1. Variola
-
Upload
christine-destyara -
Category
Documents
-
view
50 -
download
1
description
Transcript of 1. Variola
VARIOLA (SMALLPOX)1. ArdhiyaniP278340110042/NonReg2. Christine DestyaraP278340110043/NonReg3. Susi MegadianaP27834011071/NonReg4. Firinda P27834011015/Reg5. Gardina Riska P P27834011017/Reg6. Sita Sifaul A P27834011032/Reg7. Windy Kusuma W P27834011038/Reg
Variola Penyebab Penyakit CacarPenyakit ini dikenal dengan nama
Latinnya, variola atau variola vera, yang berasal dari kata Latin varius, yang berarti “berbintik”, atau varus yang artinya “jerawat”.
Penyakit infeksi virus yang sangat menular
Penyebabnya adalah virus variola
Variola VirusGroup : Group I (dsDNA) Family : Poxviridae Genus : Orthopoxvirus Species : Variola Vera
Morfologi
Virion berbentuk seperti batubata, elips dan licin
Tidak memiliki simetri heliks seperti virus lain.
Terdapat selaput luar lipoprotein.
Ukuran sekitar 400 x 230 nm
Penularan CacarHospes alami virus cacar manusiaVirus variola relatif stabil dalam lingkungan
alam.Cacar sangat menular pada waktu terjadi
kelainan kulit, sedangkan pada masa inkubasi dan pada stadium prodormal penyakit ini tidak menular
Dibagi menjadi 2 : Secara langsung
inhalasi.kontak langsung dengan ruam-ruam.
Adapun secara tidak langsung benda-benda dari penderita smallpox
PatogenesisVirus masuk melalui mulut atau hidung
menginfeksi sistem pernapasan bagian atas/bawah infeksi menuju ke daerah limpa virus mengalami replikasi di kelenjar limfoit terjadi viremia primer menyebar masuk ke dalam sistem retikuloendotelial terjadi viremia sekunder menyebabkan gejala prodromal dan manifestasi primer pada kulit
Gejala Penyakit1. Stadium prodromal/invasi
mendadak suhu badan naik sampai 40C berlangsung selama 3-4 hari
2. Stadium makula – papular /erupsitimbul makula-makula eritematosa dengan cepat akan berubah menjadi papula-papula.
makula Papula
3. Stadium vesikula – pustulosa / supurasiDalam waktu 5 – 10 hari timbul vesikula-vesikula yang cepat berubah menjadi pustula.
vesikula pustula.
4. Stadium resolusiBerlangsung dalam 2 minggu. Stadium ini dapat dibagi lagi menjadi :
a. Stadium krustasisuhu tubuh menurunpustule-pustula mengering menjadi krustaberlangsung selama seminggu
krusta
b. Stadium dekrustasiKrusta-krusta mengelupasmeninggalkan bekasstadium ini masih menular
c. Stadium rekonvalesensi.Lesi-lesi menyembuh,semua krusta rontok, penderita betul-betul sembuh tidak menularkan penyakit lagi.
Gejala Klinis1. Variola Mayor Variola diskreta, yaitu bila tidak semua
bagian muka terkena Variola konfluens, yaitu bila seluruh
muka terkena Variola hemoragika, infeksi primer
disertai pendarahan Variola modifikata
2. Variola minor ( alastrim )Gejala tidak berat dan jarang menyebabkan kematian
3. VarioloidGejala klinis ringan dan terdapat pada penderita yang sebelumnya pernah mendapat vaksinasi.
4. Tipe abortifPada penderita yang mendapat vaksinasi tidak lama sebelum kontak dengan penderita variola. Gejala timbul mendadak.
• EntryIntracellular mature virion mengikat reseptor dan bergabung dengan membran sel. Extracellular mature virion mengikat reseptor dan terendositosis ke dalam sel.
• Initial UncoatingPartikel inti virus dan enzim lainnya dilepaskan ke sitoplasma.
• Early Transcription Gen awal ditranskripsikan dan ditranslasikan dari inti partikel awal ke dalam sitoplasma.
TranslocationPartikel inti virus melakukan perpindahan ke luar nukleus sel.
• Secondary UncoatingNukleoprotein kompleks dari virus dilepaskan.
• Late Transcription Gen virus terbaru ditranskripsikan dan ditranslasikan.
• AssemblyRangkaian intermediet diputuskan menjadi linear double-stranded DNA dan dikemas bersama protein virus terbaru.
• Release Immature virions berubah manjadi Intracellular mature virion, dipindahkan ke batas luar dari sel dan dilepaskan
Diagnosis LaboratoriumSediaano Didapat dari lesi tahap papula dan
vesikula.o Epidermis permukaan disingkirkan
dan kemudian mengerok kasar lesi dengan hati-hati dengan ujung pisau.
o Kemudian dicuci dengan air suling dan eter, direkatkan dengan alkohol, dan diwarnai
Pembiakan Virus mengisolasi virus pada selaput khorioallantois embrio ayam berumur 12 sampai 14 hari.
Menemukan Antigen melalui imunodifusi atau melalui tes ikatan komplemen dalam bahan yang berasal dari lesi kulit.
Penentuan Antibodi didapatkan setelah seminggu pertama, ditemukan antibodi hambatan hemaglutinasi, ikatan komplemen, dan netralisasi.
Cara pencegahan
1. Vaksinasi Vaksinasi dilakukan dengan
memberikan vaksin hidup virus vaksinia secukupnya secara intradermal.
Tempat yang dianjurkan untuk vaksinasi ialah bagian luar lengan atas pada insersi otot deltoid
Waktu vaksinasi antara usia 1 dan 2 tahun
Komplikasi pada vaksinasi
1. Inokulasi yang tidak disengaja : Keadaan ini terjadi bila bagian tubuh yang jauh dari tempat inokulasi terinfeksi dan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
2. Vaksinia generalisata : Keadaan ini ditunjukkan dengan timbulnya sekumpulan lesi vaksinia pada permukaan tubuh. Anak dengan eksema seharusnya tidak divaksinasi
3. Ensefalitis pasca vaksinasi4. Vaccinia progressiva : Keadaan ini disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk membuat antibodi atau membentuk kekebalan selular dan sering kali bersifat fatal.
5. Vaksinia janin : perempuan yang divaksinasi pada akhir kehamilan dapat menularkan virus vaksinia ke janin, yang menyebabkan janin lahir mati.
2. Hindari kontak langsung atau tatap muka dengan penderita.
3. Hindari bersentuhan atau kontak dengan benda-benda atau tempat yang terkontaminasi virus seperti pakaian dan tempat tidur penderita.
Cara pengobatanUntuk menurunkan demam
asetosal atau antipiretikaUntuk mengurangi rasa gatal dan
mencegah penggarukan antihistamin, losyen yang mengandung mentol atau fenol.
Untuk infeksi bakteri sekunder antibiotik
Istirahat total
DAFTAR PUSTAKA Entjang Indah. 2003.Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung :PT. Citra Aditya Bakti Dept SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2009. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin
Ed 2. Surabaya: Airlangga University Press. Hajoeningtijas, Oetami Dwi. 2012. Mikrobiologi Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu Harahap Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates Jawetz, E.,Melnick, J.L., Adelberg,E.A. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Ed 23 .
Jakarta: EGC. Sardjito. 1994. Mikrobiologi Kedokteran edisi revisi. Jakarta: Universitas Indonesia Soedarto . 2004. Sinopsis Virologi Kedokteran. Surabaya: Airlangga University
Press. Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto Soedarto. 2010. Virologi Klinik. Jakarta: Sagung Seto Stephen H, Gillespie, Kathlen B.Bamford. 2008. At a Glance Mikrobiologi Medis
dan Infeksi. Jakarta: Erlangga T.Pratiwi Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga http://amythie.blogspot.com/2012/10/variola.html diakses 14 November 2013