14. BAB 5 New Tanpa Rumus
-
Upload
sri-siti-rahayu -
Category
Documents
-
view
211 -
download
5
Transcript of 14. BAB 5 New Tanpa Rumus
BAB 5
MASALAH KHUSUS
METODE PELAKSANAAN SOLDIER PILE SEBAGAI
DINDING PENAHAN TANAH
5.1 LATAR BELAKANG
Semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pembangunan infrastruktur
yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang ada di Jakarta
mengakibatkan tidak bisanya lagi suatu perusahaan (kontraktor) memilih areal
lahan yang baik dan luas, terutama dari segi alinyemen dan nilai kuat dukung
tanahnya. Kontraktor dituntut untuk semakin pintar memilih dan mengolah lahan
sempit menjadi sebuah hunian bagus, baik dari segi estetika mapun segi
keselamatannya. Masalah yag datang adalah ketika lahan yang hendak diolah
menjadi suatu hunian bersebelahan dengan rumah-rumah warga dan bangunan
sosial lainnya dengan jarak yang tidak jauh.
Salah satu hal yang harus dihindari saat proses pembangunan dekat rumah
warga adalah tanah longsor. Salah satu penyebab longsor diakibatkan oleh faktor
kuat geser tanah, baik karena peningkatan kuat geser maupun penurunan kuat
geser. Untuk mencegah hal tersebut, kontraktor membutuhkan suatu struktur
penahan yang dapat menahan reaksi tanah yang tidak diinginkan selama proses
pembangunan berlangsung bahkan hingga bangunan dihuni.
102
5.2 PENDAHULUAN
Faktor pendukung dibuatnya konstruksi dinding penahan tanah adalah
akibat bertambah luasnya kebutuhan konstruksi penahan yang digunakan untuk
mencegah agar tidak terjadi kelongsoran menurut kemiringan alaminya. Sebagian
besar bentuk dinding penahan tanah adalah tegak (vertikal) kecuali pada keadaan
tertentu yang dinding penahan tanahnya dibuat condong ke arah urugan
Dinding penahan tanah adalah struktur yang didesain untuk menjaga dan
mempertahankan dua muka elevasi tanah yang berbeda. (Coduto, 2001).
Bangunan dinding penahan tanah digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral
yang ditimbulkan oleh tanah urug atau tanah asli yang labil. Bangunan ini lebih
banyak digunakan pada proyek-proyek : irigasi, jalan raya, pelabuhan, dan lain-
lain. Elemen-elemen pondasi selain berfungsi sebagai bagian bawah dari struktur
juga sebagai penahan tanah di sekitarnya.
Dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta
mencegahnya dari bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat tanah
itu sendiri maupun akibat beban yang bekerja di atasnya. Pada saat ini, konstruksi
dinding penahan tanah sangat sering digunakan dalam pekerjaan sipil walaupun
ternyata konstruksi dinding penahan tanah sudah cukup lama dikenal di dunia.
Salah satu bukti peninggalan sejarah bahwa dinding penahan tanah telah
digunakan pada masa lampau adalah Tembok Raksasa China yang mulai
dibangun pada zaman Dinasti Qin (221 SM) sepanjang 6.700 km dari timur ke
barat China dengan tinggi 8 meter, lebar bagian atasnya 5 meter, sedangkan lebar
bagian bawahnya 8 meter. Bukti lainnya yaitu taman gantung Babylonia yang
103
dibangun di atas bukit batuan yang bentuknya berupa podium bertingkat yang
ditanami pohon, rumput dan bunga-bungaan serta ada air terjun buatan berasal
dari air sungai Eufrat yang dialirkan ke puncak bukit lalu mengalir melalui saluran
buatan, yang dibangun pada zaman raja Nebukadnezar (612 SM) dengan tinggi 107
meter.
Di kebanyakan proses konstruksi, terkadang diperlukan perubahan
penampang permukaan tanah dengan suatu cara untuk menghasilkan permukaan
vertikal atau yang dekat dengan permukaan vertikal tersebut (Whitlow, 2002).
Penampang baru tersebut mungkin saja dapat memikul beban sendiri, tetapi dalam
beberapa kasus, sebuah struktur dinding penahan lateral membutuhkan dukungan.
Dalam analisis stabilitas, kondisi tanah asli ataupun material pendukung sangatlah
penting, karena berhubungan dengan dampak bergeraknya dinding penahan atau
kegagalan struktur setelah proses konstruksi.
Jika struktur dinding penahan tanah telah didukung dengan material lain
sehingga bergerak mendekat ke tanah, maka tekanan horisontal dalam tanah akan
meningkat, hal ini disebut tekanan pasif. Jika dinding penahan bergerak menjauh
dari tanah, tekanan horisontal akan menurun dan hal ini disebut tekanan aktif. Jika
struktur dinding penahan tanah tidak runtuh, tekanan horisontal tanah dapat
dikatakan dalam tekanan at-rest.
5.3 FUNGSI DINDING PENAHAN TANAH
Fungsi utama dari dinding penahan tanah atau retaining wall adalah untuk
mencegah displacement dan sliding di sekitar galian, yang dapat menyebabkan
104
terjadinya kelongsoran serta mencegah terjadinya penurunan tanah di sekitar lahan
proyek. Dinding penahan tanah sudah digunakan secara luas dalam hubungannya
dengan konstruksi bangunan. Banyak bangunan bangunan kini yang telah
memanfaatkan konstruksi dinding penahan tanah.
Aplikasi yang umum menggunakan dinding penahan tanah antara lain
sebagai berikut :
a. Jalan raya atau jalan kereta api yang ditinggikan untuk mendapatkan
perbedaan elevasi.
b. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibuat lebih rendah agar didapat
perbedaan elevasi.
c. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibangun di daerah lereng.
d. Dinding penahan tanah yang menjadi batas pinggir kanal.
e. Dinding khusus yang disebut flood walls yang digunakan untuk
mengurangi atau menahan banjir di sungai.
f. Dinding penahan tanah yang digunakan untuk menahan tanah pengisi
dalam membentuk suatu jembatan. Tanah pengisi ini disebut approach fill
dan dinding penahan disebut abutments.
g. Dinding penahan tanah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
material seperti pasir, biji besi, dan lain-lain.
105
Gambar 5.1 Aplikasi Dinding Penahan TanahSumber : Hungtington, 1961
5.4 JENIS-JENIS DINDING PENAHAN TANAH
Jenis-jenis dinding penahan tanah beraneka ragam, disesuaikan dengan
lapangan dan aplikasi yang akan digunakan. O’Rourke dan Jones (1990)
mengklasifikasikan dinding penahan tanah menjadi tiga kategori yaitu sistem
sistem stabilisasi internal (internally stabilized systems), stabilisasi eksternal
(externally stabilized systems), dan sistem stabilisasi hybrid (hybrid sytems) yang
merupakan kombinasi kedua metode tersebut.
106
Gambar 5.2 Struktur Klasifikasi Dinding Penahan TanahSumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23147/3/Chapter II.pdf, 2013
5.4.1 Sistem Stabilisasi Internal (Internally Stabilized Systems)
Sistem stabilisasi internal (internally stabilized systems) merupakan sistem
yang memperkuat tanah untuk mencapai kestabilan yang dibutuhkan. Sistem ini
berkembang sejak tahun 1960 dan dibagi menjadi dua kategori yaitu reinforced
soils dan in-situ reinforcement. Reinforced soils adalah sistem yang menambah
material perkuatan saat tanah diurug, sedangkan in-situ reinforcement adalah
sistem yang menambah material perkuatan dengan cara dimasukkan ke dalam
tanah.
107
Gambar 5.3 Mechanically Stabilized Earth (MSE)Sumber : Earth Retaining Maunual, 2010
5.4.1.1 Mechanically Stabilized Earth (MSE)
Mechanically Stabilized Earth (MSE) merupakan perkuatan dengan sistem
stabilisasi internal yang memanfaatkan pengalihan atau penyaluran tegangan dari
elemen perkuatan kepada tanah urug yang terjadi melalui gesekan antara
permukaan elemen perkuatan dengan tanah dan tahanan pasif yang timbul antara
bagian elemen perkuatan yang berarah tegak lurus terhadap arah pergerakan
relatif antara tanah dan perkuatannya.
Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh Henri Vidal dari Prancis pada
tahun 1961 dengan nama Reinforced Walls. Vidal menggunakan panel-panel
beton yang diikatkan dengan baja strip yang membentang dari panel beton hingga
panjang tertentu ke dalam tanah. Panel-panel beton yang tertekan oleh tanah di
belakangnya akan ditahan oleh baja-baja strip yang memiliki tahanan geser akibat
gaya gesek dengan tanah. Interaksi antara panel beton, baja strip dan tanah inilah
yang bekerja sama menahan tekanan tanah lateral (Gouw, 1996).
108
Gambar 5.4 Mekanisme Transfer Gaya pada MSESumber : Earth Retaining Maunual, 2010
5.4.2 Sistem Stabilisasi Eksternal (Externally Stabilized Systems)
Sistem stabilitas eksternal adalah sistem dinding penahan tanah yang
menahan beban lateral dengan meggunakan berat dan kekakuan struktur. Sistem
ini merupakan sistem satu-satunya yang ada sebelum tahun 1960, dan sampai saat
ini masih umum digunakan.
Sistem ini terbagi menjadi dua kategori yaitu dnding gravitasi yang
memanfaatkan massa yang besar sebagai dinding penahan tanah dan in-situ wall
yang mengandalkan kekuatan lentur sebagai dinding penahan tanah misalnya
soldier pile.
109
5.4.2.1 Dinding Gravitasi (Gravity Walls)
Dinding gravitasi, adalah dinding penahan yang dibuat dari beton tak
bertulang atau pasangan batu. Sedikit tulangan beton kadang-kadang diberikan
pada permukaan dinding untuk mencegah retakan permukaan dinding akibat
perubahan temperatur.
a. Masonry Wall
Masonry wall Dapat terbuat dari beton, batu bata ataupun batu keras.
Kekuatan dari material dinding penahan biasanya lebih kuat daripada tanah dasar.
Kakinya biasanya dibuat dari beton dan biasanya akan mempunyai lebar sepertiga
atau setengah dari tinggi dinding penahan. Stabilitas dinding ini tergantung
kepada massa dan bentuk.
b. Gabion Wall
Gabion adalah kumpulan kubus yang terbuat dari galvanized steel mesh
atau woven strip, atau plastic mesh (hasil anyaman) dan diisi dengan pecahan batu
atau cobbles, untuk menghasilkan dinding penahan tanah yang mempunyai
saluran drainase bebas.
c. Crib Wall
Dinding penahan tanah jenis ini dibentuk dengan beton precast, stretchers
dibuat paralel dengan permukaan vertikal dinding penahan dan header diletakkan
tegak lurus dengan permukaan vertical. Pada ruang yang kosong diisikan dengan
material yang mempunyai drainase bebas, seperti pasir dan hasil galian.
110
5.4.2.2 In-Situ Walls
In-situ walls adalah dinding yang mengandalkan kekuatan lentur sebagai
dinding penahan tanah.
a. Sheet Pile
Jenis ini merupakan struktur yang fleksibel yang dipakai khususnya untuk
pekerjaan sementara di pelabuhan atau di tempat yang mempunyai tanah jelek.
Material yang dipakai adalah timber, beton pre-cast dan baja. Timber cocok
dipakai untuk pekerjaan sementara dan tiang penyangga untuk dinding kantilever
dengan letinggian sampai 3 m. Beton pre-cast dipakai untuk struktur permanen
yang cukup berat. Sedangkan baja telah banyak dipakai, khususnya untuk
kantilever dan dinding penahan jenis tied-back, dengan berbagai pilihan
penampang, kapasitas tekuk yang kuat dan dapat digunakan lagi untuk pekerjaan
sementara. Kantilever akan mempunyai nilai ekonomis jika hanya dipakai sampai
ketinggian 4 m (Whitlow, 2001). Anchored atau dinding tie-back dipakai untuk
penggunaan yang luas dan berbagai aplikasi di tanah yang berbeda-beda.
b. Braced atau Propped Wall
Props, braces, shores dan struts biasanya ditempatkan di depan dinding
penahan tanah. Material-material tersebut akan mengurangi defleksi lateral dan
momen tekuk serta pemancangan tidaklah dibutuhkan. Dalam saluran drainase,
dipakai struts dan wales. Dalam penggalian yang dengan area yang cukup luas,
dipakai framed shores dan raking shores.
111
c. Contiguous dan Secant Bored-Pile Wall
Dinding contiguous bored pile dibentuk dari satu atau dua baris tiang pancang
yang dipasang rapat satu sama lain.
d. Diapraghm Wall
Biasanya dibangun sebagai saluran sempit yang telah digali yang untuk
sementara diperkuat oleh bentonite slurry, material perkuatan ditumpahkan ke
saluran dan beton ditaruh melaui sebuah tremie. Metode ini dipakai di tanah yang
sulit dimana sheet piles akan bermasalah atau level dengan muka air yang tinggi
atau area terbatas.
e. Soldier Pile
Soldier pile adalah kumpulan susunan bore pile yang berfungsi sebagai
penahan tanah dan dibangun dinding yang terbuat dari beton bertulang dibagian
depannya (lagging). (Petra Christian, 2012).
5.5 Pemilihan Soldier Pile sebagai Dinding Penahan Tanah
Pemilihan alternatif konstruksi dinding penahan tanah berdasarkan
beberapa tinjauan, misalnya aman, efisien, ekonomis, mudah dikerjakan dan
ketersediaan konstruksi itu mudah atau banyak di pasaran. Mengacu pada
pemilihan alternatif konstruksi di atas, terdapat beberapa jenis dinding penahan
tanah yang telah tersedia, termasuk didalamnya adalah soldier pile.
Soldier pile merupakan struktur penahan galian yanah dalam untuk lokasi
yang kedalaman muka air tanahnya lebih rendah dari dasar galian. Struktur
112
penahan tanah ini tersusun membentuk dinding dengan terdapat jarak antara pile
yang satu dengan yang lainnya
Penggunaan Soldier Pile sebagai dinding penahan tanah
sudah banyak dilaksanakan dalam rekayasa geoteknik. Keuntungan
metode tersebut dibanding metode konvensional selain cepat dan
praktis dalam pelaksanaan, mutu material lebih terjamin karena
fabrikasi serta ketersediaan bahan sebagai bentuk konstruksi
dinding penahan tanah di pasaran cukup banyak. Soldier pile adalah
kumpulan susunan bore pile yang berfungsi sebagai penahan tanah dan dibangun
dinding yang terbuat dari beton bertulang dibagian depannya. (Petra Christian,
2012). Soldier pile memiliki kedalaman dan jarak tertentu, kedalaman, diameter
dan jarak antara soldier pile dengan bore pile biasanya berbeda. Soldier pile cocok
digunakan pada tanah jenis tanah berbutir kasar maupun tanah berbutir halus.
Metode ini sudah digunakan sejak abad ke-18 di New York, Berlin, dan London.
Tekanan tanah lateral di belakang soldier pile bergantung kepada sudut
geser dalam tanah (phi) dan kohesi (c). Tekanan lateral meningkat dari atas
sampai ke bagian paling bawah pada dinding penahan tanah. Jika tidak
direncanakan dengan baik, tekanan tanah akan mendorong soldier pile sehingga
menyebabkan kegagalan konstruksi serta kelongsoran. Kegagalan juga disebabkan
oleh air tanah yang berada di belakang dinding penahan tanah yang tidak
terdisipasi oleh sistem drainase. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk sebuah
dinding penahan tanah mempunyai sistem drainase yang baik, untuk mengurangi
tekanan hidrostatik dan meningkatakan stabilitas tanah.
113
5.5 1 Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan soldier pile tidak jauh
berbeda dengan dengan bored pile seperti mesin bor, mata bor (Soil auger dan
rock auger), pipa tremie, casing, tulangan, crane, excavator, dan peralat
penunjang lainnya.
Gambar 5.5 Mesin BorSumber : Earth Retaining Manual, 2010
5.5.2 Prosedur Pelaksanaan Soldier Pile
Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek.
Oleh karena itu langkah awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu.
Proses ini sebaiknya dlakukan sebelum alat-alat proyek masuk. Prosedur
114
pembuatan soldier pile tidak jauh beda dengan pembuatan Borod Pile hanya titik
dan diameter tiang saja yang membedakannya.
5.5.2.1 Marking Posisi Pile oleh Surveyor
Sebelum pekerjaan dimulai, maka terlebih dahulu harus dilakukan
pembuatan titik titik pile yang akan dibuat lubang.
Untuk membuat titik pile tersebut, maka harus dilakukan pengukuran
terhadap titik referensi, dimana titik referensi tersebut ditunjuk oleh owner atau
kontraktor utama. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pesawat theodolite
dan meteran, dengan mem-plot gambar rencana ke lapangan. Penentuan titik ini
harus dilakukan dengan teliti tanpa kesalahan karena akan menyangkut
pembangunan gedung kedepannya.
5.5.2.2 Pembesian
Besi untuk tulangan soldier pile harus dirakit di tempat yang ditentukan atau
diluar lokasi pengeboran, yaitu dengan memasang besi utama/pokok dan besi
spiral, dan pada setiap 2 meter pada besi spiral dipasang spacer.
115
Gambar 5.6 Fabrikasi TulanganSumber : Dokumentasi, 2013
5.5.2.3 Pengeboran (Boring)
Setelah alat bor sudah dirakit, maka segera dapat dilakukan pekerjaan
pengeboran pada titik yang sudah ditentukan. Mula mula mesin bor ditempatkan
pada lokasi yang akan dibor, lalu tepatkan mata auger pada titik soldier pile.
Soil auger dan soil bucket dipakai untuk pengeboran tanah yang halus
(soft), pasir (sand) sampai tanah keras (hard layer). Apabila dalam pengeboran di
temukan batu (rock) bisa dipakai rock auger atau core barrel. Penggantian mata
bor tidak diijinkan dalam pengeboran jika tidak di setujui oleh pengawas
lapangan.
Setelah perlengkapan siap, dilakukan pekerjaan pre-boring dengan jalan
memutar kelly bar pada rotary yang selanjutnya kelly bar diturunkan atau ditekan
dengan jack secara perlahan. Preboring dilakukan sampai kedalaman kira kira 3
meter, tanpa mengeluarkan tanah hanya untuk menghancurkan tanah.
Pengeboran dilakukan dengan menggunakan auger, dan tanah hasil
pengeboran harus segera dipindahkan ke sekitar lokasi. Setelah mencapai tanah
keras sementara kedalaman yang dikehendaki belum tercapai, maka mata bor
segera diganti dengan rock auger atau core barrel. Pengeboran diteruskan sampai
kedalaman yang ditentukan. Untuk Pembangunan Apartemen Nine Residence
kedalaman untuk soldier pile adalah 21 m untuk semua titik tiang dengan jumlah
36 titik tiang.
116
Gambar 5.7 Proses Pengeboran dan Pemasukan TulanganSumber : Dokumentasi, 2013
5.5.2.4 Instal Casing Sementara (Temporary Casing)
Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi, untuk menghindari
tanah di tepi lubang yang berguguran maka perlu dipasang casing. Casing adalah
pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter
lubag bor dengan panjang casing 4 m.
Cara pemasangan casing sementara yaitu dengan menggunakan Vibrator
(Vibro-hammer) yang di pukul ke dalam tanah. Setelah casing terpasang, maka
pengeboran dapat dilanjutkan.
5.5.2.5 Pekerjaan Pembersihan (Cleaning) dan Pengecekan
Setelah lobang bor selesai atau jadi, maka sebelum dilakukan pengecoran
harus dilakukan cleaning dengan menggunakan bucket cleaning. Bucket cleaning
117
adalah bucket yang memiliki klep dimana tanah atau lumpur yang tersisa dapat
diambil.
Akhirnya setelah diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana, maka
perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi
atau belum. Hal ini dilakukan dengan cara memeriksa dan mengeceknya secara
manual.
Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu dicek dengan
data hasil penyelidikan terdahulu apakah jenis tanah sama seperti yang
diperkirakan sebelumnya.
5.5.2.6 Pemasukan Tulangan dalam Lubang Bor
Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah siap, maka selanjutnya
adalah penempatan tulangan. Tulangan akan di pabrikasi di tempat Fabrication
Yard. Lokasi pabrikasi ini sudah di tentukan di dalam logistic plan kontraktor.
Jika kedalaman lubang bor lebih dari 12 m hal ini memungkinkan tulangan di bagi
menjadi 2 section dan disangbung dengan las. Hal ini untuk menjaga agar main
reinforcement tetap tersambung bila tulangan akan di pindahkan.
Tulangan yang sudah di pabrikasi kemudian di turunkan ke lubang bor
yang sudah selesai di bor sampai kedalaman tertentu. Tulangan akan di topang
sementara dengan 2 (dua) besi hook sampai proses casting selesai.
118
5.5.2.7 Pemasangan Pipa Tremie
Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat
bantu khusus yaitu pipa tremie. Pipa tremie memiliki panjang yang sama atau
lebih panjang dari kedalaman lubang bor. Pipa ini terdiri beberapa segmen, tiap
segmen harus disambung dengan sistem drat. Setelah selesai pemasangan pipa
tremie terakhir, maka untuk paling atas disambung atau ditambah dengan corong
concrete, dan selanjutnya digantung pada garpu tremie. Terakhir dipasangkan bola
plastik pada corong atau plastik yang diisi beton segar.
5.5.2.8 Pengecoran
Untuk tahap akhir dari pekerjaan ini adalah pekerjaan pengecoran, dimana
setelah tremie terpasang dengan sempurna maka dilanjutkan dengan pengecoran
tiang. Pengecoran dilakukan dengan beton K250.
Setelah ready mix concrete tiba dilokasi, segera dilakukan pengetesan
terhadap nilai slump-nya. Setelah slump test selesai dilakukan, dilanjutkan dengan
pembuatan kubus test sebanyak yang dibutuhkan. Kemudian segera dilakukan
pengecoran yaitu dengan menuangkan concrete dari truck mixer kedalam corong
yang diteruskan kedalam lobang melalui tremie. Pada pemakaian tremie, setelah
concrete keluar dari ujung bawah tremie maka akan mendorong air, lumpur dan
dan tanah ke atas. Adanya pipa tremie menyebabkan beton dapat disalurkan ke
dasar lubang langsung tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur.
Hal ini disebabkan berat jenis beton lebih besar dibanding berat jenis air atau
119
lumpur. Beton yang sudah masuk ke dalam lubang bor akan mendesak lumpur
untuk naik ke atas permukaan.
Lakukan pengecoran secara continue, dan pada pemakaian tremie apabila
dalam corong sudah penuh concrete, maka tremie dapat dikocok-kocok atau
ditarik naik turun sehingga concrete dapat keluar dengan lancar. Apabila sudah
terlalu berat atau panjang, maka pipa tremie dapat dipotong persegment. Pada
pemotongan tremie ini harus diperhatikan agar ujung paling bawah tremie tetap
tenggelam dalam concrete antara 1,5 - 2 meter. Lanjutkan pengecoran sampai
beton segar keluar dari lobang soldier pile.
5.5.2.9 Pencabutan Pipa Tremie dan Casing
Pipa tremie yang dimasukkan ke dalam lubang bor harus dicabut kembali.
Pencabutan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh perhitungan. Jika
beton segar yang dituang terlalu banyak, maka jelas proses pencabutan akan sulit,
sedangkan jika beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik namun
pipa tremie sudah dicabut maka akan menyebabkan terjadinya segresi (beton
tercampur dengan tanah). Setelah pipa tremie dicabut, maka segera dilakukan
pencabutan tremie dan dilanjutkan pipa casing. Maka tiang tersebut sudah jadi,
selanjutnya lubang yang baru dicor harus dijaga agar tidak rusak.
5.5.3 Perbedaan Soldier Pile dan Bored Pile
Soldier pile dan bored pile memiliki bentuk yang sama, namun dengan
mendengar namanya saja jelas keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Soldier
120
pile dan lagging yang menyertainya berfungi adalah untuk mencegah
displacement dan sliding di sekitar galian, yang dapat menyebabkan terjadinya
kelongsoran serta mencegah terjadinya penurunan tanah di sekitar lahan proyek,
sedangkan bore pile berfungsi sebagai pondasi bangunan, yang artinya sebagai
perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-
gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan tersebut.
Terkait dengan perbedaan fungsi tersebut maka tidak semua daerah yang
berada pada pinggir bangunan harus menggunakan soldier pile. Daerah yang
menggunakan soldier pile hanya daerah yang rawan longsor dengan karakteristik
tanah yang labil, berdasarkan uji tanah yang telah dilakukan sebelumnya.
Gambar 5.8 Penyebaran Titik Soldier PileSumber : PT. PP (Persero) Tbk, 2013
121
Berdasarkan gambar penyebaran titik soldier pile selain karena
karakteristik tanah yang labil, penggunaan soldier pile sebagai dinding penahan
tanah juga didasari oleh dekatnya rumah pemukiman warga dengan galian dan
pembangunan Apartemen Nine Residence. Hal ini untuk mencegah semakin
tingginya resiko longsor karena tanah yang berdekatan dengan proyek telah
berfungsi sebagai pemukiman warga yang secara otomatis akan meningkatkan
beban pada tanah tersebut.
5.5.4 FAKTOR REMBESAN AIR TANAH
Faktor rembesan air tanah ke dalam daerah galian sering kali terlupakan
dalam perhitungan kestabilan dinding penahan tanah. Mode perembesan air tanah
sangat tergantung kepada kekedapan dinding penahan tanah yang dipergunakan.
Untuk galian terbuka dan galian dengan dinding penahan tanah yang tidak kedap
air, seperti soldier pile misalnya, sangat penting diperhatikan agar air tanah tidak
merembes melalui lereng atau dinding galian. Air tanah yang merembes melalui
lereng atau dinding akan mempengaruhi kestabilan dinding. Untuk itu bila mana
diperlukan, dianjurkan untuk memasang sumur-sumur dewatering di luar dan di
tepi-tepi lereng galian. Tujuannya adalah memotong rembesan air tanah agar tidak
keluar dari daerah dinding galian. Dengan demikian rembesan air tanah tersebut
tidak akan mempengaruhi kestabilan galian.
Dewatering adalah proses penurunan muka air tanah selama konstruksi
berlangsung selain itu juga diperuntukkan pencegahan kelongsoran akibat adanya
122
aliran tanah pada galian atau bisa dipaparkan sebagai proses pemisahan antara
cairan dengan padatan.
Tujuan diadakannya proses dewatering antara lain :
1. Mencegah rembesan.
2. Memperbaiki kestabilan tanah.
3. Mencegah pengembungan tanah.
4. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar.
5. Pengeringan lubang galian.
6. Mengurangi tekanan lateral.
Gambar 5.9 Aliran Air tanahSumber : Pertemuan Ilmiah Tahunan HATII, 2004
123
Namun pada proyek Apartemen Nine Residence letak sumur sumur
Dewatering tidak berada didekat soldier Pile, hal berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan diantaranya :
1. Soldier Pile merupakan dinding penahan tanah yang memiliki sifat tidak
kedap air, sehingga tidak memerlukan perhatian khusus untuk menangani
rembesan yang melewati dinding tersebut
2. Volume rembesan air pada dinding soldier pile tidak terlalu besar,
sehingga tidak terlalu mempengaruhi kestabilan tanah.
3. Tekanan air artesis kecil, sehingga tidak mempangaruhi kestabilan galian
dan dinding. Berat dan kuat geser tanah yang tertinggal di daerah galian
masih mampu menahan tekanan air artesis dari dalam tanah.
4. Pada daerah sekitar (didekat) soldier pile tidak menggunakan dewatering
karena akan menurunkan permukaan tanah.
Gambar 5.10 Lokasi Sumur Dewatering Apartemen Nine ResidenceSumber : PT. PP (Persero) Tbk, 2013
124
5.5.5 STABILITAS EKSTERNAL SOLDIER PILE
Stabilitas eksternal pada dinding penahan tanah bergantung pada
kemampuan massa tanah bertulang untuk menahan beban-beban dari luar
(eksternal), termasuk tekanan tanah lateral dari tanah bertulang di belakang
dinding penahan dan beban yang akan bekerja di atas dinding penahan (jika ada),
tanpa adanya satupun kegagalan dari mekanisme-mekanisme berikut: kegagalan
akibat pergeseran sepanjang dasar dinding atau sepanjang semua plane di atas
dasar dinding, penggulingan di sekitar kaki dinding penahan, kegagalan akibat
daya dukung tanah pondasi, serta kegagalan stabilitas lereng global.
5.5.5.1 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Geser
Kuat geser material timbunan dan tanah pondasi harus cukup lebih besar
untuk menahan tegangan horisontal akibat beban hidup yang dikenakan pada
massa tanah bertulang. Faktor keamanan untuk dinding penahan agar dapat
menahan kegagalan geser biasanya diambil sebesar 1.5 bagi sebagian besar
perancang dinding penahan tanah.
5.5.5.2 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Guling
Para engineer biasanya akan memakai FS setidaknya sebesar 2.0 untuk
kegagalan guling dinding penahan bertulang. Jumlah momen penahan (Resisting
Moment) dibagi dengan jumlah momen penyebab guling (Driving Moment),
nilainya harus lebih besar dari FS. Karena sifat struktur dinding penahan bertulang
yang fleksibel, kegagalan struktur akibat guling jarang terjadi.
125
5.5.5.3 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar harus dicek untuk memastikan apakah beban
vertikal yang bekerja akibat berat dinding dan surcharge tidak berlebihan. Faktor
Keamanan (FS) yang biasanya dipakai untuk tipe kegagalan ini adalah 2.0. Faktor
Keamanan ini lebih rendah dari yang dipakai untuk dinding penahan konvensional
karena sifat fleksibel yang dimiliki oleh dinding penahan bertulang dan
kemampuannya untuk berfungsi maksimal bahkan setelah menerima differential
settlement (penurunan tak seragam) yang cukup besar.
5.5.5.4 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Stabilitas
Baik lereng in-situ dengan tulangan maupun dinding penahan bertulang, harus
memenuhi syarat stabilitas lereng global. Tanah bertulang dianggap struktur dinding
penahan gravitasi. Faktor Keamanan terhadap keruntuhan lereng global yang
tanahnya telah diperkuat dengan tulangan geogrid (FS tulangan) diambil sebesar 2.
Faktor Keamanan terhadap kegagalan stabilitas lereng global tanah non
tulangan(FSnon-tulangan) biasanya diambil 1,3 sampai 1,5. Dimana faktor aman dari
hasil analisis tanah non-tulangan dijumlahkan dengan pembagian stabilitas momen
gaya tarik tulangan geogrid dengan momen pengguling.
5.5.6 STABILITAS INTERNAL SOLDIER PILE
Massa tanah bertulang dibagi menjadi dua daerah, zona aktif dan zona
penahan. Zona aktif berada tepat di belakang muka dinding. Pada daerah ini, tanah
cenderung bergerak menjauh dari tanah di belakangnya. Tegangan yang berasal
dari gerakan ini diarahkan keluar dari dinding, dan harus ditahan oleh tulangan.
126
Gaya-gaya pada tulangan dipindahkan ke zona penahan dimana tegangan geser
tanah dikerahkan di arah yang berlawanan untuk mencegah tercabutnya tulangan.
Tulangan menahan dua daerah yang berbeda ini bersama-sama sehingga
membentuk massa tanah yang menyatu.
Stabilitas internal adalah stabilitas massa tanah bertulang pembentuk
dinding penahan tanah bertulang terhadap pengaruh gaya-gaya yang bekerja.
Analisis stabilitas internal struktur tanah bertulang meliputi resiko putusnya
tulangan dan tercabutnya tulangan dari zona penahan.
Gambar 5.11 Zona aktif dan zona penahan dinding penahanSumber : Earth Retaining Maunual, 2010
127
5.5.7 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGGUNAAN SOLDIER
PILE
Setiap dinding penahan tanah memiliki kelebihan dan kekurangan
tersendiri tergantuang situasi dan kondisi di lapangan. Kelebihan dari penggunaan
Soldier Pile pada proyek Apartemen Nine Residence diantaranya :
1. Proses pembuatannya mudah karena hampir sama dengan bored pile
sehingga tidak memerlukan alat baru untuk membuatnya, terkecuali mata
bor yang lebih kecil (diameter 0,6 meter).
2. Pembuatannya tidak memakan waktu yang lama karena tidak perlu
mendatangkan alat berat baru.
3. Untuk jenis tanah normal (tidak jenuh air) tidak memerlukan sistem
dewatering yang khusus karena soldier pile merupakan dinding yang tidak
kedap air sehingga memungkinkan air masih bisa keluar melalui dinding
galian.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan soldier pile adalah :
1. Pada umumnya soldier pile mempunyai kelemahan dalam waterproofing
antar soldier pile (rawan bocor).
2. Pengerjaan tidak memungkinkan dilakukan dengan sistem top-down.
3. Kurang layang dikerjakan dengan sistem internal bracing (pengaku
dalam). Internal bracing ini digunakan untuk mengurangi goyangan
kesamping (horizontal drift) akibat getaran.
128