2 - Sampling Audit

22
AUDITING II Audit Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Auditing II pada program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Dosen Pembina: Moh. Mansur, DR., S.E., M.Si., Ak., Ca., Cpa. Disusun oleh: Santi Yulianti 0113U012 Yonatan Tri 0113U026 Rena Deyana 0113U293 Kelas : E JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNG

description

sampling audit

Transcript of 2 - Sampling Audit

Page 1: 2 - Sampling Audit

AUDITING II

Audit Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Auditing II pada program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Dosen Pembina:

Moh. Mansur, DR., S.E., M.Si., Ak., Ca., Cpa.

Disusun oleh:

Santi Yulianti 0113U012

Yonatan Tri 0113U026

Rena Deyana 0113U293

Kelas : E

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2015

Page 2: 2 - Sampling Audit

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Audit atas Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali”

Makalah ini merupakan penjelasan dari konsep sampling representatif, membedakan antara sampling statistik dan nonstatistik serta antara pemilihan sampel probabilistik dan nonprobabilistik, memilih sampel representatif, mendefinisikan dan menguraikan sampling audit untuk tingkat pengecualian, menggunakan sampling nonstatistik dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, mendefinisikan dan menguraikan sampling atribut dan distribusi sampling, serta menggunakan sampling atribut dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.  

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, terutama bapak Moh. Mansur, DR., S.E., M.Si., Ak., Ca., Cpa.

Kelompok 2,

Page 3: 2 - Sampling Audit

BAB I

LATAR BELAKANG

Seorang auditor dalam menentukan sampling audit dari suatu populasi haruslah bersifat representatif. Apabila seorang auditor tidak mampu memutuskan item-item mana saja yang akan menjadi sampling, akan sangat berpengaruh terhadap evaluasi akhir. Untuk itulah, seorang auditor harus memikirkan, metode manakah yang tepat dalam penetapan sampling.

Metode yang dapat dilakukan seorang auditor ada dua. Yaitu statistik dan nonstatistik. Dari masing-masing setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan dalam hal ini, diperlukan insting bagi seorang auditor professional.

Demi tercapainya sampling yang representatif, perlu ditelaah mengapa dan bagaimana penerapan dari masing-masing metode tersebut. Dan sangat dibutuhkan perhatian lebih dalam penetapan sampling karena akan berpengaruh terhadap hasil evaluasi terakhir.

Page 4: 2 - Sampling Audit

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SAMPEL REPRESENTATIF

Sampel representatif (Representative sample) adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki populasi. Ini berarti, item-item yang dijadikan sampel serupa dengan item-item yang tidak dijadikan sampe. Sebagai contoh, dari 1000 populasi, auditor memilih sampel sebanyak 100 lembar salinan faktur dan menemukan 3 lampiran dokumen pengiriman barang yang hilang. sampel tersebut sangat representatif apabila 30 dari 1000 faktur pengiriman barang hilang. Atau cukup representative apabila terdapat minimal 20 atau maksimal 40 faktur pengiriman barang hilang. Dan jika tidak ada atau ditemukan banyak item yang hilang, sampel tersebut dianggap nonpresentatif.

Dalam praktiknya, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampe bersifat representative bahkan setelah semua pengujianselesai dilakukan. (satu-satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representative adalah dengan melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan). Akan tetapi, auditor dapat meningkatkan kemungkinan sampel dianggap representative dengan menggunakannya secara cermat ketika merancang proses sampling, Pemilihan sampel, dan evaluasi hasil sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling. Resiko dari kedua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai resiko nonsampling dan resiko sampling. Keduanya dapat dikendalikan.

Resiko nonsampling (nonsampling risk) adalah resiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab resiko nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengendali pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak efektif. Resiko sampling (sampling risk) adalah resiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representative.

Resiko sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat mengujileebih sedikit dari populasi secara keseluruhan.

Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:1. Menyesuaikan ukuran sampel

2. Menggunakan metode pemilihan sampel yang tepat dari populasi

Penggunaan metode pemilihan sampel yang sesuai dapat meningkatkan kemungkinan keterwakilan sampel bersangkutan. Hal ini tidak menghilangkan atau bahkan mengurangi resiko sampling. Tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur resiko yang berkaitan dengan ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel dan evaluasi statistic digunakan.

Page 5: 2 - Sampling Audit

2.2 SAMPLING STATISTIK VERSUS SAMPLING NONSTATISTIK DAN

PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK VERSUS NONPROBABILISTIK

Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu Sampling statistik dan sampling nonstatistik. kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga tahap :

1. Perencanaan sampel

2. Pemilihan sampel dan melakukan pengujian

3. Pengevaluasian hasil

Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan dengan cara yang memberikan resiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsalmpling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana sampel dipilih dari populasi dan melakukan pengujian dokumen serta membuat prosedur audit. Auditor baru dapat melaksanakan pengujian audit hanya setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit.

Sampling statistik (statistical sampling) berbeda dari sampling nonstatistik. Sampling statistik menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) resiko sampling pada saat merencanakan sampel dan mengevaluasi hasil. Dalam sampling nonstatistik (statistical sampling ) auditor tidak menggunakan kuantifikasi resiko sampling. Auditor memilih item sampling yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat. Dalam situasi tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan.

Pemilihan sampel probabilistik (probabilistic sample selection) auditor memilih secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang tinggi dan penggunaan salah satu dari beberapa metode. dalam pemilihan sampel nonprobabilistik, auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan professional dan bukan metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu daribeberapa metode pemilihan sampel nonprobabilistik

Jika sampling statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode evaluasi statistik yang tepat harus digunakan dengan hasil sampel untuk melakukan perhitungan resiko sampling dan auditor juga dapat melakukan evaluasi nonstatistik. Tetapi jarang dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik dengan menggunakan metode statistik.

Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit nonstatistik. Ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik. Sementara itu ada empat jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik, yang semuanya bersifat probabilistik.

Page 6: 2 - Sampling Audit

Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) :

1. Pemilihan sampel terarah

2. Pemilihan sampel blok

3. Pemilihan sampel sembarangan

Metode pemilihan sampel probabilistik :

1. Pemilihan sampel acak sederhana

2. Pemilihan sampel sistematis

3. Pemilihan sampel probabilistik yang proporsional dengan ukuran

4. Pemilihan sampel bertahap

2.3 MEMILIH SAMPEL REPRESENTATIF

A. Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik

1. Pemilihan Sampel Terarah (Directed Sample Selection)

Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria pertimbanganya sendiri. Pendekatan yang umumnya digunakan adalah :

    pos yang paling mungkin mengandung salah saji (piutang usaha yang telah lama beredar, penjualan dari dan penjualan kepejabat serta perusahaan afiliasi, dan transaksi tidak biasa besar dan kompleks),

    pos yang mengandung karakteristik populasi terpilih (sampel pengeluaran kas dari setiap bulan, setiap rekening atau lokasi bank, dan setiap jenis akuisisi utama)

    cakupan nilai uang yang besar (auditor dapat memilih sampel yang meliputi bagian total nilai uang populasi yang besar sehingga mengurangi resiko penarikan kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak memeriksa pos-pos yang kecil.

2. Pemilihan Sampel Blok (Block Sample Selection)

Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal.

3. Pemilihan Sampel Sembarangan (Haphazard Sample Selection)

Adalah pemilihan item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Auditor sengaja memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau karakteristik lainnya yang

Page 7: 2 - Sampling Audit

membedakan. Kekurangan dari pemilihan sampel sembarangan yang paling serius adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan.

B. Metode Pemilihan Sampel Probabilistik

1. Sampel Acak Sederhana

Dalam sampel acak sederhana, setiap kombinasi dari item populasi yang mungkin memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan sampling acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk emnekan satu atau lebih item populasi. Sampel acak sederhana terbagi kedalam dua kategori, yaitu :

    Tabel angka acak

Angka acak adalah serangkaian digit yang memiliki probabilitas yang sama untuk muncul selama jangka panjang dan tidak memilikipola yang dapat diidentifikasi. Sebuah tabel angka acak memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan baris dan kolom yang telah diberi nomor. Auditor memilih sampel acak dengan pertama membentuk korespondensi antara nomor dokumen klien yang akan dipilih dan digit pada tabel angka acak. Setelah memilih titik awal acak, auditor membaca kebawah tabel dan menemukan angka acak pertama yang berada dalam urutan nomor dokumen yang sedang diuji. Proses ini terus berlangsung hingga item sampel terakhir dipilih.

    Komputer pengacak angka

Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor dihasilkan oleh komputer dengan menggunakan salah satu dari tiga jenis program (spreadsheet elektronik, generator acak angka, dan perangkat lunak audit yang tergeneralisasi.

2. Pemilihan Sampel Sistematis

Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item yang akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval kelas tersebut. Interval ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari pemilihan sistematis adalah lebih mudah digunakan. Dalam sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambil dengan cepat dan pendekatannya secara otomatis akan menempatkan nomor dalam urutan. Yang membuatnya lebih mudah untuk mengembangkan dokumentasi yang sesuai.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistematis adalah kemungkinan terjadinya bias. Karena cara pemilihan sistematis dilakukan, setelah item pertama sampel dipilih, semua item lainnya akan dipilih secara otomatis. Hal ini tidak akan menimbulkan jika karakteristik kepentingan, seperti deviasi pengendalian yang mungkin terjadi, didistribusikan secara acak keseluruh populasi, yang mungkin tidak selalu terjadi. Jika menggunakan pemilihan sistematis, auditor harus mempertimbangkan pola yang mungkin ada dalam data populasi yang dapat menyebabkan bias sampel.

Page 8: 2 - Sampling Audit

3. Pemilihan Sampel Probabilistik Proporsional

Untuk yang jumlah catatannya sangat banyak, disebut juga sebagai sampling dengan probabilitas yang proposional dengan ukuran (PPS/Probabilistik Proporsional Sampel) dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik unit moneter.

4. Pemilihan Sampel Stratifikasi

menekankan besarnya materi populasi dengan membagi populasi kedalam subpopulasi melalui ukuran yang lebih besar. Hal ini disebut sebagai sampling bertahap, dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik variable.

2.4 SAMPLING UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN

Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk mengestimasi persentase item-item dalam populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan.. persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).

Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi :

1. Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang ditetapkan klien

2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi

3. Salah saji moneter dalam populasi rincian saldo akun

Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaatnbagi dua jenis pengecualian yang pertama, yang melibatkan transaksi. Maka, auditornmenggunakan secara ekstensif sampling audit yang mengukur tingkat pengecualian ketika melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimasi tingkat pengecualian dalam populasi, yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi.

Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai penyimpangan dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal itu disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilah deviasi terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telah dibuat (ditetapkan)

Karena tingkat pengecualian berdasarkan sampel, kemungkinan tingkat pengecualian sampel akan berbeda dari tingkat pengecualian populasi actual. Perbedaan ini disebut sebagai kesalahan sampling (sampling error). Auditor memperhatikan baik estimasi kesalahan sampling maupun reliabilitas estimasi tersebut, yang disebut risiko sampling(sampling risk)

Page 9: 2 - Sampling Audit

Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu. Dan bukan lebar interval keyakinannya. Oleh sebab itu, auditor berfokus pada batas atas estimasi interval yang disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung (computed upper exception rate/CUER) atau yang diestrimasikan dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

2.5 APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK

ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM SAMPLING AUDITISTILAH DEFINISI

Istilah yang Berkaitan dengan PerencanaanKarakteristik atau atribut Karakteristik yang sedang diuji dalam aplikasi.Risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu mudah

Risiko yang bersedia ditanggung auditor dalam menerima pengendalian sebagai efektif atau tingkat salah saji moneter dapat ditoleransi, apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar dari yang dapat ditoleransi.

Tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER)

Tingkat pengecualian yang akan diperbolehkan auditor dalam populasi dan masih bersedia diterima untuk menyimpulkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif dan jumlah salah saji moneter dalam transaksi yang ditetapkan selama perencanaan dapat diterima.

Estimasi tingkat pengecualian populasi (EPER)

Tingkat pengecualian yang diharapkan ditemukan auditor dalam populasi sebelum pengujian dimulai.

Ukuran sampel awal Ukuran sampel yang diambil setelah mempertimbangkan faktor dalam perencanaan.

Istilah yang Berkaitan dengan Pengevaluasian HasilPengecualian Pengecualian dari atribut item sampel.Tingkat pengecualian sampel (SER)

Jumlah pengecualian dalam sampel dibagi dengan ukuran sampel.

Tingkat pengecualian atas yang dihitung (CUER)

Estimasi tingkat pengecualian tertinggi dalam populasi dengan ARACR tertentu.

Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Langkah tersebut dibagi menjadi tiga tahap.

A. Merencanakan Sampel1. Menyatakan Tujuan Pengujian Audit

Page 10: 2 - Sampling Audit

Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi sebagai.

Menguji keefektifan operasi pengendalian. Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter.

2. Memutuskan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan

Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa program audit dan memilih prosedur audit yang dapat diterapkan.

Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur. Pertama, prosedur analitis di mana sampling tidak layak. Kedua, prosedur observasi yang tidak memiliki dokumentasi.

3. Mendefinisikan Atribut dan Kondisi Pengecualian

Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendefinisikan dengan tepat karakteristik yang sedang diuji dan kondisi pengecualian. Kecuali mereka telah mendefinisikan dengan tepat setiap atribut. Atribut kepentingan dan konsisi pengecualian untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur audit yang digunakan.

4. Mendefinisikan Populasi

Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasi oleh auditor. Auditor dapat mendefinisikan populasi untuk memasukkan item yang mereka inginkan tetapi sampel tersebut harus dipilih dari seluruh populasi. Auditor harus menguji kelengkapan dan rincian sebelum sampel dipilih.

5. Mendefinisikan Unit Sampling

Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka acak. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling biasanya berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman.

6. Menetapkan Tingkat Pengecualian yang Dapat Ditoleransi

Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) untuk setiap auditor memerlukan profesional auditor. TER sangat cocok untuk masalah materialitas sehingga dipengaruhi baik oleh definisi maupun arti penting atribut dalam rencana audit. TER dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap ukuran sampel. TER yang rendah memerlukan ukuran sampel yang lebih besar ketimbang TER yang sangat tinggi.

Page 11: 2 - Sampling Audit

7. Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima Atas Penilaian Risiko Pengendalian yang Terlalu Rendah

ARACR mengukur risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian yang efektif apabila tingakt pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER). ARACR yang tinggi berarti auditor bersedia menanggung risiko yang cukup substansial untuk menyimpulkan bahwa pengendalian sudah efektif setelah pengujian selesai.

Pertimbangan utama dalam memilih ARACR adalah sejauh mana mereka berencana mengurangi penilaian risiko pengendalian sebagai dasar bagi luas pengujian atas rincian saldo.

PEDOMAN BAGI ARACR DAN TER UNTUK SAMPLING NONSTATISTIK: PENGUJIAN PENGENDALIAN

Faktor Pertimbangan PedomanRisiko pengendalian yang dinilai. Mempertimbangkan:

- Kebutuhan untuk menerbitkan laporan terpisah mengenai pengendalian internal

- Sifat, luas, dan penetapan waktu pengujian substantif

- Kualitas bukti yang tersedia untuk pengujian pengendalian

- Risiko pengendalian yang dinilai paling rendah

- Risiko pengendalian yang dinilai sedang

- Risiko pengendalian yang dinilai lebih tinggi

- Risiko pengendalian yang dinilai 100%

- ARACR rendah- ARACR sedang- ARACR tinggi- ARACR tidak

dapat diterapkan

Signifikansi transaksi dan saldo akun terkait yang ingin dipengarugi pengendalian internal

- Saldo yang sangat signifikan

- Saldo yang signifikan- Saldo yang kurang

signifikan

- TER sebesar 4%- TER sebesar 5%- TER sebesar 6%

PEDOMAN BAGI ARACR DAN TER UNTUK SAMPLING NONSTATISTIK: PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Pengurangan Pengujian Substantif atas Rincian Saldo yang Direncanakan

Hasil Pemahaman Pengendalian Internal dan Pengujian Pengendalian

ARACR untuk Pengujian Substantif atas Transaksi

TER untuk Pengujian Substantif atas Transaksi

Besar Sangat BaikBaik

TinggiSedang

Persentase atas jumlah yang didasarkan pada

Page 12: 2 - Sampling Audit

Tidak Baik Rendah pertimbangan materialitas

Sedang Sangat BaikBaikTidak Baik

TinggiSedangSedang-Rendah

Persentase atas jumlah yang didasarkan pada pertimbangan materialitas

Kecil Sangat BaikBaikTidak Baik

TinggiSedang-TinggiSedang

Persentase atas jumlah yang didasarkan pada pertimbangan materialitas

8. Mengestimasi Tingkat Pengecualian Populasi

Auditor harus mengestimasi tingkat pengecualian populasi untuk merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi (EPER) rendah, ukuran sampel yang relatif kecil akan memenuhi tingakt pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) auditor. Auditor sering menggunakan hasil audit tahun sebelum untuk mengestimasi EPER.

9. Menentukan Ukuran Sampel Awal

Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal bagi sampling audit: ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Sensitivitas Ukuran Sampel terhadap Perubahan Faktor:

DAMPAK FAKTOR PERUBAHAN TERHADAP UKURAN SAMPEL

Jenis Perubahan Dampak Perubahan

Kenaikan ARACR terlalu rendah Menurun

Kenaikan TER Menurun

Kenaikan estimasi tingkat pengecualian populasi Meningkat

Kenaikan ukuran populasi Meningkat (minor)

B. Memilih Sampel Dan Melaksanakan Prosedur Audit10. Memilih Sampel

Auditor dapat memilih sampel dengan menggunakan metode probabilistik ataupun nonprobabilistik. Untuk meminimalkan klien mengubah item sampel, auditor tidak boleh memberi tahu klien terlalu cepat item sampel yang dipilih.

Page 13: 2 - Sampling Audit

11. Melaksanakan Prosedur Audit

Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap item dalam sampel untuk menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan definisi atribut dan dengan mempertahankan catatan mengenai pengecualian.

C. Mengevaluasi Hasil12. Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi

Tingkat pengecualian sampel (SER) dapat dihitung dari hasil sampel aktual. SER sama dengan jumlah aktual pengecualian dibagi ukuran sampel aktual. Menurut metode nonstatistik, dua cara untuk menggeneralisasi dari sampel ke populasi:

Menambah estimasi kesalahan sampling ke SER guna mencapai tingkat pengecualian atas yang dihitung (CUER) bagi ARACR tertentu.

Mengurangi tingkat pengecualian sampel (SER) dari tingakt pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) untuk menentukan kesalahan sampling yang dihitung (TER – SER), dan mengevaluasi apakah cukup besar untuk menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi sebenarnya dapat diterima.

13. Menganalisis Pengecualian

Pengecualian dapat disebabkan oleh banyak faktor. Sifat pengecualian dan penyebabnya memiliki dampak yang signifikan terhadap evaluasi sistem secara kualitatif.

14. Memutuskan Akseptabilitas Populasi

Jika auditor menyimpulkan bahwa TER – SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi dapat diterima, atau sebaliknya, auditor harus mengikuti salah satu dari empat tindakan:

Merevisi TER atau ARACR Memperluas Ukuran Sampel Merivisi Penilaian Risiko Pengendalian Mengkomunikasikan kepada Komite Audit atau Manajemen

2.6 SAMPLING AUDIT STATISTIK

Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi adalam sampling atribut. Aplikasi sampling atribut untuk pengujian pengendalian danpengujian substantive atas transaksi memiliki banyak kemiripan dengan sampling nonstatistic ketimbang perbedaanya. Ke 14 langkah yang sama digunakan umumnya juga sama. Perbedaanya terletak pada perhitungan ukuran sample awal yang menggunakan table yang dikembanghkan dari distribusi probabilitas statistic dan

Page 14: 2 - Sampling Audit

perhitungan tingkat pengecualian atas transaksi yang diestimasi dengan menggunakan table yang serupa seperti kita menghitung ukuran sampel.

2.7 DISTRIBUSI SAMPLING

Auditor mendasarkan kesimpulan statistiknya pada distribusi sampling. Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu.

Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilinya setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binomial, dimana setiap sampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin seperti ya/tidak,hitam/putih atau deviasi pengendalian/tidak ada deviasipengendalian.

2.8 APLIKASI SAMPLING ATRIBUT

Merencanakan Sampel.

1. Menyatakan tujuan pengujian audit. 2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian,4. Mendefinisikan populasi.5. Mendefinisikan unit sampling.6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi.7. Menetapkan ARACR yang terlalu rendah.8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.9. Menentukan ukuran sampel awal

Menggunakan table jika auditor menggunakan table untuk menentukan ukuran sampel awal,mereka akanmengikuti empat langkah

i. Memilih table yang berhubungan dengan ARACRii. Menempatkan TER pada bagian atas table.

iii. Menempatkan EPER pada kolom paling kiri.iv. Membaca kebawah kolom TER yang sesuai hinggaberpotongan dengan baris EPER

yang tepat.

Dampak ukuran Populasi, Teori statistic menunjukan bahwa dalam menerapkan samplinh atribut pada populasi,ukuran populasi tidak begitu dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sampel, karna sebagian besar auditor menggunakan sampling atrubut untuk populasi yang sangat besar, pengurangan ukuran sampel untuk populasi yang lebih kecil akan diabaikan disini.

Memilih Sampel dan melaksanakan Prosedur Audit

Page 15: 2 - Sampling Audit

10. Memilih sampel. Perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistic dan nonstatistik terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistic harus digunakan untuk sampling statistic.

11. Melaksanakan prosedur audit

Mengevaluasi Hasil

12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi.

Menggunakan table untuk menghitung CUER melibatkan empat langkah :

i. Memilih table yang berhubungan dengan ARACR auditor.ii. Mencari lokasi jumlah pengecualian actual yang ditemukan dalam pengujian audit

pada bagian atas table.iii. Mencari lokasi ukuran sampel actual pada kolom paling kiri.iv. Membaca ke bawah kolom jumlah pengecualian actual yang tepat hingga

berpotongan dengan baris ukuran sampel yang tepat.

13. Menganalisis pengecualian.14. Memutuskan akseptabilitas populasi. Metodologi untuk memutuskan akseptabilitas

populasi pada intinya sama baik untuk atribut maupun nonstatistik.

Kritik yang biasanya dilontarkan terhadap sampling karakteristik adalah bahwa hal tersebut mengurangi penggunaan pertimbangan professional oleh auditor. Perbandingan di antara 14 langkah menunjukan bahwa kritik tersebut tidak terbukti. Agar aplikasinya tepat samplinmh atribut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan professional di sebagian besar langkah tersebut.