121-242-1-PB
-
Upload
munarwand-ahmad -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
Transcript of 121-242-1-PB
MODEL ALAT UJI PERMEABILITAS LAPANGAN UNTUK JENIS
TANAH LEMPUNG
Andius Dasa Putra
1 dan Setyanto
2
Abstract
The amount of water flowing through a certain area can be represented by the coefficient of
permeability. Coefficient of permeability value is obtained by conducting laboratory test such as
falling head permeameter (FHP) or constant head permeameter (CHP). The equipment developed
in this research can be used for field permeability test directly on the soil. The result of the test
shows that the equipment can be used to determine coefficient of field permeability for clay type of
soil. Results of permeability test based on FHP shows a little difference from the data based on the
equipment model. Test on the field from 8 point location around Faculty of Engineering, Lampung
University show that coefficient of permeability for clay about 10-6
until 10-7
cm/sec. This shows
that the equipment performs well for determining coefficient of permeability for clay soil.
Key words : equipment model for field permeability, clay soil, falling head permeameter.
Abstrak
Permeabilitas dapat digambarkan sebagai kemampuan tanah dalam meloloskan air. Nilai koefisien
permeabilitas ditentukan berdasar hasil uji laboratorium dengan menggunakan alat uji falling head
permeameter atau constant head permeameter. Alat uji model yang dibuat dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk dapat melakukan uji permeabilitas lapangan pada suatu tanah permukaan.
Hasil uji menunjukkan bahwa alat dapat bekerja dengan baik dalam menentukan nilai koefisien
permeabilitas lapangan untuk jenis tanah lempung. Alat mampu memberikan tingkat pembacaan
yang cukup baik jika merujuk pada hasil uji permeabilitas laboratorium untuk tanah lempung.
Koefisien permeabilitas lapangan yang didapat dari alat uji model tersebut berkisar antara 10-6
sampai dengan 10-7
cm/detik. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya maka dapat
dikatakan fungsi alat tersebut dapat bekerja dengan cukup baik untuk menghasilkan nilai koefisien
permeabilitas untuk jenis tanah lempung.
Kata kunci : model alat uji permeabilitas lapangan, tanah lempung, falling head permemeter.
1. PENDAHULUAN
Permeabilitas dapat digambarkan sebagai kemampuan tanah dalam meloloskan air. Tanah
dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air
larian (surface run off). Selain itu permeabilitas juga merupakan pengukuran hantaran
hidraulik tanah. Hantaran hidraulik tanah timbul sebagai akibat adanya pori kapiler yang
saling bersambungan antara satu dengan yang lain. Secara kuantitatif hantaran hidraulik
jenuh dapat diartikan sebagai kecepatan bergerak suatu cairan pada media berpori dalam
keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media pori adalah
tanah. Penetapan hantaran hidraulik didasarkan pada hukum Darcy. Dalam hukum ini
tanah dianggap sebagai kelompok tabung kapiler halus dan lurus dengan jari-jari yang
seragam, sehingga gerakan air dalam tabung tersebut di anggap mempunyai kecepatan
yang sama.
1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung
2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung
Jurnal Rekayasa, Vol. 16 No. 1, April 2012
Andius Dasa Putra, Model Alat Uji Permeabilitas Lapangan...
2
Selama ini dalam penentuan besar atau nilai koefisien permeabilitas tanah dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan dua jenis alat uji berupa falling head permeameter
dan constant head permeameter. Untuk keperluan penyelidikan langsung di lapangan
diperlukan suatu alat uji yang efektif dan efisien serta dapat memberikan informasi nilai
koefisien permeabilitas tanah dalam waktu yang cepat. Penelitian ini selanjutnya
mencoba membuat suatu model alat uji untuk menentukan besar nilai koefisien
permeabilitas untuk jenis tanah lempung di lapangan yang kemudian akan
diperbandingkan dengan hasil uji laboratorium dengan menggunakan alat uji falling head
permeameter. Perbandingan terhadap alat uji falling head ini didasarkan pada
pertimabangan jenis tanah berupa tanah lempung dan dasar pembentukan model alat uji.
Analisis perbandingan hasil uji dimaksudkan untuk melihat sejauh mana tingkat akurasi
atau pun penyimpangan data yang dihasilkan oleh model alat uji permeabilitas lapangan.
Selain itu akan diberikan suatu justifikasi beberapa faktor yang dianggap mampu
mengurangi kualitas data yang dihasilkan.
Head (1981), Bowles (1991) dan Das (1995), menyatakan bahwa aliran air dalam tanah
sangat dipengaruhi oleh karakteristik tanah antara lain: jenis tanah, ukuran dan bentuk
butiran, komposisi mineral, rongga pori (void ratio), derajat kejenuhan dan tipe aliran.
Darcy (1956) memberikan persamaan pengaliran air pada lapisan tanah jenuh sempurna
sebagaimana ditunjukkan pada persamaan berikut :
q = A.ki ... (1)
V = q/A = k.i ... (2)
dengan :
q = volume aliran air per satuan waktu (cm3)
A = luas penampang tanah yang dilewati air (cm2)
k = koefisien permeabilitas (cm/dt)
i = gradien hidraulik
v = kecepatan aliran (cm/dt)
Metode sumur uji paling sering digunakan dalam pelaksanaan uji permeabilitas di
lapangan, karena metode ini dapat digunakan pada lapisan yang terletak di atas
permukaan air tanah atau pada lapisan dangkal (dekat permukaan tanah). Nilai koefisien
permeabilitas (k) lapangan dari sumur uji dapat diperoleh dari persamaan :
[ (
) √ (
) ] ... (3)
dengan :
k = koefisien permeabilitas (cm/dtk)
Q = debit konstan, air (cm3/dt)
r = jari-jari sumur uji (cm) = ½ D
H = tinggi air dalam sumur uji (cm)
Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung, jadi dipakai metode falling head
karena sesuai digunakan untuk mengukur permeabilitas tanah berbutir halus. Nilai koefisien permeabilitas (k) laboratorium dapat diperoleh dari persamaan, (Sosrodarsono,
1977) :
(
) (
) ... (4)
Jurnal Rekayasa, Vol. 16 No. 1, April 2012
Andius Dasa Putra, Model Alat Uji Permeabilitas Lapangan...
3
dengan : k = permeabilitas laboratorium
a = luas buret (cm²)
A = luas sampel tanah (cm²)
L = panjang sampel (cm)
t = waktu (detik)
h1 = ketinggian awal (cm)
h2 = ketinggian akhir (cm)
2. METODOLOGI PENELITIAN
Pengambilan sampel tanah untuk keperluan uji permeabilitas laboratorium dilakukan
dengan menggunakan tabung pipa diameter 4 inchi pada kedalaman pengambilan sampel
adalah 40 cm sebanyak delapan buah sampel dari delapan titik yang berbeda di sekitar
kawasan Universitas Lampung. Lokasi titik pengujian dapat dilihat pada Gambar 1.
Model alat uji yang akan digunakan terdiri dari tabung dengan diameter 11 cm dan tinggi
50 cm. Alat ini juga dilengkapi dengan alat pengukur berupa dua buah penggaris yang
akan berfungsi sebagai alat referensi perubahan tinggi muka air tanah. Pada bagian dalam
tabung dilengkapi pula dengan pelampung yang dapat bergerak naik turun sehingga jarum
indikator akan menunjuk kepada penggaris ukur yang ada pada sisi luar tabung dan tanpa
mengalami hambatan samping. Model alat uji permeabilitas lapangan yang digunakan
dapat dilihat pada Gambar 2. Alat ukur yang terhubung dengan pelampung yang dapat
bergerak naik turun sesuai dengan ketinggian permukaan air dalam sumur uji, sehingga
mempermudah pembacaan laju penurunan air dalam waktu tertentu.
Gambar 1. Lokasi Titik-titik Pengambilan Sampel Tanah Asli
Dalam pelaksanaan, tabung akan diletakkan ke dalam tanah setelah dilakukan penggalian
sedalam 40 cm untuk menghilangkan lapisan humus pada tanah. Batas muka tanah yang
dijadikan sebagai acuan referensi muka air adalah pada kedalaman 40 cm. Pengukuran
Jurnal Rekayasa, Vol. 16 No. 1, April 2012
Andius Dasa Putra, Model Alat Uji Permeabilitas Lapangan...
4
dilakukan setelah air dalam tabung telah dianggap jenuh. Tabung dimasukkan kedalam
tanah dengan cara ditekan kedalam tanah sampai tabung berada pada kedalaman yang
diinginkan. Kemudian air dituangkan kedalam tabung sampai tanah dianggap benar-benar
jenuh. Penurunan pembacaan dilakukan dan dikontrol dengan selang waktu tiap 5 menit.
3. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengujian sampel tanah asli dilakukan untuk mengetahui beberapa nilai indeks properties
tanah yang akan dipergunakan dalam menentukan jenis tanah yang digunakan apakah
sesuai dengan rencana awal penelitian yaitu untuk tanah lempung. Sifat fisik yang diuji
berupa uji kadar air (ω), uji berat jenis (Gs), berat volume (), uji analisis saringan, dan
uji batas-batas konsistensi.
Gambar 2. Model Alat Uji Permeabilitas Lapangan
jangka ukur
tiang bandul vertikal
jarum penunjuk
bandul pelampung
tabung diameter 11 cm
Jurnal Rekayasa, Vol. 16 No. 1, April 2012
Andius Dasa Putra, Model Alat Uji Permeabilitas Lapangan...
5
Tabel 1. Hasil Uji Indeks Properties Tanah Asli
No. Pengujian Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Kadar air (w,%) 32,85 28,12 28,92 32,33 28,91 27,95 28,99 30,15
2. Berat Jenis (Gs) 2,562 2,561 2,448 2,571 2,606 2,581 2,572 2,542
3. Berat volume (gr/cm3) 1,54 1,32 1,48 1,65 1,56 1,61 1,55 1,62
4. Batas-batas Konsistensi
a. Batas Cair (LL,%)
b. Batas Plastis (PL,%)
c. Indesk Plastisitas (IP,%)
48,57
33,67
14,9
45,68
33,27
12,41
50,87
36,88
13,99
49,87
34,67
15,2
51,22
35,78
15,44
48,99
36,58
12,41
47,56
32,88
14,68
50,82
35,28
15,54
5. Lolos Saringan No. 200 93,24 91,04 95,25 96,72 94,56 91,27 93,78 90,72
6. Klasifikasi Tanah (USCS) CH CH CH CH CH CH CH CH
Dari data pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai persentase tanah berbutir halus yang lolos
saringan No. 200 lebih besar dari 36% dengan nilai Indeks Plastisitas (PI) lebih dari 11%
dan nilai Batas Cair (LL) lebih dari 40% berdasar klasifikasi AASHTO dapat
dikelompokkan kedalam jenis tanah lempung kelompok A-7 (Bowles, 1991). Sedangkan
menurut klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS), dengan nilai persentase
butiran lolos saringan No. 200 lebih besar dari 50%, dengan nilai Batas Cair (LL) lebih
dari 40% dan nilai batas plastis (PL) lebih dari 30% maka berdasar grafik titik tersebut
berada diatas garis A sehingga dapat dikelompokkan dalam klasifikasi tanah dengan
notasi CH (clay with high plasticity) yang artinya tanah lempung anorganik dengan
plastisitas tinggi. Dapat disimpulkan bahwa sampel tanah yang diambil sesuai dengan
tujuan awal penelitian ini yaitu memperuntukkan pengujian permeabilitas lapangan pada
tanah lempung.
Dalam penelitian ini pengujian lapangan dilakukan bersamaan dengan pengujian di
laboratorium. Hal ini dimaksudkan agar sampel tanah yang diambil masih memiliki
kualitas sampel tanah yang sangat baik. Pengujian di lapangan yang dilakukan
menghasilkan data uji lapangan yang kemudian akan diperbandingkan dengan hasil uji
laboratorium. Nilai koefisien permeabilitas lapangan berdasar model alat uji dan
laboratorium dengan menggunakan alat uji falling head permeameter dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Nilai Koefisien Permeabilitas Lapangan dan Laboratorium
Lokasi Berat
Volume
(gr/cm3)
Klasifikasi
Tanah
k-lapangan
(cm/det)
k-laboratorium
(cm/det)
k-koreksi lapangan
(cm/det)
Titik 1 1,54 CH 7,43 x 10-8 5,72 x 10-7 6,89 x 10-7
Titik 2 1,32 CH 5,46 x 10-8 6,78 x 10-7 5,21 x 10-7
Titik 3 1,48 CH 8,75 x 10-7 4,32 x 10-7 7,77 x 10-7
Titik 4 1,65 CH 5,62 x 10-7 7,14 x 10-6 6,19 x 10-7
Titik 5 1,56 CH 6,89 x 10-7 5,89 x 10-7 7,23 x 10-7
Titik 6 1,61 CH 7,23 x 10-8 5,45 x 10-7 3,42 x 10-7
Titik 7 1,55 CH 8,45 x 10-7 6,45 x 10-7 7,65 x 10-7
Titik 8 1,62 CH 6,53 x 10-6 7,62 x 10-6 4,39 x 10-6
Jurnal Rekayasa, Vol. 16 No. 1, April 2012
Andius Dasa Putra, Model Alat Uji Permeabilitas Lapangan...
6
Pada Tabel 2, terlihat bahwa pada saat pengujian nilai permebilitas di lapangan dijumpai
beberapa data yang agak berbeda jauh dengan hasil yang diaplikasikan pada alat falling
head permeameter. Dalam penelitian ini diharapkan nilai koefisien permeabilitas
lapangan dan laboratorium tidak mengalami perbedaan yang cukup signifikan.
Identifikasi awal perbedaan tersebut lebih dikarenakan sifat tanah lempung dengan
lekatan yang cukup tinggi akan mengakibatkan terjadinya pemampatan awal di dalam
tabung. Berdasar kondisi tersebut dilakukan pengujian ulang di lapangan dengan alat uji
model yang dibuat. Pengulangan dilakukan dengan lebih memperhatikan proses
pemasangan tabung kedalam tanah. Pada awal pengujian tabung dimasukkan kedalam
tanah tanpa memperhatikan akan terjadinya pemadatan awal yang diakibatkan oleh sifat
tanah lempung. Pada pengujian kedua kali tabung yang dimasukkan sebelumnya diberi
pelumas dalam jumlah yang sangat sedikit dengan maksud agar tidak terjadi pemampatan
awal. Metode ini ternyata memberikan hasil yang cukup baik dimana pembacaan jarum
bandul dan analisis koefisien permeabilitas lapangan mendekati dengan hasil pengujian
laboratorium.
Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai Koefisien Permeabilitas Lapangan dan
Laboratorium
Pada Gambar 3, terlihat bahwa pada titik 1, 2 dan 6 pengujian lapangan sebelum
terkoreksi menunjukkan hasil permeabilitas yang cukup berbeda dengan permeabilitas
hasil uji laboratorium dalam nilai koefisien permeabilitas 10-7
cm/detik. Hal ini telah
dijelaskan bahwa pada saat pelaksanaan di lapangan tidak memperhatikan proses
pemasangan tabung pada tanah yang telah disiapkan. Kurang keakuratan hasil yang
diberikan pada titik 1, 2 dan 6 bukan terletak pada kesalahan alat dalam melakukan
pembacaan, tetapi setelah dilakukan pengamatan dan evaluasi maka ditemukan bahwa
penyebab utama lebih dikarenakan proses penempatan alat di lokasi sampel titik uji.
Penempatan tabung kedalam tanah harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak
tejadi pemampatan awal, khususnya jika alat ini diterapkan pada jenis tanah lempung.
Bowles (1991) dan Das (1995) memberikan suatu nilai koefisien permeabilitas untuk
tanah lempung berkisar antara 10-6
cm/detik sampai dengan 10-9
cm/detik. Bahkan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6 titik 7 titik 8
k-lap
k-lab
k-lapc
Jurnal Rekayasa, Vol. 16 No. 1, April 2012
Andius Dasa Putra, Model Alat Uji Permeabilitas Lapangan...
7
Bowles (1991) menemukan ada beberapa jenis tanah lempung yang memiliki nilai
koefisien permeabilitas sebesar 10-4
cm/detik. Jika dibandingkan dengan hasil pengujian
yang dilakukan dengan alat uji model penentuan permeabilitas lapangan, maka dapat
disimpulkan bahwa alat mampu bekerja dengan cukup baik di lapangan terutama untuk
jenis tanah lempung dan dilakukan dengan sangat hati-hati.
Tabel 3. Koefisien Permeabilitas dengan Parameter Jenis Tanah
Koef. Permeabilitas 10-4
10-5
10-6
10-7
10-8
10-9
Bowles (1991)
Das (1995)
Alat Uji Model
Lab.FHP
Hal yang harus dicatat bahwa alat uji ini merupakan suatu model alat uji yang akan
dikembangkan lebih lanjut agar hasil uji menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini alat
model uji permeabilitas lapangan hanya digunakan untuk jenis tanah lempung saja,
sedangkan untuk tanah lainnya perlu dilakuka uji lebih lanjut.
4. SIMPULAN
Hasil pengujian yang telah dilakukan dalam peneltian ini memberikan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1) Alat uji menunjukkan hasil yang cukup baik jika digunakan untuk melakukan
pengujian permeabilitas lapangan untuk jenis tanah lempung.
2) Pemasangan alat uji harus dilakukan dengan benar mengingat jenis tanah lempung
memiliki lekatan yang cukup tinggi dan mampu mempengaruhi kondisi tanah pada
saat dilakukan pemasangan alat yang disebabkan tanah mengalami pemampatan
awal sehingga akan merubah struktur tanah.
3) Hasil uji model alat permeabilitas lapangan dan uji laboratorium dengan alat uji
falling head menunjukkan hasil yang cukup baik dimana nilai kedua hasil uji
memberikan perbedaan yang sangat kecil sehingga akan mampu memberikan hasil
yang memuaskan.
4) Untuk lebih memperbaiki hasil uji lapangan perlu dilakukan penyempurnaan alat uji
agar tingkat akurasi yang dihasilkan dapat lebih mewakili kondisi permeabilitas di
lapangan.
5) Pengujian dengan model alat uji tersebut hanya dapat dilakukan untuk tanah
permukaan sedang tanah yang lebih dalam harus dipikirkan kembali tentang
prosedur dan model alat modifikasi yang dapat sesuai dengan tanah yang cukup
dalam.
Jurnal Rekayasa, Vol. 16 No. 1, April 2012
Andius Dasa Putra, Model Alat Uji Permeabilitas Lapangan...
8
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Annual Book of ASTM Standart, Section 4 Volume 04.08.
Bowles, Joseph E, 1991, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), PT.
Erlangga. Jakarta.
Das, B.M, 1995, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik), Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Hardiyatmo, H.C., 2002, Mekanika Tanah I, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Head, K.H., 1981, Manual of Soil Laboratory Testing Volume 2, Pentech Press.
Kasiro, I. dkk., 1994, Pedoman Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di
Indonesia, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Sosrodarsono, S. Takeda, Kensaku, 1977, Bendungan Type Urugan, Pradnya Paramitha,
Jakarta.