12 PRINSIP Dian Sugi

16
NAMA : - ASTRI IMANIYATI - 7116140002 - HIJRAH SYAPUTRA – 711610010 _______________________________________________________ ____ PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL PRINSIP KEDUABELAS : Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. 1 Kesiapan individu akan membawa individu untuk siap memberikan respon terhadap situasi yang dihadapi melalui cara sendiri. Seperti yangdiungkapkan oleh Slameto (2010:113) bahwa : 1 Suparman, Atwi. Desain Instruksional. Jakarta. UT : 2010

description

prinsip yang harus digunakan dalam mendesain pembelajaran

Transcript of 12 PRINSIP Dian Sugi

NAMA :

- ASTRI IMANIYATI - 7116140002

- HIJRAH SYAPUTRA 711610010

___________________________________________________________PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

PRINSIP KEDUABELAS :Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.

Kesiapan individu akan membawa individu untuk siap memberikan respon terhadap situasi yang dihadapi melalui cara sendiri. Seperti yangdiungkapkan oleh Slameto (2010:113) bahwa :

kesiapan adalah keseluruhan semua kondisi individu yang membuatnya siap untukmemberikan respon atau jawaban di dalam caratertentu terhadap situasi tertentu

Kondisi tertentu yang dimaksud adalah kondisi fisik dan psikisnya,sehingga untuk mencapai tingkat kesiapan yangmaksimal diperlukan kondisi fisik dan psikis yangsaling menunjang kesiapan individu tersebutdalam proses pembelajaran.Pembelajar mandiri merupakan sifat umum manusia yang ada dalam diri setiap orang dengan tingkat yang berbeda. Mandiri dalam belajar dapat terjadi dalam berbagai macam situasi. Meskipun situasi belajar tertentu lebih kondusif untuk belajar mandiri daripada yang lain, hal tersebut merupakan karakteristik pribadi para pelajar (termasuk kualitas pikiran dan perilaku(kepribadian) serta kemampuan dan keterampilan yang diperoleh) yang akhirnya menentukanapakah belajar mandiri akan berlangsung dalam situasi pembelajaran tertentu. Dalam prinsip pembelajaran ini, kata mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sangat erat kaitannya dengan student center, dimana instruksional atau pembelajaran haruslah dapat mengembangkan potensi atau kemampuan dalam merangsang siswa untuk dapat menciptakan peristiwa belajar sendiri sesuai dengan kemampuan, karakteristik dan juga minat yang dimilikinya. Hal ini sangat penting, mengingat pada dasarnya banyak ahli menyatakan bahwa belajar merupakan proses individu yang sangat privasi pada setiap orang, walaupun kegiatan pembelajaran dilakukan bersama-sama didalam satu kelas, namun pada prinsipnya proses kebersamaan itu harus memfasilitasi belajar siswa per individu, inilah tantangannya. Sebagai seorang pengajar, guru/ pendidik sangat membutuhkan analisis peserta didik untuk menstimulasi dan melakukan gaining attention terhadap anak sesuai dengan karakteristik mayoritas, misalnya secara IQ rata-rata, umur, dan tingkat perkembangan psikologis (misalnya taraf operasioan konkrit, atau formal, atau pra operasional konkrit), gaya belajar mayoritas, dll. Dengan mengetahui karakteristik secara matang maka guru akan memiliki informasi apa yang harus dilakukan untuk dapat menstimulasi peserta didik agar terdorong untuk melakukan kegiatan sendiri dalam menyelasikan tugas atau mengatur dan mengiorganisasi kegiatan belajarnya dan memotivasi siswa untuk berfikir kritisa dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga proses belajar tidak hanya terbatas pada area kelas/klasikal namun dapat tetap dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan kemandirian siswa untuk mencaritahu secara lebih detail mengenai materi yang dipelajari.

Implikasi prinsip ini dalam teknologi instruksional adalah pemberian kemungkinan bagi peserta didik untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber lain sesuai dengan karakteristiknya, disamping yang telah ditetapkan dalam system instruksional agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan instruksional.

Jika ditilik lebih dalam, kata pemberian kemungkinan bagi peserta didik untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber lain , hal ini sangat erat kaitannya dengan Resource based learning atau Belajar berbasis aneka sumber. Sumber belajar yang dapat digunakan siswa tidak terbatas pada apa yang dipersiapkan oleh guru dikelas saja, namun dapat berupa lingkungan sekitar, fakta atau fenomena yang terjadi, kejadian alam, konsep atau buku literature tertulis lain baik cetak maupun online. Menurut penulis, opportunity atau kesempatan bagi siswa diberikan dengan guidelines dari guru agar dapat mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang diberikan dengan manfaatkan atau menggunakan aneka sumber. Contoh-contoh yang lebih konkrit atau ingin mengetahui informasi tambahan, pelengkap/ pengetahuan lebih dalam mengenai topik yang dibahas. Kegiatan diatas juga dapat diaplikasikan dengan banyak bentuk, misalnya wisata intelektual, menonton berita dirumah, membaca buku ensiklopedia diperpustakaan, dll. Pembelajar mandiri dan beraneka sumber dengan persiapan yang bertanggung jawab seperti diatas diungkapkan Knowles sebagai sebuah proses di mana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpabantuan orang lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, mengidentifikasi dan memilih materi untuk belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai contoh-contoh aplikasi prinsip pembelajaran ini dengan lebih detail , maka akan dijabarkan pada contoh-contoh dibawah ini :

1. CONTOH PENERAPAN PADA LEVEL SEKOLAH DASAR

Disini, tujuan instruksional telah dirumuskan. Misalnya untuk anak kelas 6 SD, Tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran IPA adalah peserta didik diharapkan dapat menghitung umur tanaman pada ketebalan korteks batang dengan pengukuran 80% benar. Pengembangan instruksional yang dilakukan adalah pada pertemuan sebelumnya guru melakukan proses gaining attention atau menarik perhatian sebelum mengajarkan topik ini dengan pertanyaan :Anak-anak apakah kalian pernah mengunjungi kebun raya bogor? (anak anak menjawab), kemudian guru bertanya, kalau begitu, disana yang kalian lihat apa disana? (anak akan ada yang menjawab pohon), dengan jawaban anak guru mengajak anak berfikir, Nah, pohon-pohon yang ada dikebun raya bogor diukur umurnya dengan cara bagaimana ya? sampai kita bisa tahu mana pohon yang tertua yang usianya sudah ratusan tahun sebelum kita lahir?? (guru menunjukkan foto pohon tua itu)Setelah itu, anak-anak diberikan guidance oleh guru. Anak anak diberikan daftar pertanyaan yang menuntunnya untuk membaca bagaimana cara mengukur umur tanaman dari berbagai sumber, Pembahasan mengenai hasil temuan anak-anak dan bagaimana cara mengukurnya akan dilakukan dipertemuan berikutnya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dari beragam sumber lain , anak-anak juga dapat mengulas penjelasan lewat buku bacaan diperpustakaan, internet, dll untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih dan melengkapi sumber dan bahan belajarnya sendiri guna melakukan persiapan belajar sebelum pertemuan berikutnya dimulai.Pertemuan berikutnya sudah ditunggu-dittunggu anak-anak dengan segudang informasi yang mereka miliki. Anak-anak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan hasil temuan yang dimilikinya tentang bagaiman cara mengukur usia pohon/tanaman. Proses ini akan menjadi suatu diskusi yang interaktif karena masing-masing anak sudah memiliki persepsi masing-masing dari beragam sumber yang ditemui. Setelah proses diskusi, guru meluruskan dan mengambil kesimpulan dari hasil temuan anak-anak. Kemudian, anak-anak diminta untuk menghitung usia sampel balok pohon kecil yang guru bawa dan menentukan usianya dengan penulisan laporan . Hal tersebut sangat bermnafaat untuk proses kemandirian dan tanggung jawab anak.

2. CONTOH PENERAPAN PADA LEVEL SEKOLAH MENENGAH PERTAMAMisalnya, contoh tujuan pembelajaran khusunya adalah siwa diharapkan dapat menjelaskan asal asal-usul makhluk hidup berdasarkan teori Abiogenesisi dan Biogenesis dengan 80% benar. Anak-anak sebelumnya diberikan modul yang berisi tentang penjelasan mengenai teori Abiogenesis dan biogenesis, Sebelum pelajaran diberikan, pada minggu sebelumnya anak-anak sudah diingatkan untuk membaca tentang materi abiogenesis dan biogenesis dari beragam sumber. Pada saat yang sama guru memberikan stimulant untuk menarik perhatian siswa dengan u menjelaskan manfaat anak mempelajari materi ini, yaitu kita akan mengetahui hakikat munculnya makhluk hidup secara ilmiah, misalnya bakteri asalnya darimana, air asalnya darimana, dengan video-video pendukung dan lain sebagainya sehingga anak diarahkan pada pemikiran Science is Cool!Setelah itu, guru meminta anak mencari referensi terkait materi Abiogenesis dan Biogenesis sehingga kita mengetahui asal mula kromosom, asal mula sel dll dirumah dengan mebebaskan sumber belajar yang dipilih apa dan darimana. Setelah itu, pada pertemuan berikutnya, barulah guru mem anak mendiskusikan hasil temuannya didalam kelas.Guru mengajak anak untuk bisa bediskusi dan memberikan hasil bacaan dan temuan yang dimiliki agar dapat menjadi pengetahuan bersama. Hal ini sangat bermanfaat karena anak yang sudah membaca akan semakin kuat retensinya dengan menjelaskan sesuai dengan teori kognitif Gagne. Maka proses recall dari persiapan materi yang telah dilakukan tersebut merupakan suatu sitematika prosedur untuk mencapai pembelajaran mandiri yang sarat dengan penguatan.

Didalam proses pembelajaran diatas, guru telah memberikan kebebasan dan kesempatan untuk anak melakukan persiapan dan pengiorganisasian terhadap materi yang akan dipelajari. Pada kenyataannya banyak anak yang akan menemukan beragam informasi baru mengenai materi yang sedang dipelajari karena proses persiapan tersebut, sehingga anak-anak dapat memberikan ssumbangan pemikiran dan pengetahuan untuk semua warga kelas. Hal ini sangat baik untuk melatih kemandirian dan tanggungjawab anak. Melalui keprcayaan guru terhadap anak untuk menentukan sumber dan cara beajarnya sendiri saat mencari informasi terkait materi abiogenesis dan biogenesis maka rasa kepercayaan diri dan ingin tahu anak akan terfasilitasi dan tersalurkan.3. CONTOH PENERAPAN PADA LEVEL SEKOLAH MENENGAH ATASPada level SMA, prinsip ini sangat menarik untuk dilakukan. Saat anak-anak melihat fenomena-fenomena alam yang besar seperti tsunami, atau badai atau angin putting beliung, Hal apapun disekeliling dapat menjadi sumber belajar. Misalkan untuk mata pelajaran Geografi, Tujuan instruksional khususnya adalah Siswa diharapkan dapat menjelaskan proses terjadinya Tsunami skala besar dengan 80% benar.

Siswa sebelumnya diajak untuk berfikir kejadian-kejadian dijepang, dibanda aceh, dll beberapa tahun silam. Tsunami hebat melanda tanpa terduga. Hal tersebut menjadi suatu perbedaan yang cukup signifikan antara dua negara Indonesia dan Jepang. Di Indonesia jumlah korban tsunami hampir mencapat 1000 jiwa, sedangkan di Jepang dengan keporak-porandaan yang lebih besar namun antisipasi dan korban jiwa jauh lebih sedikit, hanya sekitar 200 jiwa. Mengapa hal tersebut terjadi? Mengapa manusia bisa dikalahkan oleh Alam? Apakah hal itu bisa diatasi? Apakah wajar dizaman modern kita kembali lagi kezaman animism yang menganggap alam memiliki kekuatan supranatural? Pernahkah kita berfikir bagaimana cara mengatasinya? Mengantisipasinya?Dengan memberikan pertanyaan tersebut guru kemudian meminta siswa untuk mencari tahu semua hal tenrkait tsunami, bagaimana prosesnya, apa gejala yang muncul sebelum tsunami tiba, berapa waktu yang diperlukan untuk evakuasi dengan skala jarak yang pasa? Bagaimana bentuk antisipasi dan Proses detail terjadinya tsunami serta prediksi daerah-daerah mana yang potensial mengalami tsunami skala besar? Hal tersebut akan didiskusikan dipertemuan berikutnya. Siswa diberikan kebebasan dalam mempersiapkan semua materinya dengan beragama sumber yang menjadi referensi mereka untuk menemukan semua pertanyaan.

Saat pertemuan berikutnya tiba, anak anak dipersilahkan memberikan argumennya terkait penemuan ilmiah yang dilakukan dengan, Hal ini dilakukan untuk melatih siswa mempertanggung jawabkan apa yang telah ditemukannya agar dapat bermanfaat bagi oranglain. Setelah itu, siswa di minta membuat laporan sebagai bentuk referensi atau modul tsunami yang akan diberikan kepada BMKG provinsi , utamanya daerah-daerah yang rawan tsunami. Dengan project seperti ini, anak-anak akan merasa kebermaknaan langsung dalam belajar dengan persiapan yang matang dan beraneka sumber untuk menghasilkan karya nyata yang bermanfaat bagi oranglain. Kesemua proses tersebut sangat bermanfaat uuntuk melatih kognitif, afeksi dan psikomotor siswa. Bahkan hasil tujuan pembelajaran yang dicapai siswa akan jauh melampaui dari batas target yang diinginkan. Suparman, Atwi. Desain Instruksional. Jakarta. UT : 2010

Dessy Mulyani,Hubungan Kesiapan Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar, HYPERLINK "http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor"http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselorVol.2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Hlm. 27 31 (diakses tanggal 25 Maret 2015 )

Op.Cit, 29

Anisa Widyaningtyas, Sukarmin, Yohanes Radiyono,Peran Lingkungan Belajar Dan Kesiapan Belajar Terhadap Prestasi Belajar FisikaSiswa Kelas XSekolah Menengah Atas Negeri 1 Pati, HYPERLINK "http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor"http:http://eprints.uns.ac.id/14421/1/1773-3964-1-SM.pdfJurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 hal 136 (diakses tanggal 25 Maret 2015 )