15205061 (KLP 4)

download 15205061 (KLP 4)

of 28

Transcript of 15205061 (KLP 4)

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    1/28

     

    Tugas Kelompok

    Pendekatan Realistic M athematics Education  (RME)

     Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan

    Strategi Pembelajaran Matematika. 

    Oleh:

    Kelompok 1

    1.  An Nisatil Zakia ( 15205060 )

    2.  Arifa Rahmi ( 15205061 )

    3. 

    Arnilawati ( 15205062 )

    Dosen Pengampu:

    Dr. Edwin Musdi, M.Pd.

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG

    1436 H/2015 M

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    2/28

     

    KATA PENGANTAR

     Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    makalah ini. Sejalan dengan dinamika bangsa yang terus mencari bentuk yang lebih

     baik demi menghasilkan generasi cerdas dan budiman, maka penulis membuat

    makalah ini yang berjudul “Pendekatan Reali stic M athematics Education  (RME)”

    dengan baik. Untuk memenuhi tugas perkuliahan Strategi Pembelajaran Matematika. 

    Penulis berharap agar semua orang dapat memperoleh berbagai informasi yang

     berguna untuk pembaca dari karya tulis ini. Namun, walaupun demikian penulis juga

     percaya bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kritikan dan saran maupun

    sumbangsih pikiran yang sifatnya constructive  dari pembaca akan penulis terima

    dengan senang hati. Demi kesempurnaan makalah ini dan untuk perbaikan makalah

    yang akan datang.

    Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan

     bimbingan yang telah diberikan oleh bapak Dr. Edwin Musdi, M.Pd. selaku dosen

     pengampu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta

    rekan-rekan yang ikut membantu terselesainya makalah ini.

    Padang, September 2015

    Penulis

    i

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    3/28

     

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ..................................................................................................... i

    Daftar Isi .............................................................................................................. ii

    BAB I  PENDAHULUAN ................................................................................ 1 

    A.  Latar Belakang................................................................................ 1

    B.  Rumusan Masalah .......................................................................... 1

    C.  Tujuan Penulisan ............................................................................ 1

    D. 

    Manfaat Penulisan .......................................................................... 2

    BAB II  PEMBAHASAN ................................................................................... 4

    A.  Pendekatan Realistic Mathematics Education................................ 4

    B.  Prinsip Realistic Mathematics Education ...................................... 6

    C.  Karakteristik Realistic Mathematics Education ............................. 8

    D.  Langkah-langkah Realistic Mathematics Education ..................... 11

    E.  Kelebihan & Kekurangan Realistic Mathematics Education ........ 15

    F.  Sintaks dan Implementasi Realistic Mathematics Education ........ 17

    BAB III  PENUTUP ........................................................................................... 23

    A.  Kesimpulan .................................................................................... 23

    B.  Saran .............................................................................................. 24

    DAFTAR PUSTAKA

    ii

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    4/28

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Pada awalnya sistem pendidikan dikendalikan secara sentralistik, yaitu

    kebijaksanaaan pendidikan, kurikulum maupun buku pelajaran ditentukan oleh

     para pengambil keputusan di pemerintahan pusat. Hal ini juga berlaku untuk

     pelajaran matematika. Kurikulum dan buku pelajaran matematika disusun kaku,

    sehingga kesempatan guru untuk mengembangkan kreativitas menjadi sangat

    terbatas.

     Namun pada saat sekarang ini, mengingat peranan matematika semakin

     besar, tentunya banyak pula sarjana matematika atau guru matematika dituntut

    untuk terampil, andal, kreatif dan berwawasan luas, baik dalam disiplin ilmunya

    sendiri maupun dalam disiplin ilmu lainnya.

    Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat

    abstrak, hal ini dapat menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam

    matematika. Biasanya ada sebagian siswa yang menganggap belajar matematika

    harus berjuang mati-matian dengan kata lain harus belajar dengan ekstra keras.

    Hal ini menjadikan matematika seperti „monster‟ yang mesti ditakuti, sehingga

    siswa malas mempelajari matematika. Tetapi sadar atau tidaknya, ternyata semua

    orang menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari, contohnya jual

     beli di pasar.

    Oleh karena itu, perlu kiranya seorang guru matematika melakukan upaya

    yang dapat membuat proses belajar mengajar menjadi bermakna dan

    menyenangkan. Salah satu caranya dengan pendekatan  Realistic Mathematics

     Education  atau yang disingkat dengan RME dimana pelajaran ini mengkaitkan

    dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa,

    serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Jadi siswa diajak berfikir

    1

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    5/28

     

     bagaimana menyelesaikan masalah yang mungkin atau sering dialami siswa

    dalam kehidupan sehari-hari.

    B.  Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah

    1.  Apa pengertian pendekatan Realistic Mathematics Education?

    2.  Apa saja prinsip pendekatan Realistic Mathematics Education?

    3.  Bagaimana karakteristik pendekatan Realistic Mathematics Education?

    4.  Bagaimana langkah-langkah pendekatan Realistic Mathematics Education?

    5. 

    Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan  Realistic Mathematics

     Education?

    6.  Bagaimana sintak dan implementasi pendekatan  Realistic Mathematics

     Education dalam pelajaran matematika?

    C.  Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan makalah ini adalah :

    1.  Untuk mengetahui pendekatan Realistic Mathematics Education 

    2.  Untuk mengetahui prinsip pendekatan Realistic Mathematics Education 

    3.  Untuk mengetahui karakteristik pendekatan  Realistic Mathematics

     Education 

    4.  Untuk mengetahui langkah-langkah pendekatan  Realistic Mathematics

     Education 

    5.  Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan  Realistic

     Mathematics Education 

    6. 

    Untuk mengetahui sintak dan implementasi pendekatan  Realistic

     Mathematics Education dalam pelajaran matematika

    2

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    6/28

     

    D.  Manfaat Penulisan

    Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

    1.  Dapat menambah pengetahuan tentang pendekatan  Realistic Mathematics

     Education dalam pelajaran matematika.

    2.  Digunakan untuk acuan pada praktik pembuatan karya ilmiah, tugas akhir,

    skripsi dan penelitian lainnya.

    3

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    7/28

     

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.  Pendekatan Reali stic M athematics Education  

    1.  Konsep Pendekatan

    Pendekatan pembelajaran yaitu cara yang ditempuh guru dalam

     pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi

    dengan peserta didik.1  Pendekatan pembelajaran dapat dijadikan titik tolak

    atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran dengan cakupan suatu

    teoretis tertentu. Hal ini berarti bahwa pendekatan pembelajaran dapat

    memperjelas arah yang ditetapkan guru agar mencapai tujuan pembelajaran.

    Dengan demikian pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau

    sudut pandang terhadap proses pembelajaran melalui cara-cara yang

    ditempuh guru agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan peserta

    didik guna untuk mempermudah pemahaman atas materi pelajaran yang

    diberikan.

    2. 

    Awal mula Pendekatan Realistic M athematics Education  

     Realistic Mathematics Education disingkat RME dalam bahasa inggris

    atau dalam bahasa Indonesian adalah pendidikan matematika realistik

    disingkat PMR. Pendekatan ini dikembangkan lewat proses penelitian di

     Nederlands. Ada suatu hasil yang menjanjikan ditunjukkan bahwa siswa

    dalam pendekatan RME mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan siswa yang memperoleh pelajaran dengan pendekatan tradisional

    dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus dalam aplikasi.

    2

     RME di negara-negara seperti Amerika mengembang kurikulum yang

    dimulai dengan standar kurikulum yang berlaku secara nasional dan oleh

    1Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer , Bandung: Universitas

    Pendidikan Indonesia, 2001, h.70.2Erman Suherman, op.cit , h.125.

    4

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    8/28

     

     National Council Teachers of Mathematics (NCTM). Keuntungannya adalah

     pendidik matematika mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbang

    saran selama proses penyusunan standar tersebut. Selanjutnya setiap wilayah

     bebas untuk mengembangkan kurikulum dan buku pelajaran sesuai dengan

    intrepretasi terhadap standar kurikulum.

    Salah satu filosofi yang mendasari pendekatan RME adalah

    matematika bukanlah suatu kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah

    lengkap yang harus siswa pelajari. Menurut freudenthal dalam buku

    Muliyardi, matematika bukanlah suatu objek yang siap saji untuk siswa,

    melainkan matematika adalah suatu pelajaran yang dapat dipelajari dengan

    cara mengerjakannya.

    3.  Pengertian Pendekatan Reali stic Mathematics Education  

    Menurut Muliyardi, pendekatan RME adalah suatu pendekatan dimana

    matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia. Menurut

    Gravemeijer, pendekatan RME merupakan suatu pendekatan dalam

     pembelajaran matematika yang didasari atas pandangan bahwa matematika

    sebagai aktivitas manusia.3  Menurut Yosmarniati dkk, pendekatan RME

    lebih memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa dan lingkungan.4 

    Matematika diusahakan dekat dengan kehidupan siswa dan harus dikaitkan

    dengan kehidupan sehari hari atau harus real bagi siswa. Oleh karena itu,

     pendekatan RME lebih memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa dan

    lingkungan, serta siswa diharuskan untuk lebih aktif mengkonstruksi sendiri

     pengetahuan yang akan mereka peroleh.

    3 Nila Kesumawati,  Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendidikan Matematika Realistik

    untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas IX SMP , dalam Jurnal

    Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah , ISBN : 978-979-16353-4-9, FKIP

    Universitas PGRI Palembang, 2009, h.213. 4Yosmarniati, Edwin Musdi dan Yusmet Rizal, “Upaya Meningkatkan Kemampuan

     Komunikasi Matematika Siswa melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”, dalam Jurnal

    Pendidikan Matematika, Part 3, Vol 1, No 1, FMIPA UNP, 2012, h.66.

    5

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    9/28

     

    Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa pendekatan RME

    adalah metode atau cara yang ditempuh guru dalam pembelajaran

    matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan

     pengalaman sebagai titik tolak untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    B.  Prinsip Reali stic Mathematics Education  

    Menurut Freudenthal dalam Muliyardi, aktivitas pokok yang dilakukan

    dalam RME meliputi: menemukan masalah ( solving problem) dan mengorganisir

     bahan ajar (organizing a subject matter ).5  Menurut Freudenthal ada tiga unsur

     prinsip utama dalam pembelajaran RME yaitu:6 

    1.  Guided reinvention and progresive mathematizing   (penemuan kembali

    terbimbing dan pematematikaan progresif)

    Prinsip ini siswa diarahkan untuk menemukan kembali konsep, prinsip,

    sifat-sifat dan rumus-rumus; sehingga prinsip ini mengacu pada pandangan

    kontruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer

    atau diajarkan melalui pemberitahuan dari guru, melainkan dari siswa

    sendiri.

    2.   Didactical phenomenology 

    Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran yang

    menghendaki bahwa dalam menentukan masalah kontekstual dapat

    menggunakan pendekatan RME. Oleh karena itu, melalui pendekatan RME

    dapat mengungkap berbagai macam aplikasi suatu topik dalam

     pembelajaran. Dengan demikian pendekatan RME ini menekankan pada

     pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik

    matematika kepada siswa.

    5Muliyardi, Strategi Pembelajaran Matematika, Padang: FMIPA UNP, 2002, h.127.6Sunadi,  Pembelajaran Matematik Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

     Matematik Siswa, dalam Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3, Volume 1. ISSN 2355-0473, STKIP

    Siliwangi Bandung, 2014, h.167.

    6

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    10/28

     

    3.  Self –  developed models 

    Menurut prinsip ini, dalam pemecahan kontekstual siswa diberi

    kebebasan untuk menemukan sendiri model matematika terkait dengan

    masalah kontekstual yang dipecahkan. Konsekuensinya, sangat

    dimungkinkan mucul berbagai model matematika yang dibangun siswa.

    Menurut Gravemeijer dalam Yosmarniati dkk, pendekatan RME memiliki

    tiga prinsip, yaitu:7 

    1.  Penemuan (kembali) secara terbimbing ( guided reinvention), melalui topik-

    topik matematika yang disajikan, siswa diberi kesempatan untuk mengalami

     proses yang sama dengan proses yang dilalui oleh para pakar matematika

    ketika menemukan konsep-konsep matematika.

    2.  Fenomena didaktik (didactical phenomenology), topik-topik matematika

    yang diajarkan mesti dikaitkan dengan fenomena sehari-hari.

    3.  Permodelan (emerging models), melalui pembelajaran dengan pendekatan

    matematika realistik, siswa mengembangkan model mereka sendiri ketika

    memecahkan masalah matematika.

    Sedangkan menurut Erman Suherman, terdapat lima prinsip utama dalam

    „kurikulum‟ matematika realistik, yaitu: 

    1.  Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu

    sumber dan sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.

    2.  Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema dan

    simbol-simbol.

    3.  Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran

    menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan

    mengkontruksik sendiri (seperti algoritma, rule dan aturan), sehingga dapat

    membimbing para siswa.

    7Yosmarniati, Edwin Musdi dan Yusmet Rizal, “log.cit,.

    7

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    11/28

     

    4.  Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.

    5.   Intertwinning   (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan atau

    „strand‟. 

    Dari penjelasan prinsip-prinsip pendekatan RME di atas, dapat diketahui

     bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan RME, guru harus memanfaatkan

     pengetahuan awal siswa untuk memahami konsep-konsep matematika melalui

     pemberian suatu masalah kontekstual. Siswa tidak belajar konsep baru

    matematika dengan cara langsung menerima jadi dari guru atau orang lain

    melalui penjelasan, tetapi membangun sendiri pemahaman konsep dengan

    memanfaatkan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa itu sendiri. Dimulai dari

    masalah yang real sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran

    secara bermakna.

    C.  Karakteristik Realistic M athematics Education  

    Dari ketiga prinsip pendekatan RME yang dikemukakan oleh Freudenthal

    dalam Sunadi, dapat diopearsionalkan lebih jelas dalam lima karakteristik RME

    yaitu:8 

    1.   Phenomenological exploration or the use of contexts; hal ini sejalan dengan

    ide dasar fenomena didaktik Freudenthal dengan penekanan pada eksplorasi

    suatu fenomena yang akan dimanipulasi oleh siswa.

    2.  The use of models or bridging by vertical instruments; perhatian lebih luas

    diberikan pada model, model situasi, dan skemata dari pada memberikan

    cara terlalu formal. Hal ini muncul dalam aktivitas pemecahan masalah yang

    diharapkan dapat membantu menjembatani jarak antara level intuitif danlevel formal.

    3.  The use of students own productions and constructions or students

    contribution; elemen konstruktif dalam pembelajaran ini adalah adanya

    8Sunadi, op.cit , h.168.

    8

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    12/28

     

    kontribusi siswa dalam aktivitas pembelajaran berdasarkan produksi dan

    konstruksi mereka sendiri.

    4.  The interactive character of the teaching process or interactivity; negosiasi

    eksplisit, intervensi, diskusi, kerjasama, dan evaluasi merupakan elemen

    esensial dalam proses belajar yang konstruktif yang memanfaatkan metode

    informal siswa untuk mencapai tahap pemahaman formal.

    5.  The intertwining of various learning strands; topik pembelajaran tidak

    disajikan secara terpisah dengan topik-topik lainnya, melainkan saling

    dikaitkan. Keterkaitan ini lebih dieksplorasi dalam aktivitas pemecahan

    masalah.

    Pendekatan RME mencerminkan pandangan matematika tertentu mengenai

     bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan.

    Padangan ini tercermin dalam enam karakteristik yaitu:9 

    1.  Kegiatan, dalam hal ini siswa dihadapkan dalam situasi masalah yang

    memungkinkan siswa membentuk bagian-bagian masalah tersebut dan

    dikembangkan secara bertahap.

    2. 

     Nyata (kontekstual ), matematika realistis harus memungkinkan siswa dapat

    menerapkan pemahaman matematika untuk pemecahan masalah.

    3.  Bertahap, belajar matematika artinya siswa harus melalui berbagai tahapan

     pemahaman.

    4.  Saling menjalin (keterkaitan), hal ini ditemukan pada setiap jalur

    matematika, misalnya antar topik-topik seperti bilangan, perkiraan (estimasi)

    dan algoritma.

    5.  Interaksi, dalam RME dipandang sebagai kegiatan sosial karena bagian dari

     pendidikan yang dapat memberikan kesempatan bagi para siswa untuk saling

     berbagi dan strategi serta penemuan mereka.

    9Sunadi, log.cit ,.

    9

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    13/28

     

    6.  Bimbingan, hal ini guru mempunyai peranan penting dalam mengarahkan

    siswa untuk memperoleh pengetahuan.

    Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut Suryanto

    (2007) dalam Hartono adalah sebagai berikut:

    1.  Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan

    untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.

    2.  Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model matematika

    melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru

    atau temannya.3.  Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang

    mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya

    maupun hasilnya).

    4.  Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

    apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi.

    5.  Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang

    memang ada hubungannya.

    6. 

    Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil

    dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

    lebih rumit.

    7.  Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil

    yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok

    dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan).

    Pada dasarnya karakteristik RME di atas mengarah pada satu tujuan, yaitu

     bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan RME dapat digunakan agar

    kualitas pendidikan matematika di sekolah meningkat dan dapat bersaing dengan

    kualitas pendidikan matematika dengan negara-negara lain khususnya negara-

    negara maju.

    10

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    14/28

     

    D.  Langkah-langkah Pendekatan Realistic M athematics Education  

    Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik , guru

    harus memanfaatkan pengetahuan awal siswa untuk memahami konsep-konsep

    matematika melalui pemberian suatu masalah kontekstual. Siswa tidak belajar

    konsep baru matematika dengan cara langsung menerima jadi dari guru atau

    orang lain melalui penjelasan, tetapi membangun sendiri pemahaman konsep

    dengan memanfaatkan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa itu sendiri.

    Dengan kata lain, masalah kontekstual diharapkan dapat memicu dan

    menopang terlaksananya suatu proses penemuan kembali (reinvention) sehingga

    siswa nantinya secara formal dapat memahami konsep matematika. Oleh karena

    itu masalah kontekstual sebagai pembuka belajar yang harus diselesaikan siswa

     baik dengan cara atau prosedur informal maupun formal (proses matematisasi)

    haruslah nyata atau dapat dibayangkan dan terjangkau oleh imajinasi siswa.

    Mengingat begitu pentingnya konteks dalam proses pembelajaran, maka

    seharusnyalah apabila seorang guru memahami dengan benar konsep tentang

    konteks maupun hal-hal yang terkait. Dengan latar belakang pengalaman yang

     bervariasi dari siswa merupakan unsur yang memungkinkan soal-soal

    kontekstual diselesaikan dengan berbagai cara/strategi.

    Keterkaitan adalah karakteristik lain dalam pembelajaran matematika

    realistik. Konsep yang dipelajari siswa dengan prinsip-prinsip belajar-mengajar

    matematika realistik harus merupakan jalinan dengan konsep atau materi lain

     baik dalam matematika itu sendiri maupun dengan yang lain, sehingga

    matematika bukanlah suatu pengetahuan yang bercerai berai melainkan

    merupakan suatu ilmu pengetahuan yang utuh dan terpadu. Model belajar

    matematika seperti dapat memicu pengembangan berpikir kritis matematik

    siswa.10

    10Somakim,  Peran Konteks Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik

    Siswa, dalam Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah, ISBN : 978-979-

    16353-4-9, FMIPA Universitas Negeri Yogyakara, 2009, h.322.

    11

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    15/28

     

    Secara umum langkah-langkah pembelajaran matematika realistik dapat

    dijelaskan sebagai berikut ( Zulkardi, 2002):

    1.  Persiapan

    Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar

    memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin

    akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.

    2.  Pembukaan

    Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran

    yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian

    siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka

    sendiri.

    3.  Proses pembelajaran

    Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai

    dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara

    kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil

    kerjanya di depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain

    memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru

    mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil

    mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan

    aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.

    4.  Penutup

    Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi

    kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir

     pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk

    matematika formal.

    12

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    16/28

     

    Salah satu contoh penggunaan model pembelajaran dengan pendekatan PMR

    dalam pembelajaran matematika (Fadillah, 2006: 351-353) sebagai berikut:

    Materi : Pecahan Senilai

    Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu memahami konsep pecahan

    senilai

    Kelengkapan : Gunting dan kertas yang berfungsi sebagai

    model coklat.

    Kegiatan pembelajaran

    a)  Guru menghubungkan pelajaran dengan materi sebelumnya,

    memotivasi/mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan meminta

    siswa untuk duduk sesuai kelompoknya

     b)  Guru meminta siswa untuk membaca masalah kontekstual

    Contoh masalah kontekstual:

    Enaknya makan coklat! Di atas meja ada 2 buah coklat yang sama

     besar (seperti pada gambar)

      Coklat pertama terdiri dari 4 bagian sama besar.

    Ani memakan

     bagian coklat

      Coklat kedua terdiri dari 8 bagian yang sama besar

    Jika kamu ingin makan coklat sama banyaknya dengan yang dimakan

    Ani, Berapa bagian coklat yang harus kamu ambil?

    c)  Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum

    memahami soal.

    13

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    17/28

     

    d)  Guru meminta siswa secara individual untuk menyelesaikan soal

    dengan cara mereka sendiri dengan mengisi LKS yang telah

    disediakan.

    e)  Guru berjalan keliling kelas untuk melihat pekerjaan siswa. Jika ada

    siswa yang tidak dapt menemukan cara untuk menjawab soal, maka

    guru memotivasi dengan cara:

    (1)  Mengajukan pertanyaan seperti : Apa yang diketahui dari soal?

    Apa yang ditanya dari soal? Selanjutnya cara apa yang kamu

    tempuh dalam menyelesaikan soal?

    (2) 

    Mengarahkan siswa untuk menentukan pecahan yang senilai

    dengan pecahan

     dengan menggunakan cara mereka sendiri

    (3)  Jika siswa masih mengalami kesulitan, maka guru memotivasi

    mereka untuk menggambarkan model pecahan yang sesuai

    dengan soal dan jika siswa masih juga mengalami kesulitan

    maka guru dapat memberikan kelengkapan dan menjelaskan

    kepada siswa bahwa mereka dapat menggunakan kelengkapan

    tersebut dalam menyelesaikan masalah.

    f).  Guru meminta siswa untuk mendiskusikan/membandingkan

     jawaban mereka dengan teman sekelompoknya.

    g).  Guru memfasilitasi diskusi dalam kelompok dengan mengarahkan

    siswa untuk memilih jawaban yang benar dan palaing efektif (yang

    di anggap siswa mudah dalam menjawab soal serta yang akan

    ditampilkan di depan kelas.

    h).  Guru berjalan keliling kelas untuk melihat kelompok-kelompok

    mana yang ditunjuk untuk menampilkan hasil pekerjaannnya di

    depan.

    14

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    18/28

     

    i).  Guru meminta beberapa siswa mewakili kelompoknya mana yang

    ditunjuk untuk menampilkan hasil pekerjaannya. Melalui diskusi

    kelas jawaban siswa dibandingkan.

     j).  Guru membantu siswa menganalisa dan mengevaluasi hasil

     pekerjaannya.

    Dari contoh di atas nampak bahwa dalam pembelajaran dengan RME

    dimulai dengan masalah kontekstual, masalah nyata yang berkaitan dengan

    kehidupan sehari-hari. Kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah

     pengembangan model sendiri, interwining dan interaktifitas yang pada

    akhirnya sampai pada kesimpulan suatu materi atau konsep matematika.  

    E.  Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Realistic M athematics Education  

    Kelebihan dan kelemahan selalu terdapat dalam setiap model, strategi, atau

    metode pembelajaran. Namun, kelebihan dan kelemahan tersebut hendaknya

    menjadi referensi untuk penekanan-penekanan terhadap hal yang positif dan

    meminimalisir kelemahan-kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran.

    Menurut Asep Jihad (2008: 150) mencatat ada beberapa kelebihan dan

    kekurangan dalam pembelajaran RME .

    Kelebihan RME adalah sebagai berikut:

    1.  Melalui penyajian masalah yang kontekstual, pemahaman konsep peserta

    didik meningkat, mendorong peserta didik melek matematika dan

    memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitarnya.

    2.  Peserta didik terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka

    tidak takut belajar matematika.

    3.  Peserta didik dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

    kehidupan sehari-hari dan mempelajari bidang studi lainnya.

    4.  Memberi peluang pengembangan potensi dan kemampuan berfikir alternatif.

    5.  Kesempatan cara penyelesaian yang berbeda

    15

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    19/28

     

    6.  Melalui belajar kelompok berlangsung pertukaran pendapat dan interaksi

    antar guru-peserta didik, saling menghormati pendapat yang berbeda dan

    menumbuhkan konsep diri peserta didik.

    7.  Melalui matematisasi vertikal, peserta didik dapat mengikuti perkembangan

    matematika sebagai suatu disiplin.

    8.  Memberi peluang berlangsungnya empat pilar pendidikan yaitu learning to

    how, learning to do, learning to be, learning to live together .

    Sedangkan kelemahan RME adalah:

    1.  Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka peserta didik

    masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya.

    2.  Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi peserta didik yang lemah.

    3.  Peserta didik yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti

    temannya yang belum selesai.

    4.  Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.

    Bila Asep Jihad memaparkan kelebihan dan kelemahan RME, Warli

    memberikan solusi dalam upaya meminimalisir kelemahan dalam penerapan

    RME antara lain:

    1.  Peranan guru dalam membimbing siswa dan memberikan motivasi harus

    lebih ditingkatkan.

    2.  Pemilihan alat peraga harus lebih cermat dan disesuaikan dengan materi

    yang sedang dipelajari.

    3.  Siswa yang lebih cepat dalam menyelesaikan soal atau masalah kontekstual

    dapat diminta untuk menyelesaikan soal-soal lain dengan tingkat kesulitan

    yang sama bahkan lebih sulit.

    4.  Guru harus lebih cermat dan kreatif dalam membuat soal atau masalah

    realistik.

    16

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    20/28

     

    Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, dapat

    diketahui bahwa RME memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

    tersebut hendaknya menjadi hal yang harus dipertahankan dan dikembangkan,

    sedangkan kelemahannya harus diminimalisir. Terdapat beberapa cara untuk

    dapat meminimalisir kelemahan RME, yang terpenting adalah guru hendaknya

    mempersiapkan rencana pembelajaran secara matang. 

    F.  Sintak dan Implementasi Reali stic M athematics Education   dalam

    Pembelajaran Matematika

    Tabel 1

    Sintak Implementasi Matematika Realistik

    Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

    Guru memberikan siswa masalahkontekstual.

    Siswa secara sendiri atau kelompokkecil mengerjakan masalah dengan

    strategi-strategi informal.

    Guru merespon secara positif jawaban

    siswa. Siswa diberikan kesempatan

    untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif

    Siswa memikirkan strategi yang paling

    efektif.

    Guru mengarahkan siswa pada

     beberapa masalah kontekstual danselanjutnya meminta siswa

    mengerjakan masalah denganmenggunakan pengalaman mereka.

    Siswa secara sendiri-sendiri atau

     berkelompok menyelesaikan masalahtersebut.

    Guru menngelilingi siswa sambilmemberikan bantuan seperlunya.

    Beberapa siswa mengerjakan di papantulis. Melalui diskusi kelas, jawaban

    siswa dikonfrontasikan.

    Guru mengenalkan istilah konsep. Siswa merumuskan bentuk matematika

    formal.

    Guru memberikan tugas di rumah,

    yaitu mengerjakan soal atau membuat

    masalah cerita serta jawabannya yangsesuai dengan matematika formal.

    Siswa mengerjakan tugas rumah dan

    menyerahkannya kepada guru.

    Contoh aplikasi Realistic Mathematics Education   dalam Pembelajaran

    Matematika

    17

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    21/28

     

    Pembelajaran Bilangan di Kelas II semester 2 

    Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah contoh penggalan proses pembelajaran

    yang dilakukan oleh guru pasif, guru aktif, dan guru yang realistik dalam

    membelajarkan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka untuk

     pertama kalinya pada siswa.

    1.  Guru Pasif

    Guru pasif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya bilangan

    dua angka sebagai berikut.

    a.  Langkah 1

    Guru menuliskan kalimat penjumlahan di papan tulis, contoh:

    4+4+4 = ... .

    Guru menanyakan pada siswa: ”Berapa kali bilangan 4 dituliskan?

    Jawaban siswa: 3 kali”. Guru kemudian akan melanjutkan: ”Jadi  

     penjumlahan tersebut dapat ditulis dalam kalimat perkalian: 3×4, jadi

    3×4 = 4+4+4=12”. Selanjutnya guru menuliskan kembali di papan tulis

     bentuk penjumlahan berulang dan bertanya pada siswa:

    ” 4+4+4+4 = ... , dapatkah kalian menuliskan bentuk penjumlahan ini

    sebagai bentuk perkalian?”.

    Kalau tidak ada siswa yang dapat menjawab guru kembali menanyakan

     pada siswa: ”Berapa kali bilangan 4 dituliskan?”. Maka siswa akan

    menjawab 4, guru melanjutkan dengan memberi pernyataan: ”Kalau

     begitu dapat ditulis 4×4, artinya 4×4 = 4+4+4+4 = 16.

    b.  Langkah 2

    Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan

     penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian

    2.  Guru Aktif

    Guru aktif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya

     bilangan dua angka dengan menggunakan alat peraga, seperti manik-manik,

    sedotan minuman, lidi, atau kartu bergambar seperti contoh berikut.

    18

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    22/28

     

    a.  Langkah 1

    Guru menunjukkan alat peraga yang digunakan, contoh kartu bergambar

    seperti berikut.

    Kemudian guru mengajukan pertanyaan pada siswa: Berapabanyaknya

    kaki sapi? 

    b.  Langkah 2

    Guru melanjutkan penjelasannya pada siswa bagaimana mengubah

     bentuk penjumlahan berulang kedalam kalimat perkalian, seperti contoh

     berikut:

    Pada kegiatan di atas guru mengajak siswa mengubah

     penjumlahan berulang kedalam kalimat perkalian seperti contoh di atas,

    yaitu satu sapi banyaknya kaki 4 dapat dituliskan 1 × 4, dua sapi banyak

    kaki dapat dituliskan 2 × 4 dan seterusnya.

    c.  Langkah 3

    Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan

     penjumlahan berulang ke dalam bentuk perkalian 

    19

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    23/28

     

    3.  Guru Realistik

    Guru realistik memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya

     bilangan dua angka dengan menggunakan permasalahan sehari-hari yang

    dikenal siswa atau permasalahan kontekstual, seperti contoh berikut. 

    a.  Langkah 1

    Guru menanyakan pada siswa:” apakah siswa sudah pernah  

    melihat sapi?”, jika siswa menjawab sudah, maka guru  menanyakan

     pada siswa: ” berapa kaki yang dimiliki sapi?”, maka  jawaban siswa

    adalah sapi memiliki empat buah kaki. Selanjutnya guru memberikan

     permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok, yaitu:”Ada berapa banyaknya kaki yang ada  atau dimiliki pada lima ekor

    sapi?” 

    b.  Langkah 2 

    Guru menyiapkan beberapa alat peraga, seperti manik-manik,

    sedotan minuman, lidi, atau kartu bergambar dan sebagainya untuk

    membantu siswa menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Guru

    meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan jawaban dengan

    memberikan alasan diperolehnya jawaban dengan mengkomunikasikan

    dengan siswa yang lain.

    Alternatif jawaban siswa sebagai berikut.

    20

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    24/28

     

    Alternatif 1

    Siswa membilang satu persatu kaki yang dimiliki empat ekor sapi,

    diperagakan dengan menggunakan lidi, sedotan minuman, manik-manik,

    kartu bergambar atau yang alat peraga yang lain. Peragaan yang

    dilakukan siswa ini merupakan kegiatan semi abstrak seperti contoh

     berikut.

    Alternatif 2

    Ada kemungkinan siswa menjawabnya dengan menggunakan garis

     bilangan seperti berikut.

    Alternatif 3

    Ada kemungkinan siswa menyelesaikannya dengan

    4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 × 4 =20 

    Jawaban siswa ini merupakan jawaban formal yang merupakan definisi

    matematika

    c.  Langkah 3 

    Guru harus dapat menyikapi jawaban siswa yang salah maupun

    yang benar. Apabila jawaban siswa salah guru tidak boleh langsung

    menyalahkan tetapi harus melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari

     jawaban ini siswa diarahkan atau dibimbing atau dimotivasi kepada

     jawaban yang benar. Untuk alternatif semua jawaban yang benar seperti

    contoh di atas maka guru membenarkan semua jawaban, kemudian guru

    21

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    25/28

     

    memberi kesempatan berpikir siswa dari semua alternatif jawaban yang

     benar, jawaban mana yang paling mudah dan gampang dikerjakan. Guru

     perlu mendengarkan jawaban siswa dan memberikan gambaran pada

    siswa yang bisa menjadi pertimbangan pada siswa. Sebagai contoh:

    ”Andaikan kita disuruh menghitung banyaknya kaki yang dimiliki 15

    ekor sapi, apakah kita harus menghitung satu persatu kaki sapi yang

    ada? sambil menunjuk jawaban alternatif 1 atau kita harus

    menjumlahkan kaki yang dimiliki masing-masing sapi?

    Bagaimana dengan jawaban pada alternatif 3?”. Guru kemudian

    memperluas permasalahan: ”Bagaimana kalau kita disuruh menghitung

     puluhan atau ribuan sapi?”. Nah tentunya untuk mempermudah kita

    menghitungnya kita perlu mencari cara yang paling mudah, yaitu

    dengan mengubah kalimat penjumlahan ke dalam bentuk perkalian (ini

    merupakan cara guru membawa siswa dari matematika horisontal

    kepada matematika vertikalnya).

    c.  Langkah 4 

    Bertitik tolak dari jawaban siswa (jawaban alternatif 1, 2 dan 3), guru

    mengajak siswa bagaimana mengubah bentuk penjumlahan berulang ke dalam

     bentuk perkalian seperti contoh seperti berikut ini. Formal 4 + 4 + 4 + 4 + 4 =

    5 x 4 =20

    d.  Langkah 5 

    Guru dapat memberikan latihan atau soal-soal pada siswa berkaitan

    dengan mengubah bentuk penjumlahan berulang ke dalam bentuk perkalian

    atau sebaliknya. 

    22

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    26/28

     

    BAB III

    PENUTUP

    A.  Kesimpulan

    Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap

     proses pembelajaran melalui cara-cara yang ditempuh guru agar konsep yang

    disajikan bisa beradaptasi dengan peserta didik guna untuk mempermudah

     pemahaman atas materi pelajaran yang diberikan. Sedangkan pendekatan RME

    adalah metode atau cara yang ditempuh guru dalam pembelajaran matematika

    yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman sebagai titik

    tolak untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Menurut Freudenthal ada tiga unsur prinsip utama dalam pembelajaran

    RME yaitu:  guided reinvention and progresive mathematizing   (penemuan

    kembali terbimbing dan pematematikaan progresif), didactical phenomenology,

    serta  self  –   developed models. Sedangkan menurut Gravemeijer dalam

    Yosmarniati dkk, pendekatan RME memiliki tiga prinsip, yaitu: Penemuan

    (kembali) secara terbimbing ( guided reinvention), Fenomena didaktik (didactical

     phenomenology) dan Permodelan (emerging models).

    Terdapat lima karakteristik RME yaitu:  phenomenological exploration or

    the use of contexts, the use of models or bridging by vertical instruments , the use

    of students own productions and constructions or students contribution, the

    interactive character of the teaching process or interactivity dan the intertwining

    of various learning strands.

    Secara umum langkah-langkah pembelajaran matematika realistik yaitu

     persiapan, pembukaan, proses pembelajaran dan penutup. Berdasarkan beberapa

     pendapat yang telah dikemukakan para ahli, dapat diketahui bahwa RME

    memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut hendaknya

    menjadi hal yang harus dipertahankan dan dikembangkan, sedangkan

    kelemahannya harus diminimalisir. Terdapat beberapa cara untuk dapat

    23

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    27/28

     

    meminimalisir kelemahan RME, yang terpenting adalah guru hendaknya

    mempersiapkan rencana pembelajaran secara matang.

    B.  Saran

    Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa dalam

     penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan

    kemampuan kami atau kurangnya referensi. Maka dari itu kritik dan saran yang

     bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan

    makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya

    dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita semua. Amin

    24

  • 8/17/2019 15205061 (KLP 4)

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA 

    Erman Suherman. 2001.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer . Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.

    Fadillah, Syarifah. 2006. Pengenalan Pembelajaran Matematika Realistik dan Contoh

    Penerapannya Dalam Pembelajaran Matematika.  Jurnal Pendidikan (Nomor

    2). Hlm. 344-355.

    Muliyardi. 2002.Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: FMIPA UNP.

     Nila Kesumawati. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendidikan Matematika

     Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

    Siswa Kelas IX SMP , dalam Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran

     Matematika Sekolah.ISBN: 978-979-16353-4-9.FKIP Universitas PGRI

    Palembang.

    Romadloni Syukron. 2009. “ Keefektifan Model Realistic Mathematics Education

    (Rme) Dengan Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran MatematikaTerhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Balok Kelas Viii Smp Negeri 2

    Tanggungharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”, dalam Skripsi Jurusan

    Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.

    Sunadi. 2014. Pembelajaran Matematik Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan

     Komunikasi Matematik Siswa, dalam Jurnal Pendidikan Matematika.Volume 1.

    Tahun. ISSN 2355-0473. STKIP Siliwangi Bandung.

    Somakim,  Peran Konteks Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

     Matematik Siswa (Tinjauan Pengembangan Konteks Kesebangunan Berbasis Matematika Realistik), dalam Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran

     Matematika Sekolah, ISBN : 978-979-16353-4-9, FMIPA Universitas Negeri

    Yogyakara, 2009, h.322. 

    Wahyudin. 2008.  Pembelajaran & Model-Model Pembelajaran. Bandung: UPI

    Bandung.

    Yosmarniati, Edwin Musdi dan Yusmet Rizal. 2012.“Upaya Meningkatkan

     Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”, dalam Jurnal Pendidikan Matematika.Part 3. Vol 1. No

    1. FMIPA UNP.

    Zulkardi. 2002. Developing a Learning Environment on Realistic Mathamatics

     Education for Indonesian Student Teachers. Ph.D Thesis University of Twente,

    Enschede, the Netherlands.