15 Esai Terbaik Lomba Esai BEM USD 2020 Esai Terbaik.pdfAngga Indraswara, “Pendidikan Solidaritas...
Transcript of 15 Esai Terbaik Lomba Esai BEM USD 2020 Esai Terbaik.pdfAngga Indraswara, “Pendidikan Solidaritas...
-
15 Esai Terbaik Lomba Esai BEM USD 2020
-
1 Kompas, Edisi Kamis, 30 April 2020, 5.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Nama : Reneldus Maryono Paing
NIM 176114050
Prodi : Filsafat Keilahian Judul Esai : Perkuliahan Daring: Solusi atau Pelarian?
Perkuliahan online bukanlah sebuah sistem baru dalam dunia pendidikan, melainkan
suatu sistem yang telah ada dengan beriringnya perkembangan dunia teknologi. Dunia boleh
saja berbicara bahwa semua lini kehidupan telah diwarnai dan harus beradaptasi dengan
teknologi. Akan tetapi, fakta di lapangan berbicara lain. Salah satunya adalah sistem
pendidikan yang dianjurkan dan diharapkan dengan media digital atau daring masih sangat
minimalis di Indonesia. Perkuliahan daring tidak hanya memvirtualkan bahan pengajaran,
tetapi juga soal fasilitas dan penetrasi jaringan internet. Selain itu, kemampuan para dosen
dalam memberikan materinya dan daya tangkap mahasiswa lewat daring.
Perkuliahan online atau daring menjadi alternatif yang kian membias di tengah
merebaknya virus corona. Pandemic ini menuntut semua lembaga, tanpa pengecualian untuk
menggunakan sarana media digital dalam kegiatan belajarnya semaksimal mungkin. Berbagai
universitas berlomba-lomba menelisik cara-cara yang efektif dalam mentransmisikan sistem
pengajarannya. Perkembangan teknologi yang kian canggih mengakomodasi dan
memobilisasi sistem perkuliahan ini.
Akan tetapi, ada saja kerentanan dalam penerapan sistem perkuliahan darurat yang
ada. Penetrasi jaringan internet yang belum merata ke semua daerah. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik tahun 2019, tingkat penetrasi internet di pedesaan rata-rata 51,91 persen, di
perkotaan pun rata 78,08 persen.1 Hal ini menunjukkan kualitas jaringan yang rendah dan
berdampak pada proses perkuliahan yang “lola” (loading lambat). Efektivitas dan mutu
perkuliahan menjadi rendah dan sukar untuk dipahami dengan cepat.
Kepemilikan media sosial yang standar dengan penerapan daring. Kepemilikan media
pembelajaran jarak jauh juga masih sangat kurang. Tentunya media atau sarana menjadi
penentu. Jika masih sangat kurang, bahkan tidak ada akan tidak tercapainya sistem daring.
-
2 “Saat Industri Telekomunikasi Memasuki Era Normal Baru”, Tempo, Edisi 15-21 Juni 2020, 8.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Media bisa menjadi tolok ukur sejauh mana perkuliahan online dinyatakan masih minim atau
telah maksimal. Selain itu, kegagapan para dosen dan mahasiswa dalam mengakses daring.
Bisa saja jaringan dan fasilitas lengkap, tetapi kemampuan kedua belah-pihak sangat dan hal
amat sangat ini berpengaruh dalam penerapan sistem daring. Kegagapan dari keduanya atau
salah satu dari keduanya akan membuat kecanduan minimalis daring tak terobati.
Kerentanan-kerentanan ini yang menghadirkan berbagai potretan ketidakpuasaan dan
ketidakefektivan dari sistem daring darurat selama pandemic Covid-19. Dengan demikian,
perkuliahan daring di tengah pandemi ini adalah sebuah solusi ataukah pelarian semata?
Belajar dari (di) Rumah: “Solusi atau Pelarian?”
Institusi pendidikan dinilai sebagai salah satu sektor yang cepat menanggapi
gelombang penyebaran virus corona. Institusi pendidikan membuat reaksi cepat karena
dinilai potensial meningkatkan penyebaran. Sekolah-sekolah dengan basis jumlah murid yang
cukup banyak sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran Covid-19. Selain sekolah-
sekolah, universitas-universitas pun ditutup untuk sementara. Perkuliahan dialihkan ke
rumah. Semuanya pun berlangsung dari rumah. Proses belajar-mengajar akhirnya tersendat
mengingat metode distribusi pengetahuan dirasa kurang optimal dan memadai. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pun menerapkan kebijakan sistem belajar dari rumah.
Belajar dari rumah membuat slogan merdeka belajar semakin kelihatan. Apa maksud
merdeka dalam konteks belajar dari rumah? Dari fenomena dan kesan umum yang terlihat,
proses belajar justru di luar kendali. Belajar dari rumah untuk konteks pelajar SD-SMA
adalah liburan. Kita tidak bisa menyangkal bahwa efektivitas kegiatan belajar dengan pantuan
jarak jauh oleh para pendidik dan bimbingan langsung dari orangtua hanya berlangsung di
pekan awal. Berada di rumah selama pandemi diharapkan tetap produkif dalam belajar.2
Akan tetapi, kadang-kadang orang justru merasa bebas-merdeka untuk belajar. Dalam hal ini,
ia menerapkan prinsip “semau gue.” Belajar dari rumah adalah sebuah tameng yang dipakai
untuk menahan tuduhan bahwa selama Covid-19 sistem pendidikan vakum.
Pada jenjang yang lebih tinggi, seperti Perguruan Tinggi (PT), kebijakan belajar dari
rumah ditopang kuat dengan optimalisasi penggunaan sarana teknologi komunikasi. Dari sini,
-
4 “Anak-Anak Kelas Bawah Terkendala”, Kompas, Edisi Senin, 13 April 2020, 5.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
kemudian kita mengenal istilah “belajar online.” Sistem belajar ini diperkuat lagi dengan
istilah “e-learning.” Mekanismenya pun sepenuhnya diberikan kepada teknologi. Kuliah
online dengan aplikasi “video-conference,” penilaian dan pengiriman tugas dengan sistem
online, hingga absensi kehadiran juga dilakukan dengan sistem virtual-online. Dalam sistem
belajar berbasis online ini mengandaikan bahwa semua peserta didik dan pendidik paham
tentang teknologi dan fitur-fitur yang dioperasikan.3 Jika tidak, masalah baru muncul karena
ignorance dalam proses belajar.
Selama pandemi, pendidikan terasa adanya leap terhitung sejak awal akhir Februari
2020. Pasca instruksi pemerintah untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah, ataupun
beribadah dari rumah dan lain sebagainya membuat situasi di Indonesia menjadi beda. Hal ini
juga berdampak dalam proses pendidikan. Bagaimana tidak, hampir 100% aktivitas kerja dan
sekolah dilakukan dari (di) rumah. Dengan fenomena ini teknologi menjadi penguasa yang
membius mata masyarakat. Serba-serbi kehidupan diwarnai oleh dunia online. Absensi,
materi pembelajaran, tugas, kuis, ulangan harian, dan berbagai ujian dilakukan dari (di)
rumah via berragam aplikasi yang ada dalam jasa daring. Dengan adanya sistem ini seolah
semua orang telah pandai dengan sistem daring.
Akan tetapi, fenomena di lapangan mengafirmasi adanya kendala yang tak terelakkan.
Hal ini disebabkan oleh ‘dosa’ masa lalu proses pendidikan Indonesia, masih menjadi momok
mematikan bagi proses pembelajaran daring. Kita perlu menyadari bahwa tidak semua
mahasiswa berasal dari keluarga kelas menengah ke atas.4 Tidak semua mahasiswa dan
pengajar di Indonesia menikmati proses ‘milenial’ ini. Tidak semua mereka memiliki gawai
dan leptop. Ada yang punya tetapi susah untuk mendapatkan akses internet. Bahkan di daerah
tertentu tidak ditemukan jaringan internet. Ada yang tidak memiliki dua-duanya.
Selain itu, kapabilitas dan kreativitas para dosen adalah salah satu tuntutan terbesar
dalam sistem perkuliahan daring atau jarak jauh di satu sisi. Di lain sisi, ketekunan,keseriusan
mahasiswa menjadi tuntutan lain. Akan tetapi keduanya tidak terlepas dari jaringan atau
koneksi. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor penentu dalam pelaksaan perkuliahan
online. Sistem ini sebenarnya sebuah peralihan metode face to face (jarak dekat) ke metode
screen to screen (jarak jauh). Dasarnya adalah ketersediaan semua informasi yang relevan
secara real time melalui jaringan dengan menghubungkan orang, benda dan sistem
dioptimalkan, terorganisir secara mandiri dan penciptaan nilai lintas jaringan yang dapat
3 Bdk. Elena G. Popkova · Yulia V. Ragulina Aleksei V. Bogoviz (Ed), Industry 4.0: Industrial Revolution of the 21st Century, (Poland: Polish Academy of Sciences, 2019), 98.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
sesuai dengan berbagai kriteria, seperti biaya, ketersediaan dan sumber daya.5 Tentunya
sistem ini mempunyai visi yang sangat membantu mahasiswa dan pengajar dalam keadaan
apa pun dan di mana pun tetap bisa melaksanakan perkuliahan.
Lalu, seberapa efektif model pembelajaran online ini berpengaruh bagi proses belajar
para peserta didik atau mahasiswa? Dari fenomena yang terlihat, intensitas ketertarikan
peserta didik dalam mengikuti kuliah online sangat kecil. Bahkan, kebanyakan menciptakan
kejenuhan dalam proses belajar. Beberapa mahasiswa merasa kehilangan momen perjumpaan
langsung dengan dosen-dosen favorit. Seperti tak ada yang dipelajari selama semester ini. Ini
reaksi-reaksi spontan yang disampaikan mahasiswa terkait sistem belajar virtual-online.
Intensitas ketertarikan pada sistem belajar online tentunya membuat seseorang tidak
produktif dan memilih absen. Padahal, kehadiran (presence) merupakan salah satu tolok ukur
dalam membantu proses internalisasi pendidikan dalam kegiatan belajar. Dari sharing banyak
mahasiswa, kebanyakan telah memilih pulang kampung dan berlibur. Tak ada kuliah. Kuliah
memberatkan karena memerlukan data dan harus mencari tempat baik agar terkoneksi.
Kuliah online dengan kata lain menambah beban perkuliahan karena harus membeli data agar
bisa masuk dalam kelas video-conference dan mendownload-upload tugas perkuliahan.
Hemat penulis, sistem perkuliahan daring di tengah pandemi adalah sebuah solusi dan
sekaligus pelarian. Mengapa demikian? Dapat dikatakan solusi jika pihak universitas atau
fakultas telah memberikan input dan praktik skill dalam penetrasi berbagai fasilitas “e-
learning”. Pemantapan dalam soal fasilitas dan skill para pengajar menjadi salah satu standar
penting dalam perkuliahan daring. Sementara di lain sisi, dapat dikatakan sebagai pelarian
jika proses perkuliahan yang terjadi dalam kebingugan, entah karena sarana maupun skill
minimalis dari para dosen. Hal ini diafirmasi oleh banyaknya keluhan dari mahasiswa.
Perkuliahan online hanyalah judul belaka. Banyak dosen kebingungan, dalam waktu singkat
harus mempelajari macam-macam sarana pembelajaran daring.6 Karena tuntutan segera
melanjutkan proses pembelajaran, metode ralat dan galat (trial and error) terpaksa di
terapkan. Dan yang terjadi adalah para pengajar hanya dan selalu memberikan tugas online
setiap kali jam pelajarannya, tanpa mengadakan tatap muka dengan menggunakan berbagai
aplikasi yang ada.
Tanggungjawab utama dari para pendidik ialah bahwa mereka tidak hanya sadar akan
prinsip-prinsip umum pembentukan pengalaman saat ini dengan menciptakan kondisi
5 Ulrich Sendler (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, (Regensburg, Germany: Zweigniederlassung, 2016), 17. 6 Angga Indraswara, “Pendidikan Solidaritas Kemanusiaan”, Opini Kompas, Jumat, 15 Mei 2020, 7.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
lingkungan tertentu, tetapi mereka juga menerima dalam bentuk konkret hal-hal di sekitarnya
yang sangat kondusif bagi perolehan pengalaman yang menuntun pada pertumbuhan dan
pencapaian ilmu yang diperoleh peserta didik.7 Namun situasi sekaramg sangat memberi
beban pada mahasiswa dan membuat pengalaman perkuliahan menjadi sesuatu yang
membosankan, bahkan bisa sampai pada titik kejenuhan dan berdampak pada tidak
berkualitasnya pendidikan yang diperoleh. Mahasiswa terengah-engah mengikuti proses
pembelajaran. Dalam sekejap tugas menumpuk. Mereka dituntut bertransformasi jadi
pembelajar mandiri dalam waktu semalam.8 Ini didasarkan kegagapan para pengajar yang
tidak mempunyai skill khusus dalam bidang ini atau tidak adanya keseriusan dari pihak
universitas atau fakultas dalam merespon dan memaksimalkan perkembangan teknologi
dalam dunia pendidikan. Hal ini nyata ketika dunia pendidikan berhadapan dengan situasi
pandemi. Ada begitu banyak lembaga pendidikan yang tidak siap untuk melaksanakan sistem
pembelajarannya secara online. Jika terjadi, maka itu bisa saja ikut-ikutan dan terpaksa.
Rasanya pendidikan gaya lama masih sangat dominan.
Akhir Kata
Perkuliahan daring di tengah pandemi Covid-19 sering dikatakan sebagai kurikulum
darurat. Kurikulum ini bisa dikatakan sebagai babak baru dalam sistem pendidikan di
Indonesia. Ketersediaan software (piranti lunak), website, akses internet, listrik, gadget, dan
komputer menjadi ciri khas implementasi model ini.9 Karakteristik proses pendidikan abad
ke-21 selalu menemui tantangan dan juga sekaligus mendatangkan peluang baru. Gejala ini
hadir sebagai konsekuensi dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Reformasi pendidikan yang berasal dari pengembangan model kurikulum virtual akan
berdampak pada terciptanya sistem pendidikan gaya baru. Lyn Haas menegaskan bahwa
pendidikan itu harus bersifat demokratis, yakni; pendidikan untuk semua.10 Hal ini senada
dengan spirit pasal 31 ayat (1) UUD 1945, “semua warga negara berhak mendapatkan
pendidikan”, maka semua mahasiswa dan pengajar seharusnya memperoleh perlakuan yang
sama, memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini,
kemampuan komunikasi global.
7 John Dewey . Experience and Education, (India: AAAKAR Books, 2004), 40. 8 Angga Indraswara, “Pendidikan Solidaritas Kemanusiaan”, 7. 9 Bdk. Ulrich Sendler (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, 31-33. 10 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), 19.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Semoga wabah Covid-19 ini tidak hanya membawa kepanikan di ruang publik, tetapi
ini menjadi salah satu titik pacu bagi bangsa Indonesia, khususnya pemerintah dan
kementerian terkait untuk berkonsentrasi penuh mengerahkan seluruh anggaran pendidikan
tahun ini untuk menciptakan kurikulum virtual; proses belajar mengajar via teknologi daring,
sambil menyiapkan sarana prasarana pendukung, ketersediaan jejaring internet, manajerial
demokratis yang berdaya saing, sampai pada keterlibatan masyarakat secara berkelanjutan.
Pemerataan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia menjadi kewajiban yang mesti
diprioritaskan, sesuai amanat sila ke-5 Pancasila; keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Indonesia yang adil; sama rasa–satu rasa, proses pendidikan wajib memberi
kenyamanan bagi seluruh peserta didik dan pendidik se-Indonesia Raya.
Daftar Pustaka
Kompas, Edisi Kamis, 30 April 2020.
Tempo, Edisi 15-21 Juni 2020.
Kompas, Edisi Senin, 13 April 2020.
Indraswara, Angga., Opini Kompas, Jumat, 15 Mei 2020, 7.
G. Elena, Popkova, V. Yulia Aleksei, Ragulina Bogoviz, V (Ed).,
Industry 4.0: Industrial Revolution of the 21st Century, Poland: Polish Academy of Sciences,
2019.
Sendler, Ulrich (Ed), The Internet of Things: Industrie 4.0 Unleashed, Regensburg, Germany:
Zweigniederlassung, 2016.
Dewey, John., Experience and Education, India: AAAKAR Books, 2004.
Rosyada, Dede., Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian 20,00 2. Orisinalitas 30,00 3. Analisis Masalah dan isi 48,00
TOTAL 98,00
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Nama : William Christopher Hariandja
NIM 176114058
Prodi : Program Studi Filsafat Keilahian
Judul Esai : Mahasiswa Sebagai Bagian Dari Masyarakat Dalam Menghadapi Wabah
Corona Virus Disease-19: Penonton Atau Aktor? Pengantar
Sejarah menunjukkan bahwa konsekuensi dari penyakit menular tidak ada tandingannya.
Wabah pes di Eropa abad ke-14 menyebabkan kematian 1/3 populasi. Persis seabad lalu, dunia
dihebohkan dengan merebaknya epidemi flu Spanyol yang membunuh 20-100 juta penduduk.
Sementara itu penyakit cacar (smallpox) di sepanjang abad 20 telah membunuh 300-540 juta
penduduk bumi. Dunia juga sudah dihebohkan dengan penyakit-penyakit menular baru yang
muncul diabad ke-20 ini, seperti Ebola, Tuberculosis, Severe Acute Respiratory System (SARS),
dan terakhir Corona Virus Disease-19 ini.
Masyarakat dunia dihebohkan dengan banyaknya dampak yang ‘dihasilkan’ wabah
Corona Virus Disease-19 ini. Bukan hanya terbatas pada persoalan medis, dunia dan segenap
masyarakatnya harus ‘menelan pil pahit’, lantaran wabah Corona Virus Disease-19 ini
berpengaruh terhadap seluruh dimensi kehidupan masyarakat. Bagi kita para mahasiswa, wabah
Corona Virus Disease-19 ini juga berdampak secara langsung terhadap segi-segi kehidupan kita.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Apakah berdiam diri di rumah saja sudah cukup menjadi
‘jalan ninja’ kita dalam menyikapi pandemi ini?
Melihat Sebuah Pandemi dari ‘Kacamata’ Albert Camus
Wabah penyakit memang sesuatu yang menakutkan. Selain karena wabah itu sendiri
mematikan, permasalahan lain yang timbul adalah kecemasan berlebih dari orang-orang yang
menghadapi wabah tersebut. Kalau kata Albert Camus –seorang filsuf eksistensialis dan novelis
dari Aljazair– wabah dapat menjadi momentum manusia untuk memasuki sebuah ruang kosong
bernama absurditas, di mana ketidakjelasan masa depan merupakan hakikat hidup manusia.
Absurditas tidak melulu bernilai negatif. Absurditas bisa jadi hadir sebagai sesuatu yang bernilai
positif, karena dari rasa cemas itulah manusia dapat mempertanyakan identitas dirinya dan
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
menyadari bahwa dirinya ada bersama yang lain, bukan subjek tunggal yang superior dan bisa
bertindak semaunya.
Albert Camus? Siapa dia? Albert Camus merupakan seorang filsuf eksistensialis dan
novelis yang lahir pada 7 November 1913 di Mondovi, sebuah desa kecil di Aljazair, ketika
Aljazair masih berada dalam koloni Perancis. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Lucien
Auguste Camus –seorang tentara– dan Catherine Helene –seorang buruh dan asisten rumah
tangga– yang merantau dari Bordeaux, Perancis. Ayah Camus meninggal saat ia berumur satu
tahun karena tertembak saat menjalani tugas militer selama Perang Dunia Pertama. Kecemasan,
kegamangan, dan ketidakjelasan hidup sudah menjadi makanan sehari-hari Camus, mengingat
ibunya yang hanyalah janda berpendidikan rendah dan tunarungu harus bertarung hidup di
tengah kelas pekerja.1
Cukup beruntung, Camus bisa bersekolah di sebuah sekolah dasar negeri –Ecole
Communale– dan dalam studi di tingkat dasar inilah, Camus senang bereksplorasi akan dunia
sejarah dan menaruh kepedulian kepada dunia kelas pekerja yang penuh dengan kemiskinan.
Walaupun sempat terhambat masalah kesehatannya, Camus mampu menyelesaikan sekolah
dasar, bahkan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah menengah –Grand Lycee– di
Kasbah, sebuah distrik dengan konsentrasi penduduk mayoritas Islam yang membawa Camus
mengenal komunitas di luar dirinya. Di sekolah menengah inilah, Camus mengeksplorasi bakat
dan minatnya dalam bidang filsafat, sastra, seni, teater, film, bahkan olahraga! Walaupun
penyakit tuberculosis yang diidapnya amat mengganggu, Camus tidak menyerah pada nasib,
melainkan terus berupaya melampauinya.2
Tanpa perlu berlama-lama dengan masa hidup Camus, mari kita mengulik lebih dalam
sebuah karya sastra tulisan Camus yang saya gunakan untuk melihat fenomena pandemi Corona
Virus Disease-19 ini. Saya akan mengangkat karya Camus yang berjudul “Sampar” (judul
aslinya “La Peste”), yang ditulisnya pada tahun 1947. Mengapa novel ini? Pertama, novel ini
menempati kedudukan istimewa di antara novel-novel lain pada masanya. Novel “Sampar”
menjadi ujung tombak pemikiran dan pandangan Camus tentang absurditas manusia, yang
mengajak pembacanya untuk melihat dan mempertanyakan tanggapan manusia terhadap seluruh
1 Disarikan dari Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960)”, diakses dari https://www.iep.utm.edu/camus/ pada 16 Mei 2020 pukul 12:12. 2 Disarikan dari Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960).
https://www.iep.utm.edu/camus/https://www.iep.utm.edu/camus/
-
5 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 56.
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
keberadaan diri manusia beserta ‘masalah’ yang melingkupinya.3 Selain itu, apabila Anda pernah
membaca novel “Sampar” secara utuh, maka Anda akan menemukan hampir semua fakta yang
terjadi dalam komunitas masyarakat dunia saat berada di tengah pandemi Corona Virus Disease-
19 ini diramalkan jauh-jauh hari oleh Camus dengan amat mirip!
Novel “Sampar” mengambil sudut pandang waktu dan tempat pada tahun 1947 di Oran,
sebuah kota di Aljazair, koloni Perancis. Situasi Oran yang damai tiba-tiba terusik oleh sebuah
wabah penyakit sampar –yang dibawa oleh tikus-tikus secara mendadak– dan lantas membuat
penduduk Oran menjadi cemas. Melalui penokohan yang kuat, Camus mengajak pembacanya
untuk melihat berbagai potret manusia yang bereaksi terhadap keadaan malang tersebut. Dr.
Bernard Rieux yang penuh dedikasi dalam menangani kasus pandemi sampar tersebut, para
penduduk Oran yang penuh kekhawatiran dan menyalahkan pemerintah yang dinilai lamban,
media massa yang memframing kasus sampar di Oran tanpa memberikan sudut pandang
pemberitaan yang lain dan membuat masyarakat menjadi panik dan gelisah, Raymond Rambert
yang hanya mementingkan diri sendiri dan hidupnya (mencoba keluar dari Oran yang
dilockdown karena ingin bertemu dengan kekasihnya) tanpa memperdulikan keselamatan orang
banyak, Pastor Paneloux –seorang imam Yesuit– yang berpandangan bahwa penyakit adalah
kutukan dari Allah karena umat-Nya berdosa, serta Cottard yang meraup keuntungan sebanyak-
banyaknya dari penjualan harga barang-barang yang melambung tinggi.
Epidemi sampar yang menyerang kota Oran telah menjadi masalah yang melibatkan
semua penduduk. Bersamaan dengan situasi Oran yang chaos, Dokter Rieux sebagai pengabdi
masyarakat yang mumpuni merasa kalut dengan situasi sampar tersebut, seperti digambarkan
Camus bahwa “Sepanjang hari Dokter Rieux menyadari bahwa rasa peningnya bertambah setiap
kali dia memikirkan sampar. Akhirnya ia mengakui bahwa dia takut. Dua kali dia masuk ke
kedai kopi yang penuh...”.4 Situasi ini semakin chaos tatkala Dokter Rieux harus menghadapi
fakta bahwa “... begitu pintu kota tertutup, mereka sadar bahwa semua, termasuk penulis sendiri,
bisa dikatakan senasib sepenanggungan, dan harus menerima hidup dalam keadaan yang baru”.5
Dengan setting cerita seperti itu, Camus mengajak pembacanya untuk memikirkan ulang
langkah yang bisa diambil. Camus menempatkan eksistensi manusia dalam kemampuan
penduduk Oran untuk mengambil keputusan dan tindakan dalam menghadapi wabah penyakit di
3 M. Sastrapratedja, Manusia Multi Dimensional, (Jakarta: Gramedia, 1982), 15. 4 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), (Jakarta: Yayasan Obor, 1985), 49.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Oran, sebagai wujud ke-ada-an mereka sebagai manusia. Di tengah kegamangan, kebimbangan,
dan kecemasan masyarakat, pilihan yang tersedia amat terbatas. Pilihan tersebut bermuara ke dua
hal: mementingkan diri sendiri atau mementingkan kepentingan seluruh penduduk. Dengan tidak
menampilkan penilaian moral atas aneka perilaku tokoh-tokoh dalam cerita dan memberi pilihan
kepada pembaca untuk membaca tujuan dan maksud perilaku para tokoh, Camus mempertegas
pandangannya bahwa pergulatan manusia tampak dalam memilih suatu pilihan sikap dan
tindakan tertentu sebagai sebuah wujud ke-ada-an dirinya. Manusia harus siap tatkala harus
berhadapan dengan pilihan-pilihan sosial yang seringkali tidak memberi ruang bagi masing-
masing individu untuk memilih sebuah pilihan dan tindakan dengan bebas.
Absurditas sebagai kontradiksi antara dunia irasional dengan keinginan manusia akan
kejelasan mendorong manusia terus-menerus mencari keterangan atas kemalangan, bencana dan
tujuan hidupnya.6 Dalam situasi ambang batas seperti ini, realita menjadi cermin diri, menuntut
seseorang untuk segera mengambil pilihan, berkomitmen untuk mengambil suatu tindakan, serta
berjuang mengatasi irasionalitas peristiwa. Absurditas menjadi kesempatan bagi seseorang untuk
lebih jujur terhadap diri sendiri. Terhadap kegagalan, manusia tidak harus hadir sebagai
‘pahlawan kesiangan’.7 Dalam situasi sulit yang penuh dengan kecemasan –di mana situasi serba
tidak jelas– manusia sesungguhnya mendapat kesempatan untuk membuktikan ke-ada-annya
melalui aneka macam pilihan dan tindakan yang diambil. Kebebasan menjadi kesempatan
manusia untuk melampaui situasi yang absurd. Dengan demikian, Camus seolah-olah mau
mengatakan bahwa: “Kita bukan kaum sado-masokis yang justru menikmati penderitaan tanpa
mencari jalan keluar. Kita harus melawannya!”.
Situasi dunia di tengah pandemi Corona Virus Disease-19 ini kiranya relevan dengan
novel “Sampar” karya Albert Camus ini. Totalitas pelayanan Dr. Rieux sekarang dapat kita lihat
dalam diri para tenaga medis yang sungguh-sungguh memberikan diri untuk menangani para
penderita Corona Virus Disease 19. Kegelisahan dan ketakteraturan diri penduduk Oran dapat
kita lihat dalam diri sebagian masyarakat Indonesia yang cenderung menyalahkan pemerintah
tanpa berbuat banyak untuk membantu meringankan orang-orang yang terkena dampak Corona
Virus Disease 19. Peran media yang memframing kasus pandemi sampar di Oran dapat kita lihat
dalam aneka macam pemberitaan tentang Corona Virus Disease 19 –terlebih media sosial– yang
6 M. Sastrapratedja, Manusia Multi Dimensional, 23. 7 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 62.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
sering diisi oleh berita palsu (hoax) yang menebar teror dan ketakutan, daripada sebuah
kenyataan dan harapan. Egoisme Rambert dapat kita lihat korelasinya dengan situasi sekarang,
terutama dalam diri beberapa orang yang hanya mementingkan dirinya tanpa memerdulikan
keselamatan orang lain (misalnya tetap berkerumun di tengah ruang publik walaupun ada
larangan untuk tidak berkerumun karena berpotensi ‘ambil bagian’ dalam mata rantai
penyebaran Corona Virus Disease 19). Pandangan Pastor Paneloux yang melihat penyakit
sebagai kutukan dari Allah dapat kita lihat dalam diri beberapa pemuka agama yang
menggunakan momen Corona Virus Disease 19 untuk memolitisir agama tanpa memberikan
solusi praktis apapun terhadap pencegahan atau penanganan Corona Virus Disease 19. Cottard
yang meraup keuntungan melimpah dari harga penjualan barang-barang yang melambung tinggi,
dapat kita lihat dalam sekelompok oknum pedagang yang menggunakan momen Corona Virus
Disease 19 untuk menimbun barang serta menjualnya dengan harga yang sangat tinggi, sehingga
tidak mudah dijangkau orang-orang miskin yang justru lebih rentan terkena Corona Virus
Disease 19.
Lantas, dengan sedikit mengulik ke dalam novel “Sampar” dan mencoba membaca situasi
masyarakat di tengah pandemi Corona Virus Disease-19 ini, apa yang dapat kita lakukan sebagai
mahasiswa? Apakah kita hanya diam saja dan menjadikan forma “Ya sudahlah, terima saja, mau
bagaimana lagi?” sebagai ‘jalan ninja’ kita, dan itu berarti kita pasrah terhadap seluruh situasi
tanpa merasa perlu menghadapinya? Melalui pembacaan saya terhadap novel “Sampar” karya
Albert Camus, setidaknya ada beberapa langkah yang dapat kita ambil dari karya sastra ini, yang
mempertegas identitas kita sebagai manusia yang ‘menolak kalah’ dengan pandemi ini,
misalnya:
• Pertama, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk rendah
hati dan mengakui sebuah fakta dalam kehidupan, di mana manusia dan
masyarakatnya tidak pernah lepas dari sebuah masalah. Menurut Camus, seluruh
keberadaan manusia adalah sebuah absurditas. Kejahatan dan kebaikan adalah
sebuah faktisitas murni dalam rangkaian kehidupan manusia, yang seringkali
menyergap secara tak terduga.
• Kedua, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk tidak tinggal diam dalam menghadapi absurditas, melainkan harus menentukan
sikapnya. Absurditas harus dikalahkan dengan pemberontakan (La ravolte),
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
sebagai wujud eksistensi (ke-ada-an) dan kebebasan manusia8. Maka, setelah
dengan penuh kesadaran diri masing-masing individu menerima bahwa dirinya
terbatas, hal yang penting dilakukan adalah berupaya keluar dari keterbatasan itu
dan melampauinya. Dengan cara apa? Dalam novel “Sampar”, hal ini nampak
dalam keinginan masyarakat untuk bahu-membahu dalam ‘mengambil peran’
sosial. Masing-masing tokoh dalam novel “Sampar” sudah mencoba mengambil
peran sosial, entah baik ataupun buruk. Lantas, apa relevansinya untuk situasi
kita saat ini? Dari pembacaan kita akan novel “Sampar” ini, ada beberapa hal
yang bisa kita lakukan. Di tengah situasi yang penuh dengan kegamangan,
kebimbangan, dan kecemasan ini, upaya dasariah yang paling mumpuni untuk
kita lakukan sebagai mahasiswa dan warga negara adalah memilih untuk menaati
perintah physcial distancing dari pemerintah demi memutus mata rantai
penyebaran Corona Virus Disease-19. Pilihan tindakan ini adalah sebuah
tindakan nyata untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri, namun membawa
kesejahteraan bersama (bonum commune). Physical distancing dapat menjadi
kesempatan untuk mengembangkan kepekaan sosial dan solidaritas kita terhadap
orang-orang yang membutuhkan. Apabila situasi memungkinkan, kita sebagai
mahasiswa –tentu dengan memperhatikan protokol dari pemerintah– dapat ambil
bagian dalam tindakan karitatif (pelayanan kasih), misalnya dengan menjadi
sukarelawan medis di beberapa rumah sakit ataupun turut berbagi nasi bungkus
dan sembako kepada para pekerja harian yang terkena dampak pandemi ini,
seperti yang dilakukan beberapa teman kita dari berbagai komunitas9
• Ketiga, melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk
menghadapi masalah eksistensial manusia secara holistik. Seperti yang terdapat
dalam novel “Sampar” dan juga dunia kita saat ini, ada banyak orang yang tidak
hanya mengalami kegelisahan secara ekonomi, melainkan secara psikis pula.
Berada dalam tegangan kejelasan dan ketidakjelasan, amat wajar kalau banyak
8 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 186.
9 Misalnya, seperti yang dilakukan oleh komunitas The Messenjah di Pringwulung setiap hari Kamis. Saya sendiri berusaha untuk berpartisipasi dalam kegiatan membagi nasi bungkus kepada para pekerja harian (pemulung, tukang becak, tukang sapu jalanan, dan sebagainya) yang terkena dampak pandemi ini.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
orang merasa stress, terasing, dan sepi. Menghadapi keterasingan yang ‘sepi’,
kita sebagai kaum milenial dapat melawannya dengan mengubah arah perhatian
kita untuk tidak melulu fokus pada kabar penularan Corona Virus Disease-19
yang terus meroket –apalagi banyak berita yang disertai dengan hoax– dan
menggunakan waktu-waktu senggang yang ada untuk mengembangkan
kegemaran, sehingga kita dapat menjadi influencer-influencer baru yang dapat
menyebarkan energi positif kepada orang-orang yang kita jumpai. Selain berguna
untuk kesehatan jiwa dan raga kita, energi positif yang kita bawa juga berdampak
terhadap orang-orang yang kita temui. Dengan demikian, Study From Home
tidak lantas membuat kita mati gaya dan tidak produktif, melainkan menjadi
kesempatan yang berlimpah ruah untuk mengaktualisasikan diri kita, mengolah
rasa kebosanan kita secara lebih kreatif dan produktif, serta menjadi ‘kabar baik’
bagi orang-orang di sekitar kita
• Keempat, bagian akhir novel “Sampar” yang cukup mengagetkan saya sebagai
pembacanya, bahwa “barangkali pada suatu hari, guna kemalangan tikus-tikus,
kemudian menyuruh mereka mati di tempat-tempat terbuka, di suatu kota yang
bahagia”.10 Kalimat ini saya tangkap sebagai semacam ramalan Camus bahwa
sebuah pandemi secara ontologis pasti akan berulang kali dalam hidup manusia.
Lantas, pandemi ini dapat menjadi sebuah momentum yang dapat melatih kita
sebagai kaum muda untuk memiliki tenggang rasa. Langkah-langkah pembiasaan
yang ditetapkan pemerintah untuk rajin mencuci tangan, menggunakan masker
apabila sedang batuk atau flu, makan makanan yang sehat, serta melakukan
karantina diri apabila merasakan simtom-simtom Corona Virus Disease-19 ini
diharapkan dapat menjadi sebuah langkah untuk membiasakan diri dalam
bertenggang rasa. Dengan kata lain, upaya-upaya ini mendidik kita untuk
menyadari bahwa kita tidak sendirian saat tinggal di bumi ini.
10 Albert Camus, Sampar (terjemahan Nh. Dini), 386.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Kesimpulan dan Penutup
Melalui “Sampar”, Albert Camus mengajak pembacanya untuk melihat penderitaan
sebagai realita kehidupan yang tidak bisa ditolak. Lantas, yang seharusnya berbeda adalah cara
pandang kita terhadap penderitaan. Terutama sebagai civitas academica, kita sebagai mahasiswa
harusnya mampu melihat pandemi Corona Virus Disease-19 ini sebagai momen yang
merecovery cara pandang kita terhadap pergulatan hidup. Pengalaman hidup eksistensial
seyogyanya membuat kita dapat melihat sesuatu yang baik di balik penderitaan. Dengan
demikian, cara pandang kita akan kehidupan mencapai sebuah titik baru, di mana dapat kita
temukan bahwa: di dalam yang baik selalu ada yang buruk, dan di dalam yang buruk selalu ada
yang baik.
Sebagai generasi muda, momen wabah Corona Virus Disease-19 ini mengundang kita
untuk menyatakan jati diri kita. Kita diundang untuk tidak lantas berpangku tangan, berpasrah,
dan hanya mengeluh dalam menghadapi pandemi ini. Tindakan-tindakan nyata kita yang kreatif,
kiranya dapat kita aplikasikan dalam kehidupan nyata. Tindakan-tindakan inilah yang menjadi
bukti bahwa kita semua adalah warga dunia yang yang tentu tidak diam atas penderitaan,
melainkan memilih menggunakan kesempatan besar yang tersedia ini untuk menyatakan jati diri
kita sebagai warga dunia yang berani untuk bersolider. Semoga demikian dengan kita!
DAFTAR PUSTAKA:
Buku:
• Sastrapratedja, M. 1982. Manusia Multi Dimensional. Jakarta: Gramedia.
• Camus, Albert. 1985. Sampar (terjemahan Nh. Dini). Jakarta: Yayasan Penerbit Obor
Sumber Internet:
• Internet Encyclopedia of Philosophy, “Albert Camus (1913-1960)”, diakses dari https://www.iep.utm.edu/camus/ pada 16 Mei 2020 pukul 12:12.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian 20,00
https://www.iep.utm.edu/camus/
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
2. Orisinalitas 30,00 3. Analisis Masalah dan isi 47,88
TOTAL 97,88
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Nama : Laura Enting Sufandy
NIM 171434039
Prodi : Pendidikan Biologi
Judul Esai : Blended Learning: Model Pembelajaran Efektif Di Tengah
Pandemi
Penyebaran virus Sars-Cov-19 di Indonesia memberikan dampak besar
terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Menteri Pendidikan melalui Surat Edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa
Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), menghendaki agar seluruh peserta didik
bisa mendapatkan layanan pendidikan yang optimal namun tetap mengutamakan
protokol kesehatan guna memutus rantai Covid-19 semaksimal mungkin. Kondisi
ini membuat Universitas Sanata Dharma menerapkan kebijakan kuliah daring atau
kuliah online. Proses perkuliahan yang semula bersifat konvensional (tatap muka di
kelas) harus bertransformasi menjadi perkuliahan daring (online) yang dapat
dilakukan tanpa terbatas tempat dan waktu.
Perubahan sistem pembelajaran yang mendadak membuat banyak pihak
belum siap sepenuhnya untuk melakukan pembelajaran secara daring (online).
Universitas Sanata Dharma sudah melakukan kuliah daring selama lebih dari empat
bulan. Selama perkuliahan daring, banyak mahasiswa yang mengeluh bosan dan
jenuh karena metode pengajaran dirasa semakin monoton dan tidak efektif. Banyak
pengajar yang masih gagap dalam melakukan pengajaran menggunakan sistem
online, karena terbiasa melakukan perkuliahan secara konvensional.
Selama kuliah daring, kebanyakan dosen juga baru memanfaatkan Moodle
sebagai sarana pembelajaran online. Keterbatasan pada aplikasi Moodle membuat
banyak dosen hanya menggunakannya sebagai tempat "meletakkan" bahan ajar dan
tugas. Beberapa dosen juga tidak memberikan umpan balik atau feedback
(penjelasan dan klarifikasi) atas materi yang telah dipelajari. Sebagai gantinya,
dosen justru memberikan tugas yang porsinya lebih besar daripada kegiatan
pengajaran. Harapan bahwa tugas dapat membantu mahasiswa untuk lebih aktif,
kreatif, dan mampu belajar secara mandiri nyatanya tidak sesuai. Tugas-tugas
tersebut justru menambah beban mahasiswa, karena diberikan dalam porsi banyak
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
dan waktu pengerjaan yang singkat serta seringkali bersamaan dengan pengerjaan
tugas pada mata kuliah lainnya.
Proses transisi dari sistem perkuliahan konvensional menjadi perkuliahan
daring menuntut mahasiswa, dosen, dan elemen pembelajaran lainnya untuk
sesegera mungkin beradaptasi dan melek teknologi. Universitas perlu menerapkan
model pembelajaran baru agar perkuliahan tetap berjalan optimal seperti Blended
Learning. Blended learning merupakan perpaduan antara bentuk pembelajaran
online dan konvensional (tatap muka). Model ini banyak mengkombinasikan
metode pembelajaran konvensional (ceramah dan tatap muka) dengan metode
belajar mandiri (proyek, penugasan, dan lab) dan belajar secara online seperti E-
learning, ICT (Information and Communication Technology) dan Multimedia.
Model pembelajaran ini bisa digunakan sebagai alternatif selama masa transisi
menuju pembelajaran online yang seutuhnya.
Blended learning dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pembelajaran. Dengan blended learning, para pelaku kegiatan pembelajaran di
perguruan tinggi dapat memanfaatkan aksesibilitas komponen online dengan
instruksi ruang kelas tradisional dan dapat memperluas kurikulum tanpa menambah
waktu penyelesaian program. Proses pembelajaran juga lebih berpusat pada
mahasiswa. Peran dosen yang semula sebagai "pemberi ceramah" akan berubah
menjadi seorang fasilitator, pendamping, pembimbing, sekaligus partner bagi
mahasiswa untuk mengembangkan skill dan pengetahuannya.
Blended learning dengan model Enriched-Virtual sangat cocok diterapkan
untuk perkuliahan selama masa new normal ini. Dengan model Enriched-virtual,
pembelajaran yang selama beberapa bulan terakhir dilakukan secara online
sekarang dapat dipadukan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran dapat
dilakukan secara live event, yaitu pembelajaran secara tatap muka pada tempat dan
waktu yang sama (classroom) atau pada waktu yang berbeda namun di tempat yang
sama (virtual classroom). Virtual classroom dapat digunakan untuk
memaksimalkan perkuliahan secara online dan meminimalisir perkuliahan secara
tatap muka di kelas. Ini tentu sejalan dengan kerinduan mahasiswa untuk bisa
menghadiri kuliah secara tatap muka di kampus. Dosen dan mahasiswa bisa
melakukan pembelajaran online secara tatap muka dengan memanfaatkan aplikasi
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
video conference seperti google meeting dan zoom. Perkuliahan tatap muka di kelas
dapat dilakukan satu atau dua kali dengan tetap memperhatikan protokol
keselamatan dan membatasi jumlah mahasiswa dalam satu kelas.
Blended learning memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melakukan
pembelajaran secara mandiri sesuai dengan gaya belajar mereka. Kombinasi
perkuliahan dengan tatap muka dan kuliah online akan memberikan pengalaman
belajar yang lebih interaktif. Porsi kuliah online yang lebih besar juga dapat
memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan berbagai bentuk materi pembelajaran
yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja dengan internet. Proses belajar juga
akan lebih menyenangkan dan tidak monoton, karena menggunakan metode dan
media pembelajaran lebih variatif.
Pembelajaran juga dapat dilakukan secara Self-Paced Learning, yaitu
mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri yang
tidak terbatas waktu, tempat, dan akses bahan belajar. Materi yang bersifat
konseptual atau pemahaman dapat disajikan dalam bentuk text maupun multimedia,
sedangkan materi yang bersifat prosedural atau membutuhkan praktik di
laboratorium dapat disajikan dalam bentuk animasi atau simulasi berbasis
komputer. Mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktik seperti di laboratorium
nyata dengan bantuan virtual laboratory. Akan tetapi, media ini masih memiliki
keterbatasan, yaitu hanya dapat dijadikan sebagai bahan tutorial. Mahasiswa tetap
membutuhkan praktik langsung di dalam laboratorium untuk membuktikan
berbagai macam teori dan fenomena yang telah dipelajari. Seluruh bahan ajar
tersebut dapat dikirimkan secara online dalam bentuk streaming video, streaming
audio maupun e-book yang dapat diakses melalui Moodle, Youtube atau Google
Clasroom.
Dosen dan mahasiswa juga dapat berkolaborasi untuk menciptakan
komunikasi yang aktif dan bermakna melalui berbagai media komunikasi seperti E-
mail, chatroom, website, weblog, atau forum diskusi online lainnya. Komunikasi ini
memberi kesempatan kepada dosen dan mahasiswa untuk melakukan pendalaman
materi maupun problem solving bersama-sama. Dengan ini, hasil belajar
mahasiswa diharapkan dapat terus meningkat.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Hasil belajar dalam blended learning dapat diukur menggunakan kombinasi
assesment tes (ulangan atau kuis) dan non tes (portofolio, tugas project, pembuatan
produk, dan lain sebagainya). Assesment yang diberikan sebaiknya dapat
dikerjakan secara mandiri menggunakan bantuan ICT dan dapat dikirimkan secara
online. Dengan begitu, mahasiswa akan lebih cepat beradaptasi dengan sistem
pembelajaran online.
Blended learning juga memungkinkan pembelajaran dilaksanakan online
sepenuhnya. Melalui Web Enchanced Course, dosen Dan mahasiswa diharapkan
bisa memanfaatkan internet dan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Dengan internet, mahasiswa dapat melakukan konmunikasi
dengan dosen, dengan teman, dengan anggota kelompok, bahkan dengan
narasumber lain. Pembelajaran online juga membutuhkan bahan ajar yang menarik
dan mudah di pahami. Oleh karena itu, dosen dan mahasiswa harus bisa
bekerjasama untuk mencari dan menemukan metode dan media belajar yang
variatif dan inovatif. Dosen dan mahasiswa juga harus bisa menggunakan,
mengoperasikan, dan mengimplementasikan teknologi dalam proses pembelajaran
online. Dengan begitu, pembelajaran dengan model blended learning dapat
dilaksanakan dengan baik dan diharapkan seluruh elemen pembelajaran bisa lebih
siap untuk melakukan pembelajaran online secara menyeluruh.
Melalui blended learning ini, akses pendidikan, efisiensi serta kualitas
pembelajaran dan pengajaran dapat meningkat. Mahasiswa diharapkan dapat
memanfaatkan media online dan digital untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan problem solving, serta memiliki skill untuk berkomunikasi dan
bekerjasama. Mahasiswa dan dosen juga diharapkan dapat cepat beradaptasi serta
selalu memiliki inisiatif untuk nerkreasi dan berinovasi serta inisiatif untuk
mengakses dan menganalisis informasi guna mencapai pembelajaran online yang
sesungguhnya.
Sumber Pustaka:
Anonim. 2020. Online Learning, Teaching, and Education Continuity Planning for
Schools. United Kingdom: International Baccalaureate Organization.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Fadianta, Sanjaya, G. Y., dan Widyandana. 2013. Meningkatkan Pengetahuan
Mahasiswa dengan Memberikan Fleksibilitas Belajar Mengajar Melalui
Metode Blended Learning. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia, Vol.
2, No. 2, Hal. 1-6.
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 2016. Kebijakan Pendidikan
Jarak Jauh dan E-learning di Indonesia.
Prabowo, H. T. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Multimedia Siswa Kelas XI Multimedia 1
SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Teknik Information Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sari, M. Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21 di Perguruan Tinggi.
Padang: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol.
Suartama, K. 2014. E-learning Konsep dan Aplikasinya. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian 20,00 2. Orisinalitas 30,00 3. Analisis Masalah dan isi 47,35
TOTAL 97,35
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
1
Nama : Theobaldus Deni
NIM 186114041
Prodi : Filsafat Keilahian
Judul Esai : Belajar Online: Jangan Asal Belajar
Pendahuluan
“Pandemi mengubah tradisi kita”. Kiranya inilah gagasan yang awam, muncul
berkelindan dalam diskusi publik: mulai dari cuci tangan setiap hari, penggunaan
masker, hingga perjumpaan antar manusia. Tentu ini berat, karena secara budaya dan
psikologi kita tidak disiapkan. Dari semua pola kebiasaan sosietas yang berubah,
sistem pendidikan pun disentuh kultur baru, face to face menuju screen to screen.
Persoalan yang terjadi adalah, sistem pendidikan berubah namun metodologisnya
masih sama.
Nampaknya, pandemi Covid-19 masih dituduh sebagai penyebab perubahan
sistem. Masih sedikit kalangan yang melihatnya sebagai sebuah paradigma berpikir,
yang menantang sistem, metodologis, termasuk konten pembelajaran. Sistem
pembelajaran yang tidak dilandasi oleh orientasi mengakibatkan kebijakan kuliah
online dianggap mengganggu, sesuatu yang tidak biasa, dan semacamnya. Masih
sedikit mahasiswa yang melihat proses pembelajaran virtual sebagai bagian dari cara
sektor pendidikan berkontribusi terhadap persoalan kebangsaan. Menjawabi tantangan
yang ada, dalam tulisan ini, saya ingin menawarkan gagasan mengenai sistem
pendidikan virtual yang dilandasi oleh orientasi yang mengarah pada kecemasan
global, yang dengannya kaum terdidik yang juga adalah saksi mata merebaknya virus
Corona dapat terlibat dalam usaha pengentasan penyebaran virus, sekaligus implikasi
yang ditimbulkan olehnya dalam cakupan yang lebih luas.
Pembelajaran Virtual sebagai Opsi Fundamental
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
2
Menarik untuk dilihat bahwasannya kendati secara psikologi manusia zaman ini
tidak disiapkan untuk menghadapi implikasi wabah Corona, namun kelihatannya
peradaban manusia menunjukkan kesiapan atribut. Dari aspek eksternal, kita
menjumpai masker, handsanytizer, juga produk makanan dengan asupan vitamin C
yang cukup telah ada jauh sebelum terjadi pandemi (kendati awalnya hanya
digunakan oleh sebagaian kalangan). Demikianpun proses relasi virtual, termasuk
belajar online.
Pandemi terjadi di saat digitalisasi merajai generasi. Tiba-tiba saja di jantung
peradaban, setiap negara dengan begitu cepat memanfaatkan kebijakan virtual sebagai
pengganti tatap muka langsung dalam urusan tata kelola kenegaraan. Dalam aspek
internal, manusia telah dilengkapi oleh sistem kekebalan tubuh sekaligus kemampuan
beradaptasi sebagai senjata pribadi melawan musuh yang tak terlihat namun bergerak
dengan skala cepat. Dari dua sisi ini, mari kita melihat ke dalam sektor pendidikan.
Kita mungkin masih mengetahui bahwa sektor pendidikan berkembang di dalam
sejarah, dengan segala dinamika dan kompleksitasnya. Juga dijumpai bahwa setiap
generasi pada zamannya, kendati secara evolutif, mampu menyesuaikan diri dengan
sistem yang demikian, dari batu tulis, papirus, kertas hingga yang non-kertas atau
virtual. Artinya setiap tantangan dalam sektor pendidikan selalu disertai dengan
kapasitas adaptatif manusia. Karena manusia itu progresif sekaligus dinamis. Yang
dibutuhkan hanyalah rekonsiliasi atau kerjasama antara pelaku pendidikan dan sarana
pendidikan.
Dalam konteks pandemi, kita memang disentuh kultur baru, belajar online.
Namun pada saat yang sama, kita generasi pembelajar saat ini tidak lain adalah
generasi milenial dengan sistem digitalisasi sebagai karakter utama. Bahkan di
beberapa tempat, khususnya di negara-negara yang maju secara teknologi, belajar
online adalah sesuatu yang lumrah. Lalu apa artinya belajar online di tengah pandemi?
Sadar atau tidak, belajar online dalam konteks pandemi merupakan sebuah
pilihan yang paling mungkin diterapkan dalam sektor pendidikan. Artinya, setiap
negara wajib melakukan hal yang sama. Ketika sebuah gerakan dilaksanakan secara
serempak dan dalam tataran global, maka ada suatu kesadaran lain yang harus
dipertimbangkan. Sepertinya belajar online bukan hanya sebuah pilihan yang bersifat
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
3
antropologi, sosiologi, ataupun pedagogi, melainkan suatu pilihan moral, yakni
tanggung jawab setiap kita terhadap kehidupan orang lain. Ini adalah pilihan etis,
sebuah optio fundamental.
Kuliah Online
Berikut ini saya ingin menunjukan implikasi-implikasi dari orientasi belajar online
sebagai suatu bentuk keprihatinan dan solidaritas sosial kita.
Solidaritas
Sejak dikeluarkannya Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam
masa darurat penyebaran coronavirus disease (Covid- 19), maka semua sistem
perkuliahan tatap muka diganti dengan sistem belajar dari rumah secara online.
Kebijakan ini mendorong mahasiswa untuk mengisi waktu dengan mempelajari
berbagai materi di rumah tanpa sibuk ke kampus.
Kebijakan ini sejatinya tidak hanya berhenti pada anggapan bahwa ada perubahan
sistem pembelajaran tatap muka menjadi kuliah online. Model kuliah online di tengah
pandemi sungguh berbeda karena yang diperhitungkan bukan sistem atau konstruksi
pendidikan tetapi soal keprihatinan individu terhadap kecemasan bersama.
Keprihatinan ini merupakan suatu bentuk solidaritas sosial di mana seseorang
berusaha untuk menyelamatkan yang lain di tengah situasi krisis.
Mengikuti pemikiran Emmanuel Levinas (1906-1995), penampakan wajah Yang
Lain menuntut saya untuk bertanggung jawab terhadap kehadiran orang lain.
Tanggung jawab ini tidak hanya bersifat individual tetapi juga komunal karena
kehadiran seseorang juga menampilkan orang lain dibelakangnya. Fenomena itulah
yang kita lakukan di tengah pandemi, bahwa kuliah online bukan hanya sekadar
perubahan tempat dan sistem kuliah tetapi kita dihentakkan oleh kenyataan akan
keberadaan orang lain di tengah krisis pandemi sekaligus berusaha
menyelamatkannya.
Solidaritas kita di tengah pandemi persisnya demikian; kebijakan dalam institusi
pendidikan untuk melaksanakan kuliah online selama masa darurat Covid-19
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
4
merupakan suatu usaha atau jalan di mana kita diingatkan untuk membatasi ruang
geraknya demi orang lain. Seseorang harus merasa memiliki tanggung jawab dan
keprihatinan besar terhadap keselamatan orang lain. Oleh karena itu, kuliah online
adalah jalan menuju solidaritas sosial sebagai belarasa terhadap Yang Lain. Prinsip
dasar perguruan tinggi harus selalu didahulukan, yaitu misi kemanusiaan.
Ekologi
Solidaritas yang dibangun di tengah pandemi juga tidak hanya sebatas pada
manusia tetapi juga lingkungan hidup. Saat ini kita masih memiliki utang besar
terhadap upaya menyelamatkan bumi. Seruan ini juga pernah disampaikan oleh Paus
Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ (2015), bahwasannya semua orang harus
bersolider dengan alam dan bertanggung jawab untuk menjaganya demi generasi
mendatang.
Kerusakan sumber-sumber alam baik tanah maupun hutan disebabkan oleh
desakan konsumtif manusia secara berlebihan. Misalnya saja, penebangan hutan di
Amazon untuk kebutuhan kertas dan yang lainnya. Kita menggunakan semua itu
dengan resiko besar bahwa bumi akan semakin rusak. Maka tugas kita adalah
berusaha untuk menemukan inovasi yang memungkinkan agar penggunaan barang-
barang yang bersumber pada hutan bisa diminimalisasi. Oleh karena itu, kebijakan
kuliah online nampaknya menjadi inovasi dan jalan untuk berbelarasa terhadap
keselamatan bumi. Pola pendidikan ke dalam sistem online bisa mengurangi
penggunaan barang-barang yang selalu bersumber dari eksploitasi alam.
Kebijakan ini sangat berdampak positif terhadap usaha untuk menghijaukan
kembali planet bumi. Yang menjadi penopang perubahan selalu datang dari generasi
muda yaitu mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa menjadi penggerak utama dalam
usaha ini dan perubahan itu sendiri sepenuhnya bergantung pada mahasiswa sebagai
generasi yang produktif.
Pendidkan Meng-global
Di Indonesia, perbincangan mengenai sistem kuliah online lebih terasa pada masa
pandemi Covid-19. Kalau kita melihat secara global bahwasannya kuliah online sudah
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
5
biasa diterapkan dalam pendidikan di Barat. Dosen dan para mahasiswa bisa
berinteraksi via online. Mahasiswa biasa menggunakan platform digital untuk
berdiskusi. Singkatnya ruang maya sudah sangat biasa dijelajah. Pendidikan seperti
ini tentu menjadi cita-cita bangsa Indonesia. Mahasiswa harus bisa bersaing secara
global dengan memanfaatkan pola pendidikan online.
Kebijakan kuliah online memang sudah cukup biasa dilakukan di tingkat
perguruan tinggi di Indonesia. Misalnya, dosen yang berhalangan bisa memberi
materi via online tetapi mahasiswa tetap hadir di kelas. Namun, bedanya adalah
sebelum pandemi sistem kuliah seperti itu belum diberi perhatian khusus di dalam
sistem pendidikan kita tetapi sekarang di tengah pandemi ini kuliah online serius
dijalankan bahkan diberi perhatian penuh. Mahasiswa mengikuti kuliah via online
dari rumah atau tempat tinggal masing-masing. Mahasiswa tidak perlu hadir di kelas,
semuanya dilakukan secara online.
Di tengah pandemi ini, melalui sistem kuliah online nampaknya pendidkan
Indonesia bisa perlahan mengglobal. Saat ini, mahasiswa memiliki waktu yang cukup
banyak untuk bisa menelusuri berbagai sumber pengetahuan baik yang berbasis
internet maupun media cetak yang bisa dijangkau. Selain itu, tentu akan banyak
kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas yang bisa menunjang perkembangan
wawasan pribadi. Masa pandemi menjadi berkat bagi mahasiswa yang sungguh-
sungguh mengembangkan kapasitas intelektualnya.
Untuk mengikuti pola pendidikan global yang dilakukan secara online maka
muncul suatu tuntutan baru bagi mahasiswa di mana ada kewajiban untuk fasih
mengeksplor dunia digital. Institusi pendidikan mesti membekali para mahasiswa
dengan pengetahuan yang memadai untuk menjelajah sistem online yang difasilitas
oleh berbagai platform digital seperti Padlet, Google Classroom, Gallery Walk, Line
Group, WAG, Google Hangout, Zoom, Google Meet, Youtube, Whatsapp, Instagram,
LMS Belajar dan patform digital lainnya.
Mahasiswa yang menggunakan berbagai platform digital seperti itu akan
mewajibkan dirinya untuk secara terus menerus mengeksplorasi dan mengasah
kemampuan dalam penggunaan media online.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
6
Ia bisa menjelajah dan memilih sarana digital yang paling baik untuk digunakan.
Dengan itu, mahasiswa kian jauh dari istilah gaptek (gagap teknologi) dan semakin
banyak orang yang lebih maju dalam pengembangan teknologi. Mimpi-mimpi negara
kita untuk memanfaatkan kemajuan industri 4.0. dan persaingan artificial intelligence
di masa mendatang semakin jelas. Indonesia bisa optimis dalam persaingan dan
kolaborasi anak bangsa secara online. Akhirnya, kita menuju era Homo digitalis.
Melalui sistem belajar online ini, cita-cita Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia, Nadiem Anwar Makarim yang pernah membicarakan soal kebijakan
Merdeka Belajar bisa semakin melebarkan jalannya. Merdeka Belajar pada perguruan
tinggi yang bertajuk Kampus Merdeka persisnya terletak di sini, yaitu kemampuan
mahasiswa untuk meluaskan cakrawala pengetahuan secara mandiri dan
mengembangkan kreatifitas praktis.
Pembimbing akademik ataupun para dosen hanya membantu untuk membenahi
apa yang diperlukan. Selama perkuliahan dilakukan secara online, peluang untuk
menelusuri, mengeksplorasi secara pribadi sumber-sumber pengetahuan dan
membekali diri dengan pengetahuan berbasis digital bisa ditingkatkan. Dalam hal ini,
kemampuan kognisi seseorang benar-benar diuji. Seseorang harus berjuang secara
mandiri dalam belajar. Peluang ini, harus benar-benar dimanfaatkan karena
kemampuan mengeksplorasi pengetahuan akan menentukan kualitas akademis
seorang mahasiswa yang berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan.
Kebiasaan Umum
Pelaksanaan kuliah online di tengah pandemi terkesan mendadak dan kurang
produktif. Persiapan pendidikan kita belum matang untuk menjalankan kuliah online.
Kebiasaan umum masyarakat Indonesia adalah merasa belum terbiasa dengan kuliah
online. Belum ada pembekalan dan perngenalan kepada masyarakat dan mahasiswa
sebelum pandemi terjadi. Ini semestinya bukan hanya tugas pemerintah tetapi tugas
setiap orang terutama kaum akademis yang bisa mengedukasi masyarakat demi
kemajuan dan kemapanan kemanusiaan kita.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
7
Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya paham soal kuliah online sehingga
hambatan dan tantangan sering terjadi. Hambatan bisa datang dari masyarakat dan
mahasiswa itu sendiri yang tidak disiplin dan tidak menganggap serius pelaksanaan
kuliah online.
Ada kebiasaan bahwa, kita harus mengingatkan keluarga atau orang terdekat jika
ingin melakukan video conference di rumah. Kita harus mencari tempat yang sunyi
dan harus berkompromi dengan banyak orang di sekitar untuk memberikan suasana
tenang. Persoalan sederhana seperti itu bisa menggarisbawahi soal pengetahuan,
pemahaman, dan penerimaan masyarakat tentang kuliah online.
Persoalan seperti ini jarang sekali terjadi di negara maju, sebab mereka sudah
mendidik masyarakat dan memperkenalkan teknologi dan penggunaannya. Misalnya;
untuk negara maju dalam Riset Work From Home ( WFH) selama era new normal,
tercatat koresponden yang bersedia untuk bekerja remote dalam beberapa waktu untuk
sepanjang kariernya sekitar 98 persen. Dari 98 persen tersebut, 32 persen koresponden
yang suka bekerja di rumah karena fleksibel. Ada 26 persen yang suka bekerja di
mana saja dengan internet dan laptop. Sekitar 21 persen, merasa senang karena hemat
energi dan tidak perlu berpergian.
Fasilitas
Keterbatasan fasilitas internet tidak jarang terjadi di Indonesia. Menurut
penelitian dari WebsiteToolTester (11/2019), dari total 207 negara, Indonesia berada
di posisi ke-92 dengan kecepatan rata-rata hanya 6,65 Mbps. Dengan kecepatan
seperti ini, tentu akan banyak hambatan dalam penggunaan internet untuk seluruh
wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, banyak wilayah di Indonesia yang tentunya
belum sejahtera soal pemanfaatan jaringan internet. Apalagi kalau kuliah online
diikuti dari kampung yang berada jauh dari pusat kota.
Pengolahan jaringan yang terbatas dan terlambat memengaruhi jalannya kuliah
online. Hambatan ini akan masih menjadi tugas besar negara Indonesia untuk
menjamin mutu pendidikan ketika sungguh-sungguh dilakukan secara online. Kalau
tidak diatasi maka kuliah online tidak akan membawa kita kepada persaingan
pendidikan global.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
8
Memang internet menyediakan berbagai sumber pengetahuan tetapi tidak
semuanya bisa diakses. Mahasiswa mesti membayar untuk bisa mengakses suatu
artikel, buku, majalah dan lain sebagainya. Ini adalah suatu tantangan yang berat.
Oleh karena itu, umumnya dalam keadaan ini seseorang terjebak pada menurunnya
produktifitas akademis dan masalah psikologi tertentu seperti stres akademis.
Kalau mahasiswa tidak cerdas untuk memaknai proses kuliah online maka bisa
saja hilangnya kreatifitas. Oleh karena itu, masa ini merupakan suatu tantangan bagi
seorang mahasiswa untuk benar-benar mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dirinya
dalam hal kreatifitas dan belajar mandiri.
Penutup
Masa pandemi ini mendorong kita untuk beradaptasi pada suatu keadaan yang
baru atau the new normal. Para mahasiswa dan dosen juga beradaptasi dengan kuliah
online.
Kuliah online harus menjadi bagian dari seruan kemanusiaan. Perguruan tinggi
memiliki prinsip untuk kemanusiaan. Artinya, praktek belarasa dan solidaritas
kemanusiaan di tengah pandemi bisa dijalankan melalui adanya kuliah online.
Kuliah online mesti dilihat sebagai suatu sumbangan solidaritas kemanusiaan dan
solidaritas ekologis di tengah pandemi. Kuliah online tidak hanya sekadar
rekonstruksi bangunan pendidikan tetapi rekoleksi diri terhadap keprihatinan sosial
demi kesejahteraan manusia.
Dengan platform digital, kita akhirnya semakin dekat dengan evolusi sebagai
homo digital. Ruang untuk menjajakan dunia maya atau online semakin berkembang.
Kita optimis menuju pendidikan yang mengglobal melalui jaringan.
Kuliah online juga menjadi kritikan bagi pemerintah untuk menata masyarakat
dan memberikan pendidikan yang jelas agar terbebas dari belenggu keterbelakangan
pendidikan. Masyarakat dan mahasiswa pertama-tama harus dibekali oleh
pengetahuan dan pembentukan sumber daya manusia. Kemudian, barulah
rekonstruksi sistem dan infrastruktur yang selalu menjadi hambatan kita untuk
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
9
berkembang. Sehingga, kesejahteraan di Indonesia adalah kesejahteraan bagi seluruh
rakyat bukan hanya sebagian orang yang cukup beruntung oleh karena kemajuan
teknologi.
Semua implikasi yang saya maksudkan diatas adalah orientasi kuliah online di
tengah pandemi. Kita semua adalah saksi mata dan generasi inilah yang akan
bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa Indonesia di masa mendatang
setelah pandemi ini.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
10
DAFTAR PUSTAKA
Levinas, Emanuel. On thinking of the other, transleted from, entre nous: Essais Sur le
penser-ã-l-autre, by Michael Smith and Barbara Harshav,. (London: The Athlone
Press, 1998).
Hand Seãn. The levinas reader,. (USA: Black Well oxford Uk and Cambridge, 1989).
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Surat Edaran Nomor 4
Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid- 1 9)
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Surat Edaran Nomor I
Tahun 2020 Tentang Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan
Peserta Didiik Dan Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran
2020/2021.
https://tirto.id/evs2, diakses pada 12 Juni 2020, pkl. 18.30 pm.
https://www.mdpi.com/2071-1050/10/2/415, diakses pada 29 Mei 2020, pkl.
21.10.pm.
https://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv:04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be0
6149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f
5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7e. diakses pada 13 Juni 2020, pkl. 22.11. pm.
https://tirto.id/evs2https://www.mdpi.com/2071-1050/10/2/415https://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv%3A04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be06149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7ehttps://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv%3A04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be06149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7ehttps://jdih.kemdikbud.go.id/?service=srv%3A04.0jdih&ref=3ef1o1ea7xi92f90twna66be06149056ce8f6a1u513ffgp1f5j555bzfc29eh3afffsevlbqcc6e7a15eaa65956ffafeae56f0f5f0a1ffrby1bb329m90f31bf9k4bc7e
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
11
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunik
asi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm
medium=desktop. diakses pada 2 Juni 2020, pkl. 11.13. am.
Penilaian Juri:
1. Kesesuaian 20,00 2. Orisinalitas 30,00 3. Analisis Masalah dan isi 47,34
TOTAL 97,34
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunikasi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm_medium=desktophttps://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunikasi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm_medium=desktophttps://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/25/180400420/apa-perbedaan-berkomunikasi-virtual-di-negara-maju-dan-negara-berkembang-?utm_source=nativeinarticle&utm_medium=desktop
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Nama : Yoga A.Pongtuluran NIM 192314047 Prodi : Ilmu Ekonomi Judul Esai : Penerapan Metode Six Thinking Hats Dalam Menilai Keberlangsungan
Sistem Perkuliahan Online
Pendahuluan Terhitung sejak diumumkannya wabah covid-19 sebagai pandemi, dan diberlakukannya
rotokol kesehatan di berbagai negara yang berimbas pada pengurangan aktifitas kontak fisik
secara langsung, menyebabkan berbagai Institusi yang ada harus menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut. Institusi pendidikan adalah salah satu yang harus melakukan penyesuaian
dengan mengalihkan kegiatan belajar-mengajar ke sistem daring. Di Indonesia sistem
pembelajaran secara daring saat ini telah diterapkan dalam Institusi pendidikan tinggi. Metode
perkuliahan secara daring ini adalah cara yang paling efektif dan yang terbaik sejauh ini dalam
menghadapi situasi wabah covid-19. Namun ada pertanyaan lanjutan yang perlu kita ketahui,
yaitu apakah metode perkuliahan secara daring harus terus diterapkan setidaknya hingga akhir
tahun, atau hingga virus corona benar-benar menghilang ?, atau apakah metode perkuliahan
tatap muka secara langsung harus segera kembali diterapkan menjelang masuknya perkuliahan
semester ganjil tahun ini dan tentunya dengan penerapan protokol kesehatan ?.
Permasalahan keberlangsungan sistem perkuliahan online tersebut tentu menimbulkan
pro dan kontra di kalangan pelajar dan pengajar. Maka dari itu dalam esai ini akan digunakan
metode Six Thinking Hats yang selanjutnya akan saya sebut sebagai metode ‘enam topi
berpikir’. Jadi metode enam topi berpikir adalah metode penyelesaian permasalahan dengan
melihat suatu masalah dari berbagai prespektif yang berbeda, dan prespektif tersebut di
metaforakan ke dalam berbagai jenis warna topi yang terdiri dari: topi putih yang berfokus
pada informasi dan fakta, topi merah yang berfokus pada intuisi dan emosi, topi hitam yang
mempunyai peran mengkritisi dan selalu melihat sisi negatif suatu subjek, topi kuning yang
berfokus pada nilai positif dan manfaat, topi hijau yang berfokus pada pemikiran kreatif dan
ide-ide baru, dan topi biru yang berfokus pada penyelarasan pemikiran dari kelima topi tersebut
dan memberikan kesimpulan dari hasil pemikiran topi-topi tersebut. Metode ini diperkenalkan
oleh Edward De Bono, dan dikatakan bahwa metode ini jauh lebih baik dalam memberikan
pemaparan secara komprehensif dibandingkan dengan metode berdiskusi secara argumentatif.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Oleh karena itu saya akan menggunakan metode ini dalam merumuskan pertanyaan
seputar keberlanjutan sistem perkuliahan online. Pertanyaan-pertanyaan dasar yang akan
dibahas adalah apakah perkuliahan online harus tetap dilanjutkan pada semester ganjil tahun
ini ?, bagaimana dampaknya terhadap mutu pendidikan di Indonesia ?, dan apa solusi terbaik
yang bisa kita ambil ?.
Pembahasan Untuk urutan penggunaan topi berpikir terdapat beberapa variasi, namun yang akan saya
gunakan disini adalah variasi orisinal dari Edward De Bono yang secara berurutan dimulai dari:
topi putih untuk mengumpulkan informasi, topi merah untuk mengungkapkan intuisi, topi
hitam untuk mengkritisi, topi kuning untuk melihat nilai, topi hijau untuk memikirkan ide
kreatif, dan topi biru untuk menyimpulkan, serta menentukan langkah-langkah selanjutnya.
• Perspektif topi putih
Kondisi perkuliahan online di indonesia saat ini pada semester genap telah selesai
(memasuki masa jeda semester) di beberapa kampus termasuk di kampus Sanata Dharma,
hanya beberapa kampus saja yang masih menjalankan kegiatan perkuliahan secara daring.
Sampai saat ini, di Indonesia masih belum ada penetapan protokol perkuliahan online yang
tetap dan masing-masing Kampus/Jurusan/Dosen menggunakan metode perkuliahan dan
aplikasi online yang berbeda, misalnya penggunaan aplikasi Whatsapp, Zoom, Webex,
Discord, Portal belajar, dan lain-lain.
Mengenai keberlanjutan perkuliahan secara daring pada semester depan, khususnya di
Universitas Sanata Dharma masih terus dipertimbangkan, namun untuk Fakultas Ekonomi
telah ditetapkan bahwa semeter berikutnya akan tetap berupa perkuliahan secara daring.
Keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nadiem Makarim yang menginstruksikan agar perkuliahan pada semester depan yang akan
dimulai pada bulan Agustus mendatang harus tetap berupa perkuliahan secara Online
mengingat keadaan yang belum pasti, lagi Ia mengatakan bahwa kemampuan beradaptasi bagi
Mahasiswa dirasa cukup baik dalam menghadapi perubahan dibandingkan dengan Siswa
menengah dan atas.
• Perspektif topi merah
Saya pribadi sebagai seorang Mahasiswa merasa bahwa keputusan untuk melanjutkan
perkuliahan secara daring pada semester depan membuat saya cukup sedih, pasalnya dengan
keputusan tersebut banyak kegiatan ‘ekskul’ ataupun kepanitiaan yang terganggu atau
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
dibatalkan. Selain itu saya sebagai seorang Mahasiswa merasa cukup kesulitan dalam proses
mengikuti kegiatan perkuliahan secara online dikarenakan keterbatasan interaksi antar
Mahasiswa dan Dosen, dan yang lebih penting lagi yaitu akibat dari penerapan perkuliahan
Online secara daring membuat banyak Mahasiswa merasa stres dikarenakan terputusnya
hubungan sosial secara langsung dengan Mahasiswa lain dan secara perlahan kehilangan
kemampuan dalam bersosialisasi, maka dari itu saya lebih mengapresiasi apabila kebijakan
perkuliahan online pada semester depan tidak diterapkan lagi atau setidaknya harus ada satu
mata kuliah dengan metode tatap muka secara langsung tentunya dengan penerapan protokol
kesehatan yang sesuai. namun disatu sisi, dengan diberlakukanya perkuliahan online saya jadi
mempunyai banyak waktu untuk menyendiri dan mengintrospeksi diri saya, yang mana hal
tersebut jarang saya lakukan pada waktu-waktu biasa.
• Perspektif topi hitam
Keputusan untuk menerapkan perkuliahan online di masa pandemi tidaklah efektif,
banyak sekali permasalahan-permasalahan yang muncul dikarenakan hal tersebut. Ditambah
lagi adanya kebijakan untuk melanjutkan perkuliahan secara daring di semester depan benar-
benar merupakan kebijakan yang keliru dan tidak efektif. Faktor pertama yang menjadi
permasalahan dalam penerapan metode perkuliahan secara online yaitu adanya keterbatasan
Mahasiswa dari segi biaya dalam mencukupi akomodasi untuk menerapkan perkuliahan online,
Mahasiswa yang memiliki kemampuan finansial yang dibawah rata-rata pastinya akan sangat
kesulitan ketika hendak mengikuti kegiatan perkuliahan secara online, selain itu faktor sarana
prasarana di indonesia yang dinilai kurang memadai seperti jaringan internet yang sangat
lambat mengakibatkan keterbatasan komunikasi antar Mahasiswa dan Dosen, dan ketiadaan
alat pendukung seperti laptop atau komputer untuk beberapa Mahasiswa masih menjadi
kendala terbesar dalam menerapkan sistem ini, akibat dari faktor-faktor tersebut, beberapa
Mahasiswa pastinya akan mengalami ketertinggalan dalam memahami materi perkuliahan.
Selain faktor-faktor diatas, ada beberapa alasan pendukung mengapa perkuliahan online
tidaklah efektif yaitu : faktor yang pertama adalah sistem penilaian yang lemah, seperti yang
kita tahu metode perkuliahan online diterapkan dengan tanpa pengawasan terhadap para
mahasiswa, berbeda dengan metode penilaian secara tatap muka dimana Dosen ataupun
Pengawas melakukan fungsi pengawasan misalnya dalam mengerjakan tugas atau ujian,
namun dalam penerapan metode perkuliahan secara online, banyak terdapat kecurangan-
kecurangan yang dilakukan oleh Mahasiswa dikarenakan tidak adanya pengawasan, seperti
contohnya menyontek saat mengerjakan tugas, kerjasama saat mengerjakan ujian, dll.
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Akibatnya penilaian yang diberikan Dosen tidak seratus persen merepresentasikan kualitas dari
Mahasiswa tersebut. Faktor kedua mengapa kuliah secara online tidak efektif yaitu tidak
adanya protokol yang tetap dan penggunaan media daring yang tetap, akibat dari hal tersebut,
seringkali Mahasiswa dibuat bingung dengan penggunaan media daring dan metode
perkuliahan online yang berbeda dari setiap Dosen. Dan faktor terakhir mengapa perkuliahan
online tidak efektif yaitu adanya permasalahan keamanan yang beresiko terhadap penggunaan
aplikasi pertemuan online, seperti aplikasi Zoom yang baru-baru ini diketahui bahwa telah
terjadinya kebocoran data para penggunanya dikarenakan tidak adanya sistem enkripsi yang
menjamin keamanan datanya, sehingga sewaktu-waktu bisa saja terjadi peretasan akun.
• Perspektif topi kuning
Sistem perkuliahan secara online dimasa pandemi adalah langkah yang terbaik yang bisa
diambil untuk saat ini, dan juga perlu terus diterapkan hingga dirasa bahwa memungkinkan
untuk kembali berkuliah secara normal. Dengan diterapkanya perkuliahan secara online, resiko
penyebaran covid-19 dapat diminimalisir. Bukan hanya di Indonesia saja yang saat ini
menerapkan sistem perkuliahan online, namun di berbagai negara di Dunia juga menerapkan
hal yang sama seperti di Universitas Cambridge yang notabene kurva pertambahan pasien
covid-19 telah menurun namun masih tetap menerapkan sistem perkuliahan online sampai
summer 2021. Terlepas dari manfaat terhindar dari penularan covid-19, ada berbagai manfaat
yang dapat kita peroleh dalam penerapan perkuliahan online. Keuntungan yang pertama dari
penerapan perkuliahan secara online yaitu tempat dan waktu-nya yang efisien, hanya dengan
jaringan internet, kita bisa melakukan kegiatan belajar-mengajar dimanapun itu baik di taman,
di kamar, di kafe, atau di perpustakaan. Tidak ada lagi batasan-batasan formal yang
mengharuskan kita untuk hadir dan duduk di kelas, juga waktu yang lebih fleksibel
memberikan kita kesempatan untuk melakukan aktifitas lain seperti menjalani hobi atau
sekedar bersih-bersih. Keuntungan yang kedua dari penerapan perkuliahan online yaitu
menghemat biaya perjalanan, yang mana biasanya kita perlu menghabiskan ongkos
transportasi untuk berangkat kuliah, dan juga mengeluarkan uang fotokopi, dan uang jajan lain,
ditambah lagi adanya subsidi kuota internet juga memperingan biaya-biaya yang kita habiskan.
Keuntungan yang ketiga dari sistem perkuliahan online yaitu mengajarkan kita untuk disiplin
dan bertanggung jawab, dikarenakan kita menghabiskan banyak waktu tanpa adanya interaksi-
interaksi yang dapat mempengaruhi pemikiran kita, sehingga kita diberikan kesempatan untuk
benar-benar memfokuskan diri terhadap perkuliahan. Dan keuntungan yang keempat yaitu kita
diberikan kesempatan untuk merasakan teknologi, bukan hanya mengajarkan para Mahasiswa
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
untuk menggunakan teknologi, tetapi juga para Dosen dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang ada sehingga kedua pihak baik Mahasiswa dan Dosen dapat sama-sama belajar
dan terus memikirkan ide-ide kreatif mengenai metode perkuliahan online yang terbaik.
Namun keuntungan yang paling utama dengan penerapan sistem perkuliahan online
yaitu dapat meminimalisir penyebaran virus covid-19, dan dengan cara tersebut kita sudah
berpartisipasi dalam memutus rantai penyebaran virus, sehingga akan mempercepat proses
pemulihan dari segi kesehatan, ekonomi, ataupun pendidikan.
• Perspektif topi hijau Solusi terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan seputar
perkuliahan online tanpa menghilangkan manfaat dari sistem perkuliahan online itu sendiri
seperti manfaat efisiensi dan keamanan, dapat diatasi dengan dua pilihan berikut yaitu :
Solusi yang pertama adalah penerapan perkuliahan online sekaligus perkuliahan ofline
yang menyangkut, praktikum, penelitian, dan mata kuliah tertentu. Dengan memberlakukkan
sistem perkuliahan online sekaligus ofline tentunya dengan penerapan protokol kesehatan dan
pembatasan jumlah Mahasiswa per-ruangan, manfaat yang didapatkan dari sistem perkuliahan
secara online dapat dipertahankan, dan kekurangan-kekurangan dari sistem perkuliahan online
juga dapat diatasi dengan pemberlakuan kuliah tatap muka untuk praktikum, yang mana tidak
memungkinkan dilakukan secara online. kemudian ujian secara ofline/tatap muka juga perlu
diterapkan guna menghindari penyalahgunaan situasi dimana para Mahasiswa bisa saja
melakukan kecurangan apabila ujian dilakukan secara online, dan setidaknya harus ada satu
mata kuliah yang harus berupa tatap muka secara langsung supaya menjaga rasa sosial
Mahasiswa dan juga dapat memudahkan proses pembelajaran tentunya dengan penerapan
social distancing dan protokol kesehatan lainnya seperti penggunaan masker, sanitizer, dan
lain-lain.
Solusi yang kedua yaitu membentuk website perkuliahan online yang dapat menyimpan
rekaman pembelajaran, memberikan tugas dan berdiskusi dalam satu tempat, dan pemberian
potongan uang kuliah bagi Mahasiswa-mahasiswa tertentu yang berkekurangan. Konsep
tersebut mirip seperti aplikasi ‘Quiper’ atau ‘Ruangguru’ namun khusus untuk para
Mahasiswa. Solusi ini dapat mempertahankan kebermanfaatan dari sistem perkuliahan online
dalam situasi yang tidak menentu seperti saat ini, dan juga mengatasi permasalahan-
permasalahan perkuliahan online seperti mengatasi permasalahan keamanan data para
Mahasiswa yang biasanya menggunakan aplikasi/website buatan luar negeri yang belum tentu
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
terjamin keamananya. Selain manfaat tersebut, pembuatan website yang dapat menyimpan
video pembelajaran, memuat tugas, dan berdiskusi yang terintegrasi juga dapat mengatasi
permasalahan perbedaan penggunaan media daring yang digunakan para Dosen untuk
mengajar, dan juga lebih mempermudah Mahasiwa.
• Perspektif topi biru
Inti dari kelima perspektif tersebut dapat dirangkum dengan cara sebagai berikut : yaitu
yang pertama dari perspektif topi putih telah menjelaskan kondisi perkuliahan di masa
pandemi saat ini yang menggunakan sistem perkuliahan secara online dan akan terus
dilanjukan sistemnya sesuai dengan arahan dari Menteri Nadiem Makarim sampai dengan
waktu yang tidak bisa ditentukan. Kemudian dari perspektif topi merah telah dijelaskan keluh
kesah secara pribadi mengenai sistem perkuliahan online yang sedang diterapkan dan juga telah
dijelaskan sisi baik-nya yang bersifat subjektif dari penerapan perkuliahan online ini.
Perspektif topi hitam telah menjelaskan mengenai permasalahan-permasalahan dari penerapan
sistem perkuliahan online dan alasan yang cukup kuat mengenai ketidakefektifan sistem
perkuliahan online. Sedangkan dari perspektif topi kuning sudah memberikan pemaparan
mengenai manfaat dari penerapan perkuliahan secara daring dan keuntungan-keuntungan kecil
yang dapat diperoleh dari penerapan sistem perkuliahan online. Dan yang terakhir dari
perspektif topi hijau telah memberikan pemikiran-pemikiran kreatif mengenai solusi terbaik
yang bisa kita ambil bersama yang dapat meminimalisir sejumlah kekurangan sistem
perkuliahan online sekaligus mempertahankan keuntungan-keuntungannya.
Maksud utama dari penggunaan kelima perspektif dalam menilai keberlangsungan
sistem perkuliahan online saat ini yaitu supaya kita dapat melihat gambaran secara menyeluruh
dan komperhensif mengenai sistem ini, dan tujuan yang diinginkan yaitu untuk mencari metode
perkuliahan yang terbaik dan yang sesuai dalam merespon situasi saat ini. Dan dalam peroses
tersebut telah didapatkan dua ide yaitu yang pertama adalah penerapan perkuliahan online dan
perkuliahan ofline dalam beberapa keadaan khusus seperti praktek, ujian dsb, dan tentunya
dengan penerapan protokol kesehatan, dan ide yang kedua yaitu pembuatan website belajar
untuk Mahasiswa. Dalam website tersebut haruslah mempunyai fitur penyimpanan video,
tugas, dan berdiskusi (seperti Ruangguru dan Quiper), dan juga pemberian subsidi kuota
internet bagi Mahasiswa yang kurang mampu.
Kesimpulan
-
Lomba Esai Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020: Kuliah Dalam Jaringan dan Penanganan COVID-19
Dari penggunaan keenam topi pemikiran di atas telah dijelaskan secara menyeluruh dan
tersusun mengenai sistem perkuliahan online yang mana telah didapatkan dua solusi sementara.
Solusi-solusi tersebut adalah solusi awal yang masih belum tentu dan keduan