132248451 Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Daun Smallanthus Sonchifolia Yakon Pada Mencit Jantan...

38
UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAUN SMALLANTHUS SONCHIFOLIA (YAKON) PADA MENCIT JANTAN STREND DDY LAPORAN PENELITIAN Sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Yang diselenggarakan oleh UNTIRTA Disusun oleh Ketua : Wahib Robbi Nugroho Anggota : Romli Atma Hidayat Siska Wahyu Nahareny SMA NEGERI 4 KOTA TANGERANG 2012

Transcript of 132248451 Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Daun Smallanthus Sonchifolia Yakon Pada Mencit Jantan...

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES

EKSTRAK DAUN SMALLANTHUS SONCHIFOLIA (YAKON)

PADA MENCIT JANTAN STREND DDY

LAPORAN PENELITIAN

Sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR)

Yang diselenggarakan oleh UNTIRTA

Disusun oleh

Ketua :

Wahib Robbi Nugroho

Anggota :

Romli Atma Hidayat

Siska Wahyu Nahareny

SMA NEGERI 4 KOTA TANGERANG

2012

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada allah swt atas segala rahmat dan hidayahnya yang

telah dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah. Kami menyadari

banyak pihak yang telah berpatisipasi dan membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk itu,iringan doa dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan,

utamanya kepada:

1. Ibu Dra. JUANA SADELI,SH selaku kepala sekolah SMA Negeri 4 Kota Tangerang

2. Bapak DADANG NURJAMAN S selaku PKS kesiswaan SMA Negeri 4 Kota Tangerang

3. Ibu TITIEK PUJI RAHAYU,S.Si Selaku guru pembina sains SMA Negeri 4 Kota Tangerang

4. Kakak INTAN KOMALASARI dan SISCA SRI UTAMI selaku pembimbing, yang dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan di tengah-tengah kesibukannya meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga karya tulis ilmiah dapat terselesaikan.

5. Bapak NGADINO Selaku pengurus laboratorium SMA Negeri 4 Tangerang

6. Bapak UDIN dan AGUS selaku satpam SMA Negeri 4 Tangerang yang dengan penuh sabar

menunggu kami menyelesaikan ini semua.

7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan bantuan moril maupun spiritual

8. Teman-teman ,terima kasih atas segala bantuannya

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih ada kekurangan oleh karna itu penulis

saat mengharapkan kritik dan saran yang positif agar karya ilmiah ini menjadi lebih baik dan

berdaya guna dimasa yang akan datang. Harapan penulis, mudah-mudahan karya ilmiah yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca,rekan pelajar, dan ibu pertiwi. Amin

Tangerang, Oktober 2012

Penulis

ABSTRAK Daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk

penyakit diabetes mellitus.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes ekstrak Smallanthus

sonchifolia (Yakon) pada mencit dengan metode toleransi glukosa. Digunakan 18 ekor mencit

jantan dengan berat badan 19 s/d 22 gram.

Ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) diberikan secara IP. Sebelumnya

penelitian dimulai semua hewan uji diberi 1 ml larutan glukosa untuk menaikan kadar gula

dalam darah mencit jantan.

Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu arah dengan enam

perlakuan dan tiga perulangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari control,yakon 1, yakon

2,yakon 3,non yakon, dan glibenklamid.

Pada keenam kelompok mencit jantan tersebut dilakukan pengukuran kadar glukosa

perharinya, sebanyak tiga kali perulangan dari hari pertama sampai hari ketiga

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari perulangan kedua pada mencit kadar

glukosa pada mencit mengalami penurunan. Dari hasil uji BNT menunjukan bahwa pada taraf

uji 5% dan 1% antara control dan perlakuan berbeda sangat nyata.

Dapat disimpulkan bahwa ektrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah.

DAFTAR ISI Hal

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Diabetes melitus 4

1. Penyebab diabetes melitus 5

2. Gejala diabetes melitus 7

3. Penggolongan Diabetes Mellitus 8

B. Tanaman yakon ( Smallanthus sonchifolius ) 10

1. Morfologi Smallanthus sonchifolius (yakon) 11

2. Kandungan Smallanthus sonchifolius (yakon) 12

3. Khasiat daun Smallanthus sonchifolius (yakon) 12

4. Mekanisme kerja daun Smallanthus sonchifolius (yakon) 13

BAB III METODELOGI PENELITIAN 14

A. Waktu dan tempat penelitian 14

B. Pengambilan sempel 14

C. Alat dan bahan 14

D. Prosedure kerja 15

E. Rancangan percobaan 17

F. Teknik pengumpulan data 19

G. Analisis data 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20

A. Hasil 20

B. Pembahasan 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 23

A. Kesimpulan 23

B. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISIAN PESERTA

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Komposisi kimia Smallanthus sonchifolius (yakon) 12

Tabel 2. Berat Badan, Dosis, dan Kadar Gula Darah Selama Percobaan 20

Tabel 3. Rata-rata Kadar Gula Darah Setiap Perlakuan 21

Tabel 4. Rata-rata perubahan 21

DAFTAR LAMPIRAN Hal

Lampiran 1. Persiapan Hewan Percobaan 24

Lampiran 2. Penginduksian Glukosa Dan Pengambilan Darah 25

Lampiran 3. Gambar persiapan pembuatan ekstrak Smallanthus

Sonchifolia(yakon)

26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang terjadi pada

seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan

insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik.Diabetes menjadi penyakit yang cukup

serius dan mendapat perhatian karena diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang

seluruh tubuh. Diabetes Mellitus juga sering membunuh penderitanya dengan mengikutsertakan

penyakit-penyakit lainnya dan dapat menyebabkan komplikasi akut dan kronik. Komplikasi

akut merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi sehingga penyakit ini berdampak pada

produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia.

Data statistik penderita diabetes di Indonesia menurut WHO pada tahun 2000 berjumlah

8,4 juta orang. Prediksi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO)

memperkirakan jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia pada tahun 2030 akan meningkat

apabila pola hidup yang dijadikan sebagai acuan dalam riset tersebut berjalan konstan, dapat

mencapai angka berkisar 21,3 juta orang. Dengan perbedaan angka yang mencapai 12,9 juta

orang dalam 30 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa setiap harinya terdapat rata-rata 1178

penderita diabetes baru di Indonesia (indodiabetes.com). Berdasarkan data di atas menunjukkan

bahwa upaya penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus belum menempati skala prioritas

utama dalam pelayanan kesehatan walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya

cukup besar.

Saat ini belum ada terapi yang efektif untuk mengobati diabetes (Maiti et al., 2004 dalam

Baroni, 2008). Beberapa agen hypoglycemian, seperti sulfonilurea, digunakan sendiri atau

bersama-sama dengan insulin untuk mengobati penyakit ini namun obat tersebut dapat

menyebabkan efek samping yang serius (Hwang et al., 2005 dalam Baroni, 2008). Penggunaan

obat sintetis mempunyai efek samping yang cukup berbahaya misalnya terjadi gangguan saluran

pencernaan seperti mual, muntah dan nyeri epigastrik (www. dechacare.com). Untuk itu

diperlukan alternatif antidiabetes yang berasal dari bahan alami. Salah satu potensi alam yang

belum banyak diketahui orang sebagai antidiabetes adalah Smallanthus sonchifolia (Yakon).

Smallanthus sonchifolia (Yakon), atau lebih dikenal sebagai pohon insulin, berasal dari

Pegunungan Andes Peru dan dapat ditemukan pula di hutan hujan tropis Amerika Selatan,

Ekuador, Bolivia dan Kolombia. Saat ini, Yakon telah dibudidayakan dibanyak negara seperti

Amerika, Brazil, Jepang, Korea, Taiwan, Selandia Baru, Australia dan Republik Czech yang

dipercaya dapat mengatasi penyakit diabetes. (kotasehat.blogspot.com/2011.html )

Smallanthus sonchifolia (Yakon) sangat mudah ditanam dengan cara stek batang seperti

menanam singkong (menancapkan batang Yakon ke tanah). Selain itu perawatannya pun mudah,

cukup disiram pagi dan sore hari dan tanaman Yakon mampu tumbuh subur walaupun tidak

diberi pupuk. Sehingga pengobatan penyakit Diabetes Mellitus tidak memberikan pengaruh

beban ekonomi yang besar bagi penderitanya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teh yang dibuat dari daun Smallanthus

sonchifolia (Yakon) mampu mengurangi glikemia dan meningkatkan konsentrasi insulin dalam

plasma dari mencit. Smallanthus sonchifolia (Yakon) kaya dengan insulin dimana unit-unitnya

mengandung gula fruktosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat

difermentasi oleh usus besar selain itu memiliki kandungan fruktosa bebas 35% dan terikat 25%.

Sehingga karbohidrat tetap didapat meskipun konsentrasi gula darah rendah. Keadaan inilah

yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia(Aybar et al., 2001 dalam Baroni 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) terhadap penurunan gula darah mencit jantan

yang mengalami Diabetes Mellitus tipe 1.

B. RumusanMasalah

Apakah ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat dimanfaatkan sebagai

alternatif antidiabetes?

B. TujuanPenelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) terhadap penurunan

gula darah mencit jantan strend DDY .

2. Untuk mengetahui dosis ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) yang optimal terhadap

penurunan kadar gula darah mencit jantan strend DDY.

C. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang manfaat tumbuhan Smallanthus sonchifolia (Yakon).

Memberikan solusi alternatif antidiabetes yang berasal dari bahan alami.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes

Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang terjadi pada

seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan

insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik. Mongensen (2007) menyatakan bahwa

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko

komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan

komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan

untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007). Diabetes

Mellitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat dimana glukosa di dalam tubuh tidak

dioksidasi untuk memproduksi tenaga akibat kekurangan hormon insulin (Oxford Concise

Medical Dictionarydalam Martin, 2007). Porth (2006) menambahkan bahwa Diabetes Mellitus

adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang menyebabkan

ketidakseimbangan antara penggunaan insulin dan penghasilan insulin. Ketiadaan insulin dapat

disebabkan karena gangguan pengeluaran insulin di sel beta pada pankreas, reseptor insulin

terganggu atau tidak mencukupi, atau produksi insulin tidak aktif atau penghancuran insulin

sebelum bekerja.

Engram (1999) menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolik

klinis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dimana dikarakteristikkan dengan

hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakkuatan insulin. Sementara itu Karyadi dan

Elvina (2002) menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik

yang ditandai oleh hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah akibat gangguan pada

pengeluaran (sekresi) insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik nantinya dapat

menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan fungsi organ-organ terutama mata, ginjal,

syaraf, jantung dan pembuluh darah

Diabetes Mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme

yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme

karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat

disebabkan oleh gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar

pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Ditjen Bina

Farmasi & ALKES, 2005).

1. Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus

Terjadinya penyakit Diabetes Mellitus disebabkan terganggunya keseimbangan tubuh

mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita tidak mampu memproduksi

insulin dalam jumlah cukup, sehingga terjadi kelebihan gula dalam tubuh. Ketidakseimbangan

dalam sistem metabolisme tubuh inilah yang dapat menimbulkan penyakit. Dalimartha (2005)

dalam Hidayah (2008) melaporkan bahwa meningkatnya penderita penyakit degeneratif seperti

Diabetes Mellitus salah satunya disebabkan pola makan yang tidak seimbang. Pola makan yang

tidak seimbang atau berlebihan akan menyebabkan obesitas. Obesitas inilah yang akan

menimbulkan penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus, jantung koroner, hipertensi dan

lain-lain.

Beberapa penyebab terjadinya penyakit Diabetes Mellitus menurut Ahani (2008) adalah

sebagai berikut :

a. Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes Mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota

keluarga penderita Diabetes Mellitus memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini

dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita Diabetes Mellitus. Para ahli

kesehatan juga menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut

kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya,

sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-

anaknya.

b. Virusi Penyebab Diabetes Mellitus

Virus penyebab Diabetes Mellitus adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4.

Melalui infeksi sitolitik dalam sel beta, virus iniMengakibatkan destruksi atau perusakan sel.

Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebebkan hilangnya

autoimun dalam sel beta. Diabetes Mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun,

para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan Diabetes Mellitus.

c. Bahan Toksik atau Beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron

(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).

d. Nutrisi Makanan

Nutrisi makanan berhubungan dengan pola diet. Pola diet yang tidak tepat yang

menyebabkan diabetes adalah diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat, tinggi kalori (Smeltzet dan

Bare, 2002 dalam Hidayah 2008). Nutrisi makanan juga berhubungan dengan obesitas. Nutrisi

yang berlebihan merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan Diabetes

Mellitus.

e. Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal

atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas

menyebabkan respon sel beta terhadap glukosa darah menjadi berkurang. Selain itu reseptor

insulin pada sel target di seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang sehingga insulin

dalam darah tidak dapat dimanfaatkan. Keadaan obesitas ini meningkatkan resiko penyakit

kardiovaskuler karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik.

2. Gejala Penderita Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Mellitus menunjukkan gejala-gejala pada penderitanya. Pada diabetes tipe

I, gejala muncul dengan sangat cepat, sedangkan diabetes tipe II munculnya lebih lambat tetapi

membahayakan. Gejala yang selalu ada pada penderita diabetes adalah 3 poli, yaitu poliuria (banyak

berkemih), polidipsia (selalu haus) dan polifagia (selalu lapar). Ketiga gejala ini sangat berkaitan

dengan kejadian hiperglikemik dan glikosuria pada penderita diabetes.

Kehilangan berat badan juga terjadi walaupun nafsu makan adalah normal atau bertambah

pada penderita yang mempunyai diabetes tipe I. Penyebab kehilangan berat badan ada dua. Pertama

disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh akibat diuresis osmotik dan muntah, meningkatkan lagi

kehilangan cairan pada ketoasidosis. Kedua, disebabkan kekurangan insulin menyebabkan tenaga

berkurang sehingga menyebabkan lemak dan protein pada tingkat sel harus dicerna sebagai sumber

energi. Namun kehilangan berat badan ini terjadi pada penderita dengan diabetes tipe I sedangkan

penderita diabetes tipe II lebih sering mengalami obesitas.

Gejala yang sering muncul pada diabetes tipe 1 adalah tidak dapat mengendalikan keinginan

untuk buang air kecil (poliuria), berat badan menurun drastis, kadar glukosa tinggi dalam darah dan

urin, mual dan muntah, nyeri perut, dehidrasi, mudah lelah, mudah terinfeksi, daya penglihatan

berkurang dan ketoasidosis (kondisi fatal akumulasi keton). Sedangkan pada penderita diabetes

mellitus tipe 2 gejala yang sering muncul antara lain: impotensi, mudah lelah, luka yang susah

sembuh dan mati rasa. Dalam beberapa kasus gejala yang muncul bisa mirip dengan diabetes mellitus

tipe 1 seperti poliuria dan polidipsia (banyak minum), infeksi, gatal pada seluruh tubuh dan koma

(Utami, 2003 dan Maryland Medical Center, 2002 dalam Hidayah 2008).

Menurut Dalimartha (2005) dalam Hidayah (2008) bahwa keadaan poliuria oleh penderita

diabetes terjadi karena kadar glukosa darah yang tinggi. Pada saat glukosa darah melebihi ambang

ginjal (renal threhold) maka glukosa yang berlebihan ini akan dikeluarkan (ekskresi) melalui

kencing. Keluhan polidipsia terjadi karena rasa haus yang berlebihan akibat kencing yang terlalu

banyak. Akibatnya timbul rangsangan ke susunan saraf pusat sehingga penderita merasa haus dan

ingin minum terus (polidipsi). Keluhan polipagia terjadi karena adanya rangsangan ke susunan saraf

pusat karena kadar glukosa di dalam sel berkurang. Kekurangan glukosa ini terjadi akibat tubuh

kekukarangan insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat kekurangan glukosa

intraseluler maka timbul rangsangan ke sistem saraf pusat sehingga penderita merasa lapar dan ingin

makan.

Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiperglikemik termasuk gangguan pemandangan,

keletihan, parestesis dan infeksi kulit. Gangguan pemandangan terjadi apabila lensa dan retina

selalu mengalami efek hiperosmotik akibat dari peningkatan glukosa dalam darah. Plasma

volume yang rendah menyebabkan badan lemah dan letih. Parestesis menandakan adanya

disfungsi sementara pada saraf sensorik perifer. Infeksi kulit kronik sering terjadi pada penderita

Diabetes Mellitus tipe II (Porth, 2006).

Menurut Utami (2003) dan Dalimartha (2005), parameter umum yang digunakan untuk

mendiagnosis Diabetes Mellitus adalah:

a. Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 120 mg/dl

atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 g menunjukkan glukosa darah > 200 mg/dl. Sedangkan

gula darah pada mencit yang mengalami diabetes sebesar > 150 mg/dl (Chairunnisa, 2010)

b. Seseorang dikatakan terganggu toleransi glukosanya, jika kadar glukosa darah ketika puasa 100-125

mg/dl atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 g menunjukkan glukosa 140 – 199 mg/dl

c. Seseorang dikatakan normal (tidak menderita diabetes mellitus), jika kadar glukosa darah ketika

puasa < 110 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelahnya < 140 mg/dl. Sedangkan kadar gula

darah normal pada mencit minimal 62 mg/dl (Malole & Pramono, 1989 dalam Tyas Utami, 2009).

3. Penggolongan Diabetes Mellitus

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO mengakui tiga bentuk Diabetes Mellitus, yaitu:

a. Diabetes Mellitus tipe I

Diabetes Mellitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus, IDDM) adalah diabetes

yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat rusaknya sel beta

penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak

maupun orang dewasa.

Kebanyakan penderita Diabetes Mellitus tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang

baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respon tubuh terhadap

insulin umumnya normal pada penderita Diabetes Mellitus tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada Diabetes Mellitus tipe 1 adalah kesalahan

reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat

dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibody

terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri (Misnadiarly, 2006)

Saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin

melalui pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian

darah. Pengobatan dasar Diabetes Mellitus tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun

adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan

koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya

hidup (diet dan olahraga).

b. Diabetes Mellitus tipe II

Diabetes mellitus tipe II (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus, NIDDM) merupakan

tipe Diabetes Mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah

melainkan karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen,

termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel

terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan

penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen

tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan

pada manusia.

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin,

yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi

dengan obat antidiabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi

produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin

berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan

penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai

faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira 90%

dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi

sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk

mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.

B. Smallanthus sonchifolius (Poepp. et Endl.) H. Robinson (Yakon)

Smallanthus sonchifolius (Yakon) atau lebih dikenal sebagai pohon insulin belum popular

di Indonesia. Tumbuhan yang berasal dari Pegunungan Andes, Peru ini dipercaya dapat

mengatasi penyakit diabetes. Smallanthus sonchifolius (Yakon) untuk pertama kalinya

dibukukan pada tahun 1615 oleh kolumnis Guaman Poma dari Ayala, ketika ia mendaftarkan

Yakon sebagai satu dari 55 tanaman asli dari Andes. Tumbuhan ini dapat ditemukan pula di

hutan hujan tropis Amerika Selatan, Ekuador, Bolivia dan Kolombia. Saat ini, yakon telah

dibudidayakan dibanyak negara seperti Amerika, Brazil, Jepang, Korea, Taiwan, Selandia Baru,

Australia dan Republik Czech.

Smallanthus sonchifolius (Yakon) baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 2006, tepatnya

di Bandung dan Yogyakarta merupakan pusat budidaya Smallanthus sonchifolius (Yakon) di

Indonesia saat ini. Tanaman ini sangat mudah ditanam, hanya dengan cara distek seperti

menanam singkong (menancapkan batang yakon ke tanah) maka tanaman akan tumbuh subur

dengan sendirinya. Perawatannya pun mudah, cukup disiram pagi dan sore hari.

Taksonomi Smallanthus sonchifolius (Yakon) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Suku : Asteraceae

Genus : Smallanthus

Spesies : Smallanthus sonchifolius (Poepp.) H.Rob.

1. Morfologi Smallanthus sonchifolius

Smallanthus sonchifolius (Yakon) merupakan tanaman dari keluarga bunga matahari,

berdaun hijau tua seperti seledri, bunganya berwarna kuning berbentuk seperti bunga aster,

mempunyai umbi yang dapat dimakan dengan daging berwarna putih kekuningan dan manis,

tanaman ini dapat tumbuh hingga 1,5-3 m.

Grau dan Rea (1997) menggambarkan yakon sebagai ramuan abadi dari 1,5 sampai 3 m.

Sistem akar terdiri dari 4-20 akar berbonggol yang dapat mencapai panjang 25 cm dengan

diameter 10 cm, dan sistem akar ekstensif berserat tipis.. Warna daging umbi bervariasi, yaitu:

putih, krem, putih dengan striations ungu, ungu, pink dan kuning. Kulit umbi berwarna coklat,

merah muda, ungu, krem atau putih gading dan sangat tipis (1-2 mm). Batang berbentuk silinder

atau sub-angular, bercabang dan berwarna hijau. Daun berebntuk bulat telur; daun atas adalah

ovate-lanset, tanpa lobus dan basis hastate. Sistem perbungaan adalah terminal, terdiri dari satu

hingga lima sumbu, masing-masing dengan tiga capitula. Warna bunga bervariasi antara kuning

ke oranye terang, flower ray bergigi dua atau tiga.

Gambar 1. Smallanthus sonchifolius. Aspek morfologinya (Leon 1964). A: flowering branches, B: leaves, C:

flower head, D-F: tuberous roots, G: transverse section of the tuberous root (x: xylem; c: cortex tissues), H:

staminate disk flower, I: pistillate ray flower. http://www.newcrops.uq.edu.au

2. Kandungan Smallanthus sonchifolius

Smallanthus sonchifolius (Yakon) kaya dengan insulin dimana unit-unitnya mengandung

gula-gula fruktosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat difermentasi oleh

usus besar. Selain itu Smallanthus sonchifolius (Yakon) sendiri kandungan fruktosanya 35%

bebas dan 25% terikat sehingga karbohidrat tetap didapat meskipun konsentrasi gula darah

rendah. Keadaan inilah yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia (over-aktivitas) dan

karenanya dengan konsumsi Yakon tak mungkin meningkatkan kadar gula dalam darah. Itu

berarti yacon secara alami terbukti rendah kalori. (www.kesehatan.kompasiana.com)

Efek hipoglikemik Smallanthus sonchifolius (Yakon) pernah diuji oleh Manuel J Aybar

dari Departamento de Biologia del Desarrollo, Universidad Nacional de Tucuma, Argentina.

Sebanyak 20 gram daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) kering dilarutkan pada 200 ml air

yang dididihkan selama 20 menit. Setelah dingin, ramuan disaring. Peneliti Smallanthus

sonchifolius (Yakon) itu juga menemukan jika daun Yakon digunakan sebagai teh, akan

memiliki efek untuk mengurangi puncak kadar gula ketika kita menyantap makanan manis atau

yang mengandung karbohidrat. Kadar gula yang tinggi merupakan masalah terbesar dari seorang

penderita diabetes karena tubuh tidak bisa memproduksi atau menggunakan insulin, hormon

yang biasanya digunakan untuk memproses makanan.

Tabel 1. Senyawa yang terkandung dalam tanaman yakon:

Senyawa kimia Umbi Daun Batang

Kalsium 23 1805 967

Potasium 228,2

Besi 0,3 10,82 7,29

Tembaga 0,96 < 0,5 < 0,5

Mangan 0,54 3,067 < 0,5

Seng 0,67 6,20 2,93

Fosfor 21 543 415

Retinol 10

Karoten 0,08

Asam asorbat 13

Tiamin 0,01

Riboflavin 0,11

Niasin 0,33

3. Khasiat Daun Yakon

Daun yakon mempunyai banyak khasiat, seperti :

1. Sebagai obat diabetes

2. Sebagai penguat hati dan obat masalah hati

3. Sebagai antimikrobial untuk ginjal dan infeksi kandung kemih

4. Sebagai antioksidan (terutama pada hati)

Daun yakon dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Serta dapat meningkatkan efek

insulin dan obat diabetes sehingga bagi pemakai daun yakon perlu dilakukan pengecekan kadar

gula darahnya sebelum dan selama pemakaian daun yakon.

Daun yakon dapat dikonsumsi dengan cara di minum seperti halnya meminum jamu atau

teh dengan cara dikeringkan dahulu atau daun segar direbus kemudian airnya diminum 2 sampai

3 kali sehari satu cangkir. Di Indonesia sudah ada yang menjual teh yakon, yaitu daun yakon

yang sudah dikeringkan sehingga memudahkan konsumen untuk meminumnya,salah satu

contonya adalahteh yakon. Teh yakon adalah bubuk daun yakon yang telah dikeringkan. Teh

yakon ini dibuat untuk mempermudah pemakaian daun yakon, karena teh yakon akan tahan lebih

lama bila disimpan. Teh yakon komersial, yang beredar dipasaran ada yang berbentuk bubuk

atau teh celup. Teh yakon mempunyai khasiat yang sama dengan daun yakon segar. Saat ini teh

yakon sudah banyak diproduksi dan telah dijual bebas. Teh yakon banyak diproduksi di beberapa

negara seperti Peru, Cina, Filipina, Malaysia, dan Amerika. Saat ini, di Indonesia telah ada

produsen teh yakon di Jawa Tengah, dimana tanaman yakon pun dibudidayakan sendiri di sana.

Selain daun ,umbi yakon juga mempunyai manfaat tersendiri mempunyai rasa yang manis, dapat

dimakan mentah, dikukus atau digoreng. Umbi yakon juga dapat dibuat jus dan dibuat konsentrat

menjadi sirup dan pemanis. Untuk meningkatkan rasa manis pada umbi, sebelum dikonsumsi

sebaiknya umbi dijemur di bawah sinar matahari sampai kulitnya berkerut, kemudian kupas

kulitnya, maka daging umbi dapat dimakan langsung.

Umbi yakon ini sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dan orang-orang yang diet

karena umbi yakon mengandung insulin, yaitu sejenis gula yang tidak dapat dicerna, sehingga

walaupun rasanya manis tetapi kandungan kalorinya rendah. Selain itu, umbi yakon juga

mengandung FOS (fructo-oligosaccharide), yaitu sejenis fruktosa yang tidak dapat diserap

tubuh. Umbi yakon mengandung 86-90% air dan hanya mengandung sedikit protein dan lipid.

Kandungan fruktosa di dalam umbi yakon terdiri atas 35% fruktosa bebas dan 25% fruktosa

terikat. Fruktosa dalam yakon 70% lebih manis dari gula tebu. Sehingga karbohidrat tetap dapat

disuplai walaupun pada saat kadar gula darah rendah.Sehingga dapat menjaga hiperglikemia

pada penderita diabetes.Yakon mengandung kadar gula alami yang rendah. Sebotol sirup yakon

mempunyai kalori separuh dari sebotol madu. Sirup yang terbuat dari umbi yakon juga

bermanfaat sebagai prebiotik, yaitu memberi makanan kepada bakteri baik di dalam usus besar

sehinga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu sistem pencernaan. Umbi

yakon terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah. Umbi yakon tidak terbukti

dapat menurunkan kadar gula dalam darah tetapi tidak mengakibatkan peningkatan gula

darah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,dengan

merebus 5 lembar daun yakon segar dengan air 2 gelas sampai air yang tersisa hanya 1 gelas.

Kemudian airnya diminum 2 kali sehari satu gelas. Turunnya kadar gula darah tergantung dari

penderita diabetes itu sendiri, oleh karena itu perlunya pemantauan kadar gula darah selama

meminum yakon, bila kadar gula darah sudah normal maka konsumsi daun yakon harus

dihentikan. Cara lain mengkonsumsi daun yakon (di Kolombia) yaitu dengan menjemur lima

daun yakon secara terbalik. Setelah kering, digerus hingga menghasilkan 15 gram. Serbuk daun

dilarutkan dalam 600 ml air mendidih. Air berwarna hijau pekat itu diminum 3 kali sehari (pagi,

siang, dan malam).

4. Mekanisme kerja ekstrak daun yakon

Obat ini bekerja dengan menghambat ATP-sensitif saluran kalium di pankreassel beta .

Penghambatan ini menyebabkan sel membran depolarisasi pembukaan tegangan tergantung

saluran kalsium . Hal ini menyebabkan peningkatan intraselular kalsium dalam sel beta dan

stimulasi selanjutnya insulin rilis. (…….)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 - 17 Oktober 2012 di Laboratorium IPA SMA

Negeri 4 Kota Tangerang.

B. Pengambilan Sampel

Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) diambil di daerah Pesing Koneng RT.014/08,

No.54, Kedoya Utara, Jakarta Barat. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan strend

DDY dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.

C. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan :

Timbangan

Corong

Pipet

Gelas erlenmeyer

Alat uji gula darah

Gelas ukur

Gelas kimia

Kandang mencit

Botol minuman mencit

Blood Lancets

Sarung tangan

Syiringe 1 ml

Jarum suntik IP.

Bahan bahan yang digunakan :

Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon)

Mencit jantan strend DDY

Pelet

Alkohol 70%

Larutan glukosa 10%

Aquadest

Glibenklamid

Kertas Saring

Tissue

Strip Gluko Dr

D. Prosedur Kerja

1. Preparasi Ekstrak Smallanthus sonchifolius (Yakon)

Sampel daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) dibersihkan dari kotoran seperti tanah dan

pasir. Kemudian daun dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari hingga kering

dan dihaluskan. 15 gram daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) yang sudah dihaluskan diseduh

dalam air panas hingga warna air berubah menjadi kecoklatan. Kemudian disaring dengan kertas

saring dan dihasilkan ekstrak Smallanthus sonchifolius (Yakon).

2. Persiapan Hewan Percobaan Diabetes

Sebelum digunakan, mencit diaklimatisasi selama satu hari dengan diberi pakan pelet dan

diberi minum aquadest. Mencit yang akan diinduksikan diabetes dipuasakan selama 8 jam (air

minum glukosa tetap diberikan untuk kelompok eksperimen sedangkan untuk kelompok

terkontrol diberikan minum aquadest). Kemudian mencit didiabetkan dengan cara

menginjeksikan larutan glukosa melalui selangkangan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat

proses diabet pada mencit dengan dosis 10 % glukosa selama lima hari. Pada hari ke-6 kadar

gula darah mencit dicek dengan menggunakan alat gluko Dr. Mencit yang telah diukur kadar

gula darahnya dan positif terjangkit diabetes (Chairunnisa, 2010) dipisahkan.

3. Penentuan Besar Dosis Pemberian Ekstrak Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon)

Volume larutan yang diberikan pada mencit percobaan tidak melebihi jumlah tertentu

batas volume maksimal (ml) yang diberikan pada mencit adalah 1 ml/bb mencit. Dosis

pemakaian untuk mencit dapat dihitung dengan mengkalikan dosis pemakaian pada manusia

tersebut dengan faktor konversi manusia ke tikus yaitu 0.0026, sehingga didapatkan dosis

pemakaian untuk mencit, yaitu:

a. Dosis 2x (double) :

b. Dosis 1x (single) :

c. Dosis 0.5 :

Dosis 20 gram mencit = Dosis manusia

= 15

= 0, 039 gr = 39 mg

a. Dosis mencit 1x =

b. Dosis mencit 2x =

c. Dosis mencit 0,5x =

Keterangan:

BB = Berat badan mencit (gram)

20 = perbandingan berat badan mencit (didapat dari jurnal yang ada)

0,0026 = angka konversi dosis ekstrak daun Smallanthus sonchifolius

dari manusia ke mencit.

4. Penentuan Besar Dosis pemberian Glibenklamid

Dosis pemberian glibenklamid dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

BB = berat badan mencit (gr)

20 = berat badan acuan

0.0135 = konstanta kadar glibenklamid

5 gr = dosis glibenklammid

5. Penentuan Besar Dosis pemberian Larutan Glukosa

Dosis pemberian glibenklamid dihitung dengan menggunakan rumus:

6. Injeksi Larutan Glukosa pada Mencit Jantan

Injeksi larutan glukosa pada mencit jantan dilakukan secara subkutan. Injeksi secara

subkutan dilakukan pada daerah selagkangan. Teknik yang umum adalah dengan memegang

lipatan kulit dengan satu tangan sementara jarum dimasukkan di bawah kulit pada dasar

lipatannya. Pada bagian tersebut ditusukkan jarum suntik lalu diinjeksi larutan glukosa 10%

sebanyak satu kali.

7. Pengambilan sampel

Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan menggunakan glukometer dengan prosedur

sebagai berikut:

a. Strip dimasukkan pada glukometer, dipersiapkan untuk mengukur

b. Mencit dipegang dengan erat, ekor tikus dipegang dan diberi alkohol. Kemudian ujung ekor

ditusuk dengan jarum lancet, darah yang keluar diteteskan pada strip glukotest

c. Hasil perhitungan kadar glukosa darah yang terbaca pada glukometer dicatat sebagai data.

E. Rancangan Percobaan

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak

lengkap (RAL) factor tunggal dengan enam perlakuan dan tiga perulangan. Penelitian diawali

dengan persiapan alat dan bahan penelitian yang dilakukan selama 10 hari termasuk

pemeliharaan awal mencit sebelum dan sesudah induksi glukosa dilakukan. Mencit jantan

dipelihara berkelompok dalam kandang berukuran 30 cm X 20 cm X 25 cm dimana masing-

masing kandang terdiri dari 3 – 4 ekor dan diberikan pakan sebanyak 15 gr /mencit /hari dan

minum yang diletakan dalam wadah khusus yang sudah disediakan masing-masing kandang.

Tahap pertama penelitian dilakukan dengan menginduksikan 20 ekor mencit dengan

glukosa sekaligus minuman yang disediakan menggunakan larutan glukosa dosis yang diberikan

sebanyak 10% untuk minuman dan 1ml untuk masing-masing kandang dalam waktu 6hari

pertama setelah itu dilakukan pengukuran kadar gula darah dan berat badan mencit sebagai

tolak ukur peningkatan gula darah setelah diinduksikan. mencit jantan dengan kadar gula darah

≥ 150 mg/dl (Chairunnisa, 2010) dimasukan kedalam kelompok sampel. Sampel penelitian ini

selanjutnya dikelompokan menjadi 6 jenis perlakuan, dimana masing-masing kelompok tersebut

terdiri dari 3 ekor mencit jantan,yaitu :

1. Kelompok 1 (Y0) : sebagai kontrol negatif yaitu tikus yang tidak mendapat perlakuan apapun

2. Kelompok 2 (Y1) : sebagai kontrol positif yaitu tikus diabetes yang tidak diberi ekstrak daun

Smallanthus sonchifolius (Yakon)

3. Kelompok 3 (Y2) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius

(Yakon) dosis 0.5x

4. Kelompok 4 (Y3) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius

(Yakon) dosis 1x (single)

5. Kelompok 5 (Y4) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius

(Yakon) dosis 2x (double)

6. Kelompok 6 (Y5) : yaitu tikus diabetes yang diberi glibenklamid

Tahap kedua penelitian dilakukan dengan mempersiapkan daun yakon. Daun yakon yang

diberikan dalam intervensi dipersiapkan dalam bentuk ekstrak dengan proses ekstraksi sebagai

berikut:

- Daun yakon dihancurkan dan dikeringkan selama 5 hari

- Daun yakon yang sudah kering tersebut dihaluskan

- Larutkan dalam aquadest dengan perbandingan 1:10 ( berat : volume, misal: 1 gram daun yakon

kering yang sudah dihaluskan : 10 ml )

- Kemudian disaring mempergunakan kertas whattman 1

Tahap ketiga penelitian di lakukan dengan menggunakan 18 ekor mencit jantan yang

telah diinduksi larutan glukosa sehingga menderita diabetes. Mencit-mencit yang memenuhi

kriteria-kriteria inklusi dipilih secara acak sebagai sampel dan dikelompokkan menjadi 6

kelompok seperti yang telah disebutkan. Keenam kelompok tersebut diberikan pakan dengan

jumlah yang sama, 15 gr / mencit / hari. Mencit di puasakan selama 8 jam setelah diberi pakan,

kemudian diberikan perlakuan dengan dosis tertentu sesuai kelompok. Pengukuran kadar gula

darah untuk mengetahui perubahan yang terjadi dilakukan di hari ke-9 sampai hari ke-11.

F. Teknik pengumpulan data

Pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak empat kali yaitu satu kali pada saat

sebelum perlakuan dan tiga kali setelah perlakuan. Pengumpulan data dilakukan dengan

mengukur kadar gula darah pada hari pertama sebagai tolak ukur awal,pada hari ke-6 untuk

memastikan keberhasilan induksi glukosa dan inklusi sampel,serta pada hari ke-9 sampai hari ke-

11 untuk mengetahui efek dari perlakuan terhadap gula darah.

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan uji ANNOVA ONE WAY untuk mengetahui pengaruh

penggunakan beberapa dosis ekstrak daun yakon terhadap kadar gula darah mencit jantan.

Perbedaan dosis ekstrak Smallanthus sonchifolius diuji dengan menggunakan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa mencit yang diberi larutan

glukosa (kelompok eksperimen ) memperlihatkan kenaikan kadar glukosa (hiperglikemia) pada

hari ke-7 dan mulai menurun pada hari ke-10 ( tabel 1,2 dan grafik 1). Hal ini sesuai dengan

Hayes,A.W,. bahwa pada metode toleransin kadar glukosa terjadi peningkatan kadar glukosa

mulai hari ke -7 sampai hari ke-10 kadar glukosa kembali normal.

Tabel 1. Berat Badan, Dosis, dan Kadar Gula Darah Selama Percobaan

YAKON

BERAT

BADAN DOSIS

( mL )

KADAR GULA DARAH

BB BB Diabet

POST TREATMENT

(gr) (gr) I II III

Dosis

1X

KOTAK III

Ungu 4 18,6 23,5 0,5 171 146 144 143

Ungu 3 22,1 25,8 0,6 156 116 - -

Hitam 2 19,2 26 0,6 187 128 141 119

Dosis

½x

KOTAK II

Merah 3 19,3 24,1 0,3 143 114

104 50

Hitam 5 17,8 22,2 0,3 157 172 147 37

Orange 4 18,3 23,4 0,3 183 159 135 108

Dosis 2x

KOTAK V

Hijau 1 15,7 22,1 0,9 189 103 - -

Hijau 2 19,7 22,1 0,9 168 153 56 22

Merah 1 17,5 20 0,8 171 116 51 50

NON

YAKON

KOTAK VI

Orange 2 17,1 135 133 140

Ungu 2 19,8 138 145 107

Hijau 3 19,5 129 144 83

Hitam 4 20,3 129 136 132

GLIBEN

KLAMID

KOTAK IV

Orange 3 19,3 12,5 0,1 174 108 135

Hijau 2 19,7 23 0,1 153 196 145

Merah 4 18,7 22,7 0,2 194 153 82

KONTROL

KOTAK I

Biru 1 116 117 110

Biru 2 112 113 113

Biru 3 132 84 119

Biru 4 116 101 116

Tabel 2. Rata-Rata Kadar Gula Darah Setiap Perlakuan

Perlakuan Pengukuran darah ke-

JUMLAH 1 2 3 4

Y0 (kontrol)

119 103,75 114,5 337,25

Y1 (glukosa)

130 142,5 131 403,5

Y2 (0,5x) 171,3 124 53,5 36 213,5

Y3 (1x) 161 148,3 128,67 65 341,97

Y4 (2x) 176 132,75 139,5 115,5 387,75

Y5 (glibenklamid)

173,67 152,3 120,67 446,64

B. PEMBAHASAN

Diabetes mellitus diindikasikan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah akibat

kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik Meningkatnya kadar

glukosa darah ini disebabkan karena pemberian larutan glukosa yang menyebabkan nekrosis sel

beta pankreas sehingga insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas menurun. Akibatnya, terjadi

gangguan homeostasis glukosa dalam tubuh. Pengaturan kadar glukosa dalam darah berkaitan

erat dengan jumlah insulin dan seinsitifitas reseptor insulin. Rendahnya produksi insulin

mengakibatkan terganggunya keseimbangan kadar glukosa dalam tubuh. Insulin meningkatkan

penyimpanan lemak maupun glukosa sebagai sumber energi di dalam sel target serta

mempengaruhi pertumbuhan sel dan fungsi metabolisme berbagai jenis jaringan (Katzung, 1995

dalam Hidayah, 2008).

Pada penelitian antidiabetes ektrak daun Smallanthus sonchifolius ( yakon ) dengan

metode induksi glukosa, semua kelompok mencit yang disuntik dengan larutan glukosa secara

subkutan memperlihatkan peningkatan kadar glukosa. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Kondisi diabetes pada mencit ditentukan dengan mengukur kadar glukosa darah menggunakan

glukometer. Mencit dikatakan diabetes jika kadar glukosa lebih dari 150 mg/dl (Chairunnisa,

2010).

Mencit yang terkena diabetes diberi perlakuan khusus seperti memberikan ekstrak

daun Smallanthus sonchifolius (yakon) dengan menginduksikan melalui subkutan pada mencit

dengan dosis 1 gram : 1 ml aquadest. Ekstrak daun yang diberikan kepada mencit jantan dibagi

menjadi tiga variasi yaitu dosis 0,5;1 dan 2 kali dosis manusia. Sebagai pembanding mencit yang

terkena diabetes diinduksikan glibenklamid (dosis disesuaikan dengan berat badan mencit

jantan). Keempat perlakuan tersebut menunjukkan penurunan kadar gula darah mencit.

Penurunan kadar gula darah mencit jantan diuji dengan statistik Analisis Variansi Satu

Arah (ANAVA). Berdasarkan uji tersebut, F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 3,11,

dan F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 5,06, artinya terdapat perbedaan yang nyata

rata-rata perubahan kadar gula darah pada mencit jantan bagi setiap kelompok. Perlakuan dosis

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap penurunan kadar gula darah. Hal tersebut

diketahui melalui uji BNT. Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa antara Y4 dengan Y1,

antara Y2 dengan Y3, antara Y3 dengan Y4 memberikan hasil hasil yang berbeda nyata terhadap

kadar gula darah pada taraf signifikansi 5% dan 1%.

Ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (yakon) memberikan pengaruh yang signifikan

dalam penurunan kadar gula darah mencit jantan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Ekstrak tersebut bekerja dengan menghambat ATP-sensitif saluran kalium di

pankreassel beta. Penghambatan ini menyebabkan sel membran mengalami depolarisasi sehingga

terbukanya saluran kalsium. Hal ini menyebabkan peningkatan intraselular kalsium dalam sel

beta dan menstimulasi keluarnya insulin.

Pada perlakuan pembanding (glibenklamid), kadar gula darah mencit tidak menunjukkan

penurunan yang berarti dalam penurunan kadar gula darah. Hal ini disebabkan glibenklamid

tidak bekerja memperbaiki sel pankreas-β yang rusak akibat imbasan aloksan, tetapi

menstimulasi pelepasan insulin dari sel pankreas-β (Adnyana, 2004). Berdasarkan data tersebut

diduga mekanisme kerja ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (yakon) dalam menurunkan

kadar glukosa mencit berbeda dengan glibenklamid.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (yakon) memberikan pengaruh yang signifikan dan

bermakna terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit jantan dengan diabetes mellitus tipe

1.

2. Dosis 0,5 kali ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (yakon) lebih optimal terhadap penurunan

kadar gula darah mencit.

B. Saran Penelitian ini perlu dilanjutkan pada hewan non rodent yang lebih besar, serrta perlu diketahui

apakah ada efek mutagenic dan toksisitas kronis. Jika didapat hasil yang positif, penelitian ini

dapat dilakukan pada manusia

LAMPIRAN 1

Gambar Persiapan Hewan Percobaan

Hewan uji

Penimbangan berat badan mencit

LAMPIRAN 2

Penginduksian Glukosa Dan Pengambilan Darah

Penginduksian hewan uji

Pengecekan gula darah hewan uji

LAMPIRAN 3

Gambar persiapan pembuatan ekstrak Smallanthus Sonchifolia(yakon)

Penumbukan Daun Smallanthus Sonchifolia(yakon)

Penimbangan

ektrak daun Smallanthus Sonchifolia(yakon)

Ekstrak Smallanthus Sonchifolia

Penyaringan Ekstrak

Smallanthus Sonchifolia

LAMPIRAN 4

ANALISIS STATISTIK : UJI ANALISIS VARIANSI (ANAVA) SATU ARAH

FK =

=

= 252194.3873

Keterangan :

a = jumlah level perlakuan

n = jumlah ulangan

N = 3 + 4 + 4 + 4 + 3 = 18

SST = YIK2

– FK

= ( 171,32

+1612

+ 1762

+ 1192

+ 1242 + 148,3

2 + 132,75

2 + 173,67

2 + 103,75

2 + 53,5

2 +

128,672

+ 139,52 + 152,3

2 + 114,5

2 + 36

2+65

2 + 115,5

2 + 120,67

2 ) - 252194.3873

= 643816,3526

Keterangan :

I = data tiap level perlakuan

K = data tiap ulangan

SSTr = Yi2 – FK

= 788912.8955 – 252194.3873

= 536718,5082

SSE = SST - SSTr

= 536718,5082- 107097,8444

= 107097,8444

DBTotal = (a.n) – 1

= (3.6) – 1

= 17

DBperlakuan = a – 1

= 6 – 1

= 5

DBGalat = DBTotal – DBperlakuan \

= 17 – 2

` = 15

SUMBER VARIASI df SS MSS F0 α

5% 1%

Antar Asal (Antar

Treatment) 5 536718,5082 107343,7016

12,0275 3,11 5.06 Error 12 107097,8444 8924,8204

TOTAL 17 643816,3526

F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 3,11, dan

F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 5,06

Artinya terdapat perbedaan yang nyata rata-rata perubahan kadar gula darah pada mencit jantan

bagi setiap kelompok

UJI BEDA NYATA TERKECIL (BNT)

BNT 0,05 = t (0,025;db=15)

= 2,131 x 7.7131

= 16.44

BNT 0,01 = t (0,005;db=15)

= 2,947 x 7.7131

= 22,73

Tabel 3. Hasil uji BNT Perlakuan terhadap parameter kadar gula darah pada tingkat kepercayaan

5% dan 1%

Perlakuan Rata-

Rata Selisih

(Y0) Kontrol 112,4167 - - - - -

(Y5)

Glibenklamid 148,88 -36,4633* - - - -

(Y1) Glukosa 134,5 14,38* -50,843* - - -

(Y4) Dosis 2x

ekstrak Yakon 96,938 37,563** -23,183* -27,661* - -

(Y3) Dosis 1x

ekstrak Yakon 85,493 11,445* 26, 118** -49,3* 21,639** -

(Y2) Dosis

0.5x ekstrak

Yakon

53,375 32,118** -20,673* 46,79** -96,09* 117,729

**

Keterangan :

* : jika nilai BNT α=0,05 dan BNT α=0,01, artinya tidak berbeda nyata

** : jika nilai BNT α=0,05 dan BNT α=0,01, artinya berbeda nyata

Dari tabel diatas dapat disimpulakan bahwa antara Y4 dengan Y1, antara Y2 dengan Y3, antara

Y3 dengan Y4 memberikan hasil hasil yang berbeda nyata terhadap kadar gula darah pada taraf

signifikansi 5% dan 1%.

DAFTAR PUSTAKA

Mogensen, C. (2007). Pharmacotherapy of Diabetes: New Developments. New York: Springer

Science, Business Media LLC.

Karyadi, Elvina. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat,Jantung Koroner .

Jakarta: Intisari Mediatama.

Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. (2005). Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Mellitus.

Jakarta Departemen Kesehatan RI

Utami, P, 2003, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Mellitus, 2, 6, 7, Agromedia

Pustaka, Jakarta.

Grau, J. Rea (1997). M. Hermann and J. Heller (eds). ed. Yacon. Smallanthus sonchifolius

Hayes , A.W., principles and methods of toxicology, 4th ed., Taylor & Francis, Boston 1408-

1409.

http:// id.wikipedia.org/wiki/Diabetes

Grau, A. And J. Rea. 1997. Yacon. Smallanthus sonchifolius

http:// www.dechacare.com/Ciprofloxacin-500-mg-P534.html

http:// kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/08/06/yakon-tanaman-super-untuk-diabetes/