09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

112
ANALISA DAN PERENCANAAN PELAT BETON PRACETAK SISTEM HOLLOW CORE SLAB (HCS) UNTUK PELAT SATU ARAH Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun oleh: ORRY GIOVANNI 04 0404 111 SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Orry Giovanni : Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak Sistem Hollow Core Slab (HCS) Untuk Pelat Satu Arah, 2008 USU Repository © 2008

Transcript of 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Page 1: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

ANALISA DAN PERENCANAAN

PELAT BETON PRACETAK SISTEM HOLLOW CORE SLAB (HCS) UNTUK PELAT

SATU ARAH

Tugas Akhir

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh:

ORRY GIOVANNI 04 0404 111

SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Orry Giovanni : Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak Sistem Hollow Core Slab (HCS) Untuk Pelat Satu Arah, 2008 USU Repository © 2008

Page 2: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

ABSTRAK Pada saat ini beton pracetak atau precast telah digunakan secara meluas pada

elemen-elemen struktur bangunan seperti kolom, balok, lantai, dinding dan pondasi. Banyak juga di jumpai pada dinding penahan (retaining wall) serta saluran irigasi maupun drainase yang terbuat dari beton pracetak. Beton pracetak mudah dipasang sehingga mampu mempercepat waktu pelaksanaan proyek. Salah satu sistem precast untuk lantai adalah Hollow Core Slab (HCS), HCS adalah pelat precast yang menggunakan sistem pre-tensioning dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka kapasitas dukungngya akan menjadi lebih besar

Pada perencanaan Pelat Hollow Core harus direncanakan ukuran pelat yang memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan peraturan Beton Indonesia (SNI 2002) baik dalam saat beban transfer, pada saat kehilangan tegangan pada pre-tensioning maupun saat beban layan telah bekerja, tegangan yang terjadi akibat pemasangan tersebut harus memenuhi tegangan ijin beton dimana tegangan tersebut harus dikontrol akibat gaya prategang dengan beban mati serta gaya prategang dengan beban total pada saat pengecoran toping dengan Plat Hollow Core dimana struktur telah menjadi komposit.

Dari hasil perhitungan untuk pengangkatan (handling) Pelat Hollow Core sebelum pemasangan digunakan kabel dengan diameter 3/8 inchi atau 9.525 mm dengan jumlah 4 buah kabel dengan gaya ijin untuk 1 kabel = 3.6 kip atau 16 KN. Pelat Hollow Core yang digunakan dengan dimensi ukuran lebar penampang = 1200 mm dan tinggi penampang = 200 mm serta diameter lubang 190 mm dengan panjang bentang 6 m Tegangan yang terjadi masih memenuhi tegangan ijin dimana luas penampangnya sebesar 0.103 m2 atau kurang dari 50 % luas penampang pelat utuh (0.24 m2). Jumlah tendon prategang yang digunakan pada saat penarikan adalah 5 buah dengan diameter 6 mm dengan tebal topping Pelat Hollow Core diambil 50 mm. Tegangan yang terjadi pada Pelat Hollow Core harus dikontrol pada saat retak (crack), terhadap geser dan lendutan (defleksi) pada saat beban layan belum bekerja maupun saat beban layan telah bekerja serta beban gempa Keyword : Precast, Hollow Core Slab

KATA PENGANTAR

Page 3: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayat-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul

“ANALISA DAN PERENCANAAN PELAT BETON PRACETAK

SISTEM HOLLOW CORE SLAB (HCS) UNTUK PELAT SATU ARAH”

Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana teknik

sipil bidang studi struktur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak kekurangannya dan jauh

dari kata sempurna. Hal ini penulis akui karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya

pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak dan ibu

dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis harapkan.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh

karena iu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis muliakan yang dalam keadaan

sulit telah mau memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan

sampai saat ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku ketua jurusan departemen teknik sipil

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Teruna Jaya MSc. selaku wakil ketua jurusan departemen teknik sipil

Universitas Sumatera Utara.

Page 4: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Ir. Robert Panjaitan selaku co-pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

5. Bapak Ir. Radjamin Tanjung, selaku dosen wali sekaligus dosen pengajar selama

menempuh studi.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc selaku dosen pembanding saya yang telah

memberikan banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir

ini

7. Bapak Ir. S. Arbyen Siregar selaku dosen pembanding saya yang telah memberikan

banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir ini.

8. Bapak Ir. Alferido Malik selaku dosen pembanding saya yang telah memberikan

banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir ini.

9. Bapak/ Ibu dosen pengajar departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dalam kemudahan

penyelesaian administrasi.

11. Rekan-rekan mahasiswa departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara

khususnya buat Sheila, Wija, Perdi, Joseph, Mayjen, Erwin, ijonk, Jaka, Kingson,

Agustina, Muti, Sisca, Icha dan lain lain yang telah membantu penulis didalam

mencari bahan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Page 5: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Sekali lagi penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat

kesalahan penulisan dan penyusunan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap tugas

akhir ini berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Februari 2009

Orry Giovanni

04 0404 111

Page 6: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

DAFTAR NOTASI

Ec = Modulus elastisitas beton tekan

wc = Berat isi beton

G = Modulus geser

μ = Poisson ratio

x,y,z = Koordinat kartesian

σ = Tegangan

τ = Tegangan geser M = Momen lentur

xxm , = Gaya penampang persatuan panjang arah x xq

yym , = Gaya penampang persatuan panjang arah y yq

xxκ , yyκ = Kelengkungan arah x dan y

xφ , yφ = Deformasi geser arah x dan y

xA = Luas persatuan panjang pada arah sumbu y

a = Luas dari flens

yx II , = Momen inersia persatuan panjang pada arah sumbu x dan y

yA = Luas persatuan panjang pada arah sumbu x

P = Beban terpusat

L = Panjang bentang

tI = Konstanta torsi

Page 7: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

yx ηη , = Faktor bentuk untuk kekakuan geser pada arah sumbu x dan y

ES = Kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis

CR = Kehilangan tegangan akibat rangkak beton

SH = Kehilangan tegangan akibat susut beton

RE = Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja

nM = Momen nominal

nV = Geser nominal

Page 8: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum  Dewasa ini beton pracetak atau precast telah digunakan secara meluas pada

elemen-elemen struktur bangunan seperti kolom, balok, lantai, dinding dan pondasi.

Banyak juga di jumpai pada dinding penahan (retaining wall) serta saluran irigasi

maupun drainase yang terbuat dari beton pracetak. Beton pracetak mudah dipasang

sehingga mampu mempercepat waktu pelaksanaan proyek.

Gambar 1.1 Pelat Pracetak sistem Hollow Core Slab untuk lantai satu arah (one

way slab)

Pada saat ini telah banyak aplikasi teknologi beton pracetak pada berbagai jenis

konstruksi, kebanyakan adalah bangunan perumahan tetapi dapat juga dibuat untuk

berbagai jenis bangunan sampai ke bangunan yang besar seperti jembatan, stadion dan

lain-lain, dimana spesialis beton pracetak ini sering disebut precaster. Teknologi dan

sistem beton pracetak yang ditawarkan di Indonesia kebanyakan masih berupa beton

Page 9: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

pracetak non-volumetrik, namun demikian, masih banyak ditemukan permasalahan di

lapangan saat implementasi teknologi dan sistem pracetak ini yang masih belum sesuai

dengan prinsip yang seharusnya mendatangkan manfaat pembeda antara beton pracetak

dan beton tradisional, seperti waktu pelaksanaan yang singkat, biaya yang lebih murah,

serta kualitas yang lebih baik, yang mungkin muncul dari berbagai inovasi teknologi

beton pracetak yang ada di Indonesia, juga dari segi perencanaan beton pracetak dimana

masih banyak dijumpai berbagai kesalahan terutama menyangkut pradisain/

pendimensian yang sesuai dengan peraturan/code yang berlaku serta pendetailan dari

beton pracetak yang lebih baik dimana sambungan-sambungan/pendetailan tersebut

sangat menentukan kualitas dari pemasangan beton pracetak itu sendiri.

Pada skripsi ini akan dibahas beton pracetak yang dapat dibuat berupa pelat beton

pracetak untuk sistem lantai satu arah.

Penggunaan produk precast concrete sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai

disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan perancah akan

berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk

precast untuk lantai adalah adalah precast hollow core slab.

Sistem precast Hollow Core Slab ( gambar 1.1 ) adalah slab menggunakan sistem pre-

tensioning dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus

yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan

produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang

dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat

sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding

Page 10: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka kapasitas dukungnya lebih

besar. untuk menciptakan satu kesatuan yang kuat

1.2 Permasalahan

Suatu struktur pelat beton pracetak yang digunakan pada struktur bangunan akibat

beban yang bekerja berupa beban mati (gravitasi), beban hidup dan gempa pada pelat

maka ditentukan berapa ukuran pelat disain yang memenuhi syarat yang dapat menahan

beban yang bekerja sesuai dengan peraturan Beton Indonesia (SNI 2002 )/ACI.

1.3 Tujuan

Untuk menganalisa dan mendisain sistem pelat pracetak yang menggunakan

sistem pelat satu arah (Hollow Core Slab) sesuai dengan Peraturan SNI-2002/ACI.

1.4. Pembatasan Masalah

Dalam analisa ini penulis membatasi permasalahan untuk penyederhanaan perhitungan

sehingga tujuan dari penulisan tugas akhir ini dapat dicapai yaitu :

1. Perencanaan dilakukan dalam batas elastis.

2. Beban-beban yang bekerja diseusaikan dengan Peraturan Muatan Indonesia dimana

dalam hal ini bekerja beban mati (gravitasi) dan beban hidup.

Page 11: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

3. Besarnya gaya sewaktu pengangkatan (ereksi) hollow core slab dengan crane

dimasukkan juga dalam perhitungan.

4. Mutu beton yang dipakai dalam perencanaan adalah K 400 dengan bentuk penampang

seperti pada gambar di bawah

Gambar 2.1 Struktur Pelat Hollow Core yang digunakan

Panjang bentang diambil = 6 m

5. Perhitungan perencanaan dilakukan dengan alat bantu spreadsheet dan program

struktur.

I.5  Metodologi  Metode yang dipakai dalam perencanaan pelat pracetak satu arah sistem Hollow

Core Slab (HCS) adalah dengan menggunakan rumus-rumus disain yang sesuai dengan

Peraturan Beton Indonesia (SNI-2002) maupun ACI, dengan terlebih dahulu menentukan

beban-beban yang bekerja pada struktur sesuai dengan peraturan muatan yang berlaku

Page 12: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

kemudian diaplikasikan ke dalam program struktur untuk memperoleh gaya-gaya dalam

yang digunakan dalam disain.

Page 13: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)
Page 14: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)
Page 15: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Umum

Beton merupakan bahan utama dalam setiap pembangunan gedung. Beton

merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir,

batu kerikil dengan menambahkan secukupnya bahan perekat yaitu semen dan air sebagai

bahan pembantu agar terjadinya reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan

beton. Beton bertulang adalah beton yang terdiri dari beton dan baja tulangan.

Agregat halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan

komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan

fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun,

metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan

pengerasannya

Beton mempunyai perbandingan terbalik antara kuat tekan dan kuat tariknya.

Beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi tetapi sangat lemah dalam kuat tariknya.

Nilai kuat tariknya hanya berkisar antara 9%-15% saja dari kuat tekannya. Sedangkan baja

mempunyai kuat tarik yang sangat tinggi. Maka hal ini dikombinasikan antara beton yang

mempunyai kuat tekan tinggi dan baja yang mempunyai kuat tarik yang tinggi untuk

mendapatkan suatu struktur bangunan yang komposit.

Dengan sendirinya untuk mengatur kerjasama antara dua macam bahan yang

berbeda sifat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku struktural

untuk mendukung beban, diperlukan cara hitungan berbeda apabila hanya digunakan satu

macam bahan saja seperti halnya pada struktur baja, kayu, aluminium, dan sebagainya.

1

Page 16: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Agar kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan dapat berkerja dengan baik

maka diperlukan syarat-syarat keadaan sebagai berikut : (1) lekatan sempurna antara batang

tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi

penggelinciran diantara keduanya; (2) beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat

kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja; (3) angka muai

kedua bahan hampir sama, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius angka

muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang

timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan.

Namun dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan tersebut di daerah tarik

suatu komponen struktur akan sering terjadi retak-retak halus pada beton di dekat baja

tulangan. Pada umumnya penyebab utama dari pada timbulnya retakan ini adalah

penguapan yang sangat cepat dari permukaan beton. Ketika kecepatan dari penguapan

melampaui kecepatan merembesnya air, yang pada umunya ke atas permukaan beton, maka

terjadilah retakan halus seperti yang dimaksud di atas. Retak halus ini dapat kita abaikan

sejauh tidak mempengaruhi penampilan struktural komponen yang bersangkutan.

2.2 Bahan Beton

Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai sifat

yang relatif rendah terhadap tarik maka pada umumnya beton hanya diperhitungkan

mempunyai kerja yang baik di daerah tekan pada penampangnya dan hubungan tegangan-

regangan yang timbul karena pengaruh-pengaruh gaya tekan tersebut digunakan sebagai

dasar pertimbangan.

Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan

satuan N/mm2 atau MPa (Mega Pascal). Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai

2

Page 17: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

± 10 – 65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan

kuat tekan berkisar 17 – 30 Mpa..

Nilai dari kuat tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi (fc’) yang

dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan demikian,

seperti tampak pada gambar, harap dicatat bahwa tegangan fc’ bukanlah tegangan yang

timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum pada saat regangan beton

(εb) mencapai nilai ± 0,002. Kurva-kurva pada Gambar 2.1. memperlihatkan hasil

percobaan kuat tekan benda uji beton berumur 28 hari untuk berbagai macam adukan

rencana.

Gambar 2.1. Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja Terhadap Kuat

Tekan Beton

Secara umum kemiringan kurva tegangan-regangan pada tahap awal

menggambarkan nilai modulus elastis suatu bahan. Dengan mengamati bermacam kurva

tegangan-regangan kuat beton berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan maksimum

3

Page 18: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan ε’ mencapai ± 0,002. Selanjutnya nilai

tegangan fc’ akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada

nilai ε’ mencapai 0,003 – 0,005. Beton kuat tinggi lebih getas dan akan hancur pada nilai

regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan dengan beton kuat rendah. Pada SNI

15-1991-03/ACI menetapkan bahwa regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di

serat tepi beton tekan terluar adalah 0,003-0,0035 sebagai batas hancur. Regangan

maksimum tersebut boleh jadi tidak konservatif untuk beton mutu tinggi dengan nilai fc’

antara 55-80 Mpa.

Tidak seperti pada kurva tegangan-regangan baja, kemiringan awal kurva pada

beton sangat beragam dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan awal yang

beragam tersebut tergantung pada nilai kuat betonnya, dengan demikian nilai modulus

elastisitas beton pun akan beragam pula. Sesuai dengan teori elastisitas, secara umum

kemiringan kurva pada tahap awal menggambarkan nilai modulus elastisitas suatu bahan.

Karena kurva pada beton berbentuk lengkung maka nilai regangan tidak berbanding lurus

dengan nilai tegangannya berarti bahan beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan

modulus elastisitas berubah-ubah sesuai dengan kekuatannya dan tidak dapat ditentukan

melalui kemiringan kurva. Bahan beton bersifat elasto plastis dimana akibat dari beban

tetap yang sangat kecil sekalipun, di samping memperlihatkan kemampuan elastis bahan

beton juga menunjukkan deformasi permanen.

Sesuai dengan SNI-2002/ACI pasal 10.5.1 digunakan rumus modulus elastisitas

beton sebagai berikut :

Ec = 0,043 wc1,50 √fc’ ………………… (2.1)

di mana, Ec = modulus elastisitas beton tekan (MPa)

wc = berat isi beton (kg/m3)

fc’ = kuat tekan beton (MPa)

4

Page 19: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi berkisar antara 1500

dan 2500 kgf/m3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat isi ± 23 kN/m3 dapat

digunakan nilai :

Ec = 4.700 √fc’ ………………… (2.2)

Tabel 2.1. Nilai modulus elastisitas beton (Ec) berbagai mutu beton.

f’c (Mpa) Ec (Mpa)

17 19.500

20 21.000

25 23.500

30 25.700

35 27.800

40 29.700

Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan berkurang

pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain. Nilai kuat beton

beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton ditentukan pada waktu beton

mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari kuat beton

mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % - 90 % dari kuat beton umur 28 hari.

Pada kondisi pembebanan tekan tertentu beton menunjukkan suatu fenomena yang disebut

rangkak (creep).

2.3 Beton Pracetak

Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu

sebelum dirakit menjadi bangunan atau komponen struktur lentur beton yang dibuat secara

pracetak dan/atau yang dicor di tempat,yang masing-masing bagian komponennya dibuat

5

Page 20: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

secara terpisah, tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen

bereaksi terhadap beban kerja sebagai suatu kesatuan. Kecenderungan biaya konstruksi

akhir-akhir ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti. Bila dibandingkan

dengan industri manufaktur, biaya konstruksi melesat jauh ke depan, yang antara lain

disebabkan oleh tingginya upah tenaga kerja lapangan dan proses konstruksi yang masih

dilakukan secara tradisionil. Untuk menjawab tantangan tersebut maka pendekatan

prafabrikasi, terutama pada teknologi beton pracetak, sudah mulai dimanfaatkan.

Pengembangan teknologi ini mengarah pada industrialisasi karena produk dihasilkan

melalui produk masal dan sifatnya berulang. Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak)

dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja di lokasi proyek yang

tentunya akan berpengaruh pada pengurangan biaya produksi. Selain penghematan biaya

produksi, hal lain yang menonjol dari penggunaan beton pracetak adalah mutu pekerjaan

dalam jumlah yang banyak menjadi lebih baik dan seragam.

2.4 Jenis-jenis beton Pracetak

Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung

dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :

• Tiang pancang.

• Sheet pile dan dinding diaphragma.

• Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T, triple-channel

slabs dan lain-lain.

• Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder)

• Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai.

6

Page 21: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

• Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari single-T atau

double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung beban (shear

wall) atau tidak mendukung beban.

• Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet, panel-panel penutup

dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil

dan arsitek.

2.5 Lingkup Pemakaian Struktur Beton Pracetak

Struktur beton pracetak dapat digunakan pada segala jenis tipe struktur bangunan. Setiap

bangunan memiliki sistem struktur yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaan dari

bangunan tersebut, misalnya sebagai penahan beban gravitasi, penahan panas (api), penahan

suara, dan sebagainya.

Untuk itu diberikan klasifikasi dari beberapa jenis bangunan sebagai berikut:

Perumahan, Bangunan apartemen, Bangunan perkantoran, Bangunan industri. Bangunan

parkir, Jembatan, Jetty, Bangunan lainnya

2.6 Keuntungan dan kerugian Penggunaan beton Pracetak

Struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan

dengan struktur konvensional, antara lain

• Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi./waktu pelaksanaan yang cepat.

Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam pembangunan suatu

proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya proyek. Struktur elemen pracetak dapat

dilaksanakan di pabrik bersamaan dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.

7

Page 22: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

• Pengunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.

Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis dibandingkan dengan

struktur yang dilaksanakan ditempat (cast in-situ) adalah penggunaan cetakan beton yang

tidak banyak variasi dan biasa digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan

pada umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku,

pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.

• Penyelesaian finishing mudah.

Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat dengan mudah

dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut dipabrik, seperti: warna dan

model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan rancangan.

• Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan

ramah lingkungan.

Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga tidak

membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih bersih karena

pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.

• Perencanaan berikut pengujian di pabrik.

Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di pabrik

untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari segi kekuatan

maupun dari segi efisiensi.

• Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan internasional.

Apabila hasil produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah

8

Page 23: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

ditetapkan, maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9002 yang

diakui secara internasional.

• Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-alat

penunjang, seperti : scaffolding dan lain-lain.

• Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi.

Namun demikian, selain memilki keuntungan, struktur elemen pracetak juga

memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

• Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.

Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen yang satu

dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.

• Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat

angkat dan alat angkut.

• Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk adalah antara

150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk

angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai diatas 1000 km.

• Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan

erection.

Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan besar, konstruksi

beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah sambungannya, sehingga masalah

sambungan merupakan persoalan yang utama yang dihadapi pada perencanaan beton

pracetak.

• Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan

9

Page 24: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

pada beton pracetak.

• Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)

2.7 Jenis sambungan antara komponen beton pracetak

Hal yang terpenting yang harus diperhatikan pada sistem pracetak adalah sambungan di

antara jenis pracetak itu sendiri. Jenis sambungan antara komponen beton pracetak yang

biasa dipergunakan dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok sebagai berikut :

• Sambungan kering (dry connection)

Sambungan kering menggunakan bantuan pelat besi sebagai penghubung antar komponen

beton pracetak dan hubungan antara pelat besi dilakukan dengan baut atau dilas.

Penggunaan metode sambungan ini perlu perhatian khusus dalam analisa dan pemodelan

komputer karena antar elemen

struktur bangunan dapat berperilaku tidak monolit.

• Sambungan basah (wet connection)

Sambungan basah terdiri dari keluarnya besi tulangan dari bagian ujung komponen beton

pracetak yang mana antar tulangan tersebut dihubungkan dengan bantuan mechanical joint,

mechanical coupled, splice sleeve atau panjang penyaluran. Kemudian pada bagian

sambungan tersebut dilakukan pengecoran beton ditempat. Jenis sambungan ini dapat

berfungsi baik untuk mengurangi penambahan tegangan yang terjadi akibat rangkak, susut

dan perubahan temperature. Sambungan basah ini sangat dianjurkan untuk bangunan di

daerah rawan gempa karena dapat menjadikan masing-masing komponen beton pracetak

menjadi monolit.

10

Page 25: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

2.8 Pelat Beton Pracetak

Penggunaan produk beton pracetak sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai

disini. Dengan digunakan sistem pracetak maka pemakaian bekisting dan perancah akan

berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk beton

pracetak untuk lantai adalah yaitu pracetak Hollow Core Slab (Pelat Hollow Core).

2.8.1 Pelat Hollow Core.

Sistem pracetak pelat Hollow Core menggunakan sistem pre-tensioning (prategang)

dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah

disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precetak

ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya

lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi

kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena

digunakannya prategang maka kapasitasnya dukungngya lebih besar. Keberadaan lobang

pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada bangunan tinggi karena

mengurangi bobotnya lantai.

2.8.2 Beberapa keuntungan dari sistem Pelat Hollow Core (HCS)

a. Dibuat dengan mesin di pabrik

Pelat Hollow Core difabrikasi dengan mesin di pabrik, bentuk, panjang potongan

memanjang sesuai dengan konstruksi yang akan dibuat dan disimpan berdasarkan skedul

konstruksi sehingga siap untuk dapat dengan cepat dikirim ke proyek.

11

Page 26: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

b.Kecepatan Pemasangan

Sistem ini dapat lebih cepat dipasang dengan peralatan dan pekerja yang minimum sehingga

mengurangi waktu konstruksi, Pengurangan waktu konstruksi akan mengurangi resiko rusak

waktu penyimpanan serta biaya sewaktu di lapangan..

c. Mengurangi Perancah atau Penyanggah

Sistem plat HCS tidak memerlukan banyak penyanggah selama konstruksi.

d. Mengurangi Pekerja di lapangan

Sedikit pekerja dapat memasang sampai 1.000 m2 dari pelat lantai Hollow Core per hari.

e. Efisien, Penampang ringan

Lubang pada pelat Hollow Core dan akibat prategang akan mengurangi beban mati akibat

berat sendirinya tanpa mengurangi kekuatannya. Ketebalan dari pelat dan pola kabel

(strand) dapat divariasikan pada harga minimum yang cocok untuk bentang dan bebannya.

f. Fleksibilitas perencanaan

Pelat Hollow Core dapat dikombinasikan dengan kebanyakan material dan jenis bangunan

lain termasuk dinding bata (masonry), pracetak atau balok/dinding beton cor di tempat,

beton prategang. atau balok baja, sistem pelat hollow core dapat dibuat untuk semua

persyaratan pada kebanyakan bangunan seperti adanya bukaan, sudut dan kantilever.

g. Durabilitas

Beton yang digunakan untuk produksi hollow core adalah sesuai dengan standard dan kabel

strand prategang dapat divariasikan agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

12

Page 27: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

h. Bentang Panjang

Pelat hollow core dapat dibuat untuk bentang panjang, pada jarak bebas kolom pada

ruangan terbuka panjang span dapat sampai 20 meter.

g. Kapasitas dengan beban besar

Pelat Hollow Core mampu untuk menahan beban-beban berat yang ada seperti pada rumah

sakit, pusat perbelanjaan , parkir mobil , perkantoran, apartemen, gudang, ruang mesin dan

generator dan lain-lain pada tinggi pelat lantai minimal. Beberapa bagian dari penampang

dapat juga digunakan pada elemen-elemen jembatan.

h. Tahan Api

Tahan terhadap api sampai tingkatan sesuai dengan peraturan maksimum dari 240/240/240

dapat dicapai.

i. Kedap Suara (Sound Insulation )

Pelat Hollow Core dapat mengurangi jumlah suara yang dipancarkan pada bangunan sesuai

dengan peraturan yang disyaratkan pada bangunan.

j. Pengecatan dan Pemasangan Plafon

Pelat Hollow Core menyediakan bagian yang datar, yang dapat digunakan dalam

pengecatan, pemasangan bagian pada waktu finishing bangunan. Alternatif lain dapat

digunakan pada papan plaster dan plafon.

13

Page 28: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

k. Fungsi Lubang (bukaan)

Lubang pada pelat dapat digunakan untuk dacting AC, plumbing, kabel-kabel listrik dan

telepon untuk bukaan yang besar dipotong terlebih dahulu selama produksi.

2.8.3 Beberapa tipe jenis dari Pelat Hollow Core

Gambar 2.2 Sistem pelat Hollow Core tipe Dy-Core

Gambar 2.3 Sistem pelat Hollow Core tipe Dynaspan

Gambar 2.4 Sistem pelat Hollow Core tipe Flexicore

14

Page 29: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 2.5 Sistem pelat Hollow Core tipe Spancrete

Gambar 2.6 Sistem pelat Hollow Core tipe Span Deck

Gambar 2.7 Sistem pelat Hollow Core tipe Ultra Span

Gambar 2.8 Sistem pelat Hollow Core tipe Elematic

15

Page 30: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 2.9 Sistem pelat Hollow Core tipe Roth

2.8.4 Prategang pada pelat Hollow Core

Sistem Prategang pada pelat hollow core untuk meningkatkan kapasitas daya dukung pelat

hollow core dimana penarikan kabel prategang dilakukan pada suatu dudukan sebelum

pengecoran pelat lantai.

2.8.5 Topping (diafragma) pada pelat Hollow Core

Pada sistem pelat hollow core topping atau difragma mempunyai ketebalan tertentu agar

dapat dipasang tulangan dan dapat menyatu dengan precast sebagai struktur komposit.

Sangat berguna khususnya di lapangan (tengah bentang) yang mendapat momen positip.

Inersia dan kekuatannya meningkat. Dengan memakai topping maka tidak semua komponen

struktur lantai adalah precast, sehingga mengurangi bobot pada saat pengangkatannya.

Komponen precast bekerja sebagai sistem pelat satu arah. Jika tanpa topping maka lantai

dengan pembebanan setempat akan cenderung melendut lebih besar dibanding lantai

didekatnya yang tidak mendapat pembebanan tersebut. Dengan adanya topping maka dia

dapat berfungsi seperti halnya diagframa jembatan, yaitu menyatukan precast-precast

didekatnya sehingga dapat memikul beban tersebut bersama-sama. Artinya, adanya topping

mampu meningkatkan kapasitasnya terhadap pembebanan terpusat tak terduga yang lebih

besar dari rencana. Adanya topping secara tidak langsung membuat lantai lebih kedap air

atau suara, sehingga secara service-ability akan lebih baik, karena itu jugalah maka efek

getaran ketika dilewati berkurang. Topping menyebabkan lantai lebih nyaman. Adanya

Topping menyebabkan pada arah horizontal, lantai tersebut menjadi solid, bagian yang

16

Page 31: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

menimbulkan celah akan terisi, tidak ada gap. Dengan demikian ketika ada pergerakan

horizontal maka dapat diharapkan setiap titik yang disatukan oleh slab dan topping menjadi

sama sehingga dapat dianggap sebagai efek diagframa. Ini bagus untuk gempa. Kalau tanpa

topping maka tidak ada jaminan bahwa pada arah lateral lantai-lantai precast tersebut

menyatu. Kalau hanya mortar pengisi dan setempat maka bisa pecah. Efek diafragma

diragukan. Dengan precast jenis hollow core slab tidak hanya cepat saja dalam

pemasangannya, tetapi jelas meningkatkan kapasitas, beratnya relatif ringan untuk pelat

solid dengan kapasitas sama karena ada lobang. Adanya lobang juga meningkatkan

kekedapan terhadap suara, atau bahaya api.

2.8.6 Gaya yang bekerja pada pelat Hollow Core

Gaya yang bekerja pada pelat Hollow Core dapat dilihat pada gambar dimana pada bagian

depan terjadi gaya tarik dan bagian belakang gaya tekan

Gambar 2.10. Gaya-gaya yang bekerja pada Pelat Hollow Core (HCS)

17

Page 32: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

2.8.7 Sistem sambungan pada pelat Hollow core

Pelat hollow core dapat disambung ke berbagai jenis tipe struktur yang lainnya seperti

balok/dinding beton maupun balok baja

Gambar 2.11. Sambungan Pelat Hollow Core (HCS) pada balok beton

Gambar 2.12 Sambungan Pelat Hollow Core Slab (HCS) pada dinding beton

Gambar 2.13 Sambungan Pelat Hollow Core Slab (HCS) pada balok baja

Gambar 2.14 Sambungan antara 2 Pelat Hollow Core Slab (HCS)

18

Page 33: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 2.15 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada dinding sebelah luar dan dalam

Gambar 2.16 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada balok sebelah luar dan dalam

Gambar 2.17 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada balok-kolom sebelah luar dan dalam.

19

Page 34: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

2.8.8 Sistem pemasangan pada pelat Hollow core

Langkah-langkah dalam pemasangan pelat hollow core adalah sebagai berikut :

• Pasang scaffolding & kayu untuk menahan bekisting balok

• Pasang bekisting balok konvensional

• Pasang support di bawah pelat hollow core akan dipasang. .

• Pasang hollow core sesuai dengan posisi identifikasinya

• Pasang tulangan balok & tulangan tumpuan lantai (tulangan wire)

• Pekerjaan selanjutnya pengecoran toping lantai

20

Page 35: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 2.18 Pelat Sambungan Hollow Core (HCS) yang sedang diangkat ke atas dudukan di atas

bekisting

Gambar 2.19 Pelat Hollow Core (HCS) yang sedang dipasang pada dudukan di atas bekisting

21

Page 36: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 2.20 Pelat Hollow Core (HCS) yang sudah terpasang pada dudukan di atas bekisting

Gambar 2.21 Pemasangan sambungan pada Pelat Hollow Core (HCS)

22

Page 37: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 2.22 Pemasangan sambungan dengan pendetailan pada Pelat Hollow Core (HCS)

Gambar 2.23 Pemasangan sambungan dengan pendetailan pada 2 Pelat Hollow Core (HCS)

23

Page 38: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

BAB III

METODE ANALISA

3.1 Pemodelan untuk menentukan karakteristik dan tegangan pada Hollow Core Slab

Pelat Hollow Core dapat dimodelkan sebagai plat orthotropis satu arah dengan

menggunakan teori Reissner. Kita memilih dalam arah sumbu x untuk lubang dan arah

sumbu z ke atas. Pada kasus ini persamaan dapat ditulis sebagai berikut

)()1( yyyxxxxx IIEm κνκ

ν+

−= …………..................................................................... (3.1)

)()1( xxyyyxx IEm νκκ

ν+

−= …………........................................................................ (3.2)

xytxy GIm κ= …………............................................................................................... (3.3)

xxxx AGq φη= ………............................................................................................... (3.4)

yyyy AGq φη= ………................................................................................................. (3.5)

24

Page 39: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Dimana dan GE, ν adalah modulus elastisitas, modulus geser dan poison rasio

, , , , adalah gaya penampang persatuan panjang seperti gambar 3.1 xxm

xx

yym xym qx yq

κ , yyκ , xyκ adalah kelengkungan dan xφ , yφ adalah deformasi geser. Jika penampang

berlubang diperkirakan berbentuk persegi

Gambar 3.1 Gaya penampang dan pekiraan volume Pelat Hollow Core

Luas persatuan panjang dari penampang pada arah sumbu y:

attAx ++= 21 ........................................................................................................ (3.6)

dimana )( 211

3 tthbt

a −−= adalah luas dari flens. Momen inersia persatuan panjang dari

penampang

221

221

222

32

211

31 ))(

21()(

121)

21(

121)

21(

121 tthzatthatzhtttzttI xxxx −+−+−−+−−++−+=

.................................................................................................................................. (3.7)

dimana x

xx A

Sz = dengan )

21()(

21

21

222121 thttthatS x −+−++= ....................... (3.8)

Luas persatuan panjang dari penampang pada arah sumbu x adalah :

21 ttAy += ............................................................................................................... (3.9)

Momen inersia persatuan panjang dari penampang

25

Page 40: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

222

32

211

31 )

21(

121)

21(

121 tzhtttzttI yyy −−++−+= ................................................. (3.10)

Dimana y

yy A

Sz = dengan )

21(

21

2221 thttS y −+= ................................................... (3.11)

dengan konstanta torsi

)(4)2(

21

22121

tttthttI t +

−−= ........................................................................................ (3.12)

Faktor bentuk untuk kekakuan geser pada arah sumbu x adalah :

))(1(

)(21

213

1

21

tttbh

tthx

+−+

+−=η ................................................................................... (3.13)

Faktor bentuk untuk kekakuan geser pada arah sumbu y adalah :

ζξξ

νη

+++

−+=

41212

)1)((2

211

23

ttcbt

y ................................................................... (3.14)

dimana , 212 tthc −−= 32

31

33

32

311 )(

tcttttb +

=ξ dan 32

31

2

63

21

ttctb

=ξ ................................. (3.15)

Sambungan biasanya bergantung kualitas beton dan bukan tulangan. Suatu sambungan

3.2 Pemulihan tegangan

Distribusi tegangan ini dapat diperkirakan dengan akurasi yang baik (gambar 3.2)

26

Page 41: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 3.2 Perkiraan distribusi tegangan penampang dari volume Pelat Hollow Core

Dari distribusi tegangan-tegangan di tengah flens atas dapat diturunkan sebagai berikut

(gambar 3.3)

x

xx

x

xxxx A

ntz

Im

+−= )21( 1σ ..................................................................................... (3.16)

)21( 1tz

Im

yy

yyyy −=σ ............................................................................................ (3.17)

)2(2

211 tthtmxy

xy −−=σ ............................................................................................ (3.18)

32

31

21

23

ttqt y

yz +=σ ................................................................................................... (3.19)

Gambar 3.3 Tegangan di tengah flens Plat Hollow Core

Tegangan yang tidak disebutkan bernilai 0

Tegangan di tengah badan (seperti gambar 3.4) adalah sebagai berikut :

x

xxx A

n=σ . ........................................................................................................ (3.20)

27

Page 42: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

y

yy

yz It

qtzhtb

3

221

2

)21(3 −−

=σ ............................................................................. (3.21)

)2(2

213

1

tthtqb x

zx −−=σ ............................................................................. (3.22)

Rumus terakhir adalah untuk lantai sebelah dalam sedangkan pada ujung yang positif vektor

normal keluar searah dari sumbu y, pada ujung yang positif vektor normal keluar

berlawanan arah dari sumbu y.

Tegangan di tengah badan pada ujung positif adalah

x

xxx A

n=σ ......................................................................................................... (3.23)

y

yy

yz It

qtzhtb

4

222

2

)21(3 −−

=σ .............................................................................. (3.24)

)2(2

214

2

tthtmqb xyx

zx −−

−=σ .................................................................................... (3.25)

Gambar 3.3 Tegangan di badan flens Pelat Hollow Core

Tegangan di tengah badan pada ujung negatif adalah

28

Page 43: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

x

xxx A

n=σ ............................................................................................................ (3.25)

y

yy

yz It

qtzhtb

4

222

2

)21(3 −−

=σ ............................................................................... (3.26)

)2(2

214

2

tthtmqb xyx

zx −−

+=σ ............................................................................... (3.27)

3.3 Perencanaan Pelat Beton Hollow Core Slab sesuai dengan ACI

Perencanaan Pelat Hollow Core dimulai pada peraturan ACI(318-95) Building Code

Requirement for Structural Concrete, sebagai struktur prategang pada umumnya, pelat

hollow core dikontrol terhadap tegangan transfer prategang, tegangan pada waktu

pengangkatan, tegangan pada saat layan, lendutan dan perencanaan kekuatan lentur dan

geser ultimit. Untuk kasus yang seragam, tabel pembebanan akan dimasukkan nilai ke

dalam jenis perencanaan dan kapasitas beban sesuai berdasarkan kriteria yang diinginkan.

3.4 Perencanaan lentur

3.4.1 Persyaratan ACI

Pada ACI(318-02) menampilkan ketentuan untuk perencanaan lentur dari struktur

prategang. Pembatasan dari ACI adalah sebaga berikut:

3.4.1.1 Tegangan ijin pada saat transfer

29

Page 44: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

a. Tegangan serat ekstrim terhadap tekan ............................................................... cif ′6.0

b. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik kecuali yang diijinkan pada (c)............... cif ′3

c. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada ujung tumpuan sederhana.... ......... cif ′6

3.4.1.2 Tegangan ijin pada beban layan

a.Tegangan serat ekstrim terhadap tekan akibat prategang ditambah beban.......... cif ′45.0

b.Tegangan serat ekstrim terhadap tekan akibat prategang ditambah beban.total... cif ′6.0

c. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada daerah tarik pratekan......................ci

f ′6

d. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada daerah tarik pratekan dimana lendutan yang

dihitung dianggap mempunyai hubungan lendutan-momen bilinier..............ci

f ′6

3.4.1.3 Kehilangan Prategang

Perhitungan dari kehilangan prategang dianggap terjadi pada

a. Kehilangan pada saat dudukan

b. Perpendekan elastis beton

c. Rangkak pada beton

d. Susut pada beton

3.4.1.4 Kekuatan rencana ultimit

a. Faktor beban

LDU 6.12.1 += ................................................................................................... (3.28)

b. Faktor reduksi kekuatan untuk lentur 9.0=φ

c. Kekuatan lentur

30

Page 45: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

)2

(.. adfAMM ppspsnu −== φφ ................................................................................ (3.29)

bf

fAa

c

psps

..85.0

.′= .......................................................................................... (3.29)

dimana

psf = nilai yang dihitung oleh kompatibilitas regangan atau

)1.(1 c

puppups f

fff

′−=βγ

.............................................................................................. (3.30)

crn MM 2.1> ..................................................................................................... (3.31)

3.4.2 Tegangan pada saat transfer

Ketika gaya prategang pada beton, hanya berat sendiri pelat yang dianggap untuk menahan

pengaruh dari eksentrisitas prategang. Suatu kontrol tegangan diperlukan pada titik ini

untuk menentukan kekuatan beton yang diijinkan untuk mencegah retak pada sisi tarik atau

hancur pada sisi tekan. Kekuatan beton mungkin hanya tinggal 50 % sampai 60% pada

kekuatan rencana 28 hari.

3.4.3 Kehilangan Prategang

Perhitungan kehilangan prategang mempengaruhi perilaku beban layan dari plat.

Keakuratan metode perhitungan bergantung pada nilai beton dan sifat material baja juga

faktor luar seperti kelembaban yang digunakan pada prosedur perhitungan. Keakuratan dari

perhitungan kehilangan tegangan mempunyai pengaruh yang kecil pada kekuatan struktur

ultimit. Perhitungan kehilangan tegangan diperlukan untuk memperkirakan pada

perhitungan tegangan pada beban layan.

31

Page 46: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

1. Perpendekan elastis

circi

ses f

EE

KES = .......................................................................................... (3.32)

0.1=esK untuk batang pratarik

IeM

IeP

AP

Kf giicircir

.)

.(

2

−+= .................................................................................... (3.32)

9.0=cirK untuk batang pratarik

2. Rangkak beton

)( cdscirc

scr ff

EE

KCR −= ........................................................................................... (3.33)

0.2=crK berat normal untuk batang pratarik

=1.6 berat yang ringan untuk batang pratarik

IeM

f sdcds

.= ................................................................................................. (3.34)

2. Susut beton

)100()06.01(102.8 6 RHxSVEKxSH ssh −−= − ..................................................... (3.35)

Tabel 3.1 Tipe kabel prategang

Tipe tendon Kre (psi) J

Tegangan kabel mutu 270 20,000 0.15

Tegangan kabel mutu 250 18,500 0.14

Tegangan kabel mutu 240 atau 235 17,600 0.13

Tegangan kabel relaksasi rendah mutu 270 5000 0.040

32

Page 47: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Tegangan kabel relaksasi rendah mutu 250 4630 0.037

Tegangan kabel relaksasi rendah mutu 240 atau 235 4400 0.035

Tegangan batang mutu 145 atau 160 6000 0.05

0.1=shK untuk batang pratarik

RH = kelembaban relatif lingkungan

4. Relaksasi baja

CESCRSHJKRE re )]([ ++−= ....................................................................... (3.36)

CJK re ,, = faktor dari tabel 3.1 dan 3.2

5. Total Kehilangan Prategang

Kehilangan total = ES+CR+SH+RE .................................................................. (3.37)

Tabel 3.2 Harga C

fsi/fpu Tegangan kabel Tegangan batang/ kabel relaksasi rendah

0.80 1.28

0.79 1.22

0.78 1.16

0.77 1.11

0.76 1.05

0.75 1.45 1.00

0.74 1.36 0.95

0.73 1.27 0.90

33

Page 48: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

0.72 1.18 0.85

0.71 1.09 0.80

0.70 1.00 0.75

0.69 0.94 0.70

0.68 0.89 0.66

0.67 0.83 0.61

0.66 0.78 0.57

0.65 0.73 0.53

0.64 0.68 0.49

0.63 0.63 0.45

0.62 0.58 0.41

0.61 0.53 0.37

0.60 0.49 0.33

3.4.4 Tegangan beban layan

Tegangan beton pada beban layan dihitung sebagai pengukuran pencapaian atau

kemampuan daya layan. Untuk daya layan ini ketika lendutan harus dihitung, suatu kontrol

tegangan terlebih dahulu dibuat untuk menentukan sifat penampang utuh atau sifat

penampang yang retak yang akan digunakan. Pada tegangan layan dikontrol asumsi bahwa

semua kehilangan prategang telah terjadi. Tegangan yang dihitung dibandingkan terhadap

tegangan ijin pada bagian 3.2.1. Pelat Hollow Core secara normal didisain tidak mengalami

retak pada beban layan penuh. Batas tegangan tarik berada di antara cf ′6 dan

cf ′5.7 yang umum digunakan. Pada keadaan khusus dimana lendutan tidak menjadi

masalah dan dimana retak tdak dianggap kenaikan batas sampai cf ′12 dapat digunakan.

34

Page 49: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

3.4.5 Kekuatan Lentur Rencana

Kapasitas momen dari batang prategang adalah suatu fungsi dari tegangan ultimit yang

meningkat pada kabel prategang, seperti pada beton non prategang, batas atas dan batas

bawah diganti oleh sejumlah tulangan untuk meyakinkan bahwa tegangan pada kabel

adalah sesuai dengan tegangan beton pada perilaku daktail. Batas bawah dari penulangan

memerlukan syarat

crn MM 2.1≥φ ................................................................................................... (3.38)

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛′++= c

bbcr f

SPe

AP

yIM 5.7 .................................................................................... (3.39)

Ini untuk meyakinkan bahwa ketika retak lentur beton meningkat, baja prategang tidak akan

mencapai tegangan rencana penuh. Keadaan dari kriteria ini mungkin terjadi pada retak

kabel pada pada titik retak lentur dengan menghasilkan keadaan patah yang gagal.

Batas atas dari pembesian memerlukan

pω atau (⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡′−+ ωωω

pp d

d ) .................................................................................... (3.40)

atau ⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡′−+ )( ww

ppw d

d ωωω tidak lebih besar dari 136.0 β

Persyaratan untuk batas atas pada penulangan berhubungan dengan asumsi dari regangan

tegangan ultimit beton, dengan menggunakan gaya blok tegangan tekan ultimit maka lebih

banyak beton akan mencapai regangan ultimit karena rasio penulangan bertambah. Karena

itu ketika batas atas penulangan dibatasi momen kapasitas harus didasarkan pada balok

yang tertekan untuk keadaan ini maka :

[ ])08.036.0( 211

2 ββφφ −′= pcn bdfM ........................................................................... (3.41)

Untuk penampang persegi atau penampang bersayap dengan garis netral pada sayap.

35

Page 50: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

3.5 Perencanaan Geser

Pelat Hollow Core direncanakan untuk geser berdasarkan peraturan ACI struktur prategang

biasa. Untuk perencanaan geser pada ACI maka beberapa persyaratan harus dipenuhi seperti

nu VV φ≤ .................................................................................................................. (3.42)

85.0=φ untuk geser

scn VVV += ............................................................................................................. (3.43)

Untuk maksud pembahasan ini maka adalah kontribusi dari tulangan geser diambil sama

dengan nol. Kekuatan geser beton nominal adalah menggunakan persamaan :

sV

dbM

dVfV w

u

ucc ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+′= 7006.0 ................................................................................. (3.44)

Ketika gaya prategang efektif tidak lebih dari 40% kekuatan tarik dari tulangan lentur.

Bagian u

u

MdV

tidak melebihi 1. Harga minimum untuk digunakan cV dbf wc′2 dan harga

maksimum dbf wc′5 .

Sebagai alternatif perhitungan geser dapat dibuat berdasarkan rumus yang lain yaitu

max

6.0M

MVVdbfV cri

dwcci ++′= .............................................................................. (3.45)

dbffV wpcccw )3.05.3( +′= .................................................................................. (3.46)

Persamaan 3.45 memperkirakan tegangan geser untuk kegagalan mode geser, untuk

persamaan 3.45 dapat digunakan hubungan sebagai berikut :

)6( dpeccr fffyIM −+′⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛= ............................................................................... (3.47)

dimana = geser berat sendiri tidak berfaktor untuk penampang non-komposit. dV

36

Page 51: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

dui VVV −= ................ .................................................................................... (3.48)

dumaks MMM −= ..... .................................................................................... (3.49)

dM = momen berat sendiri tidak berfaktor untuk penampang non-komposit.

Harga minimum dari tidak lebih kecil dari ciV dbf wc′7.1 atau dbf wc′2 ketika gaya

prategang efektif tidak kurang dari 40% dari kekuatan tarik pada penulangan lentur. Untuk

persamaan 3.45 sampai 3.47, reduksi gaya prategang pada ujun batang akibat transfer harus

diperhitungkan. Peraturan ACI mengijinkan asumsi bahwa gaya prategang bertambah

secara linier dari nol pada ujung batang sampai tegangan efektif penuh pada panjang sampai

50 kali diameter kabel.

3.6 Lawan lendut dan lendutan

3.6.1 Lawan lendut

Lawan lendut adalah lendutan ke arah atas dari batang prategang dan merupakan hasil dari

gaya prategang eksentrisitas dari titik berat penampang. Karena baik gaya prategang

maupun eksentrisitas terbentuk dari beban rencana dan panjang bentang, lawan lendut

adalah hasil dari perencanaan lebih dari parameter perencanaan karena itu lawan lendut

menjadi tidak spesifik.

3.6.2 Lendutan

Akibat rangkak pada beton maka dapat menimbulkan lendutan pada struktur. Pada tabel 3.3

dibuat suatu batas lendutan. Pendekatan teknik diperlukan dalam membandingkan batasan

lendutan sesuai dengan peraturan ACI. Suatu kesulitan akibat beban hidup yang

mengakibatkan retak lentur akan mengurangi momen inersia efektif dari penampang.

Perhitungan menggunakan hubungan lendutan-momen bilinier diperlukan ketika gaya tarik

melewati cf ′6 , dengan dengan definisi, retak terjadi pada tegangan tarik cf ′5.7 . Karena

37

Page 52: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Pelat Hollow Core umumnya direncanakan tidak retak pada beban layan maka pengaruh

retak dapat diabaikan.

Tabel 3.3 Batas lendutan ijin

Tipe struktur Anggapan lendutan Batas

lendutan

Atap datar yang tidak mendukung atau

mengenai bagian non-struktur yang dapat

dirusak oleh lendutan yang besar

Lendutan yang seketika

akibat beban hidup L 180l

Lantai yang tidak mendukung atau mengenai

bagian non-struktur yang dapat dirusak oleh

lendutan yang besar

Lendutan yang seketika

akibat beban hidup L 360l

Atap atau lantai konstruksi yang mendukung

atau mengenai bagian non-struktur yang

dapat dirusak oleh lendutan yang besar

480l

Atap atau lantai konstruksi yang mendukung

atau mengenai bagian non-struktur yang

tidak dapat dirusak oleh lendutan yang besar

Bagian dari total lendutan

yang terjadi setelah

mengenai bagian non-

struktural

240l

3.7 Pengangkatan atau handling

Pada umumnya pelaksanaan pengangkatan atau handling dilakukan sebelum pemasangan

pada tumpuan sehingga Pelat Hollow Core juga harus dikontrol tegangannya pada waktu

pengangkatan dalam hal ini hanya pengaruh berat sendiri dari Pelat Hollow Core sebagai

beban untuk contoh dapat dilihat pada perhitungan handling. Peralatan yang digunakan pada

waktu handling/pengangakatan adalah seperti pada gambar 3.5 dengan diameter kabel yang

digunakan dan beban yang dapat ditahan kabel adalah seperti pada tabel 3.4

38

Page 53: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 3.4 Peralatan kabel pada waktu pengangkatan/handling

Tabel 3.3 Diameter kabel dan kekuatan kabel

3.8 Perencanaan Struktur Pracetak Hollow Core Slab (HCS) berdasarkan SNI 2847

Pada perencanaan Pelat Beton Hollow Core Slab berdasarkan peraturan SNI 2847 maka

terdapat beberapa ketentuan di dalam SNI untuk beton pracetak yang prategang sebagai

berikut :

1) Perencanaan komponen beton polos pracetak harus mempertimbangkan semua kondisi

39

Page 54: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

pembebanan mulai dari saat fabrikasi awal hingga selesainya pelaksanaan struktur,

termasuk pembongkaran cetakan, penyimpanan, pengangkutan, dan ereksi.

2) Batasan 24.2 tidak hanya berlaku pada komponen struktur beton polos pracetak pada

kondisi akhir tetapi juga berlaku pada saat fabrikasi, pengangkutan, dan ereksi.

3) Komponen-komponen struktur pracetak harus disambung secara aman untuk

menyalurkan gaya-gaya lateral ke sistem struktur yang mampu menahan gaya-gaya

tersebut.

4) Komponen-komponen struktur pracetak harus diikat dan ditopang secukupnya selama

ereksi untuk menjamin tercapainya kedudukan yang tepat dan integritas struktur hingga

sambungan yang permanen selesai dipasang.

3.8.1 Penumpuan

Pada perencanaan penumpuan digunakan peraturan (SNI 2847 ps 19.3) tentang

penumpuan/penopangan yaitu bila digunakan, maka sistem penopang tidak boleh dibuka

hingga elemen yang ditopang telah mencapai sifat rencana yang diperlukan untuk memikul

semua beban serta membatasi lendutan dan keretakan pada saat pembongkaran sistem

penopang.

3.8.2 Tegangan transfer

Tegangan transfer untuk struktur pracetak prategang harus mengikuti peraturan dalam (SNI

2847 ps 20.4-20.5) yaitu tegangan izin beton untuk komponen struktur lentur dan

tegangan izin tendon prategang

3.8.2.1 Tegangan izin beton untuk komponen struktur lentur 1) Tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya

kehilangan tegangan sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai berikut:

40

Page 55: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

(1) Tegangan serat tekan terluar ................................................................................ cif ′6.0

(2) Tegangan serat tarik terluar kecuali seperti yang diizinkan dalam 20.4(1(3))

.............................................................................................................................. cif ′)4/1(

(3) Tegangan serat tarik terluar pada ujung-ujung komponen struktur di atas perletakan

sederhana ............................................................................................................ cif ′)2/1(

Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut di atas, maka harus dipasang

tulangan tambahan (non-prategang atau prategang) dalam daerah tarik untuk memikul gaya

tarik total dalam beton, yang dihitung berdasarkan asumsi suatu penampang utuh yang

belum retak.

2) Tegangan beton pada kondisi beban layan (sesudah memperhitungkan semua kehilangan

prategang yang mungkin terjadi) tidak boleh melampaui nilai berikut:

(1) Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup

tetap .......................................................................................................................... cf ′45.0

(2) Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup

total ........................................................................................................................... cf ′6.0

(3) Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan

.............................................................................................................................. cf ′)2/1(

(4) Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan dari

komponen-komponen struktur (kecuali pada sistem pelat dua-arah), dimana analisis yang

didasarkan pada penampang retak transformasi dan hubungan momen-lendutan bilinier

menunjukkan bahwa lendutan seketika dan lendutan jangka panjang memenuhi persyaratan

10.5(4), dan dimana persyaratan selimut beton memenuhi 9.7(3(2))

................................................................................................................................... cf ′

41

Page 56: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

3) Tegangan izin beton dalam 20.4(1) dan 20.4(2) boleh dilampaui bila dapat ditunjukkan

dengan pengujian atau analisis bahwa kemampuan strukturnya tidak berkurang dan lebar

retak yang terjadi tidak melebihi nilai yang disyaratkan.

3.8.2.2 Tegangan izin tendon prategang

Tegangan tarik pada tendon prategang tidak boleh melampaui nilai berikut:

1) Akibat gaya pengangkuran tendon ....................................................................... 0,94fpy

tetapi tidak lebih besar dari nilai terkecil dari 0,80fpu dan nilai maksimum yang

direkomendasikan oleh pabrik pembuat tendon prategang atau perangkatangkur.

2) Sesaat setelah penyaluran gaya prategang ............................................................ 0,82fpy

tetapi tidak lebih besar dari 0,74fpu.

3) Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah penyaluran gaya

........................................................................................................................... 0,70fpu

3.8.3 Kuat geser

Pada kontrol kuat geser vertikal dan horizontal harus mengikuti peraturan sesuai dengan

(SNI 2847 ps 19.3 dan ps 19.4)

3.8.3.1 Kuat geser vertikal

1) Bila keseluruhan komponen struktur komposit diasumsikan memikul geser vertikal,

maka perencanaan harus disesuaikan dengan ketentuan pasal 13 sebagaimana yang berlaku

untuk komponen struktur dengan penampang yang sama, yang dicor secara monolit.

2) Tulangan geser harus dijangkarkan sepenuhnya ke dalam elemen yang saling

berhubungan, sesuai dengan 14.13.

42

Page 57: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

3) Tulangan geser yang diperpanjang dan terangkur dengan baik boleh diperhitungkan

sebagai tulangan pengikat untuk geser horizontal.

3.8.3.2 Kuat geser horizontal

1) Pada komponen struktur komposit, transfer gaya geser horizontal secara penuh harus

dapat dijamin pada bidang kontak antara elemen-elemen yang dihubungkan.

2) Kecuali apabila dihitung sesuai dengan 19.5(3), maka perencanaan penampang terhadap

geser horizontal harus didasarkan pada. nhu VV φ≤

dimana Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vnh adalah kuat

geser horizontal nominal sesuai dengan ketentuan berikut:

(1) Bila bidang kontaknya bersih dan bebas dari serpihan dan secara sengaja dikasarkan,

maka kuat geser Vnh tidak boleh diambil lebih besar daripada 0.60bvd dalam Newton.

(2) Bila dipasang sengkang pengikat minimum sesuai dengan 19.6. dan bidang kontaknya

bersih dan bebas dari serpihan, tetapi tidak dikasarkan, maka kuat geser Vnh tidak boleh

diambil lebih besar daripada 0.6 bvd, dalam Newton.

(3) Bila dipasang sengkang pengikat minimum sesuai dengan 19.6, dan bidang kontaknya

bersih dan bebas dari serpihan dan dengan sengaja dikasarkan hingga mencapai tingkat

kekasaran penuh dengan amplitudo kira-kira 5 mm, maka kuat geser Vnh dapat diambil sama

dengan dbf vyv ..)..6.08.1( λρ+ , tetapi tidak lebih besar daripada 3.5bvd dalam Newton.

Nilai λ dapat diambil sesuai dengan 13.7(4(3)).

(4) Apabila gaya geser terfaktor Vu pada penampang yang ditinjau melebihi φ(3.5bvd),

maka perencanaan untuk geser horizontal harus dilakukan sesuai dengan 13.7(4).

43

Page 58: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

(5) Dalam menentukan kuat geser horizontal nominal pada permukaan atas elemen struktur

beton prategang, d diambil sebagai nilai terbesar dari 0,8h atau jarak dari serat tekan terluar

ke titik pusat tulangan tarik pada penampang komposit.

3) Sebagai alternatif terhadap 19.5(2), geser horizontal dapat ditentukan dengan jalan

menghitung perubahan aktual gaya tekan atau gaya tarik di dalam sebarang segmen, dan

pengaturan harus dilakukan untuk menyalurkan gaya tersebut sebagai geser horizontal

kepada elemen pendukung. Gaya geser horizontal terfaktor tidak boleh melebihi kuat geser

horizontal φVnh yang diberikan dalam 19.5(2(1)) hingga 19.5(2(4)), dimana luas bidang

kontak Ac harus digunakan sebagai pengganti bvd di dalam persamaan-persamaan terkait

yang ada pada butir-butir tersebut.

(1) Bila sengkang pengikat yang dipasang untuk menahan geser horizontal direncanakan

untuk memenuhi 19.5(3), maka rasio antara luas sengkang pengikat dan spasi pengikat di

sepanjang komponen struktur harus merefleksikan distribusi gaya-gaya geser pada

komponen struktur tersebut.

4) Bila terdapat tarik pada bidang kontak antara elemen-elemen yang saling dihubungkan,

maka penyaluran geser secara kontak hanya boleh digunakan bila dipasang sengkang

pengikat minimum sesuai dengan 19.6.

3.8.3.3 Sengkang pengikat untuk geser horizontal

1) Bila sengkang pengikat dipasang untuk menyalurkan geser horizontal, maka luas

sengkang pengikat tidak boleh kurang daripada luas yang diperlukan oleh 13.5(5(3)), dan

spasi sengkang pengikat tidak boleh melebihi empat kali dimensi terkecil elemen yang

didukung, ataupun 600 mm.

2) Sengkang pengikat untuk geser horizontal harus terdiri dari batang atau kawat tulangan

44

Page 59: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

tunggal, sengkang berkaki banyak, atau kaki vertikal dari jaring-kawat (polos atau ulir).

3) Semua sengkang pengikat harus diangkurkan sepenuhnya ke dalam elemen-elemen

yang saling dihubungkan sesuai dengan 14.13

3.9 Selimut Beton

Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses pengawasan pabrik) maka tebal

minimum selimut beton berikut harus disediakan untuk tulangan harus mengikuti peraturan

sesuai

Tabel 3.5 Selimut Beton Minimum Pada Beton Pracetak

45

Page 60: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Untuk konstruksi beton pracetak, ikatan tarik harus dipasang pada arah tegak,memanjang,

melintang, dan di sekeliling perimeter struktur, untuk mengikat dan menyatukan elemen-

elemen pracetak secara efektif.

3.10 Sambungan Beton Pracetak 3.10.1 Perencanaan Sambungan dan Tumpuan

1) Gaya-gaya boleh disalurkan antara komponen-komponen struktur dengan menggunakan

sambungan grouting, kunci geser, sambungan mekanis, sambungan baja tulangan, pelapisan

dengan beton bertulang cor setempat, atau kombinasi dari cara-cara tersebut.

(1) Kemampuan sambungan untuk menyalurkan gaya-gaya antara komponen-komponen

struktur harus ditentukan dengan analisis atau dengan pengujian. Apabila geser merupakan

pembebanan utama, maka ketentuan pada 13.7 dapat digunakan.

(2) Dalam merencanakan sambungan dengan menggunakan bahan-bahan dengan sifat

struktural yang berbeda, maka daktilitas, kekuatan, dan kekakuan relatifnya harus ditinjau.

2) Tumpuan untuk komponen lantai dan atap pracetak di atas perletakan sederhana harus

memenuhi ketentuan berikut:

(1) Tegangan tumpu izin di permukaan kontak antara komponen yang didukung dan yang

46

Page 61: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

mendukung dan antara elemen-elemen pendukung tidak boleh melebihi kekuatan tumpu

untuk masing-masing permukaan dan elemen pendukung. Kekuatan tumpu beton

dinyatakan dalam 12.17.

(2) Kecuali bila dapat dibuktikan melalui pengujian atau analisis bahwa kemampuan

strukturnya tidak berkurang, maka persyaratan minimum berikut ini harus dipenuhi:

a) Setiap komponen struktur dan sistem pendukungnya harus mempunyai dimensi rencana

yang dipilih sedemikian hingga, setelah peninjauan toleransi, jarak dari tepi tumpuan ke

ujung komponen struktur pracetak dalam arah bentang sedikitnya 1/180 kali bentang bersih

l, tetapi tidak boleh kurang dari:

- untuk pelat masif atau berongga ................................................... 50 mm

- untuk balok ................................................................................... 75 mm

b) Pelat landasan di tepi yang tidak ditumpulkan harus mempunyai celah sedikitnya 15 mm

dari muka tumpuan, atau sedikitnya sama dengan dimensi penumpulan pada tepi yang

ditumpulkan.

(3) Persyaratan pada 14.11(1) tidak berlaku untuk tulangan momen lentur positif pada

komponen struktur pracetak statis tertentu, tetapi sedikitnya sepertiga dari tulangan

tersebutharus diperpanjang sampai ke tengah panjang landasan.

47

Page 62: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 3.5 Sambungan Komponen Pracetak

3.11 Perencanaan Plat Hollow Core (HCS) prategang mengikuti prosedur sebagai

berikut :

1. Mutu beton minimal yang digunakan K-300, karena saat release mutu beton yg

disyaratkan adalah K-300. Jadi cukup 16 jam untuk mencapai umur K-300 dengan steam

curing.

2. Besi prestressed low relaxtion, PC Wire Ø5 dengan fpu = 1625 MPa

3. Tebal HS minimal 6 cm, tebal beton topping 5 cm.

4. Pada saat pengecoran topping, diperhitungkan beban topping dan tenaga kerja.

5. Pada saat tumpuan sementara dilepas, diperhitungkan beban topping. (SNI 2847 ps 19.3)

6. Check tegangan saat transfer (SNI 2847 ps 20.4-20.5)

kondisi serat atas :(-Pi/Ac)+(Pi*e/St) < Fti

kondisi serat bawah :(-Pi/Ac)-(Pi*e/Sb) < Fci

7. Check tegangan saat setelah losses kondisi serat atas :

(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St) < Fc kondisi serat bawah :

(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St) < Ft

8. Check Tegangan setelah topping terpasang kondisi serat atas :

(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) < Ft kondisi serat bawah :

(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) < Fc

9. Check Setelah support sementara dilepas (sbg pelat komposit) kondisi serat atas :

(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) -(Mprop*(h-Cbk)/Ick)< Fc kondisi serat

48

Page 63: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

bawah :

(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) +(Mprop/Sbk)< Ft

10. Check tegangan saat beban layan bekerja (sbg pelat komposit) kondisi serat atas :

(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) -(Mprop*(h-Cbk)/Ick)-(Mll+Msdl)*(h-

Cbk)/Ick< Fc kondisi serat bawah :

(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) +(Mprop/Sbk)+(Mll/Sbk)+(Msdl/Sbk) Mu

12. Check Kapasitas Retak

0.9*Mn/Mcr > 1.2

13. Check geser vertikal (SNI 2847 ps 19.4)

saat beban layan belum bekerja (ditahan oleh HS saja)

vc = 0.4*1*(fc)^0.5

Vc = vc*bw*dp

Vu < 0.85*Vc

saat beban layan belum bekerja

saat beban layan bekerja (ditahan oleh pelat komposit)

Vc = vc*(bw*(htop+dp)+htop*be)

Jika Vux < 0.85*Vc, maka tulangan geser vertikal tidak perlu dipasang.

14. Check defleksi saat kondisi awal & kondisi akhir < L/240

15. Check Geser Horizontal (SNI 2847 ps 19.5)

Jika Vux Mu

17. Tulangan Transfer/Lateral

0.9*Mn > Mu

18. Tulangan Sambungan antar HS

0.9*Mn > Mu

49

Page 64: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

50

Page 65: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 3.6 Proses Pembuatan Hollow Core Slab di pabrik

3.12 Proses Pembuatan Hollow Core Slab di Pabrik

1. Pembersihan dan peminyakan tempat pencetakan / Cleaning and oiling the bed 2. Pemasukan kabel ke dalam / Strand pulling 3. Penarikan kabel pretension / Tensioning strands 4. Pengangkatan ke tempat pencetakan /Lifting on the bed (tidak tampak) 5. Pencampuran beton /Concrete mixing (tidak tampak) 6. Transportasi beton / Concrete transportation 7. Penutupan beton / Concrete dosing (tidak tampak) 8. Pencetakan/Extruding 9. Penggambaran lubang oleh drafter / Draw openings by plotter (tidak tampak) 10. Pembuatan lubang/Making openings 11. Pembungkusan pelat/ Covering of slab 12. Perawatan pelat / Curing of slab 13. Pembungkusan kembali pelat/Recovering of slab 14. Pemotongan pelat/Cutting of slab 15. Pengankatan pelat/Lifting of slab 16. Pengeboran dari lubang drainase/Drilling of drainage holes 17. Transportasi ke tempat penyimpanan/Transportation to storage 18. Pengangkatanke tempat penyimpanan/Handling of slabs in storage 19. Transportasi ke lapangan/Transportation to site

51

Kabel prestension

Page 66: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 3.7 Posisi kabel pretensioning pada Hollow Core Slab

Posisi penempatan kabel strand pretension pada Hollow Core Slab pada bagian bawah dari ,

penarikan kabel dilakukan dari dua sisi

Pada tabel 3.6 dapat dilihat properties dari Plat Hollow Core dimana data penampang

serta variasi panjang bentang yang digunakan

Lebar untuk 1 Plat Hollow Core = 4 ft dimana 1 ft = 0.3 m jadi panjang untuk 1 plat Hollow

Core = 1.2 m

Kabel pretension yang digunakan sebanyk 5-8 kabel dengan kode 48-S sampai 88-S

Kekuatan beban yang dapat dipikul oleh Hollow Core Slab dapat dilihat juga pada tabel

dalm satuan psf = pound/ft2 dimana 1 psf = 0.048 kN/m2

jadi misalnya untuk panjang 20 ft atau 6 m untuk Hollow Core menggunakan topping 5 cm

dengan 5 kabel strand maka diperoleh beban maksimum yang dapat dipikul oleh Plat

Hollow Core = 317 psf atau 15.178 kN/m2 untuk lebar 1.2 m maka beban menjadi

1.2x15.178 = 18.2 KN/m dari contoh perhitungan beban yang dipikul lebih kecil dari beban

maksimum Plat hollow Core, dalam hal ini untuk pretensioning pada perhitungan Plat

Hollow Core tidak menggunakan perekat atau mortar

52

Page 67: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 3.8 Contoh penempatan pretensioning pada pelat Hollow Core Slab

BAB IV

APLIKASI

53

Page 68: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Dalam bab ini akan diberikan suatu contoh perhitungan portal (frame) 3 dimensi dengan

dengan lantai pracetak Hollow Core slab banyak lantai 3 tingkat seperti pada Gambar 4.1,

dengan menggunakan program ETABS v9.2. Adapun data-data yang akan dipergunakan

dalam analisa tersebut adalah :

4.1 Contoh portal ( Gambar 4.1)

Gambar 4.1. Struktur portal 3 dimensi

54

Page 69: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 4.2 Potongan memanjang portal Gambar 4.3 Denah/Tampak atas

Data-data struktur

1. Panjang bentang L = 6 m = 600 cm

2. Tinggi bangunan (kolom) H = 3.5 m = 350 cm

3. Ukuran penampang kolom BxH = 40x40 cm2

4. Ukuran penampang balok BxH = 30x60 cm2

5. Modulus Elastisitas beton E = 250000 kg/cm2

6. Perletakan jepit-jepit

7. Zona gempa 3 tanah sedang

55

Page 70: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 4.4. Potongan Penampang Pelat Hollow Core

Perhitungan Luas Penampang dan Inersia Pelat Pracetak type Hollow Core Slab (HCS) dengan bentang 6,0 m

Lebar penampang bw 1200 mm⋅=

Gambar 4.5. Penampang atas

Pelat Hollow

Panjang total HCS Lsl 6 m⋅=

Tinggi penampang HCS h 200 mm⋅=

b1 190 mm⋅= Tebal flens atas t1 30 mm⋅=

Tebal flens bawah t2 30 mm⋅= Tebal badan t3 35 mm⋅=

Tebal badan ke tepi t4 50 mm⋅=

4.2 Data-data Pelat hollow Core Slab a

t3b1

h t1− t2−( ) 0.026m== Bentuk penampang seperti gambar

Mutu beton K400 Lebar penampang = 1200 mm Tebal Pelat Hollow Core Slab = 200 mm

Panjang Penampang Pelat Hollow Core = 6000 mm

56

Page 71: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Ax t1 t2+ a+ 0.086 m⋅== per satuan panjang arah sumbu y

Acx Ax bw⋅ 0.103m2== untuk panjang 1200 mm

Sx12

t12⋅ a12⋅ h t1+ t2−( )+ t2 h

12

t2−⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅+ 8.579 10 3−× m2==

zxSxAx

0.1m==

Ix112

t13⋅ t1 zx12

t1−⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

2⋅+

112

t23+ t2 h zx−12

t2⋅−⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

2⋅+

112

a⋅ h t1− t2−( )2⋅+ a zx12

h t1+ t2−( )−⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

2⋅+ 4.801 10 4−

× m3⋅==

per satuan panjang arah sumbu y

Icx Ix bw⋅ 5.761 108× mm4⋅== untuk panjang 1200 mm

Ay t1 t2+ 0.06m== per satuan panjang arah sumbu x

Acy Ay Lsl⋅ 0.36m2== untuk panjang 6000 mm

Sy12

t12⋅ t2 h12

t2−⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅+ 6 10 3−× m2==

zySyAy

0.1m==

Iy112

t13⋅ t1 zy12

t1−⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

2⋅+

112

t23+ t2 h zy−12

t2−⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

2⋅+ 4.38 10 4−

× m3⋅== per satuan panjang arah sumbu x

Icy Iy Lsl⋅ 2.628 109× mm4⋅== untuk panjang 6000 mm

57

Page 72: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Tegangan akibat handling atau pengangkatan sewaktu pemasangan pelat Hollow Core seperti gambar di bawah

fkub 400 kg

cm2= Mutu beton K400

Momen tahanan Sx fc 0.83 fkub⋅ 332 kg

cm2⋅==

Sx0.5Icx

h

2

2.881 103× cm3⋅==

BJ_beton 2400 kg

m3=

ap Lsl 6m== tp 0.2 m⋅= Ft_ijin 0.5 fc⋅

kg

cm2⋅ 9.11 kg

cm2⋅==

bp bw 1.2m==

w h BJ_beton⋅ 480 kg

m2==

Mx 0.0107 w⋅ ap⋅ bp2⋅ 44.375 kg m⋅⋅==

My 0.0107 w⋅ ap2⋅ bp⋅ 221.875 kg m⋅⋅==

FtMySx

7.702 kg

cm2⋅==

Tegangan_tarik_beton "MEMENUHI" Ft Ft_ijin<if

"TIDAK MEMENUHI" otherwise

=Tegangan_tarik_beton "MEMENUHI"=

58

Page 73: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Diameter kabel yang digunakan sewaktu pengangkatan

d38

in⋅ 9.525 mm⋅== untuk diameter kabel pada tabel 3.3

untuk 1 kabel Pijin_kabel 3.6 kip⋅ 16 kN⋅==

PiPijin_kabel

g1633kg== (dalam satuan kg)

Berat total hollow Core Wc ap bp⋅ tp⋅ BJ_beton⋅ 3456kg==

karena ada 4 kabel maka masing-masing kabel memikul PkabelWc

4864kg==

d38

in⋅ 9.525 mm⋅== digunakan kabel diameter Pkabel Pi<

59

Page 74: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

1. Penampang HCS (per satu meter lebar) :

Tinggi Penampang HCS h 200 mm⋅=

Tinggi topping htop 50 mm⋅=

Lebar Penampang bw 1200 mm⋅=

Ac Acx 0.103m2== Luas Penampang

Ic Icx 5.761 108× mm4⋅== Momen Inersia

Cbh

2= Cb 100 mm⋅= Garis Berat Bawah

Ct 100 mm⋅= Garis Berat Top Ct h Cb−=

StIcCt

= St 5761473.684 mm3⋅= Sec. Modulus Top

SbIcCb

= Sb 5761473.684 mm3⋅= Sec. Modulus Bottom

2. Material fkub 400 kgf⋅ cm 2−⋅= K-400 a. Beton :

fc 0.83 fkub⋅= fc 33.2 Mpa⋅=

fci 0.65 fc⋅= fci 21.58 Mpa⋅=

Fci 0.6− fci⋅= Fci 12.948− Mpa⋅=

Fti 0.25 fci Mpa⋅⋅= Fti 1.161 Mpa⋅=

Fc 0.45− fc⋅= (akibat prategang + beban mati) Fc 14.94− Mpa⋅=

Fct 0.6− fc⋅= (akibat prategang + beban total) Fct 19.92− Mpa⋅=

Ft 0.5 fc Mpa⋅⋅= Ft 2.881 Mpa⋅=

Ec 4700 fc Mpa⋅⋅= Ec 27081.137 Mpa⋅=

Eci 4700 fci Mpa⋅⋅= Eci 21833.511 Mpa⋅=

b. Kabel Prategang fpu 2.357 105

× psi⋅= fpu 1625 Mpa⋅= fpy 1.462 103

× Mpa⋅= fpy 0.9fpu=

fpi 975 Mpa⋅=fpi 0.6 fpu⋅=

fpeff 780 Mpa⋅=fpeff 0.8 fpi⋅=

n 5=Dia 6 mm⋅=Diameter Tendon

A1 28.274 mm2⋅= A114π⋅ Dia2⋅= Luas per tendon efektif

e 75 mm⋅= Eksentrisitas e 0.5 h⋅ 25 mm⋅−=

60

Page 75: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

c. Tulangan Baja

Wiremesh fy 390 MPa⋅=

BJTP (Polos) fyp 240 MPa⋅=

BJTD (Deform/Ulir) fyd 390MPa=

Perhitungan gaya dalam

γc 24 kN

m3= Berat volum beton normal

Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=

Qslb Ac γc⋅ 2.471 kNm

⋅== Pelat

Mslb18

Qslb⋅ Lsl2⋅ 11.12 kN m⋅⋅==

Qtop htop bw⋅ γc⋅ 1.44 kNm

⋅== Topping

Qtb 1 kNm

= Tambahan

Qdlt Qslb Qtop+ Qtb+ 4.911 kNm

⋅==

Qll 3 kNm

⋅= B. Hidup

Q Qdlt Qll+ 7.91 kNm

⋅==

a. Perpendekan elastis

Eci 21833.51 MPa⋅= Pi_kabel 0.7 n⋅ A1⋅ fpu⋅ 160.81 kN⋅==

Mg18

− Qdlt⋅ Lsl2⋅ 22.1− kN m⋅⋅== Es 2.1 105MPa⋅⋅=

Kes 1= untuk batang pratarik

Kcir 0.9= untuk batang pratarik

fcir KcirPi_kabel

AcPi_kabel e2⋅

Ic+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅Mg e⋅

Ic− 5.7 MPa⋅==

ES KesEsEci⋅ fcir⋅ 54.78 MPa⋅==

61

Page 76: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

b. Rangkak beton

Kcr 2= untuk batang pratarik dengan berat normal

Msd18

Qll⋅ Lsl2⋅ 13.5 kN m⋅⋅==

fcdsMsd e⋅

Ic1.757 MPa⋅== fcir fcds− 3.94 MPa⋅=

CR KcrEsEci⋅ fcir fcds−( ) 75.756 MPa⋅==

c. Susut beton

Ac 102947.37 mm2⋅= Luas

Keliling Sc 2 bw h+( )⋅ 2800 mm⋅==

AcSc

3.677 cm⋅= Luaskeliling

Kss 1=

RH 0.70= atau 70% gunakan

Ksh 1=

εs

fyEs

0.002==

SH εs Ksh⋅ Es⋅ Kss⋅ 1 RH−( )⋅ 117 MPa⋅==

d. Relaksasi baja

Untuk G270 low relaxation Kre 5000psi 34.47 MPa⋅==

J 0.040=

untuk fsi/fpu = 0.7 C 0.7=

RE Kre J SH CR+ ES+( )⋅−[ ] C⋅ 17.2 MPa⋅==

LossES CR+ SH+ RE+( )

fpu100⋅ 16.3 == % ambil losses = 20% % total losses/kehilangan

62

Page 77: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Perhitungan Tegangan dan Kapasitas Pelat Pracetak type Hollow Core Slab (HCS) dengan bentang 6,0 m

1. Penampang HCS (per satu meter lebar) :

Tinggi Penampang HCS h 200 mm⋅=

Tinggi topping htop 50 mm⋅=

Lebar Penampang bw 1200 mm⋅=

Ac 0.103 m2⋅= Luas Penampang

Ic 5.761 108⋅ mm4⋅= Momen Inersia

Cbh

2= Cb 100 mm⋅= Garis Berat Bawah

Ct 100 mm⋅= Garis Berat Top Ct h Cb−=

StIc

Ct= St 5761000 mm3⋅= Sec. Modulus Top

Sb

Ic

Cb= Sb 5761000 mm3⋅= Sec. Modulus Bottom

2. Material fkub 400 kgf⋅ cm 2−⋅= a. Beton : K-400

fc 0.83 fkub⋅= fc 33.2 Mpa⋅=

fci 0.65 fc⋅= fci 21.58 Mpa⋅=

Fci 0.6− fci⋅= Fci 12.948− Mpa⋅=

Fti 0.25 fci Mpa⋅⋅= Fti 1.161 Mpa⋅=

Fc 0.45− fc⋅= (akibat prategang + beban mati) Fc 14.94− Mpa⋅=

Fct 0.6− fc⋅= (akibat prategang + beban total) Fct 19.92− Mpa⋅=

Ft 0.5 fc Mpa⋅⋅= Ft 2.881 Mpa⋅=

Ec 4700 fc Mpa⋅⋅= Ec 27081.137 Mpa⋅=

Eci 4700 fci Mpa⋅⋅= Eci 21833.511 Mpa⋅=

b. Kabel Prategang fpu 2.357 105× psi⋅= fpu 1625 Mpa⋅= fpy 1.462 103× Mpa⋅= fpy 0.9fpu=

fpi 0.6 fpu⋅= fpi 975 Mpa⋅=

fpeff 0.8 fpi⋅= fpeff 780 Mpa⋅=

Diameter Tendon Dia 6 mm⋅= 1A1

4π⋅ Dia2⋅= A1 28.274 mm2⋅= Luas per tendon efektif

63

Eksentrisitas e 0.5 h⋅ 20 mm⋅−= e 80 mm ⋅=

Page 78: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

c. Tulangan Baja Wiremesh fy 390 Mpa⋅=

BJTP (Polos) fyp 240 Mpa⋅=

fyd 390 Mpa⋅=BJTD (Deform/Ulir)

3. Dimensi Pelat dan KompositDimensi Pelat

Tinggi pelat hsl htop h+= hsl 250 mm⋅=

Panjang Total Lsl 6.0 m⋅=

Tinggi topping htop 50 mm⋅=

Penampang Komposit fkubtop 225 kgf⋅ cm 2−⋅= beton Topping (mutu beton K-225) fc'top 0.83 fkubtop⋅= fc'top 18.675 Mpa⋅=

Ectop 4700 fc'top Mpa⋅⋅= Ectop 20310.853 Mpa⋅=

ncEctop

Ec= nc 0.75=

Lebar pelat bw 1200 mm⋅=

be 900 mm⋅= Lebar pelat tranformasi be nc bw⋅=

Ack 1.48 105× mm2⋅= Luas Penampang Ack Ac be htop⋅+=

Cbk

be htop( )⋅ hhtop

2+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅ Ac Cb⋅+

Ack= Garis Berat Bawah Cbk 138.007 mm⋅=

Garis Berat Atas Ctk hsl Cbk−= Ctk 111.993 mm⋅=

Ick Ic Ac Cbk Cb−( )2⋅+be htop3⋅

12+ be htop⋅ Ctk

htop

2−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

2⋅+= Momen inersia

Ick 1.075 109× mm4⋅=

StkIck

Ctk= Stk 9597114.63 mm3⋅= Sec. Modulus Top

SbkIck

Cbk= Sbk 7788111.383 mm3⋅= Sec. Modulus Bottom

4. Perhitungan gaya dalam γc 24 kN⋅ m 3−⋅= Berat volum beton normal

Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=

Qslb 2.472 kN m 1−⋅⋅= DL : Pelat Qslb Ac( ) γc⋅=

Mslb1

8Qslb⋅ Lsl2⋅= Mslb 11.124 kN m⋅⋅=

Qtop 1.44 kN m 1−⋅⋅= Topping Qtop htop bw⋅ γc⋅=

Qtam 100 kgf⋅ m 1−⋅=1−

Qtam 1 kN m 1−⋅⋅= tambahan Qsdl 100 kgf⋅ m⋅= SDL :

64

Qll 300 kgf⋅ m 1−⋅= Qll 3 kN m 1−⋅⋅= B. Hidup LL :

Page 79: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Momen Pada saat pengecoran topping (HCS diberi tumpuan sementara ditengah bentang)

Qd2 2.44 kN m 1−⋅⋅= Qd2 Qtop Qtam+=

Mdx x( )3

16Qd2⋅ Lsl⋅ x⋅

1

2Qd2⋅ x2⋅−=

Mdx 0.5 Lsl⋅( ) 2.745− kN m⋅⋅= Mcorpek Mdx 0.5 Lsl⋅(−= ) ( negatif )

Pada saat tumpuan sementara dilepas

P5

8Qtop( )⋅ Lsl⋅= P 5.4 kN⋅=

Mprop1

4P⋅ Lsl⋅= Mprop 8.1 kN m⋅⋅=

Mll1

14Qll⋅ Lsl2⋅=

Mll 7.714 kN m⋅⋅=

Msdl1

14Qsdl⋅ Lsl2⋅= Msdl 2.571 kN m⋅⋅=

Mts Mslb Mcorpek− Mprop+ Mll+ Msdl+= Mts 26.765 kN m⋅⋅=

Mu 1.2Mslb 1.2Mcorpek− 1.2Mprop+ 1.2 Msdl⋅+ 1.6Mll+= Mu 35.203 kN m⋅⋅=

Jadi banyaknya tendon n 5=

Aps 141.372 mm2⋅= Luas Total Prestress Aps n A1⋅=

Hasilnya : Pi Aps fpi⋅= Pi 137.837 kN⋅=

5. Check Tegangan

Peff fpeff Aps⋅= Peff 110.27 kN⋅= fpi 975 Mpa⋅=

Pi fpi Aps⋅= Pi 137.837 kN⋅=

a. Pada saat transfer (HCS saja):

σa1lPi−

Ac

Pi e⋅

St+= Fti 1.161 Mpa⋅= ≤

σa1l 0.576 Mpa⋅=

σb1lPi−

Ac

Pi e⋅

Sb−= ≤ Fci 12.948− Mpa⋅=

σb1l 3.252− Mpa⋅=

b. Pada saat setelah losses

σa1lPeff−

Ac

Peff e⋅

St+

Mslb

St−=

Fc 14.94− Mpa⋅= ≤σa1l 1.47− Mpa⋅=

Ft 2.881 Mpa⋅= σb1l

Peff−

Ac

Peff e⋅

Sb−

Mslb

Sb+= ≤

65

σb1l 0.671− Mpa ⋅=

Page 80: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Tegangan setelah topping terpasang

σa2l σa1lMcorpek

St+=

Ft 2.881 Mpa⋅= ≤σa2l 0.994− Mpa⋅=

Fc 14.94− Mpa⋅= σb2l σb1l

Mcorpek

Sb−= ≤

σb2l 1.147− Mpa⋅=

Tegangan setelah prop dilepaskan (Sebagai pelat komposit)

σa3l σa2lMprop h Cbk−( )⋅

Ick−=

σa3l 1.461− Mpa⋅= Fc 14.94− Mpa⋅= ≤

σb3l σb2lMprop

Sbk+=

σb3l 0.107− Mpa⋅= Ft 2.881 Mpa⋅= ≤

c. Pada saat beban layan bekerja (Sebagai pelat komposit)

σa4l σa3l Mll Msdl+( )h Cbk−

Ick⋅−=

σa4l 2.054− Mpa⋅= ≤ Fc 14.94− Mpa⋅=

σb4l σb3lMll

Sbk+

Msdl

Sbk+=

σb4l 1.213 Mpa⋅= Ft 2.881 Mpa⋅= ≤

Tegangan_beton_Saat_Layan "MEMENUHI"=

6. Check Kapasitas Momen

Dw 6 mm⋅= Diameter Tulangan Pratekan Dw Dia=

Diameter tulangan Ds 6 mm⋅=

As11

4π⋅ Ds2⋅= As1 28.274 mm2⋅= Luas per tulangan

Banyaknya tul. tekan nc 0=

Asc 0 mm2⋅= Luas Total tul. tekan Asc nc As1⋅=

Banyaknya tul. tarik np 0=

Ast 0 mm2⋅= Luas Total tul. tarik Ast np As1⋅=

Selimut Beton dc 20 mm⋅=

Lengan Tulangan Pratekan dp Ct e+= dp 180 mm⋅=

d 221 mm⋅= Lengan Tulangan Non Pratekan d hsl dc− Dw− 0.5 Ds⋅−=

fpePeff

Aps= Tegangan Tul. Pratekan Efektif

≥ fpe 780 Mpa⋅= 0.5 fpu⋅ 812.5 Mpa⋅=maka : Nilai untuk p :

66

fpy

fpu0.9= γp 0.2 8 =

Page 81: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

β1 0.85 fc 30 Mpa⋅≤if

0.65 fc 55 Mpa⋅≥if

0.85 0.008fc

Mpa30−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅− 30 Mpa⋅ fc< 55 Mpa⋅≤if

= β1 0.824=

ρpAps

bw dp⋅=

Asc 0 cm2⋅= Ast 0 cm2⋅=

ρcAsc

bw d⋅= ρc 0=

ρtAst

bw d⋅= ρt 0=

ωc ρcfy

fc⋅= ωc 0=

ωt ρtfy

fc⋅= ωt 0=

fps fpu 1γp

β1ρp

fpu

fc⋅

d

dpωt ωc−( )⋅+

⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

⋅−⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

⋅= fps 1607.319 Mpa⋅=

ρpAps

bw dp⋅= ρp 0.001=

ωp ρpfps

fc⋅= ωp 0.032=

Tps fps Aps⋅= Tps 227.229 kN⋅=

aTps

0.85 fc'top⋅ bw⋅= a 11.929 mm⋅=

Mn Tps dp htop+( )a

2−

⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

⋅ Ast fy⋅ da

2−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅+ Asc fy⋅ dca

2−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅+=

> φ Mn⋅ 45.817 kN m⋅⋅= Mu 35.203 kN m⋅⋅=

Momen_Kapasitas_Penampang "MEMENUHI"=

7. Kapasitas Retakfr 0.7 fc Mpa⋅⋅= fr 4.033 Mpa⋅= Tegangan tarik retak

Kondisi tegangan pada tepi bawah HCS akibat beban layan total :

faktPeff−

Ac

Peff e⋅

Sb−

Mslb

Sb+

Mcorpek

Sb−

Mprop

Sbk+

Msdl

Sbk+

Mll

Sbk+= fakt 1.213 Mpa⋅=

Mcr fr fakt−( ) Sbk⋅ Mts+= Mcr 48.727 kN m⋅⋅= φ Mn⋅

Mu1.301=

Rasio_Penampang_Retak "MEMENUHI"=

67

Page 82: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

8. Pemeriksaan Geser

Lebar badan bw 1200 mm⋅=

φ 0.85= Faktor reduksi Kuat tekan beton fc 33.2 Mpa⋅=

Tegangan leleh tul. fy 390 Mpa⋅=

Gaya-gaya geser : Saat beban layan belum bekerja (geser hanya ditahan oleh HCS saja)

Vudl 1.21

2Qslb Qtop+( )⋅ Lsl⋅

⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

⋅=

Vudl 14.083 kN⋅=

Saat beban layan bekerja (geser ditahan oleh pelat komposit)

Qd Qslb Qtop+ Qsdl+=

Vll1

2Qll⋅ Lsl⋅= Vll 9 kN⋅= Vd 14.736 kN⋅= Vd 0.5 Qd⋅ Lsl⋅=

Vu x( ) 1.2 Vd Qd x⋅−( ) 1.6 Vll Qll x⋅−( )⋅+=

Mu x( ) 1.2 Vd x⋅ 0.5 Qd⋅ x2⋅−( )⋅ 1.6 Vll x⋅ 0.5Qll x2⋅−( )⋅+=

x1 0.1m= x3 50 Dw⋅= x2 0.5hsl= x2 0.125m= x3 0.3m=

Vu1 Vu x1( )= Vu1 31.014 kN⋅= Mu1 Mu x1( )= Mu1 3.155 kN m⋅⋅=

Vu2 Vu x2( )= Vu2 30.746 kN⋅= Mu2 Mu x2( )= Mu2 3.927 kN m⋅⋅=

Vu3 Vu x3( )= Vu3 28.875 kN⋅= Mu3 Mu x3( )= Mu3 9.144 kN m⋅⋅=

Persyaratan Geser menurut ACI : 0.4 fpu⋅ 650 Mpa⋅= < dapat menggunakan metoda sederhana sebagai

berikut : fpe 780 Mpa⋅=

Vu dp⋅

Mu1≤

vc11

20

fc

Mpa⋅ 4.8

Vu1 dp⋅

Mu1⋅+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

Mpa⋅= Vu1 dp⋅

Mu11.769= vc1 8.782 Mpa⋅=

vc21

20

fc

Mpa⋅ 4.8

Vu2 dp⋅

Mu2⋅+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

Mpa⋅= Vu2 dp⋅

Mu21.409= vc2 7.053 Mpa⋅=

vc31

20

fc

Mpa⋅ 4.8

Vu3 dp⋅

Mu3⋅+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

Mpa⋅= Vu3 dp⋅

Mu30.568= vc3 3.017 Mpa⋅=

λ 1= (untuk beton normal)

λ

6fc Mpa⋅⋅ 0.96 Mpa⋅= vc1 8.782 Mpa⋅= ≥

0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅ 2.305 Mpa⋅= ≤ vc 0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅ vc1 0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅>if

vc1 otherwise

= vc 2.305 Mpa⋅=

68

Page 83: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Saat beban layan belum bekerjaVc vc bw dp⋅( )⋅= dp 180 mm⋅= Vc 497.832 kN⋅=

Vudl 14.083 kN⋅= < φ Vc⋅ 423.157 kN⋅=

Saat beban layan telah bekerjaVc vc bw htop dp+( )⋅ htop be⋅+[ ]⋅= Vc 739.834 kN⋅=

Vu1 31.014 kN⋅= φ Vc⋅ 628.859 kN⋅= <

Tulangan_Geser_Vertikal "TIDAK PERLU DIPASANG"=

9. Check Terhadap Defleksi

a. Pada kondisi awal (pelat prategang saja)

ΔpiPi− e⋅ Lsl2⋅

8 Eci⋅ Ic⋅= Δpi 3.945− mm⋅= (ke atas)

Defleksi akibat berat sendiri

Δbs5

384

Qslb Lsl4⋅

Eci Ic⋅⋅= Δbs 3.316 mm⋅=

Dengan menerapkan faktor jangka panjang untuk defleksi bersih pada waktu ereksi, diperoleh : Δ1 0.966− mm⋅= Δ1 1.85 Δbs⋅ 1.8 Δpi⋅+=

b. Pada kondisi akhir (pelat komposit)Defleksi akibat topping

Δtop1

48

P Lsl3⋅

Ec Ick⋅⋅= Δtop 0.835 mm⋅=

Defleksi akibat SDL

Δsdl5

384

Qsdl( ) Lsl4⋅

Ec Ick⋅⋅= Δsdl 0.58 mm⋅=

Defleksi akibat Beban Hidup (LL)

ΔL5

384

Qll( ) Lsl4⋅

Ec Ick⋅⋅= ΔL 1.739 mm⋅=

Lsl

36016.667 mm⋅= syarat defleksi maksimum akibat beban hidup :

Jadi total defleksi jangka panjang yang terjadi adalah : Δ2 2.2 Δpi⋅ 2.4 Δbs⋅+ 2.3 Δtop⋅+ 3 Δsdl⋅+ 3 30%ΔL( )⋅+=

( ke bawah ) Δ2 4.505 mm⋅=

Jadi defleksi total Δtot Δ2 Δ1− 70%ΔL( )+= Δtot 6.688 mm⋅=

Lsl

24025 mm⋅= syarat defleksi maksimum > Δtot 6.688 mm⋅=

69

Defleksi_yang_terjadi "MASIH MEMENUHI PERSYARATAN"=Catatan : - Nilai negatif menunjukkan defleksi ke atas dan, - Nilai positif menunjukkan defleksi ke bawah - Defleksi memenuhi persyaratan bila defleksi max. lebih besar dari defleksi total yg terjadi

Page 84: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

10. Pengecekan Geser HorizontalAv1 0 mm2⋅= Lebar bid kontak bv bw=

s 0mm= Tinggi efektif d dp htop+=

ρvAv1

bv s⋅= ρv 0 %⋅=

Vu ≤ Vnh dari data ETABS Akibat gempa Vg 10.54 kN⋅= Vu1 Vu1 Vg+=

Vu1 41.554 kN⋅= < φ 0.6⋅ bv⋅ d⋅ Mpa⋅ 140.76 kN⋅=

Vnh < 3.5 bv⋅ dp⋅ Mpa⋅ 756 kN⋅=

Untuk_menahan_Geser_Horizontal "TIDAK PERLU DIPASANG TULANGAN GESER"=

11. Tulangan Lentur di Daerah Tumpuan

Mtop1

11Qtop⋅ Lsl2⋅= Mtop 4.713 kN m⋅⋅=

Mlle1

11Qll⋅ Lsl2⋅= Mlle 9.818 kN m⋅⋅=

Msdle1

11Qsdl⋅ Lsl2⋅= Msdle 3.273 kN m⋅⋅=

fc'top 18.675 Mpa⋅= fc 33.2 Mpa⋅=

Mue 1.2 Msdle Mtop+( )⋅ 1.6 Mlle⋅+= Mue 25.292 kN m⋅⋅=

Akibat gempa dari data ETABS Mg 17.716 kN⋅ m=

Mue 37.117 kN m⋅⋅= Mue 1.2 Msdle Mtop+( )⋅ 1.0 Mlle⋅+ 1.0 Mg⋅+=

Mu Mue= Mu 37.117 kN m⋅⋅=

Dtump 9 mm⋅= fy 400 Mpa⋅=

dtop hsl dc− 0.5 Dtump⋅−= dtop 225.5 mm⋅=

As11

4π⋅ Dtump2⋅= As1 0.636 cm2⋅=

jarak tulangan lentur : Sptump 150 mm⋅=

Asbw

SptumpAs1⋅= As 508.938 mm2⋅=

faktor reduksi lentur : φ 0.9=

β1 0.85=ρmax

0.75 β1

0.85 fc⋅

fy⋅

87000

87000fy

psi+

⋅⎛⎜⎜⎝

⎞⎟⎟⎠

⋅ ρmax 0.027==

ρmin 0.18%=

ρAs

bw dtop⋅= ρ 0.188 %⋅=

70

afy As⋅

0.85 fc'top⋅ bw⋅= a 10.687 m m⋅=

Page 85: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Mn As fy⋅ dtopa

2−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅= Mu

φ41.241 kN m⋅⋅= > Mn 44.818 kN m⋅⋅=

Tumpuan "TULANGAN TERPASANG MEMENUHI"=

12. Perhitungan Tulangan Transfer/Lateral

Mtop1

14Qtop⋅ Lsl2⋅=

Msdl1

14Qsdl⋅ Lsl2⋅=

Mtop 3.703 kN m⋅⋅=

Msdl 2.571 kN m⋅⋅=

Mll1

14Qll⋅ Lsl2⋅= Mll 7.714 kN m⋅⋅=

Mu 15.429 kN m⋅⋅=Mu 1.2 Msdl( )⋅ 1.6 Mll⋅+=

dari data ETABS Mg 17.52 kN⋅ m=Akibat gempa

Mu 28.32 kN m⋅⋅=Mu 1.2 Msdl( )⋅ 1.0 Mll⋅+ 1.0Mg+=

Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=

ρmin 0.2 %⋅=Rasio Tulangan Minimum

Asmin 600 mm2⋅= Luas Tulangan Minimum Terpasang Asmin ρmin bw⋅ hsl⋅=

Diameter Tulangan Terpasang Dstr 8 mm⋅=

Kuat Leleh Tulangan fy 400 Mpa⋅=

Spasi Tulangan Sptr 150 mm⋅=

As 0.25 π⋅ Dstr2⋅bw

Sptr⋅= Luas Tulangan Terpasang As 402.124 mm2⋅=

aAs fy⋅

0.85 fc'top⋅ bw⋅= Lebar Stress Beton a 8.444 mm⋅=

jd hsl 18.5 mm⋅− 0.5 Ds⋅− 0.5 a⋅−= Lengan Momen jd 224.278 mm⋅=

Momen Nominal Terpasang Mn φ As⋅ fy⋅ jd⋅=

Mn 32.467 kN m⋅⋅= > Mu 28.32 kN m⋅⋅=

Tulangan "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"=

13. Tulangan Stek (Sambungan Antar HCS)Mu 28.32 kN m⋅⋅=Momen Ultimit (Mu)

φ 0.9=Faktor Reduksi Lentur Dstek 12 mm⋅=Diameter Tulangan Terpasang fystek 400 Mpa⋅=Kuat Leleh Tulangan Spstek 120 mm⋅=Spasi Tulangan

As 0.25 π⋅ Dstek2⋅bw

Spstek⋅ 1.6⋅=

aAs fystek⋅

0.85 fc'top⋅ bw⋅=

As 1.81 103× mm2⋅= Luas Tulangan Total

Lebar Stress Beton a 37.999 mm⋅=

jd 47 mm⋅= Lengan Momen Tulangan Lentur jd htop 0.5 Ds⋅−=

71

Page 86: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

72

Page 87: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Momen Nominal Terpasang Mn φ As⋅ fystek⋅ jd⋅=

Mn 30.618 kN m⋅⋅= > Mu 28.32 kN m⋅⋅=Perhitungan Tegangan dan Kapasitas Pelat Pracetak type Hollow Core Slab (HCS) dengan bentang 6,0 m

Tulangan "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"=

Da tuk Plat hollow Core maka dapat disimpulkan seperti di bawah ri hasil Perhitungan un1. Penampang HCS (per satu meter lebar) :

Tinggi Penampang HCS h 200 mm⋅=

Bentang Pelat PTinggi topping

racetak HCS htop 50 mm⋅=

Lsl 6m= Tebal Pelat Pracetak HCS

Lebar Penampang bw 1200 mm⋅=h 200 mm⋅=

Ac 0.103 m2⋅= Tebal Pelat ToLuas Penampang

htop 50 mm⋅= pping Ic 5.761 108⋅ mm4⋅= Dw 6 mm⋅= nc 0= Tulangan PrMomen Inersia atekan (PC Wire) np 0=

Jumlah Tendon Pratekan batang per meter lebar n 5=Cb

h

2=

Tulangan Lateral/Transfer Dstr 8 mm⋅= Spasi Tulangan Sptr 150 mm⋅=

Tulangan Stek/Sambungan Antar HCS Dstek 12 mm⋅= Spasi Tulangan Spstek 120 mm⋅=

Tulangan Extra Searah PC Wi 5 mm re Ds 6 mm⋅= Jumlah Tulangan per m' np 0=

Sketsa Penulangan Pelat Pracetak Pratekan (HCS) :

h

7

8

6

Lsl

76

8

8

67

h

b9

Beban yang bekerja Qsdl 100mkgf

m2⋅= Qll 300m

kgf

m2⋅= gempa zona 3 tanah sedang

Garis Berat Bawah Cb 100 mm⋅=

Garis Berat Top Ct h Cb−= Ct 100 mm⋅=

StIc 3 Ct

= Sec. Modulus Top St 5761000 mm⋅=

Ic

Cb= mm3⋅ Sec. Modulus Bottom Sb Sb 5761000=

2. Material fkub 400 kgf⋅ cm 2−⋅= a. Beton : K-400

fc 0.83 fkub⋅= fc 33.2 Mpa⋅=

fci 0.65 fc⋅= fci 21.58 Mpa⋅=

Fci 0.6− fci⋅= Fci 12.948− Mpa⋅=

Fti 0.25 fci Mpa⋅⋅= Fti 1.161 Mpa⋅=

Fc 0.45− fc⋅= (akibat prategang + beban mati) Fc 14.94− Mpa⋅=

Fct 0.6− fc⋅= (akibat prategang + beban total) Fct 19.92− Mpa⋅=

Ft 0.5 fc Mpa⋅⋅= Ft 2.881 Mpa⋅=

Ec 4700 fc Mpa⋅⋅= Ec 27081.137 Mpa⋅=

Eci 4700 fci Mpa⋅⋅= Eci 21833.511 Mpa⋅=

b. Kabel Prategang fpu 2.357 105× psi⋅= fpu 1625 Mpa⋅= fpy 1.462 103× Mpa⋅= fpy 0.9fpu=

fpi 0.6 fpu⋅= fpi 975 Mpa⋅=

fpeff 0.8 fpi⋅= fpeff 780 Mpa⋅=

Diameter Tendon Dia 6 mm⋅=

73

Page 88: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

A11

4π⋅ Dia2⋅= A1 28.274 mm2⋅= Luas per tendon efektif

74

Eksentrisitas e 0.5 h⋅ 20 mm⋅−= e 80 mm ⋅=

Page 89: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

c. Tulangan Baja Wiremesh fy 390 Mpa⋅=

BJTP (Polos) fyp 240 Mpa⋅=

fyd 390 Mpa⋅=BJTD (Deform/Ulir)

3. Dimensi Pelat dan KompositDimensi Pelat

Tinggi pelat hsl htop h+= hsl 250 mm⋅=

Panjang Total Lsl 6.0 m⋅=

Tinggi topping htop 50 mm⋅=

Penampang Komposit fkubtop 225 kgf⋅ cm 2−⋅= beton Topping (mutu beton K-225) fc'top 0.83 fkubtop⋅= fc'top 18.675 Mpa⋅=

Ectop 4700 fc'top Mpa⋅⋅= Ectop 20310.853 Mpa⋅=

ncEctop

Ec= nc 0.75=

Lebar pelat bw 1200 mm⋅=

be 900 mm⋅= Lebar pelat tranformasi be nc bw⋅=

Ack 1.48 105× mm2⋅= Luas Penampang Ack Ac be htop⋅+=

Cbk

be htop( )⋅ hhtop

2+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅ Ac Cb⋅+

Ack= Garis Berat Bawah Cbk 138.007 mm⋅=

Garis Berat Atas Ctk hsl Cbk−= Ctk 111.993 mm⋅=

Ick Ic Ac Cbk Cb−( )2⋅+be htop3⋅

12+ be htop⋅ Ctk

htop

2−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

2⋅+= Momen inersia

Ick 1.075 109× mm4⋅=

StkIck

Ctk= Stk 9597114.63 mm3⋅= Sec. Modulus Top

SbkIck

Cbk= Sbk 7788111.383 mm3⋅= Sec. Modulus Bottom

4. Perhitungan gaya dalam γc 24 kN⋅ m 3−⋅= Berat volum beton normal

Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=

Qslb 2.472 kN m 1−⋅⋅= DL : Pelat Qslb Ac( ) γc⋅=

Mslb1

8Qslb⋅ Lsl2⋅= Mslb 11.124 kN m⋅⋅=

Qtop 1.44 kN m 1−⋅⋅= Topping Qtop htop bw⋅ γc⋅=

Qtam 100 kgf⋅ m 1−⋅=1−

Qtam 1 kN m 1−⋅⋅= tambahan Qsdl 100 kgf⋅ m⋅= SDL :

75

Qll 300 kgf⋅ m 1−⋅= Qll 3 kN m 1−⋅⋅= B. Hidup LL :

Page 90: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Momen Pada saat pengecoran topping (HCS diberi tumpuan sementara ditengah bentang)

Qd2 2.44 kN m 1−⋅⋅= Qd2 Qtop Qtam+=

Mdx x( )3

16Qd2⋅ Lsl⋅ x⋅

1

2Qd2⋅ x2⋅−=

Mdx 0.5 Lsl⋅( ) 2.745− kN m⋅⋅= Mcorpek Mdx 0.5 Lsl⋅(−= ) ( negatif )

Pada saat tumpuan sementara dilepas

P5

8Qtop( )⋅ Lsl⋅= P 5.4 kN⋅=

Mprop1

4P⋅ Lsl⋅= Mprop 8.1 kN m⋅⋅=

Mll1

14Qll⋅ Lsl2⋅=

Mll 7.714 kN m⋅⋅=

Msdl1

14Qsdl⋅ Lsl2⋅= Msdl 2.571 kN m⋅⋅=

Mts Mslb Mcorpek− Mprop+ Mll+ Msdl+= Mts 26.765 kN m⋅⋅=

Mu 1.2Mslb 1.2Mcorpek− 1.2Mprop+ 1.2 Msdl⋅+ 1.6Mll+= Mu 35.203 kN m⋅⋅=

Jadi banyaknya tendon n 5=

Aps 141.372 mm2⋅= Luas Total Prestress Aps n A1⋅=

Hasilnya : Pi Aps fpi⋅= Pi 137.837 kN⋅=

5. Check Tegangan

Peff fpeff Aps⋅= Peff 110.27 kN⋅= fpi 975 Mpa⋅=

Pi fpi Aps⋅= Pi 137.837 kN⋅=

a. Pada saat transfer (HCS saja):

σa1lPi−

Ac

Pi e⋅

St+= Fti 1.161 Mpa⋅= ≤

σa1l 0.576 Mpa⋅=

σb1lPi−

Ac

Pi e⋅

Sb−= ≤ Fci 12.948− Mpa⋅=

σb1l 3.252− Mpa⋅=

b. Pada saat setelah losses

σa1lPeff−

Ac

Peff e⋅

St+

Mslb

St−=

Fc 14.94− Mpa⋅= ≤σa1l 1.47− Mpa⋅=

Ft 2.881 Mpa⋅= σb1l

Peff−

Ac

Peff e⋅

Sb−

Mslb

Sb+= ≤

76

σb1l 0.671− Mpa ⋅=

Page 91: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Tegangan setelah topping terpasang

σa2l σa1lMcorpek

St+=

Ft 2.881 Mpa⋅= ≤σa2l 0.994− Mpa⋅=

Fc 14.94− Mpa⋅= σb2l σb1l

Mcorpek

Sb−= ≤

σb2l 1.147− Mpa⋅=

Tegangan setelah prop dilepaskan (Sebagai pelat komposit)

σa3l σa2lMprop h Cbk−( )⋅

Ick−=

σa3l 1.461− Mpa⋅= Fc 14.94− Mpa⋅= ≤

σb3l σb2lMprop

Sbk+=

σb3l 0.107− Mpa⋅= Ft 2.881 Mpa⋅= ≤

c. Pada saat beban layan bekerja (Sebagai pelat komposit)

σa4l σa3l Mll Msdl+( )h Cbk−

Ick⋅−=

σa4l 2.054− Mpa⋅= ≤ Fc 14.94− Mpa⋅=

σb4l σb3lMll

Sbk+

Msdl

Sbk+=

σb4l 1.213 Mpa⋅= Ft 2.881 Mpa⋅= ≤

Tegangan_beton_Saat_Layan "MEMENUHI"=

6. Check Kapasitas Momen

Dw 6 mm⋅= Diameter Tulangan Pratekan Dw Dia=

Diameter tulangan Ds 6 mm⋅=

As11

4π⋅ Ds2⋅= As1 28.274 mm2⋅= Luas per tulangan

Banyaknya tul. tekan nc 0=

Asc 0 mm2⋅= Luas Total tul. tekan Asc nc As1⋅=

Banyaknya tul. tarik np 0=

Ast 0 mm2⋅= Luas Total tul. tarik Ast np As1⋅=

Selimut Beton dc 20 mm⋅=

Lengan Tulangan Pratekan dp Ct e+= dp 180 mm⋅=

d 221 mm⋅= Lengan Tulangan Non Pratekan d hsl dc− Dw− 0.5 Ds⋅−=

fpePeff

Aps= Tegangan Tul. Pratekan Efektif

≥ fpe 780 Mpa⋅= 0.5 fpu⋅ 812.5 Mpa⋅=maka : Nilai untuk p :

77

fpy

fpu0.9= γp 0.2 8 =

Page 92: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

β1 0.85 fc 30 Mpa⋅≤if

0.65 fc 55 Mpa⋅≥if

0.85 0.008fc

Mpa30−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅− 30 Mpa⋅ fc< 55 Mpa⋅≤if

= β1 0.824=

ρpAps

bw dp⋅=

Asc 0 cm2⋅= Ast 0 cm2⋅=

ρcAsc

bw d⋅= ρc 0=

ρtAst

bw d⋅= ρt 0=

ωc ρcfy

fc⋅= ωc 0=

ωt ρtfy

fc⋅= ωt 0=

fps fpu 1γp

β1ρp

fpu

fc⋅

d

dpωt ωc−( )⋅+

⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

⋅−⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

⋅= fps 1607.319 Mpa⋅=

ρpAps

bw dp⋅= ρp 0.001=

ωp ρpfps

fc⋅= ωp 0.032=

Tps fps Aps⋅= Tps 227.229 kN⋅=

aTps

0.85 fc'top⋅ bw⋅= a 11.929 mm⋅=

Mn Tps dp htop+( )a

2−

⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

⋅ Ast fy⋅ da

2−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅+ Asc fy⋅ dca

2−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅+=

> φ Mn⋅ 45.817 kN m⋅⋅= Mu 35.203 kN m⋅⋅=

Momen_Kapasitas_Penampang "MEMENUHI"=

7. Kapasitas Retakfr 0.7 fc Mpa⋅⋅= fr 4.033 Mpa⋅= Tegangan tarik retak

Kondisi tegangan pada tepi bawah HCS akibat beban layan total :

faktPeff−

Ac

Peff e⋅

Sb−

Mslb

Sb+

Mcorpek

Sb−

Mprop

Sbk+

Msdl

Sbk+

Mll

Sbk+= fakt 1.213 Mpa⋅=

Mcr fr fakt−( ) Sbk⋅ Mts+= Mcr 48.727 kN m⋅⋅= φ Mn⋅

Mu1.301=

Rasio_Penampang_Retak "MEMENUHI"=

78

Page 93: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

8. Pemeriksaan Geser

Lebar badan bw 1200 mm⋅=

φ 0.85= Faktor reduksi Kuat tekan beton fc 33.2 Mpa⋅=

Tegangan leleh tul. fy 390 Mpa⋅=

Gaya-gaya geser : Saat beban layan belum bekerja (geser hanya ditahan oleh HCS saja)

Vudl 1.21

2Qslb Qtop+( )⋅ Lsl⋅

⎡⎢⎣

⎤⎥⎦

⋅=

Vudl 14.083 kN⋅=

Saat beban layan bekerja (geser ditahan oleh pelat komposit)

Qd Qslb Qtop+ Qsdl+=

Vll1

2Qll⋅ Lsl⋅= Vll 9 kN⋅= Vd 14.736 kN⋅= Vd 0.5 Qd⋅ Lsl⋅=

Vu x( ) 1.2 Vd Qd x⋅−( ) 1.6 Vll Qll x⋅−( )⋅+=

Mu x( ) 1.2 Vd x⋅ 0.5 Qd⋅ x2⋅−( )⋅ 1.6 Vll x⋅ 0.5Qll x2⋅−( )⋅+=

x1 0.1m= x3 50 Dw⋅= x2 0.5hsl= x2 0.125m= x3 0.3m=

Vu1 Vu x1( )= Vu1 31.014 kN⋅= Mu1 Mu x1( )= Mu1 3.155 kN m⋅⋅=

Vu2 Vu x2( )= Vu2 30.746 kN⋅= Mu2 Mu x2( )= Mu2 3.927 kN m⋅⋅=

Vu3 Vu x3( )= Vu3 28.875 kN⋅= Mu3 Mu x3( )= Mu3 9.144 kN m⋅⋅=

Persyaratan Geser menurut ACI : 0.4 fpu⋅ 650 Mpa⋅= < dapat menggunakan metoda sederhana sebagai

berikut : fpe 780 Mpa⋅=

Vu dp⋅

Mu1≤

vc11

20

fc

Mpa⋅ 4.8

Vu1 dp⋅

Mu1⋅+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

Mpa⋅= Vu1 dp⋅

Mu11.769= vc1 8.782 Mpa⋅=

vc21

20

fc

Mpa⋅ 4.8

Vu2 dp⋅

Mu2⋅+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

Mpa⋅= Vu2 dp⋅

Mu21.409= vc2 7.053 Mpa⋅=

vc31

20

fc

Mpa⋅ 4.8

Vu3 dp⋅

Mu3⋅+

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

Mpa⋅= Vu3 dp⋅

Mu30.568= vc3 3.017 Mpa⋅=

λ 1= (untuk beton normal)

λ

6fc Mpa⋅⋅ 0.96 Mpa⋅= vc1 8.782 Mpa⋅= ≥

0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅ 2.305 Mpa⋅= ≤ vc 0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅ vc1 0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅>if

vc1 otherwise

= vc 2.305 Mpa⋅=

79

Page 94: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Saat beban layan belum bekerjaVc vc bw dp⋅( )⋅= dp 180 mm⋅= Vc 497.832 kN⋅=

Vudl 14.083 kN⋅= < φ Vc⋅ 423.157 kN⋅=

Saat beban layan telah bekerjaVc vc bw htop dp+( )⋅ htop be⋅+[ ]⋅= Vc 739.834 kN⋅=

Vu1 31.014 kN⋅= φ Vc⋅ 628.859 kN⋅= <

Tulangan_Geser_Vertikal "TIDAK PERLU DIPASANG"=

9. Check Terhadap Defleksi

a. Pada kondisi awal (pelat prategang saja)

ΔpiPi− e⋅ Lsl2⋅

8 Eci⋅ Ic⋅= Δpi 3.945− mm⋅= (ke atas)

Defleksi akibat berat sendiri

Δbs5

384

Qslb Lsl4⋅

Eci Ic⋅⋅= Δbs 3.316 mm⋅=

Dengan menerapkan faktor jangka panjang untuk defleksi bersih pada waktu ereksi, diperoleh : Δ1 0.966− mm⋅= Δ1 1.85 Δbs⋅ 1.8 Δpi⋅+=

b. Pada kondisi akhir (pelat komposit)Defleksi akibat topping

Δtop1

48

P Lsl3⋅

Ec Ick⋅⋅= Δtop 0.835 mm⋅=

Defleksi akibat SDL

Δsdl5

384

Qsdl( ) Lsl4⋅

Ec Ick⋅⋅= Δsdl 0.58 mm⋅=

Defleksi akibat Beban Hidup (LL)

ΔL5

384

Qll( ) Lsl4⋅

Ec Ick⋅⋅= ΔL 1.739 mm⋅=

Lsl

36016.667 mm⋅= syarat defleksi maksimum akibat beban hidup :

Jadi total defleksi jangka panjang yang terjadi adalah : Δ2 2.2 Δpi⋅ 2.4 Δbs⋅+ 2.3 Δtop⋅+ 3 Δsdl⋅+ 3 30%ΔL( )⋅+=

( ke bawah ) Δ2 4.505 mm⋅=

Jadi defleksi total Δtot Δ2 Δ1− 70%ΔL( )+= Δtot 6.688 mm⋅=

Lsl

24025 mm⋅= syarat defleksi maksimum > Δtot 6.688 mm⋅=

80

Defleksi_yang_terjadi "MASIH MEMENUHI PERSYARATAN"=Catatan : - Nilai negatif menunjukkan defleksi ke atas dan, - Nilai positif menunjukkan defleksi ke bawah - Defleksi memenuhi persyaratan bila defleksi max. lebih besar dari defleksi total yg terjadi

Page 95: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

10. Pengecekan Geser HorizontalAv1 0 mm2⋅= Lebar bid kontak bv bw=

s 0mm= Tinggi efektif d dp htop+=

ρvAv1

bv s⋅= ρv 0 %⋅=

Vu ≤ Vnh dari data ETABS Akibat gempa Vg 10.54 kN⋅= Vu1 Vu1 Vg+=

Vu1 41.554 kN⋅= < φ 0.6⋅ bv⋅ d⋅ Mpa⋅ 140.76 kN⋅=

Vnh < 3.5 bv⋅ dp⋅ Mpa⋅ 756 kN⋅=

Untuk_menahan_Geser_Horizontal "TIDAK PERLU DIPASANG TULANGAN GESER"=

11. Tulangan Lentur di Daerah Tumpuan

Mtop1

11Qtop⋅ Lsl2⋅= Mtop 4.713 kN m⋅⋅=

Mlle1

11Qll⋅ Lsl2⋅= Mlle 9.818 kN m⋅⋅=

Msdle1

11Qsdl⋅ Lsl2⋅= Msdle 3.273 kN m⋅⋅=

fc'top 18.675 Mpa⋅= fc 33.2 Mpa⋅=

Mue 1.2 Msdle Mtop+( )⋅ 1.6 Mlle⋅+= Mue 25.292 kN m⋅⋅=

Akibat gempa dari data ETABS Mg 17.716 kN⋅ m=

Mue 37.117 kN m⋅⋅= Mue 1.2 Msdle Mtop+( )⋅ 1.0 Mlle⋅+ 1.0 Mg⋅+=

Mu Mue= Mu 37.117 kN m⋅⋅=

Dtump 9 mm⋅= fy 400 Mpa⋅=

dtop hsl dc− 0.5 Dtump⋅−= dtop 225.5 mm⋅=

As11

4π⋅ Dtump2⋅= As1 0.636 cm2⋅=

jarak tulangan lentur : Sptump 150 mm⋅=

Asbw

SptumpAs1⋅= As 508.938 mm2⋅=

faktor reduksi lentur : φ 0.9=

β1 0.85=ρmax

0.75 β1

0.85 fc⋅

fy⋅

87000

87000fy

psi+

⋅⎛⎜⎜⎝

⎞⎟⎟⎠

⋅ ρmax 0.027==

ρmin 0.18%=

ρAs

bw dtop⋅= ρ 0.188 %⋅=

81

afy As⋅

0.85 fc'top⋅ bw⋅= a 10.687 m m⋅=

Page 96: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Mn As fy⋅ dtopa

2−

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

⋅= Mu

φ41.241 kN m⋅⋅= > Mn 44.818 kN m⋅⋅=

Tumpuan "TULANGAN TERPASANG MEMENUHI"=

12. Perhitungan Tulangan Transfer/Lateral

Mtop1

14Qtop⋅ Lsl2⋅=

Msdl1

14Qsdl⋅ Lsl2⋅=

Mtop 3.703 kN m⋅⋅=

Msdl 2.571 kN m⋅⋅=

Mll1

14Qll⋅ Lsl2⋅= Mll 7.714 kN m⋅⋅=

Mu 15.429 kN m⋅⋅=Mu 1.2 Msdl( )⋅ 1.6 Mll⋅+=

dari data ETABS Mg 17.52 kN⋅ m=Akibat gempa

Mu 28.32 kN m⋅⋅=Mu 1.2 Msdl( )⋅ 1.0 Mll⋅+ 1.0Mg+=

Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=

ρmin 0.2 %⋅=Rasio Tulangan Minimum

Asmin 600 mm2⋅= Luas Tulangan Minimum Terpasang Asmin ρmin bw⋅ hsl⋅=

Diameter Tulangan Terpasang Dstr 8 mm⋅=

Kuat Leleh Tulangan fy 400 Mpa⋅=

Spasi Tulangan Sptr 150 mm⋅=

As 0.25 π⋅ Dstr2⋅bw

Sptr⋅= Luas Tulangan Terpasang As 402.124 mm2⋅=

aAs fy⋅

0.85 fc'top⋅ bw⋅= Lebar Stress Beton a 8.444 mm⋅=

jd hsl 18.5 mm⋅− 0.5 Ds⋅− 0.5 a⋅−= Lengan Momen jd 224.278 mm⋅=

Momen Nominal Terpasang Mn φ As⋅ fy⋅ jd⋅=

Mn 32.467 kN m⋅⋅= > Mu 28.32 kN m⋅⋅=

Tulangan "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"=

13. Tulangan Stek (Sambungan Antar HCS)Mu 28.32 kN m⋅⋅=Momen Ultimit (Mu)

φ 0.9=Faktor Reduksi Lentur Dstek 12 mm⋅=Diameter Tulangan Terpasang fystek 400 Mpa⋅=Kuat Leleh Tulangan Spstek 120 mm⋅=Spasi Tulangan

As 0.25 π⋅ Dstek2⋅bw

Spstek⋅ 1.6⋅=

aAs fystek⋅

0.85 fc'top⋅ bw⋅=

As 1.81 103× mm2⋅= Luas Tulangan Total

Lebar Stress Beton a 37.999 mm⋅=

jd 47 mm⋅= Lengan Momen Tulangan Lentur jd htop 0.5 Ds⋅−=

82

Page 97: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Momen Nominal Terpasang Mn φ As⋅ fystek⋅ jd⋅=

> Mn 30.618 kN m⋅⋅= Mu 28.32 kN m⋅⋅=

Tulangan "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"=

Dari hasil Perhitungan untuk Plat hollow Core maka dapat disimpulkan seperti di bawah

Lsl 6m= Bentang Pelat Pracetak HCS h 200 mm⋅= Tebal Pelat Pracetak HCS htop 50 mm⋅= Tebal Pelat Topping Dw 6 mm⋅= nc 0= Tulangan Pratekan (PC Wire) np 0=

Jumlah Tendon Pratekan batang per meter lebar n 5=

Dstr 8 mm⋅= Tulangan Lateral/Transfer Sptr 150 mm⋅= Spasi Tulangan Dstek 12 mm⋅= Tulangan Stek/Sambungan Antar HCS Spstek 120 mm⋅= Spasi Tulangan Ds 6 mm⋅= Tulangan Extra Searah PC Wire 5 mm

Jumlah Tulangan per m' np 0=

Sketsa Penulangan Pelat Pracetak Pratekan (HCS) :

h

7

8

6

Lsl

76

8

8

67

h

b9

Qll 300mkgf

m2⋅= Qsdl 100m

kgf

m2⋅= Beban yang bekerja gempa zona 3 tanah sedang

83

Page 98: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Untuk pengangkatan (handling) Pelat Hollow Core sebelum pemasangan digunakan

kabel dengan diameter 3/8 inchi atau 9.525 mm dengan jumlah 4 buah kabel dengan

gaya ijin untuk 1 kabel = 3.6 kip atau 16 KN.

2. Pelat Hollow Core dengan dimensi ukuran lebar penampang = 1200 mm dan tinggi

penampang = 200 mm serta diameter lubang 190 mm sebanyak 5 buah, yang digunakan

untuk panjang bentang 6 m masih memenuhi tegangan ijin dimana luas penampangnya

sebesar 0.103 m2 atau kurang dari 50 % luas penampang pelat utuh (0.24 m2).

3. Tegangan yang terjadi akibat pemasangan masih memenuhi tegangan ijin beton dimana

tegangan tersebut harus dikontrol akibat gaya prategang dengan beban mati serta gaya

prategang dengan beban total dimana pada saat pengecoran toping dengan Pelat Hollow

Core harus diberi tumpuan terlebih dahulu serta pada saat tumpuan dilepas dimana

struktur sudah menjadi komposit.

4. Jumlah tendon prategang yang digunakan pada saat penarikan adalah 5 buah dengan

diameter 6 mm dengan tebal topping Pelat Hollow Core diambil 50 mm.

5. Tegangan yang terjadi pada Pelat Hollow Core harus dikontrol pada saat retak (crack),

terhadap geser dan lendutan (defleksi) pada saat beban layan belum bekerja maupun saat

beban layan telah bekerja serta beban gempa, dari perhitungan untuk aplikasi masih

memenuhi tegangan yang diijinkan.

84

Page 99: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

5.2 Saran

1. Perlu dibuat suatu perhitungan Pelat Hollow Core yang dibandingkan dengan Pelat

beton biasa dari segi pelaksanaan pekerjaan serta harga untuk mendapat struktur yang

lebih ekonomis.

2. Perlu dibuat suatu perbandingan antara Pelat Hollow Core dengan plat beton pracetak

jenis lain seperti Solid Slab dimana untuk di Indonesia kebanyakan jenis yang

digunakan adalah Solid Slab.

DAFTAR PUSTAKA

85

Page 100: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

ACI 550R-96, Reapproved 2001, Design Recommendations for Precast Concrete

Structures, ACI-ASCE committee 550, 2001.

British Precast, Precast concrete in building, a guide to design and construction, 2007.

Centre of Advanced Engineering University of Canterbury, New Zealand, Guidelines for

the Use of Structural Precast Concrete in Buildings, 1999.

Charles E. Reynolds, James C. Steedman, Reinforced Concrete Designer’s Handbook, E &

FN Spon (Taylor Francis Group), 1999.

Donald R. Buettner and Roger J. Becker, PCI Manual For the Design of Hollow core Slabs, Computerized Structural Design, S.C,1998. Muhammad Abduh, Inovasi Teknologi dan system beton pracetak di Indonesia,Seminar dan

Pameran Haki 2007.

National Precast Concrete Association Australia, Hollowcore Flooring Technical Manual, July 2003.

Precast/Prestressed Concrete Institute, PCI design Handbook, Sixth Edition 2004.

Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

86

Page 101: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

L A M P I R A N

87

Page 102: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gaya -gaya pada kolom dalam satuan KN, m

Story Column Load Loc P V2 V3 T M2 M3 STORY3 C1 EQ1 0 2 2.84 0 -0.065 0.007 3.442 STORY3 C1 EQ1 1.5 2 2.84 0 -0.065 0 -0.823 STORY3 C1 EQ1 3 2 2.84 0 -0.065 -0.007 -5.088 STORY2 C1 EQ1 0 6.38 5.42 0 -0.1 0.005 8.591 STORY2 C1 EQ1 1.5 6.38 5.42 0 -0.1 0 0.457 STORY2 C1 EQ1 3 6.38 5.42 0 -0.1 -0.004 -7.678 STORY1 C1 EQ1 0 11.85 7.39 0 -0.094 0.003 16.935 STORY1 C1 EQ1 1.5 11.85 7.39 0 -0.094 0 5.849 STORY1 C1 EQ1 3 11.85 7.39 0 -0.094 -0.003 -5.237 STORY3 C2 EQ1 0 2.14 3.14 0 0 0 3.849 STORY3 C2 EQ1 1.5 2.14 3.14 0 0 0 -0.86 STORY3 C2 EQ1 3 2.14 3.14 0 0 0 -5.569 STORY2 C2 EQ1 0 6.84 5.88 0 0 0 9.341 STORY2 C2 EQ1 1.5 6.84 5.88 0 0 0 0.517 STORY2 C2 EQ1 3 6.84 5.88 0 0 0 -8.307 STORY1 C2 EQ1 0 12.7 8.01 0 0 0 18.307 STORY1 C2 EQ1 1.5 12.7 8.01 0 0 0 6.29 STORY1 C2 EQ1 3 12.7 8.01 0 0 0 -5.726 STORY3 C3 EQ1 0 2 2.84 0 0.065 -0.007 3.442 STORY3 C3 EQ1 1.5 2 2.84 0 0.065 0 -0.823 STORY3 C3 EQ1 3 2 2.84 0 0.065 0.007 -5.088 STORY2 C3 EQ1 0 6.38 5.42 0 0.1 -0.005 8.591 STORY2 C3 EQ1 1.5 6.38 5.42 0 0.1 0 0.457 STORY2 C3 EQ1 3 6.38 5.42 0 0.1 0.004 -7.678 STORY1 C3 EQ1 0 11.85 7.39 0 0.094 -0.003 16.935 STORY1 C3 EQ1 1.5 11.85 7.39 0 0.094 0 5.849 STORY1 C3 EQ1 3 11.85 7.39 0 0.094 0.003 -5.237 STORY3 C4 EQ1 0 0 5.42 0 -0.03 0 8.172 STORY3 C4 EQ1 1.5 0 5.42 0 -0.03 0 0.046 STORY3 C4 EQ1 3 0 5.42 0 -0.03 0 -8.08 STORY2 C4 EQ1 0 0 9.24 0 -0.044 0 15.797 STORY2 C4 EQ1 1.5 0 9.24 0 -0.044 0 1.941 STORY2 C4 EQ1 3 0 9.24 0 -0.044 0 -11.914 STORY1 C4 EQ1 0 0 9.76 0 -0.038 0 19.656 STORY1 C4 EQ1 1.5 0 9.76 0 -0.038 0 5.016 STORY1 C4 EQ1 3 0 9.76 0 -0.038 0 -9.623 STORY3 C5 EQ1 0 0 5.9 0 0 0 8.916 STORY3 C5 EQ1 1.5 0 5.9 0 0 0 0.071 STORY3 C5 EQ1 3 0 5.9 0 0 0 -8.773 STORY2 C5 EQ1 0 0 9.96 0 0 0 17.033 STORY2 C5 EQ1 1.5 0 9.96 0 0 0 2.097 STORY2 C5 EQ1 3 0 9.96 0 0 0 -12.838

STORY1 C5 EQ1 0 0

10.54 0 0 0 21.207 STORY1 C5 EQ1 1.5 0 10.54 0 0 0 5.402 STORY1 C5 EQ1 3 0 10.54 0 0 0 -10.403 STORY3 C6 EQ1 0 0 5.42 0 0.03 0 8.172 STORY3 C6 EQ1 1.5 0 5.42 0 0.03 0 0.046

88

Page 103: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

STORY3 C6 EQ1 3 0 5.42 0 0.03 0 -8.08 STORY2 C6 EQ1 0 0 9.24 0 0.044 0 15.797 STORY2 C6 EQ1 1.5 0 9.24 0 0.044 0 1.941 STORY2 C6 EQ1 3 0 9.24 0 0.044 0 -11.914 STORY1 C6 EQ1 0 0 9.76 0 0.038 0 19.656 STORY1 C6 EQ1 1.5 0 9.76 0 0.038 0 5.016 STORY1 C6 EQ1 3 0 9.76 0 0.038 0 -9.623 STORY3 C7 EQ1 0 -2 2.84 0 -0.065 -0.007 3.442 STORY3 C7 EQ1 1.5 -2 2.84 0 -0.065 0 -0.823 STORY3 C7 EQ1 3 -2 2.84 0 -0.065 0.007 -5.088 STORY2 C7 EQ1 0 -6.38 5.42 0 -0.1 -0.005 8.591 STORY2 C7 EQ1 1.5 -6.38 5.42 0 -0.1 0 0.457 STORY2 C7 EQ1 3 -6.38 5.42 0 -0.1 0.004 -7.678 STORY1 C7 EQ1 0 -11.85 7.39 0 -0.094 -0.003 16.935 STORY1 C7 EQ1 1.5 -11.85 7.39 0 -0.094 0 5.849 STORY1 C7 EQ1 3 -11.85 7.39 0 -0.094 0.003 -5.237 STORY3 C8 EQ1 0 -2.14 3.14 0 0 0 3.849 STORY3 C8 EQ1 1.5 -2.14 3.14 0 0 0 -0.86 STORY3 C8 EQ1 3 -2.14 3.14 0 0 0 -5.569 STORY2 C8 EQ1 0 -6.84 5.88 0 0 0 9.341 STORY2 C8 EQ1 1.5 -6.84 5.88 0 0 0 0.517 STORY2 C8 EQ1 3 -6.84 5.88 0 0 0 -8.307 STORY1 C8 EQ1 0 -12.7 8.01 0 0 0 18.307 STORY1 C8 EQ1 1.5 -12.7 8.01 0 0 0 6.29 STORY1 C8 EQ1 3 -12.7 8.01 0 0 0 -5.726 STORY3 C9 EQ1 0 -2 2.84 0 0.065 0.007 3.442 STORY3 C9 EQ1 1.5 -2 2.84 0 0.065 0 -0.823 STORY3 C9 EQ1 3 -2 2.84 0 0.065 -0.007 -5.088 STORY2 C9 EQ1 0 -6.38 5.42 0 0.1 0.005 8.591 STORY2 C9 EQ1 1.5 -6.38 5.42 0 0.1 0 0.457 STORY2 C9 EQ1 3 -6.38 5.42 0 0.1 -0.004 -7.678 STORY1 C9 EQ1 0 -11.85 7.39 0 0.094 0.003 16.935 STORY1 C9 EQ1 1.5 -11.85 7.39 0 0.094 0 5.849 STORY1 C9 EQ1 3 -11.85 7.39 0 0.094 -0.003 -5.237

89

Page 104: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gaya-gaya pada plat dalam satuan KN, m

Story Beam Load Loc P V2 V3 T M2 M3 STORY3 B1 EQ1 0.2 -0.45 1.99 -0.16 -0.001 -0.515 6.15 STORY3 B1 EQ1 2.067 -0.45 1.99 -0.16 -0.001 -0.214 2.431 STORY3 B1 EQ1 3.933 -0.45 1.99 -0.16 -0.001 0.086 -1.288 STORY3 B1 EQ1 5.8 -0.45 1.99 -0.16 -0.001 0.386 -5.008 STORY2 B1 EQ1 0.2 -0.14 4.38 -0.12 0 -0.384 13.03 STORY2 B1 EQ1 2.067 -0.14 4.38 -0.12 0 -0.16 4.853 STORY2 B1 EQ1 3.933 -0.14 4.38 -0.12 0 0.063 -3.325 STORY2 B1 EQ1 5.8 -0.14 4.38 -0.12 0 0.286 -11.503 STORY1 B1 EQ1 0.2 0.62 5.47 -0.06 0 -0.185 16.523 STORY1 B1 EQ1 2.067 0.62 5.47 -0.06 0 -0.078 6.319 STORY1 B1 EQ1 3.933 0.62 5.47 -0.06 0 0.029 -3.884 STORY1 B1 EQ1 5.8 0.62 5.47 -0.06 0 0.136 -14.087 STORY3 B2 EQ1 0.2 0.45 1.99 -0.16 -0.001 -0.386 5.008 STORY3 B2 EQ1 2.067 0.45 1.99 -0.16 -0.001 -0.086 1.288 STORY3 B2 EQ1 3.933 0.45 1.99 -0.16 -0.001 0.214 -2.431 STORY3 B2 EQ1 5.8 0.45 1.99 -0.16 -0.001 0.515 -6.15 STORY2 B2 EQ1 0.2 0.14 4.38 -0.12 0 -0.286 11.503 STORY2 B2 EQ1 2.067 0.14 4.38 -0.12 0 -0.063 3.325 STORY2 B2 EQ1 3.933 0.14 4.38 -0.12 0 0.16 -4.853 STORY2 B2 EQ1 5.8 0.14 4.38 -0.12 0 0.384 -13.03 STORY1 B2 EQ1 0.2 -0.62 5.47 -0.06 0 -0.136 14.087 STORY1 B2 EQ1 2.067 -0.62 5.47 -0.06 0 -0.029 3.884 STORY1 B2 EQ1 3.933 -0.62 5.47 -0.06 0 0.078 -6.319 STORY1 B2 EQ1 5.8 -0.62 5.47 -0.06 0 0.185 -16.523 STORY3 B3 EQ1 0.2 -0.58 2.15 0 0 0 6.631 STORY3 B3 EQ1 2.067 -0.58 2.15 0 0 0 2.618 STORY3 B3 EQ1 3.933 -0.58 2.15 0 0 0 -1.395 STORY3 B3 EQ1 5.8 -0.58 2.15 0 0 0 -5.407 STORY2 B3 EQ1 0.2 -0.22 4.71 0 0 0 14.007 STORY2 B3 EQ1 2.067 -0.22 4.71 0 0 0 5.215 STORY2 B3 EQ1 3.933 -0.22 4.71 0 0 0 -3.578 STORY2 B3 EQ1 5.8 -0.22 4.71 0 0 0 -12.37 STORY1 B3 EQ1 0.2 0.63 5.86 0 0 0 17.716 STORY1 B3 EQ1 2.067 0.63 5.86 0 0 0 6.771 STORY1 B3 EQ1 3.933 0.63 5.86 0 0 0 -4.174 STORY1 B3 EQ1 5.8 0.63 5.86 0 0 0 -15.118 STORY3 B4 EQ1 0.2 0.58 2.15 0 0 0 5.407 STORY3 B4 EQ1 2.067 0.58 2.15 0 0 0 1.395 STORY3 B4 EQ1 3.933 0.58 2.15 0 0 0 -2.618 STORY3 B4 EQ1 5.8 0.58 2.15 0 0 0 -6.631 STORY2 B4 EQ1 0.2 0.22 4.71 0 0 0 12.37 STORY2 B4 EQ1 2.067 0.22 4.71 0 0 0 3.578 STORY2 B4 EQ1 3.933 0.22 4.71 0 0 0 -5.215 STORY2 B4 EQ1 5.8 0.22 4.71 0 0 0 -14.007 STORY1 B4 EQ1 0.2 -0.63 5.86 0 0 0 15.118

STORY1 B4 EQ1 2.067 -0.63 5.86 0 0 0

4.174 STORY1 B4 EQ1 3.933 -0.63 5.86 0 0 0 -6.771

90

Page 105: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

STORY1 B4 EQ1 5.8 -0.63 5.86 0 0 0 -17.716 STORY3 B5 EQ1 0.2 -0.45 1.99 0.16 0.001 0.515 6.15 STORY3 B5 EQ1 2.067 -0.45 1.99 0.16 0.001 0.214 2.431 STORY3 B5 EQ1 3.933 -0.45 1.99 0.16 0.001 -0.086 -1.288 STORY3 B5 EQ1 5.8 -0.45 1.99 0.16 0.001 -0.386 -5.008 STORY2 B5 EQ1 0.2 -0.14 4.38 0.12 0 0.384 13.03 STORY2 B5 EQ1 2.067 -0.14 4.38 0.12 0 0.16 4.853 STORY2 B5 EQ1 3.933 -0.14 4.38 0.12 0 -0.063 -3.325 STORY2 B5 EQ1 5.8 -0.14 4.38 0.12 0 -0.286 -11.503 STORY1 B5 EQ1 0.2 0.62 5.47 0.06 0 0.185 16.523 STORY1 B5 EQ1 2.067 0.62 5.47 0.06 0 0.078 6.319 STORY1 B5 EQ1 3.933 0.62 5.47 0.06 0 -0.029 -3.884 STORY1 B5 EQ1 5.8 0.62 5.47 0.06 0 -0.136 -14.087 STORY3 B6 EQ1 0.2 0.45 1.99 0.16 0.001 0.386 5.008 STORY3 B6 EQ1 2.067 0.45 1.99 0.16 0.001 0.086 1.288 STORY3 B6 EQ1 3.933 0.45 1.99 0.16 0.001 -0.214 -2.431 STORY3 B6 EQ1 5.8 0.45 1.99 0.16 0.001 -0.515 -6.15 STORY2 B6 EQ1 0.2 0.14 4.38 0.12 0 0.286 11.503 STORY2 B6 EQ1 2.067 0.14 4.38 0.12 0 0.063 3.325 STORY2 B6 EQ1 3.933 0.14 4.38 0.12 0 -0.16 -4.853 STORY2 B6 EQ1 5.8 0.14 4.38 0.12 0 -0.384 -13.03 STORY1 B6 EQ1 0.2 -0.62 5.47 0.06 0 0.136 14.087 STORY1 B6 EQ1 2.067 -0.62 5.47 0.06 0 0.029 3.884 STORY1 B6 EQ1 3.933 -0.62 5.47 0.06 0 -0.078 -6.319 STORY1 B6 EQ1 5.8 -0.62 5.47 0.06 0 -0.185 -16.523 STORY3 B7 EQ1 0.2 -0.16 0 0.24 0.039 0.564 0.009 STORY3 B7 EQ1 2.067 -0.16 0 0.24 0.039 0.112 0.002 STORY3 B7 EQ1 3.933 -0.16 0 0.24 0.039 -0.339 -0.005 STORY3 B7 EQ1 5.8 -0.16 0 0.24 0.039 -0.791 -0.012 STORY2 B7 EQ1 0.2 -0.12 0 0.18 0.074 0.407 0.012 STORY2 B7 EQ1 2.067 -0.12 0 0.18 0.074 0.079 0.004 STORY2 B7 EQ1 3.933 -0.12 0 0.18 0.074 -0.249 -0.005 STORY2 B7 EQ1 5.8 -0.12 0 0.18 0.074 -0.576 -0.013 STORY1 B7 EQ1 0.2 -0.06 0 0.08 0.092 0.175 0.008 STORY1 B7 EQ1 2.067 -0.06 0 0.08 0.092 0.031 0.002 STORY1 B7 EQ1 3.933 -0.06 0 0.08 0.092 -0.113 -0.003 STORY1 B7 EQ1 5.8 -0.06 0 0.08 0.092 -0.257 -0.008 STORY3 B12 EQ1 0.2 -0.16 0 -0.24 -0.039 -0.791 -0.012 STORY3 B12 EQ1 2.067 -0.16 0 -0.24 -0.039 -0.339 -0.005 STORY3 B12 EQ1 3.933 -0.16 0 -0.24 -0.039 0.112 0.002 STORY3 B12 EQ1 5.8 -0.16 0 -0.24 -0.039 0.564 0.009 STORY2 B12 EQ1 0.2 -0.12 0 -0.18 -0.074 -0.576 -0.013 STORY2 B12 EQ1 2.067 -0.12 0 -0.18 -0.074 -0.249 -0.005 STORY2 B12 EQ1 3.933 -0.12 0 -0.18 -0.074 0.079 0.004 STORY2 B12 EQ1 5.8 -0.12 0 -0.18 -0.074 0.407 0.012 STORY1 B12 EQ1 0.2 -0.06 0 -0.08 -0.092 -0.257 -0.008 STORY1 B12 EQ1 2.067 -0.06 0 -0.08 -0.092 -0.113 -0.003 STORY1 B12 EQ1 3.933 -0.06 0 -0.08 -0.092 0.031 0.002 STORY1 B12 EQ1 5.8 -0.06 0 -0.08 -0.092 0.175 0.008 STORY3 B17 EQ1 0.2 0 0 0.31 0.024 0.806 0 STORY3 B17 EQ1 2.067 0 0 0.31 0.024 0.236 0

91

Page 106: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

STORY3 B17 EQ1 3.933 0 0 0.31 0.024 -0.334 0 STORY3 B17 EQ1 5.8 0 0 0.31 0.024 -0.904 0 STORY2 B17 EQ1 0.2 0 0 0.22 0.054 0.59 0 STORY2 B17 EQ1 2.067 0 0 0.22 0.054 0.173 0 STORY2 B17 EQ1 3.933 0 0 0.22 0.054 -0.245 0 STORY2 B17 EQ1 5.8 0 0 0.22 0.054 -0.662 0 STORY1 B17 EQ1 0.2 0 0 0.1 0.061 0.267 0 STORY1 B17 EQ1 2.067 0 0 0.1 0.061 0.078 0 STORY1 B17 EQ1 3.933 0 0 0.1 0.061 -0.111 0 STORY1 B17 EQ1 5.8 0 0 0.1 0.061 -0.301 0 STORY3 B22 EQ1 0.2 0.16 0 0.24 0.039 0.564 -0.009 STORY3 B22 EQ1 2.067 0.16 0 0.24 0.039 0.112 -0.002 STORY3 B22 EQ1 3.933 0.16 0 0.24 0.039 -0.339 0.005 STORY3 B22 EQ1 5.8 0.16 0 0.24 0.039 -0.791 0.012 STORY2 B22 EQ1 0.2 0.12 0 0.18 0.074 0.407 -0.012 STORY2 B22 EQ1 2.067 0.12 0 0.18 0.074 0.079 -0.004 STORY2 B22 EQ1 3.933 0.12 0 0.18 0.074 -0.249 0.005 STORY2 B22 EQ1 5.8 0.12 0 0.18 0.074 -0.576 0.013 STORY1 B22 EQ1 0.2 0.06 0 0.08 0.092 0.175 -0.008 STORY1 B22 EQ1 2.067 0.06 0 0.08 0.092 0.031 -0.002 STORY1 B22 EQ1 3.933 0.06 0 0.08 0.092 -0.113 0.003 STORY1 B22 EQ1 5.8 0.06 0 0.08 0.092 -0.257 0.008 STORY3 B23 EQ1 0.2 0 0 -0.31 -0.024 -0.904 0 STORY3 B23 EQ1 2.067 0 0 -0.31 -0.024 -0.334 0 STORY3 B23 EQ1 3.933 0 0 -0.31 -0.024 0.236 0 STORY3 B23 EQ1 5.8 0 0 -0.31 -0.024 0.806 0 STORY2 B23 EQ1 0.2 0 0 -0.22 -0.054 -0.662 0 STORY2 B23 EQ1 2.067 0 0 -0.22 -0.054 -0.245 0 STORY2 B23 EQ1 3.933 0 0 -0.22 -0.054 0.173 0 STORY2 B23 EQ1 5.8 0 0 -0.22 -0.054 0.59 0 STORY1 B23 EQ1 0.2 0 0 -0.1 -0.061 -0.301 0 STORY1 B23 EQ1 2.067 0 0 -0.1 -0.061 -0.111 0 STORY1 B23 EQ1 3.933 0 0 -0.1 -0.061 0.078 0 STORY1 B23 EQ1 5.8 0 0 -0.1 -0.061 0.267 0 STORY3 B28 EQ1 0.2 0.16 0 -0.24 -0.039 -0.791 0.012 STORY3 B28 EQ1 2.067 0.16 0 -0.24 -0.039 -0.339 0.005 STORY3 B28 EQ1 3.933 0.16 0 -0.24 -0.039 0.112 -0.002 STORY3 B28 EQ1 5.8 0.16 0 -0.24 -0.039 0.564 -0.009 STORY2 B28 EQ1 0.2 0.12 0 -0.18 -0.074 -0.576 0.013 STORY2 B28 EQ1 2.067 0.12 0 -0.18 -0.074 -0.249 0.005 STORY2 B28 EQ1 3.933 0.12 0 -0.18 -0.074 0.079 -0.004 STORY2 B28 EQ1 5.8 0.12 0 -0.18 -0.074 0.407 -0.012 STORY1 B28 EQ1 0.2 0.06 0 -0.08 -0.092 -0.257 0.008 STORY1 B28 EQ1 2.067 0.06 0 -0.08 -0.092 -0.113 0.003 STORY1 B28 EQ1 3.933 0.06 0 -0.08 -0.092 0.031 -0.002 STORY1 B28 EQ1 5.8 0.06 0 -0.08 -0.092 0.175 -0.008

92

Page 107: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 1. Proses pembuatan Pelat Hollow Core

Gambar 2. Proses pengangkatan Pelat Hollow Core

93

Page 108: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 3. Proses pemasangan tulangan dan pretensioning

Gambar 4. Proses pemasangan tulangan dan pretensioning

94

Page 109: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 5. Proses pembersihan dari kotoran sebelum di test

Gambar 6. Proses pengetesan sebelum dikirim

95

Page 110: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

Gambar 7. Proses pengetesan sebelum dikirim

96

Page 111: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

97

Page 112: 09e01307 Usu - Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak (Hcs)

98