library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1-… · Web viewMenurut...
Transcript of library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1-… · Web viewMenurut...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Umum
2.2. Enterprise Resource Planning
2.3. Definisi ERP
Menurut Wijaya & Danuarto (2009: 27), ERP merupakan konsep
untuk merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan, yaitu berupa
paket aplikasi program yang terintegrasi dan memiliki banyak modul
yang dirancang untuk melayani dan mendukung berbagai fungsi dalam
perusahaan (to serve and support multiple business functions), sehingga
proses yang ada dapat menghasilkan nilai tambah dan memberikan
keuntungan maksimal bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholder) atas perusahaan.
Menurut Dhewanto & Falalah (2007), ERP merupakan singkatan
dari tiga kata, yaitu Enterprise (perusahaan/organisasi), Resource (sumber
daya), dan Planning (perencanaan). Susunan kata ini membentuk definisi
ERP dimana konsep ERP lebih menekankan pada aspek perencanaan
sumber daya organisasi. Konsep ERP dapat dijalankan dengan baik jika
didukung oleh seperangkat aplikasi dan infrastruktur komputer baik
perangkat lunak maupun perangkat keras sehingga pengelolaan data dan
informasi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan terintegrasi.
Menurut Turban (2011:285), ERP adalah sebuah sistem informasi
yang terintegrasi (Integrated Information System) yang mendukung
proses-proses dan fungsi-fungsi bisnis inti dalam suatu organisasi. Proses 7
8
dan fungsi bisnis yang dimaksud meliputi pemasaran (marketing),
akuntansi (accounting), keuangan (finance), keamanan informasi
(information security), sumber daya manusia (human resources), produksi
(production), pembelian (purchasing), dan logistik (logistic)
3. Tujuan ERP
Menurut Monk dan Wagner (2009:33-35), tujuan sistem ERP
adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi secara keseluruhan.
Sistem ERP yang dirancang baik dapat mengintegrasikan semua aspek-
aspek di dalam perusahaan baik itu fungsionalitas ataupun proses bisnis
dalam organisasi di dalam satu kesatuan data (single set data).
ERP merupakan perangat lunak yang ada dalam
organisasi/perusahaan yang berperan untuk beberapa hal, antara lain:
1. Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis.
2. Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise.
3. Mengurangi input data dan biaya error yang sering terjadi
4. Mengurangi kebutuhan untuk melakukan input data di sistem yang
berbeda (multiple system)
5. Menghasilkan informasi yang real-time.
6. Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan.
4. Modul ERP
Menurut Monk dan Wagner (2009:2), adapun pembagian modul di
dalam ERP didasarkan pada adanya 4 area fungsional utama di dalam
suatu organisasi. Secara modular ERP biasanya terbagi atas modul-modul
sebagai berikut:
1. Marketing and Sales
9
Modul operasi terdiri dari beberapa modul yaitu: Sales and
Distribution, Customer Service and Management, Environment
Management dan Project System.
2. Supply Chain Management
Modul Supply Chain Management terdiri dari beberapa modul yaitu
Materials Management, Logistics Execution, Quality Management,
Plant Maintenance, General Logistics dan Production Planning and
Control.
3. Accounting and Finance
Modul keuangan terdiri dari beberapa modul yaitu: General
Accounting, Financial Accounting, Controlling, Investment
Management, Treasury, Enterprise Controlling.
4. Human Resource
Modul Sumber Daya Manusia terdiri dari beberapa modul yaitu:
Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll,
Training and Event Management, Organizational Management,
Travel Management.
5. SAP
6. Definisi SAP
Menurut Williams (2008:2), SAP adalah produk peranti lunak ERP
yang mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis yang berbeda dalam
organisasi. Penggunaan SAP akan memperkaya (enrich) fungsionalitas
dari masing-masing area bisnis tanpa mengurangi sedikit pun integrasinya.
10
Menurut Anderson, Nilson, & Rhodes (2009:30), SAP adalah
produk peranti lunak ERP yang membantu perusahaan untuk memecahkan
solusi bisnis mereka dengan cara mengintegrasikan area-area bisnis di
dalam perusahaan.
7. Modul SAP
Gambar 2.1 Modules Within SAP’s R/3 Integrated Information Systems Environment
Sumber: Monk dan Wagner (2009:28)
Menurut Monk dan Wagner (2009:28-29), modul-modul fungsional
di dalam sistem SAP ERP, juga dikenal SAP ECC 6.0 (Enterprise Central
Component 6.0), terdiri dari:
1. Modul Human Resources (HR) memfasilitasi perekrutan, penempatan
kerja, dan pelatihan karyawan. Modul ini juga meliputi penggajian
dan pemberian tunjangan.
2. Modul Material Management (MM) mengelola akuisisi bahan baku
dari pemasok (pembelian) dan penanganan persediaan bahan baku
11
yang berkelanjutan, dari penyimpanan ke barang setengah jadi sampai
menjadi barang jadi yang siap dipasarkan ke customer.
3. Modul Sales and Distribution(SD) mencatat pesanan penjualan dan
pengiriman yang terjadwal. Informasi tentang pelanggan (pemberian
harga, bagaimana dan ke mana mengirim produk, bagaimana
pelanggan ditagih, dan lain-lain) dipelihara dan diakses dari modul ini.
4. Modul Production Planning (PP) mengatur informasi produksi. Di
modul inilah produksi direncanakan dan dijadwalkan, dan aktivitas
produksi sehari-hari dicatat.
5. Modul Quality Management (QM) membantu dalam merencanakan
dan mencatat aktivitas pengendalian kualitas, seperti inspeksi kualitas
produk dan sertifikasi bahan baku.
6. Modul Financial Accounting (FI) mencatat transaksi dalam akun buku
besar. Ini juga menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan
eksternal.
7. Modul Controlling (CO) digunakan untuk tujuan manajemen internal.
Di sini, biaya manufaktur perusahaan ditujukan ke produk dan ke cost
center, memfasilitasi analisis biaya.
8. Modul Asset Management (AM) membantu perusahaan untuk
mengelola pembelian asset tetap (pabrik dan mesin) dan depresiasi
yang berhubungan.
12
9. Modul Plant Maintenance (PM) mengatur perawatan sumber daya dan
perencanaan sumber daya untuk mesin-mesin yang ad adi pabrik
untuk menghindari terjadinya kerusakan pada perlengkapan.
10. Modul Project System (PS) memungkinkan perencanaan dan
pengendalian proyek R&D yang baru, konstruksi, dan pemasaran.
Modul ini memungkinkan biaya untuk dikumpulkan untuk suatu
proyek, dan seringkali digunakan untuk mengelola implementasi dari
system SAP R/3.
11. Modul Workflow(WF) dapat digunakan untuk mengotomatisasi setiap
aktivitas dalam R/3. Modul ini dapat melakukan analisis alur kerja
(task flow analysis) dan mengingatkan karyawan (melalui e-mail) jika
mereka perlu untuk mengambil tindakan.
12. Modul Industry Solution (IS) mengandung pengaturan konfigurasi R/3
yang SAP telah temukan yang cocok untuk industri tertentu.
Pengaturan ini menyederhanakan implementasi R/3 dan membiarkan
pembeli untuk mengambil keuntungan dari pengalaman industri yang
dimiliki oleh SAP.
7.1.1.1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (Human Capital) menurut Noe, Hollenbeck,
dan Gerhard(2007), mengidentifikasikan sebagai sumber daya yang dimiliki
organisasi yang memiliki unsur hubungan, keahlian, pengalaman,
pengambilan keputusan dan pandangan kedepan yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi.
13
Tanpa sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan, maka
sumber daya lainnya tidak akan bermanfaat, karena sumber daya tersebut
tidak dapat diolah.
8. Add-on
Menurut Motiwalla dan Thompson(2009:117), Add-on adalah
peranti lunak pihak ketiga yang biasanya tidak dibuat oleh pembuat sistem
yang berfungsi untuk membuat operasi sistem ataupun menambahkan
fungsionalitas yang tidak terdapat di dalam sistem yang berjalan. Contoh
operasi sistem adalah dengan Add-on user bisa menambah tingkat sekuritas,
mempermudah pengawasan terhadap perfoma sistem ataupun
mendistribusikan laporan dengan lebih mudah.
Add-on adalah piranti lunak ataupun piranti keras yang digunakan
untuk menambah kemampuan atau utilitas program yang dapat
meningkatkan kinerja program utama. Contoh dari add-on dalam bentuk
hardware adalah sound card, kartu pendukung tampilan, ataupun modem,
sedangkan add-on dalam bentuk software adalah permainan, aplikasi
pengolah kata dan program akuntansi. [http 2]
9. ESS
Menurut Woods dan Word (2009:432), ESS adalah Employee’s
Self-Service yang merupakan sebuah aplikasi yang mudah digunakan untuk
menampilkan, membuat, dan mengelola data dalam sistem SAP melalui
Internet. Dengan ESS, karyawan dapat mengelola data mereka kapan saja
dan dimana saja.
14
Dengan hadirnya Employee Self Service atau ESS, maka akan ada
penghematan waktu karyawan hanya untuk mengisi form-form yang
memerlukan data yang berulang-ulang (redundan), waktu karyawan, dan
mengurangi load kerja di departemen Human Resource.
10. Portal
Menurut Monk dan Wagner(2009:224), Portal adalah sebuah
website yang di customize/dirubah yang disediakan sebagai homebase agar
user bisa bernavigasi ke web-web yang ada di dalam portal.
Menurut Woods dan Word,(2004:135), portal adalah panel
instrumen yang menyediakan metrik untuk pengukuran, panel kontrol untuk
membawa semua fungsionalitas dari berbagai aplikasi yang berbeda
sehingga user dapat menyelesaikan pekerjaannya, katalog kartu,
ensiklopedia, sistem klasifikasi dan tempat penyimpanan file. Jika
diilustrasikan portal itu mirip dengan ruangan meeting dimana orang-orang
bertukar pikiran melalui pesan, forum diskusi, share directories, web, dan
email.
SAP Portal atau dikenal dengan mySAP.com atau ESS merupakan
sebuah portal yang disediakan SAP agar user bisa bekerja di dalam satu
screen (single screen) dan bisa menggunakan links yang menyediakan
semua aspek di dalam pekerjaan user tanpa harus bekerja di sistem yang
berbeda.
Dari definisi di atas bisa disimpulkan, bahwa portal secara singkat
merupakan interface antara user dan semua aplikasi dan informasi
perusahaan yang diletakkan secara bersama-sama dalam 1 alamat. Tujuan
15
dari portal sangat sederhana yaitu mengorganisasikan informasi dan tools
yang kompleks dengan cara yang mudah. Dengan SAP Enterprise Portal
maka proses yang beragam dan kompleks dalam organisasi bisa dicakup
melalui 1 aplikasi yaitu SAP EP.
Gambar 2.2 SAP NetWeaver Architecture
Jika dihubungkan dengan SAP NetWeaver, berikut adalah
komponen dalam SAP NetWeaver yang didukung oleh SAP Enterprise
Portal (SAP EP). Ada 3 bagian di dalam SAP NetWeaver yang bisa
dicakup oleh SAP EP, antara lain Portal, Collaboration, dan Knowledge
Management.
11. Teori Statistika
12. Definisi Populasi
Menurut Sugiyono (2008:61), Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari obyek atau subjek yang akan menjadi kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
16
Menurut Santoso dan Tjiptono (2002:79), populasi merupakan
sekumpulan orang atau obyek yang memiliki kesamaan dalam satu atau
beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset
khusus.
Dari definisi di atas, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek / subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
13. Sampel
Menurut Sugiyono (2008:62), Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (mewakili).
Dari definisi di atas, Sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak
semua data dan informasi akan diproses, dan tidak semua orang atau benda
akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang akan
mewakilinya. Dalam hal ini sampel harus mewakili populasi yang ada.
14. Penentuan Jumlah Sampel
Pada dasarnya, semakin besar jumlah sampelnya, semakin akurat
hasil penelitiannya. Tetapi, besar kecilnya sampel akan sangat dipengaruhi
oleh besar kecilnya biaya, tenaga dan waktu yang tersedia. Selain itu, jenis
penelitian juga akan mempengaruhi ukuran sampelnya. Untuk penelitian
yang bersifat deskriptif umumnya membutuhkan jumlah sampel yang lebih
17
banyak dari pada penelitian yang dilakukan untuk menguji hipotesis. Ada
beberapa pendapat yang diajukan dalam penentuan jumlah sampel
ini,diantaranya, apabila populasi cukup homogen (serba sama), terhadap
populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, di atas
1.000 sebesar 15%.
Untuk menentukan jumlah sampel yang perlu diambil maka ada
beberapa rumus yang dapat digunakan, salah satu rumus yang terkenal dan
dapat digunakan adalah rumus Slovin. Menurut Santoso (2002), Rumus
Slovin dapat digunakan jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti.
Untuk menggunakan rumus Slovin, maka sampel diambil dari populasi
yang ada, formula Slovin membutuhkan tingkat kepercayaan serta tingkat
kesalahan / ketidak-validan.
18
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidakvalidan karena kesalahan pengambilan
sampel yang ditolerir, dalam bentuk % ( margins of error). Margins of
error ini akan disesuaikan dengan kebutuhan data dan tingkat kepercayaan
dari suatu populasi.
15. Faktor Penentuan Jumlah Sampel
Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi
representativitas sampelnya. Populasi penelitian tidak bersifat homogen
sempurna, artinya untuk populasi yang homogen sempurna maka besar
sampel sama sekali tidak berpengaruh terhadap representativitas sampel.
Adapun faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya sampel antara lain:
Derajat keseragaman populasi
Derajat keseragaman populasi (degree of homogenity) adalah tingkat
keseragaman atau perbedaan obyek-obyek di dalam populasi. Derajat
keseragaman populasi akan menentukan berapa banyak sampel yang
akan diambil. Jika semakin tinggi tingkat homogenitas (keseragaman
tinggi) maka sampel yang diperlukan sedikit, sedangkat semakin
rendah tingkat homogenitas maka sampel yang diperlukan semakin
banyak.
Derajat presisi yang diinginkan
19
Tingkat presisi merupakan pengukuran yang menunjukan tingkat
realibiltas data yang diperoleh. Tingkat presisi dapat diperoleh dengan
melihat standar deviasi, tingkat presisi yang baik akan menunjukan
standar deviasi yang kecil atau dengan bias yang rendah, sedangkan
tingkat presisi yang rendah atau banyak data yang tidak valid
menunjukan standar deviasi yang tinggi atau dengan bias yang tinggi.
16. Metode Penelitian
Sugiyono (2008:4), menyatakan bahwa penelitian itu bermacam
macam jenisnya dan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, metode,
tingkat eksplanasi, dan analisis dan jenis data. Adapun jenis penelitian
berdasarkan tingkat eksplanasi:
Penelitian Deskriptif
Penelitian Deskriptif menurut Sugiyono (2008:5), menyatakan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan
dengan variabel yang lain.
Penelitian Komparatif
Penelitian Komparatif menurut Sugiyono (2008:5), penelitian
komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan.Analisis
ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang
berhubungan atau dua sampel yang berpasangan.
Penelitian Asosiatif
Menurut Sugiyono (2008:5), Penelitian asosiatif merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
20
lebih. Di mana hubungan antara variabel dalam penelitian akan
dianalisis dengan menggunakan ukuran-ukuran statistika yang relevan
atas data tersebut untuk menguji hipotesis.
17. Teori Khusus
18. Object Oriented Analysis and Design
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:60), Object Oriented
Analysis (OOA) adalahpendekatan yang mendefinisikan semua tipe obyek
yang bekerja di dalam sistem dan menampilkan interaksi antara aktor dan
proses untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:60), Object Oriented
Design (OOD) adalah suatu cara untuk menentukan semua tipe obyek yang
mungkin harus berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkat-
perangkat di dalam sistem, menggambarkan bagaimana obyek berinteraksi
untuk menyelesaikan tugasnya dan memperbaiki definisi masing-masing
tipe dari obyek sehingga dapat diimplementasikan dengan sebuah bahasa
atau lingkungan khusus.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Object Oriented
Analysis and Design adalah pendekatan yang menentukan semua tipe
obyek di dalam sistem, menggambarkan interaksi yang dibutuhkan user dan
memperbaiki definisi masing-masing tipe dari obyek sehingga dapat
diimplementasikan dengan sebuah bahasa atau lingkungan khusus.
Salah satu notasi yang digunakan untuk permodelan OOAD adalah
Unified Modeling Language (UML). Menurut Podeswa (2010:357), Unified
Modeling Language adalah standar notasi yang dimiliki oleh Object
21
Management Group, perusahaan yang merupakan perusahaan non-profit
dan bergerak dalam bidang industri komputer. UML digunakan untuk
menentukan spesifikasi, visualisasi danpermodelan dari struktur dan
tingkah laku bisnis dan sistem aplikasi.
UML memiliki beberapa jenis diagram yang memiliki fungsi
penggambaran yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa diagram yang
digunakan dalam proyek pengembangan ESS Mobile ini:
19. Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:141), Activity
Diagram adalah diagram yang menggambarkan alur kerja yang
menggambarkan berbagai aktivitas sistem atau user, pihak yang
melakukan aktivitas dan alur bertahap dari aktivitas tersebut. Activity
Diagram merupakan salah satu diagram di dalam Unified Modelling
Language (UML) dan dapat digunakan di semua tipe jenis penelitian
pengembangan. Activity Diagram yang baik menurut Satzinger harus
berfokus pada penggambaran alur aktivitas. Adapun beberapa simbol yang
digunakan dalam Activity Diagram:
Gambar 2.3 Activity Diagram
22
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:142)
1. Rounded Rectangle
Oval di dalam Activity Diagram merepresentasikan aktivitas individu
di dalam workflow.
Gambar 2.4 Notasi AktivitasSumber : Podeswa (2010:351)
2. Connector / Transition Arrow
Panah penghubung berguna untuk menghubungkan antara satu
aktivitasdengan aktivitas lain.
Gambar 2.5 Notasi KonektorSumber : Podeswa (2010:351)
3. Initial Node
Simbol ini digunakan untuk menandakan awal dan akhir dari alur
aktivitas dalam Activity Diagram.
Gambar 2.6 Notasi Initial NodeSumber : Podeswa (2010:66)
4. Starting Activity & Ending Activity
Simbol ini digunakan untuk menandakan awal dan akhir dari alur
aktivitas dalam Activity Diagram.
23
5. Decision
Simbol permata/diamond menjadi titik keputusan apakah alur
daripada aktivitas harus mengikuti alur satu atau alur lainnya. Biasa
disertai dengan guard condition untuk menentukan apakah alur harus
mengikuti 1 alur atau alur lainnya.
Gambar 2.7 Notasi DecisionSumber : Podeswa (2010:66)
6. Join / Synchronization Bar
Garis tebal menggambarkan Synchronization Bar yang bisa membagi
alur menjadi beberapa alur lain yang berjalan secara bersamaan.
Gambar 2.8 Notasi JoinSumber : Podeswa (2010:67)
24
20. Use Case
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:171-175), Use case
diagram adalah diagram yang menggambarkan bagaimana sistem bereaksi
terhadap event yang ada atau diagram yang menghubungkan antara aktor
dan use case. Diagram ini memiliki notasi untuk use casenya berupa oval
dan aktor berupa stick figure.
Gambar 2.9 Penggambaran Use CaseSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:243)
Adapun notasi yang digunakan untuk menyusun use case diagram
antara lain:
1. Aktor
Merupakan representasi dari siapa yang melakukan interaksi dengan
use case dalam sebuah sistem.
25
Gambar 2.10 Notasi AktorSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:243)
2. Use case
Merupakan bentuk interaksi antara sistem dan aktor.
Gambar 2.11 Notasi Use CaseSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:243)
3. Garis penghubung
Merupakan penghubung antara aktor dan use case.
Gambar 2.12 Notasi Garis PenghubungSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:243)
Hubungan pada Use Case Diagram terbagi menjadi:
1. <<include>> relationship atau disebut juga <<uses>>
relationship adalah hubungan antar use case yang
memungkinkan satu use case menggunakan fungsionalitas
yang disediakan oleh use case lain.
2. <<extends>> relationship merupakan hubungan antar use case
yang memungkinkan satu use case secara optional
menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case
lain.
26
21. Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:171-175), Use Case
Description adalah deskripsi yang menjelaskan proses detail untuk masing-
masing usecase. Setiap detail informasi dalam use case digambarkan
dengan deskripsi use case.Ada 3 pembagian level dalam detail Use Case
Description, untuk pengembangan sistem yang lebih baik, kita harus lebih
masuk ke level detil dengan pendeskripsian :
1. Brief description
Use Case Description hanya menjelaskan proses detail di dalam use
case, tingkat detailnya hanya sebatas deskripsi use case. Brief
description biasa digunakan sebatas untuk use case yang sederhana,
yang tidak memiliki proses terlalu rumit
Gambar 2.13 Brief DescriptionSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:172)
2. Intermediate description
Intermediate description merupakan deskripsi yang lebih detail dan
merupakan perluasan dari sebuah brief description untuk
memasukkan arus aktivitas-aktivitas internal untuk suatu use case.
Jika terdapat multiple scenarios, maka tiap arus aktivitas-aktivitas
dideskripsikan secara masing-masing. Selain itu, dokumentasi
27
mengenai kondisi-kondisi pengecualian juga dapat didokumentasikan
jika diperlukan.
Gambar 2.14 Intermediate descriptionSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd(2009:172)
3. Fully developed description
Fully developed description merupakan metode yang paling formal
untuk mendokumentasikan sebuah use case. Dengan detail lebih
banyak memberikan gambaran bagaimana internal flow dari suatu
aktivitas terjadi. Kesulitan utama daripada use case description ini
adalah software developer kesulitan dalam menemukan requirement
user. Tetapi kelebihan use case description ini adalah memberikan
pengertian menyeluruh dalam bisnis dan bagaimana cara sistem bisa
mendukung proses tersebut.
28
Gambar 2.15 Fully developed descriptionSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:174)
22. Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:252), System
sequence diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan urutan pesan
antara aktor eksternal dan sistem selama berjalannya use case atau
skenario, System Sequence Diagram berguna untuk mendeskripsikan alur
dari informasi masuk dan keluar ke dalam sistem yang terotomatisasi.
Sequence Diagram merupakan contoh dari diagram interaksi (Interaction
Diagram).
29
Gambar 2.16 Penggambaran Sequence DiagramSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:253)
1. Aktor
Aktor merupakan orang yang berinteraksi dengan sistem. Dalam
sequence diagram aktor digambarkan sebagai stick figure.
Gambar 2.17 Notasi Aktor di dalam Use CaseSumber : Podeswa (2010:253)
2. Obyek
Terdapat berbagai simbol dalam System Sequence Diagram, kotak
dengan tulisan “system” merepresentasikan kesulurahan sistem yang
terotomatisasi. Di dalam sequence diagram penggambaran
menggunakan notasi obyek, dimana interaksi yang terjadi bukan
antara class dimana obyek-obyek tersebut berasal, tetapi
menggunakan masing-masing obyek. Notasi untuk menggambarkan
obyek adalah kotak dengan tulisan digaris bawah, penggarisan nama
obyek tersebut opsional, tidak wajib digunakan.
30
Gambar 2.18 Notasi ObyekSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:253)
3. Lifeline
Notasi lifeline digambarkan dengan garis putus-putus yang ditarik
dari notasi kotak yang menggambarkan obyek. Lifeline atau garis
hidup merupakan penggambaran perpanjangan dari obyek. Garis
panah diantara lifeline merepresentasikan pesan yang dikirim dan
diterima antar obyek-obyek di dalam Sequence Diagram.
4. Pengiriman pesan & pengembalian nilai
Notasi pengiriman pesan berupa panah lurus yang mengarah ke
lifeline dari obyek. Notasi ini digunakan untuk mengirimkan pesan
ataupun parameter dari 1 obyek ke obyek lain. Sedangkan
pengembalian nilai digambarkan dengan panah putus-putus yang
mengarah ke lifeline obyek. Notasi ini digunakan untuk
mengembalikan nilai kembali ke pengirimnya.
Setiap panah memiliki asal dan tujuan, asal berarti obyek yang
mengirimkan pesan sedangkan tujuan berarti obyek yang akan
menerima pesan tersebut. Tujuan dari lifeline adalah menentukan
urutan dari pengiriman pesan. Urutan tersebut dibaca dari atas ke
31
bawah lifeline. Setiap pesan akan diberikan label untuk
menggambarkan tujuan pesan dan isi pesan tersebut.
23. Multilayer Design Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:329-333), tahapan
selanjutnya adalah pengembangan sequence diagram tersebut dengan
memperluas objek-objek yang terlibat dengan membuat multilayer design,
termasuk view layer dan data access layer.
Gambar 2.19 Contoh Multilayer Design Sequence DiagramSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:435)
32
24. User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:442), User Interface
adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dengan
user untuk menghasilkan input dan output.
25. Deployment Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:401-403), deployment
diagram merupakan tipe dari diagram implementasi yang menunjukan
komponen fisik dari berbagai lokasi.
Menurut Podeswa (2010:278) Deployment diagram
mengindikasikan bagaimana software diinstall di dalam sistem, contoh apa
yang akan diinstal di dalam server dan apa yang akan diinstal di dalam
komputer admin.
Gambar 2.20 Deployment DiagramSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:402)
1. Node
Notasi node bisa merepresentasikan komputer atau komputer bank, 1
node merepresentasikan 1 computing source. Node merupakan
perwujudan suatu entitas yang nyata secara fisik di suatu lokasi
(biasanya adalah komputer atau perangkat lain). Penggambaran node
33
disertai dengan penulisan nama di dalamnya dengan disertai dengan
garis bawah.
Gambar 2.21 Notasi NodeSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:401)
2. Artifak
Simbol lain yang digunakan di dalam deployment diagram adalah
simbol artifak. Simbol artifak ini merepresentasikan sesuatu yang
kelihatan yang diciptakan dan ada di node tertentu. Simbol ini
digambarkan dengan sebuah segi empat dengan logo dokumen di
sudutnya
Gambar 2.22 Notasi ArtifakSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:402)
3. Component
Jika memiliki hubungan dengan komponen di diagram komponen,
maka komponen perlu digambarkan dan memiliki hubungan saling
ketergantungan dengan artifak.
34
35
Gambar 2.23 Notasi KomponenSumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2009:402)
26. SAP Table Relation
Menurut Christoper Solomon, SAP Table Relation digunakan
untuk menggambarkan hubungan antara table database di dalam SAP. [http
5]
Gambar 2.24 SAP Table RelationSumber : qa.bpi.ac.th/files/document/74.pdf (2009:402)
27. Human Resource Information System (HRIS)
Menurut Susan M. Heathfield, HRIS (Human Resources
Information System) adalah sebuah software atau perangkat lunak yang
menyediakan kemampuan untuk penerimaan data, pengecekan data, dan
penyebaran informasi yang diperlukan untuk kebutuhan perusahaan dalam
pengelolaan Sumber Daya Manusia, pengelolaan penggajian karyawan dan
beberapa fungsi akuntansi dalam bisnis. [http 3]
Menurut Noe, Hollenbeck, & Gerhard (2007:48), HRIS adalah
sistem komputer yang digunakan untuk mendapatkan, menyimpan,
memanipulasi, menganalisa, mengambil dan mendistribusikan informasi
yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang digunakan untuk
36
membantu organisasi khususnya pada aspek perencanaan sumber daya
manusia.
Menurut Sadiq , Fareed, Ikhlaq, dan Bahaudin (2012:1), HRIS
adalah sistem komputer yang digunakan untuk menyeleraskan fungsi
administratif pada departemen Human Resource. HRIS diciptakan untuk
meningkatkan administrasi dan fungsi strategis dari departemen Human
Resource.
28. Human Capital Management
Modul HCM atau Human Capital Management yang digunakan
oleh mySAP ERP HCM yang memberikan fasilitas kepada perusahaan agar
dapat mengelola dan mengontrol sumber daya manusia dari perusahaan
secara real time. Menurut buku SAP HR050, Adapun beberapa fitur dari
Human Resources Module di dalam sistem SAP ERP antara lain Time
Management, Payroll Processing, Travel dan Training Coordination,
dibahas sebagai berikut:
1. Personnel Management
Personnel Management terkait dengan fungsi untuk mengatur atau
memantain data para karyawan.Sistem dalam mySAP ERP HCM
menyimpan data dengan menggunakan Infotype Records.
2. Organizational Management
Organizational Management digunakan untuk memetakan struktur
organisasi perusahaan dalam sistem manajemen sumber daya terkait
dengan laporan dan untuk memperlihatkan hirarki serta hubungan para
karyawan dalam sebuah perusahaan. Selainitu, organizational
37
management juga memberi pandangan yang luas tentang perusahaan
di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Di dalam
organizational management terdapat:
Organizational plan menggambarkan sebuah model dari
lingkungan kerja yang struktural dalam perusahaan yang bisa
dievaluasi kapan saja.
Organizational Unit menggambarkan semua jenis unit bisnis
yang ada dalam perusahaan. Hubungan dari beberapa unit bisnis
yang ada akan membentuk sebuah struktur organisasi.
Jobs adalah klasifikasi umum dari posisi yang akan ditempati
oleh para karyawan. Misalnya Head of Department, secretary,
dan lain-lain.
Positions adalah unit organisasi terkecil yang menggambarkan
tugas-tugas dari karyawan secara individual. Positions akan
ditempati oleh Persons.
Persons adalah sebuah obyek yang memegang posisi dalam suatu
struktur organisasi yang secara umum digambarkan sebagai
karyawan.
3. Time Management
Time management digunakan untuk mengelola semua hal yang
berhubungan dengan waktu dalam proses kerja para karyawan,
misalnya absensi, cuti, dan lain-lain. Ada beberapa cara untuk
mencatat data waktu dalam time management, seperti:
Dilakukan online oleh time administrator
Menggunakan Cross-Aplication Time Sheet (CATS)
38
Menggunakan Employee Self-Service (ESS)
4. Payroll
Secara umum payroll adalah sebuah perhitungan dari pembayaran atas
hasil kerja dari para karyawan. Jika dilihat secara lebih khusus, payroll
dapat mengelola beberapa hal seperti pemrosesan hasil penggajian,
transfer bank, dan pembayaran gaji dengan menggunakan cek. Payroll
menjadi penting karena proses payroll sangat berhubungan dengan
kinerja karyawan, proses payroll yang benar dan tepat akan
memperhitungkan dan menghasilkan jumlah insentif untuk karyawan
yang tepat, sedangkan kesalahan pada jumlah nominal insentif akan
membuat masalah yang dapat menyebabkan perfoma karyawan
menurun.
5. Recruitment
Kompenen dalam recruitment dapat digunakan untuk melengkapi
seluruh proses perekrutan dari mulai mengisi data-data awal sampai
dengan mengisi posisi-posisi untuk lowongan pekerjaan.
6. Personnel Development
Komponen dalam personnel development dapat memungkinkan
perusahaan untuk menilai para karyawan terkait dengan performanya
dalam perusahaan.Keterkaitan antara kualifikasi yang dimiliki
karyawan dengan kebutuhan posisi ditempat mereka bekerja dapat
diukur dengan Qualifiacations and Requirements.
Dengan personnel development, perusahaan dapat merencanakan dan
mengimplementasikan berbagai training yang diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan dari para karyawannya.Dengan begitu
39
perusahaan dapat memastikan jika organisasinya memiliki
kemampuan dan kualifikasi yang dibutuhkan di setiap bidang.
7. Training and Event Management
Para karyawan yang memiliki kualifikasi kurang memadai akan
diikutsertakan dalam eventbusiness atau kursus pelatihan yang
menyediakan sarana untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam
bidang tertentu.
8. Enterprise Compensation Management
Enterprise compensation management dalam mySAP ERP HCM
digunakan untuk mengontrol dan mengelola kebijakan remunerasi
perusahaan serta memfasilitasi perencanaan kompensasi dan
budgeting.
9. Personnel Cost Planning
Terkait tentang seluruh biaya yang diperlukan untuk karyawan, seperti
biaya gaji, training, kegiatan dinas, dan lain-lain.
29. Advanced Business Application Programming (ABAP)
Menurut Monk dan Wagner (2009:35), Advance Business
Application Programming atau ABAP merupakan bahasa pemrograman
komputer tingkat tinggi yang diciptakan untuk menuliskan tas-task yang
rutin di dalam aplikasi tertentu.
ABAP menurut sap-technical adalah bahasa pemrograman generasi
keempat (4G) yang ditujukan untuk para pengguna SAP untuk mendorong
lebih penggunaan aplikasi SAP, para pengguna SAP dapat mengembangkan
40
laporan yang lebih dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan
interface dengan pemrograman ABAP. [http 1]
ABAP menurut Keller dan Kruger (2007:23), ABAP adalah bahasa
pemrograman yang dikembangkan dalam SAP untuk mengembangkan
aplikasi komersial di lingkungan SAP.Dari definisi di atas kita dapat
menarik kesimpulan, ABAP adalah bahasa pemrograman tingkat tinggi
(4G) yang digunakan untuk menuliskan program ataupun laporan yang
dapat menambahkan fungsionalitas di SAP dan memberikan nilai lebih
dalam penggunaannya. ABAP memiliki dasar pemrograman yaitu bahasa
JAVA. Penambahan-penambahan fungsi-fungsi yang belum terdapat pada
SAP dapat ditambahkan dengan menggunakan bahasa ABAP oleh
ABAPER.
ABAPER adalah orang yang melakukan penulisan bahasa program
menggunakan bahasa ABAP. Semua program ABAP yang dibuat semua
berada di dalam SAP database dan tidak disimpan dalam data eksternal.
30. ABAP dan SAP Netweaver
41
Gambar 2.25 Three Layer Architecture SAPSumber : http://help.sap.com/saphelp_46c/helpdata/en/fc/
eb2e8a358411d1829f0000e829fbfe/Image2028.gif
Setelah hadirnya teknologi SAP Netweaver di bawah teknologi
SAP, ABAP menjadi interface dari SAP Netweaver Application Server
ABAP atau disingkat menjadi AS ABAP, yang menggantikan SAP Basis`
menjadi SAP Web Application Server.
Menurut Keller dan Kruger(2007:29), AS ABAP adalah hasil
integrasi antara ABAP dengan aplikasi server dari SAP Netweaver. Untuk
pengembangan AS ABAP, platform yang digunakan oleh SAP adalah J2EE
yang berbasiskan bahasa Java. Dari pengertian di atas, bisa disimpulkan
bahwa kelebihan utama dari SAP Netweaver Application Server yaitu
menyediakan framework yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan
teknologi Java dan teknologi ABAP menjadi satu server aplikasi sehingga
user bisa lebih fleksibel untuk mengembangkan program dan report di SAP
di platform mana saja.
31. Tipe Data ABAP
Menurut Keller dan Kruger (2007:230), pembagian tipe data di
dalam ABAP Programming dibagi mejadi beberapa hirarki. Tujuan dari
program ABAP adalah melakukan pemrosesan pada data-data bisnis yang
tersimpan dalam database. Untuk membantu hal ini maka ABAP
memasukan beberapa hirarki tipe data tersebut untuk mendukung operasi
khusus yang berhubungan dengan data bisnis. Penggunaan tipe data ini
disesuaikan dengan keperluan penggunaan dalam proses ABAP.
42
Gambar 2.26 ABAP Data TypeSumber : Keller dan Kruger (2007:230)
Dalam buku ABAP Objects,Keller dan Kruger (2007), tipe data
ABAP dibagi menjadi 3 kelompok besar:
1. Tipe data elementer
Tipe data elementer merupakan tipe data yang merupakan built-in
langsung dari ABAP. Ada 8 tipe data elementer yang memiliki
panjang yang tetap (fixed) dan ada 2 tambahan yang memiliki panjang
43
yang berubah-ubah (variable). 8 tipe data elementer yang memiliki
panjang yang tetap antara lain:
Text Fields (c)
Numerical Text Fields (n)
Date Fields(d)
Time Fields(t)
Integers (i)
Binary floating point (f)
Packed numbers (p)
Byte (x)
Sedangkan tambahan 2 tipe data elementer yang memiliki panjang
berubah-ubah antara lain:
Character strings (string)
Byte strings (xstring)
2. Tipe data kompleks
Tipe data kompleks merupakan tipe data dimana disusun dari
beberapa tipe data yang lain. Tipe data ini memperbolehkan adanya
penggunaan dataset dimana memiliki nama yang sama, tipe data ini
harus disusun berdasarkan tipe data yang ada. Tipe data ini
merupakan tipe terstruktur, yang disusun dari tipe data yang lain.
3. Tipe data reference
Tipe data reference menggambarkan obyek data (variabel reference)
yang mengacu kepada obyek lain.
44
32. Tipe Program ABAP
Menurut Keller dan Kruger (2007:159), program ABAP dibagi
menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Class Pools atau Global class
Class Pools adalah penampung/container untuk 1 global class yang
dapat digunakan di program lain. Selain menampung global class
saja, class pools dapat digunakan juga untuk menampung data types
dan local object types (class dan interface) yang bisa dideklarasikan
sebagai bagian dari class pool untuk digunakan di global class.
2. Interface pools atau Global Interface
Interface pools adaah penampung untuk 1 global interface yang dapat
dimasukan atau di include ke dalam class di program lain.
3. Function pools atau Function Groups
Function Groups adalah program yang berisikan function modules,
dengan kata lain function groups mengelompokan beberapa function
modules. Selain berisikan function modules, function groups juga
dapat berisikan dynpros yang tidak dapat kita masukan ke dalam class
pool. Function groups juga digunakan untuk dapat melakukan remote
pada function modules.
45
Gambar 2.27 Function Groups dan Function ModulesSumber :help.sap.com/saphelp_nw70
4. Function modules / external procedures
Menurut Keller dan Kruger (2007:164), Function modules adalah
prosedur yang terdapat dalam function groups yang didesain untuk
dapat dipanggil dari program lain. Illustrasinya mirip dengan global
classes dan public methods dimana global classes berlaku sebagai
container dan public method berlaku sebagai komponen dari
containernya.
Menurutsapdocs.info, Function Modules merupakan prosedur
eksternal (External Procedures) yang merupakan turunan dari metode
yang hanya dapat dibuat di dalam Function Groups. Fungsi-fungsi
yang ada di dalam function modules tetap dapat dipanggil melalui
method jika diperlukan. Setiap function modules membutuhkan
function group sebagai penampung/containernya.
Dari definisi di atas, function groups dan function modules bersifat
saling melengkapi, function groups wajib ada karena berperan sebagai
penampung bagi function modules. Jika tidak terdapat function
46
modules maka function group hanya bersifat sebagai penampung
kosong saja. Dalam penggunaanya, function modules tidak perlu di
include jika ingin melakukan tes pada function modules tersebut.
Adapun peran function modules menurut sapdocs.info, sebagai
berikut:
a. Dengan menggunakan function modules maka kita dapat
melakukan enkapsulasi dan mempergunakan kembali global
function di sistem R/3
b. Function modules mempunyai peran penting untuk melakukan
update ke dalam database
c. Function modules mempunyai peran penting di dalam
melakukan remote communications antara sistem R/3 atau
komponen dalam sistem R3 dan non-sap system.
d. Function modules juga mendukung exception handling dalam
error
5. Subroutine Pools atau Internal Procedure
Menurut Keller dan Kruger (2007:270), subroutine pools adalah
container untuk subroutine yang dapat dipanggil melalui program
lain. Maintain terhadap subroutine bisa langsung di maintain lewat
ABAP Editor di ABAP Workbench.
6. Executable Program
Executable adalah program yang dirancang secara khusus untuk
pelaporan sesuatu, dimana program ini akan membaca database dan
menampilkannya dalam kondisi tertentu sesuai dengan prinsip IPO
(Input, Processing danOutput). Input di dalam executable program
47
biasanya ditentukan dengan input parameter yang diperlukan untuk
pemrosesan data, processing adalah proses penarikan data melalui
query dan melalui proses komputasi jika diperlukan. Output adalah
tampilan hasil pemrosesan data yang mempunyai banyak format, dari
tulisan, tabel sampai ALV Grid.
7. Module Pools
Module pools biasanya didesain untuk dialogprogramming dengan
dynpros. Module pool biasanya berisikan dynpros sebagai
komponennya. Module pool juga berlaku sebagai container untuk
modul dialog sebagai alur logika dari dynpros. Hal ini mirip dengan
executable program dan function group dan juga untuk memaintain
module pool bisa langsung dilakukan melalui ABAP Editor di ABAP
Workbench.
33. SAP Web Service
Menurut Monk dan Wagner (2009:22), Web Service adalah
gabungan dari berbagai piranti lunak atau aplikasi yang memperbolehkan
berbagai program di dalam organisasi untuk berkomunikasi dengan aplikasi
lain.
Menurut Turban (2011:397), Web Service adalah sekumpulan
teknologi yang digunakan untuk melakukan pertukaran data antara
beberapa aplikasi.
Menurut Woods dan Word (2004, 321) Web Service adalah
teknologi universal yang digunakan untuk menghubungkan aplikasi-
aplikasi, teknologi ini menyediakan cara untuk menggabungkan fitur-fitur
48
yang berbeda dari berbagai teknologi sehingga user bisa menggunakannya
di platform manapun.
Gambar 2.28 SAP Netweaver CapabilitiesSumber: Woods dan Word (2004:190)
Jika dihubungkan dengan peran SAP Netweaver, SAP Netweaver
menjadi platform tempat dimana web service dikembangkan, dijalankan
dan di-manage. Menurut Woods dan Word(2004:319-325) dukungan dari
SAP Netweaver untuk pengembangan Web Service antara lain:
1. Portal dapat mengonsumsi web service dengan cara menciptakan UI
berdasarkan peran yang membawa banyak fungsionalitas dari
aplikasi. Portal mempermudah user untuk melakukan tugas-tugas
mereka tanpa harus bekerja di sistem yang berbeda-beda.
2. Composite application adalah Web service yang dapat dibangun diatas
aplikasi dengan menciptakan servis tambahan diatas aplikasi yang
49
telah ada yang memperbolehkan kode Java untuk berkomunikasi
dengan aplikasi lain dan menyediakan fiturnya sebagai Web Service.
3. Fitur messaging, integration broker, dan Business Process
Management (BPM) menyediakan fitur yang membuat portal dapat
menggunakan Web Service.
4. Business Process Management (BPM) menyediakan fitur yang
menjembatani SAP dengan banyak aplikasi pihak ketika, penggunaan
BPM ini antara lain bisa dilihat dari RFC(Remote Function Call) dan
BAPI (Business Application Programming Interface) di SAP Business
Suite. Kedua fitur ini merupakan fitur yang sangat penting untuk
mengintegrasikan SAP dengan aplikasi pihak ketiga dan juga
pengimplementasian add-on.
RFC (Remote Function Call)
Menurut Cao, Jandhyala, & Koduvayur(2010:2), RFC (Remote
Function Call) adalah interfaceprotocol yang disediakan oleh
SAP AG untuk melakukan proses komunikasi, pengiriman
parameter, dan penanganan error untuk mempermudah coding
dari komunikasi antar sistem.
Dari definisi di atas, RFC akan berhubungan dengan ABAP
Programming serta software pihak ketiga dalam hal ini bisa
dibuat melalui bahasa pemrograman lain PHP, Java, C, C++.
Adapun prosedur di dalam RFC secara singkat digambarkan
sebagai berikut:
a. Memanggil interface untuk ABAP Program
50
b. Setiap ABAP Program bisa memanggil remote function
module menggunakan command CALL FUNCTION
c. Function module RFC di dalam SAP harus merupakan
function module yang benar dan tidak mengandung error.
d. RFC juga menyediakan interface untuk program yang
tidak menggunakan bahasa ABAP.
BAPI (Business Application Programming Interface)
Menurut Margaret Rouse (2007), BAPI (Business Application
Programming Interface) adalah sekumpulan interface yang
memiliki konsep pemrograman berorientasi obyek yang
memperbolehkan programmer untuk menggabungkan /
mengintegrasikan aplikasi pihak ketiga untuk masuk ke dalam
sistem SAP R/3. [http 4]
Menurut Monk dan Wagner (2009:29), BAPI (Business
Application Programming Interface) adalah interface yang ada
di dalam SAP R/3 yang diperuntukan untuk menghubungkan
aplikasi pihak ketiga ke dalam SAP R/3.
Dari definisi di atas, BAPI merupakan interface yang disediakan
oleh SAP di dalam SAP R/3 yang memiliki konsep object
oriented yang menyediakan fitur untuk mengintegrasikan
aplikasi di luar SAP (third party ataupun add-on) untuk dapat
diintegrasikan dengan sistem SAP R/3.
51
5. Tools pengembangan yang digunakan adalah J2EE dan ABAP,
sehingga ABAPDevelopertetap bisa menggunakan ABAP Workbench
untuk mengembangkan Web Service.
6. SAP Netweaver Developer studio yang menyediakan tools
pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan Web Service
menggunakan ABAP dan Java sesuai standar yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan fitur ini diharapkan pengembangan lebih
memudahkan pengembang dalam mengembangkan Web Service yang
akan digunakan.
7. Life Cycle Management digunakan untuk melakukan pengontrolan
secara keseluruhan baik itu dari daur hidup program di SAP dan juga
Web Service.
34. SAP Business Workflow
Menurut Monk dan Wagner (2009:29), SAP Workflow adalah
kumpulan tools yang ada di dalam SAP ERP yang dapat digunakan untuk
mengotomatisasi aktivitas-aktivitas di dalam SAP ERP. Adapun contohnya
adalah SAPWorkflow bisa meanganalisis pada tugas-tugas yang ada dan
dapat melakukan pengiriman email ke karyawan jika memang karyawan
dibutuhkan untuk mengambil keputusan tersebut.
SAP Business Workflow juga bisa digunakan untuk mendefinisikan
proses bisnis yang belum di masukan atau di mapping ke dalam sistem R/3.
Contoh dari mendefinisikan proses bisnisinya adalah seperti melakukan
approval atau melakukan pengajuan yang sebelumnya tidak ada dalam
SAP, dengan workflow maka kita bisa membuat proses bisnis baru dalam
SAP. SAP Workflow sangat cocok diimplementasikan apabila kondisinya
52
adalah proses bisnis yang berulang dan membutuhkan sumber daya yang
besar jika menjalankannya secara manual. SAP Business Workflow juga
menyediakan workflow-workflow bawaan yang bisa dicustom oleh user,
untuk menjadikannya lebih baik atau dicocokan dengan proses bisnis
perusahaannya.
Gambar 2.29 Business Process and WorkflowSumber: http://orekait.com/img/sap-workflow-business-process.png
35. Mobile Application Design
Menurut Jonathan Stark (2012), smartphone dan desktop computer
memiliki banyak perbedaan seperti ukuran layar, bandwith, dan sumber
daya. Perbedaan tersebut membuat perancangan mobile application sangat
berbeda dengan perancangan desktop application. Terdapat 10 (sepuluh)
prinsip dalam merancang desain rancangan layar mobile application yaitu:
53
1. Mobile Mindset
Dalam merancang mobile application harus menggunakan mobile
mindset, yaitu harus fokus, unik, menarik, dan peka terhadap
keinginan user.
2. Mobile Contexts
Mengetahui dan fokus pada sasaran user untuk mobile application
yang akan dirancang. Terdapat tiga jenis user, yaitu user yang
menggunakan mobile application pada saat bersantai di rumah
(bored), pada saat sedang sibuk dan memerlukan pengaksesan content
yang cepat (busy), dan pada saat sedang berada di daerah yang baru
atau tersesat (lost).
3. Global Guidelines
Terdapat aturan umum untuk perancangan mobile application, yaitu
tingkat responsif yang tinggi, tampilan detail yang menarik,
merancang dengan menyesuaikan ukuran ibu jari dan letak user
interface yang sesuai, isi yang gampang diakses dan dimengerti,
peletakkan kontrol di bawah isi, dan menghindari scrolling.
4. Navigation Models
Terdapat banyak model navigasi dalam perancangan mobile
application, tetapi pastikan model yang dipilih sesuai dengan jenis
aplikasi yang akan dirancang. Beberapa pilihan model navigasi seperti
none, tab bar, dan drill down.
54
5. User Input
Terdapat banyak jenis keyboard dalam smartphone, seperti default,
email, url, dan phone. Pastikan keyboard sesuai dengan jenis input
yang diinginkan, pertimbangkan penggunaan auto correct dan
pastikan memungkinkan landscape orientation jika banyak
berinteraksi menggunakan keyboard.
6. Gestures
Gesture yang ada pada mobile application bersifat tersembunyi dan
pastikan memudahkan user untuk menemukannya. Tidak semua
gesture penting dan cukup, misalnya seperti shortcut pada keyboard
hanya diketahui beberapa user dan fasilitas zoom yang memerlukan
penggunaan dua tangan dapat ditambah dengan tombol zoom in dan
zoom out sehingga tetap dapat digunakan dengan satu tangan.
7. Orientation
Pastikan orientasi yang didukung mobile application sesuai dengan
kebutuhan antara portrait atau landscape. Sediakan juga fitur lock
orientation jika memang dibutuhkan melihat sesuatu dalam waktu
yang lama.
8. Communications
Komunikasi dengan user sangatlah penting dalam mobile application.
Pastikan setiap aktivitas yang ada diberikan feedback dari aplikasi,
kurangi penggunaan alert yang dapat mengganggu user, dan minta
konfirmasi user dengan rancangan default pilihan yang paling aman.
55
9. Launching
Perhatikan juga tampilan saat launching aplikasi. Pastikan
menampilkan apa yang terkahir user tinggalkan saat launching
kembali dan untuk halaman awal pilihlah gambar interaktif sehingga
user tidak bosan.
10. First Impressions
Kesan pertama dari aplikasi sangatlah penting. Pastikan icon yang
dipakai dan first launch dari aplikasi dapat menarik perhatian user.
56
36. Kerangka Pikir
Gambar 2.30 Kerangka Pikir
Data yang telah didapatkan akan dianalisa guna mendapatkan
gambaran fitur yang akan dikembangkan. Analisa akan dibagi menjadi 2
bagian yaitu analisa kebutuhan dan juga analisa kendala. Hasil analisa
57
kebutuhan dan hasil analisa kendala akan digunakan untuk analisa
pengembangan fitur di tahap selanjutnya. Analisa pengembangan fitur akan
mendapatkan hasil dari fitur-fitur yang akan dikembangkan. Fitur-fitur tersebut
selanjutnya akan dianalisa lebih lanjut di tahap analisa pemilihan teknologi
yang akan menentukan platform yang akan digunakan untuk mengembangkan
ESS Mobile. Setelah itu akan memasuki tahap perancangan sistem.
Setelah melewati tahap analisa, maka tahap selanjutnya dari
pengembangan ESS Mobile ini adalah tahap perancangan sistem. Sistem ESS
Mobile akan dirancang berdasarkan konsep Object Oriented Analysis and
Design. Dalam tahap perancangan ini, adapun diagram-diagram yang
dirancang antara lain:
Use Case & Use Case Description
Activity Diagram
SAP Table
Sequence Diagram
UI Spesification
Tahap terakhir dari pengembangan ESS Mobile adalah tahap rencana
implementasi. Pada tahap ini disusun spesifikasi dan rencana bagaimana ESS
Mobile dapat diimplementasikan ke environment yang sebenarnya. Adapun
spesifikasi implementasi yang disusun antara lain Hardware and Software
Requirement, yang berisikan apa saja hardware dan software yang diperlukan
untuk mengimplementasikan ESS Mobile.
Dokumen lain seperti tata laksana untuk pengimplementasian juga
disusun guna mendukung user dalam perihal bantuan dokumentasi untuk
58
mengimplementasi ESS Mobile. Di dalam tahap implementasi juga terdapat
Training User, diharapkan melalui training, user dapat mengerti bagaimana
cara penggunaan ESS Mobile dan memaintain aplikasi tersebut. Tahap terakhir
dari rencana implementasi dari ESS Mobile adalah penyusunan timeline untuk
pengimplementasian ESS Mobile ke Human Capital and Legal Directorate.
L1