2016 - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITJEN TP...
Transcript of 2016 - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN DITJEN TP...
Laporan Kinerja 2016
i Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
KATA PENGANTAR
Sebagai bahan bentuk pertanggungjawaban kinerja
dan anggaran yang telah dilaksanakan selama tahun
2016, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, telah
disusun Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun 2016.
Penyusunan laporan kinerja ini merupakan bagian dari implementasi
transparansi dan akuntabilitas kinerja dalam kerangka good
governance di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016
disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan kinerja ini menggambarkan sejumlah capaian kinerja
berdasarkan target kinerja yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016. Namun
demikian, juga terdapat beberapa catatan ketidakberhasilan dan
permasalahan yang ditemui dalam pencapaian target kinerja
tersebut.
Kami berharap melalui laporan kinerja ini, dapat dilihat sasaran yang
telah dicapai maupun yang belum berhasil, sehingga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi
dan solusi yang dapat diimpelementasikan, agar kinerja Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dapat meningkat pada masa yang akan
datang.
Laporan Kinerja 2016
ii Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus disampaikan
kepada semua pihak atas tenaga, waktu, dan pikirannya, sehingga
Laporan Kinerja ini dapat disusun dengan baik dan tepat waktu.
Jakarta, Januari 2017
Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP. 196002101988031001
Laporan Kinerja 2016
iii Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sepanjang tahun 2016, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah
melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian
peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain: penerapan budidaya padi, penerapan
budidaya jagung, penerapan budidaya kedelai, perbanyakan benih
sumber, penguatan dan pengembangan desa mandiri benih,
bantuan benih melalui pengadaan pusat, penerapan pengendalian
hama terpadu (PPHT), penerapan penanganan dampak perubahan
iklim (PPDPI), gerakan pengendalian OPT, bantuan sarana
pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan. Pelaksanaan
berbagai kegiatan tersebut mengacu pada Rencana Strategis
(RENSTRA) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-
2019 yang beroritensi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun
waktu lima tahun sesuai Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran yang telah
ditetapkan. Semua kegiatan merupakan penjabaran dari satu
program yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil
Produksi Tanaman Pangan.
Pelaksanaan dan capaian kegiatan tersebut, semua ditujukan pada
pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam Perjanjian Kinerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016 sebagaimana
yang telah ditandatangani oleh Menteri Pertanian. Perjanjian Kinerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2016 tersebut berisikan
10 indikator kinerja utama. Dari sepuluh indikator kinerja utama
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2016, menghasilkan
kinerja tujuh indikator dengan capaian kategori Sangat Berhasil
(capaian diatas 100%) meliputi produktivitas padi, jagung, ubi kayu,
penggunaan benih unggul bersertifikat jagung, kedelai, dan
pengamanan tanaman padi dan jagung. Sedangkan tiga indikator
Laporan Kinerja 2016
iv Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
dengan kategori Berhasil (capaian 80-100%) yaitu produktivitas
kedelai, penggunaan benih unggul bersertifikat padi, dan
pengamanan tanaman kedelai.
Realisasi total serapan anggaran tahun 2016 (posisi sampai dengan
31 Desember 2016) mencapai Rp4,73 triliun (62,18% dari pagu
Rp7,61 triliun), dengan adanya self blocking sebesar Rp2,76 triliun,
realisasi anggaran menjadi 97,67%. Masih terdapat sisa anggaran
merupakan bentuk upaya efisiensi/penghematan belanja
pemerintah, seperti penghematan perjalanan dinas,
penyelenggaraan rapat/koordinasi di luar kantor, penghematan
belanja barang dan modal melalui lelang/kontraktual.
Permasalahan yang ditemui dalam pencapaian sasaran produksi
terutama komoditas kedelai antara lain: kesulitan lahan untuk
perluasan areal tanam, belum optimalnya penerapan teknologi
budidaya sesuai rekomendasi dan spesifik lokasi, belum optimalnya
system perbenihan, belum adanya penetapan HPP, dan jaminan
pemasaran serta harga.
Untuk itu telah dilakukan beberapa upaya antara lain: inventarisasi
lahan untuk perluasan areal tanam kedelai, mendorong
pemberdayaan penangkar benih terutama kedelai, dan
mengusulkan HPP serta memperluas peran Bulog untuk membeli
produksi kedelai ditingkat petani.
Laporan Kinerja 2016
v Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................ i
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK .................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi ..................................... 4
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ........................... 6
1.4. Sumber Daya Manusia .................................................. 13
1.5. Dukungan Anggaran ..................................................... 14
BAB II PERENCANAAN KINERJA ....................................... 17
2.1. Rencana Strategis 2015-2019 ....................................... 17
2.2. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 .............................. 22
2.3. Rencana Aksi Pencapaian Kinerja Tahun 2016 ............ 24
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ...................................... 25
3.1. Capaian Kinerja ............................................................. 25
3.2. Realisasi Anggaran ....................................................... 66
BAB IV PENUTUP ................................................................. 73
4.1. Kesimpulan ................................................................... 73
4.2. Permasalahan ............................................................... 74
4.3. Upaya Tindak Lanjut Yang Telah Dilakukan ................. 75
4.4. Saran Tindak Lanjut ...................................................... 76
LAMPIRAN ............................................................................... 77
Laporan Kinerja 2016
vi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2016
vii Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-2019 ......... 19
Tabel 2. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016 ................................................ 24
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016 .............................................................. 27
Tabel 4. Skala Kinerja Capaian Indikator Produktivitas Padi 2011-2016 ................................................................ 28
Tabel 5. Perbandingan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2011-2016 .............................. 30
Tabel 6. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Padi Tahun 2011-2016 .............................. 31
Tabel 7. Neraca Produksi dan Kebutuhan Beras Tahun 2016 32
Tabel 8. Realisasi Kegiatan Penerapan Budidaya Padi Tahun 2016 .............................................................. 34
Tabel 9. Skala Kinerja Capaian Indikator Produktivitas Jagung 2011-2016 ................................................... 37
Tabel 10. Perbandingan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Jagung Tahun 2011-2016 ......................... 38
Tabel 11. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Jagung Tahun 2011-2016 ......................... 38
Tabel 12. Neraca Produksi dan Kebutuhan Jagung Tahun 2016 .............................................................. 39
Tabel 13. Skala Kinerja Capaian Indikator Produktivitas Kedelai 2011-2016 ................................................... 43
Tabel 14. Perbandingan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Kedelai Tahun 2010-2015 ......................... 44
Tabel 15. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Kedelai Tahun 2011-2016 ......................... 45
Laporan Kinerja 2016
viii Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 16. Neraca Produksi dan Kebutuhan Kedelai Tahun 2016 .............................................................. 46
Tabel 17. Skala Kinerja Capaian Indikator Produktivitas Ubi Kayu 2011-2016 ................................................. 51
Tabel 18. Perbandingan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2011-2016 ........................ 51
Tabel 19. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2011-2016 ....................... 52
Tabel 20. Tingkat Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Padi, Jagung, Kedelai Tahun 2016 .......................... 54
Tabel 21. Perkembangan Tingkat Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Tahun 2011-2016 Padi, Jagung, Kedelai ........................................................ 55
Tabel 22. Penyebaran Penggunaan Varietas Unggul Padi Tahun 2016 .............................................................. 56
Tabel 23. Penyebaran Penggunaan Varietas Unggul Jagung Tahun 2016 .............................................................. 57
Tabel 24. Penyebaran Penggunaan Varietas Unggul Kedelai Tahun 2016 .............................................................. 57
Tabel 25. Luas Areal Tanaman Padi, Jagung, Kedelai yang Aman dari Gangguan OPT dan DPI Tahun 2016 ..... 59
Tabel 26. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI Pada Tanaman Padi Tahun 2016 dan Tahun 2015 .............................................................. 59
Tabel 27. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2016 dan 2015 ........ 60
Tabel 28. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2016 dan 2015 ........ 60
Tabel 29. Capaian Luas Pertanaman yang Aman Dari Gangguan OPT dan DPI Tahun 2011-2016 ............. 61
Tabel 30. Capaian Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Ubi Jalar Tahun 2016 .............................................................. 64
Laporan Kinerja 2016
ix Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 31. Capaian Nilai IKM Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2015 .............................................................. 66
Tabel 32. Realisasi Serapan APBN Sektoral Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011-2016 ........ 67
Tabel 33. Realisasi Serapan APBN Sektoral Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Menurut Kegiatan Tahun 2016 .............................................................. 68
Tabel 34. Realisasi Serapan APBN Menurut Jenis Belanja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016 . 68
Tabel 35. Analisis Efektifitas Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan 2016 .......................................................... 70
Tabel 36. Realisasi Serapan Anggaran Subsidi Benih Tahun 2016 .............................................................. 71
Laporan Kinerja 2016
x Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2016
xi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2011-2016 .............................. 31
Grafik 2. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Jagung Tahun 2011-2016 .......................... 39
Grafik 3. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Kedelai Tahun 2011-2016 .......................... 45
Grafik 4. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2011-2016 ....................... 52
Laporan Kinerja 2016
xii Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2016
xiii Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016 ............ 79
Lampiran 2. Jumlah Pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016 .......................... 81
Lampiran 3. Pemantauan Triwulanan Rencana Aksi Pencapaian Indikator Tercapainya Produktivitas Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu Tahun 2016 ....................................................... 82
Lampiran 4. Pemantauan Triwulanan Rencana Aksi Pencapaian Indikator Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat PAdi, Jagung, Kedelai Tahun 2016 ....................................................... 83
Lampiran 5. Pemantauan Triwulanan Rencana Aksi Pencapaian Indikator Luas Areal yang Aman Dari Gangguan OPT dan DPI Padi, Jagung, Kedelai Tahun 2016 .......................................... 84
Lampiran 6. Capaian Produktivitas Padi Tahun 2016 ........... 85
Lampiran 7. Capaian Produktivitas Jagung Tahun 2016 ....... 86
Lampiran 8. Capaian Produktivitas Kedelai Tahun 2016 ...... 87
Lampiran 9. Capaian Produktivitas Ubi Kayu Tahun 2016 .... 88
Lampiran 10. Capaian Luas Panen Padi Tahun 2016 ............. 89
Lampiran 11. Capaian Luas Panen Jagung Tahun 2016 ........ 90
Lampiran 12. Capaian Luas Panen Kedelai Tahun 2016 ........ 91
Lampiran 13. Capaian Luas Panen Ubi Kayu Tahun 2016 ..... 92
Lampiran 14. Capaian Produksi Padi Tahun 2016 .................. 93
Lampiran 15. Capaian Produksi Jagung Tahun 2016 ............. 94
Lampiran 16. Capaian Produksi Kedelai Tahun 2016 ............. 95
Lampiran 17. Capaian Produksi Ubi Kayu Tahun 2016 .......... 96
Lampiran 18. Penggunaan Benih Padi Bersertifikat Tahun 2016 ....................................................... 97
Laporan Kinerja 2016
xiv Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 19. Penggunaan Benih Jagung Bersertifikat Tahun 2016 ....................................................... 98
Lampiran 20. Penggunaan Benih Kedelai Bersertifikat Tahun 2016 ....................................................... 99
Lampiran 21. Luas Serangan OPT dan DPI pada Tanaman Padi Tahun 2016 ............................................... 100
Lampiran 22. Luas Serangan OPT dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2016 ........................................... 101
Lampiran 23. Luas Serangan OPT dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2016 .......................................... 102
Lampiran 24. Realisasi Kegiatan APBN Tahun 2016 .............. 103
Lampiran 25. Realisasi Penjualan Benih Bersubsidi Tahun 2016 ....................................................... 109
Lampiran 26. Realisasi Serapan Anggaran Tahun 2016 ......... 110
Laporan Kinerja 2016
1 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan
perekonomian Indonesia dikarenakan hampir seluruh kegiatan
perekonomian Indonesia berpusat pada sektor tersebut. Sektor
pertanian mempunyai peran strategis dalam menjaga stabilitas
negara melalui ketersediaan dan ketahanan pangan. Ketahanan
pangan merupakan prasyarat bagi suatu bangsa termasuk
Indonesia.
Oleh karena itu, pembangunan pangan merupakan prioritas
pembangunan nasional dalam masa Kabinet Kerja 2015-2019. Hal
ini ditindaklanjuti Kementerian Pertanian dengan menetapkan tujuh
komoditas pangan utama yang diprioritaskan untuk dikembangkan
lima tahun kedepan, tiga diantaranya merupakan komoditas
tanaman pangan yaitu padi, jagung, kedelai. Khusus komoditas padi
dan jagung diproyeksikan dapat mencapai swasembada dan surplus
berkelanjutan, sehingga tidak ada impor.
Untuk mendukung pencapaian sasaran swasembada pangan, maka
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menetapkan prioritas pada
upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, serta empat
komoditas tanaman pangan lainnya: kacang tanah, kacang hijau, ubi
kayu dan ubi jalar dalam rangka mendukung diversifikasi pangan.
Pada periode pembangunan 2015-2019, telah ditetapkan sasaran
produksi komoditas unggulan nasional secara tahunan yang
dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan. Untuk tahun 2016, sasaran produksi padi
diproyeksikan 76,22 juta ton gabah kering giling (GKG), jagung
21,35 juta ton pipilan kering (PK), dan kedelai 1,5 juta ton biji kering
Laporan Kinerja 2016
2 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
(BK), kacang tanah 756 ribu ton BK, kacang hijau 296 ton BK, ubi
kayu 27,07 juta ton umbi basah, dan ubi jalar 2,70 juta ton umbi
basah. Namun, dalam perkembangannya sesuai arahan Menteri
Pertanian bahwa kegiatan difokuskan pada peningkatan produksi
jagung, sasaran produksi seluruh komoditas utama tanaman pangan
tahun 2016 mengalami perubahan sebagaimana yang dituangkan
dalam revisi Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Perubahan sasaran produksi tersebut yaitu: padi sebesar 76,23 juta
ton GKG, jagung 24 juta ton PK, kedelai 1,2 juta ton BK, kacang
tanah 675 ribu ton BK, kacang hijau 267 ton BK, ubi kayu 24,05 juta
ton umbi basah, dan ubi jalar 2,44 juta ton umbi basah.
Tahun 2016, Kementerian Pertanian kembali melanjutkan program
Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan
Kedelai yang telah dicanangkan tahun 2015 untuk mendorong dan
mempercepat pencapaian sasaran pembangunan yang telah
ditetapkan. Program Upsus dimaksudkan untuk meningkatkan
integrasi, sinkronisasi, dan keterpaduan program dan kegiatan mulai
dari pusat sampai tingkat lapangan.
Dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan tanaman
pangan tahun 2016 dialokasikan kegiatan APBN Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dalam Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Hasil Produk Tanaman Pangan. Beberapa
kegiatan yang dialokasikan tahun 2016 semua diarahkan pada
peningkatan produksi padi, jagung, kedelai, yaitu kegiatan utama
pengelolaan produksi tanaman serealia, pengelolaan produksi
tanaman aneka kacang dan umbi. Disamping itu ditambah dengan
kegiatan pendukung yaitu: pengelolaan sistem penyediaan benih
tanaman pangan, penguatan perlindungan tanaman pangan dari
gangguan OPT dan DPI, pengolahan dan pemasaran hasil tanaman
pangan, pengembangan pengujian mutu benih, dan pengembangan
peramalan serangan OPT, serta dukungan manajemen dan teknis
Laporan Kinerja 2016
3 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
lainnya.
Dalam melaksanaan program dan kegiatan pembangunan tersebut,
tentunya menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang
tidak mudah dan tidak sedikit. Tantangan tersebut antara lain:
kondisi perubahan iklim ekstrim, bencana alam, peningkatan jumlah
penduduk, laju urbanisasi yang tinggi, serta pasokan dan distribusi
pangan yang belum merata. Sementara itu, berbagai permasalahan
mendasar yang dihadapi sub sektor tanaman pangan antara lain
mencakup aspek: lahan (skala penguasaan lahan oleh petani yang
sangat kecil, status kepemilikan sebagian besar belum memiliki
sertifikat, alih fungsi, persaingan antar komoditas), infrastruktur
(sebagian jaringan irigasi dalam keadaan rusak, terbatasnya jalan
usaha tani/jalan produksi), sarana produksi (belum tersedianya
benih, pupuk, dan alsintan sesuai dengan kriteria 6 tepat), regulasi,
kelembagaan, sumber daya manusia, akses permodalan, dan
pemasaran hasil.
Untuk menghadapi tantangan dan permasalahan tersebut, upaya-
upaya yang telah dilakukan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
pada tahun 2016, antara lain: melanjutkan program Upaya Khusus
(Upsus) peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai; refocusing
anggaran dari kegiatan yang kurang produktif (rapat, pertemuan,
konsinyering, perjalanan dinas) menjadi lebih produktif dan
berdayaguna di lapangan (diantaranya: memperluas fasilitasi
penerapan budidaya, tambahan bantuan benih, bantuan alsintan
pascapanen), pengembangan dan penguatan desa mandiri benih,
penanganan dan antisipasi dini OPT/DPI), meningkatkan koordinasi
dan sinergisme antar instansi, serta melakukan perampingan jumlah
Satker pengelola anggaran tahun 2016 menjadi 210 Satker dari
semula 261 Satker pada tahun 2015.
Laporan Kinerja 2016
4 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Berbagai upaya yang telah dilakukan tersebut tentunya belum
sepenuhnya dapat menjawab seluruh tantangan dan permasalahan
pembangunan yang ada, mengingat kinerja sub sektor tanaman
pangan tidak sepenuhnya tergantung pada lingkup Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan semata, tetapi juga pihak/instansi lain
yang memiliki peran untuk berkontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu, dukungan seluruh pihak pelaku
pembangunan pertanian seperti: Kementerian PU dan Perumahan
Rakyat, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian,
Kemenko, Bulog, Eselon I lain lingkup Kementerian Pertanian,
Pemerintah Daerah (provinsi/kabupaten/kota), dunia usaha,
perbankan, lembaga pembiayaan bukan bank, serta peran aktif
petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian sangatlah
diharapkan bagi keberlangsungan dan keberhasilan pembangunan
sub sektor tanaman pangan dan sektor pertanian Indonesia.
1.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan merupakan salah satu unit Eselon I
pada Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bertugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
produksi padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya, serta
menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan,
penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen,
Laporan Kinerja 2016
5 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
pengolahan, dan pemasaran hasil produksi padi, jagung,
kedelai, dan tanaman pangan lainnya, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan tanaman pangan;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan,
penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen,
pengolahan, dan pemasaran hasil produksi padi, jagung,
kedelai, dan tanaman pangan lainnya, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan tanaman pangan;
3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya,
peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil
produksi padi, jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya,
serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan tanaman
pangan;
4) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyediaan
perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan
pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi padi,
jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya, serta
pengendalian hama penyakit dan perlindungan tanaman
pangan;
5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyediaan
perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan
pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi padi,
jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya, serta
pengendalian hama penyakit dan perlindungan tanaman
pangan;
6) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;
7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Laporan Kinerja 2016
6 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian, susunan organisasi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, meliputi: (1) Sekretariat Direktorat Jenderal, (2)
Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, (3) Direktorat Serealia, (4)
Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, (5) Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan, dan (6) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan.
Selain enam unit kerja Eselon II tersebut, juga dilengkapi tiga Unit
Pelaksana Teknis, yaitu: (1) Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor
392/Kpts/OT.130/6/2004,(2) Balai Besar Pengembangan dan
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura sesuai
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2006,
dan (3) Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman sesuai Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 393/Kpts/OT.130/6/2004.
Masing-masing unit kerja Eselon II dan Unit Pelaksana Teknis
lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tersebut di atas
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal, bertugas memberikan
pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
serta menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran,
serta kerjasama di bidang tanaman pangan;
b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana,
pengelolaan urusan kepegawaian, penyusunan rancangan
Laporan Kinerja 2016
7 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan
masyarakat serta informasi publik;
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan, serta
pemberian layanan rekomendasi di bidang tanaman pangan;
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan.
2. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, bertugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih padi, jagung,
kedelai, dan tanaman pangan lain, serta menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
penyediaan varietas, pengawasan mutu, dan produksi benih
tanaman pangan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan
varietas, pengawasan mutu, dan produksi benih tanaman
pangan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan penyediaan varietas, pengawasan mutu, dan
produksi benih tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan penyediaan varietas, pengawasan mutu, dan
produksi benih tanaman pangan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan penyediaan varietas, pengawasan mutu, dan
produksi benih tanaman pangan;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan
Tanaman Pangan.
Laporan Kinerja 2016
8 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3. Direktorat Serealia, bertugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
produksi padi, jagung dan serealia lain, serta menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan
kering serta jagung dan serealia lain;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi padi
irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta
jagung dan serealia lain;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan
dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan
dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan
dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Serealia.
4. Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, bertugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan produksi kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu dan
aneka umbi lain, serta menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
produksi kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu dan aneka
umbi lain;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi
kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu dan aneka umbi lain;
Laporan Kinerja 2016
9 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
produksi kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu dan aneka
umbi lain;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan produksi kedelai, aneka kacang lain,ubi kayu
dan aneka umbi lain;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan produksi kedelai, aneka kacang lain, ubi kayu
dan aneka umbi lain;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Aneka Kacang dan
Umbi.
5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, bertugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengendalian hama penyakit dan
perlindungan tanaman pangan, serta menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu
tumbuhan;
b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan;
c. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang
dan umbi, serta penanggulangan dampak perubahan iklim;
d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi,
serta penanggulangan dampak perubahan iklim;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia,
aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak
perubahan iklim;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia,
Laporan Kinerja 2016
10 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak
perubahan iklim;
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia,
aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak
perubahan iklim;
h. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan.
6. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan, bertugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen,
pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan, serta
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan
standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman
pangan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen,
pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta
pemasaran dan investasi tanaman pangan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
Laporan Kinerja 2016
11 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan;
f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta
penerapan standar mutu di bidang tanaman pangan;
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
7. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH), bertugas
melaksanakan pengembangan pengujian mutu benih dan
pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen
mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan
hortikultura, serta menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan program dan evaluasi pengembangan pengujian
mutu benih dan bimbingan teknis penerapan sistem
manajemen mutu laboratorium pengujian benih;
b. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metoda pengujian
laboratorium, sertifikasi dan pengawasan peredaran benih
tanaman pangan dan hortikultura;
c. Pelaksanaan uji banding (uji profisiensi, unjuk kerja metode,
uji arbitrase dan uji acuan) antar laboratorium pengujian benih
tanaman pangan dan hortikultura;
d. Pelaksanaan uji petik mutu benih tanaman pangan dan
hortikultura yang beredar;
e. Pelaksanaan sertifikasi benih untuk tujuan ekspor (orange,
green, and blue certificate);
f. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem
manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman
pangan dan hortikultura;
g. Pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan pemberian hak
penandaan SNI pada pelaku usaha perbenihan tanaman
pangan dan hortikultura;
Laporan Kinerja 2016
12 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
h. Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil pengembangan
pengujian mutu benih dan pelaksanaan kerjasama
laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan
hortikultura;
i. Pelaksanaan pengelolaan urusan tata usaha dan rumah
tangga Balai Besar.
8. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan
(BBPOPT), bertugas melaksanakan dan mengembangkan
peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan
rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura, serta
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan program dan rencana kerja/teknis/
program;
b. Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT dan
faktor penentu perkembangan OPT;
c. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT berdasarkan
sistem Pengendalian Hama Terpadu;
d. Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan dan
pengendalian OPT;
e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi
peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT;
f. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan
sistem mutu dan standar laboratorium Pengamatan Hama
dan Penyakit;
g. Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan
peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura;
h. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.
Laporan Kinerja 2016
13 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
9. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT), bertugas
melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk
tanaman pangan, hortikultura, serta menyelenggarakanfungsi:
a. Pelaksanaan pengelolaan sampel pestisida, pupuk, dan
produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;
b. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida,
pupuk, dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan;
c. Pelaksanaan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian
mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan;
d. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan
dan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan;
e. Pelaksanaan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang
beredar, serta produk tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan;
f. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu
pestisida, pupuk, dan produk tanaman pangan, hortikultura,
dan perkebunan;
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga BPMPT.
1.4 Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2016
pada 6 unit kerja Eselon II dan 3 Unit Pelaksana Teknis (UPT)
sebanyak 764 orang, terdiri dari golongan I sebanyak 4 orang,
golongan II 195 orang, golongan III 499 orang, dan golongan IV 66
orang. Jika dilihat dari jenjang pendidikannya, terdiri dari: S3
sebanyak 7 orang, S2 118 orang, S1/D4 316 orang, SM/D3 51
orang, SLTA 244 orang, SLTP 15 orang, dan SD 13 orang.
Laporan Kinerja 2016
14 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pegawai tersebut tersebar di Sekretariat Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan sebanyak 168 orang, Direktorat Perbenihan
Tanaman Pangan 56 orang, Direktorat Serealia 61 orang, Direktorat
Aneka Kacang dan Umbi 54 orang, Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan 66 orang, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan 72 orang, Balai Besar Pengujian dan
Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortukultura
(BBPPMBTPH) 62 orang, Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) 93 orang, dan Balai Pengujian
Mutu Produk Tanaman (BPMPT) 38 orang, dan 93 orang yang
ditugaskan di provinsi. Secara rinci jumlah pegawai Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan tahun 2016 disajikan pada lampiran.
1.5 Dukungan Anggaran
Pagu awal APBN Sektoral (BA.018) Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan tahun 2016 sebesar Rp7,731 triliun. Dalam
pelaksanaannya, terjadi realokasi, penambahan dan penghematan
anggaran TA. 2016, yaitu: (1) pada bulan April 2016, terdapat revisi
realokasi anggaran antar program lingkup Kementerian Pertanian,
dimana pagu APBN Ditjen Tanaman Pangan bertambah menjadi
Rp8,014 triliun dengan penambahan anggaran sebesar Rp283,64
miliar untuk fasilitasi penanganan pascapanen berupa pengadaan
Combine Harvester kecil 2.208 unit beserta pembinaannya, (2) pada
bulan Juli 2016, sesuai Inpres Nomor 4 Tahun 2016 mengenai
Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja
Kementerian/ Lembaga dalam rangka Pelaksanaan APBN TA.2016,
terdapat revisi penghematan/pemotongan anggaran lingkup
Kementerian Pertanian, dimana pagu APBN Ditjen Tanaman
Pangan berkurang sebesar Rp407,71 miliar menjadi Rp7,607 triliun,
dan (3) pada bulan September 2016, sesuai Inpres Nomor 8 Tahun
2016 mengenai Langkah-Langkah Penghematan Belanja
Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan APBN-P
Laporan Kinerja 2016
15 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
TA.2016, terdapat revisi penghematan/pemotongan anggaran
lingkup Kementerian Pertanian tahap 2, dimana terdapat
penghematan anggaran melalui mekanisme blokir mandiri (self
bloking) dan penundaan pencairan dana kegiatan Rp2,764 triliun
dari pagu APBN Ditjen Tanaman Pangan TA. 2016 sebesar
Rp7,607 triliun.
Sebagian besar (91,08%) anggaran APBN Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dialokasikan di daerah dalam bentuk dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, sisanya (8,92%) merupakan
kegiatan koordinasi dan pembinaan di Pusat. Pada tahun 2016,
jumlah Satuan Kerja (Satker) APBN lingkup Ditjen Tanaman Pangan
sebanyak 210 Satker, yakni: 3 Satker Pusat, 34 Satker Dana
Dekonsentrasi Dinas Pertanian Provinsi, 32 Satker Dana Tugas
Pembantuan Dinas Pertanian Provinsi, dan 141 Satker Dana Tugas
Pembantuan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Sementara itu, jika
dilihat alokasi anggaran menurut kelompok kegiatan,meliputi: (1)
Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Rp3,832 triliun (50,37%),
(2) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Rp978,966 miliar (12,87%), (3) Pengelolaan Sistem Penyediaan
Benih Tanaman Pangan Rp455,452 miliar (5,99%), (4) Penguatan
Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim Rp166,953
miliar (2,19%), (5) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan Rp1,936 triliun (25,45%), (6) Pengembangan Metode
Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium
Pengujian Benih Rp10 miliar (0,13%), (7) Pengembangan
Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Rp18,362
miliar (0,24%), dan (8) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya
Rp209,281 miliar (2,75%).
Laporan Kinerja 2016
16 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Selain anggaran sektoral (BA.018), Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan juga mengelola anggaran subsidi harga benih padi, jagung,
dan kedelai (BA.999.07) dengan pagu Rp1,014 triliun yang
pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk Public Service Obligation
(PSO) oleh BUMN (PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani).
Laporan Kinerja 2016
17 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2015-2019
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja
Eselon I Kementerian Pertanian bertindak sebagai penyelenggara
kebijakan di bidang peningkatan produksi padi, jagung, kedelai dan
tanaman pangan lainnya memiliki peran penting dalam mendukung
pembangunan pertanian dan mewujudkan ketahanan pangan
nasional sesuai kewenangan, tugas dan fungsi yang diembannya.
Untuk melanjutkan kontribusinya dalam pembangunan sektor
pertanian tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) tahun 2015-2019 yang
menjabarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan tanaman pangan tahun 2015-2019
sebagai acuan dan arahan bagi seluruh jajaran unit kerja di lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan 2015-2019 secara menyeluruh,
terintegrasi dan sinergis baik di dalam maupun antar sektor/sub
sektor terkait.
Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2015-2019 tersebut
disusun mengacu pada Renstra Kementerian Pertanian 2015-2019
yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 Bidang Pangan dan Pertanian,
yang mengamanatkan fokus pembangunan untuk lebih
memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang
dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan
sumber daya manusia berkualitas, serta kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Laporan Kinerja 2016
18 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan akuntabilitas kinerja,
berlandaskan pada pencapaian, permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan,
serta memperhatikan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja tahun 2015
dan mengacu pada Revisi Renstra Kementerian Pertanian 2015-
2019, maka pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
telah melakukan Revisi Renstra 2015-2019, sebagaimana telah
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Nomor 59a/HK.310/C/6/2016 tanggal 6 Juni 2016. Dalam konteks ini
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyempurnakan kembali
visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Renstra 2015-2019 dengan
tetap berpedoman pada pencapaian kinerja yang berorientasi
outcome.
Visi dan Misi
Sesuai revisi Renstra 2015-2019, visi Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan adalah “Terwujudnya pemenuhan kebutuhan pangan yang
cukup secara berkelanjutan untuk memperkuat kedaulatan pangan”.
Visi tersebut memiliki makna yang luas dan penting dalam upaya
melaksanakan pembangunan pangan nasional. Dalam rangka
pencapaian visi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga
telah memperbarui misinya agar mencerminkan mandatnya dengan
lebih baik, yaitu: (1) mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup
dan berkelanjutan, (2) mengembangkan komoditas tanaman pangan
yang memiliki nilai tambah dan daya saing, dan (3)
mengembangkan komoditas tanaman pangan yang mendukung
bioindustri.
Visi dan misi tersebut menjadi kerangka utama arah pengembangan
komoditas tanaman pangan selama periode 2015-2019. Pada tahun
2015-2019, terdapat empat komoditas utama tanaman pangan yang
menjadi prioritas dan harus ditingkatkan produksinya, yaitu: padi
Laporan Kinerja 2016
19 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
dalam rangka swasembada, jagung untuk memenuhi kebutuhan
keragaman pangan dan pakan lokal, kedelai diutamakan untuk
mengamankan pasokan dan kebutuhan konsumsi pengrajin tahu
dan tempe, dan ubi kayu sebagai penyedia bahan baku bioindustri.
Tujuan dan Sasaran Strategis
Untuk memfokuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan menetapkan tujuan dan sasaran
strategis yang ingin dicapai pada periode 2015-2019. Tujuan
tersebut adalah: (1) terwujudnya swasembada padi, jagung dan
meningkatnya produksi kedelai, (2) berkembangnya komoditas
tanaman pangan bernilai ekonomi, dan (3) mendukung penyediaan
bahan baku bioindustri. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan
tersebut adalah: (1) terwujudnya peningkatan produksi dan daya
saing tanaman pangan, dan (2) terwujudnya peningkatan produksi
tanaman pangan mendukung penyediaan bahan baku bioindustri
dan bioenergi berkelanjutan
Tabel 1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN
Terwujudnya
pemenuhan
kebutuhan pangan
yang cukup secara
berkelanjutan
untuk memperkuat
kedaulatan pangan
1. Mewujudkan
ketersediaan pangan
yang cukup dan
berkelanjutan.
1. Terwujudnya
swasembada padi,
jagung dan
meningkatnya
produksi kedelai.
1. Terwujudnya
peningkatan
produksi dan daya
saing tanaman
pangan.
2. Mengembangkan
komoditas tanaman
pangan yang memiliki
nilai tambah dan daya
saing.
2. Berkembangnya
komoditas tanaman
pangan bernilai
ekonomi.
2. Terwujudnya
peningkatan
produksi tanaman
pangan mendukung
penyediaan bahan
baku bioindustri dan
bioenergi
berkelanjutan.
3. Mengembangkan
komoditas tanaman
pangan yang
mendukung
bioindustri.
3. Mendukung
penyediaan bahan
baku bioindustri.
Laporan Kinerja 2016
20 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Untuk menjabarkan tujuan dan sasaran strategis agar terukur dan
dapat dicapai secara nyata, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
juga telah menetapkan indikator kinerja dan target kinerja yang akan
dicapai dalam periode 2015-2019. Secara rinci indikator kinerja dan
target kinerja tujuan dan sasaran strategis Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan tahun 2015-2019 disajikan pada lampiran.
Arah Kebijakan dan Strategi
Untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan menetapkan kebijakan:
1) Pengembangan gerakan penerapan teknologi;
2) Penguatan sentra penangkaran benih dengan memantapkan
hubungan penyediaan benih berdasarkan kelas benih dan tata
kelembagaan yang baik;
3) Penguatan gerakan pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim dengan dukungan
sarana pengendalian;
4) Pengembangan penanganan pascapanen sesuai kebutuhan
lapangan;
5) Penguatan dukungan program tematik dan tata kelola
kepemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi.
Strategi operasional peningkatan produksi tanaman pangan
ditempuh melalui dua strategi utama:
1) Perluasan Areal Tanam
Peluasan areal tanam dilakukan melalui upaya: peningkatan indeks
pertanaman (IP) pada lahan eksisting melalui optimalisasi lahan,
perbaikan jaringan irigasi JITUT, JIDES, TAM dan pompanisasi,
pencetakan lahan baru/cetak sawah, pemanfaatan lahan terlantar,
dan konservasi lahan yang berkelanjutan, serta penanaman
tumpang sari di lahan perkebunan dan kehutanan.
Laporan Kinerja 2016
21 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2) Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui upaya: peningkatan
penggunaan benih unggul bermutu, perbaikan pengelolaan tanaman
terpadu (PTT), pengamanan tanaman dari gangguan OPT dan DPI
(banjir dan kekeringan), serta penguatan penanganan panen dan
pascapanen.
Program dan Kegiatan
Sesuai pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran
(RPP), dan mengacu pada Renstra Kementerian Pertanian 2015-
2019, maka dalam Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2015-2019 telah ditetapkan Program Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan yakni “Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Mutu Hasil Produksi Tanaman Pangan”. Program ini menjadi acuan
dalam menterjemahkan tujuan, sasaran strategis dan target kinerja
yang telah dirumuskan ke dalam kegiatan-kegiatan dan rencana
aksi yang bersifat operasional.
Melalui program ini ditetapkan empat sasaran strategissebagai
berikut: (1) tercapainya produktivitas tanaman pangan, (2)
meningkatnya penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, (3)
terkendalinyaluas areal tanaman pangan dari gangguan OPT dan
DPI, dan (4) menurunnya susut hasil/losses tanaman pangan.
Kegiatan program yang dilaksanakan meliputi: (1) Pengelolaan
Produksi Tanaman Serealia, (2) Pengelolaan Produksi Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi, (3) Pengembangan Sistem Penyediaan
Benih Tanaman Pangan, (4) Penguatan Perlindungan Tanaman
Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan
Dampak Perubahan Iklim, (5) Penanganan Pascapanen Tanaman
Pangan, (6) Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan
Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih, (7)
Laporan Kinerja 2016
22 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu
Tumbuhan, dan (8) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya.
2.2. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016
Perjanjian kinerja merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan sesuai dengan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.Dokumen perjanjian kinerja
merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan
instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja.Melalui perjanjian kinerja terwujudlah komitmen
penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi
amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan
wewenang serta sumberdaya yang tersedia.
Sesuai dengan kedua peraturan tersebut diatas (Perpres No.
29/2014 dan Permen PAN & RB No. 53/2014), pada tahun 2016
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menetapkan perjanjian
kinerja sebagai komitmen dalam mewujudkan pencapaian sasaran
strategis pembangunan tanaman pangan tahun 2016.Perjanjian
Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2016 tersebut
berisikan 10 indikator kinerja utama beserta targetnya dengan
mempertimbangkan kriteria: spesifik, dapat diukur (measureable),
dapat dicapai (attainable), berjangka waktu tertentu (time bound),
serta dapat dipantau dan dikumpulkan. Di samping itu, dalam
rangka keterpaduan dan sinergitas pencapaian strategi organisasi
dan meningkatkan kinerja, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
juga telah melaksanakan penetapan/penandatanganan perjanjian
Laporan Kinerja 2016
23 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
kinerja mulai dari level pejabat Eselon II hingga pejabat Eselon IV
lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2016
ditetapkan pertama kali pada bulan Januari 2016. Dalam perjalanan
waktu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan revisi
perjanjian kinerja tahun 2016 sebanyak tiga kali, dikarenakan
adanya revisi DIPA TA. 2016 dan revisi Renstra 2015-2019, yaitu:
(1) pada bulan Maret 2016, terdapat realokasi anggaran antar
kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam
rangka refocusing kegiatan mendukung pencapaian produksi padi
tahun 2016, dan perubahan nomenklatur kegiatan penanganan
pascapanen tanaman pangan (1765) menjadi pengolahan dan
pemasaran hasil tanaman pangan (5885) sesuai perubahan
nomenklatur unit kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor43/Permentan/
OT.010/8/2015tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian, (2) pada bulan Mei2016, terdapat realokasi anggaran
antar kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangandan
penambahan anggaran untuk fasilitasi penanganan pascapanen,dan
(3) pada bulan Agustus 2016, terdapat penghematan/pemotongan
anggaran, sesuai Inpres No. 4 Tahun 2016 mengenai Langkah-
Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/
Lembaga dalam rangka Pelaksanaan APBN TA.2016, dan
perubahan indikator kinerja sesuai revisi Renstra 2015-2019 yang
telah ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman
Pangan Nomor 59a/HK.310/C/6/2016 tanggal 6 Juni 2016.
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016
berdasarkan perubahan/revisi pada bulan Agustus 2016 disajikan
pada Tabel 2.
Laporan Kinerja 2016
24 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 2. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016
Satuan Target
1. Tercapainya Produktivitas Padi (Ku/Ha) 52,35
2. Tercapainya Produktivitas Jagung (Ku/Ha) 52,63
3. Tercapaianya Produktivitas Kedelai (Ku/Ha) 15,76
4. Tercapainya Produktivitas Ubi Kayu (Ku/Ha) 240,00
5. Terlaksananya Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Untuk Padi (%) 50,00
6. Terlaksananya Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Untuk Jagung (%) 50,00
7. Terlaksananya Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Untuk Kedelai (%) 35,00
8. Terlaksananya Luas Areal Tanaman Pangan Aman Dari Gangguan OPT dan DPI Padi (%) 93,00
9. Terlaksananya Luas Areal Tanaman Pangan Aman Dari Gangguan OPT dan DPI Jagung (%) 98,00
10. Terlaksananya Luas Areal Tanaman Pangan Aman Dari Gangguan OPT dan DPI Kedelai (%) 97,00
Sasaran Strategis:
Terwujudnya Peningkatan Produksi dan Daya Saing Tanaman Pangan
Indikator Kinerja
2.3. Rencana Aksi Pencapaian Kinerja Tahun 2016
Dalam pencapaian sasaran kinerja tahun 2016, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan telah merumuskan rencana aksi pencapaian
kinerja selama setahun yang dilaksanakan dalam rangkain waktu
periodik triwulanan. Rencana aksi pencapaian indikator kinerja per
triwulanan selama tahun 2016 secara rinci disajikan pada lampiran.
Laporan Kinerja 2016
25 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja
3.1.1. Capaian Sasaran Program dan Indikator Utama
Pada Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2016, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan telah menetapkan target kinerja pencapaian
sasaran program pembangunan tanaman pangan, yaitu:
“Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan”, dengan 10 indikator
kinerja utama.
Pengukuran capaian kinerja dilakukan dengan membandingkan
realisasi terhadap target masing-masing indikator kinerja. Tingkat
capaian kinerja dikelompokkan berdasarkan metode scoring dengan
kategori sebagai berikut: skala 1: sangat berhasil, dengan capaian >
100%; skala 2:berhasil, dengan capaian 80-100%; skala 3:cukup
berhasil, dengan capaian 60-79%; dan skala 4:kurang berhasil
dengan capaian < 60%.
Pengukuran realisasi indikator kinerja diperoleh dengan cara
sebagai berikut:
1) Indikator kinerja tercapainya produktivitas padi, jagung, kedelai
dan komoditas pangan lainnya diperoleh melalui hasil
pengukuran/survey ubinan dilapangan oleh petugas BPS
(Koordinator Statistik Kecamatan) dan Petugas Pertanian
(Mantri tani/KCD) di wilayah kerja kecamatan masing-masing.
Hasil pengukuran produktivitas dari lapangan selanjutnya
dikumpulkan dan dilaporkan secara berjenjang dari tingkat
kecamatan ke kabupaten/kota, dari kabupaten/kota ke provinsi
dan dari provinsi ke pusat (BPS dan Kementan/Ditjen Tanaman
Laporan Kinerja 2016
26 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pangan) melalui Sistem Informasi Manajemen Tanaman
Pangan (SIMTP).
Luas tanam dan panen dihitung dan dikumpulkan oleh petugas
pertanian (Mantri Tani/KCD) di masing-masing wilayah kerja
kecamatan. Hasil penghitungan luas panen dilaporkan bulanan
secara berjenjang dari tingkat kecamatan ke kabupaten/kota,
dari kabupaten/kota ke provinsi dan dari provinsi ke pusat (BPS
dan Kementan/Ditjen Tanaman Pangan) melalui Sistem
Informasi Manajemen Tanaman Pangan (SIMTP). Penghitungan
angka produksi dilakukan dengan cara mengalikan data
produktivitas dan luas panen.
Status angka produktivitas, luas panen dan produksi tahun 2016
yang digunakan dalam Laporan Kinerja ini adalah Angka
Prakiraan yang telah dibahas antara Kementan (Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan) dengan BPS tanggal 5-7 Oktober
2016 dan dirilis secara resmi oleh Direktur Jenderal Tanaman
Pangan tanggal 1 November 2016.
2) Indikator kinerja terlaksananya penggunaan benih unggul
bersertifikat dihitung berdasarkan jumlah benih bersertifikat yang
digunakan oleh petani dibandingkan terhadap total penggunaan
benih dari seluruh pertanaman masing-masing komoditas pada
tahun yang bersangkutan.
Komponen yang digunakan dalam menghitung penggunaan
benih varietas unggul bersertifikat, meliputi penggunaan benih
dari pasar bebas (swadaya petani), bantuan benih, Cadangan
Benih Nasional dan Subsidi Benih. Data dikumpulkan oleh
Petugas Pengawas Benih di lapangan dilaporkan ke provinsi
(BPSBTPH) dan dari provinsi dilaporkan ke pusat (Direktorat
Perbenihan) setiap bulan melalui website, e-mail dan pos.
Laporan Kinerja 2016
27 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3) Indikator kinerja pengamanan tanaman dari gangguan OPT dan
DPI diperoleh melalui hasil perhitungan perbandingan luas
pertanaman yang terkena serangan OPT Utama dan DPI (banjir
dan kekeringan) menurut jenis komoditas dengan total luas
pertanaman selama tahun bersangkutan.
Data luas serangan OPT dan DPI diperoleh dari hasil
pengamatan Petugas POPT tingkat kecamatan dan dilaporkan
ke Koordinator POPT Kabupaten/kota, dari Koordinator ke
LPHP selanjutnya disampaikan ke provinsi (BPTPH Provinsi),
dan dari provinsi disampaikan ke pusat/Direktorat Perlindungan
Tanaman Ditjen Tanaman Pangan setiap dua mingguan melalui
Si_Lintan, e-mail dan pos.
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016
Satuan Target RealisasiCapaian
(%)
Kategori
Capaian
1. Tercapainya Produktivitas Padi (Ku/Ha) 52,35 52,64 100,55 Sangat Berhasil
2. Tercapainya Produktivitas Jagung (Ku/Ha) 52,63 52,83 100,38 Sangat Berhasil
3. Tercapainya Produktivitas Kedelai (Ku/Ha) 15,76 15,06 95,56 Berhasil
4. Tercapainya Produktivitas Ubi Kayu (Ku/Ha) 240,00 241,98 100,83 Sangat Berhasil
5. Terlaksananya Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat
Untuk Padi(%) 50,00 43,52 87,04 Berhasil
6. Terlaksananya Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat
Untuk Jagung(%) 50,00 52,28 104,56 Sangat Berhasil
7. Terlaksananya Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat
Untuk Kedelai(%) 35,00 46,94 134,11 Sangat Berhasil
8. Terlaksananya Luas Areal Tanaman Pangan Aman Dari
Gangguan OPT dan DPI Padi(%) 93,00 98,20 105,59 Sangat Berhasil
9. Terlaksananya Luas Areal Tanaman Pangan Aman Dari
Gangguan OPT dan DPI Jagung(%) 98,00 98,62 100,63 Sangat Berhasil
10. Terlaksananya Luas Areal Tanaman Pangan Aman Dari
Gangguan OPT dan DPI Kedelai(%) 97,00 96,79 99,78 Berhasil
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Sasaran Program:
Meningkatnya Produksi Tanaman Pangan
Keterangan: Realisasi produktivitas tahun 2016 = berdasarkan Angka Prakiraan
Laporan Kinerja 2016
28 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3.1.2. Evaluasi dan Analisis Pencapaian Kinerja Tahun 2016
Dari sepuluh indikator kinerja utama Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan tahun 2016, menghasilkan kinerja tujuh indikator dengan
capaian kategori Sangat Berhasil (capaian diatas 100%) meliputi
produktivitas padi, jagung, ubi kayu, penggunaan benih unggul
bersertifikat jagung, kedelai, dan pengamanan tanaman padi dan
jagung. Sedangkan tiga indikator dengan kategori Berhasil (capaian
80-100%) yaitu produktivitas kedelai, penggunaan benih unggul
bersertifikat padi, dan pengamanan tanaman kedelai.
3.1.2.1. Produktivitas Padi
Berdasarkan Angka Prakiraan 2016, produktivitas padi 52,64 ku/ha,
luas panen 15,036 juta ha dan produksi 79,141 juta ton GKG.
Capaian produktivitas padi 2016 lebih tinggi 0,29 ku/ha atau
mencapai 100,55% terhadap target (Sangat Berhasil). Namun bila
dibandingkan terhadap tahun 2015, menurun 0,78 ku/ha (1,45%),
tetapi meningkat 1,15 ku/ha (2,23%) terhadap rerata produktivitas
periode 2011-2015. Apabila dibandingkan terhadap target
produktivitas tahun 2019 (akhir RPJMN 2015-2019) sebesar 53,14
ku/ha, capaian 2016 telah hampir mencapai target 2019 (99,06%).
Tabel 4. Skala Kinerja Capaian Indikator Produktivitas Padi 2011-2016
2011 2012 2013 2014 2015Rerata
2011-20152016*)
1 Target (Ku/Ha) 55,93 50,10 52,00 51,83 51,40 52,25 52,35
2 Realisasi (Ku/Ha) 49,80 51,36 51,52 51,35 53,41 51,49 52,64
3 Capaian (%) 89,04 102,51 99,08 99,07 103,91 98,72 100,55
4 Kategori Capaian BerhasilSangat
BerhasilBerhasil Berhasil
Sangat
BerhasilBerhasil
Sangat
Berhasil
Tahun
No. Uraian
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Laporan Kinerja 2016
29 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kinerja capaian produktivitas tahun 2011-2015 yang fluktuatif
berkisar antara 89,04% sampai 103,91% dan rerata 98,72%,
meskipun capaian tahun 2016 bukan merupakan yang tertinggi,
namun lebih tinggi dibanding rerata. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa upaya yang dilakukan pada tahun 2016 cukup berhasil
mendorong peningkatan produktivitas hingga mampu mencapai
produktivitas yang lebih tinggi dan melampaui target yang
ditetapkan.
Luas panen padi tahun 2016 mencapai 15,04 juta ha meningkat 920
ribu ha (6,52%) dibanding tahun 2015. Apabila dibandingkan
dengan target tahun 2016 mencapai 103,26%, dan telah mencapai
97,34% terhadap target 2019 (akhir RPJMN 2015-2019) sebesar
15,45 juta ha. Sedangkan bila dibandingkan terhadap rerata luas
panen periode 2011-2015, meningkat cukup signifikan seluas 1,36
juta ha (9,91%).
Sementara itu, produksi padi tahun 2016 menunjukkan keberhasilan
yang cukup memuaskan mencapai 79,14 juta ton GKG atau
103,82% dari target 76,23 juta ton GKG. Selain mencapai target,
juga meningkat cukup tinggi 3,744 juta ton GKG (4,97%)
dibandingkan tahun 2015. Begitu juga terhadap rerata produksi
tahun 2011-2015 meningkat 8,674 juta ton GKG (12,31%). Apabila
dibandingkan dengan target tahun 2019 (akhir RPJMN 2015-2019)
produksi padi 2016 mencapai 96,42% terhadap target 2019 (80,078
juta ton GKG). Produksi padi tahun 2016 mencapai 103,83% jika
dibandingkan dengan target produksi padi pada Indikator Kinerja
Utama (IKU) Kementerian Pertanian yang berdasarkan Renstra
edisi revisi sebesar 76,22 juta ton GKG.
Peningkatan produksi padi tahun 2016 dibandingkan dengan tahun
2015 yang cukup besar terjadi karena adanya peningkatan luas
panen sebesar 0,92 juta ha (6,54%). Peningkatan luas panen pada
Laporan Kinerja 2016
30 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
tahun 2016 ini dikarenakan adanya pertanaman pada periode
Oktober-Desember 2015 yang memberikan peningkatan yang
signifikan pada luas panen periode Januari-Maret 2016. Selain itu,
pengaruh dari adanya La Nina yang terjadi pada tahun 2016 yang
cenderung “kemarau basah” dan terjadi hujan diatas normal selama
tahun 2016 telah menciptakan peluang untuk tanam musim ketiga
pada area yang biasanya hanya mempunyai dua musim tanam.
Musim tanam ketiga menyumbang sekitar 21% terhadap produksi
padi tahunan yang biasanya tergantung pada air irigasi. Estimasi
didasarkan pada potensi panen pada bulan Agustus dan perkiraan
curah hujan bulan Agutus 2016 di bagian tengah dan barat Jawa
dan daerah-daerah selatan Sumatera.
Tabel 5. Perbandingan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2011-2016
No. Uraian
% Capaian Selisih % Capaian Selisih % Capaian Selisih
1 Produktvitas (Ku/Ha) 51.49 53.41 52.35 52.64 102.24 1.15 98.56 (0.77) 100.55 0.29
2 Luas Panen (000 Ha) 13,679 14,115 14,561 15,036 109.91 1,356 106.52 920 103.26 475
3 Produksi (000 Ton) 70,467 75,398 76,226 79,141 112.31 8,674 104.97 3,744 103.82 2,915
Realisasi
2016 *)Rerata 2011-2015
Perbandingan Realisasi 2016 Thd.
Realisasi 2015 Target 2016Target
2016
Rerata
2011-2015
Realisasi
2015
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Dalam periode tahun 2011-2015, produktivitas padi meningkat rata-
rata 1,78% per tahun, dari 49,49 ku/ha pada tahun 2011 menjadi
53,41ku/ha pada tahun 2015, sementara pada tahun 2016
meningkat 0,55%. Luas panen padi meningkat rerata 1,69% per
tahun, dari 13,20 juta ha pada tahun 2011 menjadi 14,12 juta ha
pada tahun 2015, pada tahun 2016 meningkat 6,52%. Sementara itu
produksi padi rerata tumbuh 3,51% per tahun, dari 65,76 juta ton
GKG tahun 2011 menjadi 75,39 juta ton GKG pada tahun 2015,
tahun 2016 meningkat signifikan 4,97%.
Laporan Kinerja 2016
31 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 6. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Padi Tahun 2011-2016
Rerata Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2011-2015 2016 *) 2011-2015 2015-2016
1 Produktvitas (Ku/Ha) 49.80 51.36 51.52 51.35 53.41 51.49 52.64 1.78 (1.44)
2 Luas Panen (000 Ha) 13,204 13,446 13,835 13,797 14,115 13,679 15,036 1.69 6.52
3 Produksi (000 Ton) 65,757 69,056 71,280 70,846 75,398 70,467 79,141 3.51 4.97
No. UraianRealisasi Tahun % Pertumbuhan
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Grafik 1. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2011-2016
Produksi padi tahun 2016 berdampak terhadap pencapaian
swasembada dan surplus beras yang cukup besar 12,19 juta ton
atau mencapai indeks swasembada 136,01%. Perhitungan tersebut
dilakukan dengan cara membandingkan antara produksi beras
dengan kebutuhan. Produksi padi tahun 2016 (Angka Prakiraan)
setara dengan 46,03 juta ton beras tersedia untuk konsumsi.
Sementara itu kebutuhan beras tahun 2016 sebesar 33,84 juta ton
meliputi: konsumsi langsung penduduk (tingkat konsumsi 124,89
kg/kapita/tahun, jumlah penduduk 258,71 juta jiwa), pakan
ternak/unggas, industri bukan makanan dan kehilangan
hasil/susut/tercecer.
47,00
48,00
49,00
50,00
51,00
52,00
53,00
54,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Produktvitas (Ku/Ha)
12.000
12.500
13.000
13.500
14.000
14.500
15.000
15.500
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Luas Panen (000 Ha)
50.000
55.000
60.000
65.000
70.000
75.000
80.000
85.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Produksi (000 Ton)
Laporan Kinerja 2016
32 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 7.Neraca Produksi dan Kebutuhan Beras Tahun 2016
No. Uraian Volume Satuan
1 Produksi Padi/Gabah (GKG) 79.141.352 Ton
2 Kebutuhan/Konsumsi Gabah 5.777.319 Ton
3 Gabah Tersedia (Produksi Gabah (1) - Konsumsi Gabah (2)) 73.364.033 Ton
4 Beras tersedia (62,74% x Gabah Tersedia (3)) 46.028.594 Ton
5 Kebutuhan/Konsumsi Beras 33.842.420 Ton
6 Neraca Surplus/Defisit (Beras Tersedia (4) - Konsumsi Beras (5)) 12.186.174 Ton
7 Jumlah Penduduk (Proyeksi BPS 2010-2035) 258.704.986 Jiwa
8 Konsumsi Beras Perkapita 124,89 Kg/Kapita/Thn
9 Indeks Swasembada (Beras Tersedia (3) / Konsumsi Beras (5)) 136,01 % Keterangan:
• Produksi merupakan angka prakiraan
• Penghitungan (konsumsi gabah, gabah tersedia, beras tersedia, konsumsi beras) berdasarkan formula BPS dan BKP
• Konsumsi beras perkapita berdasarkan angka Bappenas
Peningkatan luas panen dan produksi padi tahun 2016 didukung
oleh kegiatan utama padi yaitu: kegiatan padi inbrida peningkatan
produktivitas, padi perluasan areal tanam melalui peningkatan
indeks pertanaman, padi perluasan areal, padi hibrida,
pengembangan desa pertanian organik untuk padi, dan
pengembangan padi dengan teknologi budidaya hazton,
peningkatan penggunaan benih unggul bersertifikat melalui
pemberian bantuan benih, perbaikan jaringan irigasi tersier, optimasi
lahan, peningkatan perlindungan tanaman dari gangguan OPT dan
DPI, perbaikan penanganan pascapanen, peningkatan penyuluhan,
pengawalan dan pendampingan yang dilakukan oleh petugas
pertanian bekerjasama dengan TNI/Babinsa dan mahasiswa dalam
program UPSUS.
Beberapa kegiatan APBN yang mendukung terjadinya peningkatan
produktivitas, luas panen dan produksi padi tahun 2016 antara lain:
Laporan Kinerja 2016
33 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1) Penerapan Budidaya Padi
Target kegiatan penerapan budidaya padi tahun 2016 seluas
2.202.054 ha, terdiri dari: padi inbrida peningkatan produktivitas
1.512.598 ha, padi perluasan areal tanam melalui peningkatan
indeks pertanaman 301.657 ha, padi hibrida 38.000 ha, padi
perluasan areal tanam (PAT) 306.864 ha, pengembangan desa
pertanian organik untuk padi 2.440 ha,dan budidaya padi
dengan teknologi hazton 40.495 ha.
Fasilitasi bantuan kegiatan budidaya padi produktivitas
perluasan areal peningkatan indeks pertanaman, dan padi
hibrida yang diberikan berupa benih dan alat tanam jajar
legowo. Sementara untuk pengembangan desa pertanian
organik, selain bantuan benih dan alat tanam, juga diberikan
bantuan berupa pupuk organik, pestisida nabati, MOL, dan
fasilitasi pendukung pertanian organik. Demikian juga budidaya
padi dengan teknologi budidaya Hazton selain bantuan benih
dan alat tanam, juga diberikan bantuan berupa pupuk organik,
pupuk organik cair (POC) lengkap, decomposer, dan agensia
hayati.
Realisasi tanam kegiatan penerapan budidaya padi mencapai
2.154.673 ha (97,85%), terdiri dari: padi inbrida peningkatan
produktivitas 1.482.329 ha (98,00%), padi perluasan areal
tanam melalui peningkatan indeks pertanaman 288.166 ha
(95,53%), padi hibrida 37.471 ha (98,61%), padi perluasan areal
tanam (PAT) 304.346 ha (99,18%), pengembangan desa
pertanian organik untuk padi 2.286 ha (93,69%), budidaya padi
dengan teknologi hazton 40.074 ha (98,96%). Sisa kegiatan
seluas 47.381 ha sampai akhir Desember 2016 sedang dalam
persemaian.
Laporan Kinerja 2016
34 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Luas panen kegiatan penerapan budidaya padi mencapai
596.193 ha, produksi 3.828.193 ton dan produktivitas 64,21
ku/ha, atau 122,66% terhadap target (52,35 ku/ha), dengan
rincian padi inbrida peningkatan produktivitas 67,95 ku/ha, padi
perluasan areal tanam melalui peningkatan indeks pertanaman
57,22 ku/ha, padi hibrida 74,66 ku/ha, padi perluasan areal
tanam 51,75 ku/ha, pengembangan desa pertanian organik
untuk padi 54,25 ku/ha, dan budidaya padi dengan teknologi
hazton 43,69 ku/ha.
Tabel 8. Realisasi Kegiatan Penerapan Budidaya Padi Tahun 2016
Rencana Realisasi Panen Produktvitas Produksi
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Ton)
1 Padi Inbrida Peningkatan Produktivitas 1,512,598 1,482,329 98.00 420,543 67.95 2,857,511
2 Padi Inbrida PAT PIP 301,657 288,166 95.53 70,860 57.22 405,490
3 Padi Hibrida 38,000 37,471 98.61 11,107 74.66 82,929
4 Padi Inbrida PAT 306,864 304,346 99.18 89,913 51.75 465,325
5 Pengembangan desa pertanian organik padi 2,440 2,286 93.69 534 54.25 2,897
6 Pengembangan padi teknologi hazton 40,495 40,074 98.96 3,236 43.69 14,138
2,202,054 2,154,673 97.85 596,193 64.21 3,828,193
No. Uraian
Jumlah
Realisasi
2) Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Padi
Kegiatan pengelolaan sistem penyediaan benih padi telah
mampu menyediakan benih yang berkualitas di lapangan
sehingga meningkatkan penggunaan benih unggul bersertifikat
padi pada tahun 2016 yang mencapai 180.928 ton setara luas
7,24 juta ha atau 43,52% dari total luas tanam 16,63 juta ha.
Capaian tersebut didukung oleh kegiatan: pemberdayaan
penangkar, bantuan benih, subsidi benih, penguatan dan
pengembangan desa mandiri benih, serta ketersediaan benih di
pasar bebas yang cukup. Peningkatan penggunaan benih
Laporan Kinerja 2016
35 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
unggul bersertifikat berpengaruh langsung terhadap
peningkatan produktivitas dan kualitas hasil.
3) Penguatan Perlindungan Tanaman Padi dari Gangguan OPT
dan DPI
Dalam rangka mengamankan areal tanaman dari gangguan
OPT, telah dilaksanakan kegiatan Penerapan Pengendalian
Hama Terpadu (PPHT), Penerapan Penanganan Dampak
Perubahan Iklim (PPDPI), gerakan pengendalian OPT,
penguatan Brigade Proteksi Tanaman, dan penguatan
pengamatan peramalan.
Melalui kegiatan tersebut, telah berhasil mengamankan
pertanaman padi dari gangguan OPT dan DPI mencapai
98,20% dari total pertanaman padi tahun 2016 seluas 16,63 juta
ha. Hal ini berarti sepanjang tahun 2016 pertanaman padi yang
tidak terkena gangguan OPT dan DPI mencapai 16,33 juta ha,
dan hanya 299 ribu ha (1,80% pertanaman yang terserang OPT
dan terkena DPI), jauh lebih rendah dari tahun 2015 yang
mencapai 4,08%.
4) Penanganan Pascapanen Padi
Dalam rangka mendukung penurunan susut hasil dialokasikan
bantuan sarana pascapanen padi sebanyak 12.893 unit terdiri
dari: power thresher 3.208 unit, combine harvester kecil 6.283
unit, combine harvester sedang 2.884 unit, combine harvester
besar 446 unit, vertical dryer 5 unit, penggilingan 23 unit, dan
polisher 22 unit.
Berdasarkan realisasi bantuan sarana pascapanen padi
tersebut, diprediksi dapat menurunkan susut hasil padi sebesar
0,146% atau mengamankan produksi padi pada tahun 2016
sebesar 115.544 ton GKG.
Laporan Kinerja 2016
36 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
5) Dukungan Kegiatan Eselon-I Lain Lingkup Kementan
Peningkatan produktivitas dan produksi padi juga didukung oleh
kegiatan Eselon-I lain dalam rangka pelaksanaan UPSUS 2016.
Kegiatan dari Ditjen PSP antara lain rehabilitasi jaringan irigasi
seluas 454 ribu ha, irigasi perpompaan 1.691 ha, dan irigasi
rawa 80.000 ha, cetak sawah 132 ribu ha, serta kegiatan
pengawalan dan pendampingan oleh TNI/Babinsa dan
Perguruan Tinggi/Mahasiswa. Kegiatan Badan PPSDMP antara
lain peningkatan penyuluhan dan pendampingan oleh penyuluh
pertanian lapangan. Melalui kegiatan tersebut selain berdampak
pada peningkatan IP, juga dapat meningkatkan produktivitas.
3.1.2.2. Produktivitas Jagung
Berdasarkan Angka Prakiraan 2016, produktivitas jagung 52,83
ku/ha, luas panen 4,385 juta ha dan produksi 23,165 juta ton pipilan
kering. Capaian produktivitas jagung 2016 lebih tinggi 0,20 ku/ha
atau mencapai 100,38% dibanding target (Sangat Berhasil). Begitu
juga bila dibandingkan terhadap tahun 2015, meningkat 1,04 ku/ha
(2,01%), dan meningkat 3,95 ku/ha (8,08%) terhadap rerata
produktivitas periode 2011-2015. Sementara itu apabila
dibandingkan terhadap target produktivitas tahun 2019 (akhir
RPJMN 2015-2019) sebesar 55,84ku/ha, produktivitas jagung tahun
2016 telah mencapai 94,61%.
Skala kinerja capaian indikator produktivitas jagung tahun 2016
menunjukkan keberhasilan yang sedikit lebih tinggi dibanding rerata
capaian periode 2011-2015.
Laporan Kinerja 2016
37 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 9. Skala Kinerja Capaian Indikator Produktivitas Jagung 2011-2016
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Luas panen jagung tahun 2016 mencapai seluas 4,39 juta ha, masih
kurang 175 ribu ha dibandingkan target, namun jika dibandingkan
dengan target awal Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
seluas 4,15 juta ha, telah melebih target. Apabila dibandingkan
dengan tahun 2015, meningkat 597 ribu ha (15,77%), demikian juga
dibandingkan dengan rerata periode 2011-2015 meningkat 531 ribu
ha (13,78%).
Produksi jagung tahun 2016 mencapai 23,16 juta ton pipilan kering.
Capaian produksi tersebut mencapai 96,52% dari target, namun
demikian meningkat cukup signifikan 3,55 juta ton pipilan kering
(18,11% terhadap produksi tahun 2015) dan meningkat lebih tinggi
4,33 juta ton pipilan kering (23,00% terhadap rerata produksi tahun
2011-2015). Produksi jagung tahun 2016 mencapai 108,48% jika
dibandingkan dengan target produksi jagung pada IKU Kementerian
Pertanian yang berdasarkan Renstra edisi revisi sebesar 21,35 juta
ton pipilan kering.
Peningkatan produksi jagung tahun 2016 sebesar 3,55 juta ton
pipilan kering sebagian besar berasal dari kontribusi peningkatan
luas panen sebesar 3,09 juta ton pipilan kering atau 87,04% dan
kontribusi dari peningkatan produktivitas 460 ribu ton pipilan kering
atau 12,96%.
No. Uraian Rerata
2011-2015
1 Target (Ku/Ha) 48,10 48,73 48,34 47,95 50,54 48,73 52,63
2 Realisasi (Ku/Ha) 45,65 48,99 48,44 49,54 51,79 48,88 52,83
3 Capaian (%) 94,91 100,53 100,21 103,32 102,47 100,31 100,38
4 Kategori Capaian BerhasilSangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Laporan Kinerja 2016
38 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 10. Perbandingan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Jagung Tahun 2011-2016
No. Uraian
% Capaian Selisih % Capaian Selisih % Capaian Selisih
1 Produktivitas (Ku/Ha) 48.88 51.79 52.63 52.83 108.08 3.95 102.01 1.04 100.38 0.20
2 Luas Panen (000 Ha) 3,854 3,787 4,560 4,385 113.78 531 115.77 597 96.15 (175)
3 Produksi (000 Ton) 18,833 19,612 24,000 23,165 123.00 4,332 118.11 3,552 96.52 (835)
Perbandingan Realisasi 2016 Thd.Realisasi
2011-2015
Realisasi
2015
Target
2016
Realisasi
2016 *)Rerata 2011-2015 Realisasi 2015 Target 2016
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Produktivitas jagung periode tahun 2011-2015 meningkat rata-rata
12,99% per tahun, dari 45,65 ku/ha pada tahun 2011 menjadi 51,78
ku/ha pada tahun 2015, sementara produktivitas tahun 2016
sebesar 52,83 ku/ha naik 1,05 ku/ha (2,03%). Sementara luas
panen cenderung menurun pada periode tahun 2011-2015 rata-rata
1,92% per tahun, dari 3,86 juta ha tahun 2011 menjadi 3,79 juta ha
tahun 2015, sedangkan tahun 2016 meningkat 15,77%.Pada
periode yang sama, produksi jagung rerata meningkat 11,23% per
tahun, dari 17,64 juta ton pipilan kering tahun 2011 menjadi 19,61
juta ton pipilan pada tahun 2015, dan tahun 2016 meningkat menjadi
19,83 juta ton (naik 4,34%).
Tabel 11. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Jagung Tahun 2011-2016
Rerata Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2011-2015 2016 *) 2011-2015 2015-2016
1 Produktivitas (Ku/Ha) 45.65 48.99 48.44 49.54 51.78 48.88 52.83 12.99 2.03
2 Luas Panen (000 Ha) 3,865 3,958 3,822 3,837 3,787 3,854 4,385 (1.92) 15.77
3 Produksi (000 Ton) 17,643 19,387 18,512 19,008 19,612 18,833 23,165 11.23 18.11
No. UraianRealisasi/Tahun % Pertumbuhan
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Laporan Kinerja 2016
39 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Grafik 2. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Jagung
Tahun 2011-2016
Produksi jagung tahun 2016 (Angka Prakiraan) sebesar 23,16 juta
ton pipilan kering apabila dibandingkan dengan kebutuhan tahun
2016 sebesar 20,244 juta ton, mengalami defisit sebesar 411 ribu
ton, atau dengan indeks swasembada mencapai 97,97%.
Kebutuhan jagung tahun 2015 meliputi: kebutuhan benih, konsumsi
langsung, pakan (industri pakan dan peternak lokal), industri
(pangan, non pangan dan non pakan) dan kehilangan
hasil/susut/tercecer.
Tabel 12. Neraca Produksi dan Kebutuhan Jagung Tahun 2016
No. Uraian Volume Satuan
1 Produksi Jagaung (Pipilan Kering) 23,164,915 Ton
2 Kebutuhan 22,589,831 Ton
3 Neraca Surplus/Defisit (produksi Jagung (1) - Kebutuhan (2)) 575,084 Ton
4 Jumlah Penduduk (Proyeksi BPS 2010-2035) 258,704,986 Jiwa
5 Konsumsi Jagung Perkapita 1.56 Kg/Kapita/Tahun
6 Indeks Swasembada (Produksi Jagung (1) / Kebutuhan (2) 102.55 %
Keterangan: • Produksi berdasarkan Angka Praakiraan • Kebutuhan berdasarkan proyeksi dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Asosiasi Peternak
Lokal, Kompartemen Industri Makanan dan Minuman KADIN, dan BKP (Neraca Bahan Makanan/NBM) • Konsumsi jagung perkapita berdasarkan angka Susenas BPS
Keberhasilan capaian produktivitas tahun 2016 disebabkan karena
meningkatnya penggunaan benih berkualitas melalui program
bantuan benih, sehingga petani dapat memperoleh produksi yang
lebih baik dari pertanaman sebelumnya. Selain itu juga bantuan
42,00
44,00
46,00
48,00
50,00
52,00
54,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Produktivitas (Ku/Ha)
3.400
3.600
3.800
4.000
4.200
4.400
4.600
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Luas Panen (000 Ha)
15.000
17.000
19.000
21.000
23.000
25.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Produksi (000 Ton)
Laporan Kinerja 2016
40 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
pupuk pada program pengembangan jagung pada lahan khusus
juga turut memberikan sumbangan meningkatnya angka
produktivitas tersebut.
Faktor lain yang mendukung meningkatnya produksi jagung
nasional adalah adanya kebijakan pemerintah untuk tidak
melakukan impor jagung serta adanya harga minimum jagung
pipilan kering sebesar Rp3.150,- per kg (kadar air 15%).
Kebijakan penolakan impor berdampak pada keyakinan petani untuk
memberikan input yang cukup bagi tanaman sehingga mampu
mencapai produksi optimal. Penetapan harga minimum juga
berdampak pada petani bahwa usaha budidaya jagung yang mereka
laksanakan dapat memberikan pendapatan yang lebih baik bagi
keluarga mereka.
Beberapa kegiatan APBN yang mendukung terjadinya peningkatan
produktivitas, luas panen dan produksi jagung tahun 2016 antara
lain:
1) Penerapan Budidaya Jagung
Sasaran kegiatan penerapan budidaya jagung tahun 2016
seluas 1.655.885 ha, terdiri dari: pengembangan jagung hibrida
1.102.349 ha dan pengembangan jagung di lahan khusus
553.536 ha.
Fasilitasi bantuan kegiatan budidaya jagung yang diberikan
berupa benih jagung hibrida dan alat tanam yang
jumlah/rasionya disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi.
Sementara jika penanaman dilakukan di lahan hutan atau
tumpang sari dengan tanaman lainnya, maka jumlah bantuan
disesuaikan dengan tanaman jagung terhadap tanaman lainnya.
Realisasi tanam kegiatan penerapan budidaya jagung mencapai
1.529.674 ha (92,38%), terdiri dari: pengembangan jagung
Laporan Kinerja 2016
41 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
hibrida 1.102.349 ha (100%) dan pengembangan jagung di
lahan khusus 427.325 ha (77,20%). Sisa pertanaman
pendukung kegiatan utama jagung pada lahan khusus seluas
126.211 ha akan ditanam pada bulan Januari-Maret tahun 2017
karena terlambatnya penyaluran benih. Hal ini masih
diperkenankan sebagaimana kebijakan yang tertuang pada
Petunjuk Teknis Pengembangan Jagung di Lahan Khusus tahun
2016.
Produktivitas kegiatan pengembangan jagung hibrida 61,70
ku/ha, atau 117,23% terhadap target (52,63 ku/ha). Sementara
pengembangan jagung di lahan khusus yang mana
anggarannya berasal dari APBN-P dan DIPA baru terbit pada
akhir bulan Juli 2016, daerah sebagian besar baru dapat
melaksanakan proses administrasi keuangan untuk kontrak
kegiatan pada bulan Agustus-September 2016, sehingga
kegiatan ini sebagian besar baru bisa ditanam pada periode
Oktober 2016-Maret 2017. Oleh sebab itu, sampai dengan
Desember 2016 belum ada kegiatan yang telah memasuki
panen. Dengan demikian, capaian produktivitas kegiatan belum
dapat disajikan.
2) Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Jagung
Kegiatan pengelolaan sistem penyediaan benih jagung telah
mampu menyediakan benih yang berkualitas di lapangan.
Penggunaan benih unggul bersertifikat jagung pada tahun 2016
mencapai 46.113 ton setara luas 3,07 juta ha atau 52,28% dari
total luas tanam 4,90 juta ha. Tingkat penggunaan benih unggul
bersertifikat tersebut lebih tinggi dari tahun 2015 yang hanya
mencapai 50,40%.
Peningkatan penggunaan benih varietas unggul bermutu tahun
2016 disebabkan oleh bantuan benih pada kegiatan penerapan
Laporan Kinerja 2016
42 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
budidaya jagung, bantuan benih DIPA Pusat, perbanyakan
benih sumber, dan ketersediaan benih yang cukup di pasar
bebas terutama jagung hibrida.
3) Penguatan Perlindungan Tanaman Jagung Dari Gangguan OPT
dan DPI
Dalam rangka mengamankan produksi dari gangguan OPT,
telah dilaksanakan kegiatan PPPHT, gerakan pengendalian
OPT, pengadaan bantuan sarana pengendalian, penguatan
Brigade Proteksi Tanaman, dan penguatan pengamatan
peramalan.
Melalui kegiatan tersebut, telah berhasil mengamankan
pertanaman jagung dari gangguan OPT dan DPI mencapai
98,62% dari total pertanaman jagung tahun 2016 seluas 4,90
juta ha.
4) Penanganan Pascapanen Jagung
Dalam rangka meningkatkan penangananpascapanen untuk
meningkatkan kualitas hasil dan penurunan susut, pada tahun
2016 disalurkan bantuan sarana pascapanen jagung sebanyak
6.468 unit (95,12% dari target 6.800 unit). Alsin yang disalurkan
terdiri dari: corn combine harvester 177 unit, corn sheller 6.276
unit, dan vertical dryer 15 unit.
Dampak dari bantuan sarana pascapanen jagung tersebut,
diprediksi mampu menurunkan susut hasil jagung sebesar
0,517% atau dapat mengamankan produksi jagung pada tahun
2016 sebesar 119.691 ton pipilan kering.
3.1.2.3. Produktivitas Kedelai
Berdasarkan Angka Prakiraan tahun 2016, produktivitas kedelai
mencapai 15,06ku/ha, luas panen 588 ribu ha dan produksi 886 ribu
Laporan Kinerja 2016
43 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
ton biji kering. Capaian produktivitas kedelai 2016 lebih rendah 0,70
ku/ha atau mencapai 95,56% dibanding target (Berhasil).
Produktivitas kedelai tahun 2016, apabila dibandingkan terhadap
tahun 2015, menurun 0,62 ku/ha (3,95%), namun meningkat
0,28ku/ha (1,92%) terhadap rerata produktivitas periode 2011-
2015.Apabila dibandingkan terhadap target produktivitas tahun 2019
(akhir RPJMN 2015-2019) sebesar 17,00 ku/ha, maka capaian 2016
telah mencapai 88,59%.
Kategori skala kinerja capaian indikator produktivitas kedelai tahun
2016 menunjukkan keberhasilan yang lebih rendah dibanding rerata
capaian periode 2011-2015, namun apabila dibandingkan terhadap
tahun 2011 dan 2013 berada pada kategori sama (Berhasil) namun
angkanya lebih tinggi.
Tabel 13. Skala Kinerja Capaian Indikator Produktivitas Kedelai 2011-2016
No. Uraian Rerata
2011-2015
1 Target (Ku/Ha) 15.06 13.92 15.46 14.19 15.50 14.83 15.76
2 Realisasi (Ku/Ha) 13.68 14.85 14.16 15.51 15.68 14.78 15.06
3 Capaian (%) 90.84 106.68 91.59 109.30 101.16 99.66 95.56
4 Kategori Capaian BerhasilSangat
BerhasilBerhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
BerhasilBerhasil Berhasil
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Luas panen kedelai tahun 2016 apabila dibandingkan dengan target
mencapai 84,24%. Sedangkan bila dibandingkan terhadap tahun
2015, menurun 26 ribu ha (4,25%), dan dibandingkan dengan rerata
periode 2011-2015 menurun 6 ribu ha (1,03%).
Produksi kedelai tahun 2016 mencapai 886 ribu ton biji kering,
menurun 78 ribu ribu ton biji kering (8,06%) dibandingkan terhadap
produksi tahun 2015. Apabila dibandingkan terhadap target
Laporan Kinerja 2016
44 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
mencapai 80,51%, sedangkan apabila dibandingkan terhadap rata-
rata 2011-2015 meningkat 7 ribu ton biji kering (0,80%). Sementara
itu apabila dibandingkan terhadap target 2019 (akhir RPJMN) 2015-
2019 baru mencapai 59,04% dari target 1,50 juta ton, yang sama
dengan target produksi kedelai tahun 2016 pada IKU Kementan.
Tabel 14. Perbandingan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Kedelai Tahun 2010-2015
No. Uraian
% Capaian Selisih % Capaian Selisih % Capaian Selisih
1 Produktivitas (Ku/Ha) 14.78 15.68 15.76 15.06 101.92 0.28 96.05 (0.62) 95.56 (0.70)
2 Luas Panen (000 Ha) 594 614 698 588 98.97 (6) 95.75 (26) 84.24 (110)
3 Produksi (000 Ton) 879 963 1,100 886 100.80 7 91.94 (78) 80.51 (214)
Rerata
2011-2015
Realisasi
2015
Target
2016
Realisasi
2016 *)
Perbandingan Realisasi 2016 Thd.
Rerata 2011-2015 Realisasi 2015 Target 2016
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Dalam periode tahun 2011-2015, perkembangan produktivitas
kedelai meningkat rata-rata 3,63% per tahun, dari 13,68ku/ha pada
tahun 2011 menjadi 15,68 ku/ha pada tahun 2015, namun tahun
2016 menurun menjadi 15,06 ku/ha. Sementara itu luas panen turun
rerata 0,06% per tahun, dari 622 ribu ha pada tahun 2011 menjadi
614 ribu ha pada tahun 2015, dan tahun 2016 kembali turun menjadi
588 ribu ha.
Produksi kedelai menunjukkan fluktuasi setiap tahun, sedikit
menurun dari 851 ribu ton biji kering tahun 2011 menjadi 843 ribu
ton biji kering dan kembali turun tahun 2013 menjadi 780 ribu ton.
Selanjutnya meningkat signifikan tahun 2014 dan tahun 2015
masing-masing menjadi 955 ribu ton biji kering dan 983 ribu ton biji
kering. Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh penurunan luas panen
karena:faktor iklim basah (La-Nina) yang kurang kondusif untuk
pertanaman kedelai; di beberapa lokasi terjadi puso akibat terkena
banjir dan serangan OPT; harga kedelai ditingkat petani relatif
rendah, sehingga petani kurang tertarik untuk menanam kedelai;
Laporan Kinerja 2016
45 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
harga kedelai lokal tidak kompetitif dengan kedelai impor; dan terjadi
persaingan antar komoditas terutama dengan jagung.
Tabel 15. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Kedelai Tahun 2011-2016
Rata-rata Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2011-2015 2016 *) 2011-2015 2015-2016
1 Produktivitas (Ku/Ha) 13.68 14.85 14.16 15.51 15.68 14.78 15.06 3.63 (3.95)
2 Luas Panen (000 Ha) 622 568 551 616 614 594 588 (0.06) (4.25)
3 Produksi (000 Ton) 851 843 780 955 963 879 886 3.71 (8.06)
No. UraianRealisasi/Tahun % Pertumbuhan
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Telah berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
produksi kedelai, antara lain: 1) dukungan anggaran untuk sarana
produksi benih pupuk dan pestisida; 2) jaminan harga pembelian
oleh pemerintah melalui Permendag; dan 3) kerjasama
pendampingan dan pengawalan kegiatan Budidaya Jenuh Air (BJA)
kedelai dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan menempatkan
tenaga pendamping dan koordinator pendamping. Namun upaya
tersebut ternyata belum mampu untuk meningkatkan produksi
kedelai tahun 2016.
Grafik 3. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Kedelai Tahun 2011-2016
Produksi kedelai tahun 2016 (Angka Prakiraan) sebesar 886 juta ton
biji kering apabila dibandingkan dengan kebutuhan tahun 2016
sebesar 2,768 juta ton (termasuk konsumsi langsung, kebutuhan
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
15,00
15,50
16,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Produktivitas (Ku/Ha)
400
500
600
700
800
900
1.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Produksi (000 Ton)
Laporan Kinerja 2016
46 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
benih, industri, dan kehilangan) mengalami defisit sebesar 1,883
juta ton, atau dengan indeks swasembada mencapai 31,99%.
Kondisi demikian menggambarkan bahwa produksi dalam negeri
belum mampu mengimbangi kebutuhan, sehingga untuk
mencukupinya masih sangat bergantung impor.
Tabel 16. Neraca Produksi dan Kebutuhan Kedelai Tahun 2016
No. Uraian Volume Satuan
1 Produksi Kedelai (Biji Kering) 885,575 Ton
2 Kebutuhan 2,768,320 Ton
3 Neraca Surplus/Defisit (Produksi Kedelai (1) - Kebutuhan (2)) (1,882,745) Ton
4 Jumlah Penduduk (Proyeksi BPS 2010-2035) 258,704,986 Jiwa
5 Konsumsi Kedelai Perkapita 8.67 Kg/Kapita/Tahun
6 Indeks Swasembada (Produksi Kedelai (1) / Kebutuhan (2)) 31.99 %
Keterangan: • Produksi berdasarkan Angka Prakiraan • Kebutuhan berdasarkan proyeksi dari Kompartemen Industri Makanan dan Minuman KADIN, dan BKP (NBM) • Konsumsi kedelai perkapita berdasarkan angka Susenas BPS
Peningkatan produktivitas kedelai 2015 didukung oleh beberapa
faktor antara lain: perbaikan penerapan pengelolaan teknologi
budidaya akibat bantuan saprodi (bantuan benih, rhizobium, bahan
organik atau kapur pertanian), peningkatan penggunaan benih
unggul bersertifikat, peningkatan perlindugan tanaman dari
gangguan OPT dan DPI, serta perbaikan penanganan pascapanen.
Beberapa kegiatan APBN yang mendukung terjadinya peningkatan
produktivitas, luas panen dan produksi kedelai tahun 2016 antara
lain:
1) Penerapan Budidaya Kedelai
Sasaran kegiatan penerapan budidaya kedelai tahun 2016
seluas 393.016 ha, terdiri dari: intensifikasi kedelai 209.245 ha,
Laporan Kinerja 2016
47 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
ekstensifikasi kedelai 175.373 ha, dan budidaya jenuh air (BJA)
8.398 ha.
Fasilitasi bantuan kegiatan budidaya kedelai yang diberikan
berupa benih kedelai bersertifikat dan rhizobium. Untuk areal
pasang surut di luar pulau Jawa, diberikan juga sarana produksi
berupa bahan organik atau kapur pertanian. Sementara
kegiatan teknologi BJA sarana produksi yang diberikan berupa
benih kedelai, pupuk an organik bersubsidi (NPK, SP-36, Urea,
KCl), rhizobium, pestisida organik/an organik, herbisida, dan
kapur pertanian.
Realisasi tanam kegiatan penerapan budidaya padimencapai
355.419 ha (90,43%), terdiri dari: 194.222 ha (92,82%),
ekstensifikasi 152.799 ha (87,13%), dan BJA 8.398 ha
(100,00%).
Produktivitas kegiatan intensifikasi kedelai mencapai 15,06
ku/ha, atau 88,59% terhadap target (17,00 ku/ha). Sementara
capaian produktivitas ekstensifikasi kedelai sebesar 13,86 ku/ha
(92,40% terhadap target (15,00 ku/ha), dan produktivitas BJA
18,07 ku/ha (83,85% terhadap target 21,55 ku/ha). Masih
rendahnya capaian produktivitas kegiatan penerapan budidaya
kedelai disebabkan karena masih rendahnya realisasi panen.
2) Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Kedelai
Kegiatan pengelolaan sistem penyediaan benih kedelai telah
mampu menyediakan benih yang berkualitas di lapangan.
Penggunaan benih unggul bersertifikat kedelai pada tahun 2016
mencapai 12.841 ton setara luas 257 ribu ha atau 46,94% dari
total luas tanam 536 ribu ha. Tingkat penggunaan benih unggul
bersertifikat tersebut lebih tinggi dari tahun 2015 yang hanya
mencapai 40,73%.
Laporan Kinerja 2016
48 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Peningkatan penggunaan benih unggul bersertifikat kedelai
tahun 2016 karena adanya dukungan bantuan benih pada
kegiatan penerapan budidaya kedelai, perbanyakan benih
sumber, subsidi benih, dan sebagian dari benih pasar bebas.
3) Penguatan Perlindungan Tanaman Kedelai dari Gangguan OPT dan DPI
Dalam rangka mengamankan produksi dari gangguan OPT,
telah dilaksanakan kegiatan PPPHT, PPDPI, gerakan
pengendalian OPT, penguatan Brigade Proteksi Tanaman.
Melalui kegiatan tersebut, telah berhasil mengamankan
pertanaman kedelai dari gangguan OPT dan DPI mencapai
96,79% dari total pertanaman kedelai tahun 2016 seluas 536
ribu ha.
4) Penanganan Pascapanen Kedelai
Fasilitasi bantuan sarana pascapanen kedelai pada tahun 2016
dialokasikan sebanyak 6.500 unit berupa power thresher
multiguna yang terealisasi 100%. Berdasarkan realisasi
penyaluran bantuan sarana pascapanen kedelai tersebut
diprediksi dapat menurunkan susut hasil kedelai sebesar
0,998% atau diperkirakan dapat mengamankan produksi kedelai
pada tahun 2016 sebesar 8.838 ton.
Akar permasalahan tidak tercapainya target produksi kedelai tahun
2016 antara lain:
1) Resiko gagal panen pada kondisi iklim lalina sangat tinggi
sehingga petani mengalihkan penanamannya dari kedelai ke
komoditas lain
2) 48% bantuan pemerintah dalam fasilitasi kedelai di tahun 2016
tidak terealisasi karena ketersediaan lahan yang bersaing
dengan komoditas lain
Laporan Kinerja 2016
49 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3) Harga kedelai di tingkat petani rendah karena tidak bisa bersaing
dengan harga kedelai impor
4) Ketersediaan benih kedelai terbatas
5) Risiko tinggi terhadap hama dan penyakit tanaman
Rekomendasi solusi atas akar persamalahan tersebut, antara lain:
1) Melakukan percepatan waktu tanam kedelai
2) Pengembangan budidaya kedelai hemat lahan, air, tenaga kerja
dan input kimia
3) Pompanisasi untuk mengairi pertanaman kedelai
4) Penggunaan varietas unggul
5) Mendorong BUMN Perhutani, Perkebunan dan Perkebunan
swasta untuk membuka peluang kemitraan pemanfaatan lahan
untuk pengembangan kedelai. Ditjen TP bekerjasama dengan
Ditjen Perkebunan dalam memperluas areal lahan kedelai
6) Penetapan Harga Pokok Penjualan kedelai petani
7) Penugasan Perum Bulog untuk membeli kedelai dengan harga
acuan dan HPP jika harga pasar dibawah harga acuan atau HPP
8) Fasilitasi bantuan pemerintah di tahun 2017 melalui PTT dan
BJA diarahkan untuk produksi benih kedelai sebagai stok di
tahun 2018
9) Memperkuat perlindungan tanaman kedelai dengan kegiatan
PPHT Kedelai, gerakan pengendalian OPT Kedelai dan
penguatan agroekosistem
Rencana aksi tindak lanjut perbaikan kinerja dalam peningkatan
produksi kedelai pada tahun 2017, antara lain:
1) Peningkatan produksi melalui PTT (Pengelolaan Tanaman
Terpadu) kedelai seluas 200 ribu ha yang akan dilaksanakan
pada bulan Februari-Oktober 2017
2) Peningkatan produksi melalui BJA kedelai seluas 10 ribu ha
pada bulan Maret-April 2017
Laporan Kinerja 2016
50 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3) Peningkatan produksi melalui Perluasan Areal Tanam/PAT
(pemanfaatan lahan PAT Jagung) untuk APBNP seluas 1 juta ha
pada bulan Oktober-Desember 2017
4) Peningkatan perlindungan dari serangan OPT melalui
Percepatan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) seluas 270 ha
pada bulan Maret-Oktober 2017
5) Gerakan Pengendalian OPT 60 kali pada bulan Maret-Oktober
2017
6) Penguatan Agroekosistem Kedelai seluas 110 ha pada bulan
Maret-Oktober 2017
Fasilitasi bantuan pemerintah di tahun 2017 melalui PTT dan BJA.
50% hasil produksi kegiatan PTT dan BJA diarahkan untuk produksi
benih kedelai sebagai stok di tahun 2018. Peningkatan produksi
melalui PTT dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Ditjen
Tanaman Pangan bekerjasama dengan Ditjen Perkebunan untuk
memperluas areal lahan kedelai. Kedelai dapat ditanam di bawah
tanaman kelapa sawit muda, minyak kayu putih, karet, dan lain-lain.
3.1.2.4. Produktivitas Ubi Kayu
Berdasarkan Angka Prakiraan produktivitas ubi kayu sebesar 241,98
ku/ha, luas panen 853 ribu ha dan produksi 20,637 juta ton umbi
basah. Capaian produktivitas ubi kayu 2016 lebih tinggi 1,98 ku/ha
atau mencapai 100,83% dibanding target (Sangat Berhasil), dan
meningkat 12,47 ku/ha (5,43%) dibanding tahun 2015, dan
meningkat 21,05 ku/ha (9,53%) terhadap rerata produktivitas
periode 2011-2015. Apabila dibandingkan terhadap target
produktivitas tahun 2019 (akhir RPJMN 2015-2019) sebesar 255,00
ku/ha, maka capaian 2016 telah mencapai 94,89%.
Laporan Kinerja 2016
51 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Skala kinerja capaian indikator produktivitas ubi kayu tahun 2016
lebih rendah dibanding rerata capaian periode 2011-2015, namun
kategori capaian setiap tahun sangat berhasil.
Tabel 17. Skala Kinerja Capaian Indikator Produktivitas Ubi Kayu 2011-2016
No. Uraian Rerata
2011-2015
1 Target (Ku/Ha) 184.99 190.00 195.00 227.70 234.00 206.34 240.00
2 Realisasi (Ku/Ha) 202.96 214.02 224.60 233.55 229.51 220.93 241.98
3 Capaian (%) 109.71 112.64 115.18 102.57 98.08 107.07 100.83
4 Kategori CapaianSangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Sangat
Berhasil
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Luas panen ubi kayu tahun 2016 apabila dibandingkan dengan
target masih terdapat kekurangan 149 ribu ha atau mencapai
85,10%. Demikian juga dibandingkan terhadap tahun 2015,
menurun 97 ribu ha (10,22%), dan juga menurun 220 ribu ha
(20,49%) dibandingkan dengan rerata periode 2011-2015.
Produksi ubikayu tahun 2016, bila dibandingkan terhadap target
mencapai 85,80%, terhadap produksi tahun 2015 menurun 1,164
juta ton umbi basah (5,34%), dan terhadap rerata produksi tahun
2011-2015 menurun 2,842 juta ton umbi basah (22,10%).
Tabel 18. Perbandingan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2011-2016
No. Uraian
% Capaian Selisih % Capaian Selisih % Capaian Selisih
1 Produktivitas (Ku/Ha) 220.93 229.51 240.00 241.98 109.53 21.05 105.43 12.47 100.83 1.98
2 Luas Panen (000 Ha) 1,073 950 1,002 853 79.51 (220) 89.78 (97) 85.10 (149)
3 Produksi (000 Ton) 23,479 21,801 24,052 20,637 87.90 (2,842) 94.66 (1,164) 85.80 (3,415)
Rerata
2011-2015
Realisasi
2015
Target
2016
Realisasi
2016 *)
Perbandingan Realisasi 2016 Thd.
Rerata 2011-2015 Realisasi 2015 Target 2016
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Laporan Kinerja 2016
52 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Dalam periode tahun 2011-2015, perkembangan produktivitas ubi
kayu meningkat rata-rata 3,16% per tahun, dari 202,96 ku/ha pada
tahun 2011 menjadi 229,51 ku/ha pada tahun 2015, demikian juga
tahun 2016 kembali meningkat menjadi 241,98 ku/ha.
Sementara capaian produksi ubi kayu cenderung mengalami
penurunan setiap tahunnya, yang disebabkan pengaruh penurunan
luas tanam/panen yang cukup signifikan, dari 1,18 juta ha tahun
2011 menjadi 950 ribu ha pada tahun 2015 (rata-rata turun 5,35%
per tahun), dan kembali turun sebesar 10,22% tahun 2016.
Penurunan produksi ubi kayu tahun 2011-2015 rata-rata mencapai
sebesar 2,38% per tahun, dari 24,04 juta ton umbi basah tahun
2011 menjadi 21,80 juta ton umbi basah pada tahun 2015. Demikian
pula halnya pada tahun 2016, produksi ubi kayu kembali turun
sebesar 2,38% dari tahun 2015.
Tabel 19. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2011-2016
Rerata Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2011-2015 2016 *) 2011-2015 2015-2016
1 Produktivitas (Ku/Ha) 202.96 214.02 224.60 233.55 229.51 220.93 241.98 3.16 5.43
2 Luas Panen (000 Ha) 1,185 1,130 1,066 1,033 950 1,073 853 (5.35) (10.22)
3 Produksi (000 Ton) 24,044 24,177 23,937 23,436 21,801 23,479 20,637 (2.38) (5.34)
No. UraianRealisasi/Tahun % Pertumbuhan
Keterangan: *) Realisasi tahun 2016 merupakan angka prakiraan
Grafik 4. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2010-2015
Faktor pendukung peningkatan produktivitas ubi kayu tahun 2016
antara lain karena meningkatnya kesadaran petani dalam
900,00
950,00
1.000,00
1.050,00
1.100,00
1.150,00
1.200,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 *)
Luas Panen Ubi kayu (000 Ha)
22.000,00
22.500,00
23.000,00
23.500,00
24.000,00
24.500,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 *)
Produksi Ubikayu (000 Ton UB)
180,00
190,00
200,00
210,00
220,00
230,00
240,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 *)
Produktivitas Ubikayu (Ku/Ha)
Laporan Kinerja 2016
53 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
menerapkan teknologi budidaya ubi kayu, penggunaan pupuk
organik dalam budidaya ubi kayu, dan harga yang cukup tinggi,
sehingga petani bersemangat untuk meningkatkan produktivitas dan
produksinya.
Kegiatan APBN yang mendukung pencapaian produktivitas, luas
panen dan produksi ubi kayu tahun 2016 yang diharapkan menjadi
stimulan bagi petani/kelompok tani yaitu pengelolaan produksi
ubikayu seluas 17.423 ha, terdiri dari intensifikasi 5.957 ha dan
ekstensifikasi 11.466 ha, serta kegiatan perbanyakan benih sumber
seluas 2 ha.
Fasilitasi yang diberikan pemerintah kepada kelompok tani dalam
bahan organik untuk intensifikasi, sedangkan untuk ekstensifikasi
dalam bentuk bibit/stek varietas unggul bersertifikat dan bahan
organik.
Realisasi tanam kegiatan pengelolaan produksi ubi kayu mencapai
seluas 15.341 ha atau mencapai 88,05% dari target, dengan rincian
intensifikasi 5.262 ha dan ekstensifikasi 10.079 ha. Sementara
kegiatan perbanyakan benih sumber ubi kayu telah terealisasi
100%.
3.1.2.5. Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Padi, Jagung,
Kedelai
Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan peningkatan produktivitas dan
mutu hasil tanaman pangan. Semakin tinggi persentase
penggunaan benih unggul bersertifikat menunjukkan semakin luas
para petani dalam menggunakan sarana produksi benih yang
bermutu. Pada tahun 2016 tingkat penggunaan benih varietas
unggul bersertifikat jagung dan kedelai semuanya mencapai diatas
target yang ditetapkan dalam sasaran indikator kinerja (Sangat
Berhasil), yakni jagung 104,56% dan kedelai 134,11%. Sementara
Laporan Kinerja 2016
54 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
tingkat penggunaan benih unggul bersertifikat padi mencapai
43,52% dari kebutuhan benih atau 87,04% dari target 50%
(Berhasil). Target tingkat penggunaan benih padi, jagung, dan
kedelai selama periode Renstra 2015-2019 tetap, yaitu masing-
masing sebesar 50%, 50%, dan 35%.
Tabel 20. Tingkat Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Padi, Jagung, Kedelai Tahun 2016
(%) Capaian 2016
No. Komoditas Thd Target Rerata Realisasi Target
(%) 2011-2015 2015 2016
1 Padi 52.25 47.94 50.00 43.52 87.04 (8.73) (4.42) (6.48)
2 Jagung 55.41 50.40 50.00 52.28 104.56 (3.13) 1.88 2.28
3 Kedelai 47.13 40.73 35.00 46.94 134.11 (0.19) 6.21 11.94
Rerata
2011-2015
Realisasi
2015
Target
2016
Realisasi
2016 *)
Selisih Realisasi 2016 Thd.
Keterangan: Realisasi 2016 data sementara s.d 31 Desember 2016 Tingkat penggunaan benih unggul bersertifikat padi tahun 2016
mencapai 180.928 ton seluas 7,24 juta ha atau mencapai 43,52%
dari total luas pertanaman padi tahun 2016 seluas 16,63 juta ha,
sisanya seluas 9,39 juta ha (56,48% menggunakan benih non
sertifikat). Capaian tersebut menurun 4,42% dari tahun 2015
(47,94%), sementara apabila dibandingkan dengan rata-rata
capaian tahun 2011-2015 (52,25%), lebih rendah 8,73%. Tingginya
penggunaan benih unggul bersertifikat pada periode 2011-2015
karena dukungan program bantuan benih dari pemerintah termasuk
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) sampai dengan tahun
2012.
Penggunaan benih unggul bersertifikat jagung tahun 2016 mencapai
46.113 ton seluas 3,07 juta ha atau mencapai 52,28% dari total luas
pertanaman jagung tahun 2016 seluas 4,90 juta ha, sisanya seluas
1,83 juta ha (47,72% menggunakan benih non sertifikat). Capaian
tersebut meningkat 1,88% dari tahun 2015 (50,40%), sementara itu
apabila dibandingkan dengan rata-rata capaian tahun 2011-2015
(55,41%), mengalami penurunan sebesar 3,13%. Tingginya
Laporan Kinerja 2016
55 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
penggunaan benih unggul bersertifikat jagung pada periode 2011-
2015 karena dukungan program bantuan benih dari pemerintah
termasuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) sampai dengan
tahun 2012.
Penggunaan benih unggul bersertifikat kedelai tahun 2016
mencapai 12.841 ton seluas 257 ribu ha atau mencapai 46,94% dari
total luas pertanaman kedelai tahun 2016 seluas 536 ribu ha,
sisanya seluas 279 ribu ha (53,06% menggunakan benih non
sertifikat). Capaian tersebut meningkat 6,21%dari tahun 2015
(40,73%). Sementara itu apabila dibandingkan dengan rata-rata
capaian tahun 2011-2015 (47,13%), mengalami penurunan sebesar
0,19%. Tingginya penggunaan benih unggul bersertifikat kedelai
pada periode 2011-2015 karena dukungan program bantuan benih
dari pemerintah termasuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU)
sampai dengan tahun 2012.
Tabel 21. Perkembangan Tingkat Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Tahun 2011-2016 Padi, Jagung, Kedelai
(%) Rerata Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2011-2015 2016 *) 2011-2015 2015-2016
1 Padi 64.86 55.93 46.63 45.90 47.94 52.25 43.52 (6.88) (9.22)
2 Jagung 69.36 61.20 47.29 48.82 50.40 55.41 52.28 (7.01) 3.73
3 Kedelai 63.22 64.15 39.59 27.94 40.73 47.13 46.94 (5.12) 15.25
No. KomoditasRealisasi/Tahun % Pertumbuhan
Keterangan: *) Realisasi 2016 data sementara s.d 31 Desember 2016
Penggunaan benih unggul bersertifikat tahun 2016 didukung antara
lain perbanyakan benih sumber, penguatan dan pengembangan
desa mandiri benih, bantuan benih (penerapan budidaya dan
pengadaan pusat), penguatan pengawasan dan sertifikasi benih,
CBN dan subsidi benih.
Pelaksanaan kegiatan perbanyakan benih sumber padi tahun 2016
seluas 196 Ha (84,84% dari target 231 ha), jagung 36 ha (78,26%
Laporan Kinerja 2016
56 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
dari target 46 ha, kedelai 126 Ha (71,71% dari target 175 ha). Selain
itu pada tahun 2016 dilaksanakan penguatan desa mandiri benih
yang merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun 2015 dengan
realisasi 6.488 ha (87,27% dari target 7.434 ha) dan pengembangan
desa mandiri benih 922 ha (77,48% dari target 1.190 ha). Melalui
kegiatan desa mandiri benih dapat memenuhi kebutuhan benih yang
berkualitas dan tepat waktu di lokasi.
Bantuan benih padi tahun 2016 berasal dari kegiatan penerapan
budidaya padi 48.140 ton, pengadaan pusat 1.323 ton, subsidi benih
43.438 ton, dan CBN 310 ton. Bantuan benih jagung 2016 berasal
dari kegiatan penerapan budidaya jagung 22.336 ton dan bantuan
benih pengadaan pusat 2.049 ton. Bantuan benih kedelai berasal
dari penerapan budidaya kedelai 9.997 ton dan subsidi 612 ton.
Sementara itu, penggunaan benih unggul bersertifikat tahun 2016
yang berasal dari pasar bebas padi 88.200 ton, jagung 21.880 ton,
dan kedelai 2.232 ton.
Berdasarkan hasil inventarisasi, sebaran varietas unggul padi yang
dominan digunakan petani tahun 2016 meliputi lima varietas unggul,
yaitu: Ciherang 31,92%, Mekongga 15,24%, IR 64 6,93%,
Situbagendit 4,23% dan Cigeulis seluas 3,41%, sisanya varietas
lain.
Tabel 22. Penyebaran Penggunaan Varietas Unggul Padi Tahun 2016
No VarietasLuas Penyebaran
(ha)*)%
1 Ciherang 4.702.214 31,92
2 Mekongga 2.244.400 15,24
3 IR 64 1.020.467 6,93
4 Situbagendit 622.697 4,23
5 Cigeulis 503.017 3,41
6 Varietas Unggul Lainnya 3.612.654 24,52
7 Varietas Lokal 2.025.803 13,75
14.731.252 100,00 Jumlah
Keterangan: *)Data sementara s.d 31 Desember 2016
Laporan Kinerja 2016
57 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Sementara itu, sebaran varietas unggul jagung yang dominan
digunakan petani meliputi lima varietas unggul, yaitu: Bisi-2 15,00%,
P-21 13,69%, Bisi-18 11,46%, P-23 10,73%, dan NK-22 8,64%,
sisanya varietas lain.
Tabel 23. Penyebaran Penggunaan Varietas Unggul Jagung Tahun 2016
No Varietas Luas Penyebaran (Ha) %
1 Bisi-2 661,692 15.00
2 P-21 603,803 13.69
3 Bisi-18 505,319 11.46
4 P-23 473,312 10.73
5 NK-22 381,201 8.64
6 Varietas Unggul Lainnya 1,324,507 30.03
7 Varietas Lokal 460,609 10.44
4,410,443 100.00 Total
Keterangan: *)Data sementara s.d 31 Desember 2016
Sebaran penggunaan varietas unggul kedelai sebanyak lima
varietas unggul dominan, yaitu: Anjasmoro 34,08%, Wilis 19,24%,
Grobogan 16,29%, Baluran 5,80%, dan Burangrang 3,49%, sisanya
varietas lain.
Tabel 24. Penyebaran Penggunaan Varietas Unggul Kedelai Tahun 2016
No Komoditas/Varietas Luas Penyebaran (Ha) %
1 Anjasmoro 182,746 34.08
2 Wilis 103,162 19.24
3 Grobogan 87,350 16.29
4 Baluran 31,076 5.80
5 Bungrangrang 18,716 3.49
6 Varietas Unggul Lainnya 60,413 11.27
7 Varietas Lokal 52,714 9.83
Total 536,177 100.00
Keterangan: *)Data sementara s.d 31 Desember 2016
3.1.2.6. Luas Pertanaman Padi, Jagung, Kedelai yang Aman Dari
Gangguan OPT dan DPI
Pengamanan pertanaman pangan dari gangguan serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan terkena Dampak
Laporan Kinerja 2016
58 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Perubahan Iklim (DPI) banjir dan kekeringan merupakan bagian
penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan baik
kuantitas maupun kualitas. Upaya pengamanan areal tanaman
pangan dari gangguan OPT dan DPI dilakukan dengan
meningkatkan: 1) Pengamatan dan sistem peringatan dini OPT/DPI;
2) Gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI; 3) Kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman; 4) Peran
dan fungsi kelembagaan serta sumberdaya manusia perlindungan
tanaman; dan 5) Penyediaan sarana penanggulangan OPT/DPI.
Dalam Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
tahun 2016, pencapaian sasaran strategis peningkatan produksi
tanaman pangan (terutama padi, jagung dan kedelai), diantaranya
ditentukan melalui pencapaian indikator kinerja utama
‘Terlaksananya Luas Areal Tanaman Pangan yang Aman Dari
Gangguan OPT dan DPI’, dengan target padi sebesar 93%, jagung
98%, dan kedelai 97%, dan target ini sama setiap tahun selama
periode Renstra 2015-2019.
Pada tahun 2016 capaian pengamanan pertanaman dari gangguan
OPT dan DPI padi mencapai 98,20% (105,59% dari target atau
Sangat Berhasil), jagung 98,62% (100,63% dari target atau Sangat
Berhasil), dan kedelai 96,79% (99,78% dari target atau Berhasil).
Dari hasil pengukuran dan pengumpulan data lapangan, luas areal
pertanaman padi yang terkena serangan OPT, banjir dan
kekeringan seluas 299 ribu ha atau 1,80% dari total luas tanam
16,63 juta ha. Dengan demikian, maka luas pertanaman padi yang
aman dari serangan OPT dan DPI seluas 16,33 juta ha atau
mencapai 98,20% dari total luas tanam.
Laporan Kinerja 2016
59 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 25. Luas Areal Tanaman Padi, Jagung, Kedelai yang Aman dari Gangguan OPT dan DPI Tahun 2016
(%) Capaian 2016
No. Komoditas Thd Target Rerata Realisasi Target
(%) 2011-2015 2015 2016
1 Padi 92.97 95.92 93.00 98.20 105.59 5.23 2.28 5.20
2 Jagung 98.38 98.45 98.00 98.62 100.63 0.24 0.17 0.62
3 Kedelai 96.72 97.51 97.00 96.79 99.78 0.07 (0.72) (0.21)
Rerata
2011-2015
Realisasi
2015
Target
2016
Realisasi
2016
Selisih Realisasi 2016 Thd
Luas serangan OPT dan DPI padi tahun 2016 lebih rendah 271.043
ha dari tahun 2015, disebabkan penurunan luas serangan OPT
seluas 33.392 ha dan kekeringan yang menurun cukup signifikan
310.524 ha, meskipun luas banjir meningkat 72.873 ha. Luas
pertanaman padi yang terkena serangan OPT dan DPI tahun 2016
sebenarnya jauh luas, namun karena ada upaya-upaya yang
dilakukan, sehingga luas terkena bisa berkurang.
Tabel 26. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI Pada Tanaman Padi Tahun 2016 dan Tahun 2015
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 182,782 6,869 149,390 4,539 (33,392) (2,330)
3 Luas Terkena DPI (Ha) 387,861 243,427 150,210 80,752 (237,651) (162,675)
- Luas Banjir (Ha) 48,330 25,496 121,203 71,900 72,873 46,404
- Luas Kekeringan (Ha) 339,531 217,931 29,007 8,852 (310,524) (209,079)
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 570,643 250,296 299,600 85,291 (271,043) (165,005)
- % Thd. Total Luas Tanam (%) 4.08 1.79 1.80 0.51 (2.28) (1.28)
2.28
Luas Areal yang Aman dari Gangguan OPT dan DPI (Ha)
- % Thd. Total Luas Tanam
13,981,580 16,628,432 2,646,852
13,410,937
95.92
16,328,832
98.20
2,917,895
Tahun 2015 Tahun 2016 Selisih 2016 Thd 2015No. Uraian
Laporan Kinerja 2016
60 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 27. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2016 dan 2015
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 12,705 68 10,842 291 (1,863) 223
3 Luas Terkena DPI (Ha) 50,011 23,497 57,024 37,448 7,013 13,951
- Luas Banjir (Ha) 2,535 1,568 23,174 15,577 20,639 14,009
- Luas Kekeringan (Ha) 47,476 21,929 33,850 21,871 (13,626) (58)
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 62,716 23,565 67,866 37,739 5,150 14,174
- % Thd. Total Luas Tanam (%) 1.55 0.58 1.38 0.77 (0.17) 0.19
No. UraianTahun 2015 Tahun 2016 Selisih 2016 Thd 2015
4,035,257 4,900,492 865,235
Luas Areal yang Aman dari Gangguan OPT dan DPI (Ha) 3,972,541 4,832,626 860,085
- % Thd. Total Luas Tanam 98.45 98.62 0.17
Luas serangan OPT dan DPI jagung tahun 2016 lebih tinggi 5.150
ha dari tahun 2015, namun luas serangan OPT dan kekeringan
menurun masing-masing seluas 1.863 ha dan 13.626 ha, sementara
banjir meningkat 20.639 ha.
Luas serangan OPT dan DPI kedelai tahun 2016 lebih tinggi 24 ha
dari tahun 2015, dengan penurunan luas serangan OPT dan
kekeringan masing-masing seluas 3.674 ha dan 9.037 ha,
sementara banjir meningkat 12.735 ha.
Tabel 28. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2016 dan 2015
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
1 Total Luas Tanam (Ha)
2 Luas OPT Utama (Ha) 5,193 7 1,519 5 (3,674) (2)
3 Luas Terkena DPI (Ha) 11,985 6,385 15,683 10,853 3,698 4,467
- Luas Banjir (Ha) 1,751 1,384 14,486 10,403 12,735 9,019
- Luas Kekeringan (Ha) 10,234 5,002 1,197 450 (9,037) (4,552)
4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) 17,178 6,392 17,202 10,858 24 4,465
- % Thd. Total Luas Tanam (%) 2.49 0.93 3.21 2.03 0.72 1.10
No. UraianTahun 2015 Tahun 2016 Selisih 2016 Thd 2015
- % Thd. Total Luas Tanam 97.51 96.79 (0.72)
689,141 536,176 (152,965)
Luas Areal yang Aman dari Gangguan OPT dan DPI (Ha) 671,963 518,974 (152,989)
Laporan Kinerja 2016
61 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Capaian tingkat pertanaman yang aman dari gangguan OPT dan
DPI tahun 2016 padi lebih tinggi 5,23% dari rerata 2011-2015,
demikian jagungdan kedelai masing-masing 0,24% dan 0,07%.
Tabel 29. Capaian Luas Pertanaman yang Aman Dari Gangguan OPT dan DPI Tahun 2011-2016
(%)
Capaian 2016
No. Komoditas Thd Target Rerata Realisasi Target
(%) 2011-2015 2015 2016
1 Padi 92.97 95.92 93.00 98.20 105.59 5.23 2.28 5.20
2 Jagung 98.38 98.45 98.00 98.62 100.63 0.24 0.17 0.62
3 Kedelai 96.72 97.51 97.00 96.79 99.78 0.07 (0.72) (0.21)
Rerata
2011-2015
Realisasi
2015
Target
2016
Realisasi
2016
Selisih Realisasi 2016 Thd
Beberapa faktor pendukung kegiatan APBN dalam mengendalikan
luas serangan OPT dan penanganan DPI antara lain: Pemantapan
Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT), Penerapan
Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI), dan Gerakan
Pengendalian OPT selain dilaksanakan oleh petugas POPT
bersama petani juga didukung oleh TNI/Babinsa, penguatan Brigade
Proteksi Tanaman, penguatan Laboratorium Pengamatan Hama
Penyakit (LPHP), dan Teknologi Pengamatan, Peramalan, dan
Pengendalian OPT (P3OPT), yaitu sebagai berikut:
1. Pada tahun 2016 kegiatan PPHT padi dialokasikan seluas
13.900 ha, jagung seluas 465 ha dan kedelai seluas 210 ha yang
tersebar di 33 provinsi, dengan realisasi PPHT padi mencapai
13.475 ha (96,94%), PPHT jagung 420 ha (90,32%), dan PPHT
kedelai 190 ha (90,48%).
2. Kegiatan PPDPI tahun 2016 dilaksanakan seluas 290 ha atau
90,63% dari target 320 ha di 16 provinsi, terdapat 30 ha yang
tidak dapat dilaksanakan karena terjadi pemotongan anggaran
(self blocking) yaitu di Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan
Maluku. Diharapkan 29 kelompok tani pelaksana dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan antisipasi dan
Laporan Kinerja 2016
62 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
adaptasi DPI danditerapkannya budidaya tanaman sehat sesuai
iklim setempat.
3. Kegiatan gerakan pengendalian OPT pada tanaman padi
direncanakan sebanyak 562 kali, jagung 104 kali, kedelai 50 kali,
dan TNI 19 kali yang tersebar di 33 provinsi. Realisasi
pelaksanaan gerakan pengendalian padi sebanyak 424 kali atau
75,44%, jagung 62 kali atau 59,62%, kedelai 29 kali atau
58,00%, dan gerakan pengendalian bersama TNI 9 kali atau
47.37%.
4. Penguatan perlindungan tanaman pangan yang dilaksanakan di
BPTPH/Dinas Pertanian, LPHP, Laboratorium Pestisida dan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT). Sebagai institusi terdepan,
LPHP/LAH yang terdapat di seluruh provinsi telah melaksanakan
fungsinya sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan
tanaman, pengamatan, peramalan, dan pengendalian
OPT/penanganan DPI serta pemasyarakatan agens
hayati/pestisida nabati.
Selain itu, dalam meningkatkan akurasi pengamatan dan peramalan
OPT, pada tahun 2016 telah berhasil dikembangkan model teknologi
Pengamatan Peramalan Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (P3OPT) sebanyak 15 model yang terdiri dari: teknologi
padi 10 model, jagung 2 model, kedelai 3 model. Model peramalan
tersebut merupakan pelengkap dari model yang selama ini telah
dikembangkan dan diaplikasikan di lapangan.
3.1.3. Pencapaian Kinerja Lainnya
3.1.3.1. Capaian Produksi Komoditas Tanaman Pangan Lainnya
Berdasarkan data Angka Prakiraan tahun 2016 yang dirilis Direktur
Jenderal Tanaman Pangan tanggal 1 November 2016, capaian
produksi komoditas utama tanaman pangan lainnya pada tahun
Laporan Kinerja 2016
63 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2016 untuk kacang tanah sebesar 561 ribu ton biji kering, kacang
hijau 279 ribu ton biji kering, dan ubijalar 2,08 juta ton umbi basah.
Capaian tersebut bila dibandingkan dengan produksi tahun 2015
(ATAP), produksi kacang tanah turun 45 ribu ton biji kering (7,35%),
kacang hijau naik 8 ribu ton biji kering (2,83%), dan ubi jalar turun
214 ribu ton umbi basah (9,31%). Bila dibandingkan dengan rata-
rata capaian produksi tahun 2011-2015, produksi kacang tanah
turun 109 ribu ton (16,28%), kacang hijau naik 10 ribu ton (3,66%),
dan ubi jalar turun 266 ribu ton (11,31%). Sementara itu, bila
dibandingkan dengan target produksi tahun 2016, kacang tanah
mencapai 83,10%, kacang hijau 95,74%, dan ubi jalar 85,26%.
Berdasarkan Angka Prakiraan tahun 2016, produktivitas kacang
tanah sebesar 13,23 ku/ha, kacang hijau 12,22 ku/ha, dan ubi jalar
169,44 ku/ha. Capaian tersebut bila dibandingkan dengan
produktivitas tahun 2015 (ATAP), kacang hijau naik 0,39 ku/ha
(3,30%), dan ubi jalar naik 8,91 ku/ha (5,55%), kecuali kacang tanah
sedikit menurun 0,10 ku/ha (0,74%). Bila dibandingkan dengan rata-
rata capaian produktivitas tahun 2011-2015, produktivitas kacang
tanah naik 0,19 ku/ha (1,48%), kacang hijau naik 0,64 ku/ha
(5,51%), dan ubi jalar naik 24,92 ku/ha (17,25%). Sedangkan bila
dibandingkan dengan target produktivitas tahun 2016, produktivitas
kacang tanah mencapai 95,05%, kacang hijau 104,45% dan ubi jalar
mencapai 97,46% dari target.
Laporan Kinerja 2016
64 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 30. Capaian Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Ubi Jalar Tahun 2016
% Capaian Selisih % Capaian Selisih % Capaian Selisih
1. Kacang Tanah
a. Luas Panen (000 Ha) 514 454 485 424 82.43 (90) 93.31 (30) 87.42 (61)
b. Produktivitas (Ku/Ha) 13.04 13.33 13.92 13.23 101.48 0.19 99.26 (0.10) 95.05 (0.69)
c. Produksi (000 Ton) 670 605 675 561 83.72 (109) 92.65 (45) 83.10 (114)
2. Kacang Hijau
a. Luas Panen (000 Ha) 232 229 249 228 98.30 (4) 99.54 (1) 91.66 (21)
b. Produktivitas (Ku/Ha) 11.58 11.83 11.70 12.22 105.51 0.64 103.30 0.39 104.45 0.52
c. Produksi (000 Ton) 269 271 292 279 103.66 10 102.83 8 95.74 (12)
3. Ubijalar
a. Luas Panen (000 Ha) 164 143 141 123 75.15 (41) 85.92 (20) 87.48 (18)
b. Produktivitas (Ku/Ha) 144.52 160.53 173.85 169.44 117.25 24.92 105.55 8.91 97.46 (4.41)
c. Produksi (000 Ton) 2,349 2,298 2,444 2,084 88.69 (266) 90.69 (214) 85.26 (360)
Perbandingan Realisasi 2016 Thd.
Realisasi 2011-2015 Realisasi 2015 Target 2016UraianRealisasi
2011-2015
Realisasi
2015
Target
2016
Realisasi
2016 *)
*) Realisasi tahun 2016 berdasarkan Angka Prakiraan
Capaian luas panen tahun 2015 (Angka Prakiraan) kacang tanah
seluas 424 ribu ha, kacang hijau 228 ribu ha, dan ubijalar 123 ribu
ha. Capaian luas panen tersebut bila dibandingkan dengan tahun
2015 (ATAP), kacang tanah turun 30 ribu ha (6,69%), kacang hijau
turun seribu ha (0,46%), dan ubi jalar juga turun 20 ribu ha
(14,08%). Bila dibandingkan dengan rata-rata capaian luas panen
tahun 2011-2015, luas panen kacang tanah turun 90 ribu ha
(7,57%), kacang hijau turun 4 ribu ha (1,70%), dan ubi jalar turun 41
ribu ha (24,85%). Sedangkan jika dibandingkan dengan target luas
panen tahun 2016, kacang tanah mencapai 87,42%, kacang hijau
91,66% dan ubi jalar mencapai 87,48% dari target.
3.1.3.2. Meningkatnya Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Nilai penerapan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2015 yang evaluasinya
telah dilakukan tahun 2016 oleh Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanain memperoleh nilai 75,13 dengan kategori capaian BB
Laporan Kinerja 2016
65 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
(sangat baik), lebih tinggi dari hasil penilaian SAKIP tahun 2014
yang memperoleh nilai 74,55 dengan kategori yang sama.
Walaupun kategori nilai sama, namun tahun 2015 terjadi
peningkatan sebesar 0,58 point. Peningkatan terjadi pada
komponen pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan capaian
kinerja.
3.1.3.3. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan didukung oleh tiga Unit Pelaksana
Teknis (UPT) yang berperan sebagai Unit Kerja Pelayanan Publik
(UKPP) yang secara langsung maupun tidak langsung melayani
masyarakat,baik individu maupun dunia usaha (instansi/lembaga).
Ketiga UPT tersebut adalah: (1) Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT); (2) Balai Besar Pengembangan
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BBPPMBTPH);dan (3) Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman
(BPMPT).
Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja
pelayanan publik di bidang pertanian pada UPT lingkup Ditjen
Tanaman Pangan, maka dilakukan pengukuran Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) secara berkala setiap tahun. Pengukuran IKM
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
78/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pengukuran Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) di Lingkungan Kementerian Pertanian.
Aspek pengukuran meliputi 14 unsur pelayanan, lima diantaranya
yaitu: (1) Prosedur pelayanan, (2) Kemampuan petugas pelayanan,
(3) Kecepatan pelayanan, (4) Kewajaran biaya pelayanan, dan (5)
Keamanan pelayanan.
Pada tahun 2015, berdasarkan hasil pengukuran IKM pada tiga UPT
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, secara keseluruhan Ditjen
Laporan Kinerja 2016
66 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tanaman Pangan memperoleh kategori kinerja sangat baik,
dengan nilai IKM rata-rata sebesar 3,35 atau mencapai 83,64 (nilai
konversi IKM) dan nilai mutu pelayanan memperoleh nilai A. Nilai
pengukuran IKM pada UPTBBPPMBTPH sebesar 3,23 (82,82)dan
nilai mutu pelayanan kategori A (sangat baik), BBPOPT mendapat
nilai IKM 3,49 (87,30) dan nilai mutu pelayanan kategori A (sangat
baik), serta BPMPT mendapatkan nilai IKM 3,32 (82,93) dan nilai
mutu pelayanan kategori A (sangat baik).
Tabel 31. Capaian Nilai IKM Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2015
Konversi Nilai Mutu Kinerja
Nilai IKM Pelayanan UKPP
1 BBPMBTPH Cimanggis 3.23 82.82 A Sangat Baik
2 BBPOPT Jatisari 3.49 87.30 A Sangat Baik
3 BPMPT 3.32 82.93 A Sangat Baik
3.35 83.64 A Sangat BaikDitjen Tanaman Pangan
No Unit Kerja (UPT) Nilai IKM
3.2. Realisasi Anggaran
3.2.1. APBN Sektoral Ditjen Tanaman Pangan
Realisasi total serapan anggaran tahun 2016 (posisi sampai dengan
31 Desember 2016) mencapai Rp4,73 triliun (62,18% dari pagu
Rp7,61 triliun), dengan adanya self blocking sebesar Rp2,76 triliun,
realisasi anggaran menjadi 97,67%. Realisasi tersebut lebih tinggi
dibanding realisasi serapan anggaran tahun 2015 yang hanya
91,46% dan rerata serapan tahun 2011-2015 sebesar 89,09%, serta
lebih tinggi dari rerata serapan Eselon I lingkup Kementan tahun
2016 yang hanya 96,93%.
Prestasi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2016 telah
terjadi perbaikan dalam pengelolaan dan percepatan serapan
anggaran, sehingga anggaran yang disediakan dalam DIPA dapat
terealisasi lebih tinggi. Serapan anggaran tersebut secara tidak
langsung mencerminkan keberhasilan pencapaian pelaksanaan
Laporan Kinerja 2016
67 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
kegiatan yang telah direncanakan. Disamping itu juga terdapat
beberapa kegiatan tahun 2017 yang dilakukan pembayarannya
pada tahun 2017, yang termasuk dalam anggaran dalam self
blocking.
Tabel 32. Realisasi Serapan APBN Sektoral Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011-2016
Pagu Anggaran
(Rp.Juta) (Rp. Juta) Capaian (%)
1 2011 2,838,939 2,664,464 93.85
2 2012 *) 4,522,601 4,060,890 89.79
3 2013 *) 2,887,230 2,337,314 80.95
4 2014 2,273,832 2,024,837 89.05
5 2015 2,882,204 2,636,189 91.46
3,080,961 2,744,739 89.09
6 2016 **) 7,607,186 4,730,167 97.67
Keterangan:
*) Pagu anggaran termasuk anggaran Bantuan Langsung Benih Unggul
(BLBU) yang pada tahun sebelumnya masuk anggaran subsidi benih
**) Terdapat self block ing sebesar Rp2,76 triliun
Rerata 2011-2015
RealisasiNo. Tahun
Realisasi serapan anggaran berdasarkan kegiatan menunjukkan
semua kegiatan memiliki serapan diatas 95%, kecuali kegiatan
dukungan manajemen dan teknis lainnya mencapai 94,10%,
sementara yang tertinggi dicapai oleh kegiatan pengolahan dan
pemasaran hasil tanaman pangan sebesar 99,57%.
Rendahnya realisasi anggaran kegiatan Dukungan Manajemen dan
Teknis Lainnya, disebabkan oleh upaya efisiensi/penghematan
belanja pemerintah, seperti penghematan perjalanan dinas,
penyelenggaraan rapat/koordinasi di luar kantor, penghematan
belanja barang dan modal melalui lelang/kontraktual.
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Capaian (%) 90,17 93,85 89,79 80,95 89,05 91,46
70,00
75,00
80,00
85,00
90,00
95,00
% C
ap
aia
n
Serapan APBN Sektoral Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2015
Laporan Kinerja 2016
68 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 33. Realisasi Serapan APBN Sektoral Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Menurut Kegiatan Tahun 2016
Pagu DIPA Self Block ing
(Rp.000) (Rp.000) (Rp.000) (%)
1 Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia 3,832,021,577 1,852,968,332 1,915,711,366 96.80
2 Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 978,965,634 309,375,491 642,861,207 96.01
3 Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan 455,451,923 335,195,621 117,055,744 97.34
4 Penguatan Perlindungan TP Dari Gangguan OPT dan DPI 166,952,791 38,826,484 127,147,793 99.24
5 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 1,936,150,288 195,515,848 1,733,075,747 99.57
6 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya 209,281,300 28,661,590 169,969,255 94.10
7 Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih 10,000,000 1,025,819 8,861,420 98.74
8 Pengembangan Peramalan Serangan OPT 18,362,343 2,576,862 15,484,260 98.09
7,607,185,856 2,764,146,047 4,730,166,792 97.67
No Kegiatan UtamaRealisasi
Jumlah
Serapan anggaran per jenis belanja menunjukkan jenis belanja
barang dengan capai tertinggi dengan realisasi mencapai 97,70%.
Capaian tersebut menunjukkan bahwa APBN Ditjen Tanaman
Pangan tahun 2016 hampir seluruh bantuan telah tersalurkan
kepada kelompok tani dan penerima manfaat. Sedangkan belanja
pegawai dan modal sedikit lebih rendah yaitu masing-masing
94,60% dan 95,46%.
Tabel 34. Realisasi Serapan APBN Menurut Jenis Belanja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016
Pagu Anggaran Self Blocking
(Rp.000) (Rp.000) (Rp.000) (%)
1 Pegawai 49,896,022 293,322 46,923,209 94.60
2 Barang 7,548,644,226 2,762,749,448 4,676,043,641 97.70
3 Modal 8,645,608 1,103,277 7,199,943 95.46
7,607,185,856 2,764,146,047 4,730,166,792 97.67
No. Jenis BelanjaRealisasi
Jumlah
Analisis Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Kegiatan Tahun
2015
Untuk mengukur efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran
dapat dilakukan dengan pendekatan atas capaian fisik/output
kegiatan. Semakin tinggi capaian output kegiatan menunjukkan
Laporan Kinerja 2016
69 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
penggunaan anggaran semakin efektif, dan sebaliknya apabila
capaian output kegiatan lebih rendah dari serapan anggaran
menunjukkan bahwa penggunaan anggaran tidak efisien.
Penilaian tingkat efisiensi dan efektivitas pemanfaatan anggaran
tahun 2016 belum dapat diukur secara memadai, karena beberapa
kegiatan pelaksanaannya pada akhir tahun dan belum dilaporkan
secara lengkap dari seluruh kabupaten/kota khususnya kegiatan
penerapan budidaya jagung, kedelai, PPPHT, PPDPI, dan gerakan
pengendalian OPT/DPI.
Namun untuk kegiatan penyaluran bantuan sarana pascapanen dan
laporannya sudah masuk seluruhnya menunjukkan efisiensi dan
efektivitas yang tinggi. Selain itu juga untuk kegiatan penerapan
budidaya padi dan penyediaan benih menunjukkan efisiensi yang
tinggi. Pemberian bantuan benih melalui DIPA Pusat sebagian besar
akan dibayar pada tahun 2017.
Gambaran capaian efisiensi dari kegiatan yang laporan fisiknya
lengkap, dan diperkirakan bagi kegiatan lain yang laporan capaian
fisiknya belum lengkap, diyakini bahwa penggunaan dan
pemanfaatan anggaran pembangunan tanaman pangan tahun 2016
telah terlaksana secara efektif dan efisien. Selain persentase
capaian masing-masing kegiatan, pemanfaatan anggaran juga
sebagian besar dipergunakan untuk pelaksanaan output fisik yang
berpengaruh langsung terhadap peningkatan produktivitas, luas
panen dan produksi tanaman pangan.
Tercapainya efisiensi dan efektifitas pelaksanaan anggaran tersebut
antara lain didukung adanya upaya perbaikan manajemen
pengelolaan anggaran, penerapan sistem pengadaan melalui
mekanisme e-catalouge, serta beberapa kegiatan seperti penerapan
budidaya padi, jagung, kedelai, dilaksanakan dalam bentuk bantuan
pemerintah transfer barang (saprodi) atau transfer uang.
Laporan Kinerja 2016
70 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 35. Analisis Efektifitas Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan 2016
Target Realisasi (%) Pagu Self Blocking Realisasi (%)
1 Penerapan budidaya padi (Ha) 2.202.054 2.154.673 97,85 1.633.663.155 728.297.137 876.101.316 96,77
2 Penerapan budidaya jagung (Ha) 1.655.885 1.529.674 92,38 2.028.781.332 1.002.695.379 993.691.707 96,84
3 Penerapan budidaya kedelai (Ha) 393.016 364.474 92,74 777.024.721 231.754.855 524.301.493 96,15
4 Bantuan benih padi inbrida DIPA Pusat (Ton) 1.881 1.324 70,39 137.500.000 118.545.553 612.001 3,23
5 Bantuan benih jagung hibrida DIPA Pusat (Ton) 2.150 2.003 93,17 247.500.000 102.346.969 5.081.251 3,50
6 Perbanyakan benih sumber (Ha) 468 369 78,74 16.247.218 1.310.573 11.274.594 75,48
7 Desa mandiri benih (Ha) 8.624 7.410 85,92 49.393.806 13.162.185 30.166.448 83,26
8 PPHT (Ha) 14.575 14.085,00 96,64 26.382.804 3.333.952 22.810.627 98,97
9 PPDPI (Ha) 320 290 90,63 1.402.602 353.868 1.023.090 97,55
10 Gerakan pengendalian (Kali) 735 524 71,29 19.074.225 6.825.253 12.214.770 99,72
11 Sarana pascapanen (Unit) 26.193 25.714 98,17 1.819.049.119 22.200.000 1.654.244.079 92,06
12 Unit pengolahan hasil (Unit) 78 78 100,00 11.586.103 1.799.750 9.835.073 100,50
13 Sarana angkut (Unit) 719 737 102,50 26.623.379 - 25.177.771 94,57
No. UraianFisik Keuangan (Rp.000)
Keterangan: Realisasi fisik kegiatan belum seluruhnya masuk dari daerah
3.2.2. APBN Subsidi Benih (BA.999.07)
Selain mengelola APBN Sektoral, pada tahun 2016 Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan juga mengelola anggaran Subsidi Benih
(BA.999.07) dengan total pagu DIPA sebesar Rp 1,01 triliun. Dari
jumlah pagu DIPA tersebut pagu kontrak sebesar Rp 808,90 miliar,
dengan pelaksana PSO subsidi benih PT Sang Hyang Seri dan PT
Pertani. Total realisasi serapan anggaran subsidi benihtahun
2016mencapai sebesar Rp 419,17 miliar atau 41,34% dari pagu
DIPA dan 51,82% dari pagu kontrak.
Rendahnya serapan anggaran subsidi benih disebabkan oleh
rendahnya minat petani karena banyaknya bantuan benih gratis
yang diberikan melalui paket kegiatan penerapan budidaya dan
bantuan benih melalui DIPA Pusat, disamping itu kurangnya
kemampuan BUMN pelaksana PSO subsidi benih dalam
menyediakan dan menyalurkan benih tepat waktu dan varietas yang
sesuai dengan kebutuhan petani.
Laporan Kinerja 2016
71 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tabel 36. Realisasi Serapan Anggaran Subsidi Benih Tahun 2016
TahunPagu DIPA
(Rp.000)
% dari
DIPA
% dari
Kontrak
(1) (2) (3) (4) (4)=(3)/(2) (5)=(4)/(3)
2016 1,013,975,000 808,904,600 419,174,424 41.34% 51.82%
Kontrak
(Rp.000)
Realisasi
(Rp.000)
Laporan Kinerja 2016
72 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2016
73 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Program pembangunan tanaman pangan yang dilaksanakan pada
tahun 2016 telah mencapai keberhasilan yang cukup memuaskan.
Dari sebelas sasaran indikator kinerja strategis yang digunakan
untuk mengukur kinerja program pembangunan tanaman pangan
delapan diantaranya dapat tercapai dengan kategori sangat
berhasil (capaian >100%) dan satu indikator dengan kategori
berhasil (capaian 80-100%).
Keberhasilan capaian indikator sasaran strategis program
pembangunan tanaman pangan berdampak terhadap peningkatan
produksi komoditas strategis padi, jagung, dan kedelai. Produksi
padi dan jagung tahun 2016 berdasarkan Angka Prakiraan
meningkat cukup tinggi dibanding tahun 2015 dan terutama jagung
merupakan pencapaian tertinggi selama periode 2011-2016,
sehingga target stop impor dapat dicapai.
Efektivitas dan efisiensi serapan anggaran dan realisasi kegiatan
secara umum cukup efisien dan efektif. Walaupun masih terdapat
beberapa output fisik kegiatan yang capaiannya lebih rendah
dibandingkan serapan anggaran disebabkan beberapa
permasalahan, terutama karena kegiatan tersebut pelaksanaannya
pada akhir tahun dan belum dilaporkan secara lengkap dari seluruh
daerah.
Keberhasilan pencapaian kinerja tersebut merupakan hasil
kerjasama semua pelaku pembangunan di bidang tanaman pangan
mulai dari pusat hingga ke tingkat lapangan, termasuk stakeholder
terkait.
Laporan Kinerja 2016
74 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
4.2 Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program
dan kegiatan tahun 2016, diantaranya:
1) Beberapa daerah mengalami revisi CPCL akibat penghematan
anggaran, pergantian pejabat, pengurangan jumlah Satker,
beberapa daerah lebih mengutamakan pelaksanaan APBD, dan
revisi anggaran, sehingga pelaksanaan kegiatan menjadi
mundur.
2) Untuk kegiatan budidaya padi organik dan padi hazton sebagian
besar jadwal tanam jatuh pada periode Oktober-Desember
2016, begitu juga untuk kegiatan jagung di lahan khusus
sebagian besar jadwal tanam pada periode Oktober 2016-Maret
2017 sehingga produksinya belum dapat berkontribusi nyata
pada tahun 2016.
3) Kesulitan mencari lahan yang siap digunakan untuk perluasan
areal tanam, dan persaingan antar komoditas pertanian,
sehingga perluasan areal tanam yang sudah dialokasikan tidak
dapat dilaksanakan seluruhnya, terutama untuk perluasan
tanam kedelai.
4) Belum optimalnya penerapan teknologi budidaya sesuai
rekomendasi dan spesifik lokasi, sehingga produktivitas
menjadirendah dibandingkan dengan potensi produksi.
5) Belum optimalnya sistem perbenihan khususnya dalam
penyediaan benih kedelai, yang mengakibatkan sulitnya petani
memperoleh benih bersertifikat, dengan tepat waktu, tempat,
jenis, dan varietas.
6) Terbatasnya akses petani terhadap sumber permodalan dan
pemasaran terutama untuk pengembangan penerapan teknologi
budidaya dan pemasaran hasil.
7) Belum adanya penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
di tahun 2016 dan jaminan pemasaran yang memadai
khususnya untuk kedelai dan jagung.
Laporan Kinerja 2016
75 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
8) Rendahnya minat petani untuk memproduksi kedelai karena
belum adanya jaminan harga,pasar, dan HPP.
9) Terbatasnya jumlah petugas lapangan terutama Pengendali
Organisme Pangganggu Tumbuhan (POPT), Pengawas Benih
Tanaman (PBT), Mantri Tani/KCD, dan Penyuluh Pertanian,
sehingga pelaksanaan pembangunan pertanian belum terwujud
secara optimal.
10) Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah
Provinsi maupun Kabupaten terhadap bantuan dari Pemerintah
Pusat.
4.3.Upaya Tindak Lanjut Yang Telah Dilakukan.
Upaya dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mengatasi kendala
diatas diantaranya adalah:
1) Melakukan realokasi kegiatan pada daerah (kecamatan,
kabupaten) yang dimungkinkan tidak dapat melaksanakan
kegiatan sehingga mempercepat proses revisi CPCL.
2) Memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal
tanam.
3) Melakukan inventarisasi potensi lahan yang dapat dan siap
digunakan untuk perluasan areal tanam.
4) Meningkatkan penyuluhan, pengawalan dan pendampingan
serta bantuan sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida) agar
petani dapat menerapkan teknologi budidaya sesuai dengan
anjuran.
5) Mendorong seoptimal mungkin penangkar benih melalui
kegiatan desa mandiri benih.
6) Penyediaan modal usaha tani melalui kredit (KUR dan skim
kredit lainnya) dan asuransi pertanian bagi petani padi yang
mengalami kerugian akibat puso/gagal panen.
7) Mengusulkan HPP kedelai dan jagung, serta memperluas peran
Bulog untuk membeli produksi kedelai ditingkat petani.
Laporan Kinerja 2016
76 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
8) Mendorong pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
untuk menambah petugas lapangan (Penyuluh Pertanian,
Pengendali OPT, Pengawas Benih Tanaman.
9) Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antara Ditjen
Tanaman Pangandengan.
10) Melakukan penjadwalan ulang dan realokasi kegiatan lapangan
dengan mempertimbangkan jadwal tanam, kondisi iklim dan
mengintensifkan pengawalan/pendampingan untuk
meminimalisir resiko kegagalan.
4.4 Saran Tindak Lanjut
Untuk meningkatkan akuntabilitas dan kinerja Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan kedepan perlu dan akan terus dilakukan upaya
perbaikan mulai dari penyempurnaan perencanaan, pemilihan
kegiatan prioritas, alokasi kegiatan sesuai dengan potensi dan
kesiapan daerah, peningkatan pengawalan, pemantauan evaluasi
dan pengendalian, peningkatan sinkronisasi dan koordinasi dengan
instansi dan lembaga terkait.
Upaya peningkatan produksi difokuskan pada peningkatan
produktivitas, perluasan areal tanam, dan peningkatan mutu dan
efisiensi usaha tani, agar selain produksi meningkat, juga dapat
meningkatkan daya saing dan pendapatan petani. Khusus untuk
produksi kedelai perlu dikaji ulang tentang penetapan sasaran
produksi tahunan sampai akhir tahun 2019 mengingat selama ini
target yang ditetapkan belum pernah tercapai, dengan
mempertimbangkan potensi lahan dan potensi peningkatan
produktivitas, capaian produksi selama 5 tahun terakhir, pemilihan
kegiatan prioritas, penyediaan benih bermutu, ketersediaan
dukungan anggaran, serta dukungan kebijakan dan regulasi.
Laporan Kinerja 2016
77 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
LAMPIRAN
Laporan Kinerja 2016
78 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Laporan Kinerja 2016
79 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 1
Laporan Kinerja 2016
80 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 1 (lanjutan)
Laporan Kinerja 2016
81 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 2
JUMLAH PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2016
Posisi s.d Desember 2016
S3 S2 S1 D4 SM D3 SLTA SLTP SD I II III IV L P
1 Direktorat Jenderal TP 1 - - - - - - - - 1 - - - 1 1 1 - 1
2 Sekretariat Direktorat Jenderal TP 2 30 91 - - 11 110 10 7 261 4 96 150 11 261 171 90 261
3 Direktorat Perbenihan TP 1 13 26 - - 2 12 - 2 56 - 7 37 12 56 29 27 56
4 Direktorat Serealia 1 15 24 - - 3 14 2 2 61 - 13 38 10 61 40 21 61
5 Direktorat Aneka Kacang dan Umbi 1 11 25 - 2 1 12 1 1 54 - 7 40 7 54 29 25 54
6 Direktorat Perlindungan TP 1 13 34 - - 3 14 1 - 66 - 12 47 7 66 29 37 66
7 Direktorat PPHTP - 18 33 - - 7 13 - 1 72 - 12 52 8 72 37 35 72
8 BBPPMBTPH Cimanggis - 12 27 - - 5 18 - - 62 - 30 59 4 93 65 28 93
9 BBPOPT Jatisari - 2 34 1 - 10 45 1 - 93 - 13 44 5 62 25 37 62
10 Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman - 4 21 - - 7 6 - - 38 - 5 32 1 38 11 27 38
7 118 315 1 2 49 244 15 13 764 4 195 499 66 764 437 327 764Jumlah
Jenis KelaminJumlah
Golongan/Ruang GajiJumlahNo. Unit Kerja
PendidikanJumlah
Laporan Kinerja 2016
82 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 3
PEMANTAUAN TRIWULANAN RENCANA AKSI PENCAPAIAN INDIKATOR
TERCAPAINYA PRODUKTIVITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU
TAHUN 2016
Target
2016 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
Tercapainya Produktivitas Padi (Ku/Ha) 52.35 52.35 52.35 52.35 52.35 52.35 51.77 54.04 52.64
1 Penerapan Budidaya Padi (Ha) 2,202,054 - 738,599 1,772,638 2,202,054 - 296,585 1,017,381 2,154,673
2 Perbanyakan Benih Sumber Padi (Ha) 231 24 72 169 231 56 80 114 196
3 Penguatan Desa Mandiri Benih (Ha) 7,434 - 990 4,970 7,434 - 120 573 6,488
4 Pengembangan Desa Mandiri Benih (Ha) 1,190 - 130 690 1,190 - 10 40 922
5 Pemantapan Penerapan PHT (Ha) 13,900 2,780 10,425 13,900 13,900 2,450 6,600 13,250 13,475
6 Pemantapan Penanganan DPI (Ha) 320 - 224 320 320 - 190 270 290
7 Gerakan Pengendalian (Kali) 581 12 247 483 581 50 143 330 433
8 Sarana Pascapanen Padi (Unit) 12,893 - 5,754 10,275 12,893 - 2,529 9,150 12,746
Tercapainya Produktivitas Jagung (Ku/Ha) 52.63 52.63 52.63 52.63 52.63 50.24 53.11 58.04 52.83
1 Penerapan Budidaya Jagung (Ha) 1,868,474 - 533,427 1,280,224 1,868,474 - 216,350 745,505 1,538,103
2 Perbanyakan Benih Sumber Jagung (Ha) 46 6 19 44 46 9 11 14 36
3 Pemantapan Penerapan PHT (Ha) 465 93 349 465 465 30 105 390 420
4 Gerakan Pengendalian (Kali) 104 2 46 89 104 - 12 42 62
5 Sarana Pascapanen Jagung (Unit) 6,800 - 2,819 5,034 6,800 - 1,902 4,951 6,468
Tercapainya Produktivitas Kedelai (Ku/Ha) 15.76 15.76 15.76 15.76 15.76 15.76 13.87 15.43 15.06
1 Penerapan Budidaya Kedelai (Ha) 393,016 50,285 150,856 202,282 393,016 22,262 201,742 302,616 364,474
2 Perbanyakan Benih Sumber Kedelai (Ha) 76 21 50 65 76 17 48 50 57
3 Pemantapan Penerapan PHT (Ha) 210 42 158 210 210 10 60 60 190
4 Gerakan Pengendalian (Kali) 55 1 23 45 55 2 4 4 29
5 Sarana Pascapanen Kedelai (Unit) 6,500 - 2,730 4,875 6,500 - 901 4,751 6,500
Tercapainya Produktivitas Ubi Kayu (Ku/Ha) 240.00 240.00 240.00 240.00 240.00 251.90 237.55 242.18 241.98
1 Penerapan Budidaya Kedelai (Ha) 17,423 - - 7,500 17,423 - 65 861 11,471
2 Perbanyakan Benih Sumber Kedelai (Ha) 2 - 1 2 3 - 1 2 2
No. KegiatanTarget Triwulan Realisasi Triwulan
Laporan Kinerja 2016
83 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 4
PEMANTAUAN TRIWULANAN RENCANA AKSI PENCAPAIAN INDIKATOR
PENGGUNAAN BENIH UNGGUL BERSERTIFIKAT PADI, JAGUNG, KEDELAI
TAHUN 2016
Target
2016 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Padi (%) 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 8.79 12.65 40.08 43.52
1 Bantuan Benih untuk Penerapan Budidaya Padi (Ha) 2,202,054 - 738,599 1,772,638 2,202,054 - 296,585 1,017,381 2,154,673
2 Perbanyakan Benih Sumber (Ha) 231 24 72 169 231 56 80 114 196
3 Penguatan Desa Mandiri Benih (Unit) 7,434 - 990 4,970 7,434 - 120 573 6,488
4 Pengembangan Desa Mandiri Benih 1,190 - 130 690 1,190 - 1 4 922
Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Jagung (%) 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 9.10 18.25 46.14 52.28
1 Bantuan Benih untuk Penerapan Budidaya Jagung (Ha) 1,868,474 - 533,427 1,280,224 1,868,474 - 216,350 745,508 1,538,103
2 Perbanyakan Benih Sumber Jagung (Ha) 46 6 19 44 46 9 11 14 36
Penggunaan Benih Unggul Bersertifikat Kedelai (%) 35.00 35.00 35.00 35.00 35.00 11.33 17.59 24.88 46.94
1 Bantuan Benih untuk Penerapan Budidaya Kedelai (Ha) 393,016 50,285 150,856 202,282 393,016 22,262 201,742 302,616 364,474
2 Perbanyakan Benih Sumber Jagung (Ha) 76 21 50 65 76 17 48 50 57
No. KegiatanTarget Triwulan Realisasi Triwulan
Laporan Kinerja 2016
84 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 5
PEMANTAUAN TRIWULANAN RENCANA AKSI PENCAPAIAN INDIKATOR
LUAS AREAL YANG AMAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI PADI, JAGUNG, KEDELAI
TAHUN 2016
Target
2016 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
Luas Areal yang Aman dari Gangguan OPT dan DPI 93.00 93.00 93.00 93.00 93.00 94.00 95.20 94.30 98.20
1 Pemantapan Penerapan PHT (Ha) 13,900 2,780 10,425 13,900 13,900 2,450 6,600 13,250 13,475
2 Pemantapan Penanganan DPI (Ha) 320 - 224 320 320 - 190 270 290
3 Gerakan Pengendalian (Kali) 581 12 247 483 581 50 143 330 433
Luas Areal yang Aman dari Gangguan OPT dan DPI 98.00 98.00 98.00 98.00 98.00 95.43 96.20 96.50 98.62
1 Pemantapan Penerapan PHT (Ha) 465 2,780 10,425 13,900 465 2,450 6,600 13,250 420
2 Gerakan Pengendalian (Kali) 104 12 247 483 104 50 143 330 62
Luas Areal yang Aman dari Gangguan OPT dan DPI 97.00 97.00 97.00 97.00 97.00 95.38 96.11 95.78 96.79
1 Pemantapan Penerapan PHT (Ha) 210 2,780 10,425 13,900 210 2,450 6,600 13,250 190
2 Gerakan Pengendalian (Kali) 50 12 247 483 50 50 143 330 29
Kedelai (%)
Padi (%)
No. KegiatanTarget Triwulan Realisasi Triwulan
Jagung (%)
Laporan Kinerja 2016
85 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 6
CAPAIAN PRODUKTIVITAS PADI TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ku/Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (%) (Ku/Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 50.56 50.27 52.17 1.61 3.19 1.90 3.78
2 Sumut 51.74 52.14 52.57 0.83 1.61 0.43 0.82
3 Sumbar 50.25 50.41 50.21 (0.04) (0.09) (0.20) (0.40)
4 Riau 36.63 39.04 37.44 0.81 2.22 (1.60) (4.10)
5 Jambi 44.31 46.46 46.45 2.14 4.84 (0.01) (0.02)
6 Sumsel 48.67 46.04 50.30 1.63 3.34 4.26 9.25
7 Bengkulu 44.92 42.62 44.60 (0.32) (0.70) 1.98 4.65
8 Lampung 51.49 51.48 49.93 (1.56) (3.03) (1.55) (3.01)
9 Kep. Babel 22.85 32.27 24.54 1.69 7.41 (7.73) (23.95)
10 Kep. Riau 36.46 35.70 33.69 (2.77) (7.61) (2.01) (5.63)
11 DKI Jakarta 55.95 66.84 55.11 (0.84) (1.49) (11.73) (17.55)
12 Jabar 61.22 59.54 60.54 (0.68) (1.12) 1.00 1.68
13 Jateng 60.25 56.33 58.76 (1.49) (2.47) 2.43 4.31
14 DIY 60.65 58.23 56.81 (3.84) (6.33) (1.42) (2.44)
15 Jatim 61.13 60.20 60.10 (1.03) (1.68) (0.10) (0.17)
16 Banten 56.61 53.53 56.54 (0.07) (0.12) 3.01 5.62
17 Bali 62.14 60.66 61.33 (0.81) (1.30) 0.67 1.10
18 NTB 51.71 50.67 47.26 (4.45) (8.60) (3.41) (6.73)
19 NTT 35.61 33.81 35.58 (0.03) (0.08) 1.77 5.24
20 Kalbar 29.40 32.05 28.59 (0.81) (2.75) (3.46) (10.80)
21 Kalteng 35.07 34.88 31.43 (3.64) (10.39) (3.45) (9.89)
22 Kalsel 41.87 43.14 42.30 0.43 1.04 (0.84) (1.95)
23 Kaltim 41.20 45.61 38.41 (2.79) (6.78) (7.20) (15.79)
24 Kaltara 27.27 37.13 27.94 0.67 2.47 (9.19) (24.75)
25 Sulut 49.05 49.27 49.05 (0.00) (0.01) (0.22) (0.45)
26 Sulteng 48.57 48.78 49.26 0.69 1.42 0.48 0.98
27 Sulsel 52.41 52.70 52.26 (0.15) (0.29) (0.44) (0.83)
28 Sultra 47.07 48.13 40.66 (6.41) (13.61) (7.47) (15.52)
29 Gorontalo 55.51 49.26 52.80 (2.71) (4.88) 3.54 7.19
30 Sulbar 49.41 50.93 46.28 (3.13) (6.34) (4.65) (9.13)
31 Maluku 55.72 43.58 48.22 (7.50) (13.46) 4.64 10.65
32 Malut 35.11 38.48 32.52 (2.59) (7.37) (5.96) (15.49)
33 Pabar 42.12 42.64 44.67 2.55 6.05 2.03 4.76
34 Papua 43.95 44.68 46.26 2.31 5.25 1.58 3.54
53.41 52.35 52.64 (0.77) (1.44) 0.29 0.55
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2016
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
86 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 7
CAPAIAN PRODUKTIVITAS JAGUNG TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ku/Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (%) (Ku/Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 42.76 43.86 43.06 0.30 0.69 (0.80) (1.82)
2 Sumut 62.33 62.70 63.07 0.74 1.19 0.37 0.58
3 Sumbar 68.61 69.80 66.38 (2.23) (3.25) (3.42) (4.89)
4 Riau 24.85 24.44 25.10 0.25 1.03 0.66 2.70
5 Jambi 60.94 61.15 61.63 0.69 1.14 0.48 0.79
6 Sumsel 62.40 61.70 69.16 6.76 10.83 7.46 12.10
7 Bengkulu 52.07 46.92 66.30 14.23 27.32 19.38 41.30
8 Lampung 51.20 54.17 50.01 (1.19) (2.32) (4.16) (7.68)
9 Kep. Babel 36.80 41.14 37.58 0.78 2.13 (3.56) (8.65)
10 Kep. Riau 23.30 34.14 169.13 145.83 625.86 134.99 395.40
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 75.69 77.46 81.76 6.07 8.02 4.30 5.55
13 Jateng 59.18 57.13 59.58 0.40 0.67 2.45 4.30
14 DIY 45.67 45.06 47.28 1.61 3.52 2.22 4.94
15 Jatim 50.52 52.55 50.82 0.30 0.60 (1.73) (3.29)
16 Banten 33.74 38.95 39.49 5.75 17.04 0.54 1.39
17 Bali 26.46 26.78 32.22 5.76 21.78 5.44 20.32
18 NTB 67.08 66.37 61.55 (5.53) (8.24) (4.82) (7.27)
19 NTT 25.08 26.37 25.37 0.29 1.17 (1.00) (3.77)
20 Kalbar 32.57 40.28 34.38 1.81 5.55 (5.90) (14.65)
21 Kalteng 32.66 33.44 36.37 3.71 11.34 2.93 8.76
22 Kalsel 58.61 59.73 58.38 (0.23) (0.39) (1.35) (2.26)
23 Kaltim 36.32 39.06 44.28 7.96 21.92 5.22 13.36
24 Kaltara 21.77 26.17 28.15 6.38 29.29 1.98 7.57
25 Sulut 37.15 34.64 37.72 0.57 1.53 3.08 8.88
26 Sulteng 40.34 46.84 49.34 9.00 22.30 2.50 5.34
27 Sulsel 51.79 54.71 54.59 2.80 5.41 (0.12) (0.21)
28 Sultra 28.46 26.49 28.37 (0.09) (0.31) 1.88 7.09
29 Gorontalo 49.83 52.01 46.09 (3.74) (7.51) (5.92) (11.38)
30 Sulbar 48.58 45.71 51.65 3.07 6.32 5.94 12.99
31 Maluku 42.78 37.16 36.45 (6.33) (14.80) (0.71) (1.92)
32 Malut 30.13 33.51 29.04 (1.09) (3.63) (4.47) (13.34)
33 Pabar 17.32 20.46 17.55 0.23 1.32 (2.91) (14.22)
34 Papua 24.36 24.44 23.91 (0.45) (1.86) (0.53) (2.17)
51.78 52.63 52.83 1.05 2.03 0.20 0.38Jumlah
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2016
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Laporan Kinerja 2016
87 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 8
CAPAIAN PRODUKTIVITAS KEDELAI TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ku/Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (%) (Ku/Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 14.61 15.17 14.82 0.21 1.45 (0.35) (2.31)
2 Sumut 12.35 11.64 12.68 0.33 2.68 1.04 8.95
3 Sumbar 11.93 10.32 12.22 0.29 2.47 1.90 18.41
4 Riau 14.15 11.89 12.18 (1.97) (13.92) 0.29 2.44
5 Jambi 13.72 13.60 12.45 (1.27) (9.27) (1.15) (8.46)
6 Sumsel 15.09 16.79 14.64 (0.45) (2.98) (2.15) (12.81)
7 Bengkulu 12.72 11.02 11.23 (1.49) (11.73) 0.21 1.91
8 Lampung 11.67 12.36 11.97 0.30 2.53 (0.39) (3.16)
9 Kep. Babel 10.00 - 10.29 0.29 2.90 10.29 0.00
10 Kep. Riau 10.71 10.85 2.00 (8.71) (81.33) (8.85) (81.57)
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 16.44 13.42 16.81 0.37 2.23 3.39 25.26
13 Jateng 18.38 18.67 17.90 (0.48) (2.59) (0.77) (4.12)
14 DIY 13.55 12.03 12.86 (0.69) (5.12) 0.83 6.90
15 Jatim 16.58 16.65 15.79 (0.79) (4.77) (0.86) (5.17)
16 Banten 13.72 13.28 14.26 0.54 3.97 0.98 7.38
17 Bali 14.11 14.52 13.23 (0.88) (6.21) (1.29) (8.88)
18 NTB 13.17 19.21 13.11 (0.06) (0.45) (6.10) (31.75)
19 NTT 10.15 11.53 9.01 (1.14) (11.20) (2.52) (21.86)
20 Kalbar 16.01 15.62 14.13 (1.88) (11.75) (1.49) (9.54)
21 Kalteng 12.01 12.12 13.24 1.23 10.26 1.12 9.24
22 Kalsel 13.65 14.45 14.31 0.66 4.87 (0.14) (0.97)
23 Kaltim 16.04 14.71 15.08 (0.96) (5.99) 0.37 2.52
24 Kaltara 9.24 10.07 7.21 (2.03) (21.97) (2.86) (28.40)
25 Sulut 13.06 13.20 13.24 0.18 1.34 0.04 0.30
26 Sulteng 18.71 17.14 17.71 (1.00) (5.32) 0.57 3.33
27 Sulsel 17.67 17.94 13.79 (3.88) (21.94) (4.15) (23.13)
28 Sultra 16.23 14.02 18.82 2.59 15.99 4.80 34.24
29 Gorontalo 13.49 15.06 13.87 0.38 2.84 (1.19) (7.90)
30 Sulbar 10.27 14.84 14.59 4.32 42.03 (0.25) (1.68)
31 Maluku 9.23 12.05 9.84 0.61 6.61 (2.21) (18.34)
32 Malut 10.49 12.58 9.03 (1.46) (13.88) (3.55) (28.22)
33 Pabar 10.57 12.97 10.56 (0.01) (0.05) (2.41) (18.58)
34 Papua 12.76 12.90 12.92 0.16 1.28 0.02 0.16
15.68 15.76 15.06 (0.62) (3.98) (0.70) (4.44)Jumlah
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2016
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Laporan Kinerja 2016
88 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 9
CAPAIAN PRODUKTIVITAS UBI KAYU TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ku/Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (%) (Ku/Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 130.87 136.72 129.46 (1.41) (1.08) (7.26) (5.31)
2 Sumut 338.54 353.99 344.88 6.34 1.87 (9.11) (2.57)
3 Sumbar 391.85 409.73 390.26 (1.59) (0.41) (19.47) (4.75)
4 Riau 289.54 302.76 298.63 9.09 3.14 (4.13) (1.36)
5 Jambi 215.23 225.05 227.24 12.01 5.58 2.19 0.97
6 Sumsel 247.48 258.77 283.27 35.79 14.46 24.50 9.47
7 Bengkulu 224.77 235.02 214.43 (10.34) (4.60) (20.59) (8.76)
8 Lampung 264.45 276.52 261.75 (2.70) (1.02) (14.77) (5.34)
9 Kep. Babel 246.13 257.36 253.24 7.11 2.89 (4.12) (1.60)
10 Kep. Riau 129.34 135.24 341.09 211.75 163.72 205.85 152.21
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 234.53 245.23 248.45 13.92 5.94 3.22 1.31
13 Jateng 236.73 247.53 261.52 24.79 10.47 13.99 5.65
14 DIY 157.01 164.17 172.65 15.64 9.96 8.48 5.17
15 Jatim 215.39 225.21 257.87 42.48 19.73 32.66 14.50
16 Banten 177.59 185.70 180.72 3.13 1.76 (4.98) (2.68)
17 Bali 107.47 112.37 173.34 65.87 61.30 60.97 54.26
18 NTB 213.23 222.96 207.86 (5.37) (2.52) (15.10) (6.77)
19 NTT 105.24 110.04 100.57 (4.67) (4.44) (9.47) (8.61)
20 Kalbar 163.49 170.95 159.98 (3.51) (2.15) (10.97) (6.42)
21 Kalteng 150.81 157.70 203.17 52.36 34.71 45.47 28.83
22 Kalsel 206.30 215.71 225.36 19.06 9.24 9.65 4.47
23 Kaltim 226.37 236.70 234.25 7.88 3.48 (2.45) (1.04)
24 Kaltara 225.19 220.24 235.52 10.33 4.59 15.28 6.94
25 Sulut 122.77 128.37 123.18 0.41 0.34 (5.19) (4.04)
26 Sulteng 211.99 221.66 242.43 30.44 14.36 20.77 9.37
27 Sulsel 211.31 220.94 218.60 7.29 3.45 (2.34) (1.06)
28 Sultra 208.50 218.01 199.64 (8.86) (4.25) (18.37) (8.43)
29 Gorontalo 134.67 140.82 137.01 2.34 1.74 (3.81) (2.71)
30 Sulbar 225.28 235.56 223.32 (1.96) (0.87) (12.24) (5.20)
31 Maluku 278.11 290.80 289.11 11.00 3.96 (1.69) (0.58)
32 Malut 216.49 226.37 207.41 (9.08) (4.20) (18.96) (8.38)
33 Pabar 113.28 118.45 112.51 (0.77) (0.68) (5.94) (5.01)
34 Papua 121.37 128.33 121.40 0.03 0.02 (6.93) (5.40)
229.51 240.00 241.98 12.47 5.43 1.98 0.82Jumlah
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2015
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Laporan Kinerja 2016
89 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 10
CAPAIAN LUAS PANEN PADI TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%) (Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 461,060 419,297 444,931 (16,129) (3.50) 25,634 6.11
2 Sumut 781,769 755,826 837,553 55,784 7.14 81,727 10.81
3 Sumbar 507,545 533,147 519,196 11,651 2.30 (13,951) (2.62)
4 Riau 107,546 115,014 100,408 (7,138) (6.64) (14,606) (12.70)
5 Jambi 122,214 170,241 172,658 50,444 41.27 2,417 1.42
6 Sumsel 872,737 867,644 1,028,777 156,040 17.88 161,133 18.57
7 Bengkulu 128,833 167,691 154,662 25,829 20.05 (13,029) (7.77)
8 Lampung 707,266 677,188 810,588 103,322 14.61 133,400 19.70
9 Kep. Babel 11,848 11,293 15,448 3,600 30.38 4,155 36.79
10 Kep. Riau 263 411 203 (60) (22.70) (208) (50.54)
11 DKI Jakarta 1,137 1,439 1,041 (97) (8.49) (399) (27.69)
12 Jabar 1,857,612 2,085,674 2,006,956 149,344 8.04 (78,718) (3.77)
13 Jateng 1,875,793 1,902,126 1,913,390 37,597 2.00 11,264 0.59
14 DIY 155,838 161,749 158,151 2,313 1.48 (3,598) (2.22)
15 Jatim 2,152,070 2,108,519 2,253,204 101,134 4.70 144,685 6.86
16 Banten 386,676 404,883 416,382 29,706 7.68 11,499 2.84
17 Bali 137,385 150,992 140,185 2,800 2.04 (10,807) (7.16)
18 NTB 467,503 470,738 444,734 (22,769) (4.87) (26,004) (5.52)
19 NTT 266,242 255,657 239,891 (26,351) (9.90) (15,766) (6.17)
20 Kalbar 433,944 507,061 514,071 80,127 18.46 7,010 1.38
21 Kalteng 254,670 258,319 268,912 14,242 5.59 10,593 4.10
22 Kalsel 511,213 525,993 544,737 33,524 6.56 18,744 3.56
23 Kaltim 99,209 108,700 85,638 (13,571) (13.68) (23,062) (21.22)
24 Kaltara 41,115 36,109 31,423 (9,692) (23.57) (4,686) (12.98)
25 Sulut 137,438 137,251 137,710 272 0.20 459 0.33
26 Sulteng 209,057 246,266 216,452 7,395 3.54 (29,814) (12.11)
27 Sulsel 1,044,030 1,072,400 1,127,293 83,263 7.98 54,893 5.12
28 Sultra 140,380 140,311 163,398 23,018 16.40 23,087 16.45
29 Gorontalo 59,668 67,166 62,939 3,271 5.48 (4,227) (6.29)
30 Sulbar 93,470 98,701 119,549 26,079 27.90 20,848 21.12
31 Maluku 21,141 28,203 24,397 3,256 15.40 (3,806) (13.49)
32 Malut 21,438 20,835 24,233 2,795 13.04 3,398 16.31
33 Pabar 7,174 7,222 5,889 (1,285) (17.91) (1,333) (18.45)
34 Papua 41,354 46,887 50,740 9,386 22.70 3,853 8.22
14,116,638 14,560,952 15,035,736 919,098 6.51 474,784 3.26Jumlah
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2016
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Laporan Kinerja 2016
90 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 11
CAPAIAN LUAS PANEN JAGUNG TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%) (Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 47,967 57,000 66,591 18,624 38.83 9,591 16.83
2 Sumut 243,770 270,689 247,055 3,285 1.35 (23,634) (8.73)
3 Sumbar 87,825 111,441 107,683 19,858 22.61 (3,758) (3.37)
4 Riau 12,425 17,488 13,046 621 5.00 (4,442) (25.40)
5 Jambi 8,486 10,819 13,246 4,760 56.09 2,427 22.43
6 Sumsel 46,315 51,057 90,356 44,041 95.09 39,299 76.97
7 Bengkulu 10,137 20,247 21,327 11,190 110.39 1,080 5.34
8 Lampung 293,521 417,788 341,560 48,039 16.37 (76,228) (18.25)
9 Kep. Babel 181 271 223 42 23.04 (48) (17.82)
10 Kep. Riau 203 290 60 (143) (70.64) (230) (79.45)
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 126,828 167,140 187,701 60,873 48.00 20,561 12.30
13 Jateng 542,804 664,348 597,507 54,703 10.08 (66,841) (10.06)
14 DIY 65,485 69,411 65,513 28 0.04 (3,897) (5.62)
15 Jatim 1,213,654 1,267,023 1,233,090 19,436 1.60 (33,933) (2.68)
16 Banten 3,518 4,850 5,203 1,685 47.91 353 7.29
17 Bali 15,346 19,179 16,220 874 5.70 (2,959) (15.43)
18 NTB 143,117 165,918 203,010 59,893 41.85 37,092 22.36
19 NTT 273,194 328,105 261,749 (11,445) (4.19) (66,356) (20.22)
20 Kalbar 31,851 49,641 31,845 (6) (0.02) (17,796) (35.85)
21 Kalteng 2,507 3,000 4,272 1,765 70.39 1,272 42.39
22 Kalsel 21,926 25,035 33,321 11,395 51.97 8,286 33.10
23 Kaltim 2,307 3,047 3,524 1,217 52.75 477 15.65
24 Kaltara 474 651 368 (106) (22.36) (283) (43.47)
25 Sulut 80,885 155,133 149,137 68,252 84.38 (5,996) (3.87)
26 Sulteng 32,503 69,431 59,517 27,014 83.11 (9,914) (14.28)
27 Sulsel 295,115 365,587 357,305 62,190 21.07 (8,282) (2.27)
28 Sultra 23,945 25,568 31,347 7,402 30.91 5,779 22.60
29 Gorontalo 129,131 169,901 185,379 56,248 43.56 15,478 9.11
30 Sulbar 20,752 34,185 45,710 24,958 120.27 11,525 33.71
31 Maluku 3,260 5,683 4,938 1,678 51.47 (745) (13.11)
32 Malut 3,892 5,521 2,950 (943) (24.22) (2,572) (46.58)
33 Pabar 1,307 1,222 1,501 194 14.80 279 22.79
34 Papua 2,736 3,332 2,258 (478) (17.47) (1,074) (32.23)
3,787,367 4,560,000 4,384,510 597,143 15.77 (175,490) (3.85)
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2016
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
91 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 12
CAPAIAN LUAS PANEN KEDELAI TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%) (Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 32,796 48,236 15,866 (16,930) (51.62) (32,370) (67.11)
2 Sumut 5,303 17,693 4,136 (1,167) (22.01) (13,557) (76.62)
3 Sumbar 296 660 70 (226) (76.22) (590) (89.33)
4 Riau 1,516 5,391 2,239 723 47.66 (3,152) (58.48)
5 Jambi 4,906 9,827 7,517 2,611 53.23 (2,310) (23.50)
6 Sumsel 11,145 27,356 17,296 6,151 55.19 (10,060) (36.78)
7 Bengkulu 4,235 12,015 3,742 (493) (11.65) (8,273) (68.86)
8 Lampung 8,407 13,349 8,568 161 1.92 (4,781) (35.82)
9 Kep. Babel 1 - 5 4 390.00 5 -
10 Kep. Riau 14 18 5 (9) (64.29) (13) (72.22)
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 60,172 65,954 54,679 (5,493) (9.13) (11,275) (17.10)
13 Jateng 70,629 55,138 61,824 (8,805) (12.47) 6,686 12.13
14 DIY 13,886 12,638 13,258 (628) (4.52) 620 4.91
15 Jatim 208,067 169,026 188,756 (19,311) (9.28) 19,730 11.67
16 Banten 5,316 8,162 4,768 (548) (10.31) (3,394) (41.59)
17 Bali 5,146 5,418 5,093 (53) (1.03) (325) (6.00)
18 NTB 94,948 60,317 84,642 (10,306) (10.85) 24,325 40.33
19 NTT 3,563 7,576 6,559 2,996 84.08 (1,017) (13.43)
20 Kalbar 1,647 2,782 1,519 (128) (7.76) (1,263) (45.39)
21 Kalteng 1,051 2,502 2,068 1,017 96.76 (434) (17.35)
22 Kalsel 7,722 29,677 15,730 8,008 103.71 (13,947) (46.99)
23 Kaltim 947 3,846 1,324 377 39.81 (2,522) (65.57)
24 Kaltara 2,423 4,596 929 (1,494) (61.66) (3,667) (79.79)
25 Sulut 5,117 17,156 13,130 8,013 156.59 (4,026) (23.47)
26 Sulteng 7,094 10,584 9,025 1,931 27.22 (1,559) (14.73)
27 Sulsel 38,036 67,489 44,184 6,148 16.16 (23,305) (34.53)
28 Sultra 7,888 18,095 8,689 801 10.16 (9,406) (51.98)
29 Gorontalo 2,375 2,900 2,639 264 11.12 (261) (9.00)
30 Sulbar 4,106 7,452 4,238 132 3.21 (3,214) (43.13)
31 Maluku 766 2,349 1,277 511 66.72 (1,072) (45.63)
32 Malut 453 2,506 716 263 57.99 (1,790) (71.44)
33 Pabar 1,362 2,812 1,050 (312) (22.93) (1,762) (62.67)
34 Papua 2,761 4,431 2,439 (322) (11.65) (1,992) (44.95)
614,094 697,950 587,978 (26,116) (4.25) (109,972) (15.76)
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2016
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
92 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 13
CAPAIAN LUAS PANEN UBI KAYU TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%) (Ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 2,226 2,349 1,778 (448) (20.11) (571) (24.29)
2 Sumut 47,837 50,486 36,829 (11,008) (23.01) (13,657) (27.05)
3 Sumbar 5,318 5,613 4,613 (705) (13.26) (1,000) (17.82)
4 Riau 3,578 3,776 3,821 243 6.79 45 1.19
5 Jambi 2,018 2,130 2,522 504 24.99 392 18.41
6 Sumsel 8,801 9,288 11,313 2,512 28.54 2,025 21.80
7 Bengkulu 3,573 3,771 2,889 (685) (19.16) (883) (23.40)
8 Lampung 279,337 294,808 251,079 (28,258) (10.12) (43,729) (14.83)
9 Kep. Babel 1,423 1,502 2,167 744 52.26 665 44.25
10 Kep. Riau 708 747 710 2 0.21 (38) (5.02)
11 DKI Jakarta - - - - - 0 -
12 Jabar 85,288 90,012 79,831 (5,457) (6.40) (10,181) (11.31)
13 Jateng 150,874 159,230 135,593 (15,281) (10.13) (23,637) (14.84)
14 DIY 55,626 58,707 53,177 (2,449) (4.40) (5,530) (9.42)
15 Jatim 146,787 154,917 127,420 (19,367) (13.19) (27,497) (17.75)
16 Banten 4,176 4,407 5,456 1,280 30.64 1,049 23.79
17 Bali 8,009 8,453 6,357 (1,652) (20.63) (2,096) (24.80)
18 NTB 5,030 5,309 2,274 (2,756) (54.80) (3,035) (57.17)
19 NTT 60,557 63,911 55,701 (4,856) (8.02) (8,210) (12.85)
20 Kalbar 10,609 11,197 10,058 (551) (5.20) (1,139) (10.17)
21 Kalteng 3,031 3,199 2,762 (269) (8.87) (437) (13.65)
22 Kalsel 3,478 3,671 3,289 (189) (5.43) (382) (10.40)
23 Kaltim 2,384 2,516 2,569 185 7.75 53 2.09
24 Kaltara 1,729 1,825 1,746 17 0.98 (79) -
25 Sulut 3,594 3,793 3,395 (199) (5.54) (398) (10.50)
26 Sulteng 2,231 2,355 1,623 (608) (27.24) (732) (31.07)
27 Sulsel 26,783 28,269 23,236 (3,547) (13.24) (5,033) (17.81)
28 Sultra 8,398 8,863 5,897 (2,501) (29.78) (2,966) (33.46)
29 Gorontalo 197 208 184 (13) (6.60) (24) (11.54)
30 Sulbar 1,109 1,170 1,190 81 7.30 20 1.71
31 Maluku 4,842 5,110 4,703 (140) (2.88) (408) (7.97)
32 Malut 5,556 5,864 4,749 (807) (14.52) (1,115) (19.01)
33 Pabar 987 1,042 903 (84) (8.49) (139) (13.32)
34 Papua 3,822 3,671 3,036 (786) (20.56) (635) (17.29)
949,916 1,002,167 852,868 (97,048) (10.22) (149,299) (14.90)Jumlah
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2016
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Laporan Kinerja 2016
93 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 14
CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016 PER PROVINSI
ATAP Sasaran Prakiraan
2015 2016 2016
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (%) (Ton) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5-3) (7)=(6):(3) (8)=(5-4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 2,331,046 2,107,642 2,321,328 (9,718) (0.42) 213,686 10.14
2 Sumut 4,044,829 3,941,097 4,403,157 358,328 8.86 462,060 11.72
3 Sumbar 2,550,609 2,687,655 2,606,640 56,031 2.20 (81,015) (3.01)
4 Riau 393,917 448,965 375,880 (18,037) (4.58) (73,085) (16.28)
5 Jambi 541,486 790,991 802,080 260,594 48.13 11,089 1.40
6 Sumsel 4,247,922 3,994,574 5,174,460 926,538 21.81 1,179,886 29.54
7 Bengkulu 578,654 714,634 689,767 111,113 19.20 (24,867) (3.48)
8 Lampung 3,641,895 3,486,015 4,047,057 405,162 11.13 561,042 16.09
9 Kep. Babel 27,068 36,441 37,909 10,841 40.05 1,468 4.03
10 Kep. Riau 959 1,466 685 (274) (28.57) (781) (53.27)
11 DKI Jakarta 6,361 9,619 5,734 (627) (9.86) (3,885) (40.39)
12 Jabar 11,373,144 12,418,727 12,149,513 776,369 6.83 (269,214) (2.17)
13 Jateng 11,301,422 10,714,169 11,242,464 (58,958) (0.52) 528,295 4.93
14 DIY 945,136 941,904 898,505 (46,631) (4.93) (43,399) (4.61)
15 Jatim 13,154,967 12,692,802 13,540,950 385,983 2.93 848,148 6.68
16 Banten 2,188,996 2,167,260 2,354,400 165,404 7.56 187,140 8.63
17 Bali 853,710 915,958 859,775 6,065 0.71 (56,183) (6.13)
18 NTB 2,417,392 2,385,129 2,101,820 (315,572) (13.05) (283,309) (11.88)
19 NTT 948,088 864,270 853,498 (94,590) (9.98) (10,772) (1.25)
20 Kalbar 1,275,707 1,625,220 1,469,619 193,912 15.20 (155,601) (9.57)
21 Kalteng 893,202 900,943 845,095 (48,107) (5.39) (55,848) (6.20)
22 Kalsel 2,140,276 2,269,093 2,304,406 164,130 7.67 35,313 1.56
23 Kaltim 408,782 495,787 328,893 (79,889) (19.54) (166,894) (33.66)
24 Kaltara 112,102 134,071 87,795 (24,307) (21.68) (46,276) (34.52)
25 Sulut 674,169 676,276 675,417 1,248 0.19 (859) (0.13)
26 Sulteng 1,015,368 1,201,239 1,066,279 50,911 5.01 (134,960) (11.24)
27 Sulsel 5,471,806 5,651,864 5,890,871 419,065 7.66 239,007 4.23
28 Sultra 660,720 675,317 664,300 3,580 0.54 (11,017) (1.63)
29 Gorontalo 331220 330,881 332,315 1,095 0.33 1,434 0.43
30 Sulbar 461,844 502,635 553,252 91,408 19.79 50,617 10.07
31 Maluku 117,791 122,901 117,636 (155) (0.13) (5,265) (4.28)
32 Malut 75,265 80,171 78,800 3,535 4.70 (1,371) (1.71)
33 Pabar 30,219 30,789 26,308 (3,911) (12.94) (4,481) (14.55)
34 Papua 181,769 209,495 234,744 52,975 29.14 25,249 12.05
75,397,841 76,226,000 79,141,352 3,743,511 4.97 2,915,352 3.82
No. Provinsi Target 2016ATAP 2015
Capaian Prakiraan 2016 Thd
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
94 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 15
CAPAIAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2016 PER PROVINSI
ATAP Sasaran Prakiraan
2015 2016 2016
(Ton) (Ton) (Ton) Ton % Ton %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5-3) (7)=(6):(3) (8)=(5-4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 205,125 250,000 286,730 81,605 39.78 36,730 14.69
2 Sumut 1,519,407 1,697,315 1,558,141 38,734 2.55 (139,174) (8.20)
3 Sumbar 602,549 777,819 714,820 112,271 18.63 (62,999) (8.10)
4 Riau 30,870 42,741 32,746 1,876 6.08 (9,995) (23.39)
5 Jambi 51,712 66,157 81,639 29,927 57.87 15,482 23.40
6 Sumsel 289,007 315,000 624,887 335,880 116.22 309,887 98.38
7 Bengkulu 52,785 95,000 141,391 88,606 167.86 46,391 48.83
8 Lampung 1,502,800 2,263,284 1,708,097 205,297 13.66 (555,187) (24.53)
9 Kep. Babel 666 1,114 837 171 25.68 (277) (24.87)
10 Kep. Riau 473 990 1,008 535 113.11 18 1.82
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 959,933 1,294,699 1,534,612 574,679 59.87 239,913 18.53
13 Jateng 3,212,391 3,795,163 3,560,108 347,717 10.82 (235,055) (6.19)
14 DIY 299,084 312,738 309,752 10,668 3.57 (2,986) (0.95)
15 Jatim 6,131,163 6,657,806 6,266,878 135,715 2.21 (390,928) (5.87)
16 Banten 11,870 18,890 20,550 8,680 73.13 1,660 8.79
17 Bali 40,603 51,360 52,267 11,664 28.73 907 1.77
18 NTB 959,973 1,101,243 1,249,612 289,639 30.17 148,369 13.47
19 NTT 685,081 865,053 664,035 (21,046) (3.07) (201,018) (23.24)
20 Kalbar 103,742 199,930 109,473 5,731 5.52 (90,457) (45.24)
21 Kalteng 8,189 10,030 15,537 7,348 89.73 5,507 54.91
22 Kalsel 128,505 149,533 194,541 66,036 51.39 45,008 30.10
23 Kaltim 8,379 11,902 15,605 7,226 86.24 3,703 31.11
24 Kaltara 1,032 1,700 1,036 4 0.39 (664) (39.06)
25 Sulut 300,490 537,427 562,556 262,066 87.21 25,129 4.68
26 Sulteng 131,123 325,198 293,679 162,556 123.97 (31,519) (9.69)
27 Sulsel 1,528,414 2,000,000 1,950,384 421,970 27.61 (49,616) (2.48)
28 Sultra 68,141 67,733 88,931 20,790 30.51 21,198 31.30
29 Gorontalo 643,512 883,643 854,393 210,881 32.77 (29,250) (3.31)
30 Sulbar 100,811 156,270 236,073 135,262 134.17 79,803 51.07
31 Maluku 13,947 21,120 17,999 4,052 29.05 (3,121) (14.78)
32 Malut 11,728 18,500 8,564 (3,164) (26.98) (9,936) (53.71)
33 Pabar 2,264 2,500 2,634 370 16.34 134 5.36
34 Papua 6,666 8,143 5,400 (1,266) (18.99) (2,743) (33.69)
19,612,435 24,000,000 23,164,915 3,552,480 18.11 (835,085) (3.48)
No. Provinsi
Perbandingan Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Target 2016
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
95 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 16
CAPAIAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2016 PER PROVINSI
ATAP Sasaran Prakiraan
2015 2016 2016
(Ton) (Ton) (Ton) Ton % Ton %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5-3) (7)=(6):(3) (8)=(5-4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 47,910 73,188 23,506 (24,404) (50.94) (49,682) (67.88)
2 Sumut 6,549 20,622 5,243 (1,306) (19.94) (15,379) (74.58)
3 Sumbar 353 681 86 (267) (75.64) (595) (87.37)
4 Riau 2,145 6,409 2,726 581 27.09 (3,683) (57.47)
5 Jambi 6,732 13,366 9,361 2,629 39.05 (4,005) (29.96)
6 Sumsel 16,818 45,919 25,316 8,498 50.53 (20,603) (44.87)
7 Bengkulu 5,388 13,237 4,202 (1,186) (22.01) (9,035) (68.26)
8 Lampung 9,815 16,500 10,253 438 4.46 (6,247) (37.86)
9 Kep. Babel 1 - 5 4 400.00 5 -
10 Kep. Riau 15 19 1 (14) (93.33) (18) (94.74)
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 98,938 88,542 91,908 (7,030) (7.11) 3,366 3.80
13 Jateng 129,794 102,934 110,691 (19,103) (14.72) 7,757 7.54
14 DIY 18,822 15,201 17,050 (1,772) (9.41) 1,849 12.16
15 Jatim 344,998 281,503 298,121 (46,877) (13.59) 16,618 5.90
16 Banten 7,291 10,838 6,800 (491) (6.73) (4,038) (37.26)
17 Bali 7,259 7,865 6,738 (521) (7.18) (1,127) (14.33)
18 NTB 125,036 115,898 110,937 (14,099) (11.28) (4,961) (4.28)
19 NTT 3,615 8,733 5,907 2,292 63.40 (2,826) (32.36)
20 Kalbar 2,637 4,346 2,146 (491) (18.62) (2,200) (50.62)
21 Kalteng 1,262 3,032 2,738 1,476 116.96 (294) (9.70)
22 Kalsel 10,537 42,889 22,512 11,975 113.65 (20,377) (47.51)
23 Kaltim 1,519 5,658 1,996 477 31.40 (3,662) (64.72)
24 Kaltara 2,239 4,630 670 (1,569) (70.08) (3,960) (85.53)
25 Sulut 6,685 22,648 17,383 10,698 160.03 (5,265) (23.25)
26 Sulteng 13,270 18,137 15,982 2,712 20.44 (2,155) (11.88)
27 Sulsel 67,192 121,056 60,934 (6,258) (9.31) (60,122) (49.66)
28 Sultra 12,799 25,372 16,356 3,557 27.79 (9,016) (35.54)
29 Gorontalo 3203 4,368 3,660 457 14.27 (708) (16.21)
30 Sulbar 4,218 11,060 6,183 1,965 46.59 (4,877) (44.10)
31 Maluku 707 2,831 1,257 550 77.79 (1,574) (55.60)
32 Malut 475 3,152 646 171 36.00 (2,506) (79.51)
33 Pabar 1,439 3,648 1,109 (330) (22.93) (2,539) (69.60)
34 Papua 3,522 5,719 3,152 (370) (10.51) (2,567) (44.89)
963,183 1,100,000 885,575 (77,608) (8.06) (214,425) (19.49)
Target 2016
Jumlah
No. Provinsi
Perbandingan Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015
Laporan Kinerja 2016
96 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 17
CAPAIAN PRODUKSI UBI KAYU TAHUN 2016 PER PROVINSI
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (%) (Ton) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)-(3) (7)=(6):(3) (8)=(5)-(4) (9)=(8):(4)
1 Aceh 29,131 32,120 23,024 (6,107) (20.96) (9,096) (28.32)
2 Sumut 1,619,495 1,787,189 1,270,148 (349,347) (21.57) (517,041) (28.93)
3 Sumbar 208,386 229,964 180,013 (28,373) (13.62) (49,951) (21.72)
4 Riau 103,599 114,326 114,107 10,508 10.14 (219) (0.19)
5 Jambi 43,433 47,930 57,313 13,880 31.96 9,383 19.58
6 Sumsel 217,807 240,360 320,462 102,655 47.13 80,102 33.33
7 Bengkulu 80,309 88,625 61,939 (18,370) (22.87) (26,686) (30.11)
8 Lampung 7,387,084 8,151,997 6,572,090 (814,994) (11.03) (1,579,907) (19.38)
9 Kep. Babel 35,024 38,651 54,869 19,845 56.66 16,218 41.96
10 Kep. Riau 9,157 10,105 24,200 15,043 164.28 14,095 139.49
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 2,000,224 2,207,342 1,983,418 (16,806) (0.84) (223,924) (10.14)
13 Jateng 3,571,594 3,941,423 3,546,013 (25,581) (0.72) (395,410) (10.03)
14 DIY 873,362 963,796 918,103 44,741 5.12 (45,693) (4.74)
15 Jatim 3,161,573 3,488,946 3,285,742 124,169 3.93 (203,204) (5.82)
16 Banten 74,163 81,842 98,594 24,431 32.94 16,752 20.47
17 Bali 86,070 94,982 110,187 24,117 28.02 15,205 16.01
18 NTB 107,254 118,360 47,263 (59,991) (55.93) (71,097) (60.07)
19 NTT 637,315 703,307 560,164 (77,151) (12.11) (143,143) (20.35)
20 Kalbar 173,449 191,409 160,904 (12,545) (7.23) (30,505) (15.94)
21 Kalteng 45,712 50,445 56,122 10,410 22.77 5,677 11.25
22 Kalsel 71,751 79,181 74,124 2,373 3.31 (5,057) (6.39)
23 Kaltim 53,966 59,554 60,173 6,207 11.50 619 1.04
24 Kaltara 38,936 40,189 41,121 2,185 5.61 932 2.32
25 Sulut 44,123 48,692 41,817 (2,306) (5.23) (6,875) (14.12)
26 Sulteng 47,295 52,192 39,352 (7,943) (16.79) (12,840) (24.60)
27 Sulsel 565,958 624,561 507,937 (58,021) (10.25) (116,624) (18.67)
28 Sultra 175,095 193,226 117,727 (57,368) (32.76) (75,499) (39.07)
29 Gorontalo 2,653 2,928 2,521 (132) (4.98) (407) (13.90)
30 Sulbar 24,984 27,571 26,575 1,591 6.37 (996) (3.61)
31 Maluku 134,661 148,605 135,952 1,291 0.96 (12,653) (8.51)
32 Malut 120,283 132,738 98,499 (21,784) (18.11) (34,239) (25.79)
33 Pabar 11,181 12,339 10,162 (1,019) (9.11) (2,177) (17.64)
34 Papua 46,388 47,104 36,860 (9,528) (20.54) (10,244) (21.75)
21,801,415 24,052,000 20,637,495 (1,163,920) (5.34) (3,414,505) (14.20)
No. Provinsi
ATAP
2015
Sasaran
2016
Prakiraan
2016
Capaian Prakiraan 2016 Thd
ATAP 2015 Sasaran 2016
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
97 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 18
PENGGUNAAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT TAHUN 2016
Luas Kebutuhan Penggunaan Benih Tingkat Penggunaan
No. Provinsi Tanam Benih Bersertifikat Benih Bersertifikat
(Ha) (Ton) (Ton) (%)
1 Aceh 447,630 11,191 5,971 53.35
2 Sumut 922,803 23,070 8,568 37.14
3 Sumbar 493,630 12,341 1,712 13.88
4 Riau 94,104 2,353 658 27.97
5 Jambi 181,305 4,533 1,152 25.42
6 Sumsel 1,035,900 25,898 5,553 21.44
7 Bengkulu 162,247 4,056 257 6.33
8 Lampung 916,611 22,915 6,306 27.52
9 Kep. Babel 16,512 413 49 11.77
10 Kep. Riau 269 7 - -
11 DKI Jakarta 966 24 4 16.89
12 Jabar 2,269,120 56,728 29,421 51.86
13 Jateng 2,160,584 54,015 32,505 60.18
14 DIY 166,825 4,171 918 22.00
15 Jatim 2,544,329 63,608 44,390 69.79
16 Banten 468,221 11,706 5,538 47.31
17 Bali 150,960 3,774 2,132 56.49
18 NTB 559,329 13,983 7,897 56.48
19 NTT 311,627 7,791 291 3.74
20 Kalbar 536,740 13,419 3,430 25.56
21 Kalteng 245,640 6,141 1,378 22.44
22 Kalsel 578,302 14,458 3,699 25.58
23 Kaltim 101,801 2,545 467 18.36
24 Kaltara 17,254 431 63 14.49
25 Sulut 140,949 3,524 1,405 39.88
26 Sulteng 243,694 6,092 1,491 24.48
27 Sulsel 1,341,648 33,541 10,256 30.58
28 Sultra 183,345 4,584 2,099 45.79
29 Gorontalo 69,671 1,742 929 53.32
30 Sulbar 150,818 3,770 830 22.00
31 Maluku 29,397 735 702 95.50
32 Malut 24,916 623 133 21.33
33 Pabar 6,333 158 143 90.57
34 Papua 54,955 1,374 581 42.30
16,628,435 415,711 180,928 43.52 Jumlah
Laporan Kinerja 2016
98 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 19
PENGGUNAAN BENIH JAGUNG BERSERTIFIKAT TAHUN 2016
Luas Kebutuhan Penggunaan Benih Tingkat Penggunaan
No. Provinsi Tanam Benih Bersertifikat Benih Bersertifikat
(Ha) (Ton) (Ton) (%)
1 Aceh 73,851 1,329 749 56.32
2 Sumut 274,474 4,941 2,237 45.28
3 Sumbar 119,225 2,146 778 36.26
4 Riau 15,666 282 133 47.16
5 Jambi 13,349 240 137 57.07
6 Sumsel 107,046 1,927 973 50.50
7 Bengkulu 23,460 422 161 38.11
8 Lampung 361,994 6,516 2,410 36.99
9 Kep. Babel 661 12 - -
10 Kep. Riau 687 12 - -
11 DKI Jakarta - - - -
12 Jabar 215,092 3,872 2,041 52.70
13 Jateng 565,761 10,184 5,627 55.26
14 DIY 63,782 1,148 13 1.12
15 Jatim 1,269,665 22,854 16,036 70.17
16 Banten 10,510 189 113 59.94
17 Bali 19,729 355 171 48.25
18 NTB 283,838 5,109 1,924 37.65
19 NTT 364,876 6,568 1,576 24.00
20 Kalbar 35,622 641 116 18.11
21 Kalteng 7,590 137 101 74.18
22 Kalsel 37,041 667 303 45.37
23 Kaltim 10,793 194 140 72.00
24 Kaltara 456 8 8 97.47
25 Sulut 198,616 3,575 2,731 76.40
26 Sulteng 70,953 1,277 617 48.30
27 Sulsel 403,993 7,272 3,951 54.34
28 Sultra 33,467 602 325 53.97
29 Gorontalo 232,421 4,184 1,454 34.74
30 Sulbar 64,455 1,160 1,160 99.98
31 Maluku 6,620 119 51 42.42
32 Malut 7,955 143 40 27.61
33 Pabar 2,483 45 15 33.56
34 Papua 4,422 80 23 28.27
4,900,553 88,210 46,113 52.28 Jumlah
Laporan Kinerja 2016
99 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 20
PENGGUNAAN BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT TAHUN 2016
Luas Kebutuhan Penggunaan Benih Tingkat Penggunaan
No. Provinsi Tanam Benih Bersertifikat Benih Bersertifikat
(Ha) (Ton) (Ton) (%)
1 Aceh 16,919 846 293 34.62
2 Sumut 7,398 370 313 84.48
3 Sumbar 101 5 1 23.76
4 Riau 3,281 164 41 25.14
5 Jambi 8,279 414 135 32.54
6 Sumsel 16,570 829 316 38.10
7 Bengkulu 1,996 100 18 18.24
8 Lampung 6,191 310 87 28.18
9 Kep. Babel 3 0.15 - -
10 Kep. Riau 10 1 - -
11 DKI Jakarta - - - -
12 Jabar 54,888 2,744 1,491 54.34
13 Jateng 54,276 2,714 1,611 59.37
14 DIY 12,982 649 147 22.63
15 Jatim 165,840 8,292 4,937 59.54
16 Banten 9,538 477 298 62.53
17 Bali 5,693 285 86 30.21
18 NTB 78,540 3,927 1,307 33.28
19 NTT 8,597 430 187 43.51
20 Kalbar 1,739 87 9 10.72
21 Kalteng 4,419 221 73 33.13
22 Kalsel 15,826 791 363 45.90
23 Kaltim 2,005 100 29 29.33
24 Kaltara 843 42 21 50.95
25 Sulut 15,501 775 240 31.01
26 Sulteng 6,690 335 70 20.82
27 Sulsel 17,316 866 513 59.25
28 Sultra 8,661 433 98 22.63
29 Gorontalo 2,281 114 46 40.51
30 Sulbar 3,591 180 23 13.01
31 Maluku 1,735 87 22 24.90
32 Malut 1,004 50 13 24.90
33 Pabar 1,016 51 27 52.38
34 Papua 2,448 122 25 20.42
536,177 27,358 12,841 46.94 Jumlah
Laporan Kinerja 2016
100 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 21
LUAS SERANGAN OPT DAN DPI PADA TANAMAN PADI TAHUN 2016
Luas
No. Provinsi Tanam Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%) (%)
1 Aceh 447,630 1,229 6 6,045 5,912 1,582 548 8,856 6,466 1.98 1.44
2 Sumut 922,803 1,266 18 2,911 2,108 2,787 346 6,963 2,472 0.75 0.27
3 Sumbar 493,630 2,353 349 3,202 1,044 2,368 933 7,923 2,325 1.61 0.47
4 Riau 94,104 2,047 3 4,718 4,689 368 108 7,133 4,800 7.58 5.10
5 Jambi 181,305 395 137 7,677 6,809 26 23 8,098 6,969 4.47 3.84
6 Sumsel 1,035,900 15,858 2,124 13,026 11,502 25 6 28,909 13,632 2.79 1.32
7 Bengkulu 162,247 2,057 2 12 11 14 - 2,083 13 1.28 0.01
8 Lampung 916,611 5,032 30 1,541 1,055 198 - 6,772 1,084 0.74 0.12
9 Kep. Babel 16,512 357 5 890 462 24 24 1,271 491 7.70 2.98
10 Kep. Riau 269 - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 966 106 - 3 - - - 109 - 11.26 -
12 Jabar 2,269,120 35,328 15 16,691 5,766 3 - 52,022 5,781 2.29 0.25
13 Jateng 2,160,584 22,441 219 23,552 7,994 7,019 3,032 53,012 11,245 2.45 0.52
14 DIY 166,825 1,345 49 348 155 561 36 2,253 240 1.35 0.14
15 Jatim 2,544,329 22,965 83 20,575 10,960 2,724 11 46,263 11,053 1.82 0.43
16 Banten 468,221 3,850 23 1,426 1,056 93 18 5,369 1,097 1.15 0.23
17 Bali 150,960 2,860 233 9 6 16 - 2,885 239 1.91 0.16
18 NTB 559,329 1,947 - 1,851 453 3,043 1,562 6,840 2,015 1.22 0.36
19 NTT 311,627 1,193 - 918 - 959 532 3,069 532 0.98 0.17
20 Kalbar 536,740 1,586 11 521 490 2 - 2,109 501 0.39 0.09
21 Kalteng 245,640 1,366 - 2,956 515 182 106 4,504 621 1.83 0.25
22 Kalsel 578,302 967 57 5,750 5,393 117 2 6,834 5,451 1.18 0.94
23 Kaltim *) 101,801 2,885 - 390 58 1,660 386 4,935 444 4.85 0.44
24 Kaltara 17,254 - - - - - - - - - -
25 Sulut 140,949 299 - - - 38 2 336 2 0.24 0.00
26 Sulteng 243,694 6,063 448 64 61 171 124 6,297 633 2.58 0.26
27 Sulsel 1,341,648 6,713 353 4,904 4,521 3,504 234 15,121 5,109 1.13 0.38
28 Sultra 183,345 3,344 145 258 114 338 202 3,940 461 2.15 0.25
29 Gorontalo 69,671 1,064 17 772 758 1,148 605 2,985 1,380 4.28 1.98
30 Sulbar 150,818 848 214 5 - 17 4 869 218 0.58 0.14
31 Maluku 29,397 470 - 190 10 22 9 682 19 2.32 0.06
32 Malut 24,916 95 - - - - - 95 - 0.38 -
33 Pabar 6,333 51 - 1 - - - 52 - 0.81 -
34 Papua 54,955 1,010 - - - - 0 1,010 - 1.84 -
16,628,435 149,390 4,539 121,203 71,900 29,007 8,852 299,600 85,291 1.80 0.51
OPT Banjir Kekeringan Jumlah % Thd Luas Tanam
Jumlah
Keterangan: *) Termasuk luas serangan OPT dan DPI Provinsi Kalimantan Utara
Laporan Kinerja 2016
101 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 22
LUAS SERANGAN OPT DAN DPI PADA TANAMAN JAGUNG TAHUN 2016
Luas
No. Provinsi Tanam Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%) (%)
1 Aceh 73,851 282 1 932 691 411 22 1,625 714 2.20 0.97
2 Sumut 274,474 336 - 679 580 7,248 2,696 8,263 3,276 3.01 1.19
3 Sumbar 119,225 84 1 504 391 91 2 679 393 0.57 0.33
4 Riau 15,666 209 2 145 139 82 28 436 169 2.78 1.08
5 Jambi 13,349 33 0 644 352 11 8 689 360 5.16 2.70
6 Sumsel 107,046 915 - 553 274 - - 1,468 274 1.37 0.26
7 Bengkulu 23,460 67 - - - - - 67 - 0.28 -
8 Lampung 361,994 244 21 505 478 - - 748 499 0.21 0.14
9 Kep. Babel 661 1 - - - - - 1 - 0.09 -
10 Kep. Riau 687 - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - -
12 Jabar 215,092 878 - 33 32 - - 911 32 0.42 0.01
13 Jateng 565,761 1,287 - 4,387 1,199 6 5 5,680 1,204 1.00 0.21
14 DIY 63,782 83 - 649 495 - - 731 495 1.15 0.78
15 Jatim 1,269,665 2,585 - 11,941 9,261 169 - 14,694 9,261 1.16 0.73
16 Banten 10,510 1 - - - - - 1 - 0.01 -
17 Bali 19,729 9 - 36 25 769 - 813 25 4.12 0.13
18 NTB 283,838 268 - 150 64 2,364 - 2,781 64 0.98 0.02
19 NTT 364,876 999 5 - - 4,132 1,736 5,131 1,740 1.41 0.48
20 Kalbar 35,622 48 - 4 6 - - 52 6 0.15 0.02
21 Kalteng 7,590 2 - 16 3 - - 17 3 0.23 0.04
22 Kalsel 37,041 - - 138 102 10 - 148 102 0.40 0.27
23 Kaltim *) 10,793 207 4 - - 5 - 211 4 1.96 0.04
24 Kaltara 456 - - - - - - - - - -
25 Sulut 198,616 572 43 - - 50 5 622 48 0.31 0.02
26 Sulteng 70,953 113 - 129 115 51 43 292 158 0.41 0.22
27 Sulsel 403,993 662 160 675 642 - - 1,336 802 0.33 0.20
28 Sultra 33,467 135 - 25 12 - - 160 12 0.48 0.04
29 Gorontalo 232,421 460 23 640 592 18,454 17,326 19,554 17,942 8.41 7.72
30 Sulbar 64,455 99 12 390 125 - - 489 137 0.76 0.21
31 Maluku 6,620 58 - 4 - - - 62 - 0.93 -
32 Malut 7,955 1 20 - - - - 1 20 0.01 0.25
33 Pabar 2,483 5 - - - - - 5 - 0.21 -
34 Papua 4,422 202 - - - - - 202 - 4.56 -
4,900,553 10,842 291 23,174 15,577 33,850 21,871 67,866 37,739 1.38 0.77
OPT Banjir Kekeringan Jumlah % Thd Luas Tanam
Jumlah
Keterangan: *) Termasuk luas serangan OPT dan DPI Provinsi Kalimantan Utara
Laporan Kinerja 2016
102 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 23
LUAS SERANGAN OPT DAN DPI PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2016
Luas
No. Provinsi Tanam Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%) (%)
1 Aceh 16,919 3 - 412 393 315 232 729 625 4.31 3.69
2 Sumut 7,398 20 - 2,284 2,065 - - 2,304 2,065 31.14 27.92
3 Sumbar 101 - - 9 3 - - 9 3 8.42 2.97
4 Riau 3,281 75 5 5 5 211 126 291 136 8.86 4.15
5 Jambi 8,279 16 - 473 445 - - 489 445 5.91 5.38
6 Sumsel 16,570 279 - 404 219 - - 683 219 4.12 1.32
7 Bengkulu 1,996 7 - - - - - 7 - 0.35 -
8 Lampung 6,191 7 - 37 37 - - 44 37 0.70 0.59
9 Kep. Babel 3 0 - 1 1 - - 1 1 45.83 16.67
10 Kep. Riau 10 - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - -
12 Jabar 54,888 189 - 1,698 1,254 - - 1,887 1,254 3.44 2.28
13 Jateng 54,276 331 - 3,599 2,216 - - 3,930 2,216 7.24 4.08
14 DIY 12,982 47 - 274 251 - - 322 251 2.48 1.93
15 Jatim 165,840 17 - 3,513 1,846 6 - 3,535 1,846 2.13 1.11
16 Banten 9,538 - - - - - - - - - -
17 Bali 5,693 4 - - - - - 4 - 0.07 -
18 NTB 78,540 148 - 11 11 360 - 519 11 0.66 0.01
19 NTT 8,597 33 - - - 7 - 39 - 0.45 -
20 Kalbar 1,739 3 - 1 - - - 4 - 0.20 -
21 Kalteng 4,419 - - 1,237 1,236 - - 1,237 1,236 27.98 27.96
22 Kalsel 15,826 - - 317 248 25 - 342 248 2.16 1.57
23 Kaltim *) 2,005 14 - - - - - 14 - 0.69 -
24 Kaltara 843 - - - - - - - - - -
25 Sulut 15,501 - - - - - - - - - -
26 Sulteng 6,690 8 - 27 27 92 12 127 39 1.90 0.58
27 Sulsel 17,316 309 - 72 69 60 - 440 69 2.54 0.40
28 Sultra 8,661 5 - 84 49 123 80 211 129 2.44 1.49
29 Gorontalo 2,281 - - - - - - - - - -
30 Sulbar 3,591 - - 30 30 - - 30 30 0.84 0.84
31 Maluku 1,735 - - - - - - - - - -
32 Malut 1,004 2 - - - - - 2 - 0.18 -
33 Pabar 1,016 2 - - - - - 2 - 0.15 -
34 Papua 2,448 3 - - - - 0 3 - 0.12 -
536,177 1,519 5 14,486 10,403 1,197 450 17,202 10,858 3.21 2.03 Jumlah
OPT Banjir Kekeringan Jumlah % Thd Luas Tanam
Keterangan: *) Termasuk luas serangan OPT dan DPI Provinsi Kalimantan Utara
Laporan Kinerja 2016
103 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 24
REALISASI KEGIATAN APBN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
No. Provinsi Rencana Rencana
(Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ha) (%)
1 Aceh 150,735 149,014 98.86 65,000 60,131 92.51
2 Sumut 91,548 86,302 94.27 100,000 88,440 88.44
3 Sumbar 45,100 45,100 100.00 51,700 46,067 89.10
4 Riau 26,571 26,058 98.07 9,339 7,890 84.48
5 Jambi 42,250 39,539 93.58 18,000 8,726 48.48
6 Sumsel 134,170 134,170 100.00 66,985 62,606 93.46
7 Bengkulu 39,115 21,097 53.94 27,738 12,697 45.77
8 Lampung 135,708 135,708 100.00 98,335 93,871 95.46
9 Kep. Babel 1,651 1,651 100.00 - - -
10 Kep. Riau - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - -
12 Jabar 375,983 372,886 99.18 86,084 89,891 104.42
13 Jateng 107,220 107,220 100.00 50,277 53,312 106.04
14 DIY - - - - - -
15 Jatim 92,691 92,691 100.00 129,159 89,271 69.12
16 Banten 95,491 95,491 100.00 17,112 8,973 -
17 Bali 22,160 22,160 100.00 7,831 6,775 86.52
18 NTB 47,675 47,675 100.00 112,420 111,426 99.12
19 NTT 82,712 78,981 95.49 106,500 98,500 92.49
20 Kalbar 82,975 81,975 98.79 13,390 7,750 57.88
21 Kalteng 72,740 68,907 94.73 6,822 6,790 99.53
22 Kalsel 50,326 50,326 100.00 23,770 14,965 62.96
23 Kaltim 12,000 12,000 100.00 11,215 8,657 77.19
24 Kaltara 2,800 2,500 89.29 3,000 1,552 51.73
25 Sulut 52,310 52,291 99.96 175,000 172,928 98.82
26 Sulteng 66,582 66,577 99.99 48,422 41,598 85.91
27 Sulsel 209,310 209,078 99.89 250,000 243,026 97.21
28 Sultra 52,672 51,986 98.70 30,000 13,318 44.39
29 Gorontalo 24,460 24,430 99.88 86,561 86,561 100.00
30 Sulbar 34,470 34,390 99.77 84,000 84,000 100.00
31 Maluku 14,500 14,500 100.00 8,650 4,817 55.69
32 Malut 11,200 5,090 45.45 8,000 2,636 32.95
33 Pabar 5,790 5,740 99.14 1,000 1,000 100.00
34 Papua 19,140 19,140 100.00 1,700 1,500 88.24
2,202,054 2,154,673 97.85 1,698,010 1,529,674 90.09
Penerapan Budidaya Padi Penerapan Budidaya Jagung
Realisasi Realisasi
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
104 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 24 (lanjutan)
REALISASI KEGIATAN APBN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
No. Provinsi Rencana Rencana
(Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ha) (%)
1 Aceh 15,008 13,878 92.47 - - -
2 Sumut 7,315 2,418 33.05 1,917 1,328 69.27
3 Sumbar - - - - - -
4 Riau 2,945 2,760 93.72 - - -
5 Jambi 9,267 8,797 94.93 - - -
6 Sumsel 17,616 14,585 82.79 3,188 1,170 36.70
7 Bengkulu 1,519 909 59.84 411 250 60.83
8 Lampung 4,557 4,251 93.29 3,100 3,100 100.00
9 Kep. Babel - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - -
12 Jabar 37,109 36,435 98.18 2,475 2,349 94.91
13 Jateng 36,772 35,621 96.87 3,832 1,394 36.38
14 DIY 3,348 3,348 100.00 - - -
15 Jatim 93,566 93,566 100.00 2,000 1,380 69.00
16 Banten 7,655 7,541 98.51 - - -
17 Bali 4,050 3,890 96.05 - - -
18 NTB 47,580 46,585 97.91 - - -
19 NTT 8,925 6,400 71.71 - - -
20 Kalbar 800 324 40.50 - - -
21 Kalteng 4,450 3,660 82.24 - - -
22 Kalsel 19,115 17,501 91.56 - - -
23 Kaltim 2,560 2,238 87.42 - - -
24 Kaltara 1,050 1,044 - 500 500 100.00
25 Sulut 15,700 15,321 97.59 - - -
26 Sulteng 7,772 4,006 51.54 - - -
27 Sulsel 24,011 15,949 66.42 - - -
28 Sultra 8,046 5,042 62.66 - - -
29 Gorontalo 2,393 2,309 96.49 - - -
30 Sulbar 1,397 768 54.97 - - -
31 Maluku 2,045 1,080 52.82 - - -
32 Malut 1,050 645 61.43 - - -
33 Pabar 2,950 2,862 97.02 - - -
34 Papua 2,445 1,686 68.96 - - -
393,016 355,419 90.43 17,423 11,471 65.84
Penerapan Budidaya Kedelai Pengelolaan Produksi Ubi Kayu
Realisasi Realisasi
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
105 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 24 (lanjutan)
REALISASI KEGIATAN APBN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
Rencana Rencana Rencana
(Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ha) (%)
1 Aceh 16 14 87.50 540 295 54.63 80 60 75.00
2 Sumut 20 14 70.00 460 460 100.00 - - -
3 Sumbar 19 19 100.00 600 432 72.00 50 28 56.00
4 Riau 13 12 92.31 250 216 86.40 50 24 48.00
5 Jambi 22 11 47.73 250 250 100.00 20 20 100.00
6 Sumsel 9 9 100.00 320 320 100.00 100 10 10.00
7 Bengkulu 6 4 66.67 250 200 80.00 20 20 100.00
8 Lampung 22 21 95.45 540 490 90.74 30 30 100.00
9 Kep. Babel 5 - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 10 - - - - - - - -
12 Jabar 38 32 84.21 495 495 100.00 40 40 100.00
13 Jateng 13 10 76.92 467 467 100.00 - - -
14 DIY 8 7 87.50 24 24 100.00 - - -
15 Jatim 36 28 77.78 510 510 100.00 50 50 100.00
16 Banten 14 2 14.29 170 170 100.00 20 20 100.00
17 Bali 8 8 100.00 32 32 100.00 - - -
18 NTB 40 25 62.50 - - - 30 30 100.00
19 NTT 14 12 85.71 339 339 99.90 20 20 100.00
20 Kalbar 19 16 84.21 - - - - - -
21 Kalteng 6 3 50.00 291 153 52.58 90 60 66.67
22 Kalsel 18 6 33.33 139 139 100.00 110 80 72.73
23 Kaltim 7 7 100.00 260 260 100.00 10 10 100.00
24 Kaltara - - - - - - - - -
25 Sulut 14 - - 280 280 100.00 100 100 100.00
26 Sulteng 18 15 83.33 300 300 100.00 30 30 100.00
27 Sulsel 43 34 79.07 - - - 70 70 100.00
28 Sultra 23 18 78.26 167 20 12.00 20 10 50.00
29 Gorontalo 17 17 100.00 200 186 93.00 100 100 100.00
30 Sulbar 2 2 100.00 220 220 100.00 20 20 100.00
31 Maluku 11 8 72.73 - - - - - -
32 Malut 14 2 14.29 - - - 90 50 55.56
33 Pabar 6 2 33.33 150 50 33.33 20 20 -
34 Papua 13 11 84.62 180 180 100.00 20 20 100.00
524 369 70.32 7,434 6,488 87.28 1,190 922 77.48
Perbanyakan Benih Sumber Penguatan Desa Mandiri BenihPengembangan Desa
Mandiri BenihNo. Provinsi
Realisasi Realisasi Realisasi
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
106 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 24 (lanjutan)
REALISASI KEGIATAN APBN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
Kontrak Kontrak
(Unit) (Unit) (%) (Unit) (Unit) (%)
1 Aceh - - - - - -
2 Sumut - - - - - -
3 Sumbar - - - - - -
4 Riau - - - - - -
5 Jambi - - - - - -
6 Sumsel - - - 18 18 100.00
7 Bengkulu - - - - - -
8 Lampung - - - 93 11 11.87
9 Kep. Babel - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - -
12 Jabar - - - 223 207 92.92
13 Jateng 500 500 100.00 376 361 96.02
14 DIY - - - - - -
15 Jatim - - - 744 739 99.31
16 Banten - - - - - -
17 Bali - - - 1 1 100.00
18 NTB - - - 29 29 100.00
19 NTT - - - 109 94 86.28
20 Kalbar - - - - - -
21 Kalteng - - - - - -
22 Kalsel - - - 69 69 100.00
23 Kaltim - - - - - -
24 Kaltara - - - - - -
25 Sulut - - - - - -
26 Sulteng - - - - - -
27 Sulsel 1,361 804 59.06 264 251 94.89
28 Sultra - - - 68 68 99.73
29 Gorontalo - - - 155 155 100.00
30 Sulbar 20 20 100.00 - - -
31 Maluku - - - - - -
32 Malut - - - - - -
33 Pabar - - - - - -
34 Papua - - - - - -
1,881 1,324 70.38 2,150 2,003 93.19
Bantuan Benih Padi Inbrida
DIPA PusatNo. Provinsi
Bantuan Benih Jagung Hibrida
DIPA Pusat
RealisasiRealisasi
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
107 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 24 (lanjutan)
REALISASI KEGIATAN APBN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
No. Provinsi Rencana Rencana Rencana
(Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ha) (%)
1 Aceh 675 675 100.00 15 - - 30 20 66.67
2 Sumut 500 500 100.00 15 15 100.00 - - -
3 Sumbar 750 725 96.67 30 30 100.00 - - -
4 Riau 125 75 60.00 - - - - - -
5 Jambi 250 250 100.00 - - - - - -
6 Sumsel 500 500 100.00 - - - - - -
7 Bengkulu 125 125 100.00 - - - - - -
8 Lampung 450 450 100.00 - - - - - -
9 Kep. Babel 50 50 100.00 - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - -
12 Jabar 1,125 1,125 100.00 45 45 100.00 30 30 100.00
13 Jateng 1,250 1,250 100.00 45 45 100.00 20 20 100.00
14 DIY 250 250 100.00 - - - 10 10 100.00
15 Jatim 1,250 1,250 100.00 60 60 100.00 50 50 100.00
16 Banten 475 475 100.00 30 30 100.00 - - -
17 Bali 375 375 100.00 - - - - - -
18 NTB 250 250 100.00 30 30 100.00 30 30 100.00
19 NTT 250 225 90.00 15 15 100.00 - - -
20 Kalbar 500 500 100.00 - - - - - -
21 Kalteng 200 175 87.50 - - - - - -
22 Kalsel 500 500 100.00 15 15 100.00 - - -
23 Kaltim 375 275 73.33 - - - - - -
24 Kaltara - - - - - - - - -
25 Sulut 375 375 100.00 30 30 100.00 - - -
26 Sulteng 500 500 100.00 15 15 100.00 - - -
27 Sulsel 1,250 1,200 96.00 30 30 100.00 20 20 100.00
28 Sultra 450 375 83.33 45 15 33.33 20 10 50.00
29 Gorontalo 125 125 100.00 30 30 100.00 - - -
30 Sulbar 500 500 100.00 15 15 100.00 - - -
31 Maluku 125 75 60.00 - - - - - -
32 Malut 100 100 100.00 - - - - - -
33 Pabar 125 125 100.00 - - - - - -
34 Papua 125 100 80.00 - - - - - -
13,900 13,475 96.94 465 420 90.32 210 190 90.48
PPPHT Padi PPPHT Jagung PPPHT Kedelai
Realisasi Realisasi Realisasi
Jumlah
Laporan Kinerja 2016
108 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 24 (lanjutan)
REALISASI KEGIATAN APBN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
No. Provinsi Rencana Rencana Rencana
(Ha) (Ha) (%) (Kali) (Kali) (%) (Unit) (Unit) (%)
1 Aceh 10 10 100.00 50 33 66.00 1,101 1,086 98.64
2 Sumut 10 10 100.00 44 22 50.00 1,489 1,479 99.33
3 Sumbar 30 30 100.00 22 22 100.00 220 180 -
4 Riau - - - 10 7 70.00 403 388 96.28
5 Jambi 10 10 100.00 10 4 40.00 443 431 97.29
6 Sumsel 20 20 100.00 20 13 65.00 1,543 1,523 98.70
7 Bengkulu - - - 20 12 60.00 355 358 100.85
8 Lampung 20 20 100.00 16 16 100.00 1,464 1,463 99.93
9 Kep. Babel - - - 8 5 62.50 86 76 -
10 Kep. Riau - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - -
12 Jabar 30 20 66.67 54 22 40.74 1,597 1,571 98.37
13 Jateng 30 30 100.00 40 40 100.00 1,678 1,653 98.51
14 DIY 20 20 100.00 20 12 60.00 107 107 100.00
15 Jatim 30 30 100.00 26 24 92.31 3,483 3,472 99.68
16 Banten 20 20 100.00 34 24 70.59 447 432 96.64
17 Bali - - - 5 5 100.00 220 210 95.45
18 NTB 20 20 100.00 21 13 61.90 1,565 1,555 99.36
19 NTT - - - 19 9 47.37 722 712 98.61
20 Kalbar - - - 12 12 100.00 390 380 97.44
21 Kalteng - - - 5 5 100.00 317 307 96.85
22 Kalsel - - - 33 12 36.36 1,300 1,300 100.00
23 Kaltim - - - 12 12 100.00 346 336 97.11
24 Kaltara - - - - - - 60 50 -
25 Sulut - - - 9 9 100.00 1,156 1,151 99.57
26 Sulteng 10 10 100.00 45 29 64.44 635 619 97.48
27 Sulsel 30 20 66.67 36 34 94.44 2,295 2,279 99.30
28 Sultra 20 20 100.00 50 34 68.00 543 533 98.16
29 Gorontalo - - - 24 17 70.83 617 597 96.76
30 Sulbar - - - 16 13 81.25 600 580 96.67
31 Maluku 10 - - 32 26 81.25 344 334 97.09
32 Malut - - - 23 21 91.30 367 356 97.00
33 Pabar - - - 7 7 100.00 203 203 100.00
34 Papua - - - 12 10 83.33 248 244 98.39
35 Pusat - - - - - - 646 564 87.31
320 290 90.63 735 524 71.29 26,990 26,529 98.29 Jumlah
PPDPI Gerakan Pengendalian OPT Sarana Pascapanen dan Pengolahan
Realisasi Realisasi Realisasi
Laporan Kinerja 2016
109 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 25
REALISASI PENJUALAN BENIH BERSUBSIDI TAHUN 2016
No. Provinsi Rencana Rencana Rencana
(Ton) (Ton) (%) (Ton) (Ton) (%) (Ton) (Ton) (%)
1 Aceh 5,000 2,000 40.00 75 - - 100 - -
2 Sumut 7,500 1,970 26.26 225 30 13.25 15 - -
3 Sumbar 1,875 360 19.22 - - - 5 - -
4 Riau 375 148 39.44 - - - 5 - -
5 Jambi 1,000 103 10.26 - - - 17 - -
6 Sumsel 5,000 1,034 20.67 23 11 46.93 2 - -
7 Bengkulu 375 103 27.57 30 - - 8 - -
8 Lampung 5,000 1,930 38.59 225 77 34.32 5 - -
9 Kep. Babel - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - -
12 Jabar 7,500 5,376 71.68 263 28 10.83 100 - -
13 Jateng 13,750 9,860 71.71 300 110 36.66 400 30 7.50
14 DIY 313 306 97.97 38 19 49.48 130 12 9.42
15 Jatim 17,500 9,166 52.37 375 278 74.21 850 184 21.69
16 Banten 5,375 2,271 42.25 - - - 43 - -
17 Bali 463 345 74.67 15 1 4.00 25 8 32.72
18 NTB 2,750 2,375 86.35 263 164 62.34 450 376 83.61
19 NTT 2,375 - - 15 - - 8 - -
20 Kalbar 3,750 50 1.32 - - - 9 - -
21 Kalteng 1,875 108 5.75 - - - 5 - -
22 Kalsel 3,750 1,157 30.86 15 1 4.47 14 1 9.26
23 Kaltim 213 195 91.93 - - - 5 - -
24 Kaltara 138 - - - - - - - -
25 Sulut - - - - - - - - -
26 Sulteng 563 227 40.32 - - - 30 - -
27 Sulsel 7,000 2,976 42.52 375 2 0.53 225 - -
28 Sultra 1,500 - - - - - 13 - -
29 Gorontalo 875 318 36.34 - - - 9 - -
30 Sulbar 1,000 175 17.46 - - - 9 - -
31 Maluku 288 71 24.56 15 - - 1 - -
32 Malut 25 - - - - - 5 - -
33 Pabar 125 - - - - - 2 - -
34 Papua 250 96 38.28 - - - 15 - -
97,500 42,718 43.81 2,250 720 31.99 2,500 612 24.49
Benih Padi Inbrida
Realisasi
Jumlah
Benih Padi Hibrida
Realisasi
Benih Kedelai
Realisasi
Laporan Kinerja 2016
110 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 26
REALISASI SERAPAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
TAHUN 2016
Pagu Self Block ing
(Rp.000) (Rp.000) (Rp.000) (%)
1 Aceh 261,957,030 59,555,092 199,307,914 98.47
2 Sumut 390,111,021 147,794,476 232,343,552 95.88
3 Sumbar 131,958,877 62,959,597 66,090,420 95.78
4 Riau 79,089,751 41,515,944 34,816,404 92.66
5 Jambi 106,824,617 26,707,428 78,657,593 98.18
6 Sumsel 470,741,571 168,626,030 297,994,824 98.64
7 Bengkulu 96,127,618 54,979,503 37,638,567 91.47
8 Lampung 365,524,775 62,058,742 301,887,354 99.48
9 Kep. Babel 14,964,435 4,712,309 8,409,439 82.03
10 Kep. Riau 832,404 353,380 438,328 91.50
11 DKI Jakarta 980,180 121,930 784,158 91.37
12 Jabar 486,007,867 139,342,870 343,623,263 99.12
13 Jateng 327,614,138 83,349,491 238,597,665 97.68
14 DIY 20,745,347 7,721,916 12,952,893 99.46
15 Jatim 838,866,410 378,159,212 444,655,294 96.52
16 Banten 117,669,193 31,059,468 86,030,785 99.33
17 Bali 51,808,044 21,521,112 29,728,450 98.16
18 NTB 322,233,855 91,500,373 227,677,467 98.68
19 NTT 230,977,581 82,317,471 142,866,577 96.10
20 Kalbar 300,940,040 96,494,298 195,046,207 95.40
21 Kalteng 112,633,123 26,368,718 84,789,122 98.29
22 Kalsel 203,936,592 89,693,008 113,889,373 99.69
23 Kaltim 65,600,887 37,778,822 24,439,554 87.84
24 Kaltara 25,486,173 12,915,024 12,012,309 95.55
25 Sulut 321,594,784 101,803,074 216,232,445 98.38
26 Sulteng 204,721,716 58,112,384 134,012,602 91.41
27 Sulsel 590,041,811 179,488,832 405,781,527 98.84
28 Sultra 152,156,272 66,733,552 85,126,671 99.65
29 Gorontalo 166,333,695 43,084,902 121,364,369 98.47
30 Sulbar 190,611,681 71,029,078 115,814,796 96.85
31 Maluku 76,499,302 16,850,489 59,058,016 99.01
32 Malut 79,713,801 19,600,609 59,029,606 98.20
33 Pabar 53,634,345 7,073,026 45,951,565 98.69
34 Papua 69,905,484 14,486,280 54,014,945 97.47
6,928,844,420 2,305,868,439 4,519,836,794 97.77
35 Pusat (Ditjen TP) 649,979,093 454,674,927 185,984,318 95.23
36 UPT Pusat 28,362,343 3,602,681 24,345,680 98.33
- BBPPMBTPH Cimanggis 10,000,000 1,025,819 8,861,420 98.74
- BBPOPT Jatisari 18,362,343 2,576,862 15,484,260 98.09
678,341,436 458,277,608 210,329,998 95.58
7,607,185,856 2,764,146,047 4,730,166,792 97.67
Jumlah Daerah (I)
Jumlah Daerah (II)
Jumlah
No. ProvinsiRealisasi