2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

58
5 Universitas Kristen Petra 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor Field-effect transistor (FET) atau transistor efek-medan merupakan transistor generasi lanjutan setelah bipolar junction transistor (BJT). FET adalah devais semikonduktor yang mempunyai tiga terminal, yang dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi elektronik maupun digital. Istilah field efect (efek medan listrik) sendiri berasal dari prinsip kerja transistor ini yang berkenaan dengan lapisan deplesi (depletion layer). Lapisan ini terbentuk antara semikonduktor tipe-n dan tipe-p, karena bergabungnya elektron dan lubang (hole) di sekitar daerah perbatasan. Sama seperti medan listrik, lapisan deplesi ini bisa membesar atau mengecil tergantung dari tegangan antara gate dengan source. Gambar 2.1. memperlihatkan beberapa jenis FET yang terdapat di pasaran untuk berbagai macam aplikasi elektronik. Gambar 2.1. Beberapa jenis FET yang ada di pasaran Sumber: Oxner, Edwin S. Power FETs and Their Applications. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1982. p.15.

Transcript of 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Page 1: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

5 Universitas Kristen Petra

2. TEORI DASAR

2.1. Field-Effect Transistor

Field-effect transistor (FET) atau transistor efek-medan merupakan

transistor generasi lanjutan setelah bipolar junction transistor (BJT). FET adalah

devais semikonduktor yang mempunyai tiga terminal, yang dapat digunakan

untuk berbagai macam aplikasi elektronik maupun digital. Istilah field efect (efek

medan listrik) sendiri berasal dari prinsip kerja transistor ini yang berkenaan

dengan lapisan deplesi (depletion layer). Lapisan ini terbentuk antara

semikonduktor tipe-n dan tipe-p, karena bergabungnya elektron dan lubang (hole)

di sekitar daerah perbatasan. Sama seperti medan listrik, lapisan deplesi ini bisa

membesar atau mengecil tergantung dari tegangan antara gate dengan source.

Gambar 2.1. memperlihatkan beberapa jenis FET yang terdapat di pasaran

untuk berbagai macam aplikasi elektronik.

Gambar 2.1. Beberapa jenis FET yang ada di pasaran

Sumber: Oxner, Edwin S. Power FETs and Their Applications. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1982. p.15.

Page 2: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

6

2.1.1. Perbedaan FET dengan Transistor Bipolar

Transistor bipolar dibentuk berdasarkan dua tipe muatan, yaitu elektron

bebas sebagai pembawa muatan negatif dan lubang (hole) sebagai pembawa

muatan positif. Hal inilah yang menjadi sebab mengapa disebut bipolar, karena

awalan “bi” menunjukkan arti “dua”. Sedangkan jenis lain dari transistor bipolar

adalah transistor efek-medan atau field-effect transistor (FET). Sama seperti

transistor bipolar, FET juga mempunyai tiga terminal, tetapi mempunyai prinsip

kerja yang berbeda dengan transistor bipolar, piranti ini bersifat unipolar (satu

jenis pembawa) karena beroperasi hanya berdasar pada sebuah tipe muatan, baik

elektron bebas maupun lubang. Dengan kata lain, sebuah FET dalam operasinya

bergantung pada aliran pembawa mayoritas (majority carriers) dan bukan

pembawa minoritas (minority carriers). Karena beroperasi hanya pada satu tipe

muatan, FET mempunyai noise yang lebih rendah dibandingkan transistor bipolar.

Secara umum, dibandingkan transistor bipolar, FET lebih mudah dibuat

dan mengambil ruang yang lebih kecil di dalam suatu rangkaian terpadu, serta

mempunyai konstruksi yang lebih sederhana dan bentuk ukuran yang lebih kecil,

hal ini baik digunakan untuk rangkaian digital. FET juga mempunyai kestabilan

yang baik terhadap variasi suhu dibandingkan dengan transistor bipolar. Dalam

hal penguatan tegangan (voltage gain), FET lebih kecil dibandingkan dengan

transistor bipolar. Untuk kebanyakan aplikasi linear, transistor bipolar adalah

piranti yang banyak digunakan. Tetapi terdapat beberapa aplikasi linear yang lebih

baik menggunakan FET karena impedansi masukan (input impedance) yang

sangat tinggi, biasanya dalam ukuran megaohm (MΩ), dan terutama jika

digunakan sebagai switch, FET lebih baik karena disipasi dayanya yang kecil.

FET juga merupakan devais terkendali tegangan, seperti yang terlihat pada

gambar 2.2.(b), yang berarti karakteristik keluaran dikendalikan oleh tegangan

masukan. Adapun transistor bipolar adalah devais terkendali arus, yang berarti

karakteristik keluaran dikendalikan oleh arus masukan, seperti yang ditunjukkan

pada gambar 2.2.(a).

Page 3: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

7

Gambar 2.2. (a) BJT sebagai devais terkendali arus

(b) FET sebagai devais terkendali tegangan

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.361.

2.1.2. Klasifikasi Field-Effect Transistor

Terdapat tiga jenis dari field-effect transistor (FET), yaitu junction FET

atau JFET, metal-oxide semiconductor FET atau MOSFET dan metal

semiconductor FET atau MESFET. Ketiga jenis FET tersebut dibedakan

berdasarkan struktur, karakteristik dan jenis isolasinya. Dalam JFET terdapat

isolasi oleh sambungan pn (junction), dalam MOSFET terdapat isolasi oleh oksida

logam, sedangkan dalam MESFET terdapat isolasi oleh sambungan

semikonduktor logam. JFET, MOSFET, dan MESFET dibuat dari beberapa

unsur-unsur dasar semikonduktor, yang mempunyai hubungan dalam daftar

susunan unsur kimia. Unsur-unsur dasar yang membentuk JFET dan MOSFET

adalah silicon (Si) dan germanium (Ge), sedangkan unsur-unsur dasar yang

membentuk MESFET adalah gallium arsenide (GaAs).

JFET dibagi menjadi dua tipe yang dibedakan berdasarkan arah arus yang

melewati kanal antara terminal drain dan source yaitu kanal-n (n-channel) dan

kanal-p (p-channel). Pada MOSFET dan MESFET terdapat dua jenis mode yang

dibedakan berdasarkan cara kerjanya, yaitu mode depletion dan mode

enhancement. Dari kedua mode tersebut, pada MOSFET dibagi lagi menjadi

masing-masing dua tipe yaitu kanal-n (n-channel) dan kanal-p (p-channel).

Page 4: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

8

Sedangkan pada MESFET dari kedua mode tersebut, masing-masing hanya terdiri

dari satu tipe saja, yaitu kanal-n (n-channel). Gambar 2.3. menunjukkan

klasifikasi pembagian field-effect transistor secara umum.

Gambar 2.3. Klasifikasi field-effect transistor

JFET, MOSFET dan MESFET mempunyai perbedaan mendasar dalam hal

bahan penyusunan serta analisa sistem kerjanyanya. Diketahui bahwa JFET

mempunyai gate electrode yang tersebar dan tertanam di dalam suatu bahan

semikonduktor. MOSFET mempunyai gate yang dipisahkan oleh suatu lapisan

pembatas, yaitu oksida. Sedangkan MESFET mempunyai terminal gate yang yang

terhubung dengan kanal-n melalui suatu konduktor metal. Dari situ dapat kita lihat

dengan jelas perbedaan utama antara ketiga jenis FET tersebut.

2.2. Junction Field-Effect Transistor (JFET)

2.2.1. Konstruksi dan Karakteristik JFET

Konstruksi JFET berbeda dengan transistor bipolar. Pada transistor

bipolar terdapat tiga bahan terpisah (dua bahan tipe-p, satu bahan tipe-n atau dua

Field-Effect Transistor

J-FET

p-channeln-channel

MOSFET

n-channel p-channel

depletion enhancement

n-channel p-channel

MESFET

enhancementdepletion

n-channeln-channel

Page 5: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

9

bahan tipe-n, satu bahan tipe-p), sedangkan pada JFET hanya mempunyai dua

bahan yaitu satu bahan tipe-n dan satu bahan tipe-p.

Pada gambar 2.4.(a) untuk konstruksi JFET kanal-n, dapat dilihat bahwa

bagian terbesar dari struktur adalah bahan tipe-n yang membentuk saluran (kanal)

antara lapisan dari bahan tipe-p. Bagian ujung atas dari kanal tipe-n terhubung

pada terminal drain (D) melalui suatu ohmic contact, sedangkan ujung bawahnya

terhubung pada terminal source (S) juga melalui suatu ohmic contact. Dua bahan

tipe-p itu menyambung satu sama lain dan terhubung pada terminal gate (G).

Terminal drain dan source terhubung melalui kanal tipe-n dan gate terhubung

pada dua lapisan dari bahan tipe-p. Daerah deplesi (depletion region) merupakan

dareah kosong yang menghubungkan antara bahan tipe-n dan bahan tipe-p pada

saat JFET tidak mendapatkan aliran tegangan. Demikian juga sebaliknya untuk

konstruksi JFET kanal-p pada gambar 2.4.(b).

Gambar 2.4. Konstruksi JFET, (a) kanal-n dan (b) kanal-p

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.362.

Mekanisme kerja JFET dapat dianalogikan seperti keran air. Air mengalir

dari sumber air (source) menuju penampung (drain). Besar kecilnya air yang

mengalir dari sumber dikendalikan oleh putaran keran (gate). Bila putaran keran

semakin menutup, maka aliran air akan semakin kecil bahkan tidak ada aliran air.

Demikian juga bila putaran keran semakin membuka, maka aliran air akan

semakin membesar. Sumber dari tekanan air dapat dipersamakan pada

Page 6: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

10

penggunaan tegangan dari drain ke source (VDS), dimana aliran air mengalir dari

keran. Terminal drain dan source bekerja secara berkebalikan, seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Pada JFET, aliran air yang dimaksud adalah arus elektron.

Analogi keran air pada mekanisme kerja JFET ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Analogi keran air pada mekanisme kerja JFET

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.362.

JFET mempunyai tiga terminal yaitu source (S), drain (D), dan gate (G).

Ketiga terminal ini dapat dipandang ekuivalen dengan emmiter, collector dan base

pada transistor BJT. Bahan yang menghubungkan source dan drain adalah kanal

(channel). Jika bahan ini tipe-p, maka devais disebut JFET kanal-p, demikian juga

bila bahan tipe-n, maka disebut JFET kanal-n.

Simbol dan bentuk struktur untuk JFET kanal-n dan kanal-p ditunjukkan

pada gambar 2.6. dan gambar 2.7. Arah panah pada simbol JFET selalu dari bahan

tipe-p ke bahan tipe-n. Pada kanal-n, arah panah menunjukkan arah arus gate (IG)

yang mengalir dari bahan tipe-p menuju bahan tipe-n dimana kondisinya adalah

bias maju (forward bias). Sebaliknya untuk kanal-p, kondisi yang terjadi adalah

bias balik (reverse bias).

Gambar 2.6. Simbol dan konstruksi JFET kanal-n

Sumber: Kuphaldt, Tony R. Lessons In Electric Circuits. September, 13. 2005. <http://www.faqs.org/docs/electric/semi/semi_5.html>

Page 7: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

11

Gambar 2.7. Simbol dan Konstruksi JFET kanal-p

Sumber: Kuphaldt, Tony R. Lessons In Electric Circuits. September, 13. 2005. <http://www.faqs.org/docs/electric/semi/semi_5.html>

2.2.2. Operasi Dasar JFET

Gambar 2.8. menunjukkan tegangan bias normal untuk JFET kanal-n.

Tegangan catu drain adalah positif dan tegangan catu gate adalah negatif. Lapisan

deplesi di seluruh tiap daerah p disebut dengan efek bidang. Gate tipe-p dan

source tipe-n berasal dari dioda source-gate. JFET bekerja dengan membias-

balikkan dioda source-gate. Karena bias pembalik, arus gate (IG) adalah kira-kira

nol, yang ekuivalen dengan pernyataan bahwa JFET memiliki resistansi masukan

yang hampir tak terbatas.

Gambar 2.8. Pembiasan Normal JFET kanal-n

Sumber: Malvino, Albert Paul. Prinsip-Prinsip Elektronika. (Alb. Joko Santoso). Jakarta: Salemba Teknika. 2003. p.427.

Page 8: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

12

Pada gambar 2.8. dapat dilihat bahwa elektron mengalir dari source ke

drain pasti melalui saluran sempit di antara lapisan deplesi. Ketika tegangan gate

menjadi lebih negatif, lapisan deplesi meluas dan saluran yang berkaitan menjadi

semakin sempit. Semakin negatif tegangan gate, semakin kecil arus antara source

dan drain.

JFET adalah piranti yang dikendalikan oleh tegangan karena tegangan

masukan mengendalikan arus keluaran. Dalam suatu JFET, tegangan gate ke

source VGS menentukan seberapa besar aliran arus antara source dan drain. Ketika

VGS menjadi nol, aliran arus drain maksimum menuju JFET. Di sisi lain, jika VGS

menjadi cukup negatif, sentuhan lapisan deplesi dan arus drain akan mati.

Operasi JFET berdasarkan pada pengubahan lebar kanal untuk

mengendalikan arus drain pada saat tegangan VDS diberikan pada drain dan

source. Jika lebar kanal mengecil, maka resistansi kanal bertambah dan arus drain

mengecil. Dengan memberikan bias balik ke sambungan gate-source maka daerah

deplesi pada kanal bertambah, sehingga mengakibatkan lebar kanal mengecil.

Ada dua cara mengendalikan lebar kanal, yaitu:

1. Mengubah nilai tegangan gate-source (VGS) pada tegangan drain-source (VDS)

yang konstan.

2. Mengubah nilai tegangan drain-source (VDS) pada tegangan gate-source (VGS)

yang konstan.

Pengaruh VGS terhadap ID pada VDS konstan terlihat pada gambar 2.9. Jika

VGS bertambah negatif, maka daerah deplesi bertambah dan lebar kanal menjadi

berkurang (sempit), dengan demikian arus drain menjadi berkurang. Pengaruh VDS

terhadap ID terlihat pada gambar 2.10. Bertambahnya VDS pada VGS konstan,

mengakibatkan ID bertambah. Hal ini mengakibatkan daerah deplesi bertambah

dan kanal menjadi sempit. Karena itu sampai pada nilai VDS tertentu, pertambahan

VDS tidak menambah nilai ID. Pada VGS = 0, nilai VDS yang menyebabkan ID

maksimum disebut tegangan pinch-off (tegangan jepit) VP.

Page 9: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

13

Gambar 2.9. Pengaruh VGS terhadap lebar kanal pada VDS konstan

Sumber: Widodo, Thomas Sri. Elektronika Dasar. Jakarta: Salemba Teknika. 2002. p.74.

Gambar 2.10. Pengaruh VDS terhadap lebar kanal pada VGS konstan

Sumber: Widodo, Thomas Sri. Elektronika Dasar. Jakarta: Salemba Teknika. 2002. p.74.

Daerah aktif sebuah JFET adalah antara VP dan VDS(max), seperti terlihat

pada gambar 2.11. yang menunjukkan grafik arus drain ID terhadap sumber

tegangan drain VDS untuk kondisi drain terhubung singkat.

Page 10: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

14

Gambar 2.11. Grafik arus gate-drain dihubung singkat

Sumber: Malvino, Albert Paul. Prinsip-Prinsip Elektronika. (Alb. Joko Santoso). Jakarta: Salemba Teknika. 2003. p.428.

Dari grafik terlihat bagaimana arus drain naik secara cepat dan kemudian

hampir menjadi horisontal ketika VDS lebih besar daripada VP. Tegangan minimum

VP (tegangan minimum pada daerah aktif) juga disebut tegangan pinch-off, dan

tegangan maksimum VDS(max) (tegangan maksimum pada daerah aktif) disebut

dengan tegangan breakdown. Di antara tegangan pinch-off dan breakdown, JFET

seperti sebuah sumber arus yang besarnya mendekati IDSS ketika VGS = 0.

Arus drain menjadi hampir konstan karena ketika VDS naik, lapisan deplesi

akan mengembang. Ketika VDS = VP, lapisan deplesi hampir menyentuhnya. Kanal

penghubung yang sempit akan memutuskan atau mencegah kenaikan arus. Inilah

sebabnya mengapa arus memiliki batas atas IDSS. IDSS menunjukkan drain arus ke

sumber dengan gate yang dihubungsingkatkan. Ini adalah arus drain maksimum

yang dapat dihasilkan sebuah JFET.

2.2.3. Daerah Operasi

Tegangan pinch-off (VP) memisahkan dua daerah operasi utama JFET.

Seperti yang terlihat pada kurva karakteristik drain pada gambar 2.12. Setelah VP

tercapai VDS dan resistansi kanal bertambah dengan laju yang sama. Karena ID

mendekati konstan dengan bertambahnya VDS. Daerah operasi antara VP dan VBR

(tegangan breakdown) atau daerah yang hampir horizontal adalah daerah saturasi

Page 11: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

15

atau daerah aktif atau daerah arus konstan atau daerah linear amplification.

Sedangkan bagian yang hampir vertikal pada kurva drain di bawah pinch-off

dinamakan daerah ohmic atau daerah voltage-controlled resistance.

Ketika beroperasi pada daerah ohmic, sebuah JFET akan ekuivalen dengan

sebuah resistor dengan sebuah nilai yang mendekati:

DSS

PDS I

VR = (2.1)

RDS disebut dengan hambatan ohmic JFET, dimana hambatan ohmic

adalah pembagian tegangan dengan arus pada daerah ohmic. Pada daerah ohmic,

JFET juga sering digunakan sebagai variabel resistor, yaitu:

2)1( PGS

od VV

rr

−= (2.2)

dimana ro adalah resistansi saat VGS = 0 V

Gambar 2.12. Kurva karakteristik drain dari JFET

Sumber: Widodo, Thomas Sri. Elektronika Dasar. Jakarta: Salemba Teknika. 2002. p.75.

Daerah ohmic

Break down

Daerah saturasi

VGS(off) = - 5V

- 4V

- 3V

- 2V

- 1V

VGS = 0V

VP = 5V Daerah cut off

VDS 5V

IDSS

ID mA

Page 12: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

16

Pada saat gate dan source dihubung singkat (VGS = 0 V) ID mencapai nilai

maksimumnya di IDSS (shorted gate drain current). Jika VGS makin negatif, maka

ID makin turun. Nilai VGS yang menyebabkan ID mendekati nol disebut VGS(off)

(tegangan cut-off gate source). Nilai VGS(off) sama dengan nilai VP mutlak.

Misalnya jika VGS(off) = –5V, maka VP = 5V. Hal ini terjadi karena kedua tegangan

akan memiliki besar yang sama karena kedua nilai tersebut adalah nilai ketika

lapisan deplesi tercapai atau hampir tercapai. Dalam bentuk persamaan:

|VGS(off) | = VP (2.3)

2.2.4. Karakteristik Transfer

Karakteristik transfer sebuah JFET merupakan hubungan antara ID

terhadap VGS yang membentuk sebuah kurva karakteristik transfer. Karakteristik

transfer JFET dinyatakan dengan persamaan Shockley, sebagai berikut: 2

)(

1

−=

offGS

GSDSSD V

VII (2.4)

untuk VGS < VGS(off)

dengan IDSS = arus drain dengan gate terhubung singkat

VGS = tegangan gate-source

VGS(off) = tegangan cut-off gate-source

Hubungan antara ID dan VGS untuk suatu JFET dapat digambarkan dengan kurva

karakteristik transfer seperti yang terlihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13. Kurva karakteristik transfer JFET

Sumber: Malvino, Albert Paul. Prinsip-Prinsip Elektronika. (Alb. Joko Santoso). Jakarta: Salemba Teknika. 2003. p.431.

Page 13: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

17

Dari persamaan Shockley yang telah disebutkan diatas, karakteristik

transfer dapat diturunkan menjadi persamaan:

−=

DSS

DoffGSGS I

IVV 1)( (2.5)

Penggunaan persamaan Shockley dan persamaan turunannya, akan lebih

memperjelas hubungan antara nilai ID dan VGS.

Dari persamaan (2.4):

pada saat VGS = 0 V, maka

( )2

2

)(

0101 −=

−= DSS

offGSDSSD I

VII

DSSD II = (2.6)

pada saat VGS = VGS(off), maka

( )2

2

)(

)( 111 −=

−= DSS

offGS

offGSDSSD I

VV

II

AI D 0= (2.7)

pada saat VGS = 0.5 VGS(off), maka

22

)(

)(

211

21

−=

−= DSS

offGS

offGSDSSD I

VV

II

( ) ( )4121 2DSSDSSD III ==

4DSS

DI

I = (2.8)

Dari persamaan (2.5):

pada saat ID = ½ IDSS, maka

( ) ( )293.05.012

1 )()()( offGSoffGSDSS

DSSoffGSGS VV

II

VV =−=

−=

)(3.0 offGSGS VV = (2.9)

Hubungan antara nilai ID dan VGS dari persamaan-persamaan yang sudah

disebutkan diatas, dapat mempermudah dalam perhitungan, terutama bila

menggunakan pendekatan grafik.

Page 14: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

18

2.2.5. Pembiasan JFET

Persamaan Shockley, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, masih

tetap digunakan dalam perhitungan bias. Sedangkan rumus dasar yang digunakan

pada analisa DC dalam semua rangkaian bias dan rangkaian penguat JFET adalah

sebagai berikut:

IG = 0 A (2.10)

ID = IS (2.11)

JFET dapat dibiaskan pada daerah ohmic maupun pada daerah aktif.

Ketika dibiaskan pada daerah ohmic, JFET akan ekuivalen dengan hambatan.

Sedangkan ketika dibiaskan pada daerah aktif, JFET akan ekuivalen dengan

sumber arus. Pembiasan pada daerah ohmic adalah bias tetap (fixed bias),

sedangkan pembiasan pada daerah aktif adalah bias sendiri (self bias), bias

pembagi-tegangan (voltage-divider bias), dan bias source dua-catu (two-supply

source bias).

2.2.5.1. Bias tetap (fixed bias)

Bias tetap (fixed bias) adalah terjadinya tegangan gate negatif yang

diberikan ke gate melalui resistor pembias. Pada rangkaian bias tetap diperlukan

dua supply dc agar transistor bisa bekerja. Gambar 2.14. menunjukkan konfigurasi

rangkaian bias tetap.

Gambar 2.14. Rangkaian bias tetap (fixed bias)

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.405.

Page 15: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

19

Dengan menggunakan analisa DC, maka kapasitor C1 dan C2 dianggap

sebagai “open circuit”. Rangkaian pengganti bias tetap untuk analisa DC

ditunjukkan pada gambar 2.15.

Gambar 2.15. Rangkaian pengganti DC bias tetap

Tegangan gate negatif -VGG diberikan ke gate melalui resistor pembias

RG. Karena tidak ada arus gate (IG = 0 A), maka tidak ada penurunan tegangan

pada RG. Nilai VGS adalah sama dengan VGG

VGS = VGG (2.12)

Tegangan gate mengatur arus drain sehingga lebih kecil daripada IDSS. Ketika arus

drain melalui RD, akan mengatur tegangan drain sebesar:

VDS = VDD - ID RD (2.13)

Dari gambar 2.15. diatas diketahui juga bahwa tidak ada tegangan pada

terminal source (VS = 0 V). Tegangan drain dan source didefinisikan sebagai:

VDS = VD – VS = VD – 0

VD = VDS (2.14)

Sedangkan tegangan gate dan source didefinisikan sebagai:

VGS = VG – VS = VG – 0

VG = VGS (2.15)

Analisa bias tetap, selain dari berbagai persamaan yang sudah disebutkan

diatas (pendekatan analisa rangkaian) juga dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan grafis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.16.

Page 16: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

20

Gambar 2.16. Pendekatan grafis dari bias tetap

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.406.

Dari gambar 2.16. diatas dapat dilihat bahwa nilai VGSQ sama dengan nilai

VGG, yang sesuai dengan persamaan (2.12), dan membentuk garis kerja (network

line) secara vertikal. Titik kerja (Q-point) diperoleh dari perpotongan antara garis

kerja dengan kurva karakteristik (device cueve). Setelah titik kerja diketahui,

maka nilai IDQ juga dapat diketahui dengan menarik garis lurus secara horisontal

ke kanan.

Karena VGS(off) dan IDSS mempunyai suatu rentang nilai, maka bias gate ini

tidak memberikan titik kerja Q yang stabil. Karena ketidakstabilan inilah maka

bias gate jarang sekali digunakan. Meskipun tidak sesuai untuk pembiasan pada

daerah aktif, bias gate sangat baik untuk pembiasan pada daerah ohmic karena

kestabilan titik Q tidak menjadi masalah.

2.2.5.2. Bias sendiri (self bias)

Berbeda dengan rangkaian bias tetap (fixed-bias) yang membutuhkan dua

supply tegangan DC, bias sendiri (self bias) hanya menggunakan satu supply

tegangan DC. Rangkaian bias sendiri ditunjukkan pada gambar 2.17.

Page 17: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

21

Gambar 2.17. Rangkaian bias sendiri (self bias)

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.409.

Dengan menggunakan analisa DC, maka kapasitor C1 dan C2 dianggap

sebagai “open circuit”. Rangkaian pengganti bias sendiri untuk analisa DC

ditunjukkan pada gambar 2.18.

Gambar 2.18. Rangkaian pengganti DC bias sendiri

Karena tidak ada arus gate (IG = 0 A), maka arus source sama dengan arus

drain (IS = ID) dan tidak ada penurunan tegangan pada RG.

VG = 0 V (2.16)

Arus drain mengalir melalui resistor source RS, tegangan yang muncul antara

source dan ground dirumuskan dengan:

Page 18: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

22

VRS = IS RS = ID RS (2.17)

Dengan menggunakan Hukum Tegangan Kirchoff sesuai loop tertutup pada

gambar 2.18. didapatkan:

VG = VGS + VRS = VGS + IDRS = 0

VGS = VG – IDRS = 0 – IDRS = – IDRS

maka:

VGS = – IDRS (2.18)

S

GSD R

VI −= (2.19)

Hal tersebut menyatakan bahwa tegangan gate-source sama dengan

negatif dari tegangan yang melalui resistor source. Pada dasarnya rangkaian akan

membuat bias sendiri dengan menggunakan tegangan yang melalui RS ke gate bias

balik (reverse bias).

Nilai VDS dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Tegangan

Kirchoff sesuai loop terbuka pada gambar 2.18. didapatkan:

VRS + VDS + VRD – VDD = 0

VDS = VDD – VRS – VRD = VDD – ISRS – IDRD

karena ID = IS,

maka:

VDS = VDD – ID (RD + RS) (2.20)

Nilai dari VS dan VD ditentukan sebagai berikut:

VS = IDRS (2.21)

VD = VDS + VS = VDD – VRD = VDD - IDRD (2.22)

Perhitungan secara matematis dapat dilakukan pada penyelesaian bias

sendiri. Dengan melakukan substitusi antara persamaan (2.19) dengan persamaan

Shockley (2.4), dan didapatkan: 2

)(

1

−=−

offGS

GSDSS

S

GS

VVI

RV

karena |VGS(off) | = VP, maka: 2

1

+=−

P

GSDSS

S

GS

VV

IR

V

Page 19: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

23

++=− 2

221P

GS

P

GSDSS

S

GS

VV

VVI

RV

kedua sisi dari persamaan diatas dikalikan dengan RS, maka:

22

2GS

P

SDSSGS

P

SDSSSDSSGS V

VRI

VV

RIRIV ++=−

0122

2 =+

++ SDSSGS

P

SDSSGS

P

SDSS RIVV

RIV

VRI

(2.23)

Persamaan diatas identik dengan persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0,

dimana:

2P

SDSS

VRI

a = 12

+=P

SDSS

VRI

b SDSS RIc = (2.24)

dengan penyelesaiannya adalah dengan rumus abc, sebagai berikut:

aacbbV channelnGS 2

42 −+−=− (2.25)

aacbbV channelpGS 2

42 −−+=− (2.26)

Analisa bias sendiri, selain dari berbagai persamaan yang sudah

disebutkan diatas (pendekatan matematis), juga dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan grafis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.19

Gambar 2.19. Pendekatan grafis dari bias sendiri

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.411.

Page 20: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

24

Pada gambar 2.19. diatas, garis kerja (network line) dibuat dengan

menetapkan dua buah titik. Titik pertama didapat pada saat nilai ID = 0 A.

Sedangkan titik kedua didapat dengan menetapkan nilai tertentu pada VGS atau ID.

Diambil yang paling mudah, yaitu pada saat ID = IDSS /2. Nilai VGS pada saat ID =

IDSS /2 adalah substitusi dari persamaan VGS = – IDRS yaitu VGS = – IDSSRS /2. Titik

kerja (Q-point) diperoleh dari perpotongan antara garis kerja dengan kurva

karakteristik (device cueve). Setelah titik kerja diketahui, maka nilai VGSQ dan IDQ

juga dapat diketahui.

Titik Q dari bias sendiri (self bias) tidak sestabil daripada bias pembagi-

tegangan maupun bias source dua-catu. Oleh sebab itu, bias sendiri (self bias)

biasanya digunakan hanya pada penguat sinyal kecil.

2.2.5.3. Bias pembagi-tegangan (voltage-divider bias)

Bias pembagi tegangan (voltage-divider bias) adalah terjadinya tegangan

gate yang merupakan hasil pembagian tegangan melalui resistor source. Gambar

2.20. menunjukkan rangkaian bias pembagi-tegangan.

Gambar 2.20. Rangkaian bias pembagi-tegangan (voltage-divider bias)

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.415.

Dengan menggunakan analisa DC, maka kapasitor C1, C2 dan CS dianggap

sebagai “open circuit”. Rangkaian pengganti bias pembagi-tegangan untuk analisa

DC ditunjukkan pada gambar 2.21.

Page 21: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

25

Gambar 2.21. Rangkaian pengganti DC bias pembagi-tegangan

Perhitungan dari rangkaian bias pembagi-tegangan hampir sama dengan

rangkaian bias sendiri. Yang membedakan hanyalah bila pada bias sendiri tidak

ada penurunan tegangan pada RG (VG = 0 V), maka pada bias pembagi-tegangan

terdapat nilai tegangan VG (VG > 0 V).

Analisa pada bias pembagi-tegangan dimulai dengan menentukan terlebih

dahulu nilai VG, menggunakan rumus pembagi-tegangan, sebagai berikut:

21

2

RRRVV DDG +

= (2.27)

Pembagi tegangan menghasilkan tegangan gate yang merupakan bagian

dari tegangan catu. Dengan mengurangi tegangan gate-source, kita memperoleh

tegangan yang melalui resistor source:

VRS = VG – VGS

VGS = VG – VRS = VG – ISRS = VG – IDRS

S

GSGD R

VVI

−= (2.28)

Nilai VDS dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Tegangan

Kirchoff sesuai loop terbuka pada gambar 2.21. didapatkan:

VRS + VDS + VRD – VDD = 0

VDS = VDD – VRS – VRD = VDD – ISRS – IDRD

Page 22: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

26

karena ID = IS,

maka:

VDS = VDD – ID (RD + RS) (2.29)

Nilai dari VS dan VD ditentukan sebagai berikut:

VS = IDRS (2.30)

VD = VDS + VS = VDD – VRD = VDD - IDRD (2.31)

Perhitungan secara matematis dapat dilakukan pada penyelesaian bias

pembagi tegangan. Dengan melakukan substitusi antara persamaan (2.28) dengan

persamaan Shockley (2.4), dan didapatkan: 2

)(

1

−=

offGS

GSDSS

S

GSG

VVI

RVV

karena |VGS(off) | = VP, maka: 2

1

+=

P

GSDSS

S

GSG

VVI

RVV

++=

−2

221P

GS

P

GSDSS

S

GSG

VV

VVI

RVV

kedua sisi dari persamaan diatas dikalikan dengan RS, maka:

22

2GS

P

SDSSGS

P

SDSSSDSSGSG V

VRIV

VRIRIVV ++=−

01222 =−+

++ GSDSSGS

P

SDSSGS

P

SDSS VRIVV

RIVV

RI (2.32)

Persamaan diatas identik dengan persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0,

dimana:

2P

SDSS

VRI

a = 12

+=P

SDSS

VRI

b GSDSS VRIc −= (2.33)

dengan penyelesaiannya adalah dengan rumus abc, sebagai berikut:

aacbbV channelnGS 2

42 −+−=− (2.34)

aacbbV channelpGS 2

42 −−+=− (2.35)

Page 23: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

27

Analisa bias pembagi-tegangan, selain dari berbagai persamaan yang

sudah disebutkan diatas (pendekatan matematis), juga dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan grafis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.22.

Gambar 2.22. Pendekatan grafis dari bias pembagi tegangan

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.416.

Pada gambar 2.22. diatas, garis kerja (network line) dibuat dengan

menetapkan dua buah titik. Penetapan dua buah titik ini berdasarkan persamaan

VGS = VG – IDRS. Titik pertama didapat pada saat nilai ID = 0 A, maka VGS = VG.

Sedangkan titik kedua didapat pada saat VGS = 0 V, maka ID = VG /RS. Titik kerja

(Q-point) diperoleh dari perpotongan antara garis kerja dengan kurva karakteristik

(device curve). Setelah titik kerja diketahui, maka nilai VGSQ dan IDQ juga dapat

diketahui.

Ketika tegangan gate besar, tegangan gate itu dapat memberikan variasi

VGS dari satu JFET terhadap lainnya. Idealnya arus drain sama dengan tegangan

gate dibagi dengan hambatan source. Sebagai hasilnya, arus drain hampir konstan

untuk JFET apapun. Untuk sebuah penguat, titik Q harus berada pada daerah aktif.

Hal ini berarti bahwa VDS harus lebih besar daripada IDRDS (daerah ohmic) dan

lebih kecil dari VDD (cutoff). Ketika tegangan catu yang besar tersedia, bias

pembagi-tegangan dapat mengatur titik Q yang stabil.

Page 24: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

28

2.2.5.4. Bias source dua-catu (two-supply source bias)

Bias source dua-catu (two-supply source bias) merupakan modifikasi dari

rangkaian bias tetap dan rangkaian bias sendiri. Secara konfigurasi rangkaian, bias

source dua-catu hampir sama dengan bias sendiri, perbedaannya adalah adanya

dua supply tegangan dc yang digunakan pada rangkaian bias ini. Sedangkan

perbedaan dengan rangkaian bias tetap yaitu bila pada rangkaian bias tetap

menggunakan dua supply tegangan dc yaitu VDD dan VGG, maka pada rangkaian

bias source dua-catu, supply tegangan dc yang digunakan adalah VDD dan VSS.

Rangkaian bias source dua-catu ditunjukkan oleh gambar 2.23.

Gambar 2.23. Rangkaian bias source dua-catu (two-supply source bias)

Sumber: Malvino, Albert Paul. Prinsip-Prinsip Elektronika. (Alb. Joko Santoso). Jakarta: Salemba Teknika. 2003. p.436.

Dari rangkaian diatas, dapat dibuat rangkaian pengganti untuk analisa DC,

seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.24.

Gambar 2.24. Rangkaian pengganti DC bias source dua-catu

Page 25: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

29

Dengan menggunakan Hukum Tegangan Kirchoff sesuai loop tertutup

pada gambar 2.24. didapatkan:

– VGS – VRS + VSS = 0

– VGS – ISRS + VSS = 0

VGS = VSS – ISRS

karena IS = ID, maka:

VGS = VSS – IDRS (2.36)

S

GSSSD R

VVI

−= (2.37)

Nilai VDS dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Tegangan

Kirchoff sesuai loop terbuka pada gambar 2.24. didapatkan:

– VSS + VRS + VDS + VRD – VDD = 0

– VSS + ISRS + VDS + IDRD – VDD = 0

karena IS = ID, maka:

VDS = VDD + VSS – ID (RD + RS) (2.38)

Analisa bias source dua-catu, selain dari berbagai persamaan yang sudah

disebutkan diatas (pendekatan matematis), juga dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan grafis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.25

.

Gambar 2.25. Pendekatan grafis bias source dua-catu

Page 26: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

30

Pendekatan grafis dari bias source dua-catu hampir sama dengan

pendekatan grafis dari bias pembagi-tegangan, bedanya hanyalah tidak

terdapatnya nilai VG, dan adanya tegangan supply source (VSS). Pada gambar 2.25.

diatas, garis kerja (network line) dibuat dengan menetapkan dua buah titik.

Penetapan dua buah titik ini berdasarkan persamaan VGS = VSS – IDRS. Titik

pertama didapat pada saat nilai ID = 0 A, maka VGS = VSS. Sedangkan titik kedua

didapat pada saat VGS = 0 V, maka ID = VSS /RS. Titik kerja (Q-point) diperoleh

dari perpotongan antara garis kerja dengan kurva karakteristik (device curve).

Setelah titik kerja diketahui, maka nilai VGSQ dan IDQ juga dapat diketahui.

Bias source dua-catu ini digunakan untuk menghasilkan variasi VGS

dengan membuat VSS jauh lebih besar daripada VGS. Idealnya, arus drain sama

dengan tegangan catu source dibagi dengan hambatan source. Dalam kasus ini,

arus drain hampir konstan dalam penggantian JFET dan perubahan suhu.

2.2.5.5. Perbandingan Kestabilan Bias JFET

Umumnya pada lembar spesifikasi data JFET, terdapat nilai IDSS dan

VGS(off) maksimum serta IDSS dan VGS(off) minimum. Antara satu komponen dengan

komponen yang lain dari satu tipe JFET yang sama, bisa mempunyai nilai IDSS dan

VGS(off) yang berbeda. Hal ini disebabkan karena tidak ada suatu komponen yang

benar-benar identik antara satu dengan yang lain. Oleh karena itulah maka dalam

lembar spesifikasi data terdapat nilai maksimum dan nilai minimum. Hal itu

berarti bahwa perbedaan antara satu komponen dengan komponen lain dalam satu

tipe JFET, berada dalam range dari nilai minimum hingga nilai maksimum.

Pembiasan JFET, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat

diperbandingkan tingkat kestabilannya dilihat dari titik kerjanya (Q-point) pada

grafik kurva karakteristik transfer. Pembiasan JFET disini yang akan

dibandingkan adalah bias tetap, bias sendiri dan bias pembagi tegangan. Bias

source dua-catu tidak dibandingkan karena mempunyai grafik penentuan titik

kerja yang sama dengan bias pembagi tegangan.

Dalam perbandingan ini digunakan spesifikasi dari JFET yang sama, dan

diasumsikan mempunyai nilai IDSS dan VGS(off) yang sama. Ditentukan juga titik

kerja (Q-point) yang sama dalam kurva karakteristik transfer. Kemudian dibuat

Page 27: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

31

kurva karakteristik transfer lain yang akan menghasilkan titik kerja alternatif (Q’-

point) yang berfungsi untuk melihat perubahan besaran titik kerja dalam nilai ∆ID.

Gambar 2.26. menunjukkan perbandingan kestabilan bias JFET.

Gambar 2.26. Grafik perbandingan kestabilan bias JFET

Sumber: Floyd, Thomas L. Electronic Devices. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. 1996. p.245.

Dari gambar 2.26. diatas dapat dilihat bahwa perubahan besaran titik kerja

dalam nilai ∆ID terkecil adalah dari konfigurasi bias pembagi tegangan.

Sedangkan perubahan besaran titik kerja dalam nilai ∆ID yang terbesar adalah

konfigurasi bias tetap. Hal ini menunjukkan bahwa konfigurasi bias pembagi

tegangan mempunyai tingkat kestabilan titik kerja yang paling baik diantara

ketiga konfigurasi bias yang lainnya karena mempunyai perubahan besaran titik

kerja yang paling kecil.

2.3. Model FET Sinyal-Kecil (Small-Signal FET)

Konsep dari analisa sinyal-kecil FET adalah untuk membuat rangkaian

penguat sinyal-kecil yang menghasilkan penguatan tegangan (voltage gain)

dengan impedansi masukan yang tinggi. Transistor bipolar bekerja dengan

mengendalikan arus keluaran yang besar (collector) dari arus masukan yang lebih

Page 28: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

32

kecil (base), sedangkan FET bekerja dengan mengendalikan arus keluaran (drain)

dari tegangan masukan yang kecil (gate-source).

Rangkaian pengganti AC FET pada dasarnya lebih sederhana

dibandingkan dengan pada transistor bipolar. Bila pada transistor bipolar

mempunyai penguatan arus (current gain = β), maka FET mempunyai

transkonduktansi (gm). Pada saat digunakan sebagai rangkaian penguat,

sebenarnya transistor bipolar dan FET mempunyai fungsi yang sama. Tetapi

karena mempunyai resistansi masukan yang tinggi, FET lebih baik digunakan

untuk beberapa aplikasi tertentu.

FET dapat digunakan untuk aplikasi linear pada rangkaian penguat atau

aplikasi digital pada rangkaian logika. FET juga dapat digunakan pada banyak

aplikasi frekuensi tinggi serta untuk aplikasi rangkaian penyangga (buffer).

2.3.1. Transkonduktansi (gm)

Untuk melakukan analisa AC dari rangkaian FET, perlu ditentukan

terlebih dahulu rangkaian pengganti AC dari rangkaian FET tersebut. Rangkaian

pengganti AC yang digunakan ini sama untuk berbagai jenis FET yang ada. Hal

yang utama dalam analisa AC rangkaian FET adalah bahwa tegangan AC

digunakan pada terminal gate-source untuk mengendalikan arus antara terminal

drain-source.

Parameter penting yang terdapat pada FET adalah transkonduktansi (gm),

dimana merupakan lekukan dari kurva karakteristik transfer pada titik kerja (Q-

point). Transkonduktansi didefinisikan sebagai arus drain-source AC dibagi

dengan tegangan gate-source AC. Transkonduktansi dapat mengindikasikan

efektif atau tidaknya tegangan gate-source dalam mengendalikan arus drain.

Untuk menganalisis penguat JFET, diperlukan transkonduktansi yang

didefinisikan sebagai:

gs

dm V

ig = (2.39)

sedangkan definisi dasar transkonduktansi, pada saat VDS konstan adalah:

GS

Dm V

Ixymg

∆∆

=∆∆

== (2.40)

Page 29: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

33

Persamaan 2.40. diatas digunakan untuk mendefinisikan nilai

transkonduktansi (gm) dengan menggunakan pendekatan grafik pada kurva

karakteristik transfer, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.27.

Gambar 2.27. Definisi gm menggunakan kurva karakteristik transfer

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.466.

Definisi gm dengan menggunakan pendekatan grafik, seperti yang telah

dijelaskan diatas, membutuhkan tingkat akurasi yang tinggi karena perubahan dari

tiap penempatan titik akan merubah nilai gm. Semakin besar grafik yang

digunakan, maka tingkat akurasi akan semakin baik, tetapi hal itu merupakan

masalah tersendiri bila harus mendefinisikan gm dalam jumlah yang banyak.

Karena keterbatasan tersebut, maka dapat digunakan pendekatan matematis,

dimana dalam mendefinisikan gm tidak perlu lagi menggambar grafik terlebih

dulu, tetapi hanya menggunakan persamaan-persamaan matematis yang relatif

lebih sederhana dibandingkan dengan pendekatan grafik.

Nilai ID seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada persamaan

Sockley, disubstitusikan dalam persamaan (2.40) dan kemudian diturunkan

terhadap VGS, dan didapatkan:

−==

2

)(1

offGS

GSDSS

GSGS

Dm V

VI

dVd

dVdIg

Page 30: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

34

−=

−=

)()()()(1

2112offGS

GS

offGS

DSS

offGSoffGS

GSDSSm V

VV

IVV

VIg

karena VGS(off) bernilai negatif untuk n-channel JFET, maka akan dihilangkan

tanda negatif yang ada dengan memberikan tanda nilai mutlak pada persamaan

diatas, didapatkan:

−=

)()(

12

offGS

GS

offGS

DSSm V

VV

Ig (2.41)

Nilai maksimum transkonduktansi yang terjadi pada saat VGS = 0 V disebut

dengan gmo, dan ditentukan dengan persamaan:

)(

2

offGS

DSSmo V

Ig = (2.42)

dengan mensubstitusikan persamaan (2.42) ke persamaan (2.41) maka:

−=

)(1

offGS

GSmom V

Vgg (2.43)

Dari persamaan diatas dapat diketahui hubungan antara gm dengan VGS,

dimana pada saat nilai gm = 0, nilai VGS akan sama dengan VGS(off) (VGS

maksimum), dan pada saat nilai VGS = 0 V, nilai gm akan sama dengan gm0 (gm

maksimum). Maka dapat diketahui pula pada saat gm = ½ gm0, nilai VGS akan sama

dengan ½ VGS(off), demikian juga sebaliknya. Gambar 2.28 menunjukkan grafik

hubungan antara gm dengan VGS pada saat gm = ½ gm0, VGS = ½ VGS(off).

Page 31: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

35

Gambar 2.28. Grafik hubungan antara gm dengan VGS

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.468.

Hubungan antara gm dengan ID, seperti ditunjukkan pada gambar 2.29.,

dapat ditentukan menggunakan persamaan Shockley, sebagai berikut: 2

)(

1

−=

offGS

GSDSSD V

VII

DSS

D

offGS

GS

II

VV

=−)(

1 (2.44)

persamaan (2.44) di atas disubstitusikan ke dalam persamaan (2.43), didapatkan:

DSS

Dm

offGS

GSmm I

IgV

Vgg 0

)(0 1 =

−= (2.45)

Penggunaan persamaan (2.45) diatas, dapat digunakan untuk lebih

memperjelas hubungan antara nilai gm dan ID:

Pada saat ID = IDSS, maka:

00 mDSS

DSSmm g

II

gg == (2.46)

Pada saat ID = IDSS/2, maka:

00 707,02/

mDSS

DSSmm g

II

gg == (2.47)

Pada saat ID = IDSS/4, maka:

Page 32: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

36

00

00 5,02

4/m

m

DSS

DSSmm g

gI

Igg === (2.48)

Gambar 2.29. Grafik hubungan antara gm dengan ID

Unit mho adalah rasio arus terhadap tegangan. Unit yang ekuivalen dan

lebih modern untuk mho disebut siemen (S). Jadi besaran dari gm adalah mho atau

siemen (S). Kedua besaran (mho dan siemen) dapat digunakan. Pada lembar

spesifikasi data (data sheet), nilai gm disebut sebagai yfs atau gfs, dimana f

menunjukkan parameter transfer maju, sedangkan s menunjukkan bahwa

transkonduktansi ini terhubung dengan terminal source.

2.3.2. Impedansi FET

FET mempunyai impedansi masukan (Zi) maupun impedansi keluaran

(Zo). Impedansi masukan FET yang ada saat ini mempunyai nilai yang cukup

besar, yang diasumsikan bahwa terminal masukan dianggap sebagai “open

circuit”. Dituliskan dalam persamaan sebagai:

Zi (FET) = ∞ Ω (2.49)

Untuk JFET biasanya mempunyai nilai impedansi masukan sebesar 109 Ω

(1000 MΩ), sedangkan untuk MOSFET dan MESFET mempunyai nilai

impedansi masukan antara 1012 Ω sampai 1015 Ω.

Pada data sheet, impedansi keluaran FET biasanya disebut sebagai yos atau

gos, dengan satuannya adalah µS, dimana o menunjukkan parameter kerja keluaran

Page 33: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

37

dan s menunjukkan bahwa impedansi keluaran terhubung dengan terminal source.

Persamaan impedansi keluaran adalah:

ososdo gy

rZ 11)FET( === (2.50)

2.3.3. Rangkaian Pengganti AC FET

Setelah membahas tentang perameter-paremeter penting di dalam model

sinyal-kecil FET, maka rangkaian pengganti AC FET dapat lebih mudah dibentuk

dan dipahami. Rangkaian pengganti AC FET ditunjukkan pada gambar 2.30.

Gambar 2.30. Rangkaian pengganti AC FET

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.471.

Dalam rangkaian pengganti AC FET pada gambar 2.30., arus Id yang

dikendalikan oleh Vgs termasuk didalam sumber arus gmVgs yang terhubung dari

drain ke source. Sumber arus gmVgs mempunyai arah panah yang menunjuk dari

drain ke source untuk menentukan perubahan fasa 180° antara tegangan keluaran

dan tegangan masukan. Impedansi masukan ditunjukkan oleh rangkaian terbuka

(open circuit) pada terminal masukan, dan impedansi keluaran ditunjukkan oleh

resistor rd dari drain ke source. Tegangan gate-source dalam rangkaian pengganti

AC ini menggunakan simbol Vgs, untuk membedakan dengan analisa DC.

Pada kondisi tertentu dimana pada saat nilai rd besar, rangkaian pengganti

AC dapat dibuat lebih sederhana, dengan mengabaikan nilai rd (dianggap sebagai

open circuit), yaitu hanya terdiri dari sebuah sumber arus gmVgs yang berfungsi

untuk mengendalikan tegangan Vgs dan parameter gm.

Page 34: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

38

2.4. Penguat JFET Tanpa Beban

Operasi penguat JFET menyerupai penguat pada BJT. Perbedaan antara

keduanya adalah bila BJT adalah komponen devais terkendali arus, sedangkan

FET adalah devais terkendali tegangan. Adapun impedansi masukan penguat FET

jauh lebih tinggi dibandingkan penguat BJT. Parameter-parameter penting yang

digunakan di dalam rangkaian penguat JFET ini juga hampir sama dengan

penguat BJT, yaitu impedansi masukan (Zi), imepdansi keluaran (Zo) serta

penguatan tegangan (AV) untuk masing-masing konfigurasi penguat.

Seperti pada penguat BJT yang dibedakan dalam tiga konfigurasi, yaitu

common emmiter (CE), common collector (CC), dan common base (CB). Penguat

FET juga dibedakan dalam tiga konfigurasi, yaitu penguat common source (CS),

penguat common drain (CD), dan penguat common gate (CG).

2.4.1. Penguat Common Source (CS)

Rangkaian penguat common source merupakan konfigurasi rangkaian

penguat JFET yang paling banyak digunakan untuk berbagai aplikasi. Penggunaan

rangkaian penguat common source ini populer digunakan dan dibedakan

berdasarkan konfigurasi rangkaian biasnya, yaitu common source konfigurasi bias

tetap, common source konfigurasi bias sendiri, dan common source konfigurasi

bias pembagi tegangan.

2.4.1.1. Common Source Konfigurasi Bias Tetap

Rangkaian penguat common source konfigurasi bias tetap menggunakan

dua buah supply DC seperti halnya rangkaian bias tetap. Pada rangkaian penguat

ini menggunakan dua buah kapasitor penggandeng C1 dan C2 yang berfungsi

sebagai pemisah dari sinyal dan beban DC. Pada analisa AC, kedua kapasitor C1

dan C2 bekerja sebagai hubung singkat (short-circuit). Rangkaian penguat

common source konfigurasi bias tetap ditunjukkan pada gambar 2.31.

Page 35: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

39

Gambar 2.31. Penguat common source konfigurasi bias tetap

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.472.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, parameter gm dan rd dapat

ditentukan dari persamaan bias DC, lembar spesifikasi data (data sheet), dan

kurva karakteristik transfer. Rangkaian pengganti untuk analisa AC dari rangkaian

diatas ditunjukkan pada gambar 2.32.

Gambar 2.32. Rangkaian pengganti AC common source konfigurasi bias tetap

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.473.

Pada gambar 2.31. di atas, kapasitor C1 dan C2 dalam kondisi hubung

singkat (short circuit), karena reaktansi XC = 1/(2πfC) berharga sangat kecil

dibandingkan dengan impedansi masukan maupun impedansi keluaran.

Sedangkan supply DC VGG dan VDD diset pada nilai 0 V sehingga juga menjadi

kondisi hubung singkat. Polaritas Vgs ditentukan berdasarkan arah panah dari

sumber arus gmVgs. Jika Vgs berharga negatif, maka arah dari sumber arus adalah

Page 36: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

40

terbalik. Sinyal yang masuk didefinisikan sebagai Vi, dan sinyal keluaran yang

melewati RD didefinisikan sebagai Vo.

Karena terminal masukan pada rangkaian pengganti AC dalam kondisi

open circuit, maka didapatkan impedansi masukan:

Zi = RG (2.51)

Untuk menentukan Zo, Vi diset pada nilai 0 V dan Vgs ditetapkan nilainya

sebesar 0 V. Didapatkan bahwa gmVgs = 0 mA dan sumber arus dapat digantikan

menjadi open circuit, seperti ditunjukkan pada gambar 2.33. Didapatkan

impedansi keluaran yaitu:

Zo = RDrd (2.52)

Gambar 2.33. Rangkaian untuk menentukan Zo

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.473.

Jika resistansi rd bernilai cukup besar (mencapai 10:1) dibandingkan RD,

didapatkan persamaan RDrd ≈ RD, dengan nilai rd dapat diabaikan. Maka

impedansi keluaran (pada kondisi rd ≥ 10RD) adalah:

Do RZ ≅ (2.53)

Penguatan tegangan (AV) dapat ditentukan dengan terlebih dahulu

mendapatkan nilai Vo. Dari gambar 2.32. didapatkan:

Vo = – gmVgs (RDrd)

karena Vgs = Vi

maka Vo = – gmVi (RDrd)

dan didapatkan:

)( dDmi

oV rRg

VVA −== (2.54)

Penguatan tegangan (AV) pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:

Page 37: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

41

Dmi

oV Rg

VVA −== (2.55)

Tanda negatif pada hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)

menunjukkan bahwa terjadi pembalikan fasa sebesar 180° antara tegangan

masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo).

2.4.1.2. Common Source Konfigurasi Bias Sendiri

Seperti sudah dijelaskan pada penjelasan bias JFET. Bila pada rangkaian

bias tetap (fixed-bias) membutuhkan dua supply tegangan DC, bias sendiri (self

bias) hanya menggunakan satu supply tegangan DC. Rangkaian penguat common

source konfigurasi bias sendiri hanya menggunakan satu buah supply DC. Pada

rangkaian penguat ini menggunakan dua buah kapasitor penggandeng C1 dan C2

yang berfungsi sebagai pemisah dari sinyal dan beban DC, serta dengan atau tanpa

kapasitor CS. Rangkaian penguat common source konfigurasi bias sendiri

ditunjukkan pada gambar 2.34.

Gambar 2.34. Penguat common source konfigurasi bias sendiri

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.475.

a. Dengan Kapasitor CS

Pada analisa AC dengan menggunakan kapasitor CS, ketiga kapasitor C1,

C2 dan CS bekerja sebagai hubung singkat (short-circuit). Karena CS kondisi

hubung singkat, maka RS dilewatkan (bypass). Sedangkan supply DC VDD diset

Page 38: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

42

pada nilai 0 V sehingga juga menjadi kondisi hubung singkat. Rangkaian

pengganti untuk analisa AC dari rangkaian penguat common source konfigurasi

bias sendiri dengan menggunakan kapasitor CS ditunjukkan pada gambar 2.35.

Gambar 2.35. Rangkaian pengganti AC common source konfigurasi bias sendiri

dengan menggunakan kapasitor CS

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.477.

Karena bentuk dari rangkaian pengganti AC ini sama seperti rangkaian

pengganti AC dari penguat common source konfigurasi bias tetap, maka

penurunan persamaannya juga sama.

impedansi masukan:

Zi = RG (2.56)

impedansi keluaran yaitu:

Zo = RDrd (2.57)

impedansi keluaran (pada kondisi rd ≥ 10RD) adalah:

Do RZ ≅ (2.58)

penguatan tegangan:

)( dDmi

oV rRg

VVA −== (2.59)

penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:

Dmi

oV Rg

VVA −== (2.60)

Tanda negatif pada hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)

menunjukkan bahwa terjadi pembalikan fasa sebesar 180° antara tegangan

masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo).

Page 39: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

43

b. Tanpa Kapasitor CS

Bila pada rangkaian penguat sebelumnya dengan menggunakan CS terjadi

kondisi dimana CS hubung singkat dan RS dilewatkan (bypass), maka bila

rangkaian tanpa menggunakan kapasitor CS, resistor RS menjadi bagian dari

rangkaian pengganti AC dan tidak dilewatkan (unbypass). Supply DC VDD diset

pada nilai 0 V sehingga menjadi kondisi hubung singkat. Rangkaian pengganti

AC common source konfigurasi bias sendiri tanpa menggunakan kapasitor CS

ditunjukkan pada gambar 2.36.

Gambar 2.36. Rangkaian pengganti AC common source konfigurasi bias sendiri

tanpa menggunakan kapasitor CS

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.477.

Karena terminal masukan pada rangkaian pengganti AC dalam kondisi

open circuit, maka didapatkan impedansi masukan:

Zi = RG (2.61)

Pada saat Vi = 0 V dan Vo = −IDRD, impedansi keluaran didefinisikan

sebagai:

dari gambar 2.36. dengan menggunakan hukum arus Kirchoff, didapatkan

Io + ID = gmVgs + Ird

Io = gmVgs + Ird – ID

Dd

gsogsmD

d

rdgsmo I

rVV

VgIr

VVgI −

++=−+=

o

DD

o

oo I

RIIVZ −==

Page 40: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

44

Dd

ogs

dmD

d

gs

d

ogsmo I

rV

Vr

gIr

VrV

VgI −+

+=−++=

1

Dd

DDgs

dmo I

rRI

Vr

gI −−

+=

1

karena Vgs = −(ID + Io)RS

maka ( ) Dd

DDSoD

dmo I

rRIRII

rgI −−+

+−=

1

persamaan diatas dapat diubah menjadi

+++−=

++

d

D

d

SSmD

d

SSmo r

RrR

RgIrR

RgI 11

d

SSm

d

D

d

SSmD

o

rR

Rg

rR

rR

RgII

++

+++−

=1

1

maka, impedansi keluaran yaitu:

d

SSm

d

D

d

SSmD

DD

o

oo

rR

Rg

rR

rR

RgI

RIIV

Z

++

+++−

−==

1

1

D

d

D

d

SSm

d

SSm

o R

rR

rR

Rg

rR

RgZ

+++

++

=1

1 (2.62)

pada kondisi rd ≥ 10RD

d

D

d

SSm r

RrR

Rg >>

+1

maka

+≅

+++

d

SSm

d

D

d

SSm r

RRg

rR

rR

Rg 11

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:

Zo = RD (2.63)

Page 41: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

45

Dari gambar 2.36. dengan menggunakan hukum tegangan Kirchoff pada

rangkaian masukan, didapatkan:

Vi – Vgs – VRS = 0

Vgs = Vi – IDRS

tegangan pada rd didefinisikan sebagai

Vrd = Vo – VRS

dan d

RSo

d

rdrd r

VVr

VI

−==

dengan menggunakan hukum arus Kirchoff, didapatkan:

ID = gmVgs + Ird

d

RSogsmD r

VVVgI

−+=

substitusi nilai dari Vgs, Vo, dan VRS, didapatkan:

( ) ( ) ( )d

SDDDSDimD r

RIRIRIVgI

−−+−=

imd

SDSmD Vg

rRR

RgI =

+++1

d

SDSm

imD

rRR

Rg

VgI

+++

=1

didapatkan tegangan keluaran, yaitu:

d

SDSm

iDmDDo

rRR

Rg

VRgRIV

+++

−=−=1

maka, penguatan tegangan adalah:

d

SDSm

Dm

i

oV

rRR

Rg

RgVV

A+

++−==

1 (2.64)

penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:

Sm

Dm

i

oV Rg

RgVV

A+

−==1

(2.65)

Page 42: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

46

Tanda negatif pada hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)

menunjukkan bahwa terjadi pembalikan fasa sebesar 180° antara tegangan

masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo).

2.4.1.3. Common Source Konfigurasi Bias Pembagi Tegangan

Rangkaian penguat common source konfigurasi bias pembagi tegangan ini

identik dengan rangkaian bias pembagi tegangan.. Pada rangkaian penguat ini

menggunakan dua buah kapasitor penggandeng C1 dan C2 yang berfungsi sebagai

pemisah dari sinyal dan beban DC, serta kapasitor CS yang berfungsi sebagai

pelewat (bypass) RS. Rangkaian penguat common source konfigurasi bias pembagi

tegangan ditunjukkan pada gambar 2.37.

Gambar 2.37. Penguat common source konfigurasi bias pembagi tegangan

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.481.

Pada analisa AC, kapasitor penggandeng (coupling) C1, C2 dan kapasitor

pelewat (bypass) CS bekerja sebagai hubung singkat (short-circuit). Karena CS

kondisi hubung singkat, maka RS dilewatkan (bypass). Sedangkan supply DC VDD

diset pada nilai 0 V sehingga juga menjadi kondisi hubung singkat. Oleh karena

itu, sinyal digandeng secara langsung ke gate. Jika source dilewatkan langsung ke

ground, semua tegangan masukan AC tampak di antara gate dan source. Hal ini

akan menghasilkan arus drain AC. Jika arus drain AC mengalir melalui resistor

source, akan diperoleh penguatan dan pembalikan tegangan keluaran. Sinyal

keluaran ini kemudian digandeng ke resistor beban. Rangkaian pengganti untuk

Page 43: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

47

analisa AC dari rangkaian penguat common source konfigurasi bias pembagi

tegangan ditunjukkan pada gambar 2.38.

Gambar 2.38. Rangkaian pengganti AC common source konfigurasi bias pembagi

tegangan

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.481.

Karena terminal masukan pada rangkaian pengganti AC dalam kondisi

open circuit dan R1 dan R2 dalam keadaan paralel, maka didapatkan impedansi

masukan:

Zi = R1 R2 (2.66)

Untuk menentukan Zo, Vi diset pada nilai 0 V dan Vgs serta gmVgs

ditetapkan nilainya sebesar 0 V. Didapatkan impedansi keluaran yaitu:

Zo = RDrd (2.67)

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:

Zo = RD (2.68)

untuk menentukan penguatan tegangan, harus diketahui terlebih dahulu nilai Vi

dan Vo, sebagai berikut:

Vi = Vgs

Vo = – gmVgs(RDrd)

penguatan tegangan, yaitu:

( )gs

dDgsm

i

oV V

rRVgVV

A−

==

)( dDmi

oV rRg

VVA −== (2.69)

penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:

Page 44: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

48

Dmi

oV Rg

VVA −== (2.70)

Tanda negatif pada hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)

menunjukkan bahwa terjadi pembalikan fasa sebesar 180° antara tegangan

masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo).

2.4.2. Penguat Common Drain (CD)

Rangkain penguat common drain disebut juga sebagai konfigurasi

rangkaian pengikut source (source follower). Seperti pengikut emmiter pada

transistor BJT, pengikut source memiliki penguatan tegangan lebih rendah dari 1.

Keuntungan utama dari pengikut source adalah impedansi masukan yang tinggi.

Rangkain penguat common drain ditunjukkan pada gambar 2.39.

Gambar 2.39. Penguat common drain (source follower)

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.482.

Dari gambar 2.39. dapat dilihat bahwa keluaran terletak pada terminal

source. Hal ini yang membedakan dengan rangkaian penguat common source.

Pada analisa AC, supply DC VDD pada kondisi hubung singkat (short circuit), dan

terminal drain terhubung dengan ground. Gambar 2.40. menunjukkan rangkaian

pengganti AC dari penguat common drain.

Page 45: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

49

Gambar 2.40. Rangkaian pengganti AC common drain

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.483.

Dari gambar 2.40. diatas dapat dilihat bahwa sumber arus bekerja dengan

arah yang berlawanan (reversed), sedangkan Vgs tetap ditentukan pada terminal

gate dan source. Impedansi masukan didefinisikan sebagai:

Zi = RG (2.71)

Untuk menentukan Zo, Vi diset pada nilai 0 V dan didapatkan bahwa

terminal gate terhubung langsung dengan ground. Karena sumber arus bekerja

dengan arah yang berlawanan, maka Vo = –Vgs, seperti ditunjukkan pada gambar

2.41.

Gambar 2.41. Rangkaian untuk menentukan Zo

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.483.

Menggunakan hukum arus Kirchoff pada node S dari gambar 2.41. diatas,

didapatkan:

Io + gmVgs = Ird + IRS

S

o

d

ogsmo R

VrV

VgI +=+

( )omSd

ogsmSd

oo VgRr

VVgRr

VI −−

+=−

+=

1111

Page 46: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

50

++= m

Sdoo g

RrVI 11

dapat dicari impedansi keluaran yaitu:

mSdm

Sdm

Sdo

o

o

oo

gRrg

RrgRr

V

VIV

Z

1111

1111

11 ++=

++=

++

==

Zo = rdRS1/gm (2.72)

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RS, adalah:

Zo = RS1/gm (2.73)

Tegangan keluaran didefinisikan sebagai

Vo = gmVgs(rdRS)

dengan menggunakan hukum tegangan Kirchoff dari gambar 2.40. didapatkan:

Vi = Vgs + Vo

Vgs = Vi – Vo

maka Vo = gm(Vi – Vo) (rdRS)

Vo = gmVi(rdRS) – gmVo(rdRS)

Vo[1 + gm (rdRS)] = gmVi(rdRS)

didapatkan penguatan tegangan yaitu:

( )( )Sdm

Sdm

i

oV Rrg

RrgVV

A+

==1

(2.74)

penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RS, adalah:

Sm

Sm

i

oV Rg

RgVV

A+

==1

(2.75)

Karena penyebut selalu lebih besar daripada pembilang, maka penguatan

tegangan selalu lebih kecil dari 1. Hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)

pada penguat common drain menunjukkan tanda positif, yang berarti bahwa

antara tegangan masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo) mempunyai fasa yang

sama, dan tidak terjadi pembalikan.

2.4.3. Penguat Common Gate (CG)

Konfigurasi penguat JFET yang terakhir adalah penguat common gate,

yang mempunyai bentuk mirip dengan common base pada transistor BJT.

Page 47: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

51

Rangkaian penguat common gate ditunjukkan pada gambar 2.42., dan mempunyai

prinsip dasar yaitu menerima sinyal pada terminal source dan mengeluarkan

sinyal pada terminal drain.

Gambar 2.42. Penguat common gate

Rangkaian diatas dapat diubah menjadi tanpa menggunakan resistor RG,

seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.43. Hal ini juga bertujuan untuk

mempermudah dalam analisa dan perhitungan.

Gambar 2.43. Penguat common gate tanpa resistor RG

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.485.

Pada analisa AC, rangkaian diatas dapat diubah menjadi rangkaian

pengganti seperti yang terlihat pada gambar 2.44. Rangkaian pengganti AC

tersaebut menggunakan sumber arus gmVgs yang terhubung antara drain dan

source dengan resistansi rd yang paralel dengan sumber arus. Antara masukan

Page 48: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

52

dengan keluaran dipisahkan oleh terminal gate yang terhubung dengan ground.

Terminal masukan tidak melalui resistor RG, tetapi melalui resistor RS yang

terhubung antara terminal source dan ground. Pengendali tegangan Vgs terletak

antara resistor RS.

Gambar 2.44. Rangkaian pengganti AC common gate

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.485.

Impedansi masukan Zi dapat diketahui dari paralel antara resistor RS

dengan Z’i. Impedansi Z’i merupakan impedansi masukan yang melewati terminal

gate yang terhubung dengan ground. Gambar 2.45. menunjukkan rangkaian untuk

mempermudah dalam mendefinisikan impedansi masukan Z’i.

Gambar 2.45. Rangkaian untuk menentukan Z’i

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.486.

Page 49: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

53

Dari gambar 2.45. diatas diketahui bahwa tegangan V’ = –Vgs. Dengan

menggunakan hukum tegangan Kirchoff, didapatkan:

V’ – Vrd – VRD = 0

Vrd = V’ – VRD = V’ – I’ RD

menggunakan hukum arus Kirchoff pada node a, didapatkan:

I’ + gmVgs = Ird

( )gsm

d

Dgsmrd Vg

rRIV

VgII −−

=−='''

[ ]'''' VgrRI

rVI m

d

D

d−−−=

+=

+ m

dd

D gr

VrR

I 1'1'

didapatkan bahwa Z’i yaitu:

+

+

==

dm

d

D

i

rg

rR

IVZ

1

1

''' (2.76)

[ ][ ]dm

Ddi rg

RrIVZ

++

==1'

''

didapatkan impedansi masukan

Zi = RSZ’i

Zi = RS

++

dm

Dd

rgRr

1 (2.77)

jika kondisi rd ≥ 10RD, pada persamaan (2.76) akan didapatkan nilai RD/rd << 1

dan 1/rd << gm. Didapatkan:

m

dm

d

D

i gr

g

rR

Z 11

1' ≅

+

+

=

maka Zi = RS1/gm (2.78)

Untuk menentukan Zo, pada gambar 2.43. Vi diset pada nilai 0 V dan Vgs

ditetapkan nilainya sebesar 0 V, sedangkan RS dalam kondisi hubung singkat

Page 50: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

54

(short circuit). Didapatkan bahwa gmVgs = 0 mA dan rd menjadi paralel dengan

RD. Didapatkan impedansi keluaran yaitu:

Zo = RDrd (2.79)

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:

Zo = RD (2.80)

Gambar 2.43. menunjukkan bahwa

V’ = –Vgs

Vo = IDRD

tegangan yang melewati rd didefinisikan sebagai

Vrd = Vo – Vi

d

iord r

VVI

−=

menggunakan hukum arus Kirchoff pada node b dari gambar 2.43. didapatkan:

Ird + ID + gmVgs = 0

ID = – Ird – gmVgs

[ ] imd

oiim

d

ioD Vg

rVV

Vgr

VVI +

−=−−

−−=

Dimd

Do

d

DiDim

d

oiDDo RVg

rRV

rRV

RVgr

VVRIV +−=

+

−==

+=

+ Dm

d

Di

d

Do Rg

rR

VrR

V 1

penguatan tegangan, yaitu:

+

+

==

d

D

d

DDm

i

oV

rR

rR

Rg

VV

A1

(2.81)

pada kondisi rd ≥ 10RD, nilai RD/rd menjadi sangat kecil, dan didapatkan:

AV = gmRD (2.82)

Hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV) pada penguat common

gate menunjukkan tanda positif, yang berarti bahwa antara tegangan masukan (Vi)

dan tegangan keluaran (Vo) mempunyai fasa yang sama, dan tidak terjadi

pembalikan.

Page 51: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

55

2.5. Penguat JFET dengan Beban (Pengaruh RL dan Rsig)

Dalam penjelasan sebelumnya, hanya dibahas mengenai penguat JFET

tanpa menggunakan resistor beban (RL). Jadi penguatan yang dihasilkan adalah

penguatan tanpa beban (AVNL). Bila menggunakan pengaruh dari resistor beban

(RL), akan dihasilkan penguatan tegangan yang terbeban (AV). Sedangkan bila

menggunakan pengaruh dari resistor beban (RL) serta reristor sumber (Rsig), yang

akan dihasilkan adalah penguatan tegangan yang terbeban dan terpengaruh

resistansi sumber (AVS).

Penguatan tegangan yang terbeban dirumuskan sebagai berikut:

NLVoL

LV A

ZRR

A+

= (2.83)

penguatan arus pada saat terbeban adalah

L

iVI R

ZAA −= (2.84)

Sedangkan penguatan tegangan yang terbeban dan terpengaruh resistansi

sumber dirumuskan sebagai berikut:

NLVoL

L

sigi

i

i

o

S

i

S

oVs A

ZRR

RZZ

VV

VV

VV

A

+

+=⋅== (2.85)

Dari persamaan yang sudah disebutkan diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa penguatan tegangan terbesar adalah dihasilkan oleh penguatan tanpa beban

(no load gain) dan penguatan terbeban (loaded gain) selalu lebih kecil dari

penguatan tanpa beban serta penguatan dengan pengaruh RL dan Rsig selalu

mempunyai nilai yang paling kecil.

AVNL > AV > AVS (2.86)

Rangkaian penguat JFET dengan menggunakan resistor beban (RL) dan

resistor sumber (Rsig) ditunjukkan pada gambar 2.46.

Page 52: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

56

Gambar 2.46. Penguat JFET dengan RL dan Rsig

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.501.

Dari rangkaian diatas, dapat dicari rangkaian pengganti AC-nya, yaitu

seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.47.

Gambar 2.47. Rangkaian pengganti AC penguat JFET dengan RL dan Rsig

Dari gambar 2.46. dan 2.47. diatas, serta dari analisa penguat JFET yang

sudah dijelaskan sebelumnya, akan bisa didapatkan persamaan mengenai

impedansi masukan (Zi), impedansi keluaran (Zo) maupun penguatan tegangan

(AV) dari konfigurasi-konfigurasi penguat JFET dengan menggunakan resistor

beban (RL) dan resistor sumber (Rsig).

2.5.1. Common Source

2.5.1.1. Konfigurasi bias sendiri dengan kapasitor CS

Rangkaian penguat common source konfigurasi bias sendiri dengan

kapasitor CS ditunjukkan pada gambar 2.48.

Page 53: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

57

Gambar 2.48. Common source konfigurasi bias sendiri menggunakan kapasitor CS

dengan pengaruh RL dan Rsig

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.

Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common source

konfigurasi bias sendiri menggunakan kapasitor CS tanpa pengaruh dari RL dan

Rsig, impedansi masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Zi = RG (2.87)

impedansi keluaran

Zo = RDrd (2.88)

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD

Zo = RD (2.89)

penguatan tegangan

AV = –gm(RDRLrd) (2.90)

penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD

AV = –gm(RDRL) (2.91)

2.5.1.2. Konfigurasi bias sendiri tanpa kapasitor CS

Rangkaian penguat common source konfigurasi bias sendiri dengan

kapasitor CS ditunjukkan pada gambar 2.49.

Page 54: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

58

Gambar 2.49. Common source konfigurasi bias sendiri tanpa menggunakan

kapasitor CS dengan pengaruh RL dan Rsig

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.

Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common source

konfigurasi bias sendiri tanpa menggunakan kapasitor CS tanpa pengaruh dari RL

dan Rsig, impedansi masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Zi = RG (2.92)

impedansi keluaran

D

d

D

d

SSm

d

SSm

o R

rR

rR

Rg

rR

RgZ

+++

++

=

1

1 (2.93)

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD

Zo = RD (2.94)

penguatan tegangan adalah:

( )

d

SDSm

LDmV

rRR

Rg

RRgA

+++

−=1

(2.95)

penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD

( )Sm

LDmV Rg

RRgA

+−=

1 (2.96)

Page 55: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

59

2.5.1.3. Konfigurasi bias pembagi tegangan

Rangkaian penguat common source konfigurasi bias pembagi tegangan

ditunjukkan pada gambar 2.50.

Gambar 2.50. Common source konfigurasi bias pembagi tegangan dengan

pengaruh RL dan Rsig

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.

Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common source

konfigurasi bias pembagi tegangan tanpa pengaruh dari RL dan Rsig, impedansi

masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Zi = R1R2 (2.97)

impedansi keluaran yaitu:

Zo = RDrd (2.98)

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD

Zo = RD (2.99)

penguatan tegangan, adalah:

)( LDdmV RRrgA −= (2.100)

penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD

( )LDmV RRgA −= (2.101)

Page 56: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

60

2.5.2. Common Drain

Rangkaian penguat common drain ditunjukkan pada gambar 2.51.

Gambar 2.51. Common drain dengan pengaruh RL dan Rsig

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.

Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common drain tanpa

pengaruh dari RL dan Rsig, impedansi masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Zi = RG (2.102)

impedansi keluaran yaitu:

Zo = rdRS1/gm (2.103)

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RS, adalah:

Zo = RS1/gm (2.104)

penguatan tegangan yaitu:

( )( )LSdm

LSdmV RRrg

RRrgA

+=

1 (2.105)

penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RS

( )( )LSm

LSmV RRg

RRgA

+=

1 (2.106)

Page 57: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

61

2.5.3. Common Gate

Rangkaian penguat common gate ditunjukkan pada gambar 2.52.

Gambar 2.52. Common gate dengan pengaruh RL dan Rsig

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.

Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common gate tanpa

pengaruh dari RL dan Rsig, impedansi masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Zi = RS

++

dm

Dd

rgRr

1 (2.107)

impedansi masukan pada kondisi rd ≥ 10RD

Zi = RS1/gm (2.108)

impedansi keluaran yaitu:

Zo = RDrd (2.109)

impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD

Zo = RD (2.110)

penguatan tegangan, yaitu:

( )

+

+

=

d

D

d

DLDm

V

rR

rRRRg

A1

(2.111)

AV = gm(RDRL) (2.112)

2.6. Penguat Bertingkat (Cascade Amplifier)

Sistem penguat bertingkat (cascade amplifier) merupakan sistem

penguatan pada transistor (BJT maupun FET) yang terdiri lebih dari satu tingkat

Page 58: 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor

Universitas Kristen Petra

62

di dalam konfigurasi rangkaiannya. Penguat dengan menggunakan sistem cascade

bertujuan untuk memperoleh bati tegangan yang lebih besar. Penguatan tegangan

yang terjadi pada masing-masing tingkat adalah dalam kondisi terbebani (under

load condition). Sistem cascade ini menggunakan keluaran dari penguat tingkat

pertama sebagai masukan ke penguat tingkat kedua, dan seterusnya. Gambar 2.53.

menunjukkan penguat dengan menggunakan sistem cascade.

Gambar 2.53. Penguat sistem cascade

Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.296.

Dari gambar 2.53. diatas dapat dilihat bahwa AV1, AV2, dan seterusnya

merupakan penguatan tegangan dari masing-masing tingkat dalam kondisi

terbebani (under load condition). Vo1 ditentukan sebagai tegangan keluaran dari

penguat tingkat pertama yang juga sebagai tegangan masukan ke penguat tingkat

kedua (Vo1 = Vi2), dan seterusnya. AV1 akan menentukan impedansi sumber dan

kekuatan sinyal pada masukan AV2. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa, impedansi

masukan dari penguat tingkat kedua merupakan impedansi beban dari penguat

tingkat pertama. Impedansi masukan total sama dengan impedansi masukan dari

penguat tingkat pertama (Zi = Zi1). Sedangkan impedansi keluaran total sama

dengan impedansi keluaran dari penguat tingkat terakhir (Zo = Zon).

Penguatan tegangan (gain) total dari sistem cascade ini ditentukan dari

penguatan tegangan masing-masing tingkat. Persamaan dari penguatan tegangan

total dari sistem cascade ini adalah sebagai berikut:

AV = AV1 . AV2 . AV3 . ... (2.113)