130517877 52825603 Makalah Hipertensi Preeklamsi Eklamsi Dan Hipertensi Esensial
201122542 case-hipertensi
-
Upload
homeworkping4 -
Category
Education
-
view
319 -
download
0
Transcript of 201122542 case-hipertensi
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Hipertensi atau yang dikenal awam sebagai tekanan darah tinggi merupakan masalah
kesehatan yang masih menetap sampai saat ini, dikarenakan peningkatan prevalensinya, dan
masih banyak penderita yang belum mendapatkan pengobatan maupun yang sudah diobati
tetapi belum mencapai target. Selain itu, hipertensi disertai penyakit penyerta dan komplikasi
yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas.
1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial, atau disebut juga hipertensi primer. Menurut The Seventh Report of The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 sesuai tabel berikut.
1.2 Epidemiologi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol
dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan
setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak
dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan
penyakit yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui
hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi
makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia
mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita
hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.
Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan
peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara
keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas
menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
2
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala
atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang
merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi
esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem
renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab
spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.
1.4 Faktor Risiko Hipertensi
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas.
Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :
a. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar
untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara
3
signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65
tahun dan laki – laki dibawah 55 tahun.
b. Usia
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia
seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding
pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi
terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki – laki
lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin
bertambahnya usia.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah.
Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara
umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan
risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya
pengaruh hormon.
d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.
Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah.
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut
jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah,
aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.
e. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan
hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan
berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada
4
penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena
hipertensi. Tergantung pada masing – masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas
nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan
berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
f. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan
dibuktikan bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi
hipertensi.
g. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan
aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan
mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap
hari membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.
h. Asupan
1) Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum
normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan
cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan
dalam transfusi saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler
dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air
menembus membran semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak
berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan
5
zat – zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat terlarut yang tidak dapat
menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi
membran. Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi
terutama di usus halus.
Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama – tama tergantung pada
perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume
cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan.
Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan
sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.
Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal,
disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup
untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya
mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin
ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah
menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na
dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif
terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi
atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi
asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium
lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan
meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas.
Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika
asupan garam ditambah.
2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium
adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
6
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan
sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium.
Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga
penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan
volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga
dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang
mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi
dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah
dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot
halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint
national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium
dan tekanan darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi
magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena
adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi
magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.
4) Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan
hipertensi tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari
(untuk total asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap
tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk
mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan
asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi.
Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000 mg per hari.
1.5 Patogenesis
7
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control jangka pendek)
dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab
hipertensi melibatkan perubahan – perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular
perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer
normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan
norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol
sehingga resistensi perifer meningkat.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex
autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang
normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler
yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium
awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan
kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan
darah yang menetap.
1.6 Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul
dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya
bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah
epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan
kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi
dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.
8
1.7 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dan evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi :
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat
analgesik dan bahan lain
c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, dan palpitasi
d. Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor risiko
a. Riwayat hipertensi atau penyakit kardiovaskuler pada pasien atau keluarga
pasien
b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c. Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
d. Kebiasaan merokok
e. Pola makan
f. Kegemukan, intensitas olahraga
g. Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, TIA, defisit
sensorik dan motorik
b. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, kaki bengkak
c. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria
d. Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiteb
5. Pengobatan hipertensi sebelumnya
6. Faktor pribadi, keluarga dan lingkungan
Pemeriksaan fisik selain pemeriksaan tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya
penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.
9
Pengukuran tekanan darah mencakup pengukuran rutin di kamar periksa, pengukuran 24 jam
( Ambulatory Blood Pressure Monitoring- ABPM).
Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi terdiri dari :
- Tes darah rutin
- Glukosa darah (sebaiknya puasa)
- Kolesterol total serum
- Kolesterol LDL dan HDL serum
- Asam urat serum
- Kreatinin serum
- Kalium serum
- Hemoglobin dan hematokrit
- Urinalisis (uji carik celup dan sedimen urin)
- Elektrokardiogram
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan
organ target dapat dilakukan secara rutin, sedangkan pemeriksaan lainnya hanya dilakukan
bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk
mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :
1. Jantung : pemeriksaan fisik, foto polos dada, EKG, dan ekokardiografi)
2. Pembuluh darah : pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure, USG
karotis, fungsi endotel
3. Otak : pemeriksaan neurologis, CT Scan atau MRI
4. Mata : funduskopi
5. Fungsi ginjal : protein urin, LFG
JNC 7 menyatakan bahwa tes yang lebih mendalam untuk mencari penyebab
hipertensi tidak dianjurkan kecuali jika dengan terapi memadai tekanan darah tidak tercapai.
1.8 Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi menurut JNC 7 mengacu kepada klasifikasinya, sehingga
dapat disimpulkan dalam tabel berikut.
10
JNC 7 juga mengemukakan suatu algoritma sederhana untuk tatalaksana hipertensi
yang terlihat dalam gambar berikut.
11
a. Penatalaksanaan farmakologis
1) Diuretik. Obat golongan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui urin.
Dengan begitu kerja jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretic adalah
hidroklortiazid (HCT) dan furosemide.
2) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan
pembuluh darah sehingga kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah
captopril, dan lisinopril.
3) Antagonis reseptor angiotensin II. Bekerja dengan cara yang sama dengan
penghambat ACE. Contohnya, losartan dan irbesartan.
4) Beta bloker. Bekerja dengan cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah
menjadi turun. Contohnya propanolol.
12
5) Antagonis kalsium. Bekerja dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan
menghambat kontraksi jantung. Contohnya nifedipin.
Kombinasi obat anti hipertensi dapat digambarkan dalam skema berikut.
b. Penatalaksanaan non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap
penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi
dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet:
Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal.
Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,
kolesterol dalam darah.
Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
Untuk modifikasi gaya hidup, JNC 7 mengemukakan panduan sebagai berikut.
13
Sedangkan prinsip diet penatalaksanaan hipertensi :
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam
daftar diet
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat
menggunakan garam lain diluar natrium.
1.8 Preventif
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :
o Memeriksa tekanan darah secara teratur
o Menjaga berat badan dalam rentang normal
o Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat,rendah
lemak dan mengurangi garam.
o Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
14
o Berolahraga secara teratur
o Hidup secara teratur
o Mengurangi stress dan emosi
o Mengurangi makanan berlemak
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudaru H.Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV
revisi. 2007. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, p 599-603
2. JNC 7 Express. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2003.
3. Reference Card of JNC 7. US Department of Health and Human Services. 2003
4. Davey P. Hipertensi dalam At A Glance Medicine. 2006. Jakarta. Erlangga. P 138-9
16
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur :
b. Pekerjaan/pendidikan :
c. Alamat :
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan :
b. Jumlah Anak :
c. Status Ekonomi Keluarga : Kurang, pasien tinggal bersama anak bungsunya yang
sehari-hari berjualan di pasar
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah semi permanen dan perkarangan sempit
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah di angkut petugas
- Jumlah penghuni 5 orang, pasien, 1 orang anak, 1orang menantu dan 2 orang cucu
- Kesan : higiene dan sanitasi baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Pasien tinggal bersama anak bungsunya, seorang menantu dan 2 orang cucu
- Hubungan dengan keluarga baik
17
- Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Riwayat hipertensi pada keluarga tidak diketahui pasien, karena keluarganya jarang
memeriksakan tekanan darah
- Riwayat diabetes mellitus, penyakit ginjal dan penyakit jantung tidak ada
5. Keluhan Utama
Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu, tidak terasa berputar, terasa seperti menekan di
seluruh kepala. Sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk. Pasien juga
mengeluhkan sulit tidur sejak 2 hari ini.
Mual dan muntah tidak ada
Keluhan mata kabur disangkal
Nyeri dada tidak ada, dada terasa berdebar-debar tidak ada, sesak nafas saat
beraktivitas tidak ada
Nafsu makan biasa. Pasien mengaku tidak pernah membatasi lemak dan garam
dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pasien juga tidak teratur
mengkonsumsi sayur dan buah.
BAB dan BAK tidak ada keluhan
Riwayat kebiasaan merokok ada . Tetapi pasien mengaku sudah berhenti sejak 5
tahun yang lalu.
Riwayat konsumsi alkohol tidak ada
Riwayat kebiasaan olahraga tidak ada. Pasien mengaku hanya berjalan-jalan pagi
bersama cucunya yang masih balita di lingkungan sekitar rumah.
Pasien dikenal hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Pasien mengaku jarang kontrol
teratur ke Puskesmas, karena merasa tidak ada keluhan. Terakhir kali
memeriksakan tekanan darahnya kira-kira 1 bulan yang lalu, tetapi pasien tidak
ingat berapa tekanan darahnya saat itu. Pasien diberi obat, yakni kaptopril yang
dimakan 2 kali sehari, karena merasa membaik, pasien tidak pernah kontrol lagi
ke Puskesmas.
18
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 84x/ menit
Nafas : 22x/menit
TD : 150/90 mmHg
Suhu : 36,80C
BB : 65 Kg
TB : 160 cm
IMT : 25,39 (overweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Dada
Paru
Inspeksi : simetris ki = ka
Palpasi : fremitus ki = ka
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
19
8. Laboratorium Anjuran :
Pemeriksaan profil lipid
9. Pemeriksaan anjuran :
-
10. Diagnosis Kerja
- Hipertensi Grade I ec Essensial
- Overweight
11. Diagnosis Banding :
-
12. Manajemen
a. Preventif :
- Menganjurkan pasien untuk menurunkan berat badannya. Karena IMT pasien ini
mencapai angka 25,39 (overweight), maka diharapkan IMT targetnya antara 18,5
– 24,9. Berarti diharapkan pasien ini menurunkan berat badannya untuk mencapai
berat badan ideal sesuai IMT yang diharapkan. Dengan menurunkan berat badan,
tekanan darah dapat diturunkan rata-rata 5 – 20 mmHg/10 kg berat badan yang
diturunkan.
- Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi buah dan sayuran setiap harinya, serta
mengurangi konsumsi makanan dengan lemak tinggi. Selain itu dianjurkan untuk
mengurangi penggunaan garam pada makanan yang dikonsumsi setiap harinya.
- Menganjurkan pasien untuk meneruskan kebiasaan jalan paginya selama 30 menit,
teratur, dan sangat baik bila dilakukan setiap hari, bila sulit membiasakan diri,
dapat dimulai minimal 3 kali seminggu.
- Menjelaskan semua anjuran yang diterima pasien kepada anak pasien, sehingga
dapat membantu mengontrol penyakit pasien.
b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan, akan
tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat dan
mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur berdasarkan petunjuk dokter.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan anti hipertensi umumnya untuk
selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan
naiknya tekanan darah. Dijelaskan juga pada pasien, masih ada kemungkinan
20
untuk menurunkan dosis antihipertensi atau jumlah obatnya bila patuh terhadap
terapi nonfarmakologis, akan tetapi tekanan darah pasien harus dikontrol ketat.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa target tekanan darah yang harus dicapai adalah
< 140/90 mmHg dengan pemberian antihipertensi dan modifikasi gaya hidup
mencakup penurunan berat badan, peningkatan konsumsi sayur dan buah,
mengurangi konsumsi garam, dan olahraga teratur.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa obat hipertensi yang dikonsumsinya
merupakan dosis yang sesuai dan aman, sehingga tidak perlu takut bila harus
memakan obat setiap hari. Dijelaskan kepada pasien bahwa obat hipertensi yang
diberikan mungkin menimbulkan gejala batuk-batuk, tetapi tidak perlu
dikhawatirkan, kecuali bila batuknya bertambah hebat, hingga muncul sesak
nafas.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya menimbulkan
gejala sakit kepala, sulit tidur, hingga rasa berat di tengkuk. Dengan
mengkonsumsi obat anti hipertensi dan kontrol tekanan darah teratur, diharapkan
gejala ini hilang dengan sendirinya. Ditekankan pada pasien bahwa hipertensi
adalah penyakit yang memerlukan kepatuhan dalam berobat dan kontrol karena
tidak dapat disembuhkan dan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya dapat
menyebabkan komplikasi pada bagian tubuh lainnya, yakni jantung, otak, ginjal,
pembuluh darah, dan mata. Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya pembesaran
ruang jantung, nyeri dada, hingga gagal jantung. Pada otak dapat menyebabkan
stroke dan di ginjal dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyebab hipertensi juga berhubungan dengan
keturunan, sehingga anak pasien sebaiknya juga diberikan edukasi tentang
hipertensi
c. Kuratif :
- Captopril 2 x 12,5 mg
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke Puskesmas untuk cek tekanan darah dan penyesuaian dosis dan
penambahan obat antihipertensi.
21
\
22
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Nanggalo
Jl.Padang Pasir IV No.1
Dokter : Iga Moulina
Tanggal : 10 Maret 2012
R/ Captopril tab 12,5 mg No. VI
S2 dd tab 1£
Pro : Umur : Alamat :