129081599 Meniere Syndrome
-
Upload
muhammad-harris-zainal -
Category
Documents
-
view
257 -
download
2
description
Transcript of 129081599 Meniere Syndrome
MENIERE SYNDROM
OLEH
Nama : Anggi Saktina Sari Batubara
NIM : 080100357
Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara
2013
1
PENDAHULUAN
Keluhan yang sering diutarakan pasien salah satunya adalah pusing. Sebagai seorang
dokter harus dapat membedakan keluhan tersebut apakah rasa itu seperti berputar, nyeri kepala,
mual, atau hanya sekedar ketegangan otot. Bila pasien mengalami sensasi berputar, bisa terjadi
perasaan tubuh berputar terhadap lingkungan sekitarnya atau lingkungan sekitar yang berputar
terhadap tubuh. Bila salah satu gejala itu yang dikeluhkan maka itu yang dinamakan vertigo. Bila
seseorang mengalami vertigo ia tidak dapat mengendalikan sistem keseimbangan tubuhnya
sendiri sehingga ia dapat tiba-tiba jatuh dan merasakan mual dan kemudian muntah. Menurut
penyebabnya vertigo dibagi menjadi 2 yaitu vertigo sentral dan perifer. Vertigo sentral bila
jaringan yang mengalami gangguan ada di susunan saraf pusat, sedangkan vertigo perifer bila
gangguannya berada di telinga bagian dalam, yaitu pada kanalis semisirkularis, sakulus, atau
utrikulus. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada bagian tersebut adalah
penyakit Meniere.
Penyakit meniere merupakan salah satu masalah yang sulit dan merupakan tantangan
yang besar bagi dokter umum. Ini dikarenakan masih belum pastinya etiologi dari penyakit
tersebut, sehingga pengobatan yang diberikan belum dapat maksimal. Hal-hal tersebut
mengakibatkan banyaknya klinikus mengalami kebingungan dan hilangnya kasus pada saat
pengobatan.
I.2. TUJUAN
Tujuan penulisan referat ini selain untuk melengkapi syarat dan memenuhi tugas dalam
menempuh Program Studi Pendidikan Dokter Bagian Ilmu Penyakit THT-KL Universitas
Tarumanagara yaitu untuk mempelajari lebih dalam panyakit Meniere, terutama untuk penulis
sendiri.
I.3. MANFAAT
Penulisan referat ini diharapkan dapat membantu penulis dan pembaca sekalian dalam
mempelajari penyakit Meniere, sehingga dapat menjadi acuan dalam mendiagnosa dan
memberikan terapi yang tepat pada pasien yang mempunyai gejala penyakit Meniere.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. EMBRIOLOGI TELINGA
Telinga luar dan tengah berasal dari alat brankial, sedangkan telinga dalam berasal dari
plakoda otika.1
TELINGA LUAR
Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis
pertama dan kedua. Liang telinga berasal dari brankial pertama ektoderm. Membrana timpani
mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga
akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka
kembali.1
TELINGA TENGAH
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi
udara ini meluas ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di sekitar tulang-
tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid. Osikula berasal
dari rawan arkus brankialis. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot
tensor timpani yang melekat pada maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf
trigeminus cabang mandibularis. Otot stapedius berasal dari arkus kedua dipersarafi oleh suatu
cabang nervus fasialis.1
TELINGA DALAM
Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda ini
kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di bawah
permukaan sebagai vesikel otika. Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang
terletak dekat terhadap tabung saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus
endolimfatikus. Vesikel otika kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan
3
sakulus inferior. Dari utrikulus kemudian timbul tiga benjolan mirip gelang yang akan menjadi
kanalis semisirkularis.
Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik,
organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam
kanalis semisirkularis untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula,
dan dalam koklea untuk membentuk organ korti. Organ-organ akhir ini kemudian berhubungan
dengan neuron-neuron ganglion akustikofasialis. 1
II.2. ANATOMI TELINGA
Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah , dan telinga dalam.
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka
tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri
dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga
terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua per tiga bagian dalam hanya sedikit ditemukan
kelenjar serumen. Kulit pada bagian ini sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan
yang padat membentuk perios. 2,3
TELINGA TENGAH
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :
- Luar : membran timpani
- Depan : tuba eustachius
- Bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Dalam :berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.2
4
Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran
Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis
dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di
tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara
radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran,
dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada
garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta
bawah-belakang.
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.
Stapes melekat pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang
merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini
terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dan antrum
mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah.2
TELINGA DALAM
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)
di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran Reissner) sedangkan dasar skala media
adalah membran basalis. Pada membran ini terletak membran corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria,
dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar
dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Bagian vestibulum telinga
dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis. Utrikulus berhubungan
5
dengan sakulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus
endolimfatikus. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.
Menutupi sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus silia, yang disebut
kupula, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang berat jenisnya lebih berat daripada
endolimfe. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar
membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista.2,3
I1.3. FISIOLOGI PENDENGARAN
Getaran suara pertama kali ditangkap oleh daun telinga dan dihantarkan melalui liang
telinga dan diteruskan ke membrana timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang-tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrana timpani dan tingkap lonjong. Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong
sehingga perilimfa pada pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membrane
basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius.
Serabut-serabut saraf koklearis berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis.
Sebagian besar serabut dari inti melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus
inferior kontralateral, namun sebagian serabut tetap berjalan ipsilateral. Penyilangan selanjutnya
terjadi pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus inferior. Dari kolikulus inferior , jaras
pendengaran berlanjut ke korpus genikulatum dan kemudian ke korteks pendengaran pada lobus
temporalis (area 39-40).2,3
II.4. FISIOLOGI KESEIMBANGAN
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan propioseptif.
6
Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga
menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu. Labirin terdiri dari labirin statis yaitu
utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membrane yang terdapat dalam
vestibulum labirin tulang.
Pada tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel
reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya
terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup
oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia akan
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam
sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang penglepasan
neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf
aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka
terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat
rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi
biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan
linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak
tubuh yang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya
dapat menimbulkan gejala pada system tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa
vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi dan pada kulit reaksinya
berkeringat dingin.2
II.5. DEFINISI
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama
Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit
Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan
keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan
7
pendengaran yang berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini
disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.5
II.6. EPIDEMIOLOGI
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia
menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan
tidak ada perbedaan yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi
penyakit Meniere di beberapa negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari
100.000 penduduk, di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari
100.000 penduduk terdapat di Italia.6
II.7. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari
penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal
dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak
meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media, sakulus, dan utrikulus. Tetapi,
penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat dipastikan.2
Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri 2
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler2
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler2
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa2
5. Infeksi telinga tengah7
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas7
7. Trauma kepala7
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi7
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan7
10. Infeksi virus golongan herpesviridae7
11. Herediter7
8
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit
Meniere:
· Virus Herpes (HSV).
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16
pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu
pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan.
Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih
lanjut.8
· Herediter.
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit
Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis
saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.8
· Alergi.
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan.
Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :8
1. Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat
tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
2. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus
endolimfatikus
3. Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus
endolimfatikus.
· Trauma kepala.
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik
dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai
riwayat fraktur tulang temporal.8
· Autoimun.
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan
penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada
9
tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang
tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada
fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere
diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004
mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit
autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar
40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan
autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.9
II.8. PATOFISIOLOGI
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan
pada morfologi pada membran Meissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama
di daerah apeks koklea, helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan
utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat
meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea.2
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen
endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe
bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang
kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali
normal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya
serangan.1
Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh
distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear
membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.10
Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan
terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula.
Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista.10
Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan
tingginya tekanan endolimfatikus.2
II.9. GEJALA KLINIS
10
Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode aktif/serangan yang
bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi
lamanya. Pola serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala
berkurang setelah beberapa tahun.3 Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu
vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran.2
Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan pada telinga yang
dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini
terlupakan karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan
muntah. Terdapat adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang
bersangkutan karena genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan vertigo. Episode awal
biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness)
pada gerakan kepala menetap selama beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus
berkurang, tetapi tidak menghilang dengan redanya vertigo.
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin hanya
merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo
spontan lain yang mirip dengan yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi
serangan ini bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan
setiap hari.
Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi
remisi spontan atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali
gangguan pada pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut
ternyata tidak permanen, dapat terjadi pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul
dalam beberapa bulan. Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut
melemah oleh karena hilangnya secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan
respon akibat degenerasi elemen-elemen sensorik.
Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat ditemukan.
Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran terjadi berbulan-
bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.3
II.10. PEMERIKSAAN PENYAKIT MENIERE
11
Tidak ada tes definitive untuk memeriksa penyakit meniere. Ada beberapa penyakit dan
kondisi yang memiliki gejala yang sama dengan penyakit meniere. Penyakit meniere tidak dapat
didiagnosa hanya dari gejala yang ada. Berbagai kemungkinan harus dapat dibedakan dengan
penyakit lain. Ketika dokter mengeliminasi penyakit lain dari gejala yang ada, maka dari situ
baru penyakit meniere ditegakkan. 2
Tes yang mendukung untuk pemeriksaan penyakit meniere yaitu : 4
1. Tes pendengaran ( tes penala )
Pada tes penala didapatkan kesan tuli sensorineural pada penyakit meniere
2. Tes gliserin
Pasien diberikan minum gliserin 1,2 ml/kgBB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.
Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan
adanya hydrops endolimfe.
3. Audiogram
Hasil audiogram pada penyakit meniere didapatkan tuli sensorineural, terutama nada
rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutmen.
4. Tes kalori
Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi keseimbangan, Setiap telinga dites secara terpisah,
Pada telinga masing – masing disemprotkan secara bergantian air dingin dan air hangat.
Setelah beberapa saat akan timbul nistagmus yang arahnya berlawanan dengan arah
semprotan.6
Tes ini cukup berarti dengan kepekaan 60% (black-1980). Tes ini berguna untuk
menentukan labirin yang hipoaktif dengan gambaran grafik adanya parese dari kanal. 7
5. Electronystamography
Tes ini untuk menilai fungsi keseimbangan
6. Pemeriksaan radiologi
Secara rutin harus dilakukan pemeriksaan tulang temporal dan kalau bisa dengan poli
tomografi. Pada pemeriksaan ini bisa dijumpai meatus akustikus yang menyempit, tetapi
kadang – kadang melebar dan dijumpai otosklerotis dari optic kapsul. 8
II.11. DASAR DIAGNOSIS PENYAKIT MENIERE
12
Diagnosis penyakit meniere ditegakkan berdasarkan kombinasi dari gejala yang ada, tes
pendengaran dimana terdapat gangguan pendengaran setelah serangan yang berangsur-angsur
membaik lagi, serta setelah pengeliminasian dari penyakit lain.3
Diagnosis dipermudah dengan dibakukan kriteria diagnosis yaitu :
1. Vertigo hilang timbul
2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf
3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral
Bila gejala khas dari penyakit meniere pada anamnesis ditemukan maka diagnosis
penyakit meniere dapat ditegakkan.1
Pemeriksaan fisik hanya diperlukan untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam
anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan terdapat tuli
saraf, maka kita sudah dapat mendiagnosa penyakit meniere. Sebab tidak ada penyakit lain yang
bisa menyebabkan perbaikan dalam tuli saraf, kecuali pada penyakit meniere. Dalam hal yang
meragukan kita dapat membuktikan adanya hydrops dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini
berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan “ shunt “. Bila terdapat
hydrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik.1
II.12. DIAGNOSIS BANDING
1. Tumor nervus akustikus
Vertigo sebagai gejala dini dari meningioma, schwannoma dan lain – lain. Schwannoma
atau neurinoma akustikus mula timbul dengan tuli perspektif unilateral yang progresif. Pada
tahap dini terdapat vertigo. Kalau tumor itu menjalar dan merusak meatus akustikus interna,
maka hemihipestesia fasialis dengan reflek kornea yang menurun atau lenyap dapat detemukan
bersama adanya hemiparesis fasialis ringan akibat terlibatnya nervus trigeminus / ganglkion
gasseri dan nervus facialis. Pemeriksaan kalorik dan audiogram sudah dapat memperlihatkan
kerusakan disusunan vestibularis dan auditorik sesisi. Perjalanan penyakitnya sangat lambat.9
2. Labirintitis
Labirintitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Labirintitis bakteri merupakan
komplikasi dari mastoiditis, otitis media atau meningitis. Sedangkan pada labirinitis virus
berkembang dalam perjalanan penyakit parotis epidemika dan rubeola. Pada labirinitis virus daya
13
pendengaran normal atau sedikit terganggu. Sedangkan pada labirintitis bakteri dijumpai adanya
tuli berat. Demam, sakit kepala dan nyeri di dalam telinga tidak selamanya ada.9
3. Neuritis vestibularis
Penyakit ini timbul secara mendadak dengan serangan vertigo berat diiringi mual dan
muntah. Nistagmus spontan menyertai serangan vertigo ini. Komponen cepat mengarah ke sisi
yang normal. Pada tes kalorik ditemukan paresis vestibular unilateral. Tetapi yang membedakan
dengan penyakit meniere yaitu pada penyakit ini pendengaran tidak terganggu. Dan dengan atau
tanpa pengobatan serangan vertigo dapat hilang sama sekali dalam beberapa minggu atau dengan
gejala sisa berupa vertigo posisional yang berlangsung sejenak dan bangkit sekali – sekali saja.9
4. Vertigo posisionil benigna
Vertigo benigna dikenal juga sebagai vertigo barany. Sindrome vestibuler ini paling
umum, dan dijuluki posisional karena vertigonya timbul kalau kepala berputar kekanan atau ke
kiri. Hal ini terjadi jika kepala menoleh ke kanan atau ke kiri dan jika merebahkan badan untuk
berbaring atau berbalik ke samping waktu berbaring.9
II.13. PENGOBATAN PENYAKIT MENIERE
Selama masa serangan, pasien dianjurkan untuk berbaring pada tempat datar.
Menggerakkan anggota badan sesedikit mungkin, dengan mata terbuka dan melihat suatu fokus
tempat secara tetap. Hal ini dapat membantu untuk mengurangi perasaan berputar. Tetaplah pada
posisi ini sampai serangan vertigo hilang, kemudian bangun secara perlahan – lahan. Setelah
serangan pasien merasa sangat kelelahan dan buth tidur untuk beberapa jam.3
Jika perasaan mual dan berputar tetap muncul dalam jangka waktu lebih dari 24 jam,
maka yang dilakukan pertama adalah pemberian obat – obat simtomatik, seperti sedative, dan
bila terdapat mual dapat diberikan anti muntah. Setelah diagnosis telah ditemukan, baru diobati
penyebabnya Untuk mengurangi tekanan hydrops endolimfa, maka diberikan obat – obatan
vasodilator. Tekanan endolimfa juga dapat dikurangi dengan cara disalurkan ketempat lain
dengan jalan operasi, yaitu dengan membuat shunt. Untuk memperkuat saraf pada penyakit
meniere, dapat diberikan obat- obatan neurotonik dan obat – obatan anti iskemik.1
14
Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih system vestibuler, terapi ini sangat
menolong. Kadang – kadang vertigo dapat diatasi dengan latihan teratur dan baik. Orang –
oramng yang kerena profesinya menderita vertigo servikal dapat diatasi dengan latihan yang
intensif, sehingga gejala yang timbul tidak lagi menggangu pekerjaan sehari – harinya. Misalnya
pada pilot, pemain sirkus, dan olahragawan.1
Obat – obat yang sering digunakan selama serangan berlangsung
1. Diuretik
· Triamterine
Harus diberikan secara kombinasi dengan asam folat pada wanita hamil, karena triamterine
bersifat sebagai antagonis folat. Pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebakan batu
ginjal.3
· Amiloride
· Acetazolamide
· Furosemide
Furosemide dapat diberikan bila terdapat alergi pada pemakaian obat – obat di atas. Dosis yang
digunakan dalam pemakaian obat ini harus kecil, karena obat ini sedikit bersifat ototoksik. 3
2. Obat supresi vestibular
· Klonazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
· Lorazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
· Diazepam, diberikam 2 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
· Meclizine, diberikan 12,5 -25 mg 3-4 kali sehari
3. Kalsium chanel bloker
· Verapamil, berikan 120 -240 mg sehari
· Nimodipine
· Flunarizine
4. Steroid
· Dexamethasone
· Prednisone
15
· Methylprednisolon
5. Imunosupresan
· Methotrexate
· Steroid
· Enbrel
II.14. MANAJEMEN OPERASI PADA PENYAKIT MENIERE
Meskipun etiologi dari penyakit meniere belum diketahui secara pasti, penemuan
histopatologi berupa hydrops pada saluran endilomfe ditemukan secara konsisten. Hydrops
diduga berasal dari proses rusaknya fungsi resorpsi dari sacus endolimfatikus.4
Pada beberapa pasien, penyakit meniere tidak dapat diobati hanya dengan medikantosa,
dan pembedahan harus dipertimbangkan. 4
Beberapa kriteria pasti untuk pembedahan harus dibuat. Pendengaran harus baik pada
telinga yang berlawanan dan tidak ditemukan ataksia. Harus ada data – data objektif dari
penyakit telinga dalam unilateral, meliputi hilang pendengaran sensorineural, biasanya lebih
berat pada frekuensi rendah. Pada pemeriksaan ENG menunjukkan penurunan respon
vestibularis di telinga yang bergejala pada 50 % kasus, dan kadang – kadang terdapat
peningkatan potensial akhir pada elektrocochleograf. Harus ada fungsi keseimbangan yang baik
dan tidak ada gejala penyakit menyertai yang berat, seperti disabilitas. Pembedahan
dikontraindikasikan pada penyakit meniere dengan telinga pendengaran satu – satunya, dan pada
penyakit meniere yang menyerang telinga bilateral.5
Penting untuk diketahui, bahwa pembedahan yang ideal sebisa mungkin harus seminimal
mungkin untuk melakukan teknik – teknik infasif. Membutuhkan tidak lebih dari anastesi lokal,
diyakini bisa menyebabkan penurunan respon vestibular yang menyeluruh, dan memelihara
pendengaran dengan meminimalkan angka kesakitan pasien.5
Teknik – teknik pembedahan pada penyakit meniere :
1. Perfusi telinga dalam dengan gentamicin
Prosedur pengobatan bedah ini adalah yang paling tidak invasive pada pengobatan penyakit
meniere. Tujuan prosedur operasi adalah untuk mengobati telinga yang bergejala dengan obat
16
vestibulotoksik untuk menghasilkan deficit vestibular menyeluruh selama meminimalisasi hilang
pendengaran. Keuntungan dari pemberian obat secara langsung pada telinga dalam adalah :
· Penyakit telinga diobati secara langsung tanpa mempengaruhi fungsi sistemik tubuh
· Mencegah efek samping sistemik
· Konsentrasi tinggi obat pada pengobatan telinga dalam dapat diperoleh
Hal – hal yang diperlukan pada prosedur meliputi anastesi telinga dengan suntikan, yang
setelahnya dilanjutkan dengan myringotomy vertical lewat membran timpani. Telinga tengah
diamati dengan endoskopi untuk menentukan apakah ada obstruksi membrane diatas kokhlea.
Jika terdapat membrane maka harus diambil terlebih dahulu. Tabung ventilasi dimasukkan
kedalam tympanostomy, dan obat dimasukkan lewat tabung ventilasi kedalam kokhlea sampai
terdapat tahanan.5
Tujuan pengobatan ini adalah untuk memperoleh penurunan 100% dari respon vestibuler
terhadap tes kalori ENG tes tanpa menyebabkan hilangnya pendengaran. Lama pengobatan
biasanya 2 – 3 minggu. Selama masa pengobatan, jika fungsi pendengaran menurun, sedangkan
fungsi keseimbangan masih ada, pengobatan dihentikan selama 1 minggu dan steroid
direkomendasikan untuk menyelamatkan pendengaran. Kemudian pasien dievaluasi ulang satu
minggu kemudian, dan terapi diteruskan bila terdapat peningkatan pendengaran. Jika penurunan
fungsi vestibularis terhadap tes kalori telah mencapai 100%, maka pengobatan dapat dihentikan.5
2. Vestibular Neurectomy
Jika keluhan vertigo tetap muncul pada penyakit meniere unilateral, walaupun telah
dijalankan satu atau lebih tindakan dengan perfusi gentamicin pada telinga dalam, maka dapat
dipilih alternative proses pembedahan yang lain. Untuk pendengaran yang lebih dari 80 dB dan
memiliki lebih dari 20% dalam proses pengenalan kata – kata, pilihan prosedur operasi adalah
mikrosurgeri neurektomi vestibularis fosa posterior. Yang secara umum memungkinkan untuk
memelihara pendengaran.5
Pertama kali digambarkan dengan metode retrolabirin pada tahun 1979, kombinasi
retrolabirin dengan retrosigmoid vestibular neurektomi adalah suatu evolusi teknik dan metode
yang disukai. Pada prosedur ini, setelah insisi kulit post auricula dibuat, dilakukan sedikit
mastoidektomi, dan sinus venosus lateralis dikerangkakan dalam jalannya menuju mastoid. Fosa
17
posterior di tembus lewat insisi dural yang dibuat di belakang sinus venosus lateralis. Setelah
cairan spinal dilepaskan dan arachnoid terbuka, maka nervus vestibulocochlearis dapat terlihat
lewat sudut cerebellopontine. Pada nervus ini, terdapat celah diantara nervus cochlearis dan
nervus vestibularis. Ahli bedah harus menggunakan alat pembesar dengan resolusi tinggi untuk
melihat pembagian antara kedua nervus itu. Nervus vestibularis biasanya terdapat pada fosa
posterior. Kadang – kadang pembagian tidak dapat diidentifikasi, dan bibir posterior dari kanalis
auditorius internus harus dibor untuk lebih melihat celah antara nervus vestibularis dan nervus
cochlearis. 5
Penting untuk diketahui, bahwa kebanyakan pasien dengan vestibular neurectomy
mempunyai kehilangan pendengaran yang signifikan sebelum proses pembedahan. Dan sangat
sedikit komplain yang didapatkan untuk kasus kehilangan pendengaran yang muncul paska
operasi. Secara umum pasien merasa senang terbebas dari gejala vertigo. Tinitus dan tekanan
yang terus menerus tidak menjadi masalah utama, dan kebanyakan pasien dapat menjalani hidup
dengan normal.
Secara umum, fossa posterior vestibular neurectomy relatif aman dan mempunyai
prosedur yang efektif baik. Secara pengalaman pembedahan didapatkan tingkat keberhasilan
yang tinggi (93%) dalam mengobati serangan vertigo.5
3. Labyrinthectomy
Ketika pendengaran kurang dari 80 dB atau kurang dari 20% skore pengenalan kata,
labyrinthectomy dengan atau tanpa transcochlear cochleovestibular neurectomy di
rekomendasikan. Prosedur ini dilakukan lewat kanalis auricularis dan ngorbankan fungsi
pendengaran. Setelah flap timpanomeatal diangkat melalui kanalis auricularis, labyrinthectomy
yang meliputi pengeboran promontorium dan pembukaan menbran basalis dari kokhlea.
Kemudian neuroepitelium dari labyrinth diangkat dengan sudut yang tepat. Berhubungan kadang
– kadang pengontrolan vertigo gagal dengan labirinthectomy sendirian, maka transcochlear
cochleovestibulari neurectomy ditambahkan pada prosedur operasi untuk meningkatkan
keberhasilan. Teknik ini cepat dan merupakan standar emas pembedahan penyakit meniere.
Memiliki tingkat penyembuhan sebanyak 88% dari seluruh kasus. Hampir pada 70% pasien,
prosedur ini mampu mengurangi tinitus, tekanan, dan rasa penuh ditelinga. Teknik ini terbukti
18
aman, dengan insiden komplikasi yang rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kasus
paralisis fasialis setelah pembedahan.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Boies LR, Adams GL, higler PA. Buku Ajar penyakit THT (BOIES Fundamentals of
Otolaryngology). Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.1997.
2. Hain TC. Etiology (causes) of Meniere’s Sindrome [online]. 2008 April 26 ; available
from : http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/men_eti.html
3. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007
4. Soepardi EA, Iskandar N. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher
Edisi ke lima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2002
5. Hain TC. Meniere’s Disease [online]. 2008 December 6 ; available
from http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/menieres.html
19
6. Hain TC. Epidemilogy of Meniere’s disease [online]. 2008 January 9 ; available
from http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/men_epi.html
7. http://www.menieresinfo.com/
8. Jackson LE. Meniere’s Disease :Diagnosis, Natural History, and Current Management. 2002
9. How’s Meniere Disease is Diagnosed. Available from :
http://www.menieres-help.com/diagnosis.php
10. Black M. A Review of Vestibular Test Result in Meniere’s Disease : Simposium on
Meniere’s Disease. The Otolaryngologic Clinic of North America 13 : 631 – 642, 1980
Sidharta P : Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta, 1999
20