurikulum yang ada berwatak

lentur atau fleksibel. Artinya, setiap santri mempunyai kesempatan untuk

menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,

bahkan pada pesantren yang memiliki sekolah sekalipun.21

Pada sebagian pesantren terutama pada pesantren-pesantren lama,

istilah kurikulum tidak dapat ditemukan, walaupun materinya ada di dalam

praktek pengajaran, bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam

kehidupan sehari-hari di pesantren. Bahkan dalam kajian atau hasil

penelitian pembahasan kurikulum secara tematik jarang ditemukan, seperti

jika kita melihat hasil penelitian Karel A. Steenbrink. Tentang pesantren,

ketika membahas sistem pendidikan pesantren, lebih banyak mengemukakan

sesuatu yang bersifat naratif, yaitu menjelaskan interaksi santri dan kiai serta

gambaran pengajaran agama Islam, termasuk Al-Qur’an dan kitab-kitab

yang dipakai sehari-hari.22

20

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 129. 21

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi (Yogyakarta: LkiS, 2001), 145. 22

Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern (Jakarta :

LP3ES, 1994), 10-20.

Page 33: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

26

Oleh sebab itu menurut Kafrawi, yang dimaksud dengan kurikulum

pesantren adalah seluruh aktifitas santri sehari semalam, yang kesemuanya

itu dalam kehidupan pesantren memiliki nilai-nilai pendidikan.23

Menurut

pendapat di atas, pengertian kurikulum tidak sekedar sesuatu yang berkaitan

dengan materi pelajaran akan tetapi di luar pelajaran banyak kegiatan yang

memiliki nilai pendidikan dilakukan di pesantren, seperti latihan hidup

bermasyarakat, ibadah dengan tertib, hidup dengan sederhana, mengurus

kebutuhan hidup mandiri dll.

b. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam

Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat

dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi

pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta

didik dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.24

1) Orientasi pelestarian nilai-nilai

Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai

yang turun dari Allah Swt. yang disebut dengan nilai ilahiah, dan nilai

yang tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia yang disebut

dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk

norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan

melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum

pendidikan selanjutnya adalah memberikan situasi-situasi dan program

tertentu untuk tercapainya pelestarian kedua nilai tersebut, orientasi ini

memfokuskan kurikulum sebagai alat untuk tercapainya agent of

23

Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: Cemara Indah,. 1978), 52. 24

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

2006), 135.

Page 34: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

27

conservative dengan mempertahankan nilai-nilai yang baik, yang

keabadiannya telah teruji oleh sejarah. Dalam hal itu aktivitas kurikulum

harus memberikan nuansa-nuansa baru dalam memberikan wawasan

pelestarian dan pengembangan nilai-nilai dan dapat menempatkan

proporsi sebagaimana mestinya.25

2) Orientasi pada kebutuhan sosial

Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh

munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan, sehingga masyarakat

tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat walaupun

perkembangan itu tidak mancapai pada titik kulminasi. Hal ini karena

kehidupan adalah berkembang. Orientasi kurikulum adalah bagaimana

memberikan kontribusi positif dalam perkembangan sosial dan

kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu

menjawab dan mengejawantahkan masalah-masalah yang dihadapi

masyarakat.26

3) Orientasi pada tenaga kerja

Dengan pendidikan, pengalaman, dan pengetahuan seseorang

dapat bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerjanya.

Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin banyak saingan dan

jumlah perkembangan penduduk tidak seimbang dengan penyediaan

lapangan kerja.27

Sebagai konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk

memenuhi kebutuhan kerja. Setelah lulus dari lembaga sekolah, peserta

didik diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang

25

Ibid., 26

Ibid., 136. 27

Ibid., 138.

Page 35: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

28

profesional, produktif, kreatif, dan penuh inovatif, mampu

mendayagunakan sumber daya alam dan sumber daya situasi yang

mempengaruhi.28

4) Orientasi pada peserta didik

Orientasi ini memberikan kompas pada kurikulum untuk

memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat,

minat dan kemampuannya. Untuk merealisasikan orientasi pada

kebutuhan peserta didik, Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip

Ahmad Tafsir, 29

mengemukakan taxonomi dengan tiga domain, yaitu

domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik.

5) Orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pegetahuan dan

teknologi

Kemajuan suatu zaman ditandai dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta produk-produk yang dihasilkannya.

Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak lepas dari keterlibatan Iptek,

mulai dari kehidupan yang paling sederhana sampai pada kehidupan dan

peradaban yang paling tinggi. Tidak hanya itu saja, Iptek dapat

memanipulasi semua kehidupan manusia, sehingga tidak heran bila

terjadi nuansa-nuansa yang atas menjadi rendah, yang jauh menjadi

dekat.

Melihat kondisi seperti itu, tuntutan kita selanjutnya adalah

membuat dan mengaplikasikan kurikulum pendidikan yang selaras

dengan kemajuan Iptek. Hal tersebut bisa dilakukan dengan melandasi

kurikulum tersebut dengan nilai-nilai universal yang abadi, dan

28

Ibid.,139. 29

Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 71-

72.

Page 36: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

29

mengorientasikan pada futuristik dengan menelaah sejarah dan peristiwa

masa lalu untuk diantisipasi dan dibuat referensi pada perkembangan

masa depan.30

c. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum merupakan sistem yang aktif dan dinamis yang di

dalamnya terdapat energi untuk mengembangkan pola pikir anak didik dan

pola pikir pendidikan. Dalam pelaksanaannya, gerak kreativitas anak didik

sangat bergantung pada keadaan kurikulum yang telah direncanakan dan

dimanifestasikan dalam proses pembelajaran atau proses belajar mengajar.31

Dalam mengembangkan kurikulum, menurut Nana Syaodih

Sukmadinata, ada dua prinsip yang penting untuk diperhatikan, yaitu prinsip

umum dan prinsip khusus.

1) Prinsip-prinsip umum

Dari prinsip umum, kurikulum perlu mempertimbangkan

relevansi, yaitu relevansi keluar (eksternal) dan relevansi di dalam

kurikulum itu sendiri (internal). Relevansi ke luar adalah tujuan, isi, dan

proses belajar yang tercakup di dalam kurikulum hendaknya relevan

dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum

menyiapkan anak didik untuk hidup dan bekerja dalam masyarakat. Apa

yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan anak didik

untuk tugas tersebut. Kurikulum bukan hanya menyiapkan anak untuk

kehidupan sekarang, tetapi juga yang akan datang. Kurikulum juga

harus memiliki relevansi di dalam, yaitu ada kesesuaian atau konsistensi

30

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,143. 31

Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II) (Bandung: CV. Pustaka Setia,

2010), 195.

Page 37: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

30

antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses

penyampaian dan penilaian.32

Prisip kedua adalah fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memiliki

sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk

kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini, dan di tempat lain,

bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.

Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang

solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya

penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan,

dan latar belakang anak.33

Prinsip ketiga adalah kontinuitas, yaitu kesinambungan.

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara

berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena

itu, pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya

berkesinambungan antara satu tingkat kelas dan kelas lainnya, antara

satu jenjang dan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dan

pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak

bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara para

pengembang kurikulum sekolah dasar dengan SMPT, SMTA, dan

perguruan tinggi.34

Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan,

menggunakan alat sederhana dan biaya juga murah. Prinsip ini juga

disebut prinsip efisiensi. Betapa pun bagus dan idealnya suatu

kurikulum kalau menurut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat

32

Ibid., 33

Ibid., 34

Ibid.,

Page 38: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

31

khusus dan mahal harganya, kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar

dilaksanakannya.35

Prinsip kelima adalah efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut

harus murah, sederhana, dan murah, keberhasilannya tetap harus

diperhatikan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan

suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari

perencanaan pendidikan. kurikulum pada dasarnya berintikan empat

aspek utama yaitu: tujuan pendidikan, isi pendidikan, pengalaman

belajar, dan penilaian.36

2) Prinsip-prinsip khusus

Ada beberapa prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum.

Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi,

pengalaman belajar, dan penilaian.37

Prinsip khusus yang berkaitan dengan tujuan pendidikan

diturunkan menjadi tujuan kurikulum dibuat, lalu diturunkan lagi dalam

tujuan pembelajaran, lalu diturunkan lagi ke dalam tujuan diberikannya

mata pelajaran tertentu. Jika dalam mata pelajaran atau mata kuliah

terdapat metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam

proses pembelajaran, penerapan metode dan strategi pembelajaran pun

dirumuskan tujuannya, sehingga semua aktivitas dalam pelaksanaan

kurikulum memiliki tujuan jelas.38

Dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 3 terkait dengan tujuan

pendidikan nasional yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi

35

Ibid., 36

Ibid., 197. 37

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007), 152. 38

Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), 197.

Page 39: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

32

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. ”39

Salah satu tujuan pendidikan Islam dalam pengembangan

kurikulum adalah mewujudkan anak didik yang beriman dan bertakwa

maka indikator semakin kuatnya iman dan ketakwaan anak didik pun

hanya dapat dilakukan melalui evaluasi dan pengamatan. Dengan jalan

tersebut, kurikulum pendidikan Islam akan terus berkembang, terutama

dari segi isi dan substansi kurikulum yang bertujuan membentuk anak

didik yang cerdas dan terampil serta berakhlakul karimah dalam

hubungannya dengan Tuhan dan dengan sesama manusia.40

Merancang kurikulum berdasarkan pada nilai-nilai demokratis dan

berkeadilan, artinya isi, materi, metodologi dan substansi kurikulum

adalah mengembangkan watak anak didik yang menjunjung tinggi

demokratisasi kurikulum. Dengan demikian, bahan ajar dalam

kurikulum diupayakan, bahkan diharuskan, berisi materi-materi yang

memotivasi semua masyarakat untuk berpendidikan dan tidak

membenarkan kebijakan-kebijakan yang deskriminatif.41

Setiap bahan pelajaran berisi materi yang bersifat kognitif, afektif,

dan psikomotorik sehingga perkembangan yang dirasakan oleh anak

39

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, diakses pada

tanggal 9 Januari 2020 pukul 11.42 WIB. 40

Ibid., 199. 41

Ibid., 198.

Page 40: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

33

didik tidak hanya perkembangan intelektual, tetapi juga kedewasaan

emosional dan memiliki keterampilan yang bermanfaat untuk diterapkan

dalam kehidupannya. Adapun yang terus menerus diubah dan

dikondisikan adalah materi dan metodologi pelaksanaan kurikulum.42

Kurikulum yang disesuaikan dengan pengalaman belajar artinya

disinergikan dengan sifat jalur, jenjang, dan sejenisnya. Dengan

demikian, kurikulum akan bervariasi bergantung pada jenjang

pendidikan dan jenisnya, tetapi merupakan kelanjutan dari pengalaman

belajar anak didik.43

Pengembangan kurikulum yang memperhatikan prinsip linieritas

pendidikan dan pembelajaran berhubungan dengan relevansi kurikulum

dengan evaluasi. Evaluasi kurikulum tidak pada kurikulum itu sendiri.

Pengalaman belajar terus ditingkatkan, terutama dalam merangsang

intelektualitas anak didik, secara otomatis evaluasi terhadap kemampuan

akademik anak didik berkaitan secara langsung dengan pemberlakuan

kurikulum.44

d. Landasan Sosial-Budaya, Perkembangan Ilmu dan teknologi dalam

pengembangan kurikulum

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.

Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil

pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan mempersiapkan generasi muda

untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk

pendidikan, tetapi memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-

nilai untuk hidup. Bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut ke

42

Ibid., 198. 43

Ibid., 44

Ibid., 199.

Page 41: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

34

masyarakat. Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan

baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan

bagi kehidupan dalam masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan

segala karakteristik dan kekayaan budayanya, menjadi landasan dan

sekaligus acuan bagi pendidikan.45

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-

manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang

lebih bermutu, mengerti dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh

karena itu, tujuan, isi maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan

kondisi, karakteristik dan perkembangan masyarakat tersebut.

1) Pendidikan dan masyarakat

Ada 3 sifat penting pendidikan. Pertama, pendidikan mengandung

nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Kedua, Pendidikan diarahkan

pada kehidupan dalam masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan

dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat

pendidikan itu berlangsung.46

Kehidupan masyarakat berpengaruh terhadap proses pendidikan,

karena pendidikan sangat melekat dengan kehidupan masyarakat. Proses

pendidikan merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat.

Pelaksanaan pendidikan membutuhkan dukungan dari lingkungan

masyarakat, penyediaan fasilitas, personalia, sistem sosial budaya,

politik, keamanan dll. Setiap lingkungan masyarakat masing-masing

sistem sosial budaya yang berbeda. Sistem sosial mengatur pola

45

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005), 58. 46

Ibid.

Page 42: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

35

kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat, antara anggota

dan lembaga, serta antara lembaga dan lembaga.47

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Dalam arti yang

lebih mendasar, pendidikan merupakan suatu proses kebudayaan. Setiap

generasi muda menempatkan dirinya dalam urutan sejarah kebudayaan.

Proses pembudayaan tidak dapat berlangsung secara sendirian,

melainkan harus dalam interaksi dengan orang lain, interaksi dengan

lingkungan. Status dan peranan manusia dalam kelompok, apakah

kelompok usia, jenis kelamin, sekolah, pekerjaan, kemasyarakatan dll,

menentukan jenis interaksi dan partisipasinya dalam proses

pembudayaan.48

2) Perkembangan masyarakat

Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang. Mungkin

pada masyarakat tertentu perkembangannya sangat cepat, tetapi pada

masyarakat lainnya agak lambat bahkan lambat sekali. Karena adanya

pengaruh dari perkembangan teknologi, terutama teknologi industri

transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronika. Masyarakat

kita dewasa ini berkembang sangat cepat menuju masyarakat terbuka,

masyarakat informasi dan global. Mobilitas yang tinggi mempercepat

pertemuan antar suku dan antar bangsa, membuka daerah yang

terisolasi, meningkatkan pemerataan pembangunan.49

Pertemuan antar suku bangsa, antar bangsa, dan antar ras dengan

berbagai tradisi, kebudayaan, kemampuan masyarakat makin sering

terjadi. Maka terjadilah proses pembauran budaya, tradisi, nilai-nilai,

47

Ibid., 59-60. 48

Ibid., 60. 49

Ibid.. 61.

Page 43: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

36

pengetahuan, dll, malah terjadi pembauran suku, bangsa atau ras.

Beberapa yang mempengaruhi perkembangan masyarakat adalah:50

a) Perubahan pola pekerjaan

Contohnya : berubahnya dari kehidupan yang berpola agraris ke

pola kehidupan industri.

b) Perubahan peranan wanita

Contohnya : akibat emansipasi yang membuka kesempatan kepada

kaum wanita untuk memperoleh pendidikan dengan diperkuat

pandangan tentang kedudukan wanita.

c) Perubahan kehidupan keluar

Contohnya : banyaknya kegiatan di luar rumah, sehingga kondisi

keluarga kurang terurus.

3) Perkembangan ilmu pengetahuan

Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan berkembang dengan

pesat. Masa setelah abad pertengahan sering disebut zaman modern.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini banyak didasari oleh

penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba, seperti Thales,

Phytagoras, Leucipos, Demokritos, dan masih banyak yang lain.

Perkembangan ilmu pengetahuan modern tidak dapat dilepaskan dari

peranan ilmuwan muslim. Selama beberapa abad, sampai dengan abad

ke-13, pengembangan ilmu pengetahuan didominasi ilmuwan muslim.

Salah satu penyebab mundurnya perkembangan ilmu pengetahuan di

Negara-negara Islam adalah terjadinya perang antara Negara Arab dan

Eropa pada awal abad ke-14, sehingga tercampurnya dan tertukarnya

50

Ibid., 61-63.

Page 44: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

37

kebudayaan dan ilmu pengetahuan antara barat dan timur. Dengan

adanya perkembangan ilmu pengethauan tiap waktunya sehingga

mempengaruhi perkembangan kurikulum di dunia pendidikan.51

4) Perkembangan teknologi

Dari para ahli, kita sering mendengar pernyataan bahwa ilmu

bukan hanya untuk ilmu. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

pengembangan suatu ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan kepada

perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, melainkan juga diharapkan

dapat memberikan sumbangan kepada bidang-bidang kehidupan atau

ilmu yang lainnya. Sumbangan yang berupa penggunaan atau penerapan

suatu bidang ilmu pengetahuan terhadap bidang-bidang lain disebut

dengan teknologi. Teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk

memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware

dan software) sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau

membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.52

Perkembangan lain yang sangat penting dan banyak membawa

perkembangan pada teknologi lain adalah teknologi industri. Mulanya

teknologi ini berkembang secara individual dalam lingkaran kecil dan

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, kemudian berkembang

menjadi kongsi ditujukan untuk memenuhi lingkungan yang makin

meluas sampai berskala ekspor. Penemuan-penemuan di bidang ilmu

pengetahuan mempercepat pertumbuhan teknologi industri. 53

51

Ibid., 64. 52

Ibid., 66-67. 53

Ibid., 68

Page 45: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

38

5) Pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi

Ada beberapa bidang ilmu dan teknologi yang mempunyai

pengaruh sangat besar, baik secara langsung maupun tidak langsung,

terhadap kehidupan masyarakat. Bidang-bidang tersebut adalah

komunikasi, transportasi, mekanisasi industri dan pertanian, serta

persenjataan.

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki

manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan

mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori

baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan ke depannya akan

terus semakin berkembang. Akal manusia telah mampu menjangkau hal-

hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada

jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau

manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada pertengahan abad ke-20,

pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong

merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.54

Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,

terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu

merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum

seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik

54

Ibid., 75.

Page 46: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

39

dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.55

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung

maupun tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh

langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

memberikan isi/materi atau bahan yang akan disampaikan dalam

pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, menyebabkan perkembangan masyarakat,

dan perkembangan masyarakat menibulkan problema-problema baru

yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan.56

55

Ibid., 77. 56

Ibid., 78.

Page 47: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menilik rumusan masalah di atas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis, gambar dan bukan angka, yang mana data diperoleh

dari orang dan prilaku yang yang dapat diamati melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi, maka peneliti menganalisa dengan cara metode kualitatif.1

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.2

Apabila dilihat dari segi tempat penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam jenis

penelitian studi kasus. Dalam tradisi penelitian kualitatif dikenal terminologi studi kasus

(case study) sebagai sebuah jenis penelitian. Penelitian studi kasus menekankan kedalaman

analisis pada kasus tertentu yang lebih spesifik. Metode ini sangat tepat dipakai untuk

memahami fenomena tertentu di suatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula.

Misalnya, tentang metode pengajaran mata kuliah tertentu, di lembaga pendidikan tertentu

dalam waktu tertentu (yang masih dalam proses). Sebagaimana lazimnya perolehan data

dalam penelitian kualitatif, data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang

bersangkutan, baik melalui wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi.3

1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 6.

2 Ibid.

3Mudjia Rahardjo, Mengenal Lebih Jauh Tentang Studi Kasus, https://www.uin-

malang.ac.id/r/100501/mengenal-lebih-jauh-tentang-studi-kasus.html, diakses 10 Januari 2020 pukul 22.15

Page 48: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

41

Data yang diperoleh dari berbagai cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada

kalanya data yang diperoleh dari wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat

cara lain, seperti observasi, dan partisipasi. Di dalam studi kasus sangat tidak relevan

pertanyaan-pertanyaan seperti berapa banyak subjek yang diteliti, berapa sekolah, dan

berapa banyak sampel dan sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa sebagai varian penelitian

kualitatif, penelitian studi kasus lebih menekankan kedalaman subjek ketimbang banyaknya

jumlah subjek yang diteliti. Untuk memperoleh pengetahuan secara mendalam, data studi

kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dari semua pihak yang

mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Data atau informasi bisa dari banyak

sumber, tetapi perlu dibatasi hanya pada kasus yang diteliti. Untuk memperoleh informasi

yang mendalam terhadap sebuah kasus, maka diperlukan informan yang handal yang

memenuhi syarat sebagai informan, yakni maximum variety, yakni orang yang tahu banyak

tentang masalah yang diteliti, kendati tidak harus bergelar akademik tinggi.4

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat

pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan

manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagaimana yang lazim digunakan

dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin mengadakan penyesuaian terhadap

kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusia sebagai alat sajalah

yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah

yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu pada

waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti berperan serta pada situs penelitian dan

mengikuti secara aktif kegiatan-kegiatan di lapangan.5

4 Ibid.

5 Ibid., 9.

Page 49: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

42

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif yaitu sebagai peran utama. Peneliti

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada

akhirnya peneliti sebagai pelapor hasilnya.

C. Lokasi Penelitian

Dalam rangka mencari dan menelusuri data, penelitian ini akan dilakukan di Pondok

Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen, Pati, Jawa Tengah. Alasan penulis memilih lokasi

tersebut karena pendirian pesantren tidak lepas dari figur Kiai Sahal Mahfudz yang

merupakan penggagas fiqh sosial. Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah ini juga menyerap

berbagai pola pendidikan baru yang sekarang berkembang.6 Di antaranya, pendidikan

intelektual (menekankan pada pengkayaan dan pengkajian ilmu Nahwu), pendidikan

keterampilan (kursus ini meliputi ubudiyyah, pengembangan bahasa asing, komputer dll),

pendidikan sosial kemasyarakatan (dalam wujud kepedulian sosial jasmani dan ruhani).

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.7 Sehingga beberapa sumber data

yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Sumber data utama (primer) adalah pengambilan data dengan instrumen pengamatan,

wawancara, catatan lapangan dan penggunaan dokumen. Sumber data primer

merupakan data yang diperoleh langsung dengan teknik wawancara informan atau

sumber langsung. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data,8 antara lain:

6 https://maslakulhuda.net/index.php/category/lembaga/lembaga-non-formal/al-badiiyyah/ , pada tanggal 20

Desember 2019 pukul 10.47 WIB. 7Ibid., 157.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif: Kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2015), 187.

Page 50: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

43

a. Pengasuh pondok pesantren (melalui wawancara), karena beliau adalah orang yang

paling berpengaruh dalam perkembangan pendidikan di lembaga yang

dipimpinnya.

b. Pengurus pesantren (wawancara), pengurus merupakan orang yang bertugas untuk

mengatur program kegiatan para santri di pesantren.

c. Santri (wawancara), santri merupakan orang yang merasakan dampak dari aktivitas

pendidikan pesantren.

2. Sumber data tambahan (sekunder), adalah data yang digunakan untuk mendukung data

primer yaitu melalui studi kepustakaan, dokumentasi, buku, majalah, koran, arsip

tertulis yang berhubungan dengan obyek yang akan diteliti pada penelitian ini. Sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau dokumen9, antara lain:

a. Profil pondok pesantren putri Al-Badi’iyah

b. Struktur organisasi pondok pesantren putri Al-Badi’iyah

c. Data Ustadz/ustadzah

d. Data santri

e. Kajian, teori atau konsep yang berkenaan dengan aktivitas kebijakan pendidikan,

baik berupa buku, jurnal, artikel, opini, majalah, website dan karya tulis lainnya

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument. Berbeda dengan penelitian

kuantitatif di mana data yang akan diperoleh lebih tergantung kepada daftar pertanyaan

yang telah dirancang dan dibatasi sedemikian rupa dan daftar pertanyaan tersebut bisa

saja disampaikan ke responden melalui kurir, post atau telefon dalam penelitian kualitatif

kepiawaian seorang peneliti lapangan lah yang menentukan keberhasilan

9 Ibid.

Page 51: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

44

proses pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Metode observasi (observation) atau pengamatan adalah metode pengumpulan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung. Dalam

prakteknya observasi dibedakan menjadi dua, yaitu observasi langsung dan observasi

tak langsung. Suatu observasi disebut observasi langsung jika pengobservasian

dilakukan langsung terhadap objek aslinya, sedangkan observasi tak langsung adalah

jika observasi dilakukan terhadap skema, bagan, chart, maupun gambar atau replica dari

objek aslinya.10

Jenis observasi yang digunakan peneliti adalah secara langsung dan

tidak langsung. Kegiatan tersebut dapat berkenaan dengan mengamati secara langsung

di lapangan, terutama tentang letak geografis serta keadaan fisik pesantren. Karena

keterbatasan waktu dan kondisi di era pandemi, pengamatan secara tidak langsung

dilaksanakan dengan mengamati gambar kegiatan yang diposting di media sosial.

2. Metode dokumentasi, merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun

dan menganalisis dokumen-dokumen yang terkait, baik dokumen tertulis, gambar

maupun elektronik.11

Dokumentasi ini yaitu mengambil berbagai data-data yang ada di pesantren yang

berkaitan dengan aktivitas pendidikan yaitu tentang buku tata tertib, pedoman santri,

struktur organisasi, jadwal pengajaran dan juga gambar-gambar yang dibutuhkan

misalnya ketika wawancara dengan pengasuh, ustadz/ustadzah, pengurus, santri.

3. Metode Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan antara dua

orang di mana salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi

untuk suatu tujuan tertentu.12

10

Slamet Riyanto dan Aglis Andhita H., Metode Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian di Bidang Manajemen,

Teknik, Pendidikan dan Eksperimen (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), 28. 11

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 221. 12

Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan (Ponorogo: Nata

Karya, 2019), 59-60.

Page 52: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

45

Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, secara terstruktur dan

tidak terstruktur. Terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis

besar yang akan ditanyakan. Tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang disusun

secara terperinci. Pedoman wawancara yang sering digunakan adalah bentuk semi

struktur, yaitu perpaduan di antara keduanya.13

Dalam hal ini peneliti menggunakan

bentuk semi struktur, mulanya peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah

terstruktur dan tersusun rapi, kemudian dari pertanyaan tersebut satu persatu

diperdalam dengan pertanyaan yang mengacu kepada keterangan tindak lanjut

sehingga menjawab tentang pengembangan kurikulum di Pesantren Putri Al-

Badi’iyah.

F. Teknik Analisis Data

Setelah berbagai data terkumpul, maka untuk menganalisanya digunakan teknik

analisa deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data-data yang

terkumpul. Seperti disebutkan oleh Moleong dalam bukunya bahwa analisis data adalah

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja spirit yang

disarankan oleh data. Proses analisis data yang dilakukan peneliti adalah melalui tahap-tahap

sebagai berikut14

:

1. Pengumpulan data, dimulai dari berbagai sumber yaitu dari beberapa informan, dan

pengamatan langsung ataupun tidak langsung yang sudah dituliskan dalam catatan

lapangan, transkrip wawancara, dan dokumentasi. Setelah dibaca dan dipelajari serta

ditelaah maka langkah berikutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan

jalan membuat abstraksi. Abstraksi yang akan membuat rangkuman inti.

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 270. 14

Miles Mattew B dan Micahael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj., Tjejep R. R. (Jakarta:UI Press, 1992),

87.

Page 53: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

46

2. Proses pemilihan, yang selanjutnya menyusun dalam satu-satuan yang kemudian

diintegrasikan pada langkah berikutnya, dengan membuat koding. Koding merupakan

simbol dan singkatan yang ditetapkan pada sekelompok kata-kata yang bisa serupa

kalimat atau paragraf dari catatan di lapangan.

3. Tahap terakhir adalah pemeriksaan keabsahan data.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Agar data penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian

ilmiah maka perlu diadakan uji keabsahan data. Adapun teknik uji kreadibilitas data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus

negatif, dan membercheck.15

Namun, dalam penelitian ini peneliti menggunakan

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan kebenaran data.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara

lain dilakukan dengan:

1. Ketekunan atau keajegan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa

akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai contoh melihat sekelompok

masyarakat yang sedang olahraga pagi. Bagi orang awam olahraga adalah untuk

meningkatkan kebugaran fisik. Tetapi bagi peneliti kualitatif tentu akan lain

kesimpulannya. Setelah peneliti mencermati secara mendalam, olahraga pagi itu bagi

sekelompok masyarakat merupakan wahana untuk transaksi bisnis. Selanjutnya untuk

dapat memahami proses perdagangan narkoba, maka peneliti harus melakukan

pengamatan secara terus-menerus dan memahami bahasa-bahasa sandi mereka.

Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data?

15

Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan (Ponorogo: Nata

Karya, 2019), 90.

Page 54: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

47

Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek pengerjaan soal-soal ujian, atau

meneliti kembali tulisan dalam makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau

tidak. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan

kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak dan peneliti juga dapat

memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.16

2. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data di

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.17

Sedangkan

triangulasi yang digunakan untuk mengecek validitas data adalah dengan

menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan cara mengecek data serta

membandingkan data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini,

informasi yang dibandingkan adalah informasi yang diperoleh dari pengasuh,

pengurus dan santri di pondok pesantren.

3. Mengadakan member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data

yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data

yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga

semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan

berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu

melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka

peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data.18

16

Ibid., 93. 17

Ibid., 94. 18

Ibid., 97-98.

Page 55: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

48

H. Tahapan- tahapan Penelitian

Tahapan ini terdiri dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap

analisis data.19

1. Tahap Pra lapangan

Ada enam tahap yang harus dilakukan oleh peneliti, dalam tahapan ini ditambah dengan

satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Enam tahapan

tersebut, antara lain adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan

penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan

memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan lapangan

Tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:

a. Mengetahui latar penelitian dan persiapan diri

b. Memasuki lapangan

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data

3. Tahap analisis data

Tahap analisis data meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi,

dokumentasi, maupun wawancara mendalam dengan pengasuh, ustadz, pengurus dan

santri. Kemudian dilakukan penafsiran data yang sesuai dengan konteks permasalahan

yang diteliti. Selanjutnya pengecekan keabsahan dengan mengecek sumber data yang

diperoleh dan metode perolehan data yang benar-benar valid. Data yang valid adalah

dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan

dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan

pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu dilakukan konsultasi hasil

19

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 127-136.

Page 56: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

49

penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran-saran

demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut

dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan

kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

Page 57: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

50

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data Umum

1. Profil Pondok Pesantren

Pesantren Maslakul Huda yang lahir di tengah pergolakan perjuangan mengusir

penjajah dari bumi Nusantara dengan membawa keinginan luhur pendirinya supaya

memberikan sumbangsih kepada nusa, bangsa dan agama dalam wujud pembekalan

ilmu dan pembentukan watak serta kepribadian yang islami. Dalam pada itu, kebodohan

dan keterbelakangan membutuhkan insan-insan yang bertanggungjawab serta dapat

mengangkat kembali martabat bangsa.

Sesuai dengan pemikiran di atas maka pesantren Maslakul Huda secara umum

mengemas dan mewujudkannya dalam usaha-usaha sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar

b. Mengadakan kegiatan-kegiatan pendidikan dan keterampilan

c. Mengadakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan serta kegiatan-kegiatan lain

yang tidak bertentangan dengan tujuan.

Semula, PMH hanya terdiri atas pesantren putra yang didirikan oleh KH.

Mahfudh Salam pada tahun 1910. Seirama dengan perkembangan zaman dan

penerapan strategi baru, maka pada masa kepemimpinan KH MA. Sahal Mahfudh

didirikan pesantren puteri dengan nama Al-Badi’iyyah pada tahun 1972, dan Biro

Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) pada tahun 1979. Ketiganya

kemudian disebut sebagai lembaga operasional (LO) dari Pesantren Malakul Huda.1

1 Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 01/D/09-III/2020

Page 58: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

51

2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren

Penyelenggaraan pesantren putri ini berangkat dari keinginan ibu Hj. Nafisah

Sahal (Istri KH. Sahal Mahfudh). Semula keinginan ini tidak mendapati ijin, karena

pertimbangan beratnya mengurus santri putri.

Baru pada tahun 1972 pesantren ini didirikan, pertama dalam wujud musholla

kemudian ditambah dengan empat lokal lainnya. Saat ini pesantren putri sudah

mengalami perubahan fisik dari yang semula hanya terdiri dari mushola dan beberapa

kamar kini sudah menjadi bangunan yang layak dengan dua lantai yang dibangun

pada tahun 2000 M.

Selang beberapa tahun datanglah berbagai permintaan terutama dari santri putri

Mathaliul Falah yang pernah diajar Nyai Nafisah di madrasah. Mereka datang dengan

niatan menitipkan adik, keponakan bahkan anaknya di rumah Nyai Nafisah.

Sedangkan kondisi rumah tidak mungkin untuk menambah penghuni. Kali ini Nyai

Nafisah memiliki alasan lebih kuat untuk membangun pesantren putri. Namun Kiai

Sahal tetap pada pendirian kokoh dan memiliki pertimbangan yang matang. Tahun

berganti, berbagai aktivitas dan rutinitas berjalan dengan lancar. Sebagai seorang

pendidik yang berjiwa keibuan. Beliau sangat prihatin atas berbagai permintaan santri

putri untuk segera membuka pesantren putri di ndalem. Nyai Nafisah agak tertegun,

setelah kedua kalinya gagal dalam memohon restu kepada Kiai Sahal. Karena begitu

beratnya beban tersebut hingga pada malam harinya Nyai Nafisah bermimpi dengan

sosok kakek berperawakan ramping dan menggunakan udeng-udeng di atas kepalanya

sambil menyorotkan lampu senter yang digenggam di sebelah barat rumah. Setelah

diperhatikan, ternyata kakek itu tidak seorang diri. Betapa kagetnya Nyai Nafisah,

ternyata orang tua yang berada di belakang kakeknya itu adalah abahnya sendiri.

Belum sempat Nyai Nafisah menegur kedua orang tua tersebut, beliau telah sadar dari

mimpinya. Nyai Nafisah mendapatkan pemahaman bahwa kakek tersebut adalah Kiai

Page 59: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

52

Mahfudh, mertuanya sendiri. Perlu diketahui bahwa selama ini beliau belum pernah

melihat bapak mertuanya. Karena semenjak resmi menjadi bagian dari keluarga

Kajen, sang bapak mertua telah tiada.

Demikian cerita itu disampaikan kepada Kiai Sahal. Dan beliaupun menafsirkan

mimpi itu dengan sebuah izin pendirian pesantren putri yang kemudian diberi nama

Al-Badi’iyah.2

3. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren

Visi :

Menyiapkan sumber daya insani yang berkualitas melalui tafaqquh fiddin dan

pengembangan masyarakat

Misi :

a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dengan kompetensi

tafaqquh fiddin

b. Menyiapkan santri menjadi insan shalih akrom.3

Kebijakan umum pesantren putri tidak jauh berbeda dengan pesantren putra.

Secara umum pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik (santri)

menjadi mampu mendalami, menghayati dan mengembangkan Islam secara utuh serta

mampu mengelola lingkungan. Ada dua karakter yang ingin ditanamkan kepada para

santri. Pertama, sifat akrom yakni pribadi yang memiliki tingkat ketakwaan yang kuat

kepada Allah. Kedua, shalih yaitu pribadi yang mampu menjalankan peran sebagai

khalifatullah di muka bumi.4

2 Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 04/D/09-III/2020

3 Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 12/W/06-VI/2020

4 Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 02/D/09-III/2020

Page 60: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

53

4. Letak Geografis Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah terletak di Polgarut Utara Desa Kajen,

Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Desa Kajen sendiri berada

sekitar 18 km sebelah utara kota Pati dan sebelah selatan kota Tayu (pada peta akan

terlihat desa Kajen berada di atas kota Tayu).

PP Putri Al-Badi’iyah memiliki lokasi yang berbatasan dengan:

a. Sebelah utara berbatasan dengan kantor kecamatan Margoyoso Pati

b. Sebelah barat berbatasan dengan makam mbah Ahmad Mutamakkin

c. Sebelah selatan berbatasan dengan makam mbah Abdullah Salam

d. Sebelah timur berbatasan dengan Rumah Sakit Islam Pati.

Ditinjau dari segi geografis, posisi Kajen terhitung istimewa karena diapit oleh

kawasan sekitar perbukitan dan pantai. Sisi Barat Daya, desa ini berada di wilayah

perbukitan yang subur dengan hawa sejuk, di ketinggian 300 meter pada kaki Gunung

Muria. Sementara di sisi Timur Laut, desa ini berbatasan dengan tepian pantai yang

landai dengan perairan Laut Jawa yang tenang.

Dengan kondisi geografis yang unik membuat Kajen, memiliki dua kultur

sekaligus, kultur pesisir yang masyarakatnya terbuka juga kultur agraris yang

menitikberatkan pada sifat tekun dan rajin bekerja. Meski mewarisi dua kultur

tersebut, masyarakat Kajen tidak ada yang bekerja sebagai nelayan maupun petani.

Hal itu disebabkan tidak ada sepetakpun sawah karena luasannya yang sempit.

Masyarakat Kajen sendiri lebih memilih berprofesi sebagai pedagang. Konon, hal

tersebut merupakan warisan turun-temurun dari sesepuh Kajen, Kiai Haji Ahmad

Mutamakkin, tokoh yang mula-mula mengajarkan Islam di wilayah Kajen.5

5 Lihat Pada Lampiran Transkrip Observasi Nomor: 02/O/29-II/2020

Page 61: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

54

5. Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren

Dari pemaparan data terkait sarana dan prasarana di PP Putri Al-Badi’iyah

sangat baik, karena para santri telah mendapatkan fasilitas yang memadai sehingga

aktivitas pendidikan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Untuk lebih jelasnya

mengenai sarana dan prasarana yang ada di PP Putri Al-Badi’iyah dapat dilihat pada

transkrip dokumen terlampir dalam skripsi ini.6

6. Struktur Organisasi Pondok Pesantren

Struktur organisasi dibentuk guna memudahkan sistem yang telah ditentukan

agar sesuai dengan kinerja dan supaya tidak terjadi penyalahgunaan hak serta

kewajiban orang lain. Dalam penyusunan struktur organisasi di PP Putri Al-Badi’iyah,

diadakan pembagian tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Susunan

kepengurusan tersebut mempunyai tugas mengkoordinir seluruh kegiatan santri. Dan

yang menjadi tugas pokok dari pengurus adalah mengurus segala sesuatu yang

berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren baik intra kurikuler

maupun ekstra kurikuler. Setiap tahunnya mereka melakukan pergantian pengurus.

Organisasi ini merencanakan program kerja dan membuat pembagian tugas yang

dituangkan ke dalam peraturan. Supaya lebih jelas dalam memahami struktur maka

bisa melihat struktur yang terlampir.7

Untuk melaksanakan fungsi operasional sehari-hari Pesantren Putri Al-

Badi'iyyah memerlukan suatu tatanan kepengurusan yang sesuai dengan tingkat

kemampuan dan kebutuhannya. Adapun bidang kepengurusan terdiri dari:

a. Pengurus Harian

Ketua Umum, Ketua I, Ketua II, Sekretaris I, Sektretaris II, Bendahara I,

Bendahara II

6 Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 05/D/09-III/2020

7 Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 09/D/05-IV/2020

Page 62: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

55

b. Seksi – Seksi

1) Seksi Pendidikan

a) Sub. Jama’ah

b) Sub. Pengajian

c) Sub. Muroja’ah

2) Seksi Kebersihan & Perlengkapan

3) Seksi Media

4) Seksi Keamanan

5) Seksi Pendidikan Bahasa Arab (PBA)

6) Seksi Koperasi

7) Seksi Sosial Kesehatan

7. Keadaan Ustadz/ah dan Santri

a. Ustadz/ah

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus PP Putri Al-Badi’iyah,

jumlah ustadz maupun ustadzah atau tenaga pengajar sebanyak 12 orang yang

terdiri dari 8 ustadz dan 4 ustadzah. Adapun latar belakang pendidikannya

bervariasi, dari sekolah menengah sampai dengan pendidikan tinggi. Para ustadz

dan ustadzah ada yang bertempat tinggal di asrama pesantren, karena masih ada

yang nyantri , sedangkan sebagian lagi yang sudah berkeluarga tinggal di luar

pesantren, sebagian lagi merupakan tokoh masyarakat. Supaya lebih jelas, maka

bisa melihat tabel ustadz dan ustadzah sebagaimana yang terlampir.8

b. Santri

Berdasarkan data jumlah santri yang sedang menempuh pendidikan di PP

Putri Al-Badi’iyah sejumlah 164.9 Adapun dari jumlah tersebut selain mengikuti

8 Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 10/D/05-IV/2020

9 Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 07/D/05-IV/2020

Page 63: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

56

pendidikan non formal di pesantren, mereka juga mengenyam pendidikan formal

di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM).

Banyak diantara mereka yang berasal dari luar daerah dan yang terbanyak

adalah daerah Rembang, Jepara, Semarang, Blora dan sekitarnya. Pengelompokan

santri pada setiap kamarnya disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang sedang

ditempuh di sekolah formal dengan menyertakan 1 senior sebagai pendamping di

setiap kamarnya.

B. Deskripsi Data Khusus

1. Konsep Kurikulum Pendidikan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah

Kurikulum Pesantren

Pesantren Putri Al-Badi’iyah merupakan lembaga operasional (LO) dari Pesantren

Maslakul Huda. Pesantren Maslakul Huda yang lahir di tengah pergolakan perjuangan

mengusir penjajah dari bumi Nusantara dengan membawa keinginan luhur pendirinya

supaya memberikan sumbangsih kepada nusa, bangsa dan agama dalam wujud

pembekalan ilmu dan pembentukan watak serta kepribadian yang Islami. Dalam pada itu,

kebodohan dan keterbelakangan membutuhkan insan-insan yang bertanggungjawab serta

dapat mengangkat kembali martabat bangsa.10

Dalam penyelenggaraan pendidikan, penyusunan kurikulum oleh Pesantren Putri

Al-Badi’iyah bersifat independen yang artinya bahwa kurikulum disusun secara mandiri,

tidak berdasarkan pada pemerintah. Sifat kurikulum yang telah disusun tersebut bersifat

fleksibel yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pesantren.

Seperti yang telah disampaikan oleh Nuzul Nurhidayah selaku ketua umum Pesantren

Putri Al-Badi’iyah: Yang dilibatkan dalam pembuatan kebijakan adalah pengasuh/wakil

10

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 01/D/9-III/2020

Page 64: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

57

pengasuh, pembantu pengasuh, pengurus harian serta seksi Pendidikan beserta pengurus

lain.11

Organisasi pesantren yang terdiri dari jajaran pengurus mempunyai tugas pelaksana

guna mengkoordinir seluruh kegiatan santri. Selain berfungsi untuk melancarkan kegiatan

pesantren, secara pribadi juga dapat memberikan wawasan tersendiri kepada santri untuk

berfikir sebelum bertindak mengenai suatu keputusan.

Segala aktivitas yang dilakukan di dalam pesantren merupakan pendidikan, berbeda

halnya di sekolah, yang tidak mendapatkan pendidikan selama 24 jam secara utuh.

Pesantren merupakan pendidikan non formal atau bisa dikatakan sebagai pendidikan jalur

di luar sekolah yang memiliki tujuan khusus dalam pembentukan moralitas serta

menanamkan ilmu agama kepada santri. Sebagaimana hasil dokumentasi berikut:

Secara umum pendidikan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik

(santri) menjadi mampu mendalami, menghayati dan mengembangkan Islam secara

utuh serta mampu mengelola lingkungan. Ada dua karakter yang ingin ditanamkan

kepada para santri. Pertama, sifat akrom yakni pribadi yang memiliki tingkat

ketakwaan yang kuat kepada Allah. Kedua, shalih yaitu pribadi yang mampu

menjalankan peran sebagai khalifatullah di muka bumi. 12

Sesuai dengan pemikiran yang tertera di atas, maka secara umum Pesantren Putri

Al-Badi’iyah mengemas dan mewujudkannya dalam usaha-usaha sebagai berikut:

Mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar, mengadakan kegiatan-kegiatan

pendidikan dan keterampilan serta mengadakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan

serta kegiatan-kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan tujuan.13

Pesantren dibangun berdasarkan kebutuhan spiritual masyarakat untuk memperoleh

dasar pendidikan Islam. Oleh sebab itu selain mengenyam pendidikan non formal, santri

yang berasrama di Pesantren Putri Al-Badi’iyah juga mengenyam pendidikan formal.

Pesantren memberikan perhatian kepada setiap santri untuk sekolah formal klasikal yang

11

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/06-V/2020 12

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 02/D/09-III/2020 13

Ibid.,

Page 65: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

58

ada di lingkungan sekitar pesantren. Meskipun pesantren putri Al-Badi’iyah memberi

kebebasan untuk menentukan pilihannya, namun semua santri yang ada memilih untuk

menempuh pendidikan formalnya di Madrasah Mathali’ul Falah.14

Pengertian kurikulum tidak sebatas berkaitan dengan materi pelajaran akan tetapi

di luar pelajaran banyak kegiatan yang memiliki nilai pendidikan yang dilakukan di

Pesantren Putri Al-Badi’iyah seperti halnya latihan hidup bermasyarakat, ibadah dengan

tertib, hidup dengan sederhana, mengurus kebutuhan hidup mandiri dll. Di samping

mengenyam pendidikan non formal di Pesantren Putri Al-Badi’iyah, para santri diberi

kebebasan untuk menentukan pendidikan formal. Meskipun demikian mayoritas memilih

pendidikan formalnya di Madrasah Mathali’ul Falah.

Metode Pengajaran

Pesantren Putri Al-Badi’iyah sampai saat ini tetap konsisten dengan penerapan

metode pembelajaran yang digunakan oleh mayoritas pesantren. Seperti yang telah

dijelaskan oleh Muizatul Aini selaku pengurus sie. Pendidikan, bahwa:

Secara garis besar ada dua metode, yaitu bandongan dan sorogan. Terkadang

beberapa metode di terapkan oleh pengampu dengan sekreatif mungkin. Bisa

berupa lalaran, hafalan, diskusi dll.15

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa Pesantren Putri Al-Badi’iyah

menerapkan metode bandongan juga sorogan. Metode bandongan biasanya digunakan

dalam pembelajaran kitab kuning yang dilaksanakan pada hari Senin, Rabu, Kamis dan

Sabtu pagi oleh kelas Tsanawiyah dan hari Senin, Selasa, Kamis sore oleh kelas Aliyah.

Untuk metode sorogan dilaksanakan pada hari Kamis dan Sabtu jam 09.30-10.30 khusus

untuk kelas Tsanawiyah. Adapun jadwalnya bisa dilihat pada lampiran.16

Bandongan dan

pengajian kitab kuning itu sama. Cuman bandongan itu julukan khas dari pesantren.

14

Lihat Pada Lampiran Transkrip Observasi Nomor: 01/O/29-II/2020 15

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 06/W/15-V/2020 16

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 06/D/10-III/2020

Page 66: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

59

Untuk pengajian kitab kuning di pagi (khusus tsanawiyah) ataupun siang hari (khusus

aliyah) dilakukan dengan metode bandongan (santri memperhatikan dan menyimak).17

Pesantren Putri Al-Badi’iyah menggunakan istilah kata kajian Nahwu bukan

diniyah. Untuk pengajian bada Isya, mengkaji ilmu alat seperti Sorof Nahwu dan itu

untuk semua santri kecuali khusus untuk 3 aliyah.18

Adapun kitab yang dipelajari

menurut penjelasan dari pengurus sie. pendidikan:

Kelasnya dimulai dari tingkat satu (kitab: Mukhtashor Jiddan), tingkat dua (kitab

Jurumiyah), tingkat tiga (kitab Katsrowi mainnya di i’rob dan seringnya

menggunakan metode diskusi dengan mreteli kalimat kitab mulai dari huruf, i’rob,

Nahwu dan Shorofnya). Untuk tahun ini ada tambahan kelas spesial tingkat empat

dan ini khusus untuk kelas 3 aliyah. Kitab yang dikaji Fiqh, Tafsir dan Hadits

soalnya itu untuk kelulusan, jadi fokusnya kesitu.19

Metode lain yang digunakan dalam pengajaran di Pesantren Putri Al-Badi’iyah

adalah lalaran, hafalan, diskusi, halaqoh, dialog dll yang diterapkan sesuai dengan

kreativitas masing-masing pengampu dengan tujuan supaya dapat meminimalisir rasa

jenuh juga meningkatkan semangat dalam menuntut ilmu.

Di akhir kegiatan belajar mengajar tahun ajaran 2019/2020, pesantren yang

dibawahi yayasan Maslakul Huda termasuk salah satunya Pesantren Putri Al-Badi’iyah,

melaksanakan kebijakan baru terkait dengan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan

kondisi Covid-19. Pada tahun ini pesantren menyelenggarakan pengajian via online

dengan menggunakan aplikasi zoom. Secara umum pengajian ini terdiri dari 2 room

meeting yakni banin dan banat yang mana pembagian per-pertemuan disesuaikan dengan

kitab yang dikaji.20

Pesantren Putri Al- Badi’iyah mengambil sikap dengan memulangkan

para santri, juga memberlakukan karantina untuk para santri yang tidak pulang. Meskipun

di rumah saja, para santri tetap dapat mengikuti pengajian dan bermuwajahah dengan

guru-gurunya.

17

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/15-V/2020 18

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/15-V/2020 19

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/15-V/2020 20

Lihat Pada Lampiran Transkrip Observasi Nomor: 05/O/9-V/2020

Page 67: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

60

Materi yang Dikaji

Kurikulum inti yang berlaku di pesantren putri Al-Badi’iyah adalah kajian kitab

kuning. Seperti yang telah dijelaskan oleh bapak Ahmad Mutamakkin selaku pembantu

pengasuh bid. pendidikan, bahwa: “Keunggulan kurikulum yang menjadi ciri khas di

pesantren ini adalah pada ilmu alat (Nahwu dan Shorof) dan akhlak diajarkan. Santri

harus faham ilmu alat sebagai dasar untuk membaca kitab kuning.”21

Sebagaimana yang sudah dijelaskan, untuk mengkaji kitab kuning santri harus

faham dengan ilmu alat Nahwu dan Shorof sebagai dasar untuk membaca serta

memahami makna kandungan kitab kuning. Diharapkan bagi semua santri agar setelah

memahami kandungan kitab kuning dapat meningkatkan akidahnya serta menciptakan

pribadi yang berimtaq, sehingga dapat dijadikan bekal masa depan dalam kehidupan

bermasyarakat dan diharapkan agar santri Pesantren Putri Al-Badi’iyah bisa membaca

realitas sosial dengan berpedoman pada kitab kuning.

Menurut Nuzul Nurhidayah selaku ketua umum Pesantren Putri Al-Badi’iyah,

untuk perumusan materi yang dikaji itu utusan dari pengasuh bid.pendidikan namun

untuk kitab yang kita kaji itu tergantung pengampu pada waktu tersebut.22

Dari penjelasan tersebut dapat digaris bawahi, bahwa perumusan materi kitab

kuning di bawah koordinasi pengasuh bid.pendidikan, adapun untuk nama kitab yang

dikaji bisa berubah setiap tahun, tergantung pengampu yang akan mengkaji pada waktu

tersebut. Semua keputusan tersebut di bawah persetujuan pengasuh saat ini, yaitu Bu

Nyai Nafisah Sahal. Secara garis besar kitab kuning yang diajarkan adalah sebagai

berikut:23

21

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 12/W/06-VI/2020

22 Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/06-V/2020

23 Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 10/D/05-IV/2020

Page 68: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

61

Tabel 4.1

Kitab Kuning yang dipelajari di Pesantren Putri Al-Badi’iyah

Untuk pembagian waktu pembelajaran pesantren disesuaikan dengan kegiatan

belajar mengajar dari sekolah.24

Adapun materi yang dikaji untuk pengajian kitab kuning

di pagi (khusus tsanawiyah) ataupun siang hari (khusus aliyah) adalah مختار ,ا رشاد العباد

.الغيثقتر ,نظم المقصود في علم الصرف ,تعليم المتعلم ,عصفورية ,مختصر احياء علوم الدين ,الاحاديث النبوية25

24

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/06-V/2020 25

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 10/D/05-IV/2020

No Nama Kitab Keterangan

Kelas Tsanawiyah (Bandogan) ا رشاد العباد 1

Kelas 2 & 3Aliyah (Bandogan) مختار الاحاديث النبوية 2

Kelas Aliyah (Bandogan) مختصر احياء علوم الدين 3

Kelas Tsanawiyah (Bandogan) عصفورية 4

Kelas Aliyah (Bandogan) تعليم المتعلم 5

Semua Santri نظم المقصود في علم الصرف 6

Kelas Tsanawiyah (Bandogan) الغيثقتر 7

Kelas Tsanawiyah (Sorogan) فتح القريب 8

Kelas Tsanawiyah (Sorogan) فتح المجي 9

Kajian kitab kuning tingkat I مختصر جدا 10

Kajian kitab kuning tingkat II متن الأجرومية 11

Kajian kitab kuning tingkat III الكفراوي 12

Kajian kitab kuning tingkat IV تفسير الجلالين 13

Kajian kitab kuning tingkat IV تحفة الطلاب 14

Kajian kitab kuning tingkat IV بلوغ المرام 15

Page 69: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

62

Kitab-kitab tersebut membahas tentang ilmu-ilmu agama Islam, di antaranya ilmu Hadits,

Fiqh, Adab (Akhlak), Shorof, Tasawuf, dll. Materi yang dikaji dalam metode sorogan di

antaranya adalah فتح القريب (ilmu Fikih) dan فتح المجيد (ilmu Tasawuf).

Adapun kitab yang dipelajari dalam kajian Nahwu pada malam hari menurut

penjelasan dari pengurus sie. pendidikan adalah kitab Mukhtashor Jiddan (tingkat satu),

kitab Jurumiyah (tingkat dua), kitab Kafrawi (tingkat tiga). Untuk tahun ini ada tambahan

kelas spesial tingkat empat dan ini khusus untuk kelas 3 aliyah. Kitab yang dikaji Fiqh,

Tafsir dan Hadits soalnya itu untuk kelulusan, jadi fokusnya kesitu.26

Tujuan

penambahan kelas empat adalah menambah pematangan materi, dengan harapan santri

benar-benar memiliki kematangan dan lebih mudah memahami materi yang diajarkan

pada pendidikan formal yang menjadi tanggungan di kelas 3 aliyah khusus untuk

kelulusan.

Dalam membaca al-Quran, kitab thariqoh yang digunakan adalah metode

Yanbu’a.27

Bukan sekadar metode cara belajar membaca al-Qur'an, tapi juga menjadi

motivasi santri untuk terus belajar membaca al-Qur'an. Pentingnya belajar menggunakan

metode adalah belajar langsung dari ahli Quran, di antaranya yaitu mempunyai keilmuan

yang bersanad sampai pada Nabi Muhammad Saw.

Ada penekanan atas pentingnya pembelajaran di Putri Al-Badi’iyah. Selain kajian

kitab kuning yang terfokus kepada pendidikan intelektual, pesantren ini juga

memberlakukan pengembangan sosial. Adapun kegiatannya yaitu memberi bantuan

bencana alam: seperti banjir, gempa bumi, kerja bakti gotong royong membersihkan

masjid, menjenguk guru yang sakit, mengadakan ta’ziyah, mendata dan membacakan

bantuan surat Al Fatihah guna memberikan dukungan secara rohaniah terhadap sesama,

shalat jenazah dan shalat ghaib pada keluarga pesantren dan masyarakat yang meminta. 28

26

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/15-V/2020 27

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/15-V/2020 28

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/17-V/2020

Page 70: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

63

Dari penjelasan tersebut dapat digaris bawahi, bahwa perumusan kegiatan sosial di bawah

koordinasi pengurus bid.sosial, adapun kegiatan ini kondisional, bisa berubah setiap

tahun, tergantung agenda dan kebutuhan sosial.

Materi keterampilan yang menjadi fokus pembelajaran diantaranya yaitu

pengembangan bahasa asing, training tabligh, serta pengoperasian komputer.29

Program

keterampilan di pesantren ini dimaksudkan untuk menyediakan sarana memperoleh

ketrampilan yang diperlukan, guna mengasah bakat dan kemampuan diri untuk menjadi

bekal kehidupan setelah keluar dari pesantren nanti. Orientasi kehidupan pada kerja nyata

juga diharapkan akan dihasilkan oleh pendidikan ketrampilan di pesantren ini. Dari

penjelasan tersebut dapat digaris bawahi, bahwa perumusan materi di bawah koordinasi

pengurus bid.PBA dan bid.media.

Selain itu santri juga mendapatkan materi pembiasaan seperti sholat wajib

berama’ah, sholat dhuha, sholat tahajjud, ziarah makam, tahlil dan tawasul, membaca al-

qur’an, menaati tata tertib pondok pesantren, menjunjung tinggi nilai kebersamaan,

kebersihan, dan tanggung jawab, mengembangkan sifat dan sikap santri yang santun dan

bertatakrama baik. Semua hal yang ada di pesantren bernilai pendidikan. Setiap materi

dari berbagai aktivitas pendidikan merupakan hal penting untuk dipelajari

2. Bentuk Implementasi Kurikulum Pendidikan di Pondok Pesantren Putri Al-

Badi’iyah Kajen Pati

Visi, Misi dan Tujuan

Visi :

Menyiapkan sumber daya insani yang berkualitas melalui tafaqquh fiddin dan

pengembangan masyarakat

Misi :

29

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/2-VI/2020

Page 71: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

64

a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dengan kompetensi

tafaqquh fiddin

b. Menyiapkan santri menjadi insan shalih akrom.30

Kebijakan umum pesantren putri tidak jauh berbeda dengan pesantren putra. Secara

umum pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik (santri) menjadi

mampu mendalami, menghayati dan mengembangkan Islam secara utuh serta mampu

mengelola lingkungan. Ada dua karakter yang ingin ditanamkan kepada para santri.

Pertama, sifat akrom yakni pribadi yang memiliki tingkat ketakwaan yang kuat kepada

Allah. Kedua, shalih yaitu pribadi yang mampu menjalankan peran sebagai khalifatullah

di muka bumi.31

Secara tertulis, visi dan misi Pesantren Putri Al-Badi’iyah berdiri di bawah naungan

Yayasan Pesantren Maslakul Huda. Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah memiliki ciri

khas tersendiri yang menjadi keunggulan pondok pesantren, sehingga pemaparan visi dan

misi pesantren dirasa sangat penting untuk didokumentasikan secara independen dengan

tujuan supaya arah pendidikannya lebih jelas dan spesifik sebagai bentuk transparansi

pendidikan pesantren dengan masarakat.

Program Kerja

Dalam pesantren dibentuk organisasi yang terdiri dari susunan kepengurusan

pesantren yang bertugas mengkoordinir seluruh kegiatan santri. Setiap tahun mereka

melakukan pergantian serta melakukan pertanggung jawaban kegiatan. Organisasi ini

merencanakan program kerja dan membuat pembagian tugas yang telah disepakati

bersama pengasuh, kemudian dituangkan dalam peraturan-peraturan khusus. Misalnya

jadwal kegiatan, musyawarah, latihan pengembangan diri, tata tertib dan sebagainya.

30

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 12/W/06-VI/2020 31

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 02/D/09-III/2020

Page 72: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

65

Program kerja dari sie. pendidikan adalah menangani kegiatan yang berhubungan

dengan pendidikan dan murojaah.32

Kegiatan yang dibidangi di antaranya adalah

membiasakan santri untuk melaksanakan sholat lima waktu, sholat sunnah, tadarus qoblal

maktubah bittartil, lalaran manaqib dan qosidah munfarijah, membudayakan barzanji,

tahlil bersama, doa awal dan akhir tahun, menambah wawasan santri tentang agama

melalui kursus ubudiyah, pengajian kitab, kajian Nahwu, mengadakan lalaran Alfiyah,

tashil dan Shorof, dll.

Sie. pengembangan bahasa asing merupakan seksi kegiatan yang membidangi

keterampilan santri dalam berbahasa. Di antara kegiatannya yaitu mengadakan tabligh,

public speaking, talk more, masrohiyah serta membiasakan santri untuk berbahasa asing

pada hari-hari tertentu.33

Untuk kegiatan kursus public speaking sie. PBA diikuti oleh

seluruh santri kecuali 3 Aliyah dan untuk masrohiyah dll diikuti oleh seluruh santri.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Fadhilatul Wakhidah selaku perwakilan dari sie. PBA:

Itu teknis pelaksanaannya yang berbeda, masrohiyah itu seperti penampilan pensi

dengan ketentuan wajib berbahasa asing (Arab Inggris), kalo tabligh itu pidato, kalo

yang lain percakapan, dan tujuannya satu yaitu untuk menambah kemampuan

hafalan kosakata.34

Program yang diadakan oleh pihak pondok pesantren untuk mengembangkan

keterampilan santri oleh sie. media adalah jurnalistik, kursus microsoft dan bedah buku.35

Untuk jurnalistik bentuknya seperti membuat jurnal dengan menyediakan wadah untuk

menampung kreatifitas santri dalam literasi seperti pembentukan kru Asy Syifa’ guna

membantu penanganan bulletin Asy Syifa’. Kursus microsoft materinya tentang membuat

jurnal tersebut dan bedah buku dengan mendatangkan penulis secara langsung.

Sie. sosial dan kesehatan menangani kegiatan yang berhubungan dengan sosial dan

kesehatan. Menurut Luklu’ul Maknun selaku pengurus yang membidangi sie. sosial dan

32

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 11/D/06-IV/2020 33

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 12/D/06-IV/2020 34

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/27-V/2020

35 Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/2-VI/2020

Page 73: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

66

kesehatan: Program sosial di antaranya adalah memberi bantuan, kerja bakti, menjenguk

guru yang sakit, mengadakan ta’ziyah, mendata dan membacakan bantuan surat Al

Fatihah guna memberikan dukungan secara rohaniah terhadap sesama.36

Budaya sosial yang diterapkan pesantren kepada santri mengarahkan kepada

pembentukan karakter sosial serta menyadarkan diri santri sebagai makhluk yang

bermasyarakat. Dalam hal ini pendidikan pesantren yang mengarahkan kepada

pembentukan karakter sosial seperti memberi bantuan baik secara moral ataupun

material, menjaga kerukunan, bertanggung jawab , dan lain sebagainya.

Kegiatan di Pesantren

Pembelajaran yang dilakukan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah tergolong padat.

Selain belajar di sekolah formal dari pagi sampai jam setengah 12 siang (untuk Aliyah)

dan jam 12 siang sampai jam 5 sore (untuk Tsanawiyah), santri juga diwajibkan

mengikuti kegiatan pondok.37

Di pesantren, setiap waktu yang dimiliki santri

dipergunakan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Aktivitas santri di Pesantren Putri Al-Badi’iyah dimulai dengan tahajud, TQM,

sholat subuh berjama’ah dilanjutkan belajar bersama dan mengkaji kitab dengan materi

ajaran tajwid dan baca Al Qur’an. Setelah itu santri piket membersihkan kamar dan

membersihkan halaman pesantren bagi yang piket dan yang lain antri mandi serta

persiapan sekolah (untuk Aliyah) karena mereka harus menyesuaikan jadwal masuk.

Secara langsung santri akan terlatih dalam membudayakan disiplin dan antri dalam

melakukan setiap aktivitas. Setelah itu mereka harus mengikuti kegiatan belajar di

madrasah mulai pukul 07.30 sampai 12.30 WIB. Pengecualian pada hari Jumat, pada jam

06.00 santri melaksanakan ziarah ke komplek pemakaman waliyullah, Syekh Ahmad

Mutamakkin.38

36

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/17-V/2020 37

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 06/D/10-III/2020 38

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 06/D/10-III/2020

Page 74: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

67

Pada jam 08.30-09.30 WIB santri tingkat Tsanawiyah mengikuti kegiatan ngaji

bandongan. Sesudah itu para santri tingkat Tsanawiyah melakukan aktivitas seperti

mengikuti ekstrakulikuler madrasah, mengikuti kursus yang diadakan pesantren dan ngaji

sorogan.

Karena pertimbangan serta perkembangan yang terjadi di Pesantren Putri Al-

Badi’iyah dengan berbagai aktivitas baik secara kolektif maupun personal, maka banyak

di antara para santri yang tidak lagi melakukan liwetan ( masak sendiri ). Mereka ikut

makan kost pesantren dan tidak diperkenankan untuk membeli makanan lebih di luar

area.

Setelah makan siang mereka menggunakan jeda waktu untuk istirahat ataupun giat

pribadi kecuali pada hari tertentu ketika ada kegiatan mingguan. Setelah itu santri

mengikuti jamaah sholat Ashar. Selesai Sholat Ashar dilanjutkan dengan pengajian kitab

kuning bandongan untuk tingkat Aliyah dengan jadwal materi yang berbeda setiap

harinya. Pada jam 12.00-16.45 WIB santri tingkat Tsanawiyah mengikuti kegiatan belajar

mengajar di madrasah.

Menjelang Maghrib mereka terbiasa dengan budaya antri guna mengatur jam

mandi. Setelah sholat Magrib berjama’ah mereka melakukan berbagai kegiatan berbeda

di setiap harinya, di antara kegiatan tersebut meliputi talk more, hafalan, lalaran qoshidah

munfarijah, lalaran manaqib, yasin tahlil serta lalaran Alfiyah, tashil dan Shorof yang

masing-masing bertempat di mushola. Setelah jama’ah sholat Isya’ dan makan malam,

para santri mengkaji kitab Nahwu dan Shorof. Ketika tidak ada kegiatan rutin seperti

pengkajian kitab, tabligh/masrohiyah, barzanji, kursus bahasa Arab/Inggris, ngaji Al-

Qur’an dan muroja’ah serta jam kombongan (jam susulan bagi santri yang tidak mencapai

target hafalan) dan setelah itu dilanjutkan jam belajar dengan mengerjakan masing-

masing tugas yang diberikan oleh madrasah. Kemudian istirahat untuk melakukan

aktivitas kegiatan di hari esok.

Page 75: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

68

3. Penerapan Kurikulum Pendidikan di Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen

Pati

Selain kurikulum yang bermuatan seperti kitab kuning, para santri yang berasrama

di Pesantren Putri Al-Badi’iyah juga diberikan tambahan bekal ilmu pengetahuan, seperti

mengenai masalah sosial kemasyarakatan. Semua kegiatan tersebut tampak pada

beberapa aktivitas pendidikan yang terkandung dalam berbagai kebijakan pendidikan

yang terbagi menjadi 3 bidang, di antaranya:39

a. Pendidikan Intelektual

Pendidikan intelektual merupakan rangkaian pendidikan yang menjadi sarana

bagi santri untuk menanamkan pemahaman tentang ilmu pengetahuan. Pendidikan ini

merupakan corak utama pembelajaran yang diajarkan oleh Pesantren Putri Al-

Badi’iyah, di antaranya:

1) Pengajian Kitab Kuning

Pengajian kitab kuning dibagi menjadi 2 metode, yaitu bandongan dan

sorogan. Pengajian kitab kuning metode bandongan dibagi menjadi 2 marhalah.

Marhalah I untuk tingkat Tsanawiyah dilakukan pada hari Senin, Rabu, Kamis

dan Sabtu Pagi. dan marhalah II untuk tingkat Aliyah, dilaksanakan pada Sabtu,

Senin, Selasa dan Kamis sore. Adapun metode sorogan dilaksanakan pada hari

Kamis dan Sabtu oleh tingkat Tsanawiyah sesudah kajian kitab yang

menggunakan metode bandongan.

2) Membaca Al-Quran

Membaca Al-Quran adalah kegiatan rutin yang harus diikuti semua santri di

Pesantren Putri Al-Badi’iyah. Untuk mempelajari bacaan Al-Quran, menjaga dan

memelihara keseragaman bacaan, Pesantren Putri Al-Badi’iyah memakai metode

Yanbu’a. Kegiatan ini bertujuan melatih santri agar mampu membaca Al-Quran

39

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 02/D/09-III/2020

Page 76: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

69

dengan baik dan benar. Kegiatan membaca Al-Quran dilaksanakan pada setiap

hari ba’da Subuh kecuali hari Jumat.

3) Kajian Ilmu Nahwu

Setelah jama’ah sholat Isya’, para santri mengkaji kitab Nahwu dan Shorof.

Adapun kitab yang dipelajari dalam kajian Nahwu menurut penjelasan dari

pengurus sie. pendidikan adalah kitab Mukhtashor Jiddan (tingkat satu), kitab

Jurumiyah (tingkat dua), kitab Katsrowi (tingkat tiga). Untuk tahun ini ada

tambahan kelas spesial tingkat empat dan ini khusus untuk kelas 3 aliyah. Kitab

yang dikaji Fiqh, Tafsir dan Hadits soalnya itu untuk kelulusan, jadi fokusnya

kesitu.40

Tujuan penambahan kelas empat adalah menambah pematangan materi,

dengan harapan santri benar-benar memiliki kematangan dan lebih mudah

memahami materi yang diajarkan pada pendidikan formal yang menjadi

tanggungan di kelas 3 aliyah khusus untuk kelulusan. Dengan adanya kajian ilmu

Nahwu santri lebih terbiasa untuk memahami pembelajaran kitab kuning, jadi

santri lebih banyak memperoleh pelajaran kitab sehingga para ustadz/ah lebih

mudah dalam memberikan penjelasan.

4) Ceramah Ilmiah

Ceramah ilmiah yang dibawahi sie. media diselenggarakan dalam bentuk

bedah buku atau kajian mendalam tentang persoalan-persoalan tertentu, seperti

haid, nifas, falaq, kesehatan, dll dengan mendatangkan narasumber yang

berkompeten. Dari kegiatan ini santri benar-benar memahami dan mampu

mendalami persoalan yang dialaminya. Kegiatan ini dilaksanakan setahun

sekali untuk menambah wawasan santri dalam bidang literasi. Di sinilah

manfaat forum kajian khusus sebagai wahana sharing motivasi dan pengalaman.

40

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/15-V/2020

Page 77: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

70

Perpustakaan Pesantren bersama pengurus seksi media pesantren putri

Al-Badi’iyah mengadakan acara Ngaji Sastra dengan tema : "Suhita &

Kebangkitan Sastra Pesantren" yang bertempat di Aula PMH Li-Al Mubtadi'at,

dengan narasumber : Ning Khilma Anis dan Ning Tutik Nurul Jannah serta Ust.

Nurun Nada sebagai moderatornya. Acara tersebut diikuti oleh para santri dari

Ma'had Aly, Pesantren Maslakul Huda Putra dan Pesantren Putri Al-Badi’iyah.41

b. Pendidikan Sosial Masyarakat

Respon positif yang ditujukan Pesantren Putri Al-Badi’iyah terhadap situasi

sosial suatu masyarakat merupakan salah satu bentuk kepedulian dan keunggulan yang

dimiliki pesantren. Program sosial di antaranya adalah memberi bantuan, menjenguk

guru yang sakit, mengadakan ta’ziyah, mendata dan membacakan bantuan surat Al

Fatihah guna memberikan dukungan secara rohaniah terhadap sesama, shalat jenazah

dan shalat ghaib pada keluarga pesantren dan masyarakat yang meminta. Untuk

program bantuan pelaksanaannya kondisional seperti kalau ada musibah, bencana

alam atau barang-barang dari pesantren yang memang benar-benar tidak digunakan

seperti inventaris baju olahraga atau yang lain yang lalu disumbangkan ke masyarakat

sekitar Kajen sendiri. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan setelah kerja bakti akbar.42

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan secara tidak langsung, selain

tanggap dalam merespon antisipasi kemungkinan penyebaran virus dalam lingkup

internal, Pesantren Putri Al-Badi’iyah turut juga berpartisipasi dalam penanganan

Virus Covid-19 melalui sumbangan 100 pcs sarung tangan kepada tenaga medis RSI.43

c. Pendidikan Keterampilan

Kursus keterampilan diberikan kepada santri untuk membekali keterampilan

khusus yang diperlukan ketika selesai mengenyam pendidikan di pesantren. Kursus

41

Lihat Pada Lampiran Transkrip Observasi Nomor: 03/O/18-III/2020 42

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/17-V/2020 43

Lihat Pada Lampiran Transkrip Observasi Nomor: 04/O/3-IV/2020

Page 78: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

71

yang diadakan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah beranekaragam, yaitu meliputi

pengembangan bahasa asing, training tabligh, pengoperasian komputer dalam bentuk

Microsoft Word, jurnalistik, tilawatil Qur’an.

Aktivitas kegiatan yang diadakan oleh pesantren memiliki penanggung jawab

tersendiri sesuai dengan bidangnya. Adapun penanggung jawab dari berbagai kegiatan

tersebut adalah santri pengurus pondok pesantren yang dibagi menjadi beberapa seksi.

Di antaranya:

1) Seksi PBA

Di antara kegiatannya yaitu mengadakan tabligh, public speaking, talk more,

masrohiyah serta membiasakan santri untuk berbahasa asing pada hari-hari

tertentu.44

Untuk kegiatan kursus public speaking sie. PBA diikuti oleh seluruh

santri kecuali 3 Aliyah dan untuk masrohiyah dll diikuti oleh seluruh santri. yang

membedakan kegiatan tersebut adalah teknis pelaksanaannya dan tujuannya satu

yaitu untuk menambah kemampuan hafalan kosakata.45

Kemampuan bahasa asing

yang semakin dibutuhkan oleh santri ketika keluar dari pondok mendasari

kebijakan ini. Kegiatan kursus bahasa dilaksanakan hampir setiap hari dengan jam

yang berbeda-beda. Ada yang dilakukan pada pagi, sore atau malam sesuai dengan

jadwal.

2) Seksi Media

Ada media penyaluran bakat, kreasi dan aspirasi. Media itu bisa berupa

kording (koran dinding), mading (majalah dinding), kotak penyaluran aspirasi serta

pengadaan tim khusus untuk membuat bulletin dan majalah atau sejenisnya. Media-

media tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengasah bakat sesuai

dengan passionnya masing-masing.

44

Lihat Pada Lampiran Transkrip Dokumentasi Nomor: 12/D/06-IV/2020 45

Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/27-V/2020

Page 79: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

72

Perpustakaan pesantren bersama pengurus seksi media pesantren putri Al-

Badi’iyah mengadakan kursus pengoperasian komputer, dan khusus dalam bentuk

microsoftword dan jurnalistik. Sasaran dari kegiatan ini adalah semua santri,

kecuali kegiatan khusus yang diikuti oleh beberapa santri yang berminat seperti

kursus Microsoft dan juga jurnalistik, lalu dibagi menjadi beberapa kelompok.

Materi jurnalistik bentuknya membuat jurnal. Kursus Microsoft materinya tentang

membuat jurnal tersebut. Kegiatan kursus komputer dilaksanakan hari Ahad pagi.

Page 80: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

73

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis tentang Konsep Kurikulum Pendidikan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah

Kurikulum Pesantren

Dalam konteks pendidikan di pesantren, menurut Nurcholish Madjid, istilah

kurikulum tidak dikenal di dunia pesantren, walaupun sebenarnya materi pendidikan sudah

ada dan keterampilan itu ada dan diajarkan di pesantren. Kebanyakan pesantren tidak

merumuskan dasar dan tujuan secara eksplisit dalam bentuk kurikulum. Tujuan pendidikan

pesantren ditentukan oleh kebijakan kiai, sesuai dengan perkembangan pesantren

tersebut.1

Dalam penyelenggaraan pendidikan, penyusunan kurikulum oleh Pesantren Putri Al-

Badi’iyah bersifat independen yang artinya bahwa kurikulum disusun secara mandiri,

tidak berdasarkan pada pemerintah. Sifat kurikulum yang telah disusun tersebut bersifat

fleksibel yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pesantren.

Kurikulum inti yang yang menjadi ciri khas yang berlaku di Pesantren Putri Al-Badi’iyah

adalah kajian kitab kuning. Dalam mengkaji kitab kuning santri harus faham dengan ilmu

alat Nahwu dan Shorof sebagai dasar untuk membaca serta memahami makna kandungan

kitab kuning. Yang dilibatkan dalam pembuatan kebijakan adalah pengasuh/wakil

pengasuh, pembantu pengasuh, pengurus harian serta seksi Pendidikan beserta pengurus

lain.

Menurut Kafrawi, yang dimaksud dengan kurikulum pesantren adalah seluruh

aktivitas santri sehari semalam, yang kesemuanya itu dalam kehidupan pesantren memiliki

1 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), 59.

Page 81: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

74

nilai-nilai pendidikan.2 Pengertian kurikulum tidak sebatas berkaitan dengan materi

pelajaran akan tetapi di luar pelajaran banyak kegiatan yang memiliki nilai pendidikan

yang dilakukan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah seperti halnya latihan hidup

bermasyarakat, ibadah dengan tertib, hidup dengan sederhana, mengurus kebutuhan hidup

mandiri dll. Segala aktivitas yang dilakukan di dalam pesantren merupakan pendidikan,

berbeda halnya di sekolah, yang tidak mendapatkan pendidikan selama 24 jam secara utuh.

Selain mengenyam pendidikan non formal, santri yang berasrama di Pesantren Putri

Al-Badi’iyah juga mengenyam pendidikan formal. Pesantren memberikan perhatian

kepada setiap santri untuk sekolah formal klasikal yang ada di lingkungan sekitar

pesantren. Meskipun pesantren putri Al-Badi’iyah memberi kebebasan untuk menentukan

pilihannya, namun semua santri yang ada memilih untuk menempuh pendidikan formalnya

di Madrasah Mathali’ul Falah.

Metode Pengajaran

Pesantren Putri Al-Badi’iyah sampai saat ini tetap konsisten dengan penerapan

metode pembelajaran yang digunakan oleh mayoritas pesantren. Secara garis besar ada dua

metode, yaitu bandongan dan sorogan. Terkadang beberapa metode di terapkan oleh

pengampu dengan sekreatif mungkin. Bisa berupa lalaran, hafalan, diskusi dll.

Untuk pengajian kitab kuning di pagi (khusus tsanawiyah) ataupun siang hari

(khusus aliyah) dilakukan dengan metode bandongan (santri memperhatikan dan

menyimak). Untuk metode sorogan dilaksanakan pada hari Kamis dan Sabtu pukul 09.30-

10.30 WIB khusus untuk kelas Tsanawiyah. Metode lain yang digunakan dalam

pengajaran kajian Nahwu pada malam hari di Pesantren Putri Al-Badi’iyah adalah lalaran,

hafalan, diskusi, halaqoh, dialog dll yang diterapkan sesuai dengan kreativitas masing-

masing pengampu dengan tujuan supaya dapat meminimalisir rasa jenuh juga

meningkatkan semangat dalam menuntut ilmu.

2 Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: Cemara Indah,. 1978), 52.

Page 82: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

75

Di akhir kegiatan belajar mengajar tahun ajaran 2019/2020, pesantren yang dibawahi

yayasan Maslakul Huda termasuk salah satunya Pesantren Putri Al-Badi’iyah,

melaksanakan kebijakan baru terkait dengan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan

kondisi Covid-19. Pada tahun ini pesantren menyelenggarakan pengajian via online dengan

menggunakan aplikasi zoom. Secara umum pengajian ini terdiri dari 2 room meeting yakni

banin dan banat yang mana pembagian per-pertemuan disesuaikan dengan kitab yang

dikaji.

Materi yang Dikaji

Perumusan materi kitab kuning di bawah koordinasi pengasuh bid.pendidikan,

adapun untuk nama kitab yang dikaji bisa berubah setiap tahun, tergantung pengampu yang

akan mengkaji pada waktu tersebut. Semua keputusan tersebut di bawah persetujuan

pengasuh saat ini, yaitu Bu Nyai Nafisah Sahal.

Adapun materi yang dikaji untuk pengajian kitab kuning di pagi (khusus tsanawiyah)

ataupun siang hari (khusus aliyah) adalah هختصر احياء علوم ,هختار الاحاديث النبوية ,ا رشاد العباد

Kitab-kitab tersebut membahas .الغيثقتر ,نظن الوقصود في علن الصرف ,تعلين الوتعلن ,عصفورية ,الذين

tentang ilmu-ilmu agama Islam, di antaranya ilmu Hadits, Fiqh, Adab (Akhlak), Shorof,

Tasawuf, dll. Materi yang dikaji dalam metode sorogan di antaranya adalah فتح القريب (ilmu

Fikih) dan فتح المجيد (ilmu Tasawuf).

Adapun kitab yang dipelajari dalam kajian Nahwu pada malam hari adalah kitab

Mukhtashor Jiddan (tingkat satu), kitab Jurumiyah (tingkat dua), kitab Katsrowi (tingkat

tiga), dan kelas spesial tingkat empat khusus untuk kelas 3 aliyah mengkaji kitab Fikih,

Tafsir dan Hadits karena untuk kelulusan.

Page 83: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

76

B. Analisis Bentuk Implementasi Kurikulum Pendidikan di Pondok Pesantren Putri Al-

Badi’iyah Kajen Pati

Tujuan pendidikan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3

tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.”3

Dalam menetapkan sebuah kurikulum, Pesantren Putri Al-Badi’iyah sudah mencakup

kriteria sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3

tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan, membentuk karakter, dan membangun peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut digunakan untuk memantau

sejauh mana fungsi Pesantren Putri Al-Badi’iyah dalam mengawal kurikulum pendidikan

nasional.

1. Mengembangkan kemampuan

Setiap bahan pelajaran berisi materi yang bersifat kognitif, afektif, dan

psikomotorik sehingga perkembangan yang dirasakan oleh anak didik tidak hanya

perkembangan intelektual, tetapi juga kedewasaan emosional dan memiliki

keterampilan yang bermanfaat untuk diterapkan dalam kehidupannya. Adapun yang

terus menerus diubah dan dikondisikan adalah materi dan metodologi pelaksanaan

kurikulum.4

3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, diakses pada tanggal 9

Januari 2020 pukul 11.42 WIB. 4 Ibid., 198.

Page 84: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

77

Dalam hal ini peneliti mengamati bagaimana santri mampu mengkaji ilmu alat

sebagai dasar untuk memahami isi dan ajaran kitab kuning. Dalam tingkat pemahaman

perlu adanya tahapan yang perlu dilalui, seperti halnya pengelompokan ngaji bandongan

tingkat tsanawiyah dan aliyah, juga pengelompokan kajian Nahwu sesuai jenjang

pendidikan tingkat I-IV dengan tujuan agar santri mampu memahami materi yang dimulai

dari step by step. Dari pengalaman belajar secara berjenjang dan berkelanjutan dapat

membentuk keilmuan para santri semakin matang.

Ada penekanan atas pentingnya pembelajaran di Putri Al-Badi’iyah. Selain kajian

kitab kuning yang terfokus kepada pendidikan intelektual, pesantren ini juga

memberlakukan pengembangan sosial. Adapun kegiatannya yaitu memberi bantuan

bencana alam: seperti banjir, gempa bumi, kerja bakti gotong royong membersihkan

masjid, menjenguk guru yang sakit, mengadakan ta’ziyah, mendata dan membacakan

bantuan surat Al Fatihah guna memberikan dukungan secara rohaniah terhadap sesama,

shalat jenazah dan shalat ghaib pada keluarga pesantren dan masyarakat yang meminta.

5 Dari penjelasan tersebut dapat digaris bawahi, bahwa perumusan kegiatan sosial di

bawah koordinasi pengurus bid.sosial, adapun kegiatan ini kondisional, bisa berubah

setiap tahun, tergantung agenda dan kebutuhan sosial.

Materi keterampilan yang menjadi fokus pembelajaran diantaranya yaitu

pengembangan bahasa asing, training tabligh, serta pengoperasian komputer.6 Program

keterampilan di pesantren ini dimaksudkan untuk menyediakan sarana memperoleh

ketrampilan yang diperlukan, guna mengasah bakat dan kemampuan diri untuk menjadi

bekal kehidupan setelah keluar dari pesantren nanti. Orientasi kehidupan pada kerja

nyata juga diharapkan akan dihasilkan oleh pendidikan ketrampilan di pesantren ini.

Dari penjelasan tersebut dapat digaris bawahi, bahwa perumusan materi di bawah

koordinasi pengurus bid.PBA dan bid.media.

5 Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/17-V/2020

6 Lihat Pada Lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/2-VI/2020

Page 85: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

78

2. Membentuk karakter

Pada umumnya pesantren memiliki tradisi tersendiri dalam mendidik santri guna

membentuk karakter yang berakhlakul karimah, salah satunya yakni dengan

melaksanakan aktivitas pendidikan sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat oleh

pengasuh. Ada dua karakter yang ingin ditanamkan kepada para santri. Pertama, sifat

akrom yakni pribadi yang memiliki tingkat ketakwaan yang kuat kepada Allah, yang

ditunjukkan dengan pembiasaan amaliah sehari-hari. Kedua, shalih yaitu pribadi yang

mampu menjalankan peran sebagai khalifatullah di muka bumi, yang ditunjukkan

dengan menegakkan ajaran Islam.

Kaitannya dalam itu santri juga mendapatkan materi pembiasaan seperti sholat

wajib berama’ah, sholat dhuha, sholat tahajjud, ziarah makam, tahlil dan tawasul,

membaca al-qur’an, menaati tata tertib pondok pesantren, menjunjung tinggi nilai

kebersamaan, kebersihan, dan tanggung jawab, mengembangkan sifat dan sikap santri

yang santun dan bertatakrama baik. Semua hal yang ada di pesantren bernilai

pendidikan. Setiap materi dari berbagai aktivitas pendidikan merupakan hal penting

untuk dipelajari.

3. Membangun peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa

Peradaban dalam abad sekarang ditandai dengan adanya keseimbangan,

keserasian, dan keharmonisan antara dunia fisik dan dunia spiritual.7

Salah satu tujuan pendidikan Pesantren Putri Al-Badi’iyah adalah mempersiapkan

peserta didik (santri) menjadi mampu mendalami, menghayati dan mengembangkan

Islam secara utuh serta mampu mengelola lingkungan. Dalam hal ini peneliti juga

mengamati bagaimana santri mampu mengkaji ilmu alat sebagai dasar untuk memahami

isi dan ajaran kitab kuning. Keberhasilan belajar di pesantren bukan hanya ditentukan

7 Achmad juntika Nurihsan, Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan, (Bandung: Refika

Aditama, 2016), 35.

Page 86: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

79

oleh penampilan kemampuan membacakan kitab kepada penguji, tetapi bagaimana ia

muthola’ah dan juga mampu menyandingkan itu semua dengan problematika di

sekelilingnya.

Di pesantren pendidikan berlangsung selama 24 jam, tidak seperti pendidikan

formal yang hanya berlangsung selama di bangku sekolah. Selain materi intelektual yang

mengarah kepada kajian kitab kuning, Pesantren Putri Al-Badi’iyah juga memberikan

pendidikan keterampilan dan memberikan pendidikan yang bersifat emosional secara

tidak langsung. Proses kegiatan belajar mengajar di pesantren dijadikan sebagai media

untuk mengembangkan kecerdasan emosional santri, kecerdasan emosional sendiri dalam

Pendidikan Agama Islam terletak pada pendidikan akhlak. Di sisi lain kondisi batin

sangat menentukan. Jangan sampai apa yang sudah diajarkan tidak sampai menembus

hati. Sebagai santri tentunya kita harus berusaha memadukan fisik dan spiritalitas. Di sini

peran seorang kiai sangat dibutuhkan, baik secara ruhani dan jasmani. Doa dan

bimbingan rohani merupakan pembangkit motivasi dalam upaya menumbuhkan rasa

percaya diri, dan ketenangan batin dapat diraih melalui pendekatan diri kepada Allah.

C. Analisis Penerapan Kurikulum Pendidikan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah

Kurikulum merupakan salah satu perangkat penting dalam pendidikan.

Kurikulum mempunyai posisi sentral dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pendidikan

sesuai dengan apa yang di cita-citakan. Umat Islam percaya bahwa nilai-nilai, sikap dan

norma di pengaruhi oleh pendidikan Islam. Peran dan orientasi kurikulum pendidikan Islam

sebagai kebutuhan umat sangat diperlukan untuk merespon perubahan zaman dengan tetap

konsisten dalam tatanan nilai Islam guna menerapkan idealisme Islam dalam dinamika

perubahan zaman.8

8 Lenawati Asry dan Depi Juliana, “Konsep Dan Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam”, Jurnal Biram Samtani

Sains, Vol 1 No 3, 201, 1.

Page 87: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

80

Pembelajaran yang dilakukan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah tergolong padat. Selain

kurikulum yang bermuatan seperti kitab kuning, para santri yang berasrama di Pesantren

Putri Al-Badi’iyah juga diberikan tambahan bekal ilmu pengetahuan, seperti mengenai

masalah sosial kemasyarakatan. Semua kegiatan tersebut tampak pada beberapa aktivitas

pendidikan yang terkandung dalam berbagai kebijakan pendidikan yang terbagi menjadi 3

bidang, di antaranya:

1. Pendidikan Intelektual

Pendidikan intelektual merupakan rangkaian pendidikan yang menjadi sarana bagi

santri untuk menanamkan pemahaman tentang ilmu pengetahuan. Pendidikan ini

merupakan corak utama pembelajaran yang diajarkan oleh Pesantren Putri Al-Badi’iyah,

di antaranya: pengajian kitab kuning, membaca al-Quran, kajian ilmu Nahwu dan

ceramah ilmiah.

2. Pendidikan Sosial Masyarakat

Respon positif yang ditujukan Pesantren Putri Al-Badi’iyah terhadap situasi sosial

suatu masyarakat merupakan salah satu bentuk kepedulian dan keunggulan yang dimiliki

pesantren. Program sosial di antaranya adalah memberi bantuan, menjenguk guru yang

sakit, mengadakan ta’ziyah, mendata dan membacakan bantuan surat Al Fatihah guna

memberikan dukungan secara rohaniah terhadap sesama. Untuk program bantuan

pelaksanaannya kondisional seperti kalau ada musibah, bencana alam atau barang-barang

dari pesantren yang memang benar-benar tidak digunakan seperti inventaris baju

olahraga atau yang lain yang lalu disumbangkan ke masyarakat sekitar Kajen sendiri.

Biasanya kegiatan ini dilaksanakan setelah kerja bakti akbar.

3. Pendidikan Keterampilan

Kursus keterampilan diberikan kepada santri untuk membekali keterampilan khusus

yang diperlukan ketika selesai mengenyam pendidikan di pesantren. Kursus yang

diadakan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah beranekaragam, yaitu meliputi pengembangan

Page 88: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

81

bahasa asing, training tabligh, pengoperasian komputer dalam bentuk Microsoft Word,

jurnalistik, tilawatil Qur’an.

Menurut teori dari Muhaimin, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat

dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada

kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik dan orientasi pada

masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.9

Berpijak pada klasifikasi dari Muhaimin serta memperhatikan keadaan Pesantren Putri

Al-Badi’iyah, penulis menyimpulkan bahwa Pesantren Putri Al-Badi’iyah memenuhi

pandangan yang mendasari pada orientasi kurikulum pendidikan.

1. Orientasi pada pelestarian nilai-nilai

Masalah akidah pada zaman sekarang beranekaragam. Dalam hal itu aktivitas

kurikulum harus memberikan nuansa-nuansa baru dalam memberikan wawasan

pelestarian dan pengembangan nilai-nilai dan dapat menempatkan proporsi sebagaimana

mestinya.10

Dalam membentengi santri agar tidak mudah terpengaruh oleh perkembangan

zaman diperlukan penanaman nilai dan akidah yang kokoh sejak dini. Kurikulum inti

yang yang menjadi ciri khas yang berlaku di Pesantren Putri Al-Badi’iyah adalah kajian

kitab kuning. Dengan mengkaji kitab akan mendorong santri untuk belajar dan

berimplikasi pada kesadaran dalam beribadah. Di pesantren ada kegiatan semacam

paksaan untuk mentaati perintah dan menjauhi laranganNya, menekan diri dari perbuatan

melanggar peraturan serta mengamalkan apa yang telah disampaikan oleh kiai maupun

para ustadz/ah dari kajian kitab. Pada akhirnya semua paksaan akan tertanam sehingga

menjadi suatu kebiasaan baik bagi para santri. Peran utama kiai sangat dirasakan santri.

Doa dan bimbingan rohani merupakan pembangkit motivasi dalam upaya menumbuhkan

9 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2006), 135.

10 Ibid.,

Page 89: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

82

rasa percaya diri, dan ketenangan batin dapat diraih melalui pendekatan diri kepada

Allah.

2. Orientasi pada kebutuhan sosial

Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam

perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu

menjawab dan mengejawantahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.11

Respon positif yang ditujukan Pesantren Putri Al-Badi’iyah terhadap situasi sosial

suatu masyarakat merupakan salah satu bentuk kepedulian dan keunggulan yang dimiliki

pesantren. Program sosial di antaranya adalah memberi bantuan, menjenguk guru yang

sakit, mengadakan ta’ziyah, mendata dan membacakan bantuan surat Al Fatihah guna

memberikan dukungan secara rohaniah terhadap sesama. Berdasarkan observasi yang

peneliti lakukan secara tidak langsung, selain tanggap dalam merespon antisipasi

kemungkinan penyebaran virus dalam lingkup internal, Pesantren Putri Al-Badi’iyah

turut juga berpartisipasi dalam penanganan Virus Covid-19 melalui sumbangan 100 pcs

sarung tangan kepada tenaga medis RSI.

3. Orientasi pada tenaga kerja

Kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja. Setelah lulus

dari lembaga sekolah, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan

yang profesional, produktif, kreatif, dan penuh inovatif, mampu mendayagunakan sumber

daya alam dan sumber daya situasi yang mempengaruhi.12

Manusia yang dikembangkan

untuk menguasai suatu pekerjaan adalah dengan mengembangkan kreativitas seseorang.

Di Pesantren Putri Al-Badi’iyah para santri diberikan kebebasan untuk memilih

kemampuan skill sesuai dengan minat dan bakat, selebihnya dilaksanakan sesuai timing

di sekolah formal Matholi’ul Falah sebagai bekal para santri setelah menjadi

mutakhorrijat. Untuk menjadi muslim yang baik tidak perlu meninggalkan apapun

11

Ibid., 136. 12

Ibid.,139.

Page 90: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

83

profesi yang sudah ditekuni. Semua pekerjaan adalah baik dan mulia asalkan dengan

lantaran profesi tersebut dapat meningkatkan kualitas kehambaan dan kedekatan kita

kepada Allah. Tugas kita sebagai santri adalah meningkatkan profesionalitas agar di

semua bidang maupun lembaga dapat diisi oleh muslim yang baik.

4. Orientasi pada peserta didik

Orientasi ini memberikan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan

peserta didik yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya. Untuk

merealisasikan orientasi pada kebutuhan peserta didik, Benjamin S. Bloom sebagaimana

dikutip Ahmad Tafsir mengemukakan taxonomi dengan tiga domain, yaitu domain

kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik.13

Pesantren Putri Al-Badi’iyah

sebagai lembaga pendidikan non formal juga menggunakan ke tiga aspek tersebut.

a. Ranah kognitif (berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual). Untuk

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, corak utama pembelajaran yang

diajarkan oleh Pesantren Putri Al-Badi’iyah di antaranya adalah pengajian kitab

kuning, membaca al Quran, kajian Nahwu dan ceramah ilmiah.

b. Ranah afektif (berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi).

Untuk belajar di ranah afektif, Pesantren Putri Al-Badi’iyah menghadirakan kajian

keilmuan seperti kitab yang membahas tentang ilmu-ilmu agama Islam, di antaranya

ilmu Hadits, Fiqh, Adab (Akhlak), Shorof, Tasawuf, Tauhid dll. Dalam kaitannya

dengan belajar mengajar, santri diharapkan mampu menangkap hal baik ataupun

buruk, sehingga mampu bersikap dan berperilaku sesuai dengan ilmu yang telah

dipelajari.

c. Ranah psikomotorik (berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan

motorik). Untuk menerapkan kemampuan dan menumbuhkan keterampilan dalam

melakukan sesuatu, Pesantren Putri Al-Badi’iyah memberikan kursus sepeti

13

Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 71-72.

Page 91: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

84

pengembangan bahasa asing, training tabligh, pengoperasian komputer dalam bentuk

Microsoft Word, jurnalistik, tilawatil Qur’an. Ketrampilan ini dapat diasah jika

sering melakukannya.

5. Orientasi pada peserta didik dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi

Melihat kondisi seperti itu, tuntutan kita selanjutnya adalah membuat dan

mengaplikasikan kurikulum pendidikan yang selaras dengan kemajuan Iptek. Hal tersebut

bisa dilakukan dengan melandasi kurikulum tersebut dengan nilai-nilai universal yang

abadi, dan mengorientasikan pada futuristik dengan menelaah sejarah dan peristiwa masa

lalu untuk diantisipasi dan dibuat referensi pada perkembangan masa depan.14

Pesantren Putri Al-Badi’iyah telah menyediakan perputakaan dengan fasilitas

digital, ruang laboratorium bahasa dan komputer dengan layanan internet pada jam-jam

tertentu, sehingga santri dapat melek teknologi dan terbantu jangkauan wawasan serta

ilmu pengetahuan.

Dengan demikian semua kegiatan kebijakan kurikulum pondok pesantren tampak

pada beberapa aktivitas pendidikan yang terbagi menjadi: pendidikan intelektual,

pendidikan keterampilan dan pendidikan sosial kemasyarakatan, serta memenuhi

pandangan yang mendasari pada orientasi kurikulum pendidikan oleh Muhaimin yang

dirangkum menjadi orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial,

orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik dan orientasi pada masa depan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

14

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,143.

Page 92: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

85

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep kurikulum inti yang yang menjadi ciri khas yang berlaku di Pesantren Putri

Al-Badi’iyah adalah kajian kitab kuning. Dalam mengkaji kitab kuning santri harus

faham dengan ilmu alat Nahwu dan Shorof sebagai dasar untuk membaca serta

memahami makna kandungan kitab kuning. Secara garis besar ada dua metode

yang digunakan, yaitu bandongan dan sorogan. Terkadang beberapa metode di

terapkan oleh pengampu dengan sekreatif mungkin. Bisa berupa lalaran, hafalan,

diskusi dll.

2. Bentuk kurikulum pendidikan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah Kajen Pati sudah

mencakup kriteria sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk karakter, dan

membangun peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa

3. Penerapan kurikulum pendidikan di Pesantren Putri Al-Badi’iyah tampak pada

beberapa aktivitas pendidikan yang terbagi menjadi: pendidikan intelektual,

pendidikan keterampilan dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Aktivitas tersebut

memenuhi pandangan orientasi kurikulum pendidikan oleh Muhaimin sebagai

kebutuhan umat sangat diperlukan untuk merespon perubahan zaman dengan tetap

konsisten dalam tatanan nilai Islam.

Page 93: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

86

B. Saran

Dari hasil penelitian diatas, peneliti memberikan saran-saran:

1. Kepada pengasuh Pesantren Putri Al-Badi’iyah beserta jajarannya untuk

memaparkan visi, misi dan tujuan Pesantren Putri Al-Badi’iyah. Hal tersebut

menunjukkan ciri khas tersendiri yang menjadi keunggulan pondok pesantren,

sehingga pemaparan visi dan misi pesantren dirasa sangat penting untuk

didokumentasikan secara independen dengan tujuan supaya arah pendidikannya

lebih jelas dan spesifik sebagai bentuk transparansi pendidikan pesantren dengan

masarakat.

2. Kepada pengurus Pesantren Putri Al-Badi’iyah sie. PBA untuk merealisasikan

takallum, berbicara menggunakan bahasa asing lebih sering, terutama bahasa Arab.

Mengingat bahasa Arab merupakan bahasa Al-Quran juga bahasa untuk memahami

kitab kuning di samping ilmu alat. Harapannya, ketika lebih sering berbahasa Arab

akan memudahkan santri dalam mengartikan isi kandungan kitab kuning.

3. Kepada peneliti selanjutnya, semoga kekurangan penelitian ini dapat menjadi

gagasan yang diharapkan dapat memperbaiki wilayah kurikulum pendidikan

pesantren. Pengembangan penelitian selanjutnya dapat diperdalam lagi dengan

metode studi kasus. Atau dengan penelitian kuantitatif yaitu melakukan survei

terhadap publik mengenai suatu kasus tertentu.

Page 94: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, Nur. “Pembentukan Karakter melalui Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Al-

Ulum (Jurnal Studi-Studi Islam) IAIN Gorontalo Volume. 13 Nomor 1. Juni

2013.

Ainurrafiq. Pesantren dan Pembaharuan: Arah dan Implikasi. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2001.

Al- Syaibany, Omar Mohammad Al- Toumi. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan

Bintang, 1979.

Anderson, Lorin W. dan David R Krathwohl. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung

Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Asry, Lenawati dan Depi Juliana, “Konsep Dan Orientasi Kurikulum Pendidikan

Islam”, Jurnal Biram Samtani Sains, Vol 1 No 3, 2016.

B, Miles Mattew dan Micahael Huberman. Analisis Data Kualitatif, terj., Tjejep R. R.

Jakarta: UI Press, 1992.

Bawani, Imam. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya

Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2011.

Fachruddin et. al. Administrasi Pendidikan : Menata Pendidikan untuk

Kependidikan Islam. Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010.

H., Musyrif Kamal J. “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Life

Skill Santri”. Skripsi. Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang. 2015.

Haedari, Amin dan Abdullah Hanif. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan

Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta: IRD Press, 2004.

https://maslakulhuda.net/index.php/category/lembaga/lembaga-non-formal/al-

badiiyyah/ , pada tanggal 20 Desember 2019 pukul 10.47 WIB.

Imron, Ali. Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Kafrawi. Pembaharuan Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: Cemara Indah, 1978.

M, Ismail S. “Pengembangan Pesantren Tradisional: Sebuah Hipotesis Mengantisipasi

Perubahan Sosial”, dalam Ismail SM (eds.). Dinamika Pesantren dan

Madrasah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Madjid, Nurcholis. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:

Paramadina, 1997.

Page 95: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

Mahfud, Sahal. Nuansa Fiqh Sosial. Yogyakarta: LKiS, 2011.

Mahmud, Ali Abdul Halim. Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri menurut Konsep

Nabawi, Terj Afifudin. Solo: Media Insani, 2003.

Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur dan

Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS, 1994.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006.

Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era

Rosulallah sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Nurihsan, Achmad Juntika. 2016. Membanun Peradaban Melalui Pendidikan dan

Bimbingan. Bandung. PT Refika Aditama.

Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Tebuireng. Aktualisasi Pemikiran dan

Kejuangan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Jombang: Pustaka

Tebuireng, 2018.

Qomar, Mujamil. Pesanten dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi

Institusi. Jakarta: Erlangga 2002.

Rahardjo, Mudjia. Mengenal Lebih Jauh tentang Studi Kasus. https://www.uin-

malang.ac.id/r/100501/mengenal-lebih-jauh-tentang-studi-kasus.html. 2010.

Diakses 10 Januari 2020 pukul 22.15 WIB.

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.

Setyani, Iin. “Analisis Kebijakan Pendidikan Pondok Pesantren Putri Al-Badi’iyah

Kajen-Margoyoso-Pati Tahun Ajaran 2013/2014 dalam Menjaga Tradisi dan

Menyikapi Modernisasi Pendidikan”. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Walisongo Semarang. 2014.

Sholih, Uzair Albi. “Kegiatan Pondok Pesantren As-Ṣholihiyah dalam Meningkatkan

Pendidikan Islam di Dusun Kepuh Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Jawa

Timur”. Skripsi. Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. 2018.

Sidiq, Umar dan Moh. Miftachul Choiri. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang

Pendidikan. Ponorogo: Nata Karya, 2019.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif: Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2015.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Syafaruddin. Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi

Kebijakan menuju Organisasi Sekolah Efektif . Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Page 96: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/11275/1/Skripsi_211216015... · 2020. 11. 14. · vii ABSTRAK Maulida, Ziyan Novi. 2020.Analisis Kebijakan Kurikulum Pendidikan (Studi Kasus di Pondok

Takdir, Mohammad. Modernisasi Kurikulum Pesantren: Konsep dan Metode

Antroposentris. Yogyakarta: IRCiSoD, 2018.

Tilaar, H. A. R. Kekuasaan dan Pendidikan Manajemen Pendidikan Nasional dalam

Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Pola Pengembangan Pondok

Pesantren. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003.

Tohirin. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling.

Jakarta: Rajawali Pers: 2012.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-

content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf. Diakses pada tanggal 9 Januari

2020 pukul 11.42 WIB.

Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi. Yogyakarta: LKiS, 2001.

Wahid, Abdurrahman. Tuhan Tidak Perlu Dibela. Yogyakarta: LKiS 1999.

Yatimah, Durroh. Manajemen Pendidikan Pesantren dalam Upaya Peningkatan Mutu

Santri, Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.

Zubaedi. Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi terhadap

Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.