· Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini...

118
BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA ORNAMEN PADA TIGA BANGUNAN VIHARA DI KOTA BINJAI BINJAI 三三三三三三三三三 —三三三三三三三 (Binjai Sān gè sìmiào de jiànzhú zhuāngshì—gōngnéng hé yìyì fēnxī) SKRIPSI OLEH: Rahma Safitri 090710015 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA MEDAN 2013

Transcript of · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini...

Page 1: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA ORNAMEN PADA

TIGA BANGUNAN VIHARA DI KOTA BINJAI

BINJAI 三个寺庙的建筑装饰 —功能和意义分析(Binjai Sān gè sìmiào de jiànzhú zhuāngshì—gōngnéng hé yìyì fēnxī)

SKRIPSI

OLEH:

Rahma Safitri

090710015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA

MEDAN

2013

Page 2: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Disetujui Oleh:

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi S-1 Sastra Cina

Ketua,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A .

NIP. 19630109 198803 2 001

Medan, 18 Oktober 2013

ii

Page 3: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu

Sastra Cina.

Pada :

Hari/ Tanggal :

Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A

NIP. 195110103 197603 1 001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A (

)

2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si (

)

3. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. (

)

iii

Page 4: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

4. Cao Xia, M.A (

)

5. Shen Mi, M.A (

)

ABSTRACT

The title of the paper is “Fungsi dan Makna Ornamen pada Tiga Bangunan Vihara di Kota Binjai”. The purpose of the research is carried out to determine the function and the meaning of temple ornaments in the Vihara Sanatha Maitreya, Vihara Setia Dharma, and Vihara Thai Siong Li Lau Cin in the city of Binjai. Methods of research conducted in this paper is a qualitative research method is descriptive. This paper used theory is the theory of functionalism and semiotic theory. Source of data obtained from several temple in Binjai, books and journals. This paper also described the differences and similarities of the third temple. The functions ornaments on the temple as function aesthetic, religious, and cultural identity. And the meaning of the ornaments on the temple as meaning sombolis, dragon, sentences, and colour.

Key words: Temple; function; meaning

iv

Page 5: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Allah SWT serta nabi besar junjunnganya

Muhammad SAW karena berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan dan penulisan

skripsi dapat diselesaikan. Tanpa berkat dari Allah tidaklah mungkin skripsi ini dapat

diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul “Bentuk, Fungsi, dan Makna

Ornamen pada Tiga Bangunan di Kota Binjai” ini masih belum sempurna karena

keterbatasan dan daya serap penulis masih kurang. Untuk itu, penulis berharap saran

dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami banyak hambatan

mulai dari perencanaan sampai penyelesaiannya. Namun demikian, berkat ketekunan

dan dorongan dari berbagai pihak baik moril dan materil, skripsi ini dapat

terselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya.

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A,selaku Ketua Program Studi Sastra Cina,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sastra

Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

v

Page 6: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

4. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D., selaku dosen pembimbing

I, yang telah memberikan dukungan, masukan dan motivasi dalam

penyelesaian skripsi ini serta telah sabar membimbing saya untuk menulis

skripsi ini.

5. Ibu Cao Xia, MTCSOL, selaku dosen pembimbing II, yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing saya dalam menulis skripsi ini ke

dalam bahasa Mandarin.

6. Yang terhormat, seluruh dosen Jinan University yang mengajar di Program

Studi Sastra Cina dan seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Cina

lainnya yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan.

7. Bapak dan ibu staf pengajar Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Para informan yang telah bersedia memberikan informasi tentang fungsi

dan makna ornamen Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin di Kota Binjai.

9. Orangtuaku tercinta, ayahanda Sabar, SH dan ibunda Rosilawati yang setia

memberikan dukungan terhadap saya, baik dukungan moral, kasih sayang,

doa dan bentuk materil.

10. Saudara-saudara saya tercinta Zulfadli ADHA dan Muhammad Maulidan

yang selalu setia memberikan dukungan.

11. Teman-teman mahasiswa Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara stambuk 2009: Fenny, Anne, Junita, Monika,

Novia, Yaser, Juan, Alfian, Roy, Jun P, Mayra, Stefani, Deasy, Yurisa, Efi,

Devi, Harry, Fitria, Elvy, Deni, Dihta, Tiwi, Indri, Irene, Tari, Sofhia .

vi

Page 7: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

12. Kakak, abang dan sahabat serta adik Sastra Cina yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, Terimakasih untuk doa dan dukungannya.

iii

13. Untuk sahabat-sahabat ku Putri, Diah, Puji, dan Rika terimakasih telah

memberikan dukungan dan semangat buat saya serta membantu saya dalam

proses penelitian dan pengerjaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat

membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Terimakasih.

Medan, September 2013

Penulis,

Rahmah Safitri

vii

Page 8: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

viii

Page 9: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

ix

Page 10: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal

Nusantara dan ada pula penduduk pendatang. Keduanya menyatu dalam sebuah

negara bangsa tanpa membeda-bedakan asal-usul dan keturunan. Hal ini tercermin

dalam konsep bhinneka tunggal ika (biar berbeda-beda tetapi tetap satu juga), yang

didasari oleh filsafat kenegaraan bangsa kita yaitu Pancasila.

Masing–masing suku bangsa memiliki tradisi dan kebudayaan yang berbeda-

beda, salah satunya masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa adalah masyarakat

yang awalnya berada di dalam wilayah budaya Cina dan migrasi ke Indonesia.

Mereka secara khas disebut dengan masyarakat Tionghoa. Istilah Tionghoa sesuai

hukum dan konstitusional tercantum dengan jelas pada penjelasan pasal 26 UUD

1945 “yang menjadi Warga Negara adalah orang–oramg bangsa Indonesia asli dan

orang–orang bangsa lain yang disahkan dengan undang–undang sebagai Warga

Negara.” Kemudian dalam penjelasan pasal 26 tersebut ditegaskan bahwa “yang

dimaksud orang–orang bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda, Tionghoa,

dan peranakan Arab, yang bertempat tinggal di Indonesia mengakui sebagai tanah

airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia, dapat menjadi warga

Negara”.

1

Page 11: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Para imigran Tionghoa yang tersebar di wilayah Indonesia, khususnya

Sumatera Utara mulai abad ke 16 sampai kira–kira pertengahan abad ke 19, sebagian

besar berasal dari suku bangsa Hokkien. Mereka berasal dari Provinsi Fukien bagian

selatan. Daerah itu merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan

perdagangan masyarakat China. Seiring dengan merantaunya orang China ke

Indonesia maka masuk pula kebudayaan mereka, seperti bahasa, religi, kesenian,

sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, teknologi, dan sistem

mata pencaharian hidup.

Dari segi religi, masyarakat China menganut tiga agama dari negara asal

mereka yang disebut San Jiau/Sam Kauw, di Indonesia ajaran ini dikenal dengan

Tridharma. Tiga agama yang banyak dianut masyarakat Cina yaitu Khong Hu Chu,

Tao, dan Buddha. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan jasmani dan rohani

sangat dibutuhkan oleh manusia. Untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia bisa

melakukan berbagai macam aktivitas seperti berolahraga ataupun bekerja agar tetap

sehat, sedangkan untuk kebutuhan rohani manusia dapat mendekatkan dirinya

kepada sang penciptanya dengan meyakini sebuah kepercayaan dalam bentuk agama.

Pemerintah Indonesia menghormati keberadaan masyarakat Tionghoa dengan tidak

mendiskriminasikan dengan agama-agama lain yang ada di Indonesia, dimana

masyarakat Tionghoa diberi kewenangan untuk mendirikan tempat ibadah yang

sesuai dengan keyakinan yang diyakininya, dan tempat ibadah tersebut dikenal

dengan sebutan klenteng ataupun vihara.

Depdiknas (2000:22) berpendapat bahwa, “Klenteng merupakan istilah dalam

Bahasa Indonesia yang khusus untuk menyebut rumah ibadat masyarakat Tionghoa

untuk melaksanakan ibadah sembahyang kepada Tuhan, Nabi-nabi, serta arwah-

2

Page 12: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

arwah leluhur yang berkaitan dengan ajaran Konfusianisme, Taoisme, dan

Buddhisme .”

Pendapat lain mengatakan bahwa asal-mula istilah klenteng berasal dari

kemiripan suara lonceng yang dibunyikan di bangunan tersebut untuk memanggil

umat berdoa. Bunyi ”kilnting-klinting” yang sering diperdengarkan dari dalam

bangunan itu, menunjukkan waktu diadakannya upacara sembahyang (Setiawan dkk,

1990:11).

Di samping klenteng, terdapat juga istilah untuk tempat ibadah umat Buddha,

yaitu vihara. Vihara adalah pondok, tempat tinggal, tempat penginapan

bhikkhu/bhikkhuni. Giriputra (1994:2) mengatakan, “Vihara merupakan milik umum

(umat Buddha) dan tidak boleh dijadikan miliki perseorangan, biasanya dibentuk

suatu yayasan untuk mengatur kepentingan tersebut.”

Pendapat dari Departemen agama Republik Indonesia adalah sebagai berikut.

Vihara merupakan tempat umum bagi umat Buddha untuk melaksanakan segala

macam bentuk upacara atau kebaktian keagamaan menurut keyakinan dan

kepercayaan agama Buddha (Peraturan Departemen Agama RI nomor H

III/BA.01.1/03/1/1992, Bab II).

Pada umumnya sebahagian besar masyarakat Indonesia tidak mengerti

perbedaan arti antara klenteng dan vihara. Klenteng dan vihara pada dasarnya

berbeda dalam arsitektur, umat, dan fungsi. Klenteng pada dasarnya berarsitektur

tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain

daripada fungsi spiritual. Vihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi

spiritual saja. Namun, vihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa.

3

Page 13: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Perbedaan antara klenteng dan vihara kemudian menjadi rancu karena

peristiwa Gerakan 30 Septemnber (G30S) Partai Komunis Indonesia pada tahun

1965. Akibat dari peristiwa ini adalah pelarangan kebudayaan Tionghoa termasuk

kepercayaan tradisional Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru. Klenteng yang ada

pada masa itu terancam ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian

mengambil nama dari bahasa Sanskerta atau bahasa Pali, mengubah nama sebagai

vihara dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan

peribadatan dan kepemilikan. Dari sinilah kemudian masyarakat sulit membedakan

klenteng dengan vihara.

Setelah Orde Baru digantikan oleh Orde Reformasi, banyak vihara yang

kemudian mengganti nama kembali ke nama semula dan lebih berani menyatakan

diri sebagai Klenteng daripada Vihara atau menamakan diri sebagai tempat Ibadah

Tridharma. Ini sejalan dengan era tersebut yang lebih demokratis dan menghargai

pluralism baik etnisitas maupun keagamaan.

Dari segi arsitektur, bangunan vihara sangat menarik karena memiliki pola

penataan ruang, struktur konstruksi, dan ornamentasi yang berbeda. Arsitektur yang

menjadi bagian dari suatu bangunan, juga berfungsi sebagai upacara keagamaan.

Klenteng maupun vihara di Indonesia jika diamati dari bentuk bangunan dan

ornamennya cenderung memiliki ciri-ciri interior bangunan dan ornamen seperti

klenteng ataupun vihara ayang ada di Cina. Dari setiap ornamen tersebut memiliki

fungsi dan makna yang berbeda-beda. Ornamen merupakan salah satu bentuk

ekspresi kreatif manusia zaman dulu. Ornamen dipakai untuk mendekorasi badan

bangunan, tembikar-tembikar, hiasan pada baju, alat-alat perang, bangunan, serta

4

Page 14: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

benda bangunan seni lainnya. Jenis maupun peletakan ornamen vihara pada

umumnya sudah ditentukan sesuai dengan maknanya.

Ornamen pada pintu vihara di Indonesia seringkali menggambarkan bunga,

bambu yang dikombinasikan dengan binatang seperti kijang, kilin, dan kelelawar. Di

atas atap vihara selalu ditempatkan sepasang naga yang dibentuk dari pecahan

porselen dalam kedudukan saling berhadapan untuk berebut sebuah mutiara alam

semesta menyala. Ornamen pada tiang penyangga seringkali berupa dewa, panglima

perang, tumbuh-tumbuhan, bunga, gajah, kilin, naga, dan lain-lain. Dimana dari

setiap ornamen-ornamen itu memiliki fungsi dan makna. Biasanya fungsi dari

ornamen itu sebagai estetika (keindahan), religius, dan identitas budaya. Sedangkan

makna dari ornamen itu biasanya sebagai simbolis, lambang rezeki, keberhasilan

hidu, lambing supranatural, dan lain sebagainya.

Binjai adalah salah satu kota yang berada di wilayah provinsi Sumatera

Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota Provinsi Sumatera

Utara, Medan. Sebelum berstatus kotamadya dan kemudian menjadi Pemerintah

Kota, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke

Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan

utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan

Di Kota Binjai terdapat vihara yang menarik. Vihara-vihara tersebut terdapat

di pemukiman yang banyak dihuni oleh masyarakat Tionghoa. Terdapat tiga vihara

yang memiliki ornamen arsitektur bangunan yang menarik dan berbeda, yaitu:

Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin.

Keunikan ketiga vihara tersebut dibandingkan dengan vihara-vihara lain terletak

pada ornamen dan arsitektur bangunannya yang semakin modern sesuai dengan

5

Page 15: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

perkembangan zaman. Namun ketiga vihara ini juga memiliki perbedaan dan

persamaan bangunan satu sama lainnya. Beberapa perbedaan dapat terlihat dari

ornamen bangunan pada atas atap vihara, ornamen bangunan pintu vihara, dan

ornamen bangunan tiang penyangga vihara.

Arsitektur ornamen bangunan pada atas atap Vihara Setia Dharma hanya

terdapat genteng tanpa ada ornamen naga atau pun ornamen lainnya. Sedangkan pada

atas atap Vihara Sanatha Maitreya terdapat sebuah ornamen yang berbentuk globe di

mana di bawah globe tersebut terdapat tulisan “Dunia Satu Keluarga”, dan pada atas

atap Vihara Thai Siong Li Lau Cin terdapat sepasang naga yang saling berhadapan

pada sebuah mutiara. Ornamen pada pintu Vihara Setia Dharma terdapat gambar

Panglima Ceng Sok Po, sedangkan pada ornamen pintu Vihara Sanatha Maitreya dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin hanya berupa pintu biasa tanpa ada ornamen bangunan

gambar apapun. Tiang penyangga Vihara Setia Dharma hanya berupa tiang

penyanggan panjang tanpa ada ornamen apapun, sedangkan pada Vihara Sanatha

Maitreya berupa balok penyangga panjang yang di bawahnya terdapat pecahan batu.

Tiang pada Vihara Thai Siong Li Lau Cin berupa balok penyangga panjang di mana

terdapat ornamen naga yang melilitkan tubuhnya di tiang tersebut.

Dari segi arsitektur, ketiga Vihara tersebut pun memliki perbedaan, di mana

bangunan Vihara Sanatha Maitreya lebih modern dan hampir meyerupai bangunan

rumah modern sekarang. Sedangkan bangunan Vihara Setia Dharma tetap memiliki

unsur tradisional dibandingkan dengan kedua Vihara lainnya.

Di samping perbedaan, Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin juga memiliki persamaan yaitu dimana di dalam

ruangan vihara tersebut terdapat sebuah patung dewa dan umat Buddha anggap

6

Page 16: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

sebagai Tuhan mereka beserta patung-patung dewa-dewi lainnya yang mereka

anggap sebagai nabi mereka. Selain patung dewa-dewi, juga terdapat ornamen

lainnya yang meyerupai gambar binatang.

Berdasarkan uraian di atas, penulis hanya membahas mengenai Bentuk,

Makna, dan Fungsi Ornamen pada Tiga Bangunan Vihara di Kota Binjai. Alasan

penulis menjadikan Kota Binjai sebagai obek penelitian, karena Binjai merupakan

daerah tempat tinggal penulis, sehingga akan mempermudah dalam melakukan

penelitian. Selain itu, penulis mengetahui karakteristik masyarakat Tionghoa di Kota

Binjai sehingga akan mempermudah dalam melakukan sebuah penelitian. Selain itu,

banyak juga masyarakat khususnya masyarakat Tionghoa di Kota Binjai yang tidak

mengetahui fungsi dan makna ornamen vihara.

Alasan menjadikan tiga vihara ini yaitu Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha

Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin sebagai objek penelitian, karena ketiga

vihara ini merupakan vihara yang terkenal di kota Binjai, selain itu ketiga arsitektur

bangunan dan ornamen vihara ini berbeda-beda dibandingkan vihara lain yang ada di

kota Binjai. Selain itu penulis akan mendeskripsikan makna ketiga ornamen tersebut

berdasarkan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif serta

menggunakan teori fungsionalisme dan teori semiotik. untuk menganalisis fungsi

dan makna ornamen bangunan Vihara di kota Binjai.

1.2 Batasan Masalah

Menghindari batasan masalah yang terlalu luas dan dapat mengaburkan

penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada kajian ornamen

bangunan Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li

7

Page 17: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Lau Cin. Penulis memfokuskan penelitian pada ornamen bangunan pintu vihara,

ornamen bangunan atas atap vihara, dan ornamen bangunan pada tiang atau balok

penyangga vihara. Alasan mengapa penelitian dilakukan di Vihara Setia Dharma,

Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin, dikarenakan ketiga

vihara merupakan vihara yang memiliki ornamen arsitektur bangunan yang menarik

dan ketiga vihara memiliki perbedaan dan persamaan.

1.3 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang di atas permasalahan yang akan di angkat

dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaiman bentuk arsitektur bangunan dan ornament Vihara Setia Dharma,

Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin?

2. Apa fungsi ornamen pintu, atas atap, dan tiang penyangga pada Vihara Setia

Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin?

3. Apa makna ornamen pintu, atas atap, dan tiang penyangga pada Vihara Setia

Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk ornamen pintu, atas atap, dan tiang penyangga

pada Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong

Li Lau Cin.

8

Page 18: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

2. Untuk mengetahui fungsi ornamen pintu, atas atap, dan tiang penyangga pada

Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li

Lau Cin.

3. Untuk mengetahui makna ornamen pintu, atas atap, dan tiang penyangga

pada Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong

Li Lau Cin.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan

manfaat prkatis. Kedua manfaat ini berlandas kepada dua hal dasar yaitu manfaat

keilmuan dan manfaat sosial budaya. Kedua manfaat ini diuraikan lebih jauh lagi

seperti berikut ini.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoretis dari penelitian skripsi ini yaitu diharapkan dapat

memperkaya ilmu pengetahuan tentang bentuk, fungsi, dan makna dari setiap

ornamen bangunan vihara serta diharapkan juga dapat menjadi bahan referensi bagi

peneliti lainnya yang akan meneliti ornamen bangunan vihara. Manfaat teoretis ini

dapat menambah khasanah keilmuan khususnya bahasa, sastra, dan budaya Cina di

Indonesia, khususnya di Kota Binjai. Kemungkinan lebih jauh penelitian ini dpaat

mempertkaya keilmuan disiplin terkait seperti antropologi, arsitektur, sejarah, seni,

dan lain-lain.

9

Page 19: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Tionghoa untuk lebih

memahami kesenian khususnya seni rupa yang terdapat pada bangunan vihara.

Bagaimana pun, di era globalisasi seperti sekarang, setiap kelompok manusia, selain

menggunakan budaya global juga sekaligus memperkuat jati diri atau identitas

kebudayaannya agar memiliki kekuatan kultural dari dalam dan luar. Termasuk juga

masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Binjai dapat merujuk dan mempertahankan

kebudayaannya di tengah-tengah arus globalisasi, dan juga sebagai bahagian dari

sumbangan kebudayaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai

negara yang menjadi identitas kebangsaannya, dengan tanpa melupakan sejarah

bahwa nenek moyang meraka memang berasal dari Negeri China yang migrasi

ratusan tahun yang lampau ke kawasan ini. Namun mereka juga menjadi bahagian

yang integral dari Republik Indonesia yang dicintainya.

10

Page 20: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Dalam bab dua ini penulis akan memaparkan tiga jenis penguraian kajian

pustaka yang berisi tentang hasil penelitian terdahulu, konsep terkait variabel yang

digunakan pada judul skripsi, dan landasan teori sebagai acuan penelitian skripsi

penulis.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang memaparkan

pandangan dan analisis yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti.

Kajian pustaka merupakan hasil dari meninjau, pandangan, pendapat sesudah

mempelajari ( KBBI, 1990:951 ).

Harry Pujianto Yoswara, Imam Santosa, Naomi Haswanto. 2010. dalam

Jurnal “Simbol dan Makna Bentuk Naga (Studi Kasus: Vihara Satya Buddhi

Bandung)”. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Menguraikan tentang simbol dan

makna bentuk naga pada ornamen bangunan Vihara Satya Budhi Bandung menurut

kepercayaan Masyarakat Cina. Selain itu juga menjelaskan kedudukan simbol naga

pada Vihara Satya Budhi dan terhadap ornamen-ornamen lainnya.

Mayang Sari, Sriti dan Soelistio P, Raymond. 2008. dalam Skripsi “Kajian

Ikonografis Ornamen Pada Interior Klenteng Sanggar Agung Surabaya”. Surabaya:

Kristen Petra Press. Menguraikan tentang mengkaji ornamen bangunan Klenteng

Sanggar Agung Surabaya mulai dari bentuk, fungsi dan makna yang terkandung

11

Page 21: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

dalam ornamen klenteng tersebut. Teori yang digunakan dalam skripsi ini yaitu

menggunakan teori ikonografis dengan tujuan untuk mengidentifikasi,

menggolongkan dan menjelaskan objek-objek visual yang menjadi kajiannya. Teori

ikonografis yaitu kajian tentang isi/muatan simbolik dan budaya (politis, literer,

religius, filosofis dan sosial) dari karya-karya seni rupa. Namun apapun bentuk

kajiannya, istilah umum yang digunakan adalah „ikonografi. Pendekatan ikonografi

bisa diterapkan pada berbagai cabang seni rupa seperti seni lukis, seni patung, seni

kriya, komik dan lain-lain.

2.2 Konsep

Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan

suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu. Bailey (1982)

menyebutkan sebagai persepsi (mental Image) atau abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan hal-hal khusus.

Dalam membangun konsep ada dua desain yang perlu diperhatikan, yaitu

generalisasi dan abstraksi. Generalisasi adalah proses bagaimana memperoleh

prinsip atau pendapat dari berbagai pengalaman. Abstraksi yaitu cakupan ciri-ciri

umum yang khas dari fenomena yang dibicarakan.

2.2.1 Bentuk

Bentuk merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta bidang yang

ditempati oleh obyek tersebut, yaitu ditentukan oleh batas-batas terluarnya namun

tidak tergantung pada lokasi (koordinat) dan orientasi (rotasi)-nya terhadap bidang

semesta yang ditempati. Bentuk obyek juga tidak tergantung pada sifat-sifat spesifik

12

Page 22: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

seperti: warna, isi, dan bahan. Seorang ahli matematika dan statistik dari Inggris,

David George Kendall mendefinisikan "bentuk" sebagai berikut. Bentuk adalah

seluruh informasi geometris yang akan tidak berubah ketika parameter lokasi, skala,

dan rotasinya dirubah.

Bentuk sederhana dapat diterangkan oleh teori benda geometri dasar (dua

dimensi) misalnya titik, garis, kurva, bidang (misal, persegi atau lingkaran), atau bisa

pula diterangkan oleh benda padat (tiga dimensi) seperti kubus, atau bola. Namun,

kebanyakan bentuk yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah bentuk

rumit. Misalnya bentuk pohon dan bentuk garis pantai, yang mana sangat rumit

sehingga diperlukan lebih dari sekedar teori geometri sederhana untuk

menganalisanya. Salah satu teori yang berusaha menganalisa bentuk-bentuk rumit ini

adalah teori fraktal (sumber: wikipedia.or.id).

2.2.2 Fungsi Ornamen Vihara

Dalam pengertian sehari-hari, fungsi adalah guna atau manfaat. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:323) fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi

hidup suatu masyarakat.

Penciptaan suatu karya biasanya selalu terkait dengan fungsi tertentu.

Demikian pula halnya dengan karya seni ornamen yang pencitaan selalu terkait

dengan fungsi atau kegunaan tertentu pula. Fungsi adalah kegunaan suatu hal, dalam

arti lain yaitu peran sebuah unsur dalam suatu objek. Fungsi ornamen pada vihara

biasanya berupa simbol religi atau keagamaan, simbolik, ritual keagamaan, dan

identitas budaya. Selain itu kebanyakan fungsi ornamen vihara sebagai ragam hias

13

Page 23: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

atau estetika yang menunjang keindahan bangunan vihara sehingga bangunan vihara

tersebut terlihat indah dan menarik bagi siapapun yang melihat.

2.2.3 Makna Ornamen Vihara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:703), makna adalah:

1. Arti atau maksud.

2. Pengertian yang diberikan kepada benda kebahasaan.

3. Aktif makna emotif, denotasi makna kata atau kelompok kata yang didasarkan

atas hubungan lugas antara satuan dan wujud diluar bahasa, seperti orang, benda,

tempat, sifat, proses dan kegiatan.

Ornamen tidak hanya dimanfaatkan untuk menghias suatu benda fungsional,

tetapi juga sebagai elemen penting dalam karya seni. Dalam perkembangan

selanjutnya, penciptaan karya seni ornamen tidak hanya dimaksudkan untuk

mendukung keindahan suatu benda, tetapi lebih jauh disertai dengan semangat

kreativitas seniman.

Ornamen pada bangunan vihara sering menggambarkan bunga, bambu yang

dikombinasikan dengan binatang seperti kijang, kilin, dan kelelawar. Kelelawar bagi

orang Tionghoa mempunyai makna rejeki atau berkah karena kelelawar dalam

bahasa Tionghoa dialek Hokkian adalah Hok yang berarti rejeki. Gambar-gambar

lambang Pat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan

dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran.

Ornamen naga juga sering kita jumpai pada bangunan vihara, biasanya sering

terdapat pada atas atap dan tiang penyangga vihara. Naga adalah suatu makhluk

mitos yang melambangkan kekuatan, keadilan, dan penjaga burung suci Selain itu

14

Page 24: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

hiasan naga terkadang digantikan oleh sepasang ikan naga. Ikan ini berkepala dengan

bentuk Liong yang melambangkan keberhasilan setelah mengalami percobaan. Tidak

hanya berupa ornamen hewan, ornamen berupa tumbuh-tumbuhan maupun ornamen

panglima banyak kita lihat pada ornamen arsitektur bangunan vihara. Biasanya,

jenis-jenis ornemen itu mempunyai makna rezeki, makhluk mitos, lambang

supranatural, lambang keberhasilan hidup, dan lain-lain.

2.2.3 Ornamen

Ornamen merupakan salah satu bentuk ekspresi kreatif manusia zaman

dahulu. Ornamen dipakai untuk mendekorasi badan, dipahat pada kayu,tembikar-

tembikar, hiasan pada baju, alat-alat perang, bangunan, serta benda bangunan seni

lainnya. Jenis maupun peletakan ornamen vihara ataupun klenteng pada umumnya

sudah ditentukan sesuai dengan maknanya. Seperti bagian atas altar terkadang

digantungkan panji-panji pujian bagi dewa yang bersangkutan, di sisi kanan kiri

digantungkan papan/kain bertuliskan puji-pujian. Di depan altar biasanya ditutup

oleh secarik kain sutra merah yang disulam aneka pola misalnya: naga, delapan

Hyang Abadi, burung hong dan sebagainya.

Ornamen pada pintu bangunan vihara seringkali menggambarkan bunga,

bambu yang dikombinasikan dengan binatang seperti kijang, kilin, dan kelelawar.

Gambar-gambar lambang Pat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan

kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan

kemakmuran. Dewa-dewa dari Pat Sian juga dianggap pelindung berbagai profesi,

misalnya: Han Siang Cu melambangkan pelindung tukang ramal, Co Kok Kiu

melambangkan pelindung pemain sandiwara dan lain-lain. Pada dinding sering

15

Page 25: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

dijumpai lukisan dewa-dewa atau cerita bergambar pendek seperti: cerita Sam Kok,

novel Hong Sin, pengadilan Siam Lo Ong di akhirat dan lain-lain.

Di atas atap bangunan vihara selalu ditempatkan sepasang naga yang

dibentuk dari pecahan porselen dalam kedudukan saling berhadapan untuk berebut

sebuah mutiara. Pada bagian atap bangunan vihara yang lain kadang dihiasi sepasang

naga mengapit Houw Lo, yaitu buah labu yang telah kering sebagai tempat air/arak.

Houw Lou tidak dapat dipisahkan dari bekal para dewa, sehingga dianggap

mempunyai kekuatan gaib untuk menjaga keseimbangan Hong Shui dan menangkal

hawa jahat.

Naga/Liong (bahasa Hokkian) adalah suatu makhluk mitos yang

melambangkan kekuatan, keadilan, dan penjaga burung suci. Naga adalah hasil

paduan khayalan dari berbagai hewan seperti: berkepala unta, bermata kelinci,

berbadan ular, bertanduk rusa, berpaha harimau, bercakar rajawali, bersisik ikan.

Selain itu hiasan naga kadang digantikan oleh sepasang ikan naga di atas atap

tersebut. Ikan ini berkepala dengan bentuk naga/Liong yang melambangkan

keberhasilan setelah mengalami berbagai masalah.

Ornamen pada tiang penyangga sering berupa dewa, panglima perang,

tumbuh-tumbuhan, bunga, gajah, kilin, naga, dan lain-lain. Gajah biasanya

digunakan untuk melambangkan roh para dewa binatang..

Makna yang terkandung pada ornamen-ornamen dalam sebuah vihara tidak

akan terlepas hubungannya dengan faktor/segi kehidupan manusia sehari-hari. Bila

dikaitkan dalam hubungannya dengan vihara, maka terdapat tiga faktor yang

mempengaruhinya. Pertama, ornamen sebagai seni dalam kebudayaan. Ada tujuh

unsur kebudayaan yang meliputi bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian,

16

Page 26: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Dari ketujuh unsur

tersebut bila dikaitkan hubungannya dengan ornamen maka ornamen termasuk dalam

unsur kesenian. Ornamen sebagai seni dalam suatu kebudayaan merupakan segala

ekspresi hasrat manusia akan keindahan, dan keindahan itu sendiri adalah suatu

konsep abstrak yang dapat dinikmati melalui konteks tertentu.

Kedua, ornamen sebagai simbol-simbol religi suatu budaya. Memahami

ornamen sebagai simbol-simbol budaya dan religi, sangat terkait dengan kontekstual

masyarakat dan kebudayaan sendiri. Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-

makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah.

Kebudayaan adalah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan, dituangkan, dan

diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui manusia berkomunikasi,

mengekalkan dan mengembangkan pengetahuan tentang kehidupan ini. Simbol

dianggap terbentuk melalui dinamisasi interaksi sosial yang diberikan turun-temurun

secara historis dan berisikan nilai-nilai acuan, dan memberikan petunjuk bagaimana

masyarakat tertentu berperilaku dalam menjalani hidup.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa satu sistem

simbol merupakan segala sesuatu yang memberikan ide kepada seseorang, di mana

seseorang berangkat dari sebuah ide, dan simbol-simbol menciptakan perasaan dan

motivasi kuat, mudah menyebar dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang.

Agama sebagai motivasi yang menyebabkan orang merasakan dan melakukan

sesuatu, motivasi ini dibimbing oleh seperangkat nilai-nilai. Inilah yang memberikan

batasan yang baik atau buruk, apa yang penting, apa yang benar atau salah bagi

dirinya.

17

Page 27: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Ketiga, ornamen sebagai ideologi. Ornamen dalam hubungannya dengan

ideologi biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat mitos. Mitos oleh manusia

dipakai sebagai media komunikasi guna memenuhi kebutuhan non fisik. Mitos

memberikan pemahaman sesuatu diluar kemampuan manusia untuk memahami suatu

fakta yang terjadi, hal semacam ini sering dijumpai pada ornamen-ornamen yang

menceritakan tentang asal mula kehidupan manusia. Mitos merupakan uraian naratif

sesuatu yang sakral, yaitu kejadian-kejadian yang luar biasa di luar pikiran manusia

dan mengatasi pengalaman sehari-hari manusia, dari hal ini bisa didapat makna

sesungguhnya dari ornamen sendiri. Disamping itu ornamen juga dapat disebut

sebagai alat komunikasi tradisional yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam

berhubungan dengan sesama maupun dengan penguasa alam semesta.

2.2.4 Vihara

Vihara adalah rumah pemujaan bagi dewa, dewi, atau arwah orang-orang

suci, arwah pahlawan, arwah leluhur, bahkan barang-barang yang disucikan seperti

pedang, jangkar, dan lain-lain. Kadang-kadang juga patung dari penguasa hutan,

gunung, laut, juga binatang tertentu seperti macan, naga, dan lain-lain.

Dewa dan dewi yang dimaksud ada umumnya merupakan tokoh-tokoh yang

diceritakan pada buku Si Yu Ci (Xi Youji), yaitu riwayat pendeta Tong Sam Cong

(Tong Xuan Zang ) yang dikawal oleh Sun Go Kong (Sun Wu Kong), Cu Pat Ce (Zhu

Bajie ), dan Sasen (Shaseng) ke arah barat mengambil kitab suci Buddha. Dewa dan

dewi yang disembah antara lain Kwan Im (Guan Yin) sebagai Dewi Pengasihan, Toa

Pek Kong (Da Bogong) sebagai Dewa Pengawal Kota. Delapan dewa yang

18

Page 28: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

mengajarkan kebaikan yaitu Han Tang Kung sebagai Dewa Obat/ Dewa Pengobatan

yang dapat menyembuhkan penyakit, dan dewa-dewi lainnya.

2.2.5 Kota Binjai

Binjai adalah salah satu kota yang berada di wilayah provinsi Sumatera

Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatera

Utara, Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten

Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan

Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di

sebelah timur dan selatan. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek

pembangunan. Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas

Sumatera yang menghubungkan antara Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini,

Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan

ditinjau dari provinsi Aceh.

19

Page 29: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Sumber : Pemerintah Kota Binjai, 2013

Gambar 1. Peta Kota Binjai

20

Page 30: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Kota Binjai terbagi atas 5 kecamatan yang kemudian dibagi lagi menjadi 37

kelurahan dan desa. Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah Binjai Kota,

Binjai Utara, BinjaiSelatan, Binjai Barat, dan Binjai Timur. Kota Binjai merupakan

kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Batak Karo, suku Tionghoa, suku

Melayu, dan lain-lain. Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan

kebudayaan yang beragam. Tidak hanya kemajemukan suku bangsa, tetapi agama

yang dianut oleh masyarakat kota Binjai sangat beragam, antara lain: islam, Kristen,

Buddha, dan hindu. Agama islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh

masyarakat kota Binjai.

Gambar 2. Kantor Walikota Binjai

21

Page 31: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Kota Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan

Binjai memang sangat terkenal dan manis. Bibit rambutan asal Binjai ini telah

tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa

Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut.

2.3 Landasan Teori

Furchan (1982) mengatakan, “Teori merupakan suatu keterangan sementara

tentang gejala-gejala yang dapat digunakan untuk meramalkan dan

mengendalikannya”. Sementara itu Sugiyono (2008: 80) berpendaat bahwa, “teori

adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk

menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik”.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teori merupakan suatu

konseptualisasi terhadap variabel-variabel yang berfungsi untuk menjelaskan,

meramalkan, dan mengendalikan gejala-gejala. Suatu teori dapat dibangun dari fakta-

fakta yang diamati, yang akhirnya harus diuji dengan fakta lain yang diperoleh dari

pengamatan selanjutnya. Untuk menganalisis lebih dalam fungsi dan makna ornamen

bangunan vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li

Lau Cin, penulis menggunakan teori fungsionalisme dan teori semiotik.

22

Page 32: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

2.3.1 Teori Semiotik

Semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Dalam

bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode,

sinyal, dan sebagainya.

Roland Barthes (1915-1980) mengemukakan, dalam teorinya tersebut Barthes

mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi

dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan

penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan

pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan

petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan

tidak pasti (Yusita Kusumarini, 2006).

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada

cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan

makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja

menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan

interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya.

Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi

(makna sebenarnya) dan konotasi (makna tidak sebenarnya). Di sinilah titik

perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah

signifier-signified yang diusung oleh Saussure.

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai

suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan,

jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi

23

Page 33: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.

Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang

menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

Penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes

untuk menganalisis makna ornamen pintu, atas atap, dan tiang penyangga pada

Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin.

2.3.2 Teori Fungsionalisme

Pengertian fungsi merujuk pada manfaat budaya bagi sesuatu.

Fungsionalisme akan terkait dengan sifat dasar budaya manusia. Sifat–sifat tersebut

merupakan realitas budaya yang sulit diabaikan. Kehidupan budaya tidak jauh

berbeda dengan organism hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

membutuhkan organisasi yang akan menciptakan budaya tertentu. Organisasi budaya

tersebut sering dinamakan institusi. Konsep ini mengimplikasikan serangkain nilai

tradisional sehingga umat manusi menjadi bersatu dalam komunitas budaya. Karena

itu, penelitian kebudayaan hendaknya dapat menunjuk kepada realitas lain yang

sejalan dengan hukum secara umum.

Model analisis fungsionalisme yang dipelopori oleh Malinowski, telah

menawarkan pilar analisis tersendiri. Fungsionalisme budaya menghendaki agar

peneliti mampu mengeksplorasi ciri sistematik budaya tertentu. Artinya, peneliti

harus mengetahui kaitan antara institusi dengan stuktur masyarakat sehingga

membentuk sebuah kesatuan yang bulat.

Penelitian budaya secara fungsional menurut Malinowski (1944:87)

mengatakan, “hendaknya mampu menganalisis kebutuhan dasar dan kebutuhan

24

Page 34: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

sekunder manusia”. Kedua kebutuhan tersebut berfungsi untuk mempertahankan

kebudayaan dari kemusnahan.

Untuk meneliti fungsi dan makna ornament arsitektur bangunan Vihara pada

penelitian ini, penulis menggunakan teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh

Malinowski. Teori fungsionalisme mengacu pada fungsi ornamen pintu, atas atap,

dan tiang penyangga pada Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin.

25

Page 35: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian kebudayaan merupakan upaya menangkap realitas. Realitas

budaya, tak berarti mengejar hal–hal yang faktual ( kasat mata ), melainkan juga

berhubungan dengan fenomena abstrak kebudayaan. Hai ini bertujuan agar apa yang

disimpan dibalik realitas dapat dimengerti oleh siapa saja. Fenomena budaya yang

diangkat, dijelaskan, dipahami, diuraikan secara logis dan penuh makna. Sasaran

utama dari penelitian demikian adalah untuk meningkatkan tingkat humanistis

manusia itu sendiri. Manusia sebagai pemilik budaya dan orang lain yang membaca

atau meneliti akan belajar hidup dan merefleksi atas dasar budaya itu. Hal ini berarti

bahwa penelitian budaya memang bermaksud mengembangkan sikap dan perilaku

humaniora manusia.

Metode yang digunakan dalam meneliti fungsi dan makna ornamen

bangunan vihara adalah metode deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif.

Metode deskriptif bertujuan untuk menganalisis dan menyajikan fakta secara

sistematik sehingga lebih mudah dipahami dengan memperhatikan dinamika

kehidupan antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.

Penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena

dan bukan angka-angka yang penuh persentase yang kurang mewakili keseluruhan

fenomena. Alasan utama pemakaian penelitian kualitatif, antara lain data yang

26

Page 36: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

diperoleh dari lapangan biasanya tidak terstruktur dan relatif banyak, sehingga

memungkinkan peneliti untuk menata, mengkritisi, dan mengklasifikasikan yang

lebih menarik melalui penelitian kualitatif.

3.1 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, berupa kata–

kata dan tindakan, serta data tambahan seperti dokumentasi dan lain–lain. Data

penelitian kualitatif dapat berupa data bersumber manusia (data primer) dan data di

luar manusia ( data sekunder ). Sumber data primer diperoleh melalui hasil penelitian

lapangan di Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong

Li Lau Cin. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui buku-buku, jurnal, artikel-

artikel yang berhubungan dengan ornamen vihara, yang kemudian akan dipilah-pilah

untuk dijadikan bahan penelitian.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti memperoleh dan

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data studi kepustakaan (library research), observasi, dan wawancara.

3.2.1 Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan peneliti untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Kegiatan

studi kepustakaan dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan dalam

melengkapi penulisan dan penyesuaian data dari hasil wawancara.

27

Page 37: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari kepustakaan yang

merupakan data pendukung, yaitu berupa skripsi, buku, artikel, dan jurnal yang

berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Mandarin. Hal pertama yang dilakukan

penulis yaitu mengumpulkan artikel, buku, dan jurnal yang berhubungan dengan

vihara. Setelah semua terkumpul terlebih dahulu penulis membaca lalu

mengklasifikasikan untuk dijadikan bahan penelitian.

3.2.2 Observasi

Teknik observasi disebut juga teknik pengamatan yaitu setiap kegiatan yang

dilakukan untuk mengukur dengan menggunakan indera penglihatan atau dengan arti

lain yaitu melihat tanpa melakukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 1995:69).

Dalam penelitian ini, penulis secara langsung melakukan observasi/ pengamatan di

Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vuhara Thai Siong Li Lau Cin.

3.2.2 Wawancara

Wawancara (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data

dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan responden dimana peneliti akan

memperoleh data-data atau informasi yang lebih aktual dan rinci. Koenjaraningrat

(1981:136) mengatakan bahwa, “…kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi

tiga kelompok yaitu : persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatatan data

hasil wawancara.”

Sebelum melakukan wawancara, penulis mempersiapkan beberapa daftar

pertanyaan dan alat perekam. Pada kegiatan wawancara, penulis mengajukan

pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan dan responden menjawab lalu penulis

28

Page 38: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

mencatatnya. Pencatatan hasil wawancara ada beberapa yang tidak sempat dicatat,

oleh karena itu alat perekam berfungsi sebagai pemutaran ulang agar dapat didengar

ulang oleh penulis. Penulis melakukan wawancara dengan pengurus dan pengunjung

Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin.

3.3 Teknik Analisis Data

Pengertian analisis data menurut Patton (1980), yaitu suatu proses mengatur

urutan data menggorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

dasar. Data tersebut begitu banyak jumlahnya, sehingga yang kurang relevan patut

direduksi. Reduksi data dilakukan dengan membuat pengelompokan dan abstraksi.

Analisis boleh berubah, kemudian mengalami perbaikan dan pengembangan sejalan

dengan data yang masuk.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif yaitu mengumpulkan data informasi secara fakta yang

diperoleh melalui hasil wawancara selanjutnya mengklasifikasi data yang penting

dan penyusunan dilakukan secara sistematis. Data kualitatif terdiri atas kata-kata,

kalimat dan deskripsi dan bukannya angka-angka. Langkah-langkah dalam

menganalisis data dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengumpulkan artikel, buku, skripsi dan jurnal yang berhubungan dengan

vihara.

2. Setelah semua data ( artikel, buku, skripsi dan jurnal) terkumpul terlebih

dahulu penulis akan membaca, lalu mengklasifikasikan data-data tersebut

untuk dijadikan bahan penelitian.

29

Page 39: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

3. Selanjutnya penulis melakukan observasi lapangan ke tempat penelitian.

Observasi juga dibantu dengan foto atau dokumentasi.

4. Penulis akan mewawancarai pegawai dan pengunjung vihara, yang bertujuan

agar penulis mendapatkan informasi tentang ornamen bangunan vihara.

5. Mengklasifikasikan teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Malinowski

untuk mengetahui fungsi ornamen banguanan vihara dan teori semiotik yang

dikemukakan oleh Roland Barthes untuk mengetahui makna ornamen

bangunan vihara.

6. Selanjutnya merangkum informasi ataupun data yang telah didapat agar

selanjutnya data-data tersebut dapat dijadikan sebagai penunjang dalam

pembuatan sebuah skripsi.

7. Adapun para informan yaitu Ibu Zeini dan Bapak A Kang yang merupakan

pegawai Vihara Sanatha Maitreya, Bapak Ngatiman/Khong Bet yang

merupakan pegawai Vihara Setia Dharma, dan Bapak Abun yang merupakan

pegawai Vihara Thai Siong Li Lau Cin. Di bawah ini adalah hasil

dokumentasi atau foto Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin.

30

Page 40: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Bagan 1:

Bentuk, Fungsi, dan Makna Ornamen Tiga Vihara

dalam Budaya Tionghoa di Kota Binjai

dan Teori yang Digunakan

31

Page 41: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 3. Vihara Sanatha Maitreya

32

Page 42: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 4. Vihara Thai Siong Li Lau Cin

33

Page 43: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 5. Vihara Setia Dharma

34

Page 44: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

BAB IV

GAMBARAN UMUM

MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA BINJAI

Pada bab empat ini, peneliti membahas tentang masyarakat Tionghoa di kota

Binjai, sejarah Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai

Siong Li Lau Cin, serta Perbedaan dan Persamaan Ornamen Vihara Sanatha

Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin.

4.1 Masyarakat Tionghoa di Kota Binjai

Suku bangsa Tionghoa (biasa disebut juga Cina) di Indonesia adalah salah

satu etnis di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang

(Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin

mereka disebut Tangren (Hanzi: 唐人)atau lazim disebut Huaren (Hanzi Sederhana :

华 人 ). Disebut Tangren dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang

Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri mereka

sebagai orang Tang, sementara orang Cina utara menyebut diri mereka sebagai orang

Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pinyin: Hanren).

Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak

ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali

muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan

dan terbentuk. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno

di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina.

35

Page 45: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang

maupun manusia dari Cina ke Indonesia dan sebaliknya.

Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang

berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup

nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Para imgran Tionghoa yang ada tersebar ke Indonesia mulai abad ke-16

sampai kira-kira pertengahan abad ke-19, berasal dari suku bangsa Hokkien. Mereka

berasal dari provinsi Fukien bagian selatan. Daerah itu merupakan daerah yang

sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang Cina ke seberang lautan.

Imigran Tionghoa lain adalah orang Teo-Chiu yang berasal dari pantai Selatan negeri

Cina di daerah pedalaman Swatow di bagian timur provinsi Kwantung. Orang Teo-

Chiu dan Hakka diseukai sebagai kuli perkebunan dan pertambangan di Sumatera

Timur, Bangka, dan Biliton.

Penduduk Kota Binjai pada tahun 2011 berjumlah 248.456 jiwa yang terdiri

dari 124.173 laki-laki dan 124.283 perempuan dengan kepadatan penduduk 2.754

jiwa dan rata-rata 4,32 jiwa per Rumah Tangga.

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara sebanyak

71.051 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Binjai Kota yaitu

sebanyak 30.473 jiwa. Kecamatan yang paling padat penduduknya terdapat di

kecamatan Binjai Kota dengan kepadatan 7.396 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan

yang jarang penduduknya adalah Binjai Selatan dengan kepadatan 1.631 jiwa/km2.

Jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara yaitu

36

Page 46: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

16.580 rumah tangga, dan umlah penduduk yang paling sedikit terdapat di

Kecamatan Binjai Kota yaitu 7.133 rumah tangga.

Tabel 4.1:

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

No Umur Tahun 2009

Laki-laki

Perempuan

Tahun 2010

Laki-laki

Perempuan

Tahun 2011

Laki-laki

Perempuan

1 10-14 30.939

31.683

36.907 34.645 36.635

34.370

2 15-54 86.600

86.755

75.148 78.258 76.032

77.075

3 55+ 10.103

11.045

10.906 12.254 11.506

12.838

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2011, 2012

Penduduk Kota Binjai didominasi oleh penduduk berusia 5-9 tahun sejumlah

23.789 jiwa yang terdiri dari 12.355 laki-laki dan 11.434 perempuan. Sedangkan

jumlah paling sedikit adalah penduduk berusia 60-64 tahun berjumlah 5.473 orang

terdiri dari 2.637 laki-laki dan 2.836 perempuan. Secara umum penduduk perempuan

di Kota Binjai lebih banyak dari penduduk laki-laki dengan sex ratio sangat kecil

37

Page 47: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

tahun 2011 yakni nilainya di bawah 100. Dalam 100 jumlah penduduk perempuan

terdapat 99,91 penduduk laki-laki.

Catatan: (1) Data tahun 2009, terjadi selisih 20 jiwa antara jumlah detail dengan

jumlah akumulasi di BPS BDA 2010, maka peneliti mengikuti jumlah detail data, (2)

Terjadi selisih 2000 jiwa data tahun 2010.

Tabel 4.2:

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Tahun 2012

1 Islam 201.070

2 Kristen/Katolik 29.332

3 Hindu 1.485

4 Buddha 16.989

5 Konghucu/Aliran Kepercayaan 19

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2012

Komposisi penduduk menurut agama tahun 2010, penduduk Kota Binjai

mayoritas beragama Islam yakni 85.45%. Kemudian disusul penduduk beragama

Kristen/Katolik sebesar 8.72%, penduduk beragama Budha sebesar 5.48%, penduduk

beragama Hindu sebesar 0,28% dan penduduk beragama Konghucu/Aliran

Kepercayaan sebesar 0,08%. Agama Islam menjadi mayoritas dapat dipahami karena

berdasarkan komposisi penduduk menurut etnis, jumlah terbesar penduduknya yaitu

beretnis Jawa kemudian etnis Melayu, Mandailing, Minang dan Aceh, etnis-etnis ini

38

Page 48: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

dalam sejarahnya memang merupakan etnis dengan sejarah perkembangan agama

Islam yang kuat.

Catatan: Data BPS Binjai tahun 2012 data diperoleh dari Laporan Akhir

Database Kota Binjai Tahun 2012 oleh Bappeda Kota Binjai.

Kota Binjai merupakan kota multietnis yang dihuni oleh suku Jawa, suku

Batak Karo, suku Tionghoa, suku Melayu, dan suku bangsa lainnya. Kemajemukan

etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Masyarakat

Tionghoa merupakan salah satu etnis yang terdapat di kota Binjai. Kebanyakan

mereka berdomisili di kecamatan Binjai Kota dan kecamatan Binjai Barat.

Etnis terbesar di Kota Binjai adalah Etnis Jawa yakni 92,545 % yang

kemudian ikuti secara berurut adalah Melayu, Mandailing, Karo, Tionghoa, Batak

Toba, Minang, Batak Simalungun, Banten dan Aceh.. Hal ini ditunjukan dari hasil

Susenas tahun 2010 yakni sebesar 39,80%. Kemudian disusul etnis Melayu 12.55 %,

etnis Mandailing 9.33%, etnis Karo 9,05%, etnis Tionghoa 7,03%, etnis Batak Toba

6,70%, etnis Minang 6,28%, etnis Batak Simalungun 5,57%, etnis Banten 1,88% dan

etnis Aceh 1,81%. Banyaknya etnis Jawa di Binjai tidak terlepas dari sejarah kuli

kontak yang diterapkan semasa penjajahan Belanda di Sumatera Utara untuk

membuka dan membangun wilayah perkebunan.

39

Page 49: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Tabel 4.3:

10 Etnis Terbesar di Kota Binjai

No Nama Etnis 2010 2011 2012

1 Jawa 98.769 98.889 92.545

2 Melayu 31.132 31.170 29.170

3 Karo 22.466 22.493 21.050

4 Batak Simalungun 13.832 13.848 12.960

5 Batak Toba 16.637 16.658 15.589

6 Mandailing 23.141 23.169 21.683

7 Minang 15.583 15.602 14.601

8 Aceh 4.501 4.506 4.217

9 Tionghoa 17.441 17.462 16.342

10 Banten 4.653 4.659 4.360

248.154 248.456 232.517

Sumber: Bappeda Kota Binjai, 2012

4.2 Mata Pencaharian

Saat ini, masyarakat Tionghoa di kota Binjai lebih dominan bekerja sebagai

pedagang dan di bidang bisnis. Perekonomian kota Binjai juga dipegang oleh

masyarakat Tionghoa. Kebanyakan mereka melakukan trasaksi perdagangan ataupun

bisnis mereka di daerah kecamatan Binjai Kota, karena daerah ini merupakan pusat

kota Binjai dan sangat strategis apabila menjalankan usaha bisnis di kawasan

40

Page 50: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

tersebut. Masyarakat Tionghoa dikenal gigih, ulet dan memiliki jaringan yang baik

dengan sesamanya, sehingga usaha mereka menjadi berkembang dan sukses.

4.3 Agama dan Kepercayaan

Di Indonesia umumnya masyarakat menganggap bahwa orang Tionghoa itu

memeluk agama Budha. Memang di negara Cina sebagian tersebar rakyatnya

memeluk agama Budha, tetapi di Indonesia orang Tionghoa adalah pemeluk agama

Budha, Kong Hu cu ( konfusianisme ), Taoisme, Kristen, Katolik dan Islam. Dari

segi religi, masyarakat China menganut tiga agama dari Negara asal mereka yang

disebut San Jiau/Sam Kauw, di Indonesia ajaran ini dikenal dengan Tridharma ( tiga

ajaran agama ). Tiga ajaran agama yang banyak dianut masyarakat Cina yaitu Khong

Hu Chu, Tao, dan Buddha.

4.3.1 Taoisme

Taoisme (Mandarin: 道教 atau 道家) juga diejakan Daoisme, diprakarsai oleh

Laozi (老子 pinyin:Lǎozǐ) sejak akhir Zaman Chunqiu. Taoisme merupakan ajaran

Laozi yang berasaskan Daode Jing (道德經,pinyin:Dàodé Jīng). Pengikut Laozi yang

terkenal adalah Zhuangzi (庄子 ) yang merupakan tokoh penulis kitab yang judul

Zhuangzi.

Taoisme berasal dari kata "Dao" (道 ) yang berarti tidak berbentuk, tidak

terlihat tetapi merupakan asas atau jalan acara kejadian kesemua benda hidup dan

benda-benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan

41

Page 51: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

kebendaan adalah De ( 德 ). Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai

Taoisme, yang merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalas,

bersifat lembut seperti air, dan berabadi.

Ajaran Taoisme tidak terlalu nampak pengaruhnya di Indonesia dan kota

Binjai khususnya. Walaupun ada yang mengatakan, bahwa Taoisme ini semacam

agama yang telah lahir di Tiongkok, ada dasarnya Taoisme bukanlah agama. Dasar

Taoisme yang sebenarnya adalah kitab “Tao Te Ching”. Kitab ini menurut tradisi

dianggap peninggalannya Lao Tze, yang hidup sezaman dengan Kung Tze, tetapi

dikaitkan berusia lebih tua daripada Kung Tze. Isi “Tao Te Ching” sendiri sangatlah

singkat, sehingga banyak kalimat dalam kitab ini yang merupakan tafsiran dari para

sarjana-sarjana Tionghoa sendiri, dan hasil terjemahan dari para ilmuwan Barat.

Yang menjadi kesulitan dalam penafsiran “Tao Te Ching” adalah keadaan system

yang bernama “Wu Wei” (tidak melakukan sesuatu) dalam ajaranya. Inti dari ajaran

Lao Tze adalah dengan melakukan “Wu Wei” dunia akan menjadi lebih baik.

4.3.2 Konfusianisme

Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu ( Kung Tze atau Konfusius) dalam

bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-

orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khong Hu Cu memang

bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang

sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku

bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun

orang kadang mengira bahwa Khong Hu Cu adalah merupakan suatu pengajaran

42

Page 52: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau

orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khong Hu

Cu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khong Hu Cu (Ru Jiao) juga terdapat

ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga

mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia yang disebut "Ren

Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam

semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".

Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan

antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar

supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini.

Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia

bertingkah laku.

Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan

penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang

keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam

ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral.

Di Indonesia bahkan di kota Binjai, pengajaran Kung Tze tidak dipandang

sebagai agama oleh orang Tionghoa. ahli filsafat itu umunya hanya dihargai sebagai

seorang Guru Besar. Di negeri kita ini terdapat perkumpulan Khong Kauw Hwee

( Perkumpulan Agama Kung Tze ), tetapi perkumpulan ini tidak dapat dipandang

senagai sebuah perkumpulan agama, melainkan sebagai sebuah perkumpulan yang

bertujuan menyiarkan dan mengembangkan pengajaran Kung Tze. Pekerjaan

perkumpulan ini lebih banyak di bidang sosial.

43

Page 53: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

4.3.3 Buddhisme

Agama Buddha ialah agama dan falsafah yang berasaskan ajaran Buddha

Śākyamuni (Siddhārtha Gautama) yang mungkin lahir pada kurun ke-5 sebelum

masehi. Agama Buddha menyebar ke benua India dalam kurun waktu selepas

Baginda meninggal dunia. Dalam 2.000 tahun seterusnya, agama Buddha telah

menyebar ke tengah, tenggara dan timur Asia. Agama Buddha terus menarik orang

ramai, bahkan penganutnya di seluruh dunia dan mempunyai lebih kurang 350 juta

penganut. Agama Budddha dikenal sebagai salah satu agama yang paling besar di

dunia. Masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia maupun masyarakat Tionghoa

yang ada di kota Binjai, kebanyakan menganut kepercayaan Budha.

Seorang Buddha ialah seseorang yang mendapati alam semesta yang benar

melalui pelajarannya yang bertahun-tahun, penyiasatan dengan pengamalan agama

pada masanya dan pertapaan. Penemuannya dikenali sebagai Bodhi atau

"Pemahaman". Siapa yang bangun dari "Ketiduran Kejahilan" secara langsung yang

mengenali alam semesta jadi nyata yang sebenarnya dikenal sebagai Buddha.

Mengikuti ajaran Buddha, siapa yang dapat mempelajarinya dan juga memahami

alam semesta akan jadi nyata yang sebenarnya dan mempraktikkannya dengan

mengamalkan kehidupan yang bermoral dan pemikiran yang bersih. Secara

keseluruhan, tujuan seorang menganut agama Buddha adalah untuk mengamati

segala kesusahan dalam kehidupan.

44

Page 54: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

4.4 Perbedaan dan Persamaan Ornamen Vihara Setia Dharma, Vihara

Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin

Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong Li

Lau Cin merupakan contoh beberapa Vihara yang ada di kota Binjai. Vihara Sanatha

Maitreya dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin beralamat di Jalan Kelengkeng,

Kecamatan Binjai Barat. Sedangkan Vihara Setia Dharma beralamat di Jalan Tuanku

Imam Bonjol, Kecamatan Binjai Kota. Penulis sangat tertarik untuk melakukan

penelitian pada tiga Vihara ini, karena arsitektur bangunan maupun ornamen ketiga

Vihara ini memiliki perbedaan dan persamaan. Dari luar Vihara saja sudah tampak

jelas, jika arsitektur bangunan ketiga Vihara ini berbeda, dimana arsitektur bangunan

Vihara Sanatha Maitreya dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin sudah berbentuk modern

bahkan menyerupai rumah modern saat ini. Sedangkan arsitektur bangunan Vihara

Setia Dharma masih berbentuk tradisional.

Arsitektur ornamen bangunan pada atas atap Vihara Setia Dharma hanya

terdapat genteng tanpa ada ornamen naga atau pun ornamen lainnya, dan pada atas

atap Vihara Sanatha Maitreya terdapat sebuah ornamen yang berbentuk globe di

mana dibawah globe tersebut terdapat tulisan “Dunia Satu Keluarga” , yang

bermakna walaupun masyarakat yang ada di dunia ini terdiri dari suku bangsa,

agama, dan ras yang berbeda – beda tetapi semuanya satu kesatuan keluarga.

Sedangkan pada atas atap Vihara Thai Siong Li Lau Cin terdapat sepasang naga yang

saling berhadapan pada sebuah mutiara.

Ornamen pada pintu Vihara Setia Dharma terdapat gambar panglima, dimana

pintu itu terbuat dari besi, sedangkan pada ornamen pintu Vihara Sanatha Maitreya

dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin hanya berupa pintu biasa tanpa ada ornamen

45

Page 55: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

bangunan gambar apapun dan terbuat dari kayu. Tiang penyangga Vihara Setia

Dharma hanya berupa tiang penyangga panjang yang terbuat dari campuran semen,

pasir, dan batu bata tanpa ada ornamen apapun, sedangkan pada Vihara Sanatha

Maitreya berupa balok penyangga panjang yang di bawahnya terdapat pecahan batu

marmer. Tiang pada Vihara Thai Siong Li Lau Cin berupa balok penyangga panjang

di mana terdapat ornamen naga yang melilitkan tubuhnya ditiang tersebut.

Di samping perbedaan, Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin juga memiliki persamaan yaitu di mana didalam

ruangan Vihara tersebut terdapat sebuah patung dewa berukuran besar yang

diletakkan ditengah-tengah ruangan Vihara, dimana umat Buddha menganggap

patung itu sebagai Tuhan mereka. Tidak hanya terdapat patung berukuran besar,

tetapi juga terdapat patung-patung dewa-dewi lainnya yang mereka anggap sebagai

nabi. Selain patung dewa-dewi, juga terdapat ornamen lainnya yang meyerupai

gambar binatang, lonceng, sebuah mangkuk emas yang terbuat dari alumunium emas

yang berisi koin-koin dari pengunjung Vihara yang beribadah, dan lain sebagainya.

46

Page 56: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab V ini, penulis mengkaji tiga hal tentang tiga vihara di Kota

Binjai, yang mencakup: (1) bentuk vihara; (2) fungsi ornamen vihara; dan (3)

makna ornamen vihara. Untuk bentuk dan makna vihara sebagai artefak dalam

dimensi visual digunakan teori semiotika terutama dari Barthes. Selanjutnya

khusus fungsi ornamen vihara ini digunakan teori fungsionalisme dalam disiplin

antropologi budaya.

5.1 Deskripsi Bentuk Artefak Tiga Bangunan Vihara

Berikut ini akan dideskripsikan artefak Vihara Sanatha Maitreya, Vihara

Thai Siong Li Lau Cin, dan Vihara Setia Dharma. Deskripsi yang dilakukan

untuk masing-masing vihara mencakup: pintu, atap, tiang penyangga, dan

denahnya secara global. Studi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman

bagaimana bentuk vihara secara umum dan khusus, serta bagaimana bangunan

vihara ini disusun oleh artefak-artefak yang mendukungnya.

71

Page 57: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Bagan 1:

Denah Artefak Vihara Sanatha Maitreya

P.G

R.S.U

Bagan 2:

Denah Artefak Vihara Thai Siong Li Lau Cin

P.G H H

R.S.U

72

R.S I

Taman

J

P

J

J

P

J R.P.V

Page 58: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Bagan 3:

Denah Artefak Vihara Setia Dharma

Keterangan:

H : Halaman P.G : Pintu Gerbang

J : Jendela P : Pintu

R.S.U : Ruang Sembahyang Utama R.P.A : Ruang Penyimpanan Abu

R.S I : Ruang Sembahyang I R.P.V : Rumah Pemilik Vihara

5.1.1 Pintu Vihara

Ornamen pada pintu vihara seringkali menggambarkan bunga, bambu

yang dikombinasikan dengan binatang seperti kijang, kilin, dan kelelawar.

Kelelawar bagi masyaratkat Tionghoa melambangkan rejeki atau berkah karena

kelelawar dalam bahasa Hokkian adalah Hok yang berarti rejeki. Gambar-

gambar lambang Pat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar,

kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan

73

P.G H

Lantai 2 Lantai 1

R.S.U R.P.A

J

J

P

Page 59: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

kemakmuran. Dewa-dewa dari Pat Sian juga dianggap sebagai pelindung

berbagai profesi, misalnya: Han Siang Cu melambangkan peramal, Co Kok Kiu

melambangkan pelindung pemain sandiwara dan lain-lain.

Ornamen yang terdapat pada pintu vihara yang satu dengan vihara yang

lain tidaklah sama dan tidak menjadikan suatu kekhususan tersendiri, begitupun

halnya dengan ornamen pintu Vihara Setia Dharma dengan Vihara Sanatha

Maitreya, dan vihara Thai Siong Li Lau Cin. Namun pada intinya pintu yang

dilengkapi dengan ornamen khas Cina biasanya mempunyai fungsi dan makna

sebagai penangkal roh jahat yang bisa mengganggu ketenangan dan

kekhidmatan vihara dan para umat yang sembahyang di dalamnya.

74

Page 60: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 6. Ornamen Pintu Vihara Setia Dharma

Pintu yang terdapat pada bangunan Setia Dharma tidak semuanya

dilengkapi dengan ornamen khas Cina, hanya pintu masuk ke dalam ruangan

vihara saja yang dibuat dan dilengkapi dengan ornamen khas Cina berupa

gambar Panglima Ceng Sok Po. Selain itu, pintu yang terdaat pada bangunan

Vihara Setia Dharma tidak dilengkapi dengan ornamen khas Cina, tetapai hanya

ukiran pintu seperti pintu rumah pada umumnya.

75

Page 61: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 7. Ornamen pintu Vihara Thai Siong Li Lau Cin

76

Page 62: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Pintu yang terdapat pada bangunan Vihara Thai Siong Li Lau Cin dilengkapi

dengan ornamen gambar dewa yang sangat dipercaya ataupun dipuja oleh

masyarakat Tinghoa, khususnya masyarakat Tionghoa yang beragama Buddha.

Gambar 8. Ornamen pintu Vihara Sanatha Maeitreya

Ornamen pintu pada bangunan Vihara Sanatha Maitreya sama sekali

tidak dilengkapi dengan ornamen khas Cina, dikarenakan bangunan Vihara

Sanatha Maetrey sudah berbentuk modern dan bentuk pintu vihara ini hampir

sama dengan bentuk pintu pada rumah umumnya.

77

Page 63: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

5.1.2 Atap Vihara

Di atas atap vihara selalu ditempatkan sepasang naga yang dibentuk dari

pecahan porselin dalam kedudukan saling berhadapan untuk berebut sebuah

mutiara alam semesta. Pada bagian atap bangunan yang lain kadang dihiasi

sepasang naga mengapit Houw Lou dalam bahasa Hokkian , yaitu buah labu

yang telah kering sebagai tempat air/arak. Houw Lou tidak dapat dipisahkan dari

bekal para dewa, sehingga dianggap mempunyai kekuatan gaib untuk menjaga

keseimbangan Hong Shui dan menangkal hawa jahat. Naga/Liong (bahasa

Hokkian) adalah suatu makhluk mitos yang melambangkan kekuatan, keadilan,

dan penjaga burung suci. Naga adalah hasil paduan khayalan dari berbagai

hewan seperti: berkepala unta, bermata kelinci, berbadan ular, bertanduk rusa,

berpaha harimau, bercakar rajawali, bersisik ikan. Selain itu hiasan naga

terkadang digantikan oleh sepasang ikan naga di atas atap tersebut. Ikan ini

berkepala dengan bentuk Liong atau naga yang melambangkan keberhasilan

setelah mengalami percobaan. Namun pada bangunan atas atap Vihara Setia

Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan vihara Thai Siong Li Lau Cin memiliki

ornamen yang berbeda-beda.

78

Page 64: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 9. Atap Vihara Thai Siong Li Lau Cin

Ornamen yang terdapat pada atas atap Vihara Thai Siong Li Lau Cin

hampir sama dengan ornamen atap vihara lainnya, yaitu berupa sepasang naga

yang saling berhadapan untuk berebut sebuah mutiara. Sepasang naga ini terbuat

dari pecahan porselin.

79

Page 65: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 10. Atap Vihara Sanatha Maitreya

Ornamen yang terdapat pada atas atap Vihara Sanatha Maitreya hanya

berupa genteng biasa yang sama dengan atap rumah modern lainnya tanpa ada

ornamen khas Cina yang menghiasi. Namun pada bagian atas atap pintu gerbang

Vihara Sanetha Maitreya terdapat sebuah Globe yang berbeda dengan vihara–

vihara yang ada di kota Binjai.

80

Page 66: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 11. tap Vihara Setia Dharma

Ornamen yang terdapat pada atas atap Vihara Setia Dharma hanya

berupa genteng tanpa ada ornamen khas Cina yang menghiasi.

5.1.1 Tiang Penyangga Vihara

Ornamen pada tiang penyangga seringkali berupa dewa, panglima

perang, tumbuh -tumbuhan, bunga, gajah, kilin, naga, dan lain-lain. Gajah

biasanya digunakan untuk melambangkan roh para dewa binatang. Tubuhnya

tampak berat tapi belalainya lincah dan kecil berwatak ramah melambang

kekuatan. Ragam hias tetumbuhan dan bunga yang paling sering menjadi hiasan

untuk tiang penyangga adalah bunga botan, bambu, anggrek, dan seruni yang

mana melambangkan ulet dalam melawan iklim yang kejam di Cina. Ornamen

81

Page 67: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

tiang penyangga vihara pada umumnya juga dominan menggunakan ornamen

khas Cina berupa naga yang melilit pada pilar dan warna dasar dari pilarnya

sendiri menggunakan warna merah.

Gambar 12. Tiang Penyangga Vihara Thai Siong Li Lau Cin

Ornamen tiang penyangga Vihara Thai Siong Li Lau Cin pada

menggunakan ornamen khas Cina berupa naga yang melilit pada pilar dengan

warna dasar dari pilarnya sendiri menggunakan warna merah. Ornamen naga

yang terdapat pada tiang penyangga Vihara Thai Siong Li Lau Cin terbuat dari

pecahan porselin.

82

Page 68: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 13. Tiang Penyangga Vihara Setia Dharma

Ornamen yang terdapat pada tiang penyangga Vihara Setia Dharma

hanya berupa tiang penyangga polos lurus ke atas yang terbuat dari campuran

semen, pasir dan batu bata tanpa ada ornamen khas Cina yang menghiasi. Tiang

penyangga pada vihara ini berupa cat berwarna merah yang sangat identik

dengan masyarakat Tionghoa.

83

Page 69: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 14. Tiang Penyangga Vihara Sanatha Maitreya

Ornamen yang terdapat pada tiang penyangga Vihara Sanatha Maitreya

hanya berupa tiang penyangga lurus ke atas yang terbuat dari campuran semen,

pasir dan batu bata, sedangkan pada bagian bawah terdapat ukiran segi empat

yang terbuat dari batu marmer tanpa ada ornamen khas Cina yang menghiasi.

84

Page 70: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

5.2 Makna Ornamen Bangunan Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha

Maitreya, Vihara Setia Dharma, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin

Makna ornamen bangunan Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha

Maitreya, Vihara Setia Dharma, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin bermacam-

macam yaitu sebagai berikut:

5.2.1 Makna Simbolis

Suatu benda memiliki nilai simbolis tertentu di dalamnya, menurut

norma-norma tertentu (adat, agama, sistem sosial, dan lain-lainnya). Bentuk,

motif dan penempatannya sangat ditentukan oleh norma-norma adat maupun

agama untuk menghindari timbulnya salah pengertian akan makna atau nilai

simbolis yang terkandung didalamnya. Oleh sebab itu, pengerjaan suatu

ornamen simbolis hendaknya menepati aturan-aturan yang telah ada. Makna

simbolis karya seni rupa tampak jelas dalam benda yang berhubungan dengan

religi atau keagamaan dan adat. Berbagai arca dan pahatan relief peninggalan

jaman kerajaan Hindu-Budha merupakan simbol dari berbagai hal dalam

kebudayaan Hindu-Budha.

Makna simbolis yang terdapat pada pintu, tiang penyangga, dan atas atap

Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha Maitreya, Vihara Setia Dharma, dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin terdapat pada naga yang melambangkan

penangkal roh jahat dan melambangkan untuk menjaga keseimbangan duniawi

85

Page 71: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

dan akhirat. Selain itu, ornamen Panglima Ceng Sok Po melambangkan

kekuasaan dan melambangkan kekuatan hebat.

Gambar 16. Ornamen Panglima Ceng Sok Po pada Pintu

Vihara Setia Dharma

86

Page 72: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

5.2.2 Makna Naga

Ornamen naga terletak pada atap luar yang mencerminkan dua naga yang

sedang merebutkan mustika. Bentuk ini menyiratkan dua jenis manusia yang

sedang mengejar ilmu yang sejati. Mustika merupakan perlambangan

pengetahuan sejati atau kunci kebahagiaan. Dalam penerapannya naga sering

digambarkan dalam posisi mengejar atau menelan mustika tersebut. Hal ini

sesuai dengan ajaran Buddha yang menjelaskan bahwa seseorang berhasil

menemukan pengetahuan sejati (inti sari kehidupan diri sendiri dalam agama

Buddha) akan menemukan kehidupan. Tapi ilmu sejati itu akan diperoleh setelah

seseorang meninggal, karena kehidupan tidak ada yang sejati, sehigga sering

digambarkan naga yang sedang mengejar atau memperebutkan mustika.

Atap yang merupakan pembatasan antara langit dan bumi merupakan

dimensi yang menyatukan antara surgawi dan duniawi. Naga merupakan

perantara dari alam surgawi dan alam duniawi. Naga pada posisi atap merupakan

salah satu aplikasi simbol naga Chihwen, diukir pada balok penyangga jembatan

dan pada atap rumah, untuk menjauhkan bangunan dari bahaya kebakaran.

87

Page 73: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 17. Ornamen Naga pada Atas Atap Vihara Thai Siong Li Lau Cin

5.2.3 Makna Kalimat

Pada atas atap gerbang Vihara Sanatha Maitreya terdapat sebuah

ornamen globe. Dimana dibawah globe, terdapat kalimat “Dunia Satu

Keluarga”. Kalimat itu mempunyai makna walaupun masyarakat yang ada di

dunia ini terdiri dari suku bangsa, ras, dan agama yang berbeda-beda tetapi

semuanya satu kesatuan keluarga yang sama dimata Tuhan Yang Maha Esa.

88

Page 74: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 18. Atas Atap Gerbang Vihara Sanatha Maitreya

5.4.4 Makna Warna

Di kalangan etnis Tionghoa semua warna memiliki arti tersendiri dan

banyak juga warga yang favorit dikalangan masyarakat Tionghoa. Bagi etnis

Tionghoa warna akan sangat bermakna dan memiliki arti tersendiri. Makanya

baik rumah, kelenteng, vihara, toko atau pun tempat lainnya memilih warna

sesuai dengan maknanya, karena memang diyakini ada pengaruhnya kedepan.

Berikut ini warna-warna yang sering dipakai oleh etnis tionghoa pada bagunan

yang mereka gunakan:

      a. Warna emas melambangkan keberuntungan, keberuntungan, keceriaan

b. Warna merah melambangkan kebahagiaan dan kemakmuran

89

Page 75: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

c. Warna biru melambangkan ketentraman

d. Warna putih melambangkan kesedihan

Begitu juga warna yang terdapat pada pintu, tiang penyangga, dan atas

atap Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha Maitreya, Vihara Setia Dharma, dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin yang kebanyakan diisi dengan warna merah dan

emas yang sangat identik dengan masayarakat Cina.

5.3 Fungsi Ornamen Bangunan Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha

Maitreya, Vihara Setia Dharma, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin

Fungsi ornamen bangunan Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha

Maitreya, Vihara Setia Dharma, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin bermacam-

macam yaitu sebagai berikut.

5.3.1 Fungsi Estetika

Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan. Kata

keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek,

dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni,

pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara,

warna, dan sebaginya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas

keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban

teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa

90

Page 76: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia.

Begitu juga ornamen yang terdapat pintu, tiang penyangga, dan atas atap

Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha Maitreya, Vihara Setia Dharma, dan

Vihara Thai Siong Li Lau Cin yang memiliki nilai keindahan yang sangat tinggi.

Sehingga akan memperindah bangunan vihara dan menarik perhatian orang lain

untuk mengunjungi vihara-vihara tersebut.

5.3.2 Fungsi Religius

Nilai religius ini memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi

dengan Tuhan. Scheler mengungkapkan bahwa dalam hubungan dengan Tuhan,

manusia mendapatkan pengalaman mengagumkan yang tak terhapuskan

mengenai nilai leluhur yang digambarkan secara metaforis dalam nilai-nilai

agama, ritual-ritual, dan mitos. Untuk memahami nilai religius ini, hanya dengan

iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan

itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha Hakim bagi dunia ini.

Melalui nilai religius ini, manusia berhubungan dengan Tuhannya melalui

kebaktian, pujian dan doa, kesetiaan dan kerelaan berkurban bagi Tuhan.

5.3.3 Fungsi Identitas Budaya

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris yaitu identity yang memiliki

pengertian ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau

sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Identitas juga merupakan

keseluruhan atau totalitas yang menunjukkan ciri-ciri atau keadaan khusus

91

Page 77: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

seseorang atau jati diri dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis

yang mendasari tingkah laku individu.

Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang

atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi lainnya.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal

yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata

Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai

mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai

“kultur” dalam bahasa Indonesia. Jadi, pengertian dari identitas budaya adalah

suatu karakter yang melekat dalam suatu kebudayaan sehingga bisa dibedakan

antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.

Ornamen yang terdapat pintu, tiang penyangga, dan atas atap Vihara

Setia Dharma Vihara Sanatha Maitreya, Vihara Setia Dharma, dan Vihara Thai

Siong Li Lau Cin berupa ornamen naga, ornamen panglima sudah menandakan

bahwa itu merupakan identitas dari masyarakat Tionghoa khususnya Negara

Cina. Masyarakat luas pun mengetahui, terutaman naga yang amat-teramat

kental dengan masyarakat Tionghoa. Sehingga identitas itulah yang

membedakan ornamen Cina dengan ornamen-ornamen suku bangsa lainnya.

92

Page 78: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Gambar 15. Ornamen Naga pada Atas Atap dan Tiang Penyangga Vihara

Thai Siong Li Lau Cin

93

Page 79: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, maka pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dan

mengemukakan saran-saran yang berhubungan dengan topik pembahasan.

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan di bab empat, maka penulis dapat

menarik kesimpulan, di antaranya sebagai berikut:

1. Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong

Li Lau Cin memiliki persamaan dan perbedaan dari segi arsitektur

maupun ornamen bangunan Vihara.

2. Perbedaan ketiga Vihara terlihat dari segi ornamen atas atap, tiang

penyangga, dan pintu Vihara. Sedangkan persamaan ketiga Vihara ini

terletak pada isi yang terdapat di dalam ruangan, yaitu berupa patung

dewa-dewi.

3. Vihara Sanatha Maitreya dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin dari segi

arsitektur bangunan sudah berbentuk modern seperti bentuk rumah

modern saat ini, sedangkan arsitektur Vihara Setia Dharma masih

berbentuk tradisional.

94

Page 80: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

4. Ornamen yang terdapat pada atas atap, tiang penyangga, dan pintu

Vihara Setia Dharma, Vihara Sanatha Maitreya, dan Vihara Thai Siong

Li Lau Cin mempunyai fungsi dan makna.

5. Fungsi ornamen pada atas atap, tiang penyangga, dan pintu pada

bangunan Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha Maitreya, Vihara Setia

Dharma, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin adalah sebagai fungsi

estetika, religius, dan fungsi identitas budaya.

6. Makna ornamen pada atas atap, tiang penyangga, dan pintu pada

bangunan Vihara Setia Dharma Vihara Sanatha Maitreya, Vihara Setia

Dharma, dan Vihara Thai Siong Li Lau Cin adalah sebagai makna

simbolis, makna naga, makna warna dan makna kalimat.

6.2 Saran

Setelah melakukan pembahasan, maka penulis menyarankan kepada

seluruh masyarakat khususnya masyarakat Tionghoa, untuk mempelajari fungsi

dan makna ornamen yang terdapat di dalam sebuah Vihara., karena setiap

ornamen yang ada pada bangunan Vihara memiliki fungsi dan makna yang

terkandung dan tidak hanya sekedar dibangun. Dalam penelitian ini, masih

banyak lagi yang perlu diteliti mengenai fungsi dan makna ornamen Vihara.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap para mahasiswa

ataupun masyarakat lain berminat untuk meneliti fungsi dan makna ornamen

bangunan Vihara.

95

Page 81: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.

Endraswara, Supardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ihroni, T.O. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. 2006. Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia

Hamidi. 2010. Metode Penelitian kualitatif. Malang: UMM Press.

J. Moleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roskarya

Jusuf, Tedy. 2000. Sekilas Budaya Tionghoa Di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Koenjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 20007. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:

Djambatan

Mardalis. 1989. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi

Aksara

M, Idianto. 2004. Sosiologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Jurnal dan Skripsi

Harry Pujianto Yoswara, Imam Santosa, Naomi Haswanto. 2010. Simbol dan Makna Bentuk Naga (Studi Kasus: Vihara Satya Buddhi Bandung. Bandung: Institut Teknologi Bandung

96

Page 82: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Mayang Sari, Sriti dan Soelistio P, Raymond. 2008. Kajian Ikonografis Ornamen Pada

Interior Klenteng Sanggar Agung Surabaya. Surabaya: Kristen Petra Press

Elektronik

http://id.wikipedia.org/wiki/ Klenteng diunduh pada tanggal 11 April 2013 pada pukul 10.19

http://web.budaya-tionghoa.net/seni-dan-hobby/architectural/ 2358-arti-yang- terkandung-dari-ornamen-kelenteng-tay-kak-sie diunduh pada tanggal 11 April 2013 pada pukul 10.30

http://id.wikipedia.org/wiki/ Vihara diunduh pada tanggal 12 april 2013 pukul 11.49

97

Page 83: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

LAMPIRAN

Daftar Informan

1. Nama : Ibu Zeini

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Pengurus Vihara Sanatha Maitreya

Umur : 28 tahun

2. Nama : Bapak A Kang

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Pengurus Vihara Sanatha Maitreya

Umur : 55 tahun

3. Nama : Bapak Ngatiman/ Khong Bet

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Pengurus dan tukang sapu Vihara Setia

Dharma

Umur : 65 tahun

4. Nama : Bapak Abun

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Pengurus Vihara Thai Siong Li Lau Cin

Umur : 52 tahun

98

Page 84: · Web viewPat Sian juga terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar, kedelapan dewa ini adalah lambang keharmonisan, panjang usia dan kemakmuran. Ornamen naga juga sering kita jumpai

Pertanyaan

1. Kapan vihara ini dibangun ?

2. Bagaimana sejarah vihara ini ?

3. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan di vihara ini ?

4. Apakah keunikan vihara ini dibandingkan dengan vihara-vihara yang

lain ?

5. Mengapa disetiap vihara yang ada di Indonesia memiliki arsitektur

ornamen bangunan yang sama, walaupun terkadang ada yang berbeda

?

6. Apakah setiap arsitektur ornamen bangunan tersebut memiliki fungsi

dan makna ?

7. Apakah fungsi ornamen pada pintu, tiang penyangga dan atas atap

vihara ?

8. Apakah makna ornamen pada pintu, tiang penyangga dan atas atap

vihara ?

99