2. BAB 2
-
Upload
grian-davinci -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of 2. BAB 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidrologi
Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km3. Dari jumlah
tersebut sekitar 97,2% merupakan air yang berada di laut, 2,15% berupa es
dan salju, sedang sisanya yang 0,65% merupakan air yang terdapat di danau,
sungai, atmosfer dan air tanah. Meskipun persentase dari bagian yang terakhir
ini sangat kecil, tetapi jumlahnya sangat besar. Air merupakan komponen
yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. Sirkulasi suplai air di
bumi yang tidak putusnya disebut siklus hidrologi.
Siklus hidrologi sering juga dipakai istilah Water Cycle atau siklus air.
Suatu sirkulasi air yang meliputi gerakan mulai dari laut ke atmosfer, dari
atmosfer ke tanah, dan kembali ke laut lagi atau dengan arti lain Siklus
hidrologi merupakan rangkaian proses berpindahnya air permukan bumi dari
suatu tempat ke tempat lainnya hingga kembali ke tempat asalnya.
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai
terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan
lingkungannya terutama dengan makhluk hidup.Penerapan ilmu hidrologi
dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi
bangunan air, penyedia air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi,
perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir,
pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air, drainase, pengendali
polusi, air limbah, dan lain-lain. (Bambang Triatmodjo, 2009)
6
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi (Sumber: Suripin, 2004)
Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu di mana air bergerak dari
bumi ke atmosfir dan kemudian kembali ke bumi lagi. Air di permukaan
tanah dan laut menguap ke udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke
atmosfer, yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-
titik air yang berbentuk awan. Selanjutnya, titik-titik ait tersebut jatuh sebagai
hujan ke permukaan laut dan daratan. Hujan yang jatuh sebagian tertahan
oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan selebihnya sampai ke permukaan
tanah.
7
Sebagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke
dalam tanah melalui proses infiltrasi, dan sebagian lainnya mengalir di atas
permukaan tanah yang disebut sebagai aliran permukaan atau surface runoff
mengisis cekungan tanah, danau, dan masuk ke sungai yang pada akhirnya
kan mengalir ke laut. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian mengalir di
dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah yang kemudian keluar sebagai mata
air, atau mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air di sungai akan bermuara ke
laut. Proses tersebut berlangsung secara terus menerus yang disebut dengan
siklus hidrologi. (Bambang Triatmodjo, 2009)
2.2 Hujan
Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi, yang
bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis,
yang memberikan sumbangan paling besar adalah hujan, sehingga seringkali
hujanlah yang dianggap sebagai presipitasi.
Hujan berasal dari uap di atmosfir, sehingga bentuk dan jumlahnya
dipengaruh oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur, dan tekanan
atmosfir. Uap air tersebut akan naik ke atmosfir sehingga mendingin dan
terjadi kondensasi menjadi butir-butir air dan kristal-kristal es yang akhirnya
jatuh sebagai hujan. (Bambang Triatmodjo, 2009)
2.2.1Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana
Sistem hidrologi terkadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa
yang luar biasa, seperti hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Besaran
peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya,
8
peristiwa yang sangat ekstrim kejadiannya sangat langka. (Suripin,
2004).
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi berkaitan dengan besaran
peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi
kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan.
Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung
(independent), terdistribusi secara acak, dan bersifat stokastik
(peluang). (Machairiyah, 2007)
Frekuensi hujan adalah besaran kemungkinan suatu besaran hujan
disamai atau dilampaui. Sebaliknya, periode ulang adalah waktu
hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui.
Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian
yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa
yang akan datang dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan
di masa akan datang akan masih sama dengan sifat statistik kejadian
hujan masa lalu.
Analisis frekuensi adalah suatu analisa data hidrologi dengan
menggunakan statistika yang bertujuan untuk memprediksi suatu
besaran hujan atau debit dengan masa ulang tertentu. Dalam hal ini,
tidak berarti bahwa selama jangka waktu ulang tertentu (mialnya T
tahun) hanya sekali kejadian yang menyamai atau melampaui, tetapi
merupakan perkiraan bahwa hujan ataupun debit tersebut akan disamai
9
atau dilampaui K kali dalam jangka panjang L tahun, di mana K/L kira-
kira sama dengan 1/T. (Sri Harto dalam Machairiyah, 2007)
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada
kualitas dan panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin
besar penyimpangan yang terjadi. Menurut Soemarto (1999), dalam
ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi dan empat jenis
distribusi yang umum digunakan dalam bidang hidrologi adalah.
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log-Pearson Type III
4. Distribusi Gumbel
2.2.2 Pengujian Keselarasan Sebaran
Uji keselarasan dimaksudkan untuk menentukan apakah
persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari
distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Ada dua jenis
keselarasan (Goodnes of Fit Test), yaitu uji keselarasan Chi Square dan
Smirnov Kolmogorof.
a. Uji keselarasan chi square
Prinsip pengujian dengan metode ini didasarkan pada jumlah
pengamatanyang diharapkan pada pembagian kelas, dan ditentukan
terhadap jumlah data pengamatan yang terbaca di dalam kelas
10
tersebut, atau dengan membandingkannilai chi square (f2) dengan
nilai chi square kritis (f2cr). (Soewarno, 1995)
b. Uji keselarasan Smirnov Kolmogorof
Pengujian kecocokan sebaran dengan metode ini dilakukan
dengan membandingkan probabilitas untuk tiap variabel dari
distribusi empiris dan teoritis didapat perbedaan (Δ) tertentu.
Perbedaan maksimum yang dihitung (Δmaks) dibandingkan dengan
perbedaan kritis (Δcr) untuk suatu derajat nyatadan banyaknya
variat tertentu, maka sebaran sesuai jika (Δmaks) < (Δcr).
(Soewarno, 1995)
2.2.3 Pengukuran Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk meramal
besarnya hujan dengan periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan
rencana tersebutkemudian dicari intensitas hujan yang digunakan untuk
mencari debit rencana. Beberapa metode yang dapat digunakan antara
lain sebagai berikut.
1. Metode Gumbel Tipe I
2. Metode Distribusi Log Pearson III
3. Metode Log Normal
(Sumber: Soemarto, 1999)
2.2.4 Intensitas Hujan
11
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas
hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi
kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis
data hujan baik secara statistik maupun secara empiris. Intensitas hujan
ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu air hujan
terkonsentrasi. (Wesli, 2008)
Untuk menghitung intensitas curah hujan, dapat digunakan
beberapa rumus empiris sebagai berikut. (CD Soemarto, 1999)
1. Menurut Dr. Mononobe
Rumus ini digunakan apabila data curah hujan yang tersedia
hanya curah hujan harian.
I = R24
24 ( 24t )
23 …………………………………………………(2.1)
dengan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Lamanya hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
2. Menurut Sherman
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan
yang lamanya lebih dari 2 jam.
I = a
tn …………………………………………………………(2.2)
12
dengan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Lamanya hujan (jam)
n = Konstanta
3. Menurut Talbot
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan
terapan-terapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang terukur.
I = a
t+b ………………………………………………………..(2.3)
dengan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
a dan b = Konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang
terjadi di DAS.
t = Lamanya hujan (jam)
4. Menurut Ishiguro
I = a
√t +b ………………………………………………………..(2.4)
dengan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Lamanya hujan (jam)
a dan b = Konstanta
(Sumber: CD Soemarto, 1999)
2.2.5 Koefisien Pengaliran (C)
13
Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air hujan
yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah dengan jumlah
air hujan yang jatuh dari atmosfir. Nilai koefisien pengaliran berkisar
antar 0 sampai 1 dan bergantung dari jenis tanah, jenis vegetasi,
karakteristik tata guna lahan dan konstruksi yang ada di permukaan
tanah seperti jalan aspal, atap bangunan dan lain-lain yang
menyebabkan air hujan tidak dapat sampai secara langsung ke
permukaan tanah sehingga tidak dapat berinfiltrasi maka akan
menghasilkan limpasan permukaan hampir 100%. Koefisien ini tidak
berdimensi. (Wesli, 2008)
Tabel 2.1 Koefisien Pengaliran (C) Secara umum
Tipe Daerah Aliran
KondisiKoefisien Aliran (C)*
Rerumputan
Tanah pasir, datar, 2 % 0,05 – 0,10Tanah pasir, rata-rata, 2-7 % 0,10 – 0,15
Tanah pasir, curam, 7 % 0,15 – 0,20Tanah gemuk, datar, 2 % 0,13 – 0,17
Tanah gemuk, rata-rata, 2-7 % 0,18 – 0,22Tanah gemuk, curam, 7 % 0,25 – 0,35
BusinessDaerah kota lama 0,75 – 0,95Daerah pinggiran 0,50 – 0,70
Perumahan
Daerah “Single family” 0,30 – 0,50“Multi units” terpisah-pisah 0, 40 – 0, 60
“Multi units” tertutup 0,60 – 0,75“Suburban” 0,25 – 0,40
Daerah rumah apartemen 0,50 – 0,70
IndustriDerah ringan 0,50 – 0,80Daerah berat 0,60 – 0,90
Pertanaman, kuburan
0,10 – 0,25
Tempat Bermain 0,20 – 0,35Halaman kereta api 0,20 – 0,30
Jalan Beraspal 0,70 – 0,95Beton 0,80 – 0,95
14
Batu 0,70 – 0,85Atap 0,70 – 0,95
Sumber : Wesli, 2008
Keterangan :
(*) = Untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil, dan untuk
daerah lereng diambil nilai C yang besar.
Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi
permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda, harga C rata-rata
ditentukan dengan persamaan :
C =C 1. A 1+C 2. A 2+C 3. A 3+…
A 1+A 2+A 3+… ………………………………….
(2.5)
dengan :
C1,C2,C3 = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe permukaan.
A1,A2,A3 = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai
dengan kondisi permukaan (m2).
(Sumber: Wesli, 2008)
2.3 Debit Rencana
Debit rencana (QT) merupakan debit dengan periode ulang tertentu (T)
yang diperkirakan akan melalui suatu sungai, bangunan air, atau lahan
tertentu. Debit rencana hendaknya ditetapkan tidak terlalu kecil untuk
menjaga agar jangan terlalu sering terjadi ancaman perusakan banguan atau
daerah-daerah sekitarnya oleh banjir besar. Debit rencana juga diupayakn
15
tidak terlalu besar karena bangunan-bangunan yang akan direncanakan
menjadi tidak ekonomis, sehingga debit rencana ditetapkan dengan masa
ulang tertentu. (Wesli, 2008)
Menghitung debit rencana dapat menggunakan rumus rasional sebagaimana
berikut.
Q = 0,278 x C x I x A …………………………………………………..(2.6)
dengan:
Q = Debit rencana (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas tangkapan (km2)
(Sumber: I Made Kamiana, 2011)
2.4 Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah secara vertikal. Air yang menginfiltrasi itu pertama-tama
diabsorbsi untuk meningkatkan kelembaban tanah, selebihnya akan turun ke
permukaan air tanah dan mengalir kesamping.
Dalam beberapa hal tertentu, infiltrasi itu berubah-ubah sesuai dengan
intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah mencapai limitnya, banyaknya
infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi maksimum
16
setiap tanah bersangkutan. Kecepatan infiltrasi yang berubah-ubah sesuai
dengan variasi intensitas curah hujan umumnya disebut laju infiltrasi. Laju
infiltrasi maksimum yang terjadi pada suatu kondisi tertentu disebut kapasitas
infiltrasi (f). Kapasitas infiltrasi itu adalah berbeda-beda menurut kondisi
tanah. Pada tanah yang sama kapasitas infiltrasi itu berbeda-beda, tergantung
dari kondisi permukaan tanah, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, suhu dan
lain-lain. Di samping intensitas curah hujan, infiltrasi berubah-ubah karena
dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah.
(Suripin, 2004)
2.4.1 Permeabilitas Tanah
Permeabilitas didefenisikan secara kuantitatif sebagai
pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau
lawat melalui suatu massa tanah atau lapisan tanah. Permeabilitas
timbul karena adanya pori kapiler yang saling bersambungan satu
dengan yang lainnya. Secara kuantitatif permeabilitas dapat dinyatakan
sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam
keadaan jenuh.
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas
mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara
butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan
atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan
tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freatik, di
17
bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya
tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan
tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat
menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air limpasan.
Permeabilitas tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur butir-butir
tanah. Tetapi perbedaan tekstur dan struktur menentukan juga kapasitas
menahan kelembaban tanah.
Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling
berhubungan. Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam
partikel melalui rongga dari satu titik yang lebih tinggi ke titik yang
lebih rendah. Sifat tanah yang memungkinkan air melewatinya pada
berbagai laju alir tertentu disebut permeabilitas tanah. Jadi, tanah yang
berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda.
(Sumber: Edowai, 2012)
Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur
resapan dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
1. Permeabilitas tanah sedang (geluh/lanau, 2,0 – 6,5 cm/jam)
2. Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus, 6,5 – 12,5 cm/jam)
3. Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar, lebih besar 12,5 cm/jam).
(Sumber: SNI 0624051991)
2.4.2 Penentuan Koefisien Permeabilitas
18
Setidaknya ada dua cara menentukan koefisien permeabilitas,
yaitu dengan uji head tetap dan uji head jatuh. Uji head tetap digunakan
untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki koefisien
permeabilitas yang tinggi. Sedangkan uji head jatuh digunakan untuk
tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki koefisien permeabilitas
yang rendah.
Tabel 2.2 Koefisien Permeabilitas Tanah Berdasarkan Jenis Tanah
Jenis Tanah Koefisien Permeabilitas (k) (cm/detik)
Pasir yang mengandung lempung/lanau 10-2 s/d 5 x 10-3
Pasir Halus 5 x 10-2 s/d 10-3
Pasir Kelanauan 2 x 10-2 s/d 10-4
Lanau 6 x 10-3 s/d 10-5
Lempung 10-6 s/d 10-9
Sumber : Wesley,L.D., 1977
2.5 Air Tanah
Hidrologi air tanah adalah pengetahuan mengenai terjadinya, distribusi
dan gerakan air di bawah permukaan tanah. Geohidrologi mempunyai
konotasi identik dengan hidrologi air tanah, sedangkan hidrogeologi lebih
banyak mempunyai penekanan pada geologinya. (Soemarto, 1999)
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat didalam
ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuknya (disebut air lapisan)
dan di dalam retak-retak dari batuan. Air tanah juga merupakan suatu sebutan
19
yang digunakan untuk menunjukkan semua air yang berada di bawah
permukaan tanah. Sedangkan definisi air tanah yang lebih luas adalah
sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan
sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase.
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah
dapat dibagi menjadi dua, yakni:
1. Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari
permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeabel.
2. Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di
antara dua lapisan kedap air.
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk
hidup. Air tanah tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer.
Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat penting. Akuifer tersebut
dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar
pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.
Akuifer ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer
semi tertekan dan akuifer tertekan.
20
Gambar 2.2 Sistem Akuifer Pada Lapisan Air Tanah (Sumber: Suripin, 2004)
1. Akuifer tak tertekan (Unconfined Aquifer), yaitu lapisan lolos air yang
hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air.
Permukaan tanah pada akuifer ini disebut dengan water table (preatik
level), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer.
2. Akuifer semi tertekan (Semi Confined Aquifer), yaitu aquifer jenuh yang
sempurna, pada bagian atas dibatasi oleh lapisan semi-lulus air dan
bagian bawah merupakan lapisan lulus air ataupun semi-lulus air.
3. Akuifer Tertekan (Confined Aquifer), yaitu akuifer yang seluruh
jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas
maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada
tekanan atmosfer.
(Sumber: Suripin, 2004)
2.5.1 Jenis-jenis Air Tanah
21
Berdasarkan letaknya air tanah dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Air tanah dangkal, yaitu air tanah yang berada di antara muka bumi
hingga lapisan kedap air (impermeabel). Air tanah ini berasal dari
air hujan. Ketika tidak ada hujan, maka tidak ada peresapan air
hujan ke dalam tanah. Akibatnya sedikit demi sedikit air tanah akan
berkurang karena penguapan.
2. Air tanah dalam, yaitu terletak di antara dua lapisan impermeabel.
Bila orang membuat sumur dan sumber airnya berasal dari air tanah
dalam, maka sumur tersebut dinamakan sumur artesis. Tempat
resapan air tanah dalam adalah di lereng-lereng gunung yang
tinggi. (Sumber: Suripin, 2004)
2.5.2 Aliran Air Tanah
Aliran air tanah adalah gerakan air di dalam tanah melalui sela-
sela dari rangka batuan. Aliran air tanah dapat dibedakan menjadi aliran
laminer dan aliran turbulen. Aliran laminer adalah aliran yang partikel-
partikel airnya bergerak sejajar dengan kecepatan yang relatif lambat.
Aliran turbulen adalah aliran yang partikel-partikel airnya bergerak
secara berputar atau bergolak dengan kecepatan yang relatif besar.
Aliran turbulen dapat dijumpai pada batuan besar.
Terdapat dua kondisi aliran air tanah, yaitu aliran tunak (steady
flow) dan aliran tidak tunak (unsteady flow), yaitu :
22
1. Aliran tunak (steady flow) adalah aliran yang tetap dan searah atau
sejajar bidang datar dengan debit yang terus-menerus tetap. (Bisri,
1991). Pada sumur pompa, aliran tunak terjadi bila keseimbangan
antara debit yang dipompa dengan debit yang masuk ke dalam
sumur seimbang.
2. Aliran tidak tunak (unsteady flow) adalah aliran yang mengalami
perubahan naik turun yang cukup besar sehingga tidak terwujud
suatu aliran yang tetap. (Bisri, 1991). Aliran ini terjadi pada saat
pemompaan air sumur dimulai sampai terjadi keadaan tunak dan
pada saat berlangsung periode pemulihan kembali. (Sumber: Bisri,
1991)
2.5.3 Konservasi Air Tanah
Air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat penting,
terutama di daerah-daerah dimana musim kemarau atau kekeringan
yang panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Pada waktu
musim penghujan ada kelebihan air permukaan yang besar namun
pengisian air tanah kecil sangat tergantung dari jenis tata guna lahan
dan jenis tanahnya. Sebaliknya pada waktu musim kemarau air
permukaan turun drastis, dan yang menjadi andalan utama adalah air
tanah.
Konservasi air tanah adalah upaya melindungi dan memelihara
keberadaan, kondisi dan lingkungan air tanah guna mempertahankan
kelestarian atau kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan
23
kualitas yang memadai, demi kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang
maupun pada generasi yang akan datang. (Danaryanto dkk, 2005)
Pada dasarnya konservasi air tanah tidak hanya ditujukan untuk
meningkatkan volume air tanah, tetapi juga meningkatkan konservasi
air permukaan. Efisiensi penggunaannya sekaligus mengurangi run off
air permukaan yang diharapkan dapat meresap ke tanah dan mengisi
akuifer menjadi air tanah.
Air tanah berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan
mengalami filtrasi secara alamiah.
Proses yang dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke
bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni
dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan sumber air lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari
kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau
penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun,
saat musim kemarau sekali pun. Air tanah juga mengandung zat-zat
mineral yang cukup tinggi. Mengingat pentingnya peran air, sangat
diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang baik
bagi dari segi kuantitas dan kualitas.
Konservasi air adalah upaya penggunaan air yang jatuh ke
permukaan tanah seefisien mungkin dan pengaturan waktu alirannya,
24
sehingga tidak terjadi banjir dan terdapat cukup airpada musim
kemarau. Oleh karena itu, tindakan konservasi tanah dapat berarti pula
tindakan konservasi air. Pada dasarnya konservasi tanah dan air
dilakukan dengan cara memperlakukan tanah agara mempunyai
ketahanan terhadap gaya yang menghancurkan agregat dan
pengangkutan oleh aliran permukaan, serta mempunyai kemampuan
untuk menyerap air lebih besar. (Sukrianto, 1990; dalam Fachruddin,
2012)
Konservasi air tidak bisa lepas dari konservasi tanah, sehingga
keduanya sering disebut bersamaan menjadi konservasi tanah dan air.
Hal ini mengandung makna, bahwa kegiatan konservasi tanah akan
berpengaruh tidak hanya pada perbaikan kondisi lahan tetapi juga pada
perbaikan kondisi sumberdaya airnya, demikian juga sebaliknya.
Langkah-langkah usaha konservasi tanah dan air secara menyeluruh dan
komprehensif meliputi berbagai tahap kegiatan sebagaimana terlihat
pada gambar berikut. (Suripin, 2004)
25
Batas DAS Landslide
Sedimentasi
Genangan lahan (waduk)
Rumuskan Potensi dan Kecocokan Lahan berdasarkan kapasitas sumberdaya dan kendalanya, misalnya:HutanPertanian ExtensifAgroforestryPertanian intensif
Merumuskan kebutuhan konservasi
Mempertimbangkan faktor social-ekonomi dan
integrasi antara konservasi dan tata guna
lahan (conservation-oriented farming systems)
Kecocokan antara Kebutuhan Konservasi & Potensi Lahan, misalnya:
A. Hutan lindungD. Pertanaman berkonturB. Hutan produksi dan berstrip
C. Pekerjaan pengendaliE. Zero or minimum tillage saluran/sungai
Rumuskan Opsi dan Prioritas
Pakai metode analisis ekonomi (benefit-cost
analysis) untuk menentukan alternatif:
Cadangkan A,B untuk hutan
Kembangkan sistem pertanian untuk lahan DPerbaikan produktifitas
untuk lahan CKembangkan sistem
pengolahan lahan dan Pertanaman untuk lahan E
Evaluasi Dampak
(Biasanya tapi tidak harus
dinyatakan dalam uang),
e.g.: Biaya pengendali erosi, keuntungan dari
kenaikan produksi, harga
kelebihan air irigasi
Kuantifikasi Dampak pada Landskap dan
Produktifitas, e.g.:Kehilangan lapisan atas tanah
(C,D,E)Yil sedimen dari tebing
sungai (D,E)Deposisi sedimen di lahan
(E)Sedimentasi waduk
Kenaikan ketinggian banjirPenurunan produktifitas
lahanPerubahan kualitas air
Penurunan output waduk akibat sedimentasi
TINDAKAN PENGELOLAAN
Penilaian Kemampuan Lahan
Penilaian kemampuan dan kecocokan lahan pada tiap-
tiap unit:Hutan
Lahan bergelombangLahan terjal
Indeks Erosi-Sedimentasi
Identifikasi sumber bahaya erosi dan
sedimentasi, urutan unit lahan berdasar
laju erosi dan sedimentasi
Sumberdaya LahanErosi dan penggunaan lahan saat iniFaktor-faktor fisik: tanah, geologi,hujan, slope, vegetasi, relief mikro,
pola drainase
InventarisasiSumberdaya Air
Pengembangan dan penggunaan yang adaFaktor-faktor fisik: debit sungai, banjir, kualitas air, sedimentasi
Gambar 2.3 Urutan Strategi Perencanaan Konservasi Air dan Tanah (Setelah Parrens and Trustum, 1984; dalam Robert J. Kodoatie, 2003)
26
Erosi Lahan
Konservasi air menjadi penting artinya bagi kelangsungan
kehidupan suatu bangsa, khususnya untuk daerah di mana terjadi defisit
air tanah yaitu di daerah kering (arid) dan semi kering (sub humid).
Konservasi air ditujukan tidak hanya meningkatkan volume air tanah,
tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaannya, sekaligus
memperbaiki kualitasnya sesuai dengan peruntukannya. Konservasi air
mempunyai efek berganda; di antaranya mengurangi ukuran kerugian
akibat banjir, mengurangi biaya pengolahan air, mengurangi ukuran
jaringan pipa, dan lain sebagainya. Dengan demikian, tidak meragukan
lagi bahwa konservasi air mendapat perhatian yang besar. Dalam kurun
dua dekade terakhir, konservasi air telah menjadi kunci untuk
meningkatkan suplai air bersamaan dengan peningkatan manajemen
kebutuhan.
Pada awalnya konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan
menggunakannya untuk keperluan yang produktif di kemudian hari.
Konsep ini disebut konservasi segi suplai. Perkembangan selanjutnya
konservasi lebih mengarah pada pengurangan atau pengefisienan
penggunaan air, dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.
Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari dua konsep
tersebut, yaitu menyimpan air di kala berlebihan-menggunakannya
sesedikit mungkin untuk keperluan tertentu yang produktif. (Robert J.
Kodoatie, 2003)
27
Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan utama, yaitu sebagai berikut.
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan tumbuhan, atau
bagian tumbuhanatau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk
butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran
permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah.
Dalam konservasi tanah dan air, metode vegetatif mempunyai
fungsi (a) melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan
yang jatuh, (b) melindungi tanah terhadap daya perusak air yang
mengalir di permukaan tanah, (c) memperbaiki kapasitas infiltrasi
tanah dan penahanan air yang langsung mempengaruhi besarnya
aliran permukaan.
b. Metode mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang
diberikan terhadap tanah dan perbuatan bangunan untuk
mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan
kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode mekanik
dalam konservasi tanah dan air adalah (1) pengolahan tanah
(tillage), (2) pengolahant anah menurut kontur (countour
cultivation), (3) guludan dan guludan bersaluran menurut kontur,
(4) parit pengelak, (5) teras, (6) dam penghambat (check dam),
28
waduk, kolam atau balon (farm ponds), rorak, tanggul, (7)
perbaikan drainase, dan (8) irigasi.
c. Metode kimia
Metode kimia dalam konservasi tanah dan air adalah penggunaan
preparat kimia baik berupa bahan alami yang telah diolah, dalam
jumlah yang relatif sedikit, untuk meningkatkan stabilitas agregat
tanh dan mencegah erosi. (Arsyad, 2010; dalam Fachruddin, 2012)
2.6 Sumur Resapan
Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah
yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah.
Sumur resapan ini kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan
merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur
air minum berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan
demikian, konstruksi dan kedalamannya berbeda. Sumur resapan digali
dengan kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan sumur air minum digali
lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah.
Sumur resapan merupakan suatu upaya untuk meresapkan air hujan
dalam rangka menambah cadangan air tanah. hal ini mengingat persediaan air
di negara ini sudah sangat menipis, ditambah lagi dengan masalah air lainnya
seperti kelebihan air di saat musim hujan yang mengakibatkan masalah banjir
dan musim kemarau sering kekurangan air, sehingga seluruh masyarakat
harus segera mungkin menyadari dan menyelamatkan air.
29
Sumur resapan dapat berfungsi untuk mencegah penurunan tanah,
mengurangi genangan banjir dan aliran air di permukaan tanah, mengurangi
meluasnya penyusupan/instrusi laut ke arah daratan, menambah potensi air
tanah. Sumur resapan merupakan sistem resapan buatan, yang dapat
menampung air hujan akibat dari adanya penutupan tanah oleh bangunan
berupa lantai bangunan maupun dari halaman yang di-plester. Selain itu,
sumur resapan berfungsi untuk menampung, menyimpan dan menambah
cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan air hujan ke saluran
pembuangan dan badan air lainnya sehingga dapat dimanfaatkan pada musim
kemarau dan sekaligus mengurangi timbulnya banjir. (Kusnaedi, 2011)
2.6.1 Konsep Sumur Resapan
Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik
konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga
menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang
berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap
rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.
Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan
dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi
adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya, permukiman,
perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta
fasilitas umum lainnya.
Menurut Suripin (2004), konsep dasar sumur resapan pada
hakekatnya adalah suatu sistem drainase dimana air hujan yang jatuh di
30
atap atau lahan kedap air ditampung pada suatu sistem resapan air.
Berbeda dengan cara konvensional dimana air hujan dibuang / dialirkan
ke sungai terus ke laut, cara ini mengalirkan air hujan ke dalam sumur –
sumur resapan yang dibuat di halaman rumah. Sumur resapan ini
merupakan sumur kosong dengan maksud kapasitas tampungannya
cukup besar sebelum air meresap ke dalam tanah. Dengan adanya
tampungan, maka air hujan mempunyai cukup waktu untuk meresap
kedalam tanah, sehingga pengisian tanah menjadi optimal. Sejauh ini
telah dikembangkan beberapa metode untuk mendimensi sumur
resapan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Gambar 2.4 Debit Resapan Pada Sumur Dengan Berbagai Kondisi
(Sumber: Bouilliot, 1976; dalam Sunjoto, 1988)
Gambar 2.4 a (kiri atas) merupakan sumur resapan yang terletak pada
tanah kedap air di bagian atas dan porus di bagian bawah dengan
dinding sumur permeable setinggi L dan dasar rata.
31
Gambar 2.4 b (kanan atas) merupakan sumur resapan yang terletak pada
tanah yang seluruhnya porus dengan dinding sumur bagian atas
impermeable dan bagian bawah permeable setinggi L dan dasar rata.
Gambar 2.4 c (kiri tengah) merupakan sumur resapan berbentuk bola
berdinding porous dengan saluran vertikal kedap air dan seluruhnya
berada di tanah yang bersifat porous.
Gambar 2.4 d (kanan tengah) merupakan sumur resapan yang terletak
pada tanah bersifat kedap air di bagian atas dan tanah porous di bagian
bawah dengan dasar berbentuk setengah bola.
Gambar 2.5 e (kiri bawah) merupakan sumur resapan yang terletak pada
tanah bersifat kedap air di bagian atas dan tanah porous di bagian
bawah dengan dasar rata.
Gambar 2.4 f (kanan bawah) merupakan sumur resapan yang terletak
pada tanah yang seluruhnya porous dengan dinding resapan kedap air
dan dasar rata.
Secara teoritis, volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung
berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke sumur dan air yang
meresap ke dalam tanah (Sunjoto, 1988) dan dapat dituliskan sebagai
berikut:
H = QFK
(1−e−FKT
π R 2 ) ………………………………………...(2.7)
dengan:
32
H = Tinggi muka air dalam sumur (m)
F = Faktor geometrik (m)
K = Koefisien permeabilitas tanah (m/dtk)
T = Waktu pengaliran (detik)
R = Jari-jari sumur (m)
Q = Debit air masuk ke sumur (m3/detik), di mana Q = 0,278 C.I.A
C = Koefisien limpasan (run-off)
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas kawasan (km2)
Kedalaman efektif sumur resapan dihitung dari tinggi muka air
tanah apabila dasar sumur berada di bawah muka air tanah tersebut, dan
diukur dari dasar sumur bila muka air tanah berada di bawah dasar
sumur. Sebaiknya dasar sumur berada pada lapisan tanah dengan
permeabilitas tinggi.
Faktor geometrik (shape factor) adalah suatu harga yang
mewakili dari bentuk ujung sumur, tampang, radius, kekedapan dinding
serta perletakannya dalam lapisan tanah. Faktor geometrik untuk
tampang lingkaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini. (Sunjoto,
2011)
33
Tabel 2.3 Faktor Geometrik SumurNo
.Conditions Shape Factor (F) References
1
F1 =
2 π L
ln {2(L+2 R)R
+√( LR )
2
+1}Sunjoto (1989)
2F2a = 4πR
Samsioe(1931)
Dachler(1936)
Aravin(1965)
F2b = 18R Sunjoto (2002)
3
F3a = 2πR
Samsioe(1931)
Dachler(1936)
Aravin(1965)
F3b = 4R
Forchheimer(1930)
Dachler(1936)
Aravin(1965)
4
F4a = π2R Sunjoto(2002)
F4b = 5,50 R
Harza(1935)
Taylor(1948)
Hvorslev(1951)
F4b = 2πR Sunjoto (2002)
34
Tabel 2.3 Faktor Geometrik Sumur (Lanjutan)
No Conditions Shape Factor (F) References
5
F5a =
2 π L+π2 Rln2
ln {( L+2 R)R
+√( LR )
2
+1} Sunjoto (2002)
F5b =
2 π L
ln { LR
+√( LR )
2
+1} Dachler(1936)
F5b =
2π L+2 πRln2
ln {( L+2 R)R
+√( LR )
2
+1} Sunjoto(2002)
6
F6a =
2 π L+π2 Rln2
ln {( L+2 R)2 R
+√( L2 R )
2
+1}Sunjoto(2002)
F6b =
2 π L
ln { L2 R
+√( L2 R )
2
+1} Dachler(1936)
F6b =
2 π L+2 πRln2
ln {( L+2 R)2 R
+√( L2 R )
2
+1}Sunjoto(2002)
Sumber: Sunjoto, 2011
35
Faktor geometrik di atas akan dideskripsikan dalam tabel 2.4 di
bawah ini di mana L adalah panjang dinding porus dan R adalah radius
sumur.
Tabel 2.4 Deskripsi tentang Kondisi SumurConditions References
1 Resapan pada tanah porus terletak diantara tanah bersifat kedap air di bagian dasar dan bagian atas dengan dinding porous setinggi L.
2.a Resapan berbentuk bola berdinding porous dengan saluran vertikal kedap air dan seluruhnya berada di tanah yang bersifat porous.
2.b Resapan kubus berdinding porous dengan saluran vertikal kedap air dan seluruhnya berada di tanah yang bersifat porous.
3.a Resapan terletak pada tanah bersifat kedap air di bagian atas dan tanah porous dibagian bawah dengan dasar berbentuk setengah bola
Tabel 2.4 Deskripsi tentang Kondisi Sumur (Lanjutan)Conditions References
3.bItem 3.a namun dasar rata
4.a Resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porous dengan dinding resapan kedap air dan dasar berbentuk setengah bola.
4.bItem 4.a namun dasar rata
5.aResapan terletak pada tanah yang kedap air di bagian atas dan porous dibagian bawah dengan dinding sumur permeabel setinggi L dan dasar berbentuk setengah bola
5.bItem 5.a namun dasar rata
6.aResapan terletak pada tanah yang seluruhnya porus dengan dinding sumur bagian atas impermeabel dan bagian bawah permeabel setinggi L dan dasar berbentuk setengah bola
6.bItem 6.a namun dasar rata
Sumber: Sunjoto, 2011
2.6.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sumur Resapan
Perancangan dimensi sumur resapan dilakukan berdasarkan
prinsip keseimbangan air/kontinuitas antara air yang masuk ke dalam
sumur dengan air yang meresap ke dalam tanah. Salah satu
36
pemanfaatan sumur resapan ini dapat dilakukan untuk pekarangan
rumah.
Gambar 2.5 Ilustrasi sumur resapan untuk rumah (Sumber: Suripin,
2004)
Ukuran atau dimensi sumur yang diperlukan untuk suatu lahan
atau kapling sangat bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut.
1. Luas permukaan penutupan, yaitu lahan yang airnya akan
ditampung dalam sumur resapan, meliputi luas atap, lapangan
parkir, dan perkerasan-perkerasan lain.
2. Karakteristik hujan, meliputi intensitas hujan, lama hujan, selang
waktu hujan. Secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi
hujan, makin lama berlangsungnya hujan memerlukan volume
sumur resapan yang makin besar. Sementara selang waktu hujan
yang besar dapat mengurangi volume sumur yang diperlukan.
3. Koefisien permeabilitas tanah yaitu kemampuan tanah dalam
melewatkan air per satuan waktu. Tanah berpasir mempunyai
37
koefisien permeabilitas lebih tinggi dibandingkan tanah
berlempung.
4. Tinggi muka air tanah. Pada kondisi muka air tanah yang dalam,
sumur resapan perlu dibuat secara besar-besaran karena tanah
benar-benar memerlukan pengisian air melalui sumur-sumur
resapan. Sebaliknya pada lahan yang muka airnya dangkal,
pembuatan sumur resapan kurang efektif, terutama pada daerah
pasang surut atau daerah rawa dimana air tanahnya sangat dangkal.
2.6.3 Persyaratan Umum dan Persyaratan Teknis Sumur Resapan
Berdasarakan SNI: 03- 2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan,persyaratan umum
dan persyaratan teknisyang harus dipenuhi dapat antara lain sebagai
berikut.
a. Persyaratan Umum
a. Sumur Resapan air Hujan ditempatkan pada lahan yang relative
datar.
b. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak
tercemar
c. Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan
keamanan bangunan sekitarnya.
d. Harus memperhatikan peraturan daerah setempat
e. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini hars disetujui
instansi yang berwenang.
38
b. Persyaratan Teknis
a. Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada musim hujan.
b. Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai
permeabilitas tanah ≥ 2,0 cm/jam.
c. Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan
dapa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.5 Jarak Minimum Sumur Resapan Air Hujan TerhadapBangunan
No. Jenis BangunanJarak minimum dari sumur
resapan air hujan (m)
1.Sumur resapan air hujan/ sumur air
bersih3
2. Pondasi bangunan 1
3.Bidang resapan /sumur resapan
tangki septik5
Sumber: SNI: 03- 2453-2002
2.6.4 Konstruksi Sumur Resapan
Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat dibuat berbentuk
segiempat atau silinder dengan kedalaman tertentu dan dasar sumur
terletak di atas permukaan air tanah.
Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum menetapkan
data teknis sumur resapan air sebagai berikut.
1. Ukuran maksimum diameter 1,4 meter
2. Ukuran pipa masuk diameter 110 mm
3. Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm
4. Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter
39
5. Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1
semen : 4 pasir tanpa plester
6. Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40
cm
7. Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan
campuran 1 semen: 2 pasir: 3 kerikil.
Sumur resapan air hujan harus dibuat dengan konstruksi tahan
terhadap tekanan tanah pada kedalaman tertentu. Beberapa tipe dan
konstruksi sumur resapan air hujan dan peruntukannya (Petunjuk
Teknis Tata Cara Penerapan Drainase Berwawasan Lingkungan di
Kawasan Permukiman, 2002):
1. Tipe I, dengan dinding tanah.
Tipe ini diterapkan pada kedalaman tanah 1,50 m, untuk jenis tanah
geluh kelanauan.
2. Tipe II, dengan dinding pasangan batako atau bata merah tanpa
diplester, dan diantara pasangannya diberi lubang.
Tipe ini diterapkan pada kedalaman tanah maksimum 3 m, untuk
semua jenis tanah.
3. Tipe III, dengan dinding buis beton porous/tidak porous dan pada
ujung pertemuan sambungannya diberi celah lubang.
Tipe ini diterapkan pada kedalaman maksimum sampai dengan
permukaan air tanah, untuk jenis tanah berpasir.
40
4. Tipe IV, dengan buis beton berlubang.
Tipe ini diterapkan pada kedalaman maksimum sampai dengan
permukaan air tanah, untuk jenis tanah berpasir.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk sumur resapan meliputi :
1. Saluran pemasukan/pengeluaran dapat menggunakan pipa besipipa
pralon, buis beton, pipa tanah liat, atau dari pasangan batu.
2. Dinding sumur dapat menggunakan anyaman bambu, drum
bekastangki fiberglass, pasangan batu bata, atau buis beton.
3. Dasar sumur dan sela-sela antara galian tanah dan dinding tempat
air meresap dapat diisi dengan ijuk atau kerikil.
Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang pembuat sumur gali
berpengalaman dengan memperhatikan persyaratan teknis tersebut dan
spesifikasi sebagai berikut.
1. Penutup Sumur
Untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan di antaranya:
a. Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian
semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil.
b. Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran
perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak di beri
beban di atasnya atau,
c. Ferocement (setebal 10 cm).
2. Dinding sumur bagian atas dan bawah.
41
Untuk dinding sumur dapat digunakan bis beton. Dinding sumur
bagian atas dapat menggunakan batu bata merah, batako, campuran
satu bagian semen, empat bagian pasir, diplester dan di aci semen.
3. Pengisi Sumur
Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan
bata merah ukuran 5-10 cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut
disusun berongga.
4. Saluran air hujan
Dapat digunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton
berdiameter 200 mm, dan pipa beton setengah lingkaran
berdiameter 200 mm.
Satu hal yang penting, setelah sumur resapan dibuat, jangan
lupakan perawatannya. Cukup dengan memeriksa sumur resapan setiap
menjelang musim hujan atau, paling tidak, tiga tahun sekali.
Dengan membuat sumur resapan di pekarangan setiap rumah,
maka diharapkan volume banjir dapat diminimumkan dan sekaligus
menjaga cadangan air dalam tanah.
2.6.5 Manfaat Sumur Resapan
Keberadaan sumberdaya air di alam menunjukkan dua hal yang
menarik, yaitu: di permukaan tanah, volume banjir dapat mencapai atap
rumah; dan di bawah tanah, permukaan air tanah (water table) terus
mengalami penurunan. Untuk meminimumkan dampak negatif yang
42
mungkin terjadi akibat dari kedua hal di atas, dan sekaligus dapat
menjaga cadangan air, maka dapat dibuat sumur resapan air hujan.
Meskipun tidak seluruh masalah dapat diatasi, namun sumur resapan ini
secara teoritis akan banyak membantu meringankan kedua masalah
tersebut sekaligus.Tujuan diterapkannya teknologi sumur resapan antara
lain sebagai berikut. (Robertus Haryoto Indriatmoko, 1999)
1. Pelestarian sumber daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan
dan membudayakan kesadaran lingkungan.
2. Membantu menanggulangi kekurangan air bersih.
3. Menjaga kesetimbangan air di dalam tanah dalam sistem akuifer.
4. Mengurangi limpasan permukaan (runoff) dan erosi tanah.
Sedangkan manfaatnya yang diperoleh antara lain sebagai berikut.
1. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam
tanah sehingga dapat menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah
sehingga dapat mencegah intrusi air laut.
2. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah.
3. Mempertahankan tinggi muka air tanah.
4. Mencegah terjadinya penurunan tanah.
5. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk mengurangi limpasan
permukaan sehingga dapat mencegah banjir.
43
6. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam
tanah dan mengisi pori-pori tanah. Hal ini akan mencegah
terjadinya penurunan tanah.
44