2015nkm

67
ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) NORMAWATI KANDAR MBOTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of 2015nkm

Page 1: 2015nkm

ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN

TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE

(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)

NORMAWATI KANDAR MBOTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: 2015nkm
Page 3: 2015nkm

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Permasalahan

Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan

Pendaratan Ikan Donggala) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Normawati Kandar Mboto

NIM C451120081

Page 4: 2015nkm

RINGKASAN

NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analisis Permasalahan Penanganan Ikan

Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan

Donggala). Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI, SUGENG HARI WISUDO dan

MUSTARUDDIN.

Tuntutan akan mutu produk yang tinggi dengan harga yang bersaing

cenderung meningkat. Salah satu komoditi unggulan yang memiliki tuntutan mutu

yang ketat yaitu produk tuna. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah

sistem penanganan ikan tuna ditingkat nelayan hand line PPI Donggala masih

kurang baik, sehingga mutu ikan tuna hasil tangkapan yang dihasilkan memiliki

nilai jual yang rendah.

Tujuan dari penelitian ini adalah membantu meningkatkan kualitas

penanganan ikan tuna hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala. Adapun

manfaatnya yaitu agar hasil tangkapan nelayan tersebut memiliki mutu yang baik.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014 yang bertempat di

PPI Donggala Sulawesi Tengah. Metode pengambilan data yaitu melalui

observasi dan wawancara. Pengambilan data dilakukan terhadap pihak-pihak yang

benar-benar mewakili (puposive sampling). Jenis data terdiri atas dua yaitu data

primer dan sekunder.

Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis fishbone untuk

mengetahui faktor penyebab atau permasalahan penangkapan dan penanganan

yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan. Langkah

selanjutnya mencari masalah yang sangat berpengaruh dalam proses penurunan

mutu hasil tangkapan nelayan tersebut dengan menggunakan uji banding

berpasangan. Kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan strategi sistem

penanganan ikan yang baik di atas kapal pada nelayan hand line PPI Donggala.

Berdasarkan hasil dari analisis strengths weaknesses opportunities threats

(SWOT) dihasilkan empat strategi. Strategi tersebut yaitu SO, ST, WO dan

strategi WT. Keempat strategi ini baik untuk diterapkan, akan tetapi melihat posisi

sistem berada pada kuadran lima (V), maka strategi yang paling tepat adalah WO

dan ST. Kombinasi strategi WO tersebut yaitu peningkatan pengetahuan tentang

mutu dan keterampilan penangan ikan tuna. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu

penambahan alat bantu seperti ring tuna dan killing spike. Ring tuna berfungsi

untuk menahan gerakan ikan saat proses hauling dan killing spike untuk

mematikan ikan tuna. Kombinasi strategi ST itu sendiri yaitu pembuatan standar

operating prosedure (SOP) penanganan yang baik; serta peningkatan kompetensi

kerja.

Kata kunci: PPI Donggala, peningkatan kualitas penanganan, tuna hasil

tangkapan nelayan

Page 5: 2015nkm

SUMMARY

NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analysis Handling Problems Of Tuna On

Board Hand Line (Case Studies Fishing Port Donggala). Supervised by TRI WIJI

NURANI, SUGENG HARI WISUDO and MUSTARUDDIN.

There is increasing demand for high quality products at a competitive price.

Tuna is a prime commodity with strict quality standards. The research question

addressed is whether the tuna handling system used by hand line fishermen

operating out of Donggala fishing port (PPI Donggala) is still poor, affecting

quality and thus lowering the market value of the fish they catch.

The goal of this research was to contribute towards improvements in tuna

handling by hand line fishermen from the Donggala fishing port. Thus the main

benefit should be an improvement in the quality of the fish landed. The research

was carried out during April-May 2014 at the Donggala fishing port in Central

Sulawesi. Data were collected through observation and interviews. Data were

collected from representative individuals through purposive sampling. Both

primary and secondary data were collected.

The fishbone method was used to analyse the data and determine the main

issues associated with tuna capture and handling which caused or affected the

processes leading to a degradation of catch quality. The next step was to

determine the main causes of loss of quality in the catch landed by these

fishermen using a test matrix appeal in pairs. The final stage was the formulation

of a strategic system for proper fish handling on board the hand line fishing

vessels operating out of Donggala fishing port.

Based on the strengths of the analysis of threats opportunities weaknesses

(SWOT) produced four strategy. The strategy is SO, ST, WO and the strategy WT.

The fourth strategy is good to be applied, but see the position of the system is in a

quadrant five (v), then the most appropriate strategy is WO and ST. The

combination strategy WO are increased knowledge about the quality and skill

handlers tuna fish. Another thing that needs to be done that is the addition of the

tools like ring tuna dan killing spike. Ring the functioning to hold the movement

of the process of hauling and killing spike to deadly fish tuna. Combination

strategy that is making ST it self standard operating prosedure (SOP) handling of

good; as well as improving work competence. Key words: Donggala fishing port, improving catch quality, tuna hand line fishermen

Page 6: 2015nkm

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisa kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: 2015nkm

ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN

TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE

(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)

NORMAWATI KANDAR MBOTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 8: 2015nkm

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir John Haluan, MSc

Page 9: 2015nkm

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam

penelitian ini yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014

yaitu Analisis Permasalahan Penanganan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi

Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir

Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Mustaruddin STP selaku pembimbing yang

telah banyak memberi saran sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Terima

kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc selaku penguji

dan Dr. Ir. Yopi Novita, MSi yang mewakili dari program studi Teknologi

Perikanan Laut (TPL), atas saran yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Ibu Kamsina selaku bagian fungsional pengembangan usaha

penangkapan ikan bidang perikanan tangkap dan Bapak Nuzlan selaku fungsional

umum sumber daya ikan perikanan tangkap DKP Sulawesi Tengah yang telah

banyak memberikan penjelasan tentang kondisi perikanan tuna di PPI Donggala.

Penghargaan penulis sampaikan kepada pengumpul dan nelayan hand line PPI

Donggala yang telah memberikan partisipasi selama penelitian berlangsung.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,

atas segala doa dan kasih sayangnya dan tidak lupa buat teman-teman yang juga

banyak membantu selama penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan,

sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan agar kedepannya

bisa menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, amin.

Bogor, April 2015

Normawati Kandar Mboto

Page 10: 2015nkm

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 3

2 METODE PENELITIAN 5 waktu dan Tempat 5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 6 Analisis Data 6

3 KEDAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 6

Keadaan Umum PPI Donggala Sulawesi Tengah 6

Unit Alat Tangkap Hand Line 7

Bagan Alir Sistem Operasi Penangkapan 9

Bagan Alir Sistem Penanganan Ikan Tuna 12

4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA

DI ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA 13

Pendahuluan 13

Metode Penelitian 14

Kesimpulan 23

5 STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA DI ATAS

KAPAL HAND LINE NELAYAN PPI DONGGALA 24

Pendahuluan 24

Metode Penelitian 24

Hasil 27

Kesimpulan 36

6 PEMBAHASAN UMUM 37

7 KESIMPULAN DAN SARAN 39

Kesimpulan 39

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 43

RIWAYAT HIDUP 53

Page 11: 2015nkm

1 Matrik perbandingan berpasangan 15 2 Skala penilaian perbandingan berpasangan 16

3 Rasio konsistensi (CR) 18

4 Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan yang

dihadapi nelayan hand line PPI Donggala 20

5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan

yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala 21

6 Matrik evaluasi faktor internal (IFAS) 25 7 Matrik evaluasi faktor ekternal (EFAS) 26

8 Matrik internal-eksternal 26

9 Matrik analisis lingkungan internal sistem penanganan ikan tuna segar

ditingkat nelayan hand line PPI Donggala 29 10 Matrik analisis lingkungan eksterna lsistem penanganan ikan tuna

segar ditingkat nelayan hand line PPI Donggala 31 11 Matrik SWOT 32

DAFTAR GAMBAR

1 Sebaran potensi komiditi unggulan di WPP RI 713 selat Makassar,

WPP RI 714 teluk Tolo WPP RI 715 teluk Tomini, WPP RI

716 laut Sulawesi, Sulawesi Tengah 2

2 Diagram alir kerangka penelitian 4

3 Lokasi penelitian 5

4 Profil pangkalan pendaratan ikan Donggala 7

5 Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan PPI Donggala 7

6 Kapal utama dan perahu pemancing nelayan hand line PPI Donggala 8

7 Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala 8

8 Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala 9

9 Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah penangkapan yang

dilakukan oleh kapten kapal utama 10

10 Kapal utama merapat ke perahu pemancing 10

11 Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan dikapal utama 11

12 Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama 12

13 Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan

hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama dan perahu

pemancing 18

14 Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal utama

nelayan hand line PPI Donggala 19

15 Grafik nilai VP permasalahan yang dihadapi nelayan hand line

PPI Donggala 21

16 Matrik internal-eksternal 31

17 Bentu ring tuna 34

18 Cara penggunaan ring tuna 34

19 Cara menggunakan killing spike saat mematikan ikan tuna 35

DAFTAR TABEL

Page 12: 2015nkm

DAFTAR LAMPIRAN

1 Fasilitas penunjang PPI Donggala dalam melayani kebutuhan 44

2 Data Kapal hand line nelayan PPI Donggala 45

3 Analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh

nelayan hand line PPI Donggala 48

4 Ilustrasi cara mematikan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan

PPI Donggala 51

5 Wadah penyimpanan ikan tuna di kapal utama nelayan hand line PPI

Donggala 51

6 Es balok yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala 51

7 Pisau yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala saat

menyiangi insang dan isi perut ikan tuna 52

8 Kayu pemukul yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala

saat menyiangi insang dan isi perut ikan tuna 52

9 Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan saat tiba di pangkalan yang

dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala 52

Page 13: 2015nkm

DAFTAR ISTILAH

DJPT : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yaitu yang

mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis

dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di

lingkungan Ditjen Perikanan Tangkap.

DKP : Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu dinas yang

yang membidangi urusan kelautan dan perikanan

baik di tingkat kabupaten atau provinsi

Pangkalan : Tempat pangkalan kapal-kapal nelayan setelah

melakukan penangkapan ikan.

Fishing ground : Daerah penangkapan ikan.

Ganco : Alat bantu penanganan yang beberntuk pancing,

digunakan untuk mengangkat ikan ke atas kapal atau

juga digunakan saat mengeluarkan ikan tuna dalam

wadah penyimpanan.

Hand line : Alat tangkap yang terdiri atas penggulung, tali

pancing dan pancing yang cara pengoperasiannya

sangat sederhanana menggunakan tali yang

diulurkan dengan menggunakan umpan untuk

menangkap ikan atau biasa disebut dengan pancing

ulur.

Kayu pemukul : Kayu yang didesain sedemikian rupa hingga

memiliki permukaan yang rata, digunakan nelayan

hand line untuk mematikan ikan tuna.

Killing spike : Alat bantu penanganan yang digunakan untuk

mematikan ikan tuna/paku pembunuh

Ring tuna : Alat bantu yang digunakan untuk menahan gerakan

ikan tuna saat proses hauling sehingga waktu yang

digunakan lebih efisien.

Operasi penangkapan : Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang

tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat

atau cara apa pun.

Potensi ikan : Sumberdaya ikan yang dimilki oleh suatu daerah.

Sistem : Kesatuan yang utuh, terdiri atas komponen-

komponen yang memiliki keterkaitan dalam

mencapai suatu tujuan.

Perahu pemancing : Perahu yang digunakan saat melakukan

pemancingan ikan tuna di daerah penangkapan.

Yellow fin : Jenis ikan tuna sirip kuning atau dengan nama lathin

(Thunnus albacares)

WPP-RI : Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia

yaitu wilayah yang meliputi seluruh perairan

Indonesia yang dapat yang dimanfaatkan

berdasarkan aturan yang berlaku yang dapat diterima

secara umum demi kelestarian sumber daya ikan dan

terlaksanannya perikanan yang berkelanjutan.

Page 14: 2015nkm
Page 15: 2015nkm

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan tuna adalah salah satu komoditi unggulan Indonesia dari sektor perikanan

karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi ikan tuna di perairan Indonesia

cukup besar dan belum termanfaatkan dengan baik dibeberapa daerah tertentu

(Lintang et al. 2012). Salah satu daerah Indonesia yang memiliki potensi ikan tuna

adalah Sulawesi Tengah. Potensi ikan tersebut tersebar di empat wilayah pengelolaan

perikanan (WPP) yang masih dapat dimanfaatkan secara lestari. Empat WPP tersebut

yaitu (1) WPP RI 713 Selat Makassar dan Laut Flores; (2) WPP RI 714 Teluk Tolo

dan Laut Halmahera; (3) WPP RI 715 Teluk Tomini; dan (4) WPP RI 716 Laut

Sulawesi (Howara dan Lappo 2008).

WPP RI 713 Selat Makassar merupakan daerah penangkapan ikan tuna oleh

nelayan hand line PPI Donggala. Jenis ikan tuna yang banyak diproduksi oleh

nelayan hand line PPI Donggala adalah jenis yellow fin tuna. Ikan tuna yang

dihasilkan oleh nelayan hand line memiliki harga jual yang termasuk rendah bila

dibandingkan dengan beberapa daerah seperti Bitung, Gorontalo dan Makassar. Mutu

ikan tuna yang kurang baik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nilai jual

ikan tuna nelayan menjadi rendah.

Mutu ikan yang baik adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama dengan

ikan hidup, baik rupa, bau, rasa dan teksturnya. Dijelaskan oleh Olodosu et al. (2011)

bahwa mutu produk yang baik yang dapat dipertahankan secara konsisten akan

meningkatkan kepercayaan konsumen. Menurut Maulana et al. (2012), aspek mutu

merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam memajukan dunia perikanan

Indonesia di pasar internasional. Nurani et al. (2011) menambahkan bahwa dalam

manajemen kualitas ikan sejak ikan tertangkap sampai pada pemasaran sangat

penting untuk dipahami oleh para pelaku terkait baik nelayan, penampung ataupun

bagian pemasaran.

Melihat gambaran masalah mutu ikan tuna yang masih kurang baik pada

nelayan hand line tuna PPI Donggala maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan

untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Peneliti mencoba melihat

permasalahan dari sistem penanganan tuna diatas kapal “apakah penanganan ikan

tuna di atas kapal hand line yang dilakukan oleh nelayan PPI Donggala, sudah

merupakan langkah yang tepat dalam usaha menjaga kualitas mutu ikan yang

ditangkap serta bagaimana proses penanganan ikan tuna segar pada saat pasca

penangkapan yang seharusnya dan faktor apa saja yang bisa mempengaruhi

kemunduran mutu ikan tuna tersebut”.

Page 16: 2015nkm

2

Gambar 1 Sebaran potensi komoditi unggulan di WPP RI 713 Selat Makassar, WPP

RI 714 Teluk Tolo, WPP RI 715 Teluk Tomini, WPP RI 716 Laut

Sulawesi dan Sulawesi Tengah

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan

dengan melihat aspek penanganan hasil tangkapan dari nelayan itu sendiri. Aspek-

aspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1) Apakah penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI

Donggala di atas kapal sudah merupakan langkah yang tepat dalam usaha

menjaga mutu hasil tangkapan.

2) Bagaimana proses penanganan ikan tuna pada saat pasca penangkapan yang

seharusnya serta faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penurunan mutu ikan

tuna tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di Atas

Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) yaitu:

1) Menentukan akar permasalahan dari sistem penanganan ikan tuna yang dilakukan

oleh nelayan hand line di atas kapal.

2) Merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang baik di atas kapal hand line

nelayan PPI Donggala Sulawesi Tengah.

Page 17: 2015nkm

3

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang “Analisis Permasalahan

Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan

Ikan Donggala)” adalah sebagai berikut:

1) Membantu nelayan hand line di PPI Donggala dalam meningkatkan kualitas

penanganan agar hasil tangkapan memiliki mutu yang baik.

2) Sebagai salah satu bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dibidang perikanan tuna secara umum dan khususnya untuk sistem penanganan

ikan tuna di atas kapal hand line.

3) Sebagai sumber informasi bagi stakeholder yang terkait untuk menciptakan

kebijakan perikanan yang tepat khususnya bagi penanganan perikanan tuna hand

line di PPI Donggala Sulawesi Tengah.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian pada “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di

Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)” yaitu

mencakup masalah-masalah yang dihadapi dan telah disebutkan pada permasalahan

dalam rencana penelitian ini kemudian disusun menjadi satu kerangka berpikir.

Kerangka pikir merupakan rencana penelitian mulai dari usulan penelitian, penelitian

di lapangan, pengolahan data hingga menjadi tesis. Kerangka pemikiran dari

penelitian ini disampaikan pada Gambar 2.

Page 18: 2015nkm

4

Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian

Langkah awal dalam merumuskan suatu strategi penanganan ikan tuna yang

baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala, adalah harus menentukan

permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh nelayan tersebut.

Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan yang berkaitan dengan metode

penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan di atas kapal hand line, yang

mempengaruhi proses penurunan mutu ikan tuna. Untuk mengetahui permasalahan

tersebut, maka dilakukan analisis dengan pendekatan fishbone diagram. Langkah

selanjutnya yaitu permasalahan yang dihasilkan dari analisis fishbone diagram

tersebut, ditentukan masalah prioritas dengan menggunakan analisis uji banding

berpasangan. Tahap terakhir adalah merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang

baik di atas kapal hand line dengan pendekatan SWOT. Analisis SWOT dilakukan

dengan menganalisis masalah internal-eksternal dari masalah prioritas yang

dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan. Harapan perumusan strategi ini

yaitu dapat membantu meningkatkan kualitas penanganan ikan tuna yang dilakukan

di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala.

Analisis Deskriptif Komparatif:

• Deskripsi tentang metode penangkapan dan penanganan ikan tuna pada

nelayan hand line PPI Donggala • Analisis sistem penangkapan dan penanganan ikan tuna pada nelayan

hand line dengan:

- fishbone diagram (untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala)

- matriks uji pasang berpasangan (untuk melihat masalah yang lebih

berpengaruh terhadap penurunan mutu ikan tuna nelayan hand line PPI Donggala)

1. pada

Strategi pengembangan sistem penanganan ikan tuna di atas

kapal hand line dengan Analisis SWOT

Masalah:

Penanganan ikan tuna pada nelayan hand line

PPI Donggala masih terdapat kekeliruan sehingga mutu hasil tangkapan kurang baik,

menjadikan harga jual rendah

Kebijakan strategi penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan tuna hand line di PPI Donggala

Mulai

Selesai

Page 19: 2015nkm

5

2 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan April sampai

dengan bulan Mei 2014. Lokasi yang menjadi objek penelitian yaitu Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) Donggala Sulawesi Tengah. Metode penelitian yang

digunakan adalah observasi, wawancara dan deskriptif kualitatif. Metode observasi

dilakukan dengan mengikuti trip penangkapan pada kapal nelayan hand line PPI

Donggala.

Observasi dilakukan terhadap unit penangkapan hand line yang beroperasi

di Selat Makassar. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam menggambarkan

kegiatan penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand

line PPI Donggala.

Gambar 3 Lokasi Penelitian (diolah dengan menggunakan prianti lunak yang

mendukung)

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data pimer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah

penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut benar-benar

mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012). Jumlah

data yang diteliti disesuikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang diambil

mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal hand line,

bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan, ukuran

kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder dikumpulkan

melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan, terbitan jurnal

dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.

Page 20: 2015nkm

6

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pertama adalah memberikan gambaran secara

deskripsi tentang profil PPI Donggala serta metode penangkapan dan penanganan

yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala. Pada tahap berikutnya analisis

dilakukan dengan pendekatan fishbone (Gazpers 1997) yang bertujuan untuk

mengetahui faktor penyebab permasalahan penangkapan dan penanganan yang

dihadapi oleh nelayan hand line. Langkah selanjutnya analisis uji banding

berpasangan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang lebih berpengaruh

terhadap proses penurunan mutu. Tahap terakhir yaitu merumuskan strategi

penanganan yang baik dengan mengutamakan masalah prioritas yang dihasilkan dari

analisis uji banding berpasangan dengan pendekatan SWOT (Rangkuti 1997).

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kedaan umum PPI Donggala Sulawesi Tengah

Provinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi,

dengan luas wilayah 6.552.672 ha. Luas perairan laut Sulawesi Tengah

mencapai 193.923,75 km2 dengan jumlah pulau sebanyak 1.402. Secara

geografis Provinsi Sulawesi Tengah terletak antara 2°22` Lintang Utara dan 3048`

Lintang Selatan serta 119°22` dan 124°22` Bujur Timur. Batas-batas Provinsi

Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Maluku Utara.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi

Sulawesi Tenggara.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat

(DKP 2009).

Potensi laut diperkirakan masih tersedia sebesar 1.593.796 ton per tahun

terdapat pada zona I yaitu Selat Makassar dan Laut Sulawesi sebesar 929.700 ton,

kemudian zona II yaitu Teluk Tomini sebesar 595.620 ton dan terakhir zona III yaitu

Teluk Tolo sebesar 68.456 ton per tahun (BKPM 2009).

Selat Makassar merupakan daerah penyebaran ikan-ikan pelagis seperti ikan

tongkol, cakalang dan ikan tuna. Daerah ini juga merupakan daerah penangkapan

oleh nelayan, khususnya nelayan hand line yang ada di pangkalan pendaratan ikan

Donggala. PPI Donggala merupakan salah satu pangkalan yang ada di Sulawesi

Tengah, yang terletak di kota Donggala Jarak PPI tersebut tidak jauh dari Selat

Makassar. Atas dasar pertimbangan inilah sehingga PPI tersebut di bangun dan

di kelolah oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, dengan tujuan dapat

memudahkan nelayan yang melakukan penangkapan di Selat Makassar dalam

mendaratkan hasil tangkapannya (Gambar 4).

Page 21: 2015nkm

7

Gambar 4 Profil Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala

PPI Donggala memiliki beberapa fasilitas penunjang dalam melayani

kebutuhan nelayan. Fasilitas penunjang tersebut di antaranya yaitu dermaga, area

pangkalan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, lampu suar, penanda perkiraan

cuaca, kapal pengawas, pompa bensin dan pabrik es (Lampiran 1).

Unit alat tangkap hand line nelayan PPI Donggala

Berdasarkan hasil wawancara diperkirakan unit alat tangkap hand line PPI

Donggala terdiri atas kurang lebih 250 unit akan tetapi yang terdaftar hanya 101 unit

(Lampiran 2). Seratus satu (101) unit alat tangkap hand line tersebut merupakan

nelayan tetap di PPI Donggala sedangkan sisanya adalah nelayan andong yang

berasal dari Sulawesi Barat. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan sama seperti

dengan alat tangkap hand line pada umumnya (Gambar 5). Alat tangkap tersebut

terdiri atas penggulung, tali pancing, kili-kili, timah dan mata pancing. Kapal hand

line yang digunakan oleh nelayan pada umunya memiliki beban ± 12 GT. Satu unit

kapal hand line memiliki 6-8 perahu pemancing (Gambar 6).

Gambar 5 Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan

PPI Donggala

Page 22: 2015nkm

8

Gambar 2.3 Kapal induk dan perahu pemancing Nelayan

hand line PPI Donggal

Gambar 6 Kapal utama dan perahu pemancing yang digunakan

oleh nelayan hand line PPI Donggala

Daerah penangkapan ikan dan hasil tangkapan

Daerah penangkapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line berpusat

di perairan Selat Makassar. Penentuan daerah penangkapan ikan tuna dilakukan

dengan cara menggunakan alat bantu GPS serta terkadang nelayan menggunakan

tanda-tanda alam seperti air berbuih dan kumpulan ikan lumba-lumba.

Hasil tangkapan dari nelayan hand line PPI Donggala yaitu ikan tuna jenis

yellow fin (Gambar 7). Setiap satu trip penangkapan, nelayan tersebut memperoleh

6-7 ekor tuna. Ukuran bobot tuna yang ditangkap oleh nelayan tersebut pada

umumnya ± 40 kg.

Jumlah ikan tuna yang tertangkap di perairan Selat Makassar tidak menentu.

Pada musim-musim tertentu jumlah hasil tangkapan nelayan meningkat. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor biologi ikan itu sendiri dan juga dari nelayan tersebut,

dimana saat hari-hari besar agama atau hari penting tidak dilakukan operasi

penangkapan.

Gambar 7 Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan hand line PPI

Donggala

Page 23: 2015nkm

9

Sistem operasi penangkapan

Kegiatan operasi penangkapan ikan tuna di perairan Selat Makassar dilakukan

setiap hari oleh nelayan. Saat kapal hand line lainnya kembali ke pangkalan

sebaliknya sebagian kapal hand line lainnya berangkat menuju daerah penangkapan.

Adapun tahap-tahap saat nelayan melakukan penangkapan ikan tuna sebagai berikut

(Gambar 8).

Gambar 8 Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala

Persiapan dilakukan nelayan sebelum menuju daerah penangkapan. Perahu

pemancing yang akan digunakan diikat di samping kiri dan kanan kapal induk. Jika

persiapan sudah selesai barulah nelayan menuju daerah penangkapan pada pukul

± 20.00 WITA. Saat tiba di daerah penangkapan nelayan langsung beristrahat dan

akan memulai aktivitas pemancingan pada pukul 05.00 WITA.

Teknik operasi penangakapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan terbagi

dalam tiga waktu sebagaimana tertera pada Gambar 8. Aktivitas penangkapan

di mulai dengan kapten kapal utama akan menyebar perahu-perahu pemancing

(Gambar 9). Tiap satu perahu pemancing terdiri oleh satu orang pemancing (nelayan).

Persiapan

Berangkat ke daerah penangkapan pada pukul ± 20.00 WITA

Tiba di daerah penangkapan pukul ± 01.00 WITA

Istirahat

Mulai pemancingan ikan tuna pukul 05.00-10.00 WITA

Istirahat

Lanjut pemancingan ikan tuna pukul 15.00-18.00 WITA

Istirahat

Kembali memancing pada besok paginya pukul 05.00-10.00 WITA

Istirahat

Kembali ke pangkalan

Persiapan

Kembali ke pangkalan

Page 24: 2015nkm

10

Gambar 9 Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah

penangkapan yang dilakukan oleh kapten kapal

Kapten kapal yang berada dikapal utama akan menunggu nelayan pemancing

selama operasi penangkapan dilakukan. Jika salah satu nelayan pemancing

mendapatkan ikan tuna maka kapal utama tersebut akan merapat ke perahu

pemancing tersebut untuk membantu proses hauling (Gambar 10).

Gambar 10 Kapal utama merapat ke perahu pemancing

Kapal utama telah sampai di perahu pemancing, maka nelayan yang berada

di perahu pemancing akan naik kapal utama tersebut dengan memindahkan alat

tangkapnya. Sementara itu, perahu pemancing akan diikatkan pada kapal utama agar

tidak hanyut. Proses hauling dilakukan di kapal utama karena perahu pemancing

yang digunakan sangat kecil (Gambar 11). Saat proses hauling dilakukan waktu yang

digunakan cukup lama biasanya ± 40 menit. Lamanya proses hauling ini disebabkan

karena masih menggunakan tenaga manusia.

Page 25: 2015nkm

11

Gambar 11 Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan

di kapal utama

Sistem penanganan ikan tuna segar

Nelayan hand line PPI Donggala memiliki cara penanganan sendiri

berdasarkan atas pengalaman. Aktivitas penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh

nelayan di atas kapal utama dapat dilihat pada Gambar 12 dengan uraian adalah

sebagai berikut:

1) Pembersihan dek kapal: Pada saat proses hauling sedang berlangsung, salah satu

nelayan membersihkan dek kapal untuk untuk persiapan peletakkan ikan tuna.

Pembersihan dek kapal dilakukan dengan menggunakan air laut yang di ambil

dengan menggunakan ember lalu disiramkan ke dek kapal sampai di anggap

bersih.

2) Persiapan alat bantu penanganan: Selain membersihkan dek kapal, pada saat itu

juga nelayan tersebut telah menyiapkan alat bantu penanganan untuk

mengangkat dan mematikan ikan tuna.

3) Ikan tuna di tahan dengan ganco: Saat ikan sudah berada di permukaan tepat

di samping kapal, ikan tersebut langsung di ganco pada bagian insang dan pada

bagian mulut.

4) Mematikan ikan: Bersamaan saat ikan tuna ditahan dengan ganco di permukaan

tepat di samping kapal, ikan tersebut langsung dimatikan dengan menggunakan

kayu pemukul.

5) Pelepasan mata pancing: Setelah ikan tuna dimatikan, nelayan melepaskan mata

pancing yang masih melekat di mulut ikan tuna. Pelepasan mata pancing

dilakukan nelayan dengan tangannya langsung (tanpa menggunakan alat bantu).

6) Ikan tuna dinaikkan ke atas kapal: nelayan menaikkan ikan tuna di atas kapal

dengan menggunakan ganco sebagai alat bantu. Ikan tuna yang sudah diganco

diangkat dan diletakkan di dek kapal.

7) Penyiangan insang, isi perut dan sirip: Dilakukan dengan menggunakan pisau

yang terbuat dari bahan mudah berkarat.

Page 26: 2015nkm

12

8) Pencucian ikan tuna: Setelah penyiangan insang dan isi perut, barulah pencucian

ikan tuna dilakukan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air laut yang

diambil dengan menggunakan ember. Ikan disiram dengan air laut sampai ikan

tersebut dianggap bersih.

9) Pendinginan awal: Ikan tuna diletakkan pada bagian atas wadah penyimpanan

dalam keadaan belum tersusun rapi. Setelah itu nelayan kembali melakukan

aktivitas pemancingan dengan menggunakan perahu pemancing.

10) Penyimpanan dalam wadah pendingin: Setelah waktu istrahat pemancingan tiba,

barulah ikan tuna tersebut disusun dengan rapi dalam wadah pendingin.

Penyusunan ikan dilakukan dengan cara berlapis-lapis yaitu es kemudian ikan

tuna dan seterusnya pada bagian atas dilapisi dengan es.

11) Pembersihan alat dan area kerja: Setelah selesai proses penanganan ikan tuna

dilakukan, nelayan membersihkan area kerja dan semua alat yang digunakan

dengan air laut dan menyimpannya kembali ke tempatnya.

12) Pembongkaran ikan tuna: Setelah tiba di pangkalan, nelayan langsung

melakukan pembongkaran. Pembongkaran dilakukan pada pukul ± 16.00 WITA.

Gambar 12 Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line PPI

Donggala yang dilakukan di kapal utama

Persiapan alat bantu penanganan ikan

Pematian ikan

Pembersihan dek kapal

Pelepasan mata pancing

Ikan tuna di tahan dengan ganco

Penyiangan insang, isi perut dan sirip

Pencucian ikan tuna

Pendinginan awal

Penyimpanan dalam wadah pendingin

Pembersihan alat dan area kerja

Ikan dinaikkan ke atas kapal

Persiapan alat bantu penanganan ikan

Pematian ikan

Pembersihan dek kapal

Pelepasan mata pancing

Ikan tuna di tahan dengan ganco

Ikan dinaikkan ke atas kapal

Pembongkaran ikan tuna Pembongkaran ikan tuna

Penyiangan insang, isi perut dan sirip

Pencucian ikan tuna

Pendinginan awal

Penyimpanan dalam wadah pendingin

Pembersihan alat dan area kerja

Persiapan alat bantu penanganan ikan

Mematikan ikan

Pembersihan dek kapal

Pelepasan mata pancing

Ikan tuna di tahan dengan ganco

Ikan dinaikkan ke atas kapal

Pembersihan dek kapal

Pembongkaran ikan tuna

Page 27: 2015nkm

13

Ikan tuna segar yang dihasilkan oleh nelayan berdasarkan proses penanganan

pada Gambar 12 sebagian besar memiliki nilai jual rendah. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pengumpul dan pihak terkait dari instansi DKP, nilai jual yang

rendah ini pada umumnya dikarenakan oleh mutu hasil tangkapan yang kurang baik.

4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA DI

ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA

Pendahuluan

Masalah adalah gambaran dari suatu keadaan yang bersumber dari hubungan

antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan suatu keadaan yang tidak diinginkan,

dan dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Permasalahan

penanganan ikan tuna yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala adalah

suatu masalah yang harus diselesaikan dengan mencari tahu penyebab dari

permasalahan tesebut. Mengingat ikan tuna merupakan salah satu hasil tangkapan

yang memiliki nilai jual tinggi jika mutu ikan yang dihasilkan baik.

Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala

termasuk dalam usaha penangkapan yang tergolong sederhana. Ikan tuna hasil

tangkapan nelayan tersebut berupa ikan tuna segar utuh. Penanganan ikan tuna yang

dilakukan oleh nelayan dilakukan atas dasar pengalaman yang mereka dapatkan

selama ini.

Penanganan ikan segar yang baik harus mengacu pada suatu ketentuan

penanganan atau standar yang berlaku agar mutu ikan yang dihasilkan baik. Jika

penanganannya kurang tepat, protein yang terkandung dalam ikan akan dimanfaatkan

oleh mikroorganisme untuk berkembang biak dan menjadikan kualitas ikan menurun.

Kualitas ikan yang menurun dapat menyebabkan sakit pada orang yang

mengkonsumsinya.

Ikan tuna merupakan salah satu jenis pangan yang mudah mengalami

penurunan mutu. Hasil tangkapan tuna, membutuhkan penanganan khusus untuk

menjaga ikan tuna tersebut tetap segar. Penanganan tuna di atas kapal dilakukan

mulai dari menaikkan ikan di atas kapal sampai dengan tahap pembongkaran hasil

tangkapan.

Penanganan hasil tangkapan di kapal merupakan proses yang sangat penting

dari seluruh proses perjalanan ikan sampai ke konsumen. Hal ini dikarenakan

penanganan ikan di atas kapal merupakan penanganan awal yang sangat menentukan

terhadap penanganan dan pengolahan ikan selanjutnya (Huda et al. 2013;

Hastrini et al. 2013).

Penanganan adalah serangkaian atau perlakukan terhadap ikan tanpa mengubah

struktur dan bentuk dasar. Salah satu bentuk penanganan adalah dengan

menggunakan suhu rendah atau dikenal dengan pendinginan. Pendinginan yang

dilakukan sebelum rigor mortis berlalu merupakan cara yang paling efektif jika

disertai dengan teknik yang benar.

Umumnya proses penanganan ikan yang dilakukan oleh nelayan masih sangat

memprihatinkan. Tingkat kesegaran ikan dari hasil tangkapan belum dapat

Page 28: 2015nkm

14

dipertahankan dengan baik, padahal tingkat kesegaran ikan tersebut sangat menentukan

nilai jual ikan (Surti dan Ari 2004).

Analisis aspek penangkapan dan penanganan ikan pada nelayan hand line PPI

Donggala adalah bertujuan untuk mencari tahu penyebab dari permasalahan

penangkapan dan penanganan yang mempengaruhi proses penurunan mutu pada

hasil tangkapan nelayan. Sehingga dengan mengetahui penyebab dari permasalahan

tersebut, maka dapat dilakukan upaya perumusan strategi penanganan yang baik.

Metode Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive

sampling adalah penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut

benar-benar mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012).

Jumlah data yang diteliti disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang

diambil mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal

hand line, bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan,

ukuran kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder

dikumpulkan melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan,

terbitan jurnal dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.

Analisis fishbone

Mengacu pada Gazpers (1997), langkah-langkah analisis fishbone adalah sebagai

berikut:

Langkah 1 : Menggambar sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada

ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya yang berisikan

tentang masalah yang akan diteliti.

Langkah 2 : Menggambar penyebab utama (SDM, Metode, Bahan dan Alat serta

Lingkungan) dalam kotak yang dihubungkan dengan garis utama.

Masalah yang diteliti

SDM

Metode

Bahan dan Alat

Masalah yang diteliti

Lingkungan

Page 29: 2015nkm

15

Langkah 3 : Menambahkan penyebab kecil disekitar penyebab utama dan

menghubungkanya dengan penyebab utama (SDM, Metode, Bahan

dan Alat serta Lingkungan)

Langkah 4 : Melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah yang dihadapi

dengan tujuan agar menjadi lebih baik.

Matriks Banding Berpasangan Matriks banding berpasangan digunakan untuk melihat prioritas masalah proses

penanganan yang sedang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Mengacu

pada Satria et al. (2012), langkah-langkah pembuatan matriks banding berpasangan

adalah sebagai berikut:

1) Membuat matriks banding berpasangan dengan membandingkan elemen secara

berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Matriks bersifat sederhana,

berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa konsistensi,

memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan yang

mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk merubah

pertimbangan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai dari

level paling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level

dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3,

A4, A5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah matriks seperti Tabel 1.

Tabel 1 Matriks banding berpasangan

2) Mengisi matriks banding berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan untuk

merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya

C A1 A2 A3 A4 A5

A1 1

A2 1

A3 1

A4 1

A5 1

Metode

Masalah yang diteliti

Lingkungan

SDM

Bahan dan Alat

Penyebab kecil

Rincian faktor

Page 30: 2015nkm

16

yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini

mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam

perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kriteria

di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matriks dan dibandingkan

dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai

tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikannya. Pada Tabel 2 memberikan

definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat

kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.

Tabel 2 Skala penilaian perbandingan berpasangan

3) Penentuan prioritas dengan menentukan vektor bobot, sehingga didapatkan

prioritas lokal. Kemudian ditentukan prioritas global dengan melakukan sintesis

diantara prioritas lokal. Nilai-nilai perbandingan kemudian diolah untuk

menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Formulasi untuk menentukan

vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks yaitu formulasi dengan

menggunakan rata-rata aritmetik dengan persamaan aritmetik sebagai berikut:

a) Menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom (Nkj). n

Nkj = Σ aij (k)

kj = 1 .......................................................................................(1) Keterangan:

Nkj : Nilai kolom ke j

aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j

n : Jumlah elemen

b) Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk

memperoleh matriks yang dinormalisasi (Ndij).

Ndij =aij

Nkj ...............................................................................................(2)

Keterangan:

Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j

aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j

Nkj : Nilai kolom ke j

c) Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai

sepanjang baris (Vpi).

Vpi = Ndij

n

nj=1 .........................................................................................(3)

Keterangan:

Vpi : Vektor prioritas dari elemen i

Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j

Intensitas

Kepentingan Definisi

1 Kedua elemen sama penting

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya

5 Elemen yang satu jelas lebih penting dari lainnya

7 Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari lainnya

9 Mutlak lebih penting dari lainnya

2,4,6 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Page 31: 2015nkm

17

4) Pengukuran konsistensi

Penilaian antara satu kriteria dengan kriteria lain tidak bisa semuanya konsisten.

Ketidak konsistenan ini dapat disebabkan karena kesalahan pada waktu penilaian,

atau karena kurangnya informasi, dan kurangnya konsentrasi. Dalam masalah

pengambilan keputusan perlu untuk mengetahui seberapa besar konsistensi yang

ada, sehingga keputusan yang dihasilkan berdasarkan pada pertimbangan dengan

konsistensi yang baik. Konsistensi yang logis memiliki dua makna yaitu:

Pertama: obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan

relevansinya,

Kedua: konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang

didasarkan pada kriteria tertentu.

Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang dari 10% dan jika rasio

konsistensi lebih dari 10 %, pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu

diperbaiki.

Perhitungan nilai eigen (eigen value) maksimum (α maks):

VA = aij x Vp dengan VA = (V aij) ....................................................................(4)

Keterangan:

VA : Vektor antara

aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j

Vp : Vektor prioritas

VB =VA

VP

..................................................................................................................(5)

dengan VB = Vbi

Dimana: VB adalah nilai eigen

𝛼max = VBn

i = 1

𝑛 ...................................................................................................(6)

Perhitungan Indeks Konsistensi (CI):

CI =α maks – n

n – 1 .......................................................................................................(7)

Perhitungan Rasio Konsistensi (CR), dengan rumus:

CR =CI

RI ...................................................................................................................(8)

Nilai Indeks Acak (Random Consistency Index) (RI) dari matriks berordo

1 sampai dengan 15 yang diacu dari Saaty et al. (1994), digunakan untuk

menentukan Rasio Konsistensi (CR) yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 32: 2015nkm

18

Tabel 3 Rasio konsistensi (CR)

n RI n RI n RI

1 0,00 6 1,24 11 1,51

2 0,00 7 1,32 12 1,48

3 0,58 8 1,41 13 1,56

4 0,90 9 1,45 14 1,57

5 1,12 10 1,49 15 1,59

Hasil

Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang cara penangkapan yang

dilakukan oleh nelayan hand line, yang kemudian di analisis dengan diagram

fishbone maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan

mutu hasil tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penangkapan ikan tuna

nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan hasil

analisis tersebut, dapat diketahui bahwa sistem operasi penangkapan yang

mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala

adalah (1) SDM (nelayan); dan (2) metode.

Gambar 13 Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh

nelayan hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama

dan perahu pemancing

1) SDM (nelayan)

Trip penangkapan yang kurang tepat

Trip penangkapan ikan tuna yang dilakukan nelayan menggunakan waktu

±40 jam. Pengaturan trip penangkapan ini kurang tepat karena wadah

penyimpanan dan es yang digunakan kurang baik. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama.

Metode

Cara penangkapan

Proses hauling

Permasalahan

penangkapan yang

menyebabkan mutu hasil tangkapan

kurang baik

SDM (Nelayan)

Trip penangkapan

Metode

Cara penangkapan

Proses hauling

Page 33: 2015nkm

19

2) Metode

Proses hauling yang cukup lama

Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan tuna

kelelahan karena adanya perlawanan yang akan merubah susunan komposisi kimia

yang ada pada ikan tuna. Perubahan susunan komposisi kimia yang terjadi pada ikan

tuna akhirnya akan lebih cepat memicu terjadinya proses penurunan mutu.

Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line

PPI Donggala Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lima kapal nelayan hand line PPI

Donggala tentang cara penanganan, yang kemudian di analisis dengan diagram fishbone

maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan mutu hasil

tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penanganan ikan tuna nelayan hand line

PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis tersebut, sistem

penanganan ikan yang mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand

line PPI Donggala adalah sebagai berikut:

1) SDM (nelayan)

- Keterampilan dalam menangani ikan tuna masih kurang baik

- Pengetahuan yang masih rendah

2) Metode - Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat

- Penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih

- Tidak melakukan pembuangan darah

- Pendinginan awal kurang efektif

3) Bahan dan alat

- Wadah penyimpanan yang kurang terawat

- Es yang digunakan kurang tepat

- Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel

- Kayu pemukul masih kurang efektif

4) Lingkungan

- Suhu penyimpanan tidak terkontrol

- Adanya kontak langsung dengan sinar matahari.

Permasalahan penanganan yang

menyebabkan mutu

hasil tangkapan kurang baik

Metode

Penyiangan insang dan

isi perut

Pendinginan

awal Lingkungan

Sinar

matahari

Suhu

penyimpanan Cara penanganan

SDM (nelayan)

Pengetahuan

Menangani ikan tuna

Pengetahuan

Mutu

Bahan dan Alat

Wadah

penyimpanan

Kayu pemukul

Es

Pisau

Mematikan

ikan tuna

Pembuangan darah

Gambar 14 Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal

utama nelayan hand line PPI Donggala

Page 34: 2015nkm

20

Matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan

hand line PPI Donggala

Tabel 4 Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi

nelayan hand line PPI Donggala

Keterangan:

n: permasalahan

1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari)

2: proses hauling yang yang cukup lama

3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik

4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim

5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat

6: penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih

7: tidak melakukan pembuangan darah

8: pendinginan awal kurang efektif

9: wadah penyimpanan yang kurang terawat

10: es yang digunakan kurang tepat

11: pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel

12: kayu pemukul masih kurang efektif

13: suhu penyimpanan tidak terkontrol

14: adanya kontak langsung dengan sinar matahari

Berdasarkan matriks uji banding berpasangan di atas dapat tentukan prioritas

masalah yang dihadapi oleh nelayan hand line dengan cara menghitung VP (Vektor

Prioritas). Nilai VP dihitung dengan rata-rata aritmetik dari matriks uji banding

berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala

dengan ketentuan dinormalisasi (Lampiran 3). Nilai VP dari 14 (empat belas)

permasalahan yang telah dikaji sebelumnya dengan menggunakan analisis fishbone

beserta urutan prioritasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

(n) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 1 1/7 1/3 1/5 1/3 1 1 3 1/3 1/3 3 3 1/3 3

2 7 1 1/3 1/2 1 5 3 5 1 1 3 3 1 7

3 3 3 1 1/2 2 4 5 3 3 3 4 5 5 8

4 5 2 2 1 3 5 5 3 3 3 5 7 5 8

5 3 1 1/2 1/3 1 5 3 5 1 1 7 7 1 7

6 1 1/5 1/4 1/5 1/5 1 1/3 1 1/5 1/5 3 3 1/5 3

7 1 1/3 1/5 1/5 1/3 3 1 3 1/3 1/3 3 3 1/3 3

8 1/3 1/5 1/3 1/3 1/5 1 1/3 1 1/5 1/5 3 3 1/5 3

9 3 1 1/3 1/3 1 5 3 5 1 1 5 5 1 5

10 3 1 1/3 1/3 1 5 3 5 1 1 5 5 1 5

11 1/3 1/3 1/4 1/5 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

12 1/3 1/3 1/5 1/7 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

13 3 1 1/5 1/5 1 5 3 5 1 1 7 7 1 7

14 1/3 1/7 1/8 1/8 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

Total 31,33 11,69 6,39 4,60 11,50 41,00 28,67 40,00 12,67 12,67 51,00 54,00 16,50 62,00

Page 35: 2015nkm

21

Tabel 5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan yang dihadapi nelayan hand

line PPI Donggala

No. Deskripsi permasalahan VP Prioritas/ranking

1 Trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari) 0,0385 8

2 Proses hauling yang yang cukup lama 0,0967 4

3 Keterampilan menangani tuna masih kurang baik 0,1582 2

4 Pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim 0,1876 1

5 Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat 0,0978 3

6 Penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih 0,0297 10

7 Tidak melakukan pembuangan darah 0,0416 7

8 Pendinginan awal kurang tepat 0,0312 9

9 Wadah penyimpanan yang kurang terawat 0,0882 6

10 Es yang digunakan kurang tepat 0,0882 6

11 Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel 0,0183 11

12 Kayu pemukul masih kurang efisien 0,0169 12

13 Suhu penyimpanan tidak terkontrol 0,0924 5

14 Adanya kontak langsung dengan sinar matahari 0,0146 13

Gambar 15 Grafik nilai VP dari permasalahan yang dihadapi oleh

nelayan hand line PPI Donggala

Grafik sebaran nilai VP dari tiap permasalahan dapat dilihat pada Gambar 15.

Prioritas tertinggi dari permasalahan yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala

yaitu (1) permasalahan nomor 4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim;

(2) permasalahan nomor 3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik;

(3) permasalahan nomor 5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat;

(4) permasalahan nomor 2: proses hauling yang cukup lama; dan (5) permasalahan

nomor 13: suhu penyimpanan yang tidak terkontrol. Nilai indeks konsistensi (CI)

dari matriks uji banding berpasangan di atas adalah 0,0921. Jumlah n (permasalahan)

sebanyak 14 sehingga untuk perhitungan nilai rasio konsistensi (CR) menggunakan

0,0000

0,0200

0,0400

0,0600

0,0800

0,1000

0,1200

0,1400

0,1600

0,1800

0,2000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

nila

i VP

Permasalahan

Page 36: 2015nkm

22

nilai indeks acak (Random Consitency Index) (RI) untuk ordo 14 yaitu 1,57

(Saaty et al. 1994). Nilai CR yang dihasilkan adalah 0,0587 atau 5,87% (< 10%)

berarti bahwa penilaian prioritas yang diakukan pada contoh matriks banding

berpasang konsisten.

Pembahasan

Berdasarkan hasil dari analisis diagram fishbone diketahui berbagai

permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Ada empat belas

(14) permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line tersebut. Permasalahan

tersebut yaitu trip penangkapan yang kurang tepat, proses hauling yang cukup lama,

keterampilan menangani ikan tuna masih kurang baik, pengetahuan tentang mutu

pengetahuan tentang mutu yang masih sangat minim, cara mematikan ikan tuna

masih kurang tepat (Lampiran 4), penyiangan insang dan isi perut masih kurang

bersih, tidak melakukan pembuangan darah, pendinginan awal kurang efektif, wadah

penyimpanan yang kurang terawat (Lampiran 5), es yang digunakan kurang tepat

(Lampiran 6), pisau yang tidak bersih (Lampiran 7), kayu pemukul masih kurang

efektif, suhu penyimpanan tidak terkontrol dan terakhir adanya kontak langsung

dengan sinar matahari (Lampiran 8).

Penanganan ikan tuna yang baik dan benar merupakan faktor penentu untuk

menghasilkan ikan tuna segar yang sesuai dengan permintaan pasar. Oleh karena itu

keterampilan dalam menangani ikan tuna serta pengetahuan yang baik sangat

dibutuhkan dalam proses penanganan untuk mempertahankan kesegaran ikan tuna

hasil tangkapan. Karena jika nelayan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang

baik maka kecil kemungkinanan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat memicu

cepatnya terjadinya proses penurunan mutu ikan tuna.

Pengaturan trip penangkapan kurang tepat karena lebih dari 24 jam. Hal ini

dikarenakan wadah penyimpanan yang kurang baik dan es yang digunakan kurang

tepat. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan

tuna hasil tangkapan nelayan dalam waktu yang lama. DJPT (2014) menjelaskan

bahwa kapal penangkap atau kapal penampung yang menyimpan hasil tangkapan

lebih dari 24 jam harus memiliki wadah penyimpanan yang baik dan menjamin

bahwa wadah tersebut tidak menulari ikan yang disimpan didalamnya. Selain itu

tidak adanya pengontrolan suhu selama ikan tersebut disimpan dalam wadah

penyimpanan.

Penyimpanan ikan tuna segar dalam wadah harus memiliki suhu 0-2 0C. Suhu

tersebut harus dipertahankan selama belum dilakukan pembongkaran ikan tuna.

Menurut Zhang et al. (2011), terjadinya kenaikan suhu secara signifikan dapat

menyebabkan cepatnya terjadi proses penurunan mutu. Gram dan Dalgaard (2002)

menambahkan bahwa penggunaan suhu rendah yang baik akan menghambat

pertumbuhan beberapa mikroba yang terdapat pada ikan air laut. Hal ini juga

dipertegas oleh Taher (2010) bahwa penggunaan suhu rendah yang baik dan benar

akan memperpanjang masa penyimpanan ikan.

Proses hauling yang cukup lama juga memberikan pengaruh terhadap proses

penurunan mutu. Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan

tuna kelelahan karena adanya perlawanan, dan ketika ikan tersebut mati maka akan

cepat terjadi proses penurunan mutu pada ikan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan

cara kematian ikan tuna, dimana ikan yang mati dipukul dengan kayu pemukul akan

Page 37: 2015nkm

23

lebih cepat mengalami proses penurunan mutu daripada ikan yang mati dengan cara

di tusuk tepat pada otaknya. Hal ini disebabkan karena ikan yang mati dengan cara

ditusuk, ikan tersebut langsung mati sehingga mutu ikan tetap terjaga. Lain halnya

dengan ikan yang dipukul dengan kayu pemukul, proses kematiannya berlangsung

15-20 menit sehingga ikan mati dalam keadaan lemas. Ikan yang mati dengan

keadaan lemas akan lebih cepat mengalami proses penurunan mutu (Reo 2010).

Pisau yang digunakan nelayan saat menyiangi ikan tuna terlihat karatan karena

terbuat dari bahan yang mudah berkarat. Alat bantu penanganan seperti pisau dan

harus terjaga kebersihannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Winarno dan Surono

(2004) bahwa semua peralatan yang digunakan yang berhubungan langsung dengan

produk harus dipastikan bahwa tidak menulari produk yang ditangani. Hal ini juga

ditegaskan dalam Kepmen KP Nomor: 52A/KEPMEN-KP/2013 yang menjelaskan

tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada proses

Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Pada BAB II disebutkan Persyaratan Jaminan

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, bagian A nomor 6 tentang Peralatan dan

Perlengkapan pada poin a dan b yang menyatakan bahwa peralatan yang digunakan

yang berhubungan lansung dengan ikan harus terbuat dari bahan tahan karat, tidak

beracun dan mudah dibersihkan serta harus ditata sedemikian rupa untuk dapat

mencegah kontaminasi.

Es yang digunakan nelayan untuk mendinginkan ikan memiliki partikel-

partikel yang tidak halus. Hal ini dikarenakan es yang digunakan adalah es balok

yang akan dihancurkan secara manual ketikan akan digunakan. Es yang baik untuk

mendinginkan ikan tuna harus menggunakan es curah karena memiliki partikel-

partikel yang lebih halus. Halusnya partikel-partikel es tersebut akan lebih cepat

mendinginkan ikan karena tersusun rapat saat berada dalam wadah penyimpanan

(Moeljanto 1992).

Faktor lingkungan seperti sinar matahari juga harus diperhatikan dalam

mempertahan kesegaran ikan tuna hasil tangkapan. Adanya kontak langsung dengan

sinar matahari dapat merusak sistem rantai dingin yang ada pada ikan tersebut yang

pada akhirnya akan mempecepat proses penurunan mutu.

Kesimpulan

Penangkapan dan proses penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh

nelayan hand line PPI Donggala hanya berdasarkan atas pengalaman yang diperoleh

selama ini. Penanganan hasil tangkapan yang dilakukan nelayan tersebut masih

memiliki banyak kekeliruan. Analisis fishbone menghasilkan empat belas masalah

yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan nelayan hand

line PPI Donggala. Dari empat belas masalah tersebut dihasilkan lima masalah

prioritas dengan menggunakan analisis uji berpasangan berganda. Lima prioritas

masalah tersebut yaitu (1) pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim;

(2) keterampilan menangani tuna masih kurang baik; (3) cara mematikan ikan tuna

masih kurang tepat; (4) proses hauling yang yang cukup lama; dan (5) suhu

penyimpanan yang tidak terkontrol.

Page 38: 2015nkm

24

5 STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA YANG

BAIK DI ATAS KAPAL HAND LINE NELAYAN

PPI DONGGALA

Pendahuluan

Hasil analisis uji banding berpasangan pada bab sebelumnya, diperoleh

masalah prioritas dari sistem penanganan ikan tuna pada nelayan hand line yang

mempengaruhi proses penurunan mutu hasil tangkapan. Permasalahan prioritas

tersebut yaitu pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim, keterampilan

menangani tuna masih kurang baik, cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat,

proses hauling yang yang cukup lama dan suhu penyimpanan yang tidak terkontrol.

Melihat permasalahan prioritas di atas, maka diperlukan perencanaan strategi

untuk memperbaiki sistem penangkapan dan khususnya penanganan ikan tuna pada

nelayan hand line PPI Donggala. Perencanaan strategi merupakan proses penyusunan

perencanaan jangka panjang. Penyusunan strategi ini menggunakan proses analisis

lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal dari sistem penanganan itu

sendiri. Dijelaskan oleh Mulyadi et al. (2012) bahwa strategi adalah suatu tindakan

keputusan yang memiliki dasar yang dibuat dan diimplementasikan dengan tujuan

agar menjadi lebih baik.

Perumusan strategi harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar tindakan atau

keputusan yang diambil betul-betul sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Sebagaimana ditekankan oleh Sondang (2003), perumusan strategi merupakan

sekumpulan tindakan atau keputusan yang dibuat dan digunakan dalam waktu yang

panjang dengan tujuan mencapai sasaran yang diinginkan.

Tujuan perumusan strategi ini adalah merumuskan strategi sistem penanganan

ikan yang baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala. Manfaat dari

perumusan strategi ini yaitu untuk membantu nelayan dalam meningkatkan kualitas

penanganan di atas kapal dengan harapan hasil tangkapan dari nelayan tersebut

memiliki mutu yang baik dan konsisten serta memberikan penekanan terhadap sering

terjadinya kesalahan teknis. Mutu ikan tuna yang baik dan konsisten adalah salah

satu faktor penentu dalam meningkatkan nilai jual.

Metode Penelitian

Metode penelitian pada tahap ini yaitu melakukan pendekatan dengan analisis

SWOT dalam merumuskan strategi penanganan yang baik di atas kapal hand line.

Perumusan strategi penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan

permasalahan yang prioritas yang dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan.

Penyusunan strategi tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT. Prinsip

kerja dari analisis SWOT yaitu mengidentifikasi berbagai faktor lingkungan internal

dan eksternal secara sistematik dan dilanjutkan dengan merumuskannya. Kemudian

dengan membandingkan antara faktor internal yaitu kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal yaitu peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) (Rangkuti 2006).

Page 39: 2015nkm

25

Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan

yang diperoleh lebih tepat perlu melalui tahapan sebagai berikut:

1) Tahap pengumpulan data yaitu pengumpulan data, pengklasifikasian dan

pra-analisis faktor eksternal dan internal.

2) Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal dan eksternal dan matriks

SWOT.

3) Tahap pengambilan keputusan

Tahapan pembuatan matriks faktor strategi Internal Strategic Factor Summary

(ISFS) dan matriks faktor strategi Eksternal Strategic Factors Summary (ESFS)

adalah sebagai berikut:

1) Matriks ISFS

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1.

b. Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut pada kolom 2, dengan skala

mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan

pengaruh terhadap posisi strategis sistem. (Semua bobot jumlahnya tidak

boleh melebihi skor total 1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala

mulai dari4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruhnya

terhadap sistem. Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif

(semakin besar kekuatan semakin besar pula nilai rating yang diberikan),

sedangkan untuk kelemahan dilakukan sebaliknya.

d. Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor

terbobot pada masing-masing faktor (kolom 4).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk menentukan kondisi

internal sistem. Jika nilai total skor terbobot > = 2,5 berarti kondisi internal

sistem memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi.

Tabel 6 Matrik evaluasi faktor internal (ISFS)

2) Matriks ESFS

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman (kolom 1)

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruhnya

terhadap faktor strategis. (Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor

total 1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala

mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruhnya

terhadap kondisi sistem. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif

Faktor-faktor internal Bobot Rating Bobot*rating

Kekuatan :

Kelemahan :

Jumlah :

Page 40: 2015nkm

26

(semakin besar peluang semakin besar pula nilai rating yang diberikan),

sedangkan untuk ancaman dilakukan sebaliknya (semakin besar ancaman

semakin kecil nilai rating).

d. Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor

terbobot pada masing-masing faktor (kolom 4).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk menentukan kondisi

eksternal sistem. Jika total skor terbobot > = 2,5 berarti sistem mampu

merespon kondisi yang ada.Kemudian dilakukan penjumlahan total skor

pembobotan untuk masing-masing faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan

eksternal (peluang dan ancaman) (Tabel 12). Untuk memperoleh strategi

yang tepat maka nilai tersebut diplotkan pada kuadran yang sesuai untuk

kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang akan menjelaskan

alternatif strategi yang dilakukan.

Tabel 7 Matriks evaluasi faktor ekternal (ESFS)

Faktor-faktor eksternal Bobot Rating Bobot*rating

Peluang :

Ancaman :

Jumlah :

Bedasarkan matriks ISFS dan matriks ESFS, dapat diketahui posisi kuadran

kondisi sistem saat ini. Posisi sistem juga dapat diketahui dari matriks internal-

eksternal (IE Matriks).

3) Matriks IE

Matriks IE (internal-eksternal) merupakan matriks yang dibuat dengan

menggunakan parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi.

Tujuan pembuatan matriks IE adalah untuk memperoleh posisi sistem saat ini

(Tabel 8).

Tabel 8 Matriks internal-ekternal

(sumber: Rangkuti 1997)

I

Growth

Konsentrasi melalui

integrasi vertikal

II

Growth

Konsentrasi melalui

integrasi horizontal

III

Rentrechment

Turnaround

IV

Stability

Hati - hati

V

Growth

Konsentrasi melalui

integrasi horizontal

Stability

Hati-hati

IV

Rentrechment

Captive Company

atau

divestment

VII

Growth

Difersifikasi Konsentrik

VIII

Growth

Difersifikasi Konsentrik

IX

Rentrechment

Bangkrut atau likuidasi

Page 41: 2015nkm

27

4) Matriks SWOT

Langkah selanjutnya setelah membuat matriks IE yaitu membuat matriks

SWOT yang menjelaskan berbagai alternatif yang mungkin untuk strategi

pengelolaan. Menurut Nurani (2010), penyusunan matriks SWOT merupakan alat

pencocokan yang penting untuk mengembangkan empat tipe strategi, dimana

pencocokan memerlukan kecermatan dan tidak ada satupun kecocokan terbaik.

Dalam matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif

strategis (Rangkuti 2006) yaitu:

1. Strategi S-O, strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan untuk mendapatkan dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi S-T, strategi ini menggunakan unsur kekuatan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan meminimalkan unsur kelemahan.

4. Strategi W-T, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensiv dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tahapan selanjutnya adalah pengambilan keputusan, dalam tahapan ini perlu

merujuk kembali matriks internal eksternal yang menghasilkan posisi sistem saat ini,

dengan melihat posisi kuadran dari sistem sehingga dapat diketahui kombinasi

strategi yang tepat (Marimin 2004).

Hasil

Analisis strengths weaknesses opportunities threats (SWOT) adalah analisis

yang didasarkan pada logika dalam membentuk strategi. Penentuan strategi sistem

penanganan ikan pada perikanan tuna hand line di PPI Donggala Sulawesi Tengah

dimulai dengan tahap awal yaitu pengumpulan data dan indentifikasi faktor-faktor

internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang sangat mempengaruhi

sistem penanganan ikan tuna segar di kapal hand line secara langsung. Faktor

internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor

yang berasal dari luar yang dapat mempengaruhi sistem penanganan ikan tuna secara

tidak langsung yang terdiri atas peluang dan ancaman.

Berdasarkan hasil analisis uji banding berpasangan pada bab sebelumnya

didapatkan faktor eksternal dan faktor internal sistem penanganan ikan yang sangat

berpengaruh terhadap penurunan mutu hasil tangkapan. Hasil analisis faktor internal

dan faktor eksternal yang didapatkan akan digunakan sebagai input untuk

memformulasikan strategi penanganan ikan tuna segar di kapal hand line nelayan

PPI Donggala.

Analsisis faktor internal meliputi kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk

mengatasi kelemahan yang ada. Cakupan faktor internal dari sistem penanganan

hasil tangkapan di atas kapal oleh nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada

Tabel 9. Urairan dari faktor internal sistem penangangan nelayan tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 42: 2015nkm

28

1. Kekuatan

a. Hand line merupakan alat tangkap ikan tuna yang tepat untuk ikan tuna. Alat

tangkap pancing khususnya hand line merupakan alat tangkap yang tepat untuk

ikan tuna dibandingkan dengan alat tangkap lain karena tidak menyebabkan

cacat fisik pada ikan seperti alat tangkap purse seine.

b. Memiliki kapal utama yang berfungsi sebagai penampung. Nelayan hand line

memiliki dua kapal, satu sebagai perahu pemancing sedangkan satu kapalnya

sebagai kapal yang digunakan saat proses hauling dan sebagai kapal penampug

hasil tangkapan. Adanya kapal ini sangat memudahkan nelayan, karena

nelayan tidak harus kembali ke pangkalan saat mendapatkan ikan tuna. Ikan

tersebut akan di simpan pada kapal utama tersebut, setelah itu kembali

melakukan pemancingan.

c. Memiliki banyak perahu pemancing. Perahu pemancing yang dimiliki oleh

nelayan yaitu terdiri atas 7-8 perahu. Banyaknya perahu pemancing ini sangat

membantu nelayan dalam meningkatkan produksi hasil tangkapaan tuna.

d. Tersedianya umpan untuk memancing ikan tuna. Umpan yang digunakan oleh

nelayan hand line untuk memancing ikan tuna tersedia di pangkalan. Umpan

tersebut diperoleh dari nelayan purse seine. Tersedianya umpan di pangkalan

sangat membantu nelayan hand line dalam melakukan pemancingan ikan tuna.

e. Umur nelayan yang masih produktif. Berdasarkan pengamatan dan wawancara

pada nelayan hand line PPI Donggala, nelayan hand line pada umumnya

memiliki kisaran umur antara 20-40 tahun, dimana merupakan umur yang

produktif dalam melakukan aktivitas.

2. Kelemahan

a. Pengetahuan nelayan yang masih minim. Pengetahuan yang baik sangat

berperan penting dalam meningkatkan mutu hasil tangkapan. Jika nelayan

memiliki pengetahuan tentang cara mempertahankan kesegaran hasil

tangkapan maka kecil kemungkinan terjadi kesalahan. Pengetahuan nelayan

masih sangat minim hal ini dibuktikan dengan mutu hasil tangkapan yang

kurang baik. Selain itu pada umumnya nelayan hanya menyelesaikan

pendidikan di tingkat sekolah dasar.

b. Keterampilan menangani ikan tuna yang masih kurang baik. Keterampilan

penanganan sangat diperlukan dalam dalam menghasilkan mutu ikan tuna yang

baik. Keterampilan nelayan dalam menangani ikan tuna masih sangat minim

hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kekeliruan dalam melakukan

penanganan ikan tuna di atas kapal.

c. Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Pengamatan yang dilakukan

ikan tuna hasil tangkapan dimatikan dengan cara dipukul menggunakan kayu

pemukul. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa

penggunaan kayu pemukul untuk mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Hal

ini dikarenakan ikan yang mati dipukul akan mati dalam keadaan lemas

sehingga cepat terjadinya proses penanganan.

d. Proses hauling yang cukup lama. Proses hauling yang lama juga sangat

mempercepat proses penurunan mutu saat ikan mati. Hal ini disebabkan

sebelum ikan mati, ikan tersebut kelelahan karena melakukan perlawan saat

hauling.

Page 43: 2015nkm

29

e. Suhu penyimpanan tidak terkontrol. Pengontrolan suhu penyimpanan ikan

merupakan hal yang penting dalam mempertahan kesegaran ikan. Kenaikan

suhu penyimpanan akan menyebabkan meningkatnya aktivitas bakteri yang

menyebabkan terjadinya proses penurunan mutu. Pengontrolan suhu tidak

dilakukan oleh nelayan hand line selama penyimpanan hasil tangkapan.

Tabel 9 Matriks analisis lingkungan internal penanganan ikan tuna segar ditingkat

nelayan hand line PPI Donggala

Unsur SWOT Bobot Rating Skor

Kekuatan

Hand line merupakan alat tangkap ikan tuna yang tepat 0,26 4 1,04

Memiliki kapal utama yang berfungsi sebagai penampung 0,12 4 0,48

Memiliki banyak perahu pemancing 0,07 4 0,28

Tersedianya umpan untuk memancing ikan tuna 0,03 3 0,09

Umur nelayan yang masih produktif 0,03 3 0,09

Kelemahan

Pengetahuan nelayan yang masih minim 0,15 1 0,15

Keterampilan menangani ikan tuna yang masih kurang baik 0,13 1 0,13

Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat 0,07 2 0,14

Proses hauling yang cukup lama 0,07 2 0,14

Suhu penyimpanan tidak terkontrol 0,07 2 0,14

TOTAL 1 2,68

Tabel 9 menyajikan matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary

(ISFS). Berdasarkan matriks ISFS diketahui bahwa dalam sistem penanganan ikan

tuna segar pada nelayan hand line PPI Donggala memiliki skor 2,68. Hal ini

menunjukkan bahwa kondisi internal sistem masih memiliki kekuatan untuk

mengatasi masalah yang dihadapi.

Analisis selanjutnya yaitu melihat kondisi ekternal sistem penanganan tuna

pada nelayan hand line tersebut. Analisis eksternal berguna untuk melihat peluang

apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir ancaman yang akan terjadi.

Faktor eksternal (peluang dan ancaman) dijabarkan sebagai sebagai berikut:

1. Peluang

a. Memiliki tempat pendaratan ikan hasil tangkapan. Adanya tempat pendaratan

ikan sangat membantu nelayan. Hal ini dikarenakan saat membongkar hasil

tangkapan, nelayan hand line tidak lagi kebingungan mencari tempat untuk

mendaratkan hasil tangkapannya.

b. Tersedianya pabrik es di PPI Donggala. PPI Donggala memiliki pabrik es yang

dapat memenuhi kebutuhan es nelayan hand line untuk penanganan ikan.

Dengan demikian nelayan tidak lagi mencari es di tempat yang jauh dari

pangkalan.

c. Tersedianya pasar ikan tuna. Pasar ikan tuna yang dimaksudkan adalah adanya

buyer yang menetap di pangkalan untuk membeli hasil tangkapan nelayan.

Adanya buyer tersebut, memudahkan nelayan dalam memasarkan hasil

tangkapannya.

Page 44: 2015nkm

30

d. Potensi ikan tuna yang masih tersedia. Berdasarkan pembagian Wilayah

Pengelolaan Perikanan Republik Indonesaia (WPP-RI) salah satu WPP RI yang

dekat dengan PPI Donggala yaitu WPP 713 (Selat Makassar). WPP ini

merupakan daerah penangkapan bagi nelayan hand line PPI tersebut yang

masih memiliki potensi ikan tuna dengan syarat dimanfaatkan secara

berkelanjutan.

e. Adanya pembeli yang menetap di pangkalan. Adanya penampung yang

menetap di pangkalan tersebut sangat membantu nelayan karena nelayan tidak

harus pergi jauh untuk menjual ikan hasil tangkapan.

2. Ancaman

a. Belum adanya tenaga ahli dari instansi terkait. Tenaga ahli yang dimaksudkan

adalah tenaga teknis yang memiliki kompetensi dibidang pengendalian mutu

ikan tuna itu sendiri sehingga dapat mengawasi dan memberikan

pendampingan langsung selama proses penanganan ikan tuna di kapal agar

mutu ikan tuna yang dihasilkan baik.

b. Tidak adanya standar resmi yang digunakan dalam penanganan ikan tuna.

Berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara yang dilakukan dengan

nelayan, penanganan ikan tuna di lakukan atas dasar pengalamannya sendiri.

Sementara itu dari penampung hanya memberikan arahan bahwa ikan tuna

yang dihasilkan harus utuh dan tidak cacat tanpa ada prosedur atau tata cara

penanganan ikan tuna yang diberikan kepada nelayan.

c. Instansi terkait lebih mengutamakan nelayan purse seine. Hasil dari wawancara

dengan nelayan serta pihak instansi bagian penangkapan menyatakan bahwa

kebijakan yang dibuat oleh DKP Provinsi lebih mengarah kepada pengadaan

kapal purse seine dengan alasan ingin meningkatkan produksi hasil tangkapan.

Ini dibuktikan dengan adanya kapal-kapal purse seine yang dilengkapi dengan

wadah penampungan dan alat bantu penanganan lainnya dengan keadaan baik.

d. Tidak adanya pelatihan khusus penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan

hand line. Hasil wawancara dengan pihak terkait, pelatihan khusus penanganan

pada nelayan hand line belum dilakukan oleh instansi terkait. Pelatihan

penanganan hanya lebih mengarah kepada penampung yang mengolah tuna

loin dengan tujuan untuk meningkatkan pasar ikan tuna yang ada di Palu dan

Donggala. Selain itu kegiatan lebih mengarah ke penyuluhan tentang budidaya

rumput laut.

e. Tingkat pendidikan nelayan hand line pada umunya masih sangat rendah.

Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan yang dimiliki, dimana pengetahuan tersebut sangat penting dalam

meningkatkan kualitas penanganan hasil tangkapan.

Page 45: 2015nkm

31

Tabel 10 Matriks analisis lingkungan eksternal sistem pada perikanan hand line

Unsur SWOT Bobot Rating Skor

Peluang

Memiliki tempat pendaratan ikan hasil tangkapan 0,25 4 1

Tersedianya pabrik es di PPI Donggala 0,15 4 0,6

Tersedianya pasar ikan tuna 0,1 4 0,4

Potensi ikan tuna yang masih tersedia 0,06 3 0,18

Adanya pembeli yang menetap dipangkalan 0,04 3 0,12

Ancaman

Belum ada tenaga ahli dari instansi terkaitt 0,16 1 0,16

Tidak adanya standar resmi yang digunakan hal pengawasan mutu 0,12 1 0,12

Instansi terkait lebih mengutamakan nelayan purse seine 0,05 2 0,1

Tidak adanya pelatihan khusus penanganan ikan tuna yang baik 0,05 2 0,1

Tingkat pendidikan nelayan hand line pada umumnya sangat rendah 0,02 2 0,04

TOTAL 1 2,82

Berdasarkan matriks External Strategic Factors Analysis Summary (ESFS)

(Tabel 10) memiliki skor 2,82. Artinya bahwa ancaman dari sistem penanganan tuna

yang di hadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala, masih mampu diatasi dengan

memanfaatkan peluang yang ada. Langkah selanjutnya yaitu membuat matriks IE

SWOT dengan menggunakan nilai ISFS dan ESFS.

Gambar 16 Matriks IE (internal-eksternal) sistem penanganan ikan tuna

Berdasarkan matriks IE di atas dapat diketahui posisi sistem penanganan hasil

tangkapan nelayan hand line di PPI Donggala yaitu berada pada sel lima (V).

Berdasarkan Rangkuti (1997), berada pada sel ini menunjukkan sistem berada pada

posisi growth (konsentrasi melalui integrasi horizontal) dan stability (hati-hati).

Artinya bahwa posisi sistem penanganan mutu sudah dilakukan oleh nelayan selama

ini, namun perlu upaya perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan mutu ikan tuna

hasil tangkapan dengan meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman yang

dihadapi, sehingga mutu ikan tuna yang didaratkan memiliki kualitas terbaik serta

dapat diterima di pasar global. Upaya perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan strategi WO dan ST (Tabel 11).

I

II

III

IV

VI

VII

VIII

IX

V

Page 46: 2015nkm

32

Tabel 11 Matriks SWOT

Berdasarkan matriks SWOT pada Tabel 10, penggunaan strategi WO dapat

dilakukan dengan cara yaitu (1) penyuluhan tentang mutu ikan; (2) pelatihan

penanganan ikan tuna yang baik; (3) penggunaan ring tuna saat dilakukan hauling;

dan (4) penggunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna. Kemudian strategi ST

itu sendiri dapat dilakukan dengan cara (1) pembuatan Standar Operating Prosedure

(SOP) penanganan yang baik; serta (2) peningkatan kompetensi kerja.

Pembahasan

Hasil dari analisis SWOT sistem penanganan ikan tuna segar pada nelayan

hand line PPI Donggala dihasilkan empat kombinasi strategi SO, strategi ST, strategi

WO dan strategi WT. Kombinasi strategi SO menghasilkan pengadaan mesin

penghancur es dan pengoptimalan pemanfaatan tuna di perairan Selat Makassar.

Mesin penghancur berfungsi untuk menghaluskan es balok yang digunakan

oleh nelayan saat akan menyimpan ikan tuna dalam wadah penyimpanan. Es yang

dihancurkan dengan mesin penghancur es memiliki partikel yang lebih halus dan

memiliki ukuran partikel yang sama. Halusnya ukuran partikel es yang dihasilkan

akan mempercepat proses pendinginan ikan tuna dalam wadah penyimpanan. Hal ini

dikarenakan pada saat dalam wadah, es tersebut tersusun rapat dengan ikan tuna,

sehingga tidak terdapat celah atau rongga udara yang dapat mempercepat proses

pencairan es yang memicu terjadinya kenaikan suhu penyimpanan.

Pengoptimalan pemanfaatan tuna di perairan Selat Makassar. Potensi ikan tuna

yang tersedia di perairan Selat Makassar masih dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan demi memenuhi kebutuhan pasar (Kantun et al. 2014). Namun

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S)

1. Hand line merupakan alat tangkap

ikan tuna yang tepat 2. Memiliki kapal utama yang berfungsi

sebagai penampung

3. Umur nelayan yang masih produktif

Kelemahan (W)

1. Pengetahuan nelayan yang masih

minim 2. Keterampilan menangani ikan tuna

yang masih kurang baik

3. Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat

4. Proses hauling yang cukup lama

5. Suhu penyimpanan tidak terkontrol

Peluang (O)

1. Memiliki tempat pendaratan ikan hasil tangkapan

2. Tersedianya pabrik es balok

di PPI Donggala 3. Tersedianya pasar ikan tuna

4. Potensi ikan tuna yang masih

tersedia

Strategi SO:

1. Pengadaan mesin penghancur es 2. Pengoptimalan pemanfaatan tuna

di perairan Selat Makassar

Strategi WO:

1. Penyuluhan tentang mutu ikan tuna yang baik pada nelayan hand

line

2. Pelatihan penanganan ikan tuna yang baik

3. Perlu adanya ring tuna

4. Perlu adanya killing spike

Ancaman (T)

1. Belum adanya tenaga ahli dari instansi terkait

2. Tidak adanya standar resmi yang

digunakan dalam penanganan 3. Instansi terkait lebih

mengutamakan nelayan purse seine

4. Tidak adanya pelatihan khusus

penanganan ikan tuna yang baik

Strategi ST:

1. Pembuatan Standart Operating Prosedure (SOP) penanganan yang

baik

2. Peningkatan kompetensi kerja

Strategi WT:

1. Pembentukan team pengawas pengendalian mutu dari intansi

terkait

2. Intervensi instansi terkait dalam penambahan dan pengadaan alat

bantu penanganan ikan tuna yang baik

Page 47: 2015nkm

33

demikian pemanfaatan ikan tuna perlu diperhatikan juga cara penangkapannya, agar

mutu ikan tuna hasil tangkapan tetap terjaga. Terjaganya mutu hasil tangkapan dapat

meningkatkan kepercayaan konsumen serta dapat menentukan nilai jual.

Kombinasi strategi ST yang menghasilkan pembuatan Standart Operating

Prosedure (SOP) penanganan yang baik dan peningkatan kompetensi kerja. SOP

adalah serangkaian instruksi tertulis yang diberlakukan mengenai berbagai proses

tentang bagaimana, kapan harus dilakukan dan dimana serta oleh siapa yang

melakukan, dengan tujuan untuk meminimalisir kesalahan (Sani 2012). SOP

penanganan ikan yang baik ini berguna sebagai acuan atau pedoman bagi nelayan

saat melakukan proses penanganan ikan tuna di atas kapal hand line. Hal ini

dikarenakan nelayan bisa melihat prosedur dalam melakukan penanganan ikan tuna

yang baik di kapal hand line, sehingga kecil kemungkinan terjadinya kesalahan

teknis yang bisa menyebabkan cacat atau penurunan mutu. SOP ini juga akan

membantu dalam hal pengawasan dan pengendalian mutu, sehingga mutu hasil

tangkapan konsisten sesuai dengan tuntutan konsumen atau buyer. Sebagaimana

dijelaskan oleh Junais et al. (2014) bahwa pengawasan dan pendalian mutu produk

yang dilakukan dengan baik sejak dari awal produksi sampai distribusi akan dapat

meningkatkan kepercayaan konsumen dan keamanan produk.

Peningkatan kompetensi kerja ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

kerja nelayan secara khusus dengan cara mengambil satu nelayan per satu unit kapal

hand line. Nelayan ini akan dibimbing dan didampingi oleh tenaga ahli sampai betul-

betul paham tentang mutu ikan dan cara penanganan yang baik. Tujuannya yaitu agar

setiap satu unit kapal hand line memiliki satu orang yang memiliki kompetensi

dalam menangani ikan tuna sekaligus dapat mengawasi dan memberitahukan kepada

yang lainnya saat melakukan penanganan ikan tuna di atas kapal. Jika strategi ini

dilakukan dan berjalan dengan baik maka kecil kemungkinan untuk menghasilkan

mutu ikan yang kurang baik.

Kombinasi strategi WO menghasilkan penyuluhan tentang mutu ikan tuna yang

baik pada nelayan hand line, pelatihan penanganan ikan tuna yang baik, perlu adanya

ring tuna dan killing spike. Penyuluhan merupakan suatu proses pembelajaran yang ditujukan kepada

sekelompok orang dengan maksud pencapaian tujuan (Hubeis 2007). Penyuluhan

tentang mutu ikan tuna kepada nelayan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

nelayan hand line tentang bagaimana mempertahankan kesegaran ikan, agar ikan

tuna tersebut memiliki mutu yang baik. Penyuluhan dapat dilakukan oleh instansi

terkait dalam hal ini DKP Provinsi Sulawesi Tengah.

Pelatihan penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan hand line juga sangat

penting. Pelatihan penanganan ikan tuna termasuk dalam pelatihan kerja, yang mana

pelatihan kerja merupakan suatu wadah bagi seseorang untuk mendapatkan pelajaran

dengan tujuan meningkatkan keterampilan yang dimiliki (Zuana et al. 2014).

Pelatihan dapat dilakukan oleh tenaga ahli dari instansi terkait dengan sungguh-

sungguh dalam memberikan bimbingan sehingga keterampilan nelayan dapat

ditingkatkan. Meningkatnya keterampilan nelayan dalam menangani ikan tuna hasil

tangkapan, akan menekan seringnya terjadi kesalahan teknis sehingga ikan tuna yang

dihasilkan memiliki mutu yang baik.

Strategi berikutnya dari kombinasi WO yaitu perlu adanya ring tuna. Ring tuna

digunakan untuk menahan gerakan ikan saat hauling. Tujuannya adalah agar ikan

tuna tidak kelelahan. Hal ini dilakukan mengingat ikan tuna yang mati dalam

Page 48: 2015nkm

34

keadaan lemas lebih cepat mengalami proses penurunan mutu (WWF 2011). Ring

tuna merupakan alat bantu yang digunakan saat proses hauling. Alat bantu ini sangat

sederhana dalam pembuatannya. Berdasarkan (BBPPI 2014) pembuatan ring tuna

dapat dilakukan seperti Gambar 17, dengan memiliki bahan-bahan sebagai berikut:

a) Besi stainless stell, diameter 10 mm

b) Tinggi 37 cm

c) Ring 1, diameter dalam 19,5 cm dan diameter luar 21,5 cm

d) Ring 2, diameter dalam 25 cm dan diameter luar 27 cm

e) Ring 3, diameter dalam 31 cm dan diameter luar 33 cm

f) Jarak ring 1–2 sebesar 17 cm

g) Jarak ring 2–3 sebesar 26 cm

h) Jeruji/kisi, antara ring 1–ring 2 = 3 jeruji

i) Jeruji/kisi, antara ring 2–ring 3 = 6 jeruji

j) Ada perlengkapan tambahan berupa gantungan tali

k) Ring dilapisi dengan selang plastik diikat dengan tali PA mono nomor 20

l) Per/pegas spiral, diameter dalam 12 mm panjang 10 cm dengan jumlah 6 buah.

Gambar 17 Bentuk ring tuna (BBPPI 2014)

Ring tuna dioperasikan setelah ikan sasaran terasa terkait/tersangkut pada mata

pancing, kemudian ring tuna segera dipasang dan diluncurkan melalui tali pancing

untuk mengurangi atau menyelubungi ikan tangkapan (Gambar 18). Penggunaan ring

tuna diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam penanganan pasca

penangkapan tuna dengan alat tangkap hand line. Ring tuna tersebut bisa mengurangi

kelelahan fisik ikan akibat adanya perlawanan saat hauling, sehingga mampu

menjaga ikan dalam keadaan pre rigor dan rigor mortis lebih lama. Jika hal ini dapat

dilakukan maka mutu ikan tuna hasil tangkapan akan lebih baik.

Page 49: 2015nkm

35

Keterangan: a = Ring tuna diluncurkan kearah ikan yang telah tertangkap dengan hand line

b = Ikan tuna sudah berada dalam ring tuna sehingga tidak bisa berenang bebas

c = Ikan tuna akan bergerak ke atas bersama ring tuna mengikuti tali pancing, sehingga

ikan lebih cepat sampai ke permukaan

Gambar 18 Cara penggunaan ring tuna (BBPPI 2014)

Kombinasi terakhir dari strategi WO yaitu perlu adanya killing spike yaitu paku

yang digunakan untuk mematikan ikan dengan cara ditusuk. Penggunaan killing

spike sangat mudah diterapkan oleh nelayan hand line PPI Donggala jika diberikan

contoh. Berdasarkan DJPT (2014), penggunaan killing spike untuk mematikan ikan

tuna yaitu saat ikan sudah berada di atas kapal, bila ikan masih berontak maka ikan

tersebut perlu ditenangkan terlebih dahulu. Ikan tuna ditenangkan dengan cara

menutup mata ikan tersebut dengan tangan (menggunakan sarung tangan) sampai

ikan teresbut tidak berontak. Langkah selanjutnya menusuk pusat syaraf otak ikan

tuna dari belakang mata dengan menggunakan killing spike sedalam 5-10 cm

sehingga ikan tersebut langsung mati (Gambar 19).

Gambar 19 Cara menggunakan killing spike saat mematikan

ikan tuna (DJPT 2014)

a b c

Page 50: 2015nkm

36

Kombinasi strategi WT menghasilkan pembentukan team pengawas

pengendalian mutu dari intansi terkait dan intervensi instansi terkait dalam

penambahan dan pengadaan alat bantu penanganan ikan tuna yang baik.

Pembentukan team pengawas ini dimaksudkan agar dapat melihat atau mengawasi

secara rutin aktivitas pembongkaran dan penjualan ikan tuna hasil tangkapan nelayan

ke pihak buyer. Strategi ini bertujuan agar didapatkan informasi tentang mutu ikan

tuna hasil tangkapan nelayan secara akurat, sehingga team ahli bisa langsung

membantu dengan memberikan arahan tentang kesalahan-kesalahan yang selama ini

dilakukan nelayan. Adanya arahan-arahan tersebut, akan membuat nelayan lebih

berhati-hati dalam melakukan penanganan ikan tuna di atas kapal. Sebagaimana

dijelaskan oleh Ardansyah dan Wasilawati (2014) bahwa pengawasan merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu team atau perorangan dengan maksud

mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria norma standar

atau rencana-rencana yang ditetapkan dengan tujuan agar menjadi lebih baik.

Strategi kedua dari WT yaitu intervensi instansi terkait dalam penambahan dan

pengadaan alat bantu penanganan ikan tuna yang baik. Intervensi yang dimaksudkan

adalah campur tangan/bantuan dari instansi terkait dalam hal pengadaan alat bantu

penanganan yang baik pada nelayan hand line. Hal ini dilakukan dengan harapan

nelayan bisa menyadari bahwa betapa pentingnya menjaga mutu ikan hasil

tangkapan. Pengadaan alat bantu penanganan ini sangat penting karena mengingat

alat bantu penanganan yang dimiliki oleh nelayan hand line masih kurang baik. Salah

satu alat bantu yang sangat penting yaitu alat pengontrol suhu. DJPT (2014)

menyatakan bahwa kapal penangkap yang sekaligus menampung hasil tangkapan

lebih dari 24 jam, harus memiliki wadah yang terjaga kebersihannya serta melakukan

pengontrolan suhu, dimana suhu penyimpanan tidak bisa melebihi 0 oC setelah

16 jam. Selain itu alat bantu penanganan lainnya pun harus di gantikan dengan yang

lebih baik, agar penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan betul-betul

menjamin bahwa peralatan yang digunakan tidak menulari ikan tuna yang ditangani.

Kesimpulan

Keempat strategi (SO,ST,WO,WT) yang dihasilkan dengan analisis SWOT

tersebut baik untuk diterapkan pada nelayan hand line PPI Donggala. Hal ini

dikarenakan empat strategi tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas

penanganan ikan tuna hasil tangkapan. Meningkatnya kualitas penanganan hasil

tangkapan nelayan hand line, maka mutu ikan yang dihasilkan akan lebih baik.

Baiknya mutu dari hasil tangkapan nelayan akan meningkatkan pula nilai jualnya.

Page 51: 2015nkm

37

6 PEMBAHASAN UMUM

Produk perikanan merupakan salah satu jenis pangan yang perlu mendapat

perhatian terkait dengan keamanan pangan. Mengingat di satu sisi, Indonesia

merupakan negara maritim terbesar di Asia Tenggara sehingga sektor perikanan

memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Terutama dalam

penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan nelayan dan sumber devisa negara.

Perlunya perhatian pada produk perikanan ini juga karena mengingat ikan

merupakan salah produk pangan yang mudah mengalami penurunan mutu

(DJPT 2014). Salah satu contoh produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis dan

dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan serta pendapatan devisa negara

yaitu ikan tuna.

Ikan tuna tersebar dihampir seluruh perairan laut Indonesia. Salah satu perairan

laut Indonesia yang masih memiliki sumber daya ikan tuna tersebut yaitu WPP 713

Selat Makassar. Potensi sumber daya ikan tuna di WPP ini masih memiliki potensi

yang menjanjikan jika dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pemanfaatan yang

berkelanjutan ini salah satunya yaitu menggunakan alat tangkap yang ramah

lingkungan. Salah satu alat tangkap yang tergolong ramah lingkungan adalah alat

tangkap hand line.

Hand line merupakan alat tangkap yang sangat baik khsusnya untuk

menangkap ikan tuna. Hand line banyak digunakan oleh nelayan bagian timur

Indonesia. Salah satu contoh nelayan yang menggunakan alat tangkap hand line yaitu

nelayan PPI Donggala. Hasil tangkapan yang banyak dihasilkan oleh nelayan

tersebut yaitu ikan tuna jenis yellow fin dengan berat ± 40 kg. Hasil tangkapan

nelayan ini memiliki nilai jual yang rendah dikarenakan mutu yang kurang baik.

Penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal merupakan perlakuan terpenting

dalam menjaga mutu hasil tangkapan tersebut. Mutu ikan tidak dapat diperbaiki

tetapi hanya dapat dipertahankan. Kerusakan atau penurunan mutu ikan dapat

terjadi segera setelah ikan mengalami kematian. Mengingat pentingnya mutu ikan

maka perlu penanganan yang baik sejak ikan diangkat dari alat tangkap, selama

penyimpanan, dan pembongkarannya, sehingga ikan memiliki mutu yang baik

sampai ke tangan buyer atau konsumen. Baiknya mutu hasil tangkapan dapat

meningkatkan nilai jual dan kepercayaan buyer atau konsumen.

Hasil analisis diagram fishbone sistem penangkapan dan penanganan yang

dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala diperoleh empat masalah yang

menyebabkan mutu hasil tangkapan tersebut kurang baik. Empat belas (14) masalah

tersebut yaitu (1) keterampilan nelayan yang masih rendah; (2) pengetahuan tentang

mutu yang masih minim; (3) trip penangkapan yang kurang tepat; (4) lamanya proses

hauling; (5) cara mematikan ikan tuna yang masih kurang tepat; (6) penyiangan

insang dan isi perut yang kurang bersih; (7) tidak dilakukan pembuangan darah;

(8) pendinginan awal yang kurang tepat; (9) wadah penyimpanan yang kurang

terawat; (10) es yang digunakan kurang tepat sasarannya; (11) kayu pemukul yang

tidak efektif; (12) pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel; (13) suhu

penyimpanan tidak terkontrol; dan (14) adanya kontak langsung dengan sinar

matahari. Keempat belas permasalahan ini dapat teratasi dengan hanya melakukan

perbaikan terhadap beberapa faktor prioritas permasalahan yang dihadapi oleh

nelayan tersebut.

Page 52: 2015nkm

38

Hasil uji banding berpasangan, dari empat belas masalah tersebut dihasilkan

5 (lima) masalah prioritas. Lima masalah prioritas tersebut yaitu (1) pengetahuan

tentang mutu ikan tuna masih minim; (2) keterampilan menangani tuna masih kurang

baik; (3) cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat; (4) proses hauling yang yang

cukup lama; dan (5) suhu penyimpanan yang tidak terkontrol. Kelima masalah ini

merupakan inti masalah yang membutuhkan solusi atau perbaikan-perbaikan dengan

tujuan agar menjadi lebih baik.

Perbaikan dapat dilakukan dengan pembuatan strategi melalui pendekatan

SWOT. Hasil dari analisis SWOT yang telah dibahas pada bab sebelumnya

ditemukan empat strategi dalam mengatasi masalah yaitu kombinasi strategi SO, ST,

WO dan WT. Ke empat startegi baik untuk diterapkan, namun melihat posis sistem

penanganan nelayan hand line berada pada kuadran V (lima), maka kombinasi

strategi WO dan ST merupakan strategi yang sangat tepat diterapkan. Strategi WO

dapat dilakukan dengan cara yaitu (1) penyuluhan tentang mutu ikan; (2) pelatihan

penanganan ikan tuna yang baik; (3) penggunaan ring tuna saat dilakukan hauling;

dan (4) penggunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna. Kemudian strategi ST

itu sendiri dapat dilakukan dengan cara (1) pembuatan SOP penanganan yang baik;

serta (2) peningkatan kompetensi kerja.

Penyuluhan tentang mutu dan pelatihan penanganan ikan tuna yang baik sangat

membantu nelayan dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya. Jika

pengetahuan dan keterampilan nelayan meningkat, maka kecil kemungkinan untuk

melakukan kesalahan-kesalahan teknis dalam melakukan penanganan mutu di atas

kapal hand line. Penggunaan ring tuna bertujuan untuk menahan gerakan ikan agar

ikan tuna tidak kelelahan yang dapat memicu cepatnya terjadinya proses penurunan

mutu saat ikan mati, selain itu agar waktu yang digunakan saat hauling lebih efisien.

Pengunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna dengan menusuk tepat pada otak

ikan bertujuan agar ikan yang dimatikan langsung. Penggunaan kedua alat bantu

penanganan ini sangat membantu nelayan hand line PPI Donggala dalam menjaga

mutu hasil tangkapan, sehingga dengan demikian mutu ikan tuna yang dihasilkan

bisa bersaing di pasar global.

Hal lain yang perlu juga dilakukan dalam membantu nelayan meningkatkan

mutu hasil tangkapan yaitu pembuatan SOP penanganan yang baik dan peningkatan

kompetesni kerja. Tujuan dari pembuatan SOP ini agar memudahkan nelayan

melakukan poroses penanganan ikan tuna yang sesuai dengan standar yang berlaku,

sedangkan peningkatan kompetensi kerja ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan

kemampuan kerja nelayan secara khusus dalam penangan mutu hasil tangkapan.

Berhasilnya strategi sistem penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan

hand line PPI Donggala perlu kerja sama yang antara nelayan dan instansi terkait,

dalam hal ini adalah Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah.

Sebagaimana diketahui bahwa suatu sistem tidak akan bisa berjalan dengan efektif

tanpa ada kesatuan prinsip di dalamnya sehingga terbentuk kerja sama yang baik

antara pelaku-pelaku sistem.

Page 53: 2015nkm

39

7 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penanganan hasil tangkapan di kapal merupakan proses yang sangat penting

dari seluruh proses perjalanan ikan sampai ke konsumen. Hal ini dikarenakan

penanganan hasil tangkapan diatas kapal tersebut merupakan proses awal yang

menjadi penentu baik tidaknya mutu ikan tersebut.

Nelayan hand line PPI Donggala merupakan nelayan yang banyak menangkap

ikan tuna jenis yellow fin dibandingkan dengan beberapa nelayan yang menggunakan

alat tangkap lain yang ada di PPI tersebut. Hasil tangkapan ini memiliki mutu yang

kurang baik, dikarenakan penanganan yang dilakukan hanya berdasarkan atas

pengalaman. Selain itu alat bantu penanganan yang masih kurang tepat serta tidak

lengkap.

Mengatasi keseluruhan masalah yang dihadapi oleh nelayan hand line tersebut,

langkah penanggulangan yang paling tepat untuk dilakukan yaitu menggunakan hasil

kombinasi strategi WO dan ST yaitu peningkatan keterampilan dan pengetahuan

nelayan. Karena jika keterampilan dan pengetahuan nelayan baik, maka nelayan akan

memahami bagaimana proses penanganan yang baik sehingga kesegaran hasil

tangkapan dapat dipertahankan sampai ke tangan konsumen, pembuatan SOP

penanganan yang baik serta peningkatan kompetensi kerja dan penambahan alat

bantu penanganan seperti ring tuna dan killing spike. Penggunaan ring tuna sangat

membantu untuk menahan gerakan ikan tuna saat hauling sehingga ikan tuna tidak

kelelahan yang dapat memicu cepatnya terjadi proses penurunan mutu, selain itu

dapat mengefisienkan waktu hauling. Terakhir yaitu penggunaan killing spike untuk

mematikan ikan tuna. Proses mematikan ikan dengan cara menggunakan killing spike

jauh lebih efektif daripada kayu pemukul seperti yang digunakan nelayan hand line

selama ini. Hal ini dikarenakan saat menggunakan killing spike untuk mematikan

ikan dengan menusuk tepat pada otak ikan, ikan tuna tersebut langsung mati

sehingga mutu ikan dapat dipertahankan.

Saran

Saran yang dapat disampaikan terkait dengan „„Analisis Permasalahan

Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan

Ikan Donggala)” adalah sebagai berikut:

1. Penelitian lanjutan tentang kandungan bakteri patogen pada hasil tangkapan

nelayan hand line PPI Donggala.

2. Penelitian lain mengenai supply chain serta pengembangan perikanan tuna

nelayan hand line PPI Donggala. Hal ini bertujuan agar dapat di ketahui

permasalahan lain yang mempengaruhi harga jual hasil tangkapan nelayan hand

line PPI Donggala.

3. Mencontoh perikanan tuna hand line di Bandarneira, karena nelayan disana

mempunyai SOP yang baku sehingga mutu tuna hasil tangkapannya mencapai

mutu tuna segar untuk sashimi yang diekspor ke Jepang dengan harga yang tinggi.

Page 54: 2015nkm

40

DAFTAR PUSTAKA

Ardansyah, Wasilawati. 2014. Pengawasan kerja, dan kinerja pegawai Badan Pusat

Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal JMK (16)2:153-162.

[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2009. Profil Potensi Investasi

Provinsi Sulawesi Tengah. Palu (ID): BKPM.

[BBPPI] Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. 2014. Seri Alat Tangkap

Ikan, Kontruksi, dan Keunggulan Bubuh Kubah. Semarang (ID): BBPPI.

David FR. 2003. Strategic Management, Concepts and Cases, 10th

edition. New

Jersey: Pearson Education Inc. P:110-151.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. Pedoman Pemantauan dan Pembinaan

Revitalisasi Perikanan Tuna. Palu (ID): DKP.

[DJPT] Direktorat Jendral Perikanan Perikanan Tangkap. 2014. Jaminan Mutu dan

Keamanan Pangan di Kapal Perikanan. Jakarta (ID): DJPT.

[DJPT] Direktorat Jendral Perikanan Perikanan Tangkap. 2014. Tata Kelola Yang

Baik Pada Sektor Perikanan dan Kelautan. Jakarta (ID): DJPT.

Ferdinand F, Maulina I, Rosidah. 2012. Analisis permintaan ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus) konsumsi di Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.

Jurnal Perikanan dan Kelautan (3)4:93-98.

Gaspersz V. 1997. Penerapan Konsep VINCENT dalam Manajemen Bisnis Total.

Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Gram L, Dalgaard P. 2002. Fish spoilage bacteria-problems and solutions. Journal

Current Opinion in Biotechnology University of Denmark (13)3:262-266.

Howara D dan Laapo A. 2008. Analisis determinasi usaha perikanan tangkap nelayan

di Kabupaten Tojo Unauna. Jurnal Agroland Universitas Tadulako

(15)4:302-308.

Hastrini R, Rosyid D, Putut H. 2013. Ananalisis penanganan (handling) hasil

tangkapan kapal purse seine yang didaratkan di pelabuhan perikanan pantai

Baomulyo Kabupaten Pati. Journal of Fisheries Resources Utilization

Management and Technology Universitas Diponegoro (2)3:1-10.

Huda MA, Baheramsyah A, Cahyono B. 2013. Desain sistem pendingin ruang muat

kapal ikan tradisional dengan menggunakan campuran es kering dan cold ice

yang berbahan dasar Propylene glycol. Jurnal Teknik Pomits (2)1:2301-9271.

Hubeis AVS. 2007. Motivasi, kepuasan kerja dan produktivitas penyuluhan pertanian

lapangan di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penyuluhan Institut Pertanian Bogor

(3)2:90-99.

Junais, Brasit N, Latief R. 2014. Kajian strategi pengawasan dan pengedalian mutu

produk ebi furay PT. Bogatama Marinusa. Journal of Fisheries Resources

Utilization Management and Technology Universitas Diponegoro (2)5:15-20.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 52 Tahun 2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan pada proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

Jakarta (ID): KKP.

Kantun W, Mallawa A, Rapi NL. 2014. Struktur ukuran dan jumlah tangkapan tuna

Madidihang Thunnus albacares menurut waktu penangkapan dan kedalaman

di perairan Majene Selat Makassar. Jurnal Saintek Perikanan Universitas

Hasanuddin Makassar (9)2:39-48.

Page 55: 2015nkm

41

Lintang CJ, Labaro IL, Teller ATL. 2012. Kajian musim penangkapan ikan tuna

dengan alat tangkap hand line di Laut Maluku. Jurnal Ilmu dan Teknologi

Perikanan Tangkap Universitas Samratulangi (1)1:6-9.

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Maulana H, Afrianto E, Rustikawati I. 2012. Analisis bahaya dan penentuan titik

pengendalian kritis pada penanganan tuna segar utuh di PT. Bali Ocean

Anugrah Linger Indonesia Benoa-Bali. Jurnal Perikanan dan Kelautan

Indonesia Universitas Padjajaran (3)4:1-5.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Grasindo.

Mulyadi D, Muslihat A, Priyanto A. 2012. Analisis strategi pemasaran jasa lembaga

pembiayaan non bank pada PT Multiartha Karawang. Jurnal Manajemen

(9)2:1-9.

Nurani TW. 2010. Model Pengelolaan Perikanan Suatu Kajian Pendekatan Sistem.

Bogor (ID): Departemen PSP-FPIK IPB.

Nurani TW, Astarini JE, Nareswari M. 2011. Sistem penyediaan dan pengendalian

kualitas produk ikan segar di Hypermarket. Jurnal Pengelolaan Hasil

Perikanan Indonesia Institut Pertanian Bogor (14)1:56-62.

Olodosu, Ajayai RN, George FOA, Obasa SO, Bankole MO. 2011. Bacterial load,

composition and succession in the African catfish, Clarias gariepinus held at

ambient temperatures. Journal Researcher University Ota Ogun State Nigeria

(3)7:67-73.

Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisni-Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID):

Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):

Gramedia Pustaka Utama.

Reo AR. 2010. Pengaruh beberapa cara kematian ikan terhadap mutu ikan kakap

(Lutjanus sp.) Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis (6)3:145-148.

Sondang P. 2003. Manajemen Strategi. Jakarta (ID): PT Bumi Askara.

Saaty TL, Peniwati K, Shang JS. 2004. The analytic hierarchy process and human

resource allocation: half the story. Jurnal Mathematical and Computer

Modelling (41)1:22-37.

Satria B, Isya M, Sugianto. 2012. Studi alternatif lokasi lahan terminal bus Kota

Sabang. Jurnal Teknik Sipil (1)1:121-133.

Sani. 2012. Standar operasional prosedur (SOP) pelayanan perizinan mendirikan

bangunan (IMB) di Kota Pontianak. Jurnal EKSOS (8)3:156-163.

Surti T, Ari W. 2013. Kajian Terhadap Indeks Kesegaran Secara Kimiawi pada Ikan

Berdaging Merah dan Berdaging Putih. Semarang (ID): UNDIP.

Taher N. 2010. Penilaian mutu organoleptik ikan mujair (Tilapia mossambica) segar

dengan ukuran yang berbeda selama penyimpanan dingin. Jurnal Kelautan dan

Perikanan Universitas Manado (6)1:8-12.

Winarno FG, Surono. (2004). GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik.

Bogor (ID): M-BRIO PRESS.

[WWF] World Wide Fund for Nature. 2011. Panduan Perikanan Skala Kecil

Penangkapan dan Penangnan Tuna. Jakarta (ID): WWF-Indonesia.

Page 56: 2015nkm

42

Zhang L, Li X, Lu W, Shen H, Luo Y. 2011. Quality predictive models of grass carp

(Ctenopharyngodon idellus) at different temperatures during storage. Journal

Food Control (22)8:1197-1202.

Zuana CI, Swasto B, Susilo H. 2014. Pengaruh pelatihan kerja dan lingkungan kerja

karyawan terhadap prestasi kerja karyawan (Studi pada Karyawan PT

Jamsostek (Persero). Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang

(7)1:1-9.

Page 57: 2015nkm

43

LAMPIRAN

Page 58: 2015nkm

44

Lampiran 1 Fasilitas penunjang PPI Donggala

Dermaga PPI Donggala

Area pendaratan ikan

Tempat pelelangan ikan

Tempat pembeli/penampung ikan

Pabrik es

SPDN Solar

Page 59: 2015nkm

45

Lampiran 2 Data kapal hand line nelayan PPI Donggala

No Nama Kapal Jenis Alat Tangkap Nama Pemilik GT

1 Elmy Hand line H. Amrullah 11

2 Jabal Nur Hand line Mahmud 5

3 Sumber Bangunan Hand line Ambo Ridwan 5

4 Setia Amal Hand line M. Daming 5

5 Nurul Himah Hand line H. Rahmatullah 5

6 Rahmat Ilahi Hand line Abd. Kadir 5

7 Putra Donggala 01 Hand line Aminuddin H. Arsyad 10

8 Pelita Mandar Hand line Bugisman 5

9 Citra Bahari Hand line Aswad 8

10 Cakalang 01 Hand line Aminuddin Y 12

11 Rua Piolo Hand line Nasri Cilo 5

12 Sumber Nelayan Hand line Iskandar 4

13 Pembuka Rahmat Hand line Aris 6

14 Nur Masita Hand line Budi 5

15 Rizki Bahari Hand line Niluh Asih Febriani, SE 6

16 Rahmat Ilahi 02 Hand line Abd. Rahim 12

17 Sumber Laut 02 Hand line H. Idris Umar 5

18 Pammase Puang Hand line Anto 5

19 Bukit Arafah Hand line Salama 4

20 Cahaya Buana Hand line Salim 5

21 Cakalang 05 Hand line M. Malaka Wijaya 12

22 Citra Abadi Hand line Majid 4

23 Seta Wanda Hand line Sahabuddin 5

24 Suka Damai Hand line Jafri 5

25 Rusma Indah Hand line Saimuddin 6

26 Miftahul hair Hand line Jamaluddin 7

27 Hajratul Aswad Hand line Abd. Kadir 5

28 Riziq Hand line Rusdin Lalandu 10

29 Sumber Hasil 2 Hand line Mulyadi AS Siratang 5

30 Lapan-Lapan Hand line Jumain 5

31 Cahaya Alam Hand line Kasman 5

32 Cici Umrah Hand line Salman 5

33 Cahaya Indah Hand line M.Ibrahim 4

34 Cahaya Nur Hand line H. Muh. Saleh 5

35 Nurul Hand line Muh. Dinar 7

36 Cahya Akbar Hand line Zainuddin 5

37 Cahaya Rahma Hand line Basri 4

38 Doa Restu Hand line Samsul 5

39 Rasmal Hand line Amiruddin 5

40 Titipan Ilahi Hand line Sahil 8

41 Cahaya Abadi 03 Hand line Lukman 7

42 Arrahman Hand line Basri 5

43 Nurul Taqwa Hand line Abd. Rahman 6

44 Harapan Baru Hand line Suaib 7

45 Sumber Rezeki Hand line Sahlan 5

46 Sinar mutiara Hand line Muh. Arif 6

47 Jabal Rahma Hand line Baharuddin 5

48 Cahya Surga Hand line Bahtiar 5

49 Cahya Baru Hand line Muis 4

50 Nur Garinsan Hand line Taslin 7

51 Cari Sahabat Hand line Ismail 5

52 Lulual Marjan Hand line Kabuddin 5

53 Rembulan Hand line Rahimin 7

54 Cahaya Rizki Hand line Sofyan 5

Page 60: 2015nkm

46

55

Gua Hira

Hand line

Rambo

5

56 Setia Amal Hand line Daming 5

57 Maspol Hand line Ahmadi 4

58 Nur Hidayatullah Hand line Karuddin 6

59 Jaba Rahma Hand line Baharuddin 5

60 Cahaya Rizki Hand line Sofyan Ambo 5

61 Amanat Hand line Taufik 5

62 Pelita Mila Hand line Hasbullah 5

63 Rahmat Hand line Tahir 7

64 Lidya Hand line Benny B. Laggaligo 5

6 Cinta Arafah Hand line Saenul 4

65 Hasriadi Hand line Sidi 4

66 Bura Mandar 2 Hand line Busman 5

67 Cahaya Rahma Hand line Basri 5

68 Bura Mandar 1 Hand line Mustar 5

69 Emas Selatan Hand line Rahman 4

70 Cahaya Indah Hand line Rustam 4

71 Cahaya Inadah 2 Hand line Abd. Rajab 4

72 Titipan Ilahi Hand line Sahil 5

73 Terbit Terang Hand line Rahman 5

74 Kurnia Ilahi Hand line Herman 5

75 Pelita Mandar 01 Hand line Saharudding 4

76 Pelita Alam Hand line Ruslan 6

77 JP SPN Tunnaja 13 Hand line Rahim 5

78 Cahay Mulia Hand line Muh. Yunus 6

79 Darma Indah Hand line Hammadong 4

80 Merpati Hand line Anda 4

81 Purnama 01 Hand line Ku‟ding 5

82 Juru Alam Hand line Alimin 5

83 Anugrah Hand line Lepong 6

84 Sipakainga Hand line Muh. Yusuf 5

85 Bina Bahari Hand line Hamran 6

86 Nur Alahissalam Hand line Ruslan 6

87 Purnama 02 Hand line Suddin 4

88 Sartika Hand line Kaco Musa 4

89 Buana 02 Hand line Syamsuddin 7

90 Nurul Taqwa Hand line Abd. Rahman 4

91 Raoda 1 Hand line Gustiawan 6

92 Nur Hidayatullah Hand line Nurdin 6

93 Jawahir Bihar Hand line Sirajuddin 5

94 Cahaya Nur Hand line Rahmadi 4

95 Gajah Mada Hand line Yahya Saeni 4

96 Setia Damai Hand line Anwar 5

97 Cahaya Torman Hand line Ra‟as H. Siarah L 8

98 Mega Buana 5 Hand line Amiluddin M 7

99 Adinda 1 Hand line Ahmad H. Sarinah 8

100 Sipatuo 01 Hand line Baharullah 5

101 Ega Buanan 3 Hand line Amiluddin M 8

102 Karya Remaja Payang Makkawaru 5

103 Sisa 1 Payang Hafid 4

No Nama Kapal Jenis Alat Tangkap Nama Pemilik GT

Lampiran data kapal hand line nelayan PPI Donggala (lanjutan)

Page 61: 2015nkm

47

No Nama Kapal Jenis Alat Tangkap Nama Pemilik GT

104 Mega Buana 02 Payang Baharullah 7

105 Cahaya Madinah Purse seine Marwan H. Arsyad 8

106 Putra JP Purse seine Jufri 8

107 Sirip Biru Purse seine SMKN 1 Banawa 24

108 Fatimah Purse seine Sony 7

109 Galaxi Purse seine Sony 7

110 Cakalang 02 Purse seine Nurdin 11

111 Adinda 02 Purse seine Ahmad H. Sarinah 7

112 Inka Mina 220 Purse seine Marwan H. Arsyad 30

113 Selebes Purse seine Astun H. Arsyad 6

114 Sinar Bahari Purse seine Michael Sunarso 7

115 Sipatuo 01 Purse seine Baharullah 7

116 Sinar Harapan Purse seine Hendrik 7

117 Bintang Harapan Purse seine H. Muslimuin 7

118 Dini Mandiri Purse seine Syaidiman 7

119 Palu Jaya Purse seine PT. Palu Jaya Utama 26

120 Masita Purse seine Arifin 6

121 Bintang Remaja Purse seine H. Muslimuin 6

122 Putra Dongala 03 Purse seine Aminuddin H. Arsyad 8

123 Putra Donggala 05 Purse seine Aminuddin H. Arsyad 8

124 Mitra Abadi Purse seine Abd. Rahim 6

125 Mitra Donggala Purse seine Abd. Rahim 7

126 Cipta Karya Purse seine Hendra H. Zainuddin 7

127 Samudra Purse seine Rauf 6

128 Damai Purse seine Sonny 6

129 UD. Nur Purse seine Abdullah P. Usman 7

130 Bintang Selatan Purse seine Agus Chandra 4

131 Pammase Purse seine Abd. Samad 4

132 UD. Nur 02 Purse seine Abdullah P. Usman 7

133 Fajar Alam Purse seine Effendi 7

134 Alam Raya Purse seine Effendi 29

135 Banawa 01 Purse seine Mansur Lengge 7

136 Mitra Abadi Purse seine Abd. Rahim 7

Lampiran data kapal hand line nelayan PPI Donggala (lanjutan)

Page 62: 2015nkm

48

Lampiran 3 Analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi nelayan

hand line PPI Donggala

Tahap 1. Pembuatan matriks (penentuan prioritas/nilai VA)

Matriks Dinormalisasi VP

0,032 0,012 0,052 0,043 0,029 0,024 0,035 0,075 0,026 0,026 0,059 0,056 0,020 0,048 0,04

0,223 0,086 0,052 0,109 0,087 0,122 0,105 0,125 0,079 0,079 0,059 0,056 0,061 0,113 0,10

0,096 0,257 0,156 0,109 0,174 0,098 0,174 0,075 0,237 0,237 0,078 0,093 0,303 0,129 0,16

0,160 0,171 0,313 0,217 0,261 0,122 0,174 0,075 0,237 0,237 0,098 0,130 0,303 0,129 0,19

0,096 0,086 0,078 0,072 0,087 0,122 0,105 0,125 0,079 0,079 0,137 0,130 0,061 0,113 0,10

0,032 0,017 0,039 0,043 0,017 0,024 0,012 0,025 0,016 0,016 0,059 0,056 0,012 0,048 0,03

0,032 0,029 0,031 0,043 0,029 0,073 0,035 0,075 0,026 0,026 0,059 0,056 0,020 0,048 0,04

0,011 0,017 0,052 0,072 0,017 0,024 0,012 0,025 0,016 0,016 0,059 0,056 0,012 0,048 0,03

0,096 0,086 0,052 0,072 0,087 0,122 0,105 0,125 0,079 0,079 0,098 0,093 0,061 0,081 0,09

0,096 0,086 0,052 0,072 0,087 0,122 0,105 0,125 0,079 0,079 0,098 0,093 0,061 0,081 0,09

0,011 0,029 0,039 0,043 0,012 0,008 0,012 0,008 0,016 0,016 0,020 0,019 0,009 0,016 0,02

0,011 0,029 0,031 0,031 0,012 0,008 0,012 0,008 0,016 0,016 0,020 0,019 0,009 0,016 0,02

0,096 0,086 0,031 0,043 0,087 0,122 0,105 0,125 0,079 0,079 0,137 0,130 0,061 0,113 0,09

0,011 0,012 0,020 0,027 0,012 0,008 0,012 0,008 0,016 0,016 0,020 0,019 0,009 0,016 0,01

1,000

(n) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 1 1/7 1/3 1/5 1/3 1 1 3 1/3 1/3 3 3 1/3 3

2 7 1 1/3 1/2 1 5 3 5 1 1 3 3 1 7

3 3 3 1 1/2 2 4 5 3 3 3 4 5 5 8

4 5 2 2 1 3 5 5 3 3 3 5 7 5 8

5 3 1 1/2 1/3 1 5 3 5 1 1 7 7 1 7

6 1 1/5 1/4 1/5 1/5 1 1/3 1 1/5 1/5 3 3 1/5 3

7 1 1/3 1/5 1/5 1/3 3 1 3 1/3 1/3 3 3 1/3 3

8 1/3 1/5 1/3 1/3 1/5 1 1/3 1 1/5 1/5 3 3 1/5 3

9 3 1 1/3 1/3 1 5 3 5 1 1 5 5 1 5

10 3 1 1/3 1/3 1 5 3 5 1 1 5 5 1 5

11 1/3 1/3 1/4 1/5 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

12 1/3 1/3 1/5 1/7 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

13 3 1 1/5 1/5 1 5 3 5 1 1 7 7 1 7

14 1/3 1/7 1/8 1/8 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

Total 31,33 11,69 6,39 4,60 11,50 41,00 28,67 40,00 12,67 12,67 51,00 54,00 16,50 62,00

Page 63: 2015nkm

49

Tahap 2 Menghitung nilai VA

Permasalahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

0,04 0,10 0,16 0,19 0,10 0,03 0,04 0,03 0,09 0,09 0,02 0,02 0,09 0,01

1 1 1/7 1/3 1/5 1/3 1 1 3 1/3 1/3 3 3 1/3 3

2 7 1 1/3 1/2 1 5 3 5 1 1 3 3 1 7

3 3 3 1 1/2 2 4 5 3 3 3 4 5 5 8

4 5 2 2 1 3 5 5 3 3 3 5 7 5 8

5 3 1 1/2 1/3 1 5 3 5 1 1 7 7 1 7

6 1 1/5 1/4 1/5 1/5 1 1/3 1 1/5 1/5 3 3 1/5 3

7 1 1/3 1/5 1/5 1/3 3 1 3 1/3 1/3 3 3 1/3 3

8 1/3 1/5 1/3 1/3 1/5 1 1/3 1 1/5 1/5 3 3 1/5 3

9 3 1 1/3 1/3 1 5 3 5 1 1 5 5 1 5

10 3 1 1/3 1/3 1 5 3 5 1 1 5 5 1 5

11 1/3 1/3 1/4 1/5 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

12 1/3 1/3 1/5 1/7 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

13 3 1 1/5 1/5 1 5 3 5 1 1 7 7 1 7

14 1/3 1/7 1/8 1/8 1/7 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5 1 1 1/7 1

Keterangan :

No

VP

1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari) 1 0,0385 (0,04)

2: proses hauling yang yang cukup lama

2 0,0967 (0,10)

3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik 3 0,1582 (0,16)

4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim 4 0,1876 (0,19)

5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat

5 0,0978 (0,10)

6: penyiangan insang dan isi perut masih kurang tepat 6 0,0297 (0,03)

7: tidak melakukan pembuangan darah

7 0,0416 (0,04)

8: pendinginan awal kurang tepat

8 0,0312 (0,03)

9: wadah penyimpanan yang kurang terawat

9 0,0882 (0,09)

10: es yang digunakan kurang tepat

10 0,0882 (0,09)

11: pisau yang terlihat karatan

11 0,0183 (0,02)

12: kayu pemukul masih kurang tepat

12 0,0169 (0,02)

13: suhu penyimpanan tidak terkontrol

13 0,0924 (0,09)

14: adanya kontak langsung dengan sinar matahari 14 0,0146 (0,01)

Lampiran analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi

nelayan hand line PPI Donggala (lanjutan)

Page 64: 2015nkm

50

aij x VP

VA

0,04 0,01 0,05 0,04 0,03 0,03 0,04 0,09 0,03 0,03 0,06 0,05 0,03 0,04 0,58

0,27 0,10 0,05 0,09 0,10 0,15 0,12 0,16 0,09 0,09 0,06 0,05 0,09 0,10 1,52

0,12 0,29 0,16 0,09 0,20 0,12 0,21 0,09 0,26 0,26 0,07 0,08 0,46 0,12 2,54

0,19 0,19 0,32 0,19 0,29 0,15 0,21 0,09 0,26 0,26 0,09 0,12 0,46 0,12 2,95

0,12 0,10 0,08 0,06 0,10 0,15 0,12 0,16 0,09 0,09 0,13 0,12 0,09 0,10 1,50

0,04 0,02 0,04 0,04 0,02 0,03 0,01 0,03 0,02 0,02 0,06 0,05 0,02 0,04 0,43

0,04 0,03 0,03 0,04 0,03 0,09 0,04 0,09 0,03 0,03 0,06 0,05 0,03 0,04 0,64

0,01 0,02 0,05 0,06 0,02 0,03 0,01 0,03 0,02 0,02 0,06 0,05 0,02 0,04 0,45

0,12 0,10 0,05 0,06 0,10 0,15 0,12 0,16 0,09 0,09 0,09 0,08 0,09 0,07 1,37

0,12 0,10 0,05 0,06 0,10 0,15 0,12 0,16 0,09 0,09 0,09 0,08 0,09 0,07 1,37

0,01 0,03 0,04 0,04 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,27

0,01 0,03 0,03 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,25

0,12 0,10 0,03 0,04 0,10 0,15 0,12 0,16 0,09 0,09 0,13 0,12 0,09 0,10 1,43

0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,22

Tahap 3 menghitung nilai VB

VA

VP

VB

1 0,58

:

0,04

15,06

2 1,52 0,10

15,68

3 2,54 0,16

16,05

4 2,95 0,19

15,73

5 1,50 0,10

15,33

6 0,43 0,03

14,54

7 0,64 0,04

15,28

8 0,45 0,03

14,25

9 1,37 0,09

15,57

10 1,37 0,09

15,57

11 0,27 0,02 = 14,65

12 0,25 0,02

14,80

13 1,43 0,09

15,45

14 0,22 0,01

14,80

(4) Menghitung lamda maks (αmax) = rata2 dari sum VB

(5) Menghitung Indeks Konsistensi = (αmax - n)/(n-1)

(6) Menghitung Konsistensi Rasio = CI/RI (tergantung jumlah n)

Cl = 0,921

λmax = 15,1976

CR = 0,0587 *syarat konsisten <10 %

Hasil perhitungan diperoleh nilai CR sama dengan 0,587 (5,87%)

berarti bahwa penilaian yang dilakukan pada contoh

matriks banding berpasang adalah konsisten

Lampiran analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi nelayan hand line

PPI Donggala (lanjutan)

Page 65: 2015nkm

51

Lampiran 4 Ilustrasi cara mematikan ikan tuna yang dilakukan oleh

nelayan PPI Donggala

Lampiran 5 Wadah penyimpanan ikan tuna di kapal utama nelayan

hand line PPI Donggala

Lampiran 6 Es balok yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala

Page 66: 2015nkm

52

Lampiran 7 Pisau yang digunakan oleh nelayan hand line saat menyiangi

insang dan isi perut ikan tuna

Lampiran 8 Kayu pemukul yang digunakan oleh nelayan hand line

PPI Donggala

Lampiran 9 Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan saat tiba di pangkalan

yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala

Page 67: 2015nkm

53

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Lala Kecamatan Bangkurung

Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah pada

tanggal 13 Juni 1987. Penulis adalah anak dari Bapak Kandar

Mboto dan Ibu Luin Lift Daliman dan merupakan anak

terakhir dari lima bersaudara. Penulis lulus SDN 1 Lantibung

pada tahun 1999, melanjutkan sekolah di SLTP Sawerigading

Lantibung dan lulus tahun 2003. Pendidikan SMA di tempuh

pada tahun 2003 dan selesai tahun 2005 di Sekolah Usaha

Perikanan Menengah (SUPM) Banggai jurusan nautika

pelayaran. Lulus S1 pada 2010 di Sekolah Tinggi Perikanan

dan Kelautan Palu, dengan jurusan Teknologi Hasil Perikanan. Kesempatan untuk

melanjutkan studi S2 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh

pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikannya di Program Studi Teknologi

Perikanan Laut dengan minat Kebijakan dan Manajemen Perikanan, Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB. Beasiswa pendidikan pascarsarjana

diperoleh melalui Drektorat Jendral Pendidikan Perguruan Tinggi (DIKTI) selama 2

tahun.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains, penulis

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di

Atas Kapal Hand Line PPI Donggala”. Penelitian yang dilakukan oleh penulis

tersebut dibimbing oleh Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi

dan Dr. Mustaruddin, STP. Penulis juga telah menuliskan sebuah artikel berjudul

“Strategi Sistem Penanganan Ikan Tuna Segar Yang Baik Di Kapal Nelayan Hand

Line PPI Donggala” diterbitkan pada Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan edisi

November Volume 5 No. 2 tahun 2014. Karya ilmiah tersebut merupkan bagian dari

program S-2 penulis.