.: Rumah Tradisional Jawa
Transcript of .: Rumah Tradisional Jawa
Rumah Tradisional Jawa :
o
UPATEN PACITAN*l'rh I: llltl"lXlll
\r irlt ke lirlt
It
A
t
.:
,
,
:
.
,a
i
,:
1*t
E
_G-+*qF&q
lr. TriYuniastuti, MT
Satrio HB Wihowo, ST., MSc.
Drs. Sukirman, MSn.
Rumah ThadisionalJawaPacitan
**ry"ft
Rumah ThadisionalJawaPacitan
Tri YuniastutiSatdo Hasto Broto VibowoSukirman
t'ffi;lPl
Rumah Tradisional J aw a P acitan
TtiYuniastutiSatrio Hasto Broto WibovroSukirman
O penulis, 2016
r,:. ^i^ -,=' '.
J, J ee ve
S<-fe'e::l','1 e a -
mengulSC(3'I knnor+ < I
i, I\UPL t J
peneli: a.2 Selurur I
YogL a<a-;0Iu< 0€'
3 Sege"acsuneY'la1
4 Rekar )leKnr( Al
pengertii
PenelltiaLaPora r
hasil ka.lian o
yang masih
Provinsi Jawi
Penulis
bagi PembackesemPurnaTradisional J
Design Cover : Olis Ismawan
Setting La1'-out : Ba1.u Imarwanto
Cetakan pertama, i\gustus 2016
LPU.094.08.16
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Lintang Pustaka Utama
Karangiati RT 19/RV/ 042, Sinduadi, NIlati, Sleman, Yogyakarta
Telp. (027\ 624801
Website: wwrlintangpustakautama.comEmail: pustak a-ttama@yahoo. com
rsBN 978-602-1546-54-3
Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang mempetbanyakkaryaruIis ini dalam bentuk dan
dengan cata apapvn, tanpaizin tertulis dari Penulis dan Penetbir
a..a.l
-.:li.Lriil
fB 1'
_ :.-: .. -. *,: P. nrrbit.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat AllahSWT atas berkah rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkankepada penulis sehingga terlaksana penelitian yang berjudul"Kajian Arsitektur Jawa pedesaan Kecamatan DonorojoKabupaten Pacitan sebagai Dasar Pembuatan Peraturan Desa
Tentang Pelestarian dan Pengembangan Disain BangunanBaru'dengan bantuan dana dari Dikti Tahun Anggaran 2015
Skim Penelitian Hibah Bersaing.Melalui kesempatan ini, perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kopertis Wilayah V atas kesempatan penggunaan danapenelitian,
2. Seluruh civitas akademika Universitas Widya MataramYogyakarta atas dukungan moril dan penggunaan fasilitasuntuk pelaksanaan penelitian.
3. Segenap mahasiswa yang telah membantu dalam kegiatan
survey lapangan.4. Rekan Dosen dan Staf khususnya di Program Studi
Teknik Arsitektur UWMY atas diskusi yang membangun,pengertian dan ke{a samanya demi kelancaran pelaksanaan
penelitian.Laporan ini berisi temuan penelitian di lapangan, analisis,
hasil kajian dan kesimpulan tentang bangunan TradisionalJawa
yang masih ada di Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan
ProvinsiJawa Timur.Penulis berharap hasil penelitian ini semoga bermanfaat
bagi pembaca, masyarakat, pejabat terkait yang berwenang dan
kesempurnaan ilmu pengetahuan khususnya tentang Bangu nan
Tradisional Jawa.
Yogyakarta, 30 November 20L5
Tim Peneliti
rrx
DAFTAR ISI
V
1
L
5
7
BAB tr PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENEUTI,AN 1_1
1_1
11
13
13
L3
L4
L4
A. Tujuan
B. Manfaat Penelitian
BAB IV METODE PENELMANA. Lokasi Penelitian
B. Metode penelitian1. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
c. Penentuan obyek dan wilayah pengamatan ... L6d. Catatan-catatan harian L7
L7
L7
18
18
19
19
2L
2L
e. Dokumen-dokumen2. Teknik Analisis......
a.
b.
c.
d.
Coding (pelabelan)
Kategorisasi
Memo (catatan kode)Penarikan kesimpulan
1. Gambaran Umum Kecamatan Donorojo.. 2L2. Kehidupan Sosial dan Budaya 223. Karakteristik Arsitektur Jawa Pedesaan di Desa-desa
di Kecamatan Donorojo 24a. Desa Widoro 24
1) Administratif Desa Widoro 24
Rumah Tradisional Jawa viiPacitan
KATA PENGANTAR
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...........
:
_'
--J:
33
36
38
38
38
39
43
444749
50
=2.A)a
55
56
57
57
60
6L
61
61_
62
64
66
67
dan modernisasi rumah Jawa
-- :- -:,',r ...,,...,.....
: : - -::- f,an mencafi
lainnya
il
;an
rm pu 19
tektur
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 7L
7L
7L
73
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Rumah Tradisional JawaPacitan
lx
E:'nas: -
f,;
Pf-L['r*,il*- - :
p"-
x:
"l
2) Karakteristik arsititektur Jawa Pedesaan .....
b. Desa Gendaran ............
25
28
281) Jumlah hunian
2) Karakteristik hunian Arsitektur Jawa
Pedesaan di Desa Gendaran 29
29
30
33
a) Omah Joglob) Omah Limasan
c) Omah Kampung
4. Rumah "bangunan" dan modernisasi rumah Jawa
Pedesaan
B. Pembahasan .................
36
38
38
38
39
43
44
L. Perwujudan Arsitektura. Bentuk Arsitektur
1) Rumah Joglo2) Omah Limasan
(a) Jumlah Omah Limasan.....
(b) Perwujudan Omah Limasan 47
(c) Tata ruang 49
50
52
54
55
56
57
57
(d) Ukuran
3) Rumah panjang
2. Komposisi Arsitektura. Komposisi dua rumah
b. Komposisi tiga rumah
3. Tradisi dalam Pembangunan rumah Jawa ...............
a. Upacara natoh penuwun
b. Tradisi gotong royong, bancaan dan mencari
hari baik 60
61
61
61_
62
64
66
67
4. Elemen Pendukung Hunian
a. Pintu dan Jendela
1) Kerun dan Bomo
2) Pintu dan jendela lainnya
3) Gebyog
4) Dudukan lampu
5. Perkembangan Arsitektur
viii Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
"l
DAFTAR GAMBAR
Gambar L. Tipe Arsitektur Jawa Pedesaan di Kecamatan
Donorojo, Kab. Pacitan
Gambar 2. Bentuk Perubahan Arsitektur Jawa Pedesaan
ke Arsitektur Modern
Gambar 3. Lokasi Penelitian
Gambar 4. Kegiatan Wawancara
Gambar 5. Kegiatan Observasi .
Gambar 6. Alur Analisis Data Penelitian
Gambar 7. Peta Kecamatan Donorojo, KabupatenPacitan, Jawa Timur
Gambar 8. Wayang Beber
Gambar 9. Peta Desa WidoroGambar L0. Omoh Joglo
Gambar LL. Omah Limos di Desa WidoroGambar L2. Omah loglo di Desa Gendaran
Gambar L3. Omoh Limosan di desa Gendaran
Gambar 14. Kandang
Gambar L5. Omah Kampung di desa Gendaran
4
5
L2
L4
15
L8
2L
23
24
2526
29
33
34
35
36
37
42
42
43
45
46
47
49
50
53
Gambar
Gambar
GambarGambarGambar
Gambar
GambarGambar
L6
L7
18
L9
20
2L
22
23
Hunian "bangunan" di desa Gendaran...........
Modernisasi Hunian Jawa Pedesaan ..............
Rumah Joglo di Desa Sekar...........
Omah Joglo di Desa Gendaran (1).. . .......
Omah Joglo di Desa WidoroOmah Limasan Berjumlah Satu ............
Omah Limasan Berjumlah Dua Tipe Satu......
Omah Limasan Berjumlah Dua Tipe Dua.......
Gambar 24. Wujud Omah Limasan
Gambar 25. Skema Tata Ruang Omah Limasan
Gambar 26. Omah Panjang
Gambar 27. Omah Panjong dengan Fungsi Kandang
dan Hunian.........
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
4
x
Gambar 28
Gambar 29
Gambar 30
Komoos s l-: :(-mn^: : - -: ::'D:n :n -" ,-" Y
Kompcs s - _:; i.Panlang.Keru',: icn }an: :
tr -;_
-:-:: i
.:-^---:-:--:-t -- -=- = -1
rn Donoro]o Kdbt"c3ie-
2t23
24
2526
29
33
34
35
36
37
42
42
43
45
4647
49
50
53
)4
f 0 :as- r3endaran
)g 3 r:s:3enoaranrna^ : :=sa Gendaran..........-
J- .- - =.'. = leOeSaan ....,.........
Jes: C:- ia:an (1) .. ...........
Berjum ah Dua Tipe Satu.......
Berlumlah Dua Tipe Dua........
anE Omah Limasan
/. ... .
dengan Fungsi Kandang
oro
;Desa !'iidoro
ata ,e'e : a'
Des= Gerdaran
trasa n
3e'_-m ar Satu
-lmur
Gambar 28. Komposisi Dua Rumah 55Gambar 29. Komposisi Tiga Rumah (dua limasan + satu
Panjang)....
Gambar 30. KomposisiTiga Rumah (Joglo + Limasan +
PanjangGambar 3L. Kerun don Boma di Desa WidoroGambar 32. Pintu...
Gambar 33. JendelaGambar 34. Gebyog di Bagian Belakang Rumah
56
Gambar 35. Gebyog Bagian Depan Rumah
57
62
63
64
65
66
66
67
70
Gambar 36. Gebyog Di Bagian Dalam RumahGambar 37. Dudukan LampuGambar 38. Bangunan Hunian Baru Model"Bangunan, ....
Rumah Tradisional JawaPacitan
xl
Lkr
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangFenomena perkembangan arsitektur modern yang
mendesak keberadaan arsitektur lokallndonesia kian hari kian
nyata dirasakan. Keberadaan arsitektur moderndi berbagai
pelosok tanah air; tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan.
Habitat-habitat arsitektur lokal yang terdapat di setiap propinsi
bahkan ka bupaten, terkena rambahan perkem bangan arsitekurmodern.Dominasi arsitektur modern di dalam habitat arsitektur
lokal mulai terjadi diberbagai tempat di Indonesia, tak terkecuali
di kecamatan Donorojo, kabupaten Pacitan provinsi Jawa
Timur. Akibatnya, akar tradisi yang melandasi arsitektur lokal
menjaditumpul. Amos Rapoport dalam Eddy Supriyana Marizar(1996),mengatakan, bahwa akar tradisi dalam olah arsitekturtradisional tidak lagi menjadi faktor penentu. Hal tersebutterjadi karena beberapa hal yaitu: 1) bertambahnya tipe-tipebangunan dalam jumlah lebih besar dan terlalu rumit untukdikerjakan secara tradisional; 2) adanya perubahan nilai-nilai
moral (tradisional) kenilai-nilai teknik (modern); dan 3) bahwa
originalitas dihargai tinggi sehingga masyarakat tidak lagi puas
dengan bentuk-bentuk tradisional.
Kabupaten Pacitan yang masuk dalam wilayah Propinsi
Jawa Timur pada umumnya dan Kecamatan Donorojo pada
khususnya, memiliki habitat arsitektur lokal yang khas berupa
a rsitektu r Jawa pedesaa n berbentu kjoglo da n lim osa n.Arsitektu r
Jawa pedesaan itujuga mengalami terjangan pengaruh arsitektur
modern yang begitu kuat berkembang diwilayah ini. Pengaruh
arsitektur modern di wilayah ini secara empiris telah mulai
mengubah keberadaan arsitektur Jawa pedesaan yang telah
lama tumbuh dan berkembang. Pengaruh arsitektur modern
pada tataran ideal, telah mengubah pandangan dan pola pikir
!
": :: f tinggi, kemudian tern,p
,:'3 Cijual didirikan banguna- :e ah mencapai 22,5 persen
:::: ni bangunan-bangunan: i:esaan yang masih murni :
., :'g ada semu la.
Akibat dari mulai beru'rmah berarsitehur Jawa pedr
gaya arsitektur modern, ada
bangsa yang telah tumbuh d;
hingga ribuan tahun. Karya-ka
tersebut jelas akan berakibat p
lokalitas arsitektur di Kecamata
Kabupaten Pacitan pada umunyang memahami akan bangu
pedesaan dengan begitu jtkeberadaannya seiring dengarpikir masyarakat. Dengan demi
sebagian dari ilmu pengetahu
Pejabat Pemerintah se
Kecamatan Donorojo sebetu I n
untuk menyusun dan mener(Perdes) yang mengatur tenta nc
bangunan rumah berarsitebeliau merasa belum cukup rpenelitian ini diharapkan d;yang sangat berharga agar (
tersebut. Sehubungan deng;berusaha menggali dan mene
materi, dalam rangka ikut men
mengembangkan bangunan-Lpedesaan di Kecamatan Donorr
inijuga berusaha ikut menata
Jawa pedesaan maupun yan
masya ra kat a ka n keberadaa n a rsitektu r Jawa pedesaa n. M ereka
berpendapat bahwa arsitektur Jawa pedesaan telah kuno dan
ketinggalan jaman dan menganggap bahwa arsitektur modern
adalah arsitektur yang lebih baik dan bergengsi.Kurangnya pemahaman tentang pentingnya pelestarian
dan pengembangan arsitektur tradisional, maka beberapaprogram pemerintah lebih berpihak kepada arsitetkur modernda ri pada a rsitektu r Jawa Pedesaa n. Prog ra m - p rog ra m tersebutseperti lantainisasi atau dindingisasi di masa pemerintahan ordebaru hingga bedah rumah di masa pemerintahan reformasi,
semakin menambah perubahan bangunan-bangunan Jawa
Pedesaan menjadi modern, yang tidak lagi sesuai dengannafas kejawaan dan lokus setempat. Konsep "ponggilan jagad"dalam arsitektur tradisional (Jawa) (Umar Kayam dalam Eko
Budihardjo,L989) yang pada hakekatnya menekankan pada
transformasi dari nilai-nilai lokalitas, kini hal itu dinilai mulaimemudar dan tergantikannya oleh konsep fungsionalitas dan
kesederhanaan arsitektur Modern (Yulianto Sumalyo, L997).
Tim penelititelah mengadakan pengamatan awaldi bulan
April 2014, hasil sementara diketahui bahwa ada dua tahapperubahan arsitektur rumah Jawa Pedesaan di KecamatanDonorojo. Tahap pertama, adalah perubahan sebagian dan
tahap kedua adalah perubahan total. Perubahan sebagianyang terjadi pada bangunan berarsitekturJawa pedesaan yaitu
dinding kayu (gebyog) dan asesorisnya diganti menjadi dindingbatu bata. Pada tahap ini sebanyak 40 persen dari kurang
lebih sejumlah 8250 bangunan, telah berubah dari bangunanbera rsitektu r Jawa pedesaa n menjad i berarsitektu r g ad o - gad o
yaitu kombinasi modern dan tradisionalJawa. Perubahan totalpada setiap bangunan rumah Jawa pedesaan yaitu berubahmenjadi bangunan baru bercorak arsitektur modern, tanpatertinggal sama sekali sentuhaan-sentuhan sedikitpun nuansa
arsitektur lokal. Perobahan total ini terjadi karena biasanya
bangunan lama umumnya diperjual belikan dengan harga yang
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
2
relatif tinggi, kemudian tempat bekas berdirinya bangunanyang dijual didirikan bangunan rumah moderen. pada tahapini telah mencapai 22,5 persen. Akibat dari perubahan tersebut,saat ini bangunan-bangunan rumah bergaya arsitektur Jawapedesaan yang masih murni tinggal 37,5 persen darijumlahyang ada semula.
Akibat dari mulai berubahnya bangunan-bangunanrumah berarsitektur Jawa pedesaan ke arah bangunan rumahgaya arsitektur modern, adalah hilangnya kekayaan karyabangsa yang telah tumbuh dan berkembang selama ratusanhingga ribuan tahun. Karya-karya bangsa yang semakin hilangtersebutjelas akan berakibat pada semakin hilangnya identitaslokalitas arsitektur di Kecamatan Donorojo pada khususnya danKabupaten Pacitan pada umumnya. Narasu nmber-narasumberyang memahami akan bangunan rumah berarsitektur Jawapedesaan dengan begitu juga akan semakin menyusutkeberadaannya seiring dengan perubahan arsitektur dan polapikir masyarakat. Dengan demikian kita semua akan kehilangansebagian dari ilmu pengetahuan dan budaya kita sendiri.
Pejabat Pemerintah setempat dalam hal ini CamatKeca mata n Donorojo sebetu lnya suda h mem punya i pemi ki ranuntuk menyusun dan menerbitkan sebuah peraturan Desa(Perdes) yang mengatu r tentang pelestarian dan pengembanganbangunan rumah berarsitektur jawa pedesaan. Namunbeliau merasa belum cukup memiliki materi, oleh karena itupenelitian ini diharapkan dapat menemukan data/materiyang sangat berharga agar dapat disusun kedalam perdes
tersebut. Sehubungan dengan hal itu, maka penelitian iniberusaha menggali dan menemukan sedalam-dalamny adata/materi, dalam rangka ikut mempertahankan, melestarikan danmengem bangkan bangunan-bangu nan ru mah arsitektur Jawapedesaan di Kecamatan Donorojo yang masih tersisa. penelitian
inijuga berusaha ikut menata sebaran keberadaan arsitekturJawa pedesaan maupun yang telah berubah, serta upaya
Rumah Tradisional JawaPacitan
j
.E
@
mullr
ffi,ll
llll1
ilIh
lltt
mengembangkan desain untuk bangunan-bangunan baru yangberdasar atau mengadopsi arsitektur Jawa pedesaan. Upaya ini
didahului dengan mengeksplorasi, menggali terlebih dahuluhingga menemukan karakteristik arsitektur Jawa pedesaanKecamatan Donorojo yang khas. Hasil penelitian inijuga akan
menjadi sumbangan besar materi Peraturan Desa (Perdes) di
Kecamatan Donorojo yang akan digunakan untuk mengaturpelestarian arsitektur Jawa pedesaan dan pengembanganpada bangunan-bangunan rumah yang baru. Penelitian inidiharapkanjuga dapat berguna bagi pengembangan kehidupan
sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat yang lebihbaikyang memiliki identitas dan jatidiriyang kuat, bernafaskan
kejawaan.
Bangunan Arsitektur Jawa Pedesaan Tipe Omoh (rumah) Joglo dan Interiornya
Bangunan Arsitektur Jawa Pedesaan fipe Omah (rumah) limoson dan Interlornya
Gambar 1.
Tipe Arsitektur Jawa Pedesaan di Kecamatan Donorojo, Kab. PacitanSumber: Dokumentasi, 2074
4
Bangunan Arsitektur Jawa Pedesaan Beru oe -Gebyog Kayu menjadi Dinding Tembc<
Bangunan Arsitektur Jawa Pedesan Be-!$-ABitek-:
GamBentuk Perubahan Arsitehur Jaw
Sumber: Dokt
B. PermasalahanBerdasarkan situasi dan ko
Pedesaan Kecamatan Donorojokinidan mendatang, maka pern
dalam hal ini adalah sebagai br
1. Apa penyebab semakin b
Jawa Pedesaan di Kecamat2. Mengapa keberadaan ars
semakin hilang.3. Bagaimana cara mengek
arsitektur rumah Jawa Pe
kekhasan karakteristik arsitKecamatan Donorojo.
4. Bagaimanakah cara melest.menata sebaran arsitehur J;
mengembangkannya sebar
rumah baru berdasar nafas
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
II'
J
1 -1 -
- - _: :- _:a
'rc v=-:i=J -l
It^a cag oeng-e- :a- -=-': - -.--i1i3 ras/ardkat Seier
=a-. ; =-: :: -
rs ca^,ati diri yang KLra: tr=--,'3s(3n
i::ij: -:+ :-:' '--a^ J)gta dan I'teriornya
5<:- :: - -:-'--a' ::-ss,rndanlnteriornya
r^ : .,,e:a*atan Donorojo, Kab. Pacitan
D:<--e':as1,2074
r,a
It""r! '. '-:': l
Bangunan ArsitekturJawa Pedesaan Berubah Sebagian dengan Dinding telah Berganti dariGebyog Kayu menjadi Dinding Tembok Batu Bata dengan Berbagai Aksesorisnya
Bangunan Arsitehur Jawa Pedesaan Berubah Total. Bangunan Telah Menggunakan Gaya
Arsitektur Modern
Gambar 2.Bentuk Perubahan Arsitektur Jawa Pedesaan ke Arsitektur Modern
Sumber: Dokumentasi, 20L4
B. PermasalahanBerdasarkan situasi dan kondisi keberadaan arsitektur Jawa
Pedesaan Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan dimasa lalu,
kini dan mendatang, maka permasalahan yang dapat diungkapdalam hal ini adalah sebagai berikkut:1. Apa penyebab semakin berkurangnya arsitektur rumah
Jawa Pedesaan di Kecamatan Donorojo.2. Mengapa keberadaan arsitektur rumah Jawa pedesaan
semakin hilang.3. Bagaimana cara mengeksplor, menggali keberadaan
arsitektur rumah Jawa Pedesaan hingga mendapatkankekhasan karakteristik arsitektur Rumah Jawa Pedesaan diKecamatan Donorojo.
4. Bagaimanakah cara melestarikan arsitekturJawa Pedesaan,
menata sebaran arsitekturJawa pedesaan dan modern sertamengembangkannya sebagai dasar desain bagi bangunanrumah baru berdasar nafas arsitektur Jawa pedesaan.
Rumah Tradisional JawaPacitan
5
jI
I
5. Data dan materi arsitektur tradisional Jawa pedesaan
apakah yang diperlkan sebagai materi Peraturan Desa yang
mengatur mengenai pelestarian dan penataan arsitektur
modern berbasis arsitektur lokal, agar keduanya dapatsaling berkomunikasi.
TIN
Dalam ranah arsit
mengungkapkan bahwa
tinggal Jawa diklasifikasi
raja (kraton); 2) rumah F
adalah rumah wong cil
Umar Kayam dalam Eko
hirarki dalam rumah Ja
yang berada dalam ker
tingkat sosialnya. Sehin
arsitektur; masyarakat Jav
takuk stratifikasi sosia I n
bangsawan tinggi keraja
masyarakat Jawa, tertrayang meliputi lima tipr
Limasan, Joglo dan Ta
Wibowo dkk, 1986/19{
masing tipe memeliki ke
ti pe-tipe tersebut ber.1 er
Tajug.
Masih menurut F
Panggang Pe memililPanggang Pe Pokok, G
Gedhang Setangkep, Cr
Barengan. TipologiKamKampung Pokok, Pacul (
Nyander; Lambang Tep
Gajah Njerum, Cere ga
Limasan memiliki seju rrPokok, Lawakan, Gajah t'
Nyander; Pacul Gowanc
6 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
ft*
Dalam ranah arsitektur Jawa, Tri Yuniastuti, dkk (2008)
mengungkapkan bahwa secara empiris dan fungsional, rumah
tinggalJawa diklasifikasikan menjadi4 tingkatan yaitu: 1) rumah
raja (kraton); 2) rumah Pangeran; 3) rumah bangsawan dan 4)
adalah rumah wong cilik atau masyarakat kecil. Secara sosial,
Umar Kayam dalam Eko Budihardjo (1997) mengatakan bahwa
hirarki dalam rumah Jawa disebabkan oleh masyarakat Jawa
yang berada dalam kerajaan yang memiliki berlapis-lapisantingkat sosialnya. Sehingga menjadi wajar bahwa dalam olaha rsitektur, masyarakat Jawa juga meng gunakan konsep berta kuk-
takuk stratifikasi sosialnya mulai dari wong cilik hingga rumahban gsawa n ti n gg i kerajaa n. Konsep budaya berta ku k-ta ku knya
masyarakat Jawa, tertransformasi dalam karya arsitekturalnyayang meliputi lima tipe yaitu tipe Panggang Pe, Kampung,Limasan, Joglo dan Tajug dengan berbagai variasinya (HJ
Wibowo dkk, L986/1987 dan Arya Ronald, 1997). Masing-masing tipe memeliki kekhasan tersendiri dan secara arsitektural
tipe-tipe tersebut berjenjang dari Panggang Pe sampai denganTajug.
Masih menurut HJ Wibowo dkk, 1986/L987, tipologiPanggang Pe memiliki varian sejumlah tujuh jenis yaituPanggang Pe Pokok, Gedhang Selirang, Empyak Setangkep,
Gedhang Setangkep, Ceregancet, Trajumas dan Panggang Pe
Barengan. Tipologi Kampung memiliki L0 (sepuluh) varian yaituKampung Pokok, PaculGowang, Srotong, Dara Gepak, Klabang
Nyanderi Lambang Teplok, Lambang Teplok Semar Tinandu,Gajah Njerum, Cere gancet dan Semar Pinondong. TipologiLimasan memiliki sejumlah 17 (tujuh belas) varian yaitu Limasan
Pokok, Lawakan, Gajah Ngombe, Gajah Njerum, Apitan, Klabang
Nyander; Pacul Gowang, Gajah Mungku4 Ceregancet, Apitan,
BAB trTINJAUAN PUSTAKA
Pengapit, Lambang Teplok Semar Tinandu, Trajumas Lambang
Gantung, Trajumas, Trajumas Lawakan, Lambang Sari, dan Sinom
Lambang Gantung Rangka Kutuk Ngambang. Dan tipologiJoglo memiliki 8 (delapan) varian yaitu Joglo Pokok, Limasan
Lawakan, Sinom, Jompongan, Pangrawit, Mangkurat, Hageng
dan Semar Tinandu. Sedangkan tipologi Tajug memiliki 7 (tujuh)
varian yaitu Tajug Lawakan, Lawakan Lambang Teplok, Semar
Tinandu, Lambang Gantung, Semar Sinongsong LambangGantung, Mangkurat dan Ceblokan.
Dalam tataran ideal seperti diungkap oleh Tri Yu ni astuti
dkk (2008), arsitektural yang berada di wilayah Kecamatan
Donorojo tergolong pada tingkatan arsitektur wong cilik atau
masyarakat kecil. Pada tingkatan ini, tipe arsitekturalnya terdiridari tiga tipe yaitu Kampung, Limasan dan Joglo; dan sekaligus
sebagai identitas wajah daerah kecamatan Donorojo, Kabupaten
Pacitan. Saat ini khsusnya memasuki era modernisasi, keberadaan
arsitektur Jawa Pedesaan di kecamatan ini mulai mengalamiperubahan yaitu dengan hadirnya gaya arsitektur modern.Perubahan tersebut bukannya tanpa alasan; Umar Kayam dalam
Eko Budihardjo (1997) mengatakan bahwa masayrakat Jawa
berada dalam masa transisi, hal itu mengakibatkan berubahjuga masyarakat Jawa dalam berarsitektur. Perubahan tersebutjelas akan mengakibatkan juga berubahnya identitas dan jatidiriwajah wilayah ini.
Perubahan yang terjadi pada arsitektur Jawa Pedesaan
Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan memang sungguhdisayangkan; dan oleh karenanya agar tidak semuanyamengalami perubahan hingga menghilang keberadaannyamaka tindakan pelestarian terhadap bangunan-bangunanberarsitektur Jawa Pedesaan perlu untuk dilakukan. Upayapelestarian tersebut senada dengan plot pelestarian yang
dikemukan oleh Wayne Attoe dalam Anthony i. Catanese dan
James Snyder (1989) yang mengungkapkan adanya 8 kategoriperlindungan terhadap benda bersejarah. Kategori tersebut
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
meliputi: 1) daerah a
hutan,lereng pegunr
dan pedesaan, melip
nilaisejarah; 3) Skyll
meliputi wilayah d;
atau suatu tempat tr5) Bentang jalan, n
tradisionalsuatu jala
7) Bangunan, melipr-
lama, bangunan ber
baik; 8) Benda darfragmen yang berni
Daritelaah pus
bangunan berarsittbercorakJawa yang c
localwisdom )awaytini mengalami perub
banyakterdeteksi da
arsitekturyang penti
menjadikan posisiars
Kabupaten Pacitan t
penting oleh masyar
berolah arsitekturputren modern saat ini
8
-,nandu T'ajumas -a-..' )an Lamban! Sari s3r' S '3'l'< \gamoa'g la^ : :: : rya,tl Jog l Do<3< - ^^:sa^
'g-ar,;t, t/a'9(-'3: - a=:' J
: :3 Ta,ug r^en i, r - i-- --(a^ :arnbang Tep c< Se-3r
-:- S ^o^gsonE -a-.='J
: --J<3o o eh T'ivun,ast-tl-3:? 3 v, ilayah Kecamatan
a- :'s :ehrr wong cilik atau
r' ::. arsltekturalnya terdiri
rsa- :a- , ogto; dan sekaligus
a- ::.- lcrorcjo Kabupaten
i i-j -::e 'nisasi, keberadaan
lr::i- - rnular mengalamiya :.;. a's tektur modern.
!e : i;:- -'r'ar Kayam dalam
a' =.-,',: masayrakat Jawa
lr- *:-::< batkan berubah
rs:..: -' ):'Lbahan tersebut
E'-::*-, j :e^titas dan jati
meliputi: L) daerah alami, meliputidaerah pantai, perkebunan,hutan, lereng pegunungan, dan lokasi-lokasi arkeologis;2) Kotadan pedesaan, meliputi kota ataupun pedesaan yang memilikinilai sejarah; 3) Skyline dan pemandangan koridor;4) Wilayahmeliputi wilayah daerah-daerah dengan konsistensi stylistisatau suatu tempat tradisional, ciri arsitektur dan ciri kehidupan;5) Bentang jalan, meliputijalan-jalan dengan penampilantradisional suatu jalan tertentu; 6) Bagian depan suatu gedung;7) Bangunan, meliputi bangunan yang memiliki sejarah palinglama, bangunan bernilai tinggi, tua, paling banyak dan palingbaik; 8) Benda dan bagian bangunan (fragmen), meliputifragmen yang bernilai estetis dan historis.
Dari telaah pustaka tersebut diketahui bahwa bangunan-bangunan berarsitektur Jawa Pedesaan adalah bangunanbercorakJawa yang dipandang penting sebagai bentuk kekayaanlocal wisdom Jawa yang lahir dan berkembang di Jawa yang saatini mengalami perubahan yang signifikan. Keberadaannya belumbanyak terdeteksi dan belum terungkap nilai-nilai pengetahuanarsitektur yang penting yang ada di dala mnya. Kondisi demikianmenjad ika n posisi a rsitektur Jawa Pedesaan Keca matan Donorojo,Kabupaten Pacitan tidak diperhitungkan atau tidak dianggappenting oleh masyarakat maupun pemerintah sehingga dalamberolah arsitekturpun menjadi seenaknya sendiri sesuai dengantren modern saat ini.
Rumah Tradisional JawaPacitan
E: :-r -:'-,-..,',: l:f,eSaan
9
BAB MTUJUAN DAN MANFAAT PENEI.ITTAN
A. TujuanTujuan dari penelitian Kajian Arsitektur Rumah Jawa
Pedesaan Kecamatan Donorojo Kabupaten pacitan sebagaidasar pembuatan peraturan desa tentang pelestarian danpengembangan disain bangunan baru adalah sebagai berikut:1. Melakukan eksplorasi terhadap karakteristik Arsitektur
Jawa Pedesaan di Kecamatan Donorojo, Kabupaten pacitan
untuk mendapatkan karakteristik yang khas dari arsitekturJawa pedesaan.
2. Sebagai upaya untuk melestarikan arsitekturJawa pedesaandi Kecamatan Donorojo, Kabupaten pacitan, menatakeberadaan arsitektur modern da lam ha bitat a rsitektu r Jawapedesaan dan mengembangkan konsep arsitektur JawaPedesaan untuk dasar desain bagi bangunan-bangunanbaru di Kecamatan Donorojo, Kabupaten pacitan.
3. Memberi sumbangan materi tentang arsitektur JawaPedesaan bagi Pemerintahan Kecamatan Donorojo, dalamusaha menyusun, menerbitkan peraturan Desa guna tujuanpelestarian, penataan dan pengembangan arsitektur JawaPedesaan di Kecamatan Donorojo, Kabupaten pacitan.
B. Manfaat PenelitianPenel itian in i diharapkan dapat memberika n ma nfaat ya n g
besar yaitu:1-. Secara akademik penelitian ini bermanfaat bagi pendidikan
tinggi arsitektur di Indonesia untuk memperkaya ilmupengetahuan tentang arsitektur Jawa pedesaan yanghingga saat ini literatur-literatur mengenainya tergolongmasih minim.
2. Secara ideal, penelitian ini bermanfaat untuk menata danmengembalikan memoridan pola pikir masyarakart untukkembali mencintai dan menggunakan kembali arsitekturJawa Pedesaan sebagai arsitektur karya bangsa yang penuh
dengan nilai-nilai keindahan dan filosofi tinggi.3. Secara empiris, penelitian ini bermanfaat untuk
mengungkap dan membentuk kembali identitas dan.1ati
diriwajah Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan mela ;keberadaan arsitektur Jawa Pedesaan serta mendukunEsemboyan Kabupaten Pacitan: "Paradise of Java."
4. Kecamatan Donorojo dengan wajah kerarsitekturan Jar,,a
pedesaan yang khas dapat menjadi daya tarik bagi duniapariwisata, budaya dan pendidikan arsitektur di IndonesLa
yang selanjutnya akan berdampak pada perkembangansosial ekonomi masyarakat.
ME
A. Lokasi Penelitian,Lokasi penelitie
Kabupaten Pacitan, Prc
di ujung Barat Kabupatr
dengan Kabupaten Wc
Barat; bagian Selatan L
dan Timur berbatasarPacitan.
S
B. Metode penelitiaMetode Penelitiar
Untuk tahun pertama,
maka paradigma yang I
adalah dengan paradig
t2 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
Wilayah Kecamatan Doro'sebagai wilayah pene ,t :
nir :€--:--::' :-r:: lan
Oltr ::- : - =: t - -ii :':':-' --:Ukn i--:-i=-'arl- ri-1: :-:.a...:iri arsr:ec-' <=',2 :z' :,=, a'
= ::-th
rda-a. ca1 f csc.. : -::tne . a- ^i berrra-ta.: -r:;kimc,e.t.rk kemball identltas dan jati
)orc ro.1o Kabupaten Pacitan melalui
l' r3',','i Pedesaan serta mendukung
r Pac ian: Paradise of Javal'
Ge-Ear wajah kerarsitekturan Jawa
Cacat r-nenjadi daya tarik bagi dunia
i.r 33'3 i Kan arsitektur di Indonesia
i. !€'farpak pada perkembangan
rra(e:
BAB IVMETODE PENEUTIAN
A. Lokasi Penelitian.Lokasi penelitian berada di Kecamatan Donorojo,
Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan ini terletakdi ujung Barat Kabupaten Pacitan dan sekaiigus juga berbatasan
dengan Kabupaten WonogiriJawa Tengah di bagian Utara dan
Barat; bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
dan Timur berbatasan dengan dua Kecamatan, Kabupaten
Pacitan.
.!
IIi...
Wilayah Kecamatan Donorojosebagai wilayah penelitian
Gambar 3.
Lokasi PenelitianSumber: data diolah
B. Metode penelitian.Metode Penelitian berbeda-beda untuk setiap tahunnya.
Untuk tahun pertama, berdasarkan karakteristik penelitian ini
maka paradigma yang tepat untuk menyelesaikan penelitian ini
adalah dengan paradigma fenomenologi khususnya grounded
r. l
I
t1' A:r
::l
F
menurut Glasser (L969) dan Guba (1985). Paradigma ini berbasis
pada penelusuran empirik (lapangan) dan bukan bertolakdari teori, dan untuk memperoleh kesimpulan yang berupa
konsep maupun teori. Hipotesis dan analisis dilakukan secara
bersamaan dan terus menerus di lapangan hingga sampai pada
titikjenuh; dan baru dapat ditarik kesimpulan.1. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan langsung di lapangan
dengan metode wawancara. Menurut Norman K. Denzin
dan Y Yvonna S. Lincoln (h.495, 2009) mengungkapkanbahwa wawancara adalah bentuk perbincangan, senibertanya dan mendengar. Menurutnya terdapat tigabentuk wawancara yaitu terstruktur: tak terstruktur dan
terbuka. Dalam proses wawancara selain mencatat berbagai
informasijuga dengan cara merekam suara dengan alatrekam audio MP3. Perekaman suara selanjutnya ditulisulang menjadi logbook.
Untuk mendapatkan data dilakukan dengan melakukan
wawancara terhadap orang-orang yang dinilai mengertiakan arsitektural baik sejarah maupun filosofinya. Kriteria
informan yang diharapkan adalah: L) masyarakat asli
setempat yang memiliki bangunan-bangunan bercorakarsitektur Jawa Pedesaan; 2) masyarakat asli setempatyang telah berumur di atas 70 tahun; 3) masyarakat yang
berprofesi sebagai tu ka ng ba ngu na n kh usus a rsitehu r Jawa
Pedesaan; dan 4) budayawan serta 5) pejabat pemerintahan
setempat seperti Camat, Kepala Desa (Lurah) dan Kepala
Dusun (Dukuh).
Berdasar teori grounded maka materi yang akanditanyakan informan ada baiknya dibuat panduan,walaupun hal tersebut bersifat fleksibel dan tidak mengikat,
sehingga tidak membatasi informasi yang masuk. Materidari wawancara yang diharapkan dari penelitian ini adalah
14 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
sejarah, fungsi, fisi
asli dan perubahi
Jawa Pedesaan.
Sesuai dengmendapatkan infr
sampling (bola sa
dengan memilih I
dari keterangan inf
akan ditunjukkanmemahami hinggi
LJ:e
Wawa rcE
J,1
TWawanc,
Su.r
b. Observasi.
Mortis (1973
S. Lincoln (2009) r
aktifitas mencatat
instrumen dan me
lain. Metode init c
melainkan juga se
terdiriatas kumpu
1a ini berbasis
-ran bertolak- -rang berupaacukan secara
u sirnpai pada
sejarah, fungsi, fisik arsitekturalJawa Pedesaan yang masih
asli dan perubahan maupun perkembangan arsitekturalJawa Pedesaan.
Sesuai dengan sifat grounded maka metode untukmendapatkan informan adalah dengan teknik Snowballsampling (bola salju). Langkah pertama teknik ini adalah
dengan memilih informan dalam jumiah terbatas (kecil);
dari keterangan informan yang terbatas tersebut selanjutnya
akan ditunjukkan informan-informan lainnya yang lebihmemahami hingga diperoleh kejenuhan informasi.
:::-:3n-- -
Wawancara dengan aparat setempat
Rumah Tradisional JawaPacitan
15
l-
l,'F'P
Wawancara denganpemilik bangunan
Gambar 4.Kegiatan Wawancara
Sumber ; Dokumentasi 2015
b. Observasi.
Mortis (1973) dalam Norman K. Denzin dan Y Yvonna' S. Lincoln (2009) mendefinisikan mengenai observasi yaitu
aktifitas mencatat suatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya demitujuan ilmiah atau tujuanlain. Metode initidak saja hanya mengumpulkan data visual,
melainkan juga seluruh indera; dengan demikian observasiterdiriatas kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan
lI
semua kemampuan daya serap panca indera manusia'
Observasi dilakukan secara khsusus pada arsitekturalnya baik
fungsi, tata letak, ukuran, bentuk, maupun bahan bangunan,
serta merekam keberadaan bangunan-bangunan baru yang
berkembang di Kecamatan Donorojo. Observasi dilakukan
langsung oleh peneliti dengan bantuan alat-alat khususnya
kamera digital dan alat pencatatan, meteran, sketsa untuk
mendoku mentasikan arsitektura I nya.
it.'&;
Observasi di dalam bangunan
Pengukuran KomPonen bangunan
Gambar 5. Kegiatan ObservasiSumber : dokumentasi, 2015
c. Penentuan obyek dan wilayah pengamatan
Untuk penentuan obyek dan wilayah penelitian, sesuai
dengan metode Grounded adalah melalui dua tahapan.
Pertama adalah melakukan grand tour di kecamatan Pacitan.
Grand tour ini dilakukan untuk mengenali, memahami
dan sekaligus menganalisis situasi dan kondisi lapangan
secara umum. Setelah melalui proses grand tour tersebut
barulah bisa ditentukan wilayah pengamatannya. Tahap
kedua adalah dengan menggunakan metode Purposive
Sampling yaitu menentukan wilayah pengamatan beserta
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
obyeknya berdasa
yang masih terdap
Pedesaan yang ma
bentuk).
d. Catatan-cataii
Catatan-cata'
adalah catatan harr
keberadaan arsi:e
arsiteldur Modern'Pedesaan kini terle
masyarakat seteml
telah keluar dari vi
e. Dokumen-doDokumen yl
arsitektur Jawa Per
Desa atau Camat
bangunan-banguhingga perubaha
didapat melaluimaupun gambar r
2. Teknik Analisis
Sesuai dengananalisis data berproser
dan dimulaidari penca
Proses analisis mengE
berupa constant comS
(2009) maupun Yulius
Coding (pelabelan), k;
Sesuai dengananalisis data berprose
dan dimulai dari penca
Proses analisis menr
L6
-:'a Tlanusia.
=. .,ralnya baik
:-:-Sangunan,-:- OarU yang
- ,; Cilakukan
: : . .l'rUSUSI'IYO
,, ::Sa Untuk
obyeknya berdasarkan indikator utama adalah lokasi (desa)
yang masih terdapat banyak bangunan berarsitektur Jawa
Pedesaan yang masih murni (belum mengalami perubahan
bentuk).
d. Catatan-catatan harian.
Catatan-catatan yang perlu ditelusur untuk didapatkanada la h catata n ha ria n men gena i kegiata n - keg iata n sepanja n g
keberadaan arsitektur Jawa Pedesaan hingga masuknyaarsitektur Modern ya n g merubah keberadaan arsitektur Jawa
Pedesaan kiniterjadi. Catatan ini diharapkan diperoleh dari
masyarakat setempat baikyang masih tinggal maupun yanE
telah keluar dari wilayah Kecamatan Donorojo.
e. Dokumen-dokumen.Dokumen yang diperlukan untuk mengeksplorasi
arsitekturJawa Pedesaan adalah dapat berupa surat Kepala
Desa atau Camat maupun Dukuh yang berkaitan denganbangunan-bangunan bergaya arsitektur Jawa Pedesaan
hingga perubahan-perubahannya. Dokumen juga bisa
didapat melalui koran, internet majalah baik diskriptifmaupun gambar visual.
2. Teknik Analisis
Sesuai dengan tata kerja penelitian grounded makaanalisis data berproseslberlangsung selama riset berlangsungdan dimulai dari pencarian data awal hingga akhir pengamatan.
Proses analisis menggunakan prinsip dari Glasser (1969) yangberupa constant comparative. Menurut Glasser (1969), Strauss(2009) maupun Yulius Slamet (2006) proses analisis dimulai dariCoding (pelabelan), kategorisasi, dan penarikan kesimpulan.
Sesuai dengan tata kerja penelitian grounded makaanalisis data berproses/berlangsung selama riset berlangsungdan dimulai dari pencarian data awal hingga akhir pengamatan.Proses analisis menggunakan prinsip dari Glasser (L969)
_ _ : - ::: f l
: _:-:-in
l-.- :r::an."'.---r-ami
:: r^9an. --_-^f,.!: ::Ul-lL
: :a1n
- - -- -cirro
: -:::l Ld
Rumah Tradisional JawaPacitan
t7
Fh
EF*a
F,
II
"tr
il(
lltrlf'
yang berupa constant comporotive. Menurut Glasser (1-969),
Strauss (2009) maupun Yulius Slamet (2006) proses analisis
dimulai dari Coding (pelabelan), kategorisasi, dan penarikan
kesimpulan.
o. Coding (pelabelan).
Coding atau pelabelan merupakan langkah awal
dari analisis; ini dilakukan sesaat setelah data lapangan
didapatkan. Strauss (2009), menjelaskan bahwa proses
coding adalah dengan penguraian dan pengkonsepan
yaitu memisah-misahkan amatan, kalimat, paragraf dan
menamai insiden, ide atau peristiwa-peristiwa diskrit dengan
sesuatu yang mewaki li fenomena. Masing-masing fenomena
tersebut kemudian diberi nama tertentu setelah melalui
penelaahan dan pemaknaan yang mewakili pengertian dari
fenomena atau data mentah. Hasildari coding iniadalah akan
didapatkanjumlah pelabelan fenomena yang pada umumnya
relatif banyak sesuai dengan materi penelitiannya.
b. Kategorisasi.
Kategorisasi atau tema memiliki pengertianpengelompokan. Sesuai dengan prinsip constant
comporative maka materi yang dikelompokkan adalah
data-data dari fenomena yang telah diberi label nama
tertentu. Pengelompokan didasarkan atas kesamaan-
kesamaan yang saling berhubungan dari konsep
yang telah diberi label sebelumnya. Oleh karenanya
diperlukan proses membanding-bandingkan antara
konsep yang satu dengan konsep yang lainnya agat
dapat terjadi pengelompokan. Selanjutnya setelah terjadi
pengelompokan maka kategori tersebut diberi nama
tertentu sesuaidengan isi kelompoknya. Pemberian nama
tersebut merupakan hasil dari suatu proses analisis yang
mendalam yang didasarkan atas analisis terhadap arti
dan maknanya di setiaP kategori.
18 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
c. Memo (catatan
Memo merup
masing-masing kat
catatan teoritik. Me
kesimpulan akhir d
d. Penarikan kesir
Penarikan kesir
proses kristalisasi dar
saling silang antar ki
telah diperoleh dari
kesimpulan dapat d
Secara keseluruldilakukan dalam pen
berikut :
-:.
):
IAHUN I(E 1EKSPLORASI ARSITEKTUR
JAWA PEDESAAN
KECAMATAN DONORO]O,
KABUPATEN PACITAN
HASIL
PEMBUATAN
KONSEP PERDA
GUIDE L NE PE[ES::" -:'PENATAAI'J -4.i.
PE NG E i\''lBihG: lr
DISAI[] BANGUII:.i: 3:: -
Gambar 6
- :'-:l6q\--
vJll
:: a^a iSiS
.- -a^ 3r kan
.-;'a- awal---: :_:^a2n
..- ::':SeS
:a::':j ian- - a. - _ _:aa:n--" Y""., .11-_:':^3mgna
. .- -::: i^ -frelalUi
: l='::': an dafi
: -; ' 3r3 ah akan
: -: ::la UmUmnya
c. Memo (catatan kode).
Memo merupakan catatan-catatan ide analisis dari
masing-masing kategori; dan akan berkembang menjadi
catatan teoritik. Memo ini akan bermanfaat dalam menarik
kesimpulan akhir dari penelitian.
d. Penarikan kesimpulan.Penarikan kesimpulan dari penelitian ini dilakukan melalui
proses kristalisasi dari berbaga i kategori ya ng d i laku ka n seca ra
saling silang antar kategori. Dengan keberadaan memo yang
telah diperoleh dari masing-msing kategori maka penarikan
kesimpulan dapat dilakukan dengan mudah.
Secara keseluruhan, metoda yang sudah dan akandilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada baganberikut:
Gambar 6. Alur Analisis Data Penelitian
HA5IL
Rumah Tradisional JawaPacitan
-: * < pengertian
-.- :'-sip constont:.: l-cckkan adalah-: =- i ceri label nama
ia-..' a'tas kesamaan-
hubungan dari konsePlumnya. GIeh karenanya
lding-bandin g kan antarapnr"p yang lainnya agat
I Selanjutnya setelah terjadi
$ori tersebut diberi nama
lnpoknya. Pemberian nama
fi suatu proses analisis yang
i atas analisis terhadaP arti
lgori.
19
METODE
GROUNDEDJAWA PEDESAAN
KECAMATAN DONOROJO,(ABUPATEN PACITAN
HASIL
ANALISIS UNTUK
PELESTARIAN, PENATAAN
DAN PENGEMBANGAN
DESAIN BANGUNAN BARU
METODE
PRESERVASI,
PENZONINGAN, PEMILIHAN
DAN PEMILAHAN
]AWA PEDESAAN KECAMATAN
GUIDE LINE PELESTARIAN
PENATAAN DAN
PE NG E N'lBA N6AN
DISAIN BANGUNAN BARLI
DOK U N,lE NTASl
KARAKTERISTI K ARSITEKTU R
DONOROJO, KABUPATEN
PACITAN
HASIL
PEMBUATAN
KONSEP PERDA
METODE
TRANSFORMASI DARI GUIDE LINE
PELESTARIAN, PENATAAN DAN
PENGEMBANGAN
DESAIN BANGUNAN BARU
KONSEP RANCANGAN
PERATURAN DESA
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.
1. Gambaran Umum Kecamatan Donorojo.
Secara administratit kecamatan Donorojo merupakan
bagian dari wilayah kabupaten Pacitan, propinsi Jawa Timur;
merupakan satu dari dua belas kecamatan yang dimilikioleh kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kecamatan Donorojomembawahi 12 desa yang terdiri dari-Desa Widoro, Desa
Sawahan, Desa Kalak, Desa Sendang, Desa Klepu, Desa
Gedompol, Desa Cemeng, Desa Gendaran, Desa Sukodono,
Desa Sekan Desa Donorojo, Desa Belah (Kecamatan Dalam
Angka,20L4)Secara geografis, letak kecamatan Donorojo berada
diantara 8,060 - 8,230 Lintang Selatan dan l-10,900-LLL,020
Bujur Timur dan menjadi bagian dari deretan pegunungan
seribu yang membujur sepanjang pulau Jawa di sisi Selatanpulau Jawa. Sebagai wilayah dari pegunungan seribu maka
kecamatan Donorojo memiliki wilayah yang berbukit dan
memiliki wilayah pantai khususnya di wilayah Selatan.
Dari sisi luasan, kecamatan Donorojo memiliki luas
L0309,22 ha dan terletak diujung Barat kabupaten Pacitan
yang berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah;
di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri,Jawa Tengah; sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan
Punung dan Pringkuku; dan sebelah Selatan berbatasan dengan
Samodra Indonesia.
Gambar 7. Peta Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur
Sumber : Pacitankab.go.id, 2015
2. Kehidupan Sosial dan BudaYa
Salah satu hasil karya budaya asli Kecamatan Donorojo
yang menonjol da--n fenomenal adalah berupa wayang beber.
Wayang inisejak mulanya berada di desa Gedompol, kecamatan
Donorojo, kabupaten Pacitan. Saat ini wayang Beber telah
diakui oleh Unesco sebagai karya warisan dunia. Karakteristik
dari wayang beber sangat berbeda dari wayang-wayang yang
sudah lama dikenal sepertiwayang kulit, golek maupun wayang
wong;wujud wayang beber berripa lukisan di atas kertas putih
dengan panjang tertentu. Di kanan kiri kain diberi pegangan
seperti tongkat sebagai pegangan. Dalam satu kain tergambar
kisah/fragmen wayang tertentu, yang selanjutnya diceritakan
oleh dalang. Secara keseluruhan jumlah wayang beber hanya
terdiri dari beberapa kisah/fragmen yang tergambar pada
kain. Menurut akun https://iawatimuran.wordpress.com,cerita wayang beben terdiri dari enam gulung. Satu gulung
berisi empat adegan yang disajikan satu persatu. Jadi dalam
pertunjukan wayang beber Pacitan, gambar dalam gulungan
disajikan seperempat demi seperempat.
Dari informasi yang yang diperoleh secara langsung
dari Camat Donorojo yaitu Djoko Putro Utomo, S.Sos, M.Si
22 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
terungkap ba
wayang Bebe
sebelumnya. N
terakhir tidakoleh menantuyaitu mbah Su
Dari sejar
wordpress.co n
majapahit yan
bergelar Prabt
di kerajaan ir
gunaning bhuj
saka 1283 (13(
(1378), bentukhususnya dal;
berwarna sepr
Keberad
berasal dari I't
kepada mbah
menyembuhkwayan beberNolodermo d
turun temurtlvo rd p ress. c c
pada generar
termasuk way
Tllxlx | : lul,.lllrll
-\rlr ke srli,
l/o
Bandar
r e
I
AX"*:nqnrO
so {"
WilayahKecamatanDonorojosebagai
wilayahpenelitian
a,;
i.11
:'j
;D,oa:er Pacitan, Jawa Timur
;c : l3-5
35 \=ci-atan DOnOTOjO
ia. reruDa wayang beber.
tesa Gedcm pol, kecamatan
i n ',',,avang Beber telah,ar san orn,a. Karakteristik
Ja.,.,3, 3nE_lvalang yang
ulr: c: e( maupun wayang
luk san di atas kertas putih
kiri kain diberi pegangan
)aiam satu kain tergambar
ng selanjutnya dicerita kan
rr la^ y,,a'.'ang Ce::- -2^yao^ ,^^ _: 2' :=:a
terungkap bahwa dalang sebagai orang yang memainkanwayang Beber haruslah keturunan langsung dari dalangsebelumnya. Namun saat inidijaman modern ini profesidalang
terakhir tidak langsung dari keturunannya namun dipegangoleh rnenantunya. Hal tersebut dikarenakan dalang terakhiryaitu mbah Sumarditidak memiliki anak laki-laki.
Dari sejarahnya seperti diungkap oleh https://pacitanisti.wordpress.com. kelahiran wayang beber bermula dari Kerajaan
majapahit yang dipimpin oieh raja Raden Jaka Susuruh yang
bergelar Prabu Bratana. Pembuatan wayang beber pertamakali
di kerajaan ini dittunjukkan dengan candrasengkala yaitugunaning bhujangga sembahing dewoyang menunjukkan tahun
saka 1283 (1361M). Padajaman pemerintahan Prabu Brawijaya
(1378), bentuk wayang beber mengalami penyempurnaankhususnya dalam pewarnaannya dariwarna hitam putih menjadi
berwarna seperti yang dapat dilihat saat ini.
Keberadaan wayang beber di Kecamatan Donorojo, juga
berasal dari Majapahit yaitu pemberian dari Raja Brawijaya
kepada mbah Nolodermo karena mbah Nolodermo berhasil
menyembuhkan puteri dari raja Brawijaya. Dengan pemberian
wayan beber tersebut raja Brawijaya berharap agar mbah
Nolodermo dapat hidup dari wayang beber tersebut secara
turun temurun. Hingga kini menurut https://pacitanisti.wordpress.com, keturunan mbah Nolodermo telah sampaipada generasi ke L3 yang menjadi dalang wayang bebertermasuk wayangnya.
Rumah Tradisional JawaPacitan
)7
-3
Pe ,{r
f-
I
r,-' :: c oBandar
Ioi. $rtao
'rb
tr
A
@
Gulungan wayang beber
Pagelaran wayang Beber
Mng.Musyafiq Prasetyo sedang ndalang WayangBeber cara Pacitan, memainkan Wayang Beber dari
belakanq beber. Sumber: htto://iooianews.com
Pertunjukan wayang beber oleh Gunakarya dariGelaran, Gunung Kidul, di rumah Wahidin
Sudirohusodo, untuk penelitian G.A.J. Hazeu, L902.
htto://www.se ri bukata.com
desa Widoro ttDonorojo. Desa
Serenan;2) dus
Nguluh; 5) dust
Widoro dan 8)
GamtSumber: desa W
2) Karakterist
Berdasarl
2 jenis arsitektdan 2) omah Lil
khususnya unt
omah joglo ha
Widoro. Ruma
terutama penc
menjadi batu
Peralatan gamelan sebagaipendukung wayang Beber
https://jawatimuran.word pres
s.com
Gambar 8. Wayang BeberSumber: http://iosianews.com, htto://www.seribukata.com dan https://
iawatimu ran.wordpress.com, 2015
3. Karakteristik Arsitektur Jawa Pedesaan di Desa-desa diKecamatan Donorojo.
a. Desa Widoro.
1) Administratif Desa Widoro.Secara administratit desa Widoro merupakan
bagian dari pemerintahan kecamatan Donorojo,kabupaten Pacitan. Dari kota kecamatan Donorojo,
24 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
G9re1GS
$E
desa Widoro terletak di ujung Barat Daya Kecamatan
Donorojo. Desa ini membawahi 8 dusun yaitu: 1) dusun
Serenan; 2) dusun Tenggar; 3) dusun Talunrejo;4) dusun
Nguluh; 5) dusun Sukoharjo; 6) dusun Gesing;7) dusun
Widoro dan 8) adalah dusun Tumpakwatu.
.-.-;:dalangWayang. - .'t aya ng Beber dari
io news.com
U,tt
SREffi882i5 ffiEruGE
.-i MA,s'ID
SEKOLAH
AAU DESA
- . . JALANDESA.-'-. JAIAN LINGKUNGAN
AATAA DUSUN
BATAS DESA/ WLAYAH
GESINGi09as
t$.616
Gambar 9. Peta Desa WidoroSumber: desa Widoro, Kecamatan Donorojo, 2015
2) Karakteristik arsititektur Jawa Pedesaan.
Berdasarkan observasi di desa Widoro, didapati
2 jenis arsitektur Jawa Pedesaan yaitu: l-) omah Joglo
dan2) omah Limasan. Berdasarkan penuturan informan
khususnya untuk omah joglo di desa Widoro, jumlah
omah joglo hanyalah satu buah dan berada di dusun
Widoro. Rumah joglo ini telah mengalami perubahan
terutama penggantian pada dinding luar dari gebyog
menjadi batu bata. Penggantian dinding ini juga
Rumah Tradisional JawaPacitan
25
, =,= li
;*qr"*tf
I i
I
I
Il
i
tiL
"$.
;a "".''''.1t'
.
'I
{& a
ilr
turut mengubah pola pintu dan jendela yang berpolamodern. Sedangkan bagian dalam bangunan joglotidak mengalami perubahan.
Omah Joglo di desa ini tidaklah berdiri sendirinamun didapati omah lain yang mendukung keberadaanomah joglo yaitu omah limasan di bagian belakang danpawon dengan jenis kampung di sebelah kiri omahjoglo. Fungsi utama omah joglo dalam hal ini adalahsebagai pendapa yaitu yang berfungsi untuk ruangpertemuan, ruang tamu, maupun kegiatan-kegiatanbesar keluarga.
Karakteristik utama omah joglo ini adalahkeberadaan empat saka guru dengan kelengkapannyayang berupa tumpangsari, peret dan dhadha wesiyangberada persis ditengah-tengah omah joglo. Empat sakaguru tersebut mendukung atap di bagian atas dan atapdi bagian bawah. Atap di bagian bawah, selain ditumpuoleh saka guru dan kelengkapannya, ditumpu juga olehsaka uger-ugeryang berada di pinggir omah. Atas dasaritulah maka bila dilihat perwujudan omah joglo makaakan terbentuk kesatuan atap brunjung di bagian atasdengan atap di bawahnya yang mengelilingi brunjung.Di bawah atap akan terlihat keberadaan dinding danpintu jendela sebagai penopang atap omah joglo.
obser
keber
Dalar
berju
dua n
ada n,
kiri or
maka
ruang
berfuberjur
akan'I
terber
limas
d iant;
#il
Tampak Depan Omah Joglo Saka Guru
Gambar L0. Omah logloSumber: Observasi, 20L5
Teras depan
Ga
26 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
h:rn:#:,:rffr:EH:ff1,['fl;:::]ijrlnrasan di bagian belakang dan
]mpung di sebelah kiri omah
]*,;oglo dalam hal ini adalah
] f"ns berfungsi untuk ruang
L+ maupun kegiatan-kegiatan
ta*= :-ah joglo ini adalaha J--- r:^gan kelengkapannya
-- ::-=: :a^ dhadha wesiyang
F:e-:a^ omah joglo. Empat saka
trn: 3:ac dl bagian atas dan atap
d :aE 36 bawah, selain ditumpue{-
-: (a ca n nya, ditu mpu juga oleh
eraS: d i pinggir omah. Atas dasar
rt cer,,.,,ujudan omah joglo maka
ran a:ap brunjung di bagian atas
rnila i/a n g mengelilingi brunjung.
:erllhat keberadaan dinding dan
penopang atap omah joglo.
Saka Guru e':s:eoan
l. arnoh .)cglobse'r'as 2l-5
Untukomah limasan di desa Widoro, berdasarkan
observasi dan informasi dari informan diketahui bahwa
keberadaan omah limasan mendominasi di desa ini.
Dalam satu hunian, keberadaan omah limasan bisa
berjumlah satu atau dua; baik berjumlah satu maupun
dua maka kelengkapan omah limas adalah sama yaitu
adanya pawon atau dapur yang terletak di bagian
kiri omah limasan. Bila omah limasan berjumlah dua
maka limasan yang di bagian depan berfungsi sebagai
ruang pertemuan /ruangtamu dan di bagian belakang
berfungsi sebagai ruang. Tetapi bila omah limasan
berjumlah satu maka ruang pada omah limas tersebut
akan terbagi menjadi ruang tamu dan ruang tidur.
Dari sisi perwujudannya, omah limasan akan
terbentuk dan terlihat sebagai kesatuan antara atap
limas dan saka uger-uger serta gebyog yang berada
diantara saka uger-uger.
Gambar L!. Omah Limos di Desa WidoroSumber: Observasi, 20L5
Rumah Tradisional JawaPacitan
)7
b. Desa Gendaran.
1-) Jumlah hunian.
Secara administratifl desa Gendaran membawahi
enam dusun yaitu: L) dusun Krajan; 2) dusun Waru; 3)
dusun Tumpak; 4) dusun Ngantir; 5) dusun Turi Rejo;
dan 6) dusun Duwet.
Berdasarkan hasil observasi lapa ngan, keseluru han
rumah tinggaldidesa belah berjumlah 588 rumah;darijumlah tersebut terdapat satu dusun yaitu dususn
Ngantir yang tidak memiliki data jumlah rumah baru
bergaya modern atau "bangunan" dan rumah bergaya
Jawa pedesaan. dari data yang terkumpul maka
diperoleh L47 adalah rumah dengan model lama yaitu
menggunakan gaya arsitektur Jawa Pedesaan dan 357
rumah bergaya modern. Selengkapnya data jumlah
rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: KomposisiJumlah Rumah di Desa Gendaran
Sumber: Observasi, 2015
Memperhatikan tabel di atas maka diketahuibahwa jumlah rumah baru dengan gaya "bangunan"
lebih banyak daripada rumah lama bergaya Jawa
pedesaan dengan perbandi ng an 25 %o u ntu k ba ngu na n
lama dan 75% untuk bangunan baru.
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
2) Karakteris
Desa Genr
Untuk m
Pedesaan di dr
dusun. Dusun'dusun Waru.
Darihasil
tiga jenis arsit
yaitu: 1) Joglo
o) OmotKhus
joglo hany
karakterist(saka utanguru ini mr
di bawahr
yang men
yang menr
dengan je
biasanya
dan luas. S
digunakardilepas bil
Da ri
joglo ada
menerima
Jawa, keb,
sendiri na
yang diletihunian ke
kampungjoglo daromah jogdepan on
28
No DusunJumlah Rumah
Lama (buah)Jumlah Rumah
Baru (buah)Jumlah Total
(buah)
1 Kraian 190 2492 Waru 36 50 86
3 Tumpak 31 43
4 Nqantir 84
5 Turireio 34 5L 85
6 Duwet 6 35 41
Jumlah Total L47 357 588
\
59
12
I o* Gendaran membawahi
F#':;l;il*::#il]ic5.-, :: apangan, keseluruhan
he.- :;'. -mlah 588 rumah;dari
lE.- !: - l-SUn Yaitu dususn
Er , r::l _tmlah rumah baru
"\e- = -- ,' ::n rumah bergaya
i:=-= :-: ::'K!mPUl maka
lrl---r- -=- -.- -:ie' lamayaitulgi:i.--- . =
l:::saan dan 357
!.r := =- -.a=';a oata jumlah
rc=-::: : :a,.'a; ini.
rr l--r- : lesa Gendaran
Sumber: Observasi, 2015
n tabel di atas maka diketahui
baru dengan gaya "bangunan"
da rumah lama bergaya Jawa
mndingan 25 % untuk bangunan
bangunan bar-u
2) Karakteristik hunian Arsitektur Jawa Pedesaan diDesa Gendaran.
U ntuk mengu ng kap ka ra kteristi k a rsitektu r Jawa
Pedesaan didesa Gendaran akan diambil i- kasus skala
dusun. Dusun yang dipilih untuk d'rjadikan kasus adalah
dusun Waru.
Dari hasi I observasi seca ra em pi ris di ketahu i ada nya
tiga jenis arsitektur Jawa Pedesaan di desa Gendaranyaitu: L) Joglo; 2) Limasan; dan 3) Kampung.
a) Omah Joglo
Khusus di dusun Waru, Desa Gendaran, jenisjoglo hanya didapatisatu buah saja. Joglo memilikikarakteristik utama dengan adanya empat saka guru(saka utama) yang berada ditengah bangunan. Saka
guru ini menopang atap tengah (brunjung) dan atap
di bawahnya; dan dilengkapi dengan tumpangsariyang menjadikan omah joglo tinggi dan dada wesiyang mengikat rangka saka guru. Bila dibandingkandengan jenis rumah lainnya maka omah joglo ini
biasanya memiliki ketinggian yang paling tinggidan luas. Sebagaipembatas rumahjoglo umumnyadigunakan gebyog dari papan kayu yang dapatdilepas bila diperlukan.
Dari sisi kegunaan fungsi utama omahjoglo adalah untuk pendapa yaitu rumah untukmenerima tamu. Dalam komposisi sebuah hunianJawa, keberadaan omah joglo tidak dapat berdirisendiri namun akan diikuti dengan omah limasanyang diletakkan di bagian belakang sebagaitempathunian keluarga dan pawon dengan jenis omahkampung yang biasanya diletakkan di sisi kiri omahjoglo dan limasan. Kelengkapan lainnya untukomah joglo adalah adanya teras yang terletak didepan omah Joglo.
Rumah Tradisional JawaPacitan
)q
-- :_ - m:n Jumlah Totalbuah
_9: 2498643
84
51 854L35
357 588
3t
Dilihat dari bahan baku pembuatan bangunan
Joglo, secara keseluruhan terbuat dari bahan
kayu. Kayu yang biasanya digunakan adalah kayu
jati, nangka dan akasia. Kecuali genteng sebagai
penutup atap dan lantai (dari floor atau tanah)
seluruh komponen omah joglo digunakan kayu
mulai dari saka, pengeret, pemanjang, dada wesi,
suwunan, uger-uger, sendeng, usuk, gebyok
hingga reng. Berikut ditunjukkan omah joglo di
desa Gendaran.
wawanc;adalah ;Saka iniberlajarbelakanc
ruang er
saka 8. Ipira m id
bagian b
didukunryang be
Diantaradi pasa nc
sebag a i
don njer<
Om
akan dic
berada d
terdapatutama linjenis kan
arah dep
limasan.juga di9limasan.
Eler
yang perjoglo ak;
limasan r
atau ruan
atau acar
limasan y
untuk ke
dan ruan
Tampak depan (kiri) dan tampak samping kiri (kanan)
lnterior omah joglo dengan elemen pokok empat saka guru
Gambar 72" Omoh Joglo di Desa GendaranSum ber: Doku mentasi, 2075
a) Omoh Limason
Di desa Gendaran, sebagian besar dari
hunian yang berarsitektur Jawa Pedesaan
adalah berjenis limasan. Dari hasil observasi dan
30 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
I
t-an baku pembuatan bangunan
ie -rr.rhan terbuat dari bahanr asanya digunakan adalah kayu
N(as 3, Kecuali genteng sebagai
^ a.tai (dari floor atau tanah)^ :mah joglo digunakan kayu
e'geret, pemanjang, dada wesi,
-ge' sendeng, usuk, gebyoki<.: Citunjukkan omah joglo di
wawancara, didapatkan bahwa ciri utama limasanadalah adanya keberadaan saka berjumlah 8.
Saka ini berada di tengah bangunan, ditataberjajar dengan 4 saka di depan dan 4 saka dibelakang saling berhadap-hadapan membentukruang empat persegi panjang yang dikelilingisaka 8. Dari saka 8 inilah akan menopang atappiramida terpancung di bagian atas dan dibagian bawah. Ujung atap di bagian bawah akandidukung oleh saka-saka yang disebut uger-ugeryang berjumlah 16 mengelilingi omah limasan.Diantara saka uger-uger pada Omah limasan inidipasang gebyok berbahan kayu yang berfungsisebagai dinding pembatas antara omah njabadan njero
Omah limasan sebagaiomah utama biasanyaakan didukung oleh teras dan pawon. Terasberada di bagian depan omah limasan biasanyaterdapat teras dengan atap menyatu dengan ataputama limasan. Sedangkan pawon (dapur) denganjenis kampung dengan perletakan memanjangarah depan belakang dan terletak di kiri omahlimasan. Sebagai elemen dinding pada pawonjuga digunakan gebyog seperti halnya omahlimasan.
Elemen pendukung omah limasan lainnyayang penting adalah omah joglo. Biasanya omahjoglo akan ditempatkan di bagian depan omahlimasan dengan fungsi utama sebagai pendapaatau ruang tamu serta untuk pertemuan-pertemuanatau acara-acara besar keluarga; sedangkan omahlimasan yang berada di belakang joglo berfungsiuntuk kegiatan privat keluarga yatiu ruang tidurdan ruang keluarga.
Rumah Tradisional JawaPacitan
31
r- : :-:- ccxok empat saka guru
:-:.c c Desa Gendaran:<--entasr,2015
1a
lraaran sebagla- cesa' dari
erarsltek.-',2,',: l=::saan
-as3- i="=: --::-:i lan
- '.-:..::-o ng k n (kanan)
_i'1
Dari hasil observasi, sangatlah sedikit sekali
(terbatas) keberadaan Omah joglo sebagai
elemen pendukung omah limasan di desa
Gendaran; hal tersebut dikarenakan banyaknya
kayu yang dibutuhkan dalam pembuatan omah
joglo.Sebagai omah limasan pokok yang teridir
dari omah limaan, teras dan pawon maka bila
dilihat dari sisi luar maka omah limasan tersebut
akan tampak atap limasan ( kesatuan kedua atap
piramida terpancung) dibagian atas dan gebyog
serta saka uger-uger di bagian bawah atap. Terlihat
juga bahwa Omah limasan ini akan menyambung
dengan pawon di kirinya; serta atap teras juga
menyambung di bagian depan dengan pawon'
Didapatijuga di lapangan, dalam omah limasan
ini adanya teras di bagian samping omah limasan
dengan fungsi untuk menaruh hasil bumi dan
berbagai alat Pertanian.Bila omah limasan dilengkapi dengan omah
joglo, maka bila dilihat dari luar akan terlihat
keberadaan joglo dengan pawon di sampingnya;
sedangkan omah limasan akan tertutupi oleh
omah joglo.
:-E-Gamb
a)
kan
ompol,
7) Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
"il,{a
;ervasi, sangatlah sedikit sekali
adaan Omah joglo sebagai.r n g omah limasan di desa
seD ut dikarenakan banYaknYa
nkan dalam pembuatan omah
ah lrmasan pokok Yang teridirr, teras dan pawon maka bila
rr maka omah limasan tersebut
limasan ( kesatuan kedua ataP
rng) dibagian atas dan gebYog
er di bagian bawah ataP. Terlihat
r lrmasan ini akan menYambung
i k,rinya; serta ataP teras juga
bagian depan dengan Pawon.apangan, dalam omah limasan
i bagian samping omah limasan
niuK menaruh hasil bumi dan
:anran.
r'lasan dilengkapi dengan omah
dillhat dari luar akan terlihatdergan pawon di samPingnYa;
r limasan akan tertutupi oleh
Gambar L3. Omoh Limasan di desa GendaranSumber: Observasi Lapangan, 201-5
a) Omah Kompung.
Berdasarkan observasi pada kasus omahkampung di dusun Waru, desa Gendaran, jenisomah kampung terdiri dari Sjenisyaitu: L) kampungpokok; kampung dara gepak (lsmunandar; 1993;
Rumah Tradisional JawaPacitan
3.7
Slamet DS, L981/1982); 2) kampung srotongan(Slarnet DS, 1981/1982); 3) kampung gajah ngombe
(lsmunandar; 1993; Slamet DS, 1981/1982);dan 4)
kombinasi dari ketiga jenis kampung.
Menurut para informan, omah kampung yang
paling sederhana adalah kampung pokok. Omah
kampung pokok ini biasanya digunakan untukkandang sapi dengan ukuran yang relatif kecil.
Berbeda dengan omah kampung untuk hunian,
omah kampung untuk kandang, penyekat yang
digunakan adalah bukan gebyok namun berupa
balok-balok kayu besar ataupun bambu yang
dipasang melintang. Para keluarga biasanya membuat
kandang ini L-2 kandang tergantung banyaknya sapi
yang dimilikinya dan menempatkannya di samping
rumah. Omah kampung untuk kandang ini biasanya
didapati dua ruang; ruang pertama (ruang bawah)
digunakan untuk sapi dan ruang atas digunakan
untuk menyimpan makanan sapi (damen).
Gambar 14. KandangSumber: Observasi 2015
Untuk
hunian, seL
(omoh tuw
limasan. Fur
hunian dan
limasan ma
kesatuan de
sebagai pa
omah kam
omah pokc
Gambar 1,5. OrSun
34 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
.i
\
A : kampung srotongan
!f <anrpung gajah ngombe
,!,Et DS, L98L/L982);dan 4)
prns kampung.(rrnan, omah kampung Yang
tah kampung pokok. Omah
h - .,2^., a digunakan untuk
-. *'an yang relatif kecil
c,-:- .:-pung untuk hunian,
hrk kandang, penYekat Yang
h : -.:' Eebyok namun beruPa
nr ::>a' atauPun bambu Yang
*=z'e (c .,3rQO biasanya membuat
n6:^ g :er''gantung banYaknYa saPi
ta' -enempatkannYa di samPing
nF -g untuk kandang inibiasanYa'lg[ ru3n! pertama (ruang bawah)
r -c dan ruang atas digunakan
r n'akanan sapi (domen).
-i Kandang)'oser''as,2015
Untuk omah kampung yang berfungsi untuk
hunian, sebenarnya merupakan omah mula-mula(omah tuwo) sebelum seseorang memiliki omah
limasan. Fungsi mula-mula adalah ganda yaitu untuk
hunian dan pawon. Setelah seseorang memiliki omah
limasan maka omah kampung tersebut menjadisatu
kesatuan dengan omah limasan dengan fungsi utama
sebagai pawon (dapufl. Dalam perkembangannya
omah kampung tersebut berdiri sendiri sebagai
omah pokok tanpa adanya omah limasan.
rJ!t'ts
IUE
fr
\
Gambar 15. Omoh Kompung di desa GendaranSumber: Observasi, 201"5
Rumah Tradisional JawaPacita n
35
__a_. - .
il
j
4. Rumah "bangunan" dan modernisasi rumah Jawa
Pedesaan.
Dari hasil observasi di lapangan ditemukan banyak
hunian dengan gaya arsitektur bukan Jawa Pedesaan namun
bangunan baru yang oleh masyarakat disebut sebagai hunian
bergaya "bangunan". Hingga saat ini, hunian model "bangunan"
menjadi tren di masyarakat. Mereka menganggap bahwa hunian
model "bangunan" adalah bangunan yang lebih baik daripada
Jawa pedesaan. Faktor murah dalam pemeliharaan dan gengsi
menjadi alasan kuat untuk mereka beralih dari hunian bergaya
Jawa Pedesaan.
Model hunian "bangunan" pada umumnya berbentuk
dasar atap limasan dan kampung dengan ukuran dan proporsi
bebas, berbahan dinding dari batu bata ataupun batako serta
elemen bangunan lain yang bersifat modern. Penggunaan
warna bangunan yang cukup mencolok juga menjadi bagian
dari model hunian "bangunan" ini.
Di sisi lain r
yang berwajah b
dari gebyog mer
Penggunaan dindipenggunaan elermodern dengan k
Bagi masyar
dindingnya biasa
cukup mencolok. i
ruang dengan ben
pokok. Sebaliknymaka penggantiar
sederhana tanpa i
Gambar 16. Hunian "bangunan" di desa Gendaran
Sumber: Observasi, 201-5
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
Gambar 1
36
m :: -- sasi rumah Jawa
Ih,a-;:r ditemukan banyak
lh*r" rawa Pedesaan namun
Jffi:l',.,T:::?ffi#[ilt -re-,ganggap bahwa hunian
lF.n yang lebih baik daripada
IF- pemeiiharaan dan gengsi
H:,,:H*:;;Iff;:#niri#:"",';
F,"ry,r;J;::,T#:l
Di sisi lain didapatijuga omah-omah Jawa Pedesaanyang berwajah baru dengan mengubah dinding penyekatdari gebyog menjadi dinding dari batu bata atau batako.Penggunaan dinding batu bata atau batakojuga diikutidenganpenggunaan elemen-elemen modern seperti pintu, jendelamodern dengan kaca sebagai pelengkapnya.
Bagi masyarakat yang mampu secara ekonomi, makadindingnya biasanya diplester halus dan diberi warna yangcukup mencolok. Penggubahanjuga terjadi dengan menambahruang dengan bentukan baru yang digabung dengan bangunanpokok. Sebaliknya bagi masyarakat yang kurang mampu,maka penggantian gebyok menjadi dinding dilakukan dengansederhana tanpa plesteran.
Gambar l-7. Modernisasi Hunian Jawa PedesaanSumber: Observasi, 2015
ng!nan" di desa Genda'a'bservasi 2015
Rumah Tradisional JawaPacitan
37
F
I
.l
:j
B. Pembahasan.
1. PerwujudanArsitektur.
38
a. Bentuk Arsitektur.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, arsitektural
diwilayah Kecamatan Donorojo didominasi oleh bangunan-
bangunan dengan fungsi hunian, yang menyebar di desa-
desa di kecamatan ini;fungsi lain selain hunian walau dalam
skala kecil didapati juga fungsi-fungsi seperti komersial,
jasa, perdagangan dan lainnya terutama terletak di pusat
kota Kecamatan. Untuk perwujudannya, didapati tiga jenis
bentuk arsitektur yaitu joglo, limasan dan panjang. Dari
penuturan informan, omah joglo digolongkan sebagai
omah termuda, dan omah panjang sebagai rumah tertua.
Penggolongan i ni terungkap berdasarkan sejarah dan u rutan
dalam membangun rumah bagi masyarakat di wilayah ini.
Dikatakan bahwa pertama kali rumah yang dibangun adalah
rumah panjang dengan pola atap empyak setangkep dengan
ukuran yang relatif kecil; pada mulanya walaupun rumah
panjang ini berukuran kecil, namun fungsi sebagai hunian
tetap berlangsung. Dalam perkembangannya hingga kini
omah panjang ini kemudian menjadi powon.
Keberadaan tiga bentuk arsitektur di kecamatan
Donorojo sepertiterungkap di atas, diketahui bahwa bentuk-
bentuk arsitektur tersebut bukanlah asli karya dari wilayah ini
namun merupakan si nkretisme da ri berbagai wi layah seperti
Daha Kediri, Majapahit, Demak, Cirebon dan Yogyakarta.
Demikian diungkap oleh informan bapak Mislan.
"Jadi budaya sini itu sebenernya banyak dari Jogja. Cuma orang
karena ekonomi sini larinya ke Wonogiri dan Solo. Makanya
kalo saya bilang sini itu sinkritisme, atau gabunganlah itu
makanya di sini tidak ada bentuk khusus. Awalnya daha kediri,
kemudian ada Majapahit, Kemudian Demakyang menyerang
majapahit.tentaranya kan sampai sini, makanya kenapa ada
tangkluk itu ya, itu kan tentara demak dan orang orang
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
pelar
kepa
'Ada
Lural
limas
CireL
1)
S(
Kt
p(
di
m
m
S€
ol
J
E;-atan di lapangan, arsitektural
o,.:_: drdominasi oleh bangunan-h-- an yang menyebar di desa-
gs : n selain hunian walau dalam
fu--:s -fungsi seperti komersial,
i,r'-_.: terutama terletak di pusat
er,,, -, rdannya, didapati tiga jenis
lg : imasan dan panjang. Dari
tr''!a- _,lgio digolongkan sebagai
l' :a-;ang sebagai rumah tertua.
a,c ::'Casarkan sejarah dan urutan
d" ::;i masyarakat di wilayah ini.
k.: '-mah yang dibangun adalah
,xa a:ac empyoksetongkep dengan
p;:a mulanya walaupun rumah
Er -3mun fungsi sebagai hunian
n :e"<embangannya hingga kini
ar- -en.1adi powon.
rer:uk arsitektur di kecamatan
[p : atas, diketahui bahwa bentuk-
b'<anlah asli karya dariwilayah ini
:s-e dari berbagaiwilayah seperti
)e-ak, Cirebon dan Yogyakarta.
infcrman bapak Mislan.
r-,, a canyak dari Jog.1a. Cuma orang
ia <e rVonogiri dan Solo. Makanya
sir'<'::sme atau gabunganlah itu
)e':-< (hrsr-S. Aivalnv'a daha kediri,
Ke,-.-: a^ Dem:< \'a^c .'en\/eTang-- -!^
-'- -:a : =(= ,= <= =-i d-d
te-::'3 :?- a,:. =rl a-r-; crang
pelarian tadi. Lah itu faktanya sedangkan sejarah berpihak
kepada yang sedang memerintah".
'Ada yang model Cirebonan itu yang rumahnya deket Bu
Lurah setelah balai desa. Ngidul sedikit kan ada rumah
limasan yang segitiga atasnya itu sangat sempit. Itu model
Cirebonan".
1) Rumah Joglo.
Di desa-desa d i Keca mata n Donorojo, keberadaan
omah joglo sangatlah sedikitjika dibandingkan dengan
omah limasan; bahkan dari hasileksplorasi ditemukan
bahwa di setiap dusun (pedukuhan) belum tentudidapati omah joglo. Kalaupun didapati rumah joglomaka dari penelusuran di lapangan dikeketahui bahwa
rumah Joglo di wilayah ini kebanyakan tidak asli dibuatdi wilayah ini namun didatangkan dari desa-desa
tetangga. Demikian seperti d iu ng ka pkan oleh i nforman
bapak Mislan berikut ini:
"Kemudian pengerjaan di sini itu memang kita ambil
contoh yang masih ada joglo tadi itu sebenarnya beli.
Jadi yang mulai dari nol itu tidak ada. karena karena tadi
perkembangan tempat, bahan dll.ltu dua kali lipat untukrumah yang biasa itu."
Dari beberapa informan dikemukakan bahwa
sedikitnya keberadaan rumah joglo di wilayahKecamatan Donorojo dikarenakan sa ngat mahal dalampembangunannya karena banyak membutuhkan kayu
dalam pembangu nannya, sehingga hanya orang-ora ng
mampu secara ekonomi, perangkat desa maupunmasyarakat yang memiliki derajat sosial tinggi saja yang
sanggup memiliki nya. Demikian seperti diungka pkan
oleh informan.
"Tempat sebenarnya yang menggunakan joglo baikciri khasnya jogja- solo atau jatim paling barat itu ya.
Rumah Tradisional JawaPacitan
39
Itu adalah tempat jadi sebenarnya pemakaiaan joglo
itu sebenarnya adalah orang-orangnya yang kinachek.
Itu orang -orang yang dianggap drajat sosialnya lebih
tinggi jadi gret sosialnya lebih tinggi. Ya mungkin
perangkatlah." (informan bapak Mislan)
Dalam kesatuan rumah Jawa dalam satu keluarga
atau dalam satu pekarangan, omahjoglo memilikifungsi
sebagai ruang publik terutama untuk menerima tamu
dan kegiatan-kegiatan keluarga yang bersifat umum.
Jumlah omah joglo dalam kesatuan hunian rumah Jawa
di Kecamatan Donorojo ini hanya berjumlah satu saja
yang terletak di bagian terdePan.
Dari hasil empiris diketahui bahwa bila didapati
joglo dalam kesatuan rumah Jawa, maka akan diikuti
oleh omah limasan dan omah panjang' Omah limasan
untuk fungsi privat (keluarga) dan omah panjang
untuk fungsi pawon/dapur. Sebagai ruang publik
(pendapa) maka omah joglo selalu ditempatkan di
bagian terdepan..Dari sisi eksterior, perwujudan omah Joglo
terbentuk oleh adanya kesatuan antara atap di bagian
atas dan gebyog beserta sako-sako di bawahnya. Pada
bagian atap terdiri atas kesatuan dua bagian atap yaitu
atap brunjung di bagian atas dan atap di bawahnya.
Kedua atap menyambung membentuk kesatuan
atap yang landai di bagian bawah hingga bertemu
dengan dasar brunjung dan memuncak ke atas di
bagian brunjung, seperti gunung yang semakin ke
puncak semakin meruncing. Dilihat dari arah depan
dan belakang maka atap di bagian puncak terlihat
terpancung, sedangkan dari sisi samping kiri dan kanan
terlihat meruncing. Bila dilihat dari sisi geometris maka
atap joglo ini terbentuk oleh dua trapesium atau dua
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
pira
baw
atap
emlkiri
ben
bag
yan
ata r
gur
sak
darblar
di t
ditttiditerl
ad;kec
seL
rua
ter,
Ser
be
bar
40
f se::'arnya pemakaiaan joglo
h :-:^;-orangnya yang kinachek.
ry : .-;gap drajat sosialnya lebih
ia - ,: ebrh tinggi. Ya mungkinna- :acaK Mislan)
rrg*3r'rJawa dalam satu keluarga
ar:a., omah joglo memilikifungsi
:te--tama untuk menerima tamu
lr'': <eiuarga yang bersifat umum.
ala- <esatuan hunian rumah Jawa
o,: r hanya berjumlah satu saja
ar te'depan.ris drketahui bahwa bila didaPati
rn r;mah Jawa, maka akan diikutilan cmah panjang. Omah limasan
,<e uarga) dan omah panjangn,/'capur. Sebagai ruang publikrar' ,o9 o selalu ditempatkan di
:rior, perwujudan omah Jogloy,a kesatuan antara atap di bagian
erta soko-sako di bawahnya. Pada
.as kesatuan dua bagian ataP Yaiturgian atas dan atap di bawahnYa"
rmbung membentuk kesatuanbagran bawah hingga bertemu
ljung dan memuncak ke atas di
eperti gunung yang semakin ke
lruncing. Dilihat dari arah depan
r atap di bagian puncak terlihatran dari sisi samping kiridan kanan
lila dilihat darisisi geometris maka
rtuk oleh dua trapesium atau dua
piramida terpancung dengan ukuran besar di bagian
bawah dan kecil di bagian brunjung.
Dari sisi interior, terlihat saka-saka yang menopang
atap; di tengah-tengah terdapat saka guru berjumlah
empat buah menopang atap brunjung. Di sampingkiri dan kanan saka guru terdapat banyak saka yang
berukuran lebih kecildarisaka guru menopang atap di
bagian bawah brunjung. Saka-saka dengan perletakan
yang teratur tersebut membentuk ruang tengah di
atara saka guru dan ruang besar mengelilingi saka
9Uru.Khusus di atas saka guru didapati elemen-elemen
saka guru yang berupa uleng (balok bersusun ke luar)
dan dhadho besi yaitu balok yang melintang diantara
blandar-blandar saka guru. Dari temuan di lapangan,
di bagian kiri dan kanan dhadha besi terdapat yang
ditutup menjadi plafon. Namun didapatijuga yang
tidak diberi plafon sehingga rangka atap brunjungterlihat dari bawah.
Karakteristik lainnya dari omah joglo ini adalah
adanya emper (teras) yang mengelilingi bangunankecuali sisi Timur. Keberadaan emper ini berfungsisebagai ruang antara sebelum seseorang masuk ke
ruang dalam omah joglo dan juga berfungsi sebagai
teras untuk duduk-duduk terutama di bagian depan.
Sedangkan emper di bagian samping kanan dan
belakang banyak digunakan untuk penyimpananbarang-barang tertentu.
Rumah Tradisional JawaPacitan
4r
Tamp
Gan
Wujud Omah Joglo llnterior Omah Joglo dengan
SakaGuru
Gambar 18. Rumah Joglo di Desa Sekar
Sumber: Dokumentasi, 2014
ITampak Depan
Interior Omah Joglo
Gambar 19. Omah Joglo di Desa Gendaran (1)
Sumber: Dokumentasi, 2015 2) Or
t\
dijamasli se
42 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
i.- !1.rr !.. '. ;r.-.'
llnterior Omah Joglo dengan
SakaGuru
h Joglo di Desa Sekarkumentasi, 2014
Oran.Joglo
>glo di Desa Gendaran (1)
rkumentasi, 2015
Tampak Depan Struktur Soko Guru + Tumpang sari
Gambar: Omah Joglo di Desa Gendaran (2)
Sumber: Dokumentasi, 2015
Tampak Depan
lnterior bangunan dengan saka gurunya
Gambar 20. Omah Joglo di Desa WidoroSumber: Dokumentasi, 2015
2) Omah Limasan.
Menurut informan, istilah limasan munculdijaman Belanda ketika penjajahan terjadi. Nama
asli sebelum istilah limasan muncul adalah rumah
Rumah Tradisional JawaPacitan
43
t
E
7
t-F.It.
!t
{,l-. -*.ll
u eu]l ll ns
o/v\oqlM olol8 olseH ol.lles'rlnlsPrunA uIw
u rledeprp lepl]I rp Psap-esap lp
uaLUala-uaualarr 6un>16uag sr.re6
>lgrseds t)tlttraLU
a] qeunJ enpel6uer{ euoq uep
o enpal eleluelplenp qelunfraq
r6renlal uelerOa>1
tp ueselUll qeuon+req er{uesetq
c'sutduua ltseqr 6unque{uauta} qeujnJ enpa>l
)rlro lnlun
loc:laqunsI LleLuo'Tz reqrxe9
'nuJel 6uen.t
uep Jnprl 6uenr ruedas 6uent-6uenr rledeptpuele rur ueseutl qeuo uelpp e66urqas lueseuttl
qeunJ urplep epelaq uptunq rs6un1 qnJnlas e)PU
'nles qplun0eq ueseutl qeuo e;rg 'rdes undnele
6urqrue>1 6uepuel uep rpueu Jerue) e{uepeelJas uo/v\ed re6eqes ls6un;req 6ue{ 6ueluedqeuo e{uepe qalo 6unlnptp eset}ueues ueseutlLleuo enp nele nles )le8 'ueseull qeuo qPnq Pnp
nele uep nles r)rlruau ledep e6ten1e1 L{enqes
'ue6uede; rp rsero;dqa ltseq ue)JesepJeg'ueseurl LIeLUO qe1un1 (e)
'rJrpuas
qeurnJ ueun6ueq r)rlrtuotu 6uer{ tpuetu uep )PseuaLurlen)al lpel'ra] e6ren;e1 qenqas uplep uerunq euelnrs6un; qnrnles Llplrur ueseurl qerxnJ rp eMLleq qelepe
lul leq uelep eueln qeunr te6eqes ue)pns)eutp6ue1 'rur olorouo6 ue]eue)al !p ie)ere{setu r6eqpueln qeunJ uelednraut ueseutl Lleuo e/v\qeq
ue)euarp)!p lnqasral leH 'te)pdrp leIueq 6urled6uer{ qeun: srualuep ln]uaq ue>lednleu ue)PuaJPItp
rseururopuo['ue]r)ed ualednqe1'olo;ouo6 ue]euelalrp esap-psap lp rseutuopuaur n1r6aq 6ue{ uetunqqeunr )nluaq uelednrau ueseur!'1 qpurO
,,6ue1ep epuelaq unlaqas 6undu.re1 qeunrer{ueueu nlnp nlel 'seutl ue) se}e tp 1o4od )n}uoqrpef 'epueloq ueutef n1 seurl qeulnl lnqer{uau 6ue;
:uelsrl ledequeuJolur qa;o deluntp lpadas uptllula6 '6undtue1
ueseull qeruo uedaP qe[e1y1
j
<t
'euoq uep unla) rledeprp )eptl'Pnpa) adrl 'olo.rouoo up]eurelol tp esap-esap rp
ueseulll qeuo eped 6un)npuad uauala-uaulalopped rledpplp )epll rle)as eues rur 6un16ua; sue6
eueurp'6un16ua; sue6-sue6 tselUtsads rlrlruaurJrpuas euroq uep unre) 'lnqasJal qeunJ enpa)6unqnq6uad re6eqes rs6unllaq 6uer{ er.uoq uep
unJaI rledeprp nlelas ueseutl qeuo enpal eleluetpqe6ua1-qe6uel !p eueuad adrl lenp qe;trnl:aqueseu r
I q euo ad 11 enp ledepiel'e6t en 1a1 ueler 6e1
)nlun rsOunyeq 6ue1e1aq uer6eqrp ueseurl qeuouep nurel 6uenr re6eqes rs6un;.req er{ueserq
uedap uer6eqrp ueseurl qeuo 'surdtua ;rseque)r?sepre6'6ue1e1aq uedap 6unqure{ueu.ruep lnJn eJe)as refefteq lnqasial qeurnl enpa)e)eu enp qe;urnlraq ueseull qeuo In]un
uep rnprl 6ue^ue)e lur ueseE
Lletunr [J.Jelep €c
'n1es qelurnLao
6urqLue>1 6uepr
e1:eS uOrvred le
qeuo e,{uepe qr
Lleuro Pnp nele r
nelP uep nlPs I
'ue6uede; rp rse
sloz'rseluaunloc :raqunsn1e5 qepunl.rag ueseurl qeuJ6 'IZ requegqetunJ ueun6ue
rlen)a) rpe[ra1 e
rs6unl qnrnlas r
lu! lPq L!elep e
6ue1 'rur oloroteueln qeL!nJ
ue>leuaJe)rp ln6uer{ qeirnr sru;
rseururopuar{ ur
rp esap-esap iF
qeunr Inluaq6,,
er(uetueu nlnp
rpe|epuelaq u
uesetu!l qetuo JolJalu!ueseurll qeuro uedap qefery1
uetuJolur qalo (
uel!)ederv\er leuo!srpe{ qeuJnu
.a
:.:. .. :
:,*
" --' ,-:il .,'gr:
uetrlJllnso/v\oql^ oloJg olseH olJles
'llnlselun^ !{ w
ua6 ueP qPMPq
as 6oAqa6 qalo
Pnlesal eAuePe
aA uepn[nrvrted
1es qelLunI lteq!ep ieqlllouepn[nrrtla6 (q)
3C :.raqLUns
eurll qeLUO '€Z Jequle!
uedap uel8eq ueseurll qeulo loualul
q uep luH)qEuic uenuJauad
Iuedap seuS
sT0z'!seluaun)oc :laqLUns
n1e5 adrl en6 qe;unlrag uesPulll L]eLuO 'ZZ ieque9
?ue1e1eq ueP uedeP u€setul'I
qerug Sunqnq8ued le8eqes Druoq $ep unraN
(uerer.l!la{ lep!r SueIelaq ueseur;1 qeuo}
en6 qelunf ueseul!'t qeuo uedag uelteg
e3:en;a1Suenr leteqas
gstunyeqtuo;e1ag seutS
*e
r
:j
uelr)edLt/ e/v\ef leuolslpe{ qeurnu
ueunEueq dnlnuad re6eqos 6uelua6 uep qeMeq
uerbeqrp ueun6ueq rsrued reEeqas 6o.(qa6 qalo
lnleqlp 6ue{ ueunoueq e16uer uen}esal e{uepeqalo )nluaqJa] 6ue/{ eules 6uer( uepnlnrvrJad
Inluoq rlrlruau enp undnele nles L.;elunf )requeseultl Lleuo 'ueleue6ued lrseq uep leq!llo
'ueseurl L{eLUO uepnlnrrue6 (q)
sT0z'rseluaunloo :j€,quJnsen6 edrl en6 qe;rlnfiog ueseuq qeug'€Z requeg
8ue4elaq uepeq ueseu;; qeuo ropalul uedap ue!3eq ueseull qeuo Joyalul
nlPS 30 - e-: -:
Lif '.-.i' : -- -
(ueue1) 8ue1e1aq uep (;.rq)
uedap ue13eq uEsetu!l qeuro uenurauad
3ue4e;aq seur11uedap seurpl
(ue1e-
eno ue
uedap 3uen.r
/ {nuel Suenr)
edepuad !eteqas;stunyag
uedap seur!'t
e8ren;a1Sueu ge8eqas
lstunpaqtue{elag seur!l
j!-.
fl' !i--
di bagian atas. Rangka kayu pembentuk omahlimasan terdiri dari 8 saka guru di tengah dandikelilingi oleh 16 saka di pinggir. Bila omahlimasan dilengkapi dengan emperan makajumlah saka yang mengelilingi saka guru akanbertambah 5 buah menjadi 21 saka. Keseluruhansaka mulai dari saka guru-saka...dan saka empermemiliki ketinggian dan besaran yang berbedayaitu semakin rendah dan semakin kecil kearahluar bangunan Diatas delapan saka akan tersusunra ng ka atap ya ng berbentu k .piramida terpancu n gdengan puncaknya (balok suwunan) memiliki tinggitertentu. Saka 16, di atasnya akan tersusun rangkaatap yang memiliki ketinggian lebih rendah dariatap yang terbentuk oleh saka 8; dan saka 5 akanmendukung atap emper yang memiliki ketinggianterendah dari keseluruhan atap omah limaasn.
Dari struktur pembentukan omah limasantersebut yang terbentuk oleh saka guru berjumlah8, saka ubengan L6 dan 5 saka uger-uger (saka
emper), maka pada prinsipnya perwujudan omahlimasan membentuk bentukan gabungan piramidaterpancung di bagian tengah yang disebut limas,dan emperyang mengelilingi limas serta emper dibag ia n depan. Ketiga nya tersusu n bersambau n ganmenyatu, tinggi dibagian tengah dan semakinrendah di bagian depan. Selanjutnya bentukan darirangka 8, 16 dan 5 dibalut dengan gebyog sebagaipartisi /dinding dan sebagai pintu omah limasanbagian luar bangunan bagian bawah.
Dari keseluruhan pembentukan omah limasan,maka bila dilihat dari sisi perwujudan luar omahlimasan maka akan terbentuk kesatuan atap limas-emper dan emper teras di bagian atas dengan saka
48 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
Tampak Depan omah Limasi
Tampak samping ornh frcGambar 24. I
Sumbec I
(c) Tata ruang
Untuk o
keruangannya r
tidurdan ruang t
yang dinaungi c
dan kanan; di ba
yang dinaungiTerkadang didaS
depan omah lirataupun dua. K,
oleh pawon yan
atau kanan omKhusus untuk or
ubengan darserta gebyogdepan bangutermasuk linsamping akadan pada poterbentuk me
j
H#:1?:::ffT:lE Ui pinggir. Bila omah
Jl"ngrn emperan maKa
!r;= ingi saka guru akan
rr-a: 21 saka. Keseluruhan
gru-- -saka...dan saka emper
ia- cesaran yang berbeda! san semakin kecil kearah
de apan saka akan tersusun
le.:u k piramida terpancungnhc< suwu nan) memiliki tinggitssn) a akan tersusun rangka
etrnggian lebih rendah dari
rieh saka 8; dan saka 5 akan
€r iang memiliki ketinggian
.rhan atap omah limaasn.
rmbentukan omah limasan
uk oleh saka guru berjumlah
Jan 5 saka uger-uger (saka
rinsi pnya perwujudan omah
entu kan gabungan piramida
tengah yang disebut limas,
lelilingi limas serta emper di
ya tersusun bersambaungan
rgian tengah dan semakin
n. Selanjutnya bentukan dari
alut dengan gebyog sebagai
ebagai pintu omah limasan
r baEian bawah.pem bentukan omah limasan,
sisr p,erilujudan luar omah
ben't.,lk <esatuan atap limas-
s C bag an atas dengan saka
ubengan dan saka uger-uger (saka pada emper)serta gebyog sebagai partisi bangunan. Dari sisi
depan bangunan akan terlihat posisi memanjang;termasuk limas yang juga memanjang. Di sisisamping akan terlihat pada posisi memendek;dan pada posisi memendek, bentuk atap akanterbentuk meruncing membentuk segitiga.
Limas
Emper mengelilingi limas(atasl. Emper teras (bawahl
Saka uger-uger (saka emper)
Partisil Gebyog
Tampak Depan omah Limasan
LimasEmper mengelilingi limas{atas}. Emper teras (bawah}
Sako uger-uger (saka emper)
Partisilgebyog
Tampak samping omah limasan
Gambar 24. Wujud Omah LimasanSumber: Dokumentasi, 2015
(c) Tata ruang.
Untuk omah limasan berjumlah satu,keruangannya meliputi dua jenis ruang yaitu ruangtidurdan ruang tamu. Ruang tidur menempati ruangan
yang dinaungi oleh atap emper bagian belakang, kiri
dan kanan;di bagian depan bersama dengan ruanganyang dinaungi atap limas merupakan ruang tamu.Terkadang didapati pula teras yang terletak di bagiandepan omah limasan baik limasan berjumlah satu
ataupun dua. Kedua jenis omah limasan didukungoleh pawon yang umumnya berada di sebelah timuratau kanan omah limasan sebagai rumah utama.Khusus untuk omah limasan berjumlah dua terdapat
I
Rumah Tradisional JawaPacitan
49
J
finuad 'uednptqa) teuep)p lelele^seu tp tpe[a]qe ny e66uelnd ue1n1lre e,,(u u nrvrn uad er{u ;esl u.r
[ -]e os un)tni epe n]t rIepe lueu ruelsr 1e6uesrsic, ^qalts.le ne;e1 lpe[,
'tut qeMeq
ude> 5ualas uet)lula6ESeu.r ll q PLUo er{ueserq
r1e renl rp epereq 6up^'urel eLUas leloqs )nlun16uepa5
'r;ena eled n1r
rn Llelst un)nj tuejagrerAuaul 6uer{ n1r 'S epe
Ilc /T uep ,I )e)aduelqPqLueuau e6n[
'1o.r qelLlnl qelepe /Ie61 6uel qelepe I uepq uerpa6uad 11r;rurau
lq ueuJolul ue)elP)tord ruelsl uetele ueOuap
aLr.J']nqasJal uelerad, '9T'?T'91 1e:ad r.rep
ueseuJrl qeuo epedvunuad )nlun ueJnlne1s rpeluaur:6ue1
rolur) ,e[es eueu e[u1;se
e EZ eues 97 n1 url6unu1 nlr e,(uueural olel nltoqur uDl tnryt oh1 ualuaualua tluas aMDlas ualua
ry uohlDtu iluDs auDlDad
ff o*Q llul'Dl Dl otlt pt!,,
ueuJqnso^ oqr^^
"r"rr,,iffjlr""iTi os
'w) SZ-OZ qrqal 6uern4 6uelued ueouaprle) uern)n nye(>1otad ueJnln eppd Jesepreq 6ue{ueJn)n rsJodoJd Dlrlruau, uPseurl LleunJ lr)a) Jesoq
ueJnln 'ueurJolur uep ispurJolur reEeqraq ue6'uernln (p)
srsrleuv:Jaqunsueseurl qpuro 6ueny elel euo)S 'SZ Jequleg
z-qqiEfrl-ffiliqe'.!-6ffinTEiEI
tr
nuel tuenr
lEteqas uedap
uEserull qEuro
IIII
uorrred
IIEtrenpltuenr lerEqas
tue)lEpquEseu!l qEuo
rnp;1tuen.r
lnlun auoz
seJaII q-Emfiiffiliiim-ffiru err-
tr
UO'I\Ednurel tuenu
rnp;1 Suenr
lnlun suoz
'6ue1e1aq uep uedap qeseurl
qeuo ereluerp lelolJal 6ue^ pJelue 6uen.r e6n[
I se
rIII
rr
J
"iki lho kaki,kaki (pecok), namanya itu pecokon koklPecakone sami mowon konten ponjong enten pecok niki
enten selowe senti enten selongkung enten kaleh doso
enten tiga likur kan mboten somi,beda dengan kamu
itu kalo temannya itu kan beda panjangnya. mesti
mungkin itu 20 sana 23 atau 25 gaktau panjangnya,ini
aslinya mana saja" (informan bapak Sokiman)
Yang menjadi standar dalam pecak ini adalah
ukuran untuk penuwun atau nok. Jumlah pecak
pada omah limasan rata-rata bervariasi mulaidari pecak L3, L4,l-6, dan l-7. Munculnya proporsipecakan tersebut, menurut para informan terkaitdengan ajaran Islam yang dibawa oleh wali songo.
Dikatakan Informan bapak Misino bahwa pecak 14
memilikipengertian bahwa 13 adalah rukun Islam
dan l- adalah Yang Maha Kuasa. Sedangkan pecak
17 adalah jumlah rokaat dalam sholat. Informanjuga menambahkan penjelasannya mengenaipecak 14 dan 17. Dikatakan bahwa rukun islam
ada 5, itu yang menyiarkan walisongo, jadi 14-9=5.Berarti rukun islam untuk orang adalah 5 dan 9itu para wali. Sedangkan 17 adalah jumlah rokaatuntuk sholat semalam. Didapatijuga ukuran pecak
yang berada di luar aturan pecak; dan hal tersebutbiasanya omah limasan akan menjadi lebih besan
Demikian selengkapnya penuturan informan dibawah ini.
Jadi kalau arsitektur disini ada misi kejawennya yang
sangat islami. nanti ada yang pecak itu sebenarnya
14 itu ada rukun solat. Itu lo tadi ada budaya yang
misalnya penuwunnya ada 13 itu karena rukun islam.
itukan pujangga itulah lucunya disitu. Tapi yang
terjadi di masyarakat. dengan falsafah itu membuatdamai kehidupan. Penuwunnya 1-4 pecakyang 13 ada
Rumah Tradisional JawaPacitan
51
yang terletak diantara omah
belakang.
la Ruang Omah Limasanr : Analisis
ri lnformasi dari informan, ukuran
limasan memiliki proporsi ukuranja ukuran pecok yaitu ukuran kaki
kurang lebih 20-25 cm.
I
I
Pawon
Pawon
Zona untukruang tidur
Zone untuk
ruang tidur
-E-E
J
ueurJr)nsoMoqrM olo.rg olseH otrles
'rlnlsetun^ t{ zs
qo lrseq ueo '(lndep
unq 6uenr selequod
le^ueq uelunq Inlun6uen: nles) ue6uenl
ruap unuPp'uornedeseLU nles ednlaq tut
rnq Inlun e6n[untleu
lun ueleun6rp er{ueq
pual.rad LUele6'6ue[ued
;ruaI rlrpr,uau unueuepuel elnd rledepgp
6ue,{ leurai 6uepuel
lreq Ieura] buepueli qeuo enqeq e6n[o lrseq uJelPo
loc :raquns'92 reqLUe9
; s€unyaqtvsDutl qDLuo VeP ueuel lsls ueun8ueg
uelued qPuo Euefued
undnele 7 qeltunfiaq
?ureln qeuJnl 6ueluedqeulo Euefued e4eul
lepe eureln qeruni ell8
ues nele ueltensaduaut
l1a5 depeq6uar.tr e6nf
6uelued qeuo pleu ue]elos depeq6ueu eue]nqeurnr elrg 'e[ue]n qeutnJ depeq qele ue6uap tensas
rut 6ue[ued qeuo depeq qery'(og6o[undneur ueseurr;)euleln qerunJ Jnrutl nele Utl !s!s !p epeJaq esetlueuose{uueepe.raqal 'urnned le6eqa5 '"rndep nele uoanedte6eqas rs6un;.raq 6ue{ o16o[ qpuo undneuu upseutlqeuo ueeperaqa) Uep uer6eq ue>lednlau Euefuedqeuo e^ qeq uedap tp uqqnua)tp qelal rpade5
'6ue[ued L{euny (g
(oursryrl ledequeuro;ur) ,;rle nqalu 1n1e6 unmnued uo6lee)eJ /I6urd 1e1oqs 11 rOuames outpas neul /I 1rs unannuad
rqequJelrp snl] aMap uelst un)nJ aueputu tleM auerefe ]n:nu )au Dl amap a)en e olol eped'n1r r;ean eledn1r 6 6urs eql S l) aiv\ap )eme uelstaun)nJ ue) tUelaq
S Bpe ue) 6 r6ueln>; Vl ,pe{ o6uosr;ern uollerluatu
6ue{ ure;sr un)nr nlnp ueureluel ;eqeped S epp uelnlr uelsr un>lnJ ,T nlrb ue1 n1r'obuos r;ean e{uueue[ue6uep uelrol epe e6n[ n]l ,I uqlqrp ue6ue1uag,,
(oursryl ledeq ueulo;uI,,"')l)aq eJo uelselalueu netl nele)'uelselafip e6n;np ueuref rdel n1 e{ueq e{uueyel e('1ee4et 11ue) uelsr 6uelo rbeq qepeqr uelue;efueu snle[.1
n1l'ueuror(e6uad e{ueueu ue) n}t,es3 eqeyl 6ue1ueqnf uep ueuo{e6ued ledepuaur ur6ul o;e1 n1r
ure;sr 6uelo e{ueu4eur n}t ole) e{upns>;er.u n1r 2
lede;a1 /T ulMlp LleunJ e[upnsler.u ede'n1r eueln-eureln eped sedn>; sedn4 e{es qelalas'o6uosr;eannlle/rt eped ue;sr uelefe ue6uep e{uue1lel n1l
rdel'n1r6 p1 6uert nele €I 6uert epe,71 reduresbunlrqrp 11e1 lede;a1 leled rlsed n1r'qe;unnnuad
1ou er(ueuteu nlt )olsaqtp nelel er{u6un[n,,
'(our1e5 ledeq ueur.rolur)
;lsp psen) eqeu 6ue{ qelppe 1 6ue[ uelst un)nl
J
rg 1 adalah yang maha kuasa dst."
k Sakino).
lau drbestek itu namanya nokr pasti pakai telapak kaki dihitungyang 13 atau yang 14 gitu,taPi
dengan ajaran islam pada waktu
ai-, saya kupas kupas pada ulama-raksudnya rumah dibikin 17 telapak
ya kalo itu maknanya orang islam
nendapat pengayoman dari Tuhan
r,itu kan namanya pengayoman,itu
rkan ibadah bagi orang islam kan
ritannya hanya itu tapi jaman dulu
aIa.r mau menjelaskan ora becik..."
k Misino)
:lk r i4 itu juga ada kaitan dengan
5e-qc,itu kan gitu L4 rukun islam itu.a Kan _iaman dulu rukun islam yang
iisc'Ec .ladi 14 kurangi 9 kan ada 5
ine s a'r awak dewe ki 5 lha sing 9 itu
:e <-'1a',vake dewe ki nek nurut ajaran
s '-<-rn islam dewe trus ditambahi
' -3- sedlno sewengi ki sholat ping
3e.-,,,,;n gatuk mlebu ati." (informan
1g
drkerrukakan didepan bahwa omah(an caEian dari keberadaan omah
o-ah ;oglo yang berfunEsi sebagai
rn Seoagar pawon, keberadaannya
r d s si kiri atau Timur rumah utamajog o'. Arah hadap omah panjang ini
ah hadap rumah utama. Bila rumah
iap Selatan maka omah panjang
juga menghadap Selatan. Panjang omah panjang ini
menyesuaikan atau sama dengan panjang rumah utama.
Bila rumah utama adalah omah limasan berjumlah satu
maka panjang omah panjang juga sepanjang ukuran
panjang rumah utama. Sedangkan bila omah limasan
berjumlah 2 ataupun kombinasi joglo-limasan maka
panjang omah panjang juga menyesuaikan (sama).
Bangunan sisi kanan dari omah limosan dan omoh ioglo adalah omoh panjang yang
berfungsi sebagai powon
Gambar 26. amoh PoniongSumber: Dokumentasi, 201-5
Dalam hasil observasi lapangan, diketahuijuga bahwa omah panjang juga digunakan untukkandang ternak baik sapi maupun kambing. Terdapat
kandang ternakyang cukup besar dan panjang namun
didapati pula kandang ternak yang relatif pendek
namun memilikijenis atap yang sama dengan omah
panjang.
Dalam perkembangannya omah panjang tidak
hanya digunakan untuk pawon maupun kandang saja
namun juga untuk hunian. Omah panjang untuk hunian
ini berupa satu masa bangunan panjang seperti halnya
pawon. Namun demikian bila pawon tanpa penyekat
ruangan (satu ruang besar) maka pada omah panjang
untuk hunian banyak didapati penyekat ruang sebagai
pembatas ruanE hunian (ruang tamu, keluarga hingga
dapur). Dari hasil observasi umumnya didapati teras
Rumah Tradisional Jawa 53Pacitan..]
\
'{
J
fcc iaquns,0> 8z reque9
rndep
aq 6uelued qeuto uel6uePas
LlepeMaur 6ue{ eure}n LleulnJ
LleLuo '!uls !o 'ueseull qeuo;erill L.leulo lJl) qelaqas lp
c qeLr.ro ]ere8 Lielaqaslp nele
:u o'er(u ue1e1a1.rad tstsoduolIO r)rlruau lnqeslal LleLunl
z6urpuesraq e{uenPa>1 rstsod
lt 6uer{ rstsodtuol ln}un'qeunl enp tstsodulo; 'e
Ple 'urI 6urdues'uedaP uer6eq tP
rPpue) 'rpueul leuPl ueP 6urqtue4
I e,{uepe qalo 6un1nP!P }nqara}rnlasa) '6uelued qeulo n]es ueP
o/v\oqr^ "r"r, "*rXiT,'ll3 'llnlselunfi l{ tZS
ueseurl qeuo nles-o;6o[qeuo nles (7l6uelued qeruo n]ps uepueseurl qeuJo enp (I :tJpp tJtpla] qerunJ e6l1 lsrsoduro) lnlunue16uepa5 '6uefued qputo nles uep ueseutl qeuo nles trep
ulpJal er{ueselq Lleunl enp )n}un 'tut LleunJ n}es wplep epeJoqe6ren;a1 uprunq ue1e1er6a1 ueL{nJnlasa) ue6uap nles qe;r.unfieq6uelued qeuo ednteq er{utunutn'qeulnJ nles rstslodruo) )n}un'qeun.r e6r1 uep LleunJ enp 'qeunr nles uep r.rrp.ra1 6uer{r nl)alrsJe rsrsod tuol 1ed epral 1e1 eler{seu uel ep u etu nq d erlasuplep emqeq ue)nuleltp 'ue6uede; tp pJefue/v\ean undneuueleue6uad rnle;aur lreq rselo;dqa ltseq ue)JesepJag
lnl)eltsJvrsrsoduroy'Z
sl}z-vT}z'rseluaunloc :raqu nsuerunH uep 6uepue; rs6un3 ueOuap 6uofuo4 tlDuro'LZreqwe,
uelunH rs8unl >1n1up buofuo4 tlowg pnln111
)euraj buopuoy 1n1u1 Euefue6 qeug pnfn1tr
'lapued6uBr{ ueun6ueq rsrs qelppe ueunEueq uedep uelEeqeueurp lueun6ueq uedep uer6eqrp lplalrel 6uel(
J'
n depan bangunan; dimanaln adalah sisi bangunan yang
)n:tr Kandong Ternak
Untuk Fungsi Hunian
lan Fungsi Kandang dan Hunianrntasi, 2014-201-5
rasi baik melalui pengamatan
;an. ditemukan bahwa dalamrt terdapat komposisi arsitektur
dua rumah dan tiga rumah.mumnya berupa omah panjang
rhan kegiatatan hunian keluarga
ltuk dua rumah biasanya terdiri
atu omah panjang. Sedangkan
rdiri dari: 1) dua omah limasan
omah joglo-satu omah limasan
/dan satu omah panjang. Keseluruhan kompo-sisi arsitektur
terebut didukung oleh adanya kandang ternak khususnya
kambing dan kamar mandi. Kandang ternak umumnya terletak
di bagian depan, samping kiri, atau belakang omah panjang.
a. Komposisidua rumah.
Untuk komposisi yang terdiri dari dua rumah, maka
posisi keduanya bersandingan. Pada umumnya kedua
rumah tersebut memiliki orientasi Selatan, sehinggakomposisi perletakannya, omah limasan di sebelah kanan
atau disebelah Barat omah Panjang dan omah Panjang
di sebelah Kiri omah Limasan atau disebelah Timuromah Limasan. Di sini,.omah Limasan berfungsi sebagai
rumah utama yang mewadahi kegiatan privat dan publik;
sedangkan omah panjang berfungsi sebagai powon atau
dapur.
OmahLimasan
OmahPanjang
Pekarangan
Gambar 28. Komposisi Dua RumahSumber: Dokumentasi, 2OL5
Rumah Tradisional JawaPacitan
55
b. Komposisitigarumah.Untuk hunian yang memiliki tiga rumah baik yang
teridiri dari dua limasan dan omah panjang maupun satujoglo-satu limasan dan omah panjang memiliki komposisiyang sama. Dari sisi perletakannya secara substansifmemilik prinsip yang sama dengan rumah-rumah dengankomposisi2 rumah. Omah panjang selalu berada di bagian
Timur (kanan rumah utama), sedangkan limasan maupunjoglo juga selalu berada di sisi Barat (kiri) dari omahPanjang. Hanya saja untuk dua limasan ditata denganurut depan belakang. Di bagian depan untuk fungsi publikdan belakang untuk fungsi privat. Demikian juga untukkomposisi joglo-limasan-pajang; omah joglo terletakdi bagian depan sedangkan limasah berada di bagianbelakang joglo. Fungsi keduanya sama dengan fungsidualimasan; omah joglo untuk fungsi publik dan omah limasan
untuk fungsi privat.
GamL
LimasanBelakang
3. Tra
M
pemba
Dononselamar
upacari
a-
OmahPanjang
Pekarangan
te ri
me
runper
per(a rr
untinfc
ters
ban
Omah Limasann
Gambar 29. KomposisiTiga Rumah (dua limasan + satu Panjang)Sumber: Dokumentasi, 2015
56 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
ldh.
rg .nemiliki tiga rumah baik yang
n dan omah panjang mauPun satu
omah panjang memiliki komposisi
perletakannya secara substansiflma dengan rumah-rumah dengan
rah panjang selalu berada di bagian
iama), sedangkan limasan maupun
ada di sisi Barat (kiri) dari omah
rntuk dua limasan ditata dengan)i bagian depan untukfungsi publik
rrngsi privat. Demikian juga untuk
san-pajang; omah joglo terletakrngkan limasah berada di bagian
keduanya sama dengan fungsi dua
tuk fungsi publik dan omah limasan
LimasanBelakang
OmahPaniang
Pekarangan
Omah Limasan
Depan
Rumah (dua limasan + satu Panjang)Dokumentasi, 2015
Omah Limasan
OmahPanjang
Pekarangan
OmahJoglo
Gambar 30. KomposisiTiga Rumah (ioglo + Limasan + PanjangSumber: Dokumentasi, 20L5
3. Tradisi dalam Pembangunan rumah Jawa.
Menurut berbagai informan, diketahui bahwa dalam hal
pembangunan rumah Jawa Pedesaan di wilayah Kecamatan
Donorojo ini senantiasa didahului dengan upacara-upacaraselamatan sebagai tradisi bagi masyarakat setempat. Beberapa
upacara yang berhasil ditemukan dijelaskan di bawah ini.
a. Upacara natah penuwun.
Penuwun adalah balok nok yang terdapat di bagianteratas dari bangunan rumah hunian. Natah penuwunmerupakan bagian dari rangkaian pembangu nan pendirian
rumah Jawa Pedesaan. Sebelum penuwun dipasang makapedu diadakan upacara yang disebutnatoh penuwun. Natahpenuwun dilakukan oleh satu orang tukang bangunan(arsitek rumah Jawa) yang telah memiliki "kekuatan"untuk melakukan pekerjaan tersebut. Seperti diungkapkaninforman bapak Samsi bahwa untuk memperoleh kekuatan
tersebut maka harus meguru atau berguru kepada tukangbangunan pendahulunya dengan melalui puasa. Setelah
Rumah Tradisional Jawa 57
mendapatkannya maka untuk selanjutnya Tukang bangunan
Jawa tersebut akan selalu bertugas untuk melakukan notah
penuwun.
Persyaratan penting dalam pembuatan natahpenuwun ini adalah bahwa balok penuwun tidak boleh
dilongkahi oleh perempuan. Oleh karenanya kebiasaan
yang dilakukan oleh bapak Samsi sebagaitukang bangunan
rumah Jawa adalah dengan memerintahkan kepada para
perempuan yang membantu pembangunan rumah untuk
tidak diperbolehkan keluar rumah diseputar pengerjaan
pembangunan rumah. Hal tersebut dilakukan agar jangan
sampai balok kayu penuwun terlangkahi oleh perempuan.
Bila terlangkahi perempuan maka kayu tersebut akan batal
digunakan dan harus diganti dengan kayu yang baru.
beriktu seperti dituturkan oleh bapak Samsi.
" Kulo niku terus nyoniangi tiyong setri enten powon: "wong
wedok oro kena sriweton liwat nggone wong nyombut gawe
kayu. Nek kepengin opo to opo kongkono men ditandangi
wong lonong. emon-eman koyune mengke nak ngontikelongkahan wong wedok. mosiyo soko mosyio ngoten mos
pak ning nek dilangkhai dilaLoh niku sing nglongkohi niku
tiyong setri".
Selain itu persyaratan penting lainnya adalahpersyaratan khusus bagi tukang yang akan natah penuwun;
sehari sebelum mengerjakan penuwun maka tukangpenatah penuwun tidak diperbolehkan untuk bersetubuh
dengan perempuan. Demikian seperti diungkapkan oleh
bapak Samsi di bawah ini.
"Mung sirikone nek ojeng natoh dinten niki, wau dalu mboten
kenging owor wong wedok. sepindoh. Caro golek ngelmu
ngeten niku teloson. nggih. nggih mung sing disirik ngontos
dugi mbenjing niku nok oieng notoh penging awor wong
wedok, niku wou. koleh dilongkohi mboten kenging".
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
Per
penatahr
secara kl
bersih. S
adalahtidak dipdimaksubersama
menikah
ibu Sriya
"Notoh 1
otou ort
itu haru
masih st
ombil itboleh kt
penuwu
rumoh i
Sel;
maka ker
maka pa
bara ng -
persyara
Pedesaar
diantararkelapa, kt
boskom.
Sriyanti c
"ltu Per
sesuhun
emos itt
tengoh t
kendL Lc
masih o
58
rtuk selanjutnYa Tukang bangunan
bertugas untuk melakukan notah
inE dalam Pembuatan natah
wa balok penuwun tidak boleh
ruan Oleh karenanYa kebiasaan
k Samsi sebagai tukang bangunan
Jan memerintahkan kePada Para
antu pembangunan rumah untuk
uar rumah disePutar Pengerjaanal tersebut dilakukan agar jangan
wun terlangkahi oleh PeremPuan.
ran maka kaYu tersebut akan batal
Jiganti dengan kaYu Yang baru'
rn oleh bapak Samsi.
ngi:,i'cng setri enten powon: "wong
: lr,',oi nggone wong nYombut gowe
) ic oro kongkono men ditondangi
rno. <oyune mengke nok ngonti
)K .t xslyo soko mosYio ngoten mas
i s;.ctch ntku sing nglongkohi niku
aratan penting lainnYa adalah
i tukang yang akan natah Penuwun;
ler;akan penuwun maka tukang
< diperbolehkan untuk bersetubuh
emikian sePerti diungkaPkan oleh
lni
g notch dinten niki, wau dalu mboten
edor. seplndoh. Cora golek ngelmu
gth ,nggih mung sing disirik ngontos
tk o,,eng natoh Penging owor wong
tlc ng kohi mboten kenging".
Persyaratan penting lainnya selain bagi tukang
penatahnya, pemilik rumah juga dikenakan persyaratan
secara khusus yaitu mandi/keramas dan berpakaian yang
bersih. Selain itu persyaratan lainnya bagi pemilik rumah
adalah harus menghadiri upacara dan pemilik rumah
tidak diperkenankan menikah lebih dari sekali. Hal tersebut
dimaksudkan agar pemilik rumah bisa hidup langgeng
bersama pasangannya tidak mengalami perceraian atau
menikah lagi. Demikian seperti dituturkan oleh informan
ibu Sriyanti di bawah ini.
"Notoh penuwun sebelum itu kolou minta tolong somo sesepuh
otau orang tua paling ndok kita itu, yang mendirikon rumoh
itu harus mondi, keromas dulu. Pokoi boiu yang bersih, itu
mosih sakroL Harus diikuti yang seperti itu. Nanti kito bersama
ombil itunyo iuga orang 2. Terus penuwun, sesuwun tidok
boleh kolou kita itu nikoh 2 koli. Jando otoupun dudo, notoh
penuwun itu jugo nggak boleh. Filosofinya bior yang punyo
rumah itu tidok mengolomi yong seperti itu!'
Selanjutnya setelah natah penuwun selesai dikerjaka n
maka kerangka bangunan segera didirikan;setelah berdiri
maka pada penuwun diletakkan banyak uborompe atau
barang-barang khusus yang merupakan bagian dari
persyaratan dalam mendirikan bangunan rumah Jawa
Pedesaan. barang-barang yang diletakkan pada penuwun
diantaranya adalah bendera merah putih, emas, padi ulen,
kelapa, kendi dan kembang setaman yang diwadahi dengan
boskom. Demikian seperti disampaikan oleh informan ibu
Sriyanti dari desa Sukodono.
"ltu Penuwun. Kolou di sini penuwun. lya... itu mosih. ltu
sesuhunon, masih odo bendera meroh putih, odo yang dikasih
emas itu. PorL Pari ulen somo kelopo itu masih.ltu dio tengoh-
tengoh masih odo meroh-merohnyo. Terus, itu kon mosih ado
kendl Loh, itu kon buat notah penuwun, masih oda syarat yang
mosih ado di situ iuga. Bungo sekor setomon dikasih baskom.
Rumah Tradisional Jawa 59
Kalou ndak baskom, kolau orang Jawa, njenengan kon pirso
kalou yong dari gerobah".
b. Tradisi gotong royong, bancaan dan mencari haribaik.
Sepertidituturkan oleh informan ibu Sriyanti, didapatijuga tradisi gotong royong khususnya untuk pendirianrumah Jawa. Menurutnya tradisi gotong royong masihdilestarikan hingga saat ini.
Untuk tradisi bancaan hingga saat ini juga masihdilakukan oleh masyarakat diwilayah ini. Menurut informanbapak Sugiyarto dari desa ....., tradisi bancaan merupakantradisi untuk selamatan atau syukuran. Tradisi ini biasa
dilakukan pada saat memulai mendirikan rumah. Malamsebelumnya, warga diundang untuk berkumpul, danlek-lekan (begadang tidak tidur sampadijam tertentu) ditempat warga yang akan membangun rumah. Hidanganyang disajikan ketika bancaan berupa nasi yang digulungkecil-kecil dan pisang raja. Acara tersebtu dipimpin olehsesepuh desa setempat. Bancaan juga dilakukan pada saatnatah penuwun dengan mengundang warga yang biasanyapara pria di lingkunagan terdekat. Menurut Ibu Sriyatin,
bancaan yang berupa makanan berbentuk tumpeng yangteridiri dari tumpeng tulus, tumpeng kroyok dan berbagaitumpeng lainnya.
'Ada tumpeng tulus, ada tumpeng kroyok, ado tumpeng ini,
oda tumpeng ini, gitu;'(informan Ibu Sriyatin)
Tradisi penting lainnya selain gotong royong dan
bancaan yang selalu dilakukan olah masyarakat diwilayahini adalah dengan mencari hari yang baik, tepat dalammembangun rumah baru. Pencarian terhadap hari baiktersebut dilakukan oleh sesepuh desa setempat yangmemang memiliki keahlian untuk haltersebut.
Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
"Mbah Horun:kolou odo hol.
dengon syorot
Horun honyomaksute klenibulannyo boik
4. Elemen Pendu
a. Pintu dan
1) Kerun
Salallimoson at
disebut se
dan hasiljendela ya
sebagai pe
depan den
demikian,
dan boma
disain seb
pintu, kerr
dan demiljendela y;Dalam pelt
dan kirinya
depan bag
Seba<
yang berbr
kerun mengebyog, dr
bentuk das
dengan leratas.
60
)m nienengon kon pirso
l:;aan dan mencari hari
' 1- o.r Sriyanti, didapati
-;-,,a untuk pendirian: ::: rr g royong masih
:, s:et ini juga masih
tr ini. Menurut informan
lsr bancaan merupakan
hrran. Tradisi ini biasa
r -.3i-r rumah. Malam
- - ,. cerkumpul, dan
s. * -: r jam tertentu) di
rEUn rumah. Hidanganqpa nasiyang digulungErsebtu dipimpin oleh
_-.. : :<ukan pada saat
ng warga yang biasanya
. Menurut Ibu Sriyatin,
rbentuk tumpeng yang
rg koyok dan berbagai
tyok, oda tumpeng ini,
Srrriatin)
h gotong royong dan
h masyarakat di wilayah
pnE baik, tepat dalam
= - ::'hadap hari baik
h desa setempat yangha{tersebut.
4. Elemen Pendukung Hunian.
a. Pintu dan Jendela.
" M bo h H o ru n se n d iri tokoh m a syo ro kat ota u sesepu h, m u n g kin
kolau ada hal yang mistis kito gok tou, biso minta tolong, tapidengon syarot hoti ikhlas dan percoyo podo Yong di otos. Pak
Harun honya sebagoi perontoro sojo. Masih ada. Masih ado
moksute klenik, horiyang baik, tanggolnya baik, jomnyo baik,
bulonnyo baik. ltu mosih." (informan Ibu Sriyatin)
L) Kerun dan Boma.
Salah satu karakteristik pendukung omahlimason adalah adanya elemen omah limasan yangdisebut sebagai kerun dan boma. Menurut informandan hasil observasi, kerun dan bama adalah pintujendela yang berada di dalam rumah dan berfungsisebagai penghubung antara omah limasan di bagian
depan dengan omah limasan bagian belakang. Namundemikian, tidak semua rumah limasan memiliki kerun
dan boma; didapatijuga pintu penghubung dengandisain sebagai pintu biasa pada umumnya. Sebagaipintu, kerun tidak dilengkapai dengan daun pintudan demikian juga dengan boma, sebagai sebuahjendela yang tidak juga dilengkapi daun jendela.Dalam peletakannya kerun diapit oleh boma di kanan
dan kirinya. Kerun dan boma terletak di omah limasan
depan bagian belakang pada deretan saka ubengon.
Sebagai pintu, kerun memiliki ukuran dan disainyang berbeda dengan pintu lainnya. Dari sisi ukurankerun memiliki ukuran sebesar yaitu empat kali pintugebyog, demikian juga dengan boma. Secara khusus
bentuk dasar kerun dan boma adalah kotak dan dihiasidengan lengkungan-lengkungan disisi kiri, kanan danatas.
Rumah Tradisional JawaPacitan
61
!(enrn model iniydipasang t
Bentt
adalah pirsorong ini
dalam ban
Pacitan. Pir
Perletakan
dalam run
Eomo sebelahkanan mengapit
kerun
Borna sebelahkiri mengapit
krun
Xerun dengan Iengtungan Kerun dan Pclltu dengan
besar di bagian atas dan lenglctqan kecil di bagian
samping kri-kanan atas dan sanqirg ktui-lanail
Gambar 3L. Kerun dan Boma di Desa WidoroSumber: Dokumentasi, 2015
2) Pintu dan jendela lainnYa.
Ditemukan jenis pintu dan jendela di wilayah
penelitian yang menggunakan corak kombinasi kerun
dan boma. Salah satunya adalah ditemukan di desa
Cemeng. Kerun dan boma yang sebenamya terpisah,
namun dalam disain bentuknya dijadikan satu' Pintu
lainnya adalah berupa pintu dengan bentuk persegi
panjang (kotak) mengikuti pola gebyog yang juga
kotak-kotak dengan panil. Didapati juga kombinasi
pintu panil dengan jendela jeruji; dan pintu panil
dengan kaca. Untuk pintu dengan kaca diduga
merupakan bentuk baru yang dikembangkan oleh
masyarakat. Umumnya pintu-pintu kotak ini memiliki
daun pintu dobel; namun begitu didapatijuga pintu
Keterangan:1 : Pintu gebyog (prntu pa;
4: Pintu Panil kombinas k:
Sur
U ntuwilayah p
dengan jejendela; ugebyog. J
modulgeklengkunga
62 TriYuniastuti,Satrio Hasto Broto WbowoSukirman
1
4
. .....r.".,,':1. -' 'aa:a'::-...:.::a.-
.t
{ffiis
Xerirn
aano sebelahkiri mengapit
lerun
Kerun daa Bomo dengan
lengtungan kecil di bagian
atas dan sam$rg kiri-tanan
1 Bomo di Desa Widoroumentasi, 2015
lainnya.
s pintu dan jendela di wilaYah
gunakan corak kombinasi kerun
Jnya adalah ditemukan di desa
)oma yang sebenamya terpisah,
bentuknya d'ljadikan satu. Pintu
E pintu dengan bentuk Persegi
rgikuti pola gebyog Yang juga
panil. DidaPati juga kombinasi
jendela jeruji; dan Pintu Panilk pintu dengan kaca diduga
baru yang dikembangkan oleh
ya pintu-pintu kotak ini memiliki
rmun begitu didaPatijuga Pintu
model iniyang tidak memiliki daun pintu namun hanya
dipasang tirai yang berfungsi sebagai daun pintu.
Bentuk pintu lainnya yang berhasil ditemukanadalah pintu panil sorong. Menurut informan, pintu
sorong ini merupakan pintu yang sudah lama ada
dalam bangunan rumah Jawa di kecamatan Donorojo,
Pacitan. Pintu sorong ini berpola panil sepertigebyog"Perletakan pintu sorong ini diperuntukkan untuk ruang
dalam rumah seperti ruang tidur.
Keterangan:1 : Pintu gebyog (pintu panil); 2 : Pintu dengan tirai; 3: Pintu Kombinasi Kerun dan boma;
4: Pintu Panil kombinasi kaca; 5 : Pintu sorong; 6: Pintu panil kombinasi jeruji
Gambar 32. PintuSu mber: Doku mentasi 2014-2015
Untuk jendela, terdapat dua jenis jendela di
wilayah penelitian. Pertama adalah jendela kotakdengan jeruji kayu sebagai isian jendela tanpa daunjendela; ukuran jendela menggunakan ukuran modulgebyog. Jenis kedua adalah jendela dengan ukuran
modul gebyog namun berbentuk kombinasi kotak dan
lengkungan. Bentuk kotak menjadi dasarnya (di bagian
Rumah Tradisional JawaPacitan
63
321
54
t.f:,'
6
bawah) sedangkan lengkungan berada di bagian atasjendela. Lengkungan pada jendela diperkirakan berasal
dari lengkungan pada kerun.
Jendela dengan pola kerun Jendela jeruji
Gambar 33. JendelaSumber: Dokumentasi, 2014
3) Gebyog.
Berdasarkan eksplorasi di lapangan, terungkapbahwa gebyog merupakan salah satu elemen sangatpenting dalam omah limasan. Secara substansif,keberadaan gebyog hanya didapati di omah limasan
dengan fungsi utama sebagai partisiatau dinding bagi
omah limasan. Untuk omah limasan yang masih utuhkeberadaannya maka keseluruhan dinding baik dindingluar maupun dalam, selalu digunakan elemen gebyog.Untukgebyok bagian luaI berfungsi sebagai pembatas
dalam rumah dengan luar rumah; sedangkan gebyog
di bagian dalam berfungsi sebagai pembatas ataupenyekat ruang tidur maupun powon.
Dari sisi penempatannya, gebyog ditempatkandiantara saka-saka. Untuk gebyok bagian luar makapenempatannya diletakkan diantara saka-sakaubengon; sedangkan di bagian dalam rumah, gebyog
diletakkan di antara saka-saka utama.
Gebyog yang berbentuk dasar persegi panjangpada dasarrnya seperti pintu panil dengan kombinasi
64 TriYuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
(
J.
lngkungan berada di bagian atas
pada jendela diperkirakan berasal
la kerun.
r Jr .len0ela:kumentasi,2014
Jendela jeruji
kso orasi di lapangan, terungkaP
upakan salah satu elemen sangat
nah limasan. Secara substansil
; hanya didaPati di omah limasan
ra sebagai partisi atau dinding bagi
"rk omah limasan Yang masih utuh
a keseluruhan dinding baik dinding
. selalu digunakan elemen gebYog.
rn iLra r, berfungsi sebagai pembatas
lan Iuar rumah; sedangkan gebYog
rerfungsi sebagai Pembatas atau
ur maupun powon.
]rnpatannya, gebYog ditemPatkan
. Untuk gebYok bagian luar maka
diletakkan diantara saka-saka
rn di bagian dalam rumah, gebYog
a saka-saka utama.
r berbentuk dasar Persegi Panjangperti pintu panil dengan kombinasi
ram dan panilyang digabung-gabungkan menjadi partisi
membentuk kotak-kotak panil. Pada umumnya gebyog
dilengkapi dengan pintu dan jendela. Kelengkapan
pintu memilikibentukyang sama dengan gebyog yaitu
berupa panil dengan bahan utama kayu. Sedangkanjendela umumnya berbentuk persegi panjang denganjeruji-jeruji kayu sebagai pengisi jendela.
Darisisi pewarnaan, terungkap bahwa pada rumah
limasan yang masih utuh (asli) rata-rata digunakanwarna asli kayu (tidak dicat), sehingga semakin lama
maka warnanya akan menjadi semakin tua (coklat tua).
Namun demikian didapati pula gebyog yang telah dicat
dengan warna-warna sesuai selera pemilik rumah.
Secara struktural, pemasangan gebyog bersifat
bongkar-pasang; artinya adalah bahwa gebyog dapat
dengan mudah untuk dipasang dan dilepas sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan. untukpemasangannyaa dilakukan dengan menggapit gebyog
dengan kayu ukuran reng dimana ujung reng dipakukan
ke blandac dan ujung lain digapitkan pada gebyog.
Untuk acara-acara besar seringkali gebyo-gebyogdilepas dan dipasang kembali setelah acara tersebutselesai.
Gambar 34. Gebyog di Bagian Belakang RumahSumber: Dokumentasi, 20L4
Rumah Tradisional JawaPacitan
65o
J.
pad:
lagi,
rumilamp
Gambar 35. Gebyog Bagian Depan RumahSumber: Dokumentasi, 2014
Gambar 36. Gebyog Di Bagian Dalam Rumah
Sumber: Dokumentasi, 20L4
4) Dudukan lampu.
, Di dapati dudukan lampu untuk penerangan
dalam rumah terutama di malam hari. Keberadaan
dudukan lampu ini berguna untuk meletakkan lampu
penerangan dikala di wilayah ini belum teraliri listrik.
Dudukan lampu ini berbentuk ukiran dan ditempatkan
5. Perkemb
Dari ha:
keca mata n
arsitehur Jal
sudah tidakhunian berE;
baru di kecibaru; mereka"bangunan" i
oleh penggu
dengan bentlagi terikat dr
Huniarkeberadaansedangkan ur"bangunan" r
setiap desa r
bangunan-ba
Untuk hmasih banyal
66 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
;Til "illl lli'!: '-try:1
l
aq='
29 Bagian Depan Rumah
okumentasi,20l-4
pDi Bagian Dalam Rumah
blo.rmentasi,20t4l;.rilukan lampu untuk Penerangan
h-, di malam hari. Keberadaan
iberguna untuk meletakkan lamPu
id wilayah ini belum teraliri listrik.
i berbentuk ukiran dan ditempatka n
pada saka rumah. Walaupun sudah tidak digunakanlagi, dudukan lampu ini masih terlihat terpasang dirumah-rumah warEa; sekaligus untuk berjaga-jaga bilalampu listrik padam.
Gambar 37. Dudukan LampuSu m ber: Doku mentasi, 2014-2AL5
5. PerkembanganArsitektur.Dari hasil eksplorasi secara empiris di lapangan di wilayah
kecamatan Donorojo ini, terlihat bahwa perkembanganarsitektur Jawa Pedesaan mulai mengalami stagnasi. Saat inisudah tidak didapati lagi pembangunan baru untuk hunian-hunian bergaya Jawa Pedesaan. Hingga saat ini hunian-hunianbaru di kecamatan Donorojo hampir semuanya bergayabaru; mereka menyebutnya sebagai gaya "bangunan". Model"bangunan" initergolong bangunan modern yang didominasioleh penggunaan unsur dinding batu bata, beton dan kacadengan bentuk arsitektural yang bebas yang sama sekali tidaklagi terikat dengan konsepsi arstektur Jawa Pedesaan.
Hunian-hunian baru dengan gaya "bangunan"keberadaannya berpusat di kota kecamatan Donorojo;sedangkan untuk di desa-desa keberadaan hunian baru bergaya"bangunan" menyebar ke berbagai penjuru desa dan dihampirsetiap desa di kecamatan Donorojo, telah banyak didapatibangunan-bangunan hunian baru.
Untuk hunian yang masih berciriJawa Pedesaan, walaupunmasih banyak dijumpai namun saat ini mulai terjadi berbagai
Rumah Tradisional Jawa 67
lll lF' 'rtll
J,
dikecamatan Donc
bangunan-bangunrumah-rumah ber
penghilangan denc
rumah Jawa Pedesi
Selain karena
dianggap lebih br
Pedesaan yang bmaupun stakeholhingga propinsi mt
"bangunan" berke
dan menghilangPedesaan di kecan
Pedesaan yang di,
pasti mulai terkikr:Artinya adalah bal
di Kecamatan Dor
desa-desa lain bail
di seluruh Indones
Kondisi denKecamatan Donoro
khususnya dalam ar
menjadi garda de;
wkdom (arstiehur
Lalu bagaimini, maka tindak,mengembalikan lor
Kecamatan Donorc
1) menyadarkanarsitektur Jawa pec
arsitekturJawa Ped
Pedesaan menjadi
yang dapat digun,dengan membuat
perubahan baik dari tataran fisik arsitektural maupun tataran
absrak (pandangan masyarkat). Pada tataran fisik arsitektural,
perubahan yang terjadi dapat digolongkan menjadi dua bentukperubahan yaitu adanya penggantian dan penghilangan.
Penggantian yang dimaksud dalam hal ini adalah adanya
penggantian pada elemen-elemen bangunan dalam arsitektur
Jawa Pedesaan menjadi elemen baru baik dari sisi bahan maupun
bentuknya. Pada kategori tersebut, elemen-elemen yang banyak
tergantikan adalah penutup atap dan partisi luar bangunan. Pada
bagian elemen pentutup atap umumnya terjadi penggantian dari
genteng tanah liat menjadi asbes gelombang. Penggantian ini
tidak untuk keseluruhan genteng namun rata-rata hanya terjadi
di teras rumah. Pada partisi luar bangunan, umumnya dirubah
dari gebyok berbahan kayu menjadi dinding tembok batu bata;
dan didapatijuga penambahan pagarteras dari batu bata dimana
sebelumnya tanpa partisi. Mengenai perubahan bangunan dalam
bentuk penghilangan, umumnya dilakukan dengan cara menjual
bangunan-bangunan tersebut kepada agen-agenjual beli rumah
tradisional. Setelah bangunan tersebut dijual selanjutnya ditempat
itu diganti dengan bangunan baru model "bangunan".
Untuk perubahan arsitektur Jawa Pedesaan pada tataran
abstrak (pandangan masyarakat) hingga saat ini memangtelah terjadi pergeseran-pergeseran. Pergeseran tersebutterletak pada pemikiran masyarakat bahwa hunian yang baik
bagi mereka adalah hunian model "bangunan" bukan lagi
hunian tradisional. Bangunan-bangunan model tradisionaldianggapnya telah ketinggalan jaman. Walaupun masih didapatipandangan yang masih kuat terhadap arsitektur Jawa Pedesaan
namun hal itu sangatlah minim jumlahnya. Akibatnya tidak saja
terjadi berbagai perubahan yang telah diurai di atas, namunjuga banyaknya para Arsitek Jawa (tukang bangunan) yang
menganggur karena tidak ada lagi pekerjaan pembangunan
bangunan hunian Jawa Pedesaan.
Memperhatikan perkembangan arsitektur Jawa Pedesaan
68 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
J,
fisik arsitektural mauPun tataran
at). Pada tataran fisik arsitektural,
: digolongkan menjadi dua bentuk
enggantian dan Penghilangan'rd dalam hal ini adalah adanYa
emen bangunan dalam arsitektur
:n baru baik dari sisi bahan maupun
;ebut elemen-elemen Yang banYak
tap dan partisi luar bangunan. Pada
) umumnya terJadi penggantian dari
asbes gelombang. Penggantian ini
teng namun rata-rata hanya terjadi
luar bangunan, umumnYa dirubah
menjadi dinding tembok batu bata;
an pagar teras dari batu bata dimana
ngenar perubahan bangunan dalam
rnya drlakukan dengan cara menjual
.rt kepada agen-agen jual beli rumah
r tersecut dijual selanjutnya ditempat
n baru model "bangunan".
teKur lawa Pedesaan Pada tataran
/ara<ai t'ingga saat ini memang
pergeseran. Pergeseran tersebut
aryarakat bahwa hunian Yang baik
an model "bangunan" bukan lagi
rnan-bangunan model tradisional
rlan jaman. Walaupun masih didapati
It terhadap arsitektur Jawa Pedesaan
nim lrmlahnya. Akibatnya tidak saja
n )/ang lelah diurai dl atas, namun
te<..larra ltukang bangunan) yang
. aCa ag Pekerlaan Pembangunandesaa n
ernrancan arsitehur Jawa Pedesaan
di kecamatan Donorojo ini menunjukkana bahwa pemba ngunan
bangunan-bangunan baru bergaya "bangunan" dan perubahan
rumah-rumah bergaya Jawa Pedesaan kearah modern serta
penghilangan dengan cara menjual hingga merobohkan rumah-
rumah Jawa Pedesaan akan terus berlangsung tak terkendali.
Selain karena merebaknya tren rumah "bangunan" yang
dianggap lebih bergengsi serta nilai tinggi bangunan Jawa
Pedesaan yang belum dianggap bernilai oleh masyarakatmaupun stakeholder di Pedesaan, Kecamatan, Kabupatenhi ngga propinsi menjadi kan ba ng u nan-bangu nan baru bergaya
"bangunan" berkembang dan sebaliknya terjadi kemandegan
dan menghilangnya arsitektur bangunan bergaya Jawa
Pedesaan di kecamatan Donorojo. Akibatnya, identitas lokalitas
Pedesaan yang diwakili oleh arsitektur Jawa Pedesaan secara
pasti mulai terkikis dan tergantikan oleh identitas modernitas.
Artinya adalah bahwa identitas yang terbangun di desa-desa
di Kecamatan Donorojo ini, menjadi sama dengan identitas
desa-desa lain baik di Kecamatan Donorojo maupun desa-desa
di seluruh Indonesia yang berjiwa modern.
Kondisi demikian jelas akan merugikan desa-desa di
Kecamatan Donorojo; loka litas dengan ni lai -ni lainya (local wisdo m)
khususnya dalam arsitekturJawa Pedesaan yang semestinya dapat
menjadi garda depan dalam globalisasi (mengglobalkan /ocal
wisdom (arstiektur Jawa Pedesaan) akan terpupus.
Lalu bagaimanakah seharusnya? Seperti dalam studiini, maka tindakan yang harus dilakukan adalah denganmengembalikan local wisdom khususnya arsitektur Jawa pedesaan
Kecamatan Donorojo. Cara yang harus ditempuh adalah dengan:
1) menyadarkan masyarakat akan pentingnya keberadaan
arsitektur Jawa pedesaan; 2) menghidupkan kecintaan terhadap
a rsitektu r Jawa Pedesaa n; dan 3) mengembalikan arsitektur Jawa
Pedesaan menjadi kekuatan dan identitas setempat. Nah alat
yang dapat digunakan untuk mewujudkan hal tersebut adalah
dengan membuat regulasi mengenai peraturan desa mengenai
Rumah Tradisional JawaPacitan
69
rC
}-
J,
arsitektur Jawa pedesaan.
KESIMPU
A. KESIMPULANBerdasarkan hasii pe
dikemukakan adalah sebac1-. Telah berhasil ditem
arsitektur Jawa Pedesa ;Pacitan.
2. Karakteristik utama ar:Donorojo adalah berupdengan komposisi pec
untuk omoh limason. Di
semuanya menggunak;strukturnya serta gebyr
3. Karakteristik pelengkapyang berfungsi sebag;limoson yang kedua.
4. Banyak didapati jugabergaya modern. Olehpenghilang an omoh-odijual maupun dirubah
B" SARANUntuk mencegah kep
yang ada di Kecamatan DoPacitan pada umumnya,pelestarian dengan berbag;1-. Sosialisasi kepada ma
aturan, pola tata ruankekuatan konstruksi a
warisan budaya nenek r
2. Perlu dirumuskan pand
Penggantian elemen asli arsitekturJawa Pedesaan pada penutup atap emper
(teras) dari genteng menjadi asbes gelombang
.':wPenggantian elemen asli arsitektur Jawa Pedesaan dari gebyok
menjadi dinding batu bata
Hunian baru model "bangunan" yang didambakan sebagian besar masyarakat
Gambar 38. Bangunan Hunian Baru Model "Bangunon"Su mber: Doku mentasi, 20!4-2015
70 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
fl'
J,
:n: :i_i:: .- :aaz iSnUtUP aiaP emAer
-:' '.- =:-.::: l*laig
:E
E:r-h*.I
tf ddamUafan sebagian besar masyarakat
]lrnian Baru Model "Bangunon"
irmentasi, 20L4-20L5
BAB VIKESIMPUI.AN DAN SARAN
A. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut:1. Telah berhasil ditemukan karakteristik (pra konsep)
arsitektur Jawa Pedesaan Kecamatan Donorojo, KabupatenPacitan.
2. Karakteristik utama arsitektur Jawa Pedesaan KecamatanDonorojo adalah berupa omah Limosan, Jogto don Fonjarrgdengan ko-g*i+cea*S untuk loglo, pecak 14 dan L7untukdfr-a h lim a sa n. Da ri keti g a j e n i s ka ra kte ri sti k te rse b ut,semuanya menggunakan bahan kayu untuk konstruksi danstrukturnya serta gebyok kayu untuk partisinya.
3. Karakteristik pelengkap interior didapati kerun dan bomoyang berfungsi sebagai gerbang untuk masuk ke omahlimosan yang kedua
4. Banyak didapati juga bangunan-bangunan baru yangbergaya modern. Oleh karenanya didapatijuga terjadinyapenghilangan omoh-omoh Jawa Pedesaan baik karenadijual maupun dirubah menjadi baru.
B. SARANUntuk mencegah kepunahan arsitektur jawa pedesaan
yang ada di Kecamatan Donorojo khususnya dan KabupatenPacitan pada umumnya, maka sangat diperlukan upayapelestarian dengan berbagai cara, antara lain:1. Sosialisasi kepada masyarakat tentang makna filosofi,
aturan, pola tata ruang, tata cara pembangunan dankekuatan konstruksi arsitektur jawa pedesaan sebagaiwarisan budaya nenek moyang secara turun-temurun.
2. Perlu dirumuskan panduan konsep rancangan bangunan
ara Pedesaan dari gebYok
I
lffi$EflrI
1
I
k&
baru yang tidak meninggalkan karakter bangunan
tradisional Jawa Pedesaan disesuaikan dengan fungsi yang
baru.
3. Perlu adanya penghargaan terhadap pemilik bangunan dan
insentif pemeliharaan terhadap arsitektur Jawa Pedesaan
yang masih asli yang terdapat di Wilayah Kabupaten
Pacitan.
4. Perlu adanya pelestarian arsitektur Jawa Pedesaan di
kecamatan Donorojo yang masih asli sebagai aset wisata
budaya dengan mengalihkan fungsi sebagai Homestay atau
Rumah Budaya untuk memeperkuat fasilitas wisata yang
@n Donorojo KabuPaten Pacitan.
5. perlu adanya@ta1g bangunan baru
berkarakter tradisional jawa khas Pacitan sebagBtaluqn
pembangunan baru.
Untuk merumuskan konsep menuju bangunan baru
berkarakter dan upaya pelestarian arsitektur jawa pedesaan di
Keca mata n Donorojo ka bu paten Pacita n, d i perl u ka n penelitian
lanjutan yang menkaji secara mendalam terhadap hasiltemuan
penelitian pada tahaP ini.
AnthonyPr
Arya Ror
laPr
BameyGG
A]
Eko BudiR
HJ Wib(AD
In
John W.
D
Pr
Noerg In
Nonnan
aTri Yunia
B
D
sYvonna I
sYulianto
dUndarqg.
72 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman
I
' ggalkan karakter bangunan
d isesuaikan dengan fungsi Yang
r terhadap pemilik bangunan dan
hadap arsitektur Jawa Pedesaan
:rdapat di WilaYah KabuPaten
n arsitektur Jawa Pedesaan di
rg masih asli sebagai aset wisata
kan f ungsi sebagai HomestaY atau
emeperkuat fasilitas wisata Yang
ojo Kabupaten Pacitan.
l desa tentang bangunan baru
awa khas Pacitan sebaqai aEuan
onsep menuju bangunan baru
:arran arsitekturjawa Pedesaan di
ten Pacitan, diperlukan penelitian
rn,endalam terhadap hasil temuan
DAFTAR PUSTAKA
Anthony J. Catanese dan James Snyder, 1989, pengantar
Perencanaan Kota.
Arya Ronald, 2002, Rumah Jawa Sebagai Aktualisasi BudayaJawa, Jurnal Kabanaran, Volume 2, Retno Aji MataramPress- Percetaka n Ad iCitra, Yogya karta
Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss, 1969, The Discovery ofGrounded Theory, Strategies for Qualitative Research,
Aldine Publishing Company, Chicago.Eko Bud i ha rjo, Prof.,lr., M Sc., 1997, J oti Diri Arsite ktu r I n do n esia,
Penerbit PT. Alumni, Bandung.HJ Wibowo, Gatut Murniatmo, Sukirman Dh, LggO/LgB7,
Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa yogyakarta,
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan ProyekInventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
John W. Chreswell, 1-998, Qualitative Inquiry and Research
Design Choosing Among Five Tradition, Sage
Publications, London-New Delhi.Noeng Muhadjir, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi
IV Rake Sarasin, Yogyakarta.
Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln, 2009, Handbook ofQualitative Research, Pustaka Pelajar; Yogyakarta
Tri Yuniastuti dan Satrio HB Wibowo, 2008, Perubahan BentukBangunan Tradisional Jawa "Bangsal Alit Kilen" Pada
Dalem Mangkubumen Yogyakarta, Ju rnal Ilmiah Padma
Sri Kresnha Volume l- No. l-1, Yogyakarta
Yvonna S. Lincoln & Egon G. Guba, 1985, Naturalistic Inquiry,Sage Publications, London-New Delhi.
Yulianto Sumalyo, 1997, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX
dan Abad XX, Gadjah Mada University Press.
Undang-undang No l-0 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Rumah Tradisional JawaPacitan
73
J,
Rumah Tradisional Jawa,
PanttanPr*r,-,r,o* mengenai kajian arsitektur rumah Jawa pedesaan Kecamatan
Donorojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur sebagai dasar pembuatan peraturan desa
tentang pelestarian dan pengembangan disain bangunan baru, secara substantif dilandasi
oleh adanya dua fenomena. Fenomena pertqma adalah adanya habitat arsitektur Jawa
Pedesaan di Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan yang masih murni dan banyak yang
masuk da lam kategori cagar budaya. Fe n ome na ked uo adalah ada nya perubahan-perubahan
bentuk pada arsitektur Jawa Pedesaan yang berubah menjadi bergaya arsitektur Modern.
Perubahan itu sendiri terdiri dari perubahan sebagian dan total. Fenomena ketigo adalah
terjadinya perubahan pada tataran ideal yaitu mulai berubahnya pola pikir masyarakat
setempat mengenai arsitektur Jawa Pedesaan; mereka menganggap bahwa arsitektur Jawa
Pedesaan telah kuno dan ketinggalan zaman.
Akibat dari terjadinya perubahan-perubahan baik secara empiris maupun ideal, maka
dalam jangka panjang akan menyebabkan hilangnya arsitektur Jawa Pedesaan Kecamatan
Donorojo, Kabupaten Pacitan sebagalkarya lokalitas budaya bangsa. Menindaklanjuti kondisi
demikian, maka diperlukan tindakan penyelamatan keberadaan arsitektur Jawa Pedesaan
yang berupa pelestarian dan sekaligus pengembangan terhadap arsitektur Jawa Pedesaan
yang nantinya dituangkan dalam bentuk peraturan desa. Metode yang digunakan adalah
metode grounded (khususnya pada tahun pertama); metode ini menekankan pada eksplorasi
lapangan. Hasil dari penggunaan metode ini adalah berupa dokumentasi karakteristik
arsitekturJawa Pedesaan yang masih murni (belum berubah).
Selanjutnya dengan terdokumentasikannya arsitektur Jawa Pedesaan tersebut maka
pada tahun kedua, hal tersebut dianalisis untuk mendapatkan bangunan-bangunan
berarsitektur Jawa Pedesaan yang layak untuk dipertahankan (dilestarikan), pemilihan dan
pemilahan unsur-unsur arsitektur yang dapat digunakan untuk pengembangan bagi
bangunan-bangunan baru di wilayah Kecamatan Donoharjo; serta untuk penataan (zonasi)
terhadap bangunan-bangunan berarsitektur Jawa Pedesaan dan Modern agar keduanya
dapat sa ling berinteraksi.
Pada tahap terakhir (tahun ketiga) dllakukan penulisan rancangan peraturan desa
yang didasarkan atas hasil dari tahap sebelumnya. Diharapkan dengan penelitian ini,
keberadaan arsitektur Jawa Pedesaan sebagai karya lokalitas budaya bangsa akan lestarl dan
berguna bagi pengembangan bangunan baru sehlgga keduanya dapat saling berinteraksi
membentuk jati diri Kecamatan Donoharjo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. ***v
f
lintong Pustofia UtomoKarangjati RT 19 RW 042Sinduadi, Mlati, Sleman, YogyakartaE-mail: [email protected] W
L-
LEMBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU
Judul Karya Ilmiah : Rumah Tradisional Jawa: Pacitan Nama Penulis : Tri Yuniastuti; Satrio Hasto Broto Wibowo; Sukirman Jumlah penulis : 3 (tiga) Orang Status pengusul : Penulis kedua Identitas Jurnal Ilmiah : a. Nama buku : Rumah Tradisional Jawa Pacitan
b. Nomor P-ISSN : - c. Nomor E-ISSN : - d. Nomor ISBIN : 978-602-1546-54-3
d. Volume,Nomor,Bulan,Tahun : -/-/-/2016 e. Penerbit : Lintang Pustaka Utama f. DOI Artikel (jika ada) : - g. Alamat Web Buku :
Url Website : www.lintangpustakautama.com Url Dokumen : - Kategori Publikasi Buku Buku Monograf
(beri v pada kategori yang tepat) Buku Ajar
Buku Umum
Hasil Penilaian Peer Review :
Surakarta, 23 Februari 2021 Reviewer 1
Nama : Dr. Nur Rahmawati Syamsiyah, ST.,MT.
NPP/NIDN : 720/0612056801 JAFA : Lektor Unit kerja : Universitas Muhammadiyah Surakarta Program studi : Arsitektur
Komponen Yang Dinilai
Nilai Maksimal Prosiding
Nilai Akhir Yang Diperoleh Monograf Ajar Umum
a. Kelengkapan unsur isi buku (10%)
2 2
b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)
6 6
c. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan metodologi (30%)
6 5.5
d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)
6 4.5
Total = (100%) 20 18 Nilai Pengusul 4 3.6 Komentar/Catatan Artikel oleh Reviewer 1:
1. Tentang kelengkapan dan kesesuaian unsur : sistematika sudah lengkap dan sesuai dengan ketentuan penelitian, namun kesimpulan masih berupa identifikasi saja. Untuk sebuah buku sebaiknya ada pembahasan bersifat ‘why’ mencari tahu mengapa bentuk rumah Jawa di Pacitan seperti yang ditemui
2. Tentang ruang lingkup dan kedalaman pembahasan : pembahasan sudah cukup mendalam 3. Kecukupan dan kemutakhiran data/informasi dan metodologi : data cukup mutakhir dan metodologi penelitian
sesuai tujuan penelitian 4. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit : kualitas pustaka sudah baik, namun untuk sebuah buku, pustaka yang
diacu masih kurang 5. Indikasi Plagiasi : 6. Kesesuaian Bidang Ilmu : sesuai
V
V
V
V
LEMBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU
Judul Karya Ilmiah : Rumah Tradisional Jawa: Pacitan Nama Penulis : Tri Yuniastuti; Satrio Hasto Broto Wibowo; Sukirman Jumlah penulis : 3 (tiga) Orang Status pengusul : Penulis kedua Identitas Jurnal Ilmiah : a. Nama buku : Rumah Tradisional Jawa Pacitan
b. Nomor P-ISSN : - c. Nomor E-ISSN : - d. Nomor ISBIN : 978-602-1546-54-3
d. Volume,Nomor,Bulan,Tahun : -/-/-/2016 e. Penerbit : Lintang Pustaka Utama f. DOI Artikel (jika ada) : - g. Alamat Web Buku :
Url Website : www.lintangpustakautama.com Url Dokumen : - Kategori Publikasi Buku Buku Monograf
(beri v pada kategori yang tepat) Buku Ajar
Buku Umum
Hasil Penilaian Peer Review :
Jakarta, Reviewer 2
Nama : Dr. Maria Immaculata Ririk Winandari NIDN : 0305027101 JAFA : Lektor Kepala
Unit kerja : Universitas Trisakti Program studi : Arsitektur
Komponen Yang Dinilai
Nilai Maksimal Prosiding
Nilai Akhir Yang Diperoleh Monograf Ajar Umum
b. Kelengkapan unsur isi buku (10%)
2 1.5
e. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)
6 5
f. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan metodologi (30%)
6 5
g. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)
6 4
Total = (100%) 20 15.5 40 % x 20 dibagi 2 Nilai Pengusul 3.1 Komentar/Catatan Artikel oleh Reviewer 2:
1. Tentang kelengkapan dan kesesuaian unsur : memadai
2. Tentang ruang lingkup dan kedalaman pembahasan : memadai 3. Kecukupan dan kemutakhiran data/informasi dan metodologi : memadai 4. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit : cukup memadai 5. Indikasi Plagiasi : 6. Kesesuaian Bidang Ilmu : sesuai
V
V
V
V