syair79.files.wordpress.com file · Web viewBerkaitan dengan penjelasan sebelumnya, maka masalah...
Click here to load reader
Transcript of syair79.files.wordpress.com file · Web viewBerkaitan dengan penjelasan sebelumnya, maka masalah...
PENGEMBANGAN PROFESI GURU SEBAGAI PENDIDIK
Oleh
ABDUL SYAIR085299863700
Catatan:Ucapan Terima kasih anda, kirimpkan pulsa 10, atau 5, sesuai kerelaan
Kalau tak punya pulsa kirimkan doa dilancarkan rezeki---------------- Terima kasih ----------------
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang pengembangan
profesi guru sebagai pendidik.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Kendari, November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
A. Pendahuluan..................................................................................................... 1
B. Pengembangan Profesionalisasi Guru............................................................. 2
C. Tujuan Kegiatan Pengembangan Profesi Guru ............................................... 4
D. Model Pengembangan Guru............................................................................ 4
E. Strategi Pengembangan Profesionalitas Guru.................................................. 6
F. Tantangan dan Problematik Pengembangan Profesional Guru/Pendidik........ 12
G. Penutup............................................................................................................ 13
H. Sumber ............................................................................................................ 14
ii
PENGEMBANGAN PROFESI GURU SEBAGAI PENDIDIK
A. Pendahuluan
Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila
mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja,
independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif), tepat (efektif), efisien
dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan
pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional,
pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif. Pengembangan wawasan dapat
dilakukan melalui forum pertemuan profesi, pelatihan ataupun upaya pengembangan
dan belajar secara mandiri.
Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus terus meningkatkan
profesionalismenya melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan
kemampuannya dalam mengelola pembelajaran maupun kemampuan lain dalam
upaya menjadikan peserta didik memiliki keterampilan belajar, mencakup
keterampilan dalam memperoleh pengetahuan (learning to know), keterampilan
dalam pengembangan jati diri (learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan
tugas-tugas tertentu (learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup
berdampingan dengan sesama secara harmonis (learning to live together).
Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan
institusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri. Menurut Danim dari
perspektif institusi, pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang,
memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah
keorganisasian. Selanjutnya dikatakan juga bahwa pengembangan guru berdasarkan
kebutuhan institusi adalah penting, namun hal yang lebih penting adalah berdasarkan
kebutuhan individu guru untuk menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi
kajian dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi
ruang dan waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pedidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang
keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk
1
meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik)
merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini
berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu :
(1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi
daerah (4) implementasi kurikulum.
Berkaitan dengan penjelasan sebelumnya, maka masalah yang dibahas dalam
makalah ini adalah, Strategi Pengembangan Profesi Pendidik/Guru, Tujuan Kegiatan
Pengembangan Profesi Guru, Rincian Kegiatan Pengembangan Profesi, Jenis
Kegiatan Pengembangan Profesi Guru, Tantangan dan Problematik Pengembangan
Profesional Guru/Pendidik
B. Pengembangan Profesionalisasi Guru
Berbicara mengenai profesional pemikiran kita akan tertuju pada pekerjaan.
Menurut Danim Sudarman, makna profesional merujuk pada dua hal. Pertama orang
yang menyandang suatu profesi. Orang yang profesional biasanya melakukan
pekerjaan sesuai dengan keahliannya dan mengabdikan diri pada pengguna jasa
dengan disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan profesionalnya itu. Kedua,
kinerja atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya.
Profesionalisme berasal dari bahasa inggris Profesionalism yang secara
leksikal berarti sifat profesional. Menurut Jasin, Anwar profesionalisme dapat
diartikan sebagai kometmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi
yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan
para anggota penyandang suatu profesi untuk standar ideal dari penampilan atau
perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna
dua dimensi utama , yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan-praktis.
Profesionalime Tenaga pendidik Jabatan tenaga pendidik merupakan suatu
jabatan profesional, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut; Jabatan tenaga pendidik
bukan hanya menuntut kemampuan spisialisasi tenaga pendidik dalam arti menguasai
pengetahuan akademik dan kemahiran profesional yang relevan dengan bidang
tugasnya sebagai Pendidik, tetapi juga tingkat kedewasaan dan tanggung jawab serta
2
kemandirian yang tinggi dalam mengambil keputusan. Kemampuan-kemampuan itu
membuat tenaga pendidik memiliki nilai lebih dan kewibawaan yang tinggi terhadap
peserta didik yang diajarnya. Sesuai dengan nilai sosial budaya kita, secara historis
kedudukan tenaga pendidik itu lebih tinggi dalam masyarakat kita. Tenaga pendidik
adalah seorang yang patut dipatuhi, ditiru/ (diteladani ) kata dan perbuatannya. Motif
utama menjadi tenaga pendidik bukan imbalan gaji atau kebendaan, tetapi adalah
panggilan (calling) untuk mengabdi kepada tuhan, masyarakat dan kemanusian.
Kesetiakawanan tenaga pendidik dapat berwujud organisasi tenaga pendidik, baik itu
dalam bentuk asosiasi (persatuan) maupun serikat sekerja, sebagai wahana kerja
sama untuk dapat saling membantu dan berusaha meningkatkan kemampuan
profesionalismenya serta memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.
Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pendidik Menurut Sudarwan
pengembangan profesional tenaga pendidik dimaksudkan untuk memenuhi tiga
kebutuhan, pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem
pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk menyusun
kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk
membant staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas.
Dengan demikian tenaga pendidik dapat mengembangkan potensi sosial dan potensi
akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam lingkungannya. Ketiga,
kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan tenaga pendidik untuk
menikmati dan mendorong keinginan pribadinya, seperti halnya dia membantu
peserta didiknya.
Pembinaan tenaga pendidik oleh Perguruan Tinggi mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1. Memperdalam dan memperluas kemampuan dalam ilmu (kognitif)
1. Secara konvensional, upaya tersebut (sasaran vartikel) berupa; a. Pendidikan
Pascasarjana b. Pendidikan jangka pendek
2. Meningkatkan kemampuan psikomotorik dan Afektif, berupa; a. Kemampuan
menuangkan produk berfikir atau karya kedalam tulisan ilmiah b. Kemampuan
menjelaskan tulisan ilmiah secara lisan dalam perkuliahan, dan forum ilmiah/
profesional c. Kemampuan dalam menyampaikan pendapat dalam forum ilmiah
d. Kemampuan mengerjakan pekerjaan dalam ruang lingkup bidang ilmu yang
3
ditekuninya. e. Pemahaman dan kebiasaan menerapkan etika akademik f. Naluri
keingintahuan, menghargai waktu, inovatif, kecintaan terhadap bidang ilmu dan
profesi, keteladanan.
C. Tujuan Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan
mutu guru agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya. Jadi, kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbanyak guru yang
profesional, bukan untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan
pangkat/golongan. Selanjutnya sebagai penghargaan kepada guru yang mampu
meningkatkan mutu profesionalnya, diberikan penghargaan, di antaranya dengan
kenaikan pangkat/golongannya. Dalam kaitannya dengan program bimbingan
penulisan karya ilmiah, maka penulisan karya tulis ilmiah sendiri yang merupakan
salah satu kegiatan pengembangan profesi guru, bukanlah sebagai tujuan akhir tetapi
sebenarnya merupakan wahana untuk melaporkan kegiatan yang telah dilakukan
guru untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah.
D. Model Pengembangan Guru
Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan
perubahan, baik itu secara perorangan , kelompok atau dalam satu sistem yang diatur
oleh lembaga. Mulyasa menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat dilakukan
dengan cara on the job training dan in service training. Sementara Castetter
menyampaikan lima model pengembangan untuk guru seperti pada tabel berikut.
Model Pengembangan guru KeteranganIndividual Guided Staff
Development
(Pengembangan Guru yang
Dipadu secara Individual)
Para guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka
dan mampu belajar aktif serta mengarahkan diri
sendiri. Para guru harus dimotivasi saat
menyeleksi tujuan belajar berdasar penilaian
personil dari kebutuhan mereka
Observation/Assessment
(Observasi atau Penilaian)
Observasi dan penilaian dari intruksi menyediakan
guru dengan data yang dapat direfleksikan dan
dianalisis untuk tujuan peningkatan belajar siswa.
Refleksi oleh guru pada praktiknya dapat
ditingkatkan oleh observasi lainnya.
Involvement in a Pembelajaran orang dewasa lebih efektif ketika
4
Model Pengembangan guru Keterangandevelopment/ Improvement
Process
(keterlibatan dalam suatu
proses
Pengembangan/Peningkatan)
mereka perlu untuk mengetahui atau memecahkan
suatu masalah. Guru perlu untuk memperoleh
pengatahuan atau keterampilan melalui
keterlibatan pada proses peningkatan sekolah atau
pengembangan kurikulum.
Training (Pelatihan) Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku yang
pantas untuk ditiru guru dalam kelas. Guru-guru
dapat merubah perilaku mereka dan belajar
meniru perilaku dalam kelas mereka.
Inquiry (Pemeriksaan) Pengembangan profesional adalah studi kerjasama
oleh para guru sendiri untuk permasalahan dan isu
yang timbul dari usaha untuk membuat praktik
mereka konsisten dengan nilai-nilai bidang
pendidikan.
Dari kelima model pengembangan guru di atas, model “training” merupakan
model pengembangan yang banyak dilakukan oleh lembaga pendidikan swasta. Pada
lembaga pendidikan, cara yang populer untuk pengembangan kemampuan
profesional guru adalah dengan melakukan penataran (in service training) baik dalam
rangka penyegaran (Refreshing) maupun peningkatan kemampuan(up –grading).
Cara lain baik dilakukan sendiri-sendiri (informal) atau bersama-sama, seperti : on
the job training, workshop, seminar, diskusi penel, rapat-rapat, simposium,
konferensi, dan sebagainya.
Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru.
Beberapa model pengembangan guru sengaja dirancang untuk menghadapi
pembaharuan pendidikan. Candall mengemukakan model-model efektif
pengembangan kemampuan profesional guru, yaitu : model mentoring, model ilmu
terapan atau model “dari teori ke praktik”, dan model inquiry atau model reflektif.
Model mentoring adalah model dimana berpengalaman merilis pengetahuannya atau
melakukan aktifitas mentor pada guru yanng kurang berpengalaman. Model ilmu
terapan berupa perpaduan antara hasil-hasil reset yang relevan dengan kebutuhan –
kebutuhan praktis. Model inquiry yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru,
5
para guru harus aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat,
melakukan observasi, melakukan analisis kritis, dan merefleksikan pengalaman
praktis mereka sekaligus meningkatnya, sedangkan menurut Soetjipto dan kosasi,
pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan selama dalam pendidikan
prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
1. Pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti.
Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu jadi panutan bagi siswanya, dan
bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap
terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina
sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai
usaha dan latihan , contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan, bahkan
sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam
pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil
sampingan (by product) dari pengatahuan yang diperoleh calon guru.
2. Pengembangan profesional selama dalam jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pendidikan para jabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam
rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai
guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal
melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan
majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan.
E. Strategi Pengembangan Profesionalitas Guru
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Dapertemen
Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif Program
Pengembangan profesionalisme guru, sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru
6
Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru
adalah minimal S1 dari program keguruan, maka masih ada guru-guru yang belum
memenuhi ketentuan tersebut. Oleh karenanya program ini diperuntukkan bagi guru
yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan
S1 atau S2 pendidikan keguruan.
2. Program Penyetaraan dan Sertifikasi
Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan keguruan. Hal
ini terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata
pelaajaran tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari
kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1 tetapi bukan
kependidikan. Mereka dapat mengikuti program penyetaraan atau sertifikasi.
3. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan saja belum cukup, diperlukan
pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya. Program pelatihan yang diusulkan
adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu mengacu kepada tuntutan
kompetensi. Selama ini pelaksanaan pelatihan bersifat persial dan pengembangan
materi seringkali tumpang tindih, menghabiskan banyak waktu tenaga dan biaya
serta kurang efisien. Tidak jarang dalam satu tahun seorang guru mengikuti tiga jenis
pelatihan sehingga mengganggu kegiatan PBM, sebaliknya tidak sedikit guru yang
belum pernah mengikuti pelatihan sekalipun dalam satu tahun. Oleh karenanya
pelatihan yang di usulkan adalah pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
(PTBK) yaitu pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan
diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi atau materi pelatihan yang akan dilatihkan
merupakan gabungan atau integrasi bidang-bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang
secara utuh diperlukan untuk mencapai kompetensi.
4. Program Supervisi pendidikan
Dalam praktik pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-guru yang
ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar mengajarnya. Sering ada
persepsi yang salah atau kurang tepat dimana tugas supervisor dimaknai sebagai
tugas untuk mencari kesalahan atau untuk mengadili guru, padahal tujuannya untuk
meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Ciri utama supervisi
7
adalah perubahan kearah yang lebih baik, positif proses belajar mengajar lebih
efektif dan efesien.
5. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari dua
unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran adalah guru
SMP dan SMA Negeri atau Swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab dalam
mengelola mata pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
Guru bertugas mengimplementasikan kurikulum di kelas. Dalam hal ini
dituntut kerjasama yang optimal diantara para guru. Dengan MGMP diharapkan akan
meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam
memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya.
6. Simposium Guru
Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan sebagai wadah untuk
saling berbagi pengalaman dan pemecahan masalah yang terjadi dalam proses
pembelajaran yaitu simposium. Melalui forum simposium guru ini diharapkan para
guru menyebarluaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini
selain sebagai media untuk sharing pengalaman, juga berfungsi untuk kompetisi
antar guru, dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang,
misalnya dalam pengunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau
penulisan karya ilmiah.
7. Program pelatihan tradisional lainnya
Berbagai pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan. Bentuk-bentuk
pelatihan ini sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. Walaupun disadari bahwa
seringkali berbagai bentuk kursus/pelatihan tradisional ini sering kali tidak dapat
memenuhi kebutuhan praktis dan pekerjaan guru. Oleh karena itu, suatu kombinasi
antara materi akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat efektif untuk
pengembangan kursus/pelatihan tradisional ini. Pelatihan ini pada umumnya
mengacu pada suatu aspek khusus yang sifatnya penting untuk diketahui oleh para
guru,misalnya: CTL, KTSP, Penelitian Tindakan Kelas , Penulisan Karya Ilmiah, dan
sebagainya.
8
8. Membaca dan Menulis jurnal atau Karya Ilmiah
Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya
secara berkesinambungan diproduksi oleh individual pengarang, lembaga pendidikan
maupun lembaga-lembaga lain. Jurnal atau bentuk karya ilmiah lainnya tersebut
tersebar dan dapat ditemui diberbagai pusat sumber belajar (perpustakaan, internet,
dan sebagainya). Walaupun artikel dalam jurnal cendrung singkat, tetapi dapat
mengarahkan pembacanya kepada konsep-konsep baru dan pandangan untuk menuju
kepada perencanaan dan penelitian baru. Ia juga memiliki kolom berita yang
berkaitan dengan pertemuan, pameran, seminar, program pendidikan, dan sebagainya
yang mungkin menarik bagi guru.
9. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh masing-masing guru secara mandiri. Yang
diperlukan adalah bagaimana memotivasi dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam
berbagai pertemuan ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah memberikan makna
penting untuk menjaga kemutakhiran hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru.
Tujuan utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah menyajiakan
berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang tertentu.
10. Melakukan Penelitian (khususnya penelitian tindakan kelas)
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan studi sistematik yang dilakukan
guru melalui kerjasama atau tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka
merefleksikan dan sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara terus-
menurus juga strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru.
11. Magang
Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan pre-service
atau in-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru profesional
melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan guru bidang studi
tertentu. Berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional, fokos pelatihan
magang ini adalah kombinasi antara materi akademis dengan suatu pengalaman
lapangan dibawah supervisi guru yang senior dan berpengalaman.
12. Mengikuti Berita Aktual dan Media Pemberitaan
Pemilihan yang hati-hati program radio dan televisi, dan sering membaca
surat kabar juga akan meningkatkan pengatahuan guru mengenai pengembangan
9
mutakhir dari proses pendidikan. Berbagai bentuk media tersebut sering kali memuat
artikel-artikel maupun program-program.
13. Berpartisifasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi
Ikut serta menjadi anggota organisasi/komunitas profesional juga akan
meningkatkan profesionalisme seorang guru. Dalam hal ini yang terpenting adalah
guru harus pandai memilih suatu bentuk organisasi profesional yang dapat memberi
manfaat utuh bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan tenaga.
14. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat
Kerjasama dengan teman seprofesi sangat menguntungkan bagi
pengembangan profesionalisme guru. Banyak hal dapat dipecahkan dan dilakukan
berkat kerjasama, seperti: Penelitian Tindakan Kelas, berpartisipasi dalam kegiatan
ilmiah.
Untuk setiap kegiatan dalam kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan
dengan baik dan benar diberikan angka kredit. Angka kredit adalah angka yang
diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang guru
dalam mengerjakan butir rincian kegiatan yang dipergunakan sebagai salah satu
syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan guru.
Penetapan Angka Kredit adalah penetapan hasil penilaian prestasi kerja guru
yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan jabatan/pangkat yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang.Sementara ini untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a
ke golongan IV/b ke atas seorang guru dipersyaratkan untuk mengumpulkan angka
kredit dari bidang kegiatan pengembangan profesi guru minimal sebesar dua belas
(12) point. Pada bidang pengembangan profesi tersebut meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan.
2. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan.
3. Menciptakan karya seni.
4. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan.
5. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Lingkup kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan,
meliputi : karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi di
bidang pendidikan, karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah gagasan sendiri
10
dalam bidang pendidikan, tulisan ilmiah populer, prasaran dalam pertemuan ilmiah,
buku pelajaran, diktat pelajaran dan karya alih bahasa atau karya terjemahan.
Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan, melliputi pembuatan alat
peraga dan alat bimbingan.
Menciptakan Karya Seni meliputi Karya Seni Sastera, Lukis, Patung,
Pertunjukan, Kriya dan sejenisnya. Menemukan teknologi tepat guna di bidang
pendidikan, meliputi teknologi yang bermanfaat di bidang pembelajaran, seperti alat
praktikum, dan alat bantu teknis pembelajaran. Mengikuti kegiatan pengembangan
kurikulum, meliputi keikutsertaan dalam penyusunan standar pendidikan dan
pedoman lain yang bertaraf nasional.Masing-masing kegiatan pengembangan profesi
diberikan angka kredit sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
(Kepmenpan) No. 84/1993 yang berlaku.
1. Jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan dari
kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya, kegiatan
pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu:
a. Pengembangan intensif (intensive development).
b. Pengembangan kooperatif (cooperative development) dan;
c. Pengembangan mandiri (self directed development) (Glatthorm, 1991).
2. Pengembangan Intensif (intensive development)
Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk
pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara
intensif berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-
langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan
evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang digunakan
antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan sejenisnya.
3. Pengembangan kooperatif (cooperative development)
Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu bentuk
pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman sejawat dalam
suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru melalui pemberian masukan, saran,
nasehat, atau bantuan teman sejawat. Teknik pengembangan yang digunakan bisa
11
melalui pertemuan KKG atau MGMP/MGBK. Teknik ini disebut juga dengan istilah
peer supervision atau collaborative supervision.
4. Pengembangan Mandiri (self directed development)
Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk
pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini
memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan
kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk pengembangan
diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self evaluation/self
supervision) Idealnya, setiap guru dapat melibatkan diri dalam ketiga jenis kegiatan
pengembangan profesi di atas. Jika seorang guru tidak satupun berusaha melibatkan
diri (dilibatkan) dalam ketiga jenis kegiatan pengembangan profesi tersebut, maka
hampir bisa dipastikan dia akan terpuruk secara profesi. Dengan kata lain, mungkin
dia telah menentukan sikap untuk berhenti menjadi guru!
Di antara ketiga jenis kegiatan pengembangan profesi di atas, kegiatan
pengembangan mandiri (self directed development) tampaknya merupakan sebuah
alternatif yang paling memungkinkan. Secara psikologis, guru akan memiliki
kemerdekaan diri yang lebih dalam menjalani tugas-tugas profesionalnya, tanpa
banyak bergantung dan tekanan dari pihak luar.
F. Tantangan dan Problematik Pengembangan Profesional Guru/Pendidik
Guru merupakan sesorang yang berperan sangat penting dalam proses
pendidikan, disamping faktor-faktor lain seperti sarana prasarana, biaya, kurikulum,
sistem pengelolaan, dan peserta didik sendiri. Apa yang kita siapkan dalam proses
pendidikan berupa saranaprasarna, biaya dan kurikulum, hanya akan berarti jika
diberi arti oleh guru.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang
dihadapi oleh proesi keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaanya
dimata masyarakat. Menurut Dedi supriadi, (1999:104-106) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu:
1. Kekurangjelasan tentang definisi profesi keguruan.
2. Desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan guru.
3. Sulitnya standar mutu guru dikendalikan dan dijaga.
12
4. PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara sistematis
dan langsung berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru.
5. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan-tuntutan baru
terhadap peran (role expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru.
G. Penutup
Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila
mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja,
independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif), tepat (efektif), efisien
dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan
pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional,
pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu.
Artinya, jabatan profesional tidak bisa dilakukan atau dipegang oleh sembarang
orang yang tidak terlatih dan tidak di persiapkan secara khusus untuk melakukan
suatu pekerjaan tersebut. Melainkan melalui proses pendidikan dan pelatihan yang
disiapkan secara khusus untuk bidang yang diembannya. Misalnya seorang guru
profesional yang memiliki kompetensi keguruan melalui pendidikan guru seperti
( S1-PGRI, S1 Kependidikan, AKTA Pendidikan) yang diperoleh dari pendidikan
khusus untuk bidang tersebut.
Dengan adanya pengembangan profesi guru maka akan terciptanya,
Profesionalis Guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian
dan kewenangan dalam bidang pendidikan. Guru profesional adalah guru yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pembelajaran. Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik,
pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi
dan suasana belajar dan kondosif yaitu suasana belajar yang menyenang, menarik,
memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa, untuk berpikir aktif, kreatif, dan
inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasikan kemampuannya.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam peningkatan SDM
yang bermutu, karena pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam kerangka
membangun, membina dan mengembangkan kualitas manusia indonesia yang
13
dijalanka secara terstruktur, sistematis dan terprogram serta berkelanjutan. Untuk
menghasilkan SDM yang bermutu dan berwawasan teknologi pendidikan diperlukan
profesionalisme Tenaga pendidik dalam mengembangkan dan memanfaatkan
teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan.
Tenaga pendidik yang profesional dapat diartikan sebagai kometmen para
tenaga pendidik untuk meningkatkan profesionalismenya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan
sesuai dengan profesinya itu. Profesionalisme pendidik dapat dicapai dengan
memperdalam bidang keilmuan (kognitif) melalui pendidikan pasca sarjana,
pendidikan dan latihan jangka pendek;meningkatka kemampuan psikomotorik dan
afektif melalui pelatihan, lokakarya, seminar, diskusi, pelaksanaan akademik dan
mimbar akademik.
H. Sumber
Ahmad Sanusi dkk, 1996, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan, Bandung: PPS IKIP.
DR. Rusman M.pd.. Model-model Pembelajaran/ mengembangkan profesionalisme guru.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2014/10/15/3-jenis-kegiatan-pengembangan-profesi-guru/(Diakses Dari Tanggal 25/11/2016, Pukul 19:17 WIB)
https://uharsputra.wordpress.com/supervision/pkb-guru/pengembangan-profesi-pendidik-guru/(Diakses Dari Tanggal 25/11/2016, Pukul 19:27 WIB)
Makmun 1996, Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan, Bandung: PPS IKIP.
Mujtahid, 2009, Pengembangan Profesi Guru, Malang:UIN-Malang Press.
Saudagar dan Idrus, 2009, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada Press.
Sudrajat,Akhmad.2014 Jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru.
Udin Syaefudin Sa’ud, 2009, Pengembangan Profesi guru, Bandung:Alfabeta.
14