1. Manajemen Waktu
-
Upload
wiznu-rege -
Category
Documents
-
view
30 -
download
7
Transcript of 1. Manajemen Waktu
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
UPT MATA KULIAH UMUM
BIRO ASISTENSI AGAMA ISLAMMasjid Nuul Huda UNS, Jln. Ir.Sutami 36A, Kentingan, Surakarta
MANAJEMEN WAKTU
• TUJUAN
• Memahami hakekat waktu
• Mengenal kebiasaan diri membuang waktu
• Memberi motivasi untuk mengurangi kebiasaan membuang waktu
• Memahami pentingnya manajemen waktu
• Memberi semangat untuk meningkatkan kebiasaan menggunakan waktu sebaik mungkin
• Memberi semangat untuk menjadi hamba yang produktif
• METODE
Ceramah, permainan.
• MEDIA
OHP/ Papan tulis, spidol, kertas besar (kalender bekas),
• WAKTU
60 menit efektif
• Materi Ajar
Waktu adalah salah satu nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepada Manusia.
Sudah sepatutnya manusia memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin untuk
menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah di bumi ini. Karena pentingnya manajemen
waktu ini maka Allah swt telah bersumpah pada permulaan berbagai surat dalam al-quran
yang turun di mekkah dengan berbagai macam bagian dari waktu. Misalnya bersumpah:
demi waktu malam, demi waktu siang, demi waktu fajar, demi waktu dhuha, dan demi masa.
Semisal dalam surat Al-Lail ayat 1-2, Allah berfirman : “Demi malam apabila menutupi
(cahaya siang), dan siang apabila terang benderang.”
Menurut pengertian yang popular di kalangan para mufassirin dan juga dalam
perasaan kaum muslimin, apabila Allah bersumpah dengan sesuatu dari ciptaan-Nya, maka
hal itu mengandung maksud agar kaum muslimin memperhatikan kepada-Nya dan agar hal
tersebut mengingatkan mereka akan besarnya manfaat dan impressinya. Oleh karena itu,
barang siapa terluput atau terlena dari suatu amal perbuatan pada salah satunya, maka
hendaklah ia berusaha menggantikannya pada saat yang lain.
Sementara itu sunnah nabawiah juga mengukuhkan nilai waktu, dan menetapkan
adanya tanggung jawab manusia terhadap waktu di hadapan ALLAH kelak di hari kiamat.
Terlebih, ada empat pertanyaan pokok yang akan dihadapkan kepada setiap mukallaf di hari
perhitungan kelak, dan ada dua pertanyaa dasar yang khusus berkenaan dengan waktu.
Tentang hal tersebut telah diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal ra, bahwa Nabi saw telah
bersabda: “Tiada tergelincir kedua telapak kaki seorang hamba di hari Kiamat, sehingga
ditanya tentang empat hal, yaitu tentang umurnya di mana ia habiskan, tentang masa
mudanya di mana ia binasakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ia belanjakan, dan
tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya.”
Begitulah, bahwa manusia bakal ditanya tentang umurnya secara umum dan tentang
masa mudanya secara khusus. Sesungguhnya masa mudamemang bagian daripada usia
manusia. Namun, masa itu mempunyai nilai istimewa dilihat dari segi usia, yaitu kehidupan
yang penuh pancaran cahaya, keteguhan yang masih dapat berkelanjutan, dan merupakan
suatu masa kuat di antara dua ancaman kelemahan, yaitu kelemahan masa kanak-kanak dan
kelemahan masa tua. Sebagaimana disinyalir dalam firman Allah SWT surat Ar Ruum ayat
54 : “Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan berubah.”
Kewajiban-kewajiban dan etika Islam telah menetapkan adanya makna yang agung,
yaitu nilai waktu dan upaya memperhatikan setiap tingkatan dan setiap bagiannya.
Kewajiban ini menyadarkan dan mengingatkan manusia agar menghayati pentingnya waktu,
dan irama gerak alam, peredaran cakrawala, perjalanan matahari, planet-planet lain serta
pergantian malam dan siang. Sebagaimana ditentukannya waktu-waktu untuk shalat, zakat,
puasa, dan haji. Hal ini merupakan memberikan pelajaran bagi setiap muslim harus
senantiasa sadar terhadap perputaran masa dan mengawasi gerak pergantiannya, sehingga
tidak menunda-nunda waktu terhadap ibadah-ibadah yang telah ditentukan dan agenda-
agenda harian yang telah direncanakan.
Waktu mempunyai karakteristik khusus yang istimewa. Kita wajib mengerti secara
sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya sesuai dengan pancara cahayanya. Di antara
karakteristik waktu adalah sebagai berikut:
• Cepat habis.
Waktu itu berjalan laksana awan dan lari bagaikan angin, baik waktu senang atau suka ria
maupun saat susah datau duka cita. Apabila yang sedang dihayati itu hari-hari gembira,
maka lewatnya masa itu terasa lebih cepat, sedangkan jika yang dihayati itu waktu
prihatin, amaka lewatnya masa-masa itu terasa lambat. Namun, pada hakikatnya tidaklah
demikian, karena perasaan tersebut hanyalah perasaan orang yang sedang menghayati
masa itu sendiri. Kendati umur manusia dalam kehidupan dunia ini cukup panjang,
namun pada hakikatnya umur manusia hanya sebentar, selama kesudahan yang hidup itu
tibalah saat kematian. Dan tatkala mati telah merenggut, maka tahun-tahun dan masa
yang dihayati manusia telah selesai, hingga laksana kejapan mata yang lewat bagaikan
kilat yang menyambar.
• Waktu yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti.
Inilah ciri khas waktu dari berbagai karakteristik khusus waktu. Setiap hari yang berlalu,
setiap jam yang habis dan setiap kejapan mata yang telah lewat, tidak mungkin dapat
dikembalikan lagi dan tidak mungkin dapat diganti.
• Modal terbaik bagi manusia.
Oleh karena waktu sangat cepat habis, sedangkan yang telah lewat tak akan kembali dan
tidak dapat diganti dengan sesuatu pun, maka waktu merupakan modal terbaik. Modal
yang paling indah dan paling berharga bagi manusia. Keindahan waktu itu dapat
diketahui melalui fakta bahwa waktu merupakan wadah bagi setiap amal perbuatan dan
segala produktivitas. Karena itulah, maka secara realistis waktu itu merupakan modal
yang sesungguhnya bagi manusia, baik secara individu (perorangan) maupun kolektif
atau kelompok masyarakat.
Kiat yang benar untuk menyikapi waktu menurut Islam, ialah pandangan yang
mencakup masa lalu, masa sekarang dan masa depan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
manusia wajib melihat, mengisi, dan mempersiapkan ketiga masa tersebut.
• Wajib melihat masa lalu.
Melihat ke masa lalu, dimaksudkan untuk mengambil pealjaran dengan segala
peristiwa yang terjadi pada masa tersebut. Menerima nasehat dengan kejadian yang
dialami umat saat itu dan sunnatullah terhadapa mreeka, sebab masa lalu merupakan
wadah peristiwa dan khazanah pelajaran.
• Melihat masa depan.
Melihat ke masa depan memang hal wajib, sebab manusia itu sesuai dengan
fitrahnya senantiasa terikat ke masa depan. Ia tak akan dapat melupakannya atau
menyembunyikannya di balik kedua telinganya. Sebagaimana manusia itu diberi rezeki
ingatan yang menghubungkannya dengan masa lalu dan apa yang terjadi di dalamnya,
maka iapun deberi rezeki upaya menggambarkan masa depan dan apa yang akan
diharapkan. (untuk mempersiapkan perbekalan)
• Memperhatikan masa kini.
Apabila seorang mukmin berkewajiban melihat ke masa lalu untuk mengambil
pelajaran, mengambil manfaat, dan mawas diri. Di samping itu, juga perlu melihat ke
masa depan untuk mempersiapkan perbekalan. Maka, ada kewajiban untuk
memperhatikan masa kini, yaitu masa di mana secara nyata kita sedang menjalani dan
menghayatinya, agar kita dapat menggunakannya sebelum lepas dan tersia-sia.
Selain itu, memenej waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut.
• Pengetahuan kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
Setiap muslim, hendaknya memahami dan mengetahui kaidah-kaidah yang rinci
tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal ini bertujuan untuk kebaikan dan
kemaslahatan dirinya dan orang lain. Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam
Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang
yang bisa mengoptimalkan waktu semasa hidupnya.??
• Memiliki manajemen hidup yang baik (SUDAHKAH??)
Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan baik,
menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan dan mempunyai
perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus berpikir, membuat program,
mempersiapkan, mengatur dan melaksanakannya.
• Memiliki Wudhuhul Fikrah (keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir,)
Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir,
seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak, berpengetahuan luas, mampu
memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu penting sebagai dasar
pengembangan berpikir ilmiah.
• Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki pandangan jauh ke depan, bisa
mengantisipasi berbagai persoalan yag akan terjadi di tahun-tahun mendatang.
• Melihat secara utuh setiap persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur waktunya secara optimal, tidak melihat masalah
secara parsial. Karena bisa jadi, persoalan itu memiliki kaitan dengan yang lainnya.
• Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta mengklasifikasi berbagai masalah
adalah faktor penting dalam mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal.
Dengan membuat skala prioritas, akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.
• Tidak Isti’jal (tergesa-gesa) dalam mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada ketenangan
jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih
baik.
Sementara, orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia
mampu melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak
terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan
kebiasaan.
• Berupaya seoptimal mungkin
Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas amal shalih, maka secara optimal
kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu sesuai kemampuan yang ada pada diri
kita.
• Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan
luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan pada keahlian tertentu.
Beberapa contoh kebiasaan menggunakan waktu sebaik mungkin :
• Menyibukkan diri setiap waktu pada aktivitas yang memberikan
manfaat terbesar di akhirat
Penafsiran Abdullah Gymnastiar mengenai surat Al-Ashr : “Setiap
waktu harus digunakan untuk meningkatkan iman, meningkatkan amal
shaleh, nasihat-menasihati dalam menaati kebenaran dan nasihat-
menasihati dalam menetapi kesabaran”
“Sebesar-besar keuntungan di dunia adalah menyibukkan dirimu
setiap waktu pada aktivitas yang akan memberikan manfaat paling banyak
di hari akhir. Menyia-nyiakan waktu dapat memutusmu dari Allah dan hari
akhir, sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan penghuninya.”
(Ibnu Qayyim al-Jauziyah).
Umur adalah mutiara indah yang tidak ternilai maka hendaklah
umur itu disimpan dalam lemari yang abadi di akhirat. (Umar bin ‘Ubayd).
“Gunakah waktu luangmu sebelum engkau sibuk., gunakan waktu
sehatmu sebelum engkau sakit, gunakan waktu hidupmu sebelum engkau
mati. Dan hisab dirimu sebelum engkau dihisab.” (Umar ibnul Khatab)
• Menjaga ketepatan waktu
“Ketepatan waktu dalam kehidupan dan kerja Islam adalah sama
pentingnya dengan menunaikan kewajiban agama dan moral. Setiap Muslim perlu
mengingat akan waktu, dan menggunakannya secara bersungguh-sungguh. Apa
pun aktifitas yang dijalankan, Muslim mesti bersedia menepati waktu. Kehidupan
ini bertujuan, dan manusia bertanggung jawab untuk setiap waktu. Jadi selama ada
waktu untuk aktifitas, Anda perlu berada di situ bukan saja tepat pada waktu, tapi
sebelum waktunya. Kegagalan untuk memulai tanggung jawab tepat pada
waktunya adalah kegagalan dalam keislaman Anda, dalam iman Anda.” (Hisham
Al-Talib)
“Seorang muslim yang terpercaya selalu menjaga waktunya dan waktu
saudaranya. Oleh karena itu, ia harus teliti akan janji, tidak mendahului atau
mengakhirkan waktu. Dia selalu memperhatikan janji pertemuannya sehingga
tidak menghambat yang lain. Berapa banyak kemaslahatan yang terbuang habis,
berapa banyak bahaya yang menimpa dikarenakan tidak disiplin dalam janji.
Berapa banyak pekerjaan yang sukses, dan berapa banyak kerusakan dapat dicegah
jika saja ada kedisiplinan dalam janji.” (Muhammad Abdul Halim Mahmud).
Keteladanan Hasan al-Banna : Ustadz Hasan Al Banna berjanji dengan
sebagian anggota ikhwan, untuk bertemu di sebuah kawasan taman. Seorang
datang sebelum waktunya, lalu yang lain datang tepat pada waktunya. Maka ia
menjabat tangan pada ikhwan tersebut sambil tersenyum, kecuali kepada yang
datang terlebih dahulu. Ia menjabat tangannya dengan cemberut sambil berkata,
“Kamu sekalian betul, kecuali seorang saudaramu.” Untuk diketahui, bahwa
datang sebelum waktunya sama seperti datang terlambat setelah waktunya, kedua-
duanya tidak bisa diterima.
Keteladanan Hasan Hudaibi : Dalam pertemuan pertama Al Ustadz Hasan
Hudaibi dengan ikhwannya setelah pengangkatannya sebagai pimpinan Ikhwanul
Muslimin, ia datang dalam acara beberapa menit sebelum dimulai. Ia berdiri diam
di depan pintu sehingga jam tepat menunjukkan waktu untuk memulai acara. Ia
pun masuk, lalu menyuruh menutup pintu dan melarang masuk seorangpun setelah
itu.
• Tidak pernah menunda sampai esok pekerjaan yang dapat dikerjakan
hari ini
Jika Anda menangguhkan suatu pekerjaan, tugas Anda akan
bertimbun. Anda tidak tahu apakah yang akan terjadi pada esok hari.
Adalah sesuatu yang melegakan jika Anda memulai kerja hari ini tanpa
ada pekerjaan kemarin yang masih tertinggal. Latihan yang baik adalah
melakukan tugas dengan serta merta jika tugas itu hanya 5 menit atau
kurang. Jika tugas itu lebih dari 5 menit, jadwalkan menurut
prioritasnya. Peraturan yang berharga ini jika dituruti dapat
menjadikan Anda orang yang hebat. Coba bayangkan Anda dapat
melakukan dua belas tugas dalam satu jam. Jika ada sepuluh orang
seperti Anda dalam organisasi, efektivitas tugas Anda sungguh
menakjubkan. (Hisham Al-Talib)
• Mengurangi kebiasaan membuang waktu
“Satu desah nafas kita saat menjalani waktu demi waktu, merupakan
langkah menuju kubur. Alangkah ruginya kita disaat menjalani sesuatu yang
berharga kemudian kita sia-siakan. Orang yang bodoh adalah jika diberikan modal
maka modalnya dihamburkan dengan sia-sia. Begitu juga kita jika sudah diberi
modal waktu, kemudian waktunya kita hambur-hamburkan maka kita termasuk
orang yang bodoh. (KH Abdullah Gymnastiar).
Beberapa kebiasaan membuang waktu : Obrolan sia-sia Acara televisi
dan radio Keisengan dan kesenangan tiada arti Hobby tiada arti Lamunan
sia-sia Hati yang busuk
• Efektif dalam memanfaatkan waktu
“Keunggulan sangat dekat dengan orang yang paling efektif dalam
memanfaatkan waktunya. Setiap detik adalah peluang bagi peningkatan
kemampuan; kemampuan keilmuan, kemampuan diri, kemampuan kelapangan
dada, kemampuan ibadah.” (KH Abdullah Gymnastiar).
Menyikapi waktu : “Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin
maka dia termasuk dalam orang-orang yang merugi” (H.R. Dailami).
Segala aktivitas bisa digolongkan menurut penting maupun gentingnya,
serta dapat masuk ke dalam satu di antara empat kuadran Matriks Manajemen
Waktu.
GENTING TIDAK
GENTING
PENTING
I II
TIDAK
PENTING
III IV
Suatu aktifitas adalah penting jika kita menganggapnya berfaedah dan
menunjang misi, nilai-nilai dan sasaran-sasaran kehidupan kita yang
berprioritas tinggi. Suatu aktifitas adalah genting jika kita atau orang lain
merasa ia menuntut diberi perhatian segera.
Pemakaian terbaik dari waktu kita berfokus pada kuadran-kuadran yang
menekankan unsure “penting” (kuadran I dan II). Di antara dua kuadran ini,
fokus utama kita harus pada Kuadran II. Manusia yang efektif itu :
• Menghabiskan banyak waktu mereka di Kuadran II, mengembangkan
peluang-peluang serta memelihara sumberdaya yang ada.
• Mengantisipasi aktifitas-aktifitas Kuadran I dan mengalihkannya ke
Kuadran II.
• Mencegah atau bersiap-siap menghadapi aktifitas Kuadran I dan karenanya
mengurangi atau menghilangkan kegentingannya.
• Menentukan dan menghilangkan berbagai aktifitas yang tidak mendukung
perwujudan misi kita.
• Memenage waktu agar dapat memenuhi hak kepada yang berhak
“Muslim adalah manusia sempurna yang memberikan seluruh hak kepada
yang berhak. Ia menunaikan kewajibannya secara total. Inilah salah satu sisi dari
‘ubudiyah kepada Allah. Muslim adalah manusia yang tidak meninggalkan satu
pun kewajibannya. Manusia yang tidak ada yang menandingi keutuhan
kemanusiaannya.” (Sa’id Hawwa).
Maka penggunaan waktu bagi seorang Muslim akan ia kelola sedemikian
rupa guna memenuhi seluruh hak-hak tersebut. Secara lebih rinci, Sa’id Hawwa
menyebutkan bahwa kewajiban-kewajiban yang ada dalam diri kita meliputi
penunaian hak Allah, hak kedua orang tua, hak kaum kerabat, hak tetangga, hak
kerja, hak Muslim, hak nonmuslim, hak negara dan hak makhluk lain.
• Mengarahkan kerja pada kehidupan pribadi agar lebih produktif
• Kiat-kiat praktis untuk meningkatkan produktifitas pemanfaatan
waktu (versi Abdullah Gymnastiar) :
Biasakan tertib dan teratur :
• Tahu dan taat aturan.
• Tertib mengambil dan menyimpan.
• Selalu rapih dan bersih.
• Segalanya mudah dikenal.
• Lalu lintas lancar
• Selalu terencana
• Harus ada target
• Rencana cadangan
• Disiplin dalam rencana
• Program harus adil
• Biasa dengan data dan informasi akurat
• Selalu jelas dan akurat
• Bukan tahu tapi paham
• Sedia perlengkapan dan peralatan memadai
• Belilah sesuai kebutuhan dan kemampuan
• Awali tahu aturan pakai
• Pergunakan oleh ahlinya
• Ready to combat
• Siapkan cadangan
• Rawat berkala
• Biar cepat dan ringkas asal selamat
• Buatlah standar waktu
• Berlatih agar gesit dan tangkas
• Biasakan check and Re-check
• Buatlah check-list
• Re-check
• Kiat-kiat praktis untuk meningkatkan produktifitas pemanfaa\\\\\\\\\\
versi Hisham Al-Talib):
• Rancang aktivitas harian Anda pada setiap pagi dengan mencatat hal-hal
yang akan dikerjakan, dan tandai dengan coretan kalau sudah dikerjakan
• Jangan mengunjungi teman tanpa menelponnya terlebih dahulu
• Senantiasa membawa pensil dan kertas atau nota kecil dalam kantong
Anda sehingga Anda mampu mencatat rencana dan ide pada waktu yang
terluang
• Rancang waktu istirahat dan coba menyesuaikannya dengan waktu
shalat
• Manfaatkan waktu terluang dengan membaca, menghafal, atau
melakukan sesuatu yang konstruktif (membangun)
• Jika Anda mempunyai janji, pastikan kedua pihak mengerti waktunya
yang jelas
• Aturlah waktu perjalanan Anda sesuai dengan jarak yang akan
ditempuh, jatahkan untuk biaya yang tidak terduga agar Anda tiba ke
tempat tujuan pada waktu yang direncanakan
• Siapkan semua benda yang diperlukan sebelum melakukan suatu
pekerjaan
• Jauhi orang yang berpikiran dangkal dan tamak untuk mencuri waktu
Anda
• Jangan melakukan perjalanan sendiri, jika Anda dapat
menyelesaikannya dengan mengirimkan surat atau telepon
• Jika Anda membawa pesan dari seseorang atau berbelanja, tuliskan
semua barang, dan rencanakanlah perjalanan Anda dengan baik supaya
tidak menempuh jalan yang berjarak dua kali lipat, tetapi tempuhlah
jarak yang tersingkat
• Cobalah selalu berusaha lebih keras. Kita bisa meningkatkan hasil antara
10 hingga 15 % dengan melakukan usaha sedikit lebih. Jika Anda
berencana untuk membaca sejumlah halaman tertenu atau bekerja
hingga jam tertentu, Anda bisa memaksa diri melakukan sesuatu lebih
sedikit dari itu. Kebiasaan ini dapat meningkatkan produksi dan
membantu keberhasilan. Karena tugas selalu lebih banyak dari waktu
yang tersedia, kebiasaan ini bisa membuat kita lebih produktif dan
menguntungkan.
Kita tidak harus menghindari beristirahat atau rekreasi. Yang kita
hindari adalah membuang waktu. Rekreasi itu sendiri berarti menciptakan
kembali. Salah satu tragedi terbesar dalam kehidupan modern ialah
kehidupan kita yang tergesa-gesa, kita sering membiarkan diri kita melesat
terlalu jauh dari rohani sehingga diragukan apakah keduanya dapat bertemu
kembali di dunia. Bayangkan bagaimana indahnya rohani kita berjalan
seiring dengan jasmani. Ambillah waktu sejenak untuk shalat, bertafakur,
berfikir dan menguatkan keimanan.
• Maraji’ :
Manajemen Waktu Islami karangan Yusuf Qardhawi
http://hendragalus.wordpress.com/2011/06/11/manajemen-waktu-dalam-islam/
• PROSES
• Asisten menyampaikan ulasan singkat tentang Hakikat Waktu.
• Asisten dan peserta FU AAI melakukan ‘Lomba’ Kebiasaan Membuang Waktu
• Peserta dibagi kelompok, jumlah anggota maksimum adalah 7 orang, setiap kelompok
adalah peserta lomba.
• Lombanya adalah menuliskan sebanyak-banyaknya kebiasaan membuang waktu di
sebuah kertas besar yang di temple di depan, setiap peserta menuliskan kebiasaan-
kebiasaanya dalam membuang waktu setiap kesempatan yang diberikan. Setiap tanda
dibunyikan, maka hanya satu peserta yang maju ke depan lalu menuliskan sebanyak
mungkin kebiasaannya itu, kemudian tanda dibunyikan lagi, maka peserta berikutnya
yang maju ke depan, satu peserta dapat diberikan waktu 30 detik.
• Pada lomba ini, setiap peserta memang dituntut untuk berpikir dengan cepat.
• Setelah waktu habis, seluruh peserta (seluruh kelompok) diminta untuk memilih dua
buah kebiasaan yang paling sering dilakukan, tentunya setiap orang berbeda, karena
itulah diberi waktu tertentu dan keputusan sudah ada, diharapkan seluruh peserta dapat
berdiskusi atau musyawarah untuk memutuskan, tetapi cara peserta memutuskan
pilihan diserahkan pada peserta.
• Asisten bersama dengan peserta FU AAI membahas hasil lomba.
• Asisten menyampaikan materi tentang Manajemen Waktu dan menceritakan cerita
seorang tokoh yang produktif dalam hidupnya (ada baiknya kisah sahabat, atau tokoh abad
20, atau Rasulullah saw lebih baik asalkan bisa mengarahkannya sehingga tidak terkesan
mengulang tarikh saja).