(1996) TULISAN BG 1996

24
FORUM KOMUNIKASI 1996

description

Kumpulan tulisan Bambang Gunawan yang dibuat pada tahun 1996.

Transcript of (1996) TULISAN BG 1996

Page 1: (1996) TULISAN BG 1996

FORUM KOMUNIKASI 1996

Page 2: (1996) TULISAN BG 1996

Pada Forum Komunikasi tahun 1996 Dr. Andar Ismail memberikan ceramah singkat tentang pendidikan anak.

Salah satu acara pada Forum Komunikasi ialah memperkenalkan home page BPK PENABUR, bahkan foto-foto yang dibuat ketika ceramah singkat oleh Dr. Andar Ismail langsung dikirimkan ke University of Wisconsin-Madison, USA untuk dipasang pada home page BPK PENABUR. Inilah komentar dari orang tua calon siswa. Pertemuan dengan orang tua SMP bubar sekitar jam 16.00, lihatlah komentar dibuat jam berapa?

Date: Sun, 19 May 1996 17:23:16 From: Piauw Khoeng ([email protected]) Name: Jenny Khoeng Sex: Perempuan Age: 40-49 Organization: Taman Kedoya Baru F32

Comments: Just came back from your communication forum. Very impressive. Your internet page is equally impressive. Planning to send my son Gary Prawira to your school SMPK VII this year. He will be graduating from SD St.Ursula. Hope he will be one of your students.

Laporan 6: Karya Wiyata 76 Tahun XIX Mei-Juni 1996

PERLUKAH PENABURnet?

Joseph F.P. Luhukay, Ph.D. (kiri) bersama Ir. Hosea S. Tanutama sebelum ceramah

Pada tanggal 4 Mei 1996 Joseph F.P. Luhukay, Ph.D., telah memberikan ceramah tentang internet di BPK Penabur KPS Jakarta. Ternyata diskusi tentang internet ini tidak hanya berlangsung di ruang seminar Sistek saja. Banyak masukan diperoleh dari pakar yang telah banyak berkecimpung di dunia internet ini.

Page 3: (1996) TULISAN BG 1996

Apakah yang dimaksud dengan PENABURnet? Pak Jos Luhukay memberi masukan sbb:

"PENABURnet adalah sebuah jaringan intern yang beroperasi antar-sekolah dalam lingkungan BPK Penabur. Pusatnya sebaiknya di sebuah tempat yang terdekat lokasinya dengan pusat ISP yang dipilih. Misalnya, RADnet berpusat di gedung Indosat (kalau tidak salah), Indonet berpusat di Tebet, dst. Dari pusat ini dipasang leased line dgn kecepatan cukup (mis 64 kbps) ke ISP yg dipilih. Di SMAK I dipasang 10-20 nomor telepon (sebaiknya hunting) yg kemudian diakses para pemakai di sekolah-sekolah lainnya. Hasilnya: para pemakai di seantero KPS Jakarta tidak perlu bayar ISP sendiri-sendiri, tetapi di-"pool". Juga, hubungan e-mail di antara para pemakai di KPS Jakarta cukup lewat server di SMAK I, demikian juga akses ke berbagai homepage yang berisi informasi mengenai berbagai kegiatan, a.l. berita seminar/ workshop/diskusi/dll, akses perpustakaan (utk pinjam-silang, dll), pengumuman intern, dll. Salah satu manfaat Internet adalah dalam menggalang komunikasi antar-sejawat (yang biasanya sangat "gawat"). Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan komunikasi ini tanpa harus mengeluarkan dana berlebihan."

Selanjutnya Pak Jos Luhukay menambahkan penjelasan sbb:

"Gagasan PENABURnet sebetulnya serupa dengan sebuah campus network. Bedanya di sini adalah bahwa lokasi-lokasi BPK Penabur yang terhubung, walaupun baru KPS Jakarta saja, sudah tersebar sifatnya. Jadi, ia tidak berbeda dengan JUITA (Jaringan UI TerpAdu) yang menghubungkan kampus Depok dan Salemba, BINUSnet yang beroperasi di kampus Kemanggisan, PETRAnet di Surabaya, dll. Jaringan kampus ini adalah untuk "kalangan sendiri", walaupun bisa dioperasikan dengan menggunakan fasilitas telekomunikasi publik (Telkom dll). Biaya untuk jaringan "kalangan sendiri" ini dapat dibagi di antara para pemakainya. Masing-masing jaringan kampus ini kemudian mempunyai satu buah "gerbang" untuk masuk ke jaringan internasional, dalam hal ini Internet. Untuk masuk ke jaringan internasional ini kita bisa gunakan "gerbang-tol" adimarga informasi (Information Superhighway) yang dioperasikan oleh ISP (Internet Service Provider) semacam RADnet, Indonet, CBN, dll. Menyewa sebuah "gerbang-tol" tergantung dari "lebar"-nya: untuk sebuah jaringan kampus pantasnya adalah 64 kbps yang dapat disewa rata-rata Rp 2 juta sebulan. Di samping itu, harus dibayar juga sewa hubungan-sewa ("leased-line") dari SMAK I (misalnya ini lokasi dari gerbang PENABURnet) ke "gerbang" RADnet (misalnya), yang harganya berkisar sekitar Rp 3-4 juta sebulan, tergantung lokasi ISP yg dipilih.

Jadi, untuk mengoperasikan sebuah jaringan kampus seperti PENABURnet perlu ada perencanaan dan persetujuan yang cukup serius. Saya tidak tahu apakah pesan

Page 4: (1996) TULISAN BG 1996

saya selama ini terbaca oleh para "pengambil kebijakan" di BPK Penabur ataukah cuma seolah "a voice in the wilderness".

Secara insidentil, pasti jumlah pemakai Internet di kalangan BPK Penabur akan meningkat. Pilihannya adalah membiarkan peningkatan ini berlangsung secara sendiri-sendiri saja, ataukah akan di-"boost" dengan dorongan frontal yang akan berimbas langsung pada proses belajar-mengajar.The choice is yours ..."

Pdt. Kuntadi, maintainer dari home page CYBERGKI juga memberikan masukan sbb:

"Pada prinsipnya saya setuju ada PenaburNet. Saya tidak tahu banyak soal teknisnya, akan tetapi perencanaan yang matang harus dibuat lepas dari akan disetujui atau tidak. Robby, get involved please!" Beberapa pertimbangan:

1. Proposal itu harus jelas mendukung AD/ART BPK Penabur, khususnya dalam kaitan dengan pasal Tujuan dan Usaha.

2. Proposal harus mempertimbangkan bahwa untuk tahun anggaran berjalan belum ada budget untuk hal ini. Dorongan mesti diberikan bukan untuk mengambil keputusan di luar anggaran (sebab akan berat tanggungjawab pengurus), melainkan mesti diarahkan untuk penganggaran yang mendatang. Inilah aturan main yang biasanya dimainkan di tingkat pengambil keputusan.

3. Dalam proposal "non-profit" ini, mesti ada income seperti advertising-space guna menutupi investasi dan operasi. Bahkan breakeven-nya juga harus disuguhkan. Ads akan merupakan peluang mengingat "khalayak" kita cukup luas dan potensial. Lihat saja buletin natal setiap tahun!

4. Butir 3. adalah kompensasi dari cara berpikir pengurus yang dapat saya mengerti. Meski Penabur bersifat "non-profit" tidak berarti lalu proyek seperti ini merupakan drain-cost belaka. Ini mitos GKI: 'kan kita GKI ini seperti raja dalam dongeng Andersen, yang kalau menyentuh apa saja akan jadi emas. Hal itu terjadi dalam sekolah, poliklinik, pemakaman, panti werda, bangun gereja, dll.

5. Lalu perlu diusahakan agar bentuk hubungan dengan ISP jangan murni sebagai consumer, tapi berbentuk kerjasama. Ini memang perlu lobbyist yang handal. Sebab dalam satu dan lain hal, mereka juga akan mengapresiasi "khalayak" potensial yang kita punya. Kalau perlu berikan gambarannya misalnya bahwa dalam iklan di TV mungkin 40-60% di antaranya ada orang GKI involved, mulai dari Aqua sampai Mayora, dari BASF sampai Volvo, dari Helios sampai Bintang Toejoeh, dari Bank Universal sampai Bank Dharmala, dari Gajahmada 77 sampai Hailai. and much much more...

6. Saya pikir harus melibatkan juga: Ichsan, Ruddy, Winanto, Oeripto, Sylvia, Jahja Setiaatmadja, dll dalam percakapan. What do you think?

Page 5: (1996) TULISAN BG 1996

Selanjutnya Benyamin K. Gunawan, Ketua Kompartemen Sarpras KPS Jakarta mengemukakan pendapat sbb:

"Dari beberapa pertemuan dan diskusi, juga posting-posting di mailling list saya mendengar dan membaca lebih banyak diutarakan kelebihan internet dalam bidang komunikasi antara pemakai, jarang saya dengar, baca cerita-cerita mengenai explorasi yang menarik di web. Terus terang saya juga akui sarana ini lebih banyak dipakai untuk email dari pada explorasi ke web karena kurangnya waktu dan teknologinya yang masih sangat lambat dalam mengakses data di web.Bagaimana ini pendapat rekan-rekan yang lain? Karena kalau kita bicara Internet untuk pendidikan, maka rasanya bukan komunikasi saja yang dominan."

Jacobus, guru Kimia di SMUK III langsung memberikan tanggapan sbb:

"Saya rasa pernyataan 'teknologi yang masih sangat lambat dalam mengakses data di Web' adalah sudah tidak tepat lagi. Kemajuan teknologi yang luar biasa akhir-akhir ini, telah memungkinkan mengakses data di Web dengan sangat cepatnya. Saya sudah mencoba sendiri mengakses homepage bpkpenabur dari kantor pusat CBNnet bisa cepat sekali. Web ini mempunyai masa depan yang sangat baik, justru saya sangat tertarik dalam eksplorasi web. Berbeda dengan email, di web kita bisa menampilkan gambar dan suara yang sangat menarik dan online selama 24 jam sehari, dan kita bisa dikenal orang luar secara luas. Homepage kimia yang saya buat (http://beaverton.cbn.net.id/ users/johanoni) sudah mulai dikenal orang dan bahkan sudah ada sekolah lain: SMA negeri 54) yang minta link ke homepage saya itu.

SMA negeri saja sudah mulai explorasi dalam Web, masa kita mau ketinggalan? Seandainya saya hanya menggunakan internet untuk e-mail saja, maka sukar rasanya ada orang lain seperti SMUN 54 bisa mengenal saya. Jadi dengan explorasi di web diharapkan bpkpenabur bisa menjadi lebih terkenal, siapa tahu nanti ada sekolah dari luar negeri yang ingin bekerja sama, maka bpkpenabur bisa lebih cepat berkembang dan mungkin bisa mendapat banyak bantuan dari luar negeri/negara lain yang berminat terhadap pendidikan Kristen di Indonesia.

Dari segi komersil pernah dimuat dalam harian Kompas: ada seorang Indonesia tepatnya orang Bali memperoleh keuntungan besar dari iklan yang dipasang di suatu Web, pada saat akan di langsungkan Arung Samudera yang lalu.

Memang dengan e-mail kita bisa mengirim gambar dan suara melalui file attachment tetapi jelas ini lebih merepotkan dan aksesnya dapat dikatakan lebih lambat dibandingkan dengan web yang segera tersimpan dalam cache memory yang segera dapat diakses lagi dengan cepat di suatu saat.

Dari Web kita bisa mencari/memberi informasi dengan cepat dan mudah, seperti pernah saudara saya ingin mencari buku Kedokteran Gigi yang sulit didapat di Indonesia, tetapi dengan menggali di Web segera diketemukan buku persis seperti

Page 6: (1996) TULISAN BG 1996

yang diinginkannya. Demikian sedikit tanggapan dari saya, dan terima kasih atas perhatian bapak."

Tidak ketinggalan Jeffrey Rufinus, alumni SMUK I, dari Amerika Serikat memberikan masukan pengalamanya sbb:

"Maaf saya agak sedikit terlambat untuk membagi pengalaman di dalam diskusi internet ini. Pada pokoknya saya pribadi juga setuju kalau BPK Penabur satu hari nanti bisa terhubung ke internet. Dengan bantuan pak Jos saya yakin segi teknisnya pasti beres. :-) Sekarang tinggal 'meyakinkan' bapak-bapak pengambil keputusan di BPK Penabur, dan go. (look simple,tapi saya yakin kenyataannya mungkin tidak semudah itu).

Di sini saya hanya akan membagi pengalaman saja bagaimana penggunaan internet di USA sekarang ini. Tentu banyak sekali motivasi penggunaan internet, apalagi di USA saat ini, jadi saya tidak bisa menceritakan segala-galanya.

Selain daripada penggunaan oleh universitas (yakni semua domain yang berakhiran *.edu) maka internet berarti keluar duit banyak. Jadi sekarang tinggal masalah bagaimana meng-kompensasi pengeluaran duit yang banyak itu. Sambungan internet milik company-company tentu ditutup oleh profit company tsb, demikian juga internet provider keuntungannya diperoleh dari langganan subscriber (walaupun ada internet provider yang murah-murah, mereka biasanya mencari tambahan untung dari menyewa web server atau membuat webpage sekarang ini). Kelihatannya BBS di USA sekarang ini sudah mulai ditinggalkan........

Untuk universitas, hampir semua universitas di USA sudah tersambung ke internet (dengan sambungan T-1 ke atas). Fasilitas yang diberikan juga bermacam-macam, tergantung dari universitasnya. Basic service yang disediakan adalah electronic mail (email), sehingga hampir semua student memiliki e-mail address. Sambungan ke internetnya sendiri, bagi universitas, tidak mengeluarkan biaya apapun karena ditanggung oleh NSF (National Science Foundation) tetapi ada kemungkinan harus membeli terminal, dial-up pool modem, dll, yang semuanya ditutup oleh biaya uang sekolah murid. Untuk sekarang ini saya lihat di US sendiri telah sampai pada keadaan di mana semua siswa memiliki email. Ini karena email dianggap alat komunikasi yang cukup jitu dan sangat basic.

Lalu bagaimana dengan webpage? Sayang sekali belum semua siswa di US memiliki homepage. Concern utama adalah tempat (hard disk) yang akan lebih besar ketimbang email. Homepage di US sekarang ini telah sampai pada status sebagai sumber informasi yang sangat penting, walaupun belum semua orang tahu bagaimana membuatnya (kalau untuk melihatnya hampir semua orang telah mengerti). Tetapi berbeda dengan email, komunikasi via homepage biasanya tidak bersifat person-to-person. Di US, homepage ini sekarang dipakai untuk macam-macam. Untuk proses mengajar di universitas, homepage digunakan al. untuk registrasi murid baru, mendaftar suatu kelas, melihat silabus, dlsb.. dlsb.. Jadi

Page 7: (1996) TULISAN BG 1996

homepage ini lebih bersifat sebagai pemberi informasi ketimbang komunikasi person-to-person.

Kembali pada rencana PENABURnet. Saya pikir basic service seperti email adalah yang terpenting, yang harus dimiliki oleh semua orang. Webpagenya sendiri tidak harus disediakan bagi semua orang, tetapi memang harus ada."

Majalah Karya Wiyata ini diterbitkan juga sebagai forum komunikasi. Alangkah indahnya kalau kita juga bisa memanfaatkan Internet dalam menggalang komunikasi antar-sejawat (yang biasanya sangat "gawat"). Atau karena tidak merasa "gawat" maka kita tidak butuh PENABURnet?

Tgl. 1 Juni 1996, Bambang Gunawan

MANFAAT HOME PAGE BPK PENABUR KPS JAKARTA

Pada majalah Berita KPS Jakarta No. 04 Thn. XXIII bulan Agustus 1996 ada tertulis sbb: URL:http://curie.ece.wics.edu/bpkpenabur/kps-jkt. Ini adalah alamat dari home page BPK Penabur KPS Jakarta di mana data-data informasinya berada pada suatu komputer yang bernama “CURIE” di Universitas Wisconsin Amerika Serikat. Kalau Anda jeli tentu akan mengetahui ada kesalahan ketik pada alamat di atas karena Wisconsin singkatannya adalah “wisc” dan bukan “wics”. Jadi alamat yang benar sebenarnya ialah

http://curie.ece.wisc.edu/bpkpenabur/kps-jkt”.Apa saja yang bisa dilihat pada home page BPK Penabur KPS Jakarta? Wah, banyak sekali walaupun masih belum lengkap karena masih membutuhkan cukup banyak waktu untuk menyempurnakannya. Untuk mengenal BPK Penabur KPS Jakarta sepintas, sudah lumayan, karena semua sekolah di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta sudah ada kaplingnya di sana. Bahkan foto-foto kepala sekolahnya juga bisa dilihat di sana.

Home page BPK Penabur KPS Jakarta mulai dibuat pada bulan April 1996. Yang berjasa sebagai desainer ialah Mark P. Eliasaputra. Tempat disediakan gratis oleh seorang alumnus SMUK I yaitu Jeffrey Rufinus yang sedang menyelesaikan studinya di Universitas Wisconsin Amerika Serikat. Berkat mereka berdualah, kini kita bisa menikmati adanya home page BPK Penabur KPS Jakarta.

Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap home page BPK Penabur KPS Jakarta ini? Cukup banyak dan cukup bervariasi. Suatu kejadian menarik terjadi pada tgl. 19 Mei 1996 pada Forum Komunikasi dengan orang tua murid yang akan memasukan anaknya ke SMPK BPK Penabur KPS Jakarta. 

Page 8: (1996) TULISAN BG 1996

Saat inilah pertama kali diperkenalkan kepada umum adanya home page BPK Penabur KPS Jakarta dan bentuknya ditayangkan di sana lengkap dengan foto dokumentasi Forum Komunikasi saat itu. Rupanya ada orang tua murid yang penasaran. Begitu sampai di rumah langsung dia menghidupkan komputernya dan berkunjung ke home page BPK Penabur KPS Jakarta yang baru beberapa jam yang lalu diperkenalkan. Inilah komentarnya: “Just came back from your communication forum. Very impressive. Your internet page is equally impressive. Planning to send my son Gary Prawira to your school SMPK VII this year. He will be graduating from SD St.Ursula. Hope he will be one of your students.” Orang tua murid tersebut bernama Jenny Khoeng, berusia sekitar 40-49 tahun dengan alamat Taman Kedoya Baru F32. Kalau yang penasaran adalah anak remaja, itu tidak heran. Tetapi kalau orang dewasa yang berusia “kepala 4”, ini baru berita namanya.

Tanggapan dari para pelajar sendiri cukup banyak, begitu juga dari para alumni yang berada di luar negeri. Ada yang merasa bangga dan mengucapkan selamat dengan terbentuknya home page BPK Penabur KPS Jakarta. Usulan-usulan bahkan kritik juga tidak kurang. Semua ini adalah tanda partisipasi yang harus kita hargai guna meningkatkan terus citra dari BPK Penabur.

Orang asingpun memberikan tanggapannya, misalnya dari Timity Coldenhoff <[email protected]> pada tanggal 25 Agustus 1996. Inilah komentarnya: “While performing some Internet searches recently, I discovered a reference to our family name on one of your web pages. This struck me as very unusual, since the name "Coldenhoff" is not at all common. Unfortunately for me, the page with the reference has no English translation. The URL is as follows: http://curie.ece.wisc.edu/bpkpenabur/kps-jkt/index.htm The context of the reference is as follows: "...dengan nomor SK. SP. 150/I01.1A/I84, tertanggal 6 Januari 1984 yang ditandatangani oleh Dra. L.E. Coldenhoff. Pada tahun ajaran ini pula SMPK VI memiliki..." Since we know of no family member that has the initials "L.E.", we are very curious to find out more about the person mentioned. I would like to request any information that you can provide, possibly a translation of the web page, or other information specifically pertaining to "Dra. L.E. Coldenhoff". Just to give some background, my father's side of the family lived primarily on Java up until just after

Page 9: (1996) TULISAN BG 1996

World War II. Some of the family settled in Holland, while others came to the United States. My father, Michael, arrived in the US around 1955-6. I was born here in the US. I thank you in advance for any information that you can provide.”

Berkat bantuan Ibu Rulanti yang memiliki nomor telepon dari Dra. L.E. Coldenhoff, informasi di atas sampai ke tangan Ibu Coldenhoff. Beliau senang sekali. Kini bukan hanya nama Dra. L.E. Condenhoff ada di home page BPK Penabur KPS Jakarta tetapi foto beliaupun ketika berkunjung ke BPK Penabur dapat dilihat. Hanya karena sepotong nama “COLDENHOFF” berada di home page BPK Penabur KPS Jakarta, kini dua manusia yang belum pernah bertemu dapat saling berkomunikasi.

Surprise lain berasal dari Australia. Pada tanggal 27 September 1996 tiba-tiba ada e-mail yang ditujukan kepada Ibu Anne Lies Ranti, isinya sbb: “Saya senang sekali ketika melihat laporan mengenai kunjungan kami ke Jakarta di home page BPK Penabur. Saya baru mendapat kesempatan melihat-lihat di home page BPK Penabur. Menurut saya home page BPK Penabur baik sekali dengan informasi banyak mengenai sekolah-sekolah dalam Yayasan anda. Dengan senang hati saya ingin menasahati anda mengenai kunjungan Garth Lidbetter ke Jakarta pada bulan Oktober. Garth ialah satu siswa yang mengunjugi SMPK IV pada bulan April tadi. Lagi pula ayahnya wakil Ketua Sekolah di sekolah kami. Garth dan keluarganya akan berlibur di Indonesia selama satu setengah minggu. Tujuan kunjungannya mengunjungi kakak ibu Garth yang bekerja di Jakarta. Wakil Ketua Sekolah, Rob Lidbetter ingin bertemu dengan keluarga yang menginapkan Garth dan juga bertemu dengan anda dan orang-orang lain dari BPK Penabur untuk memperkuat hubungan antara sekolah kami dan Yayasan BPK Penabur. Saya sudah kasih alamat dan nomor tilpun BPK Penabur kepada Rob supaya dia dapat menghubugi anda sambil dia di Jakarta. Dari Jonathan Petersen, Guru Bahasa Indonesia”.

Jonathan Patersen dengan beberapa siswa dari Coffs Harbour Christian Community High School memang pada bulan April 1996 menjadi tamu BPK Penabur dan melakukan studi banding di SMPK IV Kelapa Gading.

Demikianlah manfaat dari home page BPK Penabur KPS Jakarta yang sudah terbukti. Masih banyak tantangan lain misalnya membuatkan versi Bahasa Inggeris dari home page BPK Penabur, melengkapi data-data informasi dari sekolah-sekolah dan menempatkan home page BPK Penabur pada server yang permanen milik sendiri (bukan titipan seperti sekarang ini di Universitas Wisconsin yang setiap waktu ada kemungkinan kena gusur).

Tgl. 1 Juni 1996, Bambang Gunawan

Page 10: (1996) TULISAN BG 1996

HOME PAGE BPK PENABUR KPS JAKARTA DILIHAT DI JEPANG

Pada Berita KPS Jakarta No. 5 Thn. XXIII bulan September 1996 telah diceritakan manfaat dari home page BPK Penabur KPS Jakarta. Waktu itu baru dari Amerika Serikat dan Australia yang telah memberikan sambutannya. Kali ini dari Jepang tidak mau ketinggalan.

Pada tanggal 21 Oktober 1996 Yoko Nishioka mengirimkan email yang ditujukan kepada Ir. Jimmy Sadikin untuk meminta bertemu pada tanggal 18 atau 19 November 1996 di Jakarta. Dari mana dia kenal Ir. Jimmy Sadikin? Dari internet, inilah komentarnya: "I am writing to you for a possible meeting with you. I found your organization and you on the Internet".

Yoko Nishioka adalah seorang peneliti dari InfoCom Research, Inc., 1-12-31 Minamiaoyama, Minato-ku, Tokyo, 107 Japan. Dia ingin meneliti manfaat dari internet untuk siswa-siswa sekolah menengah atas. Maka dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan sbb:

1. What kind educational material based on the Internet is useful? 2. How do you use the Internet in your schools? 3. What are problems in useing the Internet in your school? 4. What is your future plan about use of Internet in your school?

Membaca pertanyaan-pertanyaan di atas, timbul suatu kesan yang agak janggal. Dia berkesan seolah-olah sekolah-sekolah BPK Penabur KPS Jakarta telah begitu banyak memanfaatkan internet sehingga patut untuk ditanyakan, diteliti dan diajak kerja sama. Sedangkan kenyataannya di seluruh BPK Penabur KPS Jakarta sampai saat tulisan ini dibuat baru ada satu account internet yang resmi yaitu [email protected]

Memang semua sekolah di lingkungan BPK Penabur KPS Jakarta sudah bisa dilihat di internet. Ada yang masih sedikit informasinya, tetapi ada juga yang sudah lumayan lengkap khususnya sekolah-sekolah yang baru saja di akreditasi pada tahun 1996 yaitu SMPK 1, 2, 3, 4, 6, 8 dan SMUK 5.

Disinilah letak keunikannya yaitu semua sekolah BPK Penabur KPS Jakarta punya home page di internet tetapi tidak ada satupun sekolah yang punya email.

Page 11: (1996) TULISAN BG 1996

Setelah surat dari Yoko Nishioka, pada tanggal 28 November 1996 datang surat dari Akira Nagata sbb: "I want to send e-mail to Junior high school in Indnesia. If you know their mail address, please tell me one of them." Membaca surat yang begitu sederhana terkesan sbb: "Ini sih anak SMP yang sedang cari pen-friend". Maka segera saya tawarkan kepada anak saya yang masih duduk di kelas 3 SMP untuk membalasnya. Apa jawabannya?

Dia berumur dua puluh dua tahun dan sedang belajar untuk menjadi guru SMP di Kumamoto University, Jepang. Ada pertanyaan yang dia ajukan dan anak saya sulit untuk menjawabnya karena di SMPK II tidak diperolehnya yaitu "So, I want you to tell me about metallic technology study at your school. For examples, what does student make? What kind of tools does student use? How many student in one class?".

Syukurlah Pak Jan Keuper dari Belanda yang sedang mempersiapkan kurikulum dan modul-modul untuk proyek Basic Technology Education (BTE) yang akan diujicobakan di SMPK V Cipinang bersedia untuk memberikan jawabannya. Diceritakannya bahwa tahun depan proyek BTE akan dimulai yang terdiri dari 10 modul mengenai electricity, electronics, computer technology, metal working, woodworking, operation and maintenance of simple machines.

Bagaimana jawaban dari Akira Nagata? Dia kaget dan tidak menduga akan dapat jawaban sesuai keinginannya. Inilah kata-katanya: "To tell the truth, I almost gave up the investigation about Indonesia, because the information was very poor. The information which you send me was really what I want to."

Demikianlah dua surat atau electronic mail yang telah datang dari penduduk asli Jepang telah membuktikan bahwa home page BPK Penabur dapat ditemukan dan dilihat dari mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Kini bagaimana kelanjutan dari home page tersebut? Moga-moga pada tahun 1997 alamat home page BPK Penabur dapat berubah menjadi "www.bpkpenabur.org". Mohon dukungan doa.

Tgl. 1 Desember 1996, Bambang Gunawan

KOMUNIKASI DENGAN ALUMNI SMUK V

Pada tgl. 24 Mei 1996 Ketua BPK Penabur KPS Jakarta Ir. Harjanto Tresno dalam kata sambutannya ketika melepas para wisudawan-wisudawati menganjurkan agar tetap membina hubungan dengan BPK Penabur misalnya melalui internet. Ternyata anjuran tsb

Page 12: (1996) TULISAN BG 1996

tidak sia-sia. Pada tanggal 11 Desember 1996 tiba-tiba datang e-mail dari Martin W. N. Suryadarma ([email protected]) yang sedang sekolah di Amerika Serikat. Inilah suratnya yang dikirimkan melalui internet.

Halo Pak Bambang. Saya lulusan SMUK V tahun 1996. Saya pernah bertemu bapak waktu kelas 1, waktu itu ada acara sesuatu di SMUK V dan saya bersama beberapa teman mengoperasikan komputer yg menggunakan teknologi CD-ROM. Saya harap bapak masih ingat, tapi kalau tidak juga tidak masalah.

Saya sudah sering melihat - lihat homepage BPK Penabur KPS Jakarta, tapi barusan ini ternyata sudah di-update dengan sangat baik. Saya senang sekali karena bagian SMUK V jauh lebih bagus dari sebelumnya. Saya juga melihat nama saya sebagai orang yang beruntung mendapat beasiswa. Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak untuk memperbaharui homepage SMUK V.

Saya juga melihat argumen - argumen yang disampaikan beberapa alumni tentang NEM. Mereka meributkan SMUK I dan SMUK III. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa SMUK V adalah yg terbaik. Kami membuktikan bahwa kami mampu, sebagai sekolah baru yang dipandang sebelah mata oleh sekolah lain. Terima kasih kepada Pak Hendro, kepada semua guru - guru SMUK V yamg berjuang sekuat tenaga, kepada semua siswa angkatan 1996 yg berhasil membuktikan sesuatu. Dan yang terutama kepada Tuhan yang memberkati kami semua dan mendengar doa kami. SMUK I dan SMUK III boleh adu mulut, tapi sementara itu SMUK V mengukir sejarah.

Saya juga melihat Pak Bambang menyinggung soal SMUK1-net, apakah itu semacam IRC channel? Kalau betul, boleh saya minta alamatnya? Terima kasih banyak atas waktu Pak Bambang membaca surat ini. Saya harap bapak bersedia membalasnya, saya menunggu. Terima kasih.

Terus terang saya surprise juga menerima surat tsb. SMUK V baru satu kali meluluskan jadi alumninya belum banyak, sehingga dapat surat dari seorang alumni SMUK V benar-benar sesuatu yang membanggakan. Segera surat itu dibalas. Berikut ini informasi lebih lanjut dari Martin.

Saya belajar di Wesleyan University, sebuah Liberal Arts College di Connecticut. Di sini bebas mengambil pelajaran apa saja, baru mengambil major di tingkat 3. Saya di sini berkat beasiswa dari Mr. Freeman, seorang alumni dan penyumbang dana no. 1 Wesleyan University. Beliau memberikan beasiswa kepada 20 anak dari 10 negara di Asia. Angkatan saya adalah yang kedua, dan program ini hanya direncanakan untuk 4 tahun. Beasiswa ini adalah full-scholarship termasuk ongkos tiket pesawat, dan tidak ada ikatan kerja. Beliau hanya ingin kami kembali ke negara masing-masing dan menjadi pemimpin. Kalau bapak ingin informasi lebih lanjut, lihat saja di www.wesleyan.edu

Page 13: (1996) TULISAN BG 1996

Timbullah keinginan tahu bagaimana caranya Martin bisa dapat bea siswa tsb. Maka dikirimkan pertanyaan sbb: “Apakah bisa cerita lebih detail mengenai prosesnya waktu di Jakarta sehingga Anda bisa dapat bea siswa yang begitu mengagumkan?”

Kebetulan Freeman Foundation (perusahaan milik Mr. Freeman) bersama Wesleyan University mempromosikan program ini lewat LIA, dan saya kursus bahasa Inggris di LIA. Saya kemudian iseng - iseng mencoba. Harus tes TOEFL dan SAT I. Selain itu harus menulis beberapa essay, dan juga minta rekomendasi dari guru - guru. Saya tadinya pesimis karena TOEFL saya tidak mencapai 600, dan SAT Verbal saya kurang baik, malah bisa dibilang cukup jelek. Tapi ternyata saya masuk finalis. Finalis dari Indonesia ada 8 orang, kami diwawancara oleh Mr. dan Mrs. Freeman sendiri dan seorang wakil dari Wesleyan. Karena sudah yakin tidak akan memperoleh beasiswa, saya pada saat diwawancara santai saja, sambil bercanda segala. Lalu malamnya kami semua bersama orang tua datang ke cocktail party. Di sana saya tambah yakin lagi tidak bakal dapat. 2 orang finalis SMA-nya di Singapura, dan yang lain jauh lebih pandai dari saya, dan nilai TOEFL maupun SATnya lebih tinggi. Tapi ternyata mereka mendasarkan pilihan selain berdasarkan kemampuan akademis, juga kepribadian, apakah sesuai dengan Wesleyan community. Puji Tuhan, saya ternyata diterima. Saya tidak pernah menyangka akan sekolah di USA, tapi Tuhan punya rencana lain. Begitulah ceritanya.

Di atas Martin berkata pernah ketemu dengan saya. Terus terang saya sudah lupa. Tetapi berkat internet dalam waktu beberapa hari saja kami sudah menjadi akrab berkat gencarnya komunikasi. Pertanyaan-pertanyaan terus diajukan. “Saya baru tahu bahwa Wesleyan University berada di Middletown, Connecticut berarti dekat ke New York. Bagaimana suasana bulan Desember ini menjelang Natal? Ini Natal pertama Anda di Amrik, ya? Cerita dong. Sudah main-main dengan salju?”.

Saya baru pertama kali ini merasakan salju, benar - benar indah sekali. Semuanya putih tertutup salju, tapi yang kurang enak adalah jalan menjadi berat karena salju dimana - mana. Tadinya saya pikir kalu turun salju akan dingin sekali, ternyata tidak, lama - lama biasa juga. Sepertinya natal tidak begitu diperdulikan di sini karena semua orang sudah ingin cepat - cepat pulang dan merayakan bersama keluarganya. Berhubung saya tidak pulang, saya ditawari untuk merayakan natal di rumah Foreign Student Advisor saya. Di sini bedanya adalah pohon natal selalu hidup dan tiap tahun beli yang baru, harganya sekitar $20-30.

Kota New York dari sini jaraknya kira - kira Jakarta - Anyer, jadi kurang lebih 2 jam dengan mobil. Saya baru sekali ke New York, di sana seperti Jakarta, kalau di Middletown seperti di desa.

NATAL PERTAMA DI AMERIKA

Ingin tahu pengalaman Martin di hari Natal yang pertama kali dialaminya di Amerika Serikat?

Page 14: (1996) TULISAN BG 1996

Saya diundang oleh Foreign Student Advisor ke rumahnya. Saya pergi bersama 4 orang teman saya yang kebetulan juga tinggal di Middletown selama libur, kami semua murid internasional. Salah satunya juga orang Indonesia, dan dia beragama Islam, tapi lagipula hanya saya yang beragama Kristen. Dua siswi dari Jepang, mereka bisa dibilang tidak beragama, dan yang satu lagi dari RRC, jelas dia komunis. Tapi seperti kita ketahui, Natal di sini tidak hanya untuk orang Kristen, melainkan sudah semacam hari raya nasional. Sampai di rumahnya, ada anak perempuannya bersama seorang temannya, siswi dari Latvia, dan seekor anjing yang sangat manja bernama Cleo. Foreign Student Advisor itu namanya Petra Crosby, seorang wanita berumur 40-an, dan dia adalah seseorang yang sangat baik. Tidak disangka, dia menyediakan 4 kado natal buat kami semua. Setelah itu kami mulai makan. Karena salah seorang teman saya ada yang beragama Islam dan makananan utamanya roast ham, Petra menyediakan turkey meat loaf. Makanannya sebenarnya biasa-biasa saja, tapi suasananya sangat enak dan kami semua ngobrol cukup lama di meja makan. Saya juga terkesan dengan perhatian Petra, dia memasak itu semua, dan membuatkan apple pie, dan saya tahu memasak semua makanan itu bukanlah pekerjaan gampang. Setelah itu kami pulang.

Kemudian sorenya saya bersama teman saya yang juga dari Indonesia, Suryo, pergi ke rumah salah seorang professor di Wesleyan yang orang Indonesia. Dia mengajar gamelan, dan kebetulan dia beragama Katolik. Di Wesleyan ada dua professor dari Indonesia yang mengajar gamelan dan tari Jawa, professor Harjito dan Sumarsam. Mereka tinggal di sini bersama keluarganya. Anak - anak mereka sudah tidak bisa berbahasa Indonesia lagi. Mereka sangat baik kepada kami pelajar dari Indonesia, yang jumlahnya cuma 5 orang. Mereka sangat membantu dan memperhatikan kami. Kembali ke cerita, di rumah Om Harjito sudah ada 4 keluarga Indonesia kenalan mereka dari kota-kota sekitar Middletown, termasuk keluarga Om Sumarsam. Dan asyiknya, tante Harjito sudah masak besar-besaran, makanan Indonesia. Wah, kami benar-benar puas malam itu, dan masih juga ditawari berbagai macam makanan lainnya. Hari itu benar-benar tidak terlupakan. Itulah salah satu kelebihan bersekolah di sekolah kecil seperti Weleyan yang muridnya hanya 2700, dimana perbandingan siswa dan pengajar adalah 11 : 1. Kami benar-benar mandapat perhatian dan mengenal hampir semua penghuni sekolah.

Begini dulu cerita saya, semoga Pak Bambang senang membacanya. Saya sekarang bekerja di Alumni's Office karena saat ini mereka sedang sibuk-sibuknya menerima sumbangan dari para alumni. Kalau hari libur, saya biasanya nonton video atau pergi jalan-jalan. Saya di sini masak bersama Suryo untuk kebutuhan sehari - hari. Masak itu memang menyenangkan, walaupun banyak unsur coba-cobanya. Kalau di rumah, kecil kemungkinan saya akan belajar memasak, tapi keadaan di sini memaksa, dan ternyata menyenangkan juga.

Demikianlah hasil komunikasi melalui internet dengan seorang alumni SMUK V. Memang berkat internet dunia sudah terasa kecil karena kirim surat ke Amerika Serikat bisa lebih cepat dari pada kalau saya kirim surat ke SMUK V (tanpa internet). Semoga SMUK V juga memiliki akses ke internet sehingga guru-guru SMUK V bisa langsung berkomunikasi dengan alumninya. Hal ini pasti banyak manfaatnya karena para alumni

Page 15: (1996) TULISAN BG 1996

dapat memberikan masukan kepada sistem pendidikan yang ada sekarang supaya lebih baik lagi di masa mendatang.

Tgl. 1 Januari 1997, Bambang Gunawan

AKSES INTERNET AMAT SANGAT MURAH

Pada tgl. 18 Desember 1996 Budianta H. (pengurus BPK PENABUR Cirebon) mengirimkan melalui internet artikel dari Onno W. Purbo dengan judul “Internet untuk Dunia Pendidikan”. Segera tertarik pada artikel tsb karena ada kalimat sbb: "Anda mungkin akan terkejut bahwa sebenarnya akses Internet amat sangat murah - bayangkan kalau kita cukup jeli dapat mengakses Internet 24 jam sehari pada kecepatan 64Kbps dengan iuran hanya sebesar Rp. 500-1000 / bulan / orang! - artinya biaya telepon selama beberapa menit sebetulnya cukup untuk mengakses Internet 24 jam sehari selama satu bulan pada kecepatan 64Kbps!" Wah, siapa yang tidak tertarik dengan kalimat di atas sebab selama ini salah satu hambatan dari perkembangan internet di Indonesia ialah “MAHAL”.

Segera e-mail dikirimkan langsung kepada Dr. Onno W. Purbo walaupun belum pernah kenal sebelumnya. Jawabannya sangat simpatik. Inilah jawabannya: "Yth. Pak Bambang Gunawan ... Wah boleh juga membaca effort yang telah dilakukan oleh BPK ... Kalau boleh tahu sampai sejauh mana para siswa diberi akses Internet? Kayanya Anda & BPK perlu lebih banyak menulis di koran dll ttg. pengalaman BPK selama ini utk meng-komputerisasi BPK supaya membuka wawasan rekan-rekan lainnya ... Sekian dulu & semoga sukses!- Onno".

Onno W. Purbo (kiri) bersama Bambang Gunawan (kanan) pada tanggal 9 Maret 2000 di Universitas Pelita Harapan. Walaupun sejak 1996 sering komunikasi melalui e-mail tetapi ketemu di darat baru sekali ini.

Siapakah Onno W. Purbo? Ternyata adalah lulusan terbaik teknik elektro ITB 1987. Gelar Master bidang semiconductor laser & fiber optik dari McMaster University, Canada 1989. Gelar Ph.D bidang Silicon Devices & Integrated Circuit dari University of Waterloo, Canada 1993. Sejak tahun 1981 aktif sebagai amatir radio dengan nama panggilan YC1DAV. Telah mempublikasi sembilan (9) buah paper dalam referred jurnal ilmiah internasional. Tidak kurang dari 21 buah paper dalam konperensi internasional. Total publikasi selama 5 tahun terakhir, tidak kurang dari 70-80 buah paper tingkat nasional maupun internasional. Tahun 1992, masuk dalam buku "American men and women of science". Saat ini menjabat / bertugas di Jurusan teknik elektro ITB sebagai

Page 16: (1996) TULISAN BG 1996

staf pengajar dan Ketua Jaringan Komputer dan masih banyak lagi jabatan lainnya. Jadi berkomunikasi dengan beliau tentu tidak ada ruginya. Kebetulan saat ini aktif melakukan penelitian bidang teknologi IC & mikroelektronika. Di samping itu, aktif mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi packet radio khususnya untuk jaringan komputer TCP/IP.

E-mail berikutnya terus mengalir dan ternyata Pak Onno juga tidak keberatan menjelaskannya. "Pak Bambang menjawab pertanyaan Bapak ada baiknya saya terangkan sedikit sebelum masuk ke penjelasan dari pertanyaan Bapak: 1. packet radio kecepatan 1200-19.2Kbps. akses CSMA. protokol AX.25. 2. WaveLAN kecepatan 2Mbps. akses CDMA (lebih secure). Karena yang ditanyakan packet radio saya akan fokuskan ke packet radio yang sebetulnya teknologi lama. Perlu diketahui yang akan digunakan oleh rekan-rekan di Jakarta bukan packet radio - tapi WaveLAN yang merupakan teknologi baru".

Kelebihan dari paket radio adalah murah. Karena murah ini maka akan banyak peminat yang memanfaatkannya. Nah, kalau sudah banyak sekali peminat yang memanfaatkannya saya kuatir akan timbul masalah karena alokasi frekuensinya terbatas. Betulkan pendapat ini? Jawaban Pak Onno sbb: "Satu frekuensi bisa dipakai beberapa station sekaligus. Jadi sebetulnya frekuensi tsb. bisa lebih effisien".

Selain BPK PENABUR yang telah menunjukkan minatnya, apakah ada yayasan lain yang mengelola pendidikan menengah juga memiliki minat yang sama? Jawaban Pak Onno sbb: "Di Bandung ada beberapa buah. Di Jakarta rasanya baru anda".

Untuk perguruan tinggi swasta, universitas apa saja yang sudah joint ke ITB? Saya dengar U.K. Maranatha sudah. Apakah betul? Jawaban Pak Onno sbb: "Yang sudah jalan / operasional adalah: UNPAR (Bandung) 2Mbps, UKDW (Jogya) 64Kbps, UNSYIAH (Aceh) 64Kbps, UMM (Malang) 64Kbps, UKM (Bandung) 1200bps, ITENAS (Bandung) 1200bps, ITA (Bandung) 1200bps, UNPAS (Bandung) 1200bps, P3GT (Bandung) 1200bps, STM Pembangunan (Cimahi) 1200bps dll. tidak hafal. Selain itu ada yg akan upgrade & join pada kecepatan tinggi seperti: UKSW., ITENAS., UNSOED., UBAYA., UWM (Surabaya). dll tidak hafal."

Bagaimana dengan masalah security dengan paket radio ini? Untuk dunia pendidikan mungkin tidak ada masalah tetapi untuk bidang komersial mungkin mereka was-was karena gampang sekali di sadap. Apakah betul pendapat ini? Jawaban Pak Onno sbb: Untuk E-mail biasanya kita mentransmisikannya dengan di compress, ini tidak bisa di sadap di packet radio. Di WaveLAN kita menggunakan CDMA ini teknologi militer anti sadap.

Untuk saya sih yang mana saja tidak ada masalah. Motivasi saya hanya lebih murah dari pada pakai telepon. Saya yakin ini juga motivasi Anda untuk mengembangkan internet yang "amat sangat murah". Kalau biaya telepon di Indonesia sudah murah seperti di US rasanya tidak perlu repot-repot lagi dengan packet radio atau WaveLAN. Apakah benar pendapat saya ini? Jawaban Pak Onno sbb: "Kecenderungan yang ada di US-pun mereka

Page 17: (1996) TULISAN BG 1996

pakai teknologi wireless data network karena lebih murah jatuhnya sebentar lagi ada teknologi LMDS di 28GHz pada kecepatan 622Mbps! BTW, packet radio kelihatannya murah memang hanya sekitar 1-2 juta saja investasinya tapi performance-nya jauh di bawah WaveLAN kalau di hitung rupiah per bps juga jadi mahal. Kalau memang mau serius, saya lebih cenderung ke WaveLAN daripada pakai packet radio tapi investasinya bisa agak tinggi ..."

Pada tulisan Anda mengenai "Internet untuk Dunia Pendidikan" saya tertarik mengenai topik 'Majalah Sekolah di Internet'. Di BPK PENABUR saat ini baru sampai pada taraf 'Majalah Yayasan di Internet' (yaitu Majalah Karya Wiyata) moga-moga tidak lama lagi juga sampai kepada 'Majalah Sekolah di Internet'. Jawaban Pak Onno sbb: "Kuncinya ada di para siswa biar mereka yang mengisi majalah tsb. .... Kalau bisa di ekspose ke surat-surat kabar juga bahwa para siswa di SMA / SMP Bapak sudah bisa menulis majalah di Internet dengan cara itu juga bisa menaikan prestise sekolah tsb ..."

Kemudian ada kalimat yang sangat saya senang yaitu "Keberadaan teknologi informasi video conference memungkinan bagi anak-anak di seluruh dunia untuk saling berkenalan & berhubungan satu dengan lainnya, diharapkan dengan demikian kita akan melihat bangsa-bangsa di dunia akan saling mengenal satu dengan lainnya & menjadikan seluruh bangsa di dunia hidup dalam kedamaian". Moga-moga hal di atas dapat segera tercapai. Jawaban Pak Onno sbb: "Terima kasih".

Demikianlah hasil komunikasi dengan Onno W. Purbo, walaupun belum pernah tatap muka tetapi terkesan cukup akrab. Kini bagaimana kelanjutannya untuk BPK PENABUR?

Tgl. 15 Januari 1997, Bambang Gunawan