idahceris.files.wordpress.com · Web viewPengajaran audiovisual menambahkan komponen “audio”...
Transcript of idahceris.files.wordpress.com · Web viewPengajaran audiovisual menambahkan komponen “audio”...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar terdiri dari komponen-komponen yang saling
mempengaruhi yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang
diajarkan Tentor dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam
hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan
prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Tantangan bagi Bimbingan Belajar Dipayuda untuk bisa menciptakan
anak-anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalannya akan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bimbingan Belajar Dipayuda tempat kami
mengadakan penelitian adalah salah satu Bimbingan Belajar di Kabupaten
Banjarnegara yang dalam mata pelajaran atau mata kursus tertentu telah
dikenalkan dengan pembelajaran multimedia.
Bagi sebagian orang atau masyarakat beranggapan bahwa pembelajaran
multimedia dengan menggunakan perangkat komputer, multimedia dan
perlengkapannya termasuk barang mewah dan hanya BIMBEL tertentu saja
yang dapat menerapkannya. Namun demikian bila BIMBEL telah memiliki
perangkat tersebut, maka tidak ada salahnya pengenalan atau penggunaan
teknologi dianjurkan untuk dimanfaatkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah :
1
Kurangnya kesiapan Tentor pada Bimbingan Belajar Dipayuda dalam
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam suatu
pembelajaran.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitan pada Bimbingan Belajar Dipayuda adalah:
Memperoleh gambaran tentang kesiapan Tentor pada Bimbingan Belajar
Dipayuda dalam pembelajaran yang berbasis Multimedia.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti:
Untuk menambah wawasan, kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan
pada diri peneliti terutama dalam memahami pembelajaran berbasis
multimedia.
Mendapat pengalaman baru dalam penelitian yang dilakukan secara
langsung ini.
2. Bagi Bimbingan Belajar Dipayuda
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pelaksanaan
pembelajaran berbasis multimedia guna meningkatkan mutu pendidikan.
Untuk menambah masukan dan gambaran bagi tentor-tentor yang ada di
Bimbel Dipayuda.
3. Bagi Siswa Bimbingan Belajar Dipayuda
Pengenalan perangkat teknologi informasi dan komunikasi kepada siswa.
Metode pembelajaran yang menyenangkan dapat menambah motivasi
belajar siswa.
2
Mengejar ketertinggalan akan pengetahuan tentang Iptek di bidang
pendidikan.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dilakukan untuk mencari teori-teori dan konsep-konsep yang
dapat dijadikan sebagai landasan teori.
A. Pembelajaran Multimedia
Yang dimaksud dengan Pembelajaran Multimedia adalah suatu kegiatan
belajar mengajar di mana dalam penyampaian bahan pelajaran yang disajikan
kepada siswa, Tentor menggunakan atau menerapkan berbagai perangkat
media pembelajaran. (www.edukasi.net)
Tentor mengajar di dalam kelas adalah untuk mendidik dan mengajar.
Dalam mengajar seorang Tentor bertanggung jawab penuh agar bahan yang
diajarkan itu dapat diterima oleh siswa dengan baik dan benar.
Pada dasarnya suatu kegiatan belajar mengajar ( KBM ) di dalam kelas dapat
diterapkan dalam berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran
disajikan oleh Tentor dengan harapan siswa sebagai subyek didik dapat
menerima bahan pelajaran itu dengan baik dan memberikan hasil yang
memuaskan.
Apabila dalam penyampaian pelajaran seorang Tentor selalu menggunakan
metode yang konvensional dan dilakukan terus menerus tanpa adanya variasi
dalam pembelajaran, dapat dimungkinkan akan menemui kejenuhan karena
tidak ada warna baru dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
4
Pembelajaran multimedia menjawab permasalahan tersebut. Adapun
media pembelajaran itu sangatlah beraneka macam, baik itu dalam bentuk
media cetak, media atau alat peraga ataupun media elektronik.
Media cetak sudah sangat lazim bagi Tentor maupun siswa, media cetak
meliputi buku paket, buku referensi, majalah, tabloid, koran, atlas atau peta
atau media-media cetak lainnya. Alat peraga meliputi model atau bentuk,
globe, relief, gambar bagan. Sedang media elektronik meliputi TV, Radio,
Tape Recorder, OHP, Komputer, LCD Proyektor, Slide, dll.
Penulis mengkhususkan penggunaan multimedia dalam kegiatan belajar
mengajar berdasarkan pada pengalaman pribadi, yaitu dalam pemanfaatan
perangkat komputer, hardware, software dengan berbagai asessoriss lainnya.
Komputer merupakan suatu alat yang canggih dan lengkap, karena dengan
satu unit komputer yang baik dapat difungsikan untuk berbagai keperluan, dan
seorang Tentor yang jeli tentunya dapat memanfaatkan perangkat canggih
tersebut untuk keperluan pembelajaran. (http://wahanakom.com)
Bagi lembaga-lembaga pendidikan yang sudah cukup mampu untuk
mengadakan alat-alat tersebut, sudah semestinya Tentor-Tentor dianjurkan
supaya dapat memanfaatkannya dalam kegiatan pembelajaran. Karena
disamping Tentor memperoleh pengalaman baru dalam pembelajaran,
pembelajaran multimedia ini juga akan terasa menyenangkan bagi siswa. Dan
yang tak kalah pentingnya adalah metode pembelajaran seperti ini sangat
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5
B. Sekilas Tentang Perangkat Multimedia.
Berdasarkan pengalaman yang sudah dilaksanakan oleh Tentor dalam
proses kegaiatan belajar mengajar di dalam kelas. Tentor memanfaatkan media
elektronik berupa LCD Proyektor dan sarana komputer beserta perangkat
pendukung lainnya. Untuk pembahasan penelitian ini penulis hanya membatasi
pada perangkat multimedia komputer. Pembahasan ini pun sebatas pada
pengetahuan yang penulis ketahui saja.
Perangkat multimedia komputer hanyalah sebuah alat proses pengolah data
saja ( hardware ), sedang yang berperan dalam pembelajaran adalah perangkat-
perangkat lunak yang disebut dengan software. Sebuah komputer dapat bekerja
atau dijalankan karena terdapat software di dalamnya. Software meliputi sistim
operasi dan berbagai program aplikasi.
Program aplikasi dalam komputer berbasis Windows, meliputi program
pengolah kata, program pengolah angka, program untuk presentasi, program
design grafis, program internet, program pengolah foto atau film dan lain-lain.
Beberapa program-program tersebut jika dipadukan dengan baik dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran. Untuk memperlancar kegiatan
pembelajaran multimedia, sebuah computer harus dapat bekerja dengan baik
dan optimal. Komputer yang baik adalah komputer yang dapat bekerja dalam
mengolah data / mengakses data dengan cepat. Perkembangan saat ini telah
dimunculkan komputer generasi terbaru yang mampu mengolah / mengakses
data dengan sangat cepatnya. Kecepatan kerja sebuah komputer tergantung dari
tipe prossessor yang terdapat di dalamnya.
Sarana pendukung yang terkait dengan perangkat komputer ( lazim
6
disebut perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi ) adalah alat untuk
menayangkan kerja sebuah sistim komputer. Alat itu dapat berupa layar
monitor atau LCD Proyektor. Kemudian untuk informasi suara alat
pendukungnya berupa Speaker dan Microphone
C. Mengenal Software Sebagai Sarana Pembelajaran.
Terdapat banyak software dalam sistim komputer. Apabila kita
membutuhkan sebuah software dan ternyata kita tidak menemukannya dalam
komputer, maka yang harus kita lakukan terlebih dahulu adalah menginstallnya
ke dalam sistim komputer kita.
Untuk menjalankan program aplikasi dan menggabungkannya dengan
program aplikasi yang lain, perlu dibutuhkan ketrampilan khusus dalam
penguasaan teknologi ini. Seorang Tentor yang mampu menggunakan
computer saja belumlah cukup untuk mendesain sebuah pembelajaran.
Ketrampilan dan pengetahuan tentang seni, tata warna dan design grafis
tampilan juga perlu dikuasai oleh seorang Tentor.
Macam software dalam komputer berbasis Windows yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran multimedia, misalnya Microsoft Office, Design
Graphis, Editing Film dan lain-lain.
D. Hakekat Teknologi Pembelajaran.
Teknologi pendidikan sering dikacaukan dengan istilah teknologi
pengajaran. Teknologi pengajaran merupakan bagian dari teknologi
pendidikan. Hal ini didasarkan pada konsep bahwa pengajaran adalah bagian
dari pendidikan. Teknologi pengajaran merupakan satu himpunan dari proses
terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan, dan
7
organisasi serta pengelolaan cara-cara pemecahan masalah pendidikan yang
terdapat di dalam situasi belajar yang memiliki tujuan dan disengaja (Sudjana
dan Rivai, 2001). Selanjutnya Sudjana mengatakan bahwa teknologi
pengajaran adalah merupakan sebuah konsep yang kompleks sehingga
memerlukan definisi yang kompleks pula. Definisi-definisi yang muncul
hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan sebab tidak ada satu pun definisi
yang lengkap. Teknologi pengajaran merupakan satu himpunan dari proses
terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan, dan
organisasi serta pengelolaan cara-cara pemecahan masalah pendidikan yang
terdapat di dalam situasi balajar yang memiliki tujuan dan disengaja (Sudjana
dan Rivai, 2001).
Inovasi di bidang teknologi terutama teknologi informatika telah
merubah wajah dunia pendidikan dari sistem korespondensi menjadi sistem
pembelajaran apa yang dikenal dengan istilah belajar jarak jauh. Sejak itu
pulalah perubahan besar di bidang pendidkan telah terjadi melalui
perkembangan teknologi komunikasi yang menggunakan jasa satelit, transmisi
gelombang mikro, kabel optik dan komputer yang memungkinkan terjadinya
komunikasi yang sangat cepat efektif dan efesien. Penggunaan interaktif
teknologi canggih itulah telah mengubah wajah pendidikan dengan cepat
diantaranya: produksi bahan pembelajaran, merancang bahan pembelajaran itu
sendiri, telah tersedia sangat banyak dan begitu canggih.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah ke berbagai
sektor bidang kehidupan, bukan saja bidang pendidikan akan tetapi hampir
semua aspek dalam kehidupan umat manusia yang bersifat multi dimensional.
8
Teknologi memberikan kemudahan, kebaikan, dan mempercepat proses
komunikasi yang lebih efektif serta efesien yang dapat meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk homo sapiens dan sekaligus
sebagai homo faber telah mengembangkan teknologi yang menghasilkan
berbagai keajaiban. Manusia disebut homo faber karena ia mahluk yang suka
membuat peralatan, sedangkan sebagai homo sapiens karena ia selalu berpikir
yang mencerminkan kaitan antara pengetahuan yang bersifat teoritis dengan
teknologi yang bersifat praktis. Pada dasarnya ilmu merupakan kumpulan
pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang
memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai
gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada (Suriasumantri, 1999).
Dalam proses belajar mengajar, model pendidikan teknologis lebih
menitik beratkan kemampuan peserta didik secara individual terhadap materi
pembelajaran yang telah disusun ke tingkat kesiapan sehingga peserta didik
mampu memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan. Melalui
teknologi, materi pelajaran dan metodologi pengajaran ditetapkan dengan
dukungan teknologi. Singkatnya secara esensial teknologi pengajaran dapat
menggantikan peran pendidik dan peserta dapat berperan aktif sebagai pelatih
yang mempelajari semua data dan keterampilan yang berguna. (Sardiman,
1992).
E. Perkembangan Teknologi Pendidikan
Perkembangan dari berbagai metode pembelajaran merupakan tanda
lahirnya teknologi pengajaran yang dikenal seperti sekarang ini. Sekalipun dari
latar belakang sejarahnya, metode pembelajaran tidak didasarkan atas ilmu
9
pengetahuan dan hasil penelitian seperti yang kita ketahui, dalam metode
pengajaran terkandung konsep-konsep yang mempengaruhi cara berpikir,
bertindak, dan berperilaku dalam pengembangan pengajaran yang kemudian
dikenal sebagai teknologi pendidikan. Tampaknya konsep teknologi
pendidikan merupakan gejala baru di dalam dunia pendidikan maupun latihan,
namun sebenarnya konsep yang mendasarinya telah berkembang selama
berabad-abad dari hasil pemikiran dan konsep-konsep pengajaran sebelumnya.
(Prasetyo,Irawan, 1997)
Berdasarkan hasil analisis Sudjana (2001:57) menyatakan bahwa makna
metode pembelajaran adalah mengembangkan teknik-teknik penyampaian
informasi dan mengontrol tingkah laku siswa. Hal ini tampak jelas pada sistem
monitoring Lancaster. Sistem pengajaran object teacheng yang dikembangkan
oleh Pestalozzi dan Froebel tidak semata-mata berarti dalam praktek
pengajaran tetapi juga mengandung nilai teoritis dalam pengajaran.
Berdasarkan hasil orientasi terhadap pelbagai pelopor pendidikan semenjak
jaman sofisme sampai dengan perkembangan abad ke 18, tampak adanya
konsep, teori dan metode pengajaran yang dapat dipandang sebagai pelopor
teknologi pendidikan modern dewasa ini.
Berdasarkan perkembangan sejarahnya teknologi pendidikan kaya akan
batasan-batasan dan model-model pengembangan sistem pengajaran, walaupun
batasan dan model serta teori-teori tersebut akan selalu terus berkembang
sesuai dengan kondisi saat ini. Namun walaupun demikian masih tetap penting
dan relevan untuk dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi yang dapat
diperlihatkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan pengertian yang
10
dipergunakan dalam konsep teknologi pendidikan. Selain itu, batasan-batasan
tersebut mengandung pengertian-pengertian yang bisa digabungkan sebagai
bahan rujukan dalam merumuskan batasan teknologi pendidikan yang lebih
disempurnakan.
Sekalipun perkembangan konsep teknologi pendidikan dapat ditelusuri
jejaknya melalui latar belakang yang mendahuluinya, yaitu sejak jaman Yunani
purba, maka gerakan yang mendasari muncul dan terwujudnya bidang dan
konsep teknologi pengajaran seperti sekarang ini, maka Sudjana (2001:57-73)
telah menyusun secara sistematis perkembangan teknologi pengajaran sebagai
berikut:
1) Alat Bantu Visual,
Dalam konsep pengajaran visual adalah setiap gambar, model, benda,
atau alat-alat lain yang memberikan pengalaman visual yang nyata
kepada siswa. Alat bantu visual itu bertujuan untuk:
(a) Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas
pengertian atau konsep yang abstrak kepada siswa,
(b) Mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki,
(c) Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.
Konsep pengajaran visual didasarkan atas asumsi bahwa pengertian-
pengertian yang abstrak dapat disajikan lebih konkrit. Pengongkretan
pengajaran visual sampai sekarang masih tetap berguna.
Di samping itu, gerakan pengajaran visual memperkenalkan dua
macam konsep pemikiran lainnya yang masih dipakai, yaitu: pertama,
pentingnya pengelompokan jenis-jenis alat bantu visual yang dipakai
11
dalam kegiatan instruksional, kedua, perlunya pengintegrasian bahan-
bahan visual ke dalam kurikulum sehingga penggunaannya tidak
terpisahkan (integrated teaching materials).
2) Alat Bantu Audiovisual,
Konsep pengajaran visual kemudian berkembang menjadi
audiovisual aids pada tahun 1940. Istilah ini bermakna sejumlah
peralatan yang dipakai oleh para Tentor dalam menyampaikan konsep,
gagasan, dan pengalaman yang dianggap oleh indra pandang dan
pendengaran. Penekanan utama dalam pengajaran audiovisual adalah
pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman konkret, tidak
hanya didasarkan atas kata-kata belaka. Pengajaran audiovisual bukan
metode mengajar. Materi audiovisual hanya dapat berarti bila
dipergunakan sebagai bagian dari proses pengajaran. Peralatan
audiovisual tidak harus digolongkan sebagai pengalaman belajar yang
diperoleh dari penginderaan pandang dan dengar, akan tetapi sebagai alat
teknologis yang dapat memperkaya serta memberikan pengalaman
kongkret kepada para siswa. Pengajaran audiovisual menambahkan
komponen “audio” kepada materi pengajaran visual, yang secara
konseptual sebenarnya tidak banyak memberikan perbedaan berarti.
Gerakan audiovisual tetap mempertahankan kontinum kongkret abstrak
dan pengelompokan materi instruksional dalam klasifikasi gradual yang
diperlihatkan dalam bentuk “kerucut pengalaman” (cone of experiences)
dari Edgar Dale. Konsep tetang perlunya pengintegrasian materi
audiovisual ke dalam kurikulum tetap dipertahankan.
12
3) Dari Komuniksai Audiovisual dan Pendekatan Sistem ke Teknologi
Pengajaran,
Makna teknologi bukan hanya terdiri dari mesin dan manusia
melainkan merupakan susunan padu yang unik dari manusia dan mesin,
gagasan, prosedur, dan pengelolaan. Konsep teknologi pendidikan telah
membuka lebar daerah pengembangan teoritis, penelitian, dan
implementasinya di lapangan pendidikan. Makna teknologi pengajaran
dalam pengertian mutakhir meliputi pengelolaan gagasan, prosedur,
biaya, mesin dan manusia di dalam proses pengajaran yang melibatkan
peralatan fisik yang menyalurkan informasi. Sistem pengajaran sebagai
wahana peralatan tersebut merupakan salah satu komponen dan pelbagai
kemungkinan pilihan mengenai:
Keperluan akan perubahan pengaturan ruang kelas
Terpisahnya waktu dan ruang antara Tentor perencanaan pengajaran
dengan para siswa
Kecanggihan desain sehubungan dengan pertukaran informasi antara
Tentor dengan para siswa
Kompleksitas dan pembiayaan perangkat keras
Tingkat keterampilan teknis yang diperlukan bagi konstruksi dan
instalasi perlengkapan, penggunaan, serta perawatannya
Kebutuhan akan tenaga profesional yang akan memakai teknologi
pengajaran, dan Perubahan peranan dan keterampilan baru yang
diperlukan oleh Tentor sehubungan dengan pengelolaan teknologi dan
kegiatan-kegiatan pengajaran yang tidak terstruktur tanpa media,
13
tetapi penting guna pengembangan kepribadian, budaya, dan
penghayatan norma-norma yang terletak di luar kemampuan teknologi
instruksional yang ada sekarang ini.
F. Komputer atau Internet Sebagai Media Pembelajaran
Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses
belajar mengajar di BIMBEL, komputer/internet diharapkan mampu
memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif
antara Tentor, siswa, dan bahan belajar sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang perlu didukung oleh
computer atau intemet tersebut terutama berkaitan dengan strategi
pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara
sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk
mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam
memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-
tugas tersebut.
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca,
penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya
tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar dialog atau komunikasi
sebagai beriku:
Dialog atau komunikasi antara Tentor dengan siswa
Dialog atau komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
Dialog atau komunikasi di antara siswa
Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi
yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal.
14
Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari
pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek
tersebut.
Sementara itu program multimedia sebagai media pembelajaran yang
juga merupakan program pembelajaran berbantuan komputer bisa
dikelompokkan dalam format penyampaian pesannya sebagai berikut:
1. Tutorial
Program ini merupakan program yang dalam penyampaian materinya
dilakukan secara Tutorial, sebagaimana layaknya Tutorial yang dilakukan
oleh Tentor atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan
dengan teks. gambar baik diam atau bergerak, dan grafik. Pada saat yang
tepat yaitu ketika dianggap bahwa pengguna telah membaca,
menginterpretasi dan nenyerap konsep itu, diajukan serangkaian pertanyaan
atau tugas. Jika jawaban atau respon pengguna benar, kemudian dilanjutkan
dengan materi berikutnya. Jika jawaban atau respon pengguna salah, maka
pengguna harus mengulang memahami konsep tersebut secara keseluruhan
ataupun pada bagian-bagian tertentu saja (remedial). Kemudian pada bagian
akhir biasanya akan diberikan serangkaian pertanyaan yang merupakan tes
untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang
disampaikan.
2. Drill and practice
Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki
kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu
konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang
15
biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan maka soal
atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam
kombinasi yang berbeda. Program ini dilengkapi dengan jawaban yang
benar lengkap dengan penjelasannya sehingga diharapan pengguna akan
bisa pula memahami suatu konsep tertentu. Pada bagian akhir, pengguna
bisa melihat skor akhir yang dia capai, sebagai indikator untuk mengukur
tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang diajukan.
3. Simulasi
Program multimedia dengan format ini mencoba menyamai proses
dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya dalam mata pelajaran fisika
untuk mensimulasikan pesawat terbang di mana pengguna seolah-olah
melakukan aktivitas menerbangkan pesawat terbang, menjalankan usaha
kecil, atau pengendalian pembangkit listrik tenaga nuklïr dan lain-lain. Pada
dasarnya format ini mencoba memberikan pengalaman masalah dunia nyata
yang biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti perusahaan akan
bangkrut, atau terjadi malapetaka nuklir.
4. Percobaan atau eksperimen
Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada
kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di
laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program menyediakan serangkaian
peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau
eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen-
eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya
16
pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu
berdasarkan eksperimen yang mereka Iakukan secara maya tersebut.
5. Permainan
Tentu saja bentuk permainan yang disajikan di sini tetap mengacu pada
proses pembelajaran, dan dengan program multimedia berformat ini
diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain. Dengan demikian
pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang mempelajari
suatu konsep.
Selama ini multimedia pembelajaran yang dikembangkan
Putckkom lebih banyak yang menggunakan format tutorial. Dengan
berbagai pertimbangan antara lain karena lebih mudah struktur dan
pengembangannya, bisa dikemas secara lebih menarik, tidak terlalu sulit
dalam pengembangannya, baik dalam penulisan naskah maupun
produkasinya
Pemanfaatan multimedia pembelajaran bisa dilakukan peserta didik
secara mandiri, dalam kelompok, atau bersama-sama dengan bimbingan
Tentor. Walaupun memiliki karakteristik sebagai media pembeiajaran
mandiri, yang mampu mengakomodir tingkat kecepatan belajar berbeda,
baik peserta didik yang mempunyai learning style slow leamer, average
mapun fast learner. (http://oke.or.id)
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian dalam laporan ini adalah penelitian lapangan atau field
research yang berarti penulis melakukan penelitian di lapangan untuk
memperoleh data atau informasi secara langsung dengan lokasi penelitian yang
berada di Bimbingan Belajar Dipayuda Banjarnegara.
Sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriptif. Yang dimaksud penelitian
deskriptif adalah prosedur penelitian yang diarahkan untuk memberikan
gambaran berupa fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat
mengenai sifat-sifat objek yang diteliti.
Selain field research, peneliti juga menggunakan jenis penelitian survei.
Survei dilaksanakan untuk mendeskripsikan kesiapan Bimbingan Belajar
Dipayuda dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis Multimedia dan
memberikan gambaran tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran.
B. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menentukan sumber daya yaitu menetapkan
populasi sebagai tempat memperoleh data. Objek penelitian kami bertempat di
Kabupaten Banjarnegara tepatnya pada Bimbingan Belajar Dipayuda, dengan
mengambil sample sebnyak 34 orang dengan judul penelitiannya yaitu
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran.
18
C. Identifikasi Variabel.
Suharsimi Arikunto (1996: 99), mengemukakan bahwa “Variabel
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian”.
Menurut Sugiyono (2007: 38), bahwa “Variabel penilitan pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Terdapat dua variabel bebas dalam penelitian ini, yang dimaksud
variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel terikat. Dari masalah
yang telah dirumuskan maka penelitian ini bermaksud mengungkapkan
fakta dan mengkaji dua variabel, yaitu :
Variabel (X1) : Kesiapan tentor dalam menyampaikan materi.
Variabel (X2) : Kesiapan tentor dalam menggunakan perangka TIK
(multimedia).
Sedangkan variabel tidak bebasnya adalah:
Variabel (Y) : Prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis
multimedia.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap
dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara riil,
secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti.
Operasionalisasi (variable) adalah proses mendefinisikan variable dengan
tegas, sehingga menjadi faktor-faktor yang dapat diukur. Mengapa? Sebab,
19
definisi “konsep” bagi penikmat/pembaca hasil riset (apalagi orang awam),
masih samar. Dengan demikian, mendefinisikan variable secara lebih tegas,
sangat penting untuk dilakukan.
Dalam penelitian ini definisi variabel yang kami gunakan adalah definisi
konsep, yang dimana kami meneliti sejauh mana kesiapan para Tentor pada
Bimbingan Belajar Dipayuda dalam memanfaatkan perangkat multimedia
sebagai alat dalam pembelajaran.
Tentor yang dimaksud adalah semua Tentor yang mengajar pada bimbel
dan kursus tersebut yang dimana simtem pembelajarannya masih menggunakan
metode konvensional padahal peralatan dan perlengkapan untuk pembelajaran
pada bimbel tersebut sudah cukup memadai.
Sebagian Tentor pada BIMBEL Dipayuda masih tergolong awam dalam
menggunakan perangkat multimedia tersebut. Sebagai sampel penelitian kami
adalah Tentor untuk mapel Bahasa Inggris. Dimana Tentor tersebut dalam
pembelajarannya dalam bab Listening masih konvensional sekali. Listening
yang biasanya menggunakan perangkat multimedia seperti; Komputer atau CD
Player untuk memutar disc dan Speaker untuk menghasilkan suara. Perangkat
multimedia tersebut tidak dipergunakan dan Tentor tersebut hanya
menyampaikannya secara lisan kepada siswa. Sarana dan prasarana yang
dimiliki BIMBEL Dipayuda sebenarnya sudah cukup memadai, akan tetapi
untuk Tentor pada bimbel tersebut memang belum terbiasa menggunkan
perangkat multimedia dalam aplikasi pembelajarnnya tetapi ada juga yang
memang sudah bisa dan biasa menggunakan perangkat tersebut.
Selain Listening pada mapel bahasa Inggris pada bagian teori mapel yang
20
lainpun Tentor masih monoton, pembelajannya hanya mengandalkan whiteboard
dan spidol. Padahal untuk Bimbel kls SD mungkin akan lebih variatif apabila
pembelajarannya menggunakan LCD Proyektor dimana materi yang akan
disampaiakan terlebih dahulu dibuat dalam bentuk Tentorial atau diketik pada
slide powerpoint dan dislipkan gambar-gambar animasi yang berkaitan dengan
pembelajaran mapel SD tersebut tentunya supaya siswa lebih semangat dalam
belajar dan lebih termotivasi untuk mempelajarinya. Akan tetapi lain halnya
utnuk Tentor yang mengampu mapel untuk tingkat SLTP dan SLTA, mereka
mampu sudah mampu memanfaatkan perangkat multimedia tersebut sebagai
perlengkapan untuk belajar mengajar dikelas.
Adapun kesiapan Tentor dalam pembelajaran berbasis multimedia ini
meliputi:
a. Kesiapan Tentor dalam menyampaikan materi untuk pembelajaran.
Sebelum Tentor memberikan materi pelajaran kepada siswa, terlebih
dahulu Tentor mempersiapkan bahan-bahan yang akan di ajarkan kepada
siswa dikelas. Biasanya Tentor menyiapkan materi dengan mengambil buku
dalam perpustakaan sebagai referensi utama. Selain buku, Tentor juga
browsing materi di internet supaya meteri lebih lengkap.
Materi atau bahan ajar yang akan disampaikan biasanya diolah terlebih
dahulu dalam bentuk soft atau slide tetapi ada pula Tentor yang masih
menggunakan buku sebagai panduan dan tanpa mengolahnya.
b. Kesiapan Tentor dalam menggunakan perangkat multimedia.
Pada dasarnya Tentor pada Bimbingan Belajar Dipayuda sudah bisa
menggunakan perangkat multimedia dalam kegiatan belajar mengajar, karena
21
sebagian besar dari Tentor yang ada dalam bimbel tersebut adalah guru yang
mengajar pada pendidikan informal yang dimana dalam sekolah mereka
sudah mulai menggunakannya. Hanya saja mereka belum terbiasa
menggunakan alat multimedia tersebut dalam pembelajarnnya di Bimbingan
Belajar Dipayuda.
Sedangkan yang menjadi tolak ukur dalam keerhasilan dalam
pembeljaran menggunakan multimedia ini adalah:
a. Preatasi atau Nilai siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis
multimedia.
Keberhasilan dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat
multimedia tersebut dapat dilihat melalui hasil pembelajaran siswa berupa
nilai ulangan harian maupun semester pada pendidikan formal ataupun non
formal. Setelah Tentor menggunakan metode pembelajaran berbasis
multimedia ini apakah siswa akan lebih jelas dan lebih cepat mencerna materi
yang diajarkan atau sebaliknya?.
E. Populasi dan Sampel
a. Populasi
“Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-
ciri yang telah ditetapkan”. Menurut Sugiyono (2007: 61) bahwa
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi
dalam hal ini berkaitan dengan penelitian yaitu Semua Tentor yang ada pada
Bimbingan Belajar Dipayuda yang berjumlah 34 orang.
22
b. Sampel
“Sampel adalah bagian dari populasi”, (Moh. Nazir, 2005: 271).
Menurut Sugiyono (200 7: 62), bahwa “Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dalam penelitian ini
menggunakan sampel yaitu Tentor yang mengajar pada Bimbingan Belajar
dan Kursus sehingga sedikit banyak telah mengetahui atau mempunyai
gambaran tentang profesi yang dijalani.
Jumlah Tentor keseluruhan pada Bimbingan Belajar Dipayuda
berjumlah 34 orang, dan kami mengambil semua tentor untuk sampel.
Tabel Jumlah responden (Tentor) penelitian
No Klasifikasi Tentor Jumlah
1 Tentor Bimbel SD 6
2 Tentor Bimbel SLTP 8
3 Tentor Bimbel SLTA 11
4 Tentor Kursus 9
Total 34
(sumber : Administrasi Bimbingan Belajar dan Kursus pada Bimbel Dipayuda).
Tabel Jumlah Siswa Bimbel dan Kursus per Oktober 2011
No Klasifikasi Tentor Jumlah
1 Bimbel SD 78
2 Bimbel SLTP 47
3 Bimbel SLTA 59
4 Bimbel Kursus 19
Total 191
23
(sumber : Administrasi Bimbingan Belajar dan Kursus pada Bimbel Dipayuda).
F. Tahapan Penelitian
Pada umumnya suatu penelitian dapat diperinci dalam tujuh tahap, dimana
yang satu sama lain saling bergantung dan berhubungan. Dengan kata lain
masing-masing tahap itu saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tahp-tahap
yang lain.
Adapun tujuh tahap itu sebagai berikut :
a. Perencanaan.
Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dan
menganalisa data bagi penelitian itu.
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian pada bimbel dipayuda
ini yaitu untuk mengetahui seberaba jauh kesiapan Tentor yang mengajar
pada bimbingan belajar tersebut dalam menggunakan perangkat multimedia
sebagai bahan pembelajarannya.
Adapaun strategi yang kami pakai yaitu sebelum melakukan
penelitian kami terlebih dahulu survey tempat penelitian dan mengadakan
observasi langsung terhadap objek.
b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian.
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini
disajikan lagi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
penelitian, metodologi, analisis dan pengumpulan data. Tahap ini merupakan
tahap penyusunan objek penelitian.
24
Objek dan tempat yang menjadi penelitian kami berada di Kabupaten
Banjarnegara, sebelum kami mendapatkan tempat untuk penelitan ini kami
terlebih dahulu mengadakan survey tempat bimbingan belajar yang ada di
kabupaten tersebut.
Dengan membaca latar belakang diatas bahwa pada Bimbingan
Belajar di Kabupaten Banjarnegara hususnya Bimbel Dipayuda dalam
pembelajarannya masih monoton yang dimana siswa akan cenderung cepat
bosan apabila pembelajaran dilakukan seperti halnya yang ada pada
pendidikan formal pada umumnya.
Oleh karena itu, kami ingin meneliti lebih jauh tentang kesiapan
Tentor-Tentor dalam memberikan materi pembelajarannya untuk siswa pada
lembaga pendidikan non formal tersebut dengan menggunakan perangkat
multimedia.
c. Pengambilan contoh (sampling).
Ini adalah proses pemilihan sejumlah unsur/bagian tertentu darisuatu
populasi guna mewakili seluruh populasi itu.
Ada 4 Bimbingan Belajar di Kabupaten Banjarnegara yang sampai
saat ini masih terlihat keeksisannya diantaranya: Primagama,ECC,Dipayuda
dan Kalipalet. Semua Bimbingan Belajar tersebut sudah mempunyai
legalitas, akan tetapi semua BIMBEL tersebut dalam sistim belajar
mengajarnya masih konvensional padahal untuk saat sekarang kita dituntut
untuk bisa dan siap mengikuti perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pembalajaran
supaya siswa dalam belajar lebih komunikatif, inpiratif dan dapat
25
menumbuhkan motivasi belajar juga bagi siswa. Setelah kami mengadakan
survey untuk tempat penelitan pada pada ke empat bimbel tersebut dengan
berbagai pertimbangan, keefektifan dan juga efisiensinya, ahirnya kami
mengadakan penelitian pada Bimbel Dipayuda.
d. Kerja Lapangan.
Ini merupakan proses penterjemahan tujuan-tujuan studi kedalam
bentuk pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang
dibutuhkan.
Sebelum kami memberikan sejumlah pertanyaan kepada subjek pada
penelitan ini kami membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu. Pertanyaan
yang kami buat tentunya sesuai dengan tujuan awal kami. Untuk subjek
Tentor kami hanya mengadakan wawancara dengan satu Tentor untuk
samplenya. Pertanyaan yang kami berikan tidaklah banyak yang tentunya
tidak memberatkan Tentor dimana pertanyaan tersenut langsung di jawab
dan ditulis juga. Sedangkan untuk subjek direktur dan divisi kurikulum, kami
melakukan wawancara juga untuk jalannya proses pembelajaran dan tentang
kurikulum yang selama ini mereka pakai.
Bimbel Dipayuda total mempunyai 34 Tentor yang terdiri dari 25
Tentor untuk bimbingan belajar dan 9 Tentor untuk bimbingan kursusnya.
Untuk sampling atau contoh kami mengambil semua Tentor yang ada yaitu
34 orang. Untuk pemberian kuesioner untuk tentor tidak dilakukan satu kali
kerja lapangan karena tidak semua tentor datang pada saat penelitian
dilakukan.
26
Selain Tentor, kami juga memberikan kuesioner kepada siswa yang
akan dan sedang mengikuti pembelajaran. Siswa tersebut diberi kuesioner
dengan maksud untuk memadukan antara keinginan dan motivasi siswa
dalam pembelajaran berbasis multimedia.
e. Editing dan coding.
Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam
daftar pertanyaan kedalam berbagai kelompok jawaban yang dapat disusun
dalam angka dan tabulasi.
Editing biasanya dikerjakan sebelum coding agar pelaksanaan coding
sesederhana mungkin. Editing juga meneliti lagi daftar pertanyaan yang
telah diisi apakah yang ditulis di situ benar atau sudah sesuai dengan yang
dimaksud.
Dalam penelitian ini, setelah kuesioner kami bagikan kepada Tentor
dan siswa dengan antusias Tentor langsung mengisi, begitu pula dengan
siswa. Kuesioner dikembalikan kepada kami setelah mereka selesai
mengisinya. Kami mencoba untuk mengkaji isi dari kuesioner tersebut dan
mengolompokkannya kedalam tabulasi.
f. Analisis dan Laporan
Analisis dan laporan meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan
dan terpenting pula dalam suatu proses penelitian. Suatu hasil penelitian
yang tidak dilaporkan atau dilaporkan, tetapi dengan cara yang kurang baik
tidak akan ada gunanya.
27
Tabel hasil kuesioner
No Variabel bebas penelitian Indikator No. Item instrumen
1Kesiapan tentor dalam menyampaikan materi - Persiapan diri 1,6,7,14,15,22,23,24
-Persiapan materi 2,8,20,21
-Persiapan ruang kelas 3,4,5
-Penguasan kelas 17,18,19
2Penguasaan tentor dalam mengunakan-
-Pengembangan media pembelajaran 9
media pembelajaran-Pemanfaatan media pembelajaran 10,11,12,13
Data hasil penelitian kesiapan tentor dalam menyampaikan materi
No Res
Skor item Jumlah rata-rata1 2 3 4 5 6 7 8 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 1 2 1 1 4 3 2.6
2 4 3 3 4 1 4 4 3 3 2 2 4 4 2 3 2 1 3 3 2.8
3 2 3 2 4 2 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 1 1 2 3 2.8
4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 2 1 1 4 3 2.8
5 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 1 1 3 2 3.05
6 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 1 2 1 1 4 3 2.5
7 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 1 1 4 4 3.2
8 4 3 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 2 1 2 1 4 4 3 3.05
9 3 3 4 3 2 3 4 4 4 3 1 4 4 1 4 2 2 4 2 3
10 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 4 4 3 2 2 1 1 4 3 2.7
11 4 3 4 4 1 2 4 3 3 3 3 4 3 1 2 1 1 3 3 2.7
12 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 1 4 1 1 4 4 2.9
13 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 1 2 1 4 4 3 3.2
14 3 4 4 3 1 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 1 1 3 3 3
15 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3
16 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 1 3 2 3.1
17 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 1 1 4 4 3
18 3 3 4 3 1 3 4 4 4 3 1 4 4 1 4 2 2 4 2 2.9
19 4 4 4 4 1 3 3 4 2 4 1 2 3 2 2 1 1 2 3 2.6
20 4 3 3 3 1 3 3 3 2 4 4 3 3 1 4 1 1 4 4 2.8
21 2 3 2 4 1 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 1 1 2 3 2.8
28
22 4 3 4 4 1 2 4 3 3 3 3 4 3 1 2 1 1 3 3 2.7
23 4 4 4 4 1 3 3 4 2 4 1 2 3 2 2 1 1 2 3 2.6
24 4 3 3 3 1 4 3 4 3 4 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2.8
25 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1 4 4 3.0
26 4 3 3 4 1 4 4 3 3 2 3 4 4 2 3 2 1 3 3 2.9
27 4 4 4 4 1 3 3 4 2 4 1 2 3 2 2 1 1 2 3 2.6
28 4 3 3 3 1 3 3 3 2 4 4 3 3 1 4 1 1 4 4 2.8
29 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1 4 4 3
30 4 2 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 1 1 4 4 3.1
31 4 3 3 3 1 4 3 4 3 4 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2.8
32 4 3 4 4 1 2 4 3 3 3 3 4 3 1 2 1 1 3 3 2.7
33 4 3 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 2 1 2 1 4 4 3 3.1534 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 1 1 3 3 3.2
Data hasil peneitian penguasaan tentor dalam menggunakan perangkat multimedia
No Res
Skor Item Jumlah rata-rata9 10 11 12 13
1 3 1 3 1 3 2.22 3 4 4 4 4 3.83 3 1 1 1 1 1.44 3 3 1 1 1 1.85 4 3 3 3 3 3.26 3 1 3 1 3 2.27 4 3 2 1 1 2.28 4 4 4 1 1 2.89 3 3 3 3 1 2.610 3 3 1 1 1 1.811 2 2 2 2 2 212 3 3 4 4 4 3.613 4 4 4 1 1 2.814 3 4 4 1 2 2.815 4 3 4 1 2 2.816 4 3 3 3 3 3.217 3 3 2 2 2 2.418 3 3 3 3 1 2.619 4 2 3 4 1 2.820 3 3 4 4 4 3.621 3 1 1 1 1 1.422 2 2 2 2 2 223 4 2 3 4 1 2.824 4 3 4 1 2 2.8
29
25 3 3 2 2 2 2.426 3 4 4 4 4 3.827 4 2 3 4 1 2.828 3 3 4 4 4 3.629 3 3 2 2 2 2.430 4 3 2 1 1 2.231 4 3 4 1 2 2.832 2 2 2 2 2 233 4 4 4 1 1 2.834 3 4 4 1 2 2.8
G. Jenis Data Penelitian
Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari obyek penelitian
oleh peneliti perorangan maupun organisasi.
Data primer yang didapat dari wawancara dengan tutor yang ada di Bimbel
Dipayuda yang meliputi :
Profil objek penelitian
Penguasaan tentor terhadap media pembelajaran (wawancara dengan
tentor).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara
komersial maupun non komersial.
Data sekunder yang didapat dari bagian adminsitrasi di Bimbel
Dipayuda yang meliputi :
Data Tentor
30
Data jumlah tentor
Data media atau perangkat pembelajaran (sarana dan prasarana)
Data jumlah siswa bimbingan belajar
H. Metode Pengambilan Data
a. Metode Observasi
Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik yang diselidiki dalam arti luas observasi dapat dilakukan dengan
pengamatan secara langsung.
Adapun yang menjadi sumber informasi adalah :
a. Bagian Administrasi : sebagai sumber informasi secara umum dan
menyeluruh mengenai data dan keadaan Bimbingan Belajar Dipayuda.
b. Divisi Kurikulum : sebagai sumber informasi mengenai kurikulum,
bahan ajar dan jadwal pembelajaran serta kegiatan lainnya yang ada di
Bimbingan Belajar Dipayuda.
c. Tentor Mata Pelajaran dan Kursus: sebagai sumber informasi
mengenai Sistim Pembelajaran dan Metode seperti apa saja yng di pakai
dalam pembelajaran pada Bimbingan Belajar Dipayuda.
Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan Tentor
Bimbingan Belajar Dipayuda dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran wujudnya dalam bentuk langkah-
langkah pembelajaran atau prosedur dalam pembelajaran, aktifitas belajar
siswa serta situasi-situasi yang ada dalam pembelajaran berbasis multimedia
ini. Data yang diperoleh setelah melakukan observasi adalah Sarana dan
Prasarana yang dimiliki oleh bimbel.
31
b. Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data adalah wawancara, yaitu peneliti
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi, Bagaimana kesiapan
Tentor Bimbingan Belajar Dipayuda dalam memanfaatkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran?
Adapun yang menjadi responden adalah Tentor, dalam wawancara ini
penulis menggunakan teknik wawancara semi terpimpin yaitu dengan
membuat rincian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Wawancara dengan teknik demikian, dimaksudkan supaya tidak terjadi
interaksi yang terlalu kaku dan agar pembicaraan lebih terarah.
c. Kuesioner.
Untuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data, maka
perlu ditentukan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Adapun
teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner (angket).
Menurut Sugiyono (2007: 142) menyatakan bahwa ”Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya”. Kuesioner atau angket merupakan teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk dapat mengungkapkan
data dari masing-masing variabel. Teknik ini merupakan sejumlah
pernyataan tertulis yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari
32
responden, dalam arti laporan tentang pendapat dari hal-hal yang
diketahuinya.
Angket dibuat berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian yang
telah ditetapkan. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket tertutup, dalam arti alternatif jawaban sudah tersedia,
dimana responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan.
Data tentang persepsi Tentor dikumpulkan melalui instrument atau
angket. Angket tersebut dibuat oleh peneliti yang dikembangkan berdasarkan
kisi-kisi. Persepsi ini terdiri aspek kognisi yang menghasilkan ide, konsep
dan pemahaman terhadap suatu obyek, aspek afeksi yang berhubungan
dengan evaluasi emosional berupa perasaan senang atau tidak senang
terhadap suatu obyek serta aspek konasi berupa kecenderungan bertingkah
laku atau tindakan terhadap suatu obyek.
Angket persepsi Tentor terdiri dari 24 item, masing-masing item
memiliki 4 alternatif pilihan yaitu: Sl ( Selalu), Sr (Sering), Kd (Kadang-
kadang), Tp (Tidak Pernah). Setiap item diberikan skor 4,3,2,1 masing-
masing untuk jawaban Sl, Sr, Kd, Tp secara berurutan. Skor ini mengukur
kesiapan atau ketidaksiapan responden terhadap pernyataan yang diberikan.
I. Teknik Analisa Data
a. Pengolahan Data
Sebelum data dianalisis lebih lanjut, maka terlebih dahulu dilakukan
sortir data. Keabsahan data ditandai oleh adanya responden yang memilih
lebih dari 1 alternatif pilihan untuk setiap item atau tidak mengisi sama
sekali. Keabsahan 1 atau lebih item berkoensekuensi terhadap skor total.
33
Data yang tidak memenuhi syaratatau tidak diisi tidak diikutkan dalam
analisisi data.
Dalam peyebaran angket, penulis menyebarkan angket yang diisi
masing-masing Tentor dan siswa yang mengikuti Bimbingan Belajar dan
Kursus pada Bimbingan Belajar Dipayuda. Angket yang telah penulis
sebarkan kepada responden penulis kumpulkan kembali. Ternyata angket
tersebut dapat diisi dan dikembalikan seluruhnya oleh responden. Maka
selanjutnya kegiatan penulis adalah mengelolah data yang didapatkan dari
angket yang disebarkan tersebut.
b. Analisis DataTahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban.
Pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mencari
jawaban dari kuesioner yang tidak lengkap.
2. Tally, yaitu menghitung jumlah atau frekuensi dari masing-masing
jawaban dalam kuesioner.
3. Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel
tunggal melalui distribusi frekuensi dan persentase.
Data yang diperoleh dari hasil pembelajaran selanjutnya diolah
dan dianalisis. Tujuan yang ingin dicapai dengan analisis data ini adalah
untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti
dan ditafsirkan, sehingga hubungan-hubungan yang ada dalam variabel
34
dapat dipelajari dan diuji. Untuk menyederhanakan data dipakai ilmu
statistika.
Secara garis besar teknik analisa data meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
Tahap Deskripsi Data
Data yang diperoleh dideskripsikan menurut variable, pada penelitian
ini terdapat dua variabel bebas yaitu:
Variabel (X1) : Kesiapan tentor dalam menyampaikan materi.
Variabel (X2) : Kesiapan tentor dalam menggunakan perangkat TIK
(multimedia).
Sedangkan variabel tidak bebasnya adalah:
Variabel (Y) : Prestasi siswa setelah mengikuti pembelajaran
berbasis multimedia.
Tahap ini bertujuan untuk melihat kecenderungan data yang ada pada
setiap variabel dari setiap variabel yang diteliti.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk apakah data yang kita olah
berdistribusi normal atau tidak. Hal ini penting untuk menentukan
jenis statistik yang digunakan, jika data tersebut tidak berdistribusi
normal, maka kita gunakan metode statistik non-parametrik. Sedangk
an jika data tersebut berdistribusi normal, maka kita dapat menggunakan
statistik parametrik.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan bantuan software SPSS
(Statistic Programme for Social Scient) versi 16 dengan menggunakan
35
Tests of Normality
Prestasi BelajarKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kesiapan Materi 83 .385 3 . .750 3 .000
85 .385 3 . .750 3 .000
87 .385 3 . .750 3 .000
Penguasaan TIK 80 .260 2 .
81 .385 3 . .750 3 .000
83 .385 3 . .750 3 .000
84 .385 3 . .750 3 .000
85 .385 3 . .750 3 .000
97 .175 3 . 1.000 3 1.000
99 .260 2 .
a. Lilliefors Significance Correction
b. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 78. It has been omitted.
c. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 80. It has been omitted.
d. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 81. It has been omitted.
e. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 84. It has been omitted.
f. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 86. It has been omitted.
g. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 88. It has been omitted.
h. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 89. It has been omitted.
i. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 90. It has been omitted.
j. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 92. It has been omitted.
k. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 93. It has been omitted.
l. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 94. It has been omitted.
m. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 95. It has been omitted.
n. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 97. It has been omitted.
o. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 98. It has been omitted.
p. Kesiapan Materi is constant when Prestasi Belajar = 99. It has been omitted.
q. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 78. It has been omitted.
r. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 86. It has been omitted.
36
s. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 87. It has been omitted.
t. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 88. It has been omitted.
u. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 89. It has been omitted.
v. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 90. It has been omitted.
w. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 92. It has been
omitted.
x. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 93. It has been omitted.
y. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 94. It has been omitted.
z. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 95. It has been omitted.
aa. Penguasaan TIK is constant when Prestasi Belajar = 98. It has been omitted.
Prestasi Belajar
Case Processing Summary
Prestasi Belajar Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kesiapan Materi 78 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
80 2 100.0% 0 .0% 2 100.0%
81 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
83 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
84 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
85 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
86 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
87 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
88 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
89 2 100.0% 0 .0% 2 100.0%
90 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
92 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
93 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
94 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
95 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
37
97 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
98 2 100.0% 0 .0% 2 100.0%
99 2 100.0% 0 .0% 2 100.0%
Penguasaan TIK 78 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
80 2 100.0% 0 .0% 2 100.0%
81 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
83 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
84 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
85 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
86 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
87 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
88 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
89 2 100.0% 0 .0% 2 100.0%
90 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
92 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
93 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
94 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
95 1 100.0% 0 .0% 1 100.0%
97 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
98 2 100.0% 0 .0% 2 100.0%
99 2 100.0% 0 .0% 2 100.0%
Regression
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .134a .018 -.045 11.142
a. Predictors: (Constant), Penguas TIK, Kesiapan Materi
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
38
Coefficientsa
ModelUnstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 78.526 6.426 12.220 .000
Kesiapan Materi 4.158 2.181 .325 1.907 .066
Penguasaan TIK -.167 1.910 -.015 -.088 .931
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Korrelasi
Correlations
Control Variables Kesiapan Materi Penguasaan TIK
Prestasi Belajar
Kesiapan Materi Correlation 1.000 .082
Significance (2-tailed) . .650
Df 0 34
Penguasaan TIK Correlation .082 1.000
Significance (2-tailed) .650 .
Df 34 0
Keterangan tabel korelasi:
>0.05=normal, signifikan.
<0.05=tidak normal, tidak signifikan
Dari hasil table korelasi diatas, dapat diketahui bahwa nilai signifikannya
untuk kolom kesiapan materi sebesar 1.000 dan untuk penguasaan TIK sebesar
0.082. Karena tingkat signifikannya untuk seluruh variable lebih besar dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa:
Pada variable kesiapan materi dan penguasaan TIK berdistribusi normal
sehingga dengan adanya kesiapan materi dan penguasaan TIK dikatakan prestasi
belajar atau nilai siswa berhasil atau lebih baik dari pada pembelajaran konvensional.
39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
Tentor menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dengan harapan
materi yang disampaikan itu dapat diterima dengan baik dan memberikan hasil
yang memuaskan.
Adapun cara dalam penyampaian tersebut sangat beraneka ragam, tetapi
perlu di catat bahwa wawasan pengetahuan siswa juga perlu mendapat perhatian
yang cukup. Dalam hal ini pembelajaran multimedia memberikan sumbangan
wawasan pengetahuan akan perkembangan teknologi, khususnya teknologi
informasi dan komunikasi.
2. SaranBerdasarkan pemaparan di atas, untuk mendukung pembelajaran yang
berbasis multimedia maka pihak bimbel dipayuda perlu :
a. Melengkapi dan menambah sarana dan prasana yang memang belum ada padai
Bimbingan Belajar Dipayuda Banjarnegara seperti; Jenset (bilamana listrik
padam),Microphone dll.
b. Memberikan dukungan terhadap Tentor-Tentor agar lebih mengembangkan diri
dalam pemanfaatan TIK dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya membuat
bahan ajar berbasis TIK dll.
40
KEPUSTAKAAN
Hardjito, 2004, Aplikasi Computer Assisted dan Learning pada Bidang Pendidikan, Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 6 (www.indika.org)
Prasetyo, Irawan. 1997. Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar, Jakarta: Dirjen Dkti Depdikbud, 1997. (http://metopen.blogspot.com)
Sardiman, 1992, Interaksi dan Motivsi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press
Sugiyono, Prof,Dr, 2007, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung, Alfabeta.
Sudjana, N., Achmada Rivai, 2001, Teknologi Pengajaran, Bandung, Penerbit Sinar Baru Algensindo
Suriasumantri, J. S., 1999, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer , Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
http://www.edukasi.net
http://www.oke.or.idhttp://www.wahanakom.com
41