fasilkom.mercubuana.ac.idfasilkom.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/Modul...2015 1 Logika...
Transcript of fasilkom.mercubuana.ac.idfasilkom.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/Modul...2015 1 Logika...
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
HIMPUNAN
Pengertian dan berbagai macam
bentuk himpunan
Operasi dasar himpunan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
01 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Himpunan adalah konsep dasar dari semua cabang matematika. Himpunan merupakan sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Berbagai macam jenis himpunan, misal himpunan kosong, himpunan yang sama dsb. Operasi himpunan misal irisan, gabungan, pengurangan dsb.
Mahasiswa mampu memahami dan dapat membedakan berbagai macam bentuk himpunan dan menggambarkannya dalam bentuk diagram Venn
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
HIMPUNAN
A. Pengertian dan Bentuk himpunan
Himpunan adalah konsep dasar dari semua cabang matematika. George Cantor
dianggap sebagai bapak teori himpunan. Himpunan adalah sekumpulan objek yang
mempunyai syarat tertentu dan jelas. Objek yang dimaksud dapat berupa bilangan,
manusia, hewan, tumbuhan, Negara dan sebagainya.Objek ini selanjutnya dinamakan
anggota atau elemen dari himpunan itu. Syarat tertentu dan jelas dalam menentukan
anggota suatu himpunan ini sangat penting karena untuk membedakan mana yang
menjadi anggota himpunan dan mana yang bukan merupakan anggota himpunan. Inilah
yang kemudian dinamakan himpunan yang terdefinisi dengan baik (well-defined set).
B. Penyajian bentuk himpunan :
a. Enumerasi
Contoh :
Himpunan empat bilangan asli pertama: A = {1, 2, 3, 4}.
Himpunan lima bilangan genap positif pertama: B = {4, 6, 8, 10}.
C = {kucing, a, Amir, 10, paku}
R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
C = {a, {a}, {{a}} }
K = { {} }
Himpunan 100 buah bilangan asli pertama: {1, 2, ..., 100 }
Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.
b. Simbol-simbol Baku
Contoh :
P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }
N = himpunan bilangan alami (natural) = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
c. Notasi Pembentuk himpunan
Notasi: { xsyarat yang harus dipenuhi oleh x }
Contoh :
A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5
A = { x | x adalah bilangan bulat positif lebih kecil dari 5}
atau
A = { x | x P, x< 5 }
Yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4}
M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah IF2151}
d. Diagram Venn
Contoh :
Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.
Diagram Venn:
U
1 2
53 6
8
4
7A B
Jumlah elemen di dalam A disebut cardinal dari himpunan A.
Dan dinotasikan dengan n(A) atau A
C. Bentuk/Jenis Himpunan
1. Himpunan Kosong
Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong (null set).
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Notasi : atau {}
Contoh
(i) E = {x | x<x }, maka n(E) = 0
(ii) P = {orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P) = 0
(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0}, n(A) = 0
himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {}
himpunan {{ }, {{ }}} dapat juga ditulis sebagai {, {}}
{} bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen yaitu
himpunan kosong.
2. HimpunanBagian (Subset)
Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya
jika setiap elemen A merupakan elemen dari B.
Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
Notasi: A B
Diagram Venn:
U
AB
Contoh :
(i) { 1, 2, 3} {1, 2, 3, 4, 5}
(ii) (ii) {1, 2, 3} {1, 2, 3}
(iii) NZRC
(iv) JikaA = { (x, y) | x + y< 4, x, y 0 } dan
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
B = { (x, y) | 2x + y< 4, x 0 dany 0 }, maka B A.
TEOREMA 1. Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal sebagai berikut:
(a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, AA).
(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( A).
(c) Jika AB dan BC, maka AC
A dan AA, maka dan A disebut himpunan bagian tak sebenarnya
(improper subset) dari himpunan A.
Contoh: A = {1, 2, 3}, maka {1, 2, 3} dan adalah improper subset dari A.
A B berbeda dengan A B
(i) A B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A B.
A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.
Contoh: {1} dan {2, 3} adalah proper subset dari {1, 2, 3}
(ii) AB : digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah himpunan bagian
(subset) dari B yang memungkinkan A = B.
3. Himpunan yang Sama
A = B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan
sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.
A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan
bagian dari A. Jika tidak demikian, maka A B.
Notasi : A = B AB dan BA
Contoh
(i) Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x – 1) = 0}, maka A = B
(ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B
(iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka AB
Untuk tiga buah himpunan A, B dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
4. Himpunan yang Ekivalen
Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika
cardinal dari kedua himpunan tersebut sama.
Notasi : A ~ BA = B
Contoh
Misalkan A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka A ~ B sebabA = B
= 4
5. Himpunan Saling Lepas
Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya
tidak memiliki elemen yang sama.
Notasi : A // B
Diagram Venn:
U
A B
Contoh
Jika A = { x | xP, x< 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, makaA // B.
6. Himpunan Kuasa
Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan
yang elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk
himpunan kosong dan himpunan A sendiri.
Notasi : P(A) atau 2A
JikaA = m, makaP(A) = 2m.
Contoh
Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}
Contoh
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P() = {}, dan himpunan
kuasa dari himpunan {} adalah P({}) = {, {}}.
D. Operasi Himpunan
a. Irisan
Notasi : A B = { xxA dan xB }
Contoh :
1. Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18}, maka A∈B = {4, 10}
2. Jika A = { 3, 5, 9 } dan B = { -2, 6 }, maka AB = .
b. Gabungan
Notasi : AB = { xxA atau xB }
Contoh :
1. Jika A = { 2, 5, 8 } dan B = { 7, 5, 22}, maka AB = { 2, 5, 7, 8, 22 }
2. A = A
c. Komplemen
Notasi : A = { xxU, xA }
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Contoh :
Misalkan U = {1, 2, 3, ..., 9 },
1. Jika A = {1, 3, 7, 9}, maka A = {2, 4, 6, 8}
2. JikaA = { x | x/2 P, x< 9 }, maka A= { 1, 3, 5, 7, 9 }
contoh :
A = himpunan semua mobil buatan dalam negeri
B = himpunan semua mobil impor
C = himpunan semua mobil yang dibuat sebelum tahun 1990
D = himpunan semua mobil yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta
E = himpunan semua mobil milik mahasiswa universitas tertentu
1. “mobil mahasiswa di universitas ini produksi dalam negeri atau diimpor
dari luar negeri” (E∈A) (E∈B) atau E∈ (AB)
2. “semua mobil produksi dalam negeri yang dibuat sebelum tahun 1990
yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta” A∈C∈D
3. “semua mobil impor buatan setelah tahun 1990 mempunyai nilai jual
lebih dari Rp 100 juta” BDC
d. Selisih
Notasi : A – B = { xxA dan xB } = A ∈B
Contoh :
1. Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } danB = { 2, 4, 6, 8, 10 }, maka
A – B = { 1, 3, 5, 7, 9 } dan B – A =
2. {1, 3, 5} – {1, 2, 3} = {5}, tetapi {1, 2, 3} – {1, 3, 5} = {2}
e. Beda setangkup
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Notasi: AB = (AB) – (A∈B) = (A – B) (B – A)
Contoh :
Jika A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 }, maka AB = { 3, 4, 5, 6 }
Contoh :
U = himpunan mahasiswa
P = himpunan mahasiswa yang nilai ujian UTS di atas 80
Q= himpunan mahasiswa yang nilai ujian UAS di atas 80
Seorang mahasiswa mendapat nilai A jika nilai UTS dan nilai UAS
keduanya diatas 80, mendapat nilai B jika salah satu ujian di atas 80, dan
mendapat nilai C jika kedua ujian di bawah 80.
1. “Semua mahasiswa yang mendapat nilai A” : P∈Q
2. “Semua mahasiswa yang mendapat nilai B” : PQ
3. “Semua mahasiswa yang mendapat nilai C” : U – (PQ)
DaftarPustaka
1. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
2. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
3. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
4. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.
5. Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
INKLUSI EKSKLUSI
HIMPUNAN
Definisi pada teori himpunan
Prinsip inklusi-eksklusi.
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
02 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Dalam matematika prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide dalam Diagram Venn beserta operasi irisan dan gabungan.
Mahasiswa mampu memahami prinsip inklusi – eksklusi dan definisi pada teori himpunan
INKLUSI EKSKLUSI HIMPUNAN
1. Prinsip Inklusi – Eksklusi.
Operasi penggabungan dua buah himpunan akan menghasilkan himpunan baru
yang anggotanya berasal dari kedua himpunan tersebut. Pada operasi tersebut
mungkin saja ada anggota himpunan yang sama pada kedua himpunan
pembentuk himpunan baru tersebut. Misal jika A adalah himpunan bilangan prima
yang lebih kecil dari 10 dan B himpunan bilangan ganjil kurang dari sepuluh. Maka
ada bilangan {3,5,7} yang menjadi anggota di A dan di B. Pada operasi gabungan
dua himpunan, banyaknya anggota himpunan baru yang terbentuk akan ada dua
elemen himpunan {3,5,7} yang berasal dari A dan B. Elemen ini merupakan
elemen bersama antara A dan B yang dalam himpunan dapat ditentukan sebagai
operasi irisan A ∩ B. Sehingga untuk kasus dimana ada elemen bersama antara
A dan B, maka banyaknya anggota himpunan baru tersebut seharusnya jumlah
elemen penggabungan dikurang jumlah elemen bersama. Secara himpunan dapat
dituliskan sebagai berikut.
| A U B | = |A | + |B| - |A ∩ B |
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi – eksklusi.
Teorema. Misalkan A dan B himpunan berhingga yang saling lepas maka,
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
U
A B
| A U B | = |A | + |B| - | A ∩ B |
Teorema. Misalkan A dan B himpunan maka A U B berhingga dan
| A U B | = |A | + |B| - | A ∩ B |
atau dengan menggunakan operasi beda setangkup jumlah elemen himpunan
baru tersebut dapat ditentukan dengan operasi berikut.
| A B | = |A | + |B| - | A ∩ B |
Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5?
Penyelesaian:
A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3,
B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5,
AB = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan
bilangan bulat yang habis dibagi oleh KPK – Kelipatan Persekutuan Terkecil – dari
3 dan 5, yaitu 15),
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Yang ditanyakan adalah AB.
A = 100/3 = 33,
B = 100/5 = 20,
AB = 100/15 = 6
AB = A + B – AB = 33 + 20 – 6 = 47
Jadi, ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5.
prinsip inklusi-eksklusi pada dua himpunan dapat dikembangkan untuk lebih dari
dua himpunan.
Contoh : Di antara bilangan bulat antara 101 – 600 (termasuk 101 dan 600 itu
sendiri), berapa banyak bilangan yang habis dibagi oleh 4 atau 5 namun tidak
keduanya?
Penyelesaian:
Diketahui:
U = 500
A = 600/4 – 100/4 = 150 – 25 = 125
B = 600/5 – 100/5 = 120 – 20 = 100
A B = 600/20 – 100/20 = 30 – 5 = 25
yang ditanyakan BA = ?
Hitung terlebih dahulu
AB = A + B – 2A B = 125 + 100 – 50 = 175
untuk mendapatkan
BA = U –AB = 500 – 175 = 325
Teorema
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Jika A,B,C merupakan himpunan berhingga maka AB C berhingga.
AB C = A + B+| C | – AB-AC- BC + ABC
Untuk r buah himpunan.
Teorema
Jika A1,A2..... An adalah bilangan berhingga, maka
A1A2 … Ar = i
Ai – rji1
AiAj +
rkji1
AiAjAk + … + (-1)r-1A1A2 … Ar
Contoh : Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3
atau 5?
Jawab
P = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3,
Q = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5,
n(PQ) = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 ( yaitu himpunan
bilangan bulat yang habis dibagi olek KPK / kelipatan persekutuan terkecil dari 3
dan 5 yaitu 15.
Ditanyakan n (A B)???
n (A) = 100/3 = 33
n (B) = 100/5 = 20
n (A B) = 100/15 = 6
maka n (A B) = n (A) + n (B) – n (A B)
= 33 + 20 -6
= 47
Jadi ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 dan 5.
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
2. Prinsip Inklusif dan Eksklusif pada 3 himpunan atau lebih
Prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide dalam Diagram Venn beserta operasi
irisan dan gabungan, namun dalam pembahasan kali ini konsep tersebut diperluas, dan diperkaya
dengan ilustrasi penerapan yang bervariasi dalam matematika kombinatorik. Kita awali
dengan sebuah ilustrasi:
Sebuah perkuliahan umum dihadiri oleh 20 mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca dan
30 mahasiswa yang memiliki kegemaran menulis. Berapa mahasiswa di dalam perkuliahan
tersebut yang memiliki kegemaran membaca atau menulis?
Dari permasalahan ini terlihat bahwa informasi yang diketahui belum memadai. Banyaknya
mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca atau menulis hanya dapat diketahui jika
banyaknya mahasiswa yang menggemari kedua kegiatan tersebut diketahui.
Prinsip Inklusi-Eksklusi
Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan himpunan B merupakan jumlah
banyaknya anggota dalam himpunan tersebut dikurangi banyaknya anggota di dalam irisannya.
Dengan demikian,
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
Contoh
1. Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa,
terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225
mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang
mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa
mahasiswa di dalam perkuliahan itu jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya?
Penyelesaian:
Misalkan A adalah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
dan B menyatakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks. Maka A B
merupakan himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mata kuliah tersebut. Banyaknya
mahasiswa di dalam kelas itu yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis
kompleks, atau kedua-duanya adalah
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
= 175 + 225 – 50
= 350
Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah persamaan
diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya siswa keseluruhan di
dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak terdapat mahasiswa yang tidak
memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu.
2. Di sebuah jurusan dalam suatu perguruan tinggi terdapat 134 mahasiswa tingkat 3. Dari
sekian banyak mahasiswa tersebut, 87 di antaranya mengambil mata kuliah teori graf diskrit,
73 mengambil mata kuliah matematika ekonomi, dan 29 mengambil mata kuliah teori graf
dan matematika ekonomi. Berapa banyak mahasiswa yang tidak mengambil sebuah mata
kuliah baik dalam teori graf maupun dalam matematika ekonomi?
Penyelesaian:
Untuk menentukan banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata kuliah teori
graf ataupun matematika ekonomi, kurangilah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata
kuliah dari salah satu mata kuliah ini dari keseluruhan banyaknya mahasiswa tingkat 1.
Misalkan A merupakan himpunan semua mahasiwa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori
graf, dan B adalah himpunan mahasiswa yang mengambil mata kuliah matematika ekonomi.
Maka n(A)=87, n(B)=73, dan n(A ∩ B) = 29. Banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang mengambil
mata kuliah teori graf atau matematika ekonomi adalah
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
= 87 + 73 – 29
= 160-29
= 131
Ini artinya terdapat sebanyak 134–131 = 3 mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata kuliah
teori graf ataupun matematika ekonomi.
Dalam bagian berikutnya akan diuraikan bagaimana cara-cara menentukan banyaknya anggota
dalam gabungan antara himpunan terhingga dari sebuah himpunan. Hasil ini kemudian akan
dikembangkan menjadi sebuah prinsip yang dinamakan Prinsip Inklusi-Eksklusi. Sebelum
membicarakan gabungan dari n himpunan, dengan n sebagai bilangan bulat positif, sebuah
rumusan bagi banyaknya anggota dalam gabungan 3 himpunan A, B, dan C akan diturunkan.
Untuk menyusun rumus ini perlu diingat bahwa n(A)+n(B)+n(C) membilang tiap anggota tepat
satu kali dari ketiga himpunan tersebut satu kali, anggota yang tepat 2 kali dari himpunan-
himpunan itu adalah dua kali, dan anggota-anggota dalam 3 himpunan tersebut 3 kali.
Ilustrasikan dari permasalahan gabungan dari 3 himpunan
Diagram Venn Tiga Himpunan
Ekspresi final ini membilang tiap anggota satu kali, apakah itu 1, 2 atau 3 dalam 3 himpunan. Jadi,
n(A ∪ B ∪ C)= n(A)+n(B)+n(C)- n(A ∩ B) – n(B ∩ C) – n(A ∩ C) + n(A ∩ B ∩ C)
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Teorema (Prinsip Inklusi-Eksklusi)
Daftar Pustaka
1. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
2. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
3. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
4. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.
5. Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
HUKUM DAN
PEMBUKTIAN HIMPUNAN
o Hukum pada himpunan
o Prinsip dualitas.
o Pembuktian pernyataan himpunan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
03 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Hukum pada himpunan adalah sifat-sifat (properties) himpunan. Dua konsep yang berbeda dapat saling dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang
Mahasiswa mampu memahami dan dapat membuktikan pernyataan himpunan
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
benar. Prinsip ini merupakan prinsip dualitas.
Hukum dan Pembuktian Himpunan
A. Hukum pada himpunan.
Hukum pada himpunan adalah sifat-sifat (properties) himpunan. Hukum himpunan sering
disebut sebagai hukum aljabar himpunan. Berikut adalah hukum aljabar pada himpunan.
Hukum identitas :
A = A
AU = A
Hukum null / dominasi:
A =
AU = U
Hukum komplemen:
A A = U
A A =
Hukum idempoten:
AA = A
AA = A
Hukum involusi:
)(A= A
Hukum penyerapan (absorpsi):
A (A B) = A
A (A B) = A
Hukum komutatif:
A B = B A
A B = B A
Hukum asosiatif:
A (B C) = (A B) C
A (B C) = (A B) C
Hukum distributif:
A (B C) = (A B) (A C)
A (B C) = (A B) (A C)
Hukum De Morgan:
BA = BA
BA = BA
Hukum 0/1
= U
U =
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
B. Prinsip dualitas.
Prinsip Dualitas dikatakan berlaku pada saat dua konsep yang berbeda dapat saling
dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.
Contoh: Di Amerika kemudi mobil di kiri depan, Inggris (juga Indonesia) kemudi mobil di
kanan depan.
Peraturan:
(a) di Amerika Serikat,
mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,
pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,
bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung
(b) di Inggris,
mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului,
bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung
Prinsip dualitas:
Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut sehingga
peraturan yang berlaku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Inggris
(Prinsip Dualitas pada Himpunan). Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang
melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti , dan komplemen. Jika S*
diperoleh dari S dengan mengganti .
,
,
U,
U ,
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka kesamaan S* juga benar dan
disebut dual dari kesamaan S.
Hukum identitas:
A = A
Dualnya:
A U = A
Hukum null / dominasi:
A =
Dualnya:
A U = U
Hukum komplemen:
A A = U
Dualnya:
A A =
Hukum idempoten:
A A = A
Dualnya:
A A = A
Hukum penyerapan:
A (A B) = A
Dualnya:
A (A B) = A
Hukum komutatif:
A B = B A
Dualnya:
A B = B A
Hukum asosiatif:
A (B C) = (A B) C
Dualnya:
A (B C) = (A B) C
Hukum distributif:
A (B C)=(A B) (A C)
Dualnya:
A (B C) = (A B) (A C)
Hukum De Morgan:
BA = AB
Dualnya:
BA = AB
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Hukum 0/1
= U
Dualnya:
U =
C. Pembuktian Pernyataan Himpunan.
Pernyataan himpunan adalah argumen yang menggunakan notasi himpunan.
Pernyataan dapat berupa:
1. Kesamaan (identity)
Contoh : Buktikan “A (BC) = (AB) (AC)”
2. Implikasi
Contoh: Buktikanbahwa “Jika A B = dan A (B C) maka selalu berlaku bahwa
A C”.
1. Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan.
BuktikanA (BC) = (AB) (AC) dengan diagram Venn.
Bukti:
A (BC) (AB) (AC)
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Kedua digaram Venn memberikan area arsiran yang sama.
Terbukti bahwa A (BC) = (AB) (AC).
Diagram Venn hanya dapat digunakan jika himpunan yang digambarkan tidak
banyak jumlahnya.
Metode ini mengilustrasikan ketimbang membuktikan fakta. Diagram Venn
tidak dianggap sebagai metode yang valid untuk pembuktian secara formal.
2. Pembuktian dengan menggunakan table keanggotaan
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan.
Buktikan bahwa A (BC) = (AB) (AC).
Bukti:
A B C BC A (BC) AB AC (AB) (AC)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
Karena kolom A (BC) dan kolom (AB) (AC) sama, makaA (BC) = (AB)
(AC).
3. Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan.
Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa (AB) (AB ) = A
Bukti:
(AB) (AB ) = A (BB ) (Hukum distributif)
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
= AU (Hukum komplemen)
= A (Hukum identitas)
Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa A (B – A) = AB
Bukti:
A (B – A) =A (B A ) (Definisi operasi selisih)
= (AB) (A A ) (Hukum distributif)
= (AB) U (Hukum komplemen)
= AB (Hukum identitas)
Buktikan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, bahwa
(i) A ( AB) = AB dan
(ii) A ( AB) = AB
Bukti:
(i) A ( AB) = ( A A ) (AB) (Hukum distributif)
= U (AB) (Hukum komplemen)
= AB (Hukum identitas)
(ii) adalah dual dari (i)
A ( AB) = (A A ) (AB) (Hukum distributif)
= (AB) (Hukum komplemen)
= AB (Hukum identitas)
4. Pembuktian dengan menggunakan definisi
Metode ini digunakan untuk membuktikan pernyataan himpunan yang tidak
berbentuk kesamaan, tetapi pernyataan yang berbentuk implikasi. Biasanya di
dalam implikasi tersebut terdapat notasi himpunan bagian ( atau ).
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Contoh. Misalkan A dan B himpunan. Jika AB = dan A (BC) maka buktikan
bahwa AC.
Bukti:
(i) Dari definisi himpunan bagian, PQ jika dan hanya jika setiap x P juga xQ.
Misalkan xA. Karena A (BC), maka dari definisi himpunan bagian, x juga
(B C).
Dari definisi operasi gabungan (), x (BC) berarti xB atau xC.
(ii) Karena xA dan AB = , maka xB
Dari (i) dan (ii), xC harus benar. Karenax A juga berlaku x C, maka dapat
disimpulkan A C .
Uji kompetensi :
1. Buktikan
(A B) B
a. Menggunakan diagram Venn
b. Menggunakan tabel keanggotaan
c. Kesamaan
2. Buktikan
(A B) B
a. Menggunakan diagram Venn
b. Menggunakan tabel keanggotaan
c. Kesamaan
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
6. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
7. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
8. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
9. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.
10. Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
RELASI DAN FUNGSI
Relasi
Fungsi
Jenis fungsi
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
04 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Dalam matematika hubungan antara elemen suatu himpunan dengan himpunan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk struktur disebut relasi. Cara yang paling mudah untuk menyatakan hubungan antara elemen
- Mahasiswa mampu memahami pengertian fungsi dan sifat-sifatnya.
- Mahasiswa mampu menentukan komposisi fungsi dari dua fungsi
- Mahasiswa mampu menentukan invers suatu fungsi
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
himpunan adalah dengan himpunan pasangan terurut.
RELASI DAN FUNGSI
D. Relasi.
Hubungan antara elemen suatu himpunan dengan himpunan lainnya yang dinyatakan
dalam bentuk struktur disebut relasi. Cara yang paling mudah untuk menyatakan
hubungan antara elemen himpunan adalah dengan himpunan pasangan terurut.
Himpunan ini dapat diperoleh lewat perkalian kartesian dengan Notasi : A X B = {(x,
y) | x e A dan y e B }
Contoh.
(i) Misalkan C = { 1, 2, 3 }, dan D = { x, y }, maka
C X D = { (1, x), (1, y), (2, x), (2, y), (3, x), (3, y) }
(ii) Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka
A X B = himpunan semua titik di bidang datar.
Invers dari R dinotasikan dengan R-1 adalah relasi dari B ke A yang terdiri dari
pasangan-pasangan terurut yang berkebalikan dengan R, yaitu
R-1 = { (b, a)| (a, b) e R }. Dengan kata lain, b R-1 a jika dan hanya jika a R b.
Contoh :
A = { 1,2 }
B = { a,b,c }
C = { c,d }
Tentukanlah :
a. (A X B) (A X C)
b. A X (B C)
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Jawab
a. A X B = { (1, a), (1, b), (1, c), (2, a), (2, b), (2, c) }
A X C = { (1, c), (1, d), (2, c), (2, d) }
Maka (A X B) (A X C) = { (1, c), (2, c) }
b. Dalam hal ini B C = { c }
Maka A X (B C) = { (1, c), (2, c) }
Perhatikan bahwa (A X B) (A X C) = A X (B C).
Hal ini berlaku untuk sembarang himpunan A, B, dan C.
Contoh :
Misalkan R adalah relasi dari A = { 1, 2, 3, 4 } ke B = { x, y, z } didefinisikan oleh
R = { (1, y), (1, z), (3, y), (4, x), (4, z) }
Tentukan domain dan range dari R
Tentukan relasi invers R-1 dari R
JAWAB
Domain dari R terdiri dari elemen-elemen pertama dari pasangan terurut R, dan
rangenya terdiri dari elemen-elemen keduanya. Maka domain (R) = { 1, 3, 4 } dan
range (R) = { x, y, z }.
R-1 didapatkan dengan menukarkan urutan dari pasangan-pasangan terurut di R.
Maka
R-1 = { (y, 1), (z, 1), (y, 3), (x, 4), (z, 4) }
Komposisi Relasi
Misalkan A, B, C adalah himpunan-himpunan, dan misalkan R adalah sebuah relasi
dari A ke B dan misalkan S adalah sebuah relasi dari B ke C. dengan begitu, R adalah
subset dari A X B dan S adalah subset dari B X C. maka R dan S akan memberikan
sebuah relasi dari A ke C yang dinyatakan dengan R ○ S dan didefinisikan A (R ○ S)
c jika untuk sembarang b e B kita dapatkan a R b dan b S c.
Dengan demikian,
R ○ S = { (a, c) ada b e B dimana (a, b) e R dan (b, c) e S }
Relasi R ○ S disebut komposisi dari S dan dinyatakan dengan RS.
Contoh :
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1. Misalkan
K = { 1,2,3 }, M = { A, B, C } dan N = { X, Y, Z }
Perhatikan relasi R dari K ke M dan S dari M ke N berikut
R = { (1, B), (2, A), (3, C) }
Dan S = { (A, Y), (B, X), (C, Z) }
Tentukan relasi komposisi R ○ S!
Gambarlah diagram panah dari R dan S seperti berikut ini :
Pada gambar diatas ada panah dari 1 ke B yang diikuti panah dari B ke X. maka 1
(R ○ S) X karena 1RB dan B S X. dengan demikian (1,X) anggota dari R○ S. Dengan
cara yang sama sebuah path dari 2 ke A ke Y dan path dari 3 ke C ke Z. Maka (2, Y)
dan (3, Z) juga anggota dari R ○ S. Tidak ada pasangan lain yang menjadi anggota
R ○ S. maka
R ○ S = { (1, X), (2, y), (3, z) }
Definisi :
Sebuah relasi pada sebuah himpunan A disebut relasi ekivalen jika dan hanya jika
relasi tersebut bersifat refleksif, simetris dan transitif.
Contoh : Misal himpunan A adalah himpunan string kata dalam kosa kata bahasa
Indonesia.
R adalah relasi pada himpunan A, dimana untuk A (b, a)∈A, a R b (a berelasi dengan
b) jika dan hanya jika l(a) = l(b), dimana l(x) adalah panjang kata x. Apakah R adalah
relasi ekivalen?
(i) Syarat relasi R pada himpunan A disebut refleksif :
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
jika (a, a) ε R untuk setiap a ε A ......(*)
Karena untuk setiap string kata a berlaku l(a) = l(a), maka syarat (*) terpenuhi,
sehingga R bersifat refleksif
(ii) Syarat R bersifat simetris :
jika untuk semua (a, b) ε A, jika (a, b) ε R, maka (b, a) ε R ...(**)
Karena untuk setiap string kata a, b berlaku :
jika l(a)=l(b), maka l(b) = l(a),
maka syarat (**) terpenuhi, sehingga R bersifat simetris.
(iii) Syarat R bersifat transitif:
jika (a, b) ε R dan (b, c) ε R, maka (a, c) ε R, untuk a, b, c ε A ..(***)
Karena untuk setiap string kata a, b, c berlaku :
jika l(a) = l(b) dan l(b) = l(c), maka l(a) = l(c), maka syarat (***) terpenuhi, sehingga R
bersifat transitif.
Jadi R adalah relasi ekivalen
Partial Ordering
Sebuah relasi R pada sebuah himpunan S disebut partial order jika relasi ini bersifat
bersifat refleksif, antisimetris, dan transitif.
Contoh .
Tunjukkan bahwa relasi lebih besar atau sama dengan adalah partial order pada
himpunan bilangan bulat!
R dapat kita definisikan sebagai
(i) Untuk semua bilangan bulat tentu saja berlaku, yang artinya untuk semua bilangan
bulat a, maka (a, a). Sehingga R bersifat refleksif
(ii) Jika berlaku dan maka tentu a = b, yang artinya (a, b) dan (b, a) aa ≥ ab ≥ R∈→
(a = b). Sehingga R bersifat antisimetris
(iii) Jika yang berarti jika (a, b) dan (b, c) ba ≥ ab ≥ ca ≥ R∈ maka (a, c) R∈.
Sehingga R bersifat transitif. Karena R bersifat refleksif, antisimetris dan transitif,
maka R adalah Partial Order.
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
E. Fungsi
Fungsi merupakan kejadian khusus dari relasi. Hubungan antara fungsi, relasi dan
hasil kali kartesian dari himpunan X ke himpunan Y digambarkan sbb
Andaikan setiap elemen dari himpunan A dipetakan secara unik ke suatu elemen di
himpunan B, kumpulan dari pemetaan-pemetaan ini disebut fungsi atau pemetaan
dari A ke B. Kita menyatakan sebuah fungsi f dari A ke B dengan f : A B. Kita
menuliskan f(a) untuk elemen di B yang mana f memetakan ke a A, f(a) adalah
nilai fungsi di a atau petaan a di bawah f. Istilah fungsi dan pemetaan seringkali
digunakan dengan pengertian yang sama, meskipun ada sumber-sumber yang
mengganti istilah fungsi untuk suatu nilai real atau pemetaan bernilai kompleks, yaitu
yang memetakan suatu himpunan ke dalam bilangan real R atau C.
Pada f : A B
Himpunan A adalah domain dari f. Himpunan B adalah kodomain dari f. Himpunan
dari semua nilai pemetaan f disebut image (range) dari f dan dinyatakan dengan Im f
atau f (A).
Im f = { b e B terdapat a e A sedemikian hingga f (a) = b }
Contoh :
Andaikan A adalah himpuan dari mahasiswa –mahasiswa di kampus. Tentukan
manakah dari pemetaan berikut yang mendefinisikan sebuah fungsi pada himpunan
A.
a) Setiap mahasiswa memetakan usianya
b) Setiap mahasiswa memetakan gurunya
c) Setiap mahaiswa memetakan jenis kelaminnya
d) Setiap mahasiswa memetakan suami atau istrinya
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Jawab :
Suatu kumpulan pemetaan adalah sebuah fungsi pada A dimana setiap a e A
dipetakan tepat ke satu elemennya, sehingga
a) Ya, karena setiap mahsiswa mempunyai satu dan hanya satu usia
b) Ya, jika setiap mahasiswa hanya memiliki satu guru. Tidak, jika ada mahasiswa
yang memiliki guru lebih dari satu.
c) Ya, karena setiap mahasiswa hanya memiliki satu jenis kelamin.
d) Tidak, jika ada mahasiswa yang belum menikah
Contoh :
Diketahui fungsi f dari G = { A, B, C, D } ke H = { X, Y, Z, W } yang didefinisikan oleh
gambar di bawah ini.
Tentukanlah
a) image (range) dari setiap elemen di G
b) image (range) dari f
c) grafik dari f, tuliskan f sebagai himpunan dari pasangan-pasangan terurut.
Jawab
a) panah menyatakan image (range) dari suatu elemen, sehingga
f (A) = Y, f (B) = X, f (C) = Z, f (D) = Y
b) Image f(G) dari f terdiri dari semua nilai pemetaan. Hanya X, Y, Z yang muncul
sebagai nilai pemetaan, sehingga f(G) = { X,Y,Z }
c) Pasangan terurut (A, f (A)), dimana A G adalah bentuk grafik f.
maka f = { (A,Y), (B,X), (C,Z), (D,Y) }
F. Jenis Fungsi
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Pada fungsi f yang memetakan A ke B dan fungsi g yang memetakan B ke C, dimana
kodomain dari f adalah domain dari g. Komposisi fungsi f dan g ditulis dengan g ○ f
adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikan oleh
(g ○ f) (a) || g (f (a))
untuk mendapatkan range dari a di bawah g ○ f, pertama kita mencari range a di
bawah f kemudian tentukan range dari f (a) di bawah g.
Misalkan fungsi f K L dan g L M didefinisikan oleh gambar berikut .
Tentukan komposisi fungsi !
Kita gunakan defisi komposisi fungsi untuk menghitung
(g ○ f) (A) = g (f (A)) = g (Y) = T
(g ○ f) (B) = g (f (B)) = g (X) = S
(g ○ f) (C) = g (f (C)) = g (Y) =T
Perhatikan bahwa diperoleh jawaban yang sama jika kita mengikuti arah panah
pada diagram.
A Y T, B X S, C Y T
Injektif, Bijektif dan Surjektif
Misalkan f adalah suatu fungsi dari X ke Y. f disebut fungsi injektif (one to one) bila
dan hanya bila setiap anggota Y paling banyak hanya mempunyai satu kawan di X.
Fungsi surjektif apabila setiap anggota Y mempunyai kawan di X. Kawan tersebut
tidak harus tunggal. Fungsi bijektif apabila fungsi tersebut injektif dan sekaligus
surjektif
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Fungsi Invers
Diketahui suatu fungsi f : X Y adalah suatu fungsi. Dari contoh-contoh sebelumnya
tampak bahwa relasi dari Y ke X belum tentu merupakan fungsi. Akan tetapi jika fungsi
f : X Y adalah suatu fungsi bijektif, maka setiap elemen y E Y mempunyai tepat
satu kawan di X. Ini berarti bahwa relasi dari Y ke X merupakan fungsi juga. Fungsi
dari Y ke X disebut invers fungsi f (f1)
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
11. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
12. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
13. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
14. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.
15. Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
PROPOSISI dan
KUANTOR
O PROPOSISI
O NEGASI PROPOSISI
o KUANTOR
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
05 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi
Ilmu logika lebih mengarah kepada bentuk kalimat (sintaks) dari pada arti kalimat itu sendiri (sematik). Kalkulus proposisi merupakan metoda komputasi untuk menentukan apakah proposisi/kalimat yang ditinjau nilai benar/salah (true/false). Kuantor universal menunjukkan bahwa setiap objek dalam semestanya
Mahasiswa mampu memahami
dan membedakan bentuk-
bentuk proposisi dan kuantor.
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
mempunyai sifat kalimat yang menyatakannya. Kuantor eksistensial menunjukkan bahwa diantara objek-objek (term–term) dalam semestanya, paling sedikit ada ada satu term/objek yang memenuhi sifat kalimat yang menyatakannya.
Proposisi dan Kuantor
G. PROPOSISI
Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen). Dengan menggunakan
aturan-aturan tertentu maka pernyataan yang terdiri dari argumen-argumen bisa
bernilai benar atau salah. Ilmu logika lebih mengarah kepada bentuk kalimat (sintaks)
dari pada arti kalimat itu sendiri (sematik).
1. Proposisi
Kata merupakan rangkaian huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat
adalah kumpulan kata yang disusun menurut aturan tata bahasa dan
mengandung arti. Di dalam matematika tidak semua pernyataan yang bernilai
benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran. Pernyataan disebut juga
kalimat deklaratif yaitu kalimat yang bersifat menerangkan dan disebut juga
proposisi. Pernyataan/ Kalimat Deklaratif/ Proposisi adalah kalimat yang bernilai
benar atau salah tetapi tidak keduanya
Berikut adalah beberapa contoh proposisi:
4 + 1 = 5
9 adalah bilangan prima
Jakarta adalah ibukota negara Indonesia.
Kalimat-kalimat diatas adalah proposisi karena dapat diketahui nilai
kebenarannya. Kalimat (a) dan (c) bernilai benar, sedangkan kalimat (b) bernilai
salah.
Contoh berikut ini adalah kalimat-kalimat yang bukan merupakan proposisi:
a. Dimana letak pulau Bali?
b. x + y = 2
c. Siapa namamu?
d. x > 5
Tetapi pernyataan berikut :“Untuk sembarang bilangan bulat n ≥ 0, maka 2n
adalah bilangan genap.” dan “x + y = y + x untuk setiap x dan y bilangan riil”
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
adalah proposisi, karena pernyataan pertama adalah cara lain untuk menyatakan
bilangan genap dan pernyataan kedua walaupun tidak menyebutkan nilai x dan
y, tetapi pernyataan tersebut benar untuk nilai x dan y berapapun. Proposisi
biasanya dilambangkan dengan huruf kecil seperti p, q, r, dan seterusnya.
Misalnya,
p : 6 adalah bilangan genap.
q : 2 + 3 = 7
r : 2 < 5
2. Kalkulus Proposisi
Kalkulus proposisi merupakan metoda komputasi untuk menentukan apakah
proposisi/kalimat yang ditinjau nilai benar/salah (true/false). Dengan demikian
pada kalkulus proposri yang dipelajari adalah bagaimana menentukan nilai
kebenaran suatu kalimat (True/False). Satu atau lebih proposisi dapat
dikombinasikan untuk menghasilkan proposisi baru. Operator yang digunakan
untuk mengkombinasikan proposisi disebut operator logika. Operator logika dasar
yang digunakan adalah dan (and), atau (or), dan tidak (not). Proposisi baru yang
diperoleh dari pengkombinasian tersebut dinamakan proposisi majemuk
(compound proposition). Dalam logika dikenal 5 buah operator berikut ini.
a. Konjungsi
Konjungsi merupakan operator pada kalkulus proporsi dengan lambang ˄.
Operator ini memiliki tabel kebenaran seperti berikut ini.
Contoh :
Diketahui proposisi berikut ini:
p : Langit mendung
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
q : Adi membawa jas hujan.
p ˄ q : Langit mendung dan Adi membawa jas hujan.
b. Disjungsi
Disjungsi merupakan operator pada kalkulus proporsi dengan lambang ˅.
Operator ini memiliki tabel kebenaran seperti berikut ini.
Kalimat disjungsi dapat mempunyai 2 arti yaitu :
c. Inklusif OR
Yaitu jika “p benar atau q benar atau keduanya true”
Contoh :
p : 7 adalah bilangan prima
q : 7 adalah bilangan ganjil
p q : 7 adalah bilangan prima atau ganjil
Benar bahwa 7 bisa dikatakan bilangan prima sekaligus bilangan ganjil.
d. Eksklusif OR
Yaitu jika “p benar atau q benar tetapi tidak keduanya”.
Contoh :
p :Saya akan melihat pertandingan bola di TV.
q :Saya akan melihat pertandingan bola di lapangan.
p q : Saya akan melihat pertandingan bola di TV atau di lapangan.
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Hanya salah satu dari 2 kalimat penyusunnya yang boleh bernilai benarya itu
jika “Saya akan melihat pertandingan sepak bola di TV saja atau di lapangan
saja tetapi tidak keduanya.
e. Negasi
Negasi merupakan operator pada kalkulus proporsi dengan lambang ~ atau
. Operator ini memiliki tabel kebenaran seperti berikut ini.
f. Implikasi
Implikasi merupakan operator pada kalkulus proporsi dengan lambang →.
Operator ini memiliki tabel kebenaran seperti berikut ini.
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Misalkanada 2 pernyataan p dan q, untuk menunjukkan atau membuktikan
bahwa jika p bernilai benar akan menjadikan q bernilai benar juga, diletakkan
kata “JIKA” sebelum pernyataan pertama lalu diletakkan kata “MAKA”
sebelum pernyataan kedua sehingga didapatkan suatu pernyataan majemuk
yang disebut dengan Implikasi /Pernyataan bersayarat dinotasikan dengan
simbol “”.
Notasi pq dapat dibaca :
1. Jika p maka q
2. q jika p
3. p adalah syarat cukup untuk q
4. q adalah syarat perlu untuk p
Contoh :
p : Pak Budi adalah seorang pemilik usaha pertambakan.
q : Pak Budi adalah seorang wiraswasta.
p q : Jika Pak Budi adalah pemilik usaha pertambakan. Maka pastilah dia
seorang wiraswasta.
g. bi-implikasi
bi-implikasi merupakan operator pada kalkulus proporsi dengan
lambang⇔. Operator ini memiliki tabel kebenaran seperti berikut ini.
Biimplikasi atau bikondosional adalah pernyataan majemuk dari dua
pernyataan p dan q yang dinyatakan dengan notasi “p q” yang bernilai sama
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
dengan (p q) (q p) sehingga dapat dibaca “ p jika dan hanya jika q”
atau “p bila dan hanya bila q”. Biimplikasi 2 pernyataan hanya akan bernilai
benar jika implikasi kedua kalimat penyusunnya sama-sama bernilai benar.
Contoh :
p :Dua garis saling berpotongan adalah tegaklurus.
q :Dua garis saling membentuk sudut 90 derajat.
p q : Dua garis saling berpotongan adalah tegak lurus jika dan hanya jika
dua garis saling membentuk sudut 90 derajat.
H. NEGASI PROPOSISI
Misal proposisi “ Pak Saman makan nasi dan minum es teh manis”. Suatu konjungsi
akan bernilai benar jika kedua kalimat penyusunnya yaitu p dan q bernilai benar,
sedangkan negasi adalah pernyataan yang bernilai salah jika pernyataan awalnya
bernilai benar dan bernilai benar jika pernyataan awalnya bernilai salah.
Oleh karena itu negasi dari : “Pak Saman makan nasi dan minum es teh manis”
adalah suatu pernyataan majemuk lain yang salah satu komponennya merupakan
negasi dari komponen pernyataan awalnya. Jadi negasinya adalah: “Pak Saman tidak
makan nasi dan tidak minum es teh manis”.
Disini berlaku hukum De Morgan yaitu : (pq) ekuivalen dengan pq
Negasi Disjungsi
Contoh : “Pak Saman makan nasi dan minum es teh manis”
Suatu disjungsi akan bernilai salah hanya jika kedua komponen
penyusunnya bernilai salah, selain itu bernilai benar. Sehingga negasi dari
kalimat diatas adalah : “ Tidak benar bahwa Pak Saman makan nasi dan minum
es teh manis” atau dapat juga dikatakan “Pak Saman tidak makan nasi dan tidak
minum es teh manis. Disini berlaku hukum De Morgan yaitu : (pq) pq
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Negasi Implikasi
Misal proposisi “Jika hari hujan maka Pak Saman membawa payung”.
Untuk memperoleh negasi dari pernyataan diatas, kita dapat mengubah
bentuknya ke dalam bentuk disjungsi kemudian dinegasikan, yaitu :
p q pq
Maka negasinya
( p q) (pq) pq
Negasi biImplikasi
Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataaan
p dan q yang dinotasikan dengan p q (p q) (q p) sehingga : (p q)
[(p q) (q p)]
[(pq ) (qp)]
(pq ) (qp)
(p q) (pq ) (qp)
I. Kuantor
1. Kuantor Universal
Kuantor universal menunjukkan bahwa setiap objek dalam semestanya
mempunyai sifat kalimat yang menyatakannya. Kita dapat meletakkan kata-kata
“Untuk semua/setiap x” di depan kalimat terbuka yang mengandung variabel x
untuk menghasilkan kalimat yang mempunyai suatu nilai kebenaran. Nilai x
ditentukan berdasarkan semesta pembicaraannya. Kuantor universal disimbolkan
dengan “∀”. Kuantor universal mengindikasikan bahwa sesuatu bernilai benar
untuk semua individual-individualnya.
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Misal kalimat : “Semua gajah mempunyai belalai” , maka jika predikat
“mempunyai belalai” diganti dengan simbol B maka dapat ditulis :
G(x) ⇒ B(x),
dibaca “Jika x adalah gajah, maka x mempunyai belalai”. Tetapi kalimat di atas
belum kalimat berkuantor karena kalimat diatas belum memuat kata “semua”.
Untuk itu perlu ditambahkan simbul kuantor universal sehingga menjadi
(∀x)(G(x) ⇒ B(x))
jadi sekarang dapat dibaca ” Untuk semua x, jika x adalah gajah, maka x
mempunyai belalai”.
Pernyataan-pernyataan yang berisi kata ”semua”, ”setiap”, atau kata lain yang
sama artinya, mengindikasikan adanya pengkuantifikasian secara universal,
maka dipakai kuantor universal.
Misalnya jika diketahui pernyataan logika, ”Setiap mahasiswa harus belajar dari
buku teks”, jika ingin ditulis dalam logika predikat, maka ditentukan misal B untuk
“ harus belajar dari buku teks”, sehingga jika ditulis B(x), berarti “x harus belajar
dari buku teks”. Kata “Setiap mahasiswa” mengindikasikan bernilai benar untuk
setiap x, maka penulisan yang lengkap adalah:
(∀x) Bx
dibaca “Untuk setiap x, x harus belajar dari buku teks”. Akan tetapi notasi diatas
belum sempurna karena x belum menunjuk mahasiswa, maka harus lebih
ditegaskan dan sebaiknya ditulis :
(∀x)(M(x) ⇒ B(x)),
dibaca “Untuk setiap x, jika x mahasiswa, maka x harus belajar dari buku teks”.
Langkah untuk melakukan pengkuantoran universal:
1. Carilah lingkup (scope) dari kuantor universalnya, yaitu “Jika x adalah
mahasiswa, maka x harus rajin belajar”. Selanjutnya akan ditulis:
mahasiswa(x) ⇒ harus rajin belajar(x).
2. Berilah kuantor universal di depannya (∀x)(mahasiswa(x) ⇒ harus rajin
belajar(x)). Kemudian ubah menjadi suatu fungsi (∀x)(M(x) ⇒ B(x))
Contoh :
Jika diketahui persamaan x+3>10, dengan x adalah himpunan bilangan bulat
positif A > 5. Tentukan nilai kebenaran (∀x∈A) x+3>10. Untuk menentukan
nilai kebenarannya, maka harus dicek satu persatu.
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
A={1,2,3,4}. Jika kuantor universal, maka untuk semua nilai A yang
dimasukkan harus memenuhi persamaan yaitu x+3>10
Untuk A=1, maka 1+3>10 ≡ 4>10 Memenuhi
A=2, maka 2+3>10 ≡ 5>10 Memenuhi
A=3, maka 3+3>10 ≡ 6>10 Memenuhi
A=4, maka 4+3>10 ≡ 7>10 Memenuhi
Karena semua himpunan A memenuhi, maka (∀x) x+3>10 bernilai benar. Tapi
jika ada satu saja nilai A yang tidak memenuhi, misalnya dimasukkan A=8,
sehingga 8+3>10 ≡ 11>10, dimana hasilnya salah maka (∀x) x+3>10 bernilai
salah. Nilai x yang menyebabkan suatu kuantor bernilai salah disebut dengan
contoh penyangkal atau counter example.
2. Kuantor Eksistensial (Existensial Quantifier)
Kuantor eksistensial menunjukkan bahwa diantara objek-objek (term–term) dalam
semestanya, paling sedikit ada ada satu term/objek yang memenuhi sifat kalimat
yang menyatakannya. Ada beberapa kata yang dapat digunakan misal
“Terdapat…..”, “Beberapa x bersifat…..”, “Ada……”, “Paling sedikit ada satu
x………” di depan kalimat terbuka yang mengandung variabel x. Kuantor
eksistensial disimbolkan dengan ”∃”. Kuantor eksistensial mengindikasikan
bahwa sesuatu kadang-kadang bernilai benar untuk individu-individualnya, misal
” Ada pelajar yang memperoleh beasiswa berprestasi ”.
Cara menentukan kuantor Eksistensial
1. Carilah scope dari kuantor-kuantor eksistensialnya.
“Ada x yang adalah pelajar, dan x memperoleh beasiswa berprestasi “.
Selanjutnya akan ditulis :
Pelajar(x) ∧ memperoleh beasiswa berprestasi (x)
2. Berilah kuantor eksisitensial di depannya
(∃x) (Pelajar(x)∧ memperoleh beasiswa berprestasi(x))
Ubahlah menjadi suatu fungsi.
(∃x)(P(x) ∧ B(x))
Contoh :
2015 11
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
“Beberapa orang rajin beribadah”.
Jika ditulis dengan menggunakan logika predikat, maka:
”Ada x yang adalah orang, dan x rajin beribadah”.
(∃x)(Orang(x) ∧ rajin beribadah(x))
(∃x)(O(x) ∧ I(x))
Contoh :
“Ada binatang yang tidak mempunyai kaki”.
“Terdapat x yang adalah binatang dan x tidak mempunyai kaki”.
(∃x)(binatang(x) ∧ tidak mempunyai kaki(x))
(∃x)(B(x) ∧¬K(x))
Contoh :
Misalkan B adalah himpunan bilangan bulat. Tentukan nilai kebenaran (∃x ∈
B)(x2=x).
(∃x ∈ B)(x2=x) dapat dibaca “Terdapat x yang adalah bilangan bulat dan x
memenuhi x^2=x”. (∃x ∈ B)(x^2=x) akan bernilai benar jika dapat ditunjukkan
paling sedikit ada satu bilangan bulat yang memenuhi x^2=x.
Misal x= -1, maka 〖-1〗^2 = 1 Tidak memenuhi
x= 1, maka 〖(1)〗^2=1 Memenuhi
Karena ada satu nilai yang memenuhi, yaitu x=1, maka pernyataan di atas
bernilai benar.
3. Kuantor Ganda
Domain atau semesta pembicaraan penafsiran kuantor sangat penting untuk
menentukan jenis kuantor yang akan digunakan serta mempengaruhi penulisan
simbolnya. Misal pernyataan “Setiap orang mencintai Jogjakarta”
Selanjutnya, dapat ditulis simbolnya dengan logika predikat (∀x)C(x,j). Simbol
tersebut dapat dibaca “Untuk semua y, y mencintai Jogjakarta”. Persoalan yang
terjadi adalah domain penafsiran seseorang untuk y bisa berbeda-beda. Ada
orang yang menganggap y adalah manusia, tetapi mungkin orang lain
menganggap y bisa mahluk hidup apa saja dan mungkin y bisa menjadi benda
apa saja. Tentu saja domain penafsiran semacam ini kacau karena yang
dimaksudkan pasti hanya orang atau manusia. Oleh karena itu, untuk memastikan
2015 12
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
bahwa domain penafsiran hanya orang, penulisan simbol harus diperbaiki seperti
berikut :
(∀y)(O(y)⇒ C(y,j) )
Sekarang simbol tersebut dapat dibaca ”Untuk semua y jika y adalah orang, maka
y mencintai Jogjakarta”.
Untuk menulis simbol yang tepat, memang harus menempatkan terlebih dahulu
domain penafsiran karena domain penafsiran Sangat mempengaruhi penulisan
dan sekaligus menghindari terjadinya ambiguitas. Contoh domain penafsiran
yang bersifat umum antara lain manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bilangan
prima, bilangan asli, dan sebagainya, yang nantinya akan menggunakan kuantor
universal. Akan tetapi jika tidak semuanya, misalnya beberapa manusia, atau satu
manusia saja, akan memakai kuantor yang berbeda yaitu kuantor eksisitensial.
Untuk dua kuantor yang berbeda pada satu penulisan simbol yang berasal dari
satu pernyataan dapat dilihat pada contoh berikut.
Misal “Setiap orang dicintai oleh seseorang”
Dengan notasi simbol logika predikat, akan ditullis seperti berikut
(∀x)(∃y)C(y,x)
Yang dapat dibaca ”Untuk semua x, terdapat y dimana y mencintai x”
X dan Y sebenarnya menunjuk domain penafsiran yang sama yaitu orang, dan
pada simbol tersebut ternyata dibedakan. Penulisan tersebut lebih baik lagi jika
bisa memakai variable yang sama. Maka pernyataan diatas secara lengkap dapat
ditulis :
(∀x)(O(x)⇒ (∃x)(O(y)∧ C(y,x) ) )
Misal H(x)∶ x hidup , M(x)∶ x mati
(∀x)(H(x) ∨ M(x)) dibaca “Untuk semua x, x hidup atau x mati” Akan tetapi jika
ditulisnya (∀x)(H(x)) ∨ M(x) maka dibaca “Untuk semua x hidup, atau x mati”. Pada
“x mati”, x tidak terhubung dengan kuantor universal, yang terhubung hanya”x
hidup”. Perhatikan penulisan serta peletakan tanda kurungnya. Sehingga umum,
hubungan antara penempatan kuantor ganda adalah sebagai berikut :
(∀x)(∀y) P(x,y) ≡ (∀y)(∀x) P(x,y)
2015 13
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
(∃x)(∃y) P(x,y) ≡ (∃y)(∃x) P(x,y)
(∃x)(∀y) P(x,y) ≡ (∀y)(∃x) P(x,y)
Ingkaran kalimat berkuantor ganda dilakukan dengan cara yang sama seperti
ingkaran pada kalimat berkuantor tunggal.
¬[(∃x)(∀y) P(x,y)] ≡ (∀x)(∃y) ¬P(x,y)
¬[(∀x)(∃y) P(x,y)] ≡ (∃x)(∀y) ¬P(x,y)
Contoh:
Misal : “Ada seseorang yang mengenal setiap orang”. Untuk menentukan bentuk
simbolnya.
1. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal y”, maka akan menjadi K(x,y) yang
berarti “ x kenal y”.
2. Jadikan potongan pernyataan ”x kenal semua y”, sehingga menjadi (∀y)
K(x,y).
3. Jadikan pernyataan “ada x, yang x kenal semua y”, sehingga menjadi (∃x)(∀y)
K(x,y)
2015 14
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
16. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
17. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
18. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
19. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.
20. Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
TAUTOLOGI DAN
KONTRADIKASI
O TAUTOLOGI
O INGKARAN KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
O PENYEDERHANAAN LOGIKA
o MODUS PONEN
o MODUS TOLLENS
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
06 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat
- Mahasiswa mampu memahami pengertian bentuk-bentuk tautologi dan kontradikasi
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
penyusunnya, Sebaliknya kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah, tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya.
- Mahasiswa mampu memahami penarikan kesimpulan secara valid.
Tautologi dan Kontradikasi
A. TAUTOLOGI, KONTRADIKSI DAN CONTIGENT
Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (True) tidak peduli
bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya, sebaliknya
kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (False), tidak peduli
bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Dalam tabel
kebenaran, suatu tautologi selalu bernilai True pada semua barisnya dan kontradiksi
selalu bernilai False pada semua baris. Kalau suatu kalimat tautologi diturunkan lewat
hukum-hukum yang ada maka pada akhirnya akan menghasilkan True, sebaliknya
kontradiksi akan selalu bernilai False.Jika pada semua nilai kebenaran menghasilkan
nilai F dan T, maka disebut formula campuran (contingent).
Contoh
1. Tunjukkan bahwa p(p) adalah tautologi!
p p p(p)
T T T
T F T
F T T
F T T
2. Tunjukkan bahwa (pq) [(p) (q)] adalah tautologi!
p q p q pq p q (pq) [(p) (q)]
T T F F T F T
T F F T T F T
F T T F T F T
F F T T F T T
3. Tunjukkan bahwa (pq) [(p) (q)] adalah kontradiksi!
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
p q p q pq p q (pq) [(p) (q)]
T T F F T F F
T F F T T F F
F T T F T F F
F F T T F T F
4. Tunjukkan bahwa [(pq) r] p adalah contingent!
p q r pq (pq) r [(pq) r] p
T T T T T T
T T F T T T
T F T F F T
T F F F F T
F T T F T F
F T F F T F
F F T F T F
F F F F T F
B. INGKARAN KONVERS, INVERS DAN KONTRAPOSISI
Contoh :
Tentukan ingkaran atau negasi konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi berikut.
“Jika suatu bendera adalah bendera RI maka bendera tersebut berwarna merah dan
putih”
Penyelesaian
Misal p : Suatu bendera adalah bendera RI
q : Bendera tersebut berwarna merah dan putih
maka kalimatnya menjadi p q atau jika menggunakan operator dan maka p q
ekuivalen(sebanding/) dengan p q. Sehingga :
1) Negasi dari implikasi
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Implikasi : (pq) p q
Negasinya : (pq) pq
Kalimatnya :“ Suatu bendera adalah bendera RI dan bendera tersebut tidak
berwarna merah dan putih”.
2) Negasi dari konvers
Konvers : qp qp
Negasinya : (qp) qp
Kalimatnya : “Ada/Terdapat bendera berwarna merah dan putih tetapi bendera
tersebut bukan bendera RI”.
3) Negasi dari invers
Invers : p q (p)q) pq
Negasinya : (pq) pq
Kalimatnya : “Suatu bendera bukan bendera RI atau bendera tersebut
berwarna merah dan putih”.
4) Negasi dari kontraposisi
Kontraposisi : q p (q)p qp
Negasinya : (qp) qp
Kalimatnya : “ Suatu bendera tidak berwarna merah dan putih dan bendera
tersebut adalah bendera RI”.
C. FORMULA
Pada tautologi, dan juga kontradiksi, dapat dipastikan bahwa jika dua buah ekspresi
logika adalah tautologi, maka kedua buah ekspresi logika tersebut ekuivalen secara
logis, demikian pula jika keduanya kontradiksi. Persoalannya ada pada contingent,
karena memiliki semua nilai T dan F. Tetapi jika urutan T dan F atau sebaliknya pada
tabel kebenaran tetap pada urutan yang sama maka tetap disebut ekuivalen secara
logis.
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Contoh :
1. Badu tidak pandai, atau dia tidak jujur.
2. Adalah tidak benar jika Badu pandai dan jujur.
Secara intuitif dapat ditebak bahwa kedua pernyataan di atas sebenarnya sama,
tetapi bagaimana jika dibuktikan dengan menggunakan tabel kebenaran berdasarkan
ekspresi logika. Pembuktian pernyataan diatas dapat diakukan dengan tahapan
berikut.
1. Ubah dahulu argumen di atas kedalam bentuk ekspresi/notasi logika.
Misal : A = Badu pandai
B = Badu jujur
Maka kalimatnya menjadi
1. AB
2. (AB)
2. Buat tabel kebenarannya
A B A B AB AB (AB)
T T F F T F F
T F F T F T T
F T T F F T T
F F T T F T T
Perhatikan ekspresi di atas!
Meskipun kedua ekspresi logika di atas memiliki nilai kebenaran yang sama, ada nilai
T dan F, keduanya baru dikatakan ekuivalen secara logis jika dihubungkan dengan
perangkai ekuivalensi dan akhirnya menghasilkan tautologi.
3. Tambahkan perangkai biimplikasi untuk menghasilkan tautologi
AB (AB) AB (AB)
F F T
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
T T T
T T T
T T T
Jika hasilnya adalah tautologi (bernilai T semua), maka dikatakan bahwa kedua
argumen tersebut ekuivalen secara logis.
Selain dengan menggunakan tabel kebenaran, menentukan dua buah argumen
adalah ekuivalen secara logis dapat juga menggunakan hukum-hukum ekuivalensi
logika yang dapat dilihat pada formula berikut.
Identitas p1 p p0 p
Ikatan p1 T p0 0
Idempoten ppp ppp
Negasi pp 1 pp 0
Negasi Ganda p p
Komutatif pq qp pq qp
Asosiatif (pq)r p(qr) (pq)rp(qr)
Distributif p(qr) (pq)(pr) p(qr) (pq)(pr)
De Morgan’s (pq) p q (pq) p q
Aborbsi p(pq) p p(pq) p
Contoh :
1. Buktikan ekuivalensi kalimat di bawah ini dengan hukum-hukum ekuivalensi.
(pq) (pq) p
Penyelesaian
(pq) (pq) (p(q)) (pq)
(pq) (pq)
p (qq)
p T
p Terbukti
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Dalam membuktikan ekuivalensi pq ada 3 macam cara yang bisa dilakukan :
1. P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi
logika yang ada).
2. Q diturunkan terus-menerus (dengan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi
logika yang ada), sehingga didapat P.
3. P dan Q diturunkan secara terpisah sehingga akhirnya didapat R
Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks yang diturunkan ke
dalam bentuk yang sederhana. Jadi jika p kompleks maka aturan (1) yang
dilakukan. Sebaliknya jika q yang lebih kompleks maka aturan (2) yang
dilakukan. Aturan (3) digunakan jika p dan q sama-sama kompleks.
D. PENYEDERHAAN LOGIKA
Operasi penyederhanaan menggunakan hukum-hukum ekuivalensi logis.
Selanjutnya perhatikan operasi penyederhanaan berikut dengan hukum yang
digunakan tertulis di sisi kanannya. Penyederhanaan ekspresi logika atau bentuk-
bentuk logika ini dibuat sesederhana mungkin dan sudah tidak dimungkinkan
dimanipulasi lagi.
Contoh 1:
p (p q)
p (p q) ingat pq pq
(p)(p q) ingat pq pq
p (p q) Hk. Negasi ganda dan De Morgan
(pp) (pq) Hk. Distributif
p(pq) Hk. Idempoten ppp
p Hk. Absorbsi
Contoh 2:
p(pq)
(p1) (pq) Hk.Identitas
p(1q) Hk.Distributif
p1 Hk.Identitas
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
p Hk.Identitas
Contoh 3:
(pq) (qp)
(pq) (qp) ingat pq pq
(pq) (pq) Hk. Komutatif
[(pq) p] [(pq)q] Hk. Distributif
[(pp)(pq)] [(pq)(qq)] Hk. Distributif
[0(pq)] [(pq)0] Hk. Kontradiksi
(pq)(pq) Hk. Identitas
Operasi penyederhanaan dengan menggunakan hukum-hukum logika dapat
digunakan untuk membuktikan suatu ekspresi logika, Tautologi, Kontradiksi, maupun
Contingent. Jika hasil akhir penyederhanaan ekspresi logika adalah 1, maka ekspresi
logika tersebut adalah tautologi. Jika hasil yang diperoleh adalah 0, berarti ekspresi
logika tersebut kontradiksi. Jika hasilnya tidak 0 ataupun 1, maka ekspresi
logikanya adalah contingent.
Contoh 1:
[(pq)p]q
[(pq)p] q ingat pq pq
[(pq)p] q ingat pq pq
[(pq)p] q Hk. Negasiganda dan De Morgan
[(pp)(qp)] q Hk. Distributif
[1(pq)] q Hk. Idempoten dan komutatif
(pq)q Hk. Identitas
p(qq) Hk. Assosiatif
p1 ` Hk. Idempoten
1 Hk. Identitas
Karena hasil akhirnya 1, maka ekspresi logika di atas adalah tautologi.
Contoh 2:
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
(pq) [(p) (q)]
(pq)(pq)
[(pq)p][(pq)q] Hk. Distributif
[(pp)(qp)][(pq)(qq)] Hk. Distributif
[0(qp)][(pq)0] Hk. Negasi
(pq)(pq) Hk. Idempoten
(pp)(qq) Hk. Assosiatif
00 Hk. Negasi
0 Hk. Idempoten
Hasil akhir 0, maka ekspresi logika di atas adalah kontradiksi.
Contoh 3:
[(pq)p] q
[(pp)(qp)] q Hk. Distributif
[0 (qp)] q Hk. Negasi
(qp) q Hk. Identitas
(qp) q ingat pq pq
(qp) q Hk. De Morgan
(qq)p Hk. Assosiatif
qp Hk. Idempoten
Hasilnya bukan 0 atau 1, ekspresi logika di atas adalah contingent
E. ATURAN PENARIKAN KESIMPULAN
1. MODUS PONEN
Modus ponen atau penalaran langsung adalah salah satu metode inferensi dimana
jika diketahui implikasi ” Bila p maka q ” yang diasumsikan bernilai benar dan
antasenden (p) benar. Supaya implikasi pq bernilai benar, maka q juga harus
bernilai benar.
Modus Ponen : pq , p ├ q
Atau dapat juga ditulis
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
pq
p
――――
q
Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10
Digit terakhir suatu bilangan adalah 0
Bilangan tersebut habis dibagi 10
2. MODUS TOLLENS
Bentuk modus tollens mirip dengan modus ponen, hanya saja premis kedua dan
kesimpulan merupakan kontraposisi premis pertama modus ponen. Hal ini
mengingatkan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya.
Modus Tollens : pq, q ├ p
Atau dapat juga ditulis
pq
q
――――
p
Contoh :
Jikad digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi
10
Suatu bilangan tidak habis dibagi 10
Digit terakhir bilangan tersebut bukan 0
Daftar Pustaka
21. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
22. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
23. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
24. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.
25. Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
SILOGISME DAN
KONJUNGSI o Silogisme
o Konjungsi
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
07 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Suatu argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang disubtitusikan ke dalam premis, jika semua premis benar maka konklusinya juga benar.
- Mahasiswa mampu memahami bentuk-bentuk silogisme dan mampu membuat penarikan kesimpulan yang valid.
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Silogisme & Konjungsi
1. ARGUMEN
Argumen adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan proposisi P1,
P2, .........,Pn yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan menghasilkan proposisi Q yang lain
yang disebut konklusi (kesimpulan).
Secara umum di notasikan dengan
P1,P2, ..........,Pn ├Q atau dapat juga ditulis
Nilai kebenaran suatu argumen ditentukan sebagai berikut :
“ Suatu argumen P1,P2,…………,,Pn├ Q dikatakan benar (valid) jika Q bernilai benar untuk semua
premis yang benar dan argumen dalam keadaan selain itu dikatakan salah (invalid/fallacy)”.
Dengan kata lain, suatu argumen dikatakan valid apabila untuk sembarang pernyataan yang
disubtitusikan ke dalam premis, jika semua premis benar maka konklusinya juga benar.
Sebaliknya jika semua premis benar tetapi konklusinya ada yang salah maka argumen
tersebut dikatakan invalid (fallacy).
Jadi suatu argumen dikatakan valid jika dan hanya jika proposisi P1P2........Pn) Q adalah
sebuah Tautologi.
P1
P2
Pn
Q
Premis Konklusi
Premis
Konklusi
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Contoh :
Premis
P1 : Jika Office dan Delphi diperlukan maka semua orang akan belajar komputer
P2 : Office dan Delphi diperlukan
Konklusi
Q : Semua orang akan belajar komputer
Jika ditulis dalam bentuk notasi logika
Misal p : Office dan Delphi diperlukan
q : Semua orang belajar komputer
Maka argumen diatas dapat ditulis :
pq, p ├ q (valid)
Contoh :
Misal p : Saya suka kalkulus
q : Saya lulus ujian kalkulus
Maka argumen p q, p q dapat ditulis
P1 : Jika saya suka kalkulus, maka saya akan lulus ujian kalkulus
P2 : Saya lulus ujian kalkulus
Saya lulus ujian kalkulus (valid)
Untuk mengetahui suatu argumen apakah valid atau tidak maka dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Tentukan premis dan konklusi argumen
2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua premis dan konklusi.
3. Carilah baris kritis yatitu baris diman semua premis bernilai benar.
4. Dalam baris kritis tersebut, jika nilai kesimpulan semuanya benar maka argumen
tersebut valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai konklusi salah
maka argumen tersebut tidak valid.
Contoh :
Tentukan apakah argumen berikut ini valid atau invalid
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
p(qr), r ├ pq
Penyelesaian Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa baris 2, 4, dan 6 premisnya bernilai benar semua.
Kemudian lihat pada baris konklusi. Ternyata pada baris konklusi semuanya bernilai benar.
Maka argumen diatas adalah valid
2. PENARIKAN KESIMPULAN
J. SILOGISME.
1. SILOGISME DISJUNGTIF
Prinsip dasar Silogisme Disjungtif (Disjunctive syllogism) adalah kenyataan bahwa
apabila kita dihadapkan pada satu diantara dua pilihan yang ditawarkan (A atau B).
Sedangkan kita tidak memilih/tidak menyukai A, maka satu-satunya pilihan adalah
memilih B. Begitu juga sebaliknya.
Silogisme Disjungtif : pq, p ├q dan pq, q ├ p
Atau dapat ditulis
pq atau pq
p q
―――― ――――
q p
Contoh :
Baris ke p q r qr p(qr) (Premis)
r (Premis)
pq (konklusi)
1 T T T T T F T
2 T T F T T T T
3 T F T T T F T
4 T F F F T T T
5 F T T T T F T
6 F T F T T T T
7 F F T T T F F
8 F F F F F T F
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Saya pergi ke mars atau ke bulan
Saya tidak pergi kemars
――――――――――――――――――
Saya pergi ke bulan
2. SILOGISME HIPOTESIS
Prinsip silogisme hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika implikasi pq dan
qr keduanya bernilai benar, maka implikasi pr bernilai benar pula.
Transitivity : pq , qr ├ pr
Dapat ditulis
pq
qr
―――――
pr
Contoh :
Jika hari hujan maka tanahnya menjadi berlumpur
Jika tanahnya berlumpur maka sepatu saya akan kotor
―――――――――――――――――――――――――――――
Jika hari hujan maka sepatu saya akan kotor.
K. PENAMBAHAN DISJUNGSI.
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Inferensi penambahan disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu kalimat dapat
digeneralisasikan dengan penghubung ””. Alasannya adalah karena penghubung ””
bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar.
Misalnya saya mengatakan ”Langit berwarna biru” (bernilai benar). Kalimat tersebut tetap
akan bernilai benar jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung ””. Misalnya ”Langit
berwarna biru atau bebek adalah binatang menyusui”. Kalimat tersebut tetap bernilai benar
meskipun kalimat ”Bebek adalah binatang menyusui”, merupakan kalimat yang bernilai salah.
Addition : p ├(pq) atau q ├ (pq)
Atau dapat ditulis
p atau q
―――― ――――
pq pq
Contoh :
Amir adalah siswa SMU
――――――――――――――――――――
Amir adalah siswa SMU atau SMP
L. KONJUNGSI.
1. KONJUNGSI
Jika ada dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat tersebut
dengan menggunakan penghubung ”” juga bernilai benar.
Konjungsi
p
q
――
pq
2. PENYEDERHANAAN KONJUNGSI
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Inferensi ini merupakan kebalikan dari inferensi penambahan disjungtif. Jika beberapa
kalimat dihubungkan dengan operator ””, maka kalimat tersebut dapat diambil salah
satunya secara khusus (penyempitan kalimat).
Simplification : (pq) ├p atau (pq) ├ q
Atau dapat ditulis
pq atau pq
――― ―――
p q
Contoh :
Langit berwarna biru dan bulan berbentuk bulat
―――――――――――――――――――――――――
Langit berwarna biru atau Bulan berbentuk bulat
Daftar Pustaka
26. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
27. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
28. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
29. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall Int, New
Jersey, 1998.
30. Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
OPERATOR
BOOLEAN
O OPERATOR LOGIKA DASAR
O OPERATOR LOGIKA TURUNAN
O ALJABAR BOOLEAN
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
09 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Aljabar boolean mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling berhubungan. Dalam arti luas, aljabar boolean berarti suatu jenis simbol-simbol
Mahasiswa mampu memahami
pengertian aljabar Boolean dua-
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
yang ditemukan oleh George Boole untuk memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika secara aljabar.
.
nilai, operator logika turunan pada
aljabar boolean
serta penarikan kesimpulan secara
valid.
DEFINISI :
Misalkan B adalah himpunan yang didefinisikan pada dua operator biner, + dan •, dan sebuah
operator uner ‘. Misalkan 0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B. Maka, tupel (B, +, •,
‘) disebut aljabar Boolean jika untuk setiap a, b, c B berlaku aksioma-aksioma berikut.( Postulat
Huntington)
1. Closure:
(i) a + b B (artinya, hasil operasi + tetap berada di dalam B)
(ii) a • b B (artinya, hasil operasi • tetap berada di dalam B)
2. Identitas:
(i) a + 0 = a
(ii) a • 1 = a
3. Komutatif:
(i) a + b = b + a
(ii) a • b = b . a
4. Distributif:
(i) a • (b + c) = (a • b) + (a • c)
(ii) a + (b • c) = (.a + b) • (a + c)
5. Komplemen : Untuk setiap a B terdapat elemen unik a‘ B shg
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
(i) a + a‘ = 1
(ii) a • a‘ = 0
Perbedaan antara aljabar Boolean dengan aljabar biasa untuk aritmetika bilangan riil :
1. Hukum distributif a + (b • c) = (a +b). (a + c), benar untuk aljabar Boolean, tetapi tidak
benar untuk aljabar biasa.
2. Aljabar Boolean tidak memiliki operasi pembagian dan pengurangan.
3. komplemen tidak dikenal pada aljabar biasa.
Aljabar Boolean dua-nilai
Aljabar Boolean dua-nilai didefinisikan pada sebuah himpunan B dengan dua buah elemen 0 dan
1 yaitu B = {0, 1}, operator biner, + dan •, operator uner, ‘. Kaidah untuk operator biner dan
operator uner ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
a b a.b a b a+b a ‘a
0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1
Postulat Huntington harus berlaku untuk himpunan B = {O, I} dengan dua operator biner dan satu
operator uner yang didefinisikan di atas:
1. Closure : jelas berlaku karena dari tabel terlihat
hasil tiap operasi adalah 1 atau 0, 1 dan 0 B.
2. Identitas: jelas berlaku karena dari tabel dapat kita lihat bahwa:
(i) 0+1=1+0=1
(ii) 1.0=0-1=0
3. Komutatif: jelas berlaku dengan melihat simetri tabel ope rator biner.
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
4. Distributif: (i) a • (b + c) = (a • b) + (a • c) dapat ditunjukkan benar dari tabel operator biner di
atas dengan membentuk tabel kebenaran untuk semua nilai yang mungkin dari a, b, dan c
KESIMPULAN
Fungsi boolean terdiri dari variabel-variabel biner yang menunjukkan fungsi, suatu tanda
sama dengan, dan suatu ekspresi aljabar yang dibentuk dengan menggunakan variabel-
variabel biner, konstanta-konstanta 0 dan 1, simbol-simbol operasi logik, dan tanda kurung.
Suatu fungsi boolean bisa dinyatakan dalam tabel kebenaran. Suatu tabel kebenaran
untuk fungsi boolean merupakan daftar semua kombinasi angka-angka biner 0 dan 1 yang
diberikan ke variabel-variabel biner dan daftar yang memperlihatkan nilai fungsi untuk
masing-masing kombinasi biner.
Aljabar boolean mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling berhubungan. Dalam arti luas,
aljabar boolean berarti suatu jenis simbol-simbol yang ditemukan oleh George Boole untuk
memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika secara aljabar.
Dalam hal ini aljabar boolean cocok untuk diaplikasikan dalam komputer. Disisi lain, aljabar
boolean juga merupakan suatu struktur aljabar yang operasi-operasinya memenuhi aturan
tertentu.
Daftar Pustaka
31. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
32. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
33. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
34. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
MODUL PERKULIAHAN
ALJABAR BOOLEAN
O Konversi Bentuk Fungsi,
O Bentuk Kanonik SOP & POS,
O Konversi antar bentuk Kanonik
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
10 87004 Tim Dosen
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Abstract Kompetensi Bentuk KANONIK adalah Expressi Boolean yang dinyatakan sebagai penjumlahan dari satu atau lebih mintern atau perkalian dari satu atau lebih maxtern
Mahasiswa mampu memahami
pengertian Konversi Bentuk Fungsi,
Bentuk Kanonik SOP & POS, dan
konversi antar bentuk kanonik
penarikan kesimpulan secara valid.
Fungsi Boolean (fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B melalui ekspresi Boolean, ditulis
f:B n→B
yang dalam hal ini B n adalah himpunan yang beranggo- takan pasangan terurut ganda-n; di
daerah asal B.
Misalkan sebuah fungsi Boolean adalah f(x, y, z) = xyz + x'y + y'z Fungsi f memetakan nilai-nilai
pasangan terurut ganda-3 (x. y, z) ke himpunan {0, 1 }.
Contoh pasangan terurut ganda-3 misalnya (1,0,1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1 sehingga
f(1,0, 1)=1.0.1+1'0+0'.1 = 0+0+1=1.
Contoh-contoh fungsi Boolean:
f(x, y) =X'Y + xy'
f(x, y) = x'y'
f(x, y) = (x+y)’
f(x, y, z) = xyz'
Diketahui f(x,y,z) = xyz’, nyatakanlah dalam table kebenaran
x y z F(x,y,z)=xyz’
0
0
0
0
0
1
0
0
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
Diketahui f(x,y,z) =x’y’z+x’yz+xy’ dan g(x,y,z)=x’z+xy’
Adalah dua buah fungsi Bolean yang sama
x’y’z+x’yz+xy’
= x’z(y’+y)+xy’
= x’z.1+xy’
=x’z+xy’
x y z x’y’z+x’yz+xy’ x’z+xy’
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
Penjumlahan dan perkalian 2 Fungsi
(f+g)(x1+...+xn) = f(x1+...+xn) + g(x1+...+xn)
(f.g)(x1+...+xn) = f(x1+...+xn).g(x1+...+xn)
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Contoh
Misalkan f(x,y)=xy‘+y dan g(x,y)=x‘+y‘
f+g = xy‘+y+x‘+y‘
= xy‘+x‘+(y+y‘)
= xy‘+x‘+1
f.g = (xy‘+y)(x‘+y‘)
Fungsi Komplemen
1.Menggunakan de Morgan
f(x,y,z)= x(y’z‘+yz)
f‘(x,y,z)= (x(y’z‘+yz))‘
= x‘+(y’z‘+yz)‘
= x‘+(y’z‘)‘(yz)‘
= x‘+(y+z)(y‘+z‘)
2. Menggunakan prinsip dualitas
f(x,y,z)= x(y’z‘+yz)
dg dualitas akan menjadi
x+(y‘+z‘)(y+z)
Komplemennya menjadi
x‘+(y+z)(y‘+z‘)
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Contoh
Carilah kompemen dari fungsi f(x,y,z)=x‘(yz‘+y’z)
Cara 1
f(x,y,z)=x‘(yz‘+y’z)
f‘(x,y,z)=(x‘(yz‘+y’z))‘
= x+(yz‘+y’z)‘
= x+(yz‘)‘(y’z)‘
= x+(y‘+z)(y+z‘)
Cara 2
f(x,y,z)=x‘(yz‘+y’z)
Dual =x‘+(y+z‘)(y’+z)
Komplemen = x +(y‘+z)(y+z‘)
Bentuk KANOIK
Adalah Expressi Boolean yang dinyatakan sebagai penjumlahan dari satu atau lebih mintern
atau perkalian dari satu atau lebih maxtern
Jadi ada dua macam bentuk Kanoik :
1. Penjumlahan dari hasil kali (Sum of Product atau SOP), nama lainnya adalah normal
disjunctive
2. Perkalian dari hasil jumlah (product of sum atau POS), nama lainnya adalah normal
konjunctive
f(x,y,z)=x’y’z+xy’z‘+xyz SOP
f(x,y,z)=(x+y+z)(x+y‘+z)(x+y‘+z‘)(x‘+y+z‘)(x‘+y‘+z)POS
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Minterm dilambangkan dengan m
Maxtern dilambangkan dengan M
Contoh
a. xy b. x+y
y' y y' y0 1 0 1
x' 0 mo m1 x' 0 Mo M1
x 1 m2 m3 x 1 M2 M3
y' y y' y0 1 0 1
x' 0 x'y' x'y x' 0 x+y x+y'
x 1 xy' xy x 1 x'+y x'+y'
2015 11
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
xy x+y
y' y y' y0 1 0 1
x' 0 x' 0 1
x 1 1 x 1 1 1
2015 12
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
2015 13
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Minterm Maxterm
x Y Suku Lambang Suku Lambang
0
0
1
1
0
1
0
1
x’y‘
x’y
xy‘
xy
mo
m1
m2
m3
x+y
x+y‘
x‘+y
x‘+y‘
Mo
M1
M2
M3
Minterm Maxterm
x y z Suku Lambang Suku Lambang
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
x’y’z‘
x’y‘z
x’yz‘
x’yz
xy’z‘
xy’z
xyz‘
xyz
mo
m1
m2
m3
m4
m5
m6
m7
x+y+z
x+y+z‘
x+y‘+z
x+y‘+z‘
x‘+y+z
x‘+y+z‘
x‘+y‘+z
x‘+y‘+z‘
Mo
M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
Contoh
Tinjau fungsi Boolean dalam tabel dibawah, nyatakanlah dalam bentuk SOP dan POS
2015 14
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
x y z F(x,y,z)
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
Jawab
a. SOP
f(x,y,z) = x’y’z+xy’z‘+xyz
atau dengan lambang minterm
f(x,y,z) = m1+m4+m7 = ∑ (1,4,7)
b. POS
f(x,y,z) = (x+y+z)(x+y‘+z)(x+y‘+z‘)(x‘+y+z‘)(x+y‘+z)
atau dengan lambang maxterm
f(x,y,z) = M0+M2+M3+M5+M6 = π (0,2,3,5,6)
Contoh
Nyatakan fungsi Boolean f(x,y,z) = x+y’z dalam bentuk SOP dan POS
Jawab
a. SOP
2015 15
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
x = x (y+y‘)
= xy+xy‘
= xy(z+z‘) + xy‘(z+z‘)
= xyz+xyz‘+xy’z+xy’z‘
y’z=y’z(x+x‘)
= xy’z+x’y’z
Jadi f(x,y,z)= m1+m4+m5+m6+m7=∑ (1,4,5,6,7)
b. POS
F(x,y,z) = x+y‘z
= (x+y‘)(x+z)
(x+z‘) = x+y‘+zz‘
= (x+y‘+z)(x+y‘+z‘)
x+z =x+z+yy‘
= (x+y+z)(x+y‘+z)
Jadi f(x,y,z)= (x+y‘+z)(x+y‘+z‘)(x+y+z)(x+y‘+z)
(x+y‘+z)(x+y‘+z‘)(x+y+z)
M0+M2+M3=π (0,2,3)
Contoh
Nyatakan fungsi Boolean f(x,y,z) = xy+x’z dalam kaonik POS
2015 16
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
35. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
36. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
37. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
38. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
OPERASI LOGIKA
o Operasi logika
o Rangkaian Digital Elektronik
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
11 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi LOGIKA: Memberikan batasan yang pasti dari suatu keadaan, sehingga suatu keadaan tidak dapat berada dalam dua ketentuan sekaligus.
Mahasiswa mampu memahami
pengertian Rangkain Logika, Gerbang
Logika, Gerbang dasar, dan Gerbang
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
turunan serta penarikan kesimpulan
secara valid.
DASAR OPERASI LOGIKA
LOGIKA :
Memberikan batasan yang pasti dari suatu keadaan, sehingga suatu keadaan
tidak dapat berada dalam dua ketentuan sekaligus.
Dalam logika dikenal aturan sbb :
1. Suatu keadaan tidak dapat dalam keduanya benar dan salah sekaligus
2. Masing-masing adalah benar / salah.
3. Suatu keadaan disebut benar bila tidak salah.
Dalam ajabar boolean keadaan ini ditunjukkan dengan dua konstanta : LOGIKA ‘1’ dan
‘0’
Operasi-operasi dasar logika dan gerbang logika :
Pengertian GERBANG (GATE) :
1. Rangkaian satu atau lebih sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu
sinyal keluaran.
2. Rangkaian digital (dua keadaan), karena sinyal masukan atau keluaran
hanya berupa tegangan tinggi atau low ( 1 atau 0 ).
3. Setiap keluarannya tergantung sepenuhnya pada sinyal yang diberikan
pada masukan-masukannya.
Operasi logika NOT ( Invers )
Operasi merubah logika 1 ke 0 dan sebaliknya x = x’
Tabel Operasi NOT Simbol
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
X X’
0 1
1 0
Operasi logika AND
1. Operasi antara dua variabel (A,B)
2. Operasi ini akan menghasilkan logika 1, jika kedua variabel tersebut berlogika 1
Simbol Tabel operasi AND
A B A . B
A A . B 0 0 0
0 1 0
1 0 0
B 1 1 1
Operasi logika OR
Operasi antara 2 variabel (A,B)
Operasi ini akan menghasilkan logika 0, jika kedua variabel tersebut berlogika 0.
Simbol
Tabel Operasi OR
A A + B A B A + B
0 0 0
0 1 1
B 1 0 1
1 1 1
Operasi logika NOR
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Operasi ini merupakan operasi OR dan NOT, keluarannya merupakan keluaran operasi
OR yang di inverter.
Simbol
Tabel Operasi NOR
A A + B ( A + B )’ A B ( A + B)’
0 0 1
0 1 0
B 1 0 0
1 1 0
Atau
A ( A + B )’
B
Operasi logika NAND
Operasi logika ini merupakan gabungan operasi AND dan NOT, Keluarannya merupakan
keluaran gerbang AND yang di inverter.
Simbol Tabel Operasi NAND
A A . B ( A . B )’ A B ( A . B)’
0 0 1
0 1 1
B 1 0 1
1 1 0
Atau
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
A ( A . B )’
B
Operasi logika EXOR
akan menghasilkan keluaran ‘1’ jika jumlah masukan yang bernilai ‘1’ berjumlah ganjil.
Simbol Tabel Operasi EXOR
A Y A B A + B
0 0 0
0 1 1
B 1 0 1
1 1
0
Operasi logika EXNOR
Operasi ini akan menghasilkan keluaran ‘1’ jika jumlah masukan yang bernilai ‘1’
berjumlah genap atau tidak ada sama sekali.
Simbol Tabel Operasi EXNOR
A Y A B A + B
0 0 1
0 1 0
B 1 0 0
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1 1 1
DALIL BOOLEAN ;
1. X=0 ATAU X=1
2. 0 . 0 = 0
3. 1 + 1 = 1
4. 0 + 0 = 0
5. 1 . 1 = 1
6. 1 . 0 = 0 . 1 = 0
7. 1 + 0 = 0 + 1 = 0
TEOREMA BOOLEAN
1. HK. KOMUTATIF
A + B = B + A
A . B = B . A
6. HK. IDENTITAS
A + A = A
A . A = A
2. HK. ASSOSIATIF
(A+B)+C = A+(B+C)
(A.B) . C = A . (B.C)
7.
0 + A = A ----- 1. A = A
1 + A = 1 ----- 0 . A = 0
3. HK. DISTRIBUTIF
A . (B+C) = A.B + A.C
A + (B.C) = (A+B) . (A+C)
8.
A’ + A = 1
A’ . A =0
4. HK. NEGASI
( A’ ) = A’
(A’)’ = A
9.
A + A’ . B = A + B
A . (A + B)= A . B
5. HK. ABRSORPSI
A+ A.B = A
A.(A+B) = A
10. DE MORGAN’S
( A+ B )’ = A’ . B’
( A . B )’ = A’ + B’
CONTOH :
1. A + A . B’ + A’ . B = A . ( 1 + B’ ) + A’ . B
= A . 1 + A’ . B
= A + A’ . B
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
= A + B
2. A
B
X
X = (A.B)’ . B = (A’ + B’) . B
= ( A.B )’ + B’.B
= ( A.B )’ + 0
= A’.B
A
B
X = A’.B
ATAU
A X = A’.B
B
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Aplikasi Aljabar Boolean
Rangkaian Digital Elektronik
Gerbang AND Gerbang OR Gerbang NOT (inverter)
Contoh. Nyatakan fungsi f(x, y, z) = xy + x’y ke dalam rangkaian logika.
Jawab: (a) Cara pertama
y
xxy
y
xx+ y x'x
x'
x
yxy
x
yx'y
xy+x'y
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
(b) Cara kedua
(b) Cara ketiga
Gerbang Turunan
Gerbang NAND Gerbang XOR
Gerbang NOR Gerbang XNOR
x
y(xy)'
x
y(x+y)'
x
y+x y
x
y+(x y)'
x
y(x+y)'
x
y(x + y)' ekivalen dengan
x
y(x + y)'
x + y
x'
xy
x y
x'y
xy+x'y
x'
xyx
y
x'y
xy+x'y
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Contoh. f(x, y) = x’y + xy’ + y’
disederhanakan menjadi
f(x, y) = x’ + y’
Penyederhanaan fungsi Boolean dapat dilakukan dengan 3 cara:
1. Secara aljabar
2. Menggunakan Peta Karnaugh
3. Menggunakan metode Quine Mc Cluskey (metode Tabulasi)
1. Penyederhanaan Secara Aljabar
Contoh:
1. f(x, y) = x + x’y
x'
y'x'y' ekivalen dengan
x'
y'x' + y' ekivalen dengan
x
y(xy)'
2015 11
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
= (x + x’)(x + y)
= 1 (x + y )
= x + y
2. f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’ + y) + xy’
= x’z + xz’
3. f(x, y, z) = xy + x’z + yz = xy + x’z + yz(x + x’)
= xy + x’z + xyz + x’yz
= xy(1 + z) + x’z(1 + y) = xy + x’z
Daftar Pustaka
39. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
40. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
41. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
42. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Bentuk Kanonik dan Bentuk
Baku
Fungsi Boolean o Metode SOP minimal,
o Tabel ekspresi Bool untuk SOP
minimal
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
12 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Tabel kebenaran adalah tabel yang memuat semua kemungkinan atau kombinasi masukan serta keluaran dari kombinasi tersebut.
Mahasiswa mampu memahami metode
SOP minimal, pengertian, tabel
ekspresi Bool untuk SOP minimal serta
penarikan kesimpulan secara valid.
Bentuk Kanonik yaitu “Fungsi Boolean yang diekspresikan dalam bentuk SOP atau POS dengan
minterm atau maxterm mempunyai literal yang lengkap”.
Bentuk Baku yaitu “Fungsi Boolean yang diekspresikan dalam bentuk SOP atau POS dengan
minterm atau maxterm mempunyai literal yang tidak lengkap”.
1. Menggunakan Tabel Kebenaran
Tabel kebenaran adalah tabel yang memuat semua kemungkinan atau kombinasi masukan
serta keluaran dari kombinasi tersebut.
Secara umum tabel kebenaran yang memiliki “n” buah masukan mempunyai “2n” kombinasi
masukan yang mungkin, jika kondisi keluaran yang diharapkan dari rangkaian logika diberikan
untuk semua kemungkinan kondisi masukan, maka hasilnya dapat diperlihatkan dalam tabel
kebenaran.
Contoh:
1. Buatlah ekspresi Boolean dalam bentuk SOP dan POS dari tabel kebenaran ini.
A B C Y
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1
1
1
1
0
1
0
1
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Penyelesaian:
a) Dalam bentuk SOP, maka yang dilihat adalah Y = 1.
A B C Y
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
Y = ( CBA .. ) + ( CBA .. ) + ( CBA .. ) + ( CBA .. )
Y = y1 + y3 + y5 + y7
Y = y (1,3,5,7)
b) Dalam bentuk POS, maka yang dilihat adalah Y = 0.
A B C Y
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
CBA ..
CBA ..
CBA ..
CBA ..
CBA
CBA
CBA
CBA
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1
1
1
1
0
1
0
1
Y = ( CBA ) . ( CBA ) . ( CBA ) . ( CBA )
Y = y0 . y2 . y4 . y6
Y = y (0,2,4,6)
Jadi Y = y (1,3,5,7) = y (0,2,4,6)
2. Buatlah suatu rangkaian gerbang logika sederhana sebagai alat pengamanan lemari
untuk menyimpan dokumen penting pada suatu BANK yang mempunyai 3 buah kunci
pembuka, lemari tersebut dapat dibuka bila minimal oleh 2 orang direktur yang memiliki
kunci pembuka.
Pernyelesaian:
Dari soal menunjukkan bahwa lemari akan terbuka jika minimal 2 orang dari 3 orang yang
ada (dapat menggunakan SOP).
a) Masukan (nilai “0” berarti tidak ada orang sedang nilai “1” berarti ada orang).
b) Keluaran (nilai “0” berarti pintu tertutup sedang nilai “1” berarti pintu terbuka).
Tabel kebenarannya:
A B C Y
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0 CBA ..
CBA ..
CBA ..
CBA ..
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
Y = ( CBA .. ) + ( CBA .. ) + ( CBA .. ) + ( CBA .. )
Y = y3 + y5 + y6 + y7
Y = y (3,5, 6,7)
Gambar rangkaian logikanya:
A B C
CBA ..
CBA ..
CBA ..
CBA ..
Y = ( CBA .. )+( CBA .. )+( CBA .. )+( CBA .. )
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
2. Bentuk Kanonik
Beberapa bentuk kanonik fungsi Boolean 3 masukan variabel:
a). Y = ( CBA .. ) + ( CBA .. ) + ( CBA .. ) + ( CBA .. ) SOP (outputnya “1”)
b). Y = ( CBA ) . ( CBA ) . ( CBA ) . ( CBA ) POS (“0”)
Contoh:
1). Nyatakan fungsi Boolean Y (x, y, z) = ( x + y ) . ( y + z ) dalam bentuk kanonik SOP dan
POS.
Penyelesaian:
a) Diambil suku ( x + y ) yang artinya jika nilai masukan 0 1 -, maka Y = 0 (POS)
x y z Y
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
b) Diambil suku ( y + z ) yang artinya jika nilai masukan - 1 0, maka Y = 0 (POS)
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Semua suku telah dimasukan ke tabel kebenaran, nilai Y
(keluaran) yang belum terisi akan berharga 1, sehingga tabel
kebenarannya menjadi:
Berdasarkan tabel kebenaran, maka:
Bentuk SOP-nya (minterm) adalah
Y (A, B, C) = y (0, 1, 4, 5, 7)
Bentuk POS-nya (maxterm) adalah
Y (A, B, C) = y (2, 3, 6)
2). Buatlah tabel kebenaran dari fungsi berikut ini: Y = ( A + A B + ABC )
Penyelesaian:
a) Diambil suku ABC yang artinya jika nilai masukan 1 1 0, maka Y = 1 (SOP)
x y z Y
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
A B C Y
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
A B C Y
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
b) Diambil suku A B yang artinya jika nilai masukan 1 0 -, maka Y = 1
A B C Y
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
c) Diambil suku A yang artinya jika nilai masukan 0 - -, maka Y = 1
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Semua suku telah dimasukan ke tabel kebenaran, nilai Y
(keluaran) yang belum terisi akan berharga 1, sehingga tabel
kebenarannya menjadi:
Berdasarkan tabel kebenaran, maka:
Bentuk SOP-nya (minterm) adalah
Y (A, B, C) = y (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6)
Bentuk POS-nya (maxterm) adalah
Y (A, B, C) = y ( 7 )
3. Konversi Antar Bentuk Kanonik
Apabila f ( x, y, z ) = ( 1, 2, 5, 7 ) dan f ’ adalah fungsi komplemen dari f, maka
f ‘ ( x, y, z ) = ( 0, 3, 4, 6 ) = y0 + y3 + y4 + y6.
A B C Y
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
A B C Y
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
2015 11
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Dengan menggunakan hukum De Morgan, maka diperoleh fungsi f dalam bentuk POS
sebagai berikut:
f ( x, y, z ) = (f ‘( x, y, z ))’ = (y0 + y3 + y4 + y6 )’ = y0’ y3’ y4’ y6’
= (x’y’z’)’ (x’y z)’ (x y’z’)’ (x y z’)’
= ( x + y + z ) ( x + y’ + z’ ) ( x’ + y + z’ ) ( x’ + y’ + z )
= y0 y3 y4 y6
= y ( 0, 3, 4, 6 )
Jadi f ( x, y, z ) = y ( 1, 2, 5, 7 ) = y ( 0, 3, 4, 6 )
Contoh: Nyatakan fungsi dibawah ini.
a) f ( x, y, z ) = y ( 0, 2, 4, 5 ) dalam bentuk SOP.
b) g ( w, x, y, z ) = y ( 1, 2, 5, 6, 10, 15 ) dalam bentuk POS.
Penyelesaian:
a) f ( x, y, z ) = y ( 1, 3, 6, 7 ).
b) g ( w, x, y, z ) = y ( 0, 3, 4, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14 )
Bentuk Baku
Beberapa bentuk baku fungsi Boolean 3 variabel:
a). Y = ( CBA .. ) + ( BA. ) + ( CA. ) (Bentuk baku dalam bentuk SOP)
b). Y = ( BA ) . ( CBA ) . ( CB ) (Bentuk baku dalam bentuk POS)
Daftar Pustaka
43. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
44. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
45. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
46. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
Model ekspresi Boolean
dengan peta Karnaugh
O Pengertian Peta Karnaugh,
O Teknik minimisasi fungsi boolean dengan peta
Karnaugh.
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
13 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Aljabar boolean mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling berhubungan. Dalam arti luas, aljabar boolean berarti suatu jenis simbol-simbol yang ditemukan oleh George Boole
Mahasiswa mampu memahami
pengertian Peta Karnaugh, teknik
minimisasi fungsi boolean dengan
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
untuk memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika secara aljabar.
.
peta Karnaugh, serta penarikan
kesimpulan secara valid.
Peta Karnaugh
a. Peta Karnaugh dengan dua peubah
y
0 1
m0 m1 x 0 x’y’ x’y
m2 m3 1 xy’ xy
b. Peta dengan tiga peubah
yz
00
01
11
10
m0 m1 m3 m2 x 0 x’y’z’ x’y’z x’yz x’yz’
m4 m5 m7 m6 1 xy’z’ xy’z xyz xyz’
Contoh.
Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta Karnaugh.
x y z f(x, y, z)
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1 1 0 1
1 1 1 1
yz
00
01
11
10
x 0 0 0 0 1
1 0 0 1 1
c. Peta dengan empat peubah
yz
00
01
11
10
m0 m1 m3 m2 wx 00 w’x’y’z’ w’x’y’z w’x’yz w’x’yz’
m4 m5 m7 m6 01 w’xy’z’ w’xy’z w’xyz w’xyz’
m12 m13 m15 m14 11 wxy’z’ wxy’z wxyz wxyz’
m8 m9 m11 m10 10 wx’y’z’ wx’y’z wx’yz wx’yz’
Contoh.
Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta Karnaugh.
w x y z f(w, x, y, z)
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 0 1 1 0
1 1 0 0 0
1 1 0 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 0
yz
00
01
11
10
wx 00 0 1 0 1
01 0 0 1 1
11 0 0 0 1
10 0 0 0 0
Teknik Minimisasi Fungsi Boolean dengan Peta Karnaugh
1. Pasangan: dua buah 1 yang bertetangga
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
01 0 0 0 0
11 0 0 1 1
10 0 0 0 0
Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz’
Hasil Penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wxy
Bukti secara aljabar:
f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz’
= wxy(z + z’)
= wxy(1)
= wxy
2. Kuad: empat buah 1 yang bertetangga
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0
Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz + wxyz’
Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wx
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Bukti secara aljabar:
f(w, x, y, z) = wxy’ + wxy
= wx(z’ + z)
= wx(1)
= wx
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0
3. Oktet: delapan buah 1 yang bertetangga
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
Sebelum disederhanakan: f(a, b, c, d) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz + wxyz’ +
wx’y’z’ + wx’y’z + wx’yz + wx’yz’
Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = w
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Bukti secara aljabar:
f(w, x, y, z) = wy’ + wy
= w(y’ + y)
= w
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
Contoh.
Sederhanakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x’yz + xy’z’ + xyz + xyz’.
Jawab:
Peta Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:
yz
00
01
11
10
x 0 1
1 1 1 1
Hasil penyederhanaan: f(x, y, z) = yz + xz’
Contoh.
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Andaikan suatu tabel kebenaran telah diterjemahkan ke dalam Peta Karnaugh. Sederhanakan
fungsi Boolean yang bersesuaian sesederhana mungkin.
yz
00
01
11
10
wx 00 0 1 1 1
01 0 0 0 1
11 1 1 0 1
10 1 1 0 1
Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = wy’ + yz’ + w’x’z
Contoh.
Minimisasi fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = w + xy’z
Jika penyelesaian Contoh 5.13 adalah seperti di bawah ini:
yz
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
00 01 11 10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
maka fungsi Boolean hasil penyederhanaan adalah
f(w, x, y, z) = w + w’xy’z (jumlah literal = 5)
yang ternyata masih belum sederhana dibandingkan f(w, x, y, z) = w + xy’z (jumlah literal = 4).
Contoh.
Sederhanakan fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.
cd
00
01
11
10
ab 00 0 0 0 0
01 0 0 1 0
11 1 1 1 1
10 0 1 1 1
Jawab: (lihat Peta Karnaugh di atas) f(a, b, c, d) = ab + ad + ac + bcd
Contoh.
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Minimisasi fungsi Boolean f(x, y, z) = x’z + x’y + xy’z + yz
Jawab:
x’z = x’z(y + y’) = x’yz + x’y’z
x’y = x’y(z + z’) = x’yz + x’yz’
yz = yz(x + x’) = xyz + x’yz
f(x, y, z) = x’z + x’y + xy’z + yz
= x’yz + x’y’z + x’yz + x’yz’ + xy’z + xyz + x’yz
= x’yz + x’y’z + x’yz’ + xyz + xy’z
Peta Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:
yz
00
01
11
10
x 0 1 1 1
1 1 1
Hasil penyederhanaan: f(x, y, z) = z + x’yz’
Peta Karnaugh untuk lima peubah
000 001 011 010 110 111 101 100
2015 11
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
00 m0 m1 m3 m2 m6 m7 m5 m4
01 m8 m9 m11 m10 m14 m15 m13 m12
11 m24 m25 m27 m26 m30 m31 m29 m28
10 m16 m17 m19 m18 m22 m23 m21 m20
Garis pencerminan
Contoh.
Berbagai sistem digital menggunakan kode binary coded decimal (BCD). Diberikan Tabel untuk
konversi BCD ke kode Excess-3 sebagai berikut:
Tabel
Masukan BCD Keluaran kode Excess-3
w x y z f1(w, x, y, z) f2(w, x, y,z) f3(w, x, y, z) f4(w, x, y, z)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
(a) f1(w, x, y, z)
yz
2015 12
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
00 01 11 10
wx 00
01 1 1 1
11 X X X X
10 1 1 X X
f1(w, x, y, z) = w + xz + xy = w + x(y + z)
(b) f2(w, x, y, z)
yz
00
01
11
10
wx 00 1 1 1
01 1
11 X X X X
10 1 X X
f2(w, x, y, z) = xy’z’ + x’z + x’y = xy’z’ + x’(y + z)
(c) f3(w, x, y, z)
yz
00
01
11
10
wx 00 1 1
01 1 1
11 X X X X
10 1 X X
2015 13
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
f3(w, x, y, z) = y’z’ + yz
(d) f4(w, x, y, z)
yz
00
01
11
10
wx 00 1 1
01 1 1
11 X X X X
10 1 X X
f4(w, x, y, z) = z’
2015 14
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
47. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
48. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
49. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
50. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
x y zw
f3
f4
f2
f1
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
MINIMISASI FUNGSI
BOOLEAN DGN PETA
KARNAUGH
o Peta Karnaugh 2,
o Peta karnaugh 3 variabel,
o teknik minimisasi fungsi boolean dengan peta
Karnaugh dan teknik digital.
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem Informasi
14 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Aljabar boolean mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling berhubungan. Dalam arti luas, aljabar boolean berarti suatu jenis simbol-simbol yang ditemukan oleh George Boole
Mahasiswa mengerti Peta Karnaugh 2, Peta karnaugh 3 variabel, teknik minimisasi fungsi boolean dengan peta Karnaugh dan teknik digital.
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
untuk memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika secara aljabar.
MINIMISASI FUNGSI BOOLEAN DGN PETA KARNAUGH
Bukti secara aljabar:
f(w, x, y, z) = wxy’ + wxy
= wx(z’ + z)
= wx(1)
= wx
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0
3. Oktet: delapan buah 1 yang bertetangga
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Sebelum disederhanakan: f(a, b, c, d) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz + wxyz’ +
wx’y’z’ + wx’y’z + wx’yz + wx’yz’
Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = w
Bukti secara aljabar:
f(w, x, y, z) = wy’ + wy
= w(y’ + y)
= w
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
Contoh.
Sederhanakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x’yz + xy’z’ + xyz + xyz’.
Jawab:
Peta Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:
yz
00
01
11
10
x 0 1
1 1 1 1
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Hasil penyederhanaan: f(x, y, z) = yz + xz’
Contoh.
Andaikan suatu tabel kebenaran telah diterjemahkan ke dalam Peta Karnaugh. Sederhanakan
fungsi Boolean yang bersesuaian sesederhana mungkin.
yz
00
01
11
10
wx 00 0 1 1 1
01 0 0 0 1
11 1 1 0 1
10 1 1 0 1
Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = wy’ + yz’ + w’x’z
Contoh.
Minimisasi fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = w + xy’z
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Jika penyelesaian Contoh 5.13 adalah seperti di bawah ini:
yz
00
01
11
10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1
maka fungsi Boolean hasil penyederhanaan adalah
f(w, x, y, z) = w + w’xy’z (jumlah literal = 5)
yang ternyata masih belum sederhana dibandingkan f(w, x, y, z) = w + xy’z (jumlah literal = 4).
Contoh.
Sederhanakan fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.
cd
00
01
11
10
ab 00 0 0 0 0
01 0 0 1 0
11 1 1 1 1
10 0 1 1 1
Jawab: (lihat Peta Karnaugh di atas) f(a, b, c, d) = ab + ad + ac + bcd
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Contoh.
Minimisasi fungsi Boolean f(x, y, z) = x’z + x’y + xy’z + yz
Jawab:
x’z = x’z(y + y’) = x’yz + x’y’z
x’y = x’y(z + z’) = x’yz + x’yz’
yz = yz(x + x’) = xyz + x’yz
f(x, y, z) = x’z + x’y + xy’z + yz
= x’yz + x’y’z + x’yz + x’yz’ + xy’z + xyz + x’yz
= x’yz + x’y’z + x’yz’ + xyz + xy’z
Peta Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:
yz
00
01
11
10
x 0 1 1 1
1 1 1
Hasil penyederhanaan: f(x, y, z) = z + x’yz’
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Peta Karnaugh untuk lima peubah
000 001 011 010 110 111 101 100
00 m0 m1 m3 m2 m6 m7 m5 m4
01 m8 m9 m11 m10 m14 m15 m13 m12
11 m24 m25 m27 m26 m30 m31 m29 m28
10 m16 m17 m19 m18 m22 m23 m21 m20
Garis pencerminan
Contoh.
Berbagai sistem digital menggunakan kode binary coded decimal (BCD). Diberikan Tabel untuk
konversi BCD ke kode Excess-3 sebagai berikut:
Tabel
Masukan BCD Keluaran kode Excess-3
w x y z f1(w, x, y, z) f2(w, x, y,z) f3(w, x, y, z) f4(w, x, y, z)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
(a) f1(w, x, y, z)
yz
00
01
11
10
wx 00
01 1 1 1
11 X X X X
10 1 1 X X
f1(w, x, y, z) = w + xz + xy = w + x(y + z)
(b) f2(w, x, y, z)
yz
00
01
11
10
wx 00 1 1 1
01 1
11 X X X X
10 1 X X
f2(w, x, y, z) = xy’z’ + x’z + x’y = xy’z’ + x’(y + z)
(c) f3(w, x, y, z)
yz
00
01
11
10
wx 00 1 1
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
01 1 1
11 X X X X
10 1 X X
f3(w, x, y, z) = y’z’ + yz
(d) f4(w, x, y, z)
yz
00
01
11
10
wx 00 1 1
01 1 1
11 X X X X
10 1 X X
f4(w, x, y, z) = z’
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
51. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
52. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
53. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
54. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
x y zw
f3
f4
f2
f1
2015 1
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN
PETA KARNAUGH dalam
rangkaian listrik AND-OR minimal
o Peta Karnaugh 3,
o Peta karnaugh 4 variabel,
o Teknik minimisasi fungsi boolean dengan peta karnaugh,
o Peta karnaugh lima dan enam variable
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer
Sistem Informasi
15 87004 Tim Dosen
Abstract Kompetensi Rangkaian digital (dua keadaan), karena sinyal masukan atau keluaran hanya berupa tegangan tinggi atau low. Setiap keluarannya tergantung sepenuhnya pada
Mahasiswa mampu memahami Peta
Karnaugh 3, Peta karnaugh 4 variabel,
teknik minimisasi fungsi boolean
2015 2
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
sinyal yang diberikan pada masukan-masukannya.
dengan peta karnaugh, peta karnaugh
lima dan enam variable.
Suatu fungsi boolean bisa dinyatakan dalam tabel kebenaran. Suatu tabel
kebenaran untuk fungsi boolean merupakan daftar semua kombinasi angka-angka
biner 0 dan 1 yang diberikan ke variabel-variabel biner dan daftar yang
memperlihatkan nilai fungsi untuk masing-masing kombinasi biner.
Aljabar boolean mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling berhubungan. Dalam arti
luas, aljabar boolean berarti suatu jenis simbol-simbol yang ditemukan oleh George
Boole untuk memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika secara aljabar. Dalam hal ini
aljabar boolean cocok untuk diaplikasikan dalam komputer. Disisi lain, aljabar
boolean juga merupakan suatu struktur aljabar yang operasi-operasinya memenuhi
aturan tertentu.
DASAR OPERASI LOGIKA
LOGIKA :
Memberikan batasan yang pasti dari suatu keadaan, sehingga suatu keadaan tidak
dapat berada dalam dua ketentuan sekaligus.
Dalam logika dikenal aturan sbb :
Suatu keadaan tidak dapat dalam keduanya benar dan salah sekaligus
Masing-masing adalah benar / salah.
Suatu keadaan disebut benar bila tidak salah.
Dalam ajabar boolean keadaan ini ditunjukkan dengan dua konstanta : LOGIKA ‘1’
dan ‘0’
Operasi-operasi dasar logika dan gerbang logika :
Pengertian GERBANG (GATE) :
Rangkaian satu atau lebih sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu
sinyal keluaran.
Rangkaian digital (dua keadaan), karena sinyal masukan atau keluaran
hanya berupa tegangan tinggi atau low ( 1 atau 0 ).
Setiap keluarannya tergantung sepenuhnya pada sinyal yang diberikan pada
masukan-masukannya.
2015 3
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Operasi logika NOT ( Invers )
Operasi merubah logika 1 ke 0 dan sebaliknya x = x’
Tabel Operasi
NOT
Simbol
X X’
0 1
1 0
Operasi logika AND
Operasi antara dua variabel (A,B)
Operasi ini akan menghasilkan logika 1, jika kedua variabel tersebut
berlogika 1
Simbol
Tabel operasi
AND
A B
A . B
A A . B 0 0 0
2015 4
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
0 1
0
1 0
0
B
1 1
1
Operasi logika OR
Operasi antara 2 variabel (A,B)
Operasi ini akan menghasilkan logika 0, jika kedua variabel tersebut berlogika 0.
Simbol
Tabel Operasi OR
A A + B A B A + B
0 0
0
0 1
2015 5
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1
B
1 0
1
1 1
1
Operasi logika NOR
Operasi ini merupakan operasi OR dan NOT, keluarannya merupakan keluaran
operasi OR yang di inverter.
Simbol Tabel Operasi NOR
A A + B ( A + B )’
A B ( A + B)’
0 0 1
0
1 0
B 1
0 0
1 1
0
2015 6
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Atau
A ( A + B )’
B
Operasi logika NAND
Operasi logika ini merupakan gabungan operasi AND dan NOT, Keluarannya
merupakan keluaran gerbang AND yang di inverter.
Simbol
Tabel Operasi NAND
A A . B ( A . B )’ A
B ( A . B)’
0 0
1
0 1
2015 7
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1
B
1 0
1
1 1
0
Atau
A ( A . B )’
B
Operasi logika EXOR
akan menghasilkan keluaran ‘1’ jika jumlah masukan yang bernilai ‘1’ berjumlah
ganjil.
2015 8
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Simbol
Tabel Operasi EXOR
A Y A
B A + B
0
0 0
0
1 1
B 1
0 1
1 1
0
Operasi logika EXNOR
Operasi ini akan menghasilkan keluaran ‘1’ jika jumlah masukan yang bernilai ‘1’
berjumlah genap atau tidak ada sama sekali.
Simbol
Tabel Operasi EXNOR
A Y A B A + B
0
0 1
0
1 0
B 1
0 0
2015 9
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
1
1 1
DALIL BOOLEAN ;
8. X=0 ATAU X=1
9. 0 . 0 = 0
10. 1 + 1 = 1
11. 0 + 0 = 0
12. 1 . 1 = 1
13. 1 . 0 = 0 . 1 = 0
14. 1 + 0 = 0 + 1 = 0
TEOREMA BOOLEAN
1. HK. KOMUTATIF
A + B = B + A
A . B = B . A
6. HK. IDENTITAS
A + A = A
A . A = A
2. HK. ASSOSIATIF
(A+B)+C = A+(B+C)
(A.B) . C = A . (B.C)
7.
0 + A = A ----- 1. A = A
1 + A = 1 ----- 0 . A = 0
3. HK. DISTRIBUTIF
A . (B+C) = A.B + A.C
A + (B.C) = (A+B) . (A+C)
8.
A’ + A = 1
A’ . A =0
4. HK. NEGASI
( A’ ) = A’
(A’)’ = A
9.
A + A’ . B = A + B
A . (A + B)= A . B
5. HK. ABRSORPSI
A+ A.B = A
A.(A+B) = A
10. DE MORGAN’S
( A+ B )’ = A’ . B’
( A . B )’ = A’ + B’
CONTOH :
2. A + A . B’ + A’ . B = A . ( 1 + B’ ) + A’ . B
= A . 1 + A’ . B
= A + A’ . B
= A + B
2015 10
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
2. A
B
X
X = (A.B)’ . B = (A’ + B’) . B
= ( A.B )’ + B’.B
= ( A.B )’ + 0
= A’.B
A
B
X = A’.B
ATAU
A
X = A’.B
B
2015 11
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Aplikasi Aljabar Boolean
Rangkaian Digital Elektronik
Gerbang AND Gerbang OR Gerbang NOT
(inverter)
Contoh.
Nyatakan fungsi f(x, y, z) = xy + x’y ke dalam rangkaian logika.
Jawab: (a) Cara pertama
y
xxy
y
xx+ y x'x
x'
x
yxy
x
yx'y
xy+x'y
2015 12
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
(b) Cara kedua
c. Cara ketiga
Gerbang Turunan
Gerbang NAND Gerbang XOR
Gerbang NOR Gerbang XNOR
x
y(xy)'
x
y(x+y)'
x
y+x y
x
y+(x y)'
x'
xy
x y
x'y
xy+x'y
x'
xyx
y
x'y
xy+x'y
2015 13
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
x'
y'x'y' ekivalen dengan
x
y(x+y)'
x
y(x + y)' ekivalen dengan
x
y(x + y)'
x + y
2015 14
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Contoh. f(x, y) = x’y + xy’ + y’
disederhanakan menjadi
f(x, y) = x’ + y’
Penyederhanaan fungsi Boolean dapat dilakukan dengan 3 cara:
4. Secara aljabar
5. Menggunakan Peta Karnaugh
6. Menggunakan metode Quine Mc Cluskey (metode Tabulasi)
1. Penyederhanaan Secara Aljabar
Contoh:
4. f(x, y) = x + x’y
= (x + x’)(x + y)
= 1 (x + y )
= x + y
x'
y'x' + y' ekivalen dengan
x
y(xy)'
2015 15
Logika Matematika PusatBahan Ajar dan eLearning
Tim Dosen. http://www.mercubuana.ac.id
5. f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’ + y) + xy’
= x’z + xz’
6. f(x, y, z) = xy + x’z + yz = xy + x’z + yz(x + x’)
= xy + x’z + xyz + x’yz
= xy(1 + z) + x’z(1 + y) = xy + x’z
Daftar Pustaka
55. Firrar Utdirartatmo, Teori Bahasa dan Otomata, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi 2, 2005.
56. Jonhson, Ricard, Discrete Mathematics. Prentice Hall Int, New Jersey, 2001
57. Sri Kusumadewi, Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
58. Klin, George J dan Tina A. Folger, Fuzzy Sets, Uncertainty and Information, Prentice Hall
Int, New Jersey, 1998.Sumarna, Elektronika Digital, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.