2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor
Transcript of 2. TEORI DASAR 2.1. Field-Effect Transistor
5 Universitas Kristen Petra
2. TEORI DASAR
2.1. Field-Effect Transistor
Field-effect transistor (FET) atau transistor efek-medan merupakan
transistor generasi lanjutan setelah bipolar junction transistor (BJT). FET adalah
devais semikonduktor yang mempunyai tiga terminal, yang dapat digunakan
untuk berbagai macam aplikasi elektronik maupun digital. Istilah field efect (efek
medan listrik) sendiri berasal dari prinsip kerja transistor ini yang berkenaan
dengan lapisan deplesi (depletion layer). Lapisan ini terbentuk antara
semikonduktor tipe-n dan tipe-p, karena bergabungnya elektron dan lubang (hole)
di sekitar daerah perbatasan. Sama seperti medan listrik, lapisan deplesi ini bisa
membesar atau mengecil tergantung dari tegangan antara gate dengan source.
Gambar 2.1. memperlihatkan beberapa jenis FET yang terdapat di pasaran
untuk berbagai macam aplikasi elektronik.
Gambar 2.1. Beberapa jenis FET yang ada di pasaran
Sumber: Oxner, Edwin S. Power FETs and Their Applications. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1982. p.15.
Universitas Kristen Petra
6
2.1.1. Perbedaan FET dengan Transistor Bipolar
Transistor bipolar dibentuk berdasarkan dua tipe muatan, yaitu elektron
bebas sebagai pembawa muatan negatif dan lubang (hole) sebagai pembawa
muatan positif. Hal inilah yang menjadi sebab mengapa disebut bipolar, karena
awalan “bi” menunjukkan arti “dua”. Sedangkan jenis lain dari transistor bipolar
adalah transistor efek-medan atau field-effect transistor (FET). Sama seperti
transistor bipolar, FET juga mempunyai tiga terminal, tetapi mempunyai prinsip
kerja yang berbeda dengan transistor bipolar, piranti ini bersifat unipolar (satu
jenis pembawa) karena beroperasi hanya berdasar pada sebuah tipe muatan, baik
elektron bebas maupun lubang. Dengan kata lain, sebuah FET dalam operasinya
bergantung pada aliran pembawa mayoritas (majority carriers) dan bukan
pembawa minoritas (minority carriers). Karena beroperasi hanya pada satu tipe
muatan, FET mempunyai noise yang lebih rendah dibandingkan transistor bipolar.
Secara umum, dibandingkan transistor bipolar, FET lebih mudah dibuat
dan mengambil ruang yang lebih kecil di dalam suatu rangkaian terpadu, serta
mempunyai konstruksi yang lebih sederhana dan bentuk ukuran yang lebih kecil,
hal ini baik digunakan untuk rangkaian digital. FET juga mempunyai kestabilan
yang baik terhadap variasi suhu dibandingkan dengan transistor bipolar. Dalam
hal penguatan tegangan (voltage gain), FET lebih kecil dibandingkan dengan
transistor bipolar. Untuk kebanyakan aplikasi linear, transistor bipolar adalah
piranti yang banyak digunakan. Tetapi terdapat beberapa aplikasi linear yang lebih
baik menggunakan FET karena impedansi masukan (input impedance) yang
sangat tinggi, biasanya dalam ukuran megaohm (MΩ), dan terutama jika
digunakan sebagai switch, FET lebih baik karena disipasi dayanya yang kecil.
FET juga merupakan devais terkendali tegangan, seperti yang terlihat pada
gambar 2.2.(b), yang berarti karakteristik keluaran dikendalikan oleh tegangan
masukan. Adapun transistor bipolar adalah devais terkendali arus, yang berarti
karakteristik keluaran dikendalikan oleh arus masukan, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.2.(a).
Universitas Kristen Petra
7
Gambar 2.2. (a) BJT sebagai devais terkendali arus
(b) FET sebagai devais terkendali tegangan
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.361.
2.1.2. Klasifikasi Field-Effect Transistor
Terdapat tiga jenis dari field-effect transistor (FET), yaitu junction FET
atau JFET, metal-oxide semiconductor FET atau MOSFET dan metal
semiconductor FET atau MESFET. Ketiga jenis FET tersebut dibedakan
berdasarkan struktur, karakteristik dan jenis isolasinya. Dalam JFET terdapat
isolasi oleh sambungan pn (junction), dalam MOSFET terdapat isolasi oleh oksida
logam, sedangkan dalam MESFET terdapat isolasi oleh sambungan
semikonduktor logam. JFET, MOSFET, dan MESFET dibuat dari beberapa
unsur-unsur dasar semikonduktor, yang mempunyai hubungan dalam daftar
susunan unsur kimia. Unsur-unsur dasar yang membentuk JFET dan MOSFET
adalah silicon (Si) dan germanium (Ge), sedangkan unsur-unsur dasar yang
membentuk MESFET adalah gallium arsenide (GaAs).
JFET dibagi menjadi dua tipe yang dibedakan berdasarkan arah arus yang
melewati kanal antara terminal drain dan source yaitu kanal-n (n-channel) dan
kanal-p (p-channel). Pada MOSFET dan MESFET terdapat dua jenis mode yang
dibedakan berdasarkan cara kerjanya, yaitu mode depletion dan mode
enhancement. Dari kedua mode tersebut, pada MOSFET dibagi lagi menjadi
masing-masing dua tipe yaitu kanal-n (n-channel) dan kanal-p (p-channel).
Universitas Kristen Petra
8
Sedangkan pada MESFET dari kedua mode tersebut, masing-masing hanya terdiri
dari satu tipe saja, yaitu kanal-n (n-channel). Gambar 2.3. menunjukkan
klasifikasi pembagian field-effect transistor secara umum.
Gambar 2.3. Klasifikasi field-effect transistor
JFET, MOSFET dan MESFET mempunyai perbedaan mendasar dalam hal
bahan penyusunan serta analisa sistem kerjanyanya. Diketahui bahwa JFET
mempunyai gate electrode yang tersebar dan tertanam di dalam suatu bahan
semikonduktor. MOSFET mempunyai gate yang dipisahkan oleh suatu lapisan
pembatas, yaitu oksida. Sedangkan MESFET mempunyai terminal gate yang yang
terhubung dengan kanal-n melalui suatu konduktor metal. Dari situ dapat kita lihat
dengan jelas perbedaan utama antara ketiga jenis FET tersebut.
2.2. Junction Field-Effect Transistor (JFET)
2.2.1. Konstruksi dan Karakteristik JFET
Konstruksi JFET berbeda dengan transistor bipolar. Pada transistor
bipolar terdapat tiga bahan terpisah (dua bahan tipe-p, satu bahan tipe-n atau dua
Field-Effect Transistor
J-FET
p-channeln-channel
MOSFET
n-channel p-channel
depletion enhancement
n-channel p-channel
MESFET
enhancementdepletion
n-channeln-channel
Universitas Kristen Petra
9
bahan tipe-n, satu bahan tipe-p), sedangkan pada JFET hanya mempunyai dua
bahan yaitu satu bahan tipe-n dan satu bahan tipe-p.
Pada gambar 2.4.(a) untuk konstruksi JFET kanal-n, dapat dilihat bahwa
bagian terbesar dari struktur adalah bahan tipe-n yang membentuk saluran (kanal)
antara lapisan dari bahan tipe-p. Bagian ujung atas dari kanal tipe-n terhubung
pada terminal drain (D) melalui suatu ohmic contact, sedangkan ujung bawahnya
terhubung pada terminal source (S) juga melalui suatu ohmic contact. Dua bahan
tipe-p itu menyambung satu sama lain dan terhubung pada terminal gate (G).
Terminal drain dan source terhubung melalui kanal tipe-n dan gate terhubung
pada dua lapisan dari bahan tipe-p. Daerah deplesi (depletion region) merupakan
dareah kosong yang menghubungkan antara bahan tipe-n dan bahan tipe-p pada
saat JFET tidak mendapatkan aliran tegangan. Demikian juga sebaliknya untuk
konstruksi JFET kanal-p pada gambar 2.4.(b).
Gambar 2.4. Konstruksi JFET, (a) kanal-n dan (b) kanal-p
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.362.
Mekanisme kerja JFET dapat dianalogikan seperti keran air. Air mengalir
dari sumber air (source) menuju penampung (drain). Besar kecilnya air yang
mengalir dari sumber dikendalikan oleh putaran keran (gate). Bila putaran keran
semakin menutup, maka aliran air akan semakin kecil bahkan tidak ada aliran air.
Demikian juga bila putaran keran semakin membuka, maka aliran air akan
semakin membesar. Sumber dari tekanan air dapat dipersamakan pada
Universitas Kristen Petra
10
penggunaan tegangan dari drain ke source (VDS), dimana aliran air mengalir dari
keran. Terminal drain dan source bekerja secara berkebalikan, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Pada JFET, aliran air yang dimaksud adalah arus elektron.
Analogi keran air pada mekanisme kerja JFET ditunjukkan pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Analogi keran air pada mekanisme kerja JFET
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.362.
JFET mempunyai tiga terminal yaitu source (S), drain (D), dan gate (G).
Ketiga terminal ini dapat dipandang ekuivalen dengan emmiter, collector dan base
pada transistor BJT. Bahan yang menghubungkan source dan drain adalah kanal
(channel). Jika bahan ini tipe-p, maka devais disebut JFET kanal-p, demikian juga
bila bahan tipe-n, maka disebut JFET kanal-n.
Simbol dan bentuk struktur untuk JFET kanal-n dan kanal-p ditunjukkan
pada gambar 2.6. dan gambar 2.7. Arah panah pada simbol JFET selalu dari bahan
tipe-p ke bahan tipe-n. Pada kanal-n, arah panah menunjukkan arah arus gate (IG)
yang mengalir dari bahan tipe-p menuju bahan tipe-n dimana kondisinya adalah
bias maju (forward bias). Sebaliknya untuk kanal-p, kondisi yang terjadi adalah
bias balik (reverse bias).
Gambar 2.6. Simbol dan konstruksi JFET kanal-n
Sumber: Kuphaldt, Tony R. Lessons In Electric Circuits. September, 13. 2005. <http://www.faqs.org/docs/electric/semi/semi_5.html>
Universitas Kristen Petra
11
Gambar 2.7. Simbol dan Konstruksi JFET kanal-p
Sumber: Kuphaldt, Tony R. Lessons In Electric Circuits. September, 13. 2005. <http://www.faqs.org/docs/electric/semi/semi_5.html>
2.2.2. Operasi Dasar JFET
Gambar 2.8. menunjukkan tegangan bias normal untuk JFET kanal-n.
Tegangan catu drain adalah positif dan tegangan catu gate adalah negatif. Lapisan
deplesi di seluruh tiap daerah p disebut dengan efek bidang. Gate tipe-p dan
source tipe-n berasal dari dioda source-gate. JFET bekerja dengan membias-
balikkan dioda source-gate. Karena bias pembalik, arus gate (IG) adalah kira-kira
nol, yang ekuivalen dengan pernyataan bahwa JFET memiliki resistansi masukan
yang hampir tak terbatas.
Gambar 2.8. Pembiasan Normal JFET kanal-n
Sumber: Malvino, Albert Paul. Prinsip-Prinsip Elektronika. (Alb. Joko Santoso). Jakarta: Salemba Teknika. 2003. p.427.
Universitas Kristen Petra
12
Pada gambar 2.8. dapat dilihat bahwa elektron mengalir dari source ke
drain pasti melalui saluran sempit di antara lapisan deplesi. Ketika tegangan gate
menjadi lebih negatif, lapisan deplesi meluas dan saluran yang berkaitan menjadi
semakin sempit. Semakin negatif tegangan gate, semakin kecil arus antara source
dan drain.
JFET adalah piranti yang dikendalikan oleh tegangan karena tegangan
masukan mengendalikan arus keluaran. Dalam suatu JFET, tegangan gate ke
source VGS menentukan seberapa besar aliran arus antara source dan drain. Ketika
VGS menjadi nol, aliran arus drain maksimum menuju JFET. Di sisi lain, jika VGS
menjadi cukup negatif, sentuhan lapisan deplesi dan arus drain akan mati.
Operasi JFET berdasarkan pada pengubahan lebar kanal untuk
mengendalikan arus drain pada saat tegangan VDS diberikan pada drain dan
source. Jika lebar kanal mengecil, maka resistansi kanal bertambah dan arus drain
mengecil. Dengan memberikan bias balik ke sambungan gate-source maka daerah
deplesi pada kanal bertambah, sehingga mengakibatkan lebar kanal mengecil.
Ada dua cara mengendalikan lebar kanal, yaitu:
1. Mengubah nilai tegangan gate-source (VGS) pada tegangan drain-source (VDS)
yang konstan.
2. Mengubah nilai tegangan drain-source (VDS) pada tegangan gate-source (VGS)
yang konstan.
Pengaruh VGS terhadap ID pada VDS konstan terlihat pada gambar 2.9. Jika
VGS bertambah negatif, maka daerah deplesi bertambah dan lebar kanal menjadi
berkurang (sempit), dengan demikian arus drain menjadi berkurang. Pengaruh VDS
terhadap ID terlihat pada gambar 2.10. Bertambahnya VDS pada VGS konstan,
mengakibatkan ID bertambah. Hal ini mengakibatkan daerah deplesi bertambah
dan kanal menjadi sempit. Karena itu sampai pada nilai VDS tertentu, pertambahan
VDS tidak menambah nilai ID. Pada VGS = 0, nilai VDS yang menyebabkan ID
maksimum disebut tegangan pinch-off (tegangan jepit) VP.
Universitas Kristen Petra
13
Gambar 2.9. Pengaruh VGS terhadap lebar kanal pada VDS konstan
Sumber: Widodo, Thomas Sri. Elektronika Dasar. Jakarta: Salemba Teknika. 2002. p.74.
Gambar 2.10. Pengaruh VDS terhadap lebar kanal pada VGS konstan
Sumber: Widodo, Thomas Sri. Elektronika Dasar. Jakarta: Salemba Teknika. 2002. p.74.
Daerah aktif sebuah JFET adalah antara VP dan VDS(max), seperti terlihat
pada gambar 2.11. yang menunjukkan grafik arus drain ID terhadap sumber
tegangan drain VDS untuk kondisi drain terhubung singkat.
Universitas Kristen Petra
14
Gambar 2.11. Grafik arus gate-drain dihubung singkat
Sumber: Malvino, Albert Paul. Prinsip-Prinsip Elektronika. (Alb. Joko Santoso). Jakarta: Salemba Teknika. 2003. p.428.
Dari grafik terlihat bagaimana arus drain naik secara cepat dan kemudian
hampir menjadi horisontal ketika VDS lebih besar daripada VP. Tegangan minimum
VP (tegangan minimum pada daerah aktif) juga disebut tegangan pinch-off, dan
tegangan maksimum VDS(max) (tegangan maksimum pada daerah aktif) disebut
dengan tegangan breakdown. Di antara tegangan pinch-off dan breakdown, JFET
seperti sebuah sumber arus yang besarnya mendekati IDSS ketika VGS = 0.
Arus drain menjadi hampir konstan karena ketika VDS naik, lapisan deplesi
akan mengembang. Ketika VDS = VP, lapisan deplesi hampir menyentuhnya. Kanal
penghubung yang sempit akan memutuskan atau mencegah kenaikan arus. Inilah
sebabnya mengapa arus memiliki batas atas IDSS. IDSS menunjukkan drain arus ke
sumber dengan gate yang dihubungsingkatkan. Ini adalah arus drain maksimum
yang dapat dihasilkan sebuah JFET.
2.2.3. Daerah Operasi
Tegangan pinch-off (VP) memisahkan dua daerah operasi utama JFET.
Seperti yang terlihat pada kurva karakteristik drain pada gambar 2.12. Setelah VP
tercapai VDS dan resistansi kanal bertambah dengan laju yang sama. Karena ID
mendekati konstan dengan bertambahnya VDS. Daerah operasi antara VP dan VBR
(tegangan breakdown) atau daerah yang hampir horizontal adalah daerah saturasi
Universitas Kristen Petra
15
atau daerah aktif atau daerah arus konstan atau daerah linear amplification.
Sedangkan bagian yang hampir vertikal pada kurva drain di bawah pinch-off
dinamakan daerah ohmic atau daerah voltage-controlled resistance.
Ketika beroperasi pada daerah ohmic, sebuah JFET akan ekuivalen dengan
sebuah resistor dengan sebuah nilai yang mendekati:
DSS
PDS I
VR = (2.1)
RDS disebut dengan hambatan ohmic JFET, dimana hambatan ohmic
adalah pembagian tegangan dengan arus pada daerah ohmic. Pada daerah ohmic,
JFET juga sering digunakan sebagai variabel resistor, yaitu:
2)1( PGS
od VV
rr
−= (2.2)
dimana ro adalah resistansi saat VGS = 0 V
Gambar 2.12. Kurva karakteristik drain dari JFET
Sumber: Widodo, Thomas Sri. Elektronika Dasar. Jakarta: Salemba Teknika. 2002. p.75.
Daerah ohmic
Break down
Daerah saturasi
VGS(off) = - 5V
- 4V
- 3V
- 2V
- 1V
VGS = 0V
VP = 5V Daerah cut off
VDS 5V
IDSS
ID mA
Universitas Kristen Petra
16
Pada saat gate dan source dihubung singkat (VGS = 0 V) ID mencapai nilai
maksimumnya di IDSS (shorted gate drain current). Jika VGS makin negatif, maka
ID makin turun. Nilai VGS yang menyebabkan ID mendekati nol disebut VGS(off)
(tegangan cut-off gate source). Nilai VGS(off) sama dengan nilai VP mutlak.
Misalnya jika VGS(off) = –5V, maka VP = 5V. Hal ini terjadi karena kedua tegangan
akan memiliki besar yang sama karena kedua nilai tersebut adalah nilai ketika
lapisan deplesi tercapai atau hampir tercapai. Dalam bentuk persamaan:
|VGS(off) | = VP (2.3)
2.2.4. Karakteristik Transfer
Karakteristik transfer sebuah JFET merupakan hubungan antara ID
terhadap VGS yang membentuk sebuah kurva karakteristik transfer. Karakteristik
transfer JFET dinyatakan dengan persamaan Shockley, sebagai berikut: 2
)(
1
−=
offGS
GSDSSD V
VII (2.4)
untuk VGS < VGS(off)
dengan IDSS = arus drain dengan gate terhubung singkat
VGS = tegangan gate-source
VGS(off) = tegangan cut-off gate-source
Hubungan antara ID dan VGS untuk suatu JFET dapat digambarkan dengan kurva
karakteristik transfer seperti yang terlihat pada gambar 2.13.
Gambar 2.13. Kurva karakteristik transfer JFET
Sumber: Malvino, Albert Paul. Prinsip-Prinsip Elektronika. (Alb. Joko Santoso). Jakarta: Salemba Teknika. 2003. p.431.
Universitas Kristen Petra
17
Dari persamaan Shockley yang telah disebutkan diatas, karakteristik
transfer dapat diturunkan menjadi persamaan:
−=
DSS
DoffGSGS I
IVV 1)( (2.5)
Penggunaan persamaan Shockley dan persamaan turunannya, akan lebih
memperjelas hubungan antara nilai ID dan VGS.
Dari persamaan (2.4):
pada saat VGS = 0 V, maka
( )2
2
)(
0101 −=
−= DSS
offGSDSSD I
VII
DSSD II = (2.6)
pada saat VGS = VGS(off), maka
( )2
2
)(
)( 111 −=
−= DSS
offGS
offGSDSSD I
VV
II
AI D 0= (2.7)
pada saat VGS = 0.5 VGS(off), maka
22
)(
)(
211
21
−=
−= DSS
offGS
offGSDSSD I
VV
II
( ) ( )4121 2DSSDSSD III ==
4DSS
DI
I = (2.8)
Dari persamaan (2.5):
pada saat ID = ½ IDSS, maka
( ) ( )293.05.012
1 )()()( offGSoffGSDSS
DSSoffGSGS VV
II
VV =−=
−=
)(3.0 offGSGS VV = (2.9)
Hubungan antara nilai ID dan VGS dari persamaan-persamaan yang sudah
disebutkan diatas, dapat mempermudah dalam perhitungan, terutama bila
menggunakan pendekatan grafik.
Universitas Kristen Petra
18
2.2.5. Pembiasan JFET
Persamaan Shockley, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, masih
tetap digunakan dalam perhitungan bias. Sedangkan rumus dasar yang digunakan
pada analisa DC dalam semua rangkaian bias dan rangkaian penguat JFET adalah
sebagai berikut:
IG = 0 A (2.10)
ID = IS (2.11)
JFET dapat dibiaskan pada daerah ohmic maupun pada daerah aktif.
Ketika dibiaskan pada daerah ohmic, JFET akan ekuivalen dengan hambatan.
Sedangkan ketika dibiaskan pada daerah aktif, JFET akan ekuivalen dengan
sumber arus. Pembiasan pada daerah ohmic adalah bias tetap (fixed bias),
sedangkan pembiasan pada daerah aktif adalah bias sendiri (self bias), bias
pembagi-tegangan (voltage-divider bias), dan bias source dua-catu (two-supply
source bias).
2.2.5.1. Bias tetap (fixed bias)
Bias tetap (fixed bias) adalah terjadinya tegangan gate negatif yang
diberikan ke gate melalui resistor pembias. Pada rangkaian bias tetap diperlukan
dua supply dc agar transistor bisa bekerja. Gambar 2.14. menunjukkan konfigurasi
rangkaian bias tetap.
Gambar 2.14. Rangkaian bias tetap (fixed bias)
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.405.
Universitas Kristen Petra
19
Dengan menggunakan analisa DC, maka kapasitor C1 dan C2 dianggap
sebagai “open circuit”. Rangkaian pengganti bias tetap untuk analisa DC
ditunjukkan pada gambar 2.15.
Gambar 2.15. Rangkaian pengganti DC bias tetap
Tegangan gate negatif -VGG diberikan ke gate melalui resistor pembias
RG. Karena tidak ada arus gate (IG = 0 A), maka tidak ada penurunan tegangan
pada RG. Nilai VGS adalah sama dengan VGG
VGS = VGG (2.12)
Tegangan gate mengatur arus drain sehingga lebih kecil daripada IDSS. Ketika arus
drain melalui RD, akan mengatur tegangan drain sebesar:
VDS = VDD - ID RD (2.13)
Dari gambar 2.15. diatas diketahui juga bahwa tidak ada tegangan pada
terminal source (VS = 0 V). Tegangan drain dan source didefinisikan sebagai:
VDS = VD – VS = VD – 0
VD = VDS (2.14)
Sedangkan tegangan gate dan source didefinisikan sebagai:
VGS = VG – VS = VG – 0
VG = VGS (2.15)
Analisa bias tetap, selain dari berbagai persamaan yang sudah disebutkan
diatas (pendekatan analisa rangkaian) juga dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan grafis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.16.
Universitas Kristen Petra
20
Gambar 2.16. Pendekatan grafis dari bias tetap
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.406.
Dari gambar 2.16. diatas dapat dilihat bahwa nilai VGSQ sama dengan nilai
VGG, yang sesuai dengan persamaan (2.12), dan membentuk garis kerja (network
line) secara vertikal. Titik kerja (Q-point) diperoleh dari perpotongan antara garis
kerja dengan kurva karakteristik (device cueve). Setelah titik kerja diketahui,
maka nilai IDQ juga dapat diketahui dengan menarik garis lurus secara horisontal
ke kanan.
Karena VGS(off) dan IDSS mempunyai suatu rentang nilai, maka bias gate ini
tidak memberikan titik kerja Q yang stabil. Karena ketidakstabilan inilah maka
bias gate jarang sekali digunakan. Meskipun tidak sesuai untuk pembiasan pada
daerah aktif, bias gate sangat baik untuk pembiasan pada daerah ohmic karena
kestabilan titik Q tidak menjadi masalah.
2.2.5.2. Bias sendiri (self bias)
Berbeda dengan rangkaian bias tetap (fixed-bias) yang membutuhkan dua
supply tegangan DC, bias sendiri (self bias) hanya menggunakan satu supply
tegangan DC. Rangkaian bias sendiri ditunjukkan pada gambar 2.17.
Universitas Kristen Petra
21
Gambar 2.17. Rangkaian bias sendiri (self bias)
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.409.
Dengan menggunakan analisa DC, maka kapasitor C1 dan C2 dianggap
sebagai “open circuit”. Rangkaian pengganti bias sendiri untuk analisa DC
ditunjukkan pada gambar 2.18.
Gambar 2.18. Rangkaian pengganti DC bias sendiri
Karena tidak ada arus gate (IG = 0 A), maka arus source sama dengan arus
drain (IS = ID) dan tidak ada penurunan tegangan pada RG.
VG = 0 V (2.16)
Arus drain mengalir melalui resistor source RS, tegangan yang muncul antara
source dan ground dirumuskan dengan:
Universitas Kristen Petra
22
VRS = IS RS = ID RS (2.17)
Dengan menggunakan Hukum Tegangan Kirchoff sesuai loop tertutup pada
gambar 2.18. didapatkan:
VG = VGS + VRS = VGS + IDRS = 0
VGS = VG – IDRS = 0 – IDRS = – IDRS
maka:
VGS = – IDRS (2.18)
S
GSD R
VI −= (2.19)
Hal tersebut menyatakan bahwa tegangan gate-source sama dengan
negatif dari tegangan yang melalui resistor source. Pada dasarnya rangkaian akan
membuat bias sendiri dengan menggunakan tegangan yang melalui RS ke gate bias
balik (reverse bias).
Nilai VDS dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Tegangan
Kirchoff sesuai loop terbuka pada gambar 2.18. didapatkan:
VRS + VDS + VRD – VDD = 0
VDS = VDD – VRS – VRD = VDD – ISRS – IDRD
karena ID = IS,
maka:
VDS = VDD – ID (RD + RS) (2.20)
Nilai dari VS dan VD ditentukan sebagai berikut:
VS = IDRS (2.21)
VD = VDS + VS = VDD – VRD = VDD - IDRD (2.22)
Perhitungan secara matematis dapat dilakukan pada penyelesaian bias
sendiri. Dengan melakukan substitusi antara persamaan (2.19) dengan persamaan
Shockley (2.4), dan didapatkan: 2
)(
1
−=−
offGS
GSDSS
S
GS
VVI
RV
karena |VGS(off) | = VP, maka: 2
1
+=−
P
GSDSS
S
GS
VV
IR
V
Universitas Kristen Petra
23
++=− 2
221P
GS
P
GSDSS
S
GS
VV
VVI
RV
kedua sisi dari persamaan diatas dikalikan dengan RS, maka:
22
2GS
P
SDSSGS
P
SDSSSDSSGS V
VRI
VV
RIRIV ++=−
0122
2 =+
++ SDSSGS
P
SDSSGS
P
SDSS RIVV
RIV
VRI
(2.23)
Persamaan diatas identik dengan persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0,
dimana:
2P
SDSS
VRI
a = 12
+=P
SDSS
VRI
b SDSS RIc = (2.24)
dengan penyelesaiannya adalah dengan rumus abc, sebagai berikut:
aacbbV channelnGS 2
42 −+−=− (2.25)
aacbbV channelpGS 2
42 −−+=− (2.26)
Analisa bias sendiri, selain dari berbagai persamaan yang sudah
disebutkan diatas (pendekatan matematis), juga dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan grafis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.19
Gambar 2.19. Pendekatan grafis dari bias sendiri
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.411.
Universitas Kristen Petra
24
Pada gambar 2.19. diatas, garis kerja (network line) dibuat dengan
menetapkan dua buah titik. Titik pertama didapat pada saat nilai ID = 0 A.
Sedangkan titik kedua didapat dengan menetapkan nilai tertentu pada VGS atau ID.
Diambil yang paling mudah, yaitu pada saat ID = IDSS /2. Nilai VGS pada saat ID =
IDSS /2 adalah substitusi dari persamaan VGS = – IDRS yaitu VGS = – IDSSRS /2. Titik
kerja (Q-point) diperoleh dari perpotongan antara garis kerja dengan kurva
karakteristik (device cueve). Setelah titik kerja diketahui, maka nilai VGSQ dan IDQ
juga dapat diketahui.
Titik Q dari bias sendiri (self bias) tidak sestabil daripada bias pembagi-
tegangan maupun bias source dua-catu. Oleh sebab itu, bias sendiri (self bias)
biasanya digunakan hanya pada penguat sinyal kecil.
2.2.5.3. Bias pembagi-tegangan (voltage-divider bias)
Bias pembagi tegangan (voltage-divider bias) adalah terjadinya tegangan
gate yang merupakan hasil pembagian tegangan melalui resistor source. Gambar
2.20. menunjukkan rangkaian bias pembagi-tegangan.
Gambar 2.20. Rangkaian bias pembagi-tegangan (voltage-divider bias)
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.415.
Dengan menggunakan analisa DC, maka kapasitor C1, C2 dan CS dianggap
sebagai “open circuit”. Rangkaian pengganti bias pembagi-tegangan untuk analisa
DC ditunjukkan pada gambar 2.21.
Universitas Kristen Petra
25
Gambar 2.21. Rangkaian pengganti DC bias pembagi-tegangan
Perhitungan dari rangkaian bias pembagi-tegangan hampir sama dengan
rangkaian bias sendiri. Yang membedakan hanyalah bila pada bias sendiri tidak
ada penurunan tegangan pada RG (VG = 0 V), maka pada bias pembagi-tegangan
terdapat nilai tegangan VG (VG > 0 V).
Analisa pada bias pembagi-tegangan dimulai dengan menentukan terlebih
dahulu nilai VG, menggunakan rumus pembagi-tegangan, sebagai berikut:
21
2
RRRVV DDG +
= (2.27)
Pembagi tegangan menghasilkan tegangan gate yang merupakan bagian
dari tegangan catu. Dengan mengurangi tegangan gate-source, kita memperoleh
tegangan yang melalui resistor source:
VRS = VG – VGS
VGS = VG – VRS = VG – ISRS = VG – IDRS
S
GSGD R
VVI
−= (2.28)
Nilai VDS dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Tegangan
Kirchoff sesuai loop terbuka pada gambar 2.21. didapatkan:
VRS + VDS + VRD – VDD = 0
VDS = VDD – VRS – VRD = VDD – ISRS – IDRD
Universitas Kristen Petra
26
karena ID = IS,
maka:
VDS = VDD – ID (RD + RS) (2.29)
Nilai dari VS dan VD ditentukan sebagai berikut:
VS = IDRS (2.30)
VD = VDS + VS = VDD – VRD = VDD - IDRD (2.31)
Perhitungan secara matematis dapat dilakukan pada penyelesaian bias
pembagi tegangan. Dengan melakukan substitusi antara persamaan (2.28) dengan
persamaan Shockley (2.4), dan didapatkan: 2
)(
1
−=
−
offGS
GSDSS
S
GSG
VVI
RVV
karena |VGS(off) | = VP, maka: 2
1
+=
−
P
GSDSS
S
GSG
VVI
RVV
++=
−2
221P
GS
P
GSDSS
S
GSG
VV
VVI
RVV
kedua sisi dari persamaan diatas dikalikan dengan RS, maka:
22
2GS
P
SDSSGS
P
SDSSSDSSGSG V
VRIV
VRIRIVV ++=−
01222 =−+
++ GSDSSGS
P
SDSSGS
P
SDSS VRIVV
RIVV
RI (2.32)
Persamaan diatas identik dengan persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0,
dimana:
2P
SDSS
VRI
a = 12
+=P
SDSS
VRI
b GSDSS VRIc −= (2.33)
dengan penyelesaiannya adalah dengan rumus abc, sebagai berikut:
aacbbV channelnGS 2
42 −+−=− (2.34)
aacbbV channelpGS 2
42 −−+=− (2.35)
Universitas Kristen Petra
27
Analisa bias pembagi-tegangan, selain dari berbagai persamaan yang
sudah disebutkan diatas (pendekatan matematis), juga dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan grafis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.22.
Gambar 2.22. Pendekatan grafis dari bias pembagi tegangan
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.416.
Pada gambar 2.22. diatas, garis kerja (network line) dibuat dengan
menetapkan dua buah titik. Penetapan dua buah titik ini berdasarkan persamaan
VGS = VG – IDRS. Titik pertama didapat pada saat nilai ID = 0 A, maka VGS = VG.
Sedangkan titik kedua didapat pada saat VGS = 0 V, maka ID = VG /RS. Titik kerja
(Q-point) diperoleh dari perpotongan antara garis kerja dengan kurva karakteristik
(device curve). Setelah titik kerja diketahui, maka nilai VGSQ dan IDQ juga dapat
diketahui.
Ketika tegangan gate besar, tegangan gate itu dapat memberikan variasi
VGS dari satu JFET terhadap lainnya. Idealnya arus drain sama dengan tegangan
gate dibagi dengan hambatan source. Sebagai hasilnya, arus drain hampir konstan
untuk JFET apapun. Untuk sebuah penguat, titik Q harus berada pada daerah aktif.
Hal ini berarti bahwa VDS harus lebih besar daripada IDRDS (daerah ohmic) dan
lebih kecil dari VDD (cutoff). Ketika tegangan catu yang besar tersedia, bias
pembagi-tegangan dapat mengatur titik Q yang stabil.
Universitas Kristen Petra
28
2.2.5.4. Bias source dua-catu (two-supply source bias)
Bias source dua-catu (two-supply source bias) merupakan modifikasi dari
rangkaian bias tetap dan rangkaian bias sendiri. Secara konfigurasi rangkaian, bias
source dua-catu hampir sama dengan bias sendiri, perbedaannya adalah adanya
dua supply tegangan dc yang digunakan pada rangkaian bias ini. Sedangkan
perbedaan dengan rangkaian bias tetap yaitu bila pada rangkaian bias tetap
menggunakan dua supply tegangan dc yaitu VDD dan VGG, maka pada rangkaian
bias source dua-catu, supply tegangan dc yang digunakan adalah VDD dan VSS.
Rangkaian bias source dua-catu ditunjukkan oleh gambar 2.23.
Gambar 2.23. Rangkaian bias source dua-catu (two-supply source bias)
Sumber: Malvino, Albert Paul. Prinsip-Prinsip Elektronika. (Alb. Joko Santoso). Jakarta: Salemba Teknika. 2003. p.436.
Dari rangkaian diatas, dapat dibuat rangkaian pengganti untuk analisa DC,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.24.
Gambar 2.24. Rangkaian pengganti DC bias source dua-catu
Universitas Kristen Petra
29
Dengan menggunakan Hukum Tegangan Kirchoff sesuai loop tertutup
pada gambar 2.24. didapatkan:
– VGS – VRS + VSS = 0
– VGS – ISRS + VSS = 0
VGS = VSS – ISRS
karena IS = ID, maka:
VGS = VSS – IDRS (2.36)
S
GSSSD R
VVI
−= (2.37)
Nilai VDS dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Tegangan
Kirchoff sesuai loop terbuka pada gambar 2.24. didapatkan:
– VSS + VRS + VDS + VRD – VDD = 0
– VSS + ISRS + VDS + IDRD – VDD = 0
karena IS = ID, maka:
VDS = VDD + VSS – ID (RD + RS) (2.38)
Analisa bias source dua-catu, selain dari berbagai persamaan yang sudah
disebutkan diatas (pendekatan matematis), juga dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan grafis, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.25
.
Gambar 2.25. Pendekatan grafis bias source dua-catu
Universitas Kristen Petra
30
Pendekatan grafis dari bias source dua-catu hampir sama dengan
pendekatan grafis dari bias pembagi-tegangan, bedanya hanyalah tidak
terdapatnya nilai VG, dan adanya tegangan supply source (VSS). Pada gambar 2.25.
diatas, garis kerja (network line) dibuat dengan menetapkan dua buah titik.
Penetapan dua buah titik ini berdasarkan persamaan VGS = VSS – IDRS. Titik
pertama didapat pada saat nilai ID = 0 A, maka VGS = VSS. Sedangkan titik kedua
didapat pada saat VGS = 0 V, maka ID = VSS /RS. Titik kerja (Q-point) diperoleh
dari perpotongan antara garis kerja dengan kurva karakteristik (device curve).
Setelah titik kerja diketahui, maka nilai VGSQ dan IDQ juga dapat diketahui.
Bias source dua-catu ini digunakan untuk menghasilkan variasi VGS
dengan membuat VSS jauh lebih besar daripada VGS. Idealnya, arus drain sama
dengan tegangan catu source dibagi dengan hambatan source. Dalam kasus ini,
arus drain hampir konstan dalam penggantian JFET dan perubahan suhu.
2.2.5.5. Perbandingan Kestabilan Bias JFET
Umumnya pada lembar spesifikasi data JFET, terdapat nilai IDSS dan
VGS(off) maksimum serta IDSS dan VGS(off) minimum. Antara satu komponen dengan
komponen yang lain dari satu tipe JFET yang sama, bisa mempunyai nilai IDSS dan
VGS(off) yang berbeda. Hal ini disebabkan karena tidak ada suatu komponen yang
benar-benar identik antara satu dengan yang lain. Oleh karena itulah maka dalam
lembar spesifikasi data terdapat nilai maksimum dan nilai minimum. Hal itu
berarti bahwa perbedaan antara satu komponen dengan komponen lain dalam satu
tipe JFET, berada dalam range dari nilai minimum hingga nilai maksimum.
Pembiasan JFET, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat
diperbandingkan tingkat kestabilannya dilihat dari titik kerjanya (Q-point) pada
grafik kurva karakteristik transfer. Pembiasan JFET disini yang akan
dibandingkan adalah bias tetap, bias sendiri dan bias pembagi tegangan. Bias
source dua-catu tidak dibandingkan karena mempunyai grafik penentuan titik
kerja yang sama dengan bias pembagi tegangan.
Dalam perbandingan ini digunakan spesifikasi dari JFET yang sama, dan
diasumsikan mempunyai nilai IDSS dan VGS(off) yang sama. Ditentukan juga titik
kerja (Q-point) yang sama dalam kurva karakteristik transfer. Kemudian dibuat
Universitas Kristen Petra
31
kurva karakteristik transfer lain yang akan menghasilkan titik kerja alternatif (Q’-
point) yang berfungsi untuk melihat perubahan besaran titik kerja dalam nilai ∆ID.
Gambar 2.26. menunjukkan perbandingan kestabilan bias JFET.
Gambar 2.26. Grafik perbandingan kestabilan bias JFET
Sumber: Floyd, Thomas L. Electronic Devices. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. 1996. p.245.
Dari gambar 2.26. diatas dapat dilihat bahwa perubahan besaran titik kerja
dalam nilai ∆ID terkecil adalah dari konfigurasi bias pembagi tegangan.
Sedangkan perubahan besaran titik kerja dalam nilai ∆ID yang terbesar adalah
konfigurasi bias tetap. Hal ini menunjukkan bahwa konfigurasi bias pembagi
tegangan mempunyai tingkat kestabilan titik kerja yang paling baik diantara
ketiga konfigurasi bias yang lainnya karena mempunyai perubahan besaran titik
kerja yang paling kecil.
2.3. Model FET Sinyal-Kecil (Small-Signal FET)
Konsep dari analisa sinyal-kecil FET adalah untuk membuat rangkaian
penguat sinyal-kecil yang menghasilkan penguatan tegangan (voltage gain)
dengan impedansi masukan yang tinggi. Transistor bipolar bekerja dengan
mengendalikan arus keluaran yang besar (collector) dari arus masukan yang lebih
Universitas Kristen Petra
32
kecil (base), sedangkan FET bekerja dengan mengendalikan arus keluaran (drain)
dari tegangan masukan yang kecil (gate-source).
Rangkaian pengganti AC FET pada dasarnya lebih sederhana
dibandingkan dengan pada transistor bipolar. Bila pada transistor bipolar
mempunyai penguatan arus (current gain = β), maka FET mempunyai
transkonduktansi (gm). Pada saat digunakan sebagai rangkaian penguat,
sebenarnya transistor bipolar dan FET mempunyai fungsi yang sama. Tetapi
karena mempunyai resistansi masukan yang tinggi, FET lebih baik digunakan
untuk beberapa aplikasi tertentu.
FET dapat digunakan untuk aplikasi linear pada rangkaian penguat atau
aplikasi digital pada rangkaian logika. FET juga dapat digunakan pada banyak
aplikasi frekuensi tinggi serta untuk aplikasi rangkaian penyangga (buffer).
2.3.1. Transkonduktansi (gm)
Untuk melakukan analisa AC dari rangkaian FET, perlu ditentukan
terlebih dahulu rangkaian pengganti AC dari rangkaian FET tersebut. Rangkaian
pengganti AC yang digunakan ini sama untuk berbagai jenis FET yang ada. Hal
yang utama dalam analisa AC rangkaian FET adalah bahwa tegangan AC
digunakan pada terminal gate-source untuk mengendalikan arus antara terminal
drain-source.
Parameter penting yang terdapat pada FET adalah transkonduktansi (gm),
dimana merupakan lekukan dari kurva karakteristik transfer pada titik kerja (Q-
point). Transkonduktansi didefinisikan sebagai arus drain-source AC dibagi
dengan tegangan gate-source AC. Transkonduktansi dapat mengindikasikan
efektif atau tidaknya tegangan gate-source dalam mengendalikan arus drain.
Untuk menganalisis penguat JFET, diperlukan transkonduktansi yang
didefinisikan sebagai:
gs
dm V
ig = (2.39)
sedangkan definisi dasar transkonduktansi, pada saat VDS konstan adalah:
GS
Dm V
Ixymg
∆∆
=∆∆
== (2.40)
Universitas Kristen Petra
33
Persamaan 2.40. diatas digunakan untuk mendefinisikan nilai
transkonduktansi (gm) dengan menggunakan pendekatan grafik pada kurva
karakteristik transfer, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.27.
Gambar 2.27. Definisi gm menggunakan kurva karakteristik transfer
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.466.
Definisi gm dengan menggunakan pendekatan grafik, seperti yang telah
dijelaskan diatas, membutuhkan tingkat akurasi yang tinggi karena perubahan dari
tiap penempatan titik akan merubah nilai gm. Semakin besar grafik yang
digunakan, maka tingkat akurasi akan semakin baik, tetapi hal itu merupakan
masalah tersendiri bila harus mendefinisikan gm dalam jumlah yang banyak.
Karena keterbatasan tersebut, maka dapat digunakan pendekatan matematis,
dimana dalam mendefinisikan gm tidak perlu lagi menggambar grafik terlebih
dulu, tetapi hanya menggunakan persamaan-persamaan matematis yang relatif
lebih sederhana dibandingkan dengan pendekatan grafik.
Nilai ID seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada persamaan
Sockley, disubstitusikan dalam persamaan (2.40) dan kemudian diturunkan
terhadap VGS, dan didapatkan:
−==
2
)(1
offGS
GSDSS
GSGS
Dm V
VI
dVd
dVdIg
Universitas Kristen Petra
34
−
−=
−
−=
)()()()(1
2112offGS
GS
offGS
DSS
offGSoffGS
GSDSSm V
VV
IVV
VIg
karena VGS(off) bernilai negatif untuk n-channel JFET, maka akan dihilangkan
tanda negatif yang ada dengan memberikan tanda nilai mutlak pada persamaan
diatas, didapatkan:
−=
)()(
12
offGS
GS
offGS
DSSm V
VV
Ig (2.41)
Nilai maksimum transkonduktansi yang terjadi pada saat VGS = 0 V disebut
dengan gmo, dan ditentukan dengan persamaan:
)(
2
offGS
DSSmo V
Ig = (2.42)
dengan mensubstitusikan persamaan (2.42) ke persamaan (2.41) maka:
−=
)(1
offGS
GSmom V
Vgg (2.43)
Dari persamaan diatas dapat diketahui hubungan antara gm dengan VGS,
dimana pada saat nilai gm = 0, nilai VGS akan sama dengan VGS(off) (VGS
maksimum), dan pada saat nilai VGS = 0 V, nilai gm akan sama dengan gm0 (gm
maksimum). Maka dapat diketahui pula pada saat gm = ½ gm0, nilai VGS akan sama
dengan ½ VGS(off), demikian juga sebaliknya. Gambar 2.28 menunjukkan grafik
hubungan antara gm dengan VGS pada saat gm = ½ gm0, VGS = ½ VGS(off).
Universitas Kristen Petra
35
Gambar 2.28. Grafik hubungan antara gm dengan VGS
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.468.
Hubungan antara gm dengan ID, seperti ditunjukkan pada gambar 2.29.,
dapat ditentukan menggunakan persamaan Shockley, sebagai berikut: 2
)(
1
−=
offGS
GSDSSD V
VII
DSS
D
offGS
GS
II
VV
=−)(
1 (2.44)
persamaan (2.44) di atas disubstitusikan ke dalam persamaan (2.43), didapatkan:
DSS
Dm
offGS
GSmm I
IgV
Vgg 0
)(0 1 =
−= (2.45)
Penggunaan persamaan (2.45) diatas, dapat digunakan untuk lebih
memperjelas hubungan antara nilai gm dan ID:
Pada saat ID = IDSS, maka:
00 mDSS
DSSmm g
II
gg == (2.46)
Pada saat ID = IDSS/2, maka:
00 707,02/
mDSS
DSSmm g
II
gg == (2.47)
Pada saat ID = IDSS/4, maka:
Universitas Kristen Petra
36
00
00 5,02
4/m
m
DSS
DSSmm g
gI
Igg === (2.48)
Gambar 2.29. Grafik hubungan antara gm dengan ID
Unit mho adalah rasio arus terhadap tegangan. Unit yang ekuivalen dan
lebih modern untuk mho disebut siemen (S). Jadi besaran dari gm adalah mho atau
siemen (S). Kedua besaran (mho dan siemen) dapat digunakan. Pada lembar
spesifikasi data (data sheet), nilai gm disebut sebagai yfs atau gfs, dimana f
menunjukkan parameter transfer maju, sedangkan s menunjukkan bahwa
transkonduktansi ini terhubung dengan terminal source.
2.3.2. Impedansi FET
FET mempunyai impedansi masukan (Zi) maupun impedansi keluaran
(Zo). Impedansi masukan FET yang ada saat ini mempunyai nilai yang cukup
besar, yang diasumsikan bahwa terminal masukan dianggap sebagai “open
circuit”. Dituliskan dalam persamaan sebagai:
Zi (FET) = ∞ Ω (2.49)
Untuk JFET biasanya mempunyai nilai impedansi masukan sebesar 109 Ω
(1000 MΩ), sedangkan untuk MOSFET dan MESFET mempunyai nilai
impedansi masukan antara 1012 Ω sampai 1015 Ω.
Pada data sheet, impedansi keluaran FET biasanya disebut sebagai yos atau
gos, dengan satuannya adalah µS, dimana o menunjukkan parameter kerja keluaran
Universitas Kristen Petra
37
dan s menunjukkan bahwa impedansi keluaran terhubung dengan terminal source.
Persamaan impedansi keluaran adalah:
ososdo gy
rZ 11)FET( === (2.50)
2.3.3. Rangkaian Pengganti AC FET
Setelah membahas tentang perameter-paremeter penting di dalam model
sinyal-kecil FET, maka rangkaian pengganti AC FET dapat lebih mudah dibentuk
dan dipahami. Rangkaian pengganti AC FET ditunjukkan pada gambar 2.30.
Gambar 2.30. Rangkaian pengganti AC FET
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.471.
Dalam rangkaian pengganti AC FET pada gambar 2.30., arus Id yang
dikendalikan oleh Vgs termasuk didalam sumber arus gmVgs yang terhubung dari
drain ke source. Sumber arus gmVgs mempunyai arah panah yang menunjuk dari
drain ke source untuk menentukan perubahan fasa 180° antara tegangan keluaran
dan tegangan masukan. Impedansi masukan ditunjukkan oleh rangkaian terbuka
(open circuit) pada terminal masukan, dan impedansi keluaran ditunjukkan oleh
resistor rd dari drain ke source. Tegangan gate-source dalam rangkaian pengganti
AC ini menggunakan simbol Vgs, untuk membedakan dengan analisa DC.
Pada kondisi tertentu dimana pada saat nilai rd besar, rangkaian pengganti
AC dapat dibuat lebih sederhana, dengan mengabaikan nilai rd (dianggap sebagai
open circuit), yaitu hanya terdiri dari sebuah sumber arus gmVgs yang berfungsi
untuk mengendalikan tegangan Vgs dan parameter gm.
Universitas Kristen Petra
38
2.4. Penguat JFET Tanpa Beban
Operasi penguat JFET menyerupai penguat pada BJT. Perbedaan antara
keduanya adalah bila BJT adalah komponen devais terkendali arus, sedangkan
FET adalah devais terkendali tegangan. Adapun impedansi masukan penguat FET
jauh lebih tinggi dibandingkan penguat BJT. Parameter-parameter penting yang
digunakan di dalam rangkaian penguat JFET ini juga hampir sama dengan
penguat BJT, yaitu impedansi masukan (Zi), imepdansi keluaran (Zo) serta
penguatan tegangan (AV) untuk masing-masing konfigurasi penguat.
Seperti pada penguat BJT yang dibedakan dalam tiga konfigurasi, yaitu
common emmiter (CE), common collector (CC), dan common base (CB). Penguat
FET juga dibedakan dalam tiga konfigurasi, yaitu penguat common source (CS),
penguat common drain (CD), dan penguat common gate (CG).
2.4.1. Penguat Common Source (CS)
Rangkaian penguat common source merupakan konfigurasi rangkaian
penguat JFET yang paling banyak digunakan untuk berbagai aplikasi. Penggunaan
rangkaian penguat common source ini populer digunakan dan dibedakan
berdasarkan konfigurasi rangkaian biasnya, yaitu common source konfigurasi bias
tetap, common source konfigurasi bias sendiri, dan common source konfigurasi
bias pembagi tegangan.
2.4.1.1. Common Source Konfigurasi Bias Tetap
Rangkaian penguat common source konfigurasi bias tetap menggunakan
dua buah supply DC seperti halnya rangkaian bias tetap. Pada rangkaian penguat
ini menggunakan dua buah kapasitor penggandeng C1 dan C2 yang berfungsi
sebagai pemisah dari sinyal dan beban DC. Pada analisa AC, kedua kapasitor C1
dan C2 bekerja sebagai hubung singkat (short-circuit). Rangkaian penguat
common source konfigurasi bias tetap ditunjukkan pada gambar 2.31.
Universitas Kristen Petra
39
Gambar 2.31. Penguat common source konfigurasi bias tetap
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.472.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, parameter gm dan rd dapat
ditentukan dari persamaan bias DC, lembar spesifikasi data (data sheet), dan
kurva karakteristik transfer. Rangkaian pengganti untuk analisa AC dari rangkaian
diatas ditunjukkan pada gambar 2.32.
Gambar 2.32. Rangkaian pengganti AC common source konfigurasi bias tetap
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.473.
Pada gambar 2.31. di atas, kapasitor C1 dan C2 dalam kondisi hubung
singkat (short circuit), karena reaktansi XC = 1/(2πfC) berharga sangat kecil
dibandingkan dengan impedansi masukan maupun impedansi keluaran.
Sedangkan supply DC VGG dan VDD diset pada nilai 0 V sehingga juga menjadi
kondisi hubung singkat. Polaritas Vgs ditentukan berdasarkan arah panah dari
sumber arus gmVgs. Jika Vgs berharga negatif, maka arah dari sumber arus adalah
Universitas Kristen Petra
40
terbalik. Sinyal yang masuk didefinisikan sebagai Vi, dan sinyal keluaran yang
melewati RD didefinisikan sebagai Vo.
Karena terminal masukan pada rangkaian pengganti AC dalam kondisi
open circuit, maka didapatkan impedansi masukan:
Zi = RG (2.51)
Untuk menentukan Zo, Vi diset pada nilai 0 V dan Vgs ditetapkan nilainya
sebesar 0 V. Didapatkan bahwa gmVgs = 0 mA dan sumber arus dapat digantikan
menjadi open circuit, seperti ditunjukkan pada gambar 2.33. Didapatkan
impedansi keluaran yaitu:
Zo = RDrd (2.52)
Gambar 2.33. Rangkaian untuk menentukan Zo
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.473.
Jika resistansi rd bernilai cukup besar (mencapai 10:1) dibandingkan RD,
didapatkan persamaan RDrd ≈ RD, dengan nilai rd dapat diabaikan. Maka
impedansi keluaran (pada kondisi rd ≥ 10RD) adalah:
Do RZ ≅ (2.53)
Penguatan tegangan (AV) dapat ditentukan dengan terlebih dahulu
mendapatkan nilai Vo. Dari gambar 2.32. didapatkan:
Vo = – gmVgs (RDrd)
karena Vgs = Vi
maka Vo = – gmVi (RDrd)
dan didapatkan:
)( dDmi
oV rRg
VVA −== (2.54)
Penguatan tegangan (AV) pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:
Universitas Kristen Petra
41
Dmi
oV Rg
VVA −== (2.55)
Tanda negatif pada hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)
menunjukkan bahwa terjadi pembalikan fasa sebesar 180° antara tegangan
masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo).
2.4.1.2. Common Source Konfigurasi Bias Sendiri
Seperti sudah dijelaskan pada penjelasan bias JFET. Bila pada rangkaian
bias tetap (fixed-bias) membutuhkan dua supply tegangan DC, bias sendiri (self
bias) hanya menggunakan satu supply tegangan DC. Rangkaian penguat common
source konfigurasi bias sendiri hanya menggunakan satu buah supply DC. Pada
rangkaian penguat ini menggunakan dua buah kapasitor penggandeng C1 dan C2
yang berfungsi sebagai pemisah dari sinyal dan beban DC, serta dengan atau tanpa
kapasitor CS. Rangkaian penguat common source konfigurasi bias sendiri
ditunjukkan pada gambar 2.34.
Gambar 2.34. Penguat common source konfigurasi bias sendiri
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.475.
a. Dengan Kapasitor CS
Pada analisa AC dengan menggunakan kapasitor CS, ketiga kapasitor C1,
C2 dan CS bekerja sebagai hubung singkat (short-circuit). Karena CS kondisi
hubung singkat, maka RS dilewatkan (bypass). Sedangkan supply DC VDD diset
Universitas Kristen Petra
42
pada nilai 0 V sehingga juga menjadi kondisi hubung singkat. Rangkaian
pengganti untuk analisa AC dari rangkaian penguat common source konfigurasi
bias sendiri dengan menggunakan kapasitor CS ditunjukkan pada gambar 2.35.
Gambar 2.35. Rangkaian pengganti AC common source konfigurasi bias sendiri
dengan menggunakan kapasitor CS
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.477.
Karena bentuk dari rangkaian pengganti AC ini sama seperti rangkaian
pengganti AC dari penguat common source konfigurasi bias tetap, maka
penurunan persamaannya juga sama.
impedansi masukan:
Zi = RG (2.56)
impedansi keluaran yaitu:
Zo = RDrd (2.57)
impedansi keluaran (pada kondisi rd ≥ 10RD) adalah:
Do RZ ≅ (2.58)
penguatan tegangan:
)( dDmi
oV rRg
VVA −== (2.59)
penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:
Dmi
oV Rg
VVA −== (2.60)
Tanda negatif pada hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)
menunjukkan bahwa terjadi pembalikan fasa sebesar 180° antara tegangan
masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo).
Universitas Kristen Petra
43
b. Tanpa Kapasitor CS
Bila pada rangkaian penguat sebelumnya dengan menggunakan CS terjadi
kondisi dimana CS hubung singkat dan RS dilewatkan (bypass), maka bila
rangkaian tanpa menggunakan kapasitor CS, resistor RS menjadi bagian dari
rangkaian pengganti AC dan tidak dilewatkan (unbypass). Supply DC VDD diset
pada nilai 0 V sehingga menjadi kondisi hubung singkat. Rangkaian pengganti
AC common source konfigurasi bias sendiri tanpa menggunakan kapasitor CS
ditunjukkan pada gambar 2.36.
Gambar 2.36. Rangkaian pengganti AC common source konfigurasi bias sendiri
tanpa menggunakan kapasitor CS
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.477.
Karena terminal masukan pada rangkaian pengganti AC dalam kondisi
open circuit, maka didapatkan impedansi masukan:
Zi = RG (2.61)
Pada saat Vi = 0 V dan Vo = −IDRD, impedansi keluaran didefinisikan
sebagai:
dari gambar 2.36. dengan menggunakan hukum arus Kirchoff, didapatkan
Io + ID = gmVgs + Ird
Io = gmVgs + Ird – ID
Dd
gsogsmD
d
rdgsmo I
rVV
VgIr
VVgI −
++=−+=
o
DD
o
oo I
RIIVZ −==
Universitas Kristen Petra
44
Dd
ogs
dmD
d
gs
d
ogsmo I
rV
Vr
gIr
VrV
VgI −+
+=−++=
1
Dd
DDgs
dmo I
rRI
Vr
gI −−
+=
1
karena Vgs = −(ID + Io)RS
maka ( ) Dd
DDSoD
dmo I
rRIRII
rgI −−+
+−=
1
persamaan diatas dapat diubah menjadi
+++−=
++
d
D
d
SSmD
d
SSmo r
RrR
RgIrR
RgI 11
d
SSm
d
D
d
SSmD
o
rR
Rg
rR
rR
RgII
++
+++−
=1
1
maka, impedansi keluaran yaitu:
d
SSm
d
D
d
SSmD
DD
o
oo
rR
Rg
rR
rR
RgI
RIIV
Z
++
+++−
−==
1
1
D
d
D
d
SSm
d
SSm
o R
rR
rR
Rg
rR
RgZ
+++
++
=1
1 (2.62)
pada kondisi rd ≥ 10RD
d
D
d
SSm r
RrR
Rg >>
+1
maka
+≅
+++
d
SSm
d
D
d
SSm r
RRg
rR
rR
Rg 11
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:
Zo = RD (2.63)
Universitas Kristen Petra
45
Dari gambar 2.36. dengan menggunakan hukum tegangan Kirchoff pada
rangkaian masukan, didapatkan:
Vi – Vgs – VRS = 0
Vgs = Vi – IDRS
tegangan pada rd didefinisikan sebagai
Vrd = Vo – VRS
dan d
RSo
d
rdrd r
VVr
VI
−==
dengan menggunakan hukum arus Kirchoff, didapatkan:
ID = gmVgs + Ird
d
RSogsmD r
VVVgI
−+=
substitusi nilai dari Vgs, Vo, dan VRS, didapatkan:
( ) ( ) ( )d
SDDDSDimD r
RIRIRIVgI
−−+−=
imd
SDSmD Vg
rRR
RgI =
+++1
d
SDSm
imD
rRR
Rg
VgI
+++
=1
didapatkan tegangan keluaran, yaitu:
d
SDSm
iDmDDo
rRR
Rg
VRgRIV
+++
−=−=1
maka, penguatan tegangan adalah:
d
SDSm
Dm
i
oV
rRR
Rg
RgVV
A+
++−==
1 (2.64)
penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:
Sm
Dm
i
oV Rg
RgVV
A+
−==1
(2.65)
Universitas Kristen Petra
46
Tanda negatif pada hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)
menunjukkan bahwa terjadi pembalikan fasa sebesar 180° antara tegangan
masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo).
2.4.1.3. Common Source Konfigurasi Bias Pembagi Tegangan
Rangkaian penguat common source konfigurasi bias pembagi tegangan ini
identik dengan rangkaian bias pembagi tegangan.. Pada rangkaian penguat ini
menggunakan dua buah kapasitor penggandeng C1 dan C2 yang berfungsi sebagai
pemisah dari sinyal dan beban DC, serta kapasitor CS yang berfungsi sebagai
pelewat (bypass) RS. Rangkaian penguat common source konfigurasi bias pembagi
tegangan ditunjukkan pada gambar 2.37.
Gambar 2.37. Penguat common source konfigurasi bias pembagi tegangan
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.481.
Pada analisa AC, kapasitor penggandeng (coupling) C1, C2 dan kapasitor
pelewat (bypass) CS bekerja sebagai hubung singkat (short-circuit). Karena CS
kondisi hubung singkat, maka RS dilewatkan (bypass). Sedangkan supply DC VDD
diset pada nilai 0 V sehingga juga menjadi kondisi hubung singkat. Oleh karena
itu, sinyal digandeng secara langsung ke gate. Jika source dilewatkan langsung ke
ground, semua tegangan masukan AC tampak di antara gate dan source. Hal ini
akan menghasilkan arus drain AC. Jika arus drain AC mengalir melalui resistor
source, akan diperoleh penguatan dan pembalikan tegangan keluaran. Sinyal
keluaran ini kemudian digandeng ke resistor beban. Rangkaian pengganti untuk
Universitas Kristen Petra
47
analisa AC dari rangkaian penguat common source konfigurasi bias pembagi
tegangan ditunjukkan pada gambar 2.38.
Gambar 2.38. Rangkaian pengganti AC common source konfigurasi bias pembagi
tegangan
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.481.
Karena terminal masukan pada rangkaian pengganti AC dalam kondisi
open circuit dan R1 dan R2 dalam keadaan paralel, maka didapatkan impedansi
masukan:
Zi = R1 R2 (2.66)
Untuk menentukan Zo, Vi diset pada nilai 0 V dan Vgs serta gmVgs
ditetapkan nilainya sebesar 0 V. Didapatkan impedansi keluaran yaitu:
Zo = RDrd (2.67)
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:
Zo = RD (2.68)
untuk menentukan penguatan tegangan, harus diketahui terlebih dahulu nilai Vi
dan Vo, sebagai berikut:
Vi = Vgs
Vo = – gmVgs(RDrd)
penguatan tegangan, yaitu:
( )gs
dDgsm
i
oV V
rRVgVV
A−
==
)( dDmi
oV rRg
VVA −== (2.69)
penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:
Universitas Kristen Petra
48
Dmi
oV Rg
VVA −== (2.70)
Tanda negatif pada hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)
menunjukkan bahwa terjadi pembalikan fasa sebesar 180° antara tegangan
masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo).
2.4.2. Penguat Common Drain (CD)
Rangkain penguat common drain disebut juga sebagai konfigurasi
rangkaian pengikut source (source follower). Seperti pengikut emmiter pada
transistor BJT, pengikut source memiliki penguatan tegangan lebih rendah dari 1.
Keuntungan utama dari pengikut source adalah impedansi masukan yang tinggi.
Rangkain penguat common drain ditunjukkan pada gambar 2.39.
Gambar 2.39. Penguat common drain (source follower)
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.482.
Dari gambar 2.39. dapat dilihat bahwa keluaran terletak pada terminal
source. Hal ini yang membedakan dengan rangkaian penguat common source.
Pada analisa AC, supply DC VDD pada kondisi hubung singkat (short circuit), dan
terminal drain terhubung dengan ground. Gambar 2.40. menunjukkan rangkaian
pengganti AC dari penguat common drain.
Universitas Kristen Petra
49
Gambar 2.40. Rangkaian pengganti AC common drain
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.483.
Dari gambar 2.40. diatas dapat dilihat bahwa sumber arus bekerja dengan
arah yang berlawanan (reversed), sedangkan Vgs tetap ditentukan pada terminal
gate dan source. Impedansi masukan didefinisikan sebagai:
Zi = RG (2.71)
Untuk menentukan Zo, Vi diset pada nilai 0 V dan didapatkan bahwa
terminal gate terhubung langsung dengan ground. Karena sumber arus bekerja
dengan arah yang berlawanan, maka Vo = –Vgs, seperti ditunjukkan pada gambar
2.41.
Gambar 2.41. Rangkaian untuk menentukan Zo
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.483.
Menggunakan hukum arus Kirchoff pada node S dari gambar 2.41. diatas,
didapatkan:
Io + gmVgs = Ird + IRS
S
o
d
ogsmo R
VrV
VgI +=+
( )omSd
ogsmSd
oo VgRr
VVgRr
VI −−
+=−
+=
1111
Universitas Kristen Petra
50
++= m
Sdoo g
RrVI 11
dapat dicari impedansi keluaran yaitu:
mSdm
Sdm
Sdo
o
o
oo
gRrg
RrgRr
V
VIV
Z
1111
1111
11 ++=
++=
++
==
Zo = rdRS1/gm (2.72)
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RS, adalah:
Zo = RS1/gm (2.73)
Tegangan keluaran didefinisikan sebagai
Vo = gmVgs(rdRS)
dengan menggunakan hukum tegangan Kirchoff dari gambar 2.40. didapatkan:
Vi = Vgs + Vo
Vgs = Vi – Vo
maka Vo = gm(Vi – Vo) (rdRS)
Vo = gmVi(rdRS) – gmVo(rdRS)
Vo[1 + gm (rdRS)] = gmVi(rdRS)
didapatkan penguatan tegangan yaitu:
( )( )Sdm
Sdm
i
oV Rrg
RrgVV
A+
==1
(2.74)
penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RS, adalah:
Sm
Sm
i
oV Rg
RgVV
A+
==1
(2.75)
Karena penyebut selalu lebih besar daripada pembilang, maka penguatan
tegangan selalu lebih kecil dari 1. Hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV)
pada penguat common drain menunjukkan tanda positif, yang berarti bahwa
antara tegangan masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo) mempunyai fasa yang
sama, dan tidak terjadi pembalikan.
2.4.3. Penguat Common Gate (CG)
Konfigurasi penguat JFET yang terakhir adalah penguat common gate,
yang mempunyai bentuk mirip dengan common base pada transistor BJT.
Universitas Kristen Petra
51
Rangkaian penguat common gate ditunjukkan pada gambar 2.42., dan mempunyai
prinsip dasar yaitu menerima sinyal pada terminal source dan mengeluarkan
sinyal pada terminal drain.
Gambar 2.42. Penguat common gate
Rangkaian diatas dapat diubah menjadi tanpa menggunakan resistor RG,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.43. Hal ini juga bertujuan untuk
mempermudah dalam analisa dan perhitungan.
Gambar 2.43. Penguat common gate tanpa resistor RG
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.485.
Pada analisa AC, rangkaian diatas dapat diubah menjadi rangkaian
pengganti seperti yang terlihat pada gambar 2.44. Rangkaian pengganti AC
tersaebut menggunakan sumber arus gmVgs yang terhubung antara drain dan
source dengan resistansi rd yang paralel dengan sumber arus. Antara masukan
Universitas Kristen Petra
52
dengan keluaran dipisahkan oleh terminal gate yang terhubung dengan ground.
Terminal masukan tidak melalui resistor RG, tetapi melalui resistor RS yang
terhubung antara terminal source dan ground. Pengendali tegangan Vgs terletak
antara resistor RS.
Gambar 2.44. Rangkaian pengganti AC common gate
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.485.
Impedansi masukan Zi dapat diketahui dari paralel antara resistor RS
dengan Z’i. Impedansi Z’i merupakan impedansi masukan yang melewati terminal
gate yang terhubung dengan ground. Gambar 2.45. menunjukkan rangkaian untuk
mempermudah dalam mendefinisikan impedansi masukan Z’i.
Gambar 2.45. Rangkaian untuk menentukan Z’i
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.486.
Universitas Kristen Petra
53
Dari gambar 2.45. diatas diketahui bahwa tegangan V’ = –Vgs. Dengan
menggunakan hukum tegangan Kirchoff, didapatkan:
V’ – Vrd – VRD = 0
Vrd = V’ – VRD = V’ – I’ RD
menggunakan hukum arus Kirchoff pada node a, didapatkan:
I’ + gmVgs = Ird
( )gsm
d
Dgsmrd Vg
rRIV
VgII −−
=−='''
[ ]'''' VgrRI
rVI m
d
D
d−−−=
+=
+ m
dd
D gr
VrR
I 1'1'
didapatkan bahwa Z’i yaitu:
+
+
==
dm
d
D
i
rg
rR
IVZ
1
1
''' (2.76)
[ ][ ]dm
Ddi rg
RrIVZ
++
==1'
''
didapatkan impedansi masukan
Zi = RSZ’i
Zi = RS
++
dm
Dd
rgRr
1 (2.77)
jika kondisi rd ≥ 10RD, pada persamaan (2.76) akan didapatkan nilai RD/rd << 1
dan 1/rd << gm. Didapatkan:
m
dm
d
D
i gr
g
rR
Z 11
1' ≅
+
+
=
maka Zi = RS1/gm (2.78)
Untuk menentukan Zo, pada gambar 2.43. Vi diset pada nilai 0 V dan Vgs
ditetapkan nilainya sebesar 0 V, sedangkan RS dalam kondisi hubung singkat
Universitas Kristen Petra
54
(short circuit). Didapatkan bahwa gmVgs = 0 mA dan rd menjadi paralel dengan
RD. Didapatkan impedansi keluaran yaitu:
Zo = RDrd (2.79)
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD, adalah:
Zo = RD (2.80)
Gambar 2.43. menunjukkan bahwa
V’ = –Vgs
Vo = IDRD
tegangan yang melewati rd didefinisikan sebagai
Vrd = Vo – Vi
d
iord r
VVI
−=
menggunakan hukum arus Kirchoff pada node b dari gambar 2.43. didapatkan:
Ird + ID + gmVgs = 0
ID = – Ird – gmVgs
[ ] imd
oiim
d
ioD Vg
rVV
Vgr
VVI +
−=−−
−−=
Dimd
Do
d
DiDim
d
oiDDo RVg
rRV
rRV
RVgr
VVRIV +−=
+
−==
+=
+ Dm
d
Di
d
Do Rg
rR
VrR
V 1
penguatan tegangan, yaitu:
+
+
==
d
D
d
DDm
i
oV
rR
rR
Rg
VV
A1
(2.81)
pada kondisi rd ≥ 10RD, nilai RD/rd menjadi sangat kecil, dan didapatkan:
AV = gmRD (2.82)
Hasil akhir persamaan penguatan tegangan (AV) pada penguat common
gate menunjukkan tanda positif, yang berarti bahwa antara tegangan masukan (Vi)
dan tegangan keluaran (Vo) mempunyai fasa yang sama, dan tidak terjadi
pembalikan.
Universitas Kristen Petra
55
2.5. Penguat JFET dengan Beban (Pengaruh RL dan Rsig)
Dalam penjelasan sebelumnya, hanya dibahas mengenai penguat JFET
tanpa menggunakan resistor beban (RL). Jadi penguatan yang dihasilkan adalah
penguatan tanpa beban (AVNL). Bila menggunakan pengaruh dari resistor beban
(RL), akan dihasilkan penguatan tegangan yang terbeban (AV). Sedangkan bila
menggunakan pengaruh dari resistor beban (RL) serta reristor sumber (Rsig), yang
akan dihasilkan adalah penguatan tegangan yang terbeban dan terpengaruh
resistansi sumber (AVS).
Penguatan tegangan yang terbeban dirumuskan sebagai berikut:
NLVoL
LV A
ZRR
A+
= (2.83)
penguatan arus pada saat terbeban adalah
L
iVI R
ZAA −= (2.84)
Sedangkan penguatan tegangan yang terbeban dan terpengaruh resistansi
sumber dirumuskan sebagai berikut:
NLVoL
L
sigi
i
i
o
S
i
S
oVs A
ZRR
RZZ
VV
VV
VV
A
+
⋅
+=⋅== (2.85)
Dari persamaan yang sudah disebutkan diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa penguatan tegangan terbesar adalah dihasilkan oleh penguatan tanpa beban
(no load gain) dan penguatan terbeban (loaded gain) selalu lebih kecil dari
penguatan tanpa beban serta penguatan dengan pengaruh RL dan Rsig selalu
mempunyai nilai yang paling kecil.
AVNL > AV > AVS (2.86)
Rangkaian penguat JFET dengan menggunakan resistor beban (RL) dan
resistor sumber (Rsig) ditunjukkan pada gambar 2.46.
Universitas Kristen Petra
56
Gambar 2.46. Penguat JFET dengan RL dan Rsig
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.501.
Dari rangkaian diatas, dapat dicari rangkaian pengganti AC-nya, yaitu
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.47.
Gambar 2.47. Rangkaian pengganti AC penguat JFET dengan RL dan Rsig
Dari gambar 2.46. dan 2.47. diatas, serta dari analisa penguat JFET yang
sudah dijelaskan sebelumnya, akan bisa didapatkan persamaan mengenai
impedansi masukan (Zi), impedansi keluaran (Zo) maupun penguatan tegangan
(AV) dari konfigurasi-konfigurasi penguat JFET dengan menggunakan resistor
beban (RL) dan resistor sumber (Rsig).
2.5.1. Common Source
2.5.1.1. Konfigurasi bias sendiri dengan kapasitor CS
Rangkaian penguat common source konfigurasi bias sendiri dengan
kapasitor CS ditunjukkan pada gambar 2.48.
Universitas Kristen Petra
57
Gambar 2.48. Common source konfigurasi bias sendiri menggunakan kapasitor CS
dengan pengaruh RL dan Rsig
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.
Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common source
konfigurasi bias sendiri menggunakan kapasitor CS tanpa pengaruh dari RL dan
Rsig, impedansi masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Zi = RG (2.87)
impedansi keluaran
Zo = RDrd (2.88)
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD
Zo = RD (2.89)
penguatan tegangan
AV = –gm(RDRLrd) (2.90)
penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD
AV = –gm(RDRL) (2.91)
2.5.1.2. Konfigurasi bias sendiri tanpa kapasitor CS
Rangkaian penguat common source konfigurasi bias sendiri dengan
kapasitor CS ditunjukkan pada gambar 2.49.
Universitas Kristen Petra
58
Gambar 2.49. Common source konfigurasi bias sendiri tanpa menggunakan
kapasitor CS dengan pengaruh RL dan Rsig
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.
Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common source
konfigurasi bias sendiri tanpa menggunakan kapasitor CS tanpa pengaruh dari RL
dan Rsig, impedansi masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Zi = RG (2.92)
impedansi keluaran
D
d
D
d
SSm
d
SSm
o R
rR
rR
Rg
rR
RgZ
+++
++
=
1
1 (2.93)
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD
Zo = RD (2.94)
penguatan tegangan adalah:
( )
d
SDSm
LDmV
rRR
Rg
RRgA
+++
−=1
(2.95)
penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD
( )Sm
LDmV Rg
RRgA
+−=
1 (2.96)
Universitas Kristen Petra
59
2.5.1.3. Konfigurasi bias pembagi tegangan
Rangkaian penguat common source konfigurasi bias pembagi tegangan
ditunjukkan pada gambar 2.50.
Gambar 2.50. Common source konfigurasi bias pembagi tegangan dengan
pengaruh RL dan Rsig
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.
Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common source
konfigurasi bias pembagi tegangan tanpa pengaruh dari RL dan Rsig, impedansi
masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Zi = R1R2 (2.97)
impedansi keluaran yaitu:
Zo = RDrd (2.98)
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD
Zo = RD (2.99)
penguatan tegangan, adalah:
)( LDdmV RRrgA −= (2.100)
penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RD
( )LDmV RRgA −= (2.101)
Universitas Kristen Petra
60
2.5.2. Common Drain
Rangkaian penguat common drain ditunjukkan pada gambar 2.51.
Gambar 2.51. Common drain dengan pengaruh RL dan Rsig
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.
Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common drain tanpa
pengaruh dari RL dan Rsig, impedansi masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Zi = RG (2.102)
impedansi keluaran yaitu:
Zo = rdRS1/gm (2.103)
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RS, adalah:
Zo = RS1/gm (2.104)
penguatan tegangan yaitu:
( )( )LSdm
LSdmV RRrg
RRrgA
+=
1 (2.105)
penguatan tegangan pada kondisi rd ≥ 10RS
( )( )LSm
LSmV RRg
RRgA
+=
1 (2.106)
Universitas Kristen Petra
61
2.5.3. Common Gate
Rangkaian penguat common gate ditunjukkan pada gambar 2.52.
Gambar 2.52. Common gate dengan pengaruh RL dan Rsig
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.502.
Menggunakan analisa yang sama dengan penguat common gate tanpa
pengaruh dari RL dan Rsig, impedansi masukan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Zi = RS
++
dm
Dd
rgRr
1 (2.107)
impedansi masukan pada kondisi rd ≥ 10RD
Zi = RS1/gm (2.108)
impedansi keluaran yaitu:
Zo = RDrd (2.109)
impedansi keluaran pada kondisi rd ≥ 10RD
Zo = RD (2.110)
penguatan tegangan, yaitu:
( )
+
+
=
d
D
d
DLDm
V
rR
rRRRg
A1
(2.111)
AV = gm(RDRL) (2.112)
2.6. Penguat Bertingkat (Cascade Amplifier)
Sistem penguat bertingkat (cascade amplifier) merupakan sistem
penguatan pada transistor (BJT maupun FET) yang terdiri lebih dari satu tingkat
Universitas Kristen Petra
62
di dalam konfigurasi rangkaiannya. Penguat dengan menggunakan sistem cascade
bertujuan untuk memperoleh bati tegangan yang lebih besar. Penguatan tegangan
yang terjadi pada masing-masing tingkat adalah dalam kondisi terbebani (under
load condition). Sistem cascade ini menggunakan keluaran dari penguat tingkat
pertama sebagai masukan ke penguat tingkat kedua, dan seterusnya. Gambar 2.53.
menunjukkan penguat dengan menggunakan sistem cascade.
Gambar 2.53. Penguat sistem cascade
Sumber: Boylestad, Robert, and Louis Nashelky. Electronic Devices And Circuit Theory. 9th ed. New Jersey: Pearson Prentice-Hall, Inc. 2006. p.296.
Dari gambar 2.53. diatas dapat dilihat bahwa AV1, AV2, dan seterusnya
merupakan penguatan tegangan dari masing-masing tingkat dalam kondisi
terbebani (under load condition). Vo1 ditentukan sebagai tegangan keluaran dari
penguat tingkat pertama yang juga sebagai tegangan masukan ke penguat tingkat
kedua (Vo1 = Vi2), dan seterusnya. AV1 akan menentukan impedansi sumber dan
kekuatan sinyal pada masukan AV2. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa, impedansi
masukan dari penguat tingkat kedua merupakan impedansi beban dari penguat
tingkat pertama. Impedansi masukan total sama dengan impedansi masukan dari
penguat tingkat pertama (Zi = Zi1). Sedangkan impedansi keluaran total sama
dengan impedansi keluaran dari penguat tingkat terakhir (Zo = Zon).
Penguatan tegangan (gain) total dari sistem cascade ini ditentukan dari
penguatan tegangan masing-masing tingkat. Persamaan dari penguatan tegangan
total dari sistem cascade ini adalah sebagai berikut:
AV = AV1 . AV2 . AV3 . ... (2.113)