2010-2-00102-AR BAB 2

download 2010-2-00102-AR BAB 2

If you can't read please download the document

description

hotel

Transcript of 2010-2-00102-AR BAB 2

8

11

BABII

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

11.1Tinjauan Umum

11.1.1 Pengertian Hotel

Beberapa definisi hotel adalah sebagai berikut :

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix, April

. 2007

Hotel adalah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalampeljalanan, bentuk akomodasi yg dikelola secara komersial, disediakan

bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan..minum.

Berdasarkan sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/hotel (20 Maret

2010, 12:10 WIB)

Hotel berasal dari kata Hostel, konon diambil dari bahasa Prancis kuno yang maknanya adalah tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum. Bangunan tersebut berupa rumah tinggal yang sangat besar, memiliki ruangan yang banyak untuk penginapan umum, pegawai pemerintah atau untuk tempat peristirahatan orang sakit. Jadi, pada mulanya hotel memangdiciptakan untuk melayani masyarakat.PengertianHotelmenurutSKMenparpostelNomor:KM34/HK

103/MPPT1987

Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan, dan meinuman, serta jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan pemerintah.Pengertian Resort

Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alarnnya. (AS. Hornby, Oxford Leaner's Dictionary of Current English, Oxford University Press, 1974)Resort adalah sebuah kawasan terencana yang tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi. (Chuck Y. Gee, Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication, 1988)Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya. (Dirjen Pariwisata , Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 13, November, 1988)10

11

Resort adalah tempat peristirahatan eli musim panas, eli tepi pantai!eli pegunungan yang banyak dikunjungi. (John M Echols, Kamus Inggris Indonesia, Grameelia, Jakarta, 1987)Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul lingkungan resor, bila ada tamu yang mau hitch-hiking berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar resort ini. (Nyoman.S. Penelit llmu Pariwisata, Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)Sebuah hotel resort sebaiknya mempunyai laban yang ada kaitannya dengan obyek wisata, oleh sebab itu sebuah hotel resort berada pada perbukitan, pegunungan, lembah, pulung kecil dan juga pinggiran pantai. (Nyoman S. Penelit. llmu Pariwata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)Pengertian hotel resort :

Hotel yang mayoritas pengunjungnya adalah wisatawan, umumnya hotel ini terletak pada daerah tempat-tempat wisata yang mempunyai suatu keindahan tertetu seperti halnya pada daerah pantai atau pegunungan. Hotel ini sangat memperhatikan potensi keindahan lingkungan dan biasanya digunakan sebagai tempat untuk istirahat/berlibur.II.1.2 Klasifikasi Hotel

Klasifikasi hotel ialah sistem pengelompokan hotel-hotel kedalam berbagai kelas atau tingkatan dengan ukuran standar tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan, diantaranya ialah pelayanan hotel, yang ditentukan dalam 5 golongan kelas (bintang) berdasarkan kelengkapan dan kondisi bangunan, perlengkapan dan pengelolahan, serta mutu pelayanan. (Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM 3/HK 001/MKP 02). K.ategori hotel eliIndonesia tersebut adalah :

Hotel murah

Hotel ekonomi

Hotel kelas menengah

Hotel kelas satu

Hotel mewah : Hotel Bintang Satu

: Hotel Bintang Dua

: Hotel Bintang Tiga

: Hotel Bintang Empat

: Hotel Bintang Lima

Mengingat lokasi hotel resort terletak didaerah wisata dengan view yang menarik, maka jenis hotel yang layak dan cukup tetjangkau untuk memenuhi sarana akomodasi yang dapat melayani wisatawan domestik dan wisatawan asing adalah hotel resort bintang empat, hal ini juga dimaksudkan supaya hotel resort ini bisa bersaing dengan hotel lain disekitarnya seperti Hotel Resort Putri Duyung dan Aston Marina Hotel yang ada pada kawasan Ancol. Dengan fasilitas yang dapat menunjang kenyamanan pengunjung terutama yang berhubungan dengan ruang luar maka hotel ini juga ditujukan untuk wisatawan kelas menengah keatas yang bertujuan untuk berlibur dan berekreasi.

Kriteria persyaratan hotel resort bintang lima yang telah ditentukan oleh Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM 3/HK 001/MKP 02 adalah sebagai berikut :I) Lokasi dan Lingkungan

Lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum, ataupun kendaraan pribadi roda empat.Hotel harus menghindarkan pencemaran yang berasal dari Iuar.

2) Tempat parkir

Tersedia tempat parkir kendaraan tamu hotel dan pengunjung, minimal satu tempat parkir untuk enam unit hunian.3) Olah raga dan Rekreasi

Didalam Hotel menyediakan kolam renang untuk dewasa dan anak. Hotel menyediakan salah satu sarana olahraga dan rekreasi lainnya yang terdiri dari : fitness centre, sauna, squash, game room, bowling, dan tennis.4) Bangunan

Bangunan hotel memenuhi persyaratan perizinan, sesuai dengan undang

undang yang berlaku. Persyaratan dari bangunan adalah : Keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik.Pengaturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsi sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan, dan arus barang/produk hotel.Unsur dekorasi Indonesia harus tercerrnin dalam ruang lobi, restoran, kamar tidur, ataufonction room.Peralatan teknis bangunan hotel terdiri dari : transportasi

mekanis/lift/elevator. Setiap bangunan dengan empat lantai keatas harus dilengkapi dengan lift/elevator dan memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan DEPNAKER. Utilitas air dimana tersedia air yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan (Peraturan MENKES No 01 tahun 1975) serta mempunyai sertifikat dari PAM mengenai kualitas air. Kapasitas air bersih hotel bintang tiga minimum 500liter/orang/hari. Utilitas listrik adanya pemasangan instalasi listrik memenuhi persyaratan pemerintah (PUlL 1977), tersedia pembangkit tenaga listrik cadangan dengan kapasitas minimal 50% dari kapasitas PLN.Utilitas Tata udara dimana diatur dengan atau tanpa alat pengatur suhu, ruangan yang tidak mempergunakan AC harus mempunyai ventilasi yang baik. Utilitas komunikasi hotel antara lain : tersedianya telepon satu saluran yang dapat digunakan untuk sambungan lokal, interlokal, dan intemasional. Tersedia saluran telepon dalam (airphone), tersedia sentral radio dan musik pengiring. Hotel juga menyediakan pencegah bahaya kebakaran seperti alat deteksi asap/panas disetiap ruangan, springkler, hydrant, serta pintu darurat yang terjangkau untuk menyelamatkan diri.5) Kamar tamu

Untuk kamar penghuni hotel mempunyai klasifikasi ukuran sebagai berikut:a) Jurnlah kamar yang tersedia minimum 50 kamar standar dengan luas minimumuntuk masing-masing kamar standar yaitu 24 m2 sedangkan untuk kamar suite 52 m2 serta dilengkapi kamar mandi dalam.b) Tinggi kamar minimal 2,6 m.

c) Kamar tidur kedap suara dengan batas kebisingan 40 dB.

d) Jendela dengan tirai yang tidak tembus sinar matahari dari luar. e) Tata udara diatur dengan atau tanpa pengatur suhu (AC).f) Interior kamar mencerminkan suasana Indonesia.

g) Tersedia sekurang-kurangnya satu stop kontak di tiap kamar dan satu di kamar mandi.h) Perlengkapan Kamar Tidur :

- Tersedia tempat tidur dengan perlengkapan untuk 1 (satu) orang atau untuk 2 (dua) orang sesuai dengan ukuran kamar standar :Ukuran tempat tidur 1 (satu) orang 2, 00 m x 1, 00 m

Ukuran tempat tidur 2 (dua) orang 2, 00 m x 1, 60 m

i)Seluruh lantai kamar dilapisi terasolkeramiklmarmer!kayu.

j) Lantai kamar tidak licin, kualitas tinggi terutama kamar mandiltoilet. k) Seluruh dinding kamar mandi hams dengan bahan kedap air.I) Perlengkapan Kamar Mandi :- Tersedia bathup anti slip, shower, dan tempat sabun

- Wastafel

6)Hotel hams menyediak:an restoran minimal 2 buah yang berbeda jenisnya, salah satunya Coffe Shop.- Jumlah tempat duduk sebanding dengan luas restoran dengan

2ketentuan 1,5 m pertempatduduk

- Tinggi restoran lebih dari 2,60 m

7)Tersedianya Dapur dengan luas sekurang-kurangnya 40 % dari luas restoran.- Ruang dapur terdiri dari :

-/ Ruang persiapan.

-/ Ruang pengolahan.

-/ Ruang penyimpanan bahan mak:anan.

-/ Ruang administrasi

-/ Ruang pencucian dan penyimpanan peralatan /perlengkapan.

-/ Ruang penyimpanan bahan bak:ar gas/elpiji untuk dapur.

- Lantai dapur tidak licin.

- Dinding dapur dilapisi dengan tegel kedap air setinggi langit-langit

- Penerangan dapur minimal200 lux.

8) Hotel harus menyediak:an satu bar yang terpisah dari restoran

Jumlah tempat duduk sebanding dengan luas bar dengan ketentuan

21,1 m pertempatduduk.- Lebar ruang kelja bar tender minimall m.

Bar dilengkapi dengan tempat untuk mencuci peralatan dan perlengkapan yang terdiri dari atas :,fWastafel dengan dua buah keran air panas dan air dingin.

,f Mesin pencuci gelas.

,f Saluran pembuangan air.

9) Tersedianya function room yaitu ruang untuk acara-acara tertentu (ruang serba guna).210) Tersedianya Lobby dengan luas minimallOO m serta dilengkapilounge.

11) Hotel menyediakan telepon umum di lobby.

12) Hotel menyediakan toilet umum di lobby.

Toilet Pria :

o/Urinoir 4 (empat) buah. o/WC 2 (dua) buah. o/Wastafel- Toilet Wanita :

o/ we 3 (tiga) buah o/ Wastafel

o/ Ruang rias dengan kaca rias (walk in closet)

13) Tersedianya area administrasi yang terdiri dari kantor depan (Front

Office) dan kantor pengelola hotel.

14) Tersedianya area tata graha seperti ruang laundry

15) Tersedianya gudang yang terdiri dari :

./ Gudang bahan makanan dan minuman

./ Gudang peralatan dan perlengkapan

./ Gudang untuk engineering

16) Tersedianya ruang penerimaan baranglbahan (loading dock) yang dapat menampung minimall (satu) truk..- Ruang Karyawan

./ Ruang Ioker dan kamar mandi/WC yang terpisah untuk pria dan

wanita

./ Ruang istirahat karyawan.

./ Dapur karyawan.

./ Ruang ibadah karyawan.

11.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Pengertian Arsitektur Hijau

Arsitektur Hijau merupakan arsitektur yang berwawasan Iingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi Iingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi enegi, pola berkelanjutan, dan pendekatan holistik. (Priatman, J. (2002). Energy-Efficient Architecture, Paradigma dan Manifostasi Arsitektur Hijau. Dimensi TeknikArsitektur, Surabaya.)Tatanan arsitektur hijau ini sensitif terhadap Iingkungannya (Iingkungan global alami) sehingga lebih mengutamakan untuk mendorong konservasi sumber daya alami dan mendorong upaya daur ulang material sintetis serta ramah Iingkungan.IL2.2 Latar Belakang Arsitektnr Hijau

Dalam beberapa tahun terakhir ini, tingk:at pemakaian energi yang besar pada bangunan sk:ala besar (hotel) di Jakarta memberi dampak pemborosan energi yang besar juga oleh karena itu, dunia arsitektur Indonesia hams memikirkan bangunan yang bersahabat dengan lingkungan dan hemat energi karena daya dukung alam untuk mendukung aktifitas manusia semakin menipis .Dengan suplai energi yang relatif stagnan, sementara kebutuhan (demand) meningkat dari tahun ke tahun dan harga energi terus naik maka yang perlu dilakukan tidaklah hanya tindakan hemat energi melainkan Juga membuat desain yang mempertimbangkan aspek Iingkungan yang dimulai dari tahap pemahamam rancangan, hingga manajemen pemanfaatan energi. Dalam hal ini, sistem arsitektur dan daur hidup bangunan menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. LCA (Life Cycle Analysis) merupakan instrumen manajemen lingkungan dan pengambilan keputusan bagi proses proses produksi, termasuk proses desain, secara denotatif menunjukkan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pemulihan global. (http://puslit2.petra.ac.id/ejournallindex. php/ars/article/viewFile/16743/16722, 12 Maret2010, 13:10 WIB)Pada sistem arsitektur para arsitek bolehjadi hanya akan merasa berkepentingan dengan proses perencanaan dan perancangan gedung namun pada kenyataannya merek:a tidak dapat menghindari keterlibatan para pembangun, operator gedung, dan pengguna gedung selama proses pengadaan gedung dalam konteks gedung sebagai produk sistem arsitektur. Dengan dernikian evaluasi daur hidup gedung dapat dilakukan oleh sistem arsitektur yang dapat dianalogikan dengan LCA yang bertindak sebagai instrumen yangbersifat inheren di daiam sistem arsitektur.Dalam hal ini Brenda dan Robert Vale mengemukakan melalui "Green Architecture"-nya: "Paradigma arsitektur berubah", pemyataan ini dilontarkan karena terdapat kecenderungan perubahan arah desain ke arah desain-desain yang hemat energi, senantiasa bekeija dengan iklim, meminimasi penggunaan sumber-sumber daya baru, menghargai pengguna, menghargai tapak, dan holisme.Kesimpulan yang dari pemyataan Brenda dan Robert Vale diatas bahwa memandang arsitektur sebagai sistem harus memperhitungkan daur hidup gedung yang sebagai produk sistem arsitektur dan menjadi sebuah pemikiran bagi arsitektur dalam turut bertanggungjawab atas semakin menipisnya sumber daya tidak terbarukan yang disebabkan oleh beberapa faktor meliputi peningkatan ragam dan kompleksitas kegiatan manusia, tuntutan dalam peningkatan standar kualitas hidup manusia, penemuan dan penggunaan teknologi penunjang kehidupan manusia yang cenderung konsumtif terhadap penggunaan energi tidak terbarukan, serta ketergantungan manusia untuk melangsnngkan hidup dengan mudah, cepat, aman, dan nyaman sehingga cenderung meningkatkan pengunaan energi tidak terbarukan.Desain arsitektur yang selama ini dimengerti merupakan hasil dari pengolahan bentuk dan estetika untuk memanipulasi material dan bentuk sehingga penampilan desain arsitektur menjadi bermakna bagi para penggunanya dan bisa merefleksikan nilai-nilai budaya seperti identitas, status, serta segala hasrat manusiawi para pengguna yang ditujukan untuk menggugah emosi dan kepekaan melalui sentuhan, penciuman, warna, dan perabaan. Selain itu, masih ada beberapa faktor lainnya yang harus dipertimbangkan berkaitan dengan konteks arsitektur hijau untuk dijadikan tolak ukurdan prinsip dalam desain bangunan yang menerapkan konsep green architecture.20

21

11.2.3 Kriteria Perancangan Arsitektur Hijau

Kriteria desain arsitektur hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan yang berarti perumusannya telah memperhitungkan daur hidup gedung dalam konteks gedung sebagai produk sistem arsitektur berdasarkan paradigma cradle-to-grave, meliputi rentang Iebar hal-hal yang harus dipertimbangkan di sepanjang proses perencanaan dan perancangan yang terangkum ke dalam kompop.en-komponen arsitektur, yang di antaranya dapat dibantu oleh teknologi bahkan inovasi arsitektur sebagai berikut (Abioso, Subadra. (1999). Kriteria Rancangan Arsitektur Dalam Konteks Pembangunan Berkelanjutan. Program Magister Teknik Arsitektur. Program Pasca Sarjana. Institut Teknologi Bandung):A. Arsitektur

Tapak

1. Umum

- Penentuan peruntukan tapak berdasarkan integrasi antara sistem transportasi dengan tata guna lahan.- Perhitungan kemiringan lahan berkontur dengan prinsip meminimasi volume cut and jill.- Perhitungan building coverage ratio dan floor area ratio secara ketat dan

cermat.

2. Konsep pedestrian

- Memperhitungkan skala jarak pejalan kaki guna meminimasi penggunaan kendaraan bermotorberbahan bakar penghasil energi yang bersumberdaya tidak terbarukan.3. Pengkondisian udara ruang luar

- Penciptaan kondisi nyaman termal salah satunya dengan memanfaatkan gedung-gedung tinggi berlantai banyak yang dapat bertindak sebagai tabir matahari raksasa.4. Lansekap- Pemanfaatan vegetasi lokal termasuk vegetasi eksisting yang dapat bertindak sebagai b'1ffer kebisingan dan pembentuk atmosfrr yang kaya akan02

Bangunan gedung

1. Umum

- Menggunakan desain yang tidak membahayakan baik para pelaksana maupun para penggunanya keterkaitannya dengan biaya sosial.- Menggunakan langgam yang luas, fleksibel terhadap lingk:ungan setempat di setiap saat guna meminimasi perubahan fasade dan biaya pemelibaraan.- Menerapkan konsep ruang multiguna yang dapat ditatasendiri dan dapat didisposisi sedemikian rupa dapat dirnultigunakan atau menerapkan konsep fleksibilitas.2. Orientasi matahari

- Mempertimbangkan orientasi matahari secara ketat sesuai dengan lokasi tapak, menggunakan material yang tepat bahkan dapat berbeda di setiap fasade yang berbeda arah serta menggunakan bentuk dan konfigurasi gedung yang tepat.

3. Bentuk dan konfigurasi ruang

- Menerapkan bentuk dan konfigurasi yang membentuk ruang luar dan buffir sebagai sarana interaksi sosial, pada gedung tinggi berlantai banyak dapat berupa ruang-ruang komunal.- Menerapkan bentuk-bentuk yang responsif terhadap lingkungan seperti: bentukan aerodinamis, concourse, atrium, ourtyard sebagai pengatur iklim ruang luar, serta set back yang didukung dengan penanaman vegetasi dan pembuatan lansekap.- Menerapkan bentuk dan konfigurasi ruang sedemikian rupa dapat memodifikasi iklim dan pergerakan udara untuk menciptakan kondisi nyaman termal.- Menerapakn single loaded corridor untuk mengoptimalkan penggunaan ventilasi silang.4.Fasade

- Mendesain fasade yang dapat mengarahkan angin, kulit gedung yang dapat mengatur suhu, tabir matahari yang diperhitungkan secara cermat khusus arah barat-timur, serta pelindung dari air hujan.5. Sistem struktur

- Menerapkan sistem struktur yang elemen-elemennya dapat bertindak pula sebagai elemen arsitektural, dapat mengatur sirkulasi udara, dan pelaksanaannya sesedikit mungkin mengganggu lingkungan.

6. Konstruksi dan material

:- Menggunakan konstruksi yang mudah dibongkar tanpa merusak struktur utarna dan pengangkutannya tidak merusak lingkungan.- Menggunakan konstruksi dan material kulit gedung ramah lingungan, yang dapat mengatur panas sesuai dengan yang dibutuhkan dan melindungi dari iklim-iklim ekstrim.7. Sistem utilitas

- Menerapkan sistem ventilasi silang dengan memaksimalkan dinding eksterual.- Meminimasi penggunaan AC: sistem AC built-up sesuai kebutuhan,

didukung bukaan untuk fleksibilitas sirkulasi udara, terintegrasi dengan desain untuk peletakan dan pemeliharaan.- Menggunakan sistem pencahayaan alarni, dikombinasikan dengan

material alarni, wama, dan ketinggian langit-langit sesuai arah sinar matahari, serta pengatur panas manual.- Menggunakan pemanasan solar dan pemanasan interual lain yang diperhitungkan secara cermat untuk meminimasi bahan bakar rnigas.8. Otomasi gedung

- Menerapkan sistem-sistem otomasi gedung seperti Building Environment

System (BES).

- Menerapkan sistem penghawaan alarni yang dibantu alat pengatur yang dikontrol sensor- Menggunakan tabir matahari (sunscreen) yang diperhitungkan secara

:cennat sehingga tidak mengurangi nilai estetika fasade bangunan.

9. Lansekap

- Menggunakan vegetasi dan lansekap untuk pengkondisian udara internal/ ekstemal, yang bersimbiosis dengan sistem mekanikal untuk menghasilkan lingkungan seimbang.- Menggunakan vegetasi pada atap, dinding, dan plaza untuk menahan kenaikan suhu sekitar.B. Peran arsitek

I. Sumber daya

- Menganut paradigma perancangan dan desain berorientasi kepada konsep arsitektur hijau.- Memanfaatkan potensi alam dengan mempelajari dan mempertimbangkan karakteristik matahari, angin, dan hujan, serta senantiasa bekeija sama dengan iklim.- Memperlakukan tanah bukan sebagai komoditi yang dapat dipeljual belikan secara bebas, akan tetapi sebagai substansi yang lebih bermakna filosofis.- Mempertimbangkan kearifan tradisional penduduk asli sebagai penyimpanan dan akumulasi pengetahuan tradisional, serta mampu mengenali energi kreatif atau potensi masyarakat.- Menghilangkan pola-pola pembangunan fonnal yang terlalu jauh mengintervensi Iingkungan dan menghancurkan budaya-budaya yang terbukti mampu mengelola Iingkungan selama ini.- Meningkatkan pengetahuan tentang green index yang berhubungan

dengan sumber-sumber daya, dan merubah pola-pola konsumsi yang mengakibatkan degradasi Iingkungan.2. Material

- Menggunakan basil penelitian tentang material yang merupakan sumber dayautama.- Memiliki pengetahuan tentang material dan teknik-teknik konstruksi

hemat energi, merekomendasikan penggunaan material-material Iokal, alami yang berkelanjutan, historis, kultural, metoda tradisional terbarukan bagi praktek kontemporer, re-use, dan daur-ulang.- Mewaspadai penggunaan material energy intensive seperti: baja, kaca,

dan beton yang mengakibatkan polusi dan meningkatkan suplai-suplai jangka pendek.- Melakukan pendekatan life-cyclepada penggunaan material dan

perlengkapan gedung serta life cycle costing pada proses perubahan sumber daya alam menjadi material.- Memperhitungkan cradle-to-grave cost dan energi yang dibutuhkan selama proses produksi material yang sering digunakan, serta dampak lingkungan yang akan terjadi.Menurut suatu badan standar penilaian green architecture, LEED (Leadership in Energy and Environtmental Design) pada dasamya konsep arsitektur hijau ini memiliki enam prinsip yaitu :Conserving Energy

- Prinsip: Penghematan energi terutama pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.Working with Climate

- Prinsip: Penyesuaian bentuk, susunan, dan elemen-elemen bangunan terhadap iklim.Limiting New Resources

- Prinsip: Meminimalkan penggunaan material bam dan memaksimallcan penggunaan material yang dapat dipakai kembali dan penggunaan material lokal yang banyak tersedia disekitar Iokasi. Respect for User

- Prinsip: Penyesuaian sumber daya manusia melalui bangunan yang akan dibangun. Respect for Site

- Prinsip: Penghematan energi dan memelihara Iingkungan sekitar dengan mempertahankan k daan lingkungan didaerah setempat. Holistic

- Prinsip: Penyesuaian bentuk, susunan dan elemen bangunan terhadap

iklim.

11.2.4 Tinjauan Terhadap Tapak.Kasus Proyek : Fiktif

Pemilik Proyek : Swasta

Lahan :

o Peruntukan lahan : Komersial, Sarana akomodasi wisatawan o Luas Tapak : 20000m2o KDB : 15% = 4000 m2

o KLB: 0,8 = 16000 m2

o GSB : 20 m (bagian Barat dan Utara)

o Batas Ketinggian Bangunan : 41antai

Letak Proyek : Jln. Pantai Indah.

Gambar 2.1. Peta lokasi.

Sumber: http://www.tatakota-jakartaku.net (10 Maret 2010, 13:15 WIB)

Topik : Efisiensi Energi

Tema : Arsitektur Hijau Pada Hotel Resort Di Jakarta Sebagai Solusi Untuk Mencapai

Efisiensi Energi Dengan Memanfaatkan Sumber Daya TerbarukanLokasi yang menjadi tapak untuk hotel resort kali ini berada pada kawasan

: ancol. Seperti yang terlihat pada fotol, tapak ini berbatasan dengan pantai yaitu pantai marina ancol dan terdapat pemandangan (foto 2.2) sehingga sesuai untuk hotel resort yang bisa berfungsi sebagai sarana akomodasi dengan tempat wisata untuk rekreasi.

Foto 2. I. Kondisi tapak. Foto 2.2. Pemandangan sekitar tapak.

Selain itu, hila dilihat dari siteplan (gambar 2) tapak ini terletak cukup dekat dengan tempat rekreasi lainnya seperti Dufan (dunia fantasi) dan Pantai festival sehingga menambabkan potensi pada tapak.Mengingat lokasi ini berada pada daerah pantai, maka beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah ketinggianpasang surut karena seperti yang diketahui

pada daerah pantai terdapat angin darat dan Gambar 2.2.Site Plan.

angin laut. Berkaitan dengan kelembapan udara dan suhu yang relatif tinggi pada daerah tropis, maka faktor lainnya yang juga harus dipertimbangkan adalah kecepatan angin karena bisa menjadi salah satu faktor yang dapat dimaufaatkan untuk pengkondisian udara secara alarniah pada daerah publik dan semi publik.

Pada daerah publik juga terdapat pedestrian (foto 2.3) sehingga bisa digunakan pejalan kaki untuk pencapaian lokasi tapak dan bila menggunakan kendaraan pribadi bisa diparkir pada area parkir (foto 2.4).

11.3 Landasan Teori

Arsitektur merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bukan hanya tentang ilmu bangunan tapi juga secara luas mempelajari keterkaitannya dengan manusia, dan lingkungannya. Maka sangatlah wajar jika para arsitek mulai memikirkan bagaimana merencanakan, merancang, mendesign, hingga membangun sesuatu yang ramah pada lingkungan.Pengaruh konteks energi dalam arsitektur sebenarnya sudah dipahami oleh para arsitek pada awal abad keduapuluh melalui kontribusi karya karyanya dalam gerakan arsitektur hijau. Pada saat itu dikenal sebuah konsep "gaia" yang berasal dari bahasa yunaui untuk sebutan dewi bumi. Pearson merupakan orang pertama yang mernfokuskan konsep Gaia pada bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat di mana secara umum manusia menghabiskan sebagian besar waktunya, tempat di mana semestinya setiap penghuui mendapatkan kenyamanan dan kesehatan secara menyeluruhjiwa dan raga.Konsepnya adalah bekelja sama dengan alam dan secara aktif mengusahakan

teljadinya keseimbangan antara kesehatan, keutuhan alam dan spirit hidup.'Dalam beberapa buku Pearson, di antaranya yang secara eksplisit memuat tentang konsep Gaia, yakni The New Natural House Book, terungkap bahwa Gaia yang abstrak menjadi lebih mudah dipaharni melalui Gaia house charter. Di dalamnya dijabarkan secara detail penerapan tiga faktor utama yang saling overlapping dan akhirnya membentuk Gaia. Tiga hal itu adalah:1. Konsep merancang untuk menghasilkan keselarasan dengan alam. Konsep ini berhubungandengan pemilihan site dan orientasi bangunan yang memungkinkan pemanfaatan potensi alam seperti angin, air dan sinar matahari semaksimal mungkin, sehingga mengurangi pemakaian sumber-sumber buatan.

.Selanjutnya adalah memanfaatkan vegetasi lokal untuk menciptakan keteduhan'

dan keindahan serta semaksimal mungkin menggunakan material bangunan yang dapat diperbarui, didaur u1ang dan tidak bersifat polutif atau beracun.2. Konsep desain yang menciptakan kedamaian jiwa untuk menumbuhkan spirit atau semangat hidup. Dalam konsep ini berkaitan dengan desain bangunan yang menyatu dengan alam dan komuuitas sekitar, melalui pemilihan gaya atau tampilan bangunan, skala bangunan dan material bangunan yang selaras dengan gaya, skala dan material bangunan dan alam sekitamya.3. Konsep desain demi kesehatan fisik penghuui. Dalam konsep ini menyatakan bahwa sebuah bangunan harus mampu "bemafas" secara alarni denganmemanfaatkan sumber daya terbarukan sehingga membiarkan alam mengatur'dengan sendirinya suhu, kelembaban, aliran dan kualitas udara.Terkait dengan konsep arsitektnr hijau untuk mencapai efisiensi energi melalui pemanfaatan sumber daya alam terbarukan maka hal ini sebenarnya dapat diaplikasikan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan arsitektnral dan non-arsitektnral. (Green Architecture: Peran Arsitek Dalam Mengurangi Penggunaan Energi dan Kernsakan Lingkungan, Tri Harso Karyono)

Pendekatan Arsitektural

Secara arsitektural, pemanfaatan sumber daya terbarukan sebagaimana diuraikan bisa dimulai dari pemahaman tentang sumber daya yang terbarukan yang ada disekitar misalnya angin, air, dan cahaya kemudian berusaha menemukan keseimbangan dari proses yang dihasilkan oleh sumber daya terbarukan itu misalnya proses pemasukan panas dan pelepasan panas dalam bangunan serta proses pemasukkan cahaya alami dan sekaligus proses pengurangan panasnya.Proses pemasukan panas bangunan terutama dari sisi pemanasan eksternal dapat direduksi melalui strategi arah hadap bangunan yaitu dengan menempatkan dinding dinding yang Iebar, jendela dan alat ventilasi pada sisi-sisi yang tidak berhadapan secara langsung ke sinar matahari, penempatan tanaman-tanaman yang rindang untuk memberikan efek peneduhan pada lingkungan bangunan (terutama pada sisi Timur dan Barat), alat-alat pembayangan dalarn bangunan untuk menurunkan temperatur permukaan bangunan, pengaturan sistim tata ruang yang memungkinkan cahaya dan aliran udara dapat menjangkau dengan mudah ke sudut-sudut ruang.Dari sisi pelepasan panas bangunan, aliran udara yang baik eli dalam bangunan,

:sementara ini masih dianggap sebagai strategi yang ampuh untuk mereduksi pemanasan bangunan. Aliran udara yang baik melalui ventilasi silang sebaiknya eliaplikasikan dalam bangunan untuk mengurangi ketergantungan pada sistim penghawaan buatan.Dari aspek pencahayaan, perlu diingat bahwa matahari sebagai sumber pencahayaan alami mempunyai 2 aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek cahaya dan panas. Oleh sebab itu kita hams mempertimbangkan kedua aspek tersebut dalam desain. Di satu sisi bisa dimanfaatkan sebagai pencahayaan yang alami pada siang hari sehingga dapat menghindari penggunaan cahaya buatan pada siang hari dan eli sisi lain kita bisa menekan panas yang masuk ke dalam bangunan.Strategi awal yang dapat elilakukan adalah melalui pengolahan tata ruang,

artinya dihindari ruang di dalam ruang (ruang bertumpuk), seandainya hal itu harus terjadi maka solusinya adalah dengan meninggikan bagian atap yang dapat memungkinkan penempatan bukaan atas, sehingga cahaya dan aliran udara dapat eliakses ke dalam ruang tersebut.Strategi yang kedua adalah mengorientasikan bangunan melalui bukaan Gendela dan ventilasi) pada sisi bangunan yang tidak terkena pancaran rnatahari secara langsung dan sekaligus juga merespon arah angin datang (biasanya sisi Utara dan Selatan).Yang ketiga adalah melengkapi bangunan dengan alat-alat pembayangan baik secara vertikal maupun horizontal. Strategi yang ke empat yang dapat eliterapkan adalah menjaga ketinggian dinding dan atap yang memungkinkan cahaya dan angin masuk ke bangunan dan sekaligus dapat mengurangi panas yang masuk dan tempias dari airhujan.

34

Strategi kelima adalah menerapkan pencahayaan dari atas, terutama untuk denah

:bangunan yang terlalu luas. Pada strategi yang kelima ini, aspek panas yang masuk tetap harus dipertimbangkan.

Pendekatan Non Arsitektural

Konsep pendekatan non arsitektural ini adalah dititikberatkan pada penggunaan

materialbangunan yang dapat meredam panas yang masuk ke dalam bangunan misalnya bambu, kemudian pengunaan warna bangunan yang tidak menyerap panas (warna putihatauyangterang), tekstur permukaan

K.wrp.......,,....bu,o.

1 .;,., 1 -.., ...

,,f,,,,.,,,,.'J7!fY77 - -ll l