146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi

17
TEORI AKUNTANSI Takehome Exam (Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester 1 pada Mata Kuliah Teori Akuntansi) Oleh Sri Apriyanti Husain 146020300111009 Kelompok Diskusi Sri Apriyanti Husain Ajeng Pipit Citra Mohamad Anwar Thalib PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG, 2014

Transcript of 146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi

TEORI AKUNTANSI

Takehome Exam

(Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester 1 pada Mata Kuliah Teori Akuntansi)

Oleh

Sri Apriyanti Husain

146020300111009

Kelompok Diskusi

Sri Apriyanti Husain

Ajeng Pipit

Citra

Mohamad Anwar Thalib

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG, 2014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata kuliah: Teori Akuntansi Dikumpulkan: sesuai perjanjian

Dosen: Prof. Dr. Sutrisno T., S.E, M.Si, Ak, CA Sifat: Takehome Exam

1. Jelaskan rerangka konseptual (conceptual framework) menurut saudara, dan sebutkan pula publikasi apa saja yang termasuk rerangka konseptual tersebut!Jawaban:Kerangka konseptual menurut saya adalah sebuah sistem yang koheren yang tujuannya saling terkait dan fundamental yang diharapkan dapat mengarah pada standar yang konsisten sebagai upaya untuk memberikan teori akuntansi yang terstruktur. Kerangka kerja konseptual menyediakan resep sehingga mereka biasanya dianggap teori akuntansi normatif karena menentukan sifat, fungsi dan batas-batas akuntansi keuangan dan pelaporannya. Selain itu dapat pula Kerangka konseptual itu sendiri adalah sebuah frame atau dasar agar nantinya dapat memuat standar akuntansi yang konsisten serta sesuai dengan tujuan negara itu sendiri.FASB mendefinisikan kerangka konseptual sebagai: (Gaffikin,2008) ....sistem koheren dari tujuan yang saling berhubungan dan fundamental yang diperkirakan menjadi petunjuk standar konsisten dan menentukan lingkungan, fungsi dan batas dari akuntansi keuangan dan pelaporan (FASB 1978, SFAC1, p.1).Publikasi yang termasuk rerangka konseptual:

a) A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang dihasilkan oleh American Accounting Association (AAA) pada tahun 1966.

b) Accounting Principles Board Statement No. 4, dihasilkan oleh Accounting Principles Board (APB) pada tahun 1970.

c) Objective of Financial Statements yang dihasilkan oleh Trueblood Committee tahun 1973.

d) Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA), yang dihasilkan oleh American Accounting Association (AAA) pada tahun 1977.

e) Statement of Financial Accounting Concept (SFAC), yang dihasilkan Financial Accounting Standard Board (FASB) :(1) SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”,

yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi (1978).(2) SFAC No. 2, “Qualitative Characteristics of Accounting Information”, yang

menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat (1980).

(3) SFAC No. 3, “Element of Financial Statement of Business Enterprises”, yang memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan (1980)

(4) SFAC No. 4, “Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations” (1980)

(5) SFAC No. 5, “Recognition and Measurement in Financial Statement of Business Enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya (1984).

(6) SFAC No. 6, “Element of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC No.3 dan memperluas lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi nirlaba (1985)

(7) SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value of Accounting Measurements,” yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran (2000)

(8) SFAC No. 8, “Conceptual Framework for Financial Reporting”,menggantikan SFAC No. 1 dan No. 2 (2010).

2. Perkembangan teori akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam teori akuntansi tradisional dan teori akuntansi positif. Jelaskan secara singkat dengan argumen yang mendukung.Jawaban:Menurut Sutrisno, Perkembangan teori akuntansi pada hakikatnya dapat dikelompokkan ke dalam teori akuntansi tradisional dan teori akuntansi positif. Teori akuntansi tradisional berkembang sebelum tahun 1970an, dimana kelompok yang ikut andil dalam perkembangannya mulai dari Hendriksen (Induktif dan deduktif (1977)) sampai Sanders et al.,(1938).Teori akuntansi tradisional adalah normatif, prespektif dan deskriptif yangoleh Watts dan Zimmerman (1979,1986)disebutnya sebagai tidak ilmiah (non-scientific).Hendriksen (1977) mengkaji definisi teori sebagai seperangkaat prinsip, pragmatis, konseptual dan hipotesis yang terpadu, yang membentuk suatu rerangkaeferensi umum untuk bidang studi (definisi dari ASOBAT, 1966). Teori akuntansi tradisional menggunakan pendekatan kos histories (historical cost) , sehingga dapat menghasilkan informasi yang andal (reliable), meskipun tidak serelevan dengan pendekatan penilaian yang didasarkan pada nilai sekarang (present value). Pendekatan tradisional mempunyai ciri yaitu tidak adanya proses pembuktianyang teliti dalam upaya untuk mengembangkan teori akuntansi, dan merupakan riset yangkonvensional dibandingkan dengan aliran riset baru yang mengandalkan penalarantradisional untuk memutuskan suatu rerangka konseptual akuntansi. Pendekatantradisional ini terdiri atas: (1) pendekatan non-teoritis, praktis atau pragmatis (informal)dan (2) pendekatan teoritis: deduktif, induktif, etis, sosiologis, dan ekonomis. Teori akuntansi positif pertama kali diusulkan oleh Watts dan Zimmerman padatahun 1978 dan 1979 dalam artikelnya mengenai akuntansi positif, yaitu: (1) artikel 1978: Towards A Positive Theory of the Determination of Accounting Standards; dan (2) artikel1979: The Demand for and Supply of Accounting Theory : The Market fo Excuses.Beberapa pendekatan untuk merumuskan suatu teori akuntansi dikenal sebagai pendekatan tradisional, dikarenakan pendekatan-pendekatan tersebut diwarnai oleh tidak adanya proses verifikasi yang sungguh-sungguh dilakukan dalam upaya mengembangkan suatu teori akuntansi. Pendekatan-pendekatan tradisional lebih merupakan penelitian konvensional daripada aliran baru dalam penelitian yang bersandar pada penalaran tradisional dalam merumuskan kerangka akuntansi

konseptual. Pada awal mulanya para penulis hanya menjelaskan praktik yang telah diamati, dan dengan menyajikan aturan pedagogik untuk mengklasifikasi praktik tersebut.Kemudian setelah U.S. Securities Acts 1933 dan 1934 mengatur disclousure para teoretisi akuntansi mengembangkan teori normative. Pada masa itu, validitas empiris dari hipotesis sebagai tempat bersandarnya teori normative tidak mendapat perhatian.Teori akuntansi positif: Teori akuntansi positif bertawal dari penelitian yang dilakukan oleh Watts dan Zimmerman. Watts dan Zimmerman tidak menggunakan teori normative, melainkan teori positif yang dalilnya menjelaskan bagaimana bekerjanya dunia nyata. Teori akuntansi positif ini dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena. Teori ini tidak akan dibuktikan kebenarannya, melainkan akan diuji apakah prediksinya dapat ditolak oleh bukti empiris. Teori terdiri atas asumsi dan sehimpunan hipotesis substantif. Garis besar metodologi positivist: pengembangan teori dimulai dengan penjelasan fenomena yang dipikirkan oleh peneliti. Di samping itu juga harus ada asumsi baik dinyatakan atau tidak. Setelah dipelajari saling hubungan antarfenomena dengan asumsi tertentu, diderivasi hipotesis, kemudian dikumpulkan data yang dibutuhkan. Prosedur berikutnya, menguji hipotesis. Jika terbukti tidak salah, muncullah teori. Teori akan selalu berubah dan ber-evolusi jika ada usaha oleh peneliti (lain) untuk mengembangkan metodologi peneliti sebelumnya.

3. Jelaskan perkembangan teori akuntansi positif dan hubungannya dengan kemajuan riset akuntansi keuangan dan pasar modal! Jawaban:Pada akhir Abad 19 dan Awal Abad 20 para penulis akuntansi terutama memfokuskan pada penjelasan tentang praktik akuntansi yang dapat diobservasi, dengan menyediakan aturan pedagogik untuk tujuan pengklasifikasian terhadap praktik. Teoritisi akuntansi pada saat itu (US Securities Act 1933-1934) memusatkan perhatiannya kepada usaha penetapan pelaporan keuangan sebagaimana yang seharusnya (pendekatan normatif). Setelah periode ini, mulailah dikenal pengujian empiris dengan didukung oleh penggunaan data base yang berasal dari CRSP (Center for Research in Security Prices). Pengkombinasian data dengan menggunakan komputer banyak menghasilkan penelitian mengenai perilaku harga saham dan pengaruh informasi terhadap harga saham (misal: Fama, 1976). Hasil penelitian empiris ini membawa kepada pengembangan tentang EMH (efficient markets hypothesis). Saat buku disusun (1986an) literatur yang berkembang berisi berbagai studi dengan menggunakan teori berbasis finance dan atau teori regulasi untuk menjelaskan praktik akuntansi dan auditing yang terjadi.

4. Saat ini sedang terjadi pergeseran pelaporan keuangan menuju ke arah paradigma perspektif pengukuran. Perspektif pengukuran dan perspektif informasi dibahas secara terpisah dalam literatur akuntansi. Setiap perspektif tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif yang lainnya. Setujukan saudara? Berikan komentar!Jawaban:Perspektif informasi lebih menekankan pengungkapan penuh (full disclosure), apapun bentuknya, untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi

investor. Perspektif informasi didasari asumsi bahwa terdapat cukup banyak investor rasional terinformasi, yang dapat secara cepat dan tepat memasukkan bentuk pengungkapan apapun ke dalam harga pasar yang efisien. Sebaliknya, perspektif pengukuran lebih menekankan peran fundamental dari informasi akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan Perspektif pengukuran lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan keuangan, termasuk di dalamnya adalah kualitas laba. Kedua perspektif ini, perspektif informasi dan perspektif pengukuran, mendasari kebijakan-kebijakan badan penyusun standar akuntansi. Literatur-literatur akuntansi membahas kedua perspektif ini secara terpisah. Entwistle dan Phillips (2003), Cornell dan Landsman (2003), dan Francis et al. (2002) menggunakan perspektif informasi, dan menyatakan pentingnya luas pengungkapan untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi investor. Riset dan argumen Lev dan Zarowin (1999), Collins et al. (1997), Francis dan Schipper (1999), Ota (2001), dan Bao dan Bao (2004) didasari perspektif pengukuran. Mereka menyatakan bahwa kegunaan informasi akuntansi berhubungan positif dengan kualitas angka akuntansi. Paparan di atas menunjukkan bahwa perspektif informasi dan perspektif pengukuran dibahas secara terpisah dalam literatur-literatur akuntansi. Tiap-tiap perspektif tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif lainnya. Menurut hemat saya bagaimanapu juga kedua perspektif tersebut adalah hal yang sangat penting dalam dunia akuntansi Perspektif pengukuran yang menekankan kualitas angka akuntansi, tidak dapat mengabaikan peran pengungkapan informasi secara luas. Pemikir-pemikir akuntansi mengkritik ketidakmampuan angka akuntansi untuk memenuhi kebutuhan investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, sehingga diperlukan pengungkapan informasi yang cukup luas. Perspektif informasi, yang menekankan pengungkapan luas, perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelebihan informasi. Interaksi perspektif informasi dan perspektif pengukuran menjadi penting, karena kedua aspek dari kedua perspektif tersebut, yaitu kualitas angka akuntansi dan pengungkapan informasi secara luas, tidak dapat diabaikan salah satu. Perspektif informasi perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi, dan perspektif pengukuran perlu mempertimbangkan luas pengungkapan. Jadi sebaiknya kedua persepektif tersebut haruslah dipertimbangkan karena adanya keterkaitan antara kedua persfektif tersebut yang saling mendukung. Disamping itu ketika kedua perspektif tersebut digunakan untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing informasi yang disajikan akan lebih berkualitas.

5. Seperti dalam studi Ball dan Brown (1968) mengapa reaksi pasar terjadi sebelum pengumuman (laba) itu sendiri dilakukan. Di dalam short window dan long window dalam pengujian reaksi pasar, mana yang memberi bukti yang lebih kuat atas usefulness informasi akuntansi.Jawaban:Penelitian mengenai pengaruh kandungan informasi terhadap harga saham pertama kali dilakukan oleh Ball dan Brown (1968). Penelitian tersebut menguji apakah pengumuman laba (earnings announcement) mempunyai hubungan positif dengan harga saham. Hasilnya menunjukkan adanya abnormal return positif akibat pengumuman. Sejalan dengan penelitian tersebut, Beaver (1968) menemukan bukti bahwa pengumuman laba mempunyai kandungan informasi yang mempengaruhi

reaksi investor yang tercermin pada perubahan harga dan volume saham perusahaan bersangkutan. Bamber (1986) yang meneliti pengaruh kandungan informasi pengumuman laba tahunan juga menyimpulkan adanya reaksi pasar yang positif, yang tercermin dari harga dan volume saham yang diperdagangkan meningkatkan setelah pengumuman laba tersebut. Beza (1997) membuktikan bahwa perusahaan yang mengumumkan laba tahunannya secara signifikan akan mengalami peningkatan volume perdagangan dibanding sebelum pengumuman laba tersebut. Choi (2002) juga menemukan pengaruh (implikasi) pengumuman earnings terhadap subsequent return perusahaan yang melakukan publikasi tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar merespon secara positif pengumuman tersebut. Sampel yang diambil dalam penelitian Ball dan Brown (1968), adalah perusahaan-perusahaan yang listing di NYSE dan berfokus pada informasi tentang pendapatan. Pendapatan untuk perusahaan NYSE secara khusus dipublikasikan melalui media sebelum dilakukannya penerbitan aktual atas laporan tahunan. jadi hal tersebut relatif lebih mudah bagi investor untuk memutuskan ketika informasi tersebut pertama kali dikeluarkan menjadi konsumsi public.Hal ini akan membuat pasar segera bereaksi atas adanya informasi pendapatan yang dipublikasikan tersebut, walaupun informasi tersebut bukan diterbitkan secara resmi oleh perusahaan yang bersangkutan. Bila informasi tersebut good news, dapat dipastikan bahwa pasar akan bereaksi positif atas saham perusahaan yang bersangkutan. Namun apabila yang terjadi adalah bad news, maka yang akan terjadi adalah sebaliknya, yaiu reaksi pasar yang sifatnya negatif. Usefullness dari informasi akuntansi akan jauh lebih kuat dalam short window atau observasi yang dilakukan beberapa hari sebelum pengumuman earning. Alasannya yaitu dalam short window faktor-faktor lain yang mempengaruhi laba relatif lebih sedikit. Sehingga informasi akuntansi akan sangat berpengaruh bagi pengguna informasi untuk kepentingan pembuatan keputusan. Hubungan dalam short window memberikan dukungan yang kuat terhadap decision usefulness karena memberikan usulan bahwa informasi akuntansi yang secara aktual mendorong revisi kepercayaan investor dan juga return sekuritas. Short window dapat memberi bukti lebih kuat atas usefulness informasi akuntansi karena selama short window ada beberapa kejadian spesifik perusahaan yang relative terjadi dari pada laba bersih yang mempengaruhi pengembalian saham. Selain itu, jika kejadian lain terjadi, seperti stock splits atau pengumuman dividen, hal tersebut dapat mempengaruhi perusahaan. Sebuah gabungan short window diantara pengembalian sekuritas dan informasi akuntansi menyarankan bahwa pengungkapan akuntansi merupakan sumber informasi baru untuk investor. Sedangkan evaluasi return dalam long-window bagaimanapun membuka kemungkinan adanya return yang diperoleh melalui faktor yang lain selain earnings.

6. Dalam EMH seharusnya tidak ada reaksi pasar atas perubahan prosedur akuntansi, tetapi mengapa manajer masih melakukan manajemen laba.Jawaban:Sebelum menjawab pertanyaan ini, lebih jelasnya saya akan menjelaskan apa sebenarnya manajemen laba. Manajamen laba sendiri memiliki pengertian:1) Scott (2009): Manajemen laba adalah pilihan bagi manajer akan kebijakan

akuntansi untuk mencapai suatu tujuan yang spesifik.

2) Schipper (1989): manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

3) Fischer dan Rosenzweig (1995): tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.

4) Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Alasan dilakukan manajemen laba karena: 1) Manajamen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajeman laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajamen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer. 2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relative baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. 3) Manajamen laba dapat menarik investor untuk menananamkan modalnya.Manajer yang rasional akan mempertimbangkan terjadinya konsekuensi ekonomi yang menyatakan bahwa pemilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi tidak hanya tehadap teori pasar sekuritas efisien, tetapi juga terhadap nilai perusahaan. Jika kebijakan tersebut penting bagi manajemen, maka kebijakan akuntansi juga penting bagi investor yang mempunyai kepemilikan atas perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan manajer mungkin akan mengubah operasional perusahaan yang terjadi karena perubahan kebijakan akuntansi. Dengan kata lain bahwa pelaporan akuntansi dapat mempengaruhi keputusan sebenarnya yang dibuat oleh manajer dan pihak lainnya daripada hanya mencerminkan hasil dari keputusan. Pasar dapat menggunakan earnings management untuk menduga atau mengambil kesimpulan mengenai informasi dari dalam. Dan juga, ketika tingkat dari earnings management itu baik, maka penentuan standar yang merupakan keterbatasan dari pilihan akuntansi akan menurunkan kemampuan pelaporan keuangan untuk mengungkapkan informasi dari dalam. Selain itu ada beberapa lasan terkait pilihan manajer untuk melakukan manajemen laba antara lain adalah :1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap

manajer.2) Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi

usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.

3) Manajemen laba juga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban

pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba.

Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO

7. Konsep historical cost sering mendapat kritik tajam karena dianggap sudah ketinggalan jaman dan tidak relevan dalam menyajikan informasi akuntansi. Jelaskan pendapat saudara baik setuju maupun yang tidak setuju!Jawaban:Penerapan historical costing dipandang akan mengurangi aspek relevansi dalam laporan keuangan. Oleh karena itu kemunculan fair value diharapkan dapat mengatasi kekurangan historical cost. Namun fair value tidak dapat sepenuhnya berguna untuk pengambilan keputusan karena kurang reliable. Dalam historical cost maupun fair value mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam hal ini saya setuju dengan perubahan historical cost menjadi fair value.Perubahan dari HCA menjadi FVA bukan suatu proses yang mudah, namun bisa dikatakan hal yang alami karena adanya perubahan dalam kebutuhan informasi akuntansi seiring dengan adanya perubahan kondisi bisnis investasi. Munculnya FVA didorong oleh adanya kelemahan dari HCA yang dapat mengaburkan informasi dalam laporan keuangan dan memberikan peluang kepada manajemen untuk melakukan manipulasi. Karena banyak masalah akuntansi yang dapat dipecahkan dengan menggunakan fair value sebagai dasar pengukuran asset dan liability yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan karena relevance dan reabilitynya, pengawas lembaga keuangan dari waktu ke waktu secara terus menerus meningkatkan penerapan konsep fair value. Tetapi fair value juga sangat sensitif terhadap pasar sehingga akan semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh perubahan yang terjadi di pasar, termasuk volatility kinerja lembaga karena semakin mudahnya nilai item-item asset dan liability berfluktuasi. FVA mungkin juga berdampak pada pelaporan keuangan. Mengingat situasi di mana GAAP memberikan pemegang saham dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk melacak aktivitas manajer, kebutuhan untuk laporan rinci yang menjelaskan tindakan manajer tidak bisa dihindari. Sebuah sistem pelaporan ganda, di mana HCA diberikan sepanjang angka FVA, adalah jalan yang paling menjanjikan. Sebuah pernyataan pendapatan komprehensif mungkin menjadi alternatif atau tambahan untuk sistem dual pelaporan. Ide-ide ini tidak baru di bidang akuntansi dan dapat dengan mudah diimplementasikan. Akhirnya, FVA akan memiliki efek pada berbagai aspek akuntansi.Historical Cost Principle adalah prinsip akuntansi yang mengakui harta/utang dicatat pada nilai historisnya/harga perolehan, historical cost (HC) selama ini menggunakan perspektif informasi lama kelamaan akan ditinggalkan oleh pemakainya. Memang informasi yang disajikan oleh historical cost merupakan informasi yang reliable karena didukung oleh transaksi yang benar-benar real dan akurat pencatatannya. Hanya saja, investor ternyata membutuhkan informasi yang lebih relevan dalam pengambilan keputusan. Karena data yang digunakan oleh historical cost adalah data lama yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini dan

tidak menggambarkan perusahaan yang sebenarnya, maka HC tidak dapat memberikan informasi yang berdaya tambah kepada pihak yang membutuhkan informasi. Jadi menurut saya konsep historical cost ini sudah ketinggalan jaman, Dalam perkembangannya saya rasa historical cost akan beralih pada fair value accounting (FVA) yang menggunakan perpektif pengukuran.Konvergensi PSAK ke IFRS saat ini masih menyisakan polemik dalam dunia akuntansi baik itu akuntansi pendidik maupun dalam dunia bisnis. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan fair value yang menggantikan konsep historical cost yang selama ini digunakan dalam dunia akuntansi. Ini disebabkan Historical cost dianggap tidak lagi mampu menyajikan informasi keuangan yang relevan dengan kondisi saat ini. Dari sini kita bisa memperkirakan bahwa historicak cost yang selama ini menggunakan persfektif informasi akan ditinggalan oleh pemakainya dikarnakan semakin rumit dan berkembangnya kebutuhan akan informasi akuntansi yang relevan untuk pengambilan keputusana. Sedangakan pada penggunaan historical cost data yang digunakan dalah data lama yang dianggap tidak lagi menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Dalam perkembangannya saya rasa historical cost akan beralih pada fair value accounting (FVA) yang menggunakan perpektif pengukuran. FVA bisa djadikan dasar oleh investor dalam berinvestasi karena peka terhadap inflasi serta akan memberi informasi yang lebih relevan terhadap kondisi terkini karena metode pengukuranya didasarkan pada kondisi saat ini. Kelemahan-kelemahan dalam historical cost dapat ditutupi. Hanya perlu juga disadari bahwa FVA tidaklah sereliable historical cost.

8. Isu tentang IFRS, IAS, harmonisasi dan konvergensi terkait erat dengan faktor budaya (culture) antarnegara. Berikan penjelasan singkat tentang isu-isu tersebut.Jawaban:Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan jaman turut membawa perubahan yang cukup besar dalam dunia akuntansi, dimana diantaranya adalah wacana mengenai implementasi IFRS dalam proses akuntansi secara global. Menurut penulis, hal ini mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dan uraian dibawah ini adalah pandangan penulis mengenai hal tersebut diatas. Pada dasarnya International Financial Reporting Standards (IFRS) memang merupakan kesepakatan global standar akuntansi yang didukung oleh banyak negara dan badan-badan internasional di dunia. Popularitas IFRS di tingkat global semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September 2009, misalnya, menyatakan bahwa otoritas yang mengawasi aturan akuntansi internasional harus meningkatkan standar global pada Juni 2011 untuk mengurangi kesenjangan aturan di antara negara-negara anggota G-20. Menurut penulis, hal ini cukup baik dimana dunia akuntansi secara global mempunyai satu pedoman inti mengenai prinsip-prinsip akuntansi sehingga terdapat keselarasan diantara satu negara dengan negara lainnya. Namun hal ini tidak mudah diterapkan dalam waktu yang singkat. Menurut kami, terdapat 2 hal pokok yang mendasari pernyataan tersebut. Faktor pertama yang menjadi hambatan dalam penerapan standard ini (IFRS) di negara Indonesia adalah faktor budaya (culture), karena kebiasaan menggunakan standard akuntasi domestik yang sudah menjadi budaya akan sangat

sulit mengubah cara/metode itu untuk menerapkan standard international tersebut, kalaupun standard ini diterapkan maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk penyesuaian dan kemungkinan adanya sedikit perbedaan dalam implementasinya. Faktor kedua adalah proses terjemahan bahasa akan menjadi faktor kendala dalam proses penerapannya, karena proses penafsiran bahasa sedikitnya membawa arti yang berbeda dalam konteks pemahaman inti/isi standard international tersebut. Faktor budaya menjadi salah satu isu yang cukup rentang dari konvergensi PSAK ke IFRS karena adanya karesteristik dan tingkat yang berbeda antara negra merupakan hambatan yang dihadapai dalam proses harmonisasi standar akuntansi keuangan., kebutuhan dan keinginan antara negara maju dan yang belum maju dan antara Negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi dan Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Apa yang tepat diterapkan di Amerika Serikat, belum tentu cocok diterapkan di Negara lain dengan karakteristik lingkungan dan perkembangan ekonomi yang berbeda

9. Pengungkapan informasi akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam pengungkapan wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Jelaskan menurut pendapat saudara!Jawaban:Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (Mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Disclosure dalam laporan tahunan merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan luas pengungkapan yang disajikan dalam laporan tahunan. Mutu dan luas pengungkapan laporan tahunan masing-masing berbeda. Perbedaan ini terjadi karena karakteristik dan filosofi manajemen masing-masing perusahaan juga berbeda. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan disclosure dalam laporan tahunan juga digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.Pengungkapan meliputi statemen keuagan itu sendiri dan semua informasi pelengkap. Dengan kata lain, apa yang diungkapkan Berkaitan dengan berbagai proposal tentang komponen-komponen yang harus disampaikan. Dalam pengungkapan informasi kepada pihak lain, terdapat beberapa model yang dapat digunakan, yaitu model Inti, model FASB, model Komite Jenkins, model William, dan peraturan SEC/BAPEPAM.Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi disajkan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain yang berpaut. Motode ini biasanya ditentkan secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan lain.Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain pos statemen keuangan, catatan kaki (catatan atas statemen keuangan), penggunaan istilah teknis (terminologi), penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan auditor, dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi

10. Saat ini topik CSR banyak dibahas dan banyak juga perusahaan yang melaksanakan tanggungjawab sosialnya. Berikan penjelasan singkat tentang isu CSR dan keterkaitannya dengan GCG (Good Corporate Government) yang saudara fahami.Jawaban:Pada saat ini topik mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak mendapatkan perhatian dan dibahas. Salah satu aspek dari CSR yang menjadi perhatian adalah pengungkapannya. Hal ini disebabkan laporan keuangan tradisional tidak mencakup aktivitas CSR perusahaan. Pengungkapan CSR yang lebih rinci dapat memfasilitasi investor dan pemegang saham dalam menilai apakah penggungkapan CSR perusahaan sejalan dengan kepentingan mereka. Disisi lain masyarakat juga semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan CSR. Hal lain yang mempengaruhi perkembangan CSR pada saat ini adalah semakin parahnya kerusakan lingkungan, mulai dari polusi udara dan air, penggundulan hutan hingga isu perubahan iklim. CSR menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan hanya dalam kondisi keuangannya saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan bertumbuh secara berkelanjutan. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (Profit, People, Planet) yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people),dan menjamin keberlanjutan hidup planet Bumi (planet). CSR merupakan komitmen perusahaaan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, komunitas setempat, dan masyarakat agar memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dari aspek ekonomi, perusahaan mengungkapkan suatu apabila informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari aspek investasi, investor cenderung menanamkan modal pada perusahaan yang memiliki kepedulian pada masalah sosial. Perusahaan akan menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan.Good corporate governance (GCG), dalam arti sempit dipahami sebagai suatu sistem dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan, terutama antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan dalam arti luas, GCG digunakan untuk mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders secara proporsional dan mencegah terjadinya keslahan-kesalahan yang signifikan dalam strategi perusahaan sekaligus memastikan bahwa kesalahan yang terjadi bisa diperbaiki dengan segera.Dalam tataran praktis, GCG merupakan tatakelola perusahaan yang baik agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk. Dalam tataran praktis, GCG merupakan tatakelola perusahaan yang baik agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk. Terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi pelaku bisnis, yaitu:

1) Transparency (keterbukaan informasi)2) Accountability (Akuntabilitas)3) Responsibility (Tanggung Jawab)4) Independency (kemandirian)5) Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Berdasarkan prinsip-prinsip GCG tersebut, terutama prinsip responsibility, dapat ditarik benang merah keterkaitan antara CSR dan GCG. Penerapan prinsip responsibility tersebut, perusahaan memperhatikan kepentingan stakeholdernya sebagai bentuk konsekuensi dari operasional perusahaannya.Penerapan CSR adalah salah satu bentuk implementasi dari konsep Good Corporate Governance (GCG). Konsep CSR juga sering dikaitkan dengan konsep Triple Bottom Line, yaitu bahwa perusahaan tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi saja, tetapi juga aspek sosial dan lingkungannya. Semakin disadari bahwa kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial.Dengan demikian, CSR adalah salah satu bentuk investasi masa depan. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra baik, timbal baliknya, masyarakat juga ikut menjaga eksistensi perusahaan.

11. SFAC No. 8 adalah SFAC yang menggantikan SFAC 1 dan 2, tentang karakteristik kualittaif informasi akuntansi terkandung konsep relevance (relevan) dan reliable (andal), jelaskan menurut pendapat saudara.Jawaban:SFAC merupakan pedoman untuk tujuan, karakteristik kualitatif, dan pedoman lain dari fenomena ekonomi untuk pengakuan dan pengukuran dalam pelaporan keuangan dan penyajiannya. SFAC sendiri menjadi guide bagi FASB dalam mengembangkan standar akuntansi keuangan di Amerika Serikat. Secara total, FASB menerbitkan 8 (delapan) buah statements. Statements yang pertama terbit pada November 1978, yaitu SFAC No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises pada November 1978, sampai terbit SFAC No. 8 pada September 2010 tentang Conceptual Framework for Financial Reporting.Karakteristik kualitatif dalam statements yang diterbitkan FASB terletak pada SFAC No. 2 tentang Qualitative Characteristic of Accounting Information yang muncul pada Mei 1980. Namun, SFAC No. 2 ini digantikan oleh SFAC No. 8, dengan adanya perubahan mendasar antara SFAC No. 2 dengan SFAC No. 8, yaitu kualitas informasi dalam SFAC No. 8 dibagi menjadi kualitas informasi utama dalam SFAC No. 8 terdiri dari Relevance dan Faithful Representation dan kualitas informasi pendukung yang terdiri dari comparability, verifiability, timeliness dan understandability, yang sebelumnya pada SFAC No. 2 kualitas informasi utama adalah relevance dan reliability.Conceptual Framework for Financial Reporting (Rerangka Kerja untuk Pelaporan Keuangan) bulan September 2010 atau yang dikenal dengan SFAC No. 8 merupakan sebuah konsep pengganti SFAC No. 1 dan SFAC No. 2.SFAC No. 8 adalah salah satu dari serangkaian publikasi di Dewan Standar (FASB) untuk akuntansi dan pelaporan keuangan. SFAC No. 8 ini mencakup 2 bab rerangka konseptual baru yang menggantikan SFAC No. 1, Tujuan Pelaporan Keuangan oleh Business Enterprises, dan SFAC No. 2 yaitu karakteristik Kualitatif Informasi

Akuntansi. SFAC No. 8 ini dimaksudkan untuk menetapkan tujuan-tujuan dan konsep-konsep fundamental yang akan menjadi dasar untuk pengembangan akuntansi keuangan dan pedoman pelaporan.Dalam hal ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan terus membuat kemajuan khususnya terkait pada rerangka konseptual dengan mengeluarkan statement baru ini. Sebuah SFAC dapat diubah, diganti, maupun ditarik melalui prosedur yang sesuai dibawah The Board’s Ruler Procedure. SFAC No. 8 terdiri atas 3 bab. Bab 1 merupakan tujuan pelaporan keuangan, Bab 2 berisi entitas pelaporan, dan Bab 3 berisi karakteristik kualitatif informasi keuangan.SFAC No. 8 lebih menjelaskan mengenai tujuan dengan melakukan pelaporan keuangan ke pihak-pihak atau pengguna informasi tersebut dan bagaimana tujuan dari pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang dimaksud menjelaskan mengenai bagaimana sumber dari ekonomi suatu entitas atau perusahaan, klaim sumber daya ekonomi dan juga membuat mengenai perubahan sumber ekonomi tersebut. Selain itu juga, di dalam SFAC No. 8 itu menjelaskan bahwa di dalam laporan keuangan harus menjelaskan mengenai kinerja perusahaan yang direfleksikan melalui arus kas masa lalu. Selain itu di dalam SFAC No. 8 juga menjelaskan mengenai karakteristik kualitatif dalam informasi keuangan yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Jika dalam informasi tersebut memiliki karakteristik kualitatif informasi yang baik maka laporan keuangan tersebut harus memuat unsur relevan, materialitas, faith representation, comparability, veriability, timeliness, serta understandability.Perbandingan SFAC No. 1 & 2 dengan SFAC No. 8SFAC No. 2 diganti menjadi SFAC No. 8 dikarenakan untuk mengakomodasi konvergensi standar akuntansi dengan IFRS. Di dalam SFAC No. 2 terlihat bahwa decision usefulness bukan menjadi pertimbangan utama bagi sebuah informasi, namun dalam SFAC No. 8 ini justru menjadi yang utama. Sebuah informasi harus dapat memberikan manfaat bagi pengambil keputusan, dan kemanfaatan ini menjadi tujuan utama munculnya IFRS. Hal ini sejalan dengan pernyataan di bawah ini:“The objective of general purpose financial reporting is to provide financial information about the reporting entitiy that is useful to existing and potential investors, lenders and other creditors in making decisions. Thus, one of the key objectives of IFRS usefulness of financial reporting” (Landsman, et. al, 2011)Hal dimaksudkan agar nantinya standar akuntansi yang berlaku dengan menggunakan IFRS bisa diterima oleh masyarakat secara luas. Selain itu dengan menggunakan perubahan dari SFAC No. 2 menjadi SFAC No. 8 dimaksudkan agar nantinya kualitas informasi yang akan dihasilkan oleh perusahaan memiliki informasi yang lebih baik dalam hal ini lebih relevan dan dapat disajikan dengan representation faithfulness.Selain itu, FASB juga menyatakan bahwa:“… The Conceptual Framework Project is a joint effort with the IASB, aimed at producing a signal framework that both Boards could use in developing (ideally converged) standards”Conceptual framework project (CFP) adalah upaya bersama dengan IASB yang menandakan bahwa Dewan Komisaris dan Direksi bisa mengembangkan (idealnya konvergensi) standar.

Untuk lebih memastikan bahwa tujuan utama digantinya SFAC No. 2 menjadi SFAC No. 8 adalah untuk mengakomodasi adanya konvergensi IFRS, dalam table berikut akan disajikan perbedaan karakteristik kualitatif informasi akuntansi antara US-GAAP dengan IFRS:

US-GAAP IFRS1. Relevance2. Reliability3. Comparability4. Consistency

1. Understandability2. Relevance3. Reliability (prudence)4. Comparability (includes consistency)

Sumber: Stroud dan Barnes dalam http://belkcollegeofbusiness.uncc.eduDalam tabel di atas dapat dilihat bahwa karakteristik kualitatif IFRS yang ketiga adalah reliability (keandalan), secara sepintas mungkin ini terlihat sama dengan karakteristik kualitatif versi US-GAAP, namun ada penekanan dalam konsep keandalan versi IFRS, yaitu keandalan yang dimaksud di sini terkait dengan kehati-hatian. Pembuat laporan keuangan harus berhati-hati dalam membuat penilaian tentang perkiraan (aset atau pendapatan agar tidak di lebih-lebihkan dan kewajiban atau beban tidak akan dikecilkan).Melihat konsep ini, maka sejalan dengan konsep faithful representation dalam SFAC No. 8, dimana SFAC No. 8 mengganti konsep keandalan dengan konsep faithful representation. Kemudian karakteristik versi IFRS yang terakhir yaitu comparability yang di dalamnya sudah termasuk concistency juga sejalan dengan SFAC No. 8 yang memandang bahwa consistency berperan penting untuk mewujudkan comparability.SFAC No. 8 menjelaskan mengenai tujuan dari pelaporan keuangan yang dimana merupakan pengembangan dari tujuan pelaporan keuangan dari SFAC No. 1 yaitu oleh perusahaan bisnis. Informasi yang dihasilkan memiliki manfaat (useful) dalam hal menyediakan informasi dalam keputusan investasi dan kredit, penilaian prospek arus kas, informasi tentang sumberdaya perusahaan (klaim dan perubahan atasnya).Selain itu juga pada SFAC No. 8 terdapat perubahan mengenai isi dari SFAC No. 2 yang menjelaskan karakter kualitatif informasi akuntansi. Ini merupakan ingredients yang menjadikan informasi bermanfaat dan menjadi rujukan pada saat membuat pilihan terhadap perlakuan akuntansi tertentu. Selain itu juga dalam SFAC No. 8 dijelaskan mengenai informasi yang harus dikandung dalam laporan keuangan yang dimana harus menjelaskan mengenai pelaporan entitas sebuah bisnis, klaim yang dilakukan oleh sebuah entitas, dan dampak yang dihasilkan dari sebuah transaksi yang dimana harus memuat mengenai perubahan dari sumber dan klaim yang dilakukan oleh sebuah entitas.Selain itu SFAC No. 8 memuat mengenai penggantian dari karakteristik fundamental kualitatif laporan keuangan seperti yang kita ketahui bahwa karakteristik fundamental kualitatif laporan keuangan SFAC No. 2 berupa relevan dan keandalan. Dimana relevan di sini dimaksudkan laporan keuangan yang seharusnya dibuat harus menjadi relevan, informasi harus tepat waktu dan memiliki nilai prediktif dan/atau umpan balik. Sedangkan keandalan menyebutkan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan harus menghasilkan menyajikan informasi dengan jujur dan apa adanya (representational faithfulness) dan dapat diverifikasi serta netral.

Sedangkan pada SFAC No. 8 karakteristik fundamental kualitatif dari informasi akuntansi terdiri dari relevan dan faithful representation. Dimana konsep relevan dalam SFAC No. 2 di sini mampu membuat perbedaan dalam keputusan yang dibuat oleh pengguna. Informasi dapat membuat perbedaan dalam keputusan bahkan jika beberapa pengguna memilih untuk tidak mengambil keuntungan dari itu. Sedangkan pada konsep faithful representation memuat mengenai laporan keuangan yang menggambarkan pandangan wajar/menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi suatu perusahaan. Meskipun demikian rerangka dasar ini tidak menangani secara langsung konsep tersebut, penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar/menyajikan dengan wajar.Tidak seperti pada SFAC No. 2, pada SFAC No. 8 hanya membedakan atas 2 karakteristik kualitatif yakni fundamental dan pendukung yang memperkuat kualitatif informasi dalam laporan keuangan. Pada pendukung kualitatif laporan keuangan memuat mengenai comparability, verifiability, timeliness, understandability. Dimana pada SFAC No. 2 tidak memuat ke empat elemen tersebut. Dalam SFAC No. 2 hanya ada dua pendukung kualitatif laporan keuangan yaitu comparability dan concistency.Dalam hal ini tentunya ada harapan atas penggantian dari SFAC No. 1 & 2 ke SFAC No. 8. Dengan diterapkannya SFAC No. 8 maka diharapkan:Dalam SFAC No. 2, semua informasi diberikan dan nantinya akan tergantung bagaimana si pembuat keputusan yang memilih informasi mana yang dibutuhkan. Sedangkan dalamn SFAC No. 8, informasi yang diberikan hanya informasi yang benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan oleh si pembuat keputusan saja. Jadi, informasi yang diterima bisa saja berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini terlihat juga dalam informasi laba. SFAC No. 8 menyatakan bahwa informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba, menaksir resiko dalam meminjam atau investasi. Untuk menentukan keputusan investasi, calon investor perlu menilai perusahaan dari segi kemampuannya untuk memperoleh laba bersih sehingga diharapkan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Untuk itu, perusahaan harus mampu memaksimalkan laba. Sasaran pertama perusahaan yang sering dinyatakan adalah memaksimumkan laba atau keuntungan (Budi, 2007).Dalam SFAC No. 8, salah satu kualitas primer dari karakteristik kualitatif informasi akuntansi adalah faithful representation yang menggantikan keandalan yang menjadi kualitas primer SFAC No. 2. Keandalan di dalam SFAC No. 2 berarti bahwa laporan keuangan tersebut dapat diverifikasi melalui konfirmasi kebenaran, sehingga ada konsep conservatism dalam SFAC No. 2 ini. Menurut Bliss dalam Watts (2003) konservatisme secara tradisional didefinisikan sebagai antisipasi terhadap semua rugi tetapi tidak mengantisipasi laba. Hal ini nyata terlihat dalam konsep keandalan dalam SFAC No. 2. Oleh sebab itu, di dalam SFAC No. 8 keandalan tidak lagi menjadi kualitas utama yang bersanding dengan relevan, tetapi faithfulness representation. dimana dalam faithfulness representation ini. Di dalam SFAC No. 8 ini konsep conservatism masih ada, hanya saja lebih kepada prinsip-prinsip kehati-hatian (prudence). Prudence tidak seekstrim konservatisme, jadi dalam SFAC No. 8, laba yang belum terealisasi bisa diakui asalkan jujur.

Untuk pertimbangan cost-benefitnya: Dalam SFAC No. 8, konsep benefit>cost bermakna bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan, dan ini tidak jauh berbeda dengan batasan yang ada di SFAC No. 2. Dua karakteristik kualitatif utama informasi akuntansi dalam SFAC No. 8 adalah relevansi dan faithful representation. Informasi yang relevan mampu membuat perbedaan dalam keputusan pengguna. Informasi keuangan yang relevan jika memiliki nilai prediksi, nilai konfirmatori, atau keduanya. Item adalah material jika menghilangkan atau misstating bisa mempengaruhi keputusan pengguna. Oleh karena itu, ambang batas materialitas berkaitan dengan karakteristik kualitatif relevansi. Informasi memiliki kualitas faithful representation jika informasi tersebut menggambarkan apa yang dimaksudkan untuk mewakili. Sebuah representasi setia harus lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan. Kelengkapan membutuhkan informasi yang disajikan atau digambarkan dengan cara pengguna dapat memahami objek yang digambarkan. Netralitas mengharuskan item digambarkan tanpa bias kepada pengguna. Bebas dari kesalahan berarti bahwa tidak ada kesalahan atau kelalaian dalam informasi yang dilaporkan.Untuk memperkuat karakteristik kualitatif informasi akuntansi, diperlukan comparibility (including concistency), verifiability, timeliness, dan understandability. Comparibility memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi dan memahami persamaan dan perbedaan antara item. Konsistensi mengacu pada penggunaan metode akuntansi yang sama dalam periode yang berbeda. Oleh karena itu, concistency membantu mencapai comparibility karena membantu pemakai informasi dalam membuat perbandingan pada seluruh periode waktu yang berbeda. Verifiability terjadi ketika sumber yang berbeda mencapai konsensus atau kesepakatan atas jumlah keterwakilan item. Verifiability langsung terjadi melalui pengamatan langsung; verifiability tidak langsung terjadi dengan menggunakan teknik seperti memeriksa formula atau menghitung ulang jumlah. Meskipun ke depan informasi tidak dapat diverifikasi, asumsi, metode, fakta, dan keadaan dapat diungkapkan untuk membantu pengguna menentukan apakah informasi tersebut berguna. Timeliness membutuhkan informasi yang tersedia bagi pembuat keputusan ketika hal ini berguna untuk membuat keputusan. Understandability melibatkan klasifikasi, karakteristik, dan penyajian informasi dengan jelas dan ringkas. Understandability mengasumsikan bahwa pengguna memiliki pengetahuan yang cukup atas aktivitas bisnis dan ekonomi untuk memahami laporan keuangan.

12. Saat ini sedang terjadi pergeseran pelaporan keuangan menuju ke arah paradigma perspektif pengukuran. Perspektif pengukuran dan perspektif informasi dibahas secara terpisah dalam literatur akuntansi. Setiap perspektif tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif yang lainnya. Setujukan saudara? Berikan komentar!Jawaban:Perspektif informasi lebih menekankan pengungkapan penuh (full disclosure), apapun bentuknya, untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi investor. Perspektif informasi didasari asumsi bahwa terdapat cukup banyak investor rasional terinformasi, yang dapat secara cepat dan tepat memasukkan bentuk pengungkapan apapun ke dalam harga pasar yang efisien. Sebaliknya, perspektif pengukuran lebih menekankan peran fundamental dari informasi akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan Perspektif pengukuran

lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan keuangan, termasuk di dalamnya adalah kualitas laba. Kedua perspektif ini, perspektif informasi dan perspektif pengukuran, mendasari kebijakan-kebijakan badan penyusun standar akuntansi. Literatur-literatur akuntansi membahas kedua perspektif ini secara terpisah. Entwistle dan Phillips (2003), Cornell dan Landsman (2003), dan Francis et al. (2002) menggunakan perspektif informasi, dan menyatakan pentingnya luas pengungkapan untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi investor. Riset dan argumen Lev dan Zarowin (1999), Collins et al. (1997), Francis dan Schipper (1999), Ota (2001), dan Bao dan Bao (2004) didasari perspektif pengukuran. Mereka menyatakan bahwa kegunaan informasi akuntansi berhubungan positif dengan kualitas angka akuntansi. Paparan di atas menunjukkan bahwa perspektif informasi dan perspektif pengukuran dibahas secara terpisah dalam literatur-literatur akuntansi. Tiap-tiap perspektif tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif lainnya. Menurut hemat saya bagaimanapu juga kedua perspektif tersebut adalah hal yang sangat penting dalam dunia akuntansi Perspektif pengukuran yang menekankan kualitas angka akuntansi, tidak dapat mengabaikan peran pengungkapan informasi secara luas. Pemikir-pemikir akuntansi mengkritik ketidakmampuan angka akuntansi untuk memenuhi kebutuhan investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, sehingga diperlukan pengungkapan informasi yang cukup luas. Perspektif informasi, yang menekankan pengungkapan luas, perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelebihan informasi. Interaksi perspektif informasi dan perspektif pengukuran menjadi penting, karena kedua aspek dari kedua perspektif tersebut, yaitu kualitas angka akuntansi dan pengungkapan informasi secara luas, tidak dapat diabaikan salah satu. Perspektif informasi perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi, dan perspektif pengukuran perlu mempertimbangkan luas pengungkapan. Jadi sebaiknya kedua persepektif tersebut haruslah dipertimbangkan karena adanya keterkaitan antara kedua persfektif tersebut yang saling mendukung. Disamping itu ketika kedua perspektif tersebut digunakan untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing informasi yang disajikan akan lebih berkualitas.