1. JUDUL PENELITIAN€¦ · dan co-PI membimbing dua mahasiswa program Pendidikan dokter spesialis...
Transcript of 1. JUDUL PENELITIAN€¦ · dan co-PI membimbing dua mahasiswa program Pendidikan dokter spesialis...
1. JUDUL PENELITIAN Rancang Bangun Sistem Informasi dan Perangkat Telemedicine Penanggulangan Penyakit Menular
MDR-TB dan COVID-19 untuk Pemetaan Mobilitas Pasien.
Bidang Fokus RIRN / Bidang Unggulan Perguruan Tinggi
Tema Topik (jika ada) Rumpun Bidang Ilmu
Teknologi Informasi dan
Komunikasi dan Robotika -
ICT untuk
Kesehatan Teknik Biomedika
Kategori (Kompetitif Nasional/
Desentralisasi/
Penugasan)
Skema
Penelitian
Strata (Dasar/
Terapan/
Pengembangan)
SBK (Dasar,
Terapan,
Pengembangan)
Target
Akhir
TKT
Lama
Penelitian
(Tahun)
Penelitian Desentralisasi
Penelitian
Pengembangan
Unggulan Perguruan
Tinggi
SBK Riset Pengembangan
SBK Riset Pengembangan
7 3
2. IDENTITAS PENGUSUL
Nama, Peran
Perguruan
Tinggi/
Institusi
Program Studi/
Bagian Bidang Tugas ID Sinta H-Index
DHANY ARIFIANTO
Ketua Pengusul
Institut Teknologi
Sepuluh
Nopember
Teknik Fisika
Ahli Pemrosesan
Sinyal.
Bertanggung jawab
pada seluruh
pelaksanaan kegiatan penelitian
serta sekaligus
merancang dan
membangun sistem
monitoring
Telemedicine.
5974954 7
Dr NYILO PURNAMI S.Ked,
dr., Sp.THT-KL,
Sp.THT-KL
Anggota Pengusul
1
Universitas
Airlangga
Ilmu Penyakit
THT
Ahli Audiologi.
Bertanggung jawab
pada uji coba
Telemedicine di
rumah sakit Mitra.
6045795 0
Ir R SUGENG JOKO
SARWONO M.T
Anggota Pengusul
2
Institut
Teknologi
Bandung
Teknik Fisika
Ahli Elektroakustik.
Bertanggung jawab pada kegiatan
integrasi dan
evaluasi sistem
monitoring.
18811 4
3. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA) Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama dalam melaksanakan
penelitian, mitra sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau mitra investor.
Mitra Nama Mitra
Mitra Pelaksana Penelitian Ir. Chayun Budiono, M,Sc
Mitra Investor Dr. Nyilo Purnami, dr., Sp. THT-KL (K)
4. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN Luaran Wajib
Tahun
Luaran Jenis Luaran
Status target capaian
(accepted, published,
terdaftar atau granted, atau
status lainnya)
Keterangan (url dan nama
jurnal, penerbit, url paten,
keterangan sejenis lainnya)
3 Dokumen Feasibility Study Ada/Tersedia -
3 Dokumen Business Plan Ada/Tersedia -
Luaran Tambahan
Tahun
Luaran Jenis Luaran
Status target capaian
(accepted, published,
terdaftar atau granted, atau
status lainnya)
Keterangan (url dan nama
jurnal, penerbit, url paten,
keterangan sejenis lainnya)
3 Publikasi Ilmiah Jurnal
Internasional accepted/published
Journal of acoustical society
of america
5. ANGGARAN Rencana anggaran biaya PPM mengacu pada PMK yang berlaku dengan besaran minimum dan
maksimum sebagaimana diatur pada buku Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Edisi 12.
Total RAB 3 Tahun Rp. 479,870,000 Tahun 3 Total Rp. 228,000,000
Jenis Pembelanjaan Item Satuan Vol. Biaya
Satuan Total
Sewa Peralatan Peralatan penelitian Unit 1 10.000.000 10.000.000
Analisis Data HR Pengolah Data P
(Penelitian) 1 4.000.000 4.000.000
Pelaporan, Luaran
Wajib, dan Luaran
Tambahan
Publikasi artikel di
Jurnal Internasional Paket 1 15.000.000 15.000.000
Pelaporan, Luaran
Wajib, dan Luaran Tambahan
Luaran KI (paten,
hak cipta dll) Paket 1 15.000.000 15.000.000
Pelaporan, Luaran
Wajib, dan Luaran
Tambahan
Biaya Luaran Iptek
lainnya (purwa rupa,
TTG dll)
Paket 1 25.000.000 25.000.000
Bahan Domain Server Paket 1 20.000.000 20.000.000
Bahan
Desain Aplikasi
Sistem
Telemedcine
Paket 1 25.000.000 25.000.000
Pelaporan, Luaran
Wajib, dan Luaran Tambahan
Biaya seminar
internasional Paket 1 6.000.000 6.000.000
Pengumpulan Data HR Pembantu
Lapangan OH 80 100.000 8.000.000
Bahan
Bahan Penelitian
(Pengujian End-
user)
Unit 80 1.000.000 80.000.000
Pengumpulan Data HR Pembantu
Peneliti OJ 160 125.000 20.000.000
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.
RINGKASAN
Angka penderita COVID-19 Indonesia di Asia Tenggara sejak 11 April 2020 berada pada posisi ketiga
dengan jumlah kematian sebesar 327 jiwa. Selain menghadapi masa pandemi COVID-19, Indonesia
juga ditetapkan sebagai negara endemi Tuberkulosis (TB/ TBC). Angka kasus penyakit menular
Tuberkulosis (TB/ TBC) di Indonesia menjadi nomor tiga tertinggi setelah India dan China dengan
jumlah penderita mencapai sekitar 845.000 kasus per tahun. Kondisi tersebut menyebabkan tekanan
besar pada ketahanan pelayanan kesehatan nasional Indonesia ditunjukkan dengan tingginya nilai laju
kematian kedua penyakit tersebut. Selain itu, beberapa aspek dapat menghubungkan kedua penyakit ini
baik dari beberapa gejala yang dihasilkan dan kebutuhan sistem diagnostik. Pada usulan ini, kita
menggunakan telemedicine sebagai solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk tindakan pencegahan
dan pengobatan untuk membendung penyebaran MDR-TB dan COVID-19. Telemedicine
memungkinkan setiap orang, terutama pasien bergejala, untuk tinggal di rumah dan dan berkomunikasi
dengan dokter melalui saluran virtual sehingga membantu mengurangi penyebaran virus ke populasi
massal dan staf medis di garis depan. Pola penelitian ini adalah ini adalah joint supervision dimana PI
dan co-PI membimbing dua mahasiswa program Pendidikan dokter spesialis (PPDS) THT-KL dan satu
mahasiswa Teknik Fisika yang bekerja sama dengan Teknik Fisika ITB untuk integrasi sistem pada
telemedcine. Perekrutan end-user untuk pengujian pada tahap awal akan dilakukan di 15 Rumah Sakit
Surabaya rujukan COVID-19. Hasil penelitian ini akan didiseminasikan melalui makalah seminar dan
jurnal internasional serta untuk dipatenkan.
Kata kunci maksimal 5 kata
Telemedicine, MDR-TB, COVID-19
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan yang
akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian tentang
spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Sejak diputuskannya COVID-19 sebagai pandemi dunia oleh World Health Organization (WHO)
pada 11 Maret 2020 (WHO, 2020), angka penderita COVID-19 Indonesia di Asia Tenggara sejak 11
April 2020 berada pada posisi ketiga dengan jumlah kematian sebesar 327 jiwa. Uraian waktu nyata
data statistik jumlah kasus COVID-19 juga menyebutkan bahwa laju kematian (mortality rate) kasus
COVID-19 di Indonesia mencapai nilai tertingi dari seluruh dunia (Google, 2020). Barry Sianturi,
seorang ahli Matematika di Universitas Indonesia menyatakan bahwa kondisi tersebut terjadi salah
satunya diakibatkan oleh faktor rendahnya tingkat pengujian COVID-19 di Indonesia. Selain itu,
minimnya informasi akan kebutuhan pelayanan kesehatan serta pengumpulan data kasus yang kabur
menyebabkan sistem mitigasi pandemi COVID-19 di Indonesia terganggu (Purwaningsih, 2020).
Selain menghadapi masa pandemi COVID-19, Indonesia juga ditetapkan sebagai negara endemi
Tuberkulosis (TB/ TBC). Angka kasus penyakit menular Tuberkulosis (TB/ TBC) di Indonesia menjadi
nomor tiga tertinggi setelah India dan China dengan jumlah penderita mencapai sekitar 845.000 kasus
per tahun. Beban penyakit Tuberkulosis yang tertinggi diperkirakan berada pada kelompok usia 25-34
tahun, dan di antara lansia yang berusia di atas 65 tahun (1.582 per 100.000). Sekitar 8,2% kejadian
tuberkulosis terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun atau sekitar 70.000 kasus per tahun. Saat ini,
pengobatan infeksi laten TBC diprioritaskan bagi populasi tertentu seperti Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) dan anak di bawah lima tahun yang mempunyai riwayat kontak TB. Mereka yang didiagnosis
ILTB, akan diberikan terapi pencegahan untuk berkembang menjadi penyakit TBC. Namun, tingkat
memulai, kepatuhan dan penyelesaian terapi pencegahan TBC masih rendah. Selain itu, keterlambatan
diagnostik dan perawatan yang tidak cukup memadai berkontribusi pada tingkat keparahan, mortalitas,
serta resiko penularan penyakit ini. (Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020).
Bulan Maret lalu yang juga merupakan bulan peringatan TB dunia menjadi perhatian khusus untuk
terus meningkatkan kesadaran akan masalah TB global di tengah pandemi COVID-19. Beberapa aspek
dapat menghubungkan kedua penyakit ini meliputi kebutuhan diagnostik dan kesadaran publik yang
cepat, menyebabkan stigma sosial, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kerentanan individu, dan
minimnya platform berbagi data yang seluruhnya secara alami dapat menekan sistem ketahanan
perawatan kesehatan nasional (Alagna, dkk., 2020). Selain itu persamaan dari kedua penyakit tersebut
secara gejala yaitu menyebabkan gangguan pernafasan, batuk, sesak nafas (menyerang sistem
pernafasan), demam, dan kelemasan dengan perbedaan dalam munculnya gejala yang ditimbulkan (The
Union, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan sebuah sistem monitoring terintegrasi yang berisi
platform berbagi data mengenai informasi TB dan COVID-19. Tujuan diciptakannya sistem ini adalah
sebagai upaya penanggulangan pencegahan kedua penyakit tersebut. Sehingga dapat menjadi peluang
untuk membuat penilaian yang beririsan antara kedua penyakit baik COVID-19 maupun TB, sekaligus
sebagai upaya manajemen pengendalian yang dapat saling menguntungkan antara kedua penyakit
tersebut karena saling berintegrasi dalam satu platform. Selain itu sistem ini juga mendukung program
TOSS TBC dengan Tema ‘Bersama menuju Eliminasi TBC dan Melawan COVID-19’,
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta jalan
(road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang
kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/ referensi primer yang relevan dan dengan
mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/ atau paten yang terkini. Disarankan
penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tuberculosis (TB)
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang disebut Mycobacterium
Tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi beberapa kasus juga ditemukan bahwa
bakteri tersebut dapat merusak bagian tubuh lainnya. Bakteri TB tersebar melalui udara (airborne
infection) dari satu orang menuju orang lainnya. Penyebaran dapat terjadi ketika seseorang dengan
penyakit TB batuk, bersin, dan meludah sehingga orang-orang di sekitar yang mungkin menghirup
bakteri tersebut dapat terinfeksi bakteri ini (Division of Tuberculosis Elimination, n.d.).
a) Gejala dan Diagnosa
Gejala umum dari penderita TB paru aktif adalah munculnya batuk dengan dahak dan darah pada
waktu yang bersamaan, nyeri dada, kelemahan, penurunan berat badan, demam dan berkeringat di
malam hari. Banyak negara masih mengandalkan metode lama yang disebut sputum smear
microscopy untuk mendiagnosis penyakit TB yakni dengan cara melihat sampel dahak di bawah
mikroskop untuk melihat apakah ada bakteri TB pada sampel tersebut, akan tetapi tes tersebut tidak
mampu mendeteksi resistensi obat. Pada tahun 2010, WHO menyarankan penggunaan tes cepat
Xpert MTB / RIF® untuk mendeteksi TB yang secara bersamaan tes ini juga mambu mendeteksi
resistensi penderita terhadap obat. Pada tahun 2016, 4 tes diagnostik baru dikenalkan oleh WHO
yaitu tes molekular cepat dan 3 tes untuk mendeteksi resistensi terhadap obat TB (WHO, 2020).
b) Pengobatan
TB adalah penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Penyakit ini dapat diobati dengan
kombinasi obat antibakteri dalam jangka waktu 6 – 12 bulan lamanya. Pengobatan yang paling
umum untuk penderita TB aktif adalah INH isoniazid yang dikombinaksikan dengan tiga obat lain
yaitu rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol. Penderita TB aktif diharuskan untuk mengonsumsi
obat sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Tidak menyelesaikan serangkaian
pengobatan dapat menyebabkan penderita mengalami resistensi terhadap obat yang kemudian
dikenal sebagai MDR-TB (American Lung Association, 2020).
c) Multidrug-resistant TB (MDR-TB)
TB Resistensi Obat Berganda atau yang dikenal sebagai MDR-TB adalah suatu bentuk TB yang
disebabkan oleh bakteri yang telah resisten terhadap 2 obat anti TB fase tahap pertama utama yaitu
isoniazid dan rifampicin. Sehingga, pengobatan penderita TB aktif memasuki fase tahap kedua yang
memerlukan jangka waktu lebih panjang (20 – 30 bulan) dan dosis obat yang lebih tinggi (WHO,
2020). Akan tetapi berdasarkan pernyataan keenam ahli, dari fakultas kesehatan di universitas
Stellenbosch, dan Cape Town, dalam artikel ilmiah menjelaskan bahwa kelas obat antibiotic untuk
pasien MDR-TB yang dikenal sebagai aminoglycoside, dan obat bernama capreomycin, efektif
untuk mengobati TB MDR, tetapi memiliki "efek merugikan terkait dosis". Efek yang dihasilkan
diantaranya kerusakan pada ginjal, ototoxicity, atau kerusakan pendengaran dan fungsi
keseimbangan telinga (Guthrie, 2008); (Harris, dkk., 2012).
2. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang
baru ditemukan yang oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) dinamakan virus
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyebaran utama virus ini adalah
melalui tetesan (droplets) air liur atau keluar melalui saluran hidung ketika penderita batuk dan bersin,
sehingga transmisi kontak dekat adalah cara transmisi paling umum untuk SARS-CoV-2 (Wang, dkk.,
2020); (WHO, 2020).
a) Gejala
COVID-19 adalah penyakit pernapasan dan sebagian besar orang yang terinfeksi akan mengalami
gejala ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Akan tetapi pada
kasus tertentu orang yang memiliki riwayat penyakit beresiko dan mereka yang berusia di atas 60
tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit parah dan kematian. Gejala umum dari penyakit
ini meliputi demam, kelelahan, batuk kering dengan gejala lain yang ditemukan diantaranya sesak
napas, sakit dan nyeri, sakit tenggorokan, dan sedikit penderita melaporkan gejala diare, mual atau
pilek (WHO, 2020).
Gambar 1. Gangguan sistemik dan pernapasan yang disebabkan oleh infeksi COVID-19.
b) Pengobatan
Berdasarkan bukti dari penelitian laboratorium, hewan dan klinis, pilihan pengobatan berikut
dipilih: Remdesivir; Lopinavir / Ritonavir; Lopinavir / Ritonavir dengan Interferon beta-1a; dan
Chloroquine atau Hydroxychloroquine (WHO, 2020).
3. Telemedicine
Telemedicine merupakan sistem penyampaian layanan perawatan kesehatan, di mana jarak
merupakan faktor penting, yang diakses oleh semua profesional perawatan kesehatan dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pertukaran informasi yang valid dalam
kegiatan diagnosis, perawatan dan pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, serta untuk
kelanjutan pendidikan penyedia layanan kesehatan, yang seluruhnya dilakukan dengan tujuan untuk
memajukan kesehatan individu dan komunitas didalamnya (WHO, 1998). Telemedicine mencakup
berbagai bentuk informasi diantaranya (1) transmisi (suara, suara, video, gambar diam, dan teks), (2)
teknologi komunikasi (saluran telepon standar, kabel koaksial, satelit, microwave, nirkabel digital,
ISDN, dan Internet), dan (3) antarmuka pengguna (komputer desktop, komputer laptop, asisten digital
pribadi, mesin faks, telepon, ponsel, videophones, berbagai sistem mandiri, dan periferal). Seluruh
bentuk informasi tersebut memungkinkan untuk digunakan dalam berbagai kegiatan seperti menyimpan
dan meneruskan aplikasi, sinkronisasi transmisi informasi medis, komunikasi pasien/ penyedia layanan
kesehatan, dan data lainnya, serta untuk menampilkan informasi audiografi atau konsultasi video
interaktif dua arah (Fong, dkk., 2010). Selama masa pandemi dunia, telemedicine dapat dijadikan
sebagai solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk tindakan pencegahan, pencegahan dan pengobatan
untuk membendung penyebaran COVID-19. Telemedicine memungkinkan setiap orang, terutama
pasien bergejala, untuk tinggal di rumah dan dan berkomunikasi dengan dokter melalui saluran virtual
sehingga membantu mengurangi penyebaran virus ke populasi massal dan staf medis di garis depan
(Siwicki, 2020). Salah satu contoh sistem telemedicine ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 2. Peta Jalan Penelitian Tim Peneliti
Selain itu, peta jalan penelitian tim peneliti ditunjukkan juga pada Gambar 2. Peta jalan tersebut
juga merupakan rencana penelitian bersama tim peneliti dengan mitra diantaranya RSUD Dr. Soetomo,
Universitas Airlangga, dan Institut Teknologi Bandung.
(a)
(b)
Gambar 3. (a) Contoh telemedicine pada aplikasi terapi (b) Contoh moda sistem aplikasi (Martínez-Alcalá, dkk., 2013)
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata. Bagian
ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah dilaksanakan dan
yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat berupa file JPG/PNG.
Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas, mulai dari awal bagaimana
proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan. Di bagian ini harus juga mengisi tugas
masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan penelitian yang diusulkan.
METODE
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Telemedicine
Kerangka konseptual dari rancangan pembuatan telemedicine yang akan dibuat pada penelitian ini
ditunjukkan pada Gambar 4. Secara garis besar pengerjaan pembangunan telemedicine dibagi menjadi
dua kegiatan besar yaitu proses perancangan sistem dan proses pengujian sistem kepada pengguna.
Perancangan telemedicine terdiri dari penentuan alur aplikasi, desain relasi database, desain UX/UI
untuk tampilan aplikasi, pengembangan rancang bangun aplikasi yang nantinya akan disajikan
menggunakan website dan Android Apps, serta integrasi keseluruhan sistem (PIC: Dr. Dhany Arifianto,
ST., MT. dan Ir. R. Sugeng Joko Sarwono M.T., Ph.D). Setelah evaluasi sistem dilakukan, maka aplikasi
akan diujikan kepada end-user yaitu kepada pasien dan tenaga medis (PIC: Dr. Nyilo Purnami dr.,
Sp.THT-KL).
Gambar 5. Diagram Alir Cara Kerja Telemedcine
Gambar 6. Tampilan Telemedcine pada Aplikasi Android
Gambar 7. Tampilan Website Telemedcine
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL
Tahun ke-3
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penentuan Alur Aplikasi Ö
2 Desain Relasi Database Ö Ö
3 Desain UX/UI Ö Ö
4 Back End Development Ö Ö
5 Front End Development Ö Ö
6 Android Development Ö Ö Ö
7 Integrasi Sistem Ö
8 Uji Coba End-User Ö Ö Ö Ö Ö
9 Evaluasi dan Pengembangan Ö Ö Ö Ö Ö
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan. Hanya
pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Alagna, R., Besozzi, G., Codecasa, L. R., Gori, A., Migliori, G. B., Raviglione, M., & Cirillo, D. M.
(2020). Celebrating TB day at the time of COVID-19. European Respiratory Journal, 1-9. American Lung Association. (2020, 8 April). Lung Health and Diseases: How Is Active TB Treated?
Retrieved from American Lung Association Web site: https://www.lung.org/lung-health-
diseases/lung-disease-lookup/tuberculosis/treating-and-managing
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2020). Panduan Pelaksanaan Peringatan
Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Division of Tuberculosis Elimination. (n.d.). Tuberculosis: Basic TB Facts. Retrieved from Centers for
Disease Control Control and Prevention Web site:
https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/default.htm
Fong, B., Fong, A. C., & Li, C. K. (2010). Telemedicine - Technologies Information Technologies in
Medicine and Telehealth. Wiley-Blackwell.
Google. (2020, April 11). Data Statistik Jumlah Kasus COVID-19 Seluruh Dunia. Retrieved from
Google Berita: https://news.google.com/covid19/map?hl=id&gl=ID&ceid=ID:id
Guthrie, O. W. (2008). Aminoglycoside induced ototoxicity. Toxicology, 91–96.
Harris, T., Bardien, S., Schaaf, H. S., Petersen, L., Jong, G. d., & Fagan, J. J. (2012). Aminoglycoside-
induced hearing loss in HIV-positive and HIV-negative multidrug-resistant tuberculosis
patients. South African Medical Journal, 102(6), 363-366.
Martínez-Alcalá, C. I., Muñoz, M., & Monguet-Fierro, J. (2013). Design and Customization of
Telemedicine Systems. Computational and Mathematical Methods in Medicine, 1-16.
Purwaningsih, A. (2020, April 10). Indonesia: Loose restrictions could send COVID-19 death toll
surging. Retrieved from Deutsche Welle Web site: https://www.dw.com/en/indonesia-loose-
restrictions-could-send-covid-19-death-toll-surging/a-53088143
Siwicki, B. (2020, Maret 19). Telemedicine during COVID-19: Benefits, limitations, burdens,
adaptation. Retrieved from Healthcare IT News:
https://www.healthcareitnews.com/news/telemedicine-during-covid-19-benefits-limitations-
burdens-adaptation
The Union. (2020, Maret 25). COVID-19 and TB: Frequently Asked Questions. Retrieved from The
Union Web site: https://www.theunion.org/news-centre/covid-19/covid-tb-faqs#one
Wang, L.-s., Wang, Y.-r., Ye, D.-w., & Liu, Q.-q. (2020). A review of the 2019 Novel Coronavirus
(COVID-19) based on current evidence. International Journal of Antimicrobial Agents, 1-28.
WHO. (1998). A health telematics policy in support of WHO’s Health-For-All strategy for global health
development: report of the WHO group consultation on health telematics. Geneva: World
Health Organization.
WHO. (2020, Maret 24). Fact sheets: Tuberculosis. Retrieved from World Health Organization Web
site: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis
WHO. (2020). Global research on coronavirus disease (COVID-19): “Solidarity” clinical trial for
COVID-19 treatments. Retrieved from World Health Organization Web site:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/global-research-on-novel-
coronavirus-2019-ncov/solidarity-clinical-trial-for-covid-19-treatments
WHO. (2020). Health topics: Coronavirus. Retrieved from World Health Organization Web site:
https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_1
WHO, D. (2020, Maret 11). Speeches: WHO Director-General's opening remarks at the media briefing
on COVID-19 - 11 March 2020. Retrieved from World Health Organization Web site:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-
media-briefing-on-covid-19---11-march-2020