≥18 tahun mend ≥15 tahun dengan DM adal ≥65 tahun...
-
Upload
truongdiep -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of ≥18 tahun mend ≥15 tahun dengan DM adal ≥65 tahun...
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan yang sangat
substansial, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di
daerah dan juga keberhasilan peningkatan status kesehatan di suatu negara. World
Health Organisation (WHO) melaporkan bahwa 9% dari orang dewasa yang
berumur ≥18 tahun menderita diabetes melitus dan merupakan penyebab kematian
langsung pada 1,5 juta orang di dunia. Lebih dari 80% kematian diabetes terjadi di
negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2015).
Indonesia merupakan urutan ketujuh di dunia sebagai negara dengan jumlah
penderita DM terbanyak pada kelompok umur 20-79 setelah China, India, USA,
Brazil, Rusia, dan Mexico (International Diabetes Federation [IDF], 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) proporsi penduduk Indonesia
yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9%. Prevalensi diabetes melitus
yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat terdapat di Daerah Istimewa
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan
Timur (2,3%) (Kemenkes, 2013).
Prevalensi DM di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun. Penderita
yang terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia
produktif. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung
menurun. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-
laki, di perkotaan cenderung lebih tinggi daripada di pedesaan, serta cenderung
lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan indeks
kepemilikan yang tinggi (Kemenkes, 2013).
Peningkatan angka DM berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor
risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain.
Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga DM (first degree
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan
2
lahir bayi >4000 gram atau riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).
Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan indeks masa tubuh
(IMT) ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-
laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia dan diet tidak sehat. Faktor
lain yang terkait dengan diabetes adalah penderita polycystic ovary sindrome
(PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau PAD
(peripheral arterial diseases), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok,
jenis kelamin, konsumsi alkohol dan kafein (Trisnawati dkk., 2013).
Diabetes melitus ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi
normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Bila
hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi penyakit
kardiovaskular, stroke, ulkus diabetik, retinopati, serta nefropati diabetik. Dengan
demikian, kematian DM terjadi tidak secara langsung akibat hiperglikemia, tetapi
berhubungan dengan komplikasi yang terjadi (Soegondo, 1998).
Organ yang paling berperan dalam gangguan metabolisme tubuh ini adalah
pankreas. Pankreas terdiri dari dua bagian organ yang secara fungsional berbeda,
yaitu: pankreas eksoktrin sebagai kelenjar pencernaan utama, dan pankreas
endoktrin sebagai sumber dari insulin, glukagon, somatostatin, dan polipetida
pankreas. Sementara peranan utama dari produk-produk pankreas eksokrim
(enzim-enzim pencernaan) adalah mengolah makanan yang sudah ditelan agar
dapat diabsorpsi, maka hormon-hormon pankreas endoktrin mengatur aspek-aspek
lain dari nutrisi selular mulai dari kecepatan absorpsi bahan makanan hingga
penyimpanannya ditingkat sel atau metabolisme dari zat-zat gizi. Disfungsi
pankreas endoktrin atau respon abnormal dari jaringan-jaringan sasaran terhadap
hormon-hormon yang dihasilkannya berakibat gangguan serius terhadap
keseimbangan zat-zat gizi, antara lain berupa sindrom klinis penting yang
dikelompokkan dalam nama DM.
3
Diabetes yang berkepanjangan berhubungan dengan banyak komplikasi
dimana termasuk penyakit jantung dan penyakit arteri perifer, retinopati,
nefropati, dan neuropati. Komplikasi kardiovaskuler adalah penyebab paling
umum kematian dini dikalangan pasien dengan diabetes. Salah satu komplikasi
yang paling umum dari diabetes pada ekstrimitas bawah adalah ulkus kaki
diabetik. Diperkirakan 15% dari pasien dengan diabetes akan berkembang
menjadi ulkus tungkai bawah selama perjalanan penyakitnya (Chand dkk.,2012).
Sekitar 45-60% dari ulkus murni disebabkan oleh neuropati, sementara
45% disebabkan oleh kombinasi komponen neuropati dan iskemik. Secara
otomatis neuropati mengakibatkan kulit kering dan pecah–pecah, sehingga
mengakibatkan celah untuk masuknya bakteri. Faktor risiko lain yang
menyebabkan ulkus kaki diabetes adalah kelainan bentuk kaki, kelainan bentuk
tulang, riwayat ulkus sebelumnya, kelainan sendi, lamanya menderita diabetes,
kebutaan, umur, dan komplikasi penyakit kronis (Chand dkk., 2012).
Menurut Price & Wilson (2002) ulkus diabetik merupakan luka terbuka
pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati (pembuluh darah
besar) yang terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.
Gejala ulkus pada kaki diabetes adalah masalah yang sangat kompleks. Neuropati,
iskemia, dan infeksi adalah tiga komponen patologis yang menyebabkan
komplikasi kaki diabetes dan mereka sering terjadi bersama-sama sebagai sebuah
aetiologic triad (Lepantalo dkk., 2011).
Semua amputasi pada DM 85% didahului oleh ulkus kaki yang kemudian
memburuk menjadi infeksi berat atau gangren sehingga meningkatkan 8 kali lipat
risiko amputasi pada usia >45 tahun, 12 kali lipat pada pasien usia >65 tahun, dan
23 kali lipat pada pasien yang berusian 65-74 tahun (Lepantalo dkk., 2011).
Ulkus kaki merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia yang
mempengaruhi kualitas hidup penderita DM. Gangguan kaki ini dapat terjadi
perubahan aktivitas, mempengaruhi psikologis, menyebabkan kesakitan,
mempengaruhi lamanya seseorang di rawat inap serta biaya yang dikeluarkan
lebih besar (Kaminski, 2012). Namun, pengelolaan yang baik dapat mencegah
4
sebagian besar amputasi. Bahkan ketika seseorang mengalami amputasi, penderita
diabetes dapat hidup dengan baik dengan melakukan perawatan kaki secara teratur
(IDF, 2013).
Di Amerika orang dengan DM lebih banyak menghabiskan waktu di
rumah sakit untuk menjalani perawaratan ulkus kaki diabetik dibandingkan
dengan masalah yang berkaitan dengan alasan lain. Kurang lebih 15% orang
dengan DM telah memiliki ulkus dibagian kaki bawah atau dipergelangan kaki.
DM diduga menjadi 45% faktor penyabab dari semua amputasi kaki (Heitzman,
2010). Tidak ada angka yang akurat untuk mendapatkan prevalensi kejadian
ulkus kaki karena perbedaan metodologi dalam setiap penelitian, termasuk variasi
dalam definisi, populasi dan pengukuran. Malta melaporkan bahwa ulkus kaki
diabetik dan amputasi sering terjadi pada 32% dari populasi DM diwilayahnya.
Studi tentang ulkus kaki diabetik juga dilakukan di Australia, Finlandia, Amerika
Serikat, dan Inggris bahwa 2,5-10% ulkus kaki diabetik lebih sering terjadi pada
orang yang hidup dengan diabetes tipe 2 yang memiliki riwayat kaki yang aktif
atau sebelumnya telah menderita ulkus diabetik (Formosa, 2012).
Angka kejadian ulkus kaki diabetik di Indonesia sekitar 15% dari penderita
DM dengan angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik
merupakan sebab perawatan dirumah sakit yang terbanyak sebesar 80%.
Walaupun angka kejadian kecil terjadi gangguan pada kaki, mempunyai dampak
yang besar (Purwanti, 2013). Penderita ulkus diabetik di Indonesia memerlukan
biaya yang sebesar Rp. 1,3 juta sampai Rp. 1,6 juta perbulan dan Rp.43,5 juta per
tahun untuk seorang penderita ulkus kaki diabetik (Suyono, 2007). Belum ada
prevalensi yang pasti tentang ulkus kaki diabetik di Yogyakarta. Tetapi salah satu
penelitian yang telah di laksanakan oleh Ariyanti pada tahun 2012 proporsi pasien
yang berisiko tinggi menderita ulkus diabetik sebesar 22,2%.
RSUP DR. Sradjito merupakan rumah sakit rujukan utama dari beberapa
rumah sakit di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah sehingga karakteristik dari
setiap pasien lebih beragam dengan tingkat keparahan penyakit ulkus kaki
diabetik yang lebih berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa
5
terpacu untuk mengetahui lebih dalam tentang tentang faktor risiko ulkus kaki
diabetik pada pasien DM di RSUP DR Sardjito Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Apakah faktor risiko yang mempengaruhi kejadian ulkus kaki diabetik di
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor faktor risiko kejadian ulkus kaki diabetik di RSUP
DR Sardjito Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bahwa umur ≥ 55 tahun merupakan faktor risiko kejadian
ulkus kaki diabetik di RSUP DR Sardjito Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui bahwa pekerjaan merupakan faktor risiko kejadian ulkus
kaki diabetik di RSUP DR Sardjito Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui bahwa DM ≥ 5 tahun merupakan faktor risiko kejadian
ulkus kaki di RSUP DR Sardjito Yogyakarta.
d. Untuk mengetahui bahwa hipertensi (tekanan darah >130/80 mmHg)
merupakan faktor risiko kejadian ulkus kaki diabetik di RSUP DR Sardjito
Yogyakarta.
e. Untuk mengetahui bahwa kadar glikolisasi hemoglobin (HbA1c) >8%
merupakan faktor risiko ulkus kaki diabetik.
f. Untuk mengetahui bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko kejadian
ulkus kaki di R SUP DR Sardjito Yogyakarta.
g. Untuk mengetahui bahwa riwayat amputasi merupakan faktor risiko
kejadian ulkus kaki diabetik di RSUP DR Sardjito Yogyakart
h. Untuk mengetahui bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor risiko ulkus
kaki diabatik RSUP DR Sardjito Yogyakarta.
i. Untuk mengetahui bahwa obesitas Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan
faktor risiko utama kejadian ulkus kaki di RSUP DR Sardjito Yogyakarta.
6
j. Untuk mengetahui bahwa perawatan kaki yang tepat merupakan faktor
risiko kejadian ulkus kaki diabetik di RSUP DR Sardjito Yogyakarta.
k. Untuk mengetahui bahwa riwayat ulkus kaki diabetik sebelumnya
merupakan faktor risiko kejadian ulkus kaki diabetik di RSUP DR Sardjito
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
1. RSUP DR Sardjito
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang faktor
risiko ulkus kaki diabetik.
2. Universitas Gadjah Mada
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk pengembangan
penelitian yang lebih spesifik dan mendalam, khususnya tentang faktor risiko
terjadinya ulkus kaki diabetik.
3. Pasien
Diharapkan dapat mengetahui faktor risiko penyaba ulkus kaki dan mencegah
terjadinya ulkus kaki diabetik.
4. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan
mengembangkan wawasan, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan ulkus
kaki diabetik.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang hampir sama dan berhubungan dengan kejadian
ulkus diabetik yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1.
7
Tabel 1. Keaslian Penelitian
NoPeneliti
danTahun
JudulDesain
PenelitianPersamaaan Peberdaan Hasil
1. Lavery.,dkk(2006)
Risk factor for footinfection in individualwith diabetes
Kohortretrosepektik
a. Tema penelitianb. Variabel
independen: umur,lama menderitadiabetes, dan riwayatluka sebelumnya
a. Desain penelitian: kasus kontrol
b. Variabelindependen:pekerjaan,hipertensi,aktivitas fisik,dan penggunaanalas kaki yangtepat
Hasil dari penelitian inifaktor pencetus utamaterjadinya ulkus diabetikadalah luka akibat traumakaki (P=0,002), ulkuskaki yang berulang(P=0,006), pernyakitpembuluh darah perifer(P=0,04), durasi lukaukus (P=0,04), dan lukayang mencapai tulang(P=0,001).
2. Kibachio.,dkk(2013)
Risk Factor forDiabetic foot Ulcer inType 2 Diabetes : acase control study,Nyeri, Kenya
Kasuskontrol
a. Tema peneltianb. Desain penelitianc. Variabel
independen:hipertensi,pekerjaan, durasidiabates, riwayatulkus sebelumnya,dan penggunaan alaskaki yang tepat
Subjek penelitian :lebih spesifik padapenderita DM tipe2
Faktor pencetus ulkusdiabetik adalah hipertensi(P=0,026, jenis kelamin,callus di kaki (P=0,019,pemeriksaan kaki secararutin (P=0,019),menggunakan alas kakiyang tepat (P=0,026),dan diet yang teratur(P=0,004).
8
Keaslian Penelitian (Lanjutan)
NoPeneliti dan
TahunJudul
DesainPenelitian
Persamaaan Peberdaan Hasil
3. Deribe.,dkk (2014)
Prevalence andFactors InfluencingDiabetic Foot Ulceramong DiabeticPatients AttendingArbaminch hospital,South Ethiopia
CrossSectional
a. Tema penelitianb. Variabel independ
umur pekerjaan,durasi DM, danpenggunaan alaskaki yang tepat
a. Desain penelitianmenggunakankasus kontrol
b. Variabelindependen:aktivitas fisik, danriwayat ulkus
Faktor penyebab ulkusdiabetik dalampenelitian ini adalahlokasi rumah(P=0,001), umur(P=0,038), pekerjaan(P=0,002), BMI(P=0,003), perilaku(P=0,02), durasi DM(P=0,001), kehilanganrasa (P=0,001), danpenggunaan alas kakiyang tepat (P=0,015).