132317264.pdf

download 132317264.pdf

of 14

Transcript of 132317264.pdf

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    1/14

    PNEUMOCYSTIS CARINIIPNEUMONIA

    SUATU INFEKSI OPORTUNISTIK

    disusun oleh :

    SUNNA VYATRA HUTAGALUNG

    132317264

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2008

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    2/14

    Abstract :

    Pneumocystis carinii pneumonia is an opportunistic infection occurs in

    immunosuppressed populations. Pneumocystis carinii pneumonia is caused by

    Pneumocystis jiroveci, an organism with characteristic structures resembles to protozoa

    and also sensitive to anti parasite drugs. But later on, based on the reseach for the

    molecular biology of the RNA, Pneumocystis jiroveci then categorized as a fungi with

    close-relation to Askomikotina. Transmission is assumed by respiratory droplet

    infection, with the cyst form as the infective stage to human. The disease has become

    increasingly recognized worldwide with the epidemic of AIDS. Since the onset of the

    disease is fast and sometimes overlooked in immunocompromized patients, the prognosis

    is poor due to the respiratory failure which leads to mortality.

    Keywords : Pneumocystis carinii pneumonia, Pneumocystis jiroveci, opportunistic

    infection, immunocompromized.

    Definisi & Etiologi

    Pneumocystis cariniipneumonia (selanjutnya disebut PCP) merupakan infeksi pada paru

    yang disebabkan oleh jamur Pneumocystis carinii, sekarang dikenal dengan nama

    Pneumocystis jiroveci, sebagai tanda penghormatan kepada ahli parasitologi

    berkebangsaan Cechnya; Otto Jirovec. Organisme ini pertama kali ditemukan oleh

    Chagas (1909). Pada tahun 1915 Carini dan Maciel menemukan organisme ini pada paru

    guinea pig, awalnya diduga sebagai salah satu tahap dalam siklus hidup Trypanosoma

    cruzi. Pada tahun 1942, Meer dan Brug pertama kali menyatakan bahwa organisme ini

    merupakan salah satu jenis parasit yang patogen pada manusia. Baru pada tahun 1952

    Vanek bekerjasama dengan Otto Jirovec menggambarkan siklus paru dan patologi dari

    penyakit yang kemudian dikenal sebagai parasitic pneumonia atau pneumonia sel

    plasma interstisial (interstitial plasma cell pneumonia) ini. Sekarang penyakit ini

    merupakan infeksi oportunis berbahaya yang paling sering terjadi pada pasien AIDS

    (1,2,3,4,5).

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    3/14

    Taksonomi

    Masih ada perbedaan pendapat mengenai taksonomi Pneumocystis jiroveci. Pada

    awalnya sebagian besar peneliti memasukkan Pneumocystis jiroveci dalam golongan

    protozoa, apalagi sejak Wenyon mengklasifikasikannya ke dalam sub klas

    Coccidiomorpha , klas Sporozoa dari protozoa. Penggolongan ke dalam protozoa ini

    dikarenakan karakteristik strukturnya yang menyerupai Toksoplasma gondiidan sensitif

    terhadap preparat obat anti parasit, antara lain pentamidin isethionat, pirimetamin,

    sulfadiazine, trimetoprim + sulfametoksazol (Gajdusek, 1957; Frenkel et al., 1966; Ham

    et al., 1971). Hal ini diperkuat oleh Yoneda et al. (1982) yang berdasarkan

    pemeriksaannya dengan mikroskop elektron dan freeze fracture microscopy

    memastikan bahwa Pneumocystis jiroveciadalah suatu protozoa.

    Namun studi terbaru berdasarkan penelitian biologi molekuler asam nukleat RNA

    ribosom dan biokimianya, Pneumocystis jiroveci dimasukkan ke dalam golongan fungus

    (= jamur) yang berhubungan erat denganAskomikotina(1,5,6,7,8)

    .

    Tbl 1. Nomenklatur terbaru Pneumocystis jiroveci, dikutip dari Wikipedia.

    Kingdom: Fungi

    Subkingdom: Dikarya

    Phylum: Ascomycota

    Subphylum: Taphrinomycotina

    Class: Pneumocystidomycetes

    Order: Pneumocystidales

    Family: Pneumocystidaceae

    Genus: Pneumocystis(Delano & Delano 1912)

    Species: P. jiroveci

    EpidemiologiDistribusinya luas di seluruh dunia, dapat menginfeksi manusia dan hewan. Pada

    manusia, PCP lebih sering terjadi secara sporadik, jarang menimbulkan epidemi(Johnson

    et al., 1970; Peneral et al., 1970) dan terjadi pada semua golongan umur (Singer et al.,

    1975).

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

    http://en.wikipedia.org/wiki/Fungihttp://en.wikipedia.org/wiki/Fungihttp://en.wikipedia.org/wiki/Dikaryahttp://en.wikipedia.org/wiki/Ascomycotahttp://en.wikipedia.org/wiki/Taphrinomycotinahttp://en.wikipedia.org/wiki/Taphrinomycotinahttp://en.wikipedia.org/wiki/Ascomycotahttp://en.wikipedia.org/wiki/Dikaryahttp://en.wikipedia.org/wiki/Fungi
  • 8/14/2019 132317264.pdf

    4/14

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    5/14

    dinding yang lebih tebal dari stadium prakista dapat diwarnai dengan

    methenamine silver (Matsumoto dan Yoshida, 1986).

    c. Stadium kistaStadium ini merupakan bentuk diagnostik untuk pneumosistosis (Matsumoto dan

    Yoshida, 1986), juga diduga sebagai bentuk infektif pada manusia. Dengan

    mikroskop fase kontras, kista mudah dilihat, bentuknya bulat dengan diameter

    3,5 - 12 (kurang lebih 6 ), mengandung 8 sporozoit atau trofozoit yang sedang

    berkembang (intracystic bodies)yang berdiameter 1 1,5. Sporozoit tersebut

    dapat berbentuk seperti buah peer, bulan sabit atau kadang kadang terlihat kista

    berdinding tipis dengan suatu massa di tengah yang homogen atau bervakuol.

    Kista dan trofozoit mudah diwarnai dengan Giemsa atau dengan cara Gram

    Weiger. Pewarnaan dengan Giemsa baik untuk melihat bagian bagian dari

    parasit. Kapsul berwarna ungu merah, sitoplasma ungu dan inti ungu biru. Kista

    yang tidak mengambil warna dianggap sebagai kista yang berdegenerasi. Untuk

    menemukan kista, pewarnaan yang paling cocok adalah Gomori Silver. Tapi

    dengan warna ini tidak mungkin diperiksa susunan dalam kista secara detail.

    Kista dapat juga dilihat dengan teknik fluoresen dilabel dengan antibody (Arean,

    1971).

    Gbr 1. Kista Pneumocystis jirovecii.

    Siklus hidup

    Siklus hidup yang komplit dari Pneumocystis jiroveci belum sepenuhnya

    dimengerti, karena organisme ini belum berhasil diisolasi secara in-vitro dan

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    6/14

    sangatlah sulit mengobservasi siklus hidupnya hanya dari klinis. Secara umum

    siklus hidup dari berbagai variasi spesies Pneumocystis digambarkan oleh John

    J. Ruffolo , Ph. D. (Cushion, MT, 1988) seperti pada gambar 1.Jamur ini

    ditemukan pada paru paru mamalia tempat jamur ini tinggal tanpa

    menyebabkan infeksi yang nyata sampai sistem imun hospes melemah. Hal

    inilah yang kemudian menimbulkan pneumonia yang sering fatal(1,2,3,4,5,6,7,8,9)

    .

    Gambar 2.Pneumocystisstages were reproduced from a drawing by Dr. John J. Ruffolo, South Dakota

    State University, USA published in Cushion M. Pneumocystis carinii. In: Collier L, Balows A, Sussman

    M, editors. Topley and Wilson's Microbiology and Microbial Infections: Volume 4 Medical Mycology, 9th

    ed. New York: Arnold Publishing; 1998. p. 674.

    Keterangan gambar :

    Fase aseksual : bentuk trofozoit bereplikasi secara mitosis ke . Fase

    seksual : bentuk trofozoit yang haploid berkonjugasi dan menghasilkan

    zigot (early cyst, kista muda) yang diploid . Zigot membelah diri secara

    meiosis dan dilanjutkan dengan membelah diri secara mitosis untuk

    menghasilkan 8 nukleus yang haploid(late phase cyst, kista stadium lanjut)

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    7/14

    Kista stadium lanjut mengandung 8 sporozoit yang berisi spora yang

    kemudian akan keluar setelah terjadi ekskistasi (diyakini bahwa pelepasan

    spora terjadi saat terjadi pembelahan pada dinding sel) . Stadium

    trofozoit, dimana organisme ini mungkin berkembang biak melalui binary

    fission juga diketahui ada.

    Patogenesis dan patologi

    Pneumocystis jiroveci berada tersebar dimana mana sehingga hampir semua orang

    telah pernah terpapar dengan organisme ini bahkan sejak kanak kanak sebelum berusia

    4 tahun.

    Transmisi Pneumocystis jirovecidari orang ke orang diduga terjadi melalui respiratory

    droplet infection (tertelan ludah) dan kontak langsung (Brown, 1975), dengan kista

    sebagai bentuk infektif pada manusia. Kebanyakan peneliti menganggap transmisi

    terjadi dari orang ke orang melalui inhalasi. Juga dilaporkan bahwa transmisi dapat

    terjadi secara in utero dari ibu kepada bayi yang dikandungnya (Singer et al., 1975),

    namun dengan trofozoit sebagai bentuk infektifnya. Masa inkubasi ekstrinsik ( =

    prepaten period) diperkirakan 20 -30 hari dengan durasi serangan selama 1 4 minggu.

    Masih ada kontroversi apakah PCP muncul akibat reaktivasi infeksi laten yang telah

    pernah didapat penderita sebelumnya atau karena paparan berulang dan reinfeksi

    terhadap jamur ini. Namun diduga mekanisme infeksinya karena menjadi aktifnya

    infeksi laten (Sheldon, 1959; Frenkel et al., 1966)

    Organisme ini merupakan patogen ekstra seluler. Paru merupakan tempat primer infeksi,

    biasanya melibatkan kedua bagian paru kiri dan kanan. Tetapi dilaporkan bahwa infeksi

    Pneumocystis jiroveci bisa juga terdapat ekstrapulmonal yaitu di hati, limpa, kelenjar

    getah bening dan sum sum tulang (Jarnum et al., 1986; Barnet et al., 1969, Arean,

    1971). Organisme umumnya masuk melalui inhalasi dan melekat pada sel alveolar tipe I.

    Di paru, pertumbuhannya terbatas pada permukaan surfaktan di atas epitel alveolar.

    Pneumocystis jiroveciberkembang biak di paru dan merangsang pembentukan eksudat

    yang eosinofilik dan berbuih yang mengisi ruang alveolar, mengandung histiosit,

    limfosit dan sel plasma yang menyebabkan kerusakan ventilasi dalam paru sehingga

    menurunkan oksigenasi, interstisium menebal dan kemudian fibrosis. Pada akhirnya hal

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    8/14

    ini mengakibatkan kematian karena kegagalan pernafasan akibat asfiksia yang terjadi

    karena blokade alveoli dan bronchial oleh massa jamur yang berproliferasi tadi.

    Pada autopsi ditemukan paru bertambah berat dan volumenya bertambah besar, pleura

    agak menebal. Penampang irisan paru berwarna kelabu dan terlihat konsolidasi serta

    septum alveolus yang jelas. Hiperplasia jaringan interstisial dan terinfiltrasi berat dengan

    sel mononukleus dan sel plasma juga tampak. Karena itulah penyakitnya disebut

    Pneumonia sel plasma interstisial. Dinding alveolus menebal dan alveolus berisi

    eksudat yang amorf dan eosinofilik memberi gambaran seperti sarang lebah

    (honeycomb appearance)-, yang mengandung histiosit dan limfosit, sel plasma dan

    organisme itu sendiri. Tetapi pneumonia pneumosistis pada penderita

    agamaglobulinemia atau dengan imunosupresi, eksudat yang khas mungkin tidak

    ditemukan karena tidak ada limfosit B (Beaver et al., 1984).

    Infeksi Pneumocystis jiroveci ditemukan dalam paru hospes dan biasanya terbatas di

    lumen alveolus. Ada beberapa laporan yang menyatakan bahwa Pneumocystis jiroveci

    terdapat di dalam kapiler alveolus, septum interalveolus interstisial dan sel epitel

    (Matsumoto dan Yoshida, 1986)(1,2,5,6,7,8)

    .

    Gejala klinis

    Gejala klinis PCP meliputi triad klasik demam yang tidak terlalu tinggi-, dispnoe

    terutama saat beraktivitas-, dan batuk non produktif. Progresivitas gejala biasanya

    perlahan, dapat berminggu minggu bahkan sampai berbulan bulan. Semakin lama

    dispnoe akan bertambah hebat, disertai takipnoe frekwensi pernafasan meningkat

    sampai 90 120 x / menit -, sampai terjadi sianosis.

    Pada pemeriksaan fisik diagnostik tidak dijumpai tanda yang spesifik. Saat auskultasi

    dapat dijumpai ronki kering atau bahkan tidak dijumpai kelainan apapun. Pada 2 6 %

    kasus, PCP dapat muncul dengan pneumothorax spontan.

    Pada pemeriksaan radiologi paru terlihat gambaran yang khas berupa infiltrat bilateral

    simetris, mulai dari hilus ke perifer, bisa meliputi seluruh lapangan paru. Daerah dengan

    kolaps, diselingi dengan daerah yang emfisematosa menimbulkan gambaran seperti

    sarang tawon (honey comb appearance), kadang kadang terjadi emfisema

    mediastinal di pneumothorax (Juwono, 1987; Beaver et al., 1984).

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    9/14

    Pada darah dijumpai kadar LDH (Lactate Dehidrogenase) yang tinggi - > 460 U / L

    atau Pa O2 (tekanan oksigen parsial arteri) < 75 mmHg.

    Lesi ekstra pulmoner jarang terjadi - < 3 % -, namun dapat melibatkan limpa, hati,

    kelenjar getah bening dan sum sum tulang.

    Pada penderita anak anak sehubungan dengan malnutrisi, onset penyakit berjalan

    perlahan , dijumpai kegagalan tumbuh kembang (failure to thrive), yang akhirnya diikuti

    takipnoe dan sianosis. Sedang pada penderita yang imunosupresif anak mau pun

    dewasa -, onset penyakit berjalan cepat(1,2,5,6,7,8,10,11,13)

    .

    Diagnosa

    Diagnosa laboratorium sukar ditegakkan. Diagnosa pasti dilakukan dengan menemukan

    Pneumocystis jirovecipada sediaan paru atau bahan yang berasal dari paru, diantaranya :

    - sediaan yang diperoleh dari induksi sputum- sediaan yang diperoleh dari BAL (Broncho Alveolar Lavage) dilakukan bila

    hasil induksi sputum (-).

    - Sediaan dari biopsi paru* Pemeriksaan serologis PCR dari sediaan darah, serum dan aspirasi nasofaring

    masih diteliti lebih lanjut untuk dapat membedakan antara infeksi yang sedang

    berlangsung atau infeksi yang sudah lalu.

    * Foto roentgen dada dapat menunjukkan gambaran abnormal seperti adanya gambaran

    infiltrate interstisial bilateral difus pada daerah hilus(gbr. 2) Dapat juga terlihat

    gambaran yang berbeda seperti nodul, kavitas, konsolidasi, pneumatocele dan

    pneumothorax.

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    10/14

    Gbr 3.Foto roentgen dada pada penderita PCP

    Terlihat gambaran infiltrat interstisial bilateral difus pada daerah hilus.

    * Sebagai pemeriksaan laboratorium tambahan, analisa gas darah dapat menunjukkan

    gambaran penurunan level O2 darah(1,3,4,5,6,10,11,12,13,15)

    .

    Manajemen PCP

    a. PengobatanObat pilihan utama adalah kombinasi trimetoprim 20 mg/kg BB / hari +

    sulfametoksazol 100 mg /kg BB / hari per oral, dibagi dalam 4 dosis dengan

    interval pemberian tiap 6 jam selama 12 14 hari. Obat alternatif lain (namun lebih

    toksik) adalah pentamidin isethionat, dosis 4 mg/ kg BB / hari diberikan 1 x / hari

    secara IM atau IV selama 12 14 hari. Pentamidin isethionat biasanya diberikan

    pada pasien yang tidak respon ataupun tidak dapat bertoleransi terhadap pemberian

    kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol.

    Pemberian kemoterapi alternatif lain seperti trimetrexate + dapsone, trimetoprim +

    dapsone, leucovorin + dapsone,clindamycin + primaquine dan atovaquone dapat

    dipertimbangkan, namun saat ini masih digunakan sebatas untuk tujuan penelitian.

    b. ProfilaksisProfilaksis umumnya diberikan pada pasien dengan immunodefisiensi /

    immunocompromized. Pada penderita HIV / AIDS dengan CD4 count menurun

    hingga < 300, dianjurkan untuk mengkonsumsi kemoprofilaksis PCP.

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

    http://www.cdfound.to.it/HTML/pc2.htm
  • 8/14/2019 132317264.pdf

    11/14

    Kemoprofilaksis biasanya berupa pemberian kombinasi trimetoprim +

    sulfametoksazol, 150 dan 750 mg / m2 / hari, dibagi dalam 2 dosis dengan interval

    pemberian tiap 12 jam. Pentamidin inhaler dalam bentuk aerosol dapat juga

    digunakan sebagai alternatif lain kemoprofilaksis(1,9,10,12,13,14).

    Prognosis

    Prognosis kurang baik karena onset penyakit berjalan cepat pada penderita dengan

    immunodefisiensi / immunocompromized. Bila PCP ditemukan pada penderita dengan

    immunodefisiensi, persentase kematian dapat mencapai 100 %. Namun bila infeksi

    dapat didiagnosa sedari dini dan diberikan terapi yang adekuat, persentase kematian

    dapat diturunkan hingga 10 %. Sayang, sebagian besar kasus PCP bahkan baru

    terdiagnosa setelah pasien meninggal dunia pada pemeriksaan autopsy(12,13,14)

    .

    Kesimpulan

    PCP merupakan infeksi pada paru yang disebabkan oleh jamur Pneumocystis jiroveci.

    Infeksi ini sering terjadi pada penderita dengan immunodefisiensi, mis : pada penderita

    HIV / AIDS, ALL (Acute Lymphocytic Leucemia), maupun pada pasien yang mendapat

    terapi kortikosteroid. Transmisi orang ke orang diduga terjadi melalui respiratory

    droplet infection dan kontak langsung. Kebanyakan peneliti menganggap transmisi

    terjadi melalui inhalasi. Diduga mekanisme infeksinya karena menjadi aktifnya infeksi

    laten. Gejala klinis PCP meliputi triad klasik demam yang tidak terlalu tinggi-, dispnoe

    terutama saat beraktivitas-, dan batuk non produktif. Semakin lama dispnoe akan

    bertambah hebat, disertai takipnoe, sampai terjadi sianosis dan gagal nafas.

    Diagnosa pasti dilakukan dengan menemukan Pneumocystis jirovecipada sediaan paru

    atau bahan yang berasal dari paru, yang diperoleh melalui induksi sputum, BAL (

    Broncho Alveolar Lavage) maupun biopsi paru. Pada pemeriksaan radiologi paru dapat

    terlihat gambaran infiltrate bilateral simetris dan honeycomb appearance. Pada darah

    dijumpai kadar LDH yang meninggi, > 460 U/ L atau Pa O2 < 75 mmHg.

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    12/14

    Oleh karena onset penyakit berjalan cepat pada penderita dengan immunodefisiensi,

    maka prognosis PCP kurang baik dan infeksinya dapat fatal dengan terjadinya gagal

    nafas. Untuk itu diperlukan diagnosa dini dan terapi yang adekuat untuk mengurangi

    persentase mortalitas penyakit ini. Pada pasien dengan immunodefisiensi, mis :

    penderita HIV / AIDS dengan CD4 count menurun hingga < 300, dianjurkan untuk

    mengkonsumsi regimen kemoprofilaksis kombinasi trimetoprim + sulfametoksazol (

    atau pentamidin inhaler sebagai alternatif lain ) untuk mencegah infeksi PCP.

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

  • 8/14/2019 132317264.pdf

    13/14

    Kepustakaan :

    1. Sisirawaty, et al. Beberapa Aspek Pneumocystis Carinii. Seminar ParasitologiNasional V. 1989.

    2. Shulman ST, et al. Indonesian edition : Dasar Biologis & Klinis Penyaki Infeksi. 4thed. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 1994 : 436 46.

    3. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Indonesian edition : Jawetz, Melnick & AdelbergMikrobiologi Kedokteran. Ed. 20. EGC. 1996 : 632 3.

    4. Heelan JS, Ingersol FW. Essentials of Human Parasitology. United States. Delmar.2002 : 130 1.

    5. Pneumocystisinfection (Pneumocystis jirovecii). Available at :http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Pneumocystis.htm.

    6. Hunter GW, Frye WW, Swartzwelder JC. A Manual of Tropical Medicine. 3rd ed.London. WB Saunders Company. 1963 : 349 50.

    7. Brown HW, Neva FA. Basic Clinical Parasitology. United States of America.Appleton Century Crofts. 1983 : 76 - 7.

    8. Faust EC, Russel PF. Clinical Parasitology. 7th ed. Philadelphia. Lea & Febriger.1964 : 31, 306 -9.

    9. Manson Bahr PH. Mansons Tropical Diseases. 16th ed. London. ELBS & BT andC. 1968 : 883 4.

    10.Wilkin A, Feinberg J. Pneumocystis carinii Pneumonia : A Clinical Review.Available at: http://www.aafp.org/afp/991015ap/1699.html.

    11.Pneumocystispneumonia (PCP). Available at :http://www.aidsinfonet.org/factsheet_detail.php?fsnumber=515&newLang=en.

    12.Lung Parasites Incertae Sedis : Pneumocystis jiroveci (P. carinii). Available at :http://www.cdfound.to.it/HTML/lung.htm.

    13.Molecular Epidemiology of Pneumocystis cariniiPneumonia. Emerging InfectiousDiseases vol. 2 number 2. Available at :

    http://www.cdc.gov/incidod/eid/vol2no2/beard.htm.

    14.Pneumocystis cariniiPneumonia : Infectious Diseases. Available at :http://www.pennhealth.com/article/000671.htm.

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008

    http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Pneumocystis.htmhttp://www.aafp.org/afp/991015ap/1699.htmlhttp://www.aidsinfonet.org/factsheet_detail.php?fsnumber=515&newLang=enhttp://www.cdfound.to.it/HTML/lung.htmhttp://www.cdc.gov/incidod/eid/vol2no2/beard.htmhttp://www.pennhealth.com/article/000671.htmhttp://www.pennhealth.com/article/000671.htmhttp://www.cdc.gov/incidod/eid/vol2no2/beard.htmhttp://www.cdfound.to.it/HTML/lung.htmhttp://www.aidsinfonet.org/factsheet_detail.php?fsnumber=515&newLang=enhttp://www.aafp.org/afp/991015ap/1699.htmlhttp://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Pneumocystis.htm
  • 8/14/2019 132317264.pdf

    14/14

    15.Cook G. Acute Lobar Pneumonia, Pneumocystosis, Acquired Immune DeficiencySyndrome. In : Mansons Tropical Disease. 20th ed. London. ELBS & WB

    Saunders. 1996 : 79 80, 281, 394.

    16.Kwon Chung KJ, Bennet JE. Medical mycology. Philadelphia. Lea & Febriger.1992 : 4, 369.

    Sunna Vyatra Hutagalung : Pneumocystis Carinii Pneumonia Suatu Infeksi Oportunistik, 2008USU Repository 2008