12. Bab II.pdf

36
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Istilah investasi dapat diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu menurut Jogiyanto (2007:5). Salah satu tujuan seseorang berinvestasi adalah untuk menambah atau meningkatkan pendapatannya di masa mendatang dalam bentuk kesejahteraan uang. Sedangkan Rose and Marquis (2006:6) menyatakan pengertian dari Investasi: “Expenditure on capital goods or on inventories of goods or raw materials that are used to produce other goods and service, causing future production and income to rise.” 2.1.2 Jenis-Jenis Investasi Keputusan investasi dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Menurut Sunariyah (2004:4) investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: 1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) berupa aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial asstes) berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh entitas. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara: a. Investasi Langsung (direct investment) Investasi Langsung (direct investment) dapat diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gains.

Transcript of 12. Bab II.pdf

Page 1: 12. Bab II.pdf

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Istilah investasi dapat diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan

didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu menurut Jogiyanto (2007:5). Salah satu tujuan seseorang berinvestasi adalah untuk menambah atau meningkatkan pendapatannya di masa mendatang dalam bentuk kesejahteraan uang. Sedangkan Rose and Marquis (2006:6) menyatakan pengertian dari Investasi:

“Expenditure on capital goods or on inventories of goods or raw materials that are used

to produce other goods and service, causing future production and income to rise.”

2.1.2 Jenis-Jenis Investasi

Keputusan investasi dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Menurut Sunariyah (2004:4) investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian

utama, yaitu:

1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) berupa aktiva berwujud seperti emas,

perak, intan, barang-barang seni dan real estate.

2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial asstes) berupa surat-surat

berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh

entitas. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat

dilakukan dengan dua cara:

a. Investasi Langsung (direct investment)

Investasi Langsung (direct investment) dapat diartikan sebagai suatu pemilikan

surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah

go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan

dividen dan capital gains.

Page 2: 12. Bab II.pdf

7

b. Investasi Tidak Langsung (indirect investment)

Investasi Tidak Langsung (indirect investment) terjadi bilamana surat-surat berharga

yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment

company) yang berfungsi sebagai perantara.

2.1.3 Tujuan Investasi

Menurut Gitman dan Joehnk (2005:13) ada beberapa alasan mengapa seseorang

melakukan investasi, antara lain adalah:

1. Accumulating retirement funds

Accumulating funds forf retirement is the single most important reason for investing

2. Enhancing current income

investment enchance current income by earnings dividends or interest

3. Saving for major expenditure

the most common of these are the down paymenr on a home, education, vacation travel

and capital to start business

4. Sheltering income from taxes

obviously, if person can avoid or deferpaying taxeson the income from investment, its

will have more funds left for reinvestment.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari investasi secara garis besar

sama, yaitu untuk mengharapkan pendapatan (return) yang lebih besar di masa yang akan

datang, tentunya dengan tingkat risiko yang selalu menyertainya.

2.2 Pasar Modal

2.2.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau

long-term financial assets. Jenis surat berharga yang diperjual belikan di pasar modal memiliki

jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pasar modal memungkinkan bertemunya pihak-pihak yang

memiliki kelebihan dana (investor/lenders) dan yang membutuhkan dana (perusahaan/emiten).

Dalam hal ini lenders akan memberikan dananya pada emiten, sedangkan lenders akan

memperoleh surat bukti (sekuritas) yang memiliki klaim atas aset-aset perusahaan.

Page 3: 12. Bab II.pdf

8

Pada dasarnya pasar modal sama seperti pasar yang lain, hanya saja yang

membedakan mungkin mengenai komoditi yang diperdagangkan. Bentuk umum surat berharga

yang diperdagangkan di pasar modal adalah obligasi, saham preferens dan saham biasa.

Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi tempat efek-efek

diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi

yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Menurut Elton and Gruber (2003:14) pengertian pasar modal adalah sebagai berikut:

“Capital market securities include instruments with maturities greater than one year and

those with no-designed maturity of all.”

Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten),

sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli

(investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka

menguntungkan.

Sedangkan menurut Gitman dan Joehnk (2005:36) pengertian pasar modal adalah:

“Market in which long term securities with maturities greater than one year such as

stocks, an bonds are bought and sold.”

Pengertian Pasar Modal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 1 adalah:

“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”

Sedangkan Bursa Efek menurut UU no.8 pasal 1 butir 4 tentang pasar modal adalah:

“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau

sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain dengan

tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.”

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal bisa berupa

pasar dalam pengertian abstrak maupun dalam pengertian konkret. Dalam pengertian abstrak,

perdagangan surat berharga di pasar modal tidak harus terjadi pada suatu tempat tertentu.

Sedangkan dalam pengertian konkret, pasar modal adalah bursa efek. Bursa efek merupakan

Page 4: 12. Bab II.pdf

9

pasar yang sangat terorganisir karena terdapat serangkaian peraturan yang mengikat pihak-

pihak yang terkait di dalamnya. Komoditi yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga

jangka panjang.

2.2.2 Peran dan Manfaat Pasar Modal

Pasar modal memberikan daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak

yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena pasar modal memiliki

peranan dan manfaat yang strategis. Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (2003:2-4) peranan dan manfaat pasar modal di Indonesia sebagai berikut:

1. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien Investor dapat

melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru

ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan

dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan

jangka panjang melalui Pasar Modal tersebut.

2. Pasar Modal sebagai alternatif investasi Pasar Modal memudahkan alternatif

berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu.

3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek

baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik, sebaiknya tidak hanya

dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja karena penyebaran kepemilikan secara

luas akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan.

4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan. Keikutsertaan

masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan

manajemen secara lebih profesional, efisien dan berorientasi pada keuntungan,

sehingga tercipta suatu kondisi ”good corporate governance” serta keuntungan yang

lebih baik bagi para investor. Bapepam menganjurkan setiap perusahaan publik untuk

memiliki suatu Komite Audit.

5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan-

perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong

perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan

kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.

Page 5: 12. Bab II.pdf

10

2.3 Saham

2.3.1 Pengertian Saham

Adalah bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan, dengan kata lain pemilik saham

adalah pemilik sebagian perusahaan. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh

sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa yang disebut emiten.

Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau

pemegang saham perusahaan.

Fabozzi (2003:339) mendefinisikan saham sebagai berikut:

“It represents an ownership interest in a corporation. Holders of equity securities are

entitled to the earnings of the corporation when those earnings are distributed in the

form of dividends; they are also entitled to a pro rata share of remaining equity in case of

liquidation.”

Sedangkan menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:293):

“Saham adalah sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam

suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan surat berharga tersebut.”

Jadi saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang

dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham

tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari

perusahaan tersebut.

Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 33-35), berdasarkan kemampuan dalam hak taguh

atau klaim, saham dibedakan sebagai berikut :

1. Saham biasa (common stock), saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan

kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa adalah saham

yang tidak memperoleh hak istimewa. Saham biasa menanggung resiko terbesar karena

pemegang saham biasa menerima deviden hanya setelah pemegang saham preferen

dibayar dan memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan, hak

suara dalam RUPS sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya (one share one vote)

dan pada likuidasi perusahaan, mempunyai hak untuk memperoleh sebagian dari

Page 6: 12. Bab II.pdf

11

kekayaan perusahaan setelah semua kewajiban dilunasi baik untuk kreditur maupun

para pemegang saham preferen.

Jenis-jenis saham biasa adalah :

a. Blue chip stock, yakni saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi

tinggi, sebagai leader dari industri sejenisnya, memiliki pendapatan yang stabil dan

konsisten dalam membayar deviden.

b. Speculative stock, adalah saham emiten yang tidak secara konsisten menghasilkan

dividen namun jenis saham ini harganya selalu berfluktuasi, dan terkadang

memberikan dividen yang sangat tinggi.

c. Income stock, adalah tipe saham kurang peka terhadap kondisi pasar. Hal ini

terlihat dari indeks beta saham jenis ini yang besarnya kurang dari satu. Saham

jenis ini biasanya berasal dari emiten yang bergerak dalam sektor yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Saham preferen (preferen stock), adalah saham yang memberikan hak untuk

mendapatkan deviden lebih dahulu dari saham biasa yang besarnya tetap. Apabila

perusahaan dilikuidasi, maka pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham

setelah para kreditur, dan kemungkinan memperoleh penghasilan tambahan dalam

pembagian laba perusahaan. Disamping penghasilan tetap yang dijamin kontinuitas

serta besarnya, deviden tidak dipengaruhi laba perusahaan. Saham preferen terdiri dari:

a. Cumulative Preferred Stock

Saham preferen ini memberikan hak kepada pemilknya atas pembagaian deviden

yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase tertentu, artinya kalau pada tahun

tertentu yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak membayar deviden sama

sekali, maka akan diperhitungakan pada tahun berikutnya, sampai saat dapat

dibagikan deviden. Kumulatif ini tidak berlaku pada saat perusahaan dilikuidasi jika

tidak terdapat saldo laba atau laba ditahan.

b. Non- Cumulative Preferred Stock

Pemegang saham ini mendapatkan prioritas dalam pembagian deviden hingga suatu

presentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif, yaitu deviden tahun –

tahun sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun berikutnya.

Page 7: 12. Bab II.pdf

12

Jadi jika akan membagi deviden untuk pemegang saham biasa, kewajiban yang ada

hanyalah membayar deviden saham preferen untuk tahun tersebut.

c. Participating Preferred Stock

Pemegang saham jenis ini disamping memperoleh deviden tetap seperti yang telah

ditetntukan, juga diberi hak untuk memperoleh bagian deviden tambahan setelah

saham biasa memperoleh jumlah deviden yang sama dengen jumlah tetap yang

diperoleh saham preferen.

d. Non-participating Preferred Stock

Pemegang saham seperti ini setiap tahunnya memperoleh deviden terbatas sebesar

tarif devidennya.

e. Convertible Preferred Stock

Saham jenis ini mempunyai preferensi untuk ditukar dengan surat berharga lain. Hak

konversi umumnya meliputi penukaran saham preferen dengan saham biasa. Dalam

hal - hal teretentu, saham preferen mungkin dapat dikonversi dengan obligasi,

sehingga para investor mempunyai kebebasan untuk mengubah posisi mereka dari

pemegang saham menjadi kreditur.

2.3.2 Jenis Nilai Saham

Nilai yang berhubungan dengan saham dapat dilihat dalam empat konsep yang

memberikan makna yang berbeda, yaitu:

1. Nilai nominal (Par Value)

Nilai nominal adalah nilai per lembar saham yang berkaitan dengan hukum dan

merupakan modal per lembar saham yang harus ditahan perusahaan untuk proteksi

kepada kreditur yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham.

Menurut Erich A. Helfert ( 2000:447):

“Par value is the nominal value estabilished by the issuer of security, as

contrasted with the market value of the security.”

Untuk saham yang tidak mempunyai nominal, dewan direksi umumnya

menetapkan nilai sendiri (sorted value) per lembar saham, dan apabila tidak ada nilai

yang ditetapkan maka dianggap sebagai modal adalah semua penerimaan bersih

(proceeds) yang dianggap oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan.

Page 8: 12. Bab II.pdf

13

2. Nilai buku (Book Value)

Nilai buku per lembar saham menenujukan aktiva bersih (net asset) per lembar saham

yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per lembar saham (book value per

share) tidak menunjukan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku per

lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh

pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham dilikuidasi.

Menurut James C. Van Horne (2007:375):

“Nilai buku per lembar saham biasa adalah ekuitas pemegang saham total aktiva

dikurang total kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum dalam

neraca, dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.“

3. Nilai pasar (Market Value)

Nilai pasar merupakan nilai yang berbentuk akibat mekanisme pasar, yakni akibat

proses penawaran dan permintaan akan suatu saham tertentu dipasar yang dibentuk

oleh pelaku-pelaku pasar itu sendiri.

Menurut James C.Van Horne (2007:375):

”Nilai pasar per lembar adalah harga perdagangan saham saat ini, untuk saham

yang diperdagangkan secara tidak aktif, kuotasi harga pasar telah tersedia.”

2.3.3 Harga Saham

Perubahan harga saham dipengaruhi oleh persepsi investor tentang nilai wajar (intristic

value) dari suatu perusahaan terhadap nilai pasarnya (market value). Jika hasil perhitungan

nilai wajar berbeda dengan nilai pasar berarti ada peluang investasi, yaitu:

1. Apabila nilai wajar > nilai pasar (undervalue), maka investor yang telah memiliki saham

sebaiknya mempertahankan saham tersebut, sedangkan bagi investor yang belum

memiliki saham tersebut dapat melakukan transaksi beli.

2. Apabila nilai wajar < nilai pasar (overvalue), maka investor yang telah memiliki saham

sebaiknya menjual saham tersebut untuk mendapatkan capital gain.

Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat kualitatif maupun

kuantitatif, antara lain pengaruh peraturan perdagangan saham, ketat tidaknya pengawasan

atas pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal secara masal yang berubah-ubah

antara pesimistis dan optimistis, dan lain-lain.

Page 9: 12. Bab II.pdf

14

2.3.4 Analisis Harga Saham

Tujuan dari investasi tentunya adalah keuntungan, potensi keuntungan yang didapat

dari investasi saham adalah dividen dan capital gain, keuntungan dari dividen didapat karena

kinerja perusahaan, sedangkan keuntungan dari capital gain didapat dari pergerakan harga

saham yang dipengaruhi oleh banyak faktor.

Ada dua metode yang biasanya digunakan investor dalam menganalisis harga saham

yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

2.3.4.1 Analisis Fundamental.

Menurut Jogiyanto (2007:89) dalam bukunya “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”

mengatakan bahwa:

“Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai

intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.”

Definisi diatas menunjukan bahwa suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai

yang seharusnya). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor fundamental tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan

(emiten), industri maupun keadaan ekonomi makro. Analisis fundamental akan membandingkan

nilai intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar

sekuritas sudah benar-benar mencerminkan nilai intrinsiknya.

Pendekatan ini dari definisi tersebut menerangkan bahwa harga sekuritas akan

dipengaruhi oleh kinerja perusahaan (misalnya tingkat penjualan dan laba perusahaan) dan

kaeadaan ekonomi dimana perusahaan tersebut berada. Kinerja perusahaan itu sendiri akan

dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara umum. Hal ini karena perusahaan

berada dalam suatu sistem yang saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh sebab itu investor

dlam memperkirakan prospek suatu sekuritas harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental

yang mempengaruhinya. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang

berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya) menurut Jogiyanto (2007:88).

Faktor-faktor fundamental meliputi kondisi ekonomi, kondisi sektoral/industri dan kinerja perusahaan (Suad Husnan, 2001:315), yaitu:

1. Kondisi ekonomi, analisis fundamental dapat dilakukan dengan cara mengestimasi

faktor-faktor ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan, dari hasil analisis tersebut

Page 10: 12. Bab II.pdf

15

kita dapat memprediksi harga saham yang dimaksud. Selain itu kondisi perekonomian

juga ikut mempengaruhi keputusan investor di pasar modal. Beberapa faktor makro

ekonomi yang dapat mempengaruhi harga saham antara lain Pendapatan Domestik

Bruto, inflasi, tingkat suku bunga, kurs nilai tukar, investasi swasta, neraca perdagangan

dan neraca pembayaran.

2. Kondisi sektoral / industri, kondisi sektoral / industri dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi investor yang akan berinvestasi di pasar modal. Hal-hal tersebut antara lain

estimasi tingkat keuntungan industri, estimasi earning per share industri, prakiraan

penjualan dan daur hidup industri, persaingan dan return industri yang diharapkan.

Sebagai contoh krisis ekonomi menghantam bisnis properti beberapa tahun silam

karenanya banyak investor yang menjual saham properti dan harganya terus menurun.

3. Kinerja perusahaan, analisis fundamental yang berkaitan dengan kinerja perusahaan

biasanya berhubungan dengan informasi akuntansi. Keuntungan dari analisis ini adalah

kita dapat mengetahui nilai intrinsik dan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan

nilai.

2.3.4.2 Analisis Teknikal

Menurut Djoko Susanto dan Agus Sabardi (2002:2) menjelaskan analisis teknikal

sebagai berikut:

“Analisis teknikal adalah suatu metoda meramalkan pergerakan harga saham dan

meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang dengan cara mempelajari grafik

harga saham, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan.”

Analisis teknikal lebih menekankan pada apa yang telah terjadi di pasar, yang

didasarkan atas data yang ada sebelumnya untuk menentukan kondisi dimasa yang akan

datang. Para analis teknikal tidak begitu peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

pasar, sebagaimana para analis fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumen pasar.

Analisis teknikal ini menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham Jogiyanto (2007:88-89).

Hal yang mendasari analisis teknikal adalah harga saham mencerminkan informasi yang

relevan, informasi itu ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu, dan perubahan harga

saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang. Penganut pendekatan teknis melakukan transaksi di bursa dengan asumsi Itjang D. Gunawan (2003:203):

Page 11: 12. Bab II.pdf

16

1. Harga pasar ditentukan bersama oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.

2. Permintaan dan penawaran ditentukan untuk banyak faktor, baik rasional maupun

irrasional, termasuk variabel ekonomi yang didasarkan pada analisis fundamental,

seperti opini, selera dan perkiraan.

3. Harga saham secara individu maupun secara bergerak mengikuti trend.

4. Perubahan trend disebabkan oleh bergantungnya permintaan dan penawaran, dimana

pergeseran tersebut, cepat atau lambat, dapat terdeteksi dalam grafik transaksi pasar.

5. Beberapa pola chart cenderung berulang.

2.4 Risiko Investasi

Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks

manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Return yang

diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya

kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.

Seorang investor perlu membedakan antara return yang diharapkan (expected return),

dengan return yang aktual (actual return). Antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan

tingkat pengembalian yang aktual yang diperoleh investor sangat mungkin berbeda. Perbedaan

inilah yang merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan oleh investor sebelum

memutuskan untuk berinvestasi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan ada dua unsur yang melekat pada setiap

modal atau dana yang diinvestasikan yaitu hasil (return) dan risiko (risk). Dua unsur ini selalu

mempunyai hubungan timbal balik yang sebanding, umumnya semakin tinggi risiko, semakin

besar pula hasil yang akan diperoleh dan semakin kecil risiko, semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh. Adapun penjelasan risiko investasi menurut Kamaruddin (2003:4), yaitu:

1. Risiko Inflasi (Inflation Risk)

Risiko inflasi terjadi bila ada peningkatan harga barang atau jasa akan

menurunkan nilai mata uang.

Page 12: 12. Bab II.pdf

17

2. Risiko Pasar (Market Inflation)

Risiko ini terjadi bila penurunan harga saham terjadi maka akan mengakibatkan capital

loss. Risiko ini muncul sebagai akibat dari variabilitas return pasar yang disebabkan oleh

terjadinya bear or bull market karena adanya kondisi ekonomi yang terus berubah-ubah.

3. Risiko Sektoral

Risiko ini dipengaruhi oleh kinerja usaha industri-industri yang tergabung dalam suatu

sektor yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (life cycle), kondisi peraturan dan iklim

usaha.

4. Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rate Risk)

Risiko ini muncul dari perubahan dalam tingkat suku bunga yang ada di pasar. Risiko

tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sama terhadap surat berharga.

Perubahan tingkat suku bunga ini akan menyebabkan terjadinya fluktuasi harga surat-

surat berharga.

5. Risiko Kredit (Credit Risk)

Risiko timbul jika perusahaan menerbitkan efek hutang dan instrumen pasar yang tidak

mampu untuk membayar pokok hutang dan bunga tertunggak.

6. Risiko Mata Uang (Currency Risk)

Risiko ini timbul apabila terjadi perubahan nilai mata uang negara asing dibandingkan

dengan mata uang domestik sehingga akan mengurangi tingkat hasil dari investasi

asing. Hal ini terjadi karena nilai mata uang asing itu menurun sehingga nilai investasi

langsungnya menjadi lebih kecil.

7. Asset Class Risk

Saham obligasi, dan kas (atau instrumen pasar yang lainnya) merupakan tiga kelas

asset yang paling utama. Jika seorang investor tidak berimbang dalam melakukan

diversifikasi terhadap investasinya, dengan demikian risikonya akan semakin mengecil.

Page 13: 12. Bab II.pdf

18

2.5 Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga di suatu negara biasanya ditetapkan pemerintah yang bertujuan

untuk menjaga kelangsungan perekonomian suatu negara. Menurut Tajul Khalwaty (2000:143) adalah sebagai berikut:

“Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan atau menekan

laju pertumbuhan tingkat inflasi.”

Salah satu instrument keuangan yang berfungsi untuk mengatur tingkat suku bunga di

Indonesia adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berfungsi sama dengan instrument T-Bill

Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan naik turunnya tingkat suku bunga SBI akan dapat

mempengaruhi kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini tidak terkecuali kegiatan di pasar

modal.

2.5.1 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Dasar hukum penerbitan SBI adalah Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan Sertifikat Bank Indonesia dan intervensi

rupiah. SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia

sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.

Tujuan penerbitan SBI adalah sebagai otoritas moneter dalam memelihara kestabilan

nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal dan uang giral) di

Bank Indonesia yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan

dijual untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

2.5.2 Karakteristik SBI

Karakteristik dari SBI yang dimuat dalam leaflet Bank Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka

waktu 1 dan 3 bulan

2. Denominasi, dari yang terendah Rp. 50 juta sampai dengan yang tertinggi Rp. 100 miliar

3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan

Rp. 50 juta.

4. Pembelian SBI didasarkan dengan nilai tunai yang diperoleh dengan rumus sebagai

berikut:

Nilai Tunai = )(3 6 0

3 6 0m i nuJ a nk o n t oT i n g k a

a lN i l a i N×+×

Page 14: 12. Bab II.pdf

19

5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa nilai diskonto yang dibayar dimuka, yang

diperoleh dengan rumus berikut:

6. Pajak penghasilan atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.

2.5.3 Tata Cara Transaksi Penjualan SBI

Adapun tata cara dari penjualan SBI itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Penjualan SBI dilakukan melalui lelang

2. Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan pada hari selasa

3. Lelang SBI dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang

pasar uang, dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari kamis.

4. Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran jumlah

SBI yang ingin dibeli serta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah peserta yang

mengajukan tingkat penawaran diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI

lelang yang diumumkan tercapai.

2.5.4 Mekanisme Pembentukan Suku Bunga SBI

Melalui penggunaan SBI, Bank Indonesia secara tidak langsung dapat mempengaruhi

tingkat suku bunga di pasar uang dengan jalan mengumumkan step out rate (SOR) yaitu tingkat

suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta lelang harian,

maupun lelang mingguan. Selanjutnya step out rate (SOR) tersebut akan dipakai sebagai

indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.

Sedangkan cara penentuan suku bunga SBI dihitung dengan cara menghitung weight

average dari SBI yang telah terjual dengan tingkat diskontonya masing-masing, suku bunga SBI

yang berlaku pada saat itu dengan rumus seperti dibawah ini:

Dimana :

=iM Nominal SBI yang terjual kepada peserta i

=iW Tingkat Diskonto yang ditawarkan peserta i

Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

Suku Bunga SBI = ⋅ΣΜ ⋅i iW

Page 15: 12. Bab II.pdf

20

Ada juga kelemahan dari penerbitan SBI ini, yaitu membuat perbankan malas

menjalankan fungsi intermediasinya. Perbankan akan memilih menyimpan dananya pada SBI,

daripada harus menyalurkan kredit pada dunia usaha yang penuh risiko. Oleh sebab itu Bank

Indonesia saat ini terus berupaya untuk membuat SBI kurang menarik, agar dunia usaha

khususnya sektor riil bisa kembali bergairah karena perbankan menjalankan fungsi

intermediasinya dengan optimal.

2.5.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Setiap investor selalu mengharapkan agar uang atau dana yang ditanam menjadi

berkembang dengan cara memperoleh suku bunga. Akan tetapi kalau terjadi inflasi (akibat

tingkat harga naik), jumlah uang yang diterima daya belinya akan berkurang. Jadi bunga yang

diterima harus sudah memperhitungkan tingkat inflasi (premi inflasi). Seorang investor harus

mengorbankan konsumsinya sekarang karena uangnya untuk di investasikan, maka untuk itu

wajar jika investor menuntut agar dalam menentukan tingkat bunga dipertimbangkan adanya

preferensi waktu (premi preferensi waktu). Investor harus membayar pajak atas bunga yang

diterimanya, maka investor juga menghendaki agar pajak (premi pajak) juga dipertimbangkan

dalam menentukan besarnya tingkat bunga.

Selain tiga faktor di atas berupa inflasi, preferensi waktu dan pajak, masih ada faktor

lainnya yaitu risiko (risk). Risiko timbul disebabkan adanya ketidakpastian (uncertainty) di masa

depan seperti terjadinya devaluasi, pengetatan uang oleh BI, perang, krisis moneter, dan lain

sebagainya. Penanam modal menghendaki adanya premi risiko (risk premium). Pada

prinsipnya makin besar tingkat risiko, makin besar pula premi risiko yang dituntut para penanam

modal.

Secara singkat ada empat faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

bunga yaitu : inflasi, preferensi waktu, pajak, dan risiko. Tiga faktor pertama merupakan dasar

penentuan tingkat bunga bebas risiko (risk free), sedangkan faktor keempat yaitu premi risiko

menerangkan mengapa tingkat bunga sering bervariasi. Misalnya begitu ada tanda-tanda akan

terjadi devaluasi atau tingkat bunga deposito naik, harga saham di bursa efek akan berubah

atau bervariasi.

Page 16: 12. Bab II.pdf

21

2.6 Inflasi

2.6.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang juga sering digunakan untuk

menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Secara lebih jelas inflasi dapat didefinisikan

sebagai suatu ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang peningkatan harga rata-

rata barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu sistem perekonomian.

Sedangkan beberapa para ahli mengemukakan definisi mengenai inflasi diantaranya

adalah sebagai berikut :

Baily, et al (2000:18) mendefinisikan inflasi sebagai berikut :

“Inflation is an increase in the over all level of price.”

Selain itu menurut Sadono Sukirno (2004:14) adalah sebagai berikut:

“Inflasi didefinisiskan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang

berlaku dalam suatu perekonomian.”

Dari definisi inflasi diatas, maka dapat diambil satu pandangan bahwa inflasi

mengandung pengertian antara lain:

1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk naik

2. Kenaikan harga berlangsung secara berkelanjutan

3. Kenaikan harga bukan pada satu barang tetapi beberapa komoditi tingkat harga umum.

Sedangkan definisi indeks harga konsumen (IHK) yang dikemukakan Baily, et al (2000:19) adalah sebagai berikut :

“Consumer price indeks (CPI) is consructed by looking at changes in the

prices of the things that typical household buy. ”

Laju indeks harga konsumen (IHK) permanen (core inflation) adalah laju inflasi yang

disebabkan oleh meningkatkan tekanan permintaan tentang barang dan jasa (permintaan

agregat) dalam perekonomian, beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perubahan laju

inflasi yang bersifat permanen adalah interaksi antara ekspektasi masyarakat terhadap laju

Page 17: 12. Bab II.pdf

22

∑∑

⋅⋅

=HW oHW n

I H K

inflasi, jumlah uang yang beredar, faktor siklus kegiatan usaha (misalnya tingkat penggunaan

kapasitas produksi dan inventori), dan tekanan permintaan musiman.

Komponen laju inflasi yang bersifat temporer (noise inflation) adalah bagian dari laju

inflasi yang disebabkan oleh gangguan sesekali (one time shock) pada laju inflasi faktor yang

menyebabkan gejolak sementara ialah kenaikan biaya input produksi dan distribusi, kenaikan

biaya energi dan transportasi, dan faktor non-ekonomi seperti kerusuhan, bencana alam dan

lain-lain.

Inflasi tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dalam presentase

yang sama, yang jelas terjadi kenaikan harga umum barang secara terus menerus dalam

periode waktu tertentu. Kenaikan harga atau inflasi ini diukur dengan menggunakan indeks

harga dari sekitar 300 komoditi di 45 kota utama diseluruh indonesia. Indeks harga konsumen

(IHK) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

IHK = Indeks harga konsumen

Wn = Nilai kepentingan relatif (Weights) barang pada hari n

Wo = Nilai kepentinagn relatif (Weights) barang pada waktu dasar

Hn = Harga pasar barang pada hari n

Ho = Harga pasar barang pada hari dasar

2.6.2 Jenis Inflasi

Menurut tingkat keparahannya Muana Nanga (2001:251) membagi inflasi kedalam tiga

tingkatan, yaitu:

a. Inflasi Sedang (moderate Inflation)

Kondisi ini ditandai dengan kenaikan laju inflasi yang lambat dan waktu yang relatif

lama.

Page 18: 12. Bab II.pdf

23

b. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan

triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai

sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau

bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi

yang merayap (creeping inflation).

c. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau

enam kali. Masyarakat tidak lagi mempunyai keinginan untuk menyimpan uang. Nilai

uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang.

2.6.3 Pengukuran Tingkat Inflasi

Mc Eachern (2000:157) mengemukakan perihal indikator yang digunakan untuk

mengukur tingkat inflasi suatu negara:

“Indeks harga adalah angka yang menunjukan rata-rata harga sekelompok barang.

Perubahan indeks harga menunjukan perubahan tingkat suku bunga.“

Samuelson (2005:576) juga mengemukakan mengenai indeks harga konsumen,

sebagai berikut:

”The most wildely used measure of inflation is the consumer price index (CPI)”

Selanjutnya Mc Eachern (2000:134) menambahkan pengertian mengenai Indeks Harga

konsumen, sebagai berikut:

“Indeks harga konsumen mengukur biaya dari ”satu keranjang“ barang dan jasa

konsumen dari waktu ke waktu.“

Menurut Muana Nanga (2000:134) secara umum dikenal 3 jenis indeks harga:

1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)

Indeks harga ini mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa di pasar yang

digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. IHK dihitung dari 45 kota. Jumlah

komoditas yang dicangkup sebanyak 249-352 komoditas ang terdiri atas tujuh kelompok

yaitu: bahan makanan jadi, rokok dan tembakau, perumahan, sandang, kesehatan,

pendidikan, rekreasi, dan olahraga, transport dan komunikasi.

Page 19: 12. Bab II.pdf

24

2. Indeks Harga Produsen

Merupakan suatu indeks dari harga bahan-bahan baku, produk antara, dan peralatan

modal serta mesin yang dibeli oleh perusahaan.

3. GNP Deflator

Indeks yang merupakan perbandingan rasio antara GNP niminal dan GNP riil.

2.6.4 Dampak Inflasi

Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari adanya inflasi dalam suatu perekonomian

adalah sebagai berikut:

1. Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota

masyarakat, yang berpengaruh terhadap kesejahteraan ekonomi, sebab redistribusi

pendapatan yang terjadi akan menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat,

tetapi pendapatan orang lainnya jatuh.

2. Inflasi dapat menyebabkan penurunan di dalam efisiensi ekonomi (economic efficiency).

Karena inflasi dapat mengalahkan sumberdaya dari investasi yang produktif ke investasi

yang tidak produktif sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produktif.

3. Inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan di dalam output dan kesempatan

kerja, dengan cara lebih langsung dengan memotivasi perusahaan memproduksi dan

membuat orang untuk bekerja lebih atau kurang dari yang dilakukan.

4. Inflasi dapat menciptakan lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan ekonomi. Jika

konsumen memperkirakan tingkat inflasi akan naik di masa mendatang, maka

mendorong mereka untuk membeli barang-barang dan jasa secara besar-besaran pada

saat sekarang dibanding menunggu pada tingkat harga yang naik lagi.

2.7 Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah total nilai pasar dari barang jadi dan jasa yang

dihasilkan di dalam suatu Negara selama satu tahun tertentu Samuelson & Nordhaus (2004:99). Yang dimaksud dengan produk dan jasa akhir yaitu barang dan jasa yang dihitung

dalam GDP merupakan barang dan jasa yang digunakan pemakai terakhir. Harga pasar di sini

menunjukkan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung berdasarkan tingkat harga yang

berlaku pada periode yang bersangkutan.

Page 20: 12. Bab II.pdf

25

PDB merupakan bagian dari pendapatan nasiaonal dan perhitungan produk (atau

perhitungan nasional), yang merupakan kumpulan statistik yang memungkinkan para pembuat

kebijakan menentukan apakah perekonomian mengalami kontraksi atau ekspansi dan apakah

resesi atau inflasi yang berat mengancam. Ketika para ekonomingin menentukan tingkat

perkembangan ekonimi dari suatu Negara, maka mereka melihat pada PDB perkapitanya.

PDB diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi

suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang

kondisi suatu negara. Pada umumnya perbandingan kondisi antar negara dapat dilihat dari

pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, Bank Dunia menentukan apakah suatu negara

berada dalam kelompok negara maju atau berkembang melalui pengelompokan besarnya PDB,

dan PDB suatu negara sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam

perekonomian Herlambang (2001:16).

2.7.1 Mengukur Produk Domestik Bruto

PDB merupakan pengukuran yang paling luas dari total output barang dan jasa suatu

negara. Ini merupakan jumlah nilai dollar konsumsi (C), investasi bruto (I), pembelanjaan

pemerintah atas barang dan jasa (G), dan ekspor netto (X) yang dihasilkan suatu negara selama satu tahun tertentu Samuelson & Nordhaus (2004:99).

PBD = C + I + G + X

PBD digunakan untuk banyak tujuan, tetapi yang paling penting adalah untuk mengukur

keseluruhan performa dari suatu pemerintahan.

2.8 Indeks Harga Saham

Dalam mengukur kegiatan pasar modal biasanya digunakan angka indeks yang

memberikan gambaran mengenai perubahan yang terjadi di pasar modal.

Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Indeks merupakan gabungan harga saham yang ada di pasar. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy

M. Fakhruddin (2006:168-169) jenis indeks yang diperdagangkan di BEJ yang sekarang

bernama BEI terdapat enam jenis, yaitu:

Page 21: 12. Bab II.pdf

26

1. Indeks individual

Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga

dasarnya atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEJ yang sekarang

bernama BEI.

2. Indeks harga saham sektoral

Indeks harga saham sektoral menggunakan semua saham yang termasuk dalam

masing-masing sector, misalnya sektor keuangan, pertambangan, properti dan lain-lain

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan menggunakan semua saham yang tercatat sebagai

komponen penghitungan indeks.

4. Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 yaitu indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada dua

variable, yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap enam bulan,

terdapat saham-saham baru yang masuk ke dalam LQ-45 tersebut.

5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index)

JII (Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri atas 30 saham, yang

mengakomodasi syariah investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah

Islam.

6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan

Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan yaitu indeks harga saham yang secara

khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEJ yang sekarang bernama

BEI, yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan.

Dari jenis-jenis indeks tersebut diatas kita dapat mengetahui situasi secara umum

berkaitan dengan pergerakan harga saham individual, pergerakan saham sektoral, ataupun

pergerakan harga saham secara keseluruhan. Indeks harga saham merupakan ringkasan dari

dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh.

Bila lebih di cermati, indeks harga saham yang berkembang tidak saja memuat

fenomena-fenomena ekonomi semata tetapi juga memuat fenomena sosial dan politik. Indeks

harga saham yang mengalami penurunan menunjukan kondisi pasar yang mengalami kelesuan

dan begitu juga sebaliknya.

Page 22: 12. Bab II.pdf

27

Untuk mencari angka indeks harus tersedia data lebih dari satu, sebab harus ditentukan

waktu dasar dan waktu yang berlaku. Data pergerakan angka indeks di catat dari hari ke hari,

minggu ke minggu dan bulan ke bulan sehingga akan membentuk satu trend gerak indeks

harga saham diperoleh dari formula berikut ini:

Dimana:

=IHS Indeks harga saham

=tH Harga sebelum periode t

=0H Harga sebelum tahun dasar

Penentuan waktu dasar biasanya memilih periode tertentu sewaktu kondisi pasar

sedang stabil dan bergairah. Kondisi indeks yang sedang naik disebut kondisi Bullish market,

sedangkan kondisi indeks sedang turun disebut kondisi Bearish market. Kondisi Bullish adalah

saat yang tepat bagi investor untuk melepas atau menjual sekuritas, sedangkan kondisi bearish

market adalah saat yang tepat untuk melakukan investasi atau membeli sekuritas.

2.8.1 Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga

Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham

yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)).

Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga

saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham

preferen yang tercatat di BEI.

2.8.2 Metode Penghitungan IHSG

Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada

hari tertentu. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk

perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari

tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:

( )1 0.: 0HHI H S t=

Page 23: 12. Bab II.pdf

28

𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = ∑p𝑑𝑑𝑥𝑥 100

dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler,x adalah Jumlah Saham, dan d adalah

Nilai Dasar.

𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅− 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝑅𝑅ℎ 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 ℎ𝑅𝑅𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑝𝑝𝐽𝐽𝑅𝑅𝐽𝐽𝑅𝑅 1 𝑏𝑏𝐽𝐽𝐽𝐽𝑅𝑅𝑏𝑏𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝑅𝑅ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑤𝑤𝑅𝑅𝑤𝑤𝑅𝑅𝐽𝐽 𝑠𝑠𝑝𝑝𝐽𝐽𝑅𝑅𝐽𝐽𝑅𝑅 1 𝑏𝑏𝐽𝐽𝐽𝐽𝑅𝑅𝑏𝑏

Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang

terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila

terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga

saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue),

partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi

stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar

tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham

di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang.

Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap

harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau

bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi

diimplementasikan dengan baik.

2.9 Reksadana

Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara

membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke

dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti

lainnya.

Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.” Dari

kedua definisi di atas, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksadana yaitu:

Page 24: 12. Bab II.pdf

29

1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi

2. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi; dan

3. Manajer Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor.

Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada

surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau

bunga yang dibukukannya ke dalam "Nilai Aktiva Bersih" (NAB) reksadana tersebut.

Kekayaan reksadana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut wajib untuk disimpan

pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer investasi, dimana bank kustodian

inilah yang akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan administratur.

2.9.1 Bentuk Hukum Reksadana

Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat (1),

bentuk hukum Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk Perseroan

Terbatas (PT. Reksadana) dan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

1. Reksadana berbentuk Perseroan (PT. Reksadana)

Suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda

dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha

pengelolaan portofolio investasi.

2. Kontrak Investasi Kolektif

Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat

pemegang Unit Penyertaan sebagai Investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi

wewenang untuk mengelola portofolio efek dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk

melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.

2.9.2 Karakteristik Reksadana

Berdasarkan karakteristiknya maka reksadana dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Reksadana Terbuka

adalah reksadana yang dapat dijual kembali kepada Perusahaan Manajemen Investasi

yang menerbitkannya tanpa melalui mekanisme perdagangan di Bursa efek. Harga

jualnya biasanya sama dengan Nilai Aktiva Bersihnya. Sebagian besar reksadana yang

ada saat ini adalah merupakan reksadana terbuka.

Page 25: 12. Bab II.pdf

30

2. Reksadana Tertutup

adalah reksadana yang tidak dapat dijual kembali kepada perusahaan manajemen

investasi yang menerbitkannya. Unit penyertaan reksadana tertutup hanya dapat dijual

kembali kepada investor lain melalui mekanisme perdagangan di Bursa Efek. Harga

jualnya bisa diatas atau dibawah Nilai Aktiva Bersihnya.

2.9.3 Jenis-jenis Reksadana

Berdasarkan konsestrasi portofolionya, dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds)

Konsentrasi portofolio Reksadana ini diinvestasikan pada Efek yang bersifat Utang

dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas

dan pemeliharaan modal.

Risiko relatif lebih rendah dibandingkan dengan Reksadana jenis lainnya. Karena

instrumen yang dipilih merupakan instrumen utang yang mempunyai jatuh tempo kurang

dari satu tahun.

b. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

Reksadana ini melakukan investasi sekurang – kurangnya 80 % dari aktivanya dalam

bentuk efek bersifat utang.

Risiko lebih tinggi dari Reksadana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan

tingkat pegembalian yang stabil.

c. Reksadana Saham (Equity Funds)

Investasi Reksadana ini sekurang – kurangnnya 80 % dari aktivanya dalam bentuk Efek

bersifat Ekuitas.

Risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis Reksadana sebelumnya, tetapi tingkat

pengembalian yang dihasilkan Reksadana jenis ini juga tinggi. Tingginya risiko tersebut

dikarenakan sifat harga saham yang lebih fluktuasi. Tetapi sebaliknya, dalam jangka

panjang, tingkat pengembalian lebih tinggi dibandngkan jenis lainnya. Jenis ini sesuai

untuk investor yang mempunyai horizon investasi yang panjang.

Page 26: 12. Bab II.pdf

31

d. Reksadana Campuran (Discrenationary Funds)

Investasi yang dilakukan dalam Efek yang bersifat Ekuitas dan Efek yang bersifat utang

yang perbandingannya tidak termasuk Reksadana Pendapatan Tetap dan Saham di

atas.

Reksadana ini berisiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi

daripada Reksadana Pendapatan Tetap. Perbandingan komposisi portofolionya sangat

beragam baik dalam bentuk efek hutang, ekuitas, maupun efek pasar uang.

2.9.4 Manfaat Reksadana

Reksadana memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu

alternatif investasi yang menarik antara lain:

1. Dikelola oleh manajemen profesional

Pengelolaan portofolio suatu Reksadana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang

memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer

Investasi sangat penting mengingat Pemodal individu pada umumnya mempunyai

keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam

menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.

2. Diversifikasi investasi

Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi

risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan), karena dana atau kekayaan Reksadana

diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan

kata lain, risikonya tidak sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham

atau efek secara individu.

3. Transparansi informasi

Reksadana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolionya dan biayanya

secara kontinyu sehingga pemegang Unit Penyertaan dapat memantau keuntungannya,

biaya, dan risiko setiap saat.Pengelola Reksadana wajib mengumumkan Nilai Aktiva

Bersih (NAB) nya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah

tahunan dan tahunan serta prospektus secara teratur sehingga Investor dapat

memonitor perkembangan investasinya secara rutin.

Page 27: 12. Bab II.pdf

32

4. Likuiditas yang tinggi

Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai

tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan demikian, Pemodal dapat mencairkan

kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing

Reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka

wajib membeli kembali Unit Penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid.

5. Biaya Rendah

Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian

dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk

melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi.

Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila Investor individu melakukan

transaksi sendiri di bursa.

2.9.5 Risiko Investasi Reksadana

Untuk melakukan investasi Reksadana, Investor harus mengenal jenis risiko yang

berpotensi timbul apabila membeli Reksadana.

1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan

Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan

dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga

pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa

disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk,

terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak

menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya.

2. Risiko Likuiditas

Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan

reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan

dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer

Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit

Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa

sehingga memengaruhi investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit

Page 28: 12. Bab II.pdf

33

Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi

politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa

emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut,

serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana

tersebut.

3. Risiko Pasar

Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang

disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis.

Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga

saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat

drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai

Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan

juga. Oleh karena itu, apabila ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus

bisa memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri.

4. Risiko Default

Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten

yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan

tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar

kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi

yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.

2.10 Kerangka Penelitian

Pasar keuangan merupakan tempat pertemuan antara orang atau perusahaan yang

hendak menanamkan dana (investor) dan pihak-pihak yang membutuhkan dana dalam kegiatan investasi Block (2005:652). Dengan demikian pasar keuangan berfungsi sebagai fasilitator

terjadinya pertukaran aset keuangan (financial asset). Pasar keuangan dapat berupa pasar

uang (money market) dan pasar modal (capital market). Pasar modal merupakan sarana

perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau

mengeluarkan obligasi. Maksud dari dana jangka panjang adalah dana yang keterkaitannya

dalam investasi lebih dari satu tahun. Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang

Page 29: 12. Bab II.pdf

34

produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam Jogiyanto (2007:11-12).

Perusahaan dapat meningkatkan pembiayaan investasinya dengan menjual saham,

atau modal. Masyarakat yang membeli saham berharap mendapatkan hasil dari dividen

dan/atau, jika perusahaan untung, dari kenaikan nilai pasar sahamnya, yakni capital gains.

Ketika harga saham tinggi, peruasahaan bias mendapatkan sejumlah uang dengan menjual

saham relatif lebih sedikit. Ketika harga saham rendah, perusahaan harus menjual lebih banyak

untuk mendapatkan sejumlah uang. Para pemilik perusahaan, pemegang saham, menginginkan

perusahaannya menjual saham agar mendapatkan tambahan uang ketika harga harga rendah

Rudiger Dornbusch (2004:339).

Mengacu pada teori manajemen keuangan, penyederhanaan risiko-risiko atau klasifikasi

risiko total Kamaruddin (2004:100) menjelaskan risiko terdiri dari risiko sistematis dan risiko

tidak sistematis. Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasikan

(undiversifiable), disebut pula risiko pasar yang berkaitan dengan perekonomian secara makro,

misalnya purchasing, power risk, political risk, foreign exchange risk, dan risiko lainnya. Risiko

yang kedua yaitu risiko tidak sistematis, disebut juga risiko khususnya yang terdapat pada

masing-masing perusahaan, seperti risiko kebangkrutan, risiko manajemen, dan risiko industri

yang dapat didiversifikasi. Bagi sebagian investor kadang kala dalam memilih instrumen

investasi memperhatikan beberapa hal diantaranya besarnya dana yang diinvestasikan. Karena

hal tersebut berkaitan dengan risiko yang mungkin akan didapatkan dikemudian hari.

Risiko sistematis dibagi ke dalam faktor-faktor non fundamental ekonomi dan faktor-

faktor fundamental ekonomi (makro ekonomi). Faktor-faktor non fundamental ekonomi adalah

faktor-faktor yang secara tidak langsung memengaruhi perekonomian, misalnya politik, sosial,

keamanan, dan lain-lain. Sedangkan faktor-faktor fundamental ekonomi (makro ekonomi)

adalah faktor-faktor yang secara langsung memengaruhi perekonomian secara makro, misalnya

nilai tukar, tingkat suku bunga SBI, inflasi, tingkat investasi, tingkat pengangguran, defisit

anggaran, defisit neraca pembayaran dan neraca perdagagan, PDB.

Page 30: 12. Bab II.pdf

35

Gambar 2.1 Rumusan Masalah

Variabel diteliti Variabel tidak diteliti

Investor

Pasar Modal

Saham

Risiko Pasar

Sistematis Tidak Sistematis

Suku Bunga

Inflasi

PDB

Politik

Sosial

Keamanan

Hukum

IHSG

Reksadana

Page 31: 12. Bab II.pdf

36

2.10.1 Pengaruh Suku Bunga Terhadap IHSG

Selain membeli saham di bursa para pemilik modal sebenarnya mempunyai alternatif

untuk menanamkan modalnya dengan menabung uangnya di bank. Perusahaan yang go

public memperoleh dana melalui penjualan saham, sedangkan bank memperoleh dana dari

para penabung. Dana tersebut diperoleh dari masyarakat yang harus dikelola dengan baik dan

bermanfaat untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan, dengan

tujuan mendapatkan keuntungan.

Para investor mengharapkan pengembalian (return) dari investasi yang ditanamkan

melalui penyimpanan dananya di bank dalam bentuk deposito atau dengan pembelian saham.

Investor mengharapkan pengembalian (return) yang menarik, dengan kata lain mereka

mengharapkan tingkat bunga (interest rate) yang tinggi dan atau return saham yang tinggi juga.

Karena itu seiring terjadinya persaingan yang tajam antara investasi di lantai bursa maupun

dalam bentuk deposito. Jika return saham sama atau lebih rendah daripada tingkat bunga

deposito tentunya investor akan menanamkan modalnya dalam bentuk deposito karena

risikonya lebih rendah dari pada membeli saham. Apabila tingkat suku bunga tinggi, investor

akan mendapat hasil besar dari return bunga dari pada return saham sehingga mereka akan

menjual sahamnya untuk ditukarkan dalam bentuk deposito. Penukaran tersebut sebagai

tanggapan atas naiknya suku bunga, salah satu akibatnya adalah turunnya harga saham,

demikian juga jika keadaan yang terjadi adalah sebaliknya.

Selain itu kenaikan tingkat suku bunga juga akan meningkatkan beban bunga hutang

yang ditanggung oleh perusahaan sehingga mengurangi profit margin nya kemudian

menurunkan harga sahamnya.

Untuk menegaskan adanya hubungan antara tingkat suku bunga dan harga saham, penulis mengutip dari para ahli yang melakukan penelitian sejenis. Menurut Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) menghasilkan penelitian bahwa:

“Suku bunga secara parsial mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga

saham badan usaha selama krisis ekonomi di Indonesia”.

Hasilnya memperlihatkan bahwa, tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif

terhadap harga saham.

Page 32: 12. Bab II.pdf

37

2.10.2 Pengaruh Inflasi Terhadap IHSG

Inflasi ditandai dengan adanya kecenderungan kenaikan tingkat harga umum dan

berlangsung terus menerus. Meningkatnya harga-harga barang akan menyebabkan

perusahaan mengalami peningkatan biaya modal, biaya bahan baku, maupun biaya tenaga

kerja. Karena karyawan menuntut penyesuaian gaji terhadap inflasi. Dengan kata lain adanya

kenaikan harga barang-barang akan membuat biaya produksi perusahaan menjadi meningkat.

Dalam kondisi ini daya beli masyarakat cenderung turun, sehingga harga jual harus diturunkan

untuk mempertahankan volume penjualan. Keadaan ini menjadikan kondisi keuangan

perusahaan memiliki dua masalah yaitu melalui peningkatan biaya produksi dan penurunan nilai

penjualan pada saat yang sama. Jika disisi harga jual dan penjualan relatif tetap, maka

peningkatan biaya produksi tentunya akan berimbas pada turunnya laba. Turunnya laba ini

pada akhirnya akan mengakibatkan harga saham menjadi ikut turun, karena ketidakmampuan

perusahaan membayarkan dividen.

Hasil penelitian Zulfi Skendra, MB-IPB memperlihatkan bahwa inflasi memberikan

pengaruh positif terhadap return pasar. Ini terjadi karena apabila inflasi naik menyebabkan

harga output juga naik, kinerja perusahaan naik, pendapatan perusahaan akan naik, indeks

harga saham gabungan naik, harga saham naik. Begitu juga sebaliknya.

2.10.3 Pengaruh PDB Terhadap IHSG

Sebagai seorang investor tentu saja menginginkan pengembalian atas apa yang telah ia

investasikan. Namun, kondisi ekonomi nasional maupun global tidak ada yang bisa

memprediksi bagaimana keadaan di masa yang akan datang. Yang dapat dilakukan investor

hanyalah berupaya mengekspektasi dari data yang ada sebelumnya untuk melihat

kecenderungan (prediksi) keadaan yang akan datang.

Dalam memprediksi tersebut membutuhkan suatu data dimana investor tersebut

mengetahui keadaan sebenarnya dari perekonomian negara tersebut. Seperti telah diketahui

alat untuk menggambarkan keadana ekonomi tersebut adalah produk domestik bruto (PDB).

Hal yang membuat para investor menggunakan PDB sebagai indikator adalah dengan melihat

PDB, investor dapat mengetahui seberapa besar kemampuan negara tersebut. Dengan PDB

juga dapat menjadikan acuan kondisi negara tersebut termasuk ke dalam negara maju atau

negara berkembang.

Page 33: 12. Bab II.pdf

38

Seperti yang dikatakan oleh Ester Laura Kartini Sugiharso Safuan (2007) yang

menghasilkan penelitian bahwa :

“Pada variabel GDP tujuan (dalam hal ini berarti GDP INA atau GDP Indonesia)

ternyata ditemukan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan nilai investasi

porfolio internasional di Indonesia dari Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura,

Thailand dan Filipina, selain itu pada variabel GDP tujuan juga ditemukan arah sama

antara hipotesa teori dengan hasil estimasi yang didapatkan. Hipotesa teori memiliki

arah positif atau sedangkan pada hasil estimasi ditemukan hal yang sama.”

Hasil tersebut memperlihatkan bahwa PDB mempunyai pengaruh positif terhadap return

saham.

2.10.4 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Reksadana

Perubahan suku bunga SBI dapat mempengaruhi variabilitas dari return suatu investasi.

Hal ini dapat terjadi karena jika suku bunga meningkat, maka harga saham cenderung menurun

dan begitu juga sebaliknya. Karena jika tingkat suku bunga naik maka investor akan

berekspektasi memperoleh return yang lebih baik dari instrumen investasi yang terkait, sebagai

contoh deposito.

Semakin tinggi tingkat bunga, maka investor akan cenderung menginvestasikan

dananya di pasar uang, karena keuntungan yang akan diperoleh lebih tinggi. Akibatnya harga

saham di pasar modal akan turun dan akan berpengaruh pada return yang akan diterima oleh

investor. Sebaliknya jika suku bunga turun, maka return yang akan diterima investor meningkat

(Wahyudi, 2003).

Menurut Haryanto dan Riyatno (2007), suku bunga SBI memiliki hubungan negatif

terhadap resiko sistematik dari pasar modal. Artinya semakin rendah tingkat suku bunga SBI

maka semakin tinggi resiko sistematik dari instrumen investasi di pasar modal. Perubahan suku

bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Jika suku bunga meningkat, maka

harga saham akan turun karena return investasi yang berkaitan dengan suku bunga (seperti

deposito) akan naik juga.

2.10.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Reksadana

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara terus-menerus. Perubahan inflasi

memiliki kaitan yang erat dengan nilai uang. Jika inflasi meningkat maka nilai uang akan

Page 34: 12. Bab II.pdf

39

menurun. Karena, dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu membeli produk atau

jasa dalam jumlah yang semakin sedikit, atau dengan kata lain inflasi dapat menyebabkan

penurunan daya beli masyarakat.

Selain itu, inflasi dapat mempengaruhi tingkah laku instrumen investasi baik secara

langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, karena inflasi mengakibatkan turunnya

daya beli uang, sedangkan secara tidak langsung yaitu melalui perubahan tingkat bunga

Rahayuningsih (2005).

Lebih dari itu, inflasi juga mempengaruhi proses pengambilan keputusan investasi

seorang pemodal. Seperti yang dikutip dari Majalah Kontan, menyebutkan bahwa inflasi dan

tingkat suku bunga memiliki hubungan sebab akibat. Kenaikan inflasi akan mendorong naiknya

tingkat bunga. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap investasi. Dampak inflasi terhadap

portofolio investasi sangat bergantung pada jenis instrumen investasi yang dimiliki Setiadi (2008). Khususnya instrumen investasi yang berkaitan dengan suku bunga seperti obligasi.

Obligasi yang pokok pinjaman dan kupon bunganya tetap akan mengalami penurunan nilai

yang berbanding terbalik dengan naiknya inflasi.

Purwanto (2004) dalam Pengaruh Inflasi dalam Iklim Investasi menyebutkan: ”Kenaikan

inflasi akan menaikkan suku bunga nominal yaitu sebagai kompensasi dan penyesuaian dalam

perekonomian atas penurunan daya beli karena kenaikkan laju inflasi. Pada gilirannya kenaikan

tingkat inflasi akan menyebabkan penurunan kegiatan investasi karena dua hal, yaitu kenaikan

tabungan (suplai dana) turun dan karena imbal hasil investasi yang diharapkan oleh investor

naik”. Jika terjadi kecenderungan penurunan kegiatan investasi maka akan berdampak pada

kinerja dari instrumen investasi.

2.10.6 Pengaruh PDB Terhadap Reksadana

Keberadaan reksadana bukan hanya memberi manfaat kepada investor individu.

Investor institusi seperti dana pensiunan, perusahaan asuransi, bank dan lembaga yang

memiliki dana investasi dapat melakukan diversifikasi investasinya dengan cara yang sangat

mudah melalui reksadana atau perusahaan yang memerlukan dana investasi melalui

penerbitan surat surat berharga seperti saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Selain itu,

reksadana juga memberikan manfaat bagi pemerintah, secara tidak langsung, reksadana akan

memberikan manfaat bagi industri pasar modal serta bagi pertumbuhan ekonomi.

Page 35: 12. Bab II.pdf

40

Hampir sama seperti industri perbankan, industri pasar modal merupakan salah satu

penopang berputarnya roda perekonomian, yakni sebagai perantara yang menyediakan sumber

dana bagi kegiatan investasi. Hal tersebut menjadikan masyarakat mulai menyadari bahwa

tingkat pengembalian (yield) investasi di reksadana ternyata lebih tinggi dari investasi deposito

atau produk perbankan lainnya dimana tingkat pengembalian industri reksadana ini didukung

oleh faktor makro ekonomi seperti tingkat suku bunga deposito, tingkat kurs, pertumbuhan

produk domestik bruto (PDB), dan laju inflasi.

Selain itu, produk domestik bruto (PDB) juga memiliki pengaruh terhadap nilai aktiva

bersih (NAB) reksadana. PDB berpengaruh positif terhadap pertumbuhan reksadana Indonesia

yang artinya jika PDB ditingkatkan maka secara cateris paribus pertumbuhan reksadana akan ikut juga meningkat Sitorus (2009:48).

2.10.7 Pengaruh IHSG Terhadap Reksadana

Perubahan IHSG merupakan pencerminan naik turunya harga saham yang ada di

bursa, karena nilai IHSG kumpulan dari harga-harga saham yang ada di bursa. IHSG dan

Reksadana merupakan bagian dari kegaiatan pasar modal di Indonesia.

Dalam penelitian Kustini (2007:216-224) secara parsial variabel IHSG berpengaruh

signifikan terhadap unit penyertaan. Fluktuasi dari IHSG secara langsung akan mempengaruhi

jumlah unit penyertaan daripada Reksadana. Secara simultan variabel IHSG, Tingkat Suku

Bunga SBI dan Biaya Manajemen berpengaruh signifikan positif terhadap Unit Penyertaan.

2.11 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian dan kerangka

pemikiran tersebut, maka pada penelitian ini penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji

kebenarannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB)

secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta pengaruhnya

terhadap Reksadana (NAB) secara signifikan.

2. Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

3. Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Page 36: 12. Bab II.pdf

41

4. Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG)

5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap Reksadana (NAB).

6. Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Reksadana (NAB).

7. Inflasi berpengaruh terhadap Reksadana (NAB).

8. Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh terhadap Reksadana (NAB).