1.1 Latar Belakang - Web viewLipid cenderung larut dalam pelarut organik misalnya eter dan...
Transcript of 1.1 Latar Belakang - Web viewLipid cenderung larut dalam pelarut organik misalnya eter dan...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid adalah senyawa yang heterogen dari jaringan. Pada dasarnya
kelarutannya adalah dalam pelarut lemak, misalnya eter. Pada komponen-
komponen dari lipid dapat dipisahkan dengan perbedaan kelarutannya dalam
pelarut-pelarut organik yang berbeda. Lemak adalah suatu senyawa atau molekul
yang terbentuk dari asam lemak atau gliserol. Lemak dapat dihidrolisis menjadi
asam lemak dan gliserol dengan menggunkan larutan alkali.
Beberapa senyawa lipid memiliki peranan yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup mahluk hidup misalnya hormon, garam empedu, kolesterol,
dan sejenisnya. Namun, kelebihan dalam mengkonsumsi lemak dapt juga
menyebabkan timbulnya penyakit. Oleh karena, itu kita perlu mengetahui apa dan
bagaimana lipid itu.
Pada percobaan ini dilakukan uji lipid dengan mengidentifikasi
keberadaan gliserol karena gliserol hanya dapat larut pada pelarut nonpolar.
Melalui tes acrolein dilakukan identifikasi adanya gliserol dengan terbentuknya
bau khas dan tes kolorimetri dengan melihat adanya perubahan warna bila
mengandung gliserol.
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah
lipid. Oleh karena itu percobaan lipid ini dilakukan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Untuk mempelajari dan memahami uji lipid melalui Tes Acrolein dan Tes
Kolorimetri.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah
a. Menentukan adanya gliserol dalam lemak melalui tes acrolein ditandai
dengan adanya bau khas
b. Menetukan adanya gliserol dalam lemak melalui tes kolorimetri yang
ditandai dengan adanya perubahan warna .
1.3 Prinsip
Mereaksikan larutan contoh yaitu: lilin, minyak kelapa, minyak wijen,
gliserol, dan mentega dengan beberapa pereaksi seperti: KHSO4, H2SO4, HCl
pekat, dan alfa naftol melalui tes acrolein, dan tes kalorimetri kemudian
mengamati perubahan yang terjadisepertibau khas dan adanya perubahan warna.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
Lipid adalah segolongan besar senyawa tak larut di dalam air yang
terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik misalnya eter dan
kloroform dan merupakan senyawa yang heterogen dari jaringan. Sifat ini yang
membedakan dengan karbohidrat, protein, asam nukleat dan kebanykan molekul
hayati lainnya. Lipid dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan dengan cara
ekstrasi menggunakan alcohol panas, eter dan pelarut lemak yang lainnya. Macam
senyawa itu kuantitasnya yang doperoleh dari ekstraksi itu sangat tergantung pada
bahan alam sumber lipid yang dapat digunakan (Girindra, 1990).
Minyak dan lemak adalah trigiserida atau triasil gliserol (merupakan
ester asam lemak dengan gliserol) dengan rumus (Tim Dosen, 2011):
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organic yang tidak
larut/bercampur dalam air. Minyak tumbuhan dan hewan semuanya merupakan
lipid. Dari sudut pandang kimia, minyak kelompok ini sama saja dengan lemak.
Minyak dibedakan dari lemak berdasarkan sifat fisiknya, pada suhu ruang minyak
berwujud cair sedangkan lemak berwujud padat. Jika dilihat dari asalnya terdapat
dua golongan besar minyak yaitu minyak yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan
(minyak nabati) dan minyak yang dihasilkan oleh hewan (minyak hewani)
(Anonim, 2011).
Lemak atau minyak secara kimiawi adalah trigliserida yang merupakan
bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Secara umum,
lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam
keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang
berbentuk cair (Sudarmaji, dkk, 1996).
Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam
alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti
suatu hidrokarbon atau dietil eter. Berbagai kelas lipid dihubungkan satu sama
lain berdasarkan komponen dasarnya, sumber penghasilnya, kandungan asam
lemaknya, maupun sifat-sifat kimianya (Jatilaksono, 2007).
Berdasarkan komponen dasarnya, lipid terbagi ke dalam lipid sederhana
(simple lipid), lipid majemuk (compound lipid), dan lipid turunan (derived lipid).
Berdasarkan sumbernya, lipid dikelompokkan sebagai lemak hewan (animal fat),
lemak susu (milk fat), minyak ikan (fish oil), dll. Klasifikasi lipid ke dalam lipid
majemuk karena lipid tersebut mengandung asam lemak yang dapat disabunkan,
sedangkan lipid sederhana tidak mengandung asam lemak dan tidak dapat
disabunkan (Jatilaksono, 2007).
Lipid merupakan gudang energi, tidak larut dalam air dan dapat
diekstraksi dari komponen sel lainnya dengan pelarut organic seperti hidrokarbon,
karbontetraklorida dan eter. Pada komponen-komponen dari lipid dapat
dipisahkan dengan perbedaan kelarutannya dalam pelarut-pelarut organik yang
berbeda. Lemak adalah suatu senyawa atau molekul yang terbentuk dari asam
lemak atau gliserol. Lemak dapat dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol
dengan menggunkan larutan alkali (Tim Dosen, 2011).
Senyawa-senyawa yang termasuk dalam lipid terbagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk penggolongan yang dikenal.
Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yaitu (Poedjiadi, 1994) :
1. Lipid sederhana yaitu eter, asam lemak dan berbagi alcohol. Misalnya pada
lilin dan gliserol.
2. Lipid gabungan yaitu eter, asam lemak yang mempunyai gugus tambahan
misalnya fosfolipid.
3. Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Misalnya
lemak dan gliserol.
Selain itu lipid dapat juga dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan
kemiripan struktur lazimnya, yaitu (Fessenden, 1992) :
1. Asam lemak adalah asam organic yang terdapat sebagai ester trigliserida atau
lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam
kaarboksilat yang mempunyai rantai karbon yang panjang dengan rumus
umum :
O
R – C – OH
Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon yang genap.
2. Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu
trihidroksi alkoholl yang terdiri atas tiga atom karbon, jadi tiap atom karbon
mempunyai gugus – OH. Pada lemak saatu molekul gliserol mengikat tiga
molkeul asan lemak. Oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida :
R1 – COO – CH2
R2 – COO – CH
R3 – COO – CH2
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan sedangkan
lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair.
3. Lilin (wax) adalah ester asam lemak dengan monohidroksi alcohol yang
mempunyai rantai karbon panjang antara 14 sampai 34 atom karbon. Lilin
dapat diperoleh antara lain dari lebah madu dan dari ikan paus atau lumba-
lumba. Lilin dikeluarkan oleh lebah untuk membentuk sarang tempat
penyimpanan madu. Lilin tidak mudah terhidrolisis seperti lemak dan tidak
dapat diuraikan oleh enzim yang menguraikan lemak.
4. Fosfolipid adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester
asam fosfat. Oleh karenanya fosfolipid adalah suatu fosfogliserida.
5. Sfingolipid adalah senyawa yang mempunyai rumus dan merupakan satu-
satunya sfingolipid yang mengandung fosfat adalah sfingomielin yan terdapat
dalam jaringan saraf dan dalam otak yang mengandung sfingosin dengan
beberapa ikatan rangkap.
6. Terpen merupakan senyawa yang kebanyakan terdiri atas kelipatan dari lima
atom karbon.
7. Lipid kompleks adalah lipid yang terdapat alam bergabung dengan senyawa
lain misalnya dengan protein atau dengan karbohidrat.
8. Trigliserida adalah bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan kalor
yang penting untuk proses-proses yang membutuhkan energi dalam tubuh.
Trigliserida bersifat tidak banyak membutuhkan tempat, kurang teroksidasi.
Trigliserida dapat dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipida
lainnya kalau dibutuhkan. Adapun fungsi fisik lainnya adalah sebagai
bantalan tulang-tulang dan organ vital, melindungi organ dari goncangan.
Lemak bawah kulit berfungsi sebagai insulator dari panas atau dingin.
Seperti karbohidrat dan protein, kebanyakan lipid juga tersusun dari
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Ada satu kelompok lipid yang tidak
mengandung asam lemak dan gliserol dan tidak terhidrolisis (Fessenden, 1992).
Lipida yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak
sebagai unit penyusun adalah triasilgliserol juga sering dinamakan lemak, lemak
netral atau trigliserida. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak
penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan sel hewan tetapi umumnya
tidak ditemukan pada membran. Triasilgliserol dalam berbagai jenis tergantung
pada identitas dan letak ketiga komponen asam lemak yang terikat dengan ikatan
ester oleh gliserol. Senyawa yang mengandung satu jenis asam lemak pada ketiga
posisi disebut triasilgliserol sederhana golongan ini dinamakan menurut asam
lemak yang terkandung contohnya adalah tristeroilgliserol, tripalmitoilgliserol dan
triolrilgliserol yang mengandung asam stearat, asam plamitat dan asam oleat
berturut-turut. Triasilgliserol yang mengandung dua atau lebih asam lemak yang
berbeda disebut triasilgliserol campuran. Triasilgliserol yang terdapat di dalam
bersifat tidak larut dalam air. Senyawa ini memiliki gravitas spesifik yang lebih
rendah dari air yang menyebabkan minyak membentuk lapisan atas pada bumbu
salad campuran minyak dan cuka. Triasilgliserol mudah larut dalam pelarut
nonpolar sepeti khloroform, benzena atau eter yang seringkali dipergunakan untuk
sekresi lemak dari jaringan. Trisilgliserol terutma berfungsi sebagai lemak
penyimpan (Lehninger, 1990).
Minyak dan lemak apabila mengalami perubahan akan mempengaruhi
baud an rasa suatu bahan makanan, baik yang bersifat menguntungkan atau tidak.
Umumnya penguraian lemak dan minyak menghasilkan zat yang tidak dapat
dimakan, sehingga dengan demikian kerusakan lemak dan minyak dapat
menurunkan nilai gizi, rasa dan bau dari lemak yang bersangkutan. Penyebab
kerusakan lemak dan minyak (Ketaren, 2005).:
1. Hidrolisis
Lemak dengan adanya air akan terhidrolisa menjadi gliserol dan asam
lemak, reaksi hidrolisis ini dipercepat dengan adanya enzim.
2. Oto-oksidasi
Selama reaksi oto-oksidasi terbentuk radikal-radikal bebas dari asam
lemak tidak jenuh dalam lemak akibat adanya factor panas, cahaya, peroksida
lemak atau hidropoksida logam berat seperti Fe,Co,Cu dan Mn .
Lemak dan minyak meskipun serupa dalam kimianya, menunjukkan
keragaman yang besar dalam sifat-sifat fisiknya (Ketaren, 2005):
a. Tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai
karbon panjang dan tidak adanya gugus –gugus polar.
b. Viskositas minyak dan lemak cair biasanya bertambah dengan bertambahnya
panjang rantai karbon dan berkurang dengan naiknya suhu serta berkurang
dengan tidak jenuhnya rantai karbon.
c. Berat jenis lemak dan minyak lebih tinggi untuk trigliserida dengan berat
molekul rendah dan trigliserida tak jenuh. Berat jenis bertambah dengan
bertambahnya suhu.
d. Jumlah benda pada dalam lemak berubah-ubah menurut suhunya demikian
pula sifat-sifat plastiknya. Pada umumnya lemak bersifat seperti plastic bila
kandungan padatnya antara 10% dan 50%.
e. Titik cair minyak dan lemak ditentukan oleh beberapa factor diantaranya yaitu
makin pendek rantai asam lemak makin rendah titik cair trigliserida tersebut,
cara-cara penyebaran asam-asam lemak dalam suatu asam lemakdalam suatu
le,a juga mempengaruhi titik cairnya.
f. Polimorfis merupakan sifat asam lemak yang berhubungan dengan sifat
minyak atau lemak sebaga kristal
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Minyak dan Lemak, http://id.wikipedia.org/wiki/minyakdanlemak , (online), diakses tanggal 5 Nopember 2011, 17.30 WITA.
Fessenden.1992.Kimia Organik, Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Girindra, A., 1990, Biokimia I, PT. Gramedia, Jakarta.
Ketaren, S., 2005, Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.
Kusnawidjaja, Kurnia., 1993,Petunjuk Praktikum Biokimia, Alumni, Bandung.
Jatilaksono, M., 2007, Lipid, http://jlcome.blogspot.com/2007/10/lipid.html, diakses pada hari Jumat tanggal 28 November 2008.
Lehninger, A., 1990, Dasar-Dasar Biokimia, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi, 1996, Analisa Bahan makanan dan Pertanian, Liberty Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tim Dosen Biokimia Dasar., 2011, Penuntun Praktikum Biokimia Dasar, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,
pipet skala, rak tabung, korek api, gegep, lampu spritus, batang pengaduk dan
sikat tabung
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah lilin (waxes), margarine,
minyak kelapa, minyak wijen, gliserol 10%, air, HCl pekat, α- Naftol 0,1 %,
KHSO4, NaOCl 2% dan H2SO4.
3.3 Prosedur Kerja
a. Tes Acrolein
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml masing-masing larutan contoh:
lilin, minyak kelapa, minyak wijen dan gliserol, kemudian ditambahkan + 0,5
gram KHSO4 ke dalam larutan contoh, kemudian dipanaskan dengan api kecil.
Timbulnya bau karakteristik menandakan adanya gliserol.
b. Tes Kolorimeteri
Pada tabung reaksi dimasukkan 1 ml masing-masing larutan contoh: lilin,
minyak kelapa,minyak wijen dan gliserol, kemudian ditambahkan 1 mL NaOCL 2
%. Setelah 2 – 3 menit, ditambahkan lagi beberapa tetes HCL pekat, dan
dididihkan selama 1 menit untuk membuang kelebihan asam, kemudian
ditambahkan 0,2 ml α- Naftol, kemudian beberapa tetes H2SO4 pekat, selanjutnya
dikocok dengan hati-hati,hingga terbentuknya larutan hijau zamrud yang
menandakan adanya gliserol.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tes Acrolein
Contoh 0,5 gram KHSO4 Dipanaskan (Bau)
Lilin
Gliserol
Minyak kelapa
Mentega
+
+
+
+
+
+++
++
++
Keterangan:
+ : kurang bau
++ : cukup bau
+++ : bau
4.1.2 Tes Kolorimeter
N
o
Contoh + NaoCl + HCl dipanaskan + α-naftol + H2SO4 hasil
1
2
3
Air
Lilin
Gliserol
Bening
Putih
Bening
Bening
Putih
Bening
Bening
Bening
Bening
Bening
Putih
Bening
Hijaumuda
2 fase/
hijau,putih
Hijau
zamrud
hijau
muda
2 fase
Hijau,putih
Hijau
zamrud
OC+2H2O H
CH
CH2
4
5
6
Minyak
wijen
Minyak
kelapa
Mentega
2 fase /
Kuning,
bening
2 fase/
Kuning,
putih keruh
2 fase/
Kuning,
bening
2 fase /
Kuning,
bening
2 fase /
kuning.
putihkeruh
2 fase /
kuning,
bening
2 fase /
Oranye,
keruh
2 fase /
Kuningmuda,
putih keruh
2 fase /
Kuning,benin
g
2 fase /
Oranye,
keruh
2 fase /
kuningmuda,
putih keruh
2 fase /
kuning,bening
2 fase/
hitam,hijau
2 fase/
hitam,
hijau
2 fase/
kuning,
hijau
2 fase/
hitam,hijau
pucat 2
fase/
hitam,
hijau keruh
2 fase/
kuning,
hijau pucat
4.2 Reaksi
4.2.1 Tes Acrolein
1. Lilin O
CH3 – (CH2)14 – C – O CH2 – (CH2)14 – CH3 + KHSO4
2. Gliserol
H2C – OH
HC – OH + KHSO4
H2C – OH
OC+2H2O H
CH
CH2
3. Minyak Kelapa
O
H2C – O – C
R1
O H2C – OH O
HC – O – C + KHSO4 HC – OH + R – C
R2 H2C – OH OH
O
H2C – O – C
R3
OC+2H2O H
CH
CH2
4. Mentega
O
H2C – O – C
R1
O H2C – OH O
HC – O – C + KHSO4 HC – OH + R – C
R2 H2C – OH OH
O
H2C – O – C
R3
4.2.2 Tes Kolorimeter
1. Lilin
O HCl (p)
CH3 – (CH2)14 – C – O CH2 – (CH2)14 – CH3 + NaOCl
ONa OH H2SO4 (p)
CH3 – (CH2)14 – C – O CH2 – (CH2)14 – CH3 +
OCl
O
CH3 – (CH2)14 – C – O CH2 – (CH2)14 – CH3 + NaOH
OCl
2. Minyak Kelapa
O
H2C – O – C
R1
O H2C – ONa O
HC – O – C + 3NaOCl HC – ONa + 3R – C + 3/2 O2
R2 H2C – ONa OH
HCl (p)
H2C – O
HC – O
H2C – O
O
H2C – O – C
R3
H2C – ONa OH
HC – ONa + 3
H2C – ONa
3. Gliserol
H2C – ONa H2C – OH
HC – OH + 3NaOCl HC – ONa + 3HCl + 3/2 O2
H2C – OH H2C – ONa
H2C – ONa OH
HC – ONa + 3
H2C – ONa
H2SO4 (p)
+ 3 NaOH
HCl (p)
H2SO4 (p)
H2C – O
HC – O
H2C – O
+ 3 NaOH
4. Minyak wijen
O
H2C – O – C
R1
O H2C – ONa O
HC – O – C + 3NaOCl HC – ONa + 3R – C + 3/2 O2
R2 H2C – ONa OH
O
H2C – O – C
R3
H2C – ONa OH
HC – ONa + 3
H2C – ONa
HCl (p)
H2SO4 (p)
H2C – O
HC – O
H2C – O
+ 3 NaOH
5. Margarin
O
H2C – O – C
R1
O H2C – ONa O
HC – O – C + 3NaOCl HC – ONa + 3R – C + 3/2 O2
R2 H2C – ONa OH
O
H2C – O – C
R3
H2C – ONa OH
HC – ONa + 3
H2C – ONa
HCl (p)
H2SO4 (p)
H2C – O
HC – O
H2C – O
+ 3 NaOH
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tes Acrolein
Tes acrolein dilakukan pada empat sampel yaitu minyak kelapa, gliserol,
mentega, dan lilin. Tes ini dilakukan dengan cara menambahkan 0,5 gram KHSO4
yang berfungsi sebagai katalisator pembentukan gliserol pada sampel yang
mengandung gliserol tersebut berdasarkan hasil pengamatan diperoleh yaitu
minyak kelapa dan gliserol menimbulkan bau yang khas. Hal ini terjadi karena
pada minyak kelapa, mentega dan gliserol apabila dihidrolisis akan menghasilkan
gugus propanal yang menimbulkan bau khas. Pada lilin tidak menimbulkan bau
karena lilin tidak mengandung flatogliserol dan tidak terbentuk gugus
alkilaldehid. Pada tes akrolein dengan lilin sebagai sampel tidak diperoleh adanya
gliserol karena pada lilin memang tidak terbentuk trigliserida tetapi yang
terbentuk adalah alkohol monohidrat. Lilin merupakan monogliserol alkohol dan
ester, sedangkan mentega dan minyak kelapa merupakan triester dari asam lemak
dan gliserol.
Pada penambahan KHSO4 larutan tidak ikut bereaksi karena tidak larut
dalam larutan. KHSO4 hanya berfungsi sebagai katalisator. Dengan adanya bau
khas, membuktikan bahwa dalam larutan contoh minyak kelapa, gliserol, dan
mentega terkandung gliserol.
4.3.2 Tes Kolorimetri
Pada pengamatan pada tes kolorimetri bahan yang digunakan ada 6 yaitu
mentega, minyak kelapa, gliserol, lilin, minyak wijen, dan blanko (air) sebagai
pembanding. Pada mentega terbagi dua fase yaitu larutan di atas berwarna kuning
dan dibawah berwarna hijau. Pada lilin terbagi dua fase, larutan di atas berwarna
putih keruh dan dibawah berwarna hijau. Gliserol berwarna hijau zamrud. Minyak
wijen terbagi dua fase, larutan di atas berwarna hitan dan di bawah berwarna
hijau. Minyak kelapa terbagi dua fase, larutan di atas berwarna hitam dan di
bawah berwarna hijau. Pada blanko (air), larutannya homogen dan berwarna
kuning kehijauan. Lilin merupakan ester asam lemak dengan monohidroksi
alkohol yang mempunyai rantaii karbon panjang. Lilin tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut lemak. Pada blanko seharusnya tidak terbentuk warna hijau,
karena gliserol tidak dapat larut dalam larutan polar, tetapi larut dalam senyawa
atau larutan nonpolar. Pada gliserol seharusnya terbentuk warna hijau zamrud
karena merupakan salah satu penyususn lemak dan minyak. Pada blanko
seharusnya tidak terbentuk warna hijau zamrud Karena gliserol tidak dapat larut
dalam larutan polar, tetapi larut dalam senyawa atau larutan nonpolar. Ini
disebabkan karena air yang digunakan sudah terkontaminasi dengan lemak dan
tabung reaksi yang digunakan kurang bersih.
Adapun fungsi dari penambahan α-naftol yaitu untuk mengurangi
kelebihan asam.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sampel yang mengandung gliserol berdasarkan tes acrolein adalah minyak
kelapa, mentega dan gliserol ditandai dengan adanya bau tengik.
2. Sampel yang mengandung gliserol berdasarkan tes kolorimetri adalah
mentega, minyak wijen, gliserol dan minyak kelapa ditandai dengan adanya
warna hijau zamrud.
V.2. Saran
Untuk laboratorium, sebaiknya tiap reagen memiliki masing-masing pipet
skala. Untuk percobaan, sebaiknya asisten mendampingi praktikan pada waktu
penambahan larutan ataupun reagen yang berbahaya, agar hasil-hasil ysng tidak
diinginkan dapat dihindari.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 2 Nopember 2011
Asisten Praktikan
Asman Kumik Rr. Dyah Roro Ariwulan
LAPORAN PRAKTIKUM
LIPID
NAMA : RR. DYAH RORO ARIWULAN
NIM : H411 10 272
KELOMPOK : IV (EMPAT)
HARI/ TGL. PERCOBAAN :RABU, 2 NOPEMBER 2011
ASISTEN : ASMAN KUMIK
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2011
LAMPIRAN
a. Tes Kolorimetri
b. Tes Acrolein