1

61
BAB 5 PANDANGAN KOGNITIF SOSIAL PADA PENGEMBANGAN KARIER DAN KONSELING Robert W. Lent Dalam beberapa hal, proses pengembangan karier dan kesusasteraan yang ditujukan untuk suatu pemahaman menyerupai teka-teki raksasa. Teka-teki tersebut memiliki bagian-bagian seperti bakat genetik, sumber daya alam dan hambatannya, pengalaman belajar, minat, kemampuan, nilai, kepribadian, tujuan, pilihan, kepuasan, prestasi, perubahan (atau perkembangan) sepanjang waktu, dan beberapa transisi, seperti sekolah ke dunia kerja dan masa pensiun. Mereka yang tertarik dengan teka-teki ini tidak memiliki kesulitan untuk mengidentifikasi dan mempelajari bagian-bagian individualnya. Tantangan terbesarnya adalah, dengan semua teka-teki tersebut, terletak dalam mencocokkan berbagai bagian yang berbeda secara bersama-sama untuk membentuk suatu gambaran yang koheren. Tapi di sini adalah dimana analogi tersebut mengalami kesulitan. Teka-teki hanya dibutuhkan untuk mencapai kesatuan estetika, dan mereka hanya mempunyai satu solusi. Potongan tersebut disatukan bersama-sama untuk menciptakan gambaran statis yang enak dipandang. Teori karier, sebaliknya, 1

description

m

Transcript of 1

BAB 5PANDANGAN KOGNITIF SOSIAL PADA PENGEMBANGAN KARIER DAN KONSELING

Robert W. Lent

Dalam beberapa hal, proses pengembangan karier dan kesusasteraan yang ditujukan untuk suatu pemahaman menyerupai teka-teki raksasa. Teka-teki tersebut memiliki bagian-bagian seperti bakat genetik, sumber daya alam dan hambatannya, pengalaman belajar, minat, kemampuan, nilai, kepribadian, tujuan, pilihan, kepuasan, prestasi, perubahan (atau perkembangan) sepanjang waktu, dan beberapa transisi, seperti sekolah ke dunia kerja dan masa pensiun. Mereka yang tertarik dengan teka-teki ini tidak memiliki kesulitan untuk mengidentifikasi dan mempelajari bagian-bagian individualnya. Tantangan terbesarnya adalah, dengan semua teka-teki tersebut, terletak dalam mencocokkan berbagai bagian yang berbeda secara bersama-sama untuk membentuk suatu gambaran yang koheren.Tapi di sini adalah dimana analogi tersebut mengalami kesulitan. Teka-teki hanya dibutuhkan untuk mencapai kesatuan estetika, dan mereka hanya mempunyai satu solusi. Potongan tersebut disatukan bersama-sama untuk menciptakan gambaran statis yang enak dipandang. Teori karier, sebaliknya, berhubungan dengan gambar yang bergerak. Mereka harus membuat sebuah susunan pemahaman yang kompleks dan dinamis (contohnya perubahan), serta relatif stabil, tentang perilaku manusia. Mereka perlu mengumpulkan berbagai elemen dari teka-teki pengembangan karier menjadi perkembangan logis (atau cerita yang masuk akal), yang bukan satu-satunya versi yang memungkinkan. Mereka harus mampu mengatur pengetahuan yang ada dan menghasilkan kemampuan baru tentang bagaimana manusia menjalani kehidupan kerja mereka. Dan, biasanya, kita berharap mereka membangun intervensi yang akan membantu meningkatkan karier dan pencapaian kehidupan sebanyak mungkin bagi setiap orang.Teori Karier Kognitif Sosial (SCCT; Lent, Brown, & Hackett, 1994) adalah sebuah pendekatan yang cukup baru untuk memahami teka-teki karier ini. Ini dimaksudkan untuk menawarkan sebuah penyatu susunan ke tempat umum, atau elemen, yang diidentifikasi dari teori karier sebelumnya-seperti Super, Holland, Krumboltz, dan Lofquist dan Dawis-dan menyusun mereka menjadi sebuah render baru tentang bagaimana orang-orang (1) membangun kepentingan kerjuruan, (2) membuat (dan membuat ulang) pilihan pekerjaan, dan (3) mencapai tingkat kesuksesan karier dan stabilitas. Dasar utama untuk pendekatan ini terletak pada teori kognitif sosial Bandura secara umum, yang menekankan cara kompleks pada seseorang, perilaku mereka, dan lingkungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. tanda dari teori Bandura, SCCT menyoroti kapasitas seseorang untuk mnegarahkan perilaku vokasional mereka sendiri (keberadaan manusia)-bisa dikatakan utnuk menghimpun teka-teki mereka sendiri-namun juga mengakui banyaknya pengaruh pribadi dan lingkungan (seperti hambatan dan dukungan struktur sosial, budaya, status penyandang cacat) yang berfungsi untuk memperkuat, melemahkan, atau, dalam beberapa kasus, bahkan menimpa seorang manusia dalam pengembangan kariernyaBab ini terdiri dari tiga bagian utama:

1. Gambaran tentang elemen dasar dan prediksi dari SCCT2. Sebuah ringkasan singkat dari basis penelitian teori, termasuk studi yang beragam populasi (seperti warna kulit seseorang, perempuan, penyandang cacat, pekerja gay dan lesbi).

3. Pertimbangan aplikasi perkembangan dan konseling-yaitu, bagaimanan SCCT dapat digunakan sebagai sebuah sumber idea untuk memaksimalkan pilihan karier, membina pengambilan keputusan dan implementasi karier, dan mempromosikan kesuksesan karier dan kepuasan.Lebih komprehensif, presentasi teknis SCCT, basis penelitian, dasar-dasar konseptual, hubungan teori karier sebelumnya, implikasi praktis, dan aplikasi untuk populasi tertentu dapat ditemukan dalam sumber-sumber lain (seperti Brown & Lent, 1996; Fabian, 200; Hackett & Byars, 1996; Lent, Brown, &Hackett, 1994, 2000; Lent & Hackett, 1994; Morrow, Gore, & Campbell, 1996; Swanson & Gore, 2000).ELEMEN DASAR DAN MODEL DARI TEORI KARIER KOGNITIF SOSIAL

Bagian ini menyajikan elemen dasar dari SCCT, bersama dengan penjelasan tentang bagaimana elemen-elemen tersbut disatukan bersama dengan variabel lain untuk membentuk model teoritis akademik dan minat karier, pilihan, dan kinerja.

BERSAING-ATAU SALING MELENGKAPI-SOLUSI UNTUK TEKA-TEKI KARIER?

Faktor-ciri (atau kecocokan orang-lingkungan) model karier, sebagaimana yang dicontohkan oleh topologi Holland (lihat Spokane & Cruza-Guet Bab 2, buku ini) dan teori penyesuaian pekerjaan (Dawis, Bab 1, buku ini), cenderung untuk melihat orang-orang dan lingkungan kerja mereka diistilah orientasi sifat, menekankan sifat yang relative global, konstan, dan bertahan sepanjang waktu dan situasi. Model sifat berasumsi bahwa ada banyak yang mendorong perilaku karier yang didsarkan pada kecendrungannya-seperti minat, kemampuan, nilai-nilai, dan kecendrungan kepribadian-yang sebagian besar tebentuk dari bawaan genetik dan pengalaman belajar sebelumnya. Model ini sangat berkontribusi dalam memahami kebiasaan kariernya dan dalam konseling karier dengan menyorot fitur yang relative stabil dari seseorang dan lingkungannya, jika kecocokannya tepat, cenderung menuju kearah kepuasan (bentuk perspektif dari orang tersebut) dan pilihan yang memuaskan (bentuk perspektif dari lingkungannya).Perkembangan teori karier (lihat Savickas, Bab 3, dan Gottfredson, Bab 4, buku ini) cenderung berfokus pada prediksi lebih atau kurangnya tantangan yang dihadapi orang-orang dalam perjalanan mereka menuju dan melalui kedewasaan-tantangan (seperti mempelajari diri mereka sendiri, mengkesplorasi dunia kerja, membangun identitas keterampilan, penyempitan pilihan karier dari dana yang lebih besar dari kemungkinan, memilih sebuah karier, dan penyesuaian untuk bekerja) yang memungkinkan mereka untuk mengambil dan (itu adalah harapan) berkembang di peran pekerja. Perkembangan teori tertentu juga berkaitan dengan bagaimana peran pekerja berkaitan dengan perang kehidupan lainnya (seperti orang tua, liburan), bagaimana faktor kontekstual (seperti status ekonomi sosial) mempengaruhi lintasan karier, dan-dalam kasus perspektif perkembangan Savickas ini muncul-bagaimana orang-orang membantu untuk membangun, atau penulis, kariernya sendiri/cerita kehidupan dan pengalaman.Teori Karier Kognitif Sosial berbagi beberaa fitur dan tujuan tertentu dengan faktor-ciri dan perkembanagn perspektif, namun juga relative berbeda dalam beberapa hal. Sebagai contoh, seperti teori faktor-ciri, SCCT menyadari peran terpenting adalah minat, kemampuan dan nilai-nilai yang berperan dalam proses perkembangan karier. Seiring dengan perkembanagn teori, semua tiga perspektif (faktor ciri, perkembangan, kognitif sosial) fokus pada prediksi, pemahaman, dan mengotimalkan pengembangan karier. Mereka hanya menekankan pada proses yang agak berbeda saling melengkapi dan menjembatani dari yang tidak dapat disatukan (Lent & Savickas, 1994)Kebalikan dari pendekatan faktor-ciri, garis besar SCCT relatif dinamis dan aspek situasi dua orang tertentu (seperti pandangan pribadi, harapan masa depan, kebiasaan) dan lingkungan mereka (seperti dukungan sosial, hambatan keuangan). Sedangkan stabilitas sifat membantu dalam memprediksi hasil tertentu (Dawis, Bagaian 1, buku ini), sifat membantu mendorong fokus pada keteguhan dalam perilaku manusia-sebagai contohnya, kenapa orang dan lingkungannya tetap sama dari waktu ke waktu. Ini merupakan hal yang sangat penting: Bagian dari keberhasian konseling karier terletak pada kemampuan untuk membantu seseorang memperkirakan jenis karier yang cenderung akan mereka nikmati dan melakukannya dengan baik. Namun, berpikir sejenak akan mengungkapkan bahwa orang-orang dan leingkungannya tidak selamanya tetap sama; memang, kadang-kadang mereka berubah secara dramatis. Sebagai buktinya, misalnya, perubahan besar yang dibawa oleh teknologi di tempat kerja, penciutan perusahaan, dan globalisasi ekonomi-dan tuntutan akubat perubahan tersebut ditujukan kepada para pekerja untuk memperbarui keterampilan mereka dan mengembangkan minat (atau menemukan rumah baru untuk yang lama).Dengan memfokuskan pada kongitif, perilaku, dan beberapa faktor lainnya, secara teoritis, relatif lebih mudah dibentuk dan responsif terhadapan situasi tertentu dan bidang kinerjanya, SCCT menyarankan sebuah agenda yang saling melengkapi pespektif faktor-ciri-yaitu bagaimana orang dapat mengubah, mengembangkan, dan mengatur perilaku mereka mashing-masing dari waktu ke waktu dan dalam situasi yang berbeda. Sebagai hasilnya, SCCT mungkin dapat membantu melengkapi kesenjangan tertentu dalam teori faktor-ciri-contohnya, bagaimana kepentingan membedakan dan mengintensifkan atau bergeser dari waktu ke waktu? Bagaimana keterampilan karier bisa dibina dan kekurangan kinerja dapat diperbaiki?Masalah perbedaan SCCT dari teori perkembangan merupakan masalah yang agak berlebih, mengingat heterogenitas yang cukup besar yang berada diantara teori yang lama dan yang lebih baru (dan bahkan hanya dikalangan yang lebih baru) dalam kubu ini. Namun, pada level umum, SCCT cenderung kurang peduli dengan elemen teoritis tertentu yang banyak mempromosikan (atau menghalangi) perilaku pekerjaan yang efektif diseluruh perkembangan tugas. Untuk alasan ini, SCCT dapat memberikan kerangka komplementer benar yang ditujukan untuk mengatasi pertanyaan yang relevan untuk teori perkembangan tertentu-seperti bagaimana bekerja dan beberapa peran kehidupan menjadi lebih atau kurang menonjol untuk beberapa individu (teori Super), bagaimana pilihan karier individual menjadi menyempit atau terbatas (teori Gottfredson), dan, mungkin hal yang terpenting, bagaimana orang-orang dapat menuntut kelembagaan (yaitu arahan mandiri) dalam penyelesaian perkembangan mereka sendiri (teori Savickas).

BAGIAN UTAMA DARI TEKA-TEKI KARIER, MENURUT TEORI KARIER KOGNITIF SOSIALBerikut teori kognitif sosial secara umum, SCCT menyoroti interaksi di antara tiga orang variable yang menungkinkan pengadaan latihan dari instansi dalam pengembangan karier: keyakinan efektivitas diri, ekspektasi hasil, dan tujuan pribadi. Keyakinan efektifitas diri merujuk pada pandangan orang lain pada kemampuan mereka mengatur dan melaksanakan tugas yang diperlukan untuk mencapai jenis kinerja yang ditentukan (Bandura, 1986, hal. 391). Keyakinan ini, merupakan salah satu faktor penentu yang paling penting dari pemikiran dan tindakan dalam teori Bandura (1986), telah menerima banyak perhatian dari peneliti kari (seperti Lent et al., 1994; Rottinghaus, Larson & Borgen, 2003; Swanson & Gore, 2000). Dari sudut pandang kognitif sosial, keyakinan untuk meyakini kemampuan diri sendiri bukan sifat kesatuan dan global, seperti harga diri (yaitu, perasaan umum dari harga diri), dengan meyakini kemampuan sendiri sering membingungkan. Lebih tepatnya, meyakini kemampuan sendiri dipahami sebagai sekumpulan keyakinan diri yang dimanis yang terkait dengan bidang kinerja dan kegiatan tertentu.Mungkin seorang individu, misalnya, memegang keyakinan diri dengan efisiensi tinggi tentang kemampuannya untuk bermain piano atau basket tapi merasa kurang berkompeten dalam tugas-tugas sosial atau mekanik. Keyakinan ini tentang kemampuan pribadi, yang dapat berubah dan tanggap terhadap kondisi lingkungan (contohnya, bagaimana dukungan seorang guru piano? Betapa sulitnya suatu pertandingan basket?) yang mungkin dapat akan diakuisisi dan dimodifikasi melalui empat sumber informasi utama (atau jenis pengalaman belajar):

1. Prestasi kinierja pribadi

2. Perwakilan belajar.

3. Persuasi sosial

4. Keadaan psikologis dan afektif (Bandura, 1997)

Dampak dari sumber-sumber informasi untuk meyakini kemampuan sendiri tergantung pada berbagai faktor, seperti bagaimana individu tersebut berhadapan langsung dan mengartikan mereka. Namun, secara umumnya, prestasi secara pribadi memiliki potensi untuk mengerahkan pengaruh terbesar untuk meyakini kemampuan sendiri. Menarik pengalaman yang sukses dengan memberikan tugas atau kinerja bidangnya (misalnya matematika) cenderung menaikkan keyakinan akan kemampuan sendiri dalam kaitannya dengan tugas atau bidang; meyakinkan dan mengulang kesalahan cenderung mengarah pada penurunan keyakinan pada diri sendri anak tugas dan bidangnya.Hasil yang diharapkan merujuk pada keyakinan tentang konsekuensi atau hasil dari melakukakan tindakan tertentu. Sedangkan keyakinan efikasi diri berfokus pada kemampuan individu (misalnya Dapatkan saya melakukan ini?), dengan mengaharapkan hasil yang melibatkan gambaran tentang konsekuensi dari tindakan tertentu (seperti jika saya mencoba melakukan ini, apa yang akan terjadi?). Bandura (1986) mempertahankan bahwa baik efikasi diri dan hasil yang diharapkan membantu menentukan sejumlah aspek dari tingkah laku manusia, seperti aktifitas apa yang orang-orang pilih untuk ditekuni dan sesuatu yang mereka hindari. Mungkin meyakini kemampuan sendiri lebih mempengaruhi penentuan dalam beberapa situasi yang disebut keahlian kompleks atau berpotensi mahal atau kesulitan dalan tindakan (misalnya, entah untuk mengejar karier medis). Dalam situasi tersbut, seseorang mungkin memegang harapan hasl yang positif (misalnya, karier dalam dunia medis mengarah ke imbalan yang menarik), tapi menghindari pilihan atau tindakan yang tidak mereka inginkan mereka harus mampu berhasil dalam bidang itu (misalnya, dimana efikasi diri rendah).Di lain sisi, kita juga dapat membayangkan skenario dimana meyakini kemampuan sendiri tinggi sedangkan hasil yang diharapkan rendah. Pola keyakinan tersebut mungkin dipegang oleh beberapa wanita atau beberapa mahasiswa, misalnya, mereka yang percaya diri dengan kemampuan mereka dalam beberapa bidang keahlian (misalnya, matematika, ilmu pengetahuan) tapi yang meahan diri dari program pilihan atau studi lanjutan di bidang tersbut karena harapan negatif bagaimana mereka akan di perlukan (misalnya lingkungan yang dingin, diskriminasi; lihat Betz, Bab 11, buku ini). Cukup dikatakan baik keberhasilan-diri dan hasil yang diharapkan dapan mempengaruhi pilihan seseorang, dan efek relatif mereka tergantung pada orang itu dan situasinya. Manusia mengembangkan hasil akhir tentang akademik dan karier yang berbeda jalan dari pengalaman belajar secara langsung dan diwakilkan, seperti persepsi dari hasil-hasil yang mereka terima secara pribadi dengan upaya relevan dimasa lalu dan informasi lain yang mereka peroleh tentang karier di bidang yang berbeda. Kemampuan diri juga dapat mempengaruhi hasil harapan, khususnya dalam situasi dimana hasil tersbut berkaitan erat dengan kualitas kinerja mereka (misalnya, kinerja yang baik dalam ujian kelas biasanya berkaitan dengan nilai yang tinggi, pernhargaan guru, dan beberapa hasil positif), karena manusia biasanya berharap mendapatkan hasil yang memuaskan dalam melaksanakan tugas dimana mereka merasa berkompeten.Tujuan pribadi dapat didefinisikan sebagai niat individu untuk terlibat dalam kegiatan tertentu atau untuk menghasilkan hasil tertentu (Bandura, 1896), mengenai pertanyaan-pertanyaan seperti, Berapa banyak dan seberapa baik saya ingin melakukan ini? Teori Karier Kognitif Sosial (Social Cognitive Career Theory) membedakan antara pilihan-konten tujuan (tipe dari aktifitas atau karier yang ingin dikejar individu tersebut) dan tujuan kinerja (tingakatan atau kualitas dari kinerja individu yang direncakan tercapai dengan usaha yang dipilih). Tujuan memberikan arti penting dimana orang menjalankan hak dalam pendidikan dan kegiatan kerja mereka. Dengan mengatur tujuan pribadi, manusia membantu untuk mengatur, secara langsung, dan memepertahankan perilaku mereka sendiri, bahkan lebir dari jangka waktu yang panjang tanpa imbalan tambahan.Teori kognitif sosial mempertahankan bahwa pilihan dan tujuan kinerja masyarakat sangat penting terkena dampak dari meyakini kemampuan sendiri dan hasil yang diharapkan mereka. Sebagai contohnya, meyakini kemampuan sendiri yang kuat dan hasil positif yang diharapkan berkaitan dengan pertunjukan musik cenderung menumbuhkan tujuan musik yang relevan, seperti mencurahkan waktu untuk berlatih, untuk mencari kesempatan tampil, dan mungkin (tergantung pada sifat dan kekuatan meyakini kemampuan diri mereka dan hasil yang diharapkan dalam bidang lainnya), untuk mengejar karier bermusik. Kemajuan (atau kurangnya kemajuan) dalam mencapai tujuan, pada gilirannya, memiliki pengaruh timbal balik dalam keyakinan akan diri sendiri dan hasil yang diharapkan. Keberhasilan mengejar tujuan, misalnya, bisa memperkuat keyakinan pada diri snediri dan hasil yang diharapkan dalam lingkaran positif.MERANGKAI KERANGKA TEORITIS TEORI KARIER KOGNITIF SOSIAL: MODEL SEGMENTAL

Dalam SCCT, (1) pengembangan kepentingan akademik dan karier, (2) pembentukan pilihan pendidikan dan kejuruan, dan (3) hakikat dan hasil dari kinerja dalam lingkup pendidikan dan karier dipahami sebagai sesuatu yang terjadi dalam jangka waktu tiga konsep yang berbeda namun saling terkait model proses (Lent et al., 1994). Dalam setiap model, disajikan berikutnya, unsur-unsur dasar teoritis-meyakini kemampuan sendiri, hasil yang diharapkan, dan tujuan-dilihat sebagai pengoprasian dalam konser dengan aspek-aspek penting dari orang-orang (misalnya, gender, ras/etnis), konteksnya, dan pengalaman belajar untuk membantu membentuk kontur pengembangan akademik dan karier.

Jenis Kepentingan Rumah, pendidikan, rekreasi, dan lingkungan teman sebaya mengekspos anak-anak dan remaja untuk berbagai kegiatan- seperti kerajinan, olahraga, matematika, besosialisasi dan computer- yang mungkin pertanda pilihan karier atau rekreasi. Orang-orang muda secara selektif didorong oleh orang tua, guru, teman sebaya dan hal penting lainnya untuk mengejar dan mencoba melakukan dengan baik kegiatan tertentu yang berasal dari sekitar mereka yang tersedia untuk mereka. Dengan mempraktekkan aktifitas yang berbeda-dan dengan menerima umpan balik yang berkelanjutan, baik positif atau negatif, tentang kualitas kinerja mereka- anak-anak dan remaja secara bertahap meperbaiki keterampilan mereka, mengembangkan standar kinerja masing-masing, dan untuk menyakini kemampuan sendiri dan hasil yang diharapkan tentang tugas dan bidang dari perilaku yang berbeda. Misalnya, teguran dari teman sebaya tentang keterampilan atletik individu (misalnya, mendengar dan mengulang pesan, Kamu bau) kemungkinan akan menurukan keyakinan pada diri sendiri dan hasil yang diharapkan dalam bidang tersebut.Sesuai dengan tujuan model SCCT ini, di ilustrasikan dalam Gambar 5.1, keyakinan akan diri sendiri dan pengharapan akan hasil akhir tentang bebertapa kegiatan tertentu membantuk untuk membentuk minat karier (misalnya, pola tertentu dari kesukaan setiap orang, ketidaksukaan, dan pengabaian dalam hubungan antara tugas-karier yang relevan.). Ketertarikan dalam sebuah aktifitas terlihat seperti mengembangkan dan menahan seseorang ketika (1) melihat diri mereka seperti berkompeten (kepercayaan pada diri sendiri) pada aktifitas dan (2) mengantisipasi bahwa hal yang dilakukan itu hasilnya akan dihargai (hasil yang diharapkan positif). Pada waktu yang sama, manusia mungkin akan mengembangkan ketidaktertarikan atau bahkan keengganan pada kegiatan (seperti atletik, dalam contoh sebelumnya) dimana mereka meragukan keberhasilan mereka dan berharap untuk menerima hasil yang tidak diinginkan.Munculnya kepentingan, mereka- bersama dengan keyakinan akan diri sendiri dan hasil yang diharapkan-mendorong niat, atau tujuan, untuk mendukung atau menaikkan keterlibatan individu dalam kegiatan tertentu. Tujuan, sebaliknya, meningkatkan kemungkinan dari praktek kegiatan, dan upaya praktek selanjutnya menimbulkan pola tertentu terhadap pencapaian kinerja, yang, untuk lebih baik atau lebih buruk, membantu untuk memperbaiki keyakinan pada diri sendiri dan hasil yang yang diharapkan dalam lingkup umpan balik yang sedang berlangsung. Proses dasar ini dilihat sebagai pengulangan itu sendiri berlanjut sebelum memasuki dunia karier. Konsisten dengan asumsi dari teori Trait-Factor, kepentingan yang berhubungan dengan karier cenderung stabil dari waktu ke waktu dan,

Gambar 5. 1 bagaimana dasar kepentingan karier berkembang dari waktu ke waktu. Hak cipta R. W. Lent, S. D. Brown, and G. HackettUntuk sebagian orang, relatif stabil pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa (lihat Hansen, Bab 12, buku ini). Dalam pandangan SCCT, bagaimanapun, kepentingan dewasa belum tentu menjadi harga mati. Apakah minat itu berubah atau semakin kuat ditentukan oleh faktor-faktor seperti apakah kegiatan diawalnya disukai menjadi dibatasi dan apakah seseorang dihadapkan (maupun menghadapi sendiri) ke pengalaman belajar menarik (misalnya membesarkan anak, relawan, inovasi teknologi) yang memungkinkan mereka untuk memperluas rasa keberhasilan dan hasil yang diharapkan positif ke dalam wilayah baru (misalnya mengajar, pelayanan sosial, penggunaan komputer). Dengan demikian, SCCT berasumsi bahwa, pergeseran minat sebagian besar karena perubahan keyakinan pada meyakini pada diri sendiri dan hasil yang diharapkan.Teori Karier Sosial kognitif juga memperhitungkan aspek lain dari orang-orang dan lingkungan mereka yang memperngaruhi akusisi dan modifikasi minat. Misalnya, kemampuan dan nilai-nilai- kebutuhan pokok dari teori Trait-Factor- sangat penting di SCCT, juga, tapi pengaruhnya terhadap minat dipandang sebagian besar disalurkan melalui keyakinan akan dir snediri dan hasil yang diharapkan. Yaitu, dari pada menentukan minat langsung, kemampuan obyektid (sebagaimana yang tercantum pada hasil tes, piala, penghargaan dan sejenisnya) berfungsi untuk meningkatkan atau menurunkan kepercayaan paca diri sendiri, dimana, sebaliknya, mempengaruhi minat (Lent, et al., 1994). Di sisi lain, meyakini diri sendiri berfungsi sebagai sebuah campur tangan hubungan antara kemampuan dan minat. Nilai-nilai yang berhubungan dengan karier yang dibangun dalam konsep SCCT pada hasil yang diharapkan. Harapan ini dapat dianggap sebagai gabungan antara pilihan msyarakat terhadap kondisi pekerjaan tertentu atau motif penguat (misalnya, status, keuangan, otonomi), bersama dengan kepercayaan mereka tentang sejauh mana pekerjaan tertentu menawarkan imbalannya (misalnya, kepercayaan saya tentang berapa banyak hal-hal yang profesor dapat tawarkan yang saya nilai di tempat kerja).Perlu ditekankan bahwa keyakinan akan diri sendiri dan hasil yang diharapkan itu tidak muncul dalam kekosongan sosial; mereka juga tidak beroprasi sendiri dalam membentuk kepentingan kejuruan, pilihan, atau proses kinerja. Sebaliknya, mereka ditempa dan difungsikan dalam konteks dari beberapa kualitas penting dari seseorang dan lingkungan mereka, seperti gender, ras/etnis, bawaan genetik, kesehatan fisik atau status cacat, dan keadaan ekonomi sosial, semua itu dapat berperan penting dalam proses pengembangan karier. Gambar 5.2 menawarkan gambaran tentang bagaimana, dari perspektif SCCT, memilih seseorang, lingkungan, dan variable pembelajaran atau percobaan berkontribusi dalan minat dan hasil karies lainnya. Memberikan batasan ruang, saya berfokus pada gender dan ras/etnis disini.Teori Kognitif Karier Sosial ini lebih fokus pada psikologis dan efek sosial dari gender dan etnis dari pada melihat dari jenis kelamin dan ras sebagai kategori fisik atau faktor biologis. Gender dan etnis dipandang terkait dengan pengembangan karier dalam beberapa hal pokok- khususnya, melalui berbagai reaksi terhadap struktur kesempatan dimana individu dihadapkan (misalnya, pada akses yang ditawarkan untuk model karier yang relevan dan pengalaman kinerja). Pandangan seperti itu mendorong pertimbangan bagaimana gener dan etnis mempengaruhi konteks dimana keyakinan pada diri sendiri dan hasil yang diharapkan dibutuhkan. Misalnya, peran gender dalam proses sosialisasi cenderung beranggapan bahwa anak laki-laki dan perenpuan menerima pengalaman yang diperlukan untuk mengembangkan keyakinan efikasi yang kuat dan harapan positif tentang aktifitas tipe pria (seperti ilmu pengetahuan) dan tipe perempuan (misalnya membantu). Sebagai hasil, anak laki-laki dan perempuan lebih mungkin mengembangkan kemampuan (selama dengan menguntungkan keyakian diri dan hasil yang diharapkan) dan, sebaliknya, minat pada pekerjaan yang secara kultural didefenisikan sesuai dengan gender (Hackett & Betz, 1981).

Model Person, Kontekstual, dan Experiential Faktor yang Mempengaruhi Karir Terkait Pilihan Perilaku [Catatan; Hubungan langsung antara variabel ditandai dengan garis solid; efek moderator (di mana suatu variabel memperkuat atau kelemahan hubungan antara dua variabel lain ditunjukkan dengan garis putus-putus. Copyright 1993 oleh RW Prapaskah, SDBrown, dan G. Hackett.]

Untuk sebagian besar, maka, variabel seperti gender dan etnis dapat mempengaruhi pengembagan minat dan beberapa hasil karier lain melalui proses konstruksi sosial tertentu, seakan-akan, beroperasi dibelakang, tetapi, demikian dapat sangat mempengaruhi pengalaman belajar diferensial yang mendorong keyakianan akan diri sendiri dan hasil yang diharapkan mengarahkan, pada saat, untuk mempengaruhi kesimpulan tentang minat dan pilihan karir apa yang benar untuk kelas orang tertentu. Pada tingkat akhir dalam proses pengembangan karier, gender, etnis, budaya, status ekonomi sosial, dan kondisi cacat mungkin, tambahan, dikaitkan dengan struktur kesempatan dimana orang menetapkan dan melaksanakan tujuan karir mereka, seperti yang dibahas selanjutnya.Model Pilihan Memilih jalur karier bukanlah tindakan tunggal atau statis. Sebagaimana yang digambarkan dalam SCCT dalam ilustrasi model minat, pilihan karir didahului dengan subproses- seperti pengembangan kayakian diri, hasil yang diharapkan, minat, dan kemampuan kinerja dalam bidang yang berbeda- hal ini, dari waktu ke waktu, akan meninggalkan keterbukaan dan membuat jalur pilihan tertentu untuk individu tertentu dan membuat pilihan lain yang jauh lebih menarik atau mungkin dipertimbangkan lebih lanjut. Satu pilihan awal karir dibuat, mereka, namun, dapat berubah di amsa depan karena inndividu dan lingkungan mereka adalah entitas yang dinamis. Kejadian dan keadaan mungkin mentranspirasikan yang tidak pastia sudah diperkirakan selama awal pilihan keputusan atau entri karir. Jaluar baru (atau cabang dari jalan usia) bisa membuka, hambatan (misalnya atap kaca) atau musibah (misalnya kehilangan pekerjaan) mungkin timbul, atau prioritas nilai dan minat bisa berubah selama kehidupan kerja individu. Dengan demikian, tampaknya bijaksana untuk berfikir tentang pilihan karir sebagai proses yang berlangsung dengan berbagai titik pengaruh dan pilihan.Untuk penyederhanaan konsep, SCCT membagi proses pemilihan awal menjadi tiga komponen bagian:

1. Pengungkapan pilihan utama (atau tujuan) untuk memasuki bidang tertentu

2. Individu mengambil tindakan yang dirancang untuk melaksanakan tujuan nya (misalnya, mendaftar di program pelatihan tertentu atau akademis utama).

3. Pengalaman berikutnya kinerja (misalnya, pencapaian teladan atau bawah standar) yang membentuk umpan balik, mempengaruhi bentuk atau opsi pilihan individu di masa depan.Pembagian konsep ini mengidentifikasi taget intervensi logis untuk mempersiapkan orang untuk membuat pilihan karies serta untuk membantu mereka untuk menangani masalah dalam pilihan keputusan. Selama proses pemilihan, perlu diingat dengan baik, bahwa orang tidak memili karier secara sepihak, lingkungan juga ikut memilih. Dengan demikian, pilihan karir (dan stabilitas pilihan) adalah jalan dua arah yang dikondisikan, sebagian, dengan penerimaan lingkungan terhadap individu dan penilaian tentang nya atau kemampuannya untuk memenuhi (dan untuk terus memenuhi) pelatihan dan persyaratan kerja.Mirip dengan teori Holland (Spokane & Cruza-Guet, Bab 2, buku ini), SCCT mengasumsikan bahwa, seperti "burung berbulu domba berkelompok bersama-sama," kepentingan kejuruan masyarakat cenderung mengarahkan ke arah opsi pilihan yang memungkinkan mereka melakukan kegiatan yang disukai dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kepribadian pekerjaan serupa. Kelompok ini bersama-sama bekerja dengan baik di bawah kondisi lingkungan yang mendukung. Misalnya, orang yang kepentingan utamanya terletak pada bidang sosial cenderung tertarik ke arah pekerjaan yang berorientasi sosial, yang memungkinkan dia untuk bekerja dengan lainnya dalam membantu kapasitas mengajar. Namun, proses ini tidak selalu begitu sederhana atau tanpa beban: Lingkungan mungkin tidak mendukung pilihan individu, dan orang tidak selalu bebas untuk mengejar kepentingan utama mereka. Pilihan mungkin terkendala, misalnya, berdasarkan keinginan keluarga, realitas ekonomi (misalnya, kebutuhan untuk membawa penghasilan langsung, kurangnya dana untuk pelatihan) dan kualitas pendidikan seseorang terlebih dahulu. Dalam hal ini, kepentingan pribadi mungkin bukan penggerak utama di balik pilihan karir individu. It is, therefore, important to take into account additional variables that influence the choice process.Model pemilihan Teori Kognitif Karir Sosial ditunjukkan pada Gambar 5.2, tertanam dalam skema konseptual yang lebih besar yang mengakui prekursor dan gejala sisa dari pilihan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, keyakinan pada diri sendiri dan hasil dipandang sebagai secara bersama mempengaruhi minat yang berhubungan dengan karier, yang cenderung untuk mendorong tujuan pilihan karir (yaitu niat untuk mengejar karir tertentu) yang kongruen dengan kepentingan dan individu. Tujuan, kemudian, memotivasi tindakan pilihan, atau upaya untuk menerapkan tujuan (misalnya, mencari pelatihan yang relevan, melamar pekerjaan tertentu). Kegiatan tersebut, pada gilirannya, diikuti oleh pola tertentu dengan satu keberhasilan kinerja dan kegagalan. Misalnya, setelah naik masuk ke perguruan tinggi teknik, mahasiswa dapat mengalami kesulitan menyelesaikan mata kuliah matematika dan fisika yang diperlukan. Dia juga menemukan bahwa lingkungan kerja dan penghargaan yang tersedia di bidang teknik sesuai dia kurang baik dibandingkan dari yang telah diantisipasi awalnya. Pengalaman belajar dapat mendorong siswa untuk merevisi keyakinannya pada diri sendiri dan hasil yang diharapkan, yang mengarah ke pergeseran kepentingan dan tujuan (misalnya, pemilihan jalur utama atau karir baru).Kepercayaan pada diri sendiri dan mengharapkan hasil yang dapat mempengaruhi tujuan masyarakat, dan upaya untuk menerapkan tujuan mereka di atas dan di luar pengaruh kepentingan (perhatikan jalur terpisah dari kepercayaan diri dan mengharapkan hasil untuk tujuan dan tindakan dalam gambar 5.2). Di sini tidak ada kepedulian esoteris: Ini jalur teoritis tambahan yang dimaksudkan untuk membantu menjelaskan pilihan pekerjaan dalam banyak kasus dunia nyata di mana orang tidak hanya bebas mengejar-kepentingan utama mereka. Sebagai pengamatan pertama Bandura (komunikasi pribadi, 1 Maret 1993), orang belum tentu tertarik untuk bekerja pada lini perakitan atau di tambang batu bara oleh kepentingan yang memakan dalam pekerjaan itu. Ketika orang memandang perlunya untuk membuat pilihan pekerjaan yang membahayakan kepentingan mereka atau untuk alasan lain selain kepentingan -misalnya, karena hambatan lingkungan atau peluang terbatas- mereka dapat memilih pilihan yang kalah menariknya berdasarkan pekerjaan apa yang tersedia bagi mereka, dalam konserkepercayaan diri mereka (misalnya, Apakah saya harus atau saya bisa mengembangkan keterampilan untuk melakukan pekerjaan ini?) dan hasil yang diharapkan (misalnya, Apakah hadiah senilai bagi saya untuk mengambil pekerjaan ini?). Mari kita bahas beberapa cara-cara tambahan di mana lingkungan masyarakat mempengaruhi proses pilihan. Setiap orang memperoleh affordances tertentu dari lingkungan - misalnya, sumber daya sosial dan materi atau kesulitan - yang membantu untuk membentuk atau pengembangan karirnya (Vondracek, Lerner, & Schulenberg, 1986). Dalam SCCT, rute affordances kontekstual yang dibagi menjadi dua jenis umum, berdasarkan pada saat terjadinya di dalam proses pilihan. Tipe pertama menyertakan lebih bagian distal, pengaruh latar belakang (misalnya sosialisasi, budaya dan peran gender, jenis model peran karir yang tersedia, peluang pengembangan skill) yang membantu membentuk kepercayaan diri, ekspektasi hasil, dan, karenanya, minat. Tipe kedua melibatkan pengaruh lingkungan yang ikut bermain selama fase aktif pilihan keputusan. Contohnya termasuk dukungan emosional atau keuangan untuk mengupayakan pilihan tertentu, ketersediaan lapangan kerja di bidang yang disukai individu, dan hambatan struktural sosial, seperti diskriminasi. Gambar 5.2 mencakup pertimbangan tersebut distal (kiri bawah) dan proksimal (kanan atas) affordances kontekstual.Dalam mewakili jenis minat SCCT, kami telah mempertimbangkan efek yang lebih bagian distal variabel kontekstual pada akuisisi kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan. Kami di sini mempertimbangkan dua sarana dimana faktor-faktor kontekstual dapat mempengaruhi orang selama proses pengaturan dan menerapkan tujuan pilihan karir mereka, sehingga membantu untuk mempromosikan atau mengurangi agen pribadi atas pilihan karir mereka. Pertama, SCCT berpendapat bahwa kondisi tertentu secara langsung dapat mempengaruhi pilihan masyarakat atau kemungkinan implementasi. Dalam budaya tertentu, misalnya, individu dapat menunda keputusan karir mereka kepada orang lain yang signifikan dalam keluarganya, bahkan ketika yang lain lebih suka jalur karir yang tidak terlalu menarik bagi orang tersebut. Orang juga dapat menemukan dukungan atau hambatan dari lingkungannya sehubungan dengan pilihan mereka, diri mereka sendiri, paling suka. Pengaruh langsung tersebut diwakili oleh panah yang solid dari variabel kontekstual dengan tujuan dan tindakan dalam Gambar 5.2.Kedua, variabel kontekstual dapat mempengaruhi kemampuan atau kesediaan masyarakat untuk menerjemahkan kepentingan mereka menjadi tujuan dan tujuan mereka ke dalam tindakan. Menurut SCCT, minat karir lebih mungkin untuk berkembang menjadi tujuan (dan tujuan lebih mungkin untuk dilaksanakan) ketika orang mengalami dukungan lingkungan yang kuat dan hambatan lemah dalam kaitannya dengan jalur karir yang mereka sukai. Sebaliknya, kondisi yang tidak mendukung atau menentang dapat menghambat proses transformasi minat menjadi tujuan dan tujuan ke dalam tindakan. Dalam istilah statistik, ini berarti bahwa dukungan dan hambatan kontekstual dapat memoderasi proses transformasi tujuan (ditunjukkan oleh jalur putus-putus pada Gambar 5.2). Artinya, hubungan yang menarik terhadap tujuan dan tujuan dengan tindakan diharapkan akan lebih kuat dengan adanya kondisi lingkungan menguntungkan dibandingkan kondisi lingkungan terbatas.Singkatnya, SCCT berpendapat bahwa pilihan pendidikan dan pekerjaan sering tetapi juga tidak selalu, berhubungan dengan kepentingan rakyat. dalam kasus tersebut, pilihan ditentukan oleh opsi apa saja yang tersedia untuk orang tersebut, keyakinannya akan dirinya sendiri dan hasil yang diharapkan, dan macam pesan yang diterima individu dari sistem (pendukung dan penghambat) juga dapat memfasilitasi atau menghambat proses implementasi pilihan, terlepas dari apakah orang pilihan yang konsisten dengan kepentingan utama mereka atau dengan mereka yang bebas memilihnya. Kinerja Model bagaimana kepentingan mengembangkan dan pilihan yang dibuat, SCCT berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja akademik dan yang berhubungan dengan karier. Ini termasuk tingkat (atau kualitas) pencapaian individu yang dicapai dalam tugas pendidikan dan pekerjaan (misalnya, ukuran keberhasilan atau kemahiran) dan sejauh mana mereka bertahan pada tugas-tugas tertentu atau jalur pilihan, terutama ketika mereka menghadapi kendala. Kegigihan dapat dilihat baik sebagai masalah stabilitas pilihan, yang melibatkan keputusan untuk tetap atau melepaskan diri dari aktivitas tertentu (misalnya, tugas pendidikan, posisi pekerjaan, karir), dan maupun sebagai indikator seberapa baik seseorang melakukan kedua hal atau usaha yang dipilih (misalnya, ketekunan dalam pemecahan masalah). Dengan demikian, pilihan dan kinerja model SCCT berkaitan dengan kegigihan. Dari perspektif lingkungan pendidikan dan pekerjaan, ketekunan dianggap sebagai tanda kecukupan kinerja sehingga diasumsikan bahwa orang yang kompeten akan bertahan (dan pasti bertahan) lagi, memungkinkan pencapaian tonggak pendidikan (misalnya, lulus SMA, perguruan tinggi retensi utama) dan masa kerja. Namun, ketekunan sendiri merupakan indikator terhambatnya kecukupan kinerja karena orang sering menghentikan keterlibatan mereka dalam upaya tertentu untuk alasan lain selain kurangnya kemampuan (misalnya, perubahan minat, kesempatan untuk mengejar jalur pekerjaan atau karir baru, perampingan perusahaan).Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.3, SCCT melihat kinerja pendidikan dan kejuruan merupakan sesuatu yang melibatkan interaksi antara kemampuan orang, keyakinan pada diri sendiri, mengharapkan hasil, dan tujuan kinerja. Lebih khususnya, kemampuan sebagaimana dinilai oleh indikator pencapaian, bakat atau kinerja masa lalu - pencapaian kinerja baik dengan (1) secara langsung, misalnya, melalui tugas pengetahuan dan kinerja strategi yang orang-orang kembangkan dan (2) secara tidak langsung, dengan menginformasikan keyakinan pada diri sendiri dan harapan hasil. Artinya, orang mendasarkan keyakinan pada diri sendiri dan hasil harapan mereka sebagian pada persepsi mereka adalah keterampilan yang mereka miliki saat ini (atau dapat mengembangkan) dan seberapa baik yang mereka miliki; dilakukan dan hasil apa yang mereka terima dalam kondisi kinerja yang relevan di masa lalu. Keyakinan pada diri sendiri dan hasil harapan mempengaruhi tingkat tujuan kinerja yang orang atur untuk diri mereka sendiri (misalnya, bertujuan untuk sebuah huruf A dalam aljabar atau promosi di tempat kerja). Keyakinan pada diri sendiri yang kuat menghasilkan harapan hasil positif kuat, mempromosikan tujuan yang lebih ambisius, yang membantu untuk memobilisasi dan mempertahankan upaya kinerja.

Gambar 5. 3 Model Tugas Kegiatan. Hak cipta R. W. Lent, S. D. Brown, and G. Hackett.Konsisten dengan teori kognitif sosial secara umum, SCCT berpendapat bahwa umpan balik antara pencapaian kinerja dan perilaku berikutnya [Bandura, 1986). Beberapa manfaat diperoleh dengan mencoba dan berhasil di tugas kinerja, terutama yang secara progresif lebih menantang. Pengalaman tersebut memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan strategi individu; mencapai hasil dihargai, meningkatkan keyakinan pada diri sendiridan hasil harapan dalam, siklus pengembangan keterampilan yang dinamis. Meskipun rincian model ini merinci tingkat seseorang (misalnya kognitif, motivasi) proses, mengulangi bahwa orang mengembangkan bakat mereka, kepercayaan pada diri sendiri, ekspektasi hasil, dan tujuan dalam konteks sosial budaya yang lebih besar. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.2, pengalaman belajar yang orang yang terkena dan hasil kinerja yang mereka terima. Sangat erat kaitanya dengan fitur lingkungan mereka, seperti kualitas pendidikan, sifat panutan yang tersedia, pola asuh, sosialisasi peran gender, dukungan sebaya, dan masyarakat serta norma-norma keluarga. Hal ini juga harus ditekankan bahwa keyakinan pada diri sendiridipandang sebagai pelengkap bukan pengganti untuk secara obyektif menilai kemampuan dalam model kinerja SCCT ini. Pertunjukan Kompleks dibantu tidak hanya oleh kemampuan tetapi juga oleh rasa optimis keberhasilan, yang membantu orang mengatur dan membuat sebagian besar bakat mereka. Apa yang orang dapat mencapai sebagian bergantung pada bagaimana mereka menafsirkan penerapan keterampilan mereka, membantu menjelaskan mengapa individu dengan kemampuan tujuan yang sama, misalnya, lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan keterampilan mereka secara efektif atau untuk tetap fokus dan berjaga ketika masalah timbul.Mungkin kita bisa menyimpulkan, bahwa keyakinan pada diri sendiri adalah selalu hal yang baik? Bahkan, efek keyakinan pada diri sendirimungkin tergantung pada seberapa tinggi atau rendah itu dalam kaitannya dengan level kemampuan obyektif. Orang mungkin mengalami ketika mereka sangat salah menanggapi kemampuan mereka itu baik positif atau arah negatif. Keyakinan pada diri sendirikeyakinan yang sangat melebih-lebihkan kemampuan (terlalu percaya diri, dalam istilah sehari-hari) dapat mendorong orang untuk mencoba tugas-tugas yang mereka tidak siap, risiko kegagalan dan keputusasaan. Keyakinan pada diri sendiriyang serius meremehkan kemampuan terdokumentasi (yaitu, di bawah keyakinan) dapat mengganggu kinerja dengan mendorong sedikit usaha dan ketekunan, tujuan yang lebih rendah, kecemasan kinerja yang lebih besar, dan menghindari tantangan realistis. Kedua jenis salah menanggapi dapat menghambat pengembangan keterampilan. Sebaliknya, keyakinan pada diri sendiriyang sedikit lampaui tapi cukup kongruen dengan kemampuan saat ini (sedikit terlalu percaya diri) pro motes menggunakan keterampilan optimal dan motivasi untuk pengembangan keterampilan lebih lanjut,

PENELITIAN PADA TEORI KARIER KOGNITIF SOSIAL

Variabel pusat dan prediksi SCCT mempunyai daya tarik yang cukup banyak pada beberapa tahun terakhir. Sebuah tinjauan skala penuh penelitian yang dihasilkan oleh atau relevan, SCCT adalah di luar lingkup bab ini, meskipun beberapa dari tren riset sebagian besar dan temuan akan diringkas di sini. Beberapa ulasan yang lebih menyeluruh (misalnya, Bandura, 1997; Swanson). &. Gore 2000) dan meta-analisis (misalnya, Lent et al. 1994; Sadri & Robertson, 1993; Stajkovic & Luthans, 1998) sastra ini mungkin dikonsultasikan untuk pendalaman analisis dari penelitian yang menghubungkan teori sosial kognitif bagi proses pengembangan karier dan hasilnya. Pada bagian ini, saya pertama kali meninjau status keseluruhan teori empiris dan kemudian mendiskusikan beberapa aplikasi terpilih dari SCCT terhadap perilaku karier dari bermacam-macam klien.TREN DAN TEMUAN YANG LEBIH BESAR

Sebuah isi yang penting dari beberapa temuan memberikan kesan bahwa bantuan pemahaman variabel social kognitif dari pendidikan dan perilaku karier selama fase prepatory, transition (contohnya, sekolah ke pekerjaan, perubahan pekerjaan), dan postentry (penyesuaian pekerjaan) dari pengembangan karier. Diantara variabel-variabel kognitif sosial, kepercayaan diri telah menyita paling banyak perhatian, dengan tinjauan penelitian kualitatif tradisional termasuk: Pengukuran kepercayaan diri domain-spesifik bersifat prediktif terhadap minat yang berhubungan dengan karier. pilihan, prestasi, ketekunan, kebimbangan, dan perilaku eksplorasi.

Intervensi, eksperimen, dan studi path-analytic mendukung beberapa hubungan kausal hipotesis diantara pengukuran-pengukuran keberhasilan diri, penampilan, dan minat.

Perbedaan gender dalam kepercayaan diri membantu menjelaskan perbedaan wanita dan pria dalam pertimbangan pekerjaan (contoh, Bandura, 1997; Hackett, 1995; Hacket & Lent, 1992; Swanson & Gore, 2000).

Tinjauan meta-analisis menyediakan sebuah cara kuantitatif yang bermanfaat untuk mengintegrasikan temuan dari studi independen dengan jumlah yang besar, memungkinkan kesimpulan tentang kekuatan dari hubungan yang dihipotesis di semua studi yang telah membahas beberapa hipotesis tertentu. Beberapa penelitian meta-analisis, yang pada umunya melibatkan remaja akhir dan orang dewasa awal, telah melakukan tes pada sejumlah hipotesis SCCT secara langsung. Meta-analisis dari hipotesis minat, contohnya, mengindikasikan bahwa ekspektasi kepercayaan diri dan hasil masing-masing merupakan predictor yang baik terhadap minat pekerjaan dan bahwa, sesuai prediksi, hubungan dari kemampuan sampai minat muncul untuk beroperasi melalui (atau dimediasi oleh) kepercayaan diri (Lent et al., 1994; lihat gambar 5.1 dan 5.2). Sebuah meta-analisis baru dari 53 sampel, termasuk lebih dari 37.000 partisipan penelitian, menyatakan bahwa ada sebuah hubungan keseluruhan yang kuat antara kepercayaan diri dan minat terhadap karier (r = 0,59; Rottinghaus et al., 2003)Meta-analisis dari SCCT pilihan hipotesis telaha meninjukan bahwa pilihan yang behubungan dengan karier sangat diprediksi oleh minat (r = 0,60; Lent et al., 1994). kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan juga berhubungan dengan pilihan karier baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui hunbungannya terhadap minat (lihat Gambar 5.2; Lent et al., 1994). Satu kelompok penelitian baru-baru ini telah meneliti perilaku yang mempersepsikan dukungan dan rintangan lingkungan berhubungan dengan proses pemilihan. Walaupun tindakan ini belum dimeta-analisiskan, sebagian besar temuan menjukkan bahwa, daripada menghubungkan secara langsung kepada hasil pilihan, peran utama dari variabel lingkungan adalah mungkin untuk menguatkan atau melemahkan kepercayaan akan kepercayaan diri, yang pada gilirannya, menimbukan minat dan pilihan. (contoh, Leni, Brown, Nota, & Soresi, 2003; Lent, Broen, Schmidt, et al., 2003).Meta-analisis dari pelaksanaan model prediksi SCCT telah difokuskan pada hubungan kepercayaan diri terhadap beragam indikator kinerja. Temuan-temuan telah menunjukkan bahwa kepercayaan diri merupakan predictor yang berguna baik dalam kinerja akademik (Multon, Brown, & Lent, 1991) dan pekerjaan (Sadri & Robettson, 1993; Stajkovic & Luthans, 1998) dan bahwa beberapa faktor tertentu mempengaruhi kekuatan dari hubungan kinerja kepercayaan diri. Sebagai contoh, kepercayaan diri sering kali lebih sangat berhubungan dengan kinerja murid yang lebih tua dibandingkan yang lebih muda dan murid dengan pencapaian yang rendah dibandingkan yang pencapaiannya memadai (Multon et al., 1991). Sebagai tambahan, konsisten dengan teori, kemampuan telah dihubungkan dengam hasil kinerja baik secara langsung dan tidak langsung, melalui intervensi kepercayaan akan kepercayaan diri (Lent et al., 1994; lihat Gambar 5.3).Akhirnya, meta-analisi telah digunakan untuk meneliti sumber-sumber informasi, atau pengalaman belajar, yang darinya kepercayaan akan kepercayaan diri diasumsikan menurun (lihat Gambar 5.2). Dari empat sumber pokok tersebut (pencapaian sebelum kinerja, pengalaman belajar, persuasi social, keadaan psikologi dan afektik), pencapaian inerja (contohnya, indicator kesuksesan atau kegagalan seseorang sebelumnya) umumnya menampilkan hubungan terkuat kepercayaan diri dalam suatu domain kinerja tertentu. kepercayaan diri, pada gilirannya, merupakan sebuah prediktor yang baik atas hasil yang diharapkan (Lent et al., 1994). Seperti yang telah didiskusikan di bagian sebelumnya, temuan seperti itu memberikan implikasi yang berguna terhadap desain intervensi untuk mengembangkan kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan dan, pada gilirannya, hasil karier selanjutnya.Secara kolektif, meta-analisis konsisten terhdap asumsi teoritis bahwa: Minat berhubungan erat dengan kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan.

Kemampuan atau pencapaian kinerja seseorang acap kali mengarah pada minat pada domain tertentu hingga tingkat dimana mereka mengembangkan sebuah perkembangan atas kesadaran akan kepercayaan diri dalam domain tersebut.

kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan behubungan dengan pilihan-pilihan yang berhubungan dengan karier secara luas (walaupun tidak sepenuhnya) melalui hubungannya dengan minat.

Kinerja di masa lalu memgembangkan kinerja masa depan sebagian melalui kemampuan orang-orang dan sebagian melalui kepercayaan diri mereka, yang dapat membantu mereka untuk mengorganisir kemampuan mereka dan bertahan meskipun mengalami kemunduran.

kepercayaan diri pada umumnya muncul dari pencapaian kinerja di masa lalu namun juga bersifat responsif pada pengalaman belajar, dorongan dan keputusasaan social, dan keadaan psikologi dan afektif.

APLIKASI TERHADAP BERAGAM POPULASI

Bagian ini mengutip contoh-contoh dari pengaplikasian kerja variabel kognitif sosial terhadap pengembangan karier pada wanita dan beberapa kelompok tertentu dari orang-orang minoritas. Teori Karier Kognitif Sosial didesain untuk membantu pemahaman akan pengembangan karier beragam jajaran siswa dan pekerja, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ras/etnik, budaya, gender, keadaan sosioekonomi, umur, dan status kecacatan. Usaha yang paling awal untuk memperluas teori kognitif sosial terhadap sifat pengembangan karier difokuskan pada bagaimana konsep kepercayaan diri dapat menerangi perkembangan karier wanita. Hackett dan Betz (1981) mencatat, sebagai contoh, bahwa peran proses sosialisasi gender kerap kali menyediakan para gadis dan wanita muda akses bias pasti pada empat sumber informasi (peran model tradisional-gender, perbedaan dorongan untuk melakukan kegiatan budaya yang tertanam). Pengalaman seperti itu membentuk kepercayaan diri terhadap kegiatan-kegiatan tradisional wanita tetapi dapat membatasi kepercayaan diri diomain karier nontradisional.

Dalam menguji tesis mereka, Betz dan Hackett (1981) menemukan bahwa wanita di perguruan tinggi memiliki kepercayaan diri yang lebih kuat untuk melakukan kinerja pekerjaan yang secara tradisional didominasi oleh wanita dibandingkan oleh laki-laki dan bahwa kepercayaan-kepercayaan ini dihubungkan dengan konsiderasi mereka terhadap pilihan tradisional dan nontradisional. Penelitian lain telah menunjukan bahwa kepercayaan akan kepercayaan diri membantu untuk menjelaskan perbedaan gender di dalam minat di bidang saintifik/teknik (contoh, Lapan, Boggs, & Morrill, 1989). Penelitian yang menggunakan siswa sebagai sampel umum sering menemukan perbedaan jenis kelamin dalam kepercayaan diri hingga tugas-tugas dan bidang yang berbasis gender (contohnya, mathematika); namun, perbedaan dalam kepercayaan diri memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk muncul, pada sampel wanita dan pria yang telah memiliki pegalaman yang dapat dibandingkan dalam pembentukan keyakinan dengan tugas-tugas seperti itu. (Hackett & Lent, 1992).

Temuan seperti ini menujukkan bahwa pengejaran akan karier pada wanita dapat dipersempit atau diperluas oleh lingkungan pembelajaran dimana mereka diekspos dan, khususnya, oleh sifat kepercayaan tentang kepercayaan diri bahwa eksposur seperti itu dapat bekerja. Seperti yang Bandura (1997) telah amati, pembatasan budaya, sistem insentif yang tidak adil, dan struktur kesempatan yang dipotongberpengaruh dalam pembentukan pengembangan karier wanita (hal. 436). Oleh karena itu, kepercayaan diri tertanam dalam jarring proses sistemik yang kompleks. Saat analisis ini menunjukkan bahwa beberapa rintangan lingkungan yang mengecilkan hati dalam perkembangan karier wanita, analisis ini juga mengimplikasikan beberapa cara pengembangan dan pencegahan terhadap pembatasan yang dibentuk social. Cara-cara tersebut termasuk, sebagai contoh, mendidik orangtua dan guru tentang implikasi pekerjaan dan pendidikan terhadap perkembangan gender ynag dibedakan dan tentang cara membantu perkembangan keyakina diri dan menduking sistem, dengan begitu akan membuat anak dapat mendapatkan (dan mendapat manfaat dari) pengalaman kinerja dalam suatu domain aktivitas seluar-luasnya. Memang benar, sesuai dengan teori Gottfredson (Bab 4, dalam volume ini), eksposur terhadap dan pengalaman dalam aktivitas-aktivitas non-gender-stereotype mungkin perlu untuk disediakan lebih awal dalam kehidupan anak untuk menjaga jumlah maksimum pilihan untuk pendidkan dan konsiderasi karier di kemudian hari (lihat juga Rojewski, Bab 6, dalam volume ini).

Dinamika kognitif sosial yang serupa telah didiskusikan hubungannya dengan pengembangan karier orang-orang berwarna (orang yang tidak berkulit putih seperti orang Eropa umumnya). Hacket dan Byars (1996) mencatat, sebagai contohnya, bagaimana eksposur yang berbasis budaya terhadap sumber-sumber informasi (contohnya, dorongan social untuk mengejar beberapa pilihan tertentu, pengalaman mengenai rasism, role modeling) dapat memberikan efek yang berbeda-beda pada karier kepercayaan akan kepercayaan diri, hasil yang diharapkan, tujuan, dan kemajuan karier wanita Afrika-Amerika. Hackett dan Byars menyarankan metode-metode berbasis teori, seperti intervensi perkembangan, odvokasi social, dan aksi kolektif, untuk mengembangkan perkembangan karier wanita Afrika-Amerika. Dalam penelitian lain, aplikasi dari minat dasar dan model pilihan SCCT pada sampel Hispanic, orang berkulit hitam, dan siswa Asia-Amerika telah menemukan dukungan terhadap relevansi antar budaya dari model-model ini (Fouad & Smith, 1996; Gainor & Lent, 1998; Tang, Fouad, & Smith,1999).

Teori Karier Kognitif Sosial juga telah diusulkan sebagain framework yang berguna dalam memahami beberapa proses karier tertentu pada pekerja gay dan lesbian (Morrow et al. 1996). Akhirnya, teori tersebut telah digunakan pada sejumlah aplikator-aplikator antar budaya dan internasional (de Bruin, 1999; Kantas, 1997; Lent, Brown, Nita, & Soresi, 2003; Van Vianen, 1999).

Kesimpulannya, penelitian menawarkan dukungan bagi sejumlah asumsi-asumsi teoritis (dari SCCT dan dari teori social cognitif yang lebih luas) tentang bagaimana fungsi kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan berhubungan dengan minat karier, pilihan, kinerja, dan hasil karier lainnya. Pengaplikasian yang dideskripsikan pada bagian ini juga menggambarkan penggunaan potensi SCCT dalam memahami dan memfasilitasi pengembangan karier dan rentang keragaman manusia. Walau aplikasi seperti itu memberikan janji yang menarik, dibutuhkan pula penelitian tambahan yang dapat mengklarifikasi bagaimana variabel kognitif social bekerjasama dengan budaya, etnik, keadaan sosioekonomi, orientasi sexual, dan status kecacatan untuk membentuk pengembangan karier siswa dan pekerja. Penelitian mengenai ntervensi berbasis teori telah mulai muncul (Betz &Schifano, 200; Luzzo, Hasper, Albert, Bibby, & Martinelli, 1999), namun lebih banyak penelitian serupa dibutuhkan untuk membantu memperkuat dasar empiris bagi aplikasi praktis SCCT. Bagaimanapun, temuan-temuan yang tersedia baru-baru ini mungkin menawarkan implikasi bagi pendidikan karier dan praktik konseling. Kami mempertimbangkan implikasi yang demikian pada bagian selanjutnya.

MENGAPLIKASIKAN TEORI SOSIAL KARIER KOGNITIF PADA MASALAH PENGEMBANGAN KARIER TERTENTU

Teori Karier Kognitif Sosial mengusulkan sejumlah ide bagi perkembangan, pencegahan, dan perbaikan intervensi karier-yaitu, untuk mempromosikan perkembangan akademik/ minat karier dan kompetensi siswa, untuk mencegah atau merintangi kesulitan-kesulian yang berhubungan dengan karier, dan untuk membantu orang-orang untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam memilih atau menyesuaikan diri dengan pekerjaan. Masukan-masukan bagi aplikasi perkembangan dan pencegahan dapat berasal dari minat dasar, pilihan, dan kinerja model SCCT-terutama dari hipotesis tentang bagaimana kepercayaan diri dan variabel kognitif social lainnya berkembang di masa kecil dan remaja. Dalam aplikasi perbaikan, teori tersebut dapat digunakan sebagai sebuah framework baik untuk mengadaptasi cara-cara konseling yang ada dan untuk mengembangkan teknik intervensi asing. Pada bagian ini, kami menimbang cara-cara dimana SCCT dapat digunakan dalam menghadapi beberapa masalah pengembangan dan perbaikan karier tertentu.

MENGEMBANGKAN ASPIRASI DAN MINAT KAUM MUDA

Dari pandangan SCCT, beberapa proses kunci muncul saat masa kanak-kanak dan remaja-dalam akademik, keluarga, teman sebaya, anda setting lainnya-yang mengatur tahapan untuk minat karier yang relevan di kemudian hari. Proses-proses ini termasuk perolehan kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan sehubungan dengan beragam aktifitas, perkembangan minat karier yang relevan, dan formasi aspirasi karier. (dalam SCCT, aspirasi menggambarkan tujuan pekerjaan sementara atau angan-angan.) Proses-proses ini berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan yang menonjol pada tahun-tahun sekolah dasar dan menengah dan terus kembali dan disempurnakan di sekolah menengah atas dan seterusnya (Lent, Hakett, & Brown, 1999).

Anak-anak biasanya memiliki genggaman yang terbatas akan kemampuan mereka, terlebih lagi akan jalur dan aktivitas karier. Dikarenakan pengalaman dan eksposur mereka yang terbatas mengenail peranan karier, minat mereka terhadap hal yang berhubungan dengan karier dan aspirasi seringkali menjadi stereotypical, sempit, dan berubah-ubah (contohnya, seorang anak laki-laki mengekspresikan keinginannya untuk menjadi seorang pemadam kebakaran pada suatu minggu dan menjadi seorang pemain basket di minggu berikutnya). Selama masa kanak-kanak dan remaja, orang-orang biasanya menerima pengalaman yang menarik dengan tugas yang beragam bersamaan dengan eksposur langsung terhadap kemungkinan karier yang meluas. pengalaman ini menuntun pada kepercayaan yang berbeda-beda tentang kemampuan individu dalam domain aktivitas yang beragam dan perluasan kesadaran akan kondisi kerja dan bantuan yang diberikan oleh pilihan karier yang berbeda. Kemunculan kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan, bergantian, memupuk minat akan karier yang relevan dan tujuan yang cenderung menjadi lebih terdefinisi dan mengkristal seiring waktu, namun masil dapat dimodifikasi secara relatif berdasarkan tambahan pembelajaran tentang diri sendiri (contohnya, kemampuan personal, nilai) dan karier (contohnya, persyaratan keterampilan, bantuan ynag tersedia). Dengan cara ini, aspirasi karier secara bertahap (tapi tidak selalu) cenderung untuk menjadi semakin bertambah stabil dan ralistis-yang berarti,kongruen dengan minat, kemampuan, dan nilai pribadi.

Analisis ini memberi kesan bahwa kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan-dan informasi yang menjadi dasarnya-adalah kunci untuk memupuk minat akademik dan karis siswa dan terhadap jenis pilihan pekerjaan yang mereka bersedia untuk pertimbangkan. Di waktu yang sama, aspirasi karier siswa dapat menjadi terbatas baik karena lingkungan mereka menyediakan eksposure yang terbatas atau bias terhadap pengalaman pembangunan keyakinan tertentu (contohnya, sedikitnya kesempatan bagi mereka untuk sukses dalam mengejar pengetahuan saintifik, tidak ada pemeran dengan gender serupa dalam matematika) atau karena mereka mendapatkan kepercayaan diri atau harapan hasil kerja yang tidak akurat. Pengamatan ini memberi kesan bahwa intervensi perkembangan untuk mengembangkan kepercayaan diri dan hasil kerja yang diinginkan cenderung menjadi sangat berguna saat masa kanak-kanak dan remaja, sebelum minat dan spirasi menjadi lebih stabil dan beberapa pilihan menjadi benar-benar tertutup.

Empat sumber informasi mengenai keyakinan atas keberhasilan (efficacy) dapat digunakan sebagai sebuah struktur penyusunan dan intervensi psychoeducational. Pencapaian kinerja individu merupakan sebuah target intervensi yang berharga khususnya, terlebih dari efek ampuhnya pada kepercayaan diri. Pengalaman atas keberhasilan yang dinilai secara bertahap akan membantu mengembangkan kesadaran akan keyakinan keberhasilan pada tugas-tugas tertentu, namun junga penting untuk menyediakan cara diman siswa dapat menginterpretasikan kualitas kinerja mereka. Sebagai contoh, keberhasilan objektif mungkin tidak akan berefek pada kepercayaan diri dimana siswa menghubungkan nilai mereka yang bagus dengan keberuntungan, usaha, atau kemudahan pada tugas. Hal ini merupakan hal yang umum terjadi dalam kasus prestasi seornag gadis dalam matematika, sains, dan aktifitas nontradisional lainnya (Hackett, 1995). Usaha untuk memodifikasi keyakinan keberhasilan siswa dapat, dengan begitu, mengambil keuntungan dari inklusi prosedur restrukturisasi kognitif yang mendorong siswa untuk menghibur peningkatan atribut penampilan diri (contohnya, seseorang mengkredit kesuksesannya pada kempampuan pribadi yang berkembang, melihat kemampuan sebagai sebuah atribut yang dapat diperoleh daripada sebagi sesuatu yang tidak dapat diubah, bawaan lahir).

Elemen-elemen intervensi yang berguna juga dapat dibentuk dari tiga sumber lainnya dari informasi mengenai kepercayaan diri. Sebagai contoh, modeling dapat digunakan untuk membatu siswa untuk mengeksplor domain akademik dan karier yang mungkin belum pernah mereka temui sebelumnya atau didorong untuk mempertimbangkannya. Siswa cenderung mengidentifikasi menggunakan model peran siapa yang mereka anggap serupa dengan mereka dalam dimensi-dimensi penting seperti, gender, etnik, umur. Dorongan dan persuasi social dapat digunakan untuk mendorong siswa untuk mencoba tugas-tugas baru, untuk bertahan meskipun mengalami kemunduran, dan utnutk menginterpretasikan kinerja mereka dengan baik, sebagai contoh, dengan cara focus pada perkembangan kemampuan daripada kesuksesan telak akan tugas. Keadaan psikologi dan afektif juga bisa mendapatkan perhatian dimana, misalnya, kecemasan yang berhubungan dengan tugas muncul menjadi pengurangan kepercayaan diri dan mengganggu kinerja. Latihan-latihan relaksasi dan strategi yang bersifat kognitif lainnya dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan.

Kepercayaan akan efficacy dari konten yang spesifik (contohnya, dalam matematika dan pelajaran sekolah lainnya) tidak harus menjadi fokus satu-satunya dalam usaha pembangunan efficacy. Untuk mendorong kepercayaan diri dan kemampuan juga terlihat sangat diperlukan dalam domain proses karier yang lebih besar, seperti komunikasi, kerja tim, manajemen konflik, kepemimpinan, dan multicultural sensitivity. Domain kemampuan umum yang serupa telah dilihat sebagai keutuhan pada transisi siswa dari sekolah ke pekerjaan (Lent et al., 1999). Sebagai tambahan dalam fokus peningkatan kepercayaan diri, SCCT akan mendorong beragam perkembangan intervensi target lainnya. Secara khusus, eksposur tehadap informasi tentang karier (lihat Gore & Hitch, Bab 16, volume ini) merupakan kunci untuk meningkatkan pembelajaran mengenai hasil realistis yang diharapkan (contohnya, kepercayaan tentang situasi kerja dan bantuan yang tersedia dalam beragam pekerjaan). Teori Karier Kognitif Sosial juga akan mendorong intervensi yang didesain sesuai dengan usia yang pantas untuk membantu siswa menjelajahi pertumbuhan minat mereka dan beragam karier yang mungkin akan dirasa cocok bagi mereka (Turner & Lapan, Bab 17, volume ini). Intervensi serupa akan paling baik menjadi pendekatan dengan pemahaman yang eksplisit (dikomunikasikan kepada orangtua, guru, dan siswa) bahwa minat, tujuan, nilai, dan kemampuan merupakan atribut yang tidak tentu yang dapat berubah dan tumbuh seiring bertambahnya pengalaman. Penilaian mungkin, dengan demikin, paling baik dilihat sebagai sebuah potret disetiap satuan waktu, daripada sebagai sebuah sebuah refleksi dari kualitas yang tetap.

Akhirnya, SCCT akan mendorong sebuah fokus pada pengembangan kemampuan seperti pembuatan keputusan dan penetapan tujuan (contohnya, mengubah tujuan terpencil yang lebih besar menjadi subgoal yang proksimal, menemukan penyokong untuk tujuan-tujuan pribadi). Kemampuan serupa dapat diajarkan melalui penggunaan contoh-contoh dari domain, seperti belajar atau pertemanan, yang merupakan sesuatu yang bermakna bagi kaum muda dan dapat digeneralisasikan untuk pengembangan karier. Teori Karier Kognitif Sosial telah digunakan baru-baru ini sebagai sebuah basis bagi perancangan (Prideaux, Patton, & Creed, 2002) dan evaluasi (McWhirter, Rasheed, &Crothers, 2000) program-program pendidikan karier.

MEMFASILITASI IMPLEMENTASI DAN PEMBUATAN PILIHAN KARIER

Dalam sebuah scenario yang ideal, manusia mencapai tahap remaja akhir atau tahap dewasa awal dengan:

Sebuah apresiasi yang baik terhadap minat, nilai, dan bakat mereka.

Sebuah pemahaman tentang bagaimana atribut diri tersebut sesuai dengan pilihan kejuruan.

Sebuah tujuan, atau pilihan, yang jelas yang menghubungkan atribut diri mereka dengan sebuah jalan karier yang cocok (contohnya, sesuatu yang dapat melibatkan minat mereka, memuaskan nilai yang mereka anut, dan menilai bakat mereka). Kemampuan yang baik dalam membuat keputusan, merancang tujuan, dan mengelola pencapaian tujuan (contohnya, kemampuan mengatur diri). Sebuah lingkungan yang menyediakan dukungan yang dibutuhkan bagi tujuan mereka (contohnya, dorongan social, pembimbing, sumber finansial) dan penghalang yang minimum yang berhubungan dengan tujuan (dikriminasi ras). Sejumlah sifat pribadi (contohnya, efektivitas negatif yang rendah, kesadaran yang tinggi) yang dapat membantu proses pembuatan dan pengimplementasian keputusan hidup yang penting pada umumnya dengan cara, misalnya, meminimalkan keraguan kronis dan memaksimalkan tindak lanjut mengenai tujuan dan rencana.Mereka yang memiliki sumber daya lingkungan dan pribadi ini dalam jumlah yang cukup akan cenderung untuk tidak mencari layanan konselor karier. Sayangnya, bagaimanapun, msalah-msalah mungkin muncul dalam beberapa atau semua area ini-dan beragam rintangan lainnya, seperti kecacatan fisik atau kesulitan dalam domain kehidupan disamping pemilihan karier, mungkin akan muncul pula-yang dapat mengganggu usaha individu dalam implementasi dan pembuatan pilihan karier.Mengembangkan Opsi PilihanSeperti halnya kebanyakan pendekatan terhadap penyuluhan pilihan karier, SCCT bertujuan untuk membantu klien untuk memilih dari banyaknya pekerjaan yang memiliki kesesuaian yang cukup baik dengan aspek-aspek kepribadian kerja (contonhnya, minat, nilai, kemampuan). Beberapa klien terhalang dalam usaha ini karena kepribadian kerja mereka tidak cukup (contohnya, minat yang diukur mengahsilkan sebuah profil yang datar dan rendah) atau karena mereka merasa tertahan oleh posi karier yang terbatas. Dalam contoh-contoh seperti itu, saya dan rekan saya telah menemukan bahwa merupakan hal yang bermanfaat untuk menjelajahi proses social kognitif yang mungkin menjadi penyebab masalah piliha, mengadaptasi strategi penilaian yang pada umumnya digunakan dalam konseling karier (Brown & Lent, 1996). Sebuah implikasi yang penting dari model minat SCCT adalah bahwa orang-orang biasanya menolak pilihan karier yang berpotensi layak karena ketidakakuratan kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan (contohnya, seseornag bisa percaya, dengan keliru, bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam sebuah pekerjaan yang diberikan atau bahwa pekerjaan tersebut tidak menawarkan kondisi pekerjaan yang ia kehendaki). Dengan meninjau kembali pilihan sebelumnya yang telah dibuang dan menimbang alasan mengapa pilihan tersebut dihapuskan, klien karier dapat seringkali mengklarifikasi minat, kemampuan, dan nilai mereka-dan juga memperluas tingkat potensi pilihan ynag memuaskan dari apa yang mereka pilih.Kami telah memilih dua strategi untuk mengeksplor pilihan yang dihapuskan. Pada strategi pertama, ukuran standar minat kejuruan, nilai/kebutuhan, dan bakat disusun, dan hasilnya diteliti untuk melihat perbedaan antara pilihan pekerjaan yang dihasilkan dari beragam pengukuran. Kami melihat perbedaan bakat dan nilai-minat secara khusus. Instansi dimana klien yang memiliki bakat untuk sukses dalam pekerjaan tertentu muncul, tetapi dimana mereka menunjukkan minat yang cukup rendah, dapat memberi kesan bahwa kemampuan pribadi dijadikan perhitungan (contohnya, bahwa minat mungkin tidak berkembang karena kepercayaan diri merekarelatif rendah). Begitu pula, instansi dimana nilai klien terlihat sesuai dengan beberapa pekerjaan tertentu, tapi dimana klien menunjukkan sedikit minat terhadap pekerjaan, menunjukkan ketidakakuratan hasil yang diharapkan (contohnya, klien mungkin memiliki informasi yang terbatas atau bias mengenai pekerjaan tersebut, yang menyebabkan pada kesalahan asumsi tentang potensi pekerjaan atas kebutuhannya). Perbedaan seperti itu ditargetkan untuk didiskusikan dan, kemungkinan, konseling ditujukan untuk meningkatkan kepercayaan diri atau menanamkan ekspektasi hasil yang akurat.Strategi kedua kami untuk mengeksplorasi pengambilalihan pilihan karier menggunakan sebuah prosedur kartu kejuruan yang dimodifikasi. Pertama-tama kami bertanya kepada klien untuk menyusun sebuah daftar pekerjaan dalam tiga kategori: (1) mungkin dipilih, (2) tidak akan dipilih, dan (3) dipertanyakan. Kemudian kami fokus terhadap pekerjaan-pekerjaan tersebut yang dimasukkan ke dalam daftar kategori tidak akan dipilih dan dipertanyakan. Sang klien didorong untuk menyusun pekerjaan-pekerjaan ini ke dalam kategori yang lebih spesifik yang mencerminkan kepercayaan atas kepercayaan diri (contohnya, akan dipilih jika saya merasa saya memiliki kemampuan), hasil yang diharapkan (contohnya, mungkin dipilih jika saya merasa pekerjaan itu menawaekan hal yang saya harapkan), kurangnya minat yang pasti (contohnya, tidak akan memilih dalam situasi apapun), atau lainnya. Pekerjaan yang disusun menjadi subkategori kepercayaan diri dan hasil yang diharapkan kemudian dieksplorasi untuk keakuratan persepsi hasil dan kemampuan. Untuk strategi pertama, penilain berkelanjutan, pembangunan efficacy, atau pengumpulan informasi dapat kemudian dilakukan untuk menantang kesalahan asumsi mengenai diri atau karier dan memaksimalkan kemungkinan opsi pilihan. (Lihat Brown & Lent, 1996, untuk contoh kasus penggunaan setiap strategi terhadap klien dewasa yang mempertimbangkan pergantian karier.)Mengatasi Hambatan dan Membangun DukunganSebuah kunci asumsi dari model pilihan SCCT ialah bahwa orang-orang cenderung untuk mengimplementasikan pilihan karier mereka (contohnya, untuk menerjemahkan tujuan mereka menjadi aksi) jika mereka melihat bahwa pilihan yang mereka pilih akan ditemani dengan hambatan yang minim dan banyak dukungan dalam lingkungan sekitar. Sebalinya, klian yang mnegantisipasi, misalnya, bahwa orang-orang tertentu lainnya akan meremehkan jalan yang mereka pilih atau bahwa mereka tidak akan bisa mengakses dukungan finansial yang mereka butuhkan untuk mengejar pilihan mereka akan menjadi lebih kurang berkenan untuk menindaklanjuti tujuan mereka. Asumsi-asumsi ini telah membimbing kami untuk membangun pertimbangan akan pilihan dukungan dan hambatan yang potensial secara langsung menjadi proses konseling pilihan. Secara khusus, kami telah mengembangkan sejumlah langkah untuk membantu klien:1. Mengidentifikasi dan mengantisipasi hambatan yang mungkin terhadap pengimplementasian pilihan mereka.

2. Menganalisa kecenderungan menghadapi hambatan tersebut.

3. Menyiapkan strategi menghadapi hambatan (contohnya, cara untuk mencegah atau mengatasi hambatan-hambatan tersebut)

4. Memupuk dukungan terhadap tujuan mereka di dalam keluarga, kelompok sebaya, dan kunci sistem social lainnya.

Kami telah menggunakan sebuah prosedur decisional balance sheet yang telah dimodifikasi untuk membantu klien mengidentifikasi potensi hambatan pilihan. Secara spesifik, kami bertanya kepada klien untuk menghasilkan konsekuensi positif dan negatif yang berhubungan dengan setiap pilihan karier yang mereka pertimbangkan dengan serius. Kami kemudian membuat mereka fokus pada konsekuensi negatif yang mungkin mencegah mereka dari mencapai setiap pilihan. Selanjutnya, klien diminta untuk mengestimasi kemungkinan setiap hambatan yang mungkin ditemui, dan strategi kemudian dikembangkan dan dicoba untuk mencegah atau mengatasi hambatan yang paling mungkin ditemui. Brown dan Lent (1996) mengilustrasikan penggunaan dari metode menghadapi hambatan ini terhadap seorang klien yang enggan mengejar pilihan yang dipilihnya karena ketakutan akan bahaya terhadap hubungan romantisnya. Setelah mengidentifikasi dan menganalisis hambatan ini, sang klien dibantu untuk menetralisasikannya dengan menegosiasikan sebuah startegi dual-career dengan pasangannya, memungkinkannya untuk mempertahankan opsi pilihan yang paling ia inginkan untuk dicapai.Sebagai tambahan dalam mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk mengatasi hambatan, akan sangan berguna untuk membantu klien dalam sistem pembangunan dukungan untuk membantu mempertahankan usaha pilihan mereka (Lent et al., 2000). Faktanya, pembangunan dukungan telah diidentifikasi sebagai sebuah elemen kunci dalam konseling pilihan karier yang sukses (Brown & Ryan Krane, 2000). Saat klien telah mempersempit pilihan karier mereka, mereka dapat didorong untuk mempertimbangkan:

Langkah yang harus mereka ambil untuk mengimplementasikan pilihan yang mereka pilih

Sumberdaya lingkungan (contonhya, social, finansial) yang dapat membantu mereka untuk mencapai langkah tersebut

Sumberdaya yang dapat mereka gunakan, khususnya, untuk mengimbangi hambatan untuk mencapai tujuan mereka

Konselor juga dapat membantu klien untuk mempertimbangkan dimana dan bagaimana cara untuk mengakses dukungan yang dibutuhkan. Dalam banyak kasus, sistem dukungan klien yang ada dapat menyediakan sumberdaya yang berguna dalam pencapaian tujuan mereka (contohnya, akses terhadap kontak pekerjaan yang relevan). Di kasus lainnya, sumberdaya bisa didapatkan dengan cara memupuk sistem dukungan yang baru atau alernatif (contohnya, mengembangkan hubungan dengan kelompok sebaya yang akan mendukung, daripada mencemooh, aspirasi akademik atau karier mereka).Keluarga klien seringkali memusatkan pembuatan pilihan karier dan usaha implementasi mereka, khususnya dalam budaya kolektifis. Karena itu, adalah merupakan hal yang berguna untuk membangun, di dalam konseling, konsiderasi bagaimana opsi pilihan klien betautan dengan harapan keluarga mereka (atau orang-orang yang signifikan lainnya). Klien terkadang membutuhkan bantuan khusus dalam menegosiasikan konflik antara tujuan mereka sendiri dan tujuan orang lain untuk mereka. Tergantung dengan konteks budaya dan pilihan klien, anggota keluarga dan stakeholder lainnya dapat diundang untuk ber-artisipasi dalam konseling pilihan dan untuk mebantu klien dalam mengembangkan strategi menghadapi hambatan dan pembangunan dukungan.

Implementasi dan Penetapan TujuanBeberapa klien membutuhkan bantuan tambahan dalam proses menentukan tujuan dan mengelola pengejaran atas tujuan mereka. Proses-proses ini dapat dianggap sebagai kemampuan penataan diri karier: yang harus dikuasai sehingga klien dapat menciptakan, memberlakukan, dan mengubah rencana-rencana karier yang membuaskan, khususnya di masa depan, setelah konseling selesai.Saat keputusan telah dibuat dan tujuan telah dipilih, banyak faktor yang dapat memberi efek pada kecenderungan klien untuk mengimplementasikan, atau menindaklanjuti, pilihan yang mereka pilih. Faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi implementasi pilihan termasuk tingkah laku dimana orang-orang membuat rangka atas tujuan mereka. Telah ditemukan, misalnya, bahwa tujuan yang lebih luas (contohnya, menjadi seorang dokter) akan cenderung diberlakukan jika tujuannya jelas, spesifik, dibagi menjadi subtujuan yang dapat dikelola (contohnya, mengambil kelas pre-med, mendaftar ke sekolah kedokteran), mengatur dalam waktu dekat aksi-aksi yang direncanakan, menyatakan secara public, dan memegang komitmen yang kuat (Bandura, 1986). Sebaliknya, tujuan dipegang secara samar, amorf, distal, private, lemah (contohnya, saya mungkin akan pergi untuk menempuh gelar yang lebih tinggi di suatu waktu) menyediakan panduan yang jauh kurang dapat diandalkan. Karena tidak semua kemungkinan hambatan pada pengimplementasian pilihan dapat diantisipasi dan dihindari, klien dapat didorong untuk tetap fleksibel dan beradaptasi dengan pendirian mereka (Phillips, 1994), sebagi contoh, dengan menyiapakan rencana cadangan.

MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA

Teori Karier Kognitif Sosial pada awalnya dipahami untuk membantu menjelaskan tentang proses pengembangan minat, pembuatan pilihan, dan kinerja. Walaupun proses afektif dan hasil, seperti kepuasan kerja dan pendidikan, bukan merupakan sebuah pusat perhatian dalam teori aslinya, sebuah model social kognitif kepuasan akademik/karier berada dibawa konstruksi (Lent &Brown, 2003). Penjelasan dari model yang baru lahir ini berada di atas lingkup bab ini. Namun, adalah hal yang mungkin untuk membuat batasan atas, paling tidak secara tentatif, prinsip yang berhubungan dengan konseling dari kepuasan perkembangan model kita.

Literatur mengenai keseluruhan kepuasan hidup dan kepuasan dengan domain kehidupan yang spesifik, sperti pekerjaan, memberikan kesan bahwa beberapa ciri-ciri kepribadian (seperti, extraversion, tidak adanya neurotisme) cenderung diasosiasikan dengan kepuasan (DeNeve & Cooper, 1998: Judge, Heller, & Mount, 2002). Dengan demikian, dalamtahap tertentu, orang-orang yang cenderung merasa senang dan terbuka pada umumnya juga cenderung untuk merasa senang di sekolah dan di lingkungan kerja. Temuan serupa tidak, dengan sendirinya, menawarkan banyak hal dalam implikasi konseling karena kepribadian dan tendensi afektif sering kali relatif stabil dan sulit untu berubah (Brown, Ryan, & McPartland, 1996). Namun, kepuasan juga, untungnya, berhubungan dengan beberapa faktor yang dapat dimodifikasi dengan siap dan subjek bagi control pribadi. Faktor-faktor agentik ini mencakup beberapa elemen kognitif sosial.

Telah ditemukan, misalnya, bahwa tujuan pribadi berhubungan dengan penting terhadap hasil akhir kepuasan (Lent, in press). Sementara beberapa aspek tujuan dapat mempengaruhi kepuasan di dalam sebuah domain kehidupan yang diberikan (contohnya, hanya dengan memiliki tujuan, memiliki sejumlah tujuan sendiri), membuat perkembangan menuju tujuan pribadi tampaknya menjadi faktor penentu kepuasan yang penting. Bekerja mundur dalam rantai kasual yang terduga, orang-orang cenderung membuat kemajuan menuju tujuan yang mereka anut dan untuk menjadi puas hingga tingkat dimana mereka (1) perasaan keberhasilan diri, (2) memiliki hasil yang baik atas hasil yang diharapkan, dan (3) memiliki akses atas dukungan lingkungan dan sumberdaya yang relevan untuk mencapai tujuan mereka.

Implikasi konseling terhadap analisis singkat ini cukup mudah. Jika kepuasan pekerjaan (atau pendidikan) dihasilkan sebagian dari kemajuan dalam pekerjaan (atau pendidikan), makan kepuasan mungkin dapat ditingkatkan dengan memungkinkan pekerja (dan siswa) untuk mengatur dan membuat kemajuan meuju tujuan pribadi yang diinginkan (contohnya, berusaha mendapatkan niali yang diharapkan dalam jurusan mereka). Fokus atas kemajuan tujuan ini akan menggambarkan strategi yang dideskripsikan sebelumnya. Misalnya, murid atau pekerja baru dapat dibantu untuk:

Mengatur tujuan kinerja yang cukup lagi menantang (contohnya, tujuan yang kongruen dengan kemampuan masa kini tetapi yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan di masa depan).

Break complex, tujuan distal menjadi lebih sederhana, subtujuan proksimal.

Menetapkan tentang bagaimana kemajuan dapat diukur dan bukan hanya pencapaian tujuan pokok.

Mengidentifikasi dan mengakses dukungan lingkungan dan sumberdaya yang dapat membantu kemajuan tujuan.

Mengantisipasi dan menyiapkan strategi untuk mengatasi hambatan akan pencapaian tujuan.

Fokus akan peningkatan kemajuan menuju tujuan pribadi ini mungkin bekerja baik sebagai sebuah panduan umum untuk mencegah ketidakpuasan pendidikan atau pekerjaan sama halnya dengan meningkatkan kepuasan dan kelanjutan perkembangan kemampuan dan minat. Misalnya, pengalaman lebih pekerja dapat membantu untuk menangkal kelelahan dengan cara mengatur dan berkembang menuju tujuan baru atau dengan mempertimbangkan mendesain ulang pekerjaan atau menata ulang pilihan yang dapat mempengaruhi pekerjaan mereka dengan tantangan yang baru dan kesempatan pemenuhan nilai. Sambil lalu, apa yang dikatakan sebagai burnout sering kali dapat lebih dideskripsikan sebagai rust-out-yaitu, situasi dimana semua tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan telah dipenuhi, kemampuan dan insentif tidak berubah, dan pekerjaan telah, dengan demikian, dilepaskan dari kebagian besai nilai minat dan kesenangannya. Dimana kepuasan pekerjaan tidak dapat ditingkatkan dengan cara lainnya-atau dimana peran pekerjaan bukan merupakan satu dari domain kehidupan individu yang paling dihargai-keterlibatan (dan pengaturan tujuan) dalam domain kehidupan lainnya, seperti waktu luang atau akifitas sukarela, dapat menyediakan jalan keluar alternatif bagi kepuasan hidup.Selain dari kemungkinan pengembangan dan pencegahan ini, aplikasi perbaikan dapat mendapatkan keuntungan dari analisis sumber dan jenis ketidakpuasan yang seorang klien alami. Ketidakpuasan terhadap pendidikan dan pekerjaan dapat timbul dari sejumlah penyebab, seperti stress kerja yang kronik atau akut, persyaratan kemampuan kerja yang secara signifikan melampaui atau lebih rendah dari kemampuan klien saat itu, kesulitan interpersonal, atau perbedaan antara nialai pribadi dan penguat kerja (contohnya gaji yang tidak cukup). Terlebih lagi, ke(tidak)puasan pekerjaan dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang dapat dibandingkan, seperti aspek kepuasan pekerjaan dan kepuasan organisasi (lihat Dewis, Bab 1, volume ini; Fritzsche & Parrish, Bab 8, volume ini). Strategi sifat kognitif yang pantas dapat berasal dari kognitif social dan teori yang berhubungan untuk mengalamatkan beragam sumber dan jenis kepuasan pekerjaan. Misalnya, kemunduran kinerja dapat diperbaiki dengan cara fokus pada self-efficacy dan strategi peningkatan kemampuan yang dijelaskan pada bab selanjutnya; dan masalah interpersonal sering kali dapat diatasi melalui prosedur resolusi konflik atau perkembangan dan strategi kemampuan interpersonal tertentu (contohnya, penambahan, kepemimpinan, pemecahan masalah yang bersifat kolaboratif, komunikasi antar budaya).

Seperi teori-teori kesesuaian lingkungan dan orang, sebuah perspektif SCCT mengakui bahwa ketidakpuasan dapat dihasilkan dari ketidakmampuan antara atribut pribadi dan lingkugan dan bahwa ketidakpuasan dapat, dengan demikian, dikurangi dengan cara mengembangkan kesesuaian antara P (person/orang) dan E (environment/lingkungan). Contohnya, ketidaksesuaian antara nilai dan penguat dapat dialamatkan melali pekerja dan pengawas negosiasi, rekonstruksi ulang pekerjaan, peningkatan kemampuan, atau, bila dibutuhkan, konseling penggantian pekerjaan atau karier. Salah satu perbedaan yang penting dari teori kesesuaian P-E, bagaimanapun, adalah SCCT menerima bahwa ketidaksesuaian (atau diskorespondensi) tersebut dapat muncul dengan sejumlah dimensi (contohnya, minat, kepribadian, nilai, kemampuan) yang mungkinpenting bagi individu. Perbedaan lainnya adalah asumsi bahwa persepsi subjektif dari ketidaksesuaian P-E seringkali lebih penting daripada penilaian ketidaksesuaian yang objektif dalam menentukan kepuasan seseorang dengan lingkungan kerja. Contohnya, ketidakpuasan dapat dihasilkan dari keyakinan, akurat ataupun tidak, bahwa kemampuan seseorang sangat direndahkan atau melebihi persyaratan kerja atau bahwa pekerjaan tidak dengan cukup menggambar atau memberikan penghargaan atas bakat utamanya (terkadang disebut sebagai setengah pengangguran). Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan panggilan bagi penilaian kesesuaian multifaset dan usaha perbaikan yang berkembang terhadap, namun meluas di atas, apa yang teori P-E tentukan. (Brown & Lent, 1996, contoh diskusi dari konseling berbasis SCCT yang telah dimulai oleh klien yang mengalami ketidakpuasan kerja karena penentuan kesesuaian yang buruk antara nilai atau kemampuan dan jalan keluar yang disediakan oleh lingkungan kerja mereka.)

MEMFASILITASI KINERJA

Teori Karier Kognitif Sosial menawarkan beberapa implikasi bagi usaha utnuk meningkatkan kesuksesan akademik/karier dan mengoptimalkan kinerja. Hipotesis dasar dari model kinerja SCCT memberikan kesan bahwa kepercayaan akan kepercayaan diri dapat memfasilitasi pencapaian dalam sebuah domain karier atau akademik yang ditetapkan selama seseorang memiliki paling tidak level memadai yang minimum dari kemampuan yang dibutuhkan dalam domain tersebut. Sementarahal ini tidak berarti bahwa setiap siswa atau pekerja dapat diubah menjadi seorang Einstein secara sederhana dengan meningkatkan kepercayaan diri mereka, hal ini benar menyiratkan, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa kepercayaan diri dapat membantu orang-orang untuk memanfaatkan kemampuan yang mereka miliki secara maksmial dan memfasilitasi perkembangan lanjut kemampuan mereka, karena itu mengembangkan pencapaian selanjutnya. Dengan begitu, prosedur-prosedur yang didesain untuk meningkatkan epercayaan diri bisa menjadi bahan yang bernilai baik dalam perkembangan program pembangunan kemampuan yang terorientasi (didiskusikan di awal dalam konteks peningkatan aspirasi) dan dalam usaha perbaikan pada orang-orang yang mengalami kesulitas kinerja.

Sebuah strategi dasar berbasis keyakinan akan keberhasilan untuk meningkatkan kinerja mmelibatkan kemungkinan mejelajahi perbedaan antara estimasi kepercayaan diri dan data kemampuan yang dinilai secara objektif atau kinerja di masa lalu. Prosedur-prosedur intervensi dapat kemudian didesain untuk menjadi bersifat resposif terhadap jenis perbedaan yang diidentifikasi. Misalnya, siswa atau pekerja dengan kepercayaan kepercayaan diri yang lemah namun kemampuan yang cukup dalam domain kinerja yang relevan dapat mengambil manfaat dari intervensi yang relative tidak intensif yang didesain untuk meningkatkan kepercayaan dirimereka dan, kemungkinan, perkembangan kemampuan mereka lebih lanjut, tergantung pada level kemampuan mereka saat ini. Hal-hal tersebut menujukkan baik lemahnya kepercayaan diridan kurangnya kemampuan, bagaimanapun, dapat menjadi kandidat yang baik untuk perbaikan usaha pembangunan kemampuan yang intensif yang dapat disusun di sekitar sumber dari informasi efficacy.Mungkin ada pula situasi dimana taraf penurunan kemampuan sangat lah besar, sang klien tidak bersedia untuk terlibat dalam (atau mungkin cenderung tidak mungkin untuk mendapat keuntungan dari) aktivitas perbaikan, atau lingkungan (contohnya, perguruan tinggi, oraginisasi kerja) tidak bersedia untuk mendukung aktivitas serupa atau telah memutuskan untuk membatasi siswa atau pekerja. Dalam istilah kesesuaian P-E, scenario serupa mencerminkan sebuah perbedaan yang seriusanatar kemampuan individu dan syarat pengaturan kemampuan. Pada kasus seperti itu, pilihan pendidikan atau karier (atau perubahan) konseling dapat ditawarkan, dengan menaruh perhatian terhadap identifikasi kecocokan, alternatif pilihan pekerjaan atau akademik yang memiliki syarat kemampuan yang lebih dekat berhubungan dengan kemampuan klien saat itu. Teori Karier Kognitif Sosial tidak menyiratkan bahwa kepercayaan diri mengkompensasi kekurangan akan kemampuan yang dibutuhkan atau bahwa usaha untuk meningkatkan kepercayaan diri selalu diindikasikan-faktanya, usaha sperti itu cenderung tidak dapat dipertahankan) jika mereka tidak dengan serius mengindahkan kekurangan pada kemampuan.

Saat klien memiliki kemampuan yang culup namun kepercayaan diri yang lemah dalam sebuah domain kinerja yang ditetapkan, teori tersebut akan memberikan kesan tentang nilai dari suatu aktivitas yang didesain untuk membantunya:

Mendapatkan penguasaan pribadi akan pengalaman dengan tugas-tugas yang secara bertahap lebih menantang dalam domain itu

Mengulas kembali pengalaman akan keberhsilan di masa lalu

Menginterpretasikan kesuksesan di masa lalu dan masa kini melalui cara yang meningkatkan, daripada mengabaikan, kompetensi yang dirasakan

Serupa dengan usulan sebelumnya tentang meningkatkan kepercayaan kepercayaan diri, klien dapat didorong untuk menghargai pengalaman akan kesuksesan dalam pengembangan kemampuan menjadi kemampuan personal dengan faktor internal, stabil, khususnya kemampuan pribadi, daripada faktor internal, tidak stabil (contohnya, usaha) atau eksternal (keberuntungan, kemudahan tugas). Misalnya, saat klien berhasil dalam sebuah tugas kerja atau saat mereka mengulas kembali pengalaman di masa lalu, mereka dapat diminta untuk menjelaskan penilaian alasan atas kesuksesan tugas mereka. Atribusi non-adaptif dapat ditantang, misalnya, dengan membuat klien menghasilkan dan mengevaluasi interpretasi alternative bagi kesuksesan kinerja mereka (Brown & Lent, 1996).Fokus terhadap penyediaan, pengulasan kembali, dan penginterpretasian penguasaan pengalaman ini dapat ditambah dengan aktivitas konseling ynag menggambarkan sumber-sumber lain dari kepercayaan diri. Misalnya, menyediankan eksposur untuk model yang relevan, dukungan verbal, atau bantuan untuk mengatasi kecemasan dapat membantu untuk meningkatkan kepercayaan diri dan, pada gilirannya, perkembangan kemampuan dan kinerja. Sebagai tambahan, SCCT menunjukkan hasil yang diharapkan dan tujuan kinerja sebagai operasi, bersama dengan kepercayaan diri, sebagai kunci motivator kinerja. Karena itu, sebuah pendekatan yang komprehensif untuk fasilitas kinerja mungkin akan pula memerlukan usaha untuk mempengaruhi hasil yang diharapkan yang bermanfaat (contohnya, pengetahuan yang akurat tentang kondisi kerja dan penguatan) dan realistis, namun menantang, tujuan kinerja (contohnya tujuan yang dapat dicapai tetapi dapat merentangkan perbaikan kemampuan individu lebih lanjut).

KESIMPULAN

Teori Karier Kognitif Sosial merupakan sebuah kerangka kerja yang berkembang yang bertujuan untuk membangun dan memperluas teory umum kognitif social Bandura (1989,1997) tentang proses pengembangan karier. Kerangka kerja ini menandai variabel kognitif sosial, seperti kepercayaan diri, yang memungkinkan orang-orang utnuk melatih agensi pribadi dalam perkembangan karier diri mereka sendiri; Teori ini juga menggambarkan tentang cara dimana faktor orang lain dan lingkungan (contohnya, gender, budaya, halangan, dukungan) membantu membentuk jalur karier orang-orang. Awalnya bertujuan untuk menjelaskan minat akademik dan minat karier, pilihan, dan proses kinerja, teori ini saat ini sedang diperluas untuk penelitian kepuasan bekerja dan pendidikan. Bab ini mencakup elemen dasar teori, prediksi, dan status penelitian; teori ini juga mengg