2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya...
Transcript of 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya...
![Page 1: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/1.jpg)
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada Hakekatnya, Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan proses
komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Gondo (2007), Pembelajaran adalah interaksi timbal balik antara siswa dengan
guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi
mengandung unsur saling memberi dan menerima. Namun tidak hanya
diperlukan interaksi antara pengajar (guru) dengan pembelajar (siswa) saja, tetapi
juga dibutuhkan interaksi keduanya dengan bahan ajar. Interaksi antara siswa
dengan bahan ajar adalah proses belajar, dan interaksi antara guru dengan bahan
ajar adalah pengolahan bahan ajar. Interaksi yang terjalin dengan baik antara
ketiga komponen tersebut dapat memungkinkan ketercapaian tujuan pembelajaran
yang maksimal.
Klopfer (Rustaman, 2003) menyatakan bahwa : “Bagaimanapun IPA
diajarkan, gurulah yang paling menentukan apa yang dipelajari siswa”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat kita ketahui bahwa dari ketiga komponen
pembelajaran (guru, siswa, dan bahan ajar), komponen gurulah yang paling
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan suatu pembelajaran. Maka dari itu,
seorang guru haruslah mempunyai profesionalitas yang tinggi dalam
melaksanakan suatu pembelajaran.
![Page 2: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/2.jpg)
3
Profesionalitas seorang guru ditunjukkan dengan kemampuan serta
keterampilannya dalam menjalankan perannya yang multifungsi dengan baik.
Salah satunya adalah guru harus mampu menjadi seorang motivator bagi
siswanya. Motivasi akan timbul apabila guru merupakan “Inspired Teacher” atau
guru-guru yang mampu memberikan ilham dan “well designed texts” atau sumber-
sumber yang benar-benar dirancang dengan baik. Diharapkan dengan
profesionalitas yang guru miliki, dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam
memahami bahan ajar atau materi yang dinilai kompleks oleh siswa seperti
Biologi. Menurut Omundsen (Sabaria, 2003 : 2) Biologi dikenal sebagai mata
pelajaran yang membosankan dan sarat akan istilah-istilah serta terminologi juga
hafalan yang banyak yang perlu diingat. Bahkan berdasarkan penelitian yang
dilakukan Krynock dan Rob pada tahun 1996 (Sabaria, 2003 : 2), diketahui bahwa
banyak sekali siswa, terutama siswa laki-laki yang tidak meminati Biologi karena
dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak mudah dicerna oleh pikiran mereka.
Seorang guru Biologi perlu memotivasi siswanya agar senang belajar Biologi,
memberi penguatan, dan memperlihatkan bahwa belajar Biologi yang baik bukan
dengan cara menghapal (Rustaman, 2003 : 15).
Agar dapat menarik motivasi siswa, guru juga dapat menggunakan
keterampilannya dalam mengolah bahan ajar. Yaitu dengan menyajikan sumber
belajar dalam kemasan yang atraktif sebagai media pembelajaran. Ada banyak
jenis media pembelajaran, salah satunya adalah media Audio (Tape recorder) juga
media Visual (Gambar). Dengan menggunakan media yang bersifat Audio, sama
halnya dengan siswa mendengarkan ceramah dari gurunya. Media ini lebih
![Page 3: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/3.jpg)
4
menekankan pada kata-kata yang memungkinkan siswa hanya menggunakan otak
untuk mengingat kata-kata saja (off-line), sedangkan siswa seharusnya diajarkan
untuk berkreasi dan berpikir sendiri. Untuk itu, media yang bersifat visual,
misalnya gambar/komik ilmiah sangatlah cocok. Karena siswa dapat belajar
memadukan unsur kata-kata dengan gambar (on-line), sehingga siswa lebih
mudah untuk memahami dan mengingat pelajaran. Menurut Wibawa (1991 : 28),
media visual memilki beberapa kelebihan, yaitu : umumnya murah harganya,
mudah didapat, mudah digunakannya, dapat memperjelas suatu masalah, lebih
realistis, dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan, serta dapat
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Diantaranya bahwa penggunaan gambar
dapat merangsang minat/perhatian siswa dan dapat membantu siswa mengingat isi
informasi bahan-bahan verbal yang menyertai proses belajar mengajar. Selain itu,
penelitian Kurniawati (2003 : 64) membuktikan bahwa pengunaan buku komik
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan
media ini akan lebih menarik perhatian siswa, karena dengan melihat gambar,
siswa sudah dapat menangkap alur cerita yang ada di dalamnya.
Belajar hapalan memungkinkan siswa dapat mengerjakan evaluasi, tetapi
kemudian siswa tersebut lupa. Menurut Dahar (Hassard, 2000), agar siswa lebih
mudah memahami dan mengingat sebuah materi pembelajaran, diperlukan adanya
keterkaitan antara konsep awal yang telah dimiliki siswa dengan informasi baru.
Ausubel yang merupakan pionir dari pembelajaran secara bermakna
mengungkapkan bahwa guru harus mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki
para siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung, salah satunya dengan
![Page 4: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/4.jpg)
5
menggunakan peta konsep sesuai gagasan Novak. Melalui pembentukan peta
konsep sebagai media pembelajaran, maka telah diupayakan pengembangan dan
pembentukan struktur kognitif siswa.
Pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia merupakan salah satu
pokok bahasan yang tergolong kompleks dan abstrak. Selain mempunyai cakupan
yang luas, pokok bahasan ini juga sarat akan hapalan. Hal inilah yang menjadi
alasan mengapa materi Sistem Peredaran Darah pada Manusia diangkat sebagai
materi penelitian.
Hasil belajar yang rendah merupakan salah satu indikasi seberapa jauh siswa
memahami pokok bahasan yang diajarkan. Hasil belajar yang minimal
menunjukkan tingkat pemahaman siswa yang kurang terhadap pokok bahasan
yang diajarkan. Informasi tentang hasil belajar dipandang sangat penting, karena
salah satu ketercapaian tujuan pembelajaran adalah tercapainya hasil belajar siswa
yang optimal. Untuk itu, peneliti memandang perlunya media peta konsep dan
media komik ilmiah pada pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia,
sehingga terciptakan pembelajaran mengenai konsep sistem peredaran darah pada
manusia yang bermakna dan dapat diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap
hasil belajar siswa serta dapat meninjau media mana yang memberikan pengaruh
yang lebih besar dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna dalam pokok
bahasan sistem peredaran darah pada manusia
![Page 5: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/5.jpg)
6
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah :
“ Bagaimanakah perbandingan hasil belajar antara siswa SMA yang
menggunakan peta konsep dengan komik ilmiah pada pokok bahasan sistem
peredaran darah pada manusia?”
Dari rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah hasil belajar siswa SMA sebelum dan sesudah pembelajaran
sistem peredaran darah pada manusia dengan menggunakan peta konsep?
b. Bagaimanakah hasil belajar siswa SMA sebelum dan sesudah pembelajaran
sistem peredaran darah pada manusia dengan menggunakan komik ilmiah?
c. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan ?
d. Bagaimanakah pengaruh dari media pembelajaran yang digunakan terhadap
hasil belajar siswa?
2. Batasan Masalah
Mengingat permasalahan diatas cukup luas, maka peneliti membatasi masalah
peneltitian pada :
a. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 di SMAN 7
Bandung
b. Materi pelajaran yang dijadikan sebagai bahan penelitian adalah konsep sistem
peredaran darah pada manusia.
![Page 6: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/6.jpg)
7
c. Komik ilmiah yang digunakan adalah komik yang dibuat khusus oleh peneliti
untuk materi sistem peredaran darah pada manusia dan telah melalui proses
penilaian dan koreksi oleh para ahli.
d. Peta konsep dibuat oleh peneliti mengenai materi sistem peredaran darah pada
manusia dan telah melalui proses penilaian dan koreksi oleh para ahli.
e. Hasil belajar yang diukur adalah pretest, postest, dan indeks gain berdasarkan
kemampuan kognitif.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui perbandingan hasil belajar antara siswa yang menggunakan peta
konsep dengan siswa yang menggunakan komik ilmiah pada pokok bahasan
sistem peredaran darah pada manusia.
b. Mengetahui pengaruh penggunaan media peta konsep dan media komik ilmiah
terhadap hasil belajar siswa SMA.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
a. Bagi para guru biologi, diharapkan dapat mengetahui pengaruh pemberian
media yang atraktif seperti komik ilmiah dan peta konsep terhadap hasil belajar
siswa. Selain itu, juga diharapkan bahwa guru biologi dapat mengetahui
perbandingan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media peta konsep
dengan media komik ilmiah pada pokok bahasan sistem peredaran darah pada
manusia. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah satu
![Page 7: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/7.jpg)
8
alternatif bagi guru dalam menentukan media yang tepat untuk diaplikasikan di
lapangan agar mempermudah guru dalam menciptakan pembelajaran yang
bermakna.
b. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam memahami
pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia, sehingga tidak terjadi
belajar hapalan melainkan belajar bermakna yang memperkuat konsep siswa.
D. Asumsi
Asumsi yang menjadi landasan penelitian ini adalah :
1. Media pembelajaran membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk
belajar (Sudrajat : 2008).
2. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu pemahaman siswa yang
bersifat abstrak dan kompleks (Sudjana 2005 : 3).
3. Komik ilmiah dapat berfungsi sebagai pemancing minat belajar (Ekawati :
2007)
4. Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dapat lebih bermakna dan
mampu menciptakan penguasaan konsep yang kuat.
5. Nilai test siswa menunjukkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa
hasil belajar siswa yang menggunakan komik ilmiah lebih tinggi dibandingkan
hasil belajar siswa yang menggunakan peta konsep dalam pembelajaran sistem
peredaran darah pada manusia.
![Page 8: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/8.jpg)
9
BAB II
PENGGUNAAN PETA KONSEP DAN KOMIK ILMIAH PADA
PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA
A. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan mengajar merupakan dua istilah yang sangat popular dalam dunia
pendidikan. Kedua istilah itu mengacu kepada suatu proses yang terjadi dalam
suatu rangkaian unsur yang saling terkait. Belajar berarti berusaha untuk
mendapatkan kepandaian atau ilmu. Gagne (Adrian, 2004) dalam bukunya : The
Conditioning of learning mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, dan
bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne (Adrian, 2004)
berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor
dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Purwanto (1995 : 5) juga
mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dari definisi-definisi dia atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu, apabila
setelah belajar, peserta didik tidak mengalammi perubahan tingkah laku yang
positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya
tidak bertambah, maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
![Page 9: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/9.jpg)
10
Banyak para ahli yang telah merumuskan pengertian belajar. Hal ini
menimbulkan fenomena perselisihan yang wajar, karena adanya perbedaan titik
pandang dan perbedaan situasi belajar yang diamati oleh para ahli. Secara umum,
belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-
pengalaman sebelumnya. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup. Belajar juga
merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar makhluk
hidup.
Berikut ini adalah beberapa teori belajar :
1. Teori belajar Bruner
Menurut Bruner (Rustaman, 2001 : 5), proses belajar siswa terjadi dalam 3
fase, yaitu : fase informasi, fase transformasi, dan fase penilaian. Menurut Bruner
(Abdillah, 2003), belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lebih lama dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berpikir siswa secara bebas, dan melatih keterampilan-
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
2. Teori belajar Ausubel
Menurut Ausubel (Hassard, 2000), belajar bermakna akan terjadi apabila
informasi baru dikaitkan pada pengetahuan awal yang ada dalam struktur kognitif.
Sedangkan belajar hapalan terjadi bila informasi baru tidak dapat dikaitkan pada
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, karena konsep-konsep
![Page 10: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/10.jpg)
11
tidak mirip dengan informasi baru itu. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas,
dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang tertentu dan pada waktu tertentu.
3. Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne (Abdillah, 2003), perkembangan tingkah laku (behaviour)
adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa
belajar itu bukan merupakan proses tunggal dan tidak dapat didefinisikan dengan
mudah, karena belajar bersifat kompleks. Gagne (Abdillah, 2003) mendefinisikan
belajar sebagai mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang
berfungsi secara kompleks. Untuk itu, dibutuhkan kemampuan-kemampuan.
Kompetensi atau kemampuan itu meliputi skill, pengetahuan, attitude (perilaku),
dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam
berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas (outcome).
Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari
stimulus dan lingkungan, serta proses kognitif. Menurut Gagne (Abdillah, 2003),
belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Verbal information ( Informasi Verbal ).
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan, seperti
membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan.
b. Intellectual skill ( Kemampuan Intelektual ).
Kemampuan intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat
menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat, seperti menganalisa
![Page 11: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/11.jpg)
12
berita-berita, membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika.
c. Attitude ( Perilaku )
Perilaku merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar
(peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar melalui model ini
diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan (diidolakan).
d. Cognitive strategy ( strategi kognitif )
Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si
pembelajar meliputi mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk
mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar
memecahkan masalah, penelitian, dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan
masalah yang nyata di lapangan.
Istilah belajar mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda, tetapi terdapat
hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi yang saling
mempengaruhi dan saling menunjang. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi
bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru
lakukan di dalam kelas. Duffy dan Roehler (Syah, 1995 : 12) mengatakan bahwa
apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral,
dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar,
juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan
kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan profesional yang dimiliki guru utnuk
![Page 12: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/12.jpg)
13
mencapai tujuan kurikulum. Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas yang
dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk
tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Secara garis besar, ada tiga komponen penting dalam pembelajaran yaitu
pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan materi subjek (bahan ajar). Hubungan
ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan dalam gambar berikut :
Gambar 2.1. Hubungan antara Tiga Komponen dalam PBM (Sumber : Siregar dalam Herlanti, 2006 : 10)
Dari ketiga komponen tersebut, guru memegang peranan penting dalam
sebuah pembelajaran. Menurut Isjoni (2004), guru yang baik adalah guru yang
mampu memenuhi 5 syarat, yaitu sebagai :
1. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja
tersebut tidak hanya berupa program rutin, seperti menyiapkan Rencana
Pembelajaran, Satuan pelajaran, LKS, dan sebagainya. Tetapi juga harus
merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil dengan
maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana tencana yang dilakukan, dan sudah
terprogram secara baik.
2. Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan
pembaharuan yang dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di
Guru
Siswa Bahan Ajar
![Page 13: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/13.jpg)
14
dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi, serta
nurturant effect lainnya.
3. Motivator, artinya seorang guru mampu memiliki motivasi untuk terus belajar
dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik
untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya
4. Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga
mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif
5. Developer, artinya guru mempunyai kemauan yang tinggi untuk terus
mengembangkan diri, dan menularkan kemampuan dan keterampilannya kepada
anak didiknya dan untuk semua orang.
Selain itu, dikemukakan pula oleh Isjoni (2004) bahwa guru juga harus
bertindak sebagai fasilitator; pelindung; pembimbing; dan mempunyai figur yang
baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi
yang diinginkan sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna
untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa
dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan
sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; mempunyai sikap
yang berciri khas “The Habits for Highly Effective People” dan “Quantum
Teaching” serta pendekatan humanis terhadap siswa.
![Page 14: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/14.jpg)
15
B. Media Pembelajaran
1. Arti dan Fungsi Media
Kata “media” adalah bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dari bahasa
latin “medius”, yang berarti “tengah”. Dalam bahasa Indonesia, kata “medium”
dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang”. Media adalah segala bentuk dan
saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT
Task Force dalam Latuheru, 1988 : 2).
Hamidjojo (Latuheru, 1988 : 3) mengemukakan bahwa media adalah semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan/menyebar
ide, sehingga ide,atau pendapat, atau gagasan yang dikemukakan/disampaikan itu
bisa sampai pada penerima. McLuhan (Wibawa, 1991 : 7) juga berpendapat
bahwa media disebut sebagai saluran (channel), karena menyampaikan pesan
(informasi) dari sumber informasi itu kepada penerima informasi.
Dalam kehidupan masyarakat luas, media komunikasi memainkan peranan
yang sangat penting, serta berfungsi dalam setiap aspek kehidupan manusia secara
individu maupun masyarakat. Fungsi-fungsi media komunikasi menurut Latuheru
(1988 : 6) antara lain: sosial, ekonomis, edukatif, seni budaya, dan hiburan.
Sesuatu dapat dikatakan sebagai media pendidikan/pembelajaran apabila
media tersebut digunakan untuk menyalurkan/menyampaikan pesan dengan
tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)
![Page 15: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/15.jpg)
16
pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (anak
didik atau warga belajar).
Media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan
tujuan dan isi pengajaran yang dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan
belajar-mengajar. Seorang guru harus berusaha agar materi pengajaran yang
disampaikan dapat dengan mudah dicerna dan dimengerti oleh peserta didik.
Untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan
oleh guru, maka diperlukan usaha guru agar peserta didik dapat menggunakan
sebanyak mungkin alat indera yang dimilikinya. Makin banyak alat indera yang
digunakan untuk mempelajari sesuatu, maka akan semakin mudah peserta didik
mengingat apa yang telah dipelajarinya.
Edgar Dale (Latuheru, 1988 : 16) yang terkenal dengan Kerucut Pengalaman
(Cone of Experience) mengemukakan bahwa pengalaman belajar seseorang, 75 %
dipengaruhi oleh indera penglihatan (mata); 13% melalui indera pendengaran
(telinga); dan selebihnya melalui indera lain. Menurut Dale (latuheru, 1988 : 16),
pengalaman seseorang berlangsung mulai dari tingkat yang konkrit (pengalaman
langsung) menuju ke tingkat yang abstrak, dalam bantuk lambang kata, melalui
tahapan atau tingkatan sebagai berikut :
s
![Page 16: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/16.jpg)
17
10 Lam- Bang kata 9 Visual/peta
8 Gambar/foto 7 Gambar tetap 6 Televisi 5 Pameran 4 Melalui Karyawisata 3 Melalui Demonstrasi
2 Melalui Dramatisasi 1 Pengalaman melalui benda tiruan
Gambar 2.2. Tingkat Pengalaman Belajar ( Sumber : Dale dalam Latuheru, 1988 : 16 )
Menurut Dale (Latuheru, 1988 : 17), pada tingkat yang konkrit orang
memperoleh pengalaman (belajar) dari kenyataan yang diperoleh dalam
kehidupan. Selanjutnya, untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman,akan
meningkat menuju ke tingkat yang lebih tinggi, yang akhirnya tiba pada puncak
kerucut dimana pengalaman itu dapat diperoleh, walaupun hanya dalam bentuk
simbol atau lambang-lambang kata.
Selain itu, terdapat beberapa ahli yang juga mengemukakan pendapatnya
mengenai kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan menggunakan
alat inderanya, antara lain Geoffry Wilson (Latuheru ,1988 : 19) mengemukakan
bahwa pengalaman belajar seseorang sebanyak 82% diperoleh melalui indera
penglihatan, 12% melalui indera pendengaran, dan 6% melalui indera lain.
![Page 17: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/17.jpg)
18
3. Manfaat Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran memberikan banyak kontribusi dalam
ketercapaian suatu tujuan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana
(2005 : 2) bahwa bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran yang lebih baik. Selain itu, menurut Sudjana (2005 : 2), dengan
menggunakan media pembelajaran, maka metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga juga dengan
menggunakan media pembelajaran, siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Rustaman (2003 : 141) juga berpendapat bahwa media pembelajaran
mempunyai fungsi diantaranya:
a. Memperjelas dan memperkaya / melengkapi informasi yang diberikan secara
verbal.
b. Meningkatkan motivasi dan perhatian siswa untuk belajar.
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi.
d. Menambah variasi penyajian materi.
e. Pemilihan Media yang tepat untuk menimbulkan semangat, gairah, dan
mencegah kebosanan siswa untuk belajar.
f Kemudahan materi untuk dicerna lebih membekas sehingga tidak mudah
dilupakan siswa.
![Page 18: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/18.jpg)
19
g. Memberikan pengalaman yang lebih konkrit bagi hal yang mungkin abstrak.
h. Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa.
i. Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa.
Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses
pengajaran. Meskipun belum ada kesepakatan pasti mengenai klasifikasi media,
namun beberapa ahli sudah melakukan pengelompokkan media pembelajaran.
Adalah Bretz (Wibawa, 1991 : 21), salah satu ahli yang menggolongkan semua
media pembelajaran kedalam 7 kelas, yaitu : media audio visual gerak, media
audio visual diam, media audio semi gerak, media visual gerak, media visual
diam, media audio, media cetak.
Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran, sebaiknya
memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :
a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan; b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa; c) Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar; d) Keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang diperlukan syarat utamanya adalah guru dapat menggunakannya dengan baik dalam proses pengajaran; e) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung; f) Sesuai dengan taraf berfikir siswa. (Sudjana, 2005 : 4)
Memilih media untuk pendidikan dengan pengajaran harus sesuai dengan taraf
berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh
para siswa.
![Page 19: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/19.jpg)
20
C. Komik Ilmiah
1. Pengertian Komik
Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (1990 : 541), komik adalah
perpaduan karya seni rupa atau seni gambar dan seni sastra yang berbentuk
rangkaian gambar, masing-masing dalam satu kotak yang keseluruhannya
merupakan rentetan satu cerita. Gambar-gambar itu pada umumnya dilengkapi
balon-balon ucapan, dan ada kalanya masih disertai narasi sebagai pembahasan.
Selain itu, komik juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan gambar-
gambar yang berhubungan erat dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada
para pembaca (Sudjana, 2005 : 64).
2. Nilai Komik dalam Pembelajaran
“Jangan baca komik, nanti kecanduan,” atau “Jangan baca komik, nanti malas
belajar,” begitu mitos klasik mengenai komik yang masih sering terdengar sampai
saat ini. Entah berawal sejak kapan dan bagaimana, mitos ini sangat kuat relevan
dalam masyarakat. Sampai saat ini, tak sedikit orang tua yang menyita, merobek-
robek, bahkan hingga membakar komik-komik yang tertangkap tangan dibaca
atau disimpan oleh anak-anak mereka gara-gara terpengaruh mitos tersebut.
Begitu pula para guru yang ‘membumihanguskan’ komik-komik yang kedapatan
tangan dibaca oleh murid-murid mereka. Mitos ini pernah dipertanyakan
relevansinya pada sebuah seminar di Jakarta delapan tahun yang silam. Dalam
seminar bertema “Pengaruh Komik terhadap Minat Baca dan Imajinasi” itu para
nara sumber dari berbagai unsur yang cukup representatif: dari kalangan pendidik,
![Page 20: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/20.jpg)
21
psikolog dan budayawan seperti Prof. Soedjoko dari Fakultas Seni Rupa ITB,
psikolog anak Henny Supolo Sitepu dan budayawan Jaya Suprana, ‘menggugat’
mitos yang menempatkan komik sebagai bacaan yang tabu atau bahkan
“diharamkan” bagi anak-anak itu. Dari seminar tadi, pada umumnya para nara
sumber pada seminar itu percaya bahwa jika ditinjau dari sisi positifnya, komik
bermanfaat meningkatkan minat baca dan daya imajinasi anak-anak. Henny
Supolo, misalnya, dengan bangga mengangkat contoh bahwa anaknya mengenal
konsep keseimbangan milik filosofi China Yin Yang lewat komik Kura-Kura
Ninja. Atau Jaya Suprana yang mengambil contoh dirinya sendiri yang mengaku
mengenal seluk beluk cerita Mahabharata justru bukan dari buku-buku pelajaran
di sekolah melainkan dari komik Mahabharata yang ditamatkannya saat berumur
enam tahun. Pada seminar tersebut, Jaya Suprana juga berpendapat bahwa komik
tak mampu berdosa atau berjasa tanpa ada yang merespon. Maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh komik tergantung bagaimana bimbingan orang tua
atau pemandu terhadap anak.
Ada beberapa nilai yang dimiliki oleh komik (Prina, 2004 : 17) , antara lain:
komik merupakan media yang sederhana, jelas, dan mudah dalam
menggambarkan rentetan peristiwa, cerita yang dikemas dalam komik sangat
ringkas dan menarik perhatian, komik mudah dipahami karena untuk
membacanya, siswa tidak perlu dibujuk, dan komik merupakan jembatan untuk
menumbuhkan minat membaca.
![Page 21: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/21.jpg)
22
Berikut merupakan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan komik
sebagai media pembelajaran :
a. Hasil penelitian Prina (2004 : 59) yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar
siswa yang Menggunakan Buku Paket dengan Siswa yang Menggunakan
Buku Komik pada Konsep Hormon”, menunjukkan bahwa penggunaan komik
sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan penggunaan carta.
b. Hasil penelitian Kurniawati (2003 : 64) berjudul “Keefektifan Media Komik
Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas II SMKN 1
Cimahi”, menunjukkan bahwa media komik dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis karangan narasi.
c. Hasil penelitian Maulidan (Prina, 1004 : 17) membuktikan bahwa
pembelajaran konsep lingkungan menggunakan buku suplemen komik
lingkungan dapat meningkatkan pemahaman siswa.
d. Hasil penelitian Yakti (Prina, 2004 : 18), menunjukkan bahwa penggunaan
komik ilmiah dalam pembelajaran pencemaran lingkungan menunjukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan media gambar biasa.
e. Hasil penelitian Winata (2003 : 72) yang berjudul “Efektivitas Penggunaan
Komik Tanpa Teks dalam Kemampuan Menulis Karangan Narasi Eksperimen
Kuasi pada Bidang Studi Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas III SMU
YWKA”, membuktikan bahwa penggunaan metode konvensional kurang dapat
meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi.
![Page 22: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/22.jpg)
23
3. Langkah – Langkah Membuat Komik
Menurut Sutedjo (2005), terdapat 6 langkah pembuatan komik, yaitu: Langkah
Pertama, menulis ide cerita yang akan dibuat. Pada tahapan ini juga ditentukan
jalan cerita, tokoh, bagaimana awal cerita dan bagaimana akhir cerita. Langkah
Kedua, menentukan gaya gambar. Jika sang tokoh akan dibuat dengan gaya realis,
maka gambar yang akan dibuat harus mendekati kenyataan, baik itu bentuk
maupun proposisinya. Jika tokoh yang akan dibuat mengikuti gaya kartun, maka
bentuk dan proposisinya dibuat sesuai dengan imajinasi personal. Artinya,
komikus tersebut dapat memilih gaya apapun yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya. Langkah Ketiga, menyesuaikan gambar sketsa dengan jumlah panel
yang ditentukan dalam cerita. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggambar
sketsa adalah sudut pandang yang paling tepat untuk adegan yang dimaksud :
apakah arah pandang itu dari atas, bawah, atau pandangan normal. Dan jangann
lupa untuk membuat balon suara yang biasa mengisi suara sang tokoh. Selain itu,
perhatikan pula jarak pandangnya : apakah jauh, dekat, atau menengah. Jarak
pandang jauh akan menampilkan suasana yang luas, sedangkan pandangan jarak
dekat dan close up lebih cocok digunakan untuk menggambarkan karakter,
ekspresi wajah, atau tokoh pelaku cerita. Langkah Keempat, memperhalus gambar
tersebut dengan menambahkan dan menyempurnakan detail yang mendukung
gambar tersebut.
Langkah Kelima, membuat outline, yakni garis pinggir atau garis tebal dari
gambar tersebut. Langkah Keenam, setelah melakukan serangkaian tahapan
tersebut, kemudian masuk ke dalam tahapan pewarnaan. Ada dua cara pewarnaan,
![Page 23: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/23.jpg)
24
yaitu pewarnaan manual atau menggunakan komputer. Mewarnai cara manual
dengan menggunakan cat. Untuk cara ini dilakukan dengan memberikan warna
sesuai dengan keinginan. Sedangkan pewarnaan menggunakan komputer, ada
beberapa tahapan yang mesti dilakukan. Pertama, scan gambar yang telah diberi
outline dengan scanner. Adapun program yang dapat digunakan dalam proses ini
adalah Corel Draw, Adobe Photoshop, dan Adobe Illustrator
D. Peta Konsep
‘If I had to reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this: The most important single factor influencing learning is what the learner already knows.’ (Ausubel dalam Abram, 1999)
Dari kutipan mengenai pendapat Ausubel diatas, dapat kita ketahui bahwa
belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru dengan
konsep-konsep yang telah diketahui oleh seseorang sebelumnya. Ausubel dan
Novak (Dahar dalam Novak, 2004) menyebutkan ada tiga kebaikan dari belajar
bermakna, yaitu Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat,
Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-
subsumer sehingga memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran
yang mirip, serta Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif,
menimbulkan efek residual pada subsumer sehingga mempermudah belajar hal-
hal yang mirip, walaupun telah terjadi lupa.
Peta konsep berkembang dari teori belajar bermakna yang dicetuskan oleh
Ausubel (Novak, 2004). Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Fonseca (2004) yang menjelaskan bahwa peta konsep merupakan sebuah alat
untuk melakukan pembelajaran bermakna. Peta konsep menggambarkan
![Page 24: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/24.jpg)
25
hubungan bermakna antara konsep dengan proposisi. Berbagai pendapat tentang
peta konsep bermunculan seiring dengan gagasan dari Ausubel tersebut. Salah
satu definisi tentang peta konsep didefinisikan oleh Winkel. Menurut Winkel
(Sunaji dalam Daryanti, 2004 : 16), peta konsep atau disebut juga schemata adalah
jaringan-jaringan konsep yang saling berhubungan secara hierarki dari yang
paling inklusif ke yang lebih spesifik. Pendapat lainnya diberikan oleh Abram
(1999) yang berpendapat bahwa peta konsep merupakan suatu alat skematis untuk
mempresentasikan suatu konsep yang digambarkan dalam suatu proposisi. Pada
dasarnya, pembuatan peta konsep disesuaikan dengan cara otak memproses
informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis
(bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih
mudah diingat serta dipahami.
Berdasarkan peta konsep yang digagaskan oleh Novak dan Gowan (Novak,
2004), konsep yang lebih luas dan inklusif, harus berada pada bagian atas peta.
Sebaliknya, konsep yang lebih spesifik harus berada dibawahnya. Menurut
Kinchin, et. Al., (Daryanti, 2004) : 17) bahwa secara morfologi, peta konsep
dibagi menjadi tiga model, yaitu : Spoke (menjari), chain (rantai), dan net
(menjaring). Untuk lebih jelas lagi, dapat dilihat pada contoh berikut ini :
![Page 25: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/25.jpg)
26
berbentuk berbentuk
tersusun oleh dikelompokkan berbentuk menjadi
Gambar 2.3. Morfologi Peta Konsep Bentuk Spoke (Menjari) ( Sumber : Kinchin et al. dalam Daryanti, 2004 : 17)
Arteri elastis tebal
3 lapisan
Aorta
Bulat tetap
Arteriol Arteri
![Page 26: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/26.jpg)
27
Digolongkan menjadi digolongkan menjadi
Jika Digabung dengan
Terdiri dari Terdiri dari melalui terdiri dari terdiri dari
akan
Gambar 2.4. Morfologi Peta Konsep Bentuk net (Menjaring)
( Sumber : Kinchin et al. dalam Daryanti, 2004 : 17)
Darah
Golongan Darah A
Aglutinogen A
Aglutinin Anti-B
Golongan Darah B
Aglutinogen A
Aglutinin Anti-B Aglutinogen B
Aglutinin Anti-A
Transfusi Darah
menggumpal
![Page 27: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/27.jpg)
28
pada
mengalir dari
melewati
menuju
dilanjutkan ke
menuju
diserap di
kembali ke
Gambar 2.5. Morfologi Peta Konsep Bentuk chain (Rantai) ( Sumber : Kinchin et al. dalam Daryanti, 2004 : 18)
Darah
Bilik Kiri
Aorta
Arteri
Arteriol
Kapiler
Seluruh tubuh
Peredaran Darah Besar
Serambi Kanan
![Page 28: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/28.jpg)
29
Secara umum, peta konsep dapat bermanfaat dalam bidang pendidikan dan
bisnis untuk :
1. Pembuatan catatan dan ringkasan untuk kumpulan konsep-konsep kunci, serta
hubungan antar konsepnya.
2. Pembentukan pengetahuan baru dengan menambahkan informasi baru ke
dalam sumber lama.
3. Membentuk pengetahuan yang tahan lama dalam ingatan.
4. Desain pembelajaran : peta konsep disebut juga Ausubelian “advance
organizer” atau perorganisir konsep yang maju, menyediakan sebuah bingkai
penanda konseptual untuk informasi dan pembelajaran selanjutnya
5. Latihan : peta konsep juga dapat digunakan untuk melatih pengetahuan
mengenai hubungan antara konsep dengan konsep yang lain, dengan strategi
untuk mencapai sasaran, atau dengan tujuan pelatihan.
6. Meningkatkan pembelajaran yang bermakna.
7. Mengkomunikasikan ide dan argumen yang kompleks.
8. Merinci struktur keseluruhan dari sebuah gagasan, rangkaian pemikiran, atau
argumen.
9. Meningkatkan aspek metakognitif (belajar untuk belajar, dan berpikir
mengenai pengetahuan).
10. Meningkatkan kemampuan berbahasa.
11. Menilai pemahaman siswa terhadap sasaran pembelajaran, konsep, dan
hubungan antar konsep tersebut.
![Page 29: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/29.jpg)
30
Peta konsep menurut Dahar (1989), mempunyai ciri-ciri dan tujuan tertentu.
Menurut Dahar, beberapa tujuan dari diterapkan peta konsep dalam dunia
pendidikan adalah untuk menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, mempelajari
cara belajar, mengungkapkan konsepsi salah dan sebagai alat pembelajaran serta
evaluasi.
E. Konsep Sistem Peredaran Darah pada Manusia
Sistem peredaran darah adalah sistem yang mempunyai sangkut paut dengan
pergerakan darah di dalam pembuluh darah dan juga perpindahan darah dari satu
tempat ketempat yang lain. Menurut Wulangi (1993 : 127), sistem peredaran
darah mempunyai peranan untuk : mengangkut zat makanan (nutrien) dari usus ke
seluruh jaringan tubuh; mengangkut zat ampas dari jaringan tubuh ke alat
pembuangan; mengangkut O2 dari paru-paru atau insang ke seluruh jaringan
tubuh; mengangkut CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru atau insang;
mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke tempat sasaran; dan
mendistribusikan panas dari sumbernya ke seluruh bagian tubuh.
Peredaran darah pada manusia tersusun atas darah, pembuluh darah, dan
jantung sebagai pusat peredaran darah.
1. Darah
Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh
darah. Seperti halnya mamalia lainnya, menurut Wulangi (1993 : 16), darah
mempunyai peranan sebagai berikut : a) Mengangkut bermacam-macam
substansi, yaitu : (1) oksigen dan karbon dioksida dari alat pernapasan ke
jaringan-jaringan di seluruh tubuh. (2) sari-sari makanan (nutrisi), seperti
![Page 30: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/30.jpg)
31
glukosa, asam amino, dll. dari usus ke seluruh jaringan tubuh. (3) sisa-sisa
metabolisme, seperti urea, asam urat, kreatinin, dan lain-lain ke alat ekskresi. (4)
hormon dari kelenjar hormon ke jaringan-jaringan yang membutuhkan; b)
Mengatur keseimbangan cairan antara darah dengan cairan jaringan; c) Mengatur
keseimbangan asam-basa (pH) darah; d) Mencegah pendarahan; e) Merupakan
alat pertahanan tubuh; f) Mengatur suhu tubuh.
Darah manusia terdiri atas dua komponen, yaitu plasma darah (cairan darah)
dan sel-sel darah.
a. Plasma Darah
Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah. Menurut Latifah (1996 :
114), plasma darah pada umumnya terdiri dari ± 91 % air, dan berbagai zat
organic dan anorganik yang terlarut didalamnya. Zat-zat yang terlarut dalam
plasma darah, antara lain : sari-sari makanan seperti glukosa, asam lemak,
gliserin, dll. Selain itu dalam plasma darah juga terkandung mineral ± 0,9 %;
protein ± 8 %; gas O2 dan CO2; zat-zat hasil produksi sel seperti enzim, hormon,
antibodi; urea dan asam urat hasil dari metabolisme.Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
![Page 31: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/31.jpg)
32
Tabel 2.1. Komponen Plasma Darah
Plasma Darah (55% dari darah)
Kandungan Fungsi utama
Air
Garam
Natrium
Kalium
Kalsium
Magnesium
Klorida
Bikarbonat
Pelarut bagi zat-zat lain.
Penyeimbang tekanan
osmosis,
mempertahankan pH
(buffer), meregulasi
permeabilitas membran.
Protein plasma
Albumin
Fibrinogen
Immunoglobulin
Penyeimbang osmosis
dan mempertahankan pH,
pembekuan darah,
pertahanan tubuh
(antibodi)
( Sumber : Pratiwi, D. et al. 2000 : 119 )
b. Sel-Sel Darah
Menurut Kurnadi ( 2002 : 30), sel–sel darah berasal dari sel mesenchym yang
berubah menjadi sel induk (sel stem). Kemudian berdiferensiasi lagi menjadi lima
tipe sel atas pengaruh berbagai hormon dan zat-zat kimia lainnya. Kelima tipe sel
tersebut adalah : Erithroblast, kemudian akan membentuk erithrosit; Megakariosit,
kemudian akan membentuk trombosit; Lymphoblast, kemudian akan membentuk
lymphosit; Monoblast, kemudian akan membentuk monosit; Myeloblast,
kemudian akan membentuk granulosit.
![Page 32: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/32.jpg)
33
Berikut adalah sel-sel darah dalam tubuh manusia:
Tabel 2.2. Jenis-Jenis Sel Darah
Jenis sel darah dan
rata-rata jumlahnya
Bentuk dan ukuran Tempat
pembentukan
Fungsi dan sifat lain
A. Eritrosit (sel darah
merah) 5-6 juta
Berbentuk bulat,
bikonkaf, tidak
berinti; berukuran 7,5-
7,7µ
Endotelium
sumsum
tulang
Berfungsi
mentranspor oksigen
dan tetap di dalam
pembuluh darah
B. Leukosit (sel darah
putih) 5000-10000µ
terdiri dari:
1. Granulosit
a. Neutrofil 65-
75%
b. Eosinofil 2-5%
c. Basofil 0,5%
2. Agranulosit
a. Limfosit 20-
25%
b. Monosit 2-6%
Berinti; 10-12µ tidak
mempunyai bentuk
tetap (ameboid);
10-26µ
nukleus pecah
dihubungkan oleh
benang sitoplasma
berbintik ungu tua
granula berwarna.
Granula sedikit dan
berwarna eosin/merah
Granula berupa bintik-
bintik biru
Berinti satu besar,
bulat, berukuran 610µ,
sitoplasma sedikit,
berwarna jernih.
Berinti satu, bulat,
berukuran 12-15µ,
sitoplasma banyak
Sel
retikuloendotel
sumsum
tulang
Jaringan
limfoid dan
kelenjar limfa.
Limfa dan
sumsum
tulang
Berfungsi untuk
pertahanan tubuh
dan bersifat
ameboid, dapat
meninggalkan
pembuluh darah
masuk ke jaringan
Berfungsi untuk
pertahanan tubuh
dan tidak bergerak.
Dapat bergerak
dengan cepat dan
bersifat fagosit.
![Page 33: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/33.jpg)
34
berwarna biru
C. Keping darah
(trombosit)
250.000-400.000
Bentuknya kecil dan
tidak berinti, rapuh,
berwana biru tua
sampai ungu,
berukuran 2-4µ
Fragmentasi
dari
megakariosit
dalam sumsum
tulang
Penting dalam proses
pembentukan darah
( Sumber : Pratiwi, D. et al. 2000 : 120 )
5) Sel Darah Merah.
Pratiwi (2000 : 120) menjelaskan bahwa sel darah merah pada manusia
berwarna merah karena mengandung hemoglobin yang dapat mengikat oksigen.
Sel darah merah dapat mengkatalisis reaksi antara CO2 dan air karena sel darah
mengandung anhidrase karbonat dalam jumlah besar. Pratiwi (2000 : 120) juga
menambahkan bahwa konsentrasi sel darah merah pada laki-laki normal adalah
5.400.000 permililiter kubik dan pada wanita normal 5.000.000 permiliter kubik.
Sel darah pada manusia mempunyai bentuk yang bulat bikonkaf dan tidak
mempunyai inti, berbeda dengan hewan vertebrata lainnya yang pada umumnya
mempunyai inti pada sel darah merahnya.
Proses pembentukan sel darah merah disebut eritropoesis (Kurnadi, 2002 :
29). Pratiwi (2000 : 120) menjelaskan bahwa sel darah merah dihasilkan dalam
kantong kuning telur pada beberapa minggu pertama kehidupan embrio di dalam
kandungan. Dan sesudah bayi lahir, sel darah merah akan dibentuk di sumsum
tulang. Tetapi kira-kira di usia 20 tahun, sumsum tulang bagian proksimal tulang
panjang sudah tidak menghasilkan sel darah merah lagi. Sebagian besar sel darah
merah dihasilkan dalam sumsum tulang membranosa (seperti : vertebral, sternum,
iga, dan pelvis).
![Page 34: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/34.jpg)
35
Menurut Wulangi (1993 : 27), sel darah merah berasal dari sel primordium
(sel induk) yang dikenal dengan nama proeritroblas atau hemositoblas atau sel
batang mieloid yang mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel (pluripoten).
Hemositoblas dibentuk secara terus-menerus dari sel retikulum yang terdapat di
sumsum tulang. Dari hemositoblas terbentuklah basofil eritroblas yang ditandai
dengan mulainya pembentukan hemoglobin. Kemudian terbentuklah eritroblas
polikromatotil. Dinamakan demikian karena ada campuran substansi basofilik
dengan hemoglobin. Setelah ini, nukleusnya mengecil, tetapi pembentukan
hemoglobin masih terus berlangsung dan terbentuklah normoblas. Setelah
sitoplasma dari normoblas terisi oleh hemoglobin sampai mencapai kadar 34 %,
nukleus nukleus dari normoblas lenyap dengan otolisis dan absorbsi. Akhirnya
terbentuklah retikulosit dan eritrosit. Retikulosit merupakan eritrosit yang masih
muda.
Pratiwi (2000 : 122) menjelaskan bahwa dalam keadaan normal, sel darah
merah beredar rata-rata selama 120 hari. Saat sel menua, membran sel rapuh,dan
pecah. Sel darah merah tua dimusnahkan di limpa (lien). Hemoglobin dicernakan
oleh sel-sel retikuloendotel dan zat besi dilepaskan ke dalam darah untuk diangkut
kembali ke sumsum tulang dan hati. Hemoglobin diubah menjadi zat warna
empedu (bilirubin) dan disekresi oleh hati kedalam empedu.
6) Sel darah putih
Sel darah putih atau yang juga dikenal sebagai leukosit terdapat di dalam
darah dan cairan limf, tetapi sering juga terdapat di cairan jaringan (Wulangi,
1993 : 47). Menurut Pratiwi, (2000 : 122), terdapat enam jenis sel darah putih,
![Page 35: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/35.jpg)
36
yaitu: neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit, dan sel plasma. Sel darah
putih dibentuk sebagian dalam sumsum tulang (granulosit, monosit, dan limfosit)
dan sebagian dalam jaringan limfa (limfosit dan sel-sel plasma). Wulangi (1993 :
47) menambahkan bahwa pada keadaan normal, jumlah total sel darah putih
berkisar antara 4,5 sampai 10 juta butir per mm3, terdiri dari 62% neutrofil. 2,3%
eosinofil, 0,4% basofil, 5,3% monosit, dan 30% limfosit. Untuk setiap orang,
jumlah sel darah putih bervariasi menurut keadaan fisiologiknya seperti umur,
aktivitas, dan keadaan patologis seperti infeksi dan trauma. Menurut Pratiwi (2002
: 122), masa hidup sel-sel itu berbeda, granulosit sekitar 12 jam; monosit sulit
dinilai (karena selalu mengembara), tetapi bisa selama beberapa minggu atau
bulan; limfosit dapat berumur 100-300 hari.
Wulangi (1993 : 47) menjelaskan bahwa sel darah putih berbeda dari sel darah
merah dalam beberapa ciri yang dimiliki oleh sel darah putih, yaitu : mempunyai
nukleus, tidak mengandung hemoglobin, mempunyai ukuran yang relatif lebih
besar, dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Kecuali
ciri-ciri tersebut, masih ada beberapa sifat penting yang dimiliki oleh sel darah
putih, yaitu : (a) pergerakan seperti amuba. Sel darah putih dapat bergerak dari
satu tempat ke tempat lain dengan cara menjulurkan sitoplasmanya ke arah yang
dikehendaki. (b) Khemotaksis, yaitu kemampuan untuk bergerak menuju ke
tempat luka atau inflamasi. (c) Fagositosis, yaitu kemampuan untuk memakan dan
mencerana sel-sel yang mati atau benda-benda asing; kemampuan ini terutama
berkembang pada netrofil, limfosit, dan monosit. (d) Diapedesis, yaitu
kemampuan untuk menembus dinding kapiler menuju ke cairan jaringan.
![Page 36: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/36.jpg)
37
Menurut Pratiwi (2000 : 122), manfaat sel darah putih secara umum adalah
untuk membantu pertahanan tubuh terhadap infeksi yang masuk, karena selain
mampu bergerak ameboid juga bersifat fagositosis (memangsa). Sel-sel darah
putih yang berfungsi melawan penyakit disebut antibodi. Contoh antibodi adalah
limfosit yang mampu menyerang dan menghancurkan organisme yang spesifik
(bakteri, virus). Jenis limfosit yang berperan sebagai antibodi adalah limfosit-t dan
limfosit-b. Perbedaan diantara keduanya terletak pada tempat pematangannya.
Jika limfosit matang di kelenjar timus, maka limfosit-t matang di endotelium
sumsum tulang.
7) Trombosit/keping darah
Trombosit atau disebut juga keping darah merupakan sel yang berbentuk agak
bulat, tidak mengandung inti, tidak berwarna, berat jenisnya rendah, dan
berukuran kecil dengan diameter antara 1 sampai 4 mikron. Dinding trombosit
bersifat sangat rapuh, dan cenderung untuk melekat pada permukaan kasar seperti
pada pembuluh darah yang robek (Wulangi, 1993 : 49). Menurut Kurnadi (2002 :
35), jumlah trombosit dalam darah manusia normal adalah ± 300.000 permililiter
kubik darah.
Kurnadi (2002 : 34) juga menambahkan bahwa trombosit terbentuk dari sel
induk yang disebut megakariosit yang banyak terdapat di sumsum tulang,
sedangkan penghancuran trombosit dilakukan di dalam limpa. Menurut Wulangi
(1993 : 50), trombosit mempunyai peranan utama dalam pembekuan darah.
Mekanisme pembekuan darah dimulai ketika ada jaringan yang terluka. Jaringan
![Page 37: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/37.jpg)
38
yang luka atau trombosit yang rusak akan menghasilkan tromboplastin atau
trombokinase yang merupakan aktivator dari protrombin.
Adanya trombokinase, menurut Pratiwi (2000, 213), menyebabkan perubahan
protrombin menjadi enzim trombin. Ion kalsium merupakan zat yang dianggap
memacu perubahan tersebut. Protrombin adalah suatu protein plasma yang
terdapat dalam plasma normal dengan konsentrasi 15mg/100ml. Protrombin
berupa senyawa globulin dan selalu dibentuk di hati dengan bantuan vitamin K.
Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang
berupa benang-benang.
c. Penggolongan Darah
Dalam tubuh manusia, terdapat 3 golongan darah utama, yaitu golongan darah
ABO, golongan darah Rhesus (Rh), dan golongan darah MN (Wulangi, 1993 :
60).
1) Golongan darah ABO
Menurut Wulangi (1993 : 60), ditinjau dari golongan ini, manusia
dikelompokkan menjadi 4 golongan, berdasarkan ada atau tidaknya aglutinogen
(antigen), yaitu golongan darah A, B, O, dan AB. Aglutinogen adalah antigen-
antigen yang peka terhadap zat-zat atau benda asing yang menyebabkan aglutinasi
(penggumpalan) serta dapat menghasilkan antibodi. Ada 2 macam aglutinogen,
yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Seseorang disebut mempunyai golongan darah A, bila di dalam sel merahnya
terdapat aglutinogen A dan aglutinin anti-B (aglutinin β); golongan darah B, bila
di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen B dan aglutinin anti-A
![Page 38: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/38.jpg)
39
(aglutinin α) ; golongan darah AB, bila mengandung aglutinogen A dan B, dan
tidak mengandung aglutinin; golongan darah O, bila didalam sel darah merahnya
tidak mengandung aglutinogen tetapi mengandung aglutinin anti-A (α) dan anti-B
(β). Menurut Kurnadi (2002, 41), bila suatu aglutinogen (misalnya A) terdapat di
dalam sel darah merah tertentu, maka aglutinin yang bersangkutan (misalnya anti-
A atau α) tidak boleh ada di dalam plasma. Sesuai dengan hukum Landsteiner
(Wulangi, 1993 : 61), bahwa jika aglutinogen bertemu dengan aglutinin yang
bersangkutan, terjadilah aglutinasi, yaitu sel darah merah akan berkelompok dan
diikuti oleh hemolisis.
2) Golongan darah Rhesus (Rh)
Pada tahun 1940, Landsteiner dan Wiener (Wulangi, 1993 : 62) menemukan
golongan darah lain yang dikenal dengan nama faktor Rhesus (Rh). Faktor Rhesus
ini semula berasal dari jenis kera Rhesus macaca. Selain aglutinogen A dan B, ada
pula aglutinogen lain yaitu aglutinogen C, D, dan E. diantaranya adalah
aglutinogen D yang utama. Bila seseorang didalam darahnya mengandung
aglutinogen D, maka orang tersebut adalah Rh positif (Rh+). Berbeda dengan
orang golongan darah ABO, yang di dalam plasmanya tidak terdapat anti D, maka
orang yang Rh- dapat membentuk anti D setelah mendapat transfusi darah dari
orang yang Rh+. Orang yang Rh+ tidak dapat membentuk anti D, maka dari itu
dapat menerima darah dengan aman, baik dari orang yang Rh+ atau dari orang
yang Rh-.
Menurut Kurnadi ( 2002, 42), bila wanita dengan Rh- kawin dengan pria Rh+
yang homozigot, semua anaknya adalah Rh+. Bila hal ini terjadi, dapat
![Page 39: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/39.jpg)
40
mengakibatkan kematian pada bayi kedua dan seterusnya akibat terbentuknya
antibodi anti Rh+. Peristiwa ini disebut Erithroblastosis Fetalis. Bila darah ibu
(Rh-) yang karena transfusi misalnya mengandung anti D, anti D ini dapat melalui
plasenta menuju ke peredaran darah bayi (Rh-). Akibatnya anti D akan bertemu
dengan aglutinogen D dan menyebabkan aglutinasi sel darah merah pada bayi.
Bila anti D cukup banyak, bayi akan mati. Seandainya bayi pertama yang lahir
dapat hidup, maka bayi pada kelahiran selanjutnya tidak akan terselamatkan lagi.
3) Golongan darah MN
Menurut Wulangi (1993 : 64), pada tahun 1972, Landsteiner dan Levine
menemukan aglutinogen macam lain di dalam sel darah merah, yaitu aglutinogen
M dan N. Hal ini akan menghasilkan 3 macam golongan darah, yaitu M, N, dan
MN. Berbeda dengan golongan darah ABO, golongan darah MN tidak disertai
dengan kehadiran aglutinogen di dalam plasma darah, maka dari itu, pada saat
transfusi darah, tidak diperhatikan ketiga aglutinogen ini. Aglutinogen ini
bermanfaat untuk membantu menentukan orang tua seseorang.
2. Organ-Organ Sistem Peredaran Darah pada manusia
Berdasarkan fungsinya, sistem peredaran darah pada manusia dibagi menjadi
6 bagian seperti terlihat pada tabel berikut ini :
![Page 40: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/40.jpg)
41
Tabel 2.3. Fungsi Dan Peranan Organ Sistem Peredaran Darah pada Manusia
Organ Sistem Peredaran
Darah Fungsi dan Peranan
Jantung : 1. Serambi Kanan 2. Serambi Kiri
3. Bilik Kanan
4. Bilik Kiri
Ruang yang manampung darah dari seluruh tubuh dan mengalirkan darah dari ventrikel kanan. Ruangan yang menampung darah dari paru-paru dan mengalirkan darah dari ventrikel kiri. Ruang jantung yang bila berkontraksi akan menimbulkan tekanan yang mendorong atau memompa darah menuju ke sistem peredaran darah paru-paru Ruang jantung yang bila berkontraksi akan menimulkan tekanan yang mendorong atau memompa darah menuju sistem peredaran darah sistemik.
Pembuluh Darah : 1. Arteri (Pembuluh Nadi)
2. Vena (Pembuluh Balik) 3. Kapiler
Pembuluh darah yang berperan dalam menyalurkan darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh. Pembuluh darah yang berperan dalam menyalurkan darah dari seluruh tubuh ke jantung Pembuluh darah yang mempunyai struktur sangat halus dan berperan dalam pertukaran zat antara darah dengan cairan jaringan.
( Sumber : Wulangi, 1993 : 130 )
a. Jantung
Jantung manusia terletak di rongga dada, diatas diafragma, dan terbungkus
oleh selaput jantung (perikardium) yang berlapis dua. Menurut Pratiwi (2000 :
125), lapisan perikardium visceral yang melekat pada otot jantung dan dikenal
dengan istilah epikardium. Lapisan di sebelah luar disebut perikardium parietal.
Antara kedua lapisan perikardium ini terisi oleh cairan perikardium.
![Page 41: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/41.jpg)
42
Menurut Wulangi ( 1993 : 131), jantung manusia besarnya kurang lebih
sebesar kepalan tangan. Ukurannya adalah panjang 12 cm, lebar 19 cm, dan tebal
6 cm. Berat jantung kurang lebih 300 gram pada pria da 250 gram pada wanita.
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu epikardium yang merupakan lapisan
terluar, miokardium yang merupakan otot jantung, dan endokardium yang
merupakan lapisan terdalam dari dinding jantung dan merupakan bagian yang
melapisi ruang jantung.
Jantung manusia terdiri dari empat ruang, yakni dua bilik atau dua serambi.
Serambi jantung berfungsi sebagai tempat lewatnya darah dari luar jantung ke
bilik. Selain itu, serambi juga berfungsi sebagai pompa yang lemah sehingga
membantu aliran darah dari serambi ke bilik. Bilik memberi tenaga yang
mendorong darah ke paru-paru dan sistem sirkulasi tubuh (Pratiwi, 2000 : 126).
Wulangi ( 1993 : 132) menambahkan bahwa antara serambi kiri dan kanan, juga
antara bilik kiri dan kanan, terdapat dinding pemisah atau sekat (septum). Menurut
Kurnadi (2002 : 4), antara serambi kiri dengan bilik kiri terdapat katup yang
disebut katup bikuspidalis, sedangkan katup yang memisahkan bilik kanan dengan
serambi kanan, disebut karup trikuspidalis. Antara bilik kiri dengan pembuluh
aorta juga terdapat katup semilunaris aorta, sedangkan katup yang memisahkan
bilik kanan dengan pembuluh nadi paru-paru disebut katup semilunar pulmonalis.
Berdasarkan pendapat Pratiwi (2000 : 126), jantung dibentuk terutama oleh 3
otot jantung, yaitu otot serambi, otot bilik, dan serabut perangsang dan penghantar
khusus. Otot-otot jantung bekerja dengan sendirinya (berkontraksi) tanpa
dipengaruhi impuls saraf. Denyut jantung ditimbulkan oleh otot jantung itu sendiri
![Page 42: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/42.jpg)
43
(miogenik). Kurnadi (2002 : 5) menambahkan bahwa otot jantung sebetulnya
terdiri dari tiga macam jaringan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya,
yaitu : jaringan nodal, jaringan purkinye yang terdiri dari berkas his yang
bercabang-cabang, dan jaringan biasa. Jaringan nodal terdapat di dua daerah di
dalam jantung, yaitu nodus sinoatrial (SA-Node) dan nodus Atrioventrikular (AV-
node). SA-node merupakan tempat yang mula-mula menimbulkan impuls,
sehingga SA-node disebut juga Pacemaker.
Menurut Pratiwi (2000 : 127), pada manusia normal, biasanya jantung
berkontraksi 72 X permenit dan memompa darah 60 cc. Periode dari akhir
kontraksi hingga akhir kontraksi berikutnya disebut siklus jantung. Siklus jantung
terdiri dari periode relaksasi yang dinamakan diastol, yaitu jika serambi jantung
menguncup dan bilik jantung mengembang. Pada waktu itu otot bilik mengendor
maksimum dan ruang bilik mengembang maksimum. Periode kontraksi
dinamakan sistol, yaitu jika otot bilik jantung menguncup dan darah di dalam bilik
dipompa ke pembeluh nadi paru-paru (arteria pulmonalis) ataupun ke aorta secara
bersamaan.
Peredaran darah dari jantung menuju paru-paru melewati aorta pulmonalis,
dan kembali ke jantung melewati vena pulmonalis, disebut peredaran darah kecil.
Sedangkan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh dan akhirnya kembali
ke jantung disebut peredaran darah besar. Oleh karena pada manusia terdapat
kedua macam peredaran darah tersebut, maka dikatakan memiliki peredaran
darah ganda (Kurnadi, 2002 : 1).
![Page 43: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/43.jpg)
44
Seperti halnya organ-organ lain di seluruh tubuh, jantung yang bekerja terus-
menerus juga membutuhkan makanan. Menurut Latifah et al. (1995 : 123)
makanan itu diperoleh dari nadi tajuk (arteria koronaria). Tekanan darah dapat
diukur dengan tensimeter. Yang diukur adalah tekanan sistolis (waktu darah
keluar jantung), dan tekanan diastolis (waktu darah masuk ke jantung). Pada orang
dewasa sehat, umumnya sistol sebesar 120 mmHg dan diastol sebesar 80 mmHg
atau dapat juga ditulis sebagai tekanan arteri = 120/80 (sistol/diastol).
b. Pembuluh darah
1) Pembuluh Nadi (Arteri)
Menurut Pratiwi (2000 : 128), pembuluh nadi adalah pembuluh tempat
keluarnya darah dari jantung. Pembuluh ini tebal, elastis, dan memiliki sebuah
katup (valvula semilunaris) yang berada tepat di luar jantung. Letak pembuluh
nadi biasanya di dalam tubuh, hanya beberapa yang di permukaan sehingga dapat
dirasakan denyutnya.
Secara anatomi, menurut Kurnadi (2001 : 11), pembuluh nadi tersusun atas 3
lapis jaringan, yaitu lapisan pertama (lapisan Adventisia) berupa jaringan ikat
kolagen yang kuat dan elastis; lapisan tengah (lapisan Media) merupakan lapisan
paling tebal yang berupa otot polos yang berkontraksi secara sadar; lapisan ketiga
(lapisan Intima) yang berupa jaringan endotelium yang melindungi jaringan yang
berada di dalamnya.
2) Pembuluh Balik (Vena)
Vena mudah dikenali karena letaknya di daerah permukaan. Menurut Pratiwi
(2000 : 129), vena juga mempunyai struktur yang kurang elastis dan berbentuk
![Page 44: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/44.jpg)
45
bulat tidak teratur. Menurut Kurnadi (2002 : 12), seperti halnya nadi, pembuluh
balik juga tersusun atas 3 lapisan, tetapi lapisan tengahnya lebih tipis dan lapisan
yang paling tebal adalah lapisan pertama atau lapisan adventisia sehingga
menyebabkan dinding vena kurang tebal, tetapi bagian lumennya menjadi tebal.
Lapisan pertama (adventisia) tersusun oleh serat-serat otot, sedangkan lapisan
keduanya (media) tersusun oleh lapisan otot tipis, dan lapisan ketiganya (intima)
tersusun oleh jaringan endotelium.
Menurut Pratiwi (2000 : 129), pembuluh balik adalah tempat masuknya darah
dari seluruh tubuh ke jantung. Vena diselubungi oleh otot rangka dan memiliki
sebuah katup, yaitu valvula semilunaris. Pembuluh balik yang masuk ke jantung
adalah Vena kava superior, vena kava inferior, dan vena pulmonalis. Vena kava
superior adalah pembuluh balik yang mengalirkan darah yang kaya akan CO2 dari
tubuh bagian atas menuju jantung. Sedangkan vena kava inferior adalah pembuluh
balik yang membawa darah yang kaya CO2 dari tubuh bagian bawah menuju
jantung. Dan vena pulmonalis adalah pembuluh balik yang membawa darah yang
kaya akan O2 dari paru-paru menuju jantung.
3) Pembuluh Kapiler
Kurnadi (2002 : 11) menjelaskan bahwa pembuluh kapiler merupakan cabang
terhalus dari pembuluh darah. Pembuluh darah kapiler tersusun atas satu lapis
jaringan endotelium. Pada pembuluh kapiler, pertukaran gas dan zat-zat nutrisi
(makanan) antara darah dengan cairan jaringan.
![Page 45: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/45.jpg)
46
3. Gangguan pada Sistem Peredaran Darah pada Manusia
a. Penyakit Jantung
Ditinjau dari penyebabnya, Kurnadi (2002 : 20) membagi penyakit jantung
kedalam tiga kelompok, yaitu :
1) Gangguan pada sirkulasi koroner, misalnya Angina Pectoris.
Angina pectoris adalah suatu keadaan nyeri/teertekan di daerah dada yang
dapat menjalar ke lengan kiri (refered pain), yang khas terjadi sewaktu olah
raga/kerja, fisik/stres dan nyeri akan berkurang apabila diistirahatkan. Angina
pectoris disebabkan oleh berkurangnya aliran darah (Ischemia) dari myocardium.
2) Gangguan pada sistem konduksi jantung
Gangguan pada sistem konduksi jantung bisa menyebabkan arrythmia
(gangguan irama jantung). Jenis arrythmia salah satunya adalah heartblock yaitu
suatu keadaan dimana penyebaran impuls dari jantung terhalang/lambat pada
bagian tertentu dari sistem konduksi.
3) Kelainan anatomis
Kelainan anatomi jantung berupa cacat bawaan sejak lahir. Contohnya adanya
lubang pada atrium sehingga terjadi aliran darah yang kaya akan oksigen dari kiri
ke kanan jantung dengan gejala sesak napas.
b. Varices
Kurnadi (2002 : 23) menjelaskan bahwa varices adalah melebarnya dan
berkelok-kelok vena super vacial terutama di daerah kaki. Penyakit ini dapat
terjadi akibat katup-katup vena yang menjadi lumpuh karena memang lemah sejak
lahir ditambah dengan bertambahnya beban vena.
![Page 46: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/46.jpg)
47
c. Hypotensi (Tekanan Darah Rendah)
Tekanan darah dibawah normal disebabkan oleh beberapa macam hal,
diantaranya perubahan dari posisi jongkok atau terlentang ke posisi berdiri yang
akan menimbulkan penimbunan darah di vena tungkai bawah karena pengaruh
gravitasi. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah lesu, pusing,
gangguan penglihatan sampai pingsan (Kurnadi, 2002 : 24).
d. Shock
Menurut Kurnadi (2002 : 24), shock adalah keadaan dimana terjadi
kekurangan aliran darah pada jaringan tubuh. Penyebab terjadinya shock adalah
(1) Gangguan cardiac output karena gangguan fungsi jantung misalnya pada
myocard infark; (2) Penurunan volume darah; (3) Terjadinya vasodilatasi dapat
terjadi karena alergi obat-obatan yang berat, infeksi bakteri, atau racun bakteri.
e. Hypertensi
Kurnadi menerangkan bahwa Hypertensi adalah keadaan dimana tekanan
darah sistol ataupun diastol meningkat dari batas normal. Penyebabnya
diantaranya : (1) Pengeluaran Renin oleh ginjal yang dipengaruhi oleh penurunan
suplai darah ginjal; (2) Peningkatan efek syaraf simphatis dengan meningkatnya
curah jantung, vasokontriksi melalui hormon adrenalin dan noradrenalin; (3)
Gangguan transpor aktif dati pompa Na+ dan K+; (4) Kekurangan zat-zat
vasodilatator seperti bradikinin oleh prostaglandin.
f. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan hemoglobin dan atau
erithrosit. Anemia dapat teradi akibat perdarahan, karena erithrosit rusak oleh
![Page 47: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/47.jpg)
48
suatu faktor ataupun karena produksi erithrosit menjadi berkurang. Gejala-gejala
yang menunjukkan penyakit anemia adalah timbulnya gejala-gejala lesu, merasa
dingin, telinga berdenging, sakit kepala, pusing, gangguan libido, menstruasi
terhenti, muka dan kulit menjadi pucat, jantung berdebar malah dapat
menimbulkan shock (Kurnadi, 2002 : 44).
g. Sickle Cell Anemia
Menurut Kurnadi (2002 : 46), pada jenis anemia ini, terdapat gen abnormal
yang memproduksi polipeptida β yang abnormal pada hemoglobin. Hemoglobin
yang terbentuk disebut Hb-S. Orang-orang yang homozigot untuk Hb-S (terutama
orang Afrika) memiliki hemoglobin S yang tidak larut pada tekanan partial O2
yang kurang, dengan demikian bentuk erithrosit berubah menjadi seperti bulan
sabit (sickle). Erithrosit berbentuk bulan sabit ini mudah menjadi saling tindih
pada pembuluh darah kapiler, akibatnya dapat menyumbat pembuluh darah dan
terjadilah hemolisis. Gejala-gejala penyakit ini sangat bervarisi, berupa gejala
penyumbatan dan gejala hemolisis.
h. Leukimia
Leukimia adalah suatu penyakit neoplasma (pertumbuhan abnormal yang
baru) ganas pada jaringan yang memproduksi sel-sel darah. Faktor-faktor yang
dapat memudahkan timbulnya leukimia adalah : (1) Infeksi oleh virus ADN
maupun ARN; (2) Terkena sinar radioaktif; (3) Terkena zat-zat kimia bersifat
racun yang mempengaruhi sel-sel pembentuk darah; (4) Adanya kerentanan
generasi pada keluarga tertentu (Kurnadi, 2002 : 44).
![Page 48: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/48.jpg)
49
i. Thalasemia
Menurut Kurnadi (2002 : 45), thalasemia adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan gangguan dan ketidakmampuan memproduksi hemoglobin
dan erithrosit, dengan akibat anemia. Penyakit ini dapat terjadi karena terdapat
kelainan pada suatu atau lebih gen-gen yang membentuk rantai-rantai polipeptida
α, β, γ, δ, rantai-rantai polipeptida ini merupakan bagian dari molekul
hemoglobin. Gejala - gejala penyakit penyakit sangat bervariasi, berupa : anemia,
pembesaran limpa, bentuk tulang menjadi abnormal karena sumsum tulang merah
hiperaktif, juga terjadi gangguan pertumbuhan.
![Page 49: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/49.jpg)
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang perlu diberikan penjelasan, agar memberikan gambaran
yang lebih mudah, istilah-istilah tersebut adalah :
1. Pembelajaran untuk kelas peta konsep dilakukan dengan memberikan peta
konsep berupa konsep-konsep yang dipetakan yang mempunyai hubungan
bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi dan tersusun dalam
suatu hirarki mengenai materi sistem peredaran darah pada manusia yang telah
dibuat oleh peneliti dan telah melalui proses judgement oleh para pakar
kemudian diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen 1.
2. Pembelajaran untuk kelas komik ilmiah dilakukan dengan memberikan
rentetan suatu cerita yang berbentuk gambar dan dipisahkan dalam satu kotak
serta dialognya disusun dalam balon-balon kata mengenai pokok bahasan
sistem peredaran darah pada manusia kepada siswa pada kelas eksperimen 2.
3. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai berupa nilai gain setelah materi sistem
peredaran darah pada manusia dengan menggunakan dua media yang berbeda
diajarkan.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Yatim Riyanto (2001:35), penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi.
![Page 50: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/50.jpg)
51
Pada penelitian eksperimen, dituntut adanya manipulasi variabel bebas sehingga
terlihat pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat (Herlanti, 2006 :16).
Manipulasi variabel bebas terhadap variable terikat dilakukan dengan memberikan
perlakuan. Digunakan penelitian eksperimen murni karena pada penelitian ini
digunakan dua kelas eksperimen yang masing-masing kelas mendapatkan
perlakuan yang berbeda dan sampel diambil secara acak kelas.
2. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control
Group Pretest-Postest Design. Berikut merupakan desain penelitian yang peneliti
gunakan :
Proses pembuatan peta konsep dan komik ilmiah dimulai dengan melakukan
analisis terhadap materi sistem peredaran darah pada manusia pada buku paket
Biologi dan buku pegangan suplemen KTSP. Dari hasil analisis tersebut,
dibuatlah media peta konsep dan buku komik yang relevan dan atraktif serta
dipersiapkan pula skenario pembelajaran. Materi yang disiapkan dengan media
peta konsep disampaikan kepada kelas eksperimen 1 dan materi yang
menggunakan media komik ilmiah disampaikan kepada kelas eksperimen 2.
Sebelum melaksanakan PBM, siswa pada kedua kelas diberikan pretest untuk
mengukur sejauh mana pemahaman awal siswa mengenai materi sistem peredaran
darah pada manusia, dan setelah perlakuan dilaksanakan, siswa pada kedua kelas
dievaluasi dengan mengadakan postest untuk mengukur bagaimana hasil belajar
siswa setelah mendapatkan perlakuan. Setelah didapatkan data hasil pretest dan
R O1 X O2
R O3 C O4
![Page 51: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/51.jpg)
52
postest, maka dicari nilai gainnya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
perlakuan serta bagaimana pengaruh yang dihasilkannya terhadap hasil belajar
dilihat dari peningkatan pemahaman konsep siswa dari segi kognitifnya.
Tinjauan skripsi ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh antara
penggunaan media komik ilmiah dan peta konsep terhadap pemahaman siswa dari
segi kognitif yang berupa hasil belajar, hingga untuk itu diperlukan dua kelas
eksperimen dan tes dilakukan di awal dan akhir perlakuan. Untuk melengkapi data
yang diperoleh, diberikan juga angket kepada siswa yang hasilnya dijadikan bahan
untuk pengambilan kesimpulan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan untuk kepentingan penelitian ini adalah siswa
SMAN 7 Bandung yang mempelajari pokok bahasan sistem peredaran darah pada
manusia. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas
eksperimen 1 yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan media peta
konsep, dan siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen 2 yang mendapatkan
perlakuan dengan menggunakan media komik ilmiah. Sampel diambil dengan
menggunakan tekhnik random cluster sampling methods atau pengambilan
sampel secara acak kelas. Dari beberapa kelas yang dianggap homogen, diambil
dua kelas dimana satu kelas akan dijadikan kelas eksperimen 1 dan yang lainnya
sebagai kelas eksperimen 2.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Bandung yang beralamat di Jalan
Lengkong Kecil No. 53 Bandung – 40261.
![Page 52: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/52.jpg)
53
E. Instrumen Penelitian
1. Soal objektif pilihan ganda
Soal objektif pilihan ganda yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 25
buah. Digunakan tes kognitif berbentuk tes objektif pilihan ganda karena lebih
representatif mewakili isi dan cakupan luasnya materi, lebih objektif, lebih mudah
dan cepat pemeriksaannya serta tidak ada unsur subyektif yang mempengaruhi
penilaian.
2. Angket
Angket digunakan dalam pengambilan data penunjang untuk mengetahui
persepsi siswa mengenai media pembelajaran yang digunakan mencakup
kesukaan / ketertarikan mereka terhadap media yang digunakan, pengaruh media
pembelajaran yang digunakan terhadap tingkat pemahaman mereka, dan
bagaimana perbandingannya dengan media lain.
Keuntungan menggunakan angket gabungan adalah responden dapat
mengungkapkan pendapatnya yang berguna bagi penelitian jika ingin mengetahui
keadaan responden lebih mendalam tentang hal yang berkaitan dengan
pembelajaran. Aspek yang diungkapkan meliputi : tanggapan terhadap materi
pelajaran, kesulitan dalam menangkap materi melalui media peta konsep dan
komik ilmiah serta dampak pemberian media terhadap pembelajaran. untuk
menjawab angket ini, subjek cukup menjawab STS (sangat tidak sesuai), TS
(tidak sesuai), ATS (agak tidak sesuai), S (Sesuai), dan SS (sangat sesuai). Selain
itu, subjek juga diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya secara
luas dengan adanya option ‘Alasan’.
![Page 53: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/53.jpg)
54
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Uji Coba Instrumen Penelitian
Untuk menguji baik atau buruknya suatu alat ukur, maka perlu dilakukan
analisis mengenai reliabilitas tes, validitas tes, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran
a. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan
siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur,
maka sebelum diberikan pada kelompok penelitian, alat ukur tersebut harus
diujicobakan terlebih dahulu. Dengan menggunakan rumus Kruder-Richardson 21
(K-R 21), koefisien reliabilitas dapat dihitung secara matematis sebagai berikut :
Kr20 = k 1 - 2n. ∑(wL + wh) - ∑(wL + wh)2
k – 1 0,667 [ ∑(wL + wh)]2
Dimana :
Kr20 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Jumlah item
wL = Salah pada setiap item pada kelompok rendah
wh = Salah pada setiap item pada kelompok tinggi
n = 27 % dari jumlah siswa keseluruhan
(Subino dalam Prina, 2004 : 33)
Adapun kriteria reliabilitas suatu tes menurut Subino adalah sebagai berikut :
![Page 54: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/54.jpg)
55
Tabel 3.1. Kriteria Reliabilitas
Nilai Kriteria 0,00 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,69 Sedang 0,70 – 1,00 Tinggi (Subino dalam Prina, 2004 : 33)
Karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka, sangat
mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,000, koefisien negatif menunjukkan
hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran.
Berdasarkan aturan tersebut, jika sebuah instrument atau tes memiliki koefisien
reliabilitas 0,400-1,000 artinya sudah reliable.
b. Validitas Tes
Suatu instrumen dikatakan berkualitas baik jika memiliki ketepatan atau
validitas yang tinggi Validitas instrumen adalah tingkat keabsahan atau ketepatan
suatu instrumen atau tes, sehingga instrumen tersebut benar-benar mengukur apa
yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, digunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar (Arikunto, 2002:157) untuk mengukur validitas suatu
tes. Yaitu dengan menggunakan rumus :
rxy = N(ΣXY) – (ΣX)(ΣY)
{N.ΣX2 – (ΣX)2}{N. ΣY2 – (ΣY)2
Dimana :
rxy = Koefesien korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah siswa
X = Skor butir soal yang diperoleh setiap siswa
Y = Skor total
![Page 55: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/55.jpg)
56
Tabel 3.2. Kriteria Validitas Test
Rentang Kriteria
0,8 – 1,00 Sangat tinggi
0,6 – 0,8 Tinggi
0,4 – 0,6 Cukup
0,2 – 0,4 Rendah
0,0 – 0,2 Sangat rendah
(Arikunto, 2002 : 159)
c. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran
Untuk melihat daya pembeda, digunakan rumus berikut :
DP = NA - NB
½ n . x
Dimana :
DP = daya pembeda
NA = jumlah skor yang diperoleh kelompok atas
NB = jumlah skor yang diperoleh kelompok bawah
n = jumlah siswa kelompok atas dankelompok bawah
x = skor maksimum tiap butir soal
(Arikunto dalam Prina, 2004 : 34)
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah
Adapun klasifikasi untuk daya pembeda adalah sebagai berikut :
![Page 56: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/56.jpg)
57
Tabel 3.3. Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai Kriteria
0,00-0,19 Jelek
0,20-0,39 Cukup
0,40-0,69 Baik
0,70-1,00 Baik sekali
(Arikunto dalam Prina, 2004 : 39)
Bila daya pembeda bernilai negatif, itu berarti semuanya tidak baik, jika setiap
butir soal yang mempunyai daya pembeda negatif, sebaiknya dibuang saja.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, digunakan rumus sebagai berikut :
TK = U + L
T
(Arikunto dalam Prina, 2004 : 35)
Dimana :
TK = Taraf Kesukaran
U = Jumlah siswa dari kelompok tinggi yang menjawab benar untuk
tiap soal
L = Jumlah siswa dari kelompok rendah yang menjawab benar untuk
tiap soal
T = Jumlah seluruh siswa dari kelompok tinggi dan kelompok rendah
Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
![Page 57: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/57.jpg)
58
Tabel 3.4. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Nilai Kriteria
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
(Arikunto dalam Prina, 2004 :35)
2. Analisis Data Hasil Penelitian
Tahap ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh baik dari tes
tertulis maupun angket sehingga dihasilkan temuan dan kesimpulan.
Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Menentukan skor jawaban untuk data hasil pretest dan postest dari kelas
eksperimen 1 dan 2.
Sebelum hasil tes dianalisis, skor jawaban siswa ditentukan terlebih dahulu.
Dengan kriteria sebagai berikut :
a) skor yang menjawab benar diberi skor 1
b) skor yang menjawab salah diberi skor 0
2) Menghitung skor mentah
Untuk menghitung skor mentah dari hasil test digunakan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
S = Skor yang diperoleh siswa
R = Jumlah jawaban yang benar
W = Jumlah jawaban yang salah
S = R – W
![Page 58: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/58.jpg)
59
%100% xdiharapkanyangtotalskor
didapatyangskorskalatiap =
3) Mengolah skor yang diperoleh siswa kedalam skala 1 – 100
4) Setelah ditentukan skor mentah yang diperoleh siswa, kemudian skor tersebut
diolah kedalam skala persentase dengan menggunakan :
(Arikunto dalam Ramdhan, 2005 : 39)
5) Memasukan sesuai dengan kategori nilai :
76% - 100% = kategori baik
56% - 75% = kategori cukup
40% - 55% = kategori kurang baik
0% - 40% = kategori tidak baik
(Arikunto dalam Ramdhan, 2005:40)
6) Menentukan indeks N-gain untuk mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan
yang diberikan sebelumnya.
Gain adalah selisih antara nilai pos tes dan pre tes, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
dilakukan guru. Perhitungan Indeks N-gain (IG) dilakukan terhadap skor hasil
belajar siswa dari kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Perhitungan
menggunakan Normalized Gain menurut Hake (Meltzer dalam Herlanti, 2006
: 71), karena untuk menghindari adanya bias penelitian yang disebabkan
perbedaan indeks gain akibat nilai pretest yang berbeda dari kedua kelas
eksperimen. Misalkan saja, indeks gain pada kelas eksperimen 1 meningkat
dengan tinggi karena nilai pretest sangat rendah sedangkan nilai postest sangat
![Page 59: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/59.jpg)
60
tinggi, sedangkan peningkatan nilai indeks gain pada kelas eksperimen 2
rendah karena nilai pretest dan nilai postestnya sudah tinggi (bisa dikarenakan
tingkat kognitif siswa pada kelas eksperimen 2 memang tinggi adatu sudah
pandai-pandai). Normalized Indeks Gain dianalisis berdasarkan hasil tes awal
dan tes akhir siswa dengan menggunakan rumus sbb :
Indeks N-Gain = skor tes akhir – tes awal
Skor maksimum – skor minimum
(Meltzer dalam Herlanti, 2006 : 71)
Berikut adalah kriteria penilaian :
Tinggi = 0,7 ≤ IG
Sedang = 0,3 ≤ IG ≤ 0,7
Rendah = IG < 0,3
(Meltzer dalam Herlanti, 2006 : 72)
7) Menentukan Pengaruh yang diberikan perlakuan terhadap perubahan hasil
belajar siswa.
Pengaruh negatif (-) diberikan kepada indeks gain < 0,00. Pengaruh positif
(+) diberikan untuk indeks gain > 0,00.
8) Mengelompokkan skor yang diperoleh siswa
Untuk menganalisis data angket, nilai yang diperoleh oleh siswa diolah
kedalam bentuk persen (%) dengan menggunakan rumus :
% = Jumlah siswa menjawab pada satu soal X 100%
Jumlah seluruh siswa
![Page 60: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/60.jpg)
61
Tabel 3.5. Kategori persentase
Persentase Tafsiran
0 Tidak ada
1-25 Sebagian kecil
26-49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51-75 Sebagian besar
76-99 Pada umumnya
100 Seluruhnya
(Kuntjaraningrat dalam Prina, 2004 : 36)
9) Melakukan Uji Prasyarat
Uji prasyarat dilakukan terhadap nilai pretest dan indeks gain dari kelompok
eksperimen 1 dan eksperimen 2. Uji prasyarat meliputi :
a) Uji Normalitas dengan x2 (Chi-kuadrat)
Dengan menggunakan hipotesis, Ho = distribusi normal, dan HI = distribusi
tidak normal
b) Uji Homogenitas, apabila data ternyata berdistribusi tidak normal, maka tidak
perlu dilakukan uji homogenitas.
Dengan hipotesis
Ho : data berasal dari populasi yang memiliki rata – rata dan
varians yang identik.
HI : data berasal dari populasi yang memiliki rata-rata dan
varians yang berbeda.
c) Uji Hipotesis (dengan menggunakan uji t, apabila data berdistribusi tidak
normal, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon)
![Page 61: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/61.jpg)
62
Dengan menggunakan hipotesis :
Ho : tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kedua kelas
eksperimen
HI : terdapat perbedaan hasil belajar antara kedua kelas
eksperimen.
10) Menentukan ketuntasan hasil belajar siswa dari nilai posttest.
Kriteria ketuntasan belajar yang digunakan berdasarkan buku petunjuk teknis
pengolahan penilaian Depdikbud 1997 (Wardani dalam Daryanti, 2004 : 55),
bahwa seseorang telah belajar tuntas jika sekurang-kurangnya dapat
mengerjakan soal dengan benar sebanyak 65 % dalam ulangan harian / 60 %
dalam ulangan akhir caturwulan secara proporsional, hasil belajar suatu
rombongan belajar dikatakan baik apabila sekurang-kurangnya 85%
anggotanya telah tuntas belajar. Apabila anggota-anggotanya yang tuntas
hanya mencapai 75 %, maka hasil belajar dikatakan ‘cukup’. Dan apabila
persentase anggota yang tuntas kurang dari 60% maka dikatakan bahwa hasil
belajar ‘kurang’ tuntas.
![Page 62: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/62.jpg)
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari nilai
pretest – postest dan angket. Selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap hasil
temuan yang diperoleh berdasarkan analisis data.
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil tes tertulis mengenai pokok bahasan sistem peredaran darah
pada manusia yang dilakukan terhadap 2 kelas eksperimen dimana masing –
masing kelas mempunyai jumlah siswa 35 orang dan 40 orang, diperoleh skor
jawaban siswa terhadap soal-soal yang diberikan. Skor siswa selengkapnya
disajikan pada lampiran.
Adapun konsep - konsep yang diujikan terdiri dari 9 konsep yang meliputi
Struktur Komponen Darah, Fungsi Komponen Darah, Penggolongan Darah,
Struktur Jantung, Fungsi Bagian – Bagian Jantung, Struktur Pembuluh Darah,
Struktur Pembuluh Darah, Fungsi Pembuluh Darah, Jenis Peredaran Darah, dan
Kelainan Pada Sistem Peredaran Darah pada Manusia, yang secara lengkap
ditampilkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1. Konsep – Konsep yang Diujikan
No Konsep No. Soal
1 Struktur Komponen Darah 2, 5, 10, 22 2 Fungsi Komponen Darah 1, 3, 4, 6 3 Penggolongan Darah 7, 8, 23 4 Struktur Jantung 11, 13 5 Fungsi Bagian – Bagian Jantung 9, 19 6 Struktur Pembuluh Darah 15, 24
![Page 63: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/63.jpg)
64
7 Fungsi Pembuluh Darah 16, 17, 18, 25 8 Jenis Peredaran Darah 12,14 9 Kelainan pada Sistem Peredaran Darah
pada Manusia 20, 21
Setelah pretest dan postest diberikan kepada siswa dari kelas eksperimen 1
yang menggunakan peta konsep dan kelas eksperimen 2 yang menggunakan
komik ilmiah, skor kemudian diolah. Berikut adalah data hasil analisis nilai
pretest, postest dan gain dari kedua kelas eksperimen :
Tabel 4.2. Analisis data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen I
N = 40
Kelas Eksperimen 2
N = 35 orang
Pretest Postest Gain Pretest Postest Gain
χ 38,25 70, 275 0,3085 24 ,81 60 ,18 0,33
Keterangan Jelek Cukup Sedang Jelek Cukup Sedang
SD 10,485 14,84 0,156 13,23 11,21 0,172
S2 109,936 220, 204 0,024 175,22 125,63 0,0296
Nilai
Minimum 16 32 0,04 0 40 -0,08
Nilai
Maksimum 56 92 0,56 56 84 0,64
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest dan postest
kelas eksperimen 1 yang menggunakan peta konsep lebih besar dari pada kelas
eksperimen 2 yang menggunakan komik ilmiah. Hal ini berbanding terbalik
dengan hasil rata-rata gain yang diperoleh pada kedua kelas eksperimen. Hasil
gain pada kelas eksperimen 2 lebih besar daripada kelas eksperimen 1. Berikut ini
![Page 64: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/64.jpg)
65
38.25
24.81
70.275
60.18
0.3085 0.330
10
20
30
40
50
60
70
80
Pretest Postest Gain
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
adalah grafik perbandingan hasil rata-rata pretest, gain, dan postest pada kedua
kelas eksperimen :
Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Rata-Rata
1. Temuan Hasil Pretest
Data hasil pretest yang telah didapat dari kedua kelas eksperimen diasumsikan
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk membuktikan asumsi
tersebut agar langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu
dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas, homogenitas, dan uji
hipotesis. Analisis data mengenai uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis dapat
dilihat selengkapnya pada lampiran.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji x2 untuk mengetahui
apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas juga
dilakukan untuk mengetahui langkah selanjutnya dalam mengolah data, apakah
akan dilakukan dengan cara parametrik atau non-parametrik. Adapun
perbandingan antara hasil uji normalitas untuk data hasil pretest dari kedua kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut :
![Page 65: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/65.jpg)
66
Tabel 4.3. Perbandingan Hasil Uji Normalitas Data Pretest
Kriteria Kelompok Penelitian
Eksperimen 1 Eksperimen 2
x2hitung 11,05 3,417
x2(o,99)(dk) 11,3449 11,3449
Kesimpulan Normal Normal
Dari tabel diatas, dengan menggunakan α = 0,01, dapat kita ketahui bahwa
data hasil pretest kedua kelas eksperimen berasal dari sampel yang berdistribusi
normal. Dari kedua data yang berdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
kesamaan dua buah rata-rata. Berikut ini adalah perbandingan antara hasil uji
Fhitung dengan uji Ftabel dengan menggunakan α = 0,01.
Tabel 4.4. Perbandingan Hasil Uji Homogenitas Data Pretest
Fhitung Ftabel
1,59 10,97
Seperti dapat dilihat pada tabel diatas, diketahui bahwa hasil dari uji
homogenitas dengan menggunakan uji F menghasilkan Fhitung sebesar 1,59 dan
Ftabel sebesar 10,97. Karena Fhitung < Ftabel , maka dapat disimpulkan bahwa data
pretest merupakan data yang homogen.
Setelah diketahui bahwa data berasal dari sampel yang berdistribusi normal
dan homogen, juga berasal dari sampel yang berjumlah > 30, maka selanjutnya
dilakukan uji hipotesis secara parametrik dengan menggunakan uji-t. Uji t
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengetahuan awal antara
![Page 66: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/66.jpg)
67
siswa dari kedua kelas eksperimen. H0 pada uji hipotesis ini adalah tidak terdapat
perbedaan hasil pretest antara kedua kelas eksperimen, sedangkan H1 pada uji
hipotesis ini adalah terdapat perbedaan hasil pretest antara kedua kelas
eksperimen.
Tabel 4.5. Perbandingan Hasil Uji Hipotesis Data Pretest
thitung ttabel
4,871 3,17
Sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis yang telah
ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Dengan kata lain, terdapat
perbedaan antara pengetahuan awal yang dimiliki kedua kelompok penelitian.
Perbedaan pengetahuan awal antara kedua kelas eksperimen dapat dilihat dari
rata-rata hasil pretest kedua kelas eksperimen.
2. Temuan Gain
Data gain dianalisis untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang
diberikan. Dari Tabel 4.6. dibawah ini dapat diketahui perbandingan nilai rata-rata
Indeks N-Gain dari kedua kelas eksperimen :
Tabel 4.6. Perbandingan Rata-Rata Indeks N-gain
Kelas
Eksperimen I
Kelas
Eksperimen II
0,3085 0,33
Sama halnya dengan data pretest, pada data gain juga dilakukan uji prasyarat
yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Berikut adalah
perbandingan hasil uji normalitas dengan x2 antara kedua kelas eksperimen:
![Page 67: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/67.jpg)
68
Tabel 4.7. Perbandingan Hasil Uji Normalitas Data N-Gain
Kriteria Kelompok Penelitian
Eksperimen 1 Eksperimen 2
x2hitung 8,932 1,43
x2(o,99)(dk) 11,3449 11,3449
Kesimpulan Normal Normal
Dari data diatas, dengan menggunakan α = 0,01, dapat diketahui bahwa kedua
kelas eksperimen menghasilkan x2hitung yang lebih kecil dari x2tabel . Hal ini berarti
bahwa kedua kelas eksperimen berasal dari data yang berdistribusi normal.
Setelah diketahui bahwa kedua kelas eksperimen merupakan data berdistribusi
normal, maka dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji F. Berikut
adalah data hasil uji homogenitas antara kedua kelas eksperimen :
Tabel 4.8. Perbandingan Hasil Uji Homogenitas Data N-Gain
Fhitung Ftabel
1,59 10,97
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel. Dan ini
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Setelah data diketahui
berdistribusi normal, dan homogen, juga sampel berjumlah lebih dari 30, maka
dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Sama
halnya dengan syarat penerimaan dan penolakan hipotesis pada data pretest, H0
pada uji hipotesis data gain adalah tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara
kedua kelas eksperimen, sedangkan H1 pada uji hipotesis ini adalah terdapat
![Page 68: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/68.jpg)
69
perbedaan hasil pretest antara kedua kelas eksperimen. Berikut ini adalah tabel
perbandingan hasil uji hipotesis data gain :
Tabel 4.9. Perbandingan Hasil Uji Hipotesis Data Gain
thitung ttabel
0,57 3,17
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa thitung lebih kecil dari ttabel. Dan ini
menunjukkan bahwa H0 diterima, yang berarti tidak terdapat perbedaan antara dua
perlakuan.
Nilai gain dari masing-masing siswa kemudian diberikan keterangan sesuai
dengan kategori penilaian indeks gain untuk diketahui seberapa besar pengaruh
yang diberikan perlakuan terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Pengelompokan nilai indeks gain kedalam kategori rendah, sedang, dan tinggi
dapat dilihat secara lengkap pada lampiran. Berikut ini adalah tabel
pengelompokkan siswa pada kedua kelas eksperimen sesuai dengan kategori
indeks gainnya :
Tabel 4.10. Persentase Perolehan Gain Berdasarkan Kelompoknya
Kategori Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen 2
Tinggi 0 % 0 %
Sedang 52,5 % 57,14%
Rendah 47,5 % 42,86 %
Untuk mengetahui lebih terperinci mengenai pengaruh media yang diberikan
terhadap hasil belajar siswa, maka dilakukan interpretasi terhadap hasil
perhitungan indeks gain yang diperoleh. Pengaruh (+) diberikan terhadap nilai
![Page 69: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/69.jpg)
70
indeks gain positif (> 0,00), tidak berpengaruh diberikan terhadap nilai indeks =
0,00, dan pengaruh (-) diberikan terhadap nilai indeks gain negatif (< 0,00).
Berikut ini adalah tabel pengaruh media yang diberikan terhadap hasil belajar
siswa :
Tabel 4.11. Persentase Pengaruh Media Terhadap Hasil Belajar
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen 2
Pengaruh Persentase Pengaruh Persentase
Negatif ( - ) 0% Negatif ( - ) 2,85%
Positif ( + ) 100% Positif ( + ) 97,15%
3. Temuan Hasil Postest
Hasil analisis data pretest yang menunjukkan adanya perbedaan rata-rata
pengetahuan awal antara kedua kelas eksperimen jelas mempengaruhi hasil yang
didapatkan pada postest. Analisis data postest dilakukan untuk mengetahui
ketuntasan dan pencapaian hasil belajar siswa. Maka dari itu, pada hasil temuan
postest tidak dilakukan uji hipotesis secara statistik.
Kriteria ketuntasan yang digunakan berdasarkan Depdikbud 1997 (Wardani
dalam Daryanti, 2004 : 55), menyatakan bahwa siswa baru bisa dikatakan tuntas
apabila siswa tersebut mampu menyelesaikan soal dengan benar sebanyak 65%
dari keseluruhan soal. Hasil belajar suatu rombongan belajar dikatakan baik
apabila sekurang-kurangnya 85% anggotanya telah tuntas belajar. Apabila
anggota-anggotanya yang tuntas hanya mencapai 75 %, maka hasil belajar
![Page 70: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/70.jpg)
71
dikatakan ‘cukup’. Dan apabila persentase anggota yang tuntas kurang dari 60%
maka dikatakan bahwa hasil belajar ‘kurang’ tuntas.
Berikut ini adalah tabel persentase tingkat ketuntasan dari masing-masing
kelas eksperimen :
Tabel 4.12. Persentase Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
72,5 % 27,5 % 28,57 % 71,43 %
Cukup Kurang
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh perbandingan nilai
pretest, postest, dan indeks gain dari kedua kelas eksperimen. Dari hasil tes
tertulis juga dapat dianalisis mengenai perbandingan hasil belajar antara siswa
yang menggunakan media komik ilmiah dan peta konsep serta pengaruhnya
terhadap perubahan pemahaman konsep siswa yang diindikasikan dengan
peningkatan atau penurunan hasil belajar. Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa pemberian media pembelajaran sangatlah berperan penting dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Sudjana (2005 : 2) menjelaskan bahwa media
pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada
gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Pemberian media pembelajaran yang tepat untuk siswa merupakan salah satu
bentuk aplikasi cara dalam mewujudkan sebuah pembelajaran yang bermakna.
![Page 71: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/71.jpg)
72
Pembelajaran bermakna menimbulkan pemahaman konsep yang lebih tahan lama
dalam ingatan dibandingkan dengan belajar hapalan (Abram, 1999).
Dalam belajar bermakna, faktor terpenting yang harus diketahui oleh guru
adalah pengetahuan awal siswa (Ausubel dalam Hassard, 2000). Pengetahuan
awal siswa diperlukan sebagai konstruksi kognitif awal yang kemudian akan
beradaptasi sesuai dengan pengalaman yang dialami siswa. Pengetahuan awal
siswa tentunya akan mempengaruhi hasil akhir yang didapat setelah belajar.
Untuk itu, perlu diketahui secara pasti mengenai pengetahuan awal siswa yang
diindikasikan dengan hasil pretest melalui uji statistik. Untuk mengetahui
perbedaan rata-rata dua sampel digunakan uji-t. Uji-t digunakan untuk menguji
data-data yang mempunyai skala interval atau rasio (Herlanti, 2006 : 66).
Setelah dianalisis dengan menggunakan uji-t, data pretest menunjukkan
adanya perbedaan rata-rata yang signifikan antara kedua kelas eksperimen.
Perbedaan ini jelas terlihat dari nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen 1
lebih besar daripada nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen 2. rata-rata nilai
pretest pada kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2 terpaut sebesar 13,44.
Meskipun sebelumnya telah dilakukan uji homogenitas terhadap sampel tersebut,
dan terbukti data berasal dari sampel yang berdistribusi homogen, tetapi bisa saja
terjadi perbedaan rata-rata hasil penelitian. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor
dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi (Gagne dalam
Abrams, 1999). Wibawa (1991:1) juga menjelaskan bahwa pencapaian hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
![Page 72: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/72.jpg)
73
Faktor internal tentu saja datang dari dalam sampel. Dari angket yang telah
disebarkan juga diketahui bahwa hampir setengah dari jumlah keseluruhan siswa
pada kelas eksperimen 1 berpendapat bahwa materi sistem peredaran darah pada
manusia merupakan materi yang mudah dipahami karena sebelumnya pernah
mendapatkan pengetahuan mengenai materi tersebut saat mengikuti bimbingan
belajar dan saat pembelajaran di SMP (Lampiran i). Sedangkan pada kelas
eksperimen 2, sebagian besar siswa tidak setuju bahwa materi sistem peredaran
darah pada manusia merupakan materi yang mudah dipahami. Jadi jelas terlihat
bahwa rata-rata hasil pretest pada kelas eksperimen I lebih besar daripada kelas
eksperimen II. Pada saat pembelajaran, peneliti juga melakukan tanya jawab
seputar materi tersebut kepada siswa dari kedua kelas eksperimen, namun berbeda
dengan kelas eksperimen 1, kebanyakan siswa dari kelas eksperimen 2
menyatakan sudah lupa mengenai materi tersebut yang sudah dibahas di SMP.
Jadi jelas terlihat bahwa faktor internal yang berupa hapalan siswa mengenai
materi sistem peredaran darah pada manusia terdahulu sangat berpengaruh pada
hasil pretest yang dihasilkan.
Faktor eksternal yang mempengaruhi perbedaan rata-rata kedua kelas
eksperimen, salah satunya adalah kebocoran informasi dari kelas eksperimen 2
kepada kelas eksperimen 1. Hal ini peneliti rasakan saat memasuki kelas
eksperimen 1 yang jadwalnya setelah kelas eksperimen 2. Banyak siswa yang
sedang membaca buku biologi dan menanyakan perihal ulangan. Maka dari itu,
dapat disimpulkan bahwa siswa pada kelas eksperimen 1 telah memiliki persiapan
![Page 73: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/73.jpg)
74
yang lebih banyak tinimbang siswa pada kelas eksperimen 2 yang melaksanakan
pembelajaran secara mendadak.
Pada umumnya, siswa yang mempunyai pengetahuan awal atau nilai pretest
yang tinggi, cenderung mendapatkan hasil postest yang tinggi pula setelah proses
belajar. Begitu pula dengan siswa yang memiliki pengetahuan awal atau nilai
pretest yang rendah, setelah pembelajaran, nilai postest cenderung naik. Untuk
mengetahui selisih antara nilai pretest dan postest juga peningkatan pemahaman
atau penguasaan konsep setelah pembelajaran guru, maka perlu dilakukan
perhitungan indeks gain. Pada perhitungan indeks gain, sering sekali terjadi
permasalahan mengenai perbedaan indeks gain akibat nilai pretest pada dua
kelompok penelitian yang dibandingkan berbeda, sehingga sering sekali penelitian
menjadi bias. Untuk menghindari bias penelitian semacam ini, maka digunakan
indeks normal gain menurut Meltzer (Herlanti, 2006 : 71).
Hasil analisis data N-gain dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa
rata-rata nilai indeks N-gain antara kedua kelas eksperimen tidak berbeda secara
signifikan. Berikut ini adalah grafik perbandingan rata-rata indeks N-gain antara
kedua kelas eksperimen :
Gambar 4.2. Rata - Rata N-Gain
0.3058
0.33
0.29
0.295
0.3
0.305
0.31
0.315
0.32
0.325
0.33
Gain
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
![Page 74: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/74.jpg)
75
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa perbedaan nilai rata-rata indeks N-
gain antara kedua kelas tersebut sangatlah kecil bahkan cenderung sama (hanya
berbeda 0,0215). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Pertama,
siswa dari kedua kelas eksperimen sama-sama mempunyai minat yang sama
terhadap media pembelajaran yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari data
angket pada tabel 4.13. Minat yang tinggi terhadap media pembelajaran yang
disajikan dapat timbul karena pembelajaran dengan menggunakan media peta
konsep dan komik ilmiah baru pertama kali mereka rasakan. Dari hasil wawancara
khusus dengan siswa dan guru yang biasa mengajar pada kedua kelas eksperimen
tersebut, diketahui bahwa mereka terbiasa belajar dengan menggunakan metode
ceramah biasa saja dan jarang sekali menggunakan media pembelajaran. Menurut
Wibawa (1993 : 3), penyajian pembelajaran secara verbal (kata-kata) membuat
siswa cepat menjadi bosan dan cepat lupa mengenai materi pelajaran yang telah
dipelajari. Dari data angket pada tabel 4.13. juga diketahui bahwa pada umumnya
siswa lebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan media peta konsep dan
komik ilmiah daripada belajar dengan menggunakan metode ceramah.
![Page 75: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/75.jpg)
76
Tabel 4.13. Data Angket Siswa Kelas Eksperimen 1 dan 2
Soal
STS TS ATS S SS Kls
Eksp 1
Kelas Eksp
2
Kls Eksp
1
Kls Eksp
2
Kls. Eksp.
1
Kls. Eksp.2
Kls. Eksp.
1
Kls. Eksp.2
Kls. Eksp.
1
Kls. Eksp.2
1. Menurut saya, konsep-konsep yang ada dalam
materi Sistem Peredaran Darah ini mudah
dipahami.
9,76 % =
sebagian kecil
0 % =
tidak ada
2,44 % =
sebagian
kecil
5,26 % =
sebagia
kecil
41,46 % =
hampir
setengahnya
36,84 % =
hampir
sebagian
43,9% =
hampir setenghnya
47,37 % =
hampir
setengahnya
2,44 % =
sebagian
kecil
10,53 % =
sebagian
kecil
2. Media peta konsep dan
komik ilmiah membuat saya lebih
mudah memahami
materi.
0 % =
Tdk ada
0 % =
tidak ada
0 % =
tidak ada
0 % =
tidak ada
9,76 % =
sebagian kecil
10,53 % =
sebagian
kecil
78,0 % =
sebagian
besar
47,37 % =
hampir
setenghnya
12,19% =
sebagian
kecil
42,10 % =
hampi r
setengahnya
3. Media peta konsep dan
komik ilmiah membuat saya lebih aktif dalam mencerna materi.
0 % =
Tdk ada
0 % =
tidak ada
4,88 % =
sebagian
kecil
0 % =
tidak ada
31,7 % =
hampir
setengahnya
5,26 % =
sebagian
kecil
58,54 % =
sebagian
besar
71,05 % =
sebagian
besar
4,88 % =
sebagian
kecil
23,68 % =
sebagian
kecil
4. Saya tidak menyukai media peta konsep dan
komik ilmiah.
26,3% =
hampir
setengahnya
44,74% =
hampir
setengahny
a
63,41 % =
sebagian
besar
34,21 % =
hampir
setengahny
a
4,88 % =
sebagian kecil
13,16 % =
sebagian
kecil
2,44 % =
sebagian
kecil
7,89 % =
sebagian
kecil
2,44 %
sebagian
kecil
0 % =
tidak ada
5. Saya merasa tertarik belajar dengan
menggunakan media peta konsep dan
komik ilmiah.
0 % =
tdk ada
0 % =
tidak ada
4,88 % =
sebagian
kecil
2,63 % =
sebagian
kecil
14,63 % =
sebagian kecil
13,16 % =
sebagian
kecil
70,73 % =
sebagia besar
52,63 % =
sebagian
besar
9,76 % =
sebagian
kecil
31,58 % =
hampir setengahnya
![Page 76: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/76.jpg)
77
6. Saya merasakan kesulitan
dalam memahami
materi dengan
menggunakan media peta konsep dan
komik ilmiah.
4,88 % =
Sebagian kecil
21,05 % =
sebagian
kecil
56,1 % =
sebagian
besar
55,26 % =
sebagian
besar
29,27 % =
hampir
setengahnya
18,42 % =
sebagian
kecil
9,75 % =
sebagian
kecil
5,26 % =
sebagian
kecil
0 % =
tidak ada
0 % =
tidak ada
7. Saya lebih mudah
memahami materi dengan
menggunakan media peta konsep dan
komik ilmiah daripada dengan
menggunakan ceramah/kata-
kata.
0 % =
Tidak ada
0 % =
tidak ada
7,32 % =
sebagian
kecil
2,63 % =
sebagian
kecil
21,95% =
hampir
setengahnya
13,16 % =
sebagian
kecil
46,34 % =
hampir setenghnya
47,37 % =
hampir
setengahnya
24,39 % =
sebagian
kecil
36,84 % =
hampir setenghnya
Kedua, kedua pembelajaran sama-sama merupakan tipe belajar bermakna.
Menurut Daud (2003), bahan yang dikemas secara bermakna, atau memiliki arti
lebih, lebih mudah untuk dipelajari tinimbang informasi yang kurang bermakna.
Dalam hal ini, peta konsep dan komik ilmiah sama-sama memadukan kerja antara
otak kanan dan otak kiri. Selain itu, kedua media tersebut juga sama-sama
dikemas dalam bentuk menarik. Peta konsep dan komik limiah sama-sama disertai
dengan gambar visual yang menarik dan relevan dengan materi yang diajarkan
sehingga memudahkan siswa untuk memahami isi materi yang disampaikan. Dari
data angket pada tabel 4.13.dapat diketahui bahwa siswa merasa mudah
memahami materi yang disampaikan dengan menggunakan media peta konsep
dan komik ilmiah. Kelebihan dari peta konsep adalah media tersebut dapat
![Page 77: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/77.jpg)
78
membentuk stuktur kognitif yang lebih terarah dan mempunyai kemungkinan
miskonsepsi yang lebih kecil dibandingkan dengan media komik ilmiah (Fonseca,
2004). Peta konsep juga memudahkan siswa dalam mengingat materi hapalan
yang banyak, karena peta konsep meringkas konsep-konsep kuncinya. Disamping
itu, komik ilmiah juga memudahkan siswa memahami isi materi karena dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa (Ekawati, 2007). Selain itu, berdasarkan
penelitian-penelitian terdahulu yang menyangkut dengan media komik ilmiah dan
peta konsep, pada umumnya menghasilkan kesimpulan yang baik mengenai
pembelajaran dengan menggunakan kedua media tersebut. Seperti penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya oleh Fanny Prina (2004) dan Yakti (2003), penelitian
mereka menghasilkan kesimpulan bahwa penggunaan bacaan komik sebagai
media pembelajaran sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Hal
ini disebabkan oleh karakteristik bacaan komik yang menarik karena sarat dengan
gambar dan adanya alur cerita, dan juga sesuai dengan karakteristik siswa SMA
yang cenderung serius tetapi juga senang bergurau dan mencoba hal-hal baru.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Daryanti (2004) yang berkaitan dengan
penggunaan peta konsep menghasilkan kesimpulan bahwa peta konsep dapat
menjadi sebuah alat evaluasi yang baik.
Ketiga, metode pembelajaran dalam menyampaikan materi melalui media peta
konsep dan komik ilmiah sama-sama menggunakan metode diskusi. Sehingga
siswa dari kedua kelas eksperimen dapat menggali isi materi dalam media yagn
berbeda dengan cara atau merode yang sama. Hal ini memungkinkan siswa
mendapatkan persepsi tentang materi pembelajaran yang sama melalui diskusi
![Page 78: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/78.jpg)
79
meskipun dengan menggunakan media yang berbeda. Keempat, kedua media yang
digunakan sama-sama mampu meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini dapat dilihat
dari data penunjang yang diperoleh dari sebaran angket (Tabel 4.13). Subiyanto
(2005) menjelaskan bahwa melalui proses keaktifan, seseorang dapat
mengembangkan kemampuannya. Menurut prinsip pembelajaran konstruktivisme
(Subiyanto, 2005), pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) dari dirinya sendiri.
Melalui proses aktif, siswa mampu membentuk stuktur kognitif yang kuat.
Melalui media peta konsep, siswa diminta aktif dalam mengaitkan konsep-konsep
tersebut kedalam struktur yang benar. Sedangkan dengan menggunakan media
komik ilmiah, siswa diminta aktif dalam menggali isi materi melalui rangkaian
cerita yang saling berkaitan.
Pengelompokkan hasil indeks gain ke dalam ukuran ’rendah’, ’sedang’, dan
’tinggi’, diberikan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan oleh
perlakuan terhadap hasil belajar. Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa
kedua media yang digunakan tidak menunjukkan pengaruh yang tinggi. Bahkan
perbandingan persentase antara yang berkategori ’sedang’ dengan yang
berkategori ’rendah’ mendekati seimbang. Berikut ini adalah grafik persentase
kategori indeks N-gain berdasarkan pengaruhnya :
Gambar 4.3. Persentase kategori Indeks N-gain
47.50%
42.86%
52.50% 57.14%
0% 0%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Rendah Sedang Tinggi
Kelompok Eksperimen 1
kelompok Eksperimen 2
![Page 79: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/79.jpg)
80
Pada kelas eksperimen 1, 47,5 % siswa mengalami peningkatan hasil belajar
yang berkategori ’rendah’ akibat pemberian media peta konsep, dan 52,5 % siswa
mendapatkan peningkatan hasil belajar yang berkategori ’sedang’. Sedangkan
pada kelas eksperimen 2, 42,86 % siswa mendapatkan peningkatan hasil belajar
yang berkategori ’rendah’ akibat pemberian media komik ilmiah, dan 57,14 %
siswa yang mendapatkan peningkatan hasil belajar yang berkategori ’sedang’. Jika
dirata-ratakan, pengaruh yang diberikan oleh media pembelajaran yang digunakan
terhadap perubahan hasil belajar siswa memang masuk ke dalam kategori
’sedang’. Tetapi selisih dari kategori ’sedang dan ’rendah’ sangatlah tipis, bahkan
cenderung dikatakan seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran
yang digunakan tidak menunjukkan hasil yang terhadap hasil belajar siswa.
Terdapat faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya kurang efektifnya
media yang digunakan, yaitu : pertama, adanya keterbatasan media visual.
Wibawa (1993 : 29) menjelaskan bahwa keterbatasan yang dimiliki media visual,
antara lain :semata-mata hanya media visual, memerlukan ketersediaan sumber
dan keterampilan serta kejelian guru untuk dapat memanfaatkannya. Kedua,
kurangnya ketersediaan waktu untuk menggunakan media dapat menjadi salah
satu faktor kurangnya efektifitas dari media yang digunakan (Sudjana, 2005 : 5).
Peneliti juga merasakan bahwa pada saat memberikan materi pelajaran dengan
menggunakan media penelitian, keterbatasan waktu dan banyaknya materi yagn
akan disampaikan menjadi salah satu faktor kurangnya pengaruh media
pembelajaran yang dirasakan melalui hasil belajar siswa. Keterbatasan waktu
menyebabkan siswa harus menerima materi pelajaran dengan kuantitas yang
![Page 80: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/80.jpg)
81
100%
0%
97%
2.86%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
P ositif
Negatif
banyak dalam satu kali pertemuan. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat siswa
yang terungkap dari sebaran angket.
Analisis data juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh
media pembelajaran yang digunakan. Dari hasil analisis data N-gain dapat dilihat
jenis pengaruh yang diberikan dari kedua media pada kedua keals eksperimen.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.5. Persentase Pengaruh Media Terhadap Hasil Belajar
Pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan media peta konsep, seluruh siswa
(100%) mendapatkan pengaruh yang positif dari perlakuan. Sedangkan pada kelas
eksperimen 2 yang menggunakan komik ilmiah, terdapat 97,14% siswa yang
mendapatkan pengaruh positif dan 2,86% siswa yang mendapatkan pengaruh
negatif dari pemberian media komik ilmiah. Satu orang siswa yang mengalami
penurunan hasil belajar dari pretest ke postest, diketahui dari data angket, ternyata
tidak begitu menyukai media komik ilmiah dan kesulitan dalam membacanya
(Lampiran i).
Perolehan N-gain terkadang dapat berbanding terbalik dengan ketuntasan hasil
belajar siswa yang dilihat dari nilai postestnya. Bisa jadi siswa yang mengalami
![Page 81: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/81.jpg)
82
peningkatan yang tinggi tidak tuntas dalam melangsungkan pembelajaran dilihat
dari hasil belajar akhir yang mereka dapatkan. Hal seperti ini juga terjadi pada
penelitian ini. Dari hasil analisis data pada kelas eksperimen 2, diketahui hasil N-
gain yang lebih besar 0,0215 dari yang diperoleh pada kelas eksperimen 1.
Namun, dalam hal ketuntasan belajar, siswa pada kelas eksperimen 2
menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada kelas eksperimen 1. dari analisis
data postest, diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen 1 berada pada kategori ’cukup’. Sedangkan ketuntasaan hasil belajar
siswa pad akelas eksperimen 2 berada pada kategori ’kurang’. Berikut adalah
grafik ketuntasan belajar dari kedua kelas eksperimen :
72.50%
28.57% 27.50%
71.43%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Tuntas Tidak Tuntas
Kelompok eksperimen 1
Kelompok eksperimen 2
Gambar 4.4. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Siswa dikatakan tuntas dalam mencapai tujuan pembelajaran apabila dia
mampu menjawab soal uji dengan benar sebanyak minimal 65% dari keseluruhan
soal ujian yang diberikan. Dalam hal ini, hal-hal yang mempengaruhi seorang
siswa tidak tuntas dalam melaksanakan pembelajaran adalah : pertama, kesulitan
dalam membaca media. Dari sebaran angket, diketahui bahwa hampir setengah
dari keseluruhan siswa merasakan kesulitan dalam mencerna materi dengan
![Page 82: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/82.jpg)
83
70.28
60.18
54.0056.0058.0060.0062.0064.0066.0068.0070.0072.00
Nilai Rata-Rata
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
menggunakan komik ilmiah. dari angket tersebut juga diketahui bahwa setengah
dari keseluruhan siswa merasa bahwa dialog yang ada pada komik ilmiah terlalu
banyak dan sulit dalam mengikuti arah bacaan komik. Kedua, banyaknya materi
pelajaran juga mempengaruhi siswa dalam membaca media.
Dari analisis hasil postest yang didapat juga menunjukkan tingkat pencapaian
pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran. Dari analisis data hasil
penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata postest pada kelas eksperimen 1 lebih
besar daripada kelas eksperimen 2. Namun hasil postest dari kedua kelas
eksperimen ini berada pada kategori ”Cukup”. Pencapaian hasil belajar yang
tergolong cukup yang artinya tidak baik, erat kaitannya dengan pengetahuan awal
yang siswa miliki dan efektivitas dari media yang digunakan.
Hal ini dapat diperjelas melalui grafik dibawah ini :
Gambar 4.2. Perbandingan Rata-Rata Nilai Postest
![Page 83: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/83.jpg)
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa rata-rata hasil belajar antara kedua kelas eksperimen yang masing-masing
menggunakan media peta konsep dan komik ilmiah, tidak berbeda secara
signfikan. Hasil uji-t menunjukkan bahwa thitung : 0,57 < ttabel : 3,17. Kedua media
peda umumnya memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan hasil
belajar siswa. Analisis indeks N-gain menunjukkan bahwa peta konsep
memberikan pengaruh positif sebesar 100 % terhadap hasil belajar siswa,
sedangkan komik ilmiah memberikan pengaruh positif sebesar 97,14 % terhadap
hasil belajar siswa. Ketuntasan pada kelas peta konsep berkategori ‘cukup’ dengan
persentase ketuntasan sebesar 72,5%. Sedangkan siswa pada kelas komik ilmiah
kurang tuntas dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan persentase ketuntasan
sebesar 28,57%. Penggunaan peta konsep dan komik ilmiah sebagai media
pembelajaran memberikan kontribusi yang ‘cukup’ terhadap hasil belajar akhir
siswa. Rata-rata nilai postest pada kelas eksperimen 1 adalah 70,275 dan rata-rata
nilai postest pada kelas eksperimen 2 adalah 60,18.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada beberapa saran yang perlu
diajukan :
1. Bagi guru :
![Page 84: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/84.jpg)
85
a. Dalam pemilihan media pembelajaran hendaknya lebih bervariasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jangan menggunakan media yang
monoton dan kurang menarik perhatian siswa.
b. Komik ilmiah dan peta konsep dapat digunakan sebagai alternatif media
pembelajaran.
c. Pada saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media peta
konsep dan komik ilmiah, hendaknya guru senantiasa memberikan
bimbingan terhadap siswa dan disertai dengan metode pembelajaran yagn
sesuai.
d. Pada saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media peta
konsep dan komik ilmiah, guru hendaknya lebih komunikatif dalam
menyampaikan materi.
2. Bagi Peneliti Lainnya :
a. Peneliti dapat mengkaji penggunaan komik ilmiah dan peta konsep dalam
bidang kajian lainnya.
b. Peneliti dapat menyempurnakan pembuatan komik dan peta konsep
dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi yang menyediakan program-
program aplikasi komputer yang mendukung.
![Page 85: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/85.jpg)
86
DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Husni. (2003). Pengertian Belajar. [online]. Tersedia :
http://www.husniabdillah.multiply.com [8 Februari 2008] Abram, Roberts. (1999). Meaningful Learning A Collaborative Literature Review
of Concept Mapping. [online]. Tersedia : http://www.ucsc.edu . [12 Desember 2007]
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, S. (1999). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Atikah, Tintin. et al. (1995). Belajar Aktif Biologi. Bandung : Multi Adi Wiyata. Bevelander, Gerrit dan Judith A. Ramalay. (1988). Dasar-Dasar Histologi.
Jakarta : Erlangga Daryanti, Ida. (2004). Perbandingan Piktogram dan Peta Konsep pada Konsep
Sistem Ekskresi Manusia. Skripsi FPMIPA UPI Jurusan Pendidikan Biologi : Tidak diterbitkan.
Ekawati, Riana. (2007). Komik Ilmiah Sebagai Pemancing Minat Belajar [online].
Tersedia : http://www.suarapembaruan.com [17 Februari 2008]. Gall, Meredith D. et al. (2003). Educational research an Introduction. USA :
Allyn and Bacon. Gondo, P. (2007). Media Kartu untuk Pembelajaran Bahasa Inggris [online].
Tersedia : http://www.slb1jogja.com/lihat_artikel.php?id=4 [17 Februari 2008].
Hassard. (2000). Meaningful Learning Model [online]. Tersedia :
http://scied.gsu.edu/Hassard/mos/2.10.html [ 17 Februari 2008]. Hamalik, O. (1983). Metode Belajar dan Kesulitan - kesulitan Belajar. Bandung :
Tarsito. Isjoni. (2004). Guru Masa Depan. [online]. Tersedia : http://www.ganeca-
exact.com. [12 Desember 2007]. Kurniawati. (2003). Keefektifan Media Komik Terhadap Kemampuan Menulis
Karangan Narasi Siswa Kelas II SMKN 1 Cimahi. Skripsi FPMIPA UPI Jurusan Pendidikan Biologi : Tidak diterbitkan.
![Page 86: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/86.jpg)
87
Latuheru, John D. (1988). Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja RosdaKarya.
Novak, Joseph D. dan Alberto J. Canas. (2004). Building new constructivist Ideas
and Cmap Tools to Create A New Model for Education.[online]. Tersedia : http://www.ihmc.us [8 Februari 2008]
P, Daud. (2003). Prinsip Kebermaknaan. [online]. Tersedia :
http://www.geocities.com [12 Desember 2007]. Pratiwi, D. A. et al. (2000). Biologi SMU. Jakarta : Erlangga. Prina, Fanny. (2004). Perbandingan Hasil Belajar Antara Siswa yang
Menggunakan Buku Paket dengan Siswa yang Menggunakan Buku Komik pada Konsep Hormon. Skripsi FPMIPA UPI Jurusan Pendidikan Biologi : Tidak diterbitkan.
Purwanto, Ngalim. (1995). Ilmu Pendidikan Teoritisdan Praktis. Bandung :
Remaja Rosda Karya. Riyanto, Yatim. (2001). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya : Penerbit SIC Rustaman, Nuryani Y. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung :
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Sabaria, Juremi dan Aminah Ayob. (2003). Menentukan Kesahan Alat Ukur-Alat
Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, KemahiranProses Sains dan Pencapaian Biologi [online]. Tersedia : www.geocities.com/drwanrani/SabariaJuremi.doc [ 17 February 2008]
Subiyanto, Paul. (2005). Proses Berpikir Aktif Siswa yangTerabaikan. [online].
Tersedia : http://www.Balipost.co.id. [12 Desember 2007]. Sudjana. (1989). Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2005). Media Pengajaran. Bandung : Sinar
Baru Algensindo. Sudrajat, Ahmad. (2008). Media Pembelajaran. [online]. Tersedia :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/ [17 Februari 2008].
![Page 87: 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Namun tidak hanya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_d035_032912_chapter1.pdf · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Hakekatnya,](https://reader031.fdocuments.net/reader031/viewer/2022013008/5c97844009d3f29f7b8c55b7/html5/thumbnails/87.jpg)
88
Sutedjo, Nana. (2005). Bikin Komik, kenapa Tidak ?. [online]. Tersedia : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=208446&kat_id=253&kat_id1=&kat_id2 [12 Desember 2007]. Syamsudin, A. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya. Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. (1991). Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Wulangi, Kartolo S. (1993). Prinsip - Prinsip Fisiologi Hewan. Bandung :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ….(2000). Concept Mapping. [online]. Tersedia : http://www.wikipedia.com . [12
Desember 2007] ….(…). Kinds of Concept Maps [online]. Tersedia :
http://www.classes.aces.uiuc.edu/ACES100/Mind/c-m2.html [12 Desember 2007].