05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

110
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SKRIPSI ANNA MARIA BLANDINA OSOK 05.40.0057 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010

description

jurnal

Transcript of 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Page 1: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON FILM

KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI TELEVISI

DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

SKRIPSI

ANNA MARIA BLANDINA OSOK

05.40.0057

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2010

Page 2: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON FILM

KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI TELEVISI

DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Disusun oleh :

ANNA MARIA BLANDINA OSOK

05.40.0057

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2010

Page 3: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal :

28 Januari 2010

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata

Dekan,

(Th. Dewi Setyorini, S.Psi, MSi)

Dewan Penguji Tanda tangan

1. Drs. Sumbodo Prabowo, M.Si (……………….)

2. Esthi Rahayu, S.Psi., M.Si (………………..)

3. Dra. Sri Sumijati, M.Si (………………..)

Page 4: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

HALAMAN PERSEMBAHAN

Semua jerih payah dalam sebuah karya yang sangat sederhana ini

kupersembahkan kepada Tuhan YME yang selalu memberi waktu,

pertunjuk dalam berpikir dan berkembang,

Bagi mama, papa, adik dan kekasihku yang tiada hentinya selalu

setia memberi kasih sayang, kebahagiaan, pengobanan, dorongan,

semangat dan doa,

Juga bagi teman dan sahabat dimanapun mereka berada yang telah

memberi semangat, pengarahan dan dorongan yang begitu luar biasa,

Serta semua pihak yang memberi dukungan dan kasih sayang tanpa

sanggup terbalaskan dalam menyelesaikan karya ini.

Page 5: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

MOTTO

Detik demi detik menghasilkan menit

Menit demi menit menghasilkan jam

Jam demi jam manghasilkan hari

Hari demi hari menghasilkan minggu

Minggu demi minggu menghasilkan bulan

Bulan demi bulan menghasilkan tahun

Mulailah dari kita menghargai DETIK!!

Onggy Hianata

Page 6: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

UCAPAN TERIMA KASIH

Hormat dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas karunia yang diberikan sehingga penelitian skripsi ini pada akhirnya

dapat terselesaikan. Dengan menulis dan menyusun skripsi ini, peneliti

mendapatkan banyak pengalaman yang nantinya dapat menjadi bekal dan

pelajaran bagi kehidupan peneliti. Peneliti menyadari bahwa masih banyak

kekurangan pada skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati peneliti

mengharapkan saran dan kritik demi terwujudnya hasil skripsi yang baik.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, peneliti telah mendapat bantuan

dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada :

1. Ibu Th. Dewi Setyorini, S.Psi, MSi selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Ibu Dra. V. Sri Sumijati, MSi selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, perhatian,

dukungan dan saran yang sangat berguna selama penyusunan skripsi ini

hingga skripsi ini selesai. “Terima Kasih Sekali, Ibu”.

3. Bapak Drs. DP. Budi Susetyo, MSi selaku dosen wali pembimbing yang

telah memberikan bimbingan dengan penuh kebijaksanaan dan

menuntun peneliti selama menempuh studi.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang yang dengan rela memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi

peneliti selama studi.

Page 7: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

5. Seluruh staf tata usaha dan non-edukatif Fakultas Psikologi Universitas

Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan bantuan dan

kemudahan selama proses administrasi selama peneliti menempuh

pendidikan.

6. Kepala Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling SD Mataram. Terima

kasih untuk ijin penelitian dan masukan-masukan yang telah diberikan

kepada peneliti.

7. Seluruh subjek penelitian ini yang telah meluangkan waktu untuk

mengisi skala penelitian.

8. Mama dan Papa yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang

yang tiada hentinya, berdoa dan mendukung serta selalu memberikan

semangat kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini. Peneliti memohon maaf jika selama ini banyak mengecewakan

Mama dan Papa. “Aku sayang Mama dan Papa”.

9. Adik peneliti Anton, terima kasih untuk semua “gesekan” yang

membuat kita berdua semakin banyak belajar dan menjadi lebih dewasa.

“I Love You…”

10. “My Lovely Ndut2”. Terima kasih untuk segala cinta dan

pendampinganmu selama ini. Banyak pelajaran hidup yang bisa aku

dapatkan darimu.

11. Keluarga besar Freedom Faithnet Global (FFG), Pak Onggy Hianata, Bu

Ai Ling, Pak Daniel Chang, Pak Joseph, Ibu Ira, Pak Iwan, Cik Santi &

Ko Hary, Cik Yin2 & Ko Calvin, Cik Bing2. Terima kasih banyak untuk

semua support dan cinta kalian yang begitu besar untukku. Mari

bersama-sama kita lakukan yang terbaik untuk Indonesia!!!Dahsyat….

Page 8: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

12. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, Vivin, Dian, Ganish,

Marshella, Mag. Kenangan bersama kalian tidak akan terlupakan.

Kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu, peneliti menyampaikan rasa

terima kasih sebesar-besarnya.

Semarang, Januari 2010

Peneliti

Page 9: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ iii

HALAMAN MOTTO ........................................................................ iv

HALAMAN UCAPAN TERIMAKASIH ........................................ v

DAFTAR ISI ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ….................................................................. 11

C. Manfaat Penelitian .................................................................... 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 12

A. Perilaku Agresif Pada Anak ...……….……………..…………12

1. Pengertian Perilaku Agresif Anak ……………………….. 12

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Pada Anak …...…………………………………………... 13

3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif........................................... 19

B. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung

Kekerasan di Televisi …………………....………………………. 20

1. Pengertian Perilaku Menonton Film Kartun Yang

Mengandung Kekerasan di Televisi…...…………..………20

Page 10: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

2. Aspek-aspek perilaku menonton tayangan kekerasan

di televisi ………………………………………….……... 23

C. Hubungan Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung

Kekerasan di Televisi Dengan Perilaku Agresif Pada Anak… 24

D. Hipotesis ……….……………………………………………. 28

BAB III : METODE PENELITIAN ……………………………... 29

A. Identifikasi Variabel Penelitian …………………...………... 29

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………...………… 29

1. Perilaku Agresif Pada Anak-anak……..……...…………. 30

2. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung

Kekerasan di Televisi......................................................... 30

C. Subjek Penelitian ....................................…………………… 31

D. Metode Pengumpulan Data …………….………………..…. 32

1. Skala Perilaku Agresif Anak ……………………………. 33

2. Skala Menonton Film Kartun Yang Mengandung

Kekerasan di Televisi ……………….…………………… 34

E. Validitas dan Reliabilitas ……………..……………..………. 35

1. Validitas Alat Ukur ………………………………..….…. 35

2. Reliabilitas ……………………………………..……..…. 35

F. Metode Analisis Data ……………………………………….. 36

BAB IV : LAPORAN PENELITIAN ............................................... 38

A. Orientasi Kancah Penelitian ……………………………….… 38

B. Persiapan Penelitian …………………………………….…… 39

1. Penyusunan Alat Ukur ………………………………….... 39

Page 11: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

2. Perijinan Penelitian…………………………………..…... 42

C. Pelaksanaan Pengambilan Data …..….......…………....……...… 43

D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur …………………..… 44

1. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung

Kekerasan di Televisi …..………………………………… 45

2. Perilaku Agresi Anak …………………………….......…... 46

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN…………..…………........ 48

A. Hasil Penelitian………………………………………….…… 48

1. Uji Asumsi …….………….…………………………... 48

2. Uji Hipotesis …………………………………..…....…. 50

B. Pembahasan …………………………………………………. 51

BAB VI : PENUTUP …………………………………..………...… 55

A. Kesimpulan …………………………………….…………….. 55

B. Saran ................................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 57

LAMPIRAN ...................... ................................................................ 61

Page 12: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rancangan Skala Perilaku Agresif Pada Anak ....................... 33

Tabel 2 Rancangan Skala Perilaku Menonton ..................................... 34

Tabel 3 Sebaran Nomer Item Skala Perilaku Agresi Anak ……….......42

Tabel 4 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Menonton Film

Kartun yang Mengandung Kekerasan di Televisi .................. 46

Tabel 5 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Agresi Anak ...47

Page 13: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Skala Penelitian …………...…………………….... 62

Lampiran A-1 Perilaku Agresif Anak …………………….………. 63

Lampiran A-2 Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung

Kekerasan di Televisi ……………………………... 67

Lampiran A-2-1 Intensitas ………………………………………..… 68

Lampiran A-2-2 Frekwensi ………………………………..………... 71

Lampiran B Data Skala Penelitian …………………………...… 74

Lampiran B-1 Perilaku Agresif Anak ……………………….……. 75

Lampiran B-2 Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung

Kekerasan di Televisi ………………………….….. 79

Lampiran C Uji Validitas dan Reliabilitas …………………….... 83

Lampiran C-1 Perilaku Agresif Anak ………………………….…. 84

Lampiran C-2 Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung

Kekerasan di Televisi …………………………….. 86

Lampiran D Uji Asumsi …………………………………….….. 89

Lampiran D-1 Uji Normalitas ……………………………………. 90

Lampiran D-2 Uji Linearitas ……………………………………... 93

Lampiran E Uji Hipotesis ……………………………………… 95

Lampiran F Surat Penelitian …………………………………… 97

Page 14: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekarang ini bagi masyarakat, aksi-aksi kekerasan baik yang

dilakukan secara individual maupun masal sudah menjadi berita harian.

Bahkan beberapa televisi membuat program-program khusus yang

menyiarkan berita tentang aksi kekerasan. Aksi-aksi kekerasan dapat

terjadi dimana saja, seperti di jalanan, di sekolah, bahkan di dalam

rumah. Aksi-aksi kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan verbal

maupun kekerasan fisik. Pelaku aksi-aksi kekerasan ini bukan hanya

orang dewasa dan remaja, tapi juga anak-anak (Mu’tadin, 2002).

Akhir – akhir ini, kekerasan yang lebih ringan dan tidak begitu

ekstrim banyak muncul. Sebagai contoh, telah dilaporkan bahwa pada

setiap sampel pembunuhan disekolah, dilaporkan 44.000 terlibat

perkelahian fisik dan 500.000 adalah kasus bullying (Yahudi & Sesma,

2003).

Sebenarnya perilaku agresif sudah tampak sejak individu

memasuki masa kanak-kanak. Teori belajar mengungkapkan bahwa

perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan seseorang serta

memiliki tujuan untuk melukai korban, dan hal itu didahului oleh

observasi terhadap model (contoh) agresif, diperkuat oleh adanya

reinforcement positif dan terdapat generalisasi. Buss (dalam Friedman,

1987, h.294) mengatakan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku

Page 15: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

yang disengaja dan merugikan atau melukai orang lain. Buss kemudian

menegaskan pula bahwa tingkah laku agresif dapat dilakukan secara

langsung atau tidak langsung, aktif maupun pasif, dan fisik maupun

verbal.

Perilaku agresif dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang

memiliki maksud dan tujuan untuk melukai orang atau objek lain. Hal

tersebut dilakukan dengan adanya unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk

nyata perilaku agresif pada anak antara lain berkelahi, membuat onar di

lingkungan sekolah maupun rumah, mengabaikan perintah dan

melanggar aturan seperti berbohong untuk mempertahankan diri,

pendendam, membangkang perintah, dan sebagainya (Sears, dkk, 1994).

Bukti-bukti bahwa perilaku agresif juga dilakukan oleh anak-anak

ditunjukkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tokoh-

tokoh psikologi seperti Kelly&Hake, Musafer&Sherif dan

Poznanski&Zrull. Hasil penelitian Kelly&Hake (dikutip Berkowitz,

2003, h.38) menyatakan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan

imbalan uang setelah melaksanakan perilaku tertentu memperlihatkan

peningkatan perilaku memukul benda. Hasil penelitian lain tentang

agresif anak adalah penelitian Musafer&Sherif (dikutip Berkowitz,

2003, h. 55-56) tentang persaingan pada anak laki-laki yang terisolasi

yaitu persaingan yang mondorong permusuhan dan agresif. Penelitian

Poznanski&Zrull (dikutip Berkowitz, 2003, h. 85) menemukan bahwa

anak-anak yang depresi cenderung sangat mudah menyerang, berkelahi,

menggigit dan melakukan tindakan destruktif.

Page 16: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Perilaku kekerasan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman mereka.

Mereka belajar kekerasan dan agresif dalam berbagai cara. Salah satu

cara mereka belajar untuk menjadi agresif adalah melalui televisi

(Carlsson & von Feilitzen, 1998; Huston & Wright, 1998; Parke &

Slaby, 1983).

Anak-anak dengan perilaku agresif yang tinggi akan mengalami

hambatan dalam penyesuaian pribadi dan sosial, bahkan anak-anak

tersebut akan mengalami penolakan dari lingkungannya (Hurlock, 1995,

h.244), hal ini didukung dengan pendapat Berkowitz (2003, h.xix) yang

menyatakan bahwa perilaku agresif akan menyebabkan rusaknya

hubungan dengan orang lain, mengurangi kepercayaan dan menurunkan

kemampuan kerja sama yang efektif, dan mendorong meningkatkan

kriminalitas. Selain itu, perilaku agresif anak akan terbawa sampai

dewasa. Perilaku ini ditemukan juga oleh Olweus (dikutip Berkowitz,

2003, h. 174-175) dalam studi longitudinal pada anak-anak usia 2-18

tahun, yaitu anak-anak yang menunjukkan tingkat agresif yang relatif

tinggi pada waktu kecil akan tetap relatif agresif (dibandingkan dengan

anak-anak yang kurang agresif yang diamatinya bersama) dari tahun ke

tahun.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap munculnya perilaku

agresif pada anak, seperti pengalaman masa kecil, pola asuh orang tua,

perasaan balas dendam, kemiskinan dan kesenjangan sosial, proses

belajar respons agresif (modeling) dan media, termasuk televisi

(Berkowitz, 2003, h.178).

Page 17: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Media massa, cetak maupun elektronik, akhir-akhir ini banyak

memaparkan mengenai agresifvitas yang terjadi pada anak-anak.

Dengan adanya kebebasan pada berbagai media, tayangan-tayangan

yang hadir pada setiap harinya pun semakin bebas dan tidak terkontrol.

Contohnya tayangan kekerasan yang menjadi konsumsi masyarakat

setiap hari. Diluar sadar, tayangan-tayangan yang ditonton sebagian

besar berisi kekerasan. Mulai dari siaran berita, sinetron, iklan, bahkan

sampai pada film kartun yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak.

Tayangan film kartun yang disiarkan stasiun televisi swasta di

Indonesia, harus diwaspadai karena dapat membahayakan

perkembangan mental, interaksi sosial anak dan meningkatkan

agresifitas pada anak (Kompas, 22 November 2008).

Kehadiran televisi dan media lain dalam kehidupan anak

merupakan bagian dari sistem sosial, di mana anak tumbuh dan

berkembang didalamnya. Seperti juga media dalam berbagai bentuk,

televisi mengandung potensi yang cukup besar dalam mempengaruhi

perkembangan anak sehingga sering digambarkan seperti powerful

educator.

Hasil penelitian Barry (1993) di Amerika menunjukkan betapa

seriusnya anak-anak dipengaruhi oleh kekerasan yang dipertontonkan

televisi. Anak-anak usia 2-11 tahun rata-rata menghabiskan waktu 28

jam per minggu. Jika dalam satu hari melihat 15 adegan kekerasan,

maka dalam seminggu dapat dihitung, dan jika anak melihat sejak umur

5 tahun, maka 10 tahun kemudian sudah ribuan kali adegan kekerasan

itu terekam dalam benak mereka secara kuat. Dari hasil penelitian ini

Page 18: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

ditemukan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

perilaku anak-anak menonton kekerasan pada di televisi dengan perilaku

agresif anak (Wawasan, 18 Oktober 2008).

Berdasarkan penelitian Yayasan Pengembangan Anak tahun 2006,

jumlah jam menonton TV pada anak-anak usia sekolah dasar di

Indonesia antara 30 jam dan 35 jam seminggu, atau 4-5 jam per hari.

Jika dikalkulasi, maka jumlah jam menonton TV mencapai lebih dari

1.600 jam dalam satu tahun. Dibandingkan dengan jumlah jam belajar di

sekolah dasar negeri yang hanya sekitar 740 jam setahun. Padahal,

menurut para ahli, anak menonton televisi maksimal 2 jam dalam sehari

(Kompas, 19 Juli 2008).

Tingkat kekerasan di televisi, terutama pada anak-anak telah

didokumentasikan untuk hampir empat dekade (Gerbner, Gross, &

Morgan, 1994). Televisi sering menggambarkan agresif sebagai cara

yang baik untuk memecahkan masalah, bahkan memberi status yang

menyenangkan dan baik pada orang yang melakukan agresif (Groebel,

2001). Hasil dari penggambaran yang menarik mengenai perilaku

agresif adalah banyak pemirsa muda yang belajar yang menerima dan

bahkan meniru kekerasan (National Association for the education of

Young Childern [NAEYC], 1993).

Televisi sendiri merupakan salah satu faktor yang berada di luar

diri anak yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang cukup besar

bagi perkembangan anak. Kehadiran televisi benar-benar layak

diperhitungkan, televisi kini menjadi bagian terhormat semua keluarga

tidak peduli miskin atau kaya. Televisi bisa menjadi pusat perhatian,

Page 19: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

tanpa kenal lelah dia akan terus menjelaskan program-programnya

kepada orang tanpa pilih kasih. Tidak dapat dihindari lagi kini kita

hidup di era media televisi yang tidak bisa dipisahkan dari bagian hidup

kita terutama anak-anak.

Sebenarnya, televisi sebagai pembawa pesan bersifat “netral”,

artinya dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap khalayak

penonton, khususnya anak-anak, bukan bersumber pada medianya,

melainkan bagaimana memanfaatkan media tersebut. Dengan demikian,

peran orang tua sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif

maupun negatif terhadap anak-anak itu. Hal tersebut diungkapkan oleh

Patricia Mark dan Greenfield (dalam Subroto, 1992) sebagai berikut:

menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan,

apabila orang tuanya tidak mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh

anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak itu untuk

menonton secara kritis serta untuk belajar dari apa yang mereka tonton.

Dari berbagai tayangan televisi yang ditonton anak, televisi dapat

juga memberikan efek yang besar bagi para pecandunya, efek ini bisa

berdampak positif dan juga negatif. Efek positif jelas dapat menambah

pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan dunia, seperti kita

dapat melihat secara langsung olahraga, piala dunia, olympiade,

pelantikan presiden dan peristiwa penting lainnya. Banyak pula

tayangan-tayangan yang menambah ilmu pengetahuan seperti Bolang

(Bocah Petualang) yang menceritakan petualangan di berbagai daerah

yang ada di Indonesia, Masa Kalah Sama Anak-anak, dan berbagai

acara lain yang merangsang dan manambah pengetahuan anak.

Page 20: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Sisi positif lain dari televisi menurut Bunata (Kompas, 21 Mei

2009), sebenarnya media televisi dapat digunakan sebagai alat

pemotivasi orang untuk membaca. Seperti film yang ditayangkan di

televisi dan layar lebar yang diangkat dari beberapa buku, misalnya

tetralogi Laskar Pelangi, Harry Potter, Naga Bonar, dan lain sebagainya.

Belakangan ini banyak bermunculan stasiun televisi swasta dan

lokal yang saling berkompetisi menayangkan acara yang beragam,

tujuannya untuk menarik perhatian banyak pemirsa terutama anak-anak.

Acara yang mereka tayangkan juga beragam, mulai dari tayangan

komedi, sinetron, kartun, misteri, iklan dan masih banyak lagi tayangan

yang lainnya.

Banyaknya acara pada televisi membuat sebagian besar

masyarakat mulai kecanduan pada televisi, tidak terkecuali anak-anak.

Bagi anak-anak tentu akibatnya akan semakin parah jika proses

pertumbuhan pemikiran anak hanya diisi hal-hal yang ada dalam

televisi. Banyak siaran film kartun yang bertemakan kekerasan yang

dapat dikonsumsi anak-anak seperti Naruto, Crayon Sinchan, One Piece,

Tom & Jerry, Popeye dan Dragon Ball. Film-film kartun ini harus

diwaspadai karena dapat membahayakan perkembangan mental,

interaksi sosial anak dan meningkatkan agresifitas pada anak (Kompas,

22 November 2008). Sayangnya, film-film inilah yang mengundang

minat anak untuk menonton. Secara tidak langsung, film-film tersebut

telah mempangaruhi agresifvitas anak. Perilaku agresif yang dilakukan

oleh tokoh dalam film seringkali ditiru oleh anak-anak karena mereka

Page 21: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

beranggapan perilaku agresif yang dilakukan oleh tokoh-tokoh

pahlawan mereka itu boleh ditiru.

Pada media Kidia edisi Juni-Juli yang dikeluarkan Yayasan

Pengembangan Media Anak (YPMA), disebutkan daftar acara yang

masuk dalam kategori aman, hati-hati dan bahaya. Tayangan televisi

yang aman bukan hanya tayangan yang menghibur, melainkan juga

memberikan manfaat lebih. Manfaat tersebut misalnya pendidikan,

memberikan motivasi, mengembangkan sikap percaya diri anak dan

penanaman nilai-nilai positif dalam kehidupan. Sementara itu yang

masuk dalam kategori hati-hati adalah tayangan anak yang dinilai relatif

seimbang antara muatan positif dan negatif. Seringkali tayangan yang

masuk kategori ini memberikan nilai hiburan serta pendidikan dan nilai

positif, namun juga dinilai mengandung muatan negatif seperti

kekerasan, mistis, seks,dan bahasa kasar yang tidak mencolok.

Sedangkakn yang masuk dalam kategori berbahaya merupakan tayangan

yang mengandung lebih banyak muatan negatif, seperti kekerasan,

mistis, seks dan bahasa kasar. Kekerasan dan mistis dalam tayangan

yang masuk dalam kategori ini dinilai cukup intens sehingga bukan lagi

menjadi bentuk pengembangan cerita, tapi sudah menjadi inti cerita

(Kompas, 14 Juli 2008).

Kekerasan dalam kartun adalah bagian integral dari isi dari film

kartun. Bahkan, frekuensi kekerasan dalam kartun lebih tinggi daripada

di film action, drama atau komedi (Potter & Warren, 1998). Akibatnya,

anak-anak lebih mungkin untuk melihat gambaran kekerasan selama

acara kartun daripada selama prime time televisi. Namun, ada perbedaan

Page 22: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

kualitatif antara tindak kekerasan yang digambarkan oleh film action

dan drama dengan yang digambarkan dalam kartun. Kekerasan dalam

film kartun yang dimaksudkan untuk pemirsa muda cenderung

melibatkan tindakan kekerasan yang lebih kecil: secara nyata, gambaran

kematian dan tindak kekerasan jarang ditampilkan dalam bentuk grafis.

Sebaliknya, film action dan drama secara teratur lebih sering melibatkan

tindak kekerasan (misalnya, pemerkosaan dan pembunuhan), dan rasa

sakit dan penderitaan korban lebih sering disorot (Potter & Warren,

1998).

Berdasarkan sebuah survey yang dilakukan oleh peneliti di

Semarang terhadap 75 anak di sebuah sekolah dasar swasta, 58% siswa

memilih film kartun sebagai acara favorit mereka, 29% siswa memilih

sinetron sebagai acara favorit mereka sedangkan 13% lainnya memilih

acara bebas, seperti berita, reality show, gosip, dan lain sebagainya.

Meskipun banyak bentuk kekerasan kartun yang dikonsumsi anak

muda mengandung unsur–unsur komedi (misalnya, Woody

Woodpecker, Scooby Doo), tetapi ada beberapa film kartun ini yang

hanya memerankan kekerasan misalnya, Samurai X, X-Men Evolution,

dan Batman: The Animated Series yang melukis animasi kekerasan

dengan sedikit elemen komedi. Selain itu, untuk jenis animasi ini,

kekerasan dapat ditemukan di awal dan akhir cerita. Ada atau tidaknya

kekerasan dalam komedi selama ini menjadi pertimbangan penting

ketika mengevaluasi dampak dari melihat kartun pada remaja, oleh

karena itu ada teori dan penelitian untuk mendukung anggapan bahwa

Page 23: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

elemen komedi dapat mengkamuflasekan dan menyamarkan kekerasan

(King, 2000; Potter & Warren , 1998).

Bandura (dalam Crider, dkk, 1983) berdasarkan penelitian yang

dilakukannya menyimpulkan bahwa anak-anak ternyata melakukan

peniruan terhadap semua tingkah laku modelnya, termasuk tingkah laku

agresif yang dilihat baik dalam kehidupan nyata maupun dalam televisi.

Seiring dengan kemajuan jaman, televisi menjadi candu bagi sebagian

besar anak di seluruh muka bumi ini.

Menurut Bee (Martani dan Adiyanti, 1992, h.1-4) film-film yang

mengandung kekerasan menampilkan ciri-ciri sebagai berikut : agresif

fisik, yaitu pembuatan permusuhan yang bersifat penyerangan secara

fisik terhadap pihak lain, adanya lalim dan alim. Lalim yaitu seseorang

yang berperangai bengis, kejam, tidak mempunyai belas kasihan, suka

menganiaya. Sedangkan alim yaitu seseorang yang pandai, berilmu,

berpengetahuan, saleh, dan tidak nakal. Selain itu film yang

mengandung kekerasan juga menampilkan keberhasilan melalui usaha

kekerasan, memperlihatkan luka dan darah, adanya unsur-unsur

pengrusakan, yaitu adegan yang menampilkan proses atau cara

merusakkan suatu objek maupun benda.

Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti ingin mengetahui

apakah ada hubungan antara perilaku menonton film kartun yang

mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pada anak.

Page 24: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan secara

empirik antara perilaku menonton film kartun yang mengandung

kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pada anak.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

acuan bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya khususnya dalam

bidang psikologi perkembangan dan psikologi sosial.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana

bagi para orangtua dan guru untuk mengintervensi pengaruh film

kartun yang mengandung kekerasan dengan perilaku agresif pada

anak.

Page 25: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Perilaku Agresif Pada Anak

1. Pengertian Perilaku Agresif Anak

Perilaku adalah tindakan manusia atau hewan yang dapat

dilihat (Kartono & Gulo, 1987, h.45). Perilaku merupakan

reaksi total, motor, dan kelenjar yang diberikan suatu organisme

terhadap suatu situasi yang dihadapi (Drever, 1986, h.38).

Selanjutnya Adler (dalam Chaplin, 1999, h.150)

menegaskan bahwa agresif adalah menifestasi dari kekuatan

yang lebih dari yang lain, yang disebabkan oleh adanya

kompensasi terhadap keinginan yang tidak terpenuhi dan rasa

rendah diri yang dialami oleh individu. Moore dan Fine

(Koeswara, 1988, h.5) mendefinisikan agresif sebagai tingkah

laku kekerasan secara fisik maupun secara verbal terhadap

individu lain atau objek-objek lain. Breakwell (1988, h.17)

mengatakan perilaku agresif adalah seiap bentuk perilaku yang

dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang

bertenangan dengan kemauan orang itu.

Menurut Bolman (Dayakisni & Hudaniah, 2003, h.213)

perilaku agresif yang timbul pada usia 6-14 tahun adalah

kemarahan, kejengkelan, rasa iri, tamak, cemburu, suka

mengkritik, berkelahi secara fisik, dan perang mulut. Dan pada

Page 26: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

masa kanak-kanak akhir ini anak akan memasuki dunia sekolah

atau biasa disebut dengan school aged, dimana dalam masa ini

akan terjadi perubahan besar pada pola kehidupan anak

(Hurlock, 1995, h.146)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa perilaku agresif pada anak adalah suatu

perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh anak yang berusia

6-12 tahun baik secara verbal maupun fisik sehingga akan

menyebabkan rasa sakit baik secara fisik ataupun psikis bagi

individu yang tidak menginginkan timbulnya perilaku tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Pada

Anak

Albert Bandura menyatakan bahwa di dalam teori

pembelajaran sosial dijelaskan bahwa perilaku seseorang

merupakan hasil interaksi timbal balik secara terus menerus

antara proses kognisi, emosi dan pengalaman perilaku individu

dengan lingkungan.

Individu tidak bersifat pasif menerima pengaruh sosial,

tetapi juga tidak bisa langsung berpengaruh, semua ada proses

kognitif.

Secara garis besar beberapa ahli memandang bahwa

faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku agresif ada dua

faktor, yaitu :

Page 27: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

a. Faktor internal

1) Hormon

Ketika bahaya atau ancaman dirasakan, kelenjar-

kelenjar adrenal dipicu oleh hypothalamus dalam otak

untuk memasukkan suatu bahan kimia yang disebut

adrenalin kedalam aliran darah (Breakwell, 1998, h.73).

menurut teori biologi, hormone testoteron pada laki-laki

dipercaya sebagai pembawa sifat agresif. Hal tersebut

juga dinyatakan oleh tim American Psychological

Association (Sarwono, 2002, h.303), bahwa kenakalan

remaja seperti tawuran lebih banyak terdapat pada

remaja laki-laki.

2) Frustrasi

Frustrasi adalah gangguan atau kegagalan dalam

mencapai tujuan sehingga menyebabkan individu marah

dan akibatnya menjadi frustrasi (Sears, dkk, 1994, h.6).

3) Stress

Stress dapat memicu munculnya sikap agresif

antara lain arena kepadatan pendudukan,

ketidakbebasab irama kehidupan rutin atau monoton

(Koeswara, 1988, h.87)

Page 28: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

b. Faktor eksternal

1) Interaksi teman sebaya

Berkowitz (2002, h.220) menyatakan bahwa anak

yang tumbuh di lingkungan di mana tindakan-tindakan

agresif dilakukan oleh teman sebayanya, maka

cenderung akan melakukan hal yang sama dengan

teman-temanya, karena mereka ingin diterima dan

dihargai oleh teman sebayanya.

2) Pengaruh media televisi

Televisi sebagai media pembawa informasi yang

besar pengaruhnya terhadap perkembangan

pengetahuan, sikap dan perilaku anggota masyarakat,

serta perubahan system maupun tata nilai yang ada.

Tayangan televisi yang bersifat petualangan,

kepahlawanan, dan semacamnya yang terdapat unsur

kekerasan merupakan tontonan yang menarik bagi

remaja dan anak-anak. Akibat penayangan Kekerasan

tersebut menurut Bandura (De Clerg, 1994, h.195)

menimbulkan tipe-tipe agresif bahwa konflik / masalah-

masalah yang ada bisa diatasi dengan perilaku yang

agresif dimana dengan menyaksikan kekerasan bisa

mematahkan rintangn dan perilkau agresif nampaknya

umum dan bida diterima. Berdasarkan hasil evaluasi

dari Lembaga Kesehatan Mental Nasional tentang

Page 29: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

kekerasan di televisi mengemukakan bahwa kekerasan

di televisi menimbulkan perilaku agresif dikalangan

anak-anak dan remaja yang menyaksikan acara televisi

tersebut (Sears, dkk, 1994, .31)

Menurut Sears, dkk (1994, h.43) faktor-faktor penentu

utama yang mendorong perilaku agresif adalah :

a. Rasa marah

Serangan dan frustrasi cenderung membuat orang

marah, dan kemarahan ini merupakan salah satu faktor

penentu perilaku agresif yang penting (Sears, 1994, h.10).

Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan

anak-anak daripada rasa takut (Hurlock, 1978, h.222). Reaksi

marah dapat dibagi dua yaitu impulsive dan ditekan. Reaksi

impulsive menimbulkan perilaku agresif yang dapat ditujukan

untuk diri sendiri maupu orang lain. Reaksi yang ditekan akan

menimbulkan anak menjadi menyalahkan diri sendiri atau

akan mengintrospeksi.

b. Proses belajar respons agresif (modeling)

Semua orang, dan anak khususnya mempunyai

kecenderungan yang kuat untuk meniru orang lain. Anak

mempelajari reaksi negatif tertentu melalui pengamatan

terhadap apa yang dilakukan orang lain (Sears, 1994, h.13).

perilaku agresif merupakan suatu pola hubungan yang

Page 30: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

dipelajari anak dalam berhubungan dengan orang tuanya.

Jadi, perilaku agresif anak anak dibentuk dan ditentukan oleh

pengamatannya terhadap perilaku orang lain.

Berkowitz (2003) menjelaskan faktor-faktor yang

mendorong munculnya perilaku agresif pada anak, yaitu:

a. Pengalaman masa kecil

Hasil penelitian dari Straus, Gelles dan Steinmetz

(dikutip Berkowitz, 2003. h.2) menemukan bahwa anak-anak

yang dibesarkan dalam lingkungan dimana orang tua sering

bertengkar ataupun melakukan kekerasan pada keluarganya

(baik pada pasangan maupun anak-anak) maka anak-anak

tersebut mempunyai kecenderungan untuk berperilaku agresif

yang tinggi.

b. Pola asuh orang tua

Dalam pandangan Diana Baumrind (1971) yakin bahwa

para orang tua tidak boleh menghukum atau mengucilkan

anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus

mengembangkan aturan-aturan bagi anak-anak dan

mencurahkan kasih sayang kepada mereka (Santrock, 1995,

h.257). Dalam suatu studi awal baru-baru ini, penerapan pola

asuh yang kasar diasosiasikan sebagai perilaku agresif oleh

anak.

Page 31: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

c. Perasaan balas dendam

Beberapa ahli ilmu sosial menyatakan bahwa

meningkatkan kecenderungan kearah agresi disebabkan

karena semakin banyak orang yang merasa berhak membalas

dendam epada orang lain yang mereka anggap telah berbuat

salah kepada mereka (Berkowitz, 2003, h.2).

d. Kemiskinan dan kesejangan sosial

Tidak sedikit orang yang marah menimbulkan perilaku

agresfi atas ketidakmampuan mereka untuk menikmati hidup

enak dan bertahan hidup sementara yang lain bisa.

e. Media

Meluasnya agresi antara lain disebabkan oleh

banyaknya adegan kekerasan yang ditayangkan dalam film-

film dan televisi termasuk juga dalam surat kabar dan internet.

Adegan-adegan ini menjadi contoh yang sangat mudah ditiru

oleh anak-anak.

Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku agresif adalah interaksi teman sebaya, pola asuh orang tua,

perasaan marah dan balas dendam, proses modeling dan media.

Page 32: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif

Bentuk-bentuk perilaku agresif menurut Mulyono (1990,

h.267) adalah perilaku agresif yang dapat dilakukan secara :

a. Langsung atau tidak langsung

Agresi langsung ditujukan oleh perilaku dan ekspresi

wajah, sedangkan tidak langsung dilakukan dengan tenang-

tenang untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Aktif atau pasif

Agresi pasif ditujukan untuk melukai diri sendiri,

sedang agresi aktif ditujukan pada orang lain.

c. Fisik atau verbal

Agresi verbal dilakukan dengan menggunakan kata-kata

kasar, suka berdebat, menggunjingkan orang lain dan agresi

fisik ditujukan dengan perilaku menyerang secara fisik dan

menggunakan benda.

Sedangkan bentuk-bentuk agresif lainnya dikemukakan

oleh Medinus dan Johnson (Sarwono, 2002, h.297) yang

mengelompokan perilaku agresif menjadi 4 kategori, yaitu :

a. Perilaku fisik, seperti memukul, mendorong, meludah,

menggigit, meninju, memarahi dan merampas.

b. Menyerang suatu objek yang dimaksudkan disini adalah

menyerang benda mati atau binatang.

Page 33: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

c. Perilaku verbal yaitu menyerang secara verbal atau simbolis

seperti mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang

lain, sikap menuntut.

d. Melanggar hak milik orang lain.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bentuk-bentuk

perilaku agresi pada anak adalah perilaku fisik (seperti memukul,

mendorong, meludah, menggigit, meninju, memarahi, merampas dan

menyerang suatu objek), perilaku verbal (seperti mengancam secara

verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap menuntut) dan

melanggar hak milik orang lain.

B. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung Kekerasan

di Televisi

1. Pengertian Perilaku Menonton Film Kartun Yang

Mengandung Kekerasan di Televisi

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan masalahnya yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoadmojo dikutip

Pambudi, 2006, h.10). McLeish (dikutip Pambudi, 2006, h.10)

menambahkan bahwa perilaku adalah sesuatu yang konkrit dan

dapat diobservasi atau diamati.

Sedangkan menonton adalah suatu tindakan melihat suatu

tayangan atau pertunjukan (Poerwadarminta, 1990, h.781). Dan

televisi merupakan media komunikasi massa yang dikategorikan

Page 34: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

sebagai media elektronik dan memindahkan peristiwa (Mutman,

1996, h.79).

Menurut Sidharta ( dalam Sulaean, 1995, h.6) mengutip

pandapat Soesilo, kekerasan diartikan sebagai mempergunakan

tenaga atau kekuatan jasmani yang tidak kecil, serta tidak sah,

misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam

senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya. Selanjutnya

Sidjarta menyatakan secara umum bahkan yang dianut oleh

banyak Negara termasuk para ahli PBB (Perserikatan Bangsa-

Bangsa), bahwa yang dimaksudkan dengan kekerasan adalah

kejahatan-kejahatan dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan

berat, pemerkosaan, dan pencurian dengan kekerasan

(perampokan). Sedangkan Susanto (1982, h.62) yang mengutip

pendapat beberapa sosiolog hukum mendefinisikan kekerasan

adalah perbuatan yang menimbulkan luka-luka pada fisik

seseorang, keadaan pingsan maupun kematian. Perbuatan

tersebut juga dilakukan secara fisik, mungkin dengan alat

tertentu mungkin juga tidak mempergunakan alat apapun.

Kekerasan dapat dilakukan oleh pribadi, misalnya pembunuhan,

perkosaan, perampokan, penculikan, dan seterusnya. Kecuali

dari itu, perbuatan tersebut mungkin dilakukan oleh kelompok

menusia, misalnya pengeroyokan,dan lain sebagainya.

Film yang mengandung unsur kekerasan dalam penelitian

ini adalah suatu teknik audio visual yang dapat mempengaruhi

penontonnya dan dapat dinikmati dengan menggunakan mata,

Page 35: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

telinga dan juga merupakan cerita bergambar yang dapat

bergerak dan bersuara yang didalamnya terdapat adegan-adegan

kekerasan didalam layer televisi. Sani menambahkan (Noraida,

1994, h.55) film kekerasan dapat dilihat dari tingkah laku para

pelakunya seperti perkelahian, pengejaran, perang tanding atau

pertempuran besar yang biasanya diidentifikasikan dengan

menggunakan senjata atau senjata tajam dari para pelakunya.

Adegan kekerasan lain dapat juga berupa perkelahian

(biasanya dalam bentuk gulat, perang antar musuh),

pembunuhan, peganiayaan, penyiksaan dengan tangan kosong

maupun dengan alat tertentu, adegan perampokan, perkosaan,

adegan kebrutalan massa atau demonstrasi dan lain sebagainya

(dikutip dari Fidela, 2007, h.23).

Film kartun sendiri adalah film yang dibuat dengan

memotret lukisan tangan yang berseri (Salim, 1991, h.667).

Depdiknas menemukakan bahwa film kartun adalah film yang

menciptakan kayalan gerak sebagai hasil pemotretan rangkaian

gambar yang melukiskan perubahan posisi. Menurut Sani (di

kutip Pudjodarmodjo, 1995, h.19) film kartun adalah film yang

pembuatannya dari gambar hingga gambar-gambar tersebut bisa

bergerak dan berbicara.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku menonton tayangan kekerasan pada film kartun adalah

tindakan konkret dan dapat diamati dari melihat suatu tayangan

atau pertunjukan gambar yang berupa film kartun.

Page 36: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

2. Aspek-aspek Perilaku Menonton Film Kartun Yang

Mengandung Tayangan Kekerasan di televisi

Perilaku dibentuk dari tiga aspek, yaitu:

a. frekuensi adalah seberapa sering suatu perilaku muncul atau

berulang, dan pengulangan ini terjadi secara teratur.

b. lamanya berlangsung adalah berapa banyak waktu yang

diperlukan oleh seseorang untuk melakukan suatu perilaku.

c. intensitas adalah berapa kuat atau lemahnya kedalaman

seseorang untuk terlibat dengan perilaku yang dilakukannya

(Twiford, dikutip Indarsih, 2003, h.25).

Collins, dkk (2004) dalam penelitian berjudul “Watching

Sex on Television Predicts Adolescent Initiation of Sexual

Behavior” menggunakan beberapa aspek untuk mengukur

perilaku menonton televisi. Aspek-aspek tersebut adalah jumlah

jam yang digunakan untuk menonton televisi setiap harinya,

lamanya waktu yang dibutukan untuk menonton setiap

tayangan, isi tontonan, keterlibatan emosi antara individu dan

tayangan yang ditonton, dan kejelasan bahasa atau gambar yang

digunakan untuk mengungkap suatu tayangan di televisi

sehingga kelihatan nyata.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

dari perilaku menonton televisi adalah frekuensi, lamanya

berlangsung (durasi) dan intensitas.

Page 37: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

C. Hubungan Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung

Kekerasan di Televisi dengan Perilaku Agresif Pada Anak

Sehubungan dengan adanya perkembangan jaman dan

teknologi serta pengaruh globalisasi, manusia seakan dipaksa untuk

terus mengikuti perkembangan tentang berbagai hal yang terdapat

dibelahan dunia lain melalui berbagai media. Televisi merupakan

salah satu media elektronik yang paling mudah dinikmati oleh semua

kalangan masyarakat. Disamping mudah, televisi juga menampilkan

berbagai tayangan, seperti : film, musik, sandiwara, sinetron, film

kartun, siaran berita, dan lain sebagainya. Tidak dapat disangkal

peminat televisi saat ini bukan hanya orang dewasa, namun sudah

merambah sampai ke anak-anak.

Tayang televisi dapat mempengaruhi kondisi psikologis para

penontonnya, terutama anak-anak yang masih tergolong dibawah usia.

Pengaruhnya tidak langsung, namun pelan tapi pasti. Perubahan-

perubahan tersebut dapat berupa perubahan persepsi, nilai-nilai hidup

bahkan karakter lambat laun akan berubah, misalnya pola pikir anak

yang belum dapat membedakan mana yang salah dan benar.

Walaupun ada juga dampak positif dari televisi, namun tidak dapat

dipungkiri, dampak negatif dari televisi pun sangat banyak. Terlebih

lagi saat ini sebagian besar tayangan televisi menunjukkan tindakan

kekerasan. Film kartun yang menjadi konsumsi anak-anak pun banyak

diisi dengan tindakan-tindakan kekerasan seperti menendang,

memukul, mencaci, membanting, perkelahian, perang dan lain-lain.

Tindakan-tindakan ini dengan sangat cepat ditiru oleh anak-anak.

Page 38: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Anak-anak yang menonton film kekerasan dapat mengamati

model dan menokohkan idola atau tokoh imajinasinya dalam film

yang dilihatnya. Apabila hal ini terus berlanjut, maka proses imitasi

terhadap kekerasan akan terbentuk. Anak kemudian akan mengalami

proses belajar sosial dan mereka terapkan dalam perilaku

kehidupannya. Imitasi tindakan tersebut akan termanifestasi dalam

perilaku agresif, apabila anak sudah menyenangi idolanya, maka akan

berusaha mengikuti alur ceritanya (Herscel, 1995, h.267). Padahal

banyak program televisi yang penayangannya hampir setiap hari. Hal

ini tentunya meningkatkan frekuensi dalam menyaksikan tayangan

kekerasan. Albert Bandura berpendapat bahwa agresi pada anak-anak

dipengaruhi oleh penguatan anggota keluarga, media, dan lingkungan

hidup (Bandura, 1976: pp. 206-208). Selain itu mereka akan lupa

waktu bila sudah ada didepan televisi karena sangat asyik

menontonnya dan bila satu film sudah selesai, mereka akan mengganti

channel lain untuk mendapatkan film kartun lainnya. Anak-anak akan

mendapatkan banyak informasi yang bermanfaat dalam

perkembangannya, namun jika informasi tersebut berupa contoh

tindakan yang berisi kekerasan, maka kecenderungan mengimitasi

lebih tinggi. Hal ini memungkinan anak-anak yang mengidolakan film

kartun menjadikan tokoh idola mereka sebagai penutan dan sebagai

identitas mereka.

Semakin sering anak-anak menonton tayangan kekerasan,

tindakan-tindakan kekerasan yang adapun akan semakin mereka tiru.

Ini akan terbawa dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam dunia

Page 39: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

bermain mereka, akan selalu diwarnai oleh tindakan-tindakan

kekerasan. Bila keinginan anak tidak terpenuhi ia akan melakukan

tindak agresif untuk memenuhi keinginannya itu untuk mendapat

pengakuan dari lingkungan.

Dengan frekuensi dan lamanya anak menonton televisi, anak

semakin masuk dalam tayangan-tayangan tersebut. Lama-kelamaan

akan terbentuk kebiasaan untuk menonton dan akan timbul rasa

bersalah pada anak jika mereka tidak menonton film-film tersebut.

Menurut teori observasional yang dikembangkan oleh Albert

Bandura dan kolega-koleganya, sebagian besar tingkah laku individu

diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku

yang ditampilkan oleh individu-individu lain. Menurut Bandura

terdapat empat proses yang berkaitan satu sama lain dalam proses ini,

yaitu proses atensional, proses retensi, proses reproduksi dan proses

motivasional dan penguatan. Proses atensional yakni proses di mana

individu tertarik untuk memperhatikan atau mengamati tingkah laku

model. Proses atensional ini dipengaruhi oleh frekuensi kehadiran

model dan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Model yang

sering tampil dan memiliki karakteristik-karakteristik yang menarik di

mata individu pengamat akan lebih mudah mengundang perhatian

individu pengamat. Dalam hal ini, tokoh-tokoh dalam film kartun

sangat menarik bagi anak-anak. Dengan seringnya anak-anak

menonton film kartun, figur-figur yang ada dalam film kartun pun

semakin menjadi idola bagi anak-anak. Dan anak-anak akan semakin

ingin meniru perilaku para tokoh untuk menunjukkan jati diri mereka.

Page 40: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Proses retensi yaitu proses dimana individu pengamatan

menyimpan tingkah laku model yang telah diamatinya di dalam

ingatannya, baik melalui kode verbal maupun kode imajinal atau

pembayangan gerak. Kedua kode penyimpanan itu memainkan

peranan penting dalam proses berikutnya yaitu proses reproduksi.

Proses reproduksi adalah proses di mana ivdividu pengamat

mencoba mengungkap ulang tingkah laku yang telah diamatinya.

Pengungkap ulangan atau reproduksi tingkah laku model ini pada

mulanya bersifat kaku dan kasar, tetapi dengan pengulangan yang

intensif lambat laun individu bisa mengungkapkan tingkah laku model

itu dengan sempurna atau setidaknya mendekati tingkah laku model.

Proses yang terakhir adalah motivasional dan penguatan.

Tingkah laku yang telah diamati tidak akan diungkapkan oleh

individu pengamat apabila individu pengamat tersebut kurang

termotivasi. Bandura percaya bahwa perkuatan positif bisa

memotivasi individu ke arah pengungkapan tingkah laku, dalam hal

ini tingkah laku yang telah diamati.

Teori ini pun didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bandura yang terkenal dengan “Bobo Dolls Experiment”. Dari hasil

eksperimen tersebut, ditemukan bahwa keluarga, lingkungan hidup

dan media sangat mempengaruhi agresifitas anak. Dalam penelitian

ini, anak-anak ditunjukan film yang mengandung kekerasan dan

model kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa. Dan anak-anak

dari kelompok eksperimen sangat menunjukan perilaku agresif,

Page 41: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

seperti media dan model yang mereka lihat (Feshbach, S., & Singer,

R.D. 1971).

Dari uraian ini, dapat dilihat bahwa bila anak sering menonton

film kartun yang bertemakan kekerasan, secara tidak langsung anak

akan meniru tingkah laku tokoh pada film tersebut. Dengan seringnya

anak melihat perilaku-perilaku tersebut, anak akan menyimpannya

dalam ingatan mereka. Bila pada suatu saat ada kesempatan untuk

melakukan tindakan tersebut, anak akan mencoba melakukan tindak

agresi tersebut. Pada saat inilah pengaruh lingkungan sangat berperan.

Apabila lingkungan mendukung perilaku agresif pada anak, maka

perilaku ini akan semakin kuat dan anak akan menganggap perilaku

ini benar sehingga anak akan meneruskan perilaku ini. Bila

lingkungan tidak mendukung, perilaku agresif pun akan hilang.

Berdasarkan keterangan diatas terdapat hubungan antara

perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan di

televisi dengan perilaku agresif pada anak.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada

hubungan positif antara perilaku menonton film kartun yang

mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pada anak.

Semakin tinggi perilaku menonton film kartun yang mengandung

kekerasan di televisi maka semakin tinggi perilaku agresif anak dan

sebaliknya.

Page 42: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam analisis data

guna pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Variabel Tergantung : Perilaku agresif pada anak

2. Variabel Bebas : Perilaku menonton film kartun yang

mengandung kekerasan di televisi

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian adalah batasan atau

spesifikasi dari variabel-variabel penelitian yang secara konkrit

berhubungan dengan realitas yang akan diukur dan merupakan

manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian. Definisi

operasional dari variable-variabel penelitian digunakan untuk

menghindari kesalah pahaman mengenai data yang akan dikumpulkan

dan untuk menghindari kesesatan dalam menentukan alat

pengumpulan data.

Adapun definisi operasional variabel-variabel penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Page 43: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

1. Perilaku Agresif Pada Anak-anak

Perilaku agresif pada anak-anak adalah suatu perilaku

yang secara sengaja dilakukan oleh anak baik secara verbal

maupun fisik sehingga akan menyebabkan rasa sakit baik secara

fisik ataupun psikis bagi individu yang tidak menginginkan

timbulnya perilaku tersebut.

Perilaku agresif pada anak-anak ini akan diungkap melalui

skala yang bertujuan untuk mengukur perilaku agresif dengan

melihat aspek-aspek perilaku agresi yaitu : perilaku fisik (seperti

memukul, mendorong, meludah, menggigit, meninju, memarahi,

merampas dan menyerang suatu objek), perilaku verbal (seperti

mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain,

sikap menuntut) dan melanggar hak milik orang lain.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin

tinggi perilaku agresif pada anak dan sebaliknya.

2. Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung

Kekerasan di Televisi

Perilaku menonton film kartun yang mengandung

kekerasan adalah tindakan konkret dan dapat diamati dari

melihat suatu tayangan atau pertunjukan gambar yang berupa

film kartun.

Perilaku menonton film kartun ini akan diungkap melalui

skala yang bertujuan untuk mengukur perilaku seseorang

dengan melihat aspek-aspek perilaku yaitu : frekuensi dan

Page 44: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

intensitas. Aspek durasi tidak digunakan karena dirasa sudah

dapat terwakilkan melalui aspek frekwensi. Selain itu karena

subjek yang digunakan adalah siswa Sekolah Dasar kelas III dan

IV, aspek durasi dirasa akan membuat subjek bingung

menjumlah jam menontonnya, sehingga aspek yang digunakan

hanya aspek frekwensi dan intensitas.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin

tinggi perilaku menonton tayangan kekerasan pada anak dan

sebaliknya.

C. Subjek Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2002, h.108). Populasi menurut Hadi (2000, h.220) adalah sejumlah

penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat

yang sama. Istilah penduduk pada hakekatnya tidak saja

menunjukkan sejumlah individu yang berwujud menusia, akan tetapi

juga sejumlah kambing, kelinci, tikus, padi, barang-barang

dagangan, batu, dan sebagainya.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar.

Kemudian peneliti mengambil Sekolah Dasar “X” karena sesuai

dengan observasi yang peneliti lakukan, disekolah tersebut banyak

terjadi perilaku agresif yang dilakukan oleh para siswa. Peneliti

mengambil siswa kelas III dan IV sebagai subjek penelitian. Alasan

yang mendasar digunakannya kriteria ini adalah :

Page 45: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

1. Pertimbangan praktis dalam rangka kemudahan dalam

pelaksanaan penelitian. Siswa-siswi sekolah dasar kelas III dan

IV, sudah memiliki tingkat pengetahuan, penalaran dan

pemahaman yang lebih baik dibanding anak-anak yang berada

pada tahap perkembangan masa anak-anak awal sehingga

mereka bisa lebih memahami pertanyaan-pertanyaan atau

pernyataan-pernyataan yang ada diberikan oleh peneliti

melalui angket yang akan mereka isi.

2. Pada tahap perkembangan ini, tuntutan kepada anak-anak

untuk lebih mampu berhubungan dengan perilaku moral lebih

tinggi dibandingkan pada tahap perkembangan awal anak-

anak. Sehingga diharapkan anak mulai dapat membedakan

perilaku yang benar dan yang salah.

Penelitian ini merupakan studi populasi sehingga semua

anggota populasi menjadi subjek penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang

digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Dalam

penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode skala. Skala

psikologi adalah suatu alat atau instrument yang mengungkapkan

tingkah laku serta aktivitas-aktivias sebagai manifestasi dari kejiwaan

seseorang (Azwar, 2000, h.3). Adapun skala yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah skala yang bersifat langsung, yaitu yang

dijawab atau diisi oleh subjek sendiri bukan orang lain.

Page 46: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Di dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah metode

skala tertutup, yaitu responen tidak mempunyai kesempatan lain

dalam memberikan jawaban selain jawaban yang telah disediakan

dalam dafar pertanyaan tersebut, responden tinggal memilih jawaban-

jawaban yang telah disajikan (Subagyo, 1991, h.27).

Penelitian ini menggunakan dua macam skala, yaitu :

1. Skala Perilaku Agresif Anak

Skala perilaku agresif pada anak ini terdiri dari satu

bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan yang mendukung

(favourable). Skala ini digunakan untuk mengungkap perilaku

agresif pada anak yang mencakup tiga aspek perilaku, yaitu :

a. Perilaku fisik

b. Perilaku verbal

c. Melanggar hak milik orang lain.

Tabel 1

Rancangan Skala Perilaku Agresif Pada Anak

Bentuk Perilaku Jumlah Item

Perilaku fisik 10

Perilaku verbal 10

Melanggar hak milik orang lain 10

Jumlah 30

Page 47: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Penyajian skala perilaku agresif pada anak menggunakan

2 kategori jawaban, yaitu Ya atau Tidak. Jawaban Ya mendapat

skor 1, sedangkan Tidak mendapat skor 0.

2. Skala Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung

Kekerasan di Televisi

Skala perilaku menonton terdiri dari satu bentuk

pertanyaan, yaitu berupa pertanyaan yang mendukung

(favourable). Skala ini digunakan untuk mengungkap perilaku

menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi

yang mencakup dua aspek, yaitu : frekuensi, dan intensitas.

Tabel 2

Rancangan Skala Perilaku Menonton

Aspek Perilaku Jumlah Item

Frekuensi 9

Intensitas 10

Jumlah 19

Penyajian skala perilaku menonton ini terdiri dari dua

skala, yaitu skala frekwensi dan skala intensitas. Skala

frekwensi menggunakan 3 kategori jawaban, yaitu Selalu,

Kadang-kadang dan Tidak Pernah. Jawaban Selalu mendapat

skor 2, jawaban Kadang-kadang mendapat skor 1, sedangkan

jawaban Tidak Pernah mendapat skor 0. Skala intensitas

Page 48: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

menggunakan 2 kategori jawaban, yaitu Ya atau Tidak. Jawaban

Ya mendapat skor 1, sedangkan Tidak mendapat skor 0.

E. Validitas dan Reliabilitas

Sejauh mana kepercayaan dapat memberikan hasil pada

kesimpulan tergantung antara lain pada akurasi dan kecermatan data

yang diperoleh. Akurasi dan kecermatan data hasil pengukuran

tergantung pada validitas dan reliabitilas alat ukurnya (Azwar, 1998,

h.105).

1. Validitas Alat Ukur

Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen itu

benar-benar mengukur apa yang hendak diukur dan mampu

mengukur sejauh mana hal yang hendak diukur (Ancok, 1987,

h.13).

Uji validitas instrumen penelitian ini mengunakan uji

validitas konstruk, untuk mengukur kesahihan instrumen dengan

jalan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari setiap butir item

dengan jumlah skor seluruh item. Rumus yang digunakan dalam

menguji validitas ini menggunakan dua macam, yaitu korelasi

Product Moment dari Karl Pearson untuk mengukur validitas

dari perilaku agresif sedangkan Point Biserial dari Rank

Spearman untuk perilaku menonton. Keduanya dioperasikan

dengan menggunakan program SPSS.

Page 49: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

2. Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas instrumen selanjutnya

dilakukan reliabilitas instrumen dengan tujuan agar data yang

diperoleh dapat mencerminkan variabel penelitian, maka alat

pengumpulan data yang akan digunakan harus reliabel.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Ancok, 1987, h.19).

dengan demikian reliabilitas (keterandalan) suatu instrumen

merupakan syarat dalam proses pengumpulan data, sehingga

dapat secara konsisten memberikan hasil yang sama meskipun

digunakan berulangkali pada waktu yang berbeda.

Uji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan

rumus Alpha Cronbach yang dioperasikan dengan

menggunakan program SPSS. Alasan penggunaan Alpha

Cronbach karena koefisian alpha memberikan harga yang lebih

kecil atau sama besar dengan reliabilitas yang sebenarnya,

sehingga ada kemungkinan reliabilitas tes lebih tinggi daripada

koefisien alpha, koefisien alpha bersifat fleksibel karena dapat

digunakan untuk butir dikotomi maupun non dikotomi, hasil

yang diperoleh lebih murni dan hasil reliabilitas dengan

menggunakan teknik ini akan lebih cermat karena dapat

mendekati hasil yang sebenarnya (Azwar, 1998, h.28).

Page 50: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

F. Metode Analisis Data

Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengoleh data

yang diperoleh, sehingga didapatkan suatu kesimpulan. Teknik

analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan dua macam, yaitu korelasi Rank

Spearman untuk mengukur perilaku menonton dan korelasi Product

Moment untuk mengukur perilaku agresif yang keduanya

dioperasikan dengan menggunakan program SPSS.

Page 51: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

BAB IV

LAPORAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu memahami

kancah penelitian atau tempat penelitian dilakukan, setelah itu

menentukan subjek penelitian, serta mempersiapkan segala sesuatu

yang berkenaan dengan jalannya penelitian. Kancah penelitian dapat

diketahui dengan melakukan pengamatan pendahuluan yang

didasarkan pada ciri-ciri subjek yang diambil pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan,

peneliti memutuskan kancah penelitiannya di SD “X” Semarang.

SD “X” Semarang terletak di Jl. Mataram, Semarang. Sekolah

ini tepat berada ditepi jalan raya sehingga suasana sekolah pun

berisik dan terganggu dengan suara kendaraan yang ada diluar. SD

“X” memiliki lahan yang tidak terlalu luas. Ruang kelas pun tidak

terlalu banyak, hanya ruang kelas yang masing-masing 1 ruangan

untuk tiap tingkatan, ruang guru, ruang kepala sekolah dan tata usaha

serta ruang UKS. Jumlah siswanya pun tidak banyak, masing-masing

kelas hanya memiliki murid rata-rata 25-30 anak. Jumlah guru pun

tidak terlalu banyak, hanya ada 10 guru, sehingga ada beberapa guru

Page 52: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

yang bertugas menjadi guru kelas sekaligus memegang mata

pelajaran tertentu.

Sesuai dengan ciri-ciri populasi penelitian, maka penelitian ini

mengambil tempat di SD “X” sebagai kencah penelitian atas dasar

beberapa alasan :

1. Adanya permasalahan yang menggambarkan penelitian yang

ingin dilakukan oleh peneliti, yaitu tingginya tingkat

agresivitas dan banyaknya permasalahan yang timbul karena

perilaku agresif yang dilakukan para siswa di Sekolah Dasar

“X” ini. Hal ini diketahui melalui wawancara singkat yang

dilakukan oleh peneliti kepada guru Bimbingan Konseling di

sekolah tersebut.

2. Kancah penelitian tersebut mudah dijangkau. Hal ini akan

memberikan kemudahan bagi peneliti untuk mengadakan

penelitian dengan menghemat waktu, tenaga dan biaya.

3. Pihak Kepala Sekolah SD “X” memberi ijin kepada peneliti

untuk mengadakan penelitian.

B. Persiapan Penelitian

1. Penyusunan Alat Ukur

Sebelum memasuki tahap penelitian, terlebih dahulu

peneliti mempersiapkan penyusunan skala yang akan digunakan

Page 53: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

untuk mengungkapkan masalah yang akan diteliti dengan

menentukan aspek-aspek yang hendak diukur. Aspek-aspek

inilah yang kemudian akan dijabarkan dalam penyusunan item

pada skala. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

: skala perilaku menonton film kartun yang mengandung

kekerasan di televisi dan skala perilaku agresi anak. Penyajian

skala dalam bentuk tetap yaitu subjek penelitian diwajibkan

memilih jawaban dari alternatif-alternatif jawaban yang telah

disediakan.

a. Skala perilaku menonton film kartun yang mengandung

kekerasan di televisi

Penyusunan skala perilaku menonton film kartun yang

mengandung kekerasan ditelevisi disajikan dalam bentuk

item-item dengan dua dan tiga pilihan jawaban. Skala

perilaku menonton film kartun disusun berdasarkan

perpaduan dari faktor intensitas dan faktor frekwensi. Skala

tersebut memiliki jumlah item sebanyak 10 item untuk faktor

intensitas, dan 9 item untuk faktor frekwensi. Semua item

bersifat positif (favourable).

Adapun pilihan jawaban faktor intensitas disajikan

dalam 2 alternatif jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pilihan

jawaban tersebut kemudian diberi nilai skala. Adapun nilai

Page 54: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

skala untuk jawaban Ya adalah 1, dan nilai skala untuk

jawaban Tidak adalah 0. Sedangkan untuk pilihan jawaban

faktor frekwensi disajikan dalam 3 alternatif jawaban, yaitu

Selalu, Kadang-kadang dan Tidak Pernah. Nilai skala untuk

jawaban Selalu adalah 2, untuk jawaban Kadang-kadang

adalah 1 dan untuk jawaban Tidak Pernah adalah 0.

b. Skala perilaku agresi anak

Skala perilaku agresi pada anak disusun berdasarkan

tiga aspek perilaku agresi, yaitu perilaku fisik, perilaku verbal

dan melanggar hak milik orang lain. Jumlah item pada skala

perilaku agresi anak ada 30 item. Aspek perilaku fisik terdiri

dari 10 item, perilaku verbal terdiri dari 10 item, dan

melanggar hak milik orang lain terdiri dari 10 item. Semua

item bersifat positif (favourable).

Adapun pilihan jawaban perilaku agresi anak disajikan

dalam 2 alternatif jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pilihan

jawaban tersebut kemudian diberi nilai skala. Adapun nilai

skala untuk jawaban Ya adalah 1, dan nilai skala untuk

jawaban Tidak adalah 0. Sebaran nomer item skala perilaku

agresi anak dapat dilihat dalam tabel 3.

Page 55: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

TABEL 3

Sebaran Nomer Item Skala Perilaku Agresi Anak

No Aspek Jumlah Butir Jumlah1. Perilaku Fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 10 10

2. Perilaku Verbal 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

10

3. Melanggar Hak Milik Orang Lain

21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

10

Jumlah Item 30 30

2. Perijinan Penelitian

Salah satu syarat untuk mendapat ijin penelitian, yang

pertama dilakukan adalah meminta blanko permohonan ijin

penelitian pada TU Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata. Ijin penelitian dari Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata bernomor :

101/B.7.3/FP/IX/2009, tanggal 30 September 2009. Setelah diisi

dan disahkan oleh dekan, blanko permohonan ijin penelitian

disampaikan kepada Kepala Sekolah SD “X” Semarang untuk

melakukan uji coba dan penelitian setelah memperoleh ijin dari

SD “X” Semarang, kemudian menentukan waktu baik untuk uji

coba maupun penelitian.

Page 56: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

C. Pelaksanaan Pengambilan Data

Dalam penelitian ini hanya ada satu kali pengambilan data (try

out terpakai). Alasan penggunaan try out terpakai ini adalah karena

keterbatasan subjek yang terdapat pada SD “X”. Jumlah siswa di

sekolah ini sangat terbatas sehingga tidak dimungkinkan peneliti

melakukan dua kali pengambilan data. Penelitian dilakukan pada

tanggal 14 dan 16 November 2009, pada pukul 08.30 – 09.30 (pada

tanggal 14 November) dan pukul 07.00 – 08.00 (pada tanggal 16

November). Pembagian skala untuk penelitian dilakukan pada kelas 3

(tiga) dan 4 (empat), dengan seijin Kepala Sekolah SD “X”

Semarang. Dari SD “X” Semarang diperoleh subjek sebanyak 47

orang. Pembagian skala dilakukan oleh peneliti sendiri. Dari

eksemplar skala yang tersebar, semuanya memenuhi syarat karena

semua skala diisi dengan lengkap dan tidak ada yang kosong. Pada

saat peneliti membagikan skala kepada subjek, guru kelas

memberikan waktu sepenuhnya kapada peneliti. Pengisian skala rata-

rata memakan waktu 45 menit. Sebelumnya peneliti melakukan

perkenalan dan sedikit ice breaking agar anak-anak tidak tegang. Saat

mengisi skala, banyak anak-anak yang ribut dan mengganggu

temannya sehingga peneliti harus berulang kali menertibkan kelas

terlebih dahulu. Namun semua subjek mengisi skala secara mandiri,

tidak ada yang meniru jawaban temannya.

Page 57: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Sebelum peneliti menyebarkan angket kepada subjek

penelitian, terlebih dahulu guru kelas memberikan pengarahan

kepada para subjek. Namun yang menjadi perhatian peneliti, cara

penyampaian itu tidak seharusnya dilakukan oleh seorang guru.

Setiap berbicara dengan anak-anak, guru yang bersangkutan selalu

membentak dan memarahi anak-anak, bahkan sesekali melakukan

kekerasan fisik. Saat guru berada didalam kelas, suasana kelas masih

sedikit bisa dikontrol, namun begitu guru yang bersangkutan keluar

dari kelas, para siswa pun langsung tidak terkendali sehingga peneliti

agak kerepotan untuk mengatur mereka. Berdasarkan observasi yang

peneliti lakukan, rata-rata guru yang berada di Sekolah Dasar “X”

memiliki sikap yang agresif terhadap muridnya sehingga hal ini

menjadi salah satu keprihatinan bagi peneliti.

D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Guna memenuhi persyaratan, alat ukur harus memiliki validitas

dan reliabilitas yang baik.. Uji validitas dan reliabilitas mengambil

subjek sebanyak 47 orang. Skala yang telah diisi kemudian di skor

dan ditabulasikan. Hasil tersebut akan menjadi data uji coba. Setelah

uji coba dan dihitung item-item yang valid dan yang gugur, maka skor

item yang gugur dihilangkan dan skor item yang valid ditabulasikan

ulang san dijadikan sebagai data penelitian.

Page 58: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

1. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung

Kekerasan di Televisi

Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap skala perilaku

menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi

menggunakan program SPSS. Berdasarkan uji validitas alat ukur

tersebut, diperoleh hasil dari 10 item intensitas, 1 item gugur, 9

item valid. Item valid memiliki koefisien validitas antara 0,330

sampai dengan 0,829.

Untuk melakukan uji reliabilitas dari alat ukur, digunakan

teknik Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Perhitungan

dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan dilakukan

terhadap item yang valid saja. Hasil uji reliabilitas aspek intensitas

adalah 0,858.

Uji validitas dari alat ukur aspek frekwensi, diperoleh dari

hasil 9 item frekwensi, semua item valid. Item valid memiliki

koefisien validitas antara 0,381 sampai dengan 0,757. Adapun

rincian item valid pada skala perilaku menonton film kartun yang

mengandung kekerasan di televisi dapat dilihat pada tabel 4.

Page 59: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

TABEL 4

Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Menonton

Film Kartun yang Mengandung Kekerasan di Televisi

Jumlah Item Aspek Perilaku Favorable

Jumlah

Intensitas 1, 2*, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10 Frekwensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9

Jumlah 19 19 Keterangan :

Tanda * : item yang gugur

Untuk melakukan uji reliabilitas dari alat ukur, digunakan

teknik Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Perhitungan

dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan dilakukan

terhadap item yang valid saja. Hasil uji reliabilitas aspek frekwensi

adalah 0,847.

2. Perilaku Agresi Anak

Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap skala Perilaku

Agresi Anak menggunakan SPSS. Uji validitas alat ukur tersebut

diperoleh dari 30 item, 1 item gugur, 29 item valid, item valid

memiliki koefisien antara 0,348 sampai dengan 0,851.

Adapun rincian item valid dan gugur pada skala Perilaku

Agresi Anak pada anak-anak SD “X” dapat dilihat pada tabel 5.

Page 60: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

TABEL 5

Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Agresi

Anak

Jumlah Item Bentuk Perilaku Favorable

Jumlah

Perilaku Fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10

Perilaku Verbal 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 10

Melanggar Hak Milik Orang Lain

21, 22, 23*, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 10

Jumlah 30 30 Keterangan :

Tanda * : item yang gugur

Untuk melakukan uji reliabilitas dari alat ukur, dengan

teknik Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Perhitungan

dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan dilakukan

terhadap item yang valid saja. Hasil uji reliabilitas pada skala

perilaku agresi anak adalah 0,950.

Page 61: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan skala perilaku menonton film kartun yang

mengandung kekerasan di televisi dan skala perilaku agresi anak,

dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian dengan

menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk mencari

hubungan antara perilaku menonton film kartun yang mengandung

kekerasan di televisi dengan perilaku agresi anak.

Uji normalitas penelitian dan uji linearitas hubungan variabel

bebas dan variabel tergantung harus dilakukan terlebih dahulu

sebelum melakukan pengujian terhadap korelasi antar variabel.

1. Uji Asumsi

Setelah semua data skala yang dibagikan terkumpul

kembali, skala tersebut diperiksa satu persatu untuk melihat

serta meneliti hasilnya. Setelah semua data yang sesuai dengan

kriteria ditabulasikan, lalu diperhitungkan sesuai dengan aturan

yang telah dikemukakan dalam bab III.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan

komputer dengan program SPSS. Semua data yang masuk

diubah menjadi data kasar yang didapat dari data respon dari

Page 62: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

masing-masing subjek terhadap item-item berdasarkan pilihan

kemudian data kasar tersebut dianalisa.

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas pada sebaran atas variabel pada

skala diuji normalitasnya dengan teknik Kolmogorov –

Smirnov (K-S Z). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui

normal tidaknya sebaran skor variabel perilaku agresi anak

dan variabel perilaku menonton film kartun yang

mengandung kekerasan di televisi.

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel

perilaku agresi anak memiliki nilai K-S Z sebesar 2,275,

dengan p<0,05 yang berarti sebaran skor tidak normal.

Sedangkan hasil uji normalitas variabel perilaku menonton

film kartun yang mengandung kekerasan memiliki nilai K-S Z

sebesar 0,997, dengan p>0,05 yang berarti sebaran skor

normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

Berdasarkan hasil uji normalitas ini dapat dilihat

bahwa sebaran skor pada variabel perilaku agresi tidak

normal. Skor yang tidak normal ini menyebabkan penggunaan

korelasi Product Moment tidak dapat digunakan lagi sehingga

perhitungan selanjutnya menggunakan parametrik.

Page 63: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

b. Uji Linearitas

Uji linearitas ini dilakukan untuk melihat hubungan

antar variabel yang ada. Uji liniearitas antara hubungan

perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan

di televisi dengan perilaku agresi anak dengan nilai FLin

sebesar 5,084 (p<0,05). Hal ini berarti hubungan antara

perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan

di televisi dengan perilaku agresi anak adalah linier.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan

uji hipotesis untuk menguji hubungan antara perilaku menonton

film kartun yang mengandung kekerasan di televisi dengan

perilaku agresi anak pada anak-anak di SD “X” dengan

menggunakan program SPSS. Hasil uji yang menguji hubungan

antara perilaku menonton film kartun yang mengandung

kekerasan di televisi dengan perilaku agresi anak menghasilkan

nilai rs sebesar 0,458 dengan p<0,01, artinya ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara perilaku menonton film

kartun yang mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku

agresi anak.

Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang

berbunyi “ada hubungan positif antara perilaku menonton film

kartun yang mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku

agresif pada anak” dapat diterima dengan taraf signifikan 1%.

Page 64: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Semakin tinggi perilaku menonton film kartun yang

mengandung kekerasan di televisi maka semakin tinggi perilaku

agresi anak. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah perilaku

menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi,

semakin rendah pula perilaku agresi anak. Hal ini berarti

perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan di

televisi memberikan sumbangan efektif (SE) sebesar 20,98%

pada perilaku agresi anak. Hasil analisis selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data di atas, uji hipotesis

menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif yang sangat

singnifikan antara perilaku menonton film kartun yang mengandung

kekerasan di televisi dengan perilaku agresi anak. Kesimpulan

tersebut diambil berdasarkan hasil koefisien korelasi antara variabel

perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan di

televisi dengan perilaku agresi anak sebesar 0,458 dengan p<0,01.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Barry di Amerika yang

menemukan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan

antara perilaku anak-anak menonton kekerasan pada di televisi

dengan perilaku agresi anak (Wawasan, 18 Oktober 2008).

Adler (dalam Chaplin, 1999, h.150) menegaskan bahwa agresif

adalah menifestasi dari kekuatan yang lebih dari yang lain, yang

Page 65: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

disebabkan oleh adanya kompensasi terhadap keinginan yang tidak

terpenuhi dan rasa rendah diri yang dialami oleh individu. Menurut

Bolman (Dayakisni & Hudaniah, 2003, h.213) perilaku agresif yang

timbul pada usia 6-14 tahun adalah kemarahan, kejengkelan, rasa iri,

tamak, cemburu, suka mengkritik, berkelahi secara fisik, dan perang

mulut. Dan pada masa kanak-kanak akhir ini anak akan memasuki

dunia sekolah atau biasa disebut dengan school aged, dimana dalam

masa ini akan terjadi perubahan besar pada pola kehidupan anak

(Hurlock, 1995, h.146)

Berkowitz (2003) menjelaskan faktor-faktor yang mendorong

munculnya perilaku agresif pada anak, yaitu interaksi teman sebaya,

pola asuh orang tua, perasaan marah dan balas dendam, proses

modeling dan media.

Proses modeling juga sangat berperan dalam hasil penelitian ini.

Rata-rata guru di sekolah ini melakukan tindakan kekerasan terhadap

siswanya. Setiap hari para siswa melihat hal ini dan inipun akan selalu

terekam dalam ingatan mereka. Perilaku agresif yang ditunjukan oleh

para guru terhadap siswanya juga secara tidak langsung

mempengaruhi perilaku agresif para siswa. Para siswa belajar dan

seakan mendapat penguatan dari para gurunya untuk melakukan

perilaku agresif. Hal ini pun mempengaruhi perilaku para siswa setiap

harinya, karena tokoh yang mereka panuti di sekolah pun melakukan

aksi kekerasan dihadapan dan terhadap mereka.

Selain proses modeling, perkembangan anak akan dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam diri maupun dari luar diri

Page 66: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

individu. Televisi merupakan salah satu faktor yang berada diluar diri

anak, dan diperkirakan mempunyai pengaruh besar bagi

perkembangan anak, karena televisi merupakan sarana untuk belajar

masalah-masalah yang positif maupun negatif. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dr. Leonard Eron dan Dr. Rowell

Hiesmann dari Universitas Michigan, menemukan bahwa anak-anak

yang berjam-jam menonton film kekerasan cenderung lebih agresif di

dalam kelas dan tempat bermain (Craig, 1983, dikutip Martani dan

Adiyanti, 1992, h.1).

Film yang mengandung unsur kekerasan dalam penelitian ini

adalah suatu teknik audio visual yang dapat mempengaruhi

penontonnya dan dapat dinikmati dengan menggunakan mata, telinga

dan juga merupakan cerita bergambar yang dapat bergerak dan

bersuara yang didalamnya terdapat adegan-adegan kekerasan didalam

layer televisi. Sani menambahkan (Noraida, 1994, h.55) film

kekerasan dapat dilihat dari tingkah laku para pelakunya seperti

perkelahian, pengejaran, perang tanding atau pertempuran besar yang

biasanya diidentifikasikan dengan menggunakan senjata atau senjata

tajam dari para pelakunya.

Studi-studi eksperimen mengenai berbagai program televisi

yang dipertontonkan kepada anak menunjukan bahwa penayangan

acara televisi yang berisi kekerasan, walaupun ditunjukan secara

singkat, namun dapat meningkatkan agresivitas pada permainan

berikutnya (Achenbah, 1987, h.195).

Page 67: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Kelemahan dan kekurangan dalam penelitian ini antara lain :

1. Digunakannya metode try out terpakai yang dapat mengakibatkan

pencemaran terhadap hasil penelitian. Hal tersebut dikarenakan

data uji coba sekaligus sebagai data hasil penelitian, sehingga

item-item yang tidak valid juga ikut dikerjakan oleh subjek.

2. Kemungkinan adanya pengaruh social desirability, yaitu

keinginan subjek penelitian memberikan jawaban yang sesuai

dengan norma-norma yang berlaku dan tidak sesuai dengan

keadaan diri yang sebenarnya. Kemungkinan ini sangat besar

terjadi karena sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan,

anak-anak yang menjadi subjek sangat dibayang-bayangi oleh

perilaku para guru yang sering menekan mereka dengan kata-kata

maupun kekerasan fisik. Kecenderungan para guru untuk

memarahi anak-anak membuat mereka takut untuk mengisi angket

sesuai dengan keadaan mereka yang sebenarnya, sehingga

pengaruh social desirability ini yang menyebabkan tidak

normalnya hasil penelitian.

Page 68: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan peneliti

menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti diterima,

yaitu ada hubungan positif yang sangat signifikan antara perilaku

menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi

dengan perilaku agresi anak. Hal ini berarti semakin tinggi perilaku

menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi, maka

semakin tinggi pula perilaku agresif pada anak. Demikian juga

sebaiknya. Sumbangan efektif variabel perilaku menonton tayangan

kekerasan pada film kartun di televisi terhadap perilaku agresi anak

sebesar 20,98%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan

maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Orang Tua

a. Para orang tua sebaiknya lebih selektif dan membantu anak

memilihkan film-film yang akan ditonton, sehingga konsumsi

anak terhadap film kekerasan bisa lebih diminimalkan.

b. Para orang tua sebaiknya lebih sering mendampingi anak-anak

saat menonton film kegemaran mereka sehingga para orang tua

Page 69: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

dapat mengontrol film mana yang baik bagi anak-anak dan

anak-anak juga bisa mendapat persepsi yang positif tentang

adegan-adegan film yang sedang mereka lihat dari orang tua

mereka.

c. Sebaiknya orang tua memberikan batasan waktu bagi anak-anak

untuk menonton film kegemarannya dengan memperbanyak

waktu bermain dengan teman sebayanya dan malekukan

kegiatan positif lainnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang disertakan

dalam penelitian ini seperti interaksi teman sebaya, pola asuh

orang tua, faktor internal dan eksternal, lingkungan, jenis

kelamin dan modeling sehingga benar-benar dapat menemukan

faktor yang dominan dalam pengaruhnya terhadap perilaku

agresi pada anak-anak.

b. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang perilaku

menonton tayangan kekerasan pada film kartun di televisi

dengan menggunakan metode kualitatif, sehingga dapat

terungkap pula bagaimana proses terjadinya sikap-sikap

perilaku agresi pada anak-anak masa kini.

Page 70: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. 1987. Teknik Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pusat Pendidikan UGM

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. 1998. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

_______. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Relajar

Bandura, A., & Ribes-Inesta, Emilio. (1976). Analysis of Delinquency and Aggression. Lawrence Erlbaum Associates, INC: New Jersey (Bandura, 1976: pp. 206-208).

Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior : Mengenali Perilaku dan Tindakan Kekerasan di Lingkungan Sekitar Kita dan Cara Penggulangannya. Buku Kesatu. Alih Bahasa : Hartini Woro Susianti. Jakarta : PPM.

Breakwell, G. 1988. Coping with Aggressive Behaviour : Mengatasi Perilaku Agresif. Yogyakarta : Kanisius.

Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartono, K. Jakarta : Rajawali Press.

Collinns, R.L, dkk. 2004. Watching Sex on Television Predicts Adolescent Initiation of Sexual Behavior. Pediatrics. Vol.114, no. 3 : 280-289 (September).

Page 71: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Dayakisni, T & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Buku Kesatu. Malang : UMM Press.

De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal Dari Sudut Pandang Perkembangan. Alih Bahasa : Joerban Walia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Drever, J. 1986. Kamus Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Simanjuntak. Jakarta : PT. Bina Aksara.

_______. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka.

Feshbach, S., & Singer, R.D. (1971). Television and Aggression, Jossey-Bass, San Franisco

Friedman, S dan Steward, A. C. 1987. Child Development : Infancy Through Adolescence. Canada : John Wiley and Sons Inc.

Gulo, D.,Kartini Kartono. 1987. Kamus Psikologi, cetakan 1. Bandung : Pionir Jaya.

Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset.

Herviantini Fidela, 2007. Agresivitas Pada Remaja Ditinjau Dari Intensitas Menonton Film Kekerasan Di Televisi. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Semarang.

Hurlock, E. B. 1995. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Alih Bahasa : Istiwidayanti. Jakarta : Erlangga.

Page 72: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Bandung : Eresco.

________. 2008. Kategori Tayangan TV Untuk Anak. Dalam Kompas, Surat Kabar Harian. 14 Juli 2008. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara

________. 2008. Fakta Jumlah Jam Menonton Pada Anak. Dalam Kompas, Surat Kabar Harian. 19 Juli 2008. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara

________. 2008. Bahaya Menonton Pada Anak. Dalam Kompas, Surat Kabar Harian. 22 November 2008. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara

________. 2009. Dampak Menonton TV Bagi Anak. Dalam Kompas, Surat Kabar Harian. 21 Mei 2009. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara

Martani, W dan Adiyanti, M.G. 1990. Pengaruh Film TV Terhadap Perilaku Agresif. Laporan Psikologi. Fakultas Psikologi Yogyakarta. UGM.

Mulyono, Y. B. 1991. Mengatasi Kenakalan Remaja. Yogyakarta : Andi Offset.

Mu’tadin, Z. 2002. Faktor Penyebab Perilaku Agresif. www.e-psikologi.com (10 Juni 2002).

Mutman, M. 1996. Television as Cultural Form. Journal of American studies of Turkey, 4 :79-87.

Page 73: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Pambudi, N.T. 2006. Perilaku Agresif Pada Masa Kanak-kanak Akhir Ditinjau dari Komunikasi Orangtua dengan Anak dan Perilaku Menonton Film Kartun Heroic di Televisi. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : fakultas psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Poerwadarminta, W.J.S. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Santrock, J.W. 1995. Life-Span Develoment. Alih Bahasa : Juda Dumanik, Achmad Chusairi. Jakarta : Erlangga.

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.

Sears, D. O. Freedman, J. L. & Peplau, L. A. 1994. Psikologi Sosial. Jilid 2 (judul asli : Social Psychology). Jakarta : Erlangga.

Sulaeman, D. 1995. Psikologi Remaja : Dimensi-dimensi Perkembangan. Bandung : CV. Bandar Maju.

Page 74: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok
Page 75: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN A

SKALA PENELITIAN

Page 76: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN A-1

PERILAKU AGRESIF ANAK

Page 77: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Nama :

Kelas :

Tanggal pengisian :

PETUNJUK PENGISIAN

Pada lembaran-lembaran berikut terdapat pernyataan yang

membutuhkan jawaban dari adik-adik. Pilihlah salah satu jawaban yang adik-

adik anggap paling sesuai dengan keadaan adik-adik dan jangan terpengaruh

dengan pendapat teman lain.

Adik-adik diminta untuk membuat tanda ( X ) pada kolom yang

tersedia di samping pernyataan.

Beri tanda ( X ) pada jawaban “YA” bila pernyataan tersebut sesuai

dengan keadaan adik-adik, dan beri tanda ( X ) pada jawaban “ TIDAK “ bila

jawaban tersebut tidak sesuai dengan keadaan adik-adik.

Apabila ingin mengganti jawaban, adik-adik dapat melingkari jawaban

yang kurang tepat, kemudian berilah tanda ( X ) pada jawaban yang benar.

SELAMAT MENGERJAKAN

TERIMA KASIH

Page 78: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

NO PERNYATAAN YA TIDAK 1 Saya memberikan pukulan bila ada teman yang tidak mau

memberikan contekan pada saya YA TIDAK

2 Bila ada yang membuat saya marah, saya tidak segan-segan memukulnya YA TIDAK

3 Saya memukul teman yang tidak mau meminjamkan barangnya pada saya YA TIDAK

4 Bila ada teman yang melawan perintah saya, saya langsung memukulnya YA TIDAK

5 Bila ada teman yang menantang saya berkelahi, saya langsung balas memukulnya YA TIDAK

6 Bila saya sedang marah, saya memukuli barang-barang yang ada di dekat saya YA TIDAK

7 Melempar barang adalah kebiasaan saya bila sedang marah YA TIDAK 8 Saya menendang pintu bila saya sedang jengkel YA TIDAK 9 Untuk melampiaskan kemarahan saya, saya membanting semua

barang yang ada di dekat saya YA TIDAK

10 Saya merusak barang-barang ketika saya sedang marah YA TIDAK 11 Bila ada teman yang memaki saya, saya langsung membalasnya YA TIDAK 12 Saya langsung memaki orang yang menghina saya YA TIDAK 13 Bila ada teman yang tidak menuruti perkataan saya, saya

langsung memarahinya YA TIDAK

14 Saya suka menceritakan keburukan teman saya yang tidak saya sukai YA TIDAK

15 Saya mengancam teman yang tidak mau patuh pada saya YA TIDAK 16 Saya tidak segan-segan membentak anak yang lebih besar dari

saya YA TIDAK

17 Bila saya sedang marah, saya langsung melampiaskannya dengan memarahi orang lain YA TIDAK

18 Bila tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik, saya selalu menyalahkan orang lain YA TIDAK

19 Bila keinginan saya tidak tercapai, saya melampiaskannya dengan memarahi orang lain YA TIDAK

20 Saya marah bila orang tua saya tidak menuruti kemauan saya YA TIDAK 21 Saya mengambil barang yang saya inginkan walaupun itu bukan

milik saya YA TIDAK

22 Saya merampas mainan baru yang dibawa oleh teman saya bila ia tidak mau meminjamkannya pada saya YA TIDAK

23 Saya mencuri barang milik teman yang saya inginkan bila ia tidak YA TIDAK

Page 79: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

meminjamkannya kepada saya 24 Saya merampas barang yang saya inginkan dari teman saya bila

ia tidak mau bermain bersama saya YA TIDAK

25 Saya merusak barang milik teman saya bila ia tidak mau meminjamkannya pada saya YA TIDAK

26 Bila teman saya tidak mau memberikan barang yang saya inginkan, saya mencuri barang itu dengan diam-diam YA TIDAK

27 Saya sering mencuri uang ibu saya bila ia tidak memberikan uang jajan pada saya YA TIDAK

28 Saya merusak pekerjaan teman saya bila ia tidak mau membantu pekerjaan saya YA TIDAK

29 Bila saya menginginkan sesuatu dan orang tua tidak mau membelikannya, saya mengambil uang mereka dengan diam-diam YA TIDAK

30 Saya merampas makanan yang dibawa oleh teman saya bila ia tidak mau membaginya dengan saya YA TIDAK

Page 80: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN A-2

PERILAKU MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI

TELEVISI

Page 81: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN A-2-1

INTENSITAS

Page 82: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Nama :

Kelas :

Tanggal pengisian :

PETUNJUK PENGISIAN

Pada lembaran-lembaran berikut terdapat pernyataan yang

membutuhkan jawaban dari adik-adik. Pilihlah salah satu jawaban yang adik-

adik anggap paling sesuai dengan keadaan adik-adik dan jangan terpengaruh

dengan pendapat teman lain.

Adik-adik diminta untuk membuat tanda ( X ) pada kolom yang

tersedia di samping pernyataan.

Beri tanda ( X ) pada jawaban “YA” bila pernyataan tersebut sesuai

dengan keadaan adik-adik, dan beri tanda ( X ) pada jawaban “ TIDAK “ bila

jawaban tersebut tidak sesuai dengan keadaan adik-adik.

Apabila ingin mengganti jawaban, adik-adik dapat melingkari jawaban

yang kurang tepat, kemudian berilah tanda ( X ) pada jawaban yang benar.

SELAMAT MENGERJAKAN

TERIMA KASIH

Page 83: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

NO PERNYATAAN YA TIDAK 1 Saya senang menonton film kartun Naruto yang ada di TV YA TIDAK 2 Meskipun buru-buru berangkat sekolah, saya masih berusaha

untuk menonton film kartun Avatar YA TIDAK

3 Saya memilih menonton film kartun Tom & Jerry walaupun besok ada ulangan YA TIDAK

4 Waktu saya untuk menonton film kartun lebih lama dari waktu belajar saya YA TIDAK

5 Saya hafal semua jalan cerita film kartun Naruto YA TIDAK 6 Saya merasa sedih kalau tokoh Aang dalam film kartun Avatar

yang saya tonton kalah perang YA TIDAK

7 Adegan kekerasan yang ada dalam film kartun Naruto sangat bagus dan saya menyukainya YA TIDAK

8 Adegan kekerasan dalam film kartun Dragon Ball membuat saya semakin suka menonton film tersebut YA TIDAK

9 Saya merasa sedih bila dilarang menonton film kartun Shincan YA TIDAK 10 Saya menanti film kartun One Piece dengan tidak sabar YA TIDAK

Page 84: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN A-2-2

FREKWENSI

Page 85: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Nama :

Kelas :

Tanggal pengisian :

PETUNJUK PENGISIAN

Pada lembaran-lembaran berikut terdapat pernyataan yang

membutuhkan jawaban dari adik-adik. Pilihlah salah satu jawaban yang adik-

adik anggap paling sesuai dengan keadaan adik-adik dan jangan terpengaruh

dengan pendapat teman lain.

Adik-adik diminta untuk membuat tanda ( X ) pada kolom yang

tersedia di samping pernyataan.

Beri tanda ( X ) pada jawaban “SELALU” bila adik-adik selalu menonton

film kartun yang tertera pada pernyatan tersebut.

Beri tanda ( X ) pada jawaban “KADANG-KADANG” bila adik-adik

kadang-kadang saja menonton film kartun yang tertera pada pernyatan

tersebut.

Beri tanda ( X ) pada jawaban “TIDAK PERNAH” bila adik-adik tidak

pernah menonton film kartun yang tertera pada pernyatan tersebut.

Apabila ingin mengganti jawaban, adik-adik dapat melingkari jawaban

yang kurang tepat, kemudian berilah tanda ( X ) pada jawaban yang benar.

SELAMAT MENGERJAKAN

TERIMA KASIH

Page 86: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

NO PERNYATAAN Selalu Kadang-kadang

Tidak pernah

1 Setiap bangun tidur pagi, saya langsung menonton film kartun Avatar Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

2 Setiap hari saya menonton film kartun Naruto Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

3 Saya menonton film kartun Tom & Jerry setiap sore Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

4 Setiap hari Minggu menonton film kartun Dragon Ball Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

5 Setiap hari Sabtu dan Minggu saya menonton film kartun Inuyasha Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

6 Setiap hari Minggu saya menonton film kartun Shincan Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

7 Setiap hari Minggu saya menonton film kartun Doraemon Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

8 Setiap hari Minggu saya menonton film kartun One Piece Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

9 Setiap hari Minggu saya menonton film kartun The Power Puff Girls Selalu Kadang-

kadang Tidak pernah

Page 87: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN B

DATA SKALA PENELITIAN

Page 88: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN B-1

PERILAKU AGRESIF ANAK

Page 89: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

No. Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 15 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 16 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 19 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 21 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 24 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 46 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 90: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Y19 Y20 Y21 Y22 Y24 Y25 Y26 Y27 Y28 Y29 Y30 PAA 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 16 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 91: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Korelasi Point Biserial - Perilaku Agresif Anak

No. Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10

Mp 15,400 8,769 15,400 16,000 14,182 14,875 13,250 16,286 15,000 14,111

Mt 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581

St 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533

p 0,106 0,277 0,106 0,191 0,234 0,170 0,170 0,149 0,191 0,191

q 0,894 0,723 0,894 0,809 0,766 0,830 0,830 0,851 0,809 0,809 Vp/q

0,345 0,618 0,345 0,487 0,553 0,453 0,453 0,418 0,487 0,487

r-pbis 0,571 0,396 0,571 0,851 0,812 0,714 0,601 0,749 0,776 0,710

No. Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20

Mp 12,231 11,231 18,400 9,250 16,833 11,333 17,667 14,500 15,000 17,833

Mt 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581

St 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533

p 0,277 0,277 0,106 0,255 0,128 0,128 0,128 0,128 0,149 0,128

q 0,723 0,723 0,894 0,745 0,872 0,872 0,872 0,872 0,851 0,872 Vp/q

0,618 0,618 0,345 0,586 0,383 0,383 0,383 0,383 0,418 0,383

r-pbis 0,724 0,629 0,730 0,418 0,717 0,395 0,766 0,581 0,667 0,776

No. Y21 Y22 Y23 Y24 Y25 Y26 Y27 Y28 Y29 Y30

Mp 19,000 15,000 11,500 15,750 15,750 15,500 17,000 19,000 20,000 18,500

Mt 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581

St 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533

p 0,064 0,128 0,043 0,085 0,170 0,043 0,043 0,064 0,021 0,043

q 0,936 0,872 0,957 0,915 0,830 0,957 0,957 0,936 0,979 0,957 Vp/q

0,261 0,383 0,211 0,305 0,453 0,211 0,211 0,261 0,147 0,211

r-pbis 0,576 0,610 0,223 0,521 0,774 0,352 0,401 0,576 0,348 0,449

Page 92: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN B-2

PERILAKU MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI

TELEVISI

Page 93: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

No. I1 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 INT 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 5 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 0 1 1 1 1 0 0 5 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 9 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 10 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 1 0 0 1 0 1 1 0 0 4 16 1 0 0 0 0 0 1 1 1 4 17 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 19 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 20 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 21 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 22 1 0 0 1 1 1 1 1 1 7 23 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 24 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 27 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 28 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 1 1 1 1 0 1 1 0 0 6 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 38 1 0 0 0 1 0 1 1 1 5 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 42 1 0 0 1 1 1 1 0 1 6 43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5 46 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 47 1 0 0 1 0 1 0 0 0 3

Page 94: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Korelasi Point Biserial - Intensitas

No. Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10

Mp 4,792 5,000 6,333 7,000 5,389 5,600 5,556 5,765 4,200 6,000

Mt 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837

St 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659

p 0,511 0,021 0,064 0,043 0,383 0,213 0,383 0,362 0,426 0,191

q 0,489 0,979 0,936 0,957 0,617 0,787 0,617 0,638 0,574 0,809 Vp/q

1,022 0,147 0,261 0,211 0,788 0,520 0,788 0,753 0,861 0,487

r-pbis 0,751 0,120 0,343 0,330 0,756 0,540 0,805 0,829 0,441 0,579

Page 95: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

No. F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 FREK 1 1 2 1 0 0 1 2 0 0 7 2 0 0 0 0 0 1 2 0 0 3 3 0 0 1 0 0 2 2 0 0 5 4 0 1 1 0 0 1 1 1 0 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 6 0 0 1 0 0 1 1 0 0 3 7 1 1 2 2 1 1 1 1 0 10 8 0 2 1 0 2 1 0 1 2 9 9 1 1 2 0 0 2 1 1 0 8 10 0 2 2 2 2 2 2 2 2 16 11 0 0 1 0 0 1 1 0 0 3 12 1 2 2 2 2 2 2 2 2 17 13 0 0 2 0 0 1 1 0 0 4 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 1 2 0 2 2 0 0 1 0 8 16 0 1 2 0 0 0 2 0 2 7 17 1 0 2 0 0 2 2 0 2 9 18 2 2 1 1 2 0 1 2 2 13 19 0 0 2 0 2 2 2 0 0 8 20 1 2 2 1 2 2 2 2 0 14 21 2 2 2 1 0 0 2 0 2 11 22 1 2 2 2 2 2 2 2 2 17 23 0 1 2 0 2 2 2 0 0 9 24 1 2 1 0 2 1 2 2 0 11 25 0 0 2 1 0 1 0 1 2 7 26 2 2 1 1 2 2 2 1 2 15 27 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 28 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 29 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 30 1 2 1 2 2 1 2 1 1 13 31 0 0 1 0 0 1 1 0 1 4 32 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 33 1 2 2 2 2 1 2 0 1 13 34 0 0 1 0 0 1 1 0 1 4 35 1 2 2 2 2 2 2 0 1 14 36 1 1 2 0 0 1 1 0 2 8 37 0 2 2 0 2 0 2 0 0 8 38 1 1 2 0 0 1 2 0 0 7 39 0 0 2 0 0 2 0 0 0 4 40 0 1 1 0 0 0 0 0 1 3 41 1 1 1 1 1 1 1 2 1 10 42 0 2 2 2 2 0 1 2 2 13 43 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 44 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 45 0 2 2 2 2 2 2 0 0 12 46 0 1 2 2 1 1 2 2 1 12 47 0 1 2 1 2 1 2 1 0 10

Page 96: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN C

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Page 97: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN C-1

PERILAKU AGRESIF ANAK

Page 98: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Perilaku Agresif Anak Reliability

Case Processing Summary

47 100.00 .0

47 100.0

ValidExcludeda

Total

CasesN %

Listwise deletion based on allvariables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.950 29

Cronbach'sAlpha N of Items

Scale Statistics

4.15 42.086 6.487 29Mean Variance Std. Deviation N of Items

Page 99: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN C-2

PERILAKU MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI

TELEVISI

Page 100: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Intensitas Reliability

Case Processing Summary

47 100.00 .0

47 100.0

ValidExcludeda

Total

CasesN %

Listwise deletion based on allvariables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.858 9

Cronbach'sAlpha N of Items

Scale Statistics

2.57 6.989 2.644 9Mean Variance Std. Deviation N of Items

Page 101: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Frekuensi Reliability

Case Processing Summary

47 100.00 .0

47 100.0

ValidExcludeda

Total

CasesN %

Listwise deletion based on allvariables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.847 9

Cronbach'sAlpha N of Items

Scale Statistics

8.09 24.558 4.956 9Mean Variance Std. Deviation N of Items

Item-Total Statistics

7.60 20.898 .539 .8357.09 18.080 .757 .8096.70 20.953 .478 .8407.40 18.855 .662 .8217.21 17.823 .708 .8157.06 21.278 .381 .8496.81 20.158 .524 .8367.47 19.472 .608 .8277.34 20.447 .425 .847

F1F2F3F4F5F6F7F8F9

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Page 102: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN D

UJI ASUMSI

Page 103: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN D-1

UJI NORMALITAS

Page 104: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

47 474.15 10.66

6.487 7.209.332 .145.332 .145

-.261 -.1302.275 .997

.000 .273

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

PerilakuAgresif Anak

PerilakuMenontonTayanganKekerasanpada FilmKartun diTelevisi

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

2520151050

Perilaku Agresif Anak

40

30

20

10

0

Freq

uenc

y

1112320

31

33

Mean = 4.15Std. Dev. = 6.487N = 47

Page 105: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

2520151050

Perilaku Menonton Tayangan Kekerasan pada FilmKartun di Televisi

10

8

6

4

2

0

Freq

uenc

y

2

55

3

2

8

4

3

9

6

Mean = 10.66Std. Dev. = 7.209N = 47

Page 106: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN D-2

UJI LINEARITAS

Page 107: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Uji Linearitas

Case Processing Summary

47000

Total CasesExcluded Casesa

Forecasted CasesNewly Created Cases

N

Cases with a missing value in anyvariable are excluded from the analysis.

a.

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Perilaku Agresif Anak

.102 5.084 1 45 .029 1.093 .287

.126 3.163 2 44 .052 3.011 -.264 .024

.128 2.095 3 43 .115 2.363 .085 -.014 .001

EquationLinearQuadraticCubic

R Square F df1 df2 Sig.Model Summary

Constant b1 b2 b3Parameter Estimates

The independent variable is Perilaku Menonton Tayangan Kekerasan pada Film Kartun di Televisi.

25

20

15

10

5

0

2520151050

Perilaku Menonton Tayangan Kekerasan pada Film Kartundi Televisi

CubicQuadraticLinearObserved

Perilaku Agresif Anak

Page 108: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN E

UJI HIPOTESIS

Page 109: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .458**

. .001

47 47.458** 1.000.001 .

47 47

Correlation Coefficient

Sig. (1-tailed)

N

Correlation CoefficientSig. (1-tailed)N

Perilaku MenontonTayangan Kekerasanpada Film Kartun diTelevisiPerilaku Agresif Anak

Spearman's rho

PerilakuMenontonTayanganKekerasanpada FilmKartun diTelevisi

PerilakuAgresif Anak

Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).**.

Page 110: 05.40.0057 Anna Maria Blandina Osok

LAMPIRAN F

SURAT PENELITIAN