yusiasmara.files.wordpress.com · Web viewCara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena...
Transcript of yusiasmara.files.wordpress.com · Web viewCara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena...
Pengantar Teori Ekonomi Makro
BAB 12
Inflasi dan Pengangguran______________________________________________________________________
Satuan Acara Perkuliahan 12
Sub Pokok Bahasan:
Inflasi
Pengangguran
Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran
Deskripsi Singkat:
Bab 12 ini akan menjelaskan tentang inflasi dan pengangguran. Uraian dimulai dari
penjelasan tentang inflasi, meliputi pengertian, jenis-jenis, dan penyebabnya. Di sub
bagian ini juga akan dijelaskan bagaimana dampak inflasi secara umum terhadap
perekonomian. Uraian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai pengangguran yang
meliputi pengertian, jenis-jenis, penyebab dan dampak pengangguran terhadap
perekonomian. Terakhir, uraian ditekankan pada hubungan antara inflasi dan
pengangguran.
Kegiatan Belajar-Mengajar :
1. Dosen menjelaskan pokok, sub pokok bahasan dan TIK pertemuan
2. Dosen menjelaskan materi dengan tetap memberi keleluasan kepada mahasiswa
bertanya/menyanggah. Pertanyaan-pertanyaan dalam slide harus dijawab
mahasiswa melalui diskusi kelompok kecil di kelas
3. Di akhir perkuliahan mahasiswa diberi tugas/latihan.
Dengan membaca bab ini, pembaca diharapkan dapat menjelaskan:
Apa, mengapa dan bagaimana Inflasi
Apa, mengapa dan bagaimana pengangguran
Apa hubungan inflasi dan pengangguran
dalam perekonomian
XII - 1
Pengantar Teori Ekonomi Makro
12.1. INFLASI
12.1.1. Pengertian Inflasi
Beberapa pakar memberikan pengertian mengenai inflasi. Nopirin
mendefinisikan inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara
terus menerus selama peride tertentu. Sementara Samuelson dan Nordhaus menyatakan
inflasi sebagai kenaikan harga secara umum. Sehingga tingkat inflasi tahun ke-t (It)
sama dengan tingkat harga tahun ke-t (Pt) dikurangi dengan tingkat harga tahun
sebelumnya (Pt-1), atau It = Pt - Pt-1
Umumnya, inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus. Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bisa terjadi inflasi
harus ada 3 komponen yaitu, (1) Kenaikan Harga yang berarti harga saat ini lebih tinggi
dibandingkan dengan periode sebelumnya, (2) kenaikan harga barang tersebut bersifat
umum, artinya, bahwa semua harga mengalami kenaikan, dan (3) kenaikan harga
berlangsung terus menerus (tidak terjadi sesaat), misalnya saja dalam periode minimal
satu bulan. Jadi, jika kenaikan harga hanya terjadi pada satu atau dua jenis barang saja
(tidak bersifat umum), atau kenaikan harga hanya terjadi sesaat, maka kondisi tersebut
belum cukup dikatakan telah terjadi inflasi. Kenaikan harga barang tertentu atau
kenaikan harga karena panen yang gagal misalnya, tidak termasuk inflasi.
Inflasi dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi
kenaikan harga makin turun nilai uang.
12.1.2. Metode Pengukuran Inflasi
Tingkat inflasi biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi
nilainya, makin tinggi kenaikan harga-harga barang secara umum. Jika kita pernah
mendengar berita di TV bahwa tingkat inflasi mencapai angka dua digit, itu berarti
tingkat inflasi sudah mencapai angka 10 % ke atas.
Umumnya kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan
indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju
inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
a) Consumer Price Index (CPI) atau Cost Living Index. Indeks ini paling banyak
digunakan dalam menghitung tingkat inflasi. Sesuai dengan namanya, indeks ini
digunakan untuk mengukur berapa besar biaya atau pengeluaran rumah tangga
XII - 2
Pengantar Teori Ekonomi Makro
(konsumen) dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidupnya
(cost living). Satu paket barang yang mewakili pola pengeluaran konsumen/rumah
tangga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dipilih untuk selanjutnya dihitung
seberapa besar biaya yang diperlukan untuk membeli barang/jasa tersebut. Ada dua
penghitungan. Pertama, biaya-biaya tersebut diukur dengan harga pada saat
penghitungan dilakukan (harga berlaku). Kedua biaya dihitung berdasarkan harga
barang pada tahun dasar tertentu. Perbandingan kedua biaya inilah yang disebut
dengan CPI.
b) Produsen Price Index (PPI) dikenal dengan Whosale Price Index. Index ini lebih
menitikberatkan pada perbandingan biaya yang dikeluarkan oleh produsen – dalam
hal ini perdagangan besar - seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku
atau barang setengah jadi. Seperti CPI, biaya yang dikeluarkan produsen untuk
sepaket barang mentah/faktor produksi dihitung, baik berdasarkan harga berlaku
(tahun berjalan) maupun tahun dasar. Perbandingan kedua biaya inilah yang disebut
dengan PPI.
c) GNP Deflator, yaitu jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI. Indeks
ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP,
sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas. GNP
Deflator didefinisikan sebagai perbandingan GNP Nominal (GNP yang dihitung
berdasarkan harga berlaku) dengan GNP Riil-nya (GNP yang dihitung berdasarkan
harga kontans tahun tertentu).
GNP Deflator memiliki kelebihan, yaitu bahwa indeks ini bukan hanya
memperhitungkan harga barang konsumen atau pun produsen, tetapi juga harga barang
kapital dan barang ekspor.
XII - 3
Pengantar Teori Ekonomi Makro
12.1.3. Jenis-jenis Inflasi
Jenis inflasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu menurut sifatnya
dan berdasarkan penyebabnya. Jenis inflasi menurut sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)
Creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per
tahun). Kenaikkan harga berjalan sangat lambat dengan persentase yng kecil serta dalam
jangka yang relatif lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya
double digit atau triple digit) dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif
pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga-harga minggu atau bulan ini
lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efek terhadap perekonomian lebih
berat daripada inflasi yang merayap.
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Hyper inflation merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga
naik sampai 5 atau 6 kali lipat. Masyarakat tidak lagi mau menyimpan uang, nilai uang
merosot sangat tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin
cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang
dibelanjai atau ditutup dengan mencetak uang.
Sementara itu, berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibagi ke dalam 2 jenis,
yaitu:
1. Demand Pull Inflation (Inflasi karena tarikan permintaan)
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand),
sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh (full
employment) atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir
mendekati kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total selain menaikkan harga
dapat juga menaikkan produksi tetapi jika keadaan full employment kenaikan
permintaan selanjutnya akan menaikkan harga barang saja.
XII - 4
Pengantar Teori Ekonomi Makro
2. Cost Push Inflation (Inflasi karena dorongan biaya (produksi))
Cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikkan harga serta turunnya
produksi. Inflasi ini biasanya dibarengi resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan
adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikkan
biaya produksi yang dapat timbul karena beberapa faktor yaitu :
– Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikkan upah
– Industri monopolis managernya dapat menentukan
– Kenaikkan harga bahan baku industri
– Kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Kalau
proses ini berjalan terus maka timbullah cost-push inflation.
Penyebab inflasi pun dapat diidentifikasi dari ‘lokasi’ barang/jasa yang
mengalami kenaikan harga. Jika tingkat inflasi yang terjadi disebabkan oleh kenaikan
harga barang secara umum di dalam negeri, maka disebut domestic inflation.
Sebaliknya, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga
barang import secara umum, maka disebut Imported Inflation.
12.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Samuelson dan Nordhaus menyebutkan bahwa ada 2 faktor yang menyebabkan
timbulnya inflasi, yaitu tarikan permintaan (demand pull) dan dorongan peningakatan
harga (cost push). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jika permintaan agregat
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, maka
sesuai hukum ekonomi, maka kondisi ini akan menarik harga ke atas sehingga tercapai
keseimbangan baru pada tingkat penawaran dan permintaan agregat. Inflasi yang
disebabkan oleh meningkatnya permintaan agregat ini yang disebut dengan demand pull
inflation. Sementara itu, jika pada kondisi perekonomian di mana ada peningkatan
biaya, khususnya saat periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang
kurang efektif, maka ini pun akan mendorong kenaikan harga-harga barang/jasa secara
umum. Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya produksi inilah yang dikenal
dengan cost push inflation.
Seperti telah disinggung sebelumnya, penyebab inflasi pun dapat diidentifikasi
dari ‘lokasi’ barang/jasa yang mengalami kenaikan harga. Jika tingkat inflasi yang
terjadi disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri, maka
XII - 5
Pengantar Teori Ekonomi Makro
disebut domestic inflation. Sebaliknya, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan
oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum, maka disebut Imported
Inflation.
Kejadian inflasi di negara-negara di dunia, khususnya di Indonesia dipengaruhi
oleh faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Adanya peningkatan jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar ini di
Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa:
* Kenaikan harga migas di luar negeri
* Meningkatnya bantuan luar negeri
* Masuknya modal asing, khususnya investasi portfolio di pasar uang
* Meningkatnya anggaran Pemerintah secara mencolok
* Depresiasi nilai Rupiah dan gejolak mata uang konvertibel
- Adanya tekanan pada tingkat harga umum, yang dapat dipengaruhi oleh kejadian-
kejadian berikut ini :
* Penurunan produksi pangan akibat musim kering yang berkepanjangan
* Peningkatan harga komoditi umum secara mendadak
* Pencabutan program subsidi BBM
* Kenaikan harga BBM yang mencolok
* Kenaikan tarif listrik
- Kebijakan Pemerintah dalam mendorong kegiatan ekspor non-migas; maupun
kebijakan lainnya yang bersifat distortif seperti antara lain:
* Lonjakan inflasi setelah dikeluarkannya kebijakan devaluasi
* Kebijakan tata niaga yang menciptakan pasar yang oligopolistis dan
monopolistis
* Pungutan-pungutan yang dikenakan dalam perjalanan lalu lintas barang dan
mobilitas tenaga kerja
* Kebijakan peningkatan tingkat upah minimum regional
- Peningkatan pertumbuhan agregat demand yang dipicu oleh perubahan selera
masyarakat, atau kebijakan pemberian bonus perusahaan dan faktor spekulatif
lainnya:
* Pemberian bonus THR mendekati jatuhnya Hari Raya.
* Pemberian bonus prestasi perusahaan
XII - 6
Pengantar Teori Ekonomi Makro
* Perkembangan pusat belanja yang ekspansif dengan mematikan fungsi
keberadaan pasar tradisional di lokalitas tertentu.
Pada masa lalu pencetus inflasi di Indonesia lebih dipengaruhi oleh inflasi yang
berasal dari impor bahan baku dan penolong. Hal ini beralasan karena sebagian besar
dari bahan baku tersebut masih diimpor dari luar negeri, akibat struktur industri yang
sedikit mengandung local content.
Dua faktor dapat berpengaruh atas kenaikkan harga di dalam negeri. Jika terjadi
kelangkaan pasokan akibat gangguan logistik atau perubahan permintaaan dunia atas
bahan baku tersebut di dunia. Jika terjadi penurunan nilai rupiah kita terhadap mata
uang asing utama seperti dollar Amerika Serikat.
Saat ini inflasi di negara kita lebih banyak dipengaruhi oleh lonjakan harga
minyak bumi di pasar internasional, yang dapat mendorong lebih lanjut biaya
pengadaan sumber energi listrik dan bahan bakar untuk sebagian besar pabrik-pabrik
pengolahan.
Dimasa depan ancaman lonjakan harga minyak bumi masih akan mengancam
inflasi di negara kita. Potensi kelangkaan bahan baku batubara dan gas akan juga terjadi
dan mengakibat kan kenaikkan biaya energi. Disamping itu ancaman jangka menengah
atas kemungkinan terjadinya inflasi di beberapa daerah di Indonesia adalah akibat
adanya kelangkaan bahan makanan pokok masyarakat yang timbul akibat paceklik,
hama penyakit, dan penurunan produktivitas padi, kedelai dan kacang-kacangan.
Memang inflasi pada tingkat yang rendah merupakan perangsang bagi produsen
untuk menambah kapasitas produksinya; tetapi jika terlalu tinggi akan memberikan
dampak negatif atas meningkatnya ketidakpastian dan penurunan daya beli konsumen,
sekaligus potensi penjualan perusahaan.
12.1.5. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian
Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling penting dan paling
ditakuti oleh para pelaku ekonomi termasuk Pemerintah, karena dapat membawa
pengaruh buruk pada struktur biaya produksi dan tingkat kesejahteraan. Bahkan satu
rezim kabinet pemerintahan dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan
mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang naik berpuluh kali lipat,
seperti yang dialami oleh pemerintahan rezim Soekarno dan rezim Marcos, menjadi
XII - 7
Pengantar Teori Ekonomi Makro
bukti nyata dari rawannya dampak negatif yang harus ditanggung para pengusaha dan
masyarakat.
Bagaimana pun inflasi adalah kejadian ekonomi yang sudah dianggap lumrah
dan tidak selamanya berdampak negatif. Secara ringkas, berikut ini adalah dampak
negatif dan positif inflasi:
a. Dampak negatif
Dampak negative inflasi umumnya terjadi saat inflasi disebabkan oleh cost push
inflation. Saat terjadi kenaikan harga-harga faktor produksi (input) dari perekonomian,
maka:
1. Harga barang-barang dan jasa yang dihasilkan (output) juga akan naik.
2. Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang.
3. Menimbulkan tindakan spekulasi.
4. Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar.
5. Kesadaran menabung masyarakat berkurang.
b. Dampak positif
Dampak positif inflasi biasanya terjadi jika jenis inflasi yang terjadi adalah
demand pull inflation. Saat permintaan agregat meningkat, maka:
1. Peredaran / perputaran barang lebih cepat.
2. Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah.
3. Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi (pengusaha yang
untung memperbesar usahanya melalui investasi).
4. Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan pendapatan
kecil.
Dengan dampak negative dan positif di atas, maka saat terjadi inflasi akan ada
pihak-pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Pihak-pihak yang mendapatkan
keuntungan adalah:
a. Para pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya inflasi, telah memiliki
stock/persediaan produksi barang yang siap dijual dalam jumlah besar.
b. Para pedagang, yang dengan terjadinya inflasi menggunakan kesempatan
memainkan harga barang. Cara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga,
karena ingin mendapatkan laba/keuntungan yang besar.
XII - 8
Pengantar Teori Ekonomi Makro
c. Para spekulan, yaitu orang-orang atau badan usaha yang mengadakan spekulasi,
dengan cara menimbun barang sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan
menjualnya kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga terjadinya kenaikan harga
sangat menguntungkan mereka.
d. Para peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang naik,
sehingga nilai riil-nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi terjadi, tetapi peminjam
membayar kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelum terjadi
inflasi. Misalnya, para pengambil kredit KPR BTN sebelum inflasi yang
mengakibatkan harga bahan bangunan dan rumah KPR BTN naik, sedangkan
jumlah angsuran yang harus dibayar kepada BTN tetap tidak ikut dinaikkan.
Sementara itu, pihak-pihak yang dirugikan antara lain:
a. Para konsumen, karena harus membayar lebih mahal, sehingga barang yang
diperoleh lebih sedikit jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.
b. Mereka yang berpenghasilan tetap, karena dengan penghasilan tetap, naiknya harga
barang-barang dan jasa, mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang dapat
dibeli menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan riil/nyata berkurang, sedangkan
kenaikan penghasilan atau pendapatan pada saat terjadi inflasi sulit diharapkan.
c. Para pemborong atau kontraktor, karena harus mengeluarkan tambahan biaya agar
dapat menutup pengeluaran-pengeluaran yang diakibatkan terjadinya inflasi dan
mengakibatkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh dari proyek yang
dikerjakan.
d. Para pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai riil dari pinjaman yang telah diberikan
menjadi lebih kecil sebagai akibat terjadinya inflasi. Misalnya, sebelum inflasi,
pinjaman Rp 500.000,00 = 25 gram emas, sesudah inflasi = 20 gram emas.
e. Para penabung, karena pada saat inflasi bunga yang diperoleh dari tabungan
dirasakan lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi. Di
samping itu akibat naiknya harga barang-barang dan jasa, nilai uang yang ditabung
menjadi lebih rendah/turun, jika dibandingkan dengan sebelum terjadi inflasi.
Inflasi dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi di mana para
pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian. Di samping
itu inflasi juga bisa memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat akibat menurunnya
XII - 9
Pengantar Teori Ekonomi Makro
daya beli masyarakat secara umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu distribusi
pendapatan pun semakin buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri
dengan inflasi yang terjadi.
12.2. PENGANGGURAN
12.2.1. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang mencari kerja tetapi belum atau tidak
mendapat pekerjaan. Atau dapat juga dikatakan orang yang sudah dalam usia kerja (usia
15-64 tahun) dan masuk dalam angkatan kerja tetapi belum bekerja. Atau, penduduk
usia kerja yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan, yang
sudah pernah bekerja karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang
berusaha memperoleh pekerjaan, yang dibebastugaskan baik akan dipanggil kembali
atau tidak tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
Untuk lebih jelasnya, kita harus memahami pengelompokan penduduk
berdasarkan kelompok umur dan status pekerjaan seperti terlihat dalam bagan berikut
ini:
Gambar 12.1. Bagan Penduduk dan Tenaga Kerja
XII - 10
Total penduduk
Usia kerja (15-64) Bukan usia kerja
Anak (<15 th) Lanjut usia (65+)
Angkatan kerja Bukan Angkatan kerja
Bekerja
Pengangguran penuh
Sekolah Mengurus rumahtangga
Lain-lain
Bekerja penuh Setengah Pengangguran Sukarela Terpaksa
Pengantar Teori Ekonomi Makro
Dari bagan di atas dapat dibuat definisi beberapa konsep ketenagakerjaan:
- Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) yang bekerja atau
menganggur
- Bukan Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang sedang sekolah, mengurus
rumahtangga, atau tidak produktif secara ekonomi, karena cacat misalnya.
- Definisi umum “bekerja” (employed) adalah penduduk usia kerja yang bekerja
setidaknya 1 jam selama seminggu sebelum survei dilaksanakan. Definisi ini bisa
saja berbeda, tergantung dari jenis survei atau penyelenggaranya. Sejauh ini Badan
Pusat Statistik masih menggunakan definisi tersebut. Penduduk yang punya
pekerjaan namun sementara tidak bekerja karena sedang sakit, menunggu panen
atau cuti disebut bekerja.
- Bekerja penuh adalah orang yang bekerja biasanya berdasarkan jam kerja per
minggu, yaitu minimal 35 atau 40 jam per minggu
- Setengah pengangguran adalah orang yang bekerja dengan jam kerja di bawah
bekerja penuh.
- Pengangguran adalah penduduk usia kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari
pekerjaan, baik yang ‘terpaksa’ karena memang belum ada pekerjaan yang
dipegang maupun ‘sukarela’, yaitu yang secara sengaja menganggur karena
misalnya mencari yang lebih baik padahal ada pekerjaan untuknya.
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari
prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jumlah yang menganggur / Jumlah Angkatan Kerja x 100%
12.2.2. Jenis-jenis Pengangguran
Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dikelompokkan dalam beberapa
jenis:
1. Pengangguran Friksional
Pengangguran yang bersifat sementara, biasanya terjadi karena adanya kesenjangan
waktu, letak geografis, informasi antara pencari kerja dengan lowongan pekerjaan.
mendefinisikan ini sebagai pengangguran yang muncul karena adanya senjang
waktu bagi pekerja untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan selera dan
XII - 11
Pengantar Teori Ekonomi Makro
kemampuan mereka. Atau pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang
dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang
waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain
tersebut.
2. Pengangguran Struktural
Pengangguran yang sifatnya mendasar, dimana pencari kerja tidak mampu
memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia.
Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan
akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya. Pengangguran ini umumnya disebabkan oleh ketidakcocokan antara
struktur para pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang keahlian,
maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum
terisi. Atau pengangguran yang muncul karena jumlah pekerjaan yang tersedia di
pasar tenaga kerja tidak cukup untuk menyediakan pekerjaan bagi siapapun yang
menginginkannya.
3. Pengangguran Musiman
Pengangguran yang berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekoniomi jangka
pendek terutama di sektor pertanian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik
turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada
penawaran kerja.
5. Pengangguran konjungtur
Pengangguran yang disebabkan oleh kelesuan/kemunduran kegiatan ekonomi.
Kemerosotan kegiatan ekonomi ini disebabkan oleh penurunan dalam pengeluaran
atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian tersebut. Kelesuan ini
disebabkan oleh faktor dalam negeri berupa mayarakat mengurangi tingkat
pengeluarannya atau perusahaan swasta mengurangi investasinya, dan faktor luar
negeri berupa penurunan ekspor atau impor yang semakin besar
Seperti telah disinggung dalam definisinya di atas, pengangguran juga dapat
dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara/terpaksa
XII - 12
Pengantar Teori Ekonomi Makro
(involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang
menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
Sedangkan pengangguran dukalara/terpaksa adalah pengangguran yang menganggur
karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.
Jenis pengangguran lainnya adalah berdasarkan jumlah jam kerja penduduk
tersebut bekerja. Di sini, ada dua jenis pengangguran, yaitu pengangguran penuh dan
setengah pengangguran. Pengangguranpenuh berarti penduduk/orang tersebut belum
mendapatkan/sedang mencari pekerjaan (sama dengan definisi pengangguran secara
harfiah). Sementara itu, setengah pengangguran adalah penduduk/orang yang
sebenarnya bekerja namun jam kerjanya tidak seperti orang bekerja penuh. Biasanya,
dikatakan setengah pengangguran jika jam kerja <35 jam/minggu.
12.2.3. Faktor-faktor Penyebab Pengangguran
Dari jenis-jenis pengangguran di atas, kita dapat merumuskan faktor-faktor
penyebab pengangguran. Walaupun demikian, secara umum ada dua 2 faktor utama
penyebab pengangguran, yaitu faktor Pribadi dan faktor sosial ekonomi.
Faktor Pribadi
Dalam hal ini penyebab pengangguran bisa disebabkan oleh kemalasan, cacat/udzur
dan rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Faktor kemalasan
Penganguran yang berasal dari kemalasan individu sebenarnya sedikit. Namun,
dalam sistem materialis dan politik sekularis, banyak yang mendorong masyarat
menjadi malas, seperti sistem penggajian yang tidak layak atau maraknya perjudian.
Banyak orang yang miskin menjadi malas bekerja karena berharap kaya mendadak
dengan jalan menang judi atau undian.
2. Faktor cacat /uzur
Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah ‘hukum rimba’. Karena itu,
tidak ada tempat bagi mereka yang cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak.
XII - 13
Pengantar Teori Ekonomi Makro
3. Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan
Dampak dari rendahnya pendidikan tenaga kerja adalah rendahnya keterampilan
yang mereka milki. Belum lagi sistem pendidikan Indonesia yang tidak fokus pada
persoalan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan dan dunia kerja. Pada akhirnya
mereka menjadi pengangguran intelek.
Faktor Sistem Sosial dan Ekonomi
Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di
Indonesia, di antaranya:
1. Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan
Saat jumlah pencari kerja (penawaran tenaga kerja) melebihi lapangan pekerjaan
yang tersedia (permintaan tenaga kerja) maka akan ada pengangguran. Jumlah
pengangguran sejumlah mereka yang tidak tertampung dalam pasar tenaga kerja.
2. Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan menimbulkan
pengangguran baru. Misalnya, kenaikan BBM telah menambah pengangguran.
Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan
pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran. Banyaknya
pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah mengakibatkan
pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada. Pencemaran telah
mengakibatkan penghasilan tambak/lahanpertanian yang menurun, tanah menjadi tidak
subur, dan seterusnya. Akibatnya, rakyat sekitar daerah industri tersebut menjadi orang-
orang miskin dan penganggguran.
3. Pengembangan sektor ekonomi non-real
Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai
komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan sistem
ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa
mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.
Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada sektor real ini
mendorong inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menyebabkan turunnya
produksi dan investasi di sektor real. Akibatnya, hal itu mendorong kebangkrutan
XII - 14
Pengantar Teori Ekonomi Makro
perusahan dan PHK serta pengangguran. Inilah penyebab utama krisis ekonomi dan
moneter di Indonesia yang terjadi sejak tahun 1997. Peningkatan sektor non-real juga
mengakibatkan harta beredar hanya di sekelompok orang tertentu dan tidak memilki
konstribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan.
Dalam tulisan lain, disebutkan pula faktor lain penyebab seseorang tidak
mendapat pekerjaan, seperti kurangnya informasi, tidak adanya sistem penerimaan
public, dan sulit menerapkan kepintarannya dalam dunia pekerjaan. Hal inilah yang
paling besar pengaruhnya dalam dunia kerja sekarang ini, kurangnya informasi dapat
menjadi faktor yang paling berpengaruh, hal ini diakibatkan keadaan lingkungan tempat
tinggal yang tidak memungkinkan untuk terus meng update informasi tentang lowongan
pekerjaan. Selain itu faktor penerimaan yang bisa disebut "diam-diam" juga sangat
berpengaruh, dimana sekarang banyak perusahaan yang mengutamakan standar
universitas (lembaga) daripada standar keahlian masing-masing pelamar kerja. Ada juga
pengaruh sulitnya membedakan antara kuliah dengan kerja, ini disebakan pengalaman
seorang tenaga kerja yang masih belum terasah, maka diperlukan sistem perkuliahan
yang bisa mendukung keahlian seseorang dan dapat langsung diterapkan didunia kerja,
tapi lagi-lagi pengaruh nama universitas besar tetap tidak dapat di kesampingkan.
Dalam beberapa literature ekonomi, secara teoritis (lihat jenis pengangguran
berdasarkan penyebabnya di bagian sebleumnya), pengangguran dapat terjadi karena
beberapa sebab, diantaranya :
1. Perubahan struktural. Seperti disebutkan Reynolds, Masters dan Moser jenis
pengangguran ini terjadi karena mismatch (tak sepadan/ketidakcocokan) antara
kualifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang
diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan struktur ekonomi.
Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap produksi
nasional (regional).
Bila sektor industri memberikan kontribusi paling besar terhadap PDB dibanding
dengan sektor lainnya, maka struktur perekonomian tersebut adalah industri, atau
sebaliknya. Katakanlah dalam suatu negara atau daerah terjadi pergeseran struktur
ekonomi dari sektor pertanian ke industri. Dampak selanjutnya, adalah
dibutuhkannya kualifikasi tenaga kerja yang cocok di sektor industri. Ketika
XII - 15
Pengantar Teori Ekonomi Makro
persyaratan ini tidak terpenuhi (mismatch), maka tenaga kerja yang ada menjadi
tidak terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan.
2. Pengaruh musim. Perubahan musim terjadi bukan hanya di sektor pertanian saja,
tetapi sering pula terjadi pada sektor lain. Pada musim liburan dan tahun baru,
misalnya, suasana sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk (full
employed) dibanding dengan hari-hari biasa. Demikian pula pada saat menjelang,
sedang dan setelah bulan Suci Ramadhan, nampak permintaan terhadap barang dan
jasa meningkat (demand for good) yang selanjutnya akan membawa dampak
otomatis terhadap permintaan tenaga kerja (derived demand) di sektor yang
bersangkutan.
3. Adanya hambatan (ketidaklancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja
(pengangguran friksional). Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena
hambatan teknis (misalnya waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak
memiliki informasi yang lengkap tentang lowongan kerja yang ada. Sehingga
mereka kehilangan kesempatan untuk memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin
juga karena situasi kerja (tempat) yang ditempati tidak cocok dengan harapan si
pencari kerja, sehingga membuat pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah lebih
baik tidak bekerja, karena lingkungan kerja tidak kondusif lagi. Pengangguran jenis
ini bisa juga terjadi karena perkembangan (dinamika) ekonomi yang terus-menerus
berubah, sehingga membawa dampak terhadap permintaan tenaga kerja yang
dinamis pula. Artinya pada situasi demikian sangat dibutuhkan tenaga kerja yang
mampu mengikuti perubahan jaman dengan cepat serta mampu melakukan adaptasi
keahlian terhadap tuntutan lingkungan eksternal yang dinamis tersebut. Bila situasi
ini tidak bisa diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.
4. Rendahnya aliran investasi. Investasi merupakan komponen aggregate demand
yang mempunyai daya ungkit terhadap perluasan kesempatan kerja. Melalui
mekanisme efek multiplier, perubahan investasi membawa dampak terhadap
kenaikan output (pendapatan).
Terdapat beberapa besaran (pengeluran otonom, seperti halnya investasi) yang
mempunyai dampak terhadap meningkatnya output yaitu pengeluaran konsumsi
otonom, investasi otonom, pengeluaran pemerintah dan ekspor. Secara otomatis
meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi
XII - 16
Pengantar Teori Ekonomi Makro
(modal, tenaga kerja dan input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja
akan meningkat ketika terjadi peningkatan dalam pengeluaran otonom tadi.
Hubungan antara kenaikan output dengan permintaan tenaga kerja (penyerapan
tenaga kerja) dapat dijelaskan dengan konsep elastisitas penyerapan tenaga kerja.
Elastisitas penyerapan tenaga kerja mencerminkan persentase perubahan tenaga
kerja yang terserap sebagai akibat perubahan laju pertumbuhan ekonomi. Bila
koefisien Eks semakin besar (misalnya lebih besar dari satu atau elastis), ini berarti
persentase kenaikan tenaga kerja yang terserap adalah lebih besar dibanding
dengan laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kondisi inilah yang sangat
diharapkan, karena pola hubungan sedemikian mencerminkan kegiatan ekonomi
yang pada karya (labor intensive). Artinya perubahan kesempatan kerja sangat peka
(sensitif) terhadap perubahan laju pertumbuhan ekonomi (economic growth rate).
5. Rendahnya tingkat keakhlian. Keahlian dan produktifitas sangat berkaitan erat.
Orang yang memiliki keahlian akan memiliki produktifitas tinggi, karena ia mampu
memanfaatkan potensi dirinya pada kegiatan ekonomi produktif. Untuk
meningkatkan keahlian dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya adalah melalui
pendidikan dan latihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan
tenaga kerja lewat pembinaan motivasi kerja dan corporate learning (percepatan
belajar perusahaan).
6. Diskriminasi. Diskriminasi tidak hanya terjadi pada warna kulit saja (race
discrimination), tetapi bisa terjadi pula pada aspek lain, misalnya pada sektor
pendidikan, ekonomi, hukum, Agama dan lainnya. Misalnya, ketika perlakukan
diskriminatif terjadi di bidang ekonomi, maka kemungkinan dampak yang akan
dirasakan adalah hilangnya kesempatan berusaha dan kesulitan akses pada sumber-
sumber pertumbuhan ekonomi (modal, alam dan informasi, dll). Situasi inilah yang
pada gilirannya akan menghambat pada penciptaan lapangan kerja itu sendiri. Jadi
beban ketenagakerjaan akan berat sekali ketika perlakukan disriminatif di bidang
ekonomi masih ada. Demikian juga bila akses pendidikan dan pengembangan SDM
tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah
terpuruknya kualitas SDM, dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit diraih
oleh tenaga kerja.
XII - 17
Pengantar Teori Ekonomi Makro
7. Laju pertumbuhan penduduk. Hal-hal yang tidak diinginkan dari persoalan
kependudukan diantaranya adalah apabila pertumbuhan penduduk bersamaan
dengan munculnya karakteristik sebagai berikut :
(a) tidak diimbangi dengan sarana dan prasaranan pendidikan yang memadai
(b) rendahnya anggaran pendidikan
(c) rendahnya tingkat kesehatan
(d) tidak seimbang dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja
(e) rendahnya pembentukan modal
(f) rendahnya kualitas tenaga kependidikan
(g) rendahnya balas jasa di sektor pendidikan (gaji, honor, jasa riset dsb
(h) rendahnya daya beli masyarakat
(i) minimnya sumberdaya ekonomi yang bisa dieksploitasi
(j) masih rendahnya pemahaman tentang arti penting pendidikan
(k) rendahnya fasilitas dan kualitas kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
8. Aggregate demand unemployment. Pengangguran ini muncul karena rendahnya
permintaan output ekonomi, sehingga selanjutnya berdampak pada rendahnya
permintaan tenaga kerja (low derived demand). Sebaliknya, bila permintaan output
tinggi (high aggregate demand), bukan hanya akan menghilangkan pengangguran
jenis ini, tetapi malah akan tercipta lebih banyak lagi kesempatan kerja, bahkan
situasi ini dapat mengurangi pengangguran struktural dan friksional yang terjadi
sebelumnya.
Seiring perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang semakin cepat,
penyebab pengangguran dapat saja berubah. Peserta mata kuliah dibebaskan
mencari/mengidentifikasi penyebab pengangguran yang ditemui di sekelilingnya
dan/atau mengkritisi berbagai penyebab yang telah diuraikan di atas.
12.2.4. Dampak Pengangguran
Tingkat pengangguran, khususnya yang tinggi, dapat berdampak terhadap
masalah perekonomian maupun sosial. Dampak ekonomi yang tampak adalah
“sumberdaya yang tidak terpakai”. Sementara itu, dampak sosialnya antara lain pada
diri/pribadi penganggur tersebut maupun lingkungannya. Secara psikologis,
menganggur menjadi salah satu sebagai penyebab depresi bagi sekelompok orang. Jika
XII - 18
Pengantar Teori Ekonomi Makro
tidak bisa mengatasinya, bukan tidak mungkin seseorang yang depresi akan mengalami
gangguan jiwa, bunuh diri atau sejenisnya. Bagi lingkungan, tingginya tingkat
pengangguran dapat memunculkan masalah-masalah sosial seperti kriminalitas,
perkelahian, dll. Peserta mata kuliah dapat melihat dampak ini, baik secara langsung (di
sekitarnya) atau melalui media.
Dari sisi ekonomi, seorang ahli ekonomi, yaitu Okun bahkan mengeluarkan
pernyataan tentang hubungan antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi, yang
dikenal dengan Hukum Okun (Okun’s Law). Okun’s Law memberikan gambaran
keterkaitan/link antara pasar output dgn pasar tenaga kerja dan hubungan antara
pergerakan jangka pendek GDP dan perubahan tingkat pengangguran. Hukum Okun
berbunyi bahwa setiap terjadi penurunan 2% GDP terhadap GDP Potential, Tingkat
Unemployment naik 1 % , demikian juga sebaliknya (lihat ilustrasi gambar di bawah
ini.
Gambar 12.2. Ilustrasi Hukum Okun
12.3. HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN
Ada hubungan antara inflasi dan pengangguran. Melalui penelitiannya, Profesor
A.W. Philip (1958) menggambarkan hubungan keduanya melalui sebuah kurva yang
disebut Kurva Philip (lihat Gambar 12.3). Dalam kurva tersebut digambarkan bahwa
hubungan antara inflasi dan pengangguran adalah negatif dan non linier. Saat ada
XII - 19
Pengantar Teori Ekonomi Makro
kenaikan tingkat upah (inflasi tingkat upah/wage inflation) maka akan ada penurunan
pengangguran (Unemployment). Pada gambar, saat tingkat upah sebesar w3, maka
pengangguran sebesar C. Saat tingkat upah naik (inflasi) menjadi w2, maka
pengangguran turun menjadi B, dan saat tingkat upah kembali naik menjadi w1, maka
pengangguran pun semakin rendah, menjadi A. Dalam kondisi kurva Philips ini, inflasi
upah tenaga kerja berdampak positif, yaitu menurunnya pengangguran.
Peserta mata kuliah dapat mengkritisi hasil penelitian Profesor Philips ini
dengan membandingkannya dengan kondisi aktual di sekitar. Peserta mata kuliah dapat
mencari jawaban dari pertanyaan “apakah kurva Philips masih sesuai dengan kondisi
saat ini?”
Upah
w1 A
w2 B
w3 C
Pengangguran
Gambar 12.3. Kurva Philips
12.4. LATIHAN DAN/ATAU TUGAS
1. Pelajari kembali berbagai penyebab inflasi di bagian 12.1.2. Pilihlah salah satu
penyebab, boleh secara acak. Kritisilah. Apakah penyebab itu masih relevan dengan
kondisi saat ini? Jelaskan jawaban Anda!
2. Pelajari juga berbagai dampak inflasi di bagian 12.1.3. Pilihlah salah satu dampak,
boleh secara acak. Kritisilah. Apakah dampak itu masih relevan dengan kondisi saat
ini? Jelaskan jawaban Anda!
3. Kritisilah definisi pengangguran versi Badan Pusat Statistik, apakah definisi
tersebut relevan? Apa kelebihan dan kekurangannya? Jelaskan jawaban Anda!
XII - 20
Pengantar Teori Ekonomi Makro
4. Seiring perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang semakin cepat,
penyebab pengangguran dapat saja berubah. Temukan sekelompok pengangguran
di sekitar Anda dan identifikasilah apa penyebab pengangguran tersebut!.
5. Pelajari kembali berbagai penyebab pengangguran di bagian 12.2.2. Pilihlah salah
satu penyebab, boleh secara acak. Kritisilah. Apakah penyebab itu masih relevan
dengan kondisi saat ini? Jelaskan jawaban Anda!
6. Pelajari juga berbagai dampak pengangguran di bagian 12.2.3. Pilihlah salah satu
dampak, boleh secara acak. Kritisilah. Apakah dampak itu masih relevan dengan
kondisi saat ini? Jelaskan jawaban Anda!
7. Bandingkan hasil penelitian Profesor Philips ini dengan kondisi aktual di sekitar
Anda. Apakah kurva Philips masih sesuai dengan kondisi saat ini? Jelaskan
jawaban Anda!
XII - 21