· Web viewSementara itu dibidang peningkatan kesehatan, gigi, prioritas terutama ditujukan kepada...

46
K E S E H A T A N

Transcript of  · Web viewSementara itu dibidang peningkatan kesehatan, gigi, prioritas terutama ditujukan kepada...

K E S E H A T A N

BAB XI

K E S E H A T A N.

I. Pendahuluan.

Pelaksanaan usaha-usaha pembangunan kesehatan sebagai- mana yang digariskan dalam Ketetapan MPRS No. XXVIII ta - hun 1966, dan didalam Repelita I ditujukan untuk memperbaiki tingkat kesehatan yang sebaik-baiknya kepada seluruh rakyat. Dengan berhasilnya usaha-usaha pembangunan kesehatan ter -sebut diharapkan agar jumlah penderita semakin berkurang, angka kematian dapat diturunkan, ,,umur rata-rata penduduk” (life expectancy) dapat ditingkatkan dan effisiensi serta pro -duktivitas kerja dapat dipertinggi.

Agar tujuan pembangunan kesehatan tersebut dapat terca- pai, maka pembangunan kesehatan dilakukan dengan berpedo- man kepada pola kibijaksanaan sebagai berikut: 1. Dengan memanfaatkan seluruh sarana kesehatan yang ada, arah usaha pembangunan kesehatan ditujukan untuk me-

ningkatkan dan lebih meratakan pemberian pelayanan ke-sehatan kepada masyarakat.

2. Pengintegrasian usaha-usaha kesehatan kuratif dan preven- tif melalui ,,integrasi fungsionil” antara unit-unit organisasi dinas kesehatan serta menggunakan ,,pendekatan bersama” antara para petugas kesehatan (team approach) dalam me-ngatasi masalah kesehatan. Pendekatan ini adalah merupa- kan usaha untuk melaksanakan konsepsi „kesehatan masya-rakat” (public-health) yang diharapkan akan memberikan effek maksimal dengan fasilitas kesehatan yang relatif ma- sih amat terbatas jumlah dan kwalitasnya.

3. Rehabilitasi fasilitas kesehatan yang telah ada diutamakan, sedang pembangunan baru hanya dilakukan didaerah-daerah yang relatif terbelakang sarana kesehatannya dibandingkan

dengan daerah-daerah lainnya.

505

4. Perbaikan kesehatan didaerah-daerah pedesaan dan ,,daerah- daerah produktif” memperoleh perhatian lebih besar.5. Diutamakan usaha-usaha untuk mengembangkan kesadaran para anggota masyarakat akan cara-cara hidup sehat serta perawatan kesehatan, baik fisik maupun mental.

Oleh karena terbatasnya dana dan tenaga yang tersedia, maka pembangunan kesehatan dilakukan dengan berlandaskan kepadapola prioritas sebagai berikut :1. Peningkatan pembangunan kesehatan yang menunjang pe-

laksanaan program keluarga berencana (dalam Repelita Ikhususnja dipulau Jawa dan Bali).

2. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat untuk mendorong parti!sipasti aktif masyarakat terhadap usaha-usaha pembangunan kesehatan.

3. Pencegahan dan penanggulangan wabah serta penyakit -penyakit rakyat lainnya.

4. Peningkatan jumlah dan mutu tenaga-tenaga kesehatan.5. Merehabilitir/membangun sarana-sarana kesehatan (terma-

suk obat-obatan dan alat-alat kedokteran). 6. Penelitian dan survey.

Dengan landasan kebijaksanaan serta pola prioritas seperti tersebut diatas, kegiatan-kegiatan pembangunan kesehatan di -tuangkan dalam program-program pendidikan kesehatan masya-rakat, pengembangan infra-struktur kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pemulihan dan peningkatan kesehatan, pe-ngadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, pendidikan dan latihan (tenaga-tenaga kesehatan), peningkatan penelitian dan survey (kesehatan), peningkatan hygiene dan sanitasi, penyem-purnaan effisiensi aparatur pemerintahan, serta penyempurnaan prasarana fisik pemerintahan.

II. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan perkembangan hasil-hasil yang dicapai.

1. Pendidikan kesehatan masyarakat.

Sasaran pokok kegiatan pendidikan kesehatan masyarakat adalah merubah pandangan, kebiasaan dan sikap hidup tradi -

506

sionil yang bertentangan dengan azas-azas pemeliharaan kese-hatan, untuk kemudian menanamkan dan mengembangkan ke-biasaan serta sikap hidup sehat para anggota masyarakat, ter -masuk kesehatan lingkungan dan peningkatan gizi keluarga.

Untuk mencapai sasaran tersebut, kegiatan pendidikan kese-hatan masyarakat dilakukan melalui pembentukan unit-unit pendidikan kesehatan masyarakat disemua propinsi, loka karya/ latihan upgrading petugas-petugas, pengembangan tenaga spe-sialis, pengembangan metode, penelitian-penelitian, serta pener -bitan/produksi aa1at-alat media komunikasi) pendidikan kesehatan masyarakat.

Sejak pelaksanaan tahun pertama Repelita I (1969/70) hing- ga tahun 1972/73 telah dapat diselesaikan pembentukan unit- unit pendidikan kesehatan masyarakat untuk semua propinsi, kecuali Irian Jaya.

Pembentukan unit-unit pendidikan kesehatan masyarakat ter-sebut disertai pula dengan pelaksanaan lokakarya/latihan/up-grading baik tingkat pusat maupun tingkat propinsi. Sejak tahun 1969 hingga 1972/73 telah diselenggarakan 3 kali train -ing/upgrading tingkat pusat yang seluruhnja telah diikuti oleh 80 orang petugas. Sementara itu dalam jangka waktu yang sama telah dilaksanakan pula 14 kali lokakarya/training/up-grading tingkat propinsi dan telah diukuti oleh 186 orang peserta,

Untuk pembinaan tenaga-tenaga spesialis pendidikan kese-hatan masyarakat, telah dapat diselesaikan pendidikan 15 orang siswa, yang kemudian dikirimkan untuk melanjutkan pelajaran-nya keluar negeri. Pendidikan diluar negeri tersebut diharapkan akan selesai dalam tahun 1973.

Guna mengembangkan methode yang lebih tepat untuk usaha pendidikan kesehatan masyarakat, telah diadakan ,,proyek per -cobaan” (demonstration project), dengan lokasi daerah Jawa Barat, mempergunakan 8 buah Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai unit percobaan. Dalam tahun 1973 direncanakan akan

507

ditambah lagi 9 buah Puskesmas sebagai tempat percobaan, sehingga dengan demikian akan terdapat 17 buah unit untuk penelitian methode pendidikan kesehatan masyarakat.

Proyek percobaan untuk mendapatkan methode yang lebih tepat tersebut diperkuat lagi dengan pelaksanaan 6 buah pene -litian pendidikan kesehatan masyarakat, guna mendapatkan data-data dasar dan berbagai aspek yang berkaitan erat dengan penyelenggaraan kegiatan pendidikan kesehatan masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan masyarakat ter -sebut dibantu dengan penerbitan 12 macam media pendidikan kesehatan masyarakat serta produksi alat-alat komunikasi lainnya.

Perkembangan hasil-hasil (kwantitatif) pelaksanaan pendi-dikan kesehatan masyarakat dalam periode 1969/70 - 1972/73 dapat dilihat pada tabel XI - 1.

2. Pengembangan sarana kesehatan.Pengembangan infrastruktur kesehatan meliputi kegiatan-

kegiatan rehabilitasi./pembangunan sarana-sarana kesehatan, yaitu Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengo-batan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah-rumah Sakit Propinsi dan Kabupaten, Rumah-rumah Sakit vertikal, Rumah-rumah Sakit khusus, Laboratorium Kesehatan dan sarana- sarana bantuam luar negeri (gudang/depot farmasi).

Jumlah BKIA telah meningkat dari 5.580 dalam tahun 1968 menjadi 6.330 buah dalam tahun 1972. Untuk tiap Kabupaten direncanakan pembangunan masing-masing 2 unit dapur susu dan 2 unit tempat persalinan. Dari rencana tersebut, hingga tahun 1972, telah dapat diselesaikan pembangunan 128 dapur susu dan 365 tempat persalinan.

Dalam tahun 1972 tercatat 7.629 balai pengobatan, 5.446 daripadanya adalah balai-balai pengobatan pemerintah. Bebe-rapa dari balai-balai pengobatan tersebut telah ditingkatkan menjadi bagian daripada Puskesmas.

508

TABEL XI - 1KEGIATAN – KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

MASYARAKAT1969/70 - 1972/73

Tingkat Kemajuan PertahunNo. KEGIATAN Satuan 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73

Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi1. Produksi Media

Komunikasi :

- Buku Pedoman Exemplar 19.000 12.500 16.000 15.760 20.000 19.000 32.000- Poster Exemplar 14.000 17.000 15.000 15.000 18.000 18.700 50.000 25.000- Leaflet Exemplar 4.000 4.000 50.000 49.000 45.000 45.000 43.000 20.000- Booklet Exemplar 30.000- Flast-card Exemplar 2.000 2.000 10.000 6.000 12.000- Slide Set 500 80- Film Copy 4 1- Maket/model Set 50 25 30- Bulletin/Majalah Exemplar 5.000 5.000 3.000 3.000 10.000- Flip-chart Exemplar 100 100- Planned-Board Buah 4.000 4.000 10 10- Radio Spot Set 50

lanjutanTingkat Kemajuan Pertahun

No. KEGIATAN Satuan 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

2. Perlengkapan/ alat2Audio Visual Unit 2 1,5 3 2,5 7 7 11 11

3. Pengumpulan data2Informal Studi 1 1 2 2 8

4. Pengembangan Te-naga

-Dalam Negeri/ Training PertemuanKerja

orang 27 30 35 37 150 140 480 482

- Luar Negeri (Felowship)

-- 2 2 2 2 20

- Pembentukan Unit (Prop.)

Propinsi 6 6 8 8 11 11

- Pengadaan Sarana Akomodasi (perumusan)

Buah -- -- -- 1 1 5 5

- Pengadaan Sarana Pengangkutan Mobil

-- 1 1 1 1 4 4

- Sepeda motor Buah 8 8 4 4

- Sepeda Buah 17 17

Pengadaan SaranaPerpustakaan

Set/buku -- -- 50 50 10 10 26/40 10

Distribusi Propinsi -- -- 4 3 3 3 7 7

Distribusi Peralatan Propinsi

Work Experience danDemonstration area

Puskesmas 8 8

PenyelenggaraanKampanye Kesehatan

Kali 2 2 8 8 12 10 30 23

509

510

Sementara itu dalam tahun 1972 telah tercatat 2.020 buah Puskesmas. Dalam hubungan ini telah pula disebarkan 991 peralatan-peralatan untuk Puskesmas-puskesmas.

Sejak tahun 1969 hingga tahuh 1972, dari 26 Rumah Sakit Propinsi, 17 buah diantaranya telah direhabilitir dengan bantu- an pembiayaan Repelita.

Sedangkan dari 480 Rumah Sakit Umum Kabupaten, dalam jangka waktu 1969 - 1972, 51 buah, dari padanya telah diberikan bantuan rehabilitasi dan peralatan. Perhatian terhadap rumahrumah sakit Kabupaten semakin ditingkatkan sebagai reali- sasi fungsinya selaku “rumah sakit referral”.

Sementara itu dalam tahun 1972 tercatat 9 buah Rumah Sakit vertikal (langsung dibiayai oleh pemerintah pusat) dan terhadap rumah-rumah sakit ini telah dilakukan usaha-usaha rehabilitasi dan perluasan.

Untuk rumah-rumah sakit khusus, yakni rumah sakit mata, rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru-paru telah pula dilakukan kegiatan-kegiatan rehabilitasi. Selama, pelaksanaan Repelita I telah direhabilitir rumah-rumah sakit mata Bendungan (Semarang) dan rumah sakit mata Cicendo (Bandung).

TABEL XI 2.

JUMLAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT, B.K.I.A.

DAN BALAI PENGOBATAN1968 - 1972

1968 1969 1970 1971 1972

Pusat Kesehatan Masyarakat 207 1.058 1.637 2.007 2.020

B. K. 1. A. 5.580 5.620 5.698 6.099 6.330

511

Grafik XI – 1JUMLAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT, B.K.I.A. DAN BALAI PENGOBATAN

1968 - 1972

512

Dalam pada itu dari 27 buah rumah sakit jiwa, sejak 1969 hingga tahun 1972, 18 buah diantaranya telah direhabilitir. Demikian pula telah direhabilitir 2 buah rumah sakit kusta. Sementara itu sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 beberapa buah rumah sakit paru-paru telah dapat direhabilitir.

Sejak pelaksanaan Repelita I hingga tahun 1972 telah dapat direhabilitir/dibangun sebuah laboraitorium pusat, 13 buah laboratorium propinsi, 70 buah laboratorium kabupaten dan 375 buah laboratorium Puskesmas.

Dalam jangka waktu yang sama telah direhabilitir dan di-perluas pabrik farmasi Departemen Kesehatan, Depot farmasi pusat, lembaga farmasi Nasional, 17 buah Depot farmasi Propinsi, pembangunan unit penelitian obat-abatan (drug quality control) ditempat propinsi, serta pembangunan 4 buah unit produksi obat-obatan propinsi.

3. Pemberantasan penyakit menular.Pemberantasan penyakit menular terutama diusahakan

dengan memutuskan rantai penghubung atau sedikit-tidaknya memperkecil kontak antara sumber-sumber penularan (atau vector penyakit) dan orang-orang yang peka maupun dengan jalan memberikan kekebalan pada orang-orang yang peka ter -sebut.

Usaha pemberantasan penyakit menular terutama ditujukan terhadap penyakit-penyakit cacar, kolera, pes, tbc paru-paru dan frambusia.

Pemberantasan penyakit cacar telah dimulai sejak tahun 1968. Kemudian sejak tahun 1969 usaha pemberantasan ini terus menerus ditingkatkan dengan mendapat bantuan dari pihak WHO. Catatan-catatan menunjukan bahwa jumlah pen-derita cacar terus menurun, bahkan dalam jangka waktu 1969 - 1971 sebanyak 10 buah propinsi telah dapat dipandang bebas dari penyakit cacar. Walaupun demikian, pada 6 propinsi,

513

310383-(33).

masing-masing : Jawa Barat, Jakarta Raya, Sulawesi Selatan, Jambi, Riau, Sumatera Utara masih terdapat penyakit cacar yang harus ditangguangi.

Berbeda dengan tendensi yang semakin menurun dari pende- rita penyakit cacar, penderita penyakit kolera dalam jarak waktu antara 1969 - 1972 nampak terus meningkat. Penderita penyakit kolera pada tahun 1971 adalah 10 kali lebih besar dari pada jumlah penderita dalam tahun 1969. Sedangkan jumlah penderita dalam tahun 1971 apabila dibandingkan dengan tahun 1970 terdapat kenaikan jumlah penderita hampir empat kali. Angka-angka ini menunjukan bahwa usaha pemberantasan penyakit kolera tetap akan merupakan tantangan yang harus diatasi dalam tahun-tahun yang akan datang. Langkah-langkah penanggulangan penyakit kolera, terutama dilakukan melalui :a. surveillance kolera lebih diperketat dan peningkatan peme-

riksaan laboratoris dari kasus gastro-enteritis acuta guna dapat mendiagnosa penyakit kolera;

b. melengkapi puskesmas-puskesmas dengan obat-obatan dan alat-alat untuk rehydrasi (oral dan parenteral) ;

c. meningkatkan pendidikan tenaga-tenaga medis maupun para medis, serta mempergiat pendidikan kesehatan masya- rakat.

Usaha pembasmian penyakit malaria yang dijalankan dalam tahun-tahun 1959 -1963 telah menunjukan hasil-hasil effektif, akan tetapi setelah pembasmian malaria terhenti, ternyata kasus malaria makin bertambah. Sejak pelaksanaan Repelita I, dilakukan kembali usaha pemberantasan malaria, dengan sa - saran untuk Jawa-Bali menekan angka penderita malaria hingga 0,1% setahun, sedangkan sasaran untuk luar Jawa dan Bali menekan angka penderita malaria sedemikian rupa sehingga penyakit ini tidak lagi merupakan problem pokok kesehatan rakyat.

Pemberantasan penyakit malaria dilakukan dengan penyem-protan (yang dipusatkan didesa-desa), usaha mendapatkan

514

penderita secara aktif dan pasif, serta pengobatan terhadap penderita. Usaha pemberantasan malaria ini telah memperlihat -kan hasil yakni menurunnya kasus penyakit malaria didaerah-daerah yang mendapatkan penyemprotan. Akan tetapi dipihak lain, terdapat pula tendensi menaiknya kasus malaria untuk daerah-daerah yang tidak mendapatkan penyemprotan.

Dalam hal penyakit pes, catatan menunjukan bahwa pertama kali penyakit ini ditemukan di Indonesia pada tahun 1920. Pada tahun-tahun antara 1960 - 1968 Indonesia dinyatakan sebagai suatu daerah bebas dari penyakit pes. Akan tetapi dalaun tahun 1968 terdapat kembali 95 penderita penyakit pes dengan kema -tian sebanyak 39 orang dikecamatan Selo dan Cepogo, Kabu-paten Boyolali. Sejak pelaksanaan Repelita I dimulai kembali usaha pemberantasan penyakit pes, dipusatkan terutama pada daerah-daerah berjangkit penyakit pes di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini meliputi usaha pengumpulan data tentang morbidity dan mortality pes, pem-berantasan pinjal dengan dusting DDT, vaksinasi serta meng-intensifkan pendidikan kesehatan.

Sementara itu walaupun angka prevalensi penyakit TBC belum diketahui dengan pasti, tetapi dari survey yang telah dilakukan dibeberapa daerah diperkirakan bahwa 0,6% dari penduduk Indonesia menderita penyakit TBC paru-paru. Usaha vaksinasi telah dimulai sejak tahun 1968 terhadap anak-anak umur 0 - 14 tahun, akan tetapi pencatatan dan pengobatan belum pernah dijalankan hingga waktu itu. Sejak dilaksanakannya Repelita I, telah digiatkan kembali vaksinasi BCG pada anak-anak umur 0 -14 tahun serta pencatatan dan pengobatan penderita. Dalam rangka usaha ini sejak tahun 1969 hingga tahun 1972, 17.905.180 anak telah diberukan vaksinasi BCG.

Mengenai penyakit frambusia, usaha pemberantasannya telah dimulai Sejak tahun 1950. Dalam rangka pelaksanaan Repelita I, usaha pemberantasan penyakit frambusia ditingkatkan, antara lain dengan jalan pembentukan unit-unit TCPS, pemeriksaan

515

penduduk, pengobatan, serta pendidikan tenaga lapangan dan pengawasan. Dalam rangka usaha ini sejak tahun 1969 hingga 1972, 32.045.218 orang telah diperiksa dan 105.716 telah diobati.

Gambaran tentang perkembangan penyakit menular dan usaha pemberantasannya dapat diikuti pada tabel XI - 3.

4. Pemulihan dan peningkatan kesehatan.

Usaha-usaha pembangunan dibidang pemulihan dan pening-katan kesehatan meliputi kegiatan-kegiatan peningkatan gizi, peningkatan kesehatan jiwa, peningkatan kesehatan gigi dan pe -ningkatan kesehatan mata.

Usaha peningkatan gizi sebelum dinilainya pelaksanaan Re-pelita I terutama dititik beratkan kepada usaha-usaha pendidik- an gizi dan penelitian. Kegiatan-kegiatan ni djalankan dengan tenaga dan facilitas yang amat terbatas dan sifatnya masih me-rupakan kegiatan-kegiatan sporadis.

Sejak dimulainya pelaksanaan Repelita I, maka arah usaha peningkatan gizi pertama-tama ditujukan untuk mengadakan integrasi dan sinkronisasi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan gizi, baik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga dilingkungan kesehatan maupun lembaga-lembaga lainnya. Prioritas diberikan kepada pendidikan gizi dengan memperkembangkan usaha usaha gizi di Puskesmas-puskesmas demikian pula pengembangan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Hingga tahun 1972, dalam rangka pelaksanaan Repe- lita I, dibidang gizi telah dilakukan usaha-usaha :a. Penelitian gizi dan bahkan bahan makanan antara lain pe-

nelitian anaemi gizi, anak para-sekolah, polo konsumsi ma-kanan, endemic goiter dan beberapa penelitian dibidang gizilainnya.

b. Kegiatan UPGK telah dikembangkan pada 8 propdnsi (Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sumatera Selatan, Su- matera Utara), yang mencakup 39 Kabupaten, 226 Keca- matan dan 1.582 buah desa.

516

TABEL XI – 3.PEMBERANTASAN PENYAKIT-PENYAKIT MENULAR

517

Seminar/lakakarya/latihan dalam rangka UPGK sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah diikuti oleh 3.285 orang petugas. Dalam jangka waktu yang sama telah dicetak 15.000 exemplar poster gizi dan 111.500 lembar booklet dan leaflet.

Dibidang peningkatan kesehatan jiwa, dalam rangka pelak-sanaan Repelita I telah dapat dilakukan berbagai kegiatan: a. Pembangunan 13 buah out patient clinic di Rumah-rumah

Sakit Jiwa yang terdapat di 13 kota besar di Indonesia.b. Upgnading/in service training (di Jakarta) bagi 12 orang dokter,

12 orang psycholoog, 13 orang pekerja sosial (social worker) dan 270 orang perawat.

c. Rehabilitasi penderita sakit jiwa pada 3 buah tempat latihan kerja, masing-masing tempat latihan kerja di Bogor, Ma-gelang, dan Lawang.

d. Pelaksanaan sheltered – workshop di Bogor dan Lawang dengan kapasitas 100 orang.

e. Mempersiapkan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Ke-sehatan Jiwa dan peraturan-peraturan rehabilitasi penderita sakit jiwa.

Sementara itu dibidang peningkatan kesehatan, gigi, prioritas terutama ditujukan kepada rehabilitasi Balai-balai Pengobatan Gigi, memperkembangkan unit-unit usaha kesehatan gigi seko- lah, usaha-usaha pencegahan dan pendidikan kepada ibu-ibu hamil melalui Puskesmas/BKIA, serta penelitian-penelitian ten -tang kesehatan gigi. Hingga tahun 1972; dalam rangka pelak-sanaan Repelita I, telah dapat dilaksanakan kegiatan-kegiatan:

a. Penyediaan fasilitas perawatan gigi untuk umum (berupa Balai-Balai Pengobatan Gigi) dan telah tersebar pada semua propinsi, rancana untuk menyediakan sebuah Balai Pengo- batan Gigi untuk setiap Kabupaten belum dapat dilaksana - kan seluruhnya.

b. Usaha-usaha pencegahan telah mulai dijalankan secara ter- atur di 9 daerah, meskipun masih terbatas, pada anak-anak sekolah dengan mempergunakan bahan floor.

518

Begitu puda pendidikan kesehatan gigi telah dapat dijalan-kan secara teratur kepada anak-anak sekodah pada 9 daerah.

c. Telah dilaksanakan 4 kali upgrading tenaga-tenaga kesehat -an gigi, sementara itu telah terdapat tambahan 4 buah lem-baga pendidikan kesehatan gigi (SPRG).

d. Telah dilaksanakan pula beberapa penelitian operasionil (operational studies) dibidang kesehatan gigi.

Dibidang pena!ngkatan kesehatan mata, kegiatan-kegiatan terutama ditujukan untuk menyebarkan dokter-dokter ahli mata kedaerah-daerah, upgrading tenaga-tenaga para medis dari unit Rumah, Sakit Kabupaten/Puskesmas dalam bidang kesehatan mata, rahabilitasi dan peningkatan fasilitas kesehatan mata serta peningkatan effisiensi usaha-usaha kesehatan mata. Hasil -hasil kegiatan yang dicapai dibidang ini sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 adalah sebagai berikut:

a. Red palm oil telah diberikan kepada anak-anak pra-sekolah di DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Badl.

b. Penanggulangan penyakit trachoma telah dilaksanakan di-daerah-daerah plateau Dieng (Jawa Tengah) meliputi 7 buah desa dengan penduduk seduruhnya 7.498 orang.

c. Penyelidikan dan penelitian pemakaian enzyme zolyse dalam operasi penyakit mata cataract, mencapai 100 kasus dengan hasil baik di Rumah Sakit Mata Bendungan Semarang.

d. Upgrading pendidikan kesehatan mata kepada tenaga-tenaga perawat di Rumah-rumah Sakit Kabupaten dan Puskesmas di Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Den Pasar, Pa-lembang dan Ujung Pandang.

e. Penempatan dan pembinaan dokter-dokter ahli mata di pro -pinsi Jambi, Kalimantan Timur, Daerah Istimewa Aceh, Su-matera Utara, Pekalongan dan Solo.

f. Operasi keliling/opthalmologic diselenggarakan di Riau, Maluku, Inian Barat dan Sulawesi Selatan.

519

Telah diselenggarakan proyek percobaan pencegahan difi- ensi vitamin A pada anak-anak sekolah, serta workshop dok- ter-dokter ahli (penyakit mata) di Jawa Timur.

5. Penyedliaan obat-obatan dan alat-a1at kesehatan.Kegiatan pembangunan dibidang penyediaan obat-obatan dan

alat-alat kesehatan terutama ditujukan kearah: a. Pengadaan obat-abatan, untuk mencukupi kebutuhan rakyat banyak;

usaha ini dicapai antara lain melalui kegiatan mendorong assembling obat-obatan oleh industri-industri farmasi di- dalam negeri dam bersamaan dengan itu menyelidiki bahan-bahan baku dari sumber-sumber kekayaan dalam negeri.

b. Rehabilitasi dan konsalidasi industri farmasi dalam negeri. c. Pengawasan secara dntensif terhadap mutu obat.

Hasil-hasil kegiatan yang telah dapat dicapai sejak tahun pertama Repelita I hingga tahun 1972 adalah sebagai berikut :a. Pembangunan dan rehabilitasi pabrik farmasi (pusat) Lem-

baga Farmasi Nasional, Depot-depot farmasi di Pusat dandaerah-daerah, pabrik assembling farmasi nasional.

b. Dengan direhabilitir dan dibangunnya kembali pabrik-

pabrik farmasi tersebut telah dapat ditingkatkan produksiobat-obatan dan pendistribusiannya ke daerah-daerah.

c. Meningkatkan investasi modal asing dalam industri farmasi.d. Upgrading mengenai drug quality control dilingkungan

Ditjen Farmasi.e. Penyelesaian revisi farmakope Indonesia (jilid I dan II).

Dibidang perlengkapan kesehatan telah diimpor perlengkap- an khusus (dapur dan cucian) untuk rumah sakit, X ray, mesin tablet dan peralatannya, ampul dan vial kosong, bahan baku obat-obatan, obat-obat jadi dan anti biotica.

Perkembangan bidang farmasi antara tahun 1967 - 1972 dapat dilihat pada tabel XI - 4.

g.

520

T A B E L X T - 4.PERKEMBANGAN KE-FARMASIAN DI INDONESIA

1967- 972

1967 1468 1969 1970 1971 1972

Pedagang Besar Farmasi 193 274 352 447 568 648

Industri 128 143 154 167 174 148

Apotheek 573 760 892 996 1.078 1.108

Assisten Apotheker 6.812 7.543 8.458 9.450 10.350 11.500

Apotheker 945 1.029 1.127 1.190 1.281 1.377

6. Pendidikan dan Latihan (tenaga-tenaga kesehatan).

Kegiatan pendidikan dan latihan (tenaga-tenaga kesehatan)pada pokoknya ditujukan kepada dua sasaran utama :a. Pendidikan/latihan kepada tenaga-tenaga kesehatan yang

telah berada dalam tugas (kesehatan) sekarang, yang per- lu diberikan tambahan ketrampilan dalam melaksanakan tugasnya berhubung deigan munculnya konsepsi-konsepsi dan teknologi baru (modern) dibidang kesehatan.

b. Pendidikan/latihan untuk tenaga-tenaga baru yang diper- lukan bagi pelaksanaan pembangunan kesehatan.

Sementara itu, sejak tahun 1968 telah ditentukan garis ke -bijaksanaan, bahwa pendidikan tenaga kesehatan sampai ting-katan menengah diserahkan dan menjadi tanggung jawab pe -merintah daerah, sedangkan tingkatan semi akademi, akademi dan tenaga-tenaga menengah yang khusus (miaalnya asisten rontgen, analis, dan lain-lainnya) menjadi tanggung jawab pe -merintah pusat.

521

Grafik XI – 2PERKEMBANGAN KEFARMASIAN DI INDONESIA

1967-1972

522

Sejak tahun 1969 sampai tahun 1972 dari 8 Akademi (diba- wah asuhan Departemen Kesehatan) telah dihasilkan 658 orang lulusan. Adapun lulusan tingkat Menengah Atas telah mencapai jumlah 1.142 orang (dari tahun 1969-1972).

Selama Pelita I titik-berat program adalah meningkatkan kwalitas dari pada tenaga kesehatan melalui seminar dan latihan.

Adapun jumlah tenaga kesehatan yang telah diupgrade ada- lah sebagai berikut :

Tentang

penyebaran tenaga dokter selama Pelita I ditekan- kan kepada pengisian daerah-daerah luar Jawa, kecuali bagi dokter-dokter wanita.

Untuk lebih meningkatkan usaha Pendidikan yang tidak mungkin diadakan di daerah-daerah, juga telah diusahakan pe -nerbitan berupa majalah-majalah dan hasil-hasil seminar/ raker yang dibagikan ke seluruh Indonesia. Ini penting bagi upgrading tenaga kesehatan secara tidak langsung, dimana jumlahnya sangat meningkat dari 18.000 dalam tahun 1969, menjadi 503.000 dalam tahun 1972.

Perkembangan upgrading tenaga-tenaga kesehatan selama jangka waktu 1969/70-1972/73 dapat diikuti pada tabel IV dan lulusan sekolah/akademi kesehatan dalam peribde yang sama dapat dilihat pada tabel XI - 5.

7. Penelitian dan survey (kesehatan).Kegiatan penelitian dan survey pada pokoknya ditujukan

kepada usaha untuk menciptakan dasar-dasar perkembangan penelitian disektor kesehatan (untuk memberantas penyakit dan meningkatkan kesehatan rakyat), mengusahakan data-data

523

1969 1970 1971 19722.169 2.137 2.140 782

TABEL XI - 5UPGRADING TENAGA-TENAGA KESEHATAN

1969/70 – 1972/73Jumlah yang telah di Upgrade

No Kategori tenaga

Jenis Upgrading 1969/70 1970/71 1971/72 1972 /731 2 3 4 5 6 7

I Dokter/drg 1. Upgrading Orientasi P H./Puskesmas 74 159 78 602. Upgrading Kepola Loboratorium 25 - 153. Upgrading Kesehatan Pelabuhan 13 30 244. Kursus Pemberantasan Penyakit Kholera 61 - -5. Workshop U.K.S. 45 - -6. Workshop Kesahatan Gigi 40 36 -7. Workshop Pemberantasan Peny T.B.C. - - 238. Kursus Heolsh Planning - 60 309. Kursus Pemberantasan Peny Malaria - 29 40

10. Kursus Pemberantasan Peny Malaria - 511. Upgrading Kesehatan Gigi D.H.E. - 3012. Workshop Kesehatan Mata - 4013. Kursus Survey Peny.Filaria 2114. Upgrading dalam Kesehatan Jiwa 615. Upgrading DirekNr Pembinaan Kes.Daeroh 616. Working Group Hospital Planning & Adm. -17. Upgrading RadioIagi - - 6

II. Perawat Bidan 1. Upgrading Orientasi P H. Puskesmas 80 246 301 130

2. Upgrading Pvblic Health Nursing 25

3. Upgrading In teaching Merhods 40 50 25 6

4. Upgrading in feachlng Public Health 18 2333

5. Kursus Administrasi Rumah Sakit 32 76 -

6. Upgrading Kesehatan Mata 120 30

7. Upgrading Parawor Glgi 35 -

8. Upgrading Administrasi Perawman 50

9. Upgrading Pengatur Teknik Gigi 90

10. Kursus Adminislrasi Sakolah Perawman - 20 - 11. Kursus Pembemntasan Peny. Fromboesa 752 329 127

12. Upgrading P.K.E/C FUskesmos 155 135

13. Workshop Perowatan/Kebidanari 55 -

114. Upgrading Hospital/Nursing adn sup. 42

III. Tenaga Hygiene/ 1. Kursus Penyegvr Hygiene Sanifasi 24 37aonitasi 2. Upgrading tenaga Hyg.Sanilasi Prop. 28 143 120

3. Workshop Hygiene/Sanitasi - 304. Semlnar Sorvellonca Epd Propinsi -

IV. Nutritionst 1.Upgrading Ahli Gixi - 25

2. Upgrading Pengatur Gizi 20,

3, Upgrading Pendidikon Kes. 6

V. Ass.Rontgen 1. Upgrading Pengolur tt,E.'30 35 40 35

Vl. N l i s t 1. Kursus Laboratorium24

2. Kvrsus InsFniktur Lab. Molorio

VII. Juru/P K. 11 Kursus Teknik Laborptorium12 40

2. Kursus Pemherantasnn Pey.Mal, - 79 39613. Kursus Pamberantason Pey Molario

524

525

dasar bagi penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan, serta menemukan cara cara yang effisien dan effektif dalam penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular dan usaha- usaha kesehatan lainnya.

Untuk melaksanakan tugas-tugas penelitian dan survey ini, sejak tahun 1969 telah ditetapkan kembali kedudukan, fungsi - dan tugas pokok Lembaga Research Kesehatan Nasional, yang diserahi kewajiban untuka. Melakukan applied research dan survey yang diperlukan da-

lam rangka pelaksanaan pembangunan kesehatan.b. Memberikan bimbingan dan memperkembangkan usaha-

usaha penelitian kesehatan.c. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan applied research dibidang

kesehatan.d. Menilai hasil-hasil penelitian untuk dimanfaatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan usaha-usaha kesehatan.

Selama jangka waktu 1969 - 1972 berbagai kegiatan survey dan penelitian kesehatan telah dilakukan dan hasilnya diman- faatkan bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dibi- dang kesehatan.

8. Peningkatan hygiene dan sanitasi.Kegiatan usaha peningkatan hygiene dan sanitasi terutama

ditujukan kepada peningkatan hygiene air minum khususnya bagi masyarakat pedesaan. Oleh karena penyediaan air minum yang sehat dan cukup bagi masyarakat pedesaan adalah masa- lah yang amat luas, maka dalam rangka pelaksanaan Repelita I, prioritas usaha diarahkan kepadaa. Daerah dimana ada wabah penyakit kolera (dan penyakit

perut lainnya), penyakit mata dan penyakit kulit (water bone).

b. Daerah dimana masyarakatnya sulit mendapatkan air.c. Daerah banyak air, tetapi belum memenuhi syarat sebagai

air minum.

526

d. Daerah tumana telah tersedia tenaga-tenaga hygiene dan sanitasi untuk pengawasan dan pengembangan usaha selan-jutnya.

Usaha peningkatan hygiene air minum (pedesaan) ini sekali -gus juga untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan dan oleh karenanya terlebih dahulu dimulai dengan pendidikan kesehatan bagi masyarakat setempat.

Sejak tahun 1969 hingga tahun 1972, telah dapat dipasang pompa air sebanyak 1.585 buah yang mencakup jumlah pendu-duk sebanyak 158.500 orang. Demikian pula telah dikerjakan sistim pemipaan air (desa) sebanyak 57 buah yang mencakup 145.000 orang.

9. Penyempurnaan effisiensi aparatur dan prasarana fisik pemerintahan.

Dalam rangka kegiatan penyempurnaan effisiensi aparatur dan prasarana fisik pemerintahan dalam jangka waktu 1969 -1972, telah dapat dilaksanakan rehabilitasi kantor pusat Depar temen Kesehatan, rehabilitasi 13 buah kantor Ikes, telah di -bangun 78 rumah pegawai dan telah disediakan 31 buah ken-daraan (mobil).

527