14 PUNYA NEW

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasilan bahan makanan berupa daging yang nilai ekonomi tinggi dan penting dalam kehidupan masyarakat. Ternak adalah segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan diambil produksinya, berupa daging,dan susu,. Produk tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis ternak, antara lain, kambing, sapi, domba, dan kerbau. Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Sementara ternak kerja yaitu ternka yang dipelihara untuk diambil tenaganya. Pemeliharaan sapi potong di Indonesia di lakukan secara ekstensif,semi intensif,danintensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari. Iklim di indonesia adalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang ditandai dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus. Temperatur udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55- 100 persen. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah. Selain itu berbeda dengan factor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, maka iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia. 1.2 Tujuan Praktikum BAGIAN I

description

penerapan cara

Transcript of 14 PUNYA NEW

Page 1: 14 PUNYA NEW

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

   Sapi potong merupakan salah satu sumber daya  penghasilan bahan makanan berupa daging yang nilai ekonomi tinggi dan penting  dalam  kehidupan  masyarakat. Ternak adalah segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan diambil produksinya, berupa daging,dan susu,. Produk tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis ternak, antara lain, kambing, sapi, domba, dan kerbau. Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Sementara ternak kerja yaitu ternka yang dipelihara untuk diambil tenaganya.          Pemeliharaan sapi potong di Indonesia di lakukan secara ekstensif,semi intensif,danintensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari.        Iklim di indonesia adalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang ditandai dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus. Temperatur udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55-100 persen. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah. Selain itu berbeda dengan factor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, maka iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia.

1.2 Tujuan PraktikumBAGIAN I

PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK

ACARA 1. Penentuan Umur Ternak

Mempelajari perubahan gigi dan cara penentuan umur ternak berdasarkan keadaan gigi.

ACARA 2. Penentuan Suhu Tubuh

Mempelajari suhu tubuh ternak potong sapi pada jenis kelamin, umur, dan suhu lingkungan berbeda, serta melatih ketermapilan dalam melakukan pengukuran.

Page 2: 14 PUNYA NEW

ACARA 3. Penentuan Frekuensi Respirasi

Mempelajari fungsi respirasi pada ternak potong sapi, serta untuk melatih keterampilan dalam mengukur frekwensi respirasi.

ACARA 4. Penentuan Denyut Nadi/Denyut Jantung

Mempelajari frekuensi denyut nadi/denyut jantung persatuan waktu serta untuk melatih keterampilan untuk mengetahui denyut nadi/denyut jantung.

BAGIAN II

STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK

ACARA 1. Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) Tubuh

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal berbagai dimensi vtal tubuh sapi dan kegunaannya serta untuk menentukan bobot badan dengan menggunakan rumus-rumus yang ada. Disamping itu untuk melatih keterampilan dalam melakukan pengukuran secara cermat

ACARA 2. Penimbangan Ternak

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menggunakan penimbang dengan benar dan mengetahui cara membaca berat badan ternak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAProduktivitas ternak dicerminkan oleh penampilannya (performance),

sedangkan penampilan ternak merupakan manifestasi pengaruh Genetik (G) dan Lingkungan (L) ternak secara bersama-sama. Penampilan ternak pada setiap waktu adalah perpaduan dari sifat genetic dengan lingkungan yang diterimanya. Ternak dengan sifat genetik baik tidak akan mengekspresikan potensi genetiknya tanpa didukung oleh lingkungan yang menunjang. Bahkan telah diketahui bahwa dalam membentuk penampilan, lingkungan berpengaruh lebih besar dari pada sifat genetik ternak.

Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan, selain berpengaruh langsung terhadap ternak juga berpengaruh tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap faktor lingkungan yang lain. Selain itu berbeda dengan faktor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia.Untuk memperoleh

Page 3: 14 PUNYA NEW

produktivitas ternak yang efisien, manusia harus “ menyesuaikan “ dengan iklim setempat. Unsur iklim yang dapat berpengaruh langsung terhadap ternak adalah temperature dan kelembaban udara, kecepatan angina, penyinaran serta curah hujan dan debu (ahlgren, 1956 dan deldjoeni, 1983).Unsur utama pembentukan iklim adalah kelembaban, suhu udara, penyinaran, serta angina (Crowder dan Chheda 1982).

Ternak merupakan hewan yang selalu berupaya mempertahankan temperatur tubuhnya pada kisaran yang normal. Apabila sapi diekspose pada temperatur 45°C selama 5 jam sehari dalam 21 hari terus-menerus maka mulai hari ke 10 sapi tersebut sudah dapat menyesuaikan diri dengan temperatur panas sehingga temperatur tubuhnya akan sama seperti sebelum diekspose pada panas. Proses mempertahankan temperatur tubuh tersebut tidak berjalan secara langsung tetapi melalui proses yang bertahap (Mount, 1979). Apabila suhu lingkungannya berada di luar comfort zone maka elemen iklim lainnya menjadi lebuh berperan terhadap pengaturan suhu tubuh hewan. Kelembaban udara, penyinaran serta kecepatan angin menjadi semakin berpengaruh sebagai faktor interaktif apabila suhu lingkungan berubah (McDowell, 1980).

   Kelembaban udara (RH) dari suatu lingkungan kehidupan ternak merupakan salah satu unsur iklim. Dimana kelembaban lingkungan mempengaruhi kesehatan ternak. Kelembaban yang terlalu tinggi akan mempertinggi kejadian penyakit saluran pernapasan yang pada gilirannya memakai biaya perawatan kesehatan yang tinggi pada usaha produksi ternak. Kelembaban lingkungan yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan     meningkatnya frekuensi respirasi (Hafez, 1968).

Temperatur lingkungan yang paling sesuai bagi kehidupan ternak di daerah tropik adalah 10°C - 27°C (50° F - 80° F), bila suhu lingkungan berada di atas atau di bawah comfort zone untuk mempertahankan suhu tubuhnya ternak akan mengurangi atau meningkatkan laju metabolisme. (Williamson dan Payne, 1987), (Mc Dowell, 1980) dan (Taffal, 1982).

Keringat merupakan substansi yang dikeluarkan oleh tubuh melalui penguapan dari permukaan kulit, guna menurunkan suhu tubuh yang terlalu tinggi. Selain itu juga Dikemukakan pula, bahwa jumlah kelenjar keringat sapi lebih kurang 3,08 buah / cm2 permukaan kulit. Pengeluaran keringat terjadi bila suhu lingkungan telah mencapai 25 0C.  Pada permukaan kulit akan terbentuk titik-titik keringat. Berapapun suhu lingkungan, pengupan air selalu terjadi, yakni : ( 1 ) pengeluaran keringat yang tidak dapat dilihat atau “ insensible water loss “ yag terjadi pada suhu rendah dan ( 2 ) kehilangan air secara terus menerus melalui epidermis atau “ transepidermal water loss “. Dipermukaan kulit kedua cairan ini bercampur dan tidak dapat dipisahkan( Mc Dowell, 1972 ).

Page 4: 14 PUNYA NEW

Tingkat kehilangan panas persatuan luas permukaan kulit melalui penguapan ataupun konveksi tergantung dari : tekanan uap di permukaan kulit dan di udara, kemampuan udara lingkungan dan rambut menahan penguapan, pergerakan serta suhu udara lingkungan (Houpt, 1970 ).

Penguapan melalui pengeluaran keringat belum memperbaiki suhu tubuh, hewan akan meningkatkan penguapan air dari saluran pernapasan dan rongga mulut dengan meningkatkan laju pernapasan (Webster dan Wilson, 1980). Selanjutnya Frekuensi respirasi pada hewan berfariasi tergantung pada beberapa faktor antara lain besar badan, umur, aktifitas tubuh, kelembaban dan kepenuhan isi rumen. Hewan-hewan kecil mempunyai kebutuhan oksigen yang relatif lebih tinggi dari pada hewan-hewan besar (tennay, 1970; jeffery, 1975; white, 1977; bone, 1982).

Frekuensi pernapasan yang sebenarnya dapat dihitung bila ternak dalam keadaan istirahat dan tenang.Meningkatnya respirasi menceraikan meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologi dalam tubuh hewan (Sugeng, 1998). Frekuensi denyut jantung di dalam kandang lebih tinggi di bandingkan di luar kandang.hal ini di karenakan di luar kandang suhunya lebih tinggi di bandingkan di dalam kandang. Hal ini berhubungan dengan peningkatan respirasi yang karena meningkatnya aktivitas otot pada organ respirasi membutuhkan suplai O2 lebih banyak yang harus dipenuhi melalui peningkatan aliran darah melalui peningkatan denyut jantung (Webster dan Wilson, 1980).

Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga dibutuhkan darah lebih banyak untuk mensuplai O2 dan nutrient melalui peningkatan aliran darah dengan jalan peningkatan denyut nadi (Mith dan Hamlin 1970).

Secara umum produktivitas seekor ternak ditentukan oleh tiga faktor yaitu genetik, lingkungan, dan umur. Faktor keturunan akan mempengaruhi performa seekor ternak dan faktor lingkungan merupakan pengaruh kumulatif yang dialami oleh ternak sejak terjadinya pembuahan hingga dewasa. Produksi sapi yang baik  akan dihasilkan apabila seekor ternak selain mempunyai genetik yang tinggi, ternak juga memiliki daya adaptasi lingkungan serta tatalaksana yang baik. Produksi ternak sapi potong berhubungan erat dengan performansnya. Performans ternak dapat dilihat dari bobot badan, ukuran tubuh, komposisi tubuh, dan kondisi tubuh. Bobot badan ternak dapat diketahui dengan melakukan penimbangan atau menggunakan alat penduga bobot hidup untuk menggambarkan penampilan produksi seekor ternak. Beberapa ukuran tubuh dapat dijadikan sebagai

Page 5: 14 PUNYA NEW

indikator bobot hidup seperti lingkar dada panjang badan, dan tinggi gumba (Hardjosubroto, 1994).

Pertumbuhan seekor ternak diartikan sebagai pertambahan bobot badan per satuan waktu, meliputi perubahan ukuran urat daging, tulang, dan organ-organ internal lainnya. Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, jenis kelamin, jumlah dan kualitas pakan serta fisiologi lingkungan ternak (Soeparno, 1998).  

Laju pertumbuhan yang berbeda diantara bangsa dan individu ternak dalam suatu bangsa disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa. Bangsa ternak yang besar akan lahir lebih berat, tumbuh lebih cepat, dan bobot tubuh lebih berat pada saat mencapai pubertas daripada bangsa ternak yang kecil. Kecepatan pertumbuhan sapi sangat cepat pada tahun pertama setelah sapi mencapai pubertas dan kemudian menurun kembali setelah mencapai dewasa kelamin (Tulloh, 1978).

Bobot badan seekor sapi hanya dapat diketahui secara tepat melalui cara penimbangan, namun dalam situasi dan kondisi tertentu, terutama dibutuhkan cara lain yang dianggap praktis untuk mengestimasi bobot badan seekor ternak. Beberapa penelitian telah melaporkan adanya hubungan antara dimensi ukuran tubuh pada sapi dengan antara dimensi ukuran tubuh pada sapi dengan bobot badannya, sehingga dihasilkan suatu formula untuk mengestimasi bobot badan pada umur dan jenis kelamin tertentu (Sumadi et al., 2001; Maskyadji, 1997; Clufran, 1976; Saleh, 1982).

Mengukur panjang badan dapat dilakukan dengan cara menempatkan tongkat ukur bagian permanen dibagian depan tulang persendian pada kaki depan dan cara membacanya harus lurus, sehingga pengukuran yang dilakukan akurat (Susetyo, 1977).

Lingkar dada pada ternak menunjukkan berat badannya, di mana semakin panjang lingkar dadanya maka semakin berat bobot badan ternak tersebut dan sebaliknya semakin pendek lingkar dada suatu ternak maka berat badan ternak tersebut ringan atau ternak tersebut kurang sehat/ kurus (Roche, 1975).

Page 6: 14 PUNYA NEW

BAB IIMATERI DAN METODE PRAKTIKUM

2.1 Materi Praktikum

2.1.1 Alat Praktikum Tongkat ukur (jangka sorong) Pita Ukur (Rondo) Counter cek Jam (stopwach) Higrometer Termometer Stetoskop Timbangan Ternak Kandang Penjepit

2.1.2 Bahan Praktikum Sapi jantan atau betina Vaselin Alkohol 70% Kapas

2.2 Metode PraktikumBAGIAN 1.

PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK

Acara 1. Penentuan Umur TernakPraktikum dilakukan dengan metode pengamatan langsung,

yaitu dengan memeriksa serta meraba keadaan gigi. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Sapi dimasukkan ke kandang jepit, diusahakan agar keadaannya tenang dan tidak menjadi gelisah mempermudah pemeriksaan.

Kuasailah bagian kepala sapi dengan melingkarkan sebelah lengan tangan pada muka sapi, sekaligus cegkramlah kedua rahang bawah sapi sampai mulut sapi ternganga sehingga giginya tampak. Agar gigi sapi lebih jelas terlihat, bukalah bibir bawahnya.

Periksa dan rabalah permukaan gigi serinya hingga jelas terlihat dan terasa keadaannya.

Perhatikan petunjuk 1-6 pada gambar diatas untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan saudara.

Page 7: 14 PUNYA NEW

Acara 2. Penentuan Suhu TubuhPraktikum ini dilaksanakan menggunakan metode percobaan

dengan pengukuran langsung melalui rectum (suhu rektal) terhadap beberapa perlakuan berupa jenis kelamin, umur, variasi suhu lingkungan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu diidentifikasi dalam hal jenis/bangsa, jenis kelamin, umur, berat badan, kondisi tubuh.

Hewan dikendalikan/diperlakukan agar tetap tenang, sehingga pengukuran suhu tubuhnya dapat dilakukan dengan baik : jika tersedia kandang jepit maka sebaiknya, (khusus untuk sapi) dimasukkan ke kandang jepit untuk memudahkan pengamatan.

Pengukuran suu tubuh hewan dilakukan per rectal. Dalam hal in, thermometer harus disiapkan terlebih dahulu dengan cara dikibas-kibas untuk menurunnkan permukaan air raksanya sampai angka terendah, kemudian ujung thermometer dicelupkan kedalam pelican atau vaslin. Masukkan ujung thermometer kedalm rektur selama 2-3 menit, perhatikan letak ujung thermometer dengan melihat posisi permukaan air raksanya. (Pengukuran dilakukan pada pagi dan siang/sore hari) dan dilakukan sebanyak 3 kali pengamatan.

Data yang diperoleh dari tiap pengamatan dikelompokkan menurut jenis kelamin, umur ternak, dan perbedaan suhu lingkungan tempat pengamatan. Kemudian lakukan analisis data menggunakan analisis statistic sederhana.

Acara 3. Penentuan Frekuensi RespirasiPraktikum dapat dilaksanakan dengan metode percobaan

melalui pengamatan langsung terhadap variable-variabel jenis kelamin, umur ternak. Variasi suhu lingkungan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut:

Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu diidentifikasi dalam hal jenis/bangsa, jenis kelamin, umur ternak, berat badan, dan kondisi tubuh.

Hewan dikendalikan/diperlukan agar tetap tenang, tidak gelisah, sehingga pengukuran frekuensi respirasinya dapat dilakukan dengan baik, jika tersedia kandang jepit maka sebaiknya (khusus unutk sapi), dimasukkan ke kandang jepit untuk memudahkan pengamatan.

Pengukuran frekuensi respirasi hewan dilakukan dengan cara mendekatkan punggung telapak tangan di depan hidung ternak. Hitunglah dengusan nafas ternak dalam 1 menit, ulangi lagi hingga menjadi 3 kali perhitungan.

Page 8: 14 PUNYA NEW

Data yang diperoleh dari tiap pengamatan dikelompokkan menurut jenis kelamin, umur ternak, dan perbedaan suu lingkungan tempat pengamatan. Kemudian lakukan analisis data menggunakan analisis statistic sederhana.

Acara 4. Penentuan Denyut Nadi/Denyut JantungPraktikum ini dilaksanakan menggunakan metode

percobaan dengan pengukuran langsung melalui rectum (suhu rektal) terhadap beberapa perlakuan berupa jenis kelamin, umur, variasi suhu lingkungan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu diidentifikasi dalam hal jenis/bangsa, jenis kelamin, umur, berat badan, kondisi tubuh.

Hewan dikendalikan/diperlakukan agar tetap tenang, sehingga pengukuran suhu tubuhnya dapat dilakukan dengan baik : jika tersedia kandang jepit maka sebaiknya, (khusus untuk sapi) dimasukkan ke kandang jepit untuk memudahkan pengamatan.

Dapat dilakukan dengan menggunakan stetoscop pada daerah kostal atau dada sebelah kiri, dibelakang scapula distal atau dibawah. Frekuensi denyut jantung/nadi dihitung dalam 1 menit, diulang 3 kali. Sebelumnya perlu dicari lokasi sekitar data yang suara detaknya paling keras.

Data yang diperoleh dari tiap pengamatan dikelompokkan menurut jenis kelamin, umur ternak, dan perbedaan suu lingkungan tempat pengamatan. Kemudian lakukan analisis data menggunakan analisis statistic sederhana

BAGIAN IISTRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK

Acara 1. Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) TubuhAdapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam praktikum ini adalah:

Ternak harus dalam keadaan tenang Ternak harus bersih Ternak harus berdiri normal dan ditempatkan pada bidang datar

Acara 2. Penimbangan TernakUntuk mengetahui bobot badan ternak sapi dapat dilakukan:

Menimbang ternak langsung dengan timbangan bobot badan Mengukur dengan mengestimasikan menggunakan pita ukur

atau rondo Menggunakan ukuran-ukuran tubuh, kemudian hasil ukuran

dimasukkan dalam rumus-rumus yang ada.

Page 9: 14 PUNYA NEW

BAB 1VHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum4.2 Pembahasan

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan5.2 Saran

Page 10: 14 PUNYA NEW

DAFTAR PUSTAKABone, J.F., 1982. Animal Anatomi and Physiology . Second Edition. Reston Publishing Company .

Inc. A Prentice Hall Company Reston : Virginion      Campbel, J.R and J.F. Lasley. The Science of Animal That Serve Mankid . Second Edition Mc

Graw-Hill Book Co : New York, PP. 184-331-338Clufran. 1976. Korelasi antara berat hidup dengan lingkar dada, panjang badan dan tinggi gumba sapi

Bali kualitas ekspor asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. YogyakartaSkripsi: Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada

Dalam Sw enson. M.j. (Ed). Dikes Physialogy of Domestic Animal. Eight Edition. Comstock Publishing Co. London, 1970. pp. 169-77.

David, S., dan Peter, S., 1978. Lifestock Health and Housing . Secon Edition. English Lenguage Book Sociaty and Bailliere Tindal : London. P. 344 Febiger, 1968. pp. 99-114.

Hafez. E. S. E. 1968. Adaptation of   Domestic Anima l. Philadphia. Len and Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. Jakarta: PT. Grasindo

J. R. Stouffer. 1980. Improvement of Livestook Production in Warm Climats. W. H. Freeman and Co. San Fransisco. pp. 30-32; 83-87.

Maskyadji, A.S.Z.Z. 1997. Pertumbuhan dan penentuan output sapi Madura dari Pulau Madura . Yogyakarta: Tesis, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada

McDowelll, P. E. Richard. G.J. H.C. Pant, A. Roy. E.J. Siegentha Ler and Neshei N.C,E.A Richard and L.E Card, 1979. Poultry Production . London:Lea and Febigher.

PhyladelfiaRoche. 1975. Pengukuran Berat Badan Ternak berdasarkan Performance . Yogyakarta: Dinas

Peternakan Provinsi DIYSaleh, A.R. 1982. Korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada, lebar dada, tinggi pundak, panjang

badan dan dalam dada sapi Ongole di Pulau Sumba. Bogor: Karya Ilmiah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Smith, C. R., Hamlin, L. R. Regulation ot The Heart and Blood VesselsSoeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gajah Mada University PressSusetyo. 1997. Performance Tubuh Ternak. Jakarta: Cv.YasagunaToelehere, M.R., 1985.fisiologi reproduksi pada ternak .angkasa . BandungWebster, C.C. and P.N. Wilson.1980..Agriculture in The Tropics . And Edition. London: The

English Language Book Society and Lengman Group LtdWhite, F.N1977. Animal Physiology; Principles and Adaptation. London: Third Edition Collier

McMillan Publishers. pp. 156-212Williamson, G., and W.J.A. Payne ., 1968. An Introdution to Longman Group. Astross Printing Ltd

Page 11: 14 PUNYA NEW