101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

25
MAKALAH Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Oleh : IVAN C. P. 070100367 Pembimbing: Prof.dr.H.Syamsir BS, SpKJ(K) DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA

description

1

Transcript of 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

Page 1: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

MAKALAH

Post Traumatic Stress Disorder

(PTSD)

Oleh :

IVAN C. P.

070100367

Pembimbing:

Prof.dr.H.Syamsir BS, SpKJ(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

Page 2: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

ini. Judul dari makalah ini adalah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang

merupakan masalah mental yang terjadi pasca trauma.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

Prof.dr.H.Syamsir BS, SpKJ(K) selaku pembimbing saya dalam penyelesaian

makalah ini. Saya berharap makalah ini akan berguna bagi para pembaca dalam

hal memahami mengenai gangguan stress pasca trauma.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat

berguna bagi kita semua.

Medan, Februari 2011

Penulis,

Ivan C. Pasaribu

Page 3: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Tujuan .............................................................................................. 1

BAB 2 ISI .............................................................................................. 2

2.1. Definisi............................................................................................. 2

2.2. Epidemiologi.................................................................................... 2

2.3. Etiologi............................................................................................. 2

2.3.1. Stresor................................................................................ 2

2.3.2. Faktor Psikodinamika........................................................ 4

2.3.3. Faktor Biologis………………………………………….. 4

2.4. Tanda dan Gejala.............................................................................. 5

2.5.Diagnosis .......................................................................................... 6

2.6.Diagnosis Banding ........................................................................... 9

2.7. Tatalaksana ...................................................................................... 9

2.8. Prognosis ......................................................................................... 10

BAB 3 PENUTUP ................................................................................. 11

3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 13

LAMPIRAN

Page 4: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah suatu peristiwa traumatik, seseorang dapat merasakan sesuatu yang

mengganggu kehidupannya, dapat juga diikuti stres, ketakutan, dan kemarahan.

Mereka juga sering mendapati bahwa mereka sulit untuk tidak memikirkan apa

yang telah terjadi. Merasakan reaksi stres adalah hal yang sering terjadi pada

kebanyakan orang dan tidak ada hubungannya dengan kelemahan pribadinya.

Banyak orang juga akan menunjukkan kewaspadaan yang berlebihan. Yang paling

sering, jika gejala ikutannya muncul, akan menurun seiring berjalannya waktu.

Orang-orang yang selamat dari suatu trauma (misalnya veteran, anak-anak,

penyelamat bencana atau pekerja sosial) mengalami reaksi stres yang umum.

Memahami bahwa apa yang terjadi ketika kita atau seseorang yang kita kenal

bereaksi terhadap peristiwa traumatik akan membantu kita agar tidak terlalu takut

dan lebih baik dalam menanganinya. Reaksi-reaksi tersebut yang dapat menetap

selamabeberapa hari atau bahkan beberapa minggu, yang diantaranya adalah:

Perasaan putus asa mengenai masa depan dan ketidakpedulian

terhadap orang lain.

Sulit konsentrasi, tidak dapat mengambil keputusan.

Mudah terkejut dengan keributan yang tiba-tiba.

Mengalami mimpi/memori yang mengganggu.

Masalah di tempat kerja atau sekolah.10

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menguraikan mengenai suatu gangguan

mental yang terjadi pasca trauma yang disebut dengan Post Traumatic Stress

Disorer (PTSD). Hal-hal yang akan diuraikan mencakup hal-hal yang

berhubungan dengan msalah tersebut sehingga diharapkan pembaca akan

memahami penanganan yang dapat dilakukan terhadap orang-orang dengan

PTSD.

Page 5: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

2

BAB 2

ISI

2.1 Definisi

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang

dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatik.

Peristiwa traumatik adalah peristiwa yang mengancam nyawa seperti pertempuran

militer, bencana alam, insiden teroris, kecelakaan yang serius, atau penyerangan

fisik/seksual pada orang dewasa atau pada anak-anak.1,7

2.2 Epidemiologi

Statistik pada anak-anak dan remaja menunjukkan bahwa hampir 40%

muncul paling tidak satu peristiwa traumatik, yang berkembang menjadi PTSD

pada hampir 15% anak perempuan dan 6% pada anak laki-laki. Hampir 100% dari

anak-anak yang menyaksikan orangtuanya dibunuh atau mengalami kekerasan

seksual atau kekerasan rumah tangga mengarah untuk berkembang menjadi

PTSD, dan lebih dari sepertiga anak muda yang terpapar pada kekerasan akan

mengalami gangguan ini.2,3

2.3 Etiologi

2.3.1 Stresor

Menurut definisinya, stressor adalah faktor penyebab utama dalam

perkembangan gangguan stres pasca traumatik. Tetapi tidak setiap orang

mengalami gangguan stres pasca traumatik setelah suatu peristiwa traumatik;

walaupun stressor diperlukan, stressor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan.

Klinisi harus mempertimbangkan juga factor biologis individual yang telah ada

sebelumnya, faktor psikososial sebelumnya, dan peristiwa yang terjadi setelah

trauma.5

Penelitian terakhir pada gangguan stres pasca trauma telah sangat

menekankan pada respons subjektif seseorang terhadap trauma ketimbang

beratnya stresor itu sendiri. Walaupun gejala gangguan stres pasca traumatik

Page 6: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

3

pernah dianggap secara langsung sebanding dengan beratnya stressor, penelitian

empiris telah membuktikan sebliknya. Sebagai akibatnya, consensus yang tumbuh

adalah bahwa gangguan memiliki pengaruh pada arti subjektif stresor bagi

pasien.5

Bahkan jika dihadapkan dengan trauma yang berat, sebagian besar orang

tidak mengalami gejala gangguan stres pascatraumatik. Demikian juga peristiwa

yang tampaknya biasa atau kurang berbahaya bagi kebanyakan orang mungkin

menyebabkan gangguan stress pasca traumatik pada beberapa orang karena arti

subjektif dari peristiwa tersebut. Faktor kerentanan yang merupakan predisposisi

yang tampaknya memainkan peranan penting dalam menentukan apakah

gangguan berkembang adalah:

1. Adanya trauma masa anak-anak.

2. Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau

anti sosial.

3. Sistem pendukung yang tidak adekuat.

4. Kerentanan kontitusional genetika pada penyakit psikiatrik.

5. Perubahan hidup penuh stres yang baru terjadi.

6. Persepsi lokus kontrol eksternal, bukannya internal.

7. Penggunaan alkohol yang baru.5

Penelitian psikodinamika terhadap orang yang dapat bertahan hidup dari

trauma psikis yang parah telah menemukan aleksitimia, yaitu ketidak mampuan

untuk mengidentifikasi atau mengungkapkan keadaan perasaan sebagai ciri yang

umum. Jika trauma psikis terjadi pada anak-anak, biasanya dihasilkan perhentian

perkembangan emosional. Jika trauma terjadi pada masa dewasa, regresi

emosional seringkali terjadi. Orang yang selamat dari trauma biasanya tidak dapat

menggunakan keadaan emosional internal sebagai tanda dan mungkin mengalami

gejala psikosomatik. Mereka juga tidak mampu menenangkan dirinya jika dalam

stres.5

Page 7: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

4

2.3.2 Faktor Psikodinamika

Model kognitif dari gangguan stres pascatrauma menyatakan bahwa orang

yang terkena adalah tidak mampu untuk memproses atau merasionalisasikan

trauma yang mencetuskan gangguan. Mereka terus mengalami stress dan berusaha

untuk tidak mengalami stress dengan teknik menghindar. Sesuai dengan

kemampuan parsial mereka untuk mengatasi peristiwa secara kognitif, pasien

mengalami periode mengakui peristiwa dan menghambatnya secara berganti-

ganti.5

Model perilaku dari gangguan stress pascatraumatik menyatakan bahwa

gangguan memiliki dua fase dalam perkembangannya. Pertama, trauma (stimulus

yang tidak dibiasakan) adalah dipasangkan, malalui pembiasaan klasik, dengan

stimulus yang dibiasakan (pengingat fisik atau mental terhadap trauma). Kedua,

melalui pelajaran instrumental, pasien mengembangkan pola penghindaran

terhadap stimulus yang dibiasakan maupun stimulus yang tidak dibiasakan.5

Model psikoanalitik dari gangguan menghipotesiskan bahwa trauma telah

mereaktivasi konflik psikologis yang sebelumnya diam dan belum terpecahkan.

Penghidupan kembali trauma masa anak-anak menyebabkan regresi dan

mekanisme pertahanan represi, penyangkalan, dan meruntuhkan (undoing). Ego

hidup kembali dan dengan demikian berusaha menguasai dan menurunkan

kecemasan. Pasien juga mendapatkan tujuan sekunder dari dunia luar,

peningkatan perhatian atau simpati, dan pemuasan kebutuhan ketergantungan.

Tujuan tersebut mendorong gangguan dan persistensinya. Suatu pandangan

kognitif tentang gangguan stress adalah bahwa otak mencoba untuk memproses

sejumlah besar informasi yang dicetuskan oleh trauma dengan periode menerima

dan menghambat peristiwa secara berganti-ganti.5

2.3.3 Faktor Biologis

Model praklinik pada binatang tentang ketidakberdayaan, pembangkitan,

dan sensitisasi yang dipelajari telah menimbulkan teori tentang norepinefrin,

dopamin, opiate-endogen, dan reseptor benzodiazepine dan sumbu hipotalamus-

hipofisis-adrenal. Pada populasi klinis, data telah mendukung hipotesis bahwa

Page 8: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

5

system noradrenergik dan opiate endogen, dan juga sumbu hipotalamus-hipofisis-

adrenal, adalah hiperaktif pada sekurangnya beberapa pasien dengan gangguan

stress pascatraumatik.5

Temuan biologis utama lainnya adalah peningkatan aktivitas dan

responsivitas sistem saraf otonom, seperti yang dibuktikan oleh peniggian

kecepatan denyut jantung dan pembacaan tekanan darah, dan arsitektur tidur yang

abnormal. Bebrapa peneliti telah menyatakan adanya kemiripan antara gangguan

stress pascatraumatik dan dua gangguan psikiatrik lain, gangguan depresif berat

dan gangguan panik.5

2.4 Tanda dan Gejala

Ada tiga kelompok dari gejala yang diperlukan untuk mendiagnosis suatu

PTSD, yaitu:

1. Gejala re-experience misalnya ingatan mengenai masalah, kilas balik

yang biasanya disebabkan oleh hal-hal yang mengingatkan pada peristiwa

traumatik, mimpi buruk yang sering muncul mengenai trauma atau

peristiwa yang berhubungan dengan trauma.

2. Gejala avoidance yaitu menghindari tempat-tempat yang, orang-orang,

dan pengalaman yang mengingatkan penderita pada trauma, kehilangan

ketertarikan pada aktivitas yang disukai, memiliki masalah dengan

mengingat peristiwa yang berbahaya.

3. Gejala hyperaurosal, termasuk masalah tidur, masalah dalam konsentrasi,

iritabilitas, kemarahan,sulit mengingat sesuatu, peningkatan tendensi,

reaksi untuk terjaga dan hypervigilance terhadap ancaman.3

Sedikitnya 1 gejala re-experience, 3 gejala avoidance dan 3 gejala

hyperaurosal harus ada selama paling sedikit 1 bulan dan harus disebabkan oelh

distress yang signifikan atau kekurangan fungsional untuk mendiagnosis suatu

PTSD. PTSD menjadi kronik jika terjadi lebih dari 3 bulan.8

2.5 Diagnosis

Page 9: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

6

Berikut adalah kriteria diagnostic untuk Gangguan Stres Pascatraumatik

menurut DSM-IV:

A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari

berikut ini terdapat:

1) Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu

kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian

atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau

ancaman kepada integritas fisik diri sendiri atau orang lain.

2) Respon orang tersebut berupa takut yang kuat, rasa tidak berdaya,

atau horror. Catatan: pada anak-anak hal ini dapat diekspresikan

dengan perilaku yang kacau atau teragitasi.

B. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu (atau

lebih) cara berikut:

1) Rekoleksi yang menderitakan, rekuren, dan mengganggu tentang

kejadian, termasuk bayangan, pikiran, atau persepsi. Catatan:

pada anaka kecil, dapat menunjukkan permainan berulang dengan

tema atau aspek trauma.

2) Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian. Catatan:

pada anak-anak, mungkin terdapat mimpi menakutkan tanpa isi

yang dapat dikenali.

3) Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi

kembali (termasuk perasaan penghidupan kembali pengalaman,

ilusi, halusinasi, dan episode kilas balik disosiatif, termasuk yang

terjadi selama terbangun atau saat terintoksikasi). Catatan: pada

anak kecil, dapat terjadi penghidupan kembali yang spesifik

dengan trauma.

4) Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda

internak atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai

suatu aspek kejadian traumatik.

Page 10: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

7

5) Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau

eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek

kejadian traumatik.

C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

dan kaku karena responsivitas umum (tidak ditemukan sebelum trauma),

seperti yang ditujukan oleh tiga (atau lebih) berikut ini:

1) Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan

yang berhubungan dengan trauma.

2) Usaha untuk menghndari aktivitas, tempat, atau orang yang

menyadarkan rekoleksi dengan trauma.

3) Tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma.

4) Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas yang

bermakna.

5) Perasaan terlepas atau asing dari orang lain.

6) Rentang afek yang terbatas (misalnya, tidak mampu untuk

memiliki perasaan cinta)

7) Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek (misalnya, tidak

berharap memiliki karir, menikah, anak-anak, atau panjang

kehidupan normal)

D. Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran (tidak ditemukan sebelum

trauma), seperti yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih) berikut:

1) Kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur.

2) Iritabilitas atau ledakan kemarahan.

3) Sulit berkonsentrasi.

4) Kewaspadaan berlebihan.

5) Respon kejut yang berlebihan.

Page 11: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

8

E. Lama gangguan (gejala dalam kriteria A, B, C, dan D) adalah lebih dari

satu bulan.

F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi social, pekerjaan, atau fungsi penting lain.5

Sementara itu kriteria diagnostik untuk gangguan stres pascatraumatik

menurut PPDGJ III (F 43.1) adalah sebagai berikut:

1. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun

waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang berkisar

antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui

6 bulan).

Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya

waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan,

asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif

kategori gangguan lainnya.

2. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang

atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang

kembali (flashbacks).

3. Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya

dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.

4. Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar

biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan

dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama

setelah mengalami katastrofa).6

2.6 Diagnosis banding

Pertimbangan utama dalam diagnosis banding gangguan stress

pascatraumatik adalah kemungkinan bahwa pasien juga mengalami cedera kepala

selam trauma. Pertimbangan organik lainnya yang dapat menyebabkan atau

Page 12: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

9

mengeksaserbasi gejala adalah epilepsi, gangguan penggunaan alkohol, dan

gangguan berhubungan zat lainnya. Intoksikasi akut atau putus dari suatu zat

mungkin juga menunjukkan gambaran klinis yang sulit dibedakan dari gangguan

stres pascatraumatik sampai efek zat menghilang.5

Pada umumnya, gangguan stres pascatraumatik dapat dibedakan dari

gangguan mental lain dengan mewancarai pasien tentang peristiwa traumatik

sebelumnya dan melalui sifat gejala sekarang ini. Gangguan kepribadian ambang,

gangguan disosiatif, gangguna buatan, dan berpura-pura juga harus

dipertimbangkan. Gangguan kepribadian ambang mungkin sulit dibedakan dengan

gangguan stress pascatraumatik. Dua gangguan tersebut dapat terjadi bersama-

sama atau bahkan saling berhubungan sebab akibat. Pasien dengan gangguan

disosiatif biasanya tidak memilikiderajat perilaku menghindar, kesadaran berlebih

(hiperaurosal) otonomik, atau riwayat trauma yang dilaporkan oleh pasien

gangguan stress pascatraumatik. Sebagian karena publisitas yang telah diterima

gangguan stress pascatraumatik dalam berita popular, klinisi harus juga

mempertimbangkan kemungkinan suatu gangguan buatan dan berpura-pura.5

2.7 Tatalaksana

Berbagai teknik untuk meredakan kecemasan seperti relaksasi, teknik-

teknik mengatur pernafasan serta mengontrol pikiran-pikiran perlu dilatih dan

terbukti bermanfaat untuk individu dengan gangguan stress pascatraumatik.

Modifikasi pola hidup seperti diet yang sehat, mengatur konsumsi kafein, alkohol,

rokok dan obat-obatan lainnya, perlunya olahraga yang teratur, dll. Medikasi yang

terbukti bermanfaat untuk mengatasi kasus ini adalah pemberian antidepresan

golongan SSRI (penghambat selektif ambilan serotonin) seperti Fluoxetin 10-60

mg/hr, Sertralin 50-200mg/hr atau Fluvoxamine 50-300mg/hr. Antidepresan lain

yang juga dapat digunakan adalah Amiltriptilin 50-300mg/hr dan juga imipramin

50-300mg/hr.11

Berdasarkan rekomendasi dari The Expert Consensus Panels for PTSD,

tatalaksana gangguan stress pascatraumatik sebaiknya mempertimbangkan

beberapa aspek di bawah ini:

Page 13: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

10

1. Gangguan stress pascatraumatik merupakan suatu gangguan yang

kronik dan berulang serta sering berkormobiditas dengan gangguan-

gangguan jiwa serius lainnya.

2. Antidepresan golongan penghambat selektif dari ambilan

serotonin/SSRI merupakan obat pilihan pertama untuk kasus ini.

3. Terapi yang efektif harus dilanjutkan paling sedikit 12 bulan.

4. Exposure therapy (terapi pemaparan) merupakan terapi dengan

pendekatan psikososial terbaik yang dianjurkan dan sebaiknya

dilanjutkan selama 6 bulan.11

2.8 Prognosis

Prognosis yang baik diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi gejala

yang singkat (kurang dari enam bulan), dukungan sosial yang kuat, dan tidak

adanya gangguan psikiatrik, medis, atau berhubungan zat lainnya.5

Pada umumnya, orang yang sangat muda atau sangat tua memiliki lebih

banyak kesulitan dengan peristiwa traumatik dibandingkan mereka yang dalam

usia paruh baya. Kemungkinan, anak-anak belum memiliki mekanisme mengatasi

kerugian fisik dan emosional akibat trauma. Demikian juga dengan orang lanjut

usia, jika dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda, kemungkinan

memiliki mekanisme mengatasi yang lebih kaku dan kurang mampu melakukan

pendekatan fleksibel untuk mengatasi efek trauma. Kecacatan psikiatrik yang ada

sebelumnya, apakah suatu gangguan kepribadian atau suatu kondisi yang lebih

serius, juga meningkatkan efek stresor tertentu. Tersedianya dukungan sosial juga

mempengaruhi perkembangan, keparahan, dan durasi gangguan stres

pascatraumatik. Pada umumnya, pasien yang memiliki jaringan dukungan sosial

yang baik, kemungkinan tidak menderita gangguan atau tidak mengalami

gangguan dalam bentuk yang parahnya.5

BAB 3

PENUTUP

Page 14: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

11

3.1 Kesimpulan

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang

dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatik.

Statistik pada anak-anak dan remaja menunjukkan bahwa hampir 40%

muncul paling tidak satu peristiwa traumatik, yang berkembang menjadi PTSD

pada hampir 15% anak perempuan dan 6% pada anak laki-laki. Hampir 100% dari

anak-anak yang menyaksikan orangtuanya dibunuh atau mengalami kekerasan

seksual atau kekerasan rumah tangga mengarah untuk berkembang menjadi

PTSD, dan lebih dari sepertiga anak muda yang terpapar pada kekerasan akan

mengalami gangguan ini.

Secara garis besar terdapat 3 faktor penyebab terjadinya gangguan stres

pasca traumatik, yaitu:

1. Stresor*

2. Faktor psikodinamika*

3. Faktor biologis*

Kriteria diagnosis terdapat pada DSM-IV dan PPDGJ III. DSM-IV

menyebutkan bahwa gejala pengalaman ulang (re-experiencing), menghindar, dan

kesadaran yang berlebihan (hyperarousal) harus berlangsung lebih dari 1 bulan.

Bagi pasien yang gejalanya ditemukan kurang dari satu bulan, diagnosis yang

tepat mungkin adalah gangguan stres akut. Kriteria diagnostik DSM-IV untuk

gangguan stres pascatraumatik memungkinkan klinisi menentukan apakah

gangguan adalah akut atau kronis. DSM-IV juga memungkinkan klinisi

menentukan bahwa gangguan adalah dengan onset lambat jika onset gejala adlah

enam bulan atau lebih setelah peristiwa stres.

Medikasi yang terbukti bermanfaat untuk mengatasi kasus ini adalah

pemberian anti depresan golongan SSRI (Penghambat selektif ambila serotonin)

seperti Fluoxetin 10-60 mg/hr, Sertralin 50-200mg/hr atau Fluvoxamine 50-

300mg/hr. Antidepresan lain yang juga dapat digunakan adalah Amiltriptilin 50-

300mg/hr dan juga imipramin 50-300mg/hr.

Page 15: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

12

Kira-kira 30% pasien pulih secara lengkap, 40% pasien terus menderita

gejala ringan, 20% pasien terus menderita gejala sedang, dan 10% pasien tetap

tidak berubah atau menjadi memburuk. Prognosis yang baik diramalkan oleh

onset gejala yang cepat, durasi gejala yang singkat (kurang dari enam bulan),

fungsi pramorbid yang baik, dukungan social yang kuat, dan tidak adanya

gangguan psikiatrik, medis, atau berhubungan zat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Family Physicians, 2002. Post-traumatic Stress

Disorder. American Academy of Family Physicians. Available from:

Page 16: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

13

http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/mentalhealth/anxi

ety/624.printview.html

2. Chakraburtty, Amal, 2009. Post-Traumatic Stress Disorder.webMD.

available from: http://www.webmd.com/mental-health/post-traumatic-

stress-disorder

3. Edwards, R. D., 2010. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

MedicineNet. Available from:

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?

articlekey=12578&pf=3&page=1\

4. Framingham, Jane, 2007. Minnesota Multiphasic Personality Inventory

(MMPI). Psych Central. Available from:

http://psychcentral.com/lib/2011/minnesota-multiphasic-personality-

inventory-mmpi/

5. Kaplan, Sadock, Grebb, MD, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid ke-2, Binapura

Angkasa, Jakarta: 68-75.

6. Maslim, Rusdi, 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas

PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta:

79

7. Mayo Foundation for Medical Education and Research, 2009. Post-

traumatic Stress Disorder. Mayo Foundation for Medical Education and

Research. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/post-

traumatic-stress-disorder/DS00246/METHOD=print

8. Mental Health America, 2007. Post-traumatic Stress Disorder. Mental

Health America. Available from:

http://mentalhealthamerica.net/index.cfm?objectid=C7DF91D3-1372-

4D20-C8E6CFE1B56A38AB

9. Mu’tadin, Zainun, 2007. Gangguan Stress Pasca Trauma, Psikologi

Indonesia. Available from:

Page 17: 101298931 Post Traumatic Stress Disorder PTSD

14

http://psiko-indonesia.blogspot.com/2007/01/gangguan-stress-pasca-

trauma.html

10. National Institute of Mental Health. 2008. Post-traumatic Stress Disorder.

National Institute of Mental Health. Available from:

http://www.nimh.nih.gov/health/publications/post-traumatic-stress-

disorder-ptsd/what-is-post-traumatic-stress-disorder-or-ptsd.shtml

11. Utama, Hendra, 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 254-264.