154 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki ...
Transcript of 154 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki ...
154
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam rangka perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional siswa. Dengan belajar bahasa, siswa dapat mengembangkan
kecerdasan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan siswa juga
dapat dikembangkan untuk bergaul dengan sesamanya, dan dengan masyarakat di
luar lingkungannya. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, baik secara
lisan maupun tertulis, siswa akan dapat menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan lebih cepat dan lebih baik. Oleh sebab itu, pendidikan bahasa, baik bahasa
ibu, bahasa nasional, maupun bahasa internasional ditekankan pada kompetensi
komunikatif.
Bygate (1987) dalam Ghazali mengatakan bahwa kemampuan bahasa lisan
memerlukan pengetahuan tentang bahasa yang digunakan dalam hal ini, yakni tata
bahasa, kosakata, penggunaan bentuk yang tepat untuk fungsi tertentu. Selain itu,
keterampilan untuk mengomunikasikan pesan, yaitu penggunaan formula verbal
atau penyesuaian terhadap kata-kata.
Bahasa Inggris memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam era
globalisasi. Sebagian masyarakat multibahasa menggunakan bahasa Inggris dalam
berbagai bidang kehidupan. Salah satu di antaranya adalah di bidang pariwisata.
Salah satu komponen pembelajaran bahasa Inggris adalah pemahaman dan
penguasaan kosakata. Pemahaman dan penguasaan kosakata secara umum
dianggap sebagai bagian penting dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun
pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai.
Penguasaan kosakata merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai
siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tanpa memiliki kosakata yang
memadai, siswa akan mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi dasar
berbahasa Inggris. Sebaliknya, semakin banyak kosakata bahasa Inggris dikuasai
dan dipahami oleh siswa maka semakin mudah siswa tersebut mempelajari dan
memahami bahasa Inggris.
Menurut Edward dan Rebecca (1977:150) yang dikutip oleh Novena Ade
Fredyarini Soedjiwo (2010) dalam tesisnya yang berjudul “Penguasaan dan
Pemakaian Kosakata dalam Kalimat Sederhana pada Pembelajaran Bahasa Inggris
Siswa SD Negeri 8 dan RSDBI Muhammadiyah 2 Denpasar”, sebagian besar
siswa mempelajari bahasa baru cenderung dipengaruhi oleh bahasa pertama,
kemudian berangsur-angsur berkembang lebih akurat dan berstruktur. Hal ini
terjadi akibat siswa terpengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan
selalu berdasarkan instruksi guru, dalam hal ini guru bukan penutur asli dan masih
dipengaruhi tuturan bahasa pertama, fonologi, dan struktur kalimat sehingga
pengajaran masih terfokus pada kosakata.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa, yaitu contextual teaching and learning (CTL). Metode CTL
adalah konsepsi pembelajaran yang membantu pengajar menghubungkan mata
pelajaran dengan situasi nyata serta pembelajaran yang memotivasi peserta didik
agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Iskandarwassid, 2009).
Metode CTL muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang
mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Pengajaran dengan menggunakan
metode CTL memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan
di dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah-
masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Dalam metode
CTL ini ada tujuh elemen penting, yaitu inkuiri, pertanyaan, konstruktivistik,
pemodelan, masyarakat belajar, penilaian autentik, dan refleksi. Ketujuh unsur
tersebut dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran bahasa, metode CTL ini biasa dilakukan melalui teknik bermain
peran (Iskandarwassid, 2009).
Metode CTL sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun
1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat
dan pengalaman siswa. Metode CTL ini juga dikembangkan oleh The Washington
State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan sebelas
perguruan tinggi, dua puluh sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Yang melandasi pengembangan Contextual
Teaching and Learning adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal. Siswa harus
mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan (Kesuma, 2009).
Pada survei yang dilakukan pada Januari 2012 sampai dengan Maret 2012
diketahui bahwa para siswa SMP Taman Sastra Jimbaran, dari kelas VII sampai
dengan kelas IX lebih dominan menggunakan bahasa Bali, bahasa ibu mereka
sebagai alat komunikasi mereka sehari-hari dengan teman-teman mereka di
sekolah. Bahasa Bali yang digunakan adalah bahasa Bali kasar. Mereka belum
mampu menggunakan bahasa Bali madya (menengah) dan alus, sedangkan bahasa
Indonesia hanya digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan pada
saat berkomunikasi dengan teman mereka yang tidak bisa berbahasa Bali.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII karena siswa tersebut merupakan
siswa transisi. Artinya, mereka masih terbawa pada situasi/suasana belajar bahasa
Inggris seperti di Sekolah Dasar dan belum mengenal situasi/suasana belajar
bahasa Inggris pada sekolah menengah pertama (SMP). Sebagian besar mereka
berasal dari sekolah dasar negeri yang berada di lingkungan Kelurahan Jimbaran.
Pada umumnya, mereka mendapatkan pelajaran bahasa Inggris di kelas IV dan
mereka lebih banyak belajar tentang kosakata. Selain itu, materi pelajaran bahasa
Inggris kelas VII masih tentang kosakata yang tidak jauh berbeda dengan materi
pelajaran di Sekolah Dasar.
Penelitian tidak dilaksanakan di kelas VIII karena materi pelajaran bahasa
Inggris ini lebih banyak mengenai struktur kalimat bahasa Inggris sehingga tidak
cocok dengan judul penelitian yang dilaksanakan, yakni mengenai peningkatan
penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa. Penelitian juga tidak dilaksanakan di
kelas IX karena siswa kelas ini akan melaksanan ujian akhir.
Survei petama dilakukan pada Januari 2012 di kelas VII E, karena kelas
tersebut merupakan kelas yang siswanya memeroleh nilai paling rendah ketika tes
masuk sekolah sehingga kelas ini perlu berikan treatment untuk meningkatkan
penguasaan kosakata bahasa Inggris mereka. Pada survei tersebut diketahui bahwa
pengajaran bahasa Inggris masih berpusat pada guru, sedangkan perhatian siswa
tidak terfokus pada guru dan cenderung pasif. Dengan situasi seperti itu, motivasi
dan minat belajar bahasa Inggris sangat kurang sehingga berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku yang kurang baik dalam proses belajar mengajar.
Pada Februari 2012 pengajaran bahasa Inggris di kelas VII E dengan
menerapkan metode contextual teaching and learning dimulai. Guru bahasa
Inggris kelas VIIE sebagai observer pendamping. Selama mengajar, ditemukan
beberapa kendala, yakni siswa masih pasif, malas, dan motivasi belajar bahasa
Inggris kurang. Selain itu, sebagian dari mereka mengikuti Pekan Olahraga
Pelajar (POKJAR) se-Kabupaten Badung dan guru bahasa Inggris kelas VII
menjadi pelatih olah raga bulu tangkis. Dari pengalaman tersebut, guru-guru
bahasa Inggris menyarankan untuk tidak meneliti kelas VII E, tetapi menyarankan
meneliti kelas VII A karena siswa ini merupakan siswa yang memeroleh nilai
tertinggi ketika tes masuk sekolah.
Pada survei yang kedua, dilakukan pada September 2012 pengajaran
bahasa Inggris di SMP Taman Sastra Jimbaran, khususnya pada kelas VII A
masih didominasi oleh kelas yang berpusat pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan sehingga ceramah merupakan pilihan utama dalam menentukan
strategi belajar. Dengan tidak memberdayakan siswa sebagai pusat pembelajaran,
pengajaran bahasa Inggris akan monoton dan cenderung membosankan siswa.
Motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris lemah sehingga berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku yang kurang baik dalam proses belajar mengajar,
seperti malas, tidak memerhatikan penjelasan guru, dan acuh tak acuh. Oleh sebab
itu, materi yang telah diajarkan oleh guru akan mudah terlupakan oleh siswa dan
siswa hanya belajar ketika berada di kelas.
Berdasarkan keterangan di atas, diputuskan SMP Taman Sastra Jimbaran
untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini dibahas mengenai
penerapan metode contextual teaching and learning dalam proses pembelajaran
bahasa Inggris, dalam upaya peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris
siswa, khususnya siswa kelas VII A. Dengan menerapkan ketujuh elemen penting
(inkuiri, pertanyaan, konstruktivisme, pemodelan, masyarakat belajar, penilaian
autentik, dan refleksi) yang terdapat pada metode contextual teaching and
learning dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, diharapkan peningkatan
penguasaan kosakata siswa kelas VII A dapat diketahui secara lebih jelas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang perlu
dirumuskan, seperti berikut.
1) Bagaimanakah penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP
Taman Sastra Jimbaran sebelum penerapan metode contextual teaching and
learning?
2) Bagaimanakah hasil peningkatan pcnguasaan kosakata bahasa Inggris siswa
kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran setelah penerapan metode contextual
teaching and learning?
3) Faktor-faktor apakah yang memengaruhi terjadinya peningkatan penguasaan
kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran dalam
penerapan metode contextual teaching and learning dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, terdapat dua tujuan. Kedua tujuan
tersebut, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus penelitian.
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah pencarian informasi lebih
lanjut tentang penerapan metode contextual teaching and learning dalam upaya
peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman
Sastra Jimbaran sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan metode
contextual teaching and learning tersebut berhasil memberikan peningkatan
penguasaan kosakata siswa.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki tiga tujuan khusus. Ketiga tujuan khusus tersebut
seperti berikut
1) Untuk mendeskripsikan penguasaan kosakata siswa kelas VII A, SMP Taman
Sastra Jimbaran sebelum penerapan metode contextual teaching and learning.
2) Untuk menganalisis peningkatan kosakata siswa kelas VII A, SMP Taman
Sastra Jimbaran setelah penerapan metode contextual teaching and learning.
3) Untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan
kosakata siswa kelas VII A SMP Taman Sastra Jimbaran dalam penerapan
metode contextual teaching and learning dalam proses pembelajaran bahasa
Inggris.
1.4 Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat dua manfaat penelitian. Kedua manfaat
penelitian tersebut, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
atau kontribusi terhadap penerapan teori linguistik, khususnya dalam pengajaran
dan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing untuk siswa di Indonesia
pada umumnya dan siswa kelas VII A, SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta
Selatan, Bali khususnya. Dengan penelitian ini pula dapat dikatakan bahwa
pengetahuan kelinguistikan tentang penguasaan kosakata pembelajaran bahasa
Inggris dengan penerapan metode CTL pada siswa sekolah menengah pertama,
juga dapat memberikan manfaat untuk kemajuan bahasa, terutama dibidang
pendidikan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
menghasilkan beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut untuk
siswa, guru, sekolah, dan peneliti lainnya. Adapun keuntungan-keuntungan
tersebut seperti berikut.
1) Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam upaya
meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris mereka melalui penerapan
metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris agar menyenangkan
dan bermakna dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa
penerapan metode CTL memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
menemukan makna dan arti diri dalam pelajaran akademik, dalam hal ini
adalah penguasaan kosakata bahasa Inggris dengan benar-benar mengaitkan
pekerjaan sekolah dengan kehidupan sehari-hari dan minat mereka.
3) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bahwa
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang peningkatan
penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa melalui penerapan metode CTL,
misalnya laboratorium bahasa atau tape recorder beserta kasetnya, TV beserta
DVD dan CD-nya.
4) Hasil penelitian ini dapat menambah referensi tentang penerapan metode CTL
dalam upaya peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa sekolah
menengah pertama.
154
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian dengan penerapan metode CTL atau pembelajaran kontekstual
dalam pembelajaran telah banyak dilakukan. Berikut ini diuraikan beberapa
penelitian tentang penerapan metode CTL dalam pembelajaran. Adapun
penelitian-penelitian tersebut adalah seperti di bawah ini.
Pertama, penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Kontekstual
dalam Peningkatan Kompetensi Menulis Karangan Deskriptif pada Siswa Kelas
VIII SMP Harapan Mulia Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Enny
Rahayu (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kontekstual, yang dilakukan dalam dua siklus tindakan,
dapat meningkatkan kompetensi menulis karangan deskriptif siswa kelas VIII
SMP Harapan Mulia Denpasar tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan
oleh meningkatnya rerata kemampuan awal siswa, yakni 64,39 dengan nilai
tertinggi 82, nilai terendah 42, dan persentase kelulusan hanya mencapai 25%
menjadi 75,29 pada siklus I, nilai tertinggi menjadi 90, nilai terendah menjadi 62,
dan persentase kelulusan menjadi 75%. Pada siklus II hasil belajar siswa pun
mengalami peningkatan, yakni 79,25 untuk nilai rata-rata, 95 untuk nilai tertinggi,
70 untuk nilai terendah, dan persentase ketuntasan belajar menjadi 100%.
Kedua, penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual
untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di MI Mifthaul Huda
Pasuruan” oleh Nur Yulianti (2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas V MI Mifthaul Huda Pasuruan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata-rata hasil belajar siswa, yakni nilai rata-rata pada pratindakan adalah
53,68, pada siklus I 68,41, dan pada siklus II 79,20.
Pada penelitian ini hanya dicantumkan nilai rata-rata siswa, tetapi tidak
dicantumkan berapa nilai terendah dan nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa,
baik sebelum tindakan maupun sesudah tindakan (siklus I dan siklus II). Selain
itu, Yulianti juga tidak mencantumkan persentase kelulusan mulai dari
pratindakan, siklus I, dan siklus II.
Ketiga, penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual” oleh Irmawati (2010). Penelitian
ini dilakukan di SMA Negeri 2 Langsa, Aceh pada kelas XII IPA-1 semester
ganjil tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa 35 orang. Penelitian ini
dilakukan dalam satu semester, yang terbagi dalam dua siklus besar. Setiap siklus
dibagi dalam subsiklus sesuai dengan jumlah materi pokok yang diajarkan. Hasil
penelitian ini dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XII IPA-l SMA Negeri 2 Langsa.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil tes siswa pada siklus II bahwa 83% siswa
memeroleh nilai 75. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati ini, tidak
mencantumkan nilai rata-rata siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, dan persentase
kelulusan siswa mulai dari pratindakan sampai siklus I dan siklus II. Keunggulan
penelitian ini, yakni dilakukan selama satu semester, yang artinya peneliti benar-
benar mengetahui situasi kelas selama proses pembelajaran, siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan kurang.
Keempat, penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual
dengan Menggunakan Media Sederhana untuk Meningkatkan Motivasi dan
Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang” oleh
Rahmatinnija (2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan
motivasi belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang, mulai dari
sebelum dan sesudah tindakan mengalami peningkatan pada tiap aspeknya.
Peningkatan yang dimaksud adalah pada aspek minat mencapai 48,9%, pada
aspek perhatian mencapai 40%, dan 60% pada aspek ketekunan, sedangkan untuk
keseluruhan aspek motivasi pada observasi awal 41,2%, pada siklus I menjadi
74,1%, dan pada siklus II menjadi 89,4%. Hasil angket motivasi belajar siswa
menunjukkan index rata-rata motivasi belajar sebesar 2,99 (motivasi cukup) dan
setelah tindakan sebesar 4,17 (motivasi baik) dengan peningkatan 39,5%. Prestasi
belajar siswa untuk nilai mencapai KKM sekolah dari sebelum ke sesudah
tindakan mengalami peningkatan, yakni 41,67%, sedangkan pada peningkatan
prestasi dan nilai rata-rata mencapai 9,25 (13,6%).
Kelima, penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual
dengan Pendekatan Questioning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMAN 9 Malang” oleh
Widara Krisna Santi (2010). Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa penerapan
pembelajaran kontekstual dengan metode questioning dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas X.2 SMAN 9 Malang. Indikator
peningkatan ini ditunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berfikir kritis siswa pada
siklus I mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus II, dari 53,08%
pada siklus I menjadi 76,67% pada siklus II. Begitu juga rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus II, yakni
jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebesar 73% meningkat menjadi
92% pada siklus II. Penelitian yang dilakukan oleh Widara Krisna Santi tidak
mencantumkan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dan rata-rata hasil
belajar siswa sebelum tindakan.
Keenam, penelitian yang berjudul “Penerapan Model Contextual Teaching
and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika”
oleh Nur Kholis dan Hartoyo (2009). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
dengan penerapan model CTL, pembelajaran mata kuliah Matematika menjadi
efektif, karena tujuh komponen pembelajaran efektif yang terdiri atas
konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi,
dan penelitian autentik. Motivasi dan keterlibatan aktif 41 mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Matematika pada Program Studi Pendidikan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, semester ganjil tahun
2009/2010, menjadi meningkat. Selain itu, dengan penerapan model CTL, hasil
pembelajaran mahasiswa tersebut melampaui kriteria minimal keberhasilan. Hal
ini ditunjukkan oleh perolehan nilai sebagai berikut. Pada pelaksanaan siklus I,
nilai A diperoleh oleh 3 orang (7,32%), 6 orang (14,63%) memeroleh nilai A-, 7
orang (17,07%) memeroleh nilai B+, 17 orang (41,46%) memeroleh nilai B, 5
orang (12,20%) memeroleh nilai B-, 3 orang (7,32%) memeroleh nilai C+,
sedangkan pada siklus I 13 orang (7,32%) memeroleh nilai A, 4 orang (9,76%)
memeroleh nilai A-, 8 orang (19,51%) memeroleh nilai B+, 12 orang (29,27%)
memeroleh nilai B, 7 orang (17,07%) memeroleh nilai B-, 4 orang (9,76%)
memeroleh nilai C+, dan 3 orang (7,32%) memeroleh nilai C. Nur Kholis dan
Hartoyo tidak mencantumkan hasil belajar mahasiswa, motivasi, dan partisipasi
mahasiswa sebelum tindakan. Mereka hanya mencantumkan hasil siklus I dan II.
Keenam hasil penelitian di atas yang menerapkan metode CTL dalam
proses pembelajaran dan pengajaran memiliki keunggulan, yang ditunjukkan oleh
adanya peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi pada siklus I dan siklus II
sehingga kriteria kelulusan minimal terlampaui. Dengan demikian, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode CTL pada
mata pelajaran bahasa Inggris yang berjudul “Penerapan Metode Contextual
Teaching and Learning dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa
Inggris Siswa Kelas VII A SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan”.
Pada penelitian yang dilakukan ini dikhususkan pada peningkatan
penguasaan kosakata bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Penerapan metode CTL
dalam pengajaran bahasa Inggris belum pernah dilakukan pada SMP Taman
Sastra Jimbaran, selain itu kosakata merupakan salah satu komponen penting
dalam pengajaran bahasa Inggris di samping komponen lainnya, seperti structure,
pronunciation, dan intonation. Kosakata mempunyai peranan yang sangat vital.
Jika seorang siswa lemah dalam penguasaan kosakata, ia tidak dapat
mengomunikasikan pikiran dan idenya dengan jelas seperti yang diinginkannya,
baik lisan maupun tulisan.
2.2 Konsep
Pada penelitian ini terdapat beberapa konsep penting sebagai acuan atau
patokan untuk memperlancar proses penelitian. Konsep-konsep tersebut, yakni
konsep penerapan, konsep metode, konsep contextual teaching and learning,
konsep peningkatan, konsep penguasaan, dan kosakata bahasa Inggris.
2.2.1 Penerapan dan Metode
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:935), penerapan adalah
pengenaan; perihal mempraktikkan, sedangkan Metode adalah sebuah prosedur
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa,
metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses
pembelajaran. Proses itu tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis,
tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Sifat sebuah metode
adalah prosedural (Iskandarwassid, 2009:40).
2.2.2 Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Jauhar (2011:181), CTL merupakan suatu proses pendidikan
yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultur) sehingga siswa
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan atau
ditransfer dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya. CTL
disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Transfer belajar, yakni siswa harus mengetahui makna belajar dan
menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang diperolehnya untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya. Tugas siswa adalah sebagai
pembelajar, sedangkan tugas guru adalah mengatur strategi belajar dan membantu
menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru siswa, kemudian
memfasilitasi kegiatan belajar tersebut. Pentingnya lingkungan belajar, yakni
siswa bekerja dan belajar secara mandiri, sedangkan guru mengarahkan dari
dekat.
Pada CTL ini dibahas pengertian contextual teaching and learning,
karakteristik contextual teaching and learning, perbedaan contextual teaching and
learning dengan pendekatan tradisional, serta implementasi contextual teaching
and learning dalam pembelajaran.
2.2.2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning
CTL atau pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa.
Disamping itu, juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan
rnelibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya
(authentic assessment), (Trianto, 2008:10..11).
Johnson (20 10:58) mengatakan bahwa sistem contextual teaching and
learning adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa
melihat makna di dalam materi akademik yang dipelajari. Cara yang ditempuh
adalah menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan
budaya.
Jauhar (2011:182) mengatakan bahwa contextual teaching and learning
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dan situasi dunia nyata siswa. Selain itu, juga mendorong siswa
untuk membentuk hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan
keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa untuk mengonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika belajar.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa CTL adalah suatu
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dan
situasi dunia nyata siswa dengan rnelibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
2.2.2.2 Karakteristik Contextual Teaching and Learning
Menurut Jauhar (2011:189), contextual teaching and learning memiliki
sebelas karakteristik. Kesebelas karakteristik tersebut seperti berikut.
1) Kerja sama.
2) Saling menunjang.
3) Menyenangkan, tidak membosankan.
4) Belajar dengan bergairah.
5) Pembelajaran terintegrasi.
6) Menggunakan berbagai sumber.
7) Siswa aktif.
8) Sharing dengan teman.
9) Siswa kritis, guru kreatif.
10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor, dan lain-lain.
11) Laporan kepada orang tua, bukan hanya rapor, melainkan hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
2.2.2.3 Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Pendekatan
Tradisional
Pada tabel berikut ini dijelaskan perbedaan contextual teaching and
learning dengan pendekatan tradisional.
2.1 Tabel
Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Pendekatan
Tradisional
No Contextual Teaching and Learning Tradisional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Menyandarkan pada memori spasial
(pemahaman makna).
Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan siswa.
Siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran.
Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata/masalah yang
disimulasikan.
Selalu mengaitkan informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang.
Siswa menggunakan waktu belajarnya
untuk menemukan, menggali,
berdiskusi, berpikir kritis, atau
mengerjakan proyek dan
pemecahan masalah melalui kerja
kelompok.
Perilaku dibangun atas kesadaran
sendiri.
Keterampilan dikembangkan atas
dasar pemahaman.
Hadiah dan perilaku baik adalah
Menyandarkan pada hafalan.
Pemilihan informasi ditentukan oleh
guru.
Siswa secara pasif menerima
informasi.
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoretis.
Memberikan tumpukan informasi
kepada siswa sampai saatnya
diperlukan.
Cenderung terfokus pada satu
(disiplin) tertentu.
Waktu belajar siswa sebagian besar
digunakan untuk mengerjakan buku
tugas, mendengar ceramah, dan
mengisi latihan yang membosankan
melalui kerja individu.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
Keterampilan dikembangkan atas
dasar latihan.
Hadiah dan perilaku baik adalah
pujian atau nilai (angka) rapor.
11.
12.
13.
14.
kepuasan diri.
Siswa tidak melakukan hal yang buruk
karena sadar hal tersebut keliru
dan merugikan.
Perilaku baik berdasarkan motivasi
intrinsik.
Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks, dan setting.
Hasil belajar diukur melalui penerapan
penilaian autentik.
Siswa tidak melakukan sesuatu
yang buruk karena takut akan
hukuman.
Perilaku baik berdasarkan motivasi
esktrinsik.
Pembelajaran hanya terjadi di
dalam kelas.
Hasil belajar diukur melalui
kegiatan akademik dalam bentuk
test/ujian/ulangan
Sumber: Depdiknas (2006) dalam Tnianto (2008)
2.2.2.4 Implementasi Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran
Depdiknas (2002) dalam Trianto (2008:25) mengatakan bahwa sesuai
dengan karakteristiknya, CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu
konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi
(reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).
Jauhar (2011:184) mengatakan bahwa tujuh komponen utama tersebut
dapat diaplikasikan sebagai berikut.
1) Konstruktivisme, konsep ini menuntut siswa untuk menyusun dan membangun
makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu.
Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan
seberapa banyak siswa mendapatkan dan atau mengingat pengetahuan.
Pada umumnya kita sudah menetapkan filosofi konstruktivisme ini dalam
pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam
bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik,
menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan , dan sebagainya.
2) Inquiry merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/konsep yang
bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian
membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi observasi, tanya jawab,
hipotesis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
3) Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab dilakukan, baik oleh guru
maupun siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir
siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya
jawab dapat diterapkan antara siswa dan siswa, guru dengan siswa, siswa
dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
4) Komunitas/masyarakat belajar adalah kelompok belajar atau komunitas yang
bertugas sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan.
Praktiknya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau
kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas
sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.
5) Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemonstrasikan suatu kinerja agar
siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model
yang diberikan. Guru memberikan model tentang how to learn (cara belajar)
dan guru bukan satu-satunya model, dapat diambil dari siswa berprestasi atau
melalui media cetak dan elektronik.
6) Refleksi adalah melihat kembali atau merespons suatu kejadian, kegiatan, dan
pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasikan hal yang sudah
diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan
penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apa-
apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan
saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi, dan hasil karya.
7) Penilaian autentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan
(pengetahuan, keterampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian
autentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu
mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi pada akhir periode.
Kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil, tetapi lebih pada prosesnya
dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa.
Dari ketujuh penjelasan di atas, terdapat garis besar langkah-langkah
penerapan metode contextual teaching and learning menurut Trianto (2008:25)
yang dikutipnya dari Depdiknas (2006). Langkah-langkah tersebut seperti berikut.
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi pada akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Menurut Jauhar (2011:183), terdapat enam hal yang dapat memengaruhi
keberhasilan pelaksanaan contextual teaching and learning. Keenam hal tersebut
seperti berikut.
1) Pembelajaran bermakna, pemahaman relevansi, dan penilaian pribadi sangat
erat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi
pelajaran. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata siswa atau
untuk mengetahui manfaat isi pelajaran jika mereka merasakan
berkepentingan untuk belajar demi kehidupanya pada masa yang akan datang.
2) Penerapan pengetahuan adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang
dipelajari atau diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi pada masa
sekarang atau pada masa yang akan datang.
3) Berpikir tingkat tinggi, siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis
dan berpikir kreatifnya untuk mengumpulkan data, memahami suatu isu, dan
memecahkan suatu masalah.
4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, isi pembelajaran harus
dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta dunia kerja.
5) Responsif terhadap budaya, guru harus memahami dan menghargai nilai,
kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidik, dan masyarakat tempat ia
mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok serta hubungan antar
budaya tersebut akan memengaruhi pembelajaran dan sekaligus akan
berpengaruh terhadap cara mengajar guru. Empat hal yang perlu diperhatikan
dalam CTL, yaitu kelas, individu siswa, kelompok siswa, baik sebagai tim
maupun keseluruhan, tatanan sekolah dan besarnya tatanan komunikasi
sekolah.
6) Penilaian autentik, penggunaan berbagai strategi penilaian (misalnya penilaian
proyek/tugas terstruktur, kegiatan siswa, penggunaan portofolio, rubrik, daftar
cek, pedoman observasi, dan sebagainya) akan merefleksikan hasil belajar
sesungguhnya.
Jauhar juga mengatakan bahwa contextual teaching and learning penting
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran karena mempunyai beberapa kelebihan
yang dapat ditunjukkan dan manfaat yang dirasakan oleh guru dan siswa.
Kelebihan-kelebihan yang dimaksud, antara lain sebagai berikut.
1) Anak didik dapat
(1) mengaitkan mata pelajaran dengan pekerjaan atau kehidupan,
(2) mengaitkan kandungan mata pelajaran dengan pengalaman sehari-hari,
(3) memindahkan kemahiran,
(4) memberikan kesan dan mendapatkan bukti,
(5) menguasai permasalahan abstrak melalui pengalaman konkret,
(6) belajar secara bersama.
2) Pendidik dapat
(1) menjadikan pengajaran sebagai salah satu pengalaman yang bermakna,
(2) mengaitkan prinsip-prinsip mata pelajaran dengan dunia pekerjaan,
(3) menjadikan penghubung antara pihak akademik dan vokasional atau
industri.
2.2.3 Peningkatan dan Penguasaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:951), peningkatan adalah
suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb). Peningkatan
yang dimaksud, yang berhubungan dengan penelitian ini adalah suatu proses
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kosakata bahasa Inggris
siswa kelas VII A SMP Taman Sastra Jimbaran tahun pelajaran 2012/2013.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:468), penguasaan adalah
proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan. Penguasaan dapat juga
berarti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan,
kepandaian, dsb). Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, penguasaan berarti
perbuatan (hal, dsb) menguasai atau mengusahakan.
2.2.4 Kosakata Bahasa Inggris
Menurut Hakim (2011:1), pengertian kosakata (vocabulary) adalah
perbendaharaan atau kumpulan kata. Lebih jauh ia mengatakan bahwa dalam tata
bahasa, kosakata merupakan perbendaharaan atau kumpulan kata yang diperlukan
untuk membuat kalimat, baik lisan maupun tulisan. Kalimat lisan dan tulisan yang
dimaksud dalam konsep kosakata ini adalah bahasa Inggris.
2.3 Landasan Teori
Ada beberapa teori yang digunakan pada penelitian ini. Teori-teori
tersebut diuraikan sebagai berikut.
2.3.1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
metode CTL. Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, memeriksa
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan
tersebut tidak sesuai lagi. Pada dasarnya teori belajar konstruktivisme
menekankan pentingnya para siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
tersebut lebih banyak berpusat pada siswa daripada berpusat pada guru. Artinya,
sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada
aktivitas siswa. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengonstruksi tidak menerima pengetahuan. Misalnya siswa diberikan tugas
untuk mengonstruksi materi yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Menurut teori ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru
dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajarkan siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar, Trianto (2008 :41).
Dalam pandangan teori belajar konstruktivisme, strategi memeroleh lebih
diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memeroleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
(Trianto, 2008:29).
Teori ini digunakan dalam proses mengonstruksi materi yang diberikan
oleh guru untuk presentasi ke depan kelas.
2.3.2 Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Menurut Dahar dalam Trianto (2008:55), inti teori Ausubel tentang belajar
adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. Faktor yang paling penting yang memengaruhi belajar ialah apa yang
diketahui siswa. Dengan demikian, agar belajar menjadi bermakna, konsep baru
atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam
struktur kognitif siswa.
Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan
pengetahuan baru dari suatu materi sangat diperlukan konsep-konsep awal yang
sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Jika
dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Siswa mampu
mengerjakan permasalahan yang autentik. Siswa sangat memerlukan konsep awal
yang sudah dimiliki sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari
permasalahan yang nyata.
Teori ini digunakan oleh siswa ketika membuat materi yang akan
dipresentasikan di depan kelas. Materi bahasa Inggris yang baru, khususnya
pembelajaran kosakata yang didapat dari guru harus dikaitkan dengan materi yang
sudah pernah diajarkan oleh guru di sekolah dasar.
2.3.3 Teori Pemahaman Kosakata
Harmer (1995) menyatakan bahwa salah satu masalah dalam pengajaran
kosakata adalah pemilihan kosakata yang tepat untuk diajarkan pada suatu level
tertentu dan siswa tertentu pula. Permasalahan utama dalam pengajaran kosakata
adalah bagaimana mengidentifikasi kosakata untuk diajarkan pada setiap jenjang
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa.
Prinsip umum dalam memilih kosakata adalah dengan mempertimbangkan factor
frequency (keseringan digunakannya kosakata tersebut). Ia juga menambahkan
bahwa untuk dapat menguasai kosakata, seorang siswa seharusnya memiliki
pengetahuan tentang meaning (arti), word use, word formation, dan word
grammar.
Meaning atau arti kata juga perlu penekanan bahwa satu kata dalam
bahasa Inggris artinya tidak satu. Sebagai contoh kata book memiliki arti buku
atau memesan. Oleh karena itu, guru bahasa Inggris seharusnya juga melatih
menentukan arti kata tersebut berdasarkan konteksnya serta memperkenalkan
sinonim dan antonim kosakata tersebut.
Strategi pembelajaran kosakata menurut Singleton (2008), siswa yang
belajar bahasa pada umumnya adalah penerima yang pasif walaupun dalam
beberapa prosedur pembelajaran siswa tersebut ikut berpartisipasi. Guru
memberikan makna dan bentuk leksikal. Arti leksikal tersebut dapat disajikan
baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Cara yang digunakan dalam
mengajarkan kosakata pada umumnya adalah sebagai berikut.
1) Menghubungkan antara bahasa kedua (bahasa Inggris) dan bahasa pertama
(bahasa Indonesia)
Strategi pembelajaran bahasa ini biasanya digunakan pada saat
memeriksa pemahaman siswa. Strategi pembelajaran bahasa ini juga dapat
digunakan pada saat mencari persamaan dan perbedaan antara bahasa kedua
(L2) dan bahasa pertama (L2), terutama pada saat materi yang dipelajari terasa
akan menimbulkan banyak kesalahan.
2) Mendefinisikan arti
Definisi dapat berbentuk sebagai sinomin, antonim, definisi analitik (X
is a Y which), definisi taksonomi (Summer. is a season), memberikan contoh
atau lawan kata, memberikan superordinat dari suatu bentuk kata (rose is a
flower), menjelaskan fungsi, definisi gramatikal (worse, comparison of bad),
definisi melalui penghubungan (danger, lives have not been protected),
definisi dengan mengklasifikasikan (family, a group of people), dan definisi
penuh.
3) Presentasi dengan menghubungkan kata-kata
Guru menciptakan suatu situasi (skenario) yang mendekati dengan
konteks apa yang ingin diajarkan. Konteks dapat diberikan dalam satu kalimat
saja, tetapi guru dapat memberikan beberapa kalimat di mana kata yang
dimaksud juga muncul. Kemudian siswa menebak arti kalimat-kalimat
tersebut.
4) Menghubungkan secara langsung antara arti kata dan benda atau peristiwa
Strategi ini sering digunakan untuk siswa yang pemula atau masih
kecil. Prosedurnya meliputi demonstrasi dan bantuan gambar (secara visual)
yang juga dapat digunakan sebagai isyarat untuk dapat mengingat suatu kata.
5) Keterlibatan aktif dari siswa dalam suatu presentasi
Pada strategi ini, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk
menemukan arti kata dan bagian-bagiannya atau dengan memberikan bantuan,
seperti guru menunjukkan sebuah gambar dan mengundang siswa untuk
memberikan penjelasan atau guru dapat memberikan suatu kata dan
membiarkan siswa mencari definisi atau sinonimnya.
Untuk menghasilkan hubungan antara arti kata dan bentuknya, siswa perlu
dirangsang untuk memahami pelafalan kata tersebut. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk memahami pelafalan kata, yaitu sebagai berikut.
1) Latihan oral (oral drill)
Guru melafalkan kata beberapa kali dan siswa mendengarkan, kemudian
siswa mengulanginya dengan suara lantang (berkelompok atau perseorangan).
Selanjutnya siswa melafalkan kata-kata tersebut kepada diri mereka sendiri
(dengan suara yang pelan).
2) Tulisan fonetik dan grafik presentasi
Tulisan fonetik dan grafik presentasi di sini dimaksudkan agar siswa lebih
mudah mempelajari pelafalan bunyi suatu kata, seperti bunyi yang panjang
dituliskan dengan tanda di atas atau di sekitamya.
3) Menjelaskan dengan bentuk grafik
Cara ini dapat digunakan dengan menulis di papan tulis, menggarisbawahi
kata yang dipelajari atau menebalkannya untuk memudahkan melihat.
4) Mendorong siswa untuk mencoba dan melafalkan
Berdasarkan teori pemahaman kosakata yang dikemukakan di atas, ada
tiga tahapan pembelajaran kosakata. Ketiga tahapan pembelajaran kosataka
tersebut meliputi hal-hal berikut.
1) Tahap pertama adalah menemukan arti, sinonim, dan antonim
Pada tahap ini siswa diberikan daftar kosakata baru yang terdapat pada
buku ajar kemudian mereka diminta untuk menemukan arti kata tersebut, baik
melalui kamus maupun bertanya kepada teman-teman dalam kelompoknya. Pada
saat proses menemukan arti, sinonim dan antonim ini, dilakukan sendiri oleh
siswa tanpa bantuan guru. Setelah selesai menemukan arti, sinonim dan antonim
kemudian hasil temuan arti tersebut didiskusikan di kelas yang dipimpin oleh
guru.
2) Tahap kedua adalah memilih kosakata yang tepat
Pada tahap ini siswa diberikan latihan kosakata yang berupa lembar kerja
siswa. Pada lembar kerja tersebut terdapat beberapa kalimat yang tidak lengkap.
Siswa diwajibkan untuk memilih kosakata yang tepat/benar untuk melengkapi
kalimat tersebut.
3) Tahap ketiga adalah menggunakan kosakata yang telah dipelajari
Tahap ketiga ini adalah tahapan penguatan/reinforcement penguasaan
kosakata siswa. Siswa diminta untuk mempraktikkan penggunaan kosakata yang
telah dipelajari, baik secara lisan maupun tulisan.
2.3.4 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas dalam beberapa tahun terakhir ini banyak
diminati oleh para ahli dan praktisi. PTK merupakan bagian dari jenis penelitian
partisipatoris. Penelitian tindakan kelas di dalam bahasa Inggris disebut classroom
action research.
2.3.4.1 Pengertian Tindakan Kelas (PTK)
Arikunto (2009:3) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan
oleh siswa.
2.3.4.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Natawidjaya dalam Suwandi (2010:14), karakteristik penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut.
1) Merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk
menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan.
2) Ditetapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau faktor-faktor
yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian.
3) Terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru di kelas.
4) Bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan).
5) Banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dan pengamatan atas
perilaku serta refleksi peneliti.
6) Menyerupai penelitian eksperimental, tetapi tidak secara ketat memedulikan
pengendalian variable.
7) Bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi
kasus.
2.3.4.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan perbaikan atau
peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas. Melalui penelitian tindakan kelas
guru senantiasa memperbaiki praktik pembelajaran di kelas berdasarkan
pengalaman-pengalaman langsung yang nyata dipandu dengan perluasan
wawasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teoretik praktis pembelajaran
(Suwandi, 2010). Tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
1) Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang
berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi
pengajaran.
2) Untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di
sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah
sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif.
3) Untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru,
yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta
lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut.
4) Untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran yang
sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaruan pada umumnya.
5) Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara
praktisi (guru) dengan para peneliti akademis.
6) Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang
melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain
yang bersangkutan dengan pihak sekolah.
Apabila tujuan-tujuan di atas dapat dicapai, guru memeroleh sekurang-
kurangnya empat manfàat penting dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
Keempat manfaat penting tersebut, seperti berikut.
1) Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.
2) Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan
permasalahan pembelajaran yang muncul.
3) Melalui penelitian tindakan kelas, guru akan terlatih untuk mengembangkan
secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah.
4) Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya
inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada
tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru.
2.3.4.4 Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kasihani dalam Suwandi (2010:17), prinsip penelitian tindakan
kelas dirumuskan sebagai berikut.
1) Penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu tugas mengajar guru.
Penelitian tindakan kelas justru dilakukan guru untuk memperbaiki kegiatan
belajar-mengajar.
2) Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, pengumpulan data tidak boleh
terlalu menyita banyak waktu, oleh karena itu, peneliti seharusnya sudah
merasa pasti dalam memilih teknik yang tepat, termasuk pengumpulan data,
sebelum penelitian tindakan kelas dimulai. Instrumen, panduan, dan format
yang diperlukan sudah dipersiapkan sebelumnya.
3) Metode yang dipakai harus tepat dan terpercaya. Bila metode tepat, guru dapat
memformulasikan hipotesis tindakan dan mengembangkan strategi yang dapat
diterapkan pada situasi kelasnya.
4) Masalah penelitian yang akan ditangani guru harus merupakan masalah yang
memang dihadapi.
5) Penelitian tindakan kelas tidak boleh menyimpang dari prosedur etika di
lingkungan kerjanya.
6) Penelitian tindakan kelas berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan
melakukan perubahan yang dituangkan dalam tindakan.
7) Penelitian tindakan kelas merupakan proses belajar yang sistematik. Penelitian
ini memerlukan kemampuan dan keterampilan intelektual. Proses belajar
menggunakan pemikiran kritis sudah dimulai sejak menentukan masalah,
perencanaan tindakan, baik yang bersifat teoretik maupun praktis, kemudian
dikembangkan menjadi tindakan pendidikan.
8) Penelitian tindakan kelas menuntut guru membuat jurnal pribadi. Ia mencatat
semua kemajuan atau perubahan, persoalan yang dihadapi, dan hasil refleksi
tentang proses belajar siswa serta pelaksanaan penelitian. Semua yang terjadi
di kelas perlu direkam.
9) Penelitian tindakan kelas sebaiknya dimulai dengan hal-hal yang sederhana
lebih dahulu, tetapi nyata. Dengan demikian, siklus dimulai dari yang kecil
sehingga perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi dapat
membuat ide dan asumsi menjadi lebih jelas.
10) Dalam penelitian tindakan kelas guru perlu melihat dan menilai diri sendiri
secara kritis terhadap apa yang dikerjakan di kelasnya.
2.3.4.5 Prosedur Melakukan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2009:16), secara garis besar terdapat empat tahapan
dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Keempat tahapan tersebut yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model dan
penjelasan untuk tiap-tiap tahap dapat dicermati pada bagan 2.1 berikut.
Bagan 2.1
Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Arikunto (2000: 16)
Keterangan :
Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan
yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara
ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang
melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan
pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru
yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang
Perencanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS I
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
?
Refleksi
guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia
adalah seorang guru; ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
Dalam tahap kedua ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang
sudah dirumuskan dalam rancangan. Dalam refleksi, keterkaitan antara
pelaksanaan dan perencanaan perlu diperhatikan secara saksama agar sinkron
dengan maksud semula.
Tahap 3: Pengamatan (Observing)
Tahap ketiga, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan
pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu yang
sama. Sebutan tahap ketiga diberikan untuk memberikan peluang kepada guru
pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang
melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat
menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru
pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan pengamatan balik
terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan
pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi agar memeroleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
Tahap 4: Refleksi (Reflecting)
Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan
peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di
sini sama dengan memantul, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca.
Dalam hal ini, guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti
yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam
refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti
lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan
melanjutkan pada kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya
terperinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan pada kesempatan lain tidak
akan menjumpai kesulitan.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke
langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai
dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Yang dimaksud dengan bentuk
tindakan adalah siklus tersebut. Bentuk penelitian tindakan tidak pernah
merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan yang
akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan
yang baru selesai dilaksanakan dalam satu siklus, guru pelaksana (bersama
peneliti pengamat) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Apakah guru
tersebut akan mengulangi kesuksesan untuk meyakinkan atau menguatkan hasil,
atau akan memperbaiki langkah terhadap hambatan atau kesulitan yang ditemukan
dalam siklus pertama? Hasil keputusan tersebut dijadikan rancangan untuk
tindakan siklus kedua. Setelah menyusun rancangan untuk tindakan siklus kedua,
guru dapat melanjutkan ke tahap 2, 3, dan 4, seperti yang terjadi dalam siklus
pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas,
dapat melanjutkan ke siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus
sebelumnya.
2.4 Model Penelitian
Model penelitian yang dilakukan, yakni penelitian tindakan kelas (PTK)
atau classroom action research. Hal ini dilakukan karena penulis ingin
menerapkan metode CTL atau pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran
bahasa Inggris, khususnya dalam upaya meningkatkan penguasaan kosakata siswa
kelas VIIA di SMP Taman Sastra Jimbaran. Selama ini guru bahasa Inggris,
khususnya yang mengajar di kelas VIIA masih menerapkan metode ceramah
sehingga siswa kurang bersemangat dan kurang aktif untuk belajar.
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas tersebut digambarkan melalui
bagan di bawah ini.
Bagan 2.2
Model Penelitian
Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris dengan Penerapan Metode CTL pada Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran
1. Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum Penerapan Metode CTL
2. Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Setelah Penerapan Metode CTL
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadinya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa dalam Penerapan Metode CTL dalam Belajar Mengajar
PTK Siklus I
Siklus II Metode CTL
Teori
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Teori Pemahaman Kosakata
Temuan
Bagan di atas menunjukkan bahwa peneliti adalah sebagai guru yang
mengajar di kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran. Pada saat proses
pembelajaran kosakata bahasa Inggris, guru menerapkan metode CTL yang terdiri
atas tujuh elemen penting (konstruktivisme, inquiry, tanya jawab,
komunitas/masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik) untuk
menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapi siswa, dalam hal ini adalah
penguasaan kosakata bahasa Inggris sebelum dan sesudah penerapan metode
CTL. Disamping itu, juga faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan
penguasaan kosakata bahasa Inggris dalam penerapan metode CTL dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
kelas (PTK). Pada PTK ini, akan dimulai dengan siklus I, kemudian dilanjutkan
dengan siklus II. Setelah melaksanakan siklus I dan siklus II diperoleh hasil
penelitian yang berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dan data
kuantitatif diolah sehingga menghasilkan simpulan.
Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Kedua siklus
tersebut digambarkan sebagai berikut.
Bagan 2.3
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
SIKLUS I
(1)Perencanaan : a. Koordinasi dengan pihak sekolah b. Observasi ke kelas VIIA c. Mempersiapkan instrumen penelitian d. Mengadakan pre-test
(2)Pelaksanaan : e. Proses pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan
metode contextual teaching and learning, yang dilandasi oleh Teori Belajar Konstruktivisme dan Teori Belajar Bermakna David Ausubel
f. Melaksanakan teori pemahaman kosakata
(3)Pengamatan: Dilakukan oleh observer pendamping
(4)Refleksi: Mengadakan post-test
SIKLUS II
(1) Perencanaan : Koordinasi dengan observer pendamping
(2) Pelaksanaan : a. Proses pembelajaran bahasa Inggris dengan
menerapkan metode CTL b. Melaksanakan teori pemahaman kosakata
(3) Pengamatan : Dilakukan oleh observer pendamping
(4) Refleksi : Mengadakan post-test
(5) Hasil penelitian
Keterangan:
Berdasarkan bagan di atas, diketahui bahwa tahapan penelitian tindakan
kelas dimulai dengan siklus I. Siklus I dimulai dengan perencanaan. Pada tahap
perencanaan tersebut dilakukan koordinasi dengan pihak sekolah, dalam hal ini
koordinasi dengan kepala sekolah dan guru bahasa Inggris, khususnya yang
mengajar di kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan. Setelah
melakukan koordinasi, peneliti melakukan observasi ke kelas VIIA, kemudian
mempersiapkan instrumen penelitian, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), silabus. lembar observasi, kuesioner, persiapan tes awal sebelum tindakan
(pre-test), persiapan tes akhir (post-test) pada siklus I dan siklus II, serta
pelaksanaan tes awal sebelum pelaksanaan tindakan.
Pada tahap pelaksanaan, guru dalam hal ini adalah peneliti, mengajarkan
Bahasa Inggris dengan menerapkan metode CTL pada siswa kelas VIIA SMP
Taman Sastra Jimbaran, sedangkan teori pemahaman kosakata membahas makna
kata, sinonim, antonim, dan membuat tiga spoken instructions dan dua warning.
Bahan ajar/materi yang diajarkan yakni unit 2 dengan topik What are There in…?
Metode CTL dilandasi oleh Teori Belajar Konstruktivisme dan Teori Belajar
Bermakna David Ausubel. Langkah-langkah CTL dalam kelas, yaitu sebagai
berikut.
1) Konstruktivisme
Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya. Pada tahap ini, guru membagikan subtopik-sub
topik yang ada pada unit 2 kepada tiap-tiap kelompok. Tiap-tiap kelompok
harus mengonstrusi materi yang dibagikan oleh guru.
2) Inquiri
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Langkah-
langkah inkuiri meliputi hal-hal berikut.
a. Menganalisis dan menyajikan hasil konstruksi (pengetahuan dan
keterampilan barunya) dalam tulisan. Setiap kelompok menuangkan
hasil konstruksi mereka ke dalam selembar kertas manila ukuran A4.
Hasil karya tersebut merupakan hasil dari diskusi kelompok.
b. Mempresentasikan/menyajikan hasil konstruksi tersebut ke depan kelas.
Pada tahap presentasi ini, semua anggota kelompok menuju ke depan
kelas. Setiap anggota wajib mempresentasikan hasil karya mereka.
3) Questioning
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Pertanyaan diajukan oleh
siswa/anggota kelompok yang tidak presentasi setelah setiap kelompok selesai
presentasi.
4) Learning community/masyarakat belajar
Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok). Pada tahap ini,
dibentuk delapan kelompok. Satu kelompok terdiri atas lima orang. Setiap
kelompok memiliki seorang ketua. Ketua kelompok yang mengatur/membagi
tugas anggotanya pada saat presentasi agar semua dapat mempresentasikan
hasil karya mereka di depan kelas. Mereka bekerja sama dalam mengonstruksi
materi yang diberikan oleh guru, kemudian mereka menuliskannya pada
selembar kertas manila berukuran buku gambar A4.
5) Modelling
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Beberapa menit sebelum
pelajaran berakhir, peneliti dan pengamat (guru bahasa Inggris kelas VIIA)
mendemonstrasikan beberapa dialog di depan kelas.
6) Refleksi
Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Pada akhir pelajaran, guru menyisakan
waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi, yang berupa seperti di bawah ini.
a. Pertanyaan langsung tentang pengetahuan dan keterampilan baru yang
diperoleh pada hari itu.
b. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran itu.
7) Penilaian autentik
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara seperti di bawah ini.
a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b. Yang diukur adalah keterampilan dan performansi, tidak mengingat
fakta
c. Berkesinambungan
d. Terintegrasi
e. Dapat digunakan sebagai feedback
Pada saat terjadinya proses belajar mengajar dengan menerapkan metode
CTL, peneliti juga melaksanakan teori tentang pemahaman kosakata, yakni tahap
pertama adalah menemukan arti, sinonim, dan antonim. Tahap kedua adalah
memilih kosakata yang tepat. Tahap ketiga adalah menggunakan kosakata yang
telah dipelajari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kosakata bahasa
Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta Selatan, setelah
menerapkan metode CTL.
Tahap ketiga dalam prosedur penelitian siklus I yakni pengamatan. Selama
proses belajar mengajar berlangsung diamati oleh observer pendamping, yakni
guru bahasa Inggris kelas VIIA, Bapak Komang Budiarsa, S.Pd.
Tahapan yang terakhir pada siklus I yakni, refleksi. Pada tahap ini, peneliti
mengadakan post-test atau evaluasi, lalu memêriksa hasil tes tersebut. Apabila
hasilnya belum mencapai target atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM), yaitu nilai 74, maka diadakan siklus II.
Tahapan-tahapan pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tahap perencanaan
siklus II, peneliti berkoordinasi dengan observer pendamping tentang pelaksanaan
siklus II. Setelah itu dilanjutkan ke tahapan yang kedua, yakni pelaksanaan. Pada
tahap pelaksanaan ini, peneliti menerapkan metode CTL dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris dengan melaksanakan teori pemahaman kosakata.
Selama tahap pelaksanaan berlangsung, observer pendamping melakukan
pengamatan. Tahapan yang terakhir pada siklus II ini, yakni refleksi.
154
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada metode penelitian ini dibahas bagaimana penelitian dilaksanakan.
Pelaksanaan penelitian membahas pendekatan penelitian yang digunakan, lokasi
penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, prosedur penelitian,
metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta
metode dan teknik penyajian hasil analisis data.
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan
penguasaan kosakata siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran sebelum dan
sesudah penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris.
Disamping itu, juga menganalisis hambatan dan faktor-faktor yang memengaruhi
terjadinya peningkatan kosakata siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran
dalam penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis peningkatan kosakata siswa
kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran setelah penerapan metode CTL, yang
berupa nilai tes hasil belajar.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Taman Sastra yang bertempat di Jalan Bukit Permai, Kelurahan Jimbaran
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. SMP Taman Sastra
merupakan sekolah swasta terletak dekat pantai Teluk Jimbaran (Jimbaran Bay),
berdekatan dengan Muaya Beach Cafe ikan bakar Jimbaran dan Hotel The Four
Seasons Resort Jimbaran. SMP Taman Sastra bernaung di bawah yayasan yang
dimiliki oleh Desa Adat Jimbaran yang berdiri pada 8 Januari 1968. Jumlah kelas
yang dimiliki oleh SMP Taman Sastra adalah tiga belas kelas, terdiri atas lima
rombongan belajar kelas VII, lima rombongan belajar kelas VIII dan tiga
rombongan belajar kelas IX. Jumlah siswa keseluruhannya adalah 529 orang.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data pada penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif,
sedangkan sumber data pada penelitian ini berasal dari siswa-siswi kelas VIIA.
Berikut diuraikan jenis dan sumber data pada penelitian ini.
3.3.1 Jenis Data
Jenis data berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal
dari perangkat pembelajaran, seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), buku ajar siswa sekaligus berisi lembar kerja siswa, respons siswa
terhadap perangkat pembelajaran dengan penerapan metode CTL, pengamatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan metode CTL serta
pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran. Sebaliknya, data kuantitatif berupa
nilai pre-test dan post-test siklus I dan siklus II.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIIA Sekolah
Menengah Pertama Taman Sastra, tahun pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 41
orang. Akan tetapi, yang dijadikan sampel/menjadi sumber data dalam penelitian
ini adalah 36 orang siswa karena lima orang siswa lainnya tidak hadir penuh
ketika penelitian berlangsung. Berdasarkan keterangan guru bahasa Inggris dan
observasi yang dilakukan peneliti, kelas ini lebih cocok untuk diteliti dengan
penerapan metode CTL sebab setengah dari siswa kelas VIIA ini aktif dan
setengahnya lagi tidak aktif pada saat mengikuti pelajaran bahasa Inggris.
3.4 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah data kualitatif yang
berupa instrumen nontes dan data kuantitatif yang berupa instrumen tes. Berikut
diuraikan instrumen nontes dan instrumen tes.
3.4.1 Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan adalah instrumen pembelajaran yang
terdiri atas lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode CTL, lembar pengamatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan metode CTL untuk
meningkatkan penguasaan kosakata siswa, dan angket respons siswa terhadap
perangkat pembelajaran dengan penerapan metode CTL dalam upaya
meningkatkan penguasaan kosakata siswa.
a. Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran
Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode CTL digunakan oleh
pengamat untuk mengamati keterlaksanaan langkah-langkah dalam rencana
pelajaran. Keterlaksanaan rencana pelajaran berisi langkah-langkah yang harus
dilakukan guru, skor yang harus diberikan pengamat berdasarkan petunjuk
penilaian yang ada, dan saran pengamat.
b. Pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar dilakukan oleh
observer pendamping selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Reliabilitas
instrumen ditentukan oleh laporan pengamat (observer pendamping).
c. Angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran menggunakan metode
CTL untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa
Angket respons siswa digunakan untuk mengukur pendapat siswa terhadap
ketertarikan, perasaan senang dan keterkinian, serta kemudahan memahami
komponen-komponen, seperti materi/isi pelajaran, format materi ajar, gambar-
gambarnya, kegiatan dalam lembar kerja siswa (LKS), suasana belajar dan cara
guru mengajar, serta pendekatan pembelajaran yang digunakan. Angket respons
siswa diberikan kepada siswa setelah seluruh kegiatan belajar mengajar selesai
dilaksanakan dengan menggunakan lembar angket siswa. Persentase respons
siswa dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Persentase respons siswa = 100 X BA (1)
Keterangan :
A = proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa/responden.
(Trianto, 2008:173)
3.4.2 Instrumen Tes
Instrumen tes yang dimaksud adalah tes awal (sebelum tindakan), tes hasil
belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Tes hasil belajar siklus I dan siklus II
digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa
kelas VIIA setelah penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa
Inggris pada unit 2. Tes hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh dari
pelaksanaan post test pada siklus I dan siklus II, sedangkan pre test (tes awal)
digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa
kelas VIIA sebelum penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa
Inggris. Tes kosakata tersebut ada 5 bagian. Bagian A mengenai arti kata, bagian
B mengenai sinonim, bagian C mengenai antonim, bagian D mengenai arti prasa,
dan bagian E essay.
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) untuk meneliti peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris dengan
menerapkan metode CTL. Sebelum proses siklus I dilaksanakan, peneliti
melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah,
mendiskusikan temuan masalah dengan observer pendamping, dalam hal ini
adalah guru bahasa Inggris kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran. Disamping
itu, meminta saran-saran dari kepala sekolah dan teman sejawat (guru bahasa
Inggris kelas VIII dan IX) sebagai bahan masukan pada saat perumusan tindakan.
Setelah itu peneliti dan observer pendamping menetapkan rencana tindakan,
jadwal pelaksanaan, serta merumuskan komponen-komponen tindakan yang
diperlukan. Komponen-komponen yang dimaksud seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), materi bahan pelajaran bahasa Inggris sebagai sumber
belajar siswa, instrumen penilaian/evaluasi dan kelengkapan lain yang diperlukan,
misalnya LCD. Pada saat pelaksanaan siklus-siklus, peneliti didampingi oleh
observer pendamping yang berperan sebagai penilai.
3.5.1 Pelaksanaan Siklus I
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti secara kolaborasi bersama observer
pendamping menyusun dan mempersiapkan rencana jadwal pelaksanaan tindakan,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi/bahan pelajaran sesuai dengan
pokok bahasan, lembar tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen
lembar observasi, dan kelengkapan lain yang diperlukan pada saat analisis data.
Selain itu, peneliti juga mempersiapkan tujuh komponen utama yang dimiliki oleh
metode CTL. Ketujuh komponen tersebut, yakni konstruktivisme
(constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment). Pada komponen masyarakat belajar (learning
community), peneliti membagi siswa menjadi delapan kelompok yaitu, kelompok
1, 2, 4, dan 8, masing-masing terdiri atas empat orang, sedangkan kelompok 3, 5,
6 dan 7, masing-masing terdiri atas lima orang. Setelah kelompok belajar
dibentuk, kemudian dipilih ketua kelompok. Ketua kelompok yang terpilih
bertugas untuk mengarahkan anggotanya ketika bekerja sama di dalam membuat
tugas yang diberikan oleh peneliti. Selain itu, juga membagi tugas pada saat
mempresentasikan hasil kerja sama yang telah dilakukan. Sebelum bekerja sama,
ketua kelompok mengambil undian ke depan kelas. Undian tersebut berisi
subtopik-subtopik unit 2, yang harus dipresentasikan ke depan kelas. Subtopik-
subtopik tersebut meliputi instructing or prohibiting, expressing politeness,
cardinal numbers, preposition, there is/there are…, how much/how many, spoken
instructions, and warning.
Setiap kelompok harus mengonstruksi sendiri materi yang terdapat pada
subtopik (komponen konstruktivisme), lalu mempresentasikan hasil diskusi
kelompok tersebut ke depan kelas (komponen inquiri), sambil memeragakan
percakapan yang sesuai dengan topik yang disajikan (komponen pemodelan).
Setelah selesai presentasi, dilaksanakan sesi tanya jawab antara siswa dengan
siswa, guru dengan siswa (komponen bertanya). Ketika melaksanakan komponen
refleksi, peneliti mendiskusikan kembali subtopik yang sudah di presentasikan
agar seluruh siswa memahami sub topik tersebut, khususnya pada pemahaman
kosakatanya. Pada komponen penilaian autentik, peneliti melakukan penilaian
pada saat setiap siswa melakukan presentasi ke depan kelas, keaktifan bertanya
selama sesi tanya jawab berlangsung, dan kerajinan mengerjakan pekerjaan rumah
(PR).
2) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus I disesuaikan dengan rencana tindakan yang
tertuang dalam rencana peiaksanaan pembelajaran (RPP). Secara operasional
tindakan siklus I dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dilakukan oleh
peneliti, sedangkan observer pendamping berperan sebagai penilai. Setiap
kelompok diberikan waktu selama 40 menit untuk mempresentasikan satu
subpokok bahasan termasuk tanya jawab dan diskusi. Penilaian terhadap proses
belajar siswa dimulai sejak awal pembelajaran sampai dengan kegiatan
pembelajaran berakhir.
3) Tahap Pengamatan
Pada saat melakukan tahap pengamatan, peneliti dan observer pendamping
mengamati aktivitas siswa selama proses belajar berlangsung dengan cara
merekam dan mencatat aktivitas mereka ketika presentasi dan berdiskusi.
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah mereka belajar bahasa
Inggris lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, mempresentasikan
subpokok bahasan yang diberikan oleh guru secara berkelompok, kemudian
memeragakan dialog yang sesuai dengan topik yang dipresentasikan serta
bertanya apabila belum mengerti.
4) Tahap Refleksi
Tahap keempat adalah refleksi. Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, artinya pada tahap ini peneliti
mengumpulkan subpokok bahasan yang telah dipresentasikan oleh setiap
kelompok. Subpokok bahasan tersebut dijadikan dasar untuk membuat evaluasi
sehingga dapat diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang sudah dilaksanakan,
dapat dilihat dari skor/jumlah nilai yang diperoleh oleh setiap siswa. Nilai yang
dipersyaratkan adalah 74, sebab kriteria yang dijadikan tolok ukur keberhasilan
tindakan, yakni 74% dari 36 siswa bisa mencapai ketuntasan belajar minimal.
Artinya, memeroleh skor 74, membuat kalimat sederhana menggunakan kosakata
tersebut, dan mengetahui makna/artinya dalam bahasa Indonesia, sinonim dan
antonim.
3.5.2 Pelaksanaan Siklus II
Dari hasil analisis dan refleksi pada siklus I diketahui aspek-aspek yang
harus diperbaiki sehingga peneliti merencanakan pelaksanaan siklus II. Tahapan-
tahapan siklus II sama dengan siklus I, yaitu dimulai dari tahapan perencanaan,
tahapan pelaksanaan, tahapan pengamatan, dan tahapan refleksi.
3.6 Metode dan Teknik Pegumpulan Data
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi-
partisipasi. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan berperan serta aktif
sebagai guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris di
kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran dengan menerapkan metode CTL dalam
upaya meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Pengamatan terhadap siswa
difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa
Inggris, seperti terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi stimuli baik yang
datang dari guru atau teman lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, dan
keaktifan siswa ketika presentasi.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi teknik
perekaman, kajian dokumen, angket, dan tes. Teknik perekaman berupa foto,
vedeo dan catatan harian peneliti selama penelitian berlangsung. Kajian dokumen
juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti kurikulum,
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran,
nilai tes awal sebelum tindakan, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II. Angket
diberikan kepada para siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan
dengan aktivitas memahami dan menguasai kosakata. Angket ini diberikan dua
kali, yaitu sebelum kegiatan penelitian tindakan dan pada akhir penelitian
tindakan. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh melalui angket tersebut
dapat diketahui peningkatan kualitas proses atas kegiatan pembelajaran dan
pengajaran menggunakan metode CTL dalam upaya meningkatkan penguasaan
kosakata siswa. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil
yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes kosakata diberikan
pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan
siswa dalam penguasaan kosakata dari setiap akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan mutu hasil penguasaan kosakata siswa. Tes disusun dan dilakukan
untuk mengetahui tingkat perkembangan penguasaan kosakata siswa sesuai
dengan siklus yang ada.
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses menyeleksi, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan
rasional sesuai dengan tujuan penelitian, serta mendeskripsikan data hasil
penelitian itu dengan menggunakan tabel sebagai alat bantu untuk memudahkan
dalam mengintepretasi. Data hasil penelitian tersebut diinterpretasi (pengambilan
makna) dalam bentuk naratif (uraian) dan dilakukan penyimpulan. Data kuantitatif
dan data kualitatif yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan metode
deskriptif-kuantitatif. Berikut diuraikan analisis data kuantitatif dan data kualitatif.
3.7.1 Analisis Data Kuantitatif
Data-data kuantitatif yang terkumpul disajikan secara sistematis, diolah,
dan diberi arti. Data kuantitatif yang diperoleh melalui pretest dan posttest siklus I
dan siklus II dianalisis melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menentukan kriteria penilaian dan selanjutnya menabulasi frekuensi pilihan
jawaban yang diberikan oleh siswa. Segala bentuk jawaban yang diberikan
oleh siswa disajikan dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan proses
identifikasi.
2. Dari hasil tabulasi data, dihitung persentase dari tiap-tiap alternatif pilihan
jawaban sesuai dengan ranahnya.
3. Penarikan simpulan dari tiap-tiap data yang diperoleh sesuai dengan fenomena
yang diteliti berdasarkan besar kecilnya persentase tersebut.
Hasil kuantitatif dari setiap siswa tersebut, kemudian dikoreksi dengan
memberikan nilai. Aspek penilaian didasarkan pada kemampuan siswa
menjawab/mengisi lembar jawaban yang berisi makna kata, sinonim, antonim,
dan membuat tiga spoken instructions dan dua warnings. Semakin banyak siswa
mengisi lembaran kerjanya dengan jawaban yang benar, maka semakin tinggi
nilai yang diperoleh. Kriteria acuan penilaian yang digunakan dalam peningkatan
kosakata siswa pada penelitian ini adalah dengan menggunakan rubrik penilaian
dari Simon (2005: 15). Rubrik penilaian tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Penguasaan Kosakata Siswa
No Indikator Skor Penjelasan
A Makna Kata Match the following words and find their meanings in the box.
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
Apabila siswa menjawab benar sepuluh (semua) soal. Apabila siswa menjawab benar sembilan soal. Apabila siswa menjawab benar delapan soal. Apabila siswa menjawab benar tujuh soal. Apabila siswa menjawab benar enam soal. Apabila siswa menjawab benar lima soal. Apabila siswa menjawab benar empat soal. Apabila siswa menjawab benar tiga soal. Apabila siswa menjawab benar dua soal. Apabila siswa menjawab benar satu soal.
0
Apabila siswa menjawab salah kesepuluh soal.
B Sinonim
Match the words with their similar meanings from the box.
20
16
12
8
4
0
Apabila siswa menjawab benar lima soal. Apabila siswa menjawab benar empat soal. Apabila siswa menjawab benar tiga soal. Apabila siswa menjawab benar dua soal. Apabila siswa menjawab benar satu soal. Apabila siswa menjawab salah kelima (semua) soal.
C Antonim Match the words with their opposite meanings from the box.
20
16
12
8
4
0
Apabila siswa menjawab benar lima soal. Apabila siswa menjawab benar empat soal . Apabila siswa menjawab benar tiga soal. Apabila siswa menjawab benar dua soal Apabila siswa menjawab benar satu soal. Apabila siswa menjawab salah kelima (semua) soal
D Arti Kata
Find the meanings of the following phrases in the box.
20
18
16
14
12
10
Apabila siswa menjawab benar sepuluh (semua) soal. Apabila siswa menjawab benar sembilan soal. Apabila siswa menjawab benar delapan soal. Apabila siswa menjawab benar tujuh soal. Apabila siswa menjawab benar enam soal. Apabila siswa menjawab benar lima soal.
8
6
4
2
0
Apabila siswa menjawab benar empat soal. Apabila siswa menjawab benar tiga soal. Apabila siswa menjawab benar dua soal. Apabila siswa menjawab benar satu soal. Apabila siswa menjawab salah kesepuluh soal.
E Essay
Create 3 spoken instructions, and 2 warnings
20
18
12
8
4
0
Apabila siswa mampu membuat tiga spoken instructions dengan benar, dan dua warning dengan benar. Apabila siswa mampu membuat spoken instruction dan warnings dengan katagori empat benar. Apabila siswa mampu membuat spoken instruction dan warnings dengan katagori tiga benar. Apabila siswa mampu membuat spoken instruction dan warnings dengan katagori dua benar. Apabila siswa mampu membuat spoken instruction dan warnings dengan katagori satu benar. Apabila siswa tidak mampu membuat tiga spoken instruction dan dua warnings dengan benar.
Setelah nilai tiap siswa direkap keseluruhannya (hasil dari tes bagian A
sampai dengan tes bagian E), kemudian dihitung total skor tiap siswa. Setelah
menghitung total skor tiap siswa, kemudian dihitung tingkat penguasaan kosakata
siswa dalam persentase. Untuk mencari total skor tiap siswa dan tingkat
penguasaan kosakata siswa dalam persentase digunakan analisis data dari
Nurgiyantoro (2010: 139). Adapun analisis data tersebut yakni
1) Total Skor Tiap Siswa
S = R (2)
Keterangan :
S = skor
R = Right, jumlah jawaban yang benar
2) Tingkat Penguasaan Kosakata Siswa dalam Persentase
L = % 100 x maksimumSkor
siswaskor Total (3)
Keterangan:
L = Tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase
Keseluruhan data tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori
dalam standar evaluasi penilaian. Adapun kategori tersebut terlihat dalam tabel
berikut ini.
Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kemampuan Siswa
No Skor (%) Tingkat Kemampuan
1
2
3
4
5
90% -- 100%
80% -- 89%
65% --79%
55% -- 64%
Kurang dari 55%
Kategori sangat baik (Excellent)
Kategori baik (Good)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori sangat jelek (Poor)
Sumber Nurgiyantoro (2010: 139)
Penjelasan tingkat kemampuan siswa
1. Excellent = kemampuan siswa yang mampu menjawab soal 90--100 benar.
2. Good = kemampuan siswa yang mampu menjawab 80--89 benar.
3. Sufficient = kemampuan siswa yang mampu menjawab 65--79 benar.
4. Insufficient = kemampuan siswa yang mampu menjawab 55--64 benar.
5. Poor = Kemampuan siswa yang mampu menjawab benar kurang dari 55.
3) Menentukan mean skor
X = NX (4)
Keterangan :
X = Mean skor siswa
ƩX = Jumlah skor seluruh siswa
N = Jumlah siswa
Fungsi mean skor siswa adalah untuk mengetahui apakah penelitian yang
dilakukan berlanjut atau tidak. Penelitian akan diselesaikan apabila mean skor
siswa telah menunjukkan ≥ 7.0 atau ≥ 70%.
3.7.2 Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif adalah mendiskripsikan data-data yang diperoleh
dari hasil tes bagian A sampai dengan E dengan kata-kata. Data-data tersebut
dianalisis untuk mengetahui penguasaan kosakata siswa, peningkatan kosakata,
dan faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan kosakata sebelum dan setelah
penerapan metode CTL dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris.
Selain menganalisis data-data tersebut di atas, dianalisis pula data nontes
yang meliputi data pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar dengan metode CTL, data pengamatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode CTL untuk meningkatkan
penguasaan kosakata siswa, dan data respons siswa terhadap perangkat
pembelajaran dengan metode CTL dalam upaya meningkatkan penguasaan
kosakata siswa.
Data-data nontes dianalisis untuk mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi pada sikap dan perilaku siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra terhadap
pembelajaran bahasa Inggris setelah diberikan treatment pada siklus I dan siklus
II.
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data dapat disajikan secara formal, informal, atau gabungan
cara formal dan informal. Penyajian hasil analisis data secara formal meliputi
bagan, grafik, dan lain-lain, sedangkan penyajian hasil analisis data secara
informal adalah dengan penjelasan deskriptif/dengan kata-kata. Pada penelitian
ini, digunakan teknik penyajian hasil analisis data gabungan, yakni antara cara
formal dan informal. Cara formal berupa tabel, gambar, dan grafik, sedangkan
cara informal berupa penjelasan deskriptif/ dengan kata-kata.
154
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini dijelaskan hasil penelitian yang berupa data dan analisis
permasalahan yang dikaji, baik yang mencakup data kuantitatif maupun data
kualitatif. Hasil data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar dalam penguasaan
kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, yang
berupa nilai individu/perorangan dan nilai rata-rata. Nilai-nilai tersebut, diperoleh
dari tes awal siswa, tes akhir siklus I dan siklus II. Keseluruhan hasil tes tersebut,
selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui peningkatan kosakata siswa sebelum
dan sesudah penerapan metode CTL di dalam proses pengajaran bahasa Inggris.
Hasil data kualitatif diperoleh dari kuesioner siswa dan pengamatan
keterlaksanaan rencana pembelajaran.
4.1 Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum Penerapan Metode
Contextual Teaching and Learning
Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan observasi ke kelas
selama tiga minggu. Selama observasi, peneliti duduk di belakang, sementara itu
guru bahasa Inggris kelas VIIA mengajar. Metode yang digunakan adalah metode
ceramah, artinya proses belajar mengajar terpusat pada guru.
4.1.1 Situasi dan Keadaan Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra
Jimbaran
Kelas VIIA adalah kelas VII unggulan di SMP Taman Sastra Jimbaran
sebab pada saat ujian masuk/tes potensi akademik (TPA), setiap siswa memeroleh
nilai tinggi. Ruang kelas VIIA berada di lantai dua, paling utara. Seperti yang
telah disebutkan di atas, siswa kelas VIIA berjumlah 41 orang, terdiri atas 18
orang siswa perempuan dan 23 orang siswa laki-laki. Namun, pada penelitian ini
hanya 36 siswa yang dipakai sebagai sampel karena 5 orang siswa tersebut tidak
hadir ketika penelitian berlangsung. Di kelas terdapat empat baris tempat duduk.
Setiap baris terdapat sepuluh orang siswa, kecuali baris yang paling kiri, terdapat
12 orang siswa.
Siswa kelas VIIA belajar bahasa Inggris 3 kali seminggu, yakni setiap
Senin, Selasa, dan Rabu. Pada hari Senin, pelajaran bahasa Inggris dimulai dari
pukul 11.00 wita sampai dengan pukul 11.40 wita, pada Selasa pelajaran bahasa
Inggris dimulai dari pukul 07.30 wita sampai dengan pukul 08.10 wita, sedangkan
Rabu pelajaran bahasa Inggris dimulai pukul 07.30 wita sampai dengan pukul
08.50 wita. Jadi Senin dan Selasa alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris adalah
satu jam pelajaran, sedangkan Rabu alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris adalah
dua jam pelajaran. Satu jam mata pelajaran adalah 40 menit. Total alokasi waktu
pelajaran bahasa Inggris per minggu adalah 160 menit.
Mekanisme guru bahasa Inggris mengajarkan bahasa Inggris adalah
dimulai dengan greeting. Setelah itu, guru mengisi jurnal kelas, lalu menyuruh
siswa membuka buku ajar kemudian guru menjelaskan materi yang terdapat pada
buku ajar. Pada saat peneliti melakukan observasi, guru menjelaskan unit 2
dengan topik What are There in ….? Ketika guru menjelaskan materi, siswa yang
duduk paling belakang acuh tak acuh, asyik mengobrol dengan teman
sebangkunya. Selesai menjelaskan materi, guru memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk bertanya. Pada saat sesi tanya jawab ini, siswa tidak ada yang
bertanya. Oleh karena itu, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan soal
yang terdapat pada buku ajar. Bel pergantian jam pelajaran berbunyi, guru
memberikan pekerjaan rumah (PR). Hari berikutnya, ketika pelajaran bahasa
Inggris dimulai, guru mendiskusikan pekerjaan rumah yang diberikan. Namun,
sebagian besar siswa laki-laki tidak mengerjakan PR. Tidak ada sanksi dari guru
untuk siswa yang tidak mengerjakan PR.
4.1.2 Tes Penguasaan Kosakata Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra
Jimbaran Sebelum Penerapan Metode CTL
Sebelum menerapkan metode CTL, peneliti melaksanakan tes awal. Tes
awal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan kosakata
bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran. Tes awal tersebut
membahas makna kata, makna frasa, sinonim, dan antonim sesuai dengan topik
yang dipelajari pada materi buku ajar. Tes awal terdiri atas lima bagian. Bagian A
membahas makna kata, bagian B membahas sinonim, bagian C membahas
antonim, bagian D membahas arti frasa, dan bagian E adalah essay. Pada bagian
E ini para siswa diminta untuk membuat tiga spoken instructions dan dua
warning.
Berikut ditampilkan soal tes awal sebelum tindakan.
A. READ THE FOLLOWING SENTENCES THEN FIND THE UNDERLINE WORD MEANINGS IN THE BOX.
dengan keras perhatian tak diawasi menyapu memeriksa membagikan dengan jelas pernah penjelasan menukarkan
1. Pay attention to the sentences in bold. = …. 2. Ann checks her attendance list = …… 3. Please speak clearly = …. 4. Now, please distribute the copies of the article = …… 5. She ever visits her aunt in Australia = …. 6. Do not exchange your notes into coins = …… 7. Well, I need your explanation = …. 8. He can’t speak loudly 9. Don’t forget to sweep the floor = …. 10. The clerks were unattended by their bos when they were working yesterday = …. B. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR SIMILAR MEANINGS
FROM THE BOX
to examine passage to submit task park to clarify
1. She was in the garden when Paul came home = …. 2. The English teacher has to check students’ reading skill = …. 3. They try to explain the problem = ….. 4. Read the text briefly = … 5.Mrs. Smith does the work very well = …. C. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR OPPOSITE MEANINGS
FROM THE BOX
close/shut never to compile to jump question to walk
1. She ever comes to New York = …. 2. Create the answer = …. 3. She has to run cathing that bird = …. 4. Open the door please = …. 5. Barbara has to distribute the tourism articles = …..
D. FIND THE MEANINGS OF THE FOLLOWING PHRASES AND THE
PICTURES IN THE BOX
melewati lampu lalu lintas jalan lurus jalan mundur belok kanan belok memutar belok kiri pertigaan (berbentuk T) jalan terus perempatan
1. Turn left =…..
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
E. CREATE 3 SPOKEN INSTRUCTIONS, AND TWO WARNINGS SPOKEN INSTRUCTIONS: 1. _________________________________________ 2. _________________________________________ 3. _________________________________________ F. WARNINGS 4. _________________________________________ 5. _________________________________________
Yang dimaksud CTL pada tes di atas yakni, tes bagian A, siswa diminta
untuk membaca kalimat kemudian menemukan arti kata yang digarisbawahi di
dalam kotak. Bagian B, siswa diminta untuk menghubungkan kata-kata yang
digarisbawahi yang artinya sama dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak.
Bagian C, siswa diminta untuk menghubungkan kata-kata yang digarisbawahi
yang artinya berlawanan dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak. Bagian
D, siswa diminta untuk menemukan arti frasa bahasa kedua (bahasa Inggris) ke
bahasa pertama (bahasa Indonesia) yang ada di dalam kotak, sedangkan bagian E,
siswa diminta untuk menciptakan tiga bahasa instruksi dan dua peringatan. Tes
yang digunakan dalam tes awal, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II adalah
sama.
Hasil tes awal mewujudkan nilai yang bervariasi. Panduan/acuan penilaian
setiap bagian soal menggunakan rubrik penilaian pada tabel 3.1, sedangkan untuk
mencari nilai/skor tingkat penguasaan kosakata setiap siswa pada setiap bagian
soal menggunakan rumus penghitungan Nurgiyantoro (2010: 139) sebagai
berikut.
S = Right/jumlah jawaban yang benar
Keterangan:
S = Total Skor Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Berikut ditampilkan daftar nilai hasil tes awal dari 36 orang siswa.
Tabel 4.1
Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Awal
Nomor Absen Siswa
Score/ Total Jawaban yang Benar Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Bagian A Arti Kata
Bagian B Sinonim
Bagian C Antonim
Bagian D Arti frasa
Bagian E Essay Create Spoken Instruc tions
and warnings
S.01 10 4 8 12 0 34 S.02 16 4 16 16 4 56 S.03 14 4 12 14 4 48 S.04 10 4 12 14 0 40
S.05 12 4 12 14 0 42 S.06 14 4 8 12 0 38 S.07 8 4 8 10 0 30 S.08 14 4 12 14 4 48 S.09 14 4 8 14 0 40 S.10 14 4 12 14 4 48 S.11 16 8 12 14 4 54 S.12 12 4 8 12 0 36 S.13 12 4 8 14 4 42 S.14 16 8 12 16 8 60 S.15 14 4 12 14 4 48 S.16 12 4 8 12 4 40 S.17 12 4 8 14 4 42 S.18 12 4 12 12 4 44 S.19 14 4 8 12 4 42 S.20 16 8 12 16 8 60 S.21 12 4 12 14 4 46 S.22 14 4 12 14 4 48 S.23 14 4 8 14 4 44 S.24 14 4 12 14 4 48 S.25 12 4 8 16 4 44 S.26 12 4 12 14 4 46 S.27 16 4 12 12 4 48 S.28 14 4 12 14 4 48 S.29 16 4 12 12 4 48
S.30 12 4 12 12 4 44 S.31 14 4 8 14 4 44 S.32 16 4 16 16 8 60 S.33 16 4 8 14 4 46 S.34 14 4 8 10 4 40 S.35 14 4 16 14 4 52 S.36 16 4 16 10 8 54
Untuk mencari tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase
menggunakan rumus,
Keterangan,
L = Tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase
Berikut ditampilkan daftar nilai setiap siswa pada tes awal.
Tabel 4.2
Data Nilai Tes Awal Penguasaan Kosakaata Setiap Siswa
Nomor Absen Siswa
Total Score Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Tingkat Penguasaan Koasakata Setiap Siswa Dalam %
Kategori Tingkat Kemampuan Setiap Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal
S.01 34 34% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.02 56 56% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.03 48 48% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.04 40 40% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.05 42 42% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.06 38 38% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
L = Total skor setiap siswa X 100% Skor maksimum
S.07 30 30% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.08 48 48% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.09 40 40% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.10 48 48% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.11 54 54% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.12 36 36% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.13 42 42% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.14 60 60% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.15 48 48% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.16 40 40% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.17 42 42% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.18 44 44% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.19 42 42% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.20 60 60% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.21 46 46% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.22 48 48% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.23 44 44% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.24 48 48% Kategori sangat Belum tuntas
jelek (Poor) S.25 44 44% Kategori sangat
jelek (Poor) Belum tuntas
S.26 46 46% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.27 48 48% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.28 48 48% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.29 48 48% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.30 44 44% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.31 44 44% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.32 60 60% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.33 46 46% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.34 40 40% Kategori sangat jelek (Poor)
Belum tuntas
S.35 52 52% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.36 54 54% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
Jumlah Total Nilai Siswa = 1652% = 16.52
4.1.3 Analisis Kuantitatif Sebelum Penerapan Metode CTL
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa nilai total penguasaan
kosakata setiap siswa terendah, yakni 30, sedangkan nilai tertinggi, yakni 60.
Berdasarkan jumlah total nilai siswa pada tabel 4.2 di atas, dapat dihitung
nilai rata-rata penguasaan kosakata siswa pada tes awal dengan menggunakan
rumus berikut.
X = Total skor siswa x 100% Jumlah siswa X = 16.52 x 100% 36 = 45.88%
Jadi, nilai rata-rata siswa penguasaan kosakata pada tes awal yang dilakukan
sebelum penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris
adalah 45.88%. Hasil tes awal tersebut masuk dalam katagori sangat jelek (poor),
sebab seluruh siswa belum mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Berikut dianalisis tingkat kesalahan pengerjaan soal-soal kosakata bahasa
Inggris.
4.1.4 Analisis Kualitatif Sebelum Penerapan Metode CTL
Pada soal bagian A, siswa diminta untuk menemukan arti kata yang
digarisbawahi ke dalam bahasa Indonesia yang terdapat di dalam kotak. Apabila
dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian ini termasuk domain Kognitif
pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kesepuluh soal pada bagian
ini menggunakan kata kerja menemukan arti bahasa Indonesianya kata-kata yang
digarisbawahi. Berikut ditampilkan soal bagian A.
1. Pay attention (noun) to the sentences in bold. = ….
2. Ann checks (verb) her attendance list = ……
3. Please speak clearly (adverb) = ….
4. Now, please distribute (verb) the copies of the article = ……
5. She ever (adverb) visits her aunt in Australia = ….
6. Do not exchange (verb) your notes into coins = ……
7. Well, I need your explanation (noun) = ….
8. He can’t speak loudly (adverb) = ….
9. Don’t forget to sweep (verb) the floor = ….
10. The clerks were unattended (adjective) by their bos when they were working
yesterday = ….
Kata-kata pilihan di dalam kotak ada sepuluh. Kesepuluh kata-kata
tersebut seperti berikut.
Hasil tes awal pada soal bagian A ditemukan bahwa sembilan orang yang
mampu menjawab delapan soal dengan benar, empat belas orang yang mampu
menjawab tujuh soal dengan benar, sepuluh orang yang mampu menjawab enam
soal dengan benar, dua orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar, dan
satu orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar. Dari sepuluh soal
pada bagian ini, siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor empat
(distribute), soal nomor tujuh (explanation), dan soal nomor sepuluh (unattended).
Dari lima bagian tes yang dikerjakan oleh siswa, siswa menemukan banyak
kesulitan pada bagian B yakni, menemukan arti sinonim kata-kata yang
digarisbawahi dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak, dan bagian E yaitu
essay, membuat tiga spoken instruction dan dua warning.
Jumlah soal pada bagian B yaitu lima. Kelima soal tersebut terdapat tiga kata
benda (noun), dan dua kata kerja (verb). Ketiga kata benda tersebut terdapat pada
dengan keras perhatian tak diawasi menyapu memeriksa membagikan dengan jelas pernah penjelasan menukarkan
soal nomor satu, empat, dan lima, sedangkan kata kerja terdapat pada soal nomor
dua dan tiga. Berikut ditampilkan soal bagian B.
(1) She was in the garden when Paul came home = ….
(2) The English teacher has to check students’ reading skill = ….
(3) They try to explain the problem = …..
(4) Read the text briefly = …
(5) Mrs. Smith does the work very well = ….
Kata-kata di dalam kotak ada enam pilihan. Keenam kata pilihan tersebut
yaitu, tiga kata benda, dan tiga kata kerja. Berikut ditampilkan keenam kata-kata
yang terdapat di dalam kotak.
Dari lima soal yang terdapat pada bagian B, tiga puluh satu orang hanya
bisa menjawab soal nomor satu, empat orang bisa menjawab soal nomor satu dan
dua, sedangkan satu orang sama sekali tidak bisa menjawab kelima soal tersebut.
Dilihat dari taksonomi pengetahuan Bloom dan kawan-kawan, soal bagian B
termasuk domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena
kelima soal pada bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti sinonim.
Pada soal bagian C, siswa diminta untuk menemukan arti antonim kata-
kata yang digarisbawahi dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak. Apabila
dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian ini termasuk domain Kognitif
pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kelima soal pada bagian ini
to examine passage \ to submit task park to clarify
menggunakan kata kerja menemukan arti antonim kata-kata yang digarisbawahi.di
dalam kotak. Berikut ditampilkan soal bagian C.
1. She ever (adverb) comes to New York = ….
2. Create the answer (noun) = ….
3. She has to run (verb) cathing that bird = ….
4. Open (adverb) the door please = ….
5. Barbara has to distribute (verb) the tourism articles = …..
Kata-kata di dalam kotak ada enam pilihan. Keenam kata pilihan tersebut
yaitu, tiga kata kerja, dua kata keterangan, dan satu kata benda. Berikut
ditampilkan keenam kata-kata yang terdapat di dalam kotak.
Hasil tes awal pada soal bagian C ditemukan bahwa siswa mengalami
kesulitan menjawab soal nomor tiga (to run), dan nomor lima (to distribute). Lima
orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar, tujuh belas orang yang
mampu menjawab tiga soal dengan benar, dan empat belas orang yang mampu
menjawab dua soal dengan benar.
Pada soal bagian D, siswa diminta untuk menemukan arti prasa dan
gambar kedalam bahasa Indonesia yang ada di dalam kotak. Apabila dilihat pada
taksonomi pengetahuan, soal bagian ini termasuk domain Kognitif pada tingkatan
comprehension (pemahaman), karena kesepuluh soal pada bagian ini
menggunakan kata kerja menemukan arti prasa dan gambar kedalam bahasa
Indonesia yang terdapat.di dalam kotak. Berikut ditampilkan soal bagian D.
close/shut never to compile to jump question to walk
1. Turn left =…..
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
Berikut ditampilkan prasa bahasa Indonesia yang di dalam kotak.
Hasil tes awal pada soal bagian D ditemukan bahwa tiga orang yang
mampu menjawab lima soal dengan benar, sembilan orang yang mampu
menjawab enam soal dengan benar, Sembilan belas orang yang mampu menjawab
tujuh soal dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab delapan soal
dengan benar. Siswa menemukan kesulitan menjawab pada soal nomor empat (go
straight), nomor tujuh (go backward), dan nomor sembilan (go ahead).
melewati lampu lalu lintas jalan lurus jalan mundur belok kanan belok memutar belok kiri pertigaan (berbentuk T) jalan terus perempatan
Kesulitan berikut yang ditemui oleh siswa ketika menjawab tes awal
kosakata terdapat pada bagian E. Pada bagian ini, siswa diminta untuk
menciptakan/membuat tiga spoken instructions dan dua warnings. Jadi jumlah
soal pada bagian E yaitu lima. Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan oleh
Bloom dan kawan-kawan, soal bagian E termasuk domain Psikomotorik pada
tingkat origination, karena kelima soal tersebut menggunakan kata kerja create
(menciptakan). Hasil tes awal pada bagian ini ditemukan bahwa dua puluh enam
siswa yang mampu menciptakan satu spoken instruction, tiga orang yang mampu
menciptakan dua spoken instruction, sedangkan lima orang sama sekali belum
mampu menciptakan spoken instruction, dan warnings.
Hasil analisis kualitatif di atas dinyatakan bahwa seluruh siswa belum
mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau belum tuntas. Apabila
dilihat dari kategori tingkat kemampuan siswa, nilai rata-rata tes awal ini masuk
ke kategori sangat jelek (poor).
Salah satu cara yang dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa adalah
dengan cara mengganti metode yang digunakan oleh guru, yakni metode ceramah,
yang berpusat pada guru ke metode CTL, yang berpusat pada siswa.
4.2 Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas VIIA
SMP Taman Sastra Jimbaran Setelah Penerapan Metode CTL
Dalam penerapan metode CTL dalam proses pembelajaran bahasa Inggris
dalam upaya peningkatan penguasaan kosakata siswa, peneliti menerapkan tujuh
komponen yang terdapat pada metode CTL.
4.2.1 Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
4.2.1.1 Perencanaan Siklus I
Ketujuh komponen yang terdapat dalam metode CTL tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Konstruktivisme (Constructivism), pada komponen ini peneliti membagikan
materi subpokok bahasan unit 2 yang telah diundi kepada tiap-tiap kelompok.
Agar belajar lebih bermakna, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri materi subpokok
bahasan yang telah dibagikan oleh peneliti. Materi subpokok bahasan tersebut,
adalah seperti berikut.
A. Pokok Bahasan : Expressions
(1) Subpokok bahasan : Instructing or prohibiting, pages 24-25
a) The expressions of instructing or Prohibiting
b) Responding of instructing or prohibiting
Subpokok bahasan 1, dipresentasikan oleh kelompok 7
(2) Subpokok bahasan expressing politeness, page 25
a) The expressions of politeness
b) Responding of expressing politeness: positive and negative
Subpokok bahasan 2, dipresentasikan oleh kelompok 3.
(3) Subpokok bahasan : Cardinal Numbers, page 26
a) Bilangan satuan d) Bilangan ratusan
b) Bilangan belasan e) Bilangan ribuan
c) Bilangan puluhan
Subpokok bahasan 3, dipresentasikan oleh kelompok 8.
(4) Prepositions, page 27
a) Explain the prepositions and give the example
Subpokok bahasan 4, dipresentasikan oleh kelompok 4.
(5) There is/There are….., page 28
a) The rule and the example
b) The pattern of There is …..
c) The pattern of There are …..
Subpokok bahasan 5, dipresentasikan oleh kelompok 5.
(6) How much/How many….., page 28-29
a) Explain (jelaskan) when do we used how much..
b) Explain when do we used how many ….
Subpokok bahasan 6, dipresentasikan oleh kelompok 2.
B. Pokok Bahasan : Short Functional Texts
(7) Spoken instruction, page 37
a) Create some spoken instructions
Subpokok bahasan 7, dipresentasikan oleh kelompok 1.
(8) Warning, page 37
a) Write some texts of warnings
Subpokok bahasan 8, dipresentasikan oleh kelompok 6.
2) Inkuiri (Inquiry), pengetahuan dan keterampilan baru ( materi subpokok
bahasan unit 2 ) yang diperoleh oleh siswa diharapkan hasil dari menemukan
sendiri dan mengonstruksi sendiri. Dengan demikian, siswa dapat
menyajikan/mempresentasikan hasil dari temuan dan konstruksi tersebut ke
hadapan teman sekelas dan guru. Setiap kelompok mempresentasikan materi
subpokok bahasan ke depan kelas. Alokasi waktu untuk presentasi adalah 15
menit.
3) Bertanya (Questioning), setelah melaksanakan presentasi selama 15 menit,
lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, antara siswa dan siswa maupun
antara guru dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa
terhadap materi yang telah dipresentasikan, mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa terhadap materi yang telah dipresentasikan, dan
memfokuskan perhatian siswa pada kosakata yang dipelajari pada unit 2,
khususnya tentang arti kata, arti frasa, sinonim, antonim, serta membuat
spoken instructions dan warnings.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community), tujuan komponen ini adalah
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peneliti
membagi siswa kelas VII A ini menjadi delapan kelompok belajar, yang
anggotanya heterogen agar siswa yang pandai mengajari siswa yang lemah,
siswa yang sudah tahu memberi tahu siswa yang belum tahu, dan siswa yang
bisa cepat menangkap materi pelajaran mendorong temannya yang lambat.
Kelompok-kelompok tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Kelompok 1 terdiri atas empat orang (Dyah, Dela, Suwardani, dan David).
b. Kelompok 2 terdiri atas empat orang (Ari W, Eric P, Christina, dan Desy).
c. Kelompok 3 terdiri atas lima orang (Destha, Rosita, Swijaya, dan Reza).
d. Kelompok 4 terdiri atas empat orang (Zein, Widyantari, Ardi, dan Dana
Arta).
e. Kelompok 5 terdiri atas lima orang (Mayun, Devi, Dwika, Dasi, dan
Tirtayanti).
f. Kelompok 6 terdiri atas lima orang (Tomi, Devi J, Wahyu, Suata, dan
Tiara).
g. Kelompok 7 terdiri atas lima orang (Tomi A, Risawan, Rika, Putra, dan
Neni).
h. Kelompok 8 terdiri atas empat orang (Ary G, Mila, Evita, dan Devi N).
5) Pemodelan (Modeling), setiap kelompok yang presentasi menyiapkan dua
anggotanya sebagai model untuk memeragakan dialog, yang sesuai dengan
topik yang dipresentasikan.
6) Refleksi (Reflection), pada akhir pembelajaran peneliti menyisakan waktu
sejenak untuk siswa agar siswa dapat melakukan refleksi atas materi
pembelajaran yang telah didapatkan. Refleksi tersebut berupa kesan dan saran
siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi singkat, dan mengumpulkan
hasil karya tulisan yang dipresentasikan.
7) Penilaian Autentik (Authentic Assesment) pada komponen ini, peneliti menilai
prestasi siswa dengan menggunakan hasil karya siswa dengan kelompoknya,
presentasi atau penampilan siswa pada saat mempresentasikan karyanya,
pekerjaan rumah, dan hasil tes tulis.
4.2.1.2 Pelaksanaan Siklus I
Pada pelaksanaan siklus I ini, dilakukan tujuh kali pertemuan. Pada setiap
pertemuan terdapat tiga kegiatan, terdiri atas (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti,
dan (3) kegiatan akhir. Ketiga kegiatan tersebut disajikan di bawah ini.
1) Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
b. Guru bertanya kepada siswa. Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan
pengertian subtopik yang akan dipresentasikan.
c. Guru mengumumkan kelompok yang akan presentasi dan materi yang akan
dipresentasikan.
d. Guru mempersilakan waktu atau kesempatan kepada kelompok yang akan
presentasi.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti ini merupakan kegiatan presentasi. Kelompok yang
mendapat giliran presentasi tampil ke depan kelas untuk mempresentasikan materi
mereka. Setiap anggota kelompok wajib mendapat giliran mempresentasikan
materi atau sebagai model dalam percakapan yang sesuai dengan materi yang
dipresentasikan. Setiap Rabu, ada dua kelompok yang presentasi karena pada hari
tersebut jadwal pelajaran bahasa Inggris kelas VIIA adalah 2 jam mata pelajaran,
2 x 40 menit.
Presentasi pada Rabu, 24 Oktober 2012 dilakukan oleh kelompok 7 dan
kelompok 3. Satu jam pertama, kelompok 7 yang presentasi, sedangkan pada jam
kedua presentasi dilakukan oleh kelompok 3. Setelah kedua kelompok presentasi,
guru bahasa Inggris, yaitu peneliti mengulas atau menyimpulkan materi yang
disampaikan oleh kelompok 7 dan 3.
Kelompok 7 mempresentasikan pokok bahasan Expressions dengan sub
pokok bahasan Instructing or prohibiting, pages 24--25, sedangkan kelompok 3
mempresentasikan pokok bahasan Expression dengan subpokok bahasan
Expressing politeness, page 25. Berikut dipaparkan presentasi kelompok 7.
a) The expressions of instructing or Prohibiting
Pada materi ini, dua orang siswa (Risawan dan Riska Risdayanti)
memeragakan dialog yang terdapat pada buku ajar. Dialog tersebut sebagai
berikut.
Teacher : O.K., students, let’s look at page 12.
Students : Yes, sir.
Teacher : Sita, please read the text aloud. For the others, do not make noise.
Setelah selesai memeragakan dialog di atas, salah satu dari kelompok 7
(Tomi Aditya) menjelaskan kalimat-kalimat yang dicetak tebal. Kalimat “let’s
look at page 12” dan “please read the text aloud” disebut dengan
instructions/instruksi atau perintah. Pada dialog tersebut guru menyuruh para
siswanya melihat/mencari halaman 12 dan menyuruh salah satu dari siswanya,
yang bernama Sita untuk membaca bacaan pada halaman 12 dengan keras,
sedangkan siswa yang lainnya dilarang ribut. Kalimat “do not make any noise”
merupakan kalimat larangan untuk semua siswa agar tidak ribut selama Sita
membaca bacaan pada halaman 12.
Putra Wiriatama menjelaskan beberapa ekspresi instructing or prohibiting.
Ekspresi-ekspresi tersebut, antara lain seperti di bawah ini.
Instructing Prohibiting
Stand up. Don’t run in the class. Sit down. Don’t be noisy. Listen carefully. Don’t be late. Turn to page ….. Don’t open the window. Come to the front, please. Don’t ask Mira. She doesn’t know. Write the answer in your workbooks. Don’t cheat during the test. Please read this sentence aloud. Don’t copy your friend’s work. Do this exercise for homework. Don’t disturb your friends. Come in and sit down, please. Don’t bully your friends.
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 24)
Setelah selesai menjelaskan ekspresi-ekspresi instructing or prohibiting,
Neni menjelaskan catatan-catatan penggunaan always dan never serta responding
of instructing or prohibiting. Catatan-catatan tersebut, antara lain sebagai berikut.
Notes Always and never come before imperatives. Examples: 1) Always remember what I told you. (Not Remember always ….). 2) Never speak to me like that again. (Not Speak never …..).
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 24)
b) Responding of instructing or prohibiting
(1) Yes, Sir/Miss.
(2) O.K., Mom.
(3) All right, Sir/Ma’am.
(4) Right away. Sir/Ma’am.
(5) I won’t, Sir/Ma’am.
Berdasarkan catatan peneliti ketika kelompok 7 presentasi, terdapat
beberapa hambatan. Hambatan-hambatan tersebut, yakni suara masih kecil/kurang
keras, gugup karena belum terbiasa presentasi di depan kelas, dan ada satu orang
yang belum siap karena tidak bisa hadir pada saat kerja kelompok dengan alasan
rumah jauh dan tidak ada yang mengantar.
Pada waktu sesi tanya jawab, tidak ada siswa yang bertanya.
b) Expressing Politeness
Destha Aldiska dan Rosita Damayanti memeragakan dialog tentang
expressing politeness. Dialog tersebut, yakni sebagai berikut.
Son : Wow, you bought many things, Mom.
Mother : Yeah, we’ve almost run out everything. Dear, please take this plastic bag
to the kitchen.
Son : O.K., Mom. Anything else?
Mother: Can you put the fruits in the fridge?
Setelah dialog selesai, Vania menjelaskan bahwa kata-kata yang dicetak
tebal (please dan can) tersebut digunakan untuk memperhalus kalimat perintah.
Pada dialog di atas, si ibu meminta tolong kepada anaknya untuk
membawa tas plastik yang berisi barang-barang belanjaan ke dapur serta menaruh
buah-buahan ke dalam kulkas. Selain please dan can, ada beberapa kata-kata yang
juga dapat memperhalus kalimat perintah, yaitu could, will, would, may, dan
might.
Swijaya Agastya menjelaskan bahwa ada beberapa kalimat yang
menggunakan ekspresi memperhalus kalimat perintah. Kalimat-kalimat tersebut,
yaitu sebagai berikut
1) Open the door, please.
2) Please read the text aloud.
3) Get me some water, please.
4) Would you please forgive me for this misunderstanding?
5) Can you help me lift the box, please?
6) Could you please accompany me to the bookshop after school?
7) Will you pick me up from school, please?
Reza Saputra menjelaskan bahwa ada dua responding untuk expressing
politeness di atas, yakni responding positive dan responding negative.
Responding positive terdiri atas empat pernyataan berikut.
1) No problem. /No big deal.
2) O.K./All right.
3) Right away.
4) Sure/Certainly.
Responding negative terdiri atas tiga pernyataan di bawah ini.
1) I’d love to, but I’m in a hurry. Sorry.
2) I’m sorry, I can’t. I have another appointment.
3) I’d love to, but I must stay at home.
Setelah selesai menjelaskan responding negative, kemudian dilanjutkan
sesi tanya jawab. Pada sesi ini tidak ada siswa yang bertanya. Sebelum menutup
pelajaran, guru menyimpulkan kedua materi yang dipresentasikan oleh kelompok
7 dan 3.
Menurut catatan peneliti, dari dua kelompok yang presentasi Vania
Anggarina merupakan presenter yang terbaik. Suaranya sangat jelas dan
menguasai materi. Kelompok 3 merupakan kelompok yang kompak, tetapi
pelafalan mereka masih kurang.
c) Cardinal Numbers
Materi berikutnya masih pada pokok bahasan Expression, dengan sub
pokok bahasan Cardinal Numbers, dipresentasikan oleh kelompok 8, pada Senin
24 Oktober 2012. Ary Gunawan memperlihatkan tiga gambar. Look at the
pictures. How many toy cars are there? Gambar pertama berisi dua gambar
mainan mobil-mobilan, di bawah gambar terdapat tulisan two toy cars, gambar
kedua berisi enam gambar mobil-mobilan, di bawah gambar terdapat tulisan six
toy cars, dan gambar ketiga berisi gambar ten toy cars. Kata-kata two, six, dan ten
disebut dengan cardinal numbers.
Mila Taniya menjelaskan cardinal numbers, bilangan satuan berikut ini.
0 = zero 5 = five
1 = one 6 = six
2 = two 7 = seven
3 = three 8 = eight
4 = four 9 = nine
Bilangan belasan berakhiran teen, kecuali angka sebelas dan angka dua
belas. Bilangan belasan terdiri atas angka berikut.
11 = eleven 15 = fifteen 19 = nineteen
12 = twelve 16 = sixteen
13 = thirteen 17 = seventeen
14 = fourteen 18 = eighteen
Evita Juliantari mempresentasikan bilangan puluhan, bilangan ratusan dan
bilangan ribuan. Bilangan puluhan berakhiran ty terdiri atas bilangan berikut.
10 = ten 50 = fifty 90 = ninety, sampai dengan
a20 = twenty 60 = sixty angka 99 = ninety nine
30 = thirty 70 = seventy
40 = forty 80 = eighty
Bilangan ratusan yakni hundred. Bilangan ratusan terdiri atas berikut ini.
100 = a/one hundred 600 = six hundred
200 = two hundred 700 = seven hundred
300 = three hundred 800 = eight hundred
400 = four hundred 900 = nine hundred, sampai dengan angka 999 =
500 = five hundred nine hundred ninety nine
Bilangan ribuan, yakni thousand. Bilangan ribuan dimulai dari angka
1.000 = a/one thousand. Contoh bilangan ribuan, yaitu sebagai berikut.
2.000 = two thousand
3.000 = three thousand, dan seterusnya.
Devi Novita Sari dan Ary Gunawan memeragakan dialog mengenai
cardinal numbers. Berikut contoh dialog cardinal numbers.
Ary : How much is this book?
Devi : It is Rp 15.550 (fifteen thousand five hundred and fifty rupiah).
Ary : How much is that bag?
Devi : It is Rp 24.725 (twenty four thousand seven hundred and twenty five
Rupiah).
Setelah selesai memeragakan dialog di atas, dilanjutkan sesi tanya jawab.
Pada sesi tanya jawab, belum ada siswa yang bertanya. Sebelum mengakhiri
pelajaran guru menyimpulkan materi yang dipresentasikan oleh kelompok 8. Pada
simpulan tersebut guru menjelaskan bahwa ada perbedaan cara mengucapkan
angka, yakni seperti di bawah ini.
1) Tiga satuan (3), tiga belasan (13), dan tiga puluhan (30). Misalnya three [trie],
thirteen [tetin], thirty [teti].
2) Lima satuan (5), lima belasan (15), dan lima puluhan (50). Misalnya five [faiv],
fifteen [fiftin], fifty [fiti].
Selain menjelaskan hal tersebut, guru juga menjelaskan cara menyebutkan
bilangan cardinal dalam bentuk rupiah, misalnya Rp 345.000,00
Caranya, angka 3 di atas, yakni three, angka 3 tersebut posisinya adalah bilangan
ratusan sehingga menjadi three hundred, angka 4 posisinya adalah bilangan
puluhan sehingga menjadi forty, angka 5 adalah bilangan satuan, yakni five.
Ketiga angka tersebut (345), posisinya di bilangan ribuan, yakni thousand. Jadi,
cara menyebutkan semuanya yakni three hundred forty five thousand rupiah.
d) Preposition
Kelompok yang mempresentasikan subpokok bahasan preposition ini
yakni kelompok 4. Preposition merupakan bagian keempat dari pokok bahasan
Expressions. Zein Maulana yang pertama kali menjelaskan materi ini. Look at the
pictures and read the sentences. Try to understand the explanation. Zein
membawa dua gambar. Pada gambar pertama terdapat gambar tas dan kalkulator.
Letak kalkulator tersebut di kantong depannya tas. Di bawah gambar pertama,
terdapat tulisan there is a calculator in the front pocket. Gambar yang kedua berisi
gambar kursi dan sepatu. Letak sepatu berada di bawah kursi. Di bawah gambar
yang kedua bersisi tulisan I put my shoes under the chair.
Presentasi berikutnya, dilanjutkan oleh Widyantari. The words “in” and
“under” are called preposition. We use these words to show the locations of
things. Kata-kata in dan under disebut dengan preposisi. Kedua kata tersebut
digunakan untuk menunjukkan letak/lokasi suatu benda. Under artinya di bawah,
sedangkan in artinya di dalam.
Preposition berikutnya yakni opposite, between, on/at, in front of
dipresentasikan oleh Ardi Candra. Keempat preposition tersebut juga digunakan
untuk menunjukkan letak/lokasi suatu benda. Try to learn the following
prepositions. Figure out their meanings. Tiap-tiap preposition tersebut memiliki
gambar, disertai dengan kalimat di bawahnya. Kalimat-kalimat tersebut adalah
sebagai berikut.
1) The bookshop is opposite the post office.
2) The bookshop is between the post office and the pet shop.
3) The bookshop is on/at the corner of Jalan Obor and Jalan Pelita.
4) The bookshop is in front of the post office.
Berdasarkan kalimat-kalimat di atas maka diketahui arti preposisi itu
masing-masing, seperti di bawah ini.
1) Opposite artinya berhadapan dengan.
2) Between artinya di antara (dua benda).
3) On/at artinya di.
4) In front of artinya di depan.
Preposition selanjutnya, yakni behind, beside, next to, dan near
dipresentasikan oleh Dana Arta. Keempat preposition tersebut juga digunakan
untuk menunjukkan letak/lokasi suatu benda. Tiap-tiap preposition memiliki
gambar disertai dengan kalimat di bawahnya. Kalimat-kalimat tersebut adalah
sebagai berikut.
1) The bookshop is behind the post office.
2) The bookshop is beside the post office.
3) The bookshop is next to the post office.
4) The bookshop is near the post office.
Berdasarkan kalimat-kalimat di atas maka diketahui maknanya masing-
masing, seperti berikut.
1) behind artinya di belakang.
2) beside artinya di samping.
3) next to artinya di sebelah.
4) near artinya dekat.
Setelah selesai mempresentasikan preposition di atas, kemudian
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini belum ada siswa bertanya.
Sebelum mengakhiri pelajaran guru menyimpulkan preposisi-preposisi yang baru
saja dipresentasikan, lalu dilanjutkan dengan latihan membuat kalimat
menggunakan prepositions di atas dengan memakai denah sekolah mereka. Ada
enam orang siswa yang mau mencoba membuat kalimat. Keenam siswa tersebut
adalah sebagai berikut.
(1) Vania membuat kalimat dengan menggunakan next to. The library is next to
classroom IX A.
(2) Agus membuat kalimat menggunakan between. The teachers’ office is between
classroom VII A and sain laboratory.
(3) Ardi membuat kalimat menggunakan next to. The school principle’s office is
next to TU office.
(4) Devi Damayanti membuat kalimat menggunakan near. The school canteen is
near the classroom IX A.
(5) Ari Gunawan membuat kalimat menggunakan beside. The student toilets are
beside the stair.
(6) Devi Jayanti membuat kalimat menggunakan in front of. The computer
laboratory is in front of the school temple.
e) There is/There are
Materi There is/There are merupakan subpokok bahasan kelima dari
pokok bahasan Expressions. There is/There are dipresentasikan oleh kelompok 5,
pada Rabu, tanggal 31 Oktober 2013. Devi Damayanti memperlihatkan dua
gambar. Gambar pertama berisi satu kamus di atas meja, sedangkan gambar kedua
berisi tiga kamus di atas meja. Tiap-tiap gambar berisi kalimat di bawahnya.
Kalimat-kalimat tersebut, yakni seperti di bawah ini.
(1) There is a/one dictionary on the desk.
(2) There are three dictionaries on the desk.
Pay attention to the words in bold type (there is or there are). They are
determiners. Jadi, kata-kata yang dicetak tebal di atas disebut dengan determiners
atau penentu.
Presentasi berikutnya tentang rule of there is/there are, dilakukan oleh
Mayun Adi Guna. The rule of there is/there are tersebut, yaitu seperti berikut.
(1) There is + ….. for singular nouns (one item).
(2) There is + ….. for uncountable items (group nouns).
(3) There are + …. for many items (plural nouns).
Dwika Fitriani memberikan contoh kalimat berdasarkan rule di atas.
Contoh kalimat tersebut, seperti di bawah ini.
There is Noun singular/one item
There is a spider on the wall.
There is Uncountable items/group of nouns
There is some money on the desk.
There are Plural nouns/many items
There are two pencils on my desk.
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 28)
Tirtayanti mempresentasikan the pattern of there is/there are. Kedua
pattern tersebut, yakni seperti di bawah ini.
1) There is + Singular/Uncountable Noun + Adverb of place
There is Singular/Uncountable Noun Adverb of place There is a teacher in the classroom. There is a mango tree at the front of myhouse. There is a little water in the bottle
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 28)
2) There are + Plural noun + Adverb of place
There are Plural Noun Adverb of place There are five children on the field. There Are twenty bikes in the bicycle. There Are three paintings on the wall.
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 28)
Setelah itu, dilanjutkan peragaan dialog tentang there is/there are. Dialog
tersebut, yakni sebagai berikut.
Dasi Santiago : Here is my new house.
Mayun Adi G. : It’s great!
Dasi Santiago : Thank you. Let’s go inside.
Mayun Adi G. : O.K. So this is your living room.
Dasi Santiago : Yes. There are a 3-seat sofa, a 2-seat sofa and a table. On the
wall there two pictures, a clock and a calendar.
Mayun Adi G. : What do you have in the back yard?
Dasi Santiago : There is a garden.
Mayun Adi G. : What are there in the garden?
Dasi Santiago : There are a mango tree, a rambutan tree, and some banana trees.
Mayun Adi G. : Oh, I really love fruit.
Dialog selesai dipresentasikan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada
sesi ini belum ada siswa yang bertanya, kemudian guru menyimpulkan materi
yang telah dipresentasikan bahwa there is dan there are adalah sebagai penunjuk.
There is digunakan sebagai penunjuk benda yang tunggal, sedangkan there are
digunakan sebagai penunjuk benda yang jamak. Setelah selesai menyimpulkan
materi, guru menutup pelajaran.
f) How much/How many
Presentasi pokok bahasan Expressions, dengan subpokok bahasan keenam
yakni how much/how many, dilakukan oleh kelompok 2 pada hari Rabu, 31
Oktober 2012. Ari Wibawa dan Desy Sawitri memperagakan dialog yang
berhubungan dengan how much/how many. Dialog tersebut yakni,
Ari : Mom what are you doing?
Desy : I’m making dumplings.
Ari : Um, sounds yummy. Do you need eggs to make it, Mom?
Desy : Yes, I do
Ari : How many eggs doyou use, Mom?
Desy : I use four eggs.
Ari : And how much flour do you use?
Desy : About half a kilogram.
Ari : Can you teach me how to make dumplings, Mom?
Desy : Certainly.
Christina Damayanti mempresentasikan bahwa the question words how
many dan how much are used to ask about the quantity of things/items.
How many Quantity (countable)
How much Quantity (uncountable)
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 29)
Keterangan:
1) How many digunakan untuk menanyakan jumlah benda yang dapat dihitung
atau kata benda jamak, seperti buku-buku (books) dan apel-apel (apples).
2) How much digunakan untuk menanyakan jumlah benda yang tidak dapat
dihitung, misalnya air (water) dan tanah (soil).
Erik Pramerta mempresentasikan the patterns of how many/how much with
to be dan the pattern of howmany/how much with verbs. Bentuk pattern tersebut,
yakni seperti di bawah ini/
(1) With to be
How many/much
Noun Be (is/are) There Adverb of place ?
How many
blackboard rooms books
are are are
there there there
in your classroom in your house in your bag
? ? ?
How much
soil water cooking oil
is is is
there there there
in the plastic bag in the bottle in the frying pan
? ? ?
(2) With verbs
How many/much
Noun
Do/Does Subject Verb
Complement ?
How many
pencils lessons people
does do do
your sister you you
have have see
today in the hall
? ? ?
How much
flour money salt
does do do
Lisa you you
need have need
to make the cake now for the soup
? ? ?
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 29)
Setelah selesai presentasi the pattern di atas, dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab. Pada sesi ini belum ada siswa yang bertanya. Kemudian guru
menyimpulkan penggunaan how many dan how much. Setelah itu guru menutup
pelajaran.
Pokok bahasan kedua yakni Short Functional Texts, terdiri atas dua
bagian. Bagian pertama adalah spoken instructions, sedangkan bagian kedua
yakni warnings. Subpokok bahasan spoken instruction merupakan spoken text,
dan sub pokok bahasan warning merupakan written text.
g) Spoken Instruction
Subpokok bahasan spoken instructions dipresentasikan oleh kelompok 1,
pada Senin, 5 Oktober 2012. Dyah Pertiwi memeragakan kalimat Listen,
everyone. Prepare a sheet of paper. We will have a vocabulary quiz. Kalimat yang
dicetak tebal tersebut merupakan spoken instruction from the teacher. Guru
menyuruh para siswanya untuk mendengarkannya dan menyiapkan selembar
kertas untuk mengerjakan kuis kosakata.
Kalimat instruksi atau perintah dimulai dengan kata kerja dasar (an
instruction begins with a verb base). Untuk membuat kalimat perintah yang
sopan/halus, digunakan kata please atau can, will, could, dan would.
Untuk memperjelas kalimat instruksi/perintah maka Dela Kristina dan
Suwardani memperlihatkan sepuluh gambar dan sepuluh kalimat perintah. Pada
sesi ini, terdapat perintah, Look at the pictures. Match them with the suitable
instructions from the box. Artinya, Dela dan Suwardani menyuruh teman-
temannya untuk melihat gambar-gambar yang dibawanya, kemudian
mencocokkan gambar-gambar tersebut dengan kalimat perintah-kalimat perintah
yang terdapat pada kolom/kotak. Sebagai contoh, gambar nomor satu kalimat
perintahnya adalah Follow Jalan Pahlawan until you get to the post office,
kalimat tersebut menempati huruf d pada kolom/kotak. Satu demi satu gambar-
gambar tersebut dibahas. Pembahasan tersebut, yakni sebagai berikut.
(1) Gambar nomor dua, kalimat perintahnya, yakni turn left into Jalan
Pahlawan (e).
(2) Gambar nomor tiga, kalimat perintahnya, yakni turn right into Jalan
Pahlawan (i).
(3) Gambar nomor empat, kalimat perintahnya, yakni take the first turning on
the right (a).
(4) Gambar nomor lima, kalimat perintahnya, yakni go past the pet shop (c).
(5) Gambar nomor enam, kalimat perintahnya, yakni go along the river (h).
(6) Gambar nomor tujuh, kalimat perintahnya, yakni go over the bridge (f).
(7) Gambar nomor delapan, kalimat perintahnya, yakni go up the hill (j).
(8) Gambar nomor sembilan, kalimat perintahnya, yakni go down the hill (b).
(9) Gambar nomor sepuluh, kalimat perintahnya yakni cross Jalan Pahlawan
(g).
Setelah selesai membahas gambar-gambar tersebut, kemudian David
Ardiansah memperlihatkan empat gambar. Keempat gambar tersebut masing-
masing berisi cue words atau kata isyarat/pedoman. Pada sesi ini, diperintahkan
untuk melihat gambar, lalu membuat kalimat perintah sesuai dengan cue word
yang ada pada tiap-tiap gambar. Cue words tersebut, yakni sebagai berikut.
(1) Gambar nomor satu, quit. Kalimat perintahnya, yakni Ssst! Be quit.
(2) Gambar nomor dua, board. Kalimat perintahnya, yakni Please board
immediately.
(3) Gambar nomor tiga, stop. Kalimat perintahnya, yakni We must stop at the
railway crossing.
(4) Gambar nomor empat, put on. Kalimat perintahnya, yakni Please put on
the headset.
Setelah selesai membahas gambar-gambar yang berisi cue words, Dyah
Pertiwi menulis tiga kalimat di papan tulis. Ketiga kalimat tersebut, yakni seperti
di bawah ini.
(1) In a laboratory.
(2) In a library.
(3) In a canteen.
Sebutkan beberapa kalimat perintah atau larangan yang ditemukan ketika berada
pada ketiga tempat tersebut di atas. Misalnya ketika berada di lokasi berikut.
(1) Di laboratorium, kalimat perintahnya, yakni Hold the tube carefully,
sedangkan kalimat larangannya, yakni Don’t be noisy.
(2) Di perpustakaan, kalimat perintahnya, yakni Put the books you have read
on the desk in the corner, sedangkan kalimat larangannya yakni, Don’t
be noisy.
(3) Di kantin, kalimat perintahnya yakni Keep this place clean, sedangkan
kalimat larangannya, yakni Don’t throw the rubbish everywhere.
Setelah selesai presentasi, lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada
sesi ini, belum ada siswa yang bertanya. Kemudian guru menyimpulkan materi
yang telah dipresentasikan oleh kelompok 1 bahwa kalimat perintah/instruksi atau
spoken instruction adalah kalimat langsung yang diucapkan oleh seseorang agar
kita melakukan perintahnya atau kalimat tidak langsung diucapkan, tetapi berisi
perintah agar dilaksanakan. Setelah selesai menyimpulkan materi, guru menutup
pelajaran.
h) Warning
Subpokok bahasan warning dipresentasikan oleh kelompok 6, pada Selasa,
6 Oktober 2012. Devi Julianti memperlihatkan gambar berisi tulisan seperti di
bawah ini.
! WARNING
THE DOOR IS NOT FOR PEDESTRIANS
PLEASE USE THE MAIN DOOR Kemudian dijelaskan bahwa tulisan tersebut merupakan peringatan/warning. A
warning is an intimation, threat or sign of impending danger or evil (warning
adalah suatu intimidasi/peringatan, ancaman, atau tanda bahaya). Warning
signs/tanda peringatan atau larangan banyak ditemukan di jalan raya, rumah
sakit, dan tempat-tempat umum. Tanda peringatan atau larangan juga dapat
ditemukan pada beberapa produksi, seperti produksi elektronik, misalnya pada
kulkas, komputer, dan lain-lain.
Untuk memperjelas apa itu warning, maka Tomi Prayoga menulis di
papan tulis lima kosakata yang berhubungan dengan warning. Kelima kosakata
tersebut adalah sebagai berikut.
(1) danger = bahaya
(2) careful = hati-hati
(3) to enter = memasuki
(4) voltage = voltase tegangan
(5) intersection = persimpangan
Kemudian Wahyu Fajar dan Tiara Oktaviani memperlihatkan enam
gambar yang berisi warning signs dan kalimat-kalimat tanda larangan yang sesuai
dengan keenam gambar tersebut. Berikut dipaparkan tiap-tiap gambar beserta
kalimat-kalimatnya.
Gambar nomor 1, kalimatnya, yakni No entry! Danger.
Gambar nomor 2, kalimatnya, yakni No smoking in the area.
Gambar nomor 3, kalimatnya, yakni Do not touch! Dangerous.
Gambar nomor 4, kalimatnya, yakni Beware! High voltage.
Gambar nomor 5, kalimatnya, yakni Danger! Road work ahead.
Gambar nomor 6, kalimatnya, yakni Be careful! Dangerous intersection.
Suata memperlihatkan satu warning sign. Warning sign tersebut, yakni
sebagai berikut.
! WARNING
CONSTRUCTION WORK IN PROGRESS. PARENTS ARE ADVICE TO PROHIBIT CHILDREN FROM ENTERING THIS PLACE
Sumber: Buku PR Bahasa Inggris Grade VII (2012: 37)
Berdasarkan warning sign di atas, terdapat lima pertanyaan. Kelima pertanyaan
tersebut adalah sebagai berikut.
(1) To whom is the text addressed?
Jawab: To the parents of children who want to enter the place.
(2) What is the purpose of the text?
Jawab: To warn people about the danger of something.
(3) Why is the place dangerous?
Jawab: There is construction work in progress.
(4) What will the parents do after reading the warning?
Jawab: They will not allow their children to enter the place.
(5) “Construction work in progress”. What does it mean?
Jawab: It means that construction work is taking place.
Setelah kelompok 6 selesai presentasi, dibuka sesi tanya jawab. Pada sesi
ini belum ada siswa yang bertanya. Kemudian guru menyimpulkan materi yang
baru saja dipresentasikan. Warning signs adalah tanda larangan/peringatan
bahaya. Tanda-tanda larangan/bahaya dapat dijumpai di tempat-tempat umum,
misalnya di rumah sakit, jalan raya, gardu listrik, barang-barang elektronik, dan
sebagainya. Setelah selesai menyimpulkan materi, guru menutup pelajaran.
3) Kegiatan Akhir
Rangkaian terakhir dari kegiatan pembelajaran disebut dengan kegiatan
akhir. Pada kegiatan akhir ini guru selalu melakukan sesi tanya jawab,
menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan oleh setiap kelompok yang
presentasi, menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan-latihan yang ada di buku
sesuai dengan topik yang dipresentasikan, dan menutup pelajaran.
4.2.1.3 Pengamatan Siklus I
Pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar pada pelaksanaan
siklus I, peneliti dibantu oleh seorang observer pendamping melakukan penilaian
melalui pengamatan terhadap keterlaksanaan rencana pelajaran. Keterlaksanaan
rencana pelajaran ini diamati pada saat kegiatan awal, siswa melakukan presentasi
dan kegiatan akhir. Indikator yang dinilai dalam pengamatan keterlaksanaan
rencana pelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan Awal
(1) Guru membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
(2) Guru bertanya kepada siswa. Pertanyaan tersebut digunakan untuk
landasan pengertian subtopik/materi yang akan dipresentasikan.
(3) Guru mengumumkan kelompok yang akan presentasi dan materi yang
akan dipresentasikan.
(4) Guru mempersilakan kelompok yang akan presentasi.
b. Kegiatan Inti
(1) Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
(2) Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
(3) Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
(4) Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
c. Kegiatan Akhir
(1) Diadakan sesi tanya jawab.
(2) Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
(3) Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar, sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
4.2.1.4 Refleksi Siklus I
Tahap keempat pada penelitian ini, yakni refleksi. Tindakan refleksi ini
dilakukan setelah guru melaksanakan tindakan siklus I. Refleksi siklus I
dilakukan secara kolaborasi antara peneliti sebagai guru dan observer
pendamping. Refleksi siklus I dilakukan untuk mengetahui peningkatan kosakata
bahasa Inggris siswa kelas VIIA setelah penerapan metode CTL. Berikut
ditampilkan tes penguasaan kosakata siklus I.
A.READ THE FOLLOWING SENTENCES THEN FIND THE UNDERLINE WORD MEANINGS IN THE BOX.
dengan keras perhatian tak diawasi menyapu memeriksa membagikan dengan jelas pernah penjelasan menukarkan
1. Pay attention to the sentences in bold. = …. 2. Ann checks her attendance list = …… 3. Please speak clearly = ….
4. Now, please distribute the copies of the article = …… 5. She ever visits her aunt in Australia = …. 6. Do not exchange your notes into coins = …… 7. Well, I need your explanation = …. 8. He can’t speak loudly 9. Don’t forget to sweep the floor = …. 10. The clerks were unattended by their bos when they were working yesterday = …. B. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR SIMILAR MEANINGS
FROM THE BOX
to examine passage to submit task park to clarify
1. She was in the garden when Paul came home = …. 2. The English teacher has to check students’ reading skill = …. 3. They try to explain the problem = ….. 4. Read the text briefly = … 5.Mrs. Smith does the work very well = …. C. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR OPPOSITE MEANINGS
FROM THE BOX
close/shut never to compile to jump question to walk
1. She ever comes to New York = …. 2. Create the answer = …. 3. She has to run cathing that bird = …. 4. Open the door please = …. 5. Barbara has to distribute the tourism articles = ….. D. FIND THE MEANINGS OF THE FOLLOWING PHRASES IN THE BOX
melewati lampu lalu lintas jalan lurus jalan mundur belok kanan belok memutar belok kiri pertigaan (berbentuk T) jalan terus perempatan
1. Turn left =…..
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
E. CREATE 3 SPOKEN INSTRUCTIONS, AND TWO WARNINGS. Hasil refleksi siklus I dideskripsikan pada tabel 4.3 berikut ini.
Panduan/acuan penilaian setiap bagian soal menggunakan rubrik penilaian pada
tabel 3.1, sedangkan untuk mencari nilai/skor tingkat penguasaan kosakata setiap
siswa pada setiap bagian soal menggunakan rumus penghitungan Nurgiyantoro
(2010: 139) sebagai berikut.
S = Right/jumlah jawaban yang benar
Keterangan:
S = Total Skor Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Tabel 4.3
Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Akhir Siklus I
Nomor Absen Siswa
Score/Total Jawaban yang Benar Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Bagian A Arti Kata
Bagian B Sinonim
Bagian C Antonim
Bagian D Arti Frasa
Bagian E Essay Create Spoken Instruc tions and warnings
S.01 12 8 12 16 12 60 S.02 18 8 18 18 8 70 S.03 16 8 18 16 8 66 S.04 12 12 16 16 8 64 S.05 16 8 16 16 8 64 S.06 16 8 12 16 8 60 S.07 12 12 16 12 8 60 S.08 16 8 16 16 8 64 S.09 16 8 12 16 8 60 S.10 16 8 16 16 8 64 S.11 18 12 16 16 12 74 S.12 16 8 12 16 8 60 S.13 16 8 12 16 8 60 S.14 18 12 16 18 12 76 S.15 18 8 16 16 8 66 S.16 16 8 12 16 8 60 S.17 16 8 12 18 8 62 S.18 16 8 16 16 8 64
S.19 16 8 12 16 8 60 S.20 18 12 16 18 12 76 S.21 16 8 16 16 8 64 S.22 16 8 16 16 8 64 S.23 18 8 12 16 8 62 S.24 18 8 16 16 8 66 S.25 16 8 12 18 8 62 S.26 16 8 16 16 8 64 S.27 18 8 16 16 8 66 S.28 16 8 16 18 8 66
Untuk mencari tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase
menggunakan rumus,
Keterangan,
L = Tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase
Berikut ditampilkan daftar nilai setiap siswa pada refleksi siklus I.
Tabel 4.4
Data Nilai Tes Akhir Siklus I Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
S.29 18 8 16 16 8 66 S.30 16 8 12 18 8 62 S.31 16 8 12 16 8 60 S.32 18 8 18 18 16 78 S.33 18 8 12 16 8 62 S.34 18 8 12 16 8 62 S.35 16 8 16 16 8 64 S.36 18 8 18 12 12 68
Nomor Absen Siswa
Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa dalam %
Kategori Tingkat Kemampuan Setiap Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal
S.01 60 60% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.02 70 70% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.03 66 66% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.04 64 64% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
L = Total skor setiap siswa X 100% Skor maksimum
S.05 64 64% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.06 60 60% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.07 60 60% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.08 64 64% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.09 60 60% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.10 64 64% Kategori tidak cukup (insufficient)
Belum tuntas
S.11 74 74% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.12 60 60% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.13 60 60% Kategori tidak cukup (insufficient)
Belum tuntas
S.14 76 76% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.15 66 66% Kategori t cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.16 60 60% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.17 62 62% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.18 64 64% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.19 60 60% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.20 76 76% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.21 64 64% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.22 64 64% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.23 62 62% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.24 66 66% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.25 62 62% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.26 64 64% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.27 66 66% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.28 66 66% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.29 66 66% Kategori cukup (Sufficient)
Belum tuntas
S.30 62 62% Kategori tidak cukup (Insufficient)
Belum tuntas
S.31 60 60% Kategori tidak cukup (insufficient)
Belum tuntas
S.32 78 78% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.33 62 62% Kategori tidak cukup
Belum tuntas
4.2.2 Analisis Kuantitatif PTK Siklus I
Cara menghitung score/total jawaban yang benar pada setiap bagian pada
tabel 4.3 di atas disesuaikan dengan rubrik penilaian penguasaan kosakata siswa
yang terdapat pada tabel 3.1. Sebaliknya, cara menghitung total score tingkat
penguasaan kosakata setiap siswa menggunakan rumus S = R. S = skor/nilai, R =
right/ jumlah jawaban yang benar.
Pada tabel 4.4 dituangkan hasil tes siklus I tingkat penguasaan kosakata
setiap siswa dalam persentase. Adapun cara menghitung nilai tingkat penguasaan
kosakata setiap siswa dalam persentase menggunakan rumus berikut.
L = % 100 x maksimumskor
siswaskor
Keterangan:
L = Tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase.
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa hasil refleksi siklus I yaitu
mengalami peningkatan yang signifikan apabila dibandingkan dengan hasil nilai
(Insufficient)
S.34 62 62% Kategori tidak cukup (insufficient)
Belum tuntas
S.35 64 64% Kategori tidak cukup (insufficient)
Belum tuntas
S.36
68 68%
Kategori cukup (Sufficient)
Belum Tuntas
Jumlah Total Nilai Siswa = 2326% = 23.26.
tes awal sebelum penerapan metode CTL. Pada refleksi siklus I, total nilai
penguasaan kosakata setiap siswa terendah, yakni 60 dan nilai tertinggi 78. Ada
sembilan orang siswa yang memeroleh nilai 60, enam orang memeroleh nilai 62,
sembilan orang memeroleh nilai 64, enam orang memeroleh nilai 66, satu orang
memeroleh nilai 68, satu orang memeroleh nilai 70, satu orang memeroleh nilai
74, dua orang memeroleh nilai 76, dan satu orang memeroleh nilai 78.
Pada tindakan siklus I terdapat empat orang siswa yang mampu mencapai
nilai KKM 74. Dari jumlah total nilai siswa pada tabel 4.4 di atas dapat dihitung
nilai rata-rata penguasaan kosakata siswa pada siklus I dengan menggunakan
rumus berikut.
L = Total skor siswa x 100%
Jumlah siswa L = 2326 x 100% 36 = 64.61%
Berdasarkan hasil tes siklus I pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 serta nilai rata-
rata penguasaan kosakata siswa di atas, maka dapat dicari mean score siklus I
dengan menggunakan rumus X = NX
Mean score = 2326 36 = 64.61
Keterangan :
X = Mean score siswa
ƩX = Jumlah skor seluruh siswa
N = Jumlah siswa
Jadi, mean score siklus I, yakni 64.61 artinya diperlukan pelaksanaan tindakan
siklus II karena empat orang dari tiga puluh enam orang yang mampu memeroleh
nilai kriteria ketuntasan minimal. Tingkat kesalahan pengerjaan soal-soal kosakata
siklus I dijelaskan sebagai berikut.
4.2.3 Analisis Kualitatif PTK Siklus I
Setelah diadakan tindakan siklus I dengan penerapan metode CTL dalam
proses pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris, tes kemampuan kosakata
bahasa Inggris siswa siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan tes
awal sebelum tindakan. Peningkatan tersebut terlihat pada soal bagian A seperti
berikut.
1. Pay attention (noun) to the sentences in bold. = ….
2. Ann checks (verb) her attendance list = ……
3. Please speak clearly (adverb) = ….
4. Now, please distribute (verb) the copies of the article = ……
5. She ever (adverb) visits her aunt in Australia = ….
6. Do not exchange (verb) your notes into coins = ……
7. Well, I need your explanation (noun) = ….
8. He can’t speak loudly (adverb) = ….
9. Don’t forget to sweep (verb) the floor = ….
10. The clerks were unattended (adjective) by their bos when they were working
yesterday = ….
Pada soal bagian A dilihat pada taksonomi pengetahuan, termasuk domain
Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kesepuluh soal
pada bagian A, siswa disuruh menemukan arti bahasa Indonesianya kata-kata
yang digarisbawahi yang terdapat di dalam kotak. Terjadinya peningkatan
pemahaman siswa ketika menjawab soal bagian A karena pada siklus I empat
belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, sedangkan pada
tes awal belum ada siswa yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar.
Pada siklus I sembilan belas orang yang mampu menjawab delapan soal dengan
benar, sedangkan pada tes awal sembilan orang yang mampu menjawab delapan
soal dengan benar. Pada siklus I empat belas orang yang mampu menjawab tujuh
soal dengan benar, sedangkan pada tes awal sepuluh orang yang mampu
menjawab enam soal dengan benar. Pada siklus I hanya tiga orang yang mampu
menjawab enam soal dengan benar, sedangkan pada tes awal dua orang yang
mampu menjawab lima soal dengan benar, dan satu orang yang mampu menjawab
empat soal dengan benar.
Dari sepuluh soal pada bagian ini, pada tes awal siswa mengalami
kesulitan menjawab soal nomor empat (distribute), soal nomor tujuh
(explanation), dan soal nomor sepuluh (unattended), sedangkan pada siklus I
siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor sepuluh (unattended). Hal ini
terjadi karena siswa belum pernah mendengar kata tersebut dalam kehidupan
sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah..
Soal bagian B, siswa diminta untuk menemukan arti sinonim kata-kata
yang digarisbawahi dengan kata-kata yang terdapat di dalam kotak. Dilihat dari
taksonomi pengetahuan Bloom dan kawan-kawan, soal bagian B termasuk domain
Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kelima soal pada
bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti sinonim. Pada bagian B
pemahaman siswa pada saat menjawab soal bagian ini juga mengalami
peningkatan. Berikut disajikan soal bagian B.
1. She was in the garden when Paul came home = ….
2. The English teacher has to check students’ reading skill = ….
3. They try to explain the problem = …..
4. Read the text briefly = …
5.Mrs. Smith does the work very well = ….
Peningkatan tes siklus I terjadi karena tiga puluh satu orang yang mampu
menjawab dua soal dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab tiga
soal dengan benar, sedangkan pada tes awal tiga puluh satu orang hanya bisa
menjawab soal nomor satu, empat orang bisa menjawab soal nomor satu dan dua,
satu orang sama sekali tidak bisa menjawab kelima soal tersebut.
Walaupun terjadi peningkatan, siswa masih memgalami kesulitan
menjawab soal nomor empat (text), dan nomor lima (work). Kesulitan menjawab
soal bagian B disebabkan oleh ketidak seringan siswa membaca, mendengarkan,
dan mempraktekkan sinonim tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian C termasuk
domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kelima soal
to examine passage to submit task park to clarify
pada bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti antonim kata-kata yang
digarisbawahi di dalam kotak. Pemahaman siswa menjawab soal bagian ini juga
mengalami peningkatan. Berikut disajikan soal bagian C.
close/shut never to compile to jump question to walk
1. She ever comes to New York = ….
2. Create the answer = ….
3. She has to run cathing that bird = ….
4. Open the door please = ….
5. Barbara has to distribute the tourism articles = …..
Peningkatan pemahaman kosakata siswa pada soal bagian C pada siklus I
yakni, dua puluh dua orang mampu menjawab empat soal dengan benar, empat
belas orang mampu menjawab tiga soal dengan benar, sedangkan pada tes awal
lima orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar, tujuh belas orang
yang mampu menjawab tiga soal dengan benar, dan empat belas orang yang
mampu menjawab dua soal dengan benar. Pada tes siklus I siswa mengalami
kesulitan menjawab soal nomor lima (to distribute), sedangkan pada tes awal
siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor tiga (to run), dan nomor lima
(to distribute). karena siswa tidak sering mendengarkan, membaca dan
menggunakan sinonim tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan, soal bagian C termasuk
domain Kognitif pada tingkatan comprehension (pemahaman), karena kesepuluh
soal pada bagian ini menggunakan kata kerja menemukan arti prasa dan gambar
kedalam bahasa Indonesia yang terdapat.di dalam kotak. Berikut ditampilkan soal
bagian D.
1. Turn left =…..
2. Turn right = ….
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
Pemahaman siswa menjawab soal bagian D juga mengalami peningkatan. Dari
sepuluh soal, dua puluh lima orang mampu menjawab delapan soal dengan benar,
delapan orang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, dan hanya tiga
orang mampu menjawab tiga soal dengan benar, sedangkan pada tes awal tiga
orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar, sembilan orang yang
mampu menjawab enam soal dengan benar, sembilan belas orang yang mampu
menjawab tujuh soal dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab
delapan soal dengan benar.
Pada siklus I siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor empat (go
straight), dan nomor sembilan (go ahead), sedangkan pada tes awal siswa
menemukan kesulitan menjawab pada soal nomor empat (go straight), nomor
tujuh (go backward), dan nomor sembilan (go ahead). Hal ini terjadi karena
siswa belum terbiasa melihat tanda go straight dan go ahead dalam lingkungan
kehidupan bermasyarakat, khususnya pada saat berlalu lintas.
Apabila dilihat pada taksonomi pengetahuan oleh Bloom dan kawan-
kawan, soal bagian E termasuk domain Psikomotorik pada tingkat origination,
karena kelima soal tersebut menggunakan kata kerja create (menciptakan).
Pemahaman siswa menjawab soal bagian ini mengalami peningkatan. Walaupun
terjadi peningkatan, siswa masih menemukan kesulitan menciptakan/membuat
spoken instructions. Kesulitan tersebut disebabkan oleh ketidakpedulian siswa
terhadap tanda yang berhubungan dengan spoken instruction di lingkungannya.
Berikut diuraikan peningkatan pemahaman menjawab soal bagian E pada siklus I.
Dua puluh delapan orang hanya mampu menciptakan/membuat dua warning,
tujuh orang mampu menciptakan/membuat dua warnings dan satu spoken
instruction, satu orang mampu menciptakan dua warnings dan dua spoken
instruction, sedangkan pada tes awal dua puluh enam siswa yang mampu
menciptakan satu spoken instruction, tiga orang yang mampu menciptakan dua
spoken instruction, lima orang sama sekali belum mampu menciptakan spoken
instruction, dan warnings.
Berdasarkan analisis kualitatif di atas diperlukan tindakan siklus II, sebab
apabila dilihat dari kategori tingkat kemampuan siswa, nilai rata-rata tes akhir
siklus I masuk ke kategori tidak cukup (Insufficient), hanya empat orang siswa
yang mampu mencapai nilai KKM.
4.2.4 Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
4.2.4.1 Perencanaan Siklus II
Pada siklus II ini, perencanaan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan
yang terjadi pada siklus I. Penyusunan materi yang digunakan dalam tindakan
kelas pada siklus II dilakukan dengan lebih hati-hati dan teliti, khususnya pada
bagian B, yakni tentang sinonim dan pada bagian E, yakni tentang essay create
spoken instructions and warnings. Selain lebih berhati-hati dan teliti ketika
menyimpulkan materi pada siklus II, guru mewajibkan setiap siswa membawa
kamus. Kamus digunakan untuk melatih siswa secara mandiri mencari arti kata
dan sinonim pada kamus. Dengan kegiatan mandiri tersebut diharapkan siswa
mampu mengingat dan memahami arti kata dan sinonim yang belum diketahui.
4.2.2.2 Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II disusun menjadi tiga kegiatan, sesuai
dengan program pembelajaran pada siklus I dengan menerapkan metode CTL dan
media pembelajaran tetap berpedoman pada hasil siklus I. Namun, pada kegiatan
akhir ketika peneliti memberikan simpulan materi yang telah dipresentasikan,
peneliti menunjuk setiap siswa untuk membuat kalimat sendiri sesuai dengan
topik yang dipresentasikan.
4.2.4.3 Pengamatan Siklus II
Ketika observasi (pengamatan) siklus II dilaksanakan, peneliti juga
dibantu oleh observer pendamping melakukan penilaian melalui pengamatan
terhadap keterlaksanaan rencana pelajaran. Keterlaksanaan rencana pelajaran ini
diamati pada saat kegiatan awal, siswa melakukan presentasi, dan kegiatan akhir.
Indikator yang dinilai dalam pengamatan keterlaksanaan rencana pelajaran sama
dengan siklus I.
4.2.4.4 Refleksi Siklus II
Tindakan refleksi siklus II ini dilakukan setelah guru melaksanakan
tindakan siklus II. Refleksi siklus II dilakukan secara kolaborasi antara peneliti
sebagai guru dan observer pendamping. Refleksi siklus II dilakukan untuk
mengetahui peningkatan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA setelah
melaksanakan siklus I dengan penerapan metode CTL. Berikut ditampilkan tes
penguasaan kosakata siklus II.
A.READ THE FOLLOWING SENTENCES THEN FIND THE UNDERLINE WORD MEANINGS IN THE BOX.
dengan keras perhatian tak diawasi menyapu memeriksa membagikan dengan jelas pernah penjelasan menukarkan
1. Pay attention to the sentences in bold. = …. 2. Ann checks her attendance list = …… 3. Please speak clearly = …. 4. Now, please distribute the copies of the article = …… 5. She ever visits her aunt in Australia = …. 6. Do not exchange your notes into coins = …… 7. Well, I need your explanation = …. 8. He can’t speak loudly 9. Don’t forget to sweep the floor = ….
10. The clerks were unattended by their bos when they were working yesterday = …. B. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR SIMILAR MEANINGS
FROM THE BOX
to examine passage to submit task park to clarify
1. She was in the garden when Paul came home = …. 2. The English teacher has to check students’ reading skill = …. 3. They try to explain the problem = ….. 4. Read the text briefly = … 5.Mrs. Smith does the work very well = …. C. MATCH THE UNDERLINE WORDS WITH THEIR OPPOSITE MEANINGS
FROM THE BOX
close/shut never to compile to jump question to walk
1. She ever comes to New York = …. 2. Create the answer = …. 3. She has to run cathing that bird = …. 4. Open the door please = …. 5. Barbara has to distribute the tourism articles = ….. D. FIND THE MEANINGS OF THE FOLLOWING PHRASES IN THE BOX
1. Turn left =…..
2. Turn right = ….
melewati lampu lalu lintas jalan lurus jalan mundur belok kanan belok memutar belok kiri pertigaan (berbentuk T) jalan terus perempatan
3. Turn around = ….
4. Go straight = ….
5. T-junction = ….
6. Go pass = ….
7. Go backward = ….
8. Cross road = ….
9. Go ahead = ….
10. Traffic light = ….
E. CREATE 3 SPOKEN INSTRUCTIONS 1.__________________________________________________ 2.__________________________________________________ 3.__________________________________________________ AND TWO WARNINGS. 3. _________________________________________________ 4. _________________________________________________ Pada bagian A, siswa diminta untuk menemukan arti bahasa kedua
(bahasa Inggris) dan bahasa pertama (bahasa Indonesia) yang ada di dalam kotak.
Bagian B, siswa diminta untuk menghubungkan kata-kata (bahasa Inggris) yang
artinya sama dengan kata-kata (bahasa Inggris) yang terdapat di dalam kotak.
Bagian C, siswa diminta untuk menghubungkan kata-kata (bahasa Inggris) yang
artinya berlawanan dengan kata-kata (bahasa Inggris) yang terdapat di dalam
kotak. Bagian D, siswa diminta untuk menemukan arti frasa bahasa kedua (bahasa
Inggris) ke bahasa pertama (bahasa Indonesia) yang ada di dalam kotak,
sedangkan bagian E, siswa diminta untuk membuat tiga bahasa instruksi dan dua
peringatan.
Hasil refleksi siklus II dideskripsikan pada tabel 4.5 berikut ini.
Panduan/acuan penilaian setiap bagian soal menggunakan rubrik penilaian pada
tabel 3.1, sedangkan untuk mencari nilai/skor tingkat penguasaan kosakata setiap
siswa pada setiap bagian soal menggunakan rumus penghitungan Nurgiyantoro
(2010: 139) sebagai berikut.
S = Right/jumlah jawaban yang benar
Keterangan:
S = Total Skor Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Tabel 4.5 Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Pada Tes Akhir Siklus II Nomor Absen Siswa
Score /Total Jawaban yang Benar Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Bagian A Arti Kata
Bagian B Sinonim
Bagian C Antonim
Bagian D Arti Prasa
Bagian E Essay Create Spoken Instruc tions and warnings
S.01 18 12 16 18 16 80 S.02 20 12 20 20 16 88 S.03 20 12 20 20 12 84 S.04 18 16 18 18 12 82 S.05 20 12 18 18 12 80 S.06 18 12 18 18 12 78 S.07 18 16 18 18 12 82 S.08 20 12 20 20 16 88 S.09 18 16 18 18 12 80 S.10 20 12 18 18 18 86 S.11 20 16 20 18 18 92
S.12 20 12 18 18 12 80 S.13 20 12 18 18 12 80 S.14 20 16 20 20 18 94 S.15 20 12 20 18 12 82 S.16 20 12 18 20 12 82 S.17 18 12 18 20 12 80 S.18 20 12 18 18 12 80 S.19 18 12 18 18 12 78 S.20 20 16 20 20 18 94 S.21 20 12 18 18 12 80 S.22 18 16 18 18 12 82 S.23 20 12 18 18 12 80 S.24 20 12 18 18 12 80 S.25 18 12 18 18 12 78 S.26 18 12 18 18 12 78 S.27 20 12 18 18 12 80 S.28 20 12 18 18 12 80 S.29 20 12 18 18 12 80 S.30 20 12 16 18 12 78 S.31 20 12 18 18 12 80 S.32 20 12 20 20 18 90 S.33 20 12 16 18 16 82 S.34 20 12 16 16 16 80 S.35 20 12 20 18 16 86 S.36 20 12 20 16 16 84
Untuk mencari tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase
menggunakan rumus,
Keterangan,
L = Tingkat penguasaan kosakata setiap siswa dalam persentase
Berikut ditampilkan daftar nilai setiap siswa pada refleksi siklus II.
L = Total skor setiap siswa X 100% Skor maksimum
. Tabel 4.6 Data Nilai Tes Akhir Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
pada Tes Akhir Siklus II Nomor Absen Siswa
Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
Tingkat Penguasaan Kosakata Setiap Siswa dalam %
Kategori Tingkat Kemampuan Setiap Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal
S.01 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.02 88 88% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.03 84 84% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.04 82 82% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.05 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.06 78 78% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.07 78 78% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.08 88 88% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.09 78 78% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.10 86 86% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.11 88 88% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.12 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.13 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.14 94 94% Kategori sangat baik
Tuntas
(Excellent) S.15 90 90% Kategori
sangat baik (Excellent)
Tuntas
S.16 82 82% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.17 82 82% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.18 78 78% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.19 82 82% Kategori Baik (Good)
Tuntas
S.20 92 92% Kategori sangat baik (Excellent)
Tuntas
S.21 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.22 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.23 86 86% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.24 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.25 78 78% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.26 78 78% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
S.27 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.28 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.29 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.30 78 78% Kategori cukup (Sufficient)
Tuntas
4.2.5 Analisis Kuantitatif PTK Siklus II
Data hasil tes akhir siklus II pada tabel 4.5 menunjukkan peningkatan yang
signifikan dibandingkan dengan hasil tes akhir siklus I. Terjadinya peningkatan
ini disebabkan oleh siswa telah mampu lebih memahami materi yang diberikan
dengan menggunakan metode CTL. Pada tes siklus II, nilai tertinggi, yakni 94 dan
nilai terendah 78. Satu orang siswa mencapai nilai 94, satu orang siswa mencapai
nilai 92, dua orang siswa mencapai nilai 90, tiga orang siswa mencapai nilai 88,
tiga orang siswa mencapai nilai 86, dua orang siswa mencapai nilai 84, lima orang
siswa mencapai nilai 82, dua belas orang siswa mencapai nilai 80, dan tujuh
orang siswa mencapai nilai 78.
Berikut dituangkan hasil tes siklus II tingkat penguasaan kosakata setiap
siswa dalam persentase dengan menggunakan rumus:
S.31 80 80% Kategori Baik (Good)
Tuntas
S.32 90 90% Kategori sangat baik (Excellent)
Tuntas
S.33 82 82% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.34 80 80% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.35 86 86% Kategori baik (Good)
Tuntas
S.36 84
84%
Kategori baik (Good)
Tuntas
Jumlah Total Nilai Siswa = 2972% = 29,72
L = 100 x maksimumskor
siswaskor %
Keterangan:
L = Tingkat penguasaan kosakata siswa dalam persentase.
Berdasarkan jumlah total nilai siswa pada tabel 4.6 di atas, dapat dihitung
nilai rata-rata penguasaan kosakata siswa pada siklus II dengan menggunakan
rumus berikut.
X = Total skor siswa x 100% Jumlah siswa X = 2972 x 100% 36 = 82.55%
Untuk mean score siklus II dapat dihitung dengan menggunakan rumus di
bawah ini.
X = NX
Mean score = 2972 36 = 82.55
Jadi mean score siklus II adalah 82,55 artinya tidak diperlukan lagi tindakan
silkus III. Berikut diuraikan peningkatan kemampuan siswa mengerjakan soal-
soal kosakata pada siklus II.
4.2.6 Analisis Kualitatif PTK Siklus II
Setelah diberikan tindakan siklus II, seluruh (100%) siswa mampu
melampaui nilai kriteria ketuntasan minimal. Jika dilihat dari kategori tingkat
kemampuan siswa, nilai rata-rata tes akhir siklus II masuk ke kategori baik
(good).
Pada saat menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan, guru lebih teliti
dan menyuruh setiap siswa untuk membuat kalimat dari kosakata yang telah
dipresentasikan. Misalnya membuat kalimat perintah close the door, please. It’s
windy. Membuat kalimat larangan Don’t switch off the lamp, it’s dark.
Menanyakan harrga/jumlah benda yang tidak bisa dihitung How much is this bag?
Dengan respons It’s Rp 155.000,00 (one hundred fifty five ). Membuat pertanyaan
untuk menanyakan jumlah benda yang bisa dihitung beserta responsnya How
many pencil do you have? I’ve two pencils. Membuat kalimat spoken instruction;
attention please! Membuat kalimat warning/peringatan Do not enter the door, it’s
dangerous. Membuat kalimat untuk menunjuk arah jalan yang terdapat pada buku
ajar halaman 39 serta menjawab soal-soal yang ada pada buku ajar. Guru juga
menyuruh setiap siswa untuk mencari arti kata, antonim, sinonim, arti frasa yang
belum diketahui secara mandiri pada kamus yang dibawa.
Kemampuan siswa menjawab kelima bagian tes siklus II meningkat. Hal ini
dibuktikan bahwa soal bagian A pada siklus II dua puluh empat orang siswa
mampu menjawab kesepuluh soal dengan benar (memeroleh nilai sempurna), dua
belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, sedangkan pada
tes siklus I empat belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan
benar. tiga orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar.
Soal yang sulit diingat arti katanya dalam bahasa Indonesia yakni, nomor
sepuluh (unattended). Siswa belum pernah membaca, mendengarkan, dan
memakai kalimat tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Jadi kemampuan siswa menemukan arti kata bahasa Indonesia, kata-
kata yang digarisbawahi dapat dikatakan sangat baik.
Pada soal bagian B, kemampuan siswa menjawab soal juga meningkat dari
siklus I ke siklus II. Pada siklus II dua orang mampu menjawab kelima soal
dengan benar, empat orang mampu menjawab empat soal dengan benar, dan tiga
puluh orang mampu menjawab tiga soal dengan benar, sedangkan pada siklus I
tiga puluh satu orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar, dan lima
orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar. Pada tes siklus II ketiga
puluh orang tersebut belum mampu memahami sinonim text dan work, sebab arti
kata task dan passage dalam bahasa Indonesia belum diketahui. Walaupun pada
tindakan siklus II guru mewajibkan seluruh siswa membawa kamus, tetapi arti
kata-kata tersebut dilupakan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseringan siswa
membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan
sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Pada soal bagian C, kemampuan siswa menjawab soal antonim sangat baik.
Hal tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus II tiga puluh orang mampu
menjawab kelima soal dengan benar. Tiga orang siswa mampu menjawab empat
soal dengan benar, tiga orang mampu menjawab tiga soal dengan benar,
sedangkan pada siklus I tiga puluh satu orang yang mampu menjawab dua soal
dengan benar, dan lima orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar.
Soal yang belum bisa dijawab dengan benar yakni soal nomor tiga (to run)
dan nomor lima (to distribute). Siswa belum memahami arti kata bahasa
Indonesianya to jump, to walk, dan to compile, sehingga siswa mengalami
kesulitan mencari antonim to run dan to distribute. Walaupun pada tindakan
siklus II guru mewajibkan seluruh siswa membawa kamus, tetapi arti kata-kata
tersebut dilupakan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca,
mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari
baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Pada soal bagian D, kemampuan siswa menjawab soal arti prasa mengalami
peningkatan. Sembilan orang mampu menjawab kesepuluh soal dengan benar, dua
puluh lima orang mampu menjawab sembilan soal dengan benar, dan dua orang
mampu menjawab delapan soal dengan benar, sedangkan pada siklus I dua puluh
lima orang mampu menjawab delapan soal dengan benar, delapan orang mampu
menjawab sembilan soal dengan benar, dan hanya tiga orang mampu menjawab
tiga soal dengan benar. Kesulitan yang ditemui ketika menjawab soal arti prasa
yakni, soal nomor empat (go straight) dan nomor sembilan (go ahead). Siswa
belum memahami arti prasa bahasa Indonesianya go straight dan go ahead,
sehingga siswa mengalami kesulitan mencari arti prasa go straight dan go ahead.
Walaupun pada tindakan siklus II guru mewajibkan seluruh siswa membawa
kamus, tetapi arti kata-kata tersebut dilupakan. Hal ini disebabkan oleh
ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada saat berlalu lintas.
Pada soal bagian E, kemampuan siswa menciptakan/membuat dua warnings
dan tiga spoken instruction meningkat. Lima orang siswa mampu
menciptakan/membuat tiga spoken instructions dan dua warnings dengan benar.
Lima orang mampu menciptakan/membuat dua spoken instructions dan dua
warnings dengan benar, dua puluh enam orang mampu menciptakan/membuat dua
warnings dan satu spoken instructions dengan benar, sedangkan pada siklus I dua
puluh delapan orang hanya mampu menciptakan/membuat dua warning, tujuh
orang mampu menciptakan/membuat dua warnings dan satu spoken instruction,
satu orang mampu menciptakan dua warnings dan dua spoken instruction.
Kesulitan menciptakan spoken instruction disebabkan oleh ketidakseringan siswa
membaca, mendengarkan, melihat, dan menggunakan spoken instructions tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
4.2.7 Perbandingan Hasil Tes yang Menunjukkan Peningkatan Kosakata
Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL
Seluruh hasil tes yang diperoleh selama penelitian, yakni tes awal sebelum
penerapan metode CTL dan tes setelah penerapan metode CTL yang berupa tes
siklus I dan tes siklus II dibandingkan untuk mengetahui peningkatan kosakata
siswa. Untuk melihat lebih jelas peningkatannya, maka hasil tes awal, tes siklus I,
dan tes siklus II disajikan dalam satu tabel. Tabel tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Data yang Menunjukkan Nilai Peningkatan Penguasaan Kosakata Setiap Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Contextual Teaching and
Learning
Nomor Absen Siswa
Tes Sebelum Penerapan Metode
CTL
Tes Setelah Penerapan Metode
CTL Siklus I
Tes Setelah Penerapan Metode
CTL Siklus II S.01 34 60 80
S.02 56 70 88 S.03 48 66 84 S.04 40 64 82 S.05 42 64 80 S.06 38 60 78 S.07 30 60 78 S.08 48 60 88 S.09 40 64 78 S.10 48 74 86 S.11 54 60 88 S.12 36 60 80 S.13 42 76 80 S.14 60 66 94 S.15 48 60 90 S.16 40 62 82 S.17 42 64 82 S.18 44 60 78 S.19 42 76 82 S.20 60 64 92 S.21 46 64 80 S.22 48 62 80 S.23 44 66 86 S.24 48 62 80 S.25 44 64 78 S.26 46 66 78 S.27 48 66 80 S.28 48 66 80 S.29 48 62 80 S.30 44 60 78 S.31 44 78 80 S.32 60 62 90 S.33 46 62 82 S.34 40 64 80 S.35 52 68 86 S.36 54 68 84
Data pada tabel 4.7 di atas menunjukkan adanya peningkatan penguasaan
kosakata siswa setelah penerapan metode CTL. Pada tes akhir siklus I nilai rata-
rata penguasaan kosakata siswa meningkat, tetapi 32 siswa belum
memenuhi/mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal, yakni 74. Namun empat
orang sudah mampu memenuhi nilai KKM. Selain itu, mean score siklus I kurang
dari 70 sehingga diperlukan tindakan siklus II.
Berikut diperlihatkan perbandingan peningkatan penguasaan kosakata
setiap siswa dalam persentase sebelum dan setelah penerapan metode CTL. Hasil
perbandingan tersebut disajikan dalam satu tabel berikut.
Tabel 4.8
Data Nilai Perbandingan Peningkatan Kosakata Setiap Siswa dalam Persentase Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Contextual Teaching and
Learning
Nomor Absen Siswa
Tes Sebelum Penerapan Metode
CTL
Tes Setelah Penerapan Metode
CTL Siklus I
Tes Setelah Penerapan Metode
CTL Siklus II S.01 34% 60% 80% S.02 56% 70% 88% S.03 48% 66% 84% S.04 40% 64% 82% S.05 42% 64% 80% S.06 38% 60% 78% S.07 30% 60% 78% S.08 48% 60% 88% S.09 40% 64% 78% S.10 48% 74% 86% S.11 54% 60% 88% S.12 36% 60% 80% S.13 42% 76% 80% S.14 60% 66% 94% S.15 48% 60% 90%
S.16 40% 62% 82% S.17 42% 64% 82% S.18 44% 60% 78% S.19 42% 76% 82% S.20 60% 64% 92% S.21 46% 64% 80% S.22 48% 62% 80% S.23 44% 66% 86% S.24 48% 62% 80% S.25 44% 64% 78% S.26 46% 66% 78% S.27 48% 66% 80% S.28 48% 66% 80% S.29 48% 62% 80% S.30 44% 60% 78% S.31 44% 78% 80% S.32 60% 62% 90%
S.33 46% 62% 82% S.34 40% 64% 80% S.35 52% 68% 86% S.36 54% 68% 84%
Nilai rata-rata seluruh siswa
45,88%
64,61%
82,55%
Data pada tabel 4.8 juga menunjukkan terjadinya peningkatan penguasaan
kosakata setiap siswa dalam persentase setelah penerapan metode CTL.
Peningkatan penguasaan kosakata setiap siswa dihitung dengan menggunakan
rumus
Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dengan rumusberikut.
L = Total skor setiap siswa X 100% Skor maksimum
X = Total skor siswa X 100%
Jumlah siswa
Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa juga mengalami
peningkatan, yakni 45,88% pada tes awal (sebelum penerapan metode CTL),
menjadi 64,61% pada siklus I dan 82,55% pada siklus II. Jadi selisih nilai dari tes
awal ke tes akhir siklus I dan 18,73%, sedangkan dari tes akhir siklus I ke tes
akhir siklus II adalah 17,94%.
Cara menghitung mean score sama dengan menghitung nilai rata-rata
penguasaan kosakata seluruh siswa. Dilihat dari nilai rata-rata penguasaan
kosakata seluruh siswa pada siklus I, yakni kurang dari 70%, maka diperlukan lagi
tindakan siklus II. Setelah dilaksanakan siklus II, terjadi peningkatan nilai rata-
rata penguasaan kosakata seluruh siswa, yakni 82,55%, artinya tidak diperlukan
lagi tindakan siklus III.
Berikut diperlihatkan perbandingan kategori tingkat penguasaan kosakata
setiap siswa sebelum dan sesudah penerapan metode CTL. Perbandingan tersebut
disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel 4.9
Data Perbandingan Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning
Nomor Absen Siswa
Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Sebelum Penerapan Metode CTL
Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Siklus I Setelah Penerapan Metode CTL
Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Siklus II Setelah Penerapan Metode CTL
S.01 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup
Kategori baik (Good)
(Insufficient) S.02 Kategori tidak cukup
(Insufficient) Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.03 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.04 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.05 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.06 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
S.07 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
S.08 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.09 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
S.10 Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori tidak cukup (insufficient)
Kategori baik (Good)
S.11 Kategori cukup (Sufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.12 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.13 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (insufficient)
Kategori baik (Good)
S.14 Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori sangat baik (Excellent)
S.15 Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori t cukup (Sufficient)
Kategori sangat baik (Excellent)
S.16 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup
Kategori baik (Good)
(Insufficient) S.17 Kategori sangat jelek
(Poor) Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.18 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
S.19 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (insufficient)
Kategori Baik (Good)
S.20 Kategori cukup (Sufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori sangat baik (Excellent)
S.21 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.22 Kategori cukup (Sufficient)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.23 Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.24 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.25
Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
S.26 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.27 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.28 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.29 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
S.30 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.31 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori Baik (Good)
S.32 Kategori cukup (Sufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori sangat baik (Excellent)
S.33 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori baik (Good)
S.34 Kategori sangat jelek (Poor)
Kategori tidak cukup (insufficient)
Kategori baik (Good)
S.35 Kategori tidak cukup (Insufficient)
Kategori tidak cukup (insufficient)
Kategori baik (Good)
S.36 Kategori cukup (Sufficient)
Kategori cukup (Sufficient)
Kategori baik (Good)
Data pada tabel 4.9 menunjukkan kategori tingkat kemampuan kosakata
setiap siswa pada tes awal, yakni 26 orang siswa berkategori sangat jelek (poor), 5
orang siswa berkategori tidak cukup (insufficient), dan 5 orang siswa berkategori
cukup (sufficient). Pada tes siklus I terjadi peningkatan, yakni 23 orang siswa
berkategori tidak cukup (insufficient) dan 13 orang siswa berkategori cukup.
Walaupun terjadi peningkatan kategori tingkat kemampuan kosakata setiap siswa
pada siklus I, hanya 4 orang siswa yang mampu mencapai nilai KKM. Oleh
karena itu, perlu dilaksanakan siklus II. Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa
peningkatan kategori tingkat kemampuan kosakata setiap siswa meningkat
signifikan, yakni 5 orang siswa berkategori cukup (sufficient), 26 orang siswa
berkategori baik (good), dan 5 orang siswa berkategori sangat baik (excellent).
Berikut disajikan data perbandingan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Perbandingan tersebut disajikan
dalam bentuk tabel 4.10, seperti di bawah ini.
Tabel 4.10 Data Kriteria Ketuntasan Minimal Sebelum dan Setelah Penerapan Metode
Contextual Teaching and Learning
Nomor Absen Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal Pada Tes Awal Sebelum Penerapan Metode CTL
Kriteria Ketuntasan Minimal Pada Tes Siklus I Setelah Penerapan Metode CTL
Kriteria Ketuntasan Minimal Pada Tes Siklus II Setelah Penerapan Metode CTL
S.01 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.02 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.03 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.04 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.05 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.06 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.07 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.08 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.09 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.10 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.11 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.12 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.13 Belum tuntas Tuntas Tuntas
S.14 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.15 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.16 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.17 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.18 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.19 Belum tuntas Tuntas Tuntas
S.20 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.21 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.22 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.23 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.24 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.25 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.26 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.27 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.28 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.29 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.30 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.31 Belum tuntas Tuntas Tuntas
S.32 Belum tuntas Tuntas Tuntas
S.33 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.34 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.35 Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
S.36 Belum tuntas Belum Tuntas Tuntas
Data pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada tes awal seluruh siswa
dikatakan belum tuntas sebab nilai tes awal mereka di bawah 74. Pada tes siklus I
hanya 4 orang yang dinyatakan tuntas, sedangkan pada tes siklus II seluruh siswa
dinyatakan tuntas.
Apabila dilihat dalam grafik, hasil peningkatan penguasaan kosakata siswa
mulai dari tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II tergambar seperti berikut
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Siswa dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata
Bahasa Inggris
0102030405060708090
100
Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II
Grafik di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan penguasaan kosakata
siswa setelah penerapan metode CTL. Sebelum penerapan metode CTL, yakni
pada tes awal, nila rata-rata penguasaan kosakata siswa adalah 45,88%, setelah
penerapan metode CTL yakni pada siklus I, nilai rata-rata penguasaan kosakata
siswa mengalami peningkatan, yakni 64,61%, sedangkan pada siklus II, nilai rata-
rata peningkatan penguasaan kosakata siswa juga mengalami peningkatan yang
signifikan, yakni 82,55%. Dengan peningkatan signifikan tersebut, seluruh siswa
Dalam %
dinyatakan tuntas dalam pembelajaran unit kedua bahasa Inggris karena mereka
mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal, yakni 74.
4.2.8 Perbandingan Tingkat Kesalahan Pengerjaan Soal-soal Kosakata
Bahasa Inggris Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL
Berdasarkan analisis kualitatif sebelum dan setelah penerapan metode
CTL di atas, maka dapat dibandingkan sebagai berikut.
Tabel 4.11
Analisis Perbandingan Hasil Tes yang Menunjukkan Peningkatan Kosakata Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL
No Jenis Tes
Kosakata Bahasa Inggris
Tes Kosakata sebelum Penerapan Metode CTL
Tes Kosakata setelah Penerapan Metode CTL (PTK Silkus I)
Tes Kosakata setelah Penerapan Metode CTL (PTK Silkus II)
1 Tes bagian A (arti kata) 1. Pay attention
(noun) to the sentences in bold.= …
2. Ann checks (verb) her attendance list = ……
3. Please speak clearly (adverb)=….
4. Now, please distribute (verb) the copies of the article= ……
5. She ever (adverb) visits her aunt in Australia=
6. Do not exchange
(1) sembilan orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar,
(2) belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar,
(3) sepuluh orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar,
(4) dua orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar,
(5) satu orang yang mampu menjawab empat soal
(1) empat belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar,
(2) sembilan belas orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar,
(3) empat belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar,
(4) hanya tiga orang yang mampu
(1) dua puluh empat orang siswa mampu menjawab kesepuluh soal dengan benar (memeroleh nilai sempurna),
(2) dua belas orang yang mampu menjawab sembilan soal dengan benar
(3) ketiga puluh orang tersebut belum mampu memahami sinonim text dan work, sebab arti
(verb) your notes into coins= ……
7. Well, I need your explanation (noun) = ….
8. He can’t speak loudly (adverb) =….
9. Don’t forget to sweep (verb) the floor = ….
10. The clerks were unattended (adjective) by their bos when they were working
yesterda=….
dengan benar. (6) siswa
mengalami kesulitan menjawab soal nomor empat (distribute), soal nomor tujuh (explanation), dan soal nomor sepuluh (unattended).
menjawab enam soal dengan benar,
(5) siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor sepuluh (unattended).
(6) Hal ini terjadi karena siswa belum pernah mendengar kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah..
kata task dan passage dalam bahasa Indonesia belum diketahui.
(4) Soal yang sulit diingat arti katanya dalam bahasa Indonesia yakni, nomor sepuluh (unattended) siswa belum pernah membaca, mendengarkan, dan memakai kalimat tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
2 Tes bagian B (sinonim) 1. She was in the
garden when Paul came home = ….
2. The English teacher has to check students’ reading skill = ….
3. They try to explain the problem = …..
4. Read the text briefly = …
(1) tiga puluh satu orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar,
(2) dan lima orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar,
(3) siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor 3 (to explain), soal
(1) tiga puluh satu orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar,
(2) lima orang yang mampu menjawab tiga soal dengan benar.
(3) siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor 4
(1) dua orang mampu menjawab kelima soal dengan benar,
(2) empat orang mampu menjawab empat soal dengan benar,
(3) tiga puluh orang mampu menjawab tiga soal dengan benar
(4) ketiga puluh orang
5.Mrs. Smith
does the work very well = ….
nomor 4(text), dan soal nomor 5 (work)
(text), dan soal nomor 5 (work).
(4) Kesulitan menjawab soal bagian B disebabkan oleh ketidak seringan siswa membaca, mendengarkan, dan memraktekkan sinonim tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
tersebut belum mampu memahami sinonim text dan work, sebab arti kata task dan passage dalam bahasa Indonesia belum diketahui. Walaupun pada tindakan siklus II guru mewajibkan seluruh siswa membawa kamus, tetapi arti kata-kata tersebut dilupakan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
3 Tes bagian C
(antonim) 1. She ever comes to New York = …. 2. Create the answer = …. 3. She has to run cathing that bird
(1) Lima orang yang mampu menjawab empat soal dengan benar,
(2) tujuh belas orang yang mampu menjawab tiga soal dengan
(1) dua puluh dua orang mampu menjawab empat soal dengan benar,
(2) empat belas orang mampu menjawab tiga soal dengan
(1) tiga puluh orang mampu menjawab kelima soal dengan benar.
(2)tiga orang siswa mampu menjawab empat soal dengan benar,
= …. 4. Open the door please = …. 5. Barbara has to distribute the tourism articles = …..
benar, (3) empat belas
orang yang mampu menjawab dua soal dengan benar.
(4) siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor tiga (to run), dan nomor lima (to distribute).
benar (3) siswa
mengalami kesulitan menjawab soal nomor lima (to distribute).
(4) Kesulitan menjawab soal bagian B disebabkan oleh ketidak seringan siswa membaca, mendengarkan dan memrak tekkan sinonim tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
(3) tiga orang mampu menjawab tiga soal dengan benar
(4) Soal yang belum bisa dijawab dengan benar yakni soal nomor tiga (to run) dan nomor lima (to distribute). Siswa belum memahami arti kata bahasa Indonesianya to jump, to walk, dan to compile, sehingga siswa mengalami kesulitan mencari antonim to run dan to distribute.
4 Tes bagian D (arti frasa) diikuti oleh gambar.
1.Turn left =….. 2. Turn right = …. 3. Turn around=.. 4. Go straight=… 5. T-junction=… 6. Go pass=…. 7. Go backwards= 8. Cross road=… 9. Go ahead=… 10. Traffic light=..
(1) tiga orang yang mampu menjawab lima soal dengan benar,
(2) sembilan orang yang mampu menjawab enam soal dengan benar,
(3)sembilan belas orang yang mampu menjawab tujuh soal dengan benar,
(1) dua puluh lima orang mampu menjawab delapan soal dengan benar,
(2) delapan orang mampu menjawab sembilan soal dengan benar,
(3) hanya tiga orang mampu menjawab tiga soal dengan benar
(1) Sembilan orang mampu menjawab kesepuluh soal dengan benar,
(2) dua puluh lima orang mampu menjawab sembilan soal dengan benar,
(3) dua orang mampu menjawab delapan soal dengan benar.
(4) lima orang yang mampu menjawab delapan soal dengan benar.
(5) Siswa menemukan kesulitan menjawab pada soal nomor empat (go straight), nomor tujuh (go backward), dan nomor sembilan (go ahead).
(4) siswa mengalami kesulitan menjawab soal nomor empat (go straight), dan nomor sembilan (go ahead)
(5) Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa melihat tanda go straight dan go ahead dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat khususnya pada saat berlalu lintas.
(4) Kesulitan yang ditemui ketika menjawab soal arti prasa yakni, soal nomor empat (go straight) dan nomor sembilan (go ahead). Siswa belum memahami arti prasa bahasa Indonesianya go straight dan go ahead, sehingga siswa mengalami kesulitan mencari arti prasa go straight dan go ahead.
(5) Hal ini disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan dan menggunakan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada saat berlalu lintas.
5 Tes Bagian E (Essay)
(1) dua puluh enam siswa
(1) Dua puluh delapan orang
(1) Lima orang siswa mampu
Create Spoken Instructions and warnings
yang mampu menciptakan satu spoken instruction,
(2) tiga orang yang mampu menciptakan dua spoken instruction,
(3) lima orang sama sekali belum mampu menciptakan spoken instruction, dan warnings.
hanya mampu menciptakan/membuat dua warning,
(2) tujuh orang mampu menciptakan/membuat dua warnings dan satu spoken instruction,
(3) satu orang mampu menciptakan dua warnings dan dua spoken instruction,
(4) siswa masih menemukan kesulitan menciptakan/membuat spoken instructions. Kesulitan tersebut disebabkan oleh ketidakpedulian siswa terhadap tanda yang berhubungan dengan spoken instruction di lingkungan
nya.
menciptakan/membuat tiga spoken instructions dan dua warnings dengan benar.
(2) Lima orang mampu menciptakan/membuat dua spoken instructions dan dua warnings dengan benar,
(3) dua puluh enam orang mampu menciptakan/membuat dua warnings dan satu spoken instructions dengan benar.
(4) Kesulitan menciptakan spoken instruction disebabkan oleh ketidakseringan siswa membaca, mendengarkan, melihat, dan menggunakan spoken instructions tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Peningkatan Penguasaan Kosakata
Siswa dengan Penerapan Metode CTL
4.3.1 Faktor Internal
1) Terciptanya kondisi atau situasi kelas yang hidup dan aktif yang berpusat pada
siswa sehingga pada saat siswa mendapatkan pelajaran bahasa Inggris perasaan
mereka senang.
2) Adanya kebiasaan membaca buku ajar selain di kelas. Misalnya buku ajar
dibaca di rumah sebelum pelajaran/presentasi dimulai.
3) Adanya kebiasaan kerja kelompok, baik di kelas maupun di luar kelas.
Misalnya belajar bersama dengan kelompok di rumah, membahas soal-soal
LKS (lembar kerja siswa) yang ada di dalam buku ajar.
4) Adanya kemampuan siswa untuk mengonstruksi suatu bahan diskusi
berdasarkan topik tertentu.
5) Adanya kebiasaan belajar selain di kelas. Misalnya belajar di rumah sebelum
dan sesudah materi dipresentasikan di depan kelas.
6) Adanya kebiasaan bertanya apabila belum mengerti.
7) Adanya pemodelan dialog pada setiap presentasi.
8) Adanya kebiasaan mengkritisi presentasi setiap kelompok yang bersifat
membangun.
9) Adanya kebiasaan merangkum/menyimpulkan materi yang telah
dipresentasikan dengan tujuan untuk lebih mengingatkan pada kosakata yang
telah dipelajari..
10) Adanya media gambar yang bisa mempermudah siswa untuk mengingat
kosakata yang telah dipelajari.
Selain faktor-faktor di atas yang memengaruhi peningkatan kosakata
siswa dengan penerapan metode CTL, ada juga beberapa kendala ketika
penerapan metode CTL dalam proses belajar mengajar. Kendala-kendala tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris masih kurang/singkat, khususnya pada
Senin dan Selasa.
2) Ruangan kelas sempit. Pada saat kerja kelompok di kelas, jarak kelompok satu
dengan yang lainnya sangat berdekatan.
3) Prasarana untuk menunjang presentasi kurang, misalnya hanya tersedia satu
LCD.
4) Belum ada sarana audio/laboratorium bahasa untuk menunjang pemodelan
dialog.
5) Ketika belajar kelompok di luar kelas, beberapa dari mereka mengalami
kesulitan karena faktor jarak rumah mereka berjauhan.
6) Ketika guru memberikan tugas untuk mengonstruksi/membuat catatan sendiri
mereka mengalami kesulitan mengartikan ke dalam bahasa Indonesia karena
belum terbiasa.
7) Ketika mempresentasikan hasil mengonstruksi catatan di depan kelas, mereka
mengalami kesulitan karena kurang percaya diri.
154
4.3.2 Faktor Eksternal
4.3.2.1 Respons Siswa terhadap Perangkat Pembelajaran dengan Penerapan
Metode CTL
Hasil respons yang didapat dari siswa tentang perangkat pembelajaran
dengan penerapan metode CTL adalah sebagai berikut.
1) Seluruh siswa/seratus persen siswa menyenangi materi/isi pelajaran bahasa
Inggris.
2) Tiga puluh lima siswa/sembilan puluh tujuh koma dua puluh dua persen siswa
menyenangi lembar kerja siswa (LKS), sedangkan satu orang siswa/dua koma
tujuh puluh delapan persen siswa tidak menyenangi LKS.
3) Seluruh siswa/seratus persen siswa menyenangi latihan/praktik membuat
kalimat bahasa Inggris dengan menggunakan kosakata yang telah dipelajari.
4) Tiga puluh lima siswa/sembilan puluh tujuh koma dua puluh dua persen siswa
menyenangi metode CTL yang digunakan dalam proses belajar bahasa
Inggris, sedangkan satu siswa/dua koma tujuh puluh delapan persen tidak
menyenangi metode CTL yang digunakan dalam proses belajar bahasa
Inggris.
5) Pada pertanyaan nomor 5, terdapat tiga respons. Respons-respons tersebut
adalah sebagai berikut.
(a) Sebelas siswa/tiga puluh koma lima puluh enam persen siswa sangat
berminat mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan metode CTL
seperti yang telah diikuti saat ini.
(b) Dua puluh tiga siswa/enam puluh koma delapan puluh sembilan persen
siswa berminat mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan metode
CTL seperti yang telah diikuti saat ini.
(c) Dua siswa/lima koma lima puluh enam persen siswa kurang berminat
mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan metode CTL seperti
yang telah diikuti saat ini.
6) Tiga puluh lima siswa/sembilan puluh tujuh koma dua puluh dua persen siswa
menyatakan bahwa bimbingan yang diberikan oleh guru selama kegiatan
belajar mengajar sangat jelas, sedangkan satu siswadua koma tujuh puluh
delapan persen menyatakan sangat berminat.
7) Tiga puluh lima siswa/sembilan puluh empat koma empat puluh empat persen
siswa bahwa kegiatan latihan selama pembelajaran sangat jelas dan dua
siswa/lima koma lima puluh enam persen siswa mengatakan berminat.
8) Seluruh siswa/seratus persen siswa menyatakan bahwa guru memberikan
penilaian terhadap buku catatan dan buku latihan siswa.
9) Seluruh siswa/seratus persen siswa menyatakan bahwa guru memberikan guide
line cara untuk mengonstruksi/membuat catatan.
10) Dua puluh enam siswa/tujuh puluh dua koma dua puluh dua persen siswa
menyatakan bahwa tidak mengalami kesulitan ketika mempresentasikan hasil
dari mengonstruksi catatan ke depan kelas dan sepuluh siswa menyatakan
mengalami kesulitan.
11) Seluruh siswa menyatakan bahwa guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok.
12) Kendala/kesulitan yang ditemukan ketika belajar kelompok, yakni rumah
setiap anggota kelompok saling berjauhan sehingga ada yang tidak hadir
ketika belajar kelompok.
13) Kendala/kesulitan yang ditemukan ketika guru memberikan tugas untuk
mengonstruksi/membuat catatan sendiri, yakni mengartikan ke dalam bahasa
Indonesia karena belum terbiasa.
14) Kendala/kesulitan yang ditemukan ketika mempresentasikan hasil
mengonstruksi catatan di depan kelas, yakni kurang percaya diri.
4.3.2.2 Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Penerapan
Metode CTL
Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan metode
CTL ada dua, yakni lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
dengan metode CTL siklus I dan lembar pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan metode CTL siklus II. Kedua lembar tersebut diisi oleh guru
bahasa Inggris kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran yang bertugas sebagai
pengamat. Ada sepuluh aspek yang diamati, yakni :
1) antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,
2) kelancaran mengemukakan ide dalam menjawab pertanyaan,
3) keaktifan siswa pada saat berdiskusi,
4) kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi,
5) ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi,
6) keaktifan dalam bertanya,
7) keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar,
8) kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan,
9) inisiatif siswa dalam menjawab pertanyaan,
10) kemampuan siswa memanfaatkan waktu.
Penilaian yang digunakan pada lembar pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan metode CTL ada empat, yakni baik sekali, baik, cukup, dan
kurang.
Hasil pengamatan pada lembar pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan metode CTL siklus I, yakni antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar baik sekali, kelancaran mengemukakan ide dalam
menjawab pertanyaan cukup, keaktifan siswa pada saat berdiskusi cukup,
kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi cukup, ketelitian dalam
menghimpun hasil diskusi cukup, keaktifan dalam bertanya kurang, keaktifan
siswa dalam mencari sumber belajar baik, kelancaran siswa dalam menjawab
pertanyaan kurang, inisiatif siswa dalam menjawab pertanyaan cukup,
kemampuan siswa memanfaatkan waktu cukup.
Hasil pengamatan pada lembar pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan metode CTL siklus II, yakni antusias siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar baik sekali, kelancaran mengemukakan ide
dalam menjawab pertanyaan baik, keaktifan siswa pada saat berdiskusi baik,
kemampuan dalam menghimpun hasil diskusi baik, ketelitian dalam menghimpun
hasil diskusi baik, keaktifan dalam bertanya baik, keaktifan siswa dalam mencari
sumber belajar sangat baik, kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan baik,
inisiatif siswa dalam menjawab pertanyaan baik, kemampuan siswa
memanfaatkan waktu baik.
4.3.2.3 Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran
Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran diisi atau
dinilai oleh seorang pengamat, yakni guru bahasa Inggris kelas VIIA, SMP
Taman Sastra Jimbaran. Pada siklus I ada tujuh lembar pengamatan
keterlaksanaan rencana pembelajaran sebab ada tujuh kelompok yang presentasi
sesuai dengan subbahasan pada unit 2. Demikian pula pada siklus II, terdapat
tujuh lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran.
Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran berisi tiga
langkah kegiatan dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode CTL.
Ketiga langkah kegiatan tersebut meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir, sedangkan skala penilaian setiap kegiatan ada dua, yakni
terlaksana dan skor. Untuk skala penilaian terlaksana, ada dua pilihan, yakni ya
atau tidak, sedangkan skala penilaian skor yakni berupa angka, mulai dari angka
1, 2, 3, dan 4. Skor angka 1 berarti bahwa langkah-langkah pada setiap kegiatan
dilaksanakan tetapi tidak selesai. Skor angka 2 berarti bahwa langkah-langkah
pada setiap kegiatan dilaksanakan, tetapi kurang sistematis. Skor angka 3 berarti
bahwa langkah-langkah pada setiap kegiatan dilaksanakan, tetapi materinya
kurang tepat. Skor angka 4 berarti bahwa langkah-langkah pada setiap kegiatan
dilaksanakan, selesai dibahas, materi tepat, dan sistematis.
Petunjuk pengisian lembar pengamatan rencana pembelajaran, yakni
memberikan tanda cek/contreng (Ѵ) sesuai dengan pengamatan pengamat pada
kolom-kolom yang tersedia. Setelah selesai mengamati pelaksanaan proses belajar
mengajar, pengamat menulis saran-sarannya untuk peningkatan presentasi
berikutnya.
(a) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran Siklus I
Ketujuh lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran pada
siklus I, yakni seperti di bawah ini.
1) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi pertama.
Materi pelajaran : instructing or prohibiting, pages 24--25, alokasi waktu 1 x 40
menit. Kegiatan awal ini meliputi hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presentasi kehadiran siswa. Pada langkah ini terlaksana
dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, apa yang kalian katakan dan lakukan apabila
seseorang menyuruh kalian melakukan/mengerjakan sesuatu? Misalnya
disuruh menutup pintu. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian instructing or
prohibiting.
d.. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2 dan 3.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 2 dan 3.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 2 dan 3.
Kegiatan akhir meliputi hal-hal berikut.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 1.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran pada presentasi I ada dua yakni siswa yang suaranya kurang
keras ketika presentasi perlu dikomentari dan tidak ada yang bertanya.
2) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi kedua.
Materi pelajaran : Expressing Politeness, page 25 dengan alokasi waktu 1 x
40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, bahasa apa yang kalian katakan pada orang yang
lebih tua dan baru kalian kenal ketika kalian minta tolong? Misalnya
kalian minta tolong untuk membukakan jendela karena udara di dalam
panas. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian expressing
politeness.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 2.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal berikut.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 1.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran yang diberikan pengamat pada presentasi kedua, yakni masih
ada suara anggota kelompok yang kecil ketika presentasi, ada lima orang siswa
yang tidak membuat PR, dan belum ada yang bertanya.
3) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi ketiga
Materi pelajaran : Cardinal Numbers , page 26, dengan alokasi waktu 1 x 40
menit. Kegiatan awal ini meliputi hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, ada berapa cara menghitung dalam bahasa Inggris?
Apa nama cara menghitung tersebut? Kapan cara menghitung tersebut
digunakan? Misalnya dua mobil, empat rumah besar, pemenang pertama,
anak kedua, dll? Coba praktekkan dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian cardinal
numbers/bilangan utama.
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti terdiri atas hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 3.
Kegiatan akhir meliputi hal-hal berikut.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 1.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran pengamat pada presentasi ketiga, yakni masih ada suara anggota
kelompok yang kecil ketika presentasi sehingga tidak kedengaran sampai
belakang, arahkan siswa untuk bertanya.
4) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi keempat
Materi pelajaran : Preposition , page 27, dengan alokasi waktu 1 x 40 menit.
Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, apa itu preposisi? Preposisi apa yang digunakan
ketika menyatakan letak suatu bangunan atau suatu benda? Bagaimana
contohnya dalam bahasa Inggris? Coba praktekkan dalam kalimat bahasa
Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian preposition.
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti terdiri atas hal-hal berikut ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
Kegiatan akhir meliputi hal-hal berikut.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
Saran-saran dari pengamat pada presentasi keempat, yakni ada satu presenter
yang bersuara kurang jelas ketika presentasi, dan belum ada siswa yang bertanya.
5) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi kelima
Materi pelajaran : There is/There are … , page 28 dengan alokasi waktu 1 x
40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, ada berapa jenis angka yang digunakan untuk
menghitung jumlah suatu benda? Kata apa yang digunakan apabila
menyatakan jumlah benda tersebut satu/tunggal, dan kata apa yang
digunakan apabila benda tersebut jumlahnya lebih dari satu? Coba berikan
contoh kalimatnya dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian There is/There
are….
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal berikut.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 2.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal berikut.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 2.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran pengamat pada presentasi kelima, yakni masih ada yang
bersuara kecil ketika presentasi dan belum ada yang bertanya.
6) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi keenam
Materi pelajaran : How much/How many… , page 28--29 dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, pertanyaan apa yang kalian gunakan ketika bertanya
tentang harga suatu barang? Apakah ada perbedaan cara bertanya jika
menanyakan harga satu barang dan harga lebih dari satu barang? Coba
berikan contoh dalam bahasa Inggris
c. Bertanya kepada siswa, apa yang kalian katakana apabila bertanya tentang
jumlah benda/barang? Apakah ada perbedaan cara bertanya jika
menanyakan jumlah satu barang dan jumlah lebih dari satu barang? Coba
berikan contoh dalam bahasa Inggris
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian how
much/how many …..
d. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 3.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal berikut.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
Saran-saran pengamat untuk presentasi keenam, yakni belum ada yang
bertanya pada waktu sesi tanya jawab dan masih ada yang bersuara kecil ketika
presentasi.
7) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi ketujuh
Materi pelajaran : Spoken Instruction and Warning, page 37 dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
b. Bertanya kepada siswa, tanda/sign apa saja yang kalian temui ketika berlalu
lintas di jalan raya? Apa arti warna yang terdapat pada tanda tersebut?
Coba berikan contoh dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian Spoken
Instruction and Warning.
d. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
Kegiatan inti meliputi hal-hal berikut.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3 .
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3 .
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3 .
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal di bawah ini.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 3.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan
pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran pengamat untuk presentasi ketujuh, yakni belum ada pertanyaan pada
waktu sesi tanya jawab.
(b) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran Siklus II
Berikut disajikan pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran siklus
II. Ketujuh pengamatan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi pertama
Materi pelajaran : instructing or prohibiting, pages 24--25, alokasi waktu 1 x
40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presentasi kehadiran siswa. Langkah ini terlaksana
dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, apa yang kalian katakan dan lakukan apabila
seseorang menyuruh kalian melakukan/mengerjakan sesuatu? Misalnya
disuruh menutup pintu. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Bertanya kepada siswa, apa yang kalian katakan dan lakukan apabila
seseorang menyuruh kalian tidak melakukan/mengerjakan sesuatu?
Misalnya tidak boleh ribut. Coba praktekkan dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian instructing
or prohibiting.
d.. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal berikut.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal di bawah ini.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran pengamat pada presentasi pertama yakni, sudah ada kemajuan.
2) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi kedua
Materi pelajaran : Expressing Politeness, page 25 dengan alokasi waktu 1 x
40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, bahasa apa yang kalian katakan pada orang yang
lebih tua dan baru kalian kenal ketika kalian minta tolong? Misalnya kalian
minta tolong untuk membukakan jendela karena udara di dalam panas. Coba
praktekkan dalam bahasa Inggris.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian expressing
politeness.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal di bawah ini.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran pengamat pada presentasi kedua, yakni presentasi sudah lebih baik
daripada siklus I.
3) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi ketiga
Materi pelajaran : Cardinal Numbers , page 26, dengan alokasi waktu 1 x 40
menit. Kegiatan awal ini neliputi hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, ada berapa cara menghitung dalam bahasa Inggris?
Apa nama cara menghitung tersebut? Kapan cara menghitung tersebut
digunakan? Misalnya dua mobil, empat rumah besar, pemenang pertama,
anak kedua, dll? Coba praktekkan dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian cardinal
numbers/bilangan utama.
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti terdiri atas hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir dimulai dari,
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran pengamat pada presentasi ketiga, yakni sudah mulai ada yang
bertanya.
4) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi keempat
Materi pelajaran : Preposition , page 27, dengan alokasi waktu 1 x 40 menit.
Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, apakah pernah disuruh menyatakan letak suatu
benda/bangunan? Misalnya, Saya menaruh sepatu saya di bawah kursi.
Bahasa Inggrisnya; I put my shoes under the chair.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian preposition.
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal berikut.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir atas hal-hal berikut.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran pengamat pada presentasi keempat, yakni kelas aktif berpusat pada
siswa.
5) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi kelima
Materi pelajaran : There is/There are … , page 28 dengan alokasi waktu 1 x
40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, ada berapa jenis angka yang digunakan untuk
menghitung jumlah suatu benda? Kata apa yang digunakan apabila
menyatakan jumlah benda tersebut satu/tunggal, dan kata apa yang
digunakan apabila benda tersebut jumlahnya lebih dari satu? Coba berikan
contoh kalimatnya dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian cardinal
numbers/bilangan utama.
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal di bawah ini.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan
pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran-saran pengamat pada presentasi kelima yakni students centre activity.
6) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi keenam
Materi pelajaran : How much/How many… , page 28--29 dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini meliputi hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Bertanya kepada siswa, pertanyaan apa yang kalian gunakan ketika
bertanya tentang harga suatu barang? Apakah ada perbedaan cara bertanya
jika menanyakan harga satu barang dan harga lebih dari satu barang? Coba
berikan contoh dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Bertanya kepada siswa, pertanyaan apa yang kalian gunakan ketika bertanya
tentang jumlah benda/barang ? Apakah ada perbedaan cara bertanya jika
menanyakan harga satu barang dan harga lebih dari satu barang? Coba
berikan contoh dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian how
much/how many …..
d. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti terdiri atas hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini tidak terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir meliputi hal-hal berikut.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan
pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
Saran-saran pengamat untuk presentasi keenam, yakni students centre
activity.
7) Lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pembelajaran presentasi ketujuh
Materi pelajaran : Spoken Instruction and Warning, page 37 dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Kegiatan awal ini terdiri atas hal-hal berikut.
a. Membuka pelajaran yang diawali dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan presensi kehadiran siswa.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
b. Bertanya kepada siswa, tanda/sign apa saja yang kalian temui ketika ikan
berlalu lintas di jalan raya? Apa arti warna yang terdapat pada tanda
tersebut? Coba berikan contoh dalam bahasa Inggris.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
Kedua pertanyaan tersebut digunakan untuk landasan pengertian Spoken
Instruction and Warning.
c. Memanggil dan mempersilakan kelompok yang presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan inti meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Siswa mempresentasikan materi secara berkelompok ke depan kelas.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Setiap kelompok presentasi menggunakan selembar kertas manila ukuran
A4, kemudian ditempelkan pada papan tulis.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
c. Setiap anggota kelompok dapat presentasi secara merata.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4 .
d. Setiap anggota kelompok bersuara keras ketika presentasi.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Kegiatan akhir terdiri atas hal-hal berikut ini.
a. Diadakan sesi tanya jawab.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
b. Guru merangkum/menyimpulkan materi yang telah dipresentasikan.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
c. Guru meminta siswa mengerjakan latihan sebagai PR yang terdapat pada
buku ajar sesuai dengan topik yang dipresentasikan, kemudian dikumpulkan
pada pertemuan berikutnya.
Langkah ini terlaksana dengan skor 4.
Saran pengamat untuk presentasi ketujuh, yakni students centre activity.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dibahas pada Bab IV,
maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra
Jimbaran sebelum penerapan metode CTL yakni.
a. Nilai terendah 30, dan tertinggi 60.
b. Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa 45,88%.
c. Kategori tingkat kemampuan siswa sangat jelek (poor).
d. Seluruh siswa belum mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) 74.
2. Peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas VIIA SMP
Taman Sastra Jimbaran setelah penerapan metode CTL yakni.
(1) Pada siklus I
a. Nilai terendah 60, dan tertinggi 78.
b. Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa 64,61%.
c. Kategori tingkat kemampuan siswa tidak cukup (Insufficient).
d. Terdapat empat orang siswa yang mampu mencapai nilai KKM 74.
(2) Pada siklus II
a. Nilai terendah 78, dan tertinggi 94.
b. Nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa 82,55%.
c. Kategori tingkat kemampuan siswa baik (good).
d. Seluruh (100%) siswa telah mampu melampaui nilai KKM.
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah penerapan metode CTL
adalah sebesar 36.67%, dengan perincian peningkatan nilai rata-rata penguasaan
kosakata seluruh siswa dari tes awal ke tes siklus I, yakni 18.13%, peningkatan
nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dari tes siklus I ke tes siklus II,
yakni 11.34%.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan penguasaan kosakata bahasa
Inggris siswa kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran dalam penerapan
metode CTL adalah sebagai berikut.
a. Tercipta kondisi atau situasi kelas yang hidup dan aktif yang berpusat pada
siswa sehingga pada saat siswa mendapatkan pelajaran bahasa Inggris
perasaan mereka senang.
b. Kebiasaan siswa membaca buku ajar dan belajar selain di kelas.
c. Kebiasaan siswa bekerja kelompok, baik di kelas maupun di luar kelas.
d. Kebiasaan siswa menemukan, mengonstruksi, dan membuat materi yang
akan dipresentasikan secara bersama-sama dengan anggota kelompok.
e. Kebiasaan siswa bertanya apabila belum mengerti.
g. Terdapat pemodelan dialog pada setiap presentasi.
h. Kebiasaan siswa mengkritisi presentasi setiap kelompok yang bersifat
membangun.
i. Kebiasaan siswa merangkum/menyimpulkan materi yang telah
dipresentasikan dengan tujuan untuk lebih mengingatkan pada kosakata
yang telah dipelajari.
j. Terdapat media gambar yang bisa mempermudah siswa untuk mengingat
kosakata yang telah dipelajari.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut.
1. Pengelola SMP Taman Sastra Jimbaran disarankan melakukan hal-hal berikut.
a) Mengubah metode mengajar dari ceramah ke metode CTL yang berpusat
kepada siswa.
b) Jumlah siswa dalam satu kelas dibatasi maksimal 30 orang sehingga ketika
siswa belajar berkelompok di dalam kelas tidak sempit.
c) Alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris 2 jam per hari sehingga tidak
tergesa-gesa pada saat melakukan pengulangan materi yang telah
dipresentasikan.
d) Melengkapi sarana untuk presentasi pada setiap kelas, misalnya LCD.
e) Melengkapi sekolah dengan sarana laboratorium bahasa untuk
memudahkan siswa mengingat kosakata yang telah dipelajari dan
mempraktikkan dialog.
2. Tenaga pengajar di SMP Taman Sastra Jimbaran disarankan mengubah metode
mengajar dari ceramah ke metode CTL. Dengan penerapan metode CTL dalam
proses pembelajaran di kelas, suasana kelas aktif yang berpusat ke
siswa sehingga siswa merasa senang belajar bahasa Inggris. Selain itu siswa
terbiasa melakukan presentasi dan terbiasa belajar berkelompok.
3. Siswa disarankan untuk lebih meningkatkan belajar kelompok walaupun jarak
rumah berjauhan, mempelajari kembali materi yang telah dipresentasikan
sehingga penguasaan kosakata bahasa Inggris meningkat.
4. Untuk Peneliti lainnya disarankan untuk menyosialisasikan metode CTL sebab
metode ini menjadikan suasana belajar yang berpusat pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Abimayu Soly, dkk. 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran.
Jakarta: Bagian Proyek PGSD, Dirjen Dikti Depdikbud. Bygate, M. 1987. Speaking. Oxford: Oxford University Press. Ghazali, H.A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikat-interakif. Bandung: Refika Aditama. Hedge, Tricia. 2000. Teaching and Learning in the Language Classroom. Oxford:
Oxford University Press. Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Second
Edition. Philadelphia: Open University Press. Hakim, Thursan. 2011. English Vocabulary dalam Percakapan Sehari-hari.
Jakarta: PT Bhuana ilmu Populer. Harmer, Jeremy. 2006. The Practice Of English Language Teaching. England:
Longman. Iskandarwassid, Dadang Suhendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Refika Aditama. Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching and Learning, Menjadikan
Kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.
Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Paikem dan Behavioristik Sampai
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatf. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Kasihani, Kasbolah E.S. 2002. “Penelitian Tindakan Kelas untuk Peningkatan
Profesionalisme Guru SLTP”. Makalah. Malang. Universitas Negeri Malang.
Kesuma, Dharma dkk. 2009. CTL Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan
PBM. Garut: Rahayasa.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kholis, Nur dan Hartoyo. 2009. “Penerapan Model Contextual Teaching and
Learning (CTL) untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika. Dis. (serial online). Available from: http://eprints. uny.ac. id/id/eprint/849.
Milati, Ni Made. 2011. “ Keterampilan Menulis Kalimat Pasive Simple Present
Tense Siswa SMPN 1 Tegallalang dengan Pendekatan Chain Card Game” (tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Muhayyang, Maemuna. 2010. Enam Fase Kesuksesan dalam Pengajaran Kosakata
Bahasa Inggris. Artikel. Dis (serial online). Available from: www.majalahpendidikan.com/2011/10/teknik-pengajaran-kosa-kata.html.
Nur, M. dan Wikandari. 2000. “Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran.” Makalah. Surabaya: UNESA.
Nur, M., 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Buku Ajar Mahasiswa.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. OxfordAdvanced Learner’s Dictionary. 7th edition. Oxford: Oxford University
Press. Prabayanthi, Desak Made Dewi. 2012. “Peningkatan Penguasaan Kosakata Siswa
Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Audiolingual Pada Lembaga Kursus Kumon English As a Forieign Language Gatot Subroto Barat, Denpasar, Bali” (tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Richards, J.C. 1990. The Langauge Teaching Matrix. Cambridge. England:
Cambridge University Press. Natawijaya, Ro’hman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP
Bandung. Rahayu, Enny. 2011. “Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) Dalam
Peningkatan Kompetensi Menulis Karangan Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Harapan Mulia Denpasar” (tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Rahmatinnija. 2010. “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan
Menggunakan Media Sederhana Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang”.
(skripsi). Dis. (serial online). Available from: Library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=47557.
Santi, Widara Krisna. 2010. “Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan
Pendekatan Questioning untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMAN 9 Malang “(skripsi). Dis. (serial online). Available from: Library. um.ac.idlptk/index.php?mod=detail&id=48 120
Suwandi, Sarwiji. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka. Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Buku Panduan Wajib bagi
Para Pendidik. Yogyakarta: DIVA Press. Slavin, Robert E. 2000. Educational Psychology: Theory & Practice. Fourth
Edition. Massachusetts: Allyn & Bacon Publisher. Soedjiwo, Novena Ade Fredyarini. 2010. “Penguasaan dan Pemakaian Kosakata
dalam Kalimat Sederhana pada Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa SD Negeri 8, dan RSDBI Muhammadiyah 2 Denpasar” (tesis). Denpasar: ProgramPascasarjana Universitas Udayana.
TESIS
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN
PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN SASTRA
JIMBARAN, KUTA SELATAN
NI LUH PUTU SRI WIDHIASTUTY
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
TESIS
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN
PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN SASTRA
JIMBARAN, KUTA SELATAN
NI LUH PUTU SRI WIDHIASTUTY NIM 1090161009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2014
ii
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN SASTRA
JIMBARAN, KUTA SELATAN
Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI LUH PUTU SRI WIDHIASTUTY NIM 1090161009
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 6 MEI 2014
Pembimbing I,
Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A. NIP 19530107 198102 1 002
Pembimbing II,
Dr. Drs. A.A. Putu Putra, M.Hum. NIP 19600825 198602 1 001
Mengetahui
Ketua Program Magister Linguistik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 19620310 198503 1 005 NIP 19590215 198510 2 001
iv
Tesis ini Telah Diuji pada
Tanggal 6 Mei 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No.: 1255/UN 14.4/HK/2014 Tanggal 6 Mei 2014
Ketua : Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A.
Sekretaris : Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum.
Anggota :
1. Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D.
2. Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum.
3. Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan d bawah ini.
Nama : Ni Luh Putu Sri Widhiastuty
Nim : 1090161009
Program Studi : Linguistik, Konsentrasi Pengajaran dan Pembelajaran
Bahasa
Judul Tesis : Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning
dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa
Inggris Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran,
Kuta Selatan
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah tesis ini bebas
Plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plahiat dalam karya ilmiah ini
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor 17
tahun 2010 dan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimanamestinya.
Denpasar, Mei 2014
Ni Luh Putu Sri Widhiastuty
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke
hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas
asung wara nugraha-Nya/kurnia-Nya, tesis yang berjudul “Penerapan Metode
Contextual Teaching and Learning dalam Upaya Peningkatan Penguasaan
Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran, Kuta
Selatan” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., pembimbing I yang
dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan
saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian
tesis ini. terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. A.A.
Putu Putra, M.Hum., pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Pogram
Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan
Cika, M.S., Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana atas ijin yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan
ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman
Suparwa, M.Hum, Ketua Jurusan Program Studi Magister Linguistik dan Dr.
Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum., Sekretaris Jurusan Program Studi Magister
Linguistik. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji
tesis, yaitu Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum.,
vii
Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D., Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum., dan Dr. I
Nyoman Sedeng, M.Hum., yang telah memberi masukan, saran, sanggahan, dan
koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini, juga mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q, Menteri
Pendidikan Nasional melalui Tim Manageman Program Magister yang telah
memberi bantuan financial dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban
penulis dalam menyelesaikan studi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru yang telah membimbing penulis,
mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan
terima kasih kepada kepala sekolah SMP Taman Sastra Jimbaran yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk mengajar dan sekaligus meneliti, dan guru
bahasa Inggris kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran yang senantiasa berbagi
pengalaman dan sebagai observer pendamping dalam pengumpulan data
penelitian, mendiang Ayah tercinta dan Ibu tercinta yang telah mengasuh dan
membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana
demokratis sehingga terciptanya lahan yang baik untuk berkembangnya
kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada ibunda tercinta Ni
Nengah Sopi, suami tercinta I Wayan Sukarnaya, serta anak-anak Gek Putu
Laksmi Paramithaswari, Gek Kadek Dheya Permathaswari, dan Gek Komang Mia
Parameswari tersayang, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan
kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, Mei 2014
Penulis,
Ni Luh Putu Sri Widhiastuty
viii
ABSTRAK
Penguasaan kosakata merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tanpa memiliki kosakata yang memadai, siswa akan mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi dasar berbahasa Inggris. Semakin banyak kosakata bahasa Inggris dikuasai dan dipahami oleh siswa maka semakin mudah siswa tersebut mempelajari dan memahami bahasa Inggris. Oleh karena itu pengajaran bahasa Inggris, khususnya pengajaran kosakata dengan menerapkan metode Contextual Teaching and Learning sangat penting dilakukan agar penguasaan kosakata siswa meningkat.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang melibatkan 36 siswa kelas VII A SMP Taman Sastra Jimbaran pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Data kuantitatif penelitian berupa pre-test dan post-test penguasaan kosakata siswa, sedangkan data kualitatif penelitian berupa lembar keterlaksanaan rencana pelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dan angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan menerapkan metode CTL untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dan disajikan secara formal dan informal.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah penerapan metode CTL adalah sebesar 36.67%, dengan rincian peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dari tes awal ke tes siklus I yakni 18.13%, peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosakata seluruh siswa dari tes siklus I ke tes siklus II yakni 11.34%. Apabila dilihat dari kriteria kemampuan siswa maka peningkatan yang ada, dari kategori jelek (poor) meningkat menjadi tidak cukup (insufficient) lalu meningkat menjadi baik (good). Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan penguasaan kosakata tersebut yakni, pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris berpusat pada siswa, kebiasaan mengonstruksi materi ajar yang akan dipresentasikan, kebiasaan belajar berkelompok di sekolah dan di rumah, kebiasaan bertanya apabila belum mengerti, dan adanya media gambar untuk mempermudah mengingat kosakata yang telah dipelajari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode CTL dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris, khususnya pengajaran kosakata dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa.
Kata kunci: CTL, kosakata, kategori, konstruksi, pengajaran.
ix
ABSTRACT
The mastery of vocabulary is the most basic thing that students should master, when they are learning English. They will find difficulty to reach the English basic competent without mastering vocabulary. The more they can master and understand the English vocabulary, the more they learn English the more they understand English as a second language. Because of that, when teaching English, specially teaching vocabulary using application method of Contextual Teaching and Learning is very important to increase students mastering of English vocabulary. This research is classroom action research which involves 36 students of grade VII A SMP Taman Sastra Jimbaran, in the odd semester, academic year 2012/2013. The quantitative research data are pre-test and post tests of English vocabulary in cycle I, and the final test of students English vocabulary mastery in cycle II, while the qualitative research data are the feasibility of lesson plan, the students activity monitoring during the process of teaching and learning, and the students respons about learning tools using application method of Contextual Teaching and Learning to increase the students English vocabulary mastery. This research found that the average mark of students result in mastering English vocabulary before using the application method of Contextual Teaching and Learning is 45,88%, it means that the level of students in mastering English vocabulary is poor, because all of the students are not able to reach the minimal criterion mark, 74. The average mark of students result in mastering English vocabulary cicle I is 64,61%, it means that the category of students in mastering English vocabulary is insufficient, only 4 students are able to reach the minimal criterion mark. The mean score of cicle I is 64,61 less than 70, it means that it needs cicle II treatment. The average mark of students result in mastering English vocabulary cicle II is 82,55%. It means that the category of students in mastering English vocabulary is good, all of the students are able to reach the mark more than the minimal criterion mark, and the mean score of cycle II is 82,55, it is more than70. It means that it does not need cycle III treatment. The increasing in mastering English vocabulary that occurred before and after using application method of Contextual Teaching and Learning is 36,67%, it details that the increasing average mark of students in mastering English vocabulary from the pre-test to the final test of cycle I is 18,13%, the increasing average mark of students in mastering English vocabulary from the final test of cycle I to the final test of cycle II is 11,34%. According to the category of students in mastering English vocabulary from poor to insufficient, and then good. From the result of the research above, it can be concluded that the application of Contextual Teaching and Learning method in process of teaching and learning English, specially teaching vocabulary. Key words: CTL, vocabulary, category, construction, teaching.
x
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM........................................................................................ i
PRASYARAT GELAR ................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................. iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT.................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ............................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................................. 8
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN ................................................................... 10
2.1 Kajian Pustaka..................................................................................... 10
2.2 Konsep ................................................................................................ 15
xi
2.2.1 Penerapan dan Metode ........................................................................ 15
2.2.2 Contextual Teaching and Learning ...................................................... 15
2.2.2.1 Pengertian CTL ................................................................................... 16
2.2.2.2 Karakteristik CTL ............................................................................... 18
2.2.2.3 Perbedaan CTL dengan Pendekatan Tradisional ................................. 18
2.2.2.4 Implementasi CTL dalam Pembelajaran ............................................. 20
2.2.3 Peningkatan dan Penguasaan ............................................................... 25
2.2.4 Kosakata Bahasa Inggris ..................................................................... 25
2.3 Landasan Teori .................................................................................... 25
2.3.1 Teori Belajar Konstruktivisme ............................................................. 26
2.3.2 Teori Belajar Bermakna David Ausubel .............................................. 27
2.3.3 Teori Pemahaman Kosakata ................................................................ 28
2.3.4 Penelitian Tindakan Kelas ................................................................... 32
2.3.4.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas .................................................. 32
2.3.4.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 32
2.3.4.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ................................... 33
2.3.4.4 Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 34
2.3.4.5 Prosedur Melakukan Penelitian Tindakan Kelas .................................. 36
2.4 Model Penelitian ................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 48
3.1 Pendekatan Penelitian .......................................................................... 48
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 48
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 49
3.3.1 Jenis Data ............................................................................................ 49
3.3.2 Sumber Data........................................................................................ 50
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 50
3.4.1 Instrumen Nontes ................................................................................ 50
3.4.2 Instrumen Tes ...................................................................................... 52
3.5 Prosedur Penelitian .............................................................................. 52
3.5.1 Pelaksanaan Siklus I ............................................................................ 53
xii
3.5.2 Pelaksanaan Siklus II ........................................................................... 56
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 56
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................ 58
3.7.1 Analisis Data Kuantitatif ..................................................................... 58
3.7.2 Analisis Data Kualitatif ....................................................................... 63
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ............................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 65
4.1 Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum
Penerapan Metode CTL ....................................................................... 65
4.1.1 Situasi dan Keadaan Belajar Siswa Kelas VIIA
SMP Taman Sastra Jimbaran ............................................................... 66
4.1.2 Tes Penguasaan Kosakata Siswa Kelas VIIA
SMP Taman Sastra Jimbaran Sebelum Penerapan Metode CTL ........... 67
4.1.3 Analisis Kuantitatif Sebelum Penerapan Metode CTL ......................... 74
4.1.4 Analisis Kualitatif Sebelum Penerapan Metode CTL ........................... 75
4.2 Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris
Siswa Kelas VIIA SMP Taman Sastra Jimbaran
Setelah Penerapan Metode CTL .......................................................... 80
4.2.1 Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ...................................................... 81
4.2.1.1 Perencanaan Siklus I ........................................................................... 81
4.2.1.2 Pelaksanaan Siklus I ............................................................................ 85
4.2.1.3 Pengamatan Siklus I ............................................................................106
4.2.1.4 Refleksi Siklus I ..................................................................................107
4.2.2 Analisis Kuantitatif PTK Siklus I ........................................................114
4.2.3 Analisis Kualitatif PTK Siklus I ..........................................................116
4.2.4 Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ....................................................122
4.2.4.1 Perencanaan Siklus II ..........................................................................122
4.2.4.2 Pelaksanaan Siklus II ...........................................................................122
4.2.4.3 Pengamatan Siklus II ...........................................................................123
4.2.4.4 Refleksi Siklus II .................................................................................123
xiii
4.2.5 Analisis Kuantitatif PTK Siklus II .......................................................130
4.2.6 Analisis Kualitatif PTK Siklus II .........................................................131
4.2.7 Perbandingan Hasil Tes yang Menunjukkan Peningkatan
Kosakata Bahasa Inggris Sebelum dan Setelah
Penerapan Metode CTL ........................................................................135
4.2.8 Perbandingan Tingkat Kesalahan Pengerjaan Soal-soal
Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan
Metode CTL .........................................................................................146
4.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peningkatan Penguasaan
Kosakata Siswa dengan Penerapan Metode CTL .................................152
4.3.1 Faktor Internal .....................................................................................152
4.3.2 Faktor Ekternal ....................................................................................154
4.3.2.1 Respons Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran
dengan Penerapan Metode CTL ...........................................................154
4.3.2.2 Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
dengan Penerapan Metode CTL ..........................................................156
4.3.2.3 Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran ............................158
a) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana
Pembelajaran Siklus I ......................................................................159
b) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana
Pembelajaran Siklus II .....................................................................170
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................183
5.1 Simpulan .............................................................................................183
5.2 Saran ................................................................................................185
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................187
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman 2.1 Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Pendekatan
Tradisional .......................................................................................... 19
3.1 Rubrik Penilaian Penguasaan Kosakata Siswa ..................................... 59
3.2 Kategori Tingkat Kemampuan Siswa................................................... 62
4.1 Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa pada Tes Awal .. 71
4.2 Data Nilai Tes Awal Penguasaan Kosakata Setiap Siswa ..................... 72
4.3 Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
pada Tes Akhir Siklus I .......................................................................110
4.4 Data Nilai Tes Akhir Siklus I Penguasaan Kosakata Setiap Siswa .......111
4.5 Data Total Score Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
pada Tes Akhir Siklus II ......................................................................126
4.6 Data Nilai Tes Akhir Penguasaan Kosakata Setiap Siswa
pada Tes Akhir Siklus II ......................................................................128
4.7 Data yang Menunjukkan Peningkatan Penguasaan Kosakata
Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL ...........................135
4.8 Data Nilai Perbandingan Peningkatan Kosakata Setiap Siswa
dalam Persentase Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL ..........137
4.9 Data Perbandingan Kategori Tingkat Kemampuan Kosakata
Setiap Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode CTL .................139
4.10 Data Kriteria Ketuntasan Minimal Sebelum dan Setelah
Penerapan Metode CTL .......................................................................143
4.11 Analisis Perbandingan Hasil Tes yang menujukkan Peningkatan
Kosakata SiswaSebelum dan Setelah penerapan Metode CTL………...146
xv
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Halaman
2.1 Model Tahapan-tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ......... 37
2.2 Model Penelitian ................................................................................. 41
2.3 Penelitian Tindakan Kelas ................................................................... 43
4.1 Grafik Nilai Rata-rata Siswa dalam Peningkatan
Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris ..................................................145
xvi
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN
CTL : Contextual Teaching and Learning
CD : Compact Disk
DVD : Digital Video Disk
L2 : Second Language
ELT : English Language Teaching
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TU : Tata Usaha
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kurikulum Bahasa Inggris SMP Taman Sastra Jimbaran
Lampiran 2 Silabus Bahasa Inggris SMP Taman Sastra Jimbaran
Lampiran 3 Materi Bahasa Inggris Unit 2 dan RPP Bahasa Inggris Unit 2
Lampiran 4 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pelajaran Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan
Penerapan Metode CTL Siklus I dan Siklus II
Lampiran 6 Respons Siswa terhadap Perangkat Pembelajaran dengan Penerapan
Metode CTL untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa
Lampiran 7 Lembar Soal dan Hasil Tes Awal Penguasaan Kosakata
Bahasa Inggris Siswa
Lampiran 8 Lembar Soal dan Hasil Test Akhir Penguasaan Kosakata
Bahasa Inggris Siswa pada Siklus I
Lampiran 9 Lembar Soal dan Hasil Tes Akhir Penguasaan Kosakata
Bahasa Inggris Siswa pada Siklus II
Lampiran 10 Dokumentasi Foto-foto Penelitian
TESIS
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN
PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIIA SMP TAMAN SASTRA
JIMBARAN, KUTA SELATAN
NI LUH PUTU SRI WIDHIASTUTY
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014